proposal liga
Post on 17-Jan-2016
257 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS B DIRUANGAN RAWAT INAP INTERNE RSUP.M.DJAMIL
PADANG
PRPOSAL
OLEH:LIGA PURNAMA SARI
12111714
PRODI DIII KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2014
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan
penyusunan proposal studi kasus ini dengan judul” Asuhan keperawatan
pada pasien dengan Hepatitis B Diruangan Rawat Inap Interne
RSUP.M.DJAMIL padang”
Dalam penulisan proposal studi kasus ini penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan dorongan berbagai
pihak akhirnya dapat menyelesaikan dengan baik.
Proposal studi kasus ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak. untuk itu dalam kesempatan ini penulisan mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Nova fridalni,S.kep,M.biomed selaku pembimbing yang telah
mengarahkan, memberikan masukan dan bimbingan serta meluangkan
waktunya untuk memberikan petunjuk dan tuntunan dalam
menyelesaikan studi kasus ini.
2. Ibu mitayani, SST, M.BIOMED selaku ketua prodi D III
Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
3. Ibu Hj.Elmiyasna.K Skp, MM selaku ketua STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
1i
2
4. Staf dosen akademi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi
penulis.
5. Untuk RSUP. M . Djamil padang yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melakukan pengambilan data dan hal-hal yang
bersangkutan dengan kelengkapan proposal ini.
6. Teristimewah teruntuk kedua orang tua, ayahnda dan ibunda yang
selalu memberikan do’a dan dukungan, baik secara moril dan materil
kepada penulis. Semoga allah SWT selalu memberkahi kita dengan
kesehatan dan kebahagian dunia dan akhirat.
7. Rekan-rekan mahasiswa prodi D III Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
8. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal studi kasus ini yang tidak bias disebutkan
satu persatu.
Semoga bimbingan, bantuan dan amal yang telah diberikan kepada
penulis, mendapatkan balasan dari allah SWT. Akhir kata, untuk
kesempurnaan proposal studi kasus ini penulis berharap masukan, kritikan
dan susunan yang bersifat membangun dari pembaca dan penulis menerima
dengan senang hati.
Padang, Januari 2015
Penulis
ii
3
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIv
DAFTAR GAMBARvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat studi kasus
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
2. Anatomi & Fisiologi
3. Etiologi
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. WOC
7. Manifestasi Klinis
8. Komplikasi
iii
4
9. Pengendalian dan pencegahan
10. Pemeriksaan diagnostic
11. Penatalaksanaa
a. Medis
b. Non Medis
B. Asuhan Keperawatan Teorits
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2009,
penyakit hepatitis B pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di china
dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia serta penyakit B sudah
menginfeksi +/-75% penduduk di dunia. Indonesia 20 menjadi negara
dengan penderita hepatitis B ketiga terbanyak didunia setelah china dan
india dengan julah penderita 13 juga orang, sementara dijakarta di
perkiran satu dari 20 penduduk penderita hepatitis B. Sebagian besar
penduduk kawasan ini terinfeksi VHB sejak usia kanak-kanak. Sejumlah
Negara di usia, 8-10 persen populasi orang menderita hepatitis B kronik.
(Sulaiman, 2010)
Prevalensi pada Negara berkembang dalam penyakit hepatitis B
adalah : Tinggi: di Negara-negara berkembang dengan sanitas yang
sangat buruk dan perilaku persoalan hygiene yang kurang baik, resiko
infeksi lebih besar dari 90%. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak
usia dini dan mereka yang terinfeksi tidak memiliki gejala nyta. Wabah
jarang karena anak-anak yang lebih tua dan korang dewasa umumnya
kebal. Prevalensi penyakit di daerah seperti ini tergolong rendah dan
jarang terjadi wabah.
1
2
Menengah: Di Negara-negara berkembang, Negara dengan ekonomi
di daerah transisi di mana kondisi sanitasi sangat bervariasi. Ada daerah
yang memiliki system sanitasi yang sudah menandai, namun juga ada
yang masih kurang. Ironisnya, kondisi ekonomi yang terus membaik dan
kesehatan dapat menyebabkan tingkat lebih tinggi dari penyakit, seperti
infeksi terjadi pada kelompok usia tua, dan wabah besar dapat terjadi
(kejadian luar biasa).
Rendah: di Negara maju dengan sanitasi yang baik dan kebersihan
di tingkat infeksi rendah. Penyakit ini dapat terjadi pada remaja dan
orang dewasa di kelompok berisiko tinggi seperti pengguna narkoba
suntik, pria gay, orang yang bepergian ke daerah resiko tinggi dan
populasi terisolasi, misalnya ditutup komunitas agama.
