pengembangan media video konsep penjumlahan pecahan … · konsep-konsep dasar matematika sehingga...
Post on 07-Dec-2019
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO KONSEP
PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK SISWA SD KELAS IV
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Oleh:
Eduardo Widya Kusuma
202013063
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Erlina Prihatnani, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO KONSEP
PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK SISWA SD KELAS IV
Eduardo Widya Kusuma1, Erlina Prihatnani
2
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711
1Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail: 202013063@student.uksw.edu
2Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail: erlina.prihatnani@gmail.com
2
ABSTRAK
Video merupakan media komunikasi yang saat ini sangat digemari oleh anak-anak maupun dewasa. Adanya
media sosial yang berhubungan dengan cuplikan video nyatanya memiliki viewers yang massive. Namun media
pembelajaran berbasis video juga masih terbatas. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengembangkan
video yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran khusunya pada materi penjumlahan pecahan untuk
siswa kelas VI SD. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development,
Implementation, Evaluation) dengan subjek siswa kelas IV SD Santo Fransiskus Sragen (27 siswa). Instrumen
penelitian meliputi lembar validasi, lembar kepraktisan, lembar pendapat siswa, soal pretest, dan soal postest.
Hasil penelitian menunjukkan validasi materi sebesar 84.85%dan uji media sebesar 88.15%, keduanya masuk
kategori sangat baik. Uji beda rerata nilai pretest dan posttest dengan Wilcoxon menghasilkan signifikan
mendekati nol yang kurang dari 0,05 dengan rata-rata posttest (71.67) lebih tinggi dari pada pretest (54.63).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan media video konsep penjumlahan pecahan valid, praktis dan
efektif.
Kata kunci : video matematika, penjumlahan pecahan
I. PEDAHULUAN
Matematika merupakan pembelajaran yang diajarkan kepada siswa agar dapat berpikir secara
logis dan kritis dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu matematika diberikan sejak jenjang pendidikan dasar dan sampai
pendidikan tinggi. Jenjang Sekolah Dasar merupakan kesempatan untuk membekali siswa tentang
konsep-konsep dasar matematika sehingga sejak dini siswa dapat memiliki kemampuan berpikir logis,
analisis, sistematis, kritis dan kreatif.
Salah satu konsep yang diajarkan di SD adalah konsep pecahan. Beberapa contoh konsep
pecahan yang harusnya dipelajari melalui proses kontruksi adalah konsep pecahan senilai, konsep
penjumlahan, konsep pengurangan dan juga konsep perkalian dan pembagian. Beberapa konsep
tersebut perlu dinyatakan dalam hal konkret sehingga memungkinkan bagi siswa untuk
mengkontruksi konsep tersebut. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikastif yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Duludu,
2017: 11). Adapun pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan bentuk penyajian dan cara
penyajiannya menurut Riyana (2011;14) adalah media 1) Grafis, bahan cetak, gambar diam, 2) media
proyeksi diam, 3) media audio, 4) media gambar hidup/film, 5) media televise, 6) multimedia. Antara
ke enam jenis media tersebut penelitian ini terfokus pada jenis media gambar/film, yang dalam
konteks pendidikan sering disebut media video pembelajaran.
Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik yang mewakili gambar bergerak (Binanto,
2010: 179). Video saat ini sangat digemari oleh semua kalangan dari anak-anak maupun dewasa.
Adanya media sosial yang berhubungan dengan cuplikan video nyatanya memiliki viewers yang
massive. Terlepas dari hal diatas media pembelajaran berbasis video juga masih terbatas. Sukiman
(2012: 187-188) menyatakan media video pembelajaran adalah seperangkat komponen atau media
yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan.
Media video pembelajaran dapat membantu para siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Hal ini salah satunya dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Budi Purwanti (2015) SMK
Negeri 2 Purbolinggo menunjukkan bahwa media video matematika valid dan sangat pratis
digunakan. Rata-rata kelas meningkat setelah penggunaan media video, dan juga hasil penelitian dari
Sokhibul Anshor (2015) dilakukan di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran berbasis
video terhadap aktivitas belajar siswa, (2) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan media
pembelajaran berbasis video.
