percobaan vii (senyawa bio-organik [karbohidrat]
Post on 14-Feb-2015
670 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PERCOBAAN VII
SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT
I. Tujuan Percobaan
1.1. Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus karbohidrat.
1.2. Mampu melakukan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton
yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)m, dimana n sama dengan m
atau kelipatan bilangan bulat. Karbohidrat merupakan senyawa-
senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang berklorofil.
6CO2 + 6H2O C6(H2O) 6 + 6O2
glukosa
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh
tubuh manusia, bila kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan
disimpan sebagai glikogen dan asam lemak.
(Respati, 1980)
2.2 Penggolongan Karboidrat
II.2.1 Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, molekulnya
tidak dapat diuraikan. Monosakarida yang paling sederhana adalah
gliserol dehid dan dihidroksi aseton.
Gliserol dehid dihidroksi aseton
(Poedjiadi, 1994)
1
Sinar Matahari
Berdasarkan radikal fungsinya, monosakarida dibedakan
menjadi:
1. Aldosa
Aldosa adalah monosakarida yang mengandung gugus aldehid.
Contoh : glukosa dan galaktosa
2. Ketosa
Ketosa adalah monosakarida yang mengandung gugus keton.
Contoh : fruktosa
(Poedjiadi, 1994)
Pembagian Monosakarida
a. Glukosa
Sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar
cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Banyak terdapat di buah dan
madu.
(Poedjiadi, 1994)
b. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa yaitu gula
yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis
daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai
sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan.
2
(Poedjiadi, 1994)
c. Fruktosa
Sering disebut levolusa karena memutar bidang polarisasi ke kiri.
Fruktosa adalah gula termanis, terdapat dalam buah dan madu,
maupun dalam sukrosa. Fruktosa mempunyai sifat seperti keton
karena mengandung gugus keton.
Sifat-sifatnya :
- Mempunyai gugus keton (karbonil) bebas disamping gugus
hidroksil bebas
- Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral kuat
- Dapat mereduksi fehling dan menghasilkan endapan merah bata.
(Kleinfelter, 1990)
(Poedjiadi, 1994)
3
II.2.2 Disakarida
Disakarida terbentuk dari dua monosakarida dengan
menghubungkan ikatan glikosida diantara anometrik dari salah satu
monosakarida dengan gugus hidroksil monosakarida lain. Hidrolisa
disakarida dengan pengaruh asam-asam mineral encer akan
menghasilkan monosakarida-monosakarida penyusun disakarida.
Disakarida dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
a. Maltosa
Maltosa adalah hasil reaksi glukosa dan glukosa, yang diperoleh
sebagai hasil hidrolisi pati. Karbon anomerik dari unit glukosa yang
kedua berbentuk hemiasetal, fungsinya berbeda dalam
kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka, karena itu
maltose memberikan hasil positif dengan uji tollens dan reaksi lain
yang serupa berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa.
Strukturnya :
(Fessenden, 1982)
b. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan glukosa dan galaktosa dalam
jumlah yang sama. Kristal anomer α (pada unit glukosa) dibuat
komersial dalam keju. Laktosa dapat mereduksi pereaksi fehling
dan benediet pada pemanasan.
(Hart, 1988)
4
Strukturnya :
(Poedjiadi, 1994)
c. Sukrosa
Tersusun oleh glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama.
Strukturnya :
(Poedjiadi, 1994)
Dari struktur ini maka sukrosa tidak akan mengalami
metarotasi, hidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa dapat terjadi oleh
adanya asam kemudian diikuti dengan terjadi perubahan pemutaran
bidang polarisasi cahaya, peristiwa ini dikenal sebagai inverse
sukrosa.
(Respati, 1982)
d. Sellebiosa
Desakarida yang diperoleh diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa.
Hidrolisis lebih lanjut menghasilkan glukosa, oleh karena itu
selebrosa adalah isomer dari maltose. Struktur konformasi yang
digambarkan pada selebrosa ialah satu cincin mengandung oksigen
yang berurutan satu di belakang yang lainnya.5
(Fessenden, 1982)
II.2.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun dari molekul-molekul
monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis
yang lengkap akan dapat dihasilkan monosakarida-monosakarida
penyusun polisakarida. Polisakarida memenuhi 3 maksud dalam sistem
kehidupan, yaitu :
a. Sebagai bahan bangunan : sellulosa dan kitin
b. Sebagai bahan makanan : pati dan glikogen
c. Sebagai zat spesifik : polisakarida heparin
(Fessenden, 1982)
Pembagian polisakarida
a. Sellulosa
Merupakan senyawa organik yang paling melimpahdi bumi.
