penyakit akibat kekurangan vitamin dan mineral
Post on 02-Jan-2016
203 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENYAKIT AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN DAN MINERAL
PENDAHULUAN
Gambar 1. skema patomekanisme penyakit kekurangan gizi
FAKTOR LINGKUNGAN
KETIDAKCUKUPAN
FAKTOR MANUSIA
PERSEDIAAN/CADANGAN JARINGAN
KEMEROSOSTAN JARINGAN
MALNUTRISI DITANDAI DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DAN PERTUMBUHAN TERHAMBAT
PERUBAHAN BIOKIMIA
PERUBAHAN FUNGSI
PERUBAHAN ANATOMI
MALNUTRISI YANG DIPERIKSA MELALUI LAB
TAMPAK TANDA-TANDA KHAS
MUNCULNYA TANDATANDA KLASIK
ANEMIA
DEFINISI : suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit di bawah nilai normal
Berdasarkan patogenesisnya dibagi menjadi :1. Anemia oleh karena kehilangan darah2. Anemia oleh karena kerusakan sel-sel darah
merah3. Anemia oleh karena gangguan produksi sel
darah merah
ANEMIA
1. ANEMIA PASCA PERDARAHAN2. ANEMIA HEMOLITIK :
a. faktor intra sel : talasemia, hemoglobinopatib. Faktor ekstra sel : intoksikasi, infeksi, imunologis
3. ANEMIA DEFISIENSI (Fe, asam folat, B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dsb)
4. ANEMIA APLASTIK
PREVALENSI DI INDONESIASKRT 1995 SKRT 2001
BALITA 0-5 TH 40,5 % 47 %WUS 39,5 % 40 %WANITA HAMIL 50,9 % 40,1 %ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA
57,1 % 26,5 %
SUMBER : DEPKES RI 2005
Tabel 1. Nilai Cut of point kategori anemia berdasarkan kelompok umur menurut WHO/UNICEF
KELOMPOK UMUR NILAI (g/dL)Usia 6 bln – 5 thn 11,0
Usia 5 – 11 thn 11,5Usia 12 – 13 thn 12,0Wanita dewasa 12,0Wanita hamil 11,0
Laki-laki 13,0
ANEMIA OLEH KARENA DEFISIENSI BESI
Gambar 2. Model penyebab terjadinya anemis gizi besi (Prihananto, 2004)
Anemi defisiensi Fe
Asupan yang rendah Penyakit infeksi/non infeksi
Kebutuhan meningkat
Ketersediaan pangan kaya besi rendah
Biaya tinggi/tidak dapat akses
Tradisional, budaya, kebiasaaan
Pengasuhan ibu dan anak kurang
Sanitasi, air bersih, yankes dasar tidak memenuhi
Kehilangan darah, menstruasi
Wanita kontrasepsi, multiparity
Status besi ibu, berat lahir, ASI eksklusif
Kurang pendidikan, pengetahuan & keterampilan
Kurang pemberdayaan wanita & keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat
Krisis ekonomi, politik dan sosial
Tahapan defisiensi besi
1. Tahap awal : kekurangan zat besi (iron depletion)
ferritin plasma < 120 ug/L, SI dan Hb normal2. Defisiensi zat besi tanpa anemia (normocytic
iron depletion erytrophoesis) SI dan saturasi transferrin menurun, FEP
meningkat, Hb 95%3. Anemia defisiensi besi Hb dan Ht menurun
Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia tahun 2001
Ibu hamil•48,1 %
Anak balita dan wanita usia subur•27,9 %
Perkiraan jumlah penduduk yang terkena dan berisiko•100.286.688
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi Besi yang dianjurkan untuk Indonesia, menurut Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998
Kelompok Umur Angka kecukupan Besi (mg/hari)
Bayi 3 – 5 Balita 8 - 9 Anak sekolah 10Remaja laki-laki 14 - 17 Remaja perempuan 14 – 25Dewasa laki-laki 13 Dewasa perempuan 14 – 26 Ibu hamil + 20 dari dewasa
perempuan
Ibu menyusui + 2 dari dewasa perempuan
ANEMIA GIZI
Wanita Usia Subur / Wanita Pra Hamilbebas anemia dan status besi cukup
Ibu Sehatbebas anemia bumil / bufas
Bayi Sehatlahir dari ibu sehat
Cukup Konsumsi Fe (hewani & nabati)Suplementasi TTD
Hamil > 20 thPenyuluhan
TTD & aneka ragam makanan
TTD & aneka ragam makanan
