persepsi wanita ttg inspeksi visual asam asetat (iva)
Post on 21-May-2015
2.496 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PERSEPSI WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat)
DI Banjarmasin
Diajukan sebagai Tugas Akhir Semester
Mata kuliah Determinan Sosial
Dosen Pengampu : Dra.VG.Tinuk Istiarti,M.Kes
Disusun Oleh :
Nana Noviana
No Absen : 22
PROGRAM STUDI MAGISTER PROMOSI KESEHATAN
KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN HIV-AIDS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010
2
BAB I
Pendahuluan
Iva merupakan alat skrinning kanker serviks yang sekarang ini sering digunakan.
Penyelenggaraan penggunaan iva lebih mudah dibandingkan dengan skrining kanker
serviks dengan tes pap smear karena diketahui pemeriksaan tes pap juga mempunyai
keterbatasan, antara lain sensitivitasnya yang rendah di berbagai senter. Tapi
penyelenggaraan tes pap secara luas apalagi secara nasional sangat sulit dilaksanakan
di Indonesia.
Hal ini disebabkan terkendala oleh faktor belum tersedianya sumber daya,
khususnya spesialis Patologi Anatomik dan skriner sitologi sebagai pemeriksa sitologi di
semua ibu kota provinsi, apalagi di kabupaten di Indonesia yang sangat luas yang
terkait dengan kesulitan transportasi dan komunikasi, dan para wanita sering enggan
diperiksa karena ketidak tahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini
umumnya karena masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia.
Tahun 1985 WHO merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara
yang sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker serviks
dengan pemeriksaan IVA. Epitel serviks yang niengalami displasia akan memberikan
gambaran acethowhige dengan pemeriksaan IVA Untuk itu perlu diketahul seberapa
besar sensitivitas dan spesifisitas dan perneriksain IVA dalam mendeteksi dim lesi
prakanker serviks
Kanker serviks sampai saat mi masih merupakan masalah kesehatan wanita di
seluruh dunia baik di negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia. Di
negara maju kanker serviks menduduki urutan ke-l0 dan semua keganasan, sedang di
negara berkembang masih menduduki urutan pertama dan merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker “
3
Setiap tahunnya terdapat 400.000 kasus baru, dimana 80% terjadi di negara
berkembang. Departemen Kesehatan memperkirakan di Indonesia insidennya adalah
90 - 100 per 100.000 penduduk pertahun, Data dan 13 laboratorium patologi anatomi di
Indonesia menunjukan, frekwensi kanker serviks tertinggi diantara kanker yang ada di
Indonesia Permasalahan kanker serviks di Indonesia sangat khas yaitu banyak dan
>70% kasus ditemukan pada stadium lanjut pada saat datang di rumah sakit, kondisi ini
terjadi pula dibeberapa negara berkembang .
Sebagaimana Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak
ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita dinegara-
negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Insiden kanker serviks di Indonesia
belum diketahui ,akan tetapi diperkirakan terdapat 180. 000 kasus kanker baru
pertahunnya dengan kanker ginekologik di tempat teratas .Kanker ser viks merupakan
lebih kurang ¾ dari kanker ginekologik tersebut. 12 Angka kematian kanker serviks juga
belum diketahui, diduga mencapai 75 % dalam tahun pertama. Cermin Dunia
Kedokteran No. 145, 2004
Kematian ini terutama dihubungkan dengan bahwa sebagian besar stadium
kanker serviks (70% kasus) adalah stadium invasif, lanjut dan bahkan stadium terminal
pada saat diagnosis ditegakkan.
