penyelidikan geologi dan geokimia di daerah panas bumi
Post on 19-Jan-2017
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SANGALLA-MAKALE
KABUPATEN TANATORAJA – SULAWESI SELATAN
Yuanno Rezky, Kasbani, Dedi Kusnadi
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
ABSTRAK Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Makale disusun oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir. Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk batuan vulkanik berumur Kuarter. Sebaran morfologi terjal yang berpuncak tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik, sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial. Manifestasi panas bumi terdiri dari 3 mata air panas Makula 1, Makula 2 dan Makula 3, lokasinya berdekatan, pada elevasi (800, 830 dan 860 m dpl), temperatur tertinggi hanya 43.6 oC pada temperatur udara 22.1oC, pH air netral (pH= 7.7-8.1), debit air hanya 1 L/detik, sedangkan di bagian barat daya di luar peta lokasi penyelidikan terdapat air panas Bera dengan temperatur hanya 35.8 oC, pada temperatur udara 30.4 oC. tidak terdeteksi adanya gas hidrotermal ataupun hembusan uap panas. Secara umum struktur yang berperan mengontrol sistem panas bumi daerah ini berupa Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang mungkin telah ter-rejuvenasi dan membentuk struktur muda di daerah ini. Air panas di daerah ini termasuk tipe air klorida. Temperatur bawah permukaan diperkirakan 110 oC berdasarkan geotermometer termasuk tipe temperatur rendah sehingga konsentrasi, temperatur dan CO2, cenderung kearah bagian tengah, yaitu lokasi mata air panas makula, dengan pH netral. Sistem panas bumi di daerah penyelidikan Sangalla Makale, kemungkinan tipe vulkanik, diindikasikan oleh masih terdeteksinya konsentrasi Fluorid (2 mg/L. 1. PENDAHULUAN
Panas bumi merupakan salah satu energi alternatif yang memiliki banyak kelebihan untuk dikembangkan. Selain cadangan yang sangat besar di Indonesia, panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan relatif murah untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik maupun manfaat langsung lainnya. Berdasarkan data potensi yang ada di Pusat Sumber Daya Geologi, daerah Sangalla Makale mempunyai beberapa lokasi manifestasi panas bumi. Daerah panas bumi Sangalla Makale dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak pada koordinat 3o1’59.96”-3o9’59.94” LS dan 119o50’58.85”-119o58’58.96”BT, dengan luas 15 x 15 km²
2. HASIL PENYELIDIKAN 2.1 Geologi Regional Bemmelen (1949) dalam laporannya menyebutkan bahwa: di bagian utara Sulawesi Selatan terdapat rangkaian pegunungan dengan puncak tertinggi adalah G. Tentolomatinan dengan ketinggian 2.207 m sedangkan pegunungan di selatan Sulawesi Selatan yang tertinggi adalah G. Nunuka (1.606 m). Palung Sulawesi Selatan terletak di pantai selatan dan diantara Minahasa dan Sulawesi Selatan dengan maksimum kedalaman antara – 4.180 m, dimana lantai laut mengarah ke barat pada Gulf Sulawesi Selatan setinggi kurang dari 2000 m. Diantara bagian barat Gulf Sulawesi Selatan dan palung Sulawesi Selatan di timur terdapat suatu punggungan bawah permukaan (median sub marine) dan atol (barier reef) yang sedang terbentuk dan tumbuh terus diatasnya.
Penyelidikan pendahuluan Direktorat Geologi pada tahun 1975 menyebutkan bahwa geologi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
daerah Sangalla-Makale pada umumnya tersusun dari batuan terobosan (granodiorit) dan Sedimen Miosen Tengah. Batuan terobosan terutama granit menempati daerah yang sangat luas di Kabupaten Tana Toraja. Tidak ada kegiatan volkanik aktif di sekitar daerah ini. Sumber panas diduga berkaitan dengan batuan intrusi granodiorit. 2.2 Geologi 2.2.1 Morfologi Daerah Penelitian Pembagian geomorfologi di daerah penyelidikan berdasarkan bentang alamnya, yang meliputi sudut kemiringan lereng (slope), elevasi, pola aliran sungai dan tingkat erosi serta kelompok batuan, maka dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi yaitu: satuan Perbukitan Terjal, satuan Kerucut Gunungapi, satuan Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang dan satuan Pedataran. 1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, menempati bagian barat dan timur, mencakup 60% dari daerah penyelidikan, batuannya adalah Satuan Batugamping Tersier. Pola aliran sungainya berpola semi dendritik. Pola tersebut dipengaruhi oleh struktur geologi (lipatan) yang berpengaruh kepada bentuk pola aliran sungai. Lembah sungai di hulu mencirikan stadium muda. 2. Satuan Morfologi Perbukitan Vulkanik Satuan Morfologi Perbukitan Vulkanik, menempati bagian tengah dan timurlaut daerah penyelidikan, mencakup 11 % luas wilayah penyelidikan. Di bagian tengah kerucut gunungapi ini terdapat Bukit Kaero, sedangkan di bagian timurlaut terdapat kerucut gunungapi Bukit Buntang batuannya adalah satuan lava. Pola aliran sungai mencirikan stadium muda, sangat dipengaruhi oleh pola kerucut. 3. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Satuan morfologi Perbukitan Bergelombang, menempati bagian baratlaut dan tenggara, mencakup 22 % dari wilayah penyelidikan, batuannya adalah satuan batuan sedimen batupasir batulempung dan batulanau. Pola aliran sungai di daerah sini berpola semi dendritik (setengah bercabang/mendaun). Lembah sungai mencirikan stadium erosi yang relatif dewasa, sangat dipengaruhi oleh struktur perlipatan dan beda kekerasan batuan.
