pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
Post on 22-Dec-2014
6.469 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE
KHULAFAUR RASYIDIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. HARDIANA UTARI {1012100040}
2. VADILLA MENTARI HML {1012100052}
3. RISAWATI ZAINUDDIN {1012100003}
4. KHAIRUNNISA {1012100025}
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2010-2011
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memudahkan
segala urusan hambanya, sehingga selesailah makalah kami ini yang berjudul :
“Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Periode Khulafaurrasyidin”.
Sholawat dan salam kita curahkan kepada junjunan Nabi besar Muhammad SAW
beserta sahabat, keluarga, dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini kami buat untuk diajukan sebagai tugas kelompok yang selanjutnya
akan dijadikan sebagai bahan presentasi pada mata kuliah “Sejarah Pendidikan Islam”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan dari semua
pihak untuk penyempurnaan makalah ini masa mendatang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan mudah-mudahan makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 25 Oktober 2011
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin ……..……………………………… 4
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada
Masa Khulafaur Rasyidin ………………………………………….. 8
C. Masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin …..……………………... 9
D. Pusat- pusat Pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin …………….…………………………………….. 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………… 13
Kritik dan Saran ……………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mempunyai sejarah yang sangat panjang. Terlebih lagi adalah
pendidikan agama Islam. Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah
satu komponen kehidupan yang paling penting. Aktifitas ini telah dan akan terus berjalan
semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini.
Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah
mulai berproses semenjak Allah Swt. menciptakan manusia pertama “Adam” di sorga
dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para
Malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al-Baqarah: 31-33).
Dalam pengertian yang seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring
dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam konteks masyarakat Arab, dimana Islam
lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha
pendidikan –untuk tidak menyebut sistem– merupakan transformasi besar. Sebab
masyarakat Arab pra-Islam tidak mempunyai sistem pendidikan formal.
Pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan formal yang
sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung bisa dikatakan bersifat
informal dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyyah,
penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibadah Islam. Dalam kaitan
itulah bisa dipahami kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah1
Kehidupan dan jasa Muhammad akan mempengaruhi pandangan spiritual, politik,
dan etika umat Islam untuk selamanya. Mereka mengekspresikan pengalaman
1 Dr. Azzumardi Azra, MA., Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains,dalam Charles Michaell Stanton, Pendidikan
Tinggi Dalam Islam, Logos, Jakarta, 1994, hlm. V.
4
“keselamatan” Islam, yang tidak akan tercapai dengan penebusan “dosa bawaan” yang
dilakukan Adam dan hak memasuki kehidupan abadi, tetapi akan tercapai dengan prestasi
masyarakat dalam melaksanakan perintah Tuhan.2
Usaha yang sangat keras dan melewati berbagai tantangan, Muhammad berjuang
dengan keras dalam rangka menyebarkan Islam kepada kaum Qurais. Penyebaran agama
Islam tersebut semakin hari semakin meluas dan bertambah banyak kaum Qurais yang
mengikuti ajaran-ajaran Muhammad. Ini merupakan suatu bukti bahwa Muhammad
mengalami keberhasilan dalam mendidik, mengajarkan serta mengamalkan ajaran Islam
kepada orang-orang Qurais.
Setelah wafatnya Muhammad penyebaran Islam dilanjutkan oleh sahabat-sahabat
beliau, diantaranya adalah Khalifah Khulafaur Rasyidin, Muawiyah dan lain-lain. Maka
dalam makalah kali ini kami akan memfokuskan pada masa Khalifah Khulafaur Rasyidin.
Mempelajari sejarah pendidikan islam sangatlah penting karena dengan demikian
kita dapat mengetahui sejarah pendidikan islam itu sendiri dan sebab-sebab kemajuan
islam agar nantinya kita dapat memberikan pengetahuan yang memadai tentang sejarah
pendidikan agama islam kepada penerus bangsa.