KIE
KIE
Anemia defisiensi zat besi ibu hamil
• WHO : prevalensi defisiensi besi pada ibu hamil ± 35 – 75% dan semakin meningkat seiring pertambahan usia kehamilan
• 40% kematian ibu hamil karena anemia o.k defisiensi besi dan perdarahan akut
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
63.5%
50.9%
40.1%
1992 1995 2001
Gambar 3. Grafik prevalensi anemia pada bumil di Indonesia berdasarkan SKRT 1992-2001
Etiologi anemia defisiensi besi pada ibu hamil
a. Hipervolemia menyebabkan pengenceran darah
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c. Kurangnya zat besi dalam makanan (faktor enhancer dan inhibitor)
d. Kebutuhan zat besi meningkate. Gangguan pencernaan dan absorbsi
Nilai ambang batas Hb ibun hamil yang ditetapkan oleh WHO 1972
normal
• ≥ 11 g/dL
Anemia ringan
•8 – 11 g/dL
Anemia berat
•< 8 g/dL
PROGRAM PENANGGULANGAN
Upaya yang telah dilakukan DEPKES a.l:1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin
(minimal 90 tablet selama kehamilan)2. Penerbitan buku pedoman pemberian zat besi bagi
petugas dan poster-poster mengenai tablet besi dibagikan
3. Buku pedoman operasional penanggulangan anemia gizi bagi petugas
4. Perbaikan kemasan tablet Fe dengan membuat tablet salut 30 biji /bungkus
Cakupan distribusi tablet tambah darah pada ibu hamil 2001
Fe 1 : 67,49%Fe 3 : 63,08 %
Pengobatan
• Penderita anemia defisiensi besi harus mengonsumsi 60-120 mg Fe/hari
• Wanita hamil dengan anemia tingkat ringan diberikan Fe dosis 60-120mg/hr, dosis berikutnya dikurangi menjadi 30 mg/hr ketika Hb atau Ht menjadi normal untuk usia kehamilannya
Fortifikasi Fe
• Definisi : upaya meningkatkan mutu gizi makanan dengan menambahkan pada makanan tersebut satu atau lebih zat gizi mikro tertentu
• SK Menkes no.632/MENKES/SK/VI/1998 : menetapkan peraturan Fortikasi tepung terigu
• Di USA, fortifikasi tepung terigu dengan Fe berkontribusi cukup tinggi terhadap asupan 19% dan 14% Fe
KEKURANGAN VITAMIN A(KVA)
PENDAHULUAN
Vitamin A• Sumber vitamin A : sayur-sayuran, buah-
buahan, daging, hati, telur dsb.• Bentuk aktif vit. A : retinol, retinal, asam
retinoat.• Dalam bahan makanan umumnya berupa
provitamin A : karoten• Preformed vit. A (bentuk aktif Vit. A)
terdapat pada bahan makanan hewani
Fungsi Vitamin AMencakup 3 golongan besar :
1. fungsi dalam proses melihat2. fungsi dalam metabolisme umum3. fungsi dalam proses reproduksi
a. Fungsi dalam proses melihat• Vit. A berperan sebagai retinal yang
merupakan komponen dari zat penglihat rhodopsin.
Fungsi Vitamin A
Fungsi dalam metabolisme umum• Fungsi ini erat kaitannya dengan
metabolisme protein yaitu :- menjaga integritas epitel- pertumbuhan- permeabilitas membran- pertumbuhan gigi- produksi hormon steroid
Fungsi Vitamin Ac. Fungsi dalam proses reproduksi• Pada hewan coba : defisiensi vit. A dapat
memberikan dampak kemandulan baik pada jantan maupun betina
• Terjadi hambatan perkembangan sel-sel reproduksi yakni sel ootid tidak dapat berkembang menjadi ovum dan sel spermatid tidak dapat berkembang lebih jauh menjadi spermatozoa
• Fungsi vitamin A pada proses ini tidak dapat dipenuhi oleh asam retinoat
• Metabolisme vit. Adi dalam saluran cerna, ester vitamin A dihidrolisa dengan bantuan enzim hydrolase dan retinol yang terbebas diserap dengan proses penyerapan aktif. Provitamin A diserap sambil diubah menjadi retinol dalam sel epitel usus dengan bantuan enzim 5,5’-dioksi hydrolase. untuk penyerapan karoten diperlukan empedu.
