penurunan kadar ion cd 2+ dari larutan...
Post on 04-Mar-2018
212 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISBN :978-602-73159-0-7
PENURUNAN KADAR ION Cd2+ DARI LARUTAN
MENGGUNAKAN BIOMASSA DAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum l)
Ita Ulfin1,* , Hendro Juwono2 , Yusika Murni Anggraini2 dan Nur Fadilah2
1Kimia, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 2Kimia, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
Telp: 081938220147, email: itau@chem.its.ac.id
ABSTRAK Penurunan kadar ion Cd2+ menggunakan biomassa dan karbon aktif dari tempurung biji
nyamplung telah dipelajari dengan metode batch. Adsorben yang digunakan berasal dari tempurung biji nyamplung yang dibuat dalam bentuk biomassa dan karbon aktif. Adsorben dikarakterisasi gugus fungsi menggunakan FTIR, luas permukaan serta struktur pori menggunakan metode BET dan BJH. Ion kadmium yang tersisa dalam adsorbat dianalisa menggunakan AAS. Variabel yang diamati untuk proses adsorpsi adalah pH, waktu kontak dan konsentrasi adsorbat. Hasil karakterisasi pada biomassa dan karbon aktif masing masing untuk kadar air adalah 9,64% dan 1,61%, luas permukaan 0,293 m2/g dan 61,339 m2/g, diameter pori 3,371nm dan 3,781 nm serta volume pori 0,041 cc/g dan 0,015 cc/g. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum untuk adsorpsi ion Cd2+ dengan biomassa terjadi pada pH 10 dengan prosentase ion Cd2+ yang terjerap sebesar 99,53%, waktu kontak pada menit ke-60 dan kapasitas adsorpsi terus naik seiring bertambahnya konsentrasi adsorbat. Sedangkan dengan karbon aktif kondisi optimum adsorpsi dicapai pada pH = 10, waktu kontak 60 menit dan % penurunan kadar ion Cd2+ mencapai 99,42% dengan konsentrasi adsorbat sebesar 50 mg/L. Pada studi desorpsi ion Cd2+ menggunakan HCl pada biomassa dan karbon aktif masing masing didapatkan % recovery desorpsi masing-masing adalah 85,79% dan 85,59%.
Kata Kunci : Adsorpsi, Biomassa , karbon aktif, Tempurung Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L), ion Cd2+
PENDAHULUAN
Bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh
logam berat terhadap lingkungan mendapat
perhatian yang cukup besar, karena logam
berat memiliki potensi terakumulasi dalam
makhluk hidup sehingga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Limbah
pertambangan, metalurgi, dan penyamakan
kulit dianggap sebagai sumber utama
pencemaran oleh logam berat yaitu Pb, Hg,
Cr dan Cd. Kadmium (Cd) merupakan
logam yang sangat beracun bagi manusia
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII
“Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi”
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015
MAKALAH
PENDAMPING KIMIA ANALITIK ISBN : 978-602-73159-0-7
ISBN :978-602-73159-0-7
dan dapat menyebabkan gangguan pada
paru-paru, pencernaaan, kerusakan ginjal
dan tulang, gagal jantung serta bersifat
karsinogenik. Kadmium dilepaskan ke
lingkungan berasal dari industri tekstil,
pelapisan logam, keramik, elektroplating,
baterai alkalin, dan pertambangan timbal-
seng. Sifat kadmium yang lebihmudah
diserap oleh tanamandibandingkan logam
berat lainnya menyebabkan kadmium
dapatmasuktubuh manusia melalui rantai
makanan.
Beberapa metode untuk mengurangi
kadmium dan logam berat beracun lainnya
dalam air limbah, yaitu dengan sistem
pengompleksan, oksidasi atau reduksi kimia,
ekstraksi pelarut, presipitasi kimia, reverse
osmosis, pertukaran ion, filtrasi, proses
membran, penguapan dan koagulasi.
Dibandingkan dengan metode-metode
tersebut, adsorpsi merupakan salah satu
metode untuk mengurangi zat pencemar
dari air limbah yang paling banyak
digunakan karena metode ini aman, tidak
memberikanefek samping yang
membahayakan kesehatan, tidak
memerlukanperalatanyangrumitdanmahal,m
udah pengerjaaannya dan dapat di daur
ulang.