2 Karen Amstrong, Islam: A Short History : Seintas Sejarah Islam, Ikon Tiralitera, Yogyakarta, 2002, hlm 29
5
BAB II
PEMBAHASAN
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan, semenjak itulah
manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam
segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam
perkembangan peradaban manusia3
Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat,
baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini
merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju
(Taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak
menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran, maka tidaklah
dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang
mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu
berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi
terwujudnya kemajuan yang lebih baik.4
Maka dari itu Islam berusaha untuk meningkatkan adanya pendidikan demi
kesempurnaan diri. Usaha Muhammad yang secara mati-matian menyebarkan ajaran
Islam mendapatkan respon positif dari masyarakar Qurais. Namun tidak sedikit yang
menentang beliau. Namun dengan semangat yang berkobar akhirnya Muhammad berhasil
menyebarkan ajaran Islam sampai ke negeri di luar Arab. Setelah Muhammad wafat,
usaha penyebaran Islam maupun pendidikan dilanjutkan oleh Khalifah Khulafaur
Rasyidin.
3 Abdurrahman Ibnu Al Khaldun, Muqaddimah, Daar Al Fikr, Beirut, Cet I, 1998, hal 4124Mushthafa ‘Abdus Sami’, teknolojia At Ta’lim, Markaz Al-Kitab Lin Nasr, Cairo, 1999, hal 10
6
Periode Khulafaur Rasyidin yang berlangsung kurang lebih 30 tahun (th. 11 H/632 M-
41H/661 M) dibawah empat orang Khalifah, yaitu Abu Bakar As-Siddik, Umar Ibn
Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaurrasyidin adalah pecahan dari kata “Khulafa” dan “Ar-Rasyidin” kata
“Khulafa” merupakan bentuk jamak dari kata “Khulafah” kata ini dalam bahasa arab
megandung pengertian cerdik, pandai dan mengganti, sedangkan kata “Ar-Rasyidin”
merupakan bentuk jamak dari kata “Rosyada” yang mengandung pengertian lurus, benar
dan mendapat petunjuk.
Berangkat dari pengertian diatas maka dapatlah kita mengambil pengertian, bahwa
pengertian khulafaurrasyidin adalah “Pengertian yang cerdik dan benar serta senantiasa
mendapat petunjuk”.5
Adapun yang dimaksud dari kata “khulafaurrasyidin” disini adalah para pemimpin
pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin yang sangat adil dan
bijaksana, pandai, cantik dan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berjalan pada jalur
yang benar serta senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT.
Para pemimpin yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat
orang sahabat Rasulullah yang sangat terkenal yaitu :
1. Abu Bakar Shiddiq
2. Umar Bin Khattab
3. Utsman Bin Affan
4. Ali Bin Abi Thalib
Periode Khulafa’ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang sangat
berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia. Pengaruh dan kekuasaan
Islam telah meliputi Syiria (Syam), Irak, Persia dan Mesir. Hasil gemilang ini bersumber
kepada beberapa faktor, diantaranya: hakikat ajaran Islam sendiri yang sederhana dan
rasional, watak orang Islam sendiri yang penuh vitalitas-vitalitas yang berhasil
5 Hafizh Dasuki, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, direktorat Jenderal Pembinan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1997, h 281
7
digairahkan dengan ajaran Islam serta situasi sosial, budaya dan politik di timur pada saat
lahirnya Islam terutama di dua Imperium Persia dan Bizantium.6
Keadaan ini mendorong khalifah-khalifah Ar-Rashidin untuk lebih
mengkonsolidasikan kekuataan dan kemampuannya dalam rangka untuk mempersiapkan
pegembangan dan penyiaran Islam lebih lanjut. Hal-hal yang dapat di catat sebagai
langkah tersebut guna kepentingan Islam selanjutnya adalah:
1. PENYUSUNAN MUSHAF AL-QURAN.
Sewaktu Nabi masih hidup tulisan-tulisan wahyu Al-Quran tercatat dalam lembaran
yang terpisah-pisah serta ada pada beberapa orang pencatat wahyu. Sewaktu Abu Bakar
As-Sidik menjabat Kholifah beliau memerintahkan mengumpulkan tulisan-tulian Al-
Quran yang terpisah-pisah pada Zaid Bin Tsabit. Setelah berkumpul menjadi tulisan
maka tulisan-tulisan tersebut disimpan oleh Abu Bakar sendiri. Setelah Abu Bakar wafat ,
jabatan Kholifah di ganti oleh Umar bin Khotab, dan selanjutnya di simpan oleh Umar
bin Khotob, kemudian oleh khalifah, anaknya dan janda mendiang Rasulallah. Setelah
jabatan kholifah di pegang oleh Utsman bin Affan, beliau memerintahkan kepada Zaid
Bin Tsabit.Abdullah Ibn Zubair dan Said Ibnu Ash untuk menyusunnya dalam satu
mushaf yang di kenal dengan mushaf Usmani , sebagaimana di kenal sekarang.
2. PENYUSUNAN ILMU NAHWU
Karena kesulitan yang banyak di hadapi bangsa dan orang ‘Ajam yang mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an setelah meluasnya Islam dikalangan orang yang
berbahasa bukan arab seperti bahasa Khibthi (Mesir) dan bahasa Suryani (Syiria Dan
Irak) maka atas saran dan petunjuk Ali Bin Abi Thalib, seorang ahli bahasa bernama
Abul Aswad Al Dauly menyusun ilmu nahwu (gramatika arab) untuk membantu dan
mempermudah orang asing mempelajari bahasa Al-Qur’an.
3. MAJLIS KHALIFAH
6 Lothrop Stoddard, M.A. Ph.D Dunia Baru Islam, Terj. Prof. Dra. Tudjimah CS, Jakarta, 1996, hlm 12
8
Semenjak kekuasaan khalifah Abu Bakar sampai khalifah Ali Bin Abi Thalib, atas
inisiatif mereka ditimbulkan suatu media untuk menyelesaikan urusan negara, agama dan
urusan-urusan lain yang menyangkut tugas khalifah, apa yang dinamakan dengan majlis
khalifah. Dimajelis khalifah inilah para khalifah duduk bersama sahabat dan pemuka-
pemuka lainnya, juga dengan rakyat umum untuk membicarakan kepentingan umum dan
memecahkan permasalahannya bersama dengan mereka. Pada mulanya majelis khalifah
ini bertempat di masjid, tetapi pada perkembangan selanjutnya dipindah ke Istana
khalifah dan berkembang pada masa Umayyah dan mencapai ketenarannya pada masa
Abbasiyah. Bahkan akhirnya berfungsi sebagai tempat pertemuan ilmiyah dan
pengembann ilmu, sastra yang dihadiri khusus oleh para ulama’ dan sarjana terkemuka
dalam banyak bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu7
Usaha-usaha tersebut merupakan langkah yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan Islam dan ilmu pengetahuan pada masa-masa selanjutnya. Ilmu
pengetahuan Islam ternyata telah banyak mendapatkan dorongan maju, terutama dari
ajaran Islam sendiri, terbukti dengan munculnya kegiatan pendidikan di beberapa tempat
diwilayah kekhalifahaan Islam diantaranya:
1. Makkah dan Madinah (Hijaz) dengan guru pertamanya Muadz Ibn Jabal di
Makkah dan Zaid Ibn Tsabit dan Abdullah ibn Umar di Madinah. Muadz Ibn Jabal
mengerjakan Al-Qur’an dan yang bersangkutan dengan yang halal dan yang haram
dalam Islam. Zaid Ibn Tsabit di Madinah, sesuai dengan keahliannya mengajarkan
qira’at Al-Qur’an dan Ilmu Faraid. Sedang Abdullah ibn Umar sebagai seorang
ahli Hadits yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah, beliau mengajarkan dan
berfatwa sesuai dengan hadits yang diriwayatkannya.8
2. Kufah (Irak), dengan guru pertamanya Abdullah Ibn Umar. Abdullah Ibn Umar
adalah orang pertama yang dikirim oleh khalifah Umar ibn Khattab untuk
mengajar di Kufah. Beliau mengajarkan Al-Qur’an, tafsir dan fiqh serta hadits.
