proposal skripsi mtk
Post on 24-Jul-2015
429 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri
serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat
penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan
mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-
konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu
upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah
satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi
pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya
pelajaran matematika, misalnya membimbing siswa untuk bersama-sama
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa
1
1
berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini
memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa
siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus
memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan yang
diberikan siswa dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep matematika.
Meskipun telah diupayakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, namun pendidikan di sekolah saat ini masih dihadapkan
pada permasalahan siswa yang berprestasi rendah, khususnya pada mata
pelajaran matematika. Hal ini menuntut pentingnya guru memilih metode,
strategi dan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai guna
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sudah diterapkan dalam
proses pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Air Hangat Timur adalah
model pembelajaran urutan buku teks (BT). Dalam proses belajar matematika
model pembelajaran urutan buku teks (BT) ini bertujuan untuk
mengoptimalkan kegiatan belajar dalam rangka mencapai hasil belajar
2
matematika secara optimal. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika walaupun
model pembelajaran urutan buku teks (BT) telah diterapkan, sehingga
menyebabkan hasil belajar matematika tetap rendah. Hal ini terlihat dari
hasil ujian mid semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010, seperti terlihat
pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1: Rata-rata nilai hasil ujian mid semester siswa pada mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun Pembelajaran 2009/2010
No Kelas Jumlah Siswa Rata- rata Nilai Ujian Semester II
1 X A 28 56,25
2 X B 26 57,76
3 X C 26 51,03
(Sumber : Arsip data nilai guru matematika SMA Negeri 1 Air Hangat Timur)
Berdasarkan tabel 1 diatas, terlihat bahwa rata-rata nilai hasil ujian
mid semester matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur
masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan yaitu 60,00. Jika masalah yang dikemukakan diatas tidak diatasi
maka tujuan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran matematika sulit
dicapai. Untuk mengatasi masalah diatas diharapkan guru dapat menerapkan
berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran siswa
aktif yang diantaranya adalah penerapan model pembelajaran elaborasi.
Model pembelajaran elaborasi merupakan salah satu strategi
pengorganisasian pembelajaran yang membantu siswa dalam proses
3
pengembangan makna informasi baru dengan penambahan rincian dan
penemuan hubungan-hubungan. Pengorganisasian urutan isi ajaran
berdasarkan teori elaborasi, dimulai dengan disajikannya gambaran tentang
hal yang paling umum, paling penting, dan paling sederhana dari isi
pengetahuan yang akan disampaikan. Kesuaian urutan elaborasi dengan
proses urutan pembentukan ingatan tidak saja meningkatkan ingatan, tetapi
juga menjadikan belajar lebih efektif dan efisien.
Menurut Hamzah B. Uno (2009:150) bahwa ”Hasil penelitian
menunjukan bahwa telah terjadi keefektifan pembelajaran model elaborasi.
Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan strategi-strategi yang
telah teruji sahih, model elaborasi memerlukan bukti empiris untuk
memperkuat landasan teoritisnya.” Dari beberapa kajian yang dilakukan,
ditemukan berbagai dukungan fakta secara empiris yang memverifikasi
kesahihan teori elborasi.
Dari pendapat diatas, cenderung dapat disimpulkan bahwa model
elaborasi efektif digunakan untuk mengorganisasikan isi pembelajaran yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun strategi
pengorganisasian pembelajaran model elaborasi ini belum pernah diterapkan
di SMA Negeri 1 Air Hangat Timur khususnya pada mata pelajaran
matematika, sehingga belum terlihat bagaimana perbedaan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika yang menerapkan strategi pembelajaran
model elaborasi dengan strategi pembelajaran model urutan buku teks (BT).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendorong penulis
4
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berjudul “Perbedaan Hasil
Belajar Matematika Antara Penerapan Model Pembelajaran Elaborasi
dengan Model Pembelajaran Urutan Buku Teks (BT) Di Kelas X SMA
Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun Pelajaran 2009/2010”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan pembelajaran matematika di
SMA Negeri 1 Air Hangat Timur sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika masih bersifat konvensional yang
menempatkan guru sebagai pusat belajar (teacher centered).
2. Minat siswa dalam pembelajaran matematika yang masih rendah.
3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah memecahkan masalah
berkaitan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dan kuadrat.
2. Hasil belajar yang dibahas hanya dalam aspek kognitif.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat perbedaan
5
hasil belajar matematika siswa antara penerapan model pembelajaran
elaborasi dengan model pembelajaran urutan buku teks (BT) di kelas X SMA
Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun Pelajaran 2009/2010.”
