portofolio apendisitis
Post on 21-Jan-2016
112 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Topik : Appendisitis Infiltrat
Tanggal Kasus :
Presenter : dr. Zuhri Dirgantoro Pendamping : dr. Retno
Tempat : RSD Kol. Abundjani Bangko
Obyektif Presentasi :
Deskripsi : An. B, pria 14 tahun, nyeri perut kanan bawah, demam, mual, muntah,
leukositosis, LED meningkat
Tujuan : Melakukan evaluasi untuk dilakukan tindakan pembedahan, mencegah komplikasi
Bahan Bahasan :
Cara Membahas :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
IstimewaMasalahManajemenDiagnostik
BumilLansiaDewasa
RemajaAnakBayiNeonatus
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus Audit
Diskusi Presentasi dan Diskusi
Email Pos
Data Pasien : Nama : An. B No.Reg :
Nama Klinik : Telp : Terdaftar Sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Apendisitis infiltrat, nyeri perut kanan bawah, teraba massa pada perut kanan bawah.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien sempat berobat ke dokter 24 jam dan dirujuk ke RS untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Riwayat PJB : disangkal Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal Riwayat Asma : disangkal Riwayat Alergi : disangkal Riwayat Operasi : disangkal Riwayat keluhan yang sama : disangkal
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada yang pernah mengalami kondisi seperti pasien.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien mengaku aktivitasnya sehari-hari sebagai seorang pelajar.
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Appendisitis. Diunduh dari: www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-
Karakteristik%20pasien-Literatur.pdf.
2. Craig Sandy, Lober Williams. Appendicitis Acute. Diunduh dari: www.emedicine.com.
3. Katz S Michael, Tucker Jeffry. Appendicitis. Diunduh dari: www.emedicine.com.
4. Sjamsuhidajat R, deJong W. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi revisi.tahun 1997, hal: 865-75
5. Reksoprodjo Soelarto. Buku Ajar Ilmu Bedah FKUI. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.
Hal: 109-111.
6. Appendicitis. Diunduh dari: www.medscape_reference.com.
7. Appendicitis. Diunduh dari: www.digestive.niddk.nih.gov.
8. Appendectomy. Diunduh dari: www.appendicitisreview.com/open-appendectomy-for-
appendicitis.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui tentang penyebab, diagnosis, manifestasi klinis, diagnosis banding dan
patofisiologi Apendisitis Infiltrat
2. Mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi Apendisitis Infiltrat
3. Edukasi tentang penyakit ke pasien dan keluarga
4. Motivasi untuk dilakukan tindakan operasi
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif :
a. Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan :
Demam, mual, muntah, makan tidak mau, tidak BAB 2 hari SMRS, lemas, pucat
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSD Kolonel Abundjani Bangko dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri awalnya dirasakan pada
uluhati kemudian berpindah pada perut bagian kanan bawah. Nyeri dirasakan semakin
bertambah. Keluhan juga disertai dengan demam, mual dan muntah. Pasien juga tidak
mau makan, lemas dan pucat. Pasien juga mengeluh sudah 2 hari tidak BAB. BAK
tidak ada keluhan. Pasien berobat ke dokter 24 jam kemudian dirujuk ke RS.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 38,5 °c
Berat Badan : 33 Kg
Tinggi Badan : 130 cm
IMT : 19,5
Gizi : normal
Kepala : dalam batas normal
Mata : Edema palpebra (-/-), Conjuntiva Anemic (-/-), Sklera Ikteric (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+), pergerakan mata kesegala arah baik.
Telinga, hidung, tenggorokan : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : I : Datar, warna kulit sama dengan sekitar.
P : Lemas, nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney (+), Defans
muskular (-), Rovsing Sign (+).
P : Timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok (+) di regio sekitar umbilikus
dan regio kanan bawah.
A : Bising usus (+) normal
Pemeriksaan Khusus : Psoas sign (+), Obturator Sign (+).
Genital : tidak diperiksa
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-).