Hasil penelitin secara global yang melibatkan 2.000 pasien di seluruh
rumah sakit Indonesia 34% (680 pasien diantaranya adalah penderita
dengan kasus hepatitis B). Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40 % dari
sejumlah penderita ini yang terdiagnosa hepatitis B. Telah terjadi
komplikasi menjadi sirosis dan kanker hati. Ini disebabkan karna
kurangnya upaya promotif dan menjelaskan tentang hepatitis B pada
pasien, dan pemberian informasi tentang upaya penghentisn penggunakan
alcohol bagi penderita Hepatitis B tersebut. (Diyono 2013)
Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan infeksi yang unik. Tidak
banyak jenis virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan
memberikan dampak sosial-ekonomi yang besar- karena penyakit ini
3
menyebabkab infeksi pada populasi dalam skala dunia, dan variasi
penampilan kliniknya yang sedemikian beraneka ragam (bias dalam
bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis tidak aktif, hepatitis kronis aktif,
sirosis hati atau kanker hati). Namun, kita dapat mengungkapkan
karateristik virus ini secara lebih terperinci sehingga pola tingkah
lakunya sudah dapat diketahui dengan baik. (Jinlin Hou,dkk,2005)
Dengan sedemikian banyaknya jumlah penderita infeksi VHB, sebagai
konsekuensinya akan ada banyak persoalan social dan ekonomi yang
harus ditanggapi baik dalam skala individu maupun pemerintah. Begitu
sering ditemui dalam praktik dokter, kasus-kasus yang berhubungan
dengan virus hepatitis B, baik masih dalam fase awal maupun yang
sudah tidak menyadari bahwa virus hepatitis B telah berda di dalam
tubuh selama bertahun-tahun. Memang demikianlah sifat virus hepatitis
B. Menyerang secara tersembunyi. Tidak jarang mereka yang merasa
sehat menjadi kaget karena ditolak saat melamar kerja,menjadi donor
darah, atau saat mengajukan untuk melanjudkan pendidikan keluar negri.
Inilah kelompok penderita hepatitis B terbesar, yang dikenal dengan
hepatitis B carrier inaktif. (dr. J.B. Suharjo B. Cahyono,Sp.PD 2009)
Indonesia merupakan endemik infeksi virus hepatitis B (HBV=
Hepatitis B virus), dengan prevalensi rata-rata 10%. (3-20%). Prevalensi
infeksi khronik HBV di dunia pun bervariasi tergantung geografi
tempatnya mulia dari ysng tinggi mencapai 8-15% dan rendah < 1%,
dengan prevalensi tertinggi di daratan Asia dan sub-Sahara Afrika, dan
4
relative rendah di Amerika utara dan Eropa. Virus ini dapat ditularkan
melalui transmisi vertikal (ibu ke bayi saat dalam kandungan atau saat
melahirkan) maupun horizontal yang mana kadar virus terdeteksi tertinggi
dalam darah dan serum (melalui transfuse darah, penularan pemakaian
injeksi bergantian), kadarnya sedang pada semen, cairan vagina, dan
saliva, serta paling rendah pada urin, fases dan air susu ibu. Kelompok
tertentu mempunyai resiko tinggi terinfeksi HB, diantaranya orang-orang
yang tinggal di daerah endemik, pekerja-pekerja kesehatan terutama
pada bidang-bidang tindakan invasive, homo dan biseksual aktif, pasien-
pasien hemodialisasi, dan kontak seksual dengan karier hepatitis B.(Patut
Bayupurnama 2012)
Dampak penyakit hepatitis B ini adalah informasi tentang seputar
dari dampak penyakit hepatitis B yang menimbulkan bercak ke kuning-
kuningan pada salah satu organ tubuh manusia seperti bola mata, kulit
dan sebagiannya. Penyakit hepatitis seperti yang kita ketahui memang
menimbulkan dampak yang sangat berpengaruh terhadap keidupan
manusia, penyakit hepatitis termasuk salah satu penyakit yang berbahaya
Karen bias mengakibatkan kematian pada penderitanya. Dan hepatitis B
bias menularkan pada seseorang yang tidak terkena dampak yaitu bias
melalui dari virus hepatitis itu sendiri. Akibat terkena penyakit hepatitis
itu sangat berdampak buruk sekali karena organ hati yang rusak dapat
mengganggu kemampuan tubuh manusia dalam memecahkan sel darah
merah dari toksin atau racun yang terkandung di dalamnya. Bilirubin
5
pada darah serta racun atau toksin lain yang ada pada darah pun tidak
mampu dikeluarkan tubuh sehinggah menetap di dalam tubuh.
Berdasarkan data indeks penyakit di Instalasi rawat inap RSUP Dr
M.Djamil pada tahun 2010 jumlah penderita 9 orang, dimana di antaranya
4 orang penderita yang berjenis kelamin perempuan, dan 6 berjenis kelamin
laki-laki. Pada tahun 2011 jumlah penderita hepatitis B yaitu 7 orang,
dimana terdapat 5 orang penderita dengan jenis kelamin laki-laki, dan 2
orang dengan jenis kelamin perempuan. Pada tahun 2012 terjadi
peningkatan angka kejadian hepatitis B dengan jumlah penderita 5 orang
dengan berjenis kelamin perempuan dan 11 orang dengan berjenis laki-
laki. Dan padaa tahun 2013 angka kejadian yang penderita hepatitis B
sangat menurun dengan jumlah 12 orang.
Sebagian peran perawat pada pasien hepatitis B adalah:
Sebagian pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan pemberian pelayanan keperawatan pada pasien hepatitis B.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks. Pada peran ini perawat diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita hepatitis B.
1. Sebagai advokat klien.
Peran ini dilakukan dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
6
denga n penyakit hepatitis B. Dan memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, !998 :140)
2. Sebagai educator.
Peran perawat ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit hepatitis
B bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
3. Sebagai coordinator.
Peran perawat ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesetan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien tentang hepatitis B.
