rancangan sistem basisdatapengelolaan …kelembagaan.perpusnas.go.id/digital_docs/pdf/karya... ·...
Post on 28-Feb-2018
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RANCANGAN SISTEM BASISDATA PENGELOLAAN BAHAN PERPUSTAKAAN LANGKA FORMAT DIGITAL
DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
ALFA HUSNA
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2011
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DANSUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Rancangan Sistem BasisdataPengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital di Perpustakaan Nasional RIadalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum dijadikan bentukapapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal ataudikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telahdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugasakhir ini.
Alfa Husna
NRP G652080055
Bogor, Maret 2011
ABSTRACT
ALFA HUSNA Database System Design for Management of Rare LibraryMaterials in Digital Format at National Library of Indonesia. Under directionof BADOLLAHI MUSTAFA and ENDANG PURNAMA GIRI.
Digitization of the rare library materials at the National Library of Indonesiahas been done since 2001. The result of the digitization is reported in a spreadsheetform. Since the result of the digitization is reported in a spreadsheet form, the datais not integrated, can not be accessed easily, and could be redundant. As aconsequence, an accurate data may not be obtained. Anticipating this condition,we need a new system to improve the old one. This research was conducted todesign a database system that manage the rare library materials in a digital formatat the Division of the Digital Transformation, National Library of Indonesia. Thesystem used to design was the System Development Life Cycle (SDLC). TheSDLC has six steps, but only the first four steps were used in this design: feasibiltystudy, systems investigation, systems analysis, and systems design. This researchgenerated five tables which were connected each other and one table of the user.The five tables are table of the printed collection, table of the nonprintedcollection, table of the CD, table of the Map, and table of the Photograph. Thetable of the printed collection was consisting of the Article of Binding Magazine,the Rare Book, the Rare Magazine, and the Ancient Manuscript. The table ofnonprinted collecton was the Audio and the Audiovisual. The result of the researchsuggested that the new system can be implemented soon.
Keywords: Digitization, Rare Library Materials, National Library of Indonesia,Systems Design, Database, SDLC
RINGKASAN
ALFA HUSNA. Rancangan Sistem Basisdata Pengelolaan Bahan PerpustakaanLangka Format Digital di Perpustakaan Nasional RI. Dibimbing oleh BADOLLAHIMUSTAFA dan ENDANG PURNAMA GIRI .
Penerapan teknologi informasi saat ini telah menyebar ke hampir semua bidangtidak terkecuali di bidang perpustakaan. Perkembangan mutakhir adalah denganmunculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalamkecepatan pengaksesan karena berorientasi pada data digital dan media jaringankomputer (internet). Untuk menjembatani hal tersebut, perlu dilakukan alih media kebentuk digital. Kegiatan alih media digital di Perpustakaan Nasional RI dirintis sejakberdirinya Bidang Transformasi Digital sejak tahun 2001. Dalam melaksanakankegiatan alih media digital terdapat kendala yang ditemui yaitu pada saat pengelolaanhasil alih media digital. Berdasarkan observasi dan pengamatan selama ini yangterjadi adalah belum didatanya bahan koleksi yang telah dialihmedia dalam basisdata.Pendataan hanya dilakukan oleh koordinator masing-masing kegiatan dalam bentukdokumen spreadsheet sehingga tidak adanya keterpaduan data. Hal ini dapatberakibat adanya kemungkinan redundansi data, kurangnya keakuratan data,danadanya kesulitan dalam sharing data. Mengantispaasi hal tersebut perlu adanya suatusistem basisdata untuk pengelolaan hasil alih media digital.
Penelitian ini bertujuan merancang sistem basisdata untuk pengelolaan bahanperpustakaan langka format digital di Perpustakaan Nasional RI. Metode dalammerancang sistem ini menggunakan pendekatan System Development Life Cycle(SDLC). Metode SDLC memiliki enam tahapan yaitu: feasibility study, systemsinvestigation, systems analysis, systems design, implementation, dan yang terakhiradalah review dan maintenance. Dalam penelitian ini tidak semua tahapan dilakukan,hanya sampai tahapan desain sistem sesuai dengan tema penelitian ini yaitumembahas tentang rancangan sistem. Sehingga tahapan penelitian ini meliputifeasibility study (studi kelayakan), system investigation (investigasi sistem), systemsanalysis (analisis sistem), dan systems design (desain sistem).
Penelitian ini menghasilkan rancangan sistem dengan nama Sistem InformasiKoleksi Langka Format Digital (SIKLFD). Sistem ini menghasilkan enam tabel,yaitu: satu tabel User yang berdiri sendiri dan lima tabel yang saling terkait, yaitu:tabel koleksi Tercetak, tabel koleksi Noncetak, tabel CD, tabel Peta, dan tabel Foto.Tabel koleksi Tercetak terdiri dari Artikel Majalah Terjilid, Buku Langka, MajalahLangka, dan Naskah Kuno. Tabel koleksi Noncetak terdiri dari Audio dan AudioVisual. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada kemiripan dan banyaknyakesamaan karakter pada masing-masing koleksi tersebut.
Pada masing-masing jenis koleksi dalam Sistem Informasi Koleksi LangkaFormat Digital terdapat empat fasilitas yang terdiri dari tambah data, telusur data,laporan, dan cetak. Menu tambah data berfungsi untuk memasukkan data-data koleksiyang sudah dialihmedia digital. Menu telusur data akan menampilkan data koleksiyang telah diinput ke dalam form tambah data. Menu laporan akan menampilkanlaporan hasil tambah data yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Menu cetakberfungsi mencetak semua hasil tambah data berdasarkan pilihan yang diinginkan.
Desain antarmuka dalam sistem ini menggunakan nuansa biru yang sesuaidengan warna logo Perpustakaan Nasional RI yang berwarna biru, memiliki makna
sifat tenang dan memberikan kesan kedalaman sehingga dapat tenang berpikir, dankedalaman ilmu pengetahuan yang menjadi landasan pengabdian kepada masyarakat,nusa dan bangsa.
Rancangan sistem basisdata pengelolaan bahan perpustakaan langka formatdigital ini agar segera diimplementasikan sehingga bermanfaat. Sebelumimplementasi diadakan pelatihan terlebih dahulu agar sistem dapat berjalan baik.
Kata kunci: Alih media digital, Bahan Perpustakaan Langka, Perpustakaan NasionalRI, Desain Sistem, Basisdata, SDLC
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpamencantumkan atau menyebutkan sumbera. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritikatau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atauseluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
RANCANGAN SISTEM BASISDATA PENGELOLAAN BAHAN PERPUSTAKAAN LANGKA FORMAT DIGITAL
DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
ALFA HUSNA
Tugas AkhirSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional padaProgram Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2011
Judul Tugas Akhir : Rancangan Sistem Basisdata Pengelolaan BahanPerpustakaan Langka Format Digital di PerpustakaanNasional RI
Nama : Alfa HusnaNRP : G652080055Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan
Drs. Badollahi Mustafa, M.Lib Endang Purnama Giri, S.Kom., M. Kom
Anggota
Aziz Kustiyo, S.Si., M. Kom Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal ujian: 28 Februari 2011 Tanggal lulus :
Ketua Anggota
Dekan Sekolah PascasarjanaKetua Program StudiTeknologi Informasi untuk Perpustakaan
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Diketahui
PRAKATAAlhamdulillah kehadirat Illahi atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam penelitian yang dilaksanakansejak bulan Januari 2010 s.d. Januari 2011 adalah Rancangan Sistem BasisdataPengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital di Perpustakaan NasionalRI dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih diucapkan kepada Bapak Drs. Badollahi Mustafa, M.Lib danBapak Endang Purnama Giri, S.Kom, M.Kom selaku komisi pembimbing yangtelah banyak memberi arahan dan dukungan, Bapak Aziz Kustiyo, S.Si. M.Kom.sebagai ketua Program Studi MTP serta Bapak Rindang Karyadin, S.T., M.Komselaku penguji luar komisi. Disamping itu, penghargaan dan terima kasih kepadaKepala Bidang Transformasi Digital yang telah memberi izin untuk penelitian ini.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abdul Wakhid dan rekan-rekandi Bidang Transformasi Digital lainnya yang telah membantu dalam penelitian ini,teman-teman seperjuangan angkatan 2 tahun 2008 di MTP, Pak Ruchyan, danrekan-rekan lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu atas doa dandukungannya. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis berikan kepadaSuami tercinta, Joko Prasetio dan Putri tercinta, Azka Dzakiyyah, Ibu dan Bapakserta seluruh keluarga atas segala pengorbanan, doa dan kasih sayangnya sehinggapenulis dapat menyelesaikan studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan perpustakaan umumnyadan Perpustakaan Nasional RI khususnya, serta bagi ilmu pengetahuan danteknologi informasi di masa kini dan mendatang.
Alfa Husna
Bogor, Maret 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1974 dari Ayah IbnuChadjar dan Ibu Suminem. Penulis merupakan putri bungsu dari enam bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jakarta dan pada tahun yangsama penulis kuliah di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung pada programD3 Bahasa Jerman. Pada tahun 1996 s.d. 1998 melanjutkan studi di Universitasyang sama pada program ekstensi Sastra Inggris. Penulis telah menikah dandikarunia seorang putri.
Pada Bulan Desember 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipildi Perpustakaan Nasional RI, Jakarta. Penulis ditempatkan di BidangTransformasi Digital, Pusat Preservasi Bahan Pustaka sejak diterima. Pada bulanOktober 2008 penulis diterima di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program StudiMagister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan (MTP). Pendidikan dipascasarjana IPB ini merupakan beasiswa yang diperoleh dari PerpustakaanNasional RI.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................v
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat ....................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Sistem Informasi ........................................................................ ... 6
2.1.1 Sistem ....................................................................................... 6
2.1.2 Konsep Sistem Informasi .......................................................... 6
2.1.3 Manajemen Basis Data ............................................................. 7
2.1.4 Prinsip-Prinsip Pengembangan Sistem ..................................... 10
2.1.5 Metode Pengembangan Sistem ................................................. 12
2.2 Perpustakaan ................................................................................ 16
2.2.1 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ............................. 17
2.2.2 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Perpustakaan Nasional RI ...... 18
2.3 Alih Media Digital ...................................................................... 19
2.4 Bahan Perpustakaan Langka ....................................................... 21
2.5 Metadata ...................................................................................... 21
2.5.1 MARC ...................................................................................... 23
2.5.2 Dublin Core .............................................................................. 24
2.6 Perpustakaan Digital ................................................................... 25
ii
Halaman
3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 27
3.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 27
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 28
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Studi Kelayakan ..........................................................30
4.1.1 Kelayakan Teknologi ............................................................... 30
4.1.2 Kelayakan Ekonomi ................................................................ 31
4.1.3 Kelayakan Hukum .................................................................... 32
4.1.4 Kelayakan Waktu ..................................................................... 32
4.2 Investigasi Sistem ....................................................................... 33
4.3 Analisis Sistem ........................................................................... 34
4.3.1 Survei Sistem ............................................................................ 34
4.3.2 Analisis Kebutuhan Informasi .................................................. 35
4.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem ....................................................... 38
4.4 Desain Sistem .............................................................................. 39
4.4.1 Data Flow Diagram ................................................................ 42
4.4.2 Flowchart Sistem ....................................................................... 47
4.4.3 Hubungan Antar Tabel (Entity Relationship Diagram) ............ 48
4.4.4 Penetapan Hardware dan Software ........................................... 50
4.4.5 Desain Antarmuka ........................................................................ 50
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................60
5.2 Saran........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 61
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Tahapan-Tahapan SDLC menurut Avison & Fitsgerald ................. 12
2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 28
3 Alur Kerja Sistem Berjalan .............................................................. 40
4 Alur Kerja Sistem Diusulkan ........................................................... 42
5 DFD Level 0 (Diagram Konteks) Sistem Informasi Koleksi Langka
Format Digital .................................................................................. 43
6 DFD Level 1 Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital .......... 44
7 Flowchart Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital .............. 47
Entity Relationship Diagram ............................................................ 49
8 Menu login ....................................................................................... 51
9 Menu utama ..................................................................................... 52
10 Menu tambah data ..........................................................................54
11 Menu telusur data ........................................................................... 56
12 Menu laporan ................................................................................. 57
13 Menu cetak ........................................................................................ 58
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kerangka Kerja PIECES......................................................................... 35
2 Analisis Fungsional DFD Level 1 Sistem Informasi Koleksi
Langka Format Digital .................................................................... 45
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Jadwal Penelitian ...........................................................................63
2 Ringkasan Hasil Wawancara Dalam Rancangan Sistem Basisdata
untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital
di Perpustakaan Nasional RI ............................................................ 64
3 Usulan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem Basisdata
untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital
di Perpustakaan Nasional RI ............................................................ 65
4 Kuesioner Penetapan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem
Basisdata untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka
Format Digital di Perpustakaan Nasional RI ...................................... 66
5 Hasil Kuesioner Penetapan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem
Basisdata untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka
Format Digital di Perpustakaan Nasional RI ...................................... 72
6 Laporan Hasil Alih Media Digital di Bidang Transformasi Digital,
Perpustakaan Nasional RI .....................................................................70
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya
umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat
dari kondisi perpustakaan yang dimiliki. Hal itu karena ketika manusia purba
mulai menggores dinding gua tempat mereka tinggal, sebenarnya mereka mulai
merekam pengetahuan mereka untuk diingat dan disampaikan kepada pihak lain.
Digunakan tanda atau gambar untuk mengekspresikan pikiran dan/atau apa yang
dirasakan serta tanda-tanda dan gambar tersebut untuk dikomunikasikannya
kepada orang lain. Waktu itulah eksistensi dan fungsi perpustakaan mulai disemai.