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil laboratorium
Hb : 11,8 g/dl
Ht : 34 %
Trombosit : 150.000/uL
Leukosit : 14.000/uL
LED : 30
Urinalisa :
- Protein : (-)
- Reduksi : (-)
- Urobilin : (-)
- Urobilinogen : (-)
- Bilirubin : (-)
- Sedimen :
- Eritrosit : 0-1 sel/lpb
- Leukosit : 1-2 sel/lpb
3. Assessment (Penalaran Klinis) :
Definisi :
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Menurut
penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat yang
akan mengakibatkan konstipasi dan dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks
dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
Epidemiologi :
Apendisitis merupakan kedaruratan bedah paling sering di Negara-negara
Barat. Namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara
bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat
dalam menu sehari-hari. Apedisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada
anak kurang dari 2 tahun jarang dilaporkan. Apendisitis paling sering dijumpai pada
usia 20-30 tahun, setelah umur 30 tahun insiden apendisitis mengalami penurunan
jumlah. Insidens pada laki-laki2 dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada
umur 20-30 tahun, insidens laki-laki lebih sering. Penyakit ini jarang ditemukan pada
usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang
berbeda pada usia tersebut.
Etiologi :
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses
radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya
Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang
menyumbat.2-4 Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.4 Ulserasi mukosa merupakan
tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya : 2
a. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang
disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,
65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan ruptur.2
b. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.2
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.2
d. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.2
Patofisiologi :
Obstruksi lumen Appendiks adalah titik awal munculnya gangren atau
perforasi appendisitis.2 Pada beberapa kasus appendisitis yang dini lumen appendiks
masih utuh walaupun sudah ada inflamasi mukosa dan hiperplasia limfoid.2,3
Agen infeksi akan mengawali respon inflamasi pada lumen appendiks yang
sempit sehingga timbul obstruksi luminal. Obstruksi dengan sekresi mukosa yang
terus menerus dan eksudat inflamasi akan meningkatkan tekanan intraluminal, ini
akan menghambat aliran limfa.2
Mukosa dari appendiks mempunyai sifat khusus dimana ia masih dapat
menghasilkan sekresi pada tekanan yang tinggi sehingga distensi dari lumen akan
terus meningkat. Distensi ini akan merangsang ujung saraf viseral yang mensarafi
appendiks sehingga muncul nyeri. Nyeri awalnya dirasakan pada umbilikal dan
kwadran bawah epigastrium dengan nyerinya yang tumpul dan difus. Nyeri ini
dirasakan pada umbilikal karena persarafan appendiks berasal dari Thorakal 10 yang
lokasinya pada umbilikal. Maka nyeri pada umbilikal merupakan suatu Reffered
Pain.2,3
Distensi dari appendiks juga akan meningkatkan peristalsis usus sehingga
menimbulkan nyeri kolik. Distensi appendiks dengan mukus ini dikenali dengan
Mucocele Appendiks. Selain faktor-faktor ini kuman komensal dalam appendiks yang
bermultiplikasi juga akan meningkatkan distensi dari appendiks. Pada kondisi ini
resolusi dapat terjadi dengan spontan atau dengan antibiotik. Apabila penyakitnya
berlanjut, distensi appendiks yang semakin bertambah ini akan menyebabkan
obstruksi vena dan iskemia pada dinding appendiks.2,3
Tekanan dalam lumen yang semakin meningkat akan meningkatkan tekanan
vena dan menyebabkan oklusi venula dan kapiler, tetapi aliran arteriol tidak terganggu
sehingga akan menimbulkan kongesti vaskular appendiks. Kongesti ini akan
menimbulkan refleks nausea dan muntah diikuti dengan nyeri viseral ynag semakin
meningkat.3
Selanjutnya apabila serosa dari appendiks mulai terganggu ,diikuti dengan
kehadiran Muscularis Hiatus dan peritonitis lokal, akan menimbulkan gejala nyeri alih
ke kuadran kanan bawah. Bila invasi dari bakteri bertambah dalam, akan muncul
gejala-gejala demam, takikardia dan leukositosis akibat absorbsi toxin bakteri dan
produk dari jaringan yang mati.3
Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat dikwatirkan pada appendisitis
akut. Peritonitis terjadi akibat migrasi bebas bakteri melalui dinding appendiks yang
iskemik, perforasi gangren appendiks atau melalui abses appendiks yang lanjut.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya peritonitis adalah usia lanjut,
