review rencana strategis bppp 2015-2019 ta...
Post on 09-Nov-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 i
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 ii
KATA PENGANTAR
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-
DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan yang
ditetapkan pada 5 Februari 2016, maka terdapat perubahan nomenklatur pada unit kerja di
lingkungan Kementerian Perdagangan. Salah satu perubahan tersebut terdapat pada BPPP
yang semula Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP)
menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP). Walaupun terjadi
perubahan, peran BPPP terhadap penyusunan kebijakan perdagangan nasional masih tetap
konsisten, yaitu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat langsung dimanfaatkan
oleh para stakeholders.
Agar dapat menjalankan peran tersebut dengan optimal, maka BPPP perlu
menyelaraskan kembali tugas pokok dan fungsi setiap unit di lingkungan BPPP serta
penyesuaian target kinerja dan rumusan indikator kinerja yang telah disusun sesuai dengan
nomenklatur baru pada Rencana Strategis (Renstra) BPPP 2015-2019. Diharapkan
sinkronisasi dan penyesuaian yang dituangkan dalam Review Rencana Strategis BPPP 2015-
2019 Tahun 2017 ini dapat semakin meningkatkan kualitas proses dan hasil pengkajian dan
pengembangan yang dihasilkan oleh BPPP.
Namun demikian, dokumen ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena itu akan
terus disempurnakan ke depan. Semoga hasil review ini dapat bermanfaat bagi yang
berkepentingan, khususnya untuk menciptakan kebijakan perdagangan yang berkualitas
bagi pembangunan perdagangan nasional.
Jakarta, Desember 2017
Kepala Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan
Kasan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…… ......................................................................................................... 1
1.1 Kondisi Umum ......................................................................................................................... 1
1.2 Potensi dan Permasalahan .............................................................................................. 70
1.2.1. Potensi ....................................................................................................................... 70
1.2.2. Permasalahan .......................................................................................................... 74
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BPPP .................................................................................... 86
2.1 Visi ............................................................................................................................................. 87
2.2 Misi ............................................................................................................................................ 88
2.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 88
2.4 Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan ........ 88
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN ............................................................................................................. 91
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan ................................... 93
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPP ............................................................................... 94
3.3 Kerangka Regulasi ............................................................................................................... 98
3.4 Kerangka Kelembagaan .................................................................................................... 99
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................... 110
4.1. Target Kinerja ................................................................................................................... 110
4.2. Kerangka Pendanaan ..................................................................................................... 112
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 114
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Perdagangan Tahun
2015 - 2019
Gambar 2 : Keterkaitan antara Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan, Misi,
Tujuan dan Sasaran BPPP Tahun 2015 - 2019
Gambar 3 : Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator BPPP Tahun 2015 –
2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Matrik Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
2015 - 2019
Lampiran 2 : Matriks Rencana Pendanaan Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan 2015 - 2019
Lampiran 3 : Matriks Indikator Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan 2015-2019
Lampiran 4 : Daftar Kajian Bidang Perdagangan Tahun 2010 - 2014
Lampiran 5 : Daftar Kajian Bidang Perdagangan Tahun 2015 - 2016
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
Selama kurun waktu Pemerintahan Presiden Joko Widodo, sektor perdagangan
semakin menunjukkan perannya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagaimana ditunjukkan oleh peran ekspor yang semakin meningkat terhadap
pertumbuhan PDB Nasional. Pada bulan Desember tahun 2016 neraca perdagangan
Indonesia mencetak rekor terbesar sepanjang dua tahun terakhir, yaitu mengalami
surplus USD 9,53 miliar, terdiri dari surplus non-migas sebesar USD 15,16 miliar,
sedangkan neraca migas masih mengalami defisit sebesar USD -5,6 miliar. Bahkan,
selama periode Januari – September 2017, BPS mencatat nilai ekspor nasional sebesar
US$ 123,357 miliar atau lebih tinggi dari impor yang mencapai US$ 112,486 miliar.
Sehingga pada periode tersebut, neraca perdagangan telah mengalami surplus sebesar
10,87 muliar USD atau mengalami peningkatan hampir 70 persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2016.
Tahun 2017, kondisi ekonomi makro relatif stabil dengan belanja pemerintah yang
juga menunjukkan kinerja cukup baik. Kementerian Keuangan mencatat pertumbuhan
ekonomi hingga akhir semester pertama 2017 mencapai 5,01 persen dan berpotensi
meningkat apabila sektor manufaktur mampu tumbuh di atas 5 persen. Tingkat inflasi
cenderung terus membaik. Tercatat dalam tiga tahun ini, laju inflasi menurun dari 4,49
persen secara year-on-year (yoy) pada September 2014 menjadi 3,72 persen pada
September tahun 2017 ini. Secara konsisten, pemerintah berhasil menjaga angka inflasi
di angka 4 persen.
Realisasi pendapatan per kapita per tahun juga menujukan tren yang konsisten
membaik. Dari data pemerintah, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada
2014 sebesar Rp 41,92 juta per kapita per tahun kemudian naik menjadi Rp 47,96 juta
per kapita per tahun pada 2016. Angka kemiskinan, juga secara konsisten bergerak
turun hingga saat ini dari 10,96 persen menjadi 10,64 persen pada Maret 2017. Namun,
indikator tingkat pengangguran belum stabil. Namun demikian, tingkat pengangguran
turun terus sampai dengan Februari 2017 yang sudah berada di angka 5,33 persen.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 2
Gini ratio juga konsisten turun terus dari September 2014 masih 0,408 menjadi
0,393 pada periode Maret 2017. Disisi lain selama masa kepemimpinan Presiden Jokowi,
realisasi pertumbuhan investasi mencapai 46 persen. Dalam kurun waktu tersebut,
pemerintah telah berhasil merealisasikan investasi dari penanaman modal asing (PMA)
dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) periode 2015 hingga semester pertama
tahun ini sejumlah Rp 1.494,9 triliun. Total realisasi investasi tersebut telah menyerap
3,37 juta tenaga kerja dengan jumlah proyek mencapai 75.801 proyek.
Dengan memperhatikan kondisi ekonomi makro tersebut, maka pada tahun-tahun
mendatang diperlukan kebijakan perekonomian yang komprehensif dan mendukung
pertumbuhan berbagai sektor, khususnya sektor penghasil devisa negara, termasuk
sektor perdagangan.
Di sisi perdagangan dalam negeri, Kementerian Perdagangan berperan penting
dalam menjaga stabilisasi harga bahan pangan dan barang penting lainnya. Untuk
menjaga masyarakat dari serbuan barang-barang lokal maupun impor yang dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan konsumen, Kementerian Perdagangan secara
simultan mengadakan kegiatan pengawasan barang beredar dan pendidikan konsumen
hingga tingkat nasional.
Sebagai salah satu regulator pada sektor perdagangan, Kementerian Perdagangan
sangat memahami bahwa sarana distribusi memegang peran vital dalam menstabilkan
harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung stabilisasi harga
tersebut, Kementerian Perdagangan mencanangkan kebijakan revitalisasi pasar
tradisional dan pusat distribusi. Lebih dari 1000 pasar telah dibangun melalui dana
dekonsentrasi yang selama ini digelontorkan ke seluruh provinsi di Indonesia,
disamping gudang-gudang pendukung implementasi sistem resi gudang.
Dinamika perdagangan internasional yang diwarnai dengan munculnya berbagai
kesepakatan perdagangan baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral
direspon oleh Kementerian Perdagangan maupun pemerintah Indonesia secara umum
secara cukup baik. Sebagai contoh, Kementerian Perdagangan mengambil bagian
penting dari Paket Bali yang disetujui pada Konferensi Tingkat Menteri WTO pada bulan
Desember 2013 lalu yang dinilai oleh dunia internasional telah membawa kerja sama
multilateral ke tingkatan baru.
Di tingkat regional seperti telah diketahui bersama implementasi Masyarakat
Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 telah berada
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 3
di ambang pintu. Untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia, baik umum maupun
pelaku usaha, Kementerian Perdagangan dengan aktif melakukan edukasi dan sosialisasi
terhadap dampak pelaksanaan AEC dan potensi manfaat yang didapat oleh bangsa
Indonesia apabila mampu memanfaatkan kerja sama tersebut.
Sedangkan di tingkat bilateral, Indonesia juga menghadapi persaingan dari
negara-negara lain untuk menghasilkan kerjasama perdagangan yang menguntungkan
demi meningkatkan kinerja perdagangan dan menggerakkan ekonomi nasional. Agar
setiap perjanjian internasional yang dimasuki oleh Indonesia dapat membawa hasil yang
positif, Kementerian Perdagangan berupaya untuk selalu melakukan feasibility study
dengan hati-hati terkait posisi runding Indonesia dengan negara calon mitra dagang.
Berbagai dialog melibatkan unsur-unsur pemerintah, kalangan akademisi, maupun
pelaku usaha di berbagai sektor gencar dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.
Berbagai kerja sama yang tengah berjalan juga di evaluasi untuk memastikan bahwa
Indonesia tidak dirugikan akibat kesepakatan yang ada, disamping memaksimalkan
potensi yang ada. Bahkan terkait hal ini, target Presiden untuk segera merampungkan
proses perundingan bilateral dengan setidaknya 22 negara prioritas harus segera di
tindaklanjuti. Di dalam Kementerian Perdagangan, BPPP bertindak sebagai Dewan Pakar
dalam tim percepatan perundingan internasional. Berbagai forum diskusi yang
melibatkan beragam akademisi dilakukan dalam rangka melaksanakan peran tersebut.
Penghujung periode rencana pembangunan jangka menengah ke-2 ini juga
menjadi tonggak bersejarah bagi Kementerian Perdagangan dengan disahkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Terbitnya kebijakan ini
semakin membuka jalan bagi Kementerian Perdagangan untuk lebih jauh berperan
dalam pembangunan ekonomi bangsa melalui sektor perdagangan. Kebijakan yang
ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 7 Desember 2014 ini
mengatur secara menyeluruh peran Kementerian Perdagangan dan instansi pemerintah
terkait lainnya dalam mengelola sektor perdagangan.
Namun demikian, masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang menanti Kementerian
Perdagangan dalam mewujudkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama daya
saing dan kemakmuran bangsa. Berbagai evaluasi capaian kinerja telah dilakukan oleh
Kementerian Perdagangan dengan tujuan menginventarisasi kembali berbagai target
periode 2010-2014 yang belum terpenuhi atau pun yang belum dicapai secara maksimal
untuk dapat disempurnakan atau diwujudkan pada periode berikutnya. Hasil evaluasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 4
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan Renstra Kementerian
Perdagangan periode 2015-2019. Dokumen tersebut selanjutnya juga menjadi acuan
bagi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam menyusun
Rencana Strategis di tingkat eselon I.
Sejalan dengan proses reformasi birokrasi yang berjalan dan tuntutan terhadap
kebijakan publik di sektor perdagangan yang berkualitas (sound trade policy),
diperlukan lembaga litbang/think tank di lingkungan Kementerian Perdagangan yang
kompeten. Untuk itu, pada tahun 2010 Badan Litbang Perdagangan berubah menjadi
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan atau disingkat BP2KP.
Perubahan nomenklatur ini sekaligus mengamanatkan peran yang lebih strategis dan
mendalam bagi BP2KP untuk mendukung Kementerian Perdagangan dalam
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang holistik, antisipatif, responsif, artikulatif, dan
solutif. Pada tahun 2016 sejalan dengan berlanjutnya penataan kembali organisasi dan
tata kerja Kementerian Perdagangan, BP2KP berubah menjadi Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan atau disingkat BPPP sesuai dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016. Perubahan ini bertujuan agar BPPP
dapat lebih fokus untuk menghasilkan outcome berupa rekomendasi kebijakan.
Sebagai satu-satunya unit kelitbangan internal (internal think tank), dukungan
BPPP terhadap Kementerian Perdagangan diwujudkan lewat berbagai rekomendasi
kebijakan yang disusun melalui kajian maupun policy discussion baik di subsektor
perdagangan dalam negeri, luar negeri, dan kerja sama perdagangan internasional.
Disamping dukungan kajian, dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil
pengkajian BPPP juga mengadakan berbagai kegiatan public outreach diantaranya yaitu
diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional dan call
for paper, berbagai Policy Dialogue Series serta penerbitan publikasi ilmiah dan populer
BPPP. Diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan dilaksanakan di Jakarta
dan beberapa kota besar di daerah. Kegiatan ini diikuti oleh para pemangku kebijakan,
pelaku usaha serta akademisi dan masyarakat umum lainnya.
Adapun capaian utama BPPP selama periode 2010-2016 adalah sebagai berikut:
a. Hasil pengkajian kebijakan perdagangan
Kegiatan pengkajian kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh BPPP utamanya
bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi unit-unit teknis di lingkungan
Kementerian Perdagangan dalam penyusunan kebijakan. Oleh karena itu, seiring
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 5
dengan permintaan dan kebutuhan akan kajian untuk mendukung penyusunan
kebijakan perdagangan selama periode 2010-2017 terdapat tren kenaikan jumlah
kajian yang dihasilkan oleh BPPP, terlepas dari dinamika pagu yang didapat BPPP
setiap tahunnya yang cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan tren
kenaikan target otuputnya. Sebagai contoh, pada tahun 2010 terdapat total 12 kajian
jangka panjang yang dihasilkan oleh BPPP. Kondisi ini dapat dijelaskan mengingat
pada tahun 2010, BPPP masih menggunakan sistem lama, yaitu hanya melakukan
kajian jangka panjang yang berdurasi 10-12 bulan sehingga output yang dihasilkan
biasanya banyak digunakan sebagai referensi bagi kebijakan strategis dan berdurasi
jangka panjang.
Namun berdasarkan permintaan dan tuntutan para stakeholder agar kajian yang
dihasilkan BPPP dapat dimanfaatkan secara cepat, khususnya untuk menangani isu-
isu kebijakan terkini (current issues), maka mulai tahun 2011 BPPP mulai
menerapkan sistem baru. Pada sistem ini, kajian di BPPP digolongkan menjadi 2 jenis,
yaitu kajian jangka panjang dan kajian jangka pendek dengan penekanan output pada
kajian jangka pendek atau yang lebih dikenal sebagai analisis. Pemberlakuan sistem
ini membuat output hasil kajian BPPP melonjak menjadi 46 buah kajian, baik panjang
maupun pendek pada tahun 2011 melebihi target rencana kinerja sebesar 30 laporan
kajian. Tahun berikutnya yaitu 2012 output kajian BPPP kembali mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dengan 67 laporan kajian, melampaui target
sebesar 37 kajian. Disamping itu pada tahun yang sama BPPP mengeluarkan 41
rekomendasi kebijakan bagi Kementerian Perdagangan. Jumlah kajian terus
bertambah dimana pada tahun 2013 dihasilkan kajian 110 hasil kajian dengan 41
diantaranya digunakan sebagai rekomendasi kebijakan. Sedangkan pada tahun 2014,
BPPP menghasilkan 62 kajian dan 12 rekomendasi kebijakan. Pada tahun 2015, BPPP
menghasilkan 62 kajian yang terdiri dari 9 kajian jangka panjang dan 53 analisis
jangka pendek yang keseluruhan hasil rekomendasi kebijakannya telah disampaikan
ke para stakeholder terkait.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa peran kajian semakin penting
dalam penyusunan kebijakan di Kementerian Perdagangan (research-based policy).
Pada tahun 2017, setidaknya 63 kajian dan analisis ditargetkan untuk dapat seselai
pada akhir tahun 2017. Sementara itu, untuk 2018 direncanakan BPPP akan
menghasilkan setidaknya 67 kajian dan analisis. Selama tahun 2016, setidaknya BPPP
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 6
berhasil menghasilkan 88 (delapan puluh delapan) laporan kajian dan analisis,
sebagai berikut:
1. Kebijakan Peranan Indirect Ekspor di Indonesia
2. Perbaikan Mekanisme Pengkajian Non-Tariff Measures (NTM)
3. Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dengan Bahrain dan Oman
4. Analisis Penentuan Produk Impor Indonesia dari Perancis yang dapat dikenakan
Retaliasi
5. Analisis Rencana Tindakan Reciprocal Terhadap Produk Impor dari Korea
Selatan,
6. Penerapan Skema Imbal Dagang dalam Rangka Pengadaan Alat Pertanahan dan
Keamanan (alpahankam)
7. Analisis Izin Ekspor Khusus Produk Samping yang Dihasilkan dari Aktivitas
Pendalaman Alur Pelayaran,
8. Analisis Usulan Penambahan Pelabuhan Merak, Ciwandan, dan Cigading sebagai
Pintu Masuk Impor Produk Tertentu
9. Analisis Impor Produk Minuman Beralkohol Melalui Pelabuhan Tertentu,
10. Analisis Kebijakan Peningkatan dan Penyerapan Karet Alam dan Pengembangan
Ekspor Produk Karet,
11. Analisis Keunggulan Komparatif Produk Ekspor Indonesia ke Belanda,
12. Kajian Strategis Pengembangan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Ekspor dan
Produk yang Memiliki Potensi Ekspor,
13. Analisis Usulan Pemberian Izin Khusus Impor Jeruk Kino Asal Pakistan Diluar
Masa yang Ditentukan,
14. Analisis Permintaan Peningkatan Tarif Bea Masuk MFN atas Impor Alumunium
Steel & Foil serta Cold Rolled Stainless Steel,
15. Analisis Pemetaan Produk Ekspor Indonesia ke RRT,
16. Kajian Peran Kebijakan Impor dalam Rangka Mendukung Industri Manufaktur,
17. Usulan Pengeluaran Biji Kakao dari Daftar Komoditi yang Diawasi
Impor/Pemasukkannya dalam Permentan No.04/Permentan/PP.340/2/2015,
18. Kajian Pengembangan Trading House Dalam Rangka Peningkatan Ekspor Non
Migas,
19. Potensi Perdagangan Indonesia-Slovenia,
20. Analisis Pengembangan Pasar Ekspor Alat Kesehatan,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 7
21. Analisis Rencana Delisting Karaginan dari Daftar Bahan Pangan Organik Oleh
Amerika Serikat,
22. Analisis Ekspor Produk Susu dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke Indonesia,
23. Kajian Potensi Kerugian Indonesia dalam Praktek Circumvention oleh Negara
Mitra Dagang,
24. Pengaruh Pemberlakuan Aturan Positive List System (PLS) Kandungan Peptisida
oleh Korea Selatan terhadap Potensi Ekspor Buah Tropis dan Kacang-kacangan
Indonesia,
25. Analisis Evaluasi Permendag No.35/M-Dag/Per/11/2011 tentang Ketentuan
Ekspor Rotan dan Produk Rotan,
26. Analisis Perkembangan Kinerja Industri dan Perdagangan Lada Indonesia,
27. Analisis Pengembangan Industri Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara,
28. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Fiji,
29. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Spanyol,
30. Analisis Tuduhan Tindakan Anti Dumping/Countervailing Duties (AD/CVD) di
Pasar Amerika Serikat Terhadap Beberapa Produk Ekspor Indonesia,
31. Perkembangan Kinerja Produksi dan Perdagangan Semen,
32. Pengaruh Diakuinya Mata Uang Renmimbi (Yuan) dalam SDR IMF Terhadap
Kinerja Perdagangan Nonmigas Indonesia –RRT,
33. Analisis Potensi dan Posisi Ekspor TPT Indonesia ke Pasar Utama Indonesia,
34. Peranan Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) dalam Implementasi Sistem resi Gudang
(SRG),
35. Analisis Harga Pangan Pokok Pasca Penurunan Harga Bensin Premium dan Solar
Bersubsidi,
36. Forum Diskusi Peran Jasa Perantara dalam Meningkatkan Ekspor Produk UMKM,
37. Pemetaan Kebutuhan Konsumen Dalam Rangka Perlindungan Konsumen,
38. Forum Diskusi Deregulasi dan Debirokraisasi Kebijakan Perdagangan,
39. Analisis Harga Pangan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran,
40. Analisis Rantai Pasok Jagung Sebagai Bahan Baku Pangan Ternak,
41. Harga Patokan Petani (HPP) Gula Tahun 2016,
42. Analisis Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan
(LKTP) oleh Pelaku Usaha Kepada Kementerian Perdagangan,
43. Potensi Kenaikan Harga Kedelai,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 8
44. Tanggapan Usulan Pelaku Usaha Terhadap Permendag No. 22/M-
DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang,
45. Analisis Optimalisasi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia,
46. Efektivitas Operasi Pasar Bawang Merah,
47. Analisis Tata Niaga Beras,
48. Efektivitas Operasi Pasar Beras di DKI Jakarta,
49. Konsep Upaya Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok,
50. Policy Dialogue Series Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya
Peningkatan Keberdayaan Konsumen,
51. Upaya Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Gula Kristal Putih (GKP),
52. Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya Peningkatan Keberdayaan
Konsumen,
53. Analisis Penerapan Harga Dasar (Floor Price) dan Harga Atap (Ceiling Price),
54. Kemungkinan Penerapan Sistem Beli Putus Dalam Tataniaga Gula Kristal Putih,
55. Perhitungan Neraca Daging Sapi Tahun 2016,
56. Perhitungan Neraca Sapi Semester Daging 1 Tahun 2017,
57. Penurunan Ekspor Beras Vietnam Tahun 2016,
58. Laporan Kunjungan ke PT Gunung Madu Plantation, Provinsi Lampung,
59. Harga Susu Sapi Segar di Tingkat Peternak,
60. Masukan Atas Permohonan Gubernur Lampung,
61. Rapat Antara Bupati Fak-Fak Dengan BPPP Mengenai Komoditi Pala,
62. Policy Dialogue Series Peran Pusat Logistik Berikat (PLB) Dalam Mendukung
Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Nasional,
63. Usulan Posisi Runding Dalam Perdagangan Barang Pada Perundingan Indonesia
– Australia CEPA,
64. Pemanfaatan AANZ FTA dan IA CEPA Untuk Meningkatkan Ekspor Produk
Otomotif Indonesia ke Australia,
65. Manfaat Implementasi Preferential Trade Agreement the Developing Eigth (PTA
D8) Bagi Indonesia,
66. Manfaat Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)
dan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) Bagi Ekonomi
Makro dan Sektoral Indonesia,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 9
67. Pemanfaatan Kerjasama Strategis Maritime Silk Road Tiongkok Untuk
Mengurangi Biaya Angkutan Laut Ekspor Indonesia ke Dunia,
68. Kebijakan Kesenjangan (Gap) Aturan E-Commerce Indonesia dengan Trans
Pacific Partnership (TPP),
69. Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang Indonesia-Turki,
70. Evaluasi Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) dan Potensi
Perluasan Cakupan Produk,
71. Pemanfaatan Suez Canal Special Economic Zone (SCZone) Untuk Peningkatan
Ekspor Indonesia ke Afrika, Timur Tengah dan Eropa,
72. Posisi Runding Perdagangan Jasa dalam Rangka Indonesia – European Union
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),
73. Kebijakan Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang dalam Skema
ASEAN-European Union (EU) FTA,
74. Peningkatan Liberalisasi Sektor Jasa Indonesia dalm Rangka Memenuhi ASEAN
Framework Agreement on Service (AFAS),
75. Dampak Canada-Ukraina Free Trade Agreement (CUFTA),
76. Usulan Posisi Runding Perdagangan Barang Dalam Rangka Indonesia-European
Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),
77. Analisis Kinerja Perdagangan Luar Negeri sebanyak 12 Laporan yang dihasilkan
setiap bulan selama 12 bulan.
Sejalan dengan hal tersebut, beberapa rekomendasi yang disampaikan ke
stakeholders selama kurun waktu tahun anggaran 2016 yang diproduksi oleh BPPP
sebagai berikut:
1. Kebijakan Peranan Indirect Ekspor di Indonesia, disampaikan kepada jajaran
pimpinan Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas
No.03/BPPP/ND/01/2016 tanggal 8 Januari 2016 dengan rekomendasi sebagai
berikut: (1) Pemerintah perlu memberi informasi jelas kepada pelaku ekspor
mengenai mekanisme ekspor langsung atau ekspor tidak langsung; (2)
Pemerintah tidak perlu mendorong pelaku ekspor yang sudah selama ini
membina kegiatan ekspor secara indirect untuk menjadi secara direct, karena
banyak pertimbangan yang kemungkinan sulit untuk diubah dalam prosesnya;
(3) Perubahan kegiatan ekspor tidak langsung menjadi langsung memerlukan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 10
waktu dan biaya yang cukup banyak, sehingga peran pemerintah lebih kepada
mendorong peningkatan nilai tambah dari ekspor bagi perekonomian; (4)
Desiminasi informasi mengenai pilihan-pilihan negara singgah dan untung-
ruginya dapat membantu pelaku ekspor untuk meningkatkan daya saing di
negara tujuan akhir; (5) Peningkatan efektifitas peranan atase dan ITPC dalam
memberikan informasi pasar ekspor.
2. Perbaikan Mekanisme Pengkajian Non-Tariff Measures (NTM), disampaikan
kepada jajaran pimpinan Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas
No.11/BPPP/ND/02/2016 tanggal 15 Februari 2016. Berdasarkan data ERIA
dan UNCTAD, selama 2000-2015 jumlah NTM di ASEAN meningkat dari 1576
NTM menjadi 5738 NTM di tahun 2015. Penerapan NTM sangat berpengaruh
terhadap volume perdagangan. NTM mempengaruhi daya saing dan diversifikasi
perdagangan terutama pada biaya pemenuhan prosedur birokrasi, dan
mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan meningkatnya harga pangan pokok.
Untuk itu, perlu menjaga konsistensi NTM sebagai instrumen pengamanan
perdagangan dengan cara fokus pada rasionalisasi NTM di 3 area : 1. Before the
border (peningkatan akses pasar, reformasi kebijakan perdagangan, dan
liberalisasi tarif); 2. At the border (harmonisasi dan penyederhanaan prosedur
dan peraturan, serta reformasi institusi); dan 3.Behind the border (iklim
investasi, peningkatan perdagangan dan pembangunan infrastruktur,serta
penanganan hambatan dari sisi supply).
3. Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dengan Bahrain dan
Oman, disampaikan kepada Direktur Kerjasama Bilateral melalui Nota Dinas
No.116/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 3 Maret 2016. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia- Bahrain dan
Oman antara lain: (1) meningkatkan diplomasi dagang agar pembelian migas
dari Bahrain dan Oman dapat menggunakan skema imbal beli; (2)
Mengoptimalkan diplomasi dalam rangka meningkatkan akses pasar baru bagi
produk ekspor Indonesia; (3) Meningkatkan kerjasama investasi Indonesia –
Bahrain & Oman; dan (4) Mengembangkan kerjasama sektor jasa terutama
bidang pariwisata.
4. Analisis Penentuan Produk Impor Indonesia dari Perancis yang dapat
dikenakan Retaliasi, disampaikan kepada Direktur Pengamanan Perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 11
melalui Nota Dinas No.169/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 28 Maret 2016.
Tindakan retaliasi Indonesia terhadap Perancis sebagai respon atas penerapan
kenaikan pajak atas minyak sawit di negara tersebut. Hasil analisis penentuan
produk impor yang diusulkan untuk dikenakan retaliasi: (1) Besarnya nilai
impor Indonesia dari Perancis yang diretaliasi harus sepadan (ekuivalen) dengan
nilai ekspor produk Indonesia yang terkena tindakan diskriminatif oleh Perancis,
yaitu palm oil, palm kernel oil, dan coconut oil; (2) Produk impor yang akan
dikenakan retaliasi dipilih berdasarkan ranking tertinggi atas hasil perhitungan
indeks komposit; (3) Berdasarkan hasil perhitungan, yang memiliki ranking
tertinggi yaitu: Preparat kecantikan atau rias dan preparat untuk perawatan kulit
(HS 3304.99); Makanan anjing atau kucing, disiapkan untuk penjualan eceran
(HS 2309.10); Tas tangan, dengan tali bahu maupun tidak (HS 4202.21); Olahan
dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan (HS 2309.90); Glukosa dan
sirop glukosa (HS 1702.30); serta Susu dan kepala susu tidak mengandung gula
tambahan (HS 0402.21 dan 0402.10).
5. Analisis Rencana Tindakan Reciprocal Terhadap Produk Impor dari Korea
Selatan, disampaikan kepada Direktur Pengamanan Perdagangan melalui Nota
Dinas N0.179/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 30 Maret 2016 dengan rekomendasi:
(1) Tindakan reciprocal sebaiknya tidak dikenakan kepada importir, namun
dikenakan kepada eksportir/supplier asal Korsel sehingga tidak
mendiskriminasi pembeli domestik (importir). Apabila tetap terpilih importir
sebagai objek yang dikenakan tindakan reciprocal, maka harus dipastikan bahwa
importir tersebut merupakan perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh
pengusaha/perusahaan Korsel; (2) Perlu dipertimbangkan jenis barang yang
dipilih untuk tindakan reciprocal, diantaranya diutamakan barang konsumsi
rumah tangga dibandingkan bahan baku/penolong dan barang modal, apabila
tindakan reciprocal diberlakukan untuk bahan baku/penolong industri
sebaiknya produk tersebut memiliki substitusi dari sumber negara lain, dan
barang tersebut mampu diproduksi oleh perusahaan domestik.
6. Penerapan Skema Imbal Dagang dalam Rangka Pengadaan Alat Pertanahan
dan Keamanan (alpahankam), disampaikan kepada Direktur Fasilitasi Ekspor
dan Impor melalui Nota Dinas No.257/BPPP.3/ND/05/2015 tanggal 12 Mei
2016, sebagai tindak lanjut hasil rapat koordinasi dengan Komite Kebijakan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 12
Industri Pertahanan (KKIP). Terkait dengan rencana penerapan skema imbal
dagang dalam rangka pengadaan Alpahankam dari Rusia, produk yang dapat
diprioritaskan untuk diimbaldagangkan adalah: Perhiasan, Produk kimia,
Batubara, Mesin-mesin, Elektronik, Otomotif, TPT, Makanan olahan, dan Udang.
7. Analisis Izin Ekspor Khusus Produk Samping yang Dihasilkan dari Aktivitas
Pendalaman Alur Pelayaran, disampaikan kepada Mendag melalui Nota Dinas
No. 61/BPPP/ND/06/2016 tanggal 24 Juni 2016, sebagai tindak lanjut Surat
PT.Usaha Griya Sejahtera perihal permohonan pertimbangan terkait tata cara
pemanfaatan produk samping yang dihasilkan dari aktivitas pendalaman alur
pelayaran. Rekomendasi yang disampaikan bahwa belum ada ruang untuk
memberikan ijin ekspor khusus atas produk samping (by product) sebagai hasil
dari kegiatan pendalaman alur pelayaran yang sebagian besar berupa pasir laut.
8. Analisis Usulan Penambahan Pelabuhan Merak, Ciwandan, dan Cigading
sebagai Pintu Masuk Impor Produk Tertentu, disampaikan kepada Direktur
Impor melalui Nota Dinas No. 340/BPPP.3/ND/06/2016 tanggal 27 Juni
2016. Berdasarkan hasil analisis, BPPP merekomendasikan untuk hanya
membuka Pelabuhan Cigading sebagai pintu masuk impor Produk Tertentu
dengan produk yang diizinkan adalah Pakaian Jadi dan Alas Kaki.
9. Analisis Impor Produk Minuman Beralkohol Melalui Pelabuhan Tertentu,
disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui
Nota Dinas No. 69/BPPP/ND/07/2016 tanggal 18 Juli 2016 dengan rekomendasi
untuk melakukan peninjauan kembali atas Permendag No.20/M-
DAG/PER/4/2014 yang menetapkan pelabuhan Belawan di Medan, pelabuhan
Tanjung Emas di Semarang, pelabuhan Bitung di Manado dan pelabuhan
Soekarno Hatta di Makasar sebagai pintu masuk impor produk minuman
beralkohol di Indonesia serta perlu dilakukan evaluasi pengawasan
implementasi kebijakan impor produk minuman beralkohol karena ditemukan
importasi produk tersebut melalui pelabuhan Jakarta/Pasar Ikan.
