penggambaran sosok kepahlawanan kim il sung muda …
Post on 01-Oct-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA SEBAGAI PENDIRI KOREA UTARA DALAM CERPEN BERJUDUL GAESEON KARYA HAN
SUL YA
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Ashanti Widyana, ashantiwdn@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui cerpen berjudul Gaeseon yang ditulis oleh Han Sul Ya dan dipublikasikan pada tahun 1948. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggambaran sosok Kim Il Sung muda sebagai ‘pahlawan’ baru untuk masyarakat Korea sejak ia kembali ke Pyeongyang setelah dua puluh tahun berlalu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Gaeseon terutama penokohan dan latar, serta teori mengenai pengkultusan individu untuk menjelaskan istilah-istilah penggambaran kepahlawanan Kim Il Sung muda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen Gaeseon merupakan cerpen propaganda untuk membangun citra Kim Il Sung di mata masyarakat Korea yang pada saat itu belum begitu mengenal sosoknya. Cerpen ini menggambarkan sosok Kim Il Sung sebagai pahlawan sekaligus pemimpin baru dengan begitu positif baik dari segi fisik, sifat, maupun pemikirannya tentang pembangunan negara. Kata kunci: kepahlawanan, Kim Il Sung, Korea Utara, pemimpin, pengkultusan individu, unsur
intrinsik.
ABSTRACT
This research analyzes the depiction of young Kim Il Sung’s heroic image as the founder of North Korea in a short-novel entitled Gaeseon written by North Korean writer, Han Sul Ya, in 1948. The purpose of this research is to describe the depiction of young Kim Il Sung’s image as a ‘new hero’ for Korean citizens since his homecoming to Pyeongyang after twenty years had passed. The method used in this thesis is qualitative-method with structural approach to analyze the intrinsic structures of Gaeseon and the theory of cult of personality’s phenomenon to describe the terms used by Han Sul Ya to depict the heroic image of Kim Il Sung. The result of the research is Gaeseon is used as a media of propaganda to build the heroic image of Kim Il Sung in front of Korean citizens which didn’t really know him very well. This short-novel also describes Kim Il Sung as a ‘hero’ and a ‘new leader’ in a positive way from all aspects such as physical appeareance, characters, behavior, and his ideas about country development.
Keywords: cult of personality, Gaeseon, heroism, intrinsic, Kim Il Sung, North Korea.
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
2
PENDAHULUAN
Terpilihnya Kim Il Sung sebagai pemimpin Korea Utara menjadi momentum yang
menentukan secara jelas bahwa Korea Selatan dan Korea Utara telah memilih jalan berbeda
dalam menentukan masa depan negaranya. Kim Il Sung terpilih menjadi pemimpin Korea
Utara pada tahun 1948 dan mendirikan negara Korea Utara dengan nama Joseon Minjujui
Inmingonghwaguk atau Democratic People’s Republic of Korea (Lee, 2012: 98). Sesuai
dengan pemikiran Kim Il Sung yang juga mendapat banyak pengaruh dari Uni Soviet, negara
ini menganut ideologi sosialisme. Sebaliknya, Kim Il Sung adalah seorang pemimpin yang
sangat anti terhadap Amerika dan kapitalisme. Baginya, kesejahteraan masyarakat adalah
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dan hanya dapat dicapai jika seluruh
masyarakat mengerahkan kemampuan serta kesetiaannya terhadap seluruh kebijakan
pemerintah dan negara.
Bagi masyarakat Korea Utara, Kim Il Sung dianggap sebagai seorang sosok yang suci
karena telah berjasa dalam pembangunan negara. Kim Il Sung lahir pada tanggal 15 April
1912 di Mangyeongdae, Pyeongyang, Korea Utara. Berdasarkan buku biografi Kim Il Sung –
Condensed Biography yang diterbitkan oleh Foreign Language Publishing House (2001),
nama asli dari Kim Il Sung adalah Kim Sung Ju. Nama ini diberikan oleh ayahnya dengan
harapan suatu saat nanti Kim Sung Ju bisa menjadi seorang pemimpin negara. Sejak usia
muda, Kim Sung Ju atau Kim Il Sung merupakan sosok pemuda yang tidak hanya menjadi
seorang pelajar, tetapi juga menjadi aktivis revolusi pergerakan pemuda. Ia juga dikenal
sebagai sosok pemuda yang lihai dalam berorasi, propaganda, perang dan dapat bergaul
dengan setiap orang yang ada di sekitarnya (Han, 1962: 3). Oleh karena itu, ia dianggap
sebagai sosok pemimpin yang cerdas bagi masyarakat Korea.
Dengan berpisahnya bangsa Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara,
Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada karya sastra. Setelah berpisah, perkembangan
karya sastra kedua negara berjalan pada jalurnya masing-masing. Jika di Korea Selatan karya
sastra berkembang dengan cukup pesat dan lebih beragam, hal ini tidak terjadi di Korea Utara.
Karya sastra Korea Utara cenderung lebih kaku, beraliran sosialis dan harus memasukkan
unsur ‘sosok kepahlawanan Kim Il Sung’ (Lee, 2012: 150). Tidak jauh berbeda dengan aspek
lainnya, konsep pengkultusan individu juga muncul di dalam berbagai karya sastra Korea
Utara. Sosok Kim Il Sung menjadi tokoh sentral di berbagai karya sastra yang ditulis oleh
para penulis karena ia dianggap sebagai sosok pahlawan yang berjasa besar dalam pendirian
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
3
Korea Utara. Setelah kemerdekaan, perkembangan sastra Korea Utara terbagi menjadi
beberapa periode sebagai berikut (Shin, 2007).
