potret kemiskinan di wilayah tomang
Post on 08-Feb-2016
61 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG
TUGAS MATAKULIAH : KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
DOSEN: RINALDI RUSTAM SE,ME
Disusun oleh:
ROGHIEBAH JADWA FARADISI 023050693
SILVIA NOVITASARI 022080256
GARINDRA LAKSIDA 022090093
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan petunjuk
kepada kami sehinggadapat menyelesaikan makalah yang berjudul “POTRET
KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG” pada mata kulliah Kemiskinan danPembangunan
Ekonomi dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sumiyarti, SE.
ME. selaku dosen pembimbing mata kuliah Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi.,
Sehingga kami selaku mahasiswa/i dapat sedikit demi sedikit memahami materi-materi yang
telah disampaikan secara bertahap mengikuti silabus yang telah disusun pada awal pertemuan
kuliah.
Akhirnya dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat kesalahan baik dari
segi penulisan kata maupun penggunaan istilah, untuk itu kritik dan sarannya sangat kami
harapkan dari pembaca guna perbaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta , Juni 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan akhir pembangunan nasional adalah “mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Karena ini merupakan sila terakhir pancasila, maka kita selalu
menekankan bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu merupakan upaya pengamalan
pancasila. Mengamalkan pancasila sebagai ideology bangsa berarti bahwa setiap sila harus
dapat kita amalkan yaitu: sila pertama dan kedua sebagai landasan moralnya, sila ketiga
dan sila keempat sebagai cara atau metode kerjanya, dan sila kelima sebagai tujuan akhir
dari pengamalannya.
Tidak diragukan bahwa pembangunan nasional kita dewasa ini memang masih
belum sampai pada tujuan akhir yaitu keadilan sosial, karena kemakmuran (nominal)
masyarakat yang meskipun rata-rata sudah meningkat 10-15 kali dalam periode hamper 30
tahun, belum dinikmati oleh semua orang secara benar-benar merata. Bahkan ada
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang besar antara mereka yang kaya, yang
sudah mampu menikmati kemakmuran dan kesejahteraan yang tinggi, dengan mereka
yang masih pada tahap rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata. Dan di bawah tingkat
pendapatan rata-rata ini masih cukup banyak warga bangsa kita yang hidup di bawah garis
kemiskinan.
Demokrasi ekonomi bukanlah sekedar cara mengatur sistem perekonomian tetapi
sekaligus pada tercapainya hasil akhir pelaksanaan sistem ekonomi (yang berdasar atas
asas) kekeluargaan. Artinya, pelaksanaan sistem ekonomi kekeluargaan yang bermoral
pancasila harus menghasilkan kemakmuran masyarakat seluruhnya secara merata. Inilah
yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang
makmur dan sekaligus pembagiannya merata (adil dan makmur).
Penilaian atas keberhasilan pembangunan nasional kita dapat dilakukan dengan
mengadakan penilaian atas keberhasilan pelaksanaan Trilogi Pembangunan yaitu
pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Namun pada kenyataannya
masalah-masalah seperti kemiskinan dan pengangguran atau kesempatan kerja belum
dapat di atasi dengan baik oleh pemerintah. Dalam undang-undang telah disebutkan bahwa
sistem perekonomian berdasar atas asas kekeluargaan, yang berarti bahwa sumber daya
alam yang merupakan“pokok-pokok kemakmuran rakyat” dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Banyak program-program yang
sudah dilakukan pemerintah namun masalah-masalah terutama masalah ekonomi belum
juga dapat teratasi dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami melakukan survey yang lebih mendalam
tentang keadaan sebenarnya di lapangan. Bagaimana kemiskinan ini dapat kita analisis,
dan dari segi apakah kemiskinan ini terjadi. Kami melakukan survey di daerah
permukiman padat penduduk yang dekat dengan kampus A Universitas Trisakti, tempat
kami menimba ilmu.
Wilayah Kelurahan Kalianyar merupakan kawasan atau wilayah yang cukup padat
penduduk dan terletak di pinggiran sungai.
Satu tahun yang lalu wilayah Setiakawan Ujung ini mengalami kebakaran dan banjir
yang disebabkan oleh konsleting listrik dan saluran yang tersendat oleh sampah, peristiwa
ini menghabiskan beberapa rumah di kawasan ini, sehingga semakin memperberat kondisi
perekonomian keluarga di sekitar kawasan Kelurahan Kalianyar – Jakarta Barat.
