peranan pemerintah indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Post on 08-Dec-2015
212 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan pendidikan merupakan hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Kapanpun dan dimanapun tempatnya, permasalahan pendidikan selalu mendapat sorotan
khusus bagi pemerhatinya.
Hampir semua permasalahan pendidikan seperti tidak ada akhirnya. Solusi tepat
selalu didambakan oleh berbagai pihak pelaku pendidikan dan penyelenggara pendidikan
agar kondisi pendidikan di Indonesia semakin membaik dan menimbulkan kepuasan di
berbagai pihak.
Yang terjadi saat ini adalah pemerintah seperti kebingungan arah dalam mencari
solusi terbaik yang bisa mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sedangkan
dari rakyat sendiri sebagai pelaku sekaligus penikmat pendidikan hanya bisa termangu tanpa
bisa berbuat apa-apa selain mengkritisi habis-habisan berbagai kebijakan yang diambil oleh
pemerintah.
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan
datang. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa
perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang
berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam
1
penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya
diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Oleh karena itu, untuk membahas beberapa peranan pemerintah mengenai
peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan di Indonesia, maka penulis menyusun
makalah yang berjudul “Peranan Pemerintah Indonesia dlam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan dan Kesehatan”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi kualitas pendidikan di Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana peranan pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana kondisi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia?
6. Bagaimana peranan pemerintah dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Mengetahui faktor-faktor yang bepengaruh terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
3. Menjelaskan peranan pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
4. Mengetahui kondisi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
5. Mengetahui faktor-faktor yang bepengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia.
6. Menjelaskan peranan pemerintah dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Kualitas Pendidikan Di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan
antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia
(Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan peghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan
manusia di Indonesia semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati
urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan
di Indonesia berada di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Data yang diperoleh dari The
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu
hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di seluruh dunia. Dan masih
menurut hasil survei yang sama, Indonesia hanya berpredikat sebagai follower, bukan sebagai
pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Kemudian, berdasarkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia,
ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Programme (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years
Programme (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Programme (DP).
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United for Development Programme
(UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di
3
seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Development Report 2004. Dalam laporan
tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dai 177 negara.
Selain itu, masih banyak fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia sangat memprihatinkan. Namun fakta-fakta tersebut harusnya mampu memompa
semangat kita sebagai pelaku sekaligus penikmat pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, dan bahu-membahu bersama pemerintah mengatasi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia sedemikian buruknya.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Di Indonesia
Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa ini dari bangsa-bangsa lain harusnya
membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang
muncul semakin kompleks seiring dengan berkembangnya zaman.
Berikut ini secara khusus akan saya paparkan beberapa faktor yang menyebabkan
kualitas pendidikan di Indonesia rendah.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik, banyak sekali lembaga pendidikan di Indonesia yang tidak
layak untuk digunakan. Banyak pula sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, atau bahkan masih ada lembaga pendidikan yang belum memiliki gedungnya sendiri,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, serta buku perpustakaan yang tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak sesuai standar, pemakaian teknologi informasi tidak
memadai dan sebagainya.
Nanang Fatah, seorang pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) mengatakan sekitar 60 % bangunan sekolah di Indonesia rusak berat. Di wilayah Jawa
Barat, sekolah yang rusak mencapai 50 %.
4
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat
146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas.
Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12 % berkondisi baik, 299.581
atau 34,62 % mengalami kerusakan ringan, dan sebanyak 201.237 atau 23,26 % mengalami
kerusakan berat. keadaan yang serupa juga terjadi di SMP, MTs, SMA, dan SMK akan tetapi
prosentasenya tidak sama.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana telah
disebutkan dalam pasal 39 UU No. 20 / 2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan perhatian, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
masyarakat.
Prosentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di
berbagai satuan pendidikan adalah sebagai berikut : untuk SD yang layak mengajar hanya
21,07 % (negeri) dan 28,94 % (swasta), untuk SMP 54,12 % ( negeri) dan 60,99 % (swasta),
untuk SMA 65,29 % (negeri) dan 64,73 % (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar
55,49 % (negeri) dan 58,26 % (swasta).
Walaupun guru atau pengajar bukanlah satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi.
Sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memiliki andil yang sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
5
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempengaruhi peran dalam membuat kualitas
pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Gur Independen Indonesia) pada
pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp.