Dinegara maju, diagnosis dini dengan tes Pap telah terbukti mampu menurunkan
mortalitas serta morbiditas kanker serviks ; tetapi di Indonesia tes Pap belum mampu
mencapai tujuan tersebut karena berbagai kendala antara lain faktor sumberdaya
manusia, dana, sarana/prasarana, organisasi pelaksana, keadaan geografi dan wanita
yang selayaknya menjalankan skrining. Dipandang dari metodenya, teknik ini kurang
praktis, prosedurnya panjang dan kompleks memerlukan tenaga terlatih, interpretasi
hasil lama dan biaya yang relatif mahal. Kelemahan lainnya, teknik ini memiliki
sensitifitas yang bervariasi dan nilai negatif palsu yang cukup tinggi. Hal ini akibat saat
pengambilan, cara pengambilan dan pengiriman sediaan tidak adekuat, kesalahan saat
memproses bahan dan kesalahan interpretasi, serta adanya darah, eksudat
peradangan dan debris nekrotik. Adanya hambatan dan kelemahan tes Pap ini
4
menimbulkan pemikiran untuk skrining alternatif sebagai upaya mendapatkan lebih
bany ak temuan kanker serviks stadium dini.
Metode Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) mungkin mampu menjawab kendala
tes Pap . Metode IVA menggunakan cairan asam asetat 3 %-5 % yang dioleskan pada
serviks dan 20 detik setelah pulasan akan tampak bercak ber warna putih yang disebut
aceto white epithelium (WE ) . IVA positif jika terdapat WE dan negatif jika tidak terj adi
perubahan warna.
Kanker masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Persepsi
yang salah tentang penyakit ini masih menjadi kendala utama dalam menangani
penyakit mematikan ini .Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai penyakit
mematikan, tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dicegah serta memerlukan biaya
yang tinggi untuk pengobatannya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2008, tumor/kanker
merupakan penyebab kematian no. 7 di Indonesia dengan presentasi 5,7 persen. Data
Riskesdas 2008 juga menunjukkan, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3
per 1000 penduduk. Selain kejadiannya tinggi, masalah lain adalah bahwa hampir 70%
datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut. Ini berarti telah lebih dari
Stadium IIB. Pada stadium ini, efektivitas pengobatan yang lengkap sekalipun hasilnya
masih belum memuaskan dan mortalitas yang diakibatkannya tinggi.
Mengacu pada data Yayasan Kanker Indonesia, angka kematian akibat kanker
serviks terbanyak di antara jenis kanker lain di kalangan perempuan meninggal dunia.
Secara epidemiologi, kanker serviks cenderung timbul pada kelompok usia 33-55
tahun, tetapi dapat juga timbul pada usia yang lebih muda.
Iva merupakan upaya pemecahan masalah metode skrining kanker yang lebih
mampu laksana, cost effective dan dimungkinkan dilakukan di Indonesia karena dengan
iva dapat menjawab ketentuan-ketentuan tersebut. IVA adalah pemeriksaan skrining
kanker serviks dengan melihat secara langsung perubahan pada serviks setelah
5
dipulas dengan asam asetat 3 – 5%. Dengan metode IVA, juga dapat diidentifikasi lesi
prakanker serviks, baik Lesi Intraepitel Serviks Derajat Tinggi (LISDT), maupun Lest
Intraepitel Serviks Derajat Rendah (LISDR). Adanya tampilan bercak putih setelah
pulasan asam asetat mengindikasikan kemungkinan adanya lesi prakanker serviks.
Metode skrining IVA ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh dokter umum,
bidan atau perawat yang telah dilatih. Jumlah profesi bidan di Indonesia yang potensial
dapat dilatih agar dapat melakukan skrining kanker serviks, yaitu sejumlah 84.789
orang (data tahun 2004). Kelompok ini merupakan pasukan pemeriksa yang dapat
diandalkan dalam upaya penanggulangan kanker serviks di Indonesia. Pemeriksaan
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang pemeriksanya
(dokter/bidan/paramedis) mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/ asam cuka
3 – 5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata langsung (mata
telanjang)
Sebagai suatu pemeriksaan skrining alternatif, pemeriksaan IVA memiliki
beberapa manfaat jika dibandingkan dengan uji yang sudah ada, yaitu efektif (tidak jauh
berbeda dengan uji diagnostik standar), lebih mudah dan murah, peralatan yang
dibutuhkan lebih sederhana, hasilnya segera diperoleh sehingga tidak memerlukan
kunjungan ulang, cakupannya lebih luas, dan pada tahap penapisan tidak dibutuhkan
tenaga skriner untuk memeriksa sediaan sitologi. Informasi hasil dapat diberikan
segera. Keadaan ini lebih memungkinkan dilakukan di negara berkembang, seperti
Indonesia, karena hingga kini tenaga skriner sitologi masih sangat terbatas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan
merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di Indonesia dalam tiga
dasa warsa terakhir.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dinegara-negara maju diagnosis dini terbukti
mampu menurunkan insiden kanker serviks invasif dan memperbaiki prognosis.
