pengaruh zat pengatur tumbuh giberelin (ga ) dan ...digilib.uinsgd.ac.id/3930/1/lap pdf rami lemlit...
Post on 06-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Giberelin (GA3) dan Pemangkasan terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanman Rami (Boehmeria nivea,L. Gaud).
Deratih Nurlatifah dan Yati Setiati
Abstrak
Krisis ekonomi pada tahun 1997 telah memukul industri pertekstilan Indonesia. Pabrik tekstil
banyak yang harus merumahkan karyawannya karena kesulitan untuk mengimport bahan baku
(kapas). Industri tekstil dan produk tekstil menyumbang pembangunan ekonomi berupa
penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup besar dan devisa negara. Export tekstil dan produk
tekstil pada tahun 2014 menunjukkan pendapatan 12,72 milyar dolar dan Indonesia surplus lebih
dari 5 milyar dolar dalam perdagangan sector industry tekstil dan produk tekstil. Rami
(Boehmeria Nivea L. Gaud), merupakan tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan salah
satu penghasil serat. Penambahan Giberelin dan metode pemangkasan dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil serat tanaman rami. Penelitian dilakukan di Instalasi Kebun Terpadu
RPM UIN Sunan Gunung Djati bandung dengan ketinggian 715 m dpl, dari bulan Januari sampai
Maret 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan tiga
ulangan dan dua faktor perlakuan yaitu faktor Giberelin (g) terdiri dari empat taraf yaitu
(g0=tanpa Giberelin, g1= 50 ppm, g2 = 100 ppm, dan g3= 150ppm) dan faktor pemangkasan (p)
terdiri dari tiga taraf yaitu (p1= pangkas datar, p2=pangkas huruf V, dan p3= pangkas miring),
dengan parameter pengamatan meliputi tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, kekuatan serat
menahan beban, dan diameter batang. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi interaksi antara
pemberian Giberelin 150 ppm dan pemangkasan huruf V berpengaruh terhadap tinggi tunas
mencapai 43,6 cm. Sedangkan aplikasi giberelin 150 ppm berpengaruh terhadap rata-rata
diameter batang mencapai 4,4 mm.
Kata Kunci : Giberelin (GA3), Hasil,Pemangkasan, Rami.
Pendahuluan
Pengembangan komoditi pertanian bukan hanya tanaman penghasil makanan tetapi juga
tanaman penghasil bahan sandang. Hal ini berarti pertanian mengusahakan pemenuhan
kebutuhan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan, sesuai dengan pendapat (Subandi,
2011a; Subandi, 2012b; Subandi, 2012c) yang menyebutkan “We conclude that Islam is not
simply a religious faith, but it is also a political, social and economic system for Islam society.
That is what is intended by the phrases that describe Islam as a religion and a code of life and as
a faith and sharia. Islam taught was not revealed to man for spiritual guidance only, as was
other religion which advocates the principle secularism. Instead, Islam comes in order to
organize man’s life in all its aspects” Aspects relating to sustaining and maintaining the
existence of life of organism or living creatures are the metabolism. Biologist says one of the
characteristic of life is metabolism.
Pengembangan rami ( Boehmeria nivea,L. Gaud) telah lama dilakukan oleh masyarakat
Indonesia sejak zaman pemerintah Kolonial Belanda (Heyne, 1987 ). Tanaman rami merupakan
salah satu tanaman penghasil serat alam yang dapat menjadi sumber bahan baku produk tekstil
seperti halnya kapas karena memiliki kemiripan dengan kapas. Bedanya kapas dengan rami
adalah berserat pendek sedangkan rami adalah serat panjang, serat rami lebih kuat, mudah
menyerap keringat dan tidak mudah terkena bakteri atau jamur. Serat rami mempunyai sifat dan
karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur dengan serat yang
lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil.
Gambar 1. The Ten Big Industrial Exporting Sectors and Values in 2012-20014
Source : Ministry of Industry of the Republic of Indonesia (2015)
Table 1. Export Value of Textile Industrial Products in 2012 - 2014
(Dalam US$)
Sub Kelompok Hasil Industri 2012 2013 2014 Trend
1. Pakaian Jadi 5.889.498.900 5.963.765.046 5.827.975.416 -0,52%
2. B e n a n g 2.226.876.657 2.437.943.075 2.510.492.546 6,18%
3. K a i n 1.788.476.059 1.672.684.635 1.676.755.083 -3,17%
4. B a t i k 1.007.421.387 1.097.587.363 1.147.520.585 6,73%
5. Tekstil lainnya 724.916.316 734.540.208 782.486.892 3,89%
6. S e r a t 603.039.502 572.287.391 582.272.809 -1,74%
7. Nylon Tyre Cord 77.457.839 68.176.131 69.838.604 -5,05%
8. Permadani 65.900.392 64.656.946 62.727.385 -2,44%
9. Sprei, taplak meja, kain toilet, kain dapur 42.188.094 32.837.685 37.249.510 -6,04%
10. Sal, selendang keru- dung dan semacamnya 12.687.080 9.194.400 13.040.063 1,38%
11. Kain tenun ikat 2.609.750 2.953.432 4.166.307 26,35%
12. Kain tule dan jala lainnya 4.352.616 3.838.380 4.077.133 -3,22%
Sub Kelompok Hasil Industri 2012 2013 2014 Trend
13. Kain tenun sutera 434.018 423.714 930.251 46,40%
14. Karung Goni 588.062 595.274 697.551 8,91%
15. Sapu tangan 59.924 197.828 81.925 16,93%
TOTAL 12.446.506.596 12.661.681.508 12.720.312.060 1,09%
Source : Ministry of Industry of the Republic of Indonesia (2015)
tensi tinggi (serbaguna), daunnya merupakan bahan kompos dan pakan ternak yang bergizi
tinggi, kayunya baik untuk bahan bakar. Serat rami merupakan bahan yang dapat diolah untuk
kain fashion berkualitas tinggi dan bahan pembuatan selulosa berkualitas tinggi (seluloseα).
