respon pengguna terhadap penerapan sistem ...iv lembar persembahan “tuhan adalah kekuatanku”...
Post on 22-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RESPON PENGGUNA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MICROSOFT ACCESS DI KEVIKEPAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Gabriella Felistyani Gunarso
NIM: 152114139
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IV
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Tuhan adalah kekuatanku”
(Gabriella Felistyani Gunarso)
“Jadilah Tuhan Kehendak-Mu. Ku tanah liat di tangan-Mu”
(Lagu: Aku Tuhan Semesta dengan “Jadilah Tuhan Kehendak-mu”)
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah
sehari.”
(Matius 6: 33-34)
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Bapaku
Ayahku Ignasius Novian Gunarso
Ibuku Dinarti Sulistyawati
Seluruh keluarga besarku
Serta seluruh teman-temanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
V
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi
dengan judul:
RESPON PENGGUNA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MICROSOFT ACCESS DI KEVIKEPAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 23 Juli 2019 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan/atau tidak terdapat pada
bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak
sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai
hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin, atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh
universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Gabriella Felistyani Gunarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Gabriella Felistyani Gunarso
Nomor Mahasiswa : 152114139
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
RESPON PENGGUNA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MICROSOFT ACCESS DI KEVIKEPAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 Juli 2019
Yang menyatakan
Gabriella Felistyani Gunarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan kesungguhan hati. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak yang selama ini telah memberikan dukungan dan
semangat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Tuhan Bapaku yang selalu memberikan kekuatan dan kesehatan dalam
menghadapi segala sesuatunya.
2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. PhD selaku Rektor USD.
3. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi USD
4. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi USD.
5. Drs. Gabriel Anto Listianto M.S.A., Ak. selaku DPA Kelas D yang telah
memberikan bimbingan dan pendampingan selama 4 tahun menuntut ilmu di
Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
6. Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang dengan sabar membimbing dan mendampingi selama proses penyusunan
skripsi.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
yang telah membantu selama proses belajar di Fakultas Ekonomi.
8. Bapak Antonius Budiyanto selaku bendahara Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya sebagai narasumber.
9. Ibu Vincentia Ira Pujowarno selaku bendahara Gereja Katolik Santo Albertus
Agung Jetis yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya sebagai
narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VIII
10. Bapak YP. Aditya selaku operator sistem Gereja Katolik Santo Mikael
Pangkalan Adisucipto yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya sebagai
narasumber.
11. Romo Alfonsus Yudono Suwondo, Pr selaku Romo Paroki Gereja Katolik Santo
Mikael Pangkalan Adisucipto yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya
sebagai narasumber.
12. Kedua orangtuaku yang selalu mendoakan dan mengingatkanku untuk selalu
mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatunya.
13. Kedua adikku Godelva Valentina Gunarso dan Geraldine Azalia Gunarso yang
selalu memberikan semangat selama proses penyusunan skripsi.
14. Teman-teman Glori Voice yang selalu menjadi tempat untuk melepas segala
ketakutan dan kekhawatiranku dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang
indah.
15. Teman-teman MPAT H: Dian, Boni, There, Dita, Dewi Pasinggi, Ririn, Rina,
Rit Safron, Sherly, Felix, Ello, Sisca, dan Kak Yeni yang selalu menyemangati
selama proses penulisan skripsi.
16. Teman – teman seperjuangan kelas D angkatan 2015.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Gabriella Felistyani Gunarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IX
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDULI ........................................................................................ I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ II
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ III
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... IV
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ....................... V
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... VI
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. VII
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. IX
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ................................................................ XI
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................... XII
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... XIII
ABSTRAK .................................................................................................... XIV
ABSTRACT ................................................................................................... XV
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Batasan Masalah .................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan............................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Sistem .................................................................................... 8
B. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) ...................................... 10
C. Laporan Keuangan Paroki ................................................... 11
D. Penelitian Terdahulu ........................................................... 14
E. Teori Penerimaan Teknologi ............................................... 16
F. Faktor-faktor Penerimaan Teknologi .................................. 20
G. Teori Penolakan Teknologi ................................................. 25
H. Microsoft Office Access ..................................................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X
I. Microsoft Office Excel ........................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 32
A. Jenis Penelitian .................................................................... 32
B. Metode Penelitian ................................................................ 32
C. Subjek Penelitian ................................................................. 33
D. Objek Penelitian .................................................................. 33
E. Waktu Penelitian ................................................................. 33
F. Tempat Penelitian ................................................................ 33
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 34
H. Teknik Analisis Data ........................................................... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................... 38
A. Gereja Katolik Kristus Raja Baciro ..................................... 38
B. Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis ........................ 41
C. Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto .......... 46
D. Microsoft Access Paroki ..................................................... 50
E. Microsoft Excel Paroki ....................................................... 52
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 53
A. Daftar Nama Narasumber Wawancara ................................ 53
B. Deskripsi Data ..................................................................... 53
C. Analisis Data ....................................................................... 60
D. Hasil Penelitian dan Interpretasi ......................................... 83
BAB VI PENUTUP ................................................................................ 92
A. Kesimpulan ......................................................................... 92
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 93
C. Saran .................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94
LAMPIRAN ..................................................................................................... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 2.1 Faktor-faktor Penerimaan Teknologi ........................................ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XII
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Tabel Daftar Nama Narasumber Wawancara ............................ 53
Tabel 5.2 Tabel Ringkasan Sumber Daya Paroki ...................................... 83
Tabel 5.3 Tabel Hasil Penelitian dan Rekomendasi .................................. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XIII
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ................................................. 97
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara............................................ 100
Lampiran 3 Hasil Wawancara ................................................................ 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XIV
ABSTRAK
RESPON PENGGUNA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MICROSOFT ACCESS DI KEVIKEPAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Gabriella Felistyani Gunarso
NIM: 152114139
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pengguna terhadap
penerapan Microsoft Access pada Gereja Katolik Kristus Raja Baciro, Gereja
Katolik Santo Albertus Agung Jetis, dan Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui upaya yang
perlu dilakukan terkait dengan respon pengguna terhadap penerapan Microsoft
Access pada ketiga Gereja Katolik tersebut.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus dengan metode
penelitian kualitatif. Dengan demikian, teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan teknik wawancara. Kemudian, teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini diantaranya ialah transkripsi, reduksi data, penyajian
data, serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pengguna terhadap penerapan
Microsoft Access pada ketiga Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta ialah tidak
semuanya memberikan respon untuk menerima penerapan Microsoft Access dalam
proses penyusunan laporan keuangan gereja. Hal tersebut terlihat pada Gereja
Katolik Kristus Raja Baciro yang memberikan respon menerima, sedangkan Gereja
Katolik Santo Albertus Agung Jetis dan Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto memberikan respon menolak terhadap penerapan Microsoft Access.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan terkait dengan
respon pengguna terhadap penerapan Microsoft Access pada ketiga Gereja Katolik
di Kevikepan Yogyakarta ialah Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan
pelatihan kembali bagi setiap gereja sebanyak 1-2 kali pertemuan dalam seminggu,
dimana pelatihan tersebut dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kata Kunci: Gereja Katolik, Microsoft Access, Faktor-faktor Penerimaan
Teknologi, Teori Penolakan Teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XV
ABSTRACT
USER RESPONSE TOWARDS THE IMPLEMENTATION OF
ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM MICROSOFT ACCESS IN
SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA EPISCOPAL VICARIATE
Gabriella Felistyani Gunarso
NIM: 152114139
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2019
This study aims to determine the user's response to the implementation of
Microsoft Access to Christ The King Catholic Church Baciro, Saint Albertus
Magnus Catholic Church Jetis, and Saint Michael Chatolic Church Adisucipto. This
study also aims to determine the resolution of Microsoft Access usage according to
user's response to the implementation of Microsoft Access for the three parishes.
This type of research uses case study research with qualitative research
methods. The data collection technique in this study used interview techniques.
Then, data analysis techniques used in this study include transcription, data
reduction, data presentation, and conclusion.
The results showed that the user's response to the application of Microsoft
Access to the three Catholic Churches in Yogyakarta Episcopal Vicariate was not
all of them responded to the adoption of Microsoft Access in the process of
preparing the church's financial statements. This can be seen in the Christ The King
Catholic Church Baciro who gave an approval response, while the Saint Albertus
Magnus Catholic Church Jetis and Saint Michael Chatolic Church Adisucipto had
rejected the implementation of this software. According to the results mentioned
above, the resolution needed for the Archdiocese of Semarang (KAS) is to hold 1-
2 training sessions for each church in a week, in which the training was held on the
time that has been determined.
Keywords: Catholic Church, Microsoft Access, Factors of Technology
Acceptance, Theory of Technology Rejection .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini, teknologi dan sistem informasi sudah semakin
maju dan berkembang pesat. Hal tersebut ditandai dengan semakin
bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhi, khususnya pada organisasi-
organisasi yang berdiri di Indonesia. Selain itu, perkembangan tersebut juga
dikarenakan teknologi dan sistem informasi sudah menjadi sesuatu hal yang
penting dalam proses pengelolaan data, serta meningkatkan mutu dan kualitas
pada organisasi itu sendiri.
Dalam hal ini, Negara Indonesia memiliki berbagai macam organisasi
khususnya berkaitan dengan masyarakat, dimana salah satu diantaranya ialah
organisasi nirlaba. PSAK Nomor 45 memberikan definisi mengenai organisasi
nirlaba sebagai sebuah lembaga yang tidak berorientasi pada laba, namun
memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pemanfaatan sumber
daya yang dikelola kepada penyandang dana dan society. Sumber daya tersebut
merupakan sumber daya yang diperoleh melalui sumbangan-sumbangan dari
para anggota, serta para penyumbang lain dengan tidak mengharapkan adanya
imbalan apapun dari organisasi tersebut.
Organisasi nirlaba sendiri memiliki berbagai macam bentuk yang terdiri
dari berbagai bidang, dimana salah satunya ialah organisasi nirlaba pada bidang
keagamaan seperti gereja. Gereja didefinisikan sebagai sebuah sarana beribadah
kepada Tuhan secara khusyuk, sehingga komunikasi vertikal yaitu hubungan
antara umat dengan Tuhan dapat berlangsung dengan khidmat serta komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
horizontal yaitu hubungan antara sesama manusia dapat terjalin dengan baik.
Untuk mempererat hubungan yang baik diantara sesama dan umat gereja, maka
gereja merancang dan melaksanakan berbagai macam kegiatan yang tentunya
membutuhkan dana dalam pelaksanaannya. Sumber dana yang dibutuhkan
tersebut diperoleh melalui persembahan ibadah, donatur, serta sumbangan-
sumbangan lainnya. Kemudian melalui sumber dana yang telah terkumpul
tersebut, gereja akan mengatur dan mengelola sehingga dalam proses
pengelolaan keuangannya gereja sangat membutuhkan sistem informasi
akuntansi untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan gereja.
Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini setiap Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta sedang dihadapkan dengan adanya sistem yang
diberikan oleh Keuskupan Agung Semarang (KAS), dimana sistem tersebut
disajikan dalam dua bentuk yang berbeda yaitu Microsoft Access dan Microsoft
Excel. Kedua bentuk sistem tersebut digunakan oleh gereja sebagai sarana
dalam pengumpulan, pencatatan, penyimpanan, pemrosesan data-data yang
akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Kemudian seiring berjalannya
waktu, Keuskupan Agung Semarang (KAS) memiliki keinginan untuk
mengarahkan seluruh Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta untuk
menerapkan salah satu dari dua bentuk sistem yang disajikan, yaitu Microsoft
Access. Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa
dari 34 gereja, hanya 16 gereja yang menerima untuk menggunakan Microsoft
Access sedangkan 18 gereja menolak untuk menggunakannya. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menyebabkan Keuskupan Agung Semarang (KAS) akhirnya memutuskan
untuk memberikan kebebasan kepada setiap Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta untuk memilih salah satu diantara Microsoft Access dan Microsoft
Excel, yang dianggap sebagai sistem yang nyaman, familier dan mudah
dipahami oleh para pengguna atau operator yang menjalankannya.
Dalam hal ini, peneliti memilih Gereja Katolik Kristus Raja Baciro,
Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis, dan Gereja Katolik Santo Mikael
Pangkalan Adisucipto sebagai objek penelitian bagi peneliti. Ketiga Gereja
Katolik ini menjadi objek yang menarik bagi peneliti, dikarenakan antara Gereja
Katolik Kristus Raja Baciro dengan Gereja Katolik Pangkalan Adisucipto
merupakan satu paroki sedangkan antara Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
dengan Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis berada dalam satu kota yang
sama, tetapi ketiga gereja tersebut memiliki keputusan yang berbeda-beda
terhadap sistem yang diterapkan. Hal tersebutlah yang menarik minat peneliti
untuk menggali lebih dalam mengenai hal-hal yang memengaruhi respon atau
tanggapan dari pengguna terhadap penerimaan dan penolakan tersebut, yang
didasari oleh keputusan dari ketiga gereja terhadap penerapan Microsoft
Access, dengan melihat Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang digunakan oleh
masing-masing gereja serta sumber daya yang dimiliki oleh ketiga gereja saat
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti
menerapkan rumusan masalah menjadi sebagai berikut:
1. Bagaimana respon pengguna terhadap penerapan Microsoft Access pada
ketiga Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta?
2. Apakah upaya yang perlu dilakukan terkait dengan respon pengguna
terhadap penerapan Microsoft Access pada ketiga Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini ialah mengenai respon pengguna
yang dilihat berdasarkan tiga konteks yang memengaruhi perilaku dalam
pengadopsian suatu teknologi. Ketiga konteks tersebut diantaranya adalah
konteks teknologi, konteks organisasi dan konteks lingkungan (Tornatzky dan
Fleischer, 1990).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan tersebut, peneliti
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui respon pengguna terhadap penerapan Microsoft Access
pada ketiga Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui upaya yang perlu dilakukan terkait dengan respon
pengguna terhadap penerapan Microsoft Access pada ketiga Gereja Katolik
di Kevikepan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan bahwa gereja dapat melihat
dari sudut pandang yang lain terhadap penerapan Microsoft Access. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
pengguna mengenai penerapan Microsoft Access pada setiap Gereja Katolik
di Kevikepan Yogyakarta.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan bahwa untuk penelitian
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian, terutama
bagi penelitian dengan topik yang serupa. Hasil penelitian ini juga
diharapkan untuk dapat digunakan sebagai tambahan koleksi bagi
perpustakaan yang berkaitan dengan Bidang Akuntansi.
3. Bagi Pembaca
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi
pembaca dalam menambah wawasan mengenai penerapan Microsoft
Access terhadap setiap Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta.
4. Bagi Penulis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi
penulis untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam
melakukan analisis secara mendalam, berdasarkan teori-teori pada Bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Akuntansi yang telah didapatkan selama menempuh perkuliahan di Program
Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung topik
penelitian yaitu penjelasan mengenai sistem, sistem informasi
akuntansi (SIA), laporan keuangan paroki, penelitian dahulu, teori
model penerimaan teknologi, faktor-faktor penerimaan teknologi,
teori penolakan teknologi, Microsoft Office Access, dan Microsoft
Office Excel.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, metode penelitian, subjek
penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM GEREJA
Bab ini menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan gereja,
visi dan misi gereja, batas-batas wilayah gereja, serta dewan-dewan
paroki yang bertugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai daftar nama narasumber wawancara,
deskripsi data, analisis data, serta hasil penelitian dan interpretasi.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran bagi gereja serta
penelitian kedepannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem
1. Definisi Sistem
Sistem memiliki definisi yang beragam berdasarkan sudut
pandang dari orang-orang yang memberikan pendapatnya. Menurut
Marshal B. dan Steinbart (2015:3), sistem merupakan suatu kumpulan
yang terdiri atas dua atau lebih komponen yang saling berinteraksi dan
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Hall
(2007:6), mendefinisikan sistem sebagai sekelompok dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi
dengan tujuan yang serupa. Berdasarkan beberapa definisi mengenai
sistem di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan dua atau
lebih komponen yang berkumpul dan saling berinteraksi guna mencapai
tujuan yang serupa.
2. Karakteristik Sistem
Menurut Ladjamudin (2005:3-5), suatu sistem memiliki
karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang diantaranya ialah sebagai
berikut:
a. Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang artinya saling bekerjasama membentuk satu
kesatuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Batasan Sistem
Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan
luarnya.
c. Lingkungan Luar Sistem
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar
batas dari sistem yang memengaruhi operasi sistem.
d. Penghubung Sistem
Penghubung sistem merupakan media yang
menghubungkan antara suatu subsistem dengan subsistem yang
lainnya.
e. Masukan Sistem
Masukan sistem merupakan energi yang dimasukkan ke
dalam sistem.
f. Keluaran Sistem
Keluaran sistem merupakan energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.
g. Pengolahan Sistem
Pengolahan sistem menjelaskan bahwa suatu sistem dapat
memiliki suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai
pengolahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
h. Sasaran Sistem
Sasaran sistem menjelaskan bahwa suatu sistem memiliki
tujuan dan sasaran. Oleh karena itu, jika suatu sistem tidak
memiliki tujuan dan sasaran maka sistem tidak akan ada.
B. Sistem Informasi Akuntansi
1. Definisi Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Menurut Marshal B. dan Steinbart (2015:10), Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) merupakan suatu sistem yang mengumpulkan,
mencatat, menyimpan, dan mengolah data untuk menghasilkan informasi
bagi pengambil keputusan. Melalui Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
tersebut, dapat meningkatkan kualitas, efisiensi, dan efektivitas
organisasi dalam melakukan pengambilan keputusan.
2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Dalam hal ini Marshal B. dan Steinbart (2015:11) juga mengatakan
bahwa sistem informasi akuntansi (SIA) memiliki 6 komponen, yang
diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Orang yang menggunakan sistem.
b. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan,
memproses, dan menyimpan data.
c. Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya.
d. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
e. Infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat
peripheral, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan
dalam sistem informasi akuntansi (SIA).
f. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan
data sistem informasi akuntansi (SIA).
C. Laporan Keuangan Paroki
1. Pengertian Laporan Keuangan Paroki
Menurut Tim Akuntansi Keuskupan Agung Semarang (2018:11),
laporan keuangan paroki merupakan suatu susunan informasi keuangan
yang dapat digunakan sebagai sarana dalam proses pengambilan
keputusan terhadap berbagai kebijakan reksa pastoral paroki. Dalam
melakukan proses penyusunan laporan keuangan gereja, pengguna atau
operator harus memahami kerangka dasar laporan keuangan beserta
dengan proses akuntansi yang diperlukan di dalamnya.
2. Tujuan Laporan Keuangan Paroki
Menurut Tim Akuntansi Keuskupan Agung Semarang (2018:11),
laporan keuangan paroki memiliki sebuah tujuan yaitu sebagai sarana
untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, aktivitas, arus
kas, kinerja keuangan, serta informasi yang lain. Adapun manfaat yang
diperoleh melalui pembuatan laporan keuangan bagi gereja ialah sebagai
berikut:
a. Sebagai bahan review dan evaluasi kinerja Dewan Paroki.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan baru.
d. Sebagai tanda kredibilitas suatu paroki.
3. Komponen Laporan Keuangan Paroki
Berdasarkan PSAK No. 45 paragraf ke-9, laporan keuangan
paroki yang lengkap terdiri atas beberapa hal sebagai berikut:
a. Laporan Posisi Keuangan, biasa disebut Neraca; adalah laporan yang
menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu, yang mencakup
aset, kewajiban, dan aset bersih.
b. Laporan Aktivitas adalah laporan yang menyediakan informasi
mengenai penerimaan dan beban paroki dalam periode tertentu,
sehingga terjadi surplus atau defisit.
c. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyediakan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran secara tunai untuk jangka
waktu tertentu.
d. Laporan Realisasi Anggaran Penerimaan dan Beban (RAPB) adalah
laporan yang menyediakan informasi mengenai realisasi
penerimaan, beban, transfer, surplus/ defisit, dan sisa lebih/ kurang
atas pemakaian anggaran yang masing-masing dibandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
e. Realisasi Anggaran Pengadaan Aset Tetap (RAPAT) adalah laporan
yang menyajikan informasi realisasi pengadaan aset tetap yang
dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
f. Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan yang dilampirkan
dalam Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang utama serta penjelasan-penjelasan yang lain.
