pengembangan model pembelajaran missouri …digilib.unila.ac.id/61116/3/tesis tanpa bab...
Post on 19-Oct-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICSPROJECT (MMP) BERBASIS MUATAN LOKAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIRREFLEKTIF SISWA
Tesis
Oleh
MAIYA HAEJELIA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MISSOURI MATHEMATICS PROJECT(MMP) BASED ON THE LOCAL CONTENT TO IMPROVE STUDENTS
REFLECTIVE THINKING ABILITY
By
Maiya Haejelia
One of the causes of low reflective thinking ability is the inappropriate applicationof learning models. Student have difficult to understand, resolve and buildconclusions of mathematical problems that are presented. These problem was thereason for this research. The purpose of this study was to produce products in theform of Missouri Mathematics Project (MMP) models syntax/steps base on thelocal content and knowing their effectiveness to improve reflective thinkingstudents ability. This research and development methods following the steps ofBorg and Gall. Data collection techniques used observation, interviews,questionnaires, and tests. Data analysis techniques used are descriptive statisticsand t-test. The research subjects were students of grade 8th SMP Negeri 17Pesawaran in the academic 2019/2020. The results showed that (1) the MissouriMathematics Project (MMP) model base on the local content had a valid andpractical category, and (2) the Missouri Mathematics Project (MMP) model baseon the local content to improve students reflective thinking ability.
Keywords : Reflective thinking, Missouri Mathematics Project (MMP), local
content.
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURIMATHEMATICS PROJECT (MMP) BERBASIS MUATAN
LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANBERPIKIR REFLEKTIF SISWA
Oleh :
Maiya Haejelia
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir reflektif adalah penerapanmodel pembelajaran yang kurang tepat. Siswa sulit memahami, memecahkanmasalah dan membuat kesimpulan dari permasalahan matematika yangdisajikan. Permasalahan tersebut merupakan alasan dilakukannya penelitian ini.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupasintaks/langkah model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatanlokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa. penelitian danpengembangan (research and development) ini mengikuti langkah-langkah Borgdan Gall. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket,dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan Uji-t.Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran tahunpelajaran 2019/2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). model MissouriMathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal memiliki kategori valid danpraktis, dan (2) model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatanlokal efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa.
Kata kunci: berpikir reflektif, Missouri Mathematics Project (MMP), muatanlokal.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICSPROJECT (MMP) BERBASIS MUATAN LOKAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIRREFLEKTIF SISWA
Oleh
MAIYA HAEJELIA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan MatematikaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang,pada tanggal 6 Mei 1994. Penulis adalah
anak pertama dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Nur Abduh dan Ibu
Masyati, memiliki tiga orang adik bernama Febrizal Antama, Junita Meliana dan
Novia Melinda
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Diniyah Putri
Lampung pada tahun 2000, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Palapa pada tahun
2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 28 Bandar Lampung pada
tahun 2009, sekolah kejuruan di SMK Trisakti Bandar Lampung pada tahun 2012.
Penulis menyelesaikan sarjana program studi Pendidikan Matematika di STKIP-
PGRI Bandar Lampung pada tahun 2016. Penulis menjadi guru Matematika di
SMP IT AL-FARABI pada tahun 2017-sekarang. Penulis melanjutkan pendidikan
pada program studi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Lampung
tahun 2017.
MOTTO(“Untuk mendapatkan sebuah kesuksesan, keberanianmu harusjauh lebih besar dari pada ketakutanmu”)
Maiya Haejelia
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur atas limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, karya ini
penulis persembahkan untuk,
Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda (Nur Abduh) dan Ibunda (Masyati) yangtelah membesarkan,
mendidik, mencurahkan kasih sayang, dan selalu mendoakan kebahagiaan dankeberhasilanku.
Adik-adik ku Febrizal Antama, Junita Meliana, dan Novia Melinda yang telahmemberikan dukungan dan semangatnya.
Keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan menantikankeberhasilan penulis.
Seluruh keluarga besar magister pendidikan matematika 2017 yang terusmemberikan doanya, terima kasih.
Para pendidik yang kuhormati.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
i
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Berbasis Muatan
Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa” sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si, selaku Rektor Universitas Lampung, beserta
staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dan kemudahan
dalam menyelesaikan tesis ini.
ii
4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian,
motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. Undang Rosidin M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saranyang membangun kepada
penulis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
6. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
7. Ibu Dr. Asmiati, M.Si., selaku Dosen Pembahas II dan Validator Model,
Silabus, RPP dan LKPD pada penelitian ini yang telah memberikan masukan,
kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga tesis ini selesai
dan menjadi lebih baik.
8. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Matematika dan Validator Model, Silabus, RPP dan LKPD pada
penelitian ini yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang
membangun kepada penulis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
9. Ibu Dr. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Validator Model, Silabus, RPP dan
LKPD pada penelitian ini yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran
yang membangun kepada penulis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih
baik.
iii
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Magister Pendidikan
Matematika dan Jurusan Pendidikan MIPA.
11. Dewan guru serta siswa-siswi SMP Negeri 17 Pesawaran atas bantuan dan
kerjasamanya.
12. Sahabat-sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka: Rani Safitri,
Nurhasanah, Agista Siskaria, Reva Winanda, Marenti Puji Astuti, Metami
Septiana, dan Ni Made Fitriani yang selalu memberikan motivasi dan
semangat.
13. Teman-temanku tercinta Intan Anggi Saputri, Mba Prabti Utami, Cahya
Furqona, Sinta Widya Ningtias, Rosmaya, Mba Umairo Daraswita, Mba
Nurmayani, Masyurah Muzaimah, Indri Kurnia, dan Nilam Jelpa Gumanti
yang selama ini memberiku semangat dan kenangan yang indah selama
menjadi mahasiswa.
14. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2017 Magister Pendidikan
Matematika.
15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga tesis ini
bermanfaat. Aamin ya Rabbal’ Aalamiin.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Maiya Haejelia
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................... ivDAFTAR TABEL ............................................................................................ viDAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 10E. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan .............................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kemampuan Berpikir Reflektif............................................................... 12B. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)................. 16C. Mutan Lokal ............................................................................................ 21D. Penelitian yang Relevan.......................................................................... 25E. Kerangka Pikir ........................................................................................ 26F. Desain Pengembangan Missouri Mathematics Project (MMP) Berbasis
Muatan Lokal .......................................................................................... 31G. Hipotesis.................................................................................................. 38
III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian........................................................................................ 40B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ................................................... 40C. Prosedur Penelitian.................................................................................. 42D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 47
1. Intrumen Nontes .............................................................................. 482. Instrumen Tes .................................................................................. 54
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 601. Analisis Data Pendahuluan .............................................................. 612. Analisis Data Angket Validasi ........................................................ 633. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran ............ 644. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Pengembangan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasisMuatan Lokal .................................................................................. 66
v
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ...................................................................................... 72
1. Hasil Penyusunan Pengembangan Model Missouri MathematicsProject (MMP) berbasis Muatan Lokal .......................................... 74
3. Hasil Validasi Ahli .......................................................................... 794. Hasil Revisi Uji Ahli ....................................................................... 865. Uji Coba Lapangan Awal ................................................................ 906. Revisi Hasil Uji Coba ...................................................................... 917. Uji Coba Lapangan .......................................................................... 92
B. Pembahasan ............................................................................................ 97
V. Simpulan dan SaranA. Simpulan .......................................................................................... 104B. Saran................................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Belajar Matematika Siswa Semester Ganjil Kelas VIII SMPNegeri 17 Pesawaran. ................................................................................ 4
2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Reflektif ................................................. 162.2 Sintaks Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project.................... 362.3 Sintaks Pengembangan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project Berbasis Muatan Lokal untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Reflektif Siswa ............................................................................ 37
3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian ........................................................... 473.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran ................................... 483.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus ........................................................ 493.4 Indikator Instrumen Validasi RPP............................................................. 493.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media .............................. 503.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi ............................. 503.7 Instrumen Validasi Pretes dan Posttes oleh Ahli Materi........................... 513.8 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika .................................. 513.9 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa ..................................................... 523.10 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Terhadap LKPD ........................... 533.11 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa terhadap LKPD ........................... 533.12 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir Reflektif ...................... 543.13 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Reflektif ........................ 553.14 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif ......................... 573.15 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ............................................................ 583.16 Interpretasi Nilai Daya Pembeda .............................................................. 593.17 Interpretasi Nilai Taraf Kesukaran ........................................................... 603.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba .............................................................. 603.19 Interpretasi Kriteria Penilaian Validator Instrumen ................................. 643.20 Interval Nilai Tiap Kategori Penilaia Kepraktisan ................................... 653.21 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Reflektif ....................................... 673.22 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif .... 693.23 Kriteria Indeks N-Gain .............................................................................. 714.1 Langkah-langkah Missouri Mathematics Project (MMP) Berbasis
Muatan Lokal ............................................................................................ 744.2 Penilaian Validasi Pengembangan Model oleh Ahli ................................ 794.3 Rangkuman Uji Q-Cochran Validasi Pengembangan Model oleh Ahli .. 804.4 Penilaian Validasi Silabus dan RPP Pembelajaran oleh Ahli ................... 814.5 Rangkuman Uji Q-Cochran Validasi Silabus dan RPP Pembelajaran
oleh Ahli .................................................................................................... 81
vii
4.6 Penilaian Validasi LKPD Pembelajaran oleh Ahli Media dan AhliMateri......................................................................................................... 82
4.7 Rangkuman Uji Q-Cochran Validasi LKPD Pembelajaran oleh AhliMedia dan Ahli Materi .............................................................................. 82
4.8 Penilaian Validasi Tes Kemampuan Berpikir oleh Ahli ........................... 834.9 Rangkuman Uji Q-Cochran Validasi Tes Kemampuan Berpikir oleh
Ahli .......................................................................................................... 834.10 Kategori Penilaian Tanggapan Guru Matematika terhadap Model ........... 844.11 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa Terhadap Model ............................ 854.12 Kategori Penilaian Tanggapan Guru Terhadap LKPD ............................. 864.13 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa Terhadap LKPD............................. 864.14 Data Kemampuan Awal Berpikir Reflektif .............................................. 924.15 Hasil Uji t Skor Awal Berpikir Reflektif .................................................. 934.16 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa .......................... 944.17 Hasil Uji t Skor Akhir Berpikir Reflektif .................................................. 954.18 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Reflektif ................................... 96
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram KerangkaPikir ............................................................................. 312.2 Model ADDIE Branch .............................................................................. 323.1 Alur Desain Penelitian Borg&Gall (2003) ............................................... 424.1 Contoh Revisi oleh Ahli Desain Pembelajaran ......................................... 874.2 Contoh Revisi Ahli Desain Perangkat Pembelajaran ................................ 884.3 Contoh Revisi Ahli Desain LKPD oleh Ahli Materi ................................. 894.4 Contoh Revisi Ahli Desain LKPD oleh Ahli Media ................................. 90
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARANA.1 Silabus Model MMP .......................................................................... 113A.2 RPP Model MMP............................................................................... 128A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)................................................. 146
B. INSTRUMEN PENELITIAN DAN ANGKETB.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Reflektif .................................... 186B.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Reflektif ........................ 188B.3 Soal Kemampuan Berpikir Reflektif .................................................. 189B.4 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Reflektif.......................... 193B.5 Kisi–Kisi Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru ...... 203B.6 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru ...................... 205B.7 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Siswa..................... 206B.8 Angket Tanggapan LKPD oleh Guru ................................................ 208B.9 Kisi-kisi Respon Siswa Terhadap LKPD .......................................... 212B.10 Angket Respon Siswa Terhadap LKPD ........................................... 213B. 11 Lembar Wawancara dengan Guru .................................................... 216B. 12 Lembar Wawancara dengan Siswa.................................................... 217
C. ANALISIS DATAC.1 Analisis Validasi Tes Kemampuan Berpikir Reflektif....................... 219C.2 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Reflektif .................. 220C.3 Daya Pembeda Soal............................................................................ 221C.4 Tingkat Kesukaran Soal ..................................................................... 222C.5 Analisis Validasi Pengembangan Model MMP Berbasis Muatan
Lokal oleh Ahli Pengembangan Pembelajaran................................... 224C.6 Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Materi ............. 227C.7 Analisis Validasi LKPD oleh Ahli Materi dan Ahli Media ............... 232C.8 Analisis Validasi Tes Kemampuan Berpikir Reflektif oleh Ahli
Materi ................................................................................................. 239C.9 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap Model MMP Berbasis
Muatan Lokal...................................................................................... 242C.10 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model MMP Berbasis
Muatan Lokal...................................................................................... 244C.11 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap LKPD .......................... 246C.12 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap LKPD ........................ 248C.13 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas MMP Berbasis Muatan
Lokal................................................................................................... 250
x
C.14 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas MMP ............................ 251C.15 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir
Reflektif .............................................................................................. 252C.16 Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir
Reflektif .............................................................................................. 253C.17 Uji t Data Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Reflektif ......... 254C.18 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas MMP
Berbasis Muatan Lokal....................................................................... 256C.19 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas MMP ....... 257
D. LEMBAR PENILAIAN AHLID.1 Lembar Penilaian Ahli Pengembangan Pembelajaran ....................... 259D.2 Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Materi ............ 268D.3 Lembar Penilaian LKPD oleh Ahli Media......................................... 292D.4 Lembar Penilaian LKPD oleh Ahli Materi ........................................ 310D.5 Lembar Penilaian Soal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif oleh
Ahli Materi ......................................................................................... 328
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dan
kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,
terbuka dan demokratis. Pentingnya dilakukan pembaharuan pendidikan yaitu
agar kualitas pendidikan suatu bangsa dapat meningkat. Kemajuan bangsa
Indonesia dapat dicapai melalui penataan kualitas pendidikan yang baik, dengan
adanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengembangkan pengetahuan, kepribadian dan kemampuan sebagai usaha
mendewasakan diri baik itu di dalam maupun di luar sekolah. Pendidikan
berperan dalam menciptakan insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung
jawab, produktif, dan berakhlak. Melalui pendidikan yang bermutu, akan tercipta
sumber daya manusia yang berkualitas. Seiring berkembangnya zaman, maka
mutu pendidikan akan terus berubah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2
Pembelajaran matematika merupakan langkah awal dalam membentuk ilmu
pengetahuan dan teknologi pada siswa, agar kemampuan mereka sesuai dengan
perkembangan zaman. Matematika termasuk dalam disiplin ilmu pengetahuan dan
teknologi karena dianggap mampu meningkatkan potensi perkembangan siswa.