1. Tahun 1945—1950 : Minju Geonseolgi (Pembangunan masyarakat);
2. Tahun 1950—1953 : Joguk Haebang Jonjaenggi (Masa perang Korea);
3. Tahun 1953—1958 : Jeonhu Bukguwa Sahuejui Geonseolgi (Masa pemulihan setelah
perang dan pembangunan ideologi sosialisme);
4. Tahun 1958—1967 : Cheollima Undonggi (Pembangunan negara secara besar-besaran
dalam waktu yang cepat yang digagas oleh Kim Il Sung);
5. Tahun 1967~ : Penerapan ideologi Juche.
Salah satu penulis karya sastra terkenal dari Korea Utara adalah Han Sul Ya. Ia adalah
seorang penulis cerita fiksi yang hingga kini karyanya masih begitu dikenal luas oleh
masyarakat Korea Utara. Han Sul Ya begitu aktif menuliskan karya sastra yang
mengungkapkan kekagumamannya terhadap sosok Kim Il Sung (Shin, 2007: 156). Salah satu
karyanya yang menceritakan tentang sosok kepahlawanan Kim Il Sung adalah cerpen berjudul
Gaeseon yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1948. Cerpen ini menceritakan tentang
kembalinya Kim Il Sung ke Pyeongyang sebagai sosok ‘pahlawan baru’ dalam peristiwa The
Triumphal Return dan pertemuannya dengan sang bibi yang sangat mengagumi sosoknya.
Kemunculan cerpen ini tidak dapat dipisahkan dari peran Han Sul Ya sebagai tokoh kunci
yang membangun citra positif Kim Il Sung melalui karya sastra. Dalam cerpen ini, Han Sul
Ya berusaha memperkenalkan sosok Kim Il Sung kepada masyarakat Korea pada saat itu.
Berdasarkan keterangan di atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai
penggambaran sosok Kim Il Sung muda yang dilakukan oleh Han Sul Ya di dalam cerpen
Gaeseon. Hal ini menjadi topik yang menarik karena pada saat cerpen ini dipublikasikan pada
tahun 1948, pada tahun yang sama Kim Il Sung juga terpilih menjadi pemimpin Korea Utara.
Melalui cerpen ini, Han Sul Ya berusaha membangun citra positif Kim Il Sung di hadapan
masyarakat Korea pada saat itu yang tidak mengenal sosok Kim Il Sung sama sekali. Oleh
karena itu, masalah inti yang akan di bahas dalam tulisan ini adalah mengenai penggambaran
sosok kepahlawanan Kim Il Sung muda di dalam cerpen Gaeseon. Sementara tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung
dalam cerpen tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan
yang bersumber dari buku, jurnal, maupun artikel yang terkait dengan cerpen Gaeseon karya
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
4
Han Sul Ya. Menurut Somantri (2005: 60), penelitian kualitatif berusaha menjangkau semua
permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat yang tidak dapat diukur dengan variabel
angka atau dihitung menggunakan rumus tertentu. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah cerpen Gaeseon karya Han Sul Ya. Sedangkan data sekunder diambil dari studi
kepustakaan melalui buku dan jurnal yang relevan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan yang meliputi pengumpulan data
kemudian menganalisisnya, dan tahap pelaporan.
TOKOH DAN PENOKOHAN
Dalam sebuah cerpen atau novel, tokoh atau karakter beserta penokohan adalah
elemen penting yang menuntun jalan cerita dari cerpen atau novel tersebut. Menurut Choi
(2013: 96), tokoh yang dalam bahasa Korea disebut dengan ‘inmul (��)’ adalah individu
yang bisa saja ditemukan di dalam dunia nyata. Pada dasarnya, tokoh di dalam cerpen
hanyalah tokoh rekaan yang mengalami sebuah peristiwa di dalam cerita tersebut. Abrams
(dalam Nurgiyantoro 2013: 247) juga menyatakan bahwa tokoh adalah individu yang
ditampilkan dalam sebuah cerita yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
dan ditampilkan melalui ucapan ataupun tindakan yang dilakukan. Dari beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan tokoh memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan jalan
cerita dari sebuah cerpen atau novel. Watak dari tokoh tersebut dapat terlihat dari dialog
maupun tindakan yang ia lakukan di dalam cerita tersebut.
Tokoh-tokoh dalam cerpen atau novel dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh
sentral (tokoh utama) dan tokoh bawahan (Nurgiyantoro, 2013: 258). Tokoh sentral (utama)
adalah tokoh yang memegang peranan kunci dalam cerita tersebut. Ia merupakan tokoh yang
paling banyak muncul dan diceritakan. Tokoh utama ini dapat berjumlah lebih dari satu orang,
meskipun intensitas kemunculannya bisa saja berbeda (Nurgiyantoro, 2013: 259). Hal ini
tergantung dari seberapa banyak ia muncul di dalam dialog atau bersinggungan langsung
dengan jalan cerita keseluruhan.
LATAR
Dalam cerpen yang baik, latar harus ada untuk menggarap tema dan karakter di cerita
tersebut (Sumardjo dan Saini, 1991: 76). Artinya, latar tersebut dapat benar-benar mendukung
kedudukan tema dan karakter tokoh sebuah cerita sehingga semua unsur tersebut menjadi
sebuah kesatuan yang padu. Latar ini dapat bermakna banyak hal seperti waktu, tempat, tokoh
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
5
dengan karakter tertentu, situasi lingkungan pada sebuah zaman, cara hidup, dan kehidupan
masyarakat pada masa tertentu (Sumardjo dan Saini, 1991: 76). Oleh karena itu, diperlukan
sinergi antara latar, karakter tokoh, tema, dan unsur intrinsik lainnya agar cerpen tersebut
dapat menjadi cerpen yang baik.
Latar memiliki beberapa unsur seperti tempat, waktu, dan sosial-budaya. Ketiga unsur
ini saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro, 2013: 314).
Hal ini sejalan dengan pendapat Choi dalam buku munhak-gwa-geul (2013: 102) mengenai
latar yang tidak hanya sebatas latar tempat dan waktu, tetapi juga latar sosial-budaya dan
segala hal dalam cerpen atau novel yang berkaitan dengan lingkungan dalam cerita dapat
disebut dengan latar.
