program studi psikologi jurusan … · menyelesaikan skripsi dan memberikan banyak cerita dan ......
Post on 30-Jul-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STUDI FENOMENOLOGI MENGENAI PENGALAMAN
NARAPIDANA KATEGORI RESIDIVIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Olga Sancaya Dyah Permatasari
119114132
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan tuhan jerih payahmu tidak sia-sia -
Korintus 15:58
Eagle Always Flies High – Olga
Semesta mencintai orang-orang yang tangguh dan setia dalam setiap
perjuangan – Dr. Y. B. Cahya Widiyanto, M. Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini menjadi bagian dari tugas yang diberikan
oleh Allah Bapa di surga Yang Maha Pengasih dan Maha Baik
dan sebagai bentuk dedikasiku kepada ilmu psikologi
serta kepedulianku terhadap dunia kriminal
Keluarga ku tersayang
Papa dan Mama yang tidak pernah bosan untuk mengingatkanku
Mbak Dita
Dosen Pembimbingku yang luarbiasa
Dr. Y. B Cahya Widiyanto, M. Si.
Kawan-kawanku yang tak pernah lekang oleh waktu dan setia
mendorongku untuk berjuang
Willa, Tammy, Linda, Mas Indra, Mas Aconk, Mas Andi, dan kawan-
kawan lain yang tidak dapat kusebutkan satu persatu
Seorang yang terkasih yang telah berjasa membantuku menyelesaikan
tugas ini (K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STUDI FENOMENOLOGI MENGENAI PENGALAMAN NARAPIDANA
KATEGORI RESIDIVIS
Olga Sancaya Dyah Permatasari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika pengalaman dan pola pengalaman
serupa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode analisis
fenomenologi interpretatif. Informan pada penelitian ini adalah narapidana laki-laki dengan
kategori residivis berjumlah 4 orang yang menjalani masa hukumannya di dalam Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan. Pengumpulan data menggunakan model wawancara
semi-terstruktur. Hasil yang didapatkan adalah pengalaman yang kurang menyenangkan,
pendidikan rendah, pergaulan yang salah, kehidupan hedonis, lingkungan yang kurang sehat,
kebutuhan hidup, labelling dan stereotip menjadi sebab yang melatarbelakangi keseluruh
informan terus melakukan kejahatan repetitif serta dtemukan pola-pola serupa dan faktor lain
yang bersifat laten.
Kata kunci: residivis, pengalaman, kejahatan repetitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PHENOMENOLOGICAL STUDY ABOUT EXPERIENCE REPEATED
OFFENDER
Olga Sancaya Dyah Permatasari
ABSTRACT
The purpose of this study was to determined the reason that caused prisoners repeated
offender category continuosly repeating their crimes through the analysis of their
experiences in living. The main question that asked was how an experience could reveal the
causes that became the prisoner’s reason to continuosly repeating their crimes ? The type of
this research was qualitative interpretative phenomenology analysis (IPA) method. The
informant of this study were male prisoners that have been arrested and served their
sentences in Correctional Institution Class II B Cebongan. The data was collected by
informal interview method which the interview depends on the interviewer and on the
spontanity in interviewing the informants to have the natural data. The results showed that
unpleasant experiences, low education, bad association, hedonist life, bad society, needs,
labelling, and stereotype, became the caused of the reason for informant to did their
repetitive crimes repeated.
Keywords: repeated offender, experiences, repetitive crime
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kebaikan, pertolongan dan
bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Studi Fenomenologi Mengenai Pengalaman Narapidana Kategori Residivis”
dengan baik. Sebuah karya tidak akan lengkap tanpa adanya kontribusi dari orang-
orang di sekitar penulis, bahwa sebuah keberhasilan penelitian ini juga didukung
oleh banyak hal. Banyak pihak yang mendukung dan juga memberikan bantuan
dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. T.Priyo Widianto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Program
Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr.Yohannes Babtista Cahya Widiyanto S.Psi., M.Si selaku dosen
pembimbing yang selalu mendukung, memberikan banyak pengetahuan, dan
nilai-nilai dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si selaku Dosen yang memberikan banyak saran
dalam penelitian dan merekomendasikan penulis kepada seseorang yang
luarbiasa untuk membimbing penelitian.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak sekali ilmu
kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Seluruh karyawan/staff Fakultas Psikologi: Mas Muji, Bu Nanik, Mas
Gandung, Pak Gi dan student staff lainnya atas bantuan dan fasilitas yang
disediakan.
7. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan kesadaran dan semangat dan
terkadang ketegangan karena selalu diburu-buru untuk segera menyelesaikan
skripsi. Aku sayang kalian.
8. Ibu Widya selaku Kepala bagian di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan
Ham atas bantuan dan dukungannya selama proses penyelesaian skripsi.
9. Kakakku yang cuek, terima kasih kiriman oleh-oleh botol stainless steel yang
berjasa menemamiku penulis berperang melawan rasa haus ketika
menyelesaikan skripsi dan juga dukungan moralnya.
10. Tanpa adanya informan maka skripsi ini tidak akan pernah selesai. Terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada 4 informanku, kisah pengalaman kalian
sungguh berkesan dan atas pengalaman teman-teman informan, ilmu
pengetahuan di dunia kriminal semakin bertambah.
11. Sahabat-Sahabat penulis yang selalu menyertai dengan memberikn banyak
motivasi, nasihat, dan candaan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai pada waktunya. Aku sayang kalian: Tammy, Linda, Wila, Mas Aconk,
Mas Andi, Mas Indra, dan Kang Ageng.
12. Teman-temanku yang luarbiasa terima kasih untuk seluruh dinamika yang
sudah kita lakukan bersama sehingga penulis semakin memiliki banyak ide,
semangat, dan juga kebahagiaan : Anton, Boncel, Ghea, Adhigor, Netty,
Hargie, Mbak Ari, Dara, dan Ocha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
13. Teman-teman psikologi 2011 yang sulit didefiniskan, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya karena ini saya bersemangat untuk segera
menyelesaikan skripsi dan memberikan banyak cerita dan kenangan yang
tidak akan pernah peneliti lupakan.
14. Teman, sahabat, kerabat, dan orang-orang yang mungkin tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terimakasih.
Yogyakarta, 22 Juni 2016
Olga Sancaya Dyah Permtasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing.......................................................... ii
Halaman Pengesahan.......................................................................................... iii
Halaman Motto .................................................................................................. iv
Halaman Persembahan ....................................................................................... v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ................................................................. vi
Abstrak................................................................................................................ vii
Abstract .............................................................................................................. viii
Lembar Persetujuan Publikasi ............................................................................ ix
Kata Pengantar ................................................................................................... x
Daftar Isi ............................................................................................................ xii
Daftar Gambar ................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ................................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Pertanyaan Peneitian ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................10
D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Pengalaman .............................................................................................. 12
B. Pemaknaan ............................................................................................... 14
C. Narapidana ............................................................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
D. Residivis .................................................................................................. 18
E. Kejahatan ................................................................................................. 21
1. Pengertian Kejahatan ................................................................... 21
a. Pengertian secara praktis ................................................. 21
b. Pengertian secara yuridis ................................................. 22
2. Kejahatan dilihat dari segi sosiologis .......................................... 22
3. Kejahatan dilihat dari segi psikologis .......................................... 23
4. Penjelasan kejahatan dilakukan oleh laki-laki ............................. 24
5. Penjelasan psikologis atas kejahatan ........................................... 26
6. Faktor-faktor yang meyebabkan timbulnya kejahatan ................ 27
F. Pengalaman Kejahatan ............................................................................ 30
G. Lemabaga Pemasyarakatan ..................................................................... 31
1. Fungsi .......................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 34
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ..................................................... 34
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 35
C. Informan Penelitian ................................................................................. 35
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 36
E. Pedoman Wawancara .............................................................................. 38
F. Metode Analisis Data .............................................................................. 39
G. Prosedur Analisis Data ............................................................................ 39
H. Kualitas Penelitian ................................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ............................................ 43
B. Profil Informan Penelitian ........................................................................ 45
C. Hasil Analisis ........................................................................................... 46
1. Informan I (Inisial V, 22) ............................................................. 46
2. Informan II (Inisial S, 39) ............................................................ 51
3. Informan III (Inisial B, 37) .......................................................... 59
4. Informan IV (Inisial R, 24) .......................................................... 74
D. Dinamika Pengalaman ............................................................................. 84
1. Informan I (22) ............................................................................. 84
2. Informan II (39) ........................................................................... 85
3. Informan III (37) .......................................................................... 88
4. Informan IV (24) .......................................................................... 92
E. Pola Pengalaman ...................................................................................... 96
A. Pengalaman serupa yang membentuk pola ........................................ 96
1. Pengalaman kurang menyenangkan ............................................. 96
a. Perceraian kedua orang tua .............................................. 96
b. Tidak diasuh oleh orang tua ............................................. 97
c. Yatim Piatu ...................................................................... 98
d. Perlakuan tidak adil ........................................................ 100
2. Pendidikan rendah ...................................................................... 100
3. Pergaulan yang salah .................................................................. 101
4. Ketergantungan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan
aksi kejahatan ............................................................................. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
5. Mendapakan labelling bernilai positif ........................................ 103
B. Pengalaman sebagai penguat untuk melakukan kejahatan
berulang............................................................................................. 104
1. Kehidupan hedonis menimbulkan adiksi dan keputusan
reaktif.......................................................................................... 104
2. Lingkungan yang tidak sehat ...................................................... 105
3. Labelling bernilai negatif berupa
stereotip....................................................................................... 106
F. Kesimpulan dinamika dan pola
pengalaman............................................................................................. 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 120
A. Kesimpulan ............................................................................................ 120
B. Kelemahan penelitian ............................................................................. 122
C. Saran ....................................................................................................... 123
1. Bagi pemerintah
.....................................................................................................123
2. Bagi kelaurga dan lembaga pendidikan ......................................123
3. Bagi masyarakat .........................................................................124
4. Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI ........................................... 124
5. Bagi peneliti yang selanjutnya ................................................... 124
6. Bagi informan ............................................................................ 125
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara ........................................................... 38
Tabel 2. Identitas Informan .................................................................................. 45
Tabel 3. Pelaksanaan Wawancara ........................................................................ 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema informan I ............................................................................. 107
Gambar 2. Skema informan II ............................................................................ 108
Gambar 3. Skema informan III .......................................................................... 109
Gambar 4. Skema informan IV .......................................................................... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Verbatim ........................................................................... 130
Lampiran 2. Contoh Master Table .................................................................... 223
Lampiran 3. Informed Consent ......................................................................... 250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kasus kejahatan bukan lagi sesuatu yang asing di telinga seringkali kita
banyak mendengar dari media bahwa dari hari ke hari kasus kejahatan
semakin meningkat, selain itu banyak orang-orang yang sudah keluar
kemudian masuk kembali ke dalam lembaga pemasyarakatan. Mereka
kembali melakukan aksi kejahatan beberapa saat setelah dibebaskan dari
hukuman pidana penjara. Tindak kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan
oleh orang-orang baru saja, seringkali mantan narapidana juga banyak yang
melakukan tindak kejahatan berulang.
Narapidana dengan kategori residivis merupakan, seseorang yang
melakukan tindakan kejahatan ulang dalam periode waktu tertentu. Seperti
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bahwa seseorang
dapat dikatakan sebagai residivis, jika ia melakukan kejahatan dalam masa
tenggang dari keberhasilan pembinaan yang telah ditentukan, jangka waktu
yang ditentukan yaitu 2 tahun (Muhammad, 2013). Pada kejahatan berulang,
sifat dari kejahatan berulang tidak harus selalu sama seperti yang sebelumnya
pernah dilakukan oleh mantan narapidana, jenis kejahatan dapat berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kejahatan baru yang belum pernah dilakukan oleh bekas narapidana yang
bersangkutan Teguh, 2010).
Sebagai ilustrasi telah terjadi aksi kejahatan di daerah Pangkalan Bun,
seorang residivis kasus pencabulan yang baru saja keluar dari penjara dan
masih dalam proses bebas bersyarat, kembali melakukan tindakan kejahatan.
Pelaku membunuh korban bernama Enor (21) yang merupakan kekasihnya.
Pelaku membunuh korban dengan kaki palsu yang dipakainya hingga tulang
iga korban patah. Sebelum membunuh pelaku sempat menyetubuhi korban.
Motif dari pembunuhan ini adalah desakan ekonomi, sejak awal pelaku sudah
berniat untuk mencuri motor yang dimiliki korban. (Radar Jogja, 28 Maret
2015). Contoh ilustrasi aksi kejahatan yang lain terdapat kasus pencurian
motor, uang, dompet, dan handphone di Samiran Parangtritis, Kretek, Bantul.
Pelaku merupakan seorang residivis kasus perampasan (Kedaulatan Rakyat
Online, 30 Mei 2015). Hingga bulan Juni, masih terus tersiar berita kejahatan
yang dilakukan oleh seorang residivis. Kejahatan dilakukan oleh seorang
residivis kasus pembunuhan di wilayah Mlati tahun 2007 silam. Pelaku
bernama Ar alias Armek (30) warga Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Diduga
kembali melakukan aksinya, pelaku diduga melakukan pencurian di wilayah
Sekip Sinduadi, Mlati, Sleman. (Kedaulatan Rakyat Online, 1 Juni 2015).
Beberapa berita tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa kejahatan
repetitif masih terus terjadi dari bulan ke bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Mengambil sepotong kisah pengalaman dari salah satu informan dalam
penelitian ini mengisahkan pengalaman kejahatan informan kedua dalam
penelitian ini, yang mengantarkannya pada pilihan untuk melakukan kejahatan
adalah adanya himpitan ekonomi pada saat itu. Ia pun tidak memiliki
keterampilan lain selain menjadi seorang sopir hingga akhirnya memilih
untuk bergabung dengan teman-temannya untuk merampok. Hingga pada titik
puncaknya ia berusaha keras ingin keluar dari lingkungan kejahatan tersebut
namun hingga saat ini usaha yang ia lakukan belum mampu membebaskannya
dari dunia kejahatan. Informan tersebut masih berstatus sebagai narapidana
dengan kategori residivis pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman.
Paparan beberapa informasi di atas menjadi bukti konkret bahwa kejahatan
berulang tidak hanya sekedar kejahatan yang bisa dipahami sebagai kejahatan
yang biasa. Pengalaman dan latar belakang seseorang dapat menmbentuk
sebuah keterkaitan yang penting yang merujuk pada keputusan para
narapidana kategori residivis melakukan kejahatan dan terus berulang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali Amran (2003) dalam tesisnya yang
berjudul “Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya
Residivisme” mendapati bahwa terdapat empat faktor yang mendorong
terjadinya residivisme di dalam empat lingkungan yang dilaluinya, empat
lingkungan tersebut meliputi : tempat tinggal responden, lingkungan peradilan
pidana terdapat proses kriminilisasi berbentuk kekerasan yang dilakukan oleh
polisi saat melakukan penangkapan, penahanan, dan persidangan, kemudian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dalam lembaga pemasyarakatan terdapat budaya kriminal yang membuat
seseorang menjadi semakin jahat dan semakin kuat karena bergaul dengan
penjahat tangguh, dan adanya cap yang diberikan masyarakat setelah
responden keluar dari lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Indra Widya Nugraha dan Zainal Abidin (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul “Motivasi Kejahatan Repetitif Residivis di Lembaga
Pemasyarakatan Pati” menemukan bahwa residivis melakukan kejahatan
didorong oleh faktor internal yang meliputi : kontrol diri lemah, ketagihan,
habbit/ kebiasaan, niat, keahlian / skill, serta gaya hidup. Faktor lain yang
mendorong residivis melakukan kejahatan adalah faktor eksternal yang
meliputi : kondisi lingkungan, pengaruh dari orang lain, dan adanya faktor
ekonomi, serta mendapat stigma dari masyarakat sebagai mantan narapidana.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi.
Paparan beberapa berita dan penelitian di atas menunjukkan bahwa
kejahatan berulang menjadi sebuah fenomena yang masih terus berlanjut.
Lembaga pemasyarakatan diciptakan sebagai sarana atau tempat untuk
merehabilitasi dan memberikan efek jera kepada narapidana, realita yang
terjadi adalah masih banyak narapidana yang kebal dengan hukum dan sistem
pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan. Apakah masih ada hal lain
yang masih belum terungkap, sebab yang kemudian menjadi latar belakang
seseorang terus mengulangi perbuatan kejahatan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Suatu kejahatan tidak semata-mata muncul secara acak, ada sebab yang
mengikuti atau melatarbelakangi, pengalaman dan latar belakang seseorang
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Paul Brantingham and Patricia
Brantingham (2008) mengungkapkan jauh sebelum individu memutuskan
untuk melakukan tindakan kriminal, individu tersebut memiliki aktifitas non-
kriminal yang kemudian dapat ikut membantu seseorang menciptakan sebuah
keputusan yang berhubungan dengan aktifitas kriminal. Dalam suatu aktifitas
yang dilakukan seseorang akan dihadapkan pada sebuah keputusan, keputusan
dalam beraktifitas tersebut membentuk suatu pola rutinitas yang kemudian
berubah menjadi kegiatan regular. Aktifitas regular kemudian membentuk
suatu pola abstrak. Pada konteks keputusan berkomitmen pada kegiatan
kriminal hal ini disebut sebagai crime template. Brantingham dan
Brantingham, Cornish dan Clarke, Cromwell (dalam Wortley, 2008)
mengatakan bahwa pengembangan sebuah keputusan rutin, baik kriminal
maupun kriminal melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan
yang bekerja. Cusson (dalam Wortley, 2008) menjelaskan bahwa hal yang
mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal yang
objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat terpenuhi.
Selain itu, sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau
kebutuhan merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti
kebutuhan akan ekonomi atau emosional. Teori tersebut menggambarkan
secara general bagaimana seseorang mulai masuk ke dalam suatu tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kejahatan yang di awali dari beberapa faktor yang salah satunya sudah
disebutkan di atas.
Dalam konteks ilmu psikologi yang mempelajari manusia sebagai individu
yang unik beserta juga dengan pengalamannya, kita tidak dapat meninggalkan
ciri khas tersebut dan hanya berpacu pada satu hasil penelitian. Jika
dikembalikan lagi kepada diri individu seperti yang diungkapkan oleh
Kierkegaard (dalam Zainal, 2007) mengenai analisis eksistensial, bahwa
dalam setiap kajian tentang manusia, yang pertama kali harus dilakukan
adalah bagaimana menempatkan subjkektivitas atau pengalaman subjektif
manusia sebagai faktor penting yang harus diberi tempat. Tidak semua hal
dari dalam diri manusia dapat dikuantifikasikan ke dalam angka-angka
(statistik) dan pengukuran fisik-mekanistik (biologi) saja, sebab pada setiap
diri manusia terkandung makna atau nilai personal yang tidak bisa
dikuantifikasikan dan tidak bisa dijelaskan secara biologis (Zainal, 2007).
Setiap manusia adalah unik beserta dengan pengalamannya akan mengikuti.
Kierkergard (dalam Zainal, 2000) percaya bahwa pada prinsipnya manusia
bukan makhluk yang selalu rasional, bukanlah robot yang tidak memiliki
kehendak dan perasaan tetapisebagai makhluk yang mampu “merasa” dan
“menghendaki” secara bebas. Perilaku dan peristiwa di dalam hidupnya tidak
selalu didasari oleh rasio, tetapi juga pada pilihan bebas dan emosi
spontannya. Peneliti melakukan penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
melihat fenomena kejahatan repetitif dengan memegang sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
manusia adalah makhluk yang unik, setiap peristiwa di dalam pengalamannya
berbeda-beda meskipun secara kontekstual (hukum) dinyatakan perbuatan
kejahatannya sama dengan motif yang kita ketahui sama antara satu dengan
yang lainnya.
Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti karena selama ini banyak
peneliti tidak membahas dari sisi dinamika psikologis atas pengalaman yang
dilalui oleh para narapidana kategori residivis sebagai manusia yang unik
bahwa pengalaman-pengalaman signifikan tersebut juga mengandung
dinamika psikologis yang ikut andil dalam mempengaruhi perilaku, keputusan
dan kehidupan seseorang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengambarkan
pola-pola pengalaman serupa dan disertai dengan pola dinamika psikologis
yang sama, muncul sebagai akibat dari interaksi pelaku dengan
lingkungannya. Apa yang kemudian membuat para narapidana kategori
residivis tidak hanya melakukan kejahatan tetapi tergerak untuk memutuskan
melakukan kejahatan dan melakukan kejahatan berulang, sehingga mudah
untuk peneliti yang selanjutnya dan untuk bidang psikologi maupun jajaran
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI merancang sebuah solusi yang tepat guna dalam perbaikan
narapidana ke arah yang lebih baik.
Pendekatan kualitatif fenomenologis dipilih peneliti untuk mencapai
tujuan penelitain di atas, fenomenologi sendiri merupakan salah satu cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
untuk mencari makna-makna psikologis yang membentuk gejala melalui
investigasi dan analisis contoh-contoh gejala yang dialami dalam konteks
kehidupan para informan (Smith, 2006). Dengan menggunakan metode
kualitatif fenomenologi interpretatif peneliti mencoba memahami pengalaman
informan, pengalaman yang kemudian mencakup persepsi-persepsi, perasaan,
ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lainnya yang hadir dalam
kesadaran (Henryk, 1973). Husserl (dalam Brouwer, 1988) mengungkapkan
seseorang dengan pengalamannya belum tentu bahwa orang tersebut tahu
mengenai “Saya apa sebetulnya (siapa) atau saya bagaimana”.
Kurt Danziger, 1990 (dalam Sugiman, Gergen, Wagner, dan Yamada,
2008) menggaris bawahi “traditional forms of inquiry” dalam psikologi
berdasar pada konsepsi individual sebagai manusia. Pada manusia kapasitas
kemampuan kita untuk mengalami dan merespon pengalaman-pengalaman
jauh lebih besar daripada kapasitas kita untuk mengetahui sescara persis apa
yang kita lakukan atau mengapa kita melakukannya. Bisa menjadi mungkin
bahwa para residivis tidak memahami perbuatan kejahatannya, bisa menjadi
mungkin bahwa para residivis belum merefleksikan pengalaman kejahatannya
sehingga ia terus menerus mengulangi perbuatannya. Sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitan yang mengkaji tentang pengalaman-pengalaman
signifikan serta pola-pola dan dinamika psikologis yang memberikan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pada pemilihan keputusan untuk melakukan aksi kejahatan maka peneliti juga
menggunakan sudut pandang eksistensial.
Mungkin saja, faktor penyebab kejahatan di Indonesia dapat terus-
menerus berulang pada sebagian narapidana kategori residivis salah satunya
mungkin saja sistem pembinaan yang diberikan kurang tepat karena kurang
mempertimbangkan pengalaman dan latar belakang seorang narapidana
sebagai hal yang perlu diperhatikan. Ada banyak hal yang dapat digali melalui
pengalaman para narapidana, bagaimana ia memandang dan juga mungkin
memaknai pengalamannya. Sebab setiap perisitiwa, perilaku, dan keputusan
ada sebab yang menjadi latar belakang mereka kemudian memilih
berkomitmen dengan dunia kejahatan dan terus menerus mengulangi hal
tersebut. Ketika seseorang memilih melakukan suatu perilaku yang
bertentangan dengan moral yang dianut masyarakat umum, akan ada berbagai
macam alasan yang berbeda antara orang satu dengan orang lainnya. Kisah
pengalaman pribadi yang diceritakan setiap residivis akan dieksplorasi untuk
melihat tindakan-tindakan maupun isi kesadaran dengan objek-objek dan
makna-makna di dalam dunia para informan.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana dinamika dan pola pengalaman narapidana yang melakukan
kejahatan yang berulang ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Tujuan Penelitian
Melalui rumusan masalah yang sudah dirancang, tujuan dari penelitian
ini adalah mencoba memahami lebih mendalam dinamika pengalaman yang
juga berhubungan dengan dinamika psikologis dan pengalaman signifikan
para narapidana kategori residivis sebagai individu yang unik untuk
menangkap dan menggambarkan latarbelakang para narapidana terus kembali
melakukan kejahatan dan melihat apakah ada pola-pola serupa yang menjadi
faktor para narapidana kategori residivis memutuskan masuk ke dalam dunia
kejahatan. Sehingga didapatkan data mengenai penyebab kembalinya
kejahatan berulang pada narapidana yang sama melalui analisis fenomenologi
interpretatif.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi di bidang
Psikologi Sosial khususnya pada area lingkungan sosial kriminal yang
berkaitan dengan kejahatan berulang yang dilakukan oleh narapidana kategori
residivis, sehingga ditemukan data baru mengenai penyebab terjadinya
pengulangan kejahatan dengan mengkaji pengalaman narapidana kategori
residivis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Manfaat Praktis
Diharapkan melalui penelitian ini mampu menambah kazanah
pengetahuan baru yang ditujukan kepada jajaran Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI mengenai
penyebab apa saja yang membuat narapidana kategori residivis melakukan
kejahatan berulang sehingga muncul sistem pembinaan yang tepat guna bagi
narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Melalui
penelitian ini diharapkan akan membantu pemerintah dan lembaga
pemasyarakatan dalam memandang dan menyikapi fenomena kejahatan
berulang dengan lebih jeli, dengan begitu treatment dan pembinaan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan menjadi lebih efektif dan membantu mengurangi
kejahatan berulang di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Van Kaam (dalam Hall, 1993) menggambarkan pengalaman merupakan:
“... pengalaman-pengalaman, seperti tanggung jawab, kengerian, kecemasan,
keputusasaan, kebebasan, cinta, kekaguman, atau keputusan tidak dapat
diukur atau dieksperimentasikan, ... Pengalaman-pengalaman tersebut ada
begitu saja dan hanya dapat dijelaskan dalam keterberiannya.”
Manusia terlahir kemudian menjalani serangkaian peristiwa yang di
alaminya di dunia. Sekolah, berteman, menggapai cita-cita, pertikaian,
merasakan perasaan sedih, bahagia, kecewa, dan peristiwa yang lainnya
merupakan bentuk dari apa yang dinamakan pengalaman. Sebagai manusia
yang mengalami pengalaman tersebut kita menyadarinya sehingga
pengalaman yang dirasakan dan dialami dapat disebut sebagai pengalaman.
Brand (dalam Brouwer 1988) menegaskan di dalam sebuah pengalaman
terdapat alam. Alam ialah pengalaman dan pengalaman primer berarti saya
mengalami alam. Jika dunia dilihat secara fenomenologis corak pertama yang
muncul bukan dunia atau mengalami dunia, melainkan bentuk dari
pengalaman yaitu mengenai diri saya dari dunia, yang berarti kenyataan yang
terdapat di dunia selalu muncul sebagai dunia yang saya alami. Segala hal
yang kita alami dialami dalam satu perbuatan yaitu perbuatan dari saya. Setiap
individu adalah unik dan berbeda satu sama lainnya, keunikan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
membuat individu – individu memiliki makna atau nilai personal (Zainal,
2007). Pengalaman merupakan sesuatu yang kita alami dialami dalam suatu
perbuatan, untuk menjadi pengalaman seseorang harus menyadari
perbuatannya di dalam alam yang ia alami, kesadaran merupakan satu
kesatuan yang membentuk sebuah pengalaman dan keberadaan diri
(eksistensi).
Bagi Kierkegaard (dalam Zainal, 2000) manusia merupakan makhluk
yang memiliki kehendak bebas dan mampu merasa. Manusia pada dasarnya
identik dengan kebebasan, setiap manusia menciptakan diri dan dunianya
dengan kebebasannya. Sebuah peristiwa dan perilaku manusia tidak selalu
ditentukan oleh rasio. Peristiwa dan perilaku yang dipilih manusia seringkali
diputuskan menggunakan kebebasan dan emosi spontannya, tetapi kierkegaard
juga tidak menyetujui bahwa kebebasan selalu benar sebab kebebasan tidak
lepas dengan tanggung jawab, semua keputusan dan kebebasan dalam
memilih menjadi bagian dari tanggung jawab manusia untuk menerima
seluruh konsekuensinya secara pribadi.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman merupakan sebuah proses
dimana individu merasakan alam, mengalami alam primer yang menunjuk
pada diri saya dari dunia yang selalu muncul sebagai dunia yang “kualami” di
dalam kehidupan individu. Pengalaman melibatkan proses afektif, kognitif
dan psikomotor yang disadari oleh individu. Sebuah peristiwa dapat dikatakan
sebagai pengalaman ketika manusia menyadari perbuatannya di alam yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
alami, kesadaran merupakan satu kesatuan yang membentuk sebuah
pengalaman dan keberadaan diri (eksistensi). Manusia merupakan makhluk
yang identik dengan kebebasan sehingga manusia dapat menentukan peristiwa
dan perilakunya tidak selalu dengan menggunakan rasio namun manusia dapat
menciptakan dunianya dengan menggunakan kebebasan dan emosi
spontannya. Manusia di dalam kebebasannya untuk memilih dan menciptakan
dunianya tidak terlepas dari tanggung jawab yang berarti seluruh konsekuensi
atas pilihannya menjadi bagian dari tanggung jawab pribadi yang harus
diterimanya.
B. Pemaknaan
1. Pengertian
Pemaknaan merupakan salah satu bagian penting di dalam pengalaman
yang dialami oleh manusia. Tanpa adanya pemaknaan yang dilakukan
manusia atas peristiwa yang dialami, hidup seseorang tidak akan memiliki arti
sehingga manusia akan meragukan keberadaan dirinya apakah ia benar-benar
mengalami alam di dalam pengalamannya. Husserl (dalam Brouwer, 1988)
mengungkapkan melalui proses refleksi manusia dapat menemukan makna di
dalam dirinya, refleksi menjadi sebuah proses yang memiliki kekuatan untuk
benar-benar merasakan secara nyata alam di dalam pengalamannya. Bukan hal
yang mudah bagi sebagian manusia untuk dapat menangkap makna dari
peristiwa yang di alaminya, Merleau-Ponty (dalam Brouwer, 1988)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengungkapkan sebuah teori pengamatan bahwa manusia memalui proses
pengamatan terhadap dunianya berarti ia menjadi bagian dari unsur dunia dan
bukan unsur di luar dunia, pengamatan merupakan pemaknaan yang membuka
pintu menuju ke luar, menytiuasikan diri dan menciptakan makna. Manusia
tidak pernah menangkap benda seluruhnya karena benda selalu dilihat dari
satu segi saja. Badan dalam teori pengamatan jika dilihat secara
fenomenologis merupakan suatu misteri, sebab badan menjadi sebuah medium
yang membantu manusia menangkap benda-benda dari hasil pengamatan.
Merleau-Ponty berpendapat ketika manusia melihat dan mendengar ia tidak
memikirkan apa yang dilihat atau didengarnya, manusia bergaul dengan benda
dan hilang dalam badan, badanlah yang tahu lebih banyak dari dunia daripada
kesadaran manusia sendiri. Badan menjadi fungsi dari satu eksistensi
jasmaniah dalam tingkat prasadar manusia namun juga membantu
memberikan makna pada dunia.
Manusia tinggal di dalam sebuah lingkungan, berinteraksi kemudian
hidup bermasyarakat, proses hidup bermasyarakat menghasilkan beragam
pengalaman dan pemaknaan. Manusia di dalam proses refleksi sebuah
pengalaman dapat dimaknai berbeda-beda antara satu individu dengan
individu lainnya. Manusia merespon pengalaman di dalam hidupnya dengan
cara yang berbeda-beda (Lyder, 2004). Berbeda dengan binatang rutinitias
kegiatan manusia tidak hanya sekedar memiliki tujuan tetapi terdapat makna,
tanpa makna kehidupan manusia tidak akan bersejarah (Koeswanto, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Untuk bisa mencapai pemaknaan dalam pengalamannya setiap individu
sebelumnya harus benar-benar menyadari siapa dirinya dan apa
pengalamannya.
“Ultimately, man should not ask what the meaning of his life is, but
rather he must recognize that it is he who is asked. In a word, each man
is questioned by life, and he can only answer to life by answering for his
own life; to life he can only respond by being responsible.” (Frankl,
2006)
Manusia tidak hanya semata-mata didorong atau terdorong melainkan
mengarahkan dirinya sendiri kepada apa yang akan dicapainya, yaitu makna.
Manusia memiliki kemampuan alami untuk mempelajari sebuah mekanisme
di dunia yang ia tinggali, di dunia yang penuh dengan makna di mana kita
memegang berbagai macam hal yang nyata, rasional, berharga atau secara
moral benar, dan yang lain tidak. Dunia yang ditinggali manusia merupakan
dunia dimana kita menemukan cinta dan kebencian, berjuang untuk
mendapatkan keadilan, kekuasaan, dan uang, serta berbagai macam hal
lainnya (Sugiman, Gergen, Wagner, & Yamada, 2008). Menurut Frankl
(dalam Koesworo, 1987) makna pada pengalaman seseorang memiliki nilai
subjektif atau bersifat personal dan unik, karena seatiap individu memiliki
pilihan dan caranya sendiri dalam menciptakan makna di dalam hidupnya,
serta hidup atau keberadaan setiap individu adalah unik. Makna hidup bersifat
personal, tunggal, dan unik, hanya individu seoranglah yang bisa merasakan
atau mengalami, apakah kehidupannya bermakna atau tidak, apa makna hidup
tersebut bagi dirinya. Frankl (dalam Koesworo, 1987) menyimpulkan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dapatbermakna melalui tiga jalan, yaitu : pertama, melalui apa yang kita
berikan kepada hidup (disebut kerja kreatif). Kedua, melalui apa yang kita
ambil dari hidup (menemui keindahan, kebenaran, cinta). Ketiga, melalui
sikap yang kita berikan terhadap ketentuan atau nasib yang tidak bisa kita
rubah.
Dapat disimpulkan oleh peneliti, bahwa makna merupakan salah satu
bagian penting di dalam sebuah pengalaman manusia. Sebagaimana tanpa
adanya pemaknaan oleh manusia mengenai peristiwa di dalam alam yang ia
alami, hidup manusia menjadi tidak berarti. Melalui proses refleksi manusia
dapat menemukan makna mengenai peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya,
refleksi memiliki kekuatan untuk benar-benar merasakan secara nyata alam
pengalamannya. Pengalaman manusia bersifat personal karena di dalamnya
mengandung subjektifitas dan keunikan yang disebabkan oleh cara tiap
manusia dalam menciptakan makna dalam pengalamannya bermacam-macam,
pengalaman manusia sendiri dapat menjadi sejarah karena adanya makna atas
pengalaman tersebut. Sebelum manusia mampu mencapai pemaknaan atas
pengalamannya ia harus memiliki kesadaran akan peristiwa di dalam alam
yang ia alami dan badan dapat menjadi media pengamatan peristiwa-peristiwa
di luar dunia serta membantu manusia menangkap makna di dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Narapidana
1. Pengertian
Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 (dalam Djisman, 2012)
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga pemasyarakatan.
D. Residivis
1. Pengertian
Proporsi dari kelompok tertentu (misal narapidana yang dibebaskan)
yang berada dalam kategori negatif (misal ditahan ulang ; dihukum ulang)
dalam periode waktu tertentu (misal 3 tahun semenjak waktu pembebasan).
Hoffman dan Stome – Meierhoefer 1980(dalam Adami, 2012).
Teguh (2010) menyebutkan pengulangan kejahatan yang dimaksudkan
dilakukan oleh narapidana kategori reisidivis yaitu :
a. Seseorang yang pernah melakukan kejahatan
b. Suatu kejahatan sudah dijatuhi hukuman dan sudah dijalani
c. Kemudian ia mengulangi kembali perbuatan kejahatan (bisa
dengan jenis kejahatan yang berbeda).
d. Maka pengulangan ini dapat dipergunakan sebagai dasar
pemberatan hukuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Jenis kejahatan berulang yang dilakukan narapidana kategori residivis
yang dapat digunakan sebagai dasar pengulangan diatur dalam Pasal 486,
Pasal 487, dan Pasal 488 KUHP sebagai berikut (Teguh, 2012) :
a. Pasal 486 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-
perbuatan:
1) Dengan maksud untuk mencari keuntungan yang tidak
layak.
2) Yang menggunakan tipu muslihat.
b. Pasal 487 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-
perbuatan:
1) Terhadap badan dan jiwa seseorang.
2) Kekerasan terhadap seseorang.
c. Pasal 488 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan
yang bersifat penghinaan.
Teguh (2012) menyimpulkan seorang narapidana dapat dikategorikan
residivis jika :
a. Kejahatan yang pertama dilakukan harus sudah dijatuhi hukuman oleh
pengadilan.
b. Putusan yang mengandung hukuman tersebut harus mempunyai
kekuatan akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Hukuman tersebut harus sudah dijalankan baik seluruhnya maupun
sebagian, atau sejak hukuman tersebut dihapuskan.
d. Jangka waktu antara saat kejahatan yang dilakukan dan saat hukuman
yang dijatuhkan terhadap kejahatan pertama yang telah selesai
dijalani, belum lampau lima tahun.
e. Jenis hukuman harus merupakan hukuman penjara menurut ketentuan
Pasal 486 dan 487 sedangkan Pasal 488 tidak menentukan jenis
hukuman tertentu.
Pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (dalam Muhammad, 2013),
menetapkan masa tenggang waktu patokan keberhasilan pembinaan, adalah 2
tahun. Jika seorang narapidana melakukan kejahatan dan dihukum ulang
dalam waktu masa tenggang tersebut maka ia dikategorikan sebagai residivis.
Sebaliknya bila kembalinya bekas narapidana terpenjara ke dalam proses
penghukuman setelah masa tenggang maka ia dikategorikan sebagai
nonresidivis.
Seseorang tidak dapat dengan mudah disebut sebagai residivis, harus
ada beberapa kriteria seperti jenis kejahatan yang dilakukan diatur dan
ditetapkan KUHP dalamPasal 486, Pasal 487, dan Pasal 488 KUHP. Seorang
yang melakukan tindakan kejahatan ulang dalam periode waktu tertentu yang
sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, bahwa seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dapat dikategorikan sebagai residivis jika seorang narapidana melakukan
kejahatan dan dihukum ulang dalam waktu masa tenggang 2 tahun.
E. Kejahatan
1. Pengertian
Kejahatan merupakan suatu nama yang diberikan kepada orang-orang
tertentu atas perbuatan jahat yang mereka lakukan. Pengertian kejahatan
sendiri bersifat relatif, bagi orang satu dengan orang lainnya bisa berbeda.
Bagi beberapa orang sebuah pengertian kejahatan menjadi relatif, karena
setiap orang membawa nilai-nilai dan sudut pandang yang berbeda. Kejahatan
memiliki 3 pengertian dengan persepktif yang berbeda, yaitu a. Pengertian
secara praktis; b. Pengertian secara religius; dan c. Pengertian secara yuridis.
a. Pengertian secara praktis
Di dalam masyarakat terdapat beberapa jenis norma, yaitu norma
agama, kebiasaan, kesusilaan, dan norma yang berasal dari adat istiadat. Jika
ada pelanggaran atas norma tersebut masyarakat atau orang perorangan akan
memunculkan suatu reaksi, reaksi yang dimunculkan bisa berupa hukuman,
cemoohan atau pengucilan. Cara tersebut sering digunakan oleh masyarakat
untuk membedakan antara perbuatan tersebut terpuji atau perbuatan tersebut
tidak terpuji.
Perbuatan-perbuatan wajar atau sesuai dengan norma dan moral
masyarakat disebut sebagai “kebaikan”, sedangkan perbuatan tidak wajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
disebut “kejahatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian secara
praktis adalah suatu pengertian yang merupakan campur bauran arti kejahatan
dari bermacam-macam norma sebagaimana telah peneliti sebutkan tadi.
Sebagai contoh kasus seperti seorang guru yang kejam menurut ukuran murid,
dapat dicap oleh murid-muridnya sebagai seorang guru yang jahat. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengartikan satu buah perbuatan
dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
b. Pengertian secara yuridis
Menurut kata-kata Utrecht (dalam Bawengan, 1977), bahwa:
“Kejahatan adalah perbuatan karena sifatnya bertentangan dengan nilai
moral, nilai agama, dan rasa keadilan masyarakat, sedangkan
pelanggaran adalah perbuatan yang bertentangan dengan ketertiban
hukum.”
Pengertian kejahatan menurut Soejono (dalam Bawengan, 1977) adalah
nama atau sebutan yang diberikan kepada salah satu jenis perbuatan
melanggar hukum dan merugikan orang lain yang dilakukan oleh seseorang
dan perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri yang bersifat nampak atau dapat
dirasakan.
Kejahatan sebagai perbuatan manusia dapat diartikan dengan beberapa
segi perpsektif, yang meliputi :
1. Kejahatan dilihat dari segi sosiologis
Sosiologis sendiri merupakan definisi darisebuah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala dalam pergaulan hidup sebagaimana adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Jika kejahatan dilihat melalui segi sosiologis maka kejahatan merupakan salah
satu jenis gejala sosial yang berkenaan dengan individu atau masyarakat dan
memiliki ciri yaitu dapat dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan menurut W.A. Bonger (dalam Soejono, 1977) kejahatan
merupakan perbuatan yang imoril dan a sosial, yang tidak dikehendaki oleh
kelompok pergaulan yang bersangkutan dan secara sadar ditentang oleh
pemerintah. Rumusan arti kejahatan menurut Paul Mudigio Moeliono (dalam
Soejono,1977) kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan
pelanggaran norma yang dirasakan merugikan, menjengkelkan sehingga tidak
boleh dibiarkan.
2. Kejahatan dilihat dari segi psikologis
Secara psikologis kejahatan adalah perilaku manusia yang
dicerminkannya dalam masyarakat dan berhubungan dengan kegiatan
kejiwaan individu atau beberapa individu yang bersangkutan, yang mana
perilaku tersebut tidak selaras dengan kehendak pergaulan hidupnya yang
telah dituangkan dalam norma-norma pergaulan yang bersangkutan.
Dapat dikatakan kejahatan merupakan suatu perbuatan yang tidak
selaras dengan norma. Kejahatan yang dilakukan individu tersebut dapat
disebabkan oleh beberpa faktor kemungkinan, meliputi :
1. Oleh faktor-faktor psikopathologis, yaitu
a) Menderita gangguan kejiwaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b) Yang belum sampai mengalami gangguan kejiwaan,
tetapi tedapat kelainan-kelainan kejiwaan karena kondisi
I.Q-nya dan sebagainya.
2. Adanya dorongan dan secara sadar menyetujui perbuatan
melanggar undang-undang, yaitu yang dilakukan oleh orang-
orang yang melakukan perbuatan-perbuatan pelanggaran hukum
secara professional.
3. Adanya faktor-faktor sosial yang langsung mempengaruhi
individu atau kelompok sehingga yang bersangkutan mengalami
kesulitan kejiwaan, yaitu yang dilakukan oleh orang-orang yang
tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
sosial yang hadapinya.
Dapat ditarik kesimpulan melalui beberapa pengertian dari berbagai
perspektif mengenai kejahatan yang disebutkan di atas, bahwa kejahatan
merupakan suatu perbuatan yang melanggar nilai-nilai umum masyarakat dan
sifatnya merugikan orang lain, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
sebuah kejahatan, telah dirumuskan di dalam kitab perundang-undangan di
Indonesia yang disebut KUHP.
3. Penjelasan Kejahatan Dilakukan oleh Laki-laki
Connell (dalam Heidensohn, 2006) mengungkapkan pada konsep
patriarki, dominasi, penindasan, dan eksploitasi, laki-laki dianggap lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
memiliki kuasa daripada perempuan. Pada konstruksi sosial patriarki,
maskulinitas merupakan hal yang penting namun tidak semua laki-laki
berhasil dalam menunjukkan sisi maskulin melalui kegiatan yang positif
seperti kegiatan olahraga dan pekerjaan profesional. Menurut Messerchmidt
dalam kutipannya :
“Young men situationally accomplish public forms of masculinity in
response to their socially structured circumstances … varieties of youth
crime serve as a suitable resource for doing masculinity when other
resources are unavailable.” (Messerschmidt dalam David 2007)
Kejahatan (contoh: kekerasan yang bersifat agresi) menjadi salah satu
alat pengganti untuk dapat memunculkan dan memenuhi sisi maskulin.
Connell (dalam Heidensohn, 2006) menjelaskan maskulinitas tidak semudah
itu dapat dilabelkan hanya pada kaum laki-laki atau sebaliknya pada kaum
wanita. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat memiliki sisi maskulin.
Maskulinitas sendiri tidak statis dan dapat berubah-ubah seiring berjalannya
waktu. Masyarakat menempatkan laki-laki dalam konstruksi sosial di
masyarakat sebagai sosok yang memiliki kuasa lebih.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan perempuan
sama-sama memiliki sisi maskulin. Maskulinitias bagi laki-laki menjadi
sangat penting dan seringkali berusaha untuk ditonjolkankarena laki-laki
berada pada konstruksi budaya yang oleh masyakarakat sudah dibangun sejak
lama, yaitu budaya patriarki, dimana laki-laki lebih memiliki dominasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kuasa lebih daripada perempuan. Maskulinitas tersebut dimunculkan dalam
bentuk domninasi dan kuasa. Sehingga pada laki-laki sisi maskulin merupakan
hal yang penting untuk menunjukkan jati diri dan dominasinya.
4. Penjelasan psikologis atas kejahatan
Yochelson (seorang psikiater) dan Samenow (seorang psikolog) (dalam
Santoso, 2004) di dalam bukunya The Criminal Personality menolak klaim
para psikoanalisis bahwa kejahatan muncul karena disebabkan oleh konflik
internal, keduanya menemukan bahwa kejahatan juga dapat dipengaruhi dan
disebabkan oleh pola pikir abnormal yang membuat para pelaku kejahatan
memutuskan untuk melakukan kejahatan. Yochelson dan Samenow
mengidentifikasikan sebanyak 52 pola berpikir yang umumnya ada pada
penjahat yang telah mereka teliti, keduanya berpendapat para penjahat
tersebut adalah orang yang “marah”, merasa diri superior, mempunyai harga
diri yang sangat melambung, dll. Ketika seseorang dengan harga diri yang
tinggi diserang harga dirinya, ia akan bisa memberikan reaksi yang sangat
kuat dan sering berupa kekerasan.
Meskipun tidak semuanya, namun berkisar antara 20 hingga 60 persen
warga binaan lembaga pemasyarakatan mengalami satu tipe mental disorder
(kekacauan mental). Mental disorder yang biasanya dimiliki oleh para warga
binaan yaitu kepribadian psychopathy atau antisocial personality.
Kepribadian psikopati dan antisosial saling berhubungan, namun sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tidak identik. McCor dan McCord (dalam Kring, 2012) menyimpulkan,
berdasarkan kajian literatur, penyebab utama seseorang memiliki perilaku
psikopati adalah kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua. Myers,
Stewart, & Brown (dalam Kring, 2012) mengungkapkan Lebih dari 60%
anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku di kemudian hari menjadi
gangguan kepribadian antisosial. Orang dewasa yang mengalami gangguan
kepribadian antisosial menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab dan
antisosial dengan bekerja secara tidak konsisten, melanggar hukum, mudah
tersinggung dan agresif secara fisik, tidak mau membayar utang, dan
sembrono, serta ceroboh.
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kejahatan tidak
hanya semata-mata karena faktor internal namun karena memiliki pola pikir
yang abnormal seperti merasa diri superior dan memiliki harga diri yang
tinggi. Selain itu yang menjadi penyebab seseorang melakukan kejahatan
adalah karena adanya gangguan mental.
5. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kejahatan
Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres PBB ke-8 Tahun 1990 di
Havans, Cuba, diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya
kejahatan khususnya dalam “Urban Crime”, antara lain disebutkan di dalam
dokumen A/CONF.144/L.3 sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebdohan),
ketiadaan/kekurangan perumahan yang layak dan sistem
pendidikan serta latihan yang tidak cocok/serasi.
b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek
(harapan) karena proses integrasi sosial, juga karena memburuknya
ketimpangan-ketimpangan sosial.
c. Mengendurnya ikatan sosial dan budaya.
d. Keadaan-keadaan/kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang
yang beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain.
e. Rusaknya atau hancurnya identittas budaya asli, yang bersamaan
dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan
kerugian/kelemahan di bidang sosial, kesejahteraan, dan
lingkungan pekerjaan.
f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang
mendiringa peningkatan kejahatan dan berkurangnya (tidak
cukupnya) pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas
lingkungan/bertetangga.
g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern
berintegrasi sebagaimana mestinya di dalam lingkungan
masyarakatnya, di lingkungan keluarga/familinya, tempat
pekerjaannya atau di lingkungan sekolahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius, dan lain-lain yang
pemakainnya juga diperlua karena faktor-faktor yang disebut
diatas.
i. Meluasnya akttifitas kejahatan yang terorganisasi, khususnya
perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian.
j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ide-
ide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan,
ketidaksamaan (hak), atau sikap-sikap tidak toleran (intolerasnsi).
Dengan ini disimpulkan bahwa penyebab munculnya tindakan kejahatan
adalah karena adanya faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri yaitu
adanya gangguan kejiwaan bawaan seperti psychopathy atau antisocial
personality, adanya beberapa pola pikir yang terdistorsi, dll. Selain itu
tindakan kejahatan muncul karena adanya faktor eskternal yang ikut
mempengaruhi seseorang, antara lain : minuman beralkohol dan penggunaan
obat-obatan narkotika, lingkungan tempat tinggal yang kurang maju,
kurangnya ikatan sosial, dorongan-dorongan megenai ide-ide dan sikap-sikap
kekerasan, dan sulitnya seseorang untuk berintergrasi dengan lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
F. Pengalaman kejahatan
1. Pengertian
Pengalaman kejahatan merupakan sebuah proses dimana individu
merasakan alam primer yang merujuk pada kesayaan dari dunia yang muncul
sebagai dunia yang “kualami”. Alam yang dialami adalah perbuatan –
perbuatan yang melanggar nilai-nilai umum masyarakat yang sifatnya
merugikan orang lain.