immunosupresi, diabetes mellitus, obstruksi fecalit pada lumen appendiks, pelvic
appendic dan riwayat operasi abdomen, karena ini mengurangi kemampuan omentum
untuk menutupi penyebaran kontaminan peritonitis. Pasien dengan faktor-faktor di
atas lebih mudah mengalami perburukan klinis yang berakhir dengan peritonitis
diffuse dan Sindroma Septik Sistemik.3
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai
mengalami eksaserbasi akut.4 Adapun Tahapan peradangan apendiks:2
a. Apendisitis Akut Katarhalis
Bila terjadi obstruksi, sekresi mukosa menumpuk dalam lumen apendiks, terjadi
peninggian tekanan dalam lumen, tekanan ini mengganggu aliran limfe, mukosa
apendiks jadi menebal, edem dan kemerahan. Pada apendiks edema mukosa ini
mulai terlihat dengan adanya luka-luka kecil pada mukosa.2
b. Apendisitis Akut Purulenta
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah yang disertai edema, menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan thrombus.
Hal ini akan memperberat iskemik dan edema pada apendiks. Bakteri yang dalam
normal terdapat di daerah ini berinvasi ke dalam dinding, menimbulkan infeksi
serosa, sehingga serosa jadi suram, karena dilapisi eksudat dan fibrin. Karena
infeksi akan terbentuk nanah terjadi peritonitis lokal.2
c. Apendisitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu
terutama bagian ante mesentrial yang peredarannya paling minimal, hingga
terjadi infrak dan ganggren.2
d. Apendisitis Perforata
Bila apendiks yang sudah ganggren itu pecah, terjadilah perofasi.2
e. Apendisitis Infiltrat yang Fixed
Perforasi yang terjadi pada daerah ganggren sehingga nanah dan produksi infeksi
mengalir ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis generalisata serta
abses sekunder. Bila mekanisme pertahanan tubuh cukup baik, tubuh berusaha
melokalisir tempat infeksi tersebut dengan cara membentuk “walling off” oleh
omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum, yaitu membentuk gumpalan
masa phlegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan ini
tubuh berhasil melokalisir daerah infeksi secara sempurna.2
f. Apendisitis Abses
Bila masa lokal yang terbentuk berisi nanah.2
g. Apendsitis Kronis
Jika apendisitis infiltrat menyembuh dengan adanya gejala hilang timbul.2
Manifetasi Klinis :
Secara klasik, apendisitis memberikan manifestasi klinis seperti:1
a. Nyeri pada periumbilical kemudian menyebar ke kuadran kanan bawah. Nyeri
bersifat viseral, berasal dari kontraksi apendiks atau distensi dari lumen. Biasanya
disertai dengan adanya rasa ingin defekasi atau flatus. Nyeri biasanya ringan,
seringkali disertai kejang dan jarang menjadi permasalahan. Jika inflamasi telah
menyebar di permukaan peritonium parietal, nyeri menjadi somatik, berlokasi di
kuadran kanan bawah. Gejala ini ditemukan pada 80% kasus. Biasanya pasien
berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta mengangkat lututnya untuk
mengurangi pergerakan dan menghindari nyeri yang semakin parah.1
b. Anoreksia sering terjadi. Mual dan muntah terjadi pada 50-50% kasus.1
c. Abdominal tenderness, khususnya pada regio appendiks. Sebanyak 96% terdapat
pada kuadran kanan bawah akan tetapi ini merupakan gejala nonspesifik. Nyeri
pada kuadran kiri bawah ditemukan pada pasien dengan situs inversus atau yang
memiliki apendiks panjang. Gejala ini tidak ditemukan apabila terdapat apendiks
retrosekal atau apendiks pelvis, dimana pada pemeriksaan fisiknya terdapat
tenderness pada panggul atau rectal atau pelvis. Kekakuan dan tenderness dapat
menjadi tanda adanya perforasi dan peritonitis terlokasir atau difus.1
d. Demam ringan, dimana temperatur tubuh berkisar antara 37,5-38,5oC tetapi suhu
diatas 38,5oC menandakan adanya perforasi.1
e. Peningkatan jumlah leukosit. Leukosit lebih dari 20.000 sel/µL menandakan
adanya perforasi.1
Diagnosis Banding
a. Gastroenteritis
Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan
terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang
menonjol dibandingkan apendisitis akut. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya
didapatkan hasil normal.4
b. Limfedenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,
terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama
kanan.4
c. Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil positif
untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat.4
d. Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya
lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi
panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis
dapat dilakukan pemeriksaan melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding.
Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.4
e. Gangguan alat kelamin perempuan
Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang
dalam waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari,
pada anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.4
f. Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak
menentu. Jika ada ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai
pendarahan maka akan timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi
syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan rongga Douglas didapatkan pada
pemeriksaan vaginal dan pada kuldosintesis didapatkan darah.4
g. Intussusception
Apendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan hampir seluruh
Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.7
h. Ulkus Peptikum yang Perforasi
Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap
turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).7
i. Batu Ureter
Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis
retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau
demam atau leukosotosis. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.2,7
Penatalaksanaan :
Apendektomi langsung dilakukan ketika diagnosis apendisitis ditegakkan.
Antibiotik biasanya diberikan juga segera setelah diagnosis ditegakkan. Apendektomi
harus dilengkapi dengan pemberian antibiotik intravena. Pemberian antibiotik
terutama pada apendisitis perforasi dan diteruskan hinga suhu tubuh dan hitung
jenisnya sudah kembali normal. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan angka
kematian.1,8
Beberapa pasien yang mengalami inflamasi dan infeksi ringan serta
terlokalisasi pada daerah yang kecil, tubuhnya dapat menyelesaikan inflamasi
tersebut. Pasien seperi ini tidakterlalu sakit dan mengalami kemajuan setelah beberapa
hari observasi. Apendisitis ini disebut apendisitis terbatas dan dapat ditata laksana
dengan antibiotik saja. Apendiks dapat diangkat segera atau beberapa saat setelahnya.1
Jika tata laksana terlambat dan rupture telah terjadi untuk beberapa hari bahkan
beberapa minggu, abses biasanya telah terbentuk dan perforasi dapat sudah menutup.
Jika abses kecil, dapat ditatalaksana dengan antibiotik, tetapi biasanya abses
memerlukan drainase. Tabung kecil dari plastik atau karet dimasukkan lewat kulit ke
dalam abses dengan bantuan USG atau CT yang menunjukan lokasi abses. Tabung
tersebut mengeluarkan pus ke luar tubuh. Apendiks dapat diangkat beberapa minggu
atau bulan setelah abses dikeluarkan. Ini disebut interval apendektomi dan dilakuakan
untuk mencegah serangan apendisitis berikutnya.1
Insisi sepanjang 2-3 inchi dibuat pada kulit dan lapisan dinding perut diatas
area apendiks yaitu pada kuadran kanan bawah abdomen. Setelah insisi dibuat ahli
bedah akan melihat daerah sekitar apendiks, apakah ada masalah lain selain
apendisitis, ika tidak ada, apendiks akan diangkat. Pengangkatan apendiks dilakukan
dengan melepaskan apendiks dari perlekatannya dengan mesenterium abdomen dan
kolon, menggunting apendiks dari klon, dan menjahit lubang pada kolon tempat
apendiks sebelumnya. Jika ada pus, pus akan didrainase. Insisi tersebut lalu dijahit
dan ditutup.1,8
Teknik terbaru yang dapat dilakukan pada pengangkatan apendiks adalah
dengan laparoskopi. Laparoskopi adalah rosedur pembedahan dengan fiberoptik yang
dimasukkan ke dalam abdomen melalui insisikecilyang dibuat pada dinding abdomen.