CITRAAN
Citraan berkaitan dengan penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa tertentu yang dapat
membangkitkan indra manusia untuk merasakan, mendengar, atau pun melihat suatu peristiwa
yang terjadi dalam cerita tersebut walaupun bersifat imajinatif. Citraan meliputi lima jenis
citraan yaitu citraan penglihatan (visual), citraan pendengaran (auditoris), citraan gerak
(kinestetik), citraan rabaan (taktil termal), dan citraan penciuman (olfaktori) (Nurgiyantoro,
2013: 410). Sedangkan menurut Baldic (2001, 121—122 dalam Nurgiyantoro, 2013: 410),
citraan adalah penggunaan bahasa yang dapat membangkitkan kesan konkret terhadap sebuah
objek, pemandangan, tindakan, dan lainnya yang biasanya berkaitan dengan simbolisme.
Artinya dalam hal ini, pembaca tidak sedang benar-benar melihat, mendengar, atau merasakan
peristiwa tersebut. Akan tetapi, melalui rangkaian kalimat yang ditulis oleh pengarang,
pembaca seperti dapat mengkonstruksi peristiwa dalam cerita tersebut di dalam pikiran
berdasarkan imajinasinya.
PENGKULTUSAN INDIVIDU
Pengkultusan individu adalah sebuah fenomena yang muncul ketika seorang
pemimpin menggunakan berbagai macam media dan propaganda untuk membangun citranya
sebagai seorang pahlawan melalui pemujaan yang tak terbantahkan. Menurut Myers (dalam
Lutz, 2015: 2), pengkultusan individu yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah cult
of personality ini muncul ketika seorang pemimpin diktator menganggap dirinya sebagai
bentuk dari demokrasi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan bahwa melalui keunikan
yang dimiliki dan kebulatan suara dari rakyat yang mencintainya, kebijakan yang ia keluarkan
mencerminkan demokrasi yang ideal. Sementara menurut Dehkoda Dictionary dalam
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
6
Shahraki (2014: 52), pengkultusan individu adalah sebuah fenomena ketika seseorang
menunjukkan bahwa dirinya adalah figur seorang pahlawan masyarakat yang ideal. Ia
menggunakan media massa dan propaganda untuk memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat melalui pemujaan sosoknya yang tidak memiliki cela. Hal ini membuatnya
menjadi seseorang yang terlindung dari kesalahan atau pun kritikan politik. Dari pengertian
ini terlihat bahwa konsep pengkultusan individu menjadikan seorang pemimpin sebagai pusat
dari segala yang ada di negara tersebut dan apapun yang terjadi, masyarakat harus tunduk
kepada pemimpin tersebut. Sosok pemimpin itu juga memiliki kekuatan yang begitu besar
hingga ia bisa mengendalikan segala aspek kehidupan politik dan media massa agar citranya
sebagai pemimpin ‘ideal’ untuk masyarakat tidak rusak.
Sejalan dengan teori ini, fenomena pengkultusan individu juga menghinggapi sosok
pemimpin seperti Kim Il Sung. Bahkan, industri pembuatan cinderamata resmi untuk Kim dan
keturunannya diawasi langsung oleh pemerintah. Sebuah perusahaan bernama Mansudae
Creation Company adalah perusahaan yang dipercaya untuk membuat karya seni berupa
patung, foto, lencana Kim, dan replika peristiwa sejarah seperti peperangan (Ko, 1994: 49).
Tidak hanya itu, Kim dan keturunannya juga menjadi tokoh utama dalam setiap karya sastra
khususnya setelah kemerdekaan. Hal ini terlihat dari berbagai karya sastra bertemakan Kim Il
Sung dan kepahlawanannya yang ditulis oleh Han Sul Ya, Jo Ki Chon, dan Im Hwa. Selain
itu, walau telah meninggal dunia pada tahun 1994, sosok Kim Il Sung sebagai pemimpin
Korea Utara tidaklah berubah. Ia tetap dianggap sebagai presiden Korea Utara dengan julukan
presiden abadi atau The Eternal President. Jasadnya beserta jasad Kim Jong Il juga tidak
dikubur melainkan diawetkan dan diletakkan di Kumsusan Palace of The Sun1 atau yang
dikenal juga dengan sebutan Kim Il Sung Maosoleum.
PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA DI DALAM
CERPEN GAESEON
Pada bagian ini, penulis menganalisis penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il
Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui analisis mendalam dari cerpen berjudul
Gaeseon. Cerpen yang ditulis oleh Han Sul Ya dan terbagi menjadi enam bagian ini pertama
kali dipublikasikan pada tahun 1948. Analisis mengenai sosok kepahlawanan Kim Il Sung
dikaji dari beberapa segi unsur intrinsik cerpen yaitu tokoh dan penokohan, serta latar.
1 Kumsusan Palace of The Sun adalah sebuah bangunan yang terletak di sebelah timur laut kota Pyeongyang dan digunakan sebagai rumah terakhir bagi jasad Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Jasad keduanya diletakkan di dalam peti kaca transparan. Tempat ini dibangun pada tahun 1976 dan dibuka untuk wisatawan setiap hari Kamis dan Sabtu.
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
7
Pemilihan beberapa unsur intrinsik ini bukannya tidak beralasan. Setelah membaca cerpen ini
dengan seksama, penulis menemukan bahwa cerpen ini tidak memiliki alur ataupun konflik
yang menonjol seperti yang ada pada cerpen Korea Selatan. Cerita dalam cerpen ini terasa
begitu datar dan hanya mengisahkan pertemuan biasa antara Kim Il Sung dan sang bibi.
Pertemuan tersebut terksesan “luar biasa” karena terjadi dua puluh tahun setelah Kim Il Sung
meninggalkan kampung halaman demi berjuang melawan penjajahan Jepang.