Menurut Susanto (2013: 121) bahwa salah satu disiplin ilmu yang berkaitan
dengan pengetahuan dan pengembangan teknologi adalah matematika yang saat
ini dapat meningkatkan kemampuan bepikir dan memberikan konstribusi dalam
masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Permendikbud No. 58 Lampiran I Tahun 2013 tentang kurikulum 2013 SMP/MTs
menyatakan bahwa setiap disiplin ilmu termasuk pembelajaran matematika
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecermelangan
akademik. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Nitko & Brokhart (2011:18)
“the focus of your teaching should be on student achievement as well as on the
learning process” yang berarti bahwa fokus pembelajaran seharusnya ditekankan
pada prestasi siswa dan proses belajarnya. Oleh karena itu, keberhasilan
pembelajaran dapat dilihat berdasarkan kemampuan berpikir dan prestasi belajar
siswa.
Kegiatan belajar yang menekankan pada proses belajar tentu akan menghadirkan
kegiatan berpikir dalam berbagai bentuk dan level. Proses berpikir yang dibangun
sejak awal dalam upaya menyelesaikan suatu masalah hendaknya berlangsung
secara sengaja dan sampai tuntas. Ketuntasan dalam hal ini dimaksudkan bahwa
siswa harus menjalani proses tersebut agar telah terlatih dan memperoleh
3
kesempatan untuk memberdayakan dan memfungsikan kemampuannya yang ada
sehingga siswa memahami serta menguasaiapa yang dipelajari dan yang
dikerjakannya. Dengan demikian siswa harus dilatih agar memiliki keterampilan
berpikir matematika, salah satunya berpikir reflektif matematis.
Noer (2008: 274), menyatakan kemampuan berpikir reflektif dalam belajar adalah
kemampuan seseorang dalam memberi pertimbangan tentang proses belajarnya.
Pertimbangan dalam proses belajar misalnya tentang apa yang mereka ketahui,
apa yang mereka perlukan untuk mengetahui, dan bagaimana mereka
menjembatani kesenjangan selama proses belajar. Dalam prosesnya melibatkan
pemecahan masalah, perumusan kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang
berkaitan, dan membuat keputusan-keputusan. Sejalan dengan itu Chee dalam
Mentari, (2018: 72), menyatakan bahwa pemikiran reflektif merupakan kesadaran
tentang apa yang diketahui dan apa yang dibutuhkan, hal ini sangat penting untuk
menjembatani kesenjangan situasi belajar.
Kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu kemampuan yang
diperlukan dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan, target
pembelajaran matematika, dan kemampuan lainnya akan dimiliki oleh siswa
dengan baik apabila mampu menyadari apa yang dilakukan sudah tepat,
menyimpulkan apa yang seharusnya dilakukan bila mengalami kegagalan, dan
mengevaluasi yang telah dilakukan. Berdasarkan pendapat diatas kemampuan
berpikir reflektif matematis sangat penting, dengan memiliki kemampuan berpikir
reflektif matematis tentu siswa akan mengetahui apa yang dibutuhkan dalam
proses belajar.
4
Gurol (2011) menyatakan bahwa berpikir reflektif sangat penting bagi siswa dan
pendidik.Namun hal ini sangat berbeda dengan fakta di lapangan bahwa berpikir
reflektif kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat terlihat dari cara siswa
menyelesaikan masalah.Kondisi yang serupaterjadi di SMP Negeri 17 Pesawaran
Hal ini didapat dari hasil wawancara dengan beberapa guru matematika SMP
Negeri 17 Pesawaran diketahui bahwa kemampuan berpikir reflektif siswa masih
rendah sehingga hasil belajar pada pelajaran matematikapun rendah, selain itu
diperoleh bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Beberapa kesulitan siswa misalnya pada saat diberikan masalah konstektual, siswa
cenderung tidak tahu apa yang harus dilakukannya dan darimana siswa mulai
menjawabnya, serta siswa lemah dalam proses analisis. Siswa kesulitan
menghubungkan pengetahuan lama yang dimilikinya yang berguna untuk
mendapatkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Jika siswa ditanya
mengenai pendapatnya siswa merasa takut, gugup dan tegang dalam
mengungkapkan pendapatnya terkait penyelesaaian masalah yang ada. Selain itu
dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran dapat
dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil Belajar Matematika Siswa Semester Ganjil Kelas VIII SMPNegeri 17 Pesawaran.
KelasInterval Nilai
Jumlah Siswax <60 x ≥60
VIII A 21 11 32VIII B 19 12 32VIII C 23 9 32VIII D 26 5 31Jumlah 88 36 124
Persentase 71% 29% 100%Sumber: Dokumentasi Guru Matematika SMP Negeri 17 Pesawaran
5
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika siswa di SMP
Negeri 17 Pesawaran masih tergolong rendah. Pada tabel tersebut menunjukkan
bahwa 88 siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran, yaitu 60 dengan persentase sebesar 71%
dari 100%. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar yang selama ini terjadi
belum mencapai hasil yang memuaskan karena lebih dari sebagian siswa masih
mendapat nilai di bawah KKM.
Beberapa kesulitan belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh kegiatan
pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih banyak didominasi oleh
aktivitas guru dan siswa pasif dalam belajar. Ketika guru menjelaskan materi,
guru menyampaikan semua materi yang ada dibuku mata pelajaran, memberi
contoh latihan soal, namun kurang mengajak seluruh siswa untuk berdiskusi
menggunakan pengetahuan lama dalam menemukan konsep baru yang sedang
dipelajari. Akibatnya kemampuan siswa dalam berpikir reflektif matematis masih
rendah.
Ellianawati dalam Hadi (2017: 5), menyatakan bahwa hal yang penting tetapi
jarang dilakukan oleh siswa dalam penyelesaian masalah adalah mengevaluasi dan
menyelidiki kembali solusi yang telah diperoleh dan menggunakannya sebagai
bahan pertimbangan untuk membuat kesimpulan. Selama ini pola pemecahan
masalah terutama soal-soal matematika dan sains dilakukan dengan tahapan 2D-J
yaitu diketahui, ditanyakan, dan jawab, Tahapan ini telah menjadi pola umum
yang digunakan. Keterampilan pemecahan masalah dengan pola ini telah
diberikan guru selama bertahun-tahun mulai dari bangku sekolah dasar hingga
6
sekolah menengah, sehingga wajar jika pola ini begitu melekat pada diri siswa.
Namun, pada kenyataannya, dengan pola ini siswa masih sangat jarang melakukan
evaluasi terhadap hasil pemecahan masalahnya.
Menanggapi masalah di atas, maka diperlukan sebuah pembelajaran yang tepat
dan sesuai sebagai pola interaksi siswa dengan guru yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembelajaran yang akan
mendorong siswa untuk aktif dalam menggali pengetahuannya dan
menyampaikan gagasannya dalam menyelesaikan masalah diperlukan untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Pembelajaran yang
aktif dapat memotivasi siswa lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan
siswa dari sifat malas, mengantuk, melamun, dan sejenisnya. Pembelajaran ini
bertujuan memberikan kepada siswa kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa
lainnya. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang aktif dalam matematika yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
menggali pengetahuannya dan menyampaikan gagasannya dalam menyelesaikan
masalah diperlukan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir reflektif matematis
siswa adalah pembelajaran dengan Missouri Mathematics Project. Model
pembelajaran Missouri Mathematics Project adalah model pembelajaran yang
pertama kali dikembangkan oleh Goods dan Grouws yang berorientasi seluruh
kelas dengan penekanan pada pengajaran aktif, pertanyaan dan umpan balik serta
pengelolaan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.
karakteristik dari model pembelajaran Missouri Mathematics Project adalah
7
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan dalam prestasi
belajar mereka. Penggunaan latihan dalam hal ini adalah pemberian proyek
ataupun masalah-masalah yang dikemas dalam bentuk lembar kegiatan.
Pada model pembelajaran Missouri Mathematics Project masalah yang diberikan
bevariasi, baik itu masalah yang bersifat rutin untuk memperdalam kemampuan
siswa dalam komputasi karena masalah rutin sifatnya hanya langsung menerapkan
konsep atau rumus yang telah dipelajari. Masalah yang diberikan juga dapat
berupa masalah nonrutin. Maksudnya soal atau masalah matematika yang
membutuhkan pemikiran yang produktif yang tidak mempunyai akses langsung
untuk sampai kepada solusi, disinilah dibutuhkan kemampuan berpikir reflektif
dimana siswa berusaha menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya untuk
menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lamanya
untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Agar dapat memotivasi siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan
maka peneliti ingin mengaitkan persoalan matematika yang diberikan pada siswa
dengan mengaitkan sesuatu yang dekat dengan siswa. Seseorang tentu akan dapat
belajar dengan baik jika materi yang dipelajari adalah hal yang dekat dengan
kehidupan mereka. Jadi lingkungan merupakan sumber yang sangat baik bagi
siswa dalam belajar. Lingkungan tersebut dapat berupa kebiasaan, lingkungan
sosial, budaya setempat, dan lain sebagainya. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan budaya tidak hanya bisa menanamkan nilai-nilai kearifan lokal dari
kebudayaan tersebut pada siswa tapi juga karena pembelajaran tersebut akan
dimulai berdasarkan pengetahuan awal siswa dan juga akan menggunakan apa
8
yang merupakan bagian dari keseharian siswa itu sendiri yaitu kebudayaannya
maka pembelajaran tersebut akan lebih bermakna. Hal ini di perkuat oleh
pendapat Arisetiawan (2015) yang menjelaskan bahwa untuk membantu anak
menguasai matematika yang lebih formal, pembelajaran matematika di sekolah
haruslah dimulai dari budaya lokal yang berkembang di sekitar. Hal yang dekat
dengan kehidupan siswa yang berkonteks budaya dapat kita sebut muatan lokal.
Muatan lokal dapat diartikan segala potensi dan karya di suatu daerah yang
menjadi karakteristik daerah tersebut.Muatan lokal ini juga berarti sumber daya
alam dan manusia yang terdapat di suatu daerah. Muatan lokal ini merupakan
paduan dari pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk
menyesuaikan pendidikan dengan kondisi aktual di setiap daerah. Sehingga
pembelajaran menjadi aktual dan mengarah pada pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat setempat. Dengan demikian muatan lokal merupakan ciri
khas daerah yang dihasilkan dari potensi alam dan potensi sumber daya manusia.
Secara umum, muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup kepada siswa agar memiliki wawasan yang mantap
tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerah
masing-masing dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta
pembangunan nasional.
Berdasarkan uraian dan masalah di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) berbasis muatan lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir
reflektif siswa”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses dan hasil (produk) model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif siswa?
2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) berbasis muatan lokal yang dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal yang mencakup
sintaks/langkah pembelajaran, sistem sosial, sistem pendukung, serta dampak
pembelajaran dan dampak pengiring pembelajaran yang valid dan praktis
untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa.
2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pengembangan
model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa.
10
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau sumbangan
bagi guru dan institusi pendidikan yang akan memilih strategi atau pendekatan
pembelajaran apa yang akan digunakan untuk mencapai tingkatan pemahaman
dan hasil yang baik.
2. Secara Praktis
2.1 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik untuk
sekolah yang bersangkutan atau sekolah lain sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
2.2 Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat memperoleh suatu pendekatan belajar
yang lebih efektif.
2.3 Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat tercipta suasana pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga siswa dapat lebih menyerap materi, berupa pengetahuan
sehingga prestasi belajarnya menjadi lebih baik, serta lebih siap untuk
menghadapi Pelaksanaan Kurikulum 2013.
2.4 Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, menambah wawasan
dan pemahaman tentang pembelajaran matematika untuk bekal di masa depan.
11
E. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Adapun asumsi pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) berbasis muatan lokal, yaitu:
1. Guru matematika sudah memahami tentang mode pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal pada pembelajaran
matematika.
2. Guru mengetahui aspek-aspek kemampuan berpikir reflektif siswa.
3. Siswa telah menguasai materi prasyarat.
Keterbatasan pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) berbasis muatan lokal, yaitu:
1. Pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini
hanya terbatas pada materi SMP/MTs kelas VIII semester genap.
2. Pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan hanya berorientasi
pada kemampuan berpikir reflektif siswa.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berpikir Reflektif
1. Pengertian Kemampuan Berpikir Reflektif
Berpikir reflektif dilain pihak, menjadi bagian dari proses berpikir kritis yang
menunjuk secara khusus pada proses-proses dan pembuatan pertimbangan tentang
yang telah terjadi. Dewey dalam Nisak (2013:11) mendefinisikan berpikir reflektif
sebagai berikut,”active, persisten, and careful consideration of any belief or
supposed from of knowledge in the light of the grounds that support it and the
conclusion to which it tends”. Berpikir reflektif adalah aktif, berkelanjutan dan
mempertimbangkan dengan seksama tentang semua hal yang dipercaya kebenaran
pengetahuannya jika dipandang dari sudut pandang yang mendukung dan menuju
pada sebuah kesimpulan.
Lebih lanjut Dewey dalam Noer (2008: 273) mengungkapkan jika berpikir
reflektif tidak hanya sekedar proses urutan dari ide-ide, melainkan suatu proses
yang berurutan sedemikian hingga masing-masing ide berurutan tumbuh bersama-
sama, saling terhubung, saling mendukung satu sama lain dan memiliki peran
berkelanjutan untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum.
Berpikir reflektif terlibat secara mental dalam proses kognitif siswa untuk
memahami faktor-faktor yang menimbulkan konflik pada situasi dan kondisi
13
tertentu (Zumaulida,2012: 8). Berpikir reflektif mampu membuat siswa merespon
terhadap informasi yang baru diperolehnya dan mengembangkan ide yang telah
dimiliki untuk menentukan strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Sedangkan
Nisak (2013: 12) berpendapat bahwa, berpikir reflektif adalah mampu
menjelaskan sesuatu dan mencoba menghubungkan dengan ide-ide lain yang
terkait. Berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika seseorang memperoleh informasi
baru kemudian menghubungkan dengan informasi yang tersimpan dan
mengembangkannya untuk mencapai tujuan atau menemukan solusi dari sebuah
permasalahan.