Seseorang memutuskan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan
bukan merupakan sebuah kebetulan, ada alasan yang melatarbelakangi
seseorang kemudian memilih melakukan tindakan kejahatan. Paul
Brantingham and Patricia Brantingham (2008) mengungkapkan terdapat
proses pendahulu sebelum individu memutuskan untuk melakukan tindakan
kriminal, individu tersebut memiliki aktifitas non-kriminal yang kemudian
dapat ikut membantu seseorang menciptakan sebuah keputusan yang
berhubungan dengan aktifitas kriminal. Dalam suatu aktifitas yang dilakukan
seseorang akan dihadapkan pada sebuah keputusan, keputusan dalam
beraktifitas tersebut membentuk suatu pola rutinitas yang kemudian berubah
menjadi kegiatan regular. Aktifitas regular kemudian membentuk suatu pola
abstrak. Pada konteks keputusan berkomitmen pada kegiatan kriminal hal ini
disebut sebagai crime template. Brantingham & Brantingham, Cornish
&Clarke, Cromwell (dalam Wortley, 2008) mengatakan bahwa
pengembangan sebuah keputusan rutin, baik kriminal maupun kriminal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan yang bekerja. Hal
yang mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal
yang objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat
terpenuhi. Selain itu, Cusson (dalam Wortley, 2008) mengatakan bahwa
sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau kebutuhan
merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti kebutuhan
akan ekonomi atau emosional.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang memilih untuk melakuan tindakan
kejahatan selalu didasari oleh adanya serangkaian keputusan-keputusan yang
mendukung pengambilan keputusan tersebut. Bukan semata-mata tanpa
disengaja, namun keputusan melakukan kejahatan merupakan keputusan yang
cukup disadari oleh individu yang bersangkutan.
G. Lembaga Pemasyarakatan
1. Fungsi
Bertujuan untuk melakukan pembinaan bagi warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan
sebagai bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam sistem peradilan pidana.
Di dalam Lembaga Pemasyarakatan telah dipersiapkan berbagai program
pembinaan bagi narapidana yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kelamin, agama dan jenis tindak pidana yang dilakukan narapidana tersebut.
Kemudian program pembinaan bagi para narapidana disesuaikan juga dengan
lama hukuman yang akan dijalani para narapidana dan anak didik, agar
mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu agar mereka menjadi warga
negara yang baik di kemudian hari dan nantinya diharapkan dapat ikut
membangun bangsa. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi
terakhir dalam pembinaan narapidana, membantu memulihkan kondisi warga
binaan pada konisi sebelum melakukan tindak pidana dan melakukan
pembinaan di bidang kerohanian dan keterampilan seperti pertukangan,
menjahit, dan lain sebagainya. Lembaga pemasyarakatan harus
mempertingkan hak dan kepentingan narapidana (warga binaan yang
bersangkutan).
Berdasarkan undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan harus dilaksanakan berdasarkan asas :
a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
c. Pendidikan
d. Pembimbingan
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu
Secara umum fungsi dari lembaga pemasyarakatan adalah untuk
membina warga binaan dan memperbaiki kualitas perilaku serta moral yang
sebelumnya telah salah, sehingga ketika keluar ia bisa berguna bagi nusa
bangsanya. Lama dari suatu pembinaan diberikan sesuai dengan lama
hukuman pidana penjara yang dijatuhkan oleh hakim kepada seorang
narapidana sesuai dengan bobot kejahatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian
Kualitatif dengan pendekatan Analisis Fenomenologi Interpretatif, dengan
mengolah data berupa transkrip wawancara. Data yang diambil berbentuk
transkrip wawancara dan rekaman suara.
Van Kaam (dalam Hall, 1993) merumuskan paradigma fenomenologi
“Sebagai paradigma dalam ilmu psikologi yang berusaha untuk
menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana
gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung
dalam pengalamannya. Moustakes, 1994 (dalam Creswell, 2013) mengatakan
bahwa melalui pemahaman dari pengalaman-pengalaman hidup manusia
menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang
prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk dapat mengkaji sejumlah
informan dengan terlibat secara langsung dan relatif membutuhkan waktu
yang lebih panjang di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-
relasi makna. Pendekatakan analisis fenomenologi interpretatif merupakan
sebuah metode yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana individu
memaknai pengalaman hidup utama mereka (Smith, 2009). Metode analisis
fenomenologi interpretatif secara khusus melihat bagaimana sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pengalaman bisa menjadi sangat penting atau signifikan pada diri individu,
sehingga tidak untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya untuk
mencari pemahaman dari hasil observasi dan analisis secara mendetail
mengungkap pemaknaan dari pengalaman hidup pada beberapa informan yang
masih berstatus sebagai narapidana kategori residivis di lembaga
pemasyarakatan. Bagaimana individu tersebut kemudian membuat sebuah
keputusan di dalam hidupnya untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan.
B. Fokus Penelitian
Fokus pada penilitan ini adalah analisis mengenai pengalaman hidup
signifikan dan berusaha menangkap pola-pola pengalaman yang serupa pada
narapidana kategori residivis. Peneliti mencoba menggali lebih dalam
mengenai alam pengalaman dari masing-masing residivis. Masing-masing
residivis berasal dari berbagai macam latar belakang kehidupan yang berbeda-
beda, seperti budaya, tempat tinggal, lingkungan sosial, pendidikan, dll,
sebagaimana mungkin dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada
perilaku, pola pikir, dan pandangan para residivis.
C. Informan Penelitian
Mengacu pada tujuan yang sudah dipaparkan, Informan pada penelitian
ini adalah seorang narapidana aktif dengan kategori residivis yang berjumlah
empat orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara semi-terstruktur
Model wawancara semi-terstruktur merupakan jenis
wawancara dengan membangun suasana yang nyaman antara
pewawancara dengan yang diwawancarai untuk membantu
mengumpulkan informasi yang mendalam. Jenis pertanyaannya
bersifat terbuka sehingga yang informan yang diwawancarai tidak
merasa dibatasi (Smith, 2009). Pertanyaan dan jawabannya
berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian ini peneliti berusaha senatural mungkin mengikuti
keadaan informan pada saat sesi wawancara, wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
komunikasi langsung antara informan dan peneliti untuk
mengetahui hal-hal awal mengenai masalah maupun hal-hal yang
lebih mendalam.
Peneliti juga menggunakan panduan wawancara untuk
membatasi pertanyaan agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.
Panduan wawancara ini juga berfungsi untuk memudahkan
peneliti melihat kembali aspek apa saja yang harus dibahas,
sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek
relevan yang dibahas telah lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen penelitian
berupa tape recorder dan buku catatan. Alat ini digunakan untuk
membantu merekam seluruh isi wawancara secara lengkap dan
menyeluruh. Sebelumnya peneliti akan meminta ijin kepada
informan untuk kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian
kemudian diwawancarai dan direkam dengan menggunakan
instrumen tape recorder serta dalam informed consent, peneliti
menjamin kerahasiaan wawancara dan akan memberikan salin
pembicaraan ini untuk diperbaiki, diubah atau ditambah sesuai
persetujuan yang diberikan oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 1
Panduan Pertanyaan Wawancara
1. Biodata informan.
2. Bagaimana anda menceritakan pengalaman hidup anda?
3. Bagaimana anda memaknai pengalaman hidup anda?
*Jika muncul cerita berkaitan dengan perilaku kejahatan maka
pertanyaan selanjutnya :
1. Bagaimana lingkungan tempat tinggal anda?
2. Mengapa anda melakukan perbuatan tersebut?
3. Adakah perasaan tertentu ketika melakukan perbuatan
tersebut?
4. Ini sudah bukan yang pertama untuk anda, bagaimana
ceritanya anda bias kembali melakukan kejahatan?
4. Bagaimana perasaan anda?
E. Pedoman wawancara
Penyusunan pedoman wawancara berdasarkan dari tujuan penelitian
yang sudah dipaparkan, yaitu pengalaman yang dimulai saat para narapidana
masih kecil hingga saat mereka diwawancarai. Peneliti mencoba melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pendekatan/ probbing untuk membangun rasa percaya antara peneliti dengan
informan kemudian secara natural masuk dan menggali ke dalam pengalaman
kejahatan para informan.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
fenomenologi interpretatif.
G. Prosedur Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
fenomenologi interpretatif (Smith, 2009), dilakukan prosedur analisis data
dengan beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mencapai
kesimpulan dengan melakukan langah-langkah berikut :
Step 1 : Reading and re-reading
Mempelajari transkrip dengan membaca berulang-ulang untuk
memahami dunia pengalaman informan dan menangkap hal-hal yang penting.
Step 2 : Initial noting
Mempelajari semantic content dan bahasa di dalam transkrip,
Mempelajari dan memahami dunia informan, mendeskripsikan hal-hal yang
penting bagi mereka (relasi, proses, tempat, peristiwa, nilai, dan prinsip) dan
makna dari hal-hal tersebut bagi mereka. Memberikan komentar terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan transkrip yang berisi hal-hal yang penting di dalam exploratory
comments.
Step 3 : Developing emergent themes
Menjaga kompleksitas dalam hal pemetaan yang saling berkaitan,
terkoneksi, dan memiliki pola antara catatan dengan exploratory comments.
Step 4 : Searching for Connections across emergent themes
1. Transcription
Mem-verbatim-kan (kata perkata) hasil rekaman wawancara
menjadi sebuah transkrip
2. Abstraction
Melakukan abstraksi dari hasil verbatim yang berbentuk transkrip
asli untuk mengidentifikasi tema-tema yang muncul, kemudian
berkembang menjadi „super-ordinate theme’ / tema-tema besar
setelah melakukan clustering.
3. Contextualitation
Melakukan kontekstualiasi guna melihat hubungan antara tema-
tema yang muncul dengan saat-saat naratif tertentu milik
informan.
4. Numeration
Menghitung frekuensi banyaknya tema sejenis yang muncul dan
menyatukan tema-tema yang sejenis dari hasil analisis transkrip
5. Clusteration
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Setelah menemukan tema-tema pada transkrip kemudian peneliti
melakukan clustering / klasifikasi pada tema-tema yang sejenis.
Tema-tema yang sejenis diklasifikasikan dan berkembang menjadi
„super-ordinate theme’ atau tema-tema besar, „super-ordinate
theme’ kembali ditinjau ulang untuk diklasifikasikan dengan
melihat pola-pola psikologis yang sejenis dengan lebih mendetail
sehingga membentuk sebuah tema besar utama atau master
theme.
H. Kualitas Penelitian
Penelitian ini menggunakan kerangka garis besar yang disusun oleh
Yardley (dalam Smith, 2008), untuk membantu mendemonstrasikan kualitas
dari penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti sebagai
berikut :
1. Sensitivity to context
Menggunakan teori-teori yang relevan dan empiris
Setting sesuai dengan keadaan sosial
Menggunakan sudut pandang informan
2. Commitment and rigour
Pengumpulan data yang menyeluruh
Analisis yang mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kemampuan secara metodologi
Keterlibatan mendalam dengan topik
3. Coherence and transparency
Kejernihan dan kekuatan argumentasi (keselarasan dengan
teori, pertanyaan penelitian, metode yang digunakan, dan
interpretasi data)
Sesuai dengan teori dan metode yang digunakan
Penyajian data dan penggunaan metode yang transparan
Refleksi (untuk menghindari adanya pengaruh dari peneliti
terhadap kualitas penelitian)
4. Impact and importance
Berguna secara praktis
Berdampak pada fenomena sosial budaya
Menguatkan dan menambahkan beberapa teori terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan
Pelaksanaan penelitian dimulai dari pengurusan administrasi perijinan
ke Kantor Kebangsaan dan Kantor Dinas Sosial untuk mendapatkan surat ijin
penelitian yang nantinya diberikan ke kantor Wilayah Kementrian Hukum dan
Ham untuk mendapatkan surat rekomendasi serta ijin untuk bisa melakukan
penelitian ke Lapas Kelas II B Cebongan, Sleman.
Pencarian informan langsung dilakukan pada hari Rabu, 18 Maret 2015,
yang berlokasi di Lapas Kelas II B Cebongan, Sleman. Informan penelitian
memiliki status sebagai narapidana dengan kategori residivis.
Metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah
dengan menggunakan model wawancara semi-terstruktur yang merupakan
jenis wawancara dengan membangun suasana yang nyaman antara
pewawancara dengan yang diwawancarai untuk membantu mengumpulkan
informasi yang mendalam. Jenis pertanyaan yang digunakan bersifat terbuka
sehingga memberikan kenyamanan dan kebebasan bercerita kepada informan
yang diwawancarai (Smith, 2009). Panduan wawancara digunakan peneliti
sebagai upaya untuk menjaga arah wawancara agar tidak melebar dan tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sesuai degan tujuan penelitian. Panduan wawancara ini juga berfungsi untuk
memudahkan peneliti melihat kembali aspek apa saja yang harus dibahas,
sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan
yang dibahas telah lengkap. Kemudian instrumen yang digunakan penliti
untuk mengumpulkan data adalah tape recorder dan buku catatan. Sebelum
dimulai sesi wawancara, peneliti memberikan informed consent sebagai bukti
kesediaan dan persetujuaan informan dalam penelitian ini.
Pada hari Rabu, 18 Maret 2015 dilaksanakan 2 sesi wawancara
sekaligus terhadap dua informan. Wawancara dilaksanakan di halaman dalam
lapas Sleman. Wawancara yang pertama ini sebelumnya terdapat 3 calon
informan, namun pada salah satu narapidana menolak untuk menjadi informan
setelah diberikan informed consent. Wawancara yang ke dua dilakukan pada
hari Selasa, 12 Mei 2015, dilakukan 2 sesi sekaligus terhadap dua informan,
wawancara yang kedua dilaksanakan di dalam kantor lapas Sleman karena
terdapat evaluasi oleh peneliti terhadap wawancara yang pertama.
Sesi wawancara dimulai dengan perkenalan peneliti terhadap informan,
peneliti juga menyampaikan tujuan penelitian yang dilakukan, kemudian
peneliti meminta kesediaan informan dengan menyerahkan informed consent.
Informed consent berisi mengenai tujuan penelitian, pernyataan dari peneliti
atas kerahasiaan informasi yang diberikan informan dan pernyataan
kesetujuan informan berkontribusi dalam penelitian. Setelah informan
menandatangani informed consent, peneliti memulai dengan rapport untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
membangun rasa percaya dan perasaan nyaman antara informan dan peneliti.
Peneliti melakukan pembicaraan ringan dengan seputar biodata dan
perbincangan umum. Selain itu, peneliti menyiapkan panduan wawancara agar
isi wawancara tetap sesuai dengan aspek yang diteliti. Setiap informan
diminta untuk menceritakan pengalaman tentang kehidupannya baik sebelum
melakukan kejahatan sampai ketika setiap informan memilih melakukan
tindakan kejahatan.
B. Profil Informan Penelitian
Tabel 1
Identitas Informan
Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
Inisial V S B R
Jenis
Kelamin
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Asal Kota Yogyakarta Pekalongan Yogyakarta Yogyakarta
Tempat
Tanggal
lahir
Badran, 26
November 1993
Batang, 19
November
1975
Kricak, 1 Juni
1979
Purwokerto, 9
April 1991
Umur 22 tahun 39 tahun 37 tahun 24 tahun
Status Duda Kawin Kawin Lajang
Pekerjaan Montir bengkel
motor
Sopir Sopir Montir
bengkel motor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 2
Pelaksanaan Wawancara
KETERANGAN TEMPAT HARI,
TANGGAL
WAKTU
Informan I Lapas II B
Cebongan,
Sleman
Rabu, 18 Maret
2015
10.30 –
11.00 WIB
Informan II Lapas II B
Cebongan,
Sleman
Rabu, 18 Maret
2015
11.00 –
12.30 WIB
Informan III Lapas II B
Cebongan,
Sleman
Selasa, 12 Mei
2015
10.25 –
11.15 WIB
Informan IV Lapas II B
Cebongan,
Sleman
Selasa, 12 Mei
2015
11.25 –
12.00 WIB
C. Hasil Analisis
1. Informan I ( inisial V, 22 )
Melihat paparan informan I (22), tindakan-tindakan kejahatan yang
dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan
dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan
atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan
komponen di dalam pengalaman informan I (22) terdiri atas pengalaman
psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan
mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
diceritakan oleh informan I (22) seputar pengalaman kejahatannya dari awal
melakukan aksi kejahatan hingga saat informan I di wawancarai.
Informan I (22) di umurnya yang masih sangat muda mengalami sebuah
peristiwa yang tidak menyenangkan, peristiwa yang membuatnya stress dan
marah. Informan I (22) mulai menyalahkan perceraian kedua orang tuanya
sebagai awal permasalahan ia mulai masuk ke dalam dunia kejahatan, mulai
bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh negatif sehingga
kehidupannya menjadi semakin liar seiring bertambah dekatnya ia dengan
teman-temannya. Perceraian kedua orang tuanya memberikan dampak yang
besar kepada perubahan hidupnya, pengalaman yang tidak menyenangkan
tersebut direpresi informan I (22) dengan cara dilupakan dan tidak dihiraukan
secara ia tidak sadari. Seperti kehilangan arah dan tidak memiliki prinsip,
informan I (22) terus menerus mencari kesenangan-kesenangan untuk
membuatnya keluar dari perasaan penat. Hal ini diungkapkan informan I (22)
dalam kutipannya sebagai berikut :
“Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya
pisah. Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. Liburan.. refreshing.”
(Informan 1, 96-97, 111, 179)
Kutipan “Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang
tua saya pisah.” Adanya penekanan nada di akhir kalimat. Menunjukkan
nuansa kemarahan dalam diri informan I (22) atas keadaan yang kurang
nyaman, kemudian menyalahkan keadaan “dari orang tua, karena orang tua
saya pisah.” yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kemudian kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
”Sejak umur berapa ya? Lupa mbak..” diucapkan informan I (22) dengan
gaya tak acuh seolah seperti dilupakan secara tidak sengaja. Melalui kutipan
tersebut peneliti menangkap informan I (22) berusaha merepresi pengalaman
perceraian kedua orang tuanya. Pengalaman yang kurang menyenangkan
tersebut mendorong informan I (22) untuk terus mencari kesenangan, adanya
unsur kepenatan dalam diri informan I (22), melalui kutipan ini disampaikan :
“Liburan.. refreshing.”. Berdasarkan dari data yang telah diolah, peneliti
mendapatkan sebuah makna mendasar dari sebuah pengalaman kejahatan pada
informan I (22) sebagai narapidana kategori residivis. Sebab musabab
mengapa ia memilih masuk ke dalam dunia kejahatan adalah mendapatkan
sebuah pengalaman kurang menyenangkan, yaitu perceraian kedua orang
tuanya. Pengalaman tersebut memberikan perubahan besar pada diri informan
I (22). Pengalaman kurang menyenangkan dimaknai sebagai pengalaman
signifikan yang mengantarkan informan I (22) masuk ke dalam dunia
kejahatan. Pengalaman tersebut kemudian membentuk sebuah kronologi dari
awal perjalanannya masuk ke dalam pengalaman kejahatan. Berikut akan
dijelaskan bagaimana pengalaman kejahatan informan I (22) dijabarkan
sehingga membentuk sebuah kronologi.
Informan I (22) merupakan seorang laki-laki berumur 22 tahun yang
tinggal di daerah Badran, Yogyakarta. Informan I (22) merupakan duda ber-
anak satu. Informan I memiliki hobi bermain motor dan sempat bekerja di
salah satu bengkel milik temannya. Sejak umur 11 tahun kedua orang tuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
telah bercerai. Kemudian, informan I (22) mulai bergaul dengan teman-teman
yang menjerumuskannya pada dunia kejahatan, selain itu informan I (22)
tidak menyelesaikan pendidikan SMU setelah orang tuanya bercerai. Berikut
kutipan yang diungkapkan oleh informan I (22) :
“Baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut
temen, tapi salah..salah pergaulan.”(Informan I, 111-112)
Masuk ke dalam pergaulan yang salah disadari oleh informan I (22).
Pengaruh negatif yang diterimanya di dalam kelompok membuatnya menjadi
anak nakal. Kehidupan hedonis yang berasal dari lingkungan pergaulannya
semakin mempengaruhinya untuk menjadi seseorang yang memiliki perilaku
yang negatif. Informan I (22) mulai mengkonsumsi narkoba bersama dengan
teman-temannya. Di samping ia dan teman-temannya mengkonsumsi narkoba,
mereka mulai merencanakan aksi kejahatan. Informan I (22) kemudian
menerima ajakan teman-temannya untuk melakukan aksi pencurian, dengan
sadar dan niat dari dalam diri informan I (22) menerima tawaran untuk
mengambil barang yang bukan miliknya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
informan I (22) :
“Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya... Ya karena udah
kemasukan pil. Pil koplo... Diajak temen... Ya ada niat untuk mengambil
barang yang bukan barang tempet... Ya uda terus saya berniat untuk
mengambil hape.” (Informan I, 58, 131-132, 141, 145-146, 157-158)
Narkoba menjadi suatu kebutuhan bagi informan I (22) dan teman-
temannya, dosis yang dibutuhkan semakin meningkat. Keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
melakukan aksi kejahatan menjadi semakin intensif demi mendapatkan uang
untuk membeli narkoba. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) :
“Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat.”
(Informan I, 161-163)
Kebutuhan untuk hidup hedon (bersenang-senang, karaoke, beli motor,
dll.) tersebut tidak didukung dengan uang yang cukup. Informan I (22)
memutuskan untuk terus melakukan aksi kejahatan demi memperoleh uang
sebanyak-banyaknya, pergaulan di lingkungan yang salah semakin
menguatkan dirinya untuk mengambil keputusan melakukan perilaku
kejahatan. Setiap kali mendapat ajakan teman-temannya untuk melakukan
aksi kejahatan informan I (22) selalu menerima demi mendapatkan uang.
Hasil kejahatan demi kejahatan digunakan untuk bersenang-senang bersama
dengan teman-teman dan juga untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) :
“Hah? (terlihat masih bingung) yaa spontan mbak.. karena terpaksa,
nggak punya uang... Duitnya buat beli motor... Iya suka balapan... Buat
ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. Foya foya, karaokenan.. terus nyewa
mobil, untuk main.. untuk bergaya... Kalau naik mobil ya jauh-jauhnya
sampe Purwokerto.. Bandung... Liburan.. refresing.” (Informan I, 35-37,
67-69, 172-174, 176-177, 179)
Saat melakukan kejahatan demi kejahatan informan I (22) tidak
merasakan perasaan bersalah atau malu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
informan I (22) :
“Biasa saja.” (Informan I, 82)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Informan II (inisial S, 39)
Melihat paparan informan II (39), tindakan-tindakan kejahatan yang
dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan
dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan
atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan
komponen di dalam pengalaman informan II (39) terdiri atas pengalaman
psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan
mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah
diceritakan oleh informan II (39) seputar pengalaman kejahatannya dari awal
melakukan aksi kejahatan hingga saat informan II (39) di wawancarai.
Informan II (39) adalah seorang laki-laki berumur 39 tahun yang berasal
dari daerah Batang, Alas Roban. Ia sempat bermata pencaharian sebagai
seorang supir mobil carteran, telah berkeluarga namun sudah bercerai
sebanyak dua kali dan memiliki tiga orang anak. Ketika membangun keluarga
dengan istri yang kedua, informan II (39) mengalami banyak konflik.
Informan II (39) sudah beberapa kali melakukan aksi kejahatan hingga saat ia
diwawancarai oleh peneliti. Kejahatan yang pernah dilakukannya meliputi
perampokan dan pencurian secara berkelompok. Informan II (39) sebelumnya
pernah nelakukan aksi kejahatan pencurian sebuah toko kelontong dan
perampokan sebuah rumah secara berkelompok.
Di mulai dari keadaan hubungan interpersonal yang kurang harmonis
antara informan II (39) dengan keluarga menjadi satu dari antara faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
penyebab lainnya. Ia merasakan bahwa hubungan interpersonal dengan orang
tuanya sejak kecil hingga sekarang kurang dekat, ia merasakan bahwa untuk
berbicara pun hanya seperlunya saja. Informan II (39) juga merasa tidak dekat
dengan ayahnya, adanya jarak diantara informan II (39) dengan ayahnya,
hanya sesekali informan II (39) berkomunikasi dengan ibunya. Sejak kecil
informan II (39) tidak tinggal dengan kedua orang tuanya namun ia tinggal
dengan kakek dan neneknya. Hal yang sangat dirasakan oleh informan II (39)
adalah ia merasa kurang mendapatkan arahan dan bimbingan dari kedua orang
tuanya. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) sebagai berikut :
“Saya sama nenek sama kakek dulu. Di situ hidup saya nggak pernah
ngejelekin orang tua saya enggak. Memang bapak saya jarang bisa
dikatakan nggak pernah ngobrol bareng. Dari bujang dulu saya bujang
sampe nikah nggak pernah memgarahkan. Kamu harus kesini. Kamu
jalannya kesana.. bisa dikatakan nggak pernah. Saya nggak menjelekkan
orang tua.. karena memang jauh saya sama orang tua. Sama bapak saya.
Jadi jauh untuk komunikasi.. ngobrol pun palling seperlunya. ya klo
komunikasi ya sama ibu.. Masih.. Iya masih baik. Kalau misalnya ada
apa-apa.. “Nanti kamu jangan ini jangan itu”. Enggak beda rumah.. beda
rumah..beda kecamatan. Beda kecamatan cuma ditempuh dengan jalan
kaki bisa. Nggak jauh. Cuma beda kecamatan.” (Informan II, 717-727,
728-732, 748-750, 735, 737-740, 744)
Kurangnya arahan dan bimbingan di dalam situasi lingkungan yang
kurang positif membuat informan II (39) akhirnya masuk ke dalam dunia
kejahatan. Batang, Alas Roban tempat tinggal asal informan II (39), kebetulan
merupakan sebuah daerah yang banyak di antara masyarakatnya hidup dengan
melakukan aksi kejahatan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut,
aksi kejahatan perampokan, pencurian dan sebagainya bukan disebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
aksi kejahatan namun oleh masyarakatnya diberi sebuah sebutan sendiri
dengan istilah “bekerja” maka pelakunya disebut atau dianggap sebagai
“pemain”
“Oke.. awalnya sebenarnya bukan profesi saya untuk pekerjaan yang
kriminal. Jd awalnya itu.. ya memang daerah saya banyak orang yang
pemain kaya gitu. Bisa dikatakan pemainlah mbak, bahasa kita kan
pemain, kalau isitilahnya perampok atau apa itu pemain. Motif apa ya..
motif sebenarnya nggak ada. Mungkin dari unsur turun temurun,
mungkin dari daerah saya ini, orang netral semua. Orang dijalan kaya
saya kerjaan kaya saya ini. Sudah pernah masuk semua.” (Informan II,
74-79, 81-84, 685-689, 678-680)
Selain relasi dengan kedua orang tuanya yang kurang baik, kurangnya
mendapat arahan dan bimbingan, serta keadaan lingkungan tempat tinggal
yang kurang mendukung, informan II (39) memilih untuk tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus SD, informan II (39)
justru lebih memilih untuk mencari uang daripada harus melanjutkan sekolah.
Ia lebih memilih unutk mendengarkan suara hati dan keingiannya untuk
mencari uang daripada mendengarkan dan mengindahkan nasihat kakeknya
untuk melanjutkan sekolah.Informan II (39) tetap kuat pada pendiriannya
untuk tidak melanjutkan sekolah dengan alasan ingin bantu-bantu (secara
ekonomi). Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan informan II (39) ketika
dapat menghasilkan uang dengan usaha sendiri di umur belia. Hal ini
diungkapkan oleh informan II (39), dalam kutipan sebagai berikut :
“Karena saya itu dari dulu nggak pernah berantem nggak pernah apa.
Tapi saya disuruh sekolah SD, nggak pernah mau. Saya disuruh sekolah
saya nggak mau. Sama kakek saya. Mungkin kalau dari nem saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
goblok. Terus pendidikannya sampe pendidikan cuma sampe SD. Iya
lulus, nem lulus saya cuma 26, berapa.... Saya dibilang
bodoh..Sebenarnya nem dibawah saya ada yang lebih jelek, cuma saya
nggak nglanjut. Kalau sekolah saya nggak mau. Dari kecil saya sudah
megang duit. Orang-orang masih pada sekolah saya sudah megang duit.
Pingin bantu dulu itu.” (Informan II, 750-756, 770-773, 775-779, 756-
760, 781)
Memiiki beberapa kebutuhan namun tidak dapat ia penuhi sendiri mulai
dirasakan oleh informan II (39), untuk pertama kalinya ia menerima tawaran
dari saudaranya untuk melakukan aksi kejahatan karena berkeinginan
memiliki sebuah motor. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39), dalam
kutipan sebagai berikut :
“Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya
motor”. Itu jaman tahun 90an.” (Informan II, 398-402)
Saat membangun keluarga dengan istri yang kedua, informan II (39)
memiliki konflik dengan istri keduanya. Akibat dari konflik-konflik tersebut,
informan II (39) merasa kesal dan jengah, Keputusan reaktif diputuskan
langsung oleh informan II (39), ia berusaha mencari uang yang banyak untuk
melampiaskan emosi dengan cara menerima tawaran teman-temannya untuk
ikut melakukan aksi kejahatan. Dihasut pun ia merasa,namun hal yang lebih
mendorongnya untuk menerima tawaran adalah kebutuhannya untuk
melampiaskan emosi. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39), dalam
kutipan sebagai berikut :
“Ada unsur tersendiri mbak.. mungkin karena saya lagi ada masalah
sama istri saya. Ada masalah sama istri. Saya pun jarang pulang. Terus
dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau
kok. Iya mau. Saya dapet duit tak pake buat seneng-seneng. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
motifnya buat seneng -seneng sama pelampiasan. Bisa karena waktu itu
saya memang ya.. waktu itu pas kejadian itu saya dikhianati oleh istri,
jadi pemikiran saya kacau. Ada konflik dr istri yang kedua. Terus
akhirnya nyuri di toko itu. bagaimana ya kalau ada masalah,
diselingkuhin sama pasangan kita, ah gimana caranya saya punya duit
saya mau senang-senang, jadi balas dendam.” (Informan II, 265-272,
274-277, 284-287, 415-417, 418-422)
Informan II (39) merasa sangat kurang mendapatkan arahan dan
bimbingan dari kedua orang tua dirinya terjerumus ke dalam dunia kejahatan.
Satu sisi informan II (39) menyadari bahwa bukan semata-mata karena
kurangnya arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya yang membuat ia
kemudian masuk ke dalam dunia kejahatan tetapi memang dari dalam dirinya
sendiri secara sadar memutuskan masuk ke dunia kejahatan. Keinginan untuk
untuk bisa hidup bebas sesuai dengan pilihannya Hal ini diungkapkan oleh
informan II (39) dalam kutipan sebagai berikut :
“Emang dari pendirian saya sendiri. Saya kadang ..gimana yaa.. jadi
karena jarang pengarahan dari orang tua.. atau gimana.. ya saya nggak
nyalahin orang tua.. karena juga kemauan saya.. saya mencari yang
lebih bebas.. bisa ngrokok.” (Informan II, 806-807, 807-813)
Melancarkan aksi kejahatannya, informan II (39) bekerjasama dengan
teman-temannya dari satu daerah asal, namun kota yang menjadi sasaran atau
lahan menurut mereka bukan di dalam daerah sendiri namun kota lain. Hal ini
diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut :
“Enggak.. kita berangkatpun dari rumah dari kampung saya sendiri.
Karena itu yang tau dapet pertama itu dulu kan personel itu orang
daerah saya sendiri. Mungkin untuk lahan... mungkin untuk lahan
begitu.. mungkin di Jogja... paling...” (Informan II, 663-670)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Suatu ketika informan II (39) mendapat ajakan dari temannya untuk ikut
melakukan aksi kejahatan, ia sudah berusaha menolak ajakan tersebut, namun
didesak terus menerus oleh teman-temannya, tidak lagi mampu
menolakakhirnya informan II (39) menerima ajakan tersebut. Sistem orang
kepercayaan digunakan oleh mereka mencari teman untuk melakukan
tindakan kriminal tersebut bukan asal pilih sembarang orang, teman-teman
informan II (39) paham keahlian dan track record yang ia miliki selama
menjalani kehidupan di dunia kejahatan. Hanya orang-orang yang dipercaya
dan memegang kepercayaan saja yang akan diajak melakukan tindakan
kriminal. Ketika melaksanakan aksi kejahatan informan II (39) berperan
sebagai sopir atau dalam bahasa mereka adalah “pilot”. Hal ini diungkapkan
oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut :
“Pas malam kebetulan itu saya ditawarin sama kawan saya. Ya di situ
rombongan ada 4 orang jadi 1 rombongan pemain ada 4 orang. Jadi
salah satu personel ada yang istirahat. Mau ada hajatan keluarganya..
nah salah satu orang di antara mereka bertiga nawari saya. Ayo tak ajak
mangkat kerjo.. udah tak tolak.. udah tak tolak.. dia masih ngejar lagi
besoknya. Terus kita berangkat. Ya dia nawari nggak sembarang orang,
dia nawarin orang kerja kaya gitu kan.. dulu pernah saya kena masalah
di Jakarta. Tapi tahun dulu tahun 97. Ya mungkin dia kan terus tau kalau
pak slamet kan pernah kerja kaya gini kaya gini, tak ajak mau. Akhirnya
saya mau diajak kerja. Ini ya bekerja bahasa kita.. kalau bahasa kita
bukan merampok. memegang keeprcayaan ya.. biasanya 4 orang. Bukan
bisa ganti ganti. Misal kalau saya capek saya ganti. Waktu itu status
saya sebagai sopir, pilot. Dipercaya temen-temen untuk jadi pilot.
Milotin mobil itu. Saya nggak turun.. Intinya saya statusnya di mobil.”
(Informan II, 85-108, 131-135, 172-176, 179-180 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Seringnya keluar masuk lembaga pemasyarakatan membuat informan II
(39) harus mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak sedikit. Informan II
bahkan harus menjual salah satunya warisan yang berupa ladang dan sawah
untuk membayar semua keperluan saat ia masuk ke lembaga pemasyarakatan
dan membayar rumah sakit saat kakinya ditembak dan patah. Hal ini membuat
informan II (39) merasa harus dan bertanggung jawab untuk mengembalikan
lagi semua yang sudah ia ambil, karena seharusnya warisan tersebut dapat
dinikmati oleh anak-anaknya. Keinginan untuk bisa mengembalikan semua
yang sudah ia ambil membuat dirinya mau menerima sebuah gambaran untuk
merampok sebuah rumah yang ia dapatkan dari temannya sesama narapidana.
Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dengan kutipan sebagai berikut :
“Terus saya bebas, waktu saya bebas kemarin itu saya mikir gini mbak,
banyak yang dikeluarkan untuk ke kepolisian, pengadilan. Masuk lapas
ini kan lumayan. Saya berpikir bagaiamana cara untuk mengembalikan
barang yang hilang kemarin. Terus saya dikasih gambaran sama kawan,
ya uda dah kerja. Siapa tau dapet rejeki, buat nambal yg kemarin sudah
hilang itu. Ee besoknya dapat rejeki malah masuk sini. Apa ya? Sawah
rata-rata jadinya punya orng lama. Peninggalan orang lama, peninggalan
mbah-mbah tu kan ada. Kaya sawah terus ladang. Tapi akhirnya habis
juga mba. Nggak sampai anak saya. Dihabisin saya.” (Informan II, 548-
560, 603-609)
Hal lain yang kemudian mendorong informan II (39) untuk memilih
masuk ke dunia kejahatan adalah karena ia membutuhkan uang untuk
memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Hal ini diungkapkan oleh
informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
“Eehm yang pertama itu untuk kebutuhan.. jujur ya untuk kebutuhan.
Kepingin bangun bisnis, pingin bikinn rumah anak. Yang pertama dulu
untuk diri sendiri, unsurnya dendam sama istri saya”. (Informan II, 835-
838, 842-844)
Mendapatkan sebuah gambaran dari seorang teman saat sama-sama
sedang menjalani hukuman pidana penjara, kemudian diberi gambaran sebuah
rumah dan kondisinya untuk nantinya dilaksanakan aksi merampok.
Tawaranpun diterima oleh informan II (39) dengan kondisi pada saat itu, ia
sedang banyak masalah. Setelah aksi perampokan tersebut dilaksanakan dan
informan II (39) tertangkap, ia mendapat kabar bahwa ternyata ia hanya
dimanfaatkan oleh teman yang memberi gambaran tersebut. Informan II (39)
merasa dirinya telah dihasut, sebab temannya memberikan gambaran adalah
karena adanya motif balas dendam dari temannya kepada orang yang menjadi
sasaran perampokan. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam
kutipannya sebagai berikut :
“Lumayannya beda kasus. Oo beda kasus. Jadi dulu saya kanal kawan
disini.. udah lama disini. Waktu pas sek itar tahun 2012. Awal-awal
saya masuk ada orang bareng 1 kamar sama saya. Cerita ini itu.. intinya
menceritakan dia ngasih gambaran saya punya tetangga, tetangga saya
orang kaya.. silakan kalau mau dirampok. Bener…habis saya bebas saya
punya kawan disini.. bukan kawan saya yang dulu yang tak ajak kerja..
nggak.. bahkan malah orang sini.. daerah sini. Tak ajak berangkat kerja
ini itu.. sekarang kasusnya masukya 65 perampokan.. korbannya tak
iket. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan
dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok.” (Informan II, 225-243,
269-272)
Adanya harapan-harapan dari informan II (39) setelah nantinya ia keluar
dari lembaga pemasyarakatan. Informan II (39) memiliki keinginan untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menyenangkan anak dan cucunya dengan cara yang lebih baik, karena selama
ini informan II (39) sadar bahwa ia mencari rejeki dengan cara yang salah.
Dengan satu-satunya keahlian yang ia miliki, informan II (39) akan
melanjutkan bekerja menjadi sopir setelah nanti keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Selain itu informan berharap bahwa perbuatan kejahatan kali
ini, menjadi yang terakhir. Hal ini diungkapkann oleh informan II (39) dalam
kutipannya sebagai berikut :
“Mudah-mudahan ini yang terakhir. Pingin nyenengin anak cucu. Ya
pinginnya yang namanya orang tua buat anak sama cucu.. pingin buatin
rumah buat anak. Saya punya tujuan itu. Cuma cara saya nyari rejekinya
yang salah. Saya ada kepikiran habis bebas ini saya tetep mungkin
melakukan pekerjaan sebagai sopir, yang pernah dijalani dulu, taun-taun
ini, saya mau nyopir kayanya, Mungkin cuma itu salah satu kepanjangan
saya. Saya nggak punya kepanjangan lain.”
(Informan II, 335-336, 343, 348-352, 635-642)
3. Informan III ( inisial B, 37 )
Melihat paparan informan III (37), tindakan-tindakan kejahatan yang
dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan
dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan
atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan
komponen di dalam pengalaman informan III (37) terdiri atas pengalaman
psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan
mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
diceritakan oleh informan III (37) seputar pengalaman kejahatannya dari awal
melakukan aksi kejahatan hingga saat informan III (37) di wawancarai.
Informan III (37) adalah seorang laki-laki berusia 37 tahun, berstatus
kawin dan sudah dikaruniai 2 buah hati. Istri informan III (37) adalah seorang
ibu rumah tangga dan membuka sebuah usaha warung kecil di rumahnya.
Informan III (37) merupakan warga asli kota Yogya, lahir di Kricak Kidul,
Bluwahrejo. Informan III (37) sudah menjadi seorang yatim piatu sejak ia
berumur 16 tahun setelah ditinggal wafat kedua orang tuanya, informan III
(37) diasuh oleh paman dan bibinya namun keduanya tinggal di rumah
masing-masing. Pada saat itu informan III (37) tinggal di rumah peninggalan
kedua orang tuanya sedangkan paman bibinya tinggal dirumah pribadinya.
Sejak ditinggal wafat kedua orang tuanya, informan III (37) tidak
menamatkan pendidikan SMP-nya sama sekali. Sempat disekolahkan oleh
seorang bapak kepala sekolah di suatu SMU, namun informan III (37) tidak
menamatkan pendidikannya, ia merasa sungkan karena terus menerus menjadi
tanggungan bagi orang lain, semasa sekolah informan III (37) juga mengisi
waktunya dengan bekerja. Ia memilih sekolah sambil bekerja agar tidak terus
menerus merepotkan orang lain. Semakin hari informan III (37) merasa
semakin tidak enak dan sungkan karena merepotkan orang lain, hingga
akhirnya informan III (37) memilih untuk memisahkan dirinya dan mencari
pekerjaan hingga ia menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatn ia sempat bekerja menjadi
seorang supir di suatu perusahaan di tahun yang sama, yaitu tahun 2014
hingga akhirnya kembali lagi melakukan aksi kejahatan. Kembali masuk ke
dalam lembaga pemasyarakatan karena kasus pencurian handphone yang tidak
secara langsung melibatkan informan III (37). Selama hidup di dunia
kejahatan ia pernah terlibat aksi kejahatan dan keluar masuk lembaga
pemasyarakatan sebanyak lebih dari 5 kali dan dengan berbagai macam jenis
kasus kejahatan, yang di antaranya perampokan, pencurian, dan penganiayaan
selama 21 tahun sejak tahun 1994. Dalam melaksanakan aksi kejahatannya
informan III (37) bekerjasama dengan 3 sampai 4 orang temannya, dalam
sekali pelaksanaan aksi pencurian setiap orangnya akan dapat mengantongi
uang sekitar 5 sampai 10 juta rupiah. Beberapa waktu sebelumnya informan
III (37) bersama 3 orang temannya berhasil merampok sebuah toko kelontong
(distributor) di daerah jalan paris dan mengantongi sekitar 1 miliar 80 puluh
ribu rupiah.
Di balik seluruh alasan ada satu atau dua pengalaman yang sering tidak
disadari oleh pemilik pengalaman yang kemudian menjadi latar belakang ia
mengambil sebuah keputusan. Setelah berhasil melakukan analisis, peneliti
mendapatkan hasil sebagai berikut, sebuah peristiwa menjadi awal permulaan
informan III (37) masuk ke dalam dunia kejahatan, pengalaman kurang
menyenangkan yang ia dapatkan semasa SMU menjadi akar yang melatar
belakangi informan III (37) masuk ke dalam dunia kejahatan dengan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
jauh. Pengalaman mendapatkan perlakuan yang tidak adil memberikan
ketidaknyaman tersendiri bagi informan III (37), perasaan tertindas membuat
informan III (37) kehilangan kesabarannya. Memunculkan sisi agresif yang
selama ini berusaha dikelola oleh informan III (37) dengan cukup baik.
Peristiwa ini akhirnya yang membuat informan III (37) masuk ke dalam
lembaga pemasyarakatan dan berujung pada perkenalannya dengan teman-
teman narapidana serta berlanjutnya petualangannya di dunia kejahatan.
Penganiayaan menjadi pengalaman pertama kejahatan bagi informan III
(37), kejahatan yang dilakukannya adalah memukul salah satu guru di
sekolahnya ketika SMU yang berawal dari ketidakterimaan dan kejenuhan
informan III (37) karena sering di panggil ke ruang BP. Merasa tidak pernah
membuat ulah namun terus menerus dimarahi, informan III (37) melakukan
pemberontakan dengan cara memukul salah satu gurunya, ia pun mendapatkan
sanksi hukuman pidana penjara selama 3 bulan. Hal ini diungkapkan informan
III (37) dalam kutipannya sebagai berikut :
“Penganiayaan. Iya. Masih SMP karena saya sering di BePa-BP BePa-
BP, terus jengkel to terus mukulin guru. Hehehe... Ya karena khan saya
merasa... mungkin saya dari nurani juga berontak ya, saya merasa nggak
pernah bikin ulah kok saya terus yang di... yang di... apa... marahin terus
gitu lho.” (Informan III, 78, 83-85, 102-107)
Pada peristiwa penganiayaan tersebut informan III (37) benar-benar
mengungkapkan bahwa ia sangat kesal, tidak terima dan jenuh dengan semua
perlakuan tidak adil yang diterimanya. Informan III (37) mencoba untuk sabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dan mengalah ketika mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan
tersebut, perlahan informan III (37) kehilangan kesabaran, ia memberontak
dan terjadilah peristiwa penganiayaan guru oleh informan III (37). Hal ini
ditunjukkan oleh informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut :
“Tapi khan mungkin nggak tahu terus saya yang kena, kemudian diemin
sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu.” (Informan III,
114-117, 115-117)
Setelah kejadian penganiayaan informan III (37) semakin sering keluar
masuk lembaga pemasyarakatan, selama menjadi narapidana di dalam
lembaga pemasyarakatan ia berkenalan dengan banyak teman sesama
narapidana, relasi terbangun hingga hingga ia keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan beberapa saat
kemudian beberapa teman datang ke rumah informan III (37) dan mulai
menawarkan untuk ikut melakukan aksi kejahatan. Hal ini ditunjukkan oleh
informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut :
“Ceritanya dari teman, khan saya juga... khan saya sliweran masuk, pas
kemarin keluar saya ditawarin sama temen kerja, saya kerja. Setelah itu
khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan,
terus... Ya khan saya keluar terus pernah dia datang aja.” (Informan III,
22-27, 158-165)
Informan III (37) menyadari semenjak ia memiliki banyak kenalan
sesama narapidana, ia menjadi sering keluar masuk ke dalam lembaga
pemasyarakatan. Kutipan di bawah ini menunjukkan bagaimana informan III
(37) menyadari secara utuh :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
“Setelah penganiayaan itu khan saya sering keluar masuk karena di dalam
juga kenal banyak temen-temen.” (Informan III, 144-146)
Teman-teman informan III (37) menjadi semakin sering datang ke rumah
dan menawarkan untuk ikut melakukan aksi kejahatan, informan III (37) pun
secara sadar menerima ajakan dari teman-temannya. Pada saat itu ia memang
belum menyiapkan rancangan kehidupan di masa yang akan mendatang,
baginya cukup menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik-baiknya, hal
tersebut yang menjadi salah satu penyebab informan III (37) memilih untuk
menerima ajakan temannya. Hal ini diceritakan oleh informan III (37), dalam
kutipannya sebagai berikut :
“Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya
sama ngikut aja. Soalnya khan...” (Informan III, 162-165)
Pada saat itu, secara kebetulan informan III (37) juga sedang tidak
memiliki pekerjaan apapun, sedangkan informan III (37) memiliki kebutuhan
yang harus dipenuhi dan keadaan perekonomian informan III (37) saat itu
tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Kedua permasalahan tersebut yang
mendorong dan menguatkan dirinya untuk menerima ajakan untuk melakukan
aksi kejahatan Hal ini diungkapkan oleh infor man III (37), dalam kutipannya
sebagai berikut :
“Itu ceritanya itu... dikenalin sama temen orang Wonosobo, namanya
Danang. Nah itu... Waktu itu khan kebetulan saya juga nganggur, nggak
kerja. “Kamu ikut saya kerja ya. Ikut aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu
nggak sebagai eksekutor, sopir aja.” (Informan III, 186-192)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lemahnya ekonomi dan banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tidak
hanya berdiri sendiri sebagai faktor utama yang membuat informan III (37)
terus menerus menerima ajakan teman-temannya untuk ikut bergabung ke
dalam aksi kejahatan. Tercatat sebagai mantan narapidana membuat informan
III (37) dan teman-temannya sulit untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
Informan III (37) merasakan orang-orang memberikan persepsi negatif dan
judegment kepada dirinya karena statusnya yang disandangnya. Hal ini
diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya seagai berikut :
“Kemudian dari sana, wah kae bekas kono, kae bekas kene. Lha dikira
nanti kok gek-gek... jadi prasangka buruk, makanya paling banter
kerjaanya tukang bangunan. Bisa itu khan kalo di proyek khan bisa.
Nggak mungkin ada prasangka buruk.” (Informan III, 761-764, 766-770)
Persepsi negatif dan judgement yang diberikan orang-orang membuat
informan III (37) lama kelamaan merasa putus asa. Timbul learned helpesness
dalam diri informan III (37) yang disebabkan oleh pengalaman-
pengalamannya mendapatkan ketidakpercayaan dari orang lain yang berupa
persepsi negatif dan judgment yang diberikan orang-orang. Keputusasaan
tersebut membuat informan III (37) kemudian berpikiran dan menetapkan
pilihannya untuk terus hidup dengan melakukan aksi kejahatan. Hal ini
diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut :
“Ya kita mau cari kerja kadang ditolak. Gimana donk ya? Terus kadang
khan kita timbul putus asa to? Ya udah gini lagi aja lah.” (Informan III,
758-768)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Selain itu informan III (37) juga menyadari yang membuat teman-
temannya sering datang ke rumahnya, adalah karena teman-temannya percaya
bahwa ia memiliki kemampuan dan pengalaman yang bagus di dunia
kejahatan. Selain itu ia sadar jika dirinya selalu bermain sportif ketika
melakukan aksi kejahatan hal ini kemudia dimanfaatkan teman-temannya. Hal
ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut :
“Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya bisa. Istilahe bahasa kami itu
Njongkini. Pinter... Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah
makane, wah itu aja kalo masuk nggak pernah nggigit orang lain.
