peran imm dalam masyarakat
Post on 30-Nov-2015
73 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Peran IMM dalam Masyarakat
PERANAN IMM DALAM MASYARAKAT
IMM awan Tunggal Puspa Nugraha
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi gerakan yang sudah
lama eksis di kalangan pergerakan mahasiswa Indonesia, dunia pergerakan mahasiswa
Indonesia tentunya sudah tidak ragu lagi dengan kapabilitas IMM dalam mengawal bangsa,
bergerak melintasi zaman, dari semenjak zaman orde lama, orde baru, reformasi, dan kini
pasca reformasi IMM masih eksis dalam memberikan gagasan-gagasan tentang perubahan
dan tentunya tetap dengan memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran.
Terlahir dari dinamisasi situasi politik yang sedang memanas, dimana adanya isu-isu dari
rezim pada saat itu yang ingin membius organ-organ gerakan agar menjadi tumpul dalam
mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah, membuat pergerakan IMM pada saat ini
semakin dinamis dalam menghadapi situasi apapun, cirri khas pergerakan inilah yang
membuat IMM berbeda dengan organ-organ pergerakan lainnya di Indonesia.
Namun setelah pasca reformasi ini, tidak dapat dipungkiri hampir semua organ gerakan
mahasiswa menjadi tumpul dalam melaksanakan tugasnya sebagai organ gerakan, ini
diperparah dengan munculnya penilaian-penilaian negative dari masyarakat, yang
menganggap bahwa pergerakan mahasiswa hanyalah sebuah aksi demonstrasi yang selalu
berujung ricuh dan anarkis, hal ini membuat kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa
menjadi semakin berkurang, masyarakat sudah tidak lagi menganggap mahasiswa sebagai
kaum-kaum intelegensia yang sangat kritis dan produktif dalam menghasilkan gagasan-
gagasan namun menilai mahasiswa saat ini hanyalah sebagai kelompok-kelompok gangster
yangmenyukaibentrokandantawuran.
Penilaian ini tentu sangat berdasar mengingat jika kita lihat di beberapa media, aksi
demonstrasi mahasiswa yang berujung ricuh selalu menjadi headline pemberitaan, Yang
sangat ironis lagi adalah sering terjadinya tawuran antar mahasiswa itu sendiri, mahasiswa
sering diberitakan terlibat tawuran antar kelompok, fakultas, dan kampus Menyuarakan
aspirasi yang selalu di warnai dengan anarkisme begitulah kerangka penilaian yang diberikan
masyarakat kepada mahasiswa. Dengan adanya penilaian yang negative dari masyarakat ini
tentunya secara tidak langsung IMM terkena dampak dari masalah ini yang bernotabene
sebagai organ gerakan mahasiswa yang kader-kadernya tentunya berstatuskan mahasiswa.
Tentunya masalah ini membuat hubungan mahasiswa dan masyarakat semakin jauh,
mayarakat sudah tidak perduli lagi dengan pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa,
begitu juga dengan mahasiswa yang masih saja tetap berpegang teguh pada arogansinya.
Kondisi ini tentunya sangat tidak kita harapkan, harus ada yang memulai untuk menghentikan
konflik social ini, padahal mahasisiwa memiliki peranan yang sangat strategis dimasyarakat
dalam hal membina dan mengembangkan masyarakat itu sendiri, maka dari itu pergerakan
mahasiswa yang bersifat arogan harus dihentikan, sudah saatnyalah mahasiswa harus kembali
lagi kepada perjuangannya yang riil, kembali kepada pengabdiannya mengabdi untuk
masyarkat, yaitu kembali kepada fungsinya untuk membina dan mengadvokasi masyarakat.
Arah perjuangan yang kembali ke masyarakat merupakan salah satu cara untuk menjalin
hubungan yang baik lagi antara mahasiswa dengan masyarakat, sebuah cara untuk
menghilangkan image-image negative yang dialamatkan kepada mahasiswa, dan IMM
tentunya sangat berperan besar untuk ikut andil dalam menghapus image negative tersebut,
dengan didukung oleh jumlah kader yang relatif banyak dan didukung oleh grand tema
gerakannya yaitu selamatkan moral bangsa, membuat arah gerakan IMM menjadi semakin
jelas, yaitu ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan konflik-konflik social dan
penyimpangan moral yang dialami oleh bangsa ini.
http://imm-feumy.blogspot.com/2012/06/peran-imm-dalam-masyarakat.html
Peran Mahasiswa Hari Ini
oleh Sayfa Auliya Achidsti
Menarik setelah membaca Kompas (7/7) yang membahas mengenai persoalan bangsa
dalam kaitannya dengan mahasiswa. Setahu saya, tahun-tahun belakangan ini dapat dihitung
berita atau tulisan yang bicara soal mahasiswa di dalamnya. Dalam tulisan halaman depan
yang berjudul “Mahasiswa Risaukan Situasi Bangsa” itu, terdapat pernyataan beberapa ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa dari berbagai kampus yang menyesalkan perilaku para elite
politik yang telah membikin situasi negeri menjadi runyam.