4. Satuan Morfologi Pedataran Satuan morfologi Pedataran menempati bagian utara dan sedikit dibagian barat. Daerah ini mencakup 7 % wilayah penyelidikan, batuannya adalah satuan aluvium (Qal). Pola aliran sungainya berpola semi mendaun (sub - dendritik). Lembah sungai mencirikan stadium erosi yang relatif dewasa. Pola aliran sungai tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuan aluvium yang mengimbas kepada bentuk pola aliran sungainya. 2.2.2. Stratigrafi daerah penyelidikan Stratigrafi daerah Sangalla disusun berdasarkan hubungan relatif antara masing-masing satuan/ unit batuan. Penamaannya didasarkan kepada jenis batuan, mekanisme, genesa pembentukan batuan dan pusat erupsi. Hasil penyelidikan lapangan, batuan di daerah Penyelidikan dikelompokkan menjadi 12 satuan.
1. Satuan batulempung sisipan batupasir dan breksi (Tels) Satuan ini tersingkap baik di daerah Makale sebelah barat daerah penyelidikan terutama pada sungai utama makale. Satuan batuan ini tersusun atas batulempung bersisipan batupasir dan breksi, setempat ditemukan serpih. Batulempung berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir lempung yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Sakala (Tmps) yang berumur Eosen. Batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan ini luasnya ± 20% dari luas daerah penyelidikan. 2. Satuan batugamping (Togp) Satuan batuan Togp merupakan batugamping, dapat diamati dengan baik di banyak lokasi terutama di bukit-bukit bagian barat daerah penyelidikan, daerah Pakambang, Mendetek, Maruang, Lea, Rantelemo, Maraung, dan Sassa. Batuan tersebut meliputi luas ± 12 % dari wilayah daerah penyelidikan, dengan ketebalan mencapai 3 kilometer. Batuan ini menindih selaras satuan batulempung (Tels). Karakteristik megaskopik: segar, abu - abu terang, keputihan hingga kekuningan, kompak,
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
keras, setempat mengalami dolomitisasi, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil moluska dan foram. Umurnya adalah Eosen Atas sampai Oligosen. 3. Satuan batupasir sisipan batulanau dan batulempung (Tmlp) Satuan ini tersingkap baik di daerah Songgo (ST33-ST34) bagian tengah daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir bersisipan batulanau dan batulempung, setempat ditemukan serpih. Batupasir berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Date atau Formasi Riu (Tomd) yang berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Batuan ini luasnya ± 11% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batugamping (Togp), memiliki ketebalan mencapai 1370 meter. 4. Satuan batugamping (Tmgl) Satuan batuan Tmgl merupakan batugamping, dapat diamati dengan baik di bukit-bukit bagian timurlaut daerah penyelidikan, daerah Batan, Buntudengan, Ledo. Batuan tersebut meliputi luas ± 20 % dari wilayah daerah penyelidikan, dengan ketebalan mencapai 1,8 kilometer. Batuan ini menindih selaras satuan batupasir (Tels). Karakteristik megaskopik: segar, abu - abu terang, keputihan hingga kekuningan, kompak, keras, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil numulites, moluska dan foram. Umurnya adalah Miosen tengah. 5. Satuan batupasir konglomeratan (Tmk) Satuan ini tersingkap baik di daerah Pasang dan Awa (ST35-ST36) bagian tenggara daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir konglomeratan. Batupasir berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Toraja (Tets) yang berumur Miosen tengah. Batuan ini luasnya ± 8% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batupasir sisipan batulanau batulempung (Tmpl) dan menjemari dengan satuan batugamping (Tmgl), memiliki ketebalan mencapai 1800 meter.