Berdasar hal tersebut dalam penelitian ini akan dikembangkan video yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran, khususnya pada materi penjumlahan pecahan untuk siswa kelas VI SD.
Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development,
Implementation, Evaluation). Diharapkan penelitian ini menghasilkan media video pembelajaran yang
valid, praktis, dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).
Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2014: 297). Produk yang dihasilkan
dalam penelitian ini adalah media video pembelajaran konsep penjumlahan pecahan. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Santo Fransiskus Sragen berjumlah 27 orang. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan ADDIE. Model ADDIE dirancang untuk memperlihatkan
tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipahami (Pribadi,
2009: 125). Adapun tahap-tahap dalam model pengembangan ADDIE adalah sebagai berikut ini.
1. Analyze (Analisis)
Tahap analisis bertujuan untuk mengumpulkan informasi untuk mengetahui yang dibutuhkan
siswa SD dalam pembelajaran dan juga guru guna menyampaikan konsep penjumlahan pecahan.
2. Design(Desain)
Tahap Design atau desain dimana tahap ini mengolah informasi yang di dapat pada tahap
analisis sehingga produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai subjek dan guru
sepagai penyampai materi.
3. Development(Pengembangan)
Tahap pengembangan merupakan langkah dimana media dibuat berdasarkan desain yang
telah ada. video konsep penjumlahan matematika diuji bebrapa tahap yaitu uji ahli berupa ahli
media dan ahli materi.
4. Implementation(Implementasi)
Tahap implementasi ini dilakukan untuk melakukan uji coba terhadap video konsep
penjumlahan matematika. Uji coba dilakukan pada sekolah yang dijadikan subjek penelitian
yaitu siswa kelas IV di SD Santo Fransiskus Sragen.
5. Evaluation(Evaluasi)
Tahap evaluasi merupakan proses memberikan nilai terhadap media. Evaluasi meliputi hasil
belajar siswa setelah penggunaan media, keefektifan dan kepraktisan media, serta pendapat
siswa mengenai penggunaan media.
Instrument penggumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut 1) lembar penilaian ahli,
2) lembar penilaian kepraktisan,
3) lembar pretest dan posttest, 4)lembar pendapat siswa
Data hasil validasi dari ahli media, ahli materi dan uji kepraktisan pada penelitian ini berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa kritik dan saran yang dijadikan sebagai pedoman
untuk memperbaiki media pembelajaran yang dikembangkan. Data kuantitatif yang diperoleh dari
penilaian ahli media dan ahli materi akan dianalisis secara deskriptif. Lembar penilaian ahli untuk
mengetahui kevalidan dan kelayakan sedangkan lembar kepraktisan untuk mengetahui media praktis
digunakan oleh guru. Instrument pretest, posttest dan lembar pendapat siswa digunakan untuk
mengetahui keefektifan media, hasilnya dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata pretest dan
posttest.
Rumus untuk mengukur persentase kevalidan dan kepraktisan media dapat dilihat pada rumus (i):
( )
( )
Keterangan:
P(s) = persentase sub variabel
S = jumlah skor tiap sub
N = jumlah skor maksimum
Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Hasil
Penilaian Media Pembelajaran
No Interval Keterangan
1 Sangat baik
2 Baik
3 Cukup
4 Kurang
5 Sangat kurang Sumber: Kusuma Tahun:2016
Untuk menguji kefektifan media, siswa diberikan soal pretest dan posttest. Soal pretest
digunakan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan, oleh
karena itu soal pretest digunakan sebelum penggunaan media. Media dikatakan valid dan efektif jika
terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest dengan rata-rata nilai posttest lebih
tinggi. Mengukur penggunaan media uji hipotesis menggunakan uji beda rerata 2 kelompok sempel
yang berelasi, untuk data yang memenuhi uji normalitas menggunakan uji parametik yaitu pair t-test,
untuk data yang tidak memenuhi uji normalitas menggunakan uji nonparametik yaitu Wilcoxon.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian R&D ini bertujuan untuk menciptakan media pembelajaran yang valid, praktis, dan
efektif. Berikut ini uraian kegiatan berdasarkan tahap pengembangan model ADDIE.