3.000.000,00. Sekarang pendapatan rata-rata guru perbulannya sebesar Rp. 1.500.000,00.
Guru bantu Rp. 460.000,00 dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp. 10.000,00 per
jam.
Dengan pendapatan seperti itu, terang saja banyak guru-guru yang melakukan
pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari,
menjadi tukang ojek, pedagang mi rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan
sebagainya (Republika, 13 Juli 2005).
Selain itu kesenjangan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan guru masih sulit mencapai
taraf ideal. Sebanyak 70 % dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk
menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran
Rakyat, 9 Januari 2006).
Mengapa kesejahteraan guru menjadi hal yang berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan di Indonesia? Hal ini penting dan berpengaruh jika kesejahteraan seorang
pengajar belum terpenuhi, kemungkinan besar akan sulit bagi pengajar untuk menyampaikan
bahan ajar terhadap peserta didik dengan optimal karena bisa saja motivasi mereka untuk
mentransfer ilmu menjadi berkurang. Dan konsentrasi pendidik pun lebih mengarah terhadap
bagaimana memenuhi kebutuhannya sendiri.
6
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan-keadaan di atas, pencapaian prestasi siswa pun menjadi
kurang memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa
Indonesia di dunia internasional sangat rendah. MenurutTrends in Mathematics and Science
Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di peringkat ke-35 dari 44 negara
dalam hal prestasi matematika dan berada di peringkat ke-37 dari 44 negara dalam hal
prestasi sains.
Namun bukan berarti bahwa anak-anak di Indonesia bodoh. Pada dasarnya
tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah anak yang rajin dan yang kurang rajin.
Jika ditarik suatu garis hubungan, tinggi atau tidaknya motivasi belajar dari para siswa ini
bisa juga disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang tidak akan diulas secara mendalam
dalam makalah ini.
5. Mahalnya Biaya Pendidikan
“Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari taman kanak-
kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat yang kurang mampu tidak
memilii pilihan lain selain tidak bersekolah.
Sebenarnya jika kita membandingkan dengan negara-negara lain untuk
menempuh pendidikan di luar negeri jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya pendidikan
kita. Namun mengapa rakyat masih menganggap biaya pendidikan di Indonesia tergolong
sangat mahal? Tentu saja hal tersebut dapat terjadi mengingat keadaan ekonomi negara kita
saat ini.
7
6. Masalah Kurikulum
Ada kekurangan yang dapat kita rangkum secara global dalam konteks
pendidikan perihal kurikulum. Pertama, kurikulum pendidikan di Indonesia yang kurang
menekankan pentingnya studi yang dalam dan berkelanjutan mengenai wawasan nusantara.
Hal ini terbukti dengan kurangnya sorotan lembaga pendidikan terhadap alokasi waktu mata
pelajaran khususnya Kewarganegaraan yang dalam realisasinya hanya mendapat sorotan
selama 2 s/d 2,5 jam per minggunya.
Hal tersebut akan berdampak pada kurangnya jiwa nasionalisme dari peserta
didik. Hal ini akan merugikan bangsa karena pada saat peserta didik memasuki dunia kerja.
Orientasi utama mereka mungkin lebih mengarah terhadap materi dan bukannya member
kontribusi terhadap negara.
Kedua, kurikulum pendidikan di Indonesia dari segi pengajaran kita yang
kurang mengarahkan peserta didik untuk nantinya jika telah lulus menempuh pendidikan
formal untuk menciptakan sesuatu. Hal ini akan membentuk kepribadian yang konsumtif.
2.3 Peranan Pemerintah Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Indonesia
Dari uraian tentang beberapa permasalahan pendidikan secara khusus di atas,
pemerintah telah memberikan beberapa solusi untuk mengatasinya. Solusi tersebut, yang
akan saya paparkan, ada yang telah terlaksana dan ada yang dalam proses karena memiliki
jangka waktu berkala atau menjadi sebuah terapan setiap tahunnya. Solusi permasalahan
tersebut adalah :
8
1. Rendahnya Sarana Fisik
Pemerintah setiap tahunnya telah berusaha meningkatkan anggaran untuk pendidikan.
