peran gender kontribusi ekonomi perempuan dan ... · rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap...
Post on 11-Mar-2019
257 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN
DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI
HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur)
NOVI PUSPITASARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di
Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)
adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2012
Novi Puspitasari
NIM I24070012
3
ABSTRACT
NOVI PUSPITASARI. The Role of Gender, Women's Economic Contribution and
Family Welfare Horticulture Farmers (Case in Padajaya Village, Sindangjaya Village,
District Cipanas, Cianjur). Guided by HERIEN PUSPITAWATI and TIN HERAWATI.
This study aimed to analyze the role of gender, women's economic contribution and well-
being of the family farmer horticulture that involving 30 families purposively with the
criteria as a vegetable farmer husband and wife worked as a cut flower crop farmers. The
data was collected through interviews by using questionnaires. Gender roles consist of
domestic and public activities that include farm financial management. Economic
contribution was measured by the proportion of women and family income. In addition
subjective well-being was measured by the satisfaction of sample. Morever, data was
analyzed descriptively and inferentially using Pearson correlation. The results showed an
average of women's economic contribution of 11,3 percent. Gender roles in domestic and
public activities were categorized as moderate and gender roles in farm financial
management are in high category. Subjective well-being of the family generally grouped
as moderate. Women's economic contribution significantly positively related to objective
and subjective well-being.
Keywords: economic contribution, family welfare, gender roles
ABSTRAK
NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan
Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN
PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran gender, kontribusi ekonomi perempuan
dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura yang melibatkan 30 keluarga secara
purposive dengan kriteria suami sebagai petani sayuran dan istri bekerja sebagai petani
tanaman bunga potong. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan
kuesioner. Peran gender terdiri dari aktivitas domestik dan publik yang mencakup
manajemen keuangan usaha tani. Kontribusi ekonomi diukur berdasarkan proporsi
pendapatan perempuan dan keluarga. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan
kepuasan contoh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan sebesar 11,3
persen. Peran gender pada aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang dan
peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani berada pada kategori tinggi.
Kesejahteraan subjektif keluarga termasuk kategori sedang. Kontribusi ekonomi
perempuan berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan objektif dan subjektif.
Kata kunci : kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi, peran gender
4
RINGKASAN
NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan
Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN
PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi
perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura. Tujuan khusus penelitian ini
adalah (1) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (2) Mengidentifikasi
kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga (3) Mengidentifikasi
tingkat kesejahteraan subjektif keluarga contoh (4) Menganalisis hubungan antara
karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan
kesejahteraan subjektif keluarga contoh.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik
pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Dusun Padajaya,
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian ini adalah
istri yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong dan suami sebagai petani sayuran
di Kecamatan Cipanas. Berdasarkan sumbernya, jenis data yang dikumpulkan terdiri atas
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa
setempat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi Pearson. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management
Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012,
kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University
USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien
Puspitawati M.Sc., M.Sc.)
Karakteristik contoh menunjukkan bahwa rata-rata usia contoh tergolong dewasa
awal dan rata-rata usia suami adalah dewasa menengah dengan pendidikan sebagian besar
contoh (90.0%) dan suami (83,3%) adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Rata-rata besar
keluarga contoh adalah kecil yaitu ≤ 4 orang. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar
Rp1.485 .933,33 dan rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp.381.111,90.
Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan Rp1.513.366,67 dan rata-rata pengeluaran per
kapita keluarga adalah Rp364.807,38. Hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki
pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran. Rata-rata pengeluaran untuk pangan
dan non pangan sebesar Rp1.129.650,00 dan Rp383.716,67. Hal ini berarti pengeluaran
pangan jauh lebih besar daripada pengeluaran non pangan.
Kerjasama peran gender yang dilakukan dalam aktivitas domestik dan publik
berada pada kategori sedang. Artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara
suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam hal manajemen
keuangan usaha tani kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat
kerjasama yang baik antara suami istri terutama dalam hal manajemen keuangan hasil
usaha tani.
Rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga sebesar
11,3 persen. Hal ini berarti contoh memiliki kontribusi terhadap pendapatan total
keluarga, meskipun tidak terlalu besar.
Tingkat kesejahteraan keluarga secara fisik, sosial dan psikologi termasuk dalam
kategori sedang, dan pada indikator kesejahteraan ekonomi termasuk dalam kategori
rendah. Lebih dari separuh contoh (60,0) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total
dengan kategori sedang. Artinya, keluarga contoh merasa cukup puas terhadap semua
kesejahteraan subjektif yang dimiliki. Terbukti kondisi kesejahteraan subjektif keluarga
contoh tergolong cukup puas dengan rata-rata skor sebesar 54,8 persen.
5
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara usia contoh,
usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri dengan kesejahteraan
objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami,
pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri maka kesejahteraan keluarga
objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat
hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan
kontribusi ekonomi istri dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin
tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri maka
kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan
signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah
anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi. Tidak terdapat
hubungan yang nyata antara peran gender dengan kesejahteraan keluarga objektif dan
subjektif.
Kata kunci: kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi perempuan, peran gender
6
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
7
PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN
DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI
HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur)
NOVI PUSPITASARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
8
Judul : Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan
Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)
Nama : Novi Puspitasari
NIM : I24070012
Disetujui,
Diketahui,
Tanggal Lulus :
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc
Pembimbing I
Dr. Tin Herawati, SP, M.Si
Pembimbing II
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
9
PRAKATA
Puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran
Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani
Hortikutura di Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan Ibu Dr. Tin Herawati SP,
M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan,
saran, dan nasihat-nasihat selama penulisan skripsi ini dilakukan.
2. Ibu Dr.Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai pembimbing akademik penulis selama
masa perkuliahan yang selalu memberikan saran serta motivasinya.
3. Ibu Dr.Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Ibu Irni Rahmayani Johan SP, MM sebagai
dosen penguji skripsi serta Ibu Alfiasari, SP, M.Si sebagai dosen pemandu
seminar untuk masukan dan sarannya agar skripsi ini lebih baik lagi.
4. Kantor Desa Padajaya, Ketua RT 01 sekaligus ketua kelompok tani
Sindangjaya atas segala bantuan dalam pengambilan data dan atas
kemudahan dalam penelitian. Seluruh responden dalam penelitian ini yang
sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
5. Orangtua tercinta Bapak Agus Suhaya dan Ibu Acih Rukaesih S.Pd yang telah
memberikan doanya, mendukung dan memotivasi. Selain itu untuk kakak
tercinta Rudi Firmansyah SP dan Andri Lahardi ST yang selalu memberikan
semangat, serta Wahyu Firmansyah S.Sos atas doa, perhatian, dan semangat
penuh kepada penulis.
6. Latifatul Hayati, Fauziah Fajrin, Atirah dan Ayunda sebagai teman
seperjuangan, seluruh teman-teman IKK 44 dan IKK 45 yang telah menjadi
keluarga selama perkuliahan berlangsung, tempat mencurahkan perasaan dan
berbagi suka serta duka serta selalu memberikan kekompakan, Teh Tika atas
doa, motivasi, bantuan dan masukan yang telah diberikan selama ini.
7. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas semua dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun
demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Bogor, Oktober 2012
Novi Puspitasari
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xiii
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................. 1
Perumusan Masalah .......................................................... 3
Tujuan Penelitian .............................................................. 5
Kegunaan Penelitian .......................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7
Pendekatan Teori Keluarga ............................................... 7
Pengertian Keluarga ...................................................... 7
Pendekatan Teori Struktural Fungsional ....................... 8
Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga ... 10
Konsep Gender .............................................................. 10
Persepsi Peran Gender ................................................... 12
Peran Perempuan (istri) dalam Keluarga ...................... 13
Kontribusi Ekonomi Perempuan ........................................ 14
Kesejahteraan Keluarga ..................................................... 15
Hasil Penelitian Terdahulu ................................................. 18
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 21
METODE PENELITIAN .......................................................... 25
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian ................................. 25
Teknik Pengambilan Contoh .............................................. 25
Jenis dan Pengambilan Data ............................................... 26
Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 27
Definisi Operasional .......................................................... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 31
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 31
Karakteristik Contoh dan Keluarga .................................... 32
Usia Contoh dan Suami ................................................. 31
11
Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami ........................ 33
Besar Keluarga Contoh ................................................. 33
Kondisi Tempat Tinggal ............................................... 34
Kepemilikan Aset ........................................................... 36
Pendapatan Keluarga per Bulan .................................... 37
Pengeluaran Keluarga per Bulan ................................... 39
Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga
Per kapita ........................................................................ 40
Pengeluaran Pangan dan non Pangan ............................. 41
Pembagian Peran Gender dalam Keluarga ......................... 42
Peran Gender dalam Aktivitas Domestik ....................... 42
Peran Gender dalam Aktivitas Publik ............................ 44
Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan
Total Keluarga .................................................................... 48
Kesejahteraan Keluarga Subjektif ....................................... 50
Hubungan Antar Variabel .................................................. 58
Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh,
Kontribusi Ekonomi Contoh, Peran Gender , dan
Kesejahteraan Keluarga ............................................... 58
Pembahasan Umum ........................................................... 61
Keterbatasan Penelitian ..................................................... 63
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 65
Simpulan ........................................................................... 65
Saran .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 67
LAMPIRAN ............................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 87
12
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penelitian terdahulu terkait topik penelitian ...................... 19
2. Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran
skala data ........................................................................... 25
3. Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami ......... 32
4. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan contoh dan
suami .................................................................................. 33
5. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ...................... 33
6. Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal ......... 35
7. Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset .................. 36
8. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga
per bulan ............................................................................ 37
9. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga
per kapita ........................................................................... 38
10. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan
per kapita dibawah garis kemiskinan ................................. 39
11. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran
keluarga per bulan .............................................................. 39
12. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita ......... 40
13. Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan
dan pengeluaran per kapita ................................................ 40
14. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan non
pangan ................................................................................ 42
15. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas
domestik ............................................................................. 43
16. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam
aktivitas domestik .............................................................. 44
17. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas
publik ................................................................................. 45
18. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam
aktivitas publik .................................................................. 46
19. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam
manajemen keuangan usaha tani ....................................... 47
20. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam
manajemen keuangan usaha tani ....................................... 48
13
21. Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi
perempuan terhadap pendapatan total keluarga ................. 50
22. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan
fisik .................................................................................... 51
23. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan
fisik .................................................................................... 52
24. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan
ekonomi ............................................................................. 52
25. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan
ekonomi ............................................................................. 53
26. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan
sosial ................................................................................... 54
27. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan
sosial ................................................................................... 55
28. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan
psikologi ............................................................................. 56
29. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan
psikologi ............................................................................. 56
30. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan
subjektif total .................................................................... 57
31. Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh,
keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender
dan kesejahteraan keluarga ................................................. 59
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ........................................................... 23
2. Teknik Pengambilan Contoh .............................................. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel .................... 75
2. Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian . 76
3. Jenis tanaman yang ada di pekarangan ................................ 78
4. Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun ...................... 80
5. Alat pertanian di pekarangan dan kebun ............................. 82
6. Pembagian hasil kebun dan pekarangan .............................. 84
7. Foto kegiatan ....................................................................... 86
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam
penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya
penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari 91 juta penduduk yang bekerja
(BPS 2004). Selanjutnya berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari sejumlah 104 juta penduduk
berumur 15 tahun ke atas, terdapat 43 juta orang yang lapangan pekerjaan
utamanya di sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam penurunan
jumlah penduduk miskin dan dalam penyediaan lapangan kerja menyebabkan
banyaknya program-program pemerintah yang menunjang perkembangan sektor
pertanian di tiap daerah.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor
unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan
pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar
62,99 persen dan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80
persen1. Sebagai daerah beriklim tropis, di wilayah Cianjur tumbuh subur tanaman
sayuran dan tanaman hias. Salah satu daerah yang mendominasi tanaman sayuran
dan tanaman hias berupa bunga potong adalah Kecamatan Cipanas. Sebagian
besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik
tanaman pangan maupun hortikultura dengan komoditas sayuran dan tanaman
bunga potong. Hal ini berkorelasi dengan ketersediaan produksi untuk konsumsi
penduduk yang cenderung mengalami peningkatan.
Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah utama. Meskipun
pemerintah selalu berupaya mengkaitkan program pembangunan dengan
penanggulangan kemiskinan tetapi hingga saat ini kelompok masyarakat atau
rumah tangga miskin masih belum dapat dihilangkan.
1http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
2
Populasi penduduk miskin menurut data BPS (2010) di Indonesia pada
bulan Maret 2010 adalah sebesar 31.02 juta orang (13.33%), dan jika
dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah
32.53 juta (14.15%), berarti terdapat penurunan sebesar 1.51 juta orang. Angka ini
menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi pengurangan penduduk yang berada
di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk
miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 0.81 juta (dari 11.91 juta pada
Maret 2009 menjadi 11.10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan
berkurang sebesar 0.69 juta orang (dari 20.62 juta pada Maret 2009 menjadi
19.93 juta pada Maret 2010).
Analisis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS)
mengenai penurunan angka kemiskinan yang terjadi diakibatkan oleh beberapa
faktor, salah satu diantaranya adalah sekitar 70 persen penduduk miskin yang
berada di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian, baik tanaman pangan
maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman buah- buahan, tanaman
hias dan obat-obatan. Hal ini didukung dengan data BPS (2006), yaitu lapangan
usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja secara berturut-turut adalah
pertanian, perdagangan, dan industri dengan proporsi masing-masing sebesar
44,5 persen, 19,5 persen, dan 12,2 persen.
Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumahtangga,
menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan
keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan
dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau
istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga.
Keterlibatan seluruh keluarga dalam mengelola usaha tani mutlak
dibutuhkan. Keterlibatan perempuan memiliki peran yang besar dalam keluarga
baik untuk kegiatan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi yang dapat
menunjang pendapatan rumahtangga. Perempuan (istri petani) secara langsung
maupun tidak langsung ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola
kegiatan usaha yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Namun, perempuan umumnya dihargai dengan upah yang lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Seringkali upah yang dihasilkan istri untuk keluarga
3
dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi
ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil
dari laki-laki (Sobari 1992). Hal ini dikarenakan perempuan seringkali dipandang
sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan
rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi
ekonomi bagi keluarga. Sejauh ini, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
peran dan kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga cukup
memegang peranan penting. Namun demikian, pada kenyataanya perempuan
masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008).
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana peran gender,
kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga petani
hortikultura di Kampung Padajaya, Kabupaten Cianjur.
Perumusan Masalah
Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur adalah 26,7
persen dari total jumlah penduduk, tetapi pada tahun 2008 telah mencapai 34,01
persen dari total jumlah penduduk. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Cianjur menunjukkan pada tahun 2005 tingkat kemiskinan
naik menjadi 28,34 persen, tahun 2006 naik menjadi 35,92 persen, dan tahun 2007
sempat turun menjadi 32,44 persen, tetapi kemudian pada tahun 2008 kembali
naik menjadi 34,01 persen. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur
tercatat 2.138.465 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 727.291 jiwa. Tingkat
pengangguran walaupun masih banyak tetapi sudah mengalami penurunan. Sebab
sebagian besar sudah dan dapat diserap melalui berbagai kegiatan. Penyerapan
tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian sebesar 48,12 persen, dan sektor
perdagangan 23,73 persen2.
Dampak keluarga miskin dan banyaknya pengangguran dalam era
globalisasi menuntut perempuan untuk memberikan sumbangan yang lebih bagi
keluarga, tidak hanya terbatas pada pekerjaan domestik, seperti melayani suami,
mengurus rumah tangga, dan merawat anak. Hal ini menyebabkan banyak wanita
2http ://cianjur.go.id (diakses 15 Mei 2011)
4
yang terdorong untuk ikut bekerja mencari nafkah yang dimotivasi oleh ekonomi
keluarganya, namun mayoritas perempuan yang bekerja di daerah perdesaan
berada pada status pekerja keluarga tidak dibayar. Rasio perempuan di bidang
pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah
(Gulcubuk 2010).
Daerah Cianjur, terutama Desa Padajaya memiliki potensi pertanian dengan
komoditas utama yaitu sayuran dan tanaman bunga potong. Lahan untuk
menanam sayuran biasanya di kebun yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh
suami dan tanaman bunga potong ditanam di daerah pekarangan yang
pekerjaannya dominan dilakukan oleh istri. Di Dusun Padajaya, istri ikut
memberikan kontribusi ekonomi dalam peran publik, dengan memanfaatkan lahan
pekarangan yaitu menanam tanaman bunga potong yang kemudian dijual untuk
menambah penghasilan keluarga. Namun, adanya kendala terhadap lahan yang
masih sempit, terbatasnya modal, akses dan pengetahuan mengenai pertanian,
menyebabkan potensi yang dimiliki tersebut kurang optimal. Penghasilan yang
diperoleh oleh keluarga petani, cenderung dipengaruhi oleh besarnya lahan yang
mereka miliki, termasuk lahan pekarangan. Istri yang memiliki lahan pekarangan
luas, dapat ditanami oleh berbagai tanaman bunga potong yang lebih bervariasi
dan bernilai jual tinggi, sebaliknya, perempuan yang memiliki lahan pekarangan
yang sempit, akan lebih terbatas dalam meningkatkan kuantitas produksi hasil
pekarangannya.