4. Sebagai kolaborator.
Peran perawat dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlakukan
pada pasien hepatitis B.
5. Sebagai Conselor.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah social untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang tentang hepatitis B.
7
6. Sebagai pembaharu.
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan pada penderita penyakit hepatitis B.
Virus hepatitis B (HBV) termasuk virus geno DNA berkapsul
dengan family Hepadnaviridae. Mempunyai masa inkubasi 30-180
hari. HBsAG mempunyai 4 determinan antigen utama yaitu adw,
adr, ayw dan ayr. Menular melalui transfusi darah pemakai jarum
suntik bergantian, hubungan seksual tranmisi vertikal dari ibu ke
janin. DNA Virus hepatitis B ( HBV- DNA ) merupakan indicator
prognosis dan keberhasilan terapi antiviral yang utama. ( Patut
Bayupurnama 2012)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan fenomena di atas yang telah di uraikan, maka penulis
berkeinginan untuk membahas dan mengetahui bagaiman menerapkan
“Asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis B di Instalasi Non
bedah ( interne) RSUP Dr. M. Djamil padang tahun 2014”.
C. Tujuan penulis
1. Tujuan umum
Penulis mampu mendapatkan suatu gambaran tentang
menerapkan asuhan keperawatn yang baik dan benar terhadap klien
8
dengan penyakit hepatitis B di Instalasi Non bedah ( interne ) RSUP
Dr.M.Djamil Padang tahun 2014.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan hepatitis B
di Instalasi Non bedah (interne) RSUP.Dr.M.Djamil padang tahun
2014.
b. Untuk dapat melaksanakan diagnose keperawatan pada klien
dengan hepatitis B di instalasi Non bedah (interne) RSUP
Dr.M.Djamil padang tahun 2014.
c. Untuk dapat membuat intervensi pada klien dengan hepatitis B
do instalasi Non bedah (interne) RSUP Dr.M.Djamil padang tahun
2014.
d. Untuk dapat membuat implementaasi rencan asuhan keperawatan
pada klien dengan hepatitis B di instalasi Non bedah (Interne)
RSUP Dr. M.Djamil padang tahun 2014.
e. Untuk dapat membuat evaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan hepatitis B di Instansi Non bedah (Interne) RSUP Dr.
M.Djamil padang tahun 2014.
f. Mampu melakukan pendokumentasi asuhan keperawatan terhadap
klien dengan hepatitis B di Instalasi Non bedah (Interne) RSUP
Dr. M.Djamil padang tahun 2014.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Untuk dpat menerapkan Ilmu pengetahuan dan keterampilan
kepeawaatan serta dapat memperoleh nyata didalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita Hepatitis B.
2. Bagi RSUP Dr. M.Djamil Padang
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan
tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan keperawaatan pada
klien dengan penyakit Hepatitis B.
3. Bagi Akademik
Dapat di jadikan baahan informasi atau masukan untuk menambah
wawasan bagi pembaca tentang hepatitis B.
4. Bagi Klien
Agar klien mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kejadian
Hepatitis B dengan keluhan terutama biasa mengenali tanda dan
gejala dari penyakit yang dapat membahayakan banyak orang.
5. Bagi perkeembangan keperawatan
Agar proposal ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis B, sehingga dapat
dilakukan dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi paada
klien dengan Hepatitis B.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Hepatitis B paling banyak terjadi pada polulasi anak-anak
berikut ini: (1) bayi dari ibu yang karier kronik dari antigen virus
HBsAg, (2) anak-anak yang sering ditransfusi atau hemodislisis (dapat
pula berkembang hepatitis C), (3) anak-anak terlibat penyalagunaan
obat yang dipakai melalui IV (dapat pula menderita hepatitis C), (4)
anak-anak panti dan (5) anak-anak pra-sekolah di daerah endemic.
Masa inkubasinya 2 sampai 6 bulan. (Linda A.Sowden 2008)
Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.( Sujono Hadi,200 )
Hepatitis B adalah suatu virus yang ditularkan melalui : Bayi
yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, Hubungan seksual, Dan
melalui kulit(perkuatan). (Dr.J.B. Suharjo B. Cahyono,Sp.PD 2010)
Hepatitis B adalah suatu penyakit yang menular melalui produk
darah/ darah terkontaminasi: tusukan jarum (luka), kontak dengan
saliva, urine,
9
10
2. Anatomi & fisiologi Hepar
Hepar merupakan organ yang mempunyai dua lobus kanan dan lobus
kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segen anterior dan posterior oleh fisura
segmentasi kanan. Lobus kiri bagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
hligamentum falsiforme.
Setiap lobus hepar terbagi menjagi struktur- struktur yang dinamakan
Lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang
dinamakan sinusoid yang merupakan cabang venaporta dan arteri hepatika.
Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik mononuclear / sel kuffer yang
berfungsi menelan bakteri dan benda asing dalam darah.
