peran penyuluh agama dalam menangkal paham …
Post on 26-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN PENYULUH AGAMA DALAM MENANGKALPAHAM RADIKALISME AGAMA DI KAMPUNG
SAWAH, KEC. CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh:
M.Adhiya MuzakkiNIM: 1112052000008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
ABSTRAK
M. Adhiya Muzakki, 1112052000008, Peran Penyuluh AgamaDalam Menangkal Paham Radikalisme Agama di KampungSawah, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, di bawahBimbingan Tasman, M.Si
Pasca terjadinya penggregebekan teroris tahun 2014 laludi Kampung Sawah, Ciputat, Airin menyatakan TangerangSelatan sebagai zona merah teroris dan radikalisme agama. Salahsatu faktor pendukung munculnya terorisme adalah penyebaranradikalisme agama yang begitu massif, oleh karena itupenyuluhan radikalisme agama sangat dibutuhkan untukmenangkal penyebaran paham radikalisme agama.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, denganpendekatan deskriptif analisis. Dengan mengambil informasi dari2 pejabat penyuluh agama KUA Kecamatan Ciputat, tokohmasyarakat dan tokoh agama serta 2 warga Kampung SawahCiputat. Kemudian data dianalisis sesuai dengan teori peranpenyuluh dan melihat faktor pendukung dan penghambatnya.
Hasil observasi dan wawancara penulis menunjukkanbahwa ditemukan adanya penyebaran radikalisme agama diKampung Sawah Ciputat. Adapun peran penyuluhan di KampungSawah dilakukan oleh setiap elemen, baik dari Pejabat Penyuluh,tokoh masyarakat, tokoh agama dan warga Kampung Sawah.Penyuluhan dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentangbahaya radikalisme agama dan menawarkan ajaran-ajaran Islamyang moderat. Faktor penghambatnya adalah tidak ada kegiatanpenyuluhan khusus yang dilakukan oleh Pejabat Penyuluh AgamaKUA Kecamatan Ciputat. Adapun pendukungnya masyarakatberperan aktif dalam penyuluhan penangkalan radikalisme agamamelalui kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial di KampungSawah, Ciputat.
Kata Kunci: Peran Penyuluh, Radikalisme Agama,Kampung Sawah Ciputat.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT atas limpahan nikmat yang Allah berikan kepada penulis,
terlebih nikmat Iman dan Islam. Karena dengan nikmat-nikmat
itulah penulis masih bisa beraktifitas sampai saat ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada suri tauladan penulis baginda Nabi Muhammad SAW.
Yang karena kemuliaannyalah penulis berharap syafaatnya di hari
kiamat. Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpahkan
pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang
setia sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, tidak ada sesuatu yang paling
membahagiakan bagi penulis melainkan telah terselesaikannya
skripsi ini dengan judul “Peran Penyuluh Agama Dalam
Menangkal Paham Radikalisme Agama Di Kampung Sawah,
Kec. Ciputat, Tangerang Selatan”. Ini bukan perjuangan yang
mudah untuk menyelesaikan semua ini, akan tetapi buah
kesabaran dan ketekunanlah yang mewujudkannya. Walaupun
demikian penulis sabar, bahawa tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini terselesaikan dengan
baik.
Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama
melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada kedua orang
tua penulis ayahanda tercinta Bapak (Ani supiani Nawawi) dan
Ibunda Tercinta Ibu (Nana Afiah) atas doa, semangat, kasih
penulisng, pengorbanan dan ketulusan dalam memdampingi
penulis. Serta kakak-kakakku ( Ikmal Majazi, azi fitriazi, Ilfa
uzlifah, syifa) dan adikku (Nurul Nazmi Laila).
Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini
diantaranya kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayutllah Jakarta, Dr
Siti Napsiyah,S.Ag, BSW,MSW sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Cecep
Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. sebagai Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi sebagai sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Rini laili Prihatini, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluh Islam angkatan
tahun 2012 yang selalu memberikan bimbingan,waktu,
tenaga dan pikiran serta saran kepada penulis.
5. Tasman M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan tenaga, waktu dan curahan pikiran untuk
memberikan bimbingan, arahan serta saran dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan
fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
membantu memfasilitasi penulis untuk pencarian sumber.
8. Kepada pihak KUA kecamatan Ciputat Pak Amin, Pak
Khotib dan Ibu Ita penulis menghaturkan terimakasih atas
bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada informn penulis, Pak RT gusdur, Pak Imron, Pak
Fajri, Pak Hidayat yang telah bersedia meluangkan waktunya
dan membantu penulis untuk melakukan penelitian ini.
10. Seluruh keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten
(HMB) yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namun tidak
menguragi rasa hormat dan takzim penulis. Terimakasih
yang telah memberikan banyak arti kehidupan dan menemani
penulis maupun suka dan duka.
11. Seluruh kader dan keluarga Besar komisariat HMI
KOMFAKDA, Serta Pengurus HMI Cabang Ciputat yang
telah memberikan ruang bagi penulis untuk sama-sama
berkader di Himpunan tercinta ini.
12. Seluruh Keluarga Besar BPI UIN Jakarta terkhusus BPI 2012
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah
memberikan warna-warna kehidupan bagi penulis dalam
suka maupun duka.
13. Seluruh keluarga Besar Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci)
dalam menempa ilmu dalam ruang intelektual, diskusi bagi
penulis selama di Ciputat.
14. Seluruh rekan-rekan, senior tergabung dari keluarga besar
Mathla’ul Anwar yang berada di Tangerang selatan yang
bnayak menemani penulis dalam suka maupun duka selama
menggemban ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang
tidak bisa disebutkan satu bersatu namun tidak menguragi
rasa hormat dan takzim penulis, penulis haturkan
terimakasih.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurahkan
mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, semoga apa yang menjadi cita-cita dan impian kita
semua terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan
keberkahan dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis
berharap adanya masukan, kritikan dan saran yang membangun
supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 11 Juli 2019
M. Adhiya Muzakki
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...............LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......ABSTRAK ................................................................................. ivKATA PENGANTAR...............................................................DAFTAR ISI..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................1A. Latar Belakang .............................................................1B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................12C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................13D. Metodologi Penelitian ..................................................15E. Tinjauan Pustaka ..........................................................24F. Sistematika Penulisan ..................................................25
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................28A. Teori Peran ...................................................................28
1. Pengertian Peran ....................................................282. Bentuk dan Macam-Macam Peran .........................303. Tujuan dan Manfaat Peran .....................................32
B. Penyuluh Agama ..........................................................321. Pengertian Penyuluh ..............................................312. Pengertian Penyuluh Agama ..................................343. Peran Penyuluh Agama ..........................................354. Pengertian Agama ..................................................37
C. Radikalisme Agama .....................................................401. Pengertian Radikalisme Agama .............................402. Konsep dan Indikator Radikalisme Agama ...........43
D. Faktor Pendukung dan Penghambat MenangkalRadikalisme ..................................................................501. Faktor Pendukung ..................................................502. Faktor Penghambat ................................................50
BAB III PROFIL LEMBAGA KUA KECAMATANCIPUTAT DAN MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH.....52
A. KUA Kecamatan Ciputat ............................................521. Sejarah Berdirinya dan Kondisi KUA Kec. Ciputa 522. Visi-Misi KUA Kec. Ciputat .................................54
3. Struktur Organisasi ................................................55B. Penyuluh Agama KUA Kec. Ciputat .............................56
1. Program Kerja .......................................................562. Data Penyuluh Agama ..........................................603. Materi dan Strategi Radikalisme Penyuluh Agama
...............................................................................61C. Profil Kampung Sawah ..................................................64
1. Letak Geografis.......................................................642. Kondisi Masyarakat Kampung Sawah ...................65
BAB IV HASIL DAN TEMUAN LAPANGAN ....................66A. Deskripsi Informan ......................................................66
1. Informan Pejabat Penyuluh Agama KUA ..............662. Informan Tokoh Masyarakat ..................................673. Informan Warga Kampung Sawah .........................68
B. Temuan Radikalisme Agama di Kampung Sawah .......70C. Warga Terpengaruh Radikalisme Agama ....................79
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................83A. Peran Penyuluhan Radikalisme Agama di Kampung
Sawah ...........................................................................83B. Respon Terhadap Radikalisme Agama di Kampung
Sawah ...........................................................................93C. Faktor Pendukung dan Penghambat .............................98
BAB VI PENUTUP ................................................................104D. Kesimpulan ................................................................104E. Kritik dan Saran .........................................................105
Daftar Pustaka ........................................................................107Lampiran ................................................................................111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman globalisasi ini manusia dituntun adanya
perubahan yang besar dalam segala aspek kehidupan baik positif
maupun negatif. Perubahan negatif yang terjadi akibat globalisasi
perlu antisipasi agar setiap manusia tidak mengalami
dehumanisasi. Dituliskan Jalaludin Rahmat dalam Buku Islam
dan Pluralisme, Fromm menjelaskan dehumanisasi merupakan
suatu proses di mana mulai ditinggalkannya nilai-nilai
kemanusiaan (etika, moral dan agama) dan digantikannya dengan
mendewa-dewakan aspek material semata1. Oleh sebab itu efek
dominonya masyarakat berburu dalam aspek pragmatis dengan
rule model egostik yang dibangun.
Persoalan sosial-keagaamaan di Indonesia semakin
kompleks dan sangat mengkhawatirkan, nilai-nilai toleransi dan
kerukunan antar sesama dan antar umat beragama tidak lagi
dijadikan pijakan pedoman bertingkah laku dalam kehidupan
bermasyrakat dan berbangsa. Dengan demikian, nilai toleransi
dan kerukunan antar sesama tidak dikedepankan dalam suatu
tindakan, maka yang terjadi adalah konflik sosial-keagamaan
serta disintegrasi Bangsa Indonesia.2
Saat ini semangat keagamaan di berbagai negara telah
diwarnai dengan sikap berlebihan dan ekstrem. Aksi kekerasan
1 Jalaludin Rahmat, Islam Dan Pluralisme : Akhlak Quran MenyikapiPerbedaan, (Jakarta Serambi,2006), Cet Ke-2, h.126
2 Dialog Jurnal penelitian dan kajian keagamaan : pancasila dalambingkai kerukunan beragama.
2
dan terorisme selalu terdengar dan biasanya dilakukan oleh yang
menganut faham radikalisme. Istilah radikalisme Islam menunjuk
pada munculnya berbagai gerakan Islam yang menggunakan
berbagai bentuk kekerasan dalam rangka perjuangan untuk
mendirikan ‘Negara Islam’.3
Di Indonesia tercatat dalam sejarah sesungguhnya gerakan
radikal khususnya berbabis agama telah lama mengakar. Pada
awal abad ke- 20, dalam peningkatan semangat nasionalisme
melawan Kolonialisme Belanda dan deprivasi ekonomi yang kian
parah di kalangan pribumi, radikalisme Islam dimunculkan oleh
kelompok-kelompok Sarekat Islam (SI) lokal dalam “ideologi”
revivalisme Islam, Mahdisme atau Ratu Adil dan
Antikolonialisme.
Kekerasan agama sering disebut juga dengan radikalisme
agama. Secara etimologis, radikalisme berasal dari kata radix,
yang berarti akar. Orang-orang radikal adalah seseorang yang
menginginkan perubahan terhadap situasi yang ada dengan
menjebol sampai ke akar-akarnya. Sebuah kamus menerangkan
bahwa seorang radikal adalah “seseorang yang menyekai
perubahan-perubahan cepat dan mendasar dalam hukum dan
metode-metode pemerintahan” a radicaal is a person who favors
rapid and sweeping cahnges in laws and methods of goverment)4
3 J.U Thalib, Radikalisme dan Islamphobia, Islam dan Terorisme,(Yogyakarta: UCY,2003), h. 107.
4 Harfin Zuhdi, Fundamentalis dan Upaya DeradikalisasiPemahaman Al-qur’an dan Hadis, (Jakarta Selatan : Jurnal Mimbar Agamadan Budaya) h. 140.
3
Radikalisme dapat dipahami sebagai suatu sikap atau
posisi yang mendambakan perubahan terhadap status quo dengan
jalan menghancurkan status quo total, dan mennggantikan dengan
sesuatu yang baru, yang sama sekali berbeda. Biasanya cara yang
digunakan bersifat revolusioner, artinya menjungkirbalikan nilai-
nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-
aksi yang esktrem.
Munculnya, fenomena radikalisme agama tidak terlepas
dari problem psikologis baik para tokoh pelopornya, pengikutnya
maupun masyarakat secara keseluruhan. Problemnya radikalisme
agama mengindikasinya adanaya anomali nilai-nilai dalam
masyarakat.
Radikalisme agama menggambarkan sebuah anomali, dan
kemungkinan adanya deviasi sosial, yaitu selalu ada komunitas
yang abnormal. Baik ia berada dalam abnormalitas demografis,
abnornalitas sosial, maupun abnormalitas psikologis. Sedangkan
bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan sistemik.
Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya
dengan satu kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori
normal dalam pengertian kepribadian tetapi abnormal dalam
pengertian sosial dan moral.5
Berkaitan dengan itu, menjadi benar ungkapan Sidney
Jones (2003) bahwa ancaman terorisme dan radikalisme di
Indonesia itu nyata, meskipun saat ini hanya minoritas Muslim
yang radikal, dan lebih sedikit lagi yang suka menggunakan
kekerasan. Menjadi Muslim yang liberal, progresif,
5 Harfin Zuhdi, “Fundamentalis”, h. 140.
4
fundamentalis, radikal, atau inklusif tentu sah-sah saja, dan itu
bagian dari hak asasi setiap warga negara Indonesia. Yang
menjadi persoalan adalah ketika pola keberagamaan yang kita
yakini dan jalani mengancam eksistensi orang lain. Yang lebih
parah lagi, ketika suatu kelompok menyatakan dirinya yang
paling benar dan memiliki kebenaran tunggal, seraya memaksa
kelompok yang lain mengikuti paham kelompoknya. Tindakan
kelompok radikalisme keagamaan yang kadang menggunakan
cara kekerasan, baik verbal maupun non-verbal, tentu saja sangat
bertentangan dengan konstitusi kita yang menjamin kemerdekaan
beragama, berekspresi, dan berkeyakinan.6
Radikalisme Agama adalah suatu gerakan yang memiliki
ciri radikal dengan indikator adanya karakter keras dan tegas,
cenderung tanpa kompromi dalam mencapai agenda-agenda
tertentu yang berkaitan dengan kelompok muslim tertentu, bukan
dengan pandangan dunia (world view) Islam tertentu sebagai
sebuah agama. Kesan karakter gerakan yang keras tersebut bisa
dilihat dari nama dan terminologi yang mereka gunakan sebagai
nama kelompok mereka yang berkonotasi kekerasan dan
militeristik, seperti Jundullah (tentara Allah), Laskar Jihad, dan
Hizbullah (partai Allah) atau Front Pembela Islam.7
Sampai saat ini, terdapat dua jenis gerakan radikalisme
Islam di Indonesia. Pertama, gerakan Islam yang bersifat terbuka
atau cair (loosely organization). Gerakan ini mudah dikenali
6 Ahmad Fuadi Fanani, Fenomena Radikalisme di Kalangan AnakMuda, (Jakarta : Jurnal Maarif institute, 2013), h. 4-5.
7 M.I. Rahmat, Arus Baru Islam Radikal, (Jakarta: Erlangga,2005), h.153.
5
karena jelas siapa pemimpin, anggota, dan pusat kegiatannya.
Ciri lain kelompok jenis ini adalah rekrutmen keanggotaan yang
diselenggarakan secara terbuka. Gerakan ini masih terbagi lagi,
yaitu kelompok Islam yang lahir dari tanah air sendiri, seperti
Laskar Jihad Forum Komunitas Ahlussunnah Wal-Jama’ah (LJ-
FKAWJ), Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), dan beberapa kelompok militan yang lebih
kecil seperti Front Pembela Islam Tangsel, Hizbullah, dan
Jundullah jenis lainnya adalah kelompok-kelompok yang
berafiliasi dengan Islam di Timur Tengah, seperti Ikhwanul
Muslimin (JAMI) yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin di
Mesir, dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang berafiliasi
dengan Hizbut Tahrir di Yordania dengan mengusung Syariah
dan Khilafah. Gerakan ini memiliki tujuan membentuk “Khilafah
Islam” atau Negara Islam dengan menyatukan Komunitas
Muslim dalam Negara Islam Kesatuan. Kedua, gerakan Islam
yang bersifat tertutup, yang kerap disebut sebagai organisasi
bawah tanah (Underground Organization). Gerakan ini sulit
diidentifikasi, proses rekrutment keanggotaannya juga dilakukan
secara rahasia. Termasuk organisasi ini adalah jamaah Islamiyah
(JI) memiliki komitmen untuk memapankan Negara Islam atau
merevitalisasi kekhalifaan Islam melalui jihad.8
Kenyataan adanya radikalisme keagamaan sebenarnya
merupakan fenomena yang biasa terjadi di dalam agama apapun.
8 Ridwan al- Makassary dan Ahmad Gaus AF, Benih-Benih IslamRadikal di Masjid, Studi kasus Jakarta dan Solo, (Jakarta: Center for the studyof Religion and Culture (CSRC), 2010), h 3-4.
6
Radikalisme sangat berkaitan dengan fundamentalisme yang
ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar agama
serta ideologi negara yaitu pancasila. Fundamentalisme akan
diiringi oleh radikalisme dan kekerasan ketika kebebasan untuk
kembali agama dihalangi oleh situasi sosial-politik yang
mengelilingi masyarakat. Fenomena ini dapat menumbuhkan
konflik terbuka atau bahkan kekerasan antardua kelompok yang
berhadapan.9
Radikalisme dan terorisme di Tangerang Selatan
letaknya diKampung Sawah sangat mengkhawatirkan sejumlah
kasus yang terjadi di Tangerang Selatan misalnya Pertama,
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyergap rumah
kontrakan yang dihuni terduga teroris di Jalan AMD, Kelurahan
Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa
(31/12/2013) malam. Penyergapan ini mengagetkan warga sekitar
yang saat itu akan merayakan Tahun Baru 2014.10 Kedua,
Detasemen Khusus Antiteror 88 Markas Besar Polri menangkap
terduga teroris di Kota Tangerang Selatan, Banten, hari ini,
Rabu, 21 Desember 2016. Dari penggerebekan itu, mereka
menemukan sebuah bom aktif.11 Ketiga,aktivitas kelompok
Islamic State Of Iraq and Syiria (ISIS) yang melakukan
9 Agus SB, Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta BerbasisKearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme, ( Jakarta, Daulat Press :2016), h. 48-49.
10https://nasional.kompas.com/read/2014/01/01/1445421/Ini.Kronologi.Penyergapan.Terduga.Teroris.di.Ciputat di akses pada tanggal 3 desember2018 jam 14:00 WIB
11 https://metro.tempo.co/read/829447/densus-88-tangkap-terduga-teroris-di-tangerang-selatan/full&view=ok di akses pada tanggal 3 desember2018 jam 14:33 WIB.
7
deklarasi menggunakan fasilitas umum di lingkungan
universitas yang terletak di Ciputat, Tangerang Selatan pada 6
Juli 2014.12
Kasus teroris di Ciputat ini merupakan kasus dengan
jumlah teroris terbanyak pada kasus terorisme sebelumnya yang
mencapai 6 orang ( Tewas) saat Densus 88 melakukan
penyergapan teroris di sebuah kontrakan Kampung Sawah,
Ciputat, kasus sebelumnya menewaskan teroris tidak lebih dari
3 teroris. Seperti penyergapan di sebuah rumah toko penyedia
jasa warung internet (warnet) Mutiplus di Pamulang dan sebuah
rumah di Gang Asem, Jl setiabudi yang menewaskan 3 terduga
teroris pada September 2012 tertangkapnya 2 terduga teroris di
kawasan pemukiman Binaro Sektor IX pada 7 Mei 2013
kembali terjadi bom bunuh diri di sebuah rumah milik Sigit
Indrajit, dan peristiwa tersebut bersamaan dengan penangkapan
teroris di Pondok Aren. Yang diduga jaringan kelompok Abu
Roban. Dengan demikian, banyaknya teroris yang tertembak
usai penggerebekan yang dilakukan oleh Tim Densus 88 dan
Polri di Kampung Sawah, Ciputat merupakan kasus dengan
jumlah teroris terbanyak dari kasus terorisme sebelumnya dan
peristiwa ini sudah menjadi perbincangan dan pemberitaan
lintas internasional.
Dalam hal ini masyarakat Kampung Sawah pasca terjadi
Terorisme menimbulkan trauma psikis yakni cemas, dampak
12http://www.tribunnews.com/nasional/2014/08/08/isis-deklarasi-hingga-sebar-lowongan-budak-seks-di-uin diakses pada tanggal 3 desember2018 jam 14:44 WIB
8
ekonomi maupun persoalan dalam menjalankan aktivitas sehar-
hari salah satu warga setempat mengungkapkan bahwa sahnya
masyarakat setempat merasa ketakutan, cemas, tidak menyangka
di kampungnya sendiri ada teroris. “kami tidak menyangka ada
sarang teroris kemudian densus menyergap teroris serta terjadi
bangku tembak kami sangat ketakutan waktu itu dalam bulan
terakhir kontrakan itu aneh, orang-orang yang yang tinggal
disitu belum sama sekali keluar kontrakan biasanya orang baru
ngobrol, hanya menyapa saja kami pun mencurigai”. Kemudian
pasca itu tepat tahun baru 2014 densus menyergap teroris
disebuah kontrakan.
Kemudian di lansir dari laman okezone.com Wali Kota
Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengakui wilayah yang
dipimpinnya merupakan zona merah penyebaran faham radikal.
Hal itu diakuinya setelah mendapat informasi dan beberapa
kajian yang menyatakan bahwa paham radikal banyak tersebar
di wilayah tangsel dan merambah ke dunia kampus di tangsel
faham radikalisme itu sendiri.13
Dalam hal ini peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas
khsusunya di daerah Kampung Sawah, Ciputat Tangerang
Selatan ini menjadi sorotan bagi penyuluh atas dasar itu dalam
menangkal paham radikalisme yang sejauh mana Penyuluh
Agama memotret dari paham radikalisme agama itu sendiri
untuk mengkawal serta preventif atas kejadian dari aksi teror
13 https://news.okezone.com/read/2016/11/02/338/1531429/airin-sebut-tangsel-zona-merah-paham-radikal di akses pada tanggal 3 desember2018 16:00 WIB
9
tersebut, disini peran penyuluh agama dalam mengkawal
masyarakat Kampung Sawah dalam upaya menangkal paham
radikalisme agama.
Kemudian berdasarkan dalam wawancara singkat di
Kampung Sawah, Ciputat ini dengan masyarakat menyatakan :
“kami dari masyarakat di sini yah petugas penyuluhan
hanya melakukan satu kali mas untuk penyuluhan soal paham
radikalisme, udah gitu mah gak ada lagi, hanya pasca ada
terorisme dikomplek kita itu dua kali aja, disini juga ada
beberapa orang yahh gitu sedikit kurang menghargai gitu
pendapat orang, yah kami juga agax ketakutan mas”.
Istilah kepenyuluhan (extension) untuk pertama kalinya
diperkenalkan Universitas Oxford dan Universitas Cambrigde
pada sekitar tahun 1850. Di Inondesia, penyuluh yang
mengambil terminologi bahasa Belanda yang disebut
woorlichting (obor, ina) bermakna menerangi. Istilah ini
selanjutnya menjadi kata baku untuk penyuluh. Dalam bahasa
Jerman penyuluh di kenal sebagai beratung (advisory work),
sementara dalam bahasa Perancis disebut vulgarization, dan
dalam kata Spanyol disebut capacitaion.14
Kemudian dalam hal ini Tugas penyuluh Agama
sekarang ini berhadapan dengan suatu kondisi masyarakat yang
berubah dengan cepat yang mengarah pada masyarakat
fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan
14 Sihabudin Noor, Penyuluhan Untuk Harmoni Antar UmatBeragama Di Indonesia, ( Jakarta : Jurnal Suluh Bimbingan Dan PenyuluhanIslam, 2016), h. 8.
10
masyarakat terbuka. Dengan demikian, setiap penyuluh agama
secara terus menerus perlu meningkatkan pengetahuan wawasan
dan pengembangan diri, dan juga perlu memahami “visi dai/
penyuluh agama Islam” serta penguasaan yang optimal terhadap
materi penyuluhan agama itu sendiri maupun teknik
menyampaikannya terutama dalam hal faham bahaya radikalisme
dikalangan masyarakat.
Setiap penyuluh agama dalam menunaikan tugas boleh
tidak hanya terpaku pada pengetahuan yang telah dimilikinya
saja, melainkan harus kaya dengan pengetahuan dan wawasan
sosial kemasyarakatan agar penyuluhan yang disampaikan
memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan dirasakan sebagai
sesuatu yang memberikan solusi terhadap problema kehidupan
mereka.
Agama mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral
dan etika dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Agama
sebagai system nilai seharusnya dipahami, dihayati dan
diamalkan oleh seluruh pemeluknya dalam tatanan kehidupan
setiap individu, keluarga dan masyarakat serta menjiwai
kehidupan berbangsa dan bernegara.15
Allah berfirman dalam QS An Nahl 125:
15 Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.(Yogyakarta: PLP2M.1985), h. 27.
11
ٱد بك بٱل◌ بيل ر ع إلى س ك◌ ح ٱل◌ ة و م مو◌ عظة ٱل◌ نة ◌ س ح ◌
ـدل ج و ی أح◌ م بٱلتی ه ه ن ◌ س و أع◌ إن ربك ه بيله ◌ ن ضل عن س بم و ۦلم ه أعو ◌ لم
بٱل مه◌ تدين ◌
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.16
Pemerintah, dalam hal ini mengeluarkan kebijakan
melalui Badan Nasional Penanggulanan Terorisme (BNPT)
nomor Per-1/K.BNPT/I/2017 tentang Organisasi dan tata kerja
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang berfungsi
menyusun kebijakan dan strategi dalam rangka menangkal
radikalisme dan terorisme.17 Akan tetapi, dalam hal radikalisme
agama pemerintah melalui Kementerian Agama berjuang menjadi
salah satu tombak dalam rangka memberikan pemahaman
keberagamaan yang baik terhadap masyarakat. Melalui PMA no
42 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama mengganti PMA nomor 10 tahun 2010.18 Dalam hal ini
Kementerian Agama mengangkat petugas khusus yang
tupoksinya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
16 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an danTerjemahannya. (Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005).
17 Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT)tahun 2017.
18 Lihat dalam Peraturan Menteri Agama nomor 42 tahun 2016.
12
mengenai cara beribadah sesuai dengan jaran Islam yang benar.