• Kebutuhan Vit. Adinyatakan dalam Satuan Internasional Usia (SI/hari)- 6-12 bln 1200 - 1-3 th 1500- 4-6 th 1800- 7-9 th 2400
Pria Wanita10-12 th 3450 340013-dst 4000 3500
Wanita hamil 4000Wanita menyusui 6500
TAHAPAN DEFISIENSI VITAMIN A
Deplesi vit. A berlangsung lama, dimulai dengan :1. habisnya persediaan vit A di hati, 2. menurunnya kadar vit A di plasmA3. terjadi disfungsi retina 4. akhirnya perubahan jaringan epitel.
Bila sudah terjadi kelainan mata:• kadar vit A serum sudah sangat rendah (<5 ug/100
ml) • kadar RBP < 20 ug/100 mlKEP : kadar vit A di hepar < 15 ug/gram jaringan hepar
PENENTUAN STATUS VITAMIN A
1. Secara Biokimia :Kurang vitamin A indikator yang digunakan : plasma vit A ≤ 10 ug/dl liver vitamin A ≤ 5 ug/dl2. Secara BiofisikDengan tes adaptasi gelap3. Secara Klinis dengan memeriksa dan
menemukan gejala dan tanda klinis
Kekurangan Vitamin A
• Disebut Xeropthalmia• Gejalanya terbagi 2:
1. keadaan yang reversibel (dapat sembuh)- buta senja (hemerolopia)- xerosis conjunctiva- xerosis kornea- bercak bitot
Kekurangan Vitamin A
b. Keadaan yang irreversibel (agak sulit sembuh)- ulserasi kornea- keratomalasia
Klasifikasi KVA1. XN : buta senja2. X1A: konjungtiva mengering3. X1B : bercak bitot dan konjungtiva mengering4. X2 : kornea mengering5. X3A : ulserasi kornea + kornea mengering6. X3B : keratomalasia7. XS : parut kornea8. XF : xerophtalmia fundus
Klasifikasi
• X1A – X2 : reversibel• X3A – seterusnya : irreversibel
Indikator Kesehatan Masyarakat
Kriteria kurang vitamin A sebagai masalahkesehatan masyarakat menurut IVACG :a. Bercak bitot dg konjungtiva mengering
> 0.50%b. Kornea mengering/ulserasi
kornea/keratomalasia > 0.01%c. Parut kornea >0.05% dari total yang
diperiksa
Indikator Kesehatan Masyarakat
KVA sebagai masalah masyarakat berdasarkan IVAACG tahun 2006 jika : prevalensi xeropthalmia >0,5%Prevalensi serum retinol <20 ug/dL sebesar
>15%
Prevalensi di Indonesia
• Tahun 2006 dari 10 propinsi yang disurvei menunjukkan prevalensi xeropthalmia 0,13%, serum retinol ,20ug/dL pada balita 14,6%
(sudah lebih baik jika dibandingkan tahun 1992 : 50% balita dengan serum retinol <20ug/dL)
Tahun 2006: 26.000 balita xeropthalmia2.920.000 balita dengan serum retinol < 20ug/dL
PERILAKU
PENGETAHUAN
SIKAP
TINDAKAN
PENDIDIKAN
SOSIAL BUDAYA
EKONOMI
LINGKUNGAN
Faktor-faktor Risiko Defisiensi Vit A
1. Perilaku : pengetahuan, sikap, tindakan (yang dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi, sosial budaya, lingkungan)
2. Gangguan absorbsi vitamin A: penyakit infeksi saluran cerna
3. Alkoholisme
Suplementasi Vitamin A
Program Pemerintah memberikan kapsul vitamin A pada bayi-balita 6-59 bulan dan ibu Nifas pada bulan Pebruari dan September• Bayi 6-11 bulan dosis 100.000 IU• Balita dan ibu nifas dosis 200.000 IU
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (GAKI)
Oleh:TRIAWANTI
BAGIAN BIOKIMIA/GIZI FK UNLAM
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Dapat mengakibatkan :• Pembesaran kelenjar gondok• Pada ibu hamil : abortus, lahir mati, kelainan
bawaan pada bayi, kretinisme
kretinisme
• Kretin : keadaan seseorang yang lahir di daerah endemik dan memiliki 2 atau lebih kelainan berikut
1. Perkembangan mental terhambat2. Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli3. Perkembangan saraf motorik terhambat (jalan dg
langkah khas, mata juling, gangguan bicara, refleks fisiologis meningkat)
Kretinisme
• Istilah gondok endemik digunakan jika di suatu daerah ditemukan banyak penduduk yang mengalami pembesaran kelenjar gondok.