Beberapa penelitian menggunakan
adsorben biomassa seperti yang dilakukan
oleh Semerjian (2009) yaitu menggunakan
serbuk kayu dari tanaman pinus, dan Perez-
Marin dkk., (2007) memanfaatkan kulit jeruk
untuk adsorpsi ion Cd(II). Sedangkan Li
dkk., (2010) menggunakan arang aktif dari
kayu cemara, pine needle, dan hasilnya
diperoleh kapasitas adsorpsi maksimum
sebesar 13,2 mg/g pada pH adsorbat 2,7 [1-
3]. Biomassa lain yang digunakan untuk
adsorben adalah tempurung biji nyamplung
(Calophyllum inophyllum L) seperti yang
dilaporkan oleh Lawal dkk., (2009) yang
digunakan untuk mengadsorpsi ion
Timbal(II) dengan tanpa diarangkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas
adsorpsi maksimum ion Pb2+ sebesar 34,51
mg/g [4]. Sedangkan pada penelitian
sebelumnya Ulfin.I , dkk (2014) telah
melakukan adsorpsi ion Cr(VI) dari larutan
dengan karbon aktif dari tempurung biji
nyamplung dan hasil yang didapat yaitu
kapasitas adsorpsi Cr(VI) sebesar 0,376
mg/g [5].
Tempurung biji nyamplung ini
merupakan suatu limbah dari pengolahan
biji nyamplung menjadi biodiesel yang belum
termanfaatkan dan sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai adsorben.
Pada penelitian ini digunakan
adsorben biomassa dan karbon aktif dari
tempurung biji nyamplung untuk
mengadsorpsi ion logam Cd2+ dalam larutan
Pembuatan karbon aktif melalui proses
pirolisis (karbonisasi) pada suhu 300°C serta
dilakukan aktivasi kimia menggunakan
H2SO4. Penggunaan H2SO4 sebagai
aktivator telah digunakan pada penelitian
sebelumnya yaitu oleh Gercel dkk.,dimana
karbon aktif yang dibuat berasal dari
biomassa Euphorbia rigida serta penelitian
yang dilakukan oleh Guo dkk., yang
membuat karbon aktif dari kulit pohon palem
[6]. Tempurung biji nyamplung memiliki
kandungan holoselulosa sebesar ±87,64%.
Kandungan holoselulosa tersebut lebih
besar daripada polisakarida kayu pada
umumnya berkisar antara 65-75%, Hal ini
ISBN :978-602-73159-0-7
menunjukkan bahwa tempurung biji
nyamplung dapat dikonversi menjadi karbon
aktif [7].
METODE PENELITIAN
Tempurung biji nyamplung digunakan
sebagai bahan adsorben dalam bentuk
biomasa dan karbon aktif. Adsorbat larutan
Cd dibuat dari padatan CdCl2·H2O yang
dilarutkan dalam akuabidest, untuk aktivasi
adsorben digunakan H2SO4,dan untuk
mengatur pH digunakan HCl dan KOH.
Peralatan yang digunakan adalah furnace
untuk proses karbonisasi biomassa
tempurung biji nyamplung dan pH-meter
digital yang digunakan untuk mengukur pH
larutan, sedangkan instrumen
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
untuk menganalisa kadar kadmium dalam
larutan, dan Spektrofotometer Infra Merah
Transformasi Fourier (FTIR) untuk
mengetahui gugus fungsi yang terkandung
dalam biomassa dan karbon aktif tempurung
biji nyamplung.
A. Pembuatan biomassa dan karbon
aktif
Tempurung biji nyamplung dicuci,
dikeringkan, lalu dihaluskan. Serbuk yang
sudah jadi diayak dengan ukuran mesh 120
mikron. Setelah itu biomassa yang
dihasilkan dipanaskan pada suhu 110°C.
Pada pembuatan karbon aktif, sebagian
biomassa diaktivasi dengan larutan H2SO4
50%, lalu disaring dan dicuci dengan
aquades hingga filtratnya netral. Residu
dikeringkan pada suhu 120°C, lalu
dikarbonisasi pa\\\da suhu 300°C selama 45
menit. Selanjutnya biomassa dan karbon
aktif dikarakterisasi gugus fungsi, luas
permukaan dan diameter pori serta kadar
air,
B. Proses Adsorpsi
Larutan stok kadmium 1000 mg/L dibuat
dengan melarutkan sejumlah padatan
CdCl2·H2O dalam HNO3 1%. Kemudian
larutan kerja Cd2+ yang digunakan sebagai
adsorbat dengan konsentrasi yang
diperlukan dibuat dengan mengencerkan
larutan stok Cd 1000 mg/L.