Sehingga, penyuluh agama menjadi salah satu ujung tombak yang
berperan penting dalam upaya membimbing masyarakat
memahami ajaran agama, dan mengamalkannya secara
berkualitas. Keberhasilan seorang Penyuluh Agama Islam dalam
melaksanakan tugasnya di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
komponen diantaranya komponen strategi dakwah yang dipilih
dan dirumuskan. Kita tahu kemajemukan masyarakat Indonesia
yang terdiri dari berbagai suku, ras, tradisi, bahasa, serta status
sosial ekonomi yang berbeda-beda. Menghadapi kondisi ini
seorang penyuluh harus menyusun strategi yang tepat dalam
pelaksanaan tugas penyuluh agar tercapai dalam rangka
menunaikan visi misinya.
Berdasarkan dari pemaparan di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “Peran
Penyuluh Agama Dalam Menangkal Paham Radikalisme
Agama di Kampung Sawah Ciputat, Tangerang Selatan).”
13
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian skripsi ini, peneliti
membatasi hanya kepada peran Penyuluh Agama terhadap
menangkal paham radikalisme agama hasil dari peran
tersebut kepada peningkatan pemahaman bahaya paham
radikalisme agama di masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas,
untuk mempermudah penelitian ini peneliti merumuskan
masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana peran Penyuluh Agama dalam menangkal
paham radikalisme Agama di Kampug Sawah Kota
Tangerang Selatan?
b. Bagaimana metode penyuluhan agama dalam rangka
menangkal radikalisme di Kampung Sawah Kota
Tangerang Selatan?
c. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat yang
mempengaruhi Penyuluh Agama dalam hal menangkal
paham Radikalisme Agama di Kampung Sawah Kota
Tangerang Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran Penyuluh Agama pada
menangkal paham radikalisme agama di Kampug
Sawah, Kota Tangerang Selatan?
14
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam rangka
menangkal radikalisme agama di Kampung Sawah Kota
Tangerang
c. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan
penghambat yang mempengeruhi peran Penyuluh
Agama dalam Menangkal Paham Radikalisme Agama di
masyarakat Kampung Sawah, kota Tangerang Selatan?
d. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperkaya teori-teori sosial yang berkaitan
dengan ilmu sosial pada jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam khususnya, umunya pada
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
d. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, pengalaman serta meningkatkan
kemampuan dalam menganalisa berbagai kegiatan
penyuluh agama serta dapat dipraktekan diberbagai
lembaga sosial maupun instansi lainnya yang memilki
kesamaan dengan penyuluh Agama, terutama yang
berkaitan dengan dalam menangkal paham di
Masyarakat Kampug Sawah, Kota Tangerang Selatan)
b. Maanfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan bagi para pembaca dan pekerja
penyuluh yang berkaitan dengan Peran penyuluh
agama dalam menangkal paham radikalisme.
15
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dan bahan evaluasi bagi penyuluh agama dalam
menyusun atau membuat program dan strategi
dalam menangkal paham radikalisme agama.
D. Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian adalah suatu cara kerja
untuk memahami objek penelitian dalam rangka
menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau
pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. Sebagaimana menurut Bogdan dan
Taylor dalam bukunya Lexy. J. Moleong mendefinisikan
metodelogi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.19
1. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan penelitian kualitatif
dengan beberapa pertimbangan, antara lain adalah
penelitian kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci,
tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik
bermakna di lapangan.20
Penulis menggunakan penelitian kualitatif
dalam melakukan penelitian karena berharap dengan
19 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,2012),cet. Ke-30. H. 4
20 Burhan Bungin. Analisa Data Kualitatif (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2003). Cet ke-2. H. 39
16
menggunakan penelitian kualitatif, didapatkan hasil
penelitian yang menyajikan data yang akurat dan
digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya
mengenai peran Penyuluh Agama dalam menangkal
paham radikalisme agama di masyarakat Kampung
Sawah, Kota Tangerang Selatan)
2. Jenis Penelitian
e. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan buku-buku angka. Semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
telah diteliti. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
berasal dari hasil observasi, wawancara, catatan-catatan
serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
untuk menggambarkan dan menganalisis secara
menyeluruh peran Penyuluh Agama Dalam menangkal
paham radikalisme agama di Masyarakat Kampug
Sawah, Kota Tangerang Selatan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah dua Penyuluh
Agama KUA Ciputat, Kota Tangerang selatan,satu
tokoh masyarakat dan satu tokoh agama setempat
diKampung Sawah.
Dan Sedangkan objek penelitian ini adalah
dua oarang masyakarat yang terkena dampak paham
radikalisme agama di Kampung Sawah, Ciputat.
17
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data-data yang diperoleh saat
penelitian itu dilakukan. Baik dalam bentuk
dokumentasi, wawancara atau observasi. Data yang
belum tersedia sehingga untuk masalah penelitian,
data harus diperoleh dari sumber ahlinya. Oleh karena
itu data ini diperoleh dari dua Penyuluh Agama KUA
Ciputat, Tangsel yang berkaitan langsung dengan
menangkal paham radikalisme agama serta
masyarakat setempat.
b. Data sekunder
Sumber data sekunder, merupakan data-data yang
diperoleh dari dua masyarakat, satu tokoh agama dan
satu tokoh masyarakat, dokumen-dokumen maupun
dari benda-benda tertulis yang berhubungan dengan
penelitian ini.
5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian
kualitatif, teknik penentuan subyek penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang
berdasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan
tertentu dari peneliti dalam sampling ini peneliti
berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk
18
dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari
suatu populasi dimana peneliti mencari informasi.21
Peneliti memperoleh empat orang yang akan
diwawancarai, untuk memperoleh sampelnya
berdasarkan susunan masing-masing tingkat jabatan.
Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai
peran Penyuluh Agama dalam menangkal paham
radikalisme agama di masyarakat Kampung Sawah, kota
Tangerang Selatan.Untuk data pendukung, peneliti
mewawancarai dua orang masyarakat Kampung Sawah,
Ciputat. Untuk memperoleh lima orang informan
tersebut, peneliti memperoleh sampelnya berdasarkan
susunan tingkat usia dan pendidikan terakhir. Adapun
informasi yang diperoleh mengenai bagaimana peran
Penyuluh Agama dalam menangkal paham radikalisme
agama di masyarakat Kampung Sawah, kota Tangerang
Selatan).
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
strategis yang mampu mengarahkan penelitian kepada
hasil yang objektif. Sehingga teknik pengumpulan data-
data dalam penelitian ini adalah :
a. Dokumentasi
Merupakan catatan yang telah berlalu.
Dokumentasi bertujuan untuk membaca dan
21 Jusuf Soewadji, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: JurusanSosiologi.2003). cet ke-1. H. 100
19
mempelajari berbagai bentuk data tertulis.22 Bisa
berbentuk tulisan serta gambar-gambar kegiatan.
Dalam dokumentasi ini peneliti
mengumpulkan informasi dengan dua bentuk yaitu
dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi.
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan dan
pengalaman. Maksud mengumpulkan dokumntasi
pribadi untuk memperoleh kejadian nyata tentang
situasi sosial dan arti berbagai faktor disekitar subjek
penelitian.23 Dokumentasi resmi yang digunakan
penulis adalah buku harian yang bermanfaat dengan
ditulis. Memberikan tanggapan tentang peristiwa-
peristiwa di sekitar penulis. Kemudian dokumen
resmi yang berisikan bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya
majalah dan buletin.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data yang telah didokumentasikan dalam buku dan
majalah. Agenda kegiatan Penyuluh Agama, rencana
program (jangka panjang dan jangka pendek), foto
dll.
22 Lexy. J Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 26edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186.
23 Lexy. J Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 26edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.217.
20
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan
data dengan cara tanya jawab baik langsung maupun
dengan alat bantu media tertentu. Teknik pencatatan
data menggunakan catatan lapangan yaitu berupa
hasil wawancara selama observasi berlangsung
dengan menggunakan bahasa yang obyektif.24
c. Observasi Lapangan
Observasi mensyaratkan pencatatan dan
perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa dan
perilaku-perilaku informan yang terjadi dalam situasi
tertentu, bukan seperti yang belakngan mereka ingat,
diceritakan kembali, dan digeneralisasikan oleh
partisipan itu sendiri. Metode-metode observasi
jarang digunakan sendiri, tapi sering dikaitkan dengan
wawancara.25
Dalam hal ini peneliti menggunakan
metode observasi untuk mengamati semua hal yang
berhubungan dengan subjek penelitian lapangan
dalam kurun empat kali observasi lapangan. Yaitu
Masyarakat Kampung Sawah dan kelurahan
Kampung Sawah, Ciputat.
24 Rahayu, et. Al, Observasi dan Wawancara, ( Malang: BayumediaPublishing, 2004), h. 63.
25 Rhenald Kasali, Metode-metode Riset Kualitatif, cetakan ke 1(Yogyakarta : PT Bentang Pustaka,2008), h. 321.
21
7. Analisis Data
Analisis data kuantitaif menurut Bogdan dan
Biklen, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari
dan menekan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.26
Mengacu pada pemaparan di atas maka
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Pada saat
menganalisa data hasil observasi peneliti
menginterpresatikan catatan lapangan yang kemudian
disimpulkan. Setelah itu, diolah kembali hasilnya untuk
kemudian ditulis peneliti. Data yang telah terkumpul dari
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maka
selanjutnya dianalisa. Data-data itu disusun secara
sistematis untuk kemudian dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data, data yang digali,
dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian.
Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini
diperlukan teknik pemerikasaan. Adapun teknik
26 Lexy. J Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 26edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.248.
22
pemeriksaan yang digunakan untuk menjaga keabsahan
data adalah sebagai berikut:
a. Kriterium Kredibilitas/kepercayaan
Fungsinya adalah untuk melaksanakan
inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai, kemudian
mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua
teknik pemeriksaan.
1) Ketekunan pengamatan
Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
Dengan kata lain, peneliti mengadakan
pengamatan kepada subyek penelitian yaitu, tiga
Orang Masyarakat di Kampung Sawah RT 04
RW 07 Tangsel kemudian satu tokoh agama, satu
tokoh masyarakat. Sehingga data ini benar-benar
valid, objektif, dan saling mendukung untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data triangulasi.
2) Triangulasi
23
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data yang untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
suatu data. Salah satu teknik triangulasi yang
digunakan untuk penelitian ini adalah teknik
triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan
sumber akan digunakan untuk membandingkan
dengan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan
cara:
a) Membandingkan data hasil wawancara
dengan pengamatan di lapangan, misalnya
peneliti membandingkan hasil wawancara
subyek penelitian dengan hasil temuan
lapangan tentang program KUA Ciputat,
Kota Tangerang Selatan.
b) Membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, misalnya peneliti
membandingkan jawaban yang diberikan
oleh Penyuluh agama KUA Ciputat, Tangsel
,masyarkat dan juga program penyuluh
agama dalam menangkal paham radikalisme
agama.
24
c) Membandingkan hasil wawancara dengan
hasil dokumen yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti. Wawancara
tersebut untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.27
b. Kriterium Kepastian
Mengutip pendapat Scriven, beliau
menyatakan bahwa masih ada unsur ‘kualitas’ yang
melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat
digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas
berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.
Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa data-data
ini terpercaya. Kepercayaan ini didasarkan pada hasil
data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi terhadap subjek penelitian.28
9. Teknik Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu
pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis
dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Cetakan I, Januari 2007.
27 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta (Jakarta:UIN Press), h. 74
28 Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program (Jakarta: Rineka Cipta,2000), h. 166
25
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian proposal ini tentunya menggunakan
studi pustaka yang berkaitan dengan tema penelitian.
Terdapat beberapa karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
judul skripsi, antara lain :
1. Penulis merujuk pada karya tulis ilmiah yang berjudul
“Konstruksi Radikalisme di Media Islam (Analisis
Wacana Pemberitan ISIS di Republika Online dan Suara
Islam.com) “ yang di tulis oleh Devi Yuliana, mahasiswa
UIN Jakarta Jurusan Konsentrasi Jurnalistik.
2. Selanjutnya penulis merujuk pada karya tulis ilmiah
yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Media
Online Rakyat Merdeka dan CNN Indonesia dalam isu
Penetapan 19 Pondok Pesantren Penyebar Paham
Radikalisme”), yang ditulis oleh Fahmi, mahasiswa UIN
jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap karya
tulis ilmiah tersebut, penelitian yang dilakukan penulis
tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis membahas
tentang Peran Penyuluh Agama dalam Menangkal
Paham Radikalisme Agama di Masyarakat Kampug
Sawah, Kota Tangerang Selatan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan penulisan dalam penelitian ini,
maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi enam
bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut:
26
BAB I PENDAHULUAN:Pada Bagian I ini
terdiri dari enam sub bab yang terdiri dari latar belakang
masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI Pada Bagaian II
akan menguraikan kerangka teori yang berkaitan dengan
penelitaian yaitu mengenai pengertian Peran, Radikalisme
Agama dan Pengertian Punuyuluh Agama.
BAB III PROFIL LEMBAGA DAN
GAMBARAN UMUM. Pada Bagian III akan menguraikan
gambaran umum tentang KUA Ciputat dengan uraian latar
belakang berdirinya KUA Ciputat, Visi Misi KUA Ciputat,
sarana dan prasarana KUA Ciputat, Keadaan penduduk dan
sosio religius, struktur KUA dan materi penyuluh menangkal
paham radikalisme agam KUA Ciputat, strategi penyuluh
menagkal paham radikalisme agama KUA Ciputat, profil
Kampung Sawah. Sub berikutnya bentuk dalam menangkal
paham radikalisme Agama di Masyarakat Kampug Sawah RT
04 RW 07, Kota Tangerang Selatan. Serta faktor pendukung
27
dan penghambat dalam pelaksaan dalam menangkal paham
Radikalisme Agama di masyarakat.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN Peran Penyuluh
Agama dalam menangkal paham radikalisme agama di
masyarakat Kampung Sawah, Tangerang Selata Banten, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menangkal paham
radikalisme Agama.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN mencakup
analisa antara teori yang digunakan dengan temuan yang
didapatkan. Hasil analisa akan menjawab rumusan masalah
yang telah dibuat.
BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian
penutup, penulis mencoba menarik kesimpulan dari temuan
dan analisis penelitian yang didapatkan serta memberikan
saran sebagai masukan bagi penulis.
28
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Peran
1. Pengertian Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peran adalah
beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
seseorang yang berkedudukan di masyarakat.1 Lebih jauh,
peran itu harus dilaksanakan dan seseorang dikatakan dapat
memainkan perannya apabila mempunyai status dalam
masyarakat.2
Menurut Soerjano Soekanto, peran dapat dikatakan
sebagai perilku individu yang penting bagi stuktur masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa orang tersebut menduduki suatu posisi
dalam masyarakat, maka ia pun melaksanakan suatu perannya
tersebut dengan memperhatikan hak dan kewajibannya.3
Sedangkan peran menurut teori peran (Role Theory), istilah
“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor
harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan posisinya
sebagai tokoh tersebut dia harapkan untuk berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan. Begitu pula dengan masyarakat
bahwa perilaku yang diharapkan dari tokoh tersebut tidak
berdiri sendiri, ,melainkan selalu berada dengan kaitan dengan
1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar BahasaIndonesia, ( Jakarta : Balai Pusataka, 1998), h. 854
2 Nurul Hidayat, Metodologi Penelitian Dakwah, ( Jakarta :Lembaga Penelitian UIN Press, 2006) cet ke 1, h. 91
3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali,1998), h. 220
29
adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau
aktor tersbut.4
Lebih lanjut, ,menurut Getzels dan E.G Guba dalam M.
Arifin mengatakan bahwa gaya hubungan Leadership-
followership, perannan seseorang dapat mengubah tingkah
laku masyarakat berikut penjelasannya:
a. Role Expection, pengharapan dari masyarakat kepengikutan
kepada peranan kepemimpinan.
b. Need Disposition, kecenderungan pribadi manusia kepada
pemenuhan kebutuhan.
c. Sosial Behavior, tingkah laku pribadi dan sosial dalam
masyarakat akibat proses kepemimpinan-kepengikutan.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari
kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peranan.5 Suatu peranan mencakup paling
sedikit tiga hal, yaitu:
1. Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimning seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta:CV. Rajawali, 1984), h. 233-234
5 Soerjono Soekanto, Sosisologi Suatu Pengantar,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1982), cet. Ke-36, h. 243-244
30
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial.6
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
seseorang dapat dikatakan berperan jika telah memiliki status
di masyarakat atau diperankan dan bukan hanya memiliki
status saja tetapi terdapat pulau tugas-tugas yang sebelumnya
disusun berdasarkan harapan masyarakat.
2. Bentuk dan Macam-macam Peran
a. Bentuk Peran
Melihat dari pengertian mengenai “peran”, maka bentuk
peran bisa dilihat dalam bentuk individu, norma atau
aturan, institusi atau lembaga, dan lain sebagainya.
Tergantung fungsi dan kegunaan serta harapan-harapan
yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri, misalkan
seorang pemain sepak bola yang kawakan akan berbeda
dengan seorang pemain musik untuk mengisi waktu luang
saja.
b. Macam-macam Peran
Peran yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
menurut bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya
sudut pandang. Berbagai macam peran dapat disebutkan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan pelaksanaannya
6 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 213
31
Berdasarkan pelaksanaannya peran dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
a) Peran yang diharapkan (exected roles), yaitu cara
ideal dalam pelaksanaan peran menurut penilaian
masyarakat. Masyarakat menghendaki peran yang
diharapkan secermat-cermatnya dan peran ini tidak
dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang
ditentukan. Peran jenis ini antara lain adalah peran
hakim, peran prptokoler diplomatic, dan sebagainya.
b) Peran yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara
bagaimana sebenarnya peran itu dijalankan. Peran ini
pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi tertentu. Peran yang
disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi
setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat
dianggap wajar oleh masyarakat.7
2) Berdasarkan cara memperolehnya
Seementara itu, berdasarakan cara memperolehnya,
peran dapat dibedakan menjadi:
a) Peran bawaan, (ascribed roles), yaitu peran yang
diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha,
misalnya peran sebagai nenek, anak, bupati, dan
sebagainya.
b) Peran pilihan (achives roles), yaitu peran yang
diperoleh atas dasar keputusannya sendiri, misalnya
7 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantardan Terapan,(Jakarta: Kencana,2007), Cet. Ke-3, h. 160
32
seseorang yang memutuskan untuk memilih kuliah di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga dan menjadi mahasiswa program studi
sosiologi.
3. Tujuan dan Manfaat Peran
Setiap peran bertujuan agar antar individu yang
melaksanakan peran dengan orang-orang sekitarnya yang
berhubungan dengan peran tersebut terdapat hubungan
yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati
oleh kedua belah pihak.8
Peran dapat membimbing seseorang dalam
berperilaku, karena manfaat peran itu sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-
norma, dan pengetahuan,
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga
dapat melestarikan kehidupan masyarakat.9
B. Penyuluh Agama
1. Pengertian Penyuluh
Penyuluh adalah orang yang memberikan sesuluh atau
penerang kepada masyarakat. Tidak mungkin orang yang
gelap berjiwa tidak baik akan memberikan penerang kepada
8 Basrowi, Pengantar Sosisologi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2005),Cet. Ke-1, h. 64
9 J. Dwi Narmoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi, h. 160.
33
masyarakat, sehingga tanggung jawab seorang penyuluh bukan
hanya memberikan penerang kepada masyarakat, akan tetapi
yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memberikan
sesuluh kepada dirinya, keluarganya, kemudian masyarakat
sekitar.
Secara etimologi kata penyuluhan berasal dari bahasa
inggris concelling, yang berarti pimpinan, bimbingan,
pedoman, dan petunjuk.10 Sedangkan secara terminologi yang
dijelaskan oleh para ahli diantaranya H.M Arifin dalam
bukunya “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama”. Menerangkan bahwa concelling adalah
kata kerja dari to councell yang memiliki arti memberikan
nasihat atau memberikan anjuran pada orang lain secara
berhadapan langsung.11
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluh berasal
dari kata “suluh” yang artinya baraang yang dipakai untuk
menerangi (biasa dibuat dari daun kelapa yang kering dan
damar) ; obor. Sedangkan pengertian penyuluh meneurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penerangan; petunjuk
jalan.12
Seorang penyuluh dipandang sebagai tempat berlindung
dari segala kesalahan batin. Seorang tokoh ulama yang
berkharisma, dapat juga berfungsi sebagai penyuluh kehidupan
10 John M. Echola dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia, 1995) Cet. Ke-1, h. 283
11 M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan danPenyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Bima Aksara, 1998), Cet. Ke-5, h.168.
12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), edisi ketiga, h. 1100
34
beragama dalam masyarakat sekitarnya, karena ia mempunyai
pribadi yang staabi, tenang menetramkan orang lain yang
berada di dekatnya. Apabila bila ia memberikan petuah-petuah
dengan nada ucaapan dan gaya yang menyejukkan hati, maka
orang yang mendengarnya seperti tersiram air sejuk.13
2. Pengertian Penyuluh Agama
Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak
tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan Menteri Agama
nomor 791 Tahun 1985 yaitu dengan adanya Keputusan
Menteri Agama nomor 791 Tahun 1985 tentang honorarium
bagi Penyuluh Agama. Istilah Penyuluh Agama dipergunakan
untuk mengganti istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang
dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan Departemen
Agama. Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 16 Tahun
1994 tentang jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara
lain dinyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu profesional
dan pembinaan karir pegawai negeri sipil perlu ditetapkan
jabatan fungsional.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut diatas,
dikeluarkan keputusan Presiden nomor 87 Tahun 1999 tentang
rumpun jabatan fungional pegawai negeri sipil yang antara lain
menetapkan bahwa penyuluh agama adalah jabatan fungsional
pegawai negeri yang termasuk dalam rumpun jabatan
keagamaan. Mengacu pada peraturan di atas, pengertian
penyuluh Agama adalah pegawai sipil yang diberi tugas,
13 Khairul Umam dan H.A Achyar Aminudin, Bimbingan DanPenyuluhan, (Bandung: CV.Pustaka Setia,1998), h.76.
35
tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh jabatan
yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan
keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa
agama.
Maka dapat disimpulkan bahwa Penyuluh Agama adalah
orang yang memberikan bimbingan atau penerangan kepada
orang lain untuk meningkatkan pengertian dan kemampuan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah melalui bahasa
Agama.
3. Peran Penyuluh Agama
Berkaitan dengan peran (baik dari organisasi pemerintah
maupun oragnisasi non pemerintah), sebenarnya ada berbagai
peran yang dapat dilaksanakan, di mana masing-masing
terdapat peran-peran yang lebih spesifik yang lebih mengarah
pada teknik-teknik antara lain:14
a. Peran-peran Fasilitatif
1) Animasi Sosial: Animasi sosial menggambarkan
kemampuan petugas sebagai agen perubahan atau
pemberdayaan masyarakat untuk membangkitkan energi,
inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk di dalamnya
mengaktifkan, menstimuli dan mengembngkan motivasi
masyarakat untuk bertindak.
14 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemeikiran dalampembangunan Kesejahteraan Sosial, (jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI,2002), h. 196.
36
2) Mediasi dan Negoisasi: Agen perubah dalam melakukan
upaya intervensi sosial (perubahan sosial yang
terencana) kadangkala bertemu dengan situasi dimana
terjadi konflik minat dan nilai dalam komunitas.
Berkaitan dengan hal tersebut agen perubah harus dapat
menjalankan fungsi mediasi ataupun menjadi mediator
guna menghubungkan kelompok-kelompok yang sedang
berkonflik agar tercapai sinergi dalam komunitas
tersebut. Peran sebagai mediator ini tentu saja terkait
dengan peran negoisator. Karena ditengah kelompok
yang sedang berkonflik, tidak jarang seorang agen
perubah harus mampu menengahi dan mencari titik temu
yang dapat dikerjakan bersama oleh kelompok-
kelompok yang sedang berkonflik tersebut.
3) Pemberi Dukungan: Dalam kaitan dengan peran sebagai
pemberi dukungan bahwa salah satu peran dari agen
perubah adalah untuk menyediakan dan
mengembangkan dukungan terhadap masyarakat yang
mau terlibat dalam struktur dan aktifitas komunitas
tersebut. Dukungan itu sendiri tidak selalu bersifat
ekstrinsik ataupun material, tetapi dapat juga bersifat
intrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-
kata, ataupun sikap dan perilaku yang menunjukan
dukungan dari agen perubah terhadap apa yang
dilakukan masyarakat, seeperti menyediakan waktu bagi
masyarakat bila mereka ingin berbicara dengan agen
37
perubah guna membahas permasalahan yang mereka
hadapi.
b. Peran-peran Edukasional
1) Membangkitkan Kesadaran Masyarakat: Upaya
membangkitkan keadaran masyarakat berawal dari
upaya menghubungkan antara individu dengan struktur
yang lebih makro (seperti struktur sosial dan politik).
Hal ini bertujuan untuk membantu individu melihat
permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun
kekecewaan mereka dari perspekif sosial politik yang
lebih luas.
2) Menyampaikan informasi: Dalam upaya memberdayakan
masyarakat tidak jarang juga harus menyampaikan
informasi yang mungkin belum diketahui oleh sasarannya.
Dengan hanya memberikan informsi yang relevan
mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas
sasaran tidak jarang dapat menjadi peran yang bermakna
terhadap komunitas tersebut. Oleh karena itu, dengan Islam
penyuluh agama bertugas mengarahkan umat agar masuk
ke dalam ajaran Islam secara utuh, menyulur dan universal.
4. Pengertian Agama
Secara etimologi agama berasal dari kata sangkrit, kata
“Ad-dien”yang dari bahasa Arab dan “Religi” dalam bahasa
Eropa.15 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti
prinsip kepercayaan kepada Tuhan dan ajaran-ajarannya dan
15 Harun Nasution, Islam Dintinjau Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: UI Press, 1987), Cet V, Jilid, h.9.
38
kewahiban-kewajibannya yang berhubungan dengan
kepercayaan itu.16
Dalam Kamus Sosiologi, pengertian ada tiga macam,
yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2)
perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang
dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3) ideologi mengenai
hal-hal yang bersifat supra natural. Sementara itu, Thomas
F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan
sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud non
empiris atau supra empiris.
Dari beberapa definisi diatas, jelas tergaambar bahwa
agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran
penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar
jangkauan dan kemampuaannya karena sifatnya yang supra
natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
yang non empiris.17
Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah
peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
timbul dimasyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara
empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan penyuluh agama
menjalankan fungsunya sehingga masyarakat merasa sejahtera,
aman, stabil, dan sebagainya.