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
matematika antara penerapan model pembelajaran elaborasi dengan model
urutan buku teks (BT) di kelas X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun
Pelajaran 2009/2010.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti dalam mengajarkan mata
pelajaran matematika dimasa yang akan datang.
2. Masukan bagi guru matematika sebagai alternatif model pembelajaran
yang dapat diterapkan di sekolah.
3. Meningkatkan kinerja dan kemampuan guru dalam menentukan metode
dan model pembelajaran yang paling tepat.
4. Bagi siswa, untuk dapat belajar lebih aktif sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar.
5. Sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran matematika pada umumnya dan bahan
masukan bagi peneliti pada khususnya.
1.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa
6
pada mata pelajaran matematika antara penerapan model pembelajaran
elaborasi dengan pendekatan model urutan buku teks (BT) di kelas X SMA
Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun Pelajaran 2009/2010, dimana :
Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara penerapan
model pembelajaran elaborasi dengan model pembelajaran urutan
buku teks (BT) di kelas X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun
Pelajaran 2009/2010.
Hi = Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara penerapan model
pembelajaran elaborasi dengan model pembelajaran urutan buku teks
(BT) di kelas X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur Tahun Pelajaran
2009/2010.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar Mengajar
Pembelajaran meliputi dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar.
Belajar mengacu pada kegiatan siswa sedangkan mengajar mengacu pada
kegiatan guru. Belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada
diri seseorang. Pengertian belajar ini para ahli psikologi dan pendidikan
mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian
mereka masing-masing. Selanjutnya beberapa defenisi belajar dapat dilihat
pada uraian berikut, Djamarah (2008:13) :
1. James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktifitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Howard I. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
4. Slameto merumuskan pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Walaupun terdapat perbedaan rumusan pengertian belajar, namun pada
hakekatnya pendapat diatas mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu
8
8
belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah adanya interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan,
kemampuan, kebiasaan, keterampilan maupun sikap melalui hubungan timbal
balik antara siswa dengan lingkungannya.
Menurut Ahmadi (2005:39) “Mengajar menurut pengertian modern
berarti aktifitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan
mendekatkannya kepada siswa atau anak didik sehingga terjadi proses
belajar.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi belajar
siswa. Pengertian diatas juga berlaku dalam proses belajar dan mengajar
matematika, dimana penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan
pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih
ditekankan pada proses belajar matematika seseorang.
Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah
mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya menguasai
konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah
belajar konsep, struktur, keterampilan menghitung dan menghubungkan
konsep-konsep tersebut.
2.2 Strategi Pembelajaran
Pembelajaran dalam rangka mencapai sejumlah kompetensi pada
Sekolah Menengah Atas mensyaratkan penggunaan cara-cara belajar yang
9
dapat mengkondisikan siswa aktif. Belajar tidak hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis saja, namun juga kemampuan-
kemampuan yang bersifat intelektual, personal, sosial dan sebagainya.
Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan
berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara,
tahapan atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan
secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya.
Menurut Hamzah B. Uno (2009:3) “Strategi pembelajaran adalah
cara-cara yang digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang
akan digunakan selama proses pembelajaran.” Sedangkan menurut Depdiknas
(2008:3) “Strategi (strategy) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan
segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran adalah metoda, prosedur,
teknik, langkah-langkah yang dipergunakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai tujuan.”
Strategi menunjukkan langkah-langkah kegiatan (sintaks) atau
prosedur yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan metode-
metode pembelajaran terpilih sehingga kondisi pembelajaran dapat kondusif
dan menyenangkan. Dengan metode yang tepat, siswa akan merasa mudah
dalam mengikuti pembelajaran. Strategi berfungsi mewujudkan
10
keterlaksanaan berbagai metoda terpilih untuk menyajikan bahan ajar dengan
menggunakan media yang relevan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan pada diri siswa.
Selanjutnya Depdiknas (2008:3) menjelaskan:
“Secara umum strategi pembelajaran meliputi tiga besaran langkah kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan mencakup sub kegiatan informasi singkat tentang isi materi ajar yang akan diajarkan, informasi tentang relevansi isi materi ajar dengan pengalaman siswa, dan informasi tentang kompetensi yang ingin dicapai. Kegiatan inti mencakup sub kegiatan: uraian secara rinci tentang isi materi ajar dengan menggunakan metode dan media yang telah dipilih, memberikan contoh-contoh dari isi materi ajar, dan memberikan latihan. Kegiatan penutup mencakup sub kegiatan: pemberian tes (post test), pemberian umpan balik, dan tintak lanjut (penugasan untuk mendalami materi ajar yang telah disampaikan).”
