penyusunan analisis ibu dan anak (asia) · anak dan perempuan merupakan dua kelompok manusia yang...
Post on 23-Mar-2019
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
LAPORAN PENDAHULUAN TAHUN ANGGARAN 2015
PENYUSUNAN
ANALISIS IBU DAN ANAK (ASIA) KABUPATEN PESISIR BARAT
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Anak dan perempuan merupakan dua kelompok manusia yang lemah dan sangat
rentan dengan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah tonggak baru bagi penegakan dan
pemenuhan hak-hak anak. Dengan hadirnya undang-undang ini, diharapkan
dapat berpihak dan memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan serta
memberikan ruang bagi masa depan anak yang lebih baik, bebas dari berbagai
macam penyalagunaan, diskriminasi dan kekerasan.
Kegiatan Penyusunan Analisis Situasi Ibu dan Anak Kabupaten Pesisir Barat
merupakan salah satu upaya perencanaan dalam rangka Peningkatan kualitas
SDM yang didasarkan pada data dan informasi yg baik. Data dan Informasi
tersebut khususnya diarahkan pada situasi kelompok sasaran yang punya
pengaruh kuat terhadap tumbuh kembang individu dan keluarga, yaitu ibu dan
anak sesuai Konsep ”Life Cycle atau Siklus Hidup”. Sebagai dokumen, ASIA setiap
tahun harus dilakukan pemutakhiran data dan informasi tentang situasi ibu dan
anak untuk digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) dan Rencana Kerja SKPD
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu sangat diharapkan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan laporan ini. Atas dukungan dari semua pihak
khususnya Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat beserta instansi – instansi teknis
terkait, kami ucapkan terima kasih.
K A T A P E N G A N T A R
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
KATA PENGANTAR .................................................................. i-i
DAFTAR ISI ........................................................................... i-ii
DAFTAR TABEL ...................................................................... i-v
DAFTAR GAMBAR .................................................................... i-ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................... 1 – 1
1.2 TUJUAN ................................................................... 1 – 2
1.3 MANFAAT ................................................................. 1 – 3
1.4 PROSES PENYUSUNAN ASIA ............................................ 1 – 3
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 ADMINISTRASI WILAYAH ............................................................... 2 – 1
2.1.1. Kondisi Geografis .............................................................. 2 – 1
2.2 KONDISI SOSIAL BUDAYA ............................................................... 2 – 3
2.2.1. Kependudukan ................................................................. 2 – 3
2.2.2. Sumber Daya (Ekonomi) ...................................................... 2 – 3
2.2.3. Peribadatan .................................................................... 2 – 4
2.3 KESEHATAN ............................................................................... 2 – 5
2.3.1. Keluarga Berencana ........................................................... 2 - 7
BAB 3 METODOLOGI PENYUSUNAN ASIA
3.1 PENDEKATAN ........................................................... 3 – 1
3.1.1. Pendekatan Eksploratif ........................................ 3 – 1
3.1.2. Pendekatan Studi Dokumenter ............................... 3 – 2
3.1.3. Pendekatan Teoritis ............................................ 3 - 3
DAFTAR ISI
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
3.2 METODOLOGI ............................................................ 3 – 3
3.2.1. Pengumpulan Data ............................................. 3 – 3
3.2.2. Kompilasi Data .................................................. 3 – 4
3.2.3. Analisa Data ..................................................... 3 - 4
BAB 4 DATA DAN INFORMASI
4.1 DATA DAN INFORMASI .................................................. 4 – 1
4.1.1 Karakteristik Penduduk ........................................ 4 – 2
4.1.2 Kesehatan ........................................................ 4 – 7
4.1.3 Pendidikan ....................................................... 4 – 10
4.1.4 Ketenagakerjaan ................................................ 4 – 14
4.1.5 Matrix Pola Peran ............................................... 4 - 18
BAB 5 ANALISA ASIA
5.1 PERUMUSAN MASALAH .................................................. 5 – 1
5.2 ANALISIS KEGIATAN UTAMA............................................ 5 – 1
5.2.1. Remaja Wanita dan Pria ....................................... 5 – 1
5.2.2. Wanita dan Pasangan Usia Subur ............................. 5 – 3
5.2.3. Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas ................................. 5 – 4
5.2.4. Ibu Menyusui dan Bayi ......................................... 5 – 5
5.2.5. Balita dan Anak Prasekolah ................................... 5 – 6
5.2.6. Anak Usia Sekolah .............................................. 5 – 8
5.2.7. Anak Perempuan dan Remaja Wanita ....................... 5 – 10
5.2.8. Rumah Tangga, Masyarakat, dan Para Lanjut Usia ........ 5 – 11
5.3 ANALISIS MATRIX POLA PERAN ........................................ 5 – 11 5.3.1. Analisi Matrix Kesenjangan Kapasitas Pemegang Klaim
Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban
Tugas Dalam Kaitannya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan
dan Kesejahteraan ............................................. 5 – 13
5.3.2. Analisis Matrix Kesenjangan Kapasitas Pengemban Tugas
Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya
Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ..... 5 – 19
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3.3. Analisis Matrix Kesenjangan Kapasitas Pemegang Klaim Dalam
Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas
Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi . 5 – 27
5.3.4. Analisis Matrix Kesenjangan Kapasitas Pemegang Tugas
Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya
Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ................................ 5 – 32
BAB 6 PENUTUP
6.1 KESIMPULAN ............................................................. 6 – 1
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 2.1 Banyak Desa/Kelurahan Berdasarkan Kecamatan .................. 2 – 2
Tabel 2.2 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat .............. 2 – 6
Tabel 2.3 Banyaknya Bayi Yang Diimunisasi Per Kecamatan .................. 2 – 7
Tabel 4.1 Jumlah dan Rasio Kependudukan per Kecamatan .................. 4 – 1
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ........................................ 4 – 2
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin ........................................................... 4 – 3
Tabel 4.4 Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Status Perkawinan ........................................ 4 – 4
Tabel 4.5 Jumlah Peserta KB Terhadap Pencapaian Partisipasi Aktif ....... 4 – 5
Tabel 4.6 Jumlah Bayi Yang Diimunisasi per Kecamatan ...................... 4 – 8
Tabel 4.7 Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat ....................... 4 – 9
Tabel 4.8 Angka Partisipasi Kasar dan Murni Menurut Jenjang Pendidikan 4 – 12
Tabel 4.9 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur ............... 4 – 13
Tabel 4.10 Banyaknya Sekolah per Kecamatan .................................. 4 – 14
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin ........................................ 4 – 16
Tabel 4.12 Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 4 – 17
Tabel 4.13 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin .............................. 4 – 17
Tabel 4.14 Matrix Pola Peran Antara Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim untuk Masalah Belum Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ....................... 4 – 18
Tabel 4.15 Matrix Pola Peran Antara Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim untuk Masalah Belum Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ........................................ 4 – 19
DAFTAR TABEL
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.1 Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu dan Bayi Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan .................................. 5 – 13
Tabel 5.2 Matrix Kesenjangan Kapasitas Keluarga dan Masyarakat Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ........................ 5 – 14
Tabel 5.3 Matrix Kesenjangan Kapasitas Posyandu Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ............................. 5 – 15
Tabel 5.4 Matrix Kesenjangan Kapasitas Poskesdes/Polindes/Bidan Desa Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ........................ 5 – 16
Tabel 5.5 Matrix Kesenjangan Kapasitas Puskesmas Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ................................... 5 – 17
Tabel 5.6 Matrix Kesenjangan Kapasitas Rumah Sakit Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan ........................................ 5 – 18
Tabel 5.7 Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ............. 5 – 19
Tabel 5.8 Matrix Kesenjangan Kapasitas Bapak Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan .............. 5 – 20
Tabel 5.9 Matrix Kesenjangan Kapasitas LSM/Stakeholders Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ...................................................... 5 – 21
Tabel 5.10 Matrix Kesenjangan Kapasitas Petugas Kesehatan Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ........................................................... 5 – 22
Tabel 5.11 Matrix Kesenjangan Kapasitas Desa Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ............. 5 – 23
Tabel 5.12 Matrix Kesenjangan Kapasitas Kecamatan Sebagai Pengemban
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ............. 5 – 24 Tabel 5.13 Matrix Kesenjangan Kapasitas Kabupaten (Pemda) Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ........................................................... 5 – 25 Tabel 5.14 Matrix Kesenjangan Kapasitas DPRD Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan ................... 5 – 26
Tabel 5.15 Matrix Kesenjangan Kapasitas Balita Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .......... 5 – 27
Tabel 5.16 Matrix Kesenjangan Kapasitas Keluarga Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .. 5 – 28
Tabel 5.17 Matrix Kesenjangan Kapasitas Posyandu Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .......... 5 – 29
Tabel 5.18 Matrix Kesenjangan Kapasitas Puskesmas Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .. 5 – 30
Tabel 5.19 Matrix Kesenjangan Kapasitas Dinas Kesehatan Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .. 5 – 31
Tabel 5.20 Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ........................................ 5 – 32
Tabel 5.21 Matrix Kesenjangan Kapasitas Bapak Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .............................................. 5 – 33
Tabel 5.22 Matrix Kesenjangan Kapasitas LSM/Stakeholders Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ....................... 5 – 34
Tabel 5.23 Matrix Kesenjangan Kapasitas Petugas Kesehatan Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ....................... 5 – 35
Tabel 5.24 Matrix Kesenjangan Kapasitas Desa Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi .............................................. 5 – 36
Tabel 5.25 Matrix Kesenjangan Kapasitas Kecamatan Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ........................................ 5 – 37
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.26 Matrix Kesenjangan Kapasitas Kabupaten Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ........................................ 5 – 38
Tabel 5.27 Matrix Kesenjangan Kapasitas DPRD Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi ............................................ 5 – 39
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Gambar 2.1 Penyebaran Penduduk Pesisir Barat Per Kecamatan ......... 2 – 3
Gambar 2.2 Mata Pencaharian Penduduk .................................... 2 – 4
Gambar 2.3 Persentase Penduduk Menurut Agama ................................. 2 – 5
Gambar 2.4 Persentase Banyaknya Akseptor KB Aktif ...................... 2 - 7
DAFTAR GAMBAR
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
1.1. Latar Belakang
Analisis Situasi Ibu dan Anak dengan pendekatan berbasis hak Azasi Manusia
(ASIA-HAM), adalah kajian situasi dan kondisi ibu dan anak di wilayah Kabupaten
Pesisir Barat dengan perspektif keterpenuhan anak dan perempuan dalam
mencapai hak-hak dasarnya.
Metode yang digunakan dalam Analisis Situasi Ibu dan Anak dengan pendekatan
berbasis Hak Azasi Manusia (ASIA-HAM) ini terdiri dari 3 kategori yang bisa
disebut Tiga T yaitu Tinjauan atau Penilaian Situasi (merumuskan permasalahan,
menggambarkan bersarnya permasalahan dan memilih indikator), Telaahan atau
Analisis (analisis kausalitas, analisis pola peran, analisis kesenjangan kapasitas)
dan terakhir Tindakan atau Aksi (memilih aksi kunci, pengembangan kemitraan,
dan rancangan program).
Dari hasil analisis situasi ibu dan anak diketahui bahwa permasalahan-
permasalahan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar dirumuskan sebagai
berikut; Bidang Kesehatan, Bidang Pendidikan, Bidang Perlindungan Anak, Bidang
Keluarga Berencana (KB), dan Bidang Sosial.
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 28B ayat 2 dikatakan
bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Untuk
mengimplementasikan amanat konstitusi, Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
sepakat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
BAB 1 PENDAHULUAN
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Perlindungan Anak. Pemenuhan hak-hak anak agar mereka dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak
mulia, dan sejahtera.
Anak dan perempuan merupakan dua kelompok manusia yang lemah dan sangat
rentan dengan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah tonggak baru bagi penegakan dan
pemenuhan hak-hak anak. Dengan hadirnya undang-undang ini, diharapkan dapat
berpihak dan memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan serta
memberikan ruang bagi masa depan anak yang lebih baik, bebas dari berbagai
macam penyalagunaan, diskriminasi dan kekerasan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Analisis Situasi Ibu dan Anak Kabupaten Pesisir
Barat ini adalah untuk :
Sebagai acuan bagi perencana program pembanguan kesehatan pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kesehatan agar dapat megintegrasikan ASIA
kedalam penyusunan rencana program dan kegiatan sehingga kualitas
perencanaan pembangunan sumber daya manusia menyangkut kepentingan
ibu dan anak dapat lebih terarah.
Tersedianya profil ibu dan anak yang dapat digunakan untuk menyusun
dokumen perencaan tahunan, lima tahun dan dua puluh tahun di tingkat
kabupaten yang relevan bagi kebijakan dan perencanaan strategi jangka
panjang untuk peningkatan program Kelangsungan Hidup Perkembangan
Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA).
Tersedianya data dan informasi berdasarkan kondisi saat ini, sehingga
menjadi dasar pemantauan dan evaluasi dari program dan kegiatan yang
terkait situasi ibu dan anak.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan dari kegiatan Penyusunan Analisis Situasi Ibu
dan Anak Kabupaten Pesisir Barat adalah :
Dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan dokumen perencanaan
daerah;
Dapat digunakan sebagai sarana penyamaan persepsi dalam pengambilan
keputusan dan menentukan prioritas program pembangunan SDM-Dini Daerah;
Dapat digunakan sebagai informasi dan data yang akurat dalam perencanaan
pembangunan daerah;
Dapat digunakan sebagai alat pengendalian perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan SDM-Dini Daerah.
1.4. Proses Penyusunan ASIA
ASIA merupakan upaya penyediaan data dan informasi kuantitatif dan kualitatif
tentang resiko, kebutuhan, dan hak-hak kelompok rentan, sebaran budaya dan
sosio ekonomi yang mempengaruhinya, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
perencanaan program-program peningkatan kualitas SDM di Daerah. Kegiatan
bertujuan untuk :
1. Memperoleh data dan informasi kuantitatif dan kualitatif yang akurat dari
berbagai sumber yang tersedia di Daerah menurut indikator yang relevan.
2. Menyusun interpretasi Situasi Ibu dan Anak yang berkenaan dengan resiko dan
kebutuhannya menurut kelompok sasaran, jumlah dan sebarannya.
3. Menganalisis dan menyimpulkan berbagai intervensi atau program yang ada
(telah dan sedang dilakukan) oleh dinas/instansi terkait atau oleh lintas
sektor.
Manfaat yang di peroleh dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan dokumen perencanaan
daerah.
b. Dapat digunakan sebagai alat pengendalian perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan SDM-Dini Daerah.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
c. Dapat digunakan sebagai sarana penyamaan persepsi dalam pengambilan
keputusan dan menentukan prioritas program pembangunan SDM-Dini Daerah.
