penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan prosedur kerja di rumah sakit gigi dan...
Post on 09-Aug-2015
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENILAIAN STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI KEPATUHAN PROSEDUR KERJA DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER
RINGKASAN
Peningkatan standar pelayanan kesehatan dari RSGM FKG Universitas Jember
dibutuhkan agar RSGM memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku. Penelitian tentang penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui
kepatuhan prosedur kerja dilakukan di RSGM FKG Universitas Jember untuk mengetahui
standar pelayanan rumah sakit yang diukur dari kepatuhan prosedur kerja yang dilakukan oleh
mahasiswa tingkat profesi FKG Universitas Jember dalam melakukan perawatan pulpektomi
pada Laboratorium Konservasi Gigi, perawatan ekstraksi gigi pada Laboratorium Bedah Mulut,
perawatan pembersihan karang gigi (scalling) pada Laboratorium Periodonsia dan perawatan
ulkus traumatikus pada Laboratorium Oral Medicine (OM).
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross
sectional dan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2006. Sampel penelitian sebanyak 65 orang dan
diinstruksikan untuk mengisi kuesioner, kemudian dilakukan observasi pada 14 orang dari
keseluruhan sampel penelitian.
Sampel sebanyak 60 orang (92,3 %) mematuhi standar pelayanan yang berlaku,
sedangkan lima sampel (7,7 %) tidak mematuhi standar pelayanan yang berlaku. Standar
pelayanan yang dilakukan mahasiswa tingkat profesi FKG UNEJ melalui kepatuhan prosedur
kerja di RSGM FKG Universitas Jember adalah baik dan sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku, yang dapat diketahui dari sebanyak 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur kerja,
sedangkan lima sampel (7,7%) tidak mematuhi prosedur kerja. Kepatuhan terhadap prosedur
kerja tidak dipengaruhi oleh nilai IPK, pengetahuan, angkatan, sarana dan prasarana yang
dimiliki RSGM.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Penilaian Standar
Pelayanan Rumah Sakit Melalui Kepatuhan Prosedur Kerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember taufik, dan hidayah-Nya, dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember (FKG UNEJ).
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
2. drg. Arief Setiyoargo, M.Kes, MMR dan drg. Kiswaluyo, M.Kes selaku dosen
pembimbing utama dan dosen pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberi bimbingan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. drg. Ekiyantini Widyawati selaku sekretaris penguji yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. drg. Abdul Rochim, M.Kes.MMR, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberi semangat.
5. Ayahanda dan Ibunda beserta seluruh keluarga besar yang telah memberi doa dan
dukungan hingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kakak-kakakku, Zaenal Abidin dan Diah Ary Puspitarini, S.Si yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan nasehat saat sedih maupun senang.
7. Adikku, Dinar Ary Kartikasari yang selalu mendukungku setiap saat.
8. Keponakanku tersayang, Robert Qolby Satria Ramadhani yang selalu menghadirkan
keceriaan dalam hidupku.
9. Andrias Risza Tristya, kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa orang lain, kita
akan selalu membutuhkan orang lain, yang berada di samping kita saat senang, sedih,
marah, takut dan menangis, kita akan selalu berjuang bersama.
10. Teman seperjuanganku, Adita Fajarningrum (simba) yang telah berjuang bersamaku dan
selalu saling memberi semangat.
11. Sahabat-sahabatku: Paw2, Lia, Endi, Mami, Simba, Henny, Fara, Numie, Indah, Ismy,
Mas Rendra dan teman-teman angkatan 2002 yang selalu menemaniku dan memberi
dukungan untuk terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teman-teman kos Belitung I/11A: Endi, Indah, Rina, Ricca, Mbak Sasi dan Rini yang
selalu menghadirkan keceriaan dan memberikan dorongan untuk terselesainya Karya
Tulis Ilmiah ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Oleh karena itu, Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan yang perlu terus
disempurnakan. Seperti kata pepatah Tiada Gading Yang Tak Retak. Saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu terbuka demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jember, Januari 2008 Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera, baik dari segi badan, mental spiritual (dirinya sendiri)
maupun segi sosial budaya (lingkungannya). Sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak
hanya oleh perorangan, tetapi oleh keluarga, kelompok dan masyarakat. Keadaan sehat
membutuhkan banyak hal, salah satu diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
(Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Leevey dan Loomba, 1973 dalam Azwar,1996).
