review demokrasi
Post on 27-Jun-2015
368 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Nama: RakhmadinaNPM : 1006817555Bahan : Budiardjo, Miriam (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Tugas Review Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Demokrasi
1. Beberapa Konsep Mengenai Demokrasi
Demokrasi menurut asal kata berarti rakyat yang berkuasa, kata Yunani
demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa.
Bermacam-macam istilah demokrasi yang sering kita dengar diantaranya
demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin,
demokrasi pancasila, demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi
nasional dan lain-lain.
Ada dua kelompok aliran yang paling penting diantara sekian banyak
aliran pikiran yang dinamakan demokrasi konstitusional dan kelompok lain
yang menamakan dirinya demokrasi, tapi pada hakikatnya mendasarkan
dirinya pada komunisme. Aliran ini awalnya berasal dari Eropa, tapi setelah
PD II Negara-negara baru di Asia juga mendukung. Indonesia menganut
demokrasi yang berdasarkan Pancasila, tapi tidak dapat disangkal bahwa
terdapat beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional yang tersirat
dalan UUD 1945 yang belum diamandemen, yaitu:
Indonesia ialah negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) dan tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Sistem konstitusional, pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi
(Hukum Dasar) dan tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
Selain itu corak khas demokrasi Indonesia yaitu, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar. Perbedaan fundamental
ialah bahwa demokrasi konstitusional mencita-citakan pemerintah yang
terbatas kekuasaanya, suatu Negara Hukum yang tunduk kepada Rule of
Law, sedangkan demokrsi yang mendasarkan dirinya atas komunisme
mencita-citakan pemerintahan yang tidak boleh dibatasi kekuasaannya
(machtsstaat) dan yang bersifat totaliter.
1
2. Demokrasi Konstitusional
Ciri dari demokrasi ini yaitu gagasan bahwa pemerintah yang demokratis
adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan
bertindak sewenang-wenang terhadap negaranya, sering disebut pemerintah
berdasarkan konstitusi karena pembatasan atas kekuasaan pemerintah
tercantum dalam konstitusi.
Tokoh penggagasnya adalah Lord Acton, seorang ahli sejarah Inggris
yang dalilnya menjadi termahsyur “Power tends corrupt, but absolute power
corrupts absolutely”. Pada akhir abad ke-19 muncul demokrasi
konstitusional yang menganggap bahwa pembatasan kekuasaan Negara
sebaiknya diselenggarakan dengan suatu konstitusi tertulis, yang dengan
tegas menjamin hak-hak asasi dari warga negara. Kekuasaan dibagi
sedemikian rupa agar kesempatan penyalahgunaan diperkecil, yaitu dengan
cara menyerahkannya kepada beberapa orang atau badan dan tidak
memusatkan kekuasaan pemerintahan dalam tangan satu orang atau badan
(Negara Hukum (rechtsstaat) dan Rule of Law). Pada abad ke-20 dianggap
bahwa Negara turut bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan harus
aktif berusaha untuk menaikkan taraf hidup warga negaranya (Negara
Kesejahteraan (Welfare State/Social Service State). Selain itu, demokrasi
tidak lagi pada aspek politik saja, tapi meluas pada segi-segi ekonomi
sehingga demokrasi menjadi demokrasi ekonomi.
3. Sejarah Perkembangan
Sistem demokrasi yang terdapat di negara kota Yunani Kuno merupakan
demokrasi langsung, yaitu suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk
membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Dalam negara
modern demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi merupakan demokrasi
berdasarkan perwakilan.
Dilihat dari sudut perkembangan demokrasi Abad Pertengahan
menghasilkan suatu dokumen penting, yaitu Magna Charta (Piagam Besar)
yang merupakan semi kontrak anatara beberapa bangsawan dan Raja John
dari Inggris di mana untuk pertama kali seorang raja yang berkuasa
mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dan
2
privileges dari bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi
keperluan perang dan sebagainya, piagam ini dianggap sebagai tonggak
dalam perkembangan gagasan demokrasi.