Penemuan mesin cetak, pengembangan teknik rekam, dan pengembangan
teknologi digital yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi mempercepat
tumbuh-kembangnya perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan menjadi semakin
kompleks. Dari sini awal mulai berkembang ilmu dan teknik mengelola
perpustakaan. Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan,
pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi
utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang
berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan
gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia itu kepada
generasi-generasi selanjutnya. Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah
terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar
sepanjang hayat (Penjelasan Atas Undang-Undang RI No. 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan, butir I ).
Penerapan teknologi informasi saat ini telah menyebar ke hampir semua
bidang tidak terkecuali di bidang perpustakaan. Pemanfaatan teknologi informasi,
media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun
peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas
(borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara
2
signifikan berlangsung demikian cepat (Penjelasan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik).
Perkembangan mutakhir adalah dengan munculnya perpustakaan digital
(digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena
berorientasi pada data digital dan media jaringan komputer (internet). Untuk
menjembatani hal tersebut, perlu dilakukan alih media ke bentuk digital. Alih
media digital dilakukan selain adanya tuntutan dari kebutuhan masyarakat karena
berkembangnya teknologi informasi, ada hal lain yang tak kalah pentingnya yaitu
untuk pelestarian sebagaimana dalam Undang-Undang No 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan pasal 3 disebutkan bahwa Perpustakaan berfungsi sebagai wahana
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Pelestarian bahan perpustakaan mencakup
perbaikan dan perawatan fisik serta alih media ke bentuk lain salah satunya ke
bentuk digital. Dalam pasal 7 butir d Undang-Undang No 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan disebutkan bahwa Pemerintah berkewajiban menjamin ketersediaan
keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan (translasi), alih aksara
(transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia).
Yang dimaksud transmedia adalah pengalihan bentuk bahan perpustakaan dari
bentuk tercetak, audio, dan audio visual ke media lain dalam hal ini ke media
digital.
Kegiatan alih media digital di Perpustakaan Nasional RI dirintis sejak
berdirinya Bidang Transformasi Digital berdasarkan Keppres No. 102 Tahun 2001
berlaku mulai 2 Januari 2001. Alih media digital yang telah dilaksanakan berasal
dari bahan perpustakaan berupa buku langka, majalah langka, artikel majalah
terjilid, peta, naskah kuno, foto, koleksi audio, dan yang berasal dari audio visual.
Sumber bahan perpustakaan yang dialihmedia oleh Bidang Transformasi Digital
berasal dari dalam institusi yaitu Perpustakaan Nasional RI (internal) dan berasal
dari luar institusi Perpusnas RI (eksternal).
Dalam melaksanakan kegiatan alih media digital terdapat kendala yang
ditemui yaitu pada saat pengelolaan hasil alih media digital. Berdasarkan
observasi dan pengamatan selama ini yang terjadi adalah belum didatanya bahan
koleksi yang telah dialihmedia dalam basisdata. Pendataan hanya dilakukan oleh
3
koordinator masing-masing kegiatan dalam bentuk dokumen spreadsheet
sehingga tidak adanya keterpaduan data. Hal ini dapat berakibat adanya
kemungkinan redundansi data, kurangnya keakuratan data, dan adanya kesulitan
dalam sharing data. Untuk itu perlu adanya suatu basisdata untuk pengelolaan
hasil alih media digital. Dengan alasan tersebut maka penelitian ini bertujuan
merancang sistem basisdata untuk pengelolaan bahan perpustakaan langka format
digital di Perpustakaan Nasional RI.
Kelebihan yang diperoleh dengan diterapkannya basisdata adalah
(Fathansyah 2007):
- Dapat menyimpan data atau melakukan perubahan/manipulasi terhadap data.
- Dapat menampilkan kembali data tersebut dengan lebih cepat dan mudah,
daripada jika kita menyimpan data secara manual (non elektronis) atau secara
elektronis (tetapi tidak dalam bentuk penerapan basisdata, misalnya dalam
bentuk spreadsheet atau dokumen teks biasa).
- Pemeliharaan yang seragam dan konsisten membuat data dapat dishare untuk
berbagai macam program aplikasi.
- Efisiensi dan optimalisasi penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan,
karena dapat melakukan penekanan jumlah redundansi data, baik dengan
menerapkan sejumlah pengkodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam
bentuk file) antar kelompok data yang saling berhubungan, tapi kemandirian
data tetap terjaga.
- Keakuratan dalam pemasukan dan penyimpanan data.
- Keamanan (security) dapat diterapkan dengan menentukan siapa-siapa
(pemakai) yang boleh menggunakan basis data beserta objek-objek di
dalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh
dilakukannya.
Selain itu Mannino (2007) menyebutkan bahwa basisdata itu interrelated
artinya saling berhubungan berarti bahwa data yang disimpan sebagai unit yang
terpisah dapat dikoneksikan satu sama lain sesuai hubungan (relationship) yang
ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekurangan yang ada dalam sistem
berjalan yaitu data yang disimpan tidak dapat dengan cepat ditelusur kembali, data
tidak dapat dishare untuk berbagai macam program aplikasi, belum adanya
4
relationship diantara data yang ada, dan kemungkinan terjadi redundansi data
dapat diantisipasi di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
merancang sistem basisdata untuk pengelolaan bahan perpustakaan langka format
digital pada Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem basisdata yang efisien untuk
pengelolaan bahan perpustakaan langka format digital pada Bidang Transformasi
Digital, Perpustakaan Nasional RI. Selain itu tujuan jangka panjang untuk
persiapan layanan jasa perpustakaan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
- Tersedianya rancangan sistem basisdata untuk pengelolaan bahan perpustakaan
langka format digital pada Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan
Nasional RI.
- Mempermudah fungsi kontrol dalam manajemen.
- Sebagai sarana akuntabilitas terhadap pemerintah dari salah satu tugas
Perpustakaan Nasional RI khususnya Bidang Transformasi Digital.
- Membantu persiapan untuk layanan jasa perpustakaan dengan adanya data
yang terpadu memudahkan dalam pencarian nantinya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah merancang sistem basisdata
untuk pengelolaan bahan perpustakaan langka format digital di Bidang
5
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI dengan menggunakan pendekatan
System Development Life Cycle (SDLC). Pembahasan dan penelitian ini dibatasi
sampai pada tahapan desain sistem. Tahapan dalam penelitian ini meliputi:
analisis studi kelayakan, investigasi sistem, analisis sistem, dan desain sistem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem InformasiSistem informasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memiliki
komponen-komponen yaitu sistem, konsep sistem informasi, manajemenbasisdata, normalisasi, prinsip-prinsip pengembangan sistem, dan metodepengembangan sistem.
2.1.1 Sistem
Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud
yang sama untuk mencapai suatu tujuan (Mc. Leod 2004). Sistem merupakan
perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan satu sama lain sehingga
membentuk suatu totalitas (KBBI daring Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang sumber dayanya mengalir dari
elemen input melalui elemen transformasi menuju elemen output. Sistem
merupakan suatu mekanisme kontrol memantau proses transformasi untuk
meyakinkan bahwa elemen tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme kontrol ini
dihubungkan pada arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan
balik yang mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi
bagi mekanisme kontrol (Mc. Leod 2004).
2.1.2 Konsep Sistem InformasiInformasi merupakan keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda
yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya
yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan
dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
secara elektronik ataupun nonelektronik (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, bab I, pasal 1).
Menurut Gordon (1974) suatu informasi merupakan data yang telah diolah
ke dalam suatu bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata atau berupa nilai
yang dapat dipahami sebagai penunjang bagi keputusan saat ini maupun yang
akan datang. Informasi menunjukkan hasil dari pengolahan data yang
diorganisasikan dan berguna bagi orang yang menerimanya.
7
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada
perkembangan informasi yang meliputi pengumpulan dan penyebaran data secara
cepat dan akurat terutama dengan adanya komputer yang membantu dalam
pengolahan data yang menghasilkan berbagai bentuk informasi. Informasi
digunakan sebagai pendukung bagi manajer atau pengambil keputusan untuk
memecahkan masalah. Kemampuan untuk memecahkan masalah dalam suatu
organisasi tergantung pada kemampuan manajer dalam menyerap informasi yang
relevan.
Sistem informasi terdiri dari input, di mana input tersebut melalui sistem
akan diproses dan menghasilkan output yang kemudian dikirim ke pengguna atau
didistribusikan kepada sistem lain. Mekanisme umpan balik juga berlaku dalam
mengendalikan sebuah sistem informasi (Turban 1996). Sistem informasi secara
teknis dan manajemen sebenarnya adalah perwujudan penerapan produk teknologi
informasi ke dalam suatu bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan
karakteristik kebutuhan pada organisasi tersebut dan sesuai dengan tujuan
peruntukannya. Pada sisi yang lain, sistem informasi secara teknis dan fungsional
adalah keterpaduan sistem antara manusia dan mesin yang mencakup komponen
perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, sumber daya manusia, dan substansi
informasi yang dalam pemanfaatannya mencakup fungsi input, process, output,
storage, dan communication (Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, butir I)
Kualitas suatu informasi tergantung pada tiga hal yaitu informasi harus
akurat yang berarti suatu informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan
tidak bias atau menyesatkan. Kedua suatu informasi harus tepat waktu yakni
informasi yang datang kepada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi
merupakan dasar atau landasan di dalam pengambilan suatu keputusan. Informasi
juga harus relevan yaitu informasi memberi manfaat bagi penggunanya.
2.1.3 Manajemen BasisdataBasisdata adalah kumpulan data tetap (persistent) yang dapat berbagi
(shared) dan saling terkait (interrelated) (Mannino 2007). Sistem basisdata adalah
suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan data yang saling
8
berhubungan satu dengan lainnya dan membuatnya dalam beberapa aplikasi yang
beragam di dalam organisasi (Fathansyah 2007).
Manajemen data merupakan bagian dari manajemen sumber daya informasi
yang mencakup pengumpulan data yang sebelumnya akurasinya diuji terlebih
dahulu. Data tersebut disimpan, dipelihara dan dapat diambil sewaktu-waktu jika
diperlukan. Basisdata merupakan kumpulan data komputer yang terintegrasi,
diorganisasikan dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan untuk
pengambilan kembali (Mannino 2007). Konsep basisdata merupakan integrasi
logis dari file yang ada. Tujuan utama dari konsep basisdata adalah untuk
meminimalkan terjadinya pengulangan data dan kemampuan untuk membuat
perubahan dalam struktur data tanpa perubahan pada program yang memproses
data.
Perangkat lunak yang dipergunakan untuk mengolah basisdata yang
memelihara integrasi logis antar file baik langsung maupun tidak disebut
Database Management System (Mannino 2007). Database Management System
(DBMS) merupakan software yang akan menentukan bagaimana data
diorganisasikan, disimpan, diubah, diambil kembali, pengaturan mekanisme
pengamanan data, mekanisme pemakaian data secara bersama,
keakuratan/konsistensi data, dan sebagainya (Fathansyah 2007).
Database Management System berguna untuk memelihara koleksi data yang
dapat dipakai secara bersama, membentuk hubungan antar data, meminimalkan
data yang berlebihan (redundancy), menyediakan cara pencarian data dan
pengawasan terhadap penyimpanan data, menyediakan data lengkap untuk
pembuatan laporan serta memungkinkan pengembangan aplikasi. Database
Management System juga bermanfaat bagi organisasi yang menggunakan
komputer sebagai suatu sistem informasi.
Normalisasi adalah proses transformasi data ke dalam kelompok-kelompok
yang dibentuk atau alami yang merupakan fakta di satu tempat dan ada hubungan
(relationships) yang benar diantara fakta yang ada tersebut (Avison dan Fitzgerald
2006). Normalisasi dalam hal ini merupakan suatu teknik untuk
Normalisasi
9
mengorganisasikan data ke dalam tabel-tabel untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam suatu organisasi. Jadi normalisasi merupakan proses pengelompokan data
elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukkan entity dan relasinya.
Tujuan normalisasi itu sendiri adalah untuk menghilangkan kerangkapan
(redundancy) data, mengurangi kompleksitas, dan untuk mempermudah
pemodifikasian data. Dengan normalisasi, perancang/desainer basisdata bertitik
tolak dari situasi yang nyata. Desainer telah memiliki item data yang siap
ditempatkan dalam baris dan kolom pada tabel-tabel relasional. Dari fakta yang
telah dimiliki tersebut maka dilakukan normalisasi. Hasil normalisasi tersebut
suatu saat dapat dimodifikasi dengan suatu pertimbangan tertentu hingga akhirnya
diperoleh basisdata yang benar-benar efektif dan efisien (Fathansyah 2007).
Proses normalisasi dimulai dengan menguraikan data dalam bentuk tabel
yang selanjutnya dianalisis dengan persyaratan tertentu ke beberapa tingkat.
Apabila tabel tersebut belum memenuhi persyaratan tertentu, maka tabel tersebut
perlu dipecah menjadi beberapa tabel yang lebih sederhana sampai memenuhi
bentuk yang optimal.
Tahapan-tahapan normalisasi ada tiga tahapan dasar (Avison dan Fitzgerald
2006) yaitu:
1) First Normal Form (Bentuk normal ke-satu)
Bentuk normal ke-satu ini mempunyai ciri yaitu data dibentuk dalam satu
record demi satu record dan nilai dari field berupa atomic value. Atom adalah
zat terkecil yang masih memiliki sifat induknya, bila dipecah lagi maka ia
tidak memiliki sifat induknya. Tidak ada set atribut yang berulang ulang atau
atribut bernilai ganda (multi value). Tiap field hanya satu pengertian, bukan
merupakan kumpulan data yang mempunyai arti mendua. Hanya satu arti saja
dan juga bukanlah pecahan kata-kata sehingga artinya lain.
2) Second Normal Form (Bentuk normal ke-dua)
Bentuk normal ke-dua ini mempunyai syarat yaitu bentuk data telah
memenuhi kriteria bentuk normal ke-satu. Atribut bukan kunci haruslah
bergantung secara fungsi pada kunci utama, sehingga untuk membentuk
normal ke-dua haruslah sudah ditentukan kunci-kunci field. Kunci field harus
unik dan dapat mewakili atribut lain yang menjadi anggotanya.
