sejarah indonesia - perang tondano dan pattimura angkat senjata

Post on 30-Jun-2015

7.449 Views

Category:

Education

32 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Sejarah Indonesia SMA Kelas XI Semester 1 tentang perlawanan orang-orang Tondano dan perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura melawan pemerintah kolonial Belanda.

TRANSCRIPT

PERANG TONDANO DAN PATTIMURA ANGKAT SENJATA

1. AFTHONAH (01)

2. G NANDA KHAIRUNISA (16)

3. MARDELIA NUR FATANA (20)

4. TIFFANY NOOR AFIF (31)

5. YAFEH ABDUSSALAAM C.K (34)

1. PERANG TONDANO (1808-1809)

A.Perang Tondano 1

Berlangsung pada masa kekuasaan VOC. Sebelum kedatangan Belanda, Spanyol terlebih dahulu sampai di

Tondano, Sulawesi Utara. Abad XVII, hubungan dagang orang Minahasa dan Spanyol mulai

terganggu akibat datangnya para pedagang VOC. Gubernur Ternate, VOC yang mendapat pengaruh dari VOC diberi

kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari Spanyol.

Para pedagang Makassar dan Spanyolpun tersingkir dari Minahasa.

VOC memulai memonopoli perdagangan beras di Minahasa.

Usaha VOC untuk melemahkan orang Minahasa :

o Membendung Sungai Tamberan agar aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan pejuang Minahasa.

o Mengepung rakyat dan pejuang Minahasa yang mengungsi ke Danau Tondano.

Isi Ultimatum yang dikeluarkan oleh Simon Cos :

o Orang-orang Tondano harus menyerahkan para pemberontak kepada VOC.

o Orang-orang Tondano harus menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi akibat genangan air Sungai Temberan.

Ultimatum Simon Cos tidak berhasil dan VOC menarik pasukannya ke Manado.

Karena tidak ada yang membeli, hasil pertanian rakyat Tondano menumpuk.

Rakyat Tondano memutuskan untuk mendekati VOC agar membeli hasil pertanian mereka. Terbukalah tanah Minahasa oleh VOC dan berakhirlah perang Tondano 1.

Orang-orang Minahasa memindahkan perkampungannya ke daratan yang diberi nama Minawanua (Ibu Negeri).

B. Perang Tondano II

Terjadi pada abad ke-19 pada saat pemerintahan colonial Belanda.

Latar belakang :

o Mandat yang diberikan kepada Daendels untuk memeragi Inggris.

o Kebijakan Daendels merekrut pejuang Indonesia, salah satunya dari orang-orang Minahasa sebanyak 2000 orang. Namun, orang-orang Minahasa tidak setuju dijadikan sebagai pasukan kolonial.

o Para pejuang meninggalkan rumah dan mengadakan perlawanan terhadap Belanda.

Aktivitas perjuangan orang-orang Tondano berada di Tondano, Minawanua.

Salah seorang pemimpin perlawanan adalah Ukung Lonto.

Perlawanan dilakukan sebagi bentuk penolakan orang-orang Minahasa terhadap program perekrutan pasukan kolonial Belanda dan kebijakan Daendels yang memaksa rakyat menyerahkan beras ke Belanda secara cuma-cuma.

Usaha Belanda untuk melawan orang Tondano :

o Membendung Sungai Temberan.

o Mengirim dua pasukan tangguh. Satu pasukan menyerang dari Danau Tondano, sedangkan yang lain menyerang Minawanua dari darat.

Tanggal 23 Oktober 1808, Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua.

Tanggal 24 Oktober 1808, Pasukan Belanda dari darat membombardir ampung Minawanua. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya.

Ketika serangan pasukan Belanda berkurang, Orang-orang Tondano secara tiba-tiba muncul dan menyerang pasukan Belanda dengan hebatnya. Pasukan belanda ditarik mundur.

Sungai Temberan yang meluap mempersulit pasukan Belanda.

Perang Tondano II berlangsung cukup lama sampai Agustus 1809.

Kurangnya bahan makanan menyebabkan adanya kelompok Minahasa yang memihak Belanda.

Tanggal 4-5 Agustus 1809, Benteng Moraya milik pejuang Minahasa hancur bersama mereka yang memilih mati daripada menyerah.

II. PATTIMURA ANGKAT SENJATA

Latar belakang :

o Kebijakan pemerintahan kolonial Belanda yang merugikan orang Maluku.

o Monopoli perdagangan yang diperketat. Penyerahan wajib SDA Maluku dan kerja paksa.

o Desas-desus pemberhentian para guru dalam rangka penghematan pengeluaran anggaran, pemuda yang akan dijadikan tentara di luar Maluku.

o Sikap arogan Residen Saparua.

Para tokoh dan pemuda Maluku mengadakan pertemuan rahasia. Diantaranya :

o Di Pulau Haruku, pulau yang dihuni orang-orang Islam.

o Di Pulau Saparua, pulau yang dihuni orang0orang Kristen, tanggal 14 Mei 1817.

Perlawanan di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang terkenal dengan gelar Pattimura.

Perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Dilanjutkan dengan pengepungan Benteng Duurstede.

Pasukan Belanda di bawah pimpinan Residen van den Berg. Pejuang Maluku di bawah pimpinan Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.

Residen terbunuh dan Benteng Duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang Maluku.

Belanda mendatangkan 300 prajurit dari Ambon dipimpin oleh Mayor Beetjes dan dikawal oleh kapal perang Nassau dan Evertsen. Namun, Mayor Betjees terbunuh.

Pattimura menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Namun gagal karena kuatnya pasukan Belanda di bawah pimpinan komandan Groot.

Tawaran perundingan tidak menghasilkan kesepakatan. Agustus 1817, Belanda berhasil merebut kembali Benteng Duurstede. Banyak pembantu Pattimura yang tertangkap dan gugur. Pattimura memutuskan bergerilya.

Tanggal 16 Desember 1817, pattimura tertangkap dan dihukum gantung di alun-alun kota Ambon.

Christina Martha Tiahahu dan 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi.

Tanggal 2 Januari 1818, Christina wafat dan dibuang ke laut antara Pulau Baru dan Pulau Tiga.

“TERIMA KASIH” -

top related