perempuan dan politik (studi tentang partai perindo dki...
Post on 07-Mar-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PEREMPUAN DAN POLITIK
(Studi tentang Partai Perindo DKI Jakarta dalam
Perekrutan Massa Perempuan)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Oktavia Dwi Sucipto
11141120000018
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
PEREMPUAN DAN POLITIK
(Studi tentang Partai Perindo Dki Jakarta dalam Perekrutan Masa
Perempuan)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Oktavia Dwi Sucipto
NIM: 11141120000018
Dosen Pembimbing,
Dra. Gefarina Djohan, MA.,
NIP: 19631024 199903 2 001
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PEREMPUAN DAN POLITIK (Studi tentang Partai Perindo Dki Jakarta
dalam perekrutan Masa Perempuan)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 September 2019
Oktavia Dwi Sucipto
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Oktavia Dwi Sucipto
NIM : 11141120000018
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PEREMPUAN DAN POLITIK (Studi tentang Partai Perindo Dki Jakarta
dalam perekrutan Masa Perempuan)
dan akan diuji.
Jakarta, 10 September 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dra. Gefarina Djohan, MA.,
NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19631024 199903 2 001
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PEREMPUAN DAN POLITIK (Studi tentang Partai Perindo Dki Jakarta
dalam perekrutan Masa Perempuan)
Oleh
Oktavia Dwi Sucipto
11141120000018
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05
Desember 2018 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si
NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19770424 200710 2 003
Penguji I, Penguji II,
Dr. Haniah Hanafie, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.IP
NIP: 19610524 200003 2 002 NIDN: 2010 0186 01
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 05 Desember 2018
Ketua Program Studi Ilmu Politik
FISIP UIN Jakarta
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP: 19701013 200501 1 00
vi
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Strategi Partai Perindo dalam Perluasan Basis
Massa Perempuan di DKI Jakarta. Banyak strategi yang dilakukan oleh partai politik,
supaya partai bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Penelitian ini menjelaskan sistem dan mekanisme rekrutmen yang dilakukan Partai
Perindo untuk merekrut pengurus dan anggota serta menjelaskan perekrutan yang
dilakukan Perindo dalam menarik massa perempuan. Keterlibatan perempuan dalam
politik formal di Indonesia mulai memperoleh ruang sejak dikeluarkannya Undang-
undang Pemilu No.12 Tahun 2003 yang menyebabkan pentingnya affirmatife action
(tindakan khusus sementara) bagi partisipasi politik perempuan dengan menetapkan
jumlah 30% dari seluruh calon partai politik pada tingkat nasional maupun lokal.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian studi
kasus melalui analisa deskriptif dari keberadaan Partai Perindo terkait dengan
rekrutmen terhadap pengurus dan anggota. Teknik pengumpulan data yang digunakan
melalui wawancara sebagai data primer dan studi pustaka sebagai data sekunder.
Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori Gender, teori Kuota, teori
Partai Politik, dan Konsep Rekrutmen.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi rekrutmen yang dilakukan
partai perindo untuk mendapatkan suara perempuan di Indonesia sudah sesuai dengan
ketentuan dari partai itu sendiri. Partai perindo sangat mendukung adanya peraturan
kuota 30% untuk perempuan. Dengan begitu besar harapan partai perindo bisa
mengambil massa perempuan dalam pemilihan legislatif 2019.
Kata kunci: Perempuan, Partai Perindo, Strategi, Rekruitmen Politik.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurakan kepada Nabi Muhammad
SAW, rasul yang telah membawa umatnya semua dari kegelapan pada masa yang
terang benderang hingga saat ini.
Skripsi yang berjudul “PEREMPUAN DAN POLITIK (Studi Strategi Partai
Perindo DKI Jakarta dalam Perekrutan Massa Perempuan)” disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjanan Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari betul dalam penyusunan skripsi ini belumlah sempurna,
dan masih banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulis menyadari betul penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan jajarannya.
2. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan
jajarannya.
viii
3. Dr. Iding Rasyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, kritikan
dan dorongannya selama ini.
4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan
dorongannya selama ini.
5. Dra. Gefarina Djohan, MA, selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini,
Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama penelitian
ini.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah.
7. Armyn Gultom, Ratih Purnamasari Gunaevy, dan Beti Puspitasari Santosa
yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
8. Orang tua tercinta Hadi Sucipto dan Sukatmi, serta (kakak) Diana Yuli
Sulistyowati yang selalu memberikan doa, materil, dukungan, dan kasih
sayangnya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik.
9. Teman sekaligus keluarga selama kuliah di UIN, semua teman di Prodi
Ilmu Politik A 2014 terutama Laras, Alm. Silmi, Andhika (Topan), Rudi,
Faruq, Joko, Ervin, Denny, Reza, Faris Andre, Reni, Robith, Chusnul,
Siska, yang sudah menjadi kawan terbaik selama menjadi mahasiswa di
UIN. Terima kasih sudah menjadi tempat berbagi canda dan tawa bersama.
10. Terima kasih kepada Miftahussurur yang telah memberikan support serta
motivasinya dalam menyelesaikan skripisi ini.
11. Terima kasih kepada Milla, Rachmat (mamat), Randy (Tebo), Dian, Berly,
Tiara, Firdha, Pinkan, yang telah memberikan support serta motivasinya
dalam menyelasaikan skripsi ini.
ix
12. Terima kasih kepada PMII KOMFISIP yang sudah menjadi keluarga kedua
di kampus yang membantu penulis mengembangka diri selama masa
perkuliahan.
13. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terima kasih
atas dukungan serta doa yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
Tanpa adanya mereka , penulis tidak yakin penelitian ini dapat selesai dengan
baik. Penulis berterima kasih dengan sepenuh hati, semoga Allah SWT membalas
kebaikan mereka. Namun demikian, peulis bertanggungjawab penuh atas segala
kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 September 2019
Oktavia Dwi Sucipto
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................... iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................. v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
C.1.Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
C.2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
E. Metode Penelitian................................................................................. 13
E.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 13
E.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 13
a. Wawancara ............................................................................... 13
b. Studi Literatur .......................................................................... 14
E.3. Teknik Analisis Data .................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14
BAB II ............................................................................................................ 16
KERANGKA TEORI DAN KONSEP ........................................................ 16
A. Teori Gender dan Politik ...................................................................... 16
B. Teori Kuota .......................................................................................... 18
B.1. Political Party Quotas .................................................................. 20
B.2. Legislative Quotas ........................................................................ 21
xi
B.3. Reserved Qoutas ........................................................................... 23
C. Teori Partai Politik ............................................................................... 24
C.1. Pengertian Partai Politik ............................................................... 24
C.2. Fungsi Partai Politik .................................................................... 26
D. Konsep Rekrutmen ............................................................................... 27
D.1. Pengertian Rekrutmen Politik ...................................................... 27
D.2. Sistem Rekrutmen Politik ............................................................ 29
D.3. Partai Politik sebagai Sarana Utama dalam Rekrutmen Politik ... 30
BAB III ........................................................................................................... 32
KEBERADAAN PARTAI PERINDO DALAM DINAMIKA POLITIK
INDONESIA MENJELANG PEMILU 2019 .............................................. 32
A. Undang-Undang tentang Partai Politik dan Undang-Undang tentang
Pemilu 2019 ......................................................................................... 32
B. Sejarah dan Perkembangan Partai Perindo dalam Peserta Pemilu
2019 di Dunia Politik Indonesia ........................................................... 35
C. Peranan Calon Legislatif Perempuan di Pemilu 2019.......................... 39
D. Partai Perindo dalam Upaya Memenuhi Persyaratan 30% Calon
Legislatif Perempuan ........................................................................... 43
BAB IV ........................................................................................................... 45
PERLUASAN BASIS MASSA PEREMPUAN PARTAI PERINDO
DI DKI JAKARTA ........................................................................................ 45
A. Tinjauan Platform Partai Perindo kaitannya dengan Perspektif Gender 45
B. Keberadaan Sayap Perempuan Kartini Perindo, dalam Performance
Kepedulian Partai terhadap Partisipasi Politik Perempuan .................. 47
C. Strategi Partai Perindo dan Rekrutmen Massa Perempuan dalam
Perluasan Basis Massa Perempuan di DKI Jakarta .............................. 50
D. Analisis terhadap Partai Perindo dan Perluasan Basis Massa
Perempuan dalam Partai Perindo ......................................................... 59
BAB V ............................................................................................................. 62
xii
PENUTUP ...................................................................................................... 62
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Kegiatan Bazar Murah Kartini Perindo Bersama DPD Partai Perindo
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AD dan ART : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
DPC : Dewan Pimpinan Cabang
DPD : Dewan Pimpinan Daerah
DPP : Dewan Pimpinan Pusat
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPW : Dewan Pemilihan Wilayah
GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara
HAM : Hak Asasi Manusia
Hanura : Hati Nurani Rakyat
KMP : Koalisi Merah Putih
KPU : Komisi Pemilihan Umum
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LKD : Latihan Kader Dasar
LKM : Latihan Kader Maria
LKP : Latihan Kader Maria
Menata : Masa Pengenalan Anggota
MNC : Media Nusantara Citra
Nasdem : Nasional Demokrat
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ormas : Organisasi Masyarakat
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
Perindo : Persatuan Indonesia
PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum
PKS : Partai Keadiln Rakyat
xv
PPP : Partai Persatuan Pembangunan
UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UU : Undang-Undang
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Partai politik merupakan organisasi yang dibentuk secara sukarela dan
mempunyai kesamaan kehendak, disusun oleh sekelompok orang dengan adanya cita-
cita yang tinggi serta persamaan ideologi tertentu, sehingga berusaha untuk
mempertahankan kekuasaan, dengan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan
kebijakan atau program yang telah disusun. Program yang disusun berdasarkan
ideologi partai, yaitu menjalankan fungsi utama dari partai politik, mencari anggota
yang berkualitas dan serta bisa dapat mempertahankan kekuasaan.1
Partai politik itu sendiri mempunyai tujuan yaitu salah satunya membentuk
opini publik dengan tujuan untuk melakukan kontrol terhadap orang-orang yang
duduk dalam pemerintahan dan mendapatkan kekuasaan.2 Pada umumnya
berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, berperan sebagai penafsir kepentingan
dengan mencanangkan isu-isu politik (political issue) dan melakukan pengawasan
terhadap tindakan atau kebijaksanaan pemegang otoritas, harus dapat dicerna dan
diterima oleh masyarakat secara luas.3
Salah satu peran utama partai politik merupakan lembaga kaderisasi dan
edukasi politik. Nantinya kader-kader partai politik akan menduduki posisi
1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 117.
2 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era
Demokrasi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 66-67. 3 Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia suatu Model Pengantar, (Bandung: Sinar Baru,
1988), h. 62.
2
pengambilan kebijakan (policy-maker) di lembaga Eksekutif (Presiden, Wakil
Presiden, Menteri) ataupun Legislatif (DPR, DPRD) baik di tingkat lokal maupun
nasional. Kualitas kinerja (public-policy quality) sedikit banyak akan ditentukan dari
kualitas proses seleksi, rekrutmen, dan kaderisasi dalam tubuh parati politik.4
Dalam kehidupan politik yang modern dan demokratis, keberadaan partai
politik menjadi sebuah keharusan karena partai politik memiliki fungsi utama adalah
untuk bersaing memenangkan pemilu, mengagregasikan berbagai kepentingan
masyarakat, dan mempersiapkan para calon pemimpin yang akan duduk dalam
pemerintahan.5 Dalam masyarakat pada tingkat tertentu kepentingan dari partai
politik itu sendiri memiliki lebih dari satu tujuan, yaitu mereka berusaha
mengagregasikan berbagai tujuan dan kepentingan tersebut.
Partai Perindo merupakan singkatan dari Partai Persatuan Indonesia. Persatuan
Indonesia merupakan partai modern dengan memadukan partai kader dan partai
massa dengan menjunjung tinggi pengelolaan partai secara profesional. Partai baru
yang didirikan oleh Hary Tanoesoedibjo merupakan seorang pengusaha dan pemilik
MNC Group. MNC (Media Nusantara Citra) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang media atau lebih dikenal dengan nama MNC Media, yang berpusat di Jakarta,
Indonesia. Partai Perindo pada tanggal 7 Februari 2015 mendeklarasikan sebagai
partai baru. Partai Perindo telah resmi disahkan sebagai badan hukum partai politik
pada tanggal 8 Oktober 2014. Hary Tanoesoedibjo menegaskan dalam tiga tahun
4 Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era
Demokrasi, h. 10. 5 Akbar Tandjung, The Golkar Way, (Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama;2004), h. 4.
3
Partai Perindo sudah membentuk sayap-sayap bukan hanya tingkatan DPP tapi juga
DPD. Tujuannya supaya mengembangkan sayap Partai Perindo untuk masyarakat
yang lebih luas dan mampu menyejahterakan rakyat dan memperkuat demokrasi di
Indonesia.6
Sebagai partai yang relatif masih sangat baru dan sudah teruji oleh jalannya
pemilu, apa yang disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo masih perlu pembuktian.
Oleh karena itu, sejauh mana Partai Perindo mampu merekrut perempuan sehingga
bisa menjawab apa yang menjadi tuntutan undang-undang. Pertama, apakah partai
perindo mampu atau tidak mengumpulkan 30% perempuan sebagai partai yang relatif
masih baru ini. Kedua, apakah partai perindo mampu atau tidak merekrut perempuan
yang terbaik dari sisi kapasitas politik.
Strategi yang perlu diperhatikan partai politik adalah strategi eksternal, strategi
ini ditujukan partai politik kepada pihak-pihak yang berada di luar organisasi partai
politiknya sendiri, dan strategi internal, strategi pemberdayaan dalam struktur,
interaksi, dan budaya organisasi yang terdapat dalam tubuh partai politiknya.7 Banyak
yang dilakukan Partai untuk mencari kader atau perluasan basis massa dengan cara
apapun dan tentunya menguntungkan partai. Partai Perindo mempunyai strategi untuk
memperkenalkan masyarakat dengan jargonnya yaitu “Bangun Masyarakat Bawah”
itulah strategi yang dilakukan untuk bangkitkan Macan Asia. Berupaya menjadikan
6 Dian Ramdani, “Partai Perindo Lahir untuk Kesejahteraan Indonesia” Artikel ini diakses
melalui https://nasional.sindonews.com pada Minggu 8 Februari 2015. 7 Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era
Demokrasi, h. 357-358.