Dan tentu saja sasarannya adalah agar seluruh masyarakat Indonesia bisa menikmati
pendidikan yang bermutu dengan kondisi yang mendukung.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Pemerintah mulai aktif dalam pemberian bekal, penyuluhan, lokakarya, dan
sebagainya untuk meningkatkan kualitas pendidik di Indonesia. Terbukti saat ini seluruh
Pegawai Negeri Sipil yang telah atau sedang mengajar, harus bergelar S1. Ini berarti, mau
tidak mau bagi pengajar yang bergelar diploma harus menempuh pendidikan lanjutan untuk
mendapat gelar Sarjana dan secara otomatis, mereka akan mendapatkan ilmu yang lebih pula.
Dan diharapkan dengan kebijakan ini, pengajar di Indonesia dapat lebih meningkat
kualitasnya.
3. Randahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru sangat berkaitan dengan rendahnya kualitas guru dan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah sendiri telah menjalankan program Sertifikasi
Guru yang sasarannya adalah semua Pegawai Negeri Sipil lebih khususnya adalah guru.
Sertifikasi ini tidak dilaksanakan dengan serentak namun secara berkala dengan maksud, guru
yang pengangkatannya lebih lama mendapat giliran terlebih dahulu dan selanjutnya guru-
guru lainnya.
Dengan diadakannya sertifikasi ini, kesejahteraan guru pun akan meningkat sekaligus
kualitas mereka juga akan meningkat. Karena, bagi guru yang tidak lulus sertifikasi, akan
diberikat diklat atau semacam pelatihan yang pada akhirnya akan lulus juga. Namun, bukan
hanya sekedar lulus, tujuan dari diklat itu adalah memberikan bekal agar kualitas guru saat
9
kembali mengajar semakin meningkat. Dengan demikian, dua masalah yang ada dapat
diberikan suatu solusi sekaligus.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Untuk meningkatkan motivasi siswa agar prestasi mereka meningkat, pemerintah
setiap tahunnya selalu meningkatkan standar kelulusan minimal yang harus dicapai siswa.
Hal ini dimaksudkan agar dengan naiknya standar kelulusan minimal siswa dapat lebih rajin
dan lebih giat lagi belajar untuk mencapai standar tersebut.
5. Mahalnya Biaya Pendidikan
Untuk masalah ini, pemerintah telah mencanangkan program BOS (Bantuan
Operasinal Siswa). Dengan BOS, pendidikan di Indonesia dapat dinikmati oleh semua
kalangan (walaupun masih sampai jenjang SMP). Namun, saat ini juga telah banyak
lembaga-lembaga yang memberikan beasiswa untuk siswa yang berprestasi maupun untuk
siswa yang tidak mampu. Dengan adanya hal itu, kerja sama antara pemerintah dengan pihak-
pihak yang menyelenggarakan hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa
itu sendiri. Selain itu, adanya program ini tentu saja bukti realisasi dan keseriusan pemerintah
agar seluruh rakyatnya dapat menikmati pendidikan.
6. Masalah Kurikulum
Untuk mengatasi masalah kurikulum yang ada, pemerintah telah berusaha untuk
mengganti kurikulum yang dianggap kurang tepat dan kurang efisien dengan kurikulum baru
yang dianggap lebih efisien. Contohnya pada tahun 2004, pemerintah telah mengganti
kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan saat ini kurikulum sudah
berganti menjadi KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan).
10
Dari uraian sederhana di atas cukup memberikan bukti bahwa pemerintah
tidak pernah main-main dalam urusan pendidikan di Indonesia terutama untuk pengingkatan
kualitas pendidikannya. Walaupun pada kenyataannya kebijakan-kebijakan di atas
memunculkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Namun pemerintah terus berusaha
dengan menerapkan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun tidak pernah menutup mata akan
permasalahan-permasalahan pendidikan yanga ada saat ini. Butuh pemikiran yang sangat
rumit untuk menyelesaikan dan mencari solusi terbaik dari masalah ini. Karena sudah pasti
kebijakan pemerintah sekecil apaun akan menimbulkan pro dan kontra di berbagai pihak.
“Pendidikan ini menjadi tenggung jawab pemerintah sepenuhnya”, kata
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas Jl.
Jendral Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan langkah yang akan ditempuh oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu :
Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap
masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka
partisipasi.
Langkah kedua, mengatasi ketidakmerataan dalam akses pendidikan seperti
ketidak merataan di desa dan kota, serta jender.
Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan
kualifikasi guru dan dosen serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam Ujian Nasional.
11
Langkah keempat, pemerintah akan menambah jenis pendidikan di bidang
kompetensi atau profesi sekolah kejuruan untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang
dibutuhkan.