16 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), edisi 2, h. 10.
17 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama. (Bandung: PT. RemajaRosdakarya.2002). h. 129-130.
39
Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama, yaitu:
a) Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi
b) Sarana hubungan transcendental melalui pemujaan
dan ucapan ibadat
c) Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada
d) Pengkoreksi fungsi yang sudah ada
e) Pemberi identitas diri, dan
f) Pendewasaan agama
Fungsi agama yang dijelaskan oleh Hendropuspito lebih
ringkas lagi, tetapi intinya sama saja. Menurutnya, fungsi
agama itu adalah edukatif, penyelamatan pengawasan sosial,
memupuk persaudaraan, dan transformatif.18
Agama dapat dipandang sebagai doktrin yang diyakini
secara mutlak kebenarannya. Metodologi penelitian agama
dalam konteks ini merupakan berbagai pendekatan yang
dilakukan untuk memahami agama tersebut. Selain itu, masuk
kedalam konteks ini ialah sejarah perekembangan kajian
keagamaan; proses terbentuknya rumusan-rumusan hukum
agama; dan sejarah intelektual kajian agama.
Namun demikian, agama sebagai doktrin diduga
memberikan kontribusi terhadap dinamika dan tatanan sosial,
politik dan ekonomi. Sistem pelapisan masyarakat sedikit
banyak dipengaruhi doktrin-doktrin agama yang diyakini,
sehingga agama melahirkan kenyataan empiris sebagai gejala
keagamaan. Sikap dan keterikatan pemeluk agama terhadap
18 Dadang Kahmad, Sosisologi Agama. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2002). h. 130
40
ajaran agama juga merupakan gejala keagamaan yang menjadi
objek kajian. Selain itu, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap sikap dan keterikatan pada ajaran agama seperti
pendidikan, lingkungan dan status sosial merupakan salah satu
telaahan dalam penelitian agama.19
C. Radikalisme Agama
1. Pengertian Radikalisme Agama
Bicara soal definisi radikalisme sering kali rancu dengan
konsep terorisme maupun fundamentalisme padahal ketiganya
mengandung makna yang berbeda, sehingga dengan adanya
pemahaman atas ketiga konsep tersebut, kita dapat
menghindari kesalahan dalam membangun konsep ilmiah.
Menurut terminologi bahasa, radikalisme adalah paham atau
aliran yang mempunyai keyakinan menginginkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis. Radikalisme juga dapat di artikan sebagai inti
perjuangan untuk melakukan perubahan dengan memakai
cara-cara kekerasan. Penggunaan kekerasan yang merupakan
ciri utama dari radikalisme sudah menunjukkan pertentangan
dengan ajaran agama manapun pada umumnya dan ajaran
islam pada khususnya.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme
paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
19 M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama ( PendekatanTeori & Praktek). (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002). h, 19.
20 Obsatar SA, Prayitno RN, Ian MA, Terorisme Kanan IndonesiaDinamika Dan Penanggulangannya, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo: 2018 ) h. 7-8
41
pembaharu sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis; atau sikap ekstrim dalam aliran politik. Radikalisme
atas nama agama dapat diartikan sebagai pemikiran atau sikap
keagamaan yang ditndai oleh beberapa hal, yaitu sikap tidak
toleran ( intoleran), tidak mau menghargai pendapat dan
keyakinan orang lain, serta sikap revolusioner yang cenderung
menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan hal ini, Pusat Pengkajian Islam dan
Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta (PPIM)
(2004) sebagaimana dikutip oleh Husaini menguraikan
empat kriteria radikal antara lain sebagai berikut:
a. Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang
mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan
sistem yang sedang berlangsung;
b. Dalam kegiatannya mereka seringkali menggunakan aksi-
aksi yang keras, bahkan tidak menutup kemungkinan kasar
terhadap kegiatan kelompok lain yang dinilai
bertentangan dengan keyakinan mereka;
c. Secara sosio-kultural dan sosio-religius,kelompok radikal
mempunyai ikatan kelompok yang kuat dan
menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan ritual yang
khas;
d. Kelompok ‘Islam radikal’ seringkali bergerak secara
bergerilya,walaupun banyak juga yang bergerak secara
terang-terangan.
Radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki
adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu
42
sistem masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme
menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu
kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Kaum
radikal menganggap bahwa rencana-rencana yang digunakan
adalah rencana yang paling ideal. Terkait dengan radikalisme
ini, seringkali beralaskan pemahaman sempit agama yang
berujung pada aksi terror bom tumbuh bersama sistem. Sikap
ektrem ini berkembang biak di tengah-tengah panggung yang
mempertontonkan kemiskinan, kesenjangan sosial, atau
ketidakadilan.21
Umumnya, radikalisme agama muncul dari pemahaman
agama yang tertutup (baca : fanatik) dan tekstual (baca : kaku)
hingga kelompoknya yang paling benar. Sedangkan
pemahaman kelompok lain dianggap sesat – atau justru
kelompok lain dianggap sudah kafir yang berhak untuk
diperangi dengan kekerasan. Padahal agama manapun tidak
menganjurkan kekerasan, termasuk agama islam yang
merupakan agama perdamaian – yang mengajarkan nilai-nilai
serta sikap saling menghargaai, menghormati, harmoni dan
menghormati harta orang lain (terutama nyawa manusia).
Islam tidak membenarkan praktek penggunaan kekerasan atas
nama agama, bahkan dalam menyebarkan ajaran agama islam
itu sendiri.
Kemudian istilah “radikalisme” sendiri sebenarnya
bukan konsep asing dalam ilmu sosial. Disiplin politik,
21 Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), h. 117.
43
sosiologi dan sejarah sejak lama telah menggunakan terma ini
menjelaskan fenomena sosial tertentu. Sejarawan Sartono,
misalnya, telah menggunakan istilah ini secara ektensif dalam
berbagai karyanya. Ia memakai istilah ‘radikalisme’ untuk
menggambarkan gerakan protes (petani) yang menggunakan
simbol agama dalam menolak seluruh aturan dan tatanan yang
ada. Kata ‘radikal’digunakan sebagai indikator sikap
penolakan total terhadap seluruh kondisi yang sedang
berlangsung.
Mengadopsi temuan Horaco M Kallen, radikalisme
agama paling tidak dicirikan oleh Tiga kecenderungan:
a. Radikalisme Agama merupakan respons terhadap kondisi
yang sedang berlangsung. Biasanya respons tersebut
muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan atau bahkan
perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa
asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dipandang
bertanggungjawab terhadap keberlangsungan kondisi yang
ditolak.
b. Radikalism Agama tidak berhenti pada upaya peolakan,
melaikan terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan
suatu bentuk tatanan lain. Ciri ini menunjukan bahwa di
dalam radikalisme agama terkandung suatu program atau
pandangan dunia tersendiri.
c. Kuatnya keyakinan kaum radikalisme agama akan
kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa.22
22 Tarmizi Taher,Eddy Kristityanto,Faranz suseno, Sumartana ,Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta,1998) hvii.
44
2. Konsep dan Indikator Radikalisme Agama
Fungsi agama sebagai pemberi identitas kelompok dan
naras dapat menopang terhadap pola utama kekerasan
keagamaan selama ini, yaitu pemberian legitimasi kepada
penggunaan kekerasan. Sebagaimana dalam jihad akbar
“perjuangan suci besar” melawan kelompok-kelompok lain
atau kelompok mereka. Pemberian legitimasi ini dapat
berlangsung misalnya seruan formal kepada tradisi keagamaan
tertentu yang menunjukkan situasi khusus, dimana
penggunaan kekerasan bersenjata dapat dibenarkan, penguatan
narasi-narasi yang menunjukkan kejahatan, dan kebengisan
kelompok mereka yang mengancam keselamatan kelompok
kita dan rujukan kepada sebuah misi suci berupa tindakan
militeristik yang setidaknya dalam situasi tertentu dapat
dibenarkan. Bagaimanakah sebuah aksi kekerasan bersenjata
pada akhirnya dapat dibenarkan oleh agama. Inilah sebab
mengapa agama secara intrinsik potensial melahirkan konflik
dan kekerasan karena komunitas agama tertentu, kelompok
kita pada akhirnya memerlukan sebuah ruang dan wilayah
dimana kita bisa unggul dan mendominasi kelompok lain.
Tarmizi mengasosiasikan radikalisme agama tersebut
dengan gerakan-gerakan keagamaan dalam Islam yang
cenderung menolak model keberagamaan konservatif serta
sistem nilai sosial-politik sekuler.23 Sedangkan Mohammed
23 Tarmizi Taher, “Anatomi Radikalisme Keagamaan dalam SejarahIslam”, dalam Radikalisme Agama, ed. Bahtiar Efendy, (Jakarta: PPIM,1998), h. 4.
45
Arkoun melihat radikalisme sebagai dua tarikan
berseberangan, yakni, masalah ideologis dan politis, agama
selalu akan berada di tengahnya. radikalisme secara
serampangan dipahami bagian substansi ajaran agama,
sementara fenomena polemik dan ideologi terabaikan.24
Perwujudan radikalisme agama tersebut dengan
memanfaatkan krisis yang muncul dalam negara-negara.
Kondisi tersebut memberi ruang bagi sementara kalangan
agamawan untuk membentuk gerakan-gerakan radikal. Mereka
berusaha menolak tatanan yang ada, baik sistem negara,
hukum dan kebudayaan, untuk kemudian diganti dengan
sistem Islam. Penolakan mereka sangat radikal, dan begitu
juga konsep kehidupan yang mereka tawarkan. kaum radikalis
mempercayai kesempurnaan Islam bagi seluruh dimensi
kehidupan. Oleh karenanya, mereka terus berusaha mengganti
semua sistem institusi sosial, ekonomi, budaya dan politik
dengan model Islam.25
Gerakan tersebut dicirikan oleh keinginan untuk
menerapkan ajaran Islam Secara menyeluruh menyeluruh
dalam kehidupan keluarga, ekonomi, politik dan budaya.26
Penerapan ajaran Islam hanya mungkin dicapai jika
kepemimpinan dapat direbut dan di-Islam-kan. Asumsinya,
jika masyarakat telah berhasil diIslam-kan, maka rezim dan
24 Bimas Kementerian Agama, Radikalisme dan TantanganKebangsaan, h. 9.
25 Tarmizi Taher, “Anatomi Radikalisme Keagamaan dalam SejarahIslam”, h. 31.
26 Bahtiar Efendy, Radikalisme Agama, (Jakarta: PPIM, 1998), h.XXV.
46
tatanan politik yang lebih tinggiakan dengan sendirinya
berubah menjadi Islam. Akan tetapi, asumsi ini kemudian
dibalik oleh gerakan radikal yang muncul lebih belakangan.
Bagi mereka, Islamisasi masyarakat tidak mungkin bisa
berhasil, karena yang lebih menentukan adalah penguasa dan
elit yang memegang monopoli kekuasaan dalam negara. Tak
pelak lagi, konflik dengan penguasa menjadi fenomena
menonjol dalam perjalanan gerakan radikal dalam Islam.
Faktor lain radikalisasi agama adalah Barat telah muncul
sebagai kekuatan dunia yang telah mendominasi keberadaan
Muslim. Kenyataan historis menunjukkan bahwa pada periode
sesudahnya Islam tidak saja kalah, tetapi juga kehilangan
posisinya di tengah masyarakat. Pada saat yang sama,
dominasi politik ekonomi dan kultural Barat melaju tidak
terbendungkan dan meminggirkan posisi Islam. Dalam
konteks inilah gerakan kebangkitan Islam yang tadinya
mengambil jalur kultural dan teologis berubah meniad gerakan
politik dan ideologis. Meskipun sama-sama menghendaki
kebangkitan Islam kalangan radikalis cenderung bersikap
reaksioner dan idealistik. Peneguhan Islam dilakukan melalui
penolakan terhadap non-Islam (Barat dan realitas historis
kejayaan Islam dipakaisebagai ideologi alternatif bagi
masyarakat Muslim. Kasus-kasus negara berpenduduk
mayoritas Muslim menunjukkan bahwa idiom-idiom agama
sering dipakai sebagai alat untuk mengekspresikan
ketidakpuasan sosial, ekonomi dan politik.
47
Untuk mengantisipasi pergerakan dan aksi yang
dilakukan oleh penganut radikalisme, terdapat ciri-ciri
kelompok radikaltersebut. Antara lain:
a. Sangat fanatik, yaitu sikap yang tidak dapat menerima
adanya perbedaan dan cenderung mamaksakan. Kaum
radikal sangat fanatik terhadap pendapatnya dan
menganggap hanya pendapat dirinyalah yang paling
benar.
b. Berafiliasi dengan kelompok ekstrimis. Kelompok radikal
berhubungan erat dengan jaringan-jaringan ekstrimis yang
melakukan terorisme di sejumlah negara.
c. Mudah menghakimi orang dan mudah terpancing isu.
d. Mencaci ulama yang bersebrangan dengan kelompoknya.
e. Kolot dan intoleran dengan mengatasnamakan agama,
tindakannya bisa berupa terorisme bermotif jihad,
menumpas kemaksiatan sewenang-wenang, menenggakan
khilafah, maupun menolak kepemimpinan non-muslim.27
Pendapat di atas diperkuat bahwa Islam sebagai Ideologi
final dalam mengatur kehidupan Individual maupun politik
ketatanegaraan. Segala peraturan yang ditetapkan harus
merujuk pada Al-Qur‟an dan Hadis. Oleh karena itu menolak
Ideologi non timur termasuk demokrasi, sekularisme dan
liberalisme yang berasal dari Negara-negara barat. Atas dasar
ini juga kerap terjadi gesekan Ideologis bahkan fisik dengan
kelompok lain dan dengan pemerintah sendiri. Kelompok ini
27 Modul Penyuluhan Radikalisme dan Aliran Sempalan,Kementerian Agama, 2014.
48
kemudian membuat faksi-faksi perlawanan terhadap
pemerintah seperti pada kasus DITII di Indonesia di Indonesia,
Al-Qaeda di Afganistan, Isis di Syiria dan Iraq, Ikhwanul
Muslimin di Mesir dan Hisbullah di Libanon. Radikalisasi
akan selalu muncul di Masyarakat dalam basis apapun
termasuk berbasis etnis atau Ideologis.28
Khilafah Islamiyyah menjadi isu yang telah menarik
dalam kemunculan radikalisme dan terorisme. Alasan yang
mengemuka adalah, bahwa bentuk pemerintahan saat ini
tidaklah sesuai dengan ketentuan syariat Islam karena tidak
dibentuk atas prinsip khilafah Islamiyyah, perundang-
undangan tidak berdasarkan pada Al-Qur'an dan hadits. Oleh
karena itulah, negara tanpa khilafah Islamiyyah disebut thagut,
dan wajib diperangi. Pemicu cita-cita khilafah ini berdasarkan
negara-negara yang mendeklarasikan sebagai negara Islam
banyak dibangun atas dasar kerajaan. Selain itu hegemoni
Barat terhadap dunia Islam yang begitu kuat, mendorong
kalangan muslim untuk mengembalikan kejayaan khilafah
Islamiyyah. Pada titik inilah,khilafah Islamiyyah bagi sebagian
kecil kelompok umat Islam dipandang sebagai model terbaik
satu-satunya bagi kemajuan umat Islam.29
Konsep radikalisme keagamaan dalam studi ini
dirumuskan sebagai bentuk pendirian, sikap dan perilaku
radikal yang dapat diketahui melalui 3 indikator, yaitu
28 Ilyasin Mukhamad dan Zamroni, Penyebaran Radikalisme danTerorisme di Kalimantan Timur, (Samarinda. IAIN Samarinda PRESS,2017), h. 56.
29 Bimas Islam, Radikalisme dan Tantangan Kebangsaan, h. 19.
49
keteguhan pendirian teologi radikal keagamaan, apreasi
terhadap politik radikal keagamaan, dan dukungan terhadap
penggunaan kekerasan untuk penegakan ajaran agama.
Pertama, keteguhan pendirian teologi radikal keagamaan
diukur dengan 4 indikator, yaitu (1) teror bom bunuh diri
adalah satu bentuk perjuangan yang disahkan oleh agama; (2)
selama untuk tujuan menegakkan agama, penggunaan
kekerasan fisik dan senjata dapat dibenarkan; (3) kebanggaan
terhadap para pelaku bom bunuh diri, karena mereka telah
memperjuangkan agamanya.
Kedua, politik radikal keagamaan diukur dengan 4
indikator, yaitu (1) hidup mati setiap umat beragama harus
membela kebenaran agama, walaupun harus dengan
mengorbankan nyawa; (2) penolakan terhadap rencana
anggota keluarga dekat untuk menikah dengan umat agama
lain; (3) melakukan perlawanan terhadap kelompok lain yang
menghalangi pelaksanaan ajaran agama; dan (4) menolak
keberadaan guru agama lain mengajar di sekolah yang
mayoritas siswanya tidak seagama dengannya.
Ketiga dukungan terhadap penggunaan kekerasan untuk
penegakan ajaran agama diukur dengan 5 indikator, yaitu (1)
setiap umat beragama harus menolak segala gagasan yang
mengajarkan paham liberal (tafsir bebas) dalam memahami
ajaran; (2) kesiapan mati untuk membela kepentingan agama
yang dianut; (3) aksi teror bisa dibenarkan saat jalan persuasif
(damai) sudah tidak ada lagi untuk mencapai tujuan agama; (4)
kecenderungan memilih calon kepala daerah (Bupati-walikota)
50
yang harus seagama; dan (5) keberatan bekerja dengan atasan
(bos) yang tidak seagama.30
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Menangkal
Radikalisme Agama.
1. Faktor Pendukung
Pertama, Faktor internal dari dalam umat islam
sendiri, faktor ini terjadi karena adanya penyimpangan
norma-norma agama. Kehidupan sekuler dalam kehidupan
masyarakat mendorong mereka kembali pada otentitas
(fundamen) islam. Sikap ini ditopang dengan pemhaman
agama yang totalistik (kaffah) dan formalistik yang
bersikap kaku dalam memahami teks-teks agama. Kajian
terhadap agama hanya dipandang dari satu arah yaitu
tekstual. Tidak mlihat dari faktor lain, sehingga tindakan-
tindakan yang mereka lakukan harus merujuk pada perilaku
Nabi secara literal.
Kedua, Faktor eksternal di luar umat islam, baik
yang dilakukan oleh rezim penguasa atau hegemoni dari
Barat yang tidak mendukung terhadap penerepan syari’at
islam dalam sendi-sendi kehidupan.31
2. Faktor Penghambat
30 Wahid Khozin, “Sikap Keagamaan dan Potensi RadikalismeAgama”, dalam Jurnal Edukasi, Vol 11, No 3, Puslitbang PendidikanAgama Kementerian Agama, tahun 2013, h. 295.
31 Zada Khamami, Islam Radikal; Pergulatan Ormas-Ormas IslamGaris Keras di Indonesia, (Jakarta; Teraju,2002) h. 95
51
Lebih jauh faktor penghamba menangkal paham
radikalisme agama menurur Prof Azyumardi Azra yaitu
sebagai berikut:
Pertama, pemahaman keagmaan yang literal, sepotong-
sepotong terhadap ayat-ayat al-qur’an. Pemahaman seperti
itu hampir tidak memberikan ruang bagi akomodasi dan
kompromi dengan kelompok-kelompok lan yang umumnya
moderat, dan karena itu menjadi arus utama (mainstream)
umat.
Kedua, bacaan yang salah terhadap sejarah islam yang
dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap islam
pada masa tertentu. Ini terlihat dalam pandangan dan
gerakan salafi, khususnya pada spektrum sangat radikal
seperti wahabiyah yang muncul di Semenanjung Arabia
pada akhir abad 18 awal sampai dengan abad 19 awal dan
merebak sampai sekarang ini. Tema pokok kelompok dan
sel salafi ini adalah pemurnian islam, yakni membersihkan
islam dari pemahaman dan praktek keagamaan yang
mereka pandang sebagai ‘bid’ah’, yang tidak jarang mereka
lakukan dengan cara-cara kekerasan.
52
BAB III
PROFIL LEMBAGA KUA CIPUTAT DAN MASYARAKAT
KAMPUNG SAWAH
A. KUA Kecamatan Ciputat
1. Sejarah Berdirinya dan kondisi Umum KUA Ciputat
Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja
kementerian Agama yang meimiliki rentan usia panjang.
Menurut seorang ahli di Bidang Ke-Islaman Karel Steenbrink,
bahwa KUA Kecamatan Ciputat secara kelembagaan telah ada
sebelum kementerian Agama itu sendiri ada. Pada masa
kolonial, unuit kerja dengan tugas dan fungsi yang sejenis
dengan KUA kecamatan, telah diatur dan diurus dibawah
lembaga kantor Voor Inslanche Zaken (Kantor Urusan
Pribumi) yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Pendirian unit kerja ini tak lain adalah untuk mengkoordinir
tuntutan pelayanan masalah-masalah keperdataan yang
menyangkut umat islam yang merupakan produk pribumi
kelembagaan ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah jepang
melalui lembaga sejenis dengan sebutan Shumbu.
Pada masa kemerdekaan, KUA kecamatan dikukuhkan
melalui undang-undang no. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan
Nikah, Talak, Ceria dan rujuk (NTCR) dalam perkembangan
selanjutnya, maka Kepres No. 45 tahun 1974 yang
disenpurnakan dengan Kepres No. 30 tahun 1978, mengatur
bahwa Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan sebagaian tugas kementerian
53
Agama Kabupaten/kota di bidang Urusan Agama Islam di
wilayah kecamatan.
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat
adalah salah satu unit kerja Kementerian Agama Kantor Kota
Tangerang Selatan yang bertugas melaksanakan sebagai tugas
Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan di bidang urusan
agama islam dalam wilayah Kecamatan Ciputat yang berada
pada wilayah Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat beralamat di jalan
H. Usman Nomor 2 Ciputat Kota Tangerang Selatan. Kantor
Urusan Agama (KUA) pada titik koordinat 106,40 Bujur
Timur dan 06,16 sampai dengan 06’20 Lintang Selatan dan
secara administratif melayani 7 kelurahan, dengan luas + 3381
Ha.
Batas wilayah kerja Kantor Urusan Agama kecamatan
Ciputat adalah meliputi wilayah Kecamatan Ciputat dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang selatan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Ciputat Timur
kota Tangerang Selatan.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Serpong dan
kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang.
Kecamatan Ciputat adalah merupakan dataran rendah
dengan topografi yang relative datar dengan kemiringan tanah
54
rata-rata 0-3% sedangkan ketinggian wilayah anatar 0-25m
dari permukaan laut.1
2. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat
Visi
“Terwujudnya Pelayanan Prima Dalam Bidang Urusan
Agama Islam”
Misi
1. Meningkatkan layanan nikah dan rujuk.
2. Meningkatkan prifesionalisme personil KUA .
3. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas sarana dan prasarana
KUA.
4. Meningkatkan pembina keluarga sakinah.
5. Meningkatkan pelayanan konsultasi BP-4.
6. Meningkatkan pembinaan jaminan produk halal.
7. Memberdayakan pelayanan zakat dan wakaf.
8. Memberdayakan kemitraan dan kerukunan umat beragama.
9. Meningkatkan pelayanan konsultasi dan bimbingan haji.
10. Meningkatkan akurasi data kearsipan statistik dan
dokumentasi.
11. Meningkatkan pendidikan keagamaan.
1 Buku Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat h. 6
55
3. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama
55
3. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama
55
3. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama
56
B. Penyuluh Agama KUA Kec. Ciputat
1. Program Kerja KUA Kec. Ciputat, Tangerang Selatan.
Terdapat 11 program kerja KUA Kec. Ciputat,
Tangerang Selatan, yaitu:
1. Meningkatkan Pelayanan Nikah dan Rujuk
2. Meningkatkan Profesionalisme personil KUA
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
KUA
4. Meningkatkan pembinaan keluarga sakinah
5. Meningkatkan konsultasi BP-4
6. Meningkatkan pembinanaan jaminan produk halal
7. Memberdayakan pelayanan zakat dan wakaf
8. Memberdayakan kemitraan dan kerukunan umat
beragama
9. Meningkatkan pelayanan haji dan umrah
10. Meningkatkan akurasi data kearsipan statistik dan
dokumentasi
11. Meningkatkan pendidikan keagamaan
Sebelas program di atas terwujud dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut:
Tabel 3.1.Program dan Kegiatan KUA Kec. Ciputat
Nama Program Kegiatan KategoriPelayanan Nikah danRujuk
KUA Ciputat memberikan penyuluhan-penyuluhan kapada masyarakat,khususnya pada pasangan usia suburmengenai tata cara pencatatan nikah,dan bahkan sebelum mereka masuk keKUA, di depan kantor mereka dapat
PENGHULU
57
melihat proses pencatatan nikah dengansyarat-syarat yang telah ditentukan,sehinggamereka dapat menjalaninyadengan mudah.
Pencatatan pernikahan, talak maupunrujuk
MeningkatkanProfesionalisme personilKUA
1) Melakukan permbinaan melaluibriefing supaya mereka betul-betulmampu melayani masyarakatdengan pelayanan yang primadimana hal itu sangat membantusekali untuk membantu masyarakatyang membutuhkan pelayanandengan cepat dan tepat.
2) Melakukan pembinaan melaluilatihan dan pendidikan.
3) Mengikuti pengajian rutin.4) Diskusi dan Mudzakarah.