4
Indonesia kembali menjadi bangsa yang disegani Macan Asia. Partai Perindo
membangun bangsa dengan cara membangun masyarakat, khususnya masyarakat
ekonomi lemah. Membangun Negara itu, membangun masyarakatnya menjadi
produktif.8
Strategi yang dilakukan oleh partai selalu berhubungan dengan komunikasi
politik, supaya partai bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin
ditingkatkan. Komunikasi yang melibatkan aktor-aktor politik dan pesan-pesan
politik, atau berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan, dan kebijakan pemerintah.9
Sistem komunikasi politik ideal terdiri dari tiga aktor yaitu lembaga politik,
media, dan warga Negara yang berada dalam lingkungan sosial politik nasional. Pola
komunikasi politik terjadi secara top-down, dari struktur-struktur politik kepada
masyarakat. Komunikasi politik juga terjadi secara bottom-up, dari masyarakat
kepada para elit politik, terlebih dengan hadirnya media. Tujuannya adalah untuk
memengaruhi proses dan kebijakan politik pada lembaga-lembaga politik.10
Rekrutmen politik merupakan seleksi atau pemilihan terhadap seseorang atau
sekelompok untuk menjalankan peranan dalam sistem politik di pemerintahan. Sesuai
dengan fungsinya, partai politik merupakan partai tunggal seperti dalam sistem
politik totaliter, dimana partai politik merupakan partai mayoritas dalam badan
8 Partai Perindo. “Bangun Mayarakat Bawah, Strategi Partai Perindo Bangkitkan Macan Asia”
Artikel ini diakses melalui https://partaiperindo.com pada 14 April 2016. 9 Muhammad Qadaruddin, Kepemimpinan Politik Perspektif Komunikasi, (Jakarta: Deepublish,
2016), h. 5. 10
Salvatore Simarmata, Media dan Politik: Sikap Pers terhadap Pemerintahan Koalisi di
Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 13.
5
perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem
politik demokrasi.11
Fungsi utama partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen politik, dalam UU
No.31 Tahun 2002 tentang partai politik pasal 7 ayat 5 di jelaskan bahwa, proses
pengisian jabatan politik dengan mekanisme demokrasi yang memperhatikan
kesetaraan dan keadilan gender. Partai politik dalam bukunya Miriam Budiardjo
dijelaskan bahwa:
Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik juga berfungsi mencari
dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai (political recruitment).12
Rekrutmen politik merupakan suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-
anggota kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik.13
Partai
politik jika melakukan keahlian politik secara efektif, maka dapat memperoleh dan
mempertahankan kekuasaan kepada anggota-anggotanya sebagai calon-calon aktor
pengendalian kekuasaan pemerintah. Maka disinilah kepentingan partai politik perlu
ditonjolkan, agar dapat menarik sebesar mungkin dukungan masyarakat untuk
memenangkan kompetisi kekuasaan.14
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu No.12 Tahun 2003, dalam
politik formal keterlibatan perempuan di Indonesia mulai memperoleh ruang yang
menyebukan pentingnya affirmatife action bagi partisipasi politik perempuan dengan
11
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 144. 12
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Politik, h.14. 13
Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2004) h. 99. 14
Al Andang, Keadilan Sosial, Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia,
(Jakarta: Buku Kompas Median Nusantara, 2004), h. 53.
6
menetapkan jumlah 30% dari seluruh calon partai politik pada parlemen di tingkat
nasional maupun lokal. Affirmative action merupakan upaya strategis untuk
mempromosikan keamanan dan kesempatan bagi kelompok tertentu atau kelompok
minorotas dalam masyarakat seperti perempuan yang kurang terwakili dalam proses
pengambilan keputusan.
Kesadaran politik perempuan Indonesia dapat dikatakan cukup dinamis ketika
masa pra kemerdekaan sampai masa pemerintahan Orde Lama. Namun, selama 32
tahun pemerintahan Orde Baru berkuasa, peran perempuan diranah publik mulai
mengalami kemunduran bahkan dalam banyak hal perempuan tidak diberi akses
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.15
Terdapat dua persoalan perempuan dalam politik di Indonesia. Pertama, belum
adanya platform partai secara konkrit membela kepentingan perempuan. Kedua,
masalah keterwakilan perempuan yang sangat rendah diruang publik. Oleh karena
itu, tindakan affirmative sangat penting bagi perempuan dalam kouta 30% di
parlemen dalam pemilihan umum.
Dalam penelitian ini penulis sangat tertarik pada strategi partai perindo DKI
Jakarta dalam perekrutan massa perempuan, penulis ingin mengetahui sejauh mana
peran perempuan di kalangan partai politik dan bagaimana perempuan menghadapi
perpolitikan di Indonesia. Maka dari itu, penulis ingin melihat secara mendalam
15
Suryanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: CV Rajawali, 1984),
h. 175.
7
bagaimana strategi yang dilakukan partai perindo untuk memperluas basis massa
perempuan di Dki Jakarta.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Partai Perindo dalam hal rekrutmen basis massa
Perempuan di DKI Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Strategi Partai Perindo dalam hal rekrutamen basis massa
Perempuan di DKI Jakarta
C.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau dijadikan referensi
tambahan bagi penelitian selanjutnya sehingga mampu memberikan hasil
yang lebih berkualitas tentang Strategi Partai Politik
b. Secara sosial
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi masyarakat khususnya
yang memiliki dasar keilmuan di bidang politik dalam memilih partai
politik sebagai kendaraan politiknya
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini ada beberapa literatur yang membahas sesuai dengan topik
yang memiliki kesamaan dan keterkaitan dengan penelitian ini. Terdapat penelitian-
8
penelitian berupa skripsi, karya ilmiah dalam bentuk buku, dan artikel. Diantara karya
ilmiah dalam bentuk buku yang terkait dengan ini antara lain;
Pertama, penelitian yang ditulis Fanina Fanindita16
, tentang Rekrutmen Politik
terhadap Perempuan dalam Partai Politik dan Parlemen, Studi terhadap DPRD
tingkat 1 per2004-2009 di Sumatera Utara. Penelitian Fanina membahas tentang
peranan partai politik terhadap rekrutmen perempuan dalam partai politik dan
parlemen. Partai politik sangat berperan sebagai lembaga yang berusaha mewakili
kepentingan rakyat. Keterwakilan perempuan dan kualitas wakil rakyat sangat
tergantung dari sistem rekrutmen yang dilakukan partai politik. Kouta 30% yang
diberlakukan tidak meningkatkan keterwakilan perempuan secara signifikan. Teori
yang digunakan adalah teori Politik Gender, teori Partai Politik, teori Rekrutmen,
teori Pemilihan Umum dan Sistem Pemilihan Umum, teori Keterwakilan Politik, teori
Lembaga Legislatif Republik Indonesia.
Penelitian ini menyimpulkan dalam struktur politik formal atau diarena
pembuatan keputusan publik disegala tingkatan di Indonesia bahwa rendahnya
representasi perempuan. Ditingkat lokal peraturan-peraturan daerah juga tidak pernah
memperhatikan aspirasi perempuan. Sehingga menimbulkan dampak dari kebijakan
tersebut bahwa perempuan menjadi termarginalisasi dalam proses politik formal baik
di organisasi kemasyarakatan, partai politik, legislatif maupun eksekutif.
16
Fanina Fandita, “Rekrutmen Politik terhadap Perempuan dalam Partai Politik dan Prlemen,
studi terhadap DPRD tingkat 1 periode 2004-2009 di Sumtra Utara”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara Medan, 2009).
9
Kedua, penelitian yang ditulis Zaenal Mukarom17
, penelitian ini membahas dan
menganalisis tentang Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik tentang
Keterwakilan Perempuan di Legislatif. Penelitian tersebut menjelaskan partisipasi
perempuan sampai saat ini masih kurang, keterbatasan partisipasi perempuan
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap upaya
pemberdayaan perempuan, hal ini dibuktikan dengan keterwakilan perempuan di
panggung politik dan lembaga politik formal jumlahnya masih sangat rendah
dibandingkan laki-laki. Dalam jurnal di atas menurut Zaenal bahwa, partisipasi
perempuan di wilayah politik perlu diupayakan dengan memaksimalkan dan
memberdayakan perempuan itu sendiri, strategi komunikasi politik harus benar
sehingga perempuan bisa maksimal berpartisipasi, termasuk mendapatkan perwakilan
di legislatif.
Ketiga, Penelitian Fajar Apriani18
, Penelitian ini membahas dan menganalisis
tentang Keterwakilan Perempuan dalam Kancah Politik Studi: Pendapatan
Perempuan Kota Samarinda. Penelitian menurut Fajar ini berhasil menghimpun
pendapat perempuan di kota Samarinda mengenai keterwakilan perempuan dalam
kancah politik. Suara perempuan selama ini hampir tidak terakomodasi dengan baik,
mempengaruhi keterwakilan perempuan dalam kancah politik.
17
Zaenal Mukarom, “Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik Tentang Keterwakilan
Perempuan di Legislatif”, Jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Vol.9 No.2,
Desember 2008). 18
Fajar Apriani, “Keterwakilan Perempuan dalam Kancah Politik Studi: Pendapatan Perempuan
Kota Samarinda”, (Skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Administratif, Universitas
Mulawarman, 2013).
10
Keempat, penelitian yang ditulis Nuni Silvana19
, tentang Keterwakilan
Perempuan dalam Kepengurusan Partai Politik dan Pencalonan Legislatif.
Penelitian ini menjelaskan perempuan telah diberi kouta tersendiri baik dalam
kepengurusan partai politik maupun pencalonan legislatif yaitu sebesar 30% kuota
perempuan. Penelitian menurut Nuni ini menyimpulkan bahwa, dalam undang-
undang partai politik sudah secara tegas dicantumkan bahwa keterwakilan perempuan
dalam kepengurusan partai politik yaitu sebesar 30% dari keseluruhan pengurus
Partai Politik, baik di pusat maupun di daerah. Dalam Undang-Undang Pemilu DPR,
DPD, dan DPRD telah diatur tentang pencalonan legilslatif bahwa dengan kuota yang
sama yaitu 30% dari keseluruhan calon yang diajukan Partai Politik.
Meskipun dalam pencalonan legislatif telah diatur tentang batas keterwakilan
perempuan, tetapi jumlah perempuan yang berhasil duduk di kursi legislatif masih
belum mencapai kuota yang dicalonkan yakni sebesar 30%. Dengan undang-undang
Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Peghapusan Segala bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan, sudah sesuai dengan ketentuan tentang kuota bagi
perempuan dalam kepengurusan Partai Politik dan pencalonan legislatif. Karena
undang-undang ini menghendaki agar dilakukan affirmatif dalam menperjuangkan
hak politik perempuan. Dan kebijakan ini bukan merupakan diskriminasi.
E. Metode Penelitian
E.1. Jenis Penelitian
19
Nuni Sivana, Keterwakilan Perempuan dalam Kepengurusan Partai Politik dan Pencalonan
Legislatif, (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, 2013).
11
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Metode tersebut menjelaskan untuk mengungkapkan masalah dengan cara
menggambarkan atau memaparkan apa adanya dari penelitian.20
Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu studi lapangan dengan metode
wawancara mendalam dengan subjek penelitian, dan dokumentasi.
E.2. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah (in-depth interview), dimana proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dan orang yang
diwawancarai.21
Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan
Ketua DPW Partai Perindo dan Ketua bidang Perempuan Partai Perindo
DKI Jakarta dan kader-kader Partai Perindo
b. Studi Literatur
Studi literatur adalah cara untuk mengumpulkan data dengan melakukan
cara dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat
sebelumnya, seperti jurnal-jurnal, skripsi, buku-buku. Yang berkaitan
dengan tema Strategi Partai Perindo dalam Perluasan Basis Massa
Perempuan Partai Perindo di DKI Jakarta.
20
Winarno S, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsiti, 1989),
h, 138. 21
Sutopo, HB, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006), h, 72.
12
E.3. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif yang
bertujuan memberikan gambaran suatu masyarakat tertentu atau gambaran tentang
suatu peristiwa. Data kualitatif ini langsung dari pendapat orang-orang yang telah
berpengalaman, pandangan serta sikapnya, dokumen-dokumen.22
Penelitian deskriptif
merupakan penelitian untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena
sosial, dengan mendeskripsikan variabel yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti.23
Dalam penelitian ini data-data tersebut dianalisis berdasarkan teori gender dan
politik, teori kuota, teori partai politik, konsep rekrtmen, dan konsep strategi, yang
kemudian dari hasil analisis data tersebut dapat ditarik kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Penulis membuat sistematika penulisan skripsi ini yang terdiri dari lima bab,
yaitu:
Bab I, penulis menjelaskan beberapa sub bagian yaitu, pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dengan hasil
beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian Strategi Partai
Perindo DKI Jakarta dalam Perekrutan Massa Perempuan, serta metode penelitian
dan sistematika penulisan.
22
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2014), h.331. 23
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosia l, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 14.
13
Bab II, penulis menggunakan kerangka teori untuk mengkaji lebih dalam untuk
menganalisis dan menjelaskan fenomena dan dijadikan sebagai objek penelitian.
Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori gender dan politik, teori kuota, teori
partai politik, dan konsep rekrutmen.
Bab III, penulis menjelaskan keberadaan partai perindo dalam dinamika politik
Indonesia menjelang pemilu 2019. Tertera dalam Undang-Undang tentang Partai
Politik dan Undang-undang tentang Pemilu 2019, penulis juga menjelaskan sejarah
dan perkembangan partai perindo dalam peserta pemilu 2019 di dunia politik
Indonesia, penulis juga menjelaskan pelaksanaan pemilu 2019 kaitannya dengan
affirmative action dan upaya memenuhi persyaratan 30% caleg perempuan.
Bab IV, penulis menjelaskan hasil penelitian skripsi ini bagaimana perluasan
basis massa perempuan partai perindo di DKI Jakarta dan proses yang dilakukan
partai perindo dalam merekrut massa perempuan. Keberadaan sayap perempuan
kartini perindo dalam performance kepedulian partai terhadap pasrtisipasi politik
perempuan.
Bab V, penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan hasil bab sebelumnya
yang kemudian dijadikan kesimpulan dan memberikan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEP
A. Teori Gender dan Politik
Gender merupakan istilah untuk menyebut kefemininan dan kemaskulinan yang
dibentuk secara sosial. Perilaku gender merupakan terbentuk melalui proses
pembelajaran, sesuatu yang bukan berasal dari dalam diri sendiri tapi hadir dengan
secara alamiah dan tidak dipengaruhi oleh manusia.1 Perbedaan seks dan gender
terlihat dari karakter biologis antara laki-laki dan perempuan. Seks merupakan
perbedaan antara pola genetik dan struktural genetikal sedangkan gender suatu
konsep sosial yang diantaranya berkaitan dengan sejumlah karakteristik psikologis
dan perilaku yang kompleks.2
Menurut Wowen’s Studies Encyclopedia, arti gender merupakan konsep
kultural yang berkembang di masyarakat dengan upaya membuat perbedaan
mentalitas, peran, karakter emosional, dan perilaku. Perbedaan melekat pada
masyarakat sehingga masyarakat beranggapan bahwa sesuatu yang bersifat kodrati
tentunya melahirkan pola hubungan dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan
menjadi ketimpang.3
1 Heriyani Agustina, Keterwakilan Perempuan di Parlemen dalam Perspektif Keadilan dan
Kesetaraan Gender dalam buku Gender dan Politics, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2009), h. 165. 2 Saparinah Sadli, Berbeda tetapi Setara: Pemikiran tentang Kajian Perempuan (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara,2010), h. 22-23. 3 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani
(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2007), h. 277.