6. Satuan batupasir kuarsa (Tmpk) Satuan ini tersingkap baik di daerah bagian timur daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir dengan komposisi kuarsa yang dominan. Batupasir berwarna abu-abu terang kekuningan dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Toraja (Tets) yang berumur Miosen tengah. Batuan ini luasnya ± 6% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batupasir konglomeratan (Tmk) yang menjemari dengan satuan batugamping (Tmgl), memiliki ketebalan mencapai 800 meter. 7. Satuan batugamping, serpih kemerahan, serpih napalan kelabu (Tmgn) Satuan batugamping, serpih kemerahan, serpih napalan kelabu (Tmgn) berada di tenggara daerah penyelidikan. Batuannya batugamping dengan sisipan serpih dan serpih napalan seluas ± 5 % dari daerah penyelidikan.. Satuan Tmgn tersingkap baik di daerah rantepao, sebelah timur daerah penyelidikan. Karakteristik megaskopik: segar, abu - abu terang, keputihan hingga kekuningan, kompak, keras, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil numulites, moluska dan foram. Umurnya adalah Miosen atas sampai Pliosen bawah. 8. Satuan Kubah lava Buntang (Tlbg) Satuan Kubah lava Buntang (Tlbg) terletak di bagian baratlaut daerah penyelidikan. Batuannya berupa lava andesitik seluas ± 2% dari luas daerah penyelidikan. Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu gelap, afanitik, kompak, keras. Fenokris berupa mineral plagioklas, piroksen, hornblende dan gelas. Umur lava Buntang (Tlbg) diperkirakan Pliosen. 9. Satuan lava Buntao (Tlbo) Satuan Kubah lava Buntao (Tlbo) terletak di bagian timurlaut daerah penyelidikan. Batuannya berupa lava andesitik seluas ± 4% dari luas daerah penyelidikan. Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu gelap, afanitik, kompak,
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
keras. Fenokris berupa mineral plagioklas, piroksen, hornblende dan gelas. Umur lava Buntao (Tlbg) relatif lebih muda dari satuan lava Buntang (Tlbg), diperkirakan Pliosen. 10. Satuan Lava Kaero (Qlk1) Satuan lava Kaero (Qlk1) terletak di bagian tengahg daerah penelitian. Batuannya lava andesitik, luas sebaran ± 6 % luas daerah penelitian. Satuan lava Kaero (Qlk1) tersingkap pada struktur sesar (lineament) berarah utara timurlaut-baratdaya (N 45º E) yang membentuk kompleks vulkanik Kaero yang berumur Holosen. Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu terang, afanitik, kompak, keras. Mengandung mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan gelas. Singkapan segar berwarna abu - abu terang. Umur lava Kaero (Qlk1) relatif lebih muda dibandingkan dengan lava Buntao (Tlbo). 11. Satuan Kubah Lava Kaero (Qlk2) Satuan kubah lava Kaero (Qlk2) terletak di bagian tengah daerah penelitian. Batuannya lava andesitik, luas sebaran ± 1 % luas daerah penelitian. Satuan kubah lava Kaero (Qlk2) tersingkap pada struktur sesar (lineament) berarah utara timurlaut-baratdaya (N 45º E) yang membentuk kompleks vulkanik Kaero yang berumur Holosen. Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu terang, afanitik, kompak, keras. Mengandung mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan gelas. Singkapan segar berwarna abu - abu terang. Umur kubah lava Kaero (Qlk2) relatif lebih muda dibandingkan dengan lava Kaero (Qlk1). Umur satuan ini adalah Resen, hasil dating jejak belah (fission – track). 11. Aluvium (Qal) Batuan aluvium tersingkap di sekitar sungai2 utama dan pedataran di daerah penyelidikan. Batuannya berupa gravel, pasir, kerikil, kerakal, bongkah-bongkah dan lumpur hasil erosi, banjir bandang, longsoran yang berasal dari batuan yang ada sebelumnya. Karakteristik aluvium, berwarna abu-abu - hingga abu kehitaman, berukuran lempung - bobongkah, diameter komponen hingga 2 m berasal dari
batuan tua, yaitu batuan sedimen, batuan lava Buntao, lava Buntang, dan lava Kaero, berporositas baik - buruk dan terpilah buruk. Satuan Qal umurnya termuda dan berada di permukaan. Kontak dengan batuan lainnya berupa ketidak selarasan (unconformity). 2.3 Struktur Geologi Struktur Geologi daerah penyelidikan dicerminkan oleh kelurusan topografi, paset segi tiga, gawir sesar, kekar (joint), off-set batuan, zona breksiasi, cermin sesar (slickenside), endapan kolovium, munculan manifestasi panas. Berdasarkan cerminan struktur geologi tersebut dan citra landsat dari GlobExplorer dan GoogleEarth, maka struktur geologi daerah penyelidikan terdiri dari: • Struktur lipatan (NNE – SSW/ N10ºE- N15ºE) ini berupa antiklin dan sinklin yang membentuk perbukitan dan lembah sedimen di daerah penyelidikan, struktur lipatan ini merupakan struktur lipatan yang searah dengan antiklin utama yang membentuk formasi Toraja, terbentuk di daerah timurlaut dan baratlaut daerah penyelidikan. Struktur lipatan terbentuk pada kala Pliosen setelah terbentuknya batuan sedimen Tels, Togp, Tmlp, Tmgl, Tmk, Tmpk, dan Tmgn. • Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N310°E-N315°E, merupakan sesar mengiri dan sesar menganan yang memotong struktur lipatan yang terbentuk sebelumnya. • Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang memotong struktur lipatan dan sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya. Sesar tersebut merupakan struktur yang mengontrol pembentukan vulkanik Kaero dan mata air panas Makula. • Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N330°E-N335°E, merupakan sesar menganan yang memotong struktur lipatan dan sesar-sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya.
