pengendalian mutu pada madrasah dalam ...repository.uinjambi.ac.id/217/1/hasnani bookmark...alumni...
Post on 20-Oct-2020
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENGENDALIAN MUTU PADA MADRASAH DALAM
MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA
DI SUNGAI GUNTUNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam
Oleh: Hasnani
NIM: MMP.1622634
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018
-
MOTTO
ا ِانَّ ا فَِاَذا فََرْغَت فَانَْصْب فَِانَّ َمَع ْالُعْْسِ يُْْسً َمَع ْالُعْْسِ يُْْسً
Artinya : “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnyabersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)’’ (Q.S. Al-Insyirah 94 ayat 5-7).1
1 Kementerian Agama RI.AlQur’an dan Terjemah. (Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur’an, 2015), hal.910
-
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada : 1. Yang mulia ibunda Hj. Andi Djuliana
2. Yang mulia ayahanda H. Andi Muhammad
3. Kakanda tercinta Dra. Hj. Andi Fatimah/Aiptu H. Mahmuddin
4. Kakanda Andi Sulaiman (Almarhum)
5. Kakanda tercinta Andi Salmah
6. Adinda tercinta Andi Naimah, Amk/Aiptu Arifuddin
7. Adinda Andi Hasanuddin, Amk/Mariama
.
-
ABSTRAK
HASNANI Nim: MMP.1622634 Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam Memberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung.Tesis pascasarjana UIN STS Jambi, tahun 2018.
Penelitian ini menjelaskan tentang “Pengendalian Mutu Pada Madrasah DalamMemberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung” Yang meliputi, Pertama, Bagaimana penerapan pengendalian mutu. Kedua, Bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian mutu. Ketiga, Bagaimana tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriftif dengan mengunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi dan melakukan konsultasi ke pembimbing.
Hasil penelitian ini mengungkapkan, 1) Penerapan pengendalian mutu diarahkan pada tercapainya setiap perencanaan yang telah ditetapkan, terutama yang meliputi Input, proses dan output. Cara yang dilakukan adalah dengan mensosialisasikan hasil perencanaan pengendalian mutu kepada seluruh komponen yang ada disekolah, Kemudian melakukan analisis sasaran yang meliputi visi, misi dan tujuan sekolah dengan analis SWOT. Selanjutnya dilakukan penyusunan perbaikan dan perumusan mutu baru. 2) Strategi pimpinan adalah menyediakan sarana prasarana sekolah, menetapkan standar mutu pendidikan, meningkatkan profesionalisme guru, pembinaan kepada peserta didik, melibatkan partisipasi masyarakat disekolah. 3) Kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia diarahkan pada pemberdayaan di bidang ke-agamaan. Bidang keagamaan menyangkut tentang praktek ibadah, tahfidz juz amma dal lain sebagainya. Selain itu masyarakat menilai bahwa proses pendidikan yang ada di MTs Al-Ikhlas maupun di MTs Tarbiyah Islamiyah, sama – sama berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Pengendalian Mutu, Pemberdayaan, Sumber Daya Manusia
-
ABSTRACT HASNANI Nim: MMP.1622634 Quality Control at Madrasas in Empowering Human Resources in Sungai Guntung. Postgraduate study at the Jambi State Islamic University STS, 2018.
This study describes "Quality Control in Madrasas in Empowering
Human Resources in Sungai Guntung" which includes, first, how to apply quality control. Second, what is the leadership strategy in quality control. Third, what is the community's response to quality control.
This study uses descriptive qualitative approach using data collection methods of observation, interviews and documentation. The stages of data analysis techniques include data reduction, data presentation and data verification, while data reliability checks are carried out by extension of participation, accuracy of observation, triangulation and consultation with counselors.
The results of this study reveal, 1) The application of quality control is directed at the achievement of every plan that has been established, especially those that include Input, process and output. The method used is to socialize the results of quality control planning to all components in the school, then conduct a target analysis that includes the vision, mission and goals of the school with SWOT analysts. Furthermore, the preparation of new quality improvement and formulation is carried out, 2) the leadership strategy is to provide school infrastructure, set education quality standards, improve teacher professionalism, guide students, involve community participation in schools. 3) Activities of empowerment of human resources are directed at empowerment in the field of religion. The field of religion concerns the practice of worship, tahfidz juz amma etc. In addition, the community considered that the educational process in MTs Al-Ikhlas and MTs Tarbiyah Islamiyah, both went well.
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah Nya yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan judul Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam
Memberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung Yang mana
penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat persyaratan guna
memperoleh gelar MagisterPendidikan Islam dalam Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.
Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami penulis dalam
menyusun tugas ini terutama dalam mendapatkan data dan mengolahnya,
tetapi semua itu telah dapat diatasi dengan baik berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Selaku Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, M.A, Selaku direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN STS
Jambi
4. Bapak Dr. Abdul Malik. M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam
5. Bapak Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd selaku Pembimbing I dan
Bapak Dr. H. Khairunnas, M.Pd.I selaku pembimbing II.
6. Bapak, Ibu dosen dan segenap civitas akademika Pascasarjana UIN
STS Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah
7. Kepala KUA Kecamatan Kateman (Drs. H. M. Amin, HA), Penghulu (Abd.
Hayatussalis, S.Pd.I) dan Staf (Nurasia, SE)
8. Bapak Muhammad Johan, S.Ag selaku Kepala MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai
Guntung
9. Bapak, Ibu Guru dan Siswa-siswi MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai Guntung
-
10. Bapak Mohd. Kasim, S.Ag selaku Kepala MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai
Guntung
11. Bapak, Ibu Guru dan Siswa-siswi MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai Guntung
12. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam di Pascasarjana UIN
STS Jambi
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu segala kritikkan dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
dengan senang hati. Dan mudah-mudahan Tesis ini berguna bagi berbagai
pihak. Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi semua orang, terlebih
untuk pribadi penulis sendiri.
Jambi, 21 November 2018 Penulis
HASNANI Nim. MMP.1622634
-
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................................ ii NOTA DINAS ................................................................................................. iii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ....................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... vi HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix ABSTRAC ...................................................................................................... x KATA PENGANTAR....................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMABAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 13
C. Fokus Penelitian ................................................................... 13
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
A. Landasan Teori ..................................................................... 15
1. Pengendalian Mutu Pendidikan ........................................ 15
2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia ........................... 30
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 64
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ..................................... 65
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 66
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 68
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 73
F. Uji Keterpercayaan Data ...................................................... 75
G. Rencana Penelitian dan Waktu Penelitian ............................ 77
-
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANSLISIS
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 79
1. Profil ............................................................................... 79
2. Sejarah dan Letak Geografis MTs Tarbiyah Islamiyah ..... 80
3. Sejarah dan Letak Geografis Al-Ikhlas............................. 82
4. Visi Dan Misi .................................................................... 84
5. Struktur ........................................................................... 85
6. Keadaan Pendidik .......................................................... 87
7. Keadaan Peserta Didik .................................................... 90
8. Sarana Prasarana .......................................................... 91
B. Temuan Penelitian Dan Analisis Hasil Penelitian .................. 95
1. Temuan Penelitian .......................................................... 95
a. Penerapan pengendalian mutu di MTs Tarbiyah
Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam memberdayakan
sumber daya manusia di Sungai Guntung ................ 95
b. Strategi pimpinan dalam pengendalian mutu di MTs
Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam
memberdayakan sumber daya manusia di Sungai
Guntung ..................................................................... 101
c. Tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu di
MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam
memberdayakan sumber daya manusia di Sungai
Guntung ..................................................................... 110
2. Analisis Hasil Penelitian................................................... 113
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 125
B. Implikasi .............................................................................. 126
C. Rekomendasi ..................................................................... 127
D. Saran .................................................................................. 127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Jumlah Pendidik MTs-TI dan MTs Al-Ikhlas ........................... 85 Tabel 6: Jumlah Peserta Didik MTs-TI dan MTs Al-Ikhlas .................... 85 Tabel 8: Sarana Prasarana ................................................................... 90
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi MTs Al-Ikhlas ........................................ 86 Gambar 1 Struktur Organisasi MTs Tarbiyah Islamiyah ........................ 87
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya
model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini
mengandalkan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan.
Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan lebih popular dengan
sebutan Total Quality Education (TQE). Kemudian dasar dari manajemen
ini dikembangkan dari konsep Total Quality Managemen (TQM), yang pada
mulanya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia
pendidikan.2
Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara
konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai
kebutuhan dan kepuasan pelanggan..Filosofi pendidikan bermutu akan
menghasilkan output secara dinamis melalui pengendalian mutu kerja
Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang mengedepankan produktivitas.
Pengembangan Produktivitas dan mutu kerja SDM disusun sesuai
kebutuhan saat ini atau masa datang (visi-misi) untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan bermoral secara optimal.
Mutu kerja, dapat diberikan pengertian menjadi dua, yaitu, mutu
adalah kepuasan yang diperoleh oleh siswa, guru beserta perangkatnya,
orang tua, dan masyarakat umumnya dan kerja adalah hasil secara
kuantitas maupun kualitas di capai dan bertanggung jawab, seperti kerja
guru adalah persepsi terhadap prestasi kerja, berkaitan dgn kualitas kerja,
jujur, kerjasama dan sebagainya.3
2 Edward Sallis, Total Quality Managemen In Education. Manajeme Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2007), hal. 5. 3 Nurahman, Upaya Peningkatan Kinerja Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 17.
-
Gerakan pengendalian mutu pendidikan masih tergolong baru yaitu
sekitar tahun 1980-an. TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas
di Amerika, Inggris, dan penerapan dunia pendidikan di indonesia dimulai
tahun 1990-an. konsep TQM telah memperoleh dukungan resmi dari 16
institusi pendidikan, yaitu Dewan Rektor dan Kepala Sekolah dan telah
dipublikasikan pada tahun 1991, dengan sub judul Developing a Culturefor
Quality dengan kesimpulan bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi
seluruh sector pendidikan pada masa dekade mendatang.4
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan dan satuan pendidikan. Beberapa fakta yang menunjukkan
bahwa kualitas pendidikan masih rendah, hal ini terlihat jika dibandingkan
dengan negara lain. Peringkat pendidikan wilayah Asean tahun 2017
menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-lima dengan skor
0,603 berdasarkan 44% penduduk menuntaskan pendidikan
menengah,11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari
sekolah. Berada jauh di bawah peringkat daya saing sesama Negara
ASEAN, seperti Singapura di urutan pertama, Berunai Darussalam di urutan
kedua, Malaysia yang berada di urutan ketiga dan Thailand di urutan
keempat. Bahkan pada tahun 2016 dilansir dari The Guardian, indonesia
menempati urutan ke 57 dari total 66 negara. Survei ini diterbitkan oleh
organitation for ekonomic Co-operationand developmen. Kondisi ini
disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya
daya saing pendidikan, terbatasnya infrastruktur, terlalu panjang proses di
birokrasi, lingkungan yang belum mendukung dan penegakan hukum yang
belum optimal.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, baik yang dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah,
antara lain penguatan regulasi hak untuk mendapatkan pendidikan bagi
4 Edward Sallis, Op Cit, hal. 46-47.
-
anak usia sekolah, pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik,
penguatan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku ajar dan media
pelajaran. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan masalah ini maka
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan selain melalui cara-cara yang
di atas, juga perlu adanya peningkatan mutu manajemen pengendalian
mutu pendidikan, salah satu diantaranya dengan meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan, pengendalian output yang berorientasi pada
mutu.
Issu tentang mutu pendidikan terus berkembang sejalan dan sejurus
dengan perkembangan kebutuhan dan kesiapan penyelenggaraan
pendidikan. Salah satu sebabnya adalah rendahnya peluang kerja bagi
alumni tingkat sekolah menengah sederajat dan beratnya persaingan bagi
alumni Perguruan Tinggi (PT), sebagai tenaga potensial yang terampil
dalam merebut dan memanfaatkan kesempatan kerja. Identifikasi terhadap
kondisi tersebut dialamatkan pada rendahnya mutu lulusan, dalam arti
pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang belum sesuai kualifikasi
kompetensi yang dibutuhkan tenaga kerja.
Mutu pendidikan terdiri dari tiga perspektif yaitu: perspekstif
ekonomi, sosiologi dan pendidikan. Berdasarkan perspektif ekonomi,
pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mempunyai kontribusi
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan pendidikan yang bermutu
akan secara langsung dapat memenuhi angkatan kerja, yang secara
ekonomi akan membantu peningkatan taraf hidup. Menurut pandangan
sosiologi, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bermanfaat
terhadap pengembangan dan kemajuan masyarakat, seperti mobilitas
sosial, perkembangan budaya, pertumbuhan kesejahteraan, dan
pembebasan kebodohan.
Pandangan pendidikan, mengarah pada upaya penyehatan sekolah
yang direspon sebagai kemampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan
-
hak peserta didik, kesejahteraan tenaga pendidik, kepuasan bagi
masyarakat sebagai pengguna jasa sekolah. Selanjutnya Beeby
menegaskan, bahwa mutu pendidikan harus mengkaji makna dan esensi
dari pendidikan, terkait dengan tujuan kurikulum, sarana prasarana,
kesiapan tenaga pendidik dan manajemen pengelolaan lembaga
pendidikan. Hal yang amat mendasar yang dapat memberikan ciri khusus,
sebagai pemberbeda dari pendidikan yang lain.5
Untuk sampai kepada konsep ini maka mutu dapat dikaji baik dari
segi perencanaan, proses dan produk. Perspektif perencanaan mutu
pendidikan disiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di
masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan setiap tahapan dalam
pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang
serta memutuskan dengan konsisten. Kajian mutu dari segi proses
mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan efisiensi keseluruhan
faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses pendidikan.
Mukhtar dan Khairunas, mengatakan bahwa efektivitas adalah suatu
upaya menggerakan komponen-komponen secara komprehensif dengan
mempertimbangkan tersedianya lumbung data untuk merencanakan
kegiatan, mempunyai standar operasional pekerjaan (SOP), mempunyai
tolok ukur yang akan dicapai, tegakan peraturan, tersedia biaya
berdasarkan kebutuhan dan evaluasi sesuai kenyataan.6
Sekolah yang berada di daerah pedalaman terkesan kumuh
sedangkan sekolah diperkotaan dicitrakan lebih elit dan bonafit, sementara
menerima calon siswa yang sama, tetapi karena kualifikasi guru,
kelengkapan sarana dan prasarana, suasana belajar yang berbeda,
pengelolaan yang tingkat efisiensinya juga tidak sama. Maka sangat wajar
bila proses pendidikan pada sekolah di daerah elit akan jauh lebih baik
5 Sabur A. Pengendalian Mutu Pendidikan Tinggi, (Bandung: IKIP, 1998). Hal.35 6 Mukhtar dan Khairunas R, Desain Pelatihan Produktif. Harus ada SOP, (Jambi: Kelompok Studi Penulisan, 2016), hal. 73.
-
karena faktor ketepatan, kelengkapan, dan efisiensi pengelolaan yang lebih
sempurna.