15
Gender secara umum merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
yang tampak dilihat dari nilai dan tingkah laku.4 Kata gender menurut John M.
Echols & Hassan Sadhily berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.
Dikonstruksikan secara sosial maupun kultural gender merupakan suatu sifat yang
melekat pada laki-laki maupun perempuan. Konsep gender juga bisa dikatakan
dengan perubahan ciri dan sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat lainnya.5
Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dan
peran antara laki-laki dan perempuan diantaranya. Pertama, nature teori ini yang
beranggapan bahwa peran laki-laki dan perempuan merupakan peran yang telah
digariskan oleh alam. Perumpamaan sifat positif ditujukan bagi laki-laki sedangkan
yang negatif bagi perempuan. Kedua, nurture teori yang beranggapan bahwa peran
laki-laki dan perempuan merupakan hasil konstruksi masyarakat patriarki dimana
peran laki-laki begitu sangat menguntungkan dibanding perempuan. Ketidakadilan ini
menjadikan para feminis memperjuangkan kesetaraan perempuan yang cenderung
mengejar kesamaan kuantitas dalam segala bidang. Ketiga, equilibrium teori yang
menekankan konsep kemitraan dan keharmonisasi antara laki-laki dan perempuan.
4 Rahmawati, A, “Persepsi Remaja Tentang Konsep Maskulin dan Feminim Dilihat Dari
Beberapa Latar Belakangnya”, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, 2004) tidak diterbitkan, h. 19. 5 Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 71.
16
Penerapan teori equilibrium dengan melihat masalah kontekstual dan situasional
bukan berdasarkan perhitungan kuantitas dan kuota.6
Beberapa pengertian gender telah dijelaskan bahwa identitas gender merupakan
seseorang mengenai dirinya sendiri yang berlangsung secara sadar maupun tidak
sadar. Berbagai karakteristik yang melekat merupakan proses sosialisasi yang
dilakukan sejak lahir. Oleh karena itu, jika seks sesuatu yang tidak dapat
dipertukarkan maka peran gender dapat saja berubah dengan perkembangan
masyarakat dan usia seseorang.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender, dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai pranata hukum mulai
dari ratifikasi konvensi CEDAW (Convention on Elimination Discrimination Against
Women), dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
PBB Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap wanita. Indonesia
faktanya masih berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada di dalam Indeks
Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI) pada tahun 2007,
sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat signifikan, Indonesia
berada di urutan 90, yang mengartikan perempuan di Indonesia masih belum
menikmati hak dan standar yang sama dengan laki-laki.7
B. Teori Kuota
6 Sri Sundari Sasongko, Konsep dan Teori Gender (Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan
Kualitas Perempuan, BKKBN,2007), h. 18-21. 7 Rasyidin dan Fidhia Aruni, GENDER DAN POLITIK, Keterwakilan Wanita Dalam Politik,
(Lhokseumawe: PT Unimal Press, 2016), h. 2.
17
Kuota gender merupakan ukuran untuk melawan diskriminasi yang dibuat
dengan niat merekrut cukup banyak perempuan ke posisi politik untuk memastikan
perempuan bukan semata-mata aktor dalam arena politik. Langkah ini berusaha untuk
mengatasi kendala yang menyebabkan kurang terwakilinya perempuan dalam politik,
serta meningkatkan jumlah perempuan yang saat ini melambat dalam politik.
Meskipun ada berbagai jenis sistem kuota gender, yang paling umum adalah Political
Party Qoutas (kuota partai politik), Legislative Quotas (kuota legislatif), dan
Reserved Quotas (kursi yang dipesan).
Sejarah kuota gender pada tahun 1930-an, ketika India di bawah pemerintahan
Inggris mengadopsi kuota untuk badan administratif tingkat lokal. Undang-Undang
Pemerintah India tahun 1935 menyisihkan kursi untuk perempuan di provinsi tersebut
dan badan legislatif pusat, selain kuota lain untuk kelompok minoritas dari kasta yang
berbeda. Sistem kuota gender awal, sebagian besar dipimpin oleh orang Asia dan
Afrika negara, umumnya berupa kursi yang dipesan. Taiwan diadopsi sebagai
pendiam kursi pada 1940-an, Pakistan pada 1950-an, dan Ghana pada 1960-an.
Global lintasan telah sebagai berikut: antara tahun 1930 dan 1980 hanya sepuluh
negara kuota yang ditetapkan (termasuk Bangladesh, Uganda, dan Mesir, melalui
Mesir) kemudian mencabut kuotanya, diikuti oleh 12 negara tambahan pada tahun
1980-an. Pada 1990-an kuota gender didirikan di lebih dari 50 negara; sejak 2000
sekitar 40 negara telah membuat kuota. Jadi, keluar dari lebih dari seratus negara
yang memiliki kuota, lebih dari 75 persen mengadopsi mereka selama lima belas
tahun terakhir. Menariknya, mayoritas negara bagian yang telah mengadopsi kuota
18
gender dalam lima belas tahun terakhir berasal dari negara-negara berkembang atau
tidak industri.8
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, di Indonesia secara tegas dicantumkan
tentang adanya persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Pasal 27 ayat 1
Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar
1945 menjelaskan tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Sebuah cara yang cukup fleksibel dan amat baik untuk meningkatkan
representasi perempuan dalam parlemen adalah dengan adanya kuota gender. Negara
yang menerapkan kuota gender adalah negara yang belum mapan demokrasi, dengan
menerapkan pendekatan secara sukarela dan yang terkesan dipaksakan. Negara yang
menerapkan kuota perempuan di parlemen dengan model reserved quotas adalah
negara-negara berkembang seperti Bangladesh, Pakistan, Ghana, Uganda.9 Penerapan
kuota gender terbagi kedalam tiga, yaitu: Political party quotas, Legislative quotas,
Reserved seat.
B.1. Political Party Quotas
Untuk sistem ini kuota dapat diterapkan dengan menominasikan proporsi
perempuan di semua wilayah dengan satu anggota, atau wilayah yang menjadi pihak,
8 Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 43.
9 Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 43.
19
berharap untuk menang. Namun, karena persaingan dalam sistem mayoritas adalah
antar individu, maka partai memasukkan beberapa kandidat, dalam pemilihan umum
partai-partai bisa kurang bersedia mencalonkan kandidat perempuan jika ada yang
kurang etos terhadap publiknya atau ragu untuk mencalonkan. Contoh beberapa partai
nasional yang menggunakan kuota partai politik adalah Partai Buruh Australia, Partai
Demokrasi dan Liberal Baru Kanada, dan Partai Demokrat Kenya.10
Dalam negara yang memilih menggunakan jenis single-member wilayah,
sistem political party quotas paling cocok diterapkan sebagai sistem pemilihannya.11
Partai-partai yang menganut sistem ini diadopsi secara sukarela, untuk meningkatkan
proporsi perempuan di antara partai kandidat atau terpilih perwakilan, kebanyakan
melalui pengaturan persentase, proporsi, atau rentang numerik untuk daftar pesta.12
B.2. Legislative Qoutas
Kuota legislatif, yang juga berlaku untuk proses pemilihan kandidat oleh
pihak yang mengikuti pemilihan, berbeda dari kuota partai karena tidak diadopsi
secara sukarela melainkan kuota yang diamanatkan secara hukum yang berlaku untuk
semua pihak. Ini adalah bentuk terbaru dari sistem kuota, dan hanya muncul pada
tahun 1990-an di negara-negara berkembang, terutama di Amerika Latin, Timur
Tengah, dan di seluruh Eropa Tenggara. Adopsi kuota ini menyebar dengan cepat
sebagian karena gerakan perempuan transnasional aktif, yang melaluinya berbagi
10
Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 45. 11
Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 47. 12
Joni Lovenduski, Politik Berparas Perempuan (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 225.
20
informasi memungkinkan organisasi, aktivis, dan intelektual lokal untuk
mempublikasikan dan mempolitisir perwakilan perempuan yang kurang politis.
Seperti itu kegiatan dan penekanan internasional pada kehadiran politik perempuan
yang dipimpin banyak organisasi wanita yang berhasil mendorong adopsi kuota
negara mereka. Pada saat yang sama organisasi lokal, bersama dengan gerakan
perempuan transnasional, memobilisasi masyarakat sipil untuk menekan lembaga
internasional dan bilateral seperti PBB, Bank Dunia, dan Lembaga Pembangunan lain
yang mempromosikan pembangunan manusia, untuk secara eksplisit mengatasi
diskriminasi perempuan dalam politik sebagai bagian dari perkembangan perempuan
itu sendiri.13
Kuota legislatif diberlakukan baik melalui reformasi hukum pemilu atau
konstitusi nasional. Sama dengan kuota partai, kuota legislatif berlaku juga untuk
proses pemilihan kandidat yang mengharuskan perempuan untuk membentuk antara
25% sampai 50% dari semua kandidat. Kuota legislatif diterapkan dengan berbagai
cara tergantung pada sistem pemilihannya. Contoh negara yang menggunakan kuota
legislatif adalah Brasil, Indonesia, dan Prancis.
B.3. Reserved Quotas
Dalam jenis ini merupakan jenis yang kontroversial, karena perempuan
mendapat hak yang lebih istimewa dalam kursi parlemen dibanding dengan dua jenis
yang lainnya, tiap partai mempunyai jatah kursi untuk perempuan yang tentunya
13
Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 48.
21
berbeda dengan sistem political party quotas dan legislative quotas.14
Kuota kursi
yang dipesan berbeda dari dua jenis kuota lainnya mengamanatkan jumlah minimum
atau persentase legislator perempuan. Negara yang otomatis mendapat jaminan kursi
adalah negara Pakistan.
Kuota kursi yang dipesan seringkali ditetapkan melalui reformasi untuk
konstitusi nasional atau hukum pemilu. Ketentuan kuota legal ini mandat sebagian
besar bekerja dalam satu dari tiga cara: pertama, pihak menerima yang dipesan kursi
secara proporsional dengan suara yang mereka terima dalam pemilu (seperti dalam
Bangladesh dan Pakistan), atau daftar pemilihan yang terpisah dibuat untuk
perempuan (seperti di Rwanda), atau wanita yang menerima suara tertinggi secara
umum pemilihan langsung per wilayah dipilih ke parlemen untuk dilakukan secara
khusus kursi (seperti di Afghanistan dan Yordania).
Dalam istilah bahasa Indonesia reserved quotas merupakan calon perempuan
telah dipisahkan kursinya terlebih dahulu di parlemen atau telah diberi jatah terlebih
dahulu. Sejak 2000 tipe kuota ini telah kembali populer di sejumlah negara terutama
di Afrika yang sebaliknya memiliki tingkat keterwakilan perempuan yang sangat
rendah. Jaminan memajukan keterwakilan perempuan di bawah kuota ini telah
menjadikannya obat yang ideal untuk negara-negara berkembang yang bertujuan
untuk dengan cepat mengatasi kelangkaan wanita dalam politik.15
C. Teori Partai Politik
14
Mona Lena Krook, Quotas for Women in Politics : Gender and Candidate Selection
Reform Worldwide (New York : Oxford University Press, 2009), h. 57. 15
Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics, h. 49.
22
C.1. Pengertian Partai Politik
Partai politik memiliki keistimewaan sebagai institusi politik yang dapat
mengajukan orang-orang yang akan duduk di dalam pemerintahan. Partai politik
salah satu mekanisme utama yang menghubungkan pemilih dengan institusi
pemerintahan. Selain itu, partai poltik juga berurusan dengan keberlanjutan dari
masyarakat dan memfokuskan diri pada perilaku dan pilihan pemilih, serta
memainkan peran utama seperti menominasikan calon untuk jabatan politik tertentu
dan mengorganisasikan dan menandai kampanye pemilu.16
Pada 10 September 1912 partai politik di Indonesia lahir ketika Sarekat Islam
didirikan oleh H. Oemar Said Tjokroaminoto.17
Partai politik dianggap menjadi
wahana yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Partai politik sebagai
sarana untuk berpartisipasi. Max Weber mengkategorikan sebagai pendiri pemikiran
politik modern (Brechon 1999).
Berdasarkan ideologi partainya, partai politik adalah sebuah organisasi yang
memerlukan anggota dalam menajalankan setiap program-program yang disusun
secara rapi, dan fungsi utama dari partai politik itu sendiri adalah mencari kader yang
berkualitas dan bisa mempertahankan kekuasaan.18
Dalam bukunya Miriam
Budiardjo partai politik menurut Sigmun Neuman, partai politik merupakan:19
16
Ikhsan Darmawan, Mengenal Ilmu Politik, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2015), h.
128. 17
Anthonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, (Medan: Fisip USU, 2002), h. 106. 18
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 117. 19
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 404.
23
Organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan dan merebut dukungan rakyat atas
persaingan dengan suatu golongan lainnya yang mempunyai
pandangan yang berbeda.
Jadi dalam mengendalikan kekuasaan dan pemerintahan yang sedang berjalan,
partai politik merupakan suatu organisasi yang berusaha mencari anggotanya dan
meposisikannya di tempat yang berkualitas supaya menjadikan wakil partainya serta
menghimpun kekuatan dan dukungan rakyat.
C.2. Fungsi Partai Politik
Partai politik di negara demokrasi menjalankan fungsinya sesuai harkatnya,
yaitu untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan
memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa. Beberapa fungsi partai
politik yaitu: Pertama, dalam partai politik memainkan peran sebagai penghubung
antara yang memerintah dan yang diperintah itulah yang dimaksud dengan
komunikasi politik. Komunikasi politik bisa dikatakan apabila terjadi arus informasi
dan dioalog dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.20
Kedua, Sosialisasi
politik merupakan penghubung nilai dari generasi satu ke generasi yang lain.21
Ketiga, memegang peranan penting dalam sistem politik yaitu rekrutmen politik,
karna proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsinya. Jadi bisa
dikatakan sukses atau tidaknya rekrutmen politik itu menjadi sangat penting pada
sistem politik yang sedang berlangsung.22
20
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 406. 21
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 408. 22
Komarudin Sahid, Memahami Sosiologi Politik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 128.