Ciri-ciri strategi yang berpeluang bagi siswa untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran, antara lain:
a. Setiap tahapan kegiatan memungkinkan penggunaan berbagai macam
sumber belajar, metode dan media pembelajaran.
b. Selama proses pembelajaran mencerminkan kegiatan belajar yang
beragam, baik secara individu maupun kelompok.
c. Dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa belajar bekerjasama
dan saling tukar-menukar pengalaman.
d. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman belajar
(learning experiences) yang bermakna bagi siswa dalam bersikap.
Utamanya kemauan dan keberanian untuk menjadi pembicara sekaligus
pendengar yang baik
11
e. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memungkinkan bagi siswa untuk
menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam berpikir secara kritis,
kreatif, inovatif, dan produktif
f. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk
mengkaji lebih-jauh bahan-bahan yang telah dan sedang dipelajari
g. Dalam proses pembelajaran siswa memperoleh berbagai macam fasititas
belajar untuk melakukan kegiatan praktek atau latihan.
h. Dalam proses pembelajaran siswa memperoleh kesempatan untuk
berdialog dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (fisik dan sosial)
secara bebas.
Strategi pembelajaran biasa dikenal dengan metode pembelajaran.
Menurut Charles M. Reigeluth dalam Hamzah B. Uno (2009:141) menyatakan
bahwa ”Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan dalam tiga kelompok,
yaitu (1) strategi pengorganisasian (organizitional strategy), (2) strategi
penyampaian (delivery strategy), (3) strategi pengelolaan (management
strategy).”
Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasikan isi
bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran. Strategi penyampaian adalah
metode untuk menyampaikan pengajaran kepada siswa atau untuk menerima
serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi
pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara siswa dan variabel
metode pengajaran lainnya, yakni variabel strategi pengorganisasian dan
penyampaian isi pengajaran.
12
2.3 Model Pembelajaran Elaborasi
Salah satu dari strategi pengorganisasian pembelajaran adalah strategi
pembelajaran model elaborasi. Model Pembelajaran elaborasi adalah suatu
pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pengembangan makna
informasi baru dengan penambahan rincian dan penemuan hubungan-
hubungan. (Puspitasari,2003).
Menurut Hamzah B. Uno (2009:142) bahwa : ”Ciri pengorganisasian
pembelajaran model elaborasi adalah memulai pembelajaran dari penyajian isi
pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci (urutan elaborasi).”
Pengorganisasian urutan isi ajaran berdasarkan teori elaborasi, dimulai
dengan disajikannya gambaran tentang hal yang paling umum, paling penting,
dan paling sederhana dari isi pengetahuan yang akan disampaikan. Sajian
pertama tersebut disebut epitome ( sari). Epitome ini berbeda dengan
rangkuman, ia hanya mencakup sebagian kecil isi pelajaran yang paling umum
dan paling penting. Pada epitome isi ajaran disajikan pada tingkat aplikasi,
konkret, dan bermakna, sedangkan rangkuman umumnya menyajikan secara
abstrak. Setelah penyajian epitome, isi ajaran disajikan lapis demi lapis yang
dimulai dari lapis umum menuju lapis yang lebih rinci. Menata isi ajaran
dalam lapisan-lapisan disebut mengelaborasi isi ajaran.
Selanjutnya Hamzah B.Uno (2009:143) bahwa ”Sedikitnya terdapat
tujuh prinsip yang dikembangkan dalam strategi pembelajaran model
elaborasi, yaitu :
1) Penyajian kerangka isi, yakni menunjukan bagian-bagian utama bidang
13
studi dan hubungan utama diantara bagian-bagian tersebut,
2) Elaborasi secara bertahap, yakni bagian-bagian yang tercakup dalam
kerangka isi akan dielaborasi secara bertahap,
3) Bagian terpenting disajikan pertama kali, yaitu pada suatu tahap elaborasi
apapun pertimbangan yang dipakai, bagian terpenting akan dielaborasi
pertama kali,
4) Cakupan optimal elaborasi, maksudnya kedalaman dan keluasan tiap-tiap
elaborasi akan dilakukan secara optimal,
5) Penyajian pensintesis secara bertahap, maksudnya pensintesis akan
diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi,
6) Penyajian jenis pensintesis, artinya jenis pensintesis akan disesuaikan
dengan tipe isi bidang studi,
7) Tahapan pemberian rangkuman, artinya rangkuman akan diberikan
sebelum setiap kali menyajikan pensintesis.