Secara garis besar percobaan adsorpsi
dilakukan sebagai berikut: 50 mL larutan Cd
(II) diatur pH nya dengan larutan HNO3 atau
KOH dan dituang dalam beaker glass yang
berisi adsorben karbon aktif. Campuran di
aduk dengan kecepatan 250 rpm pada
temperature ruang, Setelah waktu tertentu,
maka adsorben dipisahkan dan filtrat yang
diperoleh dianalisa kadar Cd nya dengan
SSA.
Pada penelitian ini dilakukan variasi pH,
waktu kontak dan konsentrasi adsorbat,
Studi desorpsi dilakukan pada biomassa dan
karbon aktif yang telah terisi kadmium
dengan menggunakan air dan HCl 4 N.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tempurung biji nyampung sebagai
bahan untuk pembuatan adsorben serta
biomassa dan karbon aktif yang dihasilkan
ditunjukkan pada Gambar 1. Biomassa dan
akrbon aktif yang diperoleh dihitung kadar
airnya dan dikarakterisasi luas permukaan,
diameter pori dan gugus fungsinya.
ISBN :978-602-73159-0-7
(A) (B) ( C )
Gambar 1 Tempurung biji nyamplung (A), biomassa dari tempurung biji nyamplung (B) dan
karbon aktif dari tempurung biji nyamplung
Karakteristik permukaan karbon aktif
dianalisa menggunakan Spektrofotometer
Infra Merah Transformasi Fourier (FTIR) untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada
biomassa serta karbon aktif yang dihasilkan.
Spektra FTIR dari biomassa dapat dilihat
pada pada Gambar 2. Dari spektra tersebut
dapat dilihat bahwa terdapat pita lebar pada
3436 cm-1, yang menunjukkan vibrasi
stretching –OH yang merupakan gugus
hidroksil baik dari kelompok alkohol atau asam
karboksilat, munculnya pita ini juga
mengindikasikan vibrasi stretching dari N-H.
Adanya gugus hidroksil tersebut bisa berarti
masih terdapat kandungan air dalam
biomassa sehingga dilakukan pengeringan
secara berkelanjutan [7]. Satu pita pada 2930
cm-1 yang merupakan vibrasi stretching C-H
yang berasal dari gugus CH, CH2, atau CH3.
Hal ini diperkuat dengan adanya vibrasi
bending CH2 pada 1441 cm-1 dan vibrasi
bending CH3 pada 1373 cm-1.Pita kuat yang
telihat pada 1627
cm-1 menunjukkan vibrasi stretching dari
gugus olefin C=C atau bend dari N-H amina
maupun amida. Sedangkan pada 1261 cm-1
menunjukkan vibrasi stretching dari C-N.
Terdapat pula gugus karbonil (C=O) pada
1734 cm-1 dan vibrasi stretching dari
C-O pada 1050 cm-1.
Gambar 2 Spektra IR dari Biomassa dan
Karbon Aktif Tempurung Biji Nyamplung
Spektra FTIR dari karbon aktif pada 3420 cm-1
yang menunjukkan vibrasi stretching dari N-H
atau adanya vibrasi stretching dari –OH
namun intensitas puncaknya lebih rendah jika
dibandingkan dengan spektra FTIR dari
biomassa. Hal ini mengindikasikan bahwa
H2SO4 sudah mulai memutus ikatan yang
menyebabkan terjadinya reaksi dehidrasi dan
eliminasi yang disertai dengan pelepasan
senyawa volatil seperti air, asam asetat,
metanol dan molekul kimia lainnya. Juga
diikuti dengan adanya aromatisasi parsial dan
pembentukan struktur ikat silang yang lebih
kuat. H2SO4 memecah banyak ikatan dalam
spesi alifatik dan aromatik yang ada pada
biomassa. Terlihat pita lemah pada 2923 cm-
ISBN :978-602-73159-0-7
% I
on
Cd
2+
ya
ng
te
rad
sorp
si
pH adsorbat
Gambar 3. Kurva pengaruh pH adsorbat
terhadap % ion Cd2+ yang teradsorpsi
(kondisi percobaan: konsentrasi adsorbat
50mg/L, massa adsorben 0,1 g, dan waktu
kontak 60 menit).
karbon
aktif
biomassa
1yang menunjukkan vibrasi dari gugus alifatik
(C-H) namun memiliki intensitas yang rendah
jika dibandingkan dengan spektra FTIR pada
biomassa tempurung biji nyamplung. Hasil ini
menunjukkan bahwa perlakuan suhu
karbonisasi mengarah pada peningkatan
aromatisitas dan dekomposisi serta memecah
sejumlah struktur besar (Gercel dkk., 2006).