10
3) Third Normal Form (Bentuk normal ke-tiga)
Untuk menjadi bentuk normal ke-tiga maka relasi haruslah dalam bentuk
normal ke-dua dan semua atribut bukan primer tidak punya hubungan yang
transitif. Artinya setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada
kunci primer secara menyeluruh.
Boyce-Codd Normal Form (BCNF) adalah salah satu ekstensi atau
pengembangan bentuk normalisasi. Bahwa pada bentuk normal ke-tiga dan bentuk
normal lainnya, ketergantungan tersembunyi mungkin tidak terungkap. Boyce-
Codd Normal Form ini tidak mengacu pada bentuk normal lainnya (Avison dan
Fitzgerald 2006).
2.1.4 Prinsip-Prinsip Pengembangan SistemPengembangan sistem informasi (information system development) dapat
berupa penyusunan sistem informasi yang benar-benar baru atau memperbaiki
atau menyempurnakan sistem yang telah ada (Curtis dalam Silaban 2004). Yang
lebih sering terjadi adalah menyempurnakan sistem yang telah ada.
Secara umum suatu sistem perlu diganti dan disempurnakan karena alasan-
alasan sebagai berikut (Jogiyanto dalam Silaban 2004):
1) Adanya permasalahan-permasalahan yang dijumpai pada sistem yang lama,
antara lain:
a. Ketidakberesan, berupa pencatatan data yang tidak akurat, informasi yang
sering terlambat, sukar diperoleh saat dibutuhkan, ketidakefisienan operasi
serta ketidakamanan data yang mengakibatkan permasalahan akses data.
b. Pertumbuhan organisasi, dimana suatu organisasi berkembang diperlukan
otomatisasi pemrosesan data sehingga proses dalam organisasi berjalan
dengan cepat dan akurat. Selain itu diperlukan juga suatu cara tertentu
sehingga data yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dapat
diperoleh secara cepat.
2) Untuk meraih kesempatan-kesempatan, dimana teknologi informasi dapat
digunakan untuk penyediaan informasi secara tepat. Kecepatan penghantaran
informasi sangat menentukan berhasil tidaknya strategi atau rencana-rencana
yang telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan.
11
3) Adanya instruksi-instruksi (directives), yakni penyusunan sistem yang baru
oleh karena adanya instruksi dari pimpinan ataupun dari luar organisasi seperti
Peraturan Pemerintah.
Pengembangan sistem yang baru diharapkan menghasilkan suatu
peningkatan dalam organisasi. Peningkatan tersebut berhubungan dengan kinerja,
informasi yang diperoleh, ekonomi, pengendalian, efisiensi serta pelayanan sistem
yang baru. Salah satu prinsip yang harus diingat dalam pengembangan sistem
adalah bahwa sistem yang dikembangkan tersebut adalah untuk manajemen, maka
yang menggunakan informasi dari sistem itu adalah manajemen, sehingga sistem
harus dapat mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh manajemen.
Secara umum dalam mengembangkan sistem ada beberapa prinsip yang
harus dipenuhi. Whitten (2007) mengusulkan beberapa prinsip pengembangan
sistem yaitu:
1) Pengembangan sistem harus melibatkan pemilik dan pemakai yang akan
menggunakan sistem tersebut, karena pemilik dan pengguna sistem
merupakan kebutuhan mutlak dalam keberhasilan pengembangan sistem.
2) Pengembangan sistem menggunakan problem solving approach. Pendekatan
ini dilakukan sepanjang dapat meminimalkan risiko yang terjadi melalui
pembatasan dari pemecahan suatu masalah, ketidaktepatan dalam pemecahan
masalah serta pengambilan solusi yang salah.
3) Pengembangan sistem harus melalui sejumlah tahap kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah pengelola dan peningkatan efektifitas.
4) Pengembangan sistem harus mengikuti standar untuk menjaga konsistensi
pengembangan dan dokumen standarisasi, juga menjamin kualitas produk dan
proses dari pengembangan sistem.
5) Pengembangan sistem sebagai penanaman modal, manfaat yang diperoleh
dari sistem harus lebih dari investasi yang dikeluarkan.
6) Pengembangan sistem harus memiliki cakupan yang jelas, hal ini dilakukan
untuk menghindari pekerjaan yang tidak berkesudahan.
7) Pembagian sistem ke dalam sejumlah subsistem sehingga mempermudah
pengembangan sistem.
12
8) Pengembangan sistem harus fleksibel sehingga mudah untuk dikembangkan
lagi dan diubah sesuai kebutuhan.
2.1.5 Metode Pengembangan SistemUntuk melakukan suatu pengembangan sistem informasi diperlukan suatu
metode pendekatan. Metode pengembangan sistem informasi yang sederhana dan
paling sering digunakan atau paling populer adalah metode pendekatan System
Development Life Cycle (McLeod 2007). System Development Life Cycle (SDLC)
merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang
lama dengan atau memperbaiki sistem yang sudah ada melalui tahapan-tahapan.
Tahapan-tahapan SDLC menurut Avison dan Fitsgerald (2006) (Gambar 1):
1) Studi Kelayakan
Studi Kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang
akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan
sistem tersebut ada empat faktor (Avison dan Fitsgerald 2006):
Gambar 1 Tahapan-Tahapan SDLC menurut Avison & Fitsgerald.
13
- Kelayakan teknologi: dapat didukung oleh teknologi yang tersedia dan ada
keahlian yang memadai untuk membangun sistem tersebut.
- Kelayakan ekonomi: secara finansial terjangkau dan biaya yang dibenarkan
serta erat kaitannya dengan analisis biaya dan manfaat.
- Kelayakan hukum: Tidak melanggar hukum yang berlaku, baik yang hukum
yang ditetapkan pemerintah maupun aturan yang berlaku di organisasi.
- Kelayakan waktu: berhubungan dengan waktu yang ditetapkan untuk
pengembangan sistem.
2) Investigasi Sistem
Investigasi sistem dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung
terhadap sistem informasi yang ada dalam organisasi. Tahap ini bertujuan
untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sistem yang besar menjadi
subsistem. Disamping itu tahap ini juga meminimalisasi duplikasi dan usaha
yang sia-sia serta membuat suatu pengembangan sistem yang baru yang
sesuai dengan rencana strategi dari suatu organisasi.
3) Analisis Sistem
Tahap ini merupakan tahap analisis informasi dari segi permasalahan dan
peluang yang ada dari tahap sebelumnya. Tahap ini juga menganalisis proses
yang dilakukan, data yang dimasukkan, diolah dan dihasilkan oleh sistem
yang lama. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar pengembangan model dari
sistem baru. Proses analisis terhadap sistem meliputi:
a. Survei terhadap sistem yang ada
Survei ini bertujuan untuk memperoleh pengertian dari aspek operasional
sistem, melihat hubungan kerja pengguna yang terlibat dalam sistem,
mengumpulkan data yang penting untuk pengembangan sistem serta
mengidentifikasi permasalahan secara spesifik. Untuk memperoleh
informasi di atas digunakan teknik wawancara, observasi, kuesioner, dan
telaah dokumen.
b. Identifikasi kebutuhan informasi
Dalam hal ini analisis difokuskan pada pengambil keputusan sebagai
pemakai informasi. Adapun kerangka kerja yang digunakan adalah
14
kerangka kerja PIECES (Whitten 2007) untuk menganalisis hal-hal
sebagai berikut:
a) Performance: kebutuhan untuk meningkatkan kinerja.
b) Information: kebutuhan untuk mengendalikan dan meningkatkan
kualitas informasi dan data.
c) Economic: kebutuhan untuk menekan biaya ekonomis dan
pengendalian.
d) Control: kebutuhan untuk meningkatkan pengendalian dan keamanan.
e) Efficiency: kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi.
f) Services: kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen
dan pegawai.
c. Identifikasi kebutuhan sistem
Analis terlibat dalam pembuatan spesifikasi kebutuhan sistem mulai dari
input, proses dan output sistem. Kebutuhan input satu subsistem
menghasilkan output yang dapat sebagai input subsistem yang lain. Analis
mengumpulkan dokumentasi dari sistem yang ada (existing system) dan
menganalisis sistem tersebut. Pada proses analisis akan menghasilkan
dokumentasi sistem yang dituangkan dalam bentuk bagan arus (flow chart)
atau diagram arus data (data flow diagram). Data Flow Diagram (DFD)
merupakan diagram yang menggambarkan aliran informasi dan aksi yang
dilakukan terhadap informasi secara logis. Dengan DFD penyimpanan
informasi keluar dan masuk beserta lokasi tergambar dengan jelas. Data
Flow Diagram terdiri dari sejumlah tingkatan atau level. Pada tingkat
pertama disebut diagram konteks yang menggambarkan proses secara
umum, kemudian diikuti tingkat berikutnya yakni DFD diuraikan dalam
kamus data yang berisi struktur data dan kegunaan data dalam organisasi.
Dalam suatu sistem yang diproses adalah data, data tersebut merupakan
suatu entitas yang terlibat dalam suatu sistem. Entitas yang satu terkait
dengan entitas yang lain menghasilkan suatu relasi. Model dari relasi
entitas ini disebut model entity relationship diagram (diagram hubungan
entitas). Setelah itu ditentukan atribut dari masing-masing entitas. Atribut
tersebut perlu dinormalisasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana
15
untuk mencegah duplikasi data, inkonsistensi dalam suatu basisdata
(Fathansyah 2007).
d. Laporan analisis terhadap sistem
Laporan berupa kegiatan tahap analisis dalam bentuk dokumentasi yang
merupakan tahap akhir dari analisis sistem.
4) Desain Sistem
Tahap perancangan sistem dimulai dari telaah logis yang diperoleh dari
analisis sistem kemudian diterjemahkan ke dalam rancangan model logis
sistem baru. Ada beberapa cara untuk menerjemahkan model logis ke dalam
desain fisik, diantaranya bagaimana penyimpanan data tersebut apakah
disimpan dalam dokumen atau dalam bentuk basisdata, kemudian diproses
komputerisasi yang dilakukan apakah online atau tidak. Dari pertanyaan-
pertanyaan di atas akan timbul beberapa alternatif desain yang dibuat dalam
bentuk diagram aliran data. Kemudian ditentukan batasan otomasinya untuk
membedakan mana proses yang masih manual dan proses yang diotomasi
oleh sistem yang baru. Setelah rancangan model logis sistem selesai
dilakukan, tahap selanjutnya adalah merancang fisik sistem baru yang terdiri
dari (Lucas 1994, Kendall 1998 dalam Silaban 2004):
a. Rancangan proses berupa penentuan perangkat keras dan lunak dari proses
utama.
b. Rancangan modular untuk mempermudah penulisan dan pengujian
program dengan menggunakan hierarchical structure chart.
c. Rancangan penyimpanan data melalui sistem file atau basisdata.
d. Rancangan masukan dan keluaran berupa rancangan interface pemakai
seperti: rancangan layar, kontrol, panduan pemakai. Disamping itu juga
terdapat laporan dan dokumen masukan yang sesuai dengan layar.
e. Spesifikasi sistem berupa spesifikasi lengkap dari masukan, keluaran dan
penyimpanan data.
5) Implementasi
Pada tahap ini sistem secara fisik telah dibuat, kemudian dilakukan penulisan
program, penginstalan dan penggantian sistem yang baru dimana perangkat
keras telah tersedia dan sudah terpasang dengan baik dan sudah dibuat
16
basisdatanya. Pada tahap ini juga dilakukan pelatihan terhadap pengguna
termasuk penyesuaian terhadap sistem yang baru.
6) Review dan Maintenance
Tahap ini dilakukan untuk menilai keberhasilan suatu proyek berupa
keefektifan dari sistem yang baru dikembangkan, perkiraan biaya, ketepatan
waktu pelaksanaan proyek dan bagaimana biaya pemeliharaannya. Dalam
evaluasi diharapkan sistem yang baru tersebut dapat mengurangi pengeluaran
dan menghasilkan keunggulan dari sistem yang lama. Sistem yang
dikembangkan harus mudah digunakan dan cukup fleksibel untuk beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
2. 2 PerpustakaanBagi banyak orang bila mendengar istilah perpustakaan, dalam benak
mereka akan tergambar sebuah gedung atau ruangan yang dipenuhi rak buku.
Anggapan tersebut tidaklah selalu salah karena bila dikaji lebih lanjut, kata dasar
perpustakaan adalah pustaka. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pustaka artinya
kitab, buku. Dalam Bahasa Inggris, dikenal dengan library yang berasal dari kata
Latin liber atau libri artinya buku. Dari kata Latin tersebut, terbentuklah istilah
librarius yang artinya tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya (Belanda)
perpustakaan disebut juga sebagai bibliotheek, (Jerman) bibliothek, (Perancis)
bibliotheque, (Spanyol) bibliotheca, dan (Portugis) bibliotheca. Semua istilah itu
berasal dari kata biblia dari bahasa Yunani artinya tentang buku, kitab. Dengan
demikian, dalam semua bahasa istilah perpustakaan, library, dan bibliotheek
selalu dikaitkan dengan buku atau kitab (Sulistyo-Basuki 1993).
Dengan demikian, batasan perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian
sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan
buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu
untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dalam pengertian buku dan
terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan cetak (buku, majalah,
laporan, pamflet, prosiding, manuskrip, (naskah), lembaran musik, berbagai karya
media audio visual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, bentuk mikro seperti
mikrofilm, mikrofis (Sulistyo-Basuki 1993).
17
Perpustakaan sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustaka, sebagai
hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional (Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 1989). Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka (Undang-Undang RI No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
pasal 1, butir 1 ).