Reigeluth dalam Hamzah B. Uno (2009:144) menyarankan ” Dalam
mengorganisasikan pengajaran elaborasi sebaiknya dilakukan dengan
memperhatikan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut ; (1) penyajian
epitome, (2) elaborasi tahap pertama, (3) pemberian rangkuman dan sintesis
antar bagian, (4) elaborasi tahap kedua, dan (5) rangkuman dan sintesis akhir.”
Dalam praktik kegiatan pembelajaran matematika di SMA, pemberian
epitome ditandai dengan penyajian secara umum yang merupakan informasi
keseluruhan dari materi matematika yang menjadi materi pokok yang
dipelajari pada semester satu siswa kelas X SMA. Dipaparkan pula prasyarat
14
untuk mempelajari materi tersebut. Selain itu dikemukakan struktur isi materi
dan struktur pendukung. Setelah penyajian epitome, barulah dilanjutkan
dengan elaborasi tahap satu, kemudian dilanjutkan dengan elaborasi tahap
kedua dan seterusnya.
Selanjutnya Reigeluth (1983) dalam Hamzah B.Uno (2009:145)
mengambarkan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan model elaborasi
seperti bagan berikut ini.
Gambar 1. Prosedur Model Elaborasi
2.4 Model Pembelajaran Urutan Buku Teks (BT)
Salah satu starategi pembelajaran yang sering dilakukan guru dalam
menyampaikan pelajaran adalah model urutan buku teks (BT). Menurut
15
Epitome
Elaborasi Tahap Pertama
ElaborasiTahap Kedua
Menyajikan epitome- Strategi motivasional- Analogi- Prasyarat belajar- Struktur isi- Struktur pendukung
Menyajikan elaborasi salah
satu bagian dalam epitome
Menyajikan rangkuman dan
sintesis
Menyajikan elaborasi bagian yang lain dalam
epitome
Menyajikan elaborasi bagian yang ada
dalam elaborasi tahap pertama
Menyajikan rangkuman dan
sintesis
Dan seterusnya
Hamzah B. Uno (2009:147) bahwa:”Buku teks merupakan penerapan dan
pengembangan dari instructional design yang lebih menekankan pada prinsip-
prinsip yang diadopsi dari teori dan temuan penelitian tentang belajar.”
Orientasi buku teks adalah untuk mengoptimalkan kegiatan belajar
dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu buku teks
harus dapat menyajikan bahan pembelajaran yang bermakna bagi siswa
sebagai subjek yang belajar. Dalam kaitan ini Association of Educational
Communications andf Technology (AECT) dalam defenisi teknologi
pendidikan mempertegas bahwa pemahaman terhadap suatu informasi dapat
terjadi apabila bahan yang dipelajari bermakna bagi pembacanya. (Hamzah B.
Uno, 2009:147).
Selanjutnya Plomp dan Ely dalam Hamzah B. Uno (2009:148)
menjelaskan bahwa:
”Untuk membuat isi pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa diperlukan upaya untuk mengorganisasi isi pembelajaran sedekat mungkin dengan cara atau strategi pemrosesan informasi yang dilakukan siswa. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya proses asimilasi pada struktur kognitif siswa yang hanya membutuhkan mental translation sekecil mungkin.”
Mengacu pada uraian diatas, buku teks matematika yang digunakan di
SMA selama ini terdiri dari dua sumber, yaitu (1) buku teks yang secara resmi
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan (2) buku teks yang
dikeluarkan penerbit. Kedua sumber pengadaan buku tersebut memiliki
perbedaan dilihat dari segi isi dan penataannya. Mengingat terdapatnya
perbedaan kedua sumber buku teks tersebut, maka yang menjadi kajian dalam
penelitian ini adalah buku teks yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
16
Nasional karena asumsinya bahwa buku teks tersebut secara umum dimiliki
oleh sekolah dalam hal ini di SMA.