2.4 Manifestasi Panas Bumi Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan hanya berupa mata air panas , yaitu mata air panas Makula 1, Makula 2, Makula 3, yang lokasinya berdekatan, dan satu mata air panas Bera berlokasi di sebelah barat di luar peta,. Satu mata air dingin Makula. Satu sampel Isotop, seratus dua puluh
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
lima sampel tanah dan udara tanah pada lintasan A, B, C, D, E, F dan G serta beberapa titik amat yang dilakukan secara random dibagian utara, dan selatan pada peta daerah penyelidikan. Air panas Makula, muncul di tengah daerah penyelidikan yang berimpit dengan titik amat pengambilan sampel tanah C4000. Temperatur air panas hanya 31.4-43.6oC, dengan pH netral (7.7-8.1). Debit air 1 L/detik, daya hantar listrik 281-436 μS/cm. Air panas Bera, bertemperatur 35.8 oC, dengan pH netral (8.00), debit air 2.5 L/detik, daya hantar listrik 222 μS/cm. Air dingin Makula, temperatur 25.0 oC pada temperatur udara 25.0oC. debit air hanya 0.1 L/detik, tak berwarna dan tak berbau. Daya hantar listrik 101 μS/cm. 2.5 Geokimia Panas Bumi Berdasarkan plotting pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 (gambar 6) ketiga mata air panas di desa Sangalla Makale ini termasuk tipe klorida, disebabkan oleh lebih tingginya konsentrasi Cl dari pada konsentrasi HCO3 dan SO4 dalam air panas, walaupun pada temperatur rendah (di permukaan 43.6 oC) yang memungkinkan berhubungan dengan deep water namun namun faktor lain sangat perlu dipertimbangkan. Berdasarkan diagram segitiga Na-K-Mg (gambar 7), mata air panas terletak pada partial equlibrium, indikasi bahwa telah terjadi interaksi batuan dengan fluida panas sebelum ke permukaan. Berdasarkan geotermometer NaK, perkiraan temperatur bawah permukaan di daerah Sangalla Makale adalah 110 oC. Temperatur tanah sangat bervariasi dengan nilai terendah 21,7 oC sampai tertinggi 32,6 oC. Anomali tinggi > 28 oC, terletak di bagian utara daerah penyelidikan. nilai background 26,6 oC, nilai thereshold 28,2 oC, dan nilai rata-rata 24,9 oC. Nilai pH tanah cukup bervariasi terendah 4,07 sampai tertinggi 7,57. Variasi pH tanah, memberikan nilai background 6,68, nilai thereshold 7,47, dan nilai rata-rata 5,89. pH > 7,00 terletak di bagian utara dari lokasi penyelidikan, Nilai pH 6,0-7,0 tersebar pada sebagian besar tengah-tengah memanjang kearah timur laut dan barat daya daerah penyelidikan.
Sedangkan nilai pH yang kurang dari 6,0 terletakdi bagian utara dan selatan. Hg tanah setelah dikoreksi oleh nilai konsentrasi H2O-, seperti pada gambar 3.2-3, konsentrasi 3 ppb sampai dengan 191 ppb. Variasi Hg tanah, memberikan nilai background 78 ppb, nilai thereshold 108 ppb, dan nilai rata-rata 48 ppb. Anomali tinggi > 75 ppb terletak ke arah barat dari lokasi mata air panas Makale, yang berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Nilai Hg 50 – 75 ppb tersebar pada bagian selatan daerah penyelidikan dan beberapa titik amat. Sedangkan nilai Hg yang kurang dari 50 ppb tersebar pada bagian utara, barat dan timur pada daerah penyelidikan. Konsentrasi CO2 tanah bervariasi dari terendah 0,07 % sampai dengan konsentrasi tertinggi 3,68 %. Variasi CO2 Udara tanah, memberikan nilai background 1,25 %, nilai thereshold 11,86%, dan nilai rata-rata 0,65 %. Distribusi nilai CO2 Udara tanah, memperlihatkan anomali tinggi > 1,0 % terletak pada bagian barat laut dan tenggara pada daerah penyelidikan, Konsentrasi CO2 antara 0,5 – 1,0 %, terdistribusi pada bagian tengah, utara dan barat. Sedangkan nilai terendah kurang dari 0,5 % terletak di bagian barat laut dan selatan daerah penyelidikan. 2.6 Hidrologi Secara garis besar wilayah air tanah di daerah penyelidikan di bagi menjadi 3 (tiga), yaitu Daerah resapan air, Daerah munculan air tanah dan Daerah aliran permukaan. • Daerah resapan air (re-charge area) mencakup ± 60 % dari luas daerah penyelidikan. Mempunyai elevasi antara > 80 - 1250 m dpl. Berada pada satuan morfologi Perbukitan Terjal dan Perbukitan bergelombang. Di wilayah ini sebagian besar air hujan meresap ke bumi melalui permeabilitas (rekahan/ fracture dan porositas) batuan, selanjutnya terakumulasi menjadi air tanah dalam dan air tanah dangkal (catchment/ reservoir area). • Daerah munculan air tanah (dis-charge) berada di elevasi antara 0 - 80 m dpl. Daerah tersebut berada pada satuan morfologi pedataran, mencakup ± 30 % luas daerah penyelidikan. Air hujan yang turun (meteoric-water) di daerah resapan air (re-charge area) tersebut meresap ke bumi melalui zona permeabilitas batuan, sebagian besar masuk ke bumi dan terkumpul menjadi air
