review demensia dan stroke
Post on 28-Nov-2015
24 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Review
HUBUNGAN ANTARA LOKASI INFARK DENGAN TERJADINYA DEMENSIA PASCA STROKE Tiwi Qira Amalia, 0907101010099
ABSTRAK
Demensia pasca stroke dapat terjadi pada para penderita stroke yang merupakan
akibat gangguan pada jalur frontal-subkortikal, yang berperan penting dalam mengatur
fungsi kognitif. Prevalensi demensia pasca stroke (PSD)-didefinisikan sebagai demensia
yang terjadi setelah stroke- cenderung meningkat di masa depan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara lokasi infark dengan terjadinya demensia
pasca stroke. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk membantu memprediksi
timbulnya demensia pasca stroke dari lokasi infark, sehingga dapat mencegah terjadinya
demensia pasca stroke. Demensia pasca stroke banyak terjadi pada pasien dengan lokasi
infark di daerah yang melibatkan area motorik bersama-sama dengan area non motorik
(68,6%), pada area yang melibatkan ganglia basalis (62,5%), dan yang melibatkan area
limbik (60%). Kesimpulan, ada hubungan antara lokasi infark dengan terjadinya
suatu demensia pasca stroke pada penderita stroke. Keywords : demensia pasca stroke.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menyebutkan bahwa
stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi sebagian besar penyebab kematian.
Stroke menjadi penyebab kematian terbanyak sebesar 15,4 %, hipertensi 6,8%, dan
penyakit jantung iskemik 5,1%. Sementara prevalensi stroke tertinggi dijumpai di Aceh
(16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Prevalensi disabilitas menunjukkan peningkatan
yang berarti, dari 12,7% (SKRT 2004) menjadi 21,3% (Depkes, 2008).
Demensia merupakan salah satu penyebab utama dari ketergantungan setelah
stroke. Prevalensi demensia poststroke (PSD)-didefinisikan sebagai demensia yang
1 | P a g e
terjadi setelah stroke- cenderung meningkat di masa depan. Satu kali mengalami stroke
maka akan mendapatkan dua kali lipat risiko demensia. Pasien dengan PSD memiliki
tingkat kematian yang tinggi dan kemungkinan akan terganggu fungsionalnya (Didier et
al., 2004). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana mekanisme timbulnya
demensia pada pasien pasca stroke. Untuk itu, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
adanya hubungan antara lokasi infark dengan terjadinya demensia pasca stroke.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lokasi infark dengan
terjadinya demensia pasca stroke dan diharapkan akan menjadi masukan untuk
membantu memprediksi timbulnya demensia pasca stroke dari lokasi infark, sehingga
dapat mencegah terjadinya demensia pascastroke.
PEMBAHASAN
Menurut WHO, stroke adalah suatu penyebab gangguan suplai darah ke otak, pada
umumnya dikarenakan oleh pecahnya pembuluh darah otak, atau penyumbatan oleh
bekuan pengumpalan darah. Hal ini menurunkan suplai oksigen dan nutrisi sehingga
terjadi kerusakan jaringan otak (WHO 2011).
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi pada lanjut usia. Di negara-negara Barat, demensia vaskular
menduduki urutan kedua terbanyak setelah penyakit Alzheimer tetapi
di beberapa negara Asia demensia vaskular merupakan tipe
demensia yang terbanyak. Semua demensia yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai demensia
vaskular. Saat ini istilah demensia vaskular digunakan untuk sindrom
demensia yang terjadi sebagai konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia
atau perdarahan otak (Indiyarti, 2004).
Satu dari enam orang tua yang menderita stroke dan 30% dari individu-individu ini
mengalami demensia vaskular (Savva dan Stephan, 2010) dan terdapat pula kenaikan
resiko 9 kali lipat terhadap kejadian demensia dalam tahun pertama setelah
peningkatakan infark cerebral (Kokmen et al.,1996). Beberapa lesi dari waktu ke waktu
dan karakteristik dan komplikasi dari stroke yang ditemukan sangat terkait dengan
pasca stroke demensia (Louise et al., 2011).