Dalam upaya menghasilkan sajian buku teks yang efektif dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran, hal yang tidak boleh diabaikan
adalah menjadikan buku teks tersebut menjadi prasyarat bagi siswa untuk
belajar berikutnya atau menjadi pengetahuan yang baru bagi siswa. Dengan
memperhatikan penataan buku teks matematika SMA yang dirancang sesuai
dengan karakteristik diatas, dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Untuk
melihat perbedaan strategi pengorganisasian pembelajaran berdasarkan model
elaborasi dengan urutan buku teks (BT) dan pengaruhnya terhadap hasil
belajar dalam mata pelajaran matematika di SMA dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Perbedaan Strategi Pembelajaran model Elaborasi dan Model Urutan Buku teks (BT)
Strategi Pembelajaran Model Elaborasi (EL)
Strategi Pembelajaran Model Urutan Buku Teks (BT)
1. Penyajian kerangka isi (epitome)2. Penetapan prasyarat belajar3. elaborasi materi tahap pertama4. Pemberian rangkuman5. Elaborasi materi ajar tahap
kedua6. Memberikan rangkuman7. Pemberian pensintesis secara
keseluruhan dalam topik bahasan
1. Penyajian topik ajaran2. Pemilahan materi ajar
dalam sub topik3. Uraian materi ajar4. Penyajian catatan penting
dari materi ajar pada setiap subtopik
5. Penyajian contoh-contoh soal
6. Pemberian soal latihan berdasarkan topik bahasan
(Sumber: Model Pembelajaran. Hamzah B. Uno. 2009:150)
2.5 Hasil Belajar
17
Hasil belajar merupakan suatu hal yang dimiliki oleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran yang digunkan untuk menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai dan memahami materi pelajaran.
Menurut Nana Sudjana (1995:22 ) mengemukakan bahwa : “Hasil belajar
adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh
pengalaman belajarnya.” Sementara itu Gagne dan Briggs dalam Yunita
(2008:14) mengemukakan bahwa:
“Hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing – masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.”
Sedangkan Bloom (1976:201-207) dalam Yunita (2008:14)
menyatakan bahwa: ”Hasil belajar dibagi menjadi tiga kawasan yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor.” Kawasan kognitif berkenaan dengan
ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-
ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai
serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang
memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan–kemampuan
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
18
Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual
mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana
sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah
kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman
adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan
adalah kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk
menghadapi situasi–situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan
menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya
dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian–
bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah
kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau
kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika dalam penelitian
ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kegiatan berpikir yang menjadi dasar
bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan pembelajaran Matematika
adalah agar siswa berlatih berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Dengan
demikian proses pembelajaran matematika harus diselenggarakan secara
19
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartismatematikasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk
melakukan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat
digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut :
Diagram 1: Diagram kerangka berfikir
Berdasarkan diagram diatas, maka rancangan penelitian ini
menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Pada kelas eksperimen I diterapkan model pembelajaran Elaborasi dan pada
kelas eksperimen II diterapkan pendekatan model urutan buku teks (BT).
Pada akhir tindakan sama-sama dilakukan tes untuk melihat perbedaan hasil
belajarnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
20
KelompokEksperimen I
KelompokEksperimen II
Penerapan Model
Pembelajaran Elaborasi
Penerapan Model
Pembelajaran Urutan Buku
Teks
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Analisis Statistik
Siswa Kesimpulan
3.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka jenis penelitian ini termasuk
penelitian eksperimen. Suharsimi Arikunto (2008:26) menyatakan bahwa
“Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau
data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan.” Penelitian
eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis yang dilandasi asumsi
yang kuat akan adanya hubungan sebab akibat antara dua variable.
Rancangan penelitian eksperimen ini menggunakan dua kelas yaitu
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang kedua kelas diterapkan
perlakukan yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diterapkan model
pembelajaran elaborasi, dan pada kelas eksperimen II diterapkan model
pembelajaran urutan buku teks (BT).
Tabel 3 : Rancangan Penelitian
Group Pretest Treatment Post test
Eksperimen I - X1 T1
Eksperimen II - X2 T2
X1 = Kelas dengan model pembelajaran elaborasi
X2 = Kelas dengan model pembelajaran urutan buku teks (BT)
T1 = Tes akhir pada kelas eksperimen I
T2 = Tes akhir pada kelas eksperimen II
3.2 Populasi dan Sampel
21
21
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang merupakan
sumber data dan memiliki karakteristik tertentu di dalam penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas
X SMA Negeri 1 Air Hangat Timur yang terdiri dari tiga kelas yang
terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Lebih
lengkapnya distribusi siswa setiap kelas dapat dilihat pada tabel 2
dibawah ini.