Arteri hepatica menyuplai darah ke hepar 1/3 dari darah yang masuk
ke hepar dan 2/3 berasal dari vena porta. Arteri hepatica membawa darah
beroksigen dan vena porta membawa darah yang kurang beroksigen dari
vena mesenterika superior, inferior dan sona splanikus yang menerima
darah dari pancreas, limpa, lambung, usus dan kandung empedu, Vena
porta membawa nutrient, sisa metabolism dan toksik dari organ
perencanaan ke hepar untuk diproses, didetoksifikasi.
Fungsi Hepar:
11
1. Produksi empedu
1) Komponen empedu :
a. Air
b. Garam empedu
c. Bilirubin
d. Kolestrol
e. Asam Lemak
f. Lesitin
g. Sodium
h. Potasium
i. Kalsium
j. Klorida
k. Ion Bikarbonat
Garam empedu diproduksi dengan prukursaannya adalah
kolestrol yang berasal dari makan / disentesis oleh hepar melalui
metabolism lemak. Gara empedu punya 2 fungsi :
a. Pengemulsi empedu menurunkan tegangan permukaan partikel
lemak sehingga membantu pemecahan lemak.
b. Membantu absorbs asam lemak, mengliserida, kolestrol dan
lemak lain.
2. Metabolisme karbohidrat
a. Glikolisis, konversi glukosa menjasi glikogen
b. Glikogenolisis, pemecahan glikogen menjadi glukosa
12
c. Penyimpanan glikogen
d. Konversi galaktesa dan fruktosa menjadi glikosa
e. Glikonegogenesis, konversi asam amino menjadi glukosa
3. Metabolisme lemak
a. Oksidasi asam lemak untuk energi
b. Pembentukan lipoprotein
c. Sintesis kolestrol dan fosfolipid
d. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
4. Metabolis Protein
a. Katabolisme as. Amino
b. Pembentukan urea untuk pengeluaran ammonia dari dalam tubuh
diekskresikan melalui ginjal dan intestinal.
c. Pembentukan protein plasma :
a) Albumin
b) Protrombin
c) Fibrinnogen
d. Brotransformasi lemak obat dan substansi lain.
5. Sirkula
Setiap menit memproses 16 bagian dari 1 ltr darah yang bersirkulasi
melalui sinusoid. Sehingga hepar merupakan resekrosis yang
menyimpan darah dalam jumlah banyak.
( Wijaya. Dkk.2013)
13
3. Etiologi
a. Infeksi virus
b. Reaksi toksik terhadap obat-obatan : Menyebabkan toksik untuk
hati, sehingga sering disebut hepatitis akut.
c. Alkohol : Menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi
alcohol sirosis.
d. Bahan-bahan kimia.
4. Klasifikasi
Macam-macam atau Stadium Hepatitis B
a. Stadium pre ikterik (prodroma)
Berlangsung sekitar 4-7 hari. Penderita mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, mual, demam, nyeri pada perut kanan
atas. Urin menjadi lebih coklat.
b. Stadium ikterik
Berlangsung selama 3 minggu-6 minggu. Ikterus mula terlihat
pada skelera kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
menjadi berkurang tetapi penderita masih lemah, anoreksia dan
muntah. Hepar mengalami pembesaran dan terdapat nyeri tekan.
Feses berwarna kelabu atau kuning mudah .SGOT dan SGPT
meningkat, HBsaG ditemukan pada hepatitis B.
c. Stadium postikterik (penyuluhan)
Ikterik mereda, warna urin dan BAB menjadi normal kembali.
Pada kasus tanpa komplikasi, penyembuhan mulai 1 atau 2
minggu dari timbulnya ikterik dan berlangsung 2-6 minggu. Bila
14
terjadi splenomegali dengan apat akan mengilang, hanya dapat
kembali normal beberapa minggu kemudian.
Pada pemeriksaan laboratorium dan terus fungsi hati abnormal
dapat menetap 3-6 bulan ( Wijaya.dkk.2013 )
5. Cara penularan
A. Penularan Ibu ke bayi
1.) Peredaran darah tali pusat
2.) Proses melahirkan
3.) Atau setelah melahirkan.
B. Penularan melalui kulit
1.) Suntikan
2.) Akupuntur
3.) Tranfusi darah
4.) Hemodialisis
5.) Tattoo
6.) Tindik
C. Penularan melalui hubungan seksual
1.) Berganti-ganti pasangan
6. Patofisiologi
(Menurut Padila,S.kep,Ners 2013.)
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan
bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul
15
dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Ssetelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
respon system imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanaya, sebagian besar klien yang mengalami
hepatitis sembuh dengan fungsih hepar normal.
Infalamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadrat kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan
duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(billirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
billirubin.
