presentasi kasus
Post on 15-Jan-2016
23 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
HORDEOLUM
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Kepaniteraan Klinis Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD TIDAR Magelang
Diajukan kepada :dr. Sri Yuni Hartati, Sp.M
Disusun oleh :HERLAMBANG PRANANDARU
20090310072
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATARUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
LAPORAN PRESENTASI KASUS
“HORDEOLUM”
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. RI
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kalinegoro, Mertoyudan
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Terdapat benjolan pada kelopak mata kiri bagian luar.
Keluhan Tambahan :
Benjolan terasa sakit, mata kiri terasa pegal dan kadang nerocos.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mulai mengeluhkan timbul benjolan pada kelopak mata kiri sejak 7 hari yang
lalu. Benjolan awalnya berukuran kecil namun lama kelamaan makin membesar.
Dalam 7 hari ini pasien belum berobat. Pasien belum pernah mengalami keluhan
serupa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan serupa : disangkal
Penyakit mata : Riwayat konjungtivitis pada mata kiri 4 bulan yang lalu.
Trauma mata : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan serupa : disangkal
III. KESAN
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
OD : Tampak tenang
OS : Pada palpebra sinistra superior tampak benjolan dan kemerahan.
IV. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/25 20/25
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Baik Baik
Persepsi Warna Baik Baik
V. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar Mata
- Alis N N Kedudukan alis baik,
jaringan parut (-),
simetris
- Silia N N Trikiasis (-),
distrikriasis (-)
madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)
- Gerakan N N Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-),
blefarospasme (-)
- Lebar rima 10 mm 9 mm Normal 9 – 14 mm
- Kulit N Terdapat benjolan
pada palpebra
superior medial.
Benjolan (+) tunggal,
batas tegas, konsistensi
lunak, immobile,
ukuran sebesar biji
pepaya, kemerahan (+)
- Tepi kelopak N N Trichiasis (-),
ektropion (-),
entropion (-),
Tanda radang (-)
- Margo
intermarginalis
N N Tanda radang (-)
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula
lakrimalis
N N Dakrioadenitis (-)
- Sekitar sakus
lakrimalis
N N Dakriosistitis (-)
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Bola Mata
- Pasangan N N Simetris (orthophoria)
- Gerakan N
+ +
+ +
+ +
N
+ +
+ +
+ +
Tidak ada gangguan
gerak (syaraf dan otot
penggerak bola mata
normal)
- Ukuran N N Makroftalmos (-),
Mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak
ada peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior N N Licin, warna pink
muda, mengkilap,
hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
- Forniks N N Dalam
- Palpebra inferior N N Licin, warna pink
muda, mengkilap,
hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
- Bulbi N N
7. Sclera N N Ikterik (-)
8. Kornea
- Ukuran N N Ø horizontal 12 mm, Ø
vertical 11 mm
-Warna N N Jernih, edema (-)
- Kecembungan N N Lebih cembung dari
sclera
- Limbus N N Benjolan (-)
Benda Asing (-)
- Permukaan N N Licin, mengkilap
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Placido N N Reguler konsentris
9. Kamera Okuli Anterior
- Ukuran N N COA dalam
- Isi N N Jernih, flare (-), hifema
(-), hipopion (-)
10. Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan N N Simetris
- Gambaran N N Kripte baik, Sinekia (-)
11. Pupil
- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm Normal (Ø 3 – 6 mm)
pada ruangan dengan
cahaya cukup
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat N N Di tengah
- Tepi N N Reguler
- Refleks direct ( + ) ( + ) Positif
- Refleks indirect ( + ) ( + ) Positif
12. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada Ada
- Kejernihan N N Jernih
- Letak N N Di tengah, di belakang
iris
- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada
13. Korpus
Vitreum
N N Jernih
14. Refleks Fundus ( + ) ( + ) Warna orange
cemerlang, homogen
VI. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Tampak tenang.
Visus 20/25
Lensa jernih
Refelk fundus warna orange cemerlang.
Terdapat benjolan tunggal, padat dengan
konsistesi lunak, batas tegas, dan immobile
pada palpebra superior bagian medial yang
menonjol ke arah luar dan hiperemis (+).
Visus 20/25
Lensa Jernih
Reflek fundus warna orange cemerlang.
