preplanning

15
PREPLANNING OPTIMALISASI PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DUSUN SITOYO DESA KEJI KECAMATAN UNGARAN BARAT A. Latar Belakang Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan. Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan menunjukkan kesan buruk karena sifat-sifatnya yang khas dan cenderung menurrunkan mutu, fungsi dan kemampuan lingkungan. Limbah ternak merupakan sisa pembuangan dari suatu proses kegiatan berternak dari segi estetika sangat kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat mengganggu. Dengan demikian secara langsung atau tidak langsung limbah menimbulkan ketidaknyamanan disekitarnya sebab pembuangan limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya pengelolaan yang maksimal

Upload: putri-saja

Post on 29-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Preplanning

PREPLANNING

OPTIMALISASI PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK

DUSUN SITOYO DESA KEJI

KECAMATAN UNGARAN BARAT

A. Latar Belakang

Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan

sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai

penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan

manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya

limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah

selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa

dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan.

Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan menunjukkan kesan buruk karena sifat-

sifatnya yang khas dan cenderung menurrunkan mutu, fungsi dan kemampuan lingkungan.

Limbah ternak merupakan sisa pembuangan dari suatu proses kegiatan berternak dari segi

estetika sangat kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat mengganggu. Dengan

demikian secara langsung atau tidak langsung limbah menimbulkan ketidaknyamanan

disekitarnya sebab pembuangan limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya

pengelolaan yang maksimal

Limbah ternak yang dibuang terus-menerus tanpa ada pengelolaan yang maksimal dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan. Oleh karenanya, orang cenderung

mengatakan telah terjadi pencemaran, yaitu suatu keadaan zat atau energi diintroduksikan ke

dalam lingkungan oleh suatu kegiatan manusia atau oleh proses alam dalam konsentrasi

sedemikian rupa sehingga menyebabkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula dalam arti

kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pada umunya limbah menimbulkan pencemaran.

Oleh karena itulah penggunaan limbah ternak sebagai bahan dasar pupuk organik merupakan

nilai tambah bagi petani, karena dengan penanganan tertentu maka limbah yang tadinya dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan, sekarang dapat dimanfaakan sebagai bahan dasar pupuk

organik.

Page 2: Preplanning

Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilaksanakan di Dusun Setoyo mengenai limbah

ternak di dapatkan hasil bahwa dari 37 warga yang memiliki ternak didapatkan data bahwa

pengetahuan warga tentang bahaya dari limbah ternak yang dekat dengan rumah 78% tidak

mengetahui tentang bahaya dari limbah ternak yang dekat dengan rumah, 22% mengetahui.

pengetahuan dalam pemanfaatan limbah ternak 94% tidak mengetahuan dalam pemanfaatan

limbah ternak, 6% mengetahuan dalam pemanfaatan limbah ternak. pengetahuan warga tentang

cara mengelola limbah ternak menjadi pupuk kandang 60% tidak mengetahui cara mengelola

limbah ternak menjadi pupuk kandang, 40% mengetahui cara mengelola limbah ternak menjadi

pupuk kandang.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan warga tentang

bahaya dari limbah ternak masih rendah, tingkat pengetahuan warga tentang cara mengelola

limbah ternak menjadi pupuk kandang masih rendah. Dari masalah tersebut dirumuskan

diagnosa “Resiko terjadinya peningkatan penyakit yang disebabkan limbah ternak berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang lingkungan sehat, serta adanya kondisi lingkungan yang

tidak sehat”. Untuk meminimalkan terjadinya masalah tersebut program perencanaan yang akan

dilakukan adalah mengadakan penyuluhan kesehatan tentang pengolahan limbah ternak.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengoptimalkan kebersihan lingkungan fisik dan pemanfaatan limbah ternak.

2. Tujuan Khusus

1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit disebabkan limbah ternak

2. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari limbah ternak bagi

kesehatan

3. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan cara mengolah limbah ternak dengan benar.

C. Sasaran

Sasaran kegiatan ini pada dasarnya meliputi seluruh masyarakat yang memiliki ternak

sebanyak 37 warga.

Page 3: Preplanning

D. Strategi Pelaksanaan

Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka mencapai tujuan mengoptimalkan

pengolahan limbah ternak adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit disebabkan limbah ternak, bahaya dari

limbah ternak bagi kesehatan melalui penyuluhan.

2. Meningkatkan kemampuan tentang cara mengolah limbah ternak dengan benar melalui

penyuluhan.