16
Tinja mengandung sedikit sterkobbilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolish). Karena billirubin konjugasi larut dalam air,
maka billirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehinggah
menimbulkan billirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar billirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
17
7. WOC
18
8. Manifestasi klinis
Menurut Padila, S.kep, Ners 2013. Tentang Hepatitis B yaitu:
1) Gejala:
a. Nafsu makan menurun
b. Perut kanan atas terasa sakit
c. Seluruh badan pegel-pegal
d. Pusing
e. Nyeri persendian
f. Gatal-gatal
g. Urien berwarna seperti teh pekat
h. Tinja berwarna pucat
i. Lesu
2) Tanda:
a. Bradikardia (hiperbilirubinemia berat)
b. Ikterik pada sclera, kulit, membrane mukos
c. Asites
d. Peka ransangan, cendrung tidur, letergi, asteriksis
e. Otot tegang gelisah
f. Peningkatan suhu tubuh
9. Komplikasi
Menurut Padila, S.Kep, Ners (2013)
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang
disebabkan oleh akumulasi ammonia serta metabolic toksik
19
merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatic. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
10. Pengendalian dan pencegahan
Menurut Brunner & suddarth, 2002. Tentang pengendalian dan
pencegahan pada pasien penyakit Hepatitis B yaitu:
1. Tujuan pencegahan adalah:
a. Memutuskan rantai penularan.
b. Melindungi individu yang beresiko tinggi melalui imunisasi
aktif vaksin hepatitis B.
c. Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindungi namun
terpapar virus hepatitis B.
2. Pencegahan penularan
a. Skrining yang kontrinyu akan adanya HbsAG terhadap donor
darah akan mengurangi lebih lanjut resiko penularan melalui
tranfusi darah.
b. Imunisasi aktif :vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk
terkena hepatitis B (misalnya: petugas kesehatan, pasien
hemodialisis). Proteksi yang dihasilkan oleh vaksin hepatitis B
dapat berlangsung selama 5 hingga 7 tahun. Pemerksaan kadar anti
HBs dilakukan setiap tahun untuk menentukan setiap tahun untuk
menentukan apakah diperlukan imunisasi ulang atau booster.
20
c. Imunisasi pasif: imun globulin hepatitis B.
11. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium
1) Pemeriksaan pigmen
a. Urobilirubin direk
b. Bilirubin serum total
c. Bilirubin urine
d. Urobilinogen urine
e. Urobilinogen feses
2) Pemeriksaan Protein
a. Protein totel serum
b. Albumin serum
c. Globulin serum
d. HbsAG
3) Waktu protobin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K
4) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
a. AST atau SGOT
b. ALT atau SGPT
c. LDH
d. Amonia serum
2. Radiologi
a. Foto rontgen abdomen
21
b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose
Bengal yang berlabel radioaktif
c. Kolestogram dan kalangiogram
d. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biopsi hati
12. Penatalaksanaan
a. Non medis
Brunner & suddarth,2003. Penatalaksanaan on medis yang dapat
dilakukan pada hepatitis B adalah :
1. Muntah Tirah baring (bed rest)
Biasanya direkomendasikan tanpa memperhitungkan
bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda.
Selanjutnya, aktifitas pasien harus dibatasi sampai gejala
pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim
dalam serum kembli normal.
2. Nutrisi yang adekuat
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan, asupan protein
dibatasi bila kemampuan hati untuk metabolisasi produk
sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh
gejalanya. Apabila muntah terjadi. Pasien harus dirawatkan
dirumah sakit dan mendapatkan terapi cairan mengingat cara
22
penularannya, pasien harus dievaluasi untuk mendeteksi penyakit
lain yang di tularkan lewat darah.
3. Masa pemulihan
Masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan
gejala yang lengkap kadang-kadang membutuhkan waktu 3 dan 4
bulan atau lebih lama lagi. Selama stadium pemulihan ini,
pengembalikan aktifitas fisik yang berangsur –angsur diperolehkan
dan harus dianjurkan sesudah gejala ikterus menghilang.
4. Pertimbangan psikososial
Pertimbangan psikososial harus dikenali oleh
perawat,khususnya akibatkan pengisolasian dan pemisahan pasien
dari keluarga serta sahabat mereka selama stadium akut dan
infektif. Percenaan khusus diperlukan untuk meminimalkan
perubahan dalam persepsi sensorik. Keluarga perlu diikutsertakan
untuk mengurangi rasa takut dan cemas dalam diri pasien tentang
penularan penyakit tersebut.
5. Pendidikanpasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Karena masa penyembuhan yang lama, pasien beserta
keluarganya harus dipersiapkan untuk perawat di rumah.
Tersedianya kesempatan untuk cukup beristirahat dan
mendapatkan nutrisi yang lebih baik harus sudah dapat dipastikan
sebelum pasien dipulangkan. Anggota keluarga dan sahabat yang
memiliki hubungan erat dengan pasien harus mendapatkan
23
informasi tentang resiko terjangkit hepatitis B dan bagi mereka
harus diupayakan untuk mendapatkan vaksin hepatitis B atau
preparat imun globulin hepatitis B. Individu yang beresiko harus
waspada terhadap tanda-tanda dini hepatitis B mengetahui cara-
cara untuk mengurangi resiko tersebut. Pasien dengan hepatitis
harus diingatkan untuk menghindari konsumsi minuman
berakohol.
b. Medis
Tujuan pengobatan VHB menurut Linda A. Sowden 2002
adalah untuk mencegah atau menghentikan radang hati ( liver
injury ) dengan cara menekan replikasi virus, obat- obat yang
digunakan untuk menyembuhan hepatitis B antaranlain obat
antivirus, dan imunomulator dan didasarkan pada gejala yang ada.
Berikut ini adalah obat - obatan yang dapat digunakan :
1. Globulin imun (Ig) digunakan sebagai profilaksis sebelum dan
sesudah terpajan hepatitis A ( diberikan dalam waktu 2 minggu
setelah pemajanan )
2. HBIG diberikan sebagai profilaksis setelah pemajaan ( tidak
divaksinasi: diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB.