Langkah kelima, pemerintah merencanakan pembangunan infrastruktur seperti
menambah jumlah komputer dan perpustakaan sekolah.
Langkah keenam pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidkan. Untuk
tahun ini dianggarkan sebanyak 4,4 trilliun.
Langkah ketujuh, menggunakan teknologi informasi dalam aplikasi
pendidikan.
Langkah terakhir adalah pembiayaan masyarakat miskin untuk bisa menikmati
fasilitas pendidikan.
2.4 Kondisi Kualitas Kesehatan Masyarakat Indonesia
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan
harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
12
faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan
Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat
di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama
terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan
pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Ketersediaan mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal
serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal tenaga kesehatan,
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang
diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi
masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan
produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.
Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
13
2. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu
yang bersamaan (double burden)
3. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
4. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
5. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
6. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
7. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem
kesehatan kewilayahan.
8. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya
manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional,
kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
Strategi Paradigma Kesehatan
Paradigma berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap
informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. Memasuki
era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar
strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan
kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya
pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah
kesehatan di waktu yang lalu, membuat kita melihat kembali prioritas dan penekanan
14
program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama
dan mempertahankan kesinambungan pembangunan. Indonesia yang menjadi sumber daya
manusia sehat dan produktif harus berpikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan
sekarang. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang
sedikit saja. Perubahan paradigma perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang
semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban
penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang
belum jatuh sakit agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan
masyarakat dititik beratkan pada :
1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di
tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit dan
produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang
hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadaan kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Data-data yang ada
menunjukkan bahwa Indonesia mengalami keterpurukan dalam hal kualitas pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas penddikan sangat banyak dan kompleks. Namun
pada makalah ini hanya saya sebutkan sebagian kecil saja, antara lain :
1. rendahnya kualitas sarana fisik,
2. rendahnya kualitas guru,
3. rendahnya kesejahteraan guru,
4. mahalnya biaya pendidikan, dan
5. masalah kurikulum yang kurang efektif
Dari faktor-faktor yang telah disebutkan pemerintah telah mengambil langkah tegas untuk
mengatasinya, antara lain :
1. meningkatkan anggara pendidikan,
2. mengadakan pembinaan, lokakarya, penyuluhan, pelatihan bagi guru dan pendidik,
3. mengadakan sertifikasi guru setiap tahunnya,
4. meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam Ujian Nasional,
5. pengadaan Program BOS, dan
6. mengganti kurikulum.
Paradigma berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap
informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. Memasuki
16
era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar
strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan
kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya
pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia.
3.2 Saran
Agar kualitas pendidikan dan kesehatahn di Indonesia dapat meningkat, perlu adanya
kerja sama dari berbagai pihak. Baik itu dari pemerintah maupun dari masyarakat sebagai
pelaku dan penikmat pendidikan dan kesehatan. Peran serta masyarakat dalam kemajuan
kualitas pendidikan dan kesehatan di negara ini sangat diharapkan agar tercipta suatu
hubungan timbal balik yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Pemerintahpun harus bisa meningkatkan birokrasi negara ini agar semua kebijakan
yang diambil menyangkut peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan di Indonesia dapat
berjalan dengan lancar dan dapat meminimalisir hambatan yang mungkin muncul.
17
DAFTAR PUSTAKA
Lhany. 20014. Masalah Pendidikan dan kesehatan di Indonesia, (Online),
(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-
indonesia.html , diakses 7 Juli 2015).
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Kesehatan Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suryahadiprojo, Sayidiman. 2003. Inti Permasalahan Pendidikan,(Onlone),
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0307/21/opini/442908.html, diakses 7 Juli 2015).
Tahalele., Kasmiran. & Pakasi. 1975. Pendidikan Pemerataan dan Peningkatan
mutunya. Malang: Lembaga Penerbitan Almamater YPTP IKIP Malang.
Tirtarahardja, Prof. Dr. Umar., La sulo, S.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Toisuta, Willy., L, Soewadji. & Karo-Karo, Ign Ulihbukit. 1979. Ilmu Keguruan
Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Kurnia Esa.
Ugahari, Satria. 2008. Solusi Permasalahan Pendidikan di
Indonesia, (Online),http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com, diakses 1 November
2009).
18
top related