Terdapat pula serapan yang sama antara
karbon aktif dan biomassa yaitu pada 1700
cm-1 dan 1620 cm-1 yang menunjukkan
adanya gugus karbonil (C=O) dan vibrasi
stretching dari gugus olefin (C=C) atau bend
dari N-H amina maupun amida. Jika
dibandingkan spektra karbon aktif dengan
biomassa maka terdapat perbedaan yang
cukup signifikan pada daerah 1400-750 cm-1.
Diantaranya adalah terdapat pita baru di
daerah 1227 cm-1 pada spektra karbon aktif
yang menunjukkan adanya vibrasi stretching
S=O. Vibrasi stretching dari S=O ini muncul
pada daerah 1250-1160 cm-1. Pita serapan
baru lainnya muncul pada 759 cm-1 yang
merupakan vibrasi stretch dari S-O yang
biasanya muncul pada daerah 1000-750 cm-1.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat
kompleks SO2 pada permukaan karbon aktif.
Kompleks SO2 ini berasal dari H2SO4 yang
berperan sebagai aktivator pada pembuatan
karbon aktif dari tempurung biji nyamplung ini.
Selain FTIR, biomassa dan karbon
aktif dari tempurung biji nyamplung dianalisis
kadar airnya dengan gravimetri. Hasilnya
kadar air untuk biomassa dan karbon aktif
masing masing adalah 9,64% dan 1,61% .
Luas permukaan dianalisa dengan
menggunakan metode BET dan ukuran
distribusi pori menggunakan BJH. Hasil yang
diperoleh untuk luas permukaan biomassa dan
karbon aktif masing masing adalah 0,293
m2/gram dan 61,339 m2/g, dan volume pori
0,041 cc/gram dan 0,015 cc/g, serta diameter
pori masing masing sebesar 3,371 nm untuk
biomassa dan untuk karbon aktif 3,781 nm.
Dari hasil diameter pori ini menunjukkan
bahwa biomassa dan karbon aktif ini
merupakan material mesopori karena ukuran
diameternya berada pada rentang diameter
antara 2 – 50 nm [8].
Proses Adsorpsi
Variasi pH Larutan Ion Cd2+
Tingkat keasaman dari suatu larutan
mempengaruhi proses adsorpsi ion logam
berat. Data adsorpsi ion Cd2+ dengan variasi
pH digambarkan dalam bentuk grafik seperti
pada Gambar 3.
Dari Gambar 3 diperoleh informasi
bahwa pada pH 2 dan 3 proses pengurangan
Cd dengan adsorben biomassa yaitu sebesar
0,297% dan 19,37%. Saat pH dinaikkan
menjadi 4 maka terjadi kenaikan yang
signifikan yaitu sebesar 70,18%. Prosentase
Cd2+ yang teradsorp terus naik seiring
kenaikan pH-nya. Akan tetapi kenaikan
ISBN :978-602-73159-0-7
tersebut berhenti hingga pH 10 dengan
perolehan prosentase Cd2+ teradsorp yang
tertinggi sebesar 99,53%. Setelah itu terjadi
penurunan pada saat pH 11 yakni diperoleh
prosentase ion Cd(II) yang teradsorp sebesar
74,7%.
Sedangkan untuk adsorben karbon
aktif, terjadi kenaikan prosentase Cd yang
teradsorp seiring dengan bertambahnya pH,
hingga mencapai pH 10 sebagai pH optimum
dengan prosentase penurunan sebesar
99,44%.
Jika diamati perubahan yang terjadi
sesuai pada gambar 3 maka dapat diketahui
bahwa pada saat pH rendah, maka
prosentase Cd yang terserap juga rendah. Hal
ini disebabkan permukaan biosorben
terprotonasi oleh ion H+ sehingga terjadi
persaingan antara proton H+ dengan ion Cd2+.