2 | P a g e
Analisis terhadap lokasi infark menunjukkan bahwa demensia pasca stroke
memiliki kecenderungan lebih besar timbul pada pasien-pasien dengan infark yang
terletak pada lokasi-lokasi tertentu. Jumlah pasien yang mengalami demensia,
dengan lokasi infark yang melibatkan area motorik (lobus frontal dan kapsula interna)
dan non motorik adalah sebanyak 17 orang (68,0%) dibandingkan dengan pasien
yang lokasi infark hanya melibatkan area motorik (0,0%) dan pasien yang lokasi
infark tidak melibatkan area motorik yaitu sebanyak 4 orang (21,1%). Data ini
menunjukkan bahwa tampaknya timbulnya suatu demensia tidak dipengaruhi oleh
keterlibatan korteks motorik maupun non motorik, jika infark yang timbul berada hanya
pada area motorik maupun hanya pada area non motorik. Jumlah pasien dengan lokasi
infark yang melibatkan korteks anterior yang mengalami demensia pasca stroke
sebanyak 11 orang (84,6%) dibandingkan dengan pasien yang lokasi infark tidak
melibatkan korteks anterior sebanyak 10 orang (18,1%). Jumlah pasien dengan
lokasi infark yang melibatkan ganglia basalis yang mengalami demensia pasca
stroke sebanyak 60 orang (62,5%) dibandingkan dengan pasien dengan lokasi
infark yang tidak melibatkan ganglia basalis yaitu sebanyak 6 orang (40,0%). Jumlah
pasien dengan lokasi infark yang melibatkan area limbik yang mengalami demensia
pasca stroke sebanyak 12 orang (60,0%) dibandingkan dengan pasien dengan lokasi
infark yang tidak melibatkan area limbik yaitu sebanyak 9 orang (7,3%) (Tampubolon,
2010).
Dari hasil analisis terhadap lokasi infark, bisa digambarkan bahwa ada keterkaitan
yang kuat antara lokasi infark dengan kejadian demensia pasca stroke. Lokasi infark
yang paling berpengaruh terhadap kejadian demensia pasca stroke terutama lokasi di
korteks otak anterior yang melibatkan sirkuit atau jalur frontal-subkortikal. Jalur ini
melibatkan lobus frontal, ganglia basalis, dan sistem limbik (talamus dan
hipotalamus) sebagai elemen-elemennya. Area korteks otak posterior (lobus
parietal, lobus temporal, dan lobus oksipital) memiliki peran penting dalam
menjalankan fungsi kognitif, terutama dengan fungsinya sebagai pengumpul
informasi dari berbagai stimulus sensorik ke otak. Gangguan neurotransmiter pada
sirkuit frontal-subkortikal, yang didahului oleh proses iskemik pada area ini, memicu
terjadinya gangguan kognitif, sebagai awal terjadinya suatu demensia (Tampubolon,
2010).
3 | P a g e
Dari hasil analisis terhadap lokasi infark, bisa digambarkan bahwa ada keterkaitan
yang kuat antara lokasi infark dengan kejadian demensia pasca stroke. Data-data di
atas menunjukkan bahwa demensia pasca stroke dapat diprediksi sedini mungkin,
dengan melakukan analisa terhadap lokasi terjadinya infark dan jumlah infark,
sehingga dapat dilakukan pencegahan (Tampubolon, 2010).
SIMPULAN
Ada hubungan antara lokasi infark dengan terjadinya suatu demensia pasca
stroke pada penderita stroke.
SARAN
Lokasi infark dapat dijadikan bahan acuan dalam memprediksi timbulnya suatu
demensia pasca stroke. Dengan demikian tindakan pencegahan dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI: Jakarta. [online] Available at: <http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007> [Accessed 26 February 2012].
Didier L, Hilde H, Marie A, Mackowiak C, Florence P., 2004. Post Stroke Dementia. Lancet; 4:752-59.
WHO, 2011. Stroke, Cerebrovascular Accident. [online] Available at: <http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/> [Accessed 26 February 2012].
Indiyarti, Riani., 2004. Diagnosis dan Pengobatan Terkini Demensia Vaskular. J Kedokter Trisakti; 23(1):28-33.
Louise MA, Elise NR, Michael JF, Alan JT, Stephen WP, Tuomo MP, John T, Raj NK., 2011. Longterm Incidence of Dementia, Predictors of Mortality and Pathological Diagnosis in Older Stroke Survivors. Brain; 134:3713–3724.
Tampubolon, Andy., 2010. Hubungan antara Lokasi Infark dengan Timbulnya Demensia Pasca Stroke pada penderita Stroke Iskemik. Ph. D. Diponegoro University.
4 | P a g e
Budiarto E.2002. biostatika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Egc. jakarta
5 | P a g e
top related