Slogan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan hingga saat ini masih menjadi prinsip yang
dipegang oleh mahasiswa. Dalam peranan semacam itu, mahasiswa dipahami sebagai sebuah
kelas yang memiliki nilai lebih dalam hal intelektualitas yang memperlengkapi kejujuran dan
nilai moral. Dalam peran pengubah tersebut, kejujuran dan nilai moral menjadi hal utama
yang harus dipegang. Sedangkan, intelektualitas mahasiswa adalah sesuatu yang dipunyai
untuk dijadikan alat (means) dalam mengubah kondisi sesuai konsepsi atas dasar kejujuran
dan moral tersebut.
Kekuatan Mahasiswa
Kita memiliki sejarah panjang gerakan yang diinisiasi oleh kaum mahasiswa ini. Kondisi
yang tercatat dalam sejarah itu menunjukkan pula kegemilangan gerakan mahasiswa sebagai
sebuah kekuatan moral, yang menampilkan diri dalam sebuah heroisme melawan tirani kokoh
hanya bermodalkan keinginan kuat. Kejayaan kaum intelektual muda pada era kejatuhan
Soekarno dan Soeharto pada perkembangannya membuat sejarah gerakan mahasiswa tersebut
menjadi sebuah romantisme, bayangan ideal atas sebuah gerakan mahasiswa di Indonesia.
Terdapat dua faktor yang membuat gerakan mahasiswa dalam sejarah Indonesia meraih
kegemilangannya sebagai agen perubahan yang melawan tatanan. Pertama, adalah kesadaran
ikatan dan cita-cita kaum mahasiswa. Sebagaimana suku dan bangsa, mahasiswa hanya akan
menjadi pecahan-pecahan individu yang tidak berarti apapun dalam hal kekuatan jika tidak
memiliki imaji sebagai satu golongan. Oleh karena itu, kesadaran sebagai Mahasiswa yang
memiliki kesatuan tujuan adalah hal utama yang harus ada dalam tiap-tiap kepala mahasiswa.
Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan mahasiswa dalam sejarah pergerakan Indonesia
melawan kekuatan tiran. Pada kejatuhan Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba), mahasiswa
menginterasikan diri dalam satu cita-cita kerakyatan dengan simbolisasi Rezim yang harus
dijatuhkan dengan segera. Pada pertengahan tahun 1960-an, pada masa gerakan mahasiswa
Indonesia menggulingkan tirani pemerintahan Orde Lama, jumlah mahasiswa yang terdaftar
dalam institusi perguruan tinggi negeri hanya sejumlah 115.000-an, selebihnya adalah
mahasiswa dari perguruan tinggi swasta yang tidak sampai separuhnya. Namun, mahasiswa
yang berjumlah beberapa ribu itu dapat menyatukan diri dalam satu cita-cita. Jumlah yang
mencapai beberapa ribu saja, jika itu dibarengi dengan cita-cita yang jelas, akan menjadi satu
kekuatan yang menakutkan bagi para tiran.
Kedua, adanya cita-cita kerakyatan yang dimiliki para mahasiswa itu sendiri. Memang, dalam
kaitannya dengan kejatuhan kekuasaan Orde Lama pada tahun 1967 dan Orde Baru pada
tahun 1998 terdapat kerjasama yang tidak sedikit antara mahasiswa dengan militer dan
oposisi Pemerintah. Namun, di sini bukan lagi kemudian mempermasalahkan siapa
menunggangi/ditunggangi siapa. Pihak yang bergerak didasarkan kepentingan politik yang
memanfaatkan kesempatan untuk maju bersama arus perubahan memang sampai kapan pun
tidak dapat dicegah. Namun, persoalan yang lebih penting adalah Mahasiswa telah bergerak
demi kepentingan rakyat Indonesia, dan berhasil mencapai tujuannya pada saat itu.
Mahasiswa pada saat itu, tidak memperhitungkan berapa besar kekuatan Rezim yang mereka
sedang lawan. Satu-satunya yang diperhitungkan adalah cita-cita perubahan yang sedang
mereka usung.