Keunggulan dalam proses pendidikan dengan sendirinya akan
menghasilkan produk yang lebih baik dan berkualitas. Tingkat kemampuan
lulusan dalam arti penguasaan ilmu, keterampilan dan pengalaman para
lulusan sekolah elit terjadi karena proses pendidikannya lebih baik, mutunya
akan berbeda dari sekolah di daerah kumuh. Dengan demikian mutu proses
akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda. Mutu dapat juga dikaji dari
sudut internal efisiensi dan kesesuaian, secara internal efisiensi pendidikan
akan terjadi apabila tujuan pendidikan secara kelembagaan dapat
terlaksana dengan baik termasuk kegiatan ekstrkurikuler. Mutu pendidikan
itu, dapat dilihat dari sisi perencanaan, proses dan lulusan yang dihasilkan.
Pendidikan yang bermutu dari sisi perencanaan dapat diukur dengan
ketepatan dokumen perencanaan yang disandingkan dengan proses
pelaksanaannya. Sedangkan proses pelaksanaan dapat diukur dengan
ketepatan, kelengkapan dan efisiensi pengelolaan proses belajar mengajar
yang efektif. Sedangkan mutu pendidikan dilihat dari sisi produk yakni
apabila lulusan/output antara lain; (1) dapat menyelesaikan studi dengan
tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan di sekolah, (2)
memperoleh kepuasan atas hasil pendidikannya karena ada kesesuaian
antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kebutuhan
hidupnya, (3) mampu memanfaatkan secara fungsional ilmu pengetahuan
dan teknologi hasil belajarnya demi perbaikan kehidupannya; dan (4) dapat
dengan mudah memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan tuntutan dan
harapan dunia kerja.
Konsep pelayanan dan penjaminan mutu pendidikan dapat
dilakukan dengan pengukuran Total Quality Management (TQM),
sebagaimana dinukilkan oleh Edward Sallis bahwa konsep mutu dalam
kaitan dengan Total Quality Management (TQM), dimana menurutnya mutu
itu harus dipandang sebagai konsep yang relatif bukan konsep yang
-
absolut. Definisi relatif tersebut memandang, bahwa mutu pendidikan
bukan sebagai sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan
semata, tetapi harus melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan
sumber daya manusiadan non sumber daya manusia. 7
Mutu dapat dikatakan baik, apabila sebuah layanan memenuhi
spesifikasi yang ada. Mutu sebagai instrumen untuk menilai produk sudah
memenuhi standar atau belum, masih bersifat relatif dan tidak ekslusif.
Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek, adalah dapat
menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan
pelanggan/user. Menurut, Philip H.Coombs melihat konsep mutu
pendidikan tidak hanya diukur dari prestasi belajar, seperti yang dikaitkan
dengan kurikulum dan standarisasinya, tetapi perlu juga dilihat dari
relevansi dan kebutuhan belajar saat ini dan untuk masa yang akan
datang.8 Mutu pendidikan dalam arti luas ditentukan oleh tingkat
keberhasilan seluruh faktor yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Di samping itu mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh pihak sekolah
sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga harus disesuaikan dengan apa
yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat. Seiring dengan
kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang mutu lulusan sekolah pun
terus-menerus berkembang.
Mutu pendidikan itu bersifat multi dimensi yang meliput aspek input,
proses dan keluaran (output dan outcomes). Oleh karena itu, indikator dan
standar mutu pendidikan dikembangkan secara holistik mulai dari input,
proses dan keluaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan mutu
lembaga pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai pelayanan atau
servis yang diberikan oleh institusi pendidikan kepada peserta didik maupun
kepada tenaga staf pengajar untuk terjadinya proses pembelajaran.
7 Edward.Sallis, Total Quality Management In Education: Manajemenmutu Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurozi. Cet. VIII; (Yogjakarta:Ircisod, 2008), hal. 22 8 Sabur A. Op Cit, hal. 53.
-
Berbagai pelayanan institusi pendidikan dapat dibagi atas lima jenis
pokok jasa pelayanan, yaitu (1) pelayanan administrasi pendidikan, (2)
pelayanan pembelajaran, (3) pelayanan ko-kurikuler, (4) pelayanan
penelitian dan (5) pelayanan keinformasian pendidikan.
Seperti telah disampaikan di awal bahwa konsep mutu bagi
pelanggan berbeda-beda. Hasil penelitian sabur telah membuktikan adanya
perbedaan dimensi mutu yang meliputi: (1) Bagi pemakai jasa pendidikan,
mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada dimensi ketanggapan
pendidik dalam memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai customers,
kepedulian, kelancaran komunikasi/ hubungan antara peserta didik dan
petugas pendidikan (2) Bagi penyelenggara pendidikan, mutu pelayanan
pendidikan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan pendidikan yang
diselenggarakan dalam perkembangan ilmu dan otonomi profesi pendidik.
(3) Bagi penyandang dana pelayanan pendidikan, mutu pelayanan lebih
terkait kepada efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajaran
pembiayaan.9
Pendapat lain yang mendukung pernyataan tentang mutu pelayanan
pendidikan, sebagaimana model analisis posisi sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh Abin Hasyim, mutu pendidikan dapat diidentifikasi dari
gugus perangkat komponen sistemnya dan gugus perangkat indikator
kinerjanya. Perangkat komponen sistem meliputi: tujuan, persyaratan
ambang, perangkat masukan proses, perangkat keluaran dan perangkat
stakeholders. Sedangkan perangkat kinerja terdiri atas efisiensi,
produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan organisasi,
adaptabilitas dan semangat berinovasi. Mutu pendidikan dapat diperoleh
beradasarkan dimensi mutu dari seorang customer (peserta didik),
dikaitkan dengan kompetensi keilmuannya, kecepatan pelayanan,
kepuasan terhadap lingkungan fisik, dosen/guru yang ramah, terampil,
profesional dan biaya pendidikan yang terjangkau.10
9 Cristopher, Op Cit, hal. 62. 10 Abin Hasyim, Op Cit, hal. 19-21.
-
Persepsi mutu bagi peserta didik yang paling utama adalah
kepuasan. Dimensi mutu dari seorang guru/dosen adalah kelengkapan
peralatan, sarana penunjang mengajar dan metode mengajar serta hasil
proses belajar mengajar. Menurut pandangan Umaedi dalam konteks
pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam proses pendidikan, yang bermutu terlibat berbagai input,
seperti: bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber belajar lainnya serta
penciptaan suasana belajar yang kondusif.11
Pengendalian mutu atau quality control dalam manajemen mutu
pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang
dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang
diberikan kepada pelanggan. Pengendalian diperlukan untuk menjamin
agar kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga
produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan.
Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan
seperti perencanaan, rancangan, menggunakan prosedur atau peralatan
yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal
yang menyimpang.
Penyimpangan cendrung terjadi dalam hal produk, pelayanan,
proses, output dan standar yang spesifik. Pengawasan mutu merupakan
upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
output yang memnuhi standar yang telah ditetapkan. Pandangan yang
sama dikemukakan oleh Ishikawa yang menyatakan pengendalian mutu
adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara
terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimanamestinya, sehingga
mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.12 Definisi
yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran baru tentang
11 Umaedi, Ibid, hal.7 12 Isikawa, Pengendalian Mutu Terpadu, (Jakarta: Aneka Karya, 2001), hal. 98.
-
quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian
mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi
atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan
produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara
memuaskan. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas,
pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsur input,
proses dan output. Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari unsur input,
proses dan output, karena pengendalian mutu pendidikan lebih difokuskan
pada tahapan dari program.
Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian
mutu pendidikan sejak input siswa masuk, kemudian dididik di sekolah
hingga menjadi lulusan dari sekolah. Perencanaan yang jelas, lengkap dan
terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, kepala tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu, dalam
pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang
bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan
perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapa tindakan perbaikan itu
dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum
seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah
dengan menggunakan prosedur yang standar yang ditetapkan.
