rangkuman 1 p.dodi
Post on 07-Feb-2016
244 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS KEBIJAKAN AIR DAN EKONOMI LINGKUNGAN
Rangkuman Kuliah Tamu
“Kebijakan Dan Strategi Sistem Drainase Perkotaan”
Oleh : Ir. Dodi Krispratmadi, M.Env.E
Oleh :
Mawan Eko Defriatno (NIM. 25714013)
Perencanaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
2014
KEBIJAKAN DAN STRATEGI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
Oleh : Ir. Dodi Krispratmadi, M.Env.E
1. PENDAHULUAN
Drainase adalah Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan
ke badan air penerima. Drainase perkotaan adalah Drainase di wilayah kota yang berfungsi
mengelola/ mengendalikan air permukaan, sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan
masyarakat. Sedangkan drainase berwawasan lingkungan adalah Prasarana drainase di wilayah
kota yang berfungsi mengelola/ mengendalikan air permukaan (limpasan air hujan) sehingga
tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat
bagi kelestarian lingkungan hidup.
Drainase dibagi menjadi empat berdasarkan lokasinya yaitu sistem drainase lokal
kawasan hunian, sistem drainase lokal kawasan industry, sistem drainase lokal kawasan jalan,
dan sistem drainase lokal kawasan komersil. sistem drainase lokal kawasan hunian adalah bagian
dari sistem drainase perkotaan yang melayani kawasan Hunian. Sistem drainase lokal kawasan
industry adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani kawasan Industri. Sistem
drainase lokal kawasan jalan adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani jalan.
Sedangkan sistem drainase lokal kawasan komersil adalah bagian dari sistem drainase perkotaan
yang melayani kawasan Komersial.
2. ISU STRATEGIS DALAM PENANGANAN DRAINASE
2.1 Perubahan Pola Hujan & Permukaan Laut Naik
Belakangan sering terjadi banjir baik yang diakibatkan oleh hujan yang turun terus
menerus atau karena permukaan air laut yang naik ke daratan. Satu penyebab hujan yang turun
semakin sering adalah karena adanya perubahan rezim hujan sehingga curah hujan yang turun
semakin banyak dan dalam frekuensi yang lebih sering. Dengan kondisi demikian tidak mustahil
akan menimbulkan banjir karena limpasan yang timbul juga akan semakin besar.
Penyebab lain adalah karena naiknya permukaan air laut. Dengan naiknya permukaan air
laut maka bibir pantai akan semakin masuk ke dartan dan pergerakan air di badan air akan
semakin melambat karena permukaan perairan di daerah hilir akan menjadi semakin landai. Jika
tidak ditangani dengan baik dua kondisi tersebut akan mengakibatkan banjir yang semakin lama
semakin parah.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan drainase
berwawasan lingkungan. Dengan menyimpan dan menahan air sebanyak banyaknya ditempat
dimana hujan turun. Sehingga limpasan yang timbul akan semakin kecil dan mengurangi potensi
terjadinya banjir.
2.2 Eksploitasi Air Tanah
Contoh yang paling nyata saat ini terjadi di daerah Jakarta utara, dimana penurunan
permukaan tanah mencapai sekitar 20cm per tahun. Hal ini tidak lepas dari kegiatan eksplorasi
air tanah yang berlebihan baik dilakukan oleh industry maupun oleh masyarakat. Pengambilan
air tanah tidak dibarengi dengan usaha pengisian kembali cadangan air tanah. Sehingga semakin
lama cadangan air tanah semakin berkurag yang berakibat kekosongan cadangan aquifer tanah.
Sedangkan beban dipermukaan tanah semakin besar, ahirnya tanah mengalami penurunan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
penghentian pengambilan air tanah atau minimal dengan meminimalisir pengambilannya.
Berikutnya adalah dengan melakukan konservasi kawasan hutan, khusunya hutan konservasi.
Karena satu-satunya tempat pengisian air tanah secara alamiah adalah pada kawasan konservasi
tersebut.
2.3 Perkembangan Kota yang Menyebabkan Limpasan Air Permukaan (Run Off) Meningkat
Sehingga Memerlukan Pengendalian Debit Puncak
Konversi lahan yang awalnya berupa hutan menjadi budidaya atau perumahan memberi
dampak besar terhadap terjadinya banjir di daerah hilir. Daerah hutan terutama daerah hutan
lindung seharusnya dijaga dan sama sekali tidak boleh di rubah menjadi budidaya apalagi
kawasan pemukiman. Hal ini berhubungn dengan kemmpuan lahan untuk menresapkan air hujan
kedalam tanah.
