peran pemerintah daerah dalam pengembangan …repository.ub.ac.id/6569/1/ardita josi wiyono.pdf ·...
Post on 22-Sep-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN WISATA SEJARAH (Studi Pada Kompleks Candi Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Skripsi
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
ARDITA JOSI WIYONO
NIM.105030600111009
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN
MALANG
2017
RINGKASAN
Ardita Josi Wiyono, 2017, PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SEJARAH (Studi Pada Kompleks
Candi Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto). Dr. Imam
Hanafi, M.Si, MS, Ainul Hayat, S.Pd, M.Si.
Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang
prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar.
Keragaman budaya Indonesia sudah tak asing lagi bagi para wisatawan baik asing
maupun lokal, peninggalan situs-situs bersejarah juga memperkaya pilihan pariwisata
yang ada serta didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti: letak dan keadaan
geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan
panorama (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya
isi daratan dan lautan. Kecamatan Trowulan merupakan kawasan yang dikhususkan
sebagai pengembangan kawasan wisata purbakala. Potensi pengembangan Kawasan
Trowulan sebagai daerah tujuan wisata terutama sebagai wisata ziarah, budaya dan
arkeologi di Kabupaten Mojokerto didukung banyaknya obyek peninggalan antara
lain berupa candi, dan Museum Purbakala Trowulan. Salah satu upaya yang
dilakukan dalam pelestarian kawasan pariwasata yaitu adanya peran dari pemerintah
daerah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Fokus penelitian ini melihat bagaimana peran pemerintah daerah sebagai
regulator, fasilitator dan pemberdaya, selain itu jug dijelaskan factor-faktor
pendukung dan penghambat dalam upaya pengembangan kawasan wisata sejarah di
Trowulan.
Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata Trowulan
dilakukan dengan upaya dalam beberapa hal dan kegiatan. Upaya-upaya yang
dilakukan oleh pemerintah sudah baik karena adanya keterlibatan pihak masyarakat
dan pihak swasta dalam suatu proses pembangunan sehingga mengarah pada good
governance. Sebagai regulator, Pemerintah Kabupaten Mojokerto melalui Dinas
Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata, Regulasi yang mengacu pada
pengembangan kawasan agropolitan antara lain adalah perihal Pengembangan
Kawasan Wisata dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Mojokerto tahun 2011-2016, tentang kawasan Trowulan sebagai kawasan Wisata
edukasi sejarah. Pelayanan, Peran pemerintah sebagai fungsi pelayanan adalah
dengan memberikan fasilitas kepada masyarakat maupun pihak swasta dalam proses
pembangunan. Pemberdayaan, dalam peran ini Pemerintah Daerah sebagai perantara,
dan pendukung upaya pembangunan kawasn wisata trowulan dengan turun ikut serta
pemerintah.
Kata Kunci : Pariwisata (tourism), Peran Pemerintah (Role of government)
SUMMARY
Ardita Josi Wiyono, 2017, THE ROLE OF LOCAL GOVERNMENT
IN THE DEVELOPMENT OF HISTORICAL TOURISM (Study On
Trowulan Temple Complex Trowulan Subdistrict Mojokerto
Regency). Dr. Imam Hanafi, M.Si, MS, Ainul Hayat, S.Pd, M.Si.
Tourism is part of the industrial sector in Indonesia whose
prospects are bright, and have great potential and opportunities.
Indonesia's cultural diversity is familiar to both foreign and local
tourists, relics of historic sites also enriching the existing tourism
options and supported by natural conditions such as: geographical
location (oceans and land around the equator), Fertile and panorama
(due to geological ecology), as well as various flora and fauna that
enrich the content of land and sea. Trowulan District is an area devoted
to the development of ancient tourist areas. Potential development of
Trowulan area as tourism destination especially as pilgrimage tourism,
culture and archeology in Mojokerto Regency supported by many
object of relics such as temple, and Trowulan Archaeological Museum.
One of the efforts made in the preservation of the tourism area is the
role of local government.
This research uses descriptive research method with qualitative
approach. The focus of this research is to see how the role of local
government as regulator, facilitator and empowerment, besides also
explained the supporting and inhibiting factors in the development of
historical tourist area in Trowulan.
The role of local government in developing tourism area
Trowulan done with effort in some thing and activity. Efforts made by
the government have been good because of the involvement of the
public and private parties in a development process that leads to good
governance. As regulator, Mojokerto regency government through the
Office of Youth of Sport of Culture and Tourism, Regulation which
refers to the development of agropolitan area, among others, is the
Development of Tourism Area in Medium Term Development Plan of
Mojokerto Regency 2011-2016, about Trowulan area as Tourism
history area. Services, The role of government as a function of service
is to provide facilities to the public and private parties in the
development process. Empowerment, in this role the Local
Government as an intermediary, and support the development efforts
kawasn wisata trowulan with down the government.
Keywords: Synergy, Infrastructure
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................... Error! Bookmark not defined. TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ...................... Error! Bookmark not defined. TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ........................ Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSEMBAHAN .................................. Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........ Error! Bookmark not defined. RINGKASAN ........................................................... Error! Bookmark not defined. SUMMARY .............................................................. Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL .................................................................................................. 3 DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4 DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang .................................. Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ............................. Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined. D. Kontribusi Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penulisan ....................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................. Error! Bookmark not defined. A. Administrasi Publik Dan Administrasi PembangunanError! Bookmark
not defined. 1. Pengertian Administrasi Publik ... Error! Bookmark not defined.
2. Peran Administrasi Publik ........... Error! Bookmark not defined.
3. Ciri-Ciri Administrasi Publik ....... Error! Bookmark not defined.
4. Pengertian Administrasi Pembangunan ..... Error! Bookmark not
defined.
B. Pariwisata .......................................... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pariwisata ................... Error! Bookmark not defined.
2. Jenis dan Macam Pariwisata ........ Error! Bookmark not defined.
C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata
Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pemerintah Daerah ..... Error! Bookmark not defined.
2. Pengembangan Kawasan Wisata . Error! Bookmark not defined.
3. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata
...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ......................... Error! Bookmark not defined. A. Jenis Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined. B. Fokus Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined. C. Lokasi dan Situs Penelitian ............... Error! Bookmark not defined. D. Sumber dan Jenis Data ...................... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ............... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not
defined. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . Error! Bookmark not defined.
1. Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto ... Error! Bookmark not
defined.
a. Keadaan Geografis .................. Error! Bookmark not defined.
b. Demografi ................................ Error! Bookmark not defined.
2. Potensi Kabupaten Mojokerto dalam Bidang Pariwisata ..... Error!
Bookmark not defined.
3. Gambaran Umum Kecamatan Trowulan ... Error! Bookmark not
defined.
a. Letak Geografis ....................... Error! Bookmark not defined.
b. Kondisi Sosial Masyarakat Trowulan ... Error! Bookmark not
defined.
c. Mengangkat Sejarah Majapahit dalam Aspek Pembangunan
................................................. Error! Bookmark not defined.
d. Kondisi Kepurbakalaan MajapahitError! Bookmark not defined.
e. Lembaga Pemeliharaan Benda Cagar Budaya Majapahit Error!
Bookmark not defined.
4. Gambaran Umum Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Mojokerto . Error! Bookmark not defined.
a. Tugas Pokok dan Fungsi ......... Error! Bookmark not defined.
b. Visi dan Misi ........................... Error! Bookmark not defined.
B. Penyajian Data Fokus Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 1. Peran Pemerintah Daerah dalamMengembangkan Kawasan Wisata
Sejarah .......................................... Error! Bookmark not defined.
a. Regulator ................................. Error! Bookmark not defined.
b. Fasilitator ................................. Error! Bookmark not defined.
c. Pemberdaya ............................. Error! Bookmark not defined.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Pengembangan Kawasan
Wisata Sejarah ............................. Error! Bookmark not defined.
C. Analisis Data ..................................... Error! Bookmark not defined. 1. Peran Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Kawasan Wisata
Sejarah .......................................... Error! Bookmark not defined.
a. Regulator ................................. Error! Bookmark not defined.
b. Fasilitator ................................. Error! Bookmark not defined.
c. Pemberdaya ............................. Error! Bookmark not defined.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Pengembangan Kawasan
Wisata Sejarah ............................. Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP .................................................... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ....................................... Error! Bookmark not defined. B. Saran ................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman 1. Jumlah Penduduk Tahun 2013 – 2015 ........................ Error! Bookmark not defined.
2. Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Bulan
Oktober Tahun 2016 .................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Jumlah Pengunjung di Museum Trowulan Menurut Kategori………………... 62
4. Jumlah Pengunjung dan Uang Masuk Obyek Wisata Air Panas Padusan Pacet . Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data Error! Bookmark not defined.
2. Gambar 2 Kolam Segaran 73
3. Gambar 3. Candi brahu. Upacara adat , Kecamatan Trowulan 90
4. DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Surat Rekomendasi Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.
2. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ......... Error! Bookmark not defined.
3. Buku RPJMD Mojokerto ……………………………………………………..….…115
CURRICULUM VITAE
Nama : Ardita Josi Wiyono
NIM : 105030600111009
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 15 Desember 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Desa Jerukseger , RT 02 / RW 06
No. Telpon : 0822 2655 2655
Email : arditajosi@gmail.com
PENDIDIKAN :Tahun 1998 - 2004 : SD PG Bungamayang
Tahun 2004 - 2007 : SMP PG Bungamayang
Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 2 Kotabumi
Malang , Agustus 2017
Ardita Josi Wiyono
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 2. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian
Lampiran 3. Buku RPJMD Mojokerto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Administrasi publik merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
pemerintahan. Dimana kegiatan pemerintahan ini mencakup mengenai perencanaan
dan perumusan kebijakan. Dengan adanya perencanaan dan perumusan kebijakan,
administrasi publik berfokuskan pada pembangunan. Dengan upaya-upaya untuk
memberikan pelayanan publik atau aktivitas pelayanan publik dalam melaksanakan
kebijakan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Zauhar (1996:33) yaitu proses kerja
sama dalam suatu organisasi publik untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan
pembangunan. Pemerintah memiliki beberapa fungsi dalam melaksanakan tugasnya
sebagai aparatur negara yaitu sebagai pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat,
pengaturan, dan pembangunan. Adisasmita (2006:236) mengungkapkan bahwa tugas
yang dilaksanakan pemerintah adalah melakukan pelayanan kepada masyarakat dan
menjalankan fungsi-fungsinya yaitu (1) fungsi pengaturan, (2) fungsi pemberdayaan
masyarakat, (3) fungsi pelayanan publik.
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam yang sangat
berlimpah, salah satunya adalah potensi pariwisatanya sehingga menjadi salah satu
tujuan para wisatawan. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain
dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam
membangun perekonomian yang saat ini pertumbuhannya masih sangat lambat.
Sektor pariwisata di Indonesia masih bisa untuk dikembangkan dengan lebih
maksimal lagi. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik mampu
menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan
membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah
masyarakat daerah wisata terangkat taraf hidupnya serta negara mendapat devisa dari
wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan rupiah.
Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang
prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar.
Keragaman budaya Indonesia sudah tak asing lagi bagi para wisatawan baik asing
maupun lokal, peninggalan situs-situs bersejarah juga memperkaya pilihan pariwisata
yang ada serta didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti: letak dan keadaan
geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan
panorama (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya
isi daratan dan lautan.
Kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang artinya mereka yang
meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah ditempat
yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka (pendit, 2003: 1). Pariwisata
menurut UU RI No 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait. Pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya dan dalam skala
yang lebih luas pada umumnya, juga membawa konseuensi yang tidak saja positif,
tetapi juga di iringi hal-hal negatif. Salah satunya ialah kerusakan lingkungan dan
pergeseran nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Oleh karena itu peran pemerintah
sebagai aparatur negara sangat diperlukan dalam hal ini. Diperlukan adanya upaya-
upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya yang menjadi sumber bagi
pengembangan sektor pariwisaata. Salah satu upaya tersebut yaitu dalam konsep
kepariwisataan di Indonesia menjadi suatu kegiatan yang berbasis masyarakat,
berwawasan budaya dan berkelanjutan. Meskipun dalam tahap pelaksanaannya masih
banyak menghadapi berbagai macam kendala namun hal tersebut merupakan bagian
dari sebuah proses pembelajaran untuk mencapai sebuah keberhasilan.
Peranan pariwisaata bagi Indonesia semakin terasa, terutama setelah
melemahnya peran minyak dan gas. Kunjungan wisatawan mancanegara menunjukan
kenaikan dalam beberapa dasawarsa ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Santosa
dalam Pitana (2005:6) :
“Tahun 1969 indonesia hanya dikunjungi oleh 86.067 wisman, kemudian
meningkat menjadi 2.051.686 tahun 1990, dan 5.064.217 tahun 2000. Sejak
1969 jumlah kunjungan wisman hanya mengalami pertumbuhan negatif
sebanyak empat kali, yaitu tahun 1982, 1998, 1999, dan 2001. Kedatangan
wisman tersebut telah memberikan penerimaan devisa yang sangat besar
kepada Indonesia. Devisa yang diterima secara berturut-turut pada tahun
1996,1997,1998,1999, dan 2000 adalah sebesar 6,307.69; 5,321.46; 4,331.09;
4,71.22; dan 5,748.80 juta dollar AS.”
Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari
rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut
aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Sektor pariwisata merupakan kegiatan
industri pelayanan dan jasa untuk meningkatkan pendapatan daerah. Usaha untuk
memperbesar pendapatan asli daerah, maka dilakukan program pengembangan dan
pendayagunaan sumber daya potensi pariwisata daerah agar memberikan sumbangan
bagi pembangunan ekonomi daerah. Agar kegiatan pariwisata dapat berjalan baik,
perlu dikeluarkan pula peraturan daerah tentang pengembangan sektor pariwisata.
Banyak tempat yang bagus tapi tidak semua tempat dapat dijadikan sebagai
tempat wisata. Tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata adalah tempat
yang menarik dan bisa menjadi tempat yang kerap didatangi oleh banyak wisatawan,
dan hal ini bisa meningkatkan pendapatan asli daerah. Upaya pelestarian warisan
budaya sebenarnya merupakan salah satu wujud kita untuk merepresentasikan karya
leluhur masa lampau agar masyarakat sekarang dapat memanfaatkan sesuai dengan
“keinginannya”. Paling tidak ada empat aspek utama suatu warisan budaya dapat
diapresiasikan kepada masyarakat luas, yakni sebagai benda seni, sebagai sumber
ekonomi (untuk kepariwisataan misalnya), sebagai sumber informasi pengetahuan,
dan sebagai pemenuhan sosial, namun demikian empat aspek itu semua, tidak
langsung tersaji begitu saja di dalam suatu warisan budaya.
Perkembangan Kabupaten Mojokerto saat ini pun sangat pesat dibidang
perindustrian dimana menjadi salah satu Kabupaten penyangga Surabaya sebagai
ibukota Provinsi dan juga menjadi salah satu Kabupaten yang menyimpan sejarah di
Indonesia. Mojokerto memiliki kecamatan Trowulan yang merupakan bekas Ibukota
Kerajaan Majapahit maka tidak heran apabila di Kabupaten ini menyimpan banyak
sekali candi-candi ataupun peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya yang masih
tersimpan, serta keaslian yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, seperti syarat yang
ditetapkan oleh Undang-Undang Cagar Budaya no 5 tahun 1992 (a) yang berbunyi:
benda buatan manusia; bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau
kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili
masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dianggap mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Kecamatan Trowulan merupakan kawasan yang dikhususkan sebagai
pengembangan kawasan wisata purbakala. Potensi pengembangan Kawasan
Trowulan sebagai daerah tujuan wisata terutama sebagai wisata ziarah, budaya dan
arkeologi di Kabupaten Mojokerto didukung banyaknya obyek peninggalan antara
lain berupa candi, dan Museum Purbakala Trowulan. Selain itu, potensi Kawasan
Trowulan juga sudah ditetapkan dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025 sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional serta
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) sebagai kawasan wisata budaya dan sejarah.
Hal ini merupakan salah satu potensi besar bagi pengembangan kawasan Trowulan
karena kebijakan yang ada sudah mengacu pada pengembangan kearah positif dan
mendukung pengembangan yang sedang berjalan saat ini (RIPP Nasional, 2010-
2025)
Salah satu bentuk pengembangan kawasan cagar budaya adalah arahan untuk
menjaga kebudayaan untuk mendapat nilai manfaat (use value) dan nilai keberadaan
(existence value) sehingga stagnansi dapat ditekan dengan mengembangakan kedua
nilai tersebut. Dalam hal ini, nilai manfaat lebih ditujukan untuk pemanfaatan cagar
budaya yang bersifat kebendaan maupun kebudayaan, baik untuk ilmu pengetahuan,
sejarah, agama, jatidiri, kebudayaan, maupun ekonomi melalui pariwisata yang
keuntungannya dapat dirasakan oleh warga lokal. Hal yang perlu dipahami dengan
baik adalah, bahwa manfaat ekonomi ini bukanlah menjadi tujuan utama dalam
pemanfaatan cagar budaya sebagai objek wisata, tetapi merupakan dampak positif
dari keberhasilan pemanfaatan cagar budaya dalam pariwisata (Mulyadi, 2012)
Berbagai pihak berusaha untuk tetap menjaga kelestarian cagar budaya
Trowulan ini, dan baik dari pihak Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan Dan
Pariwisata, BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) maupun dari pihak masyarakat,
selain memelihara bangunan-bangunan cagar budaya, hal ini juga dapat memberi
warna yang khas pada kepariwisataan Kabupaten Mojokerto sebagai wisata cagar
Budaya, yang secara tidak langsung juga mengenalkan kepada masyarakat sekitar
tentang kebudayaan Majapahit pada masa lalu. Majapahit merupakan kerajaan
imperium pada abad XIII, kerajaan inilah yang mampu menyatukan sebagian wilayah
Asia Tenggara secara politis dan budaya, pantas dilestarikan, hingga mampu
menumbuhkan semangat juang dan kepercayaan diri bangsa.
Pada tahun 2011, pariwisata di Indonesia menempati urutan kelima dalam hal
penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi, batubara, minyak kelapa
sawit, serta karet olahan. Pada tahun 2011, pariwisata di Indonesia menempati urutan
kelima dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi,
batubara, minyak kelapa sawit, serta karet olahan. Kekayaan alam dan budaya
merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat wisata
di Indonesia didukung dengan warisan budaya yang mencerminkan sejarah dan
keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah.