Diperkirakan 90-100 kasus kanker baru diantara 100.000 penduduk per tahun, dimana
kanker serviks berada pada tempat teratas. Kanker serviks merupakan lebih kurang ¾
dari kanker ginekologik tersebut. Laporan dari beberapa rumahsakit di Indonesia
didapatkan kanker serviks sebesar 65%-77,7% diantara sepuluh kanker ginekologi.Dari
studi kohort diperoleh bahwa kanker serviks dimulai lesi prekanker displasia/neoplasia
intraepitel serviks (NIS. Dari fase prakanker menjadi invasif. Sekitar 30%-35% lesi pra
kanker mengalami regresi spontan. telah diketahui pula bahwa pengobatan pada tahap
A. Kanker Serviks
Dalam makalah ini, akan diuraikan beberapa kendala/masalah yang
mengakibatkan kurang berhasilan pap smear sebagai alat/diagnosis dini kanker serviks
di Indonesia. Kanker serviks atau sering dikenal dengan kanker mulut rahim/kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Gambar organ reproduksi wanita
7
Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita
terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita
meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati
urutan pertama kanker pada wanita.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita
meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang
telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga
sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan
vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat diturun.
Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker
servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih
rendah.
PENYEBAB KANKER SERVIKS
Hingga saat ini Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7%
kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm.
Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58
sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18
merupakan 70 % penyebab kanker serviks.
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada
system kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan
menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim
menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre kanker
hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 – 20 thn.
PERKEMBANGAN KANKER SERVIKS
Dari infeksi virus HPV sampai menjadi kanker serviks memerlukan waktu
bertahun-tahun, bahkan lebih dari 10 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan
8
menyebabkan perubahan sel-sel epitel pada mulut rahim, sel-sel menjadi tidak
terkendali perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi kanker.
Pada tahan awal infeksi sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi
prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia
Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan
waktu antara 10 - 20 tahun. Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang
menjadi CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut
maka akan berkembang menjadi kanker serviks.
Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua
lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasive atau kanker serviks, sehingga
diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12 % saja yang
berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III)
mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan
penanganan.
PENANGANAN KANKER SERVIKS
• Penanganan kanker leher dilakukan sesuai dengan stadiumnya. Pada tahap
prekanker yaitu pada tahap CIN penanganan dilakukan dengan destruksi lokal
pada mulut rahim. Sedangkan bila sudah pada tahap kanker penanganan yang
dilakukan adalah pembedahan berupa pengangkatan rahim, kemoterapi dan
radioterapi. Pada tahap kanker walaupun dilakukan penanganan yang
semestinya angka kesembuhannya kecil sekali.
B. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan IVA
• Adalah Pemeriksaan yang pemeriksanya adalah dokter/bidan/paramedis
untuk mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara
inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung(mata telanjang)
9
• Tujuan : Adalah untuk menemukan sel abnormal atau sel yang akan
berkembang menjadi kanker
•
Teknik pemeriksaan IVA
Untuk pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut
- Ruang tertutup karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
- Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi
- Terdapat sumber cahaya untuic melihat serviks
- Spekulurn vagina
- Asamasetat3—5%
- Swab — lidi berkapas
- Sarungtangan
Dengan spekulum cocor bebek yang kering tanpa pelumas dilihat serviks dengan
jelas, dengan sumber cahaya yang terang dan belakang berupa lampu sorot. Kemudian
serviks dipulas dengan asani asetat 3—5 %, tunggu selama 1-2 menit, selanjutnya
dengan mata telanjang dilihat perubahan yang terjadi pada serviks. Pada lesi prakanker
akan menaxnpilkan warna bercak putih yang disebut ace(owhite pada daerah
transformasi (IVA positif), sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Jika tidak
terdapat bercak putih pada daerah transformasi disebut WA negatif. Secara
makroskopis pemeriksaan mi tidak terpengaruh akibat tindakan tes Pap sebelumnya,
karena diperkirakan pengambilan sediaan tes Pap tidak akan merubah keadaan sel
serviks. Penelitian mengenai hal tersebut beluin pemah dilakukan
. Interpretasi hasil pemeriksaan IVA.