4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Paroki
Informasi keuangan dapat dikatakan berguna apabila informasi
tersebut memenuhi karakteristik kualitatif fundamental, yaitu relevan
dan dapat dipresentasikan dengan tepat. Berikut merupakan beberapa
karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh Laporan Keuangan
Paroki, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Relevansi
Relevansi merupakan karakteristik informasi keuangan yang
berkaitan dengan kemampuan menyediakan perbedaan dalam
keputusan. Informasi keuangan dapat dikatakan relevan apabila
informasi tersebut memiliki nilai prediktif, nilai konfirmatori, atau
keduanya.
b. Representasi Tepat
Representasi tepat adalah pengakuan oleh Dewan Paroki, baik
secara eksplisit maupun implisit atas isi laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
c. Keterbandingan/Informasi Komparatif
Keterbandingan berkaitan dengan penyajian informasi keuangan
dalam laporan keuangan yang dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Keterverifikasian
Keterverifikasian dapat diartikan sebagai laporan keuangan yang
dapat diuji. Apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak
yang berbeda, maka hasilnya akan tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
e. Ketepatwaktuan
Ketepatwaktuan adalah karakteristik informasi keuangan yang
berkaitan dengan periode pelaporan laporan keuangan dan dasar
penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan.
f. Keterpahaman
Keterpahaman berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam
laporan keuangan, materialitas, dan agregasi serta saluran mata
uang dalam pelaporan.
D. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kuntara (2013:27-29) yang berjudul
“Accounting and Accountability in The Catholic Church Java: A Culture
Shock?”, dikatakan bahwa sebelum Keuskupan Agung Semarang (KAS)
meluncurkan standar baru dalam pengelolaan keuangan, gereja mengakui
sering mengalami ketidaktepatan waktu dalam mempersiapkan laporan
keuangan sehingga gereja mengalami keterlambatan dalam menyerahkan
laporan tersebut kepada pihak keuskupan. Hal tersebut dikarenakan
munculnya pemikiran panitia bahwa mereka hanyalah sukarelawan, yang
menyebabkan adanya hambatan dalam mengendalikan dan mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
orang-orang tersebut untuk dapat menuntaskan laporan keuangan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dengan terjadinya hal yang demikian, maka pada tahun 2008
Keuskupan Agung Semarang (KAS) menciptakan sebuah standar Panduan
Teknis dan Akuntansi untuk Paroki. Berkaitan dengan hal tersebut setiap
Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta diharuskan untuk mengikuti
standar tersebut, sehingga pihak keuskupan harus melakukan sosialisasi dan
pelatihan terutama kepada kepala paroki, staf, maupun bendahara. Setelah
dilakukan proses sosialisasi dan pelatihan, barulah setiap paroki dapat
menerapkan sistem baru tersebut terhadap gerejanya masing-masing.
Namun demikian, masih ditemukan bahwa beberapa gereja menolak untuk
mengimplementasikan sistem baru tersebut meskipun telah mengikuti
sosialisasi, pelatihan, serta telah melakukan percobaan terhadap gerejanya
masing-masing. Hal tersebut dikarenakan gereja masih merasa mengalami
kesulitan dalam menerapkan sistem baru tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendorong setiap gereja memberikan
dukungan terhadap penerapan sistem baru tersebut keuskupan membuka
“layanan purna jual” kepada setiap gereja yang masih mengalami kesulitan
atau hambatan dalam menjalankannya. Layanan purna jual tersebut
dimaksudkan untuk membantu pengguna yaitu operator dan bendahara
dalam mengatasi masalah dalam pengimplementasian sistem baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
E. Teori Penerimaan Teknologi
1. Technology Organizational Environmental (TOE)
a. Kerangka Technology Organizational Environmental (TOE)
Tornatzky dan Fleischer (1990) mengembangkan sebuah
kerangka dalam pengadopsian suatu teknologi, yaitu Technology
Organizational Environmental (TOE). Kerangka Technology
Organizational Environmental (TOE) digunakan untuk menguji
tentang perilaku pengguna dalam suatu perusahaan ketika
mengadopsi berbagai produk atau layanan sistem informasi (SI) atau
teknologi informasi (TI). Perilaku pengadopsian tersebut
dipengaruhi oleh tiga konteks, yang diantaranya ialah konteks
teknologi, konteks organisasi dan konteks lingkungan.
b. Elemen Kerangka Technology Organizational Environmental
(TOE)
Tornatzky dan Fleischer (1990) memaparkan mengenai
beberapa hal yang memengaruhi perilaku pengadopsian teknologi,
berdasarkan tiga konteks kerangka kerja Technology Organizational
Environmental (TOE), yang diantaranya ialah sebagai berikut:
1) Technological Context (Konteks Teknologi)
Menurut Oliviera & Martins (2010), konteks teknologi
menjelaskan teknologi yang sedang maupun yang baru, yang
relevan dengan perusahaan. Menurut Rogers (1983), terdapat
lima faktor yang memengaruhi suatu perusahaan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pengadopsian terhadap suatu teknologi. Yang pertama adalah
relative advantage (keuntungan relatif), dimana faktor ini
melihat manfaat yang diperoleh dengan melakukan
pengadopsian terhadap suatu teknologi. Compatibility
(Kesesuaian) adalah melihat seberapa jauh pengdopsian
teknologi sesuai dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman
sebelumnya dan kebutuhan pengadopsi. Complexity
(Kompleksitas) adalah melihat seberapa jauh suatu teknologi
sulit untuk dipahami dan digunakan. Trialability (Ketercobaan)
adalah melihat sejauh mana uji coba terhadap teknologi yang
diadopsi, hingga batas tertentu. Observability (Keteramatian)
adalah melihat sejauh mana teknologi yang diadopsi tersebut
dapat teramati oleh orang lain.
2) Organizational Context (Konteks Organisasi)
Menurut Oliviera & Martins (2010), konteks organisasi
merujuk pada karakteristik organisasi baik secara ukuran
maupun cakupan bisnisnya. Dalam melakukan pengadopsian
terhadap suatu teknologi, organisasi cendrung dipengaruhi oleh
mekanisme intra-organisasi formal dan informal untuk
komunikasi dan kontrol, bersama dengan sumber daya dan
inovasi dari organisasi (Dedrick dan Barat, 2003). Selain itu,
pengetahuan dan keinovatifan yang dimiliki oleh
pemilik/manajer terhadap teknologi juga dapat memengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
suatu organisasi untuk melakukan pengadopsian (Thong, 1999;
Ghobakhloo, Aranda & Amando, 2011; Al-Qirim, 2007).
3) Environmental Context (Konteks Lingkungan)
Menurut Oliviera & Martins (2010), konteks lingkungan
adalah wilayah dimana perusahaan menjalankan bisnisnya
seperti industri, kompetitor dan pemerintah. Menurut Setiowati,
et. al. (2015), terdapat beberapa hal yang memengaruhi suatu
perusahaan dalam mengadopsi suatu teknologi. Yang pertama
adalah ketidakstabilan pasar, yang didefinisikan sebagai tingkat
perubahan komposisi dan selera konsumen (Setiowati, et. al.,
2015). Intervensi institusional adalah adanya campur tangan atau
intervensi oleh institusi/lembaga pemerintah. Regulasi sebagai
salah satu produk dari pemerintahan, merupakan salah satu
faktor kritis dalam pengadopsian suatu teknologi (Zhu, K., &
Kraemer, K. L., 2005).
2. Technology Acceptance Model (TAM)
a. Definisi Technology Acceptance Model (TAM)
Davis (1989) memberikan pendapatnya mengenai Teori
Model Penerimaan Teknologi atau Technology Acceptance Model
(TAM) sebagai sebuah teori yang menyatakan bahwa dua
keyakinan yaitu kegunaan dan kemudahan memprediksi seberapa
besarnya niat pengguna terhadap penggunaan teknologi individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Konstruk-Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) memiliki lima
konstruk, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
1) Kegunaan Persepsian (perceived usefulness).
Kegunaan persepsian didefinisikan sebagai sejauh
mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi
akan meningkatkan kinerja pekerjaannya.
2) Kemudahan Penggunaan Persepsian (perceived ease of use).
Kemudahan penggunaan persepsian didefinisikan
sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan bebas dari usaha.
3) Sikap Terhadap Perilaku (attitude towards behavior)
Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan
positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan
perilaku yang akan ditentukan.
4) Minat Perilaku (behavioral intention)
Minat perilaku didefinisikan sebagai suatu keinginan
seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
5) Perilaku (behavior)
Perilaku didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi
informasi perilaku merupakan penggunaan sesungguhnya dari
teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
F. Faktor-faktor Penerimaan Teknologi
Menurut Doolin dan Troshani (2007:201), terdapat faktor-faktor
yang memengaruhi suatu organisasi untuk melakukan penerimaan terhadap
teknologi, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Faktor-faktor Penerimaan Teknologi
Sumber: Doolin and Troshnani (2007:201)
1) Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
Berikut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi sebuah organisasi untuk melakukan
pengadopsian terhadap suatu teknologi berdasarkan konteks
lingkungan, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Menurut Doolin dan Troshani (2007), sebuah
organisasi akan mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dengan melakukan pengadopsian terhadap
teknologi. Namun dikarenakan Gereja Katolik tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berhubungan dengan bisnis, maka istilah yang tepat untuk
digunakan dalam konsep ini adalah kompetisi antar paroki.
b) Trading Partner (Mitra)
Pengadopsian suatu teknologi dipengaruhi oleh
munculnya tekanan dari mitra dagang yang bekerja sama
dengan organisasi tersebut. Dalam hal ini, mitra dagang
yang dimaksud ialah pelanggan dan pemasok. Namun
dikarenakan Gereja Katolik tidak berhubungan dengan
bisnis, maka dalam hal ini istilah yang digunakan adalah
mitra.
c) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan
Pengaruh dari Pemerintah)
Dalam pengadopsian teknologi yang dilakukan oleh
sebuah organisasi juga dipengaruhi oleh regulator dan
lembaga pemerintah. Hal tersebut dikarenakan regulator
dan lembaga pemerintah yang mendorong organisasi untuk
menggunakan suatu teknologi, untuk meningkatkan biaya
kepatuhan pada organisasi.
d) Availability of Information and Support (Ketersediaan
Informasi dan Dukungan)
Terdapat faktor lingkungan lain yang memengaruhi
adanya pengadopsian dan penerapan suatu teknologi pada
sebuah organisasi selain faktor-faktor yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tercantum sebelumnya, yaitu adanya ketersediaan
informasi yang mencukupi bagi organisasi serta pihak luar
yang mendukung pengadopsian terhadap suatu teknologi.
Dalam hal ini, suatu organisasi melihat seberapa memadai
informasi yang disajikan dalam teknologi tersebut, serta
seberapa besar dukungan yang diberikan terhadap
pengadopsian teknologi.
2) Organizational Context (Konteks Organisasi)
Berikut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi sebuah organisasi untuk melakukan
pengadopsian terhadap suatu teknologi berdasarkan konteks
organisasi, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat
Atas)
Menurut Doolin dan Troshani (2007), ketika
sebuah organisasi membuat keputusan untuk mengadopsi
suatu teknologi, pengambilan keputusan tersebut juga
dipengaruhi oleh manajemen puncak dari organisasi
tersebut. hal tersebut dikarenakan manajemen puncak
memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan atas
sumber daya organisasi. Dengan demikian, ketika sebuah
organisasi mengalami kegagalan dalam mengadopsi suatu
teknologi, maka hal tersebut disebabkan oleh kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
organisasi dalam mendapatkan dukungan dari manajemen
tingkat atas (Troshani dan Doolin, 2005).
b) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Neufeld et al. (2007) menemukan keberadaan dari
orang yang dipercaya dalam bisnis dapat memengaruhi
keputusan pengadopsian teknologi. Seseorang yang dapat
dipercaya menampilkan kepemimpinan dalam suatu
organisasi untuk memotivasi perubahan perilaku untuk
mengadopsi teknologi.
c) Organization Size and Resources (Ukuran dan Sumber
Daya Organisasi)
Janvrin et al. (2008) memberikan pendapat bahwa
organisasi besar lebih memungkinkan untuk mendapatkan
banyak sumber daya dalam mengadopsi suatu teknologi.
Sedangkan Doolin dan Troshani (2007) memberikan
pendapat bahwa dibandingkan dengan organisasi yang
lebih besar, organisasi kecil yang ditemukan kurang
konservatif lebih terbuka terhadap ide-ide dan teknologi
inovatif.
3) Technological Context (Konteks Teknologi)
Berikut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi sebuah organisasi untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengadopsian terhadap suatu teknologi berdasarkan konteks
teknologi, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Pengadopsi potensial biasanya melakukan evaluasi
atas keuntungan relatif dan manfaat teknologi baru
terhadap biaya yang dirasakan (Doolin dan Troshani,
2007; Oliver dan Whymark, 2005; Premkumar et al.,
1994). Dengan demikian semakin besar dan positif
manfaat yang didapatkan, maka keinginan organisasi
untuk melakukan pengadopsian teknologi juga akan
semakin besar.
b) Compatibility (Kompatibilitas)
Menurut Rogers (2003: 240), faktor kompatibilitas
merupakan sebuah faktor yang melihat, "sejauh mana
suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang
ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi
potensial". Dengan demikian, peluang suatu teknologi
diadopsi oleh organisasi akan semakin besar, apabila
kesesuaian antara teknologi terhadap organisasi semakin
tinggi.
c) Complexity (Kompleksitas)
Rogers (2003) menyatakan sebuah pendapat bahwa
kompleksitas merupakan sebuah faktor yang melihat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
"sejauh mana suatu inovasi dirasakan relatif sulit untuk
dipahami dan digunakan." Dengan demikian, kompleksitas
memiliki potensi sebagai penghalang bagi suatu organisasi
dalam melakukan pengadopsian suatu teknologi, ketika
teknologi tersebut dirasa relatif sulit bagi organisasi dalam
penerapannya.
d) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
Menurut Doolin dan Troshani (2007), kemampuan
yang dimiliki sebuah organisasi untuk mencoba dan
mengamati teknologi baru terkait dengan risiko dan
ketidakpastian yang terkait dengan penerapannya. Sebuah
organisasi memiliki kesempatan untuk mengurangi
ketidakpastian yang terkait dengan pengadopsian dan
penerapan teknologi. Dengan demikian, organisasi
tersebut dinyatakan dapat melakukan pengujian terhadap
teknologi yang ada di dalam lingkungan organisasi
tersebut.
G. Teori Penolakan Teknologi
1. Analogi Luddite dan Enoch
Analogi yang menggambarkan mengenai kaum Luddites yang
melakukan penentangan terhadap mekanisasi selama revolusi industri.
Kaum Luddites ini melihat bahwa terdapat sebuah ancaman dengan
adanya mekanisasi tersebut terhadap mata pencaharian dan cara hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mereka, sehingga mereka melakukan perlawanan terhadap teknologi.
Selama lima tahun, kaum Luddites memberikan ancaman serta
menyerang secara fisik orang-orang yang bertanggung jawab atas
berjalannya mekanisasi tersebut. Mereka melakukan kerusuhan,
bertempur dengan tentara pemerintah dan membobol pabrik untuk
meghancurkan ratusan alat tenun dengan menggunakan palu besar yang
dinamakan Enoch.
2. Tujuh Palu Besar
Terdapat 7 palu besar yang digunakan oleh kaum Luddites untuk
melakukan perlawanan antara lain:
a. Enoch 1 yaitu mencari dan menciptakan ketidakmampuan, dimana
enoch pertama ini mengacu pada sebuah kritik negatif yang
ditentukan, terperinci, dan konstan.
b. Enoch 2 yaitu perlawanan pasif, dimana tidak adanya partisipasi
dari pengguna serta tidak ada keberatan atau diskusi, hanya non-
partisipasi pasif. Subjek 3 yang diwawancarai tidak menerima
adanya sebuah pelatihan dengan alasan bahwa mereka tidak akan
melakukannya, sekalipun melalui pelatihan tersebut akan membuat
mereka berhasil.
c. Enoch 3 yaitu partisipasi yang menipu, dimana partisipasi yang
menipu ini tidak diikutkan selama wawancara, namun subjek 12
menyatakan sebuah kritikan bahwa metode empiris yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menunjukkan rutinitas kelompok pengguna dalam partisipasi
menyebabkan sistem menjadi terlupakan.
d. Enoch 4 yaitu kejenuhan dan kelebihan beban, dimana perilaku
pengguna untuk melumpuhkan sistem melalui penggunaan yang
tidak terduga. Subjek lain juga memaparkan peristiwa yang serupa,
dimana motivasi dari pengguna sendiri tidaklah jelas serta
menimbulkan analisis sistem menjadi buruk dan dihentikan dalam
penggunaannya.
e. Enoch 5 yaitu melobi, yang dilakukan pengguna dengan
mengajukan sebuah keberatan dengan senior untuk menghambat
kemajuan. Dalam hal ini subjek 12 menyatakan mengenai satu
kesempatan sewaktu melobi yaitu berkontribusi terhadap kegagalan
proyek, namun mengatakan bahwa hal tersebut merupakan
perlawanan pasif yang menyebabkan kerusakan yang nyata.
f. Enoch 6 yaitu pembunuhan umum dan serangan pribadi, yang
dilakukan dengan cara pengguna tidak menargetkan sistem tetapi
mereka memperjuangkannya.
g. Enoch 7 yaitu ketidakjelasan procedural, dimana suatu pelaksanaan
sistem informasi dapat mengalami hambatan ketika pengguna
melakukan sesuatu secara teknis yang telah diizinkan tetapi tidak
terduga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
H. Microsoft Office Access
1. Pengertian Microsoft Office Access
Menurut MADCOMS (2011:1), Microsoft Office Access atau
Microsoft Access merupakan sebuah program yang diimplementasikan
sebagai sarana bagi pengguna dalam mengolah database. Program
tersebut memberikan kemudahan bagi pengguna dalam melakukan
pengolahan berbagai jenis data, serta membuat hasil akhir laporan
menjadi lebih menarik.
2. Elemen-elemen Microsoft Access
Menurut Talib (2014:25), terdapat elemen-elemen yang dapat
membantu pengguna dalam melakukan pengolahan data pada
Microsoft Access, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Quick Access Toolbar
Quick Access Toolbar merupakan toolbar mini yang memuat
perintah-perintah yang paling sering digunakan.
b. Ribbon
Ribbon merupakan area atas jendela program di mana
pengguna dapat memilih tombol perintah access.
c. Grup
Grup merupakan isi dari tab yang berupa kumpulan dari
beberapa tombol perintah yang saling berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Navigation Pane
Navigation Pane merupakan bagian pada sisi sebelah kiri
jendela basis data yang menampilkan objek-objek basis data.
e. Document Tab
Document Tab merupakan tab untuk setiap objek yang
sedang dibuka.
f. Datasheet
Datasheet merupakan tampilan berbentuk tabel untuk
mengelola data.
I. Microsoft Office Excel
1. Pengertian Microsoft Office Excel
Menurut Ananda (2011:2), Microsoft Office Excel atau Microsoft
Excel merupakan sebuah program yang membantu pengguna dalam
melakukan pengolahan data secara otomatis. Program ini memberikan
banyak kemudahan dalam menyelesaikan berbagai urusan
administratif, mulai yang paling sederhana sampai kompleks seperti
membuat rencana kebutuhan belanja barang, yang meliputi nama
barang, jumlah barang, perkiraan harga barang sampai penggunaan
formula untuk menemukan solusinya.
2. Elemen-elemen Microsoft Excel
Menurut Kurniawan (2013:5), terdapat elemen-elemen yang
dapat membantu pengguna dalam melakukan pengolahan data angka
pada Microsoft Excel, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
a. Quick Access Toolbar
Quick Access Toolbar merupakan kumpulan tombol pintas
untuk pekerjaan tertentu yang relatif paling sering digunakan.
b. Title Bar
Title Bar merupakan sebuah elemen yang menampilkan
nama file excel yang sedang digunakan untuk bekerja.
c. Control Box
Control Box merupakan elemen yang digunakan untuk
mengelola jendela aplikasi excel, ribbon, dan mengaktifkan
fasilitas bantuan.
d. Tab File
Tab File merupakan elemen yang digunakan untuk
mengaktifkan backstage.
e. Nama dan Foto Profil
Nama dan Foto Profil merupakan elemen yang berisikan
nama dan foto profil dari pengguna yang sedang login.
f. Ribbon
Ribbon merupakan elemen yang terdiri atas tombol-tombol
pintas untuk mengaktifkan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
g. Cell Name Box
Cell Name Box merupakan kotak teks yang digunakan untuk
menampilkan atau menentukan nama sel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
h. Formula Bar
Formula Bar merupakan elemen yang digunakan untuk
mengisikan atau menampilkan formula yang ada di dalam suatu
sel.
i. Area Kerja
Area Kerja merupakan elemen yang berisi satu atau beberapa
worksheet.
j. Kelompok Kontrol
Kelompok Kontrol merupakan elemen yang berfungsi
sebagai alat untuk mengelola worksheet.
k. Status Bar
Status Bar merupakan elemen yang berisikan kelompok
kontrol untuk mengelola mode tampilan excel serta slider untuk
melakukan zoom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus. Menurut
Cooper dan Schindler (2017:195), studi kasus (case study) yang dikenal
dengan sejarah kasus (case history) merupakan metode penelitian kuat yang
mengkombinasikan wawancara individu dan (terkadang) wawancara
kelompok dengan analisis dan observasi catatan.