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan ada dua, yaitu pelayanan kedokteran dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution). Tujuan utamanya
untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasaran utamanya untuk
perseorangan dan keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya
adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, sasaran utamanya
untuk kelompok dan masyarakat (Hodgetts dan Cascio, 1983 dalam Azwar, 1996).
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2002).
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember (RSGM FKG
Universitas Jember) merupakan rumah sakit khusus, karena hanya memberikan satu jenis
pelayanan kesehatan yaitu kesehatan gigi dan mulut. RSGM FKG Universitas Jember
mengharapkan agar tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat
terpenuhi, maka rumah sakit merupakan sarana pelayanan yang paling dibutuhkan, karena
memberikan pelayanan secara optimal dari tingkat dasar hingga paling canggih. Kesehatan gigi
dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kesehatan lainnya, sangat
membutuhkan sarana pelayanan kesehatan yang komprehensif dan multifungsional berupa
rumah sakit gigi dan mulut sebagai pusat rujukan bagi pelayanan kesehatan gigi, lahan
pendidikan dan penelitian. Peningkatan standar pelayanan kesehatan dari RSGM FKG
Universitas Jember dibutuhkan agar RSGM dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan mutu pelayanan yang memenuhi standar pelayanan yang berlaku (Depkes RI, 2003).
Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap
dari pelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for
Population Options dalam Azwar, 1996).
Penilaian tentang standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan prosedur kerja di
RSGM FKG Universitas Jember merupakan salah satu upaya evaluasi hasil karya tenaga kerja
dengan membandingkan terhadap standar. Penilaian prestasi harus melibatkan seluruh jajaran
organisasi, penilaian harus mengetahui benar aspek yang berkaitan dengan tugas, tanggung
jawab tenaga kerja dan mengetahui kriteria yang akan dinilai, terlebih dahulu harus ditetapkan
instrumen penilaian prestasi kerja (Darmanto, 1997).
RSGM FKG Universitas Jember merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dengan
rata-rata kunjungan per hari 118 orang dan jumlah total kunjungan dalam 1 tahun adalah 25.759
orang. Jumlah tersebut sudah melebihi standar minimal rata-rata kunjungan yang telah
ditetapkan. Dewi Irin (2005), menyatakan bahwa 85,7% responden menyatakan puas dengan
pelayanan yang diberikan RSGM FKG Universitas Jember. Iin Rahmawati (2006) menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSGM belum baik, karena hanya 41,8%
responden yang menjawab baik. Dengan jumlah pasien setiap tahun yang terus meningkat,
penulis ingin mengetahui apakah pelayanan yang diberikan kepada pasien sudah mematuhi
standar pelayanan yang berlaku.
Penelitian tentang penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan prosedur
kerja dilakukan di RSGM FKG Universitas Jember untuk mengetahui standar pelayanan rumah
sakit yang diukur dari kepatuhan prosedur kerja yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat profesi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah bagaimana standar pelayanan RSGM yang diukur melalui
kepatuhan prosedur kerja yang diterapkan oleh RSGM FKG Universitas Jember.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui standar pelayanan rumah sakit yang dilakukan
mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang melaksanakan
praktikum klinik melalui kepatuhan prosedur kerja di RSGM FKG Universitas Jember.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
1. Meningkatkan standar pelayanan RSGM FKG Universitas Jember
2. Memberikan masukan dan evaluasi pada pihak RSGM FKG Universitas Jember untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik di masa datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta
sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (American
Hospital Association; 1974 dalam Azwar, 1996).
Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah tempat
dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana
pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan
lainnya diselenggarakan. Association of Hospital Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa
rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan
penelitian kedokteran diselenggarakan.
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam Djojodibroto (1997)
adalah:
1. memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis
2. menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan pasien
3. sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran dan kedokteran gigi jenjang diploma,
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan
pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran.
2.1.3 Karakteristik Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1. sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional
2. wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3. tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial
4. beban kerjanya tidak bisa diatur
5. jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6. hampir semua kegiatannya bersifat penting
7. pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus dipandang sebagai
individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus
mendapat perhatian penuh
8. pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9. pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.
2.1.4 Macam Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu menurut:
1. Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit pemerintah (goverment
hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).
2. Filosofi yang dianut
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang tidak mencari keuntungan
(non-profit hospital) dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).