Pada permulaan abad ke-16 di Eropa Barat muncul negara-negara
nasional dalam bentuk yang modern dan mengalami beberapa perubahan
sosial dan kultural. Dua kejadian tersebut adalah Renaissance, yaitu aliran
yang menghidupkan kembali minat kepada kesusastraan dan kebudayaan
Yunani Kuno yang selama abad pertengahan telah disisihkan, sehingga
timbulnya gagasan mengenai perlunya ada kebebasan beragama serta ada
garis pemisah yang tegas antara soal-soal agama dan soal-soal keduniawian.
Aliran tersebut menyebabkan pada masa 1650-1800, orang eropa barat
menyelami masa Aufklarung beserta Rasionalisme, suatu aliran pikiran yang
ingin memerdekakan pikiran manusia dari batas-batas yang ditentukan oleh
Gereja dan mendasarkan pemikiran atas akal (ratio) semata-mata. Timbullah
gagasan bahwa manusia mempunyai hak-hak politik yang tidak boleh
diselewengkan oleh raja dan mengakibatkan dilontarkannya kecaman-
kecaman terhadap raja, yang menurut pola yang sudah lazim pada masa itu
mempunyai kekuasaan tak terbatas. Monarki absolut ini telah muncul dalam
masa 1500-1700 sesudah berakhirnya Abad Pertengahan.
Muncullah gagasan kontrak sosial yang merupakan pendobrakan
terhadap kedudukan raja-raja absolut ini. Teori ini beranggapan bahwa
hubungan antara raja dan rakyat didasari oleh suatu kontrak yang
ketentuan-ketentuannya mengikat kedua belah pihak. Teori ini merupakan
usaha untuk mendobrak dasar dari pemerintahan absolut dan menetapkan
hak-hak politik rakyat, yang mencetuskannya adalah John Locke dan
Montesquieu. Pada akhir abad ke-19 gagasan mengenai demokrasi
mendapat wujud yang konkret sebahai program sistem politik.
4. Demokrasi Konstitusional Abad ke-19: Negara Hukum Klasik
Cara terbaik untuk membatasi kekuasaan pemerintah ialah dengan suatu
konstitusi, apakah bersifat naskah atau tak bersifat naskah. Dalam gagasan
konstitusionalisme, konstitusi atau UUD tidak hanya merupakan suatu
dokumen yang mencerminkan pembagian kekuasaan di antara lembaga-
lembaga kenegaraan (eksekutif, legislatif, yudikatif) atau yang hanya
merupakan suatu anatomy of a power relationship, yang dapat diubah atau
3
diganti kalau power relationship itu sudah berubah. Gagasan ini memandang
UUD sebagai suatu lembaga yang mempunyai fungsi khusus yaitu
menentukan dan membatasi kekuasaan pemetintah di satu pihak dan di
pihak lain menjamin hak-hak asasi warga negaranya.
Ahli hukum Eropa Barat, Friedrich Julius Stahl, menyebutkan 4 unsur
Rechtsstaat dalam arti klasik:
a) Hak-hak manusia
b) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
c) Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
d) Peradilan administrasi dalam perselisihan
Unsur-unsur Rule of Law dalam arti klasik yang dikemukakan oleh A.V.
Dicey dalam Introduction to the Law of the Constitution mencakup:
a) Supermasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-
wenang
b) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum
c) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta keputusan-
keputusan pengadilan
Negara hanya mempunyai tugas pasif, yakni baru bertindak apabila hak-
hak manusia dilanggar atau ketertiban dan keamanan umum terancam.
Konsepsi negara hukum tersebut adalah sempit, maka dari itu sering disebut
“Negara Hukum Klasik”.
5. Demokrasi Konstitusional Abad ke-20: Rule of Law yang Dinamis
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis
di bawah Rule of Law adalah:
a) Perlindungan konstitusional, selain menjamin hak-hak individu, harus
menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas
hak-hak yang dijamin
b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
c) Pemilihan umum yang bebas
d) Kebebasan untuk menyatakan pendapat
e) Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi
f) Pendidikan kewarganegaraan
Demokrasi didasari oleh beberapa nilai yang dirumuskan oleh Henry B.