Makanya saya kemarin pindah, dari rumah itu pindah. Mending ngontrak
supaya nggak tahu. Lha tapi kok ada temen yang tahu-tahu dateng. Gitu,
jadi seperti ini lagi.” (Informan III, 687-689, 690-692)
“Karena mungkin dari kebanyakan pengalaman, mereka tahu saya track
recordnya bagus. Jadinya...” (Informan III, 722-724)
Dalam keadaannya tersebut, informan III (37) memiliki keinginan dan
harapan untuk bisa berubah menjadi seseorang yang lebih baik, secara jujur
informan III (37) mengungkapkan keinginannya untuk memiliki pekerjaan
yang lebih baik sama seperti orang lain bukan sebagai seorang pelaku
kejahatan. Secara langsung dalam kutipannya diungkapkan oleh informan III
(37), sebagai berikut :
“Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin, nggak ingin banget. Ya nggak
ingin banget.” (Informan III, 343-344, 347)
“He eh, pengennya kerja normal seperti orang biasa.” (Informan III, 349-
350)
“Kesannya nggak ada, cuma kalau yang ditanya yang disini, disemua
penghuni, pertanyaannya mungkin sama, tahu jawabannya mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sama. Nggak mau ada yang seperti ini, nggak mau... Cuma karena
pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.” (Informan III, 483-490)
Kejenuhan menjadi faktor selanjutnya yang mendorong informan III (37)
berusaha untuk keluar dari dunia kejahatan. Istri informan III (37) mulai
merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan seperti itu sehingga istrinya
meminta informan III (37) untuk berhenti melakukan aksi kejahatan. Hal ini
diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut :
“Ya mungkin dari dateng di rumah khan pada banyak temen pada dateng
semua to... terus kan istri saya meresa jengah, terus saya ngontrak“
(Informan III, 33-36)
“Ya disuruh berhenti, nggak usah kayak gitu lagi. Memang sudah
berhenti. Kemarin khan udah kerja.” (Informan III, 280-282)
Keinginan informan III (37) untuk berubah terlihat dengan sungguh-
sungguh diuangkapkannya, ia pun berusaha keras untuk terus merubah dirinya
menjadi lebih baik. Selain itu, informan III (37) sangat menginginkan
kehidupan yang tentram bersama dengan keluarganya. Hal ini diungkapkan
oleh informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut :
“Nah itu pasti ada, tapi khan saya berusaha, berusaha untuk
menyembuhkan itu. Menyembuhkan supaya nggak diulangi lagi.”
(Informan III, 630-634)
“Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.”
(Informan III, 676-677)
Sekian puluh tahun melakukan kejahatan, informan III (37) mulai
merasakan perasaan-perasaan jenuh, lelah, dan bosan. Bosan mengalami
pengalaman tiap pengalaman yang penuh dengan kekerasan dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bermoral. Perasaan jenuh, lelah, dan bosan dengan dunia kejahatan Secara
lebih eksplisit diungkapkan oleh informan III (37) dalam kutipannya sebagai
berikut :
“Dua puluh tahun saya sudah sudah mau minggir, udah capek. Hidup gini
udah capek. Sudah capek saya hidup ini. Ditembak pernah, dipukul
sering.” (Informan III, 1362-1364, 1366-1367)
Perasaan malu pun dirasakan oleh informan III, ia merasa malu dengan
anak-anaknya, bagaimana sebenarnya pekerjaannya. Hal ini diungkapkan
informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut :
“Apalagi kalau pandangan dari massa, omongan saya nggak ada cuma
kadang yang ditanya khan anak. Bapaknya kemana? Kerja tempate pak
polisi. Khan malunya disitu.” (Informan III, 435-437, 439-440, 442)
Selain itu yang membuat informan III (37) merasa mulai tidak nyaman
ketika terus menerus melakukan aksi kejahatan adalah ketakutan dan
kekhawatiran jika nanti anaknya berprofesi sama sepertinya kelak. Hal ini
diungkapkan informan III (37), sebagai berikut :
“Ya itu pasti keta... apa... ada bayangan.” (Informan III, 1350-1351)
Informan III (37) menyadari bahwa jika ia ingin berubah hal yang harus
dilakukannya adalah keluar dari lingkungan pertemanannya tersebut.
Lingkungan pergaulan dengan teman-teman mantan narapidana dan pelaku
kriminal menjadi salah satu faktor yang membuat dirinya terus berada di
dalam lingkaran dunia kriminal. Perasaan jenuh mendorongnya untuk segera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengakhiri situasi ini, langkah yang ia pilih adalah tinggal di daerah yang
jauh dari lingkungan pertemanannyatersebut. Keputusan besar ini diambil
informan III (37) untuk memisahkan diri dari teman-teman lama dan mencari
teman-teman baru yang bukan seorang residivis. Hal ini diungkapkan
informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut :
“Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.”
(Informan III, 488-490)
“Nah itu, saya yang berusaha dari situ. Makanya saya memutus teman-
teman yang lama. Pindah rumah. Iya. Saya punya rumah, tapi saya
pindah, supaya temen-temen itu nggak tahu rumah saya. Yang tahu itu,
saak... mungkin bilang ke yang orang tua mertua bilang aja saya pergi ke
Lampung atau kemana. Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak
istri.” (Informan III, 659-661, 668, 670-677)
“Nah dari tahun 2013 kemarin sudah saya berusaha untuk memisah
temen-temen yang lama, cari temen-temen yang lebih baik. Yang nggak,
istilahnya bukan residivis. Yang baru-barulah. Yang lingkungan,
lingkungan nggak ada kriminalitasnya. Itu aja.” (Informan III, 927-934)
Usaha Informan III (37) untuk berubah sering kali harus gagal karena
tersudutkan oleh keadaan ekonominya yang lemah dan banyaknya kebutuhan
yang harus dipenuhi. Membuat informan III (37) akhirnya tergoda dan
menerima ajakan temannya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam
kutipannya sebagai berikut :
“Ya yang jelas khan kemarin diajak temen-temen dateng itu khan
ekonomi otomatis khan tercukupi to, dirumah. Sekali, dua kali, tiga kali,
akhirnya tergoda juga.” (Informan III, 219-222, 288-289)
Keadaan ekonomi yang menghimpit, lingkungan yang juga kurang
mendukung, membuat informan III (37) menjadi membenarkan perbuatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ketika mau menerima ajakan untuk ikut dalam aksi kejahatan. Dengan
pengalamannya kesulitan mendapatkan pinjaman uang, membuat informan III
(37) merasionalisasikan perbuatannya benar meskipun jelas kenyataannya
adalah salah, ia merasa melakukan aksi kejahatan menjadi masuk akal dan sah
untuk dilakukan. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya
sebagai berikut :
“Rusak, sekarang gini... contoh dulu saya pernah ada anak kecil dirumah
sakit, saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak
ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena
terpaksa. Saya gitu lagi untuk mbayar rumah sakit, udah. Cuma untuk
mbela'in anak aja.” (Informan III, 493-501)
Keadaan yang tidak mengenakkan tersebut membuat informan III (37)
merasa cukup tertekan, tidak tahu lagi harus mengambil langkah apalagi.
Perasaan tertekan tersebut muncul dalam kutipan informan III (37), sebagai
berikut :
“Nggak cukup, terus saya hutang mana-mana nggak mau, ya udah terus
tak putuske. Tak putuske kembali ke jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak
bayar. Istri juga nanya "uang dari mana?". "Pinjam Teman".”
(Informan III, 1302-1307)
Keputusasaan pun terlihat di dalam kalimat berikut :
“Saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada,
minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena
terpaksa.” (Informan III, 495-499)
Mementingkan kebutuhan keluarga menjadi alasan informan III (37)
merasionalisasikan perbuatannya. Hal ini diungkapkan informan III (37),
dalam kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
“Nggak ada tapinya, emang karena mungkin kebutuhan.” (Informan III,
352-353)
“Ya memang murni untuk kebutuhan keluarga. Khan ada juga pekerjaan
seperti ini dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang banyak. Ada
banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga.”
(Informan III, 593-599)
“Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya bukan nagih, karena cuma memang
murni. Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja, makanya khan diluar lama,
biasanya diluar tiga bulan, empat bulan masuk. Di luar kemarin satu
tahun dua bulan. Ya karena saya udah kerja. Ha karena ada temen dateng
itu aja.” (Informan III, 645-647, 649-654)
Informan III (37) merasakan kesulitan untuk bisa mendapatkan pekerjaan
yang baik dan berubah dari kebiasaan melakukan kejahatan, ia merasa bahwa
jalannya untuk bisa keluar dari dunia kejahatan belum terlihat. Ketika ingin
mencoba membuat sebuah usaha, seringkali akhirnya tidak dapa direalisasikan
karena kurang memiliki keterampilan yang mendukung usaha tersebut. Pada
akhirnya informan III (37) merasakan perasaan ragu untuk mencoba membuat
usaha. Ungkapan perasaan sulit dan ragu diungkapkan informan III (37)
dalam kutipan sebagai berikut :
“Cuma jalannya kadang nggak ketemu kalau mau keluar.”
(Informan III, 755-756)
“Misalnya kita mau jualan atau buka laundry, kita mau melangkahi ragu...
udah ragu duluan itu khan kadang jalannya kaya susah. Kita udah
berusaha padahal, tapi sepertinya jalannya susah.”
(Informan III, 805-810)
Merasa kesulitan dan ragu untuk melangkah serta berpikiran bahwa jalan
hidupnya sulit semakin memunculkan perasaan learned helpesness dalam diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
informan III (37). Perasaan Learned helpesness tersebut yang mengantarkaan
informan III (37) kembali ke pemikiran semula, lebih baik kembali melakukan
aksi kejahatan. Hal ini terlihat dalam ungkapan informan III (37), sebagai
berikut :
“Karena terus... mungkin ada keputusasaan, udah berdoa, udah semuanya,
usaha sudah, terus nggak ada jalan bener, kembali kesitu lagi.”
(Informan III, 815-818)
Ketika sedang berproses menjadi lebih baik, informan III (37) juga
seringkali merasakan perasaan kesal dan tidak terima. Perasaan learned
helpesness pun kembali muncul, ia merasa usahanya untuk menjadi lebih baik
terasa sia-sia. Informan III (37) merasa menjadi orang baik sulit sekali.
Informan III (37) pun kembali lagi berpikiran untuk menjadi orang jahat jika
usahanya tidak pernah membuahkan hasil positif. Hal ini diungkapkan
informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut :
“Ora, sesuk tak mbaleni seperti yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf tapi
masih tetep ditangkep?” (Informan III, 850-852)
“Hmm... jadi istilahnya saya yang sudah mapan-mapan kerja, tapi kok
masuk penjara lagi. Yawes sesuk kumat neh wae. Wong saiki kumat ra
kumat podo wae. Saya menjadi orang benar itu emang susah mbak,
uangel tenan. Jadi ini ya, ada pandangan kaya saya.. saya saja jadi orang
baik tetep disalahin og. Nah itu sering.” (Informan III, 1046-1054)
Pada suatu ketika saat informan III (37) sedang menjauhkan diri dari
lingkungan yang menjerumuskannya dan sudah mendapatkan sebuah
pekerjaan yang baik, datang seorang teman yang membuat dirinya sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kembali masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan. Ia merasa sangat kecewa
terhadap dirinya sendiri, ia kecewa karena perasaan sungkannya yang
berlebihan membuat ia mengambil keputusan yang salah. Perasaan kecewa
dan kesal terhadap diri sendiri tersebut diungkapkan informan III (37) secara
jelas, sebagai berikut :
“Datang sekali, dua kali, tiga kali sudah nolak. Dia malah pergi sendiri.
Mencuri-mencuri, saya mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu. Cuma satu
itu, nggak ada salah lain.” (Informan III, 948-952)
Perasaaan sungkan membuat informan III (37) akhirnya mengambil
keputusan yang salah. Kata-kata tolong menjadi sesuatu yang sensitif bagi
informan III (37), hal tersebut menguatkan perasaan sungkan dalam diri
informan III (37). Secara sadar informan III (37) menyatakan bahwa dirinya
paling tidak bisa menolak untuk membantu seseorang ketika ada yang
meminta tolong kepadanya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam
kutipan sebagai berikut :
“Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah
ditolong teman juga.” (Informan III, 298-300)
“Iya, makanya saya nggak enak itu. Akhirnya saya beli. Tolong,
bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah.”
(Informan III, 958, 960-962)
“Sebelumnya membeli itu karena buat nolong dia mau pulang ke
Jakarta.” (Informan III, 327-328)
Informan III (37) berusaha memaknai pengalaman kejahatan yang sudah
ia alami. Informan III (37) menangkap sebuah nilai dari hasil ia merefleksikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
seluruh pengalaman pribadinya terkait pengalaman kejahatan dan juga
pengalaman temannya. Informan III (37) sadar bahwa semuanya kembali lagi
ke diri sendiri dalam menyikapi sebuah keadaan. Bagaimana hati nurani
masing-masing individu ikut berperan menentukan sebuah keputusan. Hal ini
diucapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut :
“Ya kadang seperti saya ni, seperti saya karena sering keluar-masuk
pernjara karena pengaruhnya ada, khan di manfaatin sama orang luar
juga. Pas saya keluar, "mas itu mas dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu
khan ada. Itu khan pemanfaatan namanya. Kalau kita mau ya kita
otomatis harus kesini lagi to? Kalau gak mau ya gak to? Iya. Semuanya
ya tergantung diri kita sendiri. Kayak si Slamet juga kalau dia nggak mau
ya mungkin nggak masuk sini. Ya tergantung diri kita sendiri. Kembali ke
hati nurani kita sendiri.” (Informan III, 1280-1294)
Penyesalan karena tidak mendengarkan orang lain untuk berhenti
melakukan aksi kejahatan menjadi salah satu nilai yang didapatkan informan
III (37) dari hasil ia merefleksikan pengalaman kejahatannya ketika sekarang
mendekam di dalam lembaga pemasyarakatan :
“Sedangkan aku disini. Padahal aku disini nggak ngapa-ngapain, kok
diluar kadang tak sia-siakan, nah itu. Contohnya, saya dibilangin "udah
nggak usah bergaul sama orang lain, nggak usah! Temen-temen kamu
ditinggal". Tapi saya tetep masih bergaul.” (Informan III, 1169-1176)
4. Informan IV ( inisial R , 24)
Melihat paparan informan IV (24) tindakan-tindakan kejahatan yang
dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan
dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan
atau dilihat seagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan komponen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
di dalam pengalaman informan IV (24) terdiri atas pengalaman psikologis
(emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan mengkonstruksikan
kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah diceritakan oleh
informan IV (24) seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi
kejahatan hingga saat informan IV (24) di wawancarai.
Informan IV (24) merupakan seorang laki-laki berumur 24 tahun yang
berasal dari Jawa Tengah, Purwokerto. Sebelum masuk ke dalam dunia
kejahatan, di tempat asalnya ia bekerja di sebuah bengkel selama lima bulan.
Kemudian memilih untuk pergi ke kota Yogyakarta untuk mencari
saudaranya, informan IV (24) merupakan korban perceraian kedua orang
tuanya, setelah beberapa selang waktu kejadian perceraian kedua orang
tuanyaIa mulai merantau dari tempat asalnya sejak tahun 2008 hingga
sekarang 2015.
Di Yogya, informan IV (24) tinggal bersama dengan saudaranya di
daerah jalan Kaliurang, kemudian informan IV (24) tergabung dalam sebuah
sanggar di daerah Timoho yang beranggotakan sekelompok pemuda yang
berjumlah sekitar 23 orang dengan mata pencaharian sebagai pengamen
jalanan. Pernah terlibat kasus kejahatan sebanyak dua kali. Yang pertama
kasus pencurian dan yang kedua adalah kasus perampokan 2 buah
minimarket,bersama dengan teman-temannya mampu mengantongi sekitar 35
juta dan beberapa benda berharga lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Ketika di tempat asalnya ia tidak memiliki saudara, timbulah perasaan
kesepian dalam diri informan. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24)
dalam kutipannya sebagai berikut :
“Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan...
nggak ada saudara kan mbak, nyari saudara saya.” (Informan IV, 45-48)
Perasaan kesepian yang dirasakan oleh informan IV (24) menjadi awal ia
merantau ke Yogyakarta, tanpa memiliki bekal pengalaman yang cukup
menjadi awal dimana dirinya masuk ke dalam dunia kejahatan.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya di benak informan IV (24) untuk
kemudian masuk ke dalam dunia kejahatan, perasaan kesepian dan kebutuhan
untuk berada di dalam suatu kelompok sosial membuat informan IV (24)
akhirnya bertemu dengan teman-teman baru yang juga memiliki perasaan
sama atau senasib, kedua belah pihak saling berbagi cerita dan “nongkrong”
bersama secara intensif, terbangunlah sebuah empati dan kedekatan serta rasa
percaya di antara satu dengan yang lainnya. Perasaan tersebut semakin
menguat, berawal dari pengalaman yang sama membuat informan IV (24)
bersama teman-temannya seperti memiliki dukungan satu sama lain atas
pengalaman-pengalaman yang senasib. Baik informan IV (24) dan teman-
temannya sama-sama jauh dari kedua orang tuanya dan mau tidak mau harus
mampu menghidupi diri sendiri. Hal ini diungkapkan informan IV (24) dalam
kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
“Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya
eks-eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya
kumpul-kumpul diluar lagi, malah...” (Informan IV, 157-161)
“Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-
temen yang kenal disitu, akhirnya ya udah.” (Informan IV, 105-108)
“Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak.
Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa
tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu.” (Informan IV, 231-236)
Pengalaman senasib yang dimiliki keduanya adalah sama-sama jauh dari
kedua orang tua dan mau tidak mau harus menghidupi diri sendiri. Informan
IV (24) di umurnya yang masih sangat belia mendapati pengalaman yang
tidak seharusnya dialami oleh bocah seusianya, kedua orang tuanya memilih
untuk bercerai, ayah dan ibunya kemudian tinggal secara terpisah dan
menjalani kehidupannya masing-masing, setelah peristiwa perceraian kedua
orang tuanya telah sama-sama memiliki pasangan baru. Setelah pengalaman
informan IV tersebut, ia tidak melanjutkan studinya di SMU. Informan IV
(24) merasa sepi dan sendirian, dengan keadaannya informan IV (24)
membutuhkan perlindungan dan dukungan sehingga ia memilih untuk
merantau ke kota Yogyakarta untuk mencari keluarganya. Saat sudah
berpindah informan IV (24) menjadi pengamen jalanan dan tidak lama
setelahnya ia terlibat dalam kasus pencurian yang sama sekali tidak ia sadari.
Pada saat itu informan IV (24) tidak paham jika temannya akan melakukan
aksi kejahatan. Ketidaktahuan informan IV (24) dengan apa yang sebenarnya
sedang terjadi diungkapkannya dalam kutipan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
“Aaa... nek itu cuma satu kok mbak. Itu aja yang nyuri khan temen, saya
jadi dimotor. Teman saya lari, saya di pegang dimotor itu.”
(Informan IV, 140-143)
Informan IV (24) merasa bahwa ia tidak tahu apa-apa dan juga tidak
merasa melakukan suatu perbuatan yang buruk.
Kasus perampokan tersebut menjadi pengalaman pertama dan pintu
masuk ia terjun ke dalam dunia kejahatan. Setelah bebas dari hukuman pidana
penjara, informan IV (24) berteman dengan teman-teman baru yang dulunya
adalah bekas narapidana, dengan intensitas pertemuan dan perasaan senasib
membuat keduanya akhirnya memiliki gagasan untuk melakukan aksi
kejahatan. Keadaan sama-sama jauh dari kedua orang tua dan harus
menghidupi diri sendiri diyakini dan dijadikan oleh informan IV (24) sebagai
pembenaran atas perbuatan kejahatan yang ia lakukan bersama dengan teman-
temannya. Hal ini diungkapkan informan IV (24) dalam kutipannya sebagai
berikut :
“Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak.
Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa
tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang
sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi.” (Informan IV, 231-238)
Dengan menganalisa data dari sisi psikologis informan IV (24), maka
dapat ditarik sebuah benang merah, bagaimana informan IV (24) berusaha
memaknai penglaman kejahatannya. Didapatkan suatu makna yang melatar
belakangi informan IV (24) masuk ke dalam dunia kejahatan, yaitu berawal
dari sebuah pengalaman kurang menyenangkan yang ia dapatkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
umurnya masih belia. Kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Hal
ini menjadi titik awal dimana kehidupan informan IV (24) berubah drastis.
Informan IV (24) memilih untuk tidak hidup bersama bapak atau ibunya, ia
lebih memilih solitare dan hidup bebas sesuai keinginanya. Pada satu titik ia
mulai merasa kesepian dan membutuhkan dukungan dari orang lain selain itu
informan IV (24) memiliki kebutuhan untuk tetap berada di dalam suatu
kelompok masyarakat. Menghidupi diri sendiri menjadi hal yang berat untuk
informan IV (24), ia belum siap untuk menghidupi dirinya sendiri dan
mandiri, ketidaksiapan tersebut mengantarkannya dalam pembenaran-
pembenaran perilaku kejahatan dan bertemunya ia dengan teman-teman baru
yang membawanya masuk ke dalam dunia kejahatan. Hal ini yang menjadi
dasar dari sebuah pengalaman kejahatan dan juga kronologi penglaman
kejahatan yang dialami oleh informan IV (24). Berikut di bawah adalah
analisis dari keseluruhan data mengenai pengalaman kejahatan informan IV
(24) yang saling berkaitan, dilihat dari berbagai macam hal yang kemudian
membentuk suatu kronologis pengalaman kejahatan berulang informan IV
(24).
Informan IV (24) mulai masuk ke dalam dunia kejahatan dimulai dari
pertemuannya dengan teman-teman baru diluar sanggar. Pengalaman pertama
melakukan aksi kejahatan tidak disadari oleh informan IV (24), hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
disebabkan karena ketidaktahuan Informan IV (24) atas apa yang dilakukan
oleh rekannya. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh informan IV (24) :
“He eh. Jadi temen saya masuk ke rumah, nyuri dirumah itu, saya juga
nggak tahu kalau diajak mencuri, orang pas 2013 itu khan saya belum
pernah kaya gitu mbak. Masih aktif di kegiatan ngamen itu. Saya disuruh
nunggu dimotor, nggak tahu temen saya masuk kerumah, keluar kok
diteriakin maling.” (Informan IV, 330-339)
Informan menyadari bahwa dirinya mulai mengenal dan masuk ke dalam
dunia kejahatan setelah bertemu dengan teman-teman di luar sanggar, teman-
teman yang ia sendiri beri istilah sebagai orang yang benar-benar hidup di
jalan. Selain itu, informan IV (24) menyadari bahwa lingkungan pergaulannya
merupakan sebab akibat dirinya masuk ke dunia kejahatan. Informan IV (24)
bersama dengan teman-temannya sering “nongkrong” bersama, kehidupan
hedonis di dalam pergaulan tersebut mulai muncul dengan adanya
peningkatan intensitas pengkonsumsian minuman beralkohol. Bagi Informan
IV (24) dan teman-temannya minuman alkohol digunakan sebagai alat untuk
menambah keberanian mereka secara psikologis dalam nantinya
melaksanakan aksi kejahatan. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) :
“Ya karena pergaulan itu, pergaulan di... kenal sama orang-orang yang
istilahnya dijalan gitu, yang bener-bener dijalan tu lho. Lain dari luar
anak sanggar itu, khan seneng kerja yang kaya gitu-kaya gitu. Akhirnya
saya juga ikut. Saya ikutlah dari anak minuman itu, dari alkohol,
terpengaruhi. Ya dari temen ke temen. Iya, namanya orang sabar kan
mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu, akhirnya
ya udah. Awalnya cuma nongkrong aja. Nongkrong, nongkrong terus ya
udah minum-minum gitu, terus ya kaya gitu. Dan terpengaruhnya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dari minuman-minuman.” (Informan IV, 92-100, 103, 105-108, 121, 123-
125, 175-177)
Informan IV (24) menggambarkan dirinya tidak memiliki perasaan takut
dan semakin merasa memiliki perasaan tertantang ketika melakukan aksi
kejahatan. Kurangnya perasaan takut tersebut dipengaruhi oleh minuman
alkohol yang ia dan teman-temannya konsumsi. Selain itu yang membuat ia
dan teman-temannya tidak takut karena mereka belum memiliki gambaran
atau pikiran kedepannya akan bagaimana jika nantinya tertangkap. Hal ini
diungkapkan informan IV (24) sebagai berikut :
“Ya kalau takutnya itu enggak'e mbak. Nggak takut.Ya awalnya dari
pertama kita nongkrong-nongkrong gitu, lihat toko-toko yang malem
masih buka itu khan. Namanya kalau orang udah punya... orang udah
kena alkohol, terpengaruh alkohol, obat-obatan tu kan nggak punya itu...
nggak punya rasa takut khan mbak. Yang penting kita bisa nguasain
barangnya gitu. Akhirnya sudah, habis itu kita beli... beli minuman di
Indomaret itu. Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga
kita kan ya memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya
pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu.
Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja.”
(Informan IV, 213-223, 298, 300, 302-309)
Ditambah setelah berhasil melakukan aksi kejahatan tidak ada perasaan
malu terhadap lingkungan sosial. Karena merasa dengan menggunakan atribut
untuk menyamar, ia merasa aman dan tidak merasa malu. Hal ini diungkapkan
oleh informan IV (24) sebagai berikut :
“Nggak mbak. Nggak ada. Iya. Biasa aja. Soalnya juga kita melakukan
kayak gitu kan tidak dengan... apa... transparan itu lho mbak. Dengan
masker, dengan tertutup gitu mbak.” (Informan IV, 399, 401, 412-416)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hal yang kemudian dirasakan dan disadari oleh informan IV (24) kenapa
memlilih masuk ke dalam dunia kejahatan adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kebutuhan untuk memiliki uang yang banyak. Hal lain yang
mendukung kebutuhan-kebutuhan informan IV (24) adalah karena di antara
mereka sendiri sudah jauh dari orang tua. Secara mental informan IV (24)
sama sekali belum siap untuk hidup mandiri. Sehingga ia melakukan
pembenaran (rasionaliasi) keputusan melakukan kejahatan dengan alasan
pemenuhan kebutuhan. Lingkungan pergaulannya pun menjadi penguat untuk
dirinya semakin yakin memutuskan melakukan kejahatan. Hal ini ditunjukkan
dalam ungkapan oleh informan IV (24) sebagai berikut :
“Ya ngajak... sebenernya namanya kita diluar juga khan pengen punya
uang gede khan mbak. Pengen punya uang banyak khan ya. Ya, satu...
karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan
kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua
orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah
itu karena kebutuhan ekonomi. He em.” (Informan IV, 171-174, 231-238,
317)
Hal lain yang mendorong informan IV (24) memilih untuk melakukann
aksi kejahatan adalah sikap hedon dari ingkungan tempat ia bergaul, yang
lebih menginginkan kesenangan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
kesenangan.Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut :
“Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya
memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran
gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang
penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja. Iya. Ya buat
seneng-seneng, buat beli keperluan sehari-hari. Seneng-senengnya
cuma... ya main ke cafe, udah itu. Ho oh beli minum paling, karaoke,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dugem, udah itu.” (Informan IV, 302-309, 295, 582-583, 586-587, 593-
594)
Keadaan lain yang membuat informan IV (24), memilih untuk masuk ke
dalam dunia kejahatan adalah karena dirinya merupakan korban perceraian
kedua orang tuanya, sehingga ia harus hidup dengan membiayai dirinya
sendiri. Informan IV (24) belum siap dengan keadaan yang berubah begitu
cepat. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut :
“Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak.
Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa
tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Kalau... khan orang tua
saya pisahan mbak. Bapak-ibu khan udah cerai. Hmm... kalau yang tau
cuma bapak, keluarga dari bapak. Kalau keluarga dari ibu nggak ada yang
tahu. Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya SMA disana, putus, lalu saya ke
Jogja, kesini. Ya itu, nyari keluarga, nyari bapak saya to. Iya. Udah
sendiri. Bapak juga udah sama istrinya sendiri to, udah sama istri
barunya.” (Informan IV, 231-236, 264-268, 276-279, 269, 288-289)
Adanya kesenangan tersendiri yang diperoleh ketika melakukan aksi
kejahatan ketika berhasil atau sukses dalam menjalankan aksi kejahatan. Hal
ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut :
“Yang saya rasain ya... ya itu mbak... apa... seneng gitu.Yang... ya itu
mbak yang didapet kebanggaan itu, senang.” (Informan IV, 350-251, 359-
361)
Kesenangan yang dimaksud oleh informan IV (24) adalah kebanggaan
karena ia berhasil mendapatkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia dan
teman-temannya miliki. Hal ini diuangkapkan oleh informan IV (24) sebagai
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
“Iya. He eh. Ya kebanggaan seperti... ya namanya khan kita kayanya
nggak pernah punya kaya gitu khan mbak, jadi pas punya kaya gitu
rasanya seneng itu.” (Informan IV, 351, 368, 351-354)
Setelah informan IV (24) tertangkap dan masuk ke lembaga
pemasyarakatan, mulailah informan IV (24) merasa malu. Secara sadar
informan IV (24) merasa bahwa dirinya kurang memiliki prinsip dan belum
bisa memperbaiki hidupnya. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24)
sebagai berikut :
“Ya kalau sesudah ketangkepnya gini juga malu, kalau sebelumnya ya...
Ya sangat inilah mbak... ya gimana ya... saya belum bisa ini'e. Soalnya
saya juga belum bisa berubah to? Belum bisa menyikapi prinsip saya.
Atau saya menyikapinya sih paling ya kejahatan kan dimata orang pasti
kan ya... cenderung negatif lah. Kalau saya belum bisa menyikapi.”
(Informan IV, 409-410, 356-363)
D. Dinamika Pengalaman
1. Informan I (22)
Perceraian kedua orang tua menjadi pengalaman yang membuat informan
I (22) merasakan stress dan marah, Ia pun tidak melanjutkan pendidikannya
hingga selesai. Sullivan menyebutkan terdapat dua jenis ketegangan, yaitu
kebutuhan dan kecemasan. Ketegangan yang dirasakan oleh informan I (22)
mungkin adalah kecemasan. Ketegangan sendiri adalah potensi tindakan yang
mungkin atau tidak mungkin dialami dalam kesadaran (Sullivan dalam Feist
& Feist, 2010). Ia menyalahkan perceraian kedua orang tuanya sebagai
penyebab ia mulai masuk ke dalam dunia kejahatan, bergaul dengan orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
orang yang salah dan menjadi tidak terarah. Manusia secara naluriah akan
berusaha untuk terus mengurangi ketegangan-ketegangan yang ada di dalam
dirinya. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut direpresi informan I
(22) dengan cara dilupakan dan tidak dihiraukannya secara tidak sadar.
Seperti kehilangan arah dan tidak memiliki prinsip, informan I (22) terus
menerus mencari kesenangan-kesenangan untuk membuatnya keluar dari
perasaan penat. Bergaul dengan banyak orang dan terpengaruh oleh
konformitas kelompok, mungkin merupakan salah satu cara informan I (22)
menemukan identitas diri dan prinsip di dalam situasinya yang tidak terarah
dan ambigu. Lingkungan menjadi salah satu pengaruh informan I (22)
semakin jauh masuk ke dalam dunia kejahatan. Pengaruh negatif yang
diterima dari lingkungan pergaulannya membawanya masuk ke dalam
kehidupan hedonis, mengkonsumsi narkoba, bersenang-senang dan membeli
sepeda motor untuk balap semakin memperburuk keadaannya. Keadaan
ekonomi informan I (22) tidak mampu untuk terus menerus memenuhi semua
kebutuhannya tersebut. Bersama dengan teman-temannya memutuskan untuk
terus melakukan aksi kejahatan demi mendapatkan uang yang banyak dan
semua kebutuhan pun dapat terpenuhi.
2. Informan II (39)
Analisis pengalaman kejahatan pada informan II (39), ditemukan sebab-
sebab yang membuat informan II (39) akhirnya memutuskan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
berkomitmen pada dunia kejahatan dan melakukan kejahatan berulang. Hal
lain yang membuat informan II (39) masuk ke dalam dunia kejahatan adalah
sejak kecil ia sudah tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, hubungan
interpersonal dengan kedua orang tuanya kurang harmonis, kurangnya arahan
dan perhatian dari kedua orang tuanya kemudian timbulah perasaan marah
dan kecewa. Secara tidak langsung informan II (39) menyalahkan kedua orang
tuanya karena dianggap tidak bertanggung jawab atas dirinya. Kurangnya
arahan dan bimbingan dari orang tua pada situasi lingkungan yang kurang
positif membuat informan II (39) akhirnya masuk ke dalam dunia kejahatan.
Tempat tinggal asal informan II (39) sejak awal memiliki kebiasaan
tersendiri yang secara turun temurun yang menerus berlanjut di Alas Roban.
Masyarakat di Alas Roban banyak yang melakukan perbuatan kejahatan
seperti pencurian, perampokan, dll. Melakukan perbuatan tersebut bukan
merupakan aksi kejahatan namun oleh masyarakatnya diberi nama dengan
istilah “bekerja”, sedangkan masyarakat yang melakukan aksi kejahatan
tersebut diberi istilah sebagai “pemain”. Sudah menjadi turun temurun bagi
masyarakat Batang, Alas Roban untuk hidup mencari uang dengan cara
melakukan tindakan kejahatan dan sebagian dari mereka yang menjadi
“pemain” tercatat sudah pernah masuk ke lembaga pemasyarakatan. Secara
otomatis kebiasaan tersebut membuat informan II (39) terbiasa dngan keadaan
yang tidak seharusnya bagi masyarakat umum, tinggal di dalam lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memberikan peluang yang besar
kepada informan II (39) masuk ke dalam dunia kejahatan.
Selain relasi dengan kedua orang tuanya yang kurang baik, kurangnya
mendapat arahan dan bimbingan, serta keadaan lingkungan tempat tinggal
yang kurang mendukung, informan II memilih untuk tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia lebih memilih suara hati dan
keinginannya untuk bisa menghasilkan uang, adanya kesenangan yang ia
dapatkan ketika mampu menghasilkan uang sendiri di umur yang masih belia.
Memiliki beberapa kebutuhan mulai dirasakan oleh informan II namun
tidak dapat ia penuhi sendiri. Sejak awal sikap dan mental informan II sudah
terbentuk oleh pengalaman-pengalaman kurang baik yang diterimanya, untuk
pertama kalinya ia pun dengan mudah menerima tawaran dari saudaranya
untuk melakukan aksi kejahatan karena menginginkan sebuah sepeda motor.
Keadaan emosi yang tidak stabil menjadi alasan informan II menerima
tawaran melakukan kejahatan, konflik dengan istrinya memberikan tekanan
psikis sendiri pada dirinya, perasaan kesal dan jengah membuat informan II
mencari tempat pelampiasan yang salah. Informan II (39) menjadi terbiasa
mencari uang dan mengatasi ketegangan-ketegangan dengan melakukan
kejahatan,
Informan II (39) merasa bahwa kurangnya arahan dan bimbingan dari
kedua orang tuanya membuat dirinya terjun ke dalam dunia kejahatan, namun
di sisi lain ia juga menyadari bahwa keputusan untuk terjun ke dalam dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kejahatan dipilih atas kesadarannya sendiri. Kebebasanlah yang diinginkannya
pada saat itu.
Setiap akan melakukan aksi kejahatan, sistem orang kepercayaan
digunakan informan II (39) dan teman-temannya dalam mengumpulkan
anggota. Informan II (39) dianggap sudah memiliki track reccord yang baik
oleh teman-temannya. Suatu ketika ia sudah menolak tawaran untuk
melakukan aksi kejahatan, namun rayuan teman-teman dan track reccord
yang baik di dunia kejahatan kembali menyeretnya ke dalam dunia kejahatan.
Hanya orang-orang yang dipercaya dan memegang kepercayaan saja yang
akan diajak melakukan tindakan kriminal. Selain itu, karena kondisi ekonomi
yang kurang mendukung Melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhn
keluarga karena secara ekonomi kurang mendukung.
3. Informan III (37)
Pengalaman kurang menyenangkan semasa remaja menjadi akar yang
melatarbelakangi informan III (37) mulai melakukan kejahatan. Pengalaman
mendapatkan perlakuan yang tidak adil memberikan ketidaknyamanan
tersendiri bagi informan III (37), perasaan tertindas membuat informan III
(37) kehilangan kesabarannya. Terus menerus dituduh membuat informan III
(37) merasa kesal, tidak terima, dan jenuh, serta hilang kesabaran, atau singkat
kata ia merasa frustasi akibat perlakuan tidak adil yang diterimanya, sehingga
mendorong informan III (37) memunculkan sisi agresif yang selama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berusaha dikontrolnya. Sebuah frustasi mampu mempengaruhi tindak
kekerasan di sekolah dan kampus, sejumlah siswa yang melakukan kejahatan
dahulunya merupakan seseorang yang pernah menjadi objek ejekan dan
bullying atau menganggap dirinya diperlakukan tidak adil (Sears, Peplau,
Taylor, 2009). Terjadilah penganiayaan yang menjadi pengalaman pertama
informan III (37) melakukan tindakan kejahatan dan menjadi narapidana.
Menjadi narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan membuatnya
mengenal berbagai macam orang dengan latar belakang kejahatan yang
berbeda-beda, secara tidak disadari informan III (37) mulai tertarik masuk ke
dalam dunia kejahatan.
Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, informan III (37) masih
bergaul dengan teman-teman sesama narapidana, pergaulan menjadi salah satu
sebab informan III (37) mulai intens melakukan aksi kejahatan. Tawaran
untuk melakukan aksi kejahatan datang dari teman-temannya silih berganti,
belum ada rancangan yang akan ia lakukan untuk kehidupan di masa depan
karena bagi informan III (37) menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik-
baiknya adalah satu hal yang dipikirkannya saat itu, sehingga ia memilih
untuk menerima ajakan temannya. Selain itu informan III (37) memiliki
perasaan sungkan untuk dapat menolak tawaran dari temannya, ia akan
semakin sungkan untuk menolak tawaran dari temannya ketika kata-kata
“tolong” terucap dari mulut temannya. Terdapat kemungkinan lain informan
III (37) merupakan seseorang yang tidak suka jika ditolak dan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
seseorang yang menyandang predikat pelaku kriminal dengan kemampuan
yang baik serta selalu diandalkan membuat informan III (37) merasa memiliki
harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai tokoh heroik sehingga sulit
baginya untuk menolak.
Kemampuan ekonomi informan III (37) kurang mendukung untuk bisa
memenuhi kebutuhan keluarga, pengalaman kesulitan mendapatkan bantuan
uang dan situasi-situasi mendesak lainnya memberikan tekanan kepada
informan III (37). Mulai setelah informan III (37) melakukan kejahatan dan
mudah mendapatkan uang, secara tidak benar-benar disadari ia menjadi
seperti merasa ketagihan untuk menghasilkan uang dengan melakukan
kejahatan, perasaan ketagihan menghasilkan uang dengan melakukan
kejahatan semakin diperkuat dengan perasaan putus asa dan stress, ia idak ada
pilihan lain selain menerima tawaran melakukan aksi kejahatan dari teman-
temannya, sebab Informan III (37) mendapatkan stereotip sebagai mantan
narapidana dari masyarakat yang membuatnya kesulitan dalam mencari
pekerjaan, beberapa kali ia mendapatkan judgment negatif karena stereotipnya
sebagai seorang mantan narapidana. Keputusasaan pun mulai dirasakan oleh
informan III (37), keputusasaan dalam dirinya semakin bertambah menguat
ketika aparat masih terus menjadikan informan III (37) sebagai target operasi
meskipun ia sudah tidak lagi melakukan tindakan kejahatan. Kesal, tidak
terima diperlakukan tidak adil, dan jenuh dirasakan olehnya berujung pada
pendapat pribadi bahwa menjadi orang baik sangat sulit, kesimpulan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
didapatkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut membuat
informan III (37) berpikir lebih baik terus menjadi orang jahat daripada sudah
berusaha menjadi baik namun tetap mendapatkan label dan stereotip. Tidak
memiliki keberanian untuk melangkah (membangun suatu usaha) juga
memperkuat informan III (37) mencari uang dengan melakukan kejahatan,
terdapat kemungkinan informan III (37) malas untuk berusaha.
Seperti yang pernah dipaparkan di atas hal lain yang membuat informan
III (37) menjadi sulit untuk keluar dari dunia kejahatan dan terus menerus
terlibat dalam aksi kejahatan adalah karena ia dianggap memiliki keahlian dan
track reccord yang bagus di dunia kejahatan, sistem orang kepercayaan yang
dianut oleh para pelaku kejahatan membuat informan III (37) terus menerus
dikejar oleh teman-temannya.
Keadaan ekonomi yang menghimpit, lingkungan yang kurang
mendukung, serta pengalaman ketika kesulitan mendapatkan pinjaman uang
membuat informan III (37) membenarkan perbuatannya. Ia sadar dan paham
bahwa perbuatannya salah namun tetap ia ambil. Bandura mengatakan
meskipun seseorang memiliki prinsip moral yang kuat, ada bebeapa
mekanisme yang dapat dipakai untuk memisahkan tindakan tercela dengan
pencelaan diri. Mekanisme ini memungkinkan seseorang melanggar prinsip
moral yang dimilikinya tanpa perlu ia merasa perlu mencela diri atau tanpa
merasa bersalah (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010). Mementingkan
kebutuhan keluarga menjadi prioritas baginya untuk kemudian mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
jalan apapun ia pun melakukan justifikasi moral. Informan III (37)
menjadikan tindakan yang tercela tersebut menjadi cara untuk mencapai
tujuan yang lebih luhur sehingga perbuatannya dibenarkan olehnya. Di dalam
hati ia berharap memiliki pekerjaan yang baik karena khawatir kepada anakya
anaknya mengikuti jejak menjadi seorang pelaku kejahatan dan ia pun juga
merasa malu telah memilih keputusan sebagai pelaku kejahatan.
Sudah sejak lama informan III (37) ingin mengakhiri hidupnya di dunia
kejahatan namun sulit baginya untuk keluar dari lingkungan tersebut, sebab
bukan kenyamanan yang ia rasakan. Informan III (37) sudah merasa jenuh,
lelah, dan bosan, serta pengalaman kekerasan dan ketidakadilan yang ia
terima. Beberapa usaha sudah ditempuh namun masih terus belum
membuahkan hasil. Usaha untuk menjauh dari duna kejahatan pun gagal, ia
merasa kecewa dan marah pada dirinya sendiri. Perlahan informan III (37)
mulai merefleksikan seluruh pengalaman pribadinya terkait pengalaman
kejahatan dan juga pengalaman di sekelilingnya dan ia sadar bahwa semua
keputusan kembali lagi ke diri sendiri dalam menyikapi sebuah keadaan,
bagaimana hati nurani manusia memiliki peran dalam menentukan sebuah
keputusan.
4. Informan IV (24)
Pada informan IV (24) ditemukan hal mendasar yang membuat informan
IV (24) kemudian memutuskan berkomitmen ke dalam dunia kejahatan adalah
karena pengalaman kurang menyenangkan semasa remaja, dimana orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
informan IV (24) bercerai. Pada umurnya yang masih belia hal ini menjadi
sebuah goncangan yang kemudian membuat informan IV (24) memilih untuk
hidup solitare dan memilih hidup bebas sesuai dengan keinginannya bahkan
memilih untuk tidak menyelesaikan pendidikannya sebagai salah satu bentuk
pemberontakan atas pengalaman tersebut. Perlman dan Peplau (dalam Sears,
Peplau, Taylor, 2009) mengungkapkan ketika hubungan sosial seseorang
kekurangan beberapa aspek penting, orang tersebut akan merasakan sebah
penderitaan personal dari situasi loneliness (kesepian). Hal tersebut yang
perlahan dirasakan oleh informan IV (24) dan kurang mampu untuk hidup
solitare muncul di dalam diri informan IV (24), secara psikis dan mental ia
belum siap untuk hidup solitare dan mandiri, bagaimana ia harus menghidupi
dirinya sendiri secara mandiri. Ketidaksiapan mental untuk hidup mandiri dan
merasakan perasaan kesepian mengantarkan informan IV (24) pada keputusan
untuk merantau ke Yogyakarta dengan harapan mencari perlindungan dan
dukungan hidup dari saudaranya. Datang ke Yogyakarta tanpa membawa
bekal pengalaman yang cukup dan kurang memiliki kepekaan terhadap
lingkungan sekitarnya menjerumuskan informan IV (24) ke dalam dunia
kejahatan. Ketidaktahuan dan ketidakpekaannya membuat dirinya terlibat
dalam kasus pencurian yang sebenarnya tidak melibatkannya secara langsung.
Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial adalah bagian dari warisan
evolusi manusia (Berscheid & Regan, dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009). Di
sepanjang hidup, seseorang terus mencari pertemanan, sahabat, dan ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
menjalin ikatan erat dengan orang yang peduli dan menerima kita. Kebutuhan
diterima merupakan sebuah elemen universal dalam diri manusia sama seperti
kebutuhan untuk makan dan minum (Baumeister & Leary dalam Sears,
Peplau, Taylor, 2009). Adanya kebutuhan untuk terus berada di dalam suatu
kelompok sosial dirasakan informan IV (24) setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan, kemudian ia mulai bergaul dengan teman-teman di dalam
lingkungan yang selama ini terbiasa hidup di dunia jalanan yang mengarah
pada kehidupan kriminal. Sering berkumpul bersama, mendapatkan pengaruh
konformitas berupa gaya hidup hedonis, setiap hari mengkonsumsi minuman
alkohol dan mencari kesenangan-kesenangan lainnya. Minuman alkohol pun
dijadikan sebuah alat untuk menambah keberanian mereka secara mental
ketika melaksanakan aksi kejahatan. Ketika seseorang yang tenang
diprovokasi untuk melakukan sebuah agresi, ia akan mampu menahan dirinya
dan memikirkan kemungkinan niat sang provokator dan kemungkinan balas
dendam, sedangkan seseorang yang mabuk lebih tidak memperhatikan
konsekuensi dari tindakannya (Zeichner dan Phil, 1979 dalam Sears, Peplau,
Taylor, 2009). Secara khusus alkohol cenderung menaikkan respon agresif
terhadap provokasi, seperti ancaman, frustasi, dan niat jahat (Sears, Peplau,
Taylor, 2009). Tidak ada perasaan takut membuat informan IV (24) malah
semakin merasa tertantang di bawah pengaruh alkohol tanpa memikirkan dan
memperhatikan konsekuensi dari tindakannya. Ketidaksiapan informan IV
(24) untuk hidup mandiri (pemenuhan kebutuhan hidup dan hidup sendiri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menjadi pembenaran (rasionalisasi) bagi dirinya melakukan aksi kejahatan.
Terbawa oleh suasana dan perasaan senasib serta konformitas di dalam
kelompok membuat dirinya semakin yakin atas alasan pembenaran tersebut.
Kebutuhan untuk hidup hedon, mencari kesenangan pun menjadi alasan
informan IV (24) berkomitmen di dalam dunia kejahatan. Lingkungan
pergaulan memberikan pengaruh yang besar dalam pemilihan keputusan
informan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan.
Berhasil melaksanakan aksi kejahatan menjadi sebuah kesenangan
tersendiri bagi informan IV (24) dan teman-temannya, kesenangan yang
didapat adalah rasa bangga karena mampu memiliki barang-barang yang
sebelumnya belum pernah ia miliki. Perasaan malu dengan lingkungan sosial
pun tidak dirasakannya, ia merasa aman karena sudah menggunakan atribut
penyamaran, ketiadaan perasaan malu tersebut semakin menguat karena
informan IV (24) sama sekali belum memikirkan dan mempertimbangkan
konsekuensi ke depan bagaimana jika nantinya tertangkap. Setelah tertangkap
untuk yang kedua kalinya informan IV (24) mulai merasa malu bahkan ia pun
mulai menyadari bahwa ia belum memiliki prinsip hidup dan masih merasa
belum bisa memperbaiki hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
E. Pola Pengalaman
Hasil yang didapat setelah melakukan proses analisis dari keempat
informan adalah terdapat beberapa pola pengalaman yang sama dan juga
ditemukan pola pengalaman yang berbeda. Pengalaman tiap informan
memberikan temuan yang bersifat personal dan unik. Setiap kejadian memiliki
penyebab yang memberikan pengaruh dan akibat kepada hal-hal lainnya
sehingga antara peristiwa saat ini dan penyebab di masa sebelumnya menjadi
suatu hubungan relasional yang tidak dapat dilihat secara terpisah antara hal-
hal yang ada di dalam diri dan hal-hal yang ada diluar diri individu
(lingkungan,keluarga, dll) (Gergen, 2009). Pengalaman-pengalaman unik dan
signifikan dari keempat informan menjadi dasar mengapa mereka
memutuskan untuk masuk ke dalam dunia kejahatan dan terus berulang
melakukan kejahatan.