3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan.
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general hospital) yang
menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah sakit khusus (specially hospital).
4. Lokasi rumah sakit
Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam, tergantung dari pembagian sistem pemerintah
yang dianut, misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit propinsi
jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten jika lokasinya di ibukota
kabupaten.
Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari kemampuan
yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan
rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi
(propincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah
sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
3. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak
dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota
kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
4. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan
pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung
pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
5. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan satu
macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit
kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain
sebagainya.
2.2 Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Rumah sakit gigi dan mulut adalah rumah sakit khusus yang memyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dan merupakan sarana pendidikan dan penelitian tenaga
kesehatan gigi tingkat (D1, D3 dan S1), pendidikan (dokter gigi dan dokter spesialis) serta
pendidikan magister dan doktoral, S2, spesialis dan S3 (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 1173 tahun 2004 tentang rumah
sakit gigi dan mulut menyatakan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut (selanjutnya disingkat
RSGM) adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat
jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis.
RSGM terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Laboratorium Periodonsia
2. Laboratorium Oral Medicine (OM)
3. Laboratorium Bedah Mulut
4. Laboratorium Prostodonsia
5. Laboratorium Ortodonsia
6. Laboratorium Konservasi
7. Laboratorium Pedodonsia
8. Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
2.2.2 Fungsi dan Tujuan RSGM
Fungsi RSGM adalah:
1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi;
a. sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder, dan tersier, penunjang, rujukan dan
gawat darurat kesehatan gigi dan mulut.
b. wadah pengembangan konsep pelayanan kedokteran gigi.
c. pusat unggulan pelayanan kedokteran gigi.
2. Pendidikan
sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran gigi jenjang diploma, dokter gigi, dokter
gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan berkelanjutan
bidang kedokteran gigi.
3. Penelitian
a. pusat penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu kedokteran gigi,
b. pusat penerapan obat, bahan dan kedokteran gigi
(Depkes RI, 2003).
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan nomer 1173 tahun 2004,
menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu RSGM Pendidikan dan RSGM non
Pendidikan. RSGM Pendidikan adalah RSGM yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut, yang juga digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian
bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui
kerjasama dengan fakultas kedokteran gigi.
Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai dengan tuntutan
masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi.
Tujuan khusus RSGM, yaitu:
a. tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat secara optimal,
meliputi :
1) pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi
umum.
2) pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter
gigi spesialis.
3) pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi
subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan.
b. tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya.
c. tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
pada kedokteran gigi.
d. tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih rendah.
e. tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum (rujukan secara
pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan pelayanan kesehatan terintegrasi,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh RSGM Pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Menteri Kesehatan No.1173 tahun 2004 adalah:
1. kebutuhan akan proses pendidikan,
2. fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan,
3. aspek manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit,
4. aspek keuangan dan sumber dana,
5. memiliki kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Kolegium Kedokteran
Gigi.
2.2.3 Sasaran RSGM
Sasaran RSGM adalah tercapainya mutu pelayanan kesehatan gigi yang dapat memberi
perlindungan kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan gigi, pendidikan dan penelitian
(Depkes RI, 2003).
2.2.4 Sarana Peralatan RSGM
RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan
sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah :
1. lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang
2. bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan kerja dan analisis
dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah
Menteri Kesehatan nomer 1173 tahun 2004, meliputi:
a. jumlah dental unit 50
b. jumlah dental chair 50 unit
c. jumlah tempat tidur 3 buah
d. peralatan medik, meliputi :
1) 1 unit intra oral camera
2) 1 unit dental X-ray
3) 1 unit panoramic X-ray
4) 1 unit Cephalometri X-ray
5) 1 unit autoclave /7 unit sterilizator
6) 1 camera
7) 1 digital intra oral.
RSGM dapat memiliki peralatan medik khusus lainnya, meliputi :
1. 1 unit laser
2. 1 radiografi (Radio Visio Graphi).
Perbandingan standar peralatan RSGM yang disusun oleh Direktorat Pelayanan Medis
Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki oleh RSGM FKG UNEJ, yaitu:
Tabel 1.
Perbandingan Standar Peralatan RSGM
NO
Peralatan Standar DepkesKeadaan di RSGM FKG UNEJJumlah Saat ini
BaikRusakRingan Berat
1.
2
3.