Pariwisata Indonesia apabila mampu dikemas dan dikelola dengan baik
menjadi aset Negara Indonesia. Keberagaman objek wisata dari wisata alam, budaya
dan kesenian serta objek wisata buatan seperti taman wisata sebenarnya dapat
dijadikan salah satu penopang perekonomian negara dan juga dapat banyak menyerap
tenaga kerja sehingga sumber daya manusia dan sumber daya alam dapat
dimanfaatkan secara optimal. Hingga saat ini pariwisata di Indonesia belum berjalan
optimal, padahal aspek ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat terutama pendapatan asli daerah. Indonesia sebagai negara yang memiliki
kekayaan alam mempergunakan kekayaannya sebagai objek untuk mendatangkan
devisa melalui pariwisata alam.
Sejak perkembangan demokratisasi dan globalisasi membuat peran dan tugas
pemerintahan jadi berubah. Pemerintah yang sebelumnya menjadi penggerak utama,
berubah sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembangunan. Soedjito dan
Widjoyo (2002:15) berpendapat bahwa di masa lalu, masing-masing sektor kegiatan
swasta dan masyarakat cenderung ditempatkan dan diarahkan sebagai domain
kegiatan yang di dominasi oleh salah satu pelaku saja yaitu peran pemerintah sebagai
aktor tunggal. Soedjito dan Widjoyo melanjutkan, pemerintah yang sebelumnya
memegang kuat kendali pemerintahan, berubah dan mengalami pergeseran peran dari
serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Oleh karena itu, peran
pemerintah yang awalnya sebagai penggerak utama dalam proses pembangunan kini
bergeser menjadi fasilitator dan motivator yang menyediakan fasilitas dan dukungan
untuk seluruh stakeholders.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) diatur dalam Undang-
Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
menyebutkan bahwa pembangunan nasional dapat diartikan sebagai upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Selain itu, pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan dan
pertumbuhan dan kondisi yang kurang menguntungkan menuju ke arah yang lebih
menguntungkan atau lebih baik. Pembangunan mempunyai arti yang khas dalam
upaya mengubah keadaan ekonomi suatu bangsa dan negara untuk berkembang jauh
lebih baik dari pada sebelumnya.
Melalui pengembangan pariwisata yang berkelanjutan ini, diharapkan dapat
menjadi perkembangan kawasan Kecamatan Trowulan. Sehingga pengembangan
kawasan wisata dapat berjalan dengan baik dan dapat terjadi peningkatan
perekonomian masyarakat yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat di wilayah
Kabupaten Mojokerto. Agar pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka
perlu diperhatikan kode etik pengembangan pariwisata seperti yang ditetapkan dalam
konferensi pariwisata tahun 1999 yang mengatur etika global pariwisata untuk
menjamin sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan
melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis pariwisata (kartawan :
2004; Waluyo : 2007).
Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa perlu adanya kajian terhadap
peran pemerintah dalam pengembangan kawasan Wisata di Kabupaten Mojokerto.
Sehingga dapat dinilai sejauh mana program kegiatan yang dilaksanakan mampu
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan wisata sejarah tersebut
mampu mengarah pada upaya menjaga keberadaan situs peninggalan serta budaya
yang berbasis pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
upaya untuk menjaga keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, ekonomi. Peran
dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan dan masyarakat tani saling berupaya dan
bekerja sama dalam menunjang proses pembangunan berkelanjutan tersebut sehingga
kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat di kawasan wisata sejarah
Trowulan bisa lebih baik lagi.
Berdasarkan pemikiran diatas, bahwa pentingnya keberadaan pariwisata dalam
perkembangan perekonomian di Jawa Timur khususnya di Kabupaten Mojokerto,
yang mana peranan pemerintah sangatlah penting bagi kawasan wisata sejarah
Trowulan mengingat lokasi kecamatan Trowulan yang hanya terletak tidak lebih dari
500meter dari jalan nasional. Maka penulis tertarik mengambil judul skripsi
mengenai “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata
Sejarah ( Studi Pada Kompleks Candi Trowulan Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto )” dengan kajian implementasi kebijakan tersebut diharapkan
mampu menganalisis dan mendeskripsikan sejauh mana kebijakan pengembangan
kawasan wisata sejarah dapat diimplementasikan sehingga tercapai kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Mojokerto.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran pemerintah daerah dalam pengembangan wisata sejarah
pada kompleks candi Trowulan Kabupaten Mojokerto ?
2. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat bagi pemerintah daerah
dalam pengembangan wisata sejarah pada kompleks candi Trowulan
Kabupaten Mojokerto ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis peran pemerintah
daerah dalam mengembangkan kawasan wisata sejarah pada kompleks candi
Trowulan Kabupaten Mojokerto.
2. faktor apa saja yang menjadi pendukung dan menghambat pemerintah
daerah dalam mengembangkan kawasan wisata sejarah pada kompleks candi
Trowulan Kabupaten Mojokerto
D. Kontribusi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan
atau sumber informasi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang pengelolaan pariwisata dikawasan wisata di Trowulan,
Kabupaten Mojokerto dalam upaya meningkatkan serta
mempromosikannya.
b) Sebagai bahan kajian dan menambah wacana keilmuan bagi
pengembangan ilmu administrasi publik khususnya pada bagian
perencanaan pembangunan pariwisata.
2. Manfaat Praktis
a) Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan dan gambaran bagi
kalangan pemerintah dan stakeholder yang terlibat pada pelaksanaan
pembangunan.
b) Dapat memberikan manfaat bagi peneliti lebih lanjut tentang pengelolaan
kawasan wisata dalam kebijakan pemerintah selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika ini berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan, secara sistematis susunan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah terhadap pengelolaan kawasan
wisata khususnya wisata sejarah dikecamatan Trowulan. Disebutkan pula rumusan
masalah dari latar belakang, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini, mengemukakan secara garis besar teoritis yang berhubungan dengan
penelitian diantaranya: teori-teori yang berhubungan dengan pengertian-pengertian,
aspek-aspek yang terkait dengan pariwisata serta pemertintahan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian, yang
meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs penelitian, sumber data,
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.
BAB IV : HASIL PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan gambaran secara umum lokasi penelitian yang menjadi fokus
penelitian yang akan digunakan serta dalam bab ini disajikan data-data yang menjadi
jawaban atas permasalahan dalam rumusan masalah.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan serta
saran yang memungkinkan diberikan oleh penulis untuk menjadi kontribusi dalam
penyelesaian permasalahan dalam penelitian yang dilakukan penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik Dan Administrasi Pembangunan
1. Pengertian Administrasi Publik
Adminsistrasi publik sebagai bidang keilmuwan peneliti, memiliki
beragam pengertian dari berbagai para pakar administrasi publik, dan diawal
penelitian ini memerlukan refreshment terhadap pengertian-pengertian
tersebut. Berikut adalah beberapa definisi atau pengertian administrasi publik:
1. Menurut Zauhar ( 1992: 27), “Ilmu Pemerintahan itu sama dengan Ilmu
Administrasi Negara, karena pada hakekatnya Administrasi Negara adalah
Amerikanisasi Ilmu Pemerintahan yang berasal dari Eropa”.
2. Menurut Dwight Waldo (dalam Zauhar. 1992: 28) dijelaskan bahwa:
“Dua definisi Administrasi Negara, pertama, Administrasi Negara itu
tidak lain adalah pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan non manusia
untuk mencapai tujuan Pemerintah. Definisi kedua menggambarkan
Administrasi Negara selain sebagai bidang kajian intelektual atau suatu
disiplin, juga menggambarkan Administrasi Negara sebagai aktivitas
pengelolaan terhadap masalah kenegaraan, secara eksplisit juga bisa dikatakan
sebagai seni”.
3. Menurut John M. Pfiffner dan Robert V.Presthus (dalam Kencana,
2006:23):
a) Administrasi merupakan implementasi kebijakan pemerintah yang
telah di tetapkan oleh badan–badan perwakilan politik.
b) Administrasi dapat diartikan koordinasi usaha-usaha perorangan dan
kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintah.
c) Secara global, administrasi publik adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan pelaksanaan kebijasanaan-kebijaksanaan
pemerintah pengarahan kecakapan, dan teknik-teknik yang tidak
terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha
sejumlah orang.
4. Menurut Nigro Bersaudara dalam Kencana (2006:24) mengemukakan:
a) Administrasi publik adalah suatu kerja sama kelompok dalam
lingkungan pemerintah.
b) Administrasi publik meliputi ketiga cabang pemerintahan : eksekutif,
legislatif, dan yudikatif serta hubungan di antara mereka.
c) Administrasi publik mempunyai peranan penting dalam perumusan
kebijasanaan pemerintah, dan karenanya merupakan sebagian dari
proses-proses politik.
d) Administrasi publik dalam beberapa hal berbeda pada penempatan
pengertian dengan administrasi perseorangan.
5. Menurut Hughes (1994:4-9) dalam Nababan (2004:2) menyatakan bahwa
administrasi publik merupakan aktivitas melayani publik dan atau
aktivitas pelayanan publik dalam melaksanakan kebijakan yang diperoleh
dari pihak lain. Pelakanaannya didasarkan pada prosedur dengan cara
menerjemahkan kebijakan ke dalam tindakan. Administrasi berfokus pada
proses dan kesopanan. Sedangkan menurut Land dan Rosenbloom (dalam
Nababan, 2004:2) menyatakan administrasi publik harus dilaksanakan
dengan melihat kebutuhan masyarakat. Administrasi publik diharapkan
dapat bekerja secara efisien dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
yang dianggap sebagai konsumen, sebagaimana halnya perusahaan
swasta. Pendekatan ini disebut pendekatan populis yang menginginkan
administrasi publik agar lebih dikendalikan oleh kebutuhan masyarakat
yang memerlukan pelayanan.
Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian yang dijelaskan para pakar
Administrasi Publik, dapat ditarik benang merah bahwa Administrasi Publik
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh sekelompok orang atau pemerintah
yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan Negara, termasuk yang
terdapat dalam masyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
melalui kebijakan publik atau program yang tepat. Administrasi publik
memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan publik melalui organisasi dan
aparat pemerintahan. Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat
dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Jadi kebijakan
publik dibuat oleh pemerintah dan bisa perumusannya dapat dipengaruhi oleh
faktor dari luar pemerintah. Aktor diluar pemerintah tersebut seperti dari
pihak swasta dan masyarakat.
2. Peran Administrasi Publik
Administrasi menjadi bagian penting dalam sebuah kehidupan
bermasyarakat termasuk didalamnya adalah proses pembangunan. Pentingnya
studi dan peranan administrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara pada zaman modern. Administrasi memiliki peran penting yang
diperkuat dengan pendapat Gray (1989:15-16) dalam Saidah (2011:2) yang
menyatakan bahwa peran administrasi publik adalah :
a. Administrasi publik berperan menjamin pemerataan distribusi
pendapatan Nasional kepada kelompok masyarakat miskin secara
berkeadilan.
b. Administrasi publik melindungi hak-hak masyarakat atas kepemilikan
kekayaan serta menjamin kebebasan bagi masyarakat untuk
melaksanakan tanggungjawab atas diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan, pendidikan, pelayanan bagi kelompok masyarakat lanjut usia.
c. Administrasi publik berperan melestrasikan nilai-niai tradisi masyarakat
yang sangat bervariasi dari generasi berikutnya.
Dengan ini, administrasi berperan dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya dan melindungi hak-hak dari masyarakat. Dalam
perkembangannya, administrasi berupaya untuk menggerakkan masyarakat
agar dapat mandiri dan menjamin kebebasan yang mereka miliki dan
bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri. Sedangkan menurut Keban
(2004:15) dalam Saidah (2011:2) juga menerangkan bahwa administrasi
publik dapat diamati pada dinamika peraturan dan perubahan jenis
departemen, penempatan menteri dan semua jajaran dalam jabatannya,
peraturan persyaratan jabatan, mekanisme pengangkatan / pemberhentian
Gubernur / Walikota / Bupati / Camat / Kepala Dinas dan Kepala Kantor pada
tingkat lokal. Sedangkan menurut Thoha (2005:53) dalam Saidah (2011:2)
menyebutkan orientasi administrasi publik diarahkan kepada kepentingan dan
kekuasaan pada rakyat. Peranan administrasi publik pada dasarnya adalah
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap
kegiatan dalam administrasi publik diupayakan demi tercapainya tujuan sesuai
dengan yang direncanakan dan mengandung rasio terbaik antara input dan
output. Input dari administrasi publik adalah masyarakat dan pemerintah,
sedangkan output atau keluaran dari input administrasi publik berupa
kebijakan dan dokumen perencanaan.
Dalam menjalankan peran administrasi, publik diartikan sebagai
negara saja tetapi juga berarti private (pihak swasta) dan masyarakat. Oleh
karena itu, untuk pelaksana/aktor pada administrasi publik melibatkan 3 (tiga)
unsur yaitu Masyarakat, Pihak Swasta (Private) dan Negara (Pemerintah yang
baik) sebagai perubahan konsep Good Goverment. Sehingga pada kajian
administrasi publik, negara bukan lagi sebagai aktor utama tetapu juga
sebagai fasilitator dan katalisator (orang yang menyebabkan perubahan) dari
kepentingan dan keinginan pihak swasta dan masyarakat yang kemudian
menjadi acuan pemerintah itu sendiri untuk menjalankan administrasi dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pelayanan publik (publik service).
Mendukung pernyataan tersebut maka hal ini dijelaskan pula oleh Solihin
(2009:42-45) yang menjabarkan peran pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintah, yaitu sebagai berikut:
a. Memahami aspirasi masyarakat dan harus peka terhadap masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.
b. Membangun partisipasi masyarakat dengan memberikan kepercayaan
sebanyak-banyaknya pada masyarakat untuk memperbaiki dirinya
sendiri. Aparat pemerintah membantu memecahkan masalah yang
tidak dapat diatasi oleh masyarakat sendiri.
c. Menyiapkan masyarakat dengan sebaik-baiknya, baik pengetahuan
maupun cara bekerjanya agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat
efektif. Hal ini merupakan bagian dari upaya pendidikan sosial untuk
memungkinkan masyarakat membangun dengan kemandirian.
Membuka dialog dengan masyarakat. Keterbukaan dan konsultasi ini
amat peru untuk meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat,
agar aparat dapat segera membantu jika ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh rakyat.
d. Membuka jalur informasi dan akses yang diperlukan oleh masyarakat
yang tidak dapat di perolehnya sendiri.
e. Menciptakan instrumen, peraturan mekanisme pasar yang memihak
golongan masyarakat yang lemah.
Sehubungan dengan peran administrasi, pemerintah sebagai aktor didalam
administrasi bisa berupaya untuk memihak golongan masyarakat lemah. Salah
satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendengarkan
aspirasi masyarakat dan membantu masyarakat menuju masyarakat yang
mandiri serta dapat membantu masyarakat mencapai kesejahteraan.
3. Ciri-Ciri Administrasi Publik
Administrasi Publik memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
administrasi lain, hal ini dapat dicirikan bahwa administrasi publik memberikan
pelayanan bersifat URGEN atau memerlukan tindakan segera karena pelayanan
publik sangat dibutuhkan oleh masyarakat dibanding dengan pelayanan yang
diberikan oleh organisasi-organisasi swasta. Ciri lain dari administrasi publik
ialah administrasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada
umumnya administrasi negara dan administrator bersifat relatif berdasarkan
undang-undang dan peraturan. Ini berati bahwa pelayanan administrasi tercantum
di dalam landasan negara yakni Undang-Undang Dasar 1945. Ciri pokok untuk
disebut sebagai administrasi, yaitu:
1. Sekelompok orang, artinya kegiatan adminstrasi hanya mungkin terjadi
jika dilakukan oleh lebih dari satu orang.
2. Kerja sama, artinya kegiatan administrasi hanya munkin terjadi jika dua
orang atau lebih bekerja sama. Menurut Gibson, dkk (1983) dalam
(Otoyurangsunda, 2011) menyatakan bahwakelompok kerjasama formal
dan informal dibentuk karena pemuasan kebutuhan (the statisfaction of
needs), kedekatan dan daya tarik (proximity and attraction), tujuan
kelompok (group goals), dan alasan ekonomi (economic reasons).
3. Pembagian tugas, artinya kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan
kerja sama, melainkan kerja sama tersebut harus didasarkan pada
pembagian kerja yang jelas.
4. Kegiatan yang runtut dalam suatu proses, artinya kegiatan administrasi
berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu secara berkesinambungan.
5. Tujuan, artinya sesuatu yang diinginkan untuk dicapai melalui kegiatan
kerja sama.
Sehubungan dengan ciri yang telah disebutkan diatas, administrasi
berarti bahwa sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan memiliki pembagian tugas untuk menjalankan
kegiatannya. Hal ini cukup membantu khususnya untuk melancarkan sebuah
proses pembangunan. Dengan administrasi yang baik membuat proses
pembangunan menjadi lebih mudah dikontrol karena adanya pembagian-
pembagian tugas dalam menjalankan kegiatan. Serta proses pengawasanya
yang lebih mudah. Selain itu, administrasi juga berarti memberikan pelayanan
kepada publik.
4. Pengertian Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan diartikan sebagai proses pengendalian usaha
oleh negara/pemerintah untuk merealisir pertumbuhan yang direncanakan ke
arah suatu keadaan yang di anggap lebih baik dan kemajuan di dalam berbagai
aspek kehidupan bangsa untuk mendorong atau mendukung perubahan-
perubahan suatu masyarakat ke arah keadaan yang lebih baik dikemudian hari.
Pada umumnya tujuan-tujuannya adalah pembinaan bangsa (nation building)
atau perkembangan sosial-ekonomi. Perkembangan ke arah kemajuan seringkali
disebut pula oleh para cendikiawan sebagai modernisasi (Tjokroamidjojo,
1985:13).
Tjokroamidjojo (1985:5) dalam bukunya yang berjudul pengantar
administrasi pembangunan, yang menjelaskan bahwa administrasi pembangunan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Administrasi pembangunan lebih memberikan perhatian terhadap
lingkungan masyarakat yang berbeda-beda.
2. Administrasi pembangunan mempunyai peran aktif dan
berkepentingan (Committed) terhadap tujuan-tujuan pembangunan,
baik dalam perumusan kebijaksanaannya maupun dalam
pelaksanaannya yang efektif.