Kategori yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu :
• lakukan penilaian dengan kategori dengan uraian sbb:
10
• Normal:licin,merah muda,bentuk portio normal
• Atipik:Servisitis(inflamasi,hiperemia)banyak fluor,ekstropion polip atau ada
cervikal ward
• Abnormal:Plak putih,epitel acetowhite(bercak putih)indikasi lesi para
kanker serviks.
• Kanker serviks:Pertumbuhan seperti bunga kol,pertumbuhan mudah
berdarah.
Serviks ( displasia ringan, sedang, berat atau karsinoma in situ). IVA — Kanker
serviks gambaran berupa pertumbuhan seperti kembang kol, nekrotik, rapuh dan
mudah berdarah, dengan gambaran putih yang keras. Pada tahap ml pun untuk
upaya penurunan temuan stadium kanker serviks masib akan bermanfaat untuk
upaya penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masib pada
stadium invasifdini (stadiwn lB-HA).
Bila basil pemeriksaaan IVA dinyatakan positif, pada pusat pelayanan primer
dilakukan rujukan untiik dilakukan kolposkopi biopsi, sedang pada pusat pelayanan
yang sudah mernpunyai fasilitas kolposkopi dapat langsung dilakukan biopsi untuk
kemudian dilakukan pemenksaan histopatologi.
Untuk kepentingan penelitian maka dilakukan penyetaraan basil pemeriksaan
IVA dengan hasil pemeriksaan sitologi.
PENCEGAHAN
Menjaga perilaku seksual yang sehat dan melakukan skrining dan deteksi dini
secara teratur merupakan langkah terbaik yang dapat dilakukan. Sekarang telah
dikembangkan vaksin untuk mencegah kanker leher rahim, untuk menimbulkan
kekebalan yang cukup diperlukan 3 kali penyuntikan vaksin.
11
Cegah kanker serviks sebelum terlambat. Lakukan deteksi dini dan pencegahan
dengan vaksinasi. Anda terlalu berharga untuk keluarga dan orang di sekitar anda.
Jangan sampai kanker serviks merenggut kebahagiaan dan impian-impian anda.
Persepsi salah tentang kanker juga tidak terlepas dari masih minimnya
kesadaran masyarakat serta kurangnya informasi tentang penyakit dan cara
pencegahannya.
Penyakit kanker dan tumor, diakui masih merupakan penyakit pembunuh papan
atas di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2008,
tumor/kanker merupakan penyebab kematian no. 7 di Indonesia dengan presentasi 5,7
persen. Data Riskesdas 2008 juga menunjukkan, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
adalah 4,3 per 1000 penduduk.
Kanker payudara dan serviks tertinggi
Di antara sekian banyak jenis, kanker yang paling banyak ditemukan kasusnya
di Indonesia adalah kanker yang diderita perempuan yakni kanker payudara dan kanker
leher rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS ) 2007, kanker
serviks 5.786 kasus (11.78 persen).
Saat ini upaya mengendalikan jumlah penderita kanker adalah dengan cara
edukasi dan pencegahan "Upaya pengendalian kanker yang efektif dilakukan adalah
dengan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat bahwa kanker
dapat dicegah, dengan mengetahui faktor risikonya dan melakukan pencegahan primer,
sekunder, dan tersier secara terpadu," .
Depkes juga terus berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat kanker di Indonesia melalui program-program yang terukur. Saat ini program
pengendalian kanker diutamakan pada kanker tertinggi yaitu kanker leher rahim dan
payudara dengan pembentukan pilot proyek deteksi dini di 6 provinsi ( 6 kabupaten)
dan pengembangannya sampai saat ini tengah berjalan di 11 kabupaten/kota,
12
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan Clinical Breast
Examination (CBE).