Divaksinasi: diberikan per IM ditambah dosis booster.
Perinatal: 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran ).
3. Vaksin hepatitis B (heptavax-B)__digunakan untuk mencegah
munculnya hepatitis B (perinatal: diberikan per IM dalam 12
24
jam setelah kelahiran ; diulangi pada usia 1 dan 6. Anak-anak
yang berusia kurang dari tahun :tiga dosis IM (paha
anterolateral/ deltoid );dua dosis pertama diberikan berselang 1
bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.
Anak – anak yang berusia lebih dari 10 tahun: diberikan tiga
dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang
menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan
sindrom down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya
risiko memperoleh infeksi hepatitis B ini )
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Mengkaji nama, No MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin,
alamat, tamggal masuk RS, penanggung jawab, riwayat alergi (obat,
makanan, dll), alat bantu yang dipakai, pendidikan, suku bangsa, status
perkawinan, ruang, diagnose medik, yang merujuk.
b. Riwayat Kesehatan
1) Mengkaji kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, riwayat kontak dengan penderita hepatitis,
riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan terlarang.
25
Mendapatkan tranfusi darah/ cuci darah. Riwayat kebiasaan makan
diet timggi lemak.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang keluhan pasien biasanya pada
gejala awal selama periode prodromol, meliputi nyeri otot, nyeri
sendi, sekit kepala, lemak anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas, penurunan nafsu makan dan gejala dehidrasi.
Pada fase ikterik akan timbul gejala seperti. Ikterus, urine gelap,
fase berwarna terang , dan pruritus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
hepatitis B sebelumnya. Riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
Biasanya terjadi peningktan berat badan akibat penumpukan cairan
di abdomen (Asites), tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran.
2. Tanda – tanda vital
Biasanya suhu tubuh meningkat, TD meningkat, nafsu cepat dan
dangkal kesadaran compos mentis.
3. Kepala
Inspeksi : biasanya bentuk kepala lonjong, rambut bersih, beruban
dan rontok.
26
Palpasi : biasanya tidak ada massa atau lesi.
4. Mata
Inspeksi : biasanya isokor (simetris), sclera ikterik, konjungtiva
anemis.
5. Hidung
Infeksi : biasanya tidak terdapat polip, pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret, tidak terpasang ala bantu pernafasan.
6. Mulut dan gigi
Inspeksi : biasanya mukosa mulut kering, lidah bersih, tidak
terdapat caries gigi, bau mulut, bibir gigi pucat.
7. Leher
Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada pembesaran atau benjolan
Palpasi : Biasanya tidak dapat pembesaran kelenjer tyroid.
8. Dada/ thorak
Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Biasanya pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Biasanya tidak ada suara ambahan seperti whwzing
rochhi.
9. Jantung
Inspeksi : Biasanya ictus tidak terlihat
Palpasi : Biasanya ictus teraba 1 jari medical bedah RIC V
Perkusi : BIasanya bunyi redup
Auskultasi : Biasanya bunyi jantung normanl
27
10. Abdomen
Inspeksi : Biasanya perut pasien tampak membesar
Palpasi : Biasanya pembesaran hati dengan pinggirnya lancip dan
limfa biasanya juga ikut membesar tergantung pada stadiumnya,
edema, nyeri tekan
Auskultasi : biasanya bising usus (+) 8x menit
Perkusi : Biasanya timpani
11. Genitaurinaria
Biasanya genitalia bersih, dan tidak ada terpasang alat bantu.
12. Ekstremitas
Biasanya keluhan nyeri otot dan sendi pada tangan dan kaki terjadi
ikterik
13. Sistem intragumen
Pasien dengan hepatitis biasanya turgor kulit jelek, karna
kurangnya pemenuhan nutrisi dan kekurangan cairan ditandai kulit
tampak kering
14. Sistem neurologi ( diperiksa lebih rinci jika ada pasien mengalami
penyakit yang berhubungan dengan system neurologi )
a. Glascow coma score : biasanya 15
b. Tingkat kesadaran : biasanya compos menti
28
d. Data pola kebiasaan sehar –hari
No Pola kebiasaan sehari
hari
Sehat sakit
1
2
Nutrisi
a. makanan
b. Minuman
Eliminasi
a. Miksi
b. Defekasi
Biasanya klien makan
3x sehari, tidak ada
keluhan dalam
pemenuhan nutrisi.
Biasanya klien minum 750
cc dalam sehari
Biasanya warna urine
klien jernih dan tidak ada
gangguan.
Biasanya tidak ada
kesulitan dalam konstipasi,
feces tidak ada perubahan.
Biasanya hilang nafsu
makan (anoreksia),
mual muntah nyeri ulu
hati
Biasanya klien hanya
sedikit akibat dari
penumpukan cairan
ditubuhnya.
Biasanya klien
mengalai penurunan
frekuensi urine, berat
urine berkurang,terjadi
perubahan warna urine
menjadi gelap.
Biasanya klien
kesulitan dalam
konstipasi,faces
berubah menjadi
29
3
4
Istirahat dan tidur
Aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri
Tidak ada gangguan dalam
istirahat dan tidur.