Sedangkan pada pH di atas 4 terjadi
peningkatan prosentase ion Cd2+ yang
teradsorp secara signifikan karena persaingan
ion H+ dengan ion Cd2+ berkurang. Sehingga
muatan positif Cd2+ dan ion Cd(OH)+ berikatan
secara bebas dengan sisi aktif permukaan
biosorben, sehingga pencapaian maksimum
penyerapan Cd terjadi pada pH 10. Namun
pada pH 11 terjadi penurunan kembali
prosentase Cd yang terserap karena kondisi
sisi aktif pada permukaan Cd terlalu banyak
OH-, sehingga permukaan biosorben terlalu
negatif dan berikatan dengan ion Cd2+
membentuk endapan Cd(OH)2. Maka jumlah
ion Cd2+ semakin sedikit yang dapat diadsorp
oleh biomassa karena sebagian besar ion
Cd2+ terbentuk ke dalam endapan Cd(OH)2.
Variasi Waktu Kontak
Gambar 4 menunjukkan pengaruh
waktu kontak adsorpsi ion Cd2+ dengan
biomassa dan karbon aktif dari tempurung biji
nyamplung.Pada Gambar 4 tersebut dilihat
bahwa pengaruh waktu kontak antara kedua
jenis adsorben mempunyai pola yang sama,
yaitu dengan bertambahnya waktu kontak
proses adsorpsi maka nilai % penurunan ion
Cd2+ juga makin meningkat, dan setelah itu
akan konstan. Pada adsorben biomassa,
terjadi peningkatan % penurunan yang cukup
besar untuk 10 menit pertama yaitu 91,62%
dan setelah 30 menit hampir tidak terjadi
peningkatan prosentase adsorpsi yang
signifikan atau konstan dengan bertambahnya
waktu kontak hingga 120 menit yaitu 98%.
Sedangkan pada adsorben karbon aktif, terjadi
peningkatan adsorpsi yang cukup besar pada
40 menit pertama dan setelah itu adosrpsi
berjalan konstan mulai menit ke 60 hingga
menit ke 120. Hal ini karena kondisi adsorben
sudah mulai jenuh untuk mengadsorp
sehingga prosentase ion Cd2+ yang teradsorp
mencapai kesetimbangan.
ISBN :978-602-73159-0-7
Variasi Konsentrasi adsorbat
Kurva pengaruh konsentrasi adsorbat
terhadap kapasitas adsorpsi (qt) dapat dilihat
pada Gambar 5.
Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat
bahwa kapasitas adsorpsi untuk kedua jenis
adsorben semakin meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi adsorbat (larutan
kadmium). Pada adsorben biomassa maupun
karbon aktif dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan kapasitas adsorpsi yang cukup
besar pada konsentrasi adsorbat hingga 1000
mg/L dan belum diperoleh kapasitas adsorpsi
maksimum, karena pada konsentrasi adsorbat
1000 mg/L adsorben masih cukup besar untuk
mengadsorp ion Cd dari larutan. Pada
konsentrasi awal larutan Cd 1000 mg/L,
diperoleh kapasitas adsorpsi untuk adsorben
biomassa aktif sebesar 424,64 mg/g dan
untuk adsorben karbon aktif sebesar 493,79
mg/g. Kapasitas adsorpsi untuk karbon aktif
lebih besar dibandingkan dengan biomassa,
hal ini karena luas permukaan karbon aktif
(61,339 m2/g) lebih besar dibandingkan
dengan biomassa (0,293 m2/g), Kenaikan
kapasitas adsorpsi dikarenakan pada saat
konsentrasi awal larutan rendah dengan
massa adsorben yang digunakan sama yaitu
0,1 gram, maka jumlah ion Cd2+yang harus
diadsorp oleh biomassa lebih sedikit
dibandingkan pada saat konsentrasi awal
larutan tinggi. Maka dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kenaikan konsentrasi awal
larutan Cd(II) sebanding dengan kapasitas
adsorpsinya.
