provinsi sulawesi utara triwulan iii – 2009 · dan manfaat laporan di masa yang akan datang....
Post on 18-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III – 2009 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI
Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2009
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12
Sisi Permintaan halaman 13
Sisi Penawaran halaman 20
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 32
Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 32
Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37
Fungsi Intermediasi halaman 38
Risiko Kredit halaman 49
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 53
Box: Perkembangan, Peluang, dan Tantangan Penyalur KUR di Prov. Sulut halaman 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 57
Dana Perimbangan halaman 57
Perkembangan APBD Provinsi halaman 59
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 63
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 63
Penemuan Uang Palsu halaman 67
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 68
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 68
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 70
Pengangguran halaman 70
Kemiskinan halaman 74
Kesejahteraan Petani halaman 76
Rasio Gini halaman 77
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 78
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 80
Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 80
Prakiraan Inflasi halaman 81
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 83
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : hasiando@bi.go.id; ratu_m@bi.go.id
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus
menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di
berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di negara-
negara emerging market Asia, terutama China. Sementara di
negara maju, kontraksi ekonomi mulai melambat. Dari berbagai
indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme pemulihan
ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan
eceran, utilisasi kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat
baik di negara maju maupun negara emerging markets. Meski
menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih membayangi
pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih
tinggi di negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan
kinerja perekonomian global lebih lanjut. Mencermati
perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh
sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya
sebesar 3,5 - 4,0%.
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi
Utara hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal dengan
laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,73% (y.o.y).
Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa prompt
indicator dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia
Manado. Krisis ekonomi global ternyata lebih berpengaruh
perekonomian Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar
negeri. Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar
negeri masih dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor
antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan pasar
ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu,
berlangsungnya even bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut
andil menahan perlambatan ekonomi tercermin dari meningkatnya
Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat...
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulut hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal...
5
tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta
tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even
tersebut.
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama
Triwulan III 2009 diperkirakan lebih dominan didorong oleh
kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun swasta.
Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan
mengalami trend perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari
masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama triwulan laporan
tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey
Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama
periode Juli – September 2009. Beberapa faktor pendorong
meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan
even internasional Bunaken Sail pada Agustus 2009, (2)
Berlangsungnya bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta
(3) Berlangsungnya tahun ajaran baru 2009/2010.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada.
Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya
sebagai imbas dari krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu
ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya kegiatan
konsumsi dan aktivitas pembangunan infrastruktur dan
sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan WOC, CTI Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail
(Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada seluruh
sektor ekonomi yang ada.
Perkembangan Inflasi Daerah
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado
selama Triwulan III-2009 memperlihatkan adanya trend penurunan
dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada September 2009,
kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor...
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan IIi 2009 memperlihatkan adanya trend penurunan...
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama triwulan III 2009 diperkirakan lebih didominasi oleh kegiatan konsumsi...
6
2,25% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,15%
(y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi
nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado
masih lebih rendah.
Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga
disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Faktor lain yang
membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan
rupiah, yang disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga
terjadi capital inflow. Fluktuasi harga minyak dunia sampai pada
kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada
inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk
tidak menaikkan harga BBM dalam negeri.
Dari sisi regional, trend penurunan laju inflasi Kota Manado lebih
dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok yang masih
mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri. Selain itu
angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras
miskin (raskin) di provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir
September 2009 yang telah mencapai 75%. Inflasi yang rendah
juga dapat terkonfirmasi dengan data Bank Indonesia yang
menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal) dari khasanah
tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu.
Perkembangan Perbankan Daerah
Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara
pada triwulan III-2009 masih menunjukkan trend perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini
tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total aset dan kredit
yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal aset dan
kredit menunjukkan adanya peningkatan, namun jika dilihat dari
persentase pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan.
Pada triwulan laporan pertumbuhan aset perbankan hanya sebesar
20,24% (y.o.y) mengalami penurunan dibandingkan periode yang
Beberapa indikator kinerja perbankan Sulut pada triwulan III 2009 masih menunjukkan trend perlambatan...
Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga BBM...
Dari sisi regional, trend penurunan laju inflasi Kota Manado lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok...
7
sama tahun lalu sebesar 24,78% (y.o.y). Fungsi intermediasi
perbankan juga menunjukkan adanya perlambatan, terlihat dari
angka Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar 102,88% lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 106,62%.
Penurunan LDR ini tidak dibarengi dengan penurunan jumlah
kredit bermasalah, sebaliknya terdapat peningkatan jumlah kredit
bermasalah / Non Performing Loan (NPL), dimana pada triwulan
laporan angka NPL tercatat 3,58% meningkat tipis dibandingkan
dengan posisinya pada periode yang sama tahun lalu sebesar
3,43%. Satu indikator yang menunjukkan peningkatan adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan DPK tercatat 22,64%
(y.o.y) lebih besar baik dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu sebesar 21,91% (y.o.y) maupun dengan triwulan
sebelumnya sebesar 21,67% (y.o.y) .
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun
2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%
dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45%
mencapai jumlah Rp5,34 Triliun. Berikutnya adalah Dana Sektoral
yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai
Rp788 milliar.
Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga
triwulan III 2009 relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2009, total
pengeluaran pemerintah mencapai Rp656,72 milliar atau mencapai
57,96% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar
Rp1.133,16 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah
telah mencapai Rp783,09 milliar atau baru 75,37% dari target
penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039,06 milliar. Jumlah
penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%...
Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik...
8
keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 mengalami surplus
sebesar Rp126,36 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada triwulan III-2009 berada pada kondisi net outflow, yang
berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi dibandingkan
aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan
laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan
hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2009. Jumlah
uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 18,61% (y.o.y) atau
sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru
mengalami penurunan 36,57% (y.o.y) atau sebesar Rp135,446
miliar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh kondisi
perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada kondisi
long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui
penukaran, dan hanya sebagian kecil melalui bayaran. Secara
netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada
kondisi outflow sebesar Rp113,29 miliar lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp267,83 miliar.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado menunjukkan penurunan signifikan dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan
dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009
sebanyak 14 lembar yang terdiri dari 4 lembar uang pecahan
Rp100.000,-, 6 lembar uang pecahan Rp50.000, dan 4 lembar
uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan
posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 33 lembar. Jika
dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada
periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu
yang ditemukan pada triwulan IV-2008 sampai dengan triwulan III-
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III 2009 berada pada kondisi net outflow...
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukan penurunan signifikan...
9
2009 menunjukkan adanya trend penurunan berturut-turut
sebanyak 136 lembar, 41 lembar , 18 lembar dan 14 lembar.
Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat
terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III-2009
menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai
93.945 lembar dengan nilai Rp2.036 triliun. Jika dilihat
berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan
selama periode laporan tercatat sebanyak 1,566 lembar dengan
nilai sebesar Rp33,97 miliar. Angka inipun meningkat 18,62%
(y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut
semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
terus menunjukkan perbaikan, tercermin dari rasio TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%)
dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%.
Demikian halnya bila dibandingkan terhadap keadaan Februari
2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut
lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan
pekerjaan utama, walaupun saat ini telah terjadi pergeseran ke
sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan
persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah
angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009
diperkirakan masih akan tumbuh positif walaupun masih dibayang-
bayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim kemarau yang lebih
panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum
optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan...
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif...
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai 93.945 lembar...
10
dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor
pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang
diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang
akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar
keagamaan (Santa Claus’s Day dan Natal) serta tahun baru 2010.
Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan
tumbuh sebesar 7,7% – 8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat
diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah faktor
pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember
2009, Natal 25 Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga
perbankan yang terus menurun diprediksi juga akan mendorong
aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas investasi
diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum
terselesaikannya defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara
sehingga minat investor baru tertahan. Perdagangan luar negeri
juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan
mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara-
negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara. Beberapa data yang
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Sulut antara lain: (1)
Hasil liaison menunjukkan bahwa baik eksportir maupun importir
sama-sama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir
tahun nanti, (2) Survei kepada pengusaha maupun konsumen juga
menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di triwulan
mendatang, (3) Ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari dua
daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di
Indonesia.
Outlook Inflasi Regional
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan
meningkat. Dari sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak
dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas diperkirakan
akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau
yang lebih panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan
menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan. Selain
Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% - 8,2% (y.o.y)....
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat....
11
itu, defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan
terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa bulan ke
depan. Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai
adalah meningkatnya permintaan akan bahan bangunan yang
dipicu oleh peningkatan realisasi belanja fisik pemda dan perilaku.
Namun demikian, relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado
paling tidak hingga September 2009 cukup membangkitkan
optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota
Manado akan berada pada kisaran 4-5%.
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan perekonomian global yang terus menunjukkan pemulihan telah berdampak
pada membaiknya ekonomi domestik. Ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh lebih baik dari
perkiraan semula, baik untuk tahun 2009 maupun tahun 2010. Di tahun 2009, ekonomi
Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan
sebelumnya sebesar 3,5 - 4,0%. Sementara itu, untuk tahun 2010, pertumbuhan ekonomi
diprakirakan mencapai 5,0-5,5%.
Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang
semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di
negara-negara emerging market Asia, terutama China. Sementara di negara maju, kontraksi
ekonomi mulai melambat. Dari berbagai indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme
pemulihan ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan eceran, utilisasi
kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat baik di negara maju maupun negara
emerging markets. Meski menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih
membayangi pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih tinggi di
negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan kinerja perekonomian global lebih
lanjut.
Di sisi domestik, perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih baik
seiring dengan terus membaiknya perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan III
2009 diperkirakan mencapai 4,2%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar
3,9%. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor
yang meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman menjelang
hari raya Idhul Fitri. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh
rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan
ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang
meningkat. Sementara, pertumbuhan impor diperkirakan masih minimal. Di sisi penawaran,
sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran, tumbuh membaik pada
triwulan III-2009 seiring dengan perayaan Idul Fitri.
13
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga triwulan III
2009 diperkirakan masih minimal dengan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar
7,73% (y.o.y). Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa promp indikator
dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Krisis ekonomi global
ternyata lebih berpengaruh perekonomian Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar
negeri. Selama Januari s.d. Agustus 2009, nilai dan volume ekspor luar negeri rata-rata
turun 47% dan 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri masih dapat dikompensasi
dengan meningkatnya ekspor antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan
pasar ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu, berlangsungnya even
bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut andil menahan perlambatan ekonomi
tercermin dari meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta
tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even tersebut.
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan III 2009 diperkirakan
lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun
swasta. Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan mengalami trend
perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey
Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama periode Juli – September
2009. Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1)
Penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail pada Agustus 2009, (2) Berlangsungnya
bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta (3) Berlangsungnya tahun ajaran baru
2009/2010.
Tabel 1.1. La ju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)
Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2 Q3**) Sumb.
Konsumsi 2.72 1.84 3.83 4.06 8.53 6.44 5.75 3.70
Konsumsi Swasta 1.84 0.84 4.36 3.45 5.12 5.16 3.96 1.72
Konsumsi Pemerintah 4.60 1.00 2.86 5.33 15.95 9.04 9.42 1.98
PMTB 15.56 3.64 13.07 11.70 10.03 6.33 4.87 1.22
Stok 50.24 0.86 48.49 40.51 -19.93 -36.13 71.99 1.72
Ekspor 20.86 8.99 10.51 18.40 5.96 6.90 8.73 4.22
Impor 20.84 7.46 7.61 18.44 7.90 -0.78 7.78 3.12
PDRB 7.88 7.88 8.06 7.56 7.45 8.31 7.73 7.73
2008Jenis Penggunaan2008 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
14
1. Konsumsi
Secara umum, kegiatan konsumsi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh cukup baik
walaupun sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan – triwulan sebelumnya dengan laju
pertumbuhan 5,75% (y.o.y dengan kontribusi 3,70% terhadap laju pertumbuhan ekonomi
secara umum. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi diantaranya adalah
penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail, berlangsungnya bulan suci ramadhan,
hari raya lebaran, serta tahun ajaran baru 2009/2010.
Pemantauan terhadap berbagai indikator konsumsi menunjukan bahwa tingkat konsumsi
masih tetap tumbuh positif. Indeks penjualan ecaran, konsumsi listrik rumah tangga dan
angka penjualan kendaran baru, semuanya masih mengindikasikan aktivitas konsumsi yang
cukup baik selama triwulan III 2009. Sementara itu sentimen negatif krisis global terhadap
tingkat konsumsi masyarakat tidak terlalu berpengaruh karena tidak banyak masyarakat
Sulawesi Utara yang memiliki portopolio di aset-aset keuangan modern. Sebagaimana
diketahui bahwa dampak terbesar krisis global terhadap sektor privat/rumah tangga umum
adalah menurunnya kekayaan berupa aset-aset keuangan. Selain itu, adalah berkurangnya
penghasilan rumah tangga (misalnya akibat PHK atau pengurangan jam kerja). Namun
demikian dampak tersebut diperkirakan sangat minimal. Meskipun tidak terdapat angka
resmi tentang jumlah pekerja yang di – PHK akibat krisis global, kondisi ketenagakerjaan di
Sulawesi Utara tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat pengangguran bahkan
mencatat penurunan dalam kurun waktu Februari 2008 – Februari 2009 (lihat Bab 6 Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat). Sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Utara memang berada
di sektor pertanian yang kinerjanya relatif tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global.
Untuk membiayai aktivitas konsumsi, masyarakat menggunakan tabungannya seperti
terlihat pada indikator simpanan perorangan perbankan. Selain itu, seiring dengan
menurunnya suku bunga deposito, masyakat mempunyai kecenderungan untuk
membelanjakan uangnya tercermin dari terus meningkatnya laju pertumbuhan kredit
konsumsi yang mencapai 34,35% (y.o.y). Trend kenaikan laju pertumbuhan kredit konsumsi
ini cukup kontras bila dibandingkan dengan kinerja kredit modal kerja dan investasi yang
sejak krisis ekonomi global terjadi mengalami perlambatan. Sementara itu, suku bunga
kredit konsumsi tampak belum merespon suku bunga acuan BI maupun suku bunga
deposito yang telah turun siginificant dalam beberapa bulan terakhir. Tingginya suku bunga
15
ini menjadi salah satu faktor perlambatan laju penyaluran kredit konsumsi di samping
kebijakan perbankan secara umum yang memang menahan laju ekspansi kreditnya.