Kayu dan serat rami dapat diolah menjadi pulp berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan
aneka jenis kertas berharga. Pengembangan rami akan lebih menguntungkan apabila limbahnya
dimanfaatkan, contohnya limbah serat rami pendek dimanfaatkan untuk membuat kertas
berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas Rokok (swicofil, 2010). Limbah daun rami
sebagai pakan ternak (Sudibyo et al.,2007).
Indonesia sebagai negara pengekspor tekstil dan produksi teksil utama dunia, tetapi pada
saat ini masih mengalami ketergantungan impor bahan baku serat alam maupun benang dalam
jumlah yang sangat besar. Impor bahan baku serat hampir 99% dari total kebutuhan sebesar
1.900.000 ton pertahun (KOPSERINDO, 2005 ). Ketergantungan indonesia terhadap impor
bahan baku serat alam memberikan peluang bagi pengembangan serat rami sebagai salah satu
bahan serat tekstil. Rami memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Indonesia.
Sidang WTO ( Word Trade Organization ) atau Organisasi perdagangan Dunia, pada bulan
desember 2005 menetapkan mulai tahun 2006 subsidi ekspor kapas negara maju dicabut secara
bertahap.Pencabutan subsidi ekspor kapas tersebut akan berdampak terhadap berkurangnya
konsumsi kapas sehingga harga meningkat dan biaya produksi industri menjadi tinggi (Sagala,
2007). Sementara produksi serat kapas dalam negeri baru mencapai 2-4%. Peningkatan produksi
kapas sulit dicapai mengingat tanaman kapas sangat rentan terhadap hama/penyakit serta
memerlukan bio fisik lingkungan tertentu (Plantus, 2010). Kondisi tersebut membuka peluang
untuk pengembangan rami sebagai suplemen kapas.
Pengembangan rami, selainkeuntungan dari produksi serat dapat diperoleh pula keuntungan
ekologis, yaitu konservasi lahan. Hal ini berkaitan dengan tanaman ramiyang memiliki vegetasi
rapat dan perakarandalam sehingga dapat mencegah erosi dan banjir. Daun-daun rami yang
gugur di sekitar lahan pengembangan dapat berfungsi sebagai pupuk hijau untuk memelihara
atau meningkatkkan kesuburan tanah. Pengembangan rami di lahan kritis dapat meningkatkan
volume air tanah sehingga pada musim kemarau masih tersedia air. Lahan kritis yang ditanami
rami tersebut berubah menjadi lahan produktif hanya dalam waktu 5-6 bulan (Musaddad, 2007).
Kendala dalam budidaya tanaman rami dari segi non-teknis yang dapat mempengaruhi
pengembangan rami di Indonesia antara lain: 1). Lokasi pengembangan umumnya jauh dari
sarana transportasi, sehingga menambah biaya produksi, 2). Kelembagaan yang ada belum sesuai
untuk pengembangan rami, 3). Kejelasan pasar dan kepastian harga serat rami belum banyak
diketahui, dengan demikian akan menyulitkan produsen rami untuk menyalurkan hasil seratnya
(Tirtosuprobo et al., 2007) dan 4). Pabrik-pabrik tekstil yang ada di tanah air belum banyak
memanfaatkan serat rami sebagai benang untuk tekstil, karena mesin yang digunakan adalah
mesin pengolah kapas (serat pendek).
Kendala teknis utama dalam pengembangan ramiadalah rendahnya produktivitas sebagai
akibat bahan tanaman yang belum murni. Berdasarkan pengamatan di beberapa lokasi
pengembangan, dijumpai 3 - 8 jenis rami yang beragam (Sudjindro et al., 2007), selain itu,
persyaratantumbuh untuk rami di lahan pengembangan kadang kala belum terpenuhi ( Purwati,
2010).
Pelaksanaan budidaya banyak mengalami kendala pada bidang budidaya, kendala yang
dihadapi diantaranya adalah jenis tanaman yang belum Seragam, ketinggian tempat yang
bervariasi, waktu pengolahan yang terlambat serta teknik budidaya yang kurang baik di tingkat
petani. Keadaan seperti ini dapat mempengaruhi rendemen serat yang dihasilkan. Produktivitas
serat selain ditentukan oleh produksi batang basah juga ditentukan oleh rendemen serat yang
dimiliki. Menghasilkan produksi rami yang bagus, perlu diberikannya Perlakuan yang lebih
optimal.