2.2.1 Perpustakaan Nasional Republik IndonesiaDefinisi Perpustakaan Nasional menurut Undang-Undang RI No. 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan, pasal 1, butir 5 adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
perpustakaan. Lembaga ini berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan
rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian,
dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.
Kedudukan Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai berikut
(http://www.pnri.go.id) :
1) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, (yang selanjutnya dalam SK
Kaperpusnas No.03/2001 disingkat Perpusnas) adalah Lembaga Pemerintah
Non Departemen;
2) Perpusnas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden yang
dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh Menteri
Pendidikan Nasional;
3) Perpusnas mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Perpustakaan Nasional RI memiliki visi yaitu pemberdayaan potensi
perpustakaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Selain itu misi
Perpusnas RI yaitu membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis
perpustakaan, melestarikan Bahan Pustaka (Karya Cetak dan Karya Rekam)
18
sebagai Hasil Budaya Bangsa, dan menyelenggarakan Layanan Perpustakaan
(http://www.pnri.go.id).
2.2.2 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Perpustakaan Nasional RITugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional RI adalah melaksanakan tugas
pemerintahan dibidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Perpusnas
menyelenggarakan fungsi (http://www.pnri.go.id):
1) Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional dibidang perpustakaan;
2) Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Perpusnas;
3) Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi Pemerintah dibidang
perpustakaan;
4) Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsinya Perpusnas mempunyai kewenangan:
1) Menyusun rencana nasional secara makro, dibidang perpustakaan;
2) Merumuskan kebijakan dibidang perpustakaan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
3) Menetapkan sistem informasi dibidang perpustakaan;
4) Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:
a. merumuskan dan pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang perpustakaan;
b. merumuskan dan pelaksanaan kebijakan pelestarian pustaka budaya
bangsa dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya.
Dalam pelaksanaan kebijakan pelestarian pustaka budaya bangsa
dilaksanakan oleh Pusat Preservasi Bahan Pustaka. Tugas Pusat Preservasi Bahan
Pustaka yaitu melaksanakan pelestarian informasi dan fisik bahan pustaka
(http://www.pnri.go.id).
Fungsi Pusat Preservasi Bahan Pustaka yaitu:
1) Pelaksanaan pelestarian fisik melalui pemeliharaan, perawatan, restorasi dan
penjilidan bahan pustaka;
19
2) Pelaksanaan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih
media mikrografi dan fotografi;
3) Pelaksanaan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih
media digital ke media baru.
Dalam pelaksanaan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui
alih media digital ke media baru dilaksanakan oleh Bidang Transformasi Digital.
Bidang Transformasi Digital memiliki tugas dan fungsi, antara lain
(http://www.pnri.go.id):
- Tugas:
Melaksanakan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih
media digital ke media baru.
- Fungsi:
1) Pelaksanaan kegiatan transformasi kandungan informasi bahan pustaka
langka khasanah warisan budaya bangsa ke bentuk digital serta
pemeliharaan dan penyimpanan master informasi digital;
2) Pelaksanaan transformasi informasi digital ke media baru.
2.3 Alih Media DigitalAlih media digital (transformasi digital) merupakan hasil terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu digital transformation, dimana transformation adalah
mengubah bentuk, mengalihmediakan (Oxford Learner’s Pocket Dictionary,
1987). Jadi alih media digital berarti mengubah bentuk, mengalihmediakan ke
dalam bentuk/format digital. Sebelum menjadi bentuk digital, data dapat berupa
bentuk tercetak, tiga dimensi, audio visual, dan hanya audionya saja. Selain itu
alih media juga dapat berarti sebuah proses yang mengubah sinyal analog menjadi
bentuk digital (Pendit 2007).
Tujuan alih media digital di perpustakaan adalah untuk menyelamatkan
kandungan informasi atau kandungan intelektual serta untuk melestarikan
(preservasi) koleksi bahan perpustakaan yang asli sehingga bertahan lebih lama.
Dengan demikian alih media digital bermanfaat untuk:
- Melindungi Sumber Asli
20
Hal yang umum dalam penerapan teknologi digital dalam perpustakaan atau
kearsipan adalah membuat salinan digital yang dapat digunakan sebagai
referensi untuk menggantikan dan mengakses dari pada sumber aslinya. Tujuan
dari upaya preservasi karena adanya keterbatasan terhadap akses sumber
aslinya. Sebagai contoh file digital koleksi gambar dan foto disediakan untuk
kebutuhan studi dapat dilakukan tanpa harus mengakses sumber gambar
aslinya. Sehingga peminjaman sumber asli dokumen, buku atau gambar dapat
dihentikan untuk menghindari kerusakan atau kehilangan. Upaya preservasi ini
dapat memotivasi setiap perpustakaan dan lembaga kearsipan untuk melakukan
ujicoba terhadap kemampuan dari perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software).
- Mewakili Sumber Asli
Produk digital haruslah dibuat untuk dapat mewakili isi informasi dari sumber
aslinya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan materi untuk tujuan
penelitian ilmiah dan pembelajaran. Sistem yang dibuat dengan resolusi yang
tinggi memungkinkan untuk menyediakan informasi sama persis dengan
sumber aslinya tanpa adanya resiko kerusakan atau kehilangan. Hal ini
diperkuat dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan, Pasal 12 ayat 4 disebutkan dalam hal
dokumen perusahaan yang dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lainnya
adalah naskah asli yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan masih
mengandung kepentingan hukum tertentu, pimpinan perusahaan wajib tetap
menyimpan naskah asli tersebut.
- Melebihi Sumber Asli
Dengan hadirnya teknologi digital akan memudahkan kebutuhan setiap
pengguna terhadap informasi secara lebih detail. Dimana secara manual atau
melalui sumber aslinya tidak mungkin untuk dilakukan. Juga untuk produk
digital yang dapat dikombinasikan dengan fungsi sistem rekayasa dan
disebarluaskan secara luas melalui mesin pencari (seacrh engine) akan memilki
nilai kegunaan lebih bagi setiap penggunanya sebagai bahan materi penelitian
ilmiah atau untuk kebutuhan lainnya.
21
2.4 Bahan Perpustakaan LangkaLangka artinya jarang didapat; jarang ditemukan; jarang terjadi. Kelangkaan
berarti perihal langka (http://pusatbahasa.diknas.go.id).
Kelangkaan itu dipahami bukan saja jarang atau sukar diperoleh, tetapi juga
unik, bahkan eksekutif. Jadi, sumber langka adalah sumber yang unik sekaligus
sukar diperoleh koleksinya. Dengan kata lain, pada sumber langka melekat
(inherent) kelangkaan. Juga menjadi jelas bahwa jangkauan peredaran sumber
langka bersifat terbatas karena umumnya tidak digandakan secara masih melalui
mesin cetak ataupun media transmisi lainnya. Selain itu, biasanya meskipun tidak
selalu, sumber langka menyangkut kurun masa yang sangat tua sehingga terentang
jarak waktu yang jauh dengan masa hidup penelitinya. Segera dapat diidentifikasi
bahwa yang tergolong sumber langka adalah naskah-naskah kuno atau manuskrip
yang ditulis tangan. Banyak ditemukan naskah-naskah itu berasosiasi dengan
masa klasik kerajaan tempo dulu. Dalam khazanah ilmu sejarah, penggolongan
sumber langka diperluas dengan memasukkan kronikel, catatan harian, dokumen
keluarga, memoar, arsip/dokumen resmi; juga sumber-sumber tidak tertulis seperti
customs, folklore, bahkan sihir dan mitos (Kasijanto 2004).
Bahan perpustakaan langka adalah suatu jenis koleksi yang memiliki ciri-
ciri; tidak diterbitkan lagi, sudah tidak beredar di pasaran, susah untuk
mendapatkannya, mempunyai kandungan informasi yang tetap, memiliki
informasi kesejarahan (http://www.badanperpusdadiy.go.id).
2.5 MetadataMetadata adalah data terstruktur tentang data. Ada berbagai definisi yang
lebih rinci, antara lain dari American Library Association dalam Pendit (2007)
sebagai berikut: Metadata are structured, encoded data that describe
characteristics of information bearing entitites to aid in the identification,
discovery, assessment and management of the described entities. Definisi ini
menunjukkan bahwa metadata adalah data yang (Pendit 2007):
1) Terstruktur;
2) Ditandai dengan kode agar dapat diproses dengan komputer;
3) Mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi;
22
4) Membantu identifikasi, penemuan, penilaian, dan pengolahan satuan
pembawa informasi tersebut.
Melihat ciri-ciri metadata, dapat disimpulkan bahwa metadata adalah istilah
baru, tetapi bukan konsep yang 100% baru. Suatu kartu katalog atau entri dalam
bibliografi adalah metadata, cantuman bibliografi berformat MARC adalah
metadata. Memang sejak dulu pustakawan dan arsiparis, dan juga kurator
musium, telah menciptakan apa yang sekarang disebut metadata untuk
memungkinkan pengelolaan dan temu balik berbagai obyek warisan budaya yang
dipercayakan pada mereka. Yang baru adalah bahwa kini beragam komunitas
mulai merasakan perlunya format yang terstruktur dan standar untuk data yang
mendeskripsikan obyek-obyek yang dikelola oleh mereka. Semua komunitas,
terutama pengelola dan pengolah informasi, sadar bahwa semakin terstruktur data
tentang dokumen atau artefak lain, semakin bagus, karena struktur tersebut dapat
digunakan untuk pengolahan, penelusuran, dan interaksi dengan data yang lain.
Munculnya perpustakaan digital, dan proliferasi (perluasan) informasi di
internet dan www, semakin memperbesar rasa urgensi untuk membuat standar
atau skema metadata (metadata scheme) yang tidak saja cocok untuk description
dan discovery sumber-sumber digital (digital resources), tetapi juga untuk
keperluan lain seperti pengelolaan, pelestarian, dan penilaian. Komunitas yang
sibuk merancang format atau skema metadata punya latar belakang dan profesi
yang berbeda-beda, mencakup berbagai disiplin ilmu, dan melibatkan praktisi dari
berbagai bidang seperti penerbit, perancang dan produsen media interaktif dan
perangkat lunak, ahli teknologi informasi. Jadi tidak terbatas pada lingkungan
perpustakaan, kearsipan, dan musium.
Setiap skema metadata pada dasarnya berisi kesepakatan tentang tata cara
mengelola data, dan di dalam tata cara ini terdapat tiga komponen utama, yaitu
(Pendit 2008):
1) Metadata deskriptif
Sebagaimana namanya, merupakan tata cara untuk menggambarkan
(mendeskripsikan) sebuah entitas berupa dokumen atau objek digital,
sedemikian rupa sehingga deskripsi ini mewakili entitas yang bersangkutan
dalam sebuah sistem penyimpanan dan penemuan kembali. Pada umumnya,
23
tata cara pembuatan dan pengisian metadata deskriptif ini mengikuti atau
mengembangkan tata cara yang sudah lama sekali digunakan dibidang
perpustakaan untuk deskripsi bibliografi misalnya, tata cara dalam hal
informasi tentang pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subjek atau kata kunci
dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan
tradisional.
2) Metadata administratif
Metadata ini berbeda dari metadata deskriptif yang lebih merupakan sarana
perwakilan untuk penyimpanan dan penemuan kembali, maka metadata
administratif menyangkut pengelolaan data sebagai bagian dari kepemilikan
atau koleksi sebuah institusi informasi. Metadata administratif berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya informasi dalam konteks penciptaan,
pemeliharaan, kepemilikan, dan hak akses serta hak pemakaiannya. Metadata
ini juga sangat penting dalam pengelolaan objek digital untuk keperluan
penyimpanan jangka panjang serta pengarsipan.
3) Metadata struktural
Sebuah dokumen atau sumber daya informasi yang berbentuk objek digital
memiliki ciri atau karakteristik yang sangat berbeda dari yang non-digital,
walaupun kandungan informasi di kedua format berbeda ini memiliki struktur
penyajian yang sama. Metadata struktural adalah metadata yang dapat
digunakan untuk mencatat dan merekam karakteristik sebuah objek digital,
sedemikian rupa sehingga secara teknis objek ini dapat digunakan dengan
urut.
2.5.1 MARCMachine Readable Cataloging (MARC) adalah standar untuk komunikasi
data katalog di dunia perpustakaan dan informasi. Pada dasarnya, MARC adalah
format data (atau lebih tepatnya: sekumpulan format data) yang memungkinkan
pertukaran data katalog atau data lainnya yang terkait antar sistem-sistem
perpustakaan yang memakai komputer (Pendit 2008).
Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh
Library of Congress (LC), format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya
24
bagi penyebaran data katalogisasi bahan perpustakaan ke berbagai perpustakaan di
Amerika Serikat. Konsep ini dipakai oleh berbagai negara termasuk Indonesia
yang menggunakan MARC. Karena dipakai di Indonesia, maka menjadi
INDOMARC. Dalam INDOMARC terdapat kelompok tengara yang merupakan
kumpulan ruas tidak tetap yang fungsinya sama dan nomor tengaranya dimulai
dengan angka yang sama. Setiap kelompok tengara mencerminkan bagian tertentu
dari cantuman katalog.
Berikut ini daftar tengara dengan XX adalah nilai angka diantara 00-99
(Perpustakaan Nasional RI 2006):
1) 0XX Informasi kendali dan identifikasi, termasuk nomor standar, nomor
klasifikasi dan nomor panggil.
2) 1XX Entri utama.
3) 2XX Judul dan paragraf judul (judul, edisi, impresum).
4) 3XX Deskripsi fisik, dan sebagainya.
5) 4XX Pernyataan seri.
6) 5XX Catatan.
7) 6XX Entri tambahan subyek.
8) 7XX Entri tambahan selain dari subyek atau seri.
9) 8XX Entri tambahan seri.