PENGHULUDANPENYULUH
Pembinaan Kuantitas danKualitas Sarana Prasarana
1) Penataan ruang kerja, pernikahan2) Perluasan dan penataan ruang arsip3) Penataan Dapur dan toilet,4) Mushola, tempar parkir,5) Penambahan meja dan rak dan
pengadaan perpustakaan6) Penambahan dan penataan papan
nama, papan data maupun plangnama
UMUM
Peningkatan KeluargaSakinah
1) Pembinaan usia pernikahan2) Pembinaan kader motivator, PAH
dengan da’i dan da’iah yangtergabung pada BKMT dan MUI;
3) Melakukan perayaan event tahunan4) Pendataan keluarga sakinah di
Ciputat5) Sosialisasi keluarga sakinah melalui
pengajian-pengajian6) Mengadakan pembinaan keluarga
sakinah teladan untuk mengikutipemilihan tingkat nasional
PENGHULU
Peningkatan konsultasiBadan Pembinaan,Penasihatan dan
1) Menyusun kepengurusan BP 4 dikecamatan Ciputat
2) Mengadakan pendidikan dan
PENGHULU
58
Pelestarian Perkawinan(BP 4)
pelatihan konseling3) Sosialisasi konsultan BP 44) Penataran calon pengantin seminggu
sekali, hari kamis5) Menasihati 10 menit sebelum akad
nikah6) Memberikan nasihat kepada
keluarga yang sedang krisis rumahtangga
Pembinaan JaminanProduk Halal
1) Sosialisasi produk halal2) Menghimbau produsen makanan di
Ciputat untuk mengurus label halalke MUI
3) Menyelenggarakan penyuluhanpentingnya produk halal dengansasaran produsen kue, restoran danpedagang
4) Mendata produksi makanan,minuman dan obat-obatan
5) Mendata tempat pemotongan hewan6) Mengadakan pembinaan terhadap
masyarakat tentang penyembelihanhewan yang benar
PENYULUH
Pemberdayaan danPelayanan Zakat danWakaf
1) Sosialisasi Zakat dan Infak kepadamasyarakat Ciputat
2) Menyelenggarakan pelatikanpengelolaan Zakat
3) Melakukan pemetaan terhadapMuzakki dan mustahiq
4) Melakukan pembinaan tentangpentingnya zakat
5) Mengumpulkan dan menyalurkanZIS
6) Melaksanakan rapat bersamalembaga keagamaan
7) Melakukan pemetaan tanah wakaf diCiputat
8) Pensertifikatan tanah wakaf diCiputat
9) Membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW)
PENYULUH
Memberdayakankemitraan dan kerukunanumat beragama
1) Memberikan pemahaman kepadamasyarakat tentang pentingnyahidup berdampingan dengan lain
PENYULUH
59
agama (toleransi)2) Mengadakan diskusi dengan para
ulama dan tokoh agama lain untukmenjaga kerukunan antara intern danekstern umat beragama
Bimbingan Haji 1) Membuat brosur tentang persyaratandan prosedur Haji
2) Mendata calon jemaah haji diCiputat
3) Menyelenggarakan bimbingan danmanasik Haji
4) Mendata statistik jamaah Haji diCiputat
5) Mengadakan pelestarian HajiMabrur
6) Membentuk pengurus IPHI
PENYULUH
Peningkatan PendidikanKeagamaan
1) Pengajian rutin ulama dan umarosetiap bulan bergiliran
2) Mengadakan Jum’ah keliling danTarawih Keliling (setiap ramadan)dengan mengisi pengajian programyang akan berjalan dari KUA
3) Membentuk Badan Kontak MajlisTaklim (BMKT), merupakanpengajian orang tua, ibu-ibu setiapbulan sekaligus memberikaninformasi penyuluhan agama danpernikahan
4) Mengkonsolidasikan TPA dan TPIdengan menyasar pada mencarimetode tepat membaca danmemahami al-Qur’an
5) Pengajian P3N setiap satu bulansekali di Kecamatan Pakuhaji.Materinya seputar fiqh, khususnyafiqh munakahat.
PENYULUH
Dari data di atas dapat dipahami terdapat tiga kategori yang
menjadi program bagi pejabat fungsional, baik untuk penghulu
maupun penyuluh. Adapun program kerja khusus untuk Penyuluh
Agama terdapat pada pembinaan jaminan produk halal,
60
kerukukan antara intern dan ekstern umat beragama, pendidikan
keagamaan, bimbingan haji dan pengelolaan zakat dan wakaf.
Terdapat juga progam yang dikembangkan bersama antara
Penghulu dan Penyuluh, yaitu program Meningkatkan
Profesionalisme personil KUA. Di dalamnya mencakup
pembinaan terhadap semua pejabat baik PNS maupun non PNS,
termasuk kelompok Penghulu maupun Penyuluh Agama.2
2. Data Penyuluh KUA Kec. Ciputat, Tangerang Selatan
Penyuluh Agama di KUA Kecamatan Ciputat terdiri dari
dua kelompok, yaitu Penyuluh PNS dan Non PNS. Adapun
jumlah Penyuluh PNS hanya satu orang, sisanya, sebanyak 14
orang sebagai Penyuluh Non-PNS. Menariknya, Penyuluh non
PNS terdiri dari lulusan yang beragam, di antaranya terdapat
lulusan dari Pondok pesantren. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel
berikut ini
Tabel 3.2.Daftar Penyuluh KUA Kec. Ciputat
No Nama Alamat Pend.Tera
khir
Jabatan
1 Siti Mashitoh, S.Ag Bambu Apus S1 Penyuluh PNS
2 Nur Hasan RT 01/08, Cipayung SLTA Penyuluh Non-PNS
3 Istiqomah RT 02/10, Kp. Sawah MA Penyuluh Non-PNS
4 Maryati, S.Pd.I RT 05/02, Kp. Sawah S1 Penyuluh Non-PNS
5 Tohiroh, S.PD RT 03/01, Kp. Sawah S1 Penyuluh Non-PNS
6 Siti Mansiah, S.HI RT 05/02, Serua S1 Penyuluh Non-PNS
2 Wawancara dengan Akhmad Khotib,
61
7 Muhammad Soleh RT 02/06, Kp. Sawah Pesantren Penyuluh Non-PNS
8 Madrais RT 01/05, KP. Sawah Pesantren Penyuluh Non-PNS
9 M. Syafi’i RT 05/01, Serua D2 Penyuluh Non-PNS
10 Jayadin Muchtar RT 07/01, Serua Pesantren Penyuluh Non-PNS
11 H. Ahmad Yadi RT 08/03, Serua SMA/Pesa
ntren
Penyuluh Non-PNS
12 Tajuddin Serua Indah MAN Penyuluh Non-PNS
13 Drs. Hawanil Kosim RT 02/04, Jombang S1 Penyuluh Non-PNS
14 Moh. Muhtadi, M.Pd RT 01/04, Jombang S2 Penyuluh Non-PNS
15 Aufa Tamam Jombang S1 Penyuluh Non-PNS
3. Materi dan Strategi Radikalisme Penyuluh Agama
Penanggulangan paham radikalisme dan aliran sempalan
merupakan salah satu dari 8 bidang yang harus dikuasai oleh
Penyuluh Agama Kementerian Agama bersama dengan
seluruh komponen penyuluh dalam upaya pembinaan umat.
Atas dasar kepentingan penyuluh tersebut maka diperlukan
materi yang sama dan standar sehingga target yang dicapai
dalam proses penyuluh sesuai dengan yang di harapkan.
Adapaun materi-materi yang disajikan ini setidaknya dapat
memberikan pengetahuan dasar yang pada akhirnya Penyuluh
Agama mengetahui dan memahami tentang:
1. Pengertian radikalisme.
2. Faktor – faktor penyebab munculnya radikalisme.
3. Ciri-ciri radikalisme.
4. Sejarah munculnya radikakisme dalam islam.
5. Konsep islam tentang Mujahadah, Ijtihad, Jihad.
62
6. Perspektif Islam tentang Radikalisme.
7. Dampak Gerakan Radikalisme dimasyarakat.
8. Sikap Organisasi Islam terhadap radikalisme dimasyarakat.
9. Berbagai regulasi dan peraturan pemerintah dalam
menanggulangi penyebaran paham radikalisme.3
Adapun startegi yang akan dilakukan oleh penyuluh
agama agar dalam melaksanakan penyuluhan berjalan dengan
lancar sesuai apa yang akan dicapai, antara lain:
1. Menangkal Radikalisme Agama dengan menyampaikan
materi agama secara moderat.
2. Memasukan materi-materi yang bersifat paham nilai-nilai
moderat dalam beragama dalam setiap penyuluhan.
3. Menambahkan wawasan penyuluh dalam hal mederenisasi
beragama dan radikalisme beragama.
4. Bil hikmah ( dengan safari dakwah, bakti sosial, menulis,
merekam vidio untuk disiarkan di radio, membuat radio
untuk diupload melalui internet dan pendampingan
terhadap masalah umat, serta melalui dinamika kelompok)
tentang kerukunan umat beragama. Strategi bil hikmah
diharapkan akan menggugah kesadaran rasionalitas
terhadap kegiatan dakwah sehingga mendorong
tumbuhnya ingin rasa tahu (curisiotiy) terutama di
kalangan kelompok masyarakat remaja,mahasiswa dan
terpelajar.
3 Modul Penyuluh Kerukunan Umat Beragama, ( Dirjen BimasIslam), h, 38
63
5. Mau’idzhatil Hasanah (Penyuluh, konsultasi,ceramah,
monologis, tutorial, maupun audio visual) tentang
radikalisme. Dalam mau’izatull hasanah dikembangkan
pendekatan personal sehingga potensi kerenggangan sosial
dapat di atasi melalui program bimbingn dan penyuluh.
6. Jaadilhum Billati Hiya Ahsan (Ceramah dialogis, debat,
diskusi, kajian, seminar, workshop) tentang radikalisme.
C. Profil Kampung Sawah, Ciputat
Berdasarkan pembahasan ini akan memaparkan profil
Kelurahan Kampung Sawah.4 Berikut adalah tabel 3.1 dan 3.2
yang meliputi letak geografis dan orbitasi serta penggunaan lahan
dan luasnya.
1. Letak Geografis
Kampung Sawah memiliki luas 261 Ha dengan
berbatasan di utara dengan Sawah Baru/Pondok Jaya,
sedangkan Selatan berbatasan dengan Serua Indah, Barat
berbatasan dengan Sawah Baru, dan sebelah timur berbatasan
dengan Pondok Ranji/ Cempaka Putih.
4 Profil Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat 2019
64
Adapun orbitasi ke IbuKota Kecamatan Berjarak 5 Km,
Ke IbuKota Kabupaten/Kota berjarak 7 Km, ke IbuKota
Provinsi berjarak 60 Km dan ke IbuKota Negara/jakarta 6 Km.
Adapun sarana kesehatan yang dimiliki Kampung Sawah
meliputi: 1 Puskesmas, 2 Klinik umum, 2 dokter praktek, 5
bidan praktek, dan 30 Posyandu.
2. Kondisi Masyarakat Kampung Sawah
Luas Wilayah Tujuh Hektar di apit oleh dua makam
pertama yang di depan gardu ketika ingin masuk kampung
sawah dan kedua dibelakang yaitu makam wakaf, serta
dikelilingi disebelah selatan dan timur oleh sungai dan sebelah
barat oleh empang atau tambak, warga yang memiliki
penduduk tetap kurang lebih 220 KK dan penduduk musiman
para pengontrak 175 pintu. Tentunya bemacam-macam suku
dan karakter yaitu jawa, sunda, sumatera, di kampung sawah
juga terdapat pabrik-pabrik yaitu pabrik tahu gejdrot, pabrik
oncom, pemotongan ayam, properti pembuatan ornamen, dan
lapak pemulung kurang lebih lima lapak pemulung. Tentunya
setiap pabrik mempunyai karyawannya bisa sampai jumlahnya
30 jiwa. Apabila di jumlah keseluruhan warga yang tinggal di
RT 04 RW 07 Blok Gandaria kurang lebih 1000 jiwa.5
5 Wawancara dengan Bachtiar, Ketua RT Kampung Sawah, Ciputat.
66
BAB IV
HASIL DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Deskripsi Informan
Sebelum penulis membahas seputar peran penyuluh
agama dalam menangkal paham radikalisme agama di kampung
sawah RT 04/07 Ciputat, Tangsel, terlebih dahulu penulis akan
mendeskripsikan informan pada penelitian ini. Penulis membagi
dua sumber yang diteliti oleh penulis. Pertaama, informan sebagai
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat yang terdiri
dari penyuluh agama, ketua KUA Ciputat kemudian satu tokoh
masyarakat dan satu tokoh agama. Kedua, informan masyarakat
kampung sawah RT 04 RW 07 yang terdiri dari tiga orang
masyarakat.
1. Informan Pejabat Penyuluh Agama KUA Kecamatan
Ciputat
a. Siti Masyitoh
Informan pertama adalah salah seorang penyuluh
agama PNS di KUA Kecamatan Ciputat. Dia bernama Siti
Masyitoh, dia berumur 49 tahun memiliki empat anak, dua
laki-laki serta dua perempuan. Sekarang dia menjabat
sebagai penyuluh agama PNS di KUA kecamatan Ciputat.
Tempat tinggal pamulang tepatnya di komplek Depag JL.
Gurame VII No A27 Bambu Apus Pamulang. Jenjang
pendidikan terakhir pascasarjana. Kemudian beliau
menjelaskan fungsi penyuluh agama menurut PMA 34
penyluh dibawah kepala KUA. kepala KUA membawahi
67
penghulu dan penyuluh. Kalau tugas penghulu mencacat
perkawinan sedangkan penyuluh agama melakukan
pelayanan bimbingan agama islam kepada masyarakat
artina penyuluh dibawah kepala KUA sejajar dengan
penghulu.
b. Akhmad Khotib
Informan kedua adalah seorang penyuluh agama
KUA Kecamatan Ciputat. Kemudian dia bernama Akhmad
Khotib sekarang umur 49 tahun dia lahiran lamongan Jawa
Timur, jenjang pendidikan terakhir yang diemban yakni S1
di UIN Jogyakarta. Mempunyai tiga anak satu perempuan
dua laki-laki. Sekarang tinggal di pamulang Jl. Mujair VI
RT.02/04, Bambu Apus.
2. Tokoh Masyakat
a. Ustadz Imron, Tokoh Agama
Informan ketiga adalah seorang tokoh agama di
kampung sawah rt 04/07 yakni bernama Ustadz Imron usia
dia sekarang berumur 50 tahun. Beliau lahir di lampung
kemudian beliau merantau ke jakarta pasca orang tua nya
meninggal dunia dengan bekal di pesantren dan pesan kiyai
soal agama mengenyam pesantren dari kecil sampe umuran
SMA. sekarang beliau mempunyai pesantren di kampung
sawah selagi itu dia sebagai tokoh agama yang selalu
mengayomi masyrakat dalam mencerahkan masyarakat
setempat.
68
b. Bachtiar, Ketua RT
Informan keempat adalah seorang tokoh masyarakat
dikampung sawah rt 04/07 seorang ketua RT setempat yaitu
bernama Bahtiar Imanjudin yang sering dipanggil RT Gus
Dur. Sekarang beliau mempunyai anak tiga, dua orang laki-
laki, satu perempuan. Beliau lahir di Lamongan Jawa
Timur. Sekarang dia berumur 52 tahun, pendidikan terakhir
SMA Negeri 2 Lamongan. Profesi sekarang karyawan
swasta. Tinggal dijalan AMD V RT 04/07 kampung sawah
kecamatan Ciputat. Beliau tokoh masyarakat sekaligus
ketua RT yang selalu menjaga dan mengontrol warganya
serta melalukan kegiatan-kegiatan yang positif di kampung
sawah ini, dua peiode mengeyam sebagai ketua RT karena
beberapa masyarakat sangat bangga mempunyai ketua rt
seperti RT Gus ini visi agar masyarakatnya lebih giat yang
melakukan hal-hal produktif.
3. Informan Warga Kampung Sawah gandaria RT 04/07
a. Muhammad Fajri
Informan pertama adalah seorang masyrakat yang
lahir sejak kecil di dunia pesantren. Dia yang bernama
Muhammad fajri S.pd.I, M,M. Dia lahir di jakarta sekarang
berusia 32 tahun. Alamat tinggal sekarang di jalan AMD V
RT 04/07 no 46 Kampung sawah. Profesi sekarang sebagai
dosen tidak tetap di fakultas sains Tech jenjang pendidiksn
terakhir yang diemban S2 sekarang beliau menjadi pengajar
di kampus UIN Syarif hidayatullah Jakarta fakultas saint
dan teknologi mengajar bahasa arab. kemudian memilik
69
dua anak satu laki-laaki dan satu perempuan istrinya
seorang yang introvet memakai cadar.
Selain itu dia memiliki mushola dan teman kelompok
keagamaan yang menurut warga sedikit memiliki
keagamaan berbeda. selagi itu dia memiliki mushola untuk
berkumpul para kawan-kawan pengajiannya. Dalam
wawancara dengan informan dia dari kecil pesantren dan
sering mengikuti pengajian mukim (halaqoh) ke daerah-
daerah bahkan ke luar negeri seperti malaysia dengan
kelompok keagamaannya. Dia cenderung tidak seperti
masyarakat lain yang mana masyarakat lain berbaur satu
sama lain namun ia tidak. Bahkan musholanya sendiri
melakukan adzan, pengajian dengan kelompoknya pada
nyatanya di situ ada masjid terdekat di dekat rumahnya.
Beberapa kali pewancara menanyakan terhadap informan
lain soal latar belakang ia yang mempunyai aktivitas
bersama kawan-kawannya dirumah kediamannya memakai
pakaian celana di atas lutut memakai jubah.
b. Nur Hidayat
Informan kedua adalah seorang masyarakat yang
profesi sebagai wiraswasta yang bernama Nur hidayat.
Memiliki dua anak perempuan yang usianya 35 tahun.
Lahir dia di Tegal dalam keseharianya dia mengikuti
kelompok keagamaan yang berbeda dengan masyarakat
setempat sering megikuti pengajian kelompok yang selalu
mukim ke lua kota dan selalu melakukan dakwah ke warga
setempat dengan cara yang sedikit keras. Dia pernah
70
mengikuti aliran syiah ketika peneliti mewawancara dia
rumah dia dekat dengan konrakana yang dulu menjadi
misteri di kampung sawah rt 004 rw 07 itu adanya
penggerebekan terorisme yang berlangsung tahun 2014
silam.
B. Temuan Radikalisme di Kampung Sawah
Radikalisme sebagai paham yang mengajarkan kekerasan
muncul di daerah Ciputat sudah semenjak tahun 2006. Akan
tetapi 10 tahun terakhir ini Tangerang Selatan dianggap sebagai
zona merah radikalisme maupun terorisme. Puncaknya terjadi
pada malam tahun baru 2014. 1 Pada saat itu terjadi
penggerebekan bahkan sampai terjadi baku tembak antara Densus
88 dengan DPO teroris. Kejadian itulah yang menandai
Tangerang Selatan sebagai zona merah atas radikalisme maupun
terorisme.
Radikalisme dan terorisme merupakan dua hal yang
berbeda dan tidak bisa generalisir. Bagi masyarakat Kampung
Sawah kejadian baku tembak atas penggrebekan terorisme di
daerah tersebut menjadi pukulan serta ancaman yang
mengakibatkan trauma maupun kekhawatiran. Sebab daerah
tersebut menurut Bahtiar selaku ketua RT merupakan daerah
yang cukup aman nyaman dan masyarakatnya rukun dan damai.
Sehingga setiap orang tidak pernah berfikir akan ada kejadian
1 Informasi dapat diakses melalui berbagai media seperti detik.comtentang Tangsel Masuk Zona Merah ISIS, TangerangNews, Oke Zone, bahkanmasuk ke dalam Kompas.com.
71
radikalisme berujung pada terorisme. Sebagaimana pernyataan
berikut ini:
“Di sini (Kampung Sawah) itu aman,masyarakatnya juga rukun. Mana tahu kalau di sini bakalada teroris.”2
Secara umum masyarakat Kampung Sawah Ciputat
Tangerang Selatan merupakan masyarakat yang cukup heterogen.
Terletak di pinggiran Jakarta serta terdapat beberapa kampus
salah satunya kampus terbesar di Indonesia yaitu UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadikan daerah ini sebagai kawasan
yang cukup strategis. Namun begitu Bachtiar mengakui bahwa
daerah tersebut masih cukup didominasi masyarakat pribumi.
Akan tetapi banyak juga diantaranya yang memiliki kontrakan
sehingga penghuninya berasal dari berbagai daerah dan berbagai
profesi.
Tingkat keamanan kenyamanan serta guyub rukun
masyarakat Kampung Sawah dibuktikan dengan berbagai prestasi
yang diraih oleh RT tersebut. Salah satunya Kampung Sawah
meraih gelar RT terbersih se kota Tangerang Selatan. Selain itu
menurut penuturan Bachtiar menjelaskan bahwa Kampung Sawah
yang dahulu tidak memiliki jalan sekarang sudah memiliki Jalan
bahkan sampai ke pelosok Gang. Hal ini bisa terwujud karena
kerukunan dan gotong royong yang kuat masyarakat Kampung
Sawah.
2 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20.00.
72
Kondisi keberagamaan Kampung Sawah dapat dikatakan
beragam namun tetap damai. Di antaranya terdapat beberapa
perbedaan mazhab seperti NU Muhammadiyah dan sebagainya.
Akan tetapi perbedaan tersebut tidak pernah meruncing terlebih
menjadi sebuah pertikaian antar warga Kampung Sawah.
Semuanya aman dan terkendali. Adanya perbedaan mazhab atau
golongan dalam agama diakui sebab diantaranya banyak warga
pendatang. Meskipun tidak bisa dipastikan bahwa setiap
pendatang ada memiliki paham yang berbeda dengan pribumi asli
namun faktor urbanisasi seperti orang mengontrak dari luar
daerah ah menjadi faktor utama munculnya berbagai perbedaan
dalam pandangan keberagamaan.
Pendatang yang memiliki perbedaan paham atau
pandangan keberagamaan dikuatkan dengan fakta bahwa kejadian
terorisme tahun 2014 tersebut bukanlah warga pribumi. Atau
beberapa kali terdapat orang yang menggunakan jubah
berkeliling untuk dakwah di masjid maupun mushola Kampung
Sawah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa paham-paham yang
berseberangan merupakan an bawaan dari luar daerah Kampung
Sawah.
Kejadian tahun 2014 tersebut sekaligus menjadi
peringatan bagi warga Kampung Sawah untuk mewanti-wanti
sekaligus mewaspadai sikap sosial 3 sikap keberagamaan antar
warga di Kampung Sawah. Menurut Bachtiar sikap umum warga
Kampung Sawah Sangat terbuka dan sangat mudah untuk
berkomunikasi satu sama lain. Bagan komunikasi serta
73
silaturahmi itulah yang menjadi kekuatan utama warga Kampung
Sawah. Secara administratif maupun secara perkembangan
kedaerahan Kampung Sawah berhasil menjadi kampung yang
cukup maju berkat keterbukaan dan saling silaturahmi antar
warga. Maka menjadi sesuatu yang mengherankan jika terdapat
pendatang yang eksklusif atau tertutup dan tidak mau kumpul
dengan warga sekitarnya.
Dalam ranah sikap keberagamaan warga Kampung Sawah
cukup baik. Setiap malam ada pengajian, majilis taklim,
pengajian remaja, minggu pagi ibu ibu, malem jumat ibu ibu, dan
ada jumat sodaqoh. Secara umum kegiatan keagamaannya sangat
aktif. Bahkan atas keaktifan kegiatan tersebut berdampak pada
perbaikan mushola RT tersebut. Maka deskripsi keagamaan di
kampung sawah tidak mencitrakan radikalisme yang heboh,
justru sebaliknya Kampung Sawah sebagai daerah yang aman dan
damai meski terdapat berbagai perbedaan. Berikut kutipan
langsungnya:
“Warga disini kan banyak pendatang juga, dariberbagai daerah, dalam persoalan keberagamaan yamacem-macem, ada NU, Muhammadiyah, dan lainnya.Meskipun banyak perbedaan, sebagai warga ya kita harussaling menghormati dan menghargai.”3
Tingkat keaktifan keberagaman ternyata cukup
berdampak pada egosentris. Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz,
salah satu kekurangan warga kampung sawah adalah cukup
minim sikap saling menghargai. Padahal menurut Ustadz sendiri
3 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20.00
74
seharusnya semua warga saling menghargai adanya perbedaan,
sebab di Kampung Sawah tidak menutup kemungkinan terdapat
orang beda agama. Sebagaimana pernyataan berikut:
“Kesulitannya itu, warga susah dinasehati, kalauudah malem pake speaker kan ganggu warga lain. Disinikan tidak 100% Islam. Selain itu juga kan kasian wargalain yang mau istirahat jadi terganggu.”4
Selain soal egosentris, sikap ekslusif juga muncul di
warga Kampung Sawah. Sikap ekslusif ini ditunjukkan oleh
beberapa orang yang tidak mudah dinasihati oleh orang lain. Ada
beberapa orang yang karena mengikuti satu golongan atau Ormas
maka hanya akan mendengar tetua nya saja.5 Sehingga Ustadz
atau Rt sekalipun kerap tidak didengar nasihatnya. Untuk urusan
keagamaan ini menjadi hal yang berbeda dengan persoalan
kemasyarakatan. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi
dikarenakan setiap orang sangat mudah mendapatkan informasi
atau dakwah dari saluran baik TV, group whatsapp maupun
media lainnya.
Perihal penyebaran radikalisme di Kampung Sawah dapat
dilihat dalam pernyataan Nur Hidayat berikut ini:
“Radikalisme di sini sudah ada sejak tahun2006an. Harus diakui juga salah satu penyebarannya darikampus-kampus di sekitaran Ciputat. Kalau kampus kanemang tempat terbuka, jadi semua paham pasti mudah
4 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
5 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
75
menyebar di kampus. Efeknya pasti ke daerah-daerahsekitaran kampus pastinya”.6
Tidak bisa dipungkiri keberadaan kampus sebagai media
mencari ilmu sangat terbuka dengan segala pemahaman
keberagaman, baik yang bersifat liberal, sekuler, maupun radikal.
Terlebih jika di telisik dari segi jarak antara kampus di sekitar
Ciputat berdekatan dengan kampung sawah, maka sangat
memungkinkan ajaran tersebut salah satunya dari kampus.
Sedangkan Kampung Sawah sebagai tempat tinggal sementara
baik dari mahasiswa maupun pendatang lainnya.
Akan tetapi informasi dari Nur Hidayat perlu dikritisi,
sebab jika mengacu pada pengikut radikalisme tidak ada yang
berasal dari mahasiswa. Hal terebut diakuinya, namun juga
ditambahkan bahwa paham radikalisme kerap disalahartikan oleh
para pengikutnya. Sebagaimana penuturan berikut ini:
“Saya pernah ketemu langsung sama Ustadz AbuBakar Ba’asyir, orangnya lemah lembut, makanya sayaheran mengapa pengikutinya menjadi radikalis. Harusnyaorang itu tidak hanya sebatas ikut-ikutan saja, jadi tidaksalah pemahaman.”7
Atas dasar hal ini pula ditarik kesimpulan bahwa radikalisme
sebagai paham yang semuanya kembali pada prinsip masing-
masing. Apakah seseorang akan mengikuti prinsipnya atau hanya
sekadar ikut-ikutan semata.
6 Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah, Ciputatpada Minggu 28 April 2019 pukul 20:00.
7 Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah, Ciputatpada Minggu 28 April 2019 pukul 20:00.