Daerah tujuan survey kami yaitu di Kelurahan Kalianyar, kecamatan Tambora, lebih
tepatnya di Jl. Kalianyar 9, di Wilayah Jakarta Barat.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian survey yang kami lakukan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang disurvey?
2. Apakah program pro-poor policy yang dicanankan pemerintah sudah dirasakan
dengan baik oleh masyarakat tersebut?
3. Apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika dilihat dari tingkat
keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang dihitung?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang
disurvey?
2. Untuk mengetahui sejauh mana program pro-poor policy yang dicanangkan
pemerintah sudah dirasakan dengan baik oleh masyarakat tersebut?
3. Untuk mengetahui apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika
dilihat dari tingkat keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang
dihitung?
BAB II
ISI
2.1. KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya
sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Adapun ciri-ciri kemiskinan pada umumnya adalah. Pertama pada umumya mereka tidak
memiliki faktor produksi seperti tanah modal ataupun keterampilan sehingga kemmpuan
untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka tidak memmiliki
kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga tingkat
poendidikan rendah waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan
pendapatan penghasilan. Keempat kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima
mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan
yang memadai.
B.JENIS-JENIS KEMISKINAN DAN DEFINISINYA
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada
gariskemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan
relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan
disebut kemiskinan absolut
• Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi
pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari
distribusi yang dimaksud.
• Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan
minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
C.PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut
sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan. Adapun faktor-
faktor penyebab kemiskinan yaitu:
• Tingkat dan laju pertumbuhan output
• Tingkat upah neto
• Distribusi pendapatan
• Kesempatan kerja
• Tingkat inflasi
• Pajak dan subsidi
• Investasi
• Alokasi serta kualitas SDA
• Ketersediaan fasilitas umum
• Penggunaan teknologi
• Tingkat dan jenis pendidikan
• Kondisi fisik dan alam
• Politik
• Bencana alam
• Peperangan
D. DAMPAK DARI KEMISKINAN TERHADAP MASYARAKAT
Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dan sangat rendah
Ini berarti dengan adanya tingkat kemiskinan yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang
tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
2. Tingkat kematian meningkat
Ini dimaksudkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang mengalami kematian akibat
kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan
yang di alami.
3. Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli
kebutuhan akan makanan yang mereka makan sehari-hari
4. Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebabkan masyarakat
Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak
memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan
5. Tingkat kejahatan meningkat
Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan cara-cara
kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan
ketermpilan yang cukup.
E. KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan
bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.
Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:
1. Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan
2. Pemerintahan yang baik (good governance)
3. Pembangunan sosial
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai
dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu:
a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi
pedesaan
b. Intervensi jangka menengah dan panjang seperti:
- Pembangunan sektor swasta
- Kerjasama regional
- APBN dan administrasi
- Desentralisasi
- Pendidikan dan Kesehatan
- Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan
Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK),
karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan.Selama Maret 2011-Maret 2012, Garis Kemiskinan naik
sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp 355.480 per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp
379.052 per kapita per bulan pada Maret 2012.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin,
dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan
kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan.Pada periode Maret 2011-Maret 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan
turun dari 0,60 pada keadaan Maret 2011 menjadi 0,50 pada keadaaan Maret 2012. Demikian
pula Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,15 menjadi 0,13 pada periode yang sama
(Tabel 2). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung
persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-
Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan
daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan
dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging,
telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).
Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-
Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012
adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2012. Jumlah sampel
Susenas Maret 2012 di DKI Jakarta sebanyak 1.300 rumah tangga sehingga data kemiskinan
dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil
survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk
memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
KERANGKA ANALISA
2.2. HASIL PENELITIAN
2.2.1. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
Pendapatan / Hari Jumlah Pengeluaran / Hari Jumlah
Rp 10.000 – Rp 20.000 4 KK Rp 10.000 – Rp 20.000 17 KK
Rp 21.000 – Rp 30.000 3 KK Rp 21.000 – Rp 30.000 6 KK
Rp 31.000 – Rp 40.000 1 KK Rp 31.000 – Rp 40.000 7 KK
Rp. 41.0000 – Rp 50.000 8 KK Rp. 41.0000 – Rp 50.000 4 KK
> Rp 51.000 4 KK > Rp 51.000 6 KK
2.2.2. TINGKAT PENDAPATAN PER HARI
10%
10% 10%
38%32%
Rp. 10.000 - Rp. 20.000
Rp. 21.000 - Rp. 30.000
Rp. 31.000 - Rp. 40.000
Rp. 41.000 - Rp. 50.000
> Rp. 51.000
2.2.3.TINGKAT KETERGANTUNGAN
No Jumlah
Anggota
Keluarga
Jumlah
Anggota Kel.
bekerja
Jumlah Anak yg
Masih Bersekolah
Pendapatan Per
Hari
Pendapatan
perhari setiap
orang dalam satu
keluarga
1 4 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500
2 5 orang 1 orang 1 orang Rp. 20.000 Rp. 4.000
3 2 orang 1 orang 2 orang Rp. 47.000 Rp. 23.500
4 5 orang 2 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000
5 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 30.000 Rp. 10.000
6 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000
7 1 orang 1 orang 0 Rp. 15.000 Rp. 15.000
8 2 orang 1 orang 0 Rp. 20.000 Rp. 10.000
9 3 orang 2 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 16.666
10 2 orang 1 orang 2 orang Rp. 20.000 Rp. 10.000
11 4 orang 2 orang 2 orang Rp. 60.000 Rp. 15.000
12 3 orang 1 orang 1 orang Rp. 25.000 Rp. 8.333
13 2 orang 1 orang 1 orang Rp. 55.000 Rp. 27.500
14 3 orang 2 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 16.666
15 4 orang 2 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500
16 6 orang 2 orang 2 orang Rp. 60.000 Rp. 10.000
17 6 orang 2 orang 3 orang Rp. 60.000 Rp. 10.000
18 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000
19 6 orang 1 orang 4 orang Rp. 50.000 Rp. 8.333
20 3 orang 3 orang 1 orang Rp. 30.000 Rp. 10.000
21 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 75.000 Rp. 25.000
22 4 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500
23 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 80.000 Rp. 16.000
24 6 orang 1 orang 2 orang Rp. 150.000 Rp. 25.000
25 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000
26 6 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 8.333
27 2 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 25.000
28 4 orang 1 orang 0 Rp. 50.000 Rp. 12.500
29 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 55.000 Rp. 11.000
30 3 orang 1 orang 1 orang Rp. 60.000 Rp. 20.000
31 4 orang 1 orang 2 orang Rp. 55.000 Rp. 13.750
32 4 orang 1 orang 3 orang Rp. 40.000 Rp. 10.000
33 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 26.000 Rp. 8.666
34 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000
35 4 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500
36 4 orang 2 orang 2 orang Rp. 70.000 Rp. 35.000
37 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000
38 1 orang 1 orang 0 Rp. 50.000 Rp. 50.000
39 5 orang 2 orang 1 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000
40 3 orang 2 orang 1 orang Rp. 60.000 Rp. 20.000
2.2.4. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
Nojml anggota jml anggota
PekerjaanPendapatan / Pengeluaran / Hari Makan /
Keluarga Kel. Bekerja Hari Makan Non Makanan Hari
1 4 orang 1 orang Pengisi ATM Rp. 50.000Rp.
30.000 Rp. 25.000 2x
2 5 orang 1 orang Dagang Nasi Uduk Rp. 20.000Rp.
30.000 Rp. 15.000 2x
3 2 orang 1 orang Tukang Parkir Rp. 47.000Rp.
30.000 Rp. 20.000 2x
4 5 orang 2 orang SPG, Supir Bajaj Rp. 50.000Rp.
40.000 0 2x
5 3 orang 1 orang Tukang Parkir Rp. 30.000Rp.
50.000 0 3x
6 5 orang 1 orang Supir Bajaj Rp. 50.000Rp.
30.000 Rp. 10.000 2x
7 1 orang 1 orang Tukang cuci Rp. 15.000Rp.
10.000 0 1x
8 2 orang 1 orang Pemulung Rp. 20.000Rp.
40.000 0 2x
9 3 orang 2 orang SPG, Tukang parkir Rp. 50.000Rp.