Hasil Survey Konsumen Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan optimisme
masyarakat yang berlanjut terhadap kondisi ekonomi secara umum. Persepsi masyarakat
terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu terus meningkat. Terus
membaiknya persepsi masyarakat ini diyakini akan dapat mendorong aktivitas konsumsi
masyarakat untuk tumbuh lebih tinggi di periode-periode mendatang.
Sementara itu, perlambatan kegiatan belanja pemerintah antara lain tercermin persentase
realisasi belanja pemerintah dalam APBD-P Sulut yang hingga akhir Triwulan III 2009 baru
mencapai 57,96%, tidak berbeda jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 57,50%. Namun demikian, kinerja APBD-P pada triwulan mendatang diperkirakan
akan lebih baik seiring dengan kenaikan jumlah alokasi dana fiskal pemerintah pusat ke
seluruh wilayah di Sulut sebesar 15% mencapai jumlah Rp10,6 Triliun di Tahun 2009.
2. Investasi
Secara umum, kegiatan investasi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh positif di
tengah-tengah tantangan akan defisit listrik yang dialami oleh Provinsi Sulawesi Utara.
Cukup baiknya kegiatan investasi selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfimasi
dengan laju penjualan semen yang tercatat tumbuh 5,46% (y.o.y). Situasi serupa juga
tercermin dari laju impor barang modal (capital goods) yang secara rata-rata masih berada
di kisaran 5%. Dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit produktif yang disalurkan
guna mendukung kegiatan investasi memiliki kecenderungan tren yang meningkat,
Grafik 1.1.
Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
60
70
80
90
100
110
120
130
140
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2008 2009
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2008 2009
Grafik 1.2.
Indeks Penghasilan Saat Ini
16
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008 2009
vol semen - Y Left
g_vol semen - Y Right
%Ton
walaupun porsinya masih relatif kecil dibandingkan total pembiayaan perbankan di Sulawesi
Utara. Hingga akhir triwulan III 2009, total kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang
disalurkan mencapai Rp4,45 Triliun atau meningkat 3,06% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Secara umum, perkembangan kegiatan investasi di Sulawesi Utara mendapat tantangan
bararti dari minimnya pasokan listrik. Hal ini tercermin dari terus berlangsungnya
pemadaman bergilir hingga saat ini sehubungan dengan defisit listrik di Sulawesi Utara yang
mencapai 30 MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum
berfungsinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak
optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. Tidak berfungsinya
PLTPB Lahendong unit 3 (kapasitas 20 MW) akibat gangguan pipa yang mengalami
kebocoran. Sedangkan hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan adanya penurunan debit air
Danau Tondano yang berdampak pada menurunnya tekanan turbin di PLTA. Saat ini
kebutuhan listrik masyarakat di Sulawesi Utara mencapai 147 MW pada posisi puncak,
sedangkan yang dapat disediakan oleh PLN baru 117 MW.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
3. Ekspor – Impor
Kinerja ekspor di Triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perbaikan dengan laju
pertumbuhan 8,73% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
6,90%. Namun demikian membaiknya kinerja ekspor ini terlihat lebih banyak disebabkan
oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi sedangkan untuk ekspor luar negeri masih
terus mengalami kontraksi walaupun dengan level kedalaman yang semakin landai.
Grafik 1.4.
Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009
(%)
Grafik 1.3.
Volume Penjulan Semen dan Pertumbuhannya
17
Secara umum, dampak krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan
dunia sehingga berdampak pada melambatnya kinerja ekspor luar negeri tercermin dari
penurunan nilai dan volume ekspor Sulawesi Utara selama periode Januari – Agustus 2009
masing-masing sebesar 47% dan 37% (y.o.y). Tercatat nilai ekspor Sulut ke luar negeri
selama selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD 272 Juta dengan volume sebesar
355 ribu ton.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &
Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak
kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Amerika Serikat,
China, dan Belanda. Berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana Amerika Serikat
posisinya masih berada diurutan ke-2 negara tujuan utama eskpor luar negeri maka pada
triwulan laporan negara tersebut kembali naik ke urutan 1 negara tujuan ekspor luar negeri.
Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Amerika diperkirakan akan ebih cepat
dibandingkan negara-negara lainnya.
Tabel 1.2. Pangsa Negara Tujuan Utama Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Ekspornya
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
Grafik 1.5.
Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulut
Tabel 1.1.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2009
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009
Nilai Ekspor LN (dlm Juta USD)
Vol Ekspor LN (dlm Ribu Ton)
28%
21%
12%
8%
7%
4%
20%
2008
Belanda
Amerika Serikat
Korea Selatan
China
India
Jepang
Negara Lainnya
21%
19%
14%9%
8%
7%
22%
2009*)
Amerika Serikat
China
Belanda
Jepang
Korea Selatan
Jerman
Negara Lainnya
393
178
327 304
121
482
407
591
467
221
66
35
16
12
13
2005 2006 2007 2008 2009*)
Food & Live Animals Animal & Veg. Oils & Fats Others
18
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai (Ribu USD)
Volume (Ton)
22 26 360 156 -- -3.287
- 10
13.853 11.875
23.221
7.662
12.527
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2005 2006 2007 2008 2009*)
Pertanian Tambang Manufaktur
Sementara itu, kegiatan impor selama triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 7,78% (y.o.y).
Menurut komponen penyusunnya, nilai tambah kegiatan impor antar pulau/provinsi
merupakan kontributor utama dibandingkan impor luar negeri. Tercatat, nilai impor luar
negeri selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD12,54 juta, meningkat lebih dari
150% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat USD4,99 Juta. Pencapaian
ini cukup menggembirakan mengingat sebagian besar impor luar negeri merupakan
barang-barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi di Sulawesi Utara.
Berdasarkan komoditinya, impor Sulawesi Utara lebih dari 99% didominasi oleh produk
barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi
barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus
meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Sementara itu, menurut negara asal
barangnya, impor luar negeri Sulawesi Utara terutama berasal dari negara China, Filipina
dan Jepang. Sedikit berbeda dibandingkan Tahun 2008 lalu dimana komodit impor lebih
banyak didatangkan dari negara China, Thailand dan Australia.
Grafik 1.6.
Perkembangan Nilai dan Volume Impor Sulut
Tabel 1.3.
Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2009
19
49,23
13,55
11,47
8,99
6,72
10,04
Tahun 2008
China
Thailand
Australia
Filipina
Singapore
Negara Lainnya
60,5612,64
12,62
6,163,64
4,40
Tahun 2009*)
China
Filipina
Jepang
Malaysia
Australia
Negara Lainnya
4,9 36,9 62,0 10,6 12,5
377,4 236,5
495,4 659,7
259,6
2005 2006 2007 2008 2009*)
Nilai Impor Surplus Perdagangan LN
Grafik 1.7. Pangsa Negara Asal Impor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Impornya
‘
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
Dengan mengacu pada kinerja ekspor dan impor selama triwulan III 2009 maka secara netto
neraca perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti
nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impornya. Sedangkan untuk transaksi
perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan
karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama
dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Semantara perkembangan kegiatan perdagangan dalam negeri selama triwulan laporan
dapat dikonfirmasi dengan kegiatan ekspor dan impor antar provinsi yang dicatat oleh PT.
Pelindo Tbk yaitu melalui Pelabuhan Bitung. Berdasarkan data yang bersumber dari PT.
Pelindo IV Bitung intensitas kegiatan impor antar provinsi lebih tinggi dibandingkan dengan
kegiatan ekspor antar provinsi yang berarti lebih banyak barang yang masuk ke wilayah
Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar dari Sulawesi Utara. Dengan demikian,
Grafik 1.8. Nilai Impor dan Surplus Perdagangan Luar Negeri Menurut PDRB
Sulawesi Utara Jenis Penggunaan
20
dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi
lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.
Tabel 1.4.
Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD)
2008
Jan-Sep Jan-Sep
Impor Antar Provinsi (Ton) 2.310.395 2.698.362 3.214.457 2.326.167 2.274.576 -2,22 Turun
Ekspor Antar Provinsi (Ton) 803.014 950.690 917.834 674.826 692.361 2,60 Meningkat
2007 20082006KEGIATAN Ket2009*)
Y.o.Y
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Angka Sementara
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan
III 2009 relatif minimal tercermin dari perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,73%
(y.o.y). Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya sebagai imbas dari
krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu ternyata masih dapat tertolong oleh
meningkatnya kegiatan konsumsi dan aktivitas pembangunan infrastruktur dan
sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan WOC, CTI
Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail (Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada
seluruh sektor ekonomi yang ada.
Tabel 1.5.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2 Q3**) Sumb.
Pertanian 1.64 0.37 1.55 2.66 4.65 4.21 3.66 1.03
Pertambangan & Penggalian 10.13 0.53 9.87 9.39 5.74 5.75 8.23 0.19
Industri Pengolahan 6.47 0.51 4.97 6.20 5.43 6.67 6.83 0.53
Listrik, Gas & Air Bersih 8.19 0.06 8.11 7.53 17.75 18.65 7.63 0.06
Bangunan 10.77 1.72 14.02 10.73 7.86 5.77 7.57 1.24
PHR 12.76 1.80 9.58 10.88 12.37 15.37 12.54 1.85
Pengangkutan & Komunikasi10.99 1.29 12.14 11.02 8.72 14.54 10.82 1.31
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan7.45 0.49 6.85 7.34 7.03 6.94 8.13 0.54
Jasa-Jasa 7.25 1.10 7.10 5.42 6.50 6.42 6.58 0.99
PDRB 7.88 7.88 8.06 7.56 7.45 8.31 7.73 7.73
2009Lapangan Usaha
20082008
Sumber : BPS Provinsi ulawesi Utara, diolah
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan
walaupun masih dalam laju pertumbuhan yang positif. Ancaman datangnya musim
kemarau panjang (El Nino) yang diperkirakan mulai dirasakan pada akhir September atau
awal Oktober 2009 telah menyebabkan produksi pertanian di Sulawesi Utara mengalami
penurunan. Dampak yang telah ditimbulkan dari adanya El Nino diantaranya mulai
21
dirasakan oleh para petani jagung dimana di beberapa tempat mengalami kegagalan panen
sebagai dampak musim kemarau yang sudah berlangsung selama 2 (dua) bulan. Menurut
sejumlah petani di Kabupaten Minahasa, tanaman yang mengalami kegagalan panen
adalah tanaman yang ditanam satu hingga dua bulan terakhir karena sudah mulai
mengering. Khususnya tanaman jagung, musim kemarau yang disertai tiupan angin
kencang menyebabkan tanaman tersebut tidak memperoleh pasokan air dalam tanah yang
cukup sehingga kondisi tanaman mengerdil dan potensi kegagalan produksi yang bisa
terindari. Untuk mengatasinya, para petani terpaksa menyiram tanaman dengan mengambil
air dari sumber mata air yang terdekat dalam upaya merangsang tumbuhan tersebut dapat
berbuah.
Selain itu, sedikitnya 41 hektar sawah petani di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
mengalami kekeringan dan gagal panen sehingga pendapatan petani mengalami
penurunan. Penyebabnya tidak hanya faktor musim kemarau akan tetapi juga disebabkan
oleh buruknya jaringan irigasi di daerah tersebut. Pendapatan yang turun ini dikarenakan
sebagian besar petani masih mengandalkan sawah tadah hujan. Guna mengatasi hal
tersebut, pemerintah setempat berupaya untuk mengucurkan bantuan berupa pemberian
bantuan bibit padi gratis, pengadaan pompa air guna mengefektifkan sawah-sawah
penyimpan air serta pembangunan jaringan irigasi.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data
perkembangan luas panen tanaman padi dan jagung serta data perkembangan produksi
beras dan jagung. Selama triwulan III 2009, perkembangan luas panen tanaman padi dan
jagung tidak mengalami pertambahan bahkan mengalami penurunan luas panen. Luas
panen tanaman padi pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya sebesar 20.482 Ha atau
turun 45,2% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan itu, luas
panen tanaman jagung juga mengalami penurunan dari 39.636 Ha pada triwulan III 2008
menjadi 32.594 Ha pada triwulan laporan atau turun 17,77% (y.o.y). Penurunan luas areal
panen membawa dampak pada menurunnya jumlah produksi padi dan jagung. Jumlah
produksi beras pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya mencapai 66 ribu ton atau turun
43,35% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan
komoditi jagung, dimana selama triwulan III 2009 diperkirakan produksinya hanya sebesar
139 ribu ton atau turun 12,29% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
22
Grafik 1.9. Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi
dan Pertambahannya
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2008 2009
Luas Panen (Ha) - Y Left
Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan di Sulawesi Utara untuk membiayai sektor pertanian
masih relatif terbatas. Sampai dengan September 2009, jumlah kredit yang disalurkan pada
sektor pertanian baru sebesar Rp355,73 milliar atau hanya 3,56% dari total kredit yang
disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain
disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya
NPL (Non Performing Loan) sebesar 7,88% (batas maksimum yang dipersyaratkan BI adalah
sebesar 5%). Selain itu, budaya dan perilaku masyarakat yang kurang bijak dan memiliki
anggapan bahwa kredit/fasilitas pembiayaan dari bank utamanya Bank Pembangunan
Daerah (BPD) merupakan pemberian cuma-cuma masih banyak berkembang di masyarakat.
Hal ini membuat perbankan di Sulawesi Utara sangat berhati-hati dalam melakukan
pembiayaan di sektor ini. Hal ini tercermin dari terus melambatnya pertumbuhan kredit di
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Beras
Grafik 1.11. Perkembangan Luas Panen Tanaman
Jagung dan Pertambahanya
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2008 2009
Luas Panen (Ha) - Y Left
Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
Q3 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009
Produksi Jagung (Ton)
Kenaikan Produksi Jagung (%)
Grafik 1.12. Perkembangan Produksi Jagung
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2008 2009
Produksi Beras (Ton)
Kenaikan Produksi Beras (%)
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
23
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
Konstruksi Y - Left
g_Konstruksi - Y Right
Juta Rp %
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
Pertanian - Y Left
g_Pertanian - Y Right
Juta Rp %
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008 2009
vol semen - Y Left
g_vol semen - Y Right
%Ton
sektor pertanian dari yang sebelumnya pernah tumbuh pada kisaran 75-80% (y.o.y) di akhir
Tahun 2008, turun menjadi hanya 2,28% (y.o.y) pada Juni 2009 bahkan mengalami
kontraksi pada September 2009 sebesar 32,89% (y.o.y)
2. Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan selama triwulan III 2009 diperkirakan masih akan mengalami
perkembangan yang cukup baik. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat
dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang selama triwulan
III 2009 tumbuh 5,46% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara bulanan,
pertumbuhan volume penjualan semen selama triwulan laporan terutama terjadi pada Juli
dan Agustus 2009 yang tercatat masing-masing tumbuh 26,13% dan 70,81% (y.o.y),
sedangkan pada September kembali mengalami kontraksi sebesar 38,23% (y.o.y).