10. Analisis Kebijakan Peningkatan dan Penyerapan Karet Alam dan
Pengembangan Ekspor Produk Karet, disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No. 77/BPPP/ND/07/2016 tanggal
28 Juli 2016 bahwa untuk meningkatkan penyerapan karet alam dalam negeri
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 13
dan pengembangan ekspor produk karet, maka direkomendasikan: menurunkan
Bea Masuk (BM) untuk bahan baku penolong bagi industri barang jadi karet
khususnya barang-barang kimia seperti sulfur, peroksida, silica, carbon black
dan kaolin; pengawasan negara-negara produsen karet yang tergabung dalam
International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk pembatasan kuota ekspor
melalui Agreed export tonnage scheme (AETS) dan kebijakan lainnya untuk
peningkatan harga karet internasional; dalam rangka percepatan penyerapan
karet alam dalam negeri melalui proyek infrastruktur pemerintah, perlu segera
dikeluarkan regulasi sebagai payung hukum; mengusulkan penghapusan PPN
bagi produk pertanian termasuk karet; pengembangan kawasan industry di luar
jawa dan di sentra-sentra produksi karet sehingga biaya produksi lebih efisien;
mewajibkan SNI untuk produk barang jadi karet lainnya bukan hanya ban
misalnya dock fender dan conveyor belt.
11. Analisis Keunggulan Komparatif Produk Ekspor Indonesia ke Belanda,
disampaikan kepada Dirjen Daglu dan Dirjen PEN melalui Nota Dinas No.
90/BPPP/ND/08/2016 tanggal 24 Agustus 2016. Berdasarkan hasil analisis,
BPPP merekomendasikan yaitu (1) Produk prioritas ekspor ke Belanda adalah
Rempah-Rempah, Furniture, Produk Kayu, Kerajinan, Udang dan Kulit & Produk
Kulit; (2) Minyak Atsiri, Alas Kaki dan Produk Tekstil perlu untuk ditingkatkan
baik kuantitas maupun kualitas ekspornya; (3) Untuk produk yang memiliki nilai
ekspor besar namun berada di posisi pasar tidak dinamis (menurun) sebaiknya
melakukan diversifikasi ke pasar yang lebih dinamis; (4) Perlunya kerja sama
bilateral dengan Belanda maupun Uni Eropa terkait penurunan tarif bea masuk,
standar, maupun hambatan perdagangan lainnya untuk mempermudah akses
masuk pasar; dan (5) Perlu diselenggarakannya promosi dan misi dagang untuk
memperkenalkan produk ekspor potensial agar dapat meningkatkan daya saing
produk di Belanda.
12. Kajian Strategis Pengembangan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
Ekspor dan Produk yang Memiliki Potensi Ekspor, disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui Nota Dinas No.
93/BPPP/ND/08/2016 tanggal 29 Agustus 2016. Berdasarkan hasil analisis,
BPPP merekomendasikan yaitu, strategi utama jangka pendek dapat ditempuh
dengan memprioritaskan peningkatan dan pengembangan ekspor pada produk-
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 14
produk ekspor Indonesia yang permintaan dunianya masih tumbuh
sebagaimana telah dipetakan dalam kuadran STAR dan QUESTION MARK (QM).
Adapun pemetaan tersebut: a) Dalam kuadran STAR,produk-produk ekspor
Indonesia mengalami trend peningkatan selama periode 2011-2015 seiring
dengan peningkatan permintaan produk tersebut di pasar dunia. Produk-produk
yang masuk kategori ini, antara lain: otomotif, alas kaki, produk perhiasan,
produk kayu, dan furniture; b) Dalam kuadran QM, produk-produk ekspor
Indonesia mengalami trend penurunan selama periode 2011-2015 meskipun
permintaan produk tersebut di pasar dunia meningkat. Produk-produk yang
masuk kuadran ini, antara lain: produk tekstil, elektronik, plastik dan produk
plastik, produk perlengkapan rumah tangga, dan sepeda; c) Dengan fokus pada
peningkatan ekspor pada produk-produk kuadran STAR dan QM, pangsa
ekspornya (coverage) telah mencapai 43,2% dari total ekspor non migas
Indonesia ke dunia, yang terdiri dari pangsa STAR 22,9% dan pangsa QM 20,3%.
13. Analisis Usulan Pemberian Izin Khusus Impor Jeruk Kino Asal Pakistan
Diluar Masa yang Ditentukan, disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan
Internasional dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui
surat Nota Dinas No. 98/BPPP/ND/08/2016 tanggal 06 September 2016 dan
merekomendasikan untuk: a) Memasukkan isu Jeruk Kino ke dalam review IP-
PTA dan melakukan pertukaran dengan produk ekspor Indonesia lainnya
(Batubara dan Motor Cars) ke Pakistan melalui TIGA, atau membuat MRA khusus
Indonesia-Pakistan untuk produk Jeruk Kino; b) Memperhatikan kepentingan
nasional dalam melindungi petani dalam negeri dan membicarakan lebih lanjut
terkait isu tersebut dengan Kementerian Pertanian selaku pembina sektor petani
sekaligus penerbit kebijakan RIPH.
14. Analisis Permintaan Peningkatan Tarif Bea Masuk MFN atas Impor
Alumunium Steel & Foil serta Cold Rolled Stainless Steel, disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No.
102/BPPP/ND/09/2016 tanggal 14 September 2016 dan merekomendasikan
untuk 1) tidak menaikan tarif bea masuk MFN baik untuk produk Alumunium
Sheet, Alumunium Foil, maupun produk CRS karena dianggap tidak efektif; 2)
Perlu dilakukannya negosiasi dengan RRT agar dapat memberikan insentif yang
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 15
merugikan negara lain seperti Indonesia karena pemberian rabat pajak; dan 3)
Mendorong KADI untuk melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya
dumping Alumunium foil asal RRT.
15. Analisis Pemetaan Produk Ekspor Indonesia ke RRT, disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional melalui Nota Dinas No.
113/BPPP.3/ND/09/2016 tanggal 26 September 2016 dan merekomendasikan
perlu dilakukan strategi peningkatan yaitu dengan memprioritaskan produk-
produk yang masih memiliki permintaan yang tinggi di dunia antara lain produk
kayu; kacamata; alas kaki; furniture; buku dan alat percetakan ; peralatan
olahraga; perhiasan dan lain-lain.
16. Kajian Peran Kebijakan Impor dalam Rangka Mendukung Industri
Manufaktur, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui Nota Dinas No. 155/BPPP/ND/11/2016 tanggal 23 November 2016.
Berdasarkan hasil kajian maka direkomendasikan pemerintah untuk mendorong
kinerja industri manufaktur di Indonesia antara lain dengan (i) menurunkan tarif
bea masuk MFN atas impor bahan baku dan penolong industri kimia melalui
program Tahap III Peninjauan Tarif Bea Masuk MFN; (ii) Meningkatkan peranan
kebijakan hambatan non tarif atas impor bahan baku dan penolong industri TPT
dengan pembenahan tata niaga impor TPT melalui revisi Permendag No. 85/M-
DAG/PER/10/2015 dengan perizinan impor TPT hanya diberikan kepada
produsen sebagai bahan baku produksi untuk produk yang belum di produksi di
dalam negeri dan pelarangan impor dalam memperdagangkan dan/atau
memindahtangankan impor TPT serta penerapan Verifikasi atau Penelusuran
Teknis Impor (VPTI); serta dengan (iii) menurunkan pengenaan hambatan non
tarif atas impor bahan baku dan penolong industri elektronika dalam rangka
mendorong peningkatan kinerja industri elektronika.
17. Usulan Pengeluaran Biji Kakao dari Daftar Komoditi yang Diawasi
Impor/Pemasukkannya dalam Permentan
No.04/Permentan/PP.340/2/2015, disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No.120/BPPP/ND/10/2016
tanggal 07 Oktober 2016. Berdasakan hasil analisis diketahui bahwa nilai ekspor
kakao olahan pada tahun 2016 diperkirakan akan turun sebesar 11,45% dari
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 16
tahun 2015. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri,
mempertahankan kinerja industri Kakao Olahan dalam negeri dan meningkatkan
ekspor non migas Indonesia, maka kami merekomendasikan pengeluaran Biji
Kakao dari daftar komoditi yang diawasi impornya dalam Permentan
No.04/Permentan/PP.340/2/2015 yang diubah dengan Permentan
No.13/Permentan/KR.040/4/2016.
18. Kajian Pengembangan Trading House Dalam Rangka Peningkatan Ekspor
Non Migas, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui Nota Dinas No.121/BPPP/ND/10/2016 tanggal 10 Oktober 2016. Kajian
ini menghasilkan memo kebijakan yang merekomendasikan pemerintah untuk
memfasilitasi pembangunanTrading House dengan (a) Memperkuat lembaga
yang sudah melakukan sebagian fungsi Trading House seperti SMESCO dan
PT.Sarinah; dan (b) Membangun dari awal sebuah Trading House yang baru
dalam bentuk pilot proyek dengan model operasional yang komprehensif.
19. Potensi Perdagangan Indonesia-Slovenia, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui surat Nota Dinas No.
124/BPPP.3/ND/10/2016 tanggal 13 Oktober 2016. Analisis ini menjelaskan
Pangsa pasar Slovenia terhadap total ekspor nonmigas Indonesia masih
cenderung rendah yakni sebesar 0,07%, sehingga peluang ekspor Indonesia ke
pasar Slovenia masih terbuka lebar. Beberapa komoditas primer potensial di
pasar Slovenia adalah ikan olahan dan udang. Sementara produk manufaktur
yang potensial antara lain alat musik; lonceng, arloji dan bagiannya; alas kaki;
kerajinan; produk dari batu, gips dan semen; helm pengaman dan penutup
kepala; serta produk kayu. Aktivitas perdagangan di Slovenia diperkirakan akan
meningkat seiring dengan rencana pembangunan infrastruktur pelabuhan oleh
pemerintah Slovenia. Untuk menangkap potensi perdagangan dengan Slovenia,
Indonesia diharapkan aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran untuk
mempromosikan dan memperkenalkan produk Indonesia, seperti pada pameran
dagang terbesar di Slovenia, MOS International Trade & Business Fair, serta
melakukan misi dagang khususnya untuk sembilan komoditas/produk potensial.
20. Analisis Pengembangan Pasar Ekspor Alat Kesehatan, disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui surat Nota Dinas
No.127/BPPP/ND/10/2016 tanggal 14 Oktober 2016. Analisis ini
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 17
merekomendasikan untuk (a) Pengembangan ekspor produk alat kesehatan
hendaknya difokuskan pada produk yang telah memiliki daya saing baik sebagai
produk prioritas ekspor terpilih antara lain: Produk Pembalut wanita (pads);
Contraceptive preparations; Needles & catheters, Jarum suntik (Syringes) dan
Oxygen therapy; (b) Selain fokus pada produk, target promosi juga harus
difokuskan pada negara-negara prospektif terpilih tujuan ekspor alat kesehatan
Indonesia yang terdapat di beberapa kawasan; (c) Menjajaki pembukaan hub
bisnis serta kerjasama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Amerika
dan Afrika untuk memberikan akses pasar bagi produk alat kesehatan Indonesia;
(d) Bekerjasama dengan K/L terkait (BKPM, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Perindustrian) untuk merumuskan strategi promosi untuk
meningkatkan minat investasi asing di sektor alat kesehatan Indonesia.
21. Analisis Rencana Delisting Karaginan dari Daftar Bahan Pangan Organik
Oleh Amerika Serikat, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 128/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal
17 Oktober 2016. Analisis ini merekomendasikan (a). Bekerja sama dengan K/L
terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian
Perindustrian untuk segera menyusun strategi diplomasi bersama untuk
merespon rencana delisting produk karaginan dari bahan pangan organik yang
akan disampaikan pada pertemuan NSOB November 2016 mendatang di
Amerika Serikat; (b). Sebagai langkah dalam pelaksanaan strategi diplomasi,
perlu juga segera disusun matrik rencana aksi diplomasi (terlampir) dengan
beberapa poin tindak lanjut yang dapat dijadikan “senjata” diplomasi antara lain:
Bukti atau publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa karaginan yang dibuat dari
rumput laut tidak berbahaya bagi kesehatan;
Bukti atau publikasi ilmiah bahwa proses pengolahan dari rumput laut menjadi
karaginan masih memenuhi kriteria pangan organik;
Sertifikasi yang menjamin bahwa industri pengolahan karaginan di Indonesia
telah memenuhi standar pengolahan yang telah ditetapkan oleh lembaga
nasional/internasional;
Bukti bahwa Indonesia telah serius mengembangkan cara budidaya yang baik
untuk rumput laut;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 18
Menunjukkan potensi kehilangan ekspor rumput laut Indonesia serta peran
krusial rumput laut dan produk olahannya bagi kesehjahteraan masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat pesisir.
22. Analisis Ekspor Produk Susu dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke
Indonesia, disampaikan kepada Menteri Perdagangan dan seluruh pejabat
eselon 1 melalui surat Nota Dinas No. 131/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal 24
Oktober 2016. Analisis ini merekomendasikan Importasi produk susu ke
wilayah Indonesia hanya dapat dilakukan apabila mendapatkan Persetujuan
Impor dari Kementerian Perdagangan dengan persyaratan terlebih dahulu
mendapatkan Surat Keterangan Impor (SKI) dari BPOM. Adapun untuk
mendapatkan SKI perlu melampirkan Surat Rekomendasi Pemasukan (RP) dari
Kementerian Pertanian.
23. Kajian Potensi Kerugian Indonesia dalam Praktek Circumvention oleh
Negara Mitra Dagang, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 133/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal
28 Oktober 2016. Praktek pengalihan ekspor melalui negara ketiga (third-
country circumvention) terindikasi dilakukan oleh RRT untuk kasus pengenaan
Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) produkbaja H & I Section dengan melakukan
ekspor melalui Singapura. Indikasi praktek third-country circumvention juga
terlihat pada kasus BMAD Cold Rolled Coil/Sheet (CRC) oleh RRT, Taiwan, dan
Jepang dengan melibatkan Malaysia sebagai negara ketiga. Kajian ini
merekomendasikan untuk (a) Melakukan penyempurnaan terhadap PP No.
34/2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, danTindakan
Pengamanan Perdagangan dengan memasukkan klausul tindakan anti-
circumventionyang setidaknya mencakup bentuk-bentuk circumvention dan
prosedur tindakan sebagaimana yang telah dilakukan beberapa negara seperti:
AS, EU, Australia, dan India; (b) Memperpanjang pemberlakuan Permendag No.
28/M-DAG/PER/6/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan yang akan
berakhir pada 31 Desember 2016; (c) Apabila ketentuan anti-circumvention
sudah diberlakukan, otoritas yang berwenang dapat menggunakan hak
inisiatifnya untuk memulai penyelidikan terhadap upaya penghindaran atas
pengenaan tindakan anti-dumping, khususnya pada importasi produk baja.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 19
24. Pengaruh Pemberlakuan Aturan Positive List System (PLS) Kandungan
Peptisida oleh Korea Selatan terhadap Potensi Ekspor Buah Tropis dan
Kacang-kacangan Indonesia, disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 134/BPPP/ND/10/2016
pada tanggal 28 Oktober 2016. Analisis ini dilaksanakan berdasarkan surat
beritadari Wakil Tetap RI Jenewa No.R-00268/JENEWA/160504 tanggal 4 Mei
2016 perihal Rencana Pemberlakuan Positive List Pestisida oleh Pemerintah
Korea Selatan. Diketahui bahwa masih banyak pestisida yang digunakan
Indonesia isinya belum sesuai dengan standar kandungan pestisida yang
diizinkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Selain itu, jika rencana pemberlakuan
PLS ini tetap diimplementasikan pada bulan Desember 2016, maka potensi
kehilangan ekspor dari komoditas buah tropis dan kacang-kacangan
diproyeksikan akan mencapai USD 16,3 juta mulai tahun 2017. Adapun potensi
kehilangan ekspor akan kian membesar seiring rencana perluasan cakupan
produk dalam aturan PLS ke produk makanan berbasis pertanian mulai
Desember 2018. Melalui aturan ini, akan terjadi hambatan akses pasar terhadap
komoditas buah tropis dan kacang-kacangan Indonesia di pasar Korea Selatan
dan potensi ekspor yang hilang pun cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka Pemerintah Indonesia diharapkan secara aktif mengangkat isu ini dalam
negosiasi dan perundingan perdagangan dengan Pemerintah Korea Selatan.
Selain itu, diharapkan adanya langkah strategis dari Kementerian teknis di
Indonesia dalam menangani isu ini.
25. Analisis Evaluasi Permendag No.35/M-Dag/Per/11/2011 tentang
Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No.
136/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal 31 Oktober 2016. Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan, maka rekomendasi yang disampaikan sebagai berikut:
1. Ekspor produk jadi rotan pasca implementasi Permendag No. 35 tahun 2011
(2012-2015), mengalami penurunan sebesar 19,3%, jauh lebih dalam jika
dibandingkan dengan periode sebelum implementasi (2004-2011) yang hanya
turun sebesar 2,9%. Penurunan ekspor produk jadi rotan tidak terlepas dari
menurunnya jumlah industri pengolahan rotan dalam negeri. Jumlah perusahaan
kecil untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 16 (anyaman
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 20
rotan) dan KBLI 31 (furnitur) turun sebesar 15,9% dan 9,6% per tahun selama
2011-2015 (BPS, 2016). Terdapat indikasi bahwa implementasi Permendag No.
35 tahun 2011 tentang larangan ekspor rotan mentah memberikan dampak
kontraproduktif. Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan
alternatif instrumen perdagangan lainnya, antara lain (a) Mendirikan Pusat
Penyangga Rotan; (b) Ekspor dengan Menerapkan Bea Keluar Optimum; (c)
Ekspor dengan Menerapkan Pembatasan Ekspor (Kuota) dan Wajib Pasok
Industri Dalam Negeri; dan (d) Ekspor Melalui Pelabuhan Tertentu Penghasil
Rotan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap Permendag No. 35/M-Dag/Per/11/2011 dengan mempertimbangkan
alternatif kebijakan melalui instrumen Bea Keluar (BK) ekspor rotan mentah.
Oleh sebab itu, dalam rangka penyempurnaan tersebut, Pusat Pengkajian
Perdagangan Luar Negeri, BPPP akan melakukan kajian yang lebih komprehensif
dan mendalam pada tahun anggaran 2017.
26. Analisis Perkembangan Kinerja Industri dan Perdagangan Lada Indonesia,
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan
Ekspor melalui ND 138/BPPP/ND/11/2016 tanggal 01 November 2016.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa posisi daya saing
lada Indonesia di pasar dunia masih cukup tinggi, oleh karena itu Indonesia perlu
mendorong kapasitas produksi lada domestik melalui implementasi program-
program yang telah dicanangkan Kementerian Pertanian. Kementerian
Pertanian pun diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan IPC terkait upaya
untuk mendorong produksi yang berkelanjutan dan meningkatkan mutu lada.
Selain itu, untuk mendorong ekspor, perlu dilakukan promosi lada Indonesia
terutama ke pasar potensial yakni berupa pengiriman produk sampling, iklan
media audiovisual tentang perkebunan lada di Indonesia serta mengikuti
pameran-pameran dagang dalam rangka memperkenalkan lada Indonesia.
27. Analisis Pengembangan Industri Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara,
dilakukan berdasarkan Surat dari Deputi Menko Perekonomian Bidang
Koordinasi Perniagaan dan Industri Nomor S-152/D.V.M.EKON/10/2016
tanggal 10 Oktober 2016 perihal Revitalisasi Ekspor Produk Perikanan dari
Industri Pengolahan Ikan (IPI) di Bitung dan Permintaan Penurunan Tarif Bea
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 21
Masuk Terhadap Produk Perikanan Indonesia. Hasil analisis telah disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui ND
139/BPPP/ND/11/2016 pada tanggal 02 November 2016 dengan hasil
rekomendasi sebagai berikut (a). Melakukan peninjauan langsung ke lapang
untuk memastikan kesiapan fasilitas Pelabuhan Bitung dan manfaat yang dapat
diperoleh dengan dibukanya Pelabuhan Bitung sebagai pintu masuk hasil
perikanan melalui revisi Permen KKP Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia, (b). Menjadikan Bitung sebagai Kawasan
Berikat yang memberikan fasilitas pembebasan atau keringanan dibidang
perpajakan, salah satunya adalah pembebasan terhadap PPh 22; (c). Mengambil
langkah tindak lanjut dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, agar
Indonesia dapat memperoleh GSP Plus di Uni Eropa sebagimana yang telah
dilakukan Filipina, terutama dalam hal kesiapan berbagai pihak untuk
meratifikasi aturan yang ada dan langkah kebijakan atas dampak ratifikasi
tersebut. Selain itu, dipandang perlu untuk memasukkan permintaan preferensi
ekspor produk ikan ke Uni Eropa sebagai salah satu bahan negosiasi
perundingan kerjaama bilateral Indonesia – EU CEPA.
28. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Fiji, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional dan Direktur Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional melalui ND 141/BPPP/ND/11/2016 pada
tanggal 04 November 2016. Berdasarkan analisis yang ada diketahui
bahwaIndonesia masih memungkinkan untuk melakukan penetrasi dan
pengembangan pasar ke Fiji. Namun demikian, dengan perbandingan aspek
makroekonomi dan peran Fiji dalam perdagangan Indonesia yang masih relatif
kecil serta kecilnya dampak liberalisasi tarif, disarankan Indonesia memperluas
market access melalui perjanjian perdagangan dengan Fiji.
29. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Spanyol, dilakukan atas berita fax
dari Kedutaan Besar RI di Madrid No. B-00162/MADRID/160825 tanggal 25
Agustus 2016. Analisis ini telah disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
melalui ND 142/BPPP/ND/11/2016 tanggal 4 November 2016. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa terjadi peningkatan posisi di pasar
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 22
Spanyol. Maka Indonesia perlu melakukan upaya perbaikan baik yang berasal
dari internal seperti memberikan kemudahan ekspor (Kawasan Berikat,
Kawasan Ekonomi Khusus, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE),
Penyempurnaan sistem perpajakan) dan aktif melakukan kegiatan promosi,
seperti pameran dan misi dagang.
30. Analisis Tuduhan Tindakan Anti Dumping/Countervailing Duties
(AD/CVD) di Pasar Amerika Serikat Terhadap Beberapa Produk Ekspor
Indonesia, dilakukan atas dasar surat dari KBRI Washington DC No. R-
00214/WASHINGTON/160713, tanggal 18 Juli 2016 perihal Informasi Sunset
Review Anti Dumping/Countervailing Duties terhadap Produk Indonesia di
Amerika Serikta (AS). Analisis tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor melalui
ND 144/BPPP/ND/11/2016 tanggal 4November 2016. Dalam analisis dijelaskan
bahwa tindakan AD dan CD yang dikenakan AS tidak mempengaruhi kinerja
ekspor Indonesia untuk produk-produk tersebut ke dunia, kecuali untuk produk
preserved mushrooms. Hal ini karena lebih dari 70% ekspor preserved
mushrooms Indonesia ditujukan ke negara AS. Oleh sebab itu, untuk
mempertahankan pangsa pasar produk-produk tersebut di AS, Ditjen Daglu
perlu mengoptimalkan perannya dalam mengamankan pasar ekspor di AS
terutama bagi produk preserved mushroom. Sementara itu, untuk
mengkompensasi market loss di AS, Ditjen PEN perlu mendorong ekspor produk-
produk tersebut ke pasar selain AS yang potensial. Berdasarkan hasil analisis,
peta pasar potensial untuk produk-produk tersebut adalah sebagai berikut:
a. Steel concrete reinforcing bar: Singapura, Malaysia, Korea Selatan,
Hongkong, Ethiopia;
b. Preserved Mushrooms: Arab Saudi, Qatar, Vietnam, Italia, Portugal;
c. Polyethylene retail carrier bags: Jepang, Thailand, Jerman, UEA, Australia,
Belanda;
d. MSG: AS, Korea Selatan, Taipei, Australia, Pilipina, Hongkong, Belanda,
Singapura, Arab Saudi, Malaysia, Nigeria, UEA, Vietnam, Maroko;
e. Hot-rolled carbon steel flat products: Malaysia, AS, RRT, Arab Saudi, Mesir,
Argentina, Thailand, India, Belgia, Iran, Pakistan, Vietnam, Taiwan,
Meksiko, Korea Selatan, Turki;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 23
f. Coated paper suitable for high-quality print graphics: Thailand, Argentina,
Arab Saudi, India, Vietnam, Mesir, UEA, Pilipina, Nigeria, Pakistan, Korea
Selatan, Iran, Nigeria, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Peru, Singapura,
Spanyol, UEA, Sri Langka, AS;
g. Carbon steel wire rod: Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Romania, Papua
Nugini, Kuwait, Taiwan;
h. Carbon steel plate: Thailand, Qatar, Vietnam, Sri Langka, Pilipina, Kuwait,
India, Korea Selatan, AS, Taipei, Singapura, Jepang
31. Perkembangan Kinerja Produksi dan Perdagangan Semen, disampaikan
kepada Menteri Perdagangan dan seluruh eselon I melalui Nota Dinas Nomor
148/BPPP/ND/11/2016 tanggal 14 November 2016. Berdasarkan analisis
diketahui bahwa mendukung usulan Kemenperin mengingat pasar produksi
semen masih bersifat oligopoly dengan hanya tiga pemain besar utama (PT.
Semen Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, dan PT. Holcim
Indonesia Tbk). Penambahan pemain baru diharapkan dapat meningkatkan
kompetisi yang berdampak pada penurunan harga semen untukkonsumen serta
masih terdapat disparitas harga yang cukup tinggi di beberapa wilayah di
Indonesia, program tol laut yang dicanangkan pemerintah terindikasi mampu
menurunkan harga terutama di wilayah timur Indonesia. Untuk itu, perlu juga
mengusulkan semen sebagai salah satu komoditas yang dapat dipasarkan
melalui program gerai maritim.
32. Pengaruh Diakuinya Mata Uang Renmimbi (Yuan) dalam SDR IMF
Terhadap Kinerja Perdagangan Nonmigas Indonesia –RRT, disusun
berdasarkan berita fax dari Kedutaan Besar RI di Beijing No.B-
00577/BEIJING/161007 tanggal 7Oktober 2016 perihal Renmimbi (RMB)
masuk ke dalam keranjang SDR IMF mulai 1 Oktober 2016. Analisis ini
disampaikan kepada Menteri Perdagangan dan seluruh pejabat eselon 1 melalui
ND Nomor 151/BPPP/ND/11/2016 tanggal 17 November 2016. Adapun analisis
yang disampaikan Indonesia diharapkandapatmemanfaatkan momentum
tersebut dengan mendorong ekspor komoditas/produk potensial yang
dibutuhkan di pasar RRT. Adapunkomoditas primer potensial di pasar RRT yakni
udang; makananolahan; ampas/sisa industri makanan; produk industri primer
lainnya, seperti logam mulia dan kulit hewan; buah segar; hasil penggilingan
(pati atau amilum); sayuran kering; dan kayu olahan. Sementara produk
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 24
manufaktur potensial antara lain: kacamata; produk perhiasan; peralatan
olahraga; peralatan medis; buku dan barang cetakan; peralatan optik; produk
dari batu, gips dan semen; kulit dan produkkulit; perkakas atau peralatan
potong; kapal terbang dan bagiannya; produk manufaktur lainnya (lampu,
payung dan barang pabrik lainnya); produk perlengkapan rumah; otomotif;
elektronik; serta kaca dan produk kaca. Indonesia diharapkan dapat
mengoptimalkan perdagangan dengan RRT baik dari sisi impor maupun ekspor.
Dari sisiimpor, diharapkan Indonesia dapat melakukan strategi substitusi impor
melalui penguatan industri domestik sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap impor non migas dari RRT. Selain itu, Indonesia juga
harus meningkatkan kinerja ekspor non migas dengan memasok produk
potensial di pasar RRT. Upaya peningkatan ekspor non migas dapat dilakukan
melalui penguatan kerjasama perdagangan, mengikuti kegiatan promosi berupa
pameran dan melakukan misi dagang. Upaya-upaya ini dilakukan untukmenahan
agar sistem SDR baru tidak memperbesar nilai defisit neraca perdagangan non
migas Indonesia-RRT.
33. Analisis Potensi dan Posisi Ekspor TPT Indonesia ke Pasar Utama
Indonesia, yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor melalui nota dinas No.
173/BPPP/ND/12/2016 tanggal 20 Desember 2016. Dalam analisis ini
disampaikan Pasar utama TPT dunia yang masih menunjukkan tren permintaan
impor yang positif tiap tahunnya antara lain Amerika Serikat, Inggris, Vietnam,
Spanyol, Uni Emirat Arab, Belanda, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Bangladesh,
Polandia dan Australia. Adapun beradasarkan pemetaan menggunakan matriks
BCG, pasar potensial ekspor TPT Indonesia antara lain Meksiko, Spanyol,
Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Kelima negara tersebut menunjukan tren
impor yang masih tinggi, namun impor dari Indonesia justru mengalami
penurunan setiap tahunnya. Indonesia masih akan menghadapi tantangan dalam
menembus pasar potensial mengingat posisi Indonesia di masing-masing pasar
utama TPT Dunia masih kalah dibandingkan Vietnam. Untuk itu, partisipasi
Indonesia dalam pameran dagang TPT seperti Hanoitex, The London Textile Fair,
Premiere Vision New York, IM Intermoda Mexico, GAPEXPO Bangladesh, dan
lain-lain perlu lebih ditingkatkan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 25
diharapkan dapat mendorong perancang Indonesia agar aktif mengikuti Fashion
Week di beberapa kota besar Dunia, seperti Hongkong Fashion Week, New York
Fashion Week, London Fashion Week, dan Milan Fashion Week dengan
mengangkat produk tekstil indentitas Indonesia, seperti Batik, Kain Songket,
Kain Ulos, Kain Lurik dan sebagainya.
34. Peranan Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) dalam Implementasi Sistem resi
Gudang (SRG), Rekomendasi disampaikan kepada Kepala Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi melalui Nota Dinas No.07/BPPP/ND/1/2016
tanggal 22 Januari 2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Memberikan
pemahaman mengenai pemberian kredit SRG kepada perbankan, pengelola
gudang, pemilik barang dan Pemerintah Daerah oleh Pemerintah (Bappebti), BI
dan OJK sesuai kewenangan masing-masing untuk meningkatkan realisasi
pemberian kredit SRG; (2) Memberikan pelatihan kepada Account Officer Bank
mengenai pembiayaan SRG agar bank terdorong aktif menfasilitasi pemberian
kredit dengan SRG; (3) Menfasilitasi perjanjian kerjasama antara pelaku usaha,
bank, serta pengelola gudang dalam rangka lebih meyakini penyaluran
kredit/pembiayaan melalui SRG; (4) Membentuk pembiayaan yang bersifat close
system, sehingga terdapat jaminan tidak akan terjadi kredit macet karena adanya
kepastian pasar dan bank akan merasa aman dalam pemberian kredit SRG.
