psikologi agama by dianto irawan
Post on 22-Jun-2015
6.730 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
February 14, 2012 [ ]
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena
manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang
maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan
manusia dilandasi kepercayan beragama. sikap orang dewasa dalam beragama sangat
menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup
seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan
yang statis. adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan
yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang
dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
February 14, 2012 [ ]
BAB II
Mengapa psikologi agama perlu PAI
Pengertian pendidikan PAI sendiri adalah kegiatan atau usaha yang sadar atau
pengertian sistematis dan berkesinambungan untuk mengembangkan potensi agama
manusia memberi sifat keislaman , serta kecakapan sesuai dengan pendidikan. Manusia
dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa
yang akan diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang
berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal
perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita
pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu
pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.
“Dengan adanya rasa agama seperti yang di ketahui setiap manusia, maka akan
timbul perasaan saling menghargai dengan sesama individu lainya, sehingga akan timbul
rasa saling toleransi kepada umat manusia beragama, dengan adanya sifat tersebut manusia
dapat menjaga diri pada hal-hal yang di larang dan di anjurkan agama.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama
terhadapsikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang,
karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar,
tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan
kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya.Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan
ada yang tidak , apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau
sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.
Beragama bagi orang dewasa sudah merupakan bagian dari komitmen hidupnya
dan bukan sekedar ikut-ikutan. Namun, masih banyak lagi yang menjadi kendala
kesempurnaan orang dewasa dalam beragama. kedewasaan seseorang dalam beragama
biasanya ditunjukkan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap
February 14, 2012 [ ]
benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Oleh kerana
itu semua orang berkepentingan dengan Psikologi Agama dan dapat memanfaatkannya
sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Bidang pendidikan anak misalnya, apabila si ibubapa ingin mendidik anaknya agar
kelak menjadi seorang yang taat beragama, berakhlaq terpuji, berguna bagi masyarakat dan
negaranya, dia dapat menggunakan pengetahuannya terhadap Psikologi Agama, disamping
mengetahui sekedarnya tentang perkembangan jiwa anak pada umur tertentu dan
perkembangan ciri remaja. Untuk itu dia dapat membaca buku tentang psikologi anak dan
psikologi remaja.
Bila para dakwah ingin mengajak umat hidup sesuai dengan ketentuan agama, taat
melaksanakan agama dalam kehidupan mereka, maka dia dapat menggunakan Psikologi
Agama dengan lebih dahulu mengatahui latar belakang kehidupan mereka, lalu
menunjukkan betapa pentingnya ajaran agama dalam kehidupan manusia.
Misalnya, manfaat iman bagi ketenteraman batin, manfaat solat, puasa, zakat dan
haji bagi penyembuhan jiwa yang gelisah (fungsi kuratif) dan bagaimana pula manfaatnya
bagi pencegahan gangguan jiwa (fungsi preventif) dan selanjutnya pentingnya iman dan
ibadah tersebut bagi pembinaan dan pengembangan kesihatan jiwa (fungsi konstruktif).
Psikologi Agama memberi gambaran tentang perkembangan jiwa agama pada seseorang,
menunjukkan pula bagaimana pembahasan keyakinan (konversi) agama terjadi pada
seseorang. Dan Psikologi Agama juga menjelaskan betapa seseorang mencari agama dan
benar-benar mencintainya dalam bentuk mistik.
Psikologi Agama dan pendidikan
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Agama
Psikologi agama terdiri dari dua paduan kata, yakni psikologi dan agama. Kedua kata ini
mempunyai makna yang berbeda. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. (Jalaluddin, 1979: 77). Sedangkan
agama memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia. Menurut Harun Nasution,
agama berasal dari kata Al Din yang berarti undang-undang atau hukum, religi (latin) atau
relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Dan
February 14, 2012 [ ]
kata agama terdiri dari tidak, “gama”; pergi yang berarti tetap ditempat atau diwarisi turun
menurun .
Dari definisi tersebut, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada
seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan
tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keyakinan tersebut (Zakiyah darajat dikutip oleh Jalaluddin, 2004: 15)
Berkaitan dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya adalah
mencakup kesadaran agama yang berarti bagian/ segi agama yang hadir dalam pikiran,
yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti unsur
perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan
yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah) dengan kata lain bahwa psikologi agama
mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan
dan tindakan agama orang itu dalam hidupnya. (Jalaluddin, 2004: 17)
Dalam hal ini psikologi agama telah dimanfaatkan dalam berbagai ruang kehidupan,
misalnya dalam bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan narapidana di LP
dan pada bidang- bidang lainnya.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaqnya, sejak dilahirkan hingga dia mati.