E. Pelaksanaan Kegiatan

Hari :

Tanggal : Oktober 2011

Jam : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Bp.Paidi (Kepala tani)

F. Setting Tempat

Keterangan :

1. Penyaji

2. Media

3. Peserta

4. Fasilitator

3 3

3 3 3

3

4

4 4

4

1 2

Page 4: Preplanning

G. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Penyuluh Sasaran Media Metode

Pembukaan

5 menit

1. Pemberian salam

2. Menjelaskan maksud dan

tujuan penyuluhan

Menjawab salam

Memperhatikan dan

mendengarkan

Penyajian

15 menit

1. Menjelaskan materi tentang

a. Menjelaskan tentang

penyakit disebabkan

limbah ternak

b. Menjelaskan tentang

bahaya dari limbah

ternak bagi kesehatan

c. Menjelaskan tentang

cara mengolah limbah

ternak

Mendengarkan dan

memperhatikan

Gambar Ceramah

Penutup

5 me

nit

1. evaluasi

a. Memberi kesempatan

kepada ibu untuk

bertanya

b. Memberikan

pertanyaan sesuai

materi yang disajikan

c. Menyimpulkan materi

2. Menutup materi dengan

salam

Bertanya

Menjawab

Menjawab salam

H. Alat dan Bahan

Page 5: Preplanning

Alat dan bahan yang digunakan yaitu:

a. Leaflet

b. LCD

I. Pengorganisasian dan Pembagian Tugas

1. Penanggung jawab: A.saronji.S.Kep,

Tugas :

Bertanggung jawab terhadap berjalannya penyuluhan

Menyampaikan tentang pendidikan kesehatan ASI Ekslusif.

2. Moderator : Fiki Wijayanti, S.Kep

Tugas :Mengatur jalannya acara

3. Notulen : Chunduk A, S.Kep

Tugas :Mencatat semua hasil dari diskusi

4. Fasilator : Fatmawati.S.Kep

Ananda Agus K, S.Kep

Ema Juwita Rahayu, S.Kep

Eka Romantis Purga, S.Kep

Evi Kurniawati, S.Kep

Hadi Rosyadi, S.Kep

Tugas :Memfasilitasi jalannya pendidikan kesehatan

J. Kriteria Hasil

1. Evaluasi Struktur

a. Ada pedoman kegiatan, materi dan referensi, nara sumber, pembicara dan alat.

b. Tersedia waktu untuk penyuluhan, dan bisa diterima oleh warga.

2. Evaluasi Proses

a. Optimalnya Terlaksananya program kerja peningkatan kemampuan peningkatan

pengetahuan tentang penyakit disebabkan limbah ternak, bahaya dari limbah ternak

bagi kesehatan dan kemampuan tentang cara mengolah limbah ternak dengan benar

3. Evaluasi Hasil

Page 6: Preplanning

Meningkatnya kemampuan pengetahuan dan ketrampilan warga tentang cara mengolah

limbah ternak dengan benar

K. Daftar pustaka

Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan.

Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor

Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat

Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor

Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan

Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

Jakarta.

Lampiran Materi

Page 7: Preplanning

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK

a. Penyakit disebabkan limbah ternak

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti

usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya.

Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,

embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain

(Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan

semakin meningkat.

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha,

tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan

limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak

ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang

dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging

sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).

Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan

dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa

pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat

(kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah

semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari

pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam

fase gas.

Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit,

misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora

anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung

spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang

Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).

Page 8: Preplanning

b. Bahaya dari limbah ternak bagi kesehatan

Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya

permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup

tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.

Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah

yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi,

maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu

dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman

masyarakatnya.

Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan

sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini

adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan

ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apppalagi di Indonesia, emisi metan

per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang

diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi

produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk

mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi

mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat

badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3

air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu

sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 %

merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat,

sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur

lalat.

Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran

yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang

paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000

mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di

lingkungan (3000 mg/m3)

Page 9: Preplanning

Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah

meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang

spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan

sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai

hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya

kehidupan biota air (Farida, 1978).

Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang

dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh

kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu

adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia.

c. Cara mengolah limbah ternak

Pada umumnya peternakan sapi bertujuan untuk menghasilkan menghasilkan daging

melalui proses pembesaran dan susu. Selain itu juga menghasilkan kulit, tulang, urine, dan

kotoran. Kotoran merupakan salah satu masalah bagi para peternak. Di peternakan besar yang

memiliki ratusan ekor sapi, bila dibiarkan kotoran tersebut lama-kelamaan akan menggunung.

Bila tidak ditangani secara serius akan menimbulkan bau yang menyengat dan pencemaran

lingkungan.

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan kotoran sebagai pupuk kompos.

Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna

yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan

sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu

ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak

dan mengatasi pencemaran lingkungan. Di tengah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk non

organik (kimia), pupuk kompos adalah alternatif yang paling baik. Selain banyaknya kotoran,

pembuatan pupuk kompos juga sangat mudah. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk

sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya

masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan

sebagai sumber pupuk. Dengan begitu keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya

harga pupuk non organik dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan

pemanfaatan pupuk kompos.

Page 10: Preplanning

Kotoran sapi dapat dibuat menjadi beberapa jenis kompos yaitu curah, blok, granula

dan bokhasi. Kompos sebagai pupuk organik yang berbahan kotoran sapi mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai

prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi

ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan

dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur tanah dan

tanaman pertaniannya.

Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah

organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan

yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) :

5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan

juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta

kotoran ayam 25 %.

Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4

bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi

agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing

pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan

ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai + 60%, kemudian

kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan

kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta

abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara

merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara

diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas

bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius

untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari

biji gulma.