35. Analisis Harga Pangan Pokok Pasca Penurunan Harga Bensin Premium dan
Solar Bersubsidi, Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan
melalui Nota Dinas No. 33/BPPP/ND/04/2016 tanggal 14 April 2016. Setelah
penurunan harga bensin premium dan solar bersubsidi, harga beberapa
komoditi mengalami penurunan kecuali gula, minyak goreng, dan bawang
merah. Dinamika perubahan harga BBM tidak signifikan terhadap harga
komoditas industri seperti minyak goreng dan gula. Sedangkan harga bawang
merah lebih dipengaruhi oleh mundurnya musim panen. Rendahnya dampak
penurunan harga BBM terhadap harga barang pangan pokok karena (i) porsi
biaya transportasi darat dalam produksi dan distribusi pangan relatif kecil; (ii)
pola panen yang mempengaruhi pola produksi mempunyai dampak lebih besar;
dan (iii) adanya kekakuan harga yang salah satunya disebabkan oleh struktur
pasar yang tidak sehat.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 26
36. Forum Diskusi Peran Jasa Perantara dalam Meningkatkan Ekspor Produk
UMKM, Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota
Dinas No. 36/BPPP/ND/04/2016 tanggal 22 April 2016 dengan rekomendasi
sebagai berikut: (1) Mendorong peran jasa perantara swasta melalui skema
kemitraan dengan UMKM dalam mendorong ekspor produk UMKM; (2)
Mendorong perwakilan dagang di luar negeri untuk bekerjasama dengan
Indonesia Diaspora dalam melakukan market intelligence sebagai informasi
pasar negara tujuan ekspor; (3) Mendukung BUMN aggregator/konsolidator
sebagai penyedia fasilitas penunjang perdagangan dan logistik yang meliputi
pergudangan, distribusi, dan transportasi serta mendorong konsorsium BUMN
dalam memfasilitasi pameran produk UMKM; (4) Melakukan efisiensi kebijakan
perizinan bagi UMKM serta melakukan pembinaan UMKM dalam memanfaatkan
teknologi informasi.
37. Pemetaan Kebutuhan Konsumen Dalam Rangka Perlindungan Konsumen,
disampaikan kepada Menteri Perdgangan melalui Nota Dinas
No.37/BPPP/ND/04/2016 tanggal 25 April 2016. Survei dilakukan terhadap
4829 responden di 16 lokasi untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan
konsumen, permasalahan konsumen dengan pelaku usaha dan pengaduan
konsumen, serta persepsi konsumen terhadap lembaga perlindungan konsumen.
Rekomendasi yang disampaikan (1) peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang hak dan kewajibannya sebagai konsumen melalui public campaign,
edukasi murid sekolah, dan bekerjasama dengan institusi masyarakat untuk
sosialisasi bersama; (2) meningkatkan peran aktif dan kepedulian pelaku usaha
melalui pembinaan; (3) menguatkan kapasitas lembaga perlindungan konsumen
melalui training of trainer, pendampingan dan koordinasi melalu pertemuan
aktif dengan lembaga pemerhati konsumen.
38. Forum Diskusi Deregulasi dan Debirokraisasi Kebijakan Perdagangan,
Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.
38/BPPP/ND/04/2016 tanggal 29 April 2016 dengan rekomendasi sebagai
berikut: (1) perlu melakukan kegiatan sosialisasi hasil deregulasi dan
debirokratisasi kebijakan perdagangan untuk mendukung efektivitas program
kepada Pemerintah, perguruan Tinggi, dan pelaku usaha di daerah; (2)
Menyediakan informasi yang akurat mengenai peluang pasar UKM dalam negeri
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 27
dengan memanfaatkan perwakilan perdagangan di luar negeri khususnya untuk
market intelligence; (3) Memberikan bimbingan dan pembinaan bagi para pelaku
usaha UKM dalam rangka menghasilkan produk yang memenuhi standard untuk
ekspor; (4) Melakukan sosialisasi MEA melalui ASEAN Economic Community
(AEC) Center kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya dunia usaha dan
akademisi.
39. Analisis Harga Pangan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran, disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas
No.41/BPPP/ND/05/2016 tanggal 18 Mei 2016. Data historis menunjukkan
bahwa secara umum harga barang pangan pokok mengalami kenaikan pada 1
minggu sebelum bulan puasa (M-1 bulan puasa). Kenaikan paling tinggi terjadi
pada daging ayam, telur ayam dan daging sapi. Sedangkan kenaikan harga yang
terjadi 1 minggu sebelum lebaran (M-1 lebaran) terjadi pada komoditi cabe.
Harga komoditi lain relatif stabil. Hasil proyeksi harga menunjukkan bahwa
komoditi yang diperkirakan mengalami kenaikan harga adalah daging ayam,
telur ayam, dan daging sapi dengan kisaran 4-6%. Rekomendasi yang diberikan
adalah perlu mewaspadai kenaikan harga komoditi daging ayam, telur ayam,
daging sapi, dan cabe merah yang diperkirakan terjadi menjelang bulan puasa
dan lebaran tahun 2016.
40. Analisis Rantai Pasok Jagung Sebagai Bahan Baku Pangan Ternak,
disampaikan kepada Menteri perdagangan melalui Nota Dinas
No.42/BPPP/ND/05/2016 tanggal 24 Mei 2016 dengan rekomendasi sebagai
berikut: (1) Perlu dukungan pemerintah di sisi penanganan pasca panen jagung
melalui pemberian fasilitas silo dan pengering; (2) Perlu upaya penguatan
infrastruktur Perum BULOG yaitu silo dan pengering baik yang dibangun sendiri
maupun melalui kerjasama dengan pihak lain untuk mendukung Perum BULOG
yang ditunjuk pemerintah sebagai importir jagung dan penyerap jagung
produsen; (3) Harga acuan pembelian jagung sebagaimana diatur dalm
Permendag No. 21/M-DAG/PER/3/2016 tentang Penetapan Harga Acuan
Pembelian Jagung di Tingkat Petani sebaiknya mempertimbangkan harga di
tingkat regional dan biaya penurunan kadar air dan susut.
41. Harga Patokan Petani (HPP) Gula Tahun 2016, Rekomendasi disampaikan
kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 28
43/BPPP/ND/05/2016 tanggal 24 Mei 2016. Pendekatan harga paritas impor
menghasilkan HPP sebesar Rp 8.069/ Kg yang akan berdampak terhadap deflasi
sebesar 0,03% dan penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 139.790 jiwa.
Pendekatan target inflasi tahun 2016 menghasilkan HPP sebesar Rp 9.500/Kg
yang akan berdampak terhadap inflasi sebesar 0,02% dan penambahan jumlah
penduduk miskin sekitar 102.010 jiwa. Berdasarkan beberapa hal tersebut
diusulkan HPP gula tahun 2016 tetap sebesar Rp 8.900/Kg.
42. Analisis Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan
(LKTP) oleh Pelaku Usaha Kepada Kementerian Perdagangan, Rekomendasi
disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui
Nota Dinas No. 45/BPPP/ND/05/2016 tanggal 25 Mei 2016 dengan
rekomendasi sebagai berikut: (1) Menjalin kerjasama dengan kantor Akuntan
Publik terkait sosialisasi kewajiban penyampaian LKTP oleh pelaku usaha; (2)
Melakukan pengolahan terhadap data LKTP oleh Kemendag sehingga dapat
dijadikan informasi yang bermanfaat bagi pelaku usaha; (3) Menerapkan system
penyampaian LKTP di Kemendag secara online untuk penyederhanaan teknis
pelaporan.
43. Potensi Kenaikan Harga Kedelai, Rekomendasi disampaikan kepada Plt.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.
50/BPPP/ND/06/2016 tanggal 13 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai
berikut: (1) Perlu melakukan monitoring harga kedelai di tingkat distributor
atau pengrajin tempe/tahu secara periodik; (2) Perlu melakukan advokasi
kepada media dan pelaku usaha kedelai bahwa kenaikan harga kedelai
internasional sebesar 10,51%tidak secara linier ditransmisikan kepada harga
kedelai dalam negeri dan harga tahu/tempe untuk menjaga ekspektasi harga
kedelai dalam negeri pada tingkat yang wajar.
44. Tanggapan Usulan Pelaku Usaha Terhadap Permendag No. 22/M-
DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang.
Rekomendasi disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri melalui Nota Dinas No. 54/BPPP/ND/06/2016 tanggal 16 Juni 2016
dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Usulan pelaku usaha yang perlu
dipertimbangkan adalah Pasal 8 ayat 1 mengingat PTSP/BPMPTSP dibentuk
dalam rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 29
publik; (2) Pasal 20 mengingat perlu perlakuan yang setara antara distributor
yang mendistribusikan produk impor maupun produk local sehingga importir
juga harus menjual produknya melalui distributor.
45. Analisis Optimalisasi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia,
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen
dan Tertib Niaga melalui Nota Dinas No. 56/BPPP/ND/06/2016 tanggal 20 Juni
2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Membentuk tim satgas
perlindungan konsumen; (2) Meningkatkan komunikasi antar pemangku
kepentingan perlindungan konsumen; (3) Mempercepat adaptasi pelaksanaan
UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah melalui penyusunan peta
kelembagaan perlindungan konsumen, evaluasi pelaksanaan urusan
perlindungan konsumen, dan memfasilitasi bimbingan teknis kepada daerah; (4)
Meningkatkan perhatian Pemda terhadap urusan perlindungan konsumen; (5)
Menjaga dan meningkatkan jumlah SDM pelaksana perlindungan konsumen
yang dibutuhkan daerah melalui pendidikan dan pelatihan serta mengusulkan
pedoman mutasi yang lebih terarah.
46. Efektivitas Operasi Pasar Bawang Merah, Rekomendasi disampaikan kepada
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.
58/BPPP/ND/06/2016 tanggal 21 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai
berikut: (1) Agar pelaksanaan operasi pasar efektif sebaiknya dilaksanakan
dalam volume yang besar dan tidak hanya di pasar induk tetapi juga tersebar ke
pasar-pasar lainnya sehingga perbedaan harga di pasar selain pasar induk tidak
terlalu signifikan; (2) Dalam mengantisipasi ketergantungan produk bawang
merah di Brebes, diperlukan alternative sumber pasokan ke pasar Kramat jati
seperti dari Jawa Timur; (3) Mengefektifkan implementasi Perpres No. 71 tahun
2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Kebutuhan Pokok dan Barang
Penting dengan merevisi agar mengatur sanksi yang bisa diterapkan kepada
pelaku usaha yang melanggar.
47. Analisis Tata Niaga Beras, disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 63/BPPP/ND/06/2016
tanggal 29 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Kualitas beras
yang disalurkan dalam OP harus ditingkatkan. Bulog harus meningkatkan kinerja
dalam pengelolaan stok sehingga kualitas beras tetap terjaga; (2) Operasi pasar
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 30
seyogyanya dilaksanakan dalam volume yang tepat. Penelitian BPPP
merekomendasikan untuk menurunkan harga beras eceran sebesar 5% di DKI
Jakarta diperlukan volume beras dalam OP sebesar 142.800 ton; (3) Operasi
pasar sebaiknya tidak hanya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tetapi juga
disebar di pemukiman msyarakat dan pasar-pasar lainnya.
48. Efektivitas Operasi Pasar Beras di DKI Jakarta, disampaikan kepada Dirjen
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 64/BPPP/ND/06/2016
tanggal 29 Juni 2016 dengan rekomendasi: (1) Kebijakan Tanda Daftar Gudang
(TDG) dan Sistem Resi Gudang (SRG) perlu dioptimalkan yang salah satu
fungsinya dapat menyediakan informasi stok beras dan memotong jalur
distribusi; (2) Cadangan beras pemerintah perlu diperkuat setidaknya 2 juta ton
per tahun sebagai iron stock selain itu juga perlu disimpat dalam bentuk buffer
stock untuk pengendalian gejolak harga; (3) Pemerintah pusat, pemerintah
daerah, BUMN, BUMD termasuk masyarakat perlu menggiatkan berbagi
informasi harga beras melalui berbagai media seperti sms, internet, surat kabar
dan aplikasi lain untuk mengurangi assymatric information.
49. Konsep Upaya Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok, disampaikan kepada
Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen
dan Tertib Niaga melalui Nota Dinas Nomor 82/BPPP/ND/08/2016 tanggal 10
Agustus 2016. Secara umum upaya yang harus dilakukan dalam rangka
stabilisasi harga gula, daging sapi, beras dan bawang merah tahun 2016 – awal
tahun 2017 adalah : (a) Mengoptimalkan instrument kebijakan yang sudah ada
seperti operasi pasar dengan memperhatikan waktu yang tepat dan kuantitas
yang memadai; (b) Mengoptimalkan pengadaan dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan cadangan yang memadai (untuk beras) melalui
pembelian hasil panen di sentra-sentra produksi oleh Bulog; (c) Dalam hal
pengadaan dalam negeri sudah optimal, maka pengadaan luar negeri (impor)
perlu segera dilakukan sebelum terjadi kondisi deficit pasokan.
50. Policy Dialogue Series Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya
Peningkatan Keberdayaan Konsumen, disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui Nota Dinas nomor 83/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18
Agustus 2016. Rekomendasi yang disampaikan adalah: (a) Menyusun skema
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 31
pendanaan yang berkelanjutan bagi LPKSM; (b) Mengalokasikan dana yang
memadai untuk pendidikan dan pelatihan bagi LPKSM terkait pelaksanaan fungsi
edukasi konsumen; (c) Menyusun program kampanye edukasi yang bersifat
menyeluruah dan berkelanjutan; (d) Mendorong pembentukan organisasi
konsumen yang berfungsi sebagai coordinator dari seluruh LPKSM dan
pengawas kode etik pelaksanaan fungsi LPKSM.
51. Upaya Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Gula Kristal Putih
(GKP), disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas nomor
84/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18 Agustus 2016. Dalam mendukung mekanisme
stbailisasi harga gula, diperlukan antara lain: (a) Penetapan besaran neraca GKP;
(b) Audit dan verifikasi neraca gula oleh surveyor independen; (c) Payung
hokum berupa Instruksi Presiden dalam hal pengelolaan Cadangan Gula
Pemerintah (CGP) oleh BUMN; (d) Penentuan Harga Eceran Tertinggi pada awal
musim giling tebu.
52. Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya Peningkatan Keberdayaan
Konsumen, disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.
83/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18 Agustus 2016 dengan rekomendasi:
menyusun skema pendanaan yang berkelanjutan bagi LPKSM; mengalokasikan
dana yang memadai untuk diklat bagi LPKSM terkait pelaksanaan fungsi edukasi
konsumen khususnya untuk sektor strategis; menyusun program kampanye
edukasi yang bersifat menyeluruh dan berkelanjutan secara nasional dengan
menggunakan media televisi dan radio; mendorong pembentukan organisasi
konsumen yang berfungsi sebagai koordinator dari seluruh LPKSM dan
pengawas kode etik pelaksanaan fungsi LPKSM.
53. Analisis Penerapan Harga Dasar (Floor Price) dan Harga Atap (Ceiling
Price), disampaikan kepada Sekretaris Jenderal dan Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No. 89/BPPP/ND/08/2016 tanggal
22 Agustus 2016 dengan rekomendasi bahwa besaran harga dasar beberapa
bahan pangan pokok perlu mempertimbangkan biaya pokok produksi dan
keuntungan yang wajar bagi petani/peternak. Sedangkan harga atap perlu
mempertimbangkan harga dasar (harga di tingkat petani/produsen), biaya
distribusi dan keuntungan pedagang yang wajar; Khusus untuk beras, perlu
membuat acuan (trigger) untuk pelaksanaan impor dengan menggunakan secara
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 32
simultan indikator-indikator antara lain angka ramalan produksi lebih rendah
dari target/sasaran, prediksi stok Bulog di bawah 2 juta ton, GAP antara harga
pasar di tingkat petani dengan HPP.
54. Kemungkinan Penerapan Sistem Beli Putus Dalam Tataniaga Gula Kristal
Putih, disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.
103/BPPP/ND/09/2016 tanggal 15 September 2016 yang merekomendasikan:
Sistem Beli Putus merupakan alternatif lain dalam tataniaga gula karena dalam
sistem ini PG membeli tebu petani secara transparan sesuai kualitas (rendemen)
tebunya dengan menggunakan instrumen Harga Tebu (Rp/Kg) dengan
formula “Pendekatan Biaya Produksi Gula” : Harga Tebu = [Konstanta x
Rendemen x Harga Gula] + [%Tetes x Harga Tetes]; Memerlukan koordinasi
kebijakan peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi tebu dalam hal:
persiapan sarana dan prasarana (alat penilaia rendemen tebu), SDM yang handal,
pembinaan terhadap petani, revitalisasi dan modernisasi PG dalam rangka
mendukung pelaksanaan SBP; Menciptakan proses lelang/tender gula di PG yang
lebih kompetitif (swasta, BUMN, dan koperasi) dalam rangka mencapai efisiensi
tataniaga gula nasional dan menyediakan Cadangan Gula Pemerintah (CGP). Ke
depan, penjualan gula berbasis tebu petani dapat dilakukan di bursa komoditas
dengan syarat kualitas gula sesuai SNI GKP.
55. Perhitungan Neraca Daging Sapi Tahun 2016, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui Nota Dinas nomor 112/BPPP/ND/09/2016 tanggal 26 September 2016.
Berdasarkan surat Menteri Perindustrian No. 556/M-IND/9/2016 , untuk
memenuhi kebutuhan industry dibutuhkan tambahan impor daging beku
sebanyak 70.000 ton yang dilaksanakan pada tahap II pelaksanaan impor dari
India. Jika mengacu pada neraca daging sapi kwartal III tahun 2016 maka
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari surplus sebanyak 74.064 ton. Terdapat
sisa sapi bakalan kwartal III tahun 2016 sebanyak 105.000 ekor (70% alokasi
impor sapi bakalan kwaratal III tahun 2016) atau setara daging sapi sebanyak
18.900 ton yang dapat digunakna di awal tahun 2017. Dengan asumsi pasokan
sapi local sebanyak 215.364 ekor atau setara daging sapi sebanyak 36.642 ton
dan tambahan sapi impor siap potong setara daging sapi sebanyak 18.000 ton,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 33
maka kebutuhan daging sapi sebesar 54.023 ton selama bulan Januari 2017
dapat tercukupi.
56. Perhitungan Neraca Sapi Semester Daging 1 Tahun 2017, rekomendasi
disampaikan kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan
Dalam Negeri melalui Nota Dinas No 119/BPPP/ND/10/2016 tanggal 07
Oktober 2016. Sesuai dengan hasil perhitungan neraca daging sapi tahun 2016
sebagaimana Nota Dinas Kepala BPPP No.112/BPPP/ND/09/2016 tanggal 26
september 2016, menginformasikan pada ahir tahun 2016 terdapat stok sapi
bakalan siap potong sebanyak 105.000 ekor atau setara daging sapi sebesar
18.900 ton dan daging sapi sebesar 74.064 ton.
57. Penurunan Ekspor Beras Vietnam Tahun 2016, rekomendasi disampaikan
kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri
melalui Nota Dinas No 129/BPPP/ND/10/2016 tanggal 20 Oktober 2016.
Diversifikasi sumber pasokan beras impor dapat dilakukan ke wilayah-wilayah
Great Mekong seperti Kamboja, Laos dan Myanmar serta Pakistan. Keunggulan
komparatif yang dimiliki keempat negara tersebut dapat menjadi pertimbangan
dan memungkinkan mendapatkan harga yang lebih rendah. Di samping itu,
kesamaan varietas beras yang diproduksi oleh keempat negara tersebut dengan
beras Vietnam atau Thailand akan mempermudah terjadinya perdagangan beras
antara Kamboja/Laos/Myanmar/Pakistan dengan Indonesia.
58. Laporan Kunjungan ke PT Gunung Madu Plantation, Provinsi Lampung,
rekomendasi diberikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No
146/BPPP/ND/11/2016 tanggal 09 November 2016. Dengan Penetapan harga
jual di tingkat eceran, perlu mempertimbangkan harga kisaran (range price),
bukan dengan harga tetap (fixed price) sbesar Rp 12.500/kg. Hal ini disebabkan
pelaku usaha perlu menyesuaikan biaya distribusi sesuai dengan lokasi.
Penerapan kebijakan penyatuan pasar gula dilakukan dalam jangka panjang
dengan mempertimbangkan (1) penyedia lahan tebu (diutamakan di luar pulau
jawa) untuk mendukung peningkatan investasi pabrik gula baru dan (2)
penyesuaian mutu GKP yang juga dapat digunakan oleh industry dicerminkan
dalam perubahan SNI GKP saat ini.
59. Harga Susu Sapi Segar di Tingkat Peternak, rekomendasi diberikan kepada
Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri melalui
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 34
surat No 165/ BPPP/ ND/ 12/2016 tanggal 06 Desember 2016.
Berdasarkan dua pendekatan, maka usulan harga susu sapi segar yang sesuai di
tingkat peternak yaitu berkisar antara Rp 6.400 s.d Rp 6.900/liter. Harga susu
sapi segar di tingkat peternak yang diusulkan oleh Koperasi Peternak Sapi Perah
“Setia Kawan” Nongkojajar Pasuruan sebesar RRRp 6.500/liter dinilai sudah
sesuai/wajar.
60. Masukan Atas Permohonan Gubernur Lampung, rekomendasi disampaikan
kepada Sekretaris Jendral Kementerian Perdagangan melalui surat No
167/BPPP/ND/12/2016 tanggal 15 Desember 2016. Denga rekomendasi
keringanan suku bunga usaha budidaya peternakan tidak bertentangan dengan
ketentuan yang ada di WTO sebagaimana tertuang dalam Agreement on
Agriculture (AoA) artikel VI mengenai Domestic Support Commitments sepanjang
produk yang dihasilkan tidak diekspor. Namun apabila produk tersebut
diekspor, maka kebijakan ini masuk dalam artikel IX mengenai Export subsidy
Commitments dan kondisi ini tidak menjadi maalah sepanjang kebijakan tersebut
dinontifikasi ke WTO.
61. Rapat Antara Bupati Fak-Fak Dengan BPPP Mengenai Komoditi Pala, dari
hasil pertemuan ini BPPP memberikan rekomendasi kepada Menteri
Perdagangan melalui surat 170/BPPP/ND/12/2016 tanggal 19 Desember 2016.
Merekomendasikan perlu adanya strategi khusus agar ekspor pala dapat
langsung dilakukan ke negara-negara Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan
Jerman dan yang tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya kajian tentang
kemungkinan pala menjadi komoditi yang dapat diresigudangkan.
62. Policy Dialogue Series Peran Pusat Logistik Berikat (PLB) Dalam
Mendukung Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Nasional,
rekomendasi diberikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No
174/BPPP/ND/12/2016 tanggal 21 Desember 2016. Rekomendsi perlu
sosialisasi yang lebih intensif agar kebijakan yang diluncurkan dalam rangka
meningkatkan daya saing dan ekspor IKM melalui PLB dapat dipahami secara
benar oleh para pelaku usaha. Dan apabila hasil evaluasi dinilai baik, maka model
bisnis seperti PLB IKM Khrisna Bali Internasional Cargo ini dapat dicontoh dan
diterapkan di wilayah sentra industri IKM lain di Indonesia
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 35
63. Usulan Posisi Runding Dalam Perdagangan Barang Pada Perundingan
Indonesia – Australia CEPA, disampaikan kepada Dirjen Perundingan
Perdagangan Internasioanl melalui Nota Dinas No.49/BPPP/ND/06/2016
tanggal 10 Juni 2016. Usulan modalitas penurunan tariff: (1) modalitas offer list
dapat disusun berdasar skema AANZFTA dengan mengambil dua opsi, yaitu
mempercepat skema penurunan tariff untuk 174 pos tariff yang akan menjadi
0% tahun 2015, atau menegosiasikan 575 pos tariff yang belum 0% pada tahun
2015; (2) Modalitas request list disusun berdasarkan komitmen Australia yang
telah diberikan pada Malaysia yaitu 100% pos tariff pada saat entry into force.
Rekomendasi untuk Early Outcome adalah Mutual Recognition on Food Standard
yang dapat mendorong produk Indonesia memenuhi standar Australia dan
kriteria dalam Import Risk Analysis (IRA).
64. Pemanfaatan AANZ FTA dan IA CEPA Untuk Meningkatkan Ekspor Produk
Otomotif Indonesia ke Australia, disampaikan kepada Dirjen Perundingan
Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.51/BPPP/ND/6/2016 tanggal
14 Juni 2016. Agar potensi pasar otomotif di Australia dapat dimanfaatkan
dengan baik di Indonesia, yang perlu dilakukan: (1) meningkatkan sosialisasi
pemanfataan AANZ FTA; (2) melaksanakan efisiensi jalur distribusi melalui e-
commerce; (3) menyesuaikan produk otomotif Indonesia dengan standar mesin
dan keamanan di Australia; dan (4) memanfaatkan jejaring kerja dengan
distributor lokal Australia.
65. Manfaat Implementasi Preferential Trade Agreement the Developing Eigth
(PTA D8) Bagi Indonesia, disampaikan kepada Dirjen Perundingan
Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.52/BPPP/ND/6/2016 tanggal
14 Juni 2016. Keikutsertaan Indonesia berpotensi meningkatkan nilai impor dari
D8 sebesar USD 39,95 juta, namun surplus perdagangan Indonesia dengan D8
akan meningkat sebesar 751,24 juta. Hal yang perlu dilakukan: (1) aktif dalam
penurunan tariff PTA D8 & segera meratifikasi; (2) sosialisasi pemanfatan PTA
D8 kepada pengusaha; (3) meningkatkan akses pasar ke negara D8 atau anggota
OKI melalui kerjasama bilateral/regional.
66. Manfaat Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
(IJEPA) dan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
Bagi Ekonomi Makro dan Sektoral Indonesia, disampaikan kepada Dirjen
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 36
Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.
62/BPPP/ND/6/2016 tanggal 28 Juni 2016 dengan rekomendasi bahwa
sebaiknya Indonesia meningkatkan produktivitas sebesar 5% untuk sektor yang
termasuk di dalam prioritas kerjasama Manufacturing Industrial Development
Center (MIDEC) yaitu; petroleum, electronic dan metal products, serta
memanfaatkan transfer teknologi dari Jepang termasuk pertukaran engineers
yang akan menstimulasi upgrading dari perusahaan dan industri melalui
komunikasi face to face pada berbagai tingkat produk dan inovasi proses.
67. Pemanfaatan Kerjasama Strategis Maritime Silk Road Tiongkok Untuk
Mengurangi Biaya Angkutan Laut Ekspor Indonesia ke Dunia, disampaikan
ke Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas
No.66/BPPP/ND/6/2016 tanggal 30 Juni 2016 dengan rekomendasi (1)
Indonesia dapat menerima usulan strategic planning MSR, namun agar
pelaksanaannya berjalan efektif untuk mengurangi biaya angkutan laut ekspor,
harus mencontoh kasus Pelabuhan di Sulawesi Selatan, dimana mereka
mengundang investor dari armada angkutan laut Tiongkok membangun kantor
perwakilan di Makassar dengan tujuan mendatangkan kapal kontainer
berukuran kecil untuk melakukan ekspor langsung, (2) Indonesia sebaiknya
menegosiasikan usulan strategic planning MSR Tiongkok yang hanya
memanfaatkan pelabuhan Jakarta, menggantinya dengan pelabuhan ekspor di
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Papua.
68. Kebijakan Kesenjangan (Gap) Aturan E-Commerce Indonesia dengan Trans
Pacific Partnership (TPP), disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 73/BPPP/ND/07/2016 tanggal 27 Juli
2016. Rekomendasi yang disampaikan adalah: (1) Melakukan penyesuaian UU
ITE khususnya Pasal 2 mengenai pemanfaatan teknologi informasi bersifat
territorial dan Pasal 10 mengenal lembaga sertifikasi keandalan; (2) melakukan
penyeseuaian UU Perdagangan khususnya 65mengenai sanksi administrasi
berupa pencabutan ijin; (3) Melakukan penyesuaian PP PSTE khususnya Pasal
48 mengenai kontrak elektronik dan Pasal 54 mengenai pemisahan tanda tangan
elektronik; (4) Melakukan penyesuaian RPP TPMSE khususnya Pasal 4 dan 5
mengenai penyelesaian transaksi, Pasal 8, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 25 mengenai
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 37
kewajiban pelaku usaha memiliki identitas, pendaftaran, dan domain, dan Pasal
67 mengenai perpajakna transaksi.
69. Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang Indonesia-Turki,
disampaikan kepada Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional melalui
Nota Dinas No. 74/BPPP/ND/07/2016 tanggal 27 Juli 2016. Kinerja
perdagangan Indonesia dengan Turki selama periode 2011-2015 baik ekspor
maupun impor mengalami penurunan rata-rata -3,64% dan -3,71% per tahun.
Analisis manfaat dan biaya menggunakan dua skema yakni: (1) skema Free Trade
Agreement (FTA) dengan skenario pemotongan tarif: 50%, 75%, 100% dari level
tarif berlaku; dan (2) skema Preferential Trade Agreement (PTA) dengan 3
skenario simulasi pemotongan tarif untuk: 100 produk potential request
Indonesia, 100 produk potential request Turki dan 195 produk potential request
Indonesia dan Turki secara bersama. Mempertimbangkan cakupan FTA yang
cukup luas dan diperlukannya analisis aspek lain di luar perdagangan barang,
maka kami merekomendasikan bentuk kerjasama PTA dengan menggunakan
skenario 3 yaitu pemotongan tarif terhadap 195 produk potential request
Indonesia dan Turki.
70. Evaluasi Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) dan
Potensi Perluasan Cakupan Produk, disampaikan kepada Dirjen Perundingan
Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No. 81/BPPP/ND/08/2016
tanggal 10 Agustus 2016 dengan rekomendasi bahwa Indonesia dapat
menyetujui keinginan Pakistan untuk memperluas cakupan produk IP-PTA
dengan melakukan liberalisasi tarif sampai dengan 100 dan untuk
memaksimalkan pemanfaatan SKA IP-PTA, sebaiknya dilakukan kegiatan
sosialisasi kepada para pelaku usaha di seluruh Indonesia.
71. Pemanfaatan Suez Canal Special Economic Zone (SCZone) Untuk
Peningkatan Ekspor Indonesia ke Afrika, Timur Tengah dan Eropa,
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.
85/BPPP/ND/08/2016 tanggal 19 Agustus 2016 dimana merekomendasikan
bahwa Indonesia dapat mempertimbangkan investasi di SCZone dikarenakan
adanya kemudahan akses ke pasar Timur Tengah termasuk pasar domestik
Mesir, dengan memanfaatkan insentif perpajakan dan memanfatkan FTA yang
telah dilakukan Mesir dengan negara lain; informasi mengenai manfaat SCZone
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 38
perlu disosialisasikan kepada pelaku usaha, salah satunya melalui forum ekspor
yang diselenggarakan oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri.
72. Posisi Runding Perdagangan Jasa dalam Rangka Indonesia – European
Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional
melalui Nota Dinas No. 87/BPPP/ND/08/2016 tanggal 22 Agustus 2016 dengan
merekomendasikan Indonesia menggunakan STRI Vietnam sebagai dasar dalam
menawarkan (offer) komitmen perdagangan jasa Indonesia dalam IEU-CEPA
(menggunakan STRI Vietnam pada EUV-FT A sebagai benchmark); mendorong
ekspansi jasa transportasi udara, khususnya pada moda 4 untuk tenaga reparasi
dan pemeliharaan pesawat. Namun dikarenakan EU masih menutup moda 4,
maka diperlukan upaya agar EU mau membuka komitmennya bagi Indonesia.
73. Kebijakan Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang dalam
Skema ASEAN-European Union (EU) FTA, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.
94/BPPP/ND/08/2016 tanggal 29 Agustus 2016 dengan merekomendasikan
bahwa manfaat terbaik akan diperoleh Indonesia dalam ASEAN-EU FTA apabila
melakukan penurunan tarif sampai dengan 100% (liberalisasi penuh) yang
berpotensi memberikan peningkatan kesejahteraan sebesar USD 2.085,33 ribu,
peningkatan GDP riil sebesar 0,051%, dan peningkatan investasi sebesar
1,164%. Namun, implementasinya dapat mengikuti target penurunan tarif dalam
Indonesia-EU CEPA yaitu penurunan tarif sebesar 95%. Biaya yang harus
ditanggung adalah deficit neraca perdagangan sebesar USD -2.145,47 ribu. Upaya
mengatasi hambatan non tarif dalam ekspor ke Eropa dengan cara peningkatan
standar dan mutu melalui capacity building dan mutual recognition agreement.