76
Kesulitan menghadapi radikalisme adalah tidak bisa
dipastikan seperti apa bentuk radikalisme. Menurut penyuluh
KUA ciputat bahwa radikalisme berada dalam pemikiran, bukan
pada tindakan, sehingga tidak bisa sepenuhnya bisa diatasi. Atau
jika mengambil pendapat Ustadz setempat yang menyatakan
bahwa selagi tidak melakukan kekerasan maka dianggap tidak
bermasalah. Meskipun semua sepakat menolak HTI atau Ormas
yang menolak pancasila yang berkeinginan menggantinya dengan
khilafah. Kondisi tersebut didukung semakin pesatnya
perkembangan teknologi informasi.
“Kita bisa menangkalnya melalui ceramah, tapisekarang kan orang gampang mendapatkan informasi,dakwah lewat group whatsupp, sosial media, jadi makinsulit menyaring mana yang radikal dan yang moderat.”8
Pada wilayah Kampung Sawah, jika mencari informasi
terkait radikalisme dan hubungannya dengan terorisme maka
semuanya akan sepakat menolak paham tersebut. Kejadian tahun
2014 cukup menjadi pelajaran sekali seumur hidup untuk semua
warga dalam rangka memantau dan mengawasi paham
radikalisme maupun terorisme. Meskipun demikian perbedaan
madzhab maupun Ormas masih tetap ada tanpa merusak tatanan
kehidupan yang telah ada.
Deskripsi mengenai keberagaman warga Kampung Sawah
dapat disimpulkan terdapat perbedaan namun hidup dalam damai.
Meski memiliki perbedaan namun tetap solid pada ranah kegiatan
8 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
77
kemasyarakatan. Hal ini didukung terutama dari pihak RT
setempat yang aktif bersilaturahmi dengan warga maupun aktif
membuat kegiatan, baik untuk sosial maupun kegiatan
keagamaan. Hal yang tidak kalah pentingnya juga peran Ustadz
yang membimbing masyarakat Kampung Sawah. Dalam
berdakwah, Ustadz berprinsip pada sikap semua orang adalah
saudara. Bagi Ustadz, selagi orang masih berpatokan pada Al-
Qur'an dan Hadis dan tidak melakukan kekerasan maka mereka
adalah saudara. Adapun bagi RT, semua orang memiliki
kewajiban dan hak yang sama, maka tugas pemimpin adalah
merangkul semuanya.
“Tugas pemimpin ya harus mengayomi semuanya.Seperti yang saya bilang, di sini itu dari banyak kalangan,tapi semuanya kan memiliki hak dan kewajiban yangsama, maka saya tidak membeda-bedakan semuanya.” 9
Dari pola sederhana di atas ternyata memunculkan metode
dalam rangka memahami hingga menangkal radikalisme di
Kampung Sawah. Kejadian tahun baru 2014 meninggalkan bekas
trauma dan kekhawatiran bagi semua pihak. Kejadian tersebut
sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi warga kampung
sawah. Dengan menerapkan kebiasaan yang sudah-sudah, seperti
silaturahmi, kegiatan keagamaan, masyarakat semakin
menguatkan diri sepakat menolak radikalisme maupun terorisme.
Sebagaimana ungkapan Bachtiar berikut ini:
“Kejadian itu (penggerebekan teroris) benar benarmenjadi pelajaran buat kami (untuk waspada)”.
9 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20.00.
78
Pasalnya, kejadian penggrebekan tersebut menjadi
pelajaran penting. Salah satu yang paling mendasar adalah warga
Kampung Sawah percaya bahwa yang melakukan atau
menyebarkan paham radikalisme adalah pendatang. Oleh karena
itu sikap yang muncul kemudian adalah mewaspadai kepada
setiap pendatang. Cara yang dilakukan adalah dengan meminta
KTP dan harus lapor kepada RT setempat. Selain itu, jika ada
warga yang tertutup atau jarang kumpul, maka perlu ditegor. Jika
masih tidak mau berkumpul, bisa dilakukan tindakan untuk tidak
diperpanjang masa kontrakan nya.
Antisipasi lain yang dilakukan RT adalah membentuk
‘kepala suku kontrakan’. Hal ini dikarenakan pihak RT merasa
kewalahan mengawasi kontrakan di Kampung Sawah. Menurut
Bachtiar, di kampung sawah terdiri dari lebih dari 120an pintu.
Jumlah kk yang ada mencapai lebih dari 220an. Atau jika
dikalkulasikan jumlah warga mencapai 1000an orang. Untuk
mengontrol, terutama penghuni kontrakan, maka RT membuat
ketua kontrakan, yang berkoordinasi dengan pemilik kontrakan
dan berkoordinasi dengan RT. Langkah tersebut memudahkan
dalam mengawasi sekaligus mengontrol warga kampung Sawah.
Dengan begitu jika terdapat warga yang dikira mencurigakan
dapat segera ditegur, baik kepada pemilik kontrakan maupun
langsung kepada orangnya. Selain dari segi administratif, RT
bekerja sama dengan warga makin mengaktifkan pos kamling.
Kampung Sawah memiliki empat jalur utama, saat ini semua
akses akan ditutup pada jam 12 malam. Bagi tamu yang lebih dari
79
1x24 jam maka wajib lapor. Langkah tersebut dianggap cukup
aman dan bahkan berdampak pada keamanan lain, seperti
semakin meminimalisir curanmor, serta kehilangan lainnya.
Dalam perihal keagamaan, selain memperbanyak
pengajian – pengajian, Ustadz turut berperan aktif menolak
paham radikal. Dalam setiap kesempatan yang ada, ceramah yang
disampaikan memilih ajaran yang bersifat moderat. Selain itu,
Bachtiar selalu RT juga setiap ada kesempatan selalu
menyampaikan bahaya radikalisme dan radikalisme bukan ajaran
Islam. Prinsip dalam beragama Islam khususnya dikembalikan
pada ketaatan kepada Allah, Rasulullah, dan Ulil Amri.
“Kalau memang mengaku Islam dan menganggapRasulullah sebagai pemimpinnya, harus mengikutiRasulullah. Emang Rasullullah pernah mengajarkankekerasan? Justru keberadaan Rasulullah itu sebagaiuswatun khasanah. Dan Rasulullah sendiri tidak pernahmengajarkan kekerasan kepada pengikutnya.”10
C. Warga Terpengaruh Radikalisme
Selain terdapat temuan perkembangan paham radikalisme
di Kampung Sawah, Bachtiar selalu ketua RT mengkonfirmasi
ada warga yang dianggap terpengaruh paham radikalisme. Di
antaranya Fajri dan Nur Hidayat.11 Dua orang tersebut diduga
terpengaruh paham radikalisme lantaran sikap ekslusif serta
kurang membaur dengan masyarakat sekitar. Selain itu dalam
membahas persoalan agama kerap dianggap kuat
10 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
11 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20.00.
80
mempertahankan argumentasi pribadi, sehingga banyak upaya
masyarakat untuk memastikan apakah keduanya benar benar
terpengaruh radikalisme. Selain itu juga mendorong agar
keduanya tidak terjerumus lebih dalam pada radikalisme.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam informan, Fajri
maupun Nur Hidayat teridentifikasi sebagai orang yang pernah
mengikuti aliran-aliran anti mainstream. Bahkan Nur Hidayat
mengakui dirinya pernah ikut bergabung dengan LDII maupun
pernah berguru secara langsung kepada Ustadz Abu Bakar
Ba’asyir. Sedangkan Fajri pernah mengikuti Jamaah Tabligh
yang berkeliling masjid untuk menyebarkan dakwah. Selain itu
Fajri memiliki pengajian yang cukup ekslusif yang hanya
beranggotakan 10orang. Sedangkan anggapan radikalisme kepada
Nur Hidayat lebih mengarah pada sisi kebiasaannya berdiskusi
dan kumpul warga yang kerap membahas persoalan agama secara
lepas.
Menurut informasi Bachtiar, Fajri cukup introvert bahkan
cenderung tertutup pada awal kedatangannya. Terlebih kebiasaan
menggunakan jubah dan berjenggot panjang membuat orang
menjustifikasi Fajri merupakan kelompok tertentu yang dianggap
radikal. Anggapan ini ditegaskan oleh Bachtiar bahwa biasanya
orang yang keras pendapat nya adalah kelompok yang
menggunakan baju gamis dan jenggot panjang. Atas penilaian
81
sederhana ini berakibat pada anggapan radikalisme terhadap
Fajri.12
Penulis menelusuri sikap radikalisme keberagaman Fajri
lebih mendalam. Hasilnya salah satu pandangan yang paling
diperkuat adalah penolakan terhadap kepemimpinan non-muslim.
Baginya meski berdemokrasi, kebijakan pemerintah sangat
penting untuk Ummat islam. Jika pemimpin dari luar Islam
makan bisa saja mengkerdilkan Islam. Oleh karena itu
kepemimpinan harus dipegang oleh Islam. Berikut pernyataan
langsungnya:
“Untuk soal pemimpin ya harusnya dari Islam,kalau non-muslim nanti kebijakannya berdapampak burukpasti kepada orang umat, makanya seharusnya pemimpinitu ya dari Kita (orang Islam).”13
Sedangkan pendapat Nur Hidayat yang cukup mengarah
pada sikap radikalnya sebagaimana pendapat berikut:
“Menurut saya khilafah itu untuk sekarang yabelum tepat, tapi suatu saat nanti ya bisa digunakan.Kalau sekarang masih aman, tapi kalau sudah engga(aman) ya khilafah bisa (diterapkan).”14
Pendapat di atas menunjukkan suatu saat Indonesia perlu
menggunakan khilafah, dimana kondisi yang benar-benar telah
dibutuhkan. Sedangkan saat ini khilafah tidak tepat digunakan.
12 Peneulusuran juga dapat ditemui dalam observasi penulis.Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT Kampung Sawah, Ciputatpada Senin, 29 April 2019 pukul 20.00
13 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
14 Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah padaMinggu 28 April 2019 pukul 20:00.
82
Dengan kata lain, penerimaan terhadap khilafah tetap ada
meskipun mengakui tidak tepat dilakukan saat ini.
Pengaruh radikalisme di Kampung Sawah memang tidak
terlalu signifikan. Namun jika diurutkan dari kejadian lama dapat
dipahami terorisme meninggalkan jejak. Kejadian penggrebekan
terorisme berkedok agama nyatanya membuat warga mencari
tahu mengapa orang berani berkorban dengan terorisme. Salah
satu dampak buruk nya adalah adanya salah tafsir perjuangan
tersebut dianggap jihad mengatasnamakan agama. Jihad dan
perjuangan atas nama agama inilah yang menjadi titik utama
paham radikalisme yang berdampak pada tindakan terorisme.
Selain soal dampak tersebut, radikalisme juga muncul atas
sikap masyarakat yang mengucilkan eks radikalis. Tekanan
seperti itulah yang menimbulkan gejolak yang lebih
membahayakan. Dengan kata lain semakin mengokohkan dirinya
pada paham radikalismenya.
“Sekarang begini, ada orang keluar penjara, diamantan teroris nih, sikap masyarakat kan pasti menjauhi.Bahkan bisa dicemooh, dihina, dikucilkan, mau kerja kanada catatan kriminal pasti ga diterima. Jadi daripada dimasyarakat juga ga diterima ya udah, pasti makin menjadituh kejahatannya. Makanya jangan heran ada orang lebihjahat setelah keluar penjara.”15
Analogi tersebut dijelaskan oleh Fajri, menurutnya orang
yang keluar dari penjara bisa lebih jahat dari sebelumnya, sebab
masyarakat tetap menganggap orang tersebut adalah penjahat.
15 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
83
Stigma tersebut tidak mudah hilang, bahkan cenderung
diruncingkan dengan menjauhi, mencemooh, eks radikalis.
83
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Peran Penyuluhan Radikalisme di Kampung Sawah
Ciputat
Penyuluhan radikalisme secara sederhana dapat dipahami
sebagai upaya bimbingan agama dalam rangka menumbuhkan
kesadaran untuk menolak paham radikal. Radikal secara umum
mengerucut pada persoalan perubahan sosial dengan
menggunakan kekererasan.1 Sebagaimana diketahui, paham
radikal merupakan ancaman nyata baik untuk negara, maupun
keberagaman masyarakat Indonesia.2 Maka sudah menjadi
kewajiban bersama setiap elemen masyarakat untuk bahu-
membahu menangkal dan menolak paham radikalisme di
masyarakat.
Usaha menangkal radikalisme yang terjadi di Kampung
Sawah, Kecamatan Ciputat dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Meskipun dalam konteks pemerintahan,
Kementerian Agama merupakan sektor leading dalam menangkal
radikalisme,3 akan tetapi tokoh masyarakat, tokoh agama maupun
warga sekitar turut serta menangkal adanya radikalisme. Sebab
keberadaan radikalisme nyata menimbulkan kekhawatiran bagi
masyarakat Kampung Sawah. Sebagaimana pernyataan Bachtiar
berikut ini:
1 Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Modul PenyuluhanRadikalisme dan Aliran Sempalan tahun 2014.
2 Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Radikalisme danAncaman Kebangsaan, (Jakarta: Bimas Kemenag, 2014), h. 3.
3 Editoral, “Penyuluh yang Dirindukan” dalam Majalah Bimas Islam,ed No. 4 tahun 2016, Bimas Islam Kementerian Agama RI, h. 5.
84
“Jelas (radikalisme) itu menimbulkan keresahan,apalagi pasca penggrebekan (teroris) itu, kita semuakhawatir, karena korbannya bisa juga kita atau orang yangtidak tahu apa-apa kan? Oleh karena itu kita harusmengantisipasinya.”4
Upaya penangkala radikalisme dapat ditemukan melalui
bebarapa kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial. Dalam
kegiatan agama, baik penyuluh agama Kementerian Agama
maupun masyarakat sekitar mengadakan pengajian atau ceramah
keagamaan yang menyisipkan materi bahaya radikalisme.
Meskipun tidak ada kegiatan khusus tentang penyuluhan
penangkalan radikalisme, dalam setiap kegiatan keagamaan
khususnya selalu disampaikan tentang bahaya radikalisme serta
penyampaian ajaran Islam moderat. Hal tersebut dilakukan dalam
rangka menangkal radikalisme.
Selain ceramah keagamaan, antisipasi radikalisme juga
dilakukan dengan cara mendalami serta mengidentifikasi setiap
warga yang diduga terpengaruh paham radikalis. Dalam hal ini,
Bachtiar selaku ketua RT terus memantau warga Kampung
Sawah yang dianggap terpengaruh ajaran radikalis. Berikut
pernyataan langsungnya:
“Pengalaman sebelumnya kan ada orang tertutup,eh tau-tau malah begitu (radikalis atau teroris), jadisekarang makin aktif dengan menegur, mengajaksilaturrahmi dengan berkumpul sesama warga danmenanyakan kejelasan secara administrasi kependudukan.
4 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00 Pendapat serupa jugadisampaikan Nur Hidayat selaku warga Kampung Sawah.
85
Jadi ketahuan orang itu seperti apa. Ini usaha agar tidakterjadi lagi.5
Secara umum kegiatan yang ada di Kampung Sawah telah
memenuhi kriteria penyuluhan dalam rangka menangkal
radikalisme. Dengan adanya ceramah keagamaan serta ajakan
solidaritas dari tokoh masyarakat setempat dapat memujudkan
kesadaran akan bahaya radikalisme. Selain itu kegiatan tersebut
berperan memberikan pemahaman keagamaan yang lebih baik
dan menciptakan suasana kedamaian.
Adapun pengembangan penyuluhan radikalisme dapat
dianalisa dengan berjalannya fungsi-fungsi penyuluhan agama.
Umar Fauzi menjelaskan setidak terdapat empat fungsi
penyuluhan, yaitu informatif, komunikatif, edukatif, dan
konsultatif. Fungsi informatif yaitu penyuluh agama
menyampaikan penerangan agama. Dalam menjalankan fungsi
edukatif penyuluh agama mendidik masyarakat sesuai ajaran
agama. Dalam menjalankan fungsi konsultatif penyuluh agama
menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan
persoalan yang dihadapi masyarakat baik secara pribadi,
keluarga, maupun masyarakat secara umum. Sedangkan fungsi
motivasi menyampaikan dukungan kisah-kisah heroic yang
relevan dengan tema penyuluhan.6
5 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00
6 Muhammad Umar Fauzi, “Strategi Penyuluh Agama Islam dalamMenangkal Faham Radikalisme di Nganjuk” dalam Jurnal Dakwah, STAIMiftahul Ula, 2018, h. 27.
86
Dari kegiatan penyuluhan yang ada di Kampung Sawah
setidaknya telah menjalan fungsi informatif, edukatif dan
motivatif. Fungsi informatif dapat dilihat sebagai berikut:
“Pokoknya setiap ada kesempatan sambutan pastisaya sampaikan soal bahayanya (radikalisme), mau dipengajian, rapat atau musyarawah, saya selalumengingatkan sesama warga.”7
Selain itu, Siti Masyitoh selaku Penyuluh Agama dari
Kementerian Agama Kecamatan Ciputat melakukan penyuluhan
dalam bentuk ceramah di majlis taklim.
“Sebagai penyuluh ya pasti (melakukanpenyuluhan), kan memang itu tugasnya, meskipun soalradikalisme belum banyak ya atau masih sebatas ceramah-ceramah tentang pemahaman radikalisme, bahayanya dansikap yang harus dilakukan menghadapi radikalisme.”8
Usaha ini dilakukan dalam rangka memberikan informasi
bahaya radikalisme yang merugikan semua pihak. Tidak hanya
pihak yang menjadi subjek atau pengikut radikalisme saja, akan
tetapi berimbas kepada warga sekitar bahkan seluruh orang Islam
yang ada. Atas dasar inilah Bachtiar selalu menyampaikan
informasi radikalisme kepada masyarakat. Ketua RT mendapat
dukungan dari tokoh agama setempat. Ustadz Imron turut
menyampaikan ceramah keagamaan yang kerap menyampaikan
bahaya radikalisme.9
7 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00
8 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
9 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
87
Sedangkan dari pihak penyuluh agama justru hanya
menyampaikan materi-materi terkait pemahaman mendasar
terkait radikalisme, bahaya serta ajakan untuk mengikuti ajaran
Islam moderat sebagai tameng radikalisme. Hal ini didasarkan
pada aturan serta beban kerja yang berlaku bagi PNS di
Kementerian Agama.
Adapun fungsi edukatif dapat ditemukan dalam kegiatan
yang diadakan di Kampung Sawah. Salah satu poin penting
dalam fungsi edukatif adalah adanya peran yang memberi contoh
moral terhadap penolakan radikalisme. Hal ini dapat diketahui
dalam kegiatan sosial yang dilakukan di Kampung Sawah, seperti
mengajak warga untuk aktif mengikuti pengajian, mempererat
silaturrahmi dengan warga dengan memperbanyak kegiatan sosial
seperti bersih-bersih kampung. Sebagaimana pernyataan berikut
ini:
“Sebenarnya saya bisa saja (bayar) sewa oranguntuk bersih-bersih kampung ini, tapi gotong royong itumemperat silaturrahmi kita bersama warga, efeknya jelaskalau ada paham yang aneh-aneh (radikalisme) pastiketahuan dan kita bisa mengajak (untuk sadar) kembali”.10
Tidak hanya dalam persoalan bersih-bersih kampung,
dalam kegaitan lain yang digalakkan oleh Bachtiar secara
langsung dan tidak langsung merupakan upaya penangkalan
terhadap radikalisme.
Ustadz Imron pun turut berperan dalam mengedukasi
penangkalan radikalisme. Keterlibatan secara aktif di kegiatan
10 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00
88
agama seperti mengikuti pengajian di masjid luar sekaligus
memberi contoh bahwa dirinya yang sudah dianggap menjadi
ustadz pun masih membutuhkan bimbingan. Selain itu, Ustadz
Imron memiliki kegiatan pasti habis magrib berupa mengaji al-
Qur’an. Baginya benteng utama umat Islam menagkal
radikalisme adalah kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.
Maka usaha sederhana yang bisa dilakukannya adalah dengan
membaca al-Qur’an setiap hari. Sebagaimana pernyataan berikut
ini:
“Saya bersama anak dan istri memiliki kegiatanmembaca Al-Qur’an setiap habis maghrib. Kalau kitakembali pada ajaran Islam ya kita baca lagi Al-Qur’annya.Sebab kata ulama, kalau kita tidak membaca Al-Qur’anselama tiga hari berturut-turut maka hati kita akan gelap,dan mudah disusupi itu (radikalisme). Selain kepada anakdan istri saya selalu mengajak kepada jama’ah maupunwarga yang ada.”11
Maka jelas apa yang dilakukan oleh Bachtiar maupun
ustadz Imron merupakan usaha edukatif dalam rangka menangkal
radikalisme.
Adapun dalam hal motivatif, usaha penangkalan
radikalisme diwujudkan dalam mencontohkan kisah heroik Nabi
Muhammad SAW. Asas utama penangkalan radikalisme adalah
radikalisme dengan kekerasan bukan bagian ajaran Islam. Maka
dalam memberikan motivasi kepada warga Kampung Sawah,
baik Penyuluh agama, ketua RT maupun Ustadz sama-sama
memberikan contoh keteladanan Nabi Muhammad SAW. Jika
11 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
89
radikalisme dianggap sebuah dakwah, maka kapan Nabi
mengajarkan kekerasan kepada umat Islam? Nabi bahkan lebih
parah cobaannya saat mendakwahkan Islam, namun sikap yang
ditujukkan Nabi justru sabar dan memberikan sikap toleran
kepada semua kalangan.12 Dengan demikian telah mencukupi
aspek motivatif dalam rangka menangkal radikalisme di
Kampung Sawah.
Hal yang menarik justru bentuk penyuluhan yang
seharusnya dilakukan oleh Penyuluh Agama Kementerian Agama
Kecamatan Ciputat. Pasalnya, kegiatan penyuluhan radikalisme
praktis tidak ada secara khusus. Penyuluhan radikalisme yang
dilakukan oleh pihak penyuluh hanya sebatas menyisipkan
ajaran-ajaran moderat dalam rangka menangkal radikalisme.
Padahal dalam modul penangkalan radikalisme dari Kementerian
Agama mencakup aspek pemetaan wilayah dakwah, mendata
aliran maupun lembaga keagamaan, memahami radikalisme,
bahaya radikalisme dan aliran sempalan, dan memberikan
pendampingan dan pembinaan terhadap masyarakat korban
radikalisme.13
Namun ketiadaan peran penyuluh agama secara masif
tetap dilakukan penyuluhan secara mendasar oleh warga
setempat. Dalam hal ini yang paling berperan adalah Ketua RT
dan Tokoh Agama setempat. Keduanya bahu-membahu
12 Baik Penyuluh Agama, Ketua RT, dan Ustadz Imron memilikipendapat sama terkait keteladanan Nabi Muhammad sebagai motivasi umatIslam.
13 Modul Penyuluhan Radikalisme dan Aliran Sempalan, KementerianAgama, 2014.
90
melakukan segala upaya untuk menangkal dan menolak adanya
radikalisme di Kampung Sawah. Peran tersebut dapat dirasakan
warga sekitar, sebagaimana Fajri yang penulis anggap berpaham
radikal mengakui peran ketua RT dalam menangkal radikalisme.
Menurutnya keaktifan kegiatan di Kampung Sawah merupakan
upaya yang efektif dalam menangkal radikalisme. Terlebih
silaturrahmi yang dilakukan ketua RT keliling kampung
memberikan kesan semua pihak diayomi dan dirangkul, sehingga
semua warga merasa memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Meskipun tidak ada pernyataan secara khusus, namun dari
beberapa argumentasinya menunjukkan keberpihakannya
terhadap ketua RT. Dengan kondisinya yang terduga terpengaruh
radikalisme, namun dalam pernyataan sikapnya menjadi moderat.
Sebagaimana dalam temuan penulis mencantumkan Fajri adalah
sosok yang dianggap terpengaruh ajaran radikalis, dalam
penpadatnya tidak menunjukkan sosok yang radikalis. Jika
mengacu pada ciri-ciri radikalis seperti sangat fanatik, berafiliasi
dengan kelompok ekstrimis, mudah terpancing isu, mencaci
ulama yang bersebrangan, kolot dan intoleran semuanya tidak
tampak.
Dalam pandangan sistem khilafah, Fajri menolaknya dan
menganggap Pancasila sudah sesuai ajaran Islam dan tidak perlu
diubah. Afiliasinya terhadap kelompok ekstrimis seperti jamaah
tabligh tidak bisa dibuktikan sebagai kelompok ekstrimis,
mengingat dalam jama’ah tabligh yang dianutnya juga mengakui
Pancasila. Bahkan penulis memancing dengan sikap terhadap
ulama yang bersebrangan hingga pemboikotan, jawabannya
91
adalah tidak ada kriminalisasi ulama dan tidak perlu adanya
pemboikotan. Islam baginya adalah ajaran yang membawa
kedamaian. Sebagaimana pendapat berikut:
Kita ini negara pancasila, kita yang mengikutijama’ah tabligh itu ada kitabnya yang menganjurkan kitamengikuti dan menghormati pemerintah yang ada. Jadikita tidak membuat sistem baru atau menolak sistem yangada. Intinya ya kita menerima Pancasila. ... soal pemimpin(perempuan), selagi tidak menajdi imam sholat ya tidakmasalah. ... Intinya satu, Islam tidak mengajarkankekerasan, jadi kalau ada (kelompok) yang mengajarkankekerasan ya jelas bertentangan dengan Islam, kita semuawajib menolaknya.”14
Meskipun terdapat pendapat penolakannya terhadap
kepemimpinan non-muslim, baginya merupakan sikap demokratis
sebagai warga negara. Persoalan kepemimpinan perempuan pun
diperbolehkan, asal tidak menjadi imam sholat. Sehingga
penolakan terhadap kepemimpinan non-muslim tidak menjadi
pemahaman yang radikalis. Dirinya pun menolak adanya ISIS,
HTI atau siapapun yang berdakwah dengan kekerasan.
Identifikasi terhadap kelompok ekstrimis memang cukup
rumit dibuktikan. Pasalnya radikalisme tidak bisa dilihat dari fisik
semata, sebab radikalisme merupakan paham atau pemikiran. Hal
ini berimbas terhadap penilaian ormas seperti FPI yang kerap
menggunakan kekerasan, namun tidak dikategorikan ormas yang
radikal. Selain itu, keberadaan aksi berjilid-jilid dikenal dengan
212 semua pihak tidak menganggap sebagai aliran atau paham
yang radikal. Bahwa satu sisi FPI menggunakan kekerasan
14 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
92
diakuinya, namun pada aspek lain warga Kampung Sawah
merasakan manfaat keberadaan FPI, sebagaimana orang FPI
dikenal baik oleh warga Kampung Sawah. Namun kekerasan
yang dilakukan FPI tetap menjadi perdebatan yang tidak bisa
disimpulkan sebagai ormas radikal.