7 Drs. Busjairi Madjidi, Sejarah Pendidikan Islam Bagian Pertama, Penerbit Tiga A, Yogyakarta, 1969, hlm.268 Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Mutiara, Jakarta, 1966, hlm.30
9
3. Damsyik (Syam), dengan guru-guru pertamanya Muadz Ibn Jabal, Ubadah dan
Abu Darda’. Mereka inilah yang dikirimkan khalifah Umar Ibn Khattab untuk
menjadi guru disana sesaat setelah Damsyik menganut Islam. Muadz ibn Jabal
mengajar di Palestin, Ubadah di Hims sedang Abu Al-Darda’ mengajar di
Damsyik. Mereka terutama mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Islam lainnya.
4. Fusthat (Mesir), dengan guru pertamanya Abdullah Ibn Amr Ibn Ash. Beliau
seorang ahli hadits dan bukan saja menghafal diluar kepala hadits-hadits yang
diterimanya dari Rasulullah melainkan juga dituliskannya dalam catatan yang rapi
sehingga cukup menjamin keaslian lafal Rasulullah.
Kebanyakan kegiatan pendidikan ini dilaksanakan di masjid dan di Kutab atau
Makkah. Kuttab sebagai tempat mengajar al-qur’an dan dasar-dasar agama Islam pada
tingkat dasar, sedang tingkat menengah dilaksanakan di masjid. Dari sinilah Dr. Asma
Hasan Fahmi menyatakan bahwa Al-Kuttab sebagai tempat mengajarkan al-qur’an dan
dasar-dasar agama Islam baru muncul pada masa kekuasaan khalifah Abu Bakar Ash-
Siddiq dan Umar ibn Khattab.9
Sebenarnya pendidikan dalam arti lembaga baru ada pada masa Khulafaur Rasyidin
ini yaitu dengan munculnya Al-Kuttab yang terorganisir secara rapi dan terecana. Tetapi
batas tahun 459 H segera memisahkan antara lembaga pendidikan lama dengan lembaga
pendidikan modern dengan munculnya madrasah Nidzamiyah yang dirintis pendirinya
oleh seorang perdana menteri Nizamul Mulk pada masa Sultan Malik Syah dari Bani
Saljuk. Sebagai madrasah modern, Nidzamiyah dilengkapi dengan Yayasan pengelola
yang mendukung stabilitas lembaga pendidikan ini. Madrasah ini tersebar dihampir
9 Dr. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Ibrahim Husain M.A, Bulan Bintang,
Jakarta, 1979, hlm 30.
10
seluruh kota dan pelosok kekuasaan Bani Saljuk diantanya di kota-kota: Bagdad,
Naisabur, Isfahan, Basrah Dan Mausul.
Empat khalifah yang pertama pengganti Muhammad bergelut dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sulut, namun sebagai pengganti Rasululah mereka harus berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para sahabat-sahabat Rasul yang
lain.
B. Perkembangan Ilmu pengetahuan pada masa Khulafaur Rasyidin
Pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Khulafaur Rasyidin erat kaitannya
dengan perluasan daerah islam. Pada masa permulaan islam, para sahabat yang utama
baik dalam kedudukannya sebagai pejabat maupun suka rela, berangkat ketempat-tempat
pemukiman baru dan kota-kota lainnya untuk mengajarkan agama islam kepada
penduduk setempat.
Ilmu pendidikan klasik islam dibedakan menjadi dua macam yaitu: Ulumul
Naqliyah (ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan hadist) atau disebut ilmu syariat dan
Ulumul Aqliyah (ilmu yang bersumber dari akal) pada masa periode Khulafaur Rasyidin
sebagai awal periode dari sesudah wafatnya rasulullah masih didominasi oleh
pengembangan ilmu-ilmu Naqliyah.10
Ilmu yang lahir pada periode khulafaurrasyidin antara lain sebagai berikut :
1. Ilmu qiro’at yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan membaca dan memahami Al-
Quran , ilmu ini muncul pada masa khalifah Usman bin Affan sebab munculnya adalah
karena adanya beberapa dialog bahasa dalam membaca dan memahaminya. Oleh karena
itu, diperlukan standarisasi bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri.
2. Tafsir Al-Quran yaitu ilmu yang memahami ayat-ayat Al-Qur’an diantara sahabat
yang mempelajari ilmu tafsir yang sesuai dengan apa yang diterima dari Rasulullah
adalah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin
Ka’ab.