20.000 0 2x
10 2 orang 1 orang Pembantu Rp. 20.000Rp.
10.000 0 2x
11 4 orang 2 orang Karyawan, dagang Rp. 60.000Rp.
30.000 0 3x
12 3 orang 1 orang Supir Rp. 25.000Rp.
15.000 0 2x
13 2 orang 1 orang Guru Rp. 55.000Rp.
25.000 Rp. 15.000 2x
14 3 orang 2 orang Tukang Parkir, supir Rp. 50.000Rp.
30.000 0 2x
15 4 orang 2 orang Supir Bajaj, Pedagang Rp. 50.000Rp.
30.000 0 3X
16 6 orang 3 orang SPG, Dagang, supir Rp. 60.000Rp.
50.000 Rp. 20.000 2x
17 6 orang 2 orang Bengkel, Supir Rp. 60.000Rp.
40.000 Rp. 20.000 3x
18 5 orang 1 orang Penjaga Counter Rp. 40.000Rp.
20.000 0 2x
19 6 orang 1 orang Pegawai Pabrik Rp. 50.000Rp.
40.000 Rp. 25.000 2x
20 3 orang 1 orang Office boy Rp. 30.000Rp.
10.000 0 2x
21 3 orang 1 orang Pedagang Rp.75.000 Rp. 25.000 0 2x
22 4 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 50.000 Rp. 12.500 10.000 2x
23 5 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 80.000 RP. 16.000 15.000 2x
24 6 orang 1 orang Pedagang Rp. 150.000 Rp. 25.000 20.000 3x
25 5 orang 1 orang Berdagang Rp. 50.000 Rp. 10.000 0 2x
26 6 orang 1 orang Buruh Bangunan Rp. 50.000 Rp. 15.000 Rp. 8.500 2x
27 2 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 50.000 Rp. 25.000 Rp.10.000 3x
28 4 orang 1 orang Berdagang Rp. 50.000 Rp. 12.500 0 2x
29 5 orang 1 orang Tukang Sampah Rp 55.000 Rp. 11.000 0 2x
30 3 orang 1 orang Tukang Sampu Jalan Rp. 60.000 Rp. 30.000 10.000 2x
31 4 orang 1 orang Tukang Sampah Rp. 55.000 Rp. 13.750 0 2x
32 4 orang 1 orang Tukang Sapu Jalan Rp. 40.000 Rp. 10.000 Rp. 10.000 2x
33 3 orang 1 orang Pegawai Rp. 26.000 Rp. 8.700 0 2x
34 5 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 40.000 Rp. 8.000 0 2x
35 4 orang 1 orang Buruh Cuci Rp. 50.000 Rp. 12.500 0 2x
36 4 orang 2 orang Pelayan Toko,
Pegawai
Rp. 70.000 Rp. 17.500 0 2x
37 5 orang 1 orang Tukang Ojek Rp. 50.000 Rp. 10.000 Rp. 5.000 2x
38 1 orang 1 orang Tukang Ojek Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 10.000 3x
39 5 orang 1 orang Supir Bajai Rp. 40.000 Rp. 8.000 0 2x
40 3 orang 1 orang Buruh Bangunan Rp. 60.000 Rp. 20.000 0 3x
2.2.5. ASPEK TEMPAT TINGGAL
Permanen Semi Permanen Non Permanen0
5
10
15
20
25
• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah permanen tersebut
adalah milik sendiri.
• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah semi permanen
tersebut adalah mengontrak.
• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah non permanen
tersebut adalah mengontrak.
2.2.6.KEPEMILIKAN ASET RUMAH TANGGA
radio tape recorder
TV sepeda sepeda motor
05
101520253035
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN MCK
52%48%
Punya
Tidak Punya
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN SUMBER AIR BERSIH
Pam/Ledeng Hidran Umum Beli0
5
10
15
20
25
30
Sumber Air Bersih
2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN TEMPAT SAMPAH
Masyarakat seluruhnya sudah memiliki tempat pembuangan sampah
sementara untuk limbah rumah tangga mereka, meskipun hanya tempat sampah yang
terbuat dari ember pelastik atau sejenisnya.