Kelompok Sasaran dalam ASIA
1. Remaja wanita dan pria, usia 15-21 tahun;
2. Wanita usia subur dan pasangan usia subur (usia 15-49 tahun);
3. Ibu hamil, bersalin dan nifas (15-49 tahun);
4. Ibu menyusui (15-49 tahun) dan bayi (0-12) bulan;
5. Balita dan anak prasekolah, usia 12-83 bulan;
6. Anak usia sekolah. Usia 7-15 tahun;
7. Anak perempuan dan remaja wanita, usia 10-19 tahun;
8. Rumah tangga, masyarakat, dan para lanjut usia (lansia).
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
2.1. Administrasi Wilayah
Dengan terbentuknya Kabupaten Pesisir Barat sebagai daerah otonom,
Pemerintah Provinsi Lampung berkewajiban membantu dan memfasilitasi
terbentuknya kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Perangkat
Daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta
membantu dan memfasilitasi pemindahan personel, pengalihan aset dan
dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat. Dalam melaksanakan
otonomi daerah, Kabupaten Pesisir Barat perlu melakukan berbagai upaya
peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana
pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta
pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Pesisir Barat terletak antara 4, 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan dan
103º,30', 0" - 104º, 50', 0" Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi :
sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa
Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan Balik
Bukit, Desa Kutabesi, Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga,
Desa Ringinsari, Desa Sumber Agung, Desa Tuguratu, Desa Banding Agung
Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa Tembelang, DesaGunung Ratu
Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat, Desa Gunung Doh
Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa
BAB 2GAMBARAN UMUM WILAYAH
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay
Kecamatan Naningan Kabupaten Tanggamus, Desa Way Beluah, dan Desa
Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Provinsi Sumatera Selatan,
sebelah Timur berbatasan DesaTampangTua Kecamatan Pematang Sawa,
Desa Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus,
sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,
sebelah Barat dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten
Kaur Provinsi Bengkulu.
Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui memiliki luas wilayah ± 2.907,23
Km2 menaungi 11 kecamatan dengan 116 desa (Pekon), dan 2 kelurahan.
Tabel 2.1 Banyak Desa/Kelurahan Berdasarkan Kecamatan
Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka 2013
Kecamatan Ibu Kota Desa/KelurahanPesisir Selatan Biha 15 Desa
Bengkunat Pardasuka 9 Desa
Bengkunat Belimbing Kota Jawa 14 Desa
Ngambur Negeri Ratu Ngambur 9 Desa
Pesisir Tengah Pasar Krui 6 Desa dan 2 Kelurahan
Karya Penggawa Kebuayan 12 Desa
Way Krui Gunung Kemala 10 Desa
Krui Selatan Way Napal 10 Desa
Pesisir Utara Kuripan 12 Desa
Lemong Lemong 13 Desa
Pulau Pisang Pasar Pulau Pisang 6 Desa
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
2.2. Kondisi Sosial Budaya
2.2.1. Penduduk
Penduduk Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2014 sebanyak ± 148.412jiwa
yang terdiri dari 77.897 jiwa laki-laki (52%) dan 70.515 jiwa perempuan (48%).
Kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan Kecamatan yang mempunyai jumlah
penduduk terbanyak di Kabupaten Pesisir Barat, 16,59 persen penduduk
Kabupaten Pesisir Barat berada di kecamatan ini.
Gambar 2.1 Penyebaran Penduduk Pesisir Barat Per Kecamatan
2.2.2. Sumber Daya (Ekonomi)
Penduduk Usia Kerja di Kabupaten Pesisir Barat tercatat sebanyak 299.328 jiwa.
Penduduk yang bekerja sebesar 82,15 persen dan mencari pekerjaaan sebesar
1,02%, sisanya masih sekolah, ibu rumahtangga dan lainnya. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja di Kabupaten Pesisir Barat tercatat 83,16 persen. Dilihat dari
mata pencaharian utama penduduk, sektor yang menyerap persentase terbesar
tenaga kerja adalah sektor Pertanian (82,10%), dan sektor Jasa (14,67%),
sedangkan yang terkecil adalah Sektor Industri (3,22%) (Gambar 2.2).
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Gambar 2.2 Mata Pencaharian Penduduk
2.2.3. Peribadatan
Jenis agama yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat ada empat agama, yakni
Islam dengan persentase tertinggi (99,07%), Kristen Protestan 0,18 persen, Hindu
0,75 persen, dan Budha 0,005 persen. Sedangkan jumlah tempat ibadah yaitu
mesjid 250 buah, 222 buah musholla/langgar, dan 14 buah pura.
Gambar 2.3
Persentase Penduduk Menurut Agama
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
2.3. Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara langsung. Upaya pemerintah daerah dalam
menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu terus mengalami
peningkatan. Tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan merupakan sumber
daya manusia yang sangat dibutuhkan. Berdasarkan data kesehatan di Kabupaten
Pesisir Barat pada tahun 2013 ada 6 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 196
orang bidan dan 55 orang tenaga kesehatan lainnya. Jumlah fasilitas kesehatan
di Kabupaten Pesisir Barat tersaji pada table berikut ini.
Tabel 2.2 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat
No Kecamatan RumahSakit Poliklinik Pukesmas/PukesmasPembantu KlinikBersalin PraktekDokter Apotek
1 KecamatanPesisir Tengah 1 1 1 3 4 2
2 KecamatanPesisir Selatan 0 0 4 1 0 0
3 KecamatanLemong 0 0 3 0 0 0
4 KecamatanPesisir Utara 0 0 6 0 0 0
5 KecamatanKaryaPenggawa 0 0 3 0 0 0
6 Kecamatan Way Krui 0 0 0 0 1 0
7 KecamatanKrui Selatan 0 0 2 0 0 0
8 KecamatanNgambur 0 0 5 0 1 0
9 KecamatanBengkunat 0 0 2 0 0 0
10 KecamatanBengkunatBelimbing 0 0 10 0 0 0
11 KecamatanPulauPisang * * * * * *
Total 1 1 36 4 6 2
Sumber : Lampung Barat Dalam Angka 2011
*) Data masih tergabung dengan Kecamatan Induk
Secara umum status gizi di Kabuaten Pesisir Barat sudah baik, banyaknya bayi
yangdiimunisasiDPT 1, Polio 3, Polio 4, dan Campak di masing-masing kecamatan
juga sudah cukup banyak, hanya 2 kecamatan yang belum mempunyai data
banyaknya bayi yang telah mendapatkan imunisasi tersebut, sedangkan untuk
data di kecamatan Pulau Pisang masih tergabung dalam kecamatan induknya.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 2.3 Banyaknya Bayi Yang Diimunisasi Per Kecamatan
Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka 2013
*) Data masih bergabung dengan Kecamatan Induk
Kecamatan DPT 1 Polio 3 Polio 4 Campak Jumlah
Pesisir Selatan 432 430 453 499 1,814
Bengkunat 147 146 147 146 586
Bengkunat Belimbing 475 477 493 493 1,938
Ngambur 381 385 383 100 1,249
Pesisir Tengah 747 764 763 759 3,033
Karya Penggawa 287 284 289 289 1,149
Way Krui - - - - -
Krui Selatan - - - - -
Pesisir Utara 230 231 230 227 918
Lemong 308 312 311 311 1,242
Pulau Pisang * * * * *
Jumlah 3,007 3,029 3,069 2,824 11,929
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
2.3.1. Keluarga Berencana
Pasangan Usia Subur di Kabupaten Pesisir Barat tercatat 34.526 jiwa dan yang
menjadi Akseptor KB Aktif sebanyak 25.144 jiwa (72,83%). Dari Akseptor KB Aktif
tersebut, lebih banyak menggunakan cara/alat Pil KB dan Suntik KB.
PersentasebanyaknyaAkseptor KB Aktiftersajidalam gambarberikut.
Gambar 2.4 Persentase BanyaknyaAkseptor KB Aktif
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.1 Pendekatan
Pendekatan studi merupakan penjabaran konsep yang digunakan pada suatu
pekerjaan, dalam hal ini terhadap proses kegiatan Penyusunan Analisis Situasi
Ibu dan Anak Kabupaten Pesisir Barat. Pendekatan yang digunakan merupakan
penggabungan dasar – dasar pemikiran teoritis, logis dan pragmatis yang
relevan dengan lingkup pekerjaan.
3.1.1 PendekatanEksploratif
Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.
Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan
informasi maupun dalam proses analisa.
Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi
Dalam proses pengumpulan data dan informasi, pendekatan eksploratif
digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga
eksplorasi literatur yang diperlukan dalam mendukung kegiatan perumusan. Sifat
pendekatan eksploratif yang menerusakan memungkinkan terjadinya
pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir.
Pendekatan eksploratif juga memungkinkan proses pengumpulan data yang
memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak terbatas pada pelaku
Penyusunan Analisis Situasi Ibu dan Anak saja, namun juga dari berbagai
literature dalam dan luar negeri, baik dalam bentuk buku maupun tulisan singkat
BAB 3METODOLOGI PENYUSUNAN ASIA
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
yang memuat mengenai teori-teori, paradigma, studi-studi terkait, maupun
praktik-praktik yang berkaitan dengan kegiatan. Dalam pendekatan eksploratif
ini sangat memungkinkan diperoleh informasi-informasi tambahan dari sumber
yang tidak diprediksi sebelumnya.
Eksplorasi dalam Proses Analisis (Kajian)
Eksplorasi dalam proses analisis dilakukan dalam mengkompilasi hasil kunjungan
lapangan, yaitu mengkategorisasikan temuan-temuan di lapangan sehingga dapat
diperoleh kondisi, permasalahan, strategi penanganan masalah, serta masukan
bagi Penyusunan Analisis Situasi Ibu dan Anak. Selain itu, eksploras juga
digunakan pada saat melakukan sintesa antara kajian teoritik dengan hasil
observasi lapangan yang diperoleh.
Proses eksplorasi ini mendorong kepada pemahaman yang mendalam terhadap
aspek yang dikaji, melalui seluruh dokumen dan informasi yang berhasil
dikumpulkan. Dengan demikian hasil analisis dapat menghasilkan rumusan draft
awal program investasi keciptakaryaan.
3.1.2 Pendekatan Studi Dokumenter
Pendekatan ini dititikberatkan pada kegiatan kajian terhadap seluruh dokumen
terkait penyusunan dan pembahasan kebijakan Penyusunan Analisis Situasi Ibu
dan Anak dan literature berupa tulisan, jurnal, teori, hingga berbagai jenis
peraturan perundang-undangan terkait. Untuk itu, diperlukan model pendekatan
studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai
document ersebut.
Studi documenter memiliki ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-
data sekunder, yang dalam pekerjaan ini adalah:
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku baik Pusat maupun Daerah;
Studi/kajian sejenis maupun pendukung.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
3.1.3 PendekatanTeoritis
Pendekatan teoritis merupakan pendekatan dengan menggunakan dasar dan
pedoman yang berasal dari teks book (buku referensi) berupa teori atau model-
model yang dapat digunakan di dalam kegiatan Penyusunan Analisis Situasi Ibu
dan Anak. Teori yang berupa model atau formula tersebut dijadikan sebagai
dasar untuk menganalisa data yang didapat dari hasil survei (data dari wilayah
makro dan wilayah mikro).
5.2 Metodologi
3.2.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan, yaitu
melalui:
a. Studi Kepustakaan.
Studi kepustakaan atau pengumpulan data sekunder dilakukan untuk
mendapatkan landasan konsepsi dan empirik yang berkaitan dengan Analisis
Situasi Ibu dan Anak; serta peraturan perundangan yang berkaitan.
b. Data instansional atau Data Sekunder.
Data instansional atau data sekunder merupakan data dan informasi yang
diperoleh dari dinas/instansi yang berkaian dengan studi. Data instansional/
data sekunder ini antara lain meliputi data dengan kependudukan,
pendidikan, kesehatan, program-program pembangunan yang terkait dengan
Analisis Situasi Ibu dan Anak dan data lain yang diperlukan.
c. Observasi .
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran wilayah secara fisik melalui
wilayah studi, serta melakukan pencocokan data yang diperoleh melalui studi
pustaka, data sekunder, dan wawancara.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
3.2.2 Kompilasi Data
Kompilasi data digunakan untuk memudahkan analisis data.Kompilasi dilakukan
dengan cara tabulasi dan komputerisasi data yang dikumpulkan.
3.2.3 Analisa Data
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui program-program pembangunan yang
terkait dengan Analisis Situasi Ibu dan Anak dan atau
kebijakan/program/kegiatan pada berbagai bidang pembangunan harus mampu
merespon pengalaman, aspirasi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat,
dalam perspektif pembangunan berwawasan Analisis Situasi Ibu dan Anak dalam
pembangunan daerah.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
4.1 Data dan Informasi
Tinjauan terhadap pembangunan kondisi ibu dan anak tentunya tidak dapat
dilepaskan dari kondisi sumber daya manusia yang ada. Data dan informasi
mengenai kependudukan akan memberikan gambaran mengenai kondisi
kependudukan yang ada baik dari sisi jumlah, rasio, laju pertumbuhan, kelompok
usia dan jenis kelamin serta mata pencaharian yang diusahakan. Melalui data
dan informasi mengenai jumlah penduduk di sebuah wilayah akan terlihat
potensi sumber daya manusia yang dimiliki dan proporsi penduduk yang
mendiami suatu wilayah. Sehingga akan tergambar bagaimana kondisi eksisting
jumlah penduduk yang ada dan seberapa besar kepadatan wilayah dengan
adanya besaran jumlah penduduk terhadap luasan wilayah. Kondisi jumlah
penduduk, rasio antara laki-laki dan perempuan serta kepadatan wilayah di
Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Jumlah dan Rasio Kependudukan per Kecamatan Tahun 2014
Km Rasio Laki-laki PerempuanJumlah
Penduduk
Pesisir Selatan 409,17 14,17 11.755 10.908 22.663 55,39
Bengkunat 215,03 7,45 3.939 3.568 7.507 34,91
Bengkunat Belimbing 943,70 32,69 13.690 11.949 25.639 27,17
Ngambur 327,17 11,33 9.522 8.758 18.280 55,87
Pesisir Tengah 120,64 4,18 9.803 9.095 18.898 156,65
Karya Penggawa 211,13 7,31 7.611 6.895 14.506 68,71
Way Krui 40,92 1,42 4.277 4.009 8.286 202,49
Krui Selatan 36,25 1,26 4.623 4.249 8.872 244,74
Pesisir Utara 84,27 2,92 4.265 3.794 8.059 95,63
Lemong 454,99 15,76 7.710 6.643 14.353 31,55
Pulau Pisang 43,61 1,51 703 646 1.349 30,93
Kab. Pesisir Barat 2.887 100 77.897 70.515 148.412 51,41
Kepadatan
(Jiwa/KM2)
Penduduk (Orang)
Kecamatan
Luas
BAB 4 DATA DAN INFORMASI
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab. Pesisir Barat Tahun 2015
Penduduk dan karakteristiknya menjadi sasaran penting dalam pembangunan
yang berkualitas. Perhatian pemerintah dalam permasalahan penduduk
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga serta Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014. Berikut akan diuraikan karakteristik penduduk Kabupaten
Pesisir Barat dan perkembangannya.
4.1.1 Karakteristik Penduduk
Berdasarkan data kependudukan, jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat
tahun 2014 sebesar 148.412 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
77.897 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 70.515 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk tahun 2011 – 2012 sebesar 0,33%. Untuk hasil proyeksi
laju pertubuhan 2012 – 2013 adalah sebesar 3,37%, hasil proyeksi penduduk
tersebut merupakan hasil proyeksi penduduk setelah mengalami pemekaran
dengan Kabupaten Lampung Barat.