Kawasan hutan memiliki nilai koefisien limpasan hanya 0,1, artinya 90% air hujan akan
diresapkan kedalam tanah dan hanya 10% yang menjadi limpasan. Kawasan budidaya memiliki
koefisien limpasan 0,5-0,6. Artinya 50% sampai 60 % hujan yang turun didaerah tersebut akan
menjadi limpasan sementara yang diresapkan sekitar 40% sampai 50%. Kawasan pemukiman
memiliki nilai koefisien limpasan sekitar 0,9 yang artinya 90% hujan yang turun akan memjadi
limpasan dan hanya 10% yang dapat diresapkan kedalam tanah. Dengan semakin besarnya
jumlah limpasan yang timbul maka tidak heran jika semakin besar potensi deit banjir yang
timbul.
Belakangan kita merasakan banjir yang terjadi semakin sering dan dengan debit yang
semakin besar. Hal ini berhubungan dengan nilai koefisien limpasan lahan yang menjadi
semakin besar. Sehingga banjir yang sebenarnya merupakan limpasan air hujan akan menjadi
semakin besar dan dating dalam waktu yang lebih cepat.
2.4 Perkembangan Kawasan Perkotaan yang Padat
Karena perkembangan yang semakin besar ini akan berdampak pula pada kesehatan
lingkungan. Karena semakin banyak penduduk maka akan semakin banyak pula masalah
lingkungan yang timbul jika kita tidak bisa mengatasinya dengan baik. Beberapa dampak yang
ditimbulkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin besar adalah sebagian kawasan kumuh,
kotor dan rendah kualitas lingkungannya yang disebabkan ketidakdisiplinan penduduk dalam
membuang air limbah dan sampah di saluran drainase.
2.5 Isu Strategis lainnya
Beberapa isu lain yang juga data mengakibatkan gangguan lingkungan dan masalah
drainase khususnya antara lain:
a. Masih tumpang tindihnya penentuan fungsi irigasi dan drainase di berbagai daerah
b. Zero ∆Q Policy yang tertuang dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional belum dijalankan secara konsisten
c. Pengaturan fungsi lahan basah belum konsisten tertuang pada PERDA Tata Ruang.
3. KONDISI EKSISTING DRAINASE
Khusus untuk daerah hunian kondisi eksisting drainase belum semua telah terlayani oleh
saluran drainase yang memadai. 52,8% rumah rumah tangga yang telah memiliki akses saluran
drainase. 14,49% rumah tangga memiliki akses saluran drainase namun dengan kondisi saluran
drainase yag tergenang. Sedangkan sisanya (32,68%) rumah tangga belum terlayani akses
saluran drainase. Hal ini tentu menjadi tantangan untuk masalah drainase kedepan.
Rumah tangga yang mempunyai akses ke saluran drainaseRumah tangga yang tidak mempunyai akses ke saluran drainaseRumah tangga yang mempunyai sistem drainase dalam keadaan tergenang atau alirannya lambat dengan kapasitas aliran yang kurang memadai
4. SASARAN SEKTOR DRAINASE RPJMN (2010 - 2014)
a. Terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan fungsi
saluran drainase sebagai pematus air hujan.
b. Berkurangnya wilayah banjir di 100 kawasan strategis perkotaan (pada 50 kota/kab) seluas
22.500 ha.
Rencana Kegiatan TA. 2012 – 2014 (Sesuai Renstra PU)
5. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGANAN DRAINASE
5.1 Pengembangan Sistem Pengelolaan Drainase Perkotaan Diarahkan Pada Pemantapan
Keterpaduan Pengelolaan Drainase Perkotaan Berwawasan Lingkungan
Strategi :
• Mewujudkan pengelolaan drainase perkotaan melalui penyiapan rencana induk sistem
yang komprehensif dengan memperhatikan aspek-aspek rencana tata ruang kota, rencana
pengelolaan sumber daya air, perubahan iklim global, kondisi lingkungan, sosial,
ekonomi serta kearifan lokal.