Berpikir reflektif menurut Nindiasari (2011: 2) adalah kemampuan seseorang
untuk mereview, memantau dan memonitor proses solusi di dalam penyelesaian
masalah. Sementara itu Noer (2008: 2) berpendapat bahwa berpikir reflektif
termasuk pemikiran yang memiliki makna dan mengacu alasan dan tujuan,
merupakan jenis penyelesaian masalah, perumusan, kesimpulan, menghitung
kemungkinan yang terjadi, dan menentukan langkah atau strategi yang
berpengaruh pada tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi yang diambil
merupakan hasil dari dorongan untuk menghubungkan pengetahuan baru dan
pemahaman terdahulu yang telah dimiliki, berpikir konkrit untuk menentukan
strategi belajar mereka sendiri.
Given dalam Nindiasari (2011: 2) mengatakan bahwa berpikir reflektif meminta
siswa untuk memikirkan proses berpikir mereka sendiri yaitu dengan
mempertimbangkan keberhasilan dan kegagalan proses belajar, mencari tahu apa
yang sudah dikerjakan dan apa yang tidak, serta apa yang perlu diperbaiki.
14
Menurut Sabandar (2013: 3) Berpikir reflektif dapat dimunculkan dan
dikembangkan ketika siswa sedang dalam proses yang intens tentang penyelesaian
masalah. Artinya setiap siswa dengan tidak membedakan level kemampuan
matematika maupun jenjang pendidikan perlu mengalami dan dilatih dalam
kemampuan penyelesaian masalah. Oleh karenanya, pembelajaran matematika di
kelas perlu menyentuh aspek penyelesaian masalah dan dilakukan secara sengaja
dan terorganisir.
Dari uraian tentang pengertian kemampuan berpikir reflektif, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir reflektif adalah kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi masalah, mengajukan alternatif penyelesaian dengan
mempertimbangkan informasi yang berkaitan untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan guna memperoleh sebuah kesimpulan.
2. Manfaat Kemampuan Berpikir Reflektif
Kemampuan berpikir reflektif merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan
dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan, target pembelajaran
matematika, dan kemampuan lainnya akan dimiliki oleh siswa dengan baik
apabila mampu menyadari apa yang dilakukan sudah tepat, menyimpulkan apa
yang seharusnya dilakukan bila mengalami kegagalan, dan mengevaluasi yang
telah dilakukan. Dari pendapat diatas kemampuan berpikir reflektif matematis
sangat penting, dengan memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis tentu
siswa akan mengetahui apa yang dibutuhkan dalam proses belajar.
15
Manfaat dari proses berpikir reflektif diungkapkan oleh Scanlan dan Chernomas
Dalam Tok dan Sevda (2013:267) “the process of reflection facilitates
understandingof the self within the dimensions of practice, and encourages
critical thinking skills in students”. Proses refleksi memudahkan pemahaman diri
dalam dimensi praktik,dan mendorong kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Ditambahkan pula menurut Phan (2009:582) “In the teaching and
learningprocesses, reflective thinking cultivates meaningful learning and helps
students and educators alike to develop specific skills that may assist them to be
more vocal and critical, and to develop expertise in their areas of
professionalism”. Dalam proses belajar mengajar, pemikiran reflektif memupuk
pembelajaran yang berarti, dan membantu siswa dan pendidik untuk
mengembangkan keterampilan khusus yang dapat membantu mereka menjadi
lebih vokal dan kritis, dan untuk mengembangkan keahlian di bidang
profesionalisme mereka.
3. Fase Berpikir Reflektif
Kemampuan berpikir reflektif memiliki tiga fase/tingkatan seperti halnya yang di
ungkapkan oleh Noer (2010:43-44), yaitu sebagai berikut
a. Reacting, yaitu bereaksi dengan pemahaman pribadi terhadap peristiwa,
stimulasi, atau masalah matematis dengan berfokus pada sifat alami situasi.
b. Comparing, yaitu melakukan analisis dan klarifikasi pengalaman individual apa
yang diyakini dengan cara membandingkan reaksi dengan pengalaman yang
lain, seperti mengacu pada suatu prinsip umum maupun suatu teori.
16
c. Contemplating, yaitu mengutamakan pengertian pribadi yang mendalam.
Dalam hal ini fokus terhadap suatu tingkatan pribadi dalam proses-proses
seperti menguraikan, menginformasikan, mempertimbangkan dan merekon-
struksi situasi atau masalah.
4. Indikator Kemampuan Berpikir Reflektif
Berdasarkan fase berpikir reflektif di atas, maka indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir reflektif menurut Noer (2010:43-44), yang
terdapat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Reflektif
Indikator Pengertian
Reacting Berpikir reflektif untuk aksi. Menuliskan sifat-sifat yangdimiliki oleh situasi kemudian menjawab permasalahan.
Comparing Berpikir reflektif untuk evaluasi. Membandingkan suatureaksi dengan prinsip umum atau teori dengan memberialasan kenapa memilih tindakan tersebut.
Contemplating Berpikir reflektif untuk inkuiri kritis. Menginformasikanjawaban berdasarkan situasi masalah, mempertentangkanjawaban dengan jawaban lain kemudian merekonstruksisituasi-situasi.
B. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
1. Definisi Model Missouri Mathematics Project (MMP)
Di dalam suatu proses pembelajaran terdapat berbagai komponen pembelajaran
yang harus dikembangkan dalam upaya mendukung tercapainya tujuan dan
keberhasilan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain guru,
siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran, serta sumber dan media
17
pembelajaran. Sebagai salah satu komponen pembelajaran, pemilihan model
pembelajaran akan sangat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Missouri
Mathematic Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Missouri Mathematic Project (MMP) adalah suatu model pembelajaran
matematika yang diterapkan di Missouri, suatu negara bagian Amerika Serikat
dibawah Departemen Missouri Pendidikan Dasar dan Menengah. Penelitian
tentang Missouri Mathematic Project (MMP) yang dilakukan oleh Good dan
Grouws pada tahun 1977 yang ditujukkan untuk membuat matematika lebih
mudah dipahami sehingga materi yang dipelajari siswa lebih bermakna dan
dengan demikian hasil belajar matematika siswa menjadi lebih meningkat.
Menurut Good, Grows, dan Ebmeier (Aprisal, 2018: 30) mengatakan bahwa
“missouri mathematic project or mmp is a program designed to help teacher
effectively use practices that had been indentified from earlier correlational
research to be characteristic of teacher whose students made outstanding gains in
achievement”. Maksudnya adalah Missouri Mathematic Project (MMP)
merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu para guru dalam hal
efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan prestasi
belajar.
Selanjutnya Jannah, Triyanto dan Ekana (2013: 62) menjelaskan bahwa model
pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) dirancang untuk mamfasilitasi
siswa dalam memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya pada kegiatan
berkelompok dan mengasah kemampuannya secara mendiri. Jannah, Triyanto,
18
dan Ekana menambahkan bahwa pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) adalah pembelajaran yang menekankan pada pengajaran aktif dalam hal
efektivitas penggunaan latihan. Handayani, Januar dan Purwanto (2018: 2)
mengungkapan bahwa pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
merupakan pembelajaran yang terdiri dari tahap kegiatan yang sistematik dan
terstruktur yang di dalamnya terdapat kegiatan secara berkelompok dan kegiatan
individu dan diakhiri oleh menarik kesimpulan serta penugasan.
Menurut Widyawati, (2017: 15) dalam penerapan pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) guru memfasilitasi siswa untuk melatih mereka
saling bekerja sama dan berbagi pengetahuan dalam memecahkan masalah yang
disajikan dalam lembar kerja. Selanjutnya Menurut Heprilia, dkk (2015:155)
Model Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dengan pengembangan ide dan perluasan konsep
matematika dengan disertai adanya latihan soal baik itu berkelompok maupun
individu. Pada model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) ini
siswa diberikan kesempatan juga keleluasaan untuk berpikir secara berkelompok
dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan
materi pembelajaran. Sejalan dengan itu dalam penelitian Setyawan dan Slamet
(2017: 2) menyatakan bahwa Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan
pembelajaran yang mengembangkan ide dan perluasan konsep matematika dengan
struktur.
Menurut Jannah (2013) karakteristik dari model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) ini adalah latihan soal. Latihan-latihan soal ini
19
antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dalam memecahkan
masalah siswa. Latihan-latihan soal ini merupakan suatu tugas yang meminta
siswa untuk menghasilkan sesuatu (konsep baru) dari dirinya (siswa) sendiri.
Jadi, dari uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa Missouri Mathematics
Project (MMP) adalah model pembelajaran terstruktur yang menekankan pada
pengajaran aktif dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan baik itu
berkelompok maupun individu agar siswa mencapai peningkatan prestasi belajar.
2. Sintaks Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) .
Convey dalam Latifahdan Madio (2014: 163) menyebutkan Model Missouri
Mathematics Project (MMP) dikemas dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pendahuluan (Review)
Guru dan peserta didik meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran
yang lalu (10 menit). Yang ditinjau adalah: PR, mencongak, atau membuat
prakiraan.
2) Pengembangan
Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep terdahulu. Peserta didik diberi
tahu tujuan pelajaran yang memiliki “antisipasi” tentang sasaran pelajaran.
Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan peserta didik harus disajikan
termasuk demonstrasi kongkrit yang sifatnya piktorial atau simbolik.
3) Kerja kooperatif (latihan terkontrol)
Peserta didik diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati siswa.
Pada latihan terkontrol ini respon setiap peserta didik sangat menguntungkan bagi
guru dan peserta didik. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling
20
mengisi. Guru harus memasukan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan
ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang telah dipelajari. Peserta
didik bekerja sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif.
4) Seat work / Kerja mandiri
Guru memberikan soal/ide dan peserta didik bekerja sendiri untuk
latihan/perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada langkah 2
(pengembangan).
5) Penugasan/ PR (Pekerjaan Rumah)
Agar peserta didik belajar di rumah sebagai pendalaman materi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP)
Setiap model, strategi dan metode pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan
kelemahan. Namun dengan kelebihan dan kelemahan tersebut diharapkan menjadi
perhatian bagi guru untuk meningkatkan pada hal-hal yang positif dan
meminimalisir kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut
Aprisal (2018: 67) adapun kelebihan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) antara lain:
a. Melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
b. Banyaknya latihan sehingga siswa mudah terampil dengan beragam soal.
c. Melatih kerjasama antar siswa pada langkah kerja kooperatif, mengerjakan
lembar kerja secara berkelompok akan membuat siswa saling membantu
kesulitan masing-masing dan saling bertukar pikiran
21
d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Siswa menjadi lebih aktif
dan tertantang untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah yang lebih
kompleks.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP), yaitu:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
c. Apabila siswa tidak paham atau tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan
baik, maka siswa akan mengalami kesulitan dengan berbagai soal yang
diberikan oleh guru.
Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) mengarahkan siswa
pada latihan-latihan terkontrol guna mendapatkan peningkatan belajar yang
signifikan. Pemberian model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
ini tidak hanya didukung oleh guru, peserta didik dan lingkungan, tetapi perlu
dukungan orang tua juga sebagai pembimbing peserta didik apabila ada
penugasan dari sekolah yang mengharuskan ada bimbingan dari orang tua.
C. Muatan Lokal
Matematika pada umumnya bersifat abstrak, sehingga kebanyakan siswa merasa
kesulitan dalam mempelajarinya. Sifat abstrak dari materi matematika itu
menimbulkan pemikiran untuk bagaimana cara menyampaikan atau menyajikan
agar terasa lebih nyata dan mampu dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan
22
pendapat Depaepe, De Corte dan Verschaffel dalam Afandi (2016: 23) yang
menjelaskan bahwa siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar matematika
dikarenakan pendekatan yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada
struktur matematikanya dari pada aspek kontekstualnya. Sementara itu Wager
(2012: 10) menjelaskan bahwa kekuatan matematika tidak dapat dirasakan oleh
siswa dikarenakan adanya gap antara matematika di sekolah dengan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari. Wager (2012: 10) juga memberikan solusi untuk
mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengajarkan materi matematika yang terkait
dengan materi matematika siswa dan menghubungkan kehidupan siswa dengan
materi matematika di sekolah sehingga pembelajaran matematika lebih efektif.
Penjelasan di atas mengindikasikan perlunya suatu model pembelajaran yang
menghubungkan materi matematika di sekolah dengan hal yang dekat dengan
siswa. Seseorang tentu akan dapat belajar dengan baik jika materi yang dipelajari
adalah hal yang dekat dengan kehidupan mereka. Salah satu hal yang dekat
dengan siswa adalah lingkungan, lingkungan merupakan sumber yang sangat baik
bagi siswa dalam belajar. Lingkungan tersebut dapat berupa kebiasaan,
lingkungan sosial, budaya setempat, dan lain sebagainya. Hal ini di perkuat oleh
pendapat Arisetiawan (2015) yang menjelaskan bahwa untuk membantu anak
menguasai matematika yang lebih formal, pembelajaran matematika di sekolah
haruslah dimulai dari budaya lokal yang berkembang di sekitar. Salah satu hal
yang dekat dengan kehidupan siswa yang berkonteks budaya dapat kita sebut
muatan lokal.
23
Menurut Marliana dan Noor (2013: 107) Muatan lokal diartikan sebagai program
pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan
daerah setempat yang perlu diajarkan kepada siswa. Selain itu Asmani (2012)
mengatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan pendidikan
yang mengandalkan kekuatan dari dalam sehingga ada kebanggaan dengan
kekuatan sendiri dengan mengelola dan mengembangkannya secara produktif,
efektif, dan kompetitif. Kegiatan tersebut diharapkan mampu menjadi awal
kebangkitan daerah, dan lahir keunggulan demi keunggulan yang bersumber dari
potensi lokal sehingga masyarakat semakin cerdas, kreatif, sejahtera, serta mandiri
dan kompetitif dalam mengarungi tantangan hidup pada era globalisasi dan
modernisasi sekarang.