• Kretin endemik terdapat di daerah gondok endemik • Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam
kandungan atau tidak lama setelah dilahirkan, terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan hipotiroidisme.
Kretinisme• Kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan :a. Retardasi mentalb. Gangguan pendengaran sampai bisu tulic. Gangguan neuromotor, seperti gangguan bicara,
cara jalan dlld. Hipotiroidi dengan gejala :
-mixedema pada hipotiroidisme berat- tinggi badan kurang, cebol (stunted growth) dan osifikasi terlambat- pemeriksaan darah : kadar hormon tiroid rendah
Tanda-tanda klinis GAKY
• Lakukan pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi pada kelenjar gondok untuk menentukan derajat pembesarannya
• Dalam pemeriksaan perlu diperhatikan kondisi sbb :1. Cahaya cukup menerangi bagian leher yang
diperiksa2. Pada saat inspeksi posisi mata pemeriksa sejajar dg
leher orang yg diperiksa3. Palpasi jangan terlalu keras
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok :
1. Orang yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa
2. Pemeriksa melakukan pengamatan pada leher bagian depan
3. Amatilah apakah ada pembesaran kelenjar gondok (termasuk tk II dan III)
4. Atau sampel disuruh menengadah dan menelan ludah. Tujuannya unutk mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar gondok atau bukan. Pada gerakan menelan, klj gondok akan ikut bergerak
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok :
5. Pemeriksa berdiri di belakang sampel dan lakukan palpasi dengan cara meletakkan dua jari telunjuk dan dua jari tengahnya pd masing2 lobus kelenjar gondok. Kemudian lakukan palpasi dengan meraba menggunakan kedua jari telunjuk dan jari tengah tersebut
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok :
6. Menentukan apakah orang tersebut menderita gondok atau tidak. Apabila salah satu atau kedua lobus lebih kecil dari ruas terakhir ibu jari orang yang diperiksa, berarti normal. Apabila salah satu atau kedua lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir ibu jari orang yang diperiksa maka orang tersebut menderita gondok
Klasifikasi
1. Grade 0 : normalInspeksi : tidak terlihatpalpasi : tidak teraba
2. Grade IA : Inspeksi : kelenjar gondok pada saat datar maupun tengadah maksimal tidak terlihatpalpasi : terasa lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita
Klasifikasi
3. Grade IBInspeksi : kelenjar gondok pada saat datar tidak terlihat, namun terlihat dengan tengadah maksimalpalpasi : terasa lebih besar dari grade IA
Klasifikasi
4. Grade IIInspeksi : terlihat pada posisi datarPalpasi : teraba lebih besar dari grade IB
5.Grade IIIInspeksi : dapat terlihat dari jarak 6 meter
Klasifikasi
• Penentuan prevalensi gondok endemik dengan rumus TGR (Total Goiter Rate) dan VGR (Visible Goiter Rate)
Grade (IA+IB+II+III)TGR = x 100%
banyaknya yg diperiksa
Grade (IB+II+III)VGR = x 100%
banyaknya yg diperiksa
Pemeriksaan secara biokimia
analisis biokimia : kadar TSH dalam darah dan ekskresi yodium dalam urineTingkat keparahan gondok endemik karena defisiensi yodium diklasifikasikan menurut ekskresi yodium dalam urine :
Pemeriksaansecara biokimia
• Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi iodium dalam urine > 50ug/g kreatinin. Pada keadaan ini suplai hormon tiroid cukup untuk perkembangan fisik dan mental yang normal
Pemeriksaan secara biokimia
• Tahap 2 : gondok endemik dengan ekskresi yodium 25-50 ug/g kreatinin. Pada kondisi ini hormon tiroid mungkin tidak cukup, dapat terjadi risiko hipotiroidisme, tetapi belum sampai kretinisme
