saraf (tugaz)
Post on 27-Jun-2015
306 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENUGASAN BLOK SARAF
“LOW BACK PAIN”
OLEH :
NAMA : JAROT MANURDIANTO
NIM : 08711081
TUTOR : DR. CHAINA
KELOMPOK : 07
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
1
BAB I
RUMUSAN MASALAH
3.1 Status Pasien
Identitas
1. Nama : Suminah
2. Umur : 45 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Berat badan : 40 kg
5. Tinggi badan : 155 cm
6. Alamat : Perapatan RT 02 / RW 08 Balikpapan Barat
7. Agama : Islam
8. Suku bangsa : Jawa
9. Pekerjaan : IRT
10.Status pasien : Menikah
Anamnesis :
1. Keluhan utama :
Kaki kesemutan dan mati rasa
2. Riwayat penyakit sekarang :
Onset : Mati rasa dan kesemutan dirasakan sudah lama sejak 2 tahun yang lalu
Kualitas : Keluhan dirasakan tambah berat ketika beraktivitas
Keluhan lain: Nyeri pinggang jika beraktifitas, dan susah beraktifitas
Keadaan penyerta: 1) Kaki: Adanya benjolan pada kaki didapat sejak 1 tahun yang lalu
akibat penyakit asam urat, kaki terasa kesemutan dan kadang-kadang mati rasa.
Ada riwayat trauma pada tulang belakang sejak 2 tahun yang lalu,serta pasien menderita
penyakit asam urat
2
Riwayat pengobatan: Beberapa tahun lalu pernah berobat ke dokter dan di beri obat namun
gejalan tak kunjung sembuh lalu, kemudian ia melanjutkan ke pengobatan fisioterapi
disertai konsumsi obat-obat cina
3. Anamnesis Sistem :
Sistem Saraf : Sakit kepala (-), Demam (-)
Sistem Kardiovaskuler : Rasa berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)
Sistem Respirasi : Sesak Nafas (-), Batuk (-), Pilek (-)
Sistem Digesti : Mual (-), Muntah (-), BAB cair (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : Petekie (-), Gatal-gatal (-),
Sistem Muskuloskeletal : Keterbatasan gerak (+), oedema (-), ruam (-), pucat (-), cepat
lelah (+), pegal (+) nyeri pinggang (+)
Sistem Saraf : Kesemutan (+), Mati rasa (+)
4. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat Trauma dan Asam Urat
Tidak ada riwayat opname/mondok
Tidak ada riwayat alergi
Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
5. Riwayat penyakit keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa
Riwayat keluarga hipertensi (-)
Riwayat keluarga DM (-)
6. Kebiasaan dan Lingkungan :
Lingkungan tempat tinggal pemukiman yang padat, jauh dari tempat pembuangan limbah
Pola makan pasien: Semenjak asam uratnya tinggi, pasien jarang mengkonsumsi sayur-
sayuran, emping dan kacang-kacangan, pasien sehari-hari makan daging dan ikan
Pola minum pasien: Sumber air bersih
Tidak merokok
Pasien jarang berolahraga
3
Pemeriksaan Fisik :
1. Vital Sign:
Tekanan Darah: 120/80
Frekuensi Nadi : 77 kali/menit
Frekuensi Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 360 celcius
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kesadaran : Compos mentis
Kepala : benjolan maupun trauma (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata
mengalami penonjolan dan pembesaran
Leher : Simetris, tidak ada lesi, scar, bekas luka, trauma, hiperpigmentasi,
4. . Ekstremitas:
Kesemutan
Mati Rasa
6. Px fisik tambahan (Tidak Dilakukan)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Hasil pemeriksaan harus dilakukan pasien :
Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa : 107, Ureum : 18, Creatinin : 1,14,
SGOT : 33, SGPT : 33
Rontgen Thorax : Hasi rontgen pasien hilang, terjadi penyempitan pada VL II (Informasi
pasien)
Diagnosis Banding
Low Back Pain
Ankylosing Spondilitis
Osteoartritis
Malignancy
4
Diagnosis Kerja
Dari hasil data-data yang telah terkumpul ditambah dengan gejala khas yang ditunjukkan
dengan berpaduan referensi yang ada dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang tepat untuk kasus
ini adalah “Low Back Pain”
Rencana Tindakan :
Terapi
Medikamentosa : Metilprednisolon 3x16 mg tappering off, Diklofenak 3x50 mg,
Ranitidin 2x1 tab, Tramadol 3x50 mg, Karbamazepin 3x200 mg, Amtriptilin 3x12,5 mg,
Lioresal 3x1 tab, Metikobalamin tablet 3x500 mg
Program Rehabilitasi : - Program miring kiri-kanan terlentang tiap 2 jam
- Fisioterapi, aktif ROM dan strenghthening exercise anggota