• Mewujudkan pengelolaan drainase perkotaan melalui pendekatan drainase berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan konservasi sumber daya air
• Mewujudkan keterpaduan pengelolaan drainase pengelolaan prasarana drainase dengan
prasarana dan sarana perkotaan lainnya
5.2 Pengembangan Sistem Pengelolaan Drainase Perkotaan Diutamakan Pada Optimalisasi
Fungsi Prasarana Dan Sarana Drainase Yang Sudah Terbangun
Strategi :
• Mewujudkan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
drainase dan memprioritaskan optimalisasi sistem terbangun
• Mengurangi /membebaskan gangguan terhadap fungsi sistem drainase
5.3 Dilakukan Pengembangan Perangkat Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Drainase Perkotaan
Strategi :
• Penyusunan Peraturan Perundangan tentang drainase perkotaan sebagai acuan bagi
pengelolaan draninase
• Sosialisasi peraturan perundangan terkait dengan perudang-undangan pengelolaan
drainase perkotaan
• Penerapan Peraturan Perundangan tentang drainase perkotaan sebagai acuan bagi
pengelolaan draninase
5.4 Dilakukan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Dan Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam
Pengelolaan Drainase
Strategi :
• Mendorong pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola drainase perkotaan di
daerah
• Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektoral dan lintas wilayah administrasi
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola drainase perkotaan di daerah
• Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan
dalam memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan drainase perkotaan.
5.5 Pengembangan Sistem Pengelolaan Drainase Perkotaan Diikuti Dengan Peningkatan
Pembiayaan Pengelolaan Drainase Perkotaan
Strategi :
• Menciptakan peluang alternatif pembiayaan dalam pengelolaan drainase perkotaan
• Penetapan kebijakan satuan standar biaya pengelolaan teknis drainase perkotaan
5.6 Perlu Dilakukan Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dan Dunia Usaha / Swasta Dalam
Pengelolaan Drainase Perkotaan
Strategi :
• Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
drainase
• Mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan drainase pada tahap penyusunan
master plan, studi kelayakan, detail disain, pembangunan, dan operasi - pemeliharaan
drainase perkotaan.
• Mendorong peran serta dunia swasta dalam pengelolaan drainase melalui kerjasama
Pemerintah-Swasta (Public Private Partnership).
6. KONSEP PENANGANAN TEKNIS
6.1 Di Wilayah Hulu
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan terlebih dahulu ke waduk/kolam
tampungan untuk diresapkan (pola retensi sebagai upaya pengawetan/konservasi air). Kemudian
kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air terdekat.
6.2 Di Wilayah Tengah
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan terlebih dahulu ke waduk/kolam
tampungan untuk ditampung sementara atau diresapkan apabila memungkinkan (pola retensi dan
pola detensi). Kemudian kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air terdekat.
6.3 Di Wilayah Hilir
Air limpasan saluran dialirkan melalui saluran drainase ke waduk/kolam untuk
penampungan sementara (pola detensi untuk pencegahan intrusi air laut) sebelum dialirkan atau
dipompa ke badan air (sungai atau laut).
7. PENANGANAN KUALITAS AIR
8. KESIMPULAN
Drainase adalah Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan
ke badan air penerima. Drainase dibagi menjadi empat berdasarkan lokasinya yaitu sistem
drainase lokal kawasan hunian, sistem drainase lokal kawasan industry, sistem drainase lokal
kawasan jalan, dan sistem drainase lokal kawasan komersil.
Isu strategis dalam penanganan drainase antara lain perubahan pola hujan & permukaan
laut naik, eksploitasi air tanah, perkembangan kota yang menyebabkan limpasan air permukaan
(Run Off) meningkat sehingga memerlukan pengendalian debit puncak, perkembangan kawasan
perkotaan yang padat, masih tumpang tindihnya penentuan fungsi irigasi dan drainase di
berbagai daerah, zero ∆Q Policy yang tertuang dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional belum dijalankan secara konsisten, pengaturan fungsi
lahan basah belum konsisten tertuang pada PERDA Tata Ruang.
Kebijakan dan strategi penanganan drainase antara lain pengembangan sistem
pengelolaan drainase perkotaan diarahkan pada pemantapan keterpaduan pengelolaan drainase
perkotaan berwawasan lingkungan, pengembangan sistem pengelolaan drainase perkotaan
diutamakan pada optimalisasi fungsi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun,
dilakukan pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan
pengelolaan drainase perkotaan, dilakukan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas
sumber daya manusia dalam pengelolaan drainase, pengembangan sistem pengelolaan drainase
perkotaan diikuti dengan peningkatan pembiayaan pengelolaan drainase perkotaan, perlu
dilakukan peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha / swasta dalam pengelolaan
drainase perkotaan.
top related