3. Ilmu Hadits. Untuk memahami Al-Qur’an tidakbisa lepas dari pemahaman
10 Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2, Semarang, Aneka Ilmu, 2007, h 153
11
terhadap hadits maka pada waktu itu para sahabat dalam memutuskan masalah tidak bisa
lepas dari Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber utama.
4. Ilmu Nahwu, ilmu ini berkembang di Basrah dan Kufah karena di kota ini
bermukim beberapa kabilah arab dan juga orang Persia yang berdialog dengan beberapa
bahasa. Pelopor pertama dalam bidang ini adalah Ali bin Abi Thalib.11
5. Khat Al-Qur’an yaitu ilmu yang berkaitan dengan penulisan Al-Quran dan
penyebarannya. Al-Qur’an pada masa khulafaurrasyidin ditulis dengan menggunakan
khat kufi dan Irak.
6. Ilmu Fikih, ilmu ini berkembang seiring dengan semakin luasnya wilayah islam
pada masa itu. Para sahabat yang menguasai ilmu tersebut antara lain Umar bin Khattab,
Zaid bin Tsabit (Madinah), Abdulah bin Abb (Mekkah), Abdullah bin Masud (Kufah),
Anas bin Malik (Basrah), Muaz bin Jabal (Syira), dan Abdullah bin Amr’bin Ash
(Mesir).
7. Ilmu Sastra, ada dua pendapat tentang perkembangan sastra pada masa
khulafaurrasyidin, yaitu :
8. Ilmu Aritektur, Arsitek dalam islam dimulai tumbuhnya dari mesjid, dimulai dari
mesjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW.12
a. Sastra mengalami stagnasi keluar pengertian yang lebih kepada bahasa Al-
Qur’an, sehingga syair dan sastra kurang berkembang.
b. Al-Quran sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra karena dalam
berdakwa dipelukan bahasa yang indah.
C. Masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin :
1. Masa khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634)
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam adalah Abu Bakar Siddiq
sebagai khalifah.13
Di awal pemerintahnya muncul tiga golongan pertama adalah golongan yang
keluar dari islam (Murtad), golongan kedua golongan yang tidak puas terhadap islam
11 Ibid, h 15412 Ibid, h 14513 Samzul nizar, h 44
12
maka muncul musailamah Al-kazzabdi yamah, sejak dari bani tamim, al-aswad al ansi
dari yaman dan thulaihah bin khawalid dari bani asd. Mereka ini mengakui dirinya
sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Kemudian golongan ketiga adalah orang
yang salah dalam memahami Al-Qur’an, dan golongan- golongan ini dapat di tumpas
oleh khalifah Abu Bakar Sidiq. Sehingga keadaan bangsa arab tenang kembali dan
suasana menjadi damai kembali.14 Dari segi pendidikan pada masa ini masih menekankan
beberapa bidang :
a. Pendidikan keimanan
b. Pendidikan akhlak
c. Pendidikan kesehatan
2. Masa Umar bin Khatab (634-644M)
Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah setelah wafatnya khalifah Abu Bakar
Siddiq. Usaha-usaha perjuangan khalifah Umar pada masa pemerintahannya adalah :
a. Memperbaiki struktur dan lembaga Negara
b. Membentuk lembaga kepentingan masyarakat
c. Menaklukkan beberapa Negara kedalam islam, diantaranya :
- Menaklukkan Damaskus
- Membebaskan Baitul Maqdis
- Menaklukkan Persia
- Menaklukkan Mesir
Sementara dibidang pendidikan pada masa ini pelaksanaannya sudah semakin
lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan
aman.15
3. Masa Khalifah Utsman Bin Affan (64-656 M)
Utsman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam yang ditunjuk
oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau wafat. Pada masa khalifah Utsman bin
Affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya, hanya
14 Hafizh Dasuki, h 28515 Ibid, h 292
13
sedikit mengalami perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Dimana para sahabat
yang berpengaruh diberi kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah- daerah yang
mereka sukai, kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di
daerah-daerah.16
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M)
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Utsman bin Affan. Pada masa
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan aisyah (istri nabi) beserta Talhah
dan Abdullah bin zubair karena kesalah pahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap
Utsman bin Affan, perang ini terkenal dengan istilah perang Jamal.