Perlakuan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman rami, dilakukan perlakuan dengan
diberikannya Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Giberelin (GA3). Giberelin adalah suatu golongan
ZPT dengan rangka ent-Giberelin yang berfungsi merangsang pemebelahan sel, pemanjangan
sel, dan fungsi pengaturan. Semua giberelin bersifat asam dan dinamakan GA (asam giberelat)
(Harjadi,2009). Giberelin diketahui dapat mendukung proses pembentukan RNA baru serta
sintesis protein (Abidin, 1982).
Giberelin ( GA3 ) merupakan zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan fisiologis dalam
pemanjangan batang (tunas). Pengaruh GA terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman
berhubungan dengan bertambah besar dan jumlah sel-sel pada ruas-ruas tersebut. Selain
perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika
disemprot dengan GA3, dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman, GA3 juga mempengaruhi
proses-proses fisiologis lainnya.
Giberelin bukan hanya memacu perpanjangan batang saja, tapi juga pertumbuhan seluruh
tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan di tempat yang dapat mengangkut
ke apek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada
pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daunnya berlangsung lebih
cepat, sehingga terpacu laju fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan,
termasuk akar (Salisbury dan Ross, 1995).
Pertumbuhan tanaman rami, selain pemberian giberelin untuk mempercepat pertumbuhan,
dapat dilakukan dengan cara pemangkasan. Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang
sebagian dari bagian tanaman dengan maksud untuk menumbuhkan atau merangsang Tunas,
pembungaan dan pembuahan ke arah yang dikehendaki (Deptan, 2005).
Pemangkasan pada tanaman rami bertujuan untuk menghasilkan tunas-tunas baru yang dapat
dipanen selanjutnya. Pemangkasan memiliki dampak fisiologis terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman.Respon fisiologis tanaman terhadap pemangkasan merupakan akibat dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada bagian-bagian tanaman yang ditinggalkan
sertaterganggunya pola pembentukan auksin. Pengaruh tindakan pemangkasan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman ini berbeda-bedatergantung apakah pada saat dipangkas
tanaman dalam keadaan normal atau sedang tumbuh aktif.
Pemangkasan berhubungan pula dengan pertumbuhan tanaman.Tanaman yang dipangkas
pucuknya, terutama bila masih mudacenderung untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Sementara
itu, pemangkasanterhadap akar cenderung untuk mendorong pembungaan. Hal ini
dapatdijelaskan dengan teori keseimbangan karbohidrat, di mana tanaman yang pucuknya
dipangkas akan menarik cadangan karbohidrat untuk meningkatkan pertumbuhan tanamannya
(Zulkamain, 2009). Akibatnya terjadi penurunan pada keseimbangan karbohidrat.
Tanaman yang dipangkas akarnyaakan mengalami pengurangan akumulasi nitrogen,
sehingga terjadi penurunan dalam pertumbuhan vegetatifnya. Akibatnya akan terjadi
surpluskarbohidrat sehingga tanaman memasuki fase pertumbuhan generatif.Pemangkasan yang
dilakukan terhadap ujung batang menyebabkanaktifnya tunas tunas aksilar yang biasanya
terdapat langsung di bawah pangkasan. Hal ini sebagai akibat dari hilangnya meristem penghasil
auksin sehingga konsentrasi auksin yang turun ke bawah menjadi berkurang.Akibatnya, terjadi
rangsangan untuk inisiasi pertumbuhan tunas-tunas aksilar. Pemangkasan dengan hanya
membuang ujung batang dapatmenghasilkan bentuk baru sebagai akibat rusakya dormansi
apikal. Sementaraitu, pemangkasan yang hanya membuang tunas-tunas samping
dapatmeningkatkan vigor ujung batang, sehingga meningkatkan kandungan auksin endogen
tanaman yang pada gilirannya akan menghambat tumbuhnya tunas-tunas lateral (Zulkamaian,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh
Giberelin (GA3) dan Pemangkasan terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanman Rami (Boehmeria
nivea,L. Gaud).
1.2 Identifikasi Masalah
a. Apakah akan terjadi Interaksi antara pemberian Giberelin (GA3) dan metode
pemangkasan pada tanaman Rami ( Boehmeria nivea,L. Gaud).
b. Diantara berbagai Konsentrasi Giberelin (GA3) dan metode pemangkasan. Manakah
yang memberikan pengaruh paling optimum terhadap Pertumbuhan dan hasil Tanaman
Rami ( Boehmeria nivea,L. Gaud).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari pengaruh interaksi antara Giberelin dan pemangkasan terhadap
pertumbuhan tanaman Rami ( Boehmeria nivea,L. Gaud).
b. Menentukan taraf konsentrasi Giberelin (GA3) terbaik dan jenis pemangkasan yang
paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Rami (Boehmeria
nivea,L. Gaud).
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebaga Berikut :
a. Secara Akademik, untuk mengetahui efek interaksi antara pemberian giberelin terhadap
pertumbuhan Tanaman Rami ( Boehmeria nivea,L. Gaud).
b. Secara Praktis, dapat memberikan Informasi kepada Petani terkait pemberian giberelin
dan pemangkasan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil( Boehmeria nivea,L.
