penggolongan antibiotika
Post on 26-Dec-2015
56 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Penggolongan Antibiotika
July 5, 2011
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit , misalnya azaserine.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :
AminoglikosidaDiantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Beta-LaktamDiantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
GlikopeptidaDiantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
PolipeptidaDiantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
PolimiksinDiantaranya polimiksin dan kolistin.
Kinolon (fluorokinolon)Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
OksazolidinonDiantaranya linezolid dan AZD2563.
SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid :Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik :Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :
Golongan PenisilinDihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui
Golongan SefalosporinDihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:
Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim
Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim
Golongan LincosamidesDihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).
Golongan TetracyclineDiperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.
Golongan KloramfenikolBersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
Golongan MakrolidaBersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.
Golongan KuinolonBerkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.Penggolongan :
o Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
o Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.
Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.
AminoglikosidaDihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.
Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
MonobaktamDihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam
SulfonamideMerupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:Infeksi saluran kemih : kotrimoksazolInfeksi mata : sulfasetamidRadang usus : sulfasalazinMalaria tropikana : fansidar.Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.Tifus : kotrimoksazol.Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia
VankomisinDihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.
Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase.
Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).
Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.
PERAWATAN PULPCAPPING, PULPEKTOMI (ENDO INTRAKANAL)
PENDAHULUAN
Perawatan endodontic adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap
tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya
seorang klinisi (Dokter Gigi), harus mengtahui prinsip-prinsip ilmu endodontic secara
benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan
mempertahankan sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin
di dalam mulut dan menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam
soketnya, sehingga dapat memperlambat resorpsi tulang alveolar gigi terkait.
Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah dapat mempertahankan gigi
dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi
dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan
lepasan. Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang
dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih
lanjut. Secara mendasar pulpa memeberi rangsangan bqakteri, kemis, toksin, dan
termis serta hal lain, dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan,
semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi,
permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik,
dan saluran diobturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.
Adapun salah satu perawatan yang akan kita bahas adalah perawatan
Pulcaping, Pulpektomi (Endodontik Intakanal)..
PEMBAHASAN
I. PULPCAPPING (Kaping Pulpa Indirek)
Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya.
Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa
digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.
Teknik Pulp Capping ada dua:
· Indirect Pulp Capping
Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu
pada karies profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar
pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis
pelindung pulpa yang biasanya dipakai adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga
dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi
mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis
terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini
berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa
akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan
selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi
yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).
· Direct Pulp Capping
Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang
mendalam mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi.
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa
Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh
terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan
selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan
biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi
direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika
membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah
terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Langkah-Langkah Pulp Capping:
1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas
dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5
mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar
dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah
mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan
jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan
lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil
perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran
diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang
baik pula
Indikasi:
1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.4. Ruang pulpa kering5. endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang
penyangga7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian
bukal
Kontra Indikasi
1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak mungkin
dilakukan
Pulpektomi VitalPulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan , menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
B. Pulpektomi Devital
Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis
atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi.
Pemilihan kasus untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar
dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang
sudah jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan
pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior. Pulpektomi devital masih sering
dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan bahan devitalisasi
paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi As2O3 sama
sekali tidak digunakan lagi.
C. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)
Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran
akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar
lebih dari satu.
Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau
nekrosis.
Indikasi:
Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).
Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
Kontra indikasi:
Gigi tidak dapat direstorasi lagi. Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical. Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan
lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui sukar dilakukan tindak bedah endodonti.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.2. Isolasi gigi dengan rubber dam.3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi
kavitas.4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan
irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood
creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai
stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
Teknik Pulpektomi
I.
1. Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi2. Karies dibersihkan3. Outline form diperbaiki4. Atap pulpa dibuka sepenuhnya5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran akar,
dan kira-kira mencapai k-file nomor 356. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar dari
saluran , lalu kemudian dikeringkan.7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM,
CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan tmpatan sementara
II.8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir (pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran akar atau tidak
9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali
dengan tumpatan sementara.
III.
10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien
maupun gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian
saluran akar dengan bahan ZnOE.
11. Isolasi terlebih dahulu.
12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.
13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental.
14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar.
Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan
pinset agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut
penuh.
15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian
orifice dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.
IV.
16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka
bisa dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun
selayaknya gigi sehat.
17. Cek oklusi.
18. Restorasi bila perlu.
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi
hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor
anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan
Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran
akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah :
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan
pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki
prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi
ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis
perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah
periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena
sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan
perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar
mendapatkan pengisian yang hermetis.
Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul
selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi.
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting
diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah
banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat
perawatan bergantung pada kasusnya.
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh
karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau
hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli
endodontis.
Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran
akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi
dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi
secara benar dan efektif.
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan
secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk
pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar
radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah
biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi
oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan
pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi
kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh.
Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk
abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar
yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai
hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada
hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran
radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi
posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu,
superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih
sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih
mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah
diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior.
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,
tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan
akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan
akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen
periodontal.
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran
tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan
menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir.
Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan
saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran .
Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan
urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan
instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok.
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran
akar yang memadai.
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada
seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum
diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang
besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih
buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi.
3. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa
perawatan endodontik(pulpcapping,pulpektomi,endo intrakanal) sangat penting
dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut dan gigi dalam keadaan vital, pasien
tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti
semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan .Selain itu usaha
perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan
kerusakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.
Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
(http://cumamutiara.blogspot.com/2009/04/macam-macam-perawatan-pulpa_22.html)
(http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/analisis-jangka-pendek-pulpa-gigi.html)
(http://gigidanmulutsehat.blogspot.com/2009/08/pulpektomi.html)
http://www.dentalfind.com/glossary/ pulp - cap .html
http://www.indahmuhariani.com/pulpektomi-pada-anak2/
http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/27/Kesehata/kes01.htm
resources.unpad.ac.id/.../PENATALAKSANAAN%20NURSING%20MOUTH%20CARIES.pdf
oleh TEMAN-TEMAN CANINUS "tunjukkan taringmu"
top related