Laparoskopi dapat dilakukan untuk melihat langsung apendiks, serta organ abdomen
lain dan pelvis. Jika apendisitis ditemukan, apendiks dapat langsung diangkat melalui
insisi kecil tersebut. Laparoskopi dilakukan dengan anestesi general. Keuntungannya
setelah operasi, nyerinya aka lebih sedikit karena insisinya lebih kecil serta pasien
dapat kembali beraktivitas lebih cepat. Keuntungan lain adalah denan laparoskopi ini
ahli bedah dapat melihat abdomen trlebih dahulu jika diagnosis apendisitis diragukan.
Sebagai contoh, pada wanita yang menstruasi dengan rupture kista ovarium yang
gejalanya mirip apendisitis.1,8
Jika apendiks tidak ruptur, pasien dapat pulang dalam 1-2 hari, jika terdapat
perforasi, perawatan dapat berlangung selama 4-7 hari, terutama jika terjadi
peritonitis. Antibiotik intravena dapat diberikan untuk mengobati infeksi dan
membantu penyembuhan abses.1
Jika saat pembedahan, dokter menemukan apendiks yan terlihat normal, dan tidak ada
penyebab lain dari masalah pasien, lebih baik mengangkat apendiks yang terlihat
normal tersebut daripada melewatkan apendisitis yang awal atau kasus apendisitis
yang ringan.1
Komplikasi Apendisitis
a. Perforasi
Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen apendisitis akut.
Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3
0C). Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi
yang dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun,
ditemukan 50 % nya telah mengalami perforasi. Akibat perforasi ini sangat
bervariasi mulai dari peritonitis umum, sampai hanya berupa abses kecil yang
tidak akan mempengaruhi manifestasi kliniknya.2,4
b. Peritonitis
Peritonitis lokal dapat disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis
umum dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata. Bertambahnya nyeri dan
kekakuan otot, ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada
pasien apendisitis dengan perforasi.2,4
c. Apendikal abses (massa apendikal)
Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh
omentum dan viseral yang berdekatan. Manifestasi kliniknya sarna dengan
apendisitis biasa disertai dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah.
Pemeriksaan USG dan CT scan bermanfaat untuk menegakan diagnosis.2,4
d. Pielofleblitis
Pielofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena
portal. Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat
ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi ini.
Pemeriksaan untuk menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling
baik adalah CT scan.2,4
Pada beberapa keadaan apendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak
ditangani pada waktunya dan terjadi kornplikasi misalnya:2
a. Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau makan, tidak bisa
melukiskan nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi muntah-
muntah, lemah dan letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis
diketahui setelah terjadi komplikasi.2
b. Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut mual dan
muntah. Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual muntah. Pada
kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga
keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan.2
c. Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat
diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami
perforasi.2
Prognosis :
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi apabila apendiks
tidak diangkat.
Plan :
Diagnosis : Apendisitis Infiltrat
Pengobatan :
Non-Farmakologi :
Diet bubur, makanan tidak berserat
Farmakologi :
Ceftazidime inj. 2 x 500 mg
Metronidazol infus 2 x 250 mg
Ketorolac inj. 3 x 10 mg
Ranitidin inj. 2 x ½ amp
Dilakukan evaluasi selama 2-3 hari jika peradangan sudah tenang dilakukan
operasi apendektomi.
Pendidikan : dilakukan kepada pasien dan keluargannya untuk membantu
proses penyembuhan dan pemulihan. Pemberian edukasi untuk dilakukan
evaluasi dengan pemberian obat terlebih dahulu selama 2-3 hari jika tanda
peradangan sudah tenang dilakukan operasi apendektomi.
Konsultasi : dilakukan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter
spesialis bedah.
top related