Pada masa pembangunan negara (1945—1950), karya sastra Korea Utara memang lebih
difokuskan pada pembelajaran mengenai ideologi negara kepada masyarakat dibandingkan
isinya. Melalui karya sastra, pemerintah Korea Utara berusaha untuk mendidik masyarakatnya
untuk mencintai negara. Oleh karena itu, isi karya sastranya tidak terlepas dari propaganda
ideologi dengan tokoh utama yaitu Kim Il Sung.
1. Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen Gaeseon
Dalam cerpen ini, terdapat dua tokoh utama yaitu Ibu Changju dan Kim Il Sung. Sementara
itu, tokoh bawahan di dalam cerpen ini adalah paman Kim Il Sung dan masyarakat Korea
Utara. Akan tetapi, dalam penelitian ini, hanya tokoh utama yang dibahas secara mendalam.
a. Ibu Changju
Tokoh Ibu Changju memiliki intensitas kemunculan yang lebih sedikit
dibandingkan tokoh Kim Il Sung. Dalam cerpen ini, tokoh Ibu Changju dipanggil
dengan sebutan ‘bibi’ karena ia merupakan bibi dari Kim Il Sung. Ia digambarkan
sebagai wanita berumur sekitar 48 tahun dengan postur tubuh yang tinggi dan memiliki
dua orang anak laki-laki bernama Changju dan Wonju. Hal yang menarik dari tokoh
Ibu Changju adalah terdapat kemiripan dirinya dengan sosok bibi Kim Il Sung yang
asli yang bernama Hyon Yang Sin. Sosok bibi Hyon Yang Sin diungkapkan oleh Kim
Il Sung di dalam autobiografinya yang berjudul With the Century (1955). Tidak dapat
dipastikan apakah sebenarnya tokoh Ibu Changju adalah sosok Hyon Yang Sin yang
sebenarnya. Akan tetapi, kemiripan keduanya memang ada.
Tokoh Ibu Changju juga dipanggil dengan sebutan bibi. Dua sebutan ini memiliki
peran masing-masing. Sebutan Ibu Changju digunakan untuk menggambarkan
kebudayaan yang berkembang di dalam masyarakat Korea ketika memanggil seorang
ibu yang memiliki anak laki-laki. Dalam kehidupan masyarakat Korea, jika seorang
wanita telah menikah dan memiliki anak, wanita itu tidak lagi dipanggil dengan
namanya sendiri melainkan dengan nama anak laki-laki pertamanya. Penyebutan ini
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
8
berfungsi untuk memperlihatkan kedudukan tokoh Ibu Changju sebagai seorang rakyat
Joseon biasa yang mencintai negaranya. Sementara itu, sebutan bibi berfungsi untuk
menegaskan bahwa tokoh ‘Ibu Changju’ memiliki hubungan keluarga yang dekat
dengan sosok Kim Il Sung. Dengan adanya hubungan keluarga ini, penggambaran
sosok Kim Il Sung akan terlihat lebih nyata karena penggambaran sosoknya dilakukan
oleh bibinya sendiri. Sang bibi adalah orang terdekat yang mengetahui kehidupan Kim
Il Sung sejak kecil. Melalui penggunaan sebutan bibi untuk tokoh Ibu Changju ini,
pembaca dapat lebih percaya bahwa penggambaran tokoh Kim Il Sung di dalam cerpen
tidak jauh berbeda dengan sosok Kim Il Sung yang ada di dunia nyata.
Tokoh Ibu Changju digambarkan sebagai orang yang sangat gigih dan
mengagumi sosok Kim Il Sung. Tokoh Ibu Changju bahkan tidak percaya bahwa
akhirnya ia bisa bertemu dengan Kim Il Sung. Ia juga masih sulit mempercayai bahwa
Kim Il Sung telah kembali dan membawa kemerdekaan bagi masyarakat Korea.
b. Kim Il Sung
Tokoh selanjutnya adalah tokoh Kim Il Sung yang mendapatkan porsi penceritaan lebih
banyak dalam cerpen ini. Dalam cerita ini, sebutan Janggun (장군) yang memiliki arti
‘Jenderal’ selalu disematkan di belakang nama Kim Il Sung. Sebutan Jenderal ini selain
diberikan karena latar belakang Kim Il Sung di dunia militer sejak usia muda, juga
sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan yang telah ia lakukan dalam meraih
kemerdekaan Joseon. Penulis juga melihat bahwa penyematan julukan ‘jenderal’ di
dalam cerpen ini bertujuan untuk memperkenalkan sosok Kim Il Sung yang ‘tidak biasa’
di hadapan masyarakat Korea pada saat itu. Pengarang terlihat bermaksud
memperkenalkan Kim Il Sung kepada masyarakat Korea sebagai seorang pemimpin
militer yang tangguh dan hebat.
Kim Il Sung digambarkan sebagai seorang pemuda berumur 34 tahun yang
kembali dari medan perang sebagai sosok pahlawan. Selain usia yang masih muda,
tokoh Kim Il Sung juga digambarkan memiliki perawakan yang ‘sempurna’ sebagai
sosok manusia. Pengarang Han Sul Ya menggambarkan tampilan fisik tokoh Kim Il
Sung dengan begitu indah hingga ia berani menyebutkan bahwa wajah Kim Il Sung
sewaktu kecil memiliki bentuk seperti bulan daeboreum yang cantik dan bulat
sempurna. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. ��� ��� ��� ����� �� ���� ��� �� �� ��� ��� ��� ����� ����.
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
9
� � �� ��, �� ��� � �� ��� ���� �� ���� ��� ����, ��� �� �� ��� ��, ������ ��� �� �� ��� �… �� �� ��� � ��� ���� ��� ����. (Hlm. 134, para. 5) Terjemahan bebas:
Ibu Changju yang pulang dengan berjalan kaki ke rumah Mangyeongdae teringat dengan wajah Jenderal Kim Il Sung sewaktu muda yang bulat seperti bulan daeboreum.