74. Peningkatan Liberalisasi Sektor Jasa Indonesia dalm Rangka Memenuhi
ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS), disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas
No. 99/BPPP/ND/09/2016 tanggal 8 September 2016 merekomendasikan:
untuk meningkatkan FEP sektor jasa komunikasi menjadi 70% pada paket AFAS
10 karena sektor ini telah berdaya saing; meningkatkan FEP sektor jasa
distribusi (khusus grosir) dari 51% menjadi 67% atau disesuaikan dengan
Daftar Negatif Investasi; serta meningkatkan FEP sektor jasa konstruksi menjadi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 39
70% karena Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi telah
mengijinkan FEP 70% pada sektor tersebut.
75. Dampak Canada-Ukraina Free Trade Agreement (CUFTA), disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 100/BPPP/ND/09/2016 tanggal 9 September 2016 dimana
rekomendasinya adalah analisis potensi kerugian akibat adanya CUFTA tidak
signifikan untuk Indonesia. Disamping itu, CUFTA baru ditandatangani tahun
2015 sehingga data untuk melihat dampak riil dari kerjasama tersebut masih
terbatas. Sehingga yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dapat
mengoptimalkan hubungan bilateral yang telah ada baik dengan Ukraina
maupun Kanada untuk mempertahankan potensi pasar di negara tersebut.
76. Usulan Posisi Runding Perdagangan Barang Dalam Rangka Indonesia-
European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-
CEPA), disampaikan kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagngan
Internasional melalui Nota Dinas No. 114/BPPP/ND/09/2016 tanggal 29
September 2016 dengan merekomendasikan: (a) menyandingkan request dan
offer Indonesia dan Uni Eropa, terdapat 235 pos tarif dari request Indonesia
yang dipandang sensitif oleh Uni Eropa sehingga berpotensi ditolak oleh Uni
Eropa. Sebaliknya, terdapat 260 pos tarif dari request Uni Eropa yang dipandang
sensitif oleh Indonesia sehingga berpotensi ditolak oleh Indonesia. Ruang
negoisasi untuk menerapkan fleksibilitas seperti dalam Vietnam EU Partnership
Agreement (VEU PCA) menjadi salah satu alternatif untuk menjembatani
perbedaan negoisasi ini; (b) Selain perundingan penurunan tarif, Indonesia juga
perlu mengatasi hambatan non tarif Uni Eropa terutama untuk produk pertanian
dan manufaktur sehingga perundingan mengatasi hambatan non tarif Uni Eropa
perlu diprioritaskan juga terutama untuk produk CPO untuk mengatasi (1) isu
deforestasi, (2) tingginya kandungan “dioxin” pada produk palm fatty acid yang
melebihi batas toleransi, (3) tingginya kandungan “salmonella ruiru” dalam Palm
Kernel Expeller dari Indonesia, dan (4) Kriteria sustainability dalam
memproduksi sawit khususnya untuk biofuel.
Beberapa contoh (tidak semua) hasil kajian BPPP selama kurun waktu 2010-2017
yang digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan tersaji pada tabel berikut ini:
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 40
Tabel 1. Beberapa contoh hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan tahun 2009-2017
No. Judul Kajian Rekomendasi
1. Kajian Dampak Masuknya
Penyedia Jasa Telekomunikasi
Asing Terhadap Kinerja Penyedia
Jasa Telekomunikasi dan Tenaga
Kerja Indonesia
Direkomendasikan untuk meningkatkan Foreign
Equity Participation (FEP) sektor jasa
telekomunikasi dari 49 persen menjadi 70
persen karena dampak masuknya penyedia jasa
telekomunikasi asing yang signifikan posistif
bagi penyerapan tenaga kerja dan kinerja sektor
ini.
2. Kajian manfaat dan biaya
kerjasama ASEAN Canada Free
Trade Agreements (FTA) bagi
Indonesia
Direkomendasikan untuk tetap berperan serta
dalam skema kerjasama ASEAN-Canada FTA
karena meskipun terdapat biaya yang mesti
ditannggung tetapi potensi manfaatnya juga
cukup menjanjikan.
3 HPP gula Direkomendasikan sebagai bahan rapim
kementerian perdagangan dimana perlu ada
pemahaman bahwa HPP bukan merupakan satu-
satunya instrumen yang dapat mendukung
perbaikan sistem pergulaan nasional, termasuk
kesejahteraan petani gula. HPP yang tinggi hanya
akan menguntungkan pabrik swasta yang tidak
menerapkan KSO karena business operation-nya
yang jauh lebih efisien. Penggunaan bibit unggul
dan efisiensi pabrik gula milik BUMN justru
merupakan hal yang paling utama dalam
pengembangan sistem pergulaan nasional agar
lebih efisien
4 HPP beras Direkomendasikan sebagai bahan rapim
kementerian perdagangan dimana Besaran HPP
beras tahun 2013 tidak berubah dan masih
mengacu besaran HPP tahun 2012 mengingat
dinamika harga baik di tingkat nasional maupun
internasional relatif stabil
5 Upaya Peningkatan Implementasi
UU WDP di Daerah Direkomendasikan agar Ditjen Dagri
memaksimalkan jaringan komputerisasi dan
program aplikasi WDP yang ada. Cara tersebut
merupakan opsi unggulan dibandingkan opsi
lainnya dalam menyelesaikan permasalahan
implementasi pendataan WDP. Masih terus
meningkatkan sosialisasi terhadap pelaku usaha
tentang pentingnya pendaftaran perusahaan
yang selama ini telah dilakukan
6 Peningkatan Peran Lembaga
Pembiayaan Dalam - Direkomendasikan kepada lembaga
perbankan agar meningkatkan sosialisasi
kepada UMKM tentang eksistensi lembaga
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 41
Pengembangan UMKM Sektor
Perdagangan pembiayaan baik bank maupun non bank
khususnya koperasi. Bagi lembaga
pembiayan perbankan yang tidak memiliki
core usaha pada usaha mikro dapat
menggunakan model pembiayaan linkage
dan channeling dengan lembaga pembiayaan
lainnya. Selain itu juga perlu sistem informasi
debitur terintegrasi antar lembaga
pembiayaan bank dan non bank untuk
mencegah terjadinya pembiayaan berulang
pada UMKM yang sama
- Direkomendasikan kepada Kemendag agar
dilakukan kemitraan antara pemerintah
pusat, daerah dan lembaga pembiayaan
dalam hal memberikan bantuan teknis
kepada UMKM, sehingga pembinaan yang
dilakukan dapat lebih terintegrasi. Perlunya
kebijakan yang mewajibkan UMKM untuk
mengikuti pembinaan dari lembaga
pembiayaan dan menyerahkan laporan
keuangan usaha secara periodik kepada
lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi terjadi penyimpangan
pemanfaatan kredit yang diberikan oleh
lembaga pembiayaan
7
Peran Kebijakan Perdagangan
Dalam Rangka Percepatan
Pencapaian Swasembada Pangan
(Beras, Jagung, Kedelai, Gula Dan
Daging Sapi)
- Direkomendaikan kepada Kemendag agar
kebijakan perdagangan dalam bentuk Tarif
Bea Masuk (TBM), baik tarif spesifik untuk
beras dan gula, maupun tarif ad-valorem
untuk jagung, kedelai dan daging sapi,
sebagai salah satu bentuk perlindungan
kuantitatif bagi pertanian di Indonesia, masih
tetap diperlukan. Tujuan kebijakan
perdagangan dalam bentuk Tarif Bea Masuk
(TBM) ini adalah untuk menghambat laju
pertumbuhan konsumsi per kapita yang
berlebihan, utamanya beras, sekaligus untuk
mendorong pertumbuhan produksi beras,
jagung, kedelai, gula dan daging sapi,
sehingga swasembada dapat lebih cepat
tercapai
- Direkomendasikan kepada kementerian
pertanian untuk mendorong produksi
pangan dan pertanian yang juga diperlukan,
antara lain: (1) Pengembangan teknologi
secara terus menerus; (2) Penetapan Harga
Pembelian Pemerintah untuk beras dan
Harga Patokan untuk gula; (3) Pemberian
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 42
subsidi harga input (benih dan pupuk); (4)
Perbaikan prasarana pertanian (jaringan
irigasi, jalan pertanian, dan lain-lain); (5)
Pencetakan sawah untuk padi, dan
pengadaan lahan untuk kedelai dan gula; dan
(6) Pengendalian/pencegahan pemotongan
sapi potong betina produk
8 Upaya Meningkatkan Efektifitas
Implementasi Sistem Resi Gudang
(SRG) Komoditi Jagung
Dinas Perindag bekerasama dengan Bappebti
perlu meningkatkan sosialisasi secara rutin dan
intensif untuk mendorong petani menerapkan
SRG dengan melibatkan dinas terkait dan
stakeholders lainnya (penyuluh dan petani yang
telah sukses menerapkan SRG). Selin itu dinas
perindag untuk memfasilitas kerjasama antar
pengelola gudang, seperti PT. Pertani dan PT.
Bhanda Ghara Reksa (sebagai BUMN Pengelola
Gudang)
9 Kinerja Logistik Perdagangan
Studi Kasus: Beras Dan Semen Direkomendasikan kepada kementerian PU
untuk melaksanakan pembangunan dan
perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur
terutama akses jalan ke pelabuhan, perencanaan
jalur transportasi baik barang dan manusia
dengan mempertimbangan pertumbuhan
penduduk dan ekonomi, peningkatan ketertiban
dan kesadaran pengguna sarana transportasi dan
infrastruktur terhadap aturan-aturan
transportasi dan aturan lain seperti beban
muatan
10 Pusat Distribusi Regional (PDR) Merekomendasikan kepada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi perlu menyiapkan
proses bisnis, manajemen, teknologi, dan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang
memadai agar PDR dapat berfungsi secara
optimal selain itu Pembangunan PDR di wilayah-
wilayah lain hendaknya lebih memperhatikan
ketersediaan infrastruktur transportasi laut dan
transportasi darat, termasuk jalan raya sebagai
penghubung ke/dari PDR
11 Antisipasi Perubahan Pola
Konsumsi Pangan Direkomendasikan agar promosi produk
makanan dilakukan dengan benar dan tidak
menyesatkan konsumen dan pemerintah harus
berperan dalam upaya diversifikasi konsumsi
pangan pokok berbasis sumber daya lokal
12 Penentuan Kriteria Dan
Komoditas Bapok Direkomendasi kan pemerintah perlu membatasi
jumlah bapok dengan mempertimbangkan
kebijakan pembangunan pertanian, tingkat
kesulitan dan biaya dalam kebijakan pangan,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 43
dinamika konsumsi dan dinamikan pasar
internasional dengan pertimbangan jumlah
bapok seyogyanya tidak lebih dari 10 komoditas
13 Faktor Yang Mempengaruhi
Harga Daging Sapi Di Dalam
Negeri
Merekomendasikan kepada kementrian
perdagangan upaya stabilisasi harga dilakukan
melalui monitoring harga secara berkala pada
setiap jenis daging sapi serta jenis pasar juga
perlu memperhatikan perubahan terhadap
mekanisme waktu importasi antara daging sapi,
sapi bakalan serta sapi siap potong sangat
penting serta penataan kembali jalur tata niaga
sapi maupun dagng sapi antar provinsi melalui
kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
14 Peningkatan Daya Saing Dan
Perlindungan Konsumen Melalui
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- Merekomendasikan kepada Badan
Standardisasi Nasional (BSN) untuk melakukan
peninjauan, perubahan (amandemen) SNI
khususnya produk eskpor ke negara tujuan
sesuai perkembangan dan perubahan selera
konsumen dan teknologi - Merkomendasikan kepada perwakilan dagang
RI di luar negeri, untuk menjadi bagian solusi
dari kasus-kasus penolakan produk ekspor
Indonesia antara lain melakukan mediasi,
konsultasi, dan menyediakan informasi terkait
perkembangan standar dan selera pasar mitra
dagang kepada para eksportir di Indonesia
15 Upaya Peningkatan Pelayanan
Tera/Tera Ulang Alat Ukur, Takar,
Timbang Dan Perlengkapannya
(UTTP) Di Pasar Tradisional
Direkomendasikan agar pemerintah Provinsi
dan Kabupaten /kota meningkatkan pelayanan
tera/tera ulang UTTP bersifat mandatory dalam
upaya perlindungan konsumen. Dalam upaya
meningkatkan pelayanan tera/tera ulang UTTP
khususnya timbangan antara lain : membentuk
UPT dan UPTD-UPTD yang dilengkapi jumlah dan
kompetensi SDM (penera dan pegawai yang
berhak) yang memadai; ketersediaan sarana dan
prasarana (gedung, peralatan standar, alat
transportasi, dll), kegiatan pengawasan dan
penyuluhan tera/tera ulang. Perlu juga
koordinasi dengan pengelola pasar dibutuhkan
dalam meningkatkan akses pelayanan tera/tera
ulang adalah kelengkapan data UTTP yang valid
di pasar tradisional
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 44
16 Upaya Peningkatan Pengawasan
Terhadap Pemberlakuan SNI
Wajib Produk Elektronik
Direkomendasikan kepada lembaga penguji dan
LSpro agar harmonisasi biaya pengujian produk
maupun pemprosesan SPPT-SNI. Perlu
penyeragaman waktu pengujian hingga
penerbitan SPPT – SNI
17 Upaya Peningkatan Pengawasan
Distribusi Bahan Berbahaya Direkomendasikan agar Kemendag merevisi
Permendag terutama pada pasal-pasal yang
tertuang pada Permendag Nomor : 44/M-
DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi
Dan Pengawasan B2 yang menyangkut aspek
pengadaan, distribusi dan pengawasan serta
penerapan sanksi, perlu ada penyempurnaan.
Selain itu perlu juga diatur ketentuan mengenai
sanksi yang lebih jelas dan menimbulkan efek
jera sesuai dengan pelanggarannya dalam upaya
meningkatkan kepatuhan pelaku usaha dalam
memenuhi segala kewajiban, antara lain
pelaporan. Penerapan sanksi terhadap
pelanggaran perlu ditegakkan dan mengacu pada
peraturan perundangan yang berlaku yaitu
Undang-undang Perlindungan Konsumen
18 Analisis Mengatasi Defisit
Perdagangan Hasil analisa ini sebagai bahan rekomendasi
terkait langkah-langkah mengatasi defisit
perdagangan dengan cara: menaikkan harga BBM
dengan cara mengurangi subsidi sehingga dapat
menghemat APBN dan mengurangi impor;
(b).Meningkatkan penggunaan biodiesel; (c).
Melonggarkan aturan maksimum titik kabut
menjadi 19-20o C
19
Analisis Impor Produk Tertentu
Melalui Pelabuhan Krueng
Geukeuh-Aceh Utara dan
Pelabuhan Kuala Langsa-Kota
Langsa
Hasil analisa ini menjadi rekomendasi Direkturat
Impor bahwa dimungkinkan Pelabuhan Krueng
Geukueh dibuka sebagai pelabuhan impor
produk tertentu di Aceh. Hasil outcome dari
rekomendasi ini adalah telah diterbitkannya
Permendag Nomor 61/M/DAG/PER/9/2013,
yang menetapkan Pelabuhan Krueng
Geukueh, Aceh Utara sebagai pintu masuk
Impor Produk Tertentu
20 Analisis terhadap Impor Sakarin,
Natrium Siklamat, Perkakas
Tangan serta Preparat Bau-bauan
dan Campuran Mengandung
Alkohol
Hasil analisis ini direkomendasikan kepada
Direkturat Impor bahwa perlu dilakuan revisi
atas Kepmenperindag No.230/MPP/Kep/
7/1997
21 Analisis Impor Kepolimer dari
Propilen Hasil analisis ini, BP2KP memberikan
rekomendasi ke Direktorat Impor terkait
lampiran Kepmenperindag No.230/MPP/Kep/7/
1997 yang menggunakan HS 1996 dan jumlah HS
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 45
yang berjumlah 9 digit, maka perlu dilakukan
penyesuaian lampiran SK tersebut sesuai dengan
BTKI 2012. Rekomendasi yang diberikan telah
ditindak lanjuti oleh pimpinan dengan hasil telah
disusunnya Rancangan Permendag mengenai
Ketentuan Impor Plastik
22 Analisis Kebijakan Impor Klinker
dan Semen Hasil analisa ini merekomendasikan kepada
Direktorat Impor bahwa pentingnya melindungi
investasi di sektor industri semen. Tindak lanjut
dari Pimpinan adalah telah disusunnya
Rancangan Permendag mengenai Ketentuan
Impor Semen
23 Analisis Dampak Kebijakan Bea
keluar (BK) CPO: Statistical Desk
Research
Hasil analisis ini merekomendasikan pada
Direktur Ekspor, bahwa upaya untuk merevisi BK
CPO yang berlaku saat ini harus
mempertimbangkan adanya investasi di industri
pengolahan CPO yang sudah masuk dan
konsistensi kebijakan tersebut pada investor
dalam negeri maupun asing; dan Kementerian
Perdagangan tidak merekomendasikan adanya
revisi berupa penurunan BK CPO
24 Hasil Analisis Harga Referensi
CPO dengan Menggunakan
Metode Tertimbang BKDI 60%:
MDX 20%: Rotterdam 20%:
Statistical Desk Research
Hasil rekomendasi dari analisis ini telah
diterbitkan PMK No. 128/PMK.011/2013
tentang Perubahan atas PMK No.
75/PMK.011/2012 tentang Penetapan
Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar
dan Tarif Bea Keluar tanggal 9 September
2013
25 Tanggapan atas Implementasi
Pemerintah AS untuk kasus Clove
Cigarrettes (DS 406) setelah
berakhirnya Reasonable Period of
Time tanggal 24 Juli 2013
Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan
dalam menanggagapi implementasi Pemerintah
AS untuk kasus clove cigarettes (ds 406) setelah
berakhirnya reasonable period of time tanggal
24 Juli 2013
26 Hasil penelusuran Definisi Pasar
Tradisional Tujuan Ekspor Non
Migas
Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan
dalam menelusuri definisi pasar tradisional
tujuan ekspor non migas
27 Penyesuaian Tarif Bea Masuk atas
Impor Kedelai Hasil rekomendasi analisis ini diterbitkannya
PMK No. 133/PMK.011/2013 tanggal 3
Oktober 2013, tentang Perubahan atas PMK
no 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan
Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 46
Bea Masuk Atas Barang Impor. Tarif Bea masuk
untuk impor kedelai diturunkan menjadi 0%
28 Analisis Dampak Kebijakan
Pelarangan Ekspor Raw Mineral
dan Tambang
Analisis ini memberikan rekomendasi terkait
penerapan kebijakan pelarangan ekspor raw
mineral tambang di tahun 2014
29 Tanggapan atas surat Asosiasi
Niaga Pupuk Indonesia mengenai
Pengadaan, Distribusi, dan
Pengawasan Bahan Berbahaya
Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan
dalam menanggagapi surat Asosiasi Niaga Pupuk
Indonesia mengenai Pengadaan, Distribusi, dan
Pengawasan Bahan Berbahaya
30 Masukan atas surat Ditjen. Basis
Industri Manufaktur, Kemenperin
atas usulan pengecualian 6 pos
tarif/HS dari Pengenaan BMAD
CRC/S
Hasil analisis ini merekomendasikan kepada
Direktur Kerjasama Bilateral, dengan isi
menyatakan bahwa usulan pengecualian
terhadap 6 pos tariff/HS untuk dikecualikan dari
pengenaan BMAD melalui interim review untuk
saat ini belum dapat dilakukan karena tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun
2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan
Imbalan, dan Tindakan Pengamanan
Perdagangan
31 Analisis Importasi Teh dan
Tepung Terigu Pakan Ternak Rekomendasi dari hasil analisa ini sebagai bahan
masukan dalam rapat Pleno Tim Tarif terkait
kebijakan importasi teh
32 Bahan Masukan Konsultasi
Bilateral Indonesia-Thailand
terkait Kasus Safeguard
Hasil analisa ini memberikan masukan kepada
Direktur Pengamanan Perdagangan, Ditjen Daglu
pada konsultasi bilateral Indonesia-Thailand
terkait pengenaan tindakan pengamanan
perdagangan oleh Thailand terhadap produk
glass block Indonesia (HS 701690)
33 Analisis Lonjakan Impor Produk
Plastik Analisa ini sebagai tindak lanjut surat dari
Direktur Impor, nomor 2759/DAGLU.4-
3/ND/10/2013 perihal Permintaan Kajian
terkait Usulan Kementerian Perindustrian
mengenai Pengendalian Impor Produk Plastik
34 Analisis Persiapan Regional
Comprehensive Economic
Partnership (RCEP) Dalam
Working Group On Trade In Goods
Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat
Kerjasama ASEAN untuk menyusun modalitas
dan strategi negosiasi yang tercermin dalam
posisi runding Indonesia di forum RCEP
35 Kajian Kesiapan Indonesia dalam
Menghadapi ASEAN-Hongkong
FTA
Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat
Kerjasama ASEAN untuk menyusun posisi
runding dalam ASEAN-HongKong FTA
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 47
36 Analisis Peluang Kerjasama
Bilateral Indonesia-Nigeria
melalui Skema Preferential Trade
Agreement
Hasil analisa ini digunakan oleh Kementerian
Luar Negeri dalam menyusun Joint Trade
Commission dengan Nigeria
37 Kajian Dampak Implementasi
Penggunaan Terms of Delivery
FOB menjadi CIF untuk Kegiatan
Ekspor yang sesuai dengan
Komitmen Kerjasama Multilateral
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional untuk
menyusun Roadmap pengubahan term of trade
dari FOB menjadi CIF
38 Kajian Posisi Runding
Perdagangan Jasa dalam rangka
Indonesia-Korea CEPA
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Perundingan Perdagangan Jasa untuk
perundingan Jasa untuk forum Indonesia-Korea
CEPA
39 Kajian Perundingan Regional
Comprehensive Economic
Partnership (RCEP) di bidang Jasa
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Perundingan Perdagangan Jasa untuk
perundingan Jasa untuk forum RCEP
40 Kajian Dampak Aksesi Sudan dan
Ethiopia Sebagai Anggota WTO
Bagi Kinerja Perdagangan
Indonesia
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Kerjasama Multilateral untuk menyusun posisi
runding Indonesia
41 Kajian Pendampingan
Stakeholder dalam Rangka
Menunjang Kerjasama APEC
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Kerjasama APEC dan Organisasi Lainnya dalam
penyusunan posisi memasukkan CPO ke dalam
Environmental Goods List di KTT APEC tahun
2013 di Bali
42 Analisis Peningkatan Hubungan
Kerjasama Ekonomi Indonesia
Tunisia
Hasil analisa digunakan menjadi basis updating
Joint Study Group Indonesia-Tunisia oleh
Direktorat Kerjasama Bilateral yang akan
diadakan dalam bulan Maret 2014
43 Kajian Strategi Kerjasama
Indonesia dalam Pembukaan
Akses Pasar di Pasar Non
Tradisional
Hasil ini digunakan oleh Direktorat Kerjasama
Bilateral dan Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor dalam rangka pengembangan akses ke
negara tujuan ekspor non tradisional. Direktorat
Kerjasama Bilateral telah menggunakan kajian
untuk menganalisis Trade Agreement antara
Indonesia dengan Uzbekistan
44 Analisis Target Ekspor Indonesia
2014 – 2015 Rekomendasi kebijakan digunakan untuk:
• Menetapkan perubahan target ekspor 2014
sebesar USD 190,0 miliar, naik 4,1% (YoY).
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 48
• Ditetapkannya 33 negara (14 negara utama
dan 19 negara prospektif tujuan ekspor) dan
10 produk utama dan 10 produk prospektif
ekspor.
45 Analisis Kinerja Perdagangan
Luar Negeri Hasil analisis dijadikan bahan masukan Menteri
Perdagangan dalam melakukan siaran pers
mengenai kinerja perdagangan setiap bulan.
46 Analisis Kebijakan Bea Keluar
(BK) CPO Dan Produk
Turunannya
Analisis menyarankan kepada Pemerintah agar
tidak merevisi kebijakan penurunan tarif BK CPO
dan produk turunannya dengan pertimbangan
akan menyurutkan semangat hilirisasi yang
sudah berjalan sampai saat ini.
47 Analisis Usulan Pembebasan Bea
Masuk Impor Biji Kakao Hasil analisis merekomendasi agar Pemerintah
tidak perlu melakukan perubahan kebijakan (do
nothing) dan menyerahkan kondisi yang ada
kepada para pelaku usaha untuk melakukan
adaptasi dan menemukan keseimbangan
48 Analisis Usulan Pelabuhan
Bitung-Sulawesi Utara sebagai
Pelabuhan Tujuan Impor Produk
Tertentu
Hasil analisis digunakan untuk kebijakan:
Permendag Nomor 36/M/DAG/PER/7/2014
Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara dapat dibuka
dan ditetapkan sebagai pelabuhan impor Produk
tertentu untuk produk produk Makanan dan
Minuman, Pakaian Jadi, dan Elektronika.
49 Evaluasi Perdagangan Lintas
Batas Hasil evaluasi digunakan untuk mengusulkan
perubahan besaran nilai transaksi perdagangan
lintas batas sesuai perkembangan dan
merekomendasikan komoditi gula agar
dimasukkan ke dalam negative list perjanjian
perdagangan lintas batas (Border Trade
Agreement/BTA).
50 JSG Indonesia-Peru PTA Hasil analisis digunakan sebagai pertimbangan
bagi Ditjen KPI bahwa PTA Indonesia-Peru dapat
dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan
tingkat daya saing dengan pesaing
51 JSG Indonesia-Tunisia PTA Hasil analisis digunakan sebagai pertimbangan
Kerjasama yang direkomendasikan adalah dalam
bentuk kerjasama Preferential Trade Agreement
(PTA) yang berupa penurunan tarif
52 Sektor Jasa Dalam IJ EPA Sosialisasi yang efektif terkait program IJEPA;
Penguatan lisensi dan legitimasi terhadap
kompetensi tenaga kerja; Peningkatan program
pelatihan/kursus bahasa; Peningkatan Fasilitasi
kerjasama
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 49
53 Strategi Menghadapi ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 Hasil kajian digunakan bagi penentuan posisi
pemerintah dalam mendorong terciptanya
Mutual Recognition Agreement (MRA) dan
harmonisasi kebijakan non tarif untuk food
product dan chemical, rubber, and plastic product;
perlu adanya peninjauan kembali kebijakan non
tarif terhadap bahan baku/penolong untuk
produk-produk utama Indonesia (textile, food
product dan chemical, rubber, dan plastic
product).
54 Analisis Kerjasama Ekonomi dan
Perdagangan Indonesia dan
Yordania dalam kerangka ASEAN
- Jordan FTA
Dapat dilakukan dengan memanfaatkan FTA yang
telah dilakukan oleh Yordania dan membangun
gudang perdagangan (wholesale) di Aqoba
sebagai sevice hub untuk memasuki pasar negara
Arab lainnya
55 Posisi Runding Indonesia dalam
Kejasama RCEP Kebijakan RCEP harus diikuti dengan capacity
building dan economic cooperation; perlu
peningkatan infrastruktur yang signifikan dalam
upaya mendapatkan manfaat dari RCEP.
56 Posisi Runding Indonesia dalam
isu Environment Goods List (EGs
List) di Forum APEC
Perlu memasukkan produk unggulan ekspor
Indonesia seperti CPO, sedangkan untuk
melindungi pasar dalam negeri, Indonesia hanya
dapat menerima produk pertanian dengan
kisaran tarif 7,8% - 9,6%
57 Review pemanfaatan peluang
Sektor Jasa Dalam ASEAN
Framework Agreement on Services
(AFAS) - studi banding: jasa
konstruksi
Sosialisasi mengenai peta posisi komitmen
Indonesia di AFAS serta upaya-upaya
peningkatan produktivitas ; harmonisasi
mengenai regulasi dan persyaratan untuk
menembus pasar jasa ASEAN untuk memperkuat
daya saing
58 Roadmap Pelaksanaan TOD CIF segera menyusun rencana strategis untuk
pengadaan 35 kapal handymax sampai tahun
2020 atau setara dengan 6 kapal per tahun, serta
memberikan insentif agar pengusaha dapat
menyisihkan 20 persen dari total volume ekspor
mereka untuk diangkut dengan kapal nasional.
59 Peta Diplomasi CPO di Italia
Indonesia perlu melakukan berbagai lobby
melalui fora bilateral, regional dan multilateral
untuk menjamin akses pasar minyak sawit dan
produk turunannya di Italia dan Uni Eropa; serta
meningkatkan minat pengusaha untuk
berinvestasi di Italia.
60 Peta Diplomasi CPO di Turki
Indonesia perlu melakukan perjanjian liberalisasi
PTA untuk produk minyak sawit dan turunannya
dari Turki dan produk Articles of jewelery dari
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 50
Indonesia; serta meningkatkan minat pengusaha
Indonesia untuk berinvestasi di Turki.
Tabel 2. Beberapa contoh hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan tahun 2015-2016
No. Memo Kebijakan Rekomendasi
Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Dalam Negeri
1
Upaya peningkatan Ekspor UKM
Melalui Trading House
disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota
Dinas No.22/BPPKP/ND/2/2015 tanggal 27
Februari 2015 sebagai bahan pertimbangan
dalam rangka upaya peningkatan ekspor
sebesar 300% pada tahun 2019 dimana salah
satu upayanya adalah pemberdayaan PT.
Sarinah dan PT. PPI sebagai Trading House
2 Analisis Pola Harga Tahunan Daging
Ayam
Sehubungan dengan adanya isu penurunan
harga unggas (ayam potong), analisis singkat
mengenai pola harga tahunan daging ayam
disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota
Dinas No.24/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 9
Maret 2015
3 Upaya Peningkatan Pelaksanaan
Perlindungan Konsumen di Indonesia
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen melalui Nota Dinas
No.77/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 29 Mei
2015. Beberapa langkah yang perlu dilakukan
untuk mengatasi hambatan pelaksanaan
perlindungan konsumen, sehubungan
dengan indikator kinerja menunjukkan
bahwa upaya perlindungan konsumen belum
terlaksana secara optimal
4 Penetapan Harga Khusus Barang
Kebutuhan Pokok (Permendag)
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui
Nota Dinas No.78/BPPKP/ND/05/2015
tanggal 29 Mei 2015. Hal ini sejalan dengan
Rancangan Perpres tentang penetapan dan
penyimpanan barang kebutuhan pokok dan
barang penting dinyatakan bahwa salah satu
penetapan kebijakan harga adalah penetapan
harga khusus menjelang, saat dan setelah hari
besar keagamaan nasional serta pada saat
terjadi gejolak harga
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 51
5 Kemungkinan Penjualan Gula Petani
dan/atau Gula PTPN Tanpa
Mekanisme Lelang
Hasil analisis telah disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 103/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23
Juli 2015
6 Kriteria PG untuk Memperoleh
Fasilitas Raw Sugar Guna Memenuhi
Idle Capacity
Memo kebijakan disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 102/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23
Juli 2015
7 Harga Patokan Petani (HPP) Gula
Tahun 2015
Hasil analisis disampaikan disampaikan
kepada saekretaris Jenderal melalui nota
dinas nomor 65/BPPKP/ND/05/2015
tanggal 12 Mei 2015 sebagai tindak lanjut
dari Surat Menteri Pertanian nomor
105/KB.330/M/4/2015 perihal Penetapan
Awal dan Akhir Giling MT 2014/2015 tanggal
29 April 2015
8 Besaran Harga Beli Petani (HBP)
Kedelai
dilakukan sebagai tindak lanjut merebaknya
isu tentang rencana penetapan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai sebesar
Rp.10.000/kg. Rekomendasi disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri melalui nota dinas nomor
57/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 22 April
2015
9 Masukan Terhadap Usulan
Deregulasi Kementerian
Perdagangan Terkait Gula
Sehubungan dengan adanya pelaksanaan
deregulasi kebijakan Kementerian
Perdagangan, BP2KP telah menyampaikan
usulan deregulasi terkait gula yang
disampaikan kepada Staf Ahli Bidang
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dan
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
melalui nota dinas nomor
123/BPPKP/ND/9/2015 tanggal 9
September 2015
10 Usulan Harga Pembelian Pemerintah
(HPP) Beras Tahun 2015
Usulan disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui
nota dinas nomor 28/BPPKP/ND/03/2015
tanggal 11 Maret 2015 sebagai tanggapan
atas surat Perum Bulog nomor B-
121/II/DO100/03/2015 tentang usulan HPP
Gabah dan Beras tanggal 6 Maret 2015
11 Perkiraan Harga Bahan Pangan
Pokok Pada Bulan Mei-Juli 2015
Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga
di bulan Puasa dan Idul Fitri, telah
disampaikan analisis perkiraan harga kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 52
melalui nota dinas nomor
70/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 18 Mei
2015
12 Arah Pengembangan Pasar Rakyat Analisis dilakukan untuk mendapat
pemahaman awal yang komprehensif
terhadap produk hukum terkait
pengembangan pasar rakyat dan dan
informasi terkait implementasi kebijakan
revitalisasi di Kementeriaan Perdagangan
dan kementerian lainnya. Hasil analisis telah
disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui nota
dinas nomor 79.1/BPPKP/ND/05/2015
tanggal 29 Mei 2015
13 Gambaran Perdagangan di Kawasan
Perbatasan Entikong
Hasil analisis disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
79/BPPKP/ND/5/2015 tanggal 29 Mei 2015
sebagai tanggapan atas suart Deputi Bidang
Politik, Hukum dan Keamanan nomor
B.467/Polhukam/04/2015 tentang
penyampaian salinan Instruksi Persiden No.6
tahun 2015 tentang Percepatan
pembangunan Tujuh Pos Lintas Batas Negara
Terpadu dan Penunjang di Kawasan
Perbatasan
14 Dampak Harga Pembelian
Pemerintah Beras, Harga Patokan
Petani Gula, dan Harga Energi
Terhadap Inflasi dan Kemiskinan
Rekomendasinya adalah template yang sudah
dibangun dapat digunakan sebagai instrumen
untuk mengestimasi dampak kenaikan HPP
beras dan gula serta harga energi kepada
inflasi dan kemiskinan, kemudian hasilnya
dapat dijadikan pertimbangan dalam
merumuskan policy mix. Rekomendasi ini
disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.