B. Metode Penelitian
1. Definisi Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif (Cooper dan Schindler, 2017) merupakan penelitian
yang meliputi susunan teknik interpretatif yang berusaha untuk
menggambarkan, memberikan kode, menerjemahkan, sehingga
berkaitan dengan pengertian bukan frekuensi dari fenomena yang sering
atau jarang terjadi secara alami dalam dunia sosial.
2. Sumber Data Metode Penelitian Kualitatif
Menurut Cooper dan Schindler (2017:170), terdapat berbagai
sumber data yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif, yang
diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Orang-orang.
b. Organisasi atau institusi.
c. Catatan.
d. Pengaturan dan lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
e. Objek, artefak, dan produk media.
f. Kejadian atau sesuatu yang terjadi.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Romo Paroki selaku Pastor Kepala Paroki.
2. Bendahara selaku bagian yang mengatur pengelolaan keuangan gereja.
3. Operator selaku bagian yang menjalankan sistem.
D. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Tiga Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta.
2. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan oleh ketiga Gereja
Katolik di Kevikepan Yogyakarta.
3. Respon pengguna terhadap penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) yang diterapkan oleh ketiga Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2019 – Mei 2019
F. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada 3 Gereja Katolik yang telah
ditentukan, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Gereja Katolik Kristus Raja Baciro.
2. Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis.
3. Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti diharuskan untuk
melakukan pengumpulan data terlebih dahulu. Dengan metode penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif, maka dalam
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara.
Teknik pengumpulan data berupa wawancara ini nantinya akan dilakukan
untuk memperoleh data berupa transkripsi dari wawancara yang dilakukan
bersama dengan narasumber, dimana narasumber-narasumber tersebut
diantaranya ialah Romo Paroki, bendahara serta operator sistem.
Menurut Kartono (1980:171), wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Proses wawancara
diawali dengan peneliti melakukan survei terhadap tiga Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta, untuk melihat terlebih dahulu sistem yang
digunakan oleh gereja dalam menyusun laporan keuangan. Kemudian
peneliti akan membuatkan surat izin penelitian bagi tiga Gereja Katolik
yang dituju. Setelah surat izin penelitian selesai dibuatkan, peneliti akan
memberikan surat tersebut kepada sekretaris gereja dan akan dibicarakan
dengan Romo Paroki. Jika peneliti telah mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian, maka peneliti dapat melakukan perjanjian pelaksaaan wawancara
dengan narasumber, yang diantaranya ialah Romo Paroki, bendahara, dan
operator sistem. Kemudian, peneliti dapat melakukan wawancara sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan bersama dengan narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
H. Teknik Analisis Data
Menurut Cooper dan Schindler (2017:100), analisis data merupakan
sebuah teknik yang meliputi pengurangan data yang diakumulasikan
menjadi ukuran yang dapat diolah, mengembangkan ringkasan, mencari
pola, dan mengaplikasikan teknik statistik. Dalam melakukan analisis data,
terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti yang diantaranya
ialah sebagai berikut:
1. Menurut Efferin et al. (2008)
Transkripsi (Efferin et al., 2008) merupakan sebuah proses
menuangkan data yang diperoleh melalui interview, observasi, dan
analisis dokumen ke dalam bentuk salinan tertulis di dalam file
komputer, dimana hal tersebut dilakukan untuk memberikan kemudahan
bagi peneliti dalam melakukan analisis terhadap data-data yang telah
didapatkan. Proses transkripsi dilakukan setelah peneliti melakukan
wawancara bersama dengan narasumber, dimana peneliti menggunakan
alat rekaman berupa handphone sebagai sarana dalam proses wawancara
tersebut. Kemudian setelah proses wawancara selesai dilakukan, peneliti
akan memaparkan hasil rekaman tersebut ke dalam bentuk salinan
tertulis pada file komputer dan dianalisis oleh peneliti.
2. Menurut Miles dan Huberman (1984)
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa dalam
melakukan analisis data, terdapat tiga aktivitas yang harus dilakukan
oleh peneliti. Ketiga aktivitas tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
a. Data Reduction
Reduksi data (Miles dan Huberman, 1984) merupakan proses
menganalisa data penelitian dengan merangkum kembali data-data
yang telah didapatkan tersebut untuk memilah hal-hal yang penting
dan menjadi fokus dalam penelitian, dan membuang data-data yang
tidak diperlukan oleh peneliti. Di dalam penelitian ini, reduksi data
dilakukan oleh peneliti setelah dilakukannya proses transkripsi.
Melalui data transkripsi wawancara tersebut peneliti akan
melakukan analisis untuk memilah data-data, yang disesuaikan
dengan tiga konteks dalam pengadopsian teknologi dalam kerangka
Technology Organizational Environmental (TOE) yaitu konteks
teknologi, konteks organisasi dan konteks lingkungan (Tornatzky
dan Fleischer, 1990).
b. Data Display
Penyajian data (Miles dan Huberman, 1984) merupakan
proses analisis data, dimana setelah peneliti melakukan pemilahan
terhadap data-data tersebut akan dilanjutkan dengan penyajian
terhadap data yang telah dipilih dalam bentuk penjelasan atau narasi
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan bentuk
penyajian data lainnya yang sesuai dengan metode penelitian
kualitatif. Setelah melakukan pemilahan terhadap data-data yang
diperlukan, selanjutnya peneliti akan menyajikan data-data tersebut.
Dalam hal ini peneliti menyajikan data dalam bentuk penjelasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
narasi, dimana penjelasan tersebut dikelompokkan berdasarkan tiga
konteks dalam pengadopsian teknologi dalam kerangka Technology
Organizational Environmental (TOE) yaitu konteks teknologi,
konteks organisasi dan konteks lingkungan (Tornatzky dan
Fleischer, 1990).
c. Conclusion Drawing/Verification
Penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman,
1984) merupakan proses analisis data, dimana hal tersebut dilakukan
agar kesimpulan awal yang sebelumnya masih bersifat sementara
dan belum konsisten tersebut menjadi konsisten dan valid, yang
didukung dengan adanya bukti-bukti kuat ketika peneliti melakukan
pengumpulan data di lapangan, sehingga kesimpulan yang akan
dikemukakan oleh peneliti dapat menjadi kesimpulan yang dapat
dipercaya (kredibel). Penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti
setelah melakukan proses transkripsi, reduksi data, dan penyajian
data. Penarikan kesimpulan ini memaparkan mengenai inti
permasalahan yang ingin diketahui oleh peneliti, di dalam penelitian
yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
1. Sejarah Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
Perintisan Paroki Kristus Raja Baciro diawali pada tahun 1943,
dimana Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru memiliki keinginan
untuk menambah tempat untuk beribadah di Kring Baciro. Penambahan
tersebut dikarenakan semakin bertambahnya penduduk yang
membanjiri Kota Yogyakarta, terutama kaum pelajar dan para
mahasiswa serta munculnya keinginan dari umat Kring Baciro untuk
memiliki tempat sendiri dalam melaksanakan kegiatan beribadahnya.
Kemudian Kring Baciro mulai diberikan izin untuk mengadakan Misa
Kudus sendiri setiap hari minggu, serta hari-hari besar lainnya yang
berlokasi di Aula Pabrik Cerutu Taru Martani Jalan Kompol Bambang
Suprapto Nomor 2A Yogyakarta.
Periode perkembangan pada tanggal 27 Oktober 1963,
dilaksanakan peresmian terhadap Gereja Katolik Kristus Raja Baciro.
Kegiatan peresmian tersebut berlokasi di Jalan Melati Wetan Nomor 13,
yang mana hal tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian
bangunan Panti Paroki. Pada periode gempa bumi yang terjadi pada
tanggal 26 Mei 2006, gereja ini tidak dapat digunakan untuk beribadah,
sehingga kegiatan peribadatan harus diselenggarakan di gereja darurat
(tenda) selama satu tahun lamanya. Kemudian pada periode setelah
gempa, kegiatan-kegiatan liturgi maupun non-liturgi kembali berjalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
normal. Setelah renovasi selesai dilakukan terhadap bangunan gereja
lama, dilanjutkan dengan pembangunan pastoral dan karya pastoral,
serta relokasi gereja baru yang kemudian diresmikan pada tanggal 25
November 2012.
2. Visi dan Misi Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
a. Visi
Semakin menjadi paguyuban umat beriman yang bersumber
pada Tri Tunggal Maha Kudus dalam menghadirkan Kerajaan
Allah, dengan menghargai nilai-nilai budaya dan bersaudara dengan
semua orang, terutama KLMTD.
b. Misi
Misi Gereja Katolik Kristus Raja Baciro diantaranya ialah
sebagai berikut:
1) Mengembangkan paguyuban-paguyuban yang beriman,
mendalam dan saling peduli untuk menghadirkan misteri
keselamatan.
2) Meningkatkan penghayatan iman berbasis budaya lokal.
3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang
berkehendak baik untuk melayani KLMTD.
3. Batas Wilayah Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
Batas-batas wilayah Gereja Katolik Kristus Raja Baciro ialah
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
a. Utara
Batas wilayah Utara Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
meliputi:
1) Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Pringwulung.
2) Gereja Katolik Santa Maria Assumpta Babarsari.
b. Timur
Batas wilayah Timur Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
adalah Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto.
c. Selatan
Batas wilayah Selatan Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
meliputi:
1) Gereja Katolik Santo Yusuf Bintaran.
2) Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan.
d. Barat
Batas wilayah Barat Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
adalah Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru.
4. Dewan Paroki Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
Adapun Dewan Paroki dari Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
yang bertugas untuk membantu dalam kegiatan Pastoral, diantaranya
ialah sebagai berikut:
a. Dewan Harian
Dewan Harian meliputi:
1) Ketua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2) Wakil Ketua I.
3) Wakil Ketua II.
4) Ketua-ketua Bidang.
5) Ketua-ketua Stasi.
6) Koordinator Ketua-ketua Wilayah.
7) Sekretaris.
8) Bendahara.
b. Dewan Inti
Dewan Inti meliputi:
1) Dewan Harian.
2) Ketua-ketua Wilayah.
3) Ketua-ketua Tim Kerja.
c. Dewan Pleno
Dewan Pleno meliputi:
1) Dewan Inti.
2) Pengurus Tim Kerja.
3) Ketua-ketua Lingkungan.
4) Ketua-ketua Kelompok Kategorial.
5) Tokoh-tokoh.
B. Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
1. Sejarah Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
Berdirinya Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis diawali
dengan munculnya sebuah gagasan untuk membangun stasi di sebelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
barat Kali Code pada tahun 1952, tepatnya pada kring-kring yang berada
di sekitar wilayah tersebut. Gagasan tersebut ditawarkan oleh Romo E.
Hardjawardaya, Pr dan Romo Sumaatmadja, Pr dengan tujuan untuk
menciptakan efektifitas reksa pastoral. Gagasan yang diberikan oleh
kedua Romo Paroki tersebut membutuhkan waktu selama 2 tahun untuk
merealisasikannya, sehingga pada tahun 1954 berdirilah Stasi Jetis.
Kemudian pada tahun 1964, Stasi Jetis berhasil membeli tanah
seluas 3945m2. Tanah tersebut sudah memiliki sertifikat, serta
mendapatkan hak pakai pada tanggal 2 Agustus 1968. Pada bulan
November 1965, Stasi Jetis mengadakan misa sebagai ungkapan syukur
atas tanah yang telah didapatkan bagi gereja, dimana pada saat itu juga
lahirnya Paroki Jetis ditetapkan dan disahkan. Paroki Jetis sendiri
memilih nama pelindung yakni Santo Albertus Agung, yang merupakan
nama baptis dari Mgr. Albertus Soegijopranoto. Pemilihan nama
tersebut bertujuan sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kepada Mgr.
Albertus Soegijopranoto, SJ, serta nantinya gereja dapat meneladani
semangat dan pengabdian beliau terhadap bangsa, negara, dan gereja.
2. Visi dan Misi Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
a. Visi
Umat Allah Paroki Santo Albertus Agung Jetis berkehendak
mengembangkan iman, kebersamaan, kepedulian, potensi, budaya
dan keutuhan ciptaan, dengan terlibat aktif dalam hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dan bermasyarakat seturut teladan Yesus Kristus demi terwujudnya
Kerajaan Allah.
b. Misi
Misi Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis diantaranya
ialah sebagai berikut:
1) Iman
a) Mendorong umat untuk lebih terlibat dan kreatif dalam
mengembangkan tata liturgi dan peribadatan.
b) Mewujudkan pengalaman iman umat dengan semakin
mencintai ekaristi dan devosi.
c) Memperdalam pemahaman dan penghayatan iman umat
terhadap Allah melalui sakramen-sakramen Gereja.
2) Kebersamaan
a) Mempererat hubungan persaudaraan antar lingkungan,
wilayah, dan kelompok-kelompok kategorial.
b) Meningkatkan kerjasama antar lingkungan, wilayah, tim
kerja dan kelompok-kelompok kategorial.
3) Kepedulian
a) Melibatkan diri bersama dengan masyarakat untuk
mewujudkan budaya yang ramah lingkungan.
b) Memperjuangkan keberpihakan kepada yang KLMTD
secara adil guna terwujudnya keberlanjutan yang me-
mandirikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c) Memperkuat kapasitas organisasi/ paguyuban, lingkungan,
wilayah maupun pribadi dalam hal iman dan perbuatan
guna terwujudnya tatanan sosial yang saling menghargai,
peduli, dengan semangat berbagi.
4) Potensi
Memetakan dan mengembangkan potensi umat.
5) Budaya
Mengembangkan kearifan lokal melalui kelompok-kelompok
kategorial.
6) Keutuhan Ciptaan
Melestarikan keutuhan ciptaan dengan mengembangkan sikap
yang benar terhadap lingkungan hidup.
3. Batas Wilayah Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
Batas-batas wilayah Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
ialah sebagai berikut:
a. Utara
Batas wilayah Utara Gereja Katolik Santo Albertus Agung
Jetis adalah Gereja Katolik Santo Alfonsus Nandan.
b. Timur
Batas wilayah Timur Gereja Katolik Santo Albertus Agung
Jetis adalah Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
c. Selatan
Batas wilayah Selatan Gereja Katolik Santo Albertus Agung
Jetis adalah Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Kumetiran.
d. Barat
Batas wilaya Barat Gereja Katolik Santo Albertus Agung
Jetis adalah Gereja Katolik Santa Lidwina Bedog.
4. Dewan Paroki Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
Adapun Dewan Paroki dari Gereja Katolik Santo Albertus
Agung Jetis yang bertugas untuk membantu dalam kegiatan Pastoral,
diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Dewan Harian
Dewan Harian meliputi:
1) Ketua.
2) Wakil Ketua I.
3) Wakil Ketua II.
4) Ketua-ketua Bidang.
5) Koordinator Ketua-ketua Wilayah.
6) Sekretaris.
7) Bendahara.
b. Dewan Inti
Dewan Inti meliputi:
1) Dewan Harian.
2) Koordinator-koordinator Tim Kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c. Dewan Pleno
Dewan Pleno meliputi:
1) Dewan Inti
2) Ketua-ketua Lingkungan
3) Ketua-ketua Kelompok Kategorial
4) Wakil-wakil Organisasi (Wanita Katolik), Biara (Komunitas
Suster: PI, CB, ADM, dan JMJ), Karya Pastoral Khusus
(Paguyuban Peduli Gereja, TK. Indriyasana, SD. Kanisius
Gowongan).
5) Tokoh-tokoh Umat.
C. Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
1. Sejarah Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Berdirinya Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
berawal pada tahun 1962, dimana sebanyak tujuh belas kepala keluarga
Katolik hijrah dari pusat pendidikan penerbang Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI) Pangkalan Udara Kalijati Jawa Barat ke
tempat pendidikan penerbang AURI yang baru di Pangkalan Udara
Adisucipto Yogyakarta. Sekitar tahun 1967, umat membuat
permohonan untuk dihadirkan seorang pastor bagi pelayanan rohani
yang mana hal tersebut direspon oleh Marsekal Pertama TNI A.
Alamsyah selaku Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) dengan
melayangkan surat permohonan kepada Romo Paroki Kotabaru agar
mendapat pelayanan rohani sekaligus pengajar Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kemudian pada perkembangan selanjutnya di tahun 1996,
menunjuk Romo. Yos Bintoro, Pr untuk melaksanakan pelayanan
Kategorial TNI AU di lingkungan Lembaga Pendidikan Akademi
Angkatan Udara (AAU). Untuk menciptakan kegiatan beriman dan
penerimaan sakramen ekaristi, tobat, pengurapan orang sakit yang
semakin intensif dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan,
maka pelayanan pastoral kategorial Romo Yos, Pr di lingkungan
diintegrasikan ke dalam Gereja Katolik Santo Mikael dalam “stasi”
Pangkalan. Pada tanggal 19 Agustus 2001, Gedung Gereja Katolik
Santo Mikael Pangkalan Adisucipto diresmikan dan diberkati oleh
Vikaris Episkopal (Vikep) DIY, Romo Jayasewaya, Pr, dimana gudang
tersebut merupakan bekas gudang senjata dan bengkel yang sudah tidak
digunakan lagi, sehingga selanjutnya diperuntukkan bagi bangunan
Gereja Katolik Santo Mikael.
2. Visi dan Misi Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
a. Visi
Umat Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisucipto adalah
keluarga umat beriman yang saling mencintai dan memuliakan
Tuhan demi semakin terwujudnya Kerajaan Allah melalui hidup
menggereja yang kontekstual, inklusif, bekerja sama dengan semua
pihak yang berkehendak baik sehingga mampu memberdayakan
setiap anggota gereja menjadi agen perubahan yang signifikan dan
relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Misi
Misi Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
diantaranya ialah sebagai berikut:
1) PSMPA memberdayakan potensi seluruh umat demi
pertumbuhan iman umat yang dewasa dan inklusif.
2) PSMPA membangun sistem kerja, cara komunikasi dan pola
pengambilan keputusan yang saling melayani.
3) PSMPA mengembangkan liturgi yang kontekstual dan
dialogis.
4) PSMPA menjalin kerjasama dengan semua pihak yang
berkehendak baik.
5) PSMPA berniat terlibat aktif dalam penanganan persoalan
sosial kemasyarakatan yang relevan dengan fokus perhatian
pada gerakan cinta tanah air dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup.
3. Batas Wilayah Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Batas-batas wilayah Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto ialah sebagai berikut:
a. Utara
Batas wilayah Utara Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto adalah Gereja Katolik Santa Maria Assumpta Babarsari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Timur
Batas wilayah Timur Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto adalah Gereja Katolik Marganingsih Kalasan.
c. Selatan
Batas wilayah Selatan Gereja Katolik Santo Mikael
Pangkalan Adisucipto meliputi:
1) Gereja Katolik Marganingsih Kalasan.
2) Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan.
d. Barat
Batas wilayah Barat Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto meliputi:
1) Gereja Katolik Kristus Raja Baciro.
2) Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Pringwulung.
4. Dewan Paroki Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Adapun Dewan Paroki dari Gereja Katolik Santo Mikael
Pangkalan Adisucipto yang bertugas untuk membantu dalam kegiatan
Pastoral, diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Dewan Harian
Dewan Harian meliputi:
1) Ketua.
2) Wakil Ketua I.
3) Wakil Ketua II.
4) Ketua-ketua Bidang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
5) Sekretaris.
6) Bendahara.
b. Dewan Inti
Dewan Inti meliputi:
1) Dewan Harian.
2) Ketua Koordinasi Kategorial.