4.
Jumlah dental unitJumlah dental chairJumlah tempat tidurPeralatan medik lainnya
50 unit
50 unit
3 unit
1 unit laser1 unit intra oral cameraI unit dental foto1unit cephalometri X- ray7 unit sterilisator1 camera1 digital intra oral1 radiografi (Radio Visiograph)
108
108
1
-3
11
13--
-
99
99
-
-2
11
12--
-
-
-
-
--
--
---
-
9
9
-
-1
--
1--
-
Sumber: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.2.5 Tenaga Kesehatan
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomer 1173 tahun 2004
harus memiliki tenaga yang meliputi :
1. Tenaga medis kedokteran gigi, yang terdiri dari :
a. dokter gigi
b. dokter gigi spesialis, yang meliputi :
1) bedah mulut
2) orthodonsia
3) konservasi
4) prostodonsia
5) pedodonsia
6) periodonsia
7) oral medicine
2. Dokter/spesialis lainnya
a. dokter dengan pelatihan PPGD
b. dokter anestesi
c. dokter penyakit dalam
d. dokter spesialis anak
3. Tenaga Keperawatan
a. perawat gigi
b. perawat
4. Tenaga kefarmasian
a. apoteker
b. analis farmasi
c. asisten apoteker
5. Tenaga Keteknisan Medis
a. radiografer
b. teknisi gigi
c. analis kesehatan
d. perekam medis
6. Tenaga Non Kesehatan
a. administrasi
b. kebersihan
RSGM Pendidikan dalam memenuhi kurikulum pendidikan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus menyediakan tujuh dokter gigi spesialis tersebut diatas dan
dokter gigi spesialis lainnya, meliputi bidang kesehatan gigi masyarakat (dental public health),
dental material, oral biology dan dental radiology (Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan
Nomer 1173, 2004).
Perbandingan standar tenaga medis RSGM yang disusun oleh Direktorat Pelayanan
Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki oleh RSGM FKG
UNEJ, yaitu:
Tabel 2.
Perbandingan Standar Tenaga Medis RSGM
No TenagaStandar Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNSPNS Depkes
PNSPNS Depkes
1 Dokter gigi umum 7 orang 57 52+211 - - 32 Dokter gigi ahli
a. Bedah mulutb. Ortodonsiac. Konservasid. Prostodonsiae. Pedodonsiaf. Periodonsiag. Oral Medicine
1 orang1 orang1 orang1 orang1 orang1 orang 1 orang
212+11
1112
112
1111111
-------
-------
11-----
3 Dokter/ahli lainnyaa. Anastesib. Dokter umum/gawat
daruratc. Penyakit dalamd. Anak
1 orang1 orang
1 orang1 orang
11
11
--
--
--
--
--
--
11
11
Jumlah 18 orang 70 61 - - 9
Keterangan:1 : status kontrak kerja
2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
Tabel 3.
Perbandingan Standar Tenaga Keperawatan dan Tenaga Lain RSGM
No TenagaStandar Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNSPNS Depkes
PNSPNS Depkes
1 Tenaga keperawatana. perawat gigi/teknisi
laboratorium gigi (A.Md)
14 orang 71 4 - - -
b. perawat umum 1 orang 2 2 - - -2 Tenaga kesehatan
lainnyaa. analis laboratorium
(A.Md)- 6 6 - - -
b. Teknisi radiologi (A.Md)
- 2 1 - - -
Jumlah 15 orang 9+81 13 - - -4 Tenaga non kesehatan
a. Rekam medik 1 oarang 21 - - - -b. Teknisi 1 orang 1+11 - - - -c. Kasir 1 orang 21 - - - -
d. Adm. Keuangan-sarana dan prasarana
1 orang 2 - - - -
e. Kebersihan 1 orang 31 - - - -Jumlah 5 orang 11
Keterangan:1 : status kontrak kerja2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.3 Standar Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline, 1990 dalam
Azwar, 1996).
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980 dalam Azwar, 1996).
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan agar pemakai jasa dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang
diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983 dalam Azwar, 1996).
Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun 2002 menyatakan bahwa standar adalah
spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.
Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan
evidence base. Standar pelayanan rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan pelayanan
manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan,
baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
Standar pelayanan dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar pelayanan yang
diberikan secara langsung oleh dokter kepada pasien, terlepas dari strata unit pelayanan tempat
dia bekerja. Masalah keterbatasan sarana dan teknologi hanya menjadi pertimbangan ketika
kelak terjadi penyimpangan (Mohamad, 2005).
Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang berlaku dan
kode etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar profesi kedokteran
gigi yang ditetapkan.
Standar profesi berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 adalah pedoman yang
harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan
yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menghormati hak pasien. Hak pasien adalah hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan,
hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion) (Nasution, 2005).
Setiap RSGM dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban-kewajiban, salah satunya
adalah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan RSGM dan standar profesi
kedokteran gigi yang ditetapkan.
Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem lembaga, orang, tekonologi dan sumber daya
yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan suatu populasi, misalnya pencegahan,
promosi, pengobatan dan sebagainya (Adikoesoemo, 1997).
Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996) adalah sebagai
berikut:
a. Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli farmasi yang baik
b. Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi anatomi dan patologi klinik
c. Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan fasilitasnya
d. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan
dan keselamatan pasiennya.
Crosby dalam Azwar (1997) menyatakan bahwa mutu adalah kepatuhan terhadap standar
yang telah ditetapkan, sedangkan Aditama (2002) menyatakan bahwa mutu adalah pelayanan
yang mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar
profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaian-penilaian, baik
terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan kesehatan dan kepatuhan
terhadap standar pelayanan. Setiap orang mempunyai kriteria untuk kualitas dan mempunyai
cara-cara penilaian yang berbeda. Penyedia layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah
para pasien yang memberikan pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi
yang dilayani (Kongstvedt, 2000). Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa
mutu suatu pelayanan kesehatan dianggap baik apabila tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah
menetapkan standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang ada dan
membandingkan dengan standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga meliputi upaya
memperoleh kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan (Aditama, 2002).
Standar ini telah dikembangkan oleh badan usaha, atau badan usaha dapat menggunakan standar
yang dikembangkan oleh organisasi profesional dan dipublikasikan dalam literatur medis
(Kongstvedt, 2000).
Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan Rosenberg dalam Aditama
(2002), yaitu:
a. Aspek pendekatan
1. Pendekatan secara umum
Pendekatan secara umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit dan atau petugas
dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para petugas dapat dinilai tingkat
pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta pengalaman yang dimilikinya. Rumah sakitnya dapat
dinilai dalam segi bangunan fisik, administrasi organisasi dan manajernya, kualifikasi SDM yang
tersedia dan kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat itu.
2. Pendekatan secara khusus
Pendekatan secara khusus dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien dengan pemberi
pelayanan di rumah sakit.
b. Aspek teknik
Dilakukan penilaian atas tiga komponen, yaitu:
1. Komponen struktur
Komponen struktur menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan fisik, struktur
organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain.
2. Komponen proses
Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan dengan pasiennya.
3. Komponen hasil
Komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai kekurangannya). Penilaian dapat
dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status pengobatan dan kepuasan
pasiennya.
c. Aspek kriteria
1. Kriteria eksplisit, yaitu kriteria yang nyata tertulis
2. Kriteria implisit ,yaitu kriteria yang tidak tertulis.
2.4 Kepatuhan Prosedur Kerja
Kepatuhan para tenaga medis atau paramedis dalam memberikan pelayanan mengacu
kepada standar dan prosedur sangat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Pelayanan kesehatan yang baik dimulai dengan meningkatnya kepatuhan terhadap standar
pelayanan medis. Jika petugas kesehatan mematuhi dan mengikuti standar pelayanan kesehatan
yang terbaik, diharapkan pasien akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk sembuh,
artinya kesakitan dan kematian akan menurun (Wijono, Djoko. 1997).