Gaud).
1.5 Kerangka Pemikiran
Rami sebagai salah satu sumber kenekaragaman hayati adalah jenis tanaman tropis yang sesuai
dengan iklim Indonesia dan menghasilkan serat. Rami memiliki kekuatan dan daya serap air
yang lebih tinggi dibandingkan kapas serta memiliki warna dan kilau serat setara sutera alam
(Mudyantini, 2008). Serat rami dideskripsikan mirip dengan serat kapas dengan beberapa
kelebihan, yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar
(Sastrosupadi, 2005 ).
Indonesia sebagai negara agraris dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sampai saat ini
masih mendatangkan kapas sebagai bahan baku industri tekstil sebanyak 99 %. Salah satu upaya
untuk mengurangi ketergantungan pada kapas adalah penggunaan serat alami yang berasal dari
tanaman rami (Boehmeria Nivea L. Gaudich) yang memiliki karakteristik mirip kapas dan dapat
digunakan sebagai bahan baku tekstil keunggulan lain dari rami adalah produktivitas per hektar
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kapas, yaitu perbandingan serat rami dan kapas
5,6:1 (Mudyantini, 2008 ). Berdasarkan kebutuhan rami di pasar dunia maupun domestik,
peluang pengembangan rami untuk mensuplai serat sebagai bahan baku tekstil masih terbuka
(Purwati, 2010).
Pertumbuhan tanaman rami dapat di percepat dengan penggunaan Giberelin (GA3) Senyawa ini
merupakan hormon pada tanaman yang mempunyai pengaruh memacu pertumbuhan, serta dapat
meningkatkan ukuran daun, bunga, dan buah. Respon tanaman terhadap GA3 meliputi
peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel. Giberelin diketahui dapat mendukung proses
pembentukan RNA baru serta sintesis protein (Abidin, 1994). Berdasarkan Penelitian
(Mudyantini, 2008 ) Pengaruh perlakuan GA3 pada batang, dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan luasan diameter batang. Pada perlakuan GA150 ppm menunjukkan diameter batang
rata-rata sebesar 94,7 μm dan perlakuan ini merupakan hasil diameter batang tunas yang paling
tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pemberian GA3 pada konsentrasi 100 ppm
hanya memberikan pengaruh pada jumlah daun. tetapi tidak memberikan pengaruh pada jumlah
Tunas.
Xiao Zhiping (1998), pemberian Giberelin konsentrasi 50 ppm pada tanaman rami dapat
miningkatkan luas daun , tinggi tanaman, kulit pohon segar dan tebal, hasil serat yang di hasilkan
tinggi. Tetapi pada tanaman daun sendok (Plantago major) pemberian GA3 pada konsentrasi 50
ppm optimum untuk meningkatkan luas daun dan pada konsentrasi 75 ppm optimum untuk
meningkatkan berat kering dan kadar saponin (Khristyana dkk., 2005).Maryani (1992), bahwa
perlakuan GA3 pada konsentrasi 30 ppm memacu pembentukan sklerenkim batang Hibiscus
cannabius.
Penambahan giberelin pada tanaman, akan meningkatkan jumlah dan ukuran sel, dengan
hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan
vegetatif tanaman (termasuk pertumbuhan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan
tanaman. Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosintesis akan meningkat terus
(Rachmawati, 2013 ).
Efek nyata giberelin terhadap tinggi tanaman berkaitan dengan fungsi giberelin dalam
pemanjangan dan pembelahan sel. Giberelin mengontrol secara langsung pembentangan pada sel
tumbuhan dengan mengubah orientasi mikrofibril selulosa melalui perubahan orientasi
mikrotubul kortikal, dan juga mengubah asosiasi antara mikrotubul dengan membrane plasma
(Shibaoka, 1993).
Gardner et al., (1991) mengatakan respon GA3 yang paling terkenal adalah perangsangan
pertumbuhan antarbuku. Contohnya pada tanaman jagung, ercis dan buncis yang kerdil dapat
menjadi normal setelah diberi perlakuan dengan GA3.Dosis zat pengatur tumbuh yang diberikan
pada tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sesuai
sifat dari zat pengatur tumbuh pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan terhentinya proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tetapi sebaliknya pada dosis sangat rendah pemberian
zat pengatur tumbuh tidak efektif (Rachmawati, 2013 )
Pertumbuhan tanaman rami selain menggunakan Giberelin (GA3) untuk mempercepat
pertumbuhan dilakukan pula cara pemangkasan, yang merupakan salah satu cara untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara alami. Ada berbagai cara
pemangkasan yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada tanaman tebu pemangkasan
membentuk Huruf V atau U bertujuan agar tunas tanaman tebu yang tumbuh tidak
mengambang diatas tanah dan tidak roboh apabila sudah tumbuh besar (Faturrohim, 2009 ).
Pemangkasan runcing pada tanaman Flex mempercepat pertumbuhan batang. Karena
pemancungan dapat memecahkan dominansiapikal, maka setelah pemancungan biasanya terjadi
pertumbuhan vegetatif yang lebat sebagai akibat dari tumbuhnya tunas-tunas lateral. Oleh karena
itu cenderung menghasilkan pertumbuhan tanaman dengan pola menyemak (bush) dan kompak
(Rahayu, 2009).