Gambaran penilaian terhadap radikalis tersebut bermuara
pada satu argumen mengenai faktor seseorang yang terpengaruh
radikalisme. Fajri menuturkan terdapat faktor utama kelompok
atau orang yang mudah dipengaruhi radikalis, yaitu pengucilan
eks radikalis membuat orang tersebut semakin berani melakukan
radikalisme. Orang yang terindikasi radikalis tentunya mendapat
stigma negatif dari masyarakat. Sikap yang kerap ditunjukkan
adalah eks radikalis kerap dikucilkan atau dimarjinalkan dari
warga. Hal inilah yang melatarbelakangi orang jahat akan lebih
jahat, karena menganggap hidupnya tidak berarti lagi. Maka sikap
yang ditunjukkan warga Kampung Sawah adalah sesuatu yang
sangat positif dalam menangkal radikalisme. Sehingga siapapun
yang masuk ke Kampung Sawah tetap diterima dari manapun asal
dan golongannya. Di dalamnya kemudian dirangkul dan ayomi
tanpa membeda-bedakan semua pihak. Efeknya pasti akan
menimbulkan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana
pernyataan berikut:
Dulu saya itu tidak memiliki siapa-siapa, tapiAlhamdulillah, pak RT menjadi pemimpin yang sangatmengayomi warganya, bahkan Ustadz Imron dulu tidakpunya siapa-siapa juga dia yang menjadi wali nikahnya.Berkat ajakan aktifnya di lingkungan juga berdampak baikbuat kita. Musola sekarang udah rapih, pokoknya berkatpak RT yang bekerja keras ini menyatukan dan
93
menunjukkan sikap yang saling menghargai satu samalain. Istilahnya kita ga enak kalau mau macem-macem.15
Dengan demikian penyuluhan radikalisme di Kampung
Sawah cukup efektif menangkal paham atau ajaran radikalisme.
Meskipun tidak ada kegiatan secara pasti tentang penyuluhan
radikalisme, namun upaya yang dilakukan masyarakat setempat
merupakan usaha bimbingan keagamaan dalam rangka
menyadarkan akan bahaya dan ancaman radikalisme. Hasilnya
dianggap positif melawan radikalisme.
B. Respon terhadap radikalisme di Kampung Sawah
Radikalisme sebagai paham atau ajaran yang
menginginkan perubahan sosial dengan menggunakan kekerasan
berkedok agama dinilai menyimpang dari ajaran agama Islam itu
sendiri.16 Dari seluruh informasi yang didapatkan penulis semua
sepakat menolak terhadap radikalisme. Terlebih pasca terjadinya
penggerebekan teroris. Semua trauma dan kekhawatiran
sehingga menolak segala bentuk kekerasan mengatasnamakan
agama.
Radikalisme dianalogikan sebagaimana timbangan yang
berat ke kanan atau ke kiri dan ada yang di posisi tengah-tengah.
Radikal adalah pemahaman yang keras, maka kerap
menggunakan kekerasan pada tindakannya. Sedangkan dalam
beragama Islam diajarkan untuk menjadi ummatan wasatan atau
umat yang moderat. Maka dengan memahami radikalisme adalah
15 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
16 Bimas Islam Kementerian Agama, Radikalisme dan AncamanKebangsaan, h. 10.
94
sebuah paham yang mengajarkan pada kekerasan atau sikap yang
keras, respon yang harus dilakukannya adalah dengan
mengajukkan pemahaman yang moderat.17
Islam identik dengan perdamaian kelemahlembutan dan
anti kekerasan. Menurut Ustadz Imron radikalisme adalah
sebagai berikut:
Saya tidak menerima apabila radikalisme dikaitkandengan ajaran Islam. Kalaupun radikalisme dikaitkandengan jihad dalam bentuk peperangan yang mengambilkejadian pada masa Rasulullah itu sesuatu yang salahpemahaman. Bahwa pada masa Rasulullah terjadipeperangan memang benar dan kompleks yang tepat,sedangkan jika saat ini menggunakan dalil peperanganadalah kesalahan yang sangat fatal.18
Senada dengan ustadz Imron, Bachtiar menegaskan
“Jihad yang benar adalah berjuang menghidupi dirinyamaupun keluarga. Jihad itu seperti orang yang mencari nafkahuntuk diri maupun keluarganya, bukan bom bunuh diri yangmenyusahkan orang lain dan keluarganya.”19
Pada intinya, baik Ustadz Imron maupun Bachtiar berkesimpulan
menolak radikalisme.
Respon terhadap radikalisme yang cukup menarik
dilontarkan oleh Nur Hidayat selaku warga Kampung Sawah.
“Radikalisme itu ga ada untungnya, rugi ikutseperti itu...jadi ga tepat kalau khilafah saat ini, kalau
17 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
18 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
19 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00
95
suatu saat nanti ya mungkin bisa aja diterapkan(khilafah).”20
Di awal Nurhidayat berpendapat bahwa radikalisme
sesuatu yang merugikan. Bahkan menurutnya radikalisme
merusak generasi bangsa dan negara. Akan tetapi pendapatnya
dibumbui dengan penerimaan khilafah yang menjadi indikasi
radikalisme yang mungkin bisa diterapkan pada suatu saat nanti.
Dengan kata lain radikalisme tidak sepenuhnya ditolak Meskipun
tidak sepenuhnya diterima. Sebaliknya Fajri berpendapat jika
radikalisme dikaitkan dengan simbol seperti jenggot dan jubah
atau celana cingkrang itu tidak tepat.21 Radikalisme itu terkait
dengan pemahaman dan tindakan bukan terletak pada simbol atau
pakaian.
Informasi dari Fajri maupun dari Nurhidayat terdapat titik
tolak yang sangat berbeda antara tampilan dan pemikiran.
Pasalnya Fajri secara fisik penampilan jenggot panjang dan kerap
mengenakan jubah serta memiliki pengajian yang sifatnya cukup
eksklusif. Akan tetapi dalam setiap pernyataannya tidak ada
satupun yang mendukung radikalisme. Bagaimana pendapatnya
tentang Pancasila atau Khilafah, Fajri tetap berpegang teguh pada
sistem negara yang berlaku artinya tetap mengakui Pancasila dan
menolak Khilafah. Sebaliknya Nurhidayat dalam pendapatnya
menerima pancasila namun juga tidak menolak sepenuhnya
Khilafah. Meskipun penerimaannya tidak untuk saat ini.
20 Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah padaMinggu 28 April 2019 pukul 20:00.
21 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
96
Yang perlu digarisbawahi adalah dalam penerimaan
maupun dalam penolakan terhadap radikalisme lebih didominasi
terhadap penolakan. Terlebih ketika mengacu pada respon
pertama mendengar atau menjelaskan terkait radikalisme semua
pihak dengan tegas mengatakan menolaknya. Alasan utama
terhadap penolakan radikalisme adalah yang jelas bertentangan
dengan ajaran Islam. Dengan demikian dapat disimpulkan respon
terhadap radikalisme oleh masyarakat kampung sawah adalah
menolaknya.
Respon penolakan terhadap radikalisme dibarengi dengan
sikap terhadap perilaku atau antisipasi terhadap radikalisme.
Terdapat beberapa poin diantaranya menurut Nur Hidayat
persoalan radikalisme adalah persoalan pemahaman dan soal
prinsip, maka kembali pada prinsip hidup seseorang.22 Apakah
hanya sekadar ikut-ikutan atau berpegang teguh pada
pendiriannya? Sedangkan menurut ustadz Imron, dengan
mengetahui bahaya radikalisme semua pihak perlu kembali pada
ajaran Islam yang benar dan diperkuat dengan persatuan.
Kalau ga bersatu ya kita mudah dikacaukan,mudah tercerai berai. Karena itu yang membuat semuapihak dirugikan.23
Terlepas dari perbedaan pendapat yang ada, repson
masyarakat Kampung Sawah terhadap radikalisme adalah
menolaknya. Radikalisme bukan bagian dari Islam. Respon
penolakannya merupakan bentuk tanggungjawab dalam
22 Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah padaMinggu 28 April 2019 pukul 20:00.
23 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
97
mempertahankan keagamaannya. Setiap informan menjelaskan
bahwa menolak radikalisme adalah tanggungjawab bersama,
tidak hanya pihak penyuluh, keamanan atau warga, namun semua
pihak memiliki tanggungjawab menangkal, menolak radikalisme.
Respon tersebut merupakan antisipasi kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan. Keberadaan radikalisme tidak hanya
merugikan diri sendiri, keluarga, namun juga sangat merugikan
Islam. Bagi masyarakat Kampung Sawah cukup traumatik setelah
pasca kejadian penggrebekan teroris kampung terseut dicap
sebagai kampung teroris. Padahal siapa yang melakukan teroris
siapa yang terkena dampaknya.24
Hal lain yang ditekankan adalah beragama adalah
membela agama adalah pasti, maka segala yang bertentangan
dengan agama harus ditolak. Kekerasan yang tidak diajarkan oleh
Nabi maka bukan bagian dari Islam. Oleh karena itu menolak
kekerasan berarti membela agama. Selain itu beragama berarti
berbudaya. Masyarakat yang hidup beragama memiliki
budayanya tersendiri. Aspek kebudayaan saling menghargai dan
menolak bentuk kekerasan adalah budaya masyarakat Kampung
Sawah.25
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penangkalan
Radikalisme
24 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00.
25 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
98
Upaya penyuluhan radikalisme bukant pekerjaan yang
mudah. Meskipun semua pihak menolak paham radikalisme,
namun dalam mewujudkannya terdapat penghambat maupun
pendukungnya. Berikut faktor yang menghambat dan mendukung
penyuluhan radikalisme di Kampung Sawah.
1. Faktor Penghambat
Hampir semua kalangan merasakan adanya hambatan
atau kekurangan dalam memberikan penyuluhan penangkalan
radikalisme. Hambatan yang ditemui sesuai dengan kedudukan
dan posisinya. Baik pihak Penyuluh agama, tokoh masyarakat
dan tokoh agama memiliki hambatan yang berbeda satu sama
lain.
Pertama pihak Penyuluh Agama Kementerian Agama.
Pasalnya, menurut Siti Masyitoh sebagai penyuluh
mendapatkan bekal tentang radikalisme, akan tetapi tidak
dibarengi perangkat pendukung seperti program, bentuk
kegiatan khusus untuk menangkal radikalisme. Satu sisi
kementerian agama adalah sektor leading dalam mencegah
radikalisme, namun realisasinya justru tidak mengena sampai
ke lapisan paling bawah. Atas dasar inilah menjadi kendala
atau hambatan paling utama dalam penyuluhan penangkalan
radikalisme. Untuk lebih jelasnya berikut pernyataan Siti
Masyitoh:
“Kita punya wewenang menangkal radikalisme, tapikita tidak dibekali alat-alatnya. Kita juga tidak memilikiprogram khusus ya tentang penangkalan radikalisme.Selain itu variabel-variabel radikalisme kan banyak ya,
99
tidak bisa diidentifikasi secara fisik lagi, jadi ya makinsusah menangkal radikalisme.”26
Terkait dengan wewenang dan perangkatnya, Siti
Masyitoh mengakui adanya hambatan kurang koordinasi
dengan pihak aparat keamanan. Pasalnya, limpahan dari
radikalisme adalah terorisme, sedangkan isu-isu tersebut
menjadi isu nasional yang ditangani secara langsung dari pihak
pusat. Hambatannya adalah bagian paling bawah tidak bisa
bergerak leluasa untuk menangkal radikalisme.
Selain faktor ketiadaan program khusus penyuluhan
radikalisme, hambatan selanjutnya adalah banyaknya variabel-
variabel yang tidak bisa dipraktiskan sebagai bentuk
radikalisme. Persoalan radikalisme sebagai ajaran atau paham
tidak mudah menuduh orang itu radikal atau ekstrimis.
Kejadian serupa dialami penulis yang menduga Fajri
berjenggot panjang dan berjubah dengan memiliki kajian
ekslusif justru memiliki pendapat yang moderat. Bahkan
dirinya merasa kecewa jika persoalan jenggot dan simbol fisik
lainnya dianggap radikalis.27
Dengan demikian hambatan bagi KUA Kecamatan Ciputat
adalah faktor ketiadaan program khusus dan banyaknya
variabel yang tidak mudah untuk membedakan mana radikal
dan yang tidak radikal.
26 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
27 Wawancara dengan Muhammad Nurul Fajri, warga KampungSawah pada Senin 29 April 2019 pukul 20:00.
100
Adapun hambatan yang dihadapi oleh Bachtiar
sebagaimana pernyataan berikut:
Di sini itu banyak pendatang, tapi yang punyakontrakan tidak semuanya tinggal di sini. Seharusnya disini sudah pemekaran RT, tapi karena warganya gakmau, karena nanti harus urus administrasi ulang dan ribetpastinya makanya saya juga kewalahan mengontrol200an lebih KK di sini. Kalau ada pendatang jugaseringnya kan Cuma komunikasi sama yang punyakontrakan, jadi makin susah kontrolnya. 28
selaku ketua RT adalah banyaknya warga yang
memiliki kontrakan namun tidak bertempat tinggal di situ. Hal
ini berimbas pada pengontrak secara umum pendatang yang
tidak bisa dikenali latar belakangnya. Kemudian pendatang
kerap hanya berkomunikasi dengan pihak pemiliki kontrakan,
sedangkan pemiliki kontrakan kerap tidak melakukan laporan
kepada ketua RT. Oleh karena itu bisa saja kecolongan ada
pendatang yang membawa paham radikal. Hal ini didasari
kejadian terorisme yang berasal dari pendatang dan tidak
berkoordinasi kepada pihak RT.
Adapun hambatan bagi warga Kampung Sawah dalam
menangkal radikalisme adalah tingkat keaktifan warga yang
masih minim. Sehingga pesan bahaya radikalisme kurang
efektif didapatkan jika mengandalkan ceramah semata. Di sisi
lain, masyarakat sangat terbuka mendapatkan informasi atau
ceramah melalui saluran sosial media maupun tv dan
sebagainya. Hal ini berdampak masyarakat susah membedakan
28 Wawancara dengan Bachtiar Imanuddin, Ketua RT KampungSawah, Ciputat pada Senin, 29 April 2019 pukul 20:00
101
mana yang radikal dan yang tidak radikal. Sebagaimana
pendapat Ustadz Imron sebagai berikut:
“Orang sekarang lebih banyak melihat tontonandaripada tuntunan, masalahnya adalah tontonan sekarangmenjadi panutan.”29
Selain itu mengajak orang berbuat baik tidak mudah
diterima begitu saja. Didukung rasa menghormatinya juga
kurang bagus menjadi hambatan lain dalam rangka
penyuluhan radikalisme bagi warga Kampung Sawah. Contoh
banyak warga atau kelompok yang hanya mau mendengar dari
stake holdernya sendiri-sendiri.30
Dari pemaparan di atas maka dapat dipahami faktor
hambatan penyuluhan radikalisme terdapat disetiap lini lapisan
masyarakat. Hambatan tersebut kembali pada posisi serta
tanggungjawab masing-masing. Dengan kata lain, setiap
lapisan memiliki tantangan masing-masing dan menjadi tugas
bersama untuk meminimalisir hambatan penyuluhan
radikalisme.
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung memiliki kesamaan prinsip dengan
hambatan, yakni mendapat dukungan sesuai kedudukan dan
posisinya masing-masing. Dari pihak Penyuluh Agama KUA
Ciputat memiliki dukungan sebagai berikut:
“Karena kami penyuluh yang diberi tugas ya, jadimasyarakat mudah menerima keberadaan kami kalau
29 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
30 Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama Kampung Sawah,Ciputat pada Sabtu, 04 Mei 2019 pukul 19:30.
102
menyampaikan penyuluhan. Meskipun tidak adaprogram khusus, tapi kami selalu menyisipkan ajaran-ajaran moderat untuk menangkal radikalisme.”31
Selain itu, Penyuluh memiliki wewenang dalam
memberikan bimbingan keagamaan, baik dalam hal
radikalisme maupun yang lainnya. Sehingga setiap agenda
yang ada selalu bisa menyisipkan materi penyuluhan
radikalisme. Adapun faktor pendukung dari ketua RT adalah
mendapat dukungan secara moril dan fisik dari pihak
kepolisian, sehingga ketika ada masalah terkait radikalisme
ketua RT bisa langsung berkoordinasi dengan pihak keamaan
setempat untuk segera ditindaklanjuti.
Selain itu pihak RT merangkul masyarakat dan mudah
diajak kerja sama. Gotong royong yang dilakukan
membuahkan sikap saling bahu-membahu untuk saling
mengontrol, menegur sesama warga, sehingga setiap ada
pendatang sekalipun mudah dikenali dan bisa diajak
bersilaturahmi sesama warga lainnya. Kegiatan-kegiatan
keagamaan maupun kegiatan sosial lainnya pun mendukung
gerakan penolakan terhadap radikalisme. Semakin banyak
kegiatan silaturrahmi dan kegiatan positif lainnya merekatkan
solidaritas warga Kampung Sawah, sehingga ketika ada pihak
kelompok yang berbeda tetap dirangkul dan diayomi. Jika ada
kelompok yang dianggap mencurigakan maka akan segera
31 Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 13:00.
103
ditegor, tidak hanya oleh ketua RT, namun sesama warga bisa
saling mengingatkan.
Pendukung lainnya dari pihak masyarakat adalah adanya
perkumpulan tokoh masyarakat. Kegiatan silaturrahmi
digalakkan melalui musyawarah warga yang terdiri dari tokoh
agama, tokoh masyarakat setempat, sehingga dalam
menyampaikan bahaya radikalisme atau adanya penyebaran
radikalisme dapati dimusyawarahkan bersama.
104
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai penyuluhan radikalisme
di Kampung Sawah, Ciputat menghasilkan jawaban persoalan
bagaiamana upaya penyuluhan radikalisme di Kampung Sawah,
Ciputat serta faktor pendukung dan penghambatnya. Berikut
rincinanya.
1. Peran penyuluhan radikalisme agama di Kampung Sawah,
Ciputat dilakukan berdasarkan fungsi informatif, edukatif dan
motivatif. Adapun bentuk penyuluhannya yaitu dalam bentuk
ceramah tentang bahaya radikalisme serta menyampaikan
ajaran Islam moderat. Selain itu juga dilakukan dengan
memperbanyak kegiatan positif melalui RT dan tokoh
masyarakat Kampung Sawah yang meningkatkan solidaritas
untuk saling mengontrol dan mengawasi sikap-sikap
radikalisme agama.
2. Metode yang dilakukan dalam rangka memberikan penyuluhan
radikalisme di Kampung Sawah dilakukan dengan
memperbanyak kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial.
Adapun dalam kegiatan keagamaan selalu disampaikan
mengenai radikalisme, bahaya serta ancaman radikalisme yang
merugikan semua kalangan. Selain itu dari pihak Penyuluh
Agama menyisipkan ajaran Islam yang moderat dengan
prinsip ummatan wasatan dan kembali pada ajaran Islam yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan sikap yang sabar,
105
lemah lembut serta Islam yang membawa perdamaian, toleran
maupun menghargai perbedaan. Adapun kegiatan sosial
berfungsi merekatkan silaturrahmi antar warga Kampung
Sawah sekaligus menjadi sistem kontrol dan antisipasi
terhadap hal-hal yang terindikasi radikalisme. Dengan
demikian penangkalan radikalisme dilakukan secara bersama-
sama dari pihak tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga
Kampung Sawah, Ciputat.
3. Mengenai faktor hambatan dan pendukungnya secara umum
setiap elemen, baik Penyuluh Agama KUA, tokoh masyarakat,
tokoh agama hingga warga. Hambatan yang dihadapi
Penyuluh KUA berupa ketiadaan program khusus penangkalan
radikalisme. Sedangkan kendala masyarakat secara umum
dirasakan baik oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun
warga yaitu minimnya keaktifan warga dalam kegiatan
keagamaan. Di sisi lain, informasi maupun sebaran dakwah
saat ini sangat mudah diakses melalui media sosial, sehingga
semua paham Islam gampang masuk tanpa bisa disaring.
Adapun dukungan dalam penyuluhan radikalisme di Kampung
Sawah, Ciputat Gotong royong yang dilakukan membuahkan
sikap saling bahu-membahu untuk saling mengontrol, menegur
sesama warga, sehingga setiap ada pendatang sekalipun mudah
dikenali dan bisa diajak bersilaturahmi sesama warga lainnya.
Pendukung lainnya dari pihak masyarakat adalah adanya
perkumpulan tokoh masyarakat. Kegiatan silaturrahmi
digalakkan melalui musyawarah warga yang terdiri dari tokoh
agama, tokoh masyarakat setempat, sehingga dalam
106
menyampaikan bahaya radikalisme atau adanya penyebaran
radikalisme dapati dimusyawarahkan bersama.
B. Saran
Berdasarkan hasil di atas penulis memberikan saran baik
kepada Penyuluh dan Masyarakat sebagai berikut:
1. Untuk penyuluh diharapkan segera memiliki program
khusus penyuluhan maupun pembinaan dalam rangka
penangkalan radikalisme di Kampung Sawah, maupun
daerah yang pernah terpapar radikalisme. Mengingat
radikalisme merupakan ancaman besar bagi semua pihak,
terutama daerah-daerah yang pernah terindikasi kasus
radikalisme.
2. Untuk tokoh masyarakat dan tokoh agama Kampung
Sawah, Ciputat diharapkan membuat kerja sama dengan
pihak Penyuluh maupun keamanan dalam rangka
mengokohkan penolakannya terhadap radikalisme yang
dibimbing oleh pihak yang kompeten.
3. Untuk masyarakat Kampung Sawah, Ciputat diharapkan
lebih aktif mengikuti pengajian maupun informasi terkait
perkembangan radikalisme. Hal ini untuk menunjang
penolakannya terhadap radikalisme semakin kuat dan
semakin solid antar sesama warga.
4. Untuk akademisi, penelitian ini bisa dijadikan rujukan
mengenai penyuluhan radikalisme namun perlu
dikembangkan pada ranah yang lebih baik.
68
Daftar Pusataka
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemeikiran dalampembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: LembagaPenerbit FE-UI, 2002.
Agus SB. Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta BerbasisKearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme.Jakarta, Daulat Press : 2016.
Ali, M. Sayuti. Metodologi Penelitian Agama ( Pendekatan Teori& Praktek). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Amrullah, Ahmad. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.Yogyakarta: PLP2M.1985.
Arifin, M. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan danPenyuluhan Agama. Jakarta: PT. Bima Aksara, 1998.
Basrowi. Pengantar Sosisologi. Bogor: Ghalia Indonesia,2005.
Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Modul PenyuluhanRadikalisme dan Aliran Sempalan tahun 2014.
Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Radikalisme danAncaman Kebangsaan, Jakarta: Bimas Kemenag, 2014.
Buku Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat.
Buku Profil Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat 2019
Bungin, Burhan. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2003.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an danTerjemahannya. Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta : Balai Pusataka, 1998.
Echol, John M. dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris Indonesia.Jakarta: PT. Gramedia, 1995.
108
Editoral, “Penyuluh yang Dirindukan” dalam Majalah BimasIslam, ed No. 4 tahun 2016, Bimas Islam KementerianAgama RI.
Fanani, Ahmad Fuadi. Fenomena Radikalisme di Kalangan AnakMuda. Jakarta: Jurnal Maarif institute, 2013.
Fauzi, Muhammad Umar. “Strategi Penyuluh Agama Islamdalam Menangkal Faham Radikalisme di Nganjuk” dalamJurnal Dakwah, STAI Miftahul Ula, 2018.
Hidayat, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta :Lembaga Penelitian UIN Press, 2006.
J.U Thalib. Radikalisme dan Islamphobia, Islam dan Terorisme.Yogyakarta: UCY,2003.
Kahmad, Dadang Sosiologi Agama. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.2002.
Kasali, Rhenald. Metode-metode Riset Kualitatif. Yogyakarta :PT Bentang Pustaka,2008.
Khamami, Zada. Islam Radikal; Pergulatan Ormas-Ormas IslamGaris Keras di Indonesia, Jakarta; Teraju,2002.
Modul Penyuluh Kerukunan Umat Beragama, Dirjen BimasIslam, Kementerian Agama tahun 2014.
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,2012.
Narwoko, J. Dwi. dan Suyanto, Bagong. Sosiologi: TeksPengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana,2007.
Nasution, Harun. Islam Dintinjau Dari Berbagai Aspeknya.Jakarta: UI Press, 1987.
Noor, Sihabudin. Penyuluhan Untuk Harmoni Antar UmatBeragama Di Indonesia. Jakarta: Jurnal Suluh BimbinganDan Penyuluhan Islam, 2016.
109
Obsatar SA, dkk. Terorisme Kanan Indonesia Dinamika DanPenanggulangannya. Jakarta : PT Elex MediaKomputindo : 2018.
Qodir, Zuly. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014.
Rahayu. Observasi dan Wawancara, Malang: BayumediaPublishing, 2004
Rahmat, Jalaludin. Islam Dan Pluralisme: Akhlak QuranMenyikapi Perbedaan, (Jakarta Serambi, 2006.
Rahmat, M.I. Arus Baru Islam Radikal. Jakarta: Erlangga,2005.
Ridwan al- Makassary dan Ahmad Gaus AF. Benih-Benih IslamRadikal di Masjid, Studi kasus Jakarta dan Solo. Jakarta:Center for the study of Religion and Culture (CSRC),2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta:CV. Rajawali, 1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali, 1998.
Soewadji, Jusuf. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: JurusanSosiologi.2003
Taher, Tarmizi dkk. Radikalisme Agama. Jakarta: PPIM IAINJakarta,1998.
Taybnafis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Jakarta: RinekaCipta, 2000.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas UniversitasIslam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Jakarta: UINPress, 2017.
Umam, Khairul. dan Aminudin, H.A Achyar. Bimbingan DanPenyuluhan. Bandung: CV.Pustaka Setia,1998.
110
Zuhdi, Harfin. Fundamentalis dan Upaya DeradikalisasiPemahaman Al-qur’an dan Hadis, Jakarta Selatan : JurnalMimbar Agama dan Budaya, 2014.
Wawancara
Wawancara dengan Bachtiar, Ketua RT Kampung Sawah,Ciputat.
Wawancara dengan Muhammad Fajri, warga Kampung Sawah.
Wawancara dengan Nur Hidayat, warga Kampung Sawah,Ciputat.