2.5.2 Dublin CoreDublin Core Metadata Element Set (DCMES) yaitu standar metadata yang
sekarang dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Dublin Core merupakan
hasil dari lokakarya yang diadakan di Online Computer Library Center (OCLC)
di kota Dublin, Ohio tahun 1995 yang dibentuk karena dipengaruhi oleh adanya
rasa kurang puas dengan standar lama seperti misalnya MARC. MARC dianggap
terlampau sulit (hanya dimengerti dan bisa diterapkan oleh pustakawan) dan
kurang bisa digunakan untuk web resources. Untuk menangani banjir web
resources diperlukan cara dan format yang lebih sederhana (Pendit 2007).
Dublin Core memiliki 15 unsur dasar yaitu:
1) Title : judul dari sumber informasi.
2) Creator : pencipta sumber informasi.
25
3) Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk
kata kunci atau nomor klasifikasi.
4) Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa
abstrak, daftar isi atau uraian.
5) Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi.
6) Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi.
7) Date : tanggal penciptaan sumber informasi.
8) Type : jenis sumber informasi, novel, laporan, peta dan sebagainya.
9) Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber
informasi.
10) Identifier: nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian
sumber informasi, contoh URL, alamat situs.
11) Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi.
12) Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi.
13) Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi
lainnya.
14) Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu.
15) Rights : pemilik hak cipta sumber informasi.
2.6 Perpustakaan DigitalDefinisi perpustakaan digital, menurut:
- Lesk dalam Pendit (2007): Digital libraries are organized collections of digital
information. They combine the structuring and gathering of information, which
libraries and archives have always done, with the digital representation that
computers have made possible.
- Arms dalam Pendit (2007): Digital library is a managed collection of
information, with associated services, where information is stored in digital
formats and accessible over a network.
- Digital Libraries Federation (DLF) dalam Pendit (2007): Digital libraries are
organizations that provide the resources, including the specialized staff, to
select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the
integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works
26
so that they are readily and economically available for use by a defined
community or set of communities.
Lesk memandang perpustakaan digital sangat umum sebagai semata-mata
kumpulan informasi digital yang tertata (organized collections of digital
information). Arms memperluasnya sedikit dengan menambahkan bahwa koleksi
tersebut disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi
(managed collection of information, with associated services, where information
is stored in digital formats and accessible over a network). Definisi menurut
Digital Libraries Federation mengatakan bahwa perpustakaan digital adalah
berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, termasuk pegawai yang
terlatih khusus, untuk memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami,
menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital,
sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh
sebuah atau sekumpulan komunitas yang membutuhkannya. Dengan demikian
perpustakaan digital sesungguhnya merupakan upaya yang terorganisir dalam
memanfaatkan teknologi yang ada bagi keperluan masyarakat penggunanya
(Pendit 2008).
Tiga karakteristik utama perpustakaan digital, yaitu (Pendit 2007):
1) Memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari,
dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk di dalam sebuah jaringan
digital yang tersebar luas.
2) Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan
berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal.
3) Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumberdaya digital yang
dikembangkan bersama-sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi
kebutuhan informasi komunitas tersebut. Oleh sebab itu, perpustakaan digital
merupakan integrasi berbagai institusi, seperti perpustakaan, musium, arsip,
dan sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat, dan menyediakan
informasi secara meluas ke berbagai komunitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka PemikiranTahapan pengerjaan dalam penelitian ini menggunakan metode System
Development Life Cycle (SDLC) yang terdiri dari feasibility study, systems
investigation, systems analysis, systems design, implementation, dan yang terakhir
adalah review dan maintenance (Avison and Fitsgerald 2006). Tahapan-tahapan
dalam SDLC mudah dipahami dan jelas, biasanya digunakan dalam pengelolaan
proyek. Pada tiap tahapan dalam SDLC terdokumentasi sehingga struktur sistem
jelas, kebutuhan pengguna mudah dipahami serta kemungkinan terjadinya
perubahan kebutuhan pengguna kecil.
Dalam penelitian ini tidak semua tahapan dilakukan karena keterbatasan
waktu dan hanya sampai tahapan desain sistem sesuai dengan tema penelitian ini
yaitu membahas tentang rancangan sistem. Sehingga tahapan penelitian ini
meliputi feasibility study (studi kelayakan), system investigation (investigasi
sistem), systems analysis (analisis sistem), systems design (desain sistem).
3.2 Pelaksanaan PenelitianTahapan pelaksanaan penelitian (Gambar 2) ini diawali dengan analisis studi
kelayakan yang terdiri dari kelayakan teknologi, ekonomi, hukum, dan waktu.
Tahapan selanjutnya adalah investigasi sistem dengan pengumpulan data.
Dilanjutkan dengan melakukan analisis sistem yang terdiri dari survei sistem,
analisis kebutuhan informasi, dan analisis kebutuhan sistem.
Tahapan berikutnya yaitu desain sistem untuk rancangan sistem basisdata
pengelolaan bahan perpustakaan langka format digital yang meliputi identifikasi
flowchart sistem berjalan, pembuatan flowchart sistem diusulkan, data flow
diagram, flowchart sistem, entity relationship diagram (ERD), penetapan
software dan hardware, dan desain interface (antar muka). Langkah terakhir
dalam tahapan penelitian ini yaitu penyusunan laporan tugas akhir.
28
3.3 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini berjalan diantara rentang waktu dari Januari 2010 hingga
Januari 2011 dan lokasi penelitian ini adalah di Perpustakaan Nasional RI.
3.3.1 Waktu PenelitianPenelitian ini mulai dirancang pada Bulan Januari 2010 (Lampiran 1)
dengan pembuatan draft proposal. Setelah draft proposal diperbaiki, pada awal
April 2010 dilakukan Sidang Komisi 1 yang dihadiri Komisi Pembimbing.
Gambar 2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian.
29
Kemudian dari hasil Sidang Komisi 1, menghasilkan proposal penelitian yang
setelah direvisi diajukan dalam Kolokium yang dihadiri oleh mahasiswa
pascasarjana IPB dilaksanakan pada pekan ke-dua Bulan Mei 2010.
Hasil dari Kolokium, proposal disempurnakan dan direvisi baik dari segi isi
maupun penulisan. Setelah itu penelitian dilakukan mulai dari pekan ke-tiga
Bulan Mei 2010 sampai dengan Januari 2011.
3.3.2 Tempat penelitianPenelitian ini dilaksanakan di Bidang Transformasi Digital, Pusat Preservasi
Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional RI, Jalan Salemba Raya No. 28 A, Jakarta
Pusat.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Studi KelayakanTahapan penelitian ini diawali dengan analisis studi kelayakan. Studi
kelayakan merupakan suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang akan
mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Faktor-faktor utama tersebut meliputi kelayakan teknologi, kelayakan
ekonomi, kelayakan hukum, dan kelayakan waktu.
4.1.1 Kelayakan TeknologiKelayakan teknis berkaitan dengan teknologi yang nantinya akan diterapkan
pada sistem yang akan dikembangkan. Secara teknis, sistem dinilai layak karena
sistem informasi yang diajukan ini cukup praktis dengan alasan bahwa teknologi
yang tersedia dapat dengan mudah diaplikasikan pada sistem informasi yang baru.
Dengan spesifikasi kebutuhan minimum hardware (setara dengan Intel Pentium 4
dan memory 256 MB) dan kebutuhan software (Windows XP/ Vista/ 7 dan
Microsoft Access 2000/ lebih tinggi), sistem ini dinilai praktis dan mudah dalam
pengaplikasiannya.
Spesifikasi kebutuhan minimum hardware dan software tersebut dapat
dengan mudah tersedia di pasaran dan memenuhi kapasitas yang diperlukan.
Dengan kemudahan spesifikasi tersebut, maka tenaga teknis yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan teknologi tersebut juga tidak sulit dan dapat dioperasikan
oleh staf Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI yang telah
terbiasa mengoperasikan dalam sistem Windows, terutama Windows XP, Vista,
dan 7 yang saat ini digunakan di bidang ini. Untuk Microsoft Access, bidang ini
menggunakan 2003 dan 2007 saat ini.
31
4.1.2 Kelayakan EkonomiKelayakan ekonomi erat kaitannya dengan analisis biaya dan manfaat.
Sistem informasi yang diajukan harus dapat dinilai secara keuangan dengan
membandingkan kegunaannya (manfaat) yang diperoleh dengan biayanya.
a. Biaya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Biaya pengembangan sistem, biasanya merupakan biaya satu kali yang
tidak berulang sesudah proyek selesai. Termasuk dalam kategori ini,
antara lain:
- Biaya pengadaan, yaitu biaya yang terjadi sehubungan dengan
pengadaan perangkat keras.
- Biaya persiapan operasi, yaitu biaya yang berhubungan dengan biaya
untuk membuat sistem siap untuk dioperasikan.
- Biaya proyek, yaitu biaya yang berhubungan dengan biaya-biaya untuk
pengembangan sistem hingga penerapan sistem tersebut.
2) Biaya pengoperasian sistem. Berbeda dengan biaya pengembangan sistem,
biaya operasi cenderung berulang sepanjang kehidupan sistem. Biaya
operasi sistem sepanjang sistem berfungsi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
- Biaya tetap, yaitu biaya yang terjadi pada jarak waktu yang teratur pada
tarif yang relatif tetap, misalnya biaya untuk pemeliharaan sistem yang
nantinya berjalan dan tarifnya sudah dibuat sehingga bersifat tetap.
- Biaya variabel, yaitu biaya yang terjadi sesuai dengan proporsi
beberapa faktor kegunaan, misalnya biaya untuk pengembangan sistem
yang sesuai dengan besarnya variabel pengembangan, semakin banyak
proporsi pengembangan semakin banyak biaya yang dikeluarkan.
b. Manfaat/ Keuntungan digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Manfaat/ Keuntungan berwujud merupakan keuntungan yang dapat
dengan mudah diukur dalam satuan nilai uang. Misalnya dengan adanya
sistem ini dapat mengurangi dalam kesalahan proses pencetakan laporan.
Selain itu manfaat/ keuntungan yang diperoleh yaitu jumlah bahan
perpustakaan yang akan dialihmedia meningkat karena dengan adanya
32
sistem informasi ini alur kerja dalam penulisan laporan yang sebelumnya
dilaporkan secara manual ke koordinator, menjadi input metadata data
koleksi hasil alih media dan sistem yang memverifikasinya.
2) Manfaat/ Keuntungan tidak berwujud merupakan keuntungan yang sulit
atau tidak dapat diukur dalam satuan nilai uang misalnya dengan adanya
sistem ini lebih memudahkan dalam fungsi kontrol manajemen, sebagai
sarana akuntabilitas dari salah satu tugas Perpustakaan Nasional RI
khususnya Bidang Transformasi Digital, serta membantu persiapan untuk
layanan jasa perpustakaan.
4.1.3 Kelayakan HukumKelayakan hukum adalah kelayakan yang berkaitan dengan legalitas atau
kekuatan hukum. Berarti bahwa sistem informasi yang diusulkan tidak melanggar
hukum yang berlaku, baik hukum yang ditetapkan oleh pemerintah maupun
hukum yang ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan organisasi.
Proyek sistem yang akan dikembangkan ini tidak melanggar hukum yang
berlaku karena Bidang Transformasi Digital menggunakan software Windows
yang legal sesuai dengan perijinan yang ada artinya produk lisensi berbayar yang
berlaku di pasaran. Selain kelayakan hukum dari sisi software, sistem ini juga
layak secara hukum dari sisi operasional artinya sesuai dengan tugas dan fungsi
Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI yang salah satunya
pemeliharaan dan penyimpanan master informasi digital.
4.1.4 Kelayakan WaktuKelayakan waktu digunakan untuk menentukan bahwa pengembangan
sistem dapat dilakukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan. Pengembangan
sistem informasi yang akan dijalankan di Bidang Transformasi Digital,
Perpustakaan Nasional RI ini direncanakan selesai dalam waktu maksimal lima
bulan dihitung setelah rancangan desain selesai dilakukan dan diserahkan kepada
pihak pengembang.
33
Pertimbangan waktu ini dengan alasan bahwa sistem dapat selesai dalam
tahun anggaran berjalan. Penyelesaian sistem informasi ini dilakukan oleh pihak
pengembang dengan tetap dilakukan koordinasi dari pihak konsumen dalam hal
ini Bidang Transformasi Digital agar sistem nantinya jadi sesuai dengan waktu
yang ditentukan dan sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan.
4.2 Investigasi SistemInvestigasi sistem dilakukan terhadap calon pengguna sistem yaitu Bidang
Transformasi Digital. Bidang Transformasi Digital mulai mengalihmediakan
bahan perpustakaan sejak tahun 2001. Bahan yang dialihmediakan merupakan
bahan perpustakaan langka baik yang berasal dari dalam institusi (internal) dan
dari luar institusi (ekternal). Tentunya jumlah hasil alih media dalam format
digital tidak sedikit. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi, laporan hasil
alih media digital (Lampiran 6) yang selama ini ada hanya berbentuk laporan
dokumen yang formatnya berbeda-beda, yaitu dalam format .doc (word) dan .xls
(excel). Laporan tersebut selain belum standar baik dari segi isi maupun
formatnya, jadi hanya bentuk dokumen spreadsheet biasa sehingga jika ingin
menelusur kembali (retrieval) terhadap hasil alih media masih sulit dan
kemungkinan duplikasi data (redundancy data) dapat terjadi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya suatu sistem yang lebih
efisien dan efektif untuk menyempurnakan sistem yang berjalan. Dari bentuk
laporan yang belum seragam formatnya menjadi bentuk yang seragam dan yang
lebih pentingnya lagi yaitu terintegrasi satu sama lain sehingga terjadinya
redundancy data dapat dihindari. Sistem yang baru ini berupa sistem basisdata
yang akan dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Untuk
itu agar kebutuhan informasi sesuai kebutuhan maka calon pengguna sistem
dilibatkan dengan wawancara dengan pengambil kebijakan di Bidang
Transformasi Digital dan pengisian kuesioner oleh staf Bidang Transformasi
Digital.