86.1/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni
2015
15 Analisis Efektifitas Operasi Pasar
Beras
Hasil analisis ini direkomendasikan kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
melalui Nota Dinas No.
152/BPPKP/ND/10/2015 tanggal 30
Oktober 2015. Merekomendasikan bahwa
setiap daerah perlu memiliki referensi
volume beras OP yang akan efektif
menurunkan harga, OP dapat
mempertahankan pola yang sudah dijalankan
saat ini dan HBKN oleh Bulog sebagai
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 53
pelaksana, serta kualitas beras yang
disalurkan dalam OP harus ditingkatkan.
16 Hasil Policy Dialogue Series
Revitalisasi Pasar Rakyat
PDS dilaksanakan oleh BP2KP bekerjasama
dengan AIPEG. Menindaklanjuti arahan
Menteri Perdagangan untuk mengadakan
diskusi tentang peran pasar sebagai sarana
distribusi, pengendalian supply dan arah
salah satu instrumen harga, telah
dilaksanakan PDS yang hasilnya telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan
melalui nota dinas nomor
85/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 24 Juni
2015
17 Hasil Policy Dialogue Series
Pengembangan Jasa Pergudangan
Dalam Meningkatkan Daya Saing
Sistem Logistik di Indonesia
Hasil diskusi telah disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 138/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 30
September 2015
Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Luar Negeri
18 Analisis kondisi sektor industri Serat
Polyester (PSF), Benang Filament
(PFY), dan Purified Terepthalat Acid
(PTA)
Rekomendasi disampaikan kepada Pimpinan
di Lingkungan Kementerian Perdagangan
melalui Nota Dinas
No.13/BPPKP.3/ND/01/2015 tanggal 9
Januari 2015 sebagai tanggapan atas surat
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen
Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) kepada
Mendag melalui surat
No.057/APSyFI/XII/2014 tanggal 30
Desember 2014
19 Analisis Revitalisasi Angkutan
Khusus Pelabuhan Tanjung Priok
Rekomendasi disampaikan ke Direktur
Fasilitasi Ekspor dan Impor, Direktorat
Jenderal Perdagangan Luar Negeri, melalui
Nota Dinas No.33/BPPKP.3/ND/01/2015
tanggal 21 Januari 2015 sebagai tanggapan
atas permintaan analisis revitalisasi
angkutan khusus pelabuhan Tanjung Priok
melalui surat
No.171/DAGLU.5.4/ND/X/2014
20 Analisis Kebijakan Impor Ban didasari oleh usulan dari Kementerian
Perindustrian mengenai pengaturan tata
niaga impor Ban. Rekomendasi disampaikan
ke Direktur Impor melalui Nota Dinas
No.102/BPPKP.3/ND/3/2015 tanggal 3
Maret 2015
21 Analisis Ekspor Sarang Burung Walet
dan Susu
Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan
unit Kementerian Perdagangan melalui Nota
Dinas No 114/BPPKP.3/ND/03/2015 tanggal
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 54
16 Maret 2015 sebagai tanggapan atas surat
dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Beijing No.B.0101/Beijing/150214 tanggal
13 Februari 2015
22 Analisis Kinerja Perdagangan
Indonesia-Brunei Darussalam
Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan
unit Kementerian Perdagangan melalui Nota
Dinas No.149/BPPKP.3/ND/03/2015
tanggal 20 Maret 2015 sebagai tanggapan
atas surat dari Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Bandar Seri Begawan No.R-
00049/BSBegawan/150214 tanggal 27
Februari 2015
23 Analisis Impor Pakaian Bekas Rekomendasi disampaikan ke Direktorat
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan
Direktorat Jenderal Standardisasi dan
Perlindungan Konsumen melalui Nota Dinas
No.41/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 30
Maret 2015 sebagai tindak lanjut
pembahasan perlindungan terhadap
konsumen atas dampak buruk penggunaan
pakaian bekas impor
24 Analisis Upaya Penerapan Skema
Imbal Dagang dalam Rangka
Meningkatkan Ekspor ke Rusia untuk
Mendukung Pencapaian Target
Ekspor
Rekomendasi disampaikan ke Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui
Nota Dinas No.42/BPPKP/ND/03/2015
tanggal 30 Maret 2015 sebagai tindak lanjut
hasil rapat forum diskusi Policy Position ke-2
tahun 2015
25 Strategi Melipat-tigakan Ekspor
dalam Lima Tahun Ke depan
Rekomendasi diberikan kepada pimpinan
unit Kementerian Perdagangan terkait
peningkatan ekspor non migas 300% di
tahun 2019 melalui Nota Dinas
No.219/BPPKP/ND/12/2014 tanggal 31
Desember 2014, yang ditindaklanjuti dengan
sosialisasi ke beberapa pelaku usaha di
Semarang pada tanggal 13 Januari 2015 dan
di Surabaya pada tanggal 20 Januari 2015,
bekerjasama dengan Direktorat Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional.
Rekomendasi ini juga dimuat dalam harian
Bisnis Indonesia tertanggal 8 Juni 2015,
dengan judul Strategi Melipatigakan Ekspor
Non Migas
26 Analisis Penguatan Industri dan
Perdagangan Elektronik
Rekomendasi disampaikan kepada Kepala
Pusat Kerjasama Standardisasi, Badan
Standardisasi Nasional (BSN) melalui surat
No.228/BPPKP.3/SD/4/2015 tanggal 24
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 55
April 2015, sebagai tanggapan atas surat dari
Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi, BSN
perihal permohonan Kajian Penguatan
Perdagangan untuk sektor Elektronika
27 Analisis Implikasi pemberlakuakn
PPN untuk produk Pertanian dan
Kehutanan
Rekomendasi disampaikan ke pimpinan
Kementerian Perdagangan, Sekretaris
Jenderal Kementerian Perdagangan, dan
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,
Ditjen Daglu, melalui surat
No.59/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 28 April
2015. Rekomendasi diberikan sebagai
tanggapan atas surat Ketua Umum Dewan
Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) No.
058.A1/DPP-ASKINDO/XI-2014 tanggal 20
Nopember 2014
28 Analisis Kinerja Perdagangan LN
Komprehensif Dalam Menyikapi
Kondisi Perdagangan Global Dan
Nasional
Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan,
para Unit Eselon I dan para Staf Ahli di
lingkungan Kementerian Perdagangan
melalui surat nomor
63/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 11 Mei
2015 dan surat nomor
72/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 19 Mei
2015. Analisis ini merupakan tanggapan atas
arahan Menteri Perdagangan terkait Analisis
Kinerja Perdagangan Luar Negeri secara
komprehensif dalam menyikapi
perkembangan ekonomi global dan nasional
29 Analisis Kebijakan Pengamanan
Perdagangan Produk Besi Baja
Nasional
Dalam rangka pengembangan industri besi
baja nasional, BP2KP telah menyampaikan
hasil analisis kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui nota dinas
nomor 94/ BPPKP/ND/07/2015 pada
tanggal 7 Juli 2015
30 Analisis Evaluasi Kebijakan Impor
Produk Tertentu;
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Impor melalui surat dinas nomor
540/BPPKP.3/ND/09/2015 pada tanggal 21
September 2015, sebagai tanggapan surat
dinas Direktur Impor nomor
2179/Daglu.4.4/ND/6/2015 tentang
permohonan kajian revisi Permendag
tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu
sebagai dasar penyusunan deregulasi
kebijakan perdagangan
31 Analisis Tata Niaga Impor Nitro
Cellulose (NC)
Rekomendasi disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
83/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni
2015 sebagai tindak lanjut surat Menteri
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 56
Perindustrian nomor 204/M-IND/4/2015
perihal Tata Niaga Impor NC
32 Analisis Membaiknya Perekonomian
Italia Terhadap Kinerja Ekspor Non
Migas Indonesia Ke Italia
Hasil analisis disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional melalui nota dinas nomor
89/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 30 Juni
2015. Analisis dilakukan sehuhbungan
dengan laporan Kedutaan Besar RI di Roma
No.R-00145/ROMA/150520 perihal laporan
membaiknya kondisi perekonomian Italia
33 Analisis Penurunan Kinerja Industri
Manufaktur Indonesia
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
melalui nota dinas nomor
100/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 13 Juli
2015 sebagai tindak lanjut adanya isu
penurunan kinerja industri manufaktur di
Indonesia
34 Analisis Barang Yang Dibatasi dan
Dilarang Impornya
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen serta Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui nota dinas
nomor 99/BPPKP/ND/07/2015 tgl 13 Juli
2015 sebagai tindak lanjut dari pembahasan
Rancangan Peraturan Presiden tentang
Penetapan Barang yang Dilarang, Dibatasi
dan Diawasi Perdagangannya
35 Analisis Kebijakan Larangan Rokok
Elektrik
Hasil analisis disampaikan kepada Direktur
Impor melalui nota dinas nomor
456/BPPKP.3/ND/08/2015 tanggal 10
Agustus 2015 sebagai tindak lanjut surat
Bentoel Group nomor 06/BINI-
Kemendag/Reg/07/2015 tentang tanggapan
dan saran atas draft peraturan mengenai
pelarangan impor dan peredaran rokok
elektrik
36 Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke
Kawasan Timur Tengah
Hasil analisis singkat dalam rangka
peningkatan ekspor non migas ke pasar
tradisional ini telah disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 125/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 9
September 2015
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 57
37 Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke
Kawasan Afrika
Analisis dilakukan untuk menindaklanjuti
arahan menteri Perdagangan perihal analisis
potensi ekspor non migas Indonesia di
kawasan Afrika dalam rangka peningkatan
ekspor ke pasar baru (non tradisional).
Hasilnya telah disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
124/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 9
September 2015
38 Proyeksi Ekspor Non Migas Hingga
Akhir 2015
Sehubungan dengan perkembangan kinerja
ekspor selama Januari – Agustus 2015 dan
revisi target ekspor 2015, hasil analisis
singkat telah disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
135/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 23
September 2015
39 Role of Goverment in Trade Financing
to Enhance Export of non Oil and Gas
Kesimpulan dari hasil Policy Dialogue Series
ini disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
73/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 22 Mei
2015
40 Effective Rate of Protection (ERP)
Analysis for Indonesia
Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan
melalui nota dinas nomor
117/BPPKP/ND/08/2015 tanggal 20
Agustus 2015
41 Peran Trading House dalam
Mendorong Kinerja Ekspor Indonesia
Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan
melalui nota dinas nomor
113/BPPKP/ND/08/2015 tanggal 14
Agustus 2015
42 Analisis Penentuan Produk Impor
Yang Akan Dikenakan Retalisasi :
Studi Kasus Safeguards India
Terhadap Produk Impor Saturated
Fatty Alcohol Asal Indonesia
Rekomendasi disampaikan ke Direktorat
Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui
Nota Dinas Nomor 140/BPPKP/ND/10/2015
tgl 8 Oktober 2015. Analisis merupakan
permintaan dari Direktorat Pengamanan
Perdagangan yang disampaikan dalam rapat,
melalui surat 169/DAGLU.6.4/UND/04/2015
tgl 20 April 2015 dan
200/DAGLU.6.4/UND/05/2015 tgl 11 Mei
2015.
43 Analisis Pemetaan Produk Ekspor Rekomendasi merupakan tindak lanjut dari
rapat koordinasi terbatas di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian terkait
"Upaya Mendorong Industri Nasional" tgl 19
Oktober 2015 dan telah disampaian ke
Menteri Perindustrian, Menteri Koordinator
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 58
Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan,
Para Eselon I di lingkungan Kementerian
Perdagangan melalui Surat Dinas Nomor
909/M-DAG/SD/11/2015 tgl 6 Nopember
2015 dan 150/BPPKP/ND/10/2015 tgl 21
Oktober 2015.
44 Analisis Perubahan Bea Keluar Biji
Kakao Menjadi Fixed 15%
Rekomendasi merupakan tanggapan atas
surat Asosiasi Petani Kakao Indonesia
(APKAI) dan telah disampaikan ke Menteri
Perdagangan, Sekretaris Jenderal, dan
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui Nota Dinas Nomor
162/BPPKP/Nd/11/2015 tanggal 17
November 2015.
45 Analisis Usulan Penurunan Tarif Bea
Masuk Impor Komponen Pesawat
Terbang
Rekomendasi merupakan tindaklanjut dari
risalah rapat pimpinan perdagangan pada
tanggal 3 November 2015 mengenai usulan
paket kebijakan ekonomi tahap VII untuk
importasi produk komponen pesawat
terbang dan telah disampaikan ke Menteri
Perdagangan, Sekretaris Jenderal, Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri, dan Ketua
Tim Deregulasi Kemendag melalui Nota Dinas
Nomor 166/BPPKP/ ND/11/2015 tanggal 20
November 2015.
46 Analisis Usulan Larangan Ekspor
Tepung Ikan
Rekomendasi merupakan tanggapan atas
surat Menteri Kelautan dan Perikanan No.
B88/MEN-KP/II/2015 perihal usulan
pelarangan ekspor tepung ikan dan telah
disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian
Perdagangan melalui Nota Dinas Nomor
171/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23
November 2015.
47 Hasil Pengkajian terhadap usulan
penghapusan pos tarif
ex1207.99.40.00 pada Permendag
No. 44/M-DAG/PER/7/2012
Rekomendasi merupakan tanggapan atas
surat Dirjen Daglu No.
217/DAGLU/ND/10/2015 mengenai
permohonan pengkajian terhadap usulan
penghapusan Pos Tarif ex 1207.99.40.00
pada Permendag No.
44/m_DAG/PER/7/2012, dan telah
disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian
Perdagangan melalui Nota Dinas Nomor
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 59
172/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23
November 2015.
48 Analisis Usulan Pengenaan Bea
Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong
Rekomendasi merupakan tanggapan atas
surat PT Comextra Majora No.
3094/SRK/PTCM/VIII/2015 perihal usulan
pengenaan Bea Keluar Mete Gelondong, dan
telah disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian
Perdagangan, melalui Nota Dinas Nomor
175/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23
November 2015.
49 Review of Deregulation Policy to
Enhance Industry Competitiveness:
Sosialisasi Permendag Terkait
Kebijakan Ekonomi Tahap I
Laporan hasil forum diskusi dan
rekomendasi telah disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas
Nomor ND 157/BPPKP/ND/11/2015 tanggal
10 Nopember 2015.
50 Outlook Perdagangan Indonesia
Tahun 2016
Laporan hasil forum diskusi dan
rekomendasi telah disampaikan kepada
Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas
Nomor 178/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 26
November 2015
51 Analisis Hubungan Perdagangan
Indonesia dengan Selatan Selatan
Hasil analisis ini Negara Selatan Selatan yang
akan dijadikan sasaran ekspor, harus yang
memiliki PDB dan populasi penduduk yang
relatif tinggi.
Comprehensive regional integration sangat
diperlukan karena negara anggota Selatan
Selatan, adalah negara berkembang yang
menerapkan tariff barrier dan policy barrier
yang relatif tinggi.
Pameran misi dagang ke Selatan Selatan perlu
diintensifkan.
Pembentukan Kelompok kerja (Pokja)
terutama untuk membuka pasar ke Afrika
juga dibutuhkan karena dengan
pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di
dunia, Afrika merupakan potensi pasar baru
(Afrika rising, benua masa depan). Pokja
tersebut untuk menangani hambatan
perdagangan Indonesia ke negara Selatan
Selatan di kawasan Afrika.
Rekomendasi telah disampaikan ke Plt.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
dan Para eselon I di lingkungan Kementerian
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 60
Perdagangan, melalui Nota Dinas Nomor
182/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 30
Nopember 2015.
52 Kajian Efektivitas Kebijakan Impor
Produk Pangan Dalam Rangka
Stabilitas Harga
Untuk mendukung efektivitas kebijakan
impor dalam menjaga stabilitas harga,
pemerintah perlu mengidentifikasi kapan
dan berapa jumlah sapi yang harus diimpor
(terkait alokasi impor/kuota yang diberikan),
izin impor diberikan minimal 3 bulan
sebelum terjadinya musim paceklik yang
berpotensi menaikkan harga.
Identifikasi kapan dan jumlah produk pangan
yang akan diimpor dapat dilakukan apabila
produk pangan memiliki Early Warning
System (EWS).
Untuk memperbaiki bottleneck dalam
mekanisme impor pangan, program paket
kebijakan ekonomi Kementrian Perdagangan
berupa kebijakan deregulasi perlu
dioptimalkan dalam prakteknya.
Rekomendasi disampaikan ke Menteri
Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus
Mendag, melalui Nota Dinas Nomor
191/BPPKP/ND /12/2015 tanggal 7
Desember 2015
53 Kajian Pengembangan Pembukaan
Perwakilan Perdagangan Luar Negeri
Dalam upaya pengembangan Atdag/ITPC
maka direkomendasikan untuk: (i)
Pengembangan input pada aspek
peningkatan anggaran operasional,
kompetensi SDM dan koordinasi dengan para
pemangku kepentingan; (ii) pengembangan
output pada aspek informasi pasar/market
intelligent, pengembangan jejaring
perdagangan, dan penanganan hambatan
peraturan di negara setempat; Hasil studi
berhasil mengidentifikasi 16 negara prioritas
dengan Atdag atau ITPC yang perlu
dikembangkan input dan outputnya, yaitu
Singapura, Jepang, Korsel, Amerika Serikat,
Belgia, Australia, Belanda, Perancis, Kanada,
RRT, Spanyol, Thailand, Malaysia, UEA,
Jerman dan Inggris. Selain itu, pemerintah
juga perlu membentuk Atdag atau ITPC baru
di 3 negara prioritas yang saat ini belum
memiliki Atdag dan ITPC, yaitu Myanmar,
Swedia dan Austria.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 61
Rekomendasi disampaikan ke Menteri
Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus
Mendag, melalui Nota Dinas Nomor
194/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 14
Desember 2015.
Rekomendasi Kebijakan Bidang Kerjasama Perdagangan Internasional
53 Optimalisasi Kerjasama ASEAN-
China Free Trade Agreement
(ACFTA)dan ASEAN-Korea Free
Trade Agreement (AKFTA)
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jeneral Kerjasama Perdagangan
Internasional melalui Nota Dinas No.
189/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 3
Desember 2015, dimana rekomendasinya
adalah:
Indonesia perlu merundingkan kembali
agar RRT membuka sektor hilirnya yang
masih ditutup dalam CAFTA melalui forum
perundingan lain, misalnya RCEP atau
forum bilateral Indonesia – RRT;
Indonesia perlu membuka sektor jasa dan
investasi di dalam perjanjian perdagangan
bebas seperti ACFTA dan AKTA agar
partisipasi Indonesia meningkat dan
tercipta upgrading posisi Indonesia dalam
GVC
54 Usulan Penentuan Negara Mitra
Prioritas, Produk Prioritas dan
Strategi Kerjasama Perdagangan
Internasional
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jeneral Kerjasama Perdagangan
Internasional melalui Nota Dinas No.
184/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 30
November 2015, dimana rekomendasinya
adalah:
Untuk meningkatkan akses pasar ekspor,
disarankan agar Indonesia dapat
memprioritaskan negosiasi kerjasama
dengan Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia;
Untuk meningkatkan akses pasar ke USA dan
Brasil disarankan menegosiasikan NTM
untuk produk pertanian, sedangkan jika ke
Rusia menegosiasikan NTM untuk TBT
55 Peningkatan Ekspor Melalui
Preferential Trade Agreement (PTA)
Indonesia-Tunisia
Disampaikan kepada Direktur Kerjasama
Perdagangan Internasional melalui nota
dinas nomor 30/BPPKP/ND/3/2015 tanggal
17 Maret 2015 sebagai tindak lanjut nota
dinas Dirjen KPI nomor
201/KPI/ND/03/2015 tanggal 2 Maret 2015
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 62
56 Posisi dan Potensi Indonesia dalam
Global Value Chain (GVC) di Kawasan
RCEP
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jeneral Kerjasama Perdagangan
Internasional melalui Nota Dinas No.
92BPPKP/ND/07/2015 tanggal 3 Juli 2015,
dimana rekomendasinya adalah: bahwa 75
produk Indonesia yang memiliki potensi dan
akan memperoleh manfaat dari rantai nilai
global di kawasan RCEP adalah mineral
product (HS 25-27), chemical and allied
industries (HS 28-38), plastics/rubber (HS 39-
40), wood and wood product (HS 44-49), dan
metals (HS 72-83)
57 Potensi Perdagangan Indonesia di
Kawasan Afrika
Rekomendasi disampaikan kepada Menteri
Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 145/BPPKP/ND/10/2015 tanggal
19 Oktober 2015, beberapa sektor yang
belum memiliki daya saing di kawasan Afrika
seyogyanya difasilitasi untuk ditingkatkan
daya saingnya.Liberalisasi perdagangan
terhadap sektor yang rendah daya saingnya
dilakukan secara bertahap, sedangkan yang
sudah berdaya saing tinggi dibuka selebar-
lebarnya
58 Potensi Perdagangan Indonesia di
Kawasan Timur Tengah
Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 146/BPPKP/ND/10/2015 tanggal
19 Oktober 2015, beberapa sektor yang
belum memiliki daya saing di kawasan Afrika
seyogyanya difasilitasi untuk ditingkatkan
daya saingnya.Liberalisasi perdagangan
terhadap sektor yang rendah daya saingnya
dilakukan secara bertahap, sedangkan yang
sudah berdaya saing tinggi dibuka selebar-
lebarnya
59 Biaya dan Manfaat Keikutsertaan
Indonesia Dalam Asia Pacific Free
Trade Agreement (FTA-AP)
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jeneral Kerjasama Perdagangan
Internasional melalui Nota Dinas No.
176/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 25
November 2015, dimana rekomendasinya
adalah: Indonesia dapat bergabung dalam
FTA-AP dengan cara melakukan liberalisasi
secara bertahap, mulai dari pemotongan
tariff 50% kemudian mengarahkan pada
liberalisasi secara penuh. Agar sektor-sektor
dalam Negeri dapat mempersiapkan diri dan
menyusun NTM sehingga Indonesia tidak
semata-mata menjadi pasar bagi negara
negara Asia Pasifik.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 63
60 Usulan Posisi Runding Perdagangan
Jasa Indonesia pada Perundingan
ACFTA
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Perundingan Jasa melalui Nota Dinas
No.636/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2
Desember 2015, bahwa komitmen Indonesia
masih rendah khususnya dalam Kerjasama
ACFTA, direkomendasikan untuk membuka
sektor jasa bisnis, pendidikan dan keuangan
sesuai dengan komitmen Indonesia pada
AFAS 5.
61 Liberalisasi Jasa Pariwisata Indonesia
dan Dampaknya Pada FDI (Foreign
Direct Investment)
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Perundingan Jasa melalui Nota Dinas
No.638/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2
Desember 2015, dimana rekomendasinya
adalah:
Untuk mendorong peningkatan investasi
asing di jasa pariwisata tidak cukup dengan
hanya meliberalisasikan Moda 3, tetapi harus
diiringi dengan promosi investasi dan
pembangunan infrastruktur pendukung
seperti akses jalan, bandara, dan sebagainya
serta menciptakan iklim investasi yang
kondusif.
62 Analisis Kesiapan Indonesia dalam
Penerapan Safeguard Measures
dalam Perdagangan Jasa
Internasional
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Perundingan Perdagangan Jasa melalui Nota
Dinas No.639/BPPKP.4/ND/12/2015
tanggal 2 Desember 2015, meskipun
Indonesia salah satu inisiator proposal
safeguard ASEAN tetapi secara teknis
Indonesia belum siap untuk menerapkan
mekanisme safeguard perdagangan jasa
63 Usulan Posisi Runding Indonesia
Untuk Negosiasi Sensitive Product di
Konferensi Tingkat Menteri X
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas
No.635/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2
Desember 2015, bahwa Indonesia belum siap
untuk memberlakukan kebijakan SePS dan
tidak akan efektif jika tetap di laksanakan.
Sehingga Indonesia sebaiknya dalam posisi
stand still (wait and see) dalam KTM WTO ke-
10, mengingat kondisi Indonesia saat ini
belum dapat memeberlakukan kuota impor
sebagai instrument utama pelaksanaan
kebijakan SePS.
64 Usulan Untuk Meningkatkan Akses
Pasar Ekspor Produk CPO Indonesia
ke Amerika Serikat
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas
No.03/BPPKP.4/ND/1/2015 tanggal 5
Januari 2015
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 64
65 Usulan Posisi Runding Indonesia
Mengenai Post Bali Work Program
WTO
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Kerjasama APEC dan Organisasi
Internasional Lainnya melalui Nota Dinas
No.633/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 02
Desember 2015, dimana Indonesia bersama
Malaysia memiliki standar RSPO bagi
perusahaan sawit sebagai bukti bahwa
perkebunan di Indonesia telah
memberlakukan sistem berkebunan lestari.
Perlu dilakukan upaya agar sertifikasi RSPO
dapat diterima konsumen di USA melalui
mutual recognition agreement antara
kebijakan RSPO dan NODA (Notice of Data
Availability)
66 Joint Study Group (JSG) Indonesia –
Nigeria
Hasil studi kelayakan ini disampaikan kepada
Direktur Kerjasama Perdagangan
Internasional melalui nota dinas nomor
30/BPPKP/ND/3/2015 tanggal 17 Maret
2015
67 Hasil Policy Dialogue Series ASEAN
Sevices Integration Post -2015:
Opportunities and Challenges for
Indonesia
Kesimpulan dan rekomendasi dari hasil
diskusi telah disampaikan kepada Menteri
Perdagangan melalui nota dinas nomor
80/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 8 Juni 2015
b. Publikasi pengkajian kebijakan perdagangan
Setiap tahunnya BPPP menerbitkan beberapa jenis publikasi, yaitu Bulletin Ilmiah
Litbang Perdagangan (BILP), Bunga Rampai Info Komoditi Prioritas (BRIK) yang
sebelumnya merupakan Buletin Info Komoditi Prioritas, Leaflet Artikel di Bidang
Perdagangan, Warta Pengkajian Perdagangan, dan yang terbaru adalah kegiatan Call
for Paper. Secara singkat, BILP berisi artikel ilmiah yang ditulis oleh para peneliti dan
pakar baik di BPPP maupun eksternal. Bunga Rampai Info Komoditi Prioritas, yang
sebelumnya bernama Buletin Info Komoditi Prioritas, ditulis oleh peneliti BPPP yang
isinya mencakup informasi mengenai potensi komoditi unggulan di Indonesia. Kedua
publikasi ini terbit setiap semester dalam setahun. Adapun Leaflet Artikel di Bidang
Perdagangan memaparkan beberapa rangkuman hasil kajian BPPP dan isu-isu
faktual seputar perdagangan yang dikemas secara singkat namun tetap informatif
dan akurat. Leaflet terbit hanya 1 kali dalam setahun dan biasanya terdiri dari 12
judul kajian. Warta Pengkajian Perdagangan menyajikan berbagai liputan dan artikel
terkait kegiatan BPPP terbit 3 kali dalam setahun. Mulai tahun 2016, BPPP akan
melaksanakan kegiatan Seminar Nasional (bahkan internasional) dan Call for Paper.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 65
Kegiatan ini merupakan kompetisi atas tulisan ilmiah di bidang perdagangan untuk
para penulis internal BPPP maupun masyarakat umum dan tulisan terpilih akan
diterbitkan dalam bentuk prosiding. Tulisan-tulisan terpilih ini selanjutnya
diseminarkan dalam kegiatan Seminar Nasional (dan Internasional). Adapun
kegiatan Call for Paper dan Seminar Nasional akan diadakan satu kali dalam setahun.
c. Diseminasi hasil pengkajian kebijakan perdagangan
Untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian kepada stakeholders BP2KP maupun
masyarakat umum, secara rutin BP2KP mengadakan seminar diseminasi hasil
pengkajian kebijakan perdagangan. Kegiatan ini diselenggarakan rata-rata sebanyak
5-6 kali setiap tahunnya yang mengambil tempat di Jakarta dan beberapa kota besar
di Indonesia yang bertujuan untuk menjangkau kalangan dunia usaha dan akademisi
di seluruh Indonesia. Beberapa kota besar yang menjadi target penyelenggaraan
diseminasi selama periode 2010-2014 diantaranya adalah Pekanbaru, Medan,
Palembang, Banjarmasin, Makassar, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan
Bali. Sementara pada tahun 2015 dilaksanakan di Makassar dan Medan serta pada
tahun 2016 di Surabaya, Bandung, dan Padang. Peserta kegiatan ini terdiri dari unit
teknis di lingkungan Kementerian Perdagangan, dan dari kalangan stakeholders
eksternal berasal dari kalangan akademisi serta pelaku usaha.
d. Penyediaan dukungan terhadap operasional Tim Pertimbangan Kepentingan
Nasional
Dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011
tentang Tindakan Antidumping, Tindakan imbalan, dan Tindakan Pengamanan
Perdagangan, pada tahun 2012 dibentuk Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional
dimana Kepala BP2KP duduk sebagai Ketua. Tim Pertimbangan Kepentingan
Nasional bertugas memberikan rekomendasi tindak lanjut atas hasil investigasi yang
dilakukan KADI/KPPI terhadap tuduhan adanya praktek perdagangan yang
merugikan seperti dumping, lonjakan impor, subsidi dan sebagainya. Tim yang terdiri
dari perwakilan beberapa Kementerian/Lembaga Pemerintah selanjutnya
memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan untuk menerima/menolak
hasil investigasi dari KADI/KPPI dan selanjutnya memberitahukan kepada
Kementerian Keuangan untuk ditindaklanjuti secara legal dan formal.