• Tahap 3 : ekskresi yodium < 25 ug/g kreatinin. Populasi memiliki risiko menderita kretinisme
keparahan Gambaran klinis TGR(%) Rata-rata kadar urine (ug/L)
Prioritas koreksi
Goiter Hipotiroid kretin
Derajat 0 (normal)
0 0 0 <5,0 ≤100 -
Derajat I (ringan)
+ 0 0 5,0-19,9 50-99 Penting
Derajat II (sedang)
++ + 0 20,0-29,9 20-49 Segera
Derajat III (parah)
++ +++ ++ ≥30,0 <20 kritis
Tabel 1. Kriteria keparahan dan signifikansi masalah kesehatan GAKY
Tabel 2. kriteria pemeriksaan keparahan GAKY
Prevalensi GAKY indikatorTotal goiter rate (%) Rata-rata kadar urine
(ug/L)
Normal < 5,0 ≤100
Ringan 5,0-19,9 50-99
Sedang 20,0-29,9 20-49
Berat ≥30,0 <20
Pencegahan
Anjuran asupan iodium (dosis ug/hari)• 0-12 bulan 50• 1-6 tahun 90• 7-12 120• 12-dewasa 150• Ibu hamil 200• Menyusui 200
Pencegahan
• Makanan laut kaya akan yodium sekitar 100ug/100 gram
• Untuk memenuhi kebutuhan yodium sebesar 150ug/hari dengan garam beryodium, anggaplah konsumsi garam tiap orang 10 g, maka kadar yodium dalam garam harus memenuhi kisaran 20-40 mg yodium, atau 34-66 mg kalium yodida/kg
• Jika garam beryodium tidak tersedia, berikan kapsul minyak beryodium setiap 3,6 atau 12 bulan; atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun
Pencegahan
• Beberapa bahan makanan yang mengandung zat goitrogenik (zat yang dapat menimbulkan pembesaran kelenjar gondok) a.l:Ubi kayu, ubi jalar, maizena, rebung, buncis dan padiZat goitrogenik ini diturunkan dari cyanogenic glycosides yang berpotensi melepaskan sejumlah sianida melalui proses hidrolisis
Tabel 3. Kandungan yodium dalam makanan
Jenis makanan Keadaan segar (ug/gram)
Keadaan kering (ug/gram)
Ikan air tawar 17-40 68-194Ikan air laut 163-3180 471-4591Kerang 308-1300 1292-4987Daging hewan 27-97 -Susu 35-56 -Telur 93 -Serealia biji 22-72 34-92Buah 10-29 62-277Tumbuhan polong 23-36 223-245Sayuran 12-201 204-1636
Pencegahan
• Kandungan yodium dalam bahan pangan dan diet yodium total dipengaruhi oleh keadaan geokimiawi, tanah, dan budaya, proses memasak
• Proses penggorengan akan mengurangi kadar yodium sebanyak 20%, penggilingan 23% dan perebusan 58%
Pengobatan
1. Garam beryodiumFaktor yang mempengaruhi kadar yodium dalam garam: suhu panas, paparan sinar matahari, proses pemasakan, proses penyimpananPenyimpanan selama 6 bulan akan terjadi penyusutan 3-21%.Lama penyimpanan : dalam kemasan plastik pada suhu 25-27°C, kelembaban nisbi 70-80% tahan 6 bulan
Pengobatan
2. Suplementasi yodium pada hewan yang dikonsumsiPemberian suplemen pada sapi akan meningkatkan kadar iodium dalam air susu dan daging sehingga mampu menjadi media pembawa yodium bagi manusia
Pengobatan
3. Suntikan minyak beriodiumDitujukan untuk daerah endemis berat. Sejak tahun 1992 diganti dengan kapsul beriodium dosis suntikan 1 cc mengandung 480 mg iodium
4. Kapsul minyak beriodium
Intervensi berdasarkan derajat keparahan atau keendemisan GAKY
Derajat ringan:• Prevalensi pada anak sekolah 5-20%, kadar
yodium urine 3,5-5,0 ug/dL• Dikoreksi dengan pemberian garam
beryodium sebanyak 10-25 mg/kg
Intervensi berdasarkan derajat keparahan atau keendemisan GAKY
Derajat sedang:• Prevalensi pada anak sekolah 30%, kadar
yodium urine 2,0-3,5 ug/dL• Dikoreksi dengn garam beryodium sebanyak
25-40 mg/kg, dengan catatan garam tersebut dapat diproduksi dan disebar secara efektif
Intervensi berdasarkan derajat keparahan atau keendemisan GAKY
Derajat berat:• Prevalensi pada anak sekolah >30%, kadar
yodium urine < 2,0 ug/dL, kretin endemis 1-10%
• Dikoreksi dengn minyak beryodium secara oral maupun suntikan. Dosis oral diberikan setiap 3, 6 dan 12 bulan. Suntikan tiap 2 tahun
Sekian terimakasih
WASSALAM
top related