Tabel 4: Jumlah siswa kelas X SMA Negeri 2 Air Hangat Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kelas Jumlah Siswa
X A 28
X B 26
X C 26
Jumlah 80
(Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 1 Air Hangat Timur)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan
keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan nilai hasil ujian matematika mid semester siswa
kelas X, kemudian nilai tersebut dikelompokan menurut kelas
22
masing-masing, setelah itu dihitung nilai rata-rata dan standar
deviasinya.
2. Melakukan uji homogenitas varians. Uji Homogenitas varians ini
dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians
yang homogen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Bartlett.
Harga-harga yang digunakan untuk uji Bartlett adalah :
Tabel 5: Harga-harga untuk uji Bartlett
Sampel ke
dk 1/dk S12 Log S1
2 (dk)Log S12
11K
n1 – 1n1 – 1nk - 1
1/(n1 – 1)1/(n1 – 1)1/(nk – 1)
S12
S12
Sk2
Log S12
Log S12
Log Sk2
(n1 – 1)Log S12
(n1 – 1)Log S12
(n1 – 1)Log Sk2
Jumlah∑ (n1-
1)∑ (n1-1) - -
∑(n1 – 1)Log Sk
2
Dari daftar ini dihitung harga-harga yang diperlukan, yakni :
a. Varians gabungan dari semua sampel :
S2 = (1/n1 – 1) S12/∑(nk – 1)
b. Harga satuan B dengan rumus : B = (log S22) ∑(n1 – 1)
c. Untuk uji Bartlett digunakan statistic Chi-Kuadrat :
2 = (In 10)(B-∑(n1-1) log S12).
Dengan In 10 = 2,3026 disebut logaritma asli dengan bilangan
10. Dengan taraf α = 0,05 ditolak hipotesis jika 2 > 2(1-α)
(k-1), dimana 2(1-α)(k-1) didapat dari daftar distribusi chi-
kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1). (Sujana , 1992).
23
3. Setelah dilakukan pengujian homogenitas, dilakukan pemilihan sampel
secara acak terhadap populasi dengan menggunakan undian.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96) “Variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi pokok perhatian pada suatu penelitian.”
Pada penelitian ini diambil variable sebagai berikut :
a. Variabel bebas : Perlakuan yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen
b. Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui
hasil tes akhir.
3.4 Jenis dan Sumber data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan
segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk tujuan khusus. Data
sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
orang luar peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu adalah data yang
asli. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah tes akhir hasil belajar,
sedangkan sumber data adalah siswa-siswa yang menjadi sampel.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil tes
kepada kedua sampel. Instrumen penelitian pada aspek kognitif berupa
24
tes materi pelajaran yang diberikan selama perlakukan berlangsung.
Untuk mendapatkan tes yang benar-benar valid, reabilitas serta
memperhatikan taraf kesukaran dan daya beda soal maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat kisi-kisi soal tes
b. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi soal tes.
c. Melakukan uji coba soal tes yang bertujuan untuk merevisi soal tes.
Soal diujicobakan kepada siswa kelas X karena kelas ini rata-rata
nilai ulangan hariannya berdistribusi normal dengan kelas sampel.
Hasil ujicoba soal dianalisis mempergunakan prosedur statistik.
3.5.2 Validitas Soal
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga
dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Untuk
mendapatkan tes yang valid maka penyusunan soal tes berdasarkan
pada materi yang telah ditetapkan kurikulum.
3.5.3 Reliabilitas Soal
Reliabilitas soal merupakan ketetapan suatu tes apabila tes
dicobakan pada objek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas suatu
tes dipakai rumus Kuder Richerdson (K-R. 21) yang dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2009:103), yaitu:
r11 = 1 -
25
Dengan:
∑x dan N∑x2 – (x2)
N N (n – 1)
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
n : Jumlah butir soal
M : rata-rata skor tes
N : Jumlah pengikut tes
S2 : Varians total
Kriteria reliabilitas tes dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 5.