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Komposisi penduduk dapat dibagi menurut umur dan jenis kelamin. Struktur
umur penduduk sangat penting untuk menjadi dasar perencanaan pemerintah
dalam segala bidang pembangunan termasuk dalam bidang bisnis. Pengetahuan
mengenai struktur umur penduduk di suatu wilayah diharapkan dapat menjadi
2000 2010 2011 2011-2012 2012-2013
Pesisir Selatan 58,462 69,687 70,656 0.11 1.82
Bengkunat *
Bengkunat Belimbing *
Ngambur *
Pesisir Tengah 42,641 48,423 48,948 0.11 1.29
Karya Penggawa *
Way Krui *
Krui Selatan *
Pesisir Utara 22,831 23,421 23,675 0.11 0.26
Lemong *
Pulau Pisang *
Kab. Pesisir Barat 123,934 141,531 143,279 0.33 3.37
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Orang)
Laju Pertumbuhan
Penduduk per Tahun (%)
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
dasar atau acuan yang pasti agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
kebijakan. Salah satu contoh misalnya jika penduduk suatu wilayah banyak yang
termasuk dalam kelompok umur balita maka kebutuhan akan fasilitas kesehatan
balita dan peningkatan gizi akan menjadi hal yang sangat penting. Contoh lain
adalah jika suatu wilayah memiliki jumlah penduduk berusia sekolah dasar yang
cukup besar maka pembangunan akan dapat lebih dikonsentrasikan untuk
membangun sarana dan prasarana untuk pendidikan sekolah dasar sehingga tidak
lagi salah sasaran misalnya dengan membangun sarana dan prasarana untuk
pendidikan tingkat lanjutan.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin
Sumber : Profil Kesehatan Pesisir Barat 2015
Status perkawinan merupakan salah indikator yang dapat menunjukkan pola
kelahiran atau fertilitas dan kelanggengan rumah tangga. Status perkawinan juga
biasa digunakan sebagai variabel antara (intermediate variable) dalam setiap
penelitian seperti dalam analisis ketenagakerjaan dan analisis kemiskinan. Dalam
Usia Laki - Laki Perempuan TotalRasio Jenis
Kelamin
0 - 4 8.612 8.160 16.772 105,54
5 - 9 8.062 7.567 15.629 106,54
10 - 14 7.476 6.918 14.394 108,07
15 - 19 7.275 6.329 13.604 114,95
20 - 24 6.423 5.479 11.902 117,23
25 - 29 6.354 5.527 11.881 114,96
30 - 34 6.086 5.402 11.488 112,66
35 - 39 5.759 5.217 10.976 110,39
40 - 44 5.137 4.930 10.067 104,20
45 - 49 4.648 4.206 8.854 110,51
50 - 54 3.793 3.628 7.421 104,55
55 - 59 3.104 2.473 5.577 125,52
60 - 64 2.181 1.750 3.931 124,63
65 - 69 1.341 1.192 2.533 112,50
≥ 70 1.646 1.737 3.383 94,76
Total 77.897 70.515 148.412 110,47
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
hubungannya dengan tingkat fertilitas, status perkawinan berkaitan dengan
lamanya berhubungan kelamin (sexual intercourse). Semakin lama status kawin,
semakin besar resiko melahirkannya sehingga anak yang dilahirkan juga beresiko
semakin banyak.
Tabel 4.4
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Dilihat menurut status perkawinannya, persentase penduduk di Kabupaten
Pesisir Barat yang berstatus belum kawin adalah sebesar 45,23%, yang berstatus
kawin sebesar 50,75%, cerai hidup sebesar 1,1%, dan cerai mati sebesar 2,92%.
Berdasarkan data penduduk yang berstatus cerai hidup yang kecil, tergambar
bahwa kesadaran penduduk dalam membina rumah tangga telah mantap dan
stabil.
Indikator kependudukan yang penting untuk dilihat adalah indikator fertilitas.
Indikator fertilitas ini dapat dilihat dari jumlah anak lahir hidup dan jumlah anak
masih hidup. Nuraini (2000) menyatakan bahwa tingkat fertilitas salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah anak yang dilahirkan dan Iswahjuni (2008) menyatakan
bahwa tingkat fertilitas dipengaruhi oleh jumlah anak yang lahir hidup.
Kehadiran anak dalam sebuah keluarga merupakan salah satu hal yang dianggap
penting. Darisisi emosional, anak dianggap penting karena dapat membawa
kebahagiaan dan kegembiraan bagi keluarga itu sendiri. Selain itu, kehadiran
UmurBelum
KawinKawin
Cerai
Hidup
Cerai
Mati
Laki-laki 48,63 49,38 0,79 1,2
< 25 95,11 4,89 0 0
25 - 49 9,89 88,05 1,65 0,4
50 + 0,51 90,85 1,03 7,61
Perempuan 41,83 52,12 1,41 4,64
< 25 83,72 15,78 0,5 0
25 - 49 2,58 94,17 1,35 1,91
50 + 1,24 61,44 5,26 32,05
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
atau keberadaan anak dalam sebuah keluarga berarti kelanjutan keluarga
tersebut dimasa yang akan datang tidak hilang atau dengan kata lain, anak
mempunyai peran penting dalam meneruskan garis keturunan. Banyaknya anak
dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang ada dan dianut oleh
suatu masyarakat.
Dengan adanya program Keluarga Berencana (KB) mulai awal tahun 1970-an,
terbukti pandangan masyarakat tentang pandangan banyak anak banyak rezeki
mulai luntur dan digantikan menjadi keluarga kecil bahagia sejahtera.
Diharapkan dengan jumlah anak yang tidak terlalu banyak, kebutuhan anak
dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, orang tua dapat mengikuti
perkembangan fisik dan psikologis anaknya lebih optimal. Tujuan akhir program
KB ini diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik dan
lebih handal dalam segala bidang dimasa mendatang. Namun sayangnya, di
beberapa wilayah, sejak adanya otonomi daerah dan BKKBN menjadi badan yang
tidak harus ada di setiap daerah, masalah KB bukan lagi menjadi focus
pemerintah daerah sehingga diyakini oleh para demografer bahwa tingkat
fertilitas di Indonesia justru meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun ini.
Tabel 4.5
Jumlah Peserta KB Terhadap Pencapaian Partisipasi Aktif
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
*) Masih tergabung dalam kecamatan induk
IUD MOP MOW Implant Pil Suntik Kondom OvPesisir Selatan 437 3 26 888 737 880 160
Bengkunat 430 2 22 780 245 438 123
Bengkunat Belimbing 390 2 18 723 820 919 122
Ngambur 549 6 22 910 629 897 138
Pesisir Tengah 434 13 28 402 923 1.010 86
Karya Penggawa 481 6 22 742 330 474 121
Way Krui 297 6 7 333 472 508 48
Krui Selatan 290 6 8 256 466 943 44
Pesisir Utara 454 3 25 752 379 432 132
Lemong 427 3 23 738 712 876 116
Pulau Pisang * * * * * * * *
Jumlah 4.189 50 201 6.524 5.713 7.377 1.090 -
MKPJ NonMKPJKecamatan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Jenis alat kontrasepsi yang paling dominan digunakan di Kabupaten Pesisir Barat
pada tahun 2012 adalah suntik KB. Banyaknya PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi jenis suntik ada sekitar 21,37% dan yang menggunakan alat
kontrasepsi jenis pil ada sekitar 16,55%. Penggunaan alat kontrasepsi mantap
(kontap) di Kabupaten Pesisir Barat masih relatif sedikit (MOW sebesar 0,58%,
MOP sebesar 0,14 persen).
Kecilnya persentase PUS yang menggunakan kontap ini dimungkinkan karena
masih banyak PUS yang ingin menambah anak sehingga lebih memilih jenis alat
kontrasepsi non kontap sehingga lebih memudahkan jika sewaktu-waktu ingin
mempunyai anak lagi. Selain itu, faktor biaya juga sangat menentukan jenis alat
kontrasepsi ini karena relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan yang lain.
Penggunaan jenis alat kontrasepsi mantap ini juga memiliki kelebihan terlebih
dari segi persentase kegagalannya. Alat kontrasepsi jenis kontap memiliki resiko
kegagalan KB lebih kecil dibanding dengan alat kontrasepsi non kontap sehingga
peluang mendapatkan anak yang tidak diinginkan lebih kecil. Preferensi
penggunaan jenis alat kontrasepsi oleh masyarakat disebabkan oleh banyak
faktor. Menurut Soeradji dan Hatmadji (1987), keikutsertaan dalam program KB
akan dipengaruhi oleh keadaan demografi dan sosial ekonomi daerah serta faktor
lingkungan6. Keadaan demografi berpengaruh terhadap ketersediaan alat
kontrasepsi yang adadan kemudahan mendapatkan alat kontrasepsi yang
digunakan. Kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan daya beli
akseptor KB terhadap jenis alat KB yang akan digunakan. Selain itu, preferensi
alat kontrasepsi yang digunakan dipengaruhi oleh efek samping dari alat
kontrasepsi tersebut. Beberapa peneliti bahkan menunjukkan adanya hubungan
antara suku dan agama terhadap jenis alat KB yang digunakan. Masyarakat
mempunyai kebebasan dalam memilih jenis alat kontrasepsi yang paling aman,
nyaman, murah, dan mudah untuk diperoleh. Tugas pemerintah dalam hal ini
adalah memberikan pengarahan akan arti penting perencanaan keluarga dengan
menggunakan alat kontrasepsi dan menyediakan alat KB yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
4.1.2 Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia terlebih jika dikaitkan dengan
hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen pasal 28H. Pembangunan
kesehatan sendiri menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka kesejahteraan rakyat secara
langsung akan meningkat. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat
mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas
kesehatan.Hal tersebut dilakukan dengan menciptakan akses pelayanan
kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah
sakit, puskesmas, tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat), dan ketersediaan
obat.
Berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat antara lain
cuaca, keberadaan lingkungan kumuh, kondisi sanitasi yang baik, kekurangan
gizi, serta kurangnya pengetahuan hidup sehat. Kondisi sosial ekonomi rumah
tangga yang tidak berkecukupan disertai dengan jumlah anggota rumah tangga
yang relatif banyak akan mengakibatkan pola konsumsi makanan yang kurang
baik (pola makan yang cenderung di bawah standar kecukupan gizi), tingkat
hunian tempat tinggal yang terlalu padat sehingga rentan terhadap berbagai
jenis penyakit, dan pada akhirnya, akan menciptakan sumber daya manusia yang
sakit dan kurang berkualitas.Menurut Blum (1974), status kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku sosial budaya,
dan lingkungan (baik fisik, kimia, maupun biologi).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk pencegahan penyakit.
Program Imunisasi mulai digalakkan di Indonesia sejak tahun 1956. Sejak tahun
1977, Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dijalankan di Indonesia sejalan
dengan program WHO yang disebut dengan Expanded Program on Immunization
(EPI). Target imunisasi ini adalah penduduk balita.Beberapa jenis imunisasi yang
wajib diberikan pada balita antara lain BCG, DPT, Polio, dan Campak. Oleh
karena itu, salah satu indikator penting dalam bidang kesehatan adalah
pemberian imunisasi pada balita. Indikator yang biasa digunakan untuk melihat
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
kesehatan balita dalam hal pemberian imunisasi adalah indikator cakupan
imunisasi (CI) dan indikator persentase balita yang sudah diberikan imunisasi
lengkap (PBD). Yang dimaksud dengan cakupan imunisasi lengkap adalah
pemberian imunisasi yang sesuai aturan, yaitu DPT sebanyak 3 kali, polio
sebanyak 3 kali, BCG sebanyak 1 kali, dan Campak sebanyak 1 kali.
Tabel 4.6
Jumlah Bayi Yang Diimunisasi per Kecamatan
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
*) Masih tergabung dalam kecamatan induk
Kualitas kesehatan penduduk dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dari dalam diri penduduk itu sendiri dan faktor eksternal berupa
ketersediaan fasilitas kesehatan di sekitar tempat tinggal masyarakat. Apabila
kedua faktor tersebut dapat berjalan seiring dan sejalan maka dengan
sendirinya, kondisi kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Prioritas
pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan kesehatan masyarakat
yang utamanya adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak. Untuk
mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada
peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas puskesmas yang disertai dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan.
Kecamatan DPT 1 Polio 3 Polio 4 CampakPesisir Selatan 432 430 453 499
Bengkunat 147 146 147 146
Bengkunat Belimbing 475 477 493 493
Ngambur 381 385 383 100
Pesisir Tengah 747 764 763 759
Karya Penggawa 287 284 289 289
Way Krui - - - -
Krui Selatan - - - -
Pesisir Utara 230 231 230 227
Lemong 308 312 311 311
Pulau Pisang * * * *
Jumlah 3.007 3.029 3.069 2.824
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 4.7
Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat
No Kecamatan Rumah
Sakit Poliklinik
Pukesmas /
Pukesmas
Pembantu
Klinik
Bersalin
Praktek
Dokter Apotek
1 Kecamatan Pesisir Tengah 1 1 1 3 4 2
2 Kecamatan Pesisir Selatan 0 0 4 1 0 0
3 Kecamatan Lemong 0 0 3 0 0 0
4 Kecamatan Pesisir Utara 0 0 6 0 0 0
5 Kecamatan Karya
Penggawa 0 0 3 0 0 0
6 Kecamatan Way Krui 0 0 0 0 1 0
7 Kecamatan Krui Selatan 0 0 2 0 0 0
8 Kecamatan Ngambur 0 0 5 0 1 0
9 Kecamatan Bengkunat 0 0 2 0 0 0
10 Kecamatan Bengkunat
Belimbing 0 0 10 0 0 0
11 Kecamatan Pulau Pisang * * * * * *
Total 1 1 36 4 6 2
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
*) Masih tergabung dalam kecamatan induk
Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnyakesehatan
yang semakin baik, seyogyanya fasilitas kesehatan yang ada semakin
ditingkatkan sehingga masyarakat semakin mudah mengaksesnya. Selain itu
diperlukan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang ada. Salah satunya
adalah dengan menambah fasilitas dan tenaga medis yang tersedia untuk
melayani masyarakat. Adanya pelayanan kesehatan untuk warga miskin yang
memiliki kemampuan yang terbatas juga masih perlu diperhatikan. Oleh karena
itu, pemerintah daerah masih perlu meningkatkan fasilitas sarana kesehatan
yang ada.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
4.1.3 Pendidikan
Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal
31 yang menjelaskan bahwa ”setiap warga negara berhak atas pendidikan” dan
dijabarkan dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.24/PUU-V/2007 menetapkan
bahwa pemerintah harus mengalokasikan 20 persen anggaran untuk belanja
pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan nasional
yang dimaksud adalah pendidikan berdasarkan UUD dan Pancasila yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional (biasa dikenal dengan sisdiknas
atau SPN) dimaksudsebagai arah dan strategi pembangunan nasional di bidang
pendidikan.
Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok, yaitu
pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas
pendidikan, dan efisiensi pengelolaan. Pemerataan kesempatan pendidikan
diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung
sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi. Relevansi pendidikan merupakan konsep “Link dan
Match”, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistem
pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan yang berkualitas
adalah pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal
sesuai dengan kebutuhan zaman. Yang dimaksud dengan efisiensi pengelolaan
pendidikan adalah pendidikan yang diselenggarakan diharapkan dapat berdaya
guna dan berhasil guna.
Upaya perbaikan pendidikan di Indonesia telah dilaksanakan pemerintah sejak
tahun 1994. Mulai tahun tersebut, pemerintah mulai melaksanakan program
wajib belajar 6 tahun yang dilanjutkan dengan program wajib belajar 9 tahun.
Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini, diharapkan tingkat pendidikan
masyarakat semakin membaik. Bersamaan dengan itu, pembangunan sarana fisik
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
dan prasarana pendidikan juga terus dipacu sehingga penduduk usia sekolah
dapat semakin mudah mengakses fasilitas pendidikan yang ada. Untuk
mempercepat program wajib belajar 9 tahun, pemerintah juga memberikan
subsidi berupa Biaya Operasional Sekolah (BOS) pada tingkat SD dan SLTP. Selain
itu, ketetapan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mewajibkan pemerintah harus
mengalokasikan 20 persen anggaran pemerintah di bidang pendidikan seharusnya
memacu percepatan perbaikan pendidikan rakyat Indonesia. Peningkatan
kualitas masyarakat tentunya tidak hanya terbatas pada kelompok usia sekolah
saja tetapi diharapkan dapat mencakup kelompok usia menengah ke atas. Wujud
dari penerapan tujuan tersebut antara lain dengan dilaksanakannya program
Kejar Paket A dan Kejar Paket B. Dengan adanya program ini, diharapkan
kelompok penduduk yang tidak masuk dalam usia sekolah dapat mengambil
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat sendiri telah melakukan berbagai upaya
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maupun penyediaan fasilitas
pendidikan yang ada. Hal ini seiring dengan adanya program wajib belajar 9
tahun yang semakin memacu pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada. Diharapkan, upaya yang ada ini dapat mengarah pada
perbaikan pendidikan penduduk. Beberapa indikator pendidikan yang digunakan
untuk melihat perkembangan pembangunan di bidang pendidikan adalah angka
partisipasi kasar, angka partisipasi murni, angka partisipasi sekolah, dan
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang ada.
Angka partisipasi kasar merupakan indikator pendidikan yang digunakan untuk
mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam
kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka
partisipasi kasar dapat memberikan gambaran tentang banyaknya anak yang
menerima pendidikan pada jenjang tertentu.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 4.8
Angka Partisipasi Kasar dan Murni Menurut Jenjang Pendidikan
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Dapat dilihat bahwa pola angka partisipasi kasar semakin rendah seiring dengan
semakin tingginya jenjang pendidikan. Salah satunya penyebabnya adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan. Selain itu,
kondisi sosial ekonomi yang relatif masih rendah dan ratarata jumlah anggota
keluarga yang masih relatif banyak mendorong pendidikan yang dimiliki masih
relatif rendah. Dengan kata lain, semakin sedikit penduduk yang mengenyam
pendidikan seiring dengan semakin tinggi jenjang pendidikannya.
Sedangkan Angka partisipasi murni menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu
kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan
kelompok umurnya. Angka partisipasi murni akan selalu lebih rendah
dibandingkan angka partisipasi kasar karena pembilangnya lebih kecil sementara
penyebutnya sama. Angka partisipasi murni membatasi usia murid sesuai dengan
usia sekolah dan jenjang pendidikannya sehingga angkanya lebih kecil. Indikator
angka partisipasi murni dapat memberikan gambaran yang lebih baik daripada
angka partisipasi kasar karena indikator ini memberikan gambaran kekonsistenan
antara umur penduduk dengan pendidikan yang disarankan untuk usia yang
bersangkutan.
Angka partisipasi murni Kabupaten Pesisir Barat yang meningkat menandakan
meningkatnya roporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Angka partisipasi murni
juga menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang pendidikannya.
Jenjang
Pendidikan APK APM
SD/MI 108,09% 93,18%
SMP/MTs 89,09% 69,48%
SMA/MA 62,52% 46,64%
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Angka partisipasi sekolah mengukur proporsi anak yang bersekolah pada suatu
kelompok umur sekolah jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi sekolah
memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur
tertentu yang sedang bersekolah tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang
sedang diikuti. Secara aktual, evaluasi program pendidikan lebih tergambar oleh
angka partisipasi sekolah, yaitu angka yang menunjukkan secara lebih tepat
jumlah penduduk yang masih bersekolah menurut kelompok usianya. Indikator
angka partisipasi sekolah sedikit berbeda dengan angka partisipasi kasar karena
angka partisipasi kasar lebih menekankan pada keikutsertaan sekolah anak
berdasarkan jenjang pendidikan sedangkan indikator angka partisipasi sekolah
lebih menekankan pada keikutsertaan dari kelompok usia pendidikan.
Tabel 4.9
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2011
Dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok umur 7-15 tahun
(kelompok wajib belajar 9 tahun), angka partisipasi sekolah sudah cukup baik
dibanding dengan kelompok umur diatasnya. Namun demikian, angka partisipasi
sekolah yang ada harus tetap ditingkatkan guna peningkatan sumber daya
manusia yang ada. Angka Partisipasi Sekolah yang tinggi menunjukkan
terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum
Disamping indikator-indikator yang memperlihatkan perkembangan sekolah, juga
perlu dilihat keberadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki serta
daya serap fasilitas dan tenaga pengajar. Penyediaan sarana dan prasarana
belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari upaya pemerataan
kesempatan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan adanya
Angka Partisipasi
Sekolah2010 2012
7 - 12 98,26% 97,66%
13 - 15 88,10% 88,89%
16 - 18 60,70% 55,57%
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
peningkatan sarana pendidikan, diharapkan partisipasi sekolah juga semakin
meningkat (Wahjoetomo, 1993).
Tabel 4.10
Banyaknya Sekolah per Kecamatan
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
*) Masih tergabung dalam kecamatan induk
Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan mulai dari tingkat sekolah taman
kanak-kanak sampai sekolah menengah atas semakin diperbaiki baik dari segi
jumlah maupun fasilitasnya dari tahun ke tahun. Ini dapat diartikan bahwa
pemerintah daerah memiliki perhatian yang cukup baik dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Pesisir Barat. Keberadaan fasilitas
pendidikan yang ada seharusnya dapat dengan mudah diakses oleh seluruh
peserta didik dalam upaya peningkatan partisipasi sekolah. Oleh karena itu,
selain peningkatan sarana, yang perlu diperhatikan adalah letak fasilitas yang
ada harus merata dan mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat.
4.1.4 Ketenagakerjaan
Kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia merupakan hak yang dijamin oleh
negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2
yang berbunyi “Tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak”. Untuk itu, pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam
penyediaan lapangan pekerjaan bagi warga negaranya. Dalam era otonomi
daerah ini, data dan indikator ketenagakerjaan memberikan peranan yang besar
TK SDMadrasah
IbtidaiyahSMP
Madrasah
TsanawiyahSMU
Madrasah
Aliyah
Pesisir Selatan 9 17 3 5 4 1 1
Bengkunat 3 5 1 2 0 1 0
Bengkunat Belimbing 1 12 3 5 3 1 1
Ngambur 7 10 4 4 2 2 1
Pesisir Tengah 5 11 1 3 5 5 2
Karya Penggawa 5 11 0 1 3 1 1
Way Krui 1 5 0 1 0 0 0
Krui Selatan 2 8 0 1 0 1 1
Pesisir Utara 9 14 0 3 2 1 1
Lemong 11 16 1 6 1 1 0
Pulau Pisang * * * * * * *
Jumlah 53 109 13 31 20 14 8
Kecamatan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
dalam mendukung perencanaan dan evaluasi pembangunan. Dengan mengetahui
indikator ketenagakerjaan suatu daerah, diharapkan dapat diketahui besarnya
potensi penduduk yang dapat aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga output yang
akan dihasilkandapat diperkirakan. Pada akhirnya, dengan indikator
ketenagakerjaan yang ada, dapat diketahui daya serap perekonomian terhadap
pertumbuhan tenaga kerja, struktur perekonomian, serta tingkat kesejahteraan
masyarakat. Berikut ini akan diuraikan masing-masing indikator ketenagakerjaan
yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan besaran rasio antara jumlah
angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Adapun yang termasuk angkatan
kerja (labor force) adalah penduduk usia kerja yang bekerja (employed), tidak
bekerja, dan mencari pekerjaan (unemployed). Yang termasuk dalam kategori
bukan angkatan kerja (not in labor force) adalah penduduk usia kerja yang masih
sekolah, mengurus rumah tangga, dan melaksanakan kegiatan lainnya (pensiun,
cacat, dan sebagainya).
BPS mendefinisikan bekerja sebagai kegiatan ekonomi yang dimaksud untuk
memperoleh atau membantu memperoleh upah atau gaji, pendapatan, atau
keuntungan, paling tidak satu jam selama periode yang termasuk dalam rujukan
survei (seminggu yang lalu). Selanjutnya, konsep mencari kerja (BPS, 2007)
didefinisikan sebagai kegiatan dari seseorang yang berusaha mendapatkan
pekerjaan. Kegiatan mencari pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu
seminggu yang lalu saja tetapi bias dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan
seminggu yang lalu masih menunggu jawaban. Dengan demikian, yang termasuk
dalam kategori ini juga adalah mereka yang telah memasukkan lamaran dan
sedang menunggu hasilnya. Yang digolongkan mencari pekerjaan:
a. Mereka yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi karena suatu hal
masih berusaha mendapatkan pekerjaan lain.
b. Mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kembali tetapi sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan lain.
c. Mereka yang bekerja paling sedikit 1 jam selama seminggu yang lalu dan
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan lain.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
d. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
e. Mereka yang sudah pernah bekerja kemudian berhenti atau diberhentikan
karena sesuatu hal dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
f. Mereka yang biasanya sekolah atau mengurus rumah tangga dan sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan.
Tabel 4.11
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Struktur perekonomian berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja yang
ada. Padaindikator ini, sektor penyerapan tenaga kerja dikelompokkan
berdasarkan konsep ILO dengan menggunakan KILM 4 (pengelompokan penduduk
bekerja menurut sektor). Klasifikasi atau pengelompokan dilakukan dalam 5
sektor besar, yaitu sektor pertanian yang terdiri dari pertanian, kehutanan,
perburuan, dan perikanan; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan
besar, eceran, rumah makan, dan hotel; sektor jasa kemasyarakatan; dan sektor
lainnya yang mencakup sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air
minum, bangunan, angkutan, pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi,
usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan.
Kondisi struktur perekonomian yang masih tertumpu pada sektor pertanian
mendorong penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor pertanian. Pada tahun
Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan JumlahAngkatan Kerja 144.517 104.407 248.924
Bekerja 144.226 101.658 245.884
Penganggur 291 2.749 3.040
Bukan Angkatan Kerja 16.148 34.256 50.404
Jumlah 160.665 138.663 299.328
TPAK 89,95% 75,30% 83,16%
Tingkat Bekerja 89,77% 73,31% 82,15%
Tingkat Penganguran 0,18% 1,98% 1,02%
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
2012, penyerapan tenaga kerja disektor pertanian sebanyak 201.883 jiwa,
sedangkan sektor lain yang cukup dominan adalah sektor jasa.
Tabel 4.12
Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Latar belakang pendidikan pekerja juga berpengaruh terhadap sektor lapangan
pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Mayoritas penduduk usia 15 tahun ke atas
yang bekerja di Kabupaten Pesisir Barat memiliki tingkat pendidikan kurang dari
tamat SD. Hal ini juga yang mendorong sektor pertanian menjadi sektor lapangan
pekerjaan yang dipilih karena tidak membutuhkan keahlian (skill) khusus dan
pendidikan tertentu. Hanya sebagian kecil pekerja saja yang berpendidikan
tamat diploma/sarjana dan pekerja yang berpendidikan ini sebagian besar
terserap di sektor jasa pemerintahan dan bekerja sebagai pegawai pemerintah.
Tabel 4.13
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Sumber : Pesisir Barat dalam Angka 2013
Tingkat
Pendidikan yang
Ditamatkan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
SD ke bawah 2.486 1.188 3.656
SLTP 4.490 1.587 6.077
SLTA ke atas 1.908 3.297 5.205
Jumlah 8.884 6.072 14.938
Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan JumlahPertanian 120.009 81.874 201.883
Industri 7.085 841 7.926
Jasa 17.132 18.943 36.075
Jumlah 144.226 101.658 245.884
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
4.1.5 Matrix Pola Peran
Pola peran antara pengemban tugas terhadap pemegang klaim untuk masalah
belum terpenuhinya hak ibu dan bayi atas kesehatan dan kesejahteraan
dijadikan satu, dibuat satu maktris. Satu Alasan yang penting adalah jika
perhatian telah dilakukan terhadap ibu dalam hal ini ibu hamil secara otomatis
perhatian telah ditujukan pula pada bayi dalam kandungan sampai bayi tersebut
dilahirkan dan hidup sampai batasan usia 1 tahun.
Tabel 4.14
Matrix Pola Peran Antara Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim untuk
Masalah Belum Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi Atas Kesehatan dan
Kesejahteraan
Pengemban
TugasIbu dan Bayi
Keluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
PUSKESMAS RSUD
Ibu
Memperhatikan
bayi dari dalam
kandungan sampai
lahir
Melibatkan
keluarga dan
masyarakat
AktifSelalu kontrol
kehamilan
Selalu control
kehamilanSiap dirujuk
Orang Tua (Bapak) Suami siaga
Menjamin
kebutuhan gizi dan
kesehatan keluarga
Berpartisipasi
dalam kegiatan
Posyandu
Berpartisipasi
dalam pelayanan
kebidanan dan
SIAGA
SIAGA ke
PuskesmasSIAGA ke RSUD
LSM/StakeholdersMemfasilitasi
kegiatan ibu-ibu
Memotivasi dan
mengfungsikan
keluarga dan
masyarakat
Menggerakan
masyarakat untuk
berpartisipasi
Bermitra dengan
bidan desa
Bermitra dengan
Puskesmas
Mempermudah
akses
terhadap
pelayanan
RSUD
Petugas KesehatanMemberikan
Kesehatan
Pembinaan dan
pemberdayaan
Memberikan
pelayanan di
Posyandu
Melakukan
pembinaan ke
Bidan desa
emberikan
pelayanan
kesehatan di
Puskesmas
Mendampingi Ibu
dalam pelayanan
rujukan
Pem. DesMemfasilitasi ibu-
ibu dalam kegiatan
PKK Desa
Menetapkan ibu
sebagai prioritas
pembangunan
Bertanggung jawab
terhadap fungsi
Posyandu
Integrasi dalam
pembangunan
kesehatan desa
Membantu
puskesmas
dalam
pembangunan
kesehatan desa
mempermudah
system
rujukan
Pem. Kec
Memfasilitasi ibu-
ibu dalam kegiatan
PKK Kec. Bidang
Kesehatan
Menetapkan ibu
sebagai prioritas
pembangunan
Menetapkan dan
meningkatkan
fungsi Posyandu
Menetapkan dan
meningkatkan
fungsi
poskesdes
Coordinator dalam
melaksanakan
tupoksi
puskesmas
Mempermudak
akses
terhadap
pelayanan
RSUD
Pem. Kab
(Bappeda/DinKes)
Menetapkan ibu
sebagai prioritas
Mengfungsikan
dan memotifasi
keluarga dan
masyarakat
Menetapkan dan
meningkatkan
fungsi Posyandu
Menetapkan dan
meningkatkan
fungsi
poskesdes
Alokasi anggaran
Mengembangkan
RSU
sebagai pusat
rujukan
DPRD
Menetapkan ibu
sebagai prioritas
pembangunan
Mengfungsikan
dan memotifasi
keluarga dan
masyarakat
Alokasi anggaran
Pemegang Klaim
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Sedangkan untuk pola peran Antara pengemban tugas terhadap pemegang klaim
untuk masalah belum terpenuhinya hak anak atas perbaikan gizi juga dibuatkan
kedalam satu matrix.