Klien mendiri melakukan
aktivitas sehari-hari
pucat/malena.
Biasanya klien
mengalami kelemahan
malaise,kelelahan,gan
gguan tidur,gelisah
atau somnolen.
Biasanya kesulitan
menurunkan
kondisi,contoh tak
mampu bekerja
mempertahankan
fungsi peran dalam
keluar
e. Data social ekonomi
Biasanya akan terjadi masalah keuangan yang dialami keluarga saat
pasien sakit karena membutuhkan biaya yang sangat mahat.
f. Data psikososial
Biasanya pada pasien hepatitis pasien akan merasa malu dengan
adanya tindakan isolasi danprasaan kesehatan yang diberikan pihak
rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan dirumah. Ada nya rasa malu
30
inilah penyebab pasien membatasi interaksi social dengan lingkungan
sekitar. Pasien takut akan penyebaran virus kepada keluarga dan teman
g. Data spiritual
Biasanya ibadah pasien terganggu karena pasien mengalami
kelemahan.
h. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigme
1. Urobilirubin direk
2. Bilirubun serum total
3. Bilirubin urinn
4. Urobilinogen urine
5. Urobilinogen fases
b. Pemeriksaan protein
1. Protein totel serum
2. Albumin serum
3. Globulin serum
4. HbsAG
c. Waktu protombin
1. Respon waktu protombin terhadap vitamin k
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1. AST atau SGOT
2. ALT atau SGPT
31
3. LDH
4. Amonia serum
2. Radiologi
a. Foto rontgen abdomen
b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose
Bengal yang berlabel radioaktif
c. Kolestogram dan kalangiogram
d. Arteriografi pembulu darah seliaka
2. Diagnosa keperawatan,
Padila, S.Kep,
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkaan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan akspansi paru.
32
3. Rencana Keperawatan
N
O
Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas,
gangguan absorbs dan
metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolic
karena anoreksia, mual
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi
secara adekuat
KH :
Penunjukkan peningkatan
beat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari
tanda-tanda mal nutrisi
1. Ajarkan dan bantu klien untuk
istirahat sebelu makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah
kalori, tawarkan makan sedikit
tapi sering dan tawarkan pagi
tapi sering
3. Pertahankan hygiene mulut
yang baik sebelum makan dan
sesudah makan
1. Keletihan berlanjut
menurunkan keinginan untuk
makan
2. Adanya pembesaran hepar
dapat menekan gastrointestinal
dann menurunkan kapasitasnya
3. Akumulasi pertikel makanan
dimulut menabah baru dan rasa
tak sedap yang menurunkan
nafsu makan
33
dan muntah. 4. Anjurkan makan pada posisi
duduk dan tegak
5. Berikan diet tinggi kaori,
rendah lemak.
1. Kalaborasi dengan individu
4. Menurunkan rasa penuh pada
abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
5. Glukosa dalam karbohidrat
cukup efektif untuk pemenhan
energi, sedangkan lemak sulit
diserap/dimetabolisme sehingga
akan memmbebani hepar
34
2 Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan
dengan pembengkaan
hepar yang mengalami
inflamasi hati dan
bendungan vena porta
Tujuan;
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan,diharapkan
nyeri berkuang/hilang, klien
tidak mengeluh nyeri,klien
terlihat tenang.
KH;
Menunjukkan tanda-tanda
nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan,menangis
intensitas dan lokasinya)
untuk menentukan metode yang
dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
2. Tunjukkan pada klien
penerimaan tentang respon
klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan klien
1. Nyeri yang berhubungan
dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula
hati,melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2. Klienlah yang harus mencoba
meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
35
tentang nyerin ya
3. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama
nyeri akan berakhir, bila
diketahui
4. Bahas dengan dokter
penggunaan analgetik yang tak
mengandung efek hepatotoksi
1. Monitor tanda vital : suhu
3. Klien yang disiapakan untuk
mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan
( cenderung lebih tenang
dibandingkan klien yang
penjelasana kurang/tidak
terdapat penjelasan )
4. Kemungkinanan nyeri sudah tak
bias dibatasi dengan teknik
untuk mengurangi nyeri
1. Sebagai indicator untuk
36
3 Hypertermi berhubungan
dengan invasi agent dalam
sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
Tujuan;
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan suhu tubuh
kembali normal
KH;
Tidak terjadi peningkatan
suhu
badan
2. Ajarkan klien pentingnya
mempertahankan cairan yang
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)
untuk mencegah
dehidrasi,misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada
lipatan ketiak dan femur
4. Anjurkan klien untuk memakai
mengetahui status hypertermi
2. Dalam kondisi demam terjadi
peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi.
3. Menghambat pusat simpatis di
hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
erangsang kelenjer keringat
untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan.
4. Kondisi yang mengalami
37
4 Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan asites
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan,diharapkan
kelebihan volume cairan dapat
teratasi (intek dan output
seimbang)
KH:
Mempertahankan volume
pakaian yang menyerap
keringat
1. Kaji tanda-tanda vital
observasi peningkatan tekanan
darah.
2. Batasi asupan nutrisi dan cairan
jika diperlukan.
3. Catat asupan dan halunan
cairan.
4. Ukur dan catat lingkaran perut
lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur.