34
4.3 Analisis SistemSetelah investigasi sistem, tahapan selanjutnya adalah analisis sistem. Pada
tahapan analisis sistem ini terdiri dari survei sistem, analisis kebutuhan informasi,
dan analisis kebutuhan sistem.
4.3.1 Survei SistemBerdasarkan survei yang dilakukan dengan wawancara terhadap Kepala
Bidang Transformasi Digital, dapat dikatakan bahwa masalah yang dihadapi
dengan sistem yang selama ini berjalan, yaitu dengan laporan yang masih
berbentuk dokumen biasa, kemungkinan dapat terjadinya duplikasi judul terhadap
bahan perpustakaan yang telah dialihmediakan serta informasi terhadap hasil alih
media belum dengan cepat dapat ditelusur kembali. Dengan demikian bidang ini
memang perlu adanya sistem basisdata yang memuat informasi terhadap hasil
yang telah dialihmediakan sebagaimana disebutkan oleh Kepala Bidang
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI dalam ringkasan hasil
wawancaranya (Lampiran 2). Selain itu hasil investigasi dan survei yang didapat
bahwa bahan perpustakaan langka yang dialihmediakan yaitu Artikel Majalah
Terjilid, Majalah Langka, Buku langka, Naskah Kuno, Peta, Foto, Audio, dan
Audio Visual. Bahan perpustakaan tersebut memiliki metadatanya masing-masing
yang akan dijadikan atribut dalam sistem basisdata nantinya. Metadata yang
diajukan (Lampiran 3) disetujui oleh Kepala Bidang dan metadata ini diajukan ke
staf Bidang Tranformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI dalam bentuk
kuesioner (Lampiran 4) yang diajukan dalam rangka penetapan entitas dan atribut
untuk sistem basisdata yang akan dirancang. Tujuan dari sistem yang baru ini
yaitu agar temu kembali informasi bisa dengan cepat dan akurat.
Selain wawancara terhadap pengambil kebijakan dalam hal ini Kepala
Bidang Transformasi Digital, survei dilakukan terhadap enam orang staf Bidang
Transformasi Digital dari total staf yang berjumlah 12 orang. Enam orang yang
mewakili ini terdiri dari tiga orang berpendidikan strata satu dan tiga orang
berpendidikan SLTA. Dari hasil kuesioner (Lampiran 5) yang berisi tentang
penetapan entitas dan atribut rancangan sistem basisdata untuk pengelolaan bahan
perpustakaan langka format digital didapat hasil bahwa 100% responden
35
menyatakan persetujuannya dengan usulan atribut dari tiap-tiap entitas dan tidak
ada usulan maupun saran.
4.3.2 Analisis Kebutuhan InformasiDalam analisis kebutuhan informasi ini difokuskan pada pengambil
keputusan sebagai pemakai informasi. Untuk menganalisis kebutuhan informasi
ini digunakan kerangka kerja PIECES (Whitten 2007). Kerangka kerja PIECES
(Performance, Information, Economic, Control, Efficiency, Services) digunakan
dalam penelitian ini untuk membandingkan sistem yang lama dan sistem yang
baru (Tabel 1).
Tabel 1 Kerangka kerja PIECES
Kerangka PIECES Sistem Lama Sistem Baru
Performance (Kinerja):
untuk mengetahui kebutuhan
meningkatkan kinerja.
Waktu lebih lama karena
format laporan yang
berbeda.
Waktu relatif lebih
singkat karena format
laporan sama sehingga
tidak perlu membuat
format baru jika ingin
membuat laporan.
Information (Informasi):
untuk mengetahui apakah
sistem menyediakan
informasi yang berkualitas
bagi pengguna akhir.
Informasi yang disajikan
dalam tabel, tidak
secepat dan seakurat
sistem yang diusulkan.
Informasi disajikan
dengan beberapa
fasilitas sehingga lebih
cepat dan akurat.
Economic (Ekonomi): untuk
mengetahui apakah sistem
menawarkan tingkat dan
kapasitas pelayanan yang
memadai untuk mengurangi
biaya dan meningkatkan
keuntungan.
Biaya dikeluarkan lebih
tinggi karena sering
kesalahan cetak.
Biaya relatif rendah
karena kesalahan
pencetakan laporan
dapat diminimalkan.
36
Tabel 1 Lanjutan
Kerangka PIECES Sistem Lama Sistem Baru
Control (Pengendalian): untuk
meningkatkan pengendalian dan
keamanan data.
File laporan dapat
diakses oleh siapa
saja.
Pengendalian sistem
dilakukan dengan
mambatasi hak
pengguna dengan
pemberian password
untuk masing-masing
pengguna.
Efficiency (Efisiensi): untuk
mengetahui apakah sistem
menggunakan secara maksimum
sumber yang tersedia termasuk
orang, waktu aliran form,
meminimalkan penundaan
proses.
Banyak
menghabiskan
waktu untuk
menginputkan data
yang sama.
Lebih hemat waktu
karena pemasukan data
yang sama dapat
dihindari.
Services (Pelayanan): untuk
mengetahui apakah sistem
menyediakan layanan yang
diinginkan dan handal pada
siapa saja yang
menginginkannya, dan apakah
sistem fleksibel dan dapat
dikembangkan.
Pelayanan belum
memuaskan karena
sajian informasi
tidak konsisten
sehingga lambat
dalam proses
pengolahan data.
Tingkat kepuasan lebih
karena sajian informasi
yang konsisten
sehingga proses
pengolahan data lebih
cepat.
Dengan membandingkan sistem yang lama dan yang baru tersebut didapat
bahwa dengan sistem yang baru, dari sisi kinerja (performance) dalam hal ini
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu laporan relatif lebih singkat
karena sistem sudah memiliki format yang sama sehingga tidak perlu membuat
format baru jika ingin membuat laporan.
37
Dari sisi informasi (information) digunakan untuk mengetahui apakah
sistem menyediakan informasi yang berkualitas bagi pengguna akhir dan manajer
dalam hal ini Kepala Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
Dalam sistem lama informasi yang disajikan tidak secepat dan belum seakurat
dengan sistem yang akan dihasilkan. Selain itu informasi dalam sistem yang lama
disajikan dalam bentuk tabel sedangkan dalam sistem yang baru akan disajikan
dengan beberapa fasilitas.
Dari segi ekonomi (economic) untuk mengetahui apakah sistem
menawarkan tingkat dan kapasitas pelayanan yang memadai untuk mengurangi
biaya dan meningkatkan keuntungan. Dalam sistem yang lama didapat bahwa
biaya yang dikeluarkan relatif lebih tinggi akibat sering terjadinya kesalahan
dalam mencetak laporan sedangkan dalam sistem yang baru biaya relatif lebih
rendah karena kesalahan pencetakan laporan dapat diminimalkan.
Dari sisi pengendalian (control) yaitu untuk meningkatkan pengendalian
dan keamanan data. File laporan dapat diakses oleh orang-orang tidak berwenang
dalam sistem lama, sedangkan dalam sistem baru pengendalian sistem dilakukan
dengan membatasi hak user dengan pemberian password untuk masing-masing
user (pengguna).
Dari sisi efisiensi (efficiency) untuk mengetahui apakah sistem
menggunakan secara maksimum sumber yang tersedia termasuk orang, waktu
aliran data, dan meminimalkan penundaan proses. Dalam sistem yang lama lebih
banyak menghabiskan waktu untuk menginputkan data yang sama sedangkan
pada sistem yang baru lebih hemat waktu karena pemasukan data yang sama dapat
dihindari.
Dari sisi pelayanan (service) untuk mengetahui apakah sistem menyediakan
layanan yang diinginkan dan handal pada siapa saja yang menginginkannya, dan
apakah sistem fleksibel dan dapat dikembangkan. Pelayanan dalam sistem lama
belum memuaskan karena sistem menyajikan informasi dalam format yang
konsisten sehingga proses pengolahan data lebih cepat.
38
4.3.3 Analisis Kebutuhan SistemSistem yang ada saat ini di Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan
Nasional RI adalah sistem pencatatan dan pelaporan data koleksi yang telah
dialihmedia dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan satu tahun sekali. Namun
demikian sistem yang ada masih manual dan hanya dievaluasi setahun sekali
sehingga sulit melakukan pemantauan untuk antisipasi secara dini jika terjadi
kesalahan atau duplikasi data. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan sistem
yang dimulai dari proses penetapan kebutuhan sistem, pemodelan sistem serta
penetapan software yang akan digunakan, dengan harapan sistem yang
dikembangkan ini mampu menghasilkan informasi tentang hasil alih media digital
yang berguna bagi pengambil keputusan dalam menyusun perencanaan,
monitoring serta evaluasi program, dan dapat juga digunakan oleh pihak lain yang
membutuhkan informasi tersebut.
Berdasarkan analisis di lapangan, diperlukan pengembangan sistem untuk
memperbaiki sistem yang lama. Adapun pertimbangan perlunya pengembangan
sistem adalah sebagai berikut:
- Adanya permasalahan yang timbul pada sistem yang lama yakni adanya
duplikasi dalam mengalihmediakan bahan perpustakaan oleh karena diolah
secara manual.
- Analisis data untuk menghasilkan informasi hanya dilakukan setahun sekali.
- Informasi yang dihasilkan hanya berupa rekapan data dan analisis yang sangat
sederhana yakni hanya melakukan penghitungan secara manual.
- Kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat.
39
4.4 Desain SistemDesain dimulai dengan mengetahui alur kerja (flowchart) proses alih media
digital yang sedang berjalan di Bidang Transformasi Digital saat ini. Alur kerja
yang berjalan saat ini (Gambar 3):
1) Bahan perpustakaan yang akan dialihmedia diterima oleh kepala Bidang
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
2) Bahan perpustakaan diserahkan kepada koordinator kegiatan di Bidang
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
3) Verifikasi bahan perpustakaan oleh koordinator kegiatan.
4) Pembagian tugas oleh koordinator kegiatan ke petugas dalam hal ini staf
Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
5) Petugas melakukan alih media digital.
6) Petugas melakukan editing.
7) Pembuatan file master dan konversi file untuk kemasan multimedia
(multimedia packaging).
8) Pembuatan multimedia packaging.
9) Petugas menyerahkan laporan kepada koordinator kegiatan.
10) Koordinator kegiatan melakukan verifikasi terhadap laporan dari petugas.
11) Laporan dari koordinator kepada Kepala Bidang Transformasi Digital,
Perpustakaan Nasional RI.
12) Pengembalian bahan perpustakaan ke institusi asal oleh koordinator.
Dalam sistem berjalan (Gambar 3), laporan yang diserahkan berbentuk
manual dengan format yang berbeda-beda, maka kemungkinan duplikasi data
dapat terjadi. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut dirancang sistem
basisdata untuk meminimalisir kesalahan.
40
Gambar 3 Alur Kerja Sistem Berjalan.
Usulan rancangan proses alih media digital bahan perpustakaan (Gambar 4)
untuk Bidang Transformasi Digital adalah:
1) Bahan perpustakaan yang akan dialihmedia diterima oleh kepala Bidang
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
41
2) Bahan perpustakaan diserahkan kepada koordinator kegiatan di Bidang
Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
3) Verifikasi bahan perpustakaan oleh koordinator kegiatan.
4) Pembagian tugas oleh koordinator kegiatan ke petugas dalam hal ini staf
Bidang Transformasi Digital, Perpustakaan Nasional RI.
5) Petugas melakukan alih media digital.
6) Petugas melakukan editing.
7) Pembuatan file master dan konversi file untuk kemasan multimedia
(multimedia packaging).
8) Pembuatan multimedia packaging.
9) Petugas melakukan input metadata hasil alih media ke dalam basisdata.
10) Laporan dari koordinator kepada Kepala Bidang Transformasi Digital,
Perpustakaan Nasional RI.
11) Pengembalian bahan perpustakaan ke institusi asal oleh koordinator.
Alur kerja sistem yang diusulkan (Gambar 4), posisi sistem yang diusulkan
menggantikan posisi pada urutan ke-9. Dalam sistem berjalan (Gambar 3),
tepatnya pada urutan ke-9 dikatakan bahwa petugas menyerahkan laporan kepada
koordinator kegiatan, dalam sistem yang diusulkan diganti menjadi petugas
melakukan input metadata dokumen hasil alih media digital ke sistem basisdata.
Dalam sistem diusulkan tahapannya berkurang satu tepatnya pada urutan ke-
10, yaitu koordinator kegiatan melakukan verifikasi laporan dari petugas. Tahapan
ini sebetulnya tidak dihilangkan hanya digantikan oleh sistem yang langsung
memverifikasi dalam proses tersebut, jadi verifikasi yang dilakukan tidak secara
manual. Sehingga dalam sistem diusulkan tahapannya menjadi 11 tahapan tanpa
mengurangi tahapan yang sebenarnya, yaitu verifikasi laporan karena sistem
secara otomasis memverifikasinya. Jadi, dengan demikian usulan sistem yang
baru nantinya lebih cepat dan lebih akurat.
42
Gambar 4 Alur Kerja Sistem Diusulkan.
4.4.1 Data Flow Diagram
Berdasarkan alur kerja (flowchart) sistem diusulkan (Gambar 4), dibuat data
flow diagram untuk melihat aliran data dan entitas yang terkait dengan
pengembangan sistem. Aliran data dalam Sistem Informasi Koleksi Langka
Format Digital adalah Sistem Pengelolaan Koleksi Tercetak, Sistem Pengelolaan
Koleksi Noncetak, Sistem Pengelolaan CD, Sistem Pengelolaan Peta, dan Sistem
Pengelolaan Foto. Entitas yang terkait adalah Staf Bidang Transformasi Digital.
43
Data flow diagram level 0 atau disebut juga Diagram Konteks (Gambar 5)
terdiri dari entitas terkait, yaitu Staf Bidang Transformasi Digital, aliran data yaitu
data koleksi, keyword, dan info koleksi, serta proses dalam sistem yang
dinamakan Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital (SIKLFD).