Tabel 4.15
Matrix Pola Peran Antara Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim untuk
Masalah Belum Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Pengemban
TugasBalita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Orang Tua (Ibu)Merawat (memberi
susu, makan,
dll) anak
Membawa anaknya
ke posyandu
secara rutin
Pemeriksaan
kesehatan
Bantuan tenaga
kesehatan dan PMT
Orang Tua (Bapak)
Suami siaga,
perhatian dan
kasih
sayang
Memenuhi
kebutuhan Suami siaga
Mengantar
(kordinasi dan
komunikasi)
LSM/Stakeholders Bantuan PMT Pendampingan Advokasi AdvokasiIntervensi dan
monev
Petugas KesehatanMemberi layanan
giziKonseling Memberi layanan Merujuk
Memberi laporan
24 jam
Pem. Desa Bantuan PMT Pemberian raskin
Menfasilitasi dan
Mengembangkan
posyandu
Adminitrasi dan
kordinasi tiap
bulan
Memberi laporan
24 jam
Pem. Kecamatan
Menjamin
terlaksananya
status gizi
balita
Menfasilitasi Penyedia data Penyedia data
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes) Alokasi anggaran Alokasi anggaran
Kebijakan /
keputusan aturan
DPRD Anggaran
Pemegang Klaim
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dilakukan berdasarkan kelompok sasaran dalam situasi
ibu dan anak, berdasarkan data situasi ibu dan anak di Kabupaten Pesisir Barat
yang akan digunakan sebagai dasar analisis dan pengembangan program
selanjutnya. Perumusan masalah mencakup tiga kegiatan utama, yaitu :
1. Kelangsungan hidup dan perkembangan (Tingkat individu)
2. Bimbingan dan perlindungan (Tingkat keluarga)
3. Perlindungan, partisipasi dan tanggung jawab (Tingkat masyarakat)
5.4 Analisis Kegiatan Utama
5.2.1 Remaja Wanita dan Pria (15 – 24 tahun)
Remaja usia 15 - 24 tahun, khususnya wanita mempunyai kedudukan sangat
penting dalam siklus generatif manusia karena pada fase inilah dilakukan
persiapan calon ibu.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Status gizi remaja wanita merupakan kunci keberhasilan kelangsungan hidup
mereka dan anak-anak yang akan dilahirkan dimasa depan. Keadaan Kesehatan,
gizi, dan mental pada fase ini sangat berpengaruh terhadap keadaan kehamilan
kelak pada saat dewasa, demikian pula terhadap hasil kehamilan baik terhadap
bayinya maupun terhadap dirinya sendiri.
BAB 5 ANALISIS ASIA
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Salah satu indikator penting untuk melihat apakah pelaksana penyuluhan gizi
kesehatan sudah memadai, sehingga bisa mencerminkan tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat adalah LILA. Jika remaja dengan LILA <23,5 cm tinggi maka
masyarakat remaja wanita khususnya belum mengerti arti penting indikator LILA.
Rendahnya lingkar lengan remaja wanita tersebut mungkin disebabkan oleh
pemasukan (intake) kalori dan protein lebih rendah daripada kebutuhannya, atau
karena menjalani diit untuk melangsingkan badan secara tidak terkontrol.
Rendahnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara yang benar
bagi ibu untuk memelihara kandungan, sampai mengasuh anak-anaknya. Adanya
program wajib belajar 9 tahun dan program pendidikan gratis telah membantu
peningkatan pendidikan terutama pada masyarakat kurang mampu yang ada di
Kabupaten Pesisir Barat ini. Apabila ibunya tidak tahu bagaimana memberi
makan bayinya dengan makanan yang bergizi, maka berat otak akan mengalami
defisit sampai 20-30 persen. Artinya bayi yang lahir dalam kondisi kurang gizi
tersebut mempunyai kemampuan intelektual yang jauh lebih rendah dari bayi
normal.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, akan sangat berpengaruh terhadap
kesempatan bagi anak-anak untuk sekolah.
Dari data yang ada terlihat bahwa remaja yang sudah aktif secara ekonomis
sebesar 11,35% (laki-laki) dan 7,07% (perempuan). Umumnya remaja yang
bekerja sebagai pekerja keluarga yang ikut membantu orangtuanya mencari
nafkah atau menjadi pekerja dengan gaji rendah dibawah UMP terutama remaja
wanita.
Kondisi ini diperkirakan akibat dari rendahnya kemampuan ekonomi keluarga,
dimana apabila mereka secara aktif membantu perekonomian keluarga sehingga
sekolah terabaikan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Akses terhadap pendidikan yang layak dan berkualitas tinggi ikut menentukan
kualitas SDM-Dini. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu wilayah
memberikan gambaran tentang kesempatan penduduk untuk bersosialisasi, untuk
penyaluran aktivitas dan bakat yang berguna untuk mencapai prestasi.
Dari data yang ada terlihat angka partisipasi murni jenjang pendidikan di
Kabupaten Pesisir Barat untuk Pendidkan SD/MI sebesar 93,18%, SMP/MTs 69,48%
dan SMA/MA 46,64%. Hal ini sebanding dengan banyaknya jumlah murid SD/MI
dibandingkan dengan jumlah SMP/MTs dan SMA/MA.
5.2.2 Wanita dan Pasangan Usia Subur (15 – 49 tahun)
Pasangan usia subur penting untuk mengetahui dan menerapkan program-
program keluarga berencana. Mereka perlu memahami tentang pengaturan jarak
kehamilan agar dapat mengurangi resiko kelahiran BBLR dan kematian pranatal.
Pasangan usia subur hendaknya paham bahwa kehamilan akan berdampak kurang
menguntungkan bila isteri terlalu muda atau terlalu tua.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Pasangan Usia Subur di Kabupaten Pesisir Barat sebanyak 34.526 orang, yang
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 25.144 orang (72,83%) dan 13.508 orang
(39,12%) merupakan peserta KB baru.
Pada umumnya tingkat pengetahuan wanita umur <20 tahun tentang melahirkan
pada usia muda sudah cukup baik, disamping itu mereka sadar bahwa jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun dan melahirkan anak >4 orang bisa berdampak
kurang baik bagi kesehatan ibu dan anak.
Perlu upaya peningkatan keadaan gizi pada pasangan usia subur sehingga tidak
ada lagi penderita kurus tingkat berat/ringan maupun gemuk tingkat
berat/ringan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Keikutsertaan KB (khususnya kontap) cukup diminati sekalipun masih dalam skala
kecil. Umumnya alat KB yang dipakai adalah suntik KB (21,37%) dan implant KB
(18,90%). Keinginan dalam membatasi jumlah anak dan makin membaiknya
pendidikan masyarakat sehingga program KB juga mendapat dukungan para
suami.
Suksesnya program KB juga diakibatkan makin membaiknya pengetahuan
pasangan khususnya para wanita tentang KB. Perlu upaya untuk meningkatkan
keikut-sertaan KB (khususnya kontap) bagi pasangan usia subur yang sudah
mempunyai dua anak.
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Employment rate untuk wanita usia subur lebih rendah daripada employment
rate pria usia subur (pria 58,66%, wanita 41,34%).
5.2.3 Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas (15 – 49 tahun)
Meskipun kehamilan merupakan suatu proses fisiologi yang normal, namun
komplikasi yang tidak terduga dapat saja terjadi walau dalam perawatan yang
serba cukup.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Keadaan gizi ibu hamil, bersalin dan nifas di Kabupaten Pesisir Barat cukup baik
dilihat dari tingkat motivasi dan keingginan dari ibu hamil untuk dapat
mendapatkan imunasi secara lengkap, persentase imunisasi TT2 lengkap untuk
ibu hamil sebesar 62,59%.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil sudah memadai karena rata-rata kunjungan
ibu hamil yang memeriksakan kesehatan lebih dari 4 kali dan ibu hamil yang
dirujuk ke rumah sakit hanya yang beresiko tinggi dan cakupan kunjungan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
neonatal. Sudah tingginya persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan dan
dukun terlatih sisanya oleh famili/keluarga.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ibu cukup baik jika kesadaran ibu
dalam mengatur jarak kehamilan sudah meningkat dan pengetahuan tentang
penggunaan alat kontrasepsi perlu terus digalakkan serta pengetahuan tentang
HIV/AIDS masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat.
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Tingkat partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan sarana, tempat, dan
terminal dalam pelayanan perawatan untuk mempercepat pelayanan persalinan
cukup baik terlihat dari banyaknya puskesmas yang sudah beroperasi di masing-
masing kecamatan. Ada 4 klinik bersalin sebagai pondok sayang ibu yaitu
tempat/rumah terminal untuk memepercepat pelayanan persalinan.
5.2.4 Ibu Menyusui (15 – 49 tahun) dan Bayi (0 – 12 Bulan)
Pada umumnya ibu-ibu menyusui bayinya sampai usia dua tahun, namun banyak
dijumpai ibu-ibu yang memberikan makanan tambahan terlalu dini, yaitu
dibawah empat bulan. Bayi muda sangat rawan terhadap penyakit infeksi,
sehingga bila diberi makanan tambahan terlalu awal terutama yang kurang
higienis bayi akan mudah jatuh sakit. Perlu diketahui bahwa ASI cukup
memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk bertumbuh- kembang sampai berumur 4
bulan, karenanya bayi 0-4 bulan belum memerlukan makanan tambahan.
Kandungan ASI tidak lagi mencukupi seluruh kebutuhan bayi setelah bayi
berumur 6 bulan, sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang disebut
sebagai Makanan Pendamping ASI.
Untuk ibu menyusui, setelah satu bulan melahirkan, sangat memerlukan
tambahan Vitamin A dan pil yang mengandung zat besi, yang berfungsi untuk
memulihkan kesehatan ibu, disamping makanan bergizi dan susu agar ASI yang
keluar bermutu tinggi dan ibu segar bugar.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Cakupan ibu nifas yang diberi Vitamin A sudah cukup tinggi, menunjukkan cukup
berhasilnya penyuluhan mengenai pentingnya penambahan zat-zat gizi kepada
ibu nifas, yang mungkin juga disebabkan oleh adanya efek samping obat yang
dimakan seperti misalnya perut mual, dan lain-lain sehingga obat yang sudah
diberikan oleh petugas tidak dimakan sebagaimana mestinya. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengimunisasi anak demi kekebalan tubuh terhadap
penyakit sudah baik. Sebanyak 9.105 bayi di Pesisir Barat sudah dimunisasi
secara lengkap, sedangkan banyaknya bayi yang sudah menerima imunisasi
campak sebanyak 2.824 bayi.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui puskesmas, termasuk
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan bidan di desa. Melalui
ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang
baik selama proses pengobatan kesehatan akan memberikan dampak yang besar
terhadap kesembuhan dan kesehatan masyarakat. Tentunya dengan adanya
dukungan dalam hal penguatan gizi keluarga di masyarakat sebagai pencegahan
dari sakit dengan kondisi tubuh yang prima melalui asupan gizi yang baik
tentunya.
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Kabupaten Pesisir Barat hingga kini belum mempunyai tempat penitipan anak
(TPA) yang memadai, hal ini dikarenakan pola asuh anak masih bisa ditangani
oleh keluarga yang ada. Sebagai tanggungjawab masyarakat akan pentingnya
pola asuh anak yang baik, diperlukan di desa adanya tempat untuk pola asuh
anak yang baik dimana merupakan bagian dari puskesmas maupun posyandu.
Pada umumnya yang menjadi kepala keluarga adalah laki-laki, tetapi ada juga
perempuan sebagai kepala keluarga.
5.2.5 Balita dan Anak Prasekolah (12 – 83 Bulan)
Anak Bawah Lima Tahun (Balita) harus mendapatkan perhatian ekstra dari orang
tuanya karena pada fase ini sedang mengalami proses tumbuh-kembang yang
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
cepat. Pada usia balita, pertumbuhan fisik merupakan indikator keadaan gizi dan
keadaan kesehatan seorang anak. Makanan bergizi yang cukup untuk anak balita
merupakan faktor penting untuk mencegahnya dari kondisi kekurangan gizi dan
berbagai macam penyakit infektif.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Cukupnya suplemen vitamin A dapat mencegah anak menderita xerophthalmia
yang menyebabkan kebutaan, serta menurunkan resiko komplikasi karena
pneumonia dan diare.
Namun Vitamin A saja nampaknya belum cukup, perlu adanya dukungan gizi baik
sebagai bagian terpenting bagi tubuh sehingga tubuh akan senantiasa dalam
keadaan prima dan kuat melawan penyakit yang akan mengganggu kesehatan.
Kondisi ini bisa terjadi berkat adanya kerjasama yang baik antara petugas
kesehatan dan ibu balita.
Kegiatan prasekolah dinilai penting bagi pengembangan intelektual anak karena
dalam kegiatan ini anak akan belajar bersosialisasi dengan anak-anak seusianya.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Secara umum masyarakat sudah mengerti dan menerapkan apa yang disebut
dengan perilaku sehat. Hal tersebut terlihat dari tingginya jumlah bayi yang
mendapatkan imunisasi lengkap (9.105 bayi), diimunisasi campak sebanyak 2.824
bayi, banyaknya rumah tangga yang sudah mengkonsumsi air bersih. Kondisi ini
tidak terlepas dari gencarnya penyuluhan kesehatan yang telah dilakukan selama
ini, dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
Namun demikian tidak semua rumah tangga yang mempunyai jamban sendiri.
Kondisi ini diperkirakan terjadi pada masyarakat yang bermukim di bantaran
sungai/pantai. Mereka lebih memilih untuk menggunakan jamban umum yang
banyak terdapat di pinggiran sungai, atau langsung ke pantai untuk buang air
besar.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Pada umumnya desa di Kabupaten Pesisir Barat banyak sekali mempunyai
taman/tempat bermain bagi anak balita. Kondisi ini dinilai sangat memadai bagi
pengembangan sosial, psikososial, dan untuk rekreasi anak balita, dimana
ditempat-tempat tersebut anak balita bisa bersosialisasi dengan anak-anak
seusianya.