24
D. Konsep Rekrutmen
D.1. Pengertian Rekrutmen Politik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rekrutmen merupakan proses atau cara
perebutan merekrut (Memasukkan atau Mendaftarkan Calon Anggota Baru).23
Struktur dan sistem politik dalam organisasi partai politik merupakan hal yang paling
bertanggung jawab, karena untuk melahirkan pemimpin berkualitas. Dalam partai
politik sistem rekrutmen, seleksi, dan kaderisasi politik perlu dikembangkan. Supaya
dapat bisa diseleksi antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi
partai politik.24
Rekrutmen politik berkaitan erat dengan masalah seleksi keanggotaan dalam
internal partai. Berbagai macam cara untuk melakukan rekrutmen politik, melalui
kontak persuasi, pribadi, ataupun dengan cara lain.25
Setiap partai butuh kader-kader
yang berkualitas, yang dengan demikian mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mengembangkan diri.
Dalam Undang-Undang Partai Politik No. 2 tahun 2011 Pasal 29 Ayat 2 Bab XI
tentang Rekrutmen Politik. Rekrutmen politik sebagaimana yang dijelaskan pada ayat
1 dilakukan secara terbuka dan demokratis sesuai dengan AD dan ART serta
23
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English
Press, 1992). 24
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 70. 25
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 408-409.
25
peraturan perundang-undangan. Pengertian rekrutmen politik dalam bukunya Ramlan
Surbakti, Memahami Ilmu Politik adalah:26
Seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam
sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya,
dengan mengkhususkan kepada orang-orang yang mempunyai bakat
yang cukup menonjol, partai politik menyeleksi dan menempatkannya
sebagai seorang calon pemimpin baik dalam skala nasional maupun
dalam kewilayahan.
Adapun mekanisme rekrutmen politik partai yang dikemukakan oleh Rush
dan Althoff.27
Pertama, sistem yang berdasarkan pada ujian-ujian terbuka yaitu
rekrutmen terbuka, dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik.
Kedua, sistem pengrekrutan administratif yang didasarkan atas patronase yaitu,
rekrutmen tertutup. Proses rekrutmen politik selalu bermakna ganda. Pertama, peran
warga yang nonpolitik berasal dari aneka subkultural, agar bisa untuk memainkan
peran-peran politik. Kedua, menduduki posisi politik yang tersedia, seperti kepala
Negara, anggota legislatif, dan kepala daerah. Proses rekrutmen politik merupakan
proses dua arah, dikatakan proses dua arah karena individu yang mampu
mendapatkan kesempatan atau mungkin didekati oleh orang lain dan kemudian bisa
menjabat posisi-posisi tertentu dengan cara yang sama.28
D.2. Sistem Rekrutmen Poltik
26
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 118. 27
Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik diterjemahkan oleh Kartini
Kartono (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 247. 28
Komarudin Sahid, Memahami Sosiologi Politik, h. 130.
26
Selain cara-cara pengrekrutan yang biasanya diasosiasikan dengan perubaan
personil yang ekstensif, yaitu dengan cara patronage: suatu sistem yang tetap penting
sampai sekarang di banyak Negara berkembang yang terdapat pada zaman dahulu di
Amerika Serikat dan Inggris. Suatu metode pengrekrutan lain yang sudah berjalan
lama, yang umum terdapat pada banyak sistem politik, adalah perebutan kekuasaan
dengan jalan menggunakan atau mengancamkan kekerasan. 29
Menurut Miftah Thaha yang dikutip oleh Hesel Nogi Tangkilisan,30
bahwa
dalam proses rekrutmen ada tiga sistem yang sering digunakan yaitu: Pertama,
Sistem Patronik (Patronage System), sistem karena pemikiran dasar adalah dalam
proses rekrutmen berdasarkan ikatan kerabat, kawan, dan keluarga. Sistem kawan ini
juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik,
ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan keterampilan.
Kedua, Sistem Merita (Merit System), sistem ini lebih bersifat objektif karena atas
dasar pertimbangan kecakapan, sehingga sistem ini menilai dengan objektif. sistem
seperti ini dikenal dengan “Spoil System”. Sistem ini juga berdasarkan kecakapan
seseorang untuk menduduki jabatan tertentu. Ketiga, Sistem Karir (Career System),
sistem ini menunjukkan pengertian suatu kemajuan seseorang yang dicapai lewat
usaha yang dilakukannya secara dini dalam kehidupannya.
D.3. Partai Politik sebagai Sarana Utama dalam Rekrutmen Politik
29
Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik diterjemahkan oleh Kartini
Kartono, h. 186. 30
Hesel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi (Yogyakarta: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia, 2003), h. 189-190.
27
Dalam rangka mengisi posisi dan jabatan politik tertentu partai politik wajib
melakukan seleksi dan rekrutmen, supaya berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik.
Dengan begitu rekrutmen politik memungkinkan terjadinya rotasi dan mobilitas
politik. Pada sebuah sistem politik tanpa adanya rotasi dan mobilitas politik, maka
akan muncul diktatorisme dan stagnasi politik dalam sistem tersebut. Fungsi partai
politik dalam bukunya Miriam Budiardjo dijelaskan bahwa mengajak orang yang
berbakat untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai
(political recruitment). Untuk melakukan proses seleksi kader yang benar-benar
militan dan sanggup mengemban misi organisasi, partai politik sebagai organisasi
yang berkorelasi dengan kekuasaan Negara dituntut kemampuannya.
Enam langkah yang ditempuh partai politik dalam upaya menyiapkan kader-
kader politik yang berkualitas khususnya dalam mengisi jabatan politik Negara,
yaitu:31
Pertama, tahap awal kaderisasi adalah rekrutmen kader yaitu, berupa
penetuan calon melalui seleksi yang dilakukan terhadap seluruh anggota berdasarkan
delapan kriteria yang ditentukan. Kedua, menyelenggarkan pendidikan dan pelatihan
kader tingkat dasar (basic training) atau dikenal dengan istilah kursus kader tingkat
dasar. Ketiga, penugasan (assignment) cara untuk melatih dan menguji dengan
pengalaman-pengalaman langsung. Keempat, suatu proses peningkatan kader setelah
yang bersangkutan menjalani proses penugasan yaitu menyelenggarakan kursus kader
tingkat lanjutan (retraning). Kelima, upaya menempatkan para leader pada posisi dan
peranan sebagai pelopor atau pioneer yaitu kepeloporan (avangarde) yang berfungsi
31
Komarudin Sahid, Memahami Sosiologi Politik, h. 139-140.
28
melindungi dan mengamankan operasi menejemen partai dan dapat mencegah
suasana lingkungan dari bahaya perpecahan. Keenam, keterliatan dalam diskusi dan
seminar.
E. Konsep Strategi
Strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang di tunjukan untuk
mencapai tujuan (Goals) dalam menyesuaikan sumber daya organisasi dengan
peluang dan tantangan yang di hadapi dalam lingkungan.32
Istilah strategi sebenarnya
berasal dari dunia militer, yaitu usaha untuk mendapatkan posisi yang
menguntungkan dengan tujuan mencapai kemenangan atau kesuksesan. Istilah
strategi ini kemudian berkembang dalam bidang ekonomi, manajemen, maupun
organisasi.
Dalam konteks organisasi secara keseluruhan, strategi dideskripsikan sebagai
suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya. Berdasarkan pada
definisi tersebut, terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada
strategi, yaitu lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal. Serta
tujuan yang dicapai. Inti dari suatu strategi organisasi memberikan dasar-dasar
pemahaman tentang bagaimana organisasi itu akan bersaing dan survive.
Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala
32
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga,
2006), h.12.
29
tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Adapaun mengenai taktik,
sebenarnya merupakan cara yang digunakan dan merupakan bagian dari strategi.
Implementasi Strategi. Menurut Mintzberg, konsep strategi mencangkup 5 arti
yaitu:33
a. Perencanaan, strategi sebagai rencana untuk semakin memperjelas arah yang
ditempuh secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan dalam jangka
panjang.
b. Pola, strategi sebagai pola (pattern) merupakan sebuah perilaku masa lalu
yang konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran dari
pada menggunakan yang terencana ataupun diniatkan.
c. Posisi, strategi sebagai posisi ialah menentukan sebuah brand suatu produk
dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para
penentu kebijakan, sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor
eksternal.
d. Taktik, strategi sebagai taktik, merupakan sebuah langkah taktis yang berisi
untuk mengelabui para pesaing
e. Perspektif, strategi sebagai perspektif, menyangkut visi yang terintegrasi
antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya
Jadi, strategi merupakan hal yang penting karena strategi mendukung
tercapainya suatu tujuan. Strategi mendukung sesuatu yang unik dan berbeda dari
33
“Pengertian Strategi menurut Para Ahli” Artikel ini diakses melalui https://informasiana.com
pada 14 April 2019.
30
lawan. Strategi dapat pula mempengaruhi kesuksesan masing-masing karena pada
dasarnya strategi dapat dikatakan sebagai rencana untuk jangka panjang. Strategi
tersebut dilihat berdasarkan strategi pendekatan yang dilakukan di internal dan
eksternal partai. Stretegi utama Partai Perindo menjadi partai harapan rakyat.
Sehingga dengan berbagai pendekatan program yang sesuai di harapankan
masayarakat. Dengan demikian, masyarakat akan benar-benar bisa menitipkan
aspirasi dan mewujudkan aspirasinya supaya terealisasikan.
31
BAB III
KEBERADAAN PARTAI PERINDO DALAM DINAMIKA POLITIK
INDONESIA MENJELANG PEMILU 2019
A. Tinjauan Platform Partai Perindo kaitannya dengan Perspektif Gender.
Platform partai perindo secara umum menjelaskan tentang tujuannya yaitu,
memperluas lapangan kerja, pelayanan pendidikan yang semakain merata mengurangi
kesenjangan sosial dan dengan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan fokus pada perbaikan secara siginifikan kondisi ekonomi untuk
meningkatkan income percapita, memperluas lapangan kerja, pelayanan pendidikan
yang makin merata mengurangi kesenjangan sosial, bermutu dan terjangkau, serta
pelayanan kesehatan dan jaminan social yang memadai, sehingga secara keseluruhan
kebijakan partai ialah meningkatkan taraf hidup rakyat yang layak sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.1
Bisa dikatakan platform partai perindo yang berkaitan dengan perspektif
gender tidak disinggungkan secara detail. Tapi, bisa dilihat dari sisi program kerja
yang dirancang untuk kegiatan partai, bahwa perempuan harus terlibat dalam semua
aktifitas yang dilakukan partai, seperti yang diungkapkan Armyn Gultom, Ketua
Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:
Sebagai partai baru, perindo telah mempersiapkan sedemikian
platform yang kaitannya dengan keberadaan partai. Dengan adanya
1 Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Solidaritas Indonesia, AD/ART,
Garis Besar Perjuangan Partai (Jakarta: DPP Partai Perindo, 2015), h. 106
32
pengkaderan dan kegiatan-kegiatan yang di rancang untuk
meningkatkan keikutsertaan masyarakat terlebih khusus perempuan.
Sehingga perempuan ikut terlibat di semua proses. Oleh karena itu
partai perindo hadir untuk menginspirasi partai-partai politik dan
kekuatan masyarakat lainnya agar lebih peka dan peduli terhadap
masalah kesejahteraan, terutama perempuan.2
Untuk itu partai perindo akan meningkatkan partisipasi rakyat dalam proses
politik dan demokrasi supaya terpenuhi segala kebutuhan dasar hidupnya.3 Maka bisa
dikatakan platform partai perindo yang berkaitan dengan perempuan akan terwujud
jika kepenting-kepentingan pada perempuan terpenuhi.
Visi Partai Perindo adalah mewujudkan Indonesia yang bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur, serta berkemajuan, bermartabat, berbudaya, dan sejahtera. Misi
Partai Perindo merupakan perwujudan nyata dari kepedulian, ketaatan, pengabdian,
dan kesetiaan partai yang tinggi terhadap bangsa dan Negara untuk mendorong
terciptanya pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; tegaknya
supremasi hukum dan hak asasi manusia; tumbuhnya ekonomi nasional untuk
kesejahteraan rakyat; terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera
berdasarkan Pancasila dan UUD 145 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang mandiri, bermartabat, dan berdaulat.4
2 Wawancara dengan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo
DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 15.40 WIB. 3 Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Solidaritas Indonesia, AD/ART,
Garis Besar Perjuangan Partai , h. 108 4 Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Solidaritas Indonesia, AD/ART,
Garis Besar Perjuangan Partai , h. 1-2
33
Berdasarkan visi dan misi yang telah dipaparkan, maka dirumuskanlah
platform Partai Perindo yang memuat tentang wawasan, komitmen, dan keberpihakan
partai terhadap upaya mengukuhkan Persatuan Indonesia dan upaya menyejahterakan
rakyat yang menjadi fokus utama dari kehadiran partai dalam kehidupan bangsa dan
Negara. Target dan capaian yang ingin dilakukan Perindo adalah perindo harus
menjadi 3 besar, karna kita udah sama kaya partai lama.5
Oleh karena itu partai perindo hadir untuk memberikan kekuatan masyarakat
guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakar yang masih jauh berada di bawah garis
kemiskinan, yang akan meningkatkan partisipasi rakyat dalam proses politik dan
demokrasi karena telah terpenuhi segala kebutuhan dasar hidupnya.
B. Undang-Undang tentang Partai Politik dan Undang-Undang tentang
Pemilu 2019
Partai politik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem demokrasi.
Partai politik wadah dari pengartikulasian dan pengagregasian kepentingan dan
sebagai salah satu struktur politik yang berada di posisi input, yang sangat berperan
dalam menggerakkan sistem politik dengan berbagai fungsi.6 Partai politik secara
umum memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai sarana sosialisasi politik, sarana
komunikasi politik, sarana pengatur konflik serta, sarana rekrutmen politik.
Masyarakat atau kelompoknya yang biasa disebut dengan massa, tentu merupakan
5 Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB. 6 Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan-kekuatan Politik, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2016), h. 25.
34
sasaran utama partai politik untuk meraih dukungan dalam sebuah penyelenggaraan
kegiatan politik. Dukungan inilah yang nantinya akan membuat partai politik
mengerahkan segenap kemampuannya untuk memobilisasi massa agar dapat meraih
dukungan tersebut.7
Undang-Undang No. 2 tahun 2011 Pemerintah mengesahkan tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-
Undang Partai Politik tahun 2011 ini merupakan Undang-Undang Partai Politik yang
berlaku dan mengatur partai politik, termasuk syarat pembentukan dan pesertaan
Partai politik dalam Pemilu 2019. Undang-undang tersebut dijelaskan pada Bab 1
pasal 1, bab 2 pasal 2 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5. dan Pasal 3: 8
Bab 1 Pasal 1, dalam undang-undang menjelaskan bahwa Partai
Politik merupakan sekelompok warga Negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
organisasi yang bersifat nasional. Bab 2 Pasal 2 Ayat 1: menjelaskan
bahwa partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50%
warga Negara Indonesia yang telah berusia 21 tahun dengan akta
notaris. Ayat 2, menjelaskan pendirian dan pembentukan partai
politik sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 menyertakan 30%
keterwakilan perempuan, dan Ayat 3 bahwa Akta Notaris
sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 harus memuat AD dan ART
serta kepengurusan Partai politik tingkat pusat. Ayat 5 kepengurusan
partai politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada Ayat 3
disusun dengan menyertakan paling rendah 30% keterwakilan
perempuan.