Sementara Muawiyah selaku gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasaannya. Perang ini dikenal dengan perang Siffin. Dengan tidak
stabilnya pemerintahan dan kericuhan politik pada masa pemerintahan Ali, kegiatan
pendidikan islam mendapat sambutan dan gangguan.
Pada masa itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan karena semua
tertumpu pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam.17
D. Pusat –pusat Pendidikan pada Masa Khulafaur Rasyidin
a. Mekkah, guru pertama adalah Muaz bin Jabal yang mengajarkan Al-Qur’an dan
fikih.
b. Madinah, sahabat yang terkenal diantaranya : Abu bakar, Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib dan yang lainnya.
c. Basrah, sahabat yang termasyhur diantaranya : Abu Musa Al Asy’ary dia adalah
ahli fiqih dan Al-Qur’an.
d. Kufah, sahabat-sahabat yang terkenal diantaranya : Ali bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Masud. Andulah bin Masud adalah ahli Tafsir, hadist dan fiqih.
e. Damsyik (syam), setelah syam menjadi bagian Negara islam maka khalifah Umar
mengirim Muaz bin Jabal, Ubaidah dan Abu Darda, ketiga sahabat ini mengajar
16 Samsul nizar, h 4917 Ibid, h 50
14
disyam pada tempat yang berbeda. Abu Darda di Damsyik, Muaz bin Jabal di
Palestina dan Ubaidah di Hims.
f. Mesir, sahabat yang pertama kali mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir
adalah Abdullah bin Amru bin Ash. Ia adalah seorang ahli hadits.18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
18 Ibid, h 51
15
Khalifah Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman ibn Affan,
dan Ali Bin Abi Thalib) merupakan khalifah pengganti Rasulullah Muhammad dengan
semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras dengan menyerang daerah-
daerah yang tidak mau masuk Islam.
Walaupun menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak
pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih
bersemangat dalam menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin ini bergerak di berbagai bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi
maupun Pendidikan.
Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah
Khulafa’ur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur’an yang dikenal dengan Mushaf
Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan
adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam.
Selain itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafa’ur Rasyidin dibidang
pendidikan adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar
Makkah dan Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu
itu.
KRITIK DAN SARAN
Demikian makalah ini kami buat, Kami mengetahui kalau makalah kami jauh dari
kesempurnaan dan memiliki banyak sekali kekurangan baik dari segi penulisan maupun
kekurangan isi. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah memohon kepada
16
pembaca agar memberikan masukan-masukan yang sifatnya membangun agar makalah
ini bisa menjadi lebih baik dan mendekati kesempurnaannya.
Atas saran dan kritiknya kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin yaa rabbil alamiin
DAFTAR PUSTAKA
17
Dr. Azzumardi Azra, MA., Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains,dalam
Charles Michaell Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Logos, Jakarta, 1994,
hlm. V.
Karen Amstrong, Islam: A Short History : Seintas Sejarah Islam, Ikon Tiralitera,
Yogyakarta, 2002, hlm 29
Abdurrahman Ibnu Al Khaldun, Muqaddimah, Daar Al Fikr, Beirut, Cet I, 1998,
hal 412
Mushthafa ‘Abdus Sami’, teknolojia At Ta’lim, Markaz Al-Kitab Lin Nasr, Cairo,
1999, hal 10
Drs. Busjairi Madjidi, Sejarah Pendidikan Islam Bagian Pertama, Penerbit Tiga
A, Yogyakarta, 1969, hlm.26
Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2, Semarang, Aneka Ilmu, 2007, h 153
Lothrop Stoddard, M.A. Ph.D Dunia Baru Islam, Terj. Prof. Dra. Tudjimah CS,
Jakarta, 1996, hlm 12
Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Mutiara, Jakarta, 1966, hlm.
30.
Hafizh Dasuki, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, direktorat Jenderal Pembinan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1997, h 281
18
top related