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Grafik 1.14.
Volume Penjualan Semen dan Pertumbuhannya Grafik 1.15.
Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 1.13. Pertumbuhan Kredit Pertanian
24
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
NPL Konstruksi
Perkembangan sektor bangunan pada triwulan ini sebenarnya terbantu oleh trend
penurunan berbagai bahan baku properti seperti besi, batu bata, pasir dan semen. Namun
demikian, salah satu tantangan yang masih harus dihadapi oleh dunia usaha adalah
sentimen negatif krisis ekonomi global dan relatif tingginya suku bunga kredit perbankan
yang tentu saja akan mempengaruhi keputusan bisnis di sektor bangunan. Masih relatif
tingginya suku bunga kredit properti tentunya akan menekan kinerja sektor bangunan
khususnya pembelian rumah yang menggunakan fasilitas kredit (KPR).
Pertumbuhan kredit untuk sektor properti terus mengalami perlambatan hingga akhir
triwulan III 2009. Bila pada Tahun 2008, kredit properti sempat tumbuh hingga 60% (y.o.y),
maka kini pertumbuhannya terus menurun hingga mengalami kontraksi 9,83% (y.o.y) pada
September 2009. Trend penurunan suku bunga BI – Rate ternyata belum ditransmisikan
secara sempurna ke suku bunga kredit perbankan. Meskipun kredit BI – rate pada
September 2009 telah turun hingga ke level 6,5%, KPR (yang merupakan kredit konsumsi)
masih ditawarkan dengan suku bunga rata-rata 15% per tahun. Perbankan terlihat masih
sangat hati-hati mengingat mulai munculnya potensi resiko kredit di sektor properti. Dari sisi
kualitas, tingkat non – performing loan (NPL) kredit properti mulai menunjukan
kecenderungan meningkat khususnya sejak akhir triwulan II 2009 lalu.
Grafik 1.16
NPL Kredit Konstruksi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Pada triwulan III 2009, sektor PHR tetap tampil sebagai sektor paling dominan dalam
perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa 23,93% dari total PDRB serta laju
pertumbuhan sebesar 12,54% (y.o.y). Salah satu faktor pendorong baiknya kinerja sektor
25
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
2008 2009
% (y.o.y)Orang
NusantaraMancanegarag_Menginap
PHR adalah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail yang berlangsung sejak
tanggal 15 – 21 Agustus 2009 yang diperkirakan mampu mempertemukan ± 7.000 awak
kapal berbagai negara dari seluruh belahan dunia (belum termasuk pengunjung yang
datang baik wisatawan internasional maupun domestik). Kegiatan Bunaken Sail ini antara
lain dimeriahkan dengan parade kapal perang, kapal tradisional, kapal negara, kapal layar
tiang tinggi, yacht serta pembukaan akses bagi masyarakat umum yang hendak datang dan
berkunjung ke kapak-kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Bitung. Di samping itu,
kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pemecahan rekor dunia selam di bawah laut yang
dikuti lebih dari 1.500 penyelam dalam bentuk upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI
ke-64 di dalam laut.
Baiknya kinerja sektor PHR antara lain dapat dikonfirmasi dengan data kunjungan
wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap, serta data kamar yang terjual.
Jumlah kunjungan wisatawan manca negara pada Juli 2009 mencapai 2.615 orang atau
naik 46,09% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kenaikan tersebut terus
berlanjut pada Agustus 2009 yang mencapai 3.223 orang atau meningkat 71,16% (y.o.y).
Menurut komposisinya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara
terutama berasal dari Malaysia, Jerman dan Singapore. Seiring dengan data perkembangan
jumlah kunjungan wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap baik manca
negara maupun domestik juga memperlihatkan trend yang meningkat. Tercatat pada
Agustus 2009, jumla tamu yang menginap mencapai 12.448 orang atau naik 13,70%
(y.o.y). Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan tamu yang menginap tersebut
membawa dampak pada meningkatnya jumlah kamar yang terjual yang pada Agustus 2009
yang tercatat 15.334 atau naik 13,05% (y.o.y).
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.17.
Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sulut Grafik 1.18.
Perkembangan Tamu Menginap di Sulut
-
20
40
60
80
100
120
140
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
2008 2009
Orang
Wisman Y-Left
g_Wisman Y - Right
% (y.o.y)
26
0
10
20
30
40
50
60
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
Perdagangan Y - Left
g_Perdagangan - Y Right
Juta Rp %
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan ke sektor perdagangan dan hotel
masih mengalami trend penurunan pada triwulan ini. Pada September 2009, tingkat
pertumbuhan kredit sektor PHR berada di kisaran 11% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan
posisi akhir triwulan lalu sebesar 12,63% (y.o.y). Trend penurunan yang terjadi di tengah
perbaikan kinerja ini menunjukkan bahwa perbankan cenderung menahan laju ekspansi
kreditnya meskipun situasi mulai berbalik arah. Di sisi lain, pengusaha juga diprediksi masih
menghindari tingginya suku bunga kredit yang ditawarkan perbankan. Sektor PHR adalah
sektor penerima kredit perbankan terbesar kedua di Sulawesi Utara setelah sektor konsumsi.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Walaupun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor
pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup baik selama triwulan III
2009 yaitu sebesar 10,82 (y.o.y). Penyelenggaraan berbagai even berskala internasional
menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal
oleh masyarakat luar. Setelah sukses menyelenggarakan even Konferensi Kelautan Dunia
(World Ocean Conference) dan CTI Summit pada Mei 2009 maka pada Agustus 2009,
Sulawesi Utara kembali ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan even internasional
Bunaken Sail. Hal ini tentunya semakin meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung
ke Sulawesi Utara sehingga meningkatkan kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi.
Selain itu, relatif baiknya kinerja sektor ini juga terkait dengan peningkatan kebutuhan
masyarakat untuk berpergian di musim liburan sekolah dan perayaan hari raya lebaran yang
berlangsung selama triwulan laporan.
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s2008 2009
Orang
Kmr Terjual Y - Left
g_Kmr Terjual Y - Right
% (y.o.y)
Grafik 1.19.
Perkembangan Kamar Terjual
27
Sementara itu, dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menekan tingkat
konsumsi masyarakat ternyata belum terlalu berpengaruh bagi perekonomian Sulawesi
Utara tercermin dari terus meningkatnya pemberian ijin kendaraan bermotor baik roda 4
ataupun roda 2 dan 3 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Hal menyebabkan
rata-rata tingkat pemberian ijin kendaraan bermotor sejak periode setelah krisis ekonomi
(Oktober 2008) justru meningkat dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi yaitu
sebesar 6.031 untuk roda 4 dan 50.790 untuk roda 2 dan 3.
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat
yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari
bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi serta pesatnya pembangunan
sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang
sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi.
Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin
memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi. Dari sisi pembiayaan,
pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh penyaluran
kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan di sektor angkutan dan
telekomunikasi untuk posisi September 2009 mencapai Rp62,01 milliar.
No RincianRata Before
KrisisRata After
Krisis
A RODA 4
1 Milik Instansi Pemerintah 128 131
2 Milik Pribadi/Perorangan 4,301 5,153
3 Milik Perusahaan Swasta 842 748
5,271 6,031
B RODA 2 -
1 Milik Instansi Pemerintah 235 402
2 Milik Pribadi/Perorangan 12,257 50,388
3 Milik Perusahaan Swasta 1 -
12,493 50,790
17,764 56,821 TOTAL
Jumlah Roda 4
Jumlah Roda 2 dan 3
Tabel 1.6. Rata-Rata Pemberian Ijin Kendaraan Bermotor
Sebelum dan Setelah Krisis
Grafik 1.21.
Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)
28
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
Angkutan - Y Left
g_Angkutan - Y Right
Juta Rp %
5. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 6,58% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,42% (y.o.y). Peningkatan kinerja sektor
jasa-jasa utamanya jasa pariwisata antara lain didorong oleh meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Sulawesi Utara
menjelang dan pada saat penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail. Selain itu
berlangsungnya masa liburan sekolah pada awal triwulan laporan serta hari raya lebaran
juga turut andil dalam meningkatkan kinerja sektor ini khususnya jasa rekreasi dan hiburan.
Sedangkan untuk jasa pemerintahan, diperkirakan terdapat sedikit perlambatan tercermin
dari penurunan persentase realisasi PAD selama triwulan III 2009 yang baru sebesar
Rp208,37 milliar (74,47% dari total target Tahun 2009) atau lebih rendah dibandingkan
triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp213,37 milliar (79,75% terhadap total
target Tahun 2008).
6. Sektor Lainnya
Sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami perbaikan kinerja pada triwulan III
2009 dengan laju pertumbuhan 6,83% (y.o.y). Situasi ini utamanya terkait dengan mulai
pulihnya demand dari pasar luar negeri sebagaimana tercermin dari melandainya penurunan
ekspor luar negeri. Selain itu, minimalnya dampaknya krisis ekonomi global terhadap kinerja
sektor industri pengolah tercermin dari data jumlah penggunaan BBM Indutri untuk periode
setelah krisis (November 2008) yang secara rata-rata justru mengalami peningkatan
dibandingkan periode sebelum krisis. Tercatat jumlah penggunaan BBM Industri selama
triwulan II 2009 mencapai 17,59 juta liter atau naik 13,76% (y.o.y) dibandingkan periode
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
29
yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenisnya, kenaikan penggunaan BBM terutama terjadi
pada jenis minyak tanah sebesar 84,54% disusul solar (15,70%) dan premium (8,85%)
Tabel 1.7.
Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi (dalam KL)
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09**
1 Premium 106.00 113.00 123.00 87.00 89.43 123.00
gPremium 14.10 22.83 68.49 -30.12 -15.63 8.85
2 Minyak Tanah 69.00 145.50 144.00 176.00 110.00 268.50
gMinyak Tanah 97.14 315.71 -22.16 21.38 59.42 84.54
3 Solar 12,040.75 14,867.03 14,066.00 12,534.25 13,767.43 17,200.50
gSolar -56.94 25.58 -26.74 5.24 14.34 15.70
12,326.99 15,464.07 14,379.33 12,788.51 14,010.65 17,592.00
gIndustri -56.12 29.23 -26.10 5.00 13.66 13.76
TOTAL
BBM
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh
perbankan. Sejak awal Tahun 2007 hingga akhir Tahun 2008, penyaluran kredit pada sektor
industri memperlihatkan trend peningkatan walaupun selepas periode tersebut cenderung
mengalami perlambatan sebagai dampak krisis ekonomi global Oktober 2008 lalu. Tercatat
penyaluran kredit sektor industri pengolahan pada September 2009 hanya mencapai Rp213
milliar naik tipis 2,51% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Grafik 1.22.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
0
10
20
30
40
50
60
70
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
Industri Y - Left
g_Industri - Y Right
Juta Rp %
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III 2009
diperkirakan hanya 7,63% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat
18,65% (y.o.y). Perlambatan kinerja sektor listrik, gas dan air bersih ini terutama didorong
oleh krisis listrik yang melanda Sulawesi Utara di mulai sejak awal triwulan laporan dan terus
bertambah parah seiring dengan meningkatnya defisit listrik dari 17 MW menjadi 30
30
MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum
berfungsi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak
optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. PLTPB
Lahendong unit 3 kapasitas 20 MW belum berfungsi akibat gangguan pipa yang
mengalami kebocoran. Sedangkan untuk hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan
adanya penurunan debet air tondano berdampak pada menurunnya tekanan turbin
sehingga output yang dihasilkan terbatas. Adapun kebutuhan listrik masyarakat
Sulut mencapai 147 MW pada posisi puncak, sedangkan kemampuan yang ada saat
ini hanya 117 MW.
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 8,23%
(y.o.y). Kencenderungan meningkatnya kinerja sektor ini didorong oleh terus membaiknya
harga komoditas pertambangan dan penggalian seiring dengan trend kenaikan harga
minyak dunia yang saat ini harganya telah berada pada kisaran USD 80 - an per barel atau
jauh meningkat dibandingkan awal krisis Oktober 2008 lalu yang sempat turun hingga USD
30 - an per barel. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh
seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas
dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan
bukan industri berskala besar.
Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2009
diperkirakan tumbuh 8,13% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya tumbuh 6,94% (y.o.y). Keketatan likuiditas yang sebelumnya membayangi
perbankan nasional terus berangsur membaik. Sejak April 2009 lalu, laju pengumpulan
dana telah menyamai atau bahkan melampaui laju penyaluran kredit di Sulawesi Utara.
Selama 2 (dua) tahun terakhir, penyaluran kredit sempat tumbuh jauh melebihi kemampuan
bank untuk mengumpulkan dana masyarakat. Akibatnya bank, mengalami keketatan
likuiditas yang kemudian mendorong suku bunga perbankan untuk naik. Likuiditas akhirnya
kembali normal setelah perbankan giat mengumpulkan dana dari masyarakat dan
mengerem laju kreditnya.
Dari aspek operasional, perbankan Sulawesi Utara masih mampu membukukan interest
margin yang positif meskipun pertumbuhan tahunannya relatif menurun. Hal ini terkait
31
dengan trend laju penyaluran kredit yang saat ini melambat sehingga sumber pendapatan
bunga pun relatif menurun. Namun demikian, secara operasional perbankan di Sulawesi
Utara masih mampu mendapatkan selisih positif antara biaya dana yang harus dibayarkan
dengan pendapatan dari bunga kredit.
Dari sisi pendapatan, kinerja perbankan mengalami penurunan dari interest- based income
namun mengalami peningkatan dari fee-based income. Perlambatan pada pertumbuhan
pendapatan bunga (interest based-income) merupakan dampak dari perlambatan laju
penyaluran kredit sehingga sumber pendapatan bunga pun menurun. Di sisi lain,
pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat seiring dengan giatnya bank untuk
menjual jasa-jasa perbankan seperti ATM, pengelolaan rekening, transaksi ekspor impor,
bank garansi serta bisnis baru. Sejumlah bank besar yang memiliki layanan transaksi
perbankan yang komprehensif bahkan mampu mencatat pendapatan non-bunga yang
meningkat hingga 30% (y.o.y).