Gambar 5 Data Flow Diagram Level 0 (Diagram Konteks) Sistem InformasiKoleksi Langka Format Digital.
Dari data flow diagram level 0 (diagram konteks) diperlihatkan bahwa
jalannya sistem diawali dengan staf Bidang Transformasi Digital memasukkan
data koleksi dari masing-masing entitas kemudian sistem memprosesnya. Setelah
data masuk dan telah diverifikasi, staf Bidang Transformasi Digital dapat
menelusur informasi kembali dengan memasukkan keyword dan sistem akan
memprosesnya. Setelah penelusuran, diperoleh hasil penelusuran yang berupa info
koleksi yang dibutuhkan oleh staf Bidang Transformasi Digital.
Data flow diagram level 1 dalam Sistem Informasi Koleksi Langka Format
Digital (Gambar 6) memperlihatkan bahwa staf Bidang Transformasi Digital
memasukkan data koleksi yang selanjutnya data tersebut diverifikasi sebagai data
koleksi sesuai dengan data yang dimasukkan, misal data-data berisi Foto, maka
sistem akan memverifikasi sebagai data koleksi Foto. Setelah itu data koleksi Foto
masuk dalam Sistem Pengelolaan Foto. Setelah melalui proses dalam sistem
tersebut, data Foto dinyatakan valid. Data yang sudah valid sebagai data Foto
valid dikumpulkan dan disimpan dalam storage.
Staf Bidang Transformasi Digital memasukkan keyword, misal keyword
Foto selanjutnya diverifikasi dan diproses di Sistem Pengelolaan Foto. Setelah
diproses dalam Sistem Pengelolaan Foto, didapat record data Foto hasil pencarian
yang diakumulasi dalam akumulasi info dan menghasilkan info Foto sesuai yang
dibutuhkan oleh staf Bidang Transformasi Digital.
44
Proses dalam Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital seluruhnya
berjumlah delapan proses terdiri dari Verifikasi Jenis Koleksi, Verifikasi
Keyword, Akumulasi Info, Sistem Pengelolaan Koleksi Tercetak, Sistem
Pengelolaan Koleksi Noncetak, Sistem Pengelolaan CD, Sistem Pengelolaan
Peta, dan Sistem Pengelolaan Foto. Masing-masing proses tersebut memiliki
fungsinya masing-masing (Tabel 2).
Tabel 2 Analisis Fungsional DFD Level 1 Sistem Informasi Koleksi LangkaGambar 6 Data Flow Diagram Level 1 Sistem Informasi Koleksi LangkaFormat Digital.
45
KodeProses Nama Proses Keterangan
1 VerifikasiJenis Koleksi
Proses ini memiliki fungsi untuk memverifikasi jenis
koleksi dengan memasukkan data koleksi yang
selanjutnya diproses di masing-masing sistem
pengelolaan. Data Koleksi Tercetak diverifikasi dan
diproses di sistem pengelolaan Koleksi Tercetak. Data
Koleksi Noncetak diverifikasi dan diproses di sistem
pengelolaan Koleksi Noncetak. Data CD diverifikasi dan
diproses di sistem pengelolaan CD. Data Peta
diverifikasi dan diproses di sistem pengelolaan Peta.
Data Foto diverifikasi dan diproses di sistem pengelolaan
Foto.
2 VerifikasiKeyword
Proses ini memiliki fungsi untuk memverifikasi keyword
yang akan diproses di masing-masing sistem
pengelolaannya. Keyword Koleksi Tercetak diproses di
sistem pengelolaan Koleksi Tercetak. Keyword Koleksi
Noncetak diproses di sistem pengelolaan Koleksi
Noncetak. Keyword CD diproses di sistem pengelolaan
CD. Keyword Peta diproses di sistem pengelolaan Peta.
3 AkumulasiInfo
Proses ini memiliki fungsi untuk mengakumulasi info
data koleksi yang masuk. Info data koleksi tersebut
berasal dari record koleksi tercetak pencarian, record
koleksi noncetak pencarian, dan record CD pencarian.
Hasil record dari tiap data pencarian tersebut
dikumpulkan dalam akumulasi info yang selanjutnya
menjadi info koleksi.
46
Tabel 2 Lanjutan
KodeProses Nama Proses Keterangan
4
SistemPengelolaan
KoleksiTercetak
Proses ini memiliki fungsi untuk pengelolaan koleksi
yang telah diverifikasi sebagai Koleksi Tercetak. Tiap
data koleksi yang sudah diverifikasi sebagai Koleksi
Tercetak akan diproses untuk menghasilkan data Koleksi
Tercetak yang sudah valid setelah diverifikasi.
5
SistemPengelolaan
KoleksiNoncetak
Proses ini memiliki fungsi untuk pengelolaan koleksi
yang telah diverifikasi sebagai Koleksi Noncetak. Tiap
data koleksi yang sudah diverifikasi sebagai Koleksi
Noncetak akan diproses untuk menghasilkan data
Koleksi Noncetak yang sudah valid setelah diverifikasi.
6Sistem
PengelolaanCD
Proses ini memiliki fungsi untuk pengelolaan koleksi
yang telah diverifikasi sebagai CD. Tiap data koleksi
yang sudah diverifikasi sebagai CD akan diproses untuk
menghasilkan data CD yang sudah valid setelah
diverifikasi.
7Sistem
PengelolaanPeta
Proses ini memiliki fungsi untuk pengelolaan koleksi
yang telah diverifikasi sebagai Peta. Tiap data koleksi
yang sudah diverifikasi sebagai Peta akan diproses untuk
menghasilkan data Peta yang sudah valid setelah
diverifikasi.
8Sistem
PengelolaanFoto
Proses ini memiliki fungsi untuk pengelolaan koleksi
yang telah diverifikasi sebagai Foto. Tiap data koleksi
yang sudah diverifikasi sebagai Foto akan diproses untuk
menghasilkan data Foto yang sudah valid setelah
diverifikasi.
47
4.4.2 Flowchart Sistem
Flowchart Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital (Gambar 7)
dimulai dengan memasukkan data koleksi, selanjutnya data tersebut dikonfirmasi
kesesuainnya, jika konfirmasi sesuai maka termasuk data termasuk Koleksi
tercetak dan selanjutnya masuk dalam Sistem Pengelolaan Koleksi Tercetak. Jika
tidak sesuai maka data termasuk data koleksi yang lain, begitu seterusnya hingga
sistem selesai di posisi STOP.
Gambar 6 Flowchart Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital.
48
Karakterisitik Pengguna Sistem
Pengguna dalam Sistem Informasi Koleksi Langka Format Digital ini hanya
satu level, yaitu staf Bidang Transformasi Digital. Staf bidang ini dapat
melakukan proses input output sesuai dengan fungsi operasi dari masing-masing
proses, yaitu proses verifikasi data koleksi, verifikasi keyword dan setelah
melakukan proses tersebut staf dapat memperoleh info koleksi yang sebelumnya
telah terakumulasi di akumulasi info.
Selain itu satu orang staf bidang Transformasi Digital yang ditunjuk sebagai
admin yang berlatar belakang pendidikan Teknologi Informasi. Admin ini
bertugas untuk pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem tersebut baik
software maupun hardware dan berwenang untuk pengelolaan terhadap hal-hal
yang menyangkut siapa saja pengguna dan fungsinya dalam sistem ini (account
pengguna). Satu pengguna memiliki satu password yang berguna untuk
mengetahui siapa saja yang telah mengupdate data dan kapan dilakukan proses
tersebut sehingga semua terdokumentasi dengan baik. Dengan dokumentasi yang
sesuai dengan proses yang dilakukan, maka kemungkinan terjadinya kesalahan
dan saling menyalahkan dapat diminimalisir.
4.4.3 Hubungan Antar Tabel (Entity Relationship Diagram)
Tabel yang dihasilkan dari Entity Relationship Diagram (Gambar 8)
sebanyak lima tabel yang saling terkait dan satu tabel user, jadi jumlah tabel
seluruhnya ada enam tabel lima tabel yang saling terkait yaitu: tabel Tercetak
(TC), tabel Noncetak (NC), tabel Peta, tabel Foto, dan tabel CD. Tabel tersebut
dihasilkan dari pengelompokkan koleksi (Lampiran 3) berdasarkan banyaknya
kesamaan atribut yang dimiliki. Artikel Majalah Terjilid, Buku Langka, Majalah
Langka, dan Naskah Kuno banyak memiliki kesamaan atribut. Oleh karena itu,
keempat koleksi tersebut disatukan dalam satu tabel, yaitu tabel Tercetak. Koleksi
Audio dan koleksi Audio Visual disatukan dalam satu tabel yaitu tabel Noncetak.
Peta dan Foto tidak banyak memiliki kesamaan atribut sehingga jika disatukan
akan banyak filed yang kosong. Sehingga masing-masing koleksi Peta dan Foto
memiliki tabel sendiri-sendiri, yaitu tabel Peta dan tabel Foto.
49
Gambar 7 Entity Relationship Diagram.
Hubungan antar tabel tersebut semuanya bersifat mandatory dari banyak ke
satu. Dari banyak yaitu dari masing-masing tabel koleksi ke tabel CD, karena
selama ini hasil alih media digital dikemas dalam satu CD yang berisi lebih dari
50
satu koleksi. Jadi beberapa judul koleksi yang sejenis, misal beberapa koleksi
Foto pada tahun anggaran yang sama dikemas dalam satu CD. Dalam satu CD
memuat lebih dari satu judul koleksi.
4.4.4 Penetapan Hardware dan SoftwareUntuk megaplikasikan basisdata sistem informasi koleksi langka format
digital ini membutuhkan software dan hardware yang memenuhi spesifikasi
sebagai berikut:
a. Kebutuhan minimum hardware:
- Setara dengan Intel Pentium 4.
- Memory (RAM) 256 MB.
- Hardisk 20 GB.
- Monitor 15 inch.
- CD ROM.
b. Kebutuhan software:
- Windows XP/ Vista/ 7.
- Microsoft Access 2000/ lebih tinggi.
4.4.5 Desain AntarmukaDesain antarmuka dalam basisdata Sistem Informasi Koleksi Langka
Format Digital ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu: desain input dan desain
output. Desain dimulai dengan menu login yakni menu yang berfungsi sebagai
pengaman sehingga hanya pengelola yang bertanggung jawab yang dapat
membuka sistem tersebut. Pengguna belum dapat menjalankan aplikasi menu
utama karena harus mengisi user name dan password (Gambar 9).
Jika pengguna ingin membatalkan, dapat klik batal dan sistem akan keluar
dari program aplikasi. Setelah password diisi kemudian klik lanjut dan jika
password disetujui maka akan tampil menu utama (Gambar 10).
51
Gambar 8 Menu login.
Pada menu utama terdapat tiga menu koleksi yang terdiri dari Koleksi
Tercetak, Koleksi Noncetak, CD, Peta, dan Foto. Jika cursor diarahkan ke Koleksi
Tercetak tampak highligt dan klik maka tampil di bawahnya yaitu: Artikel
Majalah Terjilid, Buku Langka, Majalah Langka, Naskah Kuno. Jika cursor
diarahkan ke posisi Koleksi Noncetak tampak highligt dan klik maka tampil
Audio dan Audio Visual di bawahnya. Pada masing-masing jenis koleksi tersebut
terdapat empat fasilitas yang dapat menjalankan fungsi tambah data, telusur data,
laporan, dan cetak. Posisi selanjutnya setelah Koleksi Noncetak, yaitu: CD, Peta,
dan Foto. Pada ketiga posisi setelah Koleksi Noncetak tersebut jika cursor
diarahkan maka tampak highligt dan langsung muncul empat fasilitas yang sama
dengan yang terdapat pada Koleksi Tercetak dan Noncetak yaitu: tambah data,
telusur data, laporan, dan cetak.
52
Gambar 9 Menu utama.
Menu tambah data berfungsi untuk memasukkan data-data koleksi yang
sudah dialihmedia digital. Menu telusur data akan menampilkan data koleksi yang
telah diinput ke dalam form tambah data. Menu laporan akan menampilkan
laporan hasil tambah data yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Menu
cetak berfungsi mencetak semua hasil tambah data berdasarkan pilihan yang
diinginkan. Dalam menu utama ini juga dilengkapi dengan menu kembali ke
53
login, hal ini untuk memudahkan jika ingin mengganti user name. Selain itu
dilengkapi menu keluar jika ingin keluar dari sistem ini.
Selanjutnya jika pengguna memilih salah satu jenis koleksi dengan
mengarahkan cursor ke pilihan yang ditetapkan, misal Koleksi Tercetak maka
tampil dibawahnya enam pilihan yang termasuk Koleksi Tercetak, dan misal pilih
Naskah Kuno maka akan langsung tampil empat pilihan fasilitas fungsi seperti
telah disebutkan yaitu tambah data, telusur data, laporan, dan cetak. Pengguna
dapat langsung mengarahkan cursor ke posisi fasilitas fungsi yang diinginkan dan
setelah itu diklik.
Jika navigasi diklik yang awal maka akan tampil tambah data (Gambar 11).
Tambah data berfungsi untuk memasukkan data koleksi, misal data koleksi
Naskah Kuno. Setelah memasukkan data koleksi yang diperlukan, pengguna dapat
menyimpan dengan klik fungsi simpan, maka data tersebut tersimpan dalam
sistem. Jika pengguna ingin membatalkan dalam proses ini, dapat diklik fungsi
batal maka sistem akan kembali ke menu utama.
Jika pengguna ingin kembali sebelum melakukan tambah data maka klik
fungsi kembali dan sistem akan kembali ke menu utama. Jika pengguna ingin
keluar dari program aplikasi maka klik fungsi keluar.
Setelah tampil menu telusur data dalam hal ini Naskah Kuno, maka tampil
pilih ruas di menu dengan bantuan combo box yang dapat dipilih sesuai kebutuhan
yang diinginkan, yaitu: subjek, judul, bahasa, tahun koleksi, tahun produksi CD,
atau sembarang. Setelah ruas dipilih maka pengguna dapat mengetikkan kata
kunci sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dalam pilihan ruas tersebut.