Sellulosa membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan.
Molekul sellulosa merupakan rantai-rantai dan D-glukosa sebanyak
14000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas mirip tali yang
terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Sellulosa tidak
mempunyai hemiasetal sehingga tidak dapat mengalami dioksidasi
oleh reagen seperti tollens.
6
(Fessenden, 1982)
Sellulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan
pembentuk dinding sel. Contoh : serat kapas. Dalam tubuh kita,
serat tidak dapat dicerna karena kita tidak mempunyai enzim yang
dapat mengurangi sellulosa.
(Poedjiadi, 1994)
b. Pati (amilum)
Merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat di
pisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila di
titurasi dengan air panas sekitar 20%. Pati adalah 20% amilosa
(larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak larut).
1) Amilosa
Hidrolisis amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis parsial
menghasilkan maltosa. Timbul warna biru tua dan timbul
interaksi antar keduanya.
2) Amilopektin
Mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih permolekul
hidrolisis amilopektin.
3) Glikogen
Yaitu polosakarida yang di gunakan sebagai tempat
penyimpanan glukosa dalam sistem hewan. Struktur glikogen
mirip amilopektin, bedanya untuk glikogen rantainya lebih
bercabang daripada amilopektin.
4) Kitin
7
Polisakarida linear yang mengandung N-asetil-o-glukosamina
terikat pada hidrolisis. Kitin menghasilkan 2-amina-2-deoksi-o-
glukosa (gugus asetat terlepas dalam tahap hidrolisis). Di alam,
kitin terikat pada bahan bukan polisakarida (protein dan lipid).
(Fessenden,1982)
2.3 Sifat-Sifat Umum Monosakarida
II.3.1 Reaksi Oksidasi
Hasil oksidasi tergantung dari kuat tidaknya oksidator yang dipakai
pada oksidasi aldosa dengan oksidator lemah, contoh : aqua bromata
akan didapatkan asam hidroksi monokarboksilat yang disebut asam
aldonat.
(Sumardjo, 1997)
II.3.2 Reaksi Reduksi
Pada reaksi reduksi monosakarida dengan sedium amolgen
berbentuk polialkohol yang namanya mendapat akhiran “atol”.
Reduksi asam aldonat dengan sedium amolgen akan menghasilkan
asam yang namanya berakhiran uronat. Asam uronat mempunyai
sebuah radikal formil pada ujung bagian atas dan radikal hidroksil di
bagian tengah dan sebuah karboksil pada ujung bagian bawah.
(Sumardjo, 1997)
II.3.3 Reaksi Dehidrasi
Heksosa dan beberapa pentose dapat mengalami proses dehidrasi
yang dipengaruhi oleh asam mineral kuat pada pemanasan dan akan
diperoleh dehidrasi pentose fulforal atau furaldehid. Sedangkan
dehidrasi heksosa hidroksil metal fulforal/hidroksi metal fur aldehida.
(Sumardjo, 1997)
8
2.4 Sifat-Sifat Umum Disakarida
Maltosa dan laktosa dapat merduksi larutan fehling atau tollens.
Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling atau tollens.
Dapat dihidrolisis (pemecahan) menjadi molekul monosakarida
penyusunnya:
- Maltosa H2
O glukosa + glukosa
- Laktosa H2O glukosa + galaktosa
- Sukrosa H2O glukosa + fruktosa
(Sumardjo, 1997)
2.5 Sifat-Sifat Umum Polisakarida
Glikogen dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan
iodine maka akan berubah menjadi merah coklat.
Amilum tidak dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan
dengan iodine maka akan terbentuk amilum yang berwarna lain.
(Gibson, 1950)
2.6 Uji Pengenalan Karbohidrat
II.6.1 Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi. Fehling ada 2 macam :
- Fehling A : larutan cuprisulfat
- Fehling B : larutan NAOH, kNatartrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan membentuk endapan
Cu2O berwarna merah bata.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.2 Uji Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung cuprisulfat (CuSO4),
Natrium Karbonat (NOCO3), dan Natrium sulfat (Na2SO4). Jika
karbohidrat ditambah dengan benedict akan menyebabkan oksidasi
9
karbohidrat menjadi asam aklamat, sedangkan pereaksi benedict
tereduksi dan menhasilkan endapan merah bata (Cu2O).
(Holmi Comp, 1964)
II.6.3 Uji Tollens
Tollens merupakan suatu larutan basa dari ion kompleks perak amonia
yang digunakan sebagai reagensia uji aldehid.
Diperoleh dari larutan perak nitrat dengan ammonium hidroksida
berlebihan.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.4 Uji Asam Pikrat
Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif jika terjadi perubahan
warna kuning menjadi merah. Uji ini untuk mengetahui sifat pereduksi
karbohidrat.