7 Abdul Mukthie Fadjar, Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia,
(Malang: Setara Press, 2012), h.18-20. 8 Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Situs Kementrian Sekretriat
Negara (Kemensetneg)
35
Dalam undang-undang yang sudah dijelaskan di atas bahwa, syarat menjadi
badan hukum suatu partai politik, partai politik harus memiliki kepengurusan
sedikitnya 60% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten atau kota pada
setiap provinsi yang bersangkutan. Sementara untuk kecamatan, harus memiliki
kepengurusan setidaknya 25% dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten atau
kota pada daerah yang bersangkutan. Dalam kesetaraan gender diatur secara tegas
dengan menentukan tingkat keikutsertaan perempuan dalam aktiitas partai politik
sedikitnya 30%, demikian juga pada jumlah kepengurusan perempuan di tingkat
provinsi dan kabupaten atau kota.9
Partai Perindo merupakan partai yang terbilang masih sangat muda. Partai ini
sudah resmi menjadi salah satu partai yang lolos dan mengikuti Pemilu 2019. Sebagai
partai politik yang baru dideklarasikan akhir tahun 2017, Perindo mempunyai beban
berat untuk menjadi partai peserta pemilu di 2019. Sebagai syarat untuk menjadi
peserta pemilu perindo wajib mengikuti aturan hukum yang tertuang dalam UU No 2
tahun 2011 tentang partai politik dan yang menjadi utama dan paling mendasar untuk
partai politik agar dapat lolos verifikasi dan dinyatakan sebagai partai peserta pemilu
tertuang dalam Pasal 3 poin c dan d.
Presiden Joko Widodo telah mengesahkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Undang-undang ini menjadi dasar hukum penyelenggaraan
Pemilu DPR,DPD, DPRD dan Pilpres tahun 2019 yang akan diselenggarakan secara
9 Rasyidin dan Fidhia Aruni, Gender dan Politik: Keterwakilan Wanita Dalam Politik,
(Lhokseumawe: PT Unimal Press, 2016), h. 4.
36
serentak. Dilaksanakannya Pemilu ini berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. 10
Dengan undang-undang tersebut yang selanjutnya menjadi
pedoman partai perindo dalam melakukan pergerakan politik di Indonesia.
C. Sejarah dan Perkembangan Partai Perindo dalam Peserta Pemilu 2019
Partai perindo merupakan singkatan dari Persatuan Indonesia partai yang
menganut partai modern dengan memadukan partai massa dan partai kader yang
menjunjung tinggi pengelolaan partai secara profesional. Sebagai Partai termuda
Partai Perindo harus menghargai partai politik lain yang jauh lebih senior. Bahwa
mereka adalah saudara seperjuangan, sebagai mitra kerja untuk mewujudkan
Indonesia yang sejahtera.
Partai Persatuan Indonesia atau sering disebut Partai Perindo merupakan salah
satu partai yang baru mengepakkan sayapnya di dunia politik Indonesia. Partai ini
sudah berjalan selama 3,5 tahun. Partai perindo awalnya merupakan sebuah
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), kemudian berubah menjadi partai yang baru.
Lahirnya partai baru ini berupaya mampu mensejahterakan rakyat serta memperkuat
demokrasi di Indonesia. Partai perindo didirikan pada tanggal 24 Februari 2014.
Partai perindo ini di ketuai oleh Hary Tanoesoedibjo selaku bos MNC Grup
10
Admin KPU, “Iniliah Undang-Undang yang Menjadi Dasar Pemilu 2019” Artikel ini diakses
melalui www.kpujepara.go.id pada 22 Agustus 2017.
37
kemudian deklarasi di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, pada 7
Februari 2015.11
Partai perindo mendeklarasi dihadiri oleh beberapa petinggi Koalisi Merah
Putih (KMP), seperti Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) Djan Faridz, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta. Serta
tidak lupa dihadiri oleh Ketua Umum Hanura, Wiranto.
Kiprah Hary Tanoe di bidang politik sudah lumayan lama, pada tanggal 9
Oktober 2011 sebelum mendirikan Partai Perindo Hary Tanoe bergabung dengan
Partai Nasional Demokrasi (Nasdem) menjadi Ketua Dewan Pakar. Selama dua tahun
menjabat di Nasdem Hary Tanoe mengundurkan diri pada tanggal 21 Januari 2013.
Kemundurannya ini karena ada perbedaan pendapat dengan Ketua Majelis Tinggi
Partai Nasdem yaitu, Surya Paloh yang waktu itu akan menjabat segbagai ketua
umum. Menjelang Pemilu 2014, Hary Tanoe bergabung dengan Partai Hanura (Hati
Nurani Rakyat), kemudian Hary Tanoe bersama Wiranto mencalonkan dan
mendeklarasikan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres. Tapi, suara yang di
dapatkan di Partai Hanura di Pileg tidak memungkinkan untuk maju, kemudian Hary
Tanoe memutuskan mundur dari Partai Hanura. Ketika pasangan Capres dan
Cawapres sudah mengerucut menjadi dua pasang, Hary Tanoe dan Wiranto
mendukung pasangan yang berbeda. Hary Tanoe mendukung pasangan Prabowo
11
Teatrika Handiko Putri, “Mengenal Perindo, Partai baru Pemilu 2019” Artikel ini diakses
melalui https://www.idntimes.com pada 3 Maret 2018.
38
Subianto dan Hatta Rajasa, sementara Wiranto bersama Partai Hanura mendukung
pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla12
Visi dan Misi partai perindo, partai ini merupakan partai yang masih amat
sangat muda, partai ini ingin mewujudkan cita cita untuk membangun bangsa. Peran
partai politik di Indonesia saat ini cukup penting yaitu harus menyalurkan aspirasi
masyarakat, maka dari itu partai perindo harus menjadi jembatan aspirasi masyarakat.
Visi dari partai perindo adalah, Mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, bersatu,
adil, makmur, sejahtera, berdaulat, bermartabat dan berbudaya. Sedangkan misi
paratai perindo dibagi beberapa yaitu:
Pertama, mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945.
Kedua, mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat.
Ketiga, mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermartabat dalam
rangka menjaga keutuhan NKRI. Keempat, menciptakan
masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kelima, menegakan hak dan kewajiban asasi manusia dan
supremasi hukum yang sesuai Pancasila dan UUD 1945 untuk
mewujudkan keadilan dan kepastian hukum guna melindungi
kehidupan rakyat, bangsa dan Negara. Keenam, mendorong
tumbuhnya ekonomi nasional yang berkontribusi langsung pada
kesejahteraan warga Negara Indonesia.13
Berdasarkan visi dan misi yang telah dijelaskan, maka dirumuskan platform
partai perindo yang memuat tentang wawasan, komitmen,dan keberpihakan partai
terhadap upaya mengukuhkan persatuan Indonesia dan upaya menyejahterakan rakyat
12
Aldi Ponge, “Sejarah Partai Perindo dan Penantiannya di Pemilu 2019” Artikel ini diakses
melalui https://manado.tribunnews.com pada 22 Februaru 2018. 13
Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Solidaritas Indonesia,
AD/ART, Garis Besar Perjuangan Partai (Jakarta: DPP Partai Perindo, 2015), h. 102-106.
39
yang menjadi fokus utama dari kehadiran partai dalam kehidupan bangsa dan negara.
Tantangan dan tanggung jawab terbesar Partai Perindo untuk saat ini adalah
mewujudkan visi dan misi perjuangan Partai Perindo. Hary Tanoe selaku ketua umum
partai perindo memberikan petuah terhadap kader dan anggotanya:
Kepada seluruh pengurus, kader, dan simpatisan partai untuk
memelihara persatuan dan nilai-nilai luhur budaya, berbasis pada
kekuatan rakyat serta berorientasi pada kesejahteraan rakyat dan
bekerja keras dalam memajukan dan mengembangkan partai.14
Partai Perindo baru bisa dikatakan baru di dunia politik tapi perkembangan
partai perindo sangat luar biasa dan berbeda dengan partai sebelumnya. Sekjen dari
partai perindo yaitu, menjelaskan:15
Partai ini dianggap sebagai salah satu partai baru yang mempunyai
tolak ukur luar biasa dalam membesarkan Partai Perindo. Hary
Tanoe menginginkan Perindo sebagai partai yang transparan dan
tidak harus disembunyikan dan tanpa dipolitisasi. Ini yang kemudian
menjadikan Partai Perindo banyak dilirik oleh masyarakat Indonesia.
Partai Perindo akan memulai debutnya di pesta demokrasi lima tahunan pada
Pemilu 2019. Partai Perindo mendapatkan nomor urut 9 dalam pengundian yang
dilakukan oleh KPU pada Minggu, 18 Februari 2018. Hary Tanoe mengajak para
partai politik peserta Pemilu untuk memberikan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Hary Tanoe juga mengungkapkan bahwa partainya akan fokus terhadap kesejahteraan
masyarakat, khususnya masyarakat kecil.
14
Dian Ramdani Sucipto, “Partai Perindo Lahir untuk Kesejahteraan Indonesia” Artikel ini
diakses melalui https://nasional.sindonews.com pada 8 Februari 2015. 15
Perindo Update, “Perkembangan Partai Perindo Luar Biasa” Artikel ini diakses melalui
https://partaiperindo.com pada 26 April 2016.
40
D. Peranan Calon Legislatif Perempuan di Pemilu 2019
Peranan Perempuan di dunia politik Indonesia bisa dikatakan masih kurang,
apalagi dengan adanya pemilu serentak ini peran perempuan harusnya lebih
ditingkatkan untuk menaikkan elektabilitas di kalangan daerah maupun kota, karna
pada dasarnya perempuan bisa saja mengubah dunia apabila mereka mampu
memaksimalkan peran dan potensi dengan masuknya kedalam ranah politik dan
berperan untuk turut serta dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Di Indonesia aturan tentang kewajiban kuota 30 % bagi calon legislatif
perempuan menjadi salah satu capaian penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia
pasca reformasi. Aturan tersebut tertuang dalam Undang-undang No. 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik, Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum,
Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-undang No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR-DPRD yang di dalamnya juga
memuat aturan terkait Pemilu tahun 2009. Pada Pemilu 2004 sebanyak 65 perempuan
berhasil mendapatkan kursi di parlemen. Jumlah itu hanya menyumbang 11, 82%
keterwakilan perempuan di DPR. Pada Pemilu 2009 jumlah keterwakilan perempuan
di parlemen naik menjadi 17, 86 % . Sayangnya, jumlah itu turun sedikit menjadi 17,
32 % di Pemilu 2014. Dari total 560 anggota DPR RI, 97 di antaranya adalah
perempuan. Angka-angka itu sekaligus menunjukkan bahwa kuota 30 persen
perwakilan perempuan di parlemen belum sepenuhnya termaksimalkan.16
16
Siti Nurul Hidayah, “Keterwakilan Perempuan dalam Politik” Artikel ini diakses melalui
https://news.detik.com pada Senin 20 Agustus 2018.
41
Secara umum yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah hak yang
dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat manusia, yang termasuk di
dalamnya hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak-hak sipil dan politik.
Permasalahan yang mungkin timbul apakah pengertian Hak-hak asasi sama dengan
Hak-hak Manusia, karena tampaknya ada perbedaan pengertian. Sedangkan hak
perempuan yang di maksud adalah hak-hak yang melekat pada diri perempuan yang
dikodratkan sebagai manusia sama halnya dengan pria, diutamakan dalam hal ini
adalah hak untuk mendapatkan kesempatan dan tanggung jawab yang sama dengan
pria di segala bidang kehidupan. Termasuk di dalamnya hak untuk memperoleh
kedudukan dan perlakuan yang sama dengan pria sebagaimana yang dimaksud dalam
pengertian hak asasi manusia yang termasuk didalamnya hak ekonomi, sosial dan
budaya serta hak-hak sipil dan politik.17
Peranan calon legislatif perempuan ini berkaitan dengan adanya Affirmative
Action di pemilu 2019. Afirmative Action bisa di katakan sebagai tindakan pro-aktif
untuk menghilangkan perilaku diskriminasi terhadap satu kelompok sosial.18
Tindakan Afirmative upaya untuk meningkatkan hak atau kesempatan bagi orang
yang semula tidak atau kurang beruntung agar dapat mengenyam kemajuan dalam
waktu tertentu.19
Affirmative action merupakan kebijakan atau peraturan khusus yang
17
Tapi Omas Ihrom, Sulistyowati Irianto, dan Achie Sudiarti Luhulima, Penghapusan
Diskriminasi Terhadap Wanita (Bandung: Pt. Alumni, 2006), h. 237. 18
Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana, (Jakarta: Penerbit buku
Kompas, 2005), h.99. 19
Shidarta, Konsep Diskriminasi dalam Perspektif Filsafat Hukum, (Dalam “Butir-butir
pemikiran dalam hukum” memperingati 70 tahun Prof.Dr.B. Arief Shidarta , SH), (Bandung: Refika
Aditama, 2008), h.116.
42
bertujuan untuk mempercepat persamaan posisi dan kondisi yang adil bagi kelompok-
kelompok yang termarjinalisasi dan lemah secara sosial dan politik.20
Bahkan sejak tahun 1978 GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) berturut-
turut secara spesifik sampai tahun 1993 telah memberikan arahan yang jelas tentang
peranan wanita dalam pembangunan bangsa antara lain, mempunyai hak dan
kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan di segala
bidang, perempuan yang baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya
insani pembangunan.21
Pendaftaran calon legislatif untuk pemilu 2019 ini sudah berlangsung dari
tanggal 4-17 Juli 2019.22
Capaian penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia
pasca reformasi ialah aturan tentang kewajiban kouta 30% bagi caleg perempuan.
Upaya yang dilakukan parpol untuk memaksimalkan kouta 30% caleg perempuan
menjadi salah satu apresiasi, karena di tingkat pusat 16 partai politik peserta pemilu
berhasil memenuhi kouta 30% caleg perempuan. Aturan ini sudah tertuang dalam UU
Nomer 2 Tahun 2011 yang menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30%
dalam pendirian maupun kepengurusan tingkat pusat.23
20
Koalisi Perempuan Indonesia, tindakan khusus sementara: Menjamin Keterwakilan
Perempuan, Pokja Advokasi Kebijakan Publik Sekretariat Nasional Koalisi Perempuan Indonesia,
(Oktober, 2002), h.2. 21
Tapi Omas Ihrom, Sulistyowati Irianto, dan Achie Sudiarti Luhulima, Penghapusan
Diskriminasi Terhadap Wanita. h.239. 22
Siti Nurul Hidayah, “Keterwakilan Perempuan dalam Politik” Artikel ini diakses melalui
https://news.detik.com pada 20 Agustus 2018. 23
Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
43
Kebijakan tentang Affirmative Action ini sudah diatur dalam Undang-undang
dan merumuskan aturan tentang bentuk diskriminasi positif berupa kouta 30% bagi
perempuan di ranah politik Indonesia. Jadi, bisa dikatakan langkah untuk
menghilangkan diskriminasi pada Affirmative Action ialah menghilangkan
diskriminasi yang bersifat sistemik atau mengakar pada sejarah dan sosial-budaya,
menciptakan rasa keadilan bagi setiap warga negara, baik berdasarkan gender,
maupun kelompok sosial tertentu, dan memperjuangkan masyarakat yang lebih
demokratis dan setara (gender, ras atau etnis, agama atau kepercayaan).