Muatan lokal di sini dapat diartikan segala potensi dan karya di suatu daerah yang
menjadi karakteristik daerah tersebut. Muatan lokal ini juga berarti sumberdaya
alam dan manusia yang terdapat di suatu daerah. Muatan lokal ini merupakan
paduan dari pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk
menyesuaikan pendidikan dengan kondisi aktual di setiap daerah. Sehingga
pembelajaran menjadi aktual dan mengarah pada pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat setempat. Dengan demikian muatan lokal merupakan ciri
khas daerah yang dihasilkan dari potensi alam dan potensi manusia yang ada di
suatu daerah. Muatan lokal inilah yang menjadi bahan untuk terus dikembangkan
setiap daerah sehingga menjadi kumpulan potensi yang telah dikembangkan dan
menjadi barometer pengembangan daerah setempat.
24
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar masyarakatnya
menggantungkan hidup pada bidang pertanian. Tanah yang subur, sumber air
yang melimpah serta iklim yang hangat merupakan faktor-faktor yang mendukung
hal ini. Sejak dahulu budaya bertani tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
masyarakat Indonesia dan sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Budaya
bertani atau bercocok tanam secara menetap masyarakat Indonesia telah dimulai
sejak jaman kerajaan dan diwariskan secara turun-temurun. Provinsi Lampung
memiliki komoditas perkebunan yang diunggulkan (kopi, lada, cengkeh, karet,
kelapa, tebu, tembakau, vanilli, kayu manis, kapuk, kakao, dan kelapa sawit),
yang pada umumnya berasal dari perkebunan rakyat sebagai pelaku usaha
perkebunan.
Tanaman kakao adalah salah satu komoditas perkebunan unggulan Provinsi
Lampung yang tersebar hampir di seluruh Kabupaten di Provinsi Lampung. Salah
satu daerah di Provinsi Lampung yang menjadikan kakao sebagai komoditas
perkebunan andalan adalah Kabupaten Pesawaran. Keunggulan Kabupaten
Pesawaran yang menjadikannya salah satu sentral perkebunan rakyat khusus
komoditas kakao, dikarenakan mayoritas dari masyarakat di Kabupaten
Pesawaran bertumpu pendapatannya dari berusahatani kakao. Salah satu daerah
penghasil kakao di Pesawaran yaitu di daerah Gedung Tataan.
Dengan demikian jika permasalahan pada matematika kita kaitkan dengan
lingkungan sekitar siswa, maka secara tidak langsung siswa akan lebih termotivasi
dan akan berpartisispasi aktif dalam mengukuti proses pembelajaran. Oleh karena
25
itu penulis ingin mengaitkan model pembelajaran Missouri Mathematic Project
(MMP) berbasis muatan lokal dengan sumber daya alam di daerah setempat.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan untuk penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian
sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fatimatuz Zahroh (2016)
tentang pengembangan model Missouri Mathematics Project (MMP) dengan
pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan keruangan siswa
menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pendekatan konstektual dapat meningkatkan
kemampuan keruangan siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprisal (2018) tentang keefektifan pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) dengan pendekatan Problem solving
ditinjau dari kemampuan penalaran matematika, kemampuan komunikasi
matematis, dan self-efficacy menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika
dengan Missouri Mathematisc Project dengan pendekatan problem solving efektif
ditinjau dari kemampuan penalaran matematika, kemampuan komunikasi
matematis, dan self-efficacy.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurcholif Diah Sri Lestari dan Abi Suwito (2015)
tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis budaya lokal
melalui scientific approach untuk meningkatkan kemampuan mathematical
literacy siswa SMP di Jember menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan
perangkat pembelajaran untuk mengajarkan kemampuan mathematical literacy
26
melalui pendekatan scientific dan berbasis budaya lokal yang valid pada tahun
pertama ini telah tercapai.
Penelitian yang dilakukan oleh Juzan Afandi (2016) tentang pengembangan
perangkat pembelajaran matematika smp dengan pendekatan kontekstual budaya
Lombok berorientasikan prestasi belajar matematika dan apresiasi nilai budaya
bangsa menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran matematika smp dengan
pendekatan kontekstual budaya Lombok berorientasikan prestasi belajar
matematika dan apresiasi nilai budaya bangsa siswa kelas VII yang terdiri dari rpp
dan lks memenukhi kriteria efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Nindiasari (2011) mengenai pengembangan bahan
ajar dan instrumen untuk meningkatkan berpikir reflektif matematika berbasis
pendekatan metakognitif pada siswa sekolah menengah pertama. Dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa bahan aja, instrumen kemampuan berpikir
matematis layak untuk digunakan.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan tersebut, diperoleh bahwa besar
kemungkinan pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics project
berbasis muatan lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa.
E. Kerangka Pikir
Matematika merupakan salah satu bidang pengetahuan yang sangat dekat dengan
kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan manusia menggunakan
matematika, baik yang sifatnya sederhana maupun kompleks. Oleh karena itu,
matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di semua
27
jenjang pendidikan khususnya tingkat menengah (SMP). Dalam matematika ada
banyak kemampuan yang perlu dikembangkan bagi siswa sehingga berguna bagi
kehidupannya. Oleh karena itu siswa perlu memiliki keterampilan berpikir agar
dapat menemukan cara yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Salah satu kemampuan berpikir yang penting untuk dikembangkan adalah
kemampuan berpikir reflektif.
Kemampuan berpikir reflektif adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
masalah, mengajukan alternatif penyelesaian dengan mempertimbangkan
informasi yang berkaitan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan guna
memperoleh sebuah kesimpulan. Kemampuan berpikir reflektif penting untuk
dimiliki siswa karena dengan kemampuan berpikir reflektif, siswa mampu
mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisis, mengidentifikasi apa
yang sudah diketahui, membuat sintesis, mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
kembali, dan mampu menerapkan hasil yang diperoleh.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
menggali pengetahuannya dan menyampaikan gagasannya dalam menyelesaikan
masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa
adalah pembelajaran dengan Missouri Mathematics Project (MMP). Karakteristik
dari model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) adalah
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan dalam prestasi
belajar mereka. Penggunaan latihan dalam hal ini adalah pemberian proyek
ataupun masalah-masalah yang dikemas dalam bentuk lembar kegiatan.
28
Dalam model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) fase pertama
adalah review. Pada fase ini, guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah
tercakup pada pelajaran yang lalu yang berkaitan dengan materi yang akan di
pelajari siswa. Hal yang ditinjau adalah: PR, mencongak, atau membuat prakiraan.
Fase kedua, yaitu orientasi pada masalah. Pada tahap ini guru menyajikan suatu
permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Agar dapat
memotivasi siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan maka penulis
ingin mengaitkan persoalan matematika yang diberikan pada siswa dengan
mengaitkan sesuatu yang dekat dengan siswa. Hal yang dekat dengan dengan
kehidupan siswa salah satunya yaitu muatan lokal. Muatan lokal di sini berupa
sumber daya alam daerah setempat. Pada fase pertama dan kedua dapat
mengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitu reacting dimana siswa bereaksi
dengan pemahaman pribadi terhadap peristiwa, situasi, atau masalah matematis
yang disajikan oleh guru.
Tahap ketiga, yaitu pengembangan. Pada tahap ini, siswa di bagi dalam beberapa
kelompok. guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika pada
langkah ke II, konsep matematika disajikan dalam bentuk penjelasan dan diskusi
intraktif antara guru dan siswa termasuk demonstrasi kongkrit yang sifatnya
piktorial atau simbolik berupa pemberian masalah. Pada fase ini dapat
mengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitu comparing yaitu dimana siswa
melakukan analisis dan klarifikasi pengalaman individual, serta makna dan
informasi untuk mengevaluasi apa yang diyakini dengan cara membandingkan
reaksi dengan pengalaman lain yang disajikan oleh guru.
29
Tahap keempat, yaitu latihan terkontrol. Pada tahap ini siswa dalam kelompok
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk merespon dan mendiskusikan
satu rangkaian soal sambil guru mengamati kalau-kalau terjadi miskonsepsi. Pada
latihan terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan
siswa. Guru harus memasukkan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan
ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari. Siswa bekerja
sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif. Dengan demikian, pada fase ini
dapat mengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitu reacting dimana siswa
menuliskan sifat-sifat yang dimiliki oleh situasi kemudian menjawab
permasalahan, dan comparing berpikir reflektif untuk evaluasi, dimana siswa
membandingkan suatu reaksi dengan prinsip umum atau teori dengan memberi
alasan kenapa memilih tindakan tersebut. Selain itu, dalam kegiatan diskusi, siswa
juga dituntut untuk dapat menganalisis dan menyelesaikan masalah sesuai dengan
fakta, dan berani menanggung segala sesuatu (konsekuensi) dari jawaban yang
diberikan.
Tahap kelima, yaitu konfirmasi. Pada tahap ini guru memberikan konfirmasi
terhadap hasil latihan siswa yang telah dikerjakan pada langkah ke 4. Guru
membantu siswa melakukan evaluasi dan mengklarifikasi hasil diskusi serta siswa
bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Pada fase ini siswa mengevaluasi
tindakan dan apa yang diyakini dengan suatu prinsip umum atau teori,
memberikan alasan mengapa memilih tindakan tersebut. Jelaslah bahwa pada
tahap ini mendukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, yaitu
pada indikator comparing berpikir reflektif untuk evaluasi, dimana siswa
30
membandingkan suatu reaksi dengan prinsip umum atau teori dengan memberi
alasan kenapa memilih tindakan tersebut.
Tahap keenam, yaitu kerja mandiri. Pada tahap ini guru memberikan soal yang
diberikan dan dikerjakan siswa secara individu, ini dilakukan untuk
latihan/perluasan mempelajari konsep materi yang disajikan guru pada tahap ke 4.
Selanjutnya siswa mengevaluasi tindakan dan apa yang diyakini dengan cara
membandingkan reaksi dengan suatu prinsip umum atau teori, memberi alasan
atas tindakan yang diambil. Selain itu, siswa juga menguraikan, meng-
informasikan, mempertentangkan jawaban dengan jawaban lainnya kemudian
merekonstruksi situasi-situasi. Dengan demikian, pada fase ini dapat
mengembangkan indikator kemampuan berpikir reflektif, yaitu comparing
berpikir reflektif untuk evaluasi, dimana siswa membandingkan suatu reaksi
dengan prinsip umum atau teori dengan memberi alasan kenapa memilih tindakan
tersebut dan contemplating dimana menginformasikan jawaban berdasarkan
situasi masalah, mempertentangkan jawaban dengan jawaban lain kemudian
merekonstruksi situasi-situasi.
Tahap terakhir, yaitu penugasan. Pada tahap ini siswa membuat rangkuman
pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-
hal kurang baik yang harus dihilangkan dan guru memberikan PR. Berdasarkan
uraian diatas, diharapkan pembelajaran berbasis masalah, dapat meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Adapun diagram kerangka pikir
terdapat pada Gambar 2.1
31
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir
F. Desain Pengembangan Missouri Mathematics Project (MMP) Berbasis
Muatan Lokal.
Model pengembangan desain Missouri Mathematics Project (MMP) pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan model pengembangan desain
pembelajaran ADDIE yang merupakan singkatan dari analisys, design,
development, implementasion, dan evaluation. Menurut Branch (2009:2)
ADDIE is an acronym for analyze, Design, Develop, and Evaluate.Creating products using an ADDIE procces remains one of today’s mosteffective tools. Because ADDIE is merely a procces that serves as aguidingframework for complex situations, it is appropriate for developingeducational products and other learning resources.
Materi Matematika jauh dari kehidupan sehari-hari siswa
Kemampua berpikir reflektifperlu ditingkatkan dalampembelajaran matematika
Diperlukan pengembangan modelpembelajaran matematika yang
dapat meningkatkan kemampuanberpikir reflektif
Model PembelajaranMissouri Mathematics
Project (MMP)
1. Review2. Pengembangan3. Latihan Terkontrol4. Kerja Mandiri5. Penugasan
Pengembangan ModelPembelajaran Missouri
Mathematics Project berbasisMuatan Lokal
1. Review2. Penyajian Masalah Berbasis
Muatan Lokal3. Pengembangan4. Latihan Terkontrol5. Konfirmasi6. Kerja Mandiri7. Penugasan
Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa Meningkat
32
Pembelajaran ADDIE merupakan salah satu alat yang paling efektif, karena
ADDIE adalah proses yang berfungsi sebagai penuntun kerangka kerja untuk
situasi yang kompleks, hal ini tepat untuk mengembangkan produk pendidikan
dan sumber belajar lainnya.
Selanjutnya Branch (2009:3) berpendapat bahwa “ADDIE is used with in
educational environments to facilitate the construction of knowledge and skill
during episodes of guided learning”. Hal tersebut berarti bahwa prinsip dasar
ADDIE adalah untuk memfasilitasi lingkungan pendidikan dalam mengkonstruk
pengetahuan dan kemampuan siswa selama pelajaran. Dengan demikian model
pengembangan ADDIE sesuai apabila diterapkan dalam pengembangan
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Berikut ini adalah hasil
modifikasi model ADDIE menurut Branch (2009:2). Terdapat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Model ADDIE Branch
Penjelasan dari masing-masing tahapan model desain pengembangan
pembelajaran ADDIE yang akan dilakukan pada model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) adalah sebagai berikut.
33
1. Tahap Analysis
Analisis adalah langkah yang paling penting tahapan model ADDIE. Tahap
analisis ini yang membantu mengidentifikasi siswa dalam proses desain. Menurut
Branch (2009:17) tujuan dari fase analyze adalah untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini, tahap analisis
merupakan tahap praperencanaan pengembangan Missouri Mathematics Project
(MMP) berbasis muatan lokal.
Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 17
Pesawaran teridentifikasi beberapa masalah, yaitu: (1) siswa masih kesulitan
dalam mengidentifikasi masalah kontekstual ke dalam bentuk model matematika;
(2) siswa kesulitan dalam menentukan strategi yang digunakan dalam menjawab
soal matematika; (3) Siswa kesulitan dalam memberikan alasan jawaban dari
suatu persoalan matematika; (4) Siswa kesulitan menghubungkan pengetahuan
lama yang dimilikinya yang berguna untuk mendapatkan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari. Setelah bertanya lebih lanjut kepada siswa, keempat masalah
tersebut muncul karena siswa sendiri tidak yakin dalam mengerjakan soal
matematika. Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut adalah terkait
dengan kemampuan berpikir reflektif. Menurut guru mata pelajaran matematika
SMP Negeri 17 Pesawaran, ketuntasan siswa dalam mata pelajaran matematika
untuk KKM 60, hanya 29% siswa dapat menuntaskan KKM.
2. Tahap Desain (Design)
Tahap desain adalah langkah brainstorming. Ini adalah tahap menggunakan
informasi yang diperoleh dalam tahap analisis untuk membuat produk
34
pengembangan yang memenuhi kebutuhan siswa. Menurut Branch (2009:17)
Tujuan dari tahap desain adalah untuk memverifikasi produk yang akan
dikembangkan. Fase yang digunakan dalam penerapan pembelajaran, Missouri
Mathematics Project (MMP) meliputi empat langkah/tahapan kegiatan Good dan
Grouws (1979: 357), yaitu: (1) Daily Review(ulasan singkat); (2) Development
(pengembangan); (3) Homework Assigment; (4) Spesial Review (ulasan khusus).
Handayani, Januar, dan Purwanto (2018: 2) juga mengungkapkan bahwa langkah
atau tahapan dalam pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP), antara
lain: (1) Langkah I: Review, Secara kolaboratif siswa dan guru membahas secara
singkat pelajaran yang lalu atau meninjau PR, melakukan kegiatan mencongak
atau membuat prakiraan; (2) Langkah II: Pengembangan, Pada langkah ini, ide
baru atau konsep matematika disajikan dalam bentuk demonstrasi berupa
pemberian masalah yang terkait dengan permasalahan dunia nyata atau dalam
bentuk ilustrasi. Pengembangan akan lebih bijaksana bila dikombinasikan dengan
latihan terkontrol untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi
baru itu; (3) Langkah III: Kerja Kooperatif, Pada langkah ini, siswa akan
menghadapi sejumlah rangkaian soal untuk diselesaikan dan guru bertugas untuk
membantu siswa jika menemui kesulitan atau mengalami miskonsepsi dalam
menyelesaikan soal. Pada kerja secara kooperatif ini, respon siswa sangat
dibutuhkan baik secara kelompok maupun secara individu.Pada pembelajaran
missouri mathematic project (MMP) langkah pengembangan dan latihan
terkontrol dapat saling mengisi; (4) Langkah IV: Seat work/kerja mandiri untuk
latihan/perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada pengembangan;
(5) Langkah V: Penugasan /PR.
35
Menurut Jannah (2013) Karakteristik model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) ini adalah latihan soal. Latihan-latihan soal ini antara lain
dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dalam memecahkan masalah
siswa. Latihan-latihan soal ini merupakan suatu tugas yang meminta siswa untuk
menghasilkan sesuatu (konsep baru) dari dirinya (siswa) sendiri.
Menurut Marliana dan Noor (2013: 107) Muatan lokal diartikan sebagai program
pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan
daerah setempat yang perlu diajarkan kepada siswa. Seseorang tentu akan dapat
belajar dengan baik jika materi yang dipelajari adalah hal yang dekat dengan
kehidupan mereka. Jadi lingkunagan merupakan sumber yang sangat baik bagi
siswa dalam belajar. Lingkungan tersebut dapat berupa kebiasaan, lingkungan
sosial, budaya setempat, dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Arisetiawan (2015) yang menjelaskan bahwa untuk membantu anak menguasai
matematika yang lebih formal, pembelajaran matematika di sekolah haruslah
dimulai dari budaya lokal yang berkembang di sekitar. Hal yang dekat dengan
dengan kehidupan siswa yang berkonteks budaya dapat kita sebut muatan lokal.
Dengan demikian jika permasalahan pada matematika kita kaitkan dengan
lingkungan sekitar siswa maka secara tidak langsung siswa akan lebih termotivasi
dan akan berpartisispasi aktif dalam mengukuti proses pembelajaran.
36
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan berfokus pada pengembangan produk dari tahap desain.
Pengembangan produk berupa pengembangan sintaks model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) yang terdapat pada Tabel 2.2
Tabel. 2.2 Sintak Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah I:Review
Guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakuppada pelajaran yang lalu. Hal yang ditinjau adalah: PR,mencongak, atau membuat prakiraan.
Langkah II:Pengembangan
Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsepmatematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuanpelajaran yang memiliki “antisipasi” tentang sasaranpelajaran. Penjelasan dan diskusi intraktif antara gurudan siswa harus disajikan termasuk demonstrasikongkrit yang sifatnya piktorial atau simbolik. Gurumerekomendasikan 50% waktu pelajaran untukpengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksanabila dikombinasikan dengan kontrol latihan untukmeyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materibaru itu.
Langkah III:Latihan Terkontrol
Siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambilguru mengamati kalau-kalau terjadi miskonsepsi. Padalatihan terkontrol ini respon setiap siswa sangatmenguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangandan latihan terkontrol dapat saling mengisi dengan totalwaktu 20 menit. Guru harus memasukkan rinciankhusus tanggung jawab kelompok dan ganjaranindividual berdasarkan pencapaian materi yangdipelajari. Siswa bekerja sendiri atau dalam kelompokbelajar kooperatif.
Langkah IV:Seat Work/Kerja
Mandiri
Untuk latihan/perluasan mempelajari konsep yangdisajikan guru pada langkah 2 (pengembangan)
Langkah V:Penugasan/PR
Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuatrenungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukanserta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan danguru memberikan PR.
Convey dalam Latifahdan Madio (2014: 163)
37
Tabel. 2.3 Sintak Pengembangan Model Pembelajaran Missouri MathematicsProject Berbasis Muatan Lokal untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Reflektif Siswa
TahapPembelajaran
Proses Pembelajaran Pengembangan
Langkah I:Review
Guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakuppada pelajaran yang lalu yang berkaitan dengan materiyang akan dipelajari siswa.Pada fase pertama dapatmengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitu reacting
Langkah II:PenyajianMasalah
Berbasis MuatanLokal
Guru menyajikan suatu masalah yang dikaitkan denganmuatan lokal daerah setempat. Pada tahap orientasi padamasalah siswa melakukan identifikasi masalah denganmengaitkan pengetahuan yang sebelumnya pernahdipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materiyang sedang dipelajari oleh siswa. Pada fase kedua dapatmengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitu reacting
Langkah III:Pengembangan
Pada tahap ini, siswa di bagi dalam beberapa kelompok.guru menyajikan ide baru dan perluasan konsepmatematika pada langkah ke II, konsep matematikadisajikan dalam bentuk penjelasan dan diskusi intraktifantara guru dan siswa termasuk demonstrasi kongkrit yangsifatnya piktorial atau simbolik berupa pemberian masalah.Pada fase ini dapat mengembangkan indikator berpikirreflektif, yaitu comparing
Langkah IV:Latihan
Terkontrol
Pada tahap ini siswa dalam kelompok berdiskusi denganteman satu kelompoknya untuk merespon danmendiskusikan satu rangkaian soal sambil guru mengamatikalau-kalau terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol inirespon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dansiswa. Guru harus memasukkan rincian khusus tanggungjawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkanpencapaian materi yang dipelajari. Siswa bekerja sendiriatau dalam kelompok belajar kooperatif. Pada fase inidapat mengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitureacting, comparing dan contemplating
Langkah V:Konfirmasi
Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil latihan siswayang telah dikerjakan pada langkah ke 4.fase ini dapatmengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitucomparing.
Langkah VI:Seat Work/Kerja
Mandiri
Untuk latihan/perluasan mempelajari konsep yangdisajikan guru pada langkah 3 (pengembangan).fase inidapat mengembangkan indikator berpikir reflektif, yaitureacting, comparing dan contemplating.
Langkah VII:Penugasan/PR
Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungantentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-halkurang baik yang harus dihilangkan dan guru memberikanPR.
38
4. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan proses penyajian produk yang telah
dikembangkan. Menurut Branch (2009:18) tujuan dari tahap implementasi adalah
mempersiapkan lingkungan belajar dan melibatkan siswa. Pada tahap
implementasi dilakukan uji coba desain pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) dalam kelompok kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif siswa. Uji coba dilakukan adalah uji coba lapangan pada sekolah
yang dijadikan subjek peneliti untuk menguji kualitas produk.Implementasi
dilakukan untuk mendapatkan data kepraktisan dan keefektifan produk yang
dikembangkan. Data kepraktisan diperoleh dari hasil penilaian yang dilakukan
oleh guru dan siswa, sedangkan data keefektifan diperoleh dari hasil tes
kemampuan berpikir reflektif siswa.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Menurut Branch (2009:18) tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai
kualitas produk pengembangan dan proses pembelajaran, baik sebelum dan
sesudah implementasi. Tahap evaluasi umumnya dilakukan pada setiap tahapan
ADDIE. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan tujuan
atau tidak. Jika tidak maka dilakukan siklus ulang pada tahap sebelumnya.
G. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan hasil kajian teoritis, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis muatan lokal menghasilkan model pembelajaran yang lebih efektif
39
dibandingkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
biasa.
2. Adanya peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa setelah
diterapkan pada model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis muatan lokal dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar pada siswa
pada pokok bahasan Sistem Persamaa Linear Dua Variabel.
40
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R & D).Menurut Borg and
Gall (2003) “educational research and development is a process usedto develop
and validate educational product” atau dapat diartikan bahwa penelitian
pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang
dikembangkan padapenelitian ini adalah pengembanganmodel pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif siswa.
B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Pesawaran pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa
tahap berikut.
1. Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan dilakukan analisis kebutuhan berupa observasi dan
wawancara. Subjek pada saat observasi adalah siswa kelas IX C terdiri dari 30
siswa bertujuan untuk mengetahui kepraktisan model pembelajaran yang
dikembangkan. Subjek pada saat wawancara adalah satu orang guru dari dua
41
orang guru yang mengajar matapelajaran matematika kelas IX di SMP Negeri 17
Pesawaran.
2. Validasi Pengembangan Pembelajaran
Subjek validasi pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini adalah tiga
orang ahli yang terdiri atas ahli pengembangan model pembelajaran, ahli materi,
dan ahli media yaitu Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., Dr. Nurhanurawati, M.Pd., dan
Dr. Asmiati, M.Si.
3. Uji Coba Lapangan Awal
Subjek uji coba lapangan awal untuk model pembelajaran yang dikembangkan
adalah seluruh siswa kelas IXC yang sedang menempuh materi Statistika dan
seorang guru mata pelajaran matematika kelas IX. Selanjutnya, subjek uji coba
LKPD adalah enam orang siswa kelas IX C yang sedang menempuh materi sistem
persamaan linear dua variabel. Pemilihan keenam siswa tersebut berdasarkan
saran dari guru kelas IX dan didasarkan pada kemampuan matematis yang tinggi
sedang dan rendah.
4. Uji Lapangan
Subjek uji lapangan adalah seluruh siswa kelas VIII A dan VIII C. Dua kelas yang
diambil sebagai sampel yaitu kelas VIII A dan VIII C, masing-masing kelas
terdiri dari 32 siswa. Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang
belajar dengan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan
lokal sedangkan kelas VIII C sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang belajar
menggunakan model Missouri Mathematics Project (MMP).
42
C. Prosedur Penelitian
Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan mengacu pada prosedur R&D dari
Borg dan Gall (Sukmadinata, 2008) ada 10 langkah pelaksanaan strategi
penelitian dan pengembangan, yaitu research and information collecting
(penelitian dan pengumpulan data), planning (perencanaan), develop preliminary
form of product (pengembangan desain/draf produk awal), preliminary field
testing (uji coba lapangan awal), main product revision (revisi hasil uji coba
lapangan awal), main field testing (uji coba lapangan), Operasional product
revision (revisi produk hasil uji coba lapangan), Operasional field testing (uji
pelaksanaan lapangan), Final product revision (penyempurnaan produk akhir),
dan dissemination and implentation (diseminasi dan implementasi). Desain
penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur Desain Penelitian Borg&Gall (2003)
research andinformationcollecting
planningdevelop
preliminary formof product
preliminaryfield testing
main productrevision
main fieldtesting
Operasionalproduct revision
Operasional fieldtesting
Final productrevision
disseminationand implentation
43
Akan tetapi, penelitian ini hanya akan dilakukan sampai pada langkah ke–6
(enam). Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang
dimiliki oleh peneliti.Penjelasan mengenai langkah penelitian dan pengembangan
di atas sebagai berikut.
1. Research and information collecting (Penelitian dan pengumpulan data)
Langkah awal dalam melakukan studi pendahuluan adalah melakukan penelitian
dan pengumpulan data berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan
guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas IX. Wawancara
dilakukan dengan guru tersebut terkait dengan hasil observasi agar hasil
pengamatan yang diperoleh lebih akurat dan memperjelas beberapa hal mengenai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan menentukan model pembelajaran yang
tepat untuk mengatasinya. Analisis terhadap kompetensi inti dan kompetensi
dasar matematika, silabus matematika kelas IX, indikator kemampuan berpikir
reflektif dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan materi dan evaluasi.
Setelah melakukan pengumpulan data dan menganalisis kebutuhan siswa, maka
dilakukan pengembangan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal. Langkah selanjutnya melakukan studi literatur terkait model
Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal. Kajian literatur
mengenai karakteristik model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal juga dilakukan untuk merancang sintaks pembelajaran yang akan
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran pada RPP.