Wawancara dengan Siti Masyitoh, Penyuluh Agama KUAKecamatan Ciputat.
Wawancara dengan Ustadz Imron, Tokoh Agama KampungSawah, Ciputat.
Data media online
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/08/08/isis-deklarasi-hingga-sebar-lowongan-budak-seks-di-uin diakses padatanggal 3 desember 2018 jam 14:44 WIB
https://metro.tempo.co/read/829447/densus-88-tangkap-terduga-teroris-di-tangerang-selatan/full&view=ok di akses padatanggal 3 desember 2018 jam 14:33 WIB.
https://nasional.kompas.com/read/2014/01/01/1445421/Ini.Kronologi.Penyergapan.Terduga.Teroris.di.Ciputat di akses padatanggal 3 desember 2018 jam 14:00 WIB
https://news.okezone.com/read/2016/11/02/338/1531429/airin-sebut-tangsel-zona-merah-paham-radikal di akses padatanggal 3 desember 2018 16:00 WIB
Wawancara Dengan Akhmad Khotib, Pejabat KUA
Kecamatan Ciputat
Nama : Ahmad Khotib
Alamat : Jl. Mujair VI RT 02/04 Bambu Apus
Tanggal Wawancara : Selasa, 30 April 2019
Tempat Wawancara : KUA Ciputat
Kedudukan : Pejabat KUA Kecamatan Ciputat
Tanggapan bapak tentang radikalisme?
Radikalisme itu tanggung jawab bersama. Kita Mitra kerja
sektoral, jadi menyampaikan secara khusus. Dan kita serahkan
semua ke bidang penyuluh. Dalam urusan agama memang kita
(KUA).
Bagaimana situasi ciputat agama?
Selama 4 tahun sih tidak ada. Dari segi keagamaan masih aman
terkendali.
Peran Bapak dalam menangkal radikalisme agama?
Sebagai penghulu hanya soal pernikahan. Tidak terlalu
menyentuh pada ranah radikalisme. Misal dalam rumah tangga
bisa jadi
Bagaimana respon anda ketika ada radikalisme agama?
Harus cepat tanggap. Perbedaan madzhab juga harus disiasati
dengan menjembatani dan bermediasi.
Bagaimana sikap anda setelah mengetahui ada paham
radikalisme di masyarakat?
Radikalisme biasanya dari pendatang. Siasat nya harus
mewaspadai para pendatang. Dengan mengkoordinir dari aparat
sipil langsung dari lapangan. Misalnya dengan meminta KTP
pendatang.
Kesulitan dalam menangkal radikalisme agama?
Alhamdulillah tidak ada kesulitan yang ditemukan. Bisa terpantau
dan teratasi. Kita hanya mencegah adanya radikalisme.
Ormas yang terindikasi radikalisme dan tanggapannya?
Semua Ormas kita bimbingan secara keseluruhan. Selama di
tanah kita itu tidak bisa dibeda bedakan.
Ketika ada banyak paham radikalisme menyebar?
Kita tidak menyelasi, tapi kita selalu koordinasi dengan baik.
Untuk pencegahan saja. Radikalisme biasanya Cuma pelarian.
Yang penting kesiagaan, siap siaga dan harus saling mewaspadai.
Yang penting kita sebisa mungkin meminimalisir atau mencegah.
Kenapa bapak punya merasa peran?
Yang jelas ada tanggung jawab dari program harus diselesaikan.
Segala kejadian di masyarakat tentang agama itu ya KUA. Setiap
tugasnya kan masing masing.
Komunikasi antar umat agama?
FKUB ada di tingkat kota. Kita sering kok berkomunikasi dan
rapat bersama. Sebelum kumpul seolah islam itu radikalisme, tapi
begitu ketemu ya tidak seperti itu.
Dampak radikalisme terhadap pribadi dan masyarakat?
Tidak ada masalaj. Tapi di tingkat wilayah kerja ya sudah
menjadi konsekwensi. Kita harus berusaha semaksimal mungkin.
Adakah konflik yang terjadi?
Selama 4 tahun tidak ada konflik.
Penyebab menjadi terganggu adanya radikalisme?
Secara umum sih kita masyarakat sangat besar dan tidak nyaman.
Ada kekhawatiran dan ketakutan. Kita meredam dengan
mengumpulkan tokoh masyarakat.
Pertemuan intens dengan Tokoh masyarakat?
Tidak ada, tapi kalau momentumnya ya ada. Mungkin dulu ada.
Sekarang terbatas dana juga. Anggaran sudah ada paketnya.
Hambatan?
Ya karena ga rutin itu menjadi hambatan utama. Program nya ya
momentumnya doang. Yang paling sulit adalah keterbukaan.
Faktor pendukung?
Kami mengayomi dan mengedukasi masyarakat. karena itu sudah
menjadi lawan dari agama. Jadi pasti ketika ada radikalisme pasti
dilawan. Radikalisme itu jelas salah. Kalaupun ada dan terjadi
kita klarifikasi dan yuu bukan masyarakat asli sini.
Dalam mengatasi ya kita sinergi dari tingkat bawah. Dari rt dan
rw.
Radikalisme itu sesuai agama?
Dalam konteks umum radikalisme tidak bisa dibenarkan.
Ada perbedaan pemahaman. Perbedaan itu beda dengan
radikalisme. Kalau radikalisme itu kan secara umum atau se
nasional.
Tangerang Selatan, 11 Juli 2019
(Akhmad Khotib)
Wawancara dengan Penyuluh Agama KUA Kecamatan
Ciputat
Nama : Siti Masyitoh
Alamat : Komplek Depag Jl. Gurame VI N0 A27
Bambu Apus Pamulang
Tanggal Wawancaara : Sabtu, 27 April 2019
Tempat Wawancara : Pusdiklat Kemenag Jl. Juanda Raya
Kedudukan : Pejabat Agama KUA Kecamatan Ciputat
Menurut PMA34 Penyuluh merupakan jabatan fungsional yang
setara dengan penghulu di kua. Hanya memiliki perbedaan tugas.
Penghulu memiliki tugas mencatat pernikahan, sedangkan
penyuluh bertugas memberikan bimbingan keagamaan.
Ada berapa penyuluh?
Di kecamatan ada 1,sedang yang nin pms ada 9 orang.
Peran dan pendapat dalam menangkal radikalisme.
Pendapat secara umum sesuai jabatan adalah radikalisme adalah
pemanahan secara Radikal. Radikal berarti seperti bandul, kalau
terlalu keras berarti Radikal sedang lembek berarti liberal.
Sedangkan yang di tengah adalah moderat atau sikap moderasi
beragama. Nabi sendiri menyuruh kita di tengah-tengah. Seperti
seorang hanya ingin beribadah sepenuhnya, tapi ada aturannya.
Atau sebaliknya terlalu mengenteng kan pun tidak bolh. Dalam
mengartikan al-quran kita harus memahami teks dan konteks,
sehingga dalam memahami dan menjalani sikap keberagaman
lebih tepat atau moderat. Maka kesimpulannya menjadikan kita
lebih moderat. Radikalisme tidak dibant
Adapun peran karena tugas kita adalah memberikan bimbingan
dan penyuluh agama, maka kita harus memberikan bimbingan
yang moderat. Jika radikalisme menjadi paradigm dan menjadi
sikap destruktif dan menyakiti orang lain harus ditangkal. Intinya
yang disampaikan adalah hal yang moderat.
Bagaimana metode menangkal atau merespon radikalisme?
Untuk mengetahui apa orang itu radikal tidak bisa diketahui
secara fisik, paling tidak radikalisme tidak ada dalam ajaran
Islam. Misal fiqh, ya fiqh yang moderat. Tafsir juga Tafsir yang
moderat. Apalagi pemahaman ayat-ayat yang berbenturan dengan
orang lain diutamakan menyampaikan ayat ayat yang moderat.
Kalau ada pemahaman ayat yang harus memerangi orang lain,
tapi banyak juga ayat yang menyuruh kita berbuat baik kepada
orang lain. Misal ada ayat yang memperkenankan kita jual beli
sama orang lain. Intinya pemahaman tentang ayat untuk
memerangi orang lain ada konteks nya. Kepada siapa harus
memerangi. Tapi berbuat baik kepada semua orang meski
berbeda Agama juga tetep diperkenankan. Jadi dalam rangka
merespon paham radikalisme kita menyampaikan ajaran Islam
yang moderat.
Bagaimana pemikiran anda setelah mengetahui adanya paham
radikalisme ada di masyarakat? Misal ada ISIS, FPI?
Kita harus membedakan yang ada. ISIS sudah jelas
mengeliminasi yang lain. Sedangkan FPI kan hanya ingin
menangkal nahi mungkar, Cuma cara yang digunakan terlalu
keras. Sebenarnya ini hanya masalah komunikasi, padahal kata
mereka telah mengirimkan surat, namun karena kurang ada
respon jadi kedua belah pihak menjadi berbenturan. Jika ada
pihak penengah antara FPI dan orang lain mungkin bisa menjadi
jembatan yang baik.
Hal tersulit dalam menghadapi adanya paham radikalisme?
Kekhawatiran kita adalah radikalisme menimbulkan adanya
kerusuhan. Kalau pihak keamanan kan sudah memiliki alatnya,
sedangkan kita tidak memiliki. Kita punya tanggung jawab atau
wewenangnya dalam menghadapi persoalan radikalisme, tapi kita
tidak diberi fasilitas atau keahlian dalam menghadapi
radikalisme. Mestinya kita memiliki jaringan bersama polisi atau
pihak keamanan. Jadi kesulitan saya disitu. Punya tanggung
jawab tapi tidak dibekali ketrampilan itu.
Bagaimana usaha dalam rangka menyangkal radikalisme?
Kita harus menyampaikan atau ceramah yang moderat namun
yang bisa dipertanggungjawabkan. Kita selipkan di antara
ceramah yang ada dengan pemahaman moderat. Dalam hal fiqh
itu banyak terjadi perdebatan kita menyampaikan keduanya benar
dan tidak perlu menjadi perdebatan.
Bagaimana perasaan ibu ketika ada radikalisme?
Kembali pada analogi bandul. Pada prinsipnya kembali pada
umatan wasatan radikalisme, jika masih ada Radikal maka tidak
pas, dan kita harus bekerja keras untuk menyampaikan ajaran
yang moderat.
Sikap?
Radikalisme saya menolak karena bukan ajaran Islam. Kemudian
menyampaikan ajaran yang moderat. Radikalisme itu paham,
maka kita dalam melawan pun harus dengan cara menyampaikan
paham moderat.
Apakah ada program khusus?
Disampaikan melalui ceramah biasa. Kita tidak memiliki program
khusus tentang radikalisme. Tapi kita selip di setiap ceramah
penyuluhan. Kita hanya menyusupkan dalam setiap ceramah
tentang bahaya radikalisme.
Penyuluh KUA ada 8 bidang, salah satunya radikalisme dan
aliran sempalan.
Peran itu datang seirinh sebagai penyuluh. Sebab tugas kita
adalah menangkal radikalisme maka itu sudah menjadi tanggung
jawab kita.
Bagaimana tanggapan Tangerang Selatan sebagai sarang
radikalisme?
Tangerang selatan kan banyak kampus, sedang kampus kan
memiliki pemikiran yang bebas, tapi dalam ranah akademis.
Kalau di masyarakat sendiri ga mungkin ada paham Radikal.
Yang ada hanya pendatang. Kalau di kampung Sawah masih
mainstream atau islam moderat.
Bagaimana tentang vibrasi gerakan Ormas yang terlibat dalam
politik apakah memiliki pemahaman radikalisme? Sebab gerakan
tersebut mencuat sebagai gerakan yang fanatisme, menjadi
gerakan ingin mengganti sistem di Indonesia.
Ini radikalisme apa dulu? Kalau radikalisme dalam sisi agama.
Dalam kasus 212 kita pahami saja ya, pada kasus tersebut saya
kira tidak ada kerusakan. Pada prinsipnya radikalisme itu
berpatokan pada dua kubu yang bertentangan. Nah pada kasus
tersebut kan hanya ada perbedaan, tidak ada berbenturan kan?
Jadi bisa disimpulkan tidak terpengaruh radikalisme.
Tapi ada organisasi yang berkedok Radikal kan?
Oke, apakah ketika kita meminta ganti pemimpin menjadi
kategori Radikal? Harus digarisbawahi bahwa radikalisme adalah
pemahaman agama yang keras. Ada pemahaman islam yang
keras dan moderat. Apakah ketika seseorang meminta seorang
pemimpin menghargai agama lain disebut Radikal? Bisa jadi.
Sebab orang tersebut tidak menghargai kebebasan berpolitik?
Karena tidak memberikan ruang tidak toleran. Artinya semua
orang harus saling menghargai dong. Tidak hanya satu sisi yang
menghargai. Kata kuncinya adalah saling menghargai. Dalam
kasus 212 ada pihak yang tidak menghargai jadi diprotes. Maka
menurut saya itu bukan sikap radikalisme, tapi menjadi sikap
yang moderat.
Bagaimana dampak radikalisme terhadap masyarakat?
Yang jelas menimbulkan keresahan di masyarakat. Kalau hanya
untuk pribadi ya ga masalah, tapi kalau sudah menyampaikan
secara terang terangan maka akan timbul respon. Apalagi sampai
ajak orang lain maka pasti menimbulkan kegaduhan.
Kenapa berani melawan radikalisme?
Kita beragama sejak kecil dan masyarakat telah terbentuk. Jangan
jauh jauh, misal kasus qunut berhadapan dengan yang tidak qunut
aja bermasalah. Kuncinya saling menghargai antara yang
menggunakan qunut dan tidak qunut. Kita gunakan qaul jadid dan
qaul Qadim syafi’i. Banyak juga kan seperti buya hamka
menjelaskan agar saling menghargai, misal yang tidak qunut ya
ikut qunut di satu kaum atau daerah yang biasa qunut. Jangan
menentang. Kalau ada orang yang bersikap radikalisme maka kita
akan terganggu. Tapi kita bisa selesaikan dengan cara
komunikasi, agar radikalisme bisa diminimalisir.
Bagaimana strateginya menangkal radikalisme?
Kita sampaikan apa itu radikalisme. Kedua kita sampaikan ajaran
ajaran moderat.
Materinya?
Intinya dalam ceramah kita sampaikan pendapat pendapat yang
moderat.
Penyuluh itu jadi khatib apa engga?
Tidak tahu. Tapi kita akan mengundang penceramah atau ustadz
untuk menyampaikan persoalan radikalisme.
Faktor pendukung dan penghambat?
Pendukung karena kita sebagai penyuluh maka masyarakat
mudah menerima kita. Hambatan adalah variabel radikalisme itu
terlalu banyak. Masyarakat kann tidak hanya mendengar dari
penyuluh, dari sosmed dan sebagainya. Jadi apa yang kita
sampaikan bisa dimentahkan oleh masyarakat berdasarkan
informasi yang didapat dari saluran lain. Selain itu kompetensi
kita juga kurang mengenai konten moderat yang perlu
disampaikan. Kita juga merasa bekerja sendiri. Kurang
terkordinr. Semua bekerja sendiri sendiri. Padahal yang kita
hadapin kan besar.
Dari masyarakat?
Secara umum masyarakat tidak aktif hadir. Masyarakat menerima
dengan n segala kondisi, tapi kondisinya itu menjadi kelemahan.
Misal kita ke majlis taklim, sedang peserta kurang siap belajar.
Namanya menghadapi masyarakat kan Cuma ngaji kuping, kalau
sudah keluar kan kita tidak tau. Jadi kita tidak bisa mengevaluasi
hasil ceramah kita tadi.
Radikalisme dalam agama lain?
Sebenarnya kurang menguasai, dan saya belum pernah
menangani perbedaan lintas agama. Tpi kita sudah memiliki
FKUB di tangerang selatan.
Apa yang menguatkan untuk menangkal radikalism?
Yang jelas agama bukan radikalisme. Agama itu moderat, jadi
kami pasti melawan. Agama moderat itu sudah jelas. Tidak ada
paksaan dalam beragama maupun beribadah.
Penyuluhan itu seperti apa?
Penyuluhan itu setiap hari. Di setiap majlis taklim. Kita
menangkal radikalisme dengan menyebarkan paham islam yang
moderat.
Tangerang Selatan, 11 Juli 2019
( Siti Masyitoh)
Wawancara dengan Tokoh Agama
Nama : Ustadz Imron
Alamat : Kampung Sawah Jl. AMD V No. 91
Tanggal Wawancara : Ciputat, 04 Mei 2019
Tempat Wawancara : Rumah Kediaman
Kedudukan : Tokoh Agama Kampung Sawah, Ciputat
Ceritakan Profil anda!
Saya lahir di Kalianda. Sejak keil saya ditinggal ibu, bapak
hingga nenek. Sampai umur 12 tahun orang orang banyak
mengejek saya. Langsung saya berangkat dari Bakahueni sampai
di Banten. Saya masih inget di masjid mendengar eramah, lalu
saya berangkat ke Kampung Rambutan, setelahnya saya naik ke
iputat dan sampai maghrib di masjid agung, tahun 1995.
Kemudian saya bingung ke al-Matin, karena saya bingung mau
kemana.
Di pondok pesantren saya dikasih air minum, dan syahadat.
Kemanapun Kyai eramah saya diajaknya. Setelah satu tahun Kyai
mengisi pengajian, saya yang diutus. Pertama kali saya eramah di
iputat timur, gang kembang. Setelah mengisi sekali, kemudian
saya diundang kembali. Kemudian setelah lima tahun saya ke
Serang, mengambil ijazah ke kyai Ujang. Setelah lima bulan saya
disuruh pulang. Dan pindah harendoung. Tapi saya menyasar ke
gabus, kemudian saya satu tahun di harendong kemudian saya
kembali ke al-Matin, tapi saya jadi tukang masak. Jadi orang-
orang ngaji saya masak atau nyui motor. Mulai tahun 2005 saya
mulai ngajar di gandaria, bahkan saya mendapat jodoh. Pak
RTlah yang menjadi saksi atau wali nikah saya. Saya baru diberi
keturunan pada tahun 2008. Aktifitas harian saya mengajar.
Setelah 2014 disini ada teroris, bahkan saya opernah ketemu
sama orangnya, dan sempat ngbrol. Sebelum kejadian, orangnya
baik, tidak ada keurigaan sama sekali. Kata orang-orang itu
tertutup. Justru saya pernah uriga ada tukang balon rapih banget.
Sebab 2012 pondok saya pernah diintai dan ditanya yang aneh-
aneh, Alhamdulillah tidak ada apa-apa.
Saat penggerebekan?
Masyarakat kaget karena ada tembak-tembak, pas tahun baru jadi
tidak ketahuan mana petasan mana suara tembakan.
Si teroris juga rajin masjid, solat, ngajinya bagus, adzannya
bagus.
Peran bapak dalam menangkal radikalisme.
Islam itu diiptakan dengan indah. Islam tidak memberikan
kekerasan. Rasul juga tidak menggunakan kekerasan. Bahkan
sampe dihina tapi beliau sabar. Untuk menegah kita harus dimulai
dari anak-anak kita. Kita harus mengadakan pengajian, harus
menekankan silaturrahmi kepada masyarakat. Kan ada pemimpin,
seperti di desa ad art, jika rt aktif maka komunikasi dengan warga
aktif, maka akan baik. Untuk desa ini Alhamdulillah rt ini kreatif
dan menunjang silaturrahmi dngan masyarakat. Dari situ kita bisa
memberantas radikalisme. Tidak perlu lah kekerasan, it5u jelas
salah. persoalan tidak solat itu urusan dia. Ketika ada terorisme
disini siapa yang kerepotan? Kan semua oarng termasuk orang-
orang yang shiolat atau orang Islam juga. Andaikata tmelalukkan
peledakan, pasti yang kena orang-orang islam. Masalah benar
atau salah itu urusan Allah. Islam itu indah dan tidak perlu
menrendahkan orang lain.
Metode meresponnya?
Untuk masyarakat harus benar-benar memberikan kepada
masyarakat dorongan yang sifatnya positif, bukan sesuatu yang
jelek. Banyak yang anggap dikit dikit bid’ah. Kalau semua bid’ah
bagaimana Islam maju. Kalau semua bid’ah kapan kita bersatu?
Kalau kita rukun justru akan maju. Kita berteman jangan
memandang sebelah mata. Kita sama kok semuanya.
Pemikiran setelah megnetahui adanya terorisme/
Radikalisme itu sangat salah. Walaupun jenggot se panjang
apapun, rasul tidak mengajarkan kekerasan.
Terkait kelompok keagamaan yang identic dengan kaum radikal?
Selagi Islam menggunakan islam dan hadis dan tidak
menggunakan kekerasan. Sebliknya jika menggunakan kekerasan
maka itu jelas salah. Missal dalam al-Qur’an sudah menjelaskan
tentang jangan sampao mengikuti syetan. Intinya jangan sampai
uma sekedar ikut-ikutan. Intinya selagi berpegang qur’an dan
sunnah tapi menggunakan kekerasan itu salah.
Kondisi tersulit menghadapi radikalisme?
Paling susah adalah membedakan atau membandingkan mana
teroris, mana radikal. Padahal kita ada pemerintah, ustadz hanya
menyampaikan atau dakwah. Pemerintah tugasnya mendorong
kepada ustadz. Kalau pemerintah juga tidak bersatu dengan kyai,
ustadz, dan masyarakat maka akan susah menangkal radikalisme.
Istilahnya mati satu tumbuh seribu. Bagaimanapun ajaran mereka
tidak bisa ubah, keuali hidayah dengan baik. Meskipun diajak
omong baik baik, pun dia tidak setiap saat bertemu dengan dia
stiap hari. Keuali dengan pendidikan pesantren yang baik.
Usaha yang dilakukan?
Berdoa. Mudah mudahan allah memebrikan hiodaya. Saya tidak
menjelekkan mereka, mungkinitu keyakinan mereka. tapi saya
tidak menerima kekerasan. Bahkan berdampak negative ke semua
orang. Ontoh di bandara pake pei putih, pasti diurigain. Mending
pake elana pendk sekalian.
Pandangan bapak ketika ada radikalisme di masyarakat?
Perasaan saya tidak menerima adanya radikalisme. Rasul tidak
mengajar seperti itu, ari dimana saja pasti tidak ada. Rasul
berdakwah tidak seperti itu. Pada saat itu menang rasul benar
perang melawan kafir, kalau sekarang?
Adakah forum yang berperan terhadap radikalisme.
Tidak ada pembinan dari pemerintah. Hanya kita-kita saja, saya
sendiri belum ada respon. Justru kita menunggu dari pihak
pemerintah. KUA seolah hanya tempat menikah saja sampe
sekarang.
Setelah ada radikalisme?
Saya sendiri mengajak kepada masyarakat agar tidak mengikuti
radikalisme. Berpegang teguh di jalan Allah, jangan bererai
berai?
Mengapa anda harus berperan menangkal radikalisme?
Saya merasa memiliki tanggungjawab. Tapi harus ikhlas. Kyai,
ustadz, di tivi sudah biasa. Tapi belum tentu mereka memikirkan
hal seperti ini?
Hasilnya bagaimana?
Sebagian masyarakat semakin merasa tenang. Untuk diri sendiri
tidak ada masalah. Tapi masyarakat masih merasa tegang, takut,
jadi lebih hati-hati.
Sebab paling penting menjadi terganggu karena ada radikalisme.
Sejak ada radikalisme, islam menajdi sangat resah. Takut ada
kejadian lagi. Kita mau kemana-mana jadi takut anak istri.
Karena sasaranya vbukan hanya orang non islam saja, tapi
semuanya.
Faktor mendukung dan menghambat?
Saling menghormatinya masih kurang. Missal saya menyetop
speaker sampe malam, tapi pasti dianggap salah oleh orang lain.
Saling menghargai juga dapat dilihat missal ada kelompok a tidak
mau dinasehati oleh orang lain. Kita kan bukan Negara Islam,
tapi Negara panasila.
Kenapa bertahan melawan radikalisme?
Bagaimanapun hidup kita tidak selamanya, Islam harga mati,
yang penting yakin qur’an dan hadis, meski ada perbedaan tidak
masalah, selama masih pegang qur’an hadis, mereka masih
saudara kita. Yang penting adalah tidak ada kekerasan. Dan
perjuangan kita benar-benar sendiri, bahkan dari pemerintah tidak
pernah kesini.
Pemahaman radikalisme dalam islam itu dibolehkan atau tidak?
Jelas tidak boleh! Rasul tidak pernah mengajarkan kekerasan.
Bahwa rasul pernah melakukan perang.
Tamgerang Selatan, 11 Juli 2019
( Ust Imron)
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat
Nama : Bachtiar Imanudin
Alamat : Jl. AMD V Rt 004/07 Kampung Sawah
Tanggal Wawancara : Rumah Kediaman
Tempat Wawancara : Ciputat, 29 April 2019
Kedudukan / Posisi : Tokoh Masyarakat (Ketua RT)
Ceritakan Profil anda!
Saya kesini pindah dari semanggi 1.baru pada tahun 1994 pindah
ke sini. Perjalanan hidup saya panjang. Sudah kenyang dijalan. 95
akhir masuk ke Jakarta, jualan ketoprak, es sirup sampai
alhamdulillah meski jadi supir bisa bikin rumah dan meng
kuliahkan anak. Tapi saya sering bekerja kepada Asing. Ke
perusahaan Korea misal 16 tahun. Sekarang 12 tahun sama orang
Inggris.
Saya tiga anak. Pertama laki laki udah lulus wisuda ke 100,yang
satu masih proses lulus dan terakhir SMK perawatan. Saya kerja
sopir jadi berharap semua anaknya kuliah di UIN.
Beberapa tahun sebelumnya saya ngontrak di semanggi. Tapi
karena biaya kontrak minta pertahun, saya ga kuat. Kemudian ad
teman menawarkan tanah di dekat UIN tahun 1995, akhirnya saya
bisa membeli tanah dan bisa bangun rumah. Dulu di sini masih
rawa. Saya asli Jawa.
Kegiatan sehari hari atau di Ormas atau kepemudaan tidak
tertarik. Kalaupun saya tertertarik di politik, tahun 1990an ada
orang PKB datang meminta saya untuk masuk di jajaran staf.
Tinggal dilantik. Dari situ pula saya dipanggil gua dur sama
orang orang.
Background saya nu. Saya asli lamongan. Kaka saya juga dari
Uin, juara MTQ di kuait. Tante saya Maria Ulfa dosen ptiq.
Keluarga saya banyak dari kalangan UIN.
Prinsip hidup syaa tidk mau menyakiti orang. Kalau bisa bantu ya
saya bantu.