Wajahnya yang selalu tersenyum, lesung pipi yang indah dan pipi yang memperlihatkan kepekaannya setiap kali ia tersenyum, gigi gingsul yang memperlihatkan kepolosannya, mata yang tajam dan memperlihatkan kecerdasan yang tak terbatas …… semua ini tergambar kembali dengan jelas di kepala Ibu Changju seakan-akan seperti kemarin ia melihatnya.
Selain deskripsi fisik yang sempurna, tokoh Kim Il Sung juga digambarkan
sebagai tokoh yang memiliki rasa cinta tanah air dan berdedikasi tinggi dalam
membangun negara. Sebagai bukti rasa cinta tanah airnya, ia bersumpah bahwa ia tidak
akan kembali ke Pyeongyang apabila Korea belum merdeka. Ia juga sosok yang
mencintai keluarga dan ramah terhadap masyarakat. Selain itu, ia juga membawa dua
pemikiran penting mengenai masalah tanah dan pendidikan untuk membangun kembali
Korea pasca dijajah oleh Jepang. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut,
��� ���� ����� �� ��� ��� �� ����� ��� �����. ����� �� ��� �� ��� �� ��� ��� ���. ��� ���� ��� ��� ��� �� ��� ���. ��� ���� ����� “�� ��” �� ��, �� ������ � ��� ����� � �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���. (Hlm. 145, para. 2) Terjemahan bebas: Jenderal Kim Il Sung berpikir bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh masyarakat Joseon yang selama ini diinjak-injak oleh para penjajah harus segera diasah. Ia juga berpikir untuk memberikan ideologi yang tepat dan pendidikan kepada para petani. Jika sudah begitu, tentu saja kebijaksanaan yang mencengangkan dapat kembali hidup. Kondisi ketika pria dan wanita membaca “ka-kya keo-kyeo”, orang-orang tua yang belajar tentang huruf dengan suara yang kaku dan terdengar serta terlihat begitu hati-hati membuat Jenderal Kim Il Sung tanpa sadar tertawa.
2. Latar dalam Cerpen Gaeseon
Latar tempat dan waktu dalam cerpen Gaeseon ini unik karena memiliki kemiripan
dengan latar tempat dan waktu peristiwa The Triumphal Return pada tanggal 14 Oktober
1945. Dalam cerpen ini, kemunculan pertama tokoh Kim Il Sung di hadapan masyarakat
dilakukan di stadion Girimri. Tempat ini memang ada dan dalam kehidupan nyata memang
digunakan sebagai tempat Kim Il Sung menyampaikan pidatonya pertama kali pada
tanggal 14 Oktober 1945. Senada dengan latar tempat, latar waktu kemunculan Kim Il
Sung di hadapan masyarakat pada pukul satu siang yang diceritakan di dalam cerpen ini
juga memiliki kemiripan dengan kejadian aslinya. Hal ini membuktikan bahwa melalui
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
10
kemiripan latar ini, Hal Sul Ya sebagai pengarang berusaha merekonstruksi peristiwa
sejarah melalui karya sastra agar para pembaca dapat mengetahui kejadian pada hari
tersebut dan percaya bahwa Kim Il Sung adalah sosok yang hebat.
3. Citraan
Pada analisi ini, penulis hanya berfokus pada pembahasan citraan yang mencerminkan
sosok Kim Il Sung sebagai pahlawan bagi rakyat Joseon. Hal ini dilakukan karena penulis
menemukan bahwa dalam cerpen ini, Han Sul Ya sebagai pengarang terlihat begitu
berusaha untuk membangun citra positif Kim Il Sung dengan penggambaran sosoknya
yang begitu indah. Penggambaran tersebut dilakukan melalui kata-kata kiasan yang dapat
membangunkan imajinasi pembaca bahwa sosok Kim Il Sung adalah sosok pahlawan tanpa
cela. Deskripsi fisik maupun sifat Kim Il Sung yang digambarkan oleh Han Sul Ya juga
memperlihatkan bahwa Kim Il Sung adalah sosok yang begitu positif dan dicintai oleh
masyarakatnya.
Setelah penulis melakukan analisis citraan yang terdapat di dalam cerpen berjudul Gaeseon
ini, penulis menemukan dua dari lima jenis citraan yang berkaitan dengan sosok Kim Il
Sung. Melalui dua citraan tersebut, gambaran utuh sosok Kim Il Sung sebagai manusia
‘sempurna’ terlihat dengan cukup jelas. Kedua citraan tersebut yaitu citraan penglihatan
(visual) dan citraan gerak (kinestetik).
a. Citraan Penglihatan
Jenis citraan yang pertama kali terlihat dalam penggambaran sosok Kim Il Sung
adalah citraan penglihatan (visual). Penulis menemukan dua buah kutipan yang
menggambarkan dengan jelas penampilan fisik Kim Il Sung ketika ia telah kembali ke
Joseon pada usia yang masih relatif muda, yaitu 34 tahun. Melalui kutipan-kutipan yang
menggambarkan citraan penglihatan dari sosok Kim Il Sung ini, pembaca seakan bisa
melihat sosok Kim Il Sung secara langsung dan detail. Hal ini sesuai dengan kutipan
berikut,
� � �� ��, �� ��� � �� ��� ���� �� ���� ��� ����, ��� �� �� ��� ��, ������ ��� �� �� ��� �… �� �� ��� � ��� ���� ��� ����. (Hlm. 134, para. 5) Terjemahan bebas:
Wajahnya yang selalu tersenyum, lesung pipi yang indah dan pipi yang memperlihatkan kepekaannya setiap kali ia tersenyum, gigi gingsul yang memperlihatkan kepolosannya, mata
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
11
yang tajam dan memperlihatkan kecerdasan yang tak terbatas …… semua ini tergambar kembali dengan jelas di kepala Ibu Changju seakan-akan baru kemarin ia melihatnya.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung memiliki wajah yang
tergolong ‘ramah’ karena ia selalu tersenyum. Matanya yang tajam juga mengisyaratkan
bahwa ia adalah seorang pria yang cerdas walaupun pada kenyataannya ia tidak
menyelesaikan pendidikannya. Ia juga digambarkan memiliki dua macam keunikan di
bagian wajah dan mulut yang hanya dimiliki oleh segelintir orang saja di muka bumi ini.