Masalah utama perempuan yang bekerja dalam bidang pertanian
diantaranya, tidak memiliki akses berkualitas seperti rendahnya akses pendidikan
dan kesehatan, melakukan pekerjaan berstatus dan penghasilan rendah, tidak
adanya jaminan sosial, besarnya peran tradisional terutama dalam hal aktivitas
domestik, dan rendahnya kesempatan (Gulcubuk 2010). Dalam aktivitas publik
secara umum, pada petani sayuran, istri kurang terlihat ikut terlibat dalam
pemasaran secara ekonomi, sehingga akses istri terbatas.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pembagian gender dalam keluarga?
2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga?
5
3. Bagaimana tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh?
4. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender,
kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara
objektif dan subjektif?
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran gender,
kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura
(studi kasus di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur).
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga.
2. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total
keluarga.
3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender,
kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara
objektif dan subjektif.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk :
1. Sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta
wawasan peneliti mengenai pentingnya peran gender dan kontribusi ekonomi
perempuan terhadap kesejahteraan keluarga.
2. Sumbangan informasi bagi pengembangan IPTEK di Indonesia terutama yang
berkaitan dengan keluarga.
3. Bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait yang peduli dengan
keluarga, sehingga akan bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bangsa
Indonesia.
6
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai peran dan kedudukan istri yang membantu perekonomian
keluarganya dan mengetahui kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi
keluarga.
5. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai peran
gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga
serta dapat berguna sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN 1992).
Menurut Saxton (1990) keluarga merupakan suatu hubungan antar dua orang atau
lebih yang dipersatukan melalui kelahiran, adopsi, atau perkawinan, dan hidup
bersama-sama dalam suatu rumah tangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Gunarsa&Gunarsa (2004) bahwa keluarga yaitu sekelompok orang yang diikiat
oleh perkawinan atau pertalian darah, biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak.
Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995) keluarga merupakan suatu kelompok
yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang
sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim,
memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan
perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas
keluarga).
Keluarga merupakan suatu manajerial unit yang mampu mengelola
sumberdaya keluarga yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga (Gross,
Crandal, dan Knoll 1973). Menurut Duvall dan Miller (1985) keluarga adalah
sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, ikatan darah, adopsi, dan kelahiran
yang bertujuan untuk menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya. Tujuan
membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu
bangsa (Landis 1989).
Fungsi keluarga utama yang telah diuraikan didalam resolusi majelis
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah keluarga sebagai wahana untuk
mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan
baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya
keluarga sejahtera (Megawangi 2009). Definisi-definisi tersebut menunjukkan
8
bahwa selain adanya ikatan yang terjalin antara anggota keluarga, keluarga juga
mempunyai tujuan dan fungsinya. Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 1994 dalam BKKBN (1996) terdapat delapan fungsi utama keluarga dalam
proses untuk mengembangkan potensinya agar dapat terwujud keluarga sejahtera
yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi,
dan fungsi pembinaan lingkungan.
Pendekatan Teori Struktural- Fungsional
Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang
diterapkan dalam suatu institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi
dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam
kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman
dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya
struktur masyarakat, dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi
seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Penganut pandangan
teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang
seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-
bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir
(Puspitawati 2012)
Pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan untuk
menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk
menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz 2002).
Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional adalah bahwa pada
setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi keluarga yang
jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan
adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut. Peran adalah
sejumlah kegiatan yang diharapkan bisa dilakukan oleh setiap anggota keluarga
sebagai subsistem keluarga dengan baik, untuk mencapai tujuan sistem. Menurut
Levy dalam Megawangi (1999) harmoni dalam pembagian dan penyelenggaraan
fungsi dan peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban dan nilai-
nilai bersama ini merupakan kondisi utama bagi berfungsinya suatu keluarga.
9
Menurut Puspitawati (2012) aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah
sistem yang tertib (social order), ketertiban keluarga akan tercipta jika ada
struktur atau strata dalam keluarga, yaitu masing-masing mengetahui peran dan
posisinya dan patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut.
Levy dalam Megawangi (1999) mengatakan bahwa tanpa adanya
pebagian peran dan tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status
sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang nantinya akan berpengaruh
terhadap sistem yang lebih besar lagi. Jika hal ini terjadi, maka akan ada satu
posisi yang tidak dapat dipenuhi, sehingga akan dapat menimbulkan konflik bagi
keluarga, dan akhirnya keberadaan institusi keluarga tidak akan
berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur
keluarga sebagai suatu sistem dapat berfungsi antara lain:
1. Adanya diferensiasi peran, dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus
dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap
anggota dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu
pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari
masing- masing aktor.
2. Alokasi solidaritas, distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta,
kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta dan kepuasan menggambarkan
hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang
ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif
terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak laki-laki
mungkin lebih utama daripada hubungan suami dan istri pada suatu
budaya tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi
antaranggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi, yaitu distribusi barang-barang dan jasa untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas ini juga ada
terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa
dalam keluarga.
4. Alokasi politik, distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang
bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat
berfungsi maka diperlukan distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu.
10
5. Alokasi integrasi dan ekspresi, distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi,
internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi
tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota.
Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga
Konsep Gender
Kata “gender” dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status,
dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan
(konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, gender adalah hasil
kesepakatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena itu, gender
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya
(Puspitawati 2012). Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat
penting untuk menentukan hubungan keduanya. Demikian pula, jenis-jenis
hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan menjadi
pendefinisian perilaku gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapkan oleh
kelas, gender, dan suku (Mosse 2002).
Puspitawati (2012) menyatakan bahwa gender menyangkut aturan sosial
yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan
biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang
membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami
menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki membuahi
dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan,
bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku
sepanjang zaman. Konsep gender yang digunakan oleh Kantor Menteri Negara
Urusan Perempuan (1996) adalah perbedaan-perbedaan sifat perempuan dan pria
yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilai-nilai sosial budaya
yang menentukan peranan perempuan dan pria dalam kehidupan pribadi dan
dalam setiap bidang masyarakat.
Kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarkhi menafsirkan perbedaan
biologis menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung
11
pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol, dan menikmati manfaat dari
sumberdaya dan informasi. Akhirnya, tuntutan peran, tugas, kedudukan dan
kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak
pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat
satu ke masyarakat lainnya (Puspitawati 2012).
Menurut Puspitawati (2012) Pembagian peran gender bertujuan untuk
mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem
keluarga dan masyarakat. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan
tradisi para leluhur yang sudah dibakukan dalam internalisasi dan sosialisasi
norma masyarakat.
Kesetaraan gender yaitu kondisi perempuan dan laki-laki menikmati
status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara
penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang
kehidupan. Sedangkan keadilan gender yaitu suatu kondisi adil untuk perempuan
dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan
hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki (Puspitawati 2012),
Menurut Puspitawati (2009) wujud kesetaraan dan keadilan gender antara lain :
1. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap
sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama
baik kepada laki-laki ataupun perempuan dalam memperoleh informasi
pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir.
2. Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki partisipasi yang sama
dalam proses pengambilan keputusan, contoh: memberikan peluang yang
sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan untuk ikutn serta dalam
menentukan pilihan pendidikan di dalam rumahtangga.
3. Kontrol, yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama
pada sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang
sama bagi laki-laki dan perempuan dalam penguasaan terhadap
sumberdaya baik materi maupun non materi dan mempunyai kontrol yang
mandiri dalam menentukan apakah laki-laki dan perempuan mau
meningkatkan jabatan struktural menuju jenjang yang lebih tinggi.
12
4. Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi
perempuan dan laki-laki, contoh: Program Pendidikan dan Latihan (Diklat)
harus memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki dan perempuan.
Persepsi Peran Gender
Pandangan laki-laki lebih cocok untuk melakukan peran produktif dan
perempuan lebih cocok untuk mengerjakan peran reproduktif secara tradisional
ditanamkan dalam benak individu tentang kekhasan perilaku seorang perempuan
(feminin) dan kekhasan perilaku laki-laki (maskulin) yang oleh Hurlock (1980)
disebut sebagai peran gender, dan akhirnya akan membentuk suatu pendapat yang
dapat menjadi suatu norma di dalam masyarakat. Pada dasarnya pembagian peran
gender dalam keluarga petani antara aktivitas domestik rumah tangga dan
aktivitas pertanian, istri petani paling dominan dalam melakukan aktivitas
domestik dan suami dalam aktivitas pertanian (Whatmore 1991).
Pada budaya patriarkhi, terdapat pembagian peran gender yang bervariasi
antara laki-laki dan perempuan. Umumnya masyarakat membagi peran
berdasarkan sosialiasi norma masyarakat, dengan kata lain, norma membatasi apa
yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-
laki, sebaliknya juga dengan perempuan. Ada sebagian masyarakat yang sangat
kaku membatasi peran yang pantas dilakukan baik oleh laki-laki dan perempuan,
misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya
di depan umum dan tabu bagi seorang perempuan untuk sering keluar rumah
untuk bekerja. Namun demikian, ada juga masyarakat yang fleksibel dalam
memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari,
misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai naik ke
atap rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki sebagian besar
menyabung ayam untuk berjudi (Puspitawati 2012).
Scanzoni dan Supriyantini (2002) dalam Rachmawati (2010) membedakan
pandangan peran gender melalui dua bagian yaitu peran gender tradisional dan
peran gender modern.
13
1. Peran gender tradisional
Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin.
Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin
perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan
keluarga secara keseluruhan.
2. Peran gender modern
Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara
kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui
minat dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki,
menghargai kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtannga dan
memutuskan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang
berpandangan modern, berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai
minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami.
Peran Perempuan (Istri) dalam Keluarga
Gender dalam rumahtangga adalah perbedaan status dan peran antara
laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam menjalankan fungsi-fungsi
rumahtangga. Gender dalam rumahtangga dapat mencakup pembagian kerja bagi
anggota keluarga, adanya pembagian kerja tersebut akan menentukan peran dan
tanggungjawab masing-masing anggota keluarga. Adanya peran anggota keluarga
pun dapat menentukan seberapa besar partisipasi anggota keluarga dapat
berkontribusi tehadap ekonomi keluarga.
Telah diakui adanya peran ganda (multy roles) dari perempuan, baik
sebagai istri, ibu dan sebagai pekerja, serta anggota masyarakat. Jadi perempuan
dapat memainkan peranannya baik di sektor publik, domestik dan
kemasyarakatan. Perempuan dikenal sebagai individu yang dapat mengerjakan
berbagai kegiatan pada waktu yang sama (overlapping activities) sehari-hari. Hal-
hal yang biasa dilakukan peempuan di desa adalah aktivitas-aktivitas seperti
menggendong anak sambil menyapu halaman rumah di pagi hari atau sambil
menunggu menjemur padi dan menjemur pakaian, atau aktivitas-aktivitas seperti
mengasuh anak sambil menunggu di rumah, sambil memasak air dan menunggu
menjemur pakaian. Peran perempuan di sektor publik dalam menambah
14
pendapatan keluarga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan oleh
realita bahwa ternyata perempuan dapat menjadi penyelamat keluarga dan juga
penyelamat bangsa di masa krisis ekonomi dengan keuletannya dalam beraktifitas
mencari tambahan uang bagi keluarganya (family generating income) (Puspitawati
2009).
Hubeis (2000) menyebutkan bahwa pembagian kerja dalam perspektif
gender mengacu pada cara-cara dimana semua jenis-jenis pekerjaan (reproduktif,
produktif dan sosial) dibagi antara pria dan wanita serta bagaimana pekerjaan
tersebut dinilai dan dihargai secara kultural dalam masyarakat tertentu. Pekerjaan
reproduktif atau domestik adalah kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan
sumber daya manusia dan tugas-tugas kerumah tanggaan seperti menyiapkan
makanan, berbelanja, mengasuh dan mendidik anak. Pekerjaan produktif
menyangkut segala pekerjaan yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa untuk
dikonsumsi sendiri atau diperdagangkan. Sedangkan pekerjaan sosial adalah
pekerjaan atau aktifitas yang terkait dengan aspek status kekuasaan atau
kewajiban kewajiban bagi seseorang yang terbentuk secara kultural pada struktur
masyarakat dimana ia tinggal.
Kontribusi Ekonomi Perempuan
Keluarga yang hidup dalam kondisi miskin melakukan suatu strategi untuk
dapat bertahan di tengah keterbatasan. Rumahtangga petani-petani di perdesaan
contohnya menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi.
Dalam pola itu sejumlah anggota keluarga usia kerja terlibat mencari nafkah di
berbagai sumber, baik on farm maupun off farm. Dalam strategi nafkah tersebut,
wanita seperti juga pria memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari
nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tidak
langsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang
langsung menghasilkan pendapatan (White, Hart, Pudjiwati Sajogyo dalam
Sitorus 1991).
Masalah rendahnya produktivitas perempuan dalam pengembangan
ekonomi keluarga sama sekali belum disentuh secara mendetail dan
berkesinambungan. Produktivitas perempuan dalam hal ini diukur berdasarkan
15
kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan perempuan di
aspek domestik tidak diperhitungkan (Puspitawati 2012). Di daerah perdesaan,
wanita memiliki peranan besar dalam kegiatan mencari nafkah, di samping
mengatur rumahtangga. Berbagai kegiatan usahatani spesifik gender dilakukan
wanita, seperti: menanam, menyiang, panen dan pasca panen, bahkan menentukan
tenaga kerja, pemasaran, dan perputaran kredit. Peran wanita tersebut sangat
dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendapatan (makin miskin suatu rumahtangga, maka
makin besar kontribusi tenaga atau waktu wanita yang tercurah); 2) kondisi sosial
budaya (tingkat pendidikan, kesehatan, posisi dalam proses pengambilan
keputusan, mobilitas yang sangat dipengaruhi nilai atau norma sosial dan
keseimbangan; 3) umur dan status perkawinan (Roosganda 2007).
Pada umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah
penghasilan keluarga. Karena itu penghasilan tambahan dari aktifitas ekonomi
perempuan dapat mengentaskan keluarga dari kemiskinan (Rahardjo 1995).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa perempuan merupakan
sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam
memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumahtangga bersama dengan laki-laki.
Perempuan di Perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi
rumahtangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam
berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial
maupun sosial (Sajogyo 1981). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum
wanita memberikan kontribusi setengah atau lebih dari total tenaga kerja
usahatani (Roosganda 2007). Kontribusi perempuan terhadap pendapatan
pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003).
Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan merupakan harapan dan tujuan hidup setiap orang.
Tingkat kesejahteraan setiap orang dapat berbeda-beda dalam arti keadaan
kesejahteraan yang dialami seseorang belum tentu sama bagi orang lain.
Kesejahteraan menurut Sawidak (1985) merupakan sejumlah kepuasan yang
diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun
demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat
16
relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil
mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga
biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan
kebutuhan yang telah diperoleh oleh keluarga (Park & Kim 2002).
Secara umum, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dibedakan
melalui dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif.
Pengukuran menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah
disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif
didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati 2000).
Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa kesejahteraan keluarga objektif dapat
diukur salah satunya berdasarkan pendapatan yang dibandingkan dengan garis
kemiskinan. Garis kemiskinan diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan
di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan secara
materia, sehingga digolongkan pada keluarga miskin.
Diener (2009) mendefinisikan kesejahteraan subjektif sebagai istilah
yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan seseorang atau
keluarga sesuai dengan evaluasi subjektif terhadap kehidupan mereka.
Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal
(Chen 2010). Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala berkaitan
dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan dan kepuasan (Sunarti
2008). Terdapat perbedaan pandangan kesejahteraan secara subjektif berdasarkan
wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial-budaya yang ada di
masyarakat (Raharto & Romdiati 2000).
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi,
makan dan minum dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga yaitu
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang
sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
17
seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).
Pembangunan keluarga sejahtera pada hakekatnya adalah meningkatkan
keberdayaan dan kemampuan serta peran seluruh anggota keluarga dalam
membangun keluarga yang berkualitas sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Sasaran dari pembangunan keluarga sejahtera adalah keluarga secara utuh dengan
sasaran difokuskan kepada ibu atau perempuan. Hal ini dipertimbangkan karena
ibu atau perempuan merupakan anggota keluarga yang paling rentan dan memiliki
pengaruh yang besar serta resiko yang tidak dimiliki oleh anggota keluarga lain.
Ibu juga merupakan anggota keluarga yang memiliki peranan yang besar dalam
mengembangkan dan melaksanakan fungsi keluarga yang selama ini belum
banyak diberikan dukungan. Dengan demikian seluruh dukungan yang diberikan
kepada ibu akan memberikan nilai lebih pada keluarga dibandingkan dengan bila
diberikan kepada anggota keluarga yang lain (BKKBN 1998).
Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia antara lain 1)
Domain Being (domain yang berkaitan dengan keadaan badan atau makhluk) yang
terdiri dari kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologi, sosial dan keadaan
spiritual; 2) Domain belonging (domain berkaitan dengan harta milik dan barang-
barang) yang meliputi harta fisik, harta sosial, dan harta masyarakat (Universitas
Toronto 2003 dalam Puspitawati 2012).