Proses pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan.
Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar,
artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai
dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem
dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan
yang telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu proses karena
terdiri dari rangkaian kegiatan yang sistematis, J. M. Juran dalam Edward
Sallis, menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang
didalamnya terdapat kegitan: (1) Mengevaluasi kinerja nyata, (2).
-
Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan (3) Mengambil tindakan
terhadap perbedaan.13
Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses
kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa
tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai
peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut N.S.Sukmadinata proses
pengendalian mutu meliputi: (1) perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan
standar, (2). Pengukuran performansi nyata, (3). Membandingkan
performansi hasil pengukuran dengan performansi standar, (4)
memperbaiki performansi.
Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi
pada dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat
komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih yaitu: (1)
Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau
menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. (2) Alat penilai yang
mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. (3) Alat modiifikasi perilaku
untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. 4) Alat untuk menyebarluaskan
informasi kealat lain.14
Keberhasilan kepala sekolah atau pengawas dalam pelaksanaan
pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga ada
beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah.
Kondisi ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari
semua unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Menurut Nanang Fatah dan Ali (2006; 9) pra kondisi yang harus dipenuhi
sekolah, antara lain: (1) Mengubah pola pikir sekolah sebagai unit produksi
menjadi unit layanan jasa, (2) Memfokuskan perhatian pada proses secara
sistematik, (3) Menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang, (4)
13 Edward Sallis, Log Cit, hal. 109. 14 Sukmadinata, Nana Syaodih., Dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, Dan Instrumen.(Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 67
-
Mempunyai komitmen yang kuat pada mutu, e) Mementingkan
pengembangan sumber daya manusia.15
Sasaran pengendalian mutu pendidikan secara operasional
ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil
pendidikan. Menurut Djajuli (dalam Nanang dan Ali (2006: 56) secara
substansi pengawasan pendidikan secara educative adalah: a)
pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru
terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran
dan penyesuaian kurikulum b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut Nana Syaodih (2006; 35) bidang pengendalian
ditujukan pada biding utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa
serta manajemen pendidikan.
Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan,
bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan
program pendidikan di sekolah maupun untuk setiap bidang studi. Bidang
bimbingan siswa berkaitan dengan program pembinaan siswa dan
bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan
upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana
pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil,
siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan biaya dan kerja sama
dengana masyarakat atau pihak luar sekolah. Ketiga bidang ini mempunyai
arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.
Selanjutnya, dalam memberdayakan SDM agar dapat menjadi
manusia yang berkualitas diperlukan beberapa dasar yang kuat, antara lain
adanya komitmen pada perubahan, pemahaman yang jelas tentang kondisi
yang ada, mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan; dan
mempunyai rencana yang jelas.16 Dengan begitu, institusi pendidikan dapat
menghadirkan kepuasan pelanggan terutama kepuasan peserta didik dan
15 Nanang Fattah Dan Mohammad Ali, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2006), hal. 27. 16 Sukmadinata, Nana Syaodih., Dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, Dan Instrumen.(Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 9.
-
orang tua sebagai pengguna jasa pendidikan, dan tenaga kependidikan
sebagai pelaksana kebijakan pendidikan, sekaligus sebagai upaya dalam
memberdayakan SDM secara optimal. Dalam Islam anjuran untuk
memberdayakan SDM manusia tertuang dalam Alqur’an surah An-nahl ayat
90. Yakni:
َ يَأُْمُر ِِبلَْعْدِل َواْْلِْحَساِن َوِايَْتاِعى ِذى الُْقْرََب َويَْْنَىى َعِن الَْفْحَشاِء ِانَّ اَّللَّ
َُُّكْ تََذكَُّرْونَ َوالُْمْنَكِر َوْالَبْغِي يَِعُظُُكْ لََعل
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat keadilan, berbuat baik dan menolong kaum kerabat dan melarang dari perkara keji, mungkar dan dosa. Allah maha menasehati kamu moga-moga kamu menjadi ingat. “ (Q.S. An-Nahl, 90).17
Adapun berdasarkan hasil observasi awal ditemukan bahwa proses
pelaksanaan pengendalian mutu di MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-
Ikhlas Sungai Guntung Inhil Riau, belum sepenuhnya berjalan sesuai
dengan petunjuk konseptual dan operasional, baik dari sisi praktis maupun
teoritis. Fenomena-fenomena mendasar dilihat bahwa pelaksanaan
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pembagian tugas dan
pengawasan) belum menghasilkan sebuah mutu dan kepuasan dari proses
pembelajaran, terutama belum terpenuhi lulusan bermutu dan kepuasan
orang tua, serta stakecholder.
Hasil supervisi di atas setelah disingkrunkan melalui wawancara
dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa kondisi ini disebabkan
oleh rendahnya kualitas SDM guru terutama belum tertanamnya jiwa dan
motivasi untuk mengendalikan rentang kendali mutu sebagai kepuasan,
rendahnya daya saing lulusan pendidikan, terbatasnya infrastruktur, terlalu
panjang proses di birokrasi, lingkungan yang belum mendukung dan
17 Alqur’an Terjemah, Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementrian Agama Republik Indonesia. (Jakarta: Dharma ART.2015).hal.277
-
penerapan rencana strategis yang belum optimal. Dari masalah-masalah di
atas, setelah diidentifikasi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam
Memberdayakan Sumber Daya Manusia di Sungai Guntung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan sesuai judul di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pengendalian mutu dalam memberdayakan
sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di
Sungai Guntung?.
2. Bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian mutu dalam
memberdayakan sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan
MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?.
3. Bagaimana tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu dalam
memberdayakan sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan
MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah penerapan manajemen dalam
pengendalian mutu pada dalam memberdayakan sumber daya manusia di
Sungai Guntung. Penelitian ini dilakukan di MTs Tarbiyah Islamiyah dan
MTs Al-Ikhlas Sungai Guntung.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian
diuraikan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pengendalian mutu dalam
memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah Islamiyah dan
MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung.
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian
mutu dalam memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah
Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?
-
c. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu
dalam memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah Islamiyah
dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoretik
Adapun secara teoritik penelitian ini diharapkan berguna untuk:
1) Pengembangan teori manajemen pendidikan sebagai langkah
pengendalian mutu dalam memberdayakan sumber daya manusia
MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung
2) Memperkaya referensi keilmuan manajemen pendidikan dan sumber
informasi kajian akademik dan pengembangan penelitian di bidang
pendidikan khususnya bagi lembaga pendidikan agama di madrasah.
b. Secara praktis
Adapun hasil penelitian diharapkan berguna sebagai masukan
kepada lembaga pendidikan atau madrasah antara lain:
1) Bagi pihak manajemen MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas
Sungai Guntung agar dapat mencapai tujuan madrasah khususnya
dan tujuan pendidikan nasional secara umum.
2) Bagi tim penjamin mutu MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas
Sungai Guntung untuk dapat memberdayakan kemampuan dan
keterampilan dalam pengendalian mutu.
3) Bagi para pemimpin madrasah khususnya MTs Tarbiyah Islamiyah
dan MTs Al-Ikhlas Sungai Guntung agar dapat menindak lanjuti hasil
penelitian mengenai pengendalian mutu dalam memberdayakan
Sumber Daya Manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
-
A. Landasan Teori
1. Pengendalian Mutu Pendidikan
Beberapa pakar yang dikutib dari Veithzal Rivai Zainal dkk,
mengatakan bahwa pengertian mutu adalah sesuatu yang dapat
disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa ditawarkan kepada konsumen
(Masaaki Imai). Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya (J.M. Juran).
Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,
reliability, maintainability dan cost effectiveness (Crosby). Keseluruhan ciri
dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan
kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar (ISO 8402
& SNI 19-8402.1991).18
Selanjutnya Veithzal, memberikan istilah lain tentang mutu yaitu, (1)
Kendali mutu; cara untuk memproduksi barang dan jasa secara ekonomis
sesuai dengan keinginan pelanggan, (2) Gugus Kendali Mutu; sebuah
kelompok kecil yang dengan sukarela melaksanakan kegiatan
pengendalian mutu ditempat kerja dan melakukan pekerjaannya secara
berkesinambungan sebagai bagian dari program dibidang pengendalian
mutu, pengembangan diri, pendidikan bersama, pengendalian arus dan
penyempurnaan ditempat kerja, dan (3) Manajemen Jepang diistilahkan
KAIZEN sesuatu yang bisa disempurnakan secara berkesinambungan
sehingga identic dengan istilah kendali mutu atau pengendalian mutu.19
Manajemen mutu adalah sistem pengendalian mutu yang
didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
sebaik-baiknya. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, budaya kerja yang
mantap harus terbina dalam diri setiap karyawan yang terlibat dalam
pendidikan itu. Motivasi, sikap, kamauan dan dedikasi adalah bagian
terpenting dari budaya kerja tersebut.20
18 Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management. Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah secara Istiqomah (Yogyakarta: BPFE-IKAPI, 2013), hal. 253. 19 Veithzal, Ibid, hal. 253. 20 Veithzal, Log Cit, hal. 254.
-
Dapat disimpulkan bahwa, pengendalian mutu atau quality control
dalam manajemen mutu pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan
teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian
diperlukan untuk menjamin agar kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan
dan kebutuhan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan
dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan,
menggunakan prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan
melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal yang menyimpang.
Penyimpangan cendrung terjadi dalam hal produk, pelayanan, proses,
output dan standar yang spesifik. Pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan output
yang memnuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini seperti dikemukakan
oleh Amitava Mitra: ”quality control may generally be defined as a system
that is used to maintain a desired level of quality in a product or service.21
Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa yang
menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah
yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana konsep pengendalian mutu pendidikan mestinya, sehingga
mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.22 Definisi
yang dikemukakan oleh Ishikawa merupakan pemikiran baru tentang
quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian
mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi
atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan
produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara
memuaskan. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas,
pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsur input,
21 Mitra Amitava Fundamentals of Quality Control and Improvement Second Edition, (Prentice Hall, Upper River, New Jersey. 2001), hal. 9 22 Isikawa, Pengendalian Mutu Terpadu, 2001. hal. 98.
-
proses dan output. Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari unsur input,
proses dan output, karena pengendalian mutu pendidikan lebih difokuskan
pada tahapan dari program.
Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian
mutu pendidikan sejak input siswa masuk, kemudian dididik di sekolah
hingga menjadi lulusan dari sekolah. Perencanaan yang jelas, lengkap dan
terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, kepala tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu, dalam
pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang
bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan
perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu
dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum
seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah
dengan menggunakan prosedur yang standar yang ditetapkan
a. Proses Pengendalian Mutu
Perencanaan strategis untuk mutu ialah perencanaan berjangka
panjang berdasarkan visi-misi dan prinsip kelembagaan, yang berorientasi
pada kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun masa yang akan
datang. Dalam menyusun rencana, perlu diikuti pemikiran dan langkah-
langkah sebagai berikut; (1) menentukan dan merumuskan visi dan misi,
(2) mengadakan studi tentang para pelanggan untuk mengetahui siapa
pelanggan dan apa kebutuhan mereka, (3) menyusun rencana lembaga
dengan membuat langkah-langkah dan program, dan (4) menentukan
kebijakan dan biaya, serta rencana alat-alat untuk mengevaluasi.23
Dari paparan teori di atas menunjukan bahwa pengendalian mutu
tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana,
dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat
dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar
23 Veithzal, Log Cit, hal. 258-259.
-
dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian
dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah diibuat. Pada
pengendalian merupakan suatu proses karena terdiri dari rangkaian
kegiatan yang sistematis. Pengendalian mutu sebagai proses manajemen
yang didalamnya terdapat kegitan: (1) Mengevaluasi kinerja nyata, (2).
Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan (3) Mengambil tindakan
terhadap perbedaan.
Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses
kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa
tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai
peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut N.S. Sukmadinata proses
pengendalian mutu meliputi: (1) perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan
standar, (2). Pengukuran performansi nyata, (3). Membandingkan
performansi hasil pengukuran dengan performansi standar, (4)
memperbaiki performansi.
Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi
pada dasarnya dalam setiap sistem pengendalian mutu mempunyai empat
komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih yaitu: (1)
Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau
menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. (2) Alat penilai yang
mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. (3) Alat modiifikasi perilaku
untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. (4) Alat untuk
menyebarluaskan informasi kealat lain.24
Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan pengendalian
mutu, selain harus dilakukan secara sistematis, juga ada beberapa kondisi
yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah. Kondisi ini diwujudkan
dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari semua unsur yang
terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Nanang
24 Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 67.
-
Fatah dan Ali pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah, antara lain: (1)
Mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan
jasa, (2) Memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik, (3)
Menerapkan pola pemikiran/strategi jangka panjang, (4) Mempunyai
komitmen yang kuat pada mutu, (5) Mementingkan pengembangan sumber
daya manusia.25
Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam
melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah
satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu
adalah model Certo yang meliputi (1) pre control-Feedfowerd, yang control
yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai, misalnya untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu hanya memilih guru-guru yang memiliki
kompetensi yang baik. (2) Concurrent Contrtol, yaitu pengendalian
dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan (3) Feedback
Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan
setelah kegiatan dilakukan.26
b. Sasaran Pengendalian Mutu
Sasaran pengendalian mutu pendidikan secara operasional
ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil
pendidikan. Menurut Djajuli secara substansi pengawasan pendidikan
secara educativ adalah: (1) pengawasan implementasi kurikulum,
pengajaran, pemahaman guru terhadap kurikulum, penjabaran guru
terhadap teknik penilaian, penjabaran dan penyesuaian kurikulum (2)
pengawasan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Nana
Syaodih bidang pengendalian ditujukan pada biding utama pendidikan,
yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan.27
25 Nanang Fattah dan Mohammad Ali, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2006), hal.9. 26 Sofyan Safry, Sistem Pengawasan Manajemen, (Jakarta: Penerbit Quantum, 2001).hal. 23. 27 Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: Penerbit Refika Aditama, 2006), hal. 35.
-
Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan,
bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan
program pendidikan di sekolah maupun untuk setiap bidang studi. Bidang
bimbingan siswa berkaitan dengan program pembinaan siswa dan
bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan
upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana
pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil,
siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama
dengana masyarakat atau pihak luar sekolah. Ketiga bidang ini mempunyai
arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.
Pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi manajemen.
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan
terhadap kinerja guru atau personil lainnya yang terlibat dalam proses
pendidikan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian adalah untuk
melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan
dapat tercapai secara optimal. Sesuai dengan konsep mutu dalam
pendidikan yang meliputi unsur input, proses dan output. Maka
pengendalian terhadap mutu pendidikan juga diarahkan pada aspek input,
proses dan output.