54
Gambar 10 Menu tambah data.
Fasilitas selanjutnya yaitu telusur data. Misal dalam Naskah Kuno, jika
ingin menelusur data maka klik fungsi telusur data (Gambar 12). Setelah tampil
menu telusur data dalam hal ini Naskah Kuno, maka tampil pilih ruas di menu
dengan bantuan combo box yang dapat dipilih sesuai kebutuhan yang diinginkan,
yaitu: subjek, judul, bahasa, tahun koleksi, tahun produksi CD, atau sembarang.
Setelah ruas dipilih maka pengguna dapat mengetikkan kata kunci sesuai dengan
hal-hal yang berhubungan dalam pilihan ruas tersebut.
55
Setelah proses penelusuran maka didapat hasil penelusuran misal dalam hal
ini Naskah Kuno. Hasil penelusuran tersebut ditampilkan berupa judul dan
penulis/pencipta secara ke bawah dengan bantuan scroll sehingga tampilan tidak
terlalu kelihatan panjang. Setelah melihat hasil penelusuran tersebut, pengguna
dapat memilih dengan cara klik di salah satu record tersebut untuk melihat detail
data koleksi.
Detail data koleksi hasil tambah data yang telah diverifikasi sebagai data
koleksi Naskah Kuno ditampilkan masih dalam satu antarmuka dengan menu hasil
pencarian sehingga pengguna dapat dengan mudah jika ingin kembali mencari
data koleksi yang lain. Fasilitas menu yang ada yaitu ubah, simpan, dan batal.
Menu ubah berfungsi untuk mengubah data koleksi yang sedang ditampilkan,
setelah selesai diubah, disimpan dengan cara klik simpan yang berfungsi
menyimpan hasil perubahan data tersebut. Jika klik batal, maka menu akan
kembali ke hasil penelusuran.
Fungsi selanjutnya yang ada yaitu laporan (Gambar 13). Misal jika ingin
melihat laporan Naskah Kuno, dalam menu laporan itu dapat dilihat laporan hasil
tambah data koleksi yang sudah diverifikasi sebagai data koleksi Naskah Kuno.
Dalam pencarian laporan, didasarkan dari kurun waktu dan pilihan ruas yang
disediakan. Kurun waktu tertentu tersebut disediakan dengan fitur waktu produksi
yang terdiri dari tahun awal (Tgl/Bln/Thn) dan tahun akhir (Tgl/Bln/Thn).
Pengguna dapat menetapkan waktu yang dipilih dengan mengetikkan tahun awal
(diisi juga Tgl/Bln/Thn) dan tahun akhir (diisi juga Tgl/Bln/Thn). Dengan
demikian, pengguna dapat mengetikkan lengkap tanggal, bulan, dan tahun, bisa
juga hanya bulan dan tahunnya saja sesuai dengan kebutuhan laporan yang
diinginkan saat itu.
Setelah waktu produksi telah ditetapkan, maka pengguna dapat memilih
ruas yang terdiri dari subjek, judul, bahasa, tahun koleksi, atau sembarang. Setelah
pilihan ruas ditetapkan, pengguna mengetikkan kata kunci yang sesuai dengan
pilihan ruas tersebut dan klik cari, kemudian didapat hasil pencarian laporan.
Laporan yang ditampilkan ke bawah dengan bantuan scroll sehingga tampilan
tidak terlalu kelihatan panjang.
56
Hasil pencarian laporan tersebut dapat dicetak dengan cara klik di salah satu
button atau jika ingin mencetak lebih dari satu laporan, maka diklik lebih dari satu
button sesuai kebutuhan. Jika ingin mencetak semua hasil pencarian dalam
laporan, pengguna dapat langsung klik pada navigasi pilih semua untuk cetak.
Fasilitas batal berfungsi untuk membatalkan aksi dan sistem kembali ke menu
laporan.
Gambar 11 Menu telusur data.
57
Gambar 12 Menu laporan.
Fungsi selanjutnya yang ada yaitu cetak (Gambar 14). Dalam menu cetak ini
pengguna dapat mencetak jenis data koleksi yang diinginkan, misal dipilih
Naskah Kuno maka seluruh hasil tambah data dalam Naskah Kuno akan tercetak
semuanya. Berbeda dengan fasilitas cetak yang ada di menu laporan yang
mencetak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Jadi, sistem ini dilengkapi
dengan fasilitas cetak yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan cepat
58
dan tepat. Selain itu pengguna dapat membatalkan aksi ini dengan klik batal dan
sistem akan kembali ke menu utama.
Gambar 13 Menu cetak.
Dalam desain antarmuka ini pemilihan warna biru sebagai warna yang
mendominasi untuk semua tampilan, mulai dari menu login sampai dengan menu
cetak. Pemilihan tersebut didasarkan pada warna logo Perpustakaan Nasional RI.
yang berwarna biru dan putih sehingga tidak terlalu banyak pencampuran warna
yang dapat cepat melelahkan mata. Pemilihan jenis huruf Arial memiliki alasan
karena huruf jenis ini tidak berkaki sehingga sesuai untuk tampilan desktop. Arial
59
memiliki karakter kuat dan langsung terbaca dengan jelas huruf demi hurufnya
sehingga lebih mudah dan cepat untuk dipahami, dimengerti serta dikenal.
Warna biru adalah warna yang memiliki sifat tenang dan memberikan kesan
kedalaman. Jadi, pengertian warna biru yang terdapat pada logo Perpustakaan
Nasional RI ialah ketenangan berpikir, dan kedalaman ilmu pengetahuan yang
dimiliki merupakan landasan pengabdian kepada masyarakat, nusa dan bangsa
(http://www.pnri.go.id). Dengan demikian, sejalan dengan makna tersebut maka
nantinya sistem ketika sudah berjalan dapat dikerjakan dengan seksama, teliti,
serta ketenangan dalam mengisi data-data yang diperlukan yang dapat
meminimalisir kesalahan yang terjadi. Juga mata tidak cepat lelah meski mengisi
banyak data yang harus diisi karena warna biru yang ditawarkan memberikan
kesan tenang. Maka sistem ini diharapkan menjadi landasan tujuan yang nantinya
akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pengetahun dengan
kemudahan akses.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanRancangan sistem basisdata pengelolaan bahan perpustakaan langka format
digital ini telah dibuat dengan nama Sistem Informasi Koleksi Langka Format
Digital (SIKLFD). Sistem ini menghasilkan enam tabel, yaitu: satu tabel User
yang berdiri sendiri dan lima tabel saling terkait, yaitu: tabel Koleksi Tercetak,
tabel Koleksi Noncetak, tabel CD, tabel Peta, dan tabel Foto. Tabel Koleksi
Tercetak terdiri dari Artikel Majalah Terjilid, Buku Langka, Majalah Langka, dan
Naskah Kuno. Koleksi Noncetak terdiri dari Audio dan Audio Visual. Pada
masing-masing jenis koleksi tersebut dalam Sistem Informasi Koleksi Langka
Format Digital terdapat empat fasilitas yang terdiri dari tambah data, telusur data,
laporan, dan cetak. Menu tambah data berfungsi untuk memasukkan data-data
koleksi yang sudah dialihmedia digital. Menu telusur data akan menampilkan data
koleksi yang telah diinput ke dalam form tambah data. Menu laporan akan
menampilkan laporan hasil tambah data yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan. Menu cetak berfungsi mencetak semua hasil tambah data berdasarkan
pilihan yang diinginkan.
Desain antarmuka dalam sistem ini menggunakan nuansa biru. Hal ini
disesuaikan dengan warna logo Perpustakaan Nasional RI yang berwarna biru,
memiliki makna sifat tenang dan memberikan kesan kedalaman sehingga dapat
tenang berpikir, dan kedalaman ilmu pengetahuan yang menjadi landasan
pengabdian kepada masyarakat, nusa dan bangsa.
5.2 SaranRancangan sistem basisdata pengelolaan bahan perpustakaan langka format
digital ini agar segera diimplementasikan sehingga bermanfaat. Sebelum
implementasi diadakan pelatihan terlebih dahulu agar sistem dapat berjalan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Avison D, Guy F. 2006. Information Systems Development: Methodologies,
Techniques & Tools. Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill Education (UK).
Bidang Transformasi Digital Dalam Struktur Organisasi Perpusnas.
http://kelembagaan.pnri.go.id/about_us/structures/idx_id.asp?box=dtl&id=24&
from_box=&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&search_matchword=
[10 Maret 2010].
Falsafah Logo Perpustakaan Nasional RI.
http://kelembagaan.pnri.go.id/about_us/the_logo/idx_id.asp. [22 Desember
2010]
Fathansyah. 2007. Buku Teks Komputer Basisdata. Bandung: Informatika.
Gordon DB. 1974. Management Information System: Conceptual Foundations,
Structure and Development. New York: McGraw-Hill Book Company.
KBBI Daring Pusat Bahasa Diknas.
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [6 Maret 2010].
Layanan Informasi Badan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta .
http://www.badanperpusda-diy.go.id/?hal=layanan.htm&script=per.
[10 Maret 2010].
Kasijanto. 2004. Penelitian Sejarah, Sumber Langka dan Kelangkaan Sumber.
Makalah dalam Seminar Buku Langka sebagai Sumber Referensi Kajian.
http://www.pnri.go.id/Lists/List%20Surat%20Kabar%20dan%20Majalah/Attac
hments/34/Kasijanto%20%282005%29%20Penelitian%20Sejarah,%20Sumber
%20Langka%20dan%20Kelangkaan%20Sumber.pdf. [8 Maret 2010].
Mannino MV. 2007. Database Design, Appilcation Development, and
Administration. Third Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Mc.Leod RJr. 2004. Sistem Informasi Manajemen. Edisi 8. Jakarta: PT Indeks.
Oxford Learner’s Pocket Dictionary. 1987. Oxford New York: Oxford University
Press.
Pendit PL. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan
Tinggi Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.
62
Pendit PL. 2008. Perpustakaan Digital Dari A sampai Z. Jakarta: Cita Karya
Karsa Mandiri.
[Perpusnas RI] Perpustakaan Nasional RI. 2006. Indomarc: Format Marc
Indonesia = The Indonesian Marc Format. Ed. Rev. Jakarta: Perpusnas RI.
[Perpusnas RI] Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang RI Nomor 43
Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpusnas RI.
Pusat Preservasi Bahan Pustaka Dalam Struktur Organisasi Perpusnas.
http://kelembagaan.pnri.go.id/about_us/structures/idx_id.asp?box=dtl&id=17&
from_box=&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&search_matchword=.
[10 Maret 2010].
Silaban R. 2004. Pengembangan Basis Data Surveilans Malaria di Kota Bandar
Lampung Tahun 2004. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang Perpustakaan Nasional RI.
http://kelembagaan.pnri.go.id/about_us/task/idx_id.asp. [10 Maret 2010].
Turban E. 1996. Information Technology for Management: Improving Quality
and Productivity. John Wiley & Sons, Inc.
Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI. http://kelembagaan.pnri.go.id/about
us/vision_mission/idx_id.asp. [10 Maret 2010].
Wanright ME, Brown CV. 1999. Managing Information Technology: What
Managers Need to Know. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Whitten JL, Bentley LD. 2007. Systems Analysis & Design for the Global
Enterprise. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
64
Lampiran 2 Ringkasan Hasil Wawancara Dalam Rancangan Sistem BasisdataUntuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital DiPerpustakaan Nasional RI
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1Masalah yang dihadapi denganlaporan yang masih berbentukdokumen biasa.
Kemungkinan dapat terjadinya duplikasijudul terhadap bahan yangdialihmediakan, informasi terhadap hasilalih media belum dengan cepat dapatditelusur kembali.
2Perlunya manajemen data untukmengatasi masalah denganlaporan yang masih berbentukdokumen biasa.
Memang perlu adanya sistem basisdatayang memuat informasi terhadap hasilyang telah dialihmediakan.
3 Bahan perpustakaan langka yangdialihmediakan selama ini.
Artikel Majalah Terjilid, MajalahLangka, Buku Langka, Naskah Kuno,Peta, Foto, Audio, dan Audio Visual.
4Persetujuan terhadap formatusulan metadata deskriptif untuktiap jenis bahan perpustakaanlangka.
Setuju, karena sudah mencakup semuadata-data yang diperlukan.
5 Tujuan yang diharapkan darisistem.
Tujuannya agar temu kembali informasibisa dengan cepat dan akurat.
Lampiran 3 Usulan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem Basisdata untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital di PerpustakaanNasional RI
Lampiran 4 Kuesioner Penetapan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem Basisdata untukPengelolaan Bahan Perpustakaan Langka Format Digital di PerpustakaanNasional RI
Lampiran 5 Hasil Kuesioner Penetapan Entitas dan Atribut Rancangan Sistem Basisdata untuk Pengelolaan Bahan Perpustakaan Langka FormatDigital di Perpustakaan Nasional RI
Atribut Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Jumlah
I. Entitas: Buku Langka1.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 01.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 01.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
II. Entitas: Majalah Langka2.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 02.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 02.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
III. Entitas: Artikel Majalah Terjilid3.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 03.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 03.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
LanjutanAtribut Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Jumlah
IV. Entitas: Naskah Kuno4.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 04.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 04.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
V. Entitas: Peta5.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 05.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 05.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
VI. Entitas: Foto6.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 06.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 06.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
VII. Entitas: Audio7.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 07.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 07.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
LanjutanAtribut Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Jumlah
VIII. Entitas: Audio Visual8.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 08.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 08.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
IX. Entitas: Operator9.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 09.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 09.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
X Entitas: Admin10.1 Usulan Atribut Setuju √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Setuju _ _ _ _ _ _ 010.2 Atribut tidak perlu _ _ _ _ _ _ 010.3 Usulan/Saran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0
top related