A. Pengalaman serupa yang membentuk pola
Ditemukan pola pengalaman serupa yang menjadi dasar keempat
informan memutuskan untuk terjun ke dalam dunia kejahatan, pola
pengalaman serupa meliputi sebagai berikut:
1. Pengalaman kurang menyenangkan
a. Perceraian kedua orang tua
Pada informan I (22) dan IV (24) kedua orang tua mereka
memutuskan bercerai saat umur mereka masih sangat belia, keadaan
tersebut menyebabkan tekanan psikologis seperti stress, terguncang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dan perasaan marah ke dalam diri kedua informan. Ketidaksiapan diri
untuk kemudian hidup mandiri dan solitare pun dirasakan oleh kedua
informan, akibat peristiwa perceraian tersebut juga membuat kedua
informan tidak mendapatkan arahan dan bimbingan yang seharusnya.
Dalam situasi yang tidak nyaman membuat kedua informan berusaha
mencari perasaan aman dan nyaman serta muncul pemberontakan atas
perasaan-perasaan menyakitkan tersebut dengan cara bergaul dengan
sekelompok orang yang kebetulan salah dan mencari kesenangan-
kesenangan lainnya seperti mengkonsumsi minuman keras, narkotika,
dll. Pergaulan di tempat yang salah tersebut memberikan peluang
kepada kedua informan tersebut mulai memasuki dunia kejahatan.
Penglaman ini menjadi pemicu informan I (22) dan IV (24) untuk tidak
melanjukan pendidikannya.
b. Tidak diasuh oleh orang tua
Informan II (39) memiliki pengalaman tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh orang tuanya, sejak kecil informan II (39) tidak
tinggal bersama dengan orang tuanya. Pengalaman tidak diasuh oleh
orang tua memunculkan perasaan marah dan kecewa, Ia juga merasa
kurang mendapatkan arahan dan bimbingan, hubungan interpersonal
antara informan II (39) dengan kedua orang tuanya pun kurang begtu
harmonis. Informan II (39) menyalahkan kedua orang tuanya sebagai
penyebab dirinya masuk ke dalam dunia kejahatan, pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tersebut juga menimbulkan perasaan marah yang cukup mendalam
bagi informan II (39), selain itu pengalaman ini memicu informan II
(39) memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya.
c. Yatim piatu
Sejak kecil sudah menjadi seorang yatim piatu karena kedua orang
tuanya meninggal dunia menyebabkan informan III (37) harus
berjuang untuk hidup mandiri tanpa adanya arahan dan bimbingan dari
kedua orang tuanya, meskipun pada saat setelah peristiwa tersebut ia
sempat diasuh oleh paman dan bibi serta seorang guru SMU.
Pengalaman yang kurang menyenangkan terkait dengan orang tua
didapatkan keempat informan di umur yang masih belia. Pengalaman yang
kurang menyenangkan tersebut sama-sama memberikan efek yang tidak
menyenangkan bagi keempat informan terkhususnya bagi informan I (22), II
(39) dan IV (24)) karena pengalaman tidak menyenangkan terkait dengan
orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa, dan perasaan stress,
perasaan-perasaan tersebut kemudian memunculkan beberapa bentuk
pemberontakan seperti bergaul dengan orang-orang yang memiliki dampak
negatif, mengkonsumsi alkohol, narkotika, dan bersenang-senang dengan
wujud lainnya, pengalaman di tempat yang salah kemudian mungkin dapat
memberikan peluang yang lebih besar bagi mereka untuk masuk ke dalam
dunia kejahatan. Bagian ini perlu diberi perhatian khusus karena terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
sebuah pola atas pengalaman signifikan yang sama dialami dan dirasakan oleh
ketiga informan (informan I (22), II (39), IV (24)), yaitu atas peristiwa
perceraian orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa, dan stress,
kemudian sebagai akibat dari perasaan-perasaan menyakitkan tersebut muncul
sebuah pemberontakan.
Dampak lain yang mereka dapatkan dari pengalaman yang kurang
menyenangkan terkait dengan orang tua adalah kurang mendapatkan arahan
dan bimbingan dari kedua orang tua. Pada masa remaja sebagai anak muda
mereka berjuang untuk mencari tahu siapa dirinya dan bukan dirinya. (Feist &
Feist, 2011). Keempat informan menjadi sulit untuk mencari identitas diri,
dalam keadaan tidak terarah tersebut membuat ketiga informan kurang
memiliki prinsip di dalam hidupnya. Idealnya keluarga menjadi tempat utama
dalam masa perkembangan seorang anak, dalam tahap perkembangan
kepribadian anak keluarga memiliki fungsi sebagai role model. Menurut
Parke, dkk (dalam Santrock, 2012) keluarga dianggap sebagai sebuah
konstelasi berisi berbagai subsistem yang memiliki satu kesatuan kompleks
yang tersusun atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling
berinteraksi, yang didefinisikan menurut generasi, gender dan peran. Setiap
anggota di dalam keluarga akan berpartisipasi dalam beberapa subsistem.
Subsistem-subsitem tersebut memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain.
Relasi perkawinan, pengasuhan, serta perilaku dan perkembangan bayi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
memiliki dampak langsung atau pun tidak langsung terhadap satu sama lain
(Jay Belsky dalam Santrock, 2012). Konflik perkawinan (perceraian) seperti
yang dialami oleh orang tua informan I (22) dan IV (24) secara tidak langsung
dapat mempengaruhi perilaku anak di masa depan, krisis identitas ini menjadi
semakin buruk saat keempat informan bertemu dengan teman-teman yang
salah.
d. Perlakuan tidak adil
Terkhusus bagi informan III (37) ia memiliki pengalaman kurang
menyenangkan yang berkaitan dengan perlakuan tidak adil
memberikan dampak signifikan terhadap perilakunya. Perlakuan tidak
adil yang diberikan oleh gurunya membuatnya kesal dan tidak terima
sehingga perlahan ia mulai kehilangan kesabaran, agresi yang selama
ini berusaha dikelola informan III (37) kemudian muncul ke
permukaan. Akibat peristiwa penganiayaan yang dilakukan informan
III (37) terhadap gurunya ia dipenjara selama 3 bulan atas
perbuatannya. Pengalaman dipenjara kemudian menjadi awal ia mulai
mengenal dunia kejahatan dan berteman dengan orang-orang yang
hidup di dunia kriminal.
2. Pendidikan rendah
Pengalaman sebelumnya turut andil membuat seluruh informan memiliki
riwayat pendidikan yang rendah dan tiga diantaranya tidak menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pendidikan. Pada informan I (22) dan IV (24) sama-sama tidak menyelesaikan
pendidikan SMU-nya, sedangkan pada informan II (39) ia hanya
menyelesaikan pendidikan SD. Informan III (37) berhenti dan tidak
menyelesaikan pendidikannya di SMP. Tingkat pendidikan yang rendah
tersebut menyulitkan keseluruh informan dalam mendapatkan pekerjaan yang
layak, dua di antara empat infroman yaitu informan II (39) dan III (37) sempat
bekerja menjadi seorang sopir sebab hanya keahlian menjadi seorang sopir
yang mereka miliki, sedangkan pada informan I (22) dan IV (24) sempat
bekerja menjadi seorang montir di sebuah bengkel dan menjadi pengamen
jalanan. Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
wawasan, hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir dan
pengambilan keputusan keseluruh informan.
3. Pergaulan yang salah
Pola yang selanjutnya dapat dilihat dari hubungan relasi keempat
informan yang sama-sama masuk ke dalam pergaulan yang salah, pergaulan
ini memberikan dampak negatif ke dalam hidup mereka. Namun terdapat
perbedaan awal kisah yang membuat mereka bergaul di tempat yang salah,
informan I (22), II (39), dan IV (24) mulai bergaul dengan teman-teman yang
memberikan dampak negatif ketika pengalaman kurang menyenangkan
dengan orang tua (bercerai dan tidak diasuh) muncul sebagai bentuk
pemberontakan secara tidak langsung menjadi suatu kesengajaan dari ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
informan tersebut sedangkan pada informan III (37) keadaan dan situasi di
dalam lembaga pemasyarakatan yang membuatnya mulai bergaul dengan
teman yang memberikan dampak negatif dan bukanlah kesengajaan yang
dikehendaki informan III (37).
4. Ketergantungan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan aksi
kejahatan
Keempat informan sama-sama memiliki kesulitan ekonomi, sulit bagi
mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan juga kebutuhan
keluarga. Keempat informan pun kurang memiliki keterampilan yang cukup
untuk dapat mendapatkan pekerjaan yang baik. Alasan yang telah dipaparkan
sebelumnya merupakan faktor penguat keseluruh informan kembali
melakukan kejahatan. Faktor utama yang menjadi akar adalah kurang
memiliki usaha yang keras atas hidupnya sehingga menimbulkan
ketergantungan bagi seluruh informan untuk memenuhi kebutuhan dengan
cara melakukan kejahatan, uang dianggap lebih mudah didapatkan melalui
aksi kejahatan, namun temuan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan
judgment dan menutup faktor-faktor penting lainnya sesuai dengan
pengalaman tiap informan yang unik. Seperti pada contoh kisah pengalaman
pada informan III (37) bahwa bukan keinginannya memenuhi kebutuhan
hidup dengan cara melakukan aksi kejahatan, seperti yang sudah dipaparkan
di atas situasi dan kondisi awal yang tidak disengaja membuatnya mulai
tertarik ke dalam dunia kejahatan selain itu ia juga pernah mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
pengalaman sulit mendapatkan pinjaman dan bantuan uang, sampai harus
mengorbankan barang-barang pribadi untuk membiayai biaya pengobatan
anaknya membuat informan III (37) akhirnya memilih menerima tawaran
melakukan aksi kejahatan.
5. Mendapatkan labelling bernilai positif
Dua diantara empat informan mendapatkan labelling positif sebagai
seorang yang memiliki keahlian di dunia kejahatan. Mendapatkan label positif
di dalam lingkungan kejahatan sebagai seorang yang ahli di dunia kejahatan
membuat keduanya menjadi sulit untuk lepas dari tawaran dan rayuan untuk
ikut terlibat aksi kejahatan. Di dalam dunia kejahatan para pelaku memegang
unsur “orang kepercayaan”, membuat orang-orang yang sudah terlibat lama di
dunia kejahatan akan sulit keluar dari lingkungan tersebut. Kedua informan
sama-sama ingin berhenti dan sudah berusaha untuk berhenti dari dunia
kejahatan namun sulit bagi mereka untuk keluar dari sana, terutama bagi
informan III (37) menolak tawaran dari teman-temannya menjadi lebih sulit
karena perasaan sungkan dan ia menjadi ketagihan mencari uang dengan cara
melakukan kejahatan, adiksi ini semakin diperkuat oleh sebab ia kurang mau
berusaha keras dengan berusaha sendiri serta terdapat kemungkinan karena
sering diandalkan oleh teman-temannya ia jadi memiliki perasaan heroik dan
harga diri yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
B. Pengalaman sebagai penguat untuk melakukan kejahatan
Penelitian ini juga menemukan pengalaman signifikan serupa yang
mendorong para informan setelah masuk ke dalam dunia kejahatan kemudian
mengulangi perbuatan kejahatannya, pengalaman signifikan tersebut meliputi
sebagai berikut :
1. Kehidupan hedonis menimbulkan adiksi dan keputusan reaktif
Terkhusus pada informan I (22) dan IV (24) kehidupan hedonis menjadi
pendorong kuat keduanya memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan,
kehidupan hedonis ini berubah menjadi suatu adiksi bagi kedua informan dan
harus selalu terpenuhi ketika mereka membutuhkan, kemudian perilaku ini
semakin diperkuat karena lingkungan pertemanan menerapkan kehidupan
yang sama. Kehidupan hedonis tersebut meliputi kebutuhan untuk bersenang-
senang seperti membeli barang-barang, melakukan aktifitas yang sifatnya
bersenang-senang, mengkonsumsi alkohol (informan I (22) dan IV (24)) dan
mengkonsumsi narkoba (Informan IV (24)). Kebutuhan hedonis berubah
menjadi suatu adiksi membuat kedua informan fokus pada adiksi namun
kebutuhan-kebutuhan hedonis tersebut terhambat oleh keadaan ekonomi dari
kedua informan yang tidak mencukupi. Keputusan untuk melakukan aksi
kejahatan secara reaktif diambil demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hedon mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Diputuskan secara reaktif hidup hedon digunakan oleh informan II (39)
untuk melepaskan stress dan meredakan amarahnya setelah mengalami
konflik dengan istrinya, menjadi adiksi ketika setiap kali ada konflik dengan
istrinya informan II (39) akan beralih kembali ke kehidupan hedonis
2. lingkungan yang tidak sehat
Lingkungan pergaulan menjadi salah satu pengaruh berdampak besar
terhadap keempat informan dalam keputusannya untuk masuk ke dalam dunia
kejahatan. Tawaran dan rayuan untuk melakukan aksi kejahatan datang dari
teman-teman sekelompok. Selain itu perasaan-perasaan senasib di dalam
kelompok menghadirkan kenyaman tersendiri terutama bagi informan I (22)
dan IV (24). Seseorang yang berhadapan dengan kelompok mayoritas yang
kompak akan cenderung untuk ikut menyesuaikan diri dengan kelompok
mayoritas tersebut, kedua informan sama-sama telah berkomitmen di dalam
kelompok pergaulan yang mereka pilih. Komitmen sendiri merupakan semua
kekuatan, positif atau negatif, yang membuat individu tetap berhubungan atau
tetap setia dalam kelompok (Sears, Peplau, Taylor, 2009). Keputusan untuk
berkomitmen dengan kelompok juga dipengaruhi oleh umur mereka yang
tergolong masih sangat muda yang pada saat itu keduanya masih belum siap
untuk hidup secara mandiri dan solitare, serta pada masa perkembangannya
prinsip dari kedua informan masih kurang matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Sama-sama masuk dan hidup di dalam lingkungan yang salah, tempat
tinggal asal informan II (39) memiliki kebiasaan tersendiri, dimana sebagian
masyarakatnya hidup dan bekerja sebagai seorang pelaku kejahatan. Secara
otomatis kebiasaan tersebut diturunkan oleh masyarakat yang sudah lebih
senior, mental dan cara memandang yang dimiliki masyarakat di daerah
tersebut (Alas Roban) dan juga informan II (39) sudah terbentuk polanya
bahwa melakukan kejahatan adalah hal yang biasa.
Keputusan-keputusan untuk memilih hidup bebas daripada
mendengarkan orang yang lebih tua membuat mereka semakin terjerumus ke
dalam pergaulan yang salah dialami oleh keseluruh informan.
3. Labelling bernilai negatif berupa stereotip
Labelling negatif dalam bentuk stereotip sebagai mantan narapidana.
Prasangka negatif yang diberikan masyarakat kepada III (37) menghasilkan
label dari masyarakat dalam bentuk stereotip bernilai negatif sebagai seorang
mantan narapidana. Informan III (37) menjadi kesulitan mendapatkan
pekerjaan yang layak, mendapatkan ketidakpercayaan dari masyarakat.
Prasangka dan stereotip yang diberikan masyarakat juga memberikan dampak
penurunan semangat menjadi orang yang lebih baik, karena informan III (37)
mengalami learned helpesness atas usaha yang tidak pernah dinilai positif
oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Gambar 1. Skema informan I
1. perceraian
orang tua
2. Pendidikan
rendah
Dampak :
Perasaan marah,
kesal dan kecewa,
minim arahan dan
bimbingan,
kehilangan arah,
masa pencarian
identitas diri dan
prinsip
Dampak :
Minim wawasan,
pola berpikir,
pengambilan
keputusan,
keterbatasan
lapangan
pekerjaan
Pergaulan yang
salah
Konformitas :
Hidup Hedonis
(mencari
kesenangan,
narkoba,
alkohol
Konformitas :
Hidup Hedonis
(mencari
kesenangan,
narkoba,
alkohol
Sebagai tempat
mencari
identitas diri
dan prinsip,
tempat
melepas
kepenatan dan
stress
Kejahatan Berulang
Memenuhi
kebutuhan hidup
Latar belakang
Dampak :
Adiksi dan
keputusan
reaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Gambar 2. Skema informan II
Latar belakang
Tidak diasuh oleh
orang tua,
pendidikan
rendah
Dampak :
Perasaan marah,
minim arahan dan
bimbingan,
kehilangan arah,
masa pencarian
identitas diri dan
prinsip
Dampak :
Minim wawasan,
pola berpikir,
pengambilan
keputusan,
keterbatasan
lapangan
pekerjaan
Lingkungan
Yang Tidak
Sehat
Memenuhi
kebutuhanh
hidup
Labelling
bernilai
positif
Konflik dengan
significant others
(isteri)
Mencari
kesenangan dengan
hidup hedonis
Budaya di
tempat asal,
konformitas
Dianggap
memiliki
keahlian
Pelepasan stress
Kejahatan
Kejahatan
Berulang
Adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Gambar 3. Skema informan III
Latar belakang Perlakuan tidak
adil
Pendidikan
rendah
Ditinggal
meninggal oleh
orang tua
Dampak :
Minim arahan dan
bimbingan,
kehilangan arah,
masa pencarian
identitas diri dan
prinsip
Pergaulan yang
salah
Dampak :
Agresi, perasaan
marah, kesal,
kecewa, dan
frustasi
Konformitas
Memenuhi
kebutuhan
hidup
Labelling
bernilai positif
dan negatif
(stereotip)
Dianggap
memiliki
keahlian
Learned
helpesness
Kejahatan Kejahatan
Berulang
Dampak :
Minim wawasan,
pola berpikir,
pengambilan
keputusan,
keterbatasan
lapangan
pekerjaan
Keputusasaan
dan ketakutan
untuk melangkah
Dipenjara
Adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Gambar 4 : Skema Informan IV
Latar belakang
1. perceraian
orang tua
2. Pendidikan
rendah
Dampak :
Perasaan marah,
kesal, kecewa, dan
kesepian, minim
arahan dan
bimbingan,
kehilangan arah,
masa pencarian
identitas diri dan
prinsip
Dampak :
Minim wawasan,
pola berpikir,
pengambilan
keputusan,
keterbatasan
lapangan
pekerjaan
Pergaulan yang
salah
Sebagai tempat
mencari identitas
diri dan prinsip,
kebutuhan rasa
aman dan
nyaman, perasaan
senasib
Konformitas :
Hidup Hedonis
(mencari
kesenangan,
alkoho, bangga
Kejahatan Berulang
Memenuhi
kebutuhan hidup
Dampak :
Adiksi dan
keputusan
reaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
F. KESIMPULAN DINAMIKA DAN POLA PENGALAMAN
Hasil analisis pada penilitan ini tidak dapat dilihat sebagai satuan
temuan yang terpisah, satu temuan analisis saling terkait dengan temuan
lainnya yang kemudian memberikan kontribusi besar kepada keempat
informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Sebuah perilaku
diputuskan individu tidak dapat dilihat melalui satu fakor namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan atas pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan juga
faktor yang berasal dari luar. Seluruh peristiwa di dalam hidup manusia saling
berkaitan, pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan di
dalamnya membentuk sebuah dunia mini. Seperti kata-kata Issac Newton
“The Universe is “One Great Machine”. Komponen dalam diri manusia
merupakan suatu turunan dari suatu proses relasional. Keluarga, lingkungan,
budaya memiliki tendensi sebagai bagian dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, tindakan, dan keputusan individu. Ada sebab maka
ada akibat yang mengikuti di belakangnya, dalam hubungan relasional
konstruk yang sudah pasti, adalah jika ada X maka ada Y, bukan jika ada X
maka Y tidak ada. Setiap kejadian, perilaku, tindakan, dan keputusan memiliki
penyebab atau kita sebut sebagai latar belakang, ada satu atau dua penyebab
utama yang kemudian memberikan efek kepada hal yang lainnya. (Gergen,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Ditemukan sebuah pola melalui hasil analisis pengalaman signifikan
seluruh informan, dimana pola tersebut menjadi alasan mendasar keseluruh
informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Pengalaman
signifikan tersebut bagi informan I (22), II (39), IV (24) merupakan suatu
pengalaman yang memberikan dampak yang menyakitkan, akibat perceraian
dan tidak diasuh oleh orang tua memunculkan perasaan kecewa, marah dan
stress, perasaan-perasaan tersebut memunculkan pemberontakan dalam bentuk
pergaulan bebas (bergaul di tempat yang salah, konsumsi alkohol, narkotika,
bersenang-senang, dll). Pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua
ini berkorelasi dengan pengalaman lain yaitu ketiga informan menjadi malas
untuk melanjutkan pendidikan sehingga dampak berkepanjangannya adalah
mereka hanya memiliki wawasan yang minim dan pola berpikir yang kurang
optimal. Anak yang memiliki orang tua yang bercerai biasanya akan lebih
cenderung mengalami kesepian saat ia dewasa daripada anak dari keluarga
yang harmonis, keadaan ini dialami oleh keseluruh informan dalam penelitian.
Landsford mengatakan bahwa pengaruh dari perceraian terhadap anak-anak
bisa sangatlah kompleks, bergantung pada faktor di belakangnya, seperti usia
anak, kelebihan dan kekurangan anak pada saat perceraian, jenis pengawasan,
status sosial ekonomi, dan fungsi keluarga pascaperceraian (Santrock, 2009).
Mendapatkan perlakuan tidak adil oleh tokoh otoriter membuat
informan III (37) memunculkan sisi agresif dengan melakukan penyerangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(memukul) kepada gurunya hingga ia harus dipenjara selama beberapa bulan.
Informan III (37) merasa terus menerus dituduh dan dipojokkan atas
perbuatan yang tidak ia lakukan. Menurut teori insting kematian Freud (1930
dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009), manusia memiliki naluri untuk bertindak
agresif, baik ditujukan orang lain maupun untuk diri sendiri. Agresi dapat
dikontrol namun agresi juga tidak dapat dieliminasi, karena agresi merupakan
sifat alamiah manusia. Selama ini informan III (37) sudah berusaha bersabar
dan memaklumi keadaan namun keadaan tidak kunjung berubah, ia terus
menerus disalahkan membuat kesabarannya mencapai batas merasa frustasi
dan agresi pun menjadi tidak terkontrol. Serangan dari gurunya melalui
tuduhan-tuduhan yang tidak sesuai dengan fakta memunculkan perilaku
agresif dan perasaan agresif (amarah). Serangan sendiri mampu memicu
balasan dan bertambahnya kekerasan (Sears, Peplau, Taylor, 2009).
Pengalaman ini menjadi salah satu awal informan III (37) melakukan dan
masuk ke dalam dunia kejahatan ditambah ia tidak mendapatkan asuhan dan
bimbingan dari orang tuanya karena keduanya telah meninggal.
Kurangnya asuhan dan bimbingan dari orang tua yang dialami keempat
informan mampu mempengaruhi perkembangan pembentukan identitas diri
dan prinsip. Orang tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian
identitas pada remaja (Santrock, 2007). Menurut Erickson (dalam Feist and
Feist, 2011) identitas timbul dari dua sumber : (1) penegasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
penyangkalan remaja akan identifikasi masa kanak-kanak, dan (2) konteks
sosial dalam sejarah (pengalaman) mereka yang mendukung konformitas pada
standar tertentu. Anak muda seringkali menyangkal standar orang yang lebih
tua dan lebih memilih nilai-nilai teman kelompok. Karena masyarakat
memainkan peran penting dalam membentuk identitas mereka sebagai orang
muda. Seluruh informan berusaha mencari identitas diri dan prinsip di dalam
situasi yang tidak terarah dan ambigu. Masuk ke dalam pergaulan yang salah
menjadi salah satu upaya seluruh informan dalam menemukan identitas diri
dan prinsip mereka.
Dalam kelompok sering terdapat konformitas yang dapat mempengaruhi
penilaian dan juga perilaku individu. Coleman, Blake, & Mouton (dalam
Sears, dkk, 2009) mengatakan konformitas sendiri cenderung muncul pada
situasi ambigu atau ketika tugas semakin sulit, maka semakin cenderung
orang menyesuaikan diri dengan penilaian kelompok. Tendensi untuk
menyesuaikan diri dengan pengaruh informasi bergantung pada dua aspek
situasi, yaitu seberapa besar keyakinan seseorang pada kelompok dan
seberapa yakinkah seseorang pada penilaian diri sendiri (Sears, Peplau,
Taylor, 2009) Seperti yang dialami oleh keempat informan, bahwa mereka
lebih memilih dan mempercayai nilai-nilai yang berasal dari teman
sekelompok dan bagaimana mereka menyesuaikan diri, karena mungkin
mereka kurang yakin dengan penilainnya sendiri atas nilai-nilai hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Konformitas di dalam kelompok semakin menguat karena adanya perasaan
senasib, nilai-nilai dan kepercayaan di dalam kelompok yang sesuai dengan
keadaannya, diterima informan secara penuh. Lingkungan sendiri mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan tegangan
maupun memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan. Lingkungan juga
dapat mengganggu maupun memberikan rasa nyaman (Hall & Lindzey,
1993).
Informan I (22), II (39), dan IV (24) merasakan ketegangan-ketegangan
yang didapatkan dari pengalaman perceraian orang tua dan konflik dengan
significant others (pasangan), membuat mereka memutuskan meredakan
ketegangan tersebut dengan cara yang diputuskan secara reaktif sehingga
hasilnya kurang tepat dan semakin merugikan mereka, cara-cara yang diambil
untuk meredakan ketegangan-ketegangan melalui kehidupan hedonis dan
perilaku kejahatan, kehidupan hedonis tersebut berubah menjadi adiksi bagi
ketiga informan sehingga setiap kali ketagangan-ketegangan akan diselesaikan
dengan kehidupan hedon tersebut, kemudian konformitas di dalam kelompok
pertemanan seluruh informan begitu kuat, menjadikan mereka terus menerus
hidup hedon dan terdorong untuk melakukan kejahatan sehingga sulit bagi
mereka untuk keluar dari lingkungan kejahatan.
Lingkungan sosial pun ikut berperan membuat dua dari keempat
informan merasa sulit untuk dapat keluar dari dunia kejahatan karena adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
komitmen yang sudah terjalin di antara para informan dengan kelompok
pertemanannya. Informan II (39) tinggal di lingkungan yang mayoritas
merupakan pelaku kejahatan keadaan dan situasi ini semakin memberikan
peluang besar menariknya masuk ke dalam dunia kejahatan, sebab pola pikir
dan budaya di lingkungan tersebut sudah mempengaruhinya sejak ia masih
kecil. Sering melakukan tindakan kejahatan menjadikan mereka memiliki
keahlian yang baik dunia kejahatan dan diakui oleh teman-teman sesama
pelaku kejahatan. Mendapatkan label dari teman sekelompok sebagai seorang
yang memiliki keahlian di dunia kejahatan, membuat informan II (39) dan III
(37) terus menerus dicari oleh teman-temannya untuk ikut terlibat dalam aksi
kejahatan. Kelompok pertemanan tersebut menjadi bersifat mengikat satu
sama lain. Labelling bernilai positif jika berada di dalam lingkungan kejahatan
yang diberikan oleh teman-temannya membuat mereka terus menerus dicari
dimana pun mereka berada karena keahliannya. Informan II (39) dan III (37)
ada kemungkinan memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai
pahlawan karena selalu diandalkan oleh teman-temannya ketika melakukan
aksi kejahatan, ketika menolak tawaran tersebut maka harga diri yang tinggi
tersebut terlukai. Informan III (37) menjadi semakin sulit menolak tawaran
karena ia memiliki perasaan sungkan yang cukup besar.
Prasangka dan labelling bernilai negatif berupa stereotip yang diberikan
masyarakat kepada satu diantara 4 informan membuat informan III (37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
merasa putus asa. Stereotip sebagai mantan narapidana membuat informan III
(37) sulit mendapatkan pekerjaan dan melemahkan semangat informan untuk
berubah menjadi lebih baik. Stereotipe memiliki kekuatan yang besar dan
dapat mempengaruhi seseorang dalam memproses sebuah informasi sosial
(Yzerbet, Rochr & Scardron dalam Sears, David O, Peplau, Letitia Anne,
Taylor, Shelley E., 2006). Akibat dari stereotipe dan prasangkan yang
diberikan oleh masyarakat, informan III (37) mengalami learned helpesness,
keadaan dimana seseorang merasa depresi dan usaha yang dilakukannya
selalu gagal sehingga mereka menjadi putus asa dan akhirnya menyerah
(Seligman dalam Hergenhahn & Olson, 2010).
Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi cara berpikir keseluruh
informan, salah satu contoh yang didapatkan dalam hasil analisis adalah
pengambulan keputusan yang bersifat reaktif tanpa ada pemikiran yang
matang. Pendidikan yang baik dapat mempengaruhi seseorang untuk
mengambil sebuah keputusan yang didasari dengan pertimbangan-
pertimbangan matang, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi
keterampilan dan wawasan seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah seperti
yang dialami keseluruh informan menjadikan mereka sulit untuk memiliki
pekerjaan yang lebih layak, baik secara moral dan juga pendapatan, yang
kemudian berdampak pada kesulitan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
hidup, serta secara keseluruhan informan dalam berpikir dan mengambil
keputusan
Secara umum kita memiliki pola-pola pengalaman dan dinamika di
dalam pegalaman tersebut bahwa seseorang mulai berkomitmen untuk
melakukan kejahatan disebabkan oleh pengalaman kurang menyenangkan
semasa kecil dengan orang tua, perlakuan tidak adil, pengalaman-pengalaman
tersebut berlanjut sampai kepada pengalaman-pengalaman yang lain seperti
pendidikan yang rendah. Penelitian ini juga menemukan pola yang membuat
para informan kembali melakukan kejahatan di antara lainnya adalah karena
adanya adiksi terhadap suatu hal, meredakan ketegangan-ketegangan dengan
cara hidup hedon, malas berusaha, dan stereotip sebagai mantan narapidana
serta label sebagai penjahat yang ahli. Hal lain yang ditemukan adalah
keseluruh informan melakukan kejahatan karena adanya keperluan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, menunjang kemampuan ekonomi yang lemah,
pengaruh lingkungan, dll. Di balik seseorang kemudian memutuskan untuk
berkomitmen dengan dunia kejahatan dan membawa alasan-alasan tersebut,
tidak semata-mata dapat digeneralisir begitu saja sebab pengalaman tiap
individu adalah unik dan latar belakang yang berbeda-beda tersebut menjadi
awal kisah mengapa ia kemudian berkomitmen dengan dunia kejahatan.
Penelitian ini berusaha mengupas secara lebih mendalam setiap latar
belakang pengalaman kejahatan agar didapatkan gambaran dari sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dinamika psikologis para informan atas pengalaman-pengalaman signifikan
tersebut. Sehingga peneltian ini dapat berguna untuk lebih memanusiakan
narapidana, memahami dunianya, dan merehabilitasi dengan cara yang tepat.
Sehingga diharapkan semakin berkurang residivis-residivis di kota
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis pada penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa :
“If we want more promising futures, it is argued, we must discover the
conditions that influenced him to engage in such behavior.”
(Skinner B. F dalam Gergen,
2009)
Setiap peristiwa yang dialami manusia tidak terlepas dari hubungan
relasional, yaitu hubungan sebab dan akibat. Satu atau dua peristiwa yang
terjadi memberikan dampak kepada peristiwa-peristiwa yang selanjutnya, di
dalam peristiwa-peristiwa yang dialami para informan juga terkandung
dinamika psikologis. Pada penelitian ini ditemukan beberapa pola pengalaman
serupa yang menjadi akar para informan melakukan aksi kejahatan, ditemukan
bahwa pengalaman kurang menyenangkan terkait dengan orang tua
memunculkan perasaan marah, kecewa dan stress, untuk meredakan perasaan-
perasaan tersebut tiga informan melakukan pemberontakan dengan cara
bergaul dengan orang-orang yang kebetulan memberikan dampak negatif,
pengalaman ini juga membuat ketiga informan malas untuk melanjutkan
pendidikan sehingga memberikan dampak bagi ketiganya yaitu memiliki pola
berpikir yang kurang maksimal dan minim wawasan. Sedangkan pada salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
satu informan perlakuan tidak adil dari tokoh otoritas mengantarkannya pada
situasi dan kondisi yang mengenalkannya pada dunia kejahatan.
Pola pengalaman serupa selanjutnya ditemukan adanya ketergantungan
terhadap cara memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara
melakukan kejahatan karena dianggap lebih mudah, adanya kemungkinan
seluruh informan kurang memiliki usaha lebih untuk mencari uang dengan
lebih mandiri. Adapun pola pengalaman serupa dalam rupa labelling bernilai
positif jika di dalam lingkungan kejahatan karena kedua informan dianggap
memiliki keahlian yang baik di dunia kejahatan. Dampak yang dihasilkan dari
labelling tersebut membuat kedua informan selalu dicari dan diandalkan oleh
teman-temannya dalam setiap aksi kejahatan. Kesulitan menolak tawaran ada
kemungkinan karena kedua informan memiliki harga diri yang tinggi dan
merasa diri sebagai pahlawan, ketika mereka menolak tawaran tersebut maka
bisa jadi harga diri mereka terlukai. Semakin sulit menolak tawaran juga
disebabkan oleh perasaan sungkan yang dimiliki oleh salah satu informan.
Penelitian ini juga menemukan beberapa faktor penguat para informan
kembali melakukan kejahatan yaitu lingkungan dengan efek konformitasnya
mengantarkan ketiga informan mengenal hidup hedonis dan membuat ketiga
informan menjadi adiksi, karena setiap terjadi ketegangan ketiga informan
akan kembali meredakan ketegangan dengan salah satunya hidup hedon.
Lingkungan dengan budaya kriminal membuat para informan berpeluang
besar masuk ke dalam dunia kejahatan karena sedikit banyak budaya dan pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
berpikir masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut mempengaruhi pola
berpikir para informan sejak masih kecil. Alasan-alasan yang dikemukakan
seluruh informan terkait dengan pemenuhan kebutuhan, tingkat ekonomi yang
rendah, label sebagai mantan narapidana menjadi penguat bagi mereka untuk
membenarkan cara berpikir mereka melakukan tindakan kejahatan.
B. Kelemahan penelitian
Disadari oleh peneliti bahwa penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan, informasi yang lebih mendalam lagi masih dapat digali dengan
wawancara yang lebih intensif dari segi kedalaman pertanyaan, karena
kurangnya pengalaman dalam menggunakan metode wawancara semi-
terstruktur, informasi yang digali di tiap informan memiliki hasil kedalaman
yang berbeda-beda, serta dalam proses wawancara dibutuhkan kesiapan
mental yang cukup agar percaya diri melakukan wawancara dengan
narapidana. Selain itu, saat analisis dan pembahasan, dalam merangkai
kalimat dan mendinamikakan pengalaman psikologis masih terlihat kurang
rapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
C. Saran
Saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi pemerintah
Perlunya ditinjau kembali pentingnya sosialisasi dan penyadaran tentang
fungsi sebuah keluarga dan pola asuh bagi perkembangan anak. Sebab
pertama kali anak akan lebih banyak bersinggungan dan belajar banyak hal
dari keluarga. Pendidikan menjadi bekal yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang, karena dengan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas,
seseorang lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan dampak
lainnya adalah, seseorang yang berpendidikan setidaknya memiliki cara
berpikir yang cerdas.
2. Bagi keluarga dan lembaga pendidikan
Melalui keluarga dan juga dapat melalui sekolah, kembali dikuatkan
pemahaman akan moralitas dalam hidup bermasyarakat, dengan maksud dan
tujuannya adalah agar seseorang mampu memahami dan mengambil
keputusan yang tepat dalam menentukan hal yang baik dan tidak baik, hal
yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3. Bagi masyarakat
Memberikan kesadaran kepada masyarakat luas untuk mendukung dan
memberikan dukungan positif (mengurangi prasangka dan mengurangi
stereotip, serta memberikan kesempatan) dalam proses rehabilitasi dan
sesudah proses rehabilitasi para narapidana.
4. Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI
Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI untuk menyiapkan pendampingan psikologis di
dalam lembaga pemasyarakatan, untuk membantu para narapidana memahami
akar permasalahan yang dialami dan mendorong para narapidana untuk
menemukan solusi yang tepat bagi permasalahannya. Pembenahan sistem
pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan agar tepat guna dalam
merehabilitasi para narapidana.
5. Bagi peneliti yang selanjutnya
Bagi peneliti yang selanjutnya, disarankan untuk memperkaya data seperti
datang langsung ke tempat tinggal asal informan untuk melakukan observasi,
melakukan wawancara langsung dengan significant others, teman, atau
tetangga, sehingga dihasilkan informasi yang lebih mendetail. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
peneliti yang selanjutnya dapat mencoba melihat pola laten yang berasal dari
pengalaman para informan.
6. Bagi Informan
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada setiap
informan atas perilaku kejahatan yang telah mereka lakukan, baik hal-hal
yang mungkin belum disadari, maupun yang sudah mereka sadari. Melalui
hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu keseluruh informan untuk
kembali merefleksikan pengalamannya tersebut demi perbaikan kualitas hidup
di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (2000). Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat.
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Amran, Ali. (2003). Tesis : “Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya
Residivisme”. Jakarta, Universitas Indonesia.
Anima Media Psikologi Indonesia. (1998). Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya.
Arief, Nawawi Barda.(2011). Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana;
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta : Kencana.
Bawengan. (1977). Pengantar Psychologi Kriminil Cetakan ke-3. Jakarta Pusat :
Pradnya Paramita.
Brouwer, M.A.W. (1988). Alam Manusia Dalam Fenomenologi. Jakarta, PT.
Gramedia.
Chazawi, Drs. Adami, S. H. (2012). Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. Depok :
Raja Grafindo Persada.
Creswll, John W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Feist & Feist. (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7 Buku 1. Jakarta Selatan, Penerbit
Salemba Humanika.
Frankl. Viktor E (2006). Man’s Search For Meaning. Boston, Massachusetts :
Beacon Press.
Gadd, David., & Jefferson, Tony (2007). Psychosocial Criminology. London, SAGE
Publications Ltd.
Gergen, Kenneth. J. (2009). Relational Being: Beyond Self and Community. New
York, Oxford University Press, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-Teori Holistik (Organismik-
Fenomenologis). Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).
Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Heidensohn, Frances. (2006). Gender and Justice New concepts and approaches.
New York, Routledge Taylor and Francis Group.
Hergenhahn, B.R., & Olson, Matthew H. (2010). Theories of Learning, Edisi ketujuh.
Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Koesworo, E. (1987). Psikologi Eksistensial : Suatu Pengantar. Bandung, Rosda
Offset.
Lyder, Derek. (2004). Social and Personal Identity : Understanding Yourself.
London, Sage Publication, Ltd.
Misiak, Henryk., & Sexton, Virginia Staudt. (1988). Psikologi Fenomenologi
Eksistensial dan Humanistik, Suatu Survey Historis. Bandung, PT. Eresco.
Mustofa, Muhammad. (2013). Metodologi Penelitan Kriminologi Edisi Ketiga.
Jakarta : Kencana Media Group.
Prasetyo, Prof. Dr. Teguh. S.H.,M.Si. (2013). Hukum Pidana Edisi Revisi. Depok :
Raja Grafindo Persada.
Samosir, Djisman, S.H.,M.H. (2012). Sekelumit Tentang Penologi &
Pemasyarakatan. Bandung : Penerbit Nuansa Aulia.
Santoso, Topo & Achjani, Eva. (2004). Kriminologi. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Santrock, John W. (2007). Remaja edisi kesebelah. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi 3, Buku 1. Jakarta, Penerbit
Salemba Humanika.
Santrock, John W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas, Jilid 1.
Penerbit Erlangga, PT.Gelora Aksara Pratama.
Sears, David O., Peplau, Letitia Anne., & Taylor, Shelley E. (2009). Psikologi Sosial
Edisi Kedua Belas. Jakarta, Penerbit Kencana Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Sears, David O., Peplau, Letitia Anne., & Taylor, Shelley E. (2006). Social
Psychology Eleventh Edition. USA, Perason Education Inc.
Semium, Yustinus, OFM. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta : Percetakan Kanisius.
Smith, Jonathan A. (2008). Qualitative Psychology : A Practical Guide to Research
Methods. Great Britain, Sage Publication.
Smith, Jonathan A. (2013). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif Pedoman Praktis
Metode Penelitian. Bandung : Penerbit Nusa Media.
Smith, Jonathan A., Flowers, Paul., & Larkin, Michael. (2009). Interpretative
Phenomenological Analysis : Theory, Method and Research. Great Britain.
Sage Publication.
Soejono D. (1977). Ilmu Jiwa Kejahatan. Bandung : P.T Karya Nusantara.
Sugiman, Toshio., Gergen, Kenneth J., Wagner, Wolfgang., & Yamada, Yoko.
(2008). Meaning in Action : Construction, Narratives, and Representation.
Japan, Springer.
Nugraha, Indra Widya & Abidin, Zainal (2013). Skripsi : “Motivasi Kejahatan
Repetitif Residivis di Lembaga Pemasyarakatan Pati”. Semarang : Jurnal
Empati Vol 2 No 3 Universitas Diponegoro Fakultas Psikologi
Wortley, Richard., & Mazerolle, Lorraine. (2008). Environmental Criminology and
Crime Analysis. Devon, UK : William Publishing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Informan : Inisial V Tanggal : Rabu, 8 Maret 2015
Usia : 22 tahun Tempat : Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA NO PERTANYAAN/PERNYATAAN EXPLORATORY
COMMENT
Pengalaman
pertama
kejahatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Mas sebelumnya tinggal dimana?
Di badran mbak, belakang kampus
Janabadra.
Oo belakang kampus janabara. Terus
asal kotanya? Yogyakarta.
Tempat tinggalnya di badran ya? Iya.
Tanggal lahir saya boleh tahu? 26 November 1993.
Lajang? Hah hah? (bingung).
Lajang atau kawin? Duda mbak.
Oo malah sudah duda. Pekerjaan
sebelumnya apa mas? Bengkel.. bengkel motor, motor khusus
balap.
Oo yang biasanya tracking ya? Iya tracking.
Saya ini nanti cuma menanyakan
pertanyaan seputar pengalaman jadi
nggak ada pertanyaan yang khusus jadi
santai aja mas.. iya..
mas pasti ini sudah pengalaman yang
pertama ya? Iya.
Yang pertama dulu apa mas? Nyuri hape.
Gimana ? Nyuri hape,
Terus kenapa mas kok akhirnya nyuri
hape?
Pekerjaan sebelum
melakukan kejahatan
Pengalaman pertama
melakukan kejahatan
adalah nyuri hape
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Permasalaha
n ekonomi
Menerima
ajakan teman
melakukan
kejahatan
Permasalaha
n ekonomi
Memenuhi
kebutuhan
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Hah? (terlihat masih bingung) yaa
spontan mbak.. karena terpaksa, nggak
punya uang.
Itu posisinya udah menikah atau masih
lajang? Oo masih lajang..
itu tahun berapa mas? 2011.
Terus dapet vonis berapa lama itu? 3 bulan 15 hari.
Terus habis itu, ini sudah berapa kali
berarti? Ini yang ketiga kali ini.
Waktu kedua, mas melakukan apa? Mencuri PS.
Ah mencuri ps.. itu cuma satu-satu aja
gitu atau borongan? Psnya 14 unit.
Berarti itu bareng sama temen atau
gimana? Sama temen lain.
Itu kasusnya Karena mas butuh duit
atau karena apa? Diajak temen.
Oo diajak temen..gimana itu ceritanya
kok bisa ikutan? Itu juga karena juga butuh duit.
Buat apa itu? Duitnya buat beli motor.
Oo beli motor.. suka balapan ya mas? Iya suka balapan.
Terus dapet vonis berapa? Yang kemarin 1 tahun 5 bulan.
Terus yang terakhir ini? Curanmor.
Berarti ini berkelompok atau sendiri
aja? Berdua.
Melakukan kejahatan
karena tidak memiliki
uang
Sempat melakukan
kejahatan karena
menerima ajakan
teman
Menerima ajakan
teman melakukan
kejahatan karena tidak
memiliki uang
Informan menerima
ajakan temannya
melakukan aksi
kejahatan untuk
membeli motor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Kurang
memiliki
perasaan
bersalah atau
malu
Melakukan
kejahatan
sejak orang
tua bercerai
Stress
kemarahan
represi atas
pengalaman
yang
menyakitkan
Korban
perceraian
orang tua
Tidak
menamatkan
pendidikan
Salah
pergaulan
Kurang
memiliki
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
Kalau ini dapet vonis berapa tahun? 1 tahun 5 bulan.
Mas waktu melakukan ini perasaannya
gimana? Atau ada perasaan khusus,
biasa aja, atau nggak apa atau gimana? Biasa saja.
Mas bisa menceritakan pengalaman
hidup anda? Misalnya dari kecil
kemudian sampai sekarang bercerita aja
seperti biasa. Yaa.. cerita apa ya mbak?
Sebelumnya sekolah dimana, atau
keluarganya gimana lingkungannya
gimana. Atau dimulai dari temen
bermain. Dari dulu ya temen saya baiklah. Baik..
Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari
orang tua, karena orang tua saya pisah.
(ada penekanan nada)
Sudah lama ya? Sejak umur berapa itu
waktu berpisah mas? Sejak umur berapa ya? Lupa mbak..
(kemudian berpikir) 11 tahun.
Ooo sebelas tahun. Terus kemudian
gimana kejadian ceritanya? Itu sampai saya sekolah, baru SMU kelas
2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya
ikut-ikut temen, tapi salah..salah
pergaulan.
Lanjutkan ceritanya mas, sepertinya
menarik sekali. Jadi setelah ikut temen-
temen itu akhirnya gimana? Akhirnya saya jadi orang yang nakalah
Informan tidak
memiliki perasaan
khusus ketika
melakukan kajahatan
Informan melakukan
kejahatan sejak orang
tuanya bercerai
Infrorman
menunjukkan
kemarahan kepada
orang tuanya yang
bercerai secara tersirat
dengan pernyataan
“Saya mulai bekerja
kaya gini tu, dari
orang tua, karena
orang tua saya pisah.”
Orang tua informan
bercerai sejak dirinya
berumur 11 tahun
Informan tidak
menyelesaikan
sekolahnya dan
masuk pada pergaulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
kontrol diri
Salah
pergaulan
Kurang
memiliki
kontrol diri
Salah
pergaulan
Kurang
memiliki
kontrol diri
Menggunaka
n obat-
obatan
terlarang
Berniat dan
sadar akan
mencuri
Kecanduan
narkoba
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
itungannya. Tapi saya keluar dari
sekolah langsung itu bengkel. Awal jadi
joki motor, terus saya jadi montirnya.
Itu bengkel milik siapa? Temen-temen.
Terus cerita bisa akhirnya nyuri hape
kemudian mencuri ps itu dari temen
gitu atau gimaa? Yaa Dari temen-temen.
Awalnya gimana itu ceritanya? Ya karena udah kemasukan pil. Pil
koplo..
jenis pil apa mas? Kampleng mbak.
Sama temen2 itu terus punya ide? Iya ide itu..
terus gimana ceritanya? Ya ada niat untuk mengambil barang
yang bukan barang tempet.
Kemudian? Ya uda terus saya berniat untuk
mengambil hape. Tapi terus-terusan..
terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli
obat.
Sampai sekarang masih pakai sampai
curnamor? Oo..udah nggak.
Berentinya pas tahun berapa? Yaa bebas 2013 kemarin.
Jadi motifnya mas melakukan
pencurian selain untuk beli obat apa
lagi kok bisa bolak balik dua tiga kali? Buat ya.. yaa yang.. ya buat beli obat.
Foya foya, karaokenan.. terus nyewa
yang salah
Informan menjadi
anak yang nakal
semenjak ia putus
sekolah dan salah
bergaul
Melakukan kejahatan
karena menerima
ajakan teman
Informan membiarkan
dirinya
mengkonsumsi
narkoba
Informan
mengkonsumsi
narkoba
Informan sebelumnya
sudah berniat untuk
mengambil barang
orang lain
Uang hasil mencuri
digunakan untuk
membeli narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Kurang
memiliki
kontrol diri
Berorientasi
pada
kesenangan
Berniat
untuk
memperbaiki
diri menjadi
lebih baik
Perasaan
kecewa
Berniat
untuk
memperbaiki
diri menjadi
lebih baik
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
mobil, untuk main.. untuk bergaya..
Kemana mainnya? Kalau naik mobil ya jauh-jaunynya
sampe Purwokerto.. Bandung..
Main itu maksudnya main apa mas? Liburan.. refresing.
Jadi mas bolak balik masuk sini.. mas
belum ada perasaan pingin.. wah saya
habis keluar dari sini ada pikiran apa? Yaa pingin memperbaiki hidup aja..
Mas punya cita-cita apa? jadi pembalap.
Sampai skrg ada perasaan apa mas
yang mas rasakan? Perasaan marah,
sedih atau perasaan kecewa dengan
perbuatan? Kecewa mbak..
Kenapa kok bisa merasa kecewa? Ini hukumannya lama e mbak..
Selain kecewa apa yang dirasakan?
Kecewa ingin merubah.
Menruut mas bagaimana sistem
pembinaan disini? Sangat baik.
Apakah mas mendapatkan manfaatnya? Ada..
Apa yang mas dapatkan? Ya disini tu pasti ada kegiatan ikror
tentang agama.
Terus apalagi yang mas dapatkan? Membuat paper bag.
Apalagi mas? Dah mbak.
Udah? Udah itu aja.