Kesejahteraan keluarga pada hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu
dimensi material dan spiritual (Sunarti 2008). Untuk menciptakan kesejahteraan
suatu keluarga, maka diperlukan suatu keluarga kecil yang bahagia, namun
dengan ekonomi yang kuat. Keluarga dengan ekonomi yang kuat dapat terwujud
apabila fungsi ekonomi dalam keluarga tersebut dapat dipersiapkan dan dibangun
dengan baik (BKKBN 1998).
Berdasarkan penelitian Khairunnisa (2010) kesejahteraan subjektif itu
dipengaruhi oleh jumlah anak. Sedangkan berdasarkan penelitian Irzalinda (2010)
bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga adalah
permasalahan keluarga itu sendiri, dan dinyatakan faktor determinan
kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala
rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian
18
Puspitawati (2009) ditemukan adanya pengaruh positif dari besar keluarga. lama
pendidikan suami, umur istri, umur balita, pengeluaranlkapitalbulan dan nilai
ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pekerjaan
pemeliharaan rumah terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Sementara itu,
faktor yang berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah
umursuami. Sedangkan Chen (2010) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan
frekuensi peran. Frekuensi peran yang tinggi akan meningkatkan rata-rata
kesejahteraan perempuan.
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan
kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Penelitian Puspitawati dan Fahmi
(2008) menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan
domestik khususnya dalam mengurus anak dan memelihara rumahtangga lebih
banyak dilakukan oleh istri, dan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan
publik/ekonomi (mencari nafkah) lebih banyak dilakukan oleh suami, tetapi pada
kegiatan mencari nafkah terlihat pula keterlibatan istri, sedangkan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan usaha tani dilakukan secara bersama-sama
antara suami istri.
Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menunjukkan juga bahwa keluarga
petani mempunyai pola pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan yang
diperoleh, permasalahan dalam usaha tani yang paling banyak dialami adalah
rendahnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian terdahulu ini faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah
pendapatan/kapita/bulan, frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum
keluarga, adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran
gender dalam usaha tani adalah jumlah anggota keluarga, frekuensi perencanaan
dan permasalahan umum keluarga.
Fausia dan Prasetyaningsih (2005) menyatakan bahwa mayoritas perempuan
di pedesaan kurang memiliki akses terhadap sumberdaya pertanian seperti
terbatasnya akses dan hak atas lahan dan sumberdaya lainnya. Penelitian
19
Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan
tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap
kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik
dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak
langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil penelitian
terdahulu tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian
terdahulu terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian No. Tahun Penulis Judul Hasil
1. 2003 Ukoha Contribution of Women
to Farm Family income
in Ikuwano Local
Government Area of
Abia State, Nigeria
Kontribusi perempuan
terhadap pertanian
keluarganya adalah sebesar
66,6 persen
2. 2010 Khaerunisa
Nurul Firdausi
Analisis Pengaruh
Kontribusi Ekonomi
Perempuan dan
Manajemen Keuangan
Keluarga terhadap
Kesejahteraan
Keluarga TKW
Kontribusi ekonomi TKW
tidak berpengaruh pada
kesejahteraan keluarga
Kesejahteraan subjektif
dipengaruhi nyata positif
oleh jumlah anak
3. 2010 Vivi Irzalinda Kontribusi Ekonomi,
Peran Perempuan dan
Kesejahteraan
Keluarga di Kota dan
Kabupaten Bogor
Rata-rata kontribusi nilai
ekonomi pekerjaan istri
terhadap pendapatan total
keluarga adalah 16,4 dan
46,2 persen pada masing-
masing dua daerah lokasi
penelitian
Faktor yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan
keluarga subjektif adalah
permasalahan keluarga.
4. 2010 Sinta Rahmi
Putri
Relasi Gender pada
Rumahtangga Petani
Sayuran Dataran
Rendah
Pada masyarakat petani
sayuran pola pengambilan
keputusan masih di
dominasi oleh laki-laki
sebagai kepala keluarga.
Perempuan hanya
memiliki dominasi
kekuasaan dalam
mengambil keputusan pada
kegiatan domestik.
Keterlibatan perempuan di
kegiatan produktif
sebagian besar terbatas
pada mencabut dan
mengikat sayuran pada
akhir periode tanam.
Mayoritas kegiatan yang
dilakukan oleh laki-laki
20
No. Tahun Penulis Judul Hasil
adalah di sektor produktif
yaitu mengelola lahan
pertanian sayuran dengan
memegang kontrol
terhadap reproduksi hingga
pemasaran
5. 2011 Wiwik
Gustina
Pengaruh Kontribusi
Ekonomi Perempuan
dan Peran Gender
terhadap Kesejahteraan
Keluarga di Kecamatan
Ampek Angkek,
Kabupaten Agam,
Sumatera Barat.
Rata-rata kontribusi
pendapatan istri terhadap
pendapatan total keluarga
perbulan adalah 43,3
persen.
Faktor-faktor yang
berpengaruh positif
terhadap kontribusi
ekonomi perempuan
adalah umur istri dan
kepemilikan aset.
Faktor-faktor yang
berpengaruh positif
terhadap peran gender
dalam pengambilan
keputusan adalah
kepemilikan aset dan
kontribusi ekonomi
perempuan.
Faktor-faktor yang
berpengaruh positif
terhadap kesejahteraan
keluarga subjektif adalah
kepemilikan aset dan
pendapatan total keluarga.
21
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural fungsional yang
memiliki asumsi dasar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar maka fungsi-
fungsi harus dijalankan dan harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu
keseimbangan atau homoeostatik (Klein dan White 1996; Megawangi 1999).
Aplikasi teori yang digunakan adalah pembagian peran gender dalam menjalankan
fungsi ekonomi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga baik secara
objektif maupun subjektif.
Keluarga merupakan subsistem dalam sistem masyarakat yang luas dan
saling berinteraksi (Deacon dan Firebaugh 1988). Keluarga sebagai sistem sosial
mempunyai tugas atau fungsi supaya sistem tersebut dapat berjalan. Berdasarkan
pendekatan teori struktural fungsional, sebuah struktur keluarga membentuk
kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, bahwa sebuah keluarga inti
tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu
rumahtangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga (Parson dan Bales 1995 dalam Hill 2006). Levi dalam Megawangi
(2005) mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-
masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Hal
ini bisa terjadi jika ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi, atau
konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam pembagian tugas.
Dengan demikian penting adanya pembagian peran dalam keluarga antara suami
dan istri dalam segala apapun yang menyangkut urusan keluarga.
Berdasarkan aspek ekonomi, suatu keluarga dapat mengelola kegiatan
ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, yang menghasilkan pendapatan,
jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo 1989). Tujuan terbentuknya
keluarga adalah untuk mewujudkan keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial,
ekonomi, psikologis atau mental dan spiritual. Kesejahteraan keluarga akan
tercapai dengan maksimal apabila kerjasama kemitraan antara suami dan istri
dalam keluarga tercipta dengan optimal. Secara tradisional peran gender seorang
istri adalah di sektor domestik yaitu sebagai ibu rumahtangga dengan tugas
mengurus rumah dan mengasuh anak, sedangkan suami berperan sebagai kepala
rumahtangga dengan tugas mencari nafkah. Namun pada kenyataannya saat ini
22
sudah banyak istri yang bekerja di sektor publik yang menghasilkan uang untuk
menambah penghasilan keluarga, namun, hal tersebut juga tidak lepas dari
karakteristik istri. Menurut Zhang (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga adalah usia dan pendidikan.
Menurut Lasswell dan Lasswell (1987) kontribusi ekonomi perempuan
dalam keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga,
kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian
rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial
keluarga. Wiryono (1994) menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam
mencari nafkah akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap
struktur sosial dalam keluarga. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga
(laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi
gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga
inti (Megawangi 1999). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan
semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan.
Penelitian ini difokuskan pada peran gender, kontribusi ekonomi
perempuan dan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Pada penelitian ini
diduga terdapat hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran
gender, kontribusi ekonomi contoh, dan kesejahteraan keluarga objektif dan
subjektif. Bagan kerangka pemikiran secara menyeluruh dapat dilihat pada
Gambar 1.
23
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran
Karakteristik Ibu
- Umur
‐ Pendidikan
‐ Pendapatan
Kontribusi Ekonomi
Perempuan
terhadap Pendapatan Total
Keluarga
Pembagian Peran Gender dalam
Keluarga
Kesejahteraan
Keluarga Objektif
dan Subyektif
Karakteristik Keluarga:
- Umur suami
- Pendidikan suami
- Besar keluarga
- Pendapatan keluarga
‐ Pemilikan asset
24
METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu
penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara
purposive sampling dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri
bekerja di sektor informal yaitu petani tanaman bunga potong. Waktu penelitian
dimulai dari bulan Juni sampai Juli 2011.
Teknik Pengambilan Contoh
Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang suami dan istrinya
bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Responden penelitian
merupakan istri yang memiliki pekerjaan sebagai petani tanaman bunga potong.
Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria suami
bekerja sebagai petani sayuran dan istri sebagai petani tanaman bunga potong,
berasal dari keluarga lengkap (mempunyai suami) dan bersedia untuk dijadikan
responden. Jumlah contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah
yang sama. Teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh
RW 4 = 7 orang RW 5 = 23 orang
RT 1 =
1 orang
RT 3 =
2 orang
RT 4 =
4 orang
RT 1 =
13 orang
RT 2 =
7 orang
RT 3 =
2 orang
RT 4 =
1 orang
Keluarga petani yang merupakan
anggota Kelompok Tani
Padajaya
25
Jenis dan Pengambilan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
menggunakan alat bantu kuesioner yang relevan dengan variabel yang diteliti.
Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi :
1. Karakteristik contoh (umur contoh, pendidikan contoh, pendapatan
contoh).
2. Karakteristik keluarga contoh (umur suami, pendidikan suami, besar
keluarga, pendapatan keluarga dan kepemilikan aset).
3. Pembagian peran gender contoh.
4. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga.
5. Kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh.
Data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel, internet, dan literatur-
literatur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang
diambil dari hasil penelitian sebelumnya.
Tabel 2 Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran, skala data Jenis Data Peubah Contoh Alat & Cara
Pengukuran
Skala
Data
Primer Karakteristik contoh
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Istri Kuesioner dan
wawancara
Rasio
Rasio
Nominal
Rasio
Primer Karakteristik keluarga contoh
Umur suami
Pendidikan suami
Pekerjaan suami
Jumlah anak
Besar keluarga
Pendapatan suami
Pendapatan total (kesejahteraan
objektif)
Istri Kuesioner dan
wawancara
Rasio
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Primer Peran gender contoh Istri Kuesioner dan
wawancara
Ordinal
Primer Kesejahteraan subjektif contoh Istri Kuesioner dan
wawancara
Ordinal
Sekunder Potensi dan profil daerah yang
diteliti serta hasil-hasil penelitian
sebelumnya
26
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara sesuai
dengan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum
lokasi penelitian. Secara rinci peubah, skala, contoh, alat dan cara pengukuran
penelitian disajikan pada Tabel 2 dan skala pengkategorian serta pengukuran
variabel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management
Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012,
kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University
USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien
Puspitawati M.Sc., M.Sc.).
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data mencakup tahapan editing, entry, transfer, coding,
cleaning, dan analyzing. Analisis data dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan SPSS 17.0 for Window. Analisis statistik yang digunakan untuk
mengolah data adalah :
1. Analisis deskriptif untuk menyajikan berbagai gambaran variabel yang
diteliti
2. Uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan karakteristik contoh,
karakteristik keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi, dan
kesejahteraan keluarga contoh
Data primer yang dianalisis secara deskriptif terdiri dari karakteristik
contoh, karakteristik keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi, dan
kesejahteraan keluarga. Data sekunder yaitu data mengenai keadaan umum dan
potensi wilayah penelitian disajikan pula dalam bentuk deskriptif.
Peran gender dalam keluarga, terdiri atas 3 bagian antara lain peran gender
dalam aktivitas domestik, publik dan dalam manajemen usaha tani. Setiap butir
pertanyaan dalam peran gender aktivitas domestik dan publik disediakan 6
jawaban, yaitu suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan
istri diberi skor 3, istri dominan diberi skor 4, istri saja diberi skor 5, dan lainnya
diberi skor 6. Selanjutnya untuk melihat kerjasama gender, dilakukan recode skor
menjadi: suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan istri
diberi skor 3, istri dominan diberi skor 2, istri saja diberi skor 1 dan lainnya diberi
skor 0. Skor tersebut dijumlahkan dan diperoleh skor total. Dalam manajemen
27
kegiatan usaha tani, setiap butir pertanyaan disediakan hanya 5 butir jawaban,
tanpa ada lainnya.
Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga contoh diolah
dengan menggunakan rumus :
Kontribusi ekonomi (%) = Pendapatan contoh (Rp/bulan) x100%
Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan tingkat kepuasan subjektif
keluarga (Subjective Quality of Life). Semakin puas ibu terhadap kehidupan dan
sumber daya keluarga maka keluarga tersebut semakin sejahtera.
Pada saat melakukan pengolahan, data variabel peran gender dan
kesejahteraan subjektif diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara indeks, dengan
rumus sebagai berikut :
Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off
peran gender dan kesejahteraan subjektif, maka perlu dicari interval kelasnya
(Slamet 1993 ; Babbie 1989) dengan menggunakan rumus :
Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabel-
variabel tersebut yaitu :
Interval Kelas (IK) = (100%-0%) = 33,3%
3
Dengan demikian cut off bagi peran gender dan kesejahteraan subjektif,
yaitu:
a. Rendah : 0% - 33,3%
b. Sedang : 33,4% - 66,6%
c. Tinggi : 66,7% - 100%
Interval Kelas = (Skor Maksimum – Skor minimum)
Jumlah Kategori
Indeks = skor yang dicapai – skor terendah x100
skor tertinggi-skor terendah
28
Analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson karena data memiliki
skala rasio. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis karakteristik
contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh dan
kesejahteraan subjektif keluarga contoh.
Definisi Operasional
Keluarga petani hortikultura adalah keluarga yang suaminya bekerja sebagai
petani sayuran dan istrinya bekerja sebagai petani tanaman bunga
potong.
Contoh adalah istri petani yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong.
Perempuan adalah perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang telah menikah
dan tinggal bersama suami dalam satu rumah.
Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya
terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta
hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat).
Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja
produktif yang dilakukan oleh perempuan.
Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang didapatkan oleh seluruh
anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani, maupun dari pendapatan
lainnya.
Pengeluaran rumahtangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga
dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran
pangan maupun nonpangan.
Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan,
pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk
manajemen keuangan usaha tani.
Pembagian peran gender dalam keluarga adalah kebijakan didalam masing-
masing keluarga contoh terhadap tindakan pembagian tugas dalam
rumahtangga.
Peran gender adalah pembagian kerja antara suami dan istri di dalam rumah
maupun dalam komunitas yang dinyatakan dalam kategori suami saja,
suami dominan, suami dan istri, istri dominan dan istri saja.
29
Kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi pendapatan perempuan
terhadap pendapatan total keluarga.
Kontribusi suami adalah proporsi pendapatan suami terhadap pendapatan total
keluarga.
Kesejahteraan keluarga objektif berdasarkan BPS adalah keluarga dikatakan
sejahtera apabila pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulan di
atas garis kemiskinan Kabupaten Cianjur Rp 202 438,00 per kapita per
bulan (BPS 2010).
Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap
keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, sosial, dan psikologi
berdasarkan persepsinya (subjektif).
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sindangjaya yang merupakan salah satu desa
inti Agropolitan yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi
Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan
cukup pesat perkembangannya. Desa Sindangjaya secara geografis memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Desa Cimacan
b. Sebelah selatan : Desa Sukatani
c. Sebelah timur : Kabupaten Sukabumi
d. Sebelah barat : Desa Sindanglaya
Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sebesar 512 ha, dengan wilayah
terbesar digunakan untuk pertanian sayur-sayuran yaitu 321 ha yang dapat
menghasilkan 4.815.000 ton per tahun. Kondisi topografi daerah ini berupa
dataran tinggi yang memiliki ketinggian ± 1.100 m dari permukaan laut.
Banyaknya curah hujan sebesar 3.000 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 25º
- 30º C.
Desa Sindangjaya terdiri dari lima dusun. Total Rukun Warga berjumlah
sembilan RW dan total Rukun Tetangga berjumlah 45 RT. Lokasi penelitian yaitu
di RW 4 yang terdiri dari RT 1, 3, dan 4, sedangkan di RW 5 terdiri dari RT 1,2,3
dan 4. Desa Sindangjaya dihuni oleh 3.022 Kepala Keluarga dengan jumlah
penduduk keseluruhan adalah 11.448 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
berjumlah 5.975 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 5.509 jiwa, dan hanya
30 Kepala Keluarga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu anggota
kelompok tani Padajaya.