(Lucas, 1935)
II.6.5 Uji Hidrolisis
Uji hidrolisis untuk mengetahui/memisahkan penyusun dari disakarida
atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakarida.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.6 Uji Molisch
Sampel ditambah noftol dan H2SO4, jika sampel mengandung
karbohidrat, akan terbentuk cincin merah pada bidang batas.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.7 Uji Selliwanorf
Pereaksi sel iwanorf adalah resolsinol (l,3) hidroksi-benzena dalam
asam klorida. Apabila karbohidrat direaksikan dengan pereaksi sel
iwanorf lalu dipanaskan dan membentuk warna merah anggur maka hal
ini menunjukkan adanya fruktosa.
(Holmi Camp, 1964)
10
II.6.8 Uji Kompleks Iodine-Kanji
Perubahan warna setelah ditetesi iodine menjadi biru tua menunjukkan
adanya karbohidrat. Hal ini terjadi karena molekul amilosa yang
membentuk senyawa berupa larutan koloid (amilopeksin).
(Holmi Comp, 1964)
2.7 Analisa Bahan
II.7.1 Glukosa
Mudah larut dalam air, sukar larut dalam alcohol, memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan.
(Basri, 1996)
II.7.2 Galaktosa
Kurang larut dalam air, sukar larut dalam eter dan alcohol, kurang
manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
(Basri, 1996)
II.7.3 Fruktosa
Rasa paling manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kiri, dapat
mereduksi peraksi fehling dan tollens.
(Basri, 1996)II.7.4 Maltosa
Mereduksi pereaksi benedict, fehling rasa manis, mengalami metarotasi gula pereduksi.
(Basri, 1996)II.7.5 Laktosa
Rasa kurang manis, tidak larut dalam alkohol dan eter.(Basri, 1996)
II.7.6 Sukrosa
Sukar larut dalam eter dan alcohol, larut dalam air, tidak dapat
mereduksi fehling, tidak mempunyai gugus hemiasetol, tidak
menunjukkan metarotasi.
(Basri, 1996)
11
II.7.7 Air Suling
Air yang diperoleh dari pengembangan uap air melalui proses
penguapan. Tidak berwarna, bersifat polar, pelarut organik yang baik.
(Amirudin, 1993)
II.7.8 Iodine
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam klorofom astal, larut dalam
minyak gliserol.
(Amirudin, 1993)
II.7.9 Madu
Madu lebah sebagian besar mengandung gula inverse. Gula inverse
banyak digunakan untuk es krim dan permen. Gula inverse rasanya
paling manis dari sakarida lainnya.
(Amirudin, 1993)
II.7.10 Sirup
Sirup glukosa yaitu larutan glukosa yang sangat pekat, seningga
mempunyai viskosilas/kekentalan yang tinggi, didapat dari amilum
melalui proses hirolisis dengan asam.
(Basri, 1996)
II.7.11 NaOH
Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter, sebagai basa untuk
membuat sabun dan kertas.
(Basri, 1996)
II.7.12 Pereaksi Fehling
Pereaksi ini terdiri atas campuran larutan tembaga sulfat, kalium
natrium tantriat dan natrium hidroksida. Larutan fehling A adalah
larutan CuSO4 dalam air, larutan B adalah larutan garam KNa tartriat
dan NaOH dalam air.
(Pudjaatmaka, 1999)
II.7.13 Pereaksi Molisch
Terdiri atas larutan α-naftol dan asam sulfat, bereaksi positif dengan
karbohidrat jika mengahsilkan warna merah.
(Pudjaatmaka, 1999)
II.7.14 H2SO4
12
Bersifat higroskopis, dalam larutan cair bersifat asam kuat, dalam
keadaan pekat bersifat oksidator dan zat pendehidrasi.
(Sumardjo, 1997)
II.7.15 Amilum
Suatu polisakarida sebagai hasil polimersi alam dari molekul kecil
karbohidrat dengan rumus C6H10O5, sebagai butiran dalam berbagai
ukuran dan menjadi cirri dari sel tumbuhan.
(Sumardjo, 1997)
II.7.16 Benedict
Berupa larutan yang mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan
mengendap menjadi Cu2O.
(Sumardjo, 1997)
II.7.17 Pereaksi Tollens
Jika direaksikan dengan monosakarida yang mengandung gugus aldehid
akan mengahsilkan cermin perak. Pereaksi tollens dibuat dengan
mencampurkan larutan perak nitrat dan natrium hidroksida.
(Amirudin, 1993)
II.7.18 HNO3
Merupakan asam anorganik, zat cair tidak berwarna, bersifat korosit
dan oksidator kuat.