Bagaimana mas memaknai pengalaman
hidup anda yang seperti ini? bagaimana
anda memaknai hidup? Kacau atau
Selain untuk membeli
narkoba, uang hasil
curian digunakan
untuk berfoya-foya
Setelah keluar dari
LP, informan berniat
untuk memperbaiki
diri
Merasa kecewa
karena hukuman kali
ini lebih lama
Ingin merubah diri
menjadi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Hidup kacau
Merasakan
kerugian atas
akibat dari
perbuatannya
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
bahagia atau gimana? Kacau mbak..
kenapa bisa mengatakam kacau?
yaa karena nggak enak mbak hidup di
penjara.
Bisa diceritakan? Yaa nggak bisa ketemu keluarga, nggak
bebas. Yaa waktunya terhambatlah kan
masih muda.
Terus yang mas inginkan apa mas
setelah ini? Buka usaha clothingan.
Sudah lama punya ide ini? Baru.. kan temen ada disni punya distro.
Mau bikin sendiri atau gimana? Mau bikin clothingan dulu terus ya dari
kecil dulu. Mulai dari nol.
Kalau misalnya diringkas dalam satu
kalimat..kalimat apa yang paling tepat
menggambarkan? Gimana mbak? Nggak dong ee..
Mungkin mas bisa mengatakan hidup
saya istimewa.. hidup saya penuh
dengan kejutan. Disini apa??
Di hidup anda.. yaa hidupnya.. menyenangkanlah..eeh
(ragu-ragu)..ya menyenangkan..
Kok bs menyenangkan mas? Karena disini bisa dapet pengetahuan
yang lebih panjang..
Maksudnya? Lebih luas pengetahuannya dari temen-
temen.
Tadi sebelumnya mas juga
mengungkapkan kalau setelah
melakukan perbuatan ini nggak merasa
bersalah?
Informan merasa
kehidupannya
menjadi kacau
Informan merasakan
hidup di penjara tidak
enak karena tidak bisa
bertemu dengan
keluarga, merasa
tidak bebas dan masa
mudanya terbuang
sia-sia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Merasakan
kerugian atas
akibat dari
perbuatannya
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
Yaa merasa bersalah..
Merasa kecewa ya yang pasti? Iya.. Karena waktuya jadi terbatas nggak
bisa ngapa-ngapain.
Berarti mas kedepannya mau clothing
line? Iya.
Disini temennya baik-baik? Baik-baik.
Sudah punya anak? Sudah..
Anaknya umur berapa? Dua tahun setengah.
Sering jenguk kesini? Yaa kadang mbak.
Kangen mas? Yaa kangen.
Kalau di Badran mas tinggal sendirian
atau dengan orang tua? Dengan orang tua..
Dengan bapak atau ibu? ibu.
Sementara itu dulu aja terima kasih
mugkin kalau kedepannya saya kesini
lagi saya boleh wawancara mas lag ya? Boleh.
Informan merasa
kecewa karena waktu
yang dimilikinya jadi
terbatas dan tidak bisa
bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Informan : Inisial S Tanggal : Rabu, 18 Maret 2015
Usia : tahun Tempat : Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA NO PERNYATAAN /
PERTANYAAN
EXPLORATORY
COMMENT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Saya akan menanyakan
beberapa hal.. ini
sebenarnya santai aja.
Iya.. Cuma grogi aja..
Kenapa mas kok grogi?
Gimana ya? Jarang. Iya
jarang banget. Hhmm
mungkin itu.. kedua disini
pun jujur nggak ada
perempuan.
Nggak ada
perempuannya? Nggak ada. Udah dipindah
ke wiro.
Saya mau nanya profil
dulu ya, namanya mas
inisialnya S, asal
kotanya?
Batang, Pekalongan.
(sambil berdehem dan
sentrap sentrup)
Mungkin tempat
tinggalnya disini?
Nggak ada..
Jadi asli Pekalongan? Iya asli Pekalongan.
Mas di sebelah mana?
kan pekalongan luas ya..
Maksudnya?
Mas di sebelah mana ..
kotanya atau dimana? Kalau kabupatennya
Batang, daerah Alas Roban
jalan Panturaya.
Tempat tgl lahirnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Daerah asal
berisikan orang-
orang yang
melakukan
tindakan kejahatan
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
19 November 1975.
Umurnya sekarang
berapa tahun kalau saya
boleh tahu? Kira-kira berapa ya? 39
apa 40 ya.. 39 kayanya.
Statusnya? Kawin.
Pekerjaan sebelumnya
ini apa mas? Swasta mbak, biasa
dikatakan sopir.
Ada yang mau
ditanyakan dulu
sebelumnya? Mau Tanya apa ya?
Banyak sebenarnya
pertanyaan.. Cuma bingung
apa yang mau dtanyakan.
Ya apa kira-kira? Gimana yaa.. nanya pribadi
boleh ya?
Tidak pribadi..
aslinya mana mbak?
Saya asli jogja. Jogja. Oo asli Jogja. Biar
nggak penasaran orang
mana tadi ya yang
wawancara...
Kaya orang mana saya
memangnya? Jangan-
jangan bukan kaya orang
jogja ya?
Hu,uh kaya dari luar kota
jogja. Boleh saya mulai?
Boleh
Ini pasti bukan yang
pertama kali ya pasti? Iya bener.
Sudah berapa kali? 2x ini aja.
Kalau begitu bisa
Karena daerah asal
informan isinya
pelaku kejahatan,
ia pun juga menjadi
pelaku kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Membahasakan
pelaku kejahatan
dengan kata
“Pemain”
Mendapat ajakan
dari teman-
temannya untuk
melakukan
kejahatan
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
112
113
114
115
116
117
118
119
120
ceritakan pengalaman
yang pertama? Yang Kasus yang dulu?
Boleh diceritain? Boleh. (lalu?) Belum
dikasih.. (buat kenang-
kenangan temen jogja.)
oke.. awalnya sebenarnya
bukan profesi saya untuk
pekerjaan yang kriminal.
Jd awalnya itu.. ya
memang daerah saya
banyak orang yang pemain
kaya gitu.
Pemain? Bisa dikatakan pemainlah
mbak, bahasa kita kan
pemain, kalau isitilahnya
perampok atau apa itu
pemain. Pas hari nggak
taulah. hari apa, lupa saya.
Pas malam kebetulan itu
saya ditawarin sama kawan
saya. Ya di situ rombongan
ada 4 orang jadi 1
rombongan pemain ada 4
orang. Jadi salah satu
personel ada yang istirahat.
Mau ada hajatan
keluarganya.. nah salah
satu orang di antara mereka
bertiga nawari saya. Ayo
tak ajak mangkat kerjo..
udah tak tolak.. udah tak
tolak.. dia masih ngejar
lagi besoknya. Terus kita
berangkat. Ya dia nawari
nggak sembarang orang,
dia nawarin orang kerja
kaya gitu kan.. dulu
pernah saya kena masalah
di Jakarta. Tapi tahun dulu
Informan diajak
dan menerima
ajakan teman-
temannya untuk
melakukan
kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Berperan sebagai
sopir dalam aksi
kejahatan
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
tahun 97. Ya mungkin dia
kan terus tau kalau pak S
kan pernah kerja kaya gini
kaya gini, tak ajak mau.
Akhirnya saya mau diajak
kerja. Ini ya bekerja bahasa
kita.. kalau bahasa kita
bukan merampok.
Kerja ya? Jadi
pekerjaannya adalah
merampok? Iya.
Merampoknya apa kalau
saya boleh tau?
Dulu statusnya bukan
perampok masih pencuri.
Yang dicuri? Kita mbobol toko.
Emas atau toko
kelontong? Bisa toko kelontong,
eletronik. Sudah berapa
waktu itu? Sudah
kejadian berapa kali?
Kayanya sudah ahli. Bisa dibilang ahli bukan…
karena mungkin pernah
menjalani itu, jadi tahu
caranya kaya gini.
Sudah berapa kali itu? Waa ya lupa ya kalau
itu..udah lumayan.
Udah lumayan?
Kemudian gimana
ceritanya? Waktu itu status saya
sebagai sopir, pilot.
Dipercaya temen-temen
untuk jadi pilot. Milotin
mobil itu. Saya nggak
turun.. Intinya saya
statusnya di mobil. Saya
nggak buka pintu gudang,
Informan dalam
aksi kejahatannya
menjadi sopir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Rekan aksi
kejahatan terdiri
dari orang-orang
yang sama
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
nggak buka apa-apa, nggak
ngapa-ngapain. Jadi waktu
itu pas parkir. Parkir itu
nggak tau kalau di atas ada
kamera sisi tv. Jadi saya
parkir sat set sat set. Itu
bukan di tempat sepi, kaya
kerja di tempat rame depan
jalan raya.
Itu pagi atau malam
hari? Itu subuh.. menjelang
subuh banyak orang ke
masjid. Habis itu kita
parkir udah pintu kebuka
kena. Barang tak masukin
semua.. saya pergi. Selang
setengah bulan baru
ketangkep..
Ketawannya gimana itu? Penyidikan polisi gimana
ya.. mungkin kalau dilihat
dari segi kamera sisi tv
mungkin banyak warna
mobil yang sama,plat
nomer kita udah tak ganti,
tapi nggak tau kenapa bisa
ketangkep.
Setelah setengah bulan
ya, itu yang ketangkep
cuma mas aja atau sama
rekan-rekan lain? Jadi yang ketangkep dulu
malah saya dulu. Oo jd
mas dulu. Ee… bukan
saya.. tapi kawan saya dulu
ketangkep selang dua
hari..ee 3 hari. Habis
kawan saya ditangkep, trs
kawan saya lagi ditangkep,
saya baru ditangkep. Saya
yang terakhir.
Rekan aksi
kejahatan selalu
satu tim dengan
orang-orang yang
sama, namun bisa
berganti ketika
salah satu anggota
inti ada yang tidak
bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Mendapat
gambaran dari
teman sesama
narapidana untuk
melakukan aksi
kejahatan yang
selanjutnya
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
Dulu berberapa? Dulu bertiga.
Selalu bertiga ya? Bisa 4 orang bisa 3 orang.
Tapi personel yang
biasanya. Untuk jalan kaya
gitu, orang memegang
keeprcayaan ya.. biasanya
4 orang.
Apa orangnya ajeg itu
terus itu terus? Atau bisa
ganti-ganti? Bukan bisa ganti ganti.
Misal kalau saya capek
saya ganti.
Tapi mas dapet bagian?
Meskipun bukan bukan
mas yang.
Kalau saya nggak
berangkat ya bagian nggak,
kalau cuma misal dapet,
misalnya paling ora kan ya
kawan yang saya suruh
nyerepin saya, ya ada ini
ada..lah buat beli rokok,
ini untuk minum. Kalau
ada hasil ya.
Ini vonisnya tahun
berapa lama? itu dulu
kasus tahun yang dulu? Itu saya. Ini yang saya
ceritakan yang pertama ya
dulu 1 tahun 3 bulan. Itu
tahun? Tahun 2012.
Berarti Belum cukup
lama ya? Belum cukup lama. 2012
saya masuk, 2013 saya
bebas masih di tahun yang
sama saya masuk lagi.
Dengan kasus yang
kedua?
Informan mendapat
gambaran dari
teman satu sel nya
di LP, untuk
nantinya
melakukan aksi
kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Memiliki
permasalahan
dengan istri
Perasaan kesal dan
malas
Menerima ajakan
untuk melakukan
aksi kejahatan
Secara sadar
menerima ajakan
melakukan aksi
kejahatan
Motif dari
melakukan aksi
kejahatan untuk
pelampiasan dan
hasilnya untuk
bersenang-senang
Kebutuhan untuk
melampiaskan
semua emosi
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
Kasus yang kedua bisa
dikatakan lumayan. (ada
org ngmong) sodara..
(informan berbicara
dengan orang lain) Itu
temennya? Hu.uh.. eee..
iya Tamping sini.. Akrab
disini? Akrab semua..
baik-baik.
Nggak pernah ada
perkelahian kan ya
disini?
Nggak ada.. kalo
perkelahian bisa dibilang
nggak ada. Sini takutlah
karena kita kan semua
orang kan pingin cepet
bebas. Untuk pengurusan
PB, CB, cuti bersyarat,
pembebasan bersyarat, atau
asimilisi atau apa, kalau
kita melanggar itu pasti
pengajuan kita untuk
pengajuan CB, Pb jelas
bisa dicabut.
Terus kalau melanjutkan
yang kedua.. mas bilang
kan agak lumayan ya..
lumayannya gimana? Lumayannya beda kasus.
Oo beda kasus. Jadi dulu
saya kanal kawan disini..
udah lama disini. Waktu
pas sekitar tahun 2012.
Awal-awal saya masuk ada
orang bareng 1 kamar sama
saya. Cerita ini itu.. intinya
menceritakan dia ngasih
gambaran saya punya
tetangga, tetangga saya
orng kaya.. silakan kalau
mau dirampok.
Konflik dengan
istri,
membuat informan
merasa kesal dan
juga malas,
memutuskan
keputusan raktif
memilih untuk
menjauh dari
istrinya
Menerima ajakan
untuk melakukan
aksi kejahatan
dilakukan informan
sebagai bentuk
pelampiasan dan
bersenang-senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Melakukan
pelampiasan
kekesalan dengan
melakukan aksi
kejahatan
Merasakan
perasaan kecewa
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
Bener…habis saya bebas
saya punya kawan disini..
bukan kawan saya yang
dulu yang tak ajak kerja..
nggak.. bahkan malah
orang sini.. daerah sini.
Tak ajak berangkat kerja
ini itu.. sekarang kasusnya
masukya 65 perampokan..
korbannya tak iket.
Perampokan rumah
atau? Perampokan rumah.
Itu di jogja juga? Yang
sebelumnya juga di jogja
ya?
sebelumnya di wilayah
Sleman ini. ni.. yg kedua
ini masih di wilayah
sleman. Korbannya tak iket
masuknya 365. Klo dulu
kan pasalnya 363.
perampokan.
Perampokan berencana? Perampokan murni
perampokan..
Berberapa itu? Haa?
Berberapa kira-kira mas
melakukan ini berapa
orang? Yang kedua ini saya masih
3 orang.
Dengan personil yang
berbeda? Dengan peronel yang
berbeda. kampong ya.
Ekonomi nggak begitu
inilah….karena
pengeluaran di kampong
lebih irit daripada di kota.
Ada unsur tersendiri
mbak.. mungkin karena
saya lagi ada masalah sama
dengan hasil yang
diperoleh
Informan
membutuhkan
tempat
pelampiasan emosi
setelah
permasalahannya
dengan istrinya
Informan
dikhianati oleh
istrinya, informan
merasa kecewa dan
pikirannya menjadi
kacau sehingga ia
melampiaskan
dengan melakukan
aksi kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Memiliki harapan
kali ini menjadi
yang terakhir
Memiliki harapan
untuk
menyenangkan
anak dan cucu
Menyadar secara
penuh cara
memperoleh rejeki
salah
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
istri saya. Ada masalah
sama istri. Saya pun jarang
pulang. Terus dihasut sama
kawan.. ya bukan dihasut..
diajaklah wong saya juga
mau kok.
Secara sadar mau ya? Iya mau. Saya dapet duit
tak pake buat seneng-
seneng. Jadi motifnya buat
seneng -seneng sama
pelampiasan.
Apa bisa dikatakan
pelampiasan emosi? Bisa karena waktu itu saya
memang ya.. waktu itu pas
kejadian itu saya dikhianati
oleh istri, jadi pemikiran
saya kacau.
Istri di Pekalongan ya?
Iya di Pekalongan.
Anak-anak? Gimana ya… Jadi saya
nikah dua kali. Anak dari
istri yang pertama itu ikut
Informan berharap,
kejahatan yang kali
ini menjadi yang
terakhir untuknya,
meskipun dalam
hati kurang yakin
Informan
berkeinginan untuk
bisa menyenangkan
anak dan cucunya
Informan
berkeinginan
memnyenangkan
anak dan cucu,
namun caranya
untuk memperoleh
rejeki disadarinya
tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Mendapat ajakan
dari saudara untuk
melakukan
kejahatan
Meneriman ajakan
untuk melakukan
aksi kejahatan
karena faktor
untuk memenuhi
kebutuhan
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
saya. Saya kan uda cerai
sama istri saya yang
pertama. Ikut saya semua.
Terus saya nikah lagi sama
perempuan yang
nyelingkuhin saya itu.
Anaknya dari yang
pertama atau punya dari
yang pertama atau
kedua?
Dua -duamya dapet yang
pertama. Istri yang pertama
dua orang. Uda punya cucu
saya.
Kalau istri yang kedua? Satu orang.
Yang ikut sama mas yang
dua-duanya? Tiga-
tiganyanya atau hanya
yang anak pertama dari
istri yang pertama?
Sebenarnya tadinya dua-
duanya ikut saya semua,
terus saya berhubungnya
masuk tahun ini akhirnya
anak saya yang kedua ikut
ibunya, itu dari istri yang
pertama.
Kalau istri yang kedua? Ikut ibunya. Sementara
yang ikut saya satu.
Semuanya di pekalongan
ya berati? Iya. Udah
punya cucu ya? Iya udah punya cucu.
Berapa banyak cucunya? Dua.
Seneng ya pastinya?
Iya seneng. Jadinya
kepinginnya pingin cepet-
cepet pulang.
Berarti ini baru kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Konflik dengan
istri
Motif dari
melakukan aksi
kejahatan untuk
pelampiasan dan
hasilnya untuk
bersenang-senang
Konflik dengan
istri
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
456
457
kali. Dan ini kasus
perampokan murni ya? Mudah-mudahan ini yang
terakhir.
Mas punya harapan apa
dalam hidup mas? Pingin nyenengin anak
cucu.
Nyenenginnya
spesifiknya bagaimana?
Ya pinginnya yang
namanya orang tua buat
anak sama cucu.. pingin
buatin rumah buat anak.
Saya punya tujuan itu.
Cuma cara saya nyari
rejekinya yang salah.
Pertama kan mas
pencurian kan ya di toko-
toko. Pertama kali
dimasukin ada perasaan
apa? Pertama kali masuk
penjara? Pertama kali juga
.. itukan istilahnya
tindakan melanggar
hukum.
Mas ada perasaan apa
gitu ketika melakukan itu
dan setelah masuk..
wah perasaan gimana ya..
kacau mbak namanya juga
kita waktu itu kan masih
punya masalah konflik
Informan diajak
oleh saudaranya
untuk melakukan
kejahatan
Informan
menerima ajakan
melakukan aksi
kejahatan karena
ingin memiliki
sebuah motor
Konflik dengan
istri, menjadi
pemicu informan
melakukan
kejahatan untuk
melampiaskan
emosi dan balas
dendam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Konflik dengan
istri
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
sama istrinya ya. Yang
dipikiran kan menjurusnya
yang nggak-nggak. Jangan-
jangan istri saya
dirumah… pasti punya
pemikiran gitu.
Berarti ini dimulai dari
istri yang pertama ini
sudah ada konflik ya? Istri kedua iya.. istri yang
pertama sudah cerai.
Jadi mas itu melakukan
tindakan pencurian yang
pertama setelah cerai ya?
Setelah cerai dari istri yang
pertama.
Ooo saya kira mas sama
istri yang pertama juga
nglakuin. Dulu pas sama istri saya
yang pertama ada kasus di
jakarta.
Kalau saya boleh tau mas
melakukan apa?
Sama. Pencurian juga.
Berkelompok.
Yang punya ide siapa
mas?
Kalau tahun dulu saya pun
diajak. Jadi ya dulu itu om
paman saya punya kerjaan
itu. Saya pingin punya
motor. Paman saya yang
punya kerja terus “Saya tak
ikut kerjo pingin punya
motor”. Itu jaman tahun
90an.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Konflik dengan
istri
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
Menarik ya ceritanya
bapak itu. Berarti
perasaanya waktu
pertama kali karena
punya motivasi ingin
punya motor yang di
jakarta terus habis cerai. Sebenarnya sama istri yang
pertama nggak ada
masalah. Cerai baik-baik.
Ada konflik dr istri yang
kedua. Terus akhirnya
nyuri di toko itu.
Iya..terus? bagaimana ya
kalau ada masalah,
diselingkuhin sama
pasangan kita, ah gimana
caranya saya punya duit
saya mau senang-senang,
jadi balas dendam.
Kalut ya istilahnya? Iya. Saya masuk, tambah
kacau lagi ini. Terus
menjelang saya bebas,
aneh istri saya. Datang
kesini, menggugat cerai,
ya… “saya terserah kamu,
kalau kamu mau minta
cerai. Bagaimana yang
terbaik buat km. Karena
saya nggak bisa berbuat
apa-apa disini. Kalau
menurut saya nanti dulu,
kita masih punya anak
satu.” Menggugat cerai.
Tak iyain, malah saya
pulang bebas kemarin,
belum cerai. Tapi istri saya
udah kemana-mana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Merasa
bertanggung jawab
untuk
mengembalikan
sesuatu yang sudah
diambil terdorong
untuk menerima
ajakan melakukan
aksi kejahatan
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
Gimana ya yang namanya
udah jauh dari suami… ya
gitulah.
Apapun bisa terjadi ya?
Iya. Apalagi waktu saya
pulang bebas kemarin.
Sampai penjemputan
kemarin saya ngebel nomer
istri saya, nggak diangkat.
Akhirnya saya ngebel anak
saya, saya bebas sekarang
tapi harus dijemput, karena
pengurusan surat ijin saya,
dijemput keluarga untuk
tanda tangan di sini
menjamin. Saya pulang
sampe rumah terus ketemu
ngobrol-ngobrol sama
anak. Saya nggak boleh
pergi sama anak. “Sudah
pak, istri sampean nggak
setia. Sekarang udah ini
itu, tinggalin aja.” Itu dari
anak saya dari istri saya
yang pertama. Bener
malem itu saya keluar,
nemenin kawan-kawan
jalan-jalan. Saya datang
kerumah istri, nyampe
rumah, saya mau bikin
kejutan, bener nggak
dirumah isri saya, dirumah
saya dodok-dodok, yang
bukain orang tua istri,
orang tua istri bingung.
Terus saya baru
menanyakan.. Namanya
istri saya Kustiani. “Si kus
nang ndi? “Wah mbuh
met, saiki bojomu edan.”
Itu kata orang tua dia
sendiri. Bener tak telpon,
Karena
keinginannya untuk
bisa
mengembalikan
barang yang sudah
ia gunakan,
informan menerima
ajakan untuk
melakukan aksi
kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
jam setengah 2 malem tak
telpon. Diangkat, dia
“Ngomong besok mas, aku
lagi arep persiapan arep
masak. Aku sesuk arep
nyusul sampean.“ Dia
rencana besok tu ma
keisni, kan besok hari
sabtu. “Ga usah sekarang
aku sudah dirumah.”
Terus saya disuruh jemput
mbak. “Saya mau pulang
sekarang mas. Tolong
jemput saya.”
Kosnya dimana?
Wah mbak sudah nggak ini
mbak, udah di jalur liar
jalur pantura… pantura. Di
warung- warung, cuma kita
kan orang jalanan tau, itu
warung apa, sebenarnya
memang warung yang
memang warung makan.
Cuma kan kita orang
jalanan yang udah biasa,
kita tau warung mana yang
bisa digunakan mana yang
nggak.
Menjajakan diri berarti? Bisa dikatakan begitu.
Perasaan mas bagaimana
ketika mendengarkan
itu? dan tau istri saya tu
biarpun udah salah, nggak
mau ngaku salah. Jadi
maunya menang. Jadi dia
disitu udah ngobrol-
ngobrol besoknya ngobrol
lagi minta cerai. “Mas
minta cerai. Tapi
permintaan saya kalau kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Rencana setelah
keluar dari
lembaga
pemasyarakatan
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
udah cerai sampeyan
jangan nikah lagi sama
orang, sampeyan harus
tinggal disni, udah tidur
disini.” Kan nggak masuk
akal, dia minta cerai, tapi
saya disuruh tinggal disitu.
Ditahan ya istilahnya?
Ditahan disitu jangan
sampai saya nikah sama
orang lain lagi.
Tidak mau kehilangan. Bisa dibilang begitu.
“Udah mas misalnya
sampeyan untuk saat ini
mau peluk cium sama
orang lain di depan saya,
saya nggak akan marah.
Terserah kamu.” Nggak
lama kemudian adik saya
ngebel ke no saya. No saya
kan dipake istri. Adek saya
tu mau menanyakan saya,
salah mengucapkan nama
perempuan. Halo ini sopo
ya saya punya kenalan
namnya cintya, yang
disebut adek saya cintya
bukan kostiyah.. cintya. Ya
itu bisa dibilang pacar
saya. Ya jadi marah.
Akhirnya jadi tau. Orang
itu dilabrak.
Padahal kan udah nggak
berhubungan ya?
Iya udah nggak
berhubungan sama sekali.
Dah lama setelah itu saya
jujur,kenapa saya masuk
sana masuk sini bukannya
kita mau
mengkambinghitamkan
Informan aan
menjadi sopir
kembali setelah
bebas dari lembaga
pemasyarakatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
melakukan aksi
kejahatan dimulai
dengan teman satu
daerah asal
Kejahatan sebagai
pekerjaan
Melakukan
kejahatan menjadi
budaya yang turun
temurun
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
orang lain memang
ujungnya begitu.
Karena saking
masalahnya kompleks ya? Pikirannya udah nggak
tertata. Terus saya masuk.
Namanya orang masukkan
sedikit banyak memikirkan
macem-macem. Terus saya
bebas, waktu saya bebas
kemarin itu saya mikir gini
mbak, banyak yang
dikeluarkan untuk ke
kepolisian, pengadilan.
Masuk lapas ini kan
lumayan. Saya berpikir
bagaiamana cara untuk
mengembalikan barang
yang hilang kemarin. Terus
saya dikasih gambaran
sama kawan, ya uda dah
kerja. Siapa tau dapet
rejeki, buat nambal yg
kemarin sudah hilang itu.
Ee besoknya dapat rejeki
malah masuk sini.
Barang-barang yang
hilang tu dijual ya? Iya dijual.
Kalau boleh tau mas jual
apa? Saya menjual sawah.
Berapa punya sawah? ada 3. Sekarang tiga-
tiganya dijual. Anak saya
yang jual. Kemarin kan
luka saya lumayan. Kaki
saya patah.
Kok bs patah?
Dipatahkan? Ditembak.
Informan
melakukan
kejahatan dimulai
dari ajakan teman
satu daerah
Teman-teman
informan semuanya
pernah masuk
penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Tidak mendapat
bimbingan dan
pengasuhan dari
orang tua sejak
kecil
Kurangnya
interaksi
komunikasi
dengan orang tua
Tidak tinggal
bersama dengan
orang tua
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
Ditembak tu sampe patah? Kakinya nya sampai patah
mbak. Ya itu saya
ditangkep dirumah,
polisinya ditanyain, polisi
dari mana pak. Polisi
nggak jawab. Jawabnya
cuma dari Indonesia. Kan
saya bingung saya
ditangkep. Polisi dari mana
nggak tau, kan nggak bawa
surat penangkapan. Surat
penangkapan baru
diposkan sekitar seminggu.
Kurang satu minggu,
mungkin sekitar 3 sampe 4
hari. Anak saya lari ke
kepala desa. Bahwa “bapak
saya” ditangkap polisi.
Akhirnya kepala desa
tanya sana sini sana sini ke
kepolisian setempat.
Kantor Pekalongan
diubungin nggak ada
penangkapan baru lima
enam hari kemudian surat
baru nyampe. Terus saya
dianter ke sini, liat kaki
saya parah, nangis anak
saya di situ. “Udah pak
nggak usah bingung, dewe
isih duwe sawah. Tak dolke
sik wae.” Untuk berobat
ini itu mondar- mandir
besok.
Selain sawah yang
akhirnya dijual apa? Apa ya? Sawah rata-rata
jadinya punya orng lama.
Peninggalan orang lama,
peninggalan mbah-mbah tu
kan ada. Kaya sawah terus
Melakukan aksi
kejahtan bukan
didasari motf
tertentu tetapi
diturunkan
Informan tinggal
dengan kakeknya
dan kurang
mendapatkan
pengasuhan dan
bimbingan dari
orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Masih
berkomunikasi
baik dengan ibu
Pendidikan
informan yang
rendah
Lebih memilih
bekerja daripada
sekolah
Pendidikan
informan yang
rendah
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
ladang. Tapi akhirnya
habis juga mba. Nggak
sampai anak saya.
Dihabisin saya.
Untuk ngurus ini ya?
Sekarang mas merasakan
perasaan takut atau
bersalah ketika
melakukan perilaku ulang
ini apa nggak?
Merasakan takut dan
bersalah, saya merasakan
itu.
Kuat apa tidak? Perasaan
itu kentara di hati atau
hanya sekilas-seklias? Nggak sekilas. Untuk
mengerjakan itu, saya
hampir nggak. tadinya
udah mau masuk kerumah
itu. Tapi kaya orang nggak
tega. Saya itu kalau bisa
dibilang orang nggak tega
ya nggak tegaan orangnya.
Cuman karena kedorong
masalah, permaslahan-
permasalahan yang ada.
Lagian dikasih gambaran
yang katanya uang
dirumah ini banyak sekian,
selain ya tu terdorognya
kaya gitu.
Kan mas pasti keluar ya,
mas mau bekerja atau
mas mau apa kira-kira?
Saya ada kepikiran habis
bebas ini saya tetep
mungkin melakukan
pekerjaan sebagai sopir,
yang pernah dijalani dulu,
taun-taun ini, saya mau
nyopir kayanya, Mungkin
Komunikasi antara
informan dan
kedua orang tuanya
kurang baik
Tinggal beda
rumah dengan
kedua orang tuanya
Informan masih
berkomunikasi
dengan ibu, dan
ibuna masih sering
memberikan
perhatian
Informan tidak
suka sekolah, tamat
SD dan langsung
memilih untuk
bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Pendirian diri yang
lemah
Kurang mendapat
arahan dari orang
tua
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
cuma itu salah satu
kepanjangan saya. Saya
nggak punya kepanjangan
lain.
Nyopir truk apa nyopir
apa? Dulu pernah nyopir
apa mas? Angkutan sampe truk.
Sopir pribadi pernah?
Belum mba. Sopir carteran
jarak jauh
Rentalan? malah sering. Itu di Jogja
atau di kota lain. Di
wilayah saya di
Pekalongan.
Oo di Pekalongan. Tapi
malah mas tu banyak
istilahnya melakukan
pelanggaran hukum
malah di jogja ya? Hu.um.
Malah bukan di
Pekalongan. Kalau yang
ngajak temen-temennya
dari sini? Aslinya orang dari daerah
saya. Cuma yaa..
Merantau? Enggak.. kita berangkatpun
dari rumah dari kampung
saya sendiri. Karena itu
yang tau dapet pertama itu
dulu kan personel itu orang
daerah saya sendiri.
Mungkin untuk lahan...
mungkin untuk lahan
begitu.. mungkin di Jogja...
paling...
Memungkinkan? Iya memungkinkan.
Kalau di tempat mas itu...
emang ada banyakkah
Informan kurang
memiliki pendirian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Hasil pencurian
digunakan untuk
pemenuhan
kebutuhan
Hasil pencurian
digunakan untuk
pemenuhan
kebutuhan
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
847
848
849
850
851
852
853
854
855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
967
968
969
870
871
872
873
874
875
876
877
temen-temen yang sudah
sering melakukan
pelanggaran hukum?
Sudah menjadi biasa
gitu?? Orang dijalan kaya saya
kerjaan kaya saya ini.
Sudah pernah masuk
semua.
Jadi di tempat mas itu hal
yang umum ya? Ada motif
apa?
Motif apa ya.. motif
sebenarnya nggak ada.
Mungkin dari unsur turun
temurun, mungkin dari
daerah saya ini, orang
netral semua.
Daerah Batang itu ya?
Alas roban.
Iya. Saya dapat kabar dari
anak saya. Kawan saya
dulu yang satu sekolah
sama saya satu sd satu
kampung sama saya.
Ketangkep di darrah Jatim.
Dia meninggal. Di massa
disitu. Empat org, yang
meninggal kawan saya.
Mobil yang dipakai,
mobilnya dibakar. Sekitar
3 bulan yang lalu.
3 bulan yang lalu. Belum
lama. Rata-rata aksinya
pencurian ya,
perampokan? Rata-rata pencurian.
Kalau dari keluarganya
mas sendiri. Keluarga
besar ada yang juga
yang kuat
Informan terlihat
kurang memegang
nilai moral baik
dan buruk
Hasil pencurian
digunakan untuk
pemenuhan
kebutuhan keluarga
Pertama kali
melakukan aksi
kejahatan, hasil
yang diperoleh
untuk memenuhi
kebutuhan diri
sendiri serta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
878
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894
895
896
897
898
899
900
901
902
903
904
905
906
907
908
909
910
911
912
913
914
915
916
917
918
919
sama?
Nggak ada. Cuma saya
saja. Keluarga saya
keluarga baik.
Cuma istilahnya karena
keadaan ya? Iya. Gimana ya mbak... Saya
dari kecil nggak pernah
ikut orang tua. Nggak
pernah ngikut ibu nggak
ikut bapak.
Sendiri? Saya sama nenek sama
kakek dulu. Di situ hidup
saya nggak pernah
ngejelekin orang tua saya
enggak. Memang bapak
saya jarang bisa dikatakan
nggak pernah ngobrol
bareng. Dari bujang dulu
saya bujang sampe nikah
nggak pernah
memgarahkan. Kamu harus
kesini. Kamu jalannya
kesana.. bisa dikatakan
nggak pernah. Saya nggak
menjelekkan orang tua..
karena memang jauh saya
sama orang tua. Sama
bapak saya. Jadi jauh untuk
komunikasi.. ngobrol pun
palling seperlunya.
Padahal tinggal serumah
ya waktu itu ya? Enggak beda rumah..
oo beda rumah ya..
beda rumah..beda
kecamatan. Beda
kecamatan cuma ditempuh
dengan jalan kaki bisa.
Nggak jauh. Cuma beda
kecamatan.
melakukan katarsis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
920
921
922
923
924
925
926
927
928
929
930
931
932
933
934
935
936
937
938
939
940
941
942
943
944
945
946
947
948
949
950
951
952
953
954
955
956
957
958
959
960
961
Kalau sama ibu? Sama ibu bapak jauh.
Oo kalau secara
komunikasi.. ya klo komunikasi ya sama
ibu..
kalau sekarang masih ya? Masih..
masih baik? Iya masih baik. Kalau
misalnya ada apa-apa..
“Nanti kamu jangan ini
jangan itu”. Karena saya
itu dari dulu nggak pernah
berantem nggak pernah
apa. Tapi saya disuruh
sekolah SD, nggak pernah
mau. Saya disuruh sekolah
saya nggak mau. Sama
kakek saya. Kalau sekolah
saya nggak mau. Dari kecil
saya sudah megang duit.
Orang-orang masih pada
sekolah saya sudah
megang duit.
Waktu itu ngerjain apa? ya kerja. Kerja apa..
Kerja apa aja? hu.uh kerja di proyek.. dari
pagi di proyek..
Motivasinya apa kok yang
lainnya kan ada sekolah
semuanya,tapi mas kok
malah cari uang?
Mungkin kalau dari nem
saya goblok. Terus
pendidikannya sampe
pendidikan cuma sampe
SD.
Lulus atau? Iya lulus, nem lulus saya
cuma 26, berapa.... Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
962
963
964
965
966
967
968
969
970
971
972
973
974
975
976
977
978
979
980
981
982
983
984
985
986
987
988
989
990
991
992
993
994
995
996
997
998
999
1000
1001
1002
1003
dibilang
bodoh..Sebenarnya nem
dibawah saya ada yang
lebih jelek, cuma saya
nggak nglanjut.
Kenapa nggak lanjut
mas? Pingin bantu dulu itu..
Oo pgn bantu. Berpa
bersudara mas itu?
Saya 3 bersaudara, saya
lulusan sd saya baru punya
adik pertama. Terus saya
sudah punya anak. Saya
punya anak yang kedua.
Saya punya adik kedua.
Berarti mas anak sulung? Saya anak pertama.
Jadi awalnya motinya
karena ingin bantu kakek.
Awalnya.. terus..udah
mulai gimana yaa.. bisa
dikatakan... gimana ya..
Karena ini pergaulan juga
kah? Bisa dikatakan pergaulan.
Dulu masuk yang
golongan pembalap atau
sama...?
Enggak. Saya itu gaulnya
dari daerah saya itu dari
orang, jadi saya tidak
membedakan orang. Jadi
saya gaul sama siapa aja.
Cuma yang akhirnya
malah menjerumuskan
mas itu?
Emang dari pendirian saya
sendiri. Oo.. Saya kadang
..gimana yaa.. jadi karena
jarang pengarahan dari
orang tua.. atau gimana.. ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
1004
1005
1006
1007
1008
1009
1010
1011
1012
1013
1014
1015
1016
1017
1018
1019
1020
1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030
1031
1032
1033
1034
1035
1036
1037
1038
1039
1040
1041
1042
1043
1044
1045
saya nggak nyalahin orang
tua.. karena juga kemauan
saya.. saya mencari yang
lebih bebas.. bisa ngrokok.
Sempet ngepil juga? Kalau urusan narkoba
nggak kenal.
Berarti hanya merokok
sama miras berarti ya? Iya. Nggak tau saya, nggak
kenal saya kalau ngepil..
apapun saya nggak tau..
buta saya.. bener. Kecuali..
Nggak ada ketertarikan ya
waktu itu.. padahal temen-
temen juga...
Temen-temen hampir
nggak ada yang untuk
ngepil.
Oo hampir ngga ada.
Cuma paling miras..itu
tertarik.
Terus kalau mas itu
motifnya uang eknomi
dan permasalahan,
uangnya sebenarnya mau
mas pakai buat apa? Dari
uang hasil pencurian
perampokan. Eehm yang pertama itu
untuk kebutuhan.. jujur ya
untuk kebutuhan. Kepingin
bangun bisnis, pingin
bikinn rumah anak.
Lebih ke keluarga berarti
ya. Pernah nggak untuk
kepikiran untuk diri
sendiri?
Yang pertama dulu untuk
diri sendiri, unsurnya
dendam sama istri saya.
Memang hidup itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
1046
1047
1048
1049
1050
1051
1052
1053
1054
1055
1056
1057
1058
1059
1060
1061
ternyata tidak seindah
yang berada di dongeng-
dongeng ya. Iya. Kalau cerita kita bisa
bayangain.. tapi kenyataan
kalau kita ngejalanin susah.
Satu juga tergantung dari
yang jalanin juga kalau
untuk kita bilang dibikin
santai seneng.. mau
dibilang mau spaneng ya
spaneng..
Kalau mau dibikin
spaneng ya spaneng.. kalau mau dibikin santai ya
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Informan : Inisial B Tanggal : Selasa, 12 Mei 2015
Usia : 37 tahun Tempat : Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA NO PERTANYAAN/PERNYATAAN
Ajakan untuk
melakukan aksi
kejahatan
Relasi dengan
sesama
narapidana
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Yang pertama, aku cuma mau
tanya... ini... biodata... biasa ya. Asal
kotanya dari mana mas? Dari Jogja.
Dari Jogja? Tinggalnya dimana? Di Kricak... Kricak kidul.
Kricak? Ooo... asli situ yah? Aslinya Bluwahrejo.
Ooo... Tanggal lahirnya saya boleh
tahu? Sleman 1 Juni 1979.
Sleman 1 Juni? 1979.
Statusnya lajang atau sudah? Nggak... Sudah punya istri.
Jenis kelaminnyaaa... pekerjaan
sebelumnya apa? Sopir.
Sopir? Sopir apa ini? bus atau? PT.
PT. Gimana ceritanya mas bisa
masuk kesini? Ceritanya dari teman, khan saya
juga... khan saya sliweran masuk, pas
kemarin keluar saya ditawarin sama
temen kerja, saya kerja. Setelah itu
khan ada temen pada dateng semua
dari mantan-mantan sini khan, terus...
mungkin agak keras sedikit...
hahaha... malu mas? Nggak.
Nggak usah malu sama saya. Ya mungkin dari dateng di rumah
khan pada banyak temen pada dateng
semua to... terus kan istri saya meresa
Informan
menjelaskan ia sering
keluar masuk LP dan
mendapatkan tawaran
“kerja” dari teman
mantan narapidana
LP. “kerja” yang
dimaksud adalah
perbuatan kejahatan.
Adanya pola yang
dihindari oleh
informan beserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Ada pola
kejahatan yang
sedang dihindari
Menjadi korban
aksi kejahatan
karena ketidak
tahuan
Menjadi korban
aksi kejahatan
karena ketidak
tahuan
Merasa tidak
dipercaya
Pengalaman
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
jengah, terus saya ngontrak.
Ngontrak sendiri, nah tau-tau ada
temen yang dateng nawarin barang,
tapi intinya ya mau jual barang. He
em. He em, jual barang terus saya beli.
Beli terus dia ketangkep, saya
terbawa-bawa. Tadi khan masuknya
harusnya 480, tapi tetep dikenai pasal
363, pencurian.
Itu barangnya... barang? Hand Phone. Hand Phone.
Owh Hand Phone. Sama laptop.
Sama laptop? Iya.
Terus? Nah, Sesudah itu saya itu dirumah,
tahu-tahu di gerebek sama Poltabes,
aaa... sama poltabes. Tapi khan di
TKP kota saya nggak ada, tapi khan
saya mengantongi HP yang saya beli.
He em. Nah itu khan ada emailnya. Emailnya
khan ditanya, ya saya beli dari
punyanya Revan. Namanya Revan,
masuk juga. Namanya Revan, saya
beli. Dia nggak percaya. Terus khan
saya di... anu... di preassure terus,
akhirnya ya Revan ditangkap.
Ternyata ya memang saya yang beli
tapi khan mereka nggak percaya.
Saya nggak mungkin karena sering
berulang kali masuk penjara, mereka
nggak percaya karena saya itu cuma
nadah tok. Gitu lho. Terus akhirnya
ya di BAP, saya ngikutin BAP dari
pernyataannya yang si Revan itu tadi.
Owh... terus katanya tadi khan
sudah bolak-balik yah? Iya.
Yang sekian paling pertama itu apa
ya?
istrinya dengan
menjauh dari sumber
masalah.
Informan terlibat
kembali dalam kasus
kejahatan dalam
bentuk pencurian
Penangkapan
informan oleh aparat
dan ditemukannya
barang bukti
Informan dipaksa
untuk mengakui
perbuatan jahatnya,
sebab barang bukti
berada di tangan
informan.
Penjelasan informan
tidak dipercayai
aparat sebab akibat
dari pengalaman
kejahatan yang
sebelum-sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
pertama
kejahatan
Merasa kesal dan
jenuh atas
perlakuan yang
kurang
menyenangkan
Perasaan tidak
terima
diperlakukan
tidak adil
Merasa dituduh
Mencoba sabar
dan mengalah
Kesabaran habis
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
Penganiayaan.
Penganiayaan? Itu kronologis
ceritanya? Itu dulu masih sekolah, masih SMP.
Owh masih SMP? Iya. Masih SMP karena saya sering
di BePa-BP BePa-BP, terus jengkel
to terus mukulin guru. Hehehe...
owhoho... dulu ini waktu SMP itu
kegiatannya ng apain? Kegiatan dulu itu gak ada kegiatan,
cuma ya belajar sama belajar, tahun
94 itu.
Tahun 94? Di situ sering
nongkrong-nongkrong sama temen-
temen atau gimana? Jarang malahan.
Malah jarang? Tapi kok suka... kok
bisa berani mukul? Ya karena khan saya merasa...
mungkin saya dari nurani juga
berontak ya, saya merasa nggak
pernah bikin ulah kok saya terus yang
di... yang di... apa... marahin terus
gitu lho.
Emang sebabnya apa kok mas
dimarahin terus itu? Ya mungkin samping saya sering
bercanda.
Ho oh. Tapi khan mungkin nggak tahu terus
saya yang kena, kemudian diemin
sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus
terjadilah kaya gitu.
Adanya perasaan
jengkel dari informan
karena berkali-kali
dipanggil masuk ke
ruang BP, karena
kesal informan
memukul guru
tersebut
Informan merasakan
diperlakukan tidak
adil karena sering
dituduh berbuat salah
dan dimarahi,
sehingga informan
memberontak
Informan mecoba
untuk sabar dan
mengalah tiap kali
dimarahi oleh guru,
namun lama
kelamaan informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Relasi dengan
sesama
narapidana
Ajakan untuk
melakukan aksi
kejahatan
Secara sadar
menerima ajakan
untuk melakukan
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
Itu masuk berapa lama itu? Tiga bulan.
Tiga bulan? He eh.
Terus yang kedua? Yang kedua lupa e tahun berapa...
hehehe...
owhohoho... udah berapa kali mas
total? Saya... berapa kali yah bu?
Lupa juga, saking seringnya jadi
lupa dia. Hehehe. Lebihkan opo
tidak? Lima bu, lima. Ah luwih ah
nek ping lima. Ya sekitar itulah pokokmen.
Apa aja itu selain penganiayaan
terus pencurian? Pencurian.
Apa lagi? Setelah penganiayaan itu khan saya
sering keluar masuk karena di dalam
juga kenal banyak temen-temen.
Diajakin gitu? Gimana?
Diajakin gitu atau gimana? Ya khan saya keluar terus pernah dia
datang aja.
Owh... yang setelah penganiayaan,
terus ada yang sempet lupa gitu
merasa hilang
kesabaran dan
terjadilah peristiwa
pemukulan guru oleh
informan
Setelah kejadian
penganiayaan guru,
informan masuk
lapas, berkenalan
dengan teman-tman
baru dan informan
menjadi sering keluar
masuk lapas
Mendapat pengaruh
kurang baik dari
lingkungan
Diajak teman-teman
sesama narapidana
untuk “kerja”
(melakukan
kejahatan), informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
aksi kejahatan
belum memiliki
tujuan kedepan
selain menjalani
yang hari ini
Ajakan untuk
melakukan aksi
kejahatan
Ketakutan
Memikirkan dan
melakukan
pertimbangan
demi kebaikan
orang lain
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
terus habis itu ngapain lagi? Habis itu karena sering, sering itu
cuma ada teman datang terus diajak
ya sama ngikut aja. Soalnya khan...
pencurian gitu apa? Pencurian ada perampokan ada.
Yang perampokan gimana ceritanya
itu kalau perampokan? Perampokan itu waktu masih keluar
dari sini.
He em.
Tahun piro toh kui bu? Hehehe.
Pokoknya saya bu, dari bujangan, sampe sekarang.
Sampek anaknya dua, tapi belum
mau mati lho bu, ini ketemu lagi.
Gimana itu? Itu ceritanya itu... dikenalin sama
temen orang Wonosobo, namanya
Danang. Nah itu... Waktu itu khan
kebetulan saya juga nganggur, nggak
kerja. “Kamu ikut saya kerja ya. Ikut
aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu
nggak sebagai eksekutor, sopir aja.
Pernah yang jadi eksekutor nggak? Nggak pernah, ini juga.
Kenapa kok nggak jadi eksekutor? Nggak mau.
Kenapa? Nggak mau.
Karena ada pertimbangan-
pertimbangan lain gitu misalnya? Ya... pertama apa... takut kalo masuk
penjara, kedua itu karena mungkin
mentalnya nggak nyampai ya. Terus
menjadi sering keluar
masuk LP
informan tidak
memiliki rencana
jauh, informan hidup
dan menjalani hari ini
saja, mendapatkan
ajakan melakukan
kejahatan informan
ikut-ikutan.
Tidak memiliki
pekerjaan, informan
menerima tawaran
Informan memiliki
perasaan takut, cukup
menyadari jika
mentalnya kurang
cukup berani untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Perasaan malu
Kebutuhan akan
sesuatu
Permasalahan
ekonomi
Membenarkan
perbuatan yang
salah
Tertangkap
setelah beberapa
kali meakukan
kejahatan
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
ketiganya ya mikir orang dirumah aja
kalo saya masuk penjara gimana
nanti orang dirumah? Karena masih
punya anak kecil juga.
Kalo bolak-balik masuk itu, apa sih
yang mas rasain? Bolak-balik
masuk lapas, ada perasaan malu
nggak? Kalo malu jelas, cuma malu itu
tertutup dengan kebutuhan.
Kebutuhan secara apa ini mas? Ya masalah ekonomi.
Owh... ya yang jelas khan kemarin diajak
temen-temen dateng itu khan
ekonomi otomatis khan tercukupi to,
dirumah.
Dapet berapa mas kalo misalnya
sekali? Ya nggak mesti kadang ada yang
lima juta, sepuluh juta. Itu sekali dua
kali atau? Ya sekali dua kali.
Sekali? Sekali nggak langsung
ketangkep kalo itu? Nggak.
Sekali dua kali terus baru
ketangkep? Kebanyakan lebih dari tujuh kali
kena.
Owh... udah tujuh kali baru kena? Iya.
Udah tujuh kali kena? Iya, kebanyakan.
Itu lumayan yah dapetnya waktu
itu? Dibagi berapa orang? Dua.
Owh... cuma berdua? Iya. Perampokan empat.
Perampokan yang paling besar apa? Itu, satu milyar delapan puluh
menjadi eksekutor.
Selain itu informan
masih memikirkan
keluarganya sehingga
memilih untuk tidak
menjadi eksekutor
Informan
mengenyampingkan
rasa malunya karena
berkali-kali masuk
LP karena apa yang
dilakukannya demi
pemenuhan
kebutuhannya
Secara tidak sadar
informan melakukan
pembenaran atas
perbuatannya yang
kurang tepat
Informan
menceritakan
biasanya mereka akan
tertangkap aparat
setelah lebih dari dua
kali melakukan
kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Diminta untuk
berhenti
melakukan aksi
kejahatan oleh
istri
Ajakan untuk
melakukan
kejahatan
Tidak mampu
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
kemarin.