Memperhatikan capaian-capaian BPPP pada periode 5 tahun terakhir tersebut, maka
BPPP melakukan evaluasi dan merancang kembali kebijakan-kebijakan strategis yang
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 66
akan dilaksanakan pada periode 5 tahun berikutnya. Terkait dengan hal tersebut, dalam
penyusunan awal Renstra tersebut selalu dilakukan analisis dan evaluasi kondisi umum
kinerja sektor perdagangan saat ini, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi
dalam pembangunan perdagangan lima tahun ke depan untuk menentukan Rencana
Strategis pembangunan perdagangan 2015−2019 yang dijabarkan dalam visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan serta program dan kegiatan pembangunan
perdagangan yang akan dilaksanakan selama periode tersebut. Namun demikian,
selama kurun waktu berlakunya Renstra tersebut terdapat kemungkinan terjadinya
perubahan-perubahan yang belum diantisipasi pada awal penyusunan, sehingga perlu
dilakukan review untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi ke depan.
Sebagai salah satu unit pendukung di lingkungan Kementerian Perdagangan,
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai peran yang strategis
dalam memberikan bahan masukan melalui pengkajian kebijakan kepada pimpinan
dalam menyikapi isu-isu perdagangan yang berkembang di masyarakat maupun sebagai
rekomendasi kebijakan untuk pengembangan kegiatan perdagangan secara nasional.
Selama periode 2015-2019, walaupun terdapat perubahan nomenklatur pada 2016,
namun tidak merubah peran strategis BPPP dalam menghasilkan rekomendasi
kebijakan.
Secara garis besar, kegiatan pengkajian maupun pendukung lainnya pada BPPP
digambarkan sebagai berikut:
1. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan terdiri dari Pusat Pengkajian
Perdagangan Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri, Pusat
Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional, dan Sekretariat Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan, dengan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta
pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan dalam negeri.
b. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
serta pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan luar negeri.
c. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 67
serta pelaporan pengkajian dan pengembangan kerja sama perdagangan
internasional.
d. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan
dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di
lingkungan BPPP.
2. Penyusunan kajian untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dilakukan dengan
melibatkan stakeholders dalam setiap tahapannya. Selain itu, untuk memperoleh hasil
kajian yang berkualitas, dalam setiap tahapan penyusunan kajian, BPPP berupaya
untuk mengikutsertakan tenaga ahli dan nara sumber yang berkompeten pada topik
dan materi kajian yang diusung. Lebih jauh, keterlibatan tenaga ahli dan nara sumber
dari kalangan akademisi diharapkan mampu memperkaya referensi dan
mempertajam analisis yang dipaparkan. Sedangkan stakeholders lainnya baik pelaku
usaha dan masyarakat, serta instansi terkait lainnya memberikan masukan tentang
permasalahan riil di lapangan dan upaya pemecahan masalah dilihat dari berbagai
aspek kebutuhan.
3. Hasil akhir kajian berupa rekomendasi kebijakan disampaikan kepada pimpinan
Kementerian Perdagangan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan.
Sebagai bentuk akuntabilitas lembaga litbang, hasil-hasil kajian setiap tahunnya juga
disebarluaskan kepada para stakeholders lainnya untuk dimanfaatkan melalui forum
diseminasi maupun publikasi ilmiah. Kegiatan diseminasi hasil kajian dilaksanakan
di pusat dan daerah dengan mengundang pihak-pihak yang terkait seperti instansi
pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, dunia usaha, perguruan tinggi, perbankan,
dan masyarakat umum. Sedangkan publikasi ilmiah dilakukan dengan cara
menerbitkan berbagai terbitan seperti Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Bunga
Rampai Info Komoditi (dahulu Buletin Info Komoditi), dan Warta BPPP.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian yang telah
dilaksanakan oleh BPPP kepada stakeholders perdagangan. Dengan demikian,
diharapkan para stakeholders yang mengikuti diseminasi tertarik untuk
memanfaatkan hasil kajian. Disamping itu diseminasi juga mempunyai beberapa
tujuan penting lainnya, yaitu untuk memberikan apresiasi atau penghargaan
terhadap para peneliti dan hasil karyanya sehingga mendorong tumbuhnya minat
menjadi peneliti di lingkungan BPPP, memperluas jejaring kerja dan komunikasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 68
antara BPPP dengan para stakeholders dan menjalin kerjasama dengan pemerintah
daerah, khususnya yang menangani bidang perdagangan. Penyebarluasan hasil
kajian juga dilakukan melalui penerbitan hasil kajian dalam Buletin Ilmiah Litbang
Perdagangan. Buletin tersebut didistribusikan kepada unit-unit di lingkungan
Kementerian Perdagangan, pemerintah daerah, asosiasi, dunia usaha, perguruan
tinggi dan instansi terkait lainnya. Pada beberapa kesempatan, hasil-hasil kajian
terpilih juga diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah baik dalam dan luar negeri.
4. Untuk memperluas jejaring kerja pengkajian kebijakan, BPPP menjalin kerja sama
dengan berbagai lembaga kelitbangan dan lembaga lainnya baik pemerintah maupun
swasta di dalam dan luar negeri. Sebagai contoh, di dalam negeri BPPP. Selain itu, BPPP
secara rutin berpartisipasi dalam Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK) yang
merupakan forum lembaga litbang pemerintah. Untuk memperlancar pelaksanaan
kajian yang seringkali melibatkan pemerintah daerah, BPPP juga mengadakan Forum
Peningkatan Kerja Sama Kelitbangan dengan Daerah yang terdiri dari lembaga
litbang daerah dan Dinas Perindag seluruh provinsi di Indonesia yang berlangsung
dari tahun 2011 - 2013.
Sedangkan bentuk kerjasama dengan lembaga asing, BPPP menjalin kerja sama
dengan lembaga donor seperti World Bank, Netherlands Education Support Office
(NESO), Overseas Development Institute (ODI) UK, Asian Competitiveness Institute of
Lee Kwan Yeuw Public Policy School, National University of Singapore, AIPEG, TPSA-
Canada, IDEAS-JETRO dan terus meningkatkan penjajakan dengan lembaga lain.
Beberapa bentuk kerja sama yang rencananya masih akan dilaksanakan pada periode
2015-2019 adalah sebagai berikut:
No Partner Kerja Sama
Bentuk Kerja Sama Kontrak Waktu Pelaksanaan
01 World Bank - MPFTIC
Training, analisis, dan workshop.
2013 - 2017
02 TPSA- Canada Training dan internship. 2015 - 2019 03 Nuffic NESO Training 2015 - 2017 04 AIPEG Training, analisis, dan policy
dialogue series di Jakarta dan di daerah.
2015 - 2017
05 EU-TCF Training, internship, dan analisis. 2016 01 JICA Riset dan pendampingan tenaga
ahli; training dan internship; serta seminar.
Berakhir 2020
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 69
Dukungan hasil pengkajian kebijakan perdagangan berupa rekomendasi untuk
bahan perumusan kebijakan sektor perdagangan selama kurun 2015-2019 akan
meliputi isu-isu sebagai berikut :
a. Isu Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri
1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas distribusi
2. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha
3. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri
4. Peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri
5. Perlindungan konsumen
b. Isu Pengkajian Perdagangan Luar Negeri
1. Review Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
2. Fasilitasi Perdagangan
3. Tindakan Pengamanan Perdagangan
4. Menjaga dan Meningkatkan Akses Pasar Ekspor
5. Promosi dan Perluasan Pasar di Negara Tujuan
6. Peningkatan Nilai Tambah Produk Melalui Hilirisasi
7. Peningkatan Mutu Produk Ekspor
8. Evaluasi Kebijakan Preshipment Inspection
9. Kebijakan Tarif Bea Masuk
10. Substitusi Impor
11. Struktur Manufaktur
12. Strategi Pengembangan Ekspor
13. Strategi Pengendalian Impor
14. Target Ekspor-Impor 2015-2019
c. Isu Pengkajian Kebijakan Kerja Sama Perdagangan Internasional
1. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum bilateral, seperti Indonesia-
EFTA, Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
2. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum multilateral, seperti WTO.
3. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum regional, seperti ASEAN, APEC.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 70
1.2 Potensi dan Permasalahan
1.2.1. Potensi
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan perdagangan dalam jangka
waktu lima tahun ke depan juga terdapat sejumlah potensi substansial, baik di internal
maupun di lingkungan eksternal Kementerian Perdagangan yang dapat mempengaruhi
kinerja perdagangan, sebagai berikut :
Kegiatan usaha perdagangan dan investasi akan dapat berkembang dengan baik
apabila tercipta suasana yang kondusif. Hingga saat ini, Kementerian Perdagangan
berkomitmen dan konsisten untuk terus melakukan perbaikan iklim usaha, khususnya
di sektor Perdagangan. Komitmen dan konsistensi untuk terus memperbaiki iklim usaha
di Indonesia tidak saja merupakan potensi untuk mendukung kinerja investasi dan
ekspor, tetapi juga akan senantiasa mempertahankan ekspektasi positif pelaku usaha
untuk melakukan dan meningkatkan aktivitas-aktivitas bisnisnya di Indonesia.
Perbaikan iklim investasi telah diupayakan pemerintah melalui berbagai cara,
seperti: penciptaan pelayanan publik, misalnya: National Single Window melalui
INATRADE; kemudahan prosedur; penyederhanaan prosedur dan modernisasi sistem
Bea Cukai; harmonisasi standards and conformance yang dapat memudahkan akses ke
pasar regional; pengembangan e-commerce; peningkatan prosedur pelayanan SKA; dan
kredit sindikasi untuk ekspor melalui LPEI.
Dalam forum internasional, Indonesia mempunyai peran semakin penting di
dunia internasional. Selain karena fakta bahwa Indonesia merupakan pasar dengan
ukuran besar yang tetap tumbuh positif di tengah krisis global, kinerja diplomasi
internasional Indonesia juga telah mampu menempatkan Indonesia menjadi pemeran
sentral dalam berbagai forum multilateral maupun regional. Seperti peran Indonesia
sebagai ketua di ASEAN pada tahun 2011, ketua di APEC tahun 2013 dan Indonesia
sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTM ke-9 WTO di Bali pada bulan Desember 2013.
KTM ke-9 WTO menghasilkan kesepakatan yang cukup penting yang dikenal dengan
paket Bali yang terdiri dari Fasilitasi Perdagangan, Pertanian dan Least Developed
Countries. Peran sentral ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui perdagangan internasional
(ekspor dan impor) dan kerjasama investasi.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 71
Perkembangan perekonomian nasional telah membuka peluang bagi usaha ritel
modern di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun di era krisis ekonomi global,
perkembangan bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan. Hal tersebut dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan
menguatnya usaha kelas menengah dan kecil sehingga menambah banyaknya kelompok
masyarakat berpenghasilan menengah-atas untuk berbelanja di ritel modern.
Perkembangan positif ritel modern dan ritel tradisional merupakan kekuatan
tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelancaran arus barang,
dimana ritel modern dan ritel tradisional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem distribusi dan logistik nasional. Pada akhirnya, keberadaan ritel ini akan dapat
membantu stabilitas harga dan mengurangi disparitas harga.
Selain aspek tesebut pasar tradisional Indonesia memiliki posisi khusus dalam
perekonomian Indonesia, karena sangat berkaitan erat dengan aspek kultural, geografis,
dan tradisi masyarakat Indonesia. Pasar tradisional mampu meningkatkan penyerapan
tenaga kerja; menjaga stabilitas harga bahan pokok; memberdayakan usaha mikro, kecil,
dan menengah; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Pengembangan pasar dalam negeri juga dilakukan lewat kebijakan
pemberdayaan para pelaku usaha lewat pasar komoditi yang dapat dikembangkan
menjadi Pasar Berjangka Komoditi, Pasar Lelang, dan Sistem Resi Gudang. Lebih lanjut,
ketiga kebijakan tersebut memiliki potensi untuk mendukung stabilisasi harga dan
pemberdayaan produsen komoditi.
Perdagangan berjangka merupakan salah satu sarana untuk menciptakan
transparansi dan kestabilan harga komoditi. Melihat potensi pasar berjangka ini,
Kementerian Perdagangan terus berupaya membenahi perdagangan berjangka yang
saat ini semakin berkembang. Pasar lelang mampu membentuk harga yang transparan
dan menjaga kualitas barang yang diperdagangkan. Potensi pasar lelang ini
dikembangkan Kementerian Perdagangan melalui fasilitas pasar lelang di beberapa
daerah. Selain mampu menjaga stabilitas harga, Sistem Resi Gudang (SRG) juga memberi
peluang bagi pembiayaan produsen, dimana komoditi-komoditi yang disimpan di dalam
gudang dapat dijadikan agunan bank.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 72
Indonesia memiliki beragam jenis komoditi unggulan dan sumber daya alam
yang berlimpah dengan potensi untuk dikembangkan. Komoditi-komoditi unggulan
tersebar di seluruh daerah di Indonesia, baik komoditi yang sudah memiliki potensi daya
saing di pasar internasional (kondisi permintaan), maupun komoditi unggul
berdasarkan kompetensi daerah-daerah (kondisi penawaran).
Keragaman komoditi unggul ini merupakan salah satu alternatif solusi
diversifikasi produk ekspor nasional, dimana ekspor nonmigas nasional masih
didominasi oleh sepuluh produk ekspor utama (TPT, elektronika, karet dan produk
karet, minyak kelapa sawit, hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi)
Disamping potensi tersebut diatas, juga terdapat potensi dan lingkungan
stratejik yang mempengaruhi kinerja untuk pencapaian sasaran dan tujuan Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Adapun beberapa potensi
tersebut meliputi :
a. Sumber Daya Manusia yang semakin berkualitas.
Kualitas sumber daya manusia Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
setiap tahunnya semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya pegawai BPPP
yang meraih gelar S2 dan S3 serta komposisi pejabat fungsional, khususnya peneliti.
Untuk menunjang peningkatan kualitas SDM BPPP tersebut, selain mengikuti
pendidikan formal, BPPP juga mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan,
seminar, workshop, pemagangan dan joint research baik di dalam maupun luar
negeri. Berikut disajikan komposisi SDM BPPP berdasarkan tingkat pendidikan dan
jenis jabatan.
1) Jumlah SDM Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan per bulan
November 2017 seluruhnya berjumlah 112 (seratus dua belas). Jumlah ini telah
menyesuaikan dengan berkurangnya 1 unit eselon 2 dari BPPP pada tahun 2016
yang lalu, yaitu Pusdatin yang telah berpindah ke Setjen. Adapun komposisi
pegawai BPPP sebagai berikut :
- S3 sebanyak 4 orang,
- S2 sebanyak 54 orang,
- S1 sebanyak 31 orang,
- D3 sebanyak 7 orang,
- SLTA sebanyak 12 orang,
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 73
- SLTP sebanyak 2 orang, dan
- SD sebanyak 2 orang
Sedangkan untuk jumlah pejabat fungsional di lingkungan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan per Agustus 2017 seluruhnya berjumlah 33
pegawai, dengan komposisi sebagai berikut:
- Peneliti sebanyak 33 orang;
- Statistisi sebanyak 1 orang;
- Pranata Komputer sebanyak 1 orang;
- Analis Kepegawaian sebanyak 1 orang.
2) Untuk meningkatkan kompetensi SDM yang ada, secara rutin diadakan berbagai
pelatihan dan workshop untuk memperluas wawasan dan menambah keahlian
pegawai di BPPP, baik yang berasal dari pembiayaan APBN maupun hasil
kerjasama dengan lembaga lain utamanya lembaga asing. Beberapa pelatihan
tersebut misalnya diklat peningkatan kemampuan bahasa berupa kursus
TOELF/IELTS; Tailor-Mate Training dengan topik yang spesifik; pelatihan
tools/metodologi pengkajian, dan lainnya. Workshop/seminar peningkatan
pengetahuan seperti Workshop Knowledge Sharing dan Workshop Lecture Series
secara berkala diadakan dengan mengundang narasumber yang kompeten dan
ahli di bidangnya untuk berbagi ilmu dan pandangan terhadap isu-isu
perdagangan dan terkait perdagangan yang sedang hangat. Total rata-rata
peserta setiap tahunnya dari berbagai kegiatan tersebut sebanyak lebih dari 500
orang, baik dari kalangan BPPP maupun Kementerian Perdagangan pada
umumnya.
b. Pemanfaatan Hasil Kajian
Perhatian yang tinggi dari Pimpinan Kementerian Perdagangan terhadap
pemanfaatan hasil kajian menjadi faktor utama bagi berkembangnya kegiatan kajian
di Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan. Perhatian pimpinan ini harus
diiimbangi dengan peningkatan mutu dan kualitas hasil kajian sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Di samping pemanfaatan hasil kajian dalam perumusan
kebijakan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Perdagangan, hasil kajian BPPP
diharapkan dapat dimanfaatkan lebih luas misalnya oleh para pelaku usaha,
akademisi, serta instansi pemerintah lainnya sehingga akan memacu kinerja Badan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 74
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dalam menghasilkan kajian yang
berkualitas.
c. Berkembangnya lembaga pengkajian di Indonesia
Peningkatan kebutuhan akan studi/kajian serta produk-produk akademis lainnya
yang handal dan terpercaya (credible) telah mendorong tumbuhnya
institusi/lembaga penelitian/pengkajian untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
tersebut. Kondisi tersebut mendorong munculnya berbagai institusi pengkajian yang
berkualitas dan diharapkan dapat menciptakan sinergi kegiatan serta terbukanya
kerjasama kajian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil kajian. Selain itu,
saat ini telah banyak berkembang lembaga litbang swasta dan perguruan tinggi yang
telah diakui kredibilitasnya oleh masyarakat, misalnya CSIS, LM-UI, Lemlit UGM,
LPEM-UI, CORE Indonesia dan sebagainya.
d. Meningkatnya perhatian pemerintah terhadap penelitian
Pemerintah saat ini terus mendorong agar para peneliti yang ada di berbagai institusi,
baik pemerintah, perguruan tinggi, maupun litbang swasta untuk membantu
pemerintah merumuskan kebijakan publik melalui penelitian yang dilakukannya.
Peneliti diharapkan dapat menyumbangkan konsep, pemikiran, penemuan, teori dan
pendekatan baru yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam rencana pembangunan serta melaksanakan agenda prioritas
yang tertuang dalam Nawa Cita.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Ristek dan
Dikti dan Kementerian Keuangan mengeluarkan pedoman penyusunan kegiatan
penelitian, khususnya bagi kementerian/lembaga pemerintah, misalnya PMK
106/2016 tentang Standar Biaya Masukan Khusus dan Permenristekdikti No 69
Tahun 2016 tentang Pembentukan Komite Penilai Danatau Reviewer Dan Tata Cara
Penilaian Pelaksanaan Penelitian.
1.2.2. Permasalahan
Dinamika sektor perdagangan sangat dipengaruhi oleh berbagai lingkungan
strategis yang dapat menciptakan peluang dan permasalahan. Selain berbagai potensi
yang dimiliki, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan juga
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dibidang perdagangan untuk dapat
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 75
dilakukan pengkajian dan selanjutnya dapat memberikan rekomendasi kebijakan
pemecahannya.
a. Akses dan Pengamanan Pasar Luar Negeri
Akses dan pengamanan pasar luar negeri masih terkendala oleh beberapa aspek
seperti stagnannya putaran negosiasi Doha WTO, kapasitas kelembagaan
pengamanan perdagangan luar negeri yang harus ditingkatkan, dan kecenderungan
negara-negara menerapkan tindakan non-tarif.
1) Stagnasi Negosiasi Putaran Doha WTO
Stagnasi negosiasi putaran Doha WTO terutama ditandai adanya perbedaan
mendasar pada Doha Development Agenda (DDA), pada tiga isu (Triangle Issues)
yaitu: (1) Pertanian ; (2) Non Pertanian (Non-Agricultural Market Access); dan (3)
Jasa (Services). Selain itu terdapat beberapa isu lainnya seperti: regulasi (rules),
fasilitasi perdagangan (trade facilitation), lingkungan perdagangan yang
kondusif (trade and environment), dan lain-lain.
Indonesia berkepentingan di semua isu. Secara khusus untuk bidang pertanian
di dalam WTO selain mengatur mengenai dukungan domestik dalam bentuk
subsidi, juga diatur hal lainnya yakni Special Product (SP) dan Special Safeguard
Measure (SSM). Special Product (SP) merupakan instrumen bagi suatu negara
untuk dapat melindungi beberapa produk pertaniannya yang dianggap sensitif
sehingga memiliki fleksibilitas proteksi terutama dalam hal penurunan tarifnya.
Perjuangan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya dalam
memperjuangkan proposal SP sebagai bagian dari special and different
treatment terus berlanjut. SP dan SSM adalah dua hal yang berbeda. SSM hanya
digunakan manakala terjadi lonjakan impor sehingga berdampak pada
produksi/suplai domestik. Sementara SP memiliki konsep dasar untuk
memberikan perlindungan terhadap beberapa produk pertanian sensitif dalam
negeri yang memiliki bound tarif rendah (rata-rata 45-50%). Sementara, hasil
KTM IX pada Desember 2013, yang dikenal dengan Paket Bali, cukup
membuahkan hasil positif dimana negara berkembang dan negara kurang
berkembang diperbolehkan untuk mengadakan program pengamanan stok
cadangan pangan dan subsidi untuk sementara waktu, sampai solusi permanen
diperoleh dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun demikian, sampai
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 76
sekarang belum disepakati solusi permanen dalam hal pengamanan pangan
negara berkembang ini. Koalisi negara G-33 yang diketuai oleh India
mengajukan Proposal Program Pengamanan Pangan untuk solusi permanen,
namun proposal ini ditolak oleh WTO di Jenewa terutama pihak Amerika Serikat
dan Uni Eropa.
2) Kecenderungan Peningkatan Hambatan Non tarif
Permasalahan yang masih dan akan dihadapi oleh produk Indonesia di pasar
global adalah kecenderungan negara-negara meningkatkan hambatan non-tarif
seiring dengan menurunnya hambatan tarif. Daya saing produk Indonesia terkait
aspek kualitas dan standar produk merupakan hal terpenting dalam
meningkatkan akses pasar ekspor. Disamping itu, kebijakan non-tarif terutama
yang terkait dengan isu lingkungan dan kesehatan, merupakan hambatan non-
tarif yang sering dihadapi terutama untuk produk pertanian dan perikanan.
Terkait upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar non-tradisional, maka
peningkatan diplomasi perdagangan menjadi salah satu upaya yang perlu
dioptimalkan. Selain mengusahakan penetrasi pasar, peningkatan terhadap
pengamanan pangsa pasar juga dilakukan. Sebagai contoh, tercatat bahwa
jumlah kasus hambatan perdagangan yang ditangani oleh Kementerian
Perdagangan pada tahun 2017 sampai dengan bulan November terdiri dari 2
kasus dumping dan 1 kasus safeguards.
b. Fasilitasi Perdagangan
Fasilitasi perdagangan bukan saja dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi
aktivitas ekspor dan impor, tetapi juga berperan untuk mendorong daya saing
ekonomi dalam negeri. Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya diplomasi dan
fasilitasi perdagangan baik yang didorong atas keinginan sendiri maupun dalam
kerangka kerjasama multilateral, regional dan bilateral. Pemerintah akan terus
melakukan upaya-upaya agar berbagai prosedur dan ketentuan di bidang fasilitasi
perdagangan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 di Bali, Agreement on Trade Facilitation
(ATF) berhasil disepakati. Komitmen Indonesia atas implementasi TFA menjadi
sangat penting bagi negara eksportir anggota WTO lainnya. Kondisi ini menyebabkan
Indonesia kemungkinan akan mendapat tekanan yang sangat kuat untuk
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 77
memberikan komitmennya agar langsung mengimplementasi aturan TFA yang lebih
banyak (kategori A). Tekanan tersebut khususnya datang dari negara maju dan
negara berkembang yang menjadikan Indonesia sebagai pasar produknya.
c. Diversifikasi Ekspor
Saat ini, produk ekspor Indonesia masih didominasi oleh 10 produk utama yang
terdiri dari TPT, elektronika, karet dan produk karet, minyak kelapa sawit, hasil
hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. Konsentrasi ekspor produk utama
terhadap total ekspor pada tahun 2010 mencapai 58.26% dan konsentrasi ini tidak
berubah pada tahun 2014 yaitu sebesar 58.29%. Pada periode 2016 pun kondisi ini
tidak banyak berubah. Indikasi ini memang menunjukkan pertumbuhan ekspor pada
10 produk utama cenderung stagnan dan diversifikasi produk masih kurang. Dari
nilai tersebut, tercermin juga bahwa pangsa ekspor produk utama sebesar hampir 60
persen dinilai relatif tinggi. Kinerja total ekspor nasional akan sangat rentan jika
terjadi gejolak ekonomi maupun fluktuasi harga, baik di sisi permintaan maupun
penawaran dari 10 produk utama tersebut.
Ketergantungan ekspor pada pasar tradisional dirasakan masih cukup tinggi
walaupun terdapat penurunan. Pangsa ekspor di pasar tradisional Amerika Serikat,
RRT, Jepang, India dan Singapura cenderung turun, yaitu sebesar 50.31 persen di
tahun 2010 menjadi 48.99 persen di tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan ekspor ke
negara non tradisional lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor ke negara non
tradisional. Rata-rata pertumbuhan ekspor per tahun ke negara tradisional pada
periode tahun 2010 – 2016 sebesar 3.4 persen, namun pertumbuhan ekspor ke pasar
non tradisional hanya sebesar 4.24% persen pada periode tahun yang sama.
Berdasarkan hal di atas, upaya diversifikasi ekspor telah cukup mampu menurunkan
ketergantungan ekspor pada negara-negara tradisional dan upaya tersebut perlu
terus ditingkatkan sehingga konsentrasi produk ekspor maupun pasar tujuan ekspor
dapat terus menurun.
d. Daya Saing Indonesia
Daya saing suatu Negara yang direpresentasikan oleh berbagai survei seperti Index
Ease of Doing Business, Logistic Performance Index, Index of Economic Freedom
(kebebasan berusaha), dan Global Competitiveness Index masih menempatkan
Indonesia pada peringkat yang lebih rendah dibanding negara-negara pesaing
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 78
utamanya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, India, dan RRT dalam ekspor dan
investasi.
Peringkat Indonesia meningkat dari posisi 41 dari 138 negara yang disurvei dalam
Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2016 yang dilakukan oleh World Economic
Forum menjadi peringkat 36 pada survey tahun 2017. Dalam hal kebebasan berusaha
yang ditentukan dalam Index of Economic Freedom tahun 2017, Indonesia
menduduki peringkat ke-79 dari 178 negara yang disurvei. Peringkat ini jauh
melompat dari peringkat tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, Index Ease of Doing
Business yang dipublikasikan oleh IFC-Bank Dunia menempatkan Indonesia pada
peringkat 91 dari 190 negara yang disurvei di tahun 2017. Sedangkan Logistic
Performance Index 2016 yang diterbitkan oleh Bank Dunia menempatkan Indonesia
pada peringkat 63 dari 160 negara yang disurvei, yang merosot dari peringkat tahun
sebelumnya.
e. Ekonomi Biaya Tinggi
Indonesia masih menempati peringkat lebih rendah dibanding negara-negara
pesaing ekspor dan investasi utama dalam hal daya saing yang disebabkan oleh
ekonomi biaya tinggi di Indonesia. Ekonomi biaya tinggi ini terutama disebabkan oleh
aspek institusional, aspek infrastruktur, dan aspek logistik.
Pada aspek institusional, Indonesia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
seperti adanya indikasi: korupsi dan penyalahgunaan wewenang; belum terjaminnya
keamanan berusaha (belum berjalannya penegakan hukum dengan baik); dan kurang
efektifnya peraturan perundang-undangan (belum konsisten antara peraturan yang
ditetapkan dengan pelaksanaan di lapangan).
Dalam hal infrastruktur utama, seperti jalan raya, sarana telekomunikasi, dan listrik,
Indonesia masih perlu berbenah menuju arah yang lebih baik lagi untuk mengejar
ketertinggalannya. Biaya logistik yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor
utama penyebab ekonomi biaya tinggi. Berdasarkan survei Logistic Performance
Index yang dilakukan oleh Bank Dunia (2014), Indonesia menduduki peringkat ke-53,
lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, RRT, Thailand, dan Vietnam; yang
masing-masing menduduki peringkat 5, 25, 28, 35, dan 48. Kondisi logistik turut
mempengaruhi waktu dan biaya melakukan ekspor. Waktu yang diperlukan di
Indonesia untuk melakukan ekspor termasuk lebih lama dibandingkan dengan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 79
negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia. Disamping itu,
biaya ekspor per kontainer juga masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
tetangga sebagai akibat dari sistem logistik yang belum efisien. Penyebab utama
tingginya biaya ekspor per kontainer adalah biaya transportasi kargo, belum
efisiennya manajemen di pelabuhan serta rendahnya kualitas dan kuantitas
infrastruktur. Selain itu, adanya pungutan-pungutan tidak resmi mengakibatkan
semakin tingginya biaya logistik di Indonesia.
Berdasarkan hasil Kajian Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri mengenai
Kinerja Logistik Antar Pulau (2013) dalam perdagangan antar pulau biaya sea freight
merupakan komponen terbesar. Salah satu yang menjadi faktor tingginya biaya sea
freight adalah kecilnya volume barang yang diangkut. Untuk kasus Sorong,
ketidakseimbangan volume barang antara inbound turut memperbesar biaya sea
freight. Selain itu infrastruktur pelabuhan dapat mempengaruhi produktivitas
bongkar muat di pelabuhan yang berdampak pada lamanya waktu tunggu di
pelabuhan dan biayanya. Faktor kepadatan lalu lintas juga menjadi masalah utama
hampir disemua lokasi. Hal ini disebabkan lebar badan jalan kurang memadai yang
juga banyak digunakan untuk transportasi manuasia.
f. Stabilisasi Bahan Pangan
Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen
nasional dan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk
mencapai kondisi ketahanan pangan harus dipenuhi empat aspek yaitu : kecukupan
ketersediaan pangan (food availability), stabilisasi ketersediaan pangan (stability of
supplies), kemudahan akses terhadap pangan (access to supplies), dan kualitas atau
keamanan pangan (food utilization).
Aspek-aspek yang berkaitan dengan ketahanan pangan tersebut diatas perlu
diantisipasi dan pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan di
sektor perdagangan, khususnya perdagangan dalam negeri. Kebijakan perdagangan
dalam negeri pada dasarnya diharapkan untuk dapat menjaga stabilitas harga,
distribusi, dan kemudahan akses pangan. Kebijakan menjaga stabilitas harga
diharapkan dapat mendukung kebijakan ketahanan pangan melalui kecukupan
ketersediaan pangan (food availability) serta stabilisasi ketersediaan pangan tanpa
fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun (stability supplies).
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 80
Sementara itu distribusi nasional yang efisien dan efektif sebagai instrumen penting
untuk menjaga kemudahan akses terhadap pangan (access to supplies).
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah menjamin
ketersediaan barang, stabilitas harga dan menurunkan disparitas harga di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu menetapkan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting. Bahan pangan pokok memegang peranan penting dalam
aspek ekonomi, sosial, bahkan politik, namun sampai saat ini pemerintah masih
belum memiliki daftar komoditi yang dapat dikategorikan sebagai bahan pangan
pokok (bapok) secara konsisten.
Selama tahun 2017, berbagai kebijakan pemerintah-khusunya Kementerian
Perdagangan- telah diterbitkan dalam rangka pengendalian harga komoditas barang
pokok dan barang penting utamanya pada moment-moment tertentu. Dan terbutkti
kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga mampu meredam
gejolak harga pada tahun 2017 ini. Kedapan, berbagai kebijakan serupa akan terus
diterbitkan demi tercapainya stabilitas harga bahan pangan secara merata dan adil.
g. Sistem Distribusi Nasional
Salah satu permasalahan dan tantangan utama terkait dengan perdagangan dalam
negeri adalah kualitas sistem logistik nasional yang memberikan dampak yang
signifikan pada terjadinya ekonomi biaya tinggi.