E. Partai Perindo dalam Upaya Memenuhi Persyaratan 30% Caleg
Perempuan
Partai Perindo mempercepat pembentukan struktur dan infrastruktur. Sejak
berdiri pada tanggal 8 Oktober 2014 dan dideklarasikan 7 Februari 2015. Partai
Perindo telah memiliki kantor di seluruh provinsi dan kabupaten atau kota.
Kepengurusan Partai Perindo 100% di seluruh tingkatan, provinsi, kabupaten atau
kota, kecamatan hingga desa. Pembentukan struktur dan infrastruktur dilakukan mulai
dari menyelesaikan pembentukan kepengurusan di 34 provinsi, 514 kabupaten atau
kota, seluruh kecamatan dan desa atau kelurahan se-Indonesia, hingga membangun
kantor untuk menunjang aktivitas partai.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah melakukan verivikasi faktual Partai.
yaitu, di tingkat kepengurusan pusat oleh partai perindo. Hasilnya, partai berlambang
rajawali ini dinyatakan memenuhi syarat. Kepengurusan, keterwakilan 30%
44
perempuan, keanggotaan, kantor dinyatakan memenuhi syarat. Persiapan untuk
menghadapi verifikasi faktual KPU dilakukan secara matang sejak jauh-jauh hari.
Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan partisipasi perempuan dalam politik dari
80 daerah pemilihan, ada sekitar 15 caleg perempuan yang ditempatkan di nomor urut
1. Partai Perindo mengalokasikan kuota caleg perempuan sebanyak 38,6% angka ini
melebihi batas kuota minimal yang ditetapkan KPU sebesar 30%. Partai Perindo
mampu memenuhi kouta 30% tersebut, perindo mampu memenuhi 38,6% caleg
perempuan. Hary Tanoe berharap langkah ini bisa membawa dampak positif untuk
memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia, dan Perindo menempatkan
calon perempuan di nomor satu karena kapasitas, ketokohan, dan memang
mempunyai kekuatan di dapil.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 yang
melarang mantan narapidana korupsi, narkotika dan kejahatan seksual pada anak
menjadi calon anggota legislatif. Hary Tanoe menegaskan bahwa caleg bersih dari
latar belakang seperti itu dan sepakat ingin mewakili masyarakat dengan memperoleh
caleg dengan track record yang bersih. Partai Perindo akan mengambil lebih tegas,
caleg-caleg Perindo tak hanya sekadar meramaikan kontestasi politik, melainkan bisa
ikut berkontribusi memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. Perindo hadir
45
khusus untuk berjuang, bagaimana bersama dengan rakyat berjuang untuk indonesia
yang maju dan berkeadilan.24
24
Dylan Aprialdo Rachman, “Perindo Alokasikan Kuota Caleg Perempuan Sebanyak 38,6
Persen” Artikel ini diakses melalui https://nasional.kompas.com pada 17 Juni 2018.
46
BAB IV
PERLUASAN BASIS MASSA PEREMPUAN PARTAI PERINDO DI DKI
JAKARTA
A. Strategi Partai Perindo dan Rekrutmen Massa Perempuan dalam
Perluasan Basis Massa Perempuan di DKI Jakarta
Partai Perindo setelah dinyatakan lolos oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
menjadi partai peserta pemilu 2019, Perindo mempunyai sejumlah strategi khusus
dalam memenangkan pemilu di 2019. Seperti yang diungkapkan Armyn Gultom,
Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:1
Strategi akan banyak yang dilakukan, tetapi kan ini soal bagaimana
nanti memasuki masa-masanya, tapi yang ingin saya pastikan bahwa
Perindo sudah berjuang selama 3,5 tahun lebih untuk memberikan
keyakinan kepada masyarakat bahwa kami adalah bagian dari harapan
rakyat. Stretegi utama partai ini adalah menjadi partai sesuai harapan
rakyat. Sehingga kami telah buat dengan berbagai pendekatan program
yang sesuai dengan harapan mereka. Dengan demikian, maka
masyarakat akan benar-benar bisa menitipkan aspirasi, kami ingin
dipercaya di Tahun 2019 karena kami ingin berbuat semaksimal
mungkin untuk kepentingan rakyat.
Menurut Mintzberg,2 strategi dalam berbagai hal dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi,
karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.
Adapaun mengenai taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan dan
1 Wawancara dengan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo
DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 15.40 WIB. 2 “Pengertian Strategi menurut Para Ahli” Artikel ini diakses melalui https://informasiana.com
pada 14 April 2019.
47
merupakan bagian dari strategi. Pertama, Perencanaan, untuk semakin memperjelas
arah yang ditempuh secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan dalam jangka
panjang. Kedua, sebagai pola (pattern), dengan menggunakan strategi yang
merupakan kesadaran dari pada menggunakan yang terencana ataupun diniatkan.
Ketiga, strategi sebagai posisi ialah menentukan sebuah brand suatu produk dalam
pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para penentu
kebijakan, sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor eksternal. Keempat,
strategi sebagai taktik, merupakan sebuah langkah taktis yang berisi untuk
mengelabui para pesaing. Kelima, strategi sebagai perspektif, menyangkut visi yang
terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi
aktivitasnya.
Dalam penelitian ini strategi yang dilakukan partai perindo sudah berjalan
sesuai dengan aturan mainnya. Partai perindo sudah melakukan berbagai kegiatan
yang dirancang sedemikan untuk menarik masyarakat dengan melakukan pendekatan
secara emosial kepada warga-warga sekitar. Program partai digencarkan. Sasarannya,
masyarakat dan pelaku UMKM yang ingin punya penghidupan layak. Gerobak
Perindo, menjadi salah satu diantara sekian banyak program partai yang dianggap
mampu menunjukan identitas Partai Perindo. Seperti yang diungkapkan Armyn
Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:3
Banyak sekali cara yang kita buat, selain dengan adanya gerobak dan
macam-macam hal di UMKM dll, kita juga melakukan sosialisasi
3 Wawancara dengan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo
DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 15.40 WIB.
48
melalui berbagai media contohnya media sosial, partai perindo
mempunyai berbagai macam media sosial, yang semuanya mudah
diakses oleh siapapun.
Partai Perindo sebagai salah satu Partai Politik yang baru mengikuti Pemilu
2019, sejak awal didirikan sudah mendeklarasikan sebagai partai kader dan massa.
Dalam membangun kepercayaan simpatisan yang mau bergabung dengan partai.
Membangun kepercayaan ini dilakukan melalui menjalankan program-program partai
yang mengatasi persoalan di masyarakat, seperti pembagian grobak gratis pada
pelaku UMKM. Program ini digerakan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku
UMKM. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat pada Partai Perindo dapat
terbangun. Partai Perindo bukan hanya memberikan janji-janji melainkan ada
tindakan nyata.
Sebagai konsekuen dari partai kader harus melakukan kaderisasi untuk promosi
atau posisi apapun yang ada di partai perindo, seperti yang diungkapkan Armyn
Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:
Untuk menjadi caleg DPR RI DPRD Provinsi dan Kabupaten,
kemudian untuk menjadi pengurus DPP DPW Provinsi, DPD
Kabupaten, DPC Kecamatan, DPC Kelurahan, harus melakukan
rekrutmen terlebih dahulu dan melakukan kaderisasi. Jadi yang
penting hari ini ada dulu pengurus tapi untuk caleg baik di pusat
maupun di provinsi atau kabupaten itu harus melalui proses kaderisasi
yang kita lakukan secara berjenjang.4
Dalam rekrutmen politik, keterwakilan perempuan salah satunya menjadi
penting. Keterlibatan perempuan dalam politik formal di Indonesia mulai
4 Wawancara dengan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo
DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 15.40 WIB.
49
memperoleh ruang, sejak dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu No.12 Tahun
2003, pentingnya aksi affirmative bagi partisipasi politik perempuan yang
menetapkan 30% dari seluruh calon partai politik pada parlemen di tingkat nasional
maupun lokal. Dalam merekrut massa perempuan ini juga dilakukan berbagai cara
oleh Partai Perindo, seperti yang diungkapkan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua
Bidang Perempuan dan Anak Partai Perindo:
Perindo ini kan partai baru, kalo kita mengajak perempuan pasti ingin
lihat sosok ketua umumnya siapa, visi misi partainya itu apa,
menjelaskan ke perempuan bahwa politik itu tidak jelek, politik itu
tidak jahat. Yang membuat saya percaya, kalo saya ingin kebutuhan
perempuan terpenuhi, perempuan harus benar-benar ada
keterwakilannya, jadi itu yang harus saya bilang ke teman-teman
perempuan saya. Perindo berusaha keras menjelaskan secara gambling
kepada perempuan diluar sana, supaya nanti satu persatu jadi tertarik
masuk partai.5
Penegasan hak politik perempuan ini juga dibuktikan dengan diratifikasinya
Konvensi Hak-Hak Politik Perempuan (Convention on the Political Right of Women)
serta pengahapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on
the Elimination of all forms of Discrimination against Women) melalui Undang-
Undang No. 7 tahun 1984.6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999
tentang HAM pasal 6 menyebutkan bahwa sistem pemilihan umum, kepartaian,
pemilihan anggota badan legislatif dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif dan
5 Wawancara dengan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak Partai
Perindo DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 17.00 WIB. 6 Romany Sihite, Perempuan, Kesetaraan, Keadilan, Suatu Tinjauan Berwawasan Gender,
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007, h.155-157.
50
yudikatif harus menjadikan keterwakilan perempuan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
Mirip dengan strategi tindakan afirmatif, kuota gender umumnya diadopsi
sebagai tindakan sementara, dengan tujuan akhir perwakilan yang sama dari kedua
jenis atau disebut juga sebagai perwakilan proporsional atau 50-50 perwakilan.
Sebagai langkah awal kebanyakan negara bagian dan institusi mengadopsi kuota
minimum 20% atau 30% untuk kedua kandidat atau politisi perempuan. 30% atau
sekitar sepertiga dari jumlah total posisi kabinet atau kursi badan legislatif diterima
sebagai “massa kritis” perempuan perlu maju ke arah perwakilan yang adil,7 seperti
yang diungkapkan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak
Partai Perindo:8
Saya berkaca karna ini partai baru, saya berfikir gimana caranya
supaya perindo bisa berkembang dan perempuannya bisa eksis
seperti partai-partai yang lain, meskipun perindo belum punya
keterwakilan perempuan di legislatif, saya menerima undangan
dan mencoba mengikuti kegiatan KPPI (Kampus Perempuan
Politik Indonesia) di Malaysia. KPPI merupakan tempat
berkumpulnya semua partai politik yang sudah punya
keterwakilan di legislatif.
Walaupun partai perindo belum punya keterwakilan perempuan d legislatif,
tapi perindo menyetujui adanya kuota 30% perempuan supaya hak-hak perempuan
bisa didengar dan keterlibatan perempuan di pemerintahan berjalan dengan baik. Di
Indonesia sendiri menggunakan kuota legislatif, dimana proses pemilihan kandidat
7 Homa Hoodfaar dan Mona Tajali, Electoral Politics : Making Quota Work For Women
(London: Women Living Under Muslim Laws, 2011) h. 45. 8 Wawancara dengan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak Partai
Perindo DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 17.00 WIB.
51
mengharuskan perempuan untuk membentuk 30% dari semua kandidat. Dengan
begitu gerakan perempuan transnasional memobilisasi masyarakat sipil untuk
menekan lembaga internasional dan bilateral seperti PBB untuk secara ekplisit
mengatasi diskriminasi perempuan dalam politik dan sebagai bagian dari
perkembangan perempuan itu sendiri.
Dibuktikan dengan diratifikasinya Konvensi hak-hak politik perempuan
dalam penegasan hak politik perempuan ketentuan tersebut ada didalam konvensi
PBB yang menjelaskan beberapa hal. Pertama, Perempuan berhak untuk memberikan
suara dalam semua pemilihan dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki, tanpa
suatu diskriminasi. Kedua, Perempuan berhak untuk dipilih bagus semua badan yang
dipilih secara umum, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat yang sama
dengan laki-laki tanpa ada diskriminasi. Ketiga, Perempuan berhak untuk memegang
jabatan publik dan menjalankan semua fungsi publik, diatur oleh hukum nasional
dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki.
Di bab sebelumnya telah dibahas menurut Women’s Studies Encyclopedia,
gender merupakan konsep kultural yang berkembang dimasyarakat yang berupaya
membuat perbedaan peran, perilaku, mentalitas dan karakter emosional. Perbedaan
tersebut melekat pada masyarakat sehingga masyarakat beranggapan bahwa sesuatu
yang bersifat kodrati tentunya melahirkan ketimpangan pola hubungan dan peran
52
sosial antara laki-laki dan perempuan, seperti yang diungkapkan Ratih Purnamasari
Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak Partai Perindo:9
Pembahasan mengenai persamaan gender, perempuan itu lagi ingin
diakui, perempuan tidak ingin tertinggal, perempuan bisa melakukan
semua kegiatan, yang secara otomatis kalo sudah bersuami ya harus
minta izin suami dulu, karna kadang-kadang banyak hal yg
menghambat perempuan di politik, misalnya peran kita sebagai ibu,
peran kita sebagai istri, bagaimana cara kita membagi waktunya, itu
pembagian waktu yg harus di bagi dengan benar. Sebenernya kita
tidak melebihi laki-laki kita sejajar sama laki-laki tanpa melupakan
kodrat kita sebagai perempuan.
Menurut Sri Sundari Sasongko,10
perbedaan peran, fungsi, dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan
dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam teori gender dapat dilihat
peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan diantaranya. Pertama, Nature
yang beranggapan bahwa peran laki-laki dan perempuan merupakan peran yang telah
digariskan oleh alam. Kedua, Nurture yang beranggapan bahwa peran laki-laki dan
perempuan merupakan hasil konstruksi masyarakat patriarki dimana peran laki-laki
begitu sangat menguntungkan dibanding perempuan. Ketiga, Equilibrium yang
menekankan konsep kemitraan dan harmonisasi antara laki-laki dan perempuan.