32
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan III-2009
memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada
September 2009, kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,25% (y.o.y) dan periode
yang sama tahun lalu sebesar 13,15% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju
inflasi nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih
rendah.
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
A. INFLASI TAHUNAN (Y.o.Y)
Inflasi tahunan Kota Manado sepanjang triwulan III-2009 cenderung mengalami trend
penurunan yang cukup signifikan. Pada awal triwulan laporan, laju inflasi tahunan tercatat
0,38% (y.o.y), kemudian turun tipis pada Agustus 2009 menjadi 0,37% (y.o.y), dan kembali
turun signifikan pada akhir periode menjadi deflasi 0,01% (y.o.y). Kondisi ini sejalan dengan
laju inflasi nasional yang juga terus mengalami penurunan. Laju inflasi nasional pada awal
triwulan III-2009 tercatat 4,91% (y.o.y), menurun menjadi 4,84% (y.o.y) pada Agustus
2009, dan terus turun hingga mencapai 2,83% (y.o.y) di akhir periode laporan.
Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh faktor non fundamental
yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor fundamental berupa
inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan output gap. Trend
Grafik 2.2 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (M.t.M)
Grafik 2.1
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (Y.o.Y)
-2
-1
0
1
2
3
4
Jul
Agu
st
Se
p
Ok
t
No
p
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Agu
st
Se
p
2008 2009
%
MTM Manado MTM Nasional
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Ju
n
Jul
Agu
st
Sep
2008 2009
% YOY Nasional YOY Manado
33
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan SEK Kota Manado
Periode Januari-Juni 2009
Sumber: Bank Indonesia Manado, Laporan SEK Bulan Juni 2009
penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian dunia yang cenderung
melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Konsumen tidak terlalu agresif dalam
membelanjakan kebutuhannya, sebagai respon terhadap krisis ekonomi global. Hal ini juga
sejalan dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal)
dari khasanah tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu. Selain itu tekanan inflasi
yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Perlu dikemukakan di sini bahwa dampak
kenaikan harga BBM pada angka inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu tahun.
Faktor lain yang membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan rupiah, yang
disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga terjadi capital inflow. Fluktuasi harga
minyak dunia sampai pada kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada
inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga
BBM dalam negeri.
Untuk wilayah Kota Manado trend penurunan inflasi ini lebih dipicu oleh ketersediaan
kebutuhan bahan pokok yang masih mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri.
Selain itu angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras miskin (raskin) di
provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir September 2009 yang telah mencapai 75%.
Berdasarkan hasil Survei Ekspektasi
Konsumen (SEK) kota Manado pada
September 2009, terlihat bahwa masyarakat
masih cenderung optimis terhadap kondisi
perekonomian, yang ditunjukkan dengan
indeks yang mengalami peningkatan jika
dibandingkan bulan sebelumnya.
Meningkatnya optimisme konsumen lebih
disebabkan oleh kondisi penghasilan dan
ketersediaan lapangan kerja saat ini.
119,33
104,42
105,92
108,75
128,50
124,92126,42
139,00
140,17
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep
2009
Penghasilan Saat
ini
Ketepatan waktu
pembelian barang
tahan lama
Ketersediaan
lapangan kerja
saat ini
Indeks Keyakinan
Konsumen
34
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi tertinggi dialami oleh kelompok
makanan jadi 6,15% (y.o.y), turun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 7,50% (y.o.y). Kelompok berikutnya yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi
adalah kelompok kesehatan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar
4,84%(y.o.y) dan 4,67% (y.o.y). Beberapa kelompok mencatat angka deflasi salah satunya
yang cukup signifikan adalah kelompok bahan makanan deflasi 0,82% (y.o.y). Penurunan
yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan antara lain disebabkan karena
adanya tambahan persediaan barang kebutuhan pokok sehingga stok di pasar sangat
melimpah. Selain itu realisasi raskin di wilayah Sulawesi Utara telah mencapai 75% pada
akhir september 2009. Pergerakan harga kelompok lainnya cenderung lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu adalah kelompok perumahan dan transportasi yang mencatat
angka deflasi masing-masing sebesar 0,15% (y.o.y) dan 8,76% (y.o.y). Angka deflasi pada
kelompok transportasi lebih disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (base effect).
B. INFLASI BULANAN (M.t.M)
Berbeda dengan inflasi tahunan, laju perkembangan inflasi bulanan pada triwulan III-2009
cenderung mengalami fluktuasi. Pada awal periode, Kota Manado mencatat inflasi sebesar
0,38% (m.t.m), selanjutnya pada bulan Agustus 2009 angka ini meningkat tipis menjadi
0,65% (m.t.m), dan sampai dengan akhir triwulan ketiga inflasi di Kota Manado tercatat
sebesar 0,36% (m.t.m).
Mar J un Sep Mar J un Sep
1 Bahan Makanan 13,58 27,35 26,69 21,82 4,75 -0,82
2 Makanan J adi 2,33 3,45 5,29 8,03 7,50 6,15
3 P erumahan 6,89 13,01 11,77 3,54 2,07 -0,15
4 S andang 10,31 9,13 8,02 6,05 4,94 4,67
5 Kesehatan 10,08 13,32 13,13 9,16 5,43 4,84
6 P endidikan 2,34 1,83 2,02 2,58 2,03 2,63
7 Transportas i 0,52 9,91 9,95 1,05 -8,66 -8,76
Umum 7,68 13,18 13,15 8,85 2,25 -0,01
No Kelompok2008 2009
35
Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Juli 2009
Sumber: BPS Nasional, diolah.
Tabel 2.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (m.t.m)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Penurunan inflasi ini secara umum disebabkan oleh perlambatan perekonomian akibat krisis
ekonomi global yang juga berdampak terhadap perekonomian dalam negeri dan daerah.
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka deflasi tertinggi selama triwulan III-2009
adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,38% pada bulan September 2009. Sementara
itu, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok sandang yang terus
mengalami peningkatan dari awal periode sampai dengan akhir periode laporan berturut-
turut sebesar -0,27% (m.t.m), 0,10% (m.t.m) dan 1,10% (m.t.m).
� JULI 2009
Kota Manado pada Juli 2009 mengalami
inflasi sebesar 0,46%. Inflasi dan
sumbangan terbesar berasal dari
kelompok bahan makanan. Total
sumbangan bahan makanan terhadap
angka inflasi mencapai 0,43%, dengan
inflasi terbesar berasal dari sub komoditi
sayur-sayuran. Beberapa komoditas yang
mengalami kenaikan harga antara lain
tomat sayur, bawang merah, cakalang,
daun bawang, malalugis, bawang putih,
daging ayam ras, kursi, tude dan pepaya.
J ul Aug Sep J ul Aug Sep
1 Bahan Makanan 7,70 0,50 -2,89 1,62 1,65 -2,38
2 Makanan J adi 0,82 0,04 2,05 0,08 0,72 1,04
3 P erumahan 0,47 0,15 1,37 0,04 0,16 0,04
4 S andang 0,71 -0,08 1,81 -0,27 0,10 1,10
5 Kesehatan 0,74 0,02 0,37 0,55 0,18 0,26
6 P endidikan 0,27 0,00 0,00 0,19 -0,02 0,74
7 Transportas i 0,00 0,01 0,00 0,00 0,14 -0,16
Umum 2,33 0,65 0,03 0,46 0,65 -0,36
No Kelompok2008 2009
1,62
0,08
0,04
-0,27
0,55
0,19
0,00
0,43
0,01
0,01
-0,02
0,02
0,01
0,00
-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPOR
andil
inflasi (mtm)
36
Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa September 2009
� AGUSTUS 2009
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya,
Kota Manado pada Agustus 2009 juga
mengalami inflasi sebesar 0,65%. Kelompok
bahan makanan merupakan penyumbang
terbesar dengan andil sebesar 0,44%.
Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga selama Agustus 2009 adalah
: beras, tude, bawang merah, air kemasan,
bawang putih, pisang, kendaraan carter,
minyak goreng, bubur dan telur ayam ras.
� SEPTEMBER 2009
Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, pada akhir triwulan laporan Kota Manado
mengalami deflasi sebesar 0,36%. Deflasi dipicu oleh penurunan indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar dan kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.
Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok
bahan makanan yang selama ini menjadi
kelompok yang menyumbangkan inflasi
terbesar, pada September 2009 justru
mengalami deflasi sebesar 2,38% dengan
andil sebesar -0,64%. Adapun komoditas
yang mengalami kenaikan harga selama
September 2009 adalah : gula pasir, minyak
goreng, pepaya, cakalang, bawang putih,
emas perhiasan, biaya jaringan saluran tv,
minuman ringan, apel dan cumi-cumi.
1,65
0,72
0,16
0,10
0,18
-0,02
0,14
0,44
0,13
0,04
0,01
0,01
-0,001
0,02
-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPOR
andil
inflasi (mtm)
-2,38
1,04
0,04
1,10
0,26
0,74
-0,16
-0,64
0,18
0,01
0,07
0,01
0,03
-0,02
-3,00 -2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPOR
andil
inflasi
(mtm)
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Agustus 2009
Sumber: BPS Nasional, diolah.
Sumber: BPS Nasional, diolah.
37
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2009
masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total aset dan kredit yang
disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal aset dan kredit menunjukkan adanya
peningkatan, namun jika dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami
penurunan. Fungsi intermediasi perbankan juga menunjukkan adanya perlambatan, terlihat
dari angka Loan To Deposit Ratio (LDR) yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Penurunan LDR ini tidak dibarengi dengan penurunan jumlah kredit bermasalah,
sebaliknya terdapat peningkatan jumlah kredit bermasalah / Non Performing Loan (NPL),
dimana pada triwulan laporan angka NPL meningkat tipis dibandingkan dengan posisinya
pada periode yang sama tahun lalu. Satu indikator yang menunjukkan peningkatan adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), dilihat dari angka pertumbuahn yang lebih besar baik
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu maupun dengan triwulan sebelumnya.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3
Total Aset 8.958 9.319 9.905 10.548 10.793 11.691 12.359 13.527 13.635 14.235 14.860
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,76 17,76 21,67 19,59 20,48 25,45 24,78 28,24 26,33 21,76 20,24
DPK (Rp Miliar) 5.985 6.436 6.504 7.070 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725
Tumbuh Y.o.Y (%) 18,14 20,88 19,34 17,49 20,12 20,65 21,91 25,31 23,90 21,67 22,64
Kredit (Rp Miliar) 5.179 5.638 6.079 6.577 6.823 7.852 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,25 22,04 26,85 29,70 31,74 39,27 39,08 35,84 33,30 22,60 18,34
LDR (%) 86,53 87,61 93,46 93,02 94,90 101,13 106,62 100,84 102,11 101,90 102,88
NPL (%) 5,12 4,91 6,29 3,77 4,86 4,88 3,43 2,86 3,86 3,72 3,58
kredit UMKM 3.221 3.632 3.882 4.064 4.305 5.079 5.435 5.727 5.841 6.185 6.270
Share UMKM 62,19 64,42 63,86 61,79 63,09 64,68 64,29 64,10 64,22 64,25 62,67
NPL UMKM (%) 8,23 7,62 7,11 5,67 6,01 5,69 4,91 3,78 4,91 4,96 5,18
2009200920092009KomponenKomponenKomponenKomponen
2007200720072007 2008200820082008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Secara keseluruhan, indikator kinerja perbankan mengalami perlambatan yang cukup
signifikan dibandingkan triwulan III-2008. Proses pemulihan perekonomian dunia akibat
krisis global masih cukup dirasakan oleh perbankan di wilayah Sulawesi Utara, yang
tercermin dari perilaku baik para pelaku pasar maupun pihak perbankan antara lain
dicerminkan oleh tingkat LDR yang tumbuh melambat. Dengan risiko dan ketidakpastian
pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi
dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya
38
saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk
based pricing.
A. Fungsi Intermediasi Perbankan
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan
melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya
menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya
mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk tetap
mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Pelonggaran kebijakan moneter ini sudah mulai
direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan
penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu
signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi
pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat
suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai
mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate
tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang
menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi
Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari
proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut,
ditunjukkan melalui pertumbuhan kredit yang cenderung turun. Di sisi lain tingkat
pertumbuhan dana masyarakat cenderung mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan kredit, hal inilah yang memyebabkan tingkat LDR berjalan
cukup lambat. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif tinggi walaupun sudah
menunjukkan adanya penurunan berimplikasi pada penurunan akselerasi pertumbuhan
kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai dengan akhir bulan
Agustus tingkat suku bunga kredit terus menurun, namun pada akhir triwulan tingkat suku
bunga kredit kembali meningkat. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan
bank yang sangat tinggi, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi
bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default. Penurunan terjadi pada ketiga suku
bunga kredit jenis penggunaan di awal triwulan laporan. Sampai dengan posisi bulan
39
September rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 17,31% per tahun,
rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi sebesar 17,17% per tahun, dan rata-rata
tingkat suku bunga konsumsi sebesar 14,86% per tahun. Sementara untuk tingkat suku
bunga deposito di Sulawesi Utara juga menunjukkan kondisi yang sama seperti halnya pada
tingkat suku bunga kredit. Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan
penurunan BI Rate pada bulan Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50%
pada bulan September 2009. Pada bulan September 2009 tingkat suku bunga deposito
berada pada posisi 6,13%.
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian dan melakukan evaluasi yang
menyeluruh terhadap perkembangan dan prospek ekonomi dan keuangan, baik domestik
maupun global, Rapat dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 5 Oktober 2009
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Selain itu, Bank Indonesia
Grafik 3.2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.1. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit
14,0
14,5
15,0
15,5
16,0
16,5
17,0
17,5
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Se
p
2008 2009
Sk. Bunga Kredit
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Mar
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
2009
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
2008 2009
% Sk. Bunga
Deposito
BI Rate
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
40
juga melakukan komitmen dengan 14 bank guna menurunkan suku bunga deposito.
Kesepakatan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan tingkat suku bunga DPK agar selaras
dengan BI Rate. Dengan turunnya suku bunga DPK, terutama deposito akan mendorong
penurunan suku bunga kredit, sehingga penyaluran kredit yang tinggi akan mendorong
sektor riil bergerak cepat. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan
perekonomian global dan domestik dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk tetap menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga iklim yang kondusif
bagi perekonomian.