Gitu yah? Itu apa itu? ngrampok
apa itu? Distributor.
Distributor barang? Kelontong.
Di Jogja? Jalan Paris.
Owh di jalan Paris. Rata-rata itu
yang jadi sasaran itu apa mas? Kalo saya itu cuma tergantung yang
ngajak. Tergantung yang ngajak.
Kadang elektronik, kadang uang,
kadang... nggak tentu.
Pembagiannya rata itu mas? Rata, tapi kadang ada yang rata,
kadang ya nggak.
Tergantung job desc nya? Kerjanya
apa gitu? Iya.
Terus mas itu dirumah tinggalnya
sama siapa aslinya? Sama istri.
Sama istri? He em.
Udah punya putra? Sudah.
Berapa putranya? Dua.
Putranya dua, sekolah? Masih
sekolah? Masih TK.
Owh masih TK. Kalau dari istri
sendiri gimana? Ya disuruh berhenti, nggak usah
kayak gitu lagi. Memang sudah
berhenti. Kemarin khan udah kerja.
Jadi sopir itu ya? He em. Terus, ternyata ya masih ada
temen yang dateng, terus saya nolak.
Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya
Rayuan teman-teman
informan yang tidak
berhasil ditolak oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
menahan godaan
Perasaan sungkan
Beli barang
karena ingin
menolong
Ingin menolong
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
tergoda juga.
Ini ya, apakah ketika... khan sudah
dapet kerja ya. Sebenernya udah
dapet kerja, tapi terima tawaran dari
temen, mau, itu sebenernya apa sih
yang...
bukan mau, sudah nolak.
Owh sudah nolak. Terus karena mungkin ada
pertimbangan kemanusiaan, dulu
pernah ditolong teman juga. Ini khan
orang luar, orang NTT itu karena dia
orangnya jauh disuruh tempat tinggal
saya. Dia khan bertempat tinggal
ditempat saya juga. Terus lama-lama
khan, sebulan, dua bulan mungkin
bisa, tapi khan lama-lama... khan
saya punya istri, punya anak, kalau di
tinggal kerja khan nggak etis di...
dirumah. Di lihat orang. Istri
tetangga juga, ini mas B kerja kok
ada temennya disini. Gek istri saya
sendiri sama anak-anak khan
pertimbangannya miring to nanti.
Nah itu, terus dia tak kos'in. Sudah
kos khan dia mau makan di tempat
saya, apa namanya... kalau minta
terus khan sungkan, lha terus dia
kerja. Ya kerja, saya nggak mau.
Terus dia kerja sendiri. Terus saya
beli barangnya, terus masuk sini, ikut
kasus ini.
Itu barang BM yah? Black Market? Bukan, barang curian.
Owh barang curian? Iya.
Kalau mas sendiri itu... sebelumnya membeli itu karena buat
nolong dia mau pulang ke Jakarta.
Aslinya NTT khan yah?
informan
Informan sudah
berusaha menolak
ajakan dari temannya
Karena perasaan
sungkan, Informan
merasa tidak enak
untuk tidak
membantu.
Beli barang teman
karena ingin
menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Perasaan
sebenarnya tidak
ingin melakukan
kejahatan
Memiliki
keinginan untuk
bekerja yang
layak
Desakan
kebutuhan dan
permasalahan
ekonomi
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
NTT, tapi aslinya NTT asalnya tapi
khan tinggalnya di Jakarta.
Itu cuma berdua gitu? Berdua.
Mas sendiri itu kalau misalnya
memandang pekerjaan... pekerjaan
ya ini khan sebutannya, dalam
pekerjaan ini tu seperti apa? Maksudnya?
Memandang perampokan apakah
hal biasa atau ada kesan-kesan
tertentu? Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin,
nggak ingin banget.
Nggak ingin banget itu gimana
mas? Ya nggak ingin banget.
Nggak ingin banget? He eh, pengennya kerja normal
seperti orang biasa.
Tapi? Nggak ada tapinya, emang karena
mungkin kebutuhan.
Kebutuhan? Iya, ekonomi aja.
Padahal khan sebenarnya kalau kita
ngeliat karena kebutuhan itu kalau
udah kerja itu khan sebenernya
udah lumayan ya? Tapi kok masih? Saya sudah kerja, bukan terus saya
terjun langsung khan enggak, karena
diajak, terus dia jual, saya beli gitu
aja. Diajakpun saya sudah nolak,
makanya kema... dia khan... main
sendiri... apa... nyuri sendiri terus
saya yang beli, tapi akhirnya tetep
jadi pasal pencurian juga karena saya
nurut BAP-nya yang pertama.
Desakan ekonomi
untuk pemenuhan
kebutuhan membuat
informan melakukan
kejahatan, meskipun
dalam diri ada
keinginan untuk tidak
melakukan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Pendidikan
informan rendah
Informan seorang
anak yatim
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
Owh... mas pendidikannya sampe
kuliah atau? Saya SMP nggak tamat.
SMP nggak tamat. Semenjak yang
ini? He em, udah nggak sekolah sama
sekali.
Orang tua juga di... sudah meninggal semua.
Owh... umur berapa itu? Dan umur
berapa... 16 kalo nggak.
Umur 16? Itu berarti sekitar SMP
ya? Iya.
SMP, terus ditinggal orang tua gitu
tinggalnya sama siapa? Saya?
He eh. Sama paman.
Sama paman? Sama bibi juga atau? Paman, bibi, ya khan punya istri dia
juga punya anak juga.
Tapi nggak ngelanjutin? Tapi beda rumah, tapi kadang
punya... masih rumah tinggalan orang
tua khan, ya disitu tapi khan paman-
bibi sering nengok situ, udah.
Terus kalau nggak ini khan nggak
SMA, SMP aja khan nggak tamat
ya? Iya.
Mas kerja atau mas ada kegiatan
apa itu? Saya itu dulu kerja sambil sekolah.
Kerja sambil sekolah? Iya.
Waktu itu kerja apa? Saya ikut orang, namanya pak Naryo,
dia kepala sekolah SMA. Saya ikut
kerja dia, terus saya disekolahin tapi
nggak tamat.
Informan tidak
menyelesaikan
pendidikan SMPnya
Informan sejak umur
16 tahun sudah
ditinggal meninggal
kedua orang tuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Perasaan sungkan
Memiliki
perasaan yang
sensitif
Kemandirian
Perasaan malu
dengan anak
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
Karena apa nggak tamat? Ya karena mungkin saya juga
orangnya khan rasanya peka, jadi
nggak enak aja ikut terus. Saya minta
pembayaran SPP, dulu khan ada SPP.
Minta SPP, mau minta sungkan jadi
saya cari sendiri, cari sendiri, terus
seperti itu. Jadi terus saya mending...
saya nggak enak saya udah dikasih
makan, dikasih itu, dikasih numpang,
ya mbiayain lain-lainnya. Merasa
nggak enak, terus saya misah. Terus
saya cari kerja sendiri.
Itu sampe sekarang ya berarti? Sampe sekarang.
Sampe punya istri? Sampe punya istri.
Pandangan dari masyarakat,
tetangga itu mas sempet denger gak
sih? Apa gitu? Apalagi kalau pandangan dari massa,
omongan saya nggak ada cuma
kadang yang ditanya khan anak.
Hmm... gimana itu? Bapaknya kemana? Kerja tempate
pak polisi.
Owh gitu. Khan malunya disitu. Kalau tetangga
sih semuanya malah bangga karena...
kenapa bisa bangga? Nggak tahu.
Rasa bangga kenapa? Karena mungkin katanya saya itu
nggak pernah ngrepotin orang
kampung ataupun netep. Jadi tahu-
tahunya saya taunya ketangkep,
sudah. Tapi kok kemarin seperti itu,
tapi khan kenyataannya nggak, bukan
seperti itu. Saya sudah kerja, kesini
dibawa karena membeli barang tadi.
Mas itu kerja jadi sopir di PT. Itu
sudah berapa lama?
Perasaan sungkan
yang besar pada
informan mendorong
dirinya untuk mandiri
Malu kepada anaknya
karena melakukan
kejahatan dan di
penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Belum memiliki
rencana setelah
keluar dari lapas
Perasaan yang
sebenarnya tidak
ingin melakukan
kejahatan
Menyadari
pengaruh
pergaulan
menyebabkan
seseorang masuk
ke dalam dunia
kejahatan
Kebutuhan
ekonomi yang
mendesak
Merasakan
kebingungan dan
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
Setahun, semenjak keluar dari
tahun... 2014 kemarin saya keluar
langsung kerja.
Langsung kerja? Terus ini vonisnya
berapa tahun berarti? Satu tahun enam bulan.
Satu tahun enam bulan? Setelah
keluar dari sini mas mau kerja...
ngelanjutin kerja atau yang lain? Hmm... kalau itu belum ada planning
lagi.
Belum ada planning lagi? Iya belum... nanti pas keluar mau
ngapain belum ada planning. Yang
penting cuma jalani aja dulu.
Ini khan sebenarnya jalan yang
nggak... nggak diambil oleh banyak
orang sebenarnya? Iya.
Kenapa mas tetep berada disini?
Maksudnya tetep mau ngerampok,
mau mungkin mencuri, meskipun
itu karena kepepet ya? Sebenernya
kesan apa sih yang mas... kesannya nggak ada, cuma kalau
yang ditanya yang disini, disemua
penghuni, pertanyaannya mungkin
sama, tahu jawabannya mungkin
sama. Nggak mau ada yang seperti
ini, nggak mau... Cuma karena
pergaulan pertama, keduanya jangan,
sudah.
Berarti faktor ekonomi sangat
mendorong mas untuk akhirnya...
Rusak, sekarang gini... contoh dulu
saya pernah ada anak kecil dirumah
sakit, saya minta bantuan kesana-
kemari untuk mbayar rumah sakit
nggak ada, minta utangpun nggak
ada. Sampai saya nggadai'in
Informan belum
memiliki rencana
apapun setelah bebas
dari hukuman pidana
penjara, bagi
informan yang
penting menjalani
dulu saja
Informan sebenarnya
tidak ingin
melakukan kejahatan
Informan merasakan
bahwa pergaulan
menjadi salah satu
penyebab ia
melakukan kejahatan.
Informan merasa
kesulitan untuk
mendapatkan bantuan
ekonomi, informan
merasakan sulitnya
mendapatkan bantuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
keputusasaan
Hilangnya
perasaan takut
demi kepentingan
keluarga
Alasan
melakukan
kejahatan karena
keadaan
mendesak
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
motorpun karena terpaksa. Saya gitu
lagi untuk mbayar rumah sakit, udah.
Cuma untuk mbela'in anak aja.
Waktu ngelakuin itu nggak takut
ya? Saya nggak takut.
Sama sekali nggak takut? Cuma inget ke keluarga aja.
Ingetnya yang penting saya bisa
memenuhi kebutuhan keluarga? Bukan memenuhi kebutuhan
keluarga, cuman supaya anak biar
cepet keluar dari rumah sakit. Kalau
semakin tinggal semakin tambah
biayanya.
Owh gitu.
Karena khan ini nggak... nggak
biasa ya? Iya. Nggak banyak orang
juga ambil resiko. Karena resikonya
terlalu, misal kita melakukan
kejahatan apapun itu khan masik
sini ya? Iya.
Masuk sini sendiri khan pasti...
prosesnya panjang. Prosesnya panjang, masih di siksa.
Hehehe...
hahaha... yang mas rasain ketika
berada di sini itu apa? Kalau disini itu malah dibawa enjoy,
tapi kalo dikantor polisi ya. Hehehe.
Ndelok komputer wae. Hehehe.
(ditujukan ke petugas LP)
Gimana kalau disini? Kalau disini itu saya cuma biasa aja,
kalau di kantor polisi yang prosesnya
yang agak semuanya mungkin
ekonomi ketika
sedang terdesak
Karena kepentingan
keluarga informan
mengurangi perasaan
takutnya ketika
melakukan perilaku
kejahatan
Informan memiih
akhirnya melakukan
kejahatan karena
desakan ekonomi dan
supaya biaya
pengobatan anaknya
tidak semakin
membengkak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
541
542
543
544
545
546
546
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
pertanya... jawabannya sama. Kalau
di kantor polisi nggak enak, kalau
disini...
lebih nyaman? Ya bukan lebih nyaman, lebih baik
dari sana.
Lebih baik? Dari kantor polisi.
Kalau disini ini sering ada cek cok
gitu apa nggak di dalam? Kalau permasalahan kecil seperti itu
biasa.
Biasa ya sesama? Soalnya khan satu.. sel... sel itu
bukan dihuni satu dua orang, ada 15
orang. Ada yang...
kalau mas yang berapa? C 2 ada lima belas orang, ya itu khan
biasa seperti itu tapi khan cuma harus
kita bisa, bisa untuk merangkul
semua untuk hidup aja.
Mas dapat apa ketika berada disini?
Khan pasti khan ada konflik itu,
terus gimana itu? Kita tinggal di
satu tempat kecil dengan berbagai
macam orang.
He em.
Yang mas dapetin apa? Kebersamaan.
Bisa dijelasin? Jadi bila misalnya kita mau makan
sama-sama, misalnya kita lima belas
orang ada yang punya makanan
dibagi untuk bareng-bareng. Mie satu
untuk bersama-sama. Udah.
Ada gap gak sih walaupun di dalam
sel? Di sel itu di... kalau di tempat saya
nggak ada gap-gap'an semua harus
sama. Sama-sama semua harus
ngerasain sama. Tapi kalau yang...
blok lain ya saya nggak tahu. Khan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Melakukan
kejahatan karena
Mementingkan
pemenuhan
kebutuhan
keluarga
Membenarkan
perbuatan yang
salah
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
ada blok A, B, C, D, E.
Owh... kalau istri sendiri khan udah
tahu ya bolak-balik masuk gitu? Iya.
Marah apa nggak? Atau misalnya
malah ya udahlah gimana lagi
keadaannya memang gitu? Kalau marah nggak, karena dia tahu
saya disini untuk siapa, bukan untuk
foya-foya, untuk minum-minum,
untuk senang-senang, nggak. Ya
memang murni untuk kebutuhan
keluarga. Khan ada juga pekerjaan
seperti ini dapet uang untuk foya-
foya, untuk senang-senang banyak.
Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau
saya memang untuk keluarga.
Sama sekali nggak pernah foya-foya
dengan uang itu? Misal minimal
buat minum-minum sama temen
gitu? Thek-thekan gitu? Kalau minum malah saya tak kasih,
kalau minum saya nggak minum,
ngerokokpun saya nggak.
Jadi mas itu nggak minum juga
nggak ngerokok?
Nggak ngerokok.
Make? Nggak pernah.
Nggak pernah juga? Cuma untuk itu aja, minum teh aja
nggak pernah?
Owh belum pernah to? Nggak doyan.
Owh nggak doyan teh gitu ya? Teh, kopi, apapun nggak doyan. Air
putih aja.
Air putih aja? He em.
Ada nggak sih mas perasaan
tertentu, nanti ketika anak-anaknya
besar terus tahu?
Informan
memprioritaskan
keluarga, meskipun
cara yang
dilakukannya salah.
Kecemasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Penyesalan
Keinginan untuk
berubah
Melakukan
kejahatan
repetitif karena
untuk memenuhi
kebutuhan
keluarga
Ada pola
kejahatan yang
sedang dihindari
625
626
627
628
629
630
631
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
Ada banyak itu aaa... kaya gitu pasti
ada penyesalan, terus nanti kalau
anak-anak nanti udah besar "woh
bapakku kie maling".
He eh. Nah itu pasti ada, tapi khan saya
berusaha, berusaha untuk
menyembuhkan itu. Menyembuhkan
supaya nggak diulangi lagi.
Anu ya... rasanya seperti nagih yah?
Karena lebih cepet dapet duit
banyak? Bukan nagih.
Apa sebutannya? Kalau saya... kalau saya bukan nagih.
Khan ada yang itu... nyandu kaya
klepto itu?
He eh. Ada yang nyandu yah? Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya
bukan nagih, karena cuma memang
murni.
Murni?
Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja,
makanya khan diluar lama, biasanya
diluar tiga bulan, empat bulan masuk.
Di luar kemarin satu tahun dua bulan.
Ya karena saya udah kerja. Ha karena
ada temen dateng itu aja.
Kayak gitu tu biasanya selalu terus
jadi kayak lingkaran setan gitu
nggak sih mas? Temennya ngajak
terus. Nah itu, saya yang berusaha dari situ.
Makanya saya memutus teman-teman
yang lama.
Caranya mas memutus itu?
penyesalan kepada
anak-anaknya atas
akibat perbuatan
jahatnya
Informan berusaha
untuk memperbaiki
dirinya
Informan
membenarkan
perbuatannya yang
tidak baik dengan
alasan untuk
kepentingan dan
kebutuhan keluarga.
Informan sangat
memprirotaskan
keluarganya
Informan sadar,
bahwa lingkungan
pertemanan
sebelumnya harus ia
hindari jika ingin
berhenti melakukan
kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Ada pola
kejahatan yang
sedang dihindari
Keinginan untuk
hidup tentram
dengan keluarga
Dianggap
memiliki
pengalaman dan
kemampuan oleh
orang lain
Dipercaya karena
tidak pernah
merugikan
temannya
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
Pindah rumah.
Owh pindah rumah? Iya. Saya punya rumah, tapi saya
pindah, supaya temen-temen itu
nggak tahu rumah saya. Yang tahu
itu, saak... mungkin bilang ke yang
orang tua mertua bilang aja saya
pergi ke Lampung atau kemana. Saya
cuman pengen hidup tentrem sama
anak istri.
Karena memang jad... dari temen
sendiri khan jaringan itu khan
memang... bukan jaringan, karena mungkin
mereka menganggap saya bisa.
Bisa? Bisa diajak? Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya
bisa. Istilahe bahasa kami itu
Njongkini. Pinter...
Apa itu Njongkini? Nyopirnya.
Owh. Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu
kayak gitu. Nah makane, wah itu aja
kalo masuk nggak pernah nggigit
orang lain. Makanya saya kemarin
pindah, dari rumah itu pindah.
Mending ngontrak supaya nggak
tahu. Lha tapi kok ada temen yang
tahu-tahu dateng. Gitu, jadi seperti
ini lagi.
Tahu dari mana itu? Dari...
katanya? Itu katanya dari kantor malahan. Ada
yang pernah nyari, satpam bilang
Ketika sudah masuk
ke dalam dunia
kejahatan, ada pola
yang sama dan terus
berulang
Agar informan bisa
keluar dari pola yang
lama, informan
memilih untuk
menjauh dari
lingkungan yang
membawanya pada
kebiasaan untuk
berbuat jahat
Teman-teman
informan melihat
dirinya adalah
seseorang yang bisa
diajak kerjasama
dengan baik dan tidak
merugikan
Informan sudah
berusaha menghindari
teman-temannya yang
membawanya terus
masuk ke dalam
dunia kejahatan,
namun tetap saja
keberadaannya
diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Dianggap
memiliki
pengalaman oleh
orang lain
Keinginan untuk
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
"mas ada yang nyari" "siapa
namanya?" "Revan". Wah ini sudah.
"Biarin aja". Nah mungkin naik,
tanya alamat yang sekarang.
Mereka itu, ya temen-temennya mas
aja toh? Itu kalo nyari orang bener-
bener selektif ya? Kayak... ya... milih-milih.
Milih-milih banget'e. He eh.
Sesuai dengan kriteria... ini ya... apa
yang mau dirampok. Karena mungkin dari kebanyakan
pengalaman, mereka tahu saya track
recordnya bagus. Jadinya...
track recordnya bagus? track record untuk disitu gitu lho.
Owh. Sampe punya track record
bagus ya mas ya?
Itu mungkin yang istilahnya seperti
itulah.
Itu totalnya berapa sih? Udah lebih
dari empat kali berarti yah? Saya?
He eh. Ya sekitar kayak bu Susi bilang, lima
kali kalau nggak salah.
Lima kali yah? Banyak yah itu? Kalau dihitung sih lebih. Hehehe...
hahaha... itu selama saya jadi
pegawai lho bu lima belas tahun. Itu
tahun berapa jadi pegawai? Ini
tahun 2001. Saya tahun 2001/2000,
yang sebelumnya khan nggak tahu. Masa sih.
Sebenernya saya itu masih pengen
tahu, pendapatnya mas tentang
kejahatan sendiri buat mas sendiri
lho ya. He em.
Jadi tanpa dipengaruhi oleh yang
lain-lain. Apa sih kejahatan itu? Ya kejahatan itu khan seharusnya
Informan menyadari
sebab ia terus
menerus dicari oleh
teman-temannya.
Informan menyadari
bahwa dirinya
seharusnya berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
berubah namun
merasa belum
menemukan jalan
Learn
helpessness
Menjadi
berprasangka
macem-macem
Mendapatkan
judgement dan
prasangka dari
orang lain
Merasa terbatasi
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
kalau saya, seperti saya tu punya
anak istri seharusnya bisa
dihilangkan. Jangan seperti lainnya.
Cuma jalannya kadang nggak ketemu
kalau mau keluar.
Kenapa bisa nggak ketemu gitu lho? Ya kita mau cari kerja kadang
ditolak. Gimana donk ya? Terus
kadang khan kita timbul putus asa to?
Ya udah gini lagi aja lah. Kemudian
dari sana, wah kae bekas kono, kae
bekas kene. Lha dikira nanti kok gek-
gek...
jadi di prasangkai sama... jadi prasangka buruk, makanya
paling banter kerjaanya tukang
bangunan. Bisa itu khan kalo di
proyek khan bisa. Nggak mungkin
ada prasangka buruk.
Di proyek itu malah nggak pernah
ada prasangka buruk?
Nggak ada.
Walaupun ini mantan apa? mantan
apa? Nggak ada, tetep masuk semua. Tapi
makanya khan kemarin di luar juga
dikatakan bisa bekerja sendiri itu
bagaimana, tapi khan belum ketemu.
Karena susah juga yah? Bukan susah, bukan, karena belum
ada jalannya. Susah sih nggak
aslinya, cuma belum ada jalannya.
melakukan kejahatan
Informan merasa
belum bisa
menemukan cara
yang efektif untuk
bisa keluar dari
keadaan ini.
Merasa putus asa
karena anggapan
negatif dari orang lain
atas perilaku
kejahatan yang
informan lakukan
mempengaruhi ia
untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak
Ruang kerja informan
menjadi terbatas
karena judgemet dari
orang lain akan
capnya sebagai
mantan narapidana
Tetap bisa bekerja
meskipun seorang
mantan narapidana,
namun ruang
lingkupnya menjadi
sangat terbatas
Informan belum
menemukan
pekerjaan yang tepat
untuk dirinya
Masih belum
menemukan langkah
untuk berwirausaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Merasa ragu
Learn
helpessness
Defense
mechanism :
Rasionalisasi
Perasaan putus
asa
Merasa tidak
dipercaya oleh
aparat
Tidak terima
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
Misalnya, kita mau wiraswasta
sendiri jualan atau apa, belum ketemu
jalannya. Modal sudah ada tapi
jalannya belum ketemu. Itu jadinya...
yang dimaksud dengan jalan itu apa
mas? Jalannya kita misalnya, kita sudah
punya modal, untuk keahlian seperti
itu khan nggak ada.
He em. Misalnya kita mau jualan atau buka
laundry, kita mau melangkahi ragu...
udah ragu duluan itu khan kadang
jalannya kaya susah. Kita udah
berusaha padahal, tapi sepertinya
jalannya susah. Ujung-ujungnya ya
kita sembahyang, supaya dipercepat
jalan. Supaya ada jalan yang bagus.
Kemudian apa lagi? Karena terus... mungkin ada
keputusasaan, udah berdoa, udah
semuanya, usaha sudah, terus nggak
ada jalan bener, kembali kesitu lagi.
Nggak takut sama yang diatas? Ya itu, karena sudah putus asa.
Karena udah putus asa, jadi ya
gimana lagi.
Ya uwis. Ya uwislah aku tak
nampani iki wae. Tapi khan saya
nggak nyuri... nggak nyuri cuma ada
yang nyuri saya yang beli. Penadah
istilahnya.
Penadah doank ya? He em. Tapi khan polisi nggak
percaya, saya padahal nggak ada
kasus. Mau nangkap saya aja.
"selamat siang!" "siang" "ayo ikut
saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja!
Kamu nyolong!" "nyolong mana?"
Informan merasa
dirinya belum
memiliki kemampuan
yang menunjang
untuk menjalankan
usaha
Ada sedikit perasaan
putus asa
Informan mengeluh
dengan menyalahkan
keadaan. (“jalannya
susah”)
Menyadari bahwa
dirinya merasa putus
asa sehingga lebih
memilih untuk
mengulangi
perbuatan jahat
Melakukan
pembenaran atas
perbuatan yang jelas
salah
Informan merasa
dituduh atas sesuatu
yang tidak ia lakukan
Merasa tidak terima
atas perlakuan kasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
diperlakukan
tidak adil
Learn
helpessness
Mendapatkan
judgement dari
aparat
Perasaan kesal
Perasaan tidak
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
847
848
849
850
851
852
853
854
855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
867
868
869
870
871
872
873
874
875
876
877
saya tanya nyolong mana? nggak ada
yang bisa njawab. Digebukin terus.
"lha saya nyolong yang mana?
Buktinya aja pak?" "situ mukul saya,
nangkep saya itu khan harusnya ada
prosedur". Cuma karena istri sudah
ketakutan duluan penangkapan nggak
ada, penyurian nggak ada, penyitaan
nggak ada. Barang yang dibeli istri
sayapun ikut disita. Padahal itu bukan
dari uang saya, uang istri saya
sendiri. Hmm... lha itu khan udah
bikin malu semua. Besok nek metu
tak balese, wes arep insyaf. Gitu juga
ada. Ora, sesuk tak mbaleni seperti
yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf
tapi masih tetep ditangkep? Pernah
lho itu. Saya nggak... Pernah?
pernah kejadiannya. Saya udah
berhenti nggak pernah ngapa-
ngapain. Saya udah kerja apa adanya.
Dari nyuci motor sampe bangunan
saya sudah apa adanya. Saya dirumah
tetep ditangkep, digebukin, tiga hari
dipulangin lagi. Nggak ada... nggak
ada pemberian apapun? Lha itu
kasusnya gimana itu? Itu sering,
karena kenapa? Saya sering keluar
masuk. Saya jadi...
jadi... jadi ini yah? TO. Ho oh. Jadi incarannya.
Incarannya. Jadi walau nggak ada
masalah tetep ditangkep. Diincar
terus. Ditangkep duluan, nah udah itu
khan di preassure, di preassure udah
babak belur baru dikembalikan. Itu,
kenyataannya seperti itu.
Ada perasaan kesel sendiri nggak
atau dendam? Nah kesel, kesel, saya sudah
berusaha nggak seperti yang dulu
lagi, tapi kok masih seperti ini di... di
yang tidak berdasar
yang dilakukan oleh
aparat kepada
informan
Perasaan kecewa,
putus asa dan juga
kesal yang dirasakan
oleh informan
Secara tidak langsung
informan diberi cap
oleh aparat sebagai
“target operasi”
Informan sudah
berusaha mencari
pekerjaan yang layak
Informan menerima
kekerasan fisik dan
tekanan terlebih
dahulu oleh aparat
supaya mau
mengakui kesalahan
Meskipun sudah
bukan menjadi
narapidana, informan
masih menjadi target
operasi (TO)
Informan merasa
bahwa usahanya
untuk menjadi lebih
baik tidak
menghasilkan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
terima
diperlakukan
tidak adil
878
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894
895
896
897
898
899
900
901
902
903
904
905
906
907
908
909
910
911
912
913
914
915
916
917
918
919
masyarakat? Bukan masyarakat,
masyarakat itu malah mendukung
"ini lho mas B itu wis iso tenan..."
bukan kenapa-kenapa gitu? Nggak
ada apa-apa? Bukan, masyarakat itu malah
mendukung saya. "iki lho mas B ki
wes insyaf tenan, kok isih dicekeli
ngopo?". Akhire dibalekke, dibalekke
terus "ono opo mas?". Besok lagi
ditangkap lagi, padahal saya nggak
berbuat apa-apa. Seperti ini. Saya itu
diluar setahun empat bulan... eh...
setahun dua bulan. Nggak ngapa-
ngapain. Saya pagi kerja setengah
delapan udah masuk, pulang jam
empat, kadang jam sembilan malem.
Kapan saya melakukan peker... apa...
pencurian? Ya salah saya cuma
membeli itu aja. Karena memang
saya sudah tahu itu barang curian. Itu
salahku disitu.
Kalau mas nggak tahu malah ini
ya... malah saya nggak tahu, nggak
mungkin wong itu kenal. Owh.
Hehehe.
Karena yang orang NTT itu og ya? Ha iya.
Owh jadi gitu? Kalau dihitung-hitung dari tahun 94
sampe sekarang ada lebih dari
sepuluh.
Sudah lebih dari sepuluh?
yang positif karena
masih terus menerus
menjadi target
operasi oleh aparat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Berupaya untuk
beruabah menjadi
lebih baik
Kekesalan dan
kecewa terhadap
diri sendiri
Perasaan sungkan
Perasaan sungkan
920
921
922
923
924
925
926
927
928
929
930
931
932
933
934
935
936
937
938
939
940
941
942
943
944
945
946
947
948
949
950
951
952
953
954
955
956
957
958
959
960
961
Ho oh, dari tahun 94.
Jadi sebenere ini ya karena
keadaan, terus temen...
he em. Pergaulan...
pergaulan, nah kalau pergaulannya
sendiri gimana mas?
Nah dari tahun 2013 kemarin sudah
saya berusaha untuk memisah temen-
temen yang lama, cari temen-temen
yang lebih baik. Yang nggak,
istilahnya bukan residivis. Yang
baru-barulah. Yang lingkungan,
lingkungan nggak ada
kriminalitasnya. Itu aja.
Udah berhasil sampai... sampai
sebelum... saya sebenernya sudah.
Sebelum sampe yang ini? Saya sebenernya sudah. Haa... sudah,
sudah, karena dateng temen lagi.
Saya sudah nolak. Saya sudah
menolak. Datang sekali, dua kali, tiga
kali sudah nolak. Dia malah pergi
sendiri. Mencuri-mencuri, saya
mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu.
Cuma satu itu, nggak ada salah lain.
Ada perasaan, ada penolakan atau
tidak? Eh, Khan ada penolakan ya?
Terus ada perasaan nggak enak gitu
nggak sih sama temen yang
nawarin? Iya, makanya saya nggak enak itu.
Terus akhirnya? Akhirnya saya beli. Tolong,
bilangnya tolonglah. Ya saya kira
kalau sudah bilang tolong ya sudah.
Informan berusaha
menghindari teman-
teman yang
menjerumuskan
Berusaha
memperbaiki diri
dengan membangun
relasi baru dengan
orang baru
Menyadari
lingkungan mana
yang
menjerumuskannya
Ada perasaan kecewa
terhadap diri sendiri
yang terlukis dari
kalimat yang
diucapkan
Ada perasaan
sungkan dengan
teman sendiri
Adanya peasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Sensitif dengan
kata “tolong”
Merasa aman
Jenuh dan kesal
Merasa aman,
tentram
962
963
964
965
966
967
968
969
970
971
972
973
974
975
976
977
978
979
980
981
982
983
984
985
986
987
988
989
990
991
992
993
994
995
996
997
998
999
1000
1001
1002
1003
Berarti mas agak nggak gitu enakan
juga yah sama temen? Iya, bukan sama temen sama
keluarga juga.
Sama keluarga juga nggak enakan?
Jadi akhirnya ya... ya udah
dibantuin ya udah ikut? He eh.
Sekaligus plusnya ya karena ada
kebutuhan ekonomi? Iya, ekonomi.
Pernah nggak mikir, besok kalau
dihukum sama Tuhan gimana gitu? Lha justru malah itu, lha justru malah
saya disini itu malah lebih tenang.
Karena saya diluar sudah bekerja,
sudah lurus-lurus masih diuber-uber
sama polisi.
Lha disini tenangnya gimana? Saya bisa ibadah dua puluh empat
jam saya ibadah bisa. Malah lebih
tenang. Karena saya mendoakan yang
diluar. Supaya diluar itu saya tinggal,
anak dan istri supaya hidupnya lebih
baik. Justru malah kalau saya, tapi
kalau yang lain mungkin disini agak
guncang ya, karena biasa sama
keluarga... sama keluarga terus
terpisah. Kalau saya malah, justru
malah disini tempat bertobat.
Tempat bertobat malah disini?
Karena lebih tenang, lebih kondusif
gitu ya? Iya, malah tenang jadi sembahyang
sungkan
Informan cukup
sensitif dengan kata
“tolong”, sehingga
sulit bagi informan
untuk tidak menolong
Lebih merasa tenang
ketika di dalam LP
daripada diluar,
karena tidak ada yang
mengusik
Ada perasaan kesal
kepada aparat karena
selalu jadi “target
operasi” meskipun
informan sudah tidak
melakukan aksi
kejahatan
Menjadikan situasi di
dalam LP sebagai
tempat untuk banyak
mendekatkan diri
kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Tidak berpikiran
tentang
ketakutan-
ketakutan
Trauma
Merasa tidak
tenang dan
seperti diteror
Kecemasan
Tidak terima
diperlakukan
tidak adil
Perasaaan kesal
1004
1005
1006
1007
1008
1009
1011
1012
1013
1014
1015
1016
1017
1018
1019
1020
1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030
1031
1032
1033
1034
1035
1036
1037
1038
1039
1040
1041
1042
1043
1044
1045
1046
nggak... istilahnya... malah bisa
fokus. Tiap hari sembahyang, nggak
bisa kemana-mana. Terus kalau
diluar khan saya sembahyang kadang
kalau kelewat malam, apa nanti
grebek gak yah? Padahal saya nggak
ngapa-ngapain. Ada ketakutan-
ketakutan itu, padahal saya nggak
ngapa-ngapain. Saya pernah baru
tahajut tahun 2012, digrebek. Padahal
sudah nggak ngapa-ngapain.
Perasaannya mas gimana itu? Ya kok seperti cemas, tahajut mau
pertama tu udah feeling.
Udah feeling nggak enak? Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu
sudah punya salah. Tapi kesalahan
yang tahun yang lama diungkap
kembali. Itu aja. Jadi misalnya ni
polisi sekarang... tahun ini misalnya
saya nggak ada masalah, itu yang
tahun yang tahun kemarin yang
punya salah yang itu di ulang itu
yang... istilahnya yang nggak
diungkapin sama dia, diungkapin
lagi. Karena mereka khan menangkap
khan harusnya punya dasar.
Ada bukti gitu?
Ada bukti. Ha ternyata yang kasus
baru nggak ada. Nggak ada barang,
otomatis kalau dilepas khan katanya
bisa nuntut balik khan? Ya itu udah,
kasus yang lama diungkap kembali.
Hmm... jadi istilahnya saya yang
sudah mapan-mapan kerja, tapi kok
Ketika di dalam lapas
informan merasa
lebih tenang daripada
ketika ia berada di
luar.
Bagi informan ketika
ia diluar, hidupnya
penuh dengan
kecemasan dan juga
ketakutan kalau-kalau
menjadi target
operasi lagi
Pengalaman digrebek
saat sudah tidak
melakukan kejahatan
membuat informan
menjadi trauma
Informan merasa
polanya selalu sama,
perbuatan kejahatan
masa lalu digunakan
lagi sebagai alasan
untuk menangkap
dirinya
Putus asa dengan
keadaan yang tidak
membuahkan hasil
baik
Informan menjadi
beranggapan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Learn
helpessness
Pasrah
Ingin sekali
bercerita namun
tidak ada tempat
untuk berbagi
1047
1048
1049
1050
1051
1052
1053
1054
1055
1056
1057
1058
1059
1060
1061
1062
1063
1064
1065
1066
1067
1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
1076
1077
1078
1079
1080
1081
1082
1083
1084
1085
1086
1087
1088
masuk penjara lagi. Yawes sesuk
kumat neh wae. Wong saiki kumat ra
kumat podo wae. Saya menjadi orang
benar itu emang susah mbak, uangel
tenan. Jadi ini ya, ada pandangan
kaya saya.. saya saja jadi orang baik
tetep disalahin og. Nah itu sering.
Istri saya juga bilang gitu. Bukan istri
saya, tetangga-tetangga saya juga
bilang gitu. Mas B'i wes apik kok isih
di ngonokke terus to? Itu bukan dari
warga, dari tetangga juga bilang
seperti itu.
Dari mas sendiri gimana itu? Ya
khan... saya paham juga sih ketika
udah jadi orang baik tapi kok yaa...
tetep disalahkan. Itu gimana
kesannya mas? Ya saya cuma pasrah.
Pasrah? Paling larinya ke yang maha kuasa,
sholat. Larinya kesitu aja.
Meskipun ada perasaan nggak enak
gitu? Kaya skeptis gitu khan? Iya. Cuma tak pasrahkan, berdoa,
sudah. Sudah gitu aja, nggak ada
yang lain. Mau sambat sama siapa?
Sambat sama istri juga... sama aja.
Sama aja?
He em, tapi istri kalau saya seperti
itu dia kok "wah, dia pasti punya
masalah". Nah nanti dia juga ikut
mendoakan.
Kalau istri nggak kerja yah? Sekarang jadi ibu rumah tangga.
Dirumah khan jualan nasi, warung
gitu.
Lumayan berarti ya sebenernya? Ya untuk hid...
Untuk makan yah? Ya untuk hidup, makan bisa.
Untuk sekolah sekarang biayanya
baik jadi orang jahat,
karena usahanya
untuk berubah
menjadi lebih baik
tetap tidak
membuahkan hasil
baik. Merasa sia-sia
Perasaaan putus asa
yang kuat
Informan merasa
tidak ada tempat
untuk berkeluh kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
1089
1090
1091
1092
1093
1094
1095
1096
1097
1098
1099
1098
1099
1100
1101
1102
1103
1104
1105
1106
1107
1108
1109
1110
1111
1112
1113
1114
1114
1115
1116
1117
1118
1119
1120
1121
1122
1123
1124
1125
1126
1127
dari mana? Untuk sekolah belum tahu.
Belum tahu? Karena ada program dari pemerintah
kemarin, namanya PKA itu dapat tapi
yang lain nggak tahu. Mungkin itu
agak ada menolong. Terus ini ada
program apa lagi, katanya kemarin
rapat yang dari kelurahan dari
bantuan dari pemerintah. Lha itulah.
Berarti ngikut-ngikut kaya gitu yah?
Iya kalau dari pemerintah kita terus
dipantau. Istilahnya dipantau dari...
RT, RW, Kelurahan. Dipantau terus,
pasti. Ya memang keluarga mungkin
kurang mampu yah. Terus di pertama
pasti itu. Hehehe.
Owh gitu.
Kenal sama Slamet? Slamet siapa?
Slamet siapa yah sebutannya,
Orangnya kecil, orang dari Alas
Roban. Yang dari Alas Roban.
Owh, Batang?
He eh. Kenal? Ada dibelakang.
Deketkah? Ya nggak deket sekali, cuma pernah
bareng kesini.
Orangnya gimana? Baik? Kalau orangnya sih pendiam.
Owh pendiam toh? He em.
Emangnya sering bergerombol gitu? Nggak. Dibelakang juga menyendiri
kok. Kalo masalah ibadah tertib,
cuma kebutuhan ekonomi aja, kalo
penilaian saya lho. Ekonomi, karena
dia khan hidup selayaknya rata-rata.
Pengen hidup selayaknya
kebanyakan.
Itu kemarin saya juga sempet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Perasaan sedih
Penyesalan
Perasaan sungkan
1128
1129
1130
1131
1132
1133
1134
1135
1136
1137
1138
1139
1140
1141
1142
1143
1144
1145
1146
1147
1148
1149
1150
1151
1152
1153
1154
1155
1156
1157
1158
1159
1160
1161
1162
1163
1164
1165
1166
1167
1168
1169
wawancara... he em.
Pak Slamet, tapi khan saya juga
harus tahu dari temen-temennya
gimana, keadaannya gimana. He em, ya mungkin dari problem
keluarga juga.
Problem ini ya... karena dia...
sudah cerai sama istrinya.
Kasian itu sebenernya. Owwh... gitu
toh ceritanya. He em.
Goncangan buat dia juga khan? Kalau masalah keluarga itu khan
disini mungkin masalah pokok
malahan. Seharusnya, kalau keluarga
itu khan pas kita kena masalah
memberi support.
Keluarga inti yah? Ya istilahnya dari istri, bukan dari
keluarga bapak'e, ibu'e. Nah kalo
yang punya istri kadang malah istri...
kita disini istri malah pada lari. Tapi
kalau istri saya itu dari dulu saya
keluar masuk malah memberi
support. Yang sabar. Saya juga malah
"kamu juga yang sabar". Jangan
bilang ke saya, kamu yang sabar
yang diluar. Kalau disini saya, kamu
nggak kesinipun saya dikasih makan
pemerintah. Lha kamu diluar ngasih
makan anak dua.
Sedih nggak? Ya sedih banget.
Sedih banget ya? Iya, pas sedihnya pas kalo kita
berdoa.
Ngerasain istri...
kok isa ya, bojoku ngelakoni urip
dewe isih nguripi anak loro.
Sedangkan aku disini. Padahal aku
disini nggak ngapa-ngapain, kok
Ada perasaan
menyesal karena
selama diluar LP
telah menyia-nyiakan
waktu dan keadaan
yang lebih baik
Istri sudah mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
1170
1171
1172
1173
1174
1175
1176
1177
1178
1179
1180
1181
1182
1183
1184
1185
1186
1187
1188
1189
1190
1191
1192
1193
1194
1195
1196
1197
1198
1199
1200
1201
1202
1203
1204
1205
1206
1207
1208
1209
1210
1211
diluar kadang tak sia-siakan, nah itu.
Contohnya, saya dibilangin "udah
nggak usah bergaul sama orang lain,
nggak usah! Temen-temen kamu
ditinggal". Tapi saya tetep masih
bergaul. Nah itu lah, karena saya
kalau di datengin orang, diusirin
nggak enak. Ya otomatis kalau di
datengin orang ya tak manggake to.
Monggo masuk, ngobrol. Lha istri
saya khan nggak suka. Karena itu
temen, udah tahu temen lama pasti
ngajak yang nggak...
nggak bener? Nggak... apa yah... ngajak yang neko-
neko.
He em. Nah itu, wes nggak seneng. Kadang
disitu aku marah. Khan orang tamu
kesini, ya dimanggakan. Nek misale
kita di ajak atau enggak khan
tergantung diri kita sebetulnya. Mau
atau enggak. Lha nek kepepet ya
mau, nek nggak ya... hehehe...
hahaha... nek nggak ya nggak ya? Lha iya. Kalau posisi pas kaya
kemarin udah kerja ya, diajak
kemanapun saya nggak mau. Karena
saya pasti khan lebih memberatkan
ke keluarga, nggak memberatkan ke
teman. Karena pas posisi kita susah,
seperti pas yang saya alami disini itu
yang ngurusin siapa? Temen-temen?
Nggak khan? Tetep keluarga toh?
He em. Nah iya, nah itulah makanya yang
saya bilang teman-teman dari dulu
seperti itu.
Keluarga tetap nomor satu. Iya.
Untung mas dapet istri yang mau
menasihati informan
untuk tidak lagi
bergaul dengan
teman-temannya yang
menjerumuskan
dirinya
Karena sifat
sungkannya informan
menjadi tidak bisa
menolak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
1212
1213
1214
1215
1216
1217
1218
1219
1220
1221
1222
1223
1224
1225
1226
1227
1228
1229
1230
1231
1232
1233
1234
1235
1236
1237
1238
1239
1240
1241
1242
1243
1244
1245
1246
1247
1248
1249
1250
1251
1252
1253
selalu ngedampingin yah? Itu keberuntungan.
Karena khan banyak yang... lari?
Hehehe. Yang Slamet ditinggal
selingkuh itu khan? Ah iya. Itu khan itu malah sudah
cerai itu.
Sudah cerai? He em.
Prosesnya khan pas dia masuk juga
khan itu? Iya.
Orangnya pendiem, penyendiri yah? Malah diem orangnya, penyendiri.
Itu yang dia masuk yang terakhir itu
karena dia ini ya... diajakin
temennya itu tadi? Iya namanya Aji sama Taufiq, Taufiq
apa siapa ya? Lupa.
Diajakin terus, itu sebenernya ini ya
motif balas dendamnya temennya
itu yah? Iya. Si... pak siapa... ra apal saya, iya
he eh.
Terus? saya kejadian itu tahu bener malahan.
Pas waktu itu saya yang menerima.
Gimana itu ceritanya? Jadi pak siapa
lupa aku, itu punya gambaran,
maksud'e di dalam istilah kan
gambaran ada harta misalnya.
He eh. Itu khan istilah kita gambaran. Nah
itu diajak'i, "kamu ikut saya ada
gambaran". Padahal itu pernah punya
perkara sama pak itu. Pak sinten
namanya. Ha itu punya perkara sama
pak itu. Ha itu motifnya motifnya
balas dendam, akhirnya masuk
semua.
Masuk semua itu akhirnya ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Memaknai
pengalaman
kejahatannya
1254
1255
1256
1257
1258
1259
1260
1261
1262
1263
1264
1265
1266
1267
1268
1269
1270
1271
1272
1273
1274
1275
1276
1277
1278
1279
1280
1281
1282
1283
1284
1285
1286
1287
1288
1289
1290
1291
1292
1293
1294
1295
Iya yang ngasih gambar.
Cuma Slametnya aja yang... udah
empat orang itu yang masuk. He eh,
empat orang katanya ini ya...
Slametnya sempet ngiket bapaknya
itu ya? He em, untuk ngambil itunya, untuk
ngambil barang-barangnya.
Tapi katanya dia nggak dapet ini
khan? Salah sepeser gak ada. Uang untuk
hartanya sepeser nggak ada. Karena
blas ketahuan. Owh... jadi khan
belum sempat istilahnya menikmati
hasil dari kejahatan, belum sempat.
Istilahnya baru percobaan tapi khan
sudah menganiaya. Di tembak to?
Tembak kakinya patah, tapi sekarang
udah pulih.
Mas Slametnya? Iya.
Owh... ya itu dia juga cerita kalau
dia itu sebenernya dimanfaatkan
sama... temennya untuk balas
dendam. Ya kadang seperti saya ni, seperti
saya karena sering keluar-masuk
pernjara karena pengaruhnya ada,
khan di manfaatin sama orang luar
juga. Pas saya keluar, "mas itu mas
dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu
khan ada. Itu khan pemanfaatan
namanya. Kalau kita mau ya kita
otomatis harus kesini lagi to? Kalau
gak mau ya gak to? Iya. Semuanya
ya tergantung diri kita sendiri. Kayak
si Slamet juga kalau dia nggak mau
ya mungkin nggak masuk sini. Ya
tergantung diri kita sendiri. Kembali
ke hati nurani kita sendiri. Kecuali
seperti saya, karena saya kebutuhan
keluarga mendesak kaya tak
Informan menyadari
bahwa terkadang iya
melakukan kejahatan
karena pengaruh
orang lain dan
terkadang juga
dimanfaatkan oleh
orang lain karena
posisinya sedang
kesulitan ekonomi
Informan memiliki
pendapat bahwa
semua pilihan itu
kembali lagi ke diri
sendiri
Karena terdesak,
informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Defense
mechanism :
Rasionalisasi
Tertekan oleh
situasi yang
menharuskan
informan kembali
pada perbuatan
jahat
Terpaksa
berbohong
1296
1297
1298
1299
1300
1301
1302
1303
1304
1305
1306
1307
1308
1309
1310
1311
1312
1313
1314
1315
1316
1317
1318
1319
1320
1321
1322
1323
1324
1325
1326
1327
1328
1329
1330
1331
1332
1333
1334
1335
1336
1337
contohkan tadi, anak saya dirumah
sakit. Saya sudah nggadaikan motor,
sudah nggadaikan surat rumah...
Tapi tetep nggak cukup?
Nggak cukup, terus saya hutang
mana-mana nggak mau, ya udah terus
tak putuske. Tak putuske kembali ke
jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak
bayar. Istri juga nanya "uang dari
mana?". "Pinjam Teman".
Bohong ya berarti awalnya? Bohong. "Pinjam temen bener?
Nggak nganu lagi?". "Nggak". Ya
udah. Lha sudah keluar semua, "Lha
terus le mbalekke pye duite mas le
nyilih temen?". "Yo sesuk tak
balekke". Supaya istri ini nggak...
nggak... opo... nggak terlalu berpikir.
Nggak banyak pikiran. "Udah wes
rasah diurus, ngko tak urusane". Saya
cuma bilang gitu.
Sering bertengkar nggak kalau
sama istri? Istri?