Secara lebih rinci pengendalian terhadap mutu pendidikan ditujukan
pada aspek kurikulum pembelajaran, pembinaan murid dan aspek
manajemen sekolah yang berkaitan dengan pengaturan sumber daya dan
dana pendidikan seperti: personil, siswa, sarana dan fasilitas, biaya dan
kerjasama sekolah dengan masyarakat. Ketiga bidang sasaran ini
semuanya mengacu pada pengembangan kompetensi siswa secara
optimal. Pengendalian merupakan suatu proses sistematis, yang terdiri dari
merencanakan (menyusun tujuan dan standar performansi), pengyukuran
performansi nyata, membandingkan performansi dan melakukan
perbaikan.
c. Ciri-Ciri Sekolah Bermutu
-
Menurut Edward Sallis dalam Minnah, sekolah bermutu memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Sekolah berfokus pada pelanggan, yakni semua pihak yang
memerlukan, terlibat di dalam, dan berkepentingan terhadap jasa
pendidikan. Sekolah yang bermutu totalitas sikap dan perilaku staf,
tenaga akademik dan pimpinan secara bersama-sama melakukan tugas
pokok dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,
dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar.
3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.
4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas baik ditingkat
pimpinan, tenaga akademik maupun tenaga administratif.
5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik
untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebaga
instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa berikutnya.
6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua
orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu
menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja
secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang termasuk
kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
-
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus
sebagai suatu keharusan.28
Sementara itu Menurut Garvin yang dikutip oleh Abdul Hadis,
menjelaskan bahwa ada delapan dimensi mutu yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristik mutu barang yaitu: (1) Performa, (2),
Keistimewaan, (3) Reliabilitas, (4) Konformansi, (5) Daya tahan, (6)
Kemampuan pelayanan, (7) Estetika, dan (8) Mutu yang dipersiapkan.29
d. Kualitas pengendalian Mutu Pendidikan
Dalam layanan pendidikan perlu adanya kualitas dari penyelenggara
pendidikan. E. Mulyasa mengatakan, terdapat lima dimensi pokok yang
menentukan kualitas layanan mutu pendidikan, yaitu:
1. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara tepat waktu, akurat, dan memuaskan.
2. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan dari tenaga
kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan
pelayanan dengan tanggap. Dengan demikian, kepala sekolah harus
mudah ditemui, guru juga harus gampang ditemui peserta didik untuk
keperluan konsultasi.
3. Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek
terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para tenaga
kependidikan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
4. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
5. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga
kependidikan, dan sarana komunikasi.30
e. Karakteristik pengendalian Mutu Pendidikan
28 Minnah El Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 53-54. 29 Abdul Hadis, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 88. 30 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Badung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 227-228.
-
Menurut Husaini Usman, pengendalian mutu memiliki beberapa
karakteristik antara lain:
1. Kinerja (performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah.
Misalnya: Pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik yang ditandai
hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus sekolah sedikit, dan yang
lulus tepat waktu banyak. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut
menjadi sekolah favorit.
2. Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya:
memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Waktu ulangan tepat. Batas
waktu pemberian pekerjaan rumah wajar.
3. Handal (reliability): usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya:
pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan dari tahun ke tahun, mutu
sekolah tetap bertahan dari tahun ke tahun. Sebagai sekolah favorit
bertahan dari tahun ke tahun. Sekolah menjadi juara tertentu bertahan
dari tahun ke tahun.
4. Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan profesionalisme. Misalnya: warga sekolah saling menghormati,
baik warga intern maupun ektern sekolah, demokratis, dan menghargai.
5. Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai.
Misalnya: aturan-aturan sekolah mudah diterapkan. Buku-buku
perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan tepat waktu. Penjelasan
guru di kelas mudah dimengerti siswa.
6. Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu. Misalnya: sekolah ada
yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di universitas
bermutu. Unggul dengan bahasa Inggrisnya. Unggul dengan penguasaan
teknologi informasinya (komputerisasi). Ada yang unggul dengan karya
ilmiah kesenian atau olahraga.
7. Seragam (uniformity): tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya: sekolah
menyeragamkan pakaian sekolah dan pakaian dinas. Sekolah
melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau pilih kasih.
-
8. Mampu melayani (serviceability): mampu memberikan pelayanan prima.
Misalnya: sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang
masuk mampu dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Sekolah mampu
memberikan pelayanan primanya kepada pelanggan sekolah sehingga
semua pelanggan merasa puas.
9. Ketepatan (Accruracy): ketepatan dalam pelayanan. Misalnya: Sekolah
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan
pelanggan sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya.
Semua warga sekolah bekerja dengan teliti. Jam Belajar di sekolah
berlangsung tepat waktu.31
Martinis Yamin, pilar mutu yang ditetapkan oleh para ahli adalah
fokus pada kostumer, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan
perbaikan berkelanjutan. Pilar ini didasarkan pada keyakinan sekolah
seperti kepercayaan, kerjasama, dan kepemimpinan. Fokus pada kostumer
yaitu kita secara berkala mengadakan pertemuan dengan staf siswa, orang
tua, dan wakil-wakil komunitas untuk merumuskan keinginannya.
Keterlibatan total yaitu para staf sama-sama bertanggungjawab untuk
memecahkan masalah saat mengembangkan sekolah bermutu terpadu.
Pengukuranya itu kita mengumpulkan data untuk mengukur perbaikan dan
mengembangkan solusi. Komitmen yaitu manajemen memiliki komitmen
untuk memberikan pelatihan, sistem dan proses yang dibutuhkan untuk
mengubah cara kerja guna memperbaiki mutu. Perbaikan berkelanjutan
yaitu kita secara konstan mencari cara untuk memperbaiki proses
pendidikan.32
f. Indikator pengendalian Mutu Pendidikan
Menurut Dedi Permadi, ada beberapa indikator mutu pendidikan
yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu yaitu:
31Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 512-513. 32 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hal. 34.
-
1. Kepercayaan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.
2. Daya tanggap adalah kemauan para tenaga kependidikan untuk
membantu para peserta didik dan tanggap dalam memberikan
pelayanan.
3. Keterjaminan adalah adanya pengetahuan kompetensi kesopanan,
respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para
tenaga kependidikan.
4. Perhatian adalah adanya kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para
pelanggan.
5. Bukti langsung adalah adanya fasilitas fisik, perlengkapan, sarana dan
prasarana serta tenaga kependidikan dan sarana komunikasi yang
memadai.33
Sagala, menjelaskan bahwa dalam capaian dan keberhasilan
pengendalian mutu terdapat Indikator keberhasilan yang berdampak dari
berbagai aspek yaitu:
1. Efektivitas proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan
atau mengingat dan menguasai pengetahuan melainkan menekankan
kepada internalisasi mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor,
dan kemandirian.
2. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.
3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, tenaga kependidikan
sebagai pelayanan teknis kependidikan mampu merespon isu-isu
penting kependidikan sehingga sekolah mampu bersaing.
4. Sekolah memiliki budaya mutu.
5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis.
6. Sekolah memiliki kemandirian yaitu kemampuan dan kesanggupan kerja
secara maksimal dengan tidak selalu bergantung pada petunjuk atasan
33 Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), hal. 34.
-
dan harus mempunyai sumber daya potensial dan berkompeten di
bidang masing-masing.
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Keterkaitan dan keterlibatan
pada sekolah harus tinggi dilandasi rasa memiliki dan rasa tanggung
jawab melalui loyalitas dan dedikasinya sebagai stakeholder.34
Engkoswara dan Yahya Umar merangkum indikator-indikator sekolah
bermutu dan tidak bermutu yang diadaptasi dari beberapa ahli, sebagai
berikut:
Tabel 1. Indikator Sekolah Bermutu Dan Sekolah Tidak Bermutu.35
Standar mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, memfokuskan tiga faktor untuk meningkatkannya, yaitu:
1. Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti mutu tenaga
kependidikan, biaya, dan sarana belajar
2. Mutu proses belajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan
3. Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-
nilai.36
Indikator untuk mengukur dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan
sebagaimana tersebut di atas dapat mengacu pada Standar Nasional
34 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 171. 35 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.20. 36 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 21.