Dua keunikan itu adalah lesung pipi dan gigi gingsul. Berdasarkan kutipan tersebut,
lesung pipi Kim Il Sung digambarkan sebagai hiasan yang memperindah bentuk
wajahnya sekaligus sebagai lambang kepekaan dirinya terhadap lingkungan sekitar. Hal
ini tentu memiliki korelasi dengan keramahan yang tercermin setiap kali ia tersenyum.
Lesung pipi dan bentuk wajah yang ‘ramah’ tersebut membuat sosok Kim Il Sung
terlihat sebagai sosok pahlawan sekaligus pemimpin masa depan yang sangat peduli
dengan nasib rakyatnya.
Keunikan yang kedua ada di bagian mulut, tepatnya pada bagian gigi. Pada
kutipan di atas, disebutkan bahwa Kim Il Sung memiliki gigi gingsul. Bagi sebagian
orang, gigi gingsul dianggap sebagai sebuah kekurangan. Akan tetapi, bagi Ibu Changju
yang menuntun pembaca untuk bisa membayangkan ‘kesempurnaan’ wajah Kim Il
Sung, gigi gingsul itu dianggap sebagai sebuah simbol yang mencerminkan kepolosan
seorang Kim Il Sung. Kepolosan tersebut tidak hilang meskipun Kim Il Sung sudah
dewasa. Dari penggambaran visual ini, penulis mengartikan bahwa kepolosan ini
mencerminkan sosok Kim Il Sung yang suci dan bersih layaknya anak kecil yang tidak
tahu apa-apa. Sosok Kim Il Sung yang polos ini hanya ingin terus berjuang untuk
kemerdekaan dan kelangsungan hidup negara yang ia cintai. Ia menempatkan rakyat di
atas segalanya.
Selain pada bagian wajah, citraan penglihatan (visual) juga digambarkan melalui
penampilan Kim Il Sung ketika ia pertama kali menyampaikan pidatonya di stadion
Girimri. Melalui dialog yang dituturkan oleh tokoh Ibu Changju, tidak ada perubahan
yang terlihat dari penampilan Kim Il Sung. Ia tetap seperti Kim Il Sung yang dahulu.
Kim Il Sung remaja yang pergi meninggalkan tanah airnya pada usia empat belas tahun.
“� ��� ��, ����� ��, � �� ��, � ��� ��, �� � ��� ��� � ��� � ��…… ��� ��� �� �� ����. ��� ��� ���� � � ����.” (Hlm. 138, para. 5).
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
12
Terjemahan bebas:
“Penampilan yang gagah, wajah yang bulat dan murah senyum, dada yang bidang, semangat yang tidak pernah kenal takut dan kecewa …… jelas sama dengan Jenderal Kim Il Sung yang dahulu. Bukan hanya penampilannya saja, tetapi gerak tubuhnya juga sama seperti itu.”
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung digambarkan memiliki
penampilan yang gagah dengan wajahnya yang bulat dan penuh senyum. Sinar
ketampanan itu juga terpancar dari dadanya yang bidang. Hal itu mencerminkan bahwa
ia adalah sosok yang tidak kenal lelah dan takut. Ia memiliki keberanian yang begitu
tinggi untuk berjuang mempertahankan tanah air dari kejamnya penjajahan Jepang. Jika
dibandingkan dengan penampilan fisik Kim Il Sung yang asli, deskripsi fisik yang
dikemukakan Han Sul Ya sebagai pengarang melalui tokoh Ibu Changju ini tidak
memiliki begitu banyak perbedaan.
b. Citraan Gerak
Citraan kedua yang digambarkan dalam cerpen ini adalah citraan gerak
(kinestetik). Melalui citraan ini, Han Sul Ya menggambarkan bahwa selain memiliki
penampilan yang rupawan, Kim Il Sung juga merupakan sosok yang aktif sedari kecil.
Sosok Kim Il Sung yang selalu bersemangat dan tidak kenal lelah ini juga begitu
dikagumi oleh sang bibi yang begitu menyayanginya. Gambaran mengenai citraan gerak
sosok Kim Il Sung terdapat di dalam kutipan berikut ini,
��� �� �� ���� ���� ���� �� ��� ��� �� ���. � ��� ���� �� �� ���� ��� �� ���� ���� �� ���. ���� � � ����� � ��� ���� ���� �� � ���. ��� �� �� ���� ���� �� ��� �� ����� ���� ����� ���� ���. ���� ��� �� ��� �� � ���. ��� �� �� ��� ���� ����� ���� ��� � ���. � ���� ����� �� ���� �� ���. (Hlm. 139, para. 1) Terjemahan bebas: Sesungguhnya, Jenderal Kim Il Sung sejak kecil memang seperti itu. Ia selalu aktif bergerak kapanpun. Ia tidak beristirahat bahkan untuk waktu yang singkat dan apa yang terjadi di dalam tubuhnya terlihat dari pergerakan badannya. Oleh karena itu, dari tubuhnya seperti selalu mencerminkan keaktifan dan semangat hidupnya. Tubuhnya tidak seperti pohon tua yang keras tetapi seperti selembar daun yang bergerak lembut dan bebas. Di dalamnya seperti ada musik dan tarian. Itu adalah ungkapan kreatif yang tercurah dari tubuh Jenderal Kim Il Sung. Gerakan tubuh ini juga memberikan kesan yang mendalam bagi Ibu Changju. Melalui kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung yang aktif sedari kecil ini
memiliki semangat hidup yang begitu tinggi. Ia adalah tipikal pria dengan karakter yang
tidak bisa diam. Walau usianya sudah semakin bertambah, tapi hal ini tidak membuat
tubuhnya semakin kaku seperti pohon tua yang hanya bisa pasrah dan diam saja
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
13
menerima keadaan. Akan tetapi, tubuhnya tetap fleksibel bagaikan selembar daun yang
sangat ringan. Hal ini menggambarkan bahwa usia yang dewasa tidak membatasi gerak
Kim Il Sung untuk bisa terus melakukan berbagai hal demi kepentingan negaranya.