1. Analyze (Analisis)
Hasil dari tahap analisis diperoleh dari terbatasnya media video pembelajaran yang terkait
dengan materi pecahan kelas IV SD. Kemajuan teknologi memungkinkan pemanfaatan media untuk
membantu proses pembelajaran. Perlunya proses pengkkontruksian konsep dalam belajar
matematika dapat dibantu oleh penggunaan media video. Adapun beberapa video tentang pecahan
tapi tidak mencakup kebutuhan disekolah. Beberapa video menjelaskan tentang penjelasan pecahan
akan tetapi tidak ada video mengenai penjelasan konsep dasar penjumlahan pecahan. Selain itu
menonton video sangat digemari oleh semua kalangan terbukti dari media social yang berisikan
cuplikan video memiliki viewers yang massive. Hal ini menunjukan minat menonton video sangat
digemari oleh semua kalangan, selain itu manfaat video Menurut Sadiman dkk (2012:17-18), media
pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut.
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
a) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau
model.
b) Objek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
c) Gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat dibantu dengan timelapse atau high-
speed phototgraphy.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
f) Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan
lain-lain.
3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa,
dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a) Menimbulkan semangat belajar.
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan
kenyataan.
c) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa,
maka gurur banyak mengalam kesulitan apabila itu semuanya harus diatasi sendiri. Hal ini akan
lebih sulit bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan
media pembelajaran, yaitu dalam kemampuannnya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Menyamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.
Adapun Penelitian yang menunjukan bahwa media video efektif digunakan dalam proses
pembelajaran. Tahun 2015 penelitian yang dilakukan Budi Purwanto guru SMK Negeri 2 Purbolinggo
menunjukan hasil kenaikan rata-rata nilai siswa dikedua kelas yang dilakukan penelitian
menggunakan media video. Kelas pertama menghasilkan nilai rata-rata awal 69.19 menjadi 81.48 dan
kelas kedua menghasilkan rata-rata awal 69.59 menjadi 81.55. Hal ini menunjukan kenaikan rata-rata
nilai siswa, dan menunjukan bahwa media vido efektif digunakan dalam pembelajaran. Isi dari media
video yang dikembangkan berdasar dari kurikulum yang berlaku di Indonesia. Sehingga dapat
digunakan dalam proses pembelajaran menurut kurikulum yang berlaku.
2. Design (Desain)
a. Menentukan Kompetensi Dasar
Penelitian ini dilaksanakan di SD Santo Fransisikus Sragen yang menggunakan kurikulum
K13. Materi penjumlahan pecahan sesuai dengan Kompetensi Dasar. Mengenal konsep pecahan
senilai dan tidak senilai, menyelesaikan operasi hitung pecahan menggunakan benda
konkrit/gambar.
b. Menentukan Tujuan Belajar
Berdasarkan kompetensi dasar di atas, maka tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pengembangan video matematika ini adalah siswa mempu melakukan operasi hitung pecahan
terutama penjumlahan pecahan dengan bantuan media video.
c. Menyusun Cakupan Materi
Perlunya menyusun cakupan materi yang terdapat dalam video agar sesuai dengan
Kompetensi Dasar (KD) dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
d. Mendesain Repersentase dari Suatu Pecahan
Tujuan repersentase pecahan
agar siswa lebih mudah menerima materi pecahan. Dalam
media video representasi pecahan
berupa bentuk persegi.
e. Mendesain Alur Cerita
Pentingnya membuat alur cerita dalam pembuatan video bertujuan agar materi dapat
tersampaikan secara runtut.
f. Karakter Tokoh
Pembuatan karakter tokoh dibuat lucu agar dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat
focus saat media video digunakan. Karakter dibuat sesuai karakter siswa SD yang menyukai
karakter berwarna cerah dan lucu.