Pemangkasan secara datar pada tanaman rami dapat mendorong lebih cepat tumbuhnya
tunas–tunas baru (Subandi, 2014 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan selain
dapat meningkatkan jumlah tunas juga dapat memperbaiki kualitas tanaman dan penampilan atau
figur tanaman mnjadi lebih baik(Satsijah 2008). Menurut Martini (2013) mengatakan
Pemangkasan miring pada tanaman kopi dapat mempercepat pertumbuhan batang baru berjalan
lebih cepat. Dan dapat mengganti batang yang sudah tua yang tidak prosuktif lagi karena kualitas
yang dihasilkan nya akan semakin rendah.
Pemangkasan kopi, dipangkas harus secara miring, agar air hujan tidak masuk kebatang
yang sudah dipangkas, supaya tidak terjadi pembusukan pada batang. Pemangkasan miring pada
tanaman kopi dapat memperoleh cabang baru dalam jumlah yang dikehendaki, Memudahkan
memperoleh sinar matahari guna merangsang pembentukan bunga, membuang cabang tua yang
tidak produktif, memperbaiki peredaran udara guna merangsang penyerbukan bunga,membuang
cabang yang terserang hama/penyakit. (PPKKI, 2013)
1.6 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara Pemberian Giberelin (GA3) dan Pemangkasan Batang setelah
panen akan berpengaruh pada pertumbuhan Tanaman Rami (Boehmeria Nivea L, Guand)
Generasi Berikutnya.
2. Terdapat salah satu konsentrasi pemberian Giberelin (GA3) dan pemangkasan terbaik
yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman
Rami (Boehmeria Nivea L, Guand)
Tinjauan Pustaka
Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman rami adalah dengan cara Pengairan dan
penyiangan. Tanaman rami lebih bagus ditanam pada lahan tadah hujan, sehingga kebutuhan air
secara keseluruhan tergantung pada curah hujan setempat, untuk itu dianjurkan melakukan
pengembangan rami pada daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup atau tinggi dan
merata pada daerah yang mempunyai pengairan dapat dibantu dengan air irigasi, sehingga dapat
dilakukan panen sampai 5 sampai 6 kali dalam satu tahun (Dahlan, 2011).
2.6 Giberelin (GA3)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidupnya, tergantung pada tersediannya ,meristem, hasil asimilasi, hormon, dan
subtansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung (Gardneret al.,1991). Salah
satu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon yang berarti
menggiatkan, atau suatu subtansi yang disintesis oleh suatu organ lain (Alamsyah, 2002). Jadi
hormonemerupakan zat yang berfungsi sebagai pengatur yang dapat mempengaruhi jaringan-
jaringan berbagai organ maupun sistem organ. Pengangkutan giberelin dilakukan secara difusi
dan berlangsung melalui xilem dan floem serta bergerak secara basipetal dan akropetal (Leopold
dan Kriedemann,1975).
Giberelin berperan dalam pembelahan sel dan mendukung pembentukan RNA sehingga
terjadi sintesis protein.Pembelahan sel distimulasi oleh aktifnya amylase menghidrolisis pati
menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkatkan akibatnya tekanan osmotik juga
meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di dalam sel menyebabkan air mudah masuk ke dalam
sel, sehingga dapat mentriger segala proses fisiologis dalam sel tanaman. Efek nyata giberelin
dalam mendorong pertumbuhan adalah sebagai akibat meningkatnya kecepatan pembelahan sel.
Giberelin merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji, kuncup tunas,
pemanjangan batang, pertumbuhan daun, mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar
(Campbell, 2005). Giberelin bukan hanya memacu perpanjangan batang saja, tapi juga
pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan di tempat yang
dapat mengangkut ke apek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak
mengarah kepada pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daunnya
berlangsung lebih cepat, sehingga terpacu laju fotosintesis menghasilkan peningkatan
keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar (Salisbury dan Ross, 1995).
2.7 Pemangkasan
Pemangkasan adalah cara memotong dalam rangka menghilangkan bagian tanaman yang
tidak diinginkan, dengan tujuan untuk membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
(Steffek, 1999). Menurut Langer dalam buku Gardner et al., (1991), bahwa pertumbuhan tunas-
tunas biasanya terjadi karena beberapa faktor yang salah satunya adalah dikarenakan terangsang
oleh perlakuan pemangkasan. Dan tindakan pemotongan ini agar tidak menyebabkan pengaruh
yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang maka harus tetap mempertahankan
tinggi pemangkasan yang optimum.
Pemangkasan dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas dan akar baru sehingga
dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah dauan tanaman.
Menghilangkan batang dan daun berarti menghilangkan sumber auksin dan dengan demikian
pertumbuhan tunas baru akan terbentuk, begitu juga akarnya, mengingat fungsi auksin dapat
menghambat pertumbuhan tunas dan dapat menstimulir pertumbuhan akar, baik panjang maupun
jumlahnya pada tanaman (Abidin, 1993).
