preplanning
Post on 29-Nov-2015
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PREPLANNING
OPTIMALISASI PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK
DUSUN SITOYO DESA KEJI
KECAMATAN UNGARAN BARAT
A. Latar Belakang
Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan
sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai
penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan
manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya
limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah
selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa
dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan.
Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan menunjukkan kesan buruk karena sifat-
sifatnya yang khas dan cenderung menurrunkan mutu, fungsi dan kemampuan lingkungan.
Limbah ternak merupakan sisa pembuangan dari suatu proses kegiatan berternak dari segi
estetika sangat kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat mengganggu. Dengan
demikian secara langsung atau tidak langsung limbah menimbulkan ketidaknyamanan
disekitarnya sebab pembuangan limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya
pengelolaan yang maksimal
Limbah ternak yang dibuang terus-menerus tanpa ada pengelolaan yang maksimal dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan. Oleh karenanya, orang cenderung
mengatakan telah terjadi pencemaran, yaitu suatu keadaan zat atau energi diintroduksikan ke
dalam lingkungan oleh suatu kegiatan manusia atau oleh proses alam dalam konsentrasi
sedemikian rupa sehingga menyebabkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula dalam arti
kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pada umunya limbah menimbulkan pencemaran.
Oleh karena itulah penggunaan limbah ternak sebagai bahan dasar pupuk organik merupakan
nilai tambah bagi petani, karena dengan penanganan tertentu maka limbah yang tadinya dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, sekarang dapat dimanfaakan sebagai bahan dasar pupuk
organik.
Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilaksanakan di Dusun Setoyo mengenai limbah
ternak di dapatkan hasil bahwa dari 37 warga yang memiliki ternak didapatkan data bahwa
pengetahuan warga tentang bahaya dari limbah ternak yang dekat dengan rumah 78% tidak
mengetahui tentang bahaya dari limbah ternak yang dekat dengan rumah, 22% mengetahui.
pengetahuan dalam pemanfaatan limbah ternak 94% tidak mengetahuan dalam pemanfaatan
limbah ternak, 6% mengetahuan dalam pemanfaatan limbah ternak. pengetahuan warga tentang
cara mengelola limbah ternak menjadi pupuk kandang 60% tidak mengetahui cara mengelola
limbah ternak menjadi pupuk kandang, 40% mengetahui cara mengelola limbah ternak menjadi
pupuk kandang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan warga tentang
bahaya dari limbah ternak masih rendah, tingkat pengetahuan warga tentang cara mengelola
limbah ternak menjadi pupuk kandang masih rendah. Dari masalah tersebut dirumuskan
diagnosa “Resiko terjadinya peningkatan penyakit yang disebabkan limbah ternak berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang lingkungan sehat, serta adanya kondisi lingkungan yang
tidak sehat”. Untuk meminimalkan terjadinya masalah tersebut program perencanaan yang akan
dilakukan adalah mengadakan penyuluhan kesehatan tentang pengolahan limbah ternak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengoptimalkan kebersihan lingkungan fisik dan pemanfaatan limbah ternak.
2. Tujuan Khusus
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit disebabkan limbah ternak
2. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari limbah ternak bagi
kesehatan
3. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan cara mengolah limbah ternak dengan benar.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan ini pada dasarnya meliputi seluruh masyarakat yang memiliki ternak
sebanyak 37 warga.
D. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka mencapai tujuan mengoptimalkan
pengolahan limbah ternak adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit disebabkan limbah ternak, bahaya dari
limbah ternak bagi kesehatan melalui penyuluhan.
2. Meningkatkan kemampuan tentang cara mengolah limbah ternak dengan benar melalui
penyuluhan.
E. Pelaksanaan Kegiatan
Hari :
Tanggal : Oktober 2011
Jam : 17.00 WIB
Tempat : Rumah Bp.Paidi (Kepala tani)
F. Setting Tempat
Keterangan :
1. Penyaji
2. Media
3. Peserta
4. Fasilitator
3 3
3 3 3
3
4
4 4
4
1 2
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Penyuluh Sasaran Media Metode
Pembukaan
5 menit
1. Pemberian salam
2. Menjelaskan maksud dan
tujuan penyuluhan
Menjawab salam
Memperhatikan dan
mendengarkan
Penyajian
15 menit
1. Menjelaskan materi tentang
a. Menjelaskan tentang
penyakit disebabkan
limbah ternak
b. Menjelaskan tentang
bahaya dari limbah
ternak bagi kesehatan
c. Menjelaskan tentang
cara mengolah limbah
ternak
Mendengarkan dan
memperhatikan
Gambar Ceramah
Penutup
5 me
nit
1. evaluasi
a. Memberi kesempatan
kepada ibu untuk
bertanya
b. Memberikan
pertanyaan sesuai
materi yang disajikan
c. Menyimpulkan materi
2. Menutup materi dengan
salam
Bertanya
Menjawab
Menjawab salam
H. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
a. Leaflet
b. LCD
I. Pengorganisasian dan Pembagian Tugas
1. Penanggung jawab: A.saronji.S.Kep,
Tugas :
Bertanggung jawab terhadap berjalannya penyuluhan
Menyampaikan tentang pendidikan kesehatan ASI Ekslusif.