Analisis Desorpsi
Jenis ikatan yang terbentuk antara adsorbat
dan adsorben ketika proses adsorpsi dapat
ditentukan dari proses desorpsi (pelepasan
adsorbat dari biosorben), dimana Cd yang
terikat secara ikatan kimia akan sulit
terdesorpsi dengan air, tetapi harus
menggunakan asam kuat sedangkan Cd yang
terikat secara ikatan fisika mudah terdesorpsi
dengan air. Data hasil proses desorpsi untuk
adsorben biomassa dan karbon aktif dapat
dilihat pada Tabel 1. Hasil desorpsi
menggunakan agen pendesorpsi air untuk
biomassa dan karbon aktif masing masing
diperoleh prosentase desorpsi sebesar
56,85% dan 11,80% sedangkan dengan agen
pendesorpsi HCl 4N diperoleh sebesar
85,79% dan 85,59%. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa adsorbat mudah lepas ketika
didesorpsi dengan air, hal ini menunjukkan
terjadinya ikatan fisika atau fisisorpsi antara
adsorbat dan biosorben. Ikatan yang terjadi
lemah karena adanya gaya van der waals,
sehingga ketika didesorpsi dengan air mudah
melarutkan kembali ion-ion yang terikat. Ketika
didesorpsi dengan asam kuat prosentase
desorpsi lebih besar, hal ini dikarenakan asam
kuat HCl 4N mampu melarutkan ion logam
lebih baik dibandingkan air. Maka pada
adsorpsi ion Cd(II) menggunakan biomassa
tempurung biji nyamplung dominan terjadi
ISBN :978-602-73159-0-7
adsorpsi secara kimia dibandingkan secara
fisika.
Tabel 1. Hasil proses adsorpsi-desorpsi ion Cd2+ menggunakan biomassa dan karbon aktif dari
tempurung biji nyamplung
ISBN :978-602-73159-0-7
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari proses
adsorpsi ion Cd2+ menggunakanadsorben
biomassa dan karbon aktif yang terbuat dari
tempurung biji nyamplung optimum terjadi pada
pH 10 dan waktu kontak 60 menit. Kapasitas
adsorpsi ion Cd2+untuk karbon aktif adalah
493,79 mg/g lebih besar dibandingkan
biomassanya yaitu 424,64 mg/g.Pada studi
desorpsi ion Cd2+ menggunakan HCl pada
biomassa dan karbon aktif didapatkan %
recovery desorpsi masing-masing adalah
85,79% dan 85,59%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
kepada Laboratorium Instrumentasi dan Sains
Analitik, Laboratorium Balai Besar Kesehatan
Surabaya, serta Laboratorium Lingkungan Hidup
ITS yang telah membantu proses analisis dalam
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Semerjian, L., 2010. J. Hazard. Mater 173,
236–242.
[2] Perez-Marin, A.B., Meseguer Zapata, V.,
Ortu˜no, J.F., Aguilar, M., S´aez, J.,
Llor´ens, M., 2007. J. Hazard. Mater 139,
122–131.
[3] Li, Z., Katsumi, T., Imaizumi, S., Tang, X.,
Inui, T., 2010. J. Hazard. Mater 183,410-
420.
[4] O.S. Lawal, A.R. Sanni, I.A. Ajayi, and
O.O.Rabiu.,2010, J. Hazard. Mater, 177,
829–835.
[5] Ulfin, I. Hendro J, dan Nadhifah
A.I,2014,Proseding SNKPK VI, UNS, O.
Gercel, and H. Gercel, 2007,
J.Chem.Eng.132, 289–297.
[6] S.Wibowo, 2009, Tesis, Sekolah Pasca
Sarjana IPB
[7] Beck, J.S., Vartuli, J.C., Roth, W.
J.,Leonowicz, M. E., Kresge, C.T.,Schmitt,
K.D.,Chu, C. T. W., Olson, D. H.Sheppard,
E.W., 1992. J. Am. Chem. Soc,.114,
10834-10843.
TANYA JAWAB
PENANYA : Budi Hastuti
Pertanyaan :
a) Biji nyamplung itu seperti apa?
b) Cd mengendap pada pH berapa?
c) Bagaimana pengukuran absorbans
padalarutan berkonsentrasi 500 ppm?
Agen
Pendesorpsi
Konsentrasi Cd2+ yang
terserap, mg/L (Adsorpsi)
Konsentrasi Cd2+yang
terlepas mg/L(Desorpsi)
% Desorpsi
biomassa Karbon
aktif
biomassa Karbon
aktif
biomassa Karbon
aktif
Air 49,373 49,376 28,069 5,826 56,85 11,80
HCl 49,132 49,472 42,150 42,344 85,79 85,59
top related