3. Administrasi pembangunan justru berorientasi kepada usaha-usaha
yang mendorong perubahan-perubahan ( inovation) ke arah keadaan
yang di anggap lebih baik untuk suatu masyarakat di masa depan.
4. administrasi pembangunan berorientasi kepada pelaksanaan tugas-
tugas pembangunan (Development function) dari pemerintah.
5. Administrasi pembangunan harus mengaitkan diri dengan subtansi
perumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan tujuan-tujuan
pembangunan di berbagai bidang yaitu ekonomi, sosial, budaya dan
lain-lain.
6. Dalam administrasi pembangunan, administrator dalam aparatur
pemerintah juga bisa merupakan penggerak perubahan (Change
agents).
7. Administrasi pembangunan lebih berpendakatan lingkungan (
ecological approach), berorientasi pada kegiatan ( action oriented)
dan bersifat pemecahan masalah ( problem solving).
Administrasi pembangunan sangat cocok dengan pengmbangan pariwisata
dimana dapat mengelola serta mengorganisir kegiatan serta kegiatan-kegiatan
agar pembangunan yang ada di sektor pariwisata tidak tumpang tindih. Hal ini
dapat memelihara kawasan pariwisata khususnya wisata sejarah agar dapat
terhindar dari suatu pembangunan yang dapat merusak sejarah itu nantinya.
Keberlanjutan sebuah pariwisata dapat dijaga dengan rencana-rencana yang
matang.
B. Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Dalam perkembangannya, pariwisata memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap berbagai aspek termasuk didalamnya adalah aspek ekonomi
sebagai pendukung perekonomian bangsa. Pariwisata menjadi suatu hal yang
tidak terlepas dari aspek kehidupan manusia. Menurut Institute of Tourism in
Britain (sekarang Tourism Society in Britain) dalam Kusmayadi (2000:5)
mendefinisikan pariwisata sebagai:
“Kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal mereka dan tempat bekerja
sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-
tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud,
termasuk kunjungan sehari atau darmawisata.”
Kunjungan yang dilakukan oleh orang-orang disuatu tempat
tertentu/tempat yang diutuju, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhan dan kepentingan. Menurut Fandeli (1995) dalam
Soebagyo (2012:154) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang menjadi
tolak ukur seseorang dalam memutuskan keberadaannya disuatu tempat. Oleh
karena itu, orang-orang melakukan kunjungan disuatu tempat dimana pariwisata
berkembang. Menurut UU No.10 tahun 2009 pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa
wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Tempat yang memiliki
daya tarik khusus seperti wisata alam dan wisata buatan,akan mempengaruhi
wisatawan untuk meluangkan waktu yang lebih banyak lagi untuk menikmati
keindahan yang disajikan.
Pengertian pariwisata terus berkembang berdasarkan pemahaman masing-
masing. Pengertian pariwisata dapat dilihat berdasarkan tiga unsur yaitu
(Man,Space, Time). Oleh karena itu dari ketiga unsur tersebut maka, wahab dalam
Yoeti (1990:106) merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut:
“A proposeful human activity that serves as a link between people ether
within one same country or beyond the geographical limits or states. It
involves the temporary displacement of people to another region, country
or contient for the satisfaction of varied needs other than exercising a
renumerated function.For the concernerd tourism is an industry who
“product” are consumed on the spot forming “invisible-export”. The
benefit ac.curing there from can be withnessed in the economic, cultural
abd social life of its community.”
Dapat diartikan kedalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Menurutnya,
suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu
sendiri (diluar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain
(daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam
mencari kepuasan yang beranekaragam dan berbeda dengan apa yang
dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Bagi suatu negara
yang menganggap pariwisata sebagai suatu industri yang menghasilkan
produk yang dikonsumsi di tempat tujuan, maka ini dapat dianggap
sebagai suatu eksport yang tidak kentara (invisible-exports) dan manfaat
yang diperoleh dapat berpengaruh positif dalam perekonomian,
kebudayaan dan kehidupan masyarakat..
2. Jenis dan Macam Pariwisata
Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, perlu
dibedakan antara pariwisata yang satu dengan jenis pariwisata lainnya, karena
dengan demikian dapat ditentukan kebijaksanaan yang perlu mendukung,
sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan dapat berwujud seperti
yang diharapkan dari kepariwisataan itu (Yoeti, 1990:110-116).
a) Menurut Letak Geografis, dimana kegiatan pariwisata
berkembang:
Kegiatan pariwisata dapat berkembang di daerah sesuai dengan
potensi yang ada. Potensi pariwisata juga berkembang di tingkat
Lokal, tingkat Regional, tingkat Nasional bahkan ke tingkat
Internasional. Dengan berkembangnya pariwisata dari tingkat Lokal
sampai tingkat Internasional maka, akan memberikan semakin banyak
pilihan yang akan ditawarkan kepada wisatawan untuk mengunjungi
tempat wisata. Adapun pembagian pariwisata menurut letak geografis
yaitu terdiri dari :
1. Pariwisata Lokal (Local Tourism);
Pariwisata Lokal, yang dimaksudkan dengan jenis pariwisata
semacam ini adalah pariwisata setempat, yang mempunyai ruang
lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.
Misalnya, kepariwisataan kota Bandung atau kepariwisataan di Daerah
DKI Jakarta saja.
2. Pariwisata Regional (Regional Tourism);
Pariwisata Regional yaitu kegiatan kepariwisataan yang
berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih
luas bila dibandingkan dengan “local tourism”, tetapi lebih sempit
jika dibandingkan dengan “kepariwisataan nasional” (national
tourism). Contohnya, kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-
lain.
3. Kepariwisataan Nasional (National Tourism);
a. Kepariwisataan dalam arti sempit.
Kepariwisataan dalam arti sempit yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu negara.
Pengertian ini sinonim dengan pengertian “pariwisata dalam
negeri” atau domestic tourism, di mana titik beratnya orang
yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri
dan orang-orang asing yang berdomisili di negara tersebut.
b. Kepariwisataan Nasional dalam arti luas
Kepariwisataan dalam arti luas yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah suatu
negara, selain kegiatan “domestic tourism” di mana di
dalamnya termasuk “in bound tourism” dan “out going
tourism”. Jadi disini, selain adanya lalu lintas wisatawan di
dalam negeri sendiri, juga ada lalu lintas wisatawan dari luar
negeri, maupun dari dalam negeri ke luar negeri.
4. Regional- International Tourism;
Merupakan kegiatan kepariwisataan yang berkembang
di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati
batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah
tersebut. Misalnya, kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah,
Asia Selatan, Eropa Barat, dan lain-lain.
5. International Toursim
Internasional tourism Pengertian ini sinonim dengan
kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara di dunia,
termasuk di dalamnya, selain “regional-international tourism”
juga kegiatan “national tourism”.
b) Menurut Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran.
Pariwisata memiliki pengaruh terhadap perekonomian suatu Negara.
Kontribusi dari sektor pariwisata terhadapa devisa Negara dapat menghasilkan
dua pengaruh yaitu peningkatan atau penurunan devisa Negara. Apabila
jumlah pengunjung atau wisatawan dalam suatu Negara terus meningkat maka
devisa Negara akan semakain meningkat sebaliknya apabila jumlah
pengunjung atau wisatawan suatu negara menurun maka devisa suatu Negara
akan menurun. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran maka,
dapat dibagi atas dua jenis penting, yaitu:
1. In Tourism atau Pariwisata Aktif
Pariwisata aktif yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai
dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu.
Disebut sebagai pariwisata aktif, karena dengan masuknya wisatawan
asing tersebut, berarti dapat memasukan devisa bagi negara yang
dikunjungi yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca
pembayaran yang dikunjungi wisatwan tersebut. Bila ditinjau dari segi
pemasukkan devisa maka jenis pariwisata ini harus mendapat perhatian
pertama untuk dikembangkan, karena sifatnya yang “quick yielding”
tersebut.
2. Out-going Tourism atau Pariwisata Pasif
Pariwisata pasif yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai
dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri
sebagai wisatawan. Disebut sebagai pariwisata pasif, karena ditinjau dari
segi pemasukkan devisa negara, kegiatan ini merugikan negara asal
wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri
dibawa keluar negri dan tidak ada arti ekonominya bagi negara sendiri.
Karena itu jarang suatu negara berkeinginan untuk mengembangkan
pariwisata semacam ini.
c) Menurut Alasan/Tujuan Perjalanan
Wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata tidak hanya ketika waktu
luang. Secara tidak langsung kegiatan juga dapat dilakukan untuk kegiatan
yang bermanfaat seperti kegiatan pendidikan dan kegiatan bisnis. Dengan
memilih lokasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dapat memberikan
keuntungan tersendiri bagi para pengunjung. Jenis pariwisata menurut alasan
dan tujuan perjalanan terdiri dari :
1. Business Tourism
Business Tourism merupakan jenis pariwisata di mana
pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang
berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar, convention,
symposium, musyawarah kerja.
2. Vocational Tourism
Vocational tourism merupakan jenis pariwisata di mana orang-
orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang
sedang berlibur, cuti atau pakansi.
3. Educational Tourism
Educational tourism merupakan jenis pariwisata di mana
pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau
mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ke dalamnya
adalah dharmawisata (study-tour).
d) Menurut Saat atau Waktu Berkunjung
Kegiatan pariwisata ini dilakukan ketika ada acara atau kegiatan
khusus yang diselenggarakan di suatu daerah seperti kegiatan olah raga.
Adapun alasan lain yang dilakukan wisatawan ketika berkunjung pada
saat tertentu adalah karena adanya even atau tradisi budaya yang sering
diadakan di suatu tempat wisata seperti acara galungan di Bali. Jenis
pariwisata menurut saat atau waktu berkunjung terdiri dari :
1. Seasonal Tourism
Seasonal tourism yaitu aitu jenis pariwisata yang kegiatannya
berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk ke dalam
kelompok ini adalah Summer Tourism atau Winter Tourism, yang
biasanya ditandai dengan kegiatan olahraga.
2. Occasional Toursim
Occasional tourism yaitu jenis pariwisata di mana perjalanan
wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu
events, seperti misalnya: Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di
Yogya atau Panjang Jimat di Cirebon, Cherry Blossom Festival di
Tokyo atau Washington, pesta air negara-negara yang beragama
Hindu (India, Burma, Mungthai, Kamboja, Hongkong atau Singapore).
e) Pembagian Menurut Objeknya
Pembagian pariwisata menurut objeknya tergantung dari kebutuhan
wisatawan. Pembagian menurut objeknya terdiri dari kebutuhan seperti
menikmati wisata budaya, wisata kesehatan, wisata perdagangan, wisata
olahraga, wisata politik dan wisata sosial. Berikut adalah pembagian
pariwisata menurut objeknya :
1. Cultural Tourism
Cultural tourism atau pariwisata budaya merupakan jenis
pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan
disebabkankarena adanya daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau
daerah. Jadi objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang benda-
benda kuno. Sering perjalanan wisata semacam ini dengan kesempatan
untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan itu sendiri di
tempat yang dikunjunginya.
2. Recuperational Tourism
Recuperational tourism biasanya disebut-sebut sebagai pariwisata
kesehatan. Tujuan daripada orang-orang untuk melakukan perjalanan
adalah untuk menyembuhkan sesuatu penyakit, seperti mandi di sumber
air panas, mandi lumpur seperti yang banyak dijumpai di Eropa atau
mandi susu, mandi kopi di jepang yang katanya dapat membuat orang
menjadi awet muda.
3. Commercial Tourism
Commercial tourism disebut juga sebagai pariwisata
perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan
perdagangan nasional atau internasional, dimana sering diadakan
kegiatan Expo. Fair, Exhibition dan lain-lain.
4. Sport Tourism
Sport tourism biasanya sering disebut dengan istilah pariwisata
olahraga. Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini adalah perjalanan
orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta
olahraga di sesuatu tempat atau Negara tertentu, seperti Olympiade, All
England, paertandingan Tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi
dalam kegiatan itu sendiri.
5. Political Tourism
Political term biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu
suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu
peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan suatu Negara, apakah
ulang tahun atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang
Indonesia, Parade 1 Mei Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
6. Social Tourism
Social term atau Pariwisata sosial jangan hendaknya
diasosiasikan sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian
ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraan saja yang tidak menekankan
untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Studi Tour, Picnic atau
Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.
7. Religion Tourism
Religion tourism atau pariwisata religi yaitu jenis pariwisata
dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau
menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Lourdes
bagi orang yang beragama Kristen di Jawa Tengah, ikut Haji Umroh
bagi orang Islam atau Upacara Agama Hindu Bali di Sakenan, Bali.
C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar dari berbagai produk undangundang
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai pemerintah
daerah. Siswanto sunarno (2008:54) menjelaskan Undang- Undang tersebut
antara lain :
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Nomor 22 Tahun
1948, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-undang Nomor 18 Tahun
1965, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 dan terakhir Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal.
Menurut Suhady dalam Riawan (2009: 197) Pemerintah (government)
ditinjau dari pengertiannya adalah the authoritative direction and administration
of the affairs of men/women in a nation state, city, ect. Dalam bahasa Indonesia
sebagai pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan masyarakat
dalam sebuah Negara, kota dan sebagainya. Pemerintahan dapat juga diartikan
sebagai the governing body of a nation, state, city, etc yaitu lembaga atau badan
yang menyelenggarakan pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota dan
sebagainya. Pengertian pemerintah dilihat dari sifatnya yaitu pemerintah dalam
arti luas meliputi seluruh kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit
hanya meliputi cabang kekuasaan eksekutif saja ( W. Riawan Tjandra 2009 :
197).
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa yang dimaksud pemerintahan daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Negara
Tahun 1945.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun
1945 dalam penjelasannya di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah
daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah meliputi
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah
daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam
rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan
kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui
otonomi seluas-luasnya daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan
dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antar susunan pemerintah dan antarpemerintah daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah.
Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan
landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan adanya pembagian pengelolaan
pemerintahan pusat dan daerah. Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan
amanat yang diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Amandemen Kedua Tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan
undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah.
Undang-Undang Dasar 1945 pasca-amandemen itu mengatur mengenai
pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B.
Sistem otonomi daerah secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut
oleh undang-undang. Pasal 18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah
provinsi, daerah Kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Selanjutnya, pada
pasal 18 ayat (5) tertulis, “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat.” Pasal 18 ayat (6) menyatakan, “Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Tujuan utama dari dibentuknya pemerintahan sendiri adalah menjaga
ketertiban dalam kehidupan masyarakat sehingga setiap warga dapat menjalani
kehidupan secara tenang, tenteram dan damai. Pemerintahan modern pada
hakekatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemerintahan
tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri. Pemerintah dituntut mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kemampuan dan
kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama (Rasyid dalam Rosyidah,
2013:14). Pemerintah memiliki fungsi sebagai :
a. Fungsi pengaturan yaitu fungsi ini dilaksanakan pemerintah dengan
membuat peraturan perundang-undangan untuk mengatur hubungan
manusia dalam masyarakat. Pemerintah adalah pihak yang mampu
menerapkan peraturan agar kehidupan dapat berjalan secara baik dan
dinamis.
b. Fungsi pelayanan yaitu fungsi yang dilakukan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terletak pada kewenangan masing-masing.
Kewenangan pemerintah pusat mencakup urusan pertahanan keamanan,
agama, hubungan luar negeri, moneter dan peradilan. Secara umum
pelayanan pemerintah mencakup pelayanan publik (Public service) dan
pelayanan sipil (Civil service) yang menghargai kesetaraan.
c. Fungsi Pemberdayaan yaitu fungsi ini untuk mendukung terselenggaranya
otonomi daerah, fungsi ini menuntut pemberdayaan pemerintah daerah
dengan kewenangan yang cukup dalam pengelolaan sumber daya daerah
guna melaksanakan berbagai urusan yang didesentralisasikan. (Haryanto
dalam Rosyidah, 2013:5).
Pemerintah daerah merupakan pelaksana pemerintahan di daerah. Dengan
adanya program desentralisasi maka pemerintah daerah diberikan kewenangan
untuk dapat mengurus urusan rumah tangganya sendiri tanpa ada campur tangan
dari pemerintah pusat. Muluk (2009:67) menjelaskan bahwa:
Elemen yang terkandung dalam rentang pengertian local goverment
merupakan konsekuensi dari adanya desentralisasi dalam arti sempit
(devolusi). Dalam hal ini local goverment dapat dimaknai menjadi tiga hal.
Pertama, sebagai pemerintah daerah yang mengacu pada organ yang
melaksanakan urusan dan fungsi yang didesentralisasikan. Kedua, sebagai
pemerintah daerah yang mengacu pada fungsi yang dijalankan dalam
kerangka desentralisasi. Dan ketiga, sebagai daerah otonom tempat dimana
loalitas berada dan membentuk kesatuan hukum sendiri meskipun tidak
berdaulat tetapi memiliki hak untuk mengurus dirinya sendiri.
Pemerintahan daerah seringkali diistilahkan sebagai Local Government.
Menurut Josef R. Kaho (dalam Jimung, 2005:40) medefinisikan Local
Government adalah:
Bagian dari pemerintah suatu negara atau bangsa yang berdaulat yang
dibentuk secara politis berdasarkan undang-undang yang memliki lembaga
atau badan yang menjalankan pemerintahan yang dipilih masyarakat
daerah tersebut, dan dilengkapi dengan kewenangan untuk membuat
peraturan, memungut pajak serta memberikan pelayanan kepada warga
yang abadi dalam wilayah kekuasaan
Menurut Harris (dalam Nurcholis, 2007:26) dijelaskan, pemerintahan
daerah adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh badan-badan daerah
adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh badan-badan daerah yang dipilih
secara bebas dengan tetap mengakui supremasi pemerintahan nasional.
Sedangkan menurut Osborne dan Gaebler dalam Sumarto (2009: 8) menjelaskan
kepemerintahan yang baik yaitu:
“Steering, ketimbang rowing, dan enabling ketimbang providing,
pemerintah tidak perlu melakukan segalanya sendiri tetapi lebih
memfasilitasi dan mengkoordinir, bukan mengarahkan dan mengontrol.
Pergeseran fokus dari old government ke new goverment di era transisi
menuju demokratisasi pada praktiknya akan menghadapi permasalahan
yang sangat kompleks.”
Dengan begitu, kepemerintahan yang baik adalah suatu fungsi pemerintah
yang lebih mengkoordinasikan dan memfasilitasi pembangunan yang ada.