2. Moderator : Fiki Wijayanti, S.Kep
Tugas :Mengatur jalannya acara
3. Notulen : Chunduk A, S.Kep
Tugas :Mencatat semua hasil dari diskusi
4. Fasilator : Fatmawati.S.Kep
Ananda Agus K, S.Kep
Ema Juwita Rahayu, S.Kep
Eka Romantis Purga, S.Kep
Evi Kurniawati, S.Kep
Hadi Rosyadi, S.Kep
Tugas :Memfasilitasi jalannya pendidikan kesehatan
J. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Ada pedoman kegiatan, materi dan referensi, nara sumber, pembicara dan alat.
b. Tersedia waktu untuk penyuluhan, dan bisa diterima oleh warga.
2. Evaluasi Proses
a. Optimalnya Terlaksananya program kerja peningkatan kemampuan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit disebabkan limbah ternak, bahaya dari limbah ternak
bagi kesehatan dan kemampuan tentang cara mengolah limbah ternak dengan benar
3. Evaluasi Hasil
Meningkatnya kemampuan pengetahuan dan ketrampilan warga tentang cara mengolah
limbah ternak dengan benar
K. Daftar pustaka
Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan.
Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor
Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor
Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan
Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Lampiran Materi
PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK
a. Penyakit disebabkan limbah ternak
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti
usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya.
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain
(Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan
semakin meningkat.
Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha,
tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan
limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang
dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging
sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan
dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah
semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari
pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam
fase gas.
Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit,
misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora
anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung
spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang
Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).
b. Bahaya dari limbah ternak bagi kesehatan
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya
permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup
tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.
Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah
yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi,
maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman
masyarakatnya.
Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan
sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini
adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan
ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apppalagi di Indonesia, emisi metan
per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang
diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi
produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi
mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat
badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3
air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu
sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 %
merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat,
sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur
lalat.
Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran
yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang
paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000
mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di
lingkungan (3000 mg/m3)
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang
spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan
sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai
hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya
kehidupan biota air (Farida, 1978).
Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang
dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh
kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu
adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia.
c. Cara mengolah limbah ternak
Pada umumnya peternakan sapi bertujuan untuk menghasilkan menghasilkan daging
melalui proses pembesaran dan susu. Selain itu juga menghasilkan kulit, tulang, urine, dan
kotoran. Kotoran merupakan salah satu masalah bagi para peternak. Di peternakan besar yang
memiliki ratusan ekor sapi, bila dibiarkan kotoran tersebut lama-kelamaan akan menggunung.
Bila tidak ditangani secara serius akan menimbulkan bau yang menyengat dan pencemaran
lingkungan.
Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan kotoran sebagai pupuk kompos.
Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna
yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan
sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu
ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak
dan mengatasi pencemaran lingkungan. Di tengah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk non
organik (kimia), pupuk kompos adalah alternatif yang paling baik. Selain banyaknya kotoran,
pembuatan pupuk kompos juga sangat mudah. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk
sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya
masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan
sebagai sumber pupuk. Dengan begitu keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya
harga pupuk non organik dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan
pemanfaatan pupuk kompos.
Kotoran sapi dapat dibuat menjadi beberapa jenis kompos yaitu curah, blok, granula
dan bokhasi. Kompos sebagai pupuk organik yang berbahan kotoran sapi mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai
prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi
ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan
dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur tanah dan
tanaman pertaniannya.
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah
organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan
yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) :
5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan
juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta
kotoran ayam 25 %.
Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4
bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi
agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing
pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan
ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai + 60%, kemudian
kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan
kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta
abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara
merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara
diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas
bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius
untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari
biji gulma.
top related