5.2.6 Anak Usia Sekolah (7 – 15 Tahun)
Pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak usia sekolah 7-15 tahun sangat penting
diperhatikan. Asupan gizi yang baik akan mempengaruhi perkembangan otaknya
dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Mereka yang kekurangan gizi dapat
menurunkan kegiatan belajarnya, badan menjadi lesu dan sakit-sakitan sehingga
aktivitas belajarnya terganggu. Adanya anak yang mengalami KEP tersebut perlu
mendapat perhatian pihak sekolah, terutama pemberian makanan tambahan bagi
anak usia sekolah.
Adanya kesetaraaan gender atau Kesempatan yang sama bagi laki-laki dan
perempuan untuk sekolah, membuka kesempatan bagi perempuan untuk maju
setara dengan laki- laki. Program wajib belajar 9 tahun memberikan persepsi
bahwa pendidikan adalah kebutuhan dasar bagi anak usia sekolah 7-15 tahun
harus bersekolah memenuhi pendidikan dasar sampai tingkat SLTP. Angka
partisipasi sekolah pada usia ini terlihat sangat menggembirakan dimana untuk
usia 7 – 12 tahun sebesar 97,66% dan usia 13 – 15 tahun sebesar 88,89%.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Anak-anak sekolah yang kurang sehat atau terserang penyakit-penyakit yang
membahayakan cenderung akan mengalami penurunan prestasi belajar di
sekolah. Sebaliknya anak yang sehat akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
maju dalam semua mata pelajaran dan tidak akan banyak mengalami kesulitan
dalam upaya pegembangan diri.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Dari data yang ada diketahui bahwa Program Imunisasi Anak Sekolah sudah
terlaksana dengan baik, terlihat dari persentase anak SD yang mendapat
imunisasi (62,59%). Ini menunjukkan berhasilnya penyuluhan akan pentingnya
imunisasi bagi kesehatan anak, sehingga tumbuh kesadaran anak/orang tua
tentang pentingnya imunisasi.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Keluarga sebagai pembimbing dan pelindung anak, seyogyanya melakukan
fungsinya tersebut dalam bentuk dorongan untuk bersekolah dengan serius,
belajar di rumah dengan rutin, dan menyediakan semua kebutuhan anak
berkaitan dengan sekolahnya. Akan tetapi kenyataannya masih ada anak usia 7-
15 tahun yang sudah ikut bekerja, Ini diduga akibat perekonomian rumah tangga
yang lemah mengharuskan mereka ikut bekerja untuk menambah penghasilan
keluarga.
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Jumlah dan fasilitas pendidikan agama cukup, namun untuk pemberdayaan yang
lebih luas lagi dalam kaitannya dengan status sebagai daerah agamis, diperlukan
peningkatan baik jumlah gedung maupun fasilitas pendidikannya. Di Kabupaten
Pesisir Barat tercatat 13 Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD dan 20 Madrasah
Tsanawiyah setingkat SLTP.
Pendidikan merupakan tanggungjawab rumahtangga/keluarga. Agar pendidikan
dalam keluarga baik maka pengeluaran untuk pendidikan anak harus
diproporsikan dengan baik walaupun adanya SPP gratis tetapi harus diupayakan
penambahan kegiatan yang menunjang seperti kursus dan sebagainya yang
notabene harus mengeluarkan biaya. Persentase pengeluaran untuk pendidikan
terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga masih sangat rendah, kalau dinilai
dari asumsi bahwa semakin tinggi kesejahteraan suatu masyarakat maka semakin
tinggi pula proporsi pengeluaran untuk non makanan, yang salah satu unsurnya
adalah untuk pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.2.7 Anak Perempuan dan Remaja Wanita (10 - 19 Tahun)
Remaja puteri dimulai pada umur 10 tahun yaitu saat akil balig, sampai usia 19
tahun pada saat berakhir masa pertumbuhan fisik. Pada masa remaja tersebut
terjadi pertumbuhan yang cepat serta perubahan fisiologi dan mental dari
seorang anak menjadi calon ibu.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Remaja puteri membutuhkan energi, protein, vitamin dan mineral lebih banyak
daripada orang dewasa, karena selain mempertahankan kebutuhan untuk
kesehatan juga kebutuhan untuk pertumbuhan. Banyak remaja tidak mampu
mendapatkan cukup zat- zat gizi yang dibutuhkan terutama energi, protein dan
zat-zat mikro seperti zat besi, kalsium dan yodium dari makanan sehari-hari.
Konsekuensi dari kondisi ini dapat menimbulkan Kurang Energi Protein (KEP),
yang pada akhirnya akan menimbulkan resiko terhadap janin yang akan
dilahirkan yaitu keguguran, lahir mati, prematur, BBLR, berat otak ringan (bodoh
dan kretin).
Secara tradisional, remaja puteri bekerja di rumah (membantu ibunya) atau di
luar rumah pada usia sangat muda, banyak drop out di sekolah, menderita
kurang gizi, dan kawin pada usia sangat muda. Manifestasi dari hal-hal tersebut
berakibat pada rendahnya status sosial dan beresiko tinggi pada kehamilan.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Remaja puteri yang sudah bekerja di Kabupaten Pesisir Barat sebesar 7,07%.
Anak-anak yang bekerja akan kehilangan waktu mereka untuk sekolah dan
bermain. Hal ini mempengaruhi perkembangan kepribadiannya dan psikologinya
untuk bersosialisasi yang berakibat rendahnya mutu SDM kita. Khusus remaja
puteri, hal ini juga menghambat dalam pengembangan dirinya atau kesempatan
untuk mempersiapkan diri sebagai calon ibu.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Persentase wanita yang kawin pada usia muda (<16 tahun) sebesar 13,36%,
sedangkan antara 16 - 24 tahun sebesar 78,94%. Jadi wanita yang kawin dibawah
usia 25 tahun di Kabupaten Pesisir Barat tercatat 15,78%. Besarnya angka kawin
di usia muda berpengaruh pada besarnya kesempatan memperoleh anak banyak
sehingga mempercepat ledakan penduduk, dismaping efek samping seperti resiko
kematian yang tinggi pada saat kehamilan dan persalinan.
5.2.8 Rumah Tangga, Masyarakat dan Para Lanjut Usia (Lansia)
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (Tingkat Individu)
Perlu kesadaran sayang orang tua sehingga tidak ada lagi lansia yang terlantar
dan program sayang orang tua.
Bimbingan dan Perlindungan (Tingkat Keluarga)
Perlu penyuluhan tentang perilaku hidup sehat dalam keluarga seperti
pentingnya MCK dan mengkonsumsi garam beryodium dan perilaku hidup sehat
lainnya.
Perlindungan, Partisipasi dan Tanggung Jawab (Tingkat Masyarakat)
Keberadaan lansia merupakan tanggungjawab rumahtangga/keluarga untuk
dapat diperhatikan dengan baik dan masyarakat secara umum. Agar lansia
dalam keluarga baik maka diperlukan adanya asupan gizi dan penjagaan
kesehatan yang harus diproporsikan dengan baik walaupun adanya bantuan dari
pemerintah terkait penangan lansia tetapi harus diupayakan penambahan
kegiatan yang menunjang kesehatan yang lebih baik.
5.5 Analisis Matrix Pola Peran
Pengelolaan dan penangangan terhadap kondisi kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan bayi sangatlah penting bagi tumbuh dan berkembangnya sumber daya
manusia yang sehat, kuat menuju kesejahteraan dimasa mendatang. Hal ini
mengingat bahwa peran ibu sebagai komponen terpenting dalam sebuah rumah
tangga memegang peranan penting dalam mengelola keberlangsungan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
keluarganya ditinjau dari sisi mengasuh dan membesarkan anak-anaknya selain
yang mengandung dan melahirkan anak-anaknya.
Tentunya dibutuhkan kesehatan ibu yang prima sehingga tugas dan tanggung
jawab yang diembannya dapat dijalankan dengan baik. Diperlukan adanya
perhatian yang besar terhadap kesenjangan kapasitas pemegang klaim dalam
rangka hak-hak harus diperoleh oleh ibu dan anak kepada pengemban tugas
sehingga tujuan yang ingin dicapai berupa adanya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan dapat terwujud dengan baik. Kondisi kesenjangan ini dapat dilihat
dalam gambaran matriks yang diuraikan sebagai berikut :
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3.1 Kesenjangan Kapasitas Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam
Kaitannya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Tabel 5.1
Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu dan Bayi Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas IbuOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)Kesehatan Pem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Ibu tidak
mempunyai
kemampuan
membuat
keputusan
dan tidak punya
kemampuan
membagi tugas
merawat bayi dan
anak kepada bapak
* Ibu tidak tahu
bahwa ada
orangorang yang
peduli
terhadapnya
Ibu tidak tahu
bahwa ada
pelayanan
kesehatan gratis,
ibu tidak dapat
berkomunikasi
dengan orangorang
kesehatan
dengan baik dan
benar tentang
kehamilan dan
merawat bayi
Ibu tidak digayomi
oleh pemerintah
desa/kel, tidak
diikutkan dalam
kegiatan desa
terutama yang
berhubungan
dengan
Kesehatan Ibu dan
Anak
Ibu merasa
sendirian ketika
harus
berhubungan
dengan kecamatan
Ibu tidak tahu
bahwa ia bersama
ibu-ibu yang lain
masuk dalam
target pelayanan
kesehatan ibu dan
anak
Ibu tidak tahu
bahwa ia bersama
ibu-ibu yang lain
masuk dalam
target pelayanan
kesehatan ibu dan
anak
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.2
Matrix Kesenjangan Kapasitas Keluarga dan Masyarakat Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas IbuOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)Kesehatan Pem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Kurang
Bertanggung
Jawab secara non
klinis terhadap
pelayanan
Kesehatan Ibu dan
Bayi
Kurang Mendukung
Orang tua
Mendaptkan
bimbingan/konseli
ng keluarga dan
masyarakat
mengenai
kesehatan ibu dan
anak.
Mendukung dan
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan Ibu dan
Bayi.
Mendukung dan
berpartisipasi
dalam
kegiatan
Kesehatan
ibu dan bayi
Kurang
mendapatkan
prioritas
Kurang
Mendapatkan
motivasi dan fungsi
dalam
pengambilan
keputusan
Bertanggung
jawab untuk
menyampaikan
aspirasi
Wewenang
Kurang
berwewenang
dalam Memberikan
pelayanan non
klinis
Mengajak
keterlibatan pria
dalam menjamin
Kehamilan dan
persalinan yang
aman
Advokasi dan
penyuluhan.
Kurang ikut
berpartisipasi
dalam kegiatan
kesehatan
Kurang
Mendapatkan
informasi yang
akurat
Mendapatkan
informasi yang
akurat.
Mendapatkan
informasi yang
akurat.
Mendapatkan
informasi yang
akurat.
Sumberdaya
Kurang dimotivasi
dan difungsikan
dalam pelayanan
KIA
Rendahnya
penghasilan.
Minimnya
ketrampilan dan
kreatifitas untuk
menangkap
peluang
usaha
Masih sempitnya
ruang gerak LSM.
Keterbatasan
dana.
Kurangnya tenaga
ahli kesehatan.
Kurang meratanya
persebaran tenaga
kesehatan.
Masih minimnya
kepekaan aparat
desa terhadap apa
yang terjadi.
Kurang
pengetahuan.
Dana anggaran
yang
tersedia minim.
Pengambil
Keputusan
Mendukung
keputusan yang
salah
Dominasi suami
dalam
pengambilan
keputusan
* * *
Komunikasi
bu tidak mampu
atau berani
menyampaikan
pendapatnya
Suami tidak
mampu
berkomunikasi
dengan baik
*
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
* *
Pengemban Tugas
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.3
Matrix Kesenjangan Kapasitas Posyandu Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Masih kurang
bertanggung jawab
pelayanan
kesehatan
ibu dan bayi
Tidak bertanggung
jawab terhadap
Keberadaan suami
Tidak adanya
koordinasi diantara
kedua belah pihak
Masih kurangnya
koordinasi dalam
pengaturan tugas
dan fungsi
Wewenang
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi dan
kesehatan
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi
dan kesehatan
Tidak bermitra
Melibatkan
posyandu
dalam
pengumpulan
informasi dan data
yang akurat.
* * * *
Sumberdaya * * * * * * *
Pengambil
Keputusan* * * * * * * *
Komunikasi
Tidak terjalin
komunikasi
Tidak terjalin
komunikasi
Tidak terjalinnya
komunikasi yang
baik dalam hal
pemberian
penyuluhan
Masih ditemukan
belum sejalan
tugas
dan fungsi
Ruang gerak masih
sangat dibatasi
Ruang gerak
masih sangat
dibatasi
Tidak adanya
kesempatan untuk
ikut berkontribusi
Tidak adanya
kesempatan
untuk ikut
berkontribusi
Pengemban Tugas
Tidak adanya koordinasi diantara kedua belah pihak
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-4
Matrix Kesenjangan Kapasitas Poskesdes/Polindes/Bidan Desa Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Masih kurang
bertanggung jawab
pelayanan
kesehatan
ibu dan bayi
Tidak bertanggung
jawab terhadap
Keberadaan suami
Tidak adanya
koordinasi diantara
kedua belah pihak
Masih kurangnya
koordinasi dalam
pengaturan tugas
dan fungsi
Wewenang
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi dan
kesehatan
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi
dan kesehatan
Tidak bermitra
Melibatkan
posyandu
dalam
pengumpulan
informasi dan data
yang akurat.
Wilayah
kerja yang luas
Kewenangan
sama dengan
Kecamatan
Melaksanakan
kebijakan
Melaksanakan
aturan perda
SumberdayaTidak sebanding
dengan jumlah
sasaran
Tidak sebanding
dengan jumlah
sasaran
Tidak diberdayakan
Kurangnya tenaga
kesehatan (bidan
Perdesa)
Tidak cukup
per desa (Bidan
Desa)
Bagian integral
dari kecamatan
Tidak adanya
kesempatan
untuk ikut
berkontribusi
Tidak adanya
kesempatan
untuk ikut
berkontribusi
Pengambil
Keputusan
Membuat
rekomendasi
rujukan
Membuat
Persetujuan
Tidak melibatkan
LSM
Membuat Surat
Tugas
Melibatkan
Pemerintah
Desa
Membuat
Bahan untuk
koordinasi
Kualitas
layanan/kinerja
yang kurang
karena saran
yang kurang
memadai
*
Komunikasi
Kurang terjalin
komunikasi
Kurang terjalin
komunikasi
Tidak terjalinnya
komunikasi yang
baik dalam hal
pemberian
penyuluhan
Masih ditemukan
belum sejalan
tugas
dan fungsi
Ruang gerak masih
sangat dibatasi
Ruang gerak
masih sangat
dibatasi
Tidak adanya
kesempatan untuk
ikut berkontribusi
Tidak adanya
kesempatan
untuk ikut
berkontribusi
Pengemban Tugas
Tidak adanya koordinasi diantara kedua belah pihak
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.5
Matrix Kesenjangan Kapasitas Puskesmas Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Masih kurang
bertanggung jawab
pelayanan
kesehatan
ibu dan bayi
Tidak bertanggung
jawab terhadap
Keberadaan suami
Tidak adanya
koordinasi diantara
kedua belah pihak
Masih kurangnya
koordinasi dalam
pengaturan tugas
dan fungsi
Wewenang
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi dan
kesehatan
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi
dan kesehatan
Tidak bermitra
Melibatkan
posyandu
dalam
pengumpulan
informasi dan data
yang akurat.