Mahasiswa di Masyarakat
Dalam tulisan Kompas yang saya baca itu, ada pernyataan yang mengatakan bahwa situasi
bangsa telah morat-marit. Memang, anggapan ini bukan anggapan yang salah. Dalam
berbagai media massa pun semua orang bicara soal bobroknya bangsa ini. Namun, apakah
kita memang bangsa yang morat-marit? Pada dasarnya, yang morat-marit adalah para elite
politik dan pejabat yang tidak melandasi tindakannya tidak pada tujuan kerakyatan. Mereka
bertindak demi menambah uang dan kekuasaan untuk dirinya. Semakin lama, perilaku para
politisi itu saling memakan satu sama lain, sedangkan para pejabatnya membuat kebijakan-
kebijakan yang makin tidak masuk akal. Bobroknya moral para politisi dan pejabat di negeri
inilah yang sebenarnya harus dihadang oleh kekuatan mahasiswa.
Namun, terdapat persoalan yang kian kompleks di sini. Kedua hal yang menjadi inti gerakan
mahasiswa tersebut justru seolah termakan romantisme sejarah heroik mahasiswa dalam
tampilan fisik saja: demonstrasi dan penggulingan kekuasaan. Simbolisasi atas persoalan
bangsa ini melulu adalah pemerintah yang harus dijatuhkan. Romantisme tersebut pada
dasarnya memang dapat memunculkan semangat dalam melakukan gerakan: demonstrasi,
bentrok dengan aparat, dan simbolisasi Pemerintah tiran yang harus dijatuhkan. Namun, di
sisi lain, terlalu berkiblat pada romatisme semacam itu menjadi kurang tepat untuk konteks
sekarang. Sistem demokrasi yang semakin mapan hari ini adalah kondisi yang harus dijaga,
diperkembangkan, dan bukan dirusak. Lagipula, demonstrasi dan bentrokan dengan aparat,
yang sering membuat para pendemonya bangga itu, tidak efektif dilihat dari berbagai sisi.
Daya guncangnya ke atas tidak lagi besar, di samping tidak pula memunculkan simpati
masyarakat.
Pada kenyataannya, mahasiswa hari ini belum dapat mengintegrasikan kekuatan mereka.
Integrasi terpecah oleh egoisme masing-masing bendera organisasi mahasiswa dalam mencari
kader-kader barunya; mahasiswa yang tidak masuk organisasi gerakan, apatis terhadap isu
kemasyarakatan.
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh Mahasiswa hari ini? Sebenarnya, kalau boleh
dibilang, tanpa memedulikan bobroknya para elite pun mahasiswa dapat melakukan
kebijakannya sendiri. Mahasiswa sebagai kekuatan moral adalah kekuatan yang lebih besar
daripada kekuatan politik para elite, jumlah modal mereka, dan kemampuan mereka untuk
memanipulasi kebijakan-kebijakan yang tidak memihak rakyat. Dengan catatan, dua hal
sebagai prasyarat utama kuatnya Mahasiswa itu harus dicapai lebih dulu: kesadaran ikatan
dan cita-cita kerakyatan. Harus ada kesatuan pandangan dan visi sebagai mahasiswa, baik
antara mahasiswa yang terjun dalam organisasi gerakan maupun mahasiswa akademisi,
mahasiswa harus memihak pada kepentingan masyarakat.
Di sinilah mahasiswa harus memaksimalkan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah.
Dalam isu kemiskinan, tanpa harus melakukan demonstrasi yang seringkali lebih
menghabiskan tenaga, Mahasiswa dapat melakukan sesuatu. Telah berapa banyak yang
terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Fakultas Ekonomi? Dalam
kaitannya dengan penegakan hukum, berapa pula mahasiswa yang memilih kuliah di Hukum?
Jangan sebut diri sebagai mahasiswa Sosial, Ekonomi, atau Hukum jika pada masa kuliahnya
tidak dapat menyelesaikan satu saja persoalan sosial, membantu perhimpunan pedagang, atau
kasus hukum di lingkungannya sendiri. Begitu pula mahasiswa Teknik, Kedokteran,
Kehutanan, dan lainnya.
Kalau satu mahasiswa dapat menyelesaikan satu persoalan di masyarakat saja selama
kuliahnya, saya pikir masalah di negeri ini akan berkurang drastis. Pada akhirnya,
mengintegrasikan diri dalam gerakan mahasiswa secara terkoordinir dalam organisasi
maupun aliansi adalah upaya untuk melakukan perubahan pada tingkat yang lebih kompleks
sifatnya di masyarakat. Dalam level desa, daerah, maupun nasional.
top related