(Amirudin, 1993)
II.7.19 Pereaksi Sel iwanorf
Pereaksi sel iwanorf apabila direaksikan dengan karbohidrat lalu
dipanaskan akan terbentuk warna merah anggur.
(Amirudin, 1993)
II.7.20 Asam Pikrat
Rasa pahit, sukar larut dalam air, larut dalam alcohol, eter dan zat
pelarut organic lain. Reaksi dengan logam-logam membentuk garam
pikrat.
(Pudjaatmaka, 1999)
13
II.7.21 Etanol
Cairan jenuh tek berwarna, mudah terbakar, mudah bercampur dengan
air. Rumus kimia C2H5OH digunakan sebagai pelarut, bahan bakar,
antiseptic (alcohol 70%), bahan minuman keras, dan juga sebagai bahan
mentah dalam beberapa industry kimia.
(Basri, 1996)
II.7.22 Na2CO3
Menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan gangguan kelenjar lendir.
(Basri, 1996)
III.Metode percobaan
3.1 Alat
1. Tabung reaksi 6. kertas saring
2. Gelas ukur 7. Bunsen&kaki tiga
3. Pengaduk 8. kaca arloji
4. Penjepit 9. pipet tetes
5. Gelas beker
3.2 Bahan
1. glukosa 8. air suling 15. H2SO4
2. pereaksi asam pikrat 9. madu 16. HCl
3. Galaktosa 10. HNO3 17. NaOH
4. Pereaksi sel iwanorf 11. Na2CO3 18. pereaksi tollens
5. Fruktosa 12. pereaksi fehling 19. pereaksi molish
6. Maltose 13. pereaksi benedict 20. Sukrosa
7. Etanol 14. Kanji 21. sirup
3.3 Gambar alat
14
- Tabung reaksi - gelas ukur - pengaduk
- penjepit - gelas beker - kertas saring
- Bunsen&kaki tiga - kaca arloji - pipet tetes
3.4 Skema kerja
3.4.1 Uji Kelarutan
a. Uji dengan Aquadest
15
b. Uji dengan Etanol 25%
16
Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Sukrosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Maltosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Kanji
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2OPenutupan dan penggoyanganPengamatan kelarutan
Hasil
Fruktosa
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
Glukosa
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
3.4.2 Sifat mereduksi / fehling
17
Galaktosa
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
Sukrosa
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
Kanji
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
Laktosa
Tabung Reaksi
Pengamatan warna Penambahan 10 ML etanl 25%Penutuoan dan penggoyangan
Hasil
1 mL Laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
1 mL Sukrosa
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
1 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
1 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
3.4.3 Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a. Uji kompleks kanji-iodine
a. Uji hidrolisi
18
1 mL Kanji
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
1 mL Madu
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
1 mL Sirup 2%
Tabung Reaksi
Penambahan 5 mL fehling A & BPenggoyanganPemanasan 10 menitPengamatan
Hasil
Penambahan 1 tetes larutan iodine encer
1 mL Kanji 2%
Kaca arloji
Hasil
b. Uji Hidrolisis
19
1 mL Kanji 2%
Tabung Reaksi
Hasil I
Penambahan 2 tetes HCl pekatPenggojoganPemanasan
Penambahan 1 tetes iodine encerPeletakkan kertas lakmusPengamatan
Hasil II
Penambahan tetes demi tetes NaOH 10% hingga larutan tepat basaPenambahan pereaksi fehling
Hasil III
Pemanasan selama 10 menitPengamatan
Hasil akhir
2 mL Kanji 2%
Tabung Reaksi
Hasil I
Penambahan 2 tetes HCl pekatPenggojoganPemanasan
Penambahan 1 tetes iodine encerPeletakkan kertas lakmusPengamatan
Hasil II
Penambahan tetes demi tetes NaOH 10% hingga larutan tepat basaPenambahan pereaksi fehling
Hasil III
Pemanasan selama 10 menitPengamatan
Hasil akhir
3.4.4 Tes Umum Terhadap Karbohidrat
a. Uji Mollish
20
3 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi molishPenuangan 3 mL H2SO4
PenggoyanganPengamatan warna
Hasil
3 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi molishPenuangan 3 mL H2SO4
PenggoyanganPengamatan warna
Hasil
3 mL Maltosa
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi molishPenuangan 3 mL H2SO4
PenggoyanganPengamatan warna
Hasil
3 mL Madu
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi molishPenuangan 3 mL H2SO4
PenggoyanganPengamatan warna
Hasil
Potongan kertas saring
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi molishPenuangan 3 mL H2SO4
PenggoyanganPengamatan warna
Hasil
3.4.5 Tes Karbohidrat Pereduksi
b. Uji Benedict
c. Uji Asam Pikrat
21
1 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL BenedictPenggoyanganPengamatan
Hasil