44
2. Planning (Perencanaan)
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi merumuskan tujuan penelitian,
memperkirakan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian, dan merumuskan
kualifikasi peneliti. Rencana penelitian meliputi kemampuan yang diperlukan
dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai pada
penelitian, desain atau langkah-langkah penelitian, dan kemungkinan dalam
lingkup terbatas. Pada tahap perencanaan, akan dilakukan perencanaan
penyusunan pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) berbasis muatan lokal. Perencanaan yang dilakukan juga meliputi
penyusunan silabus, RPP, serta soal pretest-posttest terkait berpikir reflektif
siswa sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Tahap selanjutnya yaitu
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian menentukan ahli
materi, ahli media, ahli pendidikan untuk pengembangan model pembelajaran
3. Develop preliminary form of product (Pengembangan desain produk awal)
Tahapan ini meliputi: 1) membuat desain produk yang akan dikembangkan; 2)
menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian; 3)
menentukan tahap-tahap pengujian desain di lapangan. Produk yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal yang berorientasi pada
kemampuan berpikir reflektif siswa. Desain pengembangan pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan desain pengembangan pembelajaran ADDIE yang
merupakan singkatan dari analysis, design, development, implementation, dan
evaluation. Setelah menyelesaiakan produk pengembangan model pembelajaran
45
Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal, kemudian
dilakukan validasi oleh ahli pendidikan untuk pengembangan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal dan
validasi oleh ahli materi serta ahli media untuk perangkat yang digunakan dalam
memfasilitasi pengembangan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) berbasis muatan lokal, sehingga akan diperoleh desain produk awal yang
pada tahap selanjutnya bisa diuji lapangan awal.
4. Preliminary field testing (Uji Coba Lapangan Awal)
Setelah pengembangan produk awal selesai, maka tahap berikutnya adalah uji
coba lapangan awal. Produk Missouri Mathematics Project (MMP) yang telah
dianalisis dan direvisi serta mendapat validasi dari ahli materi, ahli desain
pembelajaran, dan ahli media, kemudian diujicobakan di lapangan. Produk
pengembangan Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal
diujicobakan kepada siswa kelas IX yang berbeda dengan kelas penelitian.
Selanjutnya penulis memberikan angket kepraktisan model pembelajaran kepada
seluruh siswa dalam kelas uji coba dan guru matapelajaran matematika.
Kemudian untuk produk pengembangan LKPD diujicobakan dalam skala kecil,
yaitu kepada enam siswa kelas IX di SMP Negeri 17 Pesawaran yang berbeda
dengan kelas penelitian. Enam siswa tersebut dipilih dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Hal ini dilakukan agar produk pengembangan nantinya bisa digunakan oleh
seluruh siswa baik dari kemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Selanjutnya
penulis memberikan angket yang berisi uji keterbacaan produk yang
46
dikembangkan untuk keenam siswa dan angket tangapan guru matematika
mengenai LKPD tersebut. Angket-angket tersebut kemudian dianalisis dan
dijadikan acuan untuk kembali melakukan revisi dan penyempurnaan.
5. Main product revision(Revisi hasil uji coba lapangan)
Pada tahap ini dilakukan perbaikan dari hasil uji coba lapangan awal. Perbaikan
mengacu pada hasil analisis kualitas soal dilihat dari tingkat validitas, reliabilitas,
daya beda, dan tingkat kesukaran. Perbaikan juga dilakukan pada pengembangan
model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal dengan
melihat angket siswa dan guru matematika. Hal ini bertujuan agar model
Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal benar-benar sesuai
dan dapat digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi.
6. Main field testing(Uji coba lapangan)
Tahap ini berkaitan dengan uji produk secara luas, yang meliputi: (1) menguji
efektivitas desain produk; (2) uji efesiensi produk; (3) hasil uji lapangan.
Efektivitas produk pengembangan adalah desain yang efektif baik dari sisi
subtansi maupun metodologi. Data terkait penggunaan produk dikumpulkan
untuk melihat efektivitas dan efesiensi produk.
Pada tahap uji coba lapangan, desain penelitian yang digunakan adalah pretest-
postest control group design sebagaimana yang dikemukakan Frenkel dan
Wallen (1993) yang ditunjukkan pada Tabel 3.1
47
Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian
KelompokPerlakuan
Pretest Model Pembelajaran yang diterapkan Postest
E Y1Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis muatan lokalY2
K Y1 Missouri Mathematics Project (MMP) Y2
Keterangan:
E = kelas eksperimen
K = kelas kontrol
Y1 = dilaksanakan pretest instrument tes kemampuan berpikir reflektif
Y2 = dilaksanakan posttest instrument tes kemampuan berpikir reflektif
Sebelum melakukan uji coba produk, terlebih dahulu siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol diberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Produk yang
berupa pengembangan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal selanjutnya diujikan pada kelas eksperimen dengan cara
menerapkannya pada proses pembelajaran. Setelah siswa menerapkan
pembelajaran dengan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal, siswa diberikan posttest untuk mengetahui efektivitas dari model
pembelajaran yang telah dikembangkan yang menitik beratkan pada peningkatan
kemampuan berpikir reflektif siswa. Selain kelas eksperimen, kelas kontrol juga
diberikan posttest untuk melihat perbandingan antara kedua kelas.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen,
yaitu nontes dan tes. Instrumen–instrumen tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
48
1.1 Instrumen Nontes
Instrumen nontes ini terdiri dari beberapa bentuk yang disesuaikan dengan
langkah – langkah dalam penelitian pengembangan. Terdapat dua jenis instrumen
nontes yang digunakan yaitu pedoman wawancara dan angket. Pedoman
wawancara digunakan saat studi pendahuluan, untuk mengetahui kondisi awal
siswa dan pemakaian bahan ajar di sekolah.Instrumen yang kedua, yaitu angket
digunakan pada beberapa tahapan penelitian. Beberapa jenis angket dan fungsinya
dijelaskan sebagai berikut:
a. Angket Validasi Pengembangan Model Pembelajaran.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui isi rancangan dari pengembangan
medel pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal.
Instrumen ini berupa pernyataan yang diberikan kepada ahli pendidikan untuk
dinilai dengan skala likert empat pilihan jawaban yaitu 1 sangat kurang, 2 kurang,
3 baik, 4 sangat baik, serta dilengkapi saran dari ahli desain pembelajaran.
Instrumen ini digunakan oleh ahli pengembangan model pembelajaran untuk
menguji konstruks model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun indikator
instrumen terdapat pada Tabel 3.2 Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.1
halaman 259.
Tabel 3.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran
Indikator Butir AngketTeori Pendukung 1, 2, 3Struktur model MMP berbasis muatan lokal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12Hasil belajar yang diinginkan 13
49
b. Angket Validasi Perangkat Pembelajaran
Adapun indikator instrumen untuk validasi silabus terdapat pada Tabel 3.3.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan silabus dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
Muatan lokal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Secara lengkap
terdapat pada Lampiran D.2 halaman 268.
Tabel 3.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus
Aspek yang Dinilai Nomor Soal
Isi yang disajikan 1, 2, 3, 4, 5Bahasa 6, 7Alokasi Waktu 8, 9, 10
Indikator instrumen untuk validasi RPP terdapat pada Tabel 3.4. Instrumen ini
digunakan untuk mengukur kevalidan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan lokal
pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Secara lengkap terdapat pada
Lampiran D.2 halaman 272.
Tabel 3.4 Indikator Instrumen Validasi RPP
Aspek Yang Dinilai Nomor SoalPerumusan Tujuan Pembelajaran 1, 2, 3, 4Isi yang disajikan 5, 6, 7Bahasa 8, 9, 10Waktu 11, 12
c. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Media
Instrumen ini digunakan untuk menguji konstruksi LKPD yang dikembangkan.
Adapun indikator instrumen lengkap terdapat pada Tabel 3.5. Secara lengkap
terdapat pada Lampiran D.3 halaman 292.
50
Tabel 3.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media
Kriteria Indikator Nomor SoalAspek KelayakanKegrafikan
Desain Isi LKPD 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Aspek KelayakanBahasa
Lugas 10, 11, 12Komunikatif 13, 14Kesesuaian dengan kaidahbahasa
15, 16
Penggunaan istilah,simbol, maupun lambang
17,18
d. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Materi
Instrumen ini digunakan untuk menguji subtansi LKPD yang dikembangkan,
meliputi kesesuaian indikator dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang ada pada LKPD
dengan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan lokal.
Indikator instrumen lengkap terdapat pada Tabel 3.6. Secara lengkap terdapat
pada Lampiran D.4 halaman 310.
Tabel 3.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi
Kriteria Indikator Nomor Soal
Aspek Kelayakan Isi Kesesuaian Materi dengan KD 1, 2, 3Keakuratan Materi 4, 5, 6, 7, 8Mendorong Keingintahuan 9
Aspek KelayakanPenyajian
Teknik penyajian 10, 11Kelengkapan Penyajian 12, 13, 14Penyajian Pembelajaran 15, 16Koherensi dan KeruntutanBerpikir
17, 18
Penilaian Missourimathematics Project(MMP)berbasismuatan lokal
Karakteristik PembelajaranMissouri Mathematics Project(MMP) berbasis muatan lokal
19, 20, 21, 22,23, 24, 25
51
e. Angket Validasi Soal Pretest dan Posttest
Instrumen untuk memvalidasi soal pretest dan posttest diserahkan kepada ahli
materi. Indikator instrumen untuk validasi soal pretest dan posttest terdapat pada
Tabel 3.7. Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan soal pretest dan
posttest pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Secara lengkap
terdapat pada Lampiran D.5 halaman 328.
Tabel 3.7 Instrumen Validasi Pretest dan Posttest oleh Ahli Materi
Aspek Yang Dinilai Nomor Soal
Kesesuaian Teknik Penilaian 1, 2Kelengkapan Instrumen 3Kesesuaian Isi 4, 5Konstruksi Soal 6, 7, 8, 9Bahasa 10, 11, 12
f. Angket Tanggapan Guru Matematika terhadap Model
Instumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru matematika mengenai
kepraktisan penggunaan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Adapun
indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.8. Secara lengkap terdapat pada
Lampiran B.5 halaman 207.
Tabel 3.8 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika
Indikator Butir AngketKejelasan petunjuk 1, 2, 3, 4Ketercapaian kompetensi dan tujuanpembelajaran
5, 6, 7, 8
Respon Siswa 9, 10, 11Tingkat Kesulitan dalammengimplementasikan
12, 13, 14, 15, 16
52
g. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai kepraktisan
dan keterlaksanaan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan
lokal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Instrumen yang
diberikan berupa skala likert yaitu, 1 tidak setuju, 2 kurang setuju, 3 setuju, 4
sangat setuju, serta dilengkapi dengan tanggapan siswa terhadap proses
pembelajaran. Adapun indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.9. Secara
lengkap terdapat pada Lampiran B.6 halaman 209.
Tabel 3.9 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa
Indikator Butir AngketPendahuluan 1, 2Inti 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9Penutup 10
h. Angket Tanggapan Guru Terhadap LKPD
Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada guru sebagai koreksi produk
pendukung dalam pembelajaran. Angket ini berfungsi untuk mengetahui
kepraktisan dan keterlaksanaan LKPD yang telah buat dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis Muatan lokal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Angket ini sebagai dasar untuk merevisi LKPD. Instrumen yang diberikan berupa
skala likert yaitu, 1 tidak setuju, 2 kurang setuju, 3 setuju, 4 sangat setuju, serta
dilengkapi dengan saran dari guru. Indikator instrumen yang digunakan untuk
validasi dijelaskan pada Tabel 3.10 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran
B.8 halaman 211.
53
Tabel 3.10 Indikator Instrumen Tanggapan Guru terhadap LKPD
Aspek Indikator Butir AngketTeknik Penyajian Kesesuaian susunan penyajian LKPD 1, 2
Kesesuaian gambar/ilustrasi denganmateri
15, 17
Kejelasan teks 16Kesesuaianbahasa
Kesederhanaan bahasa 18, 19Kejelasan struktur kalimat 20
Kesesuaian materi Kualitas materi dengan KD 4, 6, 7, 14, 24Keakuratanmateri
Kualitas LKPD terhadap pemahaman dankemampuan siswa
3, 5, 8, 9, 10,13
Kemudahan Kemudahan penggunaan LKPD 11, 12, 21, 22,23, 25
i. Angket Tanggapan Siswa Terhadap LKPD
Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada siswa sebagai pengguna
produk pendukung berupa LKPD. Angket ini berfungsi untuk mengetahui
keterbacaan, ketertarikan, dan tanggapannya terhadap LKPD yang telah dibuat.
Indikator instrumen yang digunakan untuk validasi dijelaskan pada Tabel 3.11
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.9 halaman 214
Tabel 3.11 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa terhadap LKPD
Aspek Indikator Butir AngketAspek Tampilan Kemenarikan tampilan LKPD 1, 2, 3, 4
Kesesuaian gambar/ilustrasi denganmateri
5, 6
Kejelasan teks 7Aspek Penyajianmateri
Kemudahan pemahaman materi 8Ketepatan penggunaan lambang dansimbol
9
Kelengkapan dan ketepatan sistematikapenyajian
10, 11, 12
Kesesuaian LKPD dengan materi 13Aspek Manfaat Kemudahan belajar 14, 15
Ketertarikan menggunakan LKPD 16
54
1.2 Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir reflektif matematis.
Tes ini berupa soal-soal uraian yang diberikan secara individu bertujuan untuk
mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Soal tes yang
digunakan disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis.
Indikator soal tes kemampuan berpikir reflektif dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Tabel Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir Reflektif
IndikatorKemampuan
BerpikirReflektif
Indikator Pencapaian Hasil Belajar NomorSoal
Reacting 3.5.2 Menjelaskan cara menentukanpenyelesaian sistem persamaan linear duavariabel menggunakan metode grafik. 1
Comparing
Contemplating
Reacting 4.5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitandengan sistem persamaan linear duavariabel dengan cara subtitusi.
2Comparing
Contemplating
Reacting 3.5.4 Menerapkan prosedur penyelesaian sistempersamaan linear dua variabelmenggunakan metode eliminasi 3Comparing
Contemplating
Reacting 4.5.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitandengan sistem persamaan linear duavariabel. 4
Comparing
Contemplating
Adapun pedoman penskoran kemampuan berpikir reflektif dalam Noer (2010, 43-
44) yaitu reacting, comparing, dan contemplating. Pedoman penskoran tes
kemampuan berpikir reflektif dinyatakan dalam Tabel 3.13
55
Tabel 3.13 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Reflektif
No Indikator Reaksi Terhadap Soal/Masalah Skor1. Reaching Tidak menjawab 0
Bereaksi dengan perhatian pribadi terhadap situasimasalah dengan cara langsung menjawab, tetapijawaban salah
1
Bereaksi dengan perhatian pribadi terhadap situasimasalah dengan cara menuliskan sifat yang dimilikioleh situasi, kemudian menjawab permasalahan,tetapi tidak selesai.