Saya kerja bolak balik blok m pake sepeda. Modal 600ribu jadi
rumah. Temen saya sudah menjadi rektor dll saya ikut
seneng.Kalau mau hidup lancar lancar ya harus nabung.
Alhamdulillah sampe saya ditunjuk jadi rt.
Histori kampung sini itu dulu ga ada listrik, kira kita tahun
1997,jalan masih tanah. Awal mula saya jadi rt karena liat ada
PNPM mandiri tapi kaya ga cocok karena ga berfungsi. Pas
ditunjuk jadi rt saya perkenalkan diri kepada rt lain saya agak
sombong bilang bahwa “saya akan bangun rt saya tanpa bantuan
PNPM”. Saya keliling bawa map dan kompakin ke warga berdua
sama pak kamal. Kalau ada orang sakit saya keliling. Pernah saya
anter orang sakit ke Jogja. Taoi di meninggal di jalan. Itu menjd
kenangan baik. Itu orang jogja. Pelan pelan rangkul orang agar
bisa mengambil hatinya.
Soal keagamaan disini baik baik saja. Setiap malam ada
pengajian, majilis taklim, pengajian remaja, minggu pagi ibu ibu,
malem jumat ibu ibu, dan ada jumat sodaqoh. Alhamdulillah
sekarang mushola udah rapih. Dulu saya bantu dari rt. Tapi
sekarang udah digunakan untuk lain. Orang lain bisa menilai
karena ada laporan dll.
Tak lama saya jadi rt baru ada kejadian teroris. Kejadiannya itu
tidak diketahui. Orangnya sangat tertutup. Padahal sering ada
pengajianpengajian. Saya sekrng juga sampaikan kata siapa bom
itu jihad. Jihad itu nyari nafkah.
Orang itu tinggal disni, tapi karena yang punya rumah ga laporan,
yang ngontrak juga ga laporan. Orangnya juga baikbaik ke yang
punya kontrakan. Belum waktunya bayaran udha dibayar, kasih
gula kopi dan sebagainya.
Apa dia terkait dengan jaringan radikalisme?
Saya ga tau soal itu. Dab tidaak ada aktifitas ke masjid. Kata
orang orang itu pake kacamata bareng istri tapi kemudian keluar
ganti sama temen temennya. Dari pengalaman itu lah saya belajar
makin hati hati. Syaa bikin kerja bakti, pengajian, hasilnya ya
semua bagus. Hot got juga bersih.
Memimpin itu berat mas. Dinsiji ada 210an. Kira kira di sini ada
1000 orang. Semua kita rangkul. Harusnya disini ada pemekaran,
tapi orang ga mau. Jadi pendekatan yang saya lakukan saya
kumpulkan warga. Dia bersama, agustusan dll. Dari kejadian
terorisme itu saya pasang tenda agar anak anak kumpul kumpul.
Sebenarnya sudah disterilkan. Efeknya sampe sekarang Tidak ada
efek sebenarnya. Karena ada polisi diajak nyanyi. Kalau ada yang
trauma polisi dateng lagi kasih makanan dll. Sampe sekarang
suasana terbangun dan membaik.
Peran menangkal radikalisme?
Dengan pengajian, silaturahmi, kegiatan remaja itu akan
menyangkal itu. Dimulai dari kecil, tapi kita kontrol. Misal ada
yang teridentifikasi anak mana ya kita investigasi, biar anaknya
bersilaturahmi dengan kita juga. Selain itu juga ada kegiatan
remaja baik olahraga dll. Yang penting rukun dan kompak.
Pasca kejadian radikalisme sikapnya bagaimana?
Kita menegur dengan cara laporan administrasi. Saya sering sidak
orng yang kira kira ga lapor. Dengan kejadian itu orang
merasakan. Jadi semua orng juga ikut menegur dan menanngani
siapapun yang datang tapi tertutup. Warga ikut ngawasin karna
warga juga tak ingin terjadi lagi. Saya ga ingin kita kembali ke
masa dulu.
Kondisi tersulit menghadapi radikalisme?
Ya mengkoordinir yang punya kontrakan. Disni ada lebih dari
100 pintu. Dan setiap pengajian saya selalu sampaikan tolong
yang ngontrak laporan. Meskipun sudah ada yang koordinir tapi
ya masih susah.
Usaha dalam rangka menangkal radikalisme?
Silaturahmi dengan pengajian, kerja bakti dan keamanan. Disni
jam 12 semua jalan kita tutup. Ada 4 jalan akses. Pokoknya
siapapun yang dateng di atas jam 12 tidak bisa.
Sikap terhadap agama lain?
Saya tidak membedakan siapapun. Semua warga kita dan semua
memberikan kewajiban maka kita kasih hak sama. Misal
meninggal orang Kristen, saya kasih kain walau dalam bentuk
uang.
Hubungan dengan polisim
Dari aparat sangat bagus. Kalau sama KUA kurang baik.
Sikap apa yang Anda lakukan ketika ada radikalisme?
Kita berikan masukan yang tidak sesuai. Mereka cenderung
ekslusif, tapi kita harus rangkul. Misal ada jumat sodaqoh, ya
semuanya saya rangkul. Keduanya kita deketin. Man kana yaumil
akhir. Kepada anak remaja kita dukung dan memberi
kepercayaan kepada mereka.
Mengapa Anda berperan dalam radikalisme?
Saya pemimpin, jadi harus berperan untuk mengetahui kondisi
warganya. Kiya harus memantau kira kira ada yang aneh atau
tidak. Kita perlu menegor dia siapa dari mana. Tidak pandang
bulu mau saudara atau teman siapa. Kalau perlu kasih peringatan
agar tidak diperpanjang aja sama yang punya kontrakan. Saya kan
terhubung dengan yang punya kontrakan.
Yang punya kontrakan itu orang sini semua?
Tidak juga. Tapi siapapun pasti laporan ke rt. Melalui semacam
kepala suku. Karena yang ngontrak kan kerap minta domisili.
Kalau orang aktif di warga ya saya kasih, tapi kalau ga pernah
berkontribusi ya buat apa, soalnya kan banyak domisili
disalahgunakan.
Cara menangkal radikalisme?
Saya pribadi ga setuju dengan radikalisme. Saya orang Islam tapi
ga setuju dengan radikalisme. Dalam kultum sering saya
sampaikan ya ayuhal ladzi, atiullah atiurrasul. Rasul itu seperti
apa? Kan rasul uswatun khazanah. Itu panutan kita. Orang
sekarang kan aneh aneh. Harusnya kan mengikuti Rasulullah.
Intinya selalu merespon tindakan yang kelihatan aneh aneh. Saya
ya ga setuju kalau ada radikalisme. Pokoknya disini guyub rukun.
Radikalisme itu sangat membahayakan masyarakat. Khususnya
bagi warga yang umum pemahamannya. Takutnya orang yang ga
paham banget agama yang kena dan jadi bingung.
Bagaimana orang orang asing?
Intinya ya harus lapor, ga peduli dia mau dari aliran mana ya
harus lapor. Meskipun mereka alasan dakwah dll ya harus lapor.
Selain itu kita harus menekankan silaturahmi, kumpul kumpul lah
biar bisa bareng bareng. Disini banyak orang orang numpang.
Kalau ada orang dateng kok ga bawa apa apa, kita patut
mencurigakan. Patut di curigai.
Tangerang Selatan, 8 Juli 2019
(Bachtiar Imanudin)
Wawancara dengan Muhammad Fajri
Nama : Muhammad Fajri
Alamat : JL. AMD V RT 004/07 No. 46 Kampung
sawah
Tanggal Wawancara : Senin, 29 April 2019
Tempat Wawancara : Musholla Wardatul Jannah
Kedudukan : Warga Kampung Sawah, Ciputat
Profil Fajri;
Melalui wasilah pak RT dan om saya. Tahun 1995 menginfokan
kepada saya untuk pindah ke sini, tapi saya baru pindah ke sini
tahun 2008. Tapi dari tahun 2009an, om saya yang lebih dikenal
warga sini akhirnya saya pindah dan diterima disni.
Saya masuk UIN tahun 2006, harusnya tahun 2010 saya lulus,
tapi sempet koma jadi baru bisa selesai di tahun selanjutnya. Saya
di PAI bersama istri saya. Dulu saya di darunnajah, pernah
menjadi ketua kelas.
Contoh yang bikin ribet, perebutan lahan parkir. Ormas bawa
bawa preman dan bawa preman. Kalau ada wacana seperti itu
bener, tapi faktornya ada backing, punya geng motor, alasan setia
kawan. Karena disini banyak tongkrongan, jadi mudah mengatur
strategi.
Jadi jangan dibahas kampusnya. Yng paling parah itu Ormas
seperti pemuda pancasila. Rese nya itu kaya mungkin di atas
udah selesai urusannya, tapi bawahannya kan nyari duit sendiri.
Sepetti kasus dulu ada Pak Haji yang punya jagal sapi. Tapi
sekarang kepala jagal itu aslinya karyawan. Kisahnya itu pak.
Haji jual lapak jagal ke karyawan nya tapi dengan sistem bagi
prosentase, kalau ga salah 1 ekor sapi harus setor 35kgan. Setelah
pak Haji meninggal, anaknya so sokan nagih.
Intinya Ormas Ormas di bawah pada musuhan, tapi atasannya
udah pada nikmatin duit.
Kalau tanya soal menangkal radikalisme kita akan menemukan 4
jenis orang. Ada orang yang diajak lansung mau, ada yang Cuma
dukung, ada yang menolak, terakhir ada yang nunggu yang lain.
Kita tidak bisa langsung menjustifikasi seseorang. Ada lima
tahapan seseorang dalam setiap usia. Pertama faktor lingkungan,
dalam menyampaikan kebaikan orang akan melewati fase Abu,
karena setiap orang memiliki masa lalu. Seandainya semua
manusia baik, maka akan hilang salah satu sifat Allah. Jadi
menyampaikan kebaikan maka akan mengalami proses. Jadi akan
alami fase Abu abu di atas. Misal pertama Abu Jahal dulu sampai
Abu Bakar.
Disini banyak paham keagamaannya menurut anda?
Alhamdulillah berkat Pak RT mengajak semua ada pengajian,
baik ibu maupun remaja masjid yang dipersatukan oleh pak rt.
Mungkin karena didikan pak RT, setiap ada musibah atau acara
apa selalu ada pengajian. Apalagi rt selalu bikin kerja bakti.
Sebenarnya rt bisa aja Bayer 5 orang buat bersih kampung. Tapi
ya realisasi ya sama aja. Intinya tokoh masyarakat y
mempersatukan warga. Tapi tantangan tokoh agama ya kurang
bagi waktu karena punya kesibukan di luar juga.
Sikap setelah melihat terorisme?
Saya kaget kenapa jenggot itu terorisme. Jadi seolah ada yang
buat. Kenapa orang berbuat radikalisme karena punya latar
masalah dari masa lalunya. Saya ikut penyuluhan, harusnya saya
rutin ke lp. Masalahnya adalah orang yang keluar dari lapas
masih dikucilkan masyarakat. Gegara rekam jejam negatif.
Makanya n jangan heran kalau orang keluar lapas malah lebih
kejam. Jadi itu kisah nyata. Dan terorisme itu dibuat oleh n orang
dan merekrut orang yang seperti itu. Yang dipilih itu orang
radikal. Masalahnya oknum itu bikin dulu, seperti jenggot, jubah.
Jika ada orang tertutup?
Berkat Pak RT, setiap ada yang baru ya harus lapor. Kalau ga
lapor ya setiap minggu ada kerja bakti. Karena kejadian terorisme
sekarang diportal. Kalau ada orng orang baru kita selaku tokoh
agama sudah dibantu RT
Semua orang punya peran, kita laki punya kewajiban untuk
memimpin yang dipimpin.
Sekarang yang lebih berani adalah perempuan. Banyak
perempuan yang berani, karena perempuan susah dideteksi.
Karena perempuan pake cadar, dll. Kalau laki laki kan bawa tas
atau ketahuan lah.
Dampak radikalisme?
Ya susah, karena akan disalahkan itu gurunya juga. Ini ngaji sama
kita malah jadi rusak.
Yang terjadi kebanyakan; orang kalau disuruh bayar kursus gitar
berani bayar mahal. Giliran ngaji, ga mau bayar mahal, udah gitu
kalau akhlaknya buruk y kita kena juga sama orang tua.
Harapannya?
Semua orang punya harapan yang berbeda. Masalahnya banyak
orang yang sering melihat tontonan daripada tuntunan. Orang
sekarang banyak memilih tontonan, bukan tuntunan. Tapi
menurut saya sendiri boleh berharap setiap habis magrib sampai
isya di masjid. Seluruh anak-anak pada ngaji. Kaya di cilegon. Itu
sih tahun 2005. Intinya kembali ke al-qur'an dari magrib sampai
isya. Karena menurut ulama selama tiga hari ga baca Al Quran
atau makanan ruhani maka hatinya akan gelap. Jadi wajar kalau
anak sekarang susah dibilangin,
Dampak negatif?
Kita di cap jelek sama orang lain. Karena daerah ini dianggap
tempat teroris. Ini yang bikin ga enak.
Faktor pendukung dan penghambat?
Kita punya peran masing masing. Pendukungnya disini banyak
yang suka pengajian daripada solat. Banyak forum itu jadi positif
buat menyampaikan bahaya radikalisme ya disitu. Tapi
masalahnya yang dateng ya itu itu saja. Jadi pesannya kurang
mengena.
Satu sisi kita lemah, kita pengen tegas tapi agama kan tidak
memperkenankan.
Mengapa bertahan menangkal radikal?
Karena keadaan yang seperti ini sehingga saya fokus berdakwah.
Kalau saja ada uang, saya bisa melawat ke Polsek Jak-pus, ke
Gunung Sindur, ke masjid Kebon jeruk untuk ne ngecas iman.
Pertama karena saya diberi nikmat oleh Allah, saya harus
mendakwahkan di jalan Allah.
Radikalisme dalam Islam?
Sebenarnya ga boleh dalam Islam. Kita dianjurkan untuk sabar.
Ada ulama besar sedang bersilaturahmi, ada ustadz muda
sampaikan sesuatu, karena ulama itu tamu dan numpang, jadi tau
diri. Ustadz baru itu menyampaikan sesuatu ga pas, tapi diem
saja. Karena menghargai ustadz tersebut. Ada waktu yang tepat
untuk menjawab.
Kalau dari segi lingkungan itu karena orang sering ngomongin
jadi dendam. Karena itu lah orang jadi radikal. Intinya
radikalisme itu salah.
Tambahan, kenapa sahabat gelarnya rodi Allah. Akhirnya hasan
husen berantem, terus dicerca. Ini masalah itu soal mis
komunikasi, karena keadaan, dan watak orang ga mau dinasihati.
Pandangan soal demokrasi, kepemimpinan laki laki perempuan,
hukum potong tangan?!
Soal perempuan jadi pemimpin ga masalah. Yang penting jangan
jadi imam solat.
Soal kriminalisasi ulama? Seperti ust Bachtiar nashir.
Saya backgroundnya jamaah tabligh, kita tidak boleh melawan
pemerintah. Cuma beliau memiliki pendapat lain. Tambah orang
Indonesia gampang dikomporin. Tapi kalau saya sendiri lebih
suka kalau diberi kesempatan silaturahmi ke penguasa agar bisa
ajak mereka itikaf. Ada ketentuan kita harus mengalah. Pemimpin
harus silaturahmi ke ulama yang banyak massanya. Syaa tidak
suka mengritik pemerintah. Itu janji Allah. Di zaman firaun kacau
balau, tapi kalau ikut firaun ga selamat tapi ikut musa selamat.
Jadi saya lebih suka bikin gerakan sendiri. Misal bikin subuh
berjamaah tapi minimal setahun. Jadi kalau bisa digalakkan
selama lima tahun insya Alloh kita diberi pemimpin yang adil.
Soal pemilu?
Sekarang banyak mafia, jadi gimana menguangkan, jadi makin
sedikit lapangan kerjaan. Satu sisi bagus, tapi sisi lain uangnya
banyak dihabiskan untuk itu. Kalau pake musyawarah versi
Rasulullah, duduk bareng dan masing masing mengajukan
pendapat. Kalau usul diterima harus istighfar, karena banyak
tanggungjawab, sebaliknya kalau ditolak ya Alhamdulillah. Tapi
kejadian sekarang sebaliknya.
Khilafah?
Saya kurang paham, tapi secara umum saya kurang sependapat.
Ga tepat dibuat di Indonesia.
Soal hukum Islam dengan hukum negara?
Maunya ustadz itu hukum adil. Tapi kalau sedikit sedikit ke
penjara ya susah adil. Karena yang banyak duit dimuliakan.
Meskipun itu hanya oknumnya, di bandung (suka miskin).
Kalau mau syariat islam, ada urutannya. Intinya landasan kita
pancasila itu sudah beragama kok. Pancasila itu sudah ada
dalilnya, misal keadilan sosial itu sama saja Islam.
Soal jihad? Misal ada ajakan berjihad?
Saya setuju konsep awal, guru saya tahun 90 sudah ke Palestina.
Dari dulu Palestina udah dikuasai Yahudi. Orang Islam cukup
jalankan sholat subuh berjamaah saja, nanti akan menjamin
ekonomi pasti. Meski ga logis ya.
Soal pemimpin non muslim?
Saya kurang sepakat. Karena banyak kebijaksanaan yang kurang
mendukung Islam.
Boikot produk asing?
Tidak bisa, susah itu. Kalau mau nolak ya harus sekalian. Kalau
menolak ya bisa mematikan lapangan kerja. Saya lebih suka
bukan memboikot, tapi menghidupkan sunnah, seperti
menggunakan siwak untuk tidak memakai Pasya gigi. Tidak bisa
boikot.
Mana yang didulukan antara laki laki dan perempuan?
Laki-laki.
Soal kelompok keagamaan apa pendapat anda?
Tujuan ada Ormas itu nyari massa, wadah, ternyata berdampak
partai membutuhkan mereka. Banyak manfaat kok wadah
tersebut. Negatif itu kalau disisipi politik, jadi bermasalah karena
ada oknum misinya pribadi bukan misi organisasi.
Tangerang Selatan, 07 Juli 2019
(Muhammad Fajri)
Wawancara dengan Nur Hidayat
Nama Informan : Nur Hidayat
Alamat : Jl. AMD V RT 004/07. Sawah lama-
Kampung Sawah
Tanggal Wawancaa : 28-April- 2019
Tempat Wawancara : Rumah kediaman
Kedudukan/ Posisi : Warga Kampung Sawah, Ciputat
Tolong Sampaikan Profil Singkat Anda!
Kronologi adanya orang tersebut dia sudah satu tahunan disini.
Pertama dating bersama keluarganya, bersama istri dan anaknya.
Tapi setelah satu bulan sendiri, selang berapa lama ada temennya
sampai kira kira ada 8 orang, tapi gentian. Dating main lama lama
makin banyak. Pernah saya tanya profesi mereka itu pedagang,
ada kuli bangunan. Mereka tidak menurigakan, karena sering juga
ngobrol sama kita. Mungkin mereka ga memandang warga bukan
musuh. Tapi yang sering ngobrol itu ya satu orang, kalau uma
sapaan ya semuanya. Selang berapa lama, waktu ada kejadian
penembakan polisi di Bintaro tengah malem saya pulang dari
kerjaan sekitar jam 11an malem, ada info penembakan rampas
motor. Ternyata di warung geger jadi pembahasan warga. Saya
sempet memergoki, tapi pas kebetulan tahu mereka bilang
keelakaan. Stelah beberapa bulan baru ada penggerebekan dan
ternyata mereka yang digrebek. Dulu sih masih sepi, jadi ga
terlalu ketahuan.
Apakah ada info mereka terindikasi radikalis atau teroris?
Pada saat itu banyak orang yang ga dikenal, saya kira dep
kolektor, tapi kok di kampong kok banyak orang kaya gitu.di
warung waktu itu biasanya sepi, ternyata jadi rame. Saya pulang
diiukuti sama tiga orang. Sampai saya masuk, mereka ikut masuk.
Dia meminta izin untuk meminjam rumah, untuk bantu saya gak?
Mereka mau bantu penangkapan. Kemudian mereka bilang dari
polisi dan densus 88, mereka memperkenalkan diri kemudian dia
tanya kenal orang ini gak. Akhirnya mereka keluarkan identtitas
tetangga saya. Kemudian polisi tersebut mereka adalah teroris.
Akhirnya saya mau bantu asal tidak ada pertumpahan darah.
Dari pagi jam 10an mereka stand by di rumah ini. densus itu kan
menookkan data dari lapangan sama yang DPO. Saya kasih tau
kalau mau sergap semua ya nunggu sampai isya. Padahal salah
satu di antara mereka udah mau tembak duluan. Perjanjian kita
kan penyergapan, bukan pembunuhan. Akhirnya jam 5 ada oarng
pulang. Habis magrib ada juga. Mereka sudah memata matain
sudah lama. Pengembangan dari satu orang yang ditangkap dari
banyumas memberi info ada temannya di sini. Setelah isya ada
pulang lagi dua orang. Salah satunya dayat. Dayat itu sempet
ngobrol sama saya. Padahal di dalam densus sudah mau tembak
saja. Setelah dayat ngobrol, ada tetangga ikut. Setelah itu ya
sudah terjadi penembakan. Setelah kejadian tersebut, sekitar 4
bulanan dating juga suami istri.
Pas penembakan masih sepi. Mereka tidak tau kalau temennya di
tembak. Setelah setengah jam, tiga orang ini siap siap semua, dan
orang-orang diungsikan. Waktu itu kan pas tahun baruan
juga.semua densus dating, dan habis itu balas tembakan juga dari
dalem. Dan semuanya mati.
Kondisi Anda saat itu?
Saya pasti merasakan keemaasan, terutama buat anak istri. Pas
masuk itu ke dalem rumah.saya keewa sama densus, karena tidak
sesuai dengan komitmen dari awal. Penembakan dari jam 12
mlem sampe jam 6 pagi.
Dari rt atau rw ada info atau apa?
Tidak ada, itu bukan urusan polsek, tapi polres. Dari awal, 2006
di sini emang banyak atau mulai masuk ke kampus-kampus soal
doktrin radikalisme.
Pandangan sampean tentang radikalisme?
Buat pribadi saya tidak ada untungnya ikut ikutan radikalisme.
Merusak masa depan, juga mersuak Negara juga. Islam tidak
sekeras itu.,dan radikalisme itu nanti akhir zaman, kalau sekarang
belum bisa dipake. Saya juga pernah ketemu sama Kyai Abu
bakar basyri, orangnya lemah lembut, dan santrinya kebanyakan
salah tafsir dari ajaran dia. Tapi mungkin kalau disampaikan nanti
mungkin bisa kepakai. Kalau teroris atau kekerasan ya harus
diberantas. Khilafah harus diberantas, karena melawan panasila.
Sebenarnya prinsip kita sendiri, apa kita mau ikutan atau pada
prinsip sendiri?
Bagaimana tanggapan anda setelah merasakan adanya terror
atau radikalisme agama?
Saya menghawatirkan kepada anak istri. Kalau untuk saya pribadi
saya tidak masalah. Saya bukan yang punya masalah, tapi kalau
anak istri itu yang dikhawatirkan.
Adakah penyuluhan setelah itu?
Setelah itu ada terapi sih dari tim eravis, mabes polri, karena
mengurangi keemasan yang ada. Kita warga sipil, densus saja
takut, apalagi kita. Tapi saya tidak takurt karena saya piker
mereka bukan musuh saya. Hanya tidak nyaman saja, karena
banyak brimob, banyak polisi dan sebagainya. Jadi merasa tidak
di rumah sendiri.
Kebanyakan di sini penduduknya?
Kebanyakan sih pribumi sini,
Saya sama pemimpin yang ditembak ya sering ngobrol.
Meskipun mereka tertutup tapi ya bisa ngobrol umum, soal
profesi. Mereka masih muda-muda semua. Ada satu yang masih
remaja. Saya kasihan kalau ada orang terkena doktrin seeprti itu.
Tinggal kita generasi muda,
Dari penyuluh? Sampai sekarang ga ada. Pemerintahannya aja
kurang bagus disini.
Bagaimana tanggapan anda kalau ada pendatang?
Ya semakin waspada saja. Bahkan anak-anak sini pun saya
menjadi sering tanya. Takutnya mereka terkena doktrin kaya gitu.
Pandangan mas tentang organisasi terlarang?
Ya boleh, tapi jangan sampai klaim paling benar. Karena itu yang
membuat perpeahan. Apalagi sekarang paling mudah diadu
domba. Banyak ga sadar. Dari dulu ada NU muhammadiyah aja
susah.
Sedari keil kan saya lahir dari NU, tapi saya SMA di
Muhammadiyah. Dan pernah juga belajar Syi’ah. Artinya saya
mempelajari seperti apa dan ajaran seperti apa. Saya beberapa
organisasi pernah mendalami, seperti LDII di tegal,. Tapi kalau
FPI beberapa teman saya ada, tapi saya tidak. Intinya kalau
sekarang masih damai, dan tidak perlu ada kekerasan. Kita di
Negara panasila
Saya kira radikalisme itu kepentingan golongan, bukan
kepentingan Islam, saya ikuti dari zaman osama bin laden, yang
disebut mujahidin ya itu, semua harta itu dipake ya sama. Mereka
jihad kan musuhnya satu, yahudi. Osama itu salah satu tokoh
favorit kok.
Teroris itu ada ormas?
Tidak ada, mereka mengatasnamakan mujahidin barat. Mereka
barisan santoso. Kalau sekarang masih ada teroris ya bodoh.
Kalau sama anak anak muda sering mengingatkan, baha Islam itu
tidak sekejam itu, kalau ada perbedaan ya harus dirangkul. Tokoh
yang dipandang itu yang moderat, kaya mbah nun, gus dur, sama
buya syakur.
Tangerang Selatan, 07 Juli 2019
( Nur Hidayat)
LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA
1. BERSAMA SITI MASYITOH, PENYULUH AGAMA KUAKEC. CIPUTAT
2. BERSAMA AHMAD KHOTIB, PEJABAT KUA KEC.CIPUTAT
3. WAWANCARA BERSAMA BAPAK BACHTIAR, KETUA RTKAMPUNG SAWAH, CIPUTAT
4. WAWANCARA BERSAMA USTADZ IMRON
5. WAWANCARA BERSAMA MUHAMMAD FAJRI
6. WAWANCARA NUR HIDAYAT
7. KEGIATAN KEAGAMAAN DI KAMPUNG SAWAHKAMPUNG SAWAH
8. KEGIATAN GOTONG ROYONG KAMPUNG SAWAH
top related