Wilayah
kerja yang luas
Kewenangan
sama dengan
Kecamatan
Melaksanakan
kebijakan
Melaksanakan
aturan perda
SumberdayaTidak sebanding
dengan jumlah
sasaran
Tidak sebanding
dengan jumlah
sasaran
Tidak diberdayakan
Kurangnya tenaga
kesehatan (bidan
Perdesa)
Tidak cukup
per desa (Bidan
Desa)
Bagian integral
dari kecamatan* *
Pengambil
Keputusan
Membuat
rekomendasi
rujukan
Membuat
Persetujuan
Tidak melibatkan
LSM
Membuat Surat
Tugas
Melibatkan
Pemerintah
Desa
Membuat
Bahan untuk
koordinasi
* *
Komunikasi
Kurang terjalin
komunikasi
Kurang terjalin
komunikasi
Tidak terjalinnya
komunikasi yang
baik dalam hal
pemberian
penyuluhan
Masih ditemukan
belum sejalan
tugas
dan fungsi
Ruang gerak masih
sangat dibatasi
Ruang gerak
masih sangat
dibatasi
Tidak adanya
kesempatan untuk
ikut berkontribusi
Tidak adanya
kesempatan
untuk ikut
berkontribusi
Pengemban Tugas
Tidak adanya koordinasi diantara kedua belah pihak
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.6
Matrix Kesenjangan Kapasitas Rumah Sakit Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Ibu dan bayi Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas IbuOrang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
RSUD kurang
bertanggung jawab
kepada ibu-ibu
yang
menginginkan
keselamatan.
RSUD kadang
sewenang-wenang
kepada
pengunjung ibu
rawat jalan
maupun rawat inap
RSUD kurang
bertanggung jawab
kepada kepala
keluarga yang
menginginkan
keselamatan.
RSUD kadang
tidak memberikan
penjelasan kepada
kepala keluarga
terhadap ibu rawat
jalan maupun
rawat inap
Tanggung jawab
RSUD kurang
mampu
memberian
penjelasan
RSUD selalu tidak
mau diintervensi
lebih jauh
RSUD kurang
memperdayakan
petugas kesehatan
dan kurang
komunikati
RSUD kurang
komunikatif
terhadap
pemerintah Desa
perihal
persyaratan
administrasi
rujukan
RSUD kurang
komunikatif
terhadap
pemerintah
Kecamatan perihal
persyaratan
administrasi
rujukan
Kurang
koordinasi dan
tindak lanjut
keluhan
Kurang
koordinasi dan
tindak lanjut
keluhan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3.2 Analisis Kesenjangan Kapasitas Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu
dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Tabel 5-7
Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Ibu kurang mampu
melaksanakan
tugas sebagai ibu
rumah tangga
Ibu kadang
melaksanakan
kegiatan diluar
wewenangnya,
Kurang dapat
mengambil
keputusan dalam
pemenuhan hak
ibu dan bayi
Ibu tidak
mengantar
bayi di Posyandu
Ibu tidak terlibat
dalam kegiatan
posyandu
Ibu tidak
mengantar bayi
Ibu tidak terlibat
dalam kegiatan
poskesdes
Ibu tidak selalu ke
Puskesmas untuk
memeriksaan diri
dan bayinya
Ibu tidak mampu
menindak lanjuti
arahanarahan
puskesmas
Ibu tidak siap di
periksa dan
dirawat di RUSD
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-8
Matrix Kesenjangan Kapasitas Bapak Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Bapak kurang
bertanggung jawab
terhadap peran ibu
sebagai ibu rumah
tangga Pengambil
keputusan
sepenuhnya
dilakukan Bapak
Bapak dan ibu
kurang komunikatif
Bapak kurang
terlibat dengan
keluarga besar dan
masyarakat
disekitarnya.
Bapak tidak
mempunyai
wewenang untuk
ikut dalam
kegiatan
kemasyarakatan
Bapak tidak terlibat
dalam kegiatan
posyandu.
Tidak mengetahui
pentingnya ibu dan
anak terlibat dalam
kegiatan posyandu
Bapak tidak terlibat
dalam kegiatan
poskesdes
Tidak mengetahui
pentingnya ibu dan
anak terlibat dalam
kegiatan
Poskesdes
Tidak masuk dalam
kepengurusan
Poskesdesa
Bapak tidak
bersikap sebagai
Suami SIAGA
Bapak tidak terlibat
sebagai Suami
SIAGA
Tidak terlibat
dalam keputusan-
keputusan
Puskesmas
Bapak tidak tercata
di Rekam medic
puskesmas.
Bapak sebagai
kepala Keluarga
tidak mampu
membuat
keputusan
gawat darurat
Bapak tidak
mempunyai
komunikasi yang
baik dengan RSUD
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-9
Matrix Kesenjangan Kapasitas LSM/Stakeholders Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
* Masalah ibu belum
dianggap sebagai
masalah yang
mendesak
diselesaikan
(perspektif gender
yang masih kurang)
* Kurang melibatkan
ibu (dari keluarga
miskin) dalam
kegiatan
* Kurang melibatkan
keluarga miskin dalam
proses pengambilan
keputusan di
lingkungan
masyarakat
* Tingkat Kepedulian
sebagaian kelompok
terhadap keluarga
miskin yang masih
kurang
* Kurang memahami
kebutuhan keluarga
miskin (pemilik
kepentingan)
* Belum menjalin
kerjasama dengan
kader posyandu
* Kurang terjalin
komunikasi dengan
baik
* Kurang Integrasi
dan koordinasi
* Kurang Koordinasi
dan Komunikasi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-10
Matrix Kesenjangan Kapasitas Petugas Kesehatan Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
* Tidak bisa
menjangkau semua
ibu dan bayi karena
kondisi geografis dan
jumlah tenaga
kesehatan yang
sangat terbatas.
* Data tentang ibu dan
bayi yang tidak
tersedia/tidak akurat
* Tidak melibatkan ibu
usia produktif
khususnya dari
keluarga miskin dalam
proses pengambilan
keputusan
* Layanan kesehatan
ke Ibu dan bayi yang
kurang maksimal
(kualitas layanan)
karena keterbatasan
fasilitas
* Tidak bisa
menjangkau semua
keluarga miskin
karena kondisi
geografis
* Data tentang
keluarga miskin tidak
akurat (by name and
by address)
* Tidak melibatkan
keluarga miskin
dalam proses
pengambilan
keputusan
* Layanan kesehatan
ke keluarga miskin
kurang maksimal
(kualitas layanan)
* Koordinasi dan
komunikasi dengan
kader kurang
maksimal
* Kadang tidak hadir
dalam kegiatan
posyandu
* Kadang tidak ada di
tempat kerja (sering
pulang ke
kampungnya/bukan
warga setempat)
* Jumlah petugas
kesehatan pada
setiap
POSKEDES/POLINDES
sangat terbatas
(biasanya hanya 1
orang)
* Tidak memberikan
data Ibu dan Bayi
secara akurat
* Jarak desa dengan
puskesmas yang
jauh sehingga
komunikasi dan
koordinasi kurang
maksimal
*Kondisi jaringan
transportasi yang
kurang memadai
sehingga
komunikasi dan
koordinasi kurang
maksimal
* Jarak desa
dengan puskesmas
yang jauh sehingga
komunikasi dan
koordinasi kurang
maksimal
* Kondisi jaringan
transportasi dan
Komunikasi yang
kurang memadai
sehingga komunikasi
dan koordinasi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-11
Matrix Kesenjangan Kapasitas Desa Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
* Tidak bisa
menjangkau semua
ibu dan bayi karena
kondisi geografis
* Data tentang ibu
dan bayi yang tidak
tersedia/tidakakurat
* Tidak melibatkan ibu
usia produktif
khususnya dari
keluarga miskin
dalam proses
pengambilan
keputusan
* Tidak bisa
menjangkau
semua keluarga
miskin karena
kondisi geografis
* Data tentang
keluarga miskin
tidak akurat (by
name and by
address)
* Tidak melibatkan
keluarga miskin
dalam proses
pengambilan
keputusan
* Tidak menyediakan
sarana posyandu
yang memadai
* Jumlah posyandu
yang tersedia tidak
sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
(jumlah penduduk
dan luas
wilayah/kondisi
geografis)
* Kurang melakukan
koordinasi dengan
baik
* Dokumen
perencanaan di
tingkat desa tidak
memetakan
kebutuhan terkait
dengan sarana dan
prasarana
POSKEDES/POLINDES
* Tidak memberikan
data Ibu dan Bayi
secara akurat
* Jarak desa dengan
puskesmas yang jauh
sehingga komunikasi
dan koordinasi kurang
maksimal
* Kondisi jaringan
transportasi yang
kurang memadai
sehinggakomunikasi
dankoordinasi kurang
maksimal
* Kurang
memaksimalkan
potensi warga untuk
menjadi warga siaga
* Jarak desa dengan
RSUD yang jauh
sehingga komunikasi
dan koordinasi
kurang maksimal
* Kondisi jaringan
transportasi dan
komunikasi yang
kurang memadai
sehingga komunikasi
dan koordinasi kurang
maksimal
* Kurang
memaksimalkan
potensi warga untuk
menjadi warga siaga
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-12
Matrix Kesenjangan Kapasitas Kecamatan Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Kecamatan tidak
punya data base
tentang ibu dan
bayi.
Kecamatan kurang
mempunyai sumber
daya dalam
memenuhi hak ibu
dan bayi
Kecamatan tidak
punya data base yang
update tentang
keluarga dan
masyarakat
Kurang mengkoordinir
keluarga dan
masyarakat
Kurang
memaksimalkan
(memberdayakan)
potensi keluarga dan
masyarakat
Tidak ada struktruk
yang jelas tentang
tentang tanggung
jawab dan wewenang
Kecamatan tentang
keberadaan
posyandu.
Hasil kegiatan
posyandu kurang
ditindak lanjuti.
Tidak ada struktruk
yang jelas tentang
tentang tanggung
jawab dan wewenang
Kecamatan tentang
keberadaan
poskesdes.
Hasil kegiatan
poskesdes kurang
ditindak lanjuti atau
kurang berkelanjutan
Tidak ada struktruk
yang jelas tentang
tanggung jawab dan
wewenang antara
kecamatan dan
puskesmas terhadap
pembangunan
kesehatan kecamatan
Kecamatan kurang
menindak lanjuti
upayah-upaya yang
dilakukan puskesmas
Kecamatan kurang
koordinasi dengan
RSUD
Kecamatan kurang
membangun
hubungan yang
jelas dengan
RSUD.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-13
Matrix Kesenjangan Kapasitas Kabupaten (Pemda) Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Tanggung jawab
dan wewenang pemda
tidak sampai
terjabarkan kepada
ibu dan bayi.
Aturan pemda tentang
Hak ibu dan bayi akan
kesehatan tidak
sampai.
Tanggung jawab dan
wewenang pemda
tidak sampai
terjabarkan kepada
keluarga dan
masyarakat
Aturan pemda
tentang Hak ibu dan
bayi akan kesehatan
tidak sampai.
Pemda cenderung
lebih memberikan
insentif Kader dari
pada memberdayakan
posyandu.
Pemda tidak
mengetahui hasilhasil
kegiatan
posyandu
Pemda kurang
menjadikan
Poskesdes sebagai
wadah masyarakat
untuk
mengembangkan
kesehatan desa
Pemda kurang
menempatkan
tugas dan tanggung
jawab puskesmas
seperti hal Kecamatan
yang mempunyai
wilayah kerja yang
sama
Pemda lambat
dalam
mengembangkan
RSUD yang peduli
akan hal ibu dan
bayi.
Pemda kurang
menfasilitasi RSUD
untuk berhuhubungan
dengan Rumah Sakit
lainnya dan
masyarakatnya
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-14
Matrix Kesenjangan Kapasitas DPRD Sebagai Pengemban Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu dan Bayi atas Kesehatan dan Kesejahteraan
Kapasitas Ibu dan BayiKeluarga dan
MasyarakatPosyandu
POSKESDES/
POLINDES/
BIDAN DESA
Puskesmas RSUD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
DPRD kurang
memberikan porsi
Anggaran yang layak
untuk ibu dan bayi
DPRD kurang
mengawasi dan
menindaklanjuti
permasalah kesehatan
dan kesejateraan ibu
dan bayi
DPRD lambat
membuat aturan
tentang kesehatan
dan
kesejahteraan ibu dan
bayi
DPRD kurang
memberikan porsi
Anggaran yang layak
pengembangan
keluarga dan
masyarakat
DPRD kurang
mengawasi dan
menindaklanjuti
permasalahan
keluarga
DPRD lambat
membuat aturan
tentang keluarga
yang peduli terhadap
gizi dan kesehatan
DPRD tidak
memberikan porsi
anggaran untuk
kemandirian
Posyandu.
DPRD tidak
mengetahui hasil-
hasil kegiatan
posyandu
DPRD kurang menjadi
Poskesdes sebagai
wadah masyarakat
untuk
mengembangkan
kesehatan desa dan
sumber informasi
pengawasan,
penganggaran dan
legislasi.
DPRD kurang
menempatkan tugas
dan tanggung jawab
puskesmas seperti hal
Kecamatan yang
mempunyai wilayah
kerja yang sama dalam
aturan legislatif,
anggaran dan
pengawasan yang
dibuat.
DPRD lambat dalam
mendukung RSUD
yang peduli akan hal
ibu dan bayi.