Berbeda dengan fungsi pemerintah yang sebelumnya yang cenderung sebagai
aktor tunggal dan membatasi stakeholders lain.
Pemerintah berupaya agar masyarakat bisa merasa memiliki dan
bertanggung jawab terhadap kepemerintahan dan pembangunan. Hal tersebut
dimaksudkan dengan adanya perubahan pendekatan pembangunan.
MenurutSuhendra (2006: 55-56) menjelaskan bahwa masyarakat perlu diberi hak
sekaligus tanggung jawab dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan serta menikmati hasil pembangunan sesuai dharma baktinya.
Pendekatan seperti inilah pada hakikatnya yang disebut bottom up planning dan
people empowering. Dengan adanya peran partisipasi dari masyarakat tersebut,
perubahan pendekatan pembangunan yang semula bersifat top down menjadi
bottom up. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga sangat penting. Hal tersebut
ditujukan agar masyarakat mampu berdaya saing dan tingkat sumber daya
manusia bisa lebih baik lagi. Upaya-upaya yang dilakukan sejak perkembangan
dan pergeseran peran pemerintah tersebut dilakukan untuk pembangunan yang
ideal.
Dengan adanya konsep kepemerintahan yang baik (good governance)
maka peran pemerintah menjadi berubah. Peran dari pemerintah yang dulunya
sebagai penggerak utama berubah menjadi fasilitator dan motivator dalam proses
pembangunan, pelayanan publik, dan pengaturan. Menurut Suhendra (2006: 55)
menjelaskan bahwa perubahan peran pemerintah adalah:
“Pemerintah mengarahkan melalui berbagai regulasi pengelolaan sumber
daya internal maupun eksternal yang mungkin. Kalau masyarakat ingin
diberdayakan maka kesan “bureaucratic state” harus dihilangkan. Biarkan
masyarakat lokal melakukan pembangunan dimasyarakatnya walaupun
dananya berasal dari anggaran pemerintah. Pemerintah yang berperan
sebagai pengarah, motivator, dinamisator dan evaluator.”
Berdasarkan fungsi dan peran pemerintah yang telah berubah tersebut,
maka peran dari masyarakat juga kian aktif. Peran dari pemerintah yang menjadi
pendukung dan pengamanan dalam proses pembangunan yang melibatkan
masyarakat. Dalam good governance peran masyarakat diharapkan mampu
melakukan pembangunansecara mandiri, akan tetapi tidak terlepas dari peran
pemerintah sebagi fasilitator dan motivator.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulkan bahwa
pemerintahan daerah adalah badan atau organisasi pemerintah di tingkat daerah
yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat sebagai bagian dari pemerintahan pusat.
2. Pengembangan Kawasan Wisata
Pengembangan adalah hal, cara atau hasil kerja mengembangkan.
Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan
bertambah baik. Pengembangan pariwisata dapat diartikan usaha atau cara untuk
membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh
manusia sehingga semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan
menarik wisatawan untuk berkunjung.
Menurut Suwantoro (1997) pola kebijakan pengembangan obyek wisata
yang meliputi :
Prioritas pengembangan obyek
Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek wisata
Dalam pengembangan obyek wisata ini, perlu diperhatikan tentang
prasarana pariwisata, sarana wisata, infrastruktur pariwisata dan masyarakat
sekitar obyek wisata tersebut. Menurut Spillane (1994) suatu tujuan pariwisata,
harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam
menikmati wisatanya yaitu meliputi:
1. Atraksi
Menurut pengertiannya atraksi adalah unsur yang mampu menarik
wisatawan untuk mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi
suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan
beberapa kebutuhan atau permintaan kegiatan wisata mereka. Untuk itu suatu
tujuan wisata biasa memiliki ciri-ciri khas untuk menarik wisatawan
antaralain:
a) Keindahan alam
b) Iklim dan cuaca
c) Kebudayaan
d) Sejarah
e) Ethnicity atau sifat kesukuan
f) Accessibility/kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat
tertentu
2. Fasilitas
Fasilitas cenderung berorientasi pada lokasi atraksi karena fasilitas
harus dekat dengan pasarnya. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan
wisatawan dan juga harus cocok dengan kemampuan membayar dari
wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.
3. Infrastruktur
Infrastruktur adalah semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan
suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam
pariwisata adalah:
a. Sistem pengairan/air
Kualitas air yang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan
pariwisata. Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon
air per kamar per hari.
b. Sumber listrik dan energi
Suatu pertimbangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan
pariwisata adalah jumlah tenaga energi yang tersedia pada jam
pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak hours). Ini
diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan dapat terus berjalan.
c. Jaringan komunikasi
Wisatawan membutuhkan jasa-jasa telepon dan/atau
komunikasi lainnya yang tersedia untuk tetap terhubung dan
bersosialisasi saat kegiatan pariwisata.
d. Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air
Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan
kirakira 90 % dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus
didesain berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.
e. Jasa-jasa kesehatan
Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah
tamu yang diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau
faktor-faktor geografis lokal.
f. Jalan
Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi
wisatawan :
Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta
Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan
Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah
Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai
dengan keadaan tanah
Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada
pemandangan yang indah
4. Transportasi
Ada beberapa unsur yang perlu terpenuhi dalam transportasi dan fasilitasnya antara
lain:
a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan
pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang
sebelum berangkat dari daerah asal
b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.
Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-
simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara udara
c) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang
d) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan
pengangkutan lokal
e) Peta kota harus tersedia bagi penumpang
5. Hospitality/keramahtamahan
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal
maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing
sehingga aspek keramahantamahan warga lokal akan mempengaruhi kenyamanan
wisatawan. Jadi, unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan.
Pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur:
1. Objek dan daya tarik wisata
2. Prasarana wisata
3. Sarana wisata
4. Infrastruktur
5. Masyarakat/lingkungan/budaya
3. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata
Peran serta pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata sangat
penting. Pemerintah dapat menjadi aktor langsung dalam pengembangan atau juga
sebagai pengawas jika pihak swasta yang mengembangkan. Pemerintah juga
memiliki beberapa peran yang mutlak menjadi tanggungjawab pemerintah menurut
Damanik dan Weber (2006: 21) adalah sebagai berikut:
1. Penegasan dan konsistensi tentang tataguna lahan untuk pengembangan
kawasan wisata, termasuk kepastian hak kepemilikan, sistem persewaan dan
sebagainya.
2. Perlindungan lingkungan alam dan cagarbudaya untuk mempertanyakan daya
tarik objek wisata, termasuk aturanpemanfaatan sumberdaya lingkungan
tersebut.
3. Penyediaan infrastruktur (jalan, pelabuhan, bandara dan angkutan pariwisata).
4. Fasilitas fiskal, pajak, kredit, danijin usaha yang tidak rumit agar masyarakat
lebih terdorong untuk melakukan wisata dan usaha-usaha kepariwisataan
semakin cepat berkembang.
5. Keamanan dan kenyamanan berwisata melalui penugasan polisi khusus
pariwisata dikawasan-kawasan wisata dan uji kelayakan fasilitas wisata
(kendaraan, jalan dan lain-lain).
6. Jaminan kesehatan di daerah tujuanwisata melalui sertifikasi kualitas
lingkungan dan mutu barang yang digunakanwisatawan.
7. Penguatan kelembagaan pariwisata dengancara memfasilitasi perluasan
jaringan kelompok dan organisasi kepariwisataan.
8. Pendampingan dalam promosi wisata, yakni perluasan dan intensifikasi
jejaring kegiatan promosi di dalam dan luar negeri.
9. Regulasi persaingan usaha yangmemungkinkan kesempatan yang sama bagi
semua orang untuk berusaha di sektorpariwisata, melindungi UKM wisata,
mencegah perang tarif, dan sebagainya.
Pariwisata cukup menjanjikan kesejahteraan jika dapat dikelola dengan baik.
Berbagai sektor dapat tumbuh beriringan antara lain UKM, pendidikan, infrastruktur,
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi pariwisata. Pengembangan
pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan
berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang
pariwisata;
2. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga
memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan
daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup;
3. Meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsapasar; dan
4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia
sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk
melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang
merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable).
Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan
peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Tidak
hanya itu pemerintah bertanggungjawab dalam menentukan arah yang dituju
perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan
panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing. Jadi
tanggung jawab pemerintah dalam pengembangan pariwisata adalah penegasan
tentang sistem persewaan, perlindungan lingkungan, penyediaan infrastruktur,
fasilitas fiskal, penugasan keamanan di objek wisata, sertifikasi kualitas lingkungan,
perluasan promosi, pencegahan perang tarif yamg tidak sehat, dan pengembangan
sumberdaya manusia di kawasan pariwisata.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Terdapat beberapa pendapat tentang penelitian dan metode penelitian.
Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaan.Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan apada kondisi yang
alamiah (natural setting); disebut juga metode kualitatif, karena data yang terkumpul
dan analisisnya bersifat kualitatif. Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengupulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Bogan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong (2011) menyetakan bahwa
metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Jadi peneliti bisa mengembangkan data-data yang didapat dilapangan kemudian
mengelola, mendeskripsikan, dan menganalisis data-data tersebut. Selain itu adapun
menurut Nazir (1988) untuk metode deskriptif adalah metode yang digunakan
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Jadi dapat diambil
kesimpulan penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian sistematis yang meihat
fenomena alami di lapangan, mengolah data yang ada dan melakukan pengkajian
secara mendalam.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal-hal yang dijadikan pusat perhatian dalam
melakukan penelitian sehingga memudahkan perolehan dan pengumpulan data
lapangan. Penentuan fokus penelitian ini sangat diperlukan untuk membantu
melaksanakan penelitian, karena fokus penelitian yang ditentukan dengan tepat sesuai
dengan tujuan dan analisa penelitian sehingga dapat terarah dan menuju sasaran
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2005:12) bahwa penelitian
kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus
yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal tersebut dikarenakan beberapa
hal, yaitu mempertajam fokus; dan penetapan fokus; dan penetapan fokus dapat lebih
dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus.
Fokus adalah mengemukakan tentang menetapkan suatu masalah yang
menjadi pusat perhatian. Ini adalah tahap awal yang dipilih untuk menjelaskan secara
umum dalam pelaksanaan penelitian. Dengan demikian fokus penelitian dan akan
membantu penulis dalam memperoleh data yang akan diperlukan dari obyek dan
situasi yang diteliti.
Salah satu faktor penting dalam suatu penelitian yaitu menentukan fokus
penelitian. Perlunya fokus penelitian ini adalah untuk membatasi studi dalam
penelitian sehingga objek yang akan diteliti tidak melebar dan terlalu luas. Fokus
penelitian ini juga ditujukan agar penelitian ini bisa lebih terarah dan terinci serta
tidak menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. Adapun yang
menjadi fokus penelitian ini adalah :
1. Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata sejarah di
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, yaitu :
a. Regulator
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mojokerto
Tahun 2011 – 2015
b. Fasilitator
1. Kelembagaan dari unsur pemerintah
2. Kelembagaan dari unsur swasta
3. Kelembagaan dari unsur masyarakat
c. Pemberdaya
2. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat peran pemerintah daerah
dalam mengembangkan pariwisata di Trowulan, Kabupaten Mojokerto
a. Pendukung :
1. Tersedianya objek wisata sejarah
2. Milik pemerintah
3. Letak Trowulan yang strategis
b. Penghambat :
1. Sulit mensinergikan program antar lembaga
2. Minim promosi
3. Fasilitas yang ada kurang memadai
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi adalah tempat penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, lokasi
penelitian yang dipilih berdasarkan kesesuaian data antara permasalahan dengan
kenyataan yang ada dilapangan dan tentunya menyangkut beberapa hal yang menjadi
pertimbangan. Lokasi penelitian ini diambil di Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan yang dimaksud situs penelitian adalah tempat dimana peneliti dapat
menangkap keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Situs penelitian
ditentukan agar mempermudah penetapan fokus agar tidak meluas. Adapun situs
penelitian ini sendiri adalah kompleks candi di Kecamattan Trowulan.
D. Sumber dan Jenis Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2005:157).
Sumber data dibagi menjadi tiga, yaitu sumber data yang diperoleh dari orang-orang
(narasumber), dokumen, dan sumber data yang berasal dari peristiwa yang terjadi.
Sumber data yang berasal dari nara sumber didapatkan dengan melaluikan teknik
wawancara langsung dengan narasumber. Sedangkan data dalam bentuk dokumen
dapat berupa data-data yang diperoleh dari instansi-instansi. Dalam penelitian ini,
penulis akan menggunakan data dari sumber sesuai dengan jenis data yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau saat
melakukan penelitian. Data perimer ini diperoleh dari orang-orang yang terkait
langsung dengan permasalahan tanpa melalui perantara, dalam penelitian ini
menjadi sumber data primer, yaitu Pegawai Dinas Pemuda Olah Raga
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto serta masyarakat yang ada
disekitar lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tertulis atau informasi yang berupa dokumen
atau buku-buku ilmiah serta informasi yang berkaitan dengan obyek penelitian,
yaitu yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Menurut Pohan (2007:57) yang dikutip oleh Prastowo
(2012:208) teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan
informasi atau fakta-fakta di lapangan. Sugiyono (20014:224) berpendapat bahwa
teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menggunakan teknik
pengumpulan data yang sesuai maka data yang diperoleh memenuhi standart data
yang ditetapkan. Terdapat beberapa macam teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Macam Teknik
Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Trianguasi/Gabungan Gambar 1. Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data
Sumber: Sugiyono, (2014:225)
Macam Teknik
Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Trianguasi/Gabungan
Terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, dan triangulasi/gabungan. Peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan observasi dapat dilakukan meliputi pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono,
2006:224).Observasi yang dilakukan peneliti berangkat dari pengamatan yang
dilakukan peneliti mengenai peran pemerintah daerah melalui Dinas Pemuda Olah
Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto dengan mengamati keadaan
pariwisata di kompleks candi di Trowulan. Lihat Halaman 7
2. Wawancara (Interview)
Dalam melakukan penelitiaan teknik pengumpulan data yang selalu
digunakan adalah wawancara. Menurut Kusmayadi dan Sugiharto (2000:83)
wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data
dengan responden. Sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan
data dengan bertanya langsung kepada informan, dan jawaban-jawaban dicatat atau
direkam dengan alat perekam. Sedangkan menurut Sugiyono (2011:233) wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukanstudi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Jenis wawancara yang
akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara wawancara semi
terstruktur.
Cara melakukan wawancara ialah mirip dengan kalau kita sedang melakukan
pembicaraan dengan lawan bicara kita.Wawancara dimulai dengan mengemukakan
topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang
diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa
jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan perspektif yang diteliti bukan
sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri (Sarwono, 2006:224).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa
informan dari Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Mojokerto yaitu Ibu Lilik, Ibu Yanti, Bapak Edi, Pak Joko, Bapak Soleh. Dari Balai
Pelestarian Cagar Budaya yaitu Bapak Suyono dan dari warga Bapak Utomo, Ibu
Tina, Bapak Tulus dan Tedy.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data sekunder yang dapat digunakan oleh
peneliti sebagai data pelengkap untuk dapat dijadikan bahan lampiran kenyataan
kondisi yang ada di lapangan, adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian
dan sebagai bahan pelengkap dalam skripsi ini antara lain: dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), dokumen profil Kecamatan Trowulan,
dokumen RPJMD Kabupaten Mojokerto.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan
data pada suatu penelitian. Adapun alat bantu yang digunakan untuk memperoleh
data dalam penelitian adalah :
1. Peneliti sendiri(human instrument), sebagai instrumen utama yang terjun
langsung untuk memperoleh data langsung dari nara sumber
2. Daftar pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan dalam
wawancara dengan orang yang menjadi sumber data dalam penelitian.
Pedoman wawancara memuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakankepada
sumber penelitian, tujuannya agar wawancara yang dilakukan sesuai dengan
topik yang telah ditetapkan.
3. Catatan lapangan (field note) dan alat-alat tulis lainnya yang digunakan untuk
mencatat data yang diperoleh dari lokasi penelitian.
G. Analisis Data
Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita
peroleh dalam proyek penelitian. Setelah membatasi dan menyempitkan data hasil
penelitian kemudian data tersebut disajikan dan penulis menjelaskan serta menarik
kesimpulan dari data tersebut. Yang bertujuan menyempitkan dan membatasi
penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta tersusun dan dapat
lebih dimengerti.
Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif (Creswell,
2010). Teknik atau metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
induktif dengan menggunakan prosedur fenomenologis (Moleong, 2007). Teknik
dipilih karena penelitian ini akan berawal dari hasil temuan khas yang ada di
lapangan yang kemudian diinterpretasikan secara umum.
Menurut Creswell (2010) terdapat beberapa langkah dalam menganalisis data
sebagaimana berikut ini:
1. Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi, mengerti data lapangan
atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang
berbeda tergantung sumber Informasi
2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis catatan-catatan khusus
atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh
3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. Koding merupakan proses
mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum
memaknainya
4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orangorang,
kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis
5. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi atau laporan kualitatif.
6. Menginterpretasi atau memaknai data.
Beberapa langkah dalam analisis data kualitatif di atas, akan diterapkan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini data yang didapat ditulis dalam transkrip
wawancara, lalu dikoding, dipilah tema-tema sebagai hasil temuan, dan
selanjutnya dilakukan interpretasi data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto
a. Keadaan Geografis
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, dimana luas wilayah seluruhnya adalah 969.360 Km2 atau sekitar 2,09%
dari luas Provinsi Jawa Timur, dengan rincian penggunaan/pemanfaatan areal
sebagai berikut:
- Pemukiman : 132,440 Km²
- Pertanian : 371,010 Km²
- Hutan : 289,480 Km²
- Perkebunan : 170,000 Km²
- Rawa-rawa/waduk : 0,490 Km²
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Mojokerto ini dari tahun ke
tahun mengalami peralihan fungsi, misalnya lahan pertanian yang berubah fungsi
menjadi lahan pemukiman, pekarangan, bangunan dan lahan industri serta
sebagian lagi dialihkan menjadi jalan.Letak Wilayah Kabupaten Mojokerto
terletak antara 111°20’13” s/d 111°40’47” Bujur Timur dan antara 7°18’35” s/d
7°47” Lintang Selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan
dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya.