Penerapan teori equilibrium dengan memperhatikan masalah kontekstual dan
situasional bukan berdasarkan perhitungan kuantitas dan quota.
9 Wawancara dengan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak Partai
Perindo DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6 Maret 2019 pukul 17.00 WIB. 10
Sri Sundari Sasongko, Konsep dan Teori Gender (Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan
Kualitas Perempuan, BKKBN, 2007), h.18-21.
53
Rekrutmen politik berkaitan erat dengan masalah seleksi keanggotaan dalam
internal partai. Setiap partai membutuhkan kader-kader yang berkualitas, berbagai
macam cara untuk melakukan politik, melalui kontak pribadi, persuasi ataupun
dengan cara lain. Dalam sistem rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Perindo.
Adapun sistem rekrutmen yang dipakai oleh Perindo dibagi menjadi dua, pertama
sistem rekrutmen untuk pengurus dan yang kedua sistem rekrutmen untuk anggota.
Adapun mekanisme rekrutmen politik partai yang dikemukakan oleh Rush
dan Althoff.11
Pertama, rekrutmen terbuka yaitu sistem yang berdasarkan pada ujian-
ujian terbuka. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu Suatu sistem pengrekrutan
administratif yang didasarkan atas patronase.
Dalam penelitian ini rekrutmen yang dilakukan Partai Perindo tidak
menggunakan sistem yang didasarkan atas kekerabatan atau kedekatan. Perindo
melakukan rekrutmen bisa langsung datang kekantornya atau daftar melalui formulir
online yang sudah tertera di website resmi Partai Perindo, seperti yang diungkapkan
Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:
Kalau mau menjadi anggota di rekrut dengan apapun bisa. Tapi
kalo mau jadi kader ya harus ikut pelatihan dulu. Untuk mau daftar
bisa langsung dating ke kantornya atau daftarmelalui formulir, dan
yang terpening harus mempunyai KTP (Kartu Tanda Penduduk).12
11
Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik diterjemahkan oleh Kartini
Kartono (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal, 247. 12
Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
54
Jadi bisa dikatakan Perindo melakukan rekrutmen tidak ada batasan, perindo
bisa menerima angota dan kader sebanyak-banyaknya dan tidak ada batasan umur.
Semua bisa daftar dan yang terpenting harus mempunyai KTP (Kartu Tanda
Penduduk). Partai Perindo sebagai entitas politik merupakan perpaduan karateristik
antara partai massa dan partai kader. Ciri utama dari partai massa adalah memiliki
jumlah anggota yang banyak, berorientasi pada pendukung yang luas dan massif,
struktur organisasi yang longgar, serta ideologi yang jelas sebagai alat untuk
memobilisasi massa dan dukungan. Sementara ciri utama partai kader adalah lebih
mementingkan disiplin dan loyalitas anggota dalam berorganisasi, memiliki anggota
dan pendukung yang sangat terbatas dan berasal dari kelompok yang relative
terdidik, serta melakukan pembaruan doktrin dan ideologi secara
berkesinambungan.13
Sebagai konsekuen dari partai kader itu harus melakukan
kaderisasi unruk promosi atau posisi apapun yang ada di partai perindo.
Ada beberapa proses dan tahap untuk mengikuti kaderisasi diperindo untuk
anggota dan pengurus. Pertama, untuk anggota dan pengurus tingkat kecamatan,
dengan MENATA (Masa Pengenalan Anggota) yang lolos menata itulah yang akan
kita berdayakan. Untuk menjelaskan visi misi perindo dan masuk kepemimpinan
perindo dan menjadi corong kemudian berbicara sekalipun menjadi kuping partai jadi
selain mereka berkewajiban untuk menjelaskan di komunitas-komunitas, dan mereka
13
Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, AD/ART, Garis Besar
Perjuangan Partai (Jakarta: DPP Partai Perindo, 2015), h.109.
55
berkewajiban menjelaskan apa itu perindo dan visi misi dan apa yang membedakan
dia dengan partai-partai lain.
Kedua, untuk tingkat kabuapaten persyaratan menjadi calon pimpinan
ditingkat kabupaten itu harus lolos LKD (Latihan Kader Dasar), seperti yang
diungkapkan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo
DKI Jakarta:
Sudah ada 400 kabupaten lebih untuk melakukan kaderisasi itu, kita
kenalkan ke Perindoan, AD/ART Perindo, dan apa langkah-langkah
nya dari ideologi partai. Kemudian tentu saja kita tidak lupa kenalkan
Indonesia, menghormati sejarah perjuangan bangsa dan bagaimana
kedepan, dan bagaimana pemerintah mengambil sikap di tengah-
tengah kehidupan global, kehidupan yang demokratis ini, kemudian
dunia tanpa batas itu, apasih strategi partai perindo untuk melakukan
akselersasi dalam proses kesejahteraan rakyat pada akar rumput itu
kita jelaskan secara tuntas ditingkat kader.14
Maka LKD selain menjadi persyaratan caleg kabupaten kota, menjadi
persyaratan calon pimpinan ditingkat kabupaten kota kedepan, jadi kalo LKD ini
tidak lolos maka tidak bisa menjadi pimpinan tingkat kabupaten kedepan.
Ketiga, untuk tingkat provinsi namanya LKM (Latihan Kader Maria). Sama
dengan tingkatan Kabupaten lebih luas dan kerjanya untu DPRD provinsi terus
menjadi pengurus partai tingkat pronvinsi.
Keempat, di pusat itu LKP (Latihan Kader Paripurna) wawasannya lebih
diperluas, membahas bagaimana hubungan suatu negara dengan negara lainnya,
14 Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
56
bagaimana posisi Indonesia. Negara baerdaulat harus punya sikap untuk kehidupan
global karna itu akan berdampak kehidupan ekonomi.
Jadi proses proses rekrutmen yang dilakukan partai perindo untuk anggota dan
kader berbeda. Untuk kader proses yang harus diikuti perkaderan yaitu LKM, LKD,
LKP, seperti yang diungkapkan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan
Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:
Karna Perindo belum sempat melakukansecara utuh maka semua
pengurus DPP sampai ranting itu namanya kader. Karna mereka sudah
lolos maka namanya pengurus, meskipun baru pelatihan, karna dia
partai baru. Jadi kader itu anggota inti namanya, kalau anggota biasa
ya siapapun bisa, yang menting dia bisa menerima ad/art dan dia
bersedia menjadi anggota partai kita tidak bisa menolak, yg penting
usianya sudah dewasa. Jadi anggota itu siapa aja bebas, tapi kalo
kader itu tempat dan pengurus tapi pengurus tidak hanya partai, tapi
pengurus di sayap-sayap itu juga kader.15
Kontrol rekrutmen kader setelah lolos masuk dalam partai perindo adalah
diberdayakan sesuai kemampuannya, misalkan ada yang bidang khusus fogging, ada
yang di bidang pemuda, berdayakan di bidang pemuda. Ada yang semangat dibidang
kewanitaan berdayakan di kartini perindo. Susuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing berdayakan, seperti yang diungkapkan Armyn Gultom, Ketua Bidang
Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:16
Keanggotaan dan kader yang terdapat di perindo sekarang sudah
terdaftar 3juta-an di seluruh Indonesia, dan untuk yang kader
perempuan itu sesuai dengan UUD minimal 30%. Jadi bukan hanya
di caleg 30% tapi di pengurusan juga sudah harus minimal 30%
15
Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
s16 Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
57
keterwakilan perempuan. Karena perempuan dalam politik itu sangat
penting, selain banyak hal yang tidak bisa diperhatikan dalam hal
laki-laki dan perempuan, yang kedua dalam proses rekutrmen, dan
mobilisasi perempuan itu lebih bisa.17
Oleh karena itu, partai perindo mendorong secara optimal terwujudnya
Indonesia sebagai negara sejahtera berdasarkan pancasila, karena telah memenuhi
lima prinsip, meliputi ketentuan bahwa cabang produksi yang penting dan
menyangkut hajat hidup orang banyak dibolehkan, tetapi negara melakukan
pengaturan, agar tidak merugikan kesejahteraan rakyat.
B. Keberadaan Sayap Perempuan Kartini Perindo
Partai Perindo kembali mendeklarasikan salah satu organisasi sayap partai,
yaitu melantik Pengurus Sayap Kartini Perindo di Auditorium MNC Tower, Jumat 15
April 2016 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, seperti yang diungkapkan Hary
Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo DKI Jakarta:
Bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk maju menuju masa
depan adil, makmur dan sejahtera. Untuk itulah diperlukan kepedulian
dan partisipasi semua pihak, termasuk perempuan Indonesia guna
mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Atas dasar itulah, Perempuan
Perindo membentuk sebuah wadah dengan nama Kartini Perindo dan
di bawah kepemimpinan Liliana Tanoesoedibjo, Kartini Perindo hadir
untuk mewujudkan mimpi bangsa khususnya perempuan Indonesia
dan akan terus berkembang untuk mencapai tujuan organisasi, yakni
kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan langsung melakukan
kegiatan-kegiatan positif melalui program bakti sosial seperti berbagi
17
Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
58
kebutuhan pokok, berbagi kasih di bulan suci Ramadan, serta
kunjungan ke sejumlah panti asuhan.18
Sosok perempuan Kartini adalah seorang pejuang emanisipasi, sehingga
haknya dapat disamakan dengan laki-laki. Dasar pemikiran inilah yang menginspirasi
Partai Perindo mendirikan organisasi sayap bernama Kartini Perindo. Liliana
Tanoesoedibjo selaku Ketua Umum Kartini Perindo, menyampaikan visi dan misi:
Pada dasarnya kartini Perindo terbentuk akibat keresahan perempuan,
supaya dia ingin aspirasinya disalurkan langsung. Dan dapat di
realisasikan lagi. Saya berharap kehadiran Kartini Perindo bisa
memberikan kontribusi positif kepada perempuan maupun masyarakat
luas dalam bidang pendidikan, keterampilan, ekonomi, hukum, dan
budaya.19
Visi dan Misi dari Kartini Perindo adalah meneruskan apa yang sudah
diperjuangkan oleh RA Kartini terhadap kaum perempuan untuk mendapatkan
persamaan hak seperti pria dalam hal positif, tidak untuk memerintah/mengepalai
kaum pria tapi untuk mendampingi dalam memperjuangkan Kesejahteraan Bangsa
dan Negara. Dengan mewujudkan kegiatan-kegiatan yang memajukan kaum
perempuan khususnya perempuan Perindo dan kaum perempuan di Indonesia pada
umumnya dalam bidang Pendidikan, Keterampilan, Ekonomi, Hukum, Sosial
Budaya, Serta Berperan kreatif, aktif dan responsif dalam kehidupan bermasyarakat
yang bertujuan untuk kemajuan Bangsa menuju Indonesia Sejahtera.
Kartini Perindo bekerjasama dengan tim UMKM DPP Perindo untuk
memberikan program-program pelatihan, yang diselenggarakan untuk meningkatkan
18
Muhammad Zulfikar, “Kartini Perindo Berkomitmen Lanjutkan Perjuangan Perempuan
Indonesia” Artikel ini diakses melalui https://www.tribunnews.com pada 16 April 2016. 19
Popy Rahmawaty, “Sosok Kartini Menginspirasi lahirnya Kartini Perindo” Artikel ini diakses
melalui https://nasional.sindonews.com pada Jumat 15 April 2016.
59
keterampilan perempuan Indonesia, serta berbagai kegiatan lainnya, seperti yang
diungkapkan Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo DKI Jakarta:
Kartini Perindo berkomitmen terus bekerja melahirkan program yang
bermanfaat bagi Perempuan Indonesia dan masyarakat luas, untuk
mewujudkan Indonesia lebih baik, lebih sejahtera, adil dan makmur.20
Dengan adanya kartini perindo, perempuan diikutsertakan dan diajak untuk
aktif dalam melakukan kegitan supaya ekspresi perempuan bisa tersalurkan, seperti
yang diungkapkan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang Perempuan dan Anak
Partai Perindo:
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh kartini perindo, kegiatan
yang dilakukan Sayap Kartini Perindo untuk menaikkan performance
partai dengan perempuan mau berekspresi masuk ke sayap partai yaitu
Kartini perindo. Programnya bermacam-macam, programnya memang
untuk perempuan semua, donor darah, bakti sosial, kelas bahasa
inggris gratis untuk anak-anak tidak mampu, pelatihan-pelatihan, jadi
kita menggandeng sama bidang UMKM. Intinya gimana perempuan
bisa terlihat mandiri, kadang kan perempuan ingin punya penghasilan
sendiri, ada juga sebagai tulang punggung keluarga, gimana caranya
juga perindo memberikan pendampingan bekerja sama dengan LBH
(lembaga bantuan hukum) kalau perempuan-perempuan yang
mengalami kekerasan rumah tangga. Jadi kita bisa bersinergi antar
sayap, itu membuat perempuan yang tertarik juga. Jadi dengan adanya
kegiatan-kegitana tersebut memfollow up dan juga mengundang orang,
karna pada saat kita turun kita selalu ceritakan apa program-program
kepada masyrakat.21
Kegiatan yang dilakukan kartini perindo dalam harga kebutuhan pokok yang
melambung, Kartini Perindo menggelar bazar murah di Kelurahan Pela Mampang,
20
Muhammad Zulfikar, “Kartini Perindo Berkomitmen Lanjutkan Perjuangan Perempuan
Indonesia” Artikel ini diakses melalui https://www.tribunnews.com pada 16 April 2016. 21
Wawancara dengan Ratih Purnamasari, Kabid Perempuan Partai Perindo DKI Jakarta, di
Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 14.05 WIB.
60
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Bazar ini dibuka langsung oleh
Ketum Kartini Perindo Ibu Liliana Tanoesoedibjo.22
Gambar I.1. Kegiatan Bazar Murah Kartini Perindo Bersama DPD Partai
Perindo
Sumber: https://kartini.partaiperindo.com diakses pada 22 Februari 2017.
C. Analisis terhadap Partai Perindo dan Perluasan Basis Massa Perempuan
dalam Partai Perindo
Strategi perindo untuk meyakinkan masyarakat dan terutama perempuan
dalam merekrut kader dan anggota yaitu dengan diberikannya kegiatan-kegitan yang
sudah ada di partai perindo. Sebanyak apapun kegitan yang dilakukan partai perindo
supaya masyarakat atau perempuan di Indonesia tertarik untuk masuk dalam partai
22
Tri Nur Kamaliah, “Bazar Murah-Kelurahan Pela Mampang” Artikel ini diakses melalui
https://kartini.partaiperindo.com pada 22 Februari 2017.