Tabel 6: Klasifikasi indeks reliabelitas soal
No Indeks Reliabelitas Klasifikasi
1 0,00 < r11 ≤0,20 Sangat rendah
2 0,20 < r11 ≤0,40 Rendah
3 0,40 < r11 ≤0,60 Sedang
4 0,60 < r11 ≤0,80 Tinggi
5 0,80 < r11 ≤1,00 Sangat tinggi
3.5.4 Daya Pembeda
Daya Beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks daya beda adalah sebagai berikut:
26
S2 = M =
( Suharsimi Arikunto, 2009: 213)
D : Daya beda
BA: Jumlah kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Jumlah kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal:
Tabel 7: Klasifikasi daya beda soal
No Daya beda soal Kriteria
1 0,000 < D ≤0,200 Jelek
2 0,200 < D ≤0,400 Cukup
3 0,400 < D ≤0,700 Baik
4 0,700 < D ≤1,000 Baik sekali
3.5.5 Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan
27
taraf kesukaran, adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2009: 208)
Dengan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai
berikut:
Tabel 8: Klasifikasi Indeks kesukaran
No Indeks Kesukaran Kriteria
1 0,00 ≤ p ≤ 0,30 Sukar
2 0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang
3 0,70 ≤ p ≤ 1,00 Mudah
3.6 Teknik Analisa data
Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian maka dilaksanakan
pengujian hipotesis secara statistik. Untuk melakukan uji statistik maka
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua
kelompok.
28
3.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi
berdistribusi normal. Cara yang digunakan adalah dengan
menggunakan uji Lillieford dengan langkah sebagai berikut :
1. Data X1, X2, X3, ... Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga
data yang terbesar.
2. Data X1, X2, X3, … Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, Z3 ... Xn dengan
rumus :
Zi = Xi – X S
Keterangan :
Xi = Skor yang diperoleh siswa ke-i
X = Skor rata-rata
S = Simpangan baku
3. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F (Zi) = P (z < Zi)
4. Dengan menggunakan propersi Z1, Z2, Z3 ... Xn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi, jika propersi ini dinyatakan dengan S (Zi) :
banyak Z1, Z2, Z3 yang ≤ Zi
n
5. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian harga mutlaknya.
29
S (Zi) =
6. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih
tersebut yang disebut Lo.
7. Membandingkan Lo dengan nilai kritis A yang terdapat pada taraf
nyata α = 0,10 kriteria terima yaitu hipotesis tersebut normal jika
Lo < Lt, lain dari itu ditolak. (Sujana , 1992 : 467).
3.6.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya
dilakukan uji F. Uji ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F
dengan rumus :
Varians terbesar Varians terkecil
Keterangan :
F = Varians kelompok data
S12 = Varians hasil belajar kelas eksperimen I
S22 = Varians hasil belajar kelas eksperimen II
2. Jika harga sudah didapat maka dibandingkan dengan F tersebut
dengan harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F dengan taraf
signifikan 90% dan dk pembilang = n1–1 dan dk penyebut = n2–1.
Bila F yang didapat dari perhitungan lebih kecil dari harga F pada
30
F =
tabel maka kedua kelompok data mempunyai varians yang
homogen dan sebaliknya. (Sujana, 1992).
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk melihat apakah terdapat atau tidaknya perbedaan hasil
belajar matematika antara penerapan model pembelajaran elaborasi
dengan model pembelajaran urutan buku teks (BT), maka dilakukan
pengujian hipotesis. Untuk uji hipotesis ini digunakan uji-t dengan
rumus: (Sujana. 1992:239)
X1 – X2
S +
Dengan :
( (n1 – 1) S12 + (n2 – 1) S2
2
n 1 + n2 - 2
Keterangan :
X1 = Nilai rata- rata kelas eksperimen I
X2 = Nilai rata- rata kelas eksperimen II
S = Standar deviasi gabungan
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen I
dk = Derajat kebebasan
n 2 = Jumlah siswa kelas eksperimen II
S2 = Varians gabungan
Harga thitung dibanding dengan ttabel, yang terdapat dalam tabel
distrbusi t. Kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ho jika t’ ≥ t (1-
31
t’=
S2=
α) dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – α). Untuk harga-harga
lainnya Ho ditolak.
3.7 Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun
prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
3.7.1 Tahap Persiapan
a. Menentukan tempat penelitian
b. Menentukan populasi dan sampel
c. Memilih dua kelas sampel secara acak
d. Menetapkan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
3.7.2 Tahap Pelaksanaan
a. Persiapan pembelajaran
1) Menentukan materi pelajaran
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
3) Membuat bahan ajar berupa ringkasan materi pelajaran
4) Menyusun Lembar Kerja Siswa dan tugas latihan
5) Mempersiapkan tes akhir
b. Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen I menggunakan
strategi pembelajaran model elaborasi dan kelas eksperimen II
menggunakan starategi pembelajaran model urutan buku teks
(BT).
32
3.7.3 Tahap Penyelesaian
a. Mengolah data dari kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen I
maupun kelas eksperimen II.
b. Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai teknik analisa
data.