Secara administratif Kabupaten Mojokerto masuk Wilayah Kerja Badan
Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Bojonegoro, sedangkan
secara spasial Tata Ruang Jawa Timur adalah masuk dalam kawasan
pengembangan “Gerbang Kertosusila”. Yaitu kawasan pusat pembangunan di
Jawa Timur dan merupakan kawasan terbesar kedua setelah kawasan Jabotabek
yang berada di Jawa Barat.
b. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto Tahun 2015 sebanyak 1.104.522
jiwa yang terdiri dari Laki-laki 555.736 jiwa dan Perempuan 548.786 jiwa . Dari
data yang ada, jumlah penduduk dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Tahun 2013 – 2015
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Jumlah Penduduk 1.162.630 1.186.497 1.104.522
Laki – laki 585.135 597.463 555.736
Perempuan 577.495 589.034 548.786
Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Mojokerto
Tahun 2016
Perkembangan penduduk kabupaten Mojokerto laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Berikut data jumlah penduduk
kabupaten Mojokerto menurut jenis kelamin untuk tiap kecamatan.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto Menurut Jenis Kelamin Per
Kecamatan Bulan Oktober Tahun 2016
No. Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah
Penduduk Laki-laki Perempuan
1. Jatirejo 22.037 21.405 43.442
2. Gondang 21.646 21.362 43.008
3. Pacet 29.625 29.291 58.916
4. Trawas 15.315 15.241 30.556
5. Ngoro 40.737 40.961 81.698
6. Pungging 38.927 38.511 77.438
7. Kutorejo 32.894 32.045 64.939
8. Mojosari 39.884 39.205 79.089
9. Dlanggu 28.436 28.114 56.550
10. Bangsal 26.246 25.740 51.986
11. Puri 38.369 37.774 76.143
12. Trowulan 38.485 37.560 76.045
13. Sooko 37.458 36.751 74.209
14. Gedeg 29.481 29.129 58.610
15. Kemlagi 29.385 29.295 58.680
16. Jetis 43.297 42.016 85.313
17. Dawarblandong 25.761 26.184 51.945
18. Mojoanyar 25.096 24.695 49.791
Jumlah 563.079 555.279 1.118.358
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Mojokerto,Tahun 2016
Berdasarkan struktur mata pencaharian maka penduduk kabupaten
Mojokerto didominasi pekerja dibidang industri yang pada tahun 2014
mencapai jumlah 168.365 orang, diikuti dengan penduduk bermata
pencaharian dibidang perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi (hotel
da penginapan lainnya) berjumlah 125.089 orang, dan selanjutnya penduduk
bermata pencaharian pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan dan
perikanan yang pada tahun 2014 mencapai jumlah 103.638 orang.
2. Potensi Kabupaten Mojokerto dalam Bidang Pariwisata
Beberapa tempat-tempat wisata yang di bawah koordinasi Dinas
Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto
cenderung meningkat jumlah pengunjung yang masuk selama tahun 2015.
Konsep dan definisi pariwisata mengikuti rekomendasi United Nations World
Tourism Organization (UNWTO) dan International Union of Office Travel
Organization (IUOTO). Hampir semua obyek wisata di Kecamatan-
kecamatan mengalami peningkatan antara 30 % - 70%. Sejak tahun 2015
terdapat beberapa obyek wisata di Wilayah Kabupaten Mojokerto yang cukup
potensi untuk dikembangkan lebih baik, salah satunya Wana Wisata Padusan
Pacet.
Tabel 3. Jumlah Pengunjung di Museum Trowulan Menurut Kategori Asalnya
No Bulan Kategori Pengunjungan
Jumlah Umum Pelajar Asing
1 Januari 2,634 1,899 244 4,777
2 Februari 1,155 1,748 133 3,036
3 Maret 1,184 1,706 95 2,985
4 April 1,162 1,847 93 3,102
5 Mei 1,311 2,067 160 3,538
6 Juni 804 1,134 162 2,100
7 Juli 1,401 1,119 106 2,626
8 Agustus 1,169 917 311 2,397
9 September 894 899 224 2,017
10 Oktober 609 1,786 208 2,603
11 November 614 1,575 80 2,269
12 Desember 684 1,573 43 2,300
Jumlah
2015 13,621 18,270 1,859 33,750
2014 24,165 9,467 2,169 35,801
2013 33,079 13,785 1,237 48,101
Sumber data : Disporabudpar Mojokerto,Tahun 2016
Tabel 4. Jumlah Pengunjung dan Uang Masuk Obyek Wisata Air Panas Padusan
Pacet
No Bulan Kategori Pengunjungan
Jumlah Dewasa Anak-anak
10,000 6,000 7,500 4,000
1 Januari 14,561 2,496 3,318 489 20,864
2 Februari 8,246 2,224 1,496 459 12,425
3 Maret 10,300 2,731 1,772 593 15,396
4 April 10,305 3,272 1,930 623 16,130
5 Mei 15,643 2,976 3,274 587 22,480
6 Juni 6,521 2,516 1,224 557 10,818
7 Juli 17,840 1,213 3,862 244 23,159
8 Agustus 11,226 2,596 2,304 481 16,607
9 September 10,153 2,213 2,298 488 15,152
10 Oktober 11,660 2,273 2,466 468 16,867
11 November 12,458 2,285 2,246 514 17,503
12 Desember 20,704 2,105 3,904 426 27,139
Jumlah
2015 149,617 28,900 30,094 5,929 214,540
2014 174,402 15,806 1,662 3,532 195,402
2013 - 141,115 - 34,027 175,142
Sumber data : Disporabudpar Kabupaten Mojokerto,Tahun 2016
3. Gambaran Umum Kecamatan Trowulan
a. Letak Geografis
Trowulan dahulunya adalah sebuah kraton kerajaan Majapahit, dan
memiliki geografis yang sama dengan geografis sekarang. Informasi geografis
yang tercantum dalam suatu prasasti , informasi tersebut dapat mempunyai arti
penting untuk menafsirkan kondisi geografis pada masa lampau. Anggapan
bahwa daerah kraton Majapahit dan sekitarnya mempunyai kondisi geografis
yang mirip dengan sekarang dapat di dukung dalam prasasti Kamalgyan, yang di
dalamnya di sebutkanDrawyaBaji, prasasti tersebut mengandung arti bahwa
banjir merupakan kejadian yang terjadi sejak dulu (masa Majapahit), dan hingga
sekarang masih sering terjadi.
Selain dari prasasti, didalam kitab Nagarakertagama,disebutkan bahwa
paman dari raja Hayam Wuruk yaitu Bhre Singhasari tahu akan hal ihwal di desa-
desa di seluruh pulau jawa (kekuasaan Majapahit), sehingga dapat di pahami
bahwa yang di hitung bukan hanya berbagai jenis tanah, seperti sawah, pegagan,
tegal, kebun, padang, hutan, rawa, sungai, lembah, dan bukit, tetapi juga
penduduk. Informasi adanya sawah, sungai lembah dan rawa-rawa di dalam kitab
Nagarakertagama tersebut dapat di asosiasikanbahwa iklim pada waktu itu
beriklim tropis basah, karena sungai, lembah, dapat terjadi di daerah tropis basah
seperti sekarang ini.
Pada masa sekarangTrowulan adalah sebuah wilayah yang banyak dengan
nilai-nilai sejarah (historis), hal ini dapat dilihat dari perjalanan Trowulan sebagai
pemukiman, karena pada masa MajapahitTrowulan yang terkenal sebagai ibu kota
kerajaan Majapahit. Trowulan adalah sebuah kecamatan, dan Trowulan salah satu
kecamatan yang ada di Mojokerto.Kondisi Trowulan mempunyai kesesuaian
lahan sebagai daerah pemukiman, hal ini karena didukung oleh kondisi topografi
yang air tanahnya relative dangkal.
Trowulan ini terletak di bagian barat Kabupaten Mojokerto, yang
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang. Luas wilayah Trowulan
3.704.320 Ha, sedangkan Desa Trowulan mempunyai luas 457.520 Ha, dengan
suhu rata-rata 24-31°, topografi Trowulan dataran 457,52 dan tinggi tempat dari
permukaan laut 45 Meter, Trowulan juga memiliki curah hujan 1.872 mm/ tahun,
dankesuburan tanah di Trowulan terdapat beberapa macam sangat subur 28 ha,
subur 23 ha, dan sedang 12 ha.
Luas wilayah desa menurut pengguna adalah 102.431 pemukiman umum
dan pertanian sawah irigasi 87 Ha, sawah setengah teknis 120 Ha, sawah tadah
hujan 16 Ha, dan sawah ladang 15 Ha. Sedangkan jarak dari pusat pemerintahan
(Orbitasi) adalah sebagai berikut:
1. Jarak ke ibu kota Kecamatan terdekat 1 Km
2. Lama tempuh ke ibu kota Kecamatan terdekat 0,15 Km
3. Jarak ke ibu kota Kabupaten/ kota terdekat 13 Km
4. Lama tempuh ke ibu kota Kabupaten/ kota terdekat 0,5 Km
Desa Trowulan berbatasan dengan Wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara : Desa Kejagan dan Desa Tawangsari, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
2. Sebelah selatan : Desa Sentonorejo dan Desa Pakis, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto.
3. Sebelah barat : Desa Tanggalrejo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten
Jombang.
4. Sebelah timur : Desa Beloh, Desa Jatipasar dan Desa Temon, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
b. Kondisi Sosial Masyarakat Trowulan
a) Pendidikan
Ciri khas manusia adalah kemampuannya dalam mendidik dan di didik
melalui aktivitas pendidikan. Dalam masyarakat unsur pendidikan dan
kebudayaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan.
Pendidikan adalah aktuvitas dari kebudayaan dan merupakan aktivitas
pembudayaan, disisi lain kebudayaan menjelmakan aktivitas, system, dan
struktur pendidikan. Oleh karena itu masyarakat tradisional maupun modern
selalu mengandung unsure pendidikan yang berusaha memperkenalkan dan
membawa masyarakat kearah kebudayaannya.
Seperti halnya masyarakat Trowulan yang mayoritas mementingkan
unsure pendidikan dan berusaha mematuhi wajib belajar Sembilan tahun,
karena masyarakat Trowulan ini masih tergolong masyarakat berbudaya.Dari
data yang di masukkan, jumlah lulusan masyarakat Trowulan dikategorikan
dalam lulusan pendidikan umum dan lulusan pendidikan khusus yakni lulusan
umum berjumlah 3.584 dan lulusan khusus berjumlah 2.338 orang.
b) Ekonomi
Dalam kondisi ekonomi ini masyarakat Trowulan pada dasarnya
berpangkal pada kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.Kehidupan
ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi yang dipergunakan bagi masyarakat
luas.Oleh karena itu masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sosial, fungsional dan structural. Setiap masyarakat memiliki keyakinan, adat
kebiasaan, dan nilai-nilai kultural yang mendasari kegiatan ekonominya.
Dengan demikian, nilai-nilai kultural tersebut menjiwai system dan kegiatan,
serta memberikan kekuatan terhadap masyarakat untuk berusaha dan
menciptakan kesejahteraannya.
Sehingga untuk mencapai kesejahteraannya masyarakat Trowulan
bermata pencaharian yang beraneka ragam, yaitu, batu merah 30%, petani dan
buruh tani 1.417, tukang 69, Karyawan 242, Wiraswasta 400, Pensiun 48. Dari
data diatas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat
Trowulan sangat beragam, walaupun geografis desa tersebut berupa tanah
sawah dan ladang, masyarakat tidak hanya bergantung dengan kondisi tanah
pertanian saja, mereka juga mengandalkan beberapa lapangan pekerjaan yang
lain.
c) Budaya
Dalam tradisi keagaman orang-orang Majapahit hanya dikenal upacara
peringatan terhadap orang mati yang disebut “sraddha”, yaitu upacara meruwat
arwah yang dilakukan 12 tahun setelah kematian. Bagi kalangan masyarakat
tengger yang tinggal disekitar gunung bromo di pasuruan dan probolinggo
sraddha dikenal dengan sebutan enthas-enthas, yaitu upacara meruwat arwah
orang mati agar bisa masuk ke swargaloka.
Jika penduduk Majapahit dulu mengenal upacara sraddha dan
penduduk sekarang mengenal dengan sebutan kenduri, yaitu memperingati hari
kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan hari ke-1000. Selain itu masyarakat
Trowulan sekarang juga mengenal khaul yaitu memperingati hari kematian
setelah 1000 harinya yang dilaksanakan tiap tahunnya dan tepat pada hari
kematiannya, perayaan Hari syuro di bulan Muharram dengan membuat bubur,
memperingati hari rabu terakhir atau biasa disebut penduduk Trowulanrebo
wekasan di bulan safar, peringatan maulid Nabi Saw. Tradisi ini semua ada
karena tidak lain adalah pengaruh dari kaum muslim campa zaman Majapahit
dulu, karena orang-orang champa dulu juga melakukan semua tradisi yang
dilakukan masyarakat Trowulan sekarang.
Ditinjau dari aspek sosio-historis, terjadinya perubahan pada adat
kebiasaan dan tradisi kepercayaan di nusantara khususnya di jawa pasca
runtuhnya Majapahit adalah karena akibat pengaruh kuat dari para pengungsi
champa yang beragama Islam aliran syi’ah. Peristiwa kaum muslim champa
yang diperkirakan terjadi pada rentang waktu 1446 hingga 1471 masehi yaitu
saat champa hancur oleh serbuan Vietnam, dengan peristiwa adanya tersebut
memberikan konstribusi yang besar terhadap terjadinya perubahan budaya dan
agama diwilayah Majapahit. Pengaruh champa dapat diketahui dari adanya
pengaruh campa dalam kehidupan orang-orang muslim di jawa khusunya
masyarakat Trowulan sampai sekarang.
Selain pengaruh budaya dan agama, orang-orang champa juga
membawa pengaruh pada kebiasaan hidup sehari-hari, misalnya orang-orang
champa memanggil ibunya dengan penggilan mak masyarakat Trowulan juga
sekarang banyak yang memanggil ibunya dengan sebutan mak, panggilan
tersebut juga berlaku di daerah Jombang, Kediri, Nganjuk dan sekitarnya.
d) Agama
Pada hakikatnya agama berfungsi melayani kebutuhan individu dan
kelompok.Karena agama membantu individu memahami dirinya, sekitarnya,
dan kehidupan sesudah mati, dan nilai-nilai agama mendasari hidup juga
tingkah laku manusia dalam hidup bernasyarakat, sehingga masyarakat
mengetahui segala hal yang benar dan diridhai oleh Tuhan, dan segala yang
salah yang melanggar ajarannya.Tingkah laku tersebut pada hakikatnya adalah
tingkah laku manusia yang berbudaya.
Sehingga masyarakat Trowulan memiliki keyakinan bahwa Agama
adalah untuk mencapai kedamaian hidup yang bersifat rohani, dengan adanya
keyakinan beragama itu Masyarakat Trowulan memeluk beberapa agama,
tetapi masyarakat Trowulan termasuk mayoritas beragama Islam, karena dapat
dilihat dari data yang diperoleh, Islam 7. 272, Kristen 42, katolik 14, hindu 4
dan budha 1.
Dengan keadaan masyarakat Trowulan yang mayoritas Islam, desa ini
memiliki tempat peribadatan yang cukup memadai, yakni beberapa buah
masjid dan langgar (musholla), sedangkan yang non Islam yaitu beragama
budha ada 1 wihara yang terletak di Dusun Bejijong, agama budha ada 1 pura
di samping kolam segaran, dan Kristen ada 1 gereja di DusunJatipasar.
c. Mengangkat Sejarah Majapahit dalam Aspek Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, telah mempunyai rencana untuk
menghidupkan kembali kehidupan pada zaman Majapahit yaitu yang
dinamakan dengan “Kampung Mojopahit” yang di cerminkan dalam bentuk
bangunan khas penduduk Majapahit, Pemerintah manurunkan dana bagi
penduduk Trowulan yang bersedia rumahnya di bangun dengan model (khas)
rumah pada masa Majapahit, setiap pembangunan tersebut mendapat biaya dari
Pemerintah Mojokerto.
Bangunan rumah Majapahit menggunakan bata press tidak seperti bata
seperti umumnya, didalam rumah tidak ada pembatas ruangan, penutup
atapnya genteng dengan model seperti rumah panggung, bangunan yang zaman
Majapahit dulu disebut dengan bangunan “Bale”, pembangunan Kampung
Mojopahit di Trowulan sudah berjalan cukup lama yakni dari pertengahan
tahun 2014 sampai sekarang, yang sudah Nampak di beberapa Dusun seperti
Dusun Bejijong, Dusun Jatipasar, Dusun Sidodadi.
d. Kondisi Kepurbakalaan Majapahit
Situs Trowulan merupakan situs perkotaan masa klasik di Indonesia, situs
yang luasnya 11 km x 9 km, yang meliputi wilayah Kecamatan Trowulan dan
Kecamatan Sooko di Kabupaten Mojokerto, serta meliputi Kecamatan
Mojoagung dan Mojowarno Kabupaten Jombang. Situs bekas Kerajaan
Majapahit dibangun di dataran yang merupakan dataran ujung penghabisan dari
tiga jajaran gunung, yakni gunung pananggungan, gunung welirang dan gunung
anjasmara.sebagai bekas kota Kerajaan MajapahitTrowulan banyak
dipeninggalan arkeologis baik dibawah ataupun diatas permukaan tanah yang
berupa artefak, ekofak, dan fitur.Di Trowulan sendiri terdapat beberapa
kepurbakalaan Majapahit, sebagai berikut:
a) Candi Gentong
Candi gentong terletak di Desa Jambumente, Trowulan, Mojokerto.candi
ini berada disebelah timur ± 360 m dari bangunan candi brahu, bentuk candi
gentong sangat menarik dan belum dijumpai pada bangunan kuno lain. Bangunan
candi gentong ini tebagi menjadi 3 struktur bata yang berdenah bujur sangkar,
pada ketiga struktur pada candi gentong pernah mengalami vandalisme, karena
pada masing-masing sisisebelah selatan struktur dindingnya terputus pada satu
garis.
b) Gapura Bentar Wringin Lawang
Gapura wringin lawang diperkirankan menjadi salah satu pintu perbatasan
menuju pusat kota Majapahit. Gapura bentar ini terbuat dari bata, dan anak tangga
pada gapura tersebut terbuat dari batu. Bentuk gapura ini adalah candi bentar
yaitu candi yang terbelah menjadi dua dengan denah empat segi panjang
berukuran panjang 13 m, lebar 11,5 m dan tinggi 15,50 m.
c) Gapura Bajang Ratu
Gapura ini terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, bangunan
gapura ini seperti candi bentar tetapi atapnya di satukan yang disebut paduraksa
(gapura yang memiliki atap), bahan bangunan gapura ini bata dan bangunannya
berbentuk segi empat yang berukuran 11,5 x 10,5 m dan tingginya 1,40 m.
