pikiran rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/...merupakan usaha kaki lima dalam...

Post on 14-Jul-2019

217 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyato Senin o Selasa

4 520

o Mar

6 721 22OAp~OMe;

8 9 10 11 12 13 14 1523 24 @ 26 27 28 29 30 31oJ~-;;-0-~/-0z: 0 '-Se-p-O::::::-O-k-t ---::O=--No-v-O-::-'D-e-s - L

2 317 18 19OJan .Peb

o Rabu o Kamis • Jumat 0 Sabtu 0 Minggu

PKL., ""Underground Economyang Positif

Oleh M. ANTON ATHOILLAH

M EMBACA tulisanAsep Sumaryanaberjudul "PKL Gasi-

bu dan Kesempatan Berusaha"(Pikiran Rakyat, 23/2/2011)perlu kita apresiasi dandiskusikan lebih lanjut karenatumbuh subumya PKL (peda-gang kreatif lapangan)--me-minjam istilah Menteri Perda-gangan Mari Elka Pangestu--diGasibu tidak hanya menjadiujung pangkal kemacetan yangsemakin semrawut di kotakembang. Akan tetapi, harus

, kita maknai menjamumya PKLdi kawasan pusat perkotaanibarat pepatah ada gula ada se-mut. Ini menunjukkan belumoptimalnya pemerintah dalammenyediakan lapangan kerja,mengentaskan kemiskinan,mengayomi keadaanmasyarakat kecil, bahkan kega-galan pemerintah dalammelayani publik untuk meme-cahkan persoalan transportasiyang ditunjukkan dengan pem-belian dan penggunakendaraan pribadi yang kianmeningkat tetapi ketersediaansarana dan prasarananya tidakberbanding lurus.

Kekuatan ekonomiKehadiran PKL erat kaitanya

dengan pekerjaan sektor infor-mal dan menjadi kekuatanekonomi. Menurut RhenaldKasali, Guru Besar FakultasEkonomi Universitas Indone-sia, tercatat sampai saat ini se-kitar 90,8 juta penduduk In-donesia bekerja pada sektor in-formal. Jumlah tersebut terse-bar pada sekitar 50,7 jutajenisusaha informal yang umumnyamerupakan usaha kaki limadalam berbagai bidang, mulaidari makanan hingga tekstil.Dalam opininya di salah satu

situs web nasional nSeptem-ber 2010, Rhenald menga-takan, kondisi ini menunjukkankekuatan ekonomi kita terletakpada sektor informal yangumumnya berbentuk wirausa-ha.

Pemerintah sebaiknya mem-buka jalan bagi sektor informalagar mereka dapat berfungsisebagai penyokong perekono-mian Indonesia. Rhenald me-nyarankan agar pemerintahmempermudah izin usahaseperti di daerah Solo dan Sra-gen. Dalam pandangan dia, pe-merintah sebaiknya menyedi-akan sarana promosi efektifseperti mengikutsertakan sek-tor usaha informal ke berbagaipameran tanpa dipungut biayadan menyediakan pojokreklame yang memadai.

Berdasarkan data AsosiasiPekerja Pedagang Kaki Lima(AP-PKL),jumlah PKLdi Gasi-bu sekitar lima ribu orang. Se-belumnya, pasar kaget Gasibuberada di Lapangan Gasibu.Namun, sekarang merambahke badan jalan, misalnya di Jln.Diponegoro, Jln. Surapati,hingga ke Monumen Perjuang-

Kllping Humas Onpad 2011

tasan masyarakat dari kemiski-nan yang mencapai 31,6 jutaorang atau 13,3 persen jumlahpenduduk negeri ini, kebijakanini masih jauh panggang dariapi. Kebijakan propoor se-harusnya diarahkan langsung(di antaranya) pada perbaikanhidup pedagang kreatiflapang-an dan keluarganya yang men-capai lebih dari lima ribu untukkonteks Kota Bandung.

Kegiatan ekonomiFenomena menjamumya

PKL di beberapa kota besarmerupakan salah satu wujudunderground economy·yangmencakup kegiatan-kegiatanekonomi yang tidak terla-porkan. Semua aktivitas ekono-mi, secara umum, dapatdipungut pajak ketika dila-porkan kepada kantor perpa-jakan. Berdasarkan penelitianEnste dan Schneider (2002),1998-2000, persentase under-ground economy terhadap pro-duk domestik bruto (PDB) un-tuk negara berkembang, tran-sisi, dan negara maju berturut-turut sebesar 35 persen-44persen; 21persen-go persen; 14persen-re persen. Kegiatan initidak pemah dilaporkan dalamsurat pemberitahuan (SPT) pa-jak penghasilan, sehingga ma-suk kriteria tax evasion, suatuskema memperkecil pajak yangterutang dengan cara melang-gar ketentuan perpajakan.

Terdapat hubungan negatifantara kemajuan suatu negaradengan besaran undergroundeconomy. Semakin maju suatunegara, yang diindikasikandengan terjaminnya kepastianhukum, rendahnya pajak yangditerapkan, kuatnya sistemhukum, besaran dari under-ground economy akan berku-rang. Sebaliknya, di negara-ne-gara berkembang, meskipunsulit diperkirakan besarantersebut (karena kelangkaan

data), tetap diyakini besaran-nya lebih besar dibandingkandengan yang terjadi di negara-negara maju. Untuk Indonesia,hasillaporan Korean Instituteof Public Finance menun-jukkan besaran undergroundeconomy berada di level 21persen lebih selama kurunwaktu 2000-2003.

Kemunculan undergroundeconomy ditengarai terjadikarena didorong beberapapenyebab, di antaranyatingginya beban pajak, intensi-tas peraturan yang berlaku,transfer sosial, ketidakper-cayaan terhadap lembaga pub-lik. Meskipun aktivitas under-ground economy dikesankannegatif, tetapi memiliki artipenting dalam perekonomianrakyat dan ekonomi kreatif.Apalagi Kota Bandung sangatdikenal dengan industri kreatifoleh kawula muda denganadanya distro yang menempatiLapangan Gasibu. Dalam mak-na lain, fenomena ini dapat di-pahami sebagai undergroundeconomy yang positif.

Keterlibatan seluruh kompo-nen bangsa, mulai dari PemkotBandung, rakyat, pengusaha,sampai PKLsangat dibutuhkanuntuk mengentaskan kemiski-nan guna menumbuhkanekonomi dan industri kreatifsebagai kiblat anak-anak mudakreatif. Segala bentuk kemiski-nan akan mengantarkan kepa-da pembodohan, seperti yangdiingatkan oleh Rasulullahkepada umatnya, "Kefakiranmendekatkan pada kekufuran",Wallahualam. ***

Penulis, kandidat DoktorEkonomi Terapan Unpad danpeneliti ISRCP-a (Institute forStudy of Religion, Culture, andPublic Affair) pada ProgramPascasarjana UIN Sunan Gu-nung Djati Bandung.

top related