1 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL BenedictPenggoyanganPengamatan
Hasil
1 mL Maltosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL BenedictPenggoyanganPengamatan
Hasil
1 mL Laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL BenedictPenggoyanganPengamatan
Hasil
1 mL Maltosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL asam pikratPenambahan 1 mL Na2CO3
PemanasanPengamatan warna
Hasil
1 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL asam pikratPenambahan 1 mL Na2CO3
PemanasanPengamatan warna
Hasil
d. Uji Tollens
22
1 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL asam pikratPenambahan 1 mL Na2CO3
PemanasanPengamatan warna
Hasil
1 mL Laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL asam pikratPenambahan 1 mL Na2CO3
PemanasanPengamatan warna
Hasil
1 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi tollensPemanasan + penggoyangan Pengamatan terbentuknya cermin perak
Hasil
1 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi tollensPemanasan + penggoyangan Pengamatan terbentuknya cermin perak
Hasil
1 mL Laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi tollensPemanasan + penggoyangan Pengamatan terbentuknya cermin perakPenambahan HNO3 pekat
Hasil
1 mL Maltosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi tollensPemanasan + penggoyangan Pengamatan terbentuknya cermin perakPenambahan HNO3 pekat
Hasil
e. Uji Selliwanorf
IV. Data Pengamatan
No. Jenis Uji Hasil Ket
1. Uji kelarutan
a. Uji dengan H2O
c. Glukosa
d. Fruktosa
e. Maltose
f. Laktosa
g. Sukrosa
h. Kanji
b. Uji dengan
etanol 25 %
c. Glukosa
d. Fruktosa
e. Maltose
f. Laktosa
g. Sukrosa
h. Kanji
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening, terdapat
endapan putih
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
23
1 mL Glukosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi selliwanorf
Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan warna
Hasil
1 mL Fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan pereaksi selliwanorf
Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan warna
Hasil
2.
3.
Uji Fehling
a. 1 ml laktosa
b. 1 ml glukosa
c. 1 ml sukrosa
d. 1 ml fruktosa
e. 1 ml kanji
f. 1 ml madu
g. 1 ml sirup 2%
Hidrolisa
disakarida dan
polisakarida
a. Uji kompleks
kanji iodine
larutan kanji 1
% + 1 tetes
iodine encer
b. Uji hidrolisis
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan setelang ditambah fehling
menjadi biru tetapi setelah dipanaskan
tidak berubah
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah dipanaskan
ada endapan merah bata
Warna larutan menjadi biru tua
+
+
+
-
+
+
+
+
24
4.
5.
2 mL
dan 1 mL
larutan kanji 2
% + 2 tetes
HCL pekat,
pemanasan
Dita
mbah 1 tetes
iodine encer,
pengecekan
dengan lakmus
Dita
mbah NaOH 10
%
Dita
mbah 5 mL
fehling +
dipanaskan
Tes Umum
Terhadap
Karbohidrat
a. Uji Molisch
Gluk
osa
Frukt
osa
Malt
ose
Madu
50%
Poton
Larutan menjadi lebih keruh
Larutan menjadi berwarna biru, lakmus
berwarna merah
Warna larutan menjadi bening dan kertas
lakmus menjadi biru muda
Warna larutan tetap tidak terjadi
perubahan
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk endapan merah bata
-
+
+
+
+
+
+
+
+
25
gan kertas
saring
Tes Karbohidrat
Pereduksi
a. Uji Benedict
Gluk
osa
Frukt
osa
Malt
ose
Lakto
sa
b. Uji asam pikrat
Gluk
osa
Frukt
osa
Malt
ose
Lakto
sa
c. Uji Tollens
Gluk
osa
Frukt
osa
Malt
ose
Terbentuk endapan merah bata
Larutan berwarna kuning
Larutang berwarna kuning kemerahan
Larutan berwarna kuning
Larutan berwarna kuning
Warna larutan orange pucat terdapat
endapan coklat
Warna larutan orange pucat terdapat
endapan coklat
Warna larutan kuning pucat
Warna larutan kuning pucat
Warna larutan tidak berwarna (bening)
Warna larutan coklat kemerahan
+
-
+
-
-
+
+
-
-
-
+
26
Lakto
sa
d. Uji selliwanorf
Gluk
osa
Frukt
osa
V. Pembahasan
5.1 Uji Kelarutan
5.1.1 Uji dengan air
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelarutan
karbohidrat di dalam air. Karbohidrat yang digunakan sebagai sampel yaitu
glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, dan kanji.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu sampel diencerkan dengan aquades
atau air suling untuk mengetahui kelarutannya, kemudian digojog. Tujuan dari
penggojogan ini yaitu untuk mencampurkan agar karbohidrat bercampur
sempurna dengan air. Hasil yang diperoleh adalah larutan menjadi lebih bening
atau bernilai positif.