Metodologi Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015– Juni 2015 di Kebun PraktekJurusan
Agroteknologi Fakultas Sains Dan Teknologi dengan ketinggian tempat 715m dpl.
3.2 Bahan bahan
Bahan bahan yang digunakan diantaranya: Tanaman rami generasi ketiga yang ditanam
pada polybag, gunting stek, pisau, camera, ember, timbangan analik, timbangan digital, jangka
sorong, gelas ukur, gelas kimia, pupuk Kandang, Pupuk NPK, Giberellin (GA3), air dan alkohol.
3.3 Metodologi.
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial (4 x 3) dengan 3 kali ulangan sehingga didapatkan 36 satuan
percobaan. Adapun variabel yang digunakan adalah Giberelin sebanyak 4taraf dan Pemangkasan
sebanyak 3 taraf.
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu jenis konsentrasi giberelin dan tipe pangkasan,
faktor pertama terdiri dari Empat taraf dan faktor kedua terdiri dari tiga taraf.
Faktor 1 : Giberelin (g) terdiri dari 4 taraf, yaitu :
g0 = Tanpa pemberian
g1 = 50 ppm
g2= 100 ppm
g3 = 150 ppm
Faktor 2 : Tipe Pemangkasan (p) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
p1 = Pangkas Datar ( __ )
p2 = Pangkas huruf ( V )
p3 = Pangkas miring ( / )
Maka diperoleh 4x3 = 12 kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan Giberelin dan
pemangkasan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kombinasi Perlakuan
Giberelin
(GA3)
Pemangkasan
p1 p2 p3
g0 g0p1 g0p2 g0p3
g1 g1p1 g1p2 g1p3
g2 g2p1 g2p2 g2p3
g3 g3p1 g3p2 g3p3
3.3.3 Rancangan Analisis
Datadianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5 %
menggunakan program statistic SPSS versi 21 dan Distat. Adapun Model linear RAK faktorial
yang digunakan adalah :
Yijk = μ + βi + mj + dk +(mk)jk + εijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor Konsentrasi Giberelin (g) pada taraf
ke-j danfaktor Pemangkasan (p) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i
μ = Rata-rata umum
βi = Pengaruh kelompok ke-i (i = 1,2,3)
Nj = Pengaruh faktor Konsentrasi Giberelin (g) taraf ke-j (j=1,2,3,4)
Mk = Pengaruh faktor Pemangkasan (p) taraf ke-k (k=1,2,3)
(NM)jk = Pengaruh interaksi faktor Konsentrasi Giberelin (g) taraf ke –j dan
factor Pemangkasan (p) taraf ke – k
εijk = Pengaruh acak
Berdasarkan model linear tersebut , maka dapat disusun daftar sidik ragam Rancangan
acak kelompok seperti pada tabel 4.
3.4 Pelaksanaan awal
3.4.1 Persiapan lahan
Persipan awal untuk melakukan suatu penelitian adalah dengan mempersiapkan lahan.
Lahan yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma serta sampah yang berada
dsekitar lahan penelitian, pembuangan plastik-plastik dan memindahkan screen house , karena
lahan yang digunakan bekas Screen house, sehingga lahan yang akan digunakan bersih dan tidak
ternaungi lagi. Lahan yang digunakan dengan luas 7m x 3m.
3.4.2 Persiapan media
Media yang digunakan pada budidaya tanaman rami ini adalah tanah Topsoil yang
berasal dari daerah Lembang, Bandung. Tanah kemudian dicampur dengan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1. Tanah yang telah dicampur pupuk kandang tersebut dimasukkan ke
dalam polibag yang berdiameter 15 cm, media tanam yang dimasukkan sebanyak 8 kg dan diisi
hingga ¾ bagiandari polybag tersebut.
3.4.3 Persiapan Rhizome
Rhizome yang digunakan berasal dari daerah wanaraja Garut, Varietas Klon Romindo-1,
dengan panjang Rhizome yang digunakan untuk menanan berukuran 15cm . dan di benamkan
dalam kedalaman tanah 7- 10 cm atau setengah dari panjangnya rhizome. Rhizome yang
digunakan berasal dari tanaman yang sudah berusia 3 tahun.
3.4.4 Penanaman
Pada tahap ini penanaman dilakukan setelah tahap persiapan media dan persiapan
Rhizome selesai, baru penanaman di lakukan, tanah dalam polybag di tugal sedalam 7- 10 cm,
lalu di masukan rhizome nya kurang lebih 7-10cm , dan dilakukan penutupan pada bagian
tanaman yang di benamkan.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Pemangkasan Panen
Pemangkasan dilakukan pada tanaman Generasi ke-3, atau yang sudah mengalamai
pemanenan sebanyak 3 kali. Ciri-ciri tanaman yang siap dipangkas sudah berumur tua, daun
menguning dan berguguran, batang berwarna coklat dan siap untuk dipanen. Pemanenan
dilakukan dengan berbagai cara pemangkasan. Setelah di panen tanaman di pangkas di bentuk
berbagai jenis pemangkasan, seperti dipangkas Datar () , Pangkas Huruf (V), Pangkas Miring
( / ).
3.5.2 Aplikasi Giberelin (GA3)
Giberelin yang akan di gunakan adalah Giberelin sintetik dengan kandungan GA3 10%.