VII. DIAGNOSIS KERJA
OD : Mata Emetrope
OS : Hordeolum mata emetrope
VIII. TERAPI
Kompres hangat selama 15 menit sebanyak 4x sehari
Tobramicin 6 x 1 tetes per hari
Clindamicin 300mg x 4 tablet per hari
IX. PROGNOSIS
Visum (Visam) : Baik
Kesembuhan (Sanam) : Baik
Jiwa (Vitam) : Baik
Kosmetika (Kosmeticam) : Cenderung baik
PEMBAHASAN
1. Antomi Palpebra
Palpebra atau kelopak mata merupakan lipatan tipis yang terdiri atas kulit,
otot, dan jaringan fibrosa yang dipersarafi oleh nervus cranial facialis (VII). Berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan terhadap trauma sinar dan pengeringan
bola mata atau menyingkirkan debu yang masuk dengan refelk kedipan, serta
mengeluarkan sekresi dari kelenjarnya yang berbentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra yang terdiri dari palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada
alis mata sedang palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit dan jaringan subkutaneus, lapis muskulus protraktor
(M.orbikularis okuli), septum orbita, musculus retraktor (M.levator palpebra), tarsus,
lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae)
Gambar 1. Anatomi Palpebra
Lima struktur utama palpebra dari superfisial ke dalam:
a. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
b. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak
bawah).
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,
yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas
mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu
mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom
atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
2. Definisi Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata
bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman
Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi
hanya kompres hangat.
Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses. Hordeolum
dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut
meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll.
3. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. Insidensitidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai
semua usia, tapi lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda dan pada pasien
dengan tarikan pada mata akibat ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi. Pada
dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level
androgen dan peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada dewasa.
4. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus adalah
penyebab pada 90 – 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress, nutrisi yang
buruk, kebiasaan mengucek mata atau menyentuh kelopak mata serta hidung,
hiperlipidemia, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut disekitar
mata dan kumis atau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar, sehingga diperlukan
pencegahan terutama mengenai kebersihan individual yaitu dengan tidak menyentuh
mata yang terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan
washcloth bersama-sama.
5. Klasifikasi
a. Hordeolum Eksternum
Adalah infeksi kelenjar sebaceous dari Zeis di dasar bulu mata, atau infeksi
pada kelenjar keringat apokrin dari Moll. Hordeolum eksternum terbentuk pada
bagian luar palpebra dan dapat dilihat sebagai benjolan merah kecil.
Gambar 2. Hordeolum eksternum
a. Hordeolum Internum
Adalah infeksi pada kelenjar sebaceous meibom yang melapisi bagian dalam
kelopak mata. Penyakit ini juga menyebabkan benjolan merah di bawah palpebra
(pada konjunctiva tarsalis) dan tampak dari luar sebagai bengkak dan kemerahan.
Gambar 3. Hordeolum internum
6. Patogenesis
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus, biasanya
Staphylococcus aureus.Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar Meibom (hordeolum
interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses tersebut
diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan
mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga terjadi
pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran
abses, dengan ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri,
hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada hordeolum.Intensitas nyeri
mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila pasien menunduk, rasa sakit
bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan setempat, warna kemerahan,
mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik kuning atau putih yang merupakan
akumulasi pus pada folikel silia.
7. Manifetasi Klinis
a. Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak adanya benjolan
pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan nyeri.
Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan
nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra). Hordeolum
interna adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna
ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
Benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Hordeolum
internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.
b. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral. Pada stadium abses ditandai
dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa bintik kuning atau putih pada
kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya pembentukan hordeolum
tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel (hordeola).
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata
sehingga sukar diangkat.Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel
kadang ditemukan ikut membesar. Keluhanlain yang umumnya dirasakan oleh
penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan
dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk
abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding Hordeolum adalah Kalazion. Kalazion merupakan
peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh
infeksi dan jaringan parut lainnya. Kalazion juga disebabkan sebagai
lipogranulomatosa kelenjar Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan
oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum.
Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
9. Penatalaksanaan
Umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Umum
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4-6 kali sehari. 2. Bersihkan kelopak
mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses
penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan menekan atau menusuk
hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. Hindari
pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab
infeksi. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea. Berikan Antibiotik bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
b. Antibiotik topikal (salep, tetes mata)
Misalnya: Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-
10 hari.
c. Antibotik Sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran
kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang
sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral
4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan
clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2
kali sehari selama 7 hari.Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan
berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat
ringannya hordeolum.
d. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan
sejenisnya.
e. Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi
hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata.
Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskoleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
Gambar 4. Insisi Hordeolum
10. Prognosis
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih
cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeola Internal
terkadang berkembang menjadi chalazia. Penyulit hordeolum adalah selulitis
palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan
abses palpebra.
11. Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
danmembiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak
mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan
washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak, menjaga kebersihan
peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan
kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S, 2008, Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2. Hartono, 2007, Buku Saku Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata, FK UGM, Yogyakarta.
3. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 17-20
top related