2. Penyerapan Dana Masyarakat
Pada akhir triwulan III-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara masih
berada dalam kecenderungan meningkat. Posisi DPK pada September 2009 tercatat
mencapai Rp9.725 miliar meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp7.929 miliar. Pencapaian ini masih menunjukkan pertumbuhan
sebesar 22,64% (y.o.y). Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi
pada jenis giro yang meningkat 48,50% (y.o.y) kemudian disusul oleh jenis deposito sebesar
24,68% (y.o.y) dan tabungan sebesar 11,78% (y.o.y).
Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Persen)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 43,72% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (35,15%) dan giro (21,13%).
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Giro Deposito Tabungan
41
Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 65,75% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,25%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 25,41% (y.o.y) sedangkan
dana di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 17,66% (y.o.y). Perkembangan
pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari
adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih
lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Selain itu, maraknya
bank swasta yang baru membuka cabang di Kota Manado berdampak terhadap persaingan
antar bank dalam menyaring dana pihak ketiga. Seperti halnya jumlah dana pihak ketiga
berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kepemilikannya juga
masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten
tercatat sebesar Rp1.632 miliar atau meningkat sangat signifikan sebesar 79,12% (y.o.y)
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta juga
mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8.093 miliar atau naik sebesar 15,31% (y.o.y).
Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Miliar)
Grafik 3.6 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
21%
35%
44%
Giro
Deposito
Tabungan
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Bank Pemerintah Bank Swasta
(1.000) 1.000 3.000 5.000 7.000 9.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
20
08
20
09
Swasta Pemerintah
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
42
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 71,87% atau Rp6.989 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,17%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (7,17%), Kota Bitung (6,88%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,92%).
Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan
kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra
pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas
pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado.
Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota
(Rp. Miliar)
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 78,47% (y.o.y) dengan total DPK sebesar Rp697 miliar. Berikutnya
adalah Kabupaten Sangihe Talaud yang tumbuh 67,82% (y.o.y) dengan jumlah Rp575
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.8 Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Milyar Rupiah)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Minahasa 468 513 684 586 833 827 794
Bolaang Mongondow 392 427 391 448 553 669 697
S angihe Talaud 315 329 343 372 440 473 575
Manado 5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 6.835 6.989
B itung 644 635 552 583 639 642 669
Total 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725
20092008Kota/Kabupaten
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Bitung 644 635 552 583 639 642 669
Manado 5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 6.835 6.989
Sangihe Talaud 315 329 343 372 440 473 575
Bolmong 392 427 391 448 553 669 697
Minahasa 468 513 684 586 833 827 794
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000 Minahasa Bolmong Sangihe Talaud
Manado Bitung
0 20 40 60 80 100
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q3-09
Q2-09
Q3-08
43
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Miliar)
miliar, Kota Bitung (21,12%), Kota Manado (17,28%) dan Kabupaten Minahasa mencatat
pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan penyaluran kredit di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus terus
mengalami koreksi, hingga triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan mencapai
Rp10.004 miliar atau hanya tumbuh sebesar 18,34% (y.o.y), sangat rendah bila
dibandingkan baik dengan pertumbuhannya pada periode yang sama tahun lalu maupun
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 39,08% (y.o.y)
dan 22,60% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling
signifikan dialami oleh kredit konsumsi mencapai jumlah Rp5.546 miliar atau tumbuh
sebesar 34,35%. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini dipicu dari tingginya konsumsi
masyarakat Sulawesi Utara yang dapat dikonfirmasi dengan data pertumbuhan ekonomi
khususnya dari komponen konsumsi yang juga dominan dalam menyumbang pertumbuhan
ekonomi Sulawesi utara. Untuk jenis kredit investasi dan kredit modal kerja
pertumbuhannya masing-masing sebesar 6,55% (y.o.y) dan 2,19% (y.o.y). Angka ini jauh
menurun dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 10,10%
(y.o.y) dan 12,91% (y.o.y).
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
55,44% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan modal
kerja. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 35,39%, dan kemudian diikuti
oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 9,18%. Berdasarkan sektor ekonominya,
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Persen)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
0
10
20
30
40
50
60
70
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Mar
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
2008 2009
%
gTotal Kredit gInvestasi gModal Kerja gKonsumsi
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Modal Kerja Investasi Konsumsi
44
penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor lainnya
(konsumsi) dengan jumlah Rp5.556 miliar dengan pangsa 55,54%. Selanjutnya diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.887 miliar dengan
pangsa sebesar 28,86% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor jasa dunia
usaha dan sektor konstruksi masing-masing dengan pangsa 4,23% dan 3,82%. Dominasi
penyaluran kredit pada sektor PHR, didorong oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat
dan meningkatnya wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
(tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus berlangsungnya pembangunan
hotel-hotel baru), ditambah lagi adanya penyelenggaraan event internasional Sail Bunaken
yang diselenggarakan pada bulan Agustus, sehingga hal ini menjadi insentif bagi pihak
perbankan untuk menyalurkan kredit di sektor ini.
Sementara itu berdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertumbuhan kredit paling
signifikan terjadi di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh 52,80% (y.o.y) dengan
jumlah Rp246 juta. Berikutnya adalah sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan dan sektor
laimmya (konsumsi) yang tumbuh masing-masing sebesar 45,11% (y.o.y) dan 34,12%
(y.o.y). Selanjutnya penyaluran kredit di sektor Jasa Dunia Usaha tercatat sebesar Rp423
miliar atau tumbuh 11,99% (y.o.y), diikuti oleh sektor PHR (11,44%), sektor pertambangan
(3,44%) dan sektor perindustrian (2,51%). Sementara, sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif adalah sektor pertanian (32,89%), sektor transportasi dan komunikasi
(27,59%) dan sektor konstruksi (9,83%).
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2008
2009
Lainnya
(Konsumsi)
Sektor
Produktif
LainnyaPHR
Konstruksi
Pertanian
45
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.643 miliar atau mencapai
pangsa pasar 76,40% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.361 miliar
dengan pangsa pasar 23,60%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum
pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh
sebesar 24,73% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh
kelompok bank swasta yang hanya sebesar 1,51% (y.o.y). Banyaknya bank swasta di
wilayah Sulawesi Utara memdorong persaingan yang semakin kuat, yang berdampak
terhadap lambatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank swasta.
Grafik 3.13.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp10.004 miliar, sebesar
65,45% atau sebesar Rp6.548 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak
lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai
sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 11,95% (Rp1.195 miliar), Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 9,85% (Rp.986 miliar), Kota Bitung sebesar 6,75% (Rp.675 miliar),
dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,00% (Rp.600 miliar).
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Bank Pemerintah Bank Swasta
46
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 29,36% (y.o.y) sedangkan yang terendah
adalah Kota Manado sebesar 17,98% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit selama
triwulan laporan terjadi karena respon pihak perbankan atas kondisi ketidakpastian
pemulihan perekonomian global yang kemudian berdampak pada perilaku perbankan yang
lebih memperhitungkan faktor risiko dengan fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih
memperhatikan potensi usaha dari debitur kedepan melalui risk based pricing.
Fungsi intermediasi perbankan mengalami penurunan tercermin dari angka Loan to Deposit
Ratio (LDR) sebesar dari 102,88% pada triwulan laporan, turun dari posisinya di periode
yang sama tahun lalu sebesar 106,62%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini
hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh perbankan. Menurunnya rasio LDR ini disebabkan karena
pertumbuhan DPK yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit yang
disalurkan bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh
Kota Manado sebesar 93,69%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa
sebesar 150,50%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow
sebesar 141,46%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 104,28%, dan Kota Bitung sebesar
100,91%.
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Bitung Manado
Sangihe Talaud Bolmong
Minahasa
- 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q3-09
Q2-09
Q3-08
47
Grafik 3.16. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III–2009,
jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.270 miliar dengan laju
pertumbuhan sebesar 15,37% (y.o.y). Pencapaian ini lebih rendah baik bila dibandingkan
pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 18,34% (y.o.y), maupun
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai
21,78% (y.o.y).
Grafik 3.17.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
- 50 100 150 200 250
Minahasa
Bolmong
Sangihe
Talaud
Manado
Bitung
Q3-09
Q2-09
Q3-08
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Ju
n
Jul
Au
g
Sep
2009
gKredit gUMKM
48
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,50% dari total kredit MKM merupakan jenis
kredit menengah sedangkan sisanya 32,78% merupakan jenis kredit kecil dan baru
sebagian kecil atau hanya 5,71% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro
dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis
kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 17,47% dan 7,26%, jauh dari batas
toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik
yaitu sebesar 2,92%.
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih
banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,81%
dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang rata-
rata memiliki pangsa pada kisaran 5,9%-9,6%. Berdasarkan laju pertumbuhannya,
perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi
yaitu sebesar 27,02% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM
terendah adalah Kabupaten Kep.Sangihe Talaud yang tumbuh hanya sebesar 7,26% (y.o.y).
Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Mikro Kecil Menengah
-
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Mikro Kecil Menengah
49
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2009
memperlihatkan penurunan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,38% turun
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 7,94%.
Penurunan rasio merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi
intermediasi perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia
yang dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih
memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing.
Kendala-kendala di bidang administrasi terkait penyaluran kredit, dimana masih terdapat
beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit perlu
untuk dimitigasi. Bank Indonesia selaku regulator perbankan berupaya untuk lebih
memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit dari bank melalui penetapan regulasi
perbankan yang pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
Grafik 3.20. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Bitung Manado
Sangihe-Talaud Bolmong
Minahasa
0 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe
Talaud
Manado
BitungQ3-09
Q2-09
Q3-08
(%)
50
Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan NIM menunjukkan angka yang positif tercatat
sebesar Rp805 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp659 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam
bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandigkan
dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Walaupun
pertumbuhan DPK lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, namun hal tersebut tidak
mempengaruhi margin keuntungan bank, karena tingkat suku bunga kredit masih jauh
lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga DPK.
Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Plafond 7.774 8.460 9.688 9.920 10.187 10.647 11.031
Outstanding 6.823 7.297 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004
Rasio UL (%) 7,86 9,89 7,94 5,95 6,20 5,50 5,38
-
2
4
6
8
10
12
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000 %Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Pend.Bunga 266 560 890 1.242 363 748 1.154
Biaya Bunga 72 147 232 345 119 235 348
NIM 194 413 659 897 244 513 805
-
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1.000
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
51
3. Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak
efisien. Pada triwulan III-2009 rasio BOPO menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi
operasional perbankan mengalami penurunan yang tercermin dari rasio BOPO bank umum
yang naik menjadi 73,40% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 73,18%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank belum cukup efisien dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.
Grafik 3.24. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2009, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 3,09% mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,22%. Peningkatan rasio ROA
ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola
dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
BO 231 571 776 1.087 322 683 997
PO 316 831 1.061 1.477 423 880 1.358
Rasio 73,21 68,71 73,18 73,62 76,05 77,62 73,40
64
66
68
70
72
74
76
78
80
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600 %Miliar
52
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Risiko Pasar
Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
Tabel 3.3
Portfolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan III-2009 berada pada kondisi positif
gap yang berarti RSA > RSL. Persaingan tingkat suku bunga dimana perbankan masih
memasang tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk tingkat suku bunga kredit.
Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum
(Persen)
Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum
(Juta Rupiah)
0,73
1,49
2,222,19
0,99
1,78
3,09
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
ROA (Persen)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Aset (Rp Juta) 10.79311.69112.35913.52713.63514.23514.860
L/R (Rp Juta) 79 174 274 297 134 253 459
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 P enempatan pada Bank Indones ia 495.073 285.011 147.572 268.989 325.866 557.217 276.822 823.005
2 P enempatan pada Bank Lain 303.272 514.885 181.097 736.439 882.820 662.912 811.397 428.212
3 S urat Berharga yang Dimiliki 9.406 47.065 28.724 30.503 26.997 99.444 118.866 84.048
4 Kredit yang Diberikan 6.572.753 7.852.343 8.258.003 8.454.101 8.934.226 9.095.096 9.627.209 10.004.379
5 T agihan Lainnya 2.773 1.255 1.276 1.437 1.483 1.507 1.678 1.473
7.383.277 8.700.559 8.616.672 9.491.469 10.171.392 10.416.176 10.835.972 11.341.117
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Giro 1.282.087 1.536.988 1.420.546 1.383.487 1.496.273 1.794.586 1.938.986 2.054.467
2 T abungan 3.564.430 4.021.549 3.793.125 3.803.628 4.341.512 3.779.939 4.200.386 4.251.509
3 S impanan Berjangka 2.208.649 2.206.430 2.429.922 2.742.030 3.022.149 3.332.881 3.308.172 3.418.644
4 Kewajiban kepada Bank Indones ia 4.774 4.779 4.458 4.491 4.352 3.823 3.340 3.215
5 Kewajiban kepada Bank Lain 275.456 482.334 407.649 620.490 1.096.345 358.076 596.771 567.913
6 S urat Berharga yang Diterbitkan 169.434 171.530 9.536 168.801 162.987 161.087 163.091 161.031
7 P injaman yang Diterima 11.329 9.430 65.862 9.589 8.555 8.040 13.742 13.158
8 Kewajiban Lainnya 50.643 70.695 11.385 87.197 74.771 60.921 86.231 65.521
9 S etoran J aminan 10.833 10.586 - 12.364 16.906 17.669 19.950 19.298
7.577.635 8.514.321 8.142.483 8.832.077 10.223.850 9.517.022 10.330.669 10.554.756
-194.358 186.238 474.189 659.392 -52.458 899.154 505.303 786.361
2009
2009
2008
2008
R S A
RSL
GAP
No. Aktiva
No. Passiva
53
Penurunan BI Rate sampai pada posisi 6,50% tidak secara langsung dapat diikuti oleh
penurunan tingkat suku bunga dana dan kredit perbankan. Namun pihak perbankan masih
mampu untuk mengelola aktiva dan pasivanya sehingga masih dicapai posisi positif gap.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional
dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara
sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo.