gerak atas, TENS paralumbal dan gluteus kiri, massage para
lumbal kiri dan gluteus kiri
- Korset
Operatif : Dilakukan dengan konsultasi dengan bagian bedah saraf dan direncanakan
operasi elektif,
Prognosis
Dubia ad bonam jika ditangani dengan cepat dan tepat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. INTERPRETASI HASIL ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kaki kesemutan dan mati rasa
Kaki kesemutan dan mati rasa ini bisa disebabkan oleh tertekannya pembuluh
darah dan saraf akibat trauma yang terjadi pada pasien.Tertekannya pembuluh darah
meyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar yang mengakibatkan sel-sel saraf di daerah
yang tertekan itu mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen.Hal itulah yang
menyebabkan saraf tidak dapat menghantarkan rangsangan sehingga bagian tubuh itu jadi
mati rasa atau kesemutan.Adapun penekanan pada saraf disini bisa disebabkan oleh
penyebab lain seperti infeksi dan gangguan metabolisme.
B. Keluhan Lain
Nyeri Pinggang dan susah beraktifitas
Nyeri pinggang disini bias disebbkan oleh berbagai macam penyebab, Bisa
disebabkan oleh sobeknya ligament pada tulang lumbal karena trauma yang dialami
pasien, Usia yang bertambah tua juga bisa menyebabkan nyeri pinggang seperti
degenerasi disk, spondilolistesis dll.
2. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
Untuk interpretasi hasil pemeriksaan semua masih dalam batas normal hanya saja
terjadi gangguan di ektremitas berupa kesemutan dan mati rasa yang sudah di jelaskan
diatas, serta nyeri pinggang yang timbul apabila beraktifitas.
6
3. ALASAN DIAGNOSIS BANDING
4.
Disease or condition
Patient age (years)
Location of pain Quality of pain
Aggravating or relieving factors Signs
Back strain 20 to 40 Low back, buttock, posterior thigh
Ache, spasm Increased with activity or bending Local tenderness, limited spinal motion
Acute disc herniation 30 to 50 Low back to lower leg
Sharp, shooting or burning pain, paresthesia in leg
Decreased with standing; increased with bending or sitting
Positive straight leg raise test, weakness, asymmetric reflexes
Osteoarthritis or spinal stenosis
>50 Low back to lower leg; often bilateral
Ache, shooting pain, "pins and needles" sensation
Increased with walking, especially up an incline; decreased with sitting
Mild decrease in extension of spine; may have weakness or asymmetric reflexes
Spondylolisthesis Any age Back, posterior thigh Ache Increased with activity or bending Exaggeration of the lumbar curve, palpable "step off" (defect between spinous processes), tight hamstrings
Ankylosing spondylitis
15 to 40 Sacroiliac joints, lumbar spine
Ache Morning stiffness Decreased back motion, tenderness over sacroiliac joints
Infection Any age Lumbar spine, sacrum
Sharp pain, ache Varies Fever, percussive tenderness; may have neurologic abnormalities or decreased motion
Malignancy >50 Affected bone(s) Dull ache, throbbing pain; slowly progressive
Increased with recumbency or cough
May have localized tenderness, neurologic signs or fever
5.
4. ALASAN MASALAH ATAU DIAGNOSIS KERJA
Low Back Pain : Melihat dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa pasien
menderita LBP yang disebabkan oleh trauma sejak 2 tahun yang lalu.
Dari sejumlah penyebab, herniasi (penonjolan) bantalan sendi tulang belakang
(hernia nukleus pulposus, HNP) merupakan penyebab terbanyak LBP dan biasanya
keadaan ini disertai dengan rasa kesemutan, baal, berkurangnya sensasi rasa pada tungkai
akibat saraf tulang belakang yang terjepit. Penyebab lainnya bisa disebabkan oleh otot
punggung, sendi antar tulang belakang, sendi antar tulang belakang dan tulang panggul
dan osteoporosis. Penyebab yang jarang namun bisa juga terjadi adalah gangguan
hormonal (misalnya hipertiroid, hiperparatiroid, Cushing’s disease), rematik kadang
memberikan gambaran LBP serta gangguan pada organ-organ dalam tubuh juga dapat
memberi kesan LBP dan yang terakhir yang tidak boleh diabaikan adalah gangguan
psikis dan fungsional dapat pula bermanifestasi LBP.