Sistem distribusi barang dan belum optimalnya sistem distribusi komoditas strategis,
bahan pokok kebutuhan masyarakat banyak masih belum memadai, ditandai dengan
masih panjangnya rantai distribusi, terjadinya disparitas harga antarwilayah, dan
fluktuasi harga di tingkat konsumen dalam kondisi tertentu seperti pada saat hari
besar keagamaan.
Belum optimalnya sistem distribusi ini merupakan dampak dari jaringan distribusi
yang belum tertata baik, belum tersedianya data yang akurat tentang harga dan
permintaan barang di tingkat konsumen, belum transparannya ketersediaan pasokan
di tingkat produsen serta terbatasnya sarana penyimpanan (pergudangan, silo,
pendingin) di tingkat produksi. Hal tersebut pada satu sisi mengakibatkan pengambil
kebijakan di bidang Perdagangan, Pertanian, dan Industri kesulitan menyesuaikan
kebijakan yang perlu diambil. Sementara di sisi lain, petani, peternak, dan produsen
tidak dapat menyesuaikan tingkat produksinya sesuai kondisi yang terjadi. Hal ini
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 81
turut memicu munculnya masalah lain yaitu belum optimalnya sinergi kebijakan
perdagangan antarpulau untuk mendukung peningkatan transaksi perdagangan
antarpulau dan masih belum optimalnya peran UMKM dalam perdagangan domestik.
Tidak meratanya sistem distribusi nasional juga disebabkan oleh aktivitas
perdagangan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehingga perlu daya dorong
pengembangan perdagangan ke luar Pulau Jawa. Konsep Tol Laut dan Pusat
Distribusi Nasional/ Regional menjadi sangat penting untuk terus di sukseskan
pelaksanaannya.
h. Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Pasar Dalam Negeri
Lingkup kegiatan perlindungan konsumen sangatlah luas. Besarnya lingkup kegiatan
perlindungan konsumen terkait dengan jumlah konsumen di Indonesia yang harus
dilindungi dan luasnya jenis kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
serta banyaknya jenis produk yang harus diawasi. Hal ini masih dianggap
permasalahan karena upaya perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam
negeri belum dilaksanakan secara optimal.
Jumlah konsumen yang harus dilindungi sebanyak jumlah penduduk Indonesia, yaitu
berkisar 250 juta jiwa. Sementara, jenis kegiatan yang berkaitan dengan
perlindungan konsumen meliputi aspek metrologi, pengamanan pasar dalam negeri,
standardisasi, pengawasan barang beredar, pengujian mutu, sampai kepada
penanganan kasus dan pengaduan konsumen. Semakin terbukanya Indonesia dalam
globalisasi mengakibatkan semakin beragamnya produk yang ditawarkan kepada
konsumen, sehingga permasalahan pengawasan barang pun menjadi semakin
kompleks. Sebagai antisipasi semakin terintegrasinya pasar dalam negeri ke dalam
pasar global, maka perlu optimasi tindakan pengamanan bagi produsen domestik.
Pengawasan barang beredar di satu sisi sangat penting bagi produsen agar dapat
terlindungi dari persaingan yang tidak sehat baik untuk produksi dalam negeri
maupun luar negeri dan disisi lain konsumen juga mendapat haknya memperoleh
barang yang terjamin mutu dan keamanannya. Barang yang beredar di masyarakat
diawasi dalam pemenuhannya terhadap standar mutu, pencantuman label, pelayanan
purna jual, klausula baku, cara menjual (penawaran, promosi, pemberian hadiah,
obral atau lelang, pemaksaan, pesanan dan pengiklanan).
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 82
Penetapan standar mutu bertujuan sebagai jaminan pemenuhan kualitas produk bagi
konsumen, sebagai nilai tambah suatu produk (bagian dari marketing) label halal,
kesamaan standar terhadap mutu. Di sisi lain pencantuman label bertujuan untuk
menjamin kualitas dan keamanan guna memberikan informasi dan melindungi
konsumen. Pelayanan purna jugal bertujuan agar konsumen mendapat perlindungan
purna jual.
Penetapan standar di samping untuk tujuan melindungi konsumen juga merupakan
filter bagi masuknya produk impor yang kualitasnya tidak sesuai standar. Salah satu
prinsip yang dianut dalam penetapan standar, harus berlaku untuk semua barang
baik yang asal produksi dalam negeri maupun asal luar negeri. Persoalan yang
dihadapi saat ini adalah masih sedikitnya produk Indonesia yang telah distandar,
sehingga tidak efektif untuk dijadikan pembatas impor produk sejenis. Di lain pihak
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk dalam negeri masih rendah.
Dinamika pengamanan pasar pada masa mendatang diperkirakan akan masih terus
berkembang. Hal ini akan mempengaruhi baik pasar dan industri dalam negeri serta
produk impor. Oleh karena itu permasalahan yang berkaitan dengan pengamanan
pasar perlu dikaji sehingga dapat dirumuskan kebijakan pengamanan pasar yang
memberi manfaat secara optimal pada konsumen sekaligus pengembangan pasar dan
industri dalam negeri.
Selain permasalahan tersebut diatas, Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan juga menghadapi permasalahan internal dalam melaksanakan kegiatan
kajian dan pengembangan kebijakan. Adapun permasalahan tersebut yaitu :
a. Terbatasnya kuantitas dan kualitas peneliti
Salah satu kunci sukses untuk memenuhi meningkatnya permintaan akan kajian
dan rekomendasi kebijakan yang berkualitas BPPP adalah memiliki sumber daya
manusia khususnya peneliti yang jumlahnya proporsional, profesional dan
kompeten di bidangnya. Walaupun setiap tahunnya diusahakan terdapat
penambahan jumlah peneliti, namun pertumbuhannya tidak secepat naiknya
permintaan akan kajian kebijakan maupun isu-isu perdagangan yang memerlukan
kajian dalam penyusunan kebijakannya. Kondisi ini terjadi karena terbatasnya
alokasi formasi peneliti yang dialokasikan kepada BPPP setiap tahunnya.
Terbatasnya jumlah peneliti ini terlihat dari rasio pejabat fungsional peneliti yang
ada saat ini. Dari total 112 pegawai BPPP pada bulan November 2017, SDM peneliti
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 83
yang dimiliki oleh BPPP hanya sebanyak 33 orang, dengan rincian Peneliti
Pratama berjumlah 13 orang, dan Peneliti Muda berjumlah 13 orang, dan Peneliti
Madya sejumlah 1 orang (6 orang peneliti bebas sementara karena sedang
melanksanakan penugsan yang lain). Jumlah peneliti tersebut dirasakan masih
sangat kurang dibanding beban tugas yang diemban Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan mengingat tupoksi baru dan peran yang semakin
strategis.
Selain terbatasnya jumlah peneliti, kemampuan peneliti dalam menghasilkan
kajian dan output lainnya, seperti karya tulis ilmiah yang siap diterbitkan pada
jurnal-jurnal ilmiah juga dirasakan masih kurang. Hal ini disebabkan karena
hampir seluruh peneliti BPPP merupakan peneliti muda yang masih memerlukan
banyak bimbingan dan peningkatan kemampuan. Rata-rata peneliti baru menjabat
sebagai fungsional peneliti selama kurang lebih 1 hingga 2 tahun saja. Dengan
demikian sebenarnya masih terbuka luas kesempatan pembinaan yang lebih
intensif bagi mereka.
Isu tingkat pendidikan para peneliti juga berpengaruh terhadap kemampuan
mereka dalam menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas. Walaupun rata-rata
peneliti telah meraih gelar S2, namun kualitasnya masih dapat ditingkatkan
dengan menaikkan tingkat pendidikan peneliti menjadi S3 dan mengadakan
kegiatan pembangunan kapasitas lainnya yang diperlukan bagi mereka. Kondisi
ini perlu direspon oleh manajemen BPPP mengingat berdasarkan pengamatan,
lembaga-lembaga litbang dalam dan luar negeri kini tengah berlomba untuk
memperbaiki tingkat kompetensi mereka, dimana salah satunya melalui
perbaikan tingkat pendidikan para peneliti. Bahkan ditemukan ada lembaga
litbang yang hanya menerima lulusan S3 sebagai peneliti mereka. Kerjasama
dengan berbagai lembaga think thank dan donor sebagai salah satu upaya capacity
building –pun terus dilakukan, salah satunya dengan AIPEG, TPSA, NESO dan
sebagainya.
b. Rendahnya Minat Pegawai menjadi Peneliti
Rendahnya jumlah peneliti terutama disebabkan karena kurangnya minat
pegawai Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan untuk menjadi
peneliti pengkaji di sektor perdagangan. Hal ini perlu disikapi secara serius dan
perlu dicarikan jalan pemecahannya. Sistem kompensasi bagi peneliti yang telah
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 84
diatur oleh pemerintah pusat dirasakan masih kurang menarik, sehingga belum
dapat memberikan motivasi atau rangsangan positif bagi para calon peneliti.
Sistem penghargaan serta fasilitas-fasilitas seperti sarana publikasi atas karya-
karya ilmiah yang telah diberikan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan juga ternyata belum berjalan maksimal sehingga belum dapat
menjadi motivasi yang efektif untuk menjadi peneliti.
c. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pengkajian
Ruang kerja peneliti pada Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
yang representative perlu didukung oleh tersedianya sarana kerja pegawai yang
berupa antara lain alat pengolah data yang fungsional. Secara ideal setiap pejabat
peneliti seharusnya mempunyai fasilitas alat pengolah data (personal computer)
masing-masing sehingga tidak tergantung pada pejabat peneliti lainnya. Selain itu,
dukungan pengadaan sumber informasi dan referensi baik berupa software
maupun hardware pengolah data, literatur baik berupa buku, jurnal, dan majalah
ilmiah dapat dikatakan tidak banyak, sehingga sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil kajian secara akademis. Bahkan BPPP tidak memiliki perpustakaan
yang memadai.
d. Monitoring Pemanfaatan Hasil Kajian
Sistem monitoring terhadap hasil kajian yang sudah dimanfaatkan oleh para
stakeholders diluar Kementerian Perdagangan untuk memperoleh umpan balik
terhadap hasil kajian sulit dilakukan sehingga tidak dapat diketahui secara pasti.
Hal ini menjadi kendala dalam penyusunan program kajian berikutnya karena
bagaimanapun hasil kajian dari Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan disamping dimanfaatkan oleh kalangan internal Kementerian
Perdagangan juga dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh stakeholders.
e. Masih terbatasnya pemanfaatan hasil kajian
Hasil kajian yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para
stakeholders, termasuk dunia usaha dan masyarakat umum belum terlaksana
dengan baik pada BPPP. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya akses
stakeholders, terutama yang berada di luar Kementerian Perdagangan untuk
mendapatkan dan memanfaatkan hasil-hasil kajian tersebut, baik sebagai
referensi yang akan digunakan dalam karya ilmiah lainnya maupun sebagai tindak
lanjut rekomendasi yang ada dalam hasil kajian tersebut. Oleh karena itu, BPPP
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 85
harus menyediakan berbagai kemudahan dan sarana akses bagi para pengguna
hasil kajian tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan website BPPP yang
merupakan bagian dari website Kementerian Perdagangan.
f. Kualitas hasil yang belum optimal secara akademis
Minimnya pemanfaatan hasil kajian juga disebabkan oleh masih belum
tercapainya kualitas maksimal dari kajian yang dilaksanakan oleh BPPP akibat
masih banyaknya kelemahan dari segi akademis. Walaupun telah dilakukan
berbagai tahap perencanaan, monitoring hingga evaluasi kegiatan kajian, namun
tahapan tersebut masih belum dapat optimal meningkatkan kualitas hasil kajian.
Hal ini disebabkan belum matangnya budaya penelitian yang kritis, tidak mudah
puas terhadap hasil, dan bertanggungjawab pada para peneliti BPPP serta tidak
adanya semacam dewan penasehat atau pengawas yang dapat memantau kualitas
kajian yang dihasilkan, baik dari proses maupun hasil sebagaimana dimiliki oleh
lembaga litbang yang telah dikenal reputasinya. Selama ini, review hasil kajian
sementara dan akhir hanya dilakukan secara internal sehingga tidak memberikan
dorongan yang cukup untuk menghasilkan kajian yang lebih berkualitas.
Akibatnya, masih sering ditemui keengganan tim peneliti untuk mengadopsi
masukan-masukan yang diberikan oleh stakeholders/reviewer yang sebenarnya
berguna bagi perbaikan hasil kajian mereka.
Pada lembaga litbang yang telah well-established, permasalahan ini dapat diatasi
apabila terdapat dewan pengawas/penasehat maupun keterlibatan stakeholders
yang melakukan peer review terhadap hasil kajian BPPP.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 86
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN BPPP
Dinamika lingkungan strategis sektor perekonomian secara umum dan sektor
perdagangan khususnya sedikit banyak telah memunculkan berbagai persoalan yang luas
dan komplikatif. Untuk merespon berbagai kondisi dan persoalan tersebut dibutuhkan
kebijakan yang artikulatif, responsif, antisipatif, dengan dampak implementasi yang terukur.
Dengan demikian kebijakan yang dikeluarkan nantinya dapat efektif memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi.
Untuk menghasilkan kebijakan semacam itu dibutuhkan peran analisis/kajian yang
komprehensif. BPPP sebagai internal think tank di lingkungan Kementerian Perdagangan
diamanatkan untuk melakukan kajian/analisis atas isu-isu kebijakan yang dihadapi oleh
Kementerian Perdagangan secara keseluruhan. Lebih jauh, diharapkan melalui rekomendasi
kebijakan yang dihasilkannya, BPPP mampu memberikan peran yang berarti dalam
menentukan arah kebijakan Kementerian Perdagangan jauh ke depan, baik bagi isu-isu
terkini (current issue) maupun untuk isu-isu perdagangan jangka panjang dan strategis.
Agar BPPP dapat lebih optimal mendukung proses penyusunan kebijakan di
Kementerian Perdagangan, maka untuk mengarahkan kebijakan dan strateginya BPPP
menyusun Rencana Strategis BPPP 2015-2019. Renstra tersebut disusun dengan
mempertimbangkan isu-isu kebijakan dan perkembangan sektor perdagangan yang akan
dihadapi oleh Kementerian Perdagangan 5 tahun mendatang.
Visi dan misi pembangunan Pemerintahan Presiden Joko Widodo dijabarkan dalam 9
agenda prioritas “Nawa Cita” yang berisi cita-cita pembangunan Indonesia di segala bidang.
Nawa Cita disusun berdasarkan ideologi “Trisakti”, yang pertama kali dicetuskan oleh
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan pembangunan bangsa dan negara. Konsep Trisakti sendiri terdiri dari 3 pilar:
1) Kedaulatan dalam politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam
kebudayaan. Berdasarkan konsep asli Trisakti, pemerintah baru kemudian menjabarkan
lebih rinci ketiga pilar tersebut ke dalam 31 agenda strategis, dengan rincian 12 agenda
strategis untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, 16 agenda
strategis untuk menuju Indonesia yang berdikari dalam bidang ekonomi, dan 3 agenda
strategis untuk Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 87
Dari 9 agenda prioritas Nawacita, 3 pilar Trisakti dan 31 agenda strategis kemudian
Kementerian Perdagangan mengidentifikasikan tujuan-tujuan/sasaran strategis
pembangunan yang sekiranya terkait dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Perdagangan. Hasil identifikasi ini kemudian menjadi dasar bagi penetapan operasional
kegiatan di Kementerian Perdagangan selama 5 tahun ke depan, termasuk di BPPP.
2.1 Visi
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sebagai salah satu unit pendukung
Kementerian Perdagangan yang melakukan pengkajian kebijakan di bidang perdagangan
memiliki pandangan jauh ke depan untuk mendukung pembangunan sektor perdagangan
sesuai dengan amanat dari Nawa Cita.
Pandangan ini kemudian dinyatakan dalam Rencana Strategis BPPP yang merupakan
bagian integral dari Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2015-2019. Oleh karena itu
visi BPPP juga merupakan bagian integral dari visi pembangunan perdagangan 2015 – 2019
yang dirumuskan untuk menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai
pembangunan perdagangan. Persepsi tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen jajaran
BPPP untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan nasional di bidang perdagangan.
Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia dalam rapat kabinet pertama, maka
ditetapkan hanya ada visi dan misi Presiden dan seluruh Kementerian/Lembaga diminta
untuk menjabarkan operasionalisasi visi dan misi presiden tersebut dalam kegiatan masing-
masing organisasi. Oleh karena itu dalam rangka menentukan cita-cita yang ingin dicapai
dalam jangka menengah dan panjang dan dengan mempertimbangkan perkembangan,
masalah dan berbagai upaya pembangunan perdagangan ke depan maka visi BPPP 2015-
2019 adalah :
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong”.
Dengan visi ini Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan berkomitmen
mendukung visi Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan visi pemerintahan baru
melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya menjadi unit pengkaji (think tank) yang
dapat dipercaya (credible) dan secara aktif serta responsif terlibat langsung dalam
penyusunan kebijakan perdagangan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 88
2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka harus ditentukan cara-cara yang
harus ditempuh oleh setiap unit eselon II yang ada di lingkungan BPPP yang tertuang sebagai
misi. Misi tersebut merupakan sesuatu yang harus diemban dan dilaksanakan oleh unit kerja
terkait untuk mendukung pencapaian visi. Dengan pernyataan misi ini, diharapkan seluruh
pegawai BPPP dapat memahami peran unit kerja secara lebih baik, dan dapat berpartisipasi
dalam mendorong keberhasilannya dengan melaksanakan perannya masing-masing dengan
baik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan adalah:
“Menghasilkan rekomendasi kebijakan perdagangan yang berdaya guna berdasarkan hasil
kajian”.
2.3 Tujuan
Peran Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sangat strategis, terutama
dalam mewujudkan kebijakan perdagangan yang artikulatif, responsif dan antisipatif. Oleh
karena itu sebagai penjabaran dari visi dan misi Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan, maka tujuan yang ingin dicapai pada periode 2015 – 2019 yaitu: ”Penyediaan
rekomendasi kebijakan perdagangan yang artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan
pemangku kepentingan”.
2.4 Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Sasaran strategis selama kurun waktu 2015 - 2019 menjadi indikator kinerja Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Sasaran merupakan dampak yang ingin dicapai oleh BPPP dalam mendukung kinerja
Kementerian Perdagangan. Untuk itu, BPPP merumuskan 2 sasaran strategisnya
berdasarkan dampaknya terhadap Kementerian Perdagangan maupun bagi BPPP sendiri.
Rumusan sasaran strategis tersebut sebagai berikut:
1. Sasaran strategis untuk Kementerian Perdagangan:
“Meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian”
2. Sasaran strategis tingkat eselon 1:
”Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan kebijakan”.
Adapun diagram keterkaitan misi-tujuan-sasaran strategis-indikator BPPP dengan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 89
Kementerian Perdagangan dapat dilihat pada beberapa diagram berikut:
Gambar 1 : Keterkaitan Misi dan Sasaran Kementerian Perdagangan
Tahun 2015 - 2019
Gambar 2: Keterkaitan antara Sasaran Strategis Kementerian
Perdagangan, Misi, Tujuan dan Sasaran BPPP Tahun 2015 - 2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 90
Sebagaimana terlihat pada gambar 2 diatas, BPPP mendukung Kementerian
Perdagangan melalui peran BPPP terhadap seluruh pencapaian Sasaran Strategis
Kementerian Perdagangan. Dari situ, BPPP kemudian menetapkan misi, tujuan, dan sasaran
strategis sebagaimana telah dijelaskan diatas hingga indikator sasaran yang akan dicapai
oleh BPPP pada tahun 2015-2019, yang terangkum pada diagram berikut:
Adapun target capaian indikator kinerja sasaran BPPP pada tahun 2015-2019 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Indikator kinerja sasaran strategis BPPP di atas selanjutnya akan dijabarkan menjadi sasaran
dan indikator kinerja kegiatan pada tingkat eselon II yang akan diuraikan lebih detail pada
bagian selanjutnya review ini. Sebagai catatan, dalam perumusan sasaran dan indikator
kinerja kegiatan BPPP, sesuai PMK 106/2016 tentang Standar Biaya Masukan TA 2017,
disusun berdasarkan metode ADIK (Arsitektur Data dan Informasi Kinerja) yang kemudian
diteruskan mengikuti platform KRISNA (Kolaborasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran)
pada tahun 2018 dan selanjutnya. Oleh karena ini, beberapa indikator harus disesuaikan.
Gambar 3 : Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator BPPP
Tahun 2015 – 2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 91
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Pembangunan nasional pada periode 2015-2019 ke depan diarahkan untuk memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya
saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Perdagangan sebagai
salah satu penggerak perekonomian bangsa juga sangat bergantung kepada daya saing
kompetitif tersebut. Mengikuti arah pembangunan dalam RPJMN, pembangunan sektor
perdagangan yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan
diprioritaskan pada pembangunan perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri.
Sesuai RPJMN 2015-2019, fokus prioritas nasional Kementerian Perdagangan meliputi: (1)
Pengelolaan fasilitas ekspor dan impor; (2) Pengelolaan impor; (3) Peningkatan kerjasama di
bidang perdagangan jasa; (4) Peningkatan kerjasama dan perundingan ASEAN; (5)
Peningkatan kelancaran distribusi bahan pokok; dan (6) Pengembangan sarana distribusi
perdagangan. Selain 6 prioritas tersebut selain enam prioritas nasional tersebut di atas,
terdapat Prioritas Nasional Lainnya, yaitu Prioritas Bidang Sosial, Budaya dan Kehidupan
Beragama, Ekonomi, Iptek, Sarana dan Prasarana, Politik, Hankam, Hukum dan Aparatur,
Wilayah dan Tata Ruang serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sesuai dengan RPJPN
2005 – 2025. Kementerian Perdagangan akan berperan dalam bidang ekonomi, sarana dan
prasarana, Hukum dan Aparatur serta Wilayah dan Tata Ruang.
Sebagai pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi serta wewenang Kementerian
Perdagangan ke depan sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019, kebijakan
perdagangan luar negeri dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk “memperkuat daya
saing ekspor produk nonmigas dan jasa bernilai tambah tinggi untuk meningkatkan
konstribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan”.
Untuk itu, terdapat 4 pilar strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan perdagangan luar
negeri selama periode 20152019 yaitu:
1. Menjaga dan meningkatkan pangsa pasar produk Indonesia di pasar ekspor utama (market
maintenance);
2. Meningkatkan pangsa pasar ekspor di pasar prospektif (market Creation);
3. Mengidentifikasi peluang pasar ekspor produk dan jasa potensial (product creation); dan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 92
4. Meningkatkan fasilitasi ekspor dan impor untuk mendukung daya saing produk nasional
(export facilitation and import management).
Sedangkan arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019 adalah: “meningkatnya
aktivitas perdagangan dalam negeri yang lebih efisien dan berkeadilan”. Untuk itu,
strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan perdagangan dalam negeri selama periode
2015-2019 adalah:
1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan untuk mengatasi
kelangkaan stok serta disparitas dan fluktuasi harga.
2. Meningkatkan kualitas sarana perdagangan terutama pasar rakyat melalui pelaksanaan
pemberdayaan terpadu nasional pasar rakyat.
3. Meningkatkan aktivitas perdagangan antar wilayah di Indonesia melalui promosi produk
unggulan daerah antar wilayah di Indonesia serta fasilitasi kerjasama dan penurunan
hambatan perdagangan antar wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro kecil menengah
5. Meningkatkan iklim usaha perdagangan konvensional dan non kovensional yang lebih
kondusif.
6. Mendorong penggunaan produk domestik
7. Meningkatkan perlindungan konsumen
8. Menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten
9. Meningkatkan efektivitas pengelolaan impor untuk menjaga stabilitasi pasar domestik.
10. Mendorong perdagangan berjangka komoditi
11. Mendorong pengemabngan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang.
12. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang perdagangan.
Setelah menganalisis perkembangan lingkungan strategis dan dengan memperhatikan
kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan serta dengan menetapkan faktor-faktor kunci
keberhasilan, tujuan dan sasaran sebagai penjabaran visi dan misi, maka dapat ditentukan
strategi operasional. Strategi tersebut ditetapkan sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan
perencanaan kebijakan dan program yang akan dipergunakan sebagai pedoman operasional.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 93
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015−2019 telah menetapkan misi
pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan antara lain, yaitu
perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi untuk
kemakmuran rakyat yang berkeadilan.
Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan
mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN 20152019. Arah ini merupakan pedoman
dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Perdagangan merevisi Renstra Kementerian
Perdagangan 2015-2019 berdasarkan Permendag Nomor: 81/M-DAG/PER/11/2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/4/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2015-2019. Merujuk kepada dokumen tersebut,
arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi 8 (delapan) pokok pikiran, yaitu:
1. Mengamankan pangsa ekspor di pasar utama;
2. Memperluas pangsa pasar ekspor di pasar prospektif dan hub perdagangan internasional;
3. Meningkatkan diversifikasi produk ekspor;
4. Mengamankan pasar domestik untuk meningkatkan daya saing produk nasional;
5. Meningkatkan aksesibilitas UMKM;
6. Meningkatkan perlindungan konsumen;
7. Meningkatkan efisiensi sistem distribusi dan logistik;
8. Meningkatkan fasilitas dan iklim usaha perdagangan
Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian
Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta arah
kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka dilakukan program-program
kementerian yang terdiri dari sepuluh program utama, yaitu:
(1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Perdagangan;
(2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan;
(3) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian
Perdagangan;
(4) Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan;
(5) Pengembangan Ekspor Nasional
(6) Peningkatan Perdagangan Luar Dalam Negeri;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 94
(7) Perundingan Perdagangan Internasional;
(8) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri;
(9) Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi; dan
(10) Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga;
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPP
Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yaitu (1) Penyediaan rekomendasi
perdagangan yang artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan pemangku kepentingan, maka
kebijakan BPPP pada hakekatnya diarahkan untuk :
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas pengkajian dan pengembangan di sektor perdagangan
kearah rekomendasi kebijakan yang bersifat demand-driven dan evidence-based.
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM dalam mendukung tugas pokok dan fungsi BPPP,
khususnya peneliti.
3. Peningkatan jejaring kerja dengan instansi pemerintah baik pusat maupun daerah
(Disperindag, Balitbangda, TPID BI), lembaga kelitbangan lainnya di dalam dan luar negeri,
serta lembaga terkait lainnya dalam rangka pengkajian dan pengembangan perdagangan.
4. Pelaksanaan disemnasi dan publikasi hasil pengkajian dan pengembangan perdagangan,
serta penyelenggaraan diskusi isu-isu pada sektor perdagangan dengan triple helix dalam
rangka menyebarluaskan hasil kajian dan melakukan konsultasi publik, baik di pusat dan
daerah.
Sedangkan langkah/strategi yang akan ditempuh oleh BPPP yaitu :
1. Melibatkan pakar/narasumber/tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman sesuai
bidangnya serta stakeholders terkait lainnya dalam kegiatan pengkajian dan
pengembangan perdagangan.
2. Mengikutsertakan pegawai BPPP dalam berbagai kegiatan pembangunan kapasitas
misalnya diklat teknis dan fungsional, in-house training, pemagangan pada lembaga riset
di dalam dan luar negeri, seminar, workshop, dan forum ilmiah lainnya.
3. Menjalin jejaring kerja dengan berbagai instansi, baik pemerintah, akademisi, maupun
kalangan pengusaha.
4. Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan pengkajian.
Sesuai dengan restrukturisasi program Kementerian Perdagangan, Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan mempunyai 1 (satu) program, yaitu “Program Pengkajian
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 95
dan Pengembangan Perdagangan”. Arah pelaksanaan program tersebut adalah:
1. Pengkajian dan pengembangan perdagangan dalam negeri melalui pengkajian dengan
fokus kajian bidang sarana dan lembaga perdagangan, Bidang logistik, investasi dan
fasilitasi usaha, standardisasi dan perlindungan konsumen;
2. Pengkajian dan pengembangan perdagangan luar negeri melalui pengkajian dengan
fokus kajian bidang ekspor impor, pengamanan dan fasilitasi perdagangan;
3. Pengkajian dan pengembangan kerjasama perdagangan internasional melalui
pengkajian dengan fokus kajian bidang kerjasama multilateral, regional dan bilateral;
4. Peningkatan tatakelola administrasi yang baik, melalui peningkatan dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan fokus peningkatan urusan rencana,
pemantauan program dan kerjasama, urusan administrasi keuangan, kepegawaian dan
umum, urusan evaluasi, pelaporan dan dokumentasi dalam rangka meningkatkan kualitas
kajian dan pengembangan kebijakan perdagangan.
Adapun indikator kinerja program (outcome) dan indikator kinerja kegiatan (output)
yang akan digunakan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan akan disajikan dibawah ini, sedangkan cara penghitungan
capaian target serta salinan perjanjian kinerja Pimpinan BPPP tahun anggaran 2017 akan
disajikan dalam lampiran.
Memasuki tahapan perencanaan kegaitan dan anggaran tahun anggaran 2018, metode
perencanaan menggunakan platform bernama KRISNA yang merupakan implementasi dari
kolaborasi antara sistem perencanaan dan anggaran. Oleh karena itu, beberapa indikator
mengalami sedikit perubahan namun tetap mengacu pada konsep yang telah disusun tahun
sebelumnya melalui metode ADIK.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 96
MATRIKS INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN 2015-2019
(review tahun 2017)
NO. PROGRAM
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
(OUTCOME)
Renstra RKA-KL
(1) (2) (3) (4)
1. Pengkajian dan
Pengembangan
Perdagangan
Sasaran outcome (Kemendag):
Meningkatnya kualitas kebijakan
dan regulasi berbasis kajian
Sasaran outcome (eselon 1):
Tersedianya rekomendasi
kebijakan sebagai bahan
perumusan kebijakan
Indikator :
a. Persentase rekomendasi yang
digunakan untuk perumusan
kebijakan di sektor perdagangan
b. Persentase
rekomendasi/masukan kebijakan
yang disampaikan ke K/L/D/I
Sasaran outcome (Kemendag):
Meningkatnya kualitas kebijakan
dan regulasi berbasis kajian
Sasaran outcome (eselon 1):
Tersedianya rekomendasi
kebijakan sebagai bahan
perumusan kebijakan
Indikator :
a. Persentase rekomendasi yang
digunakan untuk perumusan
kebijakan di sektor perdagangan
b. Persentase
rekomendasi/masukan kebijakan
yang disampaikan ke K/L/D/I
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN
NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
Renstra KRISNA (RKA-KL)
(1) (2) (3) (4)
1. Dukungan
Manajemen Dan
Dukungan Teknis
lainnya Badan
Pengkajian dan
Pengembangan
Perdagangan
Sasaran kegiatan:
1. Terlaksananya pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh satuan
organisasi dilingkungan Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan
Indikator :
1) Jumlah rencana/program kegiatan yang
disusun dengan tepat waktu dan sesuai
aturan yang berlaku. (Satuan output:
Dokumen)
2) Jumlah pemantauan dan evaluasi yang
disusun dengan tepat waktu dan sesuai
aturan yang berlaku. (Satuan output:
Laporan monev)
Sasaran kegiatan:
1. Layanan dukungan manajemen Eselon I
Indikator :
1) Layanan perencanaan (Satuan
output: Layanan)
2) Layanan pemantauan dan evaluasi
(satuan output: layanan)
3) Layanan administrasi keuangan
(satuan output: layanan)
4) Layanan kepegawaian (satuan
output: layanan)
5) Jumlah hasil kajian yang
disebarluaskan. (satuan output:
layanan)
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 97
NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
Renstra KRISNA (RKA-KL)
(1) (2) (3) (4)
3) Bulan layanan administrasi keuangan
(Satuan output: Bulan layanan)
4) Bulan layanan kepegawaian BPPP.