Donabedian dalam Wijono (1997) menyatakan bahwa hasil pekerjaan (outcome) secara
tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan medis. Diawali
dengan tersedianya input atau struktur yang bermutu dalam pelayanan kesehatan, dan adanya
proses pelayanan medis sesuai dengan standar atau kepatuhan terhadap standar pelayanan yang
baik, diharapkan hasil pekerjaan (outcome) pelayanan medis yang bermutu. Hasil pelayanan
tidak bermutu apabila berbeda atau tidak seperti yang diharapkan atau tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Departemen Kesehatan RI (2000) menyatakan bahwa tahapan prosedur pelayanan
kesehatan gigi dan mulut antara lain:
1. persiapan petugas (dokter gigi atau perawat gigi menggunakan lab jas, masker, dan sarung
tangan)
2. anamnesa dilakukan dengan lengkap dan jelas tentang identitas pasien, keluhan utama, dan
riwayat kesehatan pasien (tentang penyakit jantung, hipertensi, alergi, dan lain-lain)
3. pemeriksaan ekstraoral dan intraoral
4. menentukan diagnosa
5. persiapan tindakan meliputi rencana perawatan atau pengobatan, informed consent, sterilisasi
alat
6. tindakan medik gigi, misalnya konservasi (tambal sementara atau tambal tetap), pencabutan (gigi
susu, gigi tetap), pembersihan karang gigi (supragingiva, subgingiva), pengobatan abses dan
lain-lain
7. kontrol tindakan atau konseling dapat berupa nasehat-nasehat perawatan tindakan merujuk dan
menerima pasien.
2.4.1 Prosedur Kerja di Laboratorium Bedah Mulut
Prosedur ekstraksi gigi di Laboratorium Bedah Mulut, yaitu:
1. antiseptik
2. anastesi lokal
3. pencabutan
4. periksa kelengkapan gigi dan periksa soket
5. kompresi soket gigi
6. tamponade
7. instruksi pasca ekstraksi
8. bila perlu pemberian obat, yaitu antibiotika, analgetika dan ruborantia.
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ekstraksi gigi, yaitu:
1. standar alat diagnostik (kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah lingkaran, ekskavator dan
pinset)
2. set alat exodontia [tang rahang bawah (untuk gigi insisivus dan molar), tang rahang atas (bentuk
lurus, huruf S dan bayonet), elevator, chisel dan hammer] (PDGI, 1999).
2.4.2 Prosedur Kerja di Laboratorium Periodonsia
Prosedur pembersihan karang gigi (scalling) di Laboratorium Periodonsia, yaitu:
1. DHE meliputi pemberian disclosing agent, teknik dan cara membersihkan gigi (sikat gigi,
flossing), pengendalian plak di rumah, pola makan ( jenis, frekuensi, komposisi, konsistensi
makanan), menghilangkan kebiasaan buruk, anjuran kunjungan berkala
2. pemberian resep bila diperlukan ( kasus akut, proteksi penyakit jantung)
3. pemolesan
4. scalling supra dan sub gingiva
5. root plannig.
6. koreksi restorasi berlebih
7. menumpat karies servikal
8. penyesuaian oklusi sederhana bila perlu
9. melakukan splint sementara bila perlu
10. pemberian obat kumur
11. pemberian topical anastesi pada kasus hipersensitivitas
12. evaluasi hari ke 5-7.
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan pembersihan gigi (scalling), yaitu:
1. alat standar, yaitu kaca mulut, sonde, pinset, sonde dan periodontal probe
2. alat penjaga kebersihan mulut, yaitu sikat gigi dan benang gigi
3. alat oral propilaksis, yaitu sikat poles, karet poles dan bahan poles
4. Alat scalling dan root planing konvensional dan elektrik (PDGI, 1999).
2.4.3 Prosedur Kerja di Laboratorium Oral Medicine
Prosedur kerja perawatan ulkus traumatikus di Laboratorium Oral Medicine, yaitu:
1. eliminasi penyebab,
2. pemakaian obat kumur
3. pemberian benzokaine 4 % dalam borax gliserin
4. obat-obat yang anastetik
5. hindari makanan atau minuman yang merangsang
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ulkus traumatikus, yaitu:
1. dental chai,
2. alat-alat dasar pemeriksaan penyakit mulut, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde semilunar,
ekskavator dan pinset
3. obat- obat topikal untuk penyakit mulut
4. alat dan bahan untuk sterilisasi dan asepsis (PDGI, 1999).
2.4.4 Prosedur Kerja di Laboratorium Konservasi Gigi
Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pulpektomi di Laboratorium Konservasi
Gigi, yaitu:
1. anastesi
2. pengukuran panjang kerja
3. preparasi kavitas
4. pembukaan atap pulpa
5. pulpotomi pulpa dengan ekskavator tajam
6. perdarahan ditekan dengan kapas steril
7. preparasi ruang pulpa
8. ekstirpasi pulpa
9. pembentukan saluran akar
10. irigasi NaOCl 2,5 %
11. pengeringan saluran akar dengan paper point
12. pengobatan saluran akar dengan ChKM
13. pada kunjungan berikutnya pengisian saluran akar dengan guttap point dan sealer (tergantung
kondisi)
14. tumpatan tetap dengan onlay post core crown, dengan basis ZnOE atau resin komposit
(tergantung sisa / keadaan jaringan keras gigi)
Peralatan yang digunakan dalam perawatan pulpektomi, yaitu:
1. dental unit lengkap (dengan suction dan saliva ejector)
2. alat pemeriksaaan standar, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde semilunar, ekskavator dan
pinset.