Atau usaha sadar seorang pendidik kepada peserta didik dalam melatih, mengajar berbagai
ilmu pengetahuan (Civic Education Society; 2002). Sedang menurut Aristoteles (Filosof
terbesar dari Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 sebelum
Masehi) mengatakan bahwa: Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran,
sebagaimana disiapkan tanah tempat persemaian benih. Dia mengatakan bahwa di dalam
diri manusia itu ada dua kekuatan, yaitu pemikiran kemanusiaannya dan syahwat
hewaniyahnya. Pendidikan itu adalah alat (media) yang dapat membantu kekuatan pertama
untuk mengalahkan kekuatan yang kedua.2
Pendidikan ini juga diatur dalam syari’at Islam dalam surat Al-Qashas:77 yang artinya
sebagai berikut:
“Carilah apa yang dianugerahkan oleh Allah padamu dari kebahagiaan akhirat dan jangan
kamu melupakan bahagiamu dari kebahagiaan Dunia.”
February 14, 2012 [ ]
Al-Qur’an menjamin kesuksesan bangsa mana pun yang menempuh cara/ jalan-jalan yang
telah ditetapkan oleh Al-Qur’an itu. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menganjurkan untuk
melaksanakan pendidikan dan pengajaran itu: misalnya firman Allah, yang artinya:
Dan tentang dirimu apakah tidak memikirkannya? (S. Adz-riyat: 21)
C. Hubungan Psikologi Agama dengan Dunia Pendidikan
Pandangan agama dan psikologi berjumpa pada diri manusia sendiri sebagai salah satu
fenomena ciptaan Tuhan dengan segala karakter kemanusiaannya. Begitu juga dengan
pendidikan yang menjadikannya manusia sebagai objek sekaligus sebjek penentu dari
suatu keberhasilan system pendidikan dan tujuan pendidikan secara umu.
Menurut Al Attas tujuan pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keadilan
dalam diri seseorang baik sebagai manusia atau individu. Dengan demikian yang perlu
ditekankan dalam pendidikan adalah nilai manusia sejati, sebagai warga negara dalam
kerajaannya yang mikro, sebagai sesuatu yang bersifat spiritual.
Dalam menamkan nilai-nilai kebaikan khususnya nilai agama, seorang pendidik harus
memperhatikan perkembangan keberagamaan seseorang. Dalam hal yang berkaitan dengan
ketaatan dan kepatuhan dalam hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seseorang terhadap
suatu system nilai termasuk nilai keagamaan, L Kohlberg, secara teoristis mengemukakan
bahwa seseorang dalam mengikuti tata nilai agar menjadi insane kamil itu melalui
tingkatan atau stadium, diantaranya adalah:
Stadium 1: Menurut aturan untuk menghindari hukum.
Stadium 2: Bersikap konformis (mengikuti nilai yang berlaku) untuk memperoleh hadiah
agar dipandang sebagai orang baik.
Stadium 3: Bersikap konformis untuk menhindari celaan orang lain.
Stadium 4: Bersikap konformis untuk menghindari hukum yang diberikan agar beberapa
tingkah laku tertentu dalam kehidupan bersama.
Stadium 5: Konformitas dilakukan karena membutuhkan kehidupan bersama yang diatur.
Stadium 6 : Melakukan konformitas tidak karena perintah atau norma dari luar, melainkan
karena keyakinan sendiri untuk melakukannya.
Pada saat menanamkan nilai-nilai moral dan agama seorang pendidik harus
February 14, 2012 [ ]
memperhatikan 6 stadium tersebut sebgai acuan dalam menentukan materi dan metode
yang sesuai bagi peserta didiknya.
Hal ini bertujuan untuk membina sikap positif dalam pembentukan pribadi anak dengan
berbagai pengalaman keagamaan, sehingga ketika dewasa mereka tak cenderung bersikap
negatif kepada agama.
Seseorang pendidik juga harus mempelajari dan memahami dinamika dan perkembangan
moral, supaya dapat memahami bagaimana peranan agama dala moral bagi anak didik.
Pembinaan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang diperoleh
sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam berangsur sesuai dengan kecerdasan seseorang. Dalam
pembianaan moral agama memiliki peranan yang sangat penting, karena nilai moral yang
bersumber dari agama bersifat tetap dalam setiap dimensi waktu dan tempat. Berbeda
dengan nilai social kemasyarakatan yang bersifat relatif tergantung dari kondisi
masyarakat sekitar, dimana suatu perbuatan dianggap baik atau sopan di suatu daerah
namun di tempat lain pandangan itu dapat berubah menjadi tidak baik atau tidak sopan.
Dengan demikian nyatalah betapa pentinganya psikologi agama bagi duniawi pendidikan.
Untuk meraih kualitas insane paripurna, dalam dunia pendidikan dan psikologi
kontemporer banyak sekali dikembanghkan program pelatihan pengembangan diri pribadi.