61
ini, seperti yang diungkapkan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan
Saksi Partai Perindo DKI Jakarta:
Dengan adanya Gerakan kader politik, aktifitas sosial, sosialiasi dengan
adanya fogging, melakukan bazzar murah, melakukan cooking class
kesetiap-setiap daerah. Lain lagi dengan media sosial, media paling
lengkap yaitu di perindo, perindo menempatkan dari unggul di semua
sekmen dari partai baru, dari sekmen pemilih, dari milineal, komunitas
petani, secanggih apapun partai baru yang lain tidak bisa mengikut
perindo.23
Sebagai partai yang berbasis kekuatan rakyat, Partai Perindo harus mampu
menghimpun berbagai kelompok sosial dan menjadikan kekuatan rakyat sebagai
kekuatan utama dalam membangun bangsa dan Negara, serta mampu menyeleksi
kader yang potensial, loyal dan kompeten sebagai andalan dan basis kekuatan nyata
partai. Oleh karena itu, Partai Perindo dituntut untuk mampu mengakomodasi,
mengagregasi, dan mengartikulasi berbagai kepentingan dari para pendukungnya
yang beraneka ragam latar belakang etnis, budaya, agama, pendidikan, profesi, status
sosial dan karakter, yang pada gilirannya harus diperjuangkan oleh partai melalui
lembaga legislatif dan eksekutif, serta lembaga/komisi Negara yang relevan, seperti
yang diungkapkan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai
Perindo DKI Jakarta:
Perindo ini hamper sama dengan partai lama, kita dari pemilu 2014
tidak ada jeda langsung bikin partai ini dan langsung mendirikan partai
ini, april pemilu agustus kita sudah bentuk partai ini, jadi usianya sudah
lumayan lama disbanding dengan partai baru yg lainnya. Dia punya
motto spirit fokus kerja keras, itu selalu ditanamkan dalam
23
Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
62
pengkaderan, militansi pantang menyerah tidak mengenal lelah itu
adalh sebagai kewajiban mutlak.24
Dalam meyakinkan masyarakat terhadap partai politik baru ini, perindo
berusaha keras untuk melakukan pengkaderan dan berbagai macam program atau
kegiatan yang dilakukan, untuk menarik perhatian dan apresiasi dari masyarakat itu
sendiri. Jadi dengan begitu masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan
partai perindo dan memperkenalkan bahwa paltaform yang dirancang oleh perindo
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa startegi rekrutmen yang dilakukan
partai perindo untuk mendapatkan suara perempuan di Indonesia sudah sesuai dengan
ketentuan dari partai itu sendiri. Salah satu contohnya partai perindo sangat
mendukung adanya peraturan kuota 30% untuk perempuan dalam pencalonan
legislatif, seperti yang diungkapkan Ratih Purnamasari Gunaevy, Ketua Bidang
Perempuan dan Anak Partai Perindo:
Kalau anggota yang sudah terdaftar itu sekitar 3juta-an di seluruh
Indonesia, dan untuk yang kader perempuan itu sesuai dengan UUD
minimal 30%, ada yang 40 ada yg 50. Jadi kita biasakan, bukan
hanya di caleg 30% tapi di pengurusan juga sudah harus minimal
30% keterwakilan perempuan. Karena perempuan dalam politik itu
sangat penting, selain banyak hal yang tidak bisa diperhatikan dalam
hal laki-laki dan perempuan, yang kedua dalam proses rekutrmen,
dan mobilisasi perempuan itu lebih jago. (merekrut orang merupakan
pekerjaan yang tidak penah usai. Jadi 3juta-an orang yang sudah
mendaftar itu, sebenarnya politik yang ideal itu habis pemilu hari ini,
besoknya juga harus melakukan gerakan politik juga. Contohnya
perindo, 2 sampai 3periode ia harus bisa menguasai, setelah di lantik
24
Wawancara dengan Armyn Gultom, Kabid Kader Anggota dan Saksi Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret 2019 pukul 15.05 WIB.
63
mereka harus sudah bekerja lagi tanpa menunggu pemilu 2024.
Didalam undang-undang itu tugas partai politik itu melakukan
pendidikan politik, baik masyarakat internal maupun masyarakat
banyak setiap event, dari partai politik ataupun EO (Event
Organizer), dan melakukan pendidikan politik, pendidikan politik
selalu di selipkan dalam setiap melakukan kampanye caleg-caleg.
Sebagai partai yang mendukung adaya keterwakilan perempuan di parlemen,
besar harapan partai perindo bias mengambil masa perempuan dalam pemilihan
legislative 2019. Perindo mengadakan banyak kegiatan untuk menarik massa
perempuan, dan dari itulah perindo bisa meerekrut perempuan supaya ikut kedalam
satu lingkuang yang baru. Supaya hak-hak suara perempuan diluar sana bisa
terpenuhi dan terealisasikan.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partai perindo merupakan partai baru yang sejak awal didirikan sudah
mendeklarasikan sebagai partai kader dan massa. Sebagai konsekuen dari partai kader
partai perindo harus melakukan kaderisasi untuk promosi atau posisi apapun yang ada
di partai perindo. Partai perindo dalam hal rekrutmen pengurus, kader, dan anggota
adalah melalui beberapa tahap yaitu, tahapan yang dimaksud dimulai dari mengikuti
proses kaderisasi yang dilakukan secara berjenjang. Proses kaderisasi di Perindo
untuk tahap pengurus dan anggota dinamakan Menata (Masa Pengenalan Anggota),
kemudian untuk tingkat kabuapaten persyaratan menjadi calon pimpinan ditingkat
kabupaten itu harus lolos LKD (Latihan Kader Dasar), untuk tingkat provinsi
namanya LKM (Latihan Kader Maria), dan yang terakhir adalah di pusat yaitu LKP
(Latihan Kader Paripurna).
Strategi rekrutmen perempuan di partai perindo dimulai dengan
mempersiapkan kader perempuan guna menarik massa yang kemudian untuk memilih
perindo, kemudian diajak atau diikutsertakan dalam melakukan kegiatan ditengah
masyarakat. Pasca direkrut massa perempuan, partai perindo ditempatkan di sayap
partai yaitu, kartini perindo dan diberi edukasi.
65
Selain itu untuk memberi nilai tambah bagi perempuan partai perindo
melakukan kegiatan dengan adanya gerakan kader politik, aktifitas sosial, melakukan
bazzar murah, melakukan cooking class kesetiap-setiap daerah. Sebanyak apapun
kegitan yang dilakukan partai perindo supaya masyarakat atau perempuan di
Indonesia tertarik untuk masuk dalam partai ini.
Oleh karena itu, Partai perindo punya cara khusus untuk merekrutmen
perempuan yaitu dibuatnya sayap partai kartini perindo, Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa startegi rekrutmen yang dilakukan partai perindo untuk
mendapatkan suara perempuan di Jakarta sudah sesuai dengan ketentuan dari partai
itu sendiri. Salah satu contohnya partai perindo sangat mendukung adanya peraturan
kuota 30% untuk perempuan dalam pencalonan legislatif dan menentukan sistem
yaitu dengan membentuk sayap kartini.
B. Saran
Dengan adanya penelitian ini, perlu diperhatikan bagi partai politik bahwa
proses rekrutmen politik itu sangat penting dilakukan. Karna dalam menunjang karir
partai itu sendiri proses rekrutmen politik harus benar supaya masyarakat ikut tertarik
dalam partai politik baru di Indonesia ini. Selain proses rekrutmen yang harus
diperbaiki. Partai politik juga harus memperbaiki citranya di masyarakat.
Selain itu, Jika tingkat partisipasi politik masyarakat termasuk di dalamnya
perempun rendah, maka ada indikasi bahwa pelaksanaan demokrasi yang dilakukan
66
disuatu negara member tanda kurang baik. keterbatasan partisipasi perempuan masih
sangat memengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap upaya
pengembangan masyarakat termasuk juga pemberdayaan perempuan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustina, Heriyani. Keterwakilan Perempuan di Parlemen dalam Perspektif
Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam buku Gender dan Politics.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2009).
Andang, Al. Keadilan Sosial, Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di
Indonesia. Jakarta: Buku Kompas Median Nusantara, 2004.
Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Darmawan, Ikhsan. Mengenal Ilmu Politik. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2015.
Fadjar, Abdul Mukthie. Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan
Indonesia. Malang: Setara Press, 2012.
Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Hanafie, Haniah dan Ana Sabhana Azmy. Kekuatan-kekuatan Politik. Jakarta: UIN
Jakarta Press. 2016.
Hoodfaar, Homa dan Mona Tajali. Electoral Politics : Making Quota Work For
Women. London: Women Living Under Muslim Laws, 2011.
Kantaprawira, Rusadi. Sistem Politik Indonesia suatu Model Pengantar. Bandung:
Sinar Baru, 1988.
Koalisi Perempuan Indonesia. Tindakan khusus sementara: Menjamin Keterwakilan
Perempuan, Pokja Advokasi Kebijakan Publik Sekretariat Nasional Koalisi
Perempuan Indonesia. Oktober 2002.
Koirudin. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2004.
Krook, Mona Lena. Quotas for women in politics : gender and candidate selection
reform worldwide. New York : Oxford University Press, 2009.
Lovenduski, Joni. Politik Berparas Perempuan. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
68
Partai Perindo Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Solidaritas Indonesia,
AD/ART, Garis Besar Perjuangan Partai. Jakarta: DPP Partai Perindo, 2015.
Persatuan Indonesia untuk Indonesia Sejahtera, Partai Perindo. Solidaritas Indonesia,
AD/ART, Garis Besar Perjuangan Partai. Jakarta: DPP Partai Perindo, 2015.
Qadaruddin, Muhammad. Kepemimpinan Politik Perspektif Komunikasi. Jakarta:
Deepublish, 2016.
Rasyidin dan Fidhia, Aruni. GENDER DAN POLITIK, Keterwakilan Wanita Dalam
Politik. Lhokseumawe: PT Unimal Press, 2016.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik diterjemahkan oleh
Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Sadli, Saparinah,. Berbeda tetapi Setara: Pemikiran tentang Kajian Perempuan.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,2010.
Sahid, Komarudin. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Salim, Peter dan Yenni Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Modern
English Press, 1992.
Sasongko, Sri Sundari. Konsep dan Teori Gender. Pusat Pelatihan Gender dan
Peningkatan Kualitas Perempuan. BKKBN,2007.
Shidarta. Konsep Diskriminasi dalam Perspektif Filsafat Hukum. Dalam “Butir-butir
pemikiran dalam hukum” memperingati 70 tahun Prof.Dr.B. Arief Shidarta ,
SH. Bandung: Refika Aditama, 2008.
Sihite, Romany. Perempuan, Kesetaraan, Keadilan, Suatu Tinjauan Berwawasan
Gender. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.
Simarmata, Salvatore. Media dan Politik: Sikap Pers terhadap Pemerintahan Koalisi
di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Sitepu, Anthonius. Sistem Politik Indonesia. Medan: Fisip USU, 2002.
Soetjipto, Ani Widyani, Politik Perempuan Bukan Gerhana. Jakarta: Penerbit buku
Kompas 2005.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik.
Bandung: Tarsiti, 1989.
69
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik,. Jakarta: Grasindo, 1999.
Suryochondro, Suryanti. Potret Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta: CV Rajawali,
1984.
Sutopo, HB. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press, 2006.
Tandjung, Akbar. The Golkar Way. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Tangkilisan, Hesel Nogi. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: Yayasan
Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2003.
Tapi Omas Ihrom, Sulistyowati Irianto, dan Achie Sudiarti Luhulima. Penghapusan
Diskriminasi Terhadap Wanita. Bandung: Pt. Alumni, 2006.
Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2007.
Berita
Hidayah, Siti Nurul. “Keterwakilan Perempuan dalam Politik” https://news.detik.com.
20 Agustus 2018.
Kamaliah, Tri Nur, “Bazar Murah-Kelurahan Pela Mampang”.
https://kartini.partaiperindo.com. 22 Februari 2017.
KPU, Admin. “Iniliah Undang-Undang yang Menjadi Dasar Pemilu 2019”.
www.kpujepara.go.id. 22 Agustus 2017.
Perindo, Partai. “Bangun Mayarakat Bawah, Strategi Partai Perindo Bangkitkan
Macan Asia”. https://partaiperindo.com. 14 April 2016.
Perindo Update. “Perkembangan Partai Perindo Luar Biasa”.
https://partaiperindo.com. 26 April 2016.
Ponge, Aldi. “Sejarah Partai Perindo dan Penantiannya di Pemilu
2019” http://manado.tribunnews.com. 22 Februaru 2018.
Putri, Teatrika Handiko. “Mengenal Perindo, Partai baru Pemilu 2019”
www.idntimes.com. 3 Maret 2018.
Informasiana. “Pengertian Strategi menurut Para Ahli” https://informasiana.com 14
April 2019
70
Rachman, Dylan Aprialdo. “Perindo Alokasikan Kuota Caleg Perempuan Sebanyak
38,6 Persen”. https://nasional.kompas.com. 17 Juni 2018.
Rahmawaty, Popy, “Sosok Kartini Menginspirasi lahirnya Kartini Perindo”
https://nasional.sindonews.com. Jumat 15 April 2016.
Sucipto, Dian Ramdani. “Partai Perindo Lahir untuk Kesejahteraan Indonesia”.
https://nasional.sindonews.com. 8 Februari 2015.
Zulfikar, Muhammad. “Kartini Perindo Berkomitmen Lanjutkan Perjuangan
Perempuan Indonesia”. https://www.tribunnews.com. 16 April 2016.
Skripsi dan Jurnal
Apriani, Fajar. “Keterwakilan Perempuan dalam Kancah Politik Studi: Pendapatan
Perempuan Kota Samarinda”. Skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Administratif, Universitas Mulawarman, 2013.
Fandita, Fanina. “Rekrutmen Politik terhadap Perempuan dalam Partai Politik dan
Prlemen, studi terhadap DPRD tingkat 1 periode 2004-2009 di Sumtra
Utara”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatra Utara Medan, 2009.
Mukarom, Zaenal, “Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik Tentang
Keterwakilan Perempuan di Legislatif”, Jurnal Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati, Vol.9 No.2, Desember 2008.
Rahmawati, A. “Persepsi Remaja Tentang Konsep Maskulin dan Feminim Dilihat
Dari Beberapa Latar Belakangnya”. Skripsi S1 Fakultas Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung,
2004. tidak diterbitkan
Sivana, Nuni. “Keterwakilan Perempuan dalam Kepengurusan Partai Politik dan
Pencalonan Legislatif”. Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto, 2013
Dokumen Resmi
Undang-Undang Parpol No. 2 Tahun 2011 situs kementrian Seretariat Negara.
Kementrian Kesekretariatan Negara.
71
Wawancara
Wawancara dengan Armyn Gultom, Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi Partai
Perindo DKI Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo DKI Jakarta pada 6
Maret 2019 pukul 15.40 WIB.
Wawancara dengan Ratih Purnamasari, Kabid Perempuan Partai Perindo DKI
Jakarta, di Kantor DPP Partai Perindo Menteng, Jakarta Pusat, pada 6 Maret
2019 pukul 14.05 WIB.
top related