3) Koordinator-koordinator Tim Kerja.
c. Dewan Pleno
Dewan Pleno meliputi:
1) Dewan Inti
2) Ketua-ketua Lingkungan
3) Ketua-ketua Kelompok Kategorial
4) Tokoh-tokoh.
D. Microsoft Access Paroki
Menurut MADCOMS (2011), Microsoft Office Access atau
Microsoft Access merupakan sebuah program yang diimplementasikan
sebagai sarana bagi pengguna dalam mengolah database. Dalam hal ini,
Keuskupan Agung Semarang (KAS) memberikan informasi-informasi
penyusunan laporan keuangan gereja, yang disajikan dalam bentuk
Microsoft Access. Informasi-informasi yang disajikan tersebut diantaranya
ialah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1. Jurnal
Berisi beberapa informasi mengenai jurnal umum, jurnal kas/bank,
jurnal DSP dan jurnal penyusutan AT.
2. Pemeliharaan Data
Berisi beberapa informasi mengenai rekening, grup rekening 1,
grup rekening 2, set rekening aktiva bersih, rekening untuk jurnal DSP,
tarif DSP, rekening aktiva tetap, update data dan nama gereja.
3. Laporan
Berisi beberapa informasi mengenai buku besar rekening, buku
besar grup rekening, cetak jurnal, laporan keuangan, judul laporan dan
format laporan lain-lain.
4. Aktiva Tetap
Berisi informasi mengenai kelola aktiva tetap dan daftar aktiva
tetap.
5. Anggaran
Berisi informasi mengenai input anggaran dan cetak anggaran.
6. Tutup Periode
Berisi beberapa informasi mengenai tutup bulan, tutup tahun dan
hapus data.
7. ID Pemakai
Berisi informasi mengenai ubah ID dan tambah ID.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
8. Keluar
Bagian yang digunakan apabila pengguna ingin keluar dari
aplikasi.
E. Microsoft Excel Paroki
Menurut Ananda (2011:2), Microsoft Office Excel atau Microsoft
Excel merupakan sebuah program yang membantu pengguna dalam
melakukan pengolahan data secara otomatis. Dalam hal ini, Keuskupan
Agung Semarang (KAS) memberikan informasi-informasi penyusunan
laporan keuangan gereja, yang disajikan dalam bentuk Microsoft Excel.
Informasi-informasi yang disajikan tersebut diantaranya ialah sebagai
berikut:
1. Nomor, Nama dan Saldo Akun
2. Laporan Buku Harian
3. Jurnal Umum
4. Buku Besar
5. Laporan Arus Kas
6. Berita Pengiriman Uang
7. Neraca
8. Neraca Rinci
9. Laporan Aktivitas
10. Laporan Aktivitas Rinci
11. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
12. Laporan Kewajiban Paroki Kepada Keuskupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Daftar Nama Narasumber Wawancara
Berikut merupakan nama-nama dari narasumber yang diwawancarai
oleh peneliti, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Tabel Daftar Nama Narasumber Wawancara
Nama Asal Gereja Jabatan Durasi
Wawancara
Software
Keuangan
Antonius Budiyanto
Gereja Katolik
Kristus Raja
Baciro
Bendahara 30 menit Microsoft
Access & Excel
Vincentia Ira
Pujowarno
Gereja Katolik
Santo Albetus
Agung Jetis
Bendahara 30 menit Microsoft Excel
YP. Aditya
Gereja Katolik
Santo Mikael
Pangkalan
Adisucipto
Operator
Sistem 1 jam Microsoft Excel
Romo Alfonsus
Yudono Suwondo PR.
Gereja Katolik
Santo Mikael
Pangkalan
Adisucipto
Romo
Paroki 25 menit Microsoft Excel
Sumber: Data Olahan
B. Deskripsi Data Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah studi kasus, yang
dilakukan terhadap ketiga Gereja Katolik yang diantaranya ialah Gereja
Katolik Kristus Raja Baciro, Gereja Katolik Santo Albertus Jetis dan Gereja
Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto. Subjek penelitian adalah
Romo Paroki, Bendahara, operator. Data dikumpulkan melalui observasi
dan wawancara. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengikuti
pelatihan terhadap penerapan sistem di Universitas Sanata Dharma,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sedangkan wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada
narasumber-narasumber yang menjadi subyek penelitian.
Dalam melakukan wawancara bersama dengan narasumber, peneliti
mengaitkan pertanyaan-pertanyaan dengan tiga konteks yang memengaruhi
penerimaan teknologi, yaitu konteks lingkungan, konteks organisasi, dan
konteks teknologi. Ketiga konteks tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
1. Environmental Context (Konteks Lingkungan)
Berikut merupakan hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA), berdasarkan konteks lingkungan:
a. Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Dalam hal mengenai kompetisi pasar, peneliti melakukan
wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access pada Gereja Katolik yang ada di Kevikepan Yogyakarta.
2) Pentingnya bagi sebuah gereja untuk menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang telah terkomputerisasi seperti
Microsoft Access.
3) Kemauan dari sebuah gereja untuk terus menggunakan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access pada
pengelolaan laporan keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
b. Trading Partner (Mitra)
Dalam hal mengenai mitra, peneliti melakukan wawancara
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Dorongan dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) terhadap
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access pada gereja-gereja yang ada di Kevikepan Yogyakarta.
2) Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) kepada gereja-gereja yang ada di Kevikepan
Yogyakarta, untuk mendukung penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
c. Regulators and/or Government Influence (Regulator dan Pengaruh
dari Pemerintah)
Dalam hal mengenai regulator dan pengaruh dari pemerintah,
peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Dorongan dari pemerintah terhadap berbagai gereja berkaitan
dengan penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti
Microsoft Access.
2) Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah terhadap gereja untuk
mendorong kelancaran dalam penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
3) Tekanan dari pemerintah dalam penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access terhadap gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
d. Availability of Information and Support (Ketersediaan Informasi
dan Dukungan)
Dalam hal mengenai adanya ketersediaan informasi dan
dukungan, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal
sebagai berikut:
1) Informasi yang disajikan pada Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
yang diterapkan saat ini.
2) Permasalahan atau keluhan selama menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan saat ini.
3) Tercukupinya informasi yang disajikan oleh Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang diterapkan saat ini.
2. Organizational Context (Konteks Organisasi)
Berikut merupakan hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA), berdasarkan konteks organisasi:
a. Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat Atas)
Dalam hal mengenai dukungan yang diberikan oleh
manajemen tingkat atas, peneliti melakukan wawancara untuk
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapat Romo Paroki terhadap penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access di gereja.
2) Peran aktif dari Romo Paroki terhadap penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access di gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3) Pendapat dari Ketua Dewan Paroki (pihak lain) mengenai Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti apa yang dibutuhkan oleh
gereja.
b. Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Dalam hal mengenai pihak yang dipercaya oleh organisasi,
peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Pihak-pihak yang menentukan penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) di Gereja.
2) Pertimbangan dalam penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA).
3) Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diharapkan oleh gereja.
c. Organization Size and Resouces (Ukuran dan Sumber Daya
Organisasi)
Dalam hal mengenai ukuran dan sumber daya organisasi,
peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Stasi yang dimiliki oleh gereja.
2) Perkiraan jumlah umat dalam gereja.
3) Kesiapan gereja dalam menerapkan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) seperti Microsoft Access.
4) Sumber daya yang dimiliki oleh gereja.
5) Standar khusus bagi operator atau pengguna software akuntansi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3. Technological Context (Konteks Teknologi)
Berikut merupakan hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA), berdasarkan konteks teknologi:
a. Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Dalam hal mengenai keuntungan relatif, peneliti melakukan
wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Manfaat yang didapatkan oleh gereja dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
2) Perbandingan antara biaya dan upaya penerapan sistem dengan
manfaat yang diperoleh.
3) Sudah sejalankah sistem yang diterapkan dengan tujuan gereja.
b. Compatibility (Kompatibilitas)
Dalam hal mengenai kompatibilitas, peneliti melakukan
wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Konsistensi terhadap Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang
sedang digunakan oleh gereja saat ini.
2) Konsistensi penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sudah
sesuai atau belum dengan dengan standar PPAP KAS.
3) Wujud dari keselarasan penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) dengan tujuan organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
c. Complexity (Kompleksitas)
Dalam hal mengenai kompleksitas, peneliti melakukan
wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Kerumitan yang dialami oleh pengguna dalam menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
2) Bentuk kerumitan yang dialami oleh pengguna dalam
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access.
3) Upaya yang dilakukan untuk menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
d. Trialability (Kemampuan Ujicoba)
Dalam hal mengenai kemampuan ujicoba, peneliti
melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Ujicoba yang pernah dilakukan oleh gereja terhadap penerapan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access.
2) Hasil ujicoba terhadap format Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
seperti Microsoft Access.
3) Perbandingan antara penggunaan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) seperti Microsoft Access dengan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang pernah digunakan sebelumnya. .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
C. Analisis Data
1. Narasumber 1
a. Environmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, beliau menjelaskan bahwa penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access belum dilakukan
secara menyeluruh terhadap seluruh Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan, sewaktu
diadakan pelatihan setiap bendahara gereja yang datang
diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri sistem yang
ingin diterapkan antara Microsoft Access atau Microsoft Excel,
sehingga gereja hanya mengikuti keputusan yang telah
ditetapkan. Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai
berikut.
“Jadi ada beberapa memang tidak menggunakan access tetapi
menggunakan versi excel. Kemarin juga diadakan pertemuan
untuk pelatihan access, kemudian memilih ingin menggunakan
access atau excel,…”
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, dikatakan bahwa sistem yang telah terkomputerisasi
seperti Microsoft Access menjadi penting sekali. Hal tersebut
dikarenakan sistem yang telah terkomputerisasi tersebut
memberikan kemudahan dalam proses pembuatan Rencana
Anggaran Belanja (RAB), estimasi biaya di tahun yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
datang, dan sebagainya. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Menurut saya pasti penting sekali, karena nantinya akan
membantu dalam proses pembuatan RAB, estimasi, dan
sebagainya.”
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, dikatakan bahwa pihak Keuskupan Agung Semarang
(KAS) saat ini belum menentukan harus menggunakan salah
satu dari format sistem yang telah disediakan bagi setiap gereja
di Kevikepan Yogyakarta, yaitu Microsoft Access dan
Microsoft Excel. Namun demikian, permintaan dari keuskupan
sekiranya harus dilayani dengan baik oleh tiap-tiap gereja, serta
mengikuti setiap keputusan-keputusan yang ditetapkan.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Secara kebijakan memang tidak. Keuskupan belum
menentukan harus. Kalau menurut saya silahkan. Yang
penting apa yang diminta dari keuskupan bisa dilayani dengan
baik dari gereja, meskipun modelnya apa. Nanti kalau
keuskupan sudah memutuskan model yang harus digunakan,
maka harus kita patuhi.”
2) Trading Partner (Mitra)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, dikatakan bahwa pihak Keuskupan Agung Semarang
(KAS) selama ini sudah memberikan dorongan-dorongan
dalam penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti
Microsoft Access di gereja. Dorongan yang telah diberikan
tersebut berupa konsultasi yang diperuntukkan bagi setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
gereja yang mengalami kesulitan dalam penerapan sistem
tersebut. Konsultasi tersebut dapat dilakukan secara individu
atau bersama-sama. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Yang jelas, pihak Keuskupan Agung Semarang (KAS)
terbuka untuk adanya konsultasi. Jadi, kalau mengalami
kesulitan tinggal disampaikan dan mereka akan datang.”
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, beliau menjelaskan bahwa terdapat fasilitas-fasilitas
yang telah diberikan oleh pihak Keuskupan Agung Semarang
(KAS), yang digunakan untuk mendukung terlaksananya
penerapan sistem tersebut. Fasilitas-fasilitas tersebut
diantaranya ialah pelatihan penggunaan software, format
Microsoft Access dan Microsoft Excel, serta konsultasi.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Fasilitas yang sudah diberikan oleh pihak Keuskupan Agung
Semarang (KAS) untuk mendukung hal tersebut diantaranya
ialah pelatihan pada kedua program yaitu access dan excel.
Kemudian pihak Kesukupan Agung Semarang (KAS) juga
memberikan software secara gratis, serta penyediaan
konsultasi.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan
Pengaruh Pemerintah)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, dikatakan bahwa pemerintah selama ini belum
memberikan sumbangsih berupa sistem yang diperuntukkan
bagi gereja. Beliau juga memberikan pendapat bahwa gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berhubungan dengan keagamaan, sehingga pemerintah tidak
dapat berpartisipasi secara langsung. Penjelasan tersebut
didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Kalau selama ini pemerintah belum ada membuatkan sistem
untuk gereja dan sejauh ini hanya dari keuskupan.”
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan
Informasi dan Dukungan)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
dikatakan bahwa informasi yang disajikan pada format
Microsoft Access dan Microsoft Excel yang digunakan oleh
gereja sangat banyak. Informasi-informasi tersebut misalnya
seperti kas yang terdiri dari kas pendidikan, kas Danpamis, dan
sebaganinya, dimana keseluruhan informasi tersebut nantinya
akan dikelola oleh bendahara menggunakan Microsoft Access.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Untuk informasi yang disajikan baik dari versi access dan
excel banyak sekali…”
Berkaitan dengan informasi yang telah disajikan, Pak
Budi berpendapat bahwa untuk sejauh ini informasi-informasi
yang telah disajikan tersebut telah cukup memadai bagi gereja.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Menurut saya, informasi-informasi yang ada dari kedua
sistem sudah cukup memadai.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat
Atas)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, beliau menjelaskan bahwa tidak menjadi masalah bagi
Romo Paroki terhadap sistem yang ingin diterapkan oleh gereja.
Hal penting yang harus dilakukan oleh gereja ialah dapat
mempertanggungjawabkan hasil atas laporan keuangan yang
telah dibuat kepada pihak Keuskupan Agung Semarang (KAS).
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Menurut pendapat dari Romo Paroki sendiri tidak masalah
ingin menggunakan yang mana, …”
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
peran aktif dari Romo Paroki diantaranya ialah memberikan
pendapat serta memutuskan posisi akun yang akan
dimasukkan. Hal tersebut dilakukan oleh Romo Paroki apabila
bendahara mengalami kebingungan terhadap akun yang masih
berwarna abu-abu. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Kalau Romo Paroki lebih kepada pertimbangan-
pertimbangan.”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Berdasarkan hasil wawancara bersama Pak Budi, beliau
memberikan pendapat bahwa pihak-pihak yang menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang digunakan oleh gereja
ialah bendahara. Dalam hal ini, Romo Paroki juga menyerahkan
keputusan penggunaan sistem kepada bendahara gereja.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Pihak-pihak yang menentukan penerapan sistem yang ingin
digunakan yaitu bendahara sendiri.”
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak
Budi, dikatakan bahwa penerapan kedua sistem tanpa memilih
salah satu dari kedua sistem tersebut ialah untuk membuat
penerapan Microsoft Access tetap berjalan. Jika hal tersebut
tidak dilakukan, maka hanya Pak Budi yang akan
melaksanakan kegiatan pengelolaan laporan keuangan di
gereja, sehingga pihak-pihak lain seperti tim access tidak
memiliki kegiatan. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Menurut pendapat saya pribadi, yang menjadi pertimbangan
untuk menerapkan kedua sistem tersebut dan tidak memilih
salah satu ialah yang pertama supaya tim access tetap
berjalan.”
3) Organization Size and Resources (Ukuran dan Sumber
Daya Organisasi)
Berdasarkan wawancara bersama Pak Budi, beliau
mengatakan bahwa dengan ukuran gereja yang tidak memiliki
stasi serta jumlah umat yang mencapai kira-kira 3200an jiwa,
gereja ini telah siap untuk menggunakan Microsoft Access dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Microsoft Excel secara bersamaan. Penjelasan tersebut didasari
oleh pernyataan sebagai berikut.
“Menurut saya, dari gereja sendiri sudah siap menggunakan
kedua format sistem tersebut yaitu access dan excel.”
Berdasarkan wawancara bersama Pak Budi, beliau
mengatakan bahwa gereja memiliki dua bagian tim dalam
melakukan proses pengelolaan keuangannya, yang
diantaranya ialah tim bendahara dan tim akuntansi. Dalam hal
ini, tim akuntansi berjumlah kurang lebih 3 atau 5 orang,
dimana mereka bertugas sebagai pihak yang melakukan
persiapan awal serta menanggapi berbagai pertanyaan yang
muncul dari pengguna lain yang sedang menjalankan.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Disini ada bendahara dan tim akuntansi.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
peneliti mendapati bahwa terdapat manfaat yang diterima oleh
gereja terutama bendahara, dengan menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access. Yang
pertama ialah lebih cepat menampilkan data-data yang ingin
dilihat, karena pengguna hanya mengetik kemudian langsung
terlihat di LCD. Sedangkan dengan menggunakan Microsoft
Excel pengguna harus mencari file yang diinginkan terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dahulu. Yang kedua ialah membantu dalam mengestimasikan
perencanaan dana di tahun yang akan datang, dimana salah
satunya ialah proses pembuatan Rencana Anggaran Belanja
(RAB). Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai
berikut.
“Yang jelas, meskipun dengan menggunakan excel bisa
kelihatan, tetapi dengan access ini lebih cepat.”
2) Compability (Kompatibilitas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
beliau menyatakan bahwa sejauh ini dalam penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dan
Microsoft Excel sudah konsisten. Hal tersebut ditandai dengan
data-data yang disajikan pada format dari kedua program belum
mengalami perubahan atau penambahan. Penjelasan tersebut
didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Menurut pendapat saya, untuk sejauh ini penerapannya sudah
konsisten.”
3) Complexity (Kompleksitas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
peneliti menemukan bahwa ketika pengguna yang menjalankan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Excel tidak
mengalami kesulitan, namun mengalami kebingungan pada
awal menerapkan Microsoft Access. Kesulitan yang dialami
oleh pengguna terletak pada pembuatan laporan keuangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dianggap agak sulit, karena untuk mengawalinya pengguna
harus memiliki jumlah kas terakhir dan sebagainya. Selain itu,
pengguna juga mengalami kesulitan dalam memahami
mengenai istilah kas pembanding. Penjelasan tersebut didasari
oleh pernyataan sebagai berikut.
“Untuk pengguna sendiri, dalam penggunaan excel tidak
mengalami masalah, tetapi dalam penggunaan access
mengalami kebingungan pada awalnya.”
“Bentuk kerumitan itu sendiri salah satunya mengenai kas
pembanding, dimana operator atau pengguna belum
memahaminya.”
4) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Budi,
beliau mengatakan bahwa sejauh ini uji coba terhadap
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access dan Microsoft Excel sudah dilakukan selama dua kali di
tahun 2018. Pada awalnya, pelatihan tersebut akan diadakan
selama 12 kali pertemuan. Namun, untuk tahun 2019 belum
dilaksanakan kembali. Selain itu di dalam uji coba kedua
program terutama Microsoft Access, pengguna harus membuat
kas awal dan rekening terlebih dahulu pada awal pembuatan,
sehingga dalam proses pembuatan pengguna membutuhkan
konsultan dan setelahnya pengguna dapat mengentri sendiri.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Untuk ujicoba atau pelatihan sudah mengikuti sebanyak dua
kali yang dilaksanakan di tahun 2018.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
“Pada awalnya memang ketika access ini harus membuat
terlebih dahulu data kas awal dan rekeningnya.”
2. Narasumber 2
a. Environmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira,
ditemukan bahwa dalam mengelola keuangan di gereja lebih
baik untuk menerapkan sistem yang sudah terkomputerisasi
sepeti Microsoft Access, tetapi data-data manual juga perlu
dipersiapkan. Namun demikian, narasumber juga berpendapat
bahwa tidak diharuskan bagi setiap Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta untuk menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dalam pengelolaan
laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan setiap gereja
memiliki sumber daya dan kemampuan yang berbeda-beda,
sehingga harus menyesuaikan. Penjelasan tersebut didasari
oleh pernyataan sebagai berikut.
“Belum semuanya memakai access. Lebih banyak yang
menggunakan excel.”
“Ya baiknya memang begitu menggunakan data yang ada di
komputer, tetapi manual juga ada.”
“Ya asas manfaat saja sesuai kemampuan gereja masing-
masing. Karena satu Kevikepan itu kan tidak sama rata
kekuatannya, kemampuannya.”