1. Sebagai dasar untuk
menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Meminimalkan pembentukan
asietes dan edema menilai
efektivitas terapi.
3. Menilai efektivitas terapi dan
kecukupan asupan cairan.
4. Memantau perubahan pada
38
5 Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit dan
jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi
cairan normal dibuktikan oleh
tidak adanya udema, turgot
kulit baik, tanda-tanda vital
stabil frekuensi nadi dan irama
dalam rentang yang
diharapkan ( N:60 80
kali/menit)
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan
integritas kulit.
KH :
- Menunjukan jaringan
kulit/kulit ultah bebas
ekskoriasi
setiap hari.
5. Jelaskan rasional pembataskan
nutrium dan cairan.
1. Pertahankan kebersihan tanpa
menyebabkan kulit kering
2. Cegah penghangatan yang
berlebihan dengan pertahankan
pembentukan asietes dan
penurunan cairan.
5. Meningkatkan pemahaman dan
kerja sama pasien dalam
menjalani dan melaksanakan
pembatasan cairan.
1. Kekeringan meningkatkan
sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf.
2. Penghangatan yang berlebihan
menambah puritus dengan
39
pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
- Melaporkan tak ada/
penurunan
pruritus/lecet.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan,diharapkan pola
suhu ruang dingin dan
kelembababan rendah,hindari
pakaian terlalu tebal
3. Anjurkan tidak menggaruk,
instruksikan klien untuk
memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan
menggaruk
4. Pertahankan kelembapan
ruangan pada 30%-40% dan
dingin.
1. Pantau frekunsi kedalaman dan
upaya repirasi.
meningkatkan sensitivitas
melalui vasodilatasi.
3. Penggantian merangsang
pelepasan hidtamin,
menghasilkan lebih banyak
pruritus.
4. Pendinginan akan menurunkan
vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan.
1. Pernafasan dangkal/cepat
kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam
40
6 Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
gangguan akspansi paru.
pernafasan normal /efektif dan
pola nafas adekuat.
KH:
1. Menunjukkan pola nafas
efektif (lambat dan
dalam).
2. Respirasi dalam batas
normal ( R:16-24
kali/menit).
3. Menunjukkan status
pernafasan ventilasi tidak
terganggu.
2. Akumulasi bunyi nafas
tambahan.
3. Berikan posisi semi powler.
4. Berikan latihan nafas dalam
batuk efektif.
5. Pantau adanya pucatdan
sianosis.
6. Kalaborasi dalam pemberian
oksigen sesuai indikasi.
abdomen.
2. Kemungkinan menunjukkan
adanya akumentasi cairan
3. Memudahkan pernafasan
dengan penurunan tekanan pada
diafragma.
4. Membaantu akspansi paru dalam
mobilisasi lemak.
5. Menunjukkan hipoksemia dan
gagal pernafasan.
6. Mungkin perlu untuk
mengobati/mencegah hipoksia.
41
4. Implementasi
Merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoda penelitian
Metode penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan tipe study yang
dilaksanakan terhadap salah seorang klien dengan hepatitis B.
B. Lokasi
Lokasi pengambilan kasus adalah Unit Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP
DR.M.Djamil padang,dengan beberapa pertimbangan yaitu :
a. RSUP DR.M.Djamil padang merupakan top reveral di Sumatra Barat
yang mempunyai fasilitas yang memadai dan peralatan yang menunjang.
b. RSUP .DR.M.Djamil padang merupakan rumah sakit pendidikan dan
lahan Praktek Mahasiswa Pendidikan Ahli Madya Keperawatan.
C. Teknik pengumpulan data.
a. Teknik wawancara
Wawancara dilakukan langsung pada klien dengan menggunakan format
pengkajian klien dengan Hepatitis B yaitu mengenai riwayat kesehatan,
pola kebiasaan sehari-hari, data social ekonomi,data psikososial dan
spiritual.
b. Teknik Observasi dan Pengukuran.
43
Observasi dilakukan dengan cara inspeksi dan pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat seperti thermometer,tensimeter,dan timbangan
yang dilakukan pada pemeriksaan fisik.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yaitu
dengan melihat data-dat tentang klien yang telah didokumentasikan baik
dari hasil pemeriksaan laboratorium,rontogen, catatan keperawatan dan
catatan tim kesehatan lainnya.
D. Sumber data
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah klien .dari sumber data primer ini dapat
diperoleh data subjektif dengan melakukan wawancara langsuang dengan
klien dan onjektif dengan melakukan observasi ataupun pemeriksaan fisik
secara langsung terhadap klien.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah semua orang yang mengetahui keadaan klien
yang dapat diwawancarai,dan anggota tim kesehatan serta semua informasi
dari hasil pencatatan.Data yang diperoleh dari sumber sekunder adalah
data objektif.
E. Jenis data
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari klien, yang merupakan
segala perasaan klien atau keluhan yang dirasakan.
44
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang didapatkan dari hasil observasi atau
pengamatan, hasil pemeriksaan ataupun hasil pengukuran.
F. Pengelolahan data
Data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan kemudian diolah
secara manual dengan jalan mengklasifikasi, menginterprestasikan dan
mendokumentasikan, selanjutnya disajikan secara tekstular.
45
top related