Keunikan paduraksa ini adalah mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisi
dan pada kaki gapura terdapat hiasan yang menggambarkan cerita sri tanjung,
dibagian atas pintu gapura terdapat relief kala yaitu dalam bentuk mata melotot
dan gigi bertaring.
Relief yang terdapat pada gapura bajang ratu ini sebagai symbol penolak
marabahaya (pelindung), lalu pada sayap kanan garuda terdapat didinding yang
ada relief yang menggambarkan cerita Ramayana, relief sri tanjung dan sayap
garuda dianggap sebagai lambang pelepasan.Dengan demikian fungsi gapura
bajang ratu sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati
wafatnya Raja Jayanegara, yang dalam Negarakertagama disebut kembali ke
dunia wisnu 1382 saka.
d) Candi Tikus
Candi ini terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto. Bangunan candi
tetletak pada permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya yaitu
kurang lebih 3,5 m. Candiini merupakaan bangunan petirtaan, yakni terlihat dari
miniature candi yang di tengah bangunannya melambangkan gunung mahameru.
Dan dalam mitologi hindu terdapat cerita Amertamantana yaitu pemutaran lautan
air suci yang akan memberikan kelanggengan kehidupan bagi para dewa. Dinding
bagian bawah candi tikus serta batur candi terdapat pancuran yang berjumlah 46
buah pancuran, tetapi sekarang tinggal 19 buah pancuran, yang sisanya sekarang
disimpan di museum Trowulan (Pusat Informasi Majapahit). Struktur bangunan
candi terdiri dari kaki yang panjangnya berukuran 7,75 m tubuh yang lebarnya
7,65 m dan tinggi atap 1,5 m.
e) Candi Brahu
Candi brahu terletak di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, di dekat
candi brahu diduga sebuah prasasti alasanta yang ditemukan tidak jauh dari lokasi
candi brahu, prasasti tersebut dikeluarkan oleh mpu sendok pada tahun 861 C
(saka) atau 939 M, yang isinya tentang nama sebuah tempat (bangunan) suci yaitu
warahu atau wrahu yang diduga dari sinilah mula nama candi brahu berasal.
Denah bangunan candi brahu bujur sangkar dengan arah hadapnya ke barat,
bangunan terbuat dari bata yang teknik pemasangannya direkatkan satu sama lain,
ukuran tinggi bangunan candi 25,7 m dan lebar candi 20,70 m. Candi brahu tidak
terdapat hiasan, kecuali pada bagian atapnya terdapat hiasan lingkaran yang
diduga sebagai bentuk stupa. Denah candi brahu berukuran 10 x 10,50 m dan
didalam candi ada bilik (kamar) yang berukuran 4 x 4 m, tapi lantainya rusak.
f) Kolam Segaran
Kolam segaran merupakan salah satu kolam masa Majapahit, kolam ini
terletak di didepan museum Trowulan. Kolam segaran adalah kolam berbentuk
segi panjang dengan ukuran 800x500 meter persegi, bahan bangunan pada kolam
segaran ini terbuat dari bata yang direkatkan satu sama lain. Menurut cerita rakyat
pada masa kejayaan Majapahit, kolam segaran adalah sebuah tempat yang
digunakan sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk menjamu tamu, dan
diceritakan bahwa setelah perjamuan selesai maka peralatan sendok, piring, gelas
yang terbuat dari emas itu dibuang kedalam kolam tersebut, dengan maksud untuk
menunjukkan betapa kayanya kerajaan Majapahit.
Gambar 1. Kolam Segaran kompleks Candi Trowulan 2017
Sumber data : Data primer hasil observasi peneliti 2017
g) Situs Pendopo Agung
Nama pendopo agung diberikan pada situs ini, karena pada saat ini telah
berdiri pendopo yang didirikan pada 15 Desember 1966 atas gagasan Kolonel
Sampurna, dengan alasan dahulu waktu zaman Majpahit pasti ada bangunan
pendopo kraton. Didepan pendopo agung ini terdapat patung Raden Wijaya yang
dikenal sebagai pendiri kerajaan Majapahit dan disampinganya sebelah selatan
terdapat patunh gajah mada yang sedang melakukan sumpah Amukti Palapa.Dan
di belakang terdapat ukiran (lukisan dinding) yang menggambarkan kondisi
masyarakat Majapahit, dan dibelakang bangunan terdapat bangunan yang
menyerupai tiang batu yang dalam cerita masyarakat disebut cancangan gajah,
juga terdapat makam yang disebut makam Panggung.
h) Situs Sentonorejo
Situs sentonorejo merupakan peninggalan Majapahit yang berupa
hamparan ubin (lantai) dan sisa-sisa dinding, lantai bangunan kuno tersebut
berada di ± 1,80 m di bawah permukaan tanah sekitarnya yang berorientasi ke
barat dan timur dengan azimuth 80, uniknya situs ini yaitu lantaina berbentuk segi
enam, lebar tiap sisinya 6 cm dan tebal 4 cm, bahan bangunannya terbuat dari
tanah liat yang di bakar (Bata). Pengikat antara bata satu dengan bata yang
lainnya adalah tanah liat, dan susunan bata berukuran 30 cm, lebar bata 20 cm dan
tebal bata 5 cm. diduga situs ini dulunya adalah rumah (tempat tinggal) pada masa
Majapahit.
i) Situs Kedaton
Bangunan situs Kedaton terdapat dua bagian bangunan:
1. Bangunan pertama merupakan sebuah kaki bangunan dengan bentuk
denah segi empat yang berukuran anjang 12,6 m dengan lebar 9,5 meter
dan tinggi bagian tersisa 1,58 meter dari permukaan tanah. Lalu pada
bagian sudut dan tengah masing-masing dinding terdapat bentukbentuk
pilaster yang berfungsi sebagai hiasan dan sebagai penguat dinding. Lalu
depan bangunan ini terdapat bangunan sebuah sumur kuno yang terbuat
dari susunan bata, sumur ini berbentuk segi empat berkuran 8,5 m x 7,5 m
dengan kedalaman 5,70 m. hingga sekarang sumur ini masih berfungsi
untuk kebutuhan air maupun ritual.
2. Bangunan kedua yaitu yang biasa dikenal dengan nama sumur upas,
dalam cerita masyarakat setempat sumur upas dahulu suatu jalan rahasia
menuju kesuatu tempat yang aman bagi raja bila menghadapi serangan
dari musuh. Lalu untuk menghalangi musuh agar tidak memasuki lorong
sumur ini, maka dinamakan sumur upas yang artinya sumur beracun.
j) Makam putri campa
Makam ini terletak di timur kolam segaran, pada batu nisan di makam
tersebut terdapat angka tahun 1230saka. Menurut babad tanah jawi putri campa
adalah istri dari raja terakhir Majapahit (Brawijaya).
k) Makam panjang
Makam panjang yaitu salah satu makam yang masih dikeramatkan oleh
penduduk, makam ini berada diwilayah DesaTrowulan, Kec. Trowulan, Kab.
Mojokerto, letaknya ± 300 m dari sudut timur kolam segaran. Makam panjang
bangunannya terbuat dari batu gilang dengan berukuran panjang 50 cm dan lebar
35 cm juga tebalnya 10 cm. Komplek makam panjang sekarang dalam keadaan
bangunan baru demikian dengan jiratnya, peninggalan kuno hanya berupa prasasti
yang dianggap penduduk bahwa itu nisan, prasasti tersebut tertulis pada sebuag
batu yang berbentuk ekolade dengan menggunakan tulisan jawa kuno, yang berisi
“pengadegning boddhi” (berdirinya pohon boddhi/ penanaman pohon
boddhi/beringin pada tahun 1203).
l) Makam IslamTroloyo
Salah satu makam yang tepatnya di Dusun Sidodadi, Trowulan,
Mojokerto. yang letak geografisnya pada bujur timur 112°20’ dan lintang Selatan
1°35’, dengan ketinggian 38,51 mdari permukaan laut. Untuk mencapai Troloyo
tidak sulit, karena terletak di tepi jalan beraspal dari kecamatan Trowulan ± 2,5
kilometer.
Adapun tanah makam Troloyo adalah milik umum (sebagian milik desa),
dengan luas keseluruhan 3,068 Ha, merupakan tanah pemakaman 1,180 Ha
(41,54%), tanah pemukiman penduduk dan tanah milik penduduk 0,174 Ha
(6,13%). Dahulu komplek Troloyo sangat mengagumkan, karena terletak
dikawasan hutan dengan pohon-pohon jati yang besar, seperti hutan pakis ±2
kilometer disebelah selatannya Troloyo.
Sementara kalangan masyarakat mempunyai keyakinan bahwa Troloyo
terletak dikawasan Kraton Majapahit. Ada yang menyebut Troloyo sebagai
kedaton kedua, sedangkan kedaton pertama terletak 500 m di sebelah utaranya
Troloyo.Keindahan Troloyo sekarang lenyap karena pepohonan yang dulunya
lebat ditebang semua, konon peristiwa itu terjadi pada masa penduduk
jepang.Satu-satunya pohon besar yang sekarang ini masih ada yaitu pohon jati
yang merupakan tujuh pohon yang berbeli menjadi satu, tetapi sekarang pohon itu
tidak berdaun tapi tidak bisa mati.
e. Lembaga Pemeliharaan Benda Cagar Budaya Majapahit
Untuk menjaga dan memelihara serta kelestarian khusunya bendabenda
peninggalan Majapahit di Trowulan, Kab. Mojokerto, maka perlu adanya lembaga
yang mewadahi terhadap pemeliharaan dan kelestarian benda cagar budaya pada
awal mulanya benda cagar budaya diselamatkan oleh lembaga Musium Trowulan,
yang kemudian diberi nama sebagai balai penyelamatan arca BP3 Jatim. Hingga
sekarang berubah menjadi Pusat Informasi Majapahit. Walaupun mengalami
perubahan nama, tetapi fungsinya tetap sama yaitu untuk balai penyelamatan
benda cagar budaya.
4. Gambaran Umum Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Mojokerto
a. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata, mempunyai
tugas pokok dan fungsi Pembinaan Manajemen Keolahragaan. Pembinaan dan
pengembangan kebudayaan, pemberdayaan kesenian rakyat serta kesejarahan
dan kepurbakalaan.
b. Visi dan Misi
1. Visi
Dengan mempertimbangkan kondisi umum Kabupaten Mojokerto dan
arah pembangunan jangka menengah serta bercermin pada fungsi dan peran
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata dalam pembangunan
Kabupaten Mojokerto maka ditetapkan Visi dinas yaitu : "MEWUJUDKAN
PEMUDA YANG MANDIRI, OLAHRAGA YANG MEMASYARAKAT,
KEBUDAYAAN YANG LESTARI DAN PARIWISATA YANG MAJU"
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visinya maka ditetapkan misi yang di
emban Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Mojokerto sebagai berikut:
1. Dalam rangka mewujudkan misi "Memberikan pelayanan administrasi dan
penyediaan sarana prasarana kantor melalui ketepatan, kecepatan
penyelesaian administrasi dan kenyamanan sarana prasarana" maka
ditetapkan kebijakan :
Peningkatan pelayanan administrasi
Peningkatan kualitas sarana prasarana
2. Dalam rangka mewujudkan misi "Mewujudkan kemandirian bagi pemuda
melalui pembinaan lembaga kepemudaan, pemberdayaan pemuda, dan
kerjasama lembaga kepemudaan" maka ditetapkan kebijakan :
Peningkatan pembinaan organisasi kepemudaan dan
kepemimpinan pemuda
Peningkatan kewirausahaan pemuda
3. Dalam rangka mewujudkan misi "Mewujudkan olahraga prestasi melalui
pemasyarakatan olahraga dan peningkatan prestasi olahraga" maka
ditetapkan kebijakan :
Peningkatan pemasyarakatan olahraga
Peningkatan prestasi olahraga
4. Dalam rangka mewujudkan misi "Mewujudkan kebudayaan yang lestari
melaluipembinaan dan pengembangan kebudayaan, pemberdayaan
kesenian daerah, serta kesejarahan dan kepurbakalaan" maka ditetapkan
kebijakan :
Pembinaan dan Pengembangan kebudayaan
5. Dalam rangka mewujudkan misi "Mewujudkan pariwisata yang maju
melalui pengembangan obyek wisata, promosi wisata dan pembinaan
usaha pariwisata" maka ditetapkan kebijakan :
Peningkatan dan pengembangan obyek wisata
Peningkatan sumber-sumber pendapatan
B. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Peran Pemerintah Daerah dalamMengembangkan Kawasan Wisata
Sejarah
a. Regulator
Salah satu peran dari pemerintah adalah sebagai pembuat regulasi atau
bisa disebut sebagai regulator, dalam melaksanakan perannya sebagai
regulator atau pembuat aturan pemerintah membutuhkan upaya-upaya yang
menjalankan peran regulator tesebut. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
adalah membuat regulasi-regulasi yang mendasari kebijakan tertentu.
Regulasi merupakan hal yang sangat penting bagi proses pembangunan,
khususnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dikarenakan mengingat
regulasi adalah landasan dan acuan dalam setiap proses pembangunan.
Adanya regulasi, diharapkan pembangunan bisa dilaksanaan secara baik
sesuai dengan aturan yang ada.
Pembangunan yang dilakukan harus mempunyai dasar sebagai
peraturan dalam pelaksanaanya. Seperti halnya pengembangan pariwisata
yang ada di Kabupaten Mojokerto. Salah satu upaya dalam pengambangan
pariwisata di Kabupaten Mojokerto adalah dengan mengembangkan kawasan
wisata sejarah di Kecamatan Trowulan agar situs peninggalan Kerajaan
Majapahit itu tetap bisa dijaga dan dilestarikan. Upaya pengembangan
pariwisata memiliki regulasi pendukung. Regulasi tersebut diantaranya :
a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Sesuai dengan adanya peraturan otonomi daerah sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pemerintah daerah berwenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
yang berlaku dan tugas pembantuan. Pemberian wewenang pemerintah
pusat kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terjadinya perubahan
guna mencapai kesejahteraan masyarakat melalui kualitas pelayanan yang
juga melibatkan peran serta masyarakat.
Otonomi daerah, setiap daerah bisa menggali potensi yang bisa
dikembangkan, sehingga perkembangan masing-masing daerah dapat
meningkat pesat. Terdapat berbagai sektor yang dapat dikembangkan,
diantaranya adalah: sektor perdagangan, sektor jasa, sektor pertanian,
sektor pariwisata dan lain-lain. Peneliti lebih tertarik dari salah satu sektor
tersebut yaitu sektor pariwisata, karena Kabupaten Mojokerto memiliki
potensi sektor pariwisata yang besar untuk dikembangkan.
Otonomi daerah bisa membuat Mojokerto lebih bisa
mengoptimalkan potensi yang ada tanpa harus menunggu perintah dari
pusat jika ingin mengembangkan kawasannya. Karena daerah sendiri yang
lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh daerah itu sendiri.
b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Mojokerto Tahun 2011 – 2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-
2016 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati yang
penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) 2005-2025.
RPJMD 2011-2016 selanjutnya menjadi pedoman bagi satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menyusun Rencana Strategi
(Renstra) SKPD. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD akan dijabarkan
ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD). Sebagai suatu dokumen rencana yang penting
sudah sepatutnya Pemerintah Daerah bersama DPRD, dan masyarakat
memberikan perhatian penuh pada proses penyusunan dokumen RPJMD,
dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala atas
implementasinya. Dokumen RPJMD disusun guna menjabarkan visi dan
misi serta program Kepala Daerah terpilih sesuai dengan janji-janjinya di
masa kampanye berdasarkan isu dan permasalah strategi dan potensi
Kabupaten Mojokerto.
Visi
Visi RPJMD yang merupakan visi kepala daerah terpilih,
rumusan Visi RPJMD Kabupaten Mojokerto 2011-2015 ini adalah
“Terwujudnya Kabupaten Mojokerto yang Mandiri, Demokratis,
Adil,Makmur, dan Bermartabat” .
Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
diaksanakan untuk mewujudkanvisi. Dari visi tersebut , butir A,maka
dijabarkan menjadi misi Pemerintah Kabupaten Mojokerto periode 2011-
2015 sebagai berikut :
Mewujudkan SDM yang berkualitas melalui peningkatan akses
dan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan;
Mewujudkan ketertiban, supremasi hokum, dan HAM;
Mewujudkan pemerintah daerah yang efektif, demokratis, bersih,
professional dan adil dalam melayani masyarakat;
Mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya saing,
berkeadilan dan berbasis pada ekonomi kerakyatan;
Mewujudkan ketahanan sosial budaya dalam rangka integrasi
Nasional, pada tatanan masyarakat yang bermartabat, berakhlak
mulia, beretika, dan berbudaya luhur berlandaskan pancasila;
Mewujudkan partisipasi masyarakat melalui pemberian akses dan
kesempatan dalam pembangunan;
Mewujudkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang lebih
mengutamakan kesejahteraan masyarakat;
Didalam penjabaran misi RPJMD Kabupaten Mojokerto poin
Mewujudkan ketahanan social budaya dalam rangka integrasi Nasional,
pada tatanan masyarakat yang bermartabat, berakhlak mulia, beretika, dan
berbudaya luhur berlandaskan pancasila , bisa menjadi acuan bagi
pengembangan kawasan Trowulan sebagai kawasan wisata untuk
menjunjung budaya yang ada. Trowulan merupakan salah satu pusat
peradaban budaya yang ada di Jawa Timur bahkan memiliki cerita yang
tenar seantero asean. Hal ini karena Trowulan merupakan pusat dari
Kerajaan Majapahit.
b. Fasilitator
Adanya pergeseran peran pemerintah dari pemerintahan lama yang
cenderung sebagai aktor tunggal dalam pembangunan mengalami perubahan.
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya reformasi dan demokratisasi yang
membuat pemerintah berubah menjadi sebagai fasilitator dan motivator dalam
pembangunan. Jadi peran pemeritah daerah adalah sebagai fasilitator atau
memberikan fasilitas kepada berbagai stakeholders dalam proses
pembangunan. Pada khususnya memfasilitasi proses pembangunan.