2
Bereaksi dengan perhatian pribadi terhadap situasimasalah dengan cara menuliskan sifat yang dimilikioleh situasi, kemudian menjawab permasalahan,tetapi jawaban salah.
3
Bereaksi dengan perhatian pribadi terhadap situasimasalah dengan cara menuliskan sifat yang dimilikioleh situasi, kemudian menjawab permasalahan, danjawaban benar
4
2. Comparing Tidak menjawab 0Tidak melakukan evaluasi terhadap tindakan dan apayang diyakini. 1
Mengevaluasi tindakan dan apa yang diyakini dengancara membandingkan reaksi dengan suatu prinsipumum atau teori tetapi tidak memberi alasanmengapa memilih tindakan tersebut
2
Mengevaluasi tindakan dan apa yang diyakini dengancara membandingkan reaksi dengan suatu prinsipumum atau teori tetapi tidak memberi alasanmengapa memilih tindakan tersebut tetapi jawabansalah
3
Mengevaluasi tindakan dan apa yang diyakini dengancara membandingkan reaksi dengan suatu prinsipumum atau teori tetapi tidak memberi alasanmengapa memilih tindakan tersebut dan jawabanbenar
4
3. Contemplating Tidak menjawab 0Menguraikan, menginformasikan jawabanberdasarkan situasi masalah yang dihadapi tetapijawaban salah
1
Menguraikan, menginformasikan jawabanberdasarkan situasi masalah yang dihadapi danjawaban benar
2
Menguraikan, menginformasikan jawabanberdasarkan situasi masalah yang dihadapi,mempertentangkan jawaban dengan jawaban lainnya
3
Menguraikan, menginformasikan jawabanberdasarkan situasi masalah yang dihadapi,mempertentangkan jawaban dengan jawaban lainnya,kemudian merekonstruksi situasi-situasi
4
56
Sebelum digunakan, instrumen ini di ujicobakan terlebih dahulu pada kelas IX C
yang telah menempuh materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.Uji-
uji tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Uji Validitas
Validitas yang dilakukan terhadap instrumen tes berpikir reflektif didasarkan pada
validitas empiris.Validitas isi dari tes kemampuan berpikir reflektif divalidasi oleh
validator. Validitas isi dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang
terkandung dalam tes kemampuan berpikir reflektif dengan indikator
pembelajaran yang telah ditentukan. Tes yang dikategorikan valid adalah yang
telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur, maka
validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian dosen pembimbing.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas ini dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Widoyoko, 2012).
= ∑ − (∑ )(∑ )(( ∑ − (∑ ) )(( ∑ ) − (∑ ) )Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variable X dan YN = Jumlah siswa∑ = Jumlah skor siswa pada setiap butir soal∑ = Jumlah total skor siswa∑ = Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir soal dengan total
skor siswa
Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan harga kritik
untuk validitas butir instrument yaitu 0,3610. Artinya apabila ≥ 0,3610,
nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko,2012). Tabel
57
3.14 menyajikan hasil validitas instrument tes berpikir reflektif. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada Lampiran C.1 halaman 219.
Tabel 3.14 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif
No. Soal Kriteria1 0,83 Valid2 0,83 Valid3 0,85 Valid4 0,81 Valid
b. Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam hasil
ukurnya sehingga dapat dipercaya, sehingga akan menghasilkan data yang dapat
reliabel atau apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Bentuk soal tes yang digunakan pada
penelitian ini adalah soal tes tipe uraian. Menurut Arikunto (2012: 100) yang
menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha,
yaitu:
= − 1 1 − ∑Keterangan:
= Koefisien reliabilitas alat evaluasi= Banyaknya butir soal∑ = Jumlah varians skor tiap soal= Varians skor total
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam
klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 139), yang
terdapat pada Tabel 3.15
58
Tabel 3.15 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteriar11 < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen kemampuan berpikir reflektif,
diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,84 . Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen yang diuji cobakan memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga insrumen
tes ini dapat digukan untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif siswa. Hasil
perhitungan reliabilitas uji coba instrument dapat dilihat pada Lampiran C.2
halaman 220.
c. Daya Pembeda
Arikunto (2012: 226) menyatakan bahwa daya pembeda suatu butir tes adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan
tinggi dan berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk menentukan indeks
diskriminasi didasarkan pada pendapat Arikunto (2012: 228) yang menyatakan
bahwa untuk menghitung indeks diskriminasi digunakan rumus :
B
B
A
A
J
B
J
BDP
Keterangan :
DP : Indeks diskriminasiJA : Banyak peserta kelompok atasJB : Banyak peserta kelompok bawahBA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
59
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal denganbenar
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam Tabel 3.16
Tabel 3.16 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek (Poor)0,21 ≤ D ≤ 0,40 Cukup (Satisfifactory)0,41 ≤ D ≤ 0,70 Baik (Good)0,71 ≤ D ≤ 1,00 Baik Sekali (Excellent)
Setelah dilakukan perhitungan didapat daya pembeda butir item soal yang telah
diujicobakan disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan daya pembeda butir
item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 221.
d. Tingkat Kesukaran
Arikunto (2012: 222) menyatakan bahwa suatu soal dikatakan baik jika tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan
taraf kesukaran soal. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P,
yang merupakan singkatan dari kata “Proporsi”. Perhitungan taraf kesukaran
suatu butir soal didasarkan pada pendapat Arikunto (2012: 223) yang menyatakan
bahwa untuk menghitung taraf kesukaran dapat digunakan rumus sebagai berikut :
P=JS
B
60
Keterangan :
P : Indeks kesukaranB : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benarJS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Arikunto (2012: 225) menginterpretasikan nilai taraf kesukaran suatu butir soal
seperti pada Tabel 3.17
Tabel 3.17 Interpretasi Nilai Taraf Kesukaran
Nilai Interpretasi0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang
disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.4 halaman 222. Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda
dan tingkat kesukaran soal tes kemampuan berpikir reflektif siswa diperoleh
rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.18
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
No.Soal
Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan
1
0,84
0,425 (Baik) 0,580 (Sedang) Dipakai2 0,413 (Baik) 0,573 (Sedang) Dipakai3 0,438 (Baik) 0,527 (Sedang) Dipakai4 0,4,13 (Baik) 0,480 (Sedang) Dipakai
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis kemudian digunakan untuk
merevisi model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
61
Muatan lokal yang dikembangkan, sehingga diperoleh model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan lokal yang layak sesuai
dengan kriteria yang ditentukan yaitu valid, praktis dan efektif. Teknik analisis
data pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis instrumen yang digunakan
dalam setiap tahapan penelitian pengembangan, yaitu:
1. Analisis Data Pendahuluan
Data studi pendahuluan berupa hasil observasi dan wawancara dianalisis secara
deskriptif sebagai latar belakang diperlukannya pengembangan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan lokal.
Observasi dilakukan pada kelas IX di SMP Negeri 17 Pesawaran. Wawancara
dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika yang mengajar kelas IX dan
siswa kelas IX.
Studi pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakan penelitian untuk melihat
masalah yang terjadi di lapangan. Studi ini diawali dengan melakukan observasi
di kelas dilanjutkan wawancara kepada satu guru mata pelajaran matematika yang
mengajar di kelas VIII untuk memperjelas hasil observasi. Selanjutnya melihat
proses pembelajaran oleh guru bidang studi matematika di kelas yang sedang
berlangsung, dan dilanjutkan wawancara dengan siswa. Dari beberapa tahapan di
atas ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus yaitu:
a. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional dalam pembelajaran matematika, dimana
guru secara langsung menjelaskan materi dan memberikan contoh soal
beserta penyelesaiannya, selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal-
62
soal yang ada pada buku cetak. Respon siswa kurang aktif terhadap
pembelajaran di kelas dan terpaku pada pengerjaan soal-soal. Hanya siswa
yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat menyelesaikan
soal yang diberikan, itupun tidak semuanya dapat diselesaikan, sedangkan
siswa lainnya hanya berdiam diri tanpa ingin mencoba menyelesaikan soal
yang diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsunsg siswa kelihatan
kesulitan dalam menyelesaikan soal, karena soal yang diberikan tidak sama
dengan contoh yang sudah dijelaskan. Untuk dapat menyelesaikan masalah
ini, guru sudah pernah mencoba menerapkan pembelajaran saintifik dalam
pembelajaran matematika, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan
maksimal dan kembali lagi kepada pembelajaran konvensional.
b. Hasil wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran matematika yang
mengajar dikelas IX tentang kebiasaan siswa pada saat pembelajaran
matematika yaitu (1) siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atau
ide/gagasan; (2) siswa kesulitan dalam menginformasikan jawaban dari suatu
persoalan; (3) siswa kurang percaya diri dalam mempresentasikan hasil
diskusinya; (4) siswa masih kesulitan dalam menginterpretasi, mengaitkan
dan mengevaluasi; (5) LKPD yang tersedia tidak mengarahkan keaktifan
belajar siswa sehingga siswa masih menerima konsep dalam bentuk final dan
menghafalnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir reflektif
siswa masih perlu dikembangkan karena karakteristik pembelajaran yang
digunakan oleh guru selama ini memang belum memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir reflektif siswa.
63
c. Saran yang diberikan oleh guru pada saat wawancara adalah menggunakan
model pembelajaran yang tepat yang dibuat khusus untuk menunjang
kemampuan berpikir reflektif siswa saat pembelajaran, serta LKPD yang
dapat mendorong keaktifan dan partisipasi siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Analisis Data Angket Validasi
Data yang diperoleh dari validasi model pembelajaran, silabus, RPP, LKPD, dan
soal tes kemampuan berpikir reflektif adalah hasil validasi para ahli melalui
angket skala kelayakan. Analisis yang digunakan berupa deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dari validator
dideskripsikan secara kuantitatif sebagai acuan untuk memperbaiki model
pembelajaran, silabus, RPP, LKPD, dan soal tes kemampuan berpikir reflektif.
Data kualitatif berupa skor penilaian ahli materi dan ahli media dideskripsikan
secara kuantitatif menggunakan skala likert dengan 4 skala, kemudian dijelaskan
secara kuantitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini
adalah 4 skala yaitu:
1) Skor 1 adalah kurang baik
2) Skor 2 adalah cukup baik
3) Skor 3 adalah baik
4) Skor 4 adalah sangat baik
Berdasarkan data angket validasi yang diperoleh, rumus yang digunakan untuk
menghitung hasil angket dari validator adalah sebagai berikut:
= ∑∑ × 100%
64
Keterangan:
= Persentase yang dicari∑ = Jumlah nilai jawaban responden∑ = Jumlah nilai ideal
Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk merevisi produk yang dikembangkan
yaitu menggunakan kriteria penilaian yang terdapat pada Tabel 3.19
Tabel 3.19 Interpretasi Kriteria Penilaian Validator Instrumen
Persentase (%) Kriteria Validasi76 - 100 Valid56 - 75 Cukup Valid40 - 55 Kurang Valid0 - 39 Tidak Valid
Hasil pertimbangan dari validator, kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji
Q-Cochran. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman
validator dalam memvalidasi. Adapun hipotesis yang diujikan adalah:
H0 : para validator memberikan pertimbangan yang seragam atau sama
H1 : para validator memberikan pertimbangan yang tidak seragam atau berbeda
Dengan kriteria keputusan yang digunakan, jika nilai asymp.sig> ( = 0,05)maka H diterima.Pada kondisi lain H ditolak.
3. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran
Data kepraktisan model dan perangkat pembelajaran hasil pengembangan akan
diperoleh dari penilaian guru bidang studi terhadap perangkat pembelajaran.
Analisis yang akan digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif berupa komentar dan saran dari guru dideskripsikan secara kualitatif
65
sebagai acuan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran dan model
pembelajaran. Data kuantitatif berupa skor penilaian, dideskripsikan secara
kuantitatif kemudian dijelaskan kualitatif. Kategori penilaian dan interval menurut
Arikunto (2013) nilai untuk setiap kategori ditunjukkan pada Tabel 3.20
Tabel 3.20 Interval Nilai tiap Kategori Penialain Kepraktisan
No Nilai Interval Nilai1 85-100 Sangat Praktis2 70-84 Praktis3 55-69 Cukup Praktis4 50-54 Kurang Praktis5 0-49 Tidak Praktis
Rumus yang digunakan untuk menghitung angket dari siswa adalah sebagai
berikut.
= ∑∑ × 100%Keterangan:
S : Skor respondenP : Panjang Interval Kelas
: Skor Terendah: Skor Tertinggi
Langkah-langkah penyusunan kriteria penilaian di atas adalah
a) Menentukan jumlah interval.
b) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dan minimum.
c) Menghitung panjang kelas ( ) yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas.
d) Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar.
66
4. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Pengembangan Model
Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan
lokal
Data untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) berbasis muatan lokal dalam penelitian ini dilakukan dengan
memberikan tes kemampuan berpikir reflektif sebelum pembelajaran (pretes) dan
setelah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kontrol. Data yang
diperoleh dari pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji statistik. Sebelum
melakukan analisis uji statistik perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas
dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov Z. Adapun hipotesis sebagai berikut:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorof-Smirnov Z (K-S Z) meng-
gunakan software SPSS versi 18.0 dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai
probabilitas (sig) dari Z lebih besar dari = 0,05 maka hipotesis nol diterima
(Trihendradi, 2009). Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal
(pretest) dan skor akhir (posttest) didapat hasil yang disajikan pada Tabel 3.21
67
Tabel 3.21 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Reflektif
Data KeteranganStatistic .