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
tanah dalam dan dangkal. Selanjutnya di elevasi rendah (morfologi Pedataran) akan muncul berupa mata air panas dan air dingin. • Daerah aliran air permukaan (run - off water area) mencakup ± 10 % dari luas daerah penyelidikan. Berada pada satuan morfologi
Pedataran. Sistim air tanah di sini berupa aliran air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di permukaan membentuk sungai-sungai besar dan sungai kecil. Aliran air tersebut mengalir secara gravitasi dari elevasi tinggi menuju ke elevasi lebih rendah hingga ke daerah pedataran.
Model Panas Bumi Tentatif Daerah Makale
3. Pembahasan Manifestasi panas bumi yang terdapat di daerah Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, berupa sumber mata air panas yang muncul di beberapa lokasi manifestasi di daerah Makula sekitar lereng Bukit Kaero. Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 42-440C pada temperatur udara 29.6oC, pH netral dengan debit air sekitar 0.5 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan lava andesitik Kaero. Penampang model panas bumi tentatif dapat dilihat pada Gambar yang menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas pada zona hancuran di sepanjang struktur rekahan yang membentuk suatu sistem panas bumi pada kedalaman tertentu pada tubuh vulkanik muda Kaero.
3.1. Sumber Panas Heat-source (sumber panas) berasal dari poket magma dibawah Bukit Kaero. Batuan konduksi adalah batuan dasar (basement) diperkirakan bagian dari Formasi Latimojong berumur Kapur
dan vulkanik Tersier yang mengalami kristalisasi dan telah tersilisifikasi. Rambatan panas secara konduksi tersalurkan naik melalui batuan tersebut, dengan manifestasi di permukaannya berupa mata air panas ber pH relatif netral.
3.2. Reservoir Zona reservoir terletak di zona permeabilitas batugamping terkekarkan (Togp) dan satuan batupasir sisipan lanau (Tmlp). Daerah akumulasi airtanah bersistem air panas tersebut terperangkap di kedalaman hingga kedalaman yang belum diketahui di bawah manifestasi Makula. Air panas daerah panas bumi Sangalla bersifat netral (pH = 6.80– 8.20) dan bertipe air bikarbonat. Pemunculannya yang berupa mata air panas bertemperatur rendah, menunjukkan bahwa mata air panas di daerah panas bumi Sangalla diperkirakan terletak pada zona outflow dengan sistem reservoir yang didominasi air panas (water heated reservoir).
3.3 Lapisan Batuan Penudung Batuan penudung berupa impermeable lithocap berupa batugamping dan batulempung serta clay-
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
cap pada kontak sentuh antara batuan host - rocks dengan fluida panas di kedalaman manifestasi Makula. Transfer panas didominasi aliran konveksi pada fluida reservoir (air panas, gas ataupun uap). Transfer panas secara konduksi terjadi pada formasi batuan yang kompak terutama batuan dasar (basement).
4. Kesimpulan 1) Sebaran morfologi terjal yang berpuncak
tinggi-tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik, sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial.
2) Secara umum penyebaran batuan di daerah
panas bumi Makale disusun oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir. Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk batuan vulkanik berumur Kuarter.
3) Manifestasi panas bumi yang terdapat di
daerah Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, berupa sumber mata air panas yang muncul di beberapa lokasi manifestasi di daerah Makula sekitar lereng Bukit Kaero. Heat-source (sumber panas) berasal dari poket magma dibawah Bukit Kaero. Zona reservoir terletak di zona permeabilitas batugamping terkekarkan (Togp) dan satuan batupasir sisipan lanau (Tmlp). Daerah akumulasi airtanah bersistem air panas tersebut terperangkap di kedalaman > - 600 m hingga kedalaman yang belum diketahui di bawah manifestasi Makula. Batuan penudung berupa impermeable lithocap berupa batugamping dan batulempung serta clay-cap pada kontak sentuh antara batuan host - rocks dengan fluida panas di kedalaman manifestasi Makula.