He em. Kalau pertengkaran itu pasti ada, tapi
khan hal yang... ya kaya hal sepele
tadi. Kaya ada temen dateng, njuk
istriku malah marah-marah, nggak
mau mbuatin minum. Itu aja kalau
bertengkar sih mungkin. Istriku lebih
muda dari saya, saya tiga puluh enam
istriku baru dua puluh tiga. Ya itu
khan yang ngemong khan
kebanyakan saya. Hmm... ya kalau
bertengkar ya kita selesaikan secara
baik-baik aja. Saya nggak mau nanti
dari efek pertengkaran ini anak-anak
yang jadi korban, cuma itu. Jadi
misalnya saya nguantemi bojoku to,
lha itu khan nanti anak-anak jadi
membenarkan
perilaku jahat yang ia
lakukan
Tertekan oleh situasi,
membuat informan
terpaksa memilih
mencari uang dari
aksi kejahatan
Informan terpaksa
berbohog kepada
istrinya, karena
informan tidak ingin
membebani pikiran
istrinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Perasaan takut
dan cemas akan
masa depan
anaknya
Bosan dan ingin
berakhir
1338
1339
1340
1341
1342
1343
1344
1345
1346
1347
1348
1349
1350
1351
1352
1353
1354
1355
1356
1357
1358
1359
1360
1361
1362
1363
1364
1365
1366
1367
1368
1369
1370
1371
1372
1373
1374
1375
1376
1377
1378
1379
korban. Nek bojoku loro anak-
anakku ra iso adus, makani. Saya tu
nggak bisa, mau ndulang anak nggak
bisa. Lha itu khan otomatis anak
yang jadi korban to? He em. Lha itu
makanya saya sebisa mungkin saya
tekan supaya nggak ada
pertengkaran.
Takut nggak mas kalo anak-
anaknya besok ngikutin jejaknya
mas? Ya itu pasti keta... apa... ada
bayangan.
Ada bayangan? Makanya khan dari kemarin-kemarin
saya sudah... udah pingin minggir
dari dunia hitam ini. Udah dari tahun
sembilan empat mbak. Dari tahun
sembilan empat sampai sekarang ini
berapa tahun? Udah... enam belas
tahun ya? Eh... lebih ya? Dua puluh
tahun yah?
Dua puluh tahunan ada mas. Dua puluh tahun saya sudah sudah
mau minggir, udah capek. Hidup gini
udah capek.
Hidup keras ya ini hitungannya? Sudah capek saya hidup ini.
Ditembak pernah, dipukul sering.
Ditembak dimana? Di kaki.
Di kaki juga? Empat biji.
Sakit mas? Ya sebentar sakitnya. Ahaha...
hehehe.
Di tembak itu sakit nggak sih?
Nggak? Apa... yaa... sebetulnya ki pertama itu sakit,
tapi lama-lama ya kesakitan karena
khan bengkaknya njelurug. Khan ada
Informan takut jika
nantinya anaknya
mengikuti jejaknya
sebagai pelaku
kejahatan
Informan terus
menerus berusaha
untuk keluar dari
dunia kejahatan yang
ia geluti selama 21
tahun
Informan sudah lelah
hidup di dunia
kejahatan dan ingin
berubah menjadi
lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Menceritakan
kebenaran fakta
Pengalaman
kejahatan
Tekanan yang
berasal dari luar
Perasaan tidak
terima
Menceritakan
kebenaran fakta
Menceritakan
1380
1381
1382
1383
1384
1385
1386
1387
1388
1389
1390
1391
1392
1393
1394
1395
1396
1397
1398
1399
1400
1401
1402
1402
1403
1404
1405
1406
1407
1408
1409
1410
1411
1412
1413
1414
1415
1416
1417
1418
1419
1420
yang patah juga, kebetulan saya
nggak. Alhamdulillah masih
dilindungin. Empat biji pas tulang
semua nggak ada yang... istilahnya
cuma tembus aja. Nggak ada yang
cacat. Memang sengaja tadinya mau
dipatahin, tapi nggak patah-patah.
Beruntung ya mas ya? Sampe dipukulin, sampe di encot-
encot gitu nggak patah. Sampe mau
di tlindesin mobil itu, nggak patah.
Itu sama polisi atau sama...
polisi.
Sama polisi? Kostrad.
Karena mau melarikan diri itu ya
mas? Itu khan alasan kamuflase aja. Nggak
ada yang namanya... disini mungkin
pertanyaannya sama, kamu ditembak
karena melarikan diri? Nggak. Kalau
mau ditembak itu pasti dilakban
matanya, diborgol tangannya,
dijorokin, langsung ditembak. Nggak
ada sejarahnya yang dari saya tahun
sembilan empat sampai dua ribu lima
belas sekarang melarikan diri
ditembak, itu nggak ada. Cuma
kamuflase. Koran-koran itu bohong
semua.
Owh gitu ya? Coba ditanya yang pernah
ditembakin.
Sebenernya ditembak itu buat apa
toh mas? Untuk bisa ngaku gitu? Bukan bisa ngaku, karena supaya di...
apa... karena malah dia nggak ngaku,
itu lho. Dia nggak ngaku ditembak
biar ada lebih banyak kasus. Kalau
malah ngaku malah nggak ditembak.
Kalau ngaku nggak ditembak? Malah nggak ditembak.
Informan
menceritakan bahwa
selama ini, para
pelaku kejahatan di
tembak bukan karena
mereka berusaha
melarikan diri tetapi
merupakan sebuah
kamuflase dari aparat
dan media
Aparat menembak
para pelaku kejahatan
agar mereka yang
tidak mau mengakui
kejahatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
kebenaran fakta
Tekanan yang
berasal dari luar
1421
1422
1423
1424
1425
1426
1427
1428
1429
1430
1431
1432
1433
1434
1435
1436
1437
1438
1439
1440
1441
1442
1443
1444
1445
1446
1447
1448
1449
1450
1451
1452
1453
1454
1455
1456
1457
1458
1459
1460
1461
1462
Tapi kalau ngaku? Tapi kalau memang nggak me...
nggak berbuat? Kalo disuruh ngaku
ya nggak mau to? Kaya misalnya
saya, " kamu merampok di bank ini",
misalnya. Lha kalau saya nggak
bener-bener nggak nganu... saya
nggak melakukan? Ya otomatis
nggak ngaku to?
Itu ada yang ditembak juga? Banyak.
Banyak? Sekarang kasus aja, bawa pedang
ditembak empat ada. Cuma untuk
supaya punya kasus lain, pencurian
yang lain. Padahal cuma bawa
pedang.
Jadi untuk istilahe golek-golek ya?
Cari-cari? Ya semua polisi seperti itu. Saya
ngomong... dari seratus persen,
sembilan puluh persen sama.
Banyak korbannya disini? Ya dianu aja di... apa...
ditanyain aja gitu? Nggak... apa... studi bandinglah.
Hehehe. Semuanya sama.
Jawabannya mungkin sama.
Gitu? Jadi sebenarnya bukan
karena melarikan diri ya? Nggak ada yang melarikan diri
sejarahnya.
Rata-rata tu ditangkepnya dirumah
atau pas kejadian sih mas? Kalau dirumah itu pasti ada yang
ngomong. Maksudnya ngespek'ke,
istilahnya di SP, di spionasikan. Tapi
kalau yang ketangkep langsung
biasanya massa.
Oh ada yang "itu mas ada
perampokkan"
berbicara dan supaya
aparat mendapatkan
lebih banyak kasus
lainnya
Buat apa mengaku
jika memang tidak
melakukan kejahatan
Faktanya
penembakan yang
dilakukan aparat
untuk mendapatkan
kasus lain diluar
kasus yang saat itu
dilakukan
Informan mengakui
para pelaku kejahatan
sering mendapatkan
tekanan melalui
kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Motif kejahatan
Eksistensi diri
Eksistensi diri
Penyesalan
Motif kejahatan
Kebutuhan
ekonomi yang
mendesak
Motif kejahatan
Reputasi diri
Perasaan bangga
pada diri sendiri
1463
1464
1465
1466
1467
1468
1469
1470
1471
1472
1473
1474
1475
1476
1477
1478
1479
1480
1481
1482
1483
1484
1485
1486
1487
1488
1489
1489
1490
1491
1492
1493
1494
1495
1496
1497
1498
1499
1500
1501
1502
1503
aaa... itu khan biasanya di tangkep
orang banyak baru diserahin ke
kepolisian. Lha itu khan massa
namanya.
Kalau mas sendiri itu kemarin
ketangkepnya dirumah gitu? Dirumah.
Dirumah terus ya? Dirumah, pas itu nggak ada apa-apa,
saya nggak ngapa-ngapain.
Yang sebelumnya juga dirumah? Dirumah juga.
Banyak yang dirumah ya? He em.
Banyak cerita yang diluar bayangan
saya. Hmm... ya itu kenapa saya
melakukan penelitian ini. Khan
juga pengen tahu sebenernya
kenapa kok banyak yang keluar-
masuk. Hmm... Kemarin Mahkamah Agung
juga kesini sebenernya. Tanya-tanya,
konseling seperti ini juga.
Oh iya? He em. Kenapa kok seperti itu,
kemarin lusa.
Kadang-kadang bukan karena
orang yang mau khan, atau... bukan.
Kadang-kadang bukan karena
ekonomi, ada juga yang karena
memang lingkungan di... Hobby.
Hobby juga ada. Ada, terus pengaruh lingkungan juga
ada. Kalau saya hobby, lingkungan
mungkin saya bisa nepis semua.
Cuma karena mungkin nggak enak,
jadi istilahe nek cara kasare buat gaul
aja.
Buat gaul aja? He em. Hehehe.
Kesaksian informan
mengapa banyak
narapidana yang
sering kembali
melakukan kejahatan
karena motif hobi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Berani menerima
resiko sendirian
Mementingkan
keluarga
Kesadaran diri
Perasaan malu
Berkomitmen
pada diri sendiri
1504
1505
1506
1507
1508
1509
1510
1511
1512
1513
1514
1515
1516
1517
1518
1519
1520
1521
1522
1523
1524
1525
1526
1527
1528
1529
1530
1531
1532
1533
1534
1535
1536
1537
1538
1539
1540
1541
1542
1543
1544
1545
Kalau udah ngelakuin ini terus apa
yang mas dapet? Selain uang lho itu
di... yang dapet saya cuma mungkin
kepercayaan aja. Bahkan saya ini tu
ngomong, nggak ngomong doank.
Seperti inilah, itu aja.
Harga diri ya sebagai seorang laki-
laki? He eh. Misalnya tu ya saya tu nggak
pernah nyokot orang kalau seperti ini.
Itu aja. Padahal ya... ya penyesalan
diri sendiri.
Iya, sebenernya ya? Tapi ya gimana lagi, juga karena
faktor ekonomi juga.
Ada ter... dar... tekanan dari temen-
temen nggak kalau misalnya udah
diajakin, nggak ikut, terus "wah
kamu ini laki-laki apa bukan'e?".
Diancam?
He eh, diancam. Itu mungkin ada,
tapi kalo saya nggak ada.
Kalau mas nggak ada ya? Nggak ada. Ya cuma karena mereka
ngajak saya, ya itu tadi karena saya tu
punya nama yang bagus untuk dunia
seperti itu.
Nama yang bagus? Untuk anu ya...
karena keahliannya mas ya? He em. Jadi punya nama bagus. Itu
lho, iku wong'e koyo ngono, ora tau
nggeret wong.
Dewe yo mesti? Ya pokoknya nggak pernah bawa
orang lah. Belum ada sejarahnya.
Nek kebanyakan... saya nyuri sama
mbak'e misale, nah saya ketangkep,
otomatis saya nyokot mbak'e. Kalau
saya nggak, tetep tak akui sendiri.
lingkungan
pergaulan, serta tren
pergaulan
Dengan melakukan
kejahatan, informan
merasa mendapatkan
kepercayaan dan
pembuktian diri
Melakukan kejahatan
merupakan bentuk
dari pembuktian
harga diri informan
Menambah harga diri
namun di akhir
merasakan
penyesalan perbuatan
Faktor ekonomi
membuat informan
memilih melakukan
kejahatan
Kesaksian informan,
terkadang yang
membuat seseorang
akhirnya melakukan
kejahatan karena
diancam teman-
temannya
Informan memiliki
reoutasi yang baik di
dunia kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Berusaha
memperbaiki diri
menjadi lebih
baik
Kontrol diri
rendah
Tekanan dan
ajakan untuk
melakukan
kejahatan
Tekanan dan
ajakan untuk
melakukan
kejahatan
Perasaan sungkan
Sensitif dengan
kata “tolong”
Unsur budaya :
Jawa
1546
1547
1548
1549
1550
1551
1552
1553
1554
1555
1556
1557
1558
1559
1560
1561
1562
1563
1564
1565
1566
1567
1568
1569
1570
1571
1572
1573
1574
1575
1576
1577
1578
1579
1580
1581
1582
1583
1584
1585
1586
1587
Misalnya saya berdua, temen saya
lari. Ya saya sendiri, tetep tak akuin
sendiri. Temenmu tadi? Namanya
Yudhi. Alamatnya mana? Makasar.
Makasarnya mana? Nggak tahu.
Ilang to? Ya saya akuin sendiri.
Contohnya seperti itu.
Itu yang bikin temen-temen yang
lain tu pengen ngajak mas, karena
ya aman ya yang ngajak mas itu
itungannya? He eh.
Lha kalau temennya bisa kabur,
mas yang ketangkep kan mas nggak
bakal... sendiri. Lha itulah.
Jadi salah satu faktor seperti itu ya? Untuk dikorbankan itu saya siap.
Hehehe.
Kok seneng'e mas dikorbanke? Nggak, istilahnya tu itu. Dulu-dulu
tapi kalau sekarang saya berkorban
cuma untuk keluarga aja, bukan
untuk yang lain.
Ya besok-besok jangan lagi mas,
kasihan... saya sudah nggak mau. Saya itu
sudah...
capek to? Sudah umur tiga enam mau empat
puluh. Besok saya keluar, kalau
setahun setengah dah umur tiga tujuh.
Habis disini nanti khan nggak bisa
keluar. Udah tiga tujuh khan istilahe nanti
khan kalau anak saya sudah besar,
nanti punya istri, punya cucu... malu
juga khan? Iya. Nah saya sudah
mikirin seperti itu. Makanya kemarin
khan waktu saya pulang berjanji pada
diri sendiri, nggak berjanji sama
orang-orang kalau nggak mau
Ada perasaan bangga
dalam diri informan
karena memiliki
reputasi di dunia
kejahatan
Ketika melakukan
kejahatan dan
tertangkap, informan
tidak pernah
mengadukan
temannya untuk ikut
ditangkap juga
Informan memilih
untuk berkorban demi
keluarga
Informan merasa
dirinya sudah
berumur dan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Mendapatkan
dukungan moral
dari lingkungan
sosial
Kebutuhan untuk
mengeluarkan
beban pikiran
1588
1589
1590
1591
1592
1593
1594
1595
1596
1597
1598
1599
1600
1601
1602
1603
1604
1605
1606
1607
1608
1609
1610
1611
1612
1613
1614
1615
1616
1617
1618
1619
1620
1621
1622
1623
1624
1625
1626
1627
1628
1629
ngulangun yang udah-udah. Makanya
bertahan toh? Setahun dua bulan.
Tanya yang... pegawai disini tahu
saya semua. Saya tu paling tiga bulan
empat bulan udah masuk. Kalau
masih seperti itu. Emang kemarin
lama, setahun dua bulan saya. Karena
saya sudah kerja, cuma ada temen
yang dateng, karena saya... kemarin
dari temen-temen yang lama sudah
tak pisahke semua. Saya udah nggak
mau bergaul sama mereka. Sekarang
cuman... say hello aja nggak papa,
tapi untuk ngumpul-ngumpul saya
nggak mau. Diajak kemana saya udah
nggak mau. Pokoknya saya intinya
alesannya momong anakku. Saya
mau... apa... istilahnya mau diajak
bagaimana, wah aku ora iso aku
ngeterke bojoku. Terus alesan,
keluarga yang tak buat alesan.
Temen-temen akhirnya juga
mengerti yah beberapa? Iya. Ada yang "We..." terus ada yang
malah nggak mau ngerti.
Biasa ya kalo itu khan? Gimana?
Ada yang nggak mau ngerti juga. Ada yang nggak mau ngerti, jelas.
Kalau mereka memang udah
pekerjaan ya nggak mau ngerti lagi.
Iya. Ayo to mbok sekali aja.
Biasanya rayuannya gimana sih
rayuan gombalnya? Hahaha. Ya sekali aja to ayo ikut, sekali aja.
Sekali aja? Pisan wae. Wes bar pisan
wes ora wis. Gitu aja, udah gur pisan.
Tak turuti, nggak ketangkep to, nah
besok lagi. Gah to yo, aku gek butuh
duit. Kadang keluarga yang dibawa-
bawa. Ayo to bojoku bar ngelahirke,
saya butuh uang. Mesakke. Lha ya itu
seharusnya berhent
dari dunia kejahatan
Ada perasaan malu
informan kepada
anaknya jika ia terus
melakukan kejahatan
Informan berjanji
kepada diri sendiri
untuk berubah
menjadi lebih baik
Informan berusaha
menjauhkan dirinya
dari lingkungan
pergaulan teman-
temannya yang
menjerumuskannya
Ada teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Kebutuhan untuk
mengeluarkan
beban pikiran
Kebutuhan untuk
didengarkan
Self regulation
1630
1631
1632
1633
1634
1635
1636
1637
1638
1639
1640
1641
1642
1643
1644
1645
1646
1647
1648
1649
1650
1651
1652
1653
1654
1655
1656
1657
1658
1659
1660
1661
1662
1663
1664
1665
1666
1667
1668
1669
1670
1671
jadi mereka mengibanya di situ,
karena kaya apa... anak saya di
rumah sakit, itu khan saya paling
nggak bisa. Terus istri saya baru
melahirkan, istri saya baru sakit, wes
saya paling nggak bisa nolak disitu.
Ada faktor ini... budaya Jawa juga
ya? Nggak enak'an? Iya, ya seperti itulah. Coba tanya
yang cewek-cewek pasti banyak di
sini, tapi masih beda kasus lho, ada.
Itu memang B Sunadi, gimana
orangnya? Nanti khan bisa
disimpulkan. Tapi kadang mereka
nutupi. Hehehe.
Nutupi karena nggak enak ya? Karena saya sering mbela mereka.
Owh... oh nggak kok orangnya
seperti ini, orangnya seperti ini.
Orangnya itu dirumah nggak apa,
nggak apa, nggak apa. Kadang nutupi
seperti itu. Orangnya nggak pernah
neko-neko dirumah, cuma momong
anak, kadang seperti itu. Jadi kalo
ada yang jelek sama saya pada nggak
mau. Hehehe... hehehe... nutupinnya
seperti itu.
Temen-temen disini banyak? Hurung entuk kok. Kula telfon wau
teng ajeng durung entuk. Kok ora
oleh kenopo? Tok telfon iso koe? Emboh. Kui mau tak telfon teng
Wayah. Ra oleh'e. Kok ora oleh pye?
Katanya belum vo... memang sudah
vonis, eksekusinya belum turun. Owh
yo wis. Sesuk rebo. Sip nek ora rebo,
kemis. Hehehe.
Mungkin ini dulu aja mas, besok
kemungkinan kalau misalnya ada
yang kurang boleh saya...? boleh, kapanpun bisa.
Soalnya ini untuk melengkapi
informan yang belum
bisa memahami
keadaan informan
dan terus menerus
merayu untuk ikut
bergabung melakukan
kejahatan
Teman-teman
informan berusaha
merayu agar ia mau
ikut bergabung
melakukan kejahatan
meskipun informan
sudah beralasan
Alasan yang
digunakan teman-
temannya untuk
merayu adaah
kebutuhan mendesak
keluarga, sehingga
informan tidak tega
untuk menolak
Perasaan sungkan
atau “tidak enakan”
informan, diakuinya
dipengaruhi oleh
kebudayaan jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
1672
1673
1674
1675
1676
1677
1678
1679
1680
1681
1682
1683
1684
1685
1686
1687
1688
1689
1690
1691
1692
1693
1694
1695
1696
1697
1698
1699
1700
1701
1702
1703
1704
1705
1706
1707
1708
1709
1710
1711
1712
1713
data... skripsi?
Ho oh. Owh... jadi?
Saya memang agak beda dari yang
lain. Hmm... yang lainnya pada ke
perusahaan, saya ke sini. S1?
S1. Jurusan?
Jurusannya Psikologi. Saya besok
juga maunya ke bagian kriminologi
gitu juga. Ya itu, saya kalau Psikologi mungkin
saya... apa... pengen konseling ke
psikolog juga sering ingin.
Pengen? Lho disini sama mbak
Icha? Sapa? Mbak Icha?
Belum pernah.
Owh, belum pernah? Padahal kan
bisa cerita-cerita. Belum pernah sama sekali.
Tapi kalau mau konseling itu bagus
lho emang. Iya, supaya untuk... mengeluarkan
apa yang... sebab'e dirumah itu
nggak pernah ngeluarin uneg-uneg,
cuma menjaga anak, istri, keluarga
supaya mereka nggak sengsara, udah.
Hehehe.
Emang harus dikeluarin lho mas,
kalau nggak nanti stres sendiri
nanti.
Iya, kalau stres sih enggak, mungkin
saya... berat di... saya punya... punya
apa ya... punya langkah kalau agak
stres. Itu khan kadang cuma duduk
aja.
Lebih ke berdoa ya? He eh, lebih ke sembahyang, berdoa,
banyak-banyak doa nanti ilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
1714
1715
1716
1717
1718
1719
1720
1721
1722
1723
sendiri stresnya. Nggak ke terus saya
stres minum.. apa? Biasanya khan
minum... mukulin orang. Mukulin
orang? He eh. Nggak, saya nggak
dari dulu nggak.
Makasih ya mas ya. Udah gitu aja?
He em. Mari.
Thank you.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Informan : Inisial R Tanggal : Selasa, 12 Mei 2015
Usia : 24 tahun Tempat : Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA NO PERTANYAAN/PERNYATAA
N
EXPLORATOR
Y COMMENT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Boleh saya rekam? Ya.
Nanti volume suaranya agak
sedikit keras ya, supaya bisa
ketangkep sama rekamannya.
Saya tanya biodata dulu aja.
Yang pertama asal kotanya, mas
tinggal di? Asal kelahiran apa tinggal sini
mbak?
Tinggal di sininya? Di Jogja.
Owh di Jogja, kalau
kelahirannya? Kelahiran Jawa Tengah,
Purwokerto.
Tanggal? 9 April 91.
Sembilan satu. Kalau di
Jogjanya tinggal sama siapa
mas? Sama saudara mbak.
Sama saudara? Iya.
Di daerah mana? Di jalan Kaliurang.
Jakal km berapa itu ya? Km... km tujuh, eh km enam.
Oh km enam, terus untuk
statusnya lajang atau? Lajang, lajang.
Pekerjaan sebelum disini? Bengkel'e mbak.
Bengkel? Bengkel apa ini mas?
Motor?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
Awal mula
kehidupan
informan
Kesepian
Tergabung
dalam sebuah
komunitas
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
Bengkel motor.
Disini itu saya cuma mau
ngobrol aja kok. Iya.
Nggak... santai aja.
Mas itu dulu disini sebelum...
sebelumnya kerjaannya
ngapain? Kan kalau katanya
bengkel motor, udah berapa
lama? Udah sekitar... nek bengkel itu
baru lima bulanan'e bu.
Lima bulanan? Sebelumnya? Sebelumnya saya disini khan dari
rumah saya ke sini kan niatnya
kan... nggak ada saudara kan
mbak, nyari saudara saya. Lha
disini saya yaaa... dari awal dari
jalanan itu. Dari jalan ke... sampe
ini... mulai ikut terjun ke dunia
jalanan itu lho mbak. Ya dari
ngamen, dari... ya kerja di jalan
itu.
Kalau ngamen itu ada bossnya
gitu atau sendiri? Nggak, sendri.
Owh ya? sendiri? He eh.
Berkelompok sama temennya
nggak masnya? Iya, sanggar... ikut sanggar.
Owh ikut sanggar? He eh.
Itu sanggarnya dimana? Sanggarnya di daerah Timoho itu.
Owh, daerah Timoho... ber
berapa mas? Ber... banyak'e mbak situ.
Owh, berbanyak? Sekitar dua puluh tigaan orang'e.
Terus nyebarnya kemana?
Informan
merasakan
sendirian
sehingga ia
keluar dari kota
asalnya untuk
mencari
saudaranya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Lingkungan
pergaulan
Awal masuk
dunia
kejahatan
Adanya
masalah yang
belum
menemui
solusi
Muncul
perasaan
serupa
terbangun
empati
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
Nyebarnya paling ke tempat-
tempat kaya cafe, lesehan, kopi
jos, poci gitu.
Jalan kaki dari tempat ke tempat
gitu? atau...
nggak, pake sepeda motor.
Owh pake sepeda motor? He eh.
Biasanya dapet berapa mas
semalem gitu? Tiap hari khan
ya? Kalau setiap malem nggak mbak,
khan modelnya... saya khan kaya
di ini lho mbak, kaya di kopi
klothok, diskomason. Paling nek
malem-malem tertentu, kaya
malem sabtu, malem senin gitu.
Mas pegang apa itu? Gitar? Nyanyi.
Owh nyanyi, yang nyanyi. Terus
akhirnya bisa sampe sini itu
gimana ceritanya? Ya karena pergaulan itu,
pergaulan di... kenal sama orang-
orang yang istilahnya dijalan gitu,
yang bener-bener dijalan tu lho.
Lain dari luar anak sanggar itu,
khan seneng kerja yang kaya gitu-
kaya gitu. Akhirnya saya juga
ikut. Saya ikutlah dari anak
minuman itu, dari alkohol,
terpengaruhi.
Gimana itu ceritanya itu bisa
kenal dijalan terus bisa kenal
itu? Ya dari temen ke temen.
Dari temen ke temen, di
kenalin? Iya, namanya orang sabar kan
mesti kan banyak saling cerita
temen-temen yang kenal disitu,
akhirnya ya udah.
Lingkungan
pergaulan yang
hedonis
memberikan
pengaruh bagi
informan untuk
mengikutinya.
Mulai dari
mengkonsumsi
minuman alkohol
dan terpengaruh
Berawal dar
dikenalkan teman
satu persatu
Informan terlihat
memiliki
masalah, adanya
kesamaan
perasaan yang
kemudian
membangun
empati diantara
informan dengan
teman-temannya,
hubungan
keduanya
menjadi semakin
dekat dan
muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Mendapatkan
pengaruh dari
lingkungan
pertemanan
Kejahatan
Repetitif
Pengalaman
pertama
melakukan
tindakan
kejahatan
Menunjukkan
perasaan biasa
saja
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
Awalnya gimana kok terus
minum atau gimana? Awalnya cuma nongkrong aja.
Nongkrong? Nongkrong, nongkrong terus ya
udah minum-minum gitu, terus ya
kaya gitu.
Udah berapa kali mas? Udah dua kali.
Dua kali? He em.
Yang pertaman itu tahun
berapa? 2013.
2013? He em.
Itu kasusnya? Kasusnya yang dulu ini... apa...
HP itu mbak.
Pencurian? He eh.
Berapa unit? Aaa... nek itu cuma satu kok
mbak. Itu aja yang nyuri khan
temen, saya jadi dimotor. Teman
saya lari, saya di pegang dimotor
itu.
Jadi mas kaya sopir aja gitu? He eh, jadi saya suruh nunggu
dimotor, temen saya masuk ke
kepercayaan satu
sama lain
Sering kumpul
bersama di suatu
tempat dan
minum minuman
alkohol
Informan
melakukan
kejahatan
sebanyak dua
kali
Kejahatan yang
pertama
dilakukan adalah
pencurian
handphone
Informan terlihat
tidak merasa
terbebani dengan
tindakan
kejahatan yang ia
lakukan melalui
kalimat yang
diucapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Berelasi
dengan teman
mantan
narapidana
Kebutuhan
untuk berada
di dalam
kelompok
sosial
Mendapat
ajakan
Kebutuhan
ekonomi
Terpengaruh
alkohol
Kontrol diri
lemah
Gaya
pergaulan
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
rumah, ketahuan sama orang,
temen saya lari, khan itu kan
orang-orang situ tahu nek saya
temennya yang nyuri itu. Saya
yang di pegang.
Yang ke... itu vonisnya berapa
lama mas? Tujuh bulan.
Tujuh bulan, terus keluar
ngapain mas? Keluar, habis itu keluar khan
ketemu sama anak-anak yang
istilahnya eks-eksnya disini khan
mbak, yang pernah masuk disini.
Ya akhirnya kumpul-kumpul
diluar lagi, malah...
Itu ngajaknya gimana mas? Ya ngajaknya khan kenalannya
khan disini khan mbak?
Ho oh kenalannya disini, terus? Ya ngajak... sebenernya namanya
kita diluar juga khan pengen
punya uang gede khan mbak.
Pengen punya uang banyak khan
ya. Ya gitulah, gimana caranya
gitu. Dan terpengaruhnya juga
dari minuman-minuman.
Yang diminum apa mas? AM
apa ciu apa vodka? Wah ya ini mbak.. apa... apa aja.
Apa aja? Yang ada gitu.
Tiap malem ya itu? Atau... iya, tiap malem.
Tiap malem minum.
Yang kedua itu mas ngelakuin
Adanya
kebutuhan untuk
terus berada di
dalam suatu
kelompok sosial
Setelah terbebas
dari hukuman
penjara,
informan
berkumpul
dengan teman-
teman sesama
mantan
narapidana
Keinginan untuk
memiliki uang
yang berlimpah
Mudah
terpengaruh
lingkungan
Cara bergaul
informan dengan
teman-temannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Adrenalin
meningkat
akibat
pengaruh
alkohol dan
obat-obatan
Perilaku
agresif
Pembenaran
diri
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
apa kok bisa sampe sini? Yang kedua... ini... apa...
Indomaret.
Apa Indomaret? Gimana? Perampokan.
Perampokan? Berapa orang? Empat.
Berempat? He em.
Dapet apa ke Indomaret? Dapet rokok, uang, motor, sama
tablet, HP.
Itu tahun berapa mas? 2014 kemarin mbak.
2014?
Iya.
Itu yang sempat masuk koran itu
kah? Iya.
Yang ngelawan satu karyawan
doank itu? Iya.
Owh... yang itu. Itu gimana itu
ceritanya? Kronologis ceritanya
awal sampe direncanakan
akhirnya kok berani ke
Indomaret? Ya awalnya dari pertama kita
nongkrong-nongkrong gitu, lihat
toko-toko yang malem masih
buka itu khan. Namanya kalau
orang udah punya... orang udah
kena alkohol, terpengaruh
alkohol, obat-obatan tu kan nggak
punya itu... nggak punya rasa
takut khan mbak. Yang penting
kita bisa nguasain barangnya gitu.
Akhirnya sudah, habis itu kita
beli... beli minuman di Indomaret
itu. Lihat kalau disitu sepi. Ya
udah akhirnya kita masuk pakai
masker, bawa golok, dan
Informan
menjadi berani
melakukan
kejahatan karena
dalam pengaruh
alkohol dan obat-
obatan
Melakukan
intimidasi
terhadap orang
lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Perasaan
senasib
sehingga
menimbulkan
empati
Jauh dari
orang tua
Kebutuhan
ekonomi
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
ditodongkan ke karyawannya. Ya
udah akhirnya kami ambil
barang-barangnya.
Kok pengen ngelakuin itu
kenapa mas sama temen-temen? Ya, satu... karena kita khan udah
jauh dari orang tua semua khan
mbak. Disini khan kita juga
istilahnya kaya hidup sendiri tu
lho, tanpa tanggungan kedua
orang tua atau saudara gitu.
Makan sendiri, nyari uang
sendiri. Ya udah itu karena
kebutuhan ekonomi.
Lha orang tua nggak ini...
nggak... ngirimin uang
bulanan? Atau... kalau orang tua saya, saya malu
mbak mau ngabarin orang tua.
Kenapa? Ya malulah, saya yang ngelakuin
saya sendiri gini, ngapain harus
minta bantuan orang tua?
Tapi orang tua tahu mas? Nggak tahu.
Owh berarti sama sekali nggak
tahu mas masuk sini? Iya. Lha
yang ngurus-ngurus sini? Yang ngurusin temen-temen.
Hmm... temen-temen dari luar.
Sanggar atau? Ya kadang ya orang sanggar,
kadang yo temen, kadang saudara
dari bapak.
Owh jadi tu orang tua sama
sekali belum tahu gitu ya?
Kalau... khan orang tua saya
pisahan mbak. Bapak-ibu khan
Jauh dari orang
tua dan hidup
sendiri menjadi
alasan
pembenaran
informan
melakukan
tindakan
kejahatan
Memiliki
kebutuhan
ekonomi
Keadaan senasib
dengan teman-
teman
menimbulkan
empati yang
berwujud
tindakan
kejahatan
Informan merasa
malu kepada
orang tuanya
Informan harus
menanggung
konsekuensi atas
pilihannya
sehingga ia
merasa malu jika
harus meminta
bantuan kepada
orang tuanya
Orang tua
informan tidak
mengetahui
bahwa korban
keluar masuk LP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Korban
perceraian
orang tua
Tidak
memiliki rasa
takut
Tidak
memiliki rasa
takut
Memperoleh
Kesenangan
Tidak
memiliki rasa
takut
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
udah cerai. Hmm... kalau yang
tau cuma bapak, keluarga dari
bapak. Kalau keluarga dari ibu
nggak ada yang tahu.
Itu udah sejak kapan mas? Ke
Jogja terus udah pisah lama? Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya
SMA disana, putus, lalu saya ke
Jogja, kesini. Ya itu, nyari
keluarga, nyari bapak saya to.
Owh, nyari bapak? Iya.
Terus akhirnya ketemu? Ketemu.
Tapi udah nggak tinggal sama
bapak berarti ya disni? Iya. Udah sendiri.
Udah sendiri? Bapak juga udah sama istrinya
sendiri to, udah sama istri
barunya.
Punya adek atau kakak atau
saudara? Nggak punya.
Owh... nggak punya, anak
tunggal berarti? Iya.
Terus mas takut nggak sih
waktu nerima ajakan? Atau... ya kalau takutnya itu enggak'e
mbak.
Takutnya nggak berarti? Nggak takut.
Lebih ke apa? Lebih seneng diajak itu,
maksudnya kan posisinya juga
kita kan ya memang udah nggak
Orang tua
informan sudah
bercerai
Dari kelurga
bapak informan
mengetahui jika
informan masuk
ke lapas
sedangkan
keluarga ibu
informan tidak
mengetahui
Orang tua
informan
bercerai ketika ia
smu, kemudin
informan
mencari ayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Memperoleh
kesenangan
memenuhi
kebutuhan
Ketidaktahuan
Sadar belum
329
330
331
332
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
365
366
367
368
369
340
341
tau mbak, namanya udah nggak
punya pikiran gimana kalau
ketangkep itu. Kaya udah nggak
punya pikiran gitu. Yang penting
kita untuk hari besok senang dan
senang, gitu aja.
Berarti sama sekali nggak ada
ketakutan ya? Cuma ya yang
penting bisa dapet uang? Iya.
Yang penting bisa makan, bisa
seneng-seneng? He em.
Lha kalau mas sendiri itu... ini
nggak... setelah masuk sini itu,
kira-kira gimana gitu? Kan
bukannya masuk penjara nggak
enak?
Iya, nggak enak bangetlah.
Ee... tapi udah dua kali ya? Kalau yang pertama khan itu
khan gara-garanya yang nyuri
bukan saya, temen saya.
Tapi mas yang ditangkep? He eh. Jadi temen saya masuk ke
rumah, nyuri dirumah itu, saya
juga nggak tahu kalau diajak
mencuri, orang pas 2013 itu khan
saya belum pernah kaya gitu
mbak. Masih aktif di kegiatan
ngamen itu. Saya disuruh nunggu
dimotor, nggak tahu temen saya
masuk kerumah, keluar kok
diteriakin maling. Hmm... saya...
warga situ khan tahu nek itu khan
temen-temen saya, saya dipegang,
saya ditanyain, "siapanya dia?",
saya nggak tahu, saya dimasukin
ke polsek, udah itu.
Informan tidak
merasa takut
ketika menerima
ajakan
melakukan
kejahatan
Informan tidak
memikirkan
akibat dari
melakukan
kejahatan,
Yang dipikirkan
informan dan
teman-temannya
hanyalah
kesenangan
Yang menjadi
fokus informan
adalah
bagaimana bisa
dapat uang
Demi bisa makan
dan senang-
senang apa saja
dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
memiliki
prinsip dan
belum bisa
merubah
perilaku yang
buruk menjadi
lebih baik
Kebanggan
Kesenangan
ketika
melakukan
aksi kejahatan
Perasaan
bangga dan
senang
mendapatkan
sesuatu hal
yang
sebelumnya
belum pernah
dimilikinya
Perasaan
bangga
berhasil
melakukan
aksi kejahatan
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
Terus kalau yang... sebenernya
ini ya... apa namanya... karena
ajakan temen-temen sama
keadaan ekonomi berarti?
Iya.
Mas sendiri memandang
kejahatan gimana? Perilaku
jahat itu? Ya sangat inilah mbak... ya
gimana ya... saya belum bisa
ini'e. Soalnya saya juga belum
bisa berubah to? Belum bisa
menyikapi prinsip saya. Atau
saya menyikapinya sih paling ya
kejahatan kan dimata orang pasti
kan ya... cenderung negatif lah.
Kalau saya belum bisa
menyikapi.
Tadi itu saya mau tanya ini sih...
ee... kan tadi bilang nggak takut
ya? He eh.
Ketika sudah melakukan tu apa
yang mas dapet? Selain materi
lho ya. Iya.
Apa yang mas dapet? Ada
kebanggan sendiri? Yang... ya itu mbak yang didapet
kebanggaan itu, senang.
Kebanggaan seperti apa mas
yang mas rasain? Ya kebanggaan seperti... ya
namanya khan kita kayanya
nggak pernah punya kaya gitu
khan mbak, jadi pas punya kaya
Tidak tahu jika
ternyata teman
informan
mengajak
mencuri HP. Saat
itu informan
belum pernah
sama sekali
melakukan aksi
kejahatan
Ketika ketawan
melakukan
pencurian HP,
yang ditangkap
hanyalah
informan , karena
temannya
melarikan diri.
Informan belum
bisa banyak
berkomentar
tentang kejahatan
karena Informan
menyadari
dirinya masih
belum memiliki
prinip dan belum
bisa merubah
perilakunya
menjadi lebih
baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
Perasaan
senang
Perasaan
senang
Mendapat
pengaruh dari
media : Film
Mendapatkan
pengaruh dari
lingkungan
pertemanan
Perasaan
tertantang
Tidak
memiliki
perasaan malu
dengan
lingkungan
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
gitu rasanya seneng itu.
Jadi lebih ke kepemilikan
barang? He eh.
Selain karena kebanggaan
punya kepemilikan barang? Bisa
melakukan perampokan? Iya.
Iya itu apa yang mas rasain? Yang saya rasain ya... ya itu
mbak... apa... seneng gitu.
Senengnya itu gimana? Seneng'e yo bisa... ya dari... yo
mungkin dari pergaulan temen,
dari lihat.. lihat-lihat film gitu, ya
gitu.
Tertantang gitu nggak mas? He eh.
Terus kalau misale udah
berhasil gitu? Kalau udah berhasil ya udah.
Kadang kalau lebihnya khan tak
kasih ke temen-temen, tak kasih
ke sanggar. Jadi nggak... nggak
dimiliki, nggak dimakan sendiri
gitu.
Dibagi ke temen-temen deket? Dibagi-bagi, kayak kemarin
Dengan
melakukan
kejahatan
informan
mendapatkan
kebanggaan dan
kesenangan
Bangga yang
dimaksud oleh
informan adalah
ketika ia dapat
memiliki sesuatu
yang sebelumnya
belum ia miliki
Selain karena
bisa memiliki
barang yang
sebelumnya tidak
ia miliki dengan
melakukan
perampokan
informan merasa
bangga
Melakukan
perampokan
informan merasa
senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
sosial setelah
melakukan
kejahatan
Perasaan malu
setelah
tertangkap
Tidak
memiliki
perasaan malu
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
kayak waktu insiden ini khan
kayak rokok itu khan banyak,
sampe dua karung itu. Dikasih ke
semua.
Ada perasaan malu nggak mas
sama temen-temen? Nggak mbak. Nggak ada
Jadi biasa aja gitu ya? Iya.
Kenapa kok mas nggak...
belum... kenapa kok nggak
ngerasain malu? Padahal khan
kalau umumnya khan, wah
malu saya sama istri, apa sama
siapa. Ya kalau sesudah ketangkepnya
gini juga malu, kalau sebelumnya
ya...
biasa aja? Biasa aja. Soalnya juga kita
melakukan kayak gitu kan tidak
dengan... apa... transparan itu lho
mbak. Dengan masker, dengan
tertutup gitu mbak.
Kalau temen-temen sanggar
atau temen-temen deket yang
lain itu tahu nggak kalau mas... nggak tahu.
Nggak tahu, lho tadi katanya
yang ngurus ada dari sanggar
juga? Iya, tapi waktu kejadian itu khan
pada nggak tahu nek saya kayak
gitu. Owwh... karena yang dari
sanggar itu khan cuma saya tok
yang kaya gini mbak.
Yang lainnya biasa?
Merasa senang
karena berhasil
melakukan
perampokan
Informan
mempelajari cara
merampok
dengan menoton
film, observasi,
dan dari teman-
temannya
Informan merasa
tertantang
dengan
merampok
Informan tidak
memiliki
perasaan malu
dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Perasaan takut
dengan orang
tua
Keras pada
pendiriannya
Kebutuhan
untuk berada
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
Biasa.
Yang lain ngamen aja? Iya. Tapi saya kan kenal-kenal
dari temen-temen disini kemarin
yang wak... yang pertama masuk
saya ke sini kemarin itu, nah itu.
Kalau anak-anak sanggar khan
ya...
Kira-kira mas kedepannya
setelah keluar dari sini ada
planning kerjaan apa? Kalau planning ya...
belum ada ya? Ya udah banyak sih mbak kalo
tujuannya.
Apa?
Ya paling saya paling keluar dari
sini saya pulang. Pulang nggak...
ya nggak disini lagilah ke tempat
orang tua saya.
Mau ngaku nggak mas? Gimana?
Ngaku gitu ke orang tua? Owh...
nggak ya? Sebisa mungkin nggak mbak.
Saya jangan kayak kaca... apa...
sendiri dengan...
terus selain mau balik ke tempat
orang tua mau... berkegiatan
apa? Ya paling... paling saya ikut
orang tua di luar, jauh'e mbak.
Khan ibu saya nggak di sini
posisinya. Ibu di Malaysia, udah
nikah sama orang sana.
Di Malaysia? Kerja jadi apa? Ini... apa... pertama disana
pembantu orang jompo itu lho.
Perawat orang jompo. Perawat
orang jompo-jompo di yayasan.
Owh... habis itu, sekarang usaha
Pada kejahatan
yang kedua ini
informan
memiliki
perasaan malu
Informan mau
mengatakan
bahwa pada
perampokan kali
ini ia harus
menggunakan
masker untuk
menutupi
identitas diri
Setelah bebas
dari LP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
di dalam
kelompok
sosial
Memaknai
pengalaman
kejahatann
Mendapat
beberapa
pengetahuan
selama
menjadi
narapidana
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
disana.
Udah sukses? Berkecukupan? Saya nggak tau mbak.
Owh, nggak tahu. Dari tahun 2008 sampe sekarang.
Ya kemarin sempat ada kabarnya.
Saya disuruh kesana, tapi khan
saya nggak mau. Saya tetep
pengen disini, di Jogja sini.
Kenapa nggak mau ikut sama
ibu? Karena faktor temen-temen
disini. Faktor temen, faktor...
faktor temen di Jogja sini.
Lebih nyaman gitu ya? Lebih nyaman rasanya.
Sampe sekarang temen-temen
yang sering ngajakin masih
sering komunikasi gitu? Masih.
Masih sering komunikasi ya? Iya.
Ada yang masuk atau masih
pada berkeliaran diluar? Udah pada masuk semua mbak.
Owh udah pada masuk? Kira-
kira mas kalau kedepannya gitu
milih buat mengerjakan apa? Paling ini mbak... usaha paling?
Usaha? He em.
Usaha apa mas? Usaha ikut orang tua itu. Usaha
ikut orang tua paling, udah itu.
Karena ya gimana ya, udah
jatahnya kaya gini ini mbak.
Mungkin ini jadi jalan... jalan
sukses saya sendiri. Karena saya
di sini juga dapat pengalaman
yang sangat banyak'e.
Apa pengalamannya apa? Pengalaman yang orang-orang
informan berniat
untuk pulang
tempat orang
tuanya
Informan ragu
untuk bercerita
jujur ke orang
tuanya
Setelah keluar
LP, informan
berniat menyusul
ibunya ke
Malaysia
Informan
menolak ajakan
ibunya untuk ikut
tinggal bersama
Informan merasa
lebih senang
bersama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
disini nggak tahu jadi tahu di sini
mbak. Maksudnya hanya orang-
orang yang pernah masuk aja
yang tahu gimana-gimana
caranya.
Selama mas di sini dapet apa? Saya dapet pengalaman banyak,
banyak mbak.
Seperti apa mas? Ya seperti perbisnisan, urusan
usaha, ya banyaklah. Hmm...
saran-sarannya.
Takut nggak sama temen-temen
yang di sini? Nggak.
Nggak? Nggak.
Ini vonis yang kedua berapa
lama? Empat tahun setengah'e mbak.
Empat tahun setengah? He em.
Tapi belum sampe mbunuh ya
itu? Belum.
Baru merampok berapa...
uangnya dapet berapa itu? Tiga puluh lima.
Juta? Juta.
Langsung dari kantornya situ? Iya.
Tokonya itu? Iya.
Itu dapat dari mana duitya?
Mbobol mananya? Kasirnya mbak.
Kasirnya ada sampe segitu to? Nggak, tiga puluh lima itu udah
kerugian semuanya.
Owh... udah kerugian
semuanya.
teman-temannya
karena informan
merasakan
kenyamanan
Informan masih
menjalin
komunikasi
dengan teman-
teman yang
mengajaknya
melakukan
kejahatan
Dengan bertemu
teman-teman dan
melakukan
kejaatan,
informan
mendapatkan
keahlian
melakukan
kejahatan
Menjadi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Memperoleh
kesenangan
Memperoleh
kesenangan
Memperoleh
kesenangan
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
Dari motor, rokok... owh... uang
di kasir, sama...
tadi berempat ya? Iya.
Terus temen-temennya
ketangkep semua itu? Ketangkep semua.
Sama-sama empat tahun juga? Beda-beda'e.
Owh, beda-beda? Ada yang empat setengah, ada
yang empat tahun, ada yang dua
tahun setengah.
Kalau mas yang bagian apa?
Sopir atau bagian eksekutornya? Bagian sopir jongki mbak.
Jongkinya? He eh.
Tapi kok bisa empat tahun? Karena saya khan dua TKP mbak.
Dua TKP? Yang pertama
Indomaret, yang kedua? Alfamart.
Owh langsung dalam sehari itu?
Owh... lha itu dengan teman-
teman rekan yang sama atau? Yang sama.
Yang sama? Iya.
Sempet dinikmati nggak itu
hasilnya? Iya, itu udah dinikmati mbak.
Owh malah udah dinikmati?
Buat apa? Ya buat seneng-seneng, buat beli
keperluan sehari-hari.
Kalau seneng-senengnya itu
ngapain aja mas? Seneng-senengnya cuma... ya
main ke cafe, udah itu.
Main, karaoke, beli barang gitu
atau nggak? Atau...
satu narpidana,
informan
mendapat
pengetahuan
bisnis, dll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
nggak.
Misalnya beli minum gitu? Beli
minum? Ho oh beli minum paling,
karaoke, dugem, udah itu.
Cuma buat berempat itu atau... ya enggak yo... buat orang
banyak. Jadi khan setiap hari
khan nggak ini... nggak bareng itu
lho... hmmm...
Berarti baru ya disini ya? Iya.
Kalau lingkungan tempat
tinggal, ya itu ya... dijalan ya? Iya.
Temen-temen'e... banyak temen-
temen yang ngelakuin ini? Yo nggak semuanya sih mbak.
Orang... yo... nggak semuanyalah
mbak.
Nggak semuanya? Nggak semuanya.
Cuma tertentu-tertentu aja? He eh.
Kalau temen-temennya sendiri
udah lama berkecimpung di situ
atau...? he eh.
Udah lama? Udah lama baget
kerja di dunia seperti itu? Iya.
Owh...
Berarti besok kalau misalnya
saya mau wawancara lagi
boleh? Boleh.
Karena mungkin ada beberapa
data yang harus saya ambil. Ya udah.
Gak papa? Kalau mas kenal
sama Vitalis nggak? Vitalis? Kenal.
Kenal? Satu sel atau?
Hasil merampok
digunakan
informan untuk
bersenang-
senang
Menggunakan
hasil merampok
untuk bersenang-
senang dengan
main ke cafe dan
pesta minuman
beralkohol
bersama teman-
teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
Owh enggak.
Orangnya gimana itu? Nggak tau'e saya mbak. Saya
nggak... apa namanya... nggak
ini'e... nggak bisa menilai orang'e.
Ya namanya orang di penjara kan
ya. Ya kaya gitu lah mbak.
Pendiem atau sering
nggerombol sama temen-
temennya? Ya sering
nggerombol.
Sering nggerombol. Ya mungkin
itu dulu aja mas. Iya mbak.
Makasih. Iya.