3. alat preparasi kavitas endodontik, yaitu bur intan bulat dan fissure panjang high speed
4. alat preparasi saluran akar, yaitu jarum miller, jarum ekstirpasi, file, reamer, irigasi,lampu
spiritus, alat pengukur dan stopper karet
5. alat pengisi saluran akar, yaitu jarum lentulo, spreader dan root canal plugger (PDGI, 1999).
Lampiran D. Prosedur Kerja di RSGM FKG Universitas Jember
I. Prosedur Kerja di Laboratorium Bedah Mulut
A. Prosedur tetap penanganan merawat pasien di Laboratorium Bedah Mulut,yaitu:
1. Sebelum dan sesudah melaksanakan perawatan pasien, mahasiswa harus melapor kepada dosen
pembimbing. Tidak ganti dosen pembimbing kecuali sepengetahuan pembimbing sebelumnya
atau pembimbing terakhir menerima limpahan tugas dari pembimbing sebelumnya.
2. Siapkan dental unit yang akan digunakan, pastikan berfungsi baik dan bersih.
3. Pada waktu memeriksa pasien, mahasiswa harus memakai masker dan sarung tangan , dan
mengenakan tutup kepala ( khusus untuk tindakan di kamar operasi)
4. Alat dan obat-obatan yang akan digunakan untuk merawat penderitaharus ditunjukkan terlebih
dahulu kepada dosen pembimbing. Alat-alat yang ditunjukkan harus sudah disterilkan dan dalam
konsisi dingin, apabila sudah selesai digunakan harus dicuci kemudian diserahkan kepada
petugas klinik dalam keadaan bersih dan lengkap.
5. Setelah selesai perawatan, mahasiswa wajib membersihkan dental unit yang baru digunakan.
B. Prosedur ekstraksi gigi di Laboratorium Bedah Mulut, yaitu:
1. Periksa kelengkapan pra ekstraksi, yaitu operator menggunakan masker dan hand scoon, pasien
menggunakan lap dada.
2. Persiapan alat, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sond setengah lingkaran, pinset dengan ujung
berkerat, ekskavator, tempat tampon, tempat kotoran, petridish berseker, neirbeaken, tempat
alkohol ( deppen glass), syringe untuk anastesi lokal dan alat pencabut gigi ( tang dan elevator).
3. Persiapan bahan, yaitu tampon steril, antiseptik desinfektan, anastesi lokal dan
analgetik/antibiotik.
4. Ada persetujuan lisan dari penderita dan atau keluarganya.
5. Asepsis daerah yang akan dilakukan tusukan jarum anastesi lokal.
6. Anastesi lokal (sesuai dengan keadaan umum penderita).
7. Ekstraksi gigi.
8. Periksa kelengkapan gigi (mahkota dan jumlah akar), soket (dari jaringan granuloma).
9. Kompresi soket gigi.
10. Druk tampon dengan kasa steril.
11. Instruksi paska ekstraksi.
10. Bila diperlukan resep antibiotik dan analgetik.
II. Prosedur kerja di Laboratorium Periodonsia
A. Prosedur pembersihan karang gigi (scalling) di Laboratorium Periodonsia, yaitu:
1. Pembersihan karang gigi supragingiva.
2. Pembersihan karang gigi sub gingiva dn root planning.
3. Memoles seluruh permukaan gigi.
4. Gingiva diolesi antiseptik.
B. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan pembersihan gigi (scalling), yaitu:
1. Dental chair unit.
2. Alat-alat dasar pemeriksaan periodonsia, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah
lingkaran, pinset dengan ujung berkerat, ekskavator, tempat tampon, tempat kotoran, petridish
bersekat, neirbeaken, tempat alkohol, contra angle low speed, alat pulas, sickle, hoe, file, kuret
dan probe periodontal.