Pretest Kelas Eksperimen 0,13 32 0,17 Sig > 0,05 = normalPosttest Kelas Eksperimen 0,16 32 0,14 Sig > 0,05 = normalPretest Kelas Kontrol 0,09 32 0,20 Sig > 0,05 = normalPosttest Kelas Kontrol 0,13 32 0,14 Sig > 0,05 = normal
Hasil uji normalitas sebaran data pretest di kelas eksperimen diketahui bahwa data
tersebut memiliki signifikansi 0,17, dengan demikian hasil signifikansi lebih dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas eksperimen berdistribusi
normal. Hasil perhitungan normalitas sebaran data pretest di kelas kontrol
diketahui bahwa data tersebut memiliki signifikansi 0,20, dengan demikian hasil
signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas
kontrol berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas sebaran data posttest kelas eksperimen diketahui bahwa data
tersebut memiliki signifikansi 0,14, dengan demikian hasil signifikansi lebih dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen berdistribusi
normal. Hasil perhitungan normalitas sebaran data posttest di kelas kontrol
diketahui bahwa data tersebut memiliki signifikansi 0,14, dengan demikian hasil
signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas
kontrol berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas selengkapnya
terdapat pada Lampiran C.15 halaman 252.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dengan menggunakan SPSS,
68
penulis akan melakukan perhitungan test of homogeneity of variance melalui
menu (tool) (analyze-compare means –one way anova). Uji hipotesis ini akan
menggunakan statistik uji Levene, dengan mengambil taraf signifikansi 5%.
Kriteria pengujian adalah jika nilai probabilitas (Sig) lebih besar dari = 0,05
maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2009).
1. Hipotesis untuk uji homogenitas data adalah:
H0: = (kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen)
H1: ≠ (kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak homogen)
2. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka diterima dan varians pada tiap
kelompok sama atau homogen.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak dan varians pada tiap
kelompok tidak sama atau tidak homogen.
3. Hasil Perhitungan
Berdasarkan asil uji normalitas pada data skor awal (pretest) kemampuan berpikir
reflektif matematis diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap
skor awal kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.22
69
Tabel 3.22 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan BerpikirReflektif
Data Sig. Keterangan
Pretest Kelas Kontroldan Eksperimen
0,13 1 62 0,71 Sig > 0,05 =homogen
Posttest Kelas Kontroldan Eksperimen
0,90 1 62 0.34 Sig > 0,05 =homogen
Hasil uji homogenitas sebaran data pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
diketahui bahwa data tersebut memiliki signifikansi = 0,71. Dengan demikian,
signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas
kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian pada tiap kelompok sama atau
homogen.
Hasil perhitungan uji homogenitas sebaran data posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen diketahui bahwa data tersebut memiliki signifikansi = 0,34. Dengan
demikian, signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data posttest
kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian pada tiap kelompok sama
atau homogen. Hasil perhitungan uji normalitas selengkapnya terdapat pada
Lampiran C.16 halaman 253.
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data skor awal (pretest) dan
data skor akhir (posttest) kelas kontrol dan eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Menurut Sudjana (2005: 243), apabila data dari kedua
sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama maka analisis data
70
dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu Uji-t dengan
hipotesis uji sebagai berikut.
1. Hipotesis data skor awal (pretest): = (tidak ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa kelas
kontrol dengan kelas eksperimen): = (ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa kelas
kontrol dengan kelas eksperimen)
2. Hipotesis data skor akhir (posttest)
: = (tidak ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan model Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis Muatan lokal dengan
kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang menggunakan
pembelajaran model Missouri Mathematics Project (MMP) biasa)
: = (ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan model Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal dengan
kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang menggunakan
pembelajaran model Missouri Mathematics Project (MMP) biasa).
3. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai sig > 0,05 maka diterima
b. Jika nilai sig ≤ 0,05 maka diterima
71
Pada data skor akhir (posttest), jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis
lanjutan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir reflektif siswa yang
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis muatan lokal lebih tinggi daripada kemampuan berpikir reflektif siswa
yang menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
biasa. Adapun analisis lanjutan tersebut melihat data sampel mana yang rata-
ratanya lebih tinggi.
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir reflektif
dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir reflektif
siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) berbasis muatan lokal dan siswa yang mengikuti model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) umum yang dilakukan.
Menurut Meltzer (dalam Noer, 2010: 102) besarnya peningkatan dihitung dengan
rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu:
= − −Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake (Noer, 2010) seperti terdapat pada Tabel 3.23
Tabel 3.23 Kriteria Indeks N-Gain.
Indeks Gain (g) Kriteriag > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah
104
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Pengembangan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan
lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa diawali dari
studi pendahuluan yang menunjukkan kebutuhan dikembangkannya model
Missouri Mathematics Project (MMP). Hasil validasi menunjukkan bahwa
model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel telah valid/layak digunakan
dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil akhir dari penelitian
pengembangan ini adalah sintak/tahapan model Missouri Mathematics
Project (MMP) berbasis muatan lokal untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif siswa.
2. Model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal praktis
untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa. Kriteria praktis
diambil berdasarkan uji coba terhadap keterlaksanaan model pembelajaran
yang dikembangkan.
3. Model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa. Hal ini dapat dilihat
105
dari kemampuan berpikir reflektif siswa yang menggunakan model Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal lebih tinggi dari pada
kemampuan berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model Missouri Mathematics Project (MMP) biasa. Selain itu, peningkatan
kemampuan berpikir reflektif siswa yang menggunakan model Missouri
Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal dikategorikan tinggi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan model Missouri Mathematics Project (MMP)
berbasis muatan lokal sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjut
mengenai model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis muatan lokal
hendaknya:
a. Mengembangkan model Missouri Mathematics Project (MMP) berbasis
muatan lokal pada materi yang lain.
b. Pendekatan, metode atau model yang digunakan harus sesuai dengan
materi pembelajaran.
c. Memperhatikan karakteristik masing-masing siswa dalam pembentukan
kelompok diskusi. Selain memperhatikan tingkat kemampuan matematis
siswa, kemampuan interaksi sosial siswa juga harus diperhatikan agar
diskusi dapat berjalan secara aktif dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S. 2004. Ethnomathematics Ideas in The Curriculum. MathematicsEducation Research Journal. Vol. 16, No. 2.
Afandi, Juza’an. 2016. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika SMPdengan pendekatan kontekstual budaya Lombok berorientasikanprestasi belajar matematika dan apresiasi nilai budaya bangsa. TesisUniversitas Negeri Yogyakarta. 239 hlm.
Angkotasan, Nurma. 2013. Model PBL dan Cooperative Learning Tipe TAIDitinjau dari Aspek Kemampuan Berpikir Reflektif dan PemecahanMasalah Matematis. Phytagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 8,No.1, Hal 45-47,Juni 2013.
Aprisal. 2018. Keefektifan pembelajaran missouri mathematic project denganpendekatan problem solving ditinjau dari kemampuan penalaranmatematika, kemampuan komunikasi matematis, dan self-eficacy. TesisUniversitas Negeri Yogyakarta. 252 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian. Edisi revisi 6. Jakarta: RinekaCipta. 244 hlm.
Arisetyawan, A. 2015. Etnomatematika Masyarakat Baduy. Disertasi. UniversitasPendidikan Indonesia. Bandung.
Asmani, Jamal Ma’ruf. 2012. Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah.Yogyakarta: DIVA Pres.
Branch, R. M. 2009. Instructional Design: the ADDIE Aproach. New York:Springer Science.
Choy. 2001. Reflektif Thinking and Teaching Practices: A Precursor ForIncorporating Critical Thinking Into The Classroom?. InternationalJournal of Intruction, Vol. 5, No. 1, hal. 1308-1470.
Dahar, R. W. 2011. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Diah, Sri L dan Abi Suwito. 2015. Pengembangan Perangkat PembelajaranMatematika Berbasis Budaya Lokal melalui Scientific Approach untukMeningkatkatkan Kemampuan Mathematical Literacy siswa SMP diJember. Penelitian Hibah Bersaing dari Universitas Jember.
107
Gagne, R.M.1968. Contributions of Learning and Theory of Instruction, NewYork: Holt Renehart and Winston.
Gall, M.D., Gall, JI.P.dan Borg, W.R. 2003. Educational Research, An.Introduction (edisi 7). Pearson, Boston.
Guroll, A. 2011. Determining The Reflective Thinking Skills of Pre- ServiceTeacher in Learning and Teaching Process. Energy Education Scienceand Technology PartB: Social and Educational Studies. Volume (issue)3(3) : 387-402
Hadi, Aida Rukmana. 2017. Pengembangan perangkat pembelajaran matematikaSMP berbasis model, search, solves, create, and share (sscs) yangberorientasi pada kemampuan berpikir reflektif, rasa ingintahu, danprestasi belajar siswa. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamzah, A. dan Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi PembelajaranMatematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Handayani, L., Januar, R. L., dan Purwanto. 2018. The effect of Missourimathematic project learning model on students’ mathematical problemsolving ability. IOP Con. Series: Jurnal of Physics, DOI:10.1088/17426596/948/1/012046.
Heprilia, V., Susanto, dan Setiawan. 2015. Penerapan Model PembelajaranMissouri Mathematics Project dalam Meningkatkan Aktivitas Siswadan Hasil Belajar Siswa Sub Pokok Bahasan Menggambar GrafikFungsi Aljabar Sederhana dan Fungsi Kuadrat pada Siswa Kelas XSMA Negeri Balung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. JurnalPendidikan dan Pembelajaran FKIP Jember. Vol 4, No. 2.
Ibrahim. 2011. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif SiswaSMP dalam Matematika melalui Pendekatan Advokasi denganPenyajian Masalah Open Ended. Tesis. UPI: Bandung.
Jannah, M., Triyanto, dan Ekana, H. 2013. Penerapan model Missouri MathematicProject (MMP) untuk meningkatkan pemahaman dan sikap positif siswapada materi fungsi. Jurnal pendidikan matematika solusi. Vol.1, no.1,hal 60-66.
Latifah, D., dan Madio. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa melalui Model Pembelajaran Missouri MatematicsProject (MMP). Jurnal pendidikan matematika. Vol.3, No. 3, hal 159-168
Marliana,dan Noor Hikmah. 2013. Pendidikan Berbasis Muatan Lokal SebagaiSub Komponen Kurikulum. Jurnal Dinamika Ilmu,Vol.13, No.1, hal105-119.
108
Mentari, Nia.,Nindiasari, dan Pamungkas, A. 2018. Analisis Kemampuan BerpikirReflektif Siswa SMP Berdasarkan Gaya Belajar. Numerical: JurnalMatematika dan Pendidikan Matematika,Vol.2, No.1, hlm 69-98.
Nindiasari, H. 2011. Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untukMeningkatkan Berfikir Reflektif Matematis Berbasis PendekatanMetakognitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). ProsidingSeminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. UniversitasNegeri Yogyakarta
Nisak, L.2013. Analisis Kemampuan Berfikir Reflektif dalam MemecahkanMasalah Berbentuk Semantik, Figural dan Simbolik pada Subpokokbahasan Fungsi Kelas XI IPA di MAN Nglawak Kertosono Nganjuk.Thesis. IAIN Surabaya.
Nitko, A. J., & Brookhart, S.M. 2011. Education assessment of student. UpperSaddle River: Pearson Education, Inc.
Noer, Sri Hastuti. 2008. Problem Based Learning dan Kemampuan BerfikirReflektif dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar NasionalMatematika dan Pendidikan Matematika. FKIP Universitas Lampung
--------------------. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, danReflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran BerbasisMasalah. Disertasi. UPI, Bandung.
Permendikbud No. 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah MenengahPertama/ Madrasah Tsanawiyah.Jakarta :Kemendikbud.
Phan, Huy Phuong. 2009. Exploring students’ reflective thinking practice, deepprocessing strategies, effort, and achievement goal orientations.International Journal of Experimental Educational Psychology, 29:3,297-313, DOI: 10.1080/01443410902877988.
Ruseffendi, E. T. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya.Semarang: IKIP Semarang Press.
Sabandar, J. 2013. Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal UPI.Tersedia: http:// file.upi.edu Diakses pada 20 Februari 2019.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setyawan, L., Budiyono, dan Slamet, I. 2017. The comparasion of Missourimathematics project and teams games tournament viewed fromemotional quotient eight grade student of junior school. AIP ConferenceProceeding 1868,DOI: 10.1063/1.4995140.
Shermis, S. S. 1999. Reflective Thought, Critical Thinking. [Online]. Tersedia:http://www.indiana.edu/~eric_rec/ieo/digests/d143.html
109
Sudjana. 2005. Metode Statistik Edisi ke 6. Bandung: Tarsito
Suhana, H. dkk. 2013. Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam MenyelesaikanMasalah Matematika. Jurnal KNPM V, Himpunan MatematikaIndonesia.Tersedia: http:// fmipa.um.ac.id Diaksespada 19 OktoberPukul 19.00 WIB.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Sundayana, R. 2010. Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.
Susanto, Amad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:Kencana Perdana Media Group.
Tok, Şükran & Sevda Doğan Dolapçıoğlu. 2013. Reflective teaching practices inTurkish primary school teachers, Teacher Development: Aninternational journal of teachers' professional development, 17:2, 265-287, DOI: 10.1080/13664530.2012.753940.
Trihendradi, C. 2009. Langkah Mudah Melakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Publisher. 228 hlm.
Van De Walle, John A. 2007. Matematika Sekolah dasar dan Menengah EdisiKeenam. Terjemahan Oleh Suyono. 2008. Jakarta: Erlangga.
Wager, A. A. 2012. Incorporating out-of-school mathematics: From culturalcontext to embedded practice. Journal of mathematics teachereducation (JMTE), 15, 9-23.
Wahyuni, Eka. 2016.Pengembangan LKPD Berbasis Reciprocal Teaching untukMeningkatkan Pemahaman Konsep Matematika dan MengatasiKecemasan Siswa. Tesis. Lampung: UNILA.
Weast, D. 1996. Alternative teaching strategies: The case for critical thinking.Teaching Sociology, Vol. 24, Hal. 189-194.
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Widyawati, N. 2017 .Applying Missouri mathematics project model in enhancingmath learning outcomes. International Journal of Managerial Studiesand Research (IJMSR), 5(1) 15-18.
110
Zahroh, Fatimatuz. 2016. Pengembangan model Missouri Mathematic Project(MMP) dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuankeruangan siswa. Tesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Zumaulida, R. 2012. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Proses BerfikirReflektif terhadap Peningkatan Kemamapuan Koneksi dan BerfikirKritis Matematis Matematika Siswa.Tesis. Bandung: FMIPA UPI.
top related