Dalam menindak lanjuti peran pemerintah sebagai fasilitator maka
diperlukan sebuah upaya sebagai tindakan. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah yaitu dengan membentuk kelembagaan. Upaya untuk
mengembangkan pariwisata sejarah tentunya perlu dilakukan sehingga
dibutuhkan adanya kerja sama dan semangat kebersamaan dari semua
pemangku kepentingan. Untuk itulah ada beberapa lembaga yang turut andil
dan mendukung dalam pengembangannya. Lembaga-lembaga yang terlibat
merupakan tim kerja yang saling berhubungan dalam mengembangkan
pariwisata.
a. Kelembagaan dari unsur pemerintah
Pihak pemerintah yang berperan aktif adalah pemerintah Kabupaten
Mojokerto, pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun pihak-pihak lain yang
saling bersinergi dalam pengembangan Trowulan.
Kelembagaan yang terlibat menurut Ibu Lilik (W, 48 Tahun) selaku
Kabid Promosi, Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata yang
mengatakan bahwa :
“Dalam pengembangan kawasan wisata sejarah ini ada Pokja nya,
Bappeda sebagai ketua Pokja nya, dispora sebagai wakil ketua serta
juga sebagai pelaksananyadibidang pariwisata dan dinas ciptakarya
sebagai pelaksana dibidang infrastruktur” (wawancara hari Kamis 20
April 2017 jam 08:30 di Disporabudpar Kabupaten Mojokerto)
Pemerintah Kabupaten Mojokerto sebagai tuan rumah yang menguasai
wilayah Kabupaten Mojokerto memiliki peran yang lebih dalam
pengembangan Trowulan. Disporabudpar Kabupaten Mojokerto menjadi
salah satu pihak yang paling berperan baik dalam pengembangan produk,
pengadaan event, promosi, pengembangan fasilitas pariwisata dan lain-lain di
wilayah Trowulan. Selain itu pihak Disporabudpar Kabupaten Mojokerto juga
bertugas memberikan masukan-masukan atau ide-ide terkait pengembangan
pariwisata suatu daerah kemudian bekerjasama dengan Dinas Perhubungan,
Dinas PU Cipta Karya, Bina Marga, Disperindag dan pihakpihak lain dalam
pelaksanaan kegiatannya.
Selain Disporabudpar Kabupaten Mojokerto, terdapat pula unsur lain
dari pemerintah pusat yang turut berperan aktif dalam pengembangan
kawasan situs Trowulan, yakni Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa
Timur yang berada di bawah Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan. Peran
utama BPCB Jawa Timur adalah lebih mengarah pada pelestarian situs.
Diantara pihak pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,
pihak yang paling memiliki porsi besar adalah Disporabudpar Kabupaten
Mojokerto dan BPCB Jawa Timur. Keduanya mengadakan kerjasama dalam
hal pengembangan kawasan situs sejarah Trowulan.
b. Kelembagaan dari unsur swasta
Lembaga dari unsur swasta yang berperan aktif secara khusus dalam
pengembangan kawasan situs Trowulan masih belum ada. Namun masih ada
lembaga swasta seperti biro perjalanan wisata, Himpunan Pramuwisata
Indonesia (HPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),
Association of Indonesia Travel Agencies (ASITA), dan lain-lain yang
berperan aktif dalam pengembangan pariwisata secara umum di Indonesia.
Salah satu lembaga swasta yang dibentuk oleh Disporabudpar Kabupaten
Mojokerto adalah Badan Promosi (Bapro) yang bertugas mempromosikan
seluruh obyek daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Mojokerto.
c. Kelembagaan dari unsur masyarakat
Saat ini kawasan situs Trowulan masih belum memiliki kelembagaan
yang berasal dari unsur masyarakat. Masyarakat yang aktif dalam
pengembangan pariwisata di Trowulan hanya tergabung dalam suatu
komunitas-komunitas tertentu seperti Save Trowulan, Genta Majapahit
(Gerakan Cinta Majapahit), dan lain-lain. Selain itu di Desa Bejijong juga
terdapat Lembaga Desa Wisata (Ladewi), namun kiprahnya dalam
pengembangan kawasan situs Trowulan masih kurang terlihat, sehingga
lembaga tersebut hanya dijadikan embel-embel suatu desa saja tanpa ada
kegiatan yang menunjukkan aktifitas desa wisata. Kemudian lembaga
masyarakat pariwisata yang berupa kelompok sadar wisata (Pokdarwis) juga
belum ada di kawasan situs Trowulan.
Untuk mengelola potensi pariwisata yang banyak tersebut tidak cukup
hanya peran pemerintah dan swasta, tapi juga perlu peran dari masyarakat
sekitar objek wisata dalam mendukung dan berperan serta dalam proses
pembangunan pariwisata disuatu daerah. Seperti yang diungkapkan salah satu
Staf Disporabudpar, Ibu Yanti :
“Dalam membangun pariwisata perlu adanya dukungan semua pihak
Mas, tidak hanya Disporabudpar saja, tapi perlu kerjasama swasta dan
juga masyarakat sekitar objek wisata.Jika ketiga nya itu bisa
bekerjasama dengan baik. InshaAllah pengembangan wisata juga akan
menjadi lebih baik” (Wawancara Tanggal, 20 April 2017 di Ruang
Sekretariat Disporabudpar Kabupaten Mojokerto)
Banyak lembaga - lembaga tim kerja yang terlibat dalam
pengembangan pariwisata, Tanggung jawab bersama adalah kunci dari
pengembangan pariwisata sejarah, semua yang berkepentingan wajib untuk
mengarahkan masyarakat untuk bersikap lebih bijak dalam mengelola
lahannya. Pembangunan yang lepas kendali akan merusak suasana bersejarah
kawasan Trowulan. Segala lembaga, kelompok, dan instansi yang terlibat di
dalamnya saling bekerjasama. Dalam perjalanannya setiap kegiatan pasti
terdapat kendala, tapi dengan adanya lembaga-lembaga serta adanya
penguatan dan pembinaan secara berkala diharapkan antara masyarakat
penyedia jasa wisata dan pemerintah dapat sinergis dalam menangani
masalah-masalah yang ada
Peran dari Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Mojokerto dalam mengembangkan kawasan wisata berbasis
sejarah sejauh ini dengan memberi arahan. Dalam wawancara mengenai
upaya apa saja yang dilakukan oleh dinas, Pak Joko (L, 48 Tahun) selaku
Kabid Perencanaan, Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata
yang mengatakan, bahwa :
“kami dari dinas sudah mensosialisasikan kepada masyarakat disekitar
objek wisata , khususnya para tokoh masyarakat agar mau
berpartisipasi aktif dalam uaya pengembangan kawasan wisata sejarah
di Trowulan ini khususnya. Karena kalau masyarakat sudah mulai
sadar akan pentingnya objek wisata ini , membuat pihak dinas
terbantu. Melalui event rutin yang digelar” (wawancara hari Kamis 20
April 2017 jam 08:30 di Disporabudpar Kabupaten Mojokerto)
Upaya Disporabudpar tidak hanya itu saja, pihak dinas juga mengajak
masyarakat berperan aktif dalam mengelola kawasan tempat tinggal mereka
sehingga membuat kawasan disekitar tempat wisata ini lebih nyaman.
c. Pemberdaya
Peran dari pemerintah dalam proses pengembangan selain sebagai
regulator dan fasilitator. Pemerintah juga berperan sebagai pemberdaya,
pemerintah harus turut berperan aktif dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Hal tersebut mengingat peran dari pemerintah sebagai
pemberdaya, pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah bersifat top-
down atau pembangunan dari atas ke bawah. Salah satu pemberdayaan yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan pelatihan kepada
masyarakat didaerah kawasan wisata. Pelatihan merupakan bentuk dari upaya
pemerintah dalam melaksanakan perannya sebagai pemberdaya.
Pemberdayaan nyata dilakukan pemerintah yaitu dengan mengikut
sertakakan masyarakat dalam kegiatan pelestarian serta promosi kawasan
wisata di Trowulan. Hal ini secara langsung digambarkan melalui event atau
kegiatan yangdilakukan pemerintah.
Gambar 2. Candi brahu. Upacara adat , Kecamatan Trowulan Sumber: Disporabudpar
Kelompok masyarakat mengambil peran sebagai pelaku utama dalam
kegiatan ini dan Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata
membantu sebagai fasilitator kegiatan. Sebagai pihak yang mempromosikan
kegiatan ini. Manfaat langsung dirasakan oleh warga sekitar. Seperti yang di
ungkapkan pak Utomo, selaku salah satu penjaga parkir yang ada disana :
“Dulu upacara seperti ini Cuma warga saja mas yang datang, tapi
sekarang jadi rame. Soalnya dibantu sama orang dinas promosi,
sekarang lumayan anak muda bisa dapat tambahan uang dari parkir
dadakan dan ada juga yang jualan” (wawancara hari Sabtu 6 Mei 2017
di Parkiran candi Brahu)
Pak Utomo dilapangan parkirpun tak sendiri, istrinyapun ikut
berjualan didekat kawasan acara ini. Hal ini diungkapkan langsung oleh Bu
Tina yang peneliti temui :
“Sekarang enak mas kalau ada upacara keagamaan atau festival warga
diajak untuk meramaikan, jual es sama jajan gini lumayan. Bisa buat
tambah-tambah bantu buat belanja biaya dapur” (wawancara hari sabtu
6 Mei 2017 di Parkiran candi Brahu)
Secara tidak langsung warga ikut meramaikan serta mendapat
manfaat yang cukup berarti dalam perekonomiannya sekaligus menjadi ajang
promosi bagi lokasi ini. Karena event yang ramai akan menarik perhatian
para wisatawan yang akan berkunjung.
Aaaa
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Pengembangan Kawasan
Wisata Sejarah
Dalam melakukan pengembangan kawasan wisata sejarah terdapat
faktor-faktr yang menjadi pendukung dan penghambat. Kedua faktor tersebut
sangat mempengaruhi berhasil tidaknya dalam pengembangan wisata sejarah.
Faktor pendukung merupakan hal-hal yang mendukung dan menjadi
pendorong untuk pemerintah daerah dan segala pemangku kepentingan dalam
mengembangkan pariwisata sejarah di Mojokerto. Sementara faktor
penghambat adalah hal-hal yang menjadi penghambat dan kendala untuk
pemerintah daerah dan segala pemangku kepentingan dalam mengembangkan
pariwisata sejarah di Mojokerto. Untuk itulah perlu diketahui hal-hal apa saja
yang mendukung dan menghambat dalam proses pengembangan wisata
sejarah di Kabupaten Mojokerto. Adapun faktor pendukung dan penghambat
sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1). Tersedianya Obyek Wisata Sejarah
Keberadaan situs candi peninggalan kerajaan Majapahit ini
merupakan suatu potensi pariwisata unggulan bagi Kabupaten Mojokerto.
Dimana hanya ada di Mojokerto saja candi-candi ini ada. Cukup lengkap
dan cukup banyak situs yang masih ada membuat titik objek
pariwisatanya semakin banyak. Bapak Tulus mengungkapkan ini disela
wawancara di kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya :
“Disini lumayan lengkap dan banyak mas situs-situs peninggalan
kerajaan Majapahit. Mulai dari arkefak maupun candi yangmsih
kokoh berdiri. Namun saying banyak arca dan stupa dari candi yang
hilang karena diperdagangkan oleh warga dulu. Namun sekarang
warga mulai sadar akan pentingnya ini. Sehingga ketika menemukan
barang seperti arca atau stupa sering melaporkannya ke BPCB
Trowulan untuk disimpan di museum Majapahit”
Kelengkapan situs di trowulan menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan yang ingin melihat kilas balik kisah kebesaran kerajaan
Majapahit.
2). Milik Pemerintah
Pariwisata berbasis sejarah merupakan pariwisata yang sudah
tersedia, dalam artian pemerintah tidak memerlukan banyak
pembangunan. Pengelolaan serta perawatan adalah modal utama dari
pariwisata ini. Karena pariwisata sejarah ini sudah tercipta dari kltur
budaya atau warisan peninggalan generasi sebelumnya.
Kawasan wisata trowulan ini awalnya dikelola oleh Balai Pelestarian
Cagar Budaya provinsi yang sekarang dikelola oleh Disporabudpar
Kabupaten Mojokerto. Kondisi situs yang cukup terawatt oleh BPCB
membuat Disporabudpar tinggal meneruskan nya saja. Ungkap Bapak
Suyono selaku pegawai BPCB yang peneliti temui diloket Candi Bajang
ratu, berikut wawancaranya :
“Dulu disini Cuma dipakai buat peneliti-peneliti saja mas, atau
pelajar yang lagi penelitian. Beda dengan sekarang, kalau sekarang
lebih sering keluarga yang rekreasi foto-foto bawa anak gitu. peneliti
atau mahasiswanya jarang. Kalau bangunan masih tetap belum ada
perubahan”.
Perubahan pengunjung yang dating dari yang akademisi menjadi
masyarakat umum ini menandakan bergesernya pandangan masyarakat
tentang situs bersejarah ini. Dimana masyarakan lebih memandang ini
sebagai hiburan pelepas penat ketika liburan.
3). Dukungan dari Stakeholder dan Kualitas Sumber Daya Manusia
Aparatur Pemerintah
Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dan
mendukung dalam mengembangkan pariwisata . Sumber daya manusia
yang baik adalah yang berkualitas dan mempunyai kesadaran dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini aparatur dari jajaran pemerintah
yang mempunyai kepentingan dalam mengembangkan pariwisata,
khususnya pariwisata sejarah.
4). Letak Trowulan yang strategis
Letak Trowulan sangat strategis dimana terletak dijalur utama
Surabaya-Solo. Membuat akses kelokasi menjadi mudah. Akses jalan
sudah aspal dan sebagian lagi sudah beton dengan lebar yang memadai
untuk ukuran bus-bus pariwisata.
b. Faktor Penghambat
1). Keterbatasan Dana untuk Pelaksanaan Kegiatan
Keterbatasan anggaran dana untuk promosi adalah salah satukendala
yang dimiliki oleh Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Mojokerto. Ini diungkapkan langsung oleh Bapak Soleh (L,
53 Tahun) selaku anggota tim promosi wisata Disporabudpar Kabupaten
Mojokerto :
“Kita disini terbentur anggaran mas, dimana dinas ini bertumpuk-
tumpuk yang di naungi, ada pemuda , ada olah raga , kebudayaan
lalu pariwisata. Sehingga dananya kudu dipilah dan dibagi. Jadi
wajar jika promosi tidak bisa optimal seperti yang diinginkan”.
(wawancara Jum’at 5 Mei 2017)
Dari penuturan bapak Soleh ini terungkap jelas kenapa promosi
pariwisata Trowulan ini tidak optimal. Sehingga banyak masyarakat luas
yang belum mengetahui potensi daya tarik sejarah trowulan ini. Pelu
adanya penganggaran yang cukupuntuk sarana promosi ini. Sehingga ini
bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Trowulan.
2). Sulit untuk Mensinergikan Program antar Lembaga
Banyaknya lembaga dengan berbagai tujuan membuat dinas ini
khususnya bidang pariwisata menjadi tidak maksimal dalam melakukan
kegiatan. Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata cukup
kuwalahan mengelola ini. Hal seperti ini terjadi karena dalam dinas ini
ada tumpang tindih kepentingan sehingga membuat pengelolaan tidak
bisa optimal. Ini pun diungkapkan oleh Bapak Edi (L , 37 Tahun) :
“Disini sulit mas kalau mau fokus kesana saja, sudah rencana mau
fokus ternyata dari bidang lain butuh bantuan jadi kudu bantu
pihak lain dulu. Pokoknya masih sulit soalnya banyak lembaga
disini”. (wawancara Jum’at 5 Mei 2017)
Sangat bisadipahami sebab pariwisata sejarah di Trowulan ini
tidak bisa berkembang secara optimal. Salah satunya karena dinas terkait
tidak bisa berfokus untuk mengelolanya.
3). Minim Promosi
Minim promosi ini terjadi karena dinas ini memiliki banyak
lembaga yang secara otomatis anggaran akan semakin banyak pos-pos
nya yang berakibat tidak maksimallah dana yang ada untuk
pengembangan serta promosi kawasan wisata. Promosi merupakan
kegiatan yang cukup mengeluarkan banyak biaya. Tanpa promosi sulit
sebuah produk akan laku laris dipasaran. Ini seperti pariwisata di
Trowulan ini. Karena minim promosi orang pun jadi tidak banyak yang
tahu dan berakibat langsung kejumlah pengunjung yang datang.
Berada dijalur utama Surabaya – Solo seharusnya Trowulan tidak
sulit dalam melakukan promosi ke wisatawan. Membuat spanduk atau
papan petunjuk jalan yang mengarahkan menuju lokasi candi dari jalur
utama itu cukup membuat masyarakat yang melewati jalur itu akan
penasaran dan kemungkinnan untuk berkunjung itu cukup besar. Karena
searah dengan perjalanan mereka. Ibu Lilik (W, 48 Tahun) selaku Kabid
Promosi, Dnas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata juga yang
mengatakan, bahwa :
“anggaran yang kami kelola tak pernah cukup mas, sehingga promosi
yang ada menjadi kurang optimal, namun untuk tahun ini kami
mencoba berkolaborasi bersama dengan bagian pemuda mengadakan
final pemilihan Cak-Ning Mojokerto dipelataran Candi Bajang Ratu.
Cukup ramai antusias masyarakat yang dating kemarin. Sekali
kegiatan cukup membantu memperunjukkan / mempromosikan
wisata yang ada disini’
Langkah yang diambil oleh Ibu Lilik ini cukup baik karena dengan
satu kegiatan promosi berjalan walaupun kegiatan awal milik bidang
kepemudaan .
4). Fasilitas yang ada kurang memadai
Beberapa kompleks candi tidak memiliki fasilitas toilet. Ini
terkadang yang membuat suasana berwisata kurang nyaman. Saya sempat
bertanya pada seorang pengunjung bernama Tedy ( L , 26Tahun) mas ini
berasal dari Surabaya, berikut percakapan ketika saya bertanya soal toilet
:
“ iya nih mas, disini tidak ada toiletnya. Saya tadi kesana sambil
menunjuk pohon yang ada di utara kompleks candi”. ( wawancara
Minggu 7 Mei 2017)
Sangat disayangkan jika hal semacam ini terjadi ditempat wisata yang
sejatinga adalah ruang public, namun menjadi kotor karena tidak ada
tempat khusus untuk mencegah ataupun memberikan tempat yang
selayaknya ada.