2) Trading Partner (Mitra)
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Ira, peneliti
mendapati bahwa selama ini pihak Keuskupan Agung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Semarang (KAS) telah memberikan dukungan bagi gereja
dalam menerapkan sistem yang telah diberikan. Dukungan-
dukungan tersebut diwujudkan dengan adanya pemberian
fasilitas-fasilitas berupa software Microsoft Access dan
Microsoft Excel, pelatihan, serta buku panduan dalam
menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan format dari
Keuskupan Agung Semarang (KAS). Penjelasan tersebut
didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Fasilitas yang diberikan berupa software Microsoft Excel
versi dari keuskupan, pelatihan, serta buku panduan.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan
Pengaruh dari Pemerintah)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Ira,
dikatakan bahwa selama ini dari pemerintah belum pernah
memberikan dorongan berupa sistem untuk mengelola laporan
keuangan di gereja. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Menurut saya sejauh ini belum ada.”
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan
Informasi dan Dukungan)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira,
peneliti mendapati bahwa sejauh ini informasi yang disajikan
di dalam format Microsoft Excel yang dijalankan oleh gereja
telah disediakan secara lengkap dan lumayan memadai bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
gereja dalam mengelola laporan keuangan. Narasumber juga
berpendapat bahwa informasi-informasi yang disajikan tidak
jauh berbeda ketika mengelola secara manual. Informasi-
informasi tersebut diantaranya ialah buku besar, buku kas, serta
neraca rinci. Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan
sebagai berikut.
“Informasi yang disediakan lengkap.”
“Menurut saya untuk informasi yang disajikan sudah lumayan
memadai.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat
Atas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira, beliau
berpendapat bahwa selama ini Romo Paroki memiliki peran
dalam melakukan pengecekan. Pengecekan tersebut dilakukan
ketika penyusunan laporan keuangan tersebut sudah selesai.
Kemudian jika tidak didapati kesalahan, maka Romo Paroki
akan menandatangani. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Dari Romo hanya melakukan pengecekan. Jadi, jika
bendahara sudah selesai tinggal mengecek, kemudian tanda
tangan.”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Ira,
menyampaikan bahwa dalam menentukan Sistem Informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Akuntansi (SIA) yang akan dijalankan merupakan kesepakatan
dari semua bendahara, dimana penentuan tersebut disesuaikan
dengan kenyamanan dan kebutuhan gereja. Dalam menentukan
penerapan sistem tersebut, bendahara juga mempertimbangkan
ukuran gereja yang tidak terlalu memiliki banyak stasi atau
wilayah belum memerlukan Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
seperti Microsoft Access. Selain itu, terdapat hal yang
ditakutkan oleh narasumber yaitu dimisalkan salah dalam
memasukkan transaksi, maka harus mengulang dari awal.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Ya kesepakatan dari semua bendahara kita mau
menggunakan yang mana.”
“Ya karena kami tidak terlalu banyak stasi atau wilayah, lebih
sederhana.”
3) Organization Size and Resources (Ukuran dan Sumber
Daya Organisasi)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira, beliau
mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki oleh Gereja
Katolik Santo Albertus Agung Jetis sudah mencukupi. Sumber
daya tersebut diantaranya ialah tim bendahara, dimana mereka
sudah memiliki pemahaman mengenai dasar-dasar akuntansi.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Untuk sumber daya disini sudah mencukupi. Kebetulan di tim
bendahara ada yang sudah memahami dasar-dasar akuntansi,
jadi sudah lumayan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira,
peneliti mendapati adanya manfaat yang diperoleh gereja
dengan menjalankan Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
tersebut. Salah satu diantaranya ialah membantu dan
memudahkan dalam pengecekan jumlah dana yang dimiliki
oleh gereja, serta kewajiban-kewajiban yang dimiliki.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Manfaat yang didapat yaitu lebih memudahkan dalam
pengecekan jumlah dana yang dimiliki oleh gereja, kemudian
yang menjadi kewajiban apa saja.”
2) Compability (Kompatibilitas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira, beliau
memberikan pendapat bahwa untuk sejauh ini format dari
program Microsoft Excel yang dijalankan sudah konsisten dan
belum mengalami perubahan atau tambahan, serta sesuai
dengan standar PPAP Keuskupan Agung Semarang (KAS).
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Menurut saya sudah konsisten, karena sudah menggunakan
program excel sejak tahun 2012.”
“Menurut saya sudah konsisten dan sesuai dengan standarisasi
dari PPAP KAS.”
3) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Ibu Ira, beliau
memberikan pendapat bahwa gereja telah mengikuti pelatihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang dilaksanakan oleh Keuskupan Agung Semarang (KAS)
selama dua kali pertemuan. Lokasi pelatihan bertempat di
Universitas Sanata Dharma. Untuk pelatihan pertama di tahun
2017, para peserta pelatihan diberikan pengenalan mengenai
format dari program Microsoft Access dan Microsoft Excel dari
keuskupan. Sedangkan pada tahun 2018, para peserta diberikan
pelatihan penerapan Microsoft Access. Penjelasan tersebut
didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Kalau untuk ujicoba atau pelatihan sudah kami ikuti.”
3. Narasumber 3
a. Environmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
peneliti mendapati bahwa penting bagi sebuah gereja untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi seperti Microsoft
Access dan Microsoft Excel. Dengan menerapkan sistem yang
sudah terkomputerisasi, akan memberikan kemudahan dalam
memantau dan mengawasi proses penyusunan laporan
keuangan.
Narasumber juga memberikan pendapat mengenai
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access, terhadap seluruh Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta. Menurut beliau, akan lebih terintegrasi jika setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
gereja menerapkan sistem yang serupa. Namun hal tersebut
tidak dapat dilakukan mengingat sumber daya dan kemampuan
yang dimiliki oleh masing-masing gereja berbeda-beda,
sehingga harus menyesuaikan. Hal tersebut dialami oleh Gereja
Katolik Santo Mikael Adisucipto, dimana operator dan
bendahara tidak berasal dari jurusan akuntansi. Penjelasan
tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Lebih bisa termonitor dan terkontrol.”
“…, kendalanya di masing-masing gereja adalah sumber daya
manusianya.”
2) Trading Partner (Mitra)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau mengatakan bahwa selama ini pihak Keuskupan Agung
Semarang (KAS) telah memberikan dorongan bagi gereja-
gereja dalam menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA).
Bentuk dorongan tersebut berupa failitas-fasilitas yang
diantaranya ialah pelatihan, format dari program yang akan
dijalankan, serta buku panduan. Penjelasan tersebut didasari
oleh pernyataan sebagai berikut.
“Fasilitas yang sudah diberikan oleh keuskupan diantaranya
berupa buku panduan, dan biasanya ada pelatihan-pelatihan.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan
Pengaruh Pemerintah)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau menyatakan bahwa selama ini pemerintah belum pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
memberikan rekomendasi sistem yang khusus diperuntukkan
bagi gereja, dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan
demikian, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
oleh setiap gereja berasal dari Keuskupan Agung Semarang
(KAS). Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai
berikut.
“Sejauh ini tidak ada sistem dari pemerintah yang
diperuntukkan khusus bagi gereja.”
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan
Informasi dan Dukungan)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau mengatakan bahwa terdapat beberapa informasi yang
disajikan melalui sistem yang diterapkan saat ini. Informasi-
informasi tersebut diantaranya ialah laporan arus kas, aktivitas,
dan neraca. Namun ketika gereja akan melaporkan hasil
penyusunan laporan keuangan kepada Keuskupan Agung
Semarang (KAS), gereja hanya mengirimkan laporan arus kas
beserta dengan lampiran.
Narasumber juga memberikan pendapat bahwa
informasi-informasi yang disajikan melalui sistem yang sedang
digunakan saat ini sudah memadai. Dengan demikian,
informasi-informasi tersebut membantu dan memberikan
acuan bagi bendahara dalam penyusunan RAPB. Penjelasan
tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
“Biasanya informasi yang disajikan seperti laporan arus kas,
aktivitas, neraca, …”
“Sudah memadai. Kemarin untuk penyusunan RAPB kan
basicnya juga dari sini, jadi lumayan membantu.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau mengatakan bahwa narasumber selaku operator adalah
pihak yang menentukan penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) yang ingin diterapkan yaitu Microsoft Excel. Hal tersebut
dikarenakan, beliau merupakan satu-satunya perwakilan yang
mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh keuskupan,
sehingga beliau yang memutuskan sistem yang akan diterapkan
oleh gereja. Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan
sebagai berikut.
“Karena waktu diadakan pelatihan yang berangkat hanya saya,
bendahara yang lama tidak ada yang bisa berangkat. Otomatis
saya yang menentukan.”
2) Organization Size and Resources (Ukuran dan Sumber
Daya Organisasi)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau memberikan pendapat bahwa gereja masih belum siap
untuk menerapkan program yang diberikan oleh keuskupan. Hal
tersebut dikarenakan operator dan bendahara masih mengalami
kesulitan dalam menerapkannya. Kesulitan-kesulitan tersebut
diantaranya ialah ketika menggabungkan sheet akan mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
perubahan karena di link. Selain itu, ketika operator dan
bendahara akan merubah nama-nama bendahara lama ke
bendahara baru, harus melapor kepada keuskupan terlebih
dahulu untuk mengganti. Hal tersebut juga terjadi ketika
operator dan bendahara ingin merubah nama Pastor. Penjelasan
tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Kalau menurut saya gereja masih belum siap untuk
menerapkannnya.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau mengatakan bahwa adanya manfaat yang diperoleh
gereja dengan menjalankan program tersebut. Manfaat pertama
ialah memberikan kemudahan kepada bendahara untuk
mengawasi keuangan gereja setiap bulan. Yang kedua ialah
membantu bendahara dalam melakukan proses penyusunan
RAPB. Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai
berikut.
“Manfaat yang didapat itu diantaranya untuk mengontrol
keuangan setiap bulan, serta untuk penyusunan RAPB.
Terbantu untuk prosesnya.”
2) Compability (Kompatibilitas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Pak Didit,
beliau mengatakan bahwa sejauh ini sistem yang digunakan
oleh gereja sudah konsisten. Hal tersebut terlihat pada akun-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
akun yang disajikan tidak mengalami perubahan atau
penambahan. Namun demikian, narasumber berpendapat bahwa
untuk perkembangan ke depan, dimungkinkan keuskupan akan
memberikan perubahan atau penambahan terhadap informasi-
informasi yang disajikan di dalam sistem tersebut. Penjelasan
tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Untuk penggunaanya sistem sendiri sudah konsisten.”
4. Narasumber 4
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau memberikan pendapat mengenai penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dan
Microsoft Excel. Beliau mengatakan bahwa kedua sistem
tersebut baik dalam rangka penyusunan laporan keuangan yang
akuntabilitas dan transparansi. Selain itu, beliau juga
memberikan pendapat bahwa Keuskupan Agung Semarang
(KAS) memiliki tujuan utama yaitu menciptakan semangat
yang lebih besar di dalam mengelola keuangan gereja, sehingga
tidak hanya sekedar untuk menerapkannya.
Berdasarkan wawancara tersebut, beliau juga
memberikan pendapat bahwa sistem dalam bentuk manual
lebih mudah dalam penerapannya. Hal tersebut dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sistem manual memudahkan dalam berjaga-jaga ketika
diperlukan dalam keadaan mendesak. Secara teknis, sistem
yang sudah terkomputerisasi lebih cepat dan terukur dalam
penggunaannya. Namun demikian, sebuah sistem dapat
menjadi tidak pasti atau mengalami kekeliruan. Penjelasan
tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Saya kira kedua-duanya baik dalam rangka akuntabilitas dan
transparansi tadi memang menggunakan kemajuan teknologi
yang ada.”
“Saya kira untuk manual yang paling mudah untuk berjaga-
jaga, karena kalau untuk yang komputer itu sistemnya bisa
error dan tidak pasti, meskipun secara teknis lebih cepat dan
terukur.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat
Atas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau selaku Romo Paroki Adisucipto mengatakan bahwa
beliau berperan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen yang dibuat, terutama mengenai
laporan keuangan. Romo Paroki akan memeriksa terlebih
dahulu untuk melihat apakah dokumen-dokumen tersebut sudah
dapat dinyatakan kebenarannya atau belum. Jika dokumen-
dokumen tersebut sudah dinyatakan benar, maka Romo akan
langsung menandatangani. Namun jika masih ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kesalahan terhadap dokumen-dokumen tersebut, maka harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Berhubungan dengan Dewan Paroki, Romo Wondo
memberikan pendapat bahwa mereka menerima adanya
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Excel dari keuskupan. Hal yang diharapkan ialah hendaknya
dalam membuat sistem bagi gereja diperlukan adanya updating
data secara terus-menerus, mengingat adanya kemungkinan
bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh gereja.
Selain itu, diharapkan juga bahwa sistem yang sedang berjalan
tidak hanya sekedar diterapkan, melainkan juga memberikan
hasil yang jelas. Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan
sebagai berikut.
“Tentu saya sebagai Romo disini pasti mengawasi dan
memeriksa.”
“Saya kira hampir semua bagian dari gereja ini menerima, …”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau memberikan pendapat mengenai pihak-pihak yang
menentukan penerapan sistem yang ingin dijalankan oleh
gereja. Romo Wondo mengatakan bahwa ketika beliau datang
sekitar dua tahun yang lalu, semua sudah berjalan seperti yang
telah diputuskan oleh operator sistem. Untuk saat ini, yang
harus dilakukan ialah memelihara sistem tersebut serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengikuti update-update terbaru. Penjelasan tersebut didasari
oleh pernyataan sebagai berikut.
“Yang jelas, saya datang kesini sudah semua berjalan.”
3) Organization Size and Resources (Ukuran dan Sumber
Daya Organisasi)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau memberikan pendapat bahwa Gereja Katolik Santo
Mikael Adisucipto diperkaya dengan sumber daya manusia
yang cukup memadai. Sumber daya manusia tersebut
diantaranya ialah bagian sekretariat, operator, dan bendahara.
Selain itu, terdapat juga peran aktif dari pendahulu-pendahulu
yang berkaitan dengan bagian-bagian tersebut, serta para dosen
yang memiliki kemauan untuk berpartisipasi aktif di dalamnya,
dimana dosen-dosen tersebut juga bertempat tinggal di gereja.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Disini kebetulan, gereja ini diperkaya dengan sumber daya
manusia yang cukup memadai.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau memberikan pendapat mengenai manfaat yang diperoleh
dengan menjalankan sistem tersebut. Manfaat tersebut ialah
penyusunan laporan keuangan dapat berjalan secara cepat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terukur, serta terdokumentasi. Penjelasan tersebut didasari oleh
pernyataan sebagai berikut.
“Yang jelas itu tadi, cepat, terukur dan terdokumentasi.”
2) Compability (Kompatibilitas)
Berdasarkan wawancara bersama dengan Romo Wondo,
beliau memberikan pendapat bahwa pada intinya sistem yang
sedang dijalankan saat ini sudah konsisten, terutama dalam
penggunaan akun-akunnya. Namun demikian, untuk ke
depannya harus tetap diadakan perubahan atau penambahan
terhadap informasi-informasi yang disajikan. Hal tersebut
dikarenakan banyak informasi-informasi yang seharusnya
disajikan di dalam sistem tersebut, tetapi tidak dimunculkan.
Penjelasan tersebut didasari oleh pernyataan sebagai berikut.
“Ya pasti memang harus ada. Karena memang terkadang
banyak info-info yang harusnya ada tetapi tidak ada karena
sistemnya tidak masuk.”
Tabel 5.2. Tabel Ringkasan Sumber Daya Paroki
Nama Gereja Jumlah
Operator
Jumlah
Bendahara
Jumlah
Umat
Gereja Katolik Kristus Raja Baciro 1 orang 3 orang 3200 jiwa
Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis 1 orang 4 orang 3000 jiwa
Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan
Adisucipto 1 orang 3 orang 1012 jiwa
Sumber: Data Olahan
D. Hasil Penelitian dan Interpretasi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti
menemukan bahwa ketiga gereja yaitu Gereja Katolik Kristus Raja Baciro,
Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis, dan Gereja Katolik Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Mikael Pangkalan Adisucipto, memiliki perbedaan pendapat berkaitan
dengan penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access. Pendapat-pendapat tersebut dijelaskan berdasarkan tiga konteks
dalam penerimaan teknologi, yang diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Environmental Context (Konteks Lingkungan)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh narasumber dari
setiap gereja, dijelaskan bahwa penerapan sistem yang telah
terkomputerisasi seperti Microsoft Access sangatlah penting, terutama
dalam proses pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Namun
demikian, penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti
Microsoft Access sejauh ini belum dilakukan secara menyeluruh
terhadap setiap Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta, dimana hal
tersebut dikarenakan setiap gereja diberikan kebabasan untuk
menentukan pilihan terhadap sistem yang ingin diterapkan.
Berkaitan dengan regulator atau pemerintah, narasumber
menyampaikan bahwa selama ini pihak-pihak tersebut belum pernah
memberikan kontribusi atau sarana berupa sistem yang diperuntukkan
khusus bagi sebuah gereja. Hal tersebut dikarenakan gereja
berhubungan dengan keagamaan, sehingga pemerintah tidak dapat
berpartisipasi secara langsung.
2. Organizational Context (Konteks Organisasi)
Dalam hal ini, Romo Paroki berperan aktif dalam penerapan
kedua sistem tersebut, terutama dalam memberikan masukkan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
bendahara yang masih mengalami kebingungan, melakukan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang telah
selesai, serta memberikan tandatangan apabila laporan keuangan
tersebut telah dinyatakan kebenarannya.
Dalam menentukan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang ingin
diterapkan, gereja memberikan kepercayaan kepada bendahara atau
operator. Pihak-pihak yang telah dipercaya tersebut merupakan orang-
orang yang pada umumnya telah mengikuti pelatihan penerapan
Microsoft Access, yang dilaksanakan oleh Keuskupan Agung Semarang
(KAS). Penentuan terhadap sistem yang ingin diterapkan tersebut
disesuaikan dengan kenyamanan, kebutuhan, serta kemampuan gereja
dalam menerapkannya.
Adapun sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing gereja
sangatlah beragam dan telah memadai. Yang pertama ialah Gereja
Katolik Kristus Raja Baciro terbagi menjadi 2 bagian yaitu tim
bendahara dan tim access, dimana untuk tim access sendiri bertugas
untuk melakukan persiapan awal. Yang kedua ialah Gereja Katolik
Santo Albertus Agung, dimana gereja ini memiliki tim bendahara yang
diantaranya sudah memiliki pemahaman mengenai dasar-dasar
akuntansi. Kemudian yang terakhir ialah Gereja Katolik Santo Mikael
Pangkalan Adisucipto, dimana gereja ini memiliki sumber daya yang
diantaranya ialah bagian sekretariat, operator, dan bendahara, dimana
para pendahulu serta dosen-dosen turut berperan aktif di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
3. Technological Context (Konteks Teknologi)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap ketiga
gereja yang dituju, ditemukan bahwa adanya manfaat yang diperoleh
dengan menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA), baik dalam
penerapan Microsoft Access maupun Microsoft Excel. Manfaat-
manfaat tersebut ialah memberikan kemudahan bagi tim bendahara
dalam melakukan pengawasan keuangan gereja setiap bulan, dapat
menampilkan data-data di LCD dalam rentang waktu yang lebih cepat,
membantu dalam mengestimasikan Rencana Anggaran Belanja (RAB),
membantu dalam melakukan pemeriksaan terhadap jumlah dana dan
kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh gereja, serta penyusunan
laporan keuangan menjadi lebih cepat, terukur, dan terdokumentasi.
Untuk informasi-informasi yang disajikan pada program yang
telah diberikan oleh pihak Keuskupan Agung Semarang (KAS) sudah
konsisten, terutama berkaitan dengan akun-akun yang digunakan.
Namun demikian, diharapkan untuk perkembangan kedepannya
informasi-informasi yang sudah tersajikan dapat ditambahkan. Hal
tersebut harus dilakukan, dengan mengingat bahwa kebutuhan setiap
gereja akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Dalam penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA), narasumber
dari Gereja Katolik Kristus Raja Baciro mengatakan bahwa gereja
sempat mengalami kesulitan dalam penerapan Microsoft Access.
Kesulitan tersebut terletak pada pembuatan laporan keuangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
harus diawali dengan jumlah kas terakhir dan sebagainya. Selain itu,
pengguna juga mengalami kesulitan dalam memahami istilah kas
pembanding.