7
Mengingat banyaknya gangguan yang dapat bermanifestasi sebagai LBP, maka
penanganan LBP menjadi terkesan rumit dan membutuhkan kesabaran. Pemeriksaan
fungsi-fungsi saraf bahkan jika perlu dilakukan pemeriksaan canggih seperti CT-Scan
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan sangat membantu dalam mencari
penyebab NPB dan untuk terapinya.
HNP (hernia nukleus pulposus, penonjolan bantalan sendi tulang belakang)
merupakan penyebab terbanyak LBP. Pada pemeriksaan MRI biasanya nampak jelas
adanya penyempitan pada terowongan tulang belakang dan terjepitnya saraf tulang
belakang. HNP terbanyak terjadi pada segmen tulang belakang bawah (setinggi
pinggang) disertai gejala kesemutan pada salah satu atau kedua tungkai bahkan bila pada
keadaan yang berat bisa disertai kelemahan tungkai bawah dan yang paling parah
biasanya sudah terjadi gangguan buang air kecil (ngompol) dan buang air besar akibat
ketidakmampuan merasakan dan mengontrol sensasi tersebut (gangguan fungsi motorik).
5. PENATALAKSANAAN
A. FARMAKOLOGI
Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang
perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan
sehingga pasien dapat menilai keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil
oleh dokter dengan konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum
penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah
baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri
yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk
tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan
dimulai dengan asetaminofen dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory drug
(NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak terdapat NSAID
spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya.13 Medikasi lain yang dapat
8
diberikan sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan
antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium
dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:1
Stadium impairment; fisioterapi
Stadium disabilitas; latihan penguatan otot
Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara
bekerja/alih pekerjaan.
Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:
- Traksi lumbal
- Terapi termal (panas dan dingin)
- Hidroterapi
- Masase
- TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulaton)
- Latihan
- Korset (Back braces/Corset)
Terhadap penderita ini penanganan secara umum, medikamentosa dan fisioterapi
telah sesuai dengan yang dianjurkan walaupun pada akhirnya memang tak berhasil
karena lesi yang ada sudah selayaknya ditangani secara operatif.
Penanganan operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 14
- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri
berat/intractable/ menetap/ progresif.
- Defisit neurologik memburuk
- Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.
- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.
9
B. NON FARMAKOLOGI
Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk
nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan
lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
.
10
Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi
berbaring.
Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan
dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung
fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini
untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung
menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot
hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus
diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus
ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat
dilakukan dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10
kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan
kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik.
Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
11
Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang
baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
DR.A
SIP/07711002
JL.TANJUNG RAYA PERMAI
TELP. (0274)2023249
R/
NAMA :
ALAMAT :
UMUR :
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Low Back Pain adalah nyeri yang terjadi pada bagian bawah dari punggung dan
biasa terjadi secara akut ( kurang dari 6 minggu), sub akut (terjadi dalam 6-12 minggu)
dan kronik (lebih dari 12 minggu). Kebanyakan LBP tidak menimbulakan masalah yang
serius dan akansembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
(Medinfo,2008). Untuk mendapatkan diagnosis LBP harus ada tanda tertentu dan spesifik
yaitu nyeri menyebar turun ke pinggul dan ke bawah lutut mengindikasikan terjadinya
yaitu sacrolitiasis,kerusakan degenerative sambungan tulang vertebra, pemyempitan
spinal atau iritasi saraf juga menyebabkan nyeri ini(Hellman D.B)
2. ETIOLOGI
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi :
- Diskogenik
- Non-diskogenik
Diskogenik :
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nucleus pulposus yang
merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusion
atau prolaps dari nucleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada
radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang jarang
sekali pada daerah torakal. Nutrisi dari annulus fibrosus bagian dalam tergantung dari
difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra.Hanya bagian luar
dari annulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural.Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat annulus baik secaramelingkar maupun
radikal.Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yaitu
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nucleus.Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nucleus berpindah keluar dari annulus
lingkaran ke ruangan epidural dan menyebabkan iritasi atau kompresi akar saraf.