Bahkan, Han Sul Ya juga menggambarkan bahwa di dalam tubuh Kim Il Sung seperti
terdapat musik dan tarian yang membuatnya selalu bergerak kesana-kemari. Musik dan
tarian ini dapat disimpulkan sebagai ‘mesin’ yang menggerakkan sekaligus membakar
semangat Kim Il Sung untuk terus berjuang di medan perang dan memimpin segala
pergerakan melawan penjajah. Dari citraan gerak yang tercermin dalam kutipan
mengenai gerak tubuh Kim Il Sung di atas, dapat disimpulkan bahwa Kim Il Sung
semasa muda adalah sosok yang aktif, optimis, dan selalu bersemangat untuk meraih
tujuannya.
4. Pengkultusan Individu dan Hubungannya dengan Penggambaran Sosok Kepahlawanan Kim Il Sung Muda dalam Cerpen Gaeseon
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, karya sastra Korea Utara setelah masa
kemerdekaan menggunakan sosok Kim Il Sung sebagai inspirasi atau tokoh utama yang
memandu jalan cerita. Terkait dengan pengkultusan individu yang terjadi pada Kim Il
Sung, karya sastra menjadi salah satu media yang penting untuk menyebarkan propaganda
kepada masyarakat Korea. Hal ini karena pada masa pembangunan negara (minju
gonsolgi), karya sastra adalah media yang dekat dengan rakyat. Oleh karena itu, karya
sastra ini digunakan untuk membawa pesan politik dan semangat patriotisme kepada
masyarakat.
Pada cerpen Gaeseon yang dipublikasikan pada tahun 1948 ini, pengkultusan individu
Kim Il Sung sudah mulai tampak. Hal ini terlihat dari beberapa istilah maupun peristiwa
yang digunakan Han Sul Ya dalam menggambarkan sosok kepahlawanan Kim Il Sung.
Istilah dan peristiwa ini juga ditulis oleh Kim Il Sung dalam biografinya yang berjudul
With The Century.
a. Kembalinya Kim Il Sung sebagai pahlawan sekaligus pemimpin baru;
b. Kim Il Sung sebagai bapak pembangunan negara;
c. Kim Il Sung memiliki rasa cinta tanah air dan patriotisme yang tinggi;
d. Sebutan Janggun (Jenderal);
e. Penggunaan nama 'Kim Il Sung' sebagai nom de guerre;
f. Julukan Taeyang (Matahari);
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
14
g. Julukan Oboi (Ayah) dan Seseungi (Guru);
h. Kim Il Sung sebagai pemimpin berkarisma dan hubungan dengan pengikut setia
seperti cermin dan bayangannya.
SIMPULAN
Kim Il Sung digambarkan sebagai sosok sempurna baik secara fisik maupun sifat
yang dimiliki. Melalui cerpen ini, pengarang menampilkan sosok Kim Il Sung yang ideal
sebagai pemimpin Korea sekaligus teladan bagi masyarakatnya. Tidak ada yang lebih baik
untuk memimpin Korea selain Kim Il Sung. Penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung
dilakukan sedekat mungkin dengan realita yang ada agar pembaca percaya bahwa sosok Kim
Il Sung yang digambarkan di cerpen dengan sosok Kim Il Sung yang asli tidak jauh berbeda.
Oleh karena itu, cerpen ini terasa begitu nyata dan hidup di masing-masing imajinasi
pembacanya. Kesamaan unsur yang ditemukan penulis di dalam cerpen Gaeseon dan
autobiografi Kim Il Sung yang berjudul With the Century menjadi bukti bahwa penggambaran
sosok Kim Il Sung dalam tokoh tersebut ditujukan untuk mencerminan sosok Kim Il Sung
yang asli. Ia digambarkan sebagai sosok yang hangat, ramah, dan memiliki jiwa patriotisme
yang tinggi.
Han Sul Ya sebagai pengarang berupaya untuk memperkenalkan sosok Kim Il Sung
kepada masyarakat yang pada saat itu sebenarnya belum begitu mengetahui sosok Kim Il
Sung. Masyarakat Korea yang pada saat itu tidak mendapatkan pendidikan yang layak tentu
saja mudah untuk dipengaruhi mengenai sosok kepahlawanan Kim Il Sung khususnya melalui
karya sastra. Mereka tidak memiliki referensi yang menceritakan sosok Kim Il Sung dari
perspektif yang beragam. Setelah melakukan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan
bahwa cerpen Gaeseon ini bukanlah sebuah karya sastra murni yang fokus pada unsur estetika
untuk menghibur pembaca. Cerpen ini cenderung menjadi sebuah alat untuk menyebarkan
propaganda mengenai kepahlawanan Kim Il Sung muda yang sangat sempurna sebagai
pemimpin baru Korea Utara khususnya pada kurun waktu 1945—1950.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
15
���, ���. (2007). ����� � ���� ��, 1900—2000 – ����. ��: ������ (Shin, Beom-sun, Oh Song-ho. (2007). Munhakkwajisong sa Hangukmunhwaseonjib, 1900—2000 – Bukhan Munhak. Korea: Munhkkwajisongsa).
���. (2003). ��� ���� � ������ ��� �� ���. ��: ����� (Seo, Jae Jin. (2003). Bukhanui Gaein Sungbae Mit Jeongchi sahuihwaui Hyogwa e daehan Pyeongga Yeongu. South Korea: Korea Institute for National Unification).
���, ���, ���. (2012). ���� �� �����. ��: ����� (Lee, Seon-ui, Kim Hyeon-yang, Chae Ho-seok. (2012). A History of Korean Literature. Korea: Hanguk Munhwasa).