-
Pendidikan. Selain itu, juga harus memperhatikan kriteria-kriteria
pendidikan yang baik, seperti dikemukakan dalam Renstra Depdiknas
2005-2009 bahwa program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik
memiliki lima kriteria yang bisa disingkat dengan SMART (specific,
measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat
digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja
pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran
masing-masing program.37
Sekolah sebagai suatu organisasi yang memberikan jasa layanan
pendidikan, mempunyai tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal.
Itulah sebabnya, dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu
elemen-elemen yang ada di dalamnya. Secara umum unsur-unsur yang
ada dalam organisasi sekolah ini terdiri dari tiga dimensi yaitu masukan
(input), proses, dan keluaran (output) dengan pengertian:
1. Input, meliputi peserta didik, kurikulum, dana, data dan informasi,
pendidik dan tenaga kependidikan, motivasi belajar, kebijakan-kebijakan
dan perundang-undangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan.
2. Proses meliputi lama waktu belajar dan mengikuti pendidikan,
kesempatan mengikuti pembelajaran, efektivitas pembelajaran, mutu
proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran.
3. Output, meliputi jumlah siswa yang lulus atau naik kelas, nilai ujian,
jumlah siswa yang bekerja dan diterima pada lapangan kerja, peran serta
lulusan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat.
Dari unsur-unsur tersebut di atas yang berkenaan dengan mutu
layanan pendidikan adalah unsur masukan (input) dan unsur proses.
Sedangkan mutu lulusan merupakan hasil dari layanan pendidikan yang
bermutu, perwujudannya dari unsur proses yang bermutu dengan didukung
input yang bermutu. Dengan kata lain, mutu layanan pendidikan diperoleh
37 Depdiknas. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009,(Jakarta : Pusat Informasi dan Humas Depdiknas. 2007), hal. 84.
-
dari hasil pengelolaan input dan proses pendidikan dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen mutu.
Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk
meningkatkan mutu pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip
manajemen mutu total (TQM) yang dikemukakan oleh Henster dan Brunel,
yaitu:
1. Kepuasan pelanggan. Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep
tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian
dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan
oleh pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal.
Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala
aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk
memuaskan para pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang. Di sekolah setiap personel sekolah
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas
tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan
sumber daya sekolah yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang
dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk
berperan serta dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen berdasarkan fakta. Sekolah bermutu berorientasi pada fakta,
yakni setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada data-data
dan bukan berdasarkan pada perasaan. Ada dua konsep pokok
berkaitan dengan hal ini, pertama prioritisasi yaitu suatu konsep bahwa
perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan data sekolah dapat
memfokuskan usahanya pada situasi atau kegiatan tertentu yang
dianggap paling penting. Konsep kedua, variasi atau vitabilitas kinerja
manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem
-
organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai kesuksesan setiap
sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam
melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil
pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.
Berdasarkan tinjauan mutu tersebut dapat dideteksi dari ciri-ciri
sebagai berikut: kompetensi, relevansi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya
hasil, kredibilitas”. Menurut Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan
lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan
untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.38 Dengan
demikian dapat dipahami bahawa mutu pendidikan adalah kualitas atau
ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan
pelatihan. Artinya, layanan mutu dalam penelitian ini adalah derajat
keunggulan layanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan para
pengguna di madrasah. Ciri-ciri mutu layanan yang baik adalah tanggap
terhadap kebutuhan pengguna, konsisten, fokus, cepat, tepat dan akurat.
2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan investasi sangat berharga
bagi sebuah organisasi yang perlu dijaga. Setiap organisasi harus
mempersiapkan program yang berisi kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme supaya organisasi bisa bertahan dan
berkembang sesuai dengan lingkungan organisasi. Untuk mencapai
produktivitas yang maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya tenaga
38Qomar Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi baru pengelolaan lembaga pendidikan Islam. (Malang : PT. Gelora Aksara Pratama, 2007). Hal. 23.
-
kerja yang tepat dengan pekerjaan serta kondisi yang memungkinkan
mereka bekerja optimal.
Menurut Sedarmayanti dalam Umar ciri-ciri SDM yang produktif
adalah tampak tindakannya konstruktif, percaya diri, mempunyai rasa
tanggungjawab, memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya, mempunyai
pandangan jauh kedepan, dan mampu menyelesaikan persoalan.39
Sedangkan menurut Tempe dalam Umar ciri-ciri SDM yang produktif
adalah cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat, kompeten secara
profesional, kreaktif dan inovatif, memahami pekerjaan, belajar dengan
cerdik, menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet dalam pekerjaan,
selalu mencari perbaikan-perbaikan, tetapi tahu kapan harus terhenti,
dianggap bernilai oleh atasannya, memiliki catatan prestasi yang baik,
selalu meningkatkan diri.40
Siagian mengemukakan bahwa, ada tujuh manfaat dari adanya
pengembangan SDM, yaitu:
1. Peningkatan produktivitas kerja
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
3. Tersedianya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
4. Meningkatnya semangat kerja seluruh anggota dalam organisasi
5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen
6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif
7. Penyelesaian konflik secara fungsional.41
Sementara menurut Nawawi, konsep SDM memiliki tiga pengertian,
yaitu:
1. SDM adalah personil, tenaga kerja, karyawan yang bekerja dilingkungan
organisasi
39 Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (Bandung: CV. Mandar Maju, 2004) hal. 42. 40 Umar, H. Riset Sumber Daya Manusia dan Administrasi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004) hal. 21. 41 Siagian, S. P. 2003. Filsafat Administrasi. (Jakarta: Bumi Aksara. 1997), hal. 183.
-
2. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya
3. SDM adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal
(nonmaterial dan nonfinansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dalam mewujudkan
eksestensi organisasi.42
Simamora, mengatakan di dalam konsep SDM terdapat juga filosofi,
yaitu:
1. Pegawai atau karyawan dipandang sebagai investasi, jika dikelola
dengan perencanaan yang baik akan memberikan imbalan bagi
organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar
2. Manajer membuat berbagai kebijakan, program dan praktik yang
memuaskan baik bagi kebutuhan ekonomi maupun kepuasan karyawan
3. Manajer menciptakan lingkungan kerja yang di dalamnya para pegawai
didorong untuk menggunakan keahlian serta kemampuan semaksimal
mungkin
4. Program dan praktik personalia diciptakan dengan tujuan agar terdapat
keseimbangan antara kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi.43
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SDM adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki individu. Sumber
daya manusia dipandang sebagai kemampuan dan kekuatan daya pikir dan
karya manusia yang masih terdapat dalam dirinya yang perlu dibina dan
digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan dan kehidupannya.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-
komponen saling yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya
pendidikan yang berkualitas. Setidaknya terdapat empat komponen utama
dalam pendidikan, yaitu: Sumber daya manusia, dana, sarana, perasarana,
42 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2003), hal. 47. 43 Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Stie YKPN, 1997), hal.19.
-
dan kebijakan. Komponen sumber daya manusia dapat dikatakan menjadi
komponen strategis, karena dengan sumber daya manusia berkualitas
dapat mendayagunakan komponen lainnya, sehingga tercapai efektivitas
dan efisiensi pendidikan.
Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan sesuatu agar lebih
bertambah baik. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan. Seperti dikemukakan Sikula development
in reference to staffing and personnel matters, is a long term educational
process utilizing a systematic and organized procedure by which
managerial personel learn conceptual and theoetical knowledge for general
purpuses. Training is a short term educational process utilizing a systematic
and orgenized procedure by which nonmanagerial personnel learn technical
knowledge and skill for a definite purpose.44
Selain itu, Hasibuan mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual,
dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui
pendidikan dan latihan.45 Sedangkan menurut Bella, pendidikan dan latihan
merupakan proses peningkatan keterampilan kerja, baik secara teknis
maupun manajerial. Dimana, pendidikan berorientasi pada teori dan
berlangsung lama, sedangkan latihan berorientasi pada praktek dengan
waktu relatif singkat.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
44 Sikula, Andrew, F. Personnel Administration and Human Resources Management. New York: A. Wiley Trans Ed. By John Wiley & Sons Inc. 1981, hal. 38. 45 Hasibuan, Malayu, S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarat: Bumi Aksara. 2007), hal. 69.
-
negara. Sedangkan latihan, secara implisit menjadi bagian dari
pendidikan.46
Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki individu.47 Selanjutnya dijelaskan bahwa daya
pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar) sedangkan
kecakapan adalah diperoleh dari usaha pendidikan. Daya fisik adalah
kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau
melaksanakan tugas yang diembannya. Dengan demikian, Sumber Daya
Manusia bidang pendidikan adalah kompetensi fungsional yang dimiliki
tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam
melaksanakan tugasnya, Sumber Daya Manusia di tuntut
mengaktualisasikan kemampuannya, baik daya fikir maupun daya fisik
secara terintagrasi. Namun demikian, kedua kemampuan tersebut saja
tidak cukup, melainkan harus diimbangi dengan kecerdasan emosional
(Emotional Intellegence). Manakala kita memandang dunia pekerjaan
adalah sebagai suatu masyarakat, maka kecerdasan emosional sangat
diperlukan untuk mengenal dan memahami diri sendiri serta rekan kerja.
Menurut Goleman kecerdasan emosional memiliki keunggulan
dibandingkan kecerdasan intelektual, jika dasar penentunya adalah
keberhasilan hidup di tengah masyarakat.48
Sumber daya manusia yang berkualitas yang dibutuhkan dan
diperoleh melalui proses, sehingga dibutuhkan suatu program pendidikan
dan pelatihan untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang
sesuai dengan transformasi sosial. Menurut Tilaar terdapat tiga tuntutan
terhadap sumber daya manusia bidang pendidikan dalam era globalisasi,
yaitu: Sumber daya manusia yang unggul, Sumber daya manusia yang
terus belajar, dan Sumber daya manusia yang memiliki nilai-nilai
46 UURI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. 47 Hasibuan, OP. Cit., hal.:243 48 Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi: Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terjemahan Alex Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 32.
-
indigeneous. Terpenuhinya ketiga tuntutan tersebut dapat dicapai melalui
pemberdayaan sumber daya manusia.49
Dalam upaya pemberdayaan Sumber Daya Manusia hendaknya
didasarkan kepada prinsip peningkatan kualitas dan kemampuan kerja.
Terdapat beberapa tujuan pemberdayaan Sumber Daya Manusia, di
antaranya adalah: (1) meningkatkan kompetensi secara konseptual dan
tehnikal; (2) meningkatkan produktivitas kerja; (3) meningkatkan efisiensi
dan efektivitas; (4) meningkatkan status dan karier kerja; (5) meningkatkan
pelayanan terhadap klient; (6) meningkatkan moral-etis; dan (7)
meningkatkan kesejahteraan.
Berdasarkan penuturan Hasibuan terdapat dua jenis pemberdayaan,
yaitu: pemberdayaan secara formal dan secara informal.50 Pertama,
pemberdayaan secara formal yaitu pemberdayaan yang ditugaskan oleh
lembaga untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilaksanakan
oleh lembaga tersebut maupun lembaga diklat. Pemberdayaan secara
formal dilakukan karena tuntutan tugas saat ini maupun masa yang akan
datang. Dengan demikian, jenis pemberdayaan ini dapat memenuhi
kebutuhan kompetensi SDM yang bersifat empirical needs dan predictive
needs bagi eksistensi dan keberlanjutan lembaga.
Kedua, pemberdayaan sumber daya manusia secara informal yaitu
perbaikan kualitas SDM secara individual berdasarkan kesadaran dan
keinginan sendiri untuk meningkatkan kualitas diri sehubungan dengan
tugasnya. Banyak cara yang dapat dilakuklan untuk meningkatkan
kemampuannya, namun jenis pemberdayaan ini memerlukan motivasi
intrinsik yang kuat dan kemampuan mengakses sumbersumber informasi
sebagai sumber belajar.
Terdapat lima domain penting dalam pemberdayaan SDM dalam
bidang pendidikan, yaitu: profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi
49 Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. (Magelang: Tera Indonesia, 1998), hal. 45. 50 Hasibuan, Op. Cit., hal. 72-73
-
fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama. Dimilikinya
kemampuan terhadap kelima domain tersebut merupakan modal utama
bagi manusia dalam menghadapi masyarakat. Asumsi yang mendasari
pentingnya kelima domain tersebut adalah sebagai berikut.
1. Profesionalitas
Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan profesinya. Sedangkan profesionalisme
adalah penyikapan terhadap profesi dan profesionalitas yang dimilikinya.
Sumber daya manusia yang profesional adalah mereka yang memiliki
keahlian dan keterampilan melalui proses pendidikan dan latihan.
Pemberdayaan SDM ke arah profesional merupakan langkah
strategis. SDM yang melaksanakan profesinya berlandaskan
profesionalisme memiliki kemampuan untuk menyelaraskan kemampuan
dirinya dengan visi dan misi lembaga. Artinya, SDM tersebut akan
mengaktualisasikan seluruh potensi yang ada dan mendayagunakannya
dalam memberikan layanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat
merasakan manfaat dan mengakui keberadaannya. Dalam Islam konsep
profesionalisme terkandung dalam (Qs. At-Taubah 9: 105)
Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,( Q.S. At-Taubah 105).51
2. Daya Kompetitif
SDM yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang memiliki
kemampuan ikut serta dalam persaingan. Apabila kita memandang bahwa
51 Anonim Al Qur’an.
-
melaksanakan tugas adalah suatu persaingan, maka sumber daya manusia
yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang dapat berfikir kreatif dan
produktif. SDM yang berfikir kreatif dapat bersaing dan dapat memunculkan
kreasi-kreasi baru. Berfikir kreatif dilandasi dengan kemampuan berfikir
eksponensial dan mengeksplorasi berbagai komponen secara tekun dan
ulet hingga menghasilkan suatu inovasi.
SDM yang inovatif tidak hanya terbatas pada kemampuan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya, melainkan kemampuan
mencari dan menggunakan cara baru dalam menyelesaikan tugasnya
tersebut. Sikap tekun dan ulet dalam melaksankan tugas hanya dapat
menghasilkan prestasi temporer, sedangkan tekun dan ulet dalam berfikir
kreatif akan menghasilkan pertasi berkelanjutan.
Salah satu sifat SDM yang inovatif adalah mereka yang tidak
merasa puas dengan apa yang telah dikerjakan dan dihasilkannya,
melainkan merasa penasaran atas kinerjanya. SDM yang inovatif hanya
dapat dihasilkan melalui proses pengembangan kemampuan berfikir kreatif
(creative thinking). Artinya, SDM yang memiliki daya kompetitif harus
memiliki kecerdasan intelektual agar dapat memiliki banyak alternatif dalam
memilih dan menentukan strategi yang tepat. Dalam Islam konsep
kompetitif, sbagaimana tertera pada surah Al-Baqarah Ayat: 148
Artinya: ”Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Al-Baqarah Ayat: 148).52
52 Anonim Al Qur’an.
-
3. Kompetensi Fungsional
Kompetensi adalah kema
top related