Dalam proses uji coba terhadap penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yaitu Microsoft Access maupun Microsoft Excel,
pihak Keuskupan Agung Semarang (KAS) melaksanakan kegiatan
tersebut selama rentang waktu yang telah ditentukan. Namun demikian,
pelaksanaan uji coba tersebut belum dapat terlaksana sesuai dengan
target yang telah ditentukan. Hal tersebut menyebabkan pengguna masih
mengalami kesulitan dalam memahami penerapan sistem tersebut,
terutama tim bendahara yang baru mengalami regenerasi anggota baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel 5.3. Tabel Hasil Penelitian dan Rekomendasi
Sumber: Data Olahan
No. Kriteria Fakta Penyebab Resiko Rekomendasi
1. Penerapan sistem pada setiap
Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta ditentukan oleh
Keuskupan Agung Semarang
(KAS), yang kemudian
diarahkan seluruhnya ke
Microsoft Access.
Seluruh Gereja Katolik di
Kevikepan Yogyakarta
diberikan kebebasan untuk
memilih diantara Microsoft
Access dan Microsoft
Excel.
Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA)
seperti Microsoft Access
terhadap seluruh Gereja
Katolik di Kevikepan
Yogyakarta hanya sebuah
rekomendasi.
Penerapan Microsoft
Access terhadap seluruh
gereja di Kevikepan
Yogyakarta tidak
terlaksana.
Mengarahkan seluruh
Gereja Katolik di
Kevikepan
Yogyakarta untuk
menerapkan Microsoft
Access secara
serentak.
2. Pihak Keuskupan Agung
Semarang (KAS) mengadakan
pelatihan dengan jumlah
pertemuan yang mencukupi.
Jumlah pertemuan yang
telah diberikan oleh
Keuskupan Agung
Semarang (KAS) terhadap
pelatihan penerapan sistem
dirasa kurang mencukupi.
Kemungkinan pihak dari
Keuskupan Agung
Semarang (KAS) belum
menemukan waktu yang
tepat untuk mengadakan
pelatihan kembali.
Masih ditemukan
gereja-gereja yang
mengalami kesulitan
dalam menerapkan
sistem tersebut.
Mengadakan pelatihan
dengan jumlah yang
cukup, kira-kira 1-2
kali pertemuan setiap
minggu.
3. Penerimaan karyawan gereja
terutama bendahara,
pendidikan minimal D3
Akuntansi.
Masih ditemukan
karyawan gereja yang tidak
menempuh pendidikan D3
Akuntansi.
Ketika meneriman
karyawan, terkadang gereja
masih tidak menggunakan
kriteria tersebut, melainkan
mencari umat gereja yang
kira-kira bersedia.
Karyawan-karyawan
yang tidak menempuh
pendidikan minimal D3
Akuntansi mengalami
kesulitan dalam
penyusunan laporan
keuangan, sehingga
menghambat proses
penyusunan tersebut.
Dalam mencari dan
menerima karyawan,
gereja harus lebih
mengutamakan yang
sudah menempuh
pendidikan minimal
D3 Akuntansi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan, maka ditemukan 3
kriteria yang seharusnya dilakukan dalam penerapan Microsoft Access atau
Microsoft Excel, baik oleh pihak keuskupan maupun gereja. Kriteria pertama
berhubungan dengan pihak keuskupan, dimana seharusnya pihak keuskupan
menentukan penerapan Microsoft Access sejak semula terhadap seluruh gereja di
Kevikepan Yogyakarta. Namun hal tersebut tidak dapat tercapai, dikarenakan pihak
keuskupan membuat pernyataan bahwa setiap gereja diberikan kebebasan untuk
memilih salah satu diantara Microsoft Access atau Microsoft Excel. Kebebasan
untuk memilih tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa setiap gereja
memilih sumber daya dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga tidak
memungkinkan apabila seluruh gereja menerapkan Microsoft Access.
Kriteria kedua masih berhubungan dengan keuskupan, yaitu berkenaan
dengan pelatihan penerapan Microsoft Access dan Microsoft Excel bagi gereja-
gereja di Kevikepan Yogyakarta. Jumlah pertemuan pelatihan yang belum
memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh pihak keuskupan, dimana hal tersebut
menyebabkan masih ditemukannya bendahara dan operator yang mengalami
kesulitan dalam memahami dan menerapkannya. Alangkah baiknya apabila pihak
keuskupan melakukan pertemuan pelatihan secara rutin kembali, terutama bagi
bendahara dan operator gereja yang baru mengalami regenerasi. Hal tersebut
nantinya akan mengurangi hambatan serta memberikan kemudahan bagi gereja
dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus diserahkan
kepada pihak keuskupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kriteria ketiga ialah berhubungan dengan pihak gereja, dimana hal tersebut
berkaitan dengan pendidikan yang harus ditempuh sebagai syarat untuk menjadi
seorang operator atau bendahara gereja. Pihak keuskupan sudah mengingatkan
kepada pihak gereja mengenai hal tersebut. Namun berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan, masih ditemukan operator dan bendahar yang tidak
memenuhi kriteria tersebut, seperti tidak menempuh pendidikan minimal D3
Akuntansi, bahkan ditemukan juga yang tidak berlatar belakang akuntansi. Hal
tersebutlah yang juga dapat menghambat dalam proses penyusunan laporan
pertanggungjawaban keuangan gereja kepada keuskupan. Masih ditemukannya
operator dan bendahara yang demikian, dikarenakan terkadang gereja lebih
mementingkan niat atau keinginan terlebih dahulu dibandingkan dengan
pendidikan, sehingga terjadilah hal yang demikian. Oleh karena itu, pihak gereja
harus lebih selektif dalam melakukan pemilihan operator dan bendahara, supaya
untuk kedepannya gereja juga tidak mengalami hambatan dalam proses penyusunan
laporan pertanggungjawaban keuangan kepada keuskupan.
Melalui hasil analisis data, ditemukan pula salah satu gereja yaitu Gereja
Santo Albertus Agung Jetis, yang belum memiliki keinginan untuk menerapkan
Microsoft Access. Hal tersebut dikarenakan adanya pertimbangan mengenai
sumber daya, serta kemampuan dari gereja dalam menerapkan program tersebut.
Kemudian, apabila hal tersebut dihubungkan dengan tujuh palu besar yang
digunakan oleh Kaum Luddites dalam melakukan penolakan terhadap mekanisasi
selama revolusi industry yaitu Enoch, maka gereja tersebut melakukan Enoch
pertama yang menyatakan bahwa Kaum Luddites mencari dan menciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ketidakmampuan. Hal tersebut terlihat pada pernyataan narasumber yang
menyatakan bahwa setiap gereja di Kevikepan Yogyakarta tidak perlu untuk
menerapkan Microsoft Access dalam melakukan penyusunan laporan
pertanggungjawaban keuangan kepada keuskupan. Narasumber menyatakan
demikian, karena menurut beliau setiap gereja memiliki sumber daya dan
kemampuan yang berbeda-beda, terutama berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki
seperti komputer. Dalam menerapkan program, gereja juga harus memperhatikan
apakah komputer yang digunakan akan dapat menyesuaikan diri dengan program
yang akan diterapkan oleh gereja. Apabila fasilitas gereja berupa komputer tersebut
tidak dapat menyesuaikan diri, maka tidak diperlukan untuk menerapkannya.
Dengan demikian, Paroki Santo Albertus Agung Jetis telah melakukan penolakan
untuk menerapkan Microsoft Access dan lebih memilih untuk menerapkan
Microsoft Excel yang dirasa oleh beliau lebih mudah untuk dipahami dan
diterapkan formatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, terdapat dua
kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti yang diantaranya ialah sebagai
berikut:
1. Respon pengguna terhadap penerapan Microsoft Access pada ketiga
Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta ialah, tidak semuanya
memberikan keputusan untuk menerima penerapan Microsoft Access
dalam proses penyusunan laporan keuangan gereja. Hal tersebut terlihat
pada Gereja Katolik Kristus Raja Baciro yang memberikan respon
menerima, sedangkan Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis dan
Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto memberikan respon
menolak terhadap penerapan Microsoft Access.
2. Upaya yang perlu dilakukan terkait dengan respon pengguna terhadap
penerapan Microsoft Access pada ketiga Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta ialah Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan
pelatihan kembali bagi setiap gereja sebanyak 1-2 kali pertemuan dalam
seminggu, dimana hal tersebut dilakukan selama rentang waktu yang
telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
Ketiga Gereja Katolik yang dijadikan sebagai objek penelitian oleh
peneliti lebih banyak memberikan respon atau tanggapan menolak terhadap
penerapan Microsoft Access.
C. Saran
1. Bagi Ketiga Gereja Katolik di Kevikepan Yogyakarta
Sebaiknya gereja lebih selektif lagi dalam melakukan penerimaan
karyawan gereja, terutama operator sistem dan bendahara. Hal tersebut
bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam proses
penyusunan laporan keuangan gereja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Apabila peneliti selanjutnya akan melakukan penelitiandengan
topik atau judul yang serupa, sebaiknya gereja-gereja yang dijadikan
sebagai objek penelitian lebih banyak yang memberikan respon atau
tanggapan menerima terhadap bentuk sistem Microsoft Access
dibandingkan dengan yang menolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Shenia dan Irwan Rouf. 2011. Buku Pintar Menguasai Microsoft Excel.
Mediakita. Jakarta.
Buku Profil Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
Buku Profil Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Campbell, Robert Hugh dan Mark Grimshaw. 2015. "Enochs of the modern
workplace: The behaviours by which end users intentionally resist
information system implementations". Journal of Systems and Information
Technology. Vol. 17 Issue: 1, pp.35-53.
Cooper, Ronald R., dan Pamela S. Schindler. 2017. Metode Penelitian Bisnis.
Salemba Empat. Jakarta.
Cordey, Carolyn J. 2011. “A Solution Looking for A Problem: Factors associated
with the non-adoption of XBRL”. Emerald Insight. Vol. 23. No. 1 pp 69-88.
Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan. 2008. Metode
Penelitian Akuntansi; Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Gangwar, Hemlata, Hema Date dan A.D. Raoot. 2014. "Review on IT adoption:
insights from recent technologies". Journal of Enterprise Information
Management. Vol. 27 Iss 4 pp. 488 – 502.
Ghony, Djunaidi M., dan Fauzan Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif. AR-RUZZ MEDIA. Malang.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Bumi
Aksara. Malang.
Hall, James A. 2007. Accounting Information System. Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Andi Offset. Yogyakarta.
Kuntara, A. Diksa. 2013. “Accounting and Accountability In The Catholic Church
In Java: A Culture Shock?”. Gajah Mada University Press. Vol. 5. pp 21-33.
Kurniawan, Yahya. 2013. Belajar Sendiri Microsoft Excel 2013. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Ladjamudin, Al-Bahra Bin. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
MADCOMS. 2011. Membangun Aplikasi Pembelian-Penjualan dan Inventori
dengan Ms. Access. Andi. Yogyakarta.
Marshall B. Romney, and Paul John Steinbart., 2015. Sistem Informasi Akuntansi.
Salemba Empat. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Keuskupan Agung Semarang. 2013. Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan
Agung Semarangi. Keuskupan Agung Semarang. Semarang.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
kombinasi, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Talib, Haer. 2014. Panduan Lengkap Ms. Access 2013. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Tim Akuntansi Keuskupan Agung Semarang. 2018. Pedoman Pelaksanaan
Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang. PT Kanisius.Yogyakarta.
Tim Buku Kenangan. 2012. Pemberkatan & Peresmian Gedung Baru Gereja
Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Cahaya Timur Offset. Yogyakarta.
Triono, Sunu Puguh Hayu dan Aditya Yudanegara. 2019. “Analisis Teknologi,
Organisasional dan Lingkungan Terhadap Adopsi Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pada UMKM di Kota Bandung”. Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen. Vol. 9. No.1. pp 2-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Pertanyaan mengenai narasumber
a. Dapatkah Bapak/Ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
b. Apakah bagian yang Bapak/Ibu tangani di gereja ini?
c. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menangani bagian tersebut?
2. Pertanyaan mengenai penerapan SIA Gereja:
a. Dalam mengatur keuangan dalam kegiatan di gereja, Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) apakah yang selama ini digunakan oleh gereja?
b. Sudah berapa lama gereja menggunakan Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
tersebut?
c. Siapa saja operator atau pengguna yang mengoperasikan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) tersebut?
3. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi:
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
a) Menurut Anda bagaimana penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) seperti Microsoft Access pada Gereja Katolik yang ada di
Kevikepan Yogyakarta?
b) Menurut anda, apakah penting sebuah gereja untuk menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang telah terkomputerisasi
seperti Microsoft Access?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
c) Apakah gereja berniat untuk menggunakan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access agar lebih unggul dari
gereja lainnya?
d) Menurut Anda, apakah setiap Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta perlu untuk menggunakan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dalam kegiatan
keuangan?
e) Misalnya sistem itu tidak wajib digunakan menurut Anda
bagaimana gereja menyusun laporan keuangan?
f) Jika ada gereja yang menerapkan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) yang berbeda dari yang dianjurkan, bagaimana menurut
anda?
2) Trading Partner (Mitra)
a) Bagaimana dorongan yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) terhadap penerapan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) seperti Microsoft Access?
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) dalam mendukung penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan Pengaruh
Pemerintah)
a) Saat ini, pemerintah sedang mendorong setiap bidang organisasi
untuk membuat dan menyusun pelaporan keuangan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
trasnparan, wajar, dan akuntabel seperti contoh pada desa yaitu
adanya SISKEUDES. Apakah gereja ini mendapat dorongan dari
pemerintah terkait hal tersebut? Jika ada, apa saja bentuk
dorongannya?
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk
mendorong kelancaran dalam menerapkan software akuntansi di
gereja untuk menghasilkan laporan keuangan yang transparan,
wajar, dan akuntabel?
c) Apakah ada tekanan dari pemerintah untuk menerapkan software
akuntansi tertentu di sektor organisasi religius seperti gereja?
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan dukungan)
a) Dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan saat
ini, informasi apa saja yang telah disajikan di dalamnya?
b) Apakah anda pernah mengalami keluhan selama menggunakan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan saat ini?
c) Apakah informasi yang disajikan sudah memadahi dan
mencukupi?
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat Atas)
a) Bagaimana pendapat Romo Paroki terkait penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access di gereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
b) Bagaimana peran aktif Romo Paroki dalam penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access yang
digunakan oleh gereja?
c) Menurut ketua dewan paroki (pihak lain), Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti apa yang dibutuhkan oleh gereja?
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
a) Siapa saja pihak-pihak menentukan penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA)?
b) Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) tersebut?
c) Menurut anda, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti apa yang
diharapkan oleh gereja?
3) Organization Size and Resources (Ukuran Organisasi dan Sumber
Daya)
a) Ada berapa stasi yang dimiliki gereja ini?
b) Ada berapa perkiraan jumlah umat di gereja ini?
c) Dengan ukuran Paroki saat ini, apakah gereja ini sudah siap untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access?
d) Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh gereja ini?
e) Adakah standar khusus yang ditetapkan oleh gereja bagi pengguna
software akuntansi? Apa saja standar khusus tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
a) Apa saja manfaat yang didapat dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
b) Apakah biaya dan upaya penerapan sistem sebanding dengan
manfaat yang diperoleh?
c) Apakah sistem saat ini sudah selaras dengan tujuan gereja?
2) Compatibility (Kompatibilitas)
a) Apakah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan saat
ini selalu konsisten dalam penggunaannya? Sebutkan contohnya!
b) Bagaimana dengan konsistensi terkait dengan penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang sesuai dengan standar PPAP
KAS?
c) Apa saja wujud dari keselarasan penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) dengan tujuan organisasi?
3) Complexity (Kompleksitas)
a) Apakah pengguna mengalami kerumitan dalam menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
b) Apa saja bentuk kerumitan yang dialami dalam menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
c) Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
a) Apakah gereja ini pernah melakukan ujicoba terhadap Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
b) Setelah melakukan ujicoba, Bagaimana hasil dari ujicoba terhadap
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
c) Menurut anda bagaimana perbandingan antara penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dengan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang pernah digunakan
sebelumnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 3
Hasil Wawancara
Narasumber 1
1. Pertanyaan mengenai narasumber
a. Dapatkah Bapak/Ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
“Nama saya Antonius Budiyanto. Saya asli Jogja dan parokinya juga disini.
Kemudian, saya berlatar belakang bukan dari jurusan akuntansi, melainkan
jurusan biologi di Universitas Gajah Mada (UGM).”
b. Apakah bagian yang Bapak/Ibu tangani di gereja ini?
“Saya di sini membantu bendahara gereja, dimana untuk bendahara sendiri
terdiri dari bendahara 1, bendahara 2, dan bendahara 3, lalu saya membantu
pada bagian entri data. Jadi, secara istilah-istilah akuntansi mungkin nanti
butuh penjelasan lagi.”
c. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menangani bagian tersebut?
“Saya masuk menjadi bagian tersebut sejak tahun 2015. Kira-kira sudah 4
tahun.”
2. Pertanyaan mengenai penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) di
gereja:
a. Dalam mengatur keuangan dalam kegiatan di gereja, Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) apakah yang selama ini digunakan oleh gereja?
Nama Narasumber Antonius Budiyanto
Asal Gereja Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
Tanggal Wawancara Rabu, 27 Maret 2019
Durasi Wawancara Pkl 08.30 – 09.00
Software Keuangan Microsoft Access dan Microsoft Excel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
“Selama ini kami memakai excel paroki, tetapi sudah mulai Oktober 2018
kami mencoba access.”
b. Siapa saja operator atau pengguna yang mengoperasikan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) tersebut?
“Ada tim access yang melakukan entri data, sementara saya melakukan entri
data pada excel sehingga bisa tetap berjalan bersama-sama. Tetapi saya juga
mencoba-coba.”
1. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
teknologi:
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
a) Menurut Anda bagaimana penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access pada Gereja
Katolik yang ada di Kevikepan Yogyakarta?
“Menurut saya belum. Jadi ada beberapa memang tidak
menggunakan access tetapi menggunakan versi excel. Kemarin
juga diadakan pertemuan untuk pelatihan access, kemudian
memilih ingin menggunakan access atau excel, dimana keputusan
tersebut terserah pada masing-masing gereja yang melakukan, jadi
mereka hanya mengikuti saja. Namun yang jelas, ada 2 paket yaitu
access dan excel, dan mereka bebas memilih sehingga tidak
semuanya menggunakan access.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
b) Menurut anda, apakah penting sebuah gereja untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang telah
terkomputerisasi seperti Microsoft Access?
“Menurut saya pasti penting sekali, karena nantinya akan
membantu dalam proses pembuatan RAB, estimasi, dan
sebagainya.”
c) Menurut Anda, apakah setiap Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta perlu untuk menggunakan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dalam kegiatan
keuangan?
“Secara kebijakakan memang tidak. Keuskupan belum
menentukan harus. Kalau menurut saya silahkan. Yang penting
apa yang diminta dari keuskupan bisa dilayani dengan baik dari
gereja, meskipun modelnya apa. Nanti kalau keuskupan sudah
memutuskan model yang harus digunakan, maka harus kita patuhi.
Tapi sebelum program ini muncul, gereja menggunakan GL
Paroki. Kemudian, gereja menggunakan excel versi gereja itu
sendiri. Setelah itu, barulah muncul kedua program tersebut,
dimana program tersebut merupakan pengembangan dari excel
Paroki dan GL Paroki pada waktu itu. Jadi berkembang terus-
menerus.”
d) Misalnya sistem itu tidak wajib digunakan menurut Anda
bagaimana gereja menyusun laporan keuangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
“Kalau dari keuskupan sendiri saya tidak mengetahui persisnya
seperti apa. Tetapi, mereka mengeluarkan kedua versi tersebut.
Artinya ketika mereka memiliki dua pilihan, pasti dari keuskupan
sudah memikirkan bagaimana alur pertemuannya disana, sehingga
hal tersebut tidak menjadi kewenangan saya. Yang penting
kebutuhan aktiva yaitu aktiva bersih atau aktiva kotor, lalu kas-
kas yang keluar itulah yang dikirimkan, sehingga tidak semuanya
dikirimkan.”
e) Jika ada gereja yang menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang berbeda dari yang dianjurkan,
bagaimana menurut anda?
“Selama itu mendukung dan sebagai tambahan tidak masalah.
Tetapi, kami hirarkinya dari keuskupan, apa yang diminta dari
keuskupan sementara itu yang kami gunakan. Namun, ketika itu
justru mendukung yang lain tidak menjadi masalah. Tetapi untuk
pelaporan pada keuskupan tetap menggunakan program yang
sudah diberikan tersebut.”