Pada usia produktif penduduk Desa Sindangjaya memiliki mata
pencaharian atau pekerjaan yang beragam, namun pekerjaan yang paling banyak
digeluti oleh penduduk berada pada sektor pertanian. Sebagian besar penduduk
Sindangjaya (1.943 orang) bekerja pada sektor pertanian atau petani. Jenis
pekerjaan penduduk lainnya di seluruh sektor yaitu bekerja sebagai karyawan
(149 orang), wiraswasta ( 1.297 orang), pertukangan (48 orang), buruh tani (598
orang) dan pensiunan (52 orang). Jumlah penduduk menurut kelompok tenaga
31
kerja yaitu usia 20-26 tahun sebanyak 1.655 orang dan usia 27-40 tahun sebanyak
2.727 orang.
Desa Sindangjaya merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial
dan cukup pesat perkembangannya, disamping sebagai daerah tujuan wisata, Desa
ini juga cukup strategis dalam pemasaran produk sayuran ke daerah Ibu Kota dan
sekitarnya. Adanya potensi yang besar dari daerah ini dalam bidang pertanian
khususnya produk sayuran dan hortikultura, maka terbentuklah kelompok tani
Padajaya, kelompok tani ini bermula dari kerjasama antara pemerintah desa,
petani, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Kelompok tani Padajaya berdiri
pada tanggal 15 Juli 2002, didirikan oleh sembilan orang perwakilan para petani
di daerah Padajaya.
Karakteristik Contoh dan Keluarga
Usia Contoh dan Suami
Usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok usia
dewasa awal (18-40 tahun), dewasa menengah (41-60 tahun) dan dewasa lanjut
(>60 tahun) (Hurlock 1980). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih
dari separuh (63,3 %) usia contoh berada pada rentang usia 18-40 dengan rata-
rata usia contoh yaitu 37,7 tahun dan lebih dari separuh usia suami (53,3 %)
berada pada rentang 41-60 dengan rata-rata usia suami yaitu 43,3 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa usia contoh didominasi pada tahap dewasa awal, sedangkan
usia suami didominasi tahap dewasa menengah menurut kategori Hurlock (1980).
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami
No. Kategori Usia* Contoh Suami
n % n %
1. Dewasa awal (18-40 Tahun) 19 63,3 13 43,4
2. Dewasa menengah (41-60
Tahun)
11 36,7 16 53,3
3. Dewasa lanjut (>60 Tahun) 0 0,0 1 3,3
Total 30 100,0 30 100,0
Rata-rata 37,7
23,0
60,0
9,0
43,3
29,0
70,0
9,2
Minimum
Maksimum
Standar deviasi *Kategori usia berdasarkan Hurlock 1980
32
Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (90,0%) mengenyam
pendidikan tamat SD dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) yang tidak tamat
SD. Persentase terbesar (83,3%) tingkat pendidikan suami adalah tamat SD,
sedangkan suami yang tingkat pendidikan SMP dan SMA masing-masing yaitu
3,3 persen. Sesuai dengan pernyataan Guhardja et al. (1992) bahwa situasi
keluarga di pedesaan dicirikan oleh sumber daya manusia yang tingkat
pendidikannya rendah.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan contoh dan suami
No. Kategori Pendidikan Contoh Suami
n % n %
1. Tidak Tamat SD 3 10,0 3 10,0
2. Tamat SD 27 90,0 25 83,3
3. Tamat SMP 0 0,0 1 3,3
3. Tamat SMA 0 0,0 1 3,3
Total 30 100,0 30 100,0
Besar Keluarga Contoh
Besar keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok
yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan
empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara lima sampai
dengan tujuh orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih
dari atau sama dengan delapan orang (BKKBN 2005). Berdasarkan Tabel 5 lebih
dari separuh keluarga contoh (60,0%) merupakan tipe keluarga kecil yaitu ≤ 4
orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah empat orang.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
No. Besar Keluarga* Jumlah (n=30) Persentase(%)
1. Keluarga Kecil (≤ 4 Orang) 18 60,0
2. Keluarga Sedang (5-7 Orang) 12 40,0
3. Keluarga Besar (> 7 Tahun) 0 0,0
Total 30 100,0
Rata-rata 4,0
Minimum 2,0
Maksimum 7,0
Standar deviasi 1,4 * Klasifikasi berdasarkan BKKBN (2005)
Ukuran keluarga berhubungan erat dengan pengeluaran dalam
rumahtangga. Apabila terjadi penambahan anggota keluarga dalam rumahtangga
33
maka akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi dalam bekerja agar
kebutuhan ekonomi dapat terpenuhi dengan cara lebih banyak menggali
pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita yang
diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga
beban untuk kepala keluarga akan semakin berat.
Kondisi Tempat Tinggal
Kualitas tempat tinggal mempunyai arti penting dalam tolak ukur tingkat
kesejahteraan suatu keluarga. Derajat kelayakan rumah diukur dari dua aspek
yaitu kualitas fisik dan kualitas fasilitas. Kualitas fisik rumah diukur melalui jenis
jenis atap terluas, jenis dinding terluas, jenis lantai terluas, dan luas lantai
perkapita, sedangkan kualitas fasilitas rumah diukur melalui sumber air minum,
sumber penerangan, dan ketersediaan fasilitas tempat BAB (BPS 2010).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (90,0%) memiliki
dinding rumah tembok, dan seluruh contoh (100,0%) memiliki atap rumah
genteng (Tabel 6). Persentase terbesar (90,0%) contoh memiliki lantai rumah
plester semen atau keramik, dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) memiliki
lantai rumah kayu. Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh contoh (60,0%)
memiliki jumlah ruangan di rumah sebanyak 7-9 ruangan, dan kurang dari
separuh contoh (46,7 %) memiliki jumlah ruangan yang berjendela 7-9 ruangan.
Berdasarkan hasil penelitian lebih dari tiga perempat contoh (76,7%)
menggunakan sumber air minum dan sumber air untuk mandi atau mencuci
berasal dari PAM, sedangkan seluruh contoh (100,0%) melakukan aktivitas
mandi, mencuci, dan buang air besar di WC sendiri. Dilihat dari kondisi tempat
tinggal, sebagian besar contoh sudah memiliki tempat tinggal yang layak untuk
ditempati.
34
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal
Keadaan Tempat Tinggal Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis dinding
Bilik/kayu 3 10,0
Setengah tembok 0 0,0
Tembok 27 90,0
Atap Rumah
Rumbia/daun kelapa kering 0 0,0
Seng 0 0,0
Genteng 30 100,0
Lantai Rumah
Tanah 0 0,0
Kayu 3 10,0
Plester semen/keramik 27 90,0
Jumlah ruangan di rumah
1-3 0 0,0
4-6 7 23,4
7-9 18 60,0
10-12 4 13,3
13-15 1 3,3
Jumlah ruangan yang berjendela
1-3 1 3,3
4-6 11 36,7
7-9 14 46,7
10-12 3 10,0
13-15 1 3,3
Sumber Air Minum
Sungai 0 0,0
Sumur/mata air 7 23,3
PAM 23 76,7
Sumber air untuk mandi/cuci
Sungai 0 0,0
Sumur/mata air 7 23,3
PAM 23 76,7
Tempat mandi atau mencuci
Sungai/pancuran 0 0,0
WC umum 0 0,0
WC sendiri 30 100,0
Tempat BAB
Kebun/sungai/empang 0 0,0
WC umum 0 0,0
WC sendiri 30 100,0
35
Kepemilikan Aset
Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai
ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau
memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Aset ini terdiri dari lahan
pertanian berupa kebun dan pekarangan, rumah, sawah, kolam, kendaraan,
televise, kulkas, handphone, emas, dan hewan ternak seperti kambing, ayam,
bebek/itik, kerbau/sapi dan ikan. Pada penelitian ini kepemilikan aset dalam
keluarga dibagi atas: (1) Tidak punya, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4)
Dibeli bersama.
Berdasarkan kepemilikan aset pada Tabel 7, lebih dari separuh contoh
(60,0%) memiliki kebun dengan status bawaan istri dan kurang dari separuh
contoh (33,3%) merupakan bawaan suami, kebun yang merupakan bawaan istri
biasanya merupakan warisan yang diberikan orangtua. Aset lain seperti
pekarangan (33,3%), rumah (50,0%), televisi (56,7%) dan handphone (50,0%)
merupakan barang yang dibeli bersama. Sebagian besar contoh tidak memiliki
sawah (90,0%), kolam (90,0%), kulkas (90,0%), ayam (86,7%) dan ikan (83,3%).
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset
Jenis Aset
Status Kepemilikan (%)
Tidak Punya Bawaan Istri Bawaan
Suami
Dibeli
bersama
Kebun 0,0 60,0 33,3 6,7
Pekarangan 0,0 33,3 33,3 33,3
Rumah 6,7 23,3 20,0 50,0
Sawah 90,0 3,3 6,7 0,0
Kolam 90,0 6,7 0,0 3,3
Kendaraan 50,0 0,0 10,0 40,0
Televisi 43,3 0,0 0,0 56,7
Kulkas 90,0 0,0 0,0 10,0
Handphone 40,0 6,7 3,3 50,0
Emas 70,0 10,0 3,3 16,7
Kambing 66,7 0,0 6,7 26,7
Ayam 86,7 3,3 0,0 10,0
Ikan 83,3 3,3 0,0 3,3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak
memiliki aset berharga. Menurut Bryant (1990), keluarga yang memiliki aset
banyak cenderung lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
aset terbatas. Rothwel (2011) juga menyatakan bahwa aset merupakan hal yang
36
penting karena aset akan dapat membantu seseorang untuk lebih maju dan
sebaliknya keterbatasan aset yang dimiliki akan berdampak pada kesulitan
ekonomi dan stress pada keluarga.
Pendapatan Keluarga per Bulan
Deacon dan Firebaugh (1988), sumberdaya keuangan keluarga yang utama
didapatkan dari pendapatan keluarga. Menurut Sumarwan (2002) pendapatan
merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya dalam mencari nafkah. Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari
seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini dapat berasal dari
suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun
sampingan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan
No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)
1. ≤ 810 371,00 12 40,0
2. 810 372,00-1 620 742,00 7 23,3
3.
4.
1 620 743,00-2 431 113,00
≥ 2 431 114,00
5
6
16,7
20,0
Rata-rata (Rupiah) 1 485 933,33
Minimum 340 000,00
Maksimum 4 500 000,00
Standar deviasi 1 175 855,05 Kategori pendapatan keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp
810 371,00)
Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR Kabupaten Cianjur) tahun 2011
adalah Rp810.371. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai batasan apakah contoh
memiliki pendapatan dibawah atau diatas garis UMR. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata pendapatan contoh adalah Rp1.485.933,33 dengan kisaran
Rp340.000,00 sampai Rp4.500.000,00. Keluarga yang memiliki pendapatan
terbesar adalah keluarga yang memiliki kontribusi istri paling besar yaitu
Rp1.500.000 perbulan dan memiliki pendapatan lain dari ternak domba sebesar
Rp120.000 perbulan. Tabel 9 menunjukkan bahwa hampir separuh contoh
(40,0%) memiliki pendapatan keluarga sebesar ≤ Rp810.371,00. Berdasarkan
UMR Kabupaten Cianjur, hampir separuh contoh ini termasuk dalam kategori
dibawah UMR.
37
Pendapatan per kapita merupakan gambaran kemampuan konsumsi untuk
setiap anggota keluarga. Pendapatan per kapita merupakan indikator penting
dalam pembangunan suatu negara karena pendapatan per kapita ini dapat
menentukan pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal.
Pendapatan per kapita per bulan diperoleh melalui hasil pembagian antara
pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan hampir separuh contoh (40,0%) memiliki pendapatan per kapita per
bulan sebesar ≤ Rp202.438,00 dengan rata-rata pendapatan sebesar
Rp381.111,90. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita
No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)
1. ≤ 202 438,00 12 40,0
2. 202 439,00-404 876,00 9 30,0
3.
4.
404 877,00-607 314,00
> 607 315,00
4
5
13,3
16,7
Rata-rata (Rupiah) 381 111,90
Minimum 68 000,00
Maksimum 1 700 000,00
Standar deviasi 378 056,46 Kategori pendapatan per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun
2010 (Rp 202 438)
Berdasarkan pendapatan per kapita keluarga contoh, maka hampir separuh
contoh memiliki pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan, hal ini berarti,
keluarga tersebut kurang sejahtera. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata
pendapatan per kapita yang berada dibawah garis kemiskinan dapat dilihat di
Tabel 10.
38
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita
dibawah garis kemiskinan dan besar keluarga
No. Rata-rata pendapatan/kapita/bulan
(Rp) Besar Keluarga (Orang)
1 68 000,00 5
2 75 714,29 7
3 91 666,67 6
4 104 000,00 5
5 120 000,00 3
6 121 666,67 3
7 137 500,00 4
8 140 000,00 3
9 145 000,00 5
10 180 000,00 3
11 182 666,67 3
12 200 000,00 4
Pengeluaran Keluarga per Bulan
Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang
dapat menggambarkan kondisi keuangan keluarga (Sumarwan 2002). Kondisi
pengeluaran lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena
pendapatan bukan bukan satu-satumya sumberdaya keluarga yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam
atau berhutang. Lebih dari separuh contoh (63,3%) memiliki pengeluaran dengan
selang Rp810.372,00 - Rp1.620.742,00 dan rata-rata pengeluaran keluarga per
bulan sebesar Rp1.513.366,67. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga
per bulan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan
No. Pengeluaran (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)
1. ≤ 810 371,00 3 10,0
2. 810 372,00-1 620 742,00 19 63,3
3.
4.
1 620 743,00-2 431 113,00
≥ 2 431 114,00
5
3
16,7
10,0
Rata-rata (Rupiah) 1 513 366,67
Minimum 758 000,00
Maksimum 4 358 000,00
Standar deviasi 845 911,07 Kategori pengeluaran keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp
810 371,00)
Pengeluaran per kapita keluarga dapat dibandingkan dengan garis
kemiskinan. Semakin pengeluaran keluarga berada di atas garis kemiskinan maka
39
keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera. Garis kemiskinan Kabupaten Cianjur
tahun 2010 yaitu sebesar Rp202.438,00. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki pengeluaran per
kapita sebesar Rp202.439,00 hingga Rp404.876,00 dan rata-rata pengeluaran per
kapita sebesar Rp364.807,38. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh
contoh memiliki pengeluaran per kapita diatas garis kemiskinan. Sebaran contoh
berdasarkan pengeluaran per kapita dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita
No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)
1. ≤ 202 438,00 4 13,3
2. 202 439,00-404 876,00 18 60,0
3.
4.
408 877,00-607 314,00
> 607 315,00
6
2
20,0
6,7
Rata-rata (Rupiah) 364 807,38
Minimum 184 456,12
Maksimum 1 089 500,00
Standar deviasi 113 142,86 Kategori pengeluaran per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun
2010 (Rp 202 438)
Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Per kapita
Berdasarkan hasil penelitian, hampir tiga perempat contoh (70,0%)
memiliki pendapatan per kapita yang lebih kecil daripada pengeluaran per kapita
(Tabel 13), dan kondisi ini menyebabkan mereka berusaha memenuhi kebutuhan
dengan cara berhutang. Sepertiga contoh (30,0%) memiliki pendapatan per kapita
yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran per kapita. Pendapatan dan
pengeluaran per kapita ini cenderung dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota
keluarga, anggota keluarga yang semakin banyak, maka akan memiliki
pendapatan dan pengeluaran per kapita yang lebih sedikit.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran
per kapita
Per kapita per bulan Jumlah (n=30) Persentase (%)
Pendapatan > Pengeluaran 9 30,0
Pendapatan = Pengeluaran 0 0,0
Pendapatan < Pengeluaran 21 70,0
40
Pengeluaran Pangan dan Nonpangan
Pengeluaran keluarga terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan
dan nonpangan. Pengeluaran pangan yaitu pengeluaran yang dialokasikan untuk
kebutuhan makanan sehari-hari seperti makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran,
buah-buahan, minuman, dan jajanan lainnya, sedangkan pengeluaran nonpangan
dialokasikan untuk kebutuhan di luar kebutuhan pangan seperti pendidikan, bahan
bakar, pakaian, kesehatan, dan keperluan pertanian. Tabel 14 menunjukkan bahwa
rata-rata pengeluaran untuk pangan contoh sebesar Rp1.129.650,00 sedangkan
untuk nonpangan sebesar Rp383.716,67. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran
untuk kebutuhan pangan jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk non
pangan. Rahardjo (2000) menyatakan bahwa keluarga yang berpendapatan rendah
akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk pangan dan membeli
pangan dengan harga yang lebih murah. Pada keluarga dengan pendapatan yang
tinggi akan membeli pangan dengan harga yang lebih mahal dan mengalokasikan
pengeluaran non pangan lebih besar. Oleh karena itu besarnya proporsi
pengeluaran untuk pangan dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan
keluarga.
Tingkat kesejahteraan contoh yang rendah dalam penelitian ini dapat
dilihat dari pengeluaran pangan yang lebih besar daripada non pangan. Menurut
BPS (1994), terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka
semakin berkurang presentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan
semakin tinggi tingkat kesejahteraan, begitu juga sebaliknya bahwa semakin
rendah pendapatan, maka alokasi untuk konsumsi makanan semakin besar dan
semakin rendah tingkat kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan teori Maslow bahwa
pemenuhan kebutuhan hidup dimulai dari kebutuhan primer (basic need), yaitu
tingkatan paling rendah (kebutuhan makanan, minuman, dan sex) kemudian
berpindah pada tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi. Sebaran contoh
berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan dapat dilihat di Tabel 14.