3. Development (Pengembangan)
Tahap ini adalah tahapan pembuatan media video dengan mengimplementasikan tahap
analisis dan tahap desain. Pembuatan media video ini menggunakan bantuan aplikasi corel X6,
Anime Studio Pro, dan Video Pad. Media video memiliki 3 tahapan yaitu 1. Mengingat pecahan
dengan menggunakan implementasi gambar dalam kehidupan sehari-hari, 2. Mengubah bentuk
gambar menjadi bentuk pecahan, 3. Menyelesaikan soal penjumlahan pecahan menggunakan
konsep dasar penjumlahan matematika. Beberapa cuplikan media videosebagai berikut:
Gambar 1. Pengenalan Karakter dalam Video
Siswa dikenalkan dengan tokoh bernama Prof.Mat sebagai awalan agar siswa merasa
berinteraksi dengan karakter dalam video.
Gambar 2. Materi
Siswa dijelaskan tentang materi yang akan dipelajari dalam video.
Gambar 3. Pecahan dikehidupan
sehari-hari
Bertujuan untuk mengingat kembali definisi pecahan dan implementasi materi pecahan
dikehidupan sehari-hari. Sehingga siswa mulai merasa bahwa pembelajaran matematika terutama
materi pecahan sangat berkaitan dikehidupan sehari-hari terutama pecahan.
Gambar 4. Mengubah Pecahan ke dalam
bentuk gambar arsir
Gambar 6. Menyelesaikan Soal
Penjumlahan Pecahan
Menyelesaikan penjumlahan pecahan penyebut sama menggunakan konsep dasar penjumlahan
pecahan matematika.
Gambar 7. Soal Penyebut Beda
Gambar 8. Soal Penyebut Beda dengan
Pembilang Lebih Besar daripada Penyebut
Gambar 6-8 dibuat detail agar siswa mudah menerima materi konsep dasar penjumlahan
pecahan. Media video ini telah divalidasi oleh validator media dan materi sebelum di uji coba kepada
siswa
Tabel 2. Kritik, Saran dan Tindak lanjut
Kritik dan Saran Tindak Lanjut
Tampilan menggunakan
warna lebih cerah
Mengganti warna
menjadi lebih cerah
Karakter dalam media
ditambah lebih bergerak
agar tidak tampak kosong
Menambahkan gerakan
pada karakter dalam
media
4. Implementation(implementasi)
Implementasi merupakan tahapan penerapan media kepada siswa kelas IV SD Santo Fransisikus
Sragen dengan jumlah 27 siswa. siswa diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui
kemampuan awal tentang materi yang akan dipelajari setelah menyelesaikan pretest sesuai waktu
yang ditentukan kemudian penerapan media video konsep dasar penjumlahan pecahan. Tahap ini guru
menjelaskan materi dengan menggunakan media video yang menggunakan alat bantu LCD. Setelah
tahapan ini akan diberi posttest dan angket siswa untuk mengetahui pendapat tentang media video.
5. Evaluation (Evaluasi)
Tahap evaluasi merupakan proses memberikan nilai terhadap media. Tahapan evaluasi meliputi
uji validasi media ditentukan penilaian validator yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek materi dan
media. Data hasil validasi dapat dilihat pada tabel 3. kemudian uji kepraktisan ditujukan kepada guru
SD bertujuan untuk mengetahui media praktis digunakan pada saat pembelajarana berlangsung, data
hasil kepraktisan dapat dilihat pada tabel 4. dan uji kefektifan bertujuan mengetahui keefektifan
media yang dikembangkan. Berikut pembahasan mengenai hasil uji validasi, uji kepraktisan, dan uji
keefektifan:
Tabel 3. Hasil Validasi
Aspek
Poin Rata-rata
Hasil Validator
1 Validator
2 Validator
3
Materi 48 45 47 46.67 84.85%
Media 37 38 44 39.67 88.15%
Penghitungan hasil validasi menggunakan rumus (i) yang sudah tercantum dalam metode
penelitian dan menghasilkan validasi materi sebesar 84.85% pada Tabel 1. memiliki kategori sangat
baik dan validasi media sebesar 88.15% termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan penilaian
materi dan media valid.