2) Trading Partner (Mitra)
a) Bagaimana dorongan yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) terhadap penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Yang jelas, dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) terbuka
untuk adanya konsultasi. Jadi, kalau mengalami kesulitan tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
disampaikan dan mereka akan datang. Bahkan, jika dari gereja ada
yang ingin bergabung untuk konsultasi bersama-sama juga
dikoordinasikan melalui Kevikepan. Tetapi secara pribadi atau per
gereja juga tetap dilayani. Jadi, tiga atau empat orang yang
mempelajari tetap dilayani. Jadi, dukungan mereka untuk program
yang digunakan saat ini menurut saya sudah sangat mendukung,
tinggal dari kita mau atau tidak.”
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) dalam mendukung penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Fasilitas yang sudah diberikan oleh Keuskupan Agung Semarang
(KAS) untuk mendukung hal tersebut diantaranya ialah pelatihan
pada kedua program yaitu access dan excel. Kemudian dari
Kesukupan Agung Semarang (KAS) juga memberikan software
secara gratis, serta penyediaan konsultasi.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan Pengaruh
Pemerintah)
a) Saat ini, pemerintah sedang mendorong setiap bidang
organisasi untuk membuat dan menyusun pelaporan
keuangan secara transparan, wajar, dan akuntabel seperti
contoh pada desa yaitu adanya SISKEUDES. Apakah gereja
ini mendapat dorongan dari pemerintah terkait hal tersebut?
Jika ada, apa saja bentuk dorongannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
“Kalau selama ini pemerintah belum ada membuatkan sistem
untuk gereja dan sejauh ini hanya dari keuskupan. Karena kita dari
keagamaan jadi dari keuskupan dan bukan dari pemerintah bisa,
langsung masuk begitu.”
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk
mendorong kelancaran dalam menerapkan software
akuntansi di gereja untuk menghasilkan laporan keuangan
yang transparan, wajar, dan akuntabel?
“Tidak ada, karena selama ini pemerintah belum ada membuatkan
sistem untuk gereja.”
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan dukungan)
a) Dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini, informasi apa saja yang telah disajikan di dalamnya?
“Untuk informasi yang disajikan baik dari versi access dan excel
banyak sekali seperti misalnya untuk kas sendiri terdiri dari kas
pendidikan, kas Danpamis, dan sebagainya. Informasi-informasi
mengenai kas tersebut bisa dikelola di access dengan mengklik
pengguna, kemudian klik 1 tahun sekali. Kemudian juga secara
total misalnya kas yang masuk ke Dewan Paroki secara total 1
tahun atau 1 bulan bisa nampak disitu.”
b) Apakah anda pernah mengalami keluhan selama
menggunakan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang
diterapkan saat ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
“Untuk excel tidak ada masalah. Namun, untuk access sempat
mengalami kebingungan pada awal penggunaan. Jadi, dari tim
access itu menunggu dari laporan yang saya buat, kemudian
melakukan rekapan per bulan. Disini rekening-rekening satu
kredit ya kredit dan debit ya debit. Tetapi kemudian, dari
bendahara misalnya ada uang yang masuk, maka dia akan
membuat bukti kas masuk, baru saya masukkan disini. Sekarang
bukti kas masuk langsung masuk ke access, jadi debit dan kredit
kelihatan. Kalau yang saya disini tidak, harus ditambah agar lebih
cepat. Menurut saya mengapa tidak langsung kesitu agar lebih
cepat. Prosesnya memang lebih lama karena pemahaman
penginput access ketemunya banyak sekali. Ketika langsung
dengan bukti kas masuk dan bukti kas keluar, ada debit dan kredit,
tinggal di klik saja sudah langsung terkunci. Kalau dulu tidak,
yang disini waktu saya buat tidak ada bandingannya, hanya masuk
dan keluar. Kalau untuk masuk dan keluar sudah ada nomor
rekeningnya masing-masing berapa, tetapi silangnya tidak
tampak. Maka sekarang, pakai ini langsung agar lebih cepat. Nanti
harapannya langsung ke saya untuk diketik.”
c) Apakah informasi yang disajikan sudah memadahi dan
mencukupi?
“Menurut saya, informasi-informasi yang ada dari kedua sistem
sudah cukup memadai.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat Atas)
a) Bagaimana pendapat Romo Paroki terkait penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access di gereja?
“Menurut pendapat dari Romo Paroki sendiri tidak masalah ingin
menggunakan yang mana, yang penting menikmati ketika
menggunakannya.”
b) Bagaimana peran aktif Romo Paroki dalam penerapan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access
yang digunakan oleh gereja?
“Kalau Romo Paroki lebih kepada pertimbangan-pertimbangan.
Sebetulnya disitu sudah ada misalnya pemasukan ini dimasukkan
ke kas yang mana itu sudah jelas. Lalu kemudian, ketika masih
abu-abu, maka bertanya kepada Romo sebaiknya dimasukkan
kemana. Jadi, disitu peran aktif dari Romo, sehingga tidak
kemudian seperti jalan sendiri.”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
a) Siapa saja pihak-pihak menentukan penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA)?
“Pihak-pihak yang menentukan penerapan sistem yang ingin
digunakan yaitu bendahara sendiri.”
b) Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
“Menurut pendapat saya pribadi yang menjadi pertimbangan
untuk menerapkan kedua sistem tersebut dan tidak memilih salah
satu ialah yang pertama supaya tim access tetap berjalan. Karena
kalau hanya saya terus ngapain, berarti tidak ada kegiatan. Nanti
bertahap, supaya saya juga paham betul dan ikut terlibat dalam
pembuatan access tersebut. Kalau tidak, keterlibatannya akan
lepas nantinya. Hanya faktor itu saja sebenarnya.”
c) Menurut anda, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti apa
yang diharapkan oleh gereja?
“Yang jelas, sebenarnya kebutuhan-kebutuhan informasi dari Tim
Kerasulan, bidang pemasukan dan pengeluaran yang penting
transparansinya. Kemudian, pemasukan, pengeluaran, total dan
sebagainya itu sebenarnya penting bagi gereja. Dan itu saya kira
sudah terfasilitasi di access. Karena ketika Tim Liturgi misalnya,
pengeluaran bulan ini apa saja bisa dilihat disitu. Tim Liturgi
programnya, mungkin yang belum saya lihat karena memang
baru. Maksudnya penyesuaian antara program Rencana Anggaran
Belanja (RAB) tahun itu dimasukkan di access, sehingga akan
kelihatan yang sudah berjalan dan yang belum berjalan.
Sepertinya baru dientri untuk RAB ikut dalam access tersebut.
3) Organization Size and Resources (Ukuran Organisasi dan Sumber
Daya)
a) Ada berapa stasi yang dimiliki gereja ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
“Untuk hanya Paroki saja, jadi tidak ada stasi.
b) Ada berapa perkiraan jumlah umat di gereja ini?
“Untuk jumlah umat kira-kira 3200an jiwa, sekitar 1800 kepala
keluarga.”
c) Dengan ukuran gereja saat ini, apakah gereja ini sudah siap
untuk menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti
Microsoft Access?
“Menurut saya, dari gereja sendiri sudah siap menggunakan kedua
format sistem tersebut yaitu access dan excel.”
d) Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh gereja ini?
“Disini ada tim bendahara dan tim akuntansi. Tim akuntansi untuk
di awalnya memang bekerja ketika persiapan tersebut. Maka
mungkin, nanti jika ada pertanyaan bisa langsung ditanyakan ke
tim akuntansi atau ke Romo Paroki. Jadi, untuk tim akuntansi
kurang lebih ada tiga atau lima orang, salah satunya adalah Pak
Diksa yang juga merupakan umat dari gereja ini dan memiliki
kompetensi untuk itu.”
e) Adakah standar khusus yang ditetapkan oleh gereja bagi
pengguna software akuntansi? Apa saja standar khusus
tersebut?
“Kalau dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) sendiri sudah
berpesan kepada seluruh gereja, bahwa di Keuskupan Agung
Semarang (KAS) untuk penerimaan karyawan di sekretariat ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
lulusan akuntansi atau memahami akuntansi, karena harapannya
memang akuntansi yang dipakai. Sementara memang yang lain
berpartisipasi mengerjakan access ini. Untuk yang akuntansi
hanya satu, sedangkan untuk yang lain tidak memahami dasar
akuntansi. Sementara untuk rentang usia bagi pengguna atau
operator yang menjalankan, mungkin maksimal usia 55 tahun.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
a) Apa saja manfaat yang didapat dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Yang jelas, meskipun dengan menggunakan excel bisa kelihatan,
tetapi dengan access ini lebih cepat. Jadi untuk manfaat pertama
lebih cepat, karena kita tinggal mengetik kemudian di LCD sudah
kelihatan. Sedangkan excel harus mencari filenya terlebih dahulu.
Kemudian manfaat lainnya ialah untuk perencanaan ke depan
mengenai keuangan di gereja yaitu di RAB sangat membantu,
karena dalam pemasukkan misalnya kolektor pertama tahun 2018
berapa sudah terdata. Berarti nanti perkiraan selanjutnya kira-kira
sekian, atau ditambah kalau kurang sedikit. Jadi membantunya
dalam hal itu, sebagai titik awal untuk membuat rencana di tahun
berikutnya.
b) Apakah sistem saat ini sudah selaras dengan tujuan gereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
“Kalau secara informai menurut saya sudah selaras dengan tujuan
gereja, karena akuntansi memang sebaiknya bisa memberikan
informasi kepada siapapun yang membutuhkan.”
2) Compatibility (Kompatibilitas)
a) Apakah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini selalu konsisten dalam penggunaannya? Sebutkan
contohnya!
“Menurut pendapat saya, untuk sejauh ini penerapannya sudah
konsisten.”
3) Complexity (Kompleksitas)
a) Apakah pengguna mengalami kerumitan dalam menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Untuk pengguna sendiri, dalam penggunaan excel tidak
mengalami masalah, tetapi dalam penggunaan access mengalami
kebingungan pada awalnya.”
b) Apa saja bentuk kerumitan yang dialami dalam menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Bentuk kerumitan itu sendiri salah satunya mengenai kas
pembanding, dimana operator atau pengguna belum
memahaminya. Kemudian dalam pembuatan laporan di access
agak susah, karena ketika akan mengawali pembuatannya harus
memiliki kas terakhir dan sebagainya, dan itu cukup lama juga.
Tetapi, setelah ini sudah jalan terus.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
4) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
d) Apakah gereja ini pernah melakukan ujicoba terhadap Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Untuk ujicoba atau pelatihan sudah mengikuti sebanyak dua kali
yang dilaksanakan di tahun 2018. Sebenarnya rencana sampai 12
kali, tetapi untuk tahun ini belum diadakan lagi.”
e) Setelah melakukan ujicoba, bagaimana hasil dari ujicoba
terhadap Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft
Access?
“Pada awalnya memang ketika access ini harus membuat terlebih
dahulu data kas awal dan rekeningnya. Memang untuk membuat
harus membutuhkan konsultan, baru setelah jalan kita bisa
mengentri sendiri”
f) Menurut anda bagaimana perbandingan antara penggunaan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access
dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang pernah
digunakan sebelumnya?
“Perbandingannya ialah seperti yang sudah saya sampaikan
sebelumnya bahwa ketika menggunakan access kita tinggal
mengetik kemudian akan langsung tampak di LCD sehingga lebih
cepat. Sedangkan ketika menggunakan excel kita harus mencari
filenya terlebih dahulu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Narasumber 2
Nama Narasumber Vincentia Ira Pujowarno
Asal Gereja Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis
Tanggal Wawancara Kamis, 28 Maret 2019
Durasi Wawancara Pkl 15.00 – 15.30
Software Keuangan Microsoft Excel
1. Pertanyaan mengenai narasumber
a. Dapatkah Bapak/Ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
“Nama saya Vincentia Ira Pujowarno.”
b. Apakah bagian yang Bapak/Ibu tangani di gereja ini?
“Kalau di Gereja Katolik Santo Albertus Agung Jetis saya sebagai karyawan
tetap sekretaris gereja, tetapi juga sebagai bendahara 4 Dewan Paroki.”
c. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menangani bagian tersebut?
“Untuk peran saya sebagai bendahara 4 Dewan Paroki sudah menjabat
selama dua periode.”
2. Pertanyaan mengenai penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) di
gereja:
a. Dalam mengatur keuangan dalam kegiatan di gereja, Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) apakah yang selama ini digunakan oleh gereja?
“Gereja menggunakan format excel dari Keuskupan.”
2. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
teknologi:
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
g) Menurut Anda bagaimana penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access pada Gereja
Katolik yang ada di Kevikepan Yogyakarta?
“Belum semuanya memakai access. Lebih banyak yang
menggunakan excel.”
h) Menurut anda, apakah penting sebuah gereja untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang telah
terkomputerisasi seperti Microsoft Access?
“Ya baiknya memang begitu menggunakan data yang ada di
komputer, tetapi manual juga ada.”
i) Menurut Anda, apakah setiap Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta perlu untuk menggunakan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dalam kegiatan
keuangan?
“Ya asas manfaat saja sesuai kemampuan dari masing-masing
gereja. Karena satu Kevikepan tidak sama rata kekuatannya dan
kemampuannya. Ada gereja yang letaknya di pinggiran, atau di
pelosok. Dan komputernya juga, karena program itu nggak kayak
GL Paroki. Dulu sebelum ada program ini, masih menggunakan
GL Paroki, dimana program tersebut kurang kompatibel dengan
komputer yang baru-baru, sehingga harus menyesuaikan dengan
fasilitas yang ada. Itu juga yang menjadi pertimbangan mengapa
lebih memilih yang excel.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
j) Jika ada gereja yang menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang berbeda dari yang dianjurkan,
bagaimana menurut anda?
“Ya sebetulnya dari keuskupan membuatkan program tersebut
untuk mempermudah kita dalam pencatatan pengelolaan
keuangan gereja dan laporan pertanggungjawaban kepada
keuskupan. Mungkin mereka menggunakan sistem yang berbeda
karena memang itu kebijakan dari gereja mereka sendiri.”
2) Trading Partner (Mitra)
a) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) dalam mendukung penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Fasilitas yang diberikan berupa software Microsoft Excel versi
dari keuskupan, pelatihan, serta buku panduan.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan Pengaruh
Pemerintah)
a) Saat ini, pemerintah sedang mendorong setiap bidang
organisasi untuk membuat dan menyusun pelaporan
keuangan secara trasnparan, wajar, dan akuntabel seperti
contoh pada desa yaitu adanya SISKEUDES. Apakah gereja
ini mendapat dorongan dari pemerintah terkait hal tersebut?
Jika ada, apa saja bentuk dorongannya?
“Menurut saya sejauh ini belum ada.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk
mendorong kelancaran dalam menerapkan software
akuntansi di gereja untuk menghasilkan laporan keuangan
yang transparan, wajar, dan akuntabel?
“Tidak ada, karena sejauh ini belum ada.”
c) Apakah ada tekanan dari pemerintah untuk menerapkan
software akuntansi tertentu di sektor organisasi religius
seperti gereja?
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan dukungan)
a) Dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini, informasi apa saja yang telah disajikan di dalamnya?
“Informasi yang disediakan lengkap. Ada buku besar, ada buku
kas, ada neraca rinci. Hampir sama ketika mengelola secara
manual.”
b) Apakah anda pernah mengalami keluhan selama
menggunakan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang
diterapkan saat ini?
“Untuk excel dua tahun ini ada perubahan sedikit. Kalau untuk
tahun 2017 ke bawah buku kas masih jadi satu, tetapi untuk tahun
2018 sampai sekarang sudah masing-masing sesuai dengan
intensinya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
c) Apakah informasi yang disajikan sudah memadahi dan
mencukupi?
“Menurut saya untuk informasi yang disajikan sudah lumayan
memadai.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat Atas)
a) Bagaimana peran aktif Romo Paroki dalam penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access yang
digunakan oleh gereja?
“Dari Romo hanya melakukan pengecekan. Jadi, jika bendahara
sudah selesai tinggal mengecek, kemudian tanda tangan.”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
a) Siapa saja pihak-pihak menentukan penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA)?
“Ya kesepakatan dari semua bendahara kita mau menggunakan
yang mana. Program mana yang lebih nyaman dan lebih sesuai
dengan kebutuhan di gereja ini.”
b) Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) tersebut?
“Ya karena kami tidak terlalu banyak stasi atau wilayah, lebih
sederhana. Dan kalau access itu, misalnya salah menginput
transaksi maka harus mengulang dari awal. Dan itu sepertinya
belum 100% sempurna.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3) Organization Size and Resources (Ukuran Organisasi dan Sumber
Daya)
a) Ada berapa stasi yang dimiliki gereja ini?
“Paroki ini tidak memiliki stasi.”
b) Ada berapa perkiraan jumlah umat di gereja ini?
“Untuk jumlah umat sekitar 3000an.”
c) Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh gereja ini?
“Untuk sumber daya disini sudah mencukupi. Kebetulan di tim
bendahara ada yang sudah memahami dasar-dasar akuntansi, jadi
sudah lumayan.”
d) Adakah standar khusus yang ditetapkan oleh gereja bagi
pengguna software akuntansi? Apa saja standar khusus
tersebut?
“Kalau untuk usia sebetulnya juga tidak berpengaruh. Yang
penting sumber daya manusianya memiliki keinginan untuk
belajar.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
a) Apa saja manfaat yang didapat dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Manfaat yang didapat yaitu lebih memudahkan dalam
pengecekan jumlah dana yang dimiliki oleh gereja, kemudian
yang menjadi kewajiban apa saja. Ya lebih mudah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
pengecekan saja. Karena mungkin kalau dulu, sebelum yang 2018
sepertinya jumlah uang banyak. Tapi ternyata, itu termasuk hak-
hak yang lain seperti Danpamis, APP, atau apa. Kami tahunya
jumlah uang di gereja ini banyak, ternyata itu kas yang lain. Tapi
kalau sekarang karena sudah dipilah-pilah jadi tahu.”
b) Apakah sistem saat ini sudah selaras dengan tujuan gereja?
“Ya selama ini sudah cukup membantu. Bisa membantu
memberikan acuan dalam pembuatan RAPB. Itu juga sudah bisa,
dilihat dari acuan tersebut.”
2) Compatibility (Kompatibilitas)
a) Apakah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini selalu konsisten dalam penggunaannya? Sebutkan
contohnya!
“Menurut saya sudah konsisten, karena sudah menggunakan
program excel sejak tahun 2012.”
b) Bagaimana dengan konsistensi terkait dengan penerapan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang sesuai dengan standar
PPAP KAS?
“Menurut saya sudah konsisten dan sesuai dengan standari dari
PPAP KAS.”
3) Trialability (Kemampuan Ujicoba)
a) Apakah gereja ini pernah melakukan ujicoba terhadap Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
“Kalau untuk ujicoba atau pelatihan sudah kami ikuti. Untuk
pelatihan program access dan excel itu sendiri telah saya ikuti dua
kali. Di Sanata Dharma dua kali, tapi untuk pertemuan pertama
baru pengenalan saja di tahun 2017. Kemudian pertemuan kedua
di tahun 2018 pelatihan untuk accessnya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Narasumber 3
Nama Narasumber YP. Aditya
Asal Gereja Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Tanggal Wawancara Sabtu, 6 April 2019
Durasi Wawancara Pkl 11.00 – 12.00
Software Keuangan Microsoft Excel
3. Pertanyaan mengenai narasumber
a. Dapatkah Bapak/Ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
“Nama saya YP. Aditya.”
b. Apakah bagian yang Bapak/Ibu tangani di gereja ini?
“Di gereja ini saya dipercaya untuk menjadi kasir dan operator untuk
program Excel Paroki.”
c. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menangani bagian tersebut?
“Saya menangani bagian tersebut sejak tahun 2010.”
4. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
teknologi:
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
a) Menurut Anda bagaimana penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access pada Gereja
Katolik yang ada di Kevikepan Yogyakarta?