13
Non-diskogenik :
Biasanya penyebab LBP yang Non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik
saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,
infeksi,proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya
dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvic, sendi sakroiliaka, sendi pelvis sampai
jalannnya n.iskiadikus
3. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya BLP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, arthritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura
>80), obesitas, tinggi badan yang berlebih, hal yang berhubungan dengan pekerjaan
seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi
tubuh kerja statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar dan kehamilan.
4. PATOFISIOLOGI
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme
otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada
sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
14
biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini
menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang
mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing
seperti beberapa contoh dibawah ini :
1. LBP akibat sikap yang salah
• Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun
hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
• Lordosis yang menonjol
• Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
• Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
• Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa
tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
• Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin.
• Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang
sakit difleksikan.
• Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan
nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
• Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. LBP pada Spondilosis
• Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
15
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
• Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
• Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
• Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
• Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.
4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
• Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
• Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang
bila istirahat.
• Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus
(akibat abses dingin)
• Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan
kifosis)
• Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti
paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia
dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang
vertebra.
• Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika
• Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
• Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal
dan seluruh tulang belakang lumbal.
• Laju endap darah meninggi.
• Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa
16
PEMERIKSAAN
1.Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi
tubuh yang mennimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi, (medikolegal), obat-
obat penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang di butuhkan, kemungkinan
keganasan
2.Pemeriksaan fisis, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi
sistemis, tanda-tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal atau pada
insisura iskiatika, spasme otot, ruang lingkup gerakan, tes angkat tungkai lurus
(Laseque), dan pemeriksan rektum (tonus sfingter dan prostat).
3.Pemeriksaan neurologis, dengan perhatian khusus pada afek dan alam perasaan,
kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik termasuk perineum,
refleks (tendon dalam, abdominal, anal, kremaster).
4.Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos (posterior, lateral,
oblik) hitung darah lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin, kalsium,
fosfat, alkali fosfatase, asam urat, fosfatase asam (pria), gula darah puasa.
5.Pemeriksaan khusus (misalnya sken tulang, gula darah 2-jam postprandial,
sken magnetik resonan, sken tomografik, mielografi) bergantung pada hasil
pemeriksaan rutin di atas
6. PENATALAKSANAAN
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan
modalitas. Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk
jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek
depresan. Namun pada pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat
rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis
lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi,OAINS,
dan penenang.
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada
alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Modalitas
17
dapat berupa kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan.
Tidak semua nyeri dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan
tindakan injeksi anestetik atau antiinflamasi steroid pada tempat-tempat seperti
pada faset, radiks saraf, epidural, intradural. Bahkan untuk beberapa kasus LBP
dibutuhkan pembedahan.
1. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat
(diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil
salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak,
indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profen/asam 2-
arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen,
naproxen, dan ketorolac), golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat
(diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan
turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan
fenazon), golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam),
golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan
sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan asam lemak
omega 3). Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap
baik pada lambung dan usus halus. NSAID juga terikat dengan baik pada protein
plasma (lebih dari 95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan
volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID termetabolisme di
hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak
aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu. NSAID merupakan
golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang
ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah,
diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal
(penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) . Efek samping ini tergantung pada
dosis yang digunakan. Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita
hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman
18
digunakan oleh wanita hamil , namun harus diminum sesuai aturan karena dosis
tinggi dapat menyebabkan keracunan hati.
2. Semprotan Etil klorida
Etil klorida merupakan anestesi topikal secara aerosol dengan cara membekukan
kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, Etil Kloride membentuk efek
pendinginan pada permukaan kulit dengan cara menguap secara cepat. Dingin yang
diciptakan oleh semprotan tersebut mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan
sakit. Hal ini terjadi karena dingin mengurangi kecepatan antaran saraf dari serat C dan
serat A-delta. Hal ini mengganggu input nociceptive (rangsangan ke otak sehingga
menimbulkan sensasi rasa sakit) ke sumsum tulang belakang. Proses ini mematikan
sementara daerah tersebut
7. TERAPI
DAFTAR PROGRAM LATIHAN LBP
Teknik Latihan
Sikap dasar adalah telentang
- Pelvic Tilting
Untuk menguatkan otot gluteus maksimus dan mencegah hiperlordosis lumbal
Teknik : menekankan punggung pada alas sambil menegangkan otot perut dan
kedua otot gluteus maksimus . Pertahankan selama 5-10 hitungan.