Mayo, namun tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis menganut
4
semua hal yang dirinci tersebut, tapi tergantung pada perkembangan
sejarah serta budaya politik masing-masing:
a) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
b) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah
c) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
d) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum
e) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
f) Menjamin tegaknya keadilan
Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan
beberapa lembaga sebagai berikut:
a) Pemerintahan yang bertanggung jawab
b) Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan
kepentingan-kepentingan dalam masyarakat dan yang dipilih dengan
pemilihan umum yang bebeas dan rahasia dan atas dasar sekurang-
kurangnya dua calon untuk setiap kursi
c) Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik
d) Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
e) Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan
6. Perkembangan Demokrasi di Asia: Pakistan dan Indonesia
Pakistan
Meninggalnya Mohammad Ali Jinnah dan Liaquat Ali Khan sangat
mempengaruhi perkembangan politik selanjutnya, karena pemimpin lain
tidak memiliki kewibawaan di tingkat nasional. Pakistan mengalami krisis
kepemimpinan dan instabilitas politik. Pada tahun 1958 tentara turun tangan
dengan membatalkan UUD 1956 yang berdasarkan sistem parlementer dan
membubarkan kabinet, DPR baik di pusat maupun di Pakistan Timur dan
Barat serta partai-partai politik. Tahun 1960 Presiden Ayub Khan mengambil
alih pimpinan negara sebagai presiden revolusioner dengan suatu kabinet
presidensial, yang menganggap sturktur perlu dirombak dan diganti dengan
sistem yang memenuhi beberapa syarat:
Mudah di mengerti rakyat yang buta huruf dan berada di pedesaan
5
Memberi kesempatan kepada rakyat di semua lapisan untuk secara
aktif memikirkan serta memutuskan masalah sosial dan politik
Menyususn pemerintahan yang kokoh yang tidak diombang-ambing
oleh DPR.
Selanjutnya dalam UUD ditetapkan adanya seorang presiden yang tidak
dapat dijatuhkan oleh DPR selama masa jabatan lima tahun, atau yang biasa
disebut sistem presidensial.
Pada tahun 1968, sesudah terjadi kerusuhan, Presiden Ayub Khan
menyerahkan kekuasaan kepada Jendral Yahya Khan. Presiden yang baru ini
menjanjikan menghidupkan kembali sistem parlementer dan mengadakan
pemilu di akhir tahun 1970. Perubahan dari sistem presidensial ke sistem
parlementer mewarnai perkembangan demokrasi di Pakistan.
Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia di bagi dalam 4 masa dari sudut
perkembangannya:
1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959)
Masa demokrasi (konstitusional) yang menonjolkan peranan parlemen
serta partai-partai dan yang karena itu dapat dinamakan Demokrasi
Parlementer.
2. Masa Republik Indonesia II (1959-1965)
Masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formal
merupakan landasannya, dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi
rakyat. Ciri-ciri pada periode ini adalah dominasi dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis
dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosia-politik.
3. Masa Republik Indonesia III (1965-1998)
Masa demokrasi pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional
yang menonjolkan sistem presidensial. Ciri-ciri dalam periode ini adalah:
Peranan presiden yang semakin besar dan dominan dalam sistem
politik di Indonesia
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pemilu
Menjadikan Indonesia swasembada beras pada pertengahan
dasawarsa 1980-an
6
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme berkembang dengan pesar seiring
dengan keberhasilan pembangunan ekonomi
Dominasi Presiden Soeharto membuat presiden menjadi penguasa
mutlak karena tidak ada 1 institusi/lembaga pun yang dapat menjadi
pengawas presiden dan mencegahnya melakukan penyelewengan
kekuasaan.
Akibatnya semakin menguatnya kelompok-kelompok penentang
Presiden Soeharto dan Orde Baru
4. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang)
Masa reformasi yang menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia
sebagai koreksi terhadap praktik-praktik politik yang terjadi pada masa
Republik Indonesia III.
7
top related