C. Analisis Data
1. Peran Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Kawasan Wisata
Sejarah
a. Regulator
Salah satu peran dari pemerintah adalah sebagai pembuat regulasi atau
bisa disebut sebagai regulator, dalam melaksanakan perannya sebagai
regulator atau pembuat aturan pemerintah membutuhkan upaya-upaya yang
menjalankan peran regulator tesebut. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
adalah membuat regulasi-regulasi yang mendasari kebijakan tertentu.
Regulasi merupakan hal yang sangat penting bagi proses pembangunan,
khususnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dikarenakan mengingat
regulasi adalah landasan dan acuan dalam setiap proses pembangunan.
Adanya regulasi, diharapkan pembangunan bisa dilaksanaan secara baik
sesuai dengan aturan yang ada.
Di Trowulan pemerintah sudah menjalankan perannya sebagai
regulator dimana ada beberpa kebijakan yang diambil khusus untuk wilayah
ini. Seperti di tetapkannya kawasan wisata Trowulan sebagai cagar budaya
yang semua kalangan masyarakan diharuskan menjaga serta memeliharanya.
Hal ini juga ditaati oleh warga masyarakat.Kelestariaan bagunan serta budaya
ditrowulan merupakan bukti berhasilnya fungsi peran pemerintah sebagai
regulator guna melestarikan kawasan cagar budaya ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto dalam Rasyidah (2013;5)
yang menyatakan peran pemerintah sebagai regulator.Mengatur serta
mengendalikan dengan peraturan-peraturan.
b. Fasilitator
Adanya pergeseran peran pemerintah dari pemerintahan lama yang
cenderung sebagai aktor tunggal dalam pembangunan mengalami perubahan.
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya reformasi dan demokratisasi yang
membuat pemerintah berubah menjadi sebagai fasilitator dan motivator dalam
pembangunan. Jadi peran pemeritah daerah adalah sebagai fasilitator atau
memberikan fasilitas kepada berbagai stakeholders dalam proses
pembangunan. Pada khususnya memfasilitasi proses pembangunan.
Peran pemerintah dalampengembangankawasan Trowulan ini diwakili
oleh Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata.Dimana
keterlibatan pihak swasta dan masyarakat cukup sejalan.Peran serta upaya dari
pemerintah tersebut mengarah pada prinsip kepemerintahan yang baik (good
governance).Hal ini seperti menurut Osborne dan Gaebler dalam Sumarto
(2009:8) menjelaskan kepemerintahan yang baik yaitu steering, ketimbang
rowing, enabling, dan providing, pemerintah tidak perlu melakukan segalanya
sendiri tetapi lebih memfasilitasi dan mengkoordinir, bukan mengarahkan dan
mengontrol. Pergeseran fokus dari old government ke new government di era
transisi menuju demokratisasi pada praktiknya akan menghadapi
permasalahan yang sangat kompleks. Pemerintah Kabupaten Mojokerto
melalui Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata lebih pada
mengakomodasikan masyarakat tani dan memfasilitasi dalam
mengembangkan pariwisata. Jadi masyarakat mempunyai peran dalam proses
pembangunan yang terlibat secara aktif dan masyarakatlah yang menentukan
pilihannya sendiri.
Dalam prinsip good governance pemerintah tidak hanya sendiri dalam
melakukan proses pemerintahan dan pembangunan. Didalamnya melibatkan
pemangku kepentingan lain (stakeholders) seperti masyarakat dan swasta.
Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
pihak petani dan juga dibantu dengan pihak swasta. Untuk kelompok
masyarakat, Dinas Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata
bekerjasama melalui kegiatan pelatihan dan pembinaan.
c. Pemberdaya
Peran dari pemerintah dalam proses pengembanganpariwisata selain
sebagai regulator dan fasilitator.Pemerintah juga berperan sebagai
pemberdaya, pemerintah harus turut berperan aktif dalam proses
pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut mengingat peran dari pemerintah
sebagai pemberdaya, pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah bersifat
top-down atau pembangunan dari atas ke bawah. Salah satu pemberdayaan
yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan pelatihan kepada
masyarakat didaerah kawasan wisata. Pelatihan merupakan bentuk dari upaya
pemerintah dalam melaksanakan perannya sebagai pemberdaya.
Banyak lembaga-lembaga tim kerja yang terlibat dalam pengembangan
pariwisata, Tanggung jawab bersama adalah kunci dari pengembangan
pariwisata sejarah, semua yang berkepentingan wajib untuk mengarahkan
masyarakat untuk bersikap lebih bijak dalam mengelola lahannya.
Pembangunan yang lepas kendaali akan merusak suasana bersejarah kawasan
Trowulan. Segala lembaga, kelompok, dan instansi yang terlibat di dalamnya
saling bekerjasama. Pemerintah disini menjadi pihak yangmemfasilitasi
antara masyarakat dengan pihak swasta melaluiDinas Pemuda Olah Raga
Kebudayaan dan Pariwisata.
Dengan adanya pelatihan yang melibatkan kelompok masyarakat dan
partisipasi masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan
turut melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dalam bidang
pariwisatan. Sehingga pemerintah tidak hanya melaksanakan pembangunan
secara top down saja, melainkan juga dari masyarakat dahulu atau bottom up.
Menurut Friedman dalam Suryono (2010:22) pemberdayaan merupakan hasil
kerja dari proses interaktif baik di tingkat ideologis maupun praktis. Di tingkat
ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi antara konsep
“top-down dan bottom-up” antara “growth strategy dan people-centred
strategy”. Sedangkan di tingkat praktis, interaktif akan terjadi lewat
pertarungan antar otonomi. Pelatihan dan pembinaan tersebut dimaksudkan
untuk menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat.Selain itu juga
untuk meningkatkan daya saing masyarakat dan meningkatkan sumber daya
manusia agar lebih baik.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Pengembangan Kawasan
Wisata Sejarah
a. Faktor Pendukung
1. Tersedianya Obyek Wisata Sejarah
Pariwisata berbasis sejarah merupakan pariwisata yang murah, dalam
artian pemerintah tidak perlu memerlukan banyak pembangunan.
Pengelolaan serta perawatan adalah modal utama dari pariwisata ini.
Karena pariwisata sejarah ini sudah tercipta dari kultur budaya atau
warisan peninggalan generasi sebelumnya.
Pengembangan kawasan sejarah seperti ini tinggal dipromosikan saja.
Lalu menggadakan event rutin untuk menarik minat para wisatawan
untuk datang. Kampong Majapahit juga tersedia, dimana program ini
langsung dijalankan oleh pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi.
2. Milik Pemerintah
Untuk hal yang bernuansa kebudayaan atau kepurbakalaan ini jarang
atau tidak dimiliki oleh pihak swasta karena peninggalan budaya
dilindungi oleh negara.
3. Dukungan dari Stakeholder dan Kualitas Sumber Daya Manusia
Aparatur Pemerintah
Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dan
mendukung dalam mengembangkan pariwisata . Sumber daya manusia
yang baik adalah yang berkualitas dan mempunyai kesadaran dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini aparatur dari jajaran pemerintah
yang mempunyai kepentingan dalam mengembangkan pariwisata,
khususnya pariwisata sejarah.
4. Letak Trowulan yang strategis
Letak Trowulan sangat strategis dimana terletak dijalur utama
Surabaya-Solo. Membuat akses kelokasi menjadi mudah. Akses jalan
sudah aspal dan sebagian lagi sudah beton dengan lebar yang memadai
untuk ukuran bus-bus pariwisata.
Berbagai faktor pendukung ini menjadikan pariwisata sejarah di
Trowulan cukup spesial dan khusus. Karena keberadaannya tidak ada
didaerah lain jadi Trowulan bisa dijadikan pusat wisata peninggalan
kerajaan Majapahit. Adanya manfaat bagi perekonomian masyarakat
yang lebih baik karena terbukanya peluang usaha baru disekitaran
kawasan wisata mengarah pada pembangunan berkelanjutan. Masyarakat
dapat menjual jasa disekitaran kawasan pariwisata. Hal tersebut ditambah
lagi dengan kondisi sosial masyarakat yang lebih aktif lagi melalui
kelompok seni dan pemberdayaan. Sugandhy & Hakim (2009:22)
mengemukakan bahwa proses pembangunan berlangsung secara berlanjut
dan didukung sumber alam yang ada dengan kualitas lingkungan dan
manusia yang semakin berkembang dalam batas daya dukung
lingkupnya. Pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang
meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi
generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
b. Faktor Penghambat
1). Masih Minimnya Kesadaran Warga
Kesadaran warga akan pentingnya aparatur untuk menghandle
promosi adalah salah satukendala yang dimiliki oleh Dinas Pemuda
Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto. Ini
diungkapkan langsung oleh Bapak Soleh (L, 53 Tahun) selaku anggota
tim promosi wisata Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan
Pariwisata kabupaten Mojokerto :
“Kita disini terbentur anggaran mas, dimana dinas ini bertumpuk-
tumpuk yang di naungi, ada pemuda , ada olah raga , kebudayaan
lalu pariwisata. Sehingga dananya kudu dipilah dan dibagi. Jadi
wajar jika promosi tidak bisa optimal seperti yang diinginkan”.
(wawancara Jum’at 5 Mei 2017)
Dari penuturan bapak Soleh ini terungkap jelas kenapa promosi
pariwisata Trowulan ini tidak optimal. Sehingga banyak masyarakat luas
yang belum mengetahui potensi daya tarik sejarah trowulan ini. Pelu
adanya penganggaran yang cukupuntuk sarana promosi ini. Sehingga ini
bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Trowulan.
2). Sulit untuk Mensinergikan Program antar Lembaga
Banyaknya lembaga dengan berbagai tujuan membuat dinas ini
khususnya bidang pariwisata menjadi tidak maksimal dalam melakukan
kegiatan. Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata cukup
kuwalahan mengelola ini. Belum terbentuknya Kelompok Sadar Wisata
( Pokdarwis ) dimasyarakat membuat program pemerintah seperti jalan
ditempat. Hal seperti ini terjadi karena dalam dinas ini ada tumpang
tindih kepentingan sehingga membuat pengelolaan tidak bisa optimal.
Ini pun diungkapkan oleh Bapak Edi (L , 37 Tahun) :
“Disini sulit mas kalau mau fokus kesana saja, sudah rencana mau
fokus ternyata dari bidang lain butuh bantuan jadi kudu bantu pihak
lain dulu. Pokoknya masih sulit soalnya banyak lembaga disini”.
(wawancara Jum’at 5 Mei 2017)
Sangat bisa dipahami sebab pariwisata sejarah di Trowulan ini tidak
bisa berkembang secara optimal. Salah satunya karena dinas terkait
tidak bisa berfokus untuk mengelolanya. Terutama masyarakat yang
belum aktif melakukan kegiatan yang membantu pemerintah dalam
mengembangkan wisata ini.
3). Minim Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang cukup fitaldalam mengenalkan
sebuah produk. Tanpa promosi sulit sebuah produk akan laku laris
dipasaran. Ini seperti halnya pariwisata di Trowulan. Karena minim
promosi orang pun jadi tidak banyak yang tahu dan berakibat langsung
kejumlah pengunjung yang datang.
Berada dijalur utama Surabaya – Solo seharusnya Trowulan tidak
sulit dalam melakukan promosi ke wisatawan. Membuat spanduk atau
papan petunjuk jalan yang mengarahkan menuju lokasi candi dari jalur
utama itu cukup membuat masyarakat yang melewati jalur itu akan
penasaran dan kemungkinnan untuk berkunjung itu cukup besar. Karena
searah dengan perjalanan mereka. Ibu Lilik (W, 48 Tahun) selaku Kabid
Promosi, Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata juga
yang mengatakan, bahwa :
“kami masih belum optimal dalam mempromosi kawasan trowulan
sehingga jumlah pengunjung yang datang menjadi kurang optimal,
namun untuk tahun ini kami mencoba berkolaborasi bersama dengan
bagian pemuda mengadakan final pemilihan Cak-Ning Mojokerto
dipelataran Candi Bajang Ratu. Cukup ramai antusias masyarakat
yang dating kemarin. Sekali kegiatan cukup membantu
memperunjukkan / mempromosikan wisata yang ada disini”.
Kegiatan seperti ini tentunya harus diperbanyak, sehingga
masyarakat luas sedikit demi sedikit dapat mengetahui keberadaan situs
wisata sejarah yang ada di Trowulan ini. Karena meskipun cukup dekat
dengan jalan raya. Namun jumlah kunjungan wisatawannya masih belum
optimal. Dengan pengelolaan serta promosi yang baik, bukan tidak
mungkin kawsan wisata sejarah di Trowulan bisa mendunia seperti
layaknya wisata candi Borobudur dan candi Prambanan.
4). Fasilitas yang ada kurang memadai
Beberapa semua kompleks candi memiliki fasilitas toilet. Ini
terkadang yang membuat suasana berwisata kurang nyaman. Saya sempat
bertanya pada seorang pengunjung bernama Tedy ( L , 26Tahun) mas ini
berasal dari Surabaya, berikut percakapan ketika saya bertanya soal toilet
:
“ iya nih mas, disini tidak ada toiletnya. Saya tadi kesana sambil
menunjuk pohon yang ada di utara kompleks candi”.( wawancara
Minggu 7 Mei 2017)
Sangat disayangkan jika hal semacam ini terjadi ditempat wisata
yang sejatinya adalah ruang publik, namun menjadi kotor karena tidak
ada tempat khusus untuk mencegah ataupun memberikan tempat yang
selayaknya ada.
Berbagai hambatan yang ada terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat luas tentang objek wisata Trowulan. Masyarakat Trowulan
sendiri terlihat pasif dalam mempromosikan kawasan wisata yang ada
didaerahnya. Begitupula Disporabudpar yang masih kurang dalam
promosi kawasan Wisata Trowulan.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam mengembangkan
kawasan wisata sejarah, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1) Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata Trowulan
dilakukan dengan beberapa upaya dalam hal dan kegiatan. Upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah kurang optimal karena keterlibatan pihak
masyarakat dan pihak swasta masih belum maksimal dalam pemasaran
kawasan Wisata Sejarah Trowulan.
a) Regulator
Peran pemerintah adalah sebagai regulator dengan membuat
regulasi atau kebijakan yang mengacu pada pengembangan kawasan
wisata antara lain adalah perihal Pengembangan Kawasan Wisata.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerahnya yaitu Dinas Pemuda Olah Raga kebudayaan dan Pariwisata.
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Mojokerto
tahun 2011-2015, tentang kawasan Trowulan sebagai kawasan Wisata
edukasi sejarah.
b) Fasilitator
Kesiapan dan peran kelembagaan dalam kegiatan pariwisata perlu
diperbaiki lagi terutama dalam hal kerjasama antara lembaga dari unsur
pemerintah, swasta dan masyarakat.
c) Pemberdyaan
Peran pemerintah sebagai pemberdaya belum cukup optimal
dalam menggerakkan masyarakat. Ini terbukti belum adanya
Pokdarwis di masyarakat Trowulan. Dimana pemerintah bekerjasama
dengan berbagai stakeholders yang ikut terlibat. Terdapat peran
partisipasi dari masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata
diTrowulan. Dimana masyarakat diajak memelihara lingkungan
disekitar kawasan kampong majapahit dengan tetap mempertahankan
situasi lingkungan disana.
2) Peran yang dimiliki oleh pemerintah yang ditindak lanjuti dengan
melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kawasan wisata terdapat
beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat berikut di
bawah ini:
a) Faktor pendukung
1. Tersedianya Obyek Wisata Sejarah
2. Milik Pemerintah
3. Dukungan dari Stakeholder dan Kualitas SDM Aparatur
Pemerintah
4. Letak Trowulan yang strategis
b) Faktor penghambat
1. Keterbatasan Dana untuk Pelaksanaan Kegiatan
2. Sulit untuk Mensinergikan Program antar Lembaga
3. Minim Promosi
4. Fasilitas yang ada kurang memadai
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan maka penulis memberikan beberapa
saran yang diharapkan mampu memberikan
1) Sebaiknya Badan Pengelola kawasan situs Trowulan yang terdiri dari aspek
pemerintah, swasta dan masyarakat. Badan pengelola ini dibentuk untuk
memperjelas kewenangan dan tanggung jawab agar pengembangan maupun
pengelolaan kawasan situs Trowulan lebih terarah dan tidak saling tumpang
tindih.
2) Pemanfaatan Museum Trowulan sebaiknya digunakan juga sebagai pusat
informasi pariwisata yang juga sekaligus menjual paket-paket wisata.
Seharusnya pemusatan lokasi seni kerajinan juga dapat memudahkan
wisatawan untuk mencari oleh-oleh atau cindera mata khas Trowulan.
DAFTAR PUSTAKA
Craswell , John W. 2014. Reserch Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Friedman. John dan Mike Douglass. 1976. Pengembangan Agropolitan Menuju
Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI
Musanef, 1995. Pariwisata dan Pengembangannya. Jakarta : Gunung
Agung.
Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Moelong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Pasolong, H. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Pendit, S. Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata:Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Pitana, I.G dan I.K.S. Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta
:ANDI
Prasaja, D. 2009. Menggali Industri Kreatif di Sektor Swasta. diakses pada
tanggal 20 Oktober 2016 melalui http://eastjavatraveler.com.....
Rizki ratman,SH.MPA.2016. Pembangunan Destinasi Pariwisata
Prioritas 2016 – 2019. diakses 7 November 2016 melalui
http://www.kemenpar.go.id/
Riyadi, dan Bratakusumah. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta:
Gramedia.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) tahun 2010-2015.
Kabupaten Mojokerto : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Siagian, S. 2009. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Strateginya.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Soedjito, Bambang Bintoro dan Seman Widjoyo. 2002. Buku Pedoman Safeguarding
Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah. Jakarta: Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Departemen Dalam Negeri.
Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2009. Analisis Kebijakan Publik Konsep,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tjokroamidjojo, 1985. Pengantar Administrasi Pembangunan
UU No.32 Tahun 2004. tentang Pemerintah Daerah. diakses pada tanggal 31
Maret 2017 melalui http://sjdih.depkeu.go.id.....
Yoeti, O. 1985. Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Bandung : Angkasa.
_______. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
_______. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung:Angkasa.
Zauhar. 1996. Reformasi Administrasi: Konsep, Dimensi dan Strategi. Jakarta :
Bumi Aksara.
top related