4) Peranan struktur sesar dalam suatu daerah
panas bumi sangat penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi, yang merupakan media naiknya panas ke permukaan dan berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas serta terbentuknya tubuh reservoir pada zona sesar/rekahan. Kontrol struktur yang sangat
berperan adalah struktur yang terbentuk pada periode keempat ditandai dengan Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang memotong struktur lipatan dan sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya. Sesar tersebut merupakan struktur yang mengontrol pembentukan vulkanik Kaero dan mata air panas Makula dan juga menghasilkan gaya releasing yang diduga kuat memicu pemunculan manifestasi panas bumi, dan pembentukan sistem rekahan (fracture system) sebagai reservoir.
5) Manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan Sangalla Makale hanya berupa tiga mata air panas, dan satu mata air dingin di Makula, tidak ada hembusan uap panas ataupun gas. Temperatur tertinggi hanya 43.6 oC, lokasinya berdekatan, debit kecil, ketiganya 1 L/detik.
6) Pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3, air
panas termasuk tipe air klorida, pada diagram Na-K-Mg terletak pada partial equilibrium. Temperatur bawah permukaan yang diperkirakan berhubungan dengan reservoir panas bumi 110 oC, berdasarkan perhitungan geotermometer Silika dan NaK.
7) Distribusi konsentrasi anomali pada tanah
yang ditunjukkan oleh konsentrasi Hg lebih dari 75 ppb terletak sebelah barat dari manifestasi air panas Makula. Anomali konsentrasi CO2 lebih dari 1 % terletak tidak beraturan yang berarah utara selatan. Luas anomali Hg yang bersesuaian dengan CO2 yang didukung oleh anomali delta temperatur sekitar 1,5 km2. Terletak di sebelah barat dari lokasi munculnya mata air panas Makula.
DAFTAR PUSTAKA
1) Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands.
2) Dutro, J.T, 1989, AGI Data Sheet for
Geology In the Field, Laboratory and Office, Alexandria, US.
3) Fournier, R.O., 1981, Application of Water
Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
System: Principles and case Histories”. John Willey &Sons, New York.
4) Giggenbach, W.F., and Goguel, 1988,
Methods for tthe collection and analysis of geothermal and volcanic water and gas samples, Petone New Zealand.
5) Giggenbach, W., Gonfiantini, R., and
Panichi, C., 1983, Geothermal Systems, “ Guidebook on Nuclear Techniques in Hydrology”, Technical Reports Series No. 91. International Atomic Energy Agency, Vienna.
6) Hochstein, MP;1982: Introduction to
Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand.
7) Kooten , V., and Gerald, K., 1987,
Geothermal Exploration Using Surface Mercury Geochemistry, Journal of volcanology and Geothermal Research , 31, 269-280.
8) Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
9) S. Bachri, Sukido, N. Ratman (1993) Tim
Geologi regional/ Geologi bersistim P3G telah melakukan pemetaan “Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi, skala 1: 250.000.
10) Thorpe R & Brown G., The Field Description of Igneous Rocks, Dept. of Earth Science The Open University, John Willey & Sons, New York.
11) Wohletz, K., and Heiken, G., 1992,
Volcanology and Geothermal Energy, The Regents of The University of California., Printed in The United States of America.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
Gambar 1. Peta Geomorfologi Daerah Makale
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Makale