Besok kita bisa ketemu lagi. Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Master Tabel Informan I
Fokus pada motif kejahatan Berorientasi pada kesenangan Line : 155-165
Jadi motifnya mas melakukan pencurian selain untuk beli obat apa lagi kok
bisa bolak balik dua tiga kali? (155-157)
Buat ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. Foya foya, karaokenan.. terus nyewa
mobil, untuk main.. untuk bergaya.. (172-174)
Kemana mainnya? (161)
Kalau naik mobil ya jauh-jauhnya sampe Purwokerto.. Bandung.. (176-177)
Main itu maksudnya main apa mas? (164)
Liburan.. refresing. (179)
Permasalahan ekonomi Line : 33-37
Terus kenapa mas kok akhirnya nyuri hape? (33-34)
Hah? (terlihat masih bingung) yaa spontan mbak.. karena terpaksa, nggak
punya uang (35-37)
Memenuhi kebutuhan Line : 66-69
Buat apa itu? (66)
Duitnya buat beli motor. (67)
Oo beli motor.. suka balapan ya mas? (68)
Iya suka balapan. (69)
Fokus pada Relasi Dinamika relasi dengan teman
Menerima ajakan teman melakukan kejahatan Line : 56-58
Itu kasusnya Karena mas butuh duit atau karena apa? (56-57)
Diajak temen. (58)
Salah pergaulan Line : 108-110 , 114-118, 127
2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah
pergaulan. (108-110)
Lanjutkan ceritanya mas, sepertinya menarik sekali. Jadi setelah ikut
temen-temen itu akhirnya gimana? (114-116)
Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya. (117-118)
Kecanduan narkoba Line : 147-149
Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat.
(147-149)
Menggunakan obat-obatan terlarang Line : 131-134
Ya karena udah kemasukan pil. Pil koplo. (131-132)
Jenis pil apa mas? (133)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Kampleng mbak. (134)
Dinamika relasi dengan keluarga
Korban perceraian orang tua Line : 96-97, 100-103
Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah.
(96-97)
Sudah lama ya? Sejak umur berapa itu waktu berpisah mas?
Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. (kemudian berpikir) 11 tahun. (100-103)
Melakukan kejahatan sejak orang tua bercerai Line : 95-97
Dari dulu ya temen saya baiklah. Baik.. Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari
orang tua, karena orang tua saya pisah. (95-97)
Fokus pada diri
Pengalaman pertama kejahatan Line : 29-30
Yang pertama dulu apa mas? (29)
Nyuri hape. (30)
Kurang memiliki perasaan bersalah atau malu Line : 79-82
Mas waktu melakukan ini perasaannya gimana? Atau ada perasaan
khusus, biasa aja, atau nggak apa atau gimana? (79-91)
Biasa saja. (82)
Tidak menamatkan pendidikan Line : 107-110
Itu sampai saya sekolah, baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar,
akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan. (107-110)
Berniat dan sadar akan mencuri Line : 143-147
Ya ada niat untuk mengambil barang yang bukan barang tempet. (143-144)
Kemudian? (145)
Ya uda terus saya berniat untuk mengambil hape. (146-147)
Kurang memiliki kontrol diri Line : 108-110, 115-118,130-132, 155-160
akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan (108-110)
Jadi setelah ikut temen-temen itu akhirnya gimana? (115-116)
Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya. (117-118)
Psikologis
Kemarahan Line : 96-97
Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah.
(96-97)
Stress Line : 96-97
Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah.
(96-97)
represi atas pengalaman yang menyakitkan Line : 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. (111)
Perasaan penat Line : 179
Liburan.. refresing. (179)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Master Tabel Informan II
Fokus pada motif kejahatan (kebutuhan,
permasalahan, pelampiasan) Keputusan pribadi informan untuk masuk ke dunia kejahatan
Pendirian diri yang lemah Line : 806-807
Emang dari pendirian saya sendiri. (806-807)
Kurang mendapat arahan dari orang tua Line : 807-813
Saya kadang ..gimana yaa.. jadi karena jarang pengarahan dari orang tua.. atau
gimana.. ya saya nggak nyalahin orang tua.. karena juga kemauan saya.. saya
mencari yang lebih bebas.. bisa ngrokok. (807-813)
Memiliki permasalahan dengan istri Line : 265-272, 415-417
Ada unsur tersendiri mbak.. mungkin karena saya lagi ada masalah sama istri saya.
Ada masalah sama istri. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya
bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok. (265-272)
Ada konflik dr istri yang kedua. Terus akhirnya nyuri di toko itu. (415-417)
Motif dari melakukan aksi kejahatan untuk pelampiasan dan hasilnya
untuk bersenang-senang Line : 274-277, 418-422
Iya mau. Saya dapet duit tak pake buat seneng-seneng. Jadi motifnya buat seneng -
seneng sama pelampiasan. (274-277)
bagaimana ya kalau ada masalah, diselingkuhin sama pasangan kita, ah gimana
caranya saya punya duit saya mau senang-senang, jadi balas dendam. (418-422)
Melakukan pelampiasan kekesalan dengan melakukan aksi kejahatan
Line : 284-287
Bisa karena waktu itu saya memang ya.. waktu itu pas kejadian itu saya dikhianati
oleh istri, jadi pemikiran saya kacau. (284-287)
Meneriman ajakan untuk melakukan aksi kejahatan karena faktor untuk
memenuhi kebutuhan Line : 398-402
Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya motor”. Itu
jaman tahun 90an. (398-402)
Hasil pencurian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
Line : 835-838, 842-844
Eehm yang pertama itu untuk kebutuhan.. jujur ya untuk kebutuhan. Kepingin
bangun bisnis, pingin bikinn rumah anak. (835-838)
Yang pertama dulu untuk diri sendiri, unsurnya dendam sama istri saya.
(842-844)
Merasa bertanggung jawab untuk mengembalikan sesuatu yang sudah
diambil Line : 548-560, 603-609
Terus saya bebas, waktu saya bebas kemarin itu saya mikir gini mbak, banyak
yang dikeluarkan untuk ke kepolisian, pengadilan. Masuk lapas ini kan lumayan.
Saya berpikir bagaiamana cara untuk mengembalikan barang yang hilang kemarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Terus saya dikasih gambaran sama kawan, ya uda dah kerja. Siapa tau dapet rejeki,
buat nambal yg kemarin sudah hilang itu. Ee besoknya dapat rejeki malah masuk
sini. (548-560)
Apa ya? Sawah rata-rata jadinya punya orng lama. Peninggalan orang lama,
peninggalan mbah-mbah tu kan ada. Kaya sawah terus ladang. Tapi akhirnya habis
juga mba. Nggak sampai anak saya. Dihabisin saya. (603-609)
Fokus pada lingkungan dan aksi kejahatan Daerah asal informan
Daerah asal berisikan orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan
Line : 74-79
oke.. awalnya sebenarnya bukan profesi saya untuk pekerjaan yang kriminal. Jd
awalnya itu.. ya memang daerah saya banyak orang yang pemain kaya gitu.
(74-79)
Membahasakan pelaku kejahatan dengan kata “Pemain” Line : 81-84
Bisa dikatakan pemainlah mbak, bahasa kita kan pemain, kalau isitilahnya
perampok atau apa itu pemain. (81-84)
melakukan aksi kejahatan dimulai dengan teman satu daerah asal
Line : 663-670
Enggak.. kita berangkatpun dari rumah dari kampung saya sendiri. Karena itu yang
tau dapet pertama itu dulu kan personel itu orang daerah saya sendiri. Mungkin
untuk lahan... mungkin untuk lahan begitu.. mungkin di Jogja... paling...
(663-670)
Melakukan kejahatan menjadi budaya yang turun temurun
Line : 685-689
Motif apa ya.. motif sebenarnya nggak ada. Mungkin dari unsur turun temurun,
mungkin dari daerah saya ini, orang netral semua. (685-689)
Kejahatan sebagai pekerjaan Line : 678-680
Orang dijalan kaya saya kerjaan kaya saya ini. Sudah pernah masuk semua.
(678-680)
Mendapat ajakan dari teman-temannya untuk melakukan kejahatan
Line : 85-108
Pas malam kebetulan itu saya ditawarin sama kawan saya. Ya di situ rombongan
ada 4 orang jadi 1 rombongan pemain ada 4 orang. Jadi salah satu personel ada
yang istirahat. Mau ada hajatan keluarganya.. nah salah satu orang di antara
mereka bertiga nawari saya. Ayo tak ajak mangkat kerjo.. udah tak tolak.. udah tak
tolak.. dia masih ngejar lagi besoknya. Terus kita berangkat. Ya dia nawari nggak
sembarang orang, dia nawarin orang kerja kaya gitu kan.. dulu pernah saya kena
masalah di Jakarta. Tapi tahun dulu tahun 97. Ya mungkin dia kan terus tau kalau
pak S kan pernah kerja kaya gini kaya gini, tak ajak mau. Akhirnya saya mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
diajak kerja. Ini ya bekerja bahasa kita.. kalau bahasa kita bukan merampok.
(85-108)
Berperan sebagai sopir dalam aksi kejahatan Line : 131-135
Waktu itu status saya sebagai sopir, pilot. Dipercaya temen-temen untuk jadi pilot.
Milotin mobil itu. Saya nggak turun.. Intinya saya statusnya di mobil. (131-135)
Rekan aksi kejahatan terdiri dari orang-orang yang sama
Line : 172-176, 179-180
Bisa 4 orang bisa 3 orang. Tapi personel yang biasanya. Untuk jalan kaya gitu,
orang memegang keeprcayaan ya.. biasanya 4 orang. (172-176)
Bukan bisa ganti ganti. Misal kalau saya capek saya ganti. (179-180)
Mendapat gambaran dari teman sesama narapidana untuk melakukan aksi
kejahatan yang selanjutnya Line : 225-243
Lumayannya beda kasus. Oo beda kasus. Jadi dulu saya kanal kawan disini.. udah
lama disini. Waktu pas sek itar tahun 2012. Awal-awal saya masuk ada orang
bareng 1 kamar sama saya. Cerita ini itu.. intinya menceritakan dia ngasih
gambaran saya punya tetangga, tetangga saya orang kaya.. silakan kalau mau
dirampok. Bener…habis saya bebas saya punya kawan disini.. bukan kawan saya
yang dulu yang tak ajak kerja.. nggak.. bahkan malah orang sini.. daerah sini. Tak
ajak berangkat kerja ini itu.. sekarang kasusnya masukya 65 perampokan..
korbannya tak iket. (225-243)
Secara sadar menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan
Line : 269-272
Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah
wong saya juga mau kok. (269-272)
Mendapat ajakan dari saudara untuk melakukan kejahatan
Line : 396-402
Kalau tahun dulu saya pun diajak. Jadi ya dulu itu om paman saya punya kerjaan
itu. Saya pingin punya motor. Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut
kerjo pingin punya motor”. Itu jaman tahun 90an. (396-402)
Relasi dengan orang tua
Tidak mendapat bimbingan dan pengasuhan dari orang tua sejak kecil
Line : 717-727
Saya sama nenek sama kakek dulu. Di situ hidup saya nggak pernah ngejelekin
orang tua saya enggak. Memang bapak saya jarang bisa dikatakan nggak pernah
ngobrol bareng. Dari bujang dulu saya bujang sampe nikah nggak pernah
memgarahkan. Kamu harus kesini. Kamu jalannya kesana.. bisa dikatakan nggak
pernah. (717-727)
Kurangnya interaksi komunikasi dengan orang tua Line : 728-732
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
Saya nggak menjelekkan orang tua.. karena memang jauh saya sama orang tua.
Sama bapak saya. Jadi jauh untuk komunikasi.. ngobrol pun palling seperlunya.
(728-732)
Tidak tinggal bersama dengan orang tua Line : 735, 737-740
Enggak beda rumah.. (735)
beda rumah..beda kecamatan. Beda kecamatan cuma ditempuh dengan jalan kaki
bisa. Nggak jauh. Cuma beda kecamatan.
(737-740)
Masih berkomunikasi baik dengan ibu Line : 744, 746, 748-750
ya klo komunikasi ya sama ibu.. (744)
Masih.. (746)
Iya masih baik. Kalau misalnya ada apa-apa.. “Nanti kamu jangan ini jangan itu”.
(748-750)
Fokus pada diri Pendidikan informan
Pendidikan informan yang rendah
Line : 750-756, 770-773, 775-779
Karena saya itu dari dulu nggak pernah berantem nggak pernah apa. Tapi saya
disuruh sekolah SD, nggak pernah mau. Saya disuruh sekolah saya nggak mau.
Sama kakek saya. (750-756)
Mungkin kalau dari nem saya goblok. Terus pendidikannya sampe pendidikan
cuma sampe SD. (770-773)
Iya lulus, nem lulus saya cuma 26, berapa.... Saya dibilang bodoh..Sebenarnya
nem dibawah saya ada yang lebih jelek, cuma saya nggak nglanjut. (775-779)
Lebih memilih bekerja daripada sekolah
Line : 756-760, 781
Kalau sekolah saya nggak mau. Dari kecil saya sudah megang duit. Orang-orang
masih pada sekolah saya sudah megang duit. (756-760)
Pingin bantu dulu itu.. (781)
Harapan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan
Memiliki harapan kali ini menjadi yang terakhir Line : 335-336
Mudah-mudahan ini yang terakhir. (335-336)
Memiliki harapan untuk menyenangkan anak dan cucu Line : 343
Pingin nyenengin anak cucu. (343)
Menyadari secara penuh cara memperoleh rejeki salah
Line : 348-352
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
Ya pinginnya yang namanya orang tua buat anak sama cucu.. pingin buatin rumah
buat anak. Saya punya tujuan itu. Cuma cara saya nyari rejekinya yang salah.
(348-352)
Rencana setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan
Line : 635-642
Saya ada kepikiran habis bebas ini saya tetep mungkin melakukan pekerjaan
sebagai sopir, yang pernah dijalani dulu, taun-taun ini, saya mau nyopir kayanya,
Mungkin cuma itu salah satu kepanjangan saya. Saya nggak punya kepanjangan
lain. (635-642)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Master Tabel Informan III
Fokus pada motif kejahatan (kebutuhan,
permasalahan, pelampiasan) Pengalaman pertama kejahatan Line : 78
Penganiayaan (78)
Itu dulu masih sekolah, masih SMP. (81)
Merasa kesal dan jenuh atas perlakuan yang kurang menyenangkan
Line : 83-85
Iya. Masih SMP karena saya sering di BePa-BP BePa-BP, terus jengkel to terus
mukulin guru. Hehehe... (83-85)
Perasaan tidak terima diperlakukan tidak adil Line : 102-107
Ya karena khan saya merasa... mungkin saya dari nurani juga berontak ya, saya
merasa nggak pernah bikin ulah kok saya terus yang di... yang di... apa... marahin
terus gitu lho. (102-107)
Mencoba sabar dan mengalah Line : 114-117
Tapi khan mungkin nggak tahu terus saya yang kena, kemudian diemin sekali, dua
kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu. (114-117)
Kesabaran habis Line : 115-117
kemudian diemin sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu. (115-117)
Ajakan untuk melakukan aksi kejahatan
Line : 22-27, 158-159, 162-165, 186-192, 286-289
Ceritanya dari teman, khan saya juga... khan saya sliweran masuk, pas kemarin keluar
saya ditawarin sama temen kerja, saya kerja. Setelah itu khan ada temen pada dateng
semua dari mantan-mantan sini khan, terus... (22-27)
Ya khan saya keluar terus pernah dia datang aja. (158-165)
Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut
aja. Soalnya khan... (162-165)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
Itu ceritanya itu... dikenalin sama temen orang Wonosobo, namanya Danang. Nah
itu... Waktu itu khan kebetulan saya juga nganggur, nggak kerja. “Kamu ikut saya
kerja ya. Ikut aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu nggak sebagai eksekutor, sopir aja.
(186-192)
He em. Terus, ternyata ya masih ada temen yang dateng, terus saya nolak. Sekali, dua
kali, tiga kali, akhirnya tergoda juga. (286-289)
Menjadi korban aksi kejahatan karena ketidaktahuan
Line : 41-45. 53-57
He em, jual barang terus saya beli. Beli terus dia ketangkep, saya terbawa-bawa. Tadi
khan masuknya harusnya 480, tapi tetep dikenai pasal 363, pencurian. (41-45)
Nah, Sesudah itu saya itu dirumah, tahu-tahu di gerebek sama Poltabes, aaa... sama
poltabes. Tapi khan di TKP kota saya nggak ada, tapi khan saya mengantongi HP
yang saya beli. (53-57)
Desakan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan akan sesuatu Line : 215
cuma malu itu tertutup dengan kebutuhan (215)
Permasalahan ekonomi Line : 217
Ya masalah ekonomi (217)
Membenarkan perbuatan yang salah
Line : 219-222, 595-599, 823-827, 1294-1299
ya yang jelas khan kemarin diajak temen-temen dateng itu khan ekonomi otomatis
khan tercukupi to, dirumah. (219-222)
Khan ada juga pekerjaan seperti ini dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang
banyak. Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga.
(595-599)
Ya uwis. Ya uwislah aku tak nampani iki wae. Tapi khan saya nggak nyuri... nggak
nyuri cuma ada yang nyuri saya yang beli. Penadah istilahnya. (823-827)
Kecuali seperti saya, karena saya kebutuhan keluarga mendesak kaya tak contohkan
tadi, anak saya dirumah sakit. Saya sudah nggadaikan motor, sudah nggadaikan surat
rumah... (1294-1299)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
Desakan kebutuhan dan permasalahan ekonomi Line : 352-
353
Nggak ada tapinya, emang karena mungkin kebutuhan.
(352-353)
Kebutuhan ekonomi yang mendesak Line : 493-
501
Rusak, sekarang gini... contoh dulu saya pernah ada anak kecil dirumah sakit, saya
minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun
nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa. Saya gitu lagi untuk
mbayar rumah sakit, udah. Cuma untuk mbela'in anak aja.
(493-501)
Merasakan kebingungan dan keputusasaan Line : 495-
499
saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta
utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa.
(495-499)
Melakukan kejahatan karena Mementingkan pemenuhan kebutuhan keluarga
Line : 593-599
Ya memang murni untuk kebutuhan keluarga. Khan ada juga pekerjaan seperti ini
dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang banyak. Ada banyak juga. Ya tapi
khan kalau saya memang untuk keluarga.
(593-599)
Melakukan kejahatan repetitif karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Line : 645-
647, 649-654
Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya bukan nagih, karena cuma memang murni.
(645-647)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja, makanya khan diluar lama, biasanya diluar tiga
bulan, empat bulan masuk. Di luar kemarin satu tahun dua bulan. Ya karena saya
udah kerja. Ha karena ada temen dateng itu aja. (649-654)
Tertekan oleh situasi yang menharuskan informan kembali pada perbuatan
jahat Line : 1302-1307
Nggak cukup, terus saya hutang mana-mana nggak mau, ya udah terus tak putuske.
Tak putuske kembali ke jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak bayar. Istri juga nanya
"uang dari mana?". "Pinjam Teman". (1302-1307)
Terpaksa berbohong Line : 1309-1318
Bohong. "Pinjam temen bener? Nggak nganu lagi?". "Nggak". Ya udah. Lha sudah
keluar semua, "Lha terus le mbalekke pye duite mas le nyilih temen?". "Yo sesuk tak
balekke". Supaya istri ini nggak... nggak... opo... nggak terlalu berpikir. Nggak
banyak pikiran. "Udah wes rasah diurus, ngko tak urusane". Saya cuma bilang gitu.
(1309-1318)
Dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan oleh orang lain
Line : 687-689, 690-692, 722-724
Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya bisa. Istilahe bahasa kami itu Njongkini. Pinter...
(687-689)
Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk
nggak pernah nggigit orang lain. Makanya saya kemarin pindah, dari rumah itu
pindah. Mending ngontrak supaya nggak tahu. Lha tapi kok ada temen yang tahu-tahu
dateng. Gitu, jadi seperti ini lagi. (690-692)
Karena mungkin dari kebanyakan pengalaman, mereka tahu saya track recordnya
bagus. Jadinya... (722-724)
Dipercaya karena tidak pernah merugikan temannya Line : 696-699
Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk
nggak pernah nggigit orang lain. (696-699)
Learn helpessness Line : 758-768, 815-818, 850-852, 1046-1054
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Ya kita mau cari kerja kadang ditolak. Gimana donk ya? Terus kadang khan kita
timbul putus asa to? Ya udah gini lagi aja lah.
(758-768)
Karena terus... mungkin ada keputusasaan, udah berdoa, udah semuanya, usaha
sudah, terus nggak ada jalan bener, kembali kesitu lagi.
(815-818)
Ora, sesuk tak mbaleni seperti yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf tapi masih tetep
ditangkep?
(850-852)
Hmm... jadi istilahnya saya yang sudah mapan-mapan kerja, tapi kok masuk penjara
lagi. Yawes sesuk kumat neh wae. Wong saiki kumat ra kumat podo wae. Saya
menjadi orang benar itu emang susah mbak, uangel tenan. Jadi ini ya, ada pandangan
kaya saya.. saya saja jadi orang baik tetep disalahin og. Nah itu sering.
(1046-1054)
Menjadi berprasangka macem-macem Line : 761-
764
Kemudian dari sana, wah kae bekas kono, kae bekas kene. Lha dikira nanti kok gek-
gek...
(761-764)
Mendapatkan judgement dan prasangka dari orang lain Line : 766-
770
jadi prasangka buruk, makanya paling banter kerjaanya tukang bangunan. Bisa itu
khan kalo di proyek khan bisa. Nggak mungkin ada prasangka buruk.
(766-770)
Fokus pada lingkungan dan aksi kejahatan
Relasi dengan orang lain
Relasi dengan sesama narapidana Line : 25-
27, 144-146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
Setelah itu khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan
(25-27)
Setelah penganiayaan itu khan saya sering keluar masuk karena di dalam juga kenal
banyak temen-temen. (144-146)
Relasi dengan istri
Diminta untuk berhenti melakukan aksi kejahatan oleh istri
Line : 280-282
Ya disuruh berhenti, nggak usah kayak gitu lagi. Memang sudah berhenti. Kemarin
khan udah kerja. (280-282)
Fokus pada diri
Merasa tidak dipercaya Line : 59-73
Nah itu khan ada emailnya. Emailnya khan ditanya, ya saya beli dari punyanya
Revan. Namanya Revan, masuk juga. Namanya Revan, saya beli. Dia nggak percaya.
Terus khan saya di... anu... di preassure terus, akhirnya ya Revan ditangkap. Ternyata
ya memang saya yang beli tapi khan mereka nggak percaya. Saya nggak mungkin
karena sering berulang kali masuk penjara, mereka nggak percaya karena saya itu
cuma nadah tok. Gitu lho. Terus akhirnya ya di BAP, saya ngikutin BAP dari
pernyataannya yang si Revan itu tadi. (59-73)
Secara sadar menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan
Line : 163-165
Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut
aja. Soalnya khan... (163-165)
belum memiliki tujuan kedepan selain menjalani yang hari ini
Line : 164-165
ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan... (164-165)
Ketakutan Line : 201-203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
Ya... pertama apa... takut kalo masuk penjara, kedua itu karena mungkin mentalnya
nggak nyampai ya. (201-203)
Memikirkan dan melakukan pertimbangan demi kebaikan orang lain
Line : 203-207
Terus ketiganya ya mikir orang dirumah aja kalo saya masuk penjara gimana nanti
orang dirumah? Karena masih punya anak kecil juga. (203-207)
Perasaan ketika saat dan sudah melakukan aksi kejahatan
Perasaan malu Line : 214-215
Kalo malu jelas, cuma malu itu tertutup dengan kebutuhan. (214-215)
Tidak mampu menahan godaan Line : 288-289
Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya tergoda juga. (288-289)
Perasaan sungkan
Line : 298-300, 958, 960-962, 1176-1183
Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman
juga. (298-300)
Iya, makanya saya nggak enak itu. (958)
Akhirnya saya beli. Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang
tolong ya sudah. (960-962)
Nah itu lah, karena saya kalau di datengin orang, diusirin nggak enak. Ya otomatis
kalau di datengin orang ya tak manggake to. Monggo masuk, ngobrol. Lha istri saya
khan nggak suka. Karena itu temen, udah tahu temen lama pasti ngajak yang nggak...
(1176-1183)
Beli barang karena ingin menolong Line : 298-321
Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman
juga. Ini khan orang luar, orang NTT itu karena dia orangnya jauh disuruh tempat
tinggal saya. Dia khan bertempat tinggal ditempat saya juga. Terus lama-lama khan,
sebulan, dua bulan mungkin bisa, tapi khan lama-lama... khan saya punya istri, punya
anak, kalau di tinggal kerja khan nggak etis di... dirumah. Di lihat orang. Istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
tetangga juga, ini mas B kerja kok ada temennya disini. Gek istri saya sendiri sama
anak-anak khan pertimbangannya miring to nanti. Nah itu, terus dia tak kos'in. Sudah
kos khan dia mau makan di tempat saya, apa namanya... kalau minta terus khan
sungkan, lha terus dia kerja. Ya kerja, saya nggak mau. Terus dia kerja sendiri. Terus
saya beli barangnya, terus masuk sini, ikut kasus ini. (298-321)
Ingin menolong Line : 327-
328
sebelumnya membeli itu karena buat nolong dia mau pulang ke Jakarta.
(327-328)
Harapan dan keinginan
Perasaan sebenarnya tidak ingin melakukan kejahatan Line : 343-344,
347, 483-490
Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin, nggak ingin banget.
(343-344)
Ya nggak ingin banget.
(347)
kesannya nggak ada, cuma kalau yang ditanya yang disini, disemua penghuni,
pertanyaannya mungkin sama, tahu jawabannya mungkin sama. Nggak mau ada yang
seperti ini, nggak mau... Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.
(483-490)
Memiliki keinginan untuk bekerja yang layak Line : 349-350
He eh, pengennya kerja normal seperti orang biasa.
(349-350)
Keinginan untuk berubah Line : 630-634
Nah itu pasti ada, tapi khan saya berusaha, berusaha untuk menyembuhkan itu.
Menyembuhkan supaya nggak diulangi lagi.
(630-634)
Keinginan untuk hidup tentram dengan keluarga Line : 676-677
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri. (676-677)
Keinginan untuk berubah namun merasa belum menemukan jalan
Line : 755-756
Cuma jalannya kadang nggak ketemu kalau mau keluar. (755-756)
Ingin sekali bercerita namun tidak ada tempat untuk berbagi
Line : 1074-1075
Mau sambat sama siapa? Sambat sama istri juga... sama aja. (1074-1075)
Bosan dan ingin berakhir Line : 1362-1364, 1366-1367
Dua puluh tahun saya sudah sudah mau minggir, udah capek. Hidup gini udah capek.
(1362-1364)
Sudah capek saya hidup ini. Ditembak pernah, dipukul sering. (1366-1367)
Usaha berubah
Ada pola kejahatan yang sedang dihindari
Line : 33-36, 659-661, 668, 670-677
Ya mungkin dari dateng di rumah khan pada banyak temen pada dateng semua to...
terus kan istri saya meresa jengah, terus saya ngontrak (33-36)
Nah itu, saya yang berusaha dari situ. Makanya saya memutus teman-teman yang
lama. (659-661)
Pindah rumah. (668)
Iya. Saya punya rumah, tapi saya pindah, supaya temen-temen itu nggak tahu rumah
saya. Yang tahu itu, saak... mungkin bilang ke yang orang tua mertua bilang aja saya
pergi ke Lampung atau kemana. Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.
(670-677)
Berupaya untuk beruabah menjadi lebih baik Line : 927-934
Nah dari tahun 2013 kemarin sudah saya berusaha untuk memisah temen-temen yang
lama, cari temen-temen yang lebih baik. Yang nggak, istilahnya bukan residivis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Yang baru-barulah. Yang lingkungan, lingkungan nggak ada kriminalitasnya. Itu aja.
(927-934)
Keraguan untuk melangkah
Merasa ragu Line : 805-810
Misalnya kita mau jualan atau buka laundry, kita mau melangkahi ragu... udah ragu
duluan itu khan kadang jalannya kaya susah. Kita udah berusaha padahal, tapi
sepertinya jalannya susah. (805-810)
Pendidikan
Pendidikan informan rendah Line : 375, 378-379
Saya SMP nggak tamat (375)
He em, udah nggak sekolah sama sekali. (378-379)
Informan seorang anak yatim Line : 381
sudah meninggal semua. (381)
perasaan malu dengan anak
Perasaan malu dengan anak Line : 435-437, 439-440, 442
Apalagi kalau pandangan dari massa, omongan saya nggak ada cuma kadang yang
ditanya khan anak. (435-437)
Bapaknya kemana? Kerja tempate pak polisi. (439-440)
Khan malunya disitu. (442)
Rencana setelah keluar dari lapas
Belum memiliki rencana setelah keluar dari lapas Line : 466-467, 469-471
Hmm... kalau itu belum ada planning lagi. (466-467)
Iya belum... nanti pas keluar mau ngapain belum ada planning. Yang penting cuma
jalani aja dulu. (469-471)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Menyadari pengaruh pergaulan menyebabkan seseorang masuk ke dalam
dunia kejahatan Line : 488-490
Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah. (488-490)
Perasaan takut
Hilangnya perasaan takut demi kepentingan keluarga Line : 505, 507
Saya nggak takut (505)
Cuma inget ke keluarga aja (507)
Alasan melakukan kejahatan karena keadaan mendesak Line : 511-515
Bukan memenuhi kebutuhan keluarga, cuman supaya anak biar cepet keluar dari
rumah sakit. Kalau semakin tinggal semakin tambah biayanya. (511-515)
Ketidakterimaan, tidak dipercaya oleh aparat
Merasa tidak dipercaya oleh aparat Line : 830-847
He em. Tapi khan polisi nggak percaya, saya padahal nggak ada kasus. Mau nangkap
saya aja. "selamat siang!" "siang" "ayo ikut saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja!
Kamu nyolong!" "nyolong mana?" saya tanya nyolong mana? nggak ada yang bisa
njawab. Digebukin terus. "lha saya nyolong yang mana? Buktinya aja pak?" "situ
mukul saya, nangkep saya itu khan harusnya ada prosedur". Cuma karena istri sudah
ketakutan duluan penangkapan nggak ada, penyurian nggak ada, penyitaan nggak
ada. Barang yang dibeli istri sayapun ikut disita. Padahal itu bukan dari uang saya,
uang istri saya sendiri. (830-847)
Tidak terima diperlakukan tidak adil
Line : 833-841, 844-847, 875-877, 1028-1039
"ayo ikut saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja! Kamu nyolong!" "nyolong mana?"
saya tanya nyolong mana? nggak ada yang bisa njawab. Digebukin terus. "lha saya
nyolong yang mana? Buktinya aja pak?" "situ mukul saya, nangkep saya itu khan
harusnya ada prosedur". (833-841)
Barang yang dibeli istri sayapun ikut disita. Padahal itu bukan dari uang saya, uang
istri saya sendiri. (844-847)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
saya sudah berusaha nggak seperti yang dulu lagi, tapi kok masih seperti ini
(875-877)
Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu sudah punya salah. Tapi kesalahan yang tahun
yang lama diungkap kembali. Itu aja. Jadi misalnya ni polisi sekarang... tahun ini
misalnya saya nggak ada masalah, itu yang tahun yang tahun kemarin yang punya
salah yang itu di ulang itu yang... istilahnya yang nggak diungkapin sama dia,
diungkapin lagi. Karena mereka khan menangkap khan harusnya punya dasar.
(1028-1039)
Mendapatkan judgement dari aparat
Line : 854-864, 866-872, 875-877
pernah kejadiannya. Saya udah berhenti nggak pernah ngapa-ngapain. Saya udah
kerja apa adanya. Dari nyuci motor sampe bangunan saya sudah apa adanya. Saya
dirumah tetep ditangkep, digebukin, tiga hari dipulangin lagi. Nggak ada... nggak ada
pemberian apapun? Lha itu kasusnya gimana itu? Itu sering, karena kenapa? Saya
sering keluar masuk. Saya jadi... (854-864)
TO. Ho oh. Jadi incarannya. Jadi walau nggak ada masalah tetep ditangkep.
Ditangkep duluan, nah udah itu khan di preassure, di preassure udah babak belur baru
dikembalikan. Itu, kenyataannya seperti itu. (866-872)
Perasaan kesal Line : 875-877, 1028-1031, 1038-1039
Nah kesel, kesel, saya sudah berusaha nggak seperti yang dulu lagi, tapi kok masih
seperti ini (875-877)
Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu sudah punya salah. Tapi kesalahan yang tahun
yang lama diungkap kembali. Itu aja. (1028-1031)
Karena mereka khan menangkap khan harusnya punya dasar. (1038-1039)
Kekesalan dan kecewa terhadap diri sendiri Line : 948-952
Datang sekali, dua kali, tiga kali sudah nolak. Dia malah pergi sendiri. Mencuri-
mencuri, saya mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu. Cuma satu itu, nggak ada salah
lain. (948-952)
jenuh dan kesal Line : 982-984
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
Karena saya diluar sudah bekerja, sudah lurus-lurus masih diuber-uber sama polisi.
(982-984)
Perasaan aman
Merasa aman Line : 980-984
Lha justru malah itu, lha justru malah saya disini itu malah lebih tenang. Karena saya
diluar sudah bekerja, sudah lurus-lurus masih diuber-uber sama polisi.
(980-984)
Merasa aman, tentram Line : 990-1000
Saya bisa ibadah dua puluh empat jam saya ibadah bisa. Malah lebih tenang. Karena
saya mendoakan yang diluar. Supaya diluar itu saya tinggal, anak dan istri supaya
hidupnya lebih baik. Justru malah kalau saya, tapi kalau yang lain mungkin disini
agak guncang ya, karena biasa sama keluarga... sama keluarga terus terpisah. Kalau
saya malah, justru malah disini tempat bertobat. (990-1000)
Tidak berpikiran tentang ketakutan-ketakutan Line : 1004-1007
Iya, malah tenang jadi sembahyang nggak... istilahnya... malah bisa fokus. Tiap hari
sembahyang, nggak bisa kemana-mana. (1004-1007)
Merasa tidak tenang dan seperti diteror Line : 1007-1016
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti
grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu,
padahal saya nggak ngapa-ngapain. Saya pernah baru tahajut tahun 2012, digrebek.
Padahal sudah nggak ngapa-ngapain. (1007-1016)
Trauma, kecemasan
Trauma Line : 1007-1014
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti
grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu,
padahal saya nggak ngapa-ngapain. (1007-1014)
Kecemasan Line : 1007-1014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti
grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu,
padahal saya nggak ngapa-ngapain. (1007-1014)
Perasaan takut dan cemas akan masa depan anaknya Line : 1350-1351
Ya itu pasti keta... apa... ada bayangan. (1350-1351)
Sensitif terhadap kata “tolong”
Sensitif dengan kata “tolong” Line : 960-962
Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah.
(960-962)
Pasrah
Pasrah Line : 1072-1074
Iya. Cuma tak pasrahkan, berdoa, sudah. Sudah gitu aja, nggak ada yang lain.
(1072-1074)
Penyesalan
Perasaan sedih Line : 1164-1165
Iya, pas sedihnya pas kalo kita berdoa. (1164-1165)
Penyesalan Line : 1169-1176
Sedangkan aku disini. Padahal aku disini nggak ngapa-ngapain, kok diluar kadang tak
sia-siakan, nah itu. Contohnya, saya dibilangin "udah nggak usah bergaul sama orang
lain, nggak usah! Temen-temen kamu ditinggal". Tapi saya tetep masih bergaul.
(1169-1176)
Memaknai pengalaman kejahatan
Memaknai pengalaman kejahatannya Line : 1280-1294
Ya kadang seperti saya ni, seperti saya karena sering keluar-masuk pernjara karena
pengaruhnya ada, khan di manfaatin sama orang luar juga. Pas saya keluar, "mas itu
mas dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu khan ada. Itu khan pemanfaatan namanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Kalau kita mau ya kita otomatis harus kesini lagi to? Kalau gak mau ya gak to? Iya.
Semuanya ya tergantung diri kita sendiri. Kayak si Slamet juga kalau dia nggak mau
ya mungkin nggak masuk sini. Ya tergantung diri kita sendiri. Kembali ke hati nurani
kita sendiri. (1280-1294)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
Master Tabel Informan IV
Fokus pada motif kejahatan
Kebutuhan ekonomi Line : 171-174, 231-238
Ya ngajak... sebenernya namanya kita diluar juga khan pengen punya uang
gede khan mbak. Pengen punya uang banyak khan ya (171-174)
Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini
khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua
orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu
karena kebutuhan ekonomi. (231-238)
Memperoleh Kesenangan
Line : 302-309, 295, 317, 582-583, 586-587, 593-594
Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang
udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau
ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk
hari besok senang dan senang, gitu aja. (302-309)
Iya. (295)
He em. (317)
Ya buat seneng-seneng, buat beli keperluan sehari-hari. (582-583)
Seneng-senengnya cuma... ya main ke cafe, udah itu. (586-587)
Ho oh beli minum paling, karaoke, dugem, udah itu. (593-594)
memenuhi kebutuhan Line : 317
He em. (317)
Fokus pada Relasi
Lingkungan pergaulan Line : 92-100
Ya karena pergaulan itu, pergaulan di... kenal sama orang-orang yang
istilahnya dijalan gitu, yang bener-bener dijalan tu lho. Lain dari luar anak
sanggar itu, khan seneng kerja yang kaya gitu-kaya gitu. Akhirnya saya juga
ikut. Saya ikutlah dari anak minuman itu, dari alkohol, terpengaruhi.
(92-100)
Awal masuk dunia kejahatan Line : 103, 105-108
Ya dari temen ke temen. (103)
Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen
yang kenal disitu, akhirnya ya udah. (105-108)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Mendapatkan pengaruh dari lingkungan pertemanan
Line : 121, 123-125
Awalnya cuma nongkrong aja. (121)
Nongkrong, nongkrong terus ya udah minum-minum gitu,
terus ya kaya gitu. (123-125)
Berelasi dengan teman mantan narapidana Line : 148-152
Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-
eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-
kumpul diluar lagi, malah... (148-152)
Mendapat ajakan Line : 154-155
Ya ngajaknya khan kenalannya khan disini khan mbak? (154-155)
Terpengaruh alkohol Line : 175-177
Dan terpengaruhnya juga dari minuman-minuman. (175-177)
Relasi dengan orang tua
Korban perceraian orang tua
Line : 264-268, 276-279, 286, 288-289, 231-236
Kalau... khan orang tua saya pisahan mbak. Bapak-ibu khan udah cerai.
Hmm... kalau yang tau cuma bapak, keluarga dari bapak. Kalau keluarga dari
ibu nggak ada yang tahu. (264-268)
Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya SMA disana, putus, lalu saya ke Jogja,
kesini. Ya itu, nyari keluarga, nyari bapak saya to. (276-279)
Iya. Udah sendiri. (286)
Bapak juga udah sama istrinya sendiri to, udah sama istri barunya.
(288-289)
Jauh dari orang tua Line : 231-236
Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini
khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua
orang tua atau saudara gitu. (231-236)
Fokus pada pengaruh
Adrenalin meningkat akibat pengaruh alkohol
dan obat-obatan Line : 213-223
Ya awalnya dari pertama kita nongkrong-nongkrong gitu, lihat toko-
toko yang malem masih buka itu khan. Namanya kalau orang udah
punya... orang udah kena alkohol, terpengaruh alkohol, obat-obatan tu
kan nggak punya itu... nggak punya rasa takut khan mbak. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
penting kita bisa nguasain barangnya gitu. Akhirnya sudah, habis itu
kita beli... beli minuman di Indomaret itu. (213-223)
Fokus pada diri
Tidak memiliki rasa takut Line : 298, 300, 302-309
ya kalau takutnya itu enggak'e mbak. (298)
Nggak takut. (300)
Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang
udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau
ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk
hari besok senang dan senang, gitu aja. (302-309)
Ketidaktahuan Line : 313-321
He eh. Jadi temen saya masuk ke rumah, nyuri dirumah itu, saya juga nggak
tahu kalau diajak mencuri, orang pas 2013 itu khan saya belum pernah kaya
gitu mbak. Masih aktif di kegiatan ngamen itu. Saya disuruh nunggu dimotor,
nggak tahu temen saya masuk kerumah, keluar kok diteriakin maling.
(330-339)
Perasaan bangga berhasil melakukan aksi kejahatan Line : 351
Iya. (351)
Perasaan tertantang Line : 368
He eh. (368)
Perasaan bangga dan senang mendapatkan sesuatu hal yang
sebelumnya belum pernah dimilikinya
Line : 351-354
Ya kebanggaan seperti... ya namanya khan kita kayanya nggak pernah punya
kaya gitu khan mbak, jadi pas punya kaya gitu rasanya seneng itu. (351-354)
Kesenangan ketika melakukan aksi kejahatan
Line : 359-361, 350-351
Yang saya rasain ya... ya itu mbak... apa... seneng gitu. (350-351)
Yang... ya itu mbak yang didapet kebanggaan itu, senang. (359-361)
Tidak memiliki perasaan malu dengan lingkungan sosial setelah
melakukan kejahatan Line : 399, 401
Nggak mbak. Nggak ada (399)
Iya. (401)
Sadar belum memiliki prinsip dan belum bisa merubah perilaku yang
buruk menjadi lebih baik Line : 356-363
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
Ya sangat inilah mbak... ya gimana ya... saya belum bisa ini'e. Soalnya saya
juga belum bisa berubah to? Belum bisa menyikapi prinsip saya. Atau saya
menyikapinya sih paling ya kejahatan kan dimata orang pasti kan ya...
cenderung negatif lah. Kalau saya belum bisa menyikapi. (356-363)
Tidak memiliki perasaan malu Line : 412-416
Biasa aja. Soalnya juga kita melakukan kayak gitu kan tidak dengan... apa...
transparan itu lho mbak. Dengan masker, dengan tertutup gitu mbak.
(412-416)
Perasaan malu setelah tertangkap Line : 409-410
Ya kalau sesudah ketangkepnya gini juga malu, kalau sebelumnya ya...
(409-410)
Psikologis
Adanya masalah yang belum menemui solusi Line : 105-107
Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang
kenal disitu (105-107)
Muncul perasaan serupa terbangun empati Line : 105-108
Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang
kenal disitu, akhirnya ya udah. (105-108)
Kesepian Line : 45-48
Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan... nggak ada
saudara kan mbak, nyari saudara saya. (45-48)
Pembenaran diri Line : 231-238
Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini
khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang
tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena
kebutuhan ekonomi. (231-238)
Perasaan senasib sehingga menimbulkan empati Line : 231-236
Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini
khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang
tua atau saudara gitu. (231-236)
Kebutuhan untuk berada di dalam kelompok sosial Line : 157-161
Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya
disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar
lagi, malah... (157-161)
Kebutuhan berlindung Line : 45-48, 157-161
Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan... nggak ada
saudara kan mbak, nyari saudara saya. (45-48)
Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya
disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar
lagi (157-161)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKULTAS PSIKOLOGI
TINIVERSITAS SANTA DHARMA
Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED COI\TSENT)
Pada kesempatan ini. perkenalkan saya Olga Sancaya Dyah Permatasari
mahasisrvi Fakultas Psik rlogi Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh
tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Bapak I lbu I Satrdara untuk
berpartisipasi dalarn penelitian ini. Adapun per-relitiar-r ini bertr"rjuan untuk nrelihat
pemaknaan perbr:atan rnelang-u,ar hukun-i vang teriadi secara bertrl:rng.
Metocle pengumpulau data vang akan cli-gunakan peneliti aclalah nretocle
waw-ancara. Peneliti akan meminta infbnlan untuk rnenjawab setiap pertanvaan
terkait dengan pengalaman hidup infbrnran yang cliberikan oleh peneliti clan
dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan digunakan alat perekarn /
digital recorder guna merekam hasil \\'awancara. Selama proses penelitian
berlangsung, Anda berhak untuk mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila
dirasa anda kurang nyaman. Penelitian ini dilakukan saat anda merasa suclah siap.
Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berparlisipasi dalam
penelitian ini.
Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin kerahasiaar^irya. Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada dosen pembimbing
peneliti. Adapun nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial untuk
menjaga kenyamanan Anda. Anda pr-rn diperkenankan untuk bertanya sepr-rtar hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manfaat yang akan Anda dapatkan adalah Anda akan melihat jauh ke dalam
pemaknaan hidup anda. Partisipasi anda juga akan sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan di bidang keilmuan Psikologi. Terkait dengan psikologis dan
perilaku Narapidana / Residivis.
DenganinisayasebagairespondenBERSEDIA/ffidansepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitiar-r.
Informan Penelitian
,\ rL^
?arq+.
Penelitit1iltlll
^ _
-41f1-7IYt/
Olga Sanca),a D),ah Pennatasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKULTAS PSIKOLOGI
LNIVERSITAS SANTA DHARMA
Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSEI"IT)
Pada kesempatan ini, perkenalkan saya olga Sancaya Dyah Permatasari
rl]ahasis\vi Fakultas psik0logi universitas Sanata Dharma .vang sedang metlempuh
tugas akhir. Sa,va memohon bantnan dan kesecliaan Bapak / Ibu / Saudara ut1tuk
berpartisipasi clalam penelitian ini. Aclapurl pcnelitiarl ini bertttiuan tltltuk tllclihat
pemaknaan pelbuatan ueliit-t-ttgelt' httklttl r arlg lerjacli sccara bertllang'
Metocle pengu1lpulan dala y,ang akan cligunak-arl peneliti adalah tlletoclc
wawancara. peneliti akan meminta ir-rtbilnan untuk rnenjarvab seliap pertauvaiur
terkait clengan pcngalaman hidup infbflnalr ,vang cliberikan oieh pencliti clau
dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan digunakan alat pcrekarn /
cligital recorder guna merekam hasil wa\\'ancara. Selama proses penelitian
berlangsung, Anda berhak untuk mengunclurkan diri dalam penelitian ini apabila
dirasa a,da kurang nyaman. Pelelitial ini clilakukan saat anda tnerasa sr-rclah siap'
Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit' Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Ke'ahasiaan clata akan dilindungi dan ter.jamin kerali*siaannva. Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada dosen pembimbing
peneliti. Adapr.rn nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial nntttk
menjaga kenyarnanan Anda. Anda pun cliperkenankan untuk bertanya seputar hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian ini'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SAKT}LTES FSTKCIdff{
U}{iYERSITAS SANTA DHARMA
iiiiri:;7iisi,Fi Ur:iversiras Sana&a DhatmaPaingan'M*guwohafia Deaok Sle:naa
I .E}TBAR PE,RSETLIJUAN
{\NFORMED CONSENT)
Patlakesempatanini.perkenalkansayaolgaSanoayaDyahPermatasari
mahasiswi Fakultas Psikologi Ljniversitas sanata Dharma yang sedang menempuh
tugasakhir.sayamemohonbantuandankese<liaanBapakllbulsaudarauntuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini bertu'iuan untuk melihat
pemaknaan perbuatan melanggar hukum yang terjadi secara berulang'
Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah metode
*.av/ancara. peneliti akan meminta responden untuk menjawab setiap pertanyaan
terkait dengan pengalaman hidup responden yang diberikan oleh peneliti dan
dikemukakanan Anda secara lisan. pada penelitian ini akan digunakan alat perekam i
digital recorder guna merekam hasil wawancara' selama proses penelitian
beriangsung, Anda berhak untuk mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila
dirasa anda kurang nyaman. Penelitian ini dilakukan saat anda merasa sudah siap'
proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit' Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berpartisipasi dalam
peneiitian ini.
Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin kerahasiaannya' Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada ciosen pembimbing
peneliti.AdapunnamaAndaakandirahasiakandenganmenggunakaninisialuntuk
menjaga kenyamanan Anda. Anda pun diperkenankan untuk bertanya seputar hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian ini'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
\f ;u;iaat yang akan Anda dapatkan adalal-r Anda akan melihat jauh ke dalam
p:i;:iiknaan hidup anda. Partisipasi anda juga akan sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan di bidang keiimuan Psikologi. 'ferkait iiengan psikoiogis dan
perilaku Narapidana I Residivis.
Dengan ini saya sebagai responden BERSEDIA / TIDAK BERSEDTA dan
sepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitian.
Responden Pene
M3R
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SAKUET'&$ FS{K$E,SG{
LINIVERSITAS SANTA DHARIVIA
Xarupus III Ltni versifas Sanafa Dha*na Pai * gan, Magu*,ofia{o, Depok Strerren
LEi\{BAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT")
Pada kesempatan inr. perkenalkan saya OIga Sancaya Dyah Perrnatasari
mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh
tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Bapak I lbu I Saudara untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemaknaan perbuatan melanggar hukum yang terjadi secara berulang.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah metode
wawancara. Peneliti akan meminta responden untuk menjawab setiap peftanyaan
terkait dengan pengalaman hidup responden yang diberikan oleh peneliti dan
dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan digunakan alat perekanr /
digital recorder guna merekam hasil wawancara. Selama proses penelitian
berlangsung, Anda berhak untuk mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila
dirasa anda kurang nyaman. Penelitian ini dilakukan saat anda merasa sudah siap.
Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin kerahasiaannya. Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada ciosen pembirnbing
peneliti. Adapun nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial untuk
menjaga kenyamanan Anda. Anda pun diperkenankan untuk bertanya seputar hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manlaat yang akan Anda dapatkan adalah Anda akan melihat jauh ke dalam
pernaknaan hidup anda. Partisipasi anda juga akan sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan di bidang keiirnuan Psikologi. 'lerkait dengan psikologis dan
perilaku Narapidana i Residivis.
rlengan ini say'a sebagai responden BERSEDTA / TIDAK BBRSEDTA dan
sepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitian.
Responden Peneltian
Olga Sancava Dyah Permatasari
.V a*r$ ri> INLVLfA ti>
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related