Pemda kurang
menfasilitasi RSUD
untuk berhuhubungan
dengan Rumah Sakit
lainnya dan
masyarakatnya
sebagai bagian dari
fungsi
pengawasannya
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3.3 Analisis Kesenjangan Kapasitas Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas
Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Tabel 5-15
Matrix Kesenjangan Kapasitas Balita Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Orang Tua (Ibu)Orang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Balita dalam
menyampaian Hak-
haknya tidak
dimengerti oleh
ibu akan
kebutuhan gizi dan
kesehatan serta
kesejateraaannya
Masih banyak
balita
yang gizi kurang
dan mempunyai
gangguan
kesehatan yang
tidak dimengerti
ibu
Balita dalam
menyampaian Hak-
haknya tidak
dimengerti oleh
ibu akan
kebutuhan gizi dan
kesehatan serta
kesejateraaannya
Masih banyak
balita yang gizi
kurang dan
mempunyai
gangguan
kesehatan yang
tidak dimengerti
bapaknya
Banyak Balita
tidak mempunyai
kemampuan
tumbuh kembang
kurang
diperhatikan oleh
orang-orang yang
berkepentingan
Banyak Balita
tidak mempunyai
kemampuan
tumbuh kembang
kurang
diperhatikan dan
ditindak lanjuti
oleh petugas
kesehatan
Balita yang gizi
kuang dan buruk
serta adanya
gangguan
kesehatan kurang
diperhatikan dan
ditindak lanjuti
pemdes
Balita yang gizi
kuang dan buruk
serta adanya
gangguan
kesehatan kurang
diperhatikan dan
ditindak lanjuti
Kecanatan
Hak yang diminta
balita untuk
dilindungi kurang
ditindak lanjuti
Hak yang diminta
balita untuk
dilindungi kurang
ditindak lanjuti
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-16
Matrix Kesenjangan Kapasitas Keluarga Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
KapasitasOrang Tua
(Ibu)
Orang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Tidak membantu
dan memberikan
waktu yang lebih
banyak dalam
mengurus rumah
tangga
Tidak memimpin ,
memperhatikan
dan menjamin
pemenuhan
kebutuhan hidup
keluarga
Tidak memberikan
bimbingan/konseli
ng keluarga
mengenai
kesehatan ibu dan
anak.
Tidak memberikan
pelayanan
kesehatan yang
cepat,tepat dan
memadai tanpa
pilih2 status
pasien.
Tidak memberikan
bantuan secara
adil.
Melakukan
pendampingan.
Tidak memberikan
kemudahan dalam
pelayanan
administrasi
kepemerintaha
Tidak memberikan
kemudahan dalam
pelayanan
administrasi
kepemerintaha
Tidak membuat
peraturan atau UU
yang pro rakyat.
Wewenang
Tidak menyajikan
asupan makanan
yang bergizi.
Memperhatikan
kesehatan dan
tumbuh kembang
anak
Tidak memberikan
nafkah yang
mencukupi
kebutuhan hidup
minimal
Tidak adanya
advokasi dan
penyuluhan.
Tidak memberikan
pengobatan.
Mendapatkan
imbalan jasa dari
apa yang telah
dilakukan
Tidak
mendapatkan
informasi yang
akurat.
Tidak
mendapatkan
informasi yang
akurat.
Tidak
mendapatkan
informasi yang
akurat.
Tidak
mendapatkan
informasi yang
akurat.
Sumberdaya
Pengetahuan yang
terbatas.
Waktu untuk
memperhatikan
keluarga tidak
cukup karena
harus bekerja
Rendahnya
penghasilan.
Minimnya
ketrampilan dan
kreatifitas untuk
menangkap
peluang usaha
Masih sempitnya
ruang gerak LSM.
Keterbatasan
dana
Kurangnya tenaga
ahli kesehatan.
Kurang meratanya
persebaran tenaga
kesehatan
Masih minimnya
kepekaan aparat
desa terhadap apa
yang terjadi.
Kurang
pengetahuan.
Dana anggaran
yang tersedia
minim
Pengambil
Keputusan
Istri diabaikan
dalam mengambil
keputusan
keluarga
Dominasi suami
dalam
pengambilan
keputusan
- - -
Komunikasi
Istri tidak mampu
atau berani
menyampaikan
pendapatnya
Suami tidak
mampu
berkomunikasi
dengan baik
-
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
Tidak mampu
memberikan
informasi yang
akurat
- -
Pengemban Tugas
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-17
Matrix Kesenjangan Kapasitas Posyandu Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
KapasitasOrang Tua
(Ibu)
Orang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi
Tidak memberikan
informasi secara
akurat mengenai
pentingnya gizi
Tidak adanya
koordinasi diantara
kedua belah pihak
Masih kurangnya
koordinasi dalam
pengaturan tugas
dan fungsi
Wewenang - - -
Melibatkan
posyandu dalam
pengumpulan
informasi dan data
yang akurat.
- - - -
Sumberdaya - - -
Kurangnya
ketersediaan
tenaga ahli
kesehatan
- - - -
Pengambil
Keputusan- - - - - - - -
KomunikasiTidak terjalin
komunikas
Tidak terjalin
komunikas
Tidak terjalinnya
komunikasi yang
baik dalam hal
pemberian
penyuluhan
Masih ditemukan
belum sejalan
tugas dan fungsi
Ruang gerak
masih sangat
dibatasi
Ruang gerak
masih sangat
dibatasi
Tidak adanya
kesempatan untuk
ikut berkontribusi
Tidak adanya
kesempatan untuk
ikut berkontribusi
Pengemban Tugas
Tidak adanya koordinasi diantara kedua belah pihak
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-18
Matrix Kesenjangan Kapasitas Puskesmas Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Orang Tua (Ibu)Orang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Tidak mampu
memberikan
penyadaran
kesehatan seluruh
ibu dan Tidak
mampu
menjangkau
seluruh ibu d
wilayah nya.
Karena kurang
sumber daya
kesehatan, dan
menganggap ibu
tidak mempunyai
kesadaran
Tidak mampu
memberikan
penyadaran
seluruh Kepala
Keluarga dan
Tidak mampu
menjangkau dan
menggerakan
seluruh kepala
keluarga di wilayah
nya karena
terbatasnya
sumber daya
Tidak mampu
menjalin
kemitraan
yang
berkelanjutan,
tidak merasa
berwewenangan
dan kurang
koordinasi serta
keputusan yang
dibuat berbeda.
Puskesmas tidak
mampu
menciptakan
budaya kerja yang
baik dan benar
Puskesmas tidak
dapat berbagi
tanggung jawab
dan tidak
berwewenang
terhadap peran
pemdes terhadap
upaya perbaikan
gizi
Tidak
jelaspembagian
tugas dan
wewenang dalam
pembangunan
kesehatan
kecamatan
Tidak mampu
melaksanakan
tugas secara
mandiri karena
sebagain ditangani
oleh kabupaten,
Tidak mampu
melaksanakan
tugas secara utuh
karena ketiadaan
aturan yang tegas.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-19
Matrix Kesenjangan Kapasitas Dinas Kesehatan Sebagai Pemegang Klaim Dalam Rangka Menuntut Hak-Haknya Kepada Pengemban Tugas Dalam Kaitannya Dengan Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Orang Tua (Ibu)Orang Tua
(Bapak)
Stakeholders
(LSM/Ormas)
Petugas
KesehatanPem. Desa Pem. Kecamatan
Pem. Kabupaten
(Bappeda/DinKes)DPRD
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Tidak mampu
menyediakan data
real jumlah ibu,
kurang sumber
daya dalam
komunikasi dalam
upaya peningkatan
pendidikan gizi ibu
Tidak mampu
menyediakan data
jumlah kepala
keluarga dan
tercatat dalam data
base kesehatan
dalam upaya
peningkatan
keluarga sadar gizi
Pembagian peran
yang belum baik,
koordinasi yang
tidak maksimal
untuk
mempercepat
upaya-upaya
perbaikan gizi
Kurang
pemantanpan
sistem
pembangunan
kesehatan dan
perbaikan gizi
terutama sistem
kewaspadaan
pangan dan giz
Tidak mampu
menjadi
pemerintah desa
sebagai bagaian
dari komponen
pembangunan
kesehatan dan gizi
tingkat desa
Tidak mampu
menjadi
pemerintah
Kecamatan
sebagai bagaian
dari komponen
pembangunan
kesehatan dan
perbaikan gizi
tingkat Kecamatan
Kurang menajlin
kerja sama
horizontal dalam
mempercepat
upaya perbaikan
gizi
Kurang menajlin
kerja sama
horizontal dalam
mempercepat
upaya perbaikan
gizi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
5.3.4 Analisis Kesenjangan Kapasitas Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak
Atas Perbaikan Gizi
Tabel 5.20
Matrix Kesenjangan Kapasitas Ibu Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Ibu tidak mampu
melihat gangguan
tumbuh kembang
balita, dan tidak
merasa
berwewenang
untuk melaporkan
kepada pihak-
pihak tertentu
Ibu tidak mampu
menuntuk keluarga
dalam
pemenuhan gizi
anak
Ibu tidak sadar
bahwa
posyandu dapat
menjadikan anak
sehat
Ibu tidak
mempunyai
kemampuan
bahwa
ia adalah sasaran
puskesmas dalam
pendidikan gizi
Ibu tidak
mempunyai
kemampuan
melaporkan
sebagai bagian dari
data real
perbaikan gizi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.21
Matrix Kesenjangan Kapasitas Bapak Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Bapak tidak
mampu melihat
gangguan tumbuh
kembang
balita, dan tidak
merasa
berwewenang
untuk melaporkan
kepada pihak-
pihak tertentu
Bapak tidak
mampu
menuntuk
keluarganya
yang lain dalam
pemenuhan gizi
anak
Bapak tidak sadar
bahwa posyandu
dapat menjadikan
anak sehat dan
menuntut bahwa
posyandu harus
memperhatikan
upaya perbaikan
gizi
Bapak tidak
mempunyai
kemampuan
bahwa
ia adalah sasaran
kepala keluarga
dalam kegiatan gizi
puskesmas
Bapak tidak
mempunyai
kemampuan
melaporkan ia
adalah kepala
keluarga bagian
dari data real
perbaikan gizi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.22
Matrix Kesenjangan Kapasitas LSM/Stakeholders Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Balita Tidak
diintervensi
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Wewenang
Tidak memberikan
bantuan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
penguatan
kapasitas
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Sumberdaya
Tidak adanya
survey lapangan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Pengambil
Keputusan- - - -
Tidak adanya
advokasi
Komunikasi -
Tidak adanya
konseling dan
penyuluhan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
penguatan
informasi
Tidak adanya
kordinasi dan
komunikasi
Pengemban Tugas
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-23
Matrix Kesenjangan Kapasitas Petugas Kesehatan Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Tidak semua balita
menjadi binaan
gizi, tidak
mengetahui
kejadian gizi
kurang dan buruk.
Tidak semua
keluarga menjadi
sasaran keluarga
sadar gizi dan tidak
mengetahui ada
keluarga yang tidak
mampumemenuhi
kebutuhan gizi
balitanya
Petugas tidak
mampu
mengkoordinir
kebutuhan
posyandu dalam
upaya memenuhi
upaya perbaikan
gizi balita dan ibu
hamil
Petugas tidak
mampu menindak
lanjuti kebutuhan
gizi sasaran
diwilayah
puskesmas
Petugas tidak
mampu menindak
lanjuti kebutuhan
gizi sasaran
diwilayah
puskesmas
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5-24
Matrix Kesenjangan Kapasitas Desa Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Tidak adanya
intervensi
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Wewenang
Tidak memberikan
bantuan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
penguatan
kapasitas
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Sumberdaya
Tidak adanya
survey lapangan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
advokasi
Tidak adanya
advokasi
Pengambil
Keputusan- - - -
Tidak adanya
advokasi
Komunikasi -
Pengemban
Tugas
Tidak adanya
pendampingan
Tidak adanya
penguatan
informasi
Tidak adanya
kordinasi dan
komunikasi
Pengemban Tugas
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.25
Matrix Kesenjangan Kapasitas Kecamatan Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Kecamatan tidak
menyadari bahwa
balita berhak
dipenuhi
kebutuhan gizinya
Kecamatan tidak
menyadari bahwa
masih ada keluarga
yang tidak
terpenuhi
kebutuhan pangan
dan gizinya
Kecamatan tidak
menyadai bahwa
posyandu bukan
milik Kesehatan
Kecamatan tidak
menyadari bahwa
tanggung jawab
Puskesmas adalah
seluruh wilayah
kecamatan
Kecamatan tidak
menyadari
bahwa upaya
perbaikan gizi
adalah tanggung
jawabnya
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.26
Matrix Kesenjangan Kapasitas Kabupaten Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
Pemkab tidak
menyadari
bahwa memenuhi
kebutuhan
gizi anak adalah
investasi masa
depan. Kurang
mampu
menggerakan
masyarakat untuk
peduli terhadap
gizi balita
Pemkab kurang
memperhatikan
keluarga yang
kurang pangan dan
gizi, terutama yang
tidak terdata
Pemkab lebih
mementingkan
insentif kader
posyandu dari pada
memandirikan
posyandu
Pemkab belum
mampu
memberikan
anggaran gizi
puskesmas untuk
keseluruhan
sasaran gizi
Pemkab belum
sepenuhnya
menanggung
kebutuhan paket
gizi buruk dan
kurang pada
keluarga tidak
mampu
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
Tabel 5.27
Matrix Kesenjangan Kapasitas DPRD Sebagai Pemegang Tugas Terhadap Pemegang Klaim Dalam Masalah Terpenuhinya Hak Anak Atas Perbaikan Gizi
Kapasitas Balita Keluarga Posyandu PUSKESMAS DinKes
Tanggung Jawab
Wewenang
Sumberdaya
Pengambil
Keputusan
Komunikasi
Pengemban Tugas
DPRD belum
menetapkan
peraturan daerah
tentang
perlindungan pada
balita yang
mengalami gizi
buruk, kurang
menganggap anak
sebagai generasi
penerus cita-cita
bangsa.
DPRD kurang
peduli
terhadap
pemberdayan
keluarga mandiri
sadar gizi, Kurang
mengetahui
keluarga
mempunyai tugas
yang besar untuk
memenuhi
gizi anak.
DPRD kurang
mengarahkan
Posyandu
untuk mandiri,
lebih
mementingkan
insentif kader, dari
pada insentif
posyandu.
wilayah kerja
program gizi dan
kesehatan
Puskesmas seluruh
desa/kel kurang
ditanggapi sebagai
tanggung jawab
yang besar
DPRD kurang
mendukung
kebutuhan paket
gizi buruk
dan kurang pada
keluarga
tidak mampu
sebagai dana
rutin yang setiap
saat dapat
digunakan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Analisis Ibu dan Anak (ASIA) TAHUN ANGGARAN 2015
6.1 Kesimpulan
Dari hasil Analisis Situasi Ibu dan Anak di Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015
dapat disimpulkan masih ada beberapa indikator yang terkait dengan dengan
kondisi ibu dan anak yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar dapat
meminimalisir permasalahan ibu dan anak di Kabupaten Pesisir Barat.
Adapun rekomendasi berdasarkan hasil Analisis Situasi Ibu dan Anak tahun 2015 :
Meningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak dengan beberapa
kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
dalam bentuk; amanah persalinan, pelacakan kasus kematian ibu/bayi, serta
AMP non klinik.
Mengurangi gizi buruk dan kurang (kekurangan gizi) bagi ibu dan balita
melalui program perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan-kegiatan;
penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi; Pemberian tambahan
makanan dan vitamin; penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia
gizi besi, GAKY, kurang Vit. A & kekurangan zat gizi mikro lain yang terdiri
dari kegiatan penanggulangan GAKY dan anemia gizi serta penanggulangan
kekurangan vitamin A; Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga
sadar gizi yang mencakup pada pelatihan kader posyandu baru
Membuat matriks usulan aksi kunci terkait dengan matrik kesenjangan dalam
hal hak kesejahteraan bagi ibu dan anak serta hak perbaikan gizi bagi anak.
BAB 6 P E N U T U P
top related