"Program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara mempunyai target 80
persen perempuan usia 30-50 tahun untuk di skrining sehingga diharapkan terhindar
dari kanker serviks tersebut. Pada tahun 2014 Depkes menargetkan 25 persen
kabupaten/kota di Indonesia akan melaksanakan deteksi dini kanker leher rahim
dengan IVA dan kanker payudara dengan CBE," .
5. Masalah wanita yang selayaknya menjalani skrinning
Dari segi wanita yang selayaknya menjalani skriming diperoleh bahwa para
wanita sering enggan untuk diperiksa oleh karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut,
dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkanoleh masih rendahnya tingkat pendidikan
dan pengetahuan penduduk di Indonesia.
Kanker masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia .
Persepsi yang salah tentang penyakit ini masih menjadi kendala utama dalam
menangani penyakit mematikan ini.
"Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai penyakit mematikan, tidak
dapat disembuhkan, dan tidak dapat dicegah serta memerlukan biaya yang tinggi untuk
pengobatannya," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Departemen Kesehatan RI, Prof Tjandra Yoga Aditama, dalam keterangannya
menyambut Hari Kanker Sedunia yang jatuh Kamis (4/2/2010) ini.
Bertitik tolak dari permasalahan-permsalahan diatas, timbul pemikiran untuk
melakukan kriming alternatif kanker serviks dengan metode yang lebih murah, mudah,
dan sederhana tetapi memiliki akurasi diagnisis yang cukup tinggi antara lain dengan
upaya down staging. Down staging kanker serviks adalah upaya mendapatkan lebih
banyak temuan kanker serviks stadium dini melalui anspeksi visual dengan melakukan
13
inspeksi visual asam asetat (IVA). Inspeksi visual dapat dilakukan dengan mata
telanjang atau dengan pembesaran gineskopi.
a. Tehnik ini mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter genekologi, dapat
dilakukan oleh bidan dan dokter umum disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu.
c. Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan sangat sederhana
d. Interpretasi hasil cepat dan mudah
e. Biaya yang diperlukan murah
Metode IVA menggunakan cairan asam asetat 3%-5% yang diluaskan pada serviks
sebelum dilakukan pemeriksaan dalam. Pada lesi pra kanker, 20 detik setelah pulasan
akan tampak bercak warna putih yang disebut aceto white epithelium (WE). Adanya
bercak putih disimpulkan bahwa tes IVA positif. Dari berbagai penelitian diperoleh
sensitifitasnya berkisar antara 64%-87%, nilai prediksi positif sebesar 97%, dan nilai
prediksi negatif sebesar 40%. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa metode
skriming alternatif kanker serviks di negara berkembang seperti Indonesia.
C. Gambaran Umum Penduduk Kota Banjarmasin
Letak
Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur
Timur, ketinggian tanah berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir
seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi di sisi
timur sungai Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia.
Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai Martapura dan dipengaruhi oleh pasang surut air
laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas
14
tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah
satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
Menurut data statistik 2010 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang
kurang lebih 72 km² ini dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat sekarang
adalah lahan tanah pertanian 3.111,9 ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4 ha,
pemukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan dan
perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan penduduk
dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010,
Data Agregat per Kecamatan jumlah penduduk Kota Banjarmasin adalah
625.395 orang, yang terdiri dari 312.421 laki-laki dan 312.974 perempuan. Dari hasil
tersebut sebaran penduduk terbesar di Kota Banjarmasin terdapat di Kecamatan
Banjarmasin Selatan sebesar 23,34 persen. Kecamatan Banjarmasin Barat sebesar
22,93 persen, Kecamatan Banjarmasin Utara sebesar 21,16 persen, dan Kecamatan
Banjarmasin Timur sebesar 17,89 persen, sedangkan Kecamatan Banjarmasin Tengah
penyebaran penduduk yang terkecil yaitu sebesar 14,68 persen.