Semuanya bertujuan untuk meningkatkan aspek psikososial yang positif dan mengurangi
aspek negatif.
Dalam pelatihan yang bercorak psiko-educatif diharapkan para peserta didik sadar diri,
mampu beradaptasi, menemukan arti dan tujuan hidupnya serta menyadari dan menghayati
intensitas ibadah. Dengan pelatihan semacam ini ungkapan “The man behind the system”
ditingkatkan menjadi “The spirit of the man behind the system” yang berarti adanya
peningkatan mental spiritual pada manusia penerap system.”
D. Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan (keluarga, Sekolah, dan Masyarakat).
Education (pendidikan) dan jiwa keagamaaan sangat terkait, karena pendidikan tanpa
agama ibaratnya bagi manusia akan pincang. Sedang jiwa keagamaan yang tanpa melalui
menegemant pendidikan yang baik, maka juga akan percuma. Dengan kata lain,
pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada
seseorang.
February 14, 2012 [ ]
a. Pendidikan Keluarga
Perkembangan agama menurut W.H. Clark, berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan
sehingga sulit untuk diidentifikasikan secara jelas, karenaa masalah yang menyangkut
kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun demikian, melalui fungsi-
fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut, agama terjalin dan terlibat didalamnya.
Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu bekembang (W.H.
Clark, 1964: 4).
Menurut Rosul Allah swt, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk
arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah
memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak
sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua
mereka.
b. Pendidikan Kelembagaan
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi
pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh
tersebut sangat tergantung pada berbgai faktor yang dapat memotivasi nak untuk
memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan
pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana
membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. Fungsi sekolah dalam
kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut
pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak
yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga.
Dalam konteks ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar
menerima pendidikan agama yang diberikannya. Menurut Mc Guire, proses perubahan
sikap dari tidak menerima kesikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan
sikap. Proses:
- Pertama adalah adanya perhatian; kedua, adanya pemahaman; dan ketiga, adanya
penerimaa. Dengan demikian, pengaruh kelembagaan pendidikan dalam pembentukan jiwa
keagamaan pada anak sangat tergantung dari kemampuan para pendidik untuk
February 14, 2012 [ ]
menimbulkan ketiga proses itu. Pertama, pendidikan agama yang diberikan harus dapat
menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka guru agama harus
dapat merencanakan materi, metode serta alat-alat bantu yang memungkinkan anak-anak
memberikan perhatiannya.
- Kedua, para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik
tentang materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman ini akan lebih mudah diserap
jika pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, tidak
terbatas pada kegiatan yang bersifat hapalan semata. Ketiga; penerimaan siswa terhadap
materi pendidikan agama yang diberikan. Penerimaan ini sangat tergantung dengan
hubungan antara materi dengan kebutuhan dan nilai bagi kehidupan anak didik. Dan sikap
menerima tersebut pada garis besarnya banyak ditentukan oleh sikap pendidk itu sendiri,
antara lain memiliki keahlian dalam bidang agama dan memiliki sifat-sifat yang sejalan
dengan ajaran agama seperti jujur dan dapat dipercaya. Kedua sikap ini akan sangat
menentukan dalam mengubah sikap para anak didik.
c. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Peran psikologi agama dalam
lembaga ini adalah memupuk jiwa keagamaan karenma masyarakat akan memberi dampak
dalam pembentukan pertumbuhan baik fidik maupub psikis. Yang mana pertumbuhan
psikis akan berlangsung seumur hidup. Sehingga sangat besarnya pengaruh masyarakat
terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang
terintegrasi dalam pertumbuhan psikis.
Hati yang bersih dan sehat adalah cahaya yang seseorang pada langkah-langkah kehidupan
yang benar, dan yang memberikan rasa ketenangan dan kepuasan pada jiwa. Apabila kita
mendapat pendidikan dan kesadaran hati pada waktu kecil, artinya kita telah menegakkan
pilar-pilar pendidikan yang sangat kokoh. Berangkat dari sinilah, kita wajib memberikan
perhatian penuh utuk menghidupkan kontrol agama pada jiwa seseorang dan kita jadikan
hal itu sebagai sarana untuk menjaga nilai-nilai akhlak yang ada padanya.
Umar bin Khattab r.a menyatakan “Barang siapa yang kebal dididik oleh syari’at, maka
Allah pun enggan menaikkanny. Artinya jka kekuatan rasa beragama atau pengawasan
jiwa, kontrol hati tidak ada pengaruhnya, maka peraturan atau undang-undang apapun
yang ada dimuka bumi ini juga tidak akan ada pengaruhnya Hubungan psikologi agama
February 14, 2012 [ ]
dengan pendidikan adalah; kedua-duanya mempunyai makna yang berbeda. Psikologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa amnesia yang normal, dewasa dan
beradab. Sedangkan agama memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia.
