rps - ruptur perineum

Post on 15-Jan-2016

165 Views

Category:

Documents

20 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

RPS - Ruptur Perineum

TRANSCRIPT

Ruptur PerineumLucky Resa Santoso

121 0211 036

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Perineum

• Daerah antara komissura posterior dengan anus (antara vagina dan rektum) 3-4 cm

• Dibentuk oleh:

M.Bulbokavernosa, M.Tranversa Perinei, M Puborektal , Sfingter ani eksterna

Anatomi Perineum

Anatomi Perineum

Anatomi Spingter Ani

Identifikasi robekan sfingter ani

• SAE /sfingter ani eksterna menyerupai sebuah pita otot rangka dengan serat berkapsul

• SAI /Sfingter ani interna agak mengkilap,putih,struktur serat antara mukosa rektum dan sfingter ani eksterna

Definisi Ruptur perineum adalah suatu kondisi

robeknya perineum yang terjadi pada persalinan pervaginam.

Epidemiologi

Diperkirakan lebih dari 85% wanita yang melahirkan pervaginam mengalami ruptur perineum spontan, yang 60% - 70% di antaranya membutuhkan penjahitan .

Epidemiologi

Etiologi

1. Kepala janin terlalu cepat lahir 2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana

mestinya 3. Sebelumnya pada perineum terdapat

banyak jaringan parut 4. Pada persalinan dengan distosia bahu

Faktor Risiko

• Make Effective Presentations• Using Awesome Backgrounds• Engage your Audience• Capture Audience Attention

Derajat Ruptur PerineumDerajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum .

Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak melibatkan kerusakan otot sfingter ani.

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan pembagian sebagai berikut: III. a. Robekan < 50% sfingter ani eksterna III. b. Robekan > 50% sfingter ani ekterna III. c. Robekan juga meliputi sfingter ani interna

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum

Ruptur Perineum TK II Ruptur Perineum TK IV

Diagnosis

Anamnesis• Perdarahan pervaginam

dengan riwayat partus sebelumnya

Pemeriksaan Fisik• Robekan pada perineum,• Perdarahan yang bersifat

arterial atau yang bersifat merembes,

• Pemeriksaan RT, untuk menilai derajat robekan perineum

Px. Penunjang• Status Hemodinamik

Manajemen Ruptur

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

•Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.

•Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).

• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan untuk meratakannya.

• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.

Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis obstetric dan ginekologi.

Manajemen Umum Ruptur Perineum

• Perbaikan dilakukan hanya pada robekan tingkat II, III, dan IV.

Manajemen Ruptur Derajat II

• Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis.

↓• Suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5% di

bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum, dan pada otot-otot perineum.

↓• Masukkan jarum sepuit pada ujung atau

pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.

Manajemen Ruptur Derajat II lanj.

• Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep. Jika pasien masih merasakan, tunggu 2 menit kemudian lalu ulangi tes.

↓Jahitan Mukosa

• Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0 mulai dari 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada batas vagina.

Manajemen Ruptur Derajat II lanj.

Jahitan Otot

• Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujur dengan benang 2-0.

• Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

• Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di antaranya.

Penjahitan m transversa perinei dan bulbocavernosa

Manajemen Ruptur Derajat II lanj.

Jahitan Kulit• Carilah lapisan subkutikuler persis di

bawah lapisan kulit • Lanjutkan dengan jahitan ubkutikuler

kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina

• Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm.

• Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur, dan pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.

Sfingterloplasti/Penyambungan sfingter ani eksterna

End to end

Overlapping

Manajemen Ruptur Derajat III.

Pemeriksaan rektovaginal harus dilakukan pascareparasi spingter ani

Manajemen Ruptur Derajat III dan IV.

Penatalaksanaan Farmakologi

• Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat).

Komplikasi Ruptur Perineum• Infeksi• Defek spingter ani• Fistula rektovaginal• Hematoma vulva• Disparenia• Inkontinensia urine• Inkontinensia alvi/fekal

Infeksi

Hematoma vulva

Konseling dan Edukasi• Memberikan informasi kepada pasien cara menjaga

kebersihan daerah vagina dan sekitarnya setelah dilakukannya penjahitan di daerah perineum, yaitu antara lain: a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.

b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya.

c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari.

d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.

Pencegahan

• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.

• Episiotomi dilakukan atas indikasi dan direkomendasikan teknik medio lateral

• Mengurangi penggunaan alat

forseps/ekstraksi cunam, vakum

Episiotomi

Episiotomi, dengan indikasi:Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum)Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)Adanya perut yang menghambat proses pengeluaran bayi

Referensi• Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

• IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer . Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia

• Dr Pribakti B,SpOG(K). 2012. Ruptur Perineum. FK Unlam/RSUD Ulin Banjarmasin

• terimakasih

Pencegahan Ruptur Perineum (2)Harus mengenali faktor resiko

• Berat badan bayi lebih 4 kg (2%)• Posisi oksipito posterior menetap (3%)• Nullipara (4%)• Induksi Persalinan (2%)• Analgesia epidural (2%)• Kala dua lebih 1 jam (4%)• Distosia bahu (4%)• Episiotomi mediana (3%)• Ektraksi cunam/forseps (7%)

Langkah Penjahitan (1)• Bagian apeks vagina yang laserasi diindentifikasi• Buat jahitan jangkar 1 cm diatas apeks vagina yang

laserasi• Jahit mukosa vagina dan fascia rektovagina

dibawahnya jelujur interlocking sampai cincin hymen

Langkah penjahitan (2)• Bila apeks vagina terlalu jauh untuk dilihat , dapat

membuat jahitan pada daerah yang paling dapat dilihat

• Dengan tarikan jahitan maka akan dapat dilihat apeks vagina yang laserasi

• Penjahitan harus mengikutsertakan fascia rektovagina

Langkah penjahitan (3)• Otot perineum (transversa perinei dan

bulbocavernosa) yang laserasi diindentifikasi • Bila terputus didekatkan dengan jahitan satu atau

dua dengan jahitan interupted dengan benang 3-0• Penjahitan dilanjutkan secara subkutikuler dangan

cara interupted transkutaneus dengan benang 4-0

Anatomi Sfingter Ani

Sfingter Ani Interna/SAI • SAI bertanggung jawab pada tonus otot anus istirahat yang sangat penting pada proses Inkontinensia Alvi

• SAI terbentuk dari otot polos yang merupakan lanjutan dari otot polos kolon

Penjahitan Spingter Ani• Otot sfingter ani dijahit dengan PDS atau PGA 3/0. SAI harus

diidentifikasi dan jika robek harus dijahit terpisah dengan SAE. SAI dijahit dengan cara interupted atau matras.

• Ujung-ujung SAE harus diidentifikasi dan dipegang dengan Allis forceps, kemudian dibebaskan dari lemak ischioanal sehingga mudah dimobilisasi.

Identifikasi spingter ani

Mukosa anus diperbaiki dengan jahitan interrupted menggunakan PGA 3/0 dengan simpul pada lumen anus

top related