prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Post on 22-Jul-2015
618 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KELOMPOK 1 Dosen: Dina Asminatalia S,kep.Ns
PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
Oleh
o ISMI HAERUN
o MIRNAWATI M
o IRMA WAHYUNI
o RUSNIATI
o MIRNAWATI S
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami buat, dengan judul
“Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigenasi”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman sehingga
makalah kami ini dapat terselesaikan,meskipun makalah kami ini jauh dari
kesempurnaan.
Raha,18 september 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
C. Proses Oksigenasi
D.Faktor-Faktor Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
E.Gangguan/ Masalah Kebutuhan Oksigenasi
F. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah Kebutuan Oksigenasi
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apa bila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak
dapat di perbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
B Rumusan Masalah
1. Bagaimana system tubuh yang berperan dalam proses kebutuhan oksigenasi
2 . Bagaimana proses oksigenasi
3. apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
4. apa saja gangguan / masalah kebutuhan oksigenasi
5. Apa saja tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi
C Tujuan
Untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pengkajian prinsip pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia,
yaitu kebutuhan sisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di tunjukan
untuk menjaga kelangsungan metabolisme tubuh, mempertahankan hidupnya
dan melakukan aktifitas bagi berbagai organ atau sel .
System tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan oksigenasi system terdiri atas
saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah, dan paru-
paru.
1. saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas : hidung , faring, laring , dan
epiglotis . saluran ini berfungsi dalam menyaring , menghangatkan, dan
melembabkan udara yang di hirup .
Hidung
Proses oksigenasi di awali dengan masuknya udara melalui hidung . pada
hidung terdapat nares anterior, yang mengandung kelenjar sebaseus dan di
tutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke rongga hidung,
sebagai bagian hidung lainnya, yang di lapisi oleh selaput lendir dan
mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan di
saring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum ( sebagai bagian dari
rongga hidung ) , kemudian udara tersebut akan di hangatkan dan di
lembabkan .
Faring
Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai
dengan esophagus . berdasarkan letaknya, faring di bagi menjadi tiga yaitu :
nasofaring ( di belakang hidung) , orofaring ( di belakang mulut) , dan
laringofaring ( di belakang laring).
Laring ( tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring . laring terdiri dari
tulang rawan yang di ikat bersama ligament dan membrane dengan dua
lamina yang bersambung di garis tengah .
Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat
proses menelan .
2. saluran pernapasan bagian bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, bronkhus,
segmen bronkhi, dan bronkhiolus . saluran ini berfungsi mengalirkan
udara dan memproduksi surfaktan .
Trakhea
Trakhea ( batang tengkorak) merupakan kelanjutan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ±
9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin .
trakhea di lapisi oleh selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang
bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
Bronkhus
Bronkhus merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronkhus kanan dan kiri . bronkhus bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri . bronkhus kanan memiliki tiga lobus , yaitu lobus atas
, tengah, dan bawah .sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian
kanan dengan dua lobus , yaitu lobus atas dan bawah .
Bronkhiolus
Bronkhiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus .
3. paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru-paru
terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma . paru-paru terdiri atas dua bagian , yaitu paru-paru kanan dan
kiri . pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung yang
terbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya . bagian puncak paru-paru
disebut juga dengan apeks .
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura . pleura
tersebut ada dua macam yaitu , pleura parietalis dan pleura viseralis . di
antara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura yang berisi cairan
surfaktan . kebaradaan cairan tersebut di tunjukan untuk melindungi paru-
paru.
Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis dan berpori. Paru-paru
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri dari atas 3
tahapan yaitu:
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masukan oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dri alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini di pengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
Adanya kosentrasi okisigen di atmosfer. Semakin tinggi suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah tmpat tersebut maka tekanan darahnya semakin tinggi.
a. Adanya kondisi jalan napas yang baik. Jalan napas tersebut di mulai dari
hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat di pengaruhi oleh sistemsaraf otom. System tersebut terdiri atas
system saraf simpatis dan parasimpatis. Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi hingga dapat terjadi vasodilatasi,sedangkan
kerja saraf para simpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. Adapun baiknya
kondisi jalan napas dapat di sebabkan oleh adanya peran mucus siliaris
sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
menyikat virus. Selain itu, baiknya kondisi jalan napas juga di pengaruhi
oleh adanya reflex batuk dan muntah.
b. .Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru melaksnakan
ekspansi atau kembang kempis. Kemampuan paru-paru untuk
mengemban di sebut compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan co2 atau konraksinya paru-paru. Apabila compliance
baik, tetapi recoil terganggu gas co2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Compliance di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya surfaktan dan
adanya sisa udara. Surfaktan pada lapisan alveoli di produksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan di sekresi saat pasien menarik napas. Surfktan
tersebut berfungsi untuk menurunkan teganagn permukaan. Sedangkan
adanya sisa udara menyebabkan tidak terjadinyakolaps dan gangguan
toraks.
Pusat pernapasan,yaitu medulla oblongata danj pons, dapat dipengaruhi
oleh proses ventilasi.hal tersebut karena co2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 60 mmHg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan. Bila paCO2 ≤
80mmHg,maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan
2. Difus
Difusi gas merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh bebrapa faktor yaitu:
a. luasnya permukaan paru-paru
b. tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas aptel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Makin tebal membrane, maka proses difusi
makin sulit.
c. perbedaan tekanan dan konsesntrasi O2. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah secara berdifusi karena
tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O2 dalam
darah vena pulmonali. Sedangkan CO2 dari arteri pulmonali akan berdivusi
ke dalam alveoli.
3. Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan di berikan dengan Hb membentuk oksihemoglibin
(97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan
dengan Hb membentuk karbuminohemoglobin (30%) larut dalam plasma
(5%) dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi
denyut jantung
b. kondisi pembuluh darah , latihan dan aktivitas seperti olahraga, dan
lain-lain
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi
1. Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat
terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotrasmiter (simpatis mengeluarkan
noradrenalin yang
berpengaruh pada
bronkhodilatasi; sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang
berpengaruh pada brokhonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik
dan reseptor kolinergik pada saluran
pernapasan.
Pengaruh saraf otonom
Simpatis Parasimpatis
Ujung saraf mengeluarkan neurontransmiter
2. hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivate katekolamin yang dapat melebarkan
saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan
seluruh nafas, seperti sulfas atropine. Ekstrak Belladona dan obat yang
menghadap adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit
saluran napas (bronkhokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker
non selektif.
3. Alergi pada seluruh nafas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah
masal; batuk apa bila rangsangannya di saluran napas bagian atas;
bronkhokontriksi terjadi pada asam bronkhiale; dan rhinitis jika
rangsangannya terletak di saluran napas bagian bawah.
4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi karena usia organ di dalam tubu seiring dengan usia
perkembangan
anak. Hal ini
dapat terlihat
pada bayi usia premature dengan adanya kecenderungan kurang
pembentukan
Noradrenalin Asetikolin
bronkhodilatasi bronkhokontriksi
surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi dewasa kematangan organ terjadi
seiring dengan bertambahnya usia.
5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut
memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud di antaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi
makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti
obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses pengembangan paru-
paru. Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen di tingkat sel sehingga dapat memunculkan tanda
seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum terjadinya hipoksia ini di
sebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli
ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan fentilasi yang
dapat menurunkan kosentrasi oksigen.
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea merupakan pernapasan dengan frkuensi lebih dari 24 kali/menit.
Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi
emboli.
b. Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10
kali/menit. Pola ini dapat di temukan dalam keadaan peningkatan tekanan
intrakranial yang dapat di sertai narkotik atau sedatik.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metaboisme tubuh
yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga
terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai
adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada,
menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat di
sebabkan oleh adanya infeksi, ketidakseimbangan asam basa hipokapnea
yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal sehingga rangsangan
terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kussmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang di
temukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipofentilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup pada saat fentilasi alviola, serta tidak cukupnya jumlah udara yang
memasuki alveoli dalam penggunaan O2. Tidak cukupnya O2 untuk di
gunakan di tandai dengan adanya nyeri kepala; penurunan kesadaran
disorientasi atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat
atelektasis; atau otot pernapasan lumpuh; depresi pusat pernapasa;
peningkatan tahanan jalanan udara pernapasan; penurunan tahanan
jaringan paru-paru dan toraks serta penurunan compliance paru-paru dan
toraks. Keadaan demikian menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2
dalam tubuh sehingga PaCO2 meningkat (akibat hipofentilasi) dan
akhirnya mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat di
sebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Ortopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering di temukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru-paru.
h. Cheyne Stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-
mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan di mulai lagi
dari siklus baru. Periodeapnea berulang secara teratur.
i. Pernapasan Paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru-
paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering di temukan
pada keadaan atelektasis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheine
stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernapasan ini ditandai
dengan periode apnea tak beraturan, bergantian dengan periode
pengambilan empat atau lima napas yang kedalamannya sama. Pola ini
sering di jumpai pada pasien dengan radang selaput otak peningkatan
tekanan intracranial, trauma kepala, danlain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernapasan. Pada umumnya di temukan pada kasus spasme
trakhea atau obstruksi laring.
3. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada indifidu dengan
pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan
batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi; immobilisasi; stasis sekresi; serta batuk
tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vaskular accident
(CVA), akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami
penurunan gas, baik O2 maupun CO2, antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular. Hal ini dapat di sebabkan oleh sekret yang kental atau
immobilisasi akibat penyakit sistem saraf; depresi susunan saraf pusat;
atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam
pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat
menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu,
anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2 dan
terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain
di sebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya
membrane alveolar kapiler, dan rasio fentilasi perfusi yang tidak baik.
Tanda klinis:
a. Dispnea pada usaha napas
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
c. Agitasi
d. Lelah atau letargi
e. Meningkatnya tahanan faskular paru-paru
f. Menurunnya satu rasi O2 dan meningkatnya PaCO2.
g. Sianisis
Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi
1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki fentilasi
alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis,
meningkatkan efisiensi batuk dan dapat mengurangi stres
2. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring,
trakhea, dan bronkhiolus) dari sekret atau benda asing.
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu O2. Pemberian O2
pada pasien dapat melalui 3 cara yaitu melalui kanula, nasal dan masker.
Pemberian O2 tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan O2 dan mencegah
terjadinya hipoksia.
4. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage,
clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan
untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan
napas.
5. Pengisapan lendir
Pengisapan lendir erupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut
dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memiliki kebutuhan
oksigenasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia,
yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di tujukan untuk
menjaga kelengsungan metabolisme sel tubuh, Mempertahankan hidupnya ,
dan melakukan aktifitas bagi berbagai organ atau sel.
B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini, di sarankan kepada pembaca agar dapat
lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada rumah sakit serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia
kebidanan.
Daftar pustaka
Uliyah, Musrifatul, (2008), Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan, Surabaya.
Hidayat, A. Azis Alimul, (2008), Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan, Surabaya.
top related