Tabel 4. Hasil Lembar Kepraktisan
Aspek Poin
rata-rata Hasil Validator 1
Validator 2
pemanfaatan 9 8 8.5
88.89% Penggunaan 27 26 26.5
perawatan 5 5 5
Penghitungan hasil lembar kepraktisan menggunakan rumus (i) menghasilkan persentase sebesar
88.89% yang termasuk dalam kategori sangat baik. selain dinilai dalam segi kepraktisan oleh guru,
siswa juga diminta mengisi angket pendapat siswa tentang media yang menghasilkan respon positif
oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video praktis digunakan dalam proses
pembelajaran matematika materi pecahan kelas IV SD.
Untuk mengetahui media video efektif atau tidak, dilakukan uji normalitas dengan
membandingkan data pretest dan posttest. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Normalitas
Tests of Normality
keterangan
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Stati
stic df Sig.
Statist
ic df Sig.
nila
i
Postest 0.21
8
27 0.002 0.910 27 0.023
Prestes
t
0.30
1
27 0.000 0.865 27 0.002
a. Lilliefors Significance Correction
Pada uji normalitas digunakan Shapiro-Wilk karena jumlah data kurang dari 30 yaitu 27 siswa.
Signifikan hasil pretest tertulis 0.000 yang berarti kurang dari 0.05 sehingga data tersebut tidak
berasal dari data berdistribusi normal. Oleh karena itu digunakan uji parametris yaitu menggunakan
wilcoxon, hasil dari uji wilcoxon dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Wilcoxon
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
posttest
- pretest
Negative Ranks 1a 1.00 1.00
Positive Ranks 20b 11.50 230.00
Ties 6c
Total 27
a. posttest < pretest
b. posttest > pretest
c. posttest = pretest
Test Statisticsa
posttest - pretest
Z -3.996b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Hasil uji Wilcoxon dengan taraf signifikan α = 0.05 pada tabel 6. Uji beda rerata nilai pretest dan
posttest dengan Wilcoxon menghasilkan signifikan mendekati nol yang kurang dari 0.05 dengan rata-
rata posttest (71.67) lebih tinggi dari pada pretest (54.63). Oleh karena itu maka dapat disimpulkan
bahwa media video efektif digunakan dalam pembelajaran pecahan matematika kelas VI SD.
B. Pembahasan
Penelitian ini mengembangkan video pembelajaran pada materi penjumlahan pecahan untuk
siswa kelas IV SD. Proses pembuatan menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design,
Development, Implementation, Evaluation). Media video yang dikembangkan sesuai dengan
kurikulum K13 dan sesuai dengan kompetensi dasar matematika kelas IV SD materi penjumlahan
pecahan.
Materi yang terdapat dalam video pembelajaran adalah pengenalan karakter dalam video yang
bertujuan agar siswa dapat berinteraksi, mengingat kembali konsep dasar pecahan dengan
menggunakan gambar dalam kehidupan sehari hari. Mengubah bentuk gambar kedalam bentuk
pecahan dan sebaliknya. Kemudian menjelaskan penyelesaian masalah pecahan dengan menggunakan
konsep dasar pecahan.
Penilaian materi dan media dalam penelitian ini dilakukan uji kevalidan oleh validator yang
menghasilkan uji materi mendapat skor 84.85% yang termasuk dalam kategori sangat baik, kemudian
uji media mendapat skor 88.15% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat kita
simpulkan bahwa media video valid dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya uji
kevalidan dalam pengembangan media video ini dilakukan uji kepraktisan, kefektifan, dan juga
lembar angket untuk siswa. Uji kepraktisan bertujuan untuk mengetahui media praktis digunakan
dalam proses pembelajaran. Uji kepraktisan ditujukan kepada guru SD untuk menilai media video,
cara menilai uji kepraktisan menggunakan rumus (i) yang terdapat dalam metode penelitian. Hasil
dari uji kepraktisan mendapatkan skor 88.89% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa media praktis digunakan dalam proses pembelajaran.