41
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan Pengeluaran Keluarga Rata-rata ± std
(Rp)
Min-Maks (Rp) Persentase
(%)
Pangan
(Makanan pokok,lauk
pauk,sayuran, buah-
buahan,minyak goreng,
minuman, dan jajanan)
1 129 650,00±
577 616,06
575 000,00-
2 960 000,00
74,6
Nonpangan
(Pendidikan, bahan
bakar, pakaian,
kesehatan, kebutuhan
bahan dan alat
pertanian)
383 716,67±
324 745,84
93 000,00-
1 738 000,00
25,4
Pembagian Peran Gender dalam Keluarga
Peran Gender dalam Aktivitas Domestik
Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan
perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang
merupakan prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi
1999). Pada penelitian ini, pembagian peran gender yang diteliti adalah
pembagian peran gender dalam aktivitas domestik dan publik yang termasuk
didalamnya manajemen keuangan usaha tani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti memasak atau menyiapkan makanan
(66,7%), mengasuh anak (43,3%), membersihkan rumah (50,0%), mencuci
pakaian (80,0%), menyetrika pakaian (76,7%), belanja kebutuhan sehari-hari
(56,7%), menyapu halaman (63,3%), mengambil air untuk mandi/masak (50,0%),
menata meja makan (56,7%), mengatur menu makanan (50,0%), membersihkan
rak piring (60,0%), mencuci piring (66,7%), mengambil sayuran di pekarangan
untuk dimasak (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh istri (Tabel 15). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleha (2003) dan Puspitawati
(2008) yang menunjukkan bahwa pada masyarakat berlaku pola pembagian kerja
di sektor domestik yang merupakan tanggungjawab istri, meskipun dalam
beberapa kasus dimana suami bersedia untuk berbagi pekerjaan dengan istri.
Ihromi (1990) juga mengatakan bahwa pekerjaan domestik utamanya berada
dalam tanggung jawab istri. Berdasarkan Tabel 15 belanja peralatan rumahtangga
(43,3%) dilakukan oleh suami dan istri, sedangkan membeli gas untuk kompor
(26,7%) dilakukan oleh suami saja.
42
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik
No Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 Modus
1. Memasak atau
menyiapkan makanan
0,0 0,0 0,0 33,3 66,7 0,0 5
2. Mengasuh anak 0,0 0,0 20,0 43,3 36,7 0,0 4
3. Membersihkan rumah 0,0 0,0 6,7 43,3 50,0 0,0 5
4. Mencuci pakaian 0,0 0,0 0,0 16,7 80,0 3,3 5
5. Menyetrika pakaian 0,0 0,0 0,0 13,3 76,7 10,0 5
6. Belanja kebutuhan
sehari- hari
0,0 3,3 3,3 36,7 56,7 0,0 5
7. Menyapu halaman 0,0 0,0 0,0 33,3 63,3 3,3 5
8. Belanja peralatan rumah
tangga
0,0 3,3 43,3 6,7 46,7 0,0 5
9. Mengambil air untuk
mandi/masak
3,3 0,0 0,0 46,7 50,0 0,0 5
10. Menata meja makan 0,0 0,0 0,0 43,3 56,7 0,0 5
11. Mengatur menu
makanan
0,0 0,0 6,7 40,0 50,0 3,3 5
12. Membersihkan rak
piring
0,0 0,0 0,0 40,0 60,0 0,0 5
13. Mencuci piring 0,0 0,0 3,3 26,7 66,7 3,3 5
14. Membeli gas untuk
kompor
26,7 20,0 16,7 13,3 16,7 6,7 1
15. Mengambil sayuran di
pekarangan untuk
dimasak
0,0 6,7 3,3 33,3 40,0 16,7 5
Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri
saja 6. Lainnya
Pembagian peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan manajemen
usaha tani yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi menjelaskan bahwa : 1)
Kerjasama rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama
dalam aktivitas domestik, publik maupun manajemen, contoh: pada pekerjaan
domestik memasak dilakukan oleh istri saja dan pada pekerjaan publik menanam
tanaman di kebun dilakukan oleh suami saja; 2) Kerjasama sedang artinya suami
dan istri mulai melakukan kerjasama namun masih didominasi oleh salah
satunya, misalnya suami dan istri sama-sama ikut mengontrol keuangan usaha
tani, namun suami lebih dominan; 3) Kerjasama tinggi artinya suami dan istri
melakukan kerjasama secara bersama atau melakukan secara bersama-sama,
contohnya suami dan istri bersama-sama memutuskan membelanjakan uang usaha
tani.
Tabel 16 menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan
domestik (66,6%) termasuk kategori sedang dengan rata-rata sebesar 48,1 persen.
43
Artinya, masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam
semua kegiatan tugas dalam rumahtangga atau kegiatan domestik, meskipun
masih ada salah satu yang dominan. Pembagian peran keluarga contoh cukup
seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri. Keterlibatan suami dalam
urusan rumahtangga sangat diharapkan untuk meringankan tugas istri. Salah satu
faktor yang mempengaruhi seorang suami ikut berpartisipasi dalam pekerjaan
rumahtangga adalah pandangan gender yang dianut oleh suami. Menurut William
dan Best (1990) pandangan peran gender merupakan kepercayaan normatif
tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang laki-laki atau perempuan, apa
yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, dan bagaimana
keduanya berinteraksi.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas
domestik*
Peran gender Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 8 26,7
Sedang ( 33,4-66,7) 20 66,6
Tinggi (>66,7) 2 6,7
Rata-rata (skor) 48,1
Minimum 28,9
Maksimum 71,1
Standar deviasi 12,9 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0
Peran Gender dalam Aktivitas Publik
Megawangi (1999) menyatakan bahwa dalam keluarga perlu adanya
alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem tetap
ada. Moser (1993) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu
peranan produktif (publik), peranan reproduktif dan peran pengelolaan
masyarakat. Peran gender aktivitas publik dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
yaitu wilayah pekarangan dan kebun, hal ini berdasarkan adanya pembagian
gender yang lebih dominan di masyarakat, yaitu wilayah pekarangan yang
dominan di kerjakan oleh istri dan kegiatan di kebun yang lebih banyak dilakukan
oleh suami.
44
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik
Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 Modus
Pekarangan
Mempersiapkan lahan 20,0 33,3 20,0 16,7 10,0 0,0 2
Membeli bibit 23,3 20,0 23,3 10,0 16,7 6.7 1,3
Menanam tanaman 0,0 3,3 23,3 43,3 30,0 0,0 4
Memberi pupuk 16,7 10,0 13,3 36,7 23,3 0,0 4
Menyiangi tanaman 0,0 3,3 10,0 36,7 50,0 0,0 5
Pemanenan 3,3 10,0 10,0 36,7 33,3 6,7 4
Membersihkan bunga 3,3 6,7 6,7 6,7 33,3 43,3 6
Mengikat atau
mengemas bunga
0,0 6,7 13,3 6,7 33,3 40,0 6
Memasarkan hasil
tanaman pekarangan
3,3 16,7 10,0 13,3 36,7 20,0 5
Kebun
Mempersiapkan lahan 50,0 46,7 0,0 0,0 0,0 3,3 1
Membuat saluran air 56,7 20,0 0,0 0,0 0,0 23,3 1
Membeli bibit 53,3 20,0 10,0 6,7 6,7 3,3 1
Menanam tanaman 26,7 30,0 36,7 3,3 0,0 3,3 3
Memberi pupuk 53,3 30,0 13,4 0,0 0,0 3,3 1
Penggunaan peralatan
pertanian (bajak, arit,
cangkul)
73,4 23,3 0,0 0,0 0,0 3,3 1
Menyiangi tanaman 36,7 46,7 6,7 3,3 3,3 3,3 2
Pemanenan 30,0 26,7 6,7 0,0 0,0 36,7 6
Membersihkan sayuran 20,0 33,3 3,3 0,0 0,0 43,3 6
Mengikat atau
mengemas sayuran
23,3 33,3 3,3 0,0 0,0 40,0 6
Memasarkan hasil
kebun
36,7 26,7 0,0 0,0 0,0 36,7 1,6
Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri
saja 6. Lainnya
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan-kegiatan di pekarangan seperti
menanam tanaman (43,3%), memberi pupuk (36,7%), dan pemanenan (36,7%)
lebih dominan dikerjakan oleh istri, sedangkan menyiangi tanaman (50,0) dan
memasarkan hasil (36,7%) lebih banyak dilakukan oleh istri saja (Tabel 17).
Kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh suami yaitu mempersiapkan lahan,
sedangkan membeli bibit dilakukan oleh suami dan istri (23,3%) dan suami saja
(23,3%). Kegiatan membersihkan bunga (43,3%) dan mengikat atau mengemas
bunga (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya yaitu seperti tengkulak.
Berdasarkan Tabel 17, kegiatan aktivitas publik di kebun seperti
mempersiapkan lahan (50,0%), membuat saluran air (56,7%), membeli bibit
45
(53,3%), memberi pupuk (53,3%), penggunaan alat pertanian di kebun (73,4%)
lebih banyak dilakukan oleh suami saja.
Kegiatan lain seperti menanam tanaman (36,7%) dilakukan oleh suami dan
istri secara bersama-sama, menyiangi tanaman (46,7%) dilakukan oleh suami
secara dominan, sedangkan pemanenan (36,7), membersihkan sayuran (43,3%),
mengikat atau mengemas sayuran (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya
seperti tengkulak. Kegiatan memasarkan hasil kebun masing-masing 36,7 persen
banyak dilakukan oleh suami saja dan oleh tengkulak. Hal ini senada dengan hasil
penelitian Gustina (2011) yang menyatakan bahwa peran publik lebih dominan
dilakukan oleh suami. Berdasarkan Levy dalam Megawangi (1999) salah satu
syarat strukutural agar keluarga sebagai sebuah sistem dapat berfungsi maka harus
ada diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang dilakukan dalam
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sudah terdapat alokasi diferensiasi peran
antara suami dan istri dalam melakukan aktivitas publik dan domestik, sehingga
kerjasama dalam struktur keluarga sudah dapat dikatakan setara dan seimbang.
Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh istri di pekarangan biasanya
adalah aktivitas yang tidak terlalu sulit, sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh
suami di kebun, biasanya merupakan aktivitas yang memerlukan tenaga yang
lebih besar. Aktivitas yang biasa dilakukan di pekarangan dan kebun dapat dilihat
pada Lampiran 4. Selain itu alat yang biasa digunakan di pekarangan adalah
perkakas ringan untuk merawat bunga, sedangkan di kebun biasanya perkakas
yang lebih berat yang biasa digunakan untuk mengolah tanah dalam luas lahan
yang lebih besar (Lampiran 5).
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas
publik*
Peran gender Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 3 10,0
Sedang ( 33,4-66,7) 27 90,0
Tinggi (>66,7) 0 0,0
Rata-rata (skor) 46,2
Minimum 28,3
Maksimum 73,0
Standar deviasi 8,4 *Skala di tabel 17 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada
kegiatan publik (90,0%) dengan rata-rata skor sebesar 46,2 persen termasuk
46
kategori sedang (Tabel 18). Artinya, pembagian peran gender dalam aktivitas
publik sudah terdapat kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah
satu yang dominan. Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan
oleh istri, sedangkan kegiatan tani di kebun, lebih banyak dilakukan oleh suami.
Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara anggota keluarga (laki-laki
dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya “diferensiasi peran
gender” yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga
inti. Becker (1965) diacu dalam Rohaeni dan Lokollo (2005) menyatakan bahwa
tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan jenis
kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga,
sedangkan laki-laki banyak mengalokasikan waktu untuk pekerjaan mencari
nafkah.
Pembagian peran sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam
menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Berkaitan
dengan gender dan pemenuhan hidup, diketahui adanya kerjasama antara
perempuan dan laki-laki di tingkat keluarga dan masyarakat (Bappenas 2008).
Dalam aktivitas publik terdapat juga pembagian tugas dalam manajemen
keuangan usaha tani. Hasil penelitian pada Tabel 19 menunjukkan bahwa
kegiatan mengelola uang usaha tani (33,3%) lebih banyak dilakukan oleh suami
saja.
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan
usaha tani
No. Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 4 5 Modus
1. Merencanakan keuangan usaha tani 16,7 16,7 56,7 6,7 3,3 3
2. Mengontrol keuangan usaha tani 26,7 23,3 40,0 3,3 6,7 3
3. Mengelola uang usaha tani 33,3 23,3 30,0 3,3 10,0 1
4. Memutuskan membelanjakan uang
usaha tani 20,0 30,0 50,0 0,0
0,0
3
Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri
saja
Kegiatan manajemen keuangan lainnya seperti merencanakan keuangan
usaha tani (56,7%), mengontrol keuangan usaha tani (40,0%), dan memutuskan
membelanjakan uang usaha tani (50,0%) dilakukan bersama antara suami dan
istri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) bahwa pembagian
peran gender dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan keluarga dalam
47
menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri
bersepakat dalam membagi peran dan tugas sehari-hari, bertanggung jawab
terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen
bersama.
Hampir separuh contoh (43,4%) memiliki kerjasama suami dan istri dalam
manajemen keuangan usaha tani dalam kategori tinggi (Tabel 20). Artinya bahwa
dalam melakukan manajemen keuangan usaha tani dilakukan secara bersama-
sama oleh suami dan istri atau sudah terdapat kerjasama dan kompromi secara
seimbang antara suami dan istri. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori struktural-
fungsional yang menekankan keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga
dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Levi dalam Megawangi (1999)
juga menguatkan bahwa harmoni dalam pembagian peran dan penyelenggaran
fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilai-
nilai bersama adalah kondisi utama berfungsinya keluarga.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen
keuangan usaha tani*
Peran gender Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 8 26,7
Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0
Tinggi (>66,7) 13 43,3
Rata-rata (skor) 57,5
Minimum 0,0
Maksimum 100,0
Standar deviasi 34,1 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1
Kontribusi Ekonomi perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga
Kontribusi ekonomi perempuan yaitu peran perempuan dalam
menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang merupakan proporsi antara
pendapatan istri dengan pendapatan total keluarga, sebagai usaha dalam
mewujudkan kesejahteraan keluarga. Perempuan di Kampung Padajaya ini sudah
mulai terlihat memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun
kontribusi yang dihasilkan belum terlalu maksimal, namun sudah ada kemauan
dan kemampuan dari perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas publik.
Kontribusi yang diberikan oleh perempuan, mereka dapatkan dari hasil
pengolahan pekarangan, yaitu dengan menanam tanaman bunga potong yang
48
memiliki nilai jual di pasaran. Terdapat berbagai macam bunga potong yang biasa
ditanam di pekarangan untuk dijual diantaranya bunga ruskus, anggrek, pandan,
aepi, grasena, rosmeri, kuping gajah, pakis bintang, lidah buaya, ciklok kodok,
ekor bajing, lilih, sansifera, amarilis, bunga terompet, bunga melati, mawar, pakis
doren, agrisera, astalias, roskol dan terdapat juga berbagai macam tanaman buah
seperti jambu air, jambu batu, jambu brazil, terong belanda, dan lain-lain. Jenis
tanaman yang ada di pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berbagai macam
tanaman tersebut memiliki waktu panen yang berbeda, dan biasanya bunga potong
dapat dipanen dalam waktu tiga bulan sekali. Tanaman bunga potong ini dijual
kepada tengkulak dengan harga yang bervariasi, ada yang Rp3.000,00 per pot,
bahkan ada yang Rp200.000,00 per pohon. Pendapatan yang diperoleh oleh
perempuan ini tergantung pada luas lahan pekarangan yang dimiliki, variasi bunga
potong yang ditanam serta proses pemeliharaan yang dilakukan. Gambaran
kondisi pekarangan rumah dapat dilihat di Lampiran 3.
Kegiatan yang biasa perempuan lakukan di pekarangan sama halnya
seperti yang biasa dikerjakan oleh laki-laki di kebun seperti menanam tanaman,
mengoyos, menyiram, memupuk, memotong bunga yang layu, mencabut rumput,
membersihkan bunga dan bahkan ada yang mencangkul dan menyiapkan lahan.
Proses pemanenan seperti mengikat dan memotong bunga biasanya dilakukan
langsung oleh tengkulak. Hasil keuangan dari penjualan tanaman bunga potong ini
sebagian besar dipegang oleh istri sebagai tambahan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga, seperti tambahan uang jajan untuk anak, membeli bumbu dapur, dan
biaya membeli buku untuk anak sekolah. Hampir seluruh responden menjual dan
memegang hasil pekarangannya sendiri. Keterangan lebih lanjut mengenai
pembagian hasil pekarangan dan kebun dapat dilihat di Lampiran 6.
49
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap
pendapatan total keluarga
No. Kontribusi
Ekonomi(%)
Rupiah
(Rp) Jumlah (n=30) Persentase(%)
1. 0,0 – 0,9 50 000 1 3,3
2. 1-10 125 000 15 50,0
3. 11-20 177 000 9 30,0
4.
5.