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
Gambar 3. Analisa Struktur pada Citra Landsat daerah Makale (Sumber : GoogleEarth)
Gambar 4. Peta Geologi daerah panas bumi Makale
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
Gambar 5. Susunan stratigrafi daerah panas bumi Makale
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
Gambar 6 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 air panas daerah Sangalla Makale
Gambar 7. Diagram segitiga Na-K-Mg air panas daerah Sangalla Makale
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBE DAYA GEOLOGI
119º 120º 121º 122º
-4º
-3º
-2º
-1º
Mamuj u
M A JEN E
P OL EWA LI
M AMASA
PI NR A NG
E NR EK AN G
P AL U
Kalosi
PALOPO
POSO
M A LI LIWatu
MASAMBA
Lelewawo
Kosali
Sangkololo
Tanoa
OndoleanTopo
KE ND AR IWawotobi
D ONGGA LA
Lok asi penyelidikan
Pet a Indeks
SULAWESI
MA KAL E
1 6550 0 1660 00 1665 00 167 000 16 7500
9 6525 00
9 6530 00
9 6535 00
9 6540 00
9 6545 00
9 6550 00
0 1000 2000 3000 4000
U
PETA DISTRIBUSI HgDAERAH PANAS BUMI MAKALE, SANGALLA
KECAMATAN SANGALLA, KABUPATEN TANAH TORAJAPROVINSI SULAWESI SELATAN
818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000
9650000
9652000
9654000
9656000
9658000
9660000
9662000
9664000
Tot umban g
Bo ne
Paga singan
Ka mbi sa
Si bunuan
Rant elabi
Le atung
Bul ean
Ti rop angBal abatu
Kapa
B ulean
Leban i
Ledo
Bunt udengan
Bat an
Surakan
Bal i
Mi l
Pat ua
T andung
B ebo
Kombo ng
K E C A M A T A N S A N G A L A
Borong
Kat a
B unta o
Kabo
B uka
To nglo
R antea
Kal amb e
Temba mba
Sal utangnga
P aka mpan
S alul osso
Si mparun
Buntul epong
Raru
Garuang
Sull ukan
B alombong
Ra da
Rant ebua
Topot ang
B atu
Padang
Perang
Katorroan
B enneB alul a
Tab a
Aw a
Lempan gan
Songgo
B atual u
Ba mbaP asang
B oge
Dul ang
Tongkanan
B urauBung in
Kand eapi
Bunt ubata n Tempe
Ta mporan
Barua
T enggara
Mal enong
Tambun an
Mengep e
Tondokt anga
L engkoB okko
Sa ri ra
Rangi
Salual lo
R orre
Pakambang
Tu merang
B ebo
Dur ian
Mengap e
Bubunbat u
Maruang
Tambolang
To mbuangi n
Bal esu
K ote
Ropo
Kot ePasang
T ongko
K ambi raSarapung
P etar ian
Kandoran
Aa
Tiangka
Bol ang
Eranbat u
Lea
Al la
Suaya
B uku
Bau
K alin tua
K aero
R ante pantan
Tanet e
P ollot ondok
Tembamba
Bot to
Pasang
Buburan
Bassa ngTo roan
Wala
B oron g
Bunt umo roBaban a
Maraung
Pao
A ara rukan
T anete
Moso
Marambe
Rant elemoB uale
Rangkaian
PakenTengan
N aniong
P angulu
Bind uk Kato longanPat andukan
Kal ambesi Mal imongan
Kombong
A loan
Tete
Si nuang
Boyo
Kareran g
T ondok
ParraraK apa
Landopi o
R ia
Pabakka
Sampean
Tokapa
Kombong
R era
B ala
Ka naan
Marrang
At a
K endenan
R andanan
T inor ing
Kanan
S apii
Leba ne
Karurung
Pal angka
K adinge
S assa
K arang
Lesen
Bot ang
Manggau
Kampi smamulu A ri ang
Si ko longKalembang
Burake
T ondon
M A K A L E
Sepon
B uisun
Lapandan
Gu run
B untu
Palu
T ondok
Mendet ek
Bungi n
L uek Lengkong
P amumbun
Rumpunan
K aladung
S olo
Maruang
Sa rre
Pagasinga n
Gentenga n
B orong
LemoP arampo
Karaksik
Suka
Barabara
Tombang
Bont ongan
A daSekke
Li mbu
Gorang
Bunt ang
P atongl oan
T amuanbai
Rura
A 1000
A 2000
A.3000
A 4000
A 5000
A 6000
A 7000
B 1000
B 2000
B 3000
B 4000
B 5000
B 6000
B 7000
C 1000
C 2000
C 3000
C 4000
C 5000
C 6000
C 7000
D 1000
D 2000
D 3000
D 4000
D 5000
D 6000
D 7000
E 1000
E 2000
E 3000
E 4000
E 5000
E 6000
E 7000
F 2000
F 3000
F 4000
F 5000
F 6000
F 7000
G 1000
G 2000
G 3000
G 4000
G 5000
G 6000
G 7000
GK 1 GK 2GK 3
GK 4
GK 5
GK 6
GK 7
GK 8
GK 9
GK 10GK 11
GK 12
GK 13 GK 14
GK 15GK 16
GK 17
GK 18GK 19GK 20
GK 21GK 22