- Kecamatan Banjarmasin Selatan,
- Kecamatan Banjarmasin Barat,
- Kecamatan Banjarmasin Utara dan
- Kecamatan Banjarmasin Timur adalah Kecamatan di Kota Banjarmasin
Dengan luas wilayah Kota Banjarmasin sekitar 72 kilometer persegi (data SK
terdahulu) yang didiami oleh 625.395 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kota Banjarmasin adalah sebesar 8.686 orang perkilometer persegi. Kecamatan yang
paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Banjarmasin Barat yakni
sebesar 10.726 orang perkilometer persegi. Kecamatan Banjarmasin Timur memiliki
15
kepadatan sebesar 9.697 orang perkilometer persegi, Kecamatan Banjarmasin Utara
memiliki kepadatan sebesar 8.679 orang Kemudian diikuti oleh Kecamatan Banjarmasin
Tengah sebesar 7.871 orang perkilometer persegi, sedangkan Kecamatan Banjarmasin
Selatan merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yakni
sebesar 7.223 orang perkilometer persegi.
Kepadatan penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 ini mengalami perubahan
bila dibandingkan hasil Sensus Penduduk 2000, khususnya di Kecamatan Banjarmasin
Utara, seiring dengan tumbuhnya kawasan perumahan baru yaitu 5.205 orang
perkilometer persegi (SP2000) menjadi 8.679 orang perkilometer persegi (SP2010).
Sedangkan Kecamatan Banjarmasin Tengah mengalami penurunan, dari 8.263 orang
perkilometer persegi (SP2000) menjadi 7.871 orang perkilometer persegi (SP2010).
Kondisi ini disebabkan Kecamatan Banjarmasin Tengah menjadi sentral tumbuhnya
bangunan untuk kegiatan bisnis dan investasi di Kota Banjarmasin.
Batas wilayah
Letak kota Banjarmasin di sebelah selatan provinsi Kalimantan Selatan berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Barito KualaSelatan Kabupaten BanjarBarat Kabupaten Barito KualaTimur Kabupaten Banjar
BAB III
PEMBAHASAN
16
Persepsi tentang pemeriksaan kanker ( IVA ) diartikan sebagai proses
mengetahui atau mengenali obyek yaitu kanker itu sendiri dan kejadian obyektif dengan
bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi tentang pemeriksaan IVA timbul
karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi
makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi itu
Ini disebabkan karena masih banyak persoalan dan hambatan yang dihadapi,
seperti kurangnya informasi tentang kanker kepada masyarakat Banjarmasin, adanya
persepsi masyarakat tentang kanker yang tidak benar seperti kanker tidak dapat
disembuhkan, penyakit yang memalukan, dan percaya terhadap klinik dalam
pengobatan kanker. Di samping itu, kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mencegah kanker sedini mungkin. Di sisi program, kanker belum menjadi prioritas
terutama di daerah Banjarmasin.
Dikarenakan seriusnya penyakit kanker serviks ini, maka diperlukan adanya
suatu tanggapan (penerimaan) seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu yang
didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran dari masing-masing individu sehingga
dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu atau yang
biasa disebut dengan persepsi .
Individu dengan tipe personalitas yang sama bias memiliki cognitive style yang
berbeda, sehingga perilakunya juga bisa berbeda. Persepsi sebagai proses seseorang
untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang
melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang
melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh
karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada
objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda
meskipun melihat objek yang sama.
Dalam hal ini, seorang tenaga kesehatan harus mengedepankan sikap dan
tindakan yang mencerminkan profesionalisme dimana hal tersebut telah diatur dalam
kode etik profesinya. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan
17
keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan akhir.
SUMBER PUSTAKA :
1. Modul pelatihan MFS See and Treat,2007,Banjarmasin
18
2. Ganda Miharja S,Perbandingan hasil pemeriksaan IVA dan apusan
Papanicolau FKUI Padjajaran/RS.Hasan Sadikin,2000
3. Sjamsudin S. Inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat (IVA), suatu
metode alternatif skriming kanker serviks. Jakarta : subbagian Onkologi
Bagian Obstentri dan Genekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumahsakit Dr. Cipto Mangunkusumo, 2000.
4. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),2005-
2009,www.pmisolo.or.id
5. Cermin Dunia Kedokteran,2008
6. Deteksi dini kanker leher rahim,www.pmisolo.com
7. Pemeriksaan IVA terbaru,www.youtube.com
top related