Menurut Harun Nasution, agama berasal darikata Al-Din yang berarti undang-undang/
hokum, religi (latin) atau relege berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare
berarti mengikat. Dan kata Agama terdiri dari kata akronim dari “a” ; tidak, “gam;” pergi
yang berarti tetap di tempat dan diwarisi turun menurun. Dari pengertian tersebut dapat
dirumuskan pengertian psikologi agama adalah; suatu ilmu yang mempelajari kepercayaan
jiwa manusia secara keseluruhan baik dari sisi jasmani maupun rohani manusia.
Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan al Qur`an (Islam) adalah membina manusia
secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan
khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh al Qur`an, untuk bertaqwa
kepada-Nya. Dengan demikian pendidikan harus mampu membina, mengarahkan dan
melatih potensi jasmani, jiwa, akal dan fisik manusia seoptimal mungkin agar dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Pendidikan memang mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia, oleh karena
itu pendidikan agama islam adalah sebuah upaya nyata yang akan mengantarkan umat
islam kepada perkembangan rasa agama. Umat islam akan lebih memahami dan
terinternalisasi esensi rasa agama itu sendiri. Pertama yaitu rasa bertuhan, rasa bertuhan ini
meliputi merasa ada sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas dirinya dan alam
semesta, ada rasa ikatan dengan sesuatu tersebut, rasa dekat, rasa rindu, rasa kagum dan
lain-lain. Kedua yaitu rasa taat, rasa taat ini meliputi ada rasa ingin mengarahkan diri pada
kehendak-Nya dan ada rasa ingin mengikuti aturan-aturan-Nya.
Pendidikan agama adalah bentuk pendidikan nilai, karena itu maksimal dan tidaknya
pendidikan agama tergantung dari faktor yang dapat memotivasi untuk memahami nilai
agama. Semakin suasana pendidikan agama membuat betah maka perkembangan jiwa
keagamaan akan dapat tumbuh dengan optimal. Jiwa keagamaan ini akan tumbuh bersama
dengan suasana lingkungan sekitarnya. Apabila jiwa keagamaan te;lah tumbuh maka akan
terbentuk sikap keagamaan yang termanifestasikan dalam kehidupan sehari-harinya
February 14, 2012 [ ]
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama
terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang,
karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi
hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan
kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya.
Agama berasal dari kata latin religio, yang dapat berarti obligation/kewajiban.
Remaja adalah cikal bakal calon pemimpin Negara, membentuk psikologi yang benar pada
remaja telah di atur di dalam Islam sebagai agama yang satu-satunya Haq. Iman yang
bersikap dinamis , kata iman menunjukan adanya kehangatan emosi dan mengandung
keharusan-keharusan atau kewajiban-kewajiban sebagai akibat adanya keimanan. Taules ;
berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan
mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan
megaplikasikanprinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku
bukan keagamaan .
Sedangkan menurut Zakiah Darajat, psikologi agama adalah meneliti dan menelaah
kehidupan beragama pada seseorang yang mempelajari berapa besar pengaruh kenyakinan
agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di sampinga
itu, psikologi agama jua mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada
seseorang, serta faktor-faktor yang mem pengaruhi kenyakinan tersebut.
Sehubugan dengan psikologi agama Jalaludin berpendapat bahwa Psikologi Agama
menggunakan dua kata yaitu Psikologi dan Agama, kedua kata ini memiliki pengertian
yang berbeda. Dimana Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang
mempelajarigejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradap.
February 14, 2012 [ ]
BAB III
PENUTUP
Psikologi agama yang memepelajari rasa agama dan perkembangannya mempunyai
peranan yang saling korelatif dalam pendidikan agama islam. Pendidikan islam sebagi
sebuah upaya penyadaran terhadap umat islam akan lebih mudah diterima oleh
masyarakat. Pertumbuhan rasa agama akan semakin meningkat dan juga bisa dihubungkan
dengan kondisi di sekitarnya, baik sosial,ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Peran
psikologi agama dalam pendidikan islam lebih memudahkan pemahaman masyarakat
dalam menelaah agama secara komprehensif. Agama tidak dipandang hanya sebagi
kebutuhan orang-orang tertentu, tapi agama memang menjadi kebutuhan stiap pribadi
seseorang yang menjadikan perkembangan pribadi secara psikisnya. Proses penyadaran
dan perubahan untuk meningkatkan nilai jiwa keagamaan pun akan mudah di
kembangkan. Perkembangan kejiwaan seseorang adalah sebuah bentuk kewajaran dan
pasti terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu
keniscayaan dalam mengarahkan proses perkembangan kejiwaan. Terlebih lagi dalam
lembaga pendidikan islam, tentu akan mempengaruhi bagi pembentukan jiwa keagamaan.
Jiwa keagamaan ini perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini.
top related