3.8 Langkah-langkah Pembelajaran Model Elaborasi dan Urutan Buku Teks
3.8.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Elaborasi
a. Penyajian Epitome (kerangka isi pelajaran)
Guru menyajikan struktur isi pelajaran berupa gambaran umum yang
paling pokok, paling penting dan paling dapat dimengerti tentang isi
pelajaran yang akan disampaikan. Pemberian epitome ini ditandai
dengan penyajian secara umum yang merupakan informasi
keseluruhan dari materi matematika yang menjadi materi pokok yang
akan dipelajari pada semester genap bagi siswa kelas X SMA.
Dipaparkan pula prasyarat untuk mempelajari materi tersebut. Guru
juga mengemukakan struktur isi materi dan struktur pendukung.
b. Elaborasi Tahap Pertama
Disajikan uraian-uraian tiap bagian yang tersaji pada epitome
(kerangka isi pelajaran). Dimulai dari bagian yang terpenting menuju
bagian lain secara berurutan dan lebih rinci. Menata materi ajar dalam
lapisan-lapisan disebut mengelaborasi isi ajaran. Pada lapisan pertama
guru menguraikan bagian materi ajar yang tersebut pada epitome. Juga
disajikan pula uraian dari sub bagian materi tanpa rincian yang
33
mendalam. Demikian seterusnya sampai materi ajaran bergerak
kelapisan berikut, yaitu menguraikan secara rinci sub-sub bagian
materi ajar.
c. Pemberian rangkuman dan sintesis antar bagian
Setelah elaborasi tahap pertama selesai, selanjutnya diberikan
rangkuman dari seluruh bagian yang dielaborasikan, kemudian
pemberian sintesis yang menunjukan hubungan antarbagian yang telah
dielaborasikan dan antarbagian dengan epitome. Hal ini dimaksudkan
untuk memperkuat pemahaman disamping berfungsi memberikan
gambaran konstektual antara satu bagian dengan bagian yang lain.
d. Elaborasi tahap kedua
Selanjutnya elaborasi tahap kedua, elaborasi ini lebih merinci sub-sub
bagian pada elaborasi tahap pertama sesuai kedalaman yang ditentukan
oleh tujuan pengajaran. Pada akhir elaborasi tahap kedua juga diikuti
dengan pemberian rangkuman dan sintesis.
e. Rangkuman dan sintesis akhir
langkah terakhir adalah rangkuman dan sisntesis akhir. Pada tahap ini
disajikan sintesis dan rangkuman keseluruhan isi dalam struktur
pelajaran yang diberikan.
3.8.2 Langkah-langkah pembelajaran model urutan buku teks (BT)
a. Penyajian Topik ajaran
Langkah pertama guru menyajikan topik pelajaran yang akan
dipelajari siswa.
34
b. Pemilahan materi ajar dalam subtopik
Selanjutnya materi ajar dipilah dalam subtopik dan dijelaskan isi
materi dalam subtopik tersebut.
c. Uraian materi ajar
Guru menguraikan materi ajar sesuai subtopik yang sedang dipelajari
dan siswa memperhatikan uraian materi yang disampaikan guru.
d. Penyajian catatan penting dari materi ajar pada setiap subtopik
Guru menyampaikan catatan penting dari materi ajar pada setiap topik.
e. Penyajian contoh-contoh soal
Setelah materi ajar diuraikan dan dipahami siswa maka guru
menyajikan beberapa contoh soal. Pada langkah ini guru membuat
contoh soal dan menunjukan cara menyelesaikan soal tersebut. Pada
contoh soal kedua, cara penyelesaian soal bersama-sama dengan
siswa. Dan contoh soal ketiga guru menunjuk seorang siswa untuk
menyelesaikan soal di depan kelas.
f. Pemberian soal latihan berdasarkan topik bahasan.
Pada akhir langkah pembelajaran ini guru memberikan soal latihan
berdasarkan topik bahasan untuk dikerjakan oleh siswa. Hasil
pekerjaan siswa dikoreksi bersama-sama dan diberi penilaian.
3.9 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Air Hangat Timur
Kabupaten Kerinci. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai
dengan Juni 2010, pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Depdiknas. 2008. Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas
Hamzah B. Uno. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Puspitasari. 2003. Strategi-Strategi Belajar. Jakarta : Dirjendikdasmen Depdiknas
Suharsimi Arikunto,. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi Aksara
________________,. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Yunita Dwi. 2008. Efektifitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Media Gambar dengan Bantuan Power Point Ditinjau dari Aktifitas Belajar Siswa. Surakarta : UMS
S. Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
36
36
37
top related