21-30
31-40
200 000
1 500 000
4
1
13.3
3,3
Rata-rata (skor) 11,3
Minimum 0,6
Maksimum 33,3
Standar deviasi 8,6
Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 50,0 persen contoh memiliki
persentase kontribusi pendapatan terhadap keluarga sebesar 1-10 persen, dengan
rata-rata kontribusi sebesar 11,3 persen, dan terdapat empat orang contoh yang
memiliki kontribusi ekonomi sebesar 21-30 persen, keempat responden ini
memiliki lahan pekarangan yang luas dan memiliki variasi bunga yang beragam.
Satu orang contoh yang memiliki kontribusi terbesar diantara contoh lain,
responden tersebut memiliki kontribusi sebesar 33,3 persen terhadap pendapat
total keluarga dengan penghasilan sebulan dapat mencapai Rp1.500.000,00.
Responden tersebut memiliki lahan pekarangan yang paling luas, serta memiliki
berbagai variasi tanaman bunga potong yang paling lengkap. Tanaman bunga
potong yang dimilikinya diperhatikan dan dirawat dengan baik, sehingga memiliki
kualitas dan kuantitas yang tinggi.
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
Kesejahteraan subjektif yaitu kepuasan pribadi seseorang atas
terpenuhinya semua kebutuhan hidup baik itu dalam hal fisik, sosial, ekonomi
maupun psikologis. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan
ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat kepauasan contoh maka semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan subjektif tersebut. Menurut Santamarina dalam Sunarti (2008)
terdapat enam kategori kesejahteraan (quality of life atau individual well-being)
yaitu: 1) Fisik, 2) Psikologis, 3) Tingkat kemandirian, 4) Sosial, 5) Lingkungan
dan 6) Spiritual.
50
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan fisik menunjukkan
bahwa kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan merasa puas dengan
keadaan kesehatan keluarga, masing-masing memiliki presentase sebesar 36,7
persen. Hampir separuh contoh (46,7%) merasa sudah puas dengan kesehatannya,
hal ini karena kondisi lingkungan di sekitar rumah masih alami dan tidak ada
polusi udara yang mengganggu kesehatan. Kurang dari separuh contoh (43,3%
dan 40,0%) merasa cukup puas dengan keadaan makanan di keluarga dan
kebersihan di dalam rumah. Kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan
cukup puas dengan kebersihan di pekarangan dengan presentase masing-masing
sebesar 40,0 persen, dan lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa puas dengan
keadaan air di sekitar (Tabel 22). Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada
keadaan kesehatan contoh dan keadaan air di sekitar.
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik
No. Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 Modus
1. Keadaan kesehatan keluarga 36,7 26,7 36,7 1,3
2. Keadaan kesehatan Anda 26,7 26,7 46,7 3
3. Keadaan makanan keluarga anda 36,7 43,3 20,0 2
4. Kebersihan di dalam rumah 36,7 40,0 23,3 2
5. Kebersihan pekarangan 40,0 40,0 20,0 1,2
6. Keadaan air di sekitar 3,3 33,3 63,3 3 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Penggolongan kategori kesejahteraan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh contoh
(56,7%) memiliki kesejahteraan fisik yang termasuk dalam kategori sedang
dengan rata-rata sebesar 52,5 persen (Tabel 23). Hal ini menunjukkan bahwa
contoh sudah merasa cukup puas dengan kesejahteraan fisik yang dimilikinya,
terutama keadaan kesehatan dan keadaan air sekitar yang masih bersih dan alami.
Kesehatan yang baik ditunjang oleh udara yang masih bersih tanpa polusi,
banyaknya tanaman sehingga kaya akan oksigen, dan asupan gizi makanan yang
baik yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.
51
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan fisik
Kesejahteraan Fisik Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 7 23,3
Sedang ( 33,4-66,7) 17 56,7
Tinggi (>66,7) 6 20,0
Rata-rata (skor) 52,5
Minimum 16,7
Maksimum 91,7
Standar deviasi 20,0
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi pada Tabel
24 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh merasa tidak puas dengan
keadaan keuangan keluarga (56,7%) dan keadaan pendapatan (56,7%). Kurang
dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan tempat tinggal
keluarga, lebih dari tiga perempat contoh (76,7%) tidak puas dengan keadaan
materi/aset keluarga, kurang dari seperempat contoh masing-masing 40,0 persen
merasa belum puas dengan keadaan pakaiannya dan keadaan pakaian keluarga.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi
No. Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 Modus
1. Keadaan keuangan keluarga 56,7 23,3 20,0 1
2. Keadaan pendapatan anda 56,7 23,3 20,0 1
3. Keadaan tempat tinggal keluarga anda 33,3 23,3 43,3 3
4. Keadaan materi/aset keluarga anda 76,7 16,7 6,7 1
5. Keadaan pakaian keluarga 40,0 33,3 26,7 1
6. Keadaan pakaian Anda 40,0 33,3 26,7 1
7. Fasilitas dan alat-alat pertanian 33,3 13,3 53,3 3
8. Kepemilikan lahan pertanian 63,3 16,7 20,0 1
9. Hasil panen sayuran 43,3 30,0 26,7 1 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Lebih dari separuh contoh (53,3%) merasa puas dengan fasilitas dan alat-
alat pertanian yang dimilikinya (Tabel 24), sedangkan lebih dari separuh contoh
(63,3%) merasa tidak puas dengan kepemilikan lahan pertanian karena mereka
merasa bahwa lahan pertanian yang dimilikinya masih kurang, dan kurang dari
separuh contoh (43,3%) merasa tidak puas terhadap hasil panen sayuran yang
biasa mereka dapatkan, karena mereka merasa hasil panennya kurang banyak dan
biasanya kualitas hasil panen pun kadang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Hal ini dikarenakan hasil panen sayuran ditentukan oleh kondisi alam seperti
52
curah hujan dan cuaca. Jika musim hujan, biasanya hasil panen sayuran kurang
bagus, karena sayuran banyak yang busuk dan pestisida yang digunakan akan
boros, namun petani dapat menanggulanginya dengan membuat atap dan
perubahan pola tanam.
Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kepuasan yang masih kurang terdapat pada keadaan keuangan keluarga, keadaan
pendapatan contoh, keadaan aset yang dimiliki oleh keluarga, keadaan pakaian,
kepemilikan lahan pertanian yang masih kurang dan hasil panen sayuran,
sedangkan tingkat kepuasan yang relatif sudah baik yaitu keadaan tempat tinggal
dan fasilitas alat-alat pertanian yang dimiliki.
Tabel 25 menunjukkan bahwa kesejahteraan ekonomi contoh termasuk
dalam kategori rendah (50,0%). Hal ini berarti keadaan ekonomi yang dimiliki
oleh contoh masih kurang baik, sehingga contoh masih merasa tidak puas
terutama dalam hal keadaan keuangan, kurangnya pendapatan, kepemilikan aset
yang masih terbatas, dan kepemilikan lahan pertanian yang sempit.
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan ekonomi
Kesejahteraan Ekonomi Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 15 50,0
Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0
Tinggi (>66,7) 6 20,0
Rata-rata (skor) 38,9
Minimum 0,0
Maksimum 100,0
Standar deviasi 32,0
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan sosial menunjukkan
bahwa lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa tidak puas dengan keadaan
pendidikan anak mereka (Tabel 26). Hal ini karena sebagian besar penduduk di
daerah tersebut kurang memprioritaskan pendidikan, sehingga anak-anaknya pun
cenderung mengikuti pemikiran orangtuanya, hal ini mengakibatkan anak kurang
memiliki kemauan untuk melanjutkan sekolah. Orangtua memiliki pemikiran
bahwa setinggi apapun anaknya sekolah maka pada akhirnya akan menjadi petani
pula seperti mereka.
Lebih dari separuh contoh (66,7%) merasa puas dengan gaya manajemen
waktunya. Mereka merasa sudah dapat membagi waktu antara pekerjaan domestik
dan publik yang mereka lakukan. Kurang dari separuh contoh (masing-masing
53
36,7%) merasa tidak puas dan cukup puas dalam manajemen keuangan. Kurang
dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan pekerjaannya,
mereka merasa bersyukur dan menikmati pekerjaan yang saat ini ditekuninya
yaitu sebagai petani. Sebagian besar contoh puas dengan hubungan antara suami
dan istri (93,3%), hubungan dengan saudara atau kerabat (96,7%), hubungan
antara orangtua dan anak (80,0%), dan seluruh contoh (100,0%) merasa puas
melakukan komunikasi dengan tetangga. Hal ini terbukti dengan kehidupan yang
begitu dekat dan rukun antara tetangga dalam kehidupan bermasyarakat. Kurang
dari separuh contoh (46,7%) tidak puas dengan akses informasi penyuluhan. Hal
ini dikarenakan mereka kurang mendapat pemberitahuan atau informasi jika ada
kegiatan penyuluhan, serta masih kurang adanya kegiatan penyuluhan pertanian
yang ada di desa tersebut.
Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kepuasan terhadap kesejahteraan sosial yang sudah baik diantaranya keadaan
pekerjaan, hubungan antara suami dan istri, hubungan dengan saudara atau
kerabat, hubungan antara orangtua dan anak, serta hubungan atau komunikasi
dengan tetangga, sedangkan tingkat kesejahteraan yang relatif belum puas yaitu
keadaan pendidikan anak dan akses informasi penyuluhan.
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial
No. Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 Modus
1. Keadaan pendidikan anak 63,3 20,0 16,7 1
2. Gaya manajemen waktu anda 20,0 13,3 66,7 3
3. Gaya manajemen keuangan anda 36,7 36,7 26,7 1,2
4. Keadaan pekerjaan anda 30,0 26,7 43,3 3
5. Hubungan antara suami dan istri 0,0 6,7 93,3 3
6. Hubungan dengan saudara/ kerabat 0,0 3,3 96,7 3
7. Hubungan antara orangtua dan anak 3,3 16,7 80,0 3
8. Hubungan/komunikasi dengan tetangga 0,0 0,0 100,0 3
9. Akses informasi penyuluhan 46,7 16,7 36,7 1 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Tabel 27 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,3%) memiliki
tingkat kesejahteraan sosial dalam kategori sedang, dan tidak terdapat contoh yang
memiliki tingkat kesejahteraan sosial rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan sosial contoh sudah cukup baik, terutama dalam hal berhubungan
atau berkomunikasi dengan orang lain, seperti antara suami dan istri, hubungan
54
dengan saudara atau kerabat, hubungan orangtua dan anak, serta hubungan atau
komunikasi dengan tetangga. Adat masyarakat di Dusun Padajaya ini masih kental
dengan sifat gotong royong dan kekeluargaan, mereka memiliki hubungan yang
rukun dengan tetangga dan tidak terlihat individualis.
Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan sosial
Kesejahteraan Sosial Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 0 0,0
Sedang ( 33,4-66,7) 16 53,3
Tinggi (>66,7) 14 46,7
Rata-rata (skor) 70,0
Minimum 44,4
Maksimum 100,0
Standar deviasi 13,9
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi
menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh (40,0%) merasa puas dengan
kelakuan atau kepribadian anaknya. Mereka beranggapan bahwa anaknya sudah
memiliki kepribadian yang baik karena mereka selalu membantu orangtuanya,
tidak terlalu banyak menuntut, dan masih selalu menjalankan perintah agama
seperti mengaji dan sholat. Lebih dari separuh contoh (53,3%) puas dengan
keadaan spiritual atau keagamaan keluarga, dan separuh contoh (50,0%) puas
dengan keadaan spiritual atau keagamaannya. Kegiatan keagaaman masih selalu
rutin dilakukan di Dusun Padajaya, seperti pengajian majlis ta’lim ibu-ibu,
pengajian bapak-bapak dan pengajian muda-mudi serta sekolah agama yang biasa
dilakukan sore hari. Lebih dari separuh contoh cukup puas dengan keadaan mental
keluarga (63,3%) dan keadaan mentalnya (53,3%). Kurang dari separuh contoh
(40,0%) puas dengan pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki tentang
pertanian, dan separuh contoh (50,0%) merasa cukup puas dengan keoptimisan
keluarga dalam menatap masa depan. Keoptimisan ini dimiliki karena contoh
beranggapan bahwa selama ada kemauan dan terus bekerja keras, maka mereka
akan mendapatkan hasil yang baik teruitama dari hasil pertanian sayuran dan
pekarangan. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi dapat
dilihat di Tabel 28.
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada kepribadian anak, keadaan
55
spiritual atau keagamaan keluarga, keadaan spriritual contoh, dan pengetahuan
serta keterampilan yang dimiliki oleh istri dalam bidang pertanian.
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi
No. Pernyataan Persentase (%)
1 2 3 Modus
1. Kelakuan/ kepribadian anak anda 23,3 36,7 40,0 3
2. Keadaan spiritual/ keagamaan keluarga 10,0 36,7 53,3 3
3. Keadaan spiritual/ keagamaan Anda 10,0 40,0 50,0 3
4. Keadaan mental keluarga 20,0 63,3 16,7 2
5. Keadaan mental anda 20,0 53,3 26,7 2
6. Pengetahuan dan keterampilan istri yang
dimiliki tentang pertanian 30,0 30,0 40,0
3
8. Keoptimisan keluarga 16,7 50,0 33,3 2 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Tabel 29 berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi menunjukkan
bahwa tingkat kesejahteraan psikologi contoh termasuk dalam kategori sedang
(60,0%). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan kesejahteraan psikologi contoh
sudah cukup baik terutama dalam hal spiritual atau keagamaan. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan masih aktifnya kegiatan keagamaan di masyarakat dan kuatnya
norma-norma agama yang diberlakukan di lingkungan masyarakat, seperti cara
berpakaian, cara bergaul, bahkan cara hidup sehari-hari dalam bermasyarakat.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi
Kesejahteraan Psikologi Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 5 16,7
Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0
Tinggi (>66,7) 7 23,3
Rata-rata (skor) 57,5
Minimum 0,0
Maksimum 100,0
Standar deviasi 26,3
Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan subjektif maka di kategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi,
yaitu rendah (< 33,3), sedang (33,4-66,7), tinggi (>66,7). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki tingkat
kesejahteraan subjektif total yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-
56
rata 54,8 persen (Tabel 30). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh cukup puas
dalam kesejahteraan psikologi.
Menurut Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini
dapat berbeda-beda untuk setiap individu dan bersifat subjektif. Puas atau
tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang
tersebut dan tujuan yang diinginkan. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang
bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup
yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda-beda sehingga
memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan
tingkat kesejahteraan.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif total
Kesejahteraan Keluarga Jumlah (n=30) Skor
Rendah (< 33,3) 5 16,7
Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0
Tinggi (>66,7) 7 23,3
Rata-rata (skor) 54,8
Minimum 23,4
Maksimum 90,6
Standar deviasi 20,0
Frankl (1963) yang dikutip Puspitawati et al. (2010) menyatakan bahwa
kepuasan seseorang terhadap kualitas kehidupan dapat dipengaruhi oleh sosial
ekonomi seperti keadaan keluarga, pekerjaan, tetangga, kelompok masyarakat,
kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama). Sebaran contoh
berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif (Subjektif Quality of Life)
total dapat dilihat pada Tabel 30.
Hubungan Antar Variabel
Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh, Peran Gender,
Kontribusi Ekonomi Contoh, dan Kesejahteraan Keluarga
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson diketahui terdapat hubungan positif
dan signifikan antara usia contoh dan usia suami terhadap kesejahteraan objektif.
Artinya, semakin tinggi usia contoh dan usia suami contoh, maka semakin tinggi
pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Berdasarkan pengamatan di
lapang semakin tua usia seorang petani, maka cenderung memiliki lahan kebun
dan pekarangan yang lebih luas, sehingga pendapatan keluarga yang dimiliki pun
57
semakin besar, selain itu, semakin tinggi usia petani maka anggota keluarga yang
menjadi tanggungan pun akan semakin berkurang, dan kesejahteraan objektif pun
akan semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan dengan Zhang (2007) yang
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah
usia, peran gender dan pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan sangat
signifikan antara pengeluaran total dan kesejahteraan objektif (pendapatan total
keluarga). Artinya, semakin tinggi pengeluaran total keluarga petani, semakin
tinggi pula kesejahteraan objektif keluarga petani. Penelitian Rambe (2004)
menyatakan bahwa pendapatan total berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengeluaran total keluarga. Hal ini berarti, keluarga yang memiliki pendapatan
total tinggi maka memiliki pengeluaran total yang tinggi pula.
Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kontribusi
ekonomi contoh dan kontribusi suami contoh dengan kesejahteraan objektif
(Tabel 31). Artinya, semakin tinggi kontibusi ekonomi yang diberikan oleh
contoh dan suami, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif
keluarga contoh. Hal ini didukung oleh Puspitawati (2008) yang menyatakan
bahwa kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi
positif signifikan dengan kesejahteraan keluarga.
Besar keluarga memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan
kesejahteraan subjektif, artinya semakin sedikit besar keluarga, maka
kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hasil ini didukung oleh Hatmadji dan
Anwar (1993) yang menyatakan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga,
maka beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga akan semakin
berkurang sehingga tingkat kesejahteraan akan semakin meningkat. Menurut
Alabi et al. (2006) semakin besarnya anggota keluarga, maka kebutuhan uang
akan semakin besar, sehingga semakin banyak anggota keluarga, kesejahteraan
keluarga akan semakin menurun. Lewin dan Maurin (2005) menjelaskan bahwa
besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan
keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga.
Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit alokasi
pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera.
58
Pendapatan total keluarga memiliki hubungan yang positif dan sangat
signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Artinya, semakin tinggi tingkat
pendapatan total keluarga maka kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hal ini
Sejalan dengan Alabi et al. (2006) yang menjelaskan bahwa pendapatan
merupakan sumberdaya utama keluarga yang akan digunakan untuk membeli
berbagai kebutuhan keluarga. Semakin pendapatan keluarga meningkat maka
keluarga akan semakin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
kesejahteraan keluargapun dapat terwujud. Pendapatan yang rendah merupakan
hambatan yang menyebabkan rumahtangga tidak mampu membeli pangan dalam
jumlah yang mencukupi (Sajogyo et al. 1994)
Tabel 31 Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga
contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender,dan kesejahteraan
keluarga
Variabel Kesejahteraan
objektif (pendapatan
total)
Kesejahteraan
subjektif
Usia contoh .361* .247
Usia suami
Pendidikan contoh
Pendidikan suami
.407*
.128
-.035
.258
.064
-.046
Besar keluarga
Pendapatan total
.163
1
-.375*
.526**
Pengeluaran total .713** .308
Kontribusi ekonomi contoh
Kontribusi suami contoh
Peran gender domestik
Peran gender publik +
manajemen keuangan
.629**
.975**
-.249
-.054
.373*
.500**
.109
-.091
Keterangan : ** berkorelasi signifikan pada 0,01 level (2-tailed)
* berkorelasi signifikan pada 0,05 level (2-tailed)
Kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami berhubungan
positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi kontribusi ekonomi yang diberikan oleh contoh dan suami, maka
akan meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Menurut Adriyani
(2000), tinggi rendahnya kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah
anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan memperoleh pendapatan
berupa uang. Apabila kontribusi ekonomi yang diberikan istri tinggi terhadap
pendapatan keluarga, maka kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dan kesejahteraan
subjektif keluarga akan meningkat.
59
Tabel 31 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara peran gender baik itu dalam aktivitas domestik maupun publik dengan
kesejahteraan subjektif keluarga. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa
ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat
subjektif karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen
sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya
seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan
ekspektasi dari tujuan yang diinginkan.
60
Pembahasan Umum
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural fungsional
melalui pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga, terutama difokuskan pada peran
gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan kesejahteraan keluarga. Menurut
Megawangi (1999) pendekatan struktural fungsional menganggap bahwa setiap
keluarga merupakan sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling
berhubungan dan menjadi satu kesatuan. Pendekatan teori struktural fungsional
dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi
dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan
Grauerholz 2002). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional
adalah bahwa pada setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau
fungsi keluarga yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang
harmonis, dan adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pekerjaan
domestik dan publik, sebagian besar contoh termasuk ke dalam keluarga yang
mempunyai kerjasama antara suami istri dengan kategori sedang. Artinya, sudah
mulai ada kerjasama yang baik antara suami dan istri walaupun sedikit. Hal ini
membuktikan bahwa sudah ada tanggung jawab bersama antara suami dan istri
meskipun dalam hal mencari nafkah masih dominan dilakukan oleh suami dan
pekerjaan rumahtangga masih dominan dilakukan oleh istri. Backer (1965)
menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota keluarga dipengaruhi oleh
perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan
rumahtangga sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam aktivitas publik manajemen keuangan usaha tani,
keluarga mempunyai kerjasama antara suami dan istri dengan kategori tinggi. Hal
ini berarti sudah terjalin kerjasama dan tanggungjawab bersama dalam mengelola
keuangan hasil dari usaha tani. Menurut Megawangi (1999) pembagian antara
sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti
menunjukkan adanya “diferensiasi peran gender” yang merupakan suatu prasyarat
struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Hasil penelitian dalam bidang
pertanian di Nigeria menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peran berdasarkan
jenis kelamin pada para petani terutama petani tanaman. Pria lebih terlibat dalam
61
semua kegiatan produksi pangan kecuali pengolahan makanan. Tingkat partisipasi
perempuan yang rendah adalah akibat dari perubahan sikap, dataran tanah
pertanian yang sulit, kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan dan
pendekatan pelayanan penyuluhan pertanian yang berfokus hanya pada petani pria
saja, bukan dari keluarga secara keseluruhan (Uzokwe 2009). Audu (2009)
menjelaskan bahwa kegiatan pertanian lebih dikenal dilakukan oleh laki-laki,
sedangkan peran perempuan lebih dikenal dalam kegiatan rumahtangga dan
mengurus anak, pria lebih mendominasi kegiatan produksi dan pertumbuhan
tanaman pangan serta pengaturan uang tunai dibandingkan perempuan. Dalam
penelitian di Ethiopia diketahui bahwa peran perempuan dalam kegiatan pertanian
lebih besar dibandingkan laki-laki, namun peran penting perempuan tersebut tidak
diakui dan tidak dihargai (Ogato et al. 2009)
Perempuan seringkali dianggap sebagai orang kedua yang hanya
membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki
keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga
(Zehra 2008). Seiring dengan perkembangan zaman, peran perempuan sebagai
pengurus rumahtangga yang bekerja di sektor domestik telah mengalami
pergeseran. Saat ini perempuan tidak hanya bekerja di sektor domestik saja tetapi
juga sebagai pencari nafkah utama maupun tambahan (Sayogyo 1981). Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan
sudah memiliki kontribusi ekonomi terhadap pendapatan total dengan rata-rata
sebesar 11,3 persen yang diperoleh dari hasil pendapatan bunga potong. Elfina
(2011) menyatakan bahwa pendapatan istri seimbang dengan suami dalam
ekonomi keluarga, walaupun tingkat upah pada pekerjaan yang sama lebih murah
dibandingkan yang diterima oleh laki-laki. Gulcubuk (2010) menjelaskan bahwa
rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi
uang tunai sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan juga memiliki
kontribusi dalam menunjang perekonomian keluarga disamping pendapatan suami.
Pembagian peran dan kontribusi anggota keluarga sangat dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju
terwujudnya tujuan keluarga yaitu kesejahteraan, baik secara objektif maupun
subjektif. Kesejahteraan objektif dapat dilihat berdasarkan pendapatan total
62
keluarga. Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang menunjukkan
perasaan kepuasan pribadi akan kehidupan keluarganya. Menurut Chen (2010)
kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan hidup yang diukur berdasarkan
standar personal. Schmidth dan Welsh (2010) menjelaskan bahwa kesejahteraan
subjektif terdiri dari tiga bagian yaitu perasaan positif, perasaan negatif, dan
kepuasan yang dirasakan dalam hidup yang akan stabil dan tidak berubah dalam
jangka waktu yang lama. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran
kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif,
karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen
sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya seseorang
dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan ekspektasi
dari tujuan yang diinginkan.
Keterbatasan Penelitian
Salah satu keterbatasan atau konsekuensi dari penelitian non probability
sampling adalah tidak dapat menggambarkan kasus yang sama di tempat yang
berbeda atau tidak dapat digeneralisasikan. Keterbatasan tersebut juga berlaku
untuk penelitian ini yang hanya menggunakan 30 contoh dengan karakteristik
sosial ekonomi yang cenderung homogen. Penelitian ini hanya dilakukan di satu
desa sehingga dari lokasi kurang representatif. Penelitian juga hanya
menggunakan istri sebagai responden.
63
64
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kerjasama gender dalam aktivitas domestik dan publik termasuk dalam
kategori sedang, artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami
dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik
manajemen keuangan usaha tani, kerjasama gender termasuk kategori tinggi,
artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri dalam hal
manajemen keuangan hasil usaha tani.
Rata-rata kontribusi istri terhadap pendapatan total keluarga adalah
sebesar 11,3 persen. Kontribusi ini diperoleh dari hasil penjualan tanaman bunga
potong yang ditanam di pekarangan rumah. Berdasarkan pengamatan di lapang,
besarnya pendapatan tergantung dari luas lahan pekarangan yang dimiliki dan
variasi bunga yang ditanam.
Tingkat kesejahteraan subjektif contoh secara fisik, sosial dan psikologi
termasuk dalam kategori sedang, sedangkan tingkat kesejahteraan subjektif
ekonomi termasuk dalam kategori rendah. Kesejahteraan subjektif secara total
termasuk dalam kategori sedang (cukup puas) dengan rata-rata sebesar 54,8
persen.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi
contoh dan kontribusi suami dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal
ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi
ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami, maka kesejahteraan keluarga
objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan
terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi
ekonomi contoh, dan kontribusi ekonomi suami contoh dengan kesejahteraan
subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi
ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami contoh maka kesejahteraan
subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan
signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit
jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi.
65
Saran
1. Melihat kenyataan bahwa tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas di sektor
domestik lebih banyak dibebankan pada pihak istri, maka dirasakan perlu
dilakukan sosialisasi nilai yang menganjurkan adanya pembagian kerja
domestik antara suami dan istri dengan tujuan untuk meringankan beban
kerja istri dalam keluarga tanpa mengganggu tujuan keluarga tersebut.
2. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan perlunya strategi
penyuluhan atau pemberdayaan keluarga yang dapat memberikan
pembekalan tentang pentingnya pembagian peran gender dengan kerjasama
yang baik antara suami dan istri untuk menjaga keseimbangan dalam
menjalankan fungsi keluarga.
3. Berdasarkan hasil korelasi terdapat hubungan yang positif signifikan antara
kontribusi ekonomi perempuan dengan kesejahteraan keluarga baik secara
objektif atau subjektif. Beranjak dari hasil penelitian tersebut, maka
diperlukan peningkatkan pengetahuan dan wawasan serta keterampilan
contoh dalam mengelola pekarangan agar dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas tanaman bunga potong yang dihasilkan, sehingga pendapatan yang
diperoleh pun akan semakin tinggi dan kesejahteraan keluarga akan semakin
meningkat.
66
DAFTAR PUSTAKA
_________. 2009. http://cianjurkab.go.id. [ 15 Mei 2011]
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Kajian Keluarga
Sejahtera dan Peran Gender di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa
Tengah, Sumatera Selatan. The Pro Door Planning and Budgeting Project.
Working Papaer No.7. www.Bappenas.go.id [15 Januari 2012].
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. Undang-
undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Opini
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998.
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 1994. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk
Indonesia 1993: Expenditure for Consumption of Indonesia 1993. Jakarta:
CV Arief Brothers.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2004. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2006. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data Kemiskinan Indonesia. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Adriyani Y. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola
Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumahtangga
Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan,
Kabupaten Cirebon). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor
Alabi D.L, Ogbimi, G.E, dan Soyebo K.O. (2006). Factor Enhancing Effective
Financial Management of Rural Women in Osun State. Research Journal of
Social Sciences. Obafemy Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria.
Audu SI. 2009. Gender Roles in Agricultural Production in The Middle Belt
Region of Nigeria. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture,
3(4): 626-629.
Babbie E. 1989. The Practice of Social Research. Fifth edition. Belmont,
California. Wadsworth Publishing Company.
67
Becker GS. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University
of Chicago Press. Chicago USA.
Bryant, W.K. (1990). The Economic Organization of The Household. United
States of America: Cambridge University Press. Chen. 2010. Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China
Focusing on Multiple Roles: BioScienceTrends. 4(2): 61-71.
Deacon RE. Firebaugh FM.1998. Family Resource Management Principles and
Application. Ed ke -2. Massachusetts: Allyn and Bacon Inc.
Diener Ed. 2009. Subjektive Well Being: a General Overview, South African
Journal of Psychology, 39(4) : 391-406.
Duvall, E., Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New
York: Harper & Row Publisher.
Elfina, M. 2001. Wanita Minangkabau dan Otonomi dalam Rumah Tangga,
Universitas Andalas Padang.
Fahmi, SH. 2008. Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran
Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Fakih, Mansour. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Fausia, L, dan Prasetyaningsih, N. 2005. Gender dan Kawasan DAS Citanduy:
Kajian aktivitas reproduktif dan produktif perempuan dalam sumberdaya
alam [Laporan Penelitian]. Bogor: Kerjasama dengan Partnership For
Governance Reform In Indonesia- UNDP.
Guhardja et al. 1992. Diktat Manajemen Sumber Daya Keluarga. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Gulcubuk Bulent. 2010. The Dimensions Of Women’s Contribution To The
Workfoce In Agriculture: The Turkey Case. International Business &
Economic Research Journal. Ankara University. 9(5). 143.
Gunarsa S & Gunarsa YSD. 2004. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta:
Gunung Mulia.
Gustina Wiwik. 2011. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran
Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Ampek Angkek,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
68
Hatmadji S, Anwar E.N. 1993. Transisi Keluarga di Indonesia: Perspektif Global.
Makalah Seminar Mengisi Hari Keluarga Nasional 1993. Jurusan Gizi
Masyarakat Sumberdaya Keluarga bekerjasama dengan Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan BKKBN.
Hubeis Aida. 2000. Gender Analysis Pathway (GAP) in Policy Outlook and
ActionPlanning in Co-operatives and Small – Medium Enterprises.
Bappenas: Jakarta.
Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
Ihromi TO.1990. Laporan Penelitian: Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang
Berperan Ganda. Kelompok Studi Wanita FISIP UI. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Irzalinda V. 2010. Kontribusi Ekonomi, Peran Istri, dan Kesejahteraan Keluarga di
Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Klein, D.M & White, J.M. 1996. Family Theories. An Introduction. Sage
Publication.
Landis. 1986. Sociology: Concept and Characteristics (6th
Ed). California:
Wadsworth Inc.
Lasswell, M & Lasswell, T.1997. Mariage & The Family. California: Wadsworth
Pub.
Lewin A.C., Maurin, E. (2005) The Effect of Family Size on Incentive Effect of
Welfare Transfers in Two Parent Families. Sage Publication. 6(29). 507-
529.
Megawangi R. 1999. Membiarkan berbeda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender. Bandung: Mizan.
Meylasari I. 2010. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi
Perempuan Terhadap Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga
[skripsi]. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Moser, Caroline. 1993. Gender Planning and Development: Theory, Practice, and
Training. London : Routledge.
Mosse, J. C. 2002. Gender dan Pembangunan. Diterjemahkan oleh Hartian
Silawati. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Newman, D. M. & Grauerholz, L. 2002. Sociology of families. Thousand Oaks,
CA: Pine Forge Press.
69
Nurulfirdausi K. 2010. Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan
Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Tenaga Kerja Wanita [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Ogato GS et al. 2009. Gender Roles in Crop Production and Management
Practices: A Case Study of Three Rural Communities in Ambo District,
Ethiopia. Journal of Human Ecology. 27(1) : 1-20.
Park M, Kim K. 2002. The Level Of Subjective Well-Being and Household
Consumption Expenditures. Journal Consumers and Families As Market
Actors. Helsinki.
Prabawa, S. 1998. Sumberdaya Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga
Petani, Studi Desa Water Jaya, Kecamatan Cijeruk. Kabupaten Bogor,
Jawa Barat [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Puspitawati H, Fahmi SH. 2008. Analisis Pembagian Gender pada Keluarga
Petani. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): 24-33.
Puspitawati H . 2009. Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam
kehidupan keluarga [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen,.
Puspitawati H. 2009. Konsep dan Teori Gender [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Bogor.
Puspitawati H.2009. Modul Peningkatan Fungsi Keluarga Menuju Ketahanan
Pangan Keluarga Petani. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Puspitawati H. 2009. Pengaruh Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Konsumen. 2(1): 11-20.
Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia.
Bogor: IPB Press.
Rachmawati, Ary. 2010. Strategi koping dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif pada keluarga penerima program keluarga sejahtera
(PKH). [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Rahardjo, Diah. 1995. Wanita, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta: Pusat
Penelitian dan pembangunan Ketenagakerjaan.
70
Raharjo. 1989. Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Pedesaan. Makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS, Surakarta 21
Oktober 1989.
Raharto A., Romdiati H. (2000). Identifikasi Rumah Tangga Miskin. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bappenas, UNICEF, Deptan, Depkes dan
BPS.
Rambe A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan
(Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara) [Tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rohaeni S & Lokolfo E. 2005. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keputusan
Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal
Agroekonomi, 23(2): 133-158.
Roosganda. 2007. Peran Ganda Wanita Tani sebagai Motivator Mencapai Strategi
Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani di Perdesaan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Departemen Pertanian.
Rothwel D.2011. Exploring Asset and Family Stress. Centre for Research
Children and Family. McGill School of Social Work.
Sajogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Pembangunan di Berbagai Lingkungan,
Desa dan Kota; Suatu Tinjauan Sosiologi. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Sajogyo et al. 1994. Menuju gizi baik yang merata di Pedesaan dan di Kota
Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sakernas. 2009. Jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas berdasarkan
pekerjaan utama. http://www.demografi.go.id [diakses tanggal 10 Mei
2011]
Saleha Qoriah. 2003. Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender
dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan
Timur [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Saxton. 1990. The individual, Marriage, and Family (7th
ed). California : A
Division of Wadsworth. Inc.
Schmidt C.K, dan Welsh A.C. 2010. College Adjusment and Subjektive Well Being
When Coping With a Family Members Illness. Journal of Counseling and
Development.