Uji keefektifan dilakukan untuk mengetahui keefektifan media video dalam proses pembelajaran,
dalam uji kepraktisan dilakukan analisis terhadap hasil pretest dan posttes yang telah didapat dalam
uji coba media. Untuk mengetahui media video efektif atau tidak, dilakukan uji normalitas dengan
membandingkan data pretest dan posttest. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5. Pada uji
normalitas digunakan Shapiro-Wilk karena jumlah data kurang dari 30 yaitu 27 siswa. Signifikan hasil
pretest tertulis 0.000 yang berarti kurang dari 0.05 sehingga data tersebut tidak berasal dari data
berdistribusi normal. Oleh karena itu digunakan uji parametris yaitu menggunakan wilcoxon, hasil
dari uji wilcoxon dapat dilihat pada tabel 6. Hasil uji Wilcoxon dengan taraf signifikan α = 0.05 pada
tabel 6. tertulis nilai signifikan 0.000 yang artinya nilai signifikan mendekati nol dan kurang dari 0.05
sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest. Oleh
karena itu maka dapat disimpulkan bahwa media video efektif digunakan dalam pembelajaran
pecahan matematika kelas VI SD.
Media video mendapat berbagai respon positif oleh siswa, banyaknya yang menginginkan media
video tidak hanya digunakan dalam satu mata pelajaran tetapi seluruh mata pelajaran juga dapat
menggunakan media, hal ini menunjukan peranan penting media pembelajran bagi pendidikan di
Indonesia.
IV. KESIMPULAN
Media video dinyatakan valid, praktis, dan efektif. Hal ini ditunjukan dengan uji kevalidan
menghasilkan 84.85% pada uji materi dan 88.15% pada uji media, keduanya termasuk dalam kategori
sangat baik. Uji kepraktisan menghasilkan 88.89% termasuk kategori sangat baik. Adapun uji beda
rerata menggunakan Wilcoxon dengan taraf signifikan α = 0.05 pada tabel 6. tertulis nilai signifikan
0.000 yang artinya nilai signifikan mendekati nol dan kurang dari 0.05 sehingga dapat diartikan
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest.
Berdasarkan hasil diatas diharapkan media video penjumlahan pecahan dapat digunakan untuk
membantu guru sebagai alternative media pembelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami
materi penjumlahan pecahan. Bagi peneliti lain diharapkan media video menjadi bahan
pengembangan yang lebih baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari tanpa berkah dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa dalam persiapan pelaksanaan
sampai penyusunan penelitian ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Penulis juga mendapat
dukungan dan bantuan dari banyak pihak sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah memberikan bimbingan dengan kerjasama, terutama kepada :
1. Ibu Novisita Ratu, S.Si., M.Pd., selaku Kaprogdi Pendidikan Matematika.
2. Ibu Erlina Prihatnani, S.Si., M.Pd., selaku Dosen pembimbing tugas akhir.
3. Sr.M. Verena, SFS selaku kepala sekolah SD Santo Fransiskus Sragen
4. Ibu Christine selaku guru kelas IV SD Santo Fransiskus Sragen
5. Semua guru dan staff SD Santo Fransiskus Sragen
6. Siswi-siswi kelas VI SD Santo Fransiskus yang telah bersedia membantu dalam proses penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, Sokhibul. 2015. Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Video Terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi
Binanto, Iwan. 2010. Multimedia Digital - Dasar Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta:
CV Andi Offset
Duludu, A. T. A Ummyssalam. 2017. Buku Ajar Kurikulum Bahan dan Media Pembelajaran
PLS. Yogyakarta: CV Budi Utama
Pribadi, A. Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Purwanti, Budi. 2015. Pengembangan Media Video Pembelajaran Matematika dengan Model
Assure. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 3 Nomor 1.
Riyana, Cepi. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Sadiman, Arif. 2012. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukiman. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani
top related