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Kinerja BPR selama triwulan III-2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan periode
yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin dari
naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa
indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL. Pada triwulan laporan
total aset BPR tercatat Rp231,1 miliar, tumbuh 18,8% (y.o.y) dibandingkan posisi yang
sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 16,6%
(y.o.y) mencapai Rp166,9 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut
disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,21% atau sebesar Rp117,2 miliar,
sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Aset 177,2 186,6 194,5 205,2 207,9 220,4 231,1 18,8
DPK 132,8 135,5 143,1 144,0 153,0 160,3 166,9 16,6
Depos ito 96,0 95,4 101,5 100,4 108,8 113,1 117,2 15,5
T abungan 36,8 40,1 41,6 43,5 44,2 47,2 49,7 19,5
Kredit 139,8 157,8 161,6 156,9 163,7 181,5 191,7 18,7
J enis Penggunaan
Modal Kerja 32,5 35,4 37,7 36,6 39,6 45,7 50,2 33,2
Inves tas i 12,2 12,4 14,5 14,2 14,5 13,5 13,6 -6,4
Konsums i 95,1 110,1 109,4 106,1 109,5 122,3 128,0 17,0
Sektoral
P ertanian 3,0 2,9 3,4 3,3 3,1 3,2 3,6 6,7
P erindus trian 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 29,3
P HR 24,3 26,9 27,6 26,4 28,1 28,2 28,5 3,5
J asa-jasa 10,8 11,3 12,7 12,2 14,3 15,1 16,1 26,9
Lain-lain 101,0 116,3 117,6 114,6 117,7 134,4 143,0 21,6
LDR (Persen) 105,3 116,5 113,0 109,0 107,0 113,2 114,9
NPL (Persen) 3,5 3,1 3,4 3,3 3,5 3,2 3,3
*) pos is i Agus tus 2009
S umber: Data E kubank, Laporan Bulanan Bank P erkreditan R akyat (LBP R )
Y.o.YKomponen2008 2009
54
sebagian besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 66,74%, selanjutnya kredit
modal kerja dengan pangsa 26,19% dan sisanya kredit investasi sebesar 7,07%.
Terlihat dalam tabel diatas, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 33,2% (y.o.y) kemudian
disusul oleh kredit konsumsi (17%). Sebaliknya kredit investasi mengalami pertumbuhan
yang negatif sebesar 6,4%. Peningkatan pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar
didorong oleh tumbuhnya sektor perdagangan dan retail, dimana nasabah yang
mengajukan kredit modal kerja di BPR umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Dari
sisi melambatnya kredit konsumsi yang dirasakan BPR lebih disebabkan adanya pengaruh
dari penurunan daya beli masyarakat. Namun demikian kredit konsumsi masih tetap
tumbuh karena merupakan suatu konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi
pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan
oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang
ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio
LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai 114,9% mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 113,0%. Perhitungan
LDR ini berbeda dengan cara perhitungan penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam
perhitungan LDR ini hanya membagi total kredit dengan total Dana Pihak Ketiga,
sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR (total kredit dibagi dengan total dana
yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai salah satu komponen dari jumlah
dana yang diterima. Peningkatan rasio LDR ini juga diikuti dengan penurunan pada kualitas
kredit yang dicerminkan oleh turunnya rasio NPL (Non Performing Loan) dari 3.4% di
triwulan III-2008 menjadi 3,3% pada triwulan III-2009.
55
BOX
PERKEMBANGAN, PELUANG DAN TANTANGAN PENYALURAN KUR
DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Sejak diluncurkan oleh Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November
2007, posisi jumlah KUR maupun jumlah debitor KUR di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan
perkembangan yang cukup menggembirakan.
Perkembangan Nilai Realisasi KUR dan Jumlah
Debitur di Prov. Sulut Januari s/d Agustus 2009
Sumber : Kementrian Koperasi & UMKM (data diolah)
Perkembangan Nilai Realisasi KUR per Bank
di Prov. Sulut Januari s/d Agustus 2009
Nilai realisasi KUR selama tahun 2009 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Penyaluran
KUR didominasi oleh BRI yang menguasai pangsa rata-rata 64% dari total realisasi yang
dilakukan oleh bank penyalur KUR di provinsi ini. Dilihat dari sektor ekonomi, maka sektor PHR
adalah yang paling tinggi menyerap KUR, disusul oleh sektor pertanian dan jasa sosial.
Penyaluran KUR di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran hampir mencapai pangsa 50%,
sedangkan realisasi di sektor pertanian hanya mencapai pangsa 10% dari total realisasi KUR.
Jika dibandingkan dengan keseluruhan nilai baki debet kredit UMKM bulan Agustus 2009, nilai
outstanding KUR hanya mencapai 2% dari total kredit UMKM, yakni sebesar Rp. 127 Milyar.
Keberhasilan KUR dalam memberikan akses pembiayaan yang lebih baik kepada UMKM saat ini
harus disertai dengan upaya akselerasi dimasa mendatang. Untuk mencapai tujuan tersebut,
perlu dievaluasi penyaluran KUR selama ini baik dari sisi perbankan maupun UMKM penerima
KUR. Berdasarkan hasil quick survey yang dilakukan pada perbankan Sulut, diketahui :
- KUR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan laba bank.
56
- KUR dapat meningkatkan permintaan tehadap kredit UMKM sehingga target kredit
UMKM lebih mudah tercapai.
- KUR menaikkan rasio NPL kredit perbankan, dimana rasio NPL KUR adalah berkisar
antara 5% s/d 10% dari total nilai realisasi KUR.
- Rata-rata bank penyalur KUR memitigasi resiko gagal bayar dengan menaikkan agunan
kredit, dan melakukan upaya analisis kredit yang lebih ketat.
- Kriteria debitur yang ditetapkan bank penyalur KUR adalah kreditur yang memiliki usaha
potensial dengan cash flow yang mantap.
- Kendala dalam menyalurkan KUR adalah kesulitan dalam memperoleh debitur yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dan sebagian debitur masih beranggapan bahwa
KUR merupakan dana bantuan pemerintah yang pengembaliannya dapat ditangguhkan.
- Bunga maksimal penyaluran KUR adalah 16%.
Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan kepada sejumlah UMKM penerima KUR
diperoleh hasil sebagai berikut :
- Prosedur KUR relatif mudah dan tidak berbelit-belit.
- Lama waktu permohonan KUR disetujui adalah 8-12 minggu
- Bank meminta agunan untuk KUR, dan 60% dari responden menyatakan bahwa
agunan yang diminta lebih dari 100% dari nilai realisasi kredit.
- Prosedur KUR yang paling sulit dipenuhi adalah pembuatan analisa kredit.
Hasil inventarisasi tersebut menggambarkan belum adanya pemahaman yang seragam
terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga
mungkin saja masih ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR,
misalnya: tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR,
beroperasinya para calo KUR Mikro, dan ketidaktertiban pelaporan KUR oleh bank penyalur
sehingga mempersulit upaya monitoring. Kendala penyaluran tersebut dapat disikapi degan
strategi percepatan penyaluran KUR, diantaranya melanjutkan sosialisasi, evaluasi dan
monitoring , meningkatkan linkage program dalam rangka percepatan penyaluran KUR
(khususnya untuk KUR dibawah Rp5 juta), pengembangan produk KUR, penyeragaman
dalam penyaluran program kredit baik yang melalui PKBL maupun kredit program lainnya.
57
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009
diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34
Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.
Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara
2005 2006 2007 2008 2009F
Sektoral - 1,478 2,271 2,850 3,089
TOTAL 2,779 5,646 6,618 7,872 9,220
1,094 613 693 788
Perimbangan (DAU/DAK) 1,853 3,074 3,734 4,328 5,343
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan 927
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu
4.1. Dana Perimbangan
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun
2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008.
Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota
di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di
Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota
Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong
Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong
sebesar 16,96%.
58
Total Dana
Perimbangan (Juta Rp) th.
2008
Total Dana Perimbangan (Juta Rp) th.
2009
Naik/Turun (Persen)
Pemprov 604.70 668.99 10.63 Manado 504.13 516.13 2.38 Bitung 327.74 335.57 2.39 Tomohon 293.07 284.38 (2.97) Minahasa 459.47 465.44 1.30 Minsel 316.74 359.70 13.56 Minut 361.32 335.43 (7.16) Bolmong 406.96 337.93 (16.96) Talaud 326.03 344.78 5.75 Sangihe 297.18 419.46 41.14 Kotamobagu 94.66 265.69 180.67 Bolmut 92.74 266.61 187.47 Sitaro 120.89 286.80 137.24 Mitra 122.79 335.43 173.17 Boltim n.a. 54.22 Bosel n.a. 66.88 TOTAL 4,328.44 5,343.44 23.45
*) Daerah Pemekaran Tahun 2008
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan
pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah
Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran,
Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe
sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana
perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009
Grafik 4.1
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008
Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
59
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi
Utara pada APBD Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara
agregat, pangsa dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturut-
turut sebesar 76,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana
perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah)
yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari
sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya
pangsa Dana Bagi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi
Sulawesi Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan
sumber daya alam masih kecil.
4.2. Perkembangan APBD Provinsi
Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2009, total pengeluaran
pemerintah mencapai Rp656,72 milliar atau mencapai 57,96% dari target pengeluaran
dalam APBD-P sebesar Rp1.133,16 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah
telah mencapai Rp783,09 milliar atau baru 75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P
sebesar Rp1.039,06 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi
menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 mengalami surplus sebesar
Rp126,36 milliar.
Grafik 4.3 Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
60
Nominal % Realisasi Nominal % Realisasi
PENERIMAAN RUPIAH 924,74 668,05 72,24 1.039,06 783,09 75,37
Pendapatan Asli Daerah 296,42 237,675 80,18 317,32 241,78 76,19
Pajak Daerah 267,55 213,373 79,75 279,83 208,37 74,47
Retrebusi 5,13 3,934 76,66 10,09 5,03 49,89
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12,90 12,902 100,02 16,30 16,37 100,42
Lain-lain 10,83 7,466 68,93 11,10 12,00 108,11
Dana Perimbangan 609,83 429,88 70,49 668,99 535,99 80,12
Bagi Hsl. Pajak 48,02 21,27 44,29 57,48 22,81 39,69
Dana Alokasi Umum 532,92 399,69 75,00 558,63 465,53 83,33
Dana Alokasi Khusus 28,08 8,42 30,00 52,88 47,64 90,10
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0,82 0,50 61,12 0,00 0,00 0,00
Lain-Lain Pendapatan Sah 18,50 0,50 2,70 52,75 5,32 10,09
PENGELUARAN RUPIAH 973,58 559,79 57,50 1.133,16 656,72 57,96
Konsumsi Pemerintah 791,34 495,31 62,59 849,19 511,63 60,25
Belanja Pegawai 386,14 271,36 70,28 355,38 248,97 70,06
Belanja Barang dan Jasa 196,87 104,92 53,30 252,86 127,36 50,37
Belanja Bantuan Sosial 59,80 38,73 64,76 57,13 42,89 75,09
Belanja Bagi Hasil 108,13 62,49 57,79 145,72 76,27 52,34
Belanja Bantuan Keuangan 29,50 12,00 40,68 10,00 0,00 0,00
Belanja Tidak Terduga 2,00 0,34 16,85 4,00 1,45 36,33
Belanja Hibah 8,90 5,47 61,49 24,11 14,68 60,90
Pembentukan Modal Tetap Bruto 182,24 64,48 35,38 283,97 145,10 51,10
SURPLUS/ (DEFISIT) -48,83 108,26 -94,10 126,36
PEMBIAYAAN DAERAH 48,83 -59,00 94,10 -80,90
Realisasi APBD
s.d. 30 Sep 2009
Realisasi APBD
s.d. 30 Sep 2008APBD-P
2008
APBD-P
2009
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1. Penerimaan Provinsi
Total realisasi penerimaan provinsi hingga triwulan III 2009 mencapai Rp783,09 milliar, atau
75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P. Berdasarkan komponen pembentuknya,
sumber penerimaan ini terutama berasal dari dana perimbangan (utamanya Dana Alokasi
Umum) dengan pangsa 68,45% disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa
30,42%.
Namun, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-aset yang
dimiliki hingga triwulan III 2009 terlihat belum terlalu optimal. Hal ini tercermin dari
menurunnya prosentase realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) dari 80,18% pada triwulan
III 2008 menjadi hanya 76,19% pada triwulan III 2009 dengan nominal sebesar Rp241,78
milyar. Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari
penerimaan pajak sebesar 86,18% sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Tabel 4.3. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2009
(dalam Miliar Rp)
61
Pencapaian PAD hingga triwulan III 2009 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan
kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio
kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan PAD terhadap total belanja yang hanya
30,87%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh
dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
2. Pengeluaran Provinsi
Realisasi pengeluaran provinsi sampai dengan triwulan III 2009 mencapai Rp656,72 milliar
atau 57,96% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009. Pencapaian
ini sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu mencapai
57,50%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama didominasi
untuk belanja pegawai dengan pangsa 37,91% atau sebesar Rp248,97 milliar sedangkan
pangsa belanja modal sebesar 22,09% atau sebesar Rp145,1 miliar. Dibandingkan tahun
lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp283,97 milliar meningkat sebesar
55,82%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan meningkatnya
kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata dialokasikan untuk
belanja pegawai (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).
3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan
tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi
sebesar 2,70% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi
belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,76%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Secara total, realisasi anggaran belanja pemerintah dalam APBD-P provinsi hanya
memberikan kontribusi sebesar 3,46% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan triwulan III 2009 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluarannya.
62
Nominal % Realisasi% thd
PDRB
A. PENERIMAAN RUPIAH 1.028,71 1.039,06 783,09 75,37 4,13
Pendapatan Asli Daerah 309,72 317,32 241,78 76,19 1,27
Pajak Daerah 275,62 279,83 208,37 74,47 1,10
Retrebusi 7,60 10,09 5,03 49,89 0,03
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,50 16,30 16,37 100,42 0,09
Lain-lain 10,00 11,10 12,00 108,11 0,06
Dana Perimbangan 668,99 668,99 535,99 80,12 2,83
Bagi Hsl. Pajak 56,52 57,48 22,81 39,69 0,12
Dana Alokasi Umum 558,63 558,63 465,53 83,33 2,45
Dana Alokasi Khusus 52,88 52,88 47,64 90,10 0,25
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0,96 - - -
Lain-Lain Pendapatan Sah 50,00 52,75 5,32 10,09 0,03
B. PENGELUARAN RUPIAH 1.121,51 1.133,16 656,72 57,96 3,46
Konsumsi Pemerintah 878,82 849,19 511,63 60,25 2,70
Belanja Pegawai 397,78 355,38 248,97 70,06 1,31
Belanja Barang dan Jasa 221,12 252,86 127,36 50,37 0,67
Belanja Bantuan Sosial 58,41 57,13 42,89 75,09 0,23
Belanja Bagi Hasil 167,63 145,72 76,27 52,34 0,40
Belanja Bantuan Keuangan 10,00 10,00 - - -
Belanja Tidak Terduga 7,50 4,00 1,45 36,33 0,01
Belanja Hibah 16,38 24,11 14,68 60,90 0,08
Pembentukan Modal Tetap Bruto 242,69 283,97 145,10 51,10 0,76
D. SURPLUS/ (DEFISIT) -93,08 -94,10 126,36 -134,28
C. PEMBIAYAAN DAERAH 91,73 94,10 -80,90 -85,96
APBD-P 2009URAIANAPBD
2009
Realisasi APBD
s.d. 30 Sep 2009
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 4.4. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 September 2009
(dalam Milliar Rp)
63
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran nasional. Sistem pembayaran tersebut terbagi dua yaitu pembayaran secara
tunai menggunakan uang kartal, serta pembayaran non tunai melalui transaksi kliring dan
RTGS. Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pembayaran tunai Bank Indonesia
senantiasa berusaha untuk menyediakan sejumlah pecahan yang sesuai dengan nominal
yang mencukupi dalam kondisi tepat waktu dan layak edar. Sementara itu, untuk transaksi
non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman
dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata
peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses
hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran,
itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang
dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang
dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen
dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara
wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009
berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi
dibandingkan aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan
merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada
bulan September 2009.
Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk
meningkat 18,61% (y.o.y) atau sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru
mengalami penurunan 36,57% (y.o.y) atau sebesar Rp135,446 miliar. Penurunan ini antara
lain disebabkan oleh kondisi perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada
kondisi long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui penukaran, dan hanya
64
sebagian kecil melalui bayaran. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan
berada pada kondisi outflow sebesar Rp113,29 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,83 miliar. Secara bulanan, net outflow
tertinggi terjadi pada bulan September 2009 sebesar Rp88,63 miliar, berikutnya di bulan Juli
2009 sebesar Rp63,19 miliar. Sedangkan di bulan Agustus 2009, aliran uang kartal di
khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp38,53 miliar. Kondisi
pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas
perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini didorong oleh adanya
penyelenggaraan event Sail Bunaken yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009
serta pola musiman berkenaan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
(Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122
Outflow (-) -87 -337 -370 -428 -18 -355 -235
Net Flow 505 -218 -268 -211 595 -195 -113
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan
kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan
terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap
uang kartal masuk tercatat sebesar 402,99%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 114,74%. Tingginya rasio PTTB pada
triwulan laporan disebabkan oleh kebijakan yang ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank
Indonesia di bulan Juli dimana uang diatas pecahan nominal 20.000 keatas belum saatnya
untuk diracik sehingga terjadi penumpukan uang tidak layak edar dari triwulan sebelumnya.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
65
sebesar Rp490,29 miliar atau naik 316,58% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Grafik 5.2
Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow (Persen)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Inflow 533 516 702 615 621 542 645
Outflow -463 -672 -755 -560 -443 -611 -566
Netflow 70 -156 -53 55 178 -69 80
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122
PTTB 305 169 118 102 53 78 490
Rasio 51,44 142,50 114,74 46,91 8,57 49,00 402,99
-20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440
-
100
200
300
400
500
600
700
% Miliar Inflow (+) PTTB Rasio
66
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan posisi net inflow. Sepanjang triwulan
III-2009 posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net inflow sebesar Rp80 miliar.
Net inflow yang terjadi selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh tingkat kelusuhan
uang yang cukup besar sehingga meningkatkan posisi setoran.
Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna
(Rp. Miliar)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe.
Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk
melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh
dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna
cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna
pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang
lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp23
miliar. Kondisi ini mengalami penurunan 52,53% jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat outflow sebesar Rp49 miliar. Kondisi net outflow
yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan kembali bergairahnya
perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja
pemerintah dan swasta.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009
Inflow 51 19 23 36 57 27 40
Outflow -31 -67 -71 -100 -39 -78 -63
Netflow 20 -48 -49 -63 18 -51 -23
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
67
B. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan
adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-
2009 sebanyak 14 lembar yang terdiri dari 4 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 6 lembar
uang pecahan Rp50.000, dan 4 lembar uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 33 lembar. Jika dibandingkan
dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada periode-periode sebelumnya terlihat
bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2008 sampai dengan triwulan
III-2009 menunjukkan adanya trend penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41
lembar , 18 lembar dan 14 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman
masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Rp Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku
pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi
tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, serta pihak perbankan, namun juga
dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat
perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya
tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank
Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam
upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak
kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di
Sulawesi Utara.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
- Rp100.000,- 22 2 7 5 2 1014 14 1 14 5 4
- Rp50.000,- 105 38 14 5 17 19 16 135 23 12 6
- Rp20.000,- 23 1 4 3 6 0 1 0 3 0 4
- Rp10.000,- 7 3 4 1 0 2 2 0 0 0 0
- Rp5.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 157 44 29 15 25 1.035 33 136 41 18 14
20082007Pecahan
2009
68
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III-2009 sebanyak 93.945 lembar dengan
nilai Rp2.036 triliun atau meningkat jumlahnya sebesar 12,84% (y.o.y) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika
dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan
tercatat sebanyak 1,566 lembar dengan nilai sebesar Rp33,97 miliar. Angka inipun
meningkat 18,62% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin
menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1.02% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,75%
maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,91%.
Demikian pula halnya dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,80% pada
triwulan III-2008 menjadi 1,14% pada triwulan III-2009 dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.
D. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, mempunyai keunggulan
dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat
diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan III-2009 rata-rata
perkembangan volume transaksi melalui RTGS (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara)
mencapai 1.454 transaksi dengan nilai rata-rata Rp656,65 miliar atau mengalami
penurunan 17,01% dibandingkan rata-rata nilainya di triwulan II-2008. Perkembangan nilai
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Perputaran Kliring
a. Lembar 76.386 85.075 87.329 85.612 83.172 90.363 93.945
b. Nominal (R p miliar) 1.634 1.703 1.804 1.803 1.762 1.891 2.036
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1.273 1.350 1.386 1.451 1.409 1.457 1.566
b. Nominal (R p miliar) 27,24 27,04 28,63 30,57 29,90 30,45 33,97
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 0,51 0,56 0,75 0,98 0,87 0,91 1,02
b. Nominal (%) 0,83 0,58 0,80 1,49 0,79 0,92 1,14
2008 2009KETERANGAN
69
dan volume RTGS di wilayah Sulawesi Utara terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan
oleh lambatnya proses penyelesaian transaksi sejak dioperasikannya RTGS secara sentralisasi
melalui Kantor Pusat Bank Indonesia.
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
(Rp. Milliar)
Jul 200.54 833 492.11 873 692.65 1706
Aug 220.49 850 524.68 835 745.17 1685
Sep 233.86 1004 701.89 1147 935.75 2151
Rata-rata Tw. III-08 218.30 896 572.89 952 791.19 1847
Okt 204.55 841 488.21 952 692.76 1793
Nov 202.07 715 449.31 957 651.38 1672
Dec 300.83 1042 637.31 2127 938.14 3465
Rata-rata Tw. IV-08 235.82 866 524.94 1345 760.76 2310
Jan 196.05 619 490.73 1275 686.78 1894
Feb 220.92 716 435 784 655.92 1500
Mar 278.32 751 563.45 835 841.77 1586
Rata-rata Tw. I-09 231.76 695 496.39 965 728.16 1660
Apr 254.13 845 623.87 994 878 1839
May 250.57 946 515.09 849 765.66 1795
Jun 156.81 479 494.57 830 651.38 1309
Rata-rata Tw. II-09 220.50 757 544.51 891 765.01 1648
Jul 127.73 420 539.12 1388 666.85 1808
Aug 130.87 502 502 800 632.87 1302
Sep 143.68 460 526.54 792 670 1252
Rata-rata Tw. III-09 134.09 461 522.55 993 656.65 1454
Pertumbuhan (y.o.y) -38.57% -48.57% -8.79% 4.38% -17.01% -21.29%
Bulan
FROM TO FROM + TO
Volume Volume VolumeNilai
(Miliar Rp)
Nilai
(Miliar Rp)
Nilai
(Miliar Rp)
Sumber : www.bi.go.id, diolah
70
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009
mengalami perbaikan dibandingkan periode Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan
periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap
keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan
pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah
terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan
persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan
angka pengangguran tertinggi.
A. PENGANGGURAN
Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2009 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1.077.155 orang (63,91%) masih lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 608.347 orang. Jumlah
angkatan kerja ini turun sedikit yaitu sebesar 2,91% (y.o.y) atau sebanyak 30.490 orang
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009
P enduduk 15 Thn ke atas 1.621.331 1.639.282 1.654.863 1.672.655 1.658.299 1.669.313 1.685.502
Angkatan Kerja 990.759 970.416 1.086.281 1.036.499 1.046.665 1.020.952 1.077.155
Bekerja 855.300 828.550 944.635 908.503 917.363 912.198 962.627
Mencari Kerja 135.459 141.866 141.646 127.996 129.302 108.754 114.528
Bukan Angkatan Kerja 630.572 668.866 568.582 636.156 611.634 648.361 608.347
S ekolah 134.119 135.456 126.474 135.611 127.274 135.318 133.770
Mengurus R umah T angga 407.173 443.542 359.201 398.195 406.055 406.882 371.568
Lainnya 89.280 89.868 82.907 102.350 78.305 106.161 103.009
T P AK (pers en) 61,10 59,20 65,60 61,97 63,12 61,16 63,91
T P T (pers en) 13,70 14,60 13,00 12,35 12,35 10,65 10,63
S etengah P engangguran 296.780 258.838 269.657 250.435 214.237 260.650 254.457
S etengah P engangguran T erpaksa 138.683 114.537 125.402 120.060 124.522 128.580 124.806
S etengah P engangguran S ukarela 158.097 144.301 144.255 130.375 89.715 132.070 129.651
Ags-08 Feb-09J enis Kegiatan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
71
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data
terakhir (Februari 2009) mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja
berjumlah 962.627 orang, meningkat 4,93% (y.o.y) atau sebanyak 45.264 orang
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pengangguran mengalami penurunan
yaitu dari 129.302 orang pada Februari 2008 turun 11,43% (y.o.y) menjadi 114.528 orang
pada Februari 2009. Penurunan jumlah pengangguran ini belum menggambarkan kondisi
penyerapan tenaga kerja yang semakin membaik, karena apabila dilihat komponennya,
maka penurunan ini selain disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk yang
bekerja, juga disebabkan karena terjadinya pergeseran dari penduduk yang mencari kerja
menjadi bukan angkatan kerja (Ibu Rumah Tangga).
Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2008 – Februari 2009
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami peningkatan dari 63,12% menjadi 63,91%. TPAK sebesar 63,91% tersebut
dapat diartikan bahwa sekitar 64 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan
mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk
usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2009 sebesar
10,63%, merupakan angka yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2009.
Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam
angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai
perkerjaan.
Penurunan tingkat pengangguran ini
terkonfirmasi dari hasil survey konsumen yang
diselenggarakan di kota Manado. Dari hasil
survey konsumen tersebut, konsumen rumah
tangga menilai ketersediaan lapangan
pekerjaan saat ini masih cukup baik. Sampai
dengan data bulan September 2009, indeks
ketersedian lapangan kerja saat ini cukup
optimis, dicerminkan dengan indeks 140,5
(diatas angka 100).
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
Berdasarkan SK September 2009
Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen September 2009
100,5
66,5
67,0
84,5
112,0
123,5
110,0
128,5
140,5
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agust
Sep
20
09
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini
72
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009
P ertanian 403.179 341.347 378.631 373.329 363.771 362.615 386.873
P ertambangan 4.756 10.402 18.229 8.703 14.806 12.804 19.048
Indus tri 49.813 42.273 65.290 44.497 61.270 43.846 57.094
L is trik, Gas & Air Bers ih 3.123 3.888 2.872 1.338 3.223 3.951 4.312
Kons truks i 40.168 65.268 54.819 61.209 56.406 67.121 53.091
P erdagangan 154.952 131.614 174.127 164.718 144.155 163.693 175.012
Angkutan 73.350 111.385 89.220 86.287 136.047 90.561 102.115
Keuangan 12.254 12.021 12.900 15.627 10.127 13.850 14.496
J as a 113.705 110.352 148.547 152.795 127.558 153.757 150.586
TOTAL 855.300 828.550 944.635 908.503 917.363 912.198 962.627
Ags-08 Feb-09Lapangan Pekerjaan Utama Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari
2009 relatif sama bila dibandingkan Februari 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama
penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 386.873
orang (40,19%). Mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2008
sebanyak 23.102 orang. Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri,
konstruksi dan angkutan. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor
pertambangan, listrik-air-gas, perdagangan, keuangan dan jasa. Data tersebut
menggambarkan bahwa walaupun sektor utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi
Utara masih paling banyak di sektor pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor
lainnya, terutama ke sektor perdagangan yang ditunjukkan pada peningkatan jumlah
pekerja yang cukup signifikan di sektor ini, yakni sebesar 30.857 orang. Pergeseran ini
terjadi terkait dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka
WOC di tahun 2009. Adanya penyelenggaraan WOC ini membawa efek lanjutan dimana
wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga lebih
memacu pertumbuhan di sektor PHR. Jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, sektor yang
mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yang tumbuh 33,79% (y.o.y) dengan jumlah pekerja meningkat sebanyak 1.089
orang.
73
Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Periode Februari 2006 – Februari 2009
Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada
di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi
oleh berusaha sendiri sebanyak 287.238 orang (29,84%), dan buruh/karyawan/pegawai
sebanyak 279.163 orang (29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah
pekerja bebas non pertanian sebanyak 39.899 orang (4,14%). Status pekerjaan penduduk
yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai
sebesar 170.395 orang (46,36%) dan berusaha sendiri sebesar 111.466 orang (30,33%).
Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian
besar adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 175.772 (29,54%) dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 108.768 orang (18,28%). Penduduk laki-laki yang bekerja
paling banyak berstatus berusaha sendiri yaitu sebesar 206.316 orang dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 194.988 orang, sedangkan penduduk perempuan yang
bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 84.175 orang dan
pekerja yang tidak dibayar sebanyak 83.139 orang.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
40,19%
1,98%
5,93%
0,45%
5,52%
18,18%
10,61%
1,51%
15,64%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas & Air
BersihKonstruksi
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
Kota Desa LK PR
Berusaha S endiri 220.812 309.039 297.042 315.364 328.437 282.696 287.238 111.466 175.772 206.316 80.922
Berusaha Dibantu Buruh T idak Tetap -
Buruh T idak Dibayar
194.660 121.471 153.860 114.577 148.096 134.423 130.426 24.000 106.426 104.703 25.723
Berusaha Dibantu Buruh T etap-Buruh
Dibayar
23.328 34.312 35.758 33.664 27.657 31.026 41.175 13.440 27.735 36.130 5.045
Buruh/Karyawan 253.991 227.826 282.174 286.099 246.547 264.692 279.163 170.395 108.768 194.988 84.175
P ekerja Bebas P ertanian 27.554 38.801 42.346 48.666 50.688 60.824 64.141 3.669 60.472 56.108 8.033
P ekerja Bebas Non P ertanian 15.653 30.787 28.943 25.065 34.629 47.802 39.899 19.825 20.074 34.603 5.296
P ekerja Tak Dibayar 119.302 66.314 104.512 85.068 81.309 90.735 120.585 24.742 95.843 37.446 83.139
TOTAL 855.300 828.550 944.635 908.503 917.363 912.198 962.627 367.537 595.090 670.294 292.333
Daerah J enis KelaminAgs-08 Feb-09Status Pekerjaan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08
74
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir terus mengalami penurunan. Namun bila dibandingkan dengan TPT nasional
sebesar 8,14%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang periode Februari 2007 sampai
dengan Februari 2009 masih termasuk cukup tinggi dan berada di urutan ke enam tertinggi
di antara provinsi lainnya di Indonesia.
B. KEMISKINAN
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di
Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan
dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 –
Maret 2009.
Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Grafikl 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi
Sulawesi Utara Februari 2006 - Februari 2009
Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan
Nasional Februari 2007 - Februari 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
61,10
59,20
65,60
61,97
63,12
61,16
63,91
56
58
60
62
64
66
68
Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
TPAK_Sulut(%)13,00
12,35
12,35
10,65
10,63
9,75
9,11
8,46
8,39
8,14
- 5 10 15
Feb-
07
Agt-
07
Feb-
08
Ags-
08
Feb-
09
TPT Nasional (persen) TPT Sulut (persen)
Kota Desa Total Kota Desa Total
S ulawes i Utara 35,9 156,3 192,2 4,37 11,76 8,93
Indonesia 11.369,0 24.777,9 36.146,9 12,13 20,11 16,66
S ulawes i Utara 46,4 155,0 201,5 4,96 12,70 9,34
Indonesia 13.297,4 23.504,7 36.800,9 12,48 20,63 16,69
S ulawes i Utara 61,2 171,4 232,6 6,52 14,01 10,76
Indonesia 13.568,4 23.820,9 37.389,3 12,68 20,84 16,90
S ulawes i Utara 79,0 171,0 250,1 8,31 13,80 11,42
Indonesia 13.559,3 23.609,0 37.168,3 12,52 20,37 16,58
S ulawes i Utara 72,7 150,9 223,5 7,56 12,04 10,10
Indonesia 12.768,5 22.194,8 34.963,3 11,65 18,93 15,42
S ulawes i Utara 79,25 140,31 219,57 8,14 11,05 9,79
Indonesia 11.910,0 20.620,0 32.530,0 10,72 17,35 14,15
J uli 2005
J uli 2006
Maret 2007
Maret 2008
Tahun
J umlah Penduduk Miskin
(000 orang)Persentase Penduduk Miskin
Februari 2004
Maret 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
75
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan
jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah
223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk
miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di
perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang
cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk
miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu
(7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%).
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada
Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah
perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 -
Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara
di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan
dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masing-
masing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan
persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain
disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif
rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan
meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Tabel 6.5.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak
Makanan Bukan
Makanan
Total
Maret 2008 131.456 44.173 175.628 72,68 7,56
Maret 2009 146.007 47.244 193.251 79,25 8,14
Maret 2008 128.498 33.935 162.433 150,86 12,04
Maret 2009 141.599 36.672 178.271 140,31 11,05
Maret 2008 129.781 38.378 168.160 223,55 10,10
Maret 2009 143.512 41.260 184.772 219,57 9,79
KOTA & DESA
PERKOTAAN
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) J umlah
Penduduk
Miskin
Persentase
Penduduk
Miskin
PERDESAAN
Tahun
76
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret
2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan
pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai
77,67%.
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic
poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang
berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang
cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk
miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam
ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat
dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
Pada periode Maret 2008 - Maret 2009,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak
berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung
sama dengan kondisi periode yang lalu
mendekati garis kemiskinan begitu pula
dengan ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskinnya.
C. Kesejahteraan Petani
Realisasi beras miskin yang telah mencapai 75% di bulan September 2009 menjadikan
tingkat kesejahteraan petani pada triwulan III-2009 menurun dibandingkan triwulan II-2009.
Kondisi ini diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan perbandingan
antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. NTP di
Sulawesi Utara pada bulan Agustus 2009 (triwulan III-2009) tumbuh negatif sebesar 1,73%
(y.o.y), turun dibandingkan pertumbuhan NTP pada bulan Juni 2009 (triwulan II-2009) yang
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret
2008 - Maret 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tahun Kota Desa Total
Maret 2008 1,08 1,87 1,53
Maret 2009 1,27 1,77 1,55
Maret 2008 0,30 0,45 0,38
Maret 2009 0,32 0,39 0,36
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
77
sebesar 0,95% (y.o.y). Penurunan pertumbuhan NTP tersebut disebabkan oleh penurunan
signifikan pada indeks harga yang harus diterima petani dari 4,37% (y.o.y) menjadi -0,59%
(y.o.y).
Tabel 6.7 Nilai Tukar Petani di Sulawesi Utara
Bulan Juni dan Agustus 2009 (2007=100)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
D. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah
dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk
berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM
yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena
yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40%
menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
IndeksPertumbuhan
(y.o.y)Indeks
Pertumbuhan
(y.o.y)
1 Indeks Harga yang Diterima P etani 120,09 4,37% 120,30 -0,59%
2 Indeks Harga yang Dibayar P etani 119,38 3,39% 119,93 1,18%
2.1 Konsumsi R umah tangga 121,43 3,86% 122,08 1,00%
- Bahan Makanan 127,86 3,20% 129,30 -1,24%
- Makanan J adi 120,51 9,75% 120,38 6,41%
- P erumahan 116,54 341,00% 116,16 3,26%
- S andang 110,57 3,53% 110,53 2,38%
- Kesehatan 115,01 3,55% 115,99 2,91%
- P endidikan, R ekreas i & Olahraga 110,08 8,63% 111,49 7,42%
- Transportas i dan Komunikas i 109,40 -2,83% 108,89 -3,18%
2.2 Biaya P roduks i & P enambahan Barang Modal 113,27 2,78% 113,57 2,52%
- B ibit 109,65 0,56% 109,96 0,03%
- Obat-obatan dan P upuk 113,70 5,02% 114,95 5,22%
- S ewa Lahan, P ajak & Lainnya 110,21 0,72% 110,21 0,27%
- Transportas i 115,62 -0,75% 115,74 -1,38%
- P enambahan Barang Modal 116,88 6,95% 116,97 4,96%
- Upah Buruh Tani 109,35 1,73% 109,35 2,48%
Nilai Tukar Petani (NTP) 100,60 0,95% 100,31 -1,73%
Sektor, Kelompok, dan Sub Kelompok
J un-09 Aug-09
No
78
Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2007
Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populasi
dengan
pendapatan
terendah
40% populas i
dengan
pendapatan
moderat
20% populas i
dengan
pendapatan
tertinggi
R as io Gini
40% populas i
dengan
pendapatan
terendah
40% populas i
dengan
pendapatan
moderat
20% populas i
dengan
pendapatan
tertinggi
R as io Gini
S ulawes i Utara 20,03 39,27 40,70 0,32 21,19 37,57 41,24 0,32
P rovins i
20072005
E. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah
sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006 2007
Angka Harapan Hidup 70,9 71,0 71,7 71,8 74,4
Angka Melek Huruf 98,8 99,1 99,3 99,3 99,3
R ata-R ata Lama S ekolah 8,6 8,6 8,8 8,8 8,8
P engeluaran R iil/Kapita (000 R p) 587,9 611,9 616,1 616,9 619,4
IP M 71,3 73,4 74,2 74,4 76,0
P eringkat Nas ional 2 2 2 2 2
Berdasarkan wilayah administrasinya,
perkembangan komponen IPM di
kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat
dijelaskan sebagai berikut :
� Kota Manado dan Kab.Kepulauan
Sangihe memiliki angka harapan hidup
tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan
terendah di Kabupaten Minahasa
Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.
� Persentase angka melek hurup hampir
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Bolaang Mongondow 74,6 98,6 7,4 607,3
Minahasa 75,5 99,5 8,8 616,0
Kepulauan S angihe 75,6 98,5 7,7 623,9
Kepulauan Talaud 74,2 99,3 8,5 619,0
Minahasa S elatan 75,3 99,4 8,5 606,0
Minahasa Utara 75,3 99,7 9,1 617,8
Bolaang Mongondow Utara 72,7 98,3 7,1 615,1
Kepulauan S iau 73,0 99,3 8,1 601,3
Minahasa Tenggara 71,7 99,5 8,2 618,2
Manado 75,6 99,8 10,6 626,0
Bitung 73,6 98,9 9,2 623,6
Tomohon 75,3 99,8 9,6 616,2
Kotamobagu 74,8 99,5 8,8 614,8
Sulawesi Utara 74,4 99,3 8,8 619,4
KAB/KOTA/P R OV.
Angka
Harapan
Hidup
Angka
Melek
Huruf
R ata-rata
Lama
S ekolah
P engeluaran
per Kapita
(000 R p)
79
merata di seluruh daerah dengan rata-rata 99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah
dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara
yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang Mongondow Utara dan Bitung.
� Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu
selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama
10,6 tahun.
� Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626
ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.10.
Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
2006 2007 2006 2007
Bolaang Mongondow 71,8 74,0 126 118
Minahasa 74,2 76,4 57 54
Kepulauan S angihe 73,8 76,0 66 63
Kepulauan Talaud 73,0 75,6 81 67
Minahasa S elatan 72,3 75,3 100 77
Minahasa Utara 74,2 76,7 55 42
Bolaang Mongondow Utara 70,5 73,3 184 147
Kepulauan S iau 70,8 73,3 168 145
Minahasa Tenggara 70,8 74,1 167 113
Manado 76,4 78,6 14 8
Bitung 73,7 76,1 68 59
Tomohon 74,7 77,0 44 34
Kotamobagu 72,6 75,9 92 65
Sulawesi Utara 74,4 76,0 2 2
KAB/KOTA/PROV.
IPM Ranking Nasional
80
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan
tumbuh positif walaupun masih dibayang-bayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim
kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum
optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai dampak krisis ekonomi
global. Sementara itu, beberapa faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada
triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir
tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus’s Day dan
Natal) serta tahun baru 2010.
Sementara itu, tekanan inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan akan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak internasional, defisit
listrik sebesar 30 MW yang belum terselesaikan serta musim kemarau yang lebih panjang
diperkirakan akan memberikan tekanan harga dari sisi penawaran (supply side). Sedangkan
dari sisi permintaan (demand side), meningkatnya belanja pemerintah, berlangsungnya
perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus Day’s, Natal serta tahun baru 2010 merupakan
beberapa faktor yang mendorong tekanan tekanan terhadap harga.
A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% –
8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah
faktor pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember 2009, Natal 25
Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga perbankan yang terus menurun
diprediksi juga akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas
investasi diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum terselesaikannya
defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara sehingga minat investor baru tertahan.
Perdagangan luar negeri juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan
mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama
Sulawesi Utara. Dari hasil Liason diketahui bahwa baik eksportir maupun importir sama-
sama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir tahun nanti. Hasil survei kepada
pengusaha maupun konsumen juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di
triwulan mendatang. Faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya terhadap
perekonomian pada triwulan IV 2009 adalah ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari
81
dua daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia,
membuka peluang yang luar biasa bagi perekonomian daerah ini. Penetapan ini juga
diharapkan secara langsung akan memutus mata rantai panjangnya perjalanan pengiriman
barng ke luar negeri yang selama ini harus dilakukan melalui Jakarta dan Singapura.
Prospek meningkatnya konsumsi pada triwulan antara lain dapat dikonfirmasi dengan
optimismen Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil SEK Kota Manado periode September
2009 yang menunjukkan hasil bahwa ekspektasi konsumen pada 3-6 bulan y.a.d relatif
lebih baik dibandingkan periode Juni 2009 baik indeks ekspektasi penghasilan, ekonomi
dan ketersediaan lapangan kerja.
Grafik 7.1.
Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2008 2009
Sumber: Survei Konsumen, KBI Manado
Secara keseluruhan, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh cukup tinggi yaitu
dikisaran 7,5–8,0% untuk Tahun 2009. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan nasional yang hanya ditargetkan sebesar 4,0 – 4,5%. Meskipun tidak lepas
dari dampak krisis ekonomi global, ekonomi Sulawesi Utara masih mampu tumbuh positif
dan cukup tinggi karena karakteristiknya yang didominasi oleh konsumsi dan beberapa even
internasional yang sempat berlangsug di Sulawesi Utara.
B. PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Dari sisi
penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas
diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau yang lebih
82
panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan menyebabkan produksi pertanian mengalami
penurunan. Hal ini pada tahap lebih lanjut akan menyebabkan harga komoditi pertanian
meningkat oleh karena di sisi lain terjadi kecenderung peningkatan permintaan seiring
dengan berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru 2010. Selain itu,
defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan terakhir diperkirakan masih
akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan seiring dengan pernyatakan pihak Kanwil
PLN Sulutenggo bahwa perbaikan kerusakan yang terjadi pada beberapa pembangkit listrik
di Sulawesi Utara membutuhkan waktu minimal 3 bulan. Hal ini tentu saja akan
menyebabkan beban pelaku usaha meningkat dan akan mengkonversi kenaikan biaya
produksi tersebut pada komponen harga jual produk yang menjadi beban konsumen.
Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya permintaan
akan bahan bangunan. Tahun anggaran yang akan segera berakhir diperkirakan akan
menyebabkan realisasi belanja pemerintah daerah dipacu pada triwulan terakhir antara lain
dalam bentuk pembangunan infrastuktur. Di sisi yang lain, terdapat kebiasaan masyarakat
Sulawesi Utara yang gemar merenovasi/memperbaiki rumah menjelang hari natal dan tahun
baru sehingga permintaan terhadap bahan bangunan akan meningkat. Namun demikian,
relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado paling tidak hingga September 2009 cukup
membangkitkan optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota Manado akan
berada pada kisaran 4-5%.
.
83
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
84
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
top related