GK 23
GK 24
GK 25
K2KM
K3KM
K4KM
K5KMK6KM
K7KM
K8KM
PROYEKSI UTM ZONE 50 SDATUM HORIZONTAL WGS 84
KETERANGAN
D 4500
Jalan
Sungai
Titik pengamatan
Manifestasi air panas
Kontur topografi
Kontur Distribusi
> 75 ppb
50 - 75 ppb
< 50 ppb
P
119º 120º 121º 122º
-4º
-3º
-2º
-1º
Mamuj u
M A JEN E
P OL EWA LI
MAMASA
PI N RA NG
E NR EK AN G
P AL U
Kalosi
PALOPO
P OS O
MAL IL IWat u
M ASA MBA
Lelewawo
Kosali
Sangkol olo
Tanoa
OndoleanTopo
K EN DA RIWawotobi
DONGGA LA
Lokasi penyelid ikan
Peta Indeks
SULAWESI
M AKA LE
1 6550 0 1660 00 16 6500 1 6700 0 1675 00
96 5250 0
96 5300 0
96 5350 0
96 5400 0
96 5450 0
96 5500 0
0 1000 2000 3000 4000
U
ETA D ISTRIBUSI CO 2DAERAH PANAS BUMI MAKALE, SANGA LLA
K ECAMATAN SANGALLA, KABUPATEN TANAH TORA JAPROVINSI SULAWESI SELATAN
KETERANGAN
818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000
9650000
9652000
9654000
9656000
9658000
9660000
9662000
9664000
Tot umban g
B one
Pagasing an
Kambi sa
Si bunuan
Rant elabi
Lea tung
Bul ean
Ti rop angB alabat u
Kap a
Bul ean
Lebani
Ledo
B untudengan
Batan
Surakan
Bali
Mil
Patua
T andung
B ebo
Kombong
K E C A M A T A N S A N G A L A
Borong
Kata
Buntao
Kab o
Buka
Tongl o
Rant ea
Kal ambe
Tembamba
S alut angnga
Pakampan
Salul osso
Simparun
B untul epong
Raru
Garuang
Sull ukan
Bal ombong
Rada
Rant ebua
Topotan g
Bat u
Padang
Perang
K ator roan
B enneB alul a
Taba
Awa
L empangan
S onggo
Batualu
BambaP asang
Boge
Dul ang
Tongkanan
B urauB ungin
K andeapi
Bu ntubat anTempe
T amporan
B aru a
T enggara
Malenong
T ambunan
Mengepe
Tondoktang a
LengkoBo kko
S ari ra
Rangi
Sal uall o
Ror re
Pakambang
Tumerang
B ebo
Durian
Mengape
Bubunba tu
Maruang
T ambola ng
Tombuangin
Bale su
Ko te
Ro po
K ote
P asang
Tongko
KambiraSarapung
Petari an
Kandoran
A a
Tiangka
B olang
Era nbatu
Lea
Al la
Suaya
B uku
Ba u
K ali ntua
Kaero
R antepant an
Tanet e
Pol lot ondok
Tembamba
B otto
Pasang
B ubura n
BassangToroan
Wal a
Borong
Bunt umoroBabana
Marau ng
Pao
Aararukan
Tan ete
Moso
Marambe
Rantel emoBual e
Rangkai an
Pa kenTe ngan
Naniong
P angulu
Binduk Kat olon ganPat andukan
Kalambesi Mali mongan
Kombong
Al oan
Tet eSin uang
Boyo
Kareran g
Tondok
Pa rraraKa pa
Landopi o
R ia
Pabakka
Sampean
To kap a
Kombong
Rera
Bal a
Kanaan
Mar rang
A ta
K endenan
Ra ndanan
Tinoring
Kanan
Sapii
Lebane
K arurung
P alangka
Kadinge
Sassa
K arang
Lesen
Bot ang
Man ggau
Kampi smamulu Ar iang
S ikolongKalembang
Burake
Tondon
M A K A L E
S epon
B uisun
Lapandan
Gurun
Bunt u
Pal u
Tondok
Me ndetek
Bungi n
LuekLengkong
P amumbun
Rumpunan
Kaladun g
Sol o
Maruang
S arre
Pagasi ngan
Gentengan
Borong
LemoParampo
Karaksik
Suka
Barabara
Tombang
Bontongan
A da S ekke
Li mbu
Gorang
Buntang
Patongl oan
T amuanbai
Rura
GK 7
A 1000
A 2000
A.3000
A 4000
A 5000
A 6000
A 7000
B 1000
B 2000
B 3000
B 4000
B 5000
B 6000
B 7000
C 1000
C 2000
C 3000
C 4000
C 5000
C 6000
C 7000
D 1000
D 2000
D 3000
D 4000
D 5000
D 6000
D 7000
E 1000
E 2000
E 3000
E 4000
E 5000
E 6000
E 7000
F 2000
F 3000
F 4000
F 5000
F 6000
F 7000
G 1000
G 2000
G 3000
G 4000
G 5000
G 6000
G 7000
GK 1 GK 2GK 3
GK 4
GK 5
GK 6GK 8
GK 9
GK 10
Jalan
Sungai
Titik pengamatan
Manifestasi air panas
Kontur topografi
Kontur Distribusi
PROYEKSI UTM ZONE 50 SDATUM HORIZONTAL WGS 84
GK 11
GK 12 > 1 %
0.5 - 1.0 %
< 0.5 %
GK 13 GK 14
GK 15GK 16
GK 17
GK 18GK 19GK 20
GK 21GK 22
GK 23
GK 24
GK 25
K2KM
K3KM
K4KM
K5KMK6KM
K7KM
K8KM
D 4500
Gambar 8. Peta distribusi Hg tanah daerah Sangalla Makale
Gambar 9. Peta distribusi CO2 udara tanah daerah Sangalla Makale
top related