Karbohidrat dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan sifat karbohidrat
sesuai prinsip “like dissolve like” yaitu senyawa polar akan melarutkan senyawa
polar dan senyawa non polar akan melarutkan senyawa non polar.
Karbohidrat merupakan larutan polar, dan air juga merupakan senyawa
polar sehingga bila dicampur karbohidrat akan larut. Sebelum di larutkan, warna
karbohidrat (glukosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manosa, laktosa, sukrosa)
warna jernih kekuningan. Setelah di larutkan menjadi jernih karena adanya proses
pengenceran yang menyebabkan molaritas dari zat terlarut berkurang, sehingga
kepekatan warnanya juga berkurang dan larutan tampak jernih.
5.1.2 Uji dengan etanol
27
Selain air, etanol juga merupakan pelarut yang baik. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui kelarutan karbohidrat dalam etanol 25%.
Sebagaimana dalam uji kelarutan dengan air, sampel yang digunakan juga sama.
Langkah yang dilakukan pun juga sama yaitu dengan menambahkan
sampel dalam etanol 25% kemudian digojog. Hasil yang diperoleh menunjukkan
hasil yang positif yaitu larutan menjadi lebih jernih kecuali larutan kanji karena
kanji mengendap. Hal ini dikarenakan kanji terdiri atas dua macam polisaksarida
yaitu amilosa dan amilopektin, molekul amilopektin lebih besar daripada amilosa
sehingga amilopektin lebih susah larut.
Karbohidrat larut dalam air dan etanol, perbedaan kelarutan antar
keduanya yaitu etanol membutuhkan waktu yang lebih lama dan penggojogan
yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan kepolaran etanol lebih kecil dari kepolaran
air. Hal ini sesuai juga dengan Daintith (1994) “karbohidrat lebih mudah larut
dalam air daripada di larutkan ke dalam etanol karena tingkat kepolaran air lebih
besar daripada etanol”.
5.2 Uji fehling
Untuk mengetahui sifat reduktor pada karbohidrat dapat dilakukan dengan
uji fehling. Sampel yang digunakan dalam uji ini yaitu glukosa, fruktosa, laktosa,
sirup, madu dan kanji.
Cara kerja yang dilakukan yaitu dengan menambahkan perekasi fehling
yang terdiri dari fehling A yaitu larutan CuSO4 dan fehling B yang terdiri dari K-
Na-tartrat dan NaOH, kemudian dipanaskan sambil digoyang. Pemanasan dan
penggoyangan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi,
dengan pemanasan maka suhu larutan akan naik, sehingga mengakibatkan
gerakan-gerakan molekul dalam larutan semakin cepat dan terjadi tumbukan antar
molekul yang semakin besar.
Karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang membentuk
garam karena adanya basa, sedngkan pereduksi fehling akan mengalami reduksi
sehingga tembaga (II) berubah menjadi tembaga (I).
28
Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu terbentuk endapan
merah bata. Endapan merah bata tersebut adalah endapan dari Cu2O.
Hasil positif uji fehling akan terbentuk endapan warna merah yang
menunjukkan karbohidrat yang di uji mempunyai sifat pereduksi. Bahan-bahan
yang di uji,seperti glukosa, kanji, laktosa, sirup, madu, terjadi perubahan warna
dan terbentuk endapan warna merah bata, kecuali fruktosa. Fruktosa merupakan
gugus ketosa yang tahan terhadap oksidator, sedangkan pada uji fehling akan di
uji daya oksidasi dan reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa tidak
mengalami perubahan warna.
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi fehling :
(Sumardjo, 2009)
5.3 Uji Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a.Uji Kompleks Kanji Iodine
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat yang
terkandung pada kanji. Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah penambahan
10 tetes larutan kanji 1% yang diletakkan pada gelas arloji untuk mengetahui
apakah ditambahkan 1 tetes larutan iodine encer. Di dalam pati dipisahkan
menjadi dua fraksi utama yaitu amilosa dan amilopektin. Penambahan iodien 29
bertujuan untuk mengetahui adanya amilosa pada suatu sampel. Molekul amiloas
membentuk spiral di sekitar molekul I2 yang menyebabkan timbul warna biru tua
dari antaraksi antara keduanya, yang menunjukkan hasil positif dari uji ini.
b.Uji Hidrolisis
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui atau memisahkan penyusun
dari disakarida atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-
monosakaridanya.
Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah dengan larutan kanji 2%
ditambahkan dengan larutan HCl pekat, larutan menjadi agak keruh. Penambahan
HCl pekat bertujuan untuk memecah rantai amilum/pati yang merupakan
polisakarida menjadi monosakarida. Pati merupakan polimer linier dari glukosa
sehingga hidrolisis sempurna dari pati akan menghasilkan glukosa.
Langkah selanjutnya adalah pemanasan, tujuan dari pemanasan ini untuk
mempercepat reaksi hidrolisis. Setelah dipanaskan, larutan ditambah 1 tetes iodine
untuk menguji masih ada atau tidaknya amilosa. Hasilnya larutan menjadi
berwarna biru tua yang menunjukkan bahwa sampel masih mengandung amilosa
(belum terhidrolisis secara sempurna). Kemudian di uji dengan kertas lakmus,
warna kertas menjadi merah yang menunjukkan larutan bersifat asam, kemudian
dilakukan penambahan NaOH 10% untuk menetralkan sisa asam hingga larutan
tepat basa, warna larutan menjadi bening. Pati belum terhidrolisis secar sempurna,
hal ini dikuatkan oleh uji fehling yang hasilnya negatif yaitu warna larutan masih
berwarna biru muda.
Reaksi Hidrolisis
(Sumardjo, 2009)
5.4 Uji Molish30
Tujuan dari uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya kandungan
karbohidrat pada suatu sampel. Apabila sampel yang diuji dengan pereaksi molish
membentuk cincin warna ungu, berarti sampel tersebut mengandung karbohidrat.
Sampel yang dipakai yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan
kertas saring.
Pada percobaan disiapkan 5 tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi
sampel kemudian ditambah ditambah 3 ml H2SO4 dan 2 tetes alfa naftol.
Penambahan H2SO4 ditujukan untuk mendehidrasi karbohidrat agar menjadi
hidroksimetilfurfural, dan penambahan alfa naftol agar terbentuk senyawa khusus
untuk polisakarida dan disakarida. Pada tabung-tabung tersebut terbentuk tiga
lapisan. Lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah terbentuk cincin warna
ungu dan lapisan bawah berwarna hijau. Pengecualian pada tabung reaksi yang
berisi madu 50% yang terbentuk dua lapisan. Lapisan atas berwarna ungu muda
dan lapisan bawah berwarna ungu pekat. Semua sampel menunjukkan hasil yang
positif, hal ini disebabkan karena karbohidrat mengalami hidrolisis oleh Asam
Sulfat menjadi Hidroksil metil Furtenol yang kemudian terkondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu. Adanya penambahan H2SO4 pada uji ini
bertujuan untuk memprercepat reaksi (sebagai katalisator).
Contoh reaksi uji molish pada heksosa :
31
(Sumardjo, 2009)
5.5 Uji Benedict
Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada
karbohidrat. Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan
larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian ditambahkan 1ml larutan
pereaksi benedict, kemudian digojog lalu dipanaskan. Pereaksi benedict terdiri
dari cuprisulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi ion
Cu2+ dari cupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.
Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa
lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna merah bata.
Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen,
sedangkan adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh
dari semua tabung tersebut mengalami perubahan warna yang sama, yang awal
warna larutan berwarna bening kebiruan menjadi larutan yang mempunyai
endapan warna merah bata, hasil ini menunjukkan nilai uji positif. Terbentuknya
endapan merah bata disebabkan oksidasi karbohidrat (gula pereduksi) menjadi
Asam onat, sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menghasilkan endapan
Cu2O (merah bata).
Contoh reaksi antara glokosa dan pereaksi benedict :
32
(Sumardjo, 2009)
5.6 Uji Asam pikrat
Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada
karbohidrat. Pada uji ini dibutuhkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan
larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian sama sama ditambahkan
larutan Asam pikrat dan larutan HNO3 dan dipanaskan. Oksidasi karbohidrat
menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam
pikramat yang berwarna merah.
Hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami perubahan warna
dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna agak kemerahan, sedangkan
pada tabung yang lain tidak mengalami perubahan (hasil negatif). Perubahan
warna yang terjdi disebabkan adanya asam pikrat mengalami reduksi menjadi
asam pikramat.
Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi fruktosa,ini
mungkin dikarenakan reagen yang rusak atau dikarenakan praktikan yang
melakukan kesalahan dalam melakukan percobaan,sehingga didapatkan hasil yang
negatif.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :
33
(Soemardjo, 2009)
5.7 Uji Tollens
Uji tollens dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gugus
aldehid dalam karbohidrat. Sebagai sampel dari percobaan ini adalah glukosa,
fruktosa, maltosa, dan laktosa. Percobaan dilakukan dengan penambahan pereaksi
tollens pada sampel dengan perbandingan 1 : 1. Penambahan pereaksi tollens
adalah sebagai oksidator yang akan direduksi Setelah itu larutan dipanaskan
disertai penggoyangan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah
dilakukan pemanasan larutan diamati terbentuknya endapan perak . Hasil yang
diperoleh dari percobaan ini adalah hasil yang positif yaitu terbentuk endapan
perak, kecuali maltosa.
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi tollens :
34
(Soemardjo, 2009)
5.8 Uji Selliwanorf
Uji selliwanorf dilakukan untuk membedakan antara gula aldosa dan
ketosa. Sampel dalam percobaan ini yaitu glukosa dan fruktosa, dan reagen yang
digunakan adalah pereaksi selliwanorf, pereaksi selliwanorf adalah resorsinol
dalam asam klorida encer. Asam klorida berfungsi untuk mendehidrasi glukosa
dan resorsinol untuk reaksi kondensasi. Percobaan dilakukan dengan penambahan
pereaksi selliwanorf dan kemudian dilakukan pemanasan sekaligus
penggoyangan. Pemanasan dan penggoyangan dimaksudkan untuk mempercepat
reaksi dan agar larutan bercampur sempurna.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah ditambah pereaksi
selliwanorf, fruktosa berwarna orange dan glukosa tetap bening, setelah
pemanasan, warna larutan fruktosa semakin merah tetapi glukosa tetap bening.
Hal ini menunjukkan nilai uji positif pada fruktosa dan negatif pada glukosa. Jadi
fruktosa merupakan gula ketosa.
Contoh reaksi antara glukosa dan selliwanorf :
35
(Soemardjo, 2009)
36
VI. Kesimpulan
6.1 Sifat Fisik
Karbohidrat dapat larut dalam air dan etanol, karena sama-sama senyawa
polar, kecuali kanji karena kanji tersusun dari amilopektin yang molekulnya
besar.
6.2 Sifat Kimia
- Kanji merupakan karbohidrat yang mempunyai kandungan amilopektin
yang dibuktikan dengan uji kanji iodine.
- Untuk menguraikan polisakarida menjadi monosakarida dilakukan uji
hidrolisis.
- Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel, yang
mengandung karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan
potongan kertas saring dilakukan uji mollish
- Karbohidrat mempunyai sifat pereduksi.Hal ini dapat dibuktikan dalam uji
dengan fehling,benedict, asam pikrat, dan pereaksi tollens.
- Untuk mengidentifikasi perbedaan gula ketosa dan aldosa dilakukan
dengan uji selliwanorf.
37
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD.
Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.
Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT. Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1982. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press Publisher.
Gibson, Charles. 1950. Essential Principles of Organic Chemistry. London: Chambridge of The University Press.
Hart, Harold. 1988. Kimia Organik – Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Holmi Comp, George K. 1964. Selected Experimental Organic Chemistry. San Fransisco: William and Company.
Kleinfelter. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta: PT. Erlangga
Lucas, Howard. 1935. Organic Chemistry. New York: American Book Company.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Pudjaatmaka. 1999. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud
Respati. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Aksara Baru.
Sumardjo, Damin. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang: Undip Press.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia – Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
38
PERCOBAAN VIISENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT
Disusun Oleh:
KELOMPOK VII
1. Arizal Dwijayanto (J2C 009 053)
2. Hendra Dwipa Rifky.M (J2C 009 054)
3. Fajar Budi Laksono (J2C 009 055)
4. Lina Maharani (J2C 009 056)
5. Puspita Rini (J2C 009 057)
6. Aisha Kania Hanum (J2C 009 058)
7. Ika Ayu Fajarwati (J2C 009 059)
8. Dwi Susilo (J2C 009 060)
9. Indri Yuliastuti (J2C 009 061)
LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
39
Semarang, 20 Desember 2009
Praktikan,
Hendra Dwipa Rifky Arizal DwijayantoNIM. J2C 009 054 NIM. J2C 009 053
Lina Maharani Fajar Budi LaksonoNIM. J2C 009 056 NIM. J2C 009 055
Aisha Kania Hanum Puspita RiniNIM. J2C 009 058 NIM. J2C 009 057
Dwi Susilo Ika Ayu FajarwatiNIM. J2C 009 060 NIM. J2C 009 059
Indri YuliastutiNIM. J2C 009 061
Mengetahui,Asisten,
Halim S. NugrohoNIM. J2C 606 008
40
top related