(Satuan Output: Bulan layanan)
5) Jumlah hasil kajian yang
disebarluaskan. (Satuan output: Judul)
6) Jumlah kerja sama kelitbangan. (Satuan
output: Kerjasama)
7) Bulan layanan dukungan Tim
Pertimbangan Kepentingan Nasional
(Satuan output: bulan layanan)
6) Jumlah kerjasama kelitbangan
(satuan output: kerjasama)
7) Layanan keskretariatan Tim
Pertimbangan Kepentingan Nasional)
8) Layanan Informasi Publik
2. Layanan internal (1 Layanan)
Indikator:
1) Layanan Internal Perkantoran (1
layanan)
3. Layanan perkantoran (1 Layanan)
Indikator:
1) Layanan Operasional dan
pemeliharaan kantor (1 layanan)
2. Pengkajian dan
Pengembangan
Perdagangan
Dalam Negeri
Sasaran kegiatan:
1. Tersusunnya bahan perumusan
rekomendasi kebijakan di bidang
perdagangan dalam negeri
Indikator:
1) Jumlah kajian di bidang perdagangan
dalam negeri (Satuan output: Kajian)
2) Jumlah rekomendasi hasil forum
diskusi perdagangan dalam negeri
(Satuan output: Rekomendasi)
Sasaran kegiatan:
1. Layanan penelitian dan pengembangan
Indikator:
1) Kajian perdagangan dalam negeri
(satuan output: Kajian)
2) Rekomendasi kebijakan hasil forum
diskusi perdagangan dalam negeri
(satuan output: Rekomendasi)
2. Layanan internal
Indikator:
1) Layanan internal (1 layanan)
3. Layanan perkantoran
Indikator:
1) Layanan operasional dan
pemeliharaan perkantoran (1
layanan)
3. Pengkajian dan
Pengembangan
Perdagangan
Luar Negeri
Sasaran kegiatan:
1. Tersusunnya bahan perumusan
rekomendasi kebijakan di bidang
perdagangan dalam negeri
Indikator:
1) Jumlah kajian di bidang perdagangan
luar negeri (Satuan output: Kajian)
2) Jumlah rekomendasi hasil forum
diskusi perdagangan luar negeri
(Satuan output: Rekomendasi)
Sasaran kegiatan:
1. Layanan penelitian dan pengembangan
Indikator:
1) Kajian perdagangan luar negeri
(satuan output: Kajian)
2) Rekomendasi kebijakan hasil forum
diskusi perdagangan luar negeri
(satuan output: Rekomendasi)
2. Layanan internal
Indikator:
1) Layanan internal (1 layanan)
3. Layanan perkantoran
Indikator:
1) Layanan operasional dan
pemeliharaan perkantoran (1
layanan)
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 98
NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
Renstra KRISNA (RKA-KL)
(1) (2) (3) (4)
4. Pengkajian dan
Pengembangan
Kerjasama
Perdagangan
Internasional
Sasaran kegiatan:
1. Tersusunnya bahan perumusan
rekomendasi kebijakan di bidang
kerjasama perdagangan internasional
Indikator:
1) Jumlah kajian di bidang kerjasama
perdagangan internasional (Satuan
output: Kajian)
2) Jumlah rekomendasi hasil forum
diskusi kerjasama perdagangan
internasional (Satuan output:
Rekomendasi)
Sasaran kegiatan:
1. Layanan penelitian dan pengembangan
Indikator:
1) Kajian kerjasama perdagangan
internasional (satuan output:
Kajian)
2) Rekomendasi kebijakan hasil forum
diskusi kerjasama perdagangan
internasional (satuan output: Re)
2. Layanan internal
Indikator:
1) Layanan internal (1 layanan)
3. Layanan perkantoran
Indikator:
1) Layanan operasional dan
pemeliharaan perkantoran (1
layanan)
3.3 Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi sebagaimana dijelaskan dalam Permen PPN/Kepala Bappenas
No.1/2014 tentang Pedoman Penyusunan RPJMN 2015-2019 Pasal 1 angka 14 dan Peraturan
Sesmen PPN/Bappenas tentang Juklak Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN didefinisikan
sebagai: “Perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan
mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan
bernegara”. Lebih lanjut dijelaskan tujuan disusunnya kerangka regulasi yaitu: (1)
Mengarahkan proses perencanaan pembentukan regulasi sesuai kebutuhan pembangunan; (2)
Meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan;
dan (3) Meningkatkan efeisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan
regulasi.
Dalam penyusunannya terdapat prinsip-prinsip yang harus ditaati sehingga kerangka
regulasi dapat disusun sesuai dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prinsip-prinsip tersebut
didasarkan pada kaidah perumusan kebijakan yang baik (sound policy formulation), yaitu
sebagai berikut:
1. Penyusunan kerangka regulasi dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong dan
mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam rangka
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 99
mewujudkan tujuan bernegara.
2. Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan dampak, biaya, manfaat dan
kerugiannya untuk masyarakat.
3. Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan asas pembentukan dan asas
materi peraturan perundang-undangan yang baik.
4. Penyusunan kerangka regulasi dalam prosesnya melibatkan stakeholders terkait.
5. Kerangka regulasi merupakan hasil review atau evaluasi terhadap peraturan yang ada,
yang kemudian dilanjutkan melalui proses kajian dan penelitian (analisis dampak, biaya,
dan manfaat).
6. Kerangka regulasi jangka menengah dan tahunan dapat berisi angka kerangka regulasi
dan/atau kebutuhan regulasi yang diperlukan sejalan dengan kebijakan pembangunan
nasional yang tertuang dalam RPJMN dan RKP.
7. Kerangka regulasi yang dicantumkan dalam Renstra K/L berupa arah kerangka regulasi
dan/atau kebutuhan regulasi (RUU, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rencangan
Perpres, Rancangan Inpres atau Rancangan Peraturan pimpinan lembaga).
Meninjau dan memperhatikan seluruh ketentuan penyusunan Kerangka Regulasi di atas,
maka BPPP dengan tugas utama sebagai internal think tank dan pengelola sistem informasi
perdagangan yang menjadi bagian dari amanat UU No.7/2014 tentang Perdagangan juga turut
menyusun kerangka regulasi yang dibutuhkan bagi pembangunan perdagangan selama 5 tahun
ke depan.
Walaupun demikian, BPPP bukan unit organisasi pembuat kebijakan (policy conceptor)
maupun pelaksana kebijakan (policy executor). Dengan demikian, BPPP untuk saat ini belum
merancang usulan kerangka regulasi. Jikalau ada, usulan kerangka regulasi yang dirancang oleh
BPPP lebih bersifat usulan kepada unit eselon I lainnya di lingkungan Kementerian
Perdagangan yang mempunyai wewenang sebagai policy conceptor dan policy executor.
3.4 Kerangka Kelembagaan
Secara garis besar program dan kegiatan masing-masing unit Eselon 2 di lingkungan BPPP
tahun 2015 – 2019 diarahkan untuk mendukung visi pemerintah di sektor perdagangan.
Di tingkat Eselon II kegiatan Dukungan Manajemen Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan dilakukan oleh Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 100
Perdagangan. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan
memiliki kegiatan yang bersifat koordinatif dan kegiatan penunjang lainnya yang dilakukan
guna mendukung kegiatan masing-masing unit eselon 2. Setiap tahun anggaran berjalan,
kegiatan Sekretariat BPPP secara umum tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun
setiap tahunnya diupayakan terus mengalami perkembangan dan peningkatan mutu kegiatan.
Sedangkan bagi pusat Pengkajian (Puska) memiliki kegiatan pengkajian sesuai bidang
masing-masing yaitu :
a. Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri
b. Pengkajian Perdagangan Luar Negeri
c. Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional
Adapun secara umum program kajian prioritas BPPP pada tahun 2015-2019 secara
ringkas dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Agribisnis Kerakyatan
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan hak atas pangan.
Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen nasional
secara konsisten dari waktu ke waktu. Ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan
dimaksudkan agar pelaksanaan ketahanan pangan dapat dibangun berdasarkkan kearifan
lokal dan sumber daya lokal sehingga tercipta kedaulatan pangan nasional, tanpa
tergantung dengan produk pangan impor. Topik ini sangat erat kaitannya dengan berbagai
isu strategis lingkungan perdagangan sebagai berikut:
a. Kedaulatan pangan;
b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;
c. Permasalahan perdagangan perbatasan;
d. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel, dan finance;
e. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;
f. Pengamanan perdagangan:
g. Integrasi ekonomi;
h. Keterbatasan alat analisa
Oleh karena itu topik ini layak dan masih sangat relevan menjadi salah satu prioritas
pengkajian di BPPP Kementerian Perdagangan periode 2015-2019. Hal ini sangat sejalan
dengan peran BPPP untuk senantiasa mampu memberikan rekomendasi yang tepat terkait
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 101
ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan, utamanya yang bersinggungan
langsung dengan sektor perdagangan. Mengingat ketahanan pangan ini merupakan
pekerjaan yang sangat terkait dengan instansi maupun Kementerian lain, seperti
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pemerintah daerah
di seluruh Indonesia, maka rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari kajian BPPP
nantinya juga dapat disampaikan dan dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait.
2. Peningkatan Efisiensi Sistem Rantai Pasok (Logistik dan Distribusi)
Upaya penguatan jaringan distribusi nasional masih menjadi salah satu isu perdagangan
yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah Indonesia pada 2015-2019. Oleh
karena itu, isu ini dituanngkan menjadi salah satu sasaran strategis Kementerian
Perdagangan 2015-2019. Sasaran strategis ini diterjemahkan oleh Kementerian
Perdagangan yang senantiasa berusaha menciptakan jaringan distribusi yang efisien
melalui penciptaan sarana dan kebijakan distribusi serta layanan logistik yang mendukung
dan sinergis.
Program pengkajian prioritas ini berusaha mengakomodasi tuntutan berbagai
stakeholders BPPP untuk memberikan masukan dan rekomendasi terkait dengan upaya
untuk mewujudkan sistem distribusi dan logistik yang efisien serta bagaimana upaya
memperbaiki sistem yang sudah ada saat ini. Mengingat logistik dan distribusi merupakan
sektor pendukung, maka program pengkajian ini juga sangat erat kaitannya dengan isu-isu
strategis:
a. Kedaulatan pangan;
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional);
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;
d. Permasalahan pedagangan perbatasan;
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi;
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
g. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;
h. Percepatan peningkatan ekspor migas;
i. Integrasi ekonomi;
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan;
Berawal dari alasan inilah maka program ini masih sangat relevan dan tepat untuk
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 102
dilaksanakan pada periode 2015-2019, utamanya terkait dengan peran BPPP untuk
senantiasa proaktif memberikan masukan kebijakan dalam rangka mewujudkan sistem
distribusi dan logistik yang efisien.
3. Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Perdagangan Perbatasan
Program kajian prioritas penguatan pasar dalam negeri dan perdagangan perbatasan
diharapkan dapat memberikan masukan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi dan
mengantisipasi berbagai isu yang berkembang dalam rangka menciptakan iklim usaha
nasional yang kondusif. Topik penguatan pasar dalam negeri dan perdagangan perbatasan
sangat relevan dengan isu-isu dalam lingkungan perdagangan yang berkaitan dengan:
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
h. Pengamanan perdagangan
i. Integrasi ekonomi
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
Isu-isu tersebut seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan kebutuhan bahan pokok dan
barang strategis yang berujung pada ketidakstabilan harga, inflasi dan kemiskinan. Alasan
inilah yang membuat potensi permasalahan ini menjadi sangat penting untuk di antisipasi
oleh BPPP sebagai salah satu unit kerja dari lembaga yang mempunyai mandat untuk
mendukung menjaga stabilisas kebutuhan bahan pokok dan barang strategis. Dalam
keterkaitannya dengan hal tersebut, kajian mengenai hal ini masih relevan untuk dibahas
selama lima tahun ke depan. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan salah salah satu tujuan
dari Kementerian Perdagangan yang tersirat dalam dokumen Rencana Strategis 2015-
2019 dan Program Prioritas Pemerintah 2015-2019.
4. Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Konsumen
Program prioritas kajian peningkatan perlindungan konsumen merupakan prioritas
program yang sangat relevan mengingat isu-isu perlindungan konsumen berkembang
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 103
sangat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh isu perlindungan terhadap produsen dan
konsumen dalam negeri itu sendiri yaitu:
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Permasalahan perdagangan perbatasan
c. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
d. Pengamanan perdagangan
e. Integrasi ekonomi
Upaya perlindungan konsumen selalu memerlukan saran-saran rekomendasi yang akurat
sehingga setiap kebijakan maupun terobosan yang dikeluarkan menjadi tepat sasaran dan
efektif. Disinilah peran BPPP yang menjadikan program ini menjadi salah satu program
pengkajian prioritas yang masih relevan untuk dilaksanakan pada 2015-2019.
5. Peningkatan Daya Saing Produk Indonesia
Program pengkajian prioritas peningkatan daya saing produk indonesia tidak hanya
terkait dengan peningkatan produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor dengan
diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi pasar tujuan ekspor. Hal ini juga terkait
dengan isu perlindungan terhadap produsen dan konsumen dalam negeri yaitu :
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen DN
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
Selain itu, program ini juga menjadi salah satu agenda prioritas Presiden Joko Widodo
selama 2015-2019 yang juga menjadikannya masih sangat relevan untuk dilaksanakan
pada tahun 2015-2019 mendatang.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 104
6. Kebijakan Perdagangan Untuk Percepatan Investasi dan Hilirisasi
Kementerian Perdagangan menetapkan Kebijakan Perdagangan untuk percepatan
hilirisasi merupakan program prioritas yang menjadi jawaban atas kondisi kurang
optimalnya perkembangan industri hilir di Indonesia. Meskipun demikian, hal ini sangat
berhubungan erat dengan isu-isu lain yaitu:
a. Kedaulatan pangan
b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
c. Permasalahan perdagangan perbatasan
d. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
e. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
h. Pengamanan perdagangan
i. Integrasi ekonomi
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
Oleh karena itulah program ini, dinyatakan masih sangat relevan dan layakuntuk
dilaksanakan dan dijadikan salah satu program prioritas kebijakan pada periode 2015-
2019 mendatang.
7. Percepatan Peningkatan Kinerja Ekspor
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional yang berlandaskan Trisakti dan
Nawacita, sektor perdagangan berperan penting dalam mewujudkan kemandirian
ekonomi bangsa. Salah satu program prioritas pemerintah 2015-2019 dalam rangka
mewujudkan kemandirian ekonomi adalah meningkatkan daya saing produk-produk
Indonesia di pasar internasional.
Sejalan dengan misi tersebut, maka pada tahun 2015-2019 BPPP mengagendakan program
ini menjadi salah satu program prioritas untuk dilaksanakan. Selain karena merupakan
bagian terpenting dari misi Kementerian Perdagangan, program ini juga sangat terkait erat
dengan berbagai isu-isu lingkungan strategis perdagangan, yaitu antara lain :
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 105
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
8. Evaluasi dan Identifikasi Kerjasama Perdagangan Internasional
Integrasi ekonomi mempunyai dampak terhadap peningkatan jumlah kerjasama
multilateral, regional dan bilateral. Lambatnya proses perundingan dalam kerjasama
multilateral mengakibatkan banyak negara mencari alternatif kerjasama perdagangan
baik di tingkat regional maupun bilateral. Evaluasi dan Identifikasi terhadap kemungkinan
dibukanya hubungan kerjasama baik ditingkat regional maupun bilateral perlu
dilaksanakan agar manfaat dari pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut dapat
dirasakan bagi Indonesia termasuk didalamnya peningkatan peran dan kemampuan
diplomasi perdagangan internasional merupakan salah satu upaya untuk
memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional,
maupun bilateral.
Pada masa-masa mendatang, program ini akan semakin penting untuk dieksplorasi karena
hal ini sangat terkait erat dengan berbagai isu yaitu :
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 106
i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
j. Pengamanan perdagangan
k. Integrasi ekonomi
l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
m. Keterbatasan alat analisa
Dalam keterkaitan dengan hal tersebut diataslah maka program ini masih sangat relevan
untuk dijadikan program pengkajian prioritas pada periode 2015-2019.
9. Analisis Kebijakan Kesiapan Indonesia dalam Perdagangan Jasa
Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang sangat prospektif bagi Indonesia. Namun
demikian, Indonesia belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam menghadapi
persaingan perdagangan jasa yang semakin terintegrasi. Program prioritas ini berusaha
menjawab tingkat tingkat kesiapan Indonesia dalam perdagangan jasa internasional.
Program ini juga sangat erat kaitannya dengan beberapa isu strategis perdagangan antara
lain:
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
Hal tersebut di atas menjadi latar belakang yang menjadikan program prioritas pengkajian
ini masih relevan untuk dilaksanakan BPPP pada periode 2013-2015 mendatang sebagai
upaya memberikan analisis dan rekomendasi terkait peningkatan kesiapan Indonesia
dalam perdagangan jasa ini.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 107
10. Pengembangan Model / Alat Analisis Perdagangan Indonesia (MAP-INA)
Dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan di sektor perdagangan
diperlukan model/alat analisis yang sudah teruji dan user friendly yang dapat digunakan
dalam menganalisis kebijakan perdagangan baik yang bersifat komoditi, regional, nasional
maupun global. Untuk itulah pengembangan model/alat analisis menjadi suatu
keniscayaan dalam upaya menjawab berbagai tantangan dan permasalahan dalam
perdagangan Indonesia.
Program ini sangat relevan dan tepat untuk dijadikan salah satu program prioritas BPPP
2015-2019 sebagai unit yang senantisa dituntut proaktif dalam memberikan analisis dan
rekomendasi kebijakan terkait perdagangan Indonesia kepada pimpinan Kementerian
Perdagangan karena selain alasan tersebut di atas, hal ini juga sangat erat kaitannya
dengan isu :
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
j. Pengamanan perdagangan
k. Integrasi ekonomi
l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
m. Keterbatasan alat analisa
Kerangka kelembagaan berdasarkan Permen PPN/Kepala Bappenas No.1/2014
didefinisikan sebagai “perangkat kementerian/lembaga -struktur organisasi, ketatalaksanaan,
dan pengelolaan aparatur sipil negara- yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman kepada RPJM Nasional”. Kerangka
kelembagaan disusun dengan memperhatikan: Pertama, ketepatan fungsi dan juga ketepatan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 108
ukuran dari fungsi dan struktur organisasi. Kedua, kerangka kelembagaan juga harus
menciptakan sistem tata kelola pemerintahan (governance) yang terhubung dengan baik (well-
connected). Terakhir, organisasi yang telah dibentuk harus diisi dengan sumber daya manusia
aparatur/Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional dan berintegritas. Apabila ketiga unsur
ini dapat terpenuhi maka diharapkan akan terjadi penguatan kapasitas kelembagaan.
Dengan memperhatikan arahan permen PPN tersebut, maka BPPP berusaha menyusun
kerangka kelembagaannya dengan lebih baik. Sebagai sebuah unit pendukung di lingkungan
Kementerian Perdagangan, BPPP berusaha menciptakan korelasi langsung antara unit-unit
kerja mulai dari level eselon II hingga IV dengan unit-unit teknis di lingkungan Kementerian
Perdagangan yang membutuhkan rekomendasi kebijakan. Oleh karena itu BPPP membagi unit
eselon II berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian Perdagangan dalam mengelola sektor
perdagangan, yaitu sub-sektor perdagangan dalam negeri, sub-sektor perdagangan luar negeri,
dan sub-sektor kerjasama perdagangan internasional. Untuk mendukung pengelolaan
administrasi dan penyediaan dukungan teknis lainnya, maka BPPP juga dilengkapi dengan 1
unit sekretariat.
Secara umum, struktur organisasi BPPP mengalami perubahan yang cukup signifikan
mengingat tugas dan fungsinya yang juga berbeda. Berdasarkan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor: 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perdagangan BPPP terdiri dari 5 unit Eselon II dan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
membawahi 4 (empat) Kepala Pusat dan 1 (satu) Sekretaris Badan. Namun, dengan keluarnya
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perdagangan, Pusat Data dan Informasi Perdagangan yang sebelumnya
berada di dalam BPPP pindah ke Sekretariat Jenderal. Dengan demikian, BPPP terdiri dari 3
Pusat dan 1 Sekretariat Badan setingkat eselon II. Dalam menunjang pencapaian kinerja BPPP,
maka setiap unit eselon II telah memiliki tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, setiap unit tersebut selalu berkoordinasi untuk
menciptakan sinergitas dalam rangka mencapai visi BPPP. Adapun perubahan nomenklatur
dalam struktur organisasi BPPP terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan menjadi Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan (BPPP);
2. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan menjadi
Sekretariat Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (Set. BPPP);
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 109
3. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri menjadi Pusat
Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri (Puska Dagri);
4. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri menjadi Pusat
Pengkajian Perdagangan Luar Negeri (Puska Daglu);
5. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional
menjadi Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional (Puska KPI);
6. Berkurangnya 1 unit eselon 2 di lingkungan BPPP yang semula terdiri dari 5 unit eselon 2
menjadi 4 unit eselon 2 dengan berpindahnya Pusat Data dan Sistem Informasi
Perdagangan (d/h Pusat Data dan Informasi) ke Sekretariat Jenderal.
7. Perubahan nomenklatur pada masing-masing unit eselon 3 dan 4 di setiap unit eselon 2 di
BPPP serta penambahan satu unit eselon 4 yang dibawahi langsung oleh Kepala Pusat yaitu
Subbagian Tata Usaha sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
Secara umum, tugas yang dilaksanakan oleh unit Sekretariat dan unit Eselon II lainnya di
lingkungan BPPP merupakan penyediaan dukungan penyediaan kajian yang akan digunakan
sebagai bahan masukan penyusunan kebijakan perdagangan, baik di bidang perdagangan
dalam negeri, luar negeri, serta kerjasama perdagangan internasional. Pengaturan struktur
organisasi yang ada saat ini juga dimaksudkan agar segenap unit di lingkungan BPPP dapat
lebih responsif dalam menanggapi meningkatnya kebutuhan rekomendasi kebijakan
berdasarkan hasil kajian guna menyusun policy options dari setiap unit eselon I yang ada pada
Kementerian Perdagangan, disamping kajian yang dibutuhkan langsung oleh pimpinan
kementerian dalam penyusunan kebijakan perdagangan. Lebih lanjut, output yang dihasilkan
BPPP juga dirancang agar dapat merespon berbagai kebutuhan kajian yang bersifat jangka
pendek/ aktual strategis (current issue) maupun jangka panjang (long term study), serta
prakiraan (forecasting).
Sebagai contoh, kegiatan-kegiatan analisis dan studi di Pusat Pengkajian Dalam Negeri,
Luar Negeri, dan Kerjasama Perdagangan Internasional dibutuhkan sebagai masukan dalam
rangka penyusunan perumusan kebijakan perdagangan kepada pimpinan Kementerian
Perdagangan. Selanjutnya konsep atau masukan tersebut diangkat menjadi produk kebijakan
yang bermanfaat dalam upaya pengembangan sektor perdagangan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 110
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Sebagai bagian dari restrukturisasi Kementerian Perdagangan, tugas pokok dan fungsi
BPPP kini lebih berfokus kepada penyusunan kajian dalam rangka penyusunan kebijakan.
Untuk itu, BPPP mendukung terhadap seluruh sasaran strategis Kementerian Perdagangan
melalui rekomendasi kebijakan yang dibutuhkan oleh pimpinan maupun unit eselon 1
lainnya di lingkungan Kementerian Perdagangan.
Rekomendasi kebijakan yang dibuat oleh BPPP tetap bersifat akademis namun juga
dirancang untuk dapat diakomodir dalam penyusunan suatu kebijakan. Selain itu, agar
kebijakan tersebut nantinya efektif, maka seluruh dampak kebijakan tersebut perlu
dikomunikasikan terlebih dahulu melalui sebuah mekanisme konsultasi publik. Salah satu
bentuk konsultasi publik tersebut adalah menyebarluaskan hasil kajian kebijakan
tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka BPPP menetapkan 2 indikator kinerja utama
untuk mengukur capaian kinerja BPPP selama 2015-2019, sebagai berikut:
Indikator Sasaran (Kinerja Utama)
Target (%)
2015 2016 2017 2018 2019
1. Persentase rekomendasi yang digunakan
untuk perumusan kebijakan di sektor
perdagangan
20 25 30 35 40
2. Persentase rekomendasi/masukan kebijakan
yang disampaikan ke K/L/D/I 10 15 20 25 30
Dari sasaran dan indikator kinerja utama (IKU) tersebut kemudian diturunkan ke dalam
sasaran dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yang ada pada eselon II di lingkungan BPPP.
Adapun indikator kinerja kegiatan yang digunakan pada sasaran ini berasal dari seluruh
unit eselon II di lingkungan BPPP. Mengingat hasil IKU bersifat outcome (hasil
lanjut/dampak dari output), maka terdapat beberapa catatan dalam menerjemahkan IKU
ke dalam IKK, khususnya terkait penghitungan targetnya, yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah target IKU pertama yaitu persentase rekomendasi kebijakan bukan
merupakan akumulasi jumlah target output pada level IKK yaitu
pengkajian/penelitian dan forum diskusi. Penentuan target IKU didasarkan pada fakta
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 111
bahwa selama ini tidak semua hasil kajian yang akan sepenuhnya digunakan dalam
penyusunan kebijakan. Oleh karena itu, jumlah rekomendasi kebijakan dihitung
berdasarkan rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh BPPP kepada unit terkait
maupun digunakan oleh stakeholders, khususnya internal Kementerian Perdagangan.
b. Satuan target IKU kedua berbeda dengan satuan target IKK pendukungnya pada level
eselon II. Perbedaan ini terjadi karena target pada IKK merupakan keluaran (output)
dari kegiatan tahunan yang dikerjakan oleh unit eselon II. Sedangkan untuk target IKU
ditetapkan dari tindak lanjut terhadap output pada level IKK sehingga menghasilkan
dampak (outcome). Rincian sasaran dan IKK serta target output pada masing-masing
unit eselon II berdasarkan yaitu sebagai berikut:
Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi dan atau masukan kebijakan di
bidang perdagangan dalam negeri (Layanan penelitian dan pengembangan di
bidang perdagangan dalam negeri):
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah kajian di bidang perdagangan dalam
negeri (laporan) 20 21 22 23 24
2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di
bidang perdagangan dalam negeri
(rekomendasi) 4 4 5 5 6
Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi dan atau masukan kebijakan di
bidang perdagangan luar negeri (Layanan penelitian dan pengembangan di
bidang perdagangan luar negeri):
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah kajian di bidang perdagangan luar
negeri (laporan) 21 22 23 24 25
2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di
bidang perdagangan luar negeri
(rekomendasi) 4 4 5 5 6
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 112
Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi kebijakan di bidang kerjasama
perdagangan internasional (Layanan penelitian dan pengembangan di bidang
kerjasama perdagangan internasional):
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah kajian di bidang kerjasama
perdagangan internasional (laporan) 10 14 18 20 22
2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di
bidang kerjasama perdagangan
internasional (rekomendasi) 4 4 5 5 6
Tersedianya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan
organisasi di lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Layanan Perencanaan 1 1 1
2. Layanan Pemantauan dan Evaluasi 1 1 1
3. Layanan administrasi keuangan 1 1 1
4. Layanan manajemen sumber daya manusia 1 1 1
5. Jumlah hasil kajian yang disebarluaskan 20 22 24
6. Jumlah kerjasama kelitbangan 3 3 3
7. Layanan kesekretariatan tim pertimbangan
kepentingan nasional 1 1 1
8. Layanan Perkantoran 1 1 1
9. Layanan Internal Oraganisasi 1 1 1
4.2. Kerangka Pendanaan
Pendanaan merupakan salah satu sumber daya terpenting dalam mencapai target
kinerja BPPP selama 5 tahun ke depan. Oleh karena itu perlu disusun kerangka pendanaan
yang memadai baik yang mencukupi untuk kegiatan operasional maupun kegiatan terkait
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPPP dalam menghasilkan kajian sebagai bahan
rekomendasi kebijakan. Kerangka pendanaan BPPP mengalami perubahan yang cukup
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 113
signifikan mengingat adanya pengurangan unit eselon II. Berikut dipaparkan prakiraan
maju kebutuhan pendanaan BPPP selama 2015-2019 berdasarkan lampiran Renstra
Kementerian Perdagangan 2015-2019.
Matriks rencana kerangka pendanaan BPPP 2015-2019
(dalam juta rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu BPPP 64.183,70 57.391,47 38.740,50 41,360,00 43,430,00
Sumber: Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019 Catatan: Pagu 2015-2016 masih termasuk pagu Pusdatin
Secara normatif, prakiraan maju pendanaan BPPP dihitung menggunakan aplikasi
Rencana Kerja (Renja) yang kemudian mulai tahun 2017 ini berganti menjadi KPJM dan
KRISNA yang dikeluarkan oleh Bappenas. Pagu yang ada pada aplikasi ini menjadi pagu
baseline yang menjadi rujukan dalam penyusunan anggaran BPPP setiap tahunnya.
Mengingat fungsinya sebagai baseline, maka pagu ini dapat berubah menyesuaikan
peraturan/regulasi dan kondisi keuangan negara pada tahun yang bersangkutan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 114
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) 2015-
2019 disusun sebagai salah satu bagian dari implementasi Renstra Kementerian Perdagangan
2015-2019 pada BPPP dan dengan mempertimbangkan kepentingan para stakeholders terkait.
Dengan adanya Renstra yang berfungsi sebagai pedoman utama dalam menyusun rencana
kerja setiap tahunnya oleh unit-unit di lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan maka diharapkan perencanaan pelaksanaan rencana kerja akan lebih terarah
dalam rangka mendukung proses pembangunan berkesinambungan.
Dengan berpedoman pada RPJM Nasional 2015 – 2019 dan memperhatikan pedoman
penyusunan RPJMN dan Renstra K/L sebagaimana tertuang dalam Permen PPN/Bappenas
Nomor 1 Tahun 2014, dapat dipahami bahwa penyusunan kebijakan saat ini harus disertai
dengan background study, indepth analysis, analisis biaya manfaat dan sebagainya yang
merupakan berbagai bentuk dari kajian. Ini menunjukkan peran kajian yang semakin penting
sebagai masukan (input) utama dalam penyusunan kebijakan.
Sejalan dengan kondisi tersebut, BPPP sebagai unit pendukung di Kementerian
Perdagangan yang menghasilkan rekomendasi kebijakan dari kajian menghadapi tuntutan
untuk terus-menerus menghasilkan kajian beserta rekomendasi kebijakan yang berkualitas
sehingga mampu menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan, khususnya di sektor
perdagangan. Tantangan ini dijawab dengan penetapan arah dan kebijakan yang dituangkan ke
dalam tujuan, sasaran, dan target indikator BPPP 2015-2019 dan direviu setiap tahunnya agar
selalu terbarui (update)
Berdasarkan fokus prioritas kebijakan di sektor perdagangan, maka selama lima tahun
ke depan BPPP memfokuskan kegiatan kajian yang ada pada bidang perdagangan luar negeri
dan perdagangan dalam negeri sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Renstra
Kementerian Perdagangan Tahun 2015 – 2019. Pelaksanaan seluruh program kerja di BPPP
selalu memperhatikan dinamika lingkungan strategis sektor perdagangan dan Kementerian
Perdagangan itu sendiri sebagai organisasi dimana BPPP berada.
Dengan demikian, di samping arah kebijakan yang telah ditetapkan selama 5 tahun ke
depan dalam Renstra Strategis, BPPP tetap akan melihat perkembangan yang dinamis baik di
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 115
lingkungan internal maupun eksternal BPPP untuk menjaga seluruh kegiatan BPPP dapat tetap
menghasilkan outcome/output yang dibutuhkan oleh sektor perdagangan pada umumnya dan
Kementerian Perdagangan khususnya. Untuk itu, setiap tahunnya akan diadakan penyesuaian
rencana strategis BPPP melalui review.
top related