71
Simanjuntak M. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga
Harapan (PKH). [tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Sinta Rahmi Putri. 2010. Relasi Gender Pada Rumah Tangga Petani Sayuran
Dataran Rendah [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher.
Sumarwan U.2002. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sunarti, Euis. 2008. Naskah Akademik Indikator Keluarga Sejahtera. Bogor.
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Ukoha O.O. (2003). Contributions of Women to Farm Family Income in Ikwuano
Local Government Area of Abia State, Nigeria. Journal of Agr Food Sci.
1(2), 125-130.
Uzokwe U.N. 2009. Gender roles in agricultural production in the Seychelles.
Nigerian Agricultural Journal. 40 (1-2).
Whatmore, Sarah. 1991. Farming Women (Gender, Work, and Family Enterprise).
British : University of Bristal.
Williams, J.E, & Best, D.L. (Eds.). 1990. Sex and psyche: Gender and self viewed
cross cuturally. Newbury Park. CA: Sage Publications.
Wiryono, B. 1994. Diferensiasi Peran Wanita dalam Mencari Nafkah dan Pola
Pengasuhan Anak di Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Zehra. 2008. The Economic Contribution of Pakistan Women Through Unpaid
Labour. Pakistan: Society for Alternative Media and Research.
Zeitlin MF. 1995. Strenghening The Family Implication for International
Development. Tokyo, Japan. The United Nation University Press.
Zhang W, Liu G. (2007). Childlessness, psychological wellbeing and life
satisfaction among the elderly in China. Journal of Cross Cult Gerontol.
22, 185-203.
72
LAMPIRAN
73
75
Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian
Hubungan antar variabel penelitian
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
X1 1
X2 .948** 1
X3 -.174 -.250 1
X4 .126 .059 .215 1
X5 -.112 -.070 -.272 -.148 1
X6 .361* .407* -.035 .128 .163 1
X7 .003 .056 .045 .079 .333 .713** 1
X8 .305 .372* -.032 .125 .097 .975** .696** 1
X9 .390* .341 -.028 .078 .318 .629** .446* .439* 1
X10 -.175 -.116 .000 -.002 -.135 -.249 -.317 -.207 -.282 1
X11 .222 .121 .028 .028 -.113 -.071 .042 -.120 .131 -.307 1
X12 .247 .258 -.046 .064 -.375* .526** .308 .500** .373* .109 -.144 1
X1 Umur istri X10 Peran gender dalam aktivitas domestik
X2 Umur suami X11 Peran gender dalam aktivitas publik+manajemen keuangan
X3 Pendidikan suami X12 Kesejahteraan keluarga subjektif
X4 Pendidikan istri
X5 Besar keluarga
X6 Pendapatan total (kesejahteraan objektif)
X7 Pengeluaran total
X8 Kontribusi suami
X9 Kontribusi ekonomi perempuan
76
Lampiran 2 Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian
No Variabel penelitian Pengkategorian/pengukuran
1 Usia contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan
kategori menurut Hurlock (1980), yaitu:
1. Dewasa awal (18-40 tahun)
2. Dewasa menengah (41-60 tahun)
3. Dewasa lanjut (>60 tahun)
2 Tingkat pendidikan contoh Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan
dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
3 Umur suami contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan
kategori menurut Hurlock (1980), yaitu:
1. Dewasa awal (18-40 tahun)
2. Dewasa menengah (41-60 tahun)
3. Dewasa lanjut (>60 tahun)
4 Tingkat pendidikan suami
contoh
Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan
dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5 Besar keluarga contoh Besar keluarga digolongkan menjadi tiga
berdasarkan kategori menurut BKKBN
(1998), yaitu:
1. Kecil (≤ 4 orang)
2. Sedang (5-7 orang)
3. Besar (> 7 orang)
6 Kepemilikkan aset Kepemilkan aset dibedakan menjadi dua
yaitu memiliki aset dan tidak memiliki aset.
Keluarga yang memiliki aset dibedakan
menjadi:
1= Tidak punya
2= Bawaan istri
3= Bawaan suami
4= Dibeli bersama
7 Pendapatan keluarga per
bulan
Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan
Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten
Cianjur tahun 2011
1. < Rp 810 371,00
2. Rp 8 10 371,00 – Rp 1 620 742,00
3. Rp 1 620 743,00 – Rp 2 431 113,00
4. > Rp 2 431 114,00
8 Pendapatan perkapita
keluarga per bulan
Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan
Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS
2011 sebesar Rp 202 438,00:
77
No Variabel penelitian Pengkategorian/pengukuran
1. ≤ Rp 202 438,00
2. Rp 202 438,00-Rp 404 876,00
3. Rp 404 877,00-Rp 607 314,00
4. > Rp 607 315,00
9 Pengeluaran keluarga per
bulan
Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan
Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten
Cianjur tahun 2011
1. < Rp 810 371,00
2. Rp 8 10 371,00 – Rp 1 620 742,00
3. Rp 1 620 743,00 – Rp 2 431 113,00
4. > Rp 2 431 114,00
10 Pengeluaran perkapita per
bulan
Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan
Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS
2010 sebesar Rp 202 438,00 :
1. ≤ Rp 202 438,00
2. Rp 202 438,00-Rp 404 876,00
3. Rp 404 877,00-Rp 607 314,00
4. > Rp 607 315,00
11 Kontribusi ekonomi
contoh terhadap
pendapatan keluarga
Dihitung berdasarkan persentase pendapatan
contoh terhadap pendapatan keluarga:
1. 0-5 %
2. 6-10 %
3. 11-15%
4. 16-20%
5. 21-30%
6. >31
12 Peran gender dalam
aktivitas domestik
1. Rendah (< 33,3)
2. Sedang (33,4-66,7)
3. Tinggi (>66,7)
13 Peran gender dalam
aktivitas publik
1. Rendah (< 33,3)
2. Sedang (33,4-66,7)
3. Tinggi (>66,7)
14 Peran gender dalam
aktivitas manajemen
keuangan usaha tani
1. Rendah (< 33,3)
2. Sedang (33,4-66,7)
3. Tinggi (>66,7)
15 Kesejahteraan keluarga
subjektif
1. Rendah (< 33,3%)
2. Sedang (33,4-66,7%)
3. Tinggi (>66,7%)
78
Lampiran 3 Jenis tanaman yang ada di pekarangan
No Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah
1 Bunga ruskus, ekor bajing, pakis doren, pohon jambu
2 Bunga Laderlip, grasena, ekor bajing, ruskus, aepi, melati, pakis bintang, lidah buaya,anggrek
3 Bunga ruskus, anggrek, Pandan, Aepi, Grasena, Rosmeri, Kuping gajah
4 Ekor bajing, pohon jambu, bunga ruskus
5 Pakcoy, ekor bajing, ruskus, roskol, daun bawang, jambu batu, melati, lili, ciklok.
6 Bunga ruskus, ekor bajing, elpi, roskol, pohon jeruk, binbin, jambu, ecorbia, pohon kurma.
7 Bunga ruskus, singklok, palem, agrasena, jeruk, jambu batu, lilih tarompet, lilih amarilis
8 Pohon jeruk, pohon jambu, binbin, ruskus, ekor bajing, siklok kodok, lilih
9 Bunga buntut bajing, malika, aepi, melati, anggrek, arbei, waluh, jambu, kol, kacang, daun sirih, pakis doren, ros kol, kolam ikan
10 Bunga ruskus, pakis doren, Ekor bajing, Jambu brazil, Ecorbia, Kencring manis, Pohon jambu batu
11 Bunga ruskus, ekor bajing, grasena, jambu brazil
12 Jambu bool, bunga ruskus, jambu batu, palem, sansivera, bunga terompet, ayam 1 ekor, burung 1 ekor
13 Bunga ruskus
14 Bunga ruskus, ekor bajing.
15 Bunga ruskus, seledri, Jambu air, daun bawang
16 Bunga ruskus, jambu air, siklok kodok, ekor bajing, jambu batu, terong belanda, ikan, rumput packing, jambu brazil
17 Kolam ikan, ruskus, anggrek, ciklok, terompet
18 Daun bawang, ekor bajing, pakcoy.
19 Bunga siklok kodok
20 Bunga ruskus
21 Jambu, ruskus, kupa ladah, ekor bajing, yuka, anggrek pandan, seku putih, sisipera tulang, lidah buaya, lilih, feruk, pakis, pinus
22 Pohon pakis duren
23 Bunga siklok kodok, lilih, ruskus, ekor bajing, pakis doren
24 Daun bawang, jambu, ruskus, sensifera, jeruk, semai pokcoy, jambu siam, jambu air, jambu bool, amarilis, sirih
79
No Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah
25 Bunga amarilis, pakcoy, pot
26 Bunga ruskus, ciklok kodok
27 Bunga grasena, ruskus, ekor bajing, esparagus bitang, parigata, pakis doren, roskol, son of india, kedondong, jambu brazil, jeruk, daun
bawang
28 Buntut Bajing, astalias, roskol,Agrisera
29 Ekor bajing, pakcoy, roskol, belimbing, jeruk, grasena, daun bawang, kartes danes, ciklok kodok
30 Ciklok kodok, ruskus, strawberri
80
Lampiran 4 Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun
No Aktivitas pertanian di pekarangan Aktivitas pertanian di kebun
1 Menyapu, membersihkan halaman, menyiram, menggunting Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram
2 Menanam, menyiram, memupuk, memotong, membersihkan, menyapu Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk
3 Menyapu, merawat bunga, Menanam, menyiram, memotong Menyemprot, mencangkul, memupuk, menanam
4 Ngoyos,Memupuk, menanam, menyiram, menyapu, memotong Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk
5 Menanam, menyapu, memupuk, memotong Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram
6 Membersihkan halaman, menyapu, menanam, menyiram, Memupuk Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk, menyiram, panen
7 Mengoyos, menanam, menyiram, memupuk, menyapu Menyemprot, menanam, mencangkul, menyiangi, memupuk, menyiram
8 Membersihkan rumput, menanam, memupuk, menyiram, menyapu, memotong Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram
9 Menyiram, menanam, menyapu, memupuk Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot
10 Menanam, menyiram, Menyapu, memtong, memupuk Menyiram, menyemprot, mencangkul, menanam, memupuk
11 Menanam, memupuk, memotong, menyiram, Membersihkan Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
12 Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
13 Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
14 Menyapu, menyiram Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram
15 Menyapu, ngoyos, memupuk, menyiram, menanam, Memotong Mencangkul, menanam, menyemprot, menyiram, memupuk
16 Menyiangi, mencabut rumput Menyemprot, memupuk
17 Menanam, menyiram, memupuk,Mencangkul Mencangkul, memupuk, menyiram, memanen
18 Menanam, menyiram, menyemai Mencangkul, menyemprot, menanam
19 Menanam, menyiram, mencabut rumput Menyemprot, menanam
20 Menanam, menyiram, memupuk Menyemprot ketika ada hama, menanam
21 Membersihkan rumput, menyiram Mencangkul, menyemprot
22 Menanam, Menyiram, mencabut rumput, memupuk,menjual Mencangkul, menyemprot, menanam, panen
23 Menanam, mencangkul Menyemprot, memupuk
81
No Aktivitas pertanian di pekarangan Aktivitas pertanian di kebun
24 Menyiangi, menanam pakcoy Menyemprot, memupuk
25 Menanam, menyiangi Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk
26 Menanam, pisah bunga, memupuk, memanen, menyiram Menanam, mencangkul, memanen, menyemprot
27 Menyiram, menyapu, menyiangi, mencangkul Mencangkul,menyemprot, menanam, memupuk
82
Lampiran 5 Alat pertanian yang digunakan di pekarangan dan kebun
No Alat yang digunakan di pekarangan Alat yang digunakan di kebun
1 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Parang, alat semprot,cangkul, emrat
2 gunting, cangkul kecil, emrat, sapu Cangkul, parang, alat semprot, emrat
3 Emrat, sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, parang, alat semprot, emrat
4 gunting, sapu, emrat, cangkul kecil, garpu kecil Parang, alat semprot,cangkul, emrat
5 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, kampak, garpu kecil, emrat
6 Emrat, sapu, cangkul kecil, pupuk Cangkul, alat semprot, parang, emrat
7 Cogek, gunting, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat
8 Sapu, cangkul kecil, gunting, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat
9 Gunting potong, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul,alat semprot, emrat, parang
10 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat
11 gunting,sapu,cangkul kecil,emrat Cangkul, parang, alat semprot, emrat
12 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida
13 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida
14 Sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat
15 Sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, alat semprot, parang, emrat
16 Sapu, emrat, gunting kecil Kampak
17 selang, garpu kecil, gayung cangkul, selang, piring
18 Cangkul, teko, arit Cangkul, kampak
19 Cangkul kecil Alat semprot pestisida, cangkul
20 Cangkul kecil, pompa teko, pupuk Cangkul, suplier, parang
21 Parang, cangkul kecil, emrat Cangkul, kampak
22 Garpu kecil, cangkul kecil Cangkul, kampak, parang
23 Cangkul, garpu kecil, teko plastik Cangkul, kampak
24 Gunting, sapu, garpu kecil Pompa, pacul, parang
83
No Alat yang digunakan di pekarangan Alat yang digunakan di kebun
25 Cangkul, parang, tali Cangkul, parang, kampak
26 Cangkul, ember Cangkul, kampak
27 Selang, sapu, garpu kecil, sarung tangan
Sepatu boat, topi, sarung tangan, cangkul, linggis,
parang
28 Selang,garpu,polibag Cangkul, Parang
29 Garpu kecil, cangkul kecil Kampak, cangkul, parang, garpu
30 Garpu kecil Kampak,Cangkul,parang
84
Lampiran 6 Pembagian hasil kebun dan pekarangan
No Yang menjual
hasil kebun
Yang memegang
hasil kebun
Istri diberi berapa
persen?
Yang menjual hasil
pekarangan
Yang memegang
hasil pekarangan
Istri diberi berapa
persen?
1 Bapak Bapak 45% Ibu Ibu 100%
2 Bapak Bapak 40% Ibu Ibu 100%
3 Bapak Bapak 30% Ibu Ibu 100%
4 Bapak Ibu 20% untuk dapur Ibu Ibu 100%
5 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%
6 Bapak Ibu 60% Ibu Ibu 100%
7 Bapak Bapak 30% untuk dapur Ibu Ibu 100%
8 bapak Ibu 30% untuk dapur Ibu Ibu 100%
9 Bapak Bapak 25% untuk dapur Bapak Bapak 25% untuk jajan anak
10 Bapak Ibu 35% untuk dapur Ibu Ibu 100%
11 Bapak Ibu 20% untuk dapur Ibu Ibu 100%
12 Bapak Bapak 25% untuk dapur Bapak+Ibu Ibu 100%
13 Bapak Bapak 25% untuk dapur Ibu Ibu 100%
14 Bapak Bapak 20% untuk dapur Ibu Ibu 100%
15 Bapak Ibu 40% untuk dapur Ibu Ibu 100%
16 Bapak Bapak 100 ribu per hari Ibu Ibu 100%
17 Bapak Ibu 70% ibu Ibu 100%
18 Bapak Bapak ibu 30% ibu Ibu 70%
19 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%
20 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%
21 Bapak Ibu 70% Ibu Ibu 100%
22 Bapak Ibu 90% Ibu Ibu 100%
23 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%
85
No Yang menjual
hasil kebun
Yang memegang
hasil kebun
Istri diberi berapa
persen?
Yang menjual hasil
pekarangan
Yang memegang
hasil pekarangan
Istri diberi berapa
persen?
24 Bapak Ibu 100% Bapak Ibu 100%
25 Bapak Ibu 80% Ibu Ibu 100%
26 Bapak Bapak 50% Ibu Ibu 100%
27 Bapak Ibu 100% Ibu Ibu 100%
28 Bapak Ibu 25% Ibu Ibu 100%
29 Bapak Bapak 10% Ibu Ibu 100%
30 Bapak Bapak 100 rb/mggu Ibu Ibu 100%
86
Lampiran 3 Foto Kegiatan
Gambar 1 dan 2 Beberapa contoh suami dan istri bekerja sama dalam aktivitas
publik
Gambar 3 Suami sedang melakukan Gambar 4 Istri sedang melakukan
pekerjaan domestik aktivitas domestik
Gambar 5 Sayuran hasil kebun Gambar 6 Tanaman bunga potong di
wilayah pekarangan rumah
87
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Novi Puspitasari dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal
13 Maret 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Agus Suhaya dan Ibu Acih Rukaesih S.Pd. Tahun 2001 penulis lulus dari
SD Negeri Margaluyu, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di
SMP Negeri 1 Salawu. Sejak di SMP penulis aktif sebagai ketua OSIS.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Singaparna pada tahun 2007. Selama
di SMA, penulis aktif sebagai ketua umum Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan
aktivis DKM (Dewan Keluarga Masjid) SMA Negeri 1 Singaparna.
Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program
Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di berbagai kelembagaan baik intern maupun ekstern,
diantaranya anggota Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) periode
2007-2009, Ketua Family Club HIMAIKO IPB periode 2009-2010. Selain itu
penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian seperti Conference of Human
Ecology in Indonesia, Family and Consumer Day, Masa Perkenalan Departemen
serta berbagai kegiatan HIMAIKO. Penulis memperoleh beasiswa BBM selama
empat semester periode tahun 2010-2011 dan 2011-2012.
top related