���. (2004). �� ��� ��. ��: ������ (Jeon, Yeong Seon. (2004). Bukhan Munhakgwa Yesul. Seoul: Doseo Chulpan Yongnak)
���. (2006).���� �� �� (�). ��: ��������� (Jung, Jin-yi. (2006). Munhak Bipyeong Yong-o Sajeon. Seoul: Hankuk Munhak Pyeongronga Hyeophui).
���. (2013). ��� �. ��: �� �� (Choi Myeong-suk. (2013). Literature and Writing. Seoul: Pureun Sasang)
__, (2001). Kim Il Sung – Condensed Biography. Pyeongyang: Foreign Language Publishing House.
__, (1990). President Kim Il Sung and Education. Pyeongyang: Kyowon Sinmun.
Bastian, Radis. (2015). Tumbal-tumbal Sang Diktator Korea Utara – Kesaksian Orang-orang yang Berhasil Melarikan Diri. Yogyakarta: Palapa.
Dekker, I. N. (1980). Sejarah Revolusi Indonesia. PN Balai Pustaka.
Han, Sul Ya. (1962). Hero General Kim Il Sung. Tokyo: Chosun Shinbo-sa.
Kang, Man-gil. (2005). A History of Contemporary Korea. Folkestone: Global Oriental.
Kamasa, Frassminggi. (2016). Perang Korea: Tragedi Terbelahnya Semenanjung Korea dalam Perang yang Belum Selesai. Yogyakarta: Narasi.
Kihl, Y. W., & Kim, H. N. (2014). North Korea: The Politics of Regime Survival. Routledge.
Kim, Il Sung. (1955). With the Century. Pyeongyang: Foreign Languages Publishing House.
Stewart, J. (Ed.). (2009). Kierkegaard's International Reception (Vol. 8). Ashgate Publishing, Ltd..
Ko, Yong Hwan. (1994). Wonderland. Seoul: The Institute of North Korean Affairs.
Lim, J. C. (2015). Leader Symbols and Personality Cult in North Korea: The Leader State (Vol. 29). Routledge.
Myers, B. R. (2011). The Cleanest Race: How North Koreans See Themselves and Why It Matters. Melville House.
Santoso, Lukman. (2015). Arus Pemikiran Lenin dan Stalin. Yogyakarta: Saufa.
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
16
Stanton, Robert. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudjiman, Panuti (Ed). 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Sunoo, H. H. (1969). Korea: a political history in modern times. Korean-American Cultural Foundation.
Weber, M. (1978). Economy and Society: An outline of interpretive sociology. USA: University of California Press.
Yun, Ki Bong. (1974). An Authentic Record: North Korea As I Knew It. Seoul: Bukhan Research Institute Dept. of Publishing.
Jurnal, Tesis, dan Skripsi
Anindita. (2012). Citra Laksmana dalam Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata dan Ramayana Karya P. Lal. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Apriliani, E. I., Prabasmoro, A. P., & Hudayat, A. Y. (2013). Penggambaran Sosok Bapak dalam Novel Il A Jamais Tué Personne, Mon Papa Karya Jean-Louis Fournier. Jurnal Humaniora, 25(3).
Bizumic, B., & Duckitt, J. (2008). “My group is not worthy of me”: Narcissism and ethnocentrism. Political Psychology, 29(3), 437-453.
Brown, A. D. (1997). Narcissism, identity, and legitimacy. Academy of Management Review, 22(3), 643-686.
David-West, A. (2009). The Literary Ideas of Kim Il Sung and Kim Jong Il: An Introduction to North Korean Meta-Authorial Perspectives. Cultural Logic, 1-34.
Lu, X., & Soboleva, E. (2014). Personality cults in modern politics: cases from Russia and China. CGP Working Series Paper 01. Freie Universitat Berlin.
Lutz, Tyler. (2015). Pengkultusan individu: North Korea under Kim Il Sung. Senior Capstone Theses. Paper 10.
Oh, Seung Cheol dan Kim Ki Seok. (1997). The Increase of Educational Opportunity in Korea under the Japanese Occupation: For Whom the Bell Told. Seoul National University.
Post, Jerrold. (1986). Narcissism and Charismatic Leader-Follower Relationship. Political Psychology, 7(4).
Rahmawati, Ita. (2011). Citra Tokoh-tokoh Utama Pria Generasi Ketiga Turki di Jerman dalam Hurriyet Love Express, Liebe Ist Machtiger Als Tito dan Wintersonne Karya Imran Ayata. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Shahraki, Shahrooz. (2014). The Basis of Shaping and Strengthening Pengkultusan individu in Political Leaders. RRMT. vOL. 40 (1)
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
17
Shin, Young Duk. (2015). Rascism and Nationalism in the Novels of South and North Korea during the Korean War. The Collection of Treatises based on Academic Conference for Understanding Korea.
Somantri, Gumilar. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, VOL. 9, NO. 2, 57—65.
Willner, A. R., & Willner, D. (1965). The Rise and Role of Charismatic Leaders. The Annals of the American Academy of Political and Social Science, 358(1), 77-88.
Website [Revolutionary View of the Leader]. Style Sheet. http://www.globalsecurity.org/military/world/dprk/suryong.htm (diakses pada tanggal 23 Februari 2016)
[Shin, Buk-nyeong. (2015). ���� �� vs ��� ��� (Kim Il Sung eun gajja vs gajjaga anida)]. Style Sheet.
http://weekly.chosun.com/client/news/viw.asp?nNewsNumb=002367100015&ctcd=C02 (diakses pada tanggal 18 april 2016).
[South China Morning Post. (2010). Kim Il Sung’s Secret History]. Style Sheet. http://www.scmp.com/article/727755/kim-il-sungs-secret-history (diakses pada tanggal 11 Mei 2016).
[Vladivostok News. (2003). Soviets groomed Kim Il Sung for leadership]. Style Sheet. https://vn.vladnews.ru/Arch/2003/ISS345/News/upd10.HTM (diakses pada tanggal 29 April 2016).
Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
top related