“Kalau kemarin melihat dari proses pelatihan, kebetulan yang
diminta untuk datang saya dan bendahara kebetulan tidak dapat
hadir semua. Kemarin saya memutuskan untuk menggunakan
excel karena memang dari sebelumnya kita menggunakan GL
Paroki. Kemudian, dalam perjalanannya agak ribet karena sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
mengalami error. Lalu, ketika pelatihan kemarin ditawarkan
antara excel sama access, dan saya lebih bisa membacanya dengan
excel. Saya lebih memilih excel karena saya sudah biasa
menggunakannya, sedangkan untuk access disini juga sebenarnya
menggunakan, tetapi untuk pendataan umat lingkungan. Untuk ke
sistem keuangan belum menggunakan access. Dan kebetulan
bukan saya yang megang, karena saya memang belum familier
dengan access dan disitu kendala saya. Tapi kemarin waktu serah
terima jabatan Pastor Kepala, sempat bertemu dengan ekonomat
dari keuskupan dan berbincang-bincang, kemudian kami ditawari
untuk belajar bersama mengenai sistem access tersebut. Tapi
memang waktunya belum ada, jadi kemungkinan kita juga mau
belajar bersama untuk accessnya.”
b) Menurut anda, apakah penting sebuah gereja untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang telah
terkomputerisasi seperti Microsoft Access?
“Lebih bisa termonitor dan terkontrol.”
Pendapat lain:
“Menurut saya, untuk excel sendiri saya anggap sebagai manual,
sedangkan sistem memang terintegrasi kita mungkin satu kali stel
akan langsung, tapi kita tidak mengetahui rumus-rumus yang ada.
Jadi lebih kita mengetahuinya dari sini sebesar sekian. Tapi kalau
dari excel kita bisa runut, perbedaanya saya kira itu. Jadi kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menggunakan sistem, ini prosesnya bagaimana, jumlahnya benar
atau tidak, langsung muncul. Barangkali, kalau saya
pendekatannya memang semuanya terkomputerisasi, hanya kalau
untuk program excel, access, atau program lain yang sejenis bisa
langsung tahu jumlahnya berapa. Prosesnya, kalau di KAS ini
walaupun excel manual tetapi dia dikunci, jadi kalau input salah
satu akan langsung di link sampai sheet yang akhir. Jadi memang
tidak mengetahui prosesnya ini dapatnya darimana, kalau memang
basic kami bukan dari akuntansi. Maka dari itu, kemarin waktu
ditanya bendahara mengenai hasil akhir untuk laporan arus kas
dapat darimana, hanya menjawab ini saya hanya input satu kali
dan karena di link jadi muncul hasilnya seperti ini. Prosesnya tetap
kita tidak bisa menelusuri. Sebenarnya bisa ditelusuri, hanya
excelnya sudah jadi dan terkunci jadi hasil akhirnya seperti ini
kecuali kalau memang sistemnya terbuka. Dan karena ini di link,
kemarin sempat ada error, karena saya tidak tahu ternyata memang
dari folder excelnya sendiri tidak boleh diubah namanya, dan
harus tetap menggunakan nama yang sama ketika dikirimkan.
Kemarin, ketika sedang pusing-pusingnya persiapan serah terima
jabatan, karena mepet saya mau mencari yang per 31 Desember
ternyata berubah semua, kemudian saya koordinasi dengan
keuskupan dan ditelusuri ternyata karena diubah untuk nama
foldernya. Jadi kita memang tidak boleh merubah nama folder,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
meskipun hanya diubah sedikit saja. Untuk akun-akun juga
banyak sekali yang hampir sama namanya sehingga agak rancu.
Kemarin juga tidak tahu kalau untuk setor bank memang harus
ayat silang, kemudian diisi untuk pengeluaran tim kerja, tapi error
juga dan tidak muncul. Saya tidak tahu kalau di access seperti
apa.”
c) Menurut Anda, apakah setiap Gereja Katolik di Kevikepan
Yogyakarta perlu untuk menggunakan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access dalam kegiatan
keuangan?
“Ya sebenarnya kalau terintegrasi begitu memang baik. Tetapi,
kendalanya di masing-masing gereja adalah sumber daya
manusianya. Seperti disini, saya bukan dari akuntansi, kemudian
bendahara kebetulan bukan dari akuntansi. Lalu ada juga gereja
yang bagian adminnya dulu adalah koster.”
d) Jika ada gereja yang menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang berbeda dari yang dianjurkan,
bagaimana menurut anda?
“Ya yang jelas, kalau gereja itu masih dibawah keuskupan. Jadi,
memang harus menggunakan sistem yang sudah diberikan oleh
keuskupan. Karena nanti berkaitan dengan pembuatan RAPB,
dimana RAPB sendiri masih menyertakan sistem keuangan yang
sudah disiapkan dari keuskupan karena kita mengirim RAPB dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
mengirim laporan keuangan dalam bentuk soft file. Jadi dapat
memberikan kemudahan bagi keuskupan untuk membacanya.
Nanti kalau menggunakan format yang dibuat sendiri juga akan
tambah repot.
2) Trading Partner (Mitra)
a) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh Keuskupan Agung
Semarang (KAS) dalam mendukung penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Fasilitas yang sudah diberikan oleh keuskupan diantaranya
berupa buku panduan, dan biasanya ada pelatihan-pelatihan. Tapi
kalau sampai sekarang belum ada informasi untuk pelatihan,
karena penting sekali terutama untuk bendahara-bendahara yang
baru ini.”
3) Regulators and/or Government Influence (Regulator dan Pengaruh
Pemerintah)
a) Saat ini, pemerintah sedang mendorong setiap bidang
organisasi untuk membuat dan menyusun pelaporan
keuangan secara trasnparan, wajar, dan akuntabel seperti
contoh pada desa yaitu adanya SISKEUDES. Apakah gereja
ini mendapat dorongan dari pemerintah terkait hal tersebut?
Jika ada, apa saja bentuk dorongannya?
“Sejauh ini tidak ada sistem dari pemerintah yang diperuntukkan
khusus bagi gereja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
b) Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk
mendorong kelancaran dalam menerapkan software
akuntansi di gereja untuk menghasilkan laporan keuangan
yang transparan, wajar, dan akuntabel?
“Tidak ada, karena sejauh ini belum dan tidak ada sistem dari
pemerintah.”
4) Availability of Information and Support (Ketersediaan dukungan)
a) Dengan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini, informasi apa saja yang telah disajikan di dalamnya?
“Biasanya informasi yang disajikan seperti laporan arus kas,
aktivitas, neraca, tapi yang biasa dikirimkan kepada keuskupan
yaitu laporan arus kas dan lampiran.”
Pendapat lain:
“Sebenarnya mulai dari perencanaan samapai dengan aktivitas itu
pelaporan.
b) Apakah anda pernah mengalami keluhan selama
menggunakan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang
diterapkan saat ini?
“Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kendalanya
pada bagian folder yang namanya tidak boleh diganti itu membuat
error, lalu akunnya banyak sekali sementara seperti voucher juga
belum disiapkan dan masih 5 digit padahal akunnya sampai 7 digit
ada. Dan untuk membacanya juga masih belum bisa. Sepertinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
beberapa kendala di setiap gereja itu hampir sama. Karena disini
kewajiban yang harus dibayarkan ke keuskupan langsung
dipotong, jadi dipotong di kas dewan. Disitu ternyata banyak yang
tidak mencermati dan jumlah kas dewan banyak yang minus. Itu
juga menjadi kendala. Lalu kemarin juga menghubungi keuskupan
untuk meminta pendampingan, padahal keuskupan berlokasi di
Semarang, dan disini waktunya juga tidak banyak. Kalau tidak
salah ada satu atau dua begitu, padahal gereja disini juga banyak.”
c) Apakah informasi yang disajikan sudah memadahi dan
mencukupi?
“Sudah memadai. Kemarin unttuk penyusunan RAPB kan
basicnya juga dari sini, jadi lumayan membantu.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
a) Siapa saja pihak-pihak menentukan penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA)?
“Karena waktu diadakan pelatihan yang berangkat hanya saya,
bendahara yang lama tidak ada yang bisa berangkat. Otomatis
saya yang menentukan. Ya gampangnya yang saya kuasai
program yang mana. Karena kemarin kita juga memang diarahkan
untuk menggunakan access.”
Pendapat lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
“Sebenarnya kalau dari kami bendahara mengikuti pelatihan
tersebut, maka bisa untuk membandingkan mana yang lebih
mudah untuk digunakan. Dan sukur-sukur kalau voucher itu tadi
dimasukkan juga sehingga bisa sekaligus dan tidak perlu kerja dua
kali.
b) Menurut anda, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti apa
yang diharapkan oleh gereja?
“Yang diharapkan sistem untuk gereja mudah dipahami dan
sangat membantu. Jadi, di sistem itu sekalian saja, maksudnya
kalau membuat juga dipikirkan untuk tidak kerja dua kali. Kalau
harus menulis voucher lagi secara manual sama saja dengan kerja
dua kali. Dulu ketika masih menggunakan GL Paroki acuannya
berasal dari voucher untuk diinput. Sedangkan kalau disini kita
dari transaksi itu saja bisa langsung input, dan vouchernya bisa
menunggu selama 1 minggu.”
2) Organization Size and Resources (Ukuran Organisasi dan Sumber
Daya)
a) Ada berapa stasi yang dimiliki gereja ini?
“Gereja ini berdiri sendiri sejak tahun 2009 dan tidak memiliki
stasi.”
b) Ada berapa perkiraan jumlah umat di gereja ini?
“Untuk jumlah umat sendiri berdasarkan data di tahun 2016
berjumlah 1012.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
c) Dengan ukuran gereja saat ini, apakah gereja ini sudah siap
untuk menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti
Microsoft Access?
“Kalau menurut saya gereja masih belum siap untuk
menerapkannnya.”
Pendapat lain:
“Sebenarnya kalau ada sistem yang hanya menginput saja
kemudian selesai. Maksudnya kita, ya nanti akan ada proses.
Anggaplah itu sekali jalan lalu bisa seperti excel, tetapi disitu
excel nanti kita harus mengecek yang disini, dimana itu ada
beberapa sheet. Kalau misalnya sheet itu ada tambahan dan ketika
itu digabungkan nanti berubah lagi karena di link. Jadi kalau
misalnya sistem itu begini, saya ingin menambah tinggal add saja,
atau kalau ada format kosong dan ingin ditambahkan kolom
begitu. Jadi tambah kolom kemudian diisikan lagi. Dan untuk
perubahan nama bendahara lama ke bendahara baru juga harus
melapor kepada keuskupan untuk mengganti, begitupun dengan
nama Pastor. Maksudnya, bisa difasilitasi apakah ada perubahan
atau tidak. Jika ada perubahan berarti format kosong diisikan,
misalnya seperti itu.”
d) Adakah standar khusus yang ditetapkan oleh gereja bagi
pengguna software akuntansi? Apa saja standar khusus
tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
“Kalau mengenai rentang usia itu susah. Karena gereja itu sosial,
berbeda kalau itu sifatnya professional atau badan usaha yang
mencari keuntungan begitu. Tapi dengan gereja ini, siapa yang
bersedia, mau, dan mampu. Tetapi ya itu tadi, masih sulit untuk
mencari sumber daya manusia yang mampu dalam bidang
tersebut. Padahal dari keuskupan sendiri memiliki standar, yaitu
kalau untuk karyawan sekretariat gereja minimal D3 akuntansi.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
a) Apa saja manfaat yang didapat dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Manfaat yang didapat itu diantaranya untuk mengontrol
keuangan setiap bulan, serta untuk penyusunan RAPB. Terbantu
untuk prosesnya.”
b) Apakah sistem saat ini sudah selaras dengan tujuan gereja?
“Kalau tujuan gereja itu kan sebenarnya yang namanya keuangan
harus ada pengendalian, pengawasan/kontrol, pelaporan,
pertanggungjawaban. Tujuan dari gereja sendiri ialah kita
mempertanggungjawabkan apa yang akan dilaporkan kepada
keuskupan. Jadi saya kira sudah selaras dengan tujuan gereja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
2) Compatibility (Kompatibilitas)
a) Apakah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini selalu konsisten dalam penggunaannya? Sebutkan
contohnya!
“Untuk penggunaanya sistem sendiri sudah konsisten. Salah
satunya mengenai akun-akun yang digunakan, sejauh ini masih
konsisten dan tidak ada perubahan. Tapi tidak tahu nanti
perkembangan dari keuskupan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Narasumber 4
Nama Narasumber Rm. Alfonsus Yudono Suwondo PR.
Asal Gereja Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisucipto
Tanggal Wawancara Sabtu, 6 April 2019
Durasi Wawancara Pkl 12:45 – 13:10
Software Keuangan Microsoft Excel
1. Pertanyaan mengenai narasumber
a. Dapatkah Bapak/Ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
“Ya baik. Saya Romo Alfonsus Yudono Suwondo PR.”
b. Apakah bagian yang Bapak/Ibu tangani di gereja ini?
“Saya Imam Keuskupan Agung Semarang (KAS), Pastor Kepala Paroki
Santo Mikael Pangkalan TNI Angkatan Udara Adisucipto. Lalu juga
mengampu tugas sebagai Ketua Komisis Liturgi di Keuskupan Agung
Semarang (KAS).”
c. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menangani bagian tersebut?
“Saya disini sudah 2 tahun menjadi Imam di gereja ini, dan menjadi Pastor
Paroki sejak Januari 2019, baru 4 bulan berjalan.”
2. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
teknologi:
a. Evironmental Context (Konteks Lingkungan)
1) Market Competition (Kompetisi Antar Paroki)
a) Menurut Anda bagaimana penerapan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access pada Gereja
Katolik yang ada di Kevikepan Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
“Saya kira kedua-duanya baik dalam rangka akuntabilitas dan
transparansi tadi memang menggunakan kemajuan teknologi yang
ada. Termasuk excel ini berkembang terus, karena kami pasti
mengikuti keuskupan. Jadi, rohnya ada di keuskupan, dan kita
sebagai bagian dari keuskupan mengikuti pergerakan dari
keuskupan itu sendiri. Jadi tujuan utama dari keuskupan ada spirit
dalam mengelola keuangan yang lebih besar daripada sekedar
penerapan excel dan access.”
b) Menurut anda, apakah penting sebuah gereja untuk
menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang telah
terkomputerisasi seperti Microsoft Access?
“Saya kira untuk manual yang paling mudah untuk berjaga-jaga,
karena kalau untuk yang komputer itu sistemnya bisa error dan
tidak pasti, meskipun secara teknis lebih cepat dan terukur. Namun
demikian, diperlukan juga pencatatan secara manual, dalam arti
hal-hal yang memang urgent perlu. Memang ada aspek
personalitas untuk manual itu sendiri. Tetapi tidak semua harus,
seperti disposisi surat itu harus di tandatangani langsung. Tetapi
kalau keuangan sudah sesuai dengan keuskupan disini dan sudah
maju.”
c) Jika ada gereja yang menerapkan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) yang berbeda dari yang dianjurkan,
bagaimana menurut anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
“Ya, saya punya prinsip senterikum eklesia yaitu sehati dan
seperasaan dengan gereja. Maka prinsip ini, gereja yang lebih
bawah memang harus menyesuaikan diri dengan yang diatas. Jadi
prinsipnya, pas prototo itu bagian melayani keseluruhan. Tidak
dibalik. Tidak kemudian, dulu pernah kalau tidak hati-hati disini
juga jatuh kesitu, dimana kita merasa lebih baik dalam sistem dan
macam-macam, kemudian membuat sendiri. Lalu ketika ditanya,
kenapa lain sendiri, karena kami lebih baik dan kamu tidak, tidak
bisa seperti itu. Gerak keuskupan untuk itu besar, keuskupan kita
itu berjumlah 100 lebih gereja, dan tidak semua gereja seperti
kami. Ada gereja yang sangat minus juga dan terbatas sumber
daya manusianya. Maka gerak keuskupan harus diikuti. Kalau kita
mau mengikuti gerak dari gereja yang lebih besar dalam arti
induknya, itu nanti kita menyesuaikan. Kreatifitas oke baik, tetapi
tentu saja ada bagian-bagian tertentu yang harus dalam satu
prinsip. Itulah Keuskupan Agung Semarang (KAS) Gereja
Katolik. Tidak bisa jika kita hanya paling hebat sendiri.”
b. Organizational Context (Konteks Organisasi)
1) Top Management Support (Dukungan Manajemen Tingkat Atas)
a) Bagaimana pendapat Romo Paroki terkait penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access di gereja?
“Tentu saya sebagai Romo disini pasti mengawasi dan memeriksa.
Selalu sebelum tanda tangan saya akan memeriksa ini sudah benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
atau belum. Bisa dibaca kok, dan saya juga cukup memahami
dalam bidang komputer. Artinya bisa kadang-kadang melihat,
mana bagian yang masih kurang tepat dan mana bagian yang
sudah bagus.”
b) Menurut ketua dewan paroki (pihak lain), Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) seperti apa yang dibutuhkan oleh gereja?
“Saya kira hampir semua bagian dari gereja ini menerima, bahwa
updating-updating data itu terus-menerus perlu. Sistem-sistem
yang terbaru dapat digunakan. Yang lain, sejauh yang saya tahu
tidak risau dengan sistemnya. Yang penting adalah output atau
hasilnya seperti apa. Jangan sampai kita terjebak pada penerapan
sistem, tetapi hasilnya tidak jelas.”
2) Organization Champion (Pihak yang Dipercaya)
a) Siapa saja pihak-pihak menentukan penerapan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA)?
“Yang jelas, saya datang kesini sudah semua berjalan. Jadi, dua
tahun yang lalu sudah semua berjalan dengan baik. Sekarang
tinggal memelihara saja, seperti kalau ada update-update yang
baru kita ikuti.”
b) Menurut anda, Sistem Informasi Akuntansi (SIA) seperti apa
yang diharapkan oleh gereja?
“Yang jelas teknologi itu kita terima, dimana kita memakai
produk-produk teknologi. Kalau perlu yang terbaru, tetapi harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
memiliki backup yang pasti untuk aneka macam data yang mesti
harus ada. Seperti data pernikahan itu harus backup secara manual,
karena sungguh penting. Karena teknologi memang harus kita
gunakan disini, kalau tidak kita primitif terus.”
3) Organization Size and Resources (Ukuran Organisasi dan Sumber
Daya)
a) Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh gereja ini?
“Disini kebetulan, gereja ini diperkaya dengan sumber daya
manusia yang cukup memadai. Baik dari sisi kekaryawanan yang
tinggal disini, seperti Mas Didit, Mas Jeto, juga dari bendahara-
bendahara yang aktif, serta dari pendahulu-pendahulu yang dulu
mereka memang di bidang tersebut. Para dosen juga banyak sekali
yang tinggal disini, yang kebetulan mau untuk terlibat aktif disini.
Jadi gereja ini diuntungkan oleh sumber daya manusia yang baik
disini.”
b) Adakah standar khusus yang ditetapkan oleh gereja bagi
pengguna software akuntansi? Apa saja standar khusus
tersebut?
“Yang jelas, kita memang standar S1 akuntansi. Tentu saja,
pertama-tama usia itu nomor dua, nomor satu adalah kompetensi
dan profesionalitas, dimana kalau seseorang tersebut memiliki
kemampuan dalam bidang tersebut, ya kita selain berfikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
mengenai produktifitas juga berfikir mengenai hal lain yaitu
keterlibatan umat, itu yang penting.”
c. Technological Context (Konteks Teknologi)
1) Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
a) Apa saja manfaat yang didapat dalam menerapkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) seperti Microsoft Access?
“Yang jelas itu tadi, cepat, terukur dan terdokumentasi.”
b) Apakah sistem saat ini sudah selaras dengan tujuan gereja?
“Ya, saya kira sudah. Pasti harus diupdate terus. Tetapi sudah,
arahnya memang kita mau lebih fokus pada hal-hal yang sifatnya
pelayanan, nah untuk sampai kesana didukung oleh data yang
memadai.”
2) Compatibility (Kompatibilitas)
a) Apakah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang diterapkan
saat ini selalu konsisten dalam penggunaannya? Sebutkan
contohnya!
“Ya pasti memang harus ada. Karena memang terkadang banyak
info-info yang harusnya ada tetapi tidak ada karena sistemnya
tidak masuk. Maka harus, baik kalau dari universitas seperti
halnya Sanata Dharma mengadakan pelatihan-pelatihan. Jadi,
sumbangan sosialnya adalah melatih masyarakat. Terutama,
Sanata Dharma melatih para fungsionalis gereja untuk itu. Jadi,
tidak hanya soal apa-apa, tetapi juga termasuk bagian jurusan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
jurusan atau fakultas-fakultas bisa terlibat dalam gereja dan
masyarakat, supaya sumbangannya itu jelas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related