2.2.8.ASPEK KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam satu bulan terakhir ini, 22 orang dari 40 orang responen kami mengeluh
memiliki penyakit. Penyakit yang mereka keluhkan merupakan penyakit seperti
demam, influenza, pusing, dan lainnya yang tergolong penyakit ringan
2.2.9.CARA PENANGANAN PENYAKIT
3%27%
20%
50%
Berobat Ke DokterBerobat Ke PuskesmasBerobat Ke BidanBeli Obat Di Warung
2.2.10. KEPEMILIKAN KARTU ASKESKIN / JAMKESKIN
40%60%
PUNYA
TIDAK PUNYA
2.2.11.ASPEK PENDIDIKAN
0.77
0.23
Masih Bersekolah
Tidak Bersekolah
2.2.12.PENDIDIKAN TERTINGGI KEPALA KELUARGA
5%
18%
12%
30%
30%
TIDAK SEKOLAH
TIDAK TAMAT SD
TAMAT SD
TAMAT SMP
TAMAT SMA
TAMAT PT
2.2.13.PEMBAGIAN DANA BOS
Menerima Dana BOS
Tidak Menerima Dana BOS
0
5
10
15
20
25
30
35
2.2.14.KEMAMPUAN MEMBAYAR IURAN SEKOLAH
18%
82%
Memberatkan
Tidak Memberatkan
A. DOKUMENTASI PENELITIAN
\
PERHITUNGAN P0, P1, P2
No Pendapatan Per Hari Po (z-y)/z ((z-y0/z)^2 poor bdskn askes poor bdskn kepemilikan rumah
1 Rp. 50.000 non null null non poor
2 Rp. 20.000 non null null poor poor
3 Rp. 47.000 non null null non poor
4 Rp. 50.000 non null null non poor
5 Rp. 30.000 non null null poor poor
6 Rp. 50.000 non null null non non
7 Rp. 15.000 non null null poor poor
8 Rp. 20.000 non null null poor poor
9 Rp. 50.000 non null null non poor
10 Rp. 20.000 non null null poor poor
11 Rp. 60.000 non null null non non
12 Rp. 25.000 non null null poor poor
13 Rp. 55.000 non null null non non
14 Rp. 50.000 non null null non poor
15 Rp. 50.000 non null null non poor
16 Rp. 60.000 non null null non non
17 Rp. 60.000 non null null non non
18 Rp. 40.000 non null null poor poor
19 Rp. 50.000 non null null non poor
20 Rp. 30.000 non null null poor poor
P0 = 0
P1 = 0
P2 = 0
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan
kemiskinan tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju
juga mempunyai masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit,
walaupun fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih
besar dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya
masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti : kapital,
teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan
alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi
karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat
tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga
mereka tetap miskin.
Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap
kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan
ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan
mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai
(misalnya etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena
membudayakan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya
mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru.
Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak
disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah
pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi
miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak
memiliki cukup modal.
Warga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora tidak tergolong dalam
masyarakat miskin secara absolut karena pendapatan perkapita mereka diatas Garis
Kemiskinan tahun 2012 sebesar Rp 392.571,00. Akan tetapi, secara relatif, masyarakat
Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora, tergolong masyarakat miskin karena kepemilikan
asset dan akses pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai.
Program Pro-poor policy pun sudah banyak dirasakan oleh banyak warga, walaupun
ada yang tidak merasakannya, khususnya pembagian dana BOS juga tidak merata, karena
kurangnya sosialisasi oleh pejabat setempat. Dilihat dari perhitungan P0,P1, dan P2 yang
terlihat, yakni NOL, maka program pengentasan kemiskinan di daerah ini tidak terlalu
dibutuhkan usaha yang sangat keras, karena dapat diatasi dengan perbaikan sedikit demi
sedikit dan berkesinambungan untuk meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana umum di
wilayah tersebut.
SARAN
Warga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora yang tergolong miskin
secara relatif hendaknya diperhatikan oleh pemerintah, terutama dalam hal pendidikan,
penanganan kesehatan dan sarana umum lainnya. Warganya pun sebaiknya diberdayakan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar memiliki ketrampilan untuk
digunakan dalam mencari penghidupan yang lebih layak.
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di
dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau harus meningkatkan kualitas
SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah
standar global.
top related