3. Alat scalling dan root planing konvensional dan elektrik
4. Bahan untuk scalling, yaitu cotton roll, cotton pellet, tampon, pasta pembersih (cryth) dan bubuk
abrasif.
III. Prosedur Kerja di Laboratorium Oral Medicine
A. Prosedur kerja perawatan ulkus traumatikus di Laboratorium Oral Medicine yaitu:
1. Pasien mengikuti prosedur penerimaan di klinik prenyakit mulut.
2. Dilakukan pemeriksaan meliputi :
a. Subyektif: rasa sakit disebabkan trauma
b. Obyektif:
ekstra oral : kelenjar lymphe
intra oral : terdapat ulser, bentuk tidak teratur, tengah putih, tepi kemerahan, sakit..
c. Melakukan perawatan dengan pemberian obat topikal: anastesi / anti inflamasi, pemberian
multivitamin jika diperlukan
d. Pemberian resep
e. Konsul ke bagian lain (Ortodonsia, Konservasi, Bedah Mulut)
f. Kontrol 1 minggu kemudian.
B. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan ulkus trumatikus, yaitu:
5. Dental chair.
6. Alat-alat dasar pemeriksaan penyakit mulut, yaitu sonde lurus, sonde setengah lingkaran, pinset
dengan ujung berkerat, ekskavator, tempat tampon, tempat kotoran, petridish bersekat,
neirbeaken dan tempat alkohol.
7. Obat- obat topikal untuk penyakit mulut.
IV. Prosedur Kerja di Laboratorium Konservasi Gigi
A. Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pulpektomi di Laboratorium Konservasi Gigi, yaitu:
1. diagnosa
2. informed consent
3. asepsis daerah kerja
4. melakukan anastesi lokal sesuai dengan teknik infiltrasi atau blok sesuai dengan regio gigi yang
dirawat
5. pembuatan cavity entrance sesuai karies dan gigi
6. ekstirpasi pulpa
7. DWF (foto pengukuran panjang kerja)
8. preparasi saluran akar sesuai dengan kondisi saluran akar (teknik konvensional dan step back)
menggunakan reamer dan file
9. melakukan irigasi dengan H2O2 3% dan aquadest steril secara bergantian setiap pergantian alat
preparasi
10. trial guttap
11. foto trial guttap untuk melihat hasil preparasi
12. sterilisasi saluran akar dengan obat-obatan sterilisasi secara bergantian
13. melakukan perbenihan
14. melakukan pengisian saluran akar dengan teknik sesuai dengan teknik preparasinya (teknik
kondensasi lateral dan single cone). Bahan pengisi berupa guttap point, sealernya ZnOChKM.
15. melakukan foto pengisian untuk melihat hasil pengisian saluran akar
16. penderita diminta kontrol 1 minggu kemudian dirujuk untuk dilakukan tumpatan tetap.
B. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan pulpektomi, yaitu:
a. Dental chair.
b. Alat-alat dasar pemeriksaan , yaitu sonde lurus, sonde setengah lingkaran, pinset dengan ujung
berkerat, ekskavator, tempat tampon, tempat kotoran, petridish bersekat, neirbeaken, tempat
alkohol, semen spatula, contra angle high speed, macam- macam mata bur diamond high speed,
jarum miller, jarum ekstirpasi, file dan reamer, alat irigasi, alat pengukur (penggaris), stopper
karet, jarum lentulo, spreader, root canal plugger dan lampu spiritus.
c. Bahan-bahan yang digunakan, yaitu cotton roll, cotton pellet, tampon, H2O2 3%, aquadest steril,
guttap point, obat sterilisasi saluran akar, ZnOChKM, dan tumpatan sementara.
A
DAFTAR BACAAN
Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Aditama, Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Universitas Indonesia
Astoeti, T.E. 2000. Kepuasan Pelanggan sebagai Tantangan Dokter Gigi diIndonesia dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Memasuki MilleniumKetiga. Dalam majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Edisi Khusus FORIL (Juni)Usakti. Jakarta : FKG Usakti.
Astoeti, T.E. 2000. Strategi Pengembangan Institusi Pelayanan Kesehatan Gigi dengan Pendekatan Riset Operasional. Dalam Jurnal Kedokteran UI. Vol. 7. Edisi Khusus. Jakarta : FK UI.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih bahasa: Prof. dr. drg. Rasinta Tarigan. Jakarta: EGC
top related