- Lutut ke dada
Untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan spasme
Teknik : tarik lutut ke dada bergantian semaksimal mungkin tanpa menimbulkan
rasa sakit, dipertahankan 5-10 detik, lakukan juga dengan kedua lutut.
- Meregangkan tubuh bagian lateral
Untuk meregangkan otot lateral tubuh yang tegang
19
Teknik ; dengan tangan di bawah kepala dan siku menempel pada alas, paha
kanan disilangkan ke paha kiri kemudian tarik kesamping kanan dan kiri sejauh
mungkin, lakukan juga dengan menyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
- Straight Leg Raising
Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring dan gluteus
Teknik : satu lutut kanan di tekuk, kaki kiri di naikkan ke atas tanpa bantuan
lengan dan tangan , dipertahankan 5-10 detik, ulangi sebaliknya
- Sit Up
Untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah
Teknik : pelan-pelan menaikkan kepala dan leher sehingga dagu menyentuh dada,
diteruskan dengan mengangkat punggung
bagian sampai kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan
punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar.
- Hidung ke lutut
Untuk memperkuat otot perut dan meregangkan otot iliopsoas
Teknik : dengan posisi menekuk , lutut secara bergantian ditarik sampai ke
hidung, pertahankan 5-10 detik, lakukan pada lutut satunya.
- Gerakan gunting
Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring, punggung, gluteus dan
abdomen
Teknik : kedua tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke atas, kemudian
kedua kaki disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian, lakukan 10
kali, kemudian ke samping kanan dan samping kiri
- Hiperestensi sendi paha
20
Untuk menguatkan otot gluteus dan punggung bawah serta meregangkan otot
fleksor paha
Teknik ; dengan posisi tengkurap, tungkai ditarik ke atas , ulangi pada kaki
sebelahnya.
8. PROGNOSIS
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan
motoris biasanya lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut,
pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien
sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6
minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat
lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri
pinggang bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan
tanpa iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan
pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik
dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak
berbeda secara signifikan.
Alasan penanganan non operatif didukung oleh penelitian secara klinis dan otopsi
yang memperlihatkan protrusi dan ekstrusi dari material diskus dapat diabsorbsi
dikemudian hari. Dimana 90% dari pasien yang sudah diagnosis definitif herniasi diskus
lumbal dan radikulopati, adanya kriteria jelas untuk operasi, berhasil ditangani dengan
cara rehabilitasi secara agresif dan medikamentosa
21
9. KESIMPULAN
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tualng punggung bagian
bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia
dalam hidupnya pernah mengalami LBP.
Banyak klasifikasi nyeri pinggang ditemukan, masing masing mempunyai kelemahan ada
yang berdasarkan anatomis ( nyeri pinggang primer, sekunder, referral dan psikosomatik), ada
yang berdasarkan sumbar rasa nyeri (viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spindelogenik, dan
psikogenik), penyebab nyeri pinggang sangat bervariasi, ada yang ringan (sikap tubuh yang
salah) sampai ada yang serius (keganasan).
Evaluasi nyeri pinggang membutuhkan pendekatan kritis dan sisitematik, yang harus
disesuaikan dengan keluhan si penderita.
Dengan pola latihan yang benar, bertahap dan teratur, keluhan LBP akan berkurang dan
tidak tergantung dengan pemberian obat. Selain itu dengan pola hidup yang sehat, tidak
menggunakan hak yang tinggi, tidak tidur di atas kasur dengan per, akan membantu mengurangi
keluhan LBP
22
LAMPIRAN
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli
HA. Perdossi, 2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;
354:581-5.
3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004)
Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .
4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit pinggang. In:
Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75
5. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema Muskuloskeletal, FKUGM,
Yogyakarta, hal : 1-32.
6. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston Jr DC, Texbook
of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, Fifteenth Edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia, 1997, pp. 1398-1400.
7. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson LM,
Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,
Jakarta, 1994, hal 1175-80.
8. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996, hal
523,638,1119.
9. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
10. Yatim, Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
11. Jackson. 2004. Calcium plus Vitamin D Supplementation and the Risk of Fractures.NEJM.
12. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta
EGC.
25
Rasjad, C.2007. Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone.
Sudoyono, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
26
top related