Giberelin dilarutkan dengan menambahkan Alkohol 1ml pada setiap konsentrasi, Kocok hingga
larut. Tambahkan air dengan jumlah air 1000 ml untuk setiap konsentrasi, untuk membuat
larutan menjadi 50 ppm, 100ppm, dan 150ppm (Lampiran 4).
Pemberian giberelin dilakukan dengan cara disiram ke batang tanaman yang sudah
dipangkas dengan berbagai pemangkasan, ada metode pangkas datar (-), pangkas huruf (v) dan
pangkas miring (/). Setelah itu disiram dengan berbagai konsentrasi pada setiap tanaman yang
sudah di pangkas yaitu dengan pemberian tanpa Giberelin, 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm.
Penyemprotan dengan Giberelin hanya di Berikan 2 kali ketika Pemangkasan panen dan 1
minggu setelah pemangkasan.
3.5.3 Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Namun penyiraman
tersebut dilakukan sesuai sengan kondisi tanah didalam polybag, supaya tanah tetap lembab,
karena air yang diserap tanaman rami sangat banyak sehingga tanah harus selalu lembab, dan
tahan terhadap genangan ± 2 hari. (Subandi, 2011; Subandi, 2012; Subandi and Abdelwahab,
2014).
2. Penyiangan
Penyiangan dilkukan dengan mencabut gulma dan tanaman penggangu lainnya didalam
polybag dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan
unsur hara antara tanaman budidaya dengan gulma.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan ketika tanaman berumur 3 Minggu setelah pemangkasan. Dengan
pemberian pupuk pupuk Urea 3,5 g/polybag dan ZA 3,5 g/polybag (Subandi,2012)
3.5.4 Panen
Panen dilakukan Kembali pada tanaman berumur 60 HSP (Hari Setelah pemangkasan).
Cirinya pertumbuhannya berhenti, batang bagian bawah berwarna cokelat,batang mudah
pecah,seratnya telah sampai ke pucuk dan tunas-tunas baru bermunculan pada pangkal
batang.pemanenan dengan cara dipangkas di bagian batangnya dan disisakan 5cm di permukaan
tanah, supaya batang dapat tumbuh lagi dan bisa di panen kembali.
3.5.5 Pasca Panen
Pasca panen yang dilakukan yaitu proses dekortilasi. Dekortilasi adalah proses pemisahan
serat dari batang, proses dekortilasi dilakukan ketika tanaman sudah selesai dipanen. Cara
kerjanya batang dipukul-pukul dengan menggunakan besi atau kayu secara perlahan supaya serat
yang akan di ambil tidak ikut hancur dan terpisah dengan bagian kayu, setelah itu bagian kayu
akan hancur dan serat mengelupas. Setelah itu pisahkan bagian seratnya dan dikeringkan supaya
tidak basah dan bila disimpan lama seratnya tidak berjamur.
3.6 Parameter Pengamatan
3.6.1 Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak dianalisi secara statistik,
Seperti :
1. Suhu harian diukur dengan menggunakan termometer. Pengamatan dilakukan 3x dalam 1
hari (pagi, siang dan sore).
2. Kelembaban harian diukur dengan menggunakan higrometer. Pengamatan dilakukan 3x
dalam 1 hari (pagi, siang dan sore).
3.6.2 Pengamatan Utama
Pengamatan Utama adalah pengamatan yang datanya dianalisis secara statistik.
Komponen pengamatan utama yang diamati meliputi :
1. Jumlah tunas (tunas)
Pengamatan jumlah tunas dilakukan dengan menghitung jumlah tunas keseluruhan yang
tumbuh disetiap polybag. Pengamatan hanya dilakukan 1kali yaitu pada tanaman berumur 1
MSP (Minggu Setelah Pemangkasan)
2. Tinggi Tunas (cm)
Pengukuran tinggi tanaman (cm) diukur mulai dari pangkal batang dengan menggunakan
meteran sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu 1 kali
sampai Panen., Tiap 2 MSP, 3 MSP, 4 MSP, 5 MSP, 6 MSP, dan 7 MSP.
3. Diameter Batang (mm)
Pengukuran diameter batang (mm) dilakukan dengan menggunakan Jangka sorong, setiap
batang diamati diameternya pada 3 MSP dan 6 MSP.
4. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dengan menghitung keseluruhan daun yang muncul disetiap
polybag, pengamatan dilakukan seminggu sekali sampai mendekati masa panen. Tiap 2 MSP, 3
MSP, 4 MSP, 5 MSP, 6 MSP, dan 7 MSP. Jumlah daun yang dihitung adalah jumlah daun yang
telah tumbuh sempurna.
5. Kekuatan serat menahan beban (kg)
Pengamatan dilakukan setelah proses Dekortilasi atau 3 minggu setelah panen dengan
menguji setiap helai serat dengan menggunakan timbangan, ujung serat di ikat pada timbangan,
dan ujung yang satu lagi di ikatkan pada kayu, lalu ditarik dampai serat putus.
Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengamatan Penunjang
4.1.1 Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
maupun mikroorganisme yang ada. Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tinggi rendah suhu disekitar tanaman ditentukan oleh
radiasi matahari, kerapatan tanaman dan distribusi cahaya dalam tajuk tanaman (Gardneret al.,
2008)
Pertumbuhan tanaman rami sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Berdasarkan Literatur
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman rami adalah 23,00oC–33,00
0C. Selama
penelitian, suhu rata-rata yang terdapat di lapangan dari bulan Januarisampai dengan Maret 2015
berkisar rata-rata antara 27,000C – 32,25
oC. Suhu tertinggidi lokasi penelitian sebesar 32,25
oC
dan suhu terendah sebesar 27,00oC (Lampiran 5). Hal ini sesuai dengan suhu optimum yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman rami. Menurut Dwidjoseputro (1994), suhu yang
optimum akan mengakibatkan kerja enzim dalam proses metabolisme berfungsi dengan baik,
namun bila suhu terlalu rendah akan mengakibatkan aktivitas enzim yang berada pada tanaman
tidak dapat berfungsi dengan baik, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan enzim
menjadi rusak. Diperkuat lagi dengan pendapat Tjasyono (2004), suhu berhubungan dengan total
panas yang dibutuhkan oleh suatu tanaman untuk menjalankan proses metabolismenya. Suhu
yang optimal yang dbutuhkan tanaman menyebabkan laju metabolisme tanaman
meningkat.Peningkatan laju metabolisme mempercepat perkembangan tanaman dari satu tahap
ke tahap perkembangan lainnya dalam siklus hidup tanaman tersebut.
Kelembaban udara merupakan perbandingan relatif antara udara dan uap air di suatu
daerah.Semakin tinggi kandungan uap air di udara, maka kelembaban udara makin tinggi.
Kelembaban udara yang terdapat pada lokasi penelitian berkisar antara 64,25% - 96,75 %.
Kelembaban udara yang tertinggimencapai sebesar 96,75% terjadi pada 38 HST, sedangkan
kelembaban udara terendah sebesar 64,25 % yang terjadi pada 32 HST ( Lampiran 6).
Kelembaban berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika kelembaban
rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat.
Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Jika kelembaban
tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. Hal ini akan
mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga
akan terhambat (Gardneret al., 2008).
4.2 Pengamatan Utama
4.2.1 Jumlah Tunas
Hasil analis ragam tidak menunjukan adanya interaksi dan pengaruh mandiri pemberian
Giberelin dan pemangkasan terhadap jumlah tunas 1 MSP (Lampiran 8).
Tabel 5. Hasil Analisis Pengaruh Pemberian Giberelin dan pemangkasan Terhadap rata-rata
Jumlah tunas.
Perlakuan Rata-rata jumlah Tunas
1 MSP
Giberelin
g0 4,20 a
g1 3,40 a
g2 3,07 a
g3 2,97 a
Pemangkasan
p1 4,05 a
p2 3,21 a
p3 3,00 a
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukan
berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5 %.
Semua perlakuan tidak berpengaruh nyata, hal ini di sebabkan potongan Rhizome ketika
penanaman panjangnya sama, sehingga jumlah tunas yang dihasilkan tumbuhnya akan sama
(Tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Mudyantini (2008), jumlah tunas yang dihasilkan
tergantung panjang atau pendeknya rhizome yang ditanam.
Giberelin tidak dapat mempengaruhi jumlah tunas tanaman rami, karena Giberelin hanya
dapat memacu perkembangan primordia tunas dan akar. Menurut Abidin (1994), Giberelin dapat
mendukung proses pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Adanya peningkatan Sintesis
protein ini nantinya akan mempengaruhi pembentukan klorofil, karena protein merupakan salah
satu komponen penyusun klorofil. Kandungan klorofil yang banyak dalam tanaman akan
mempengaruhi peningkatan proses fotosintesis, sehingga dapat dihasilkan fotosintat yang lebih
banyak dalam hal ini glukosa yang merupakan karbohidrat. Menurut Lyndon (1998), kandungan
karbohidrat yang terdapat pada bahan stek, yaitu rhizoma, merupakan faktor utama
untukperkembangan primordia tunas dan akar. Sehingga Giberelin hanya dapat memacu
perkembangan tunas dan tidak akan menambah jumlah tunas atau memacu tunas untuk tumbuh
dari mata tunas.
Pemangkasan tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas, hal ini di karenakan
pemangkasan hanya dapat merangsang munculnya tunas untuk tumbuh yang berasal dari mata
tunas, sehingga tidak akan memperbanyak jumlah tunas. Menurut Sutarno (1982), hal ini
dikarenakan terjadi perubahan keseimbangan Zat pengatur tubuh alami yang ada di tanaman. Zat
pengatur tumbuh alami itu berupa auksin, ketika tanaman dipangkas tanaman akan kehilangan
meristem penghasil auksin, karena auksin biasanya berada di bagian meristem apikal. dan akan
aktifnya sitokinin endogen yang berada di akar sehingga sitokinin lah yang akan terus
merangsang untuk muncul tunas. Menurut Campbell et al., (2012). Sitokinin yang dihasilkan
diakar mencapai jaringan-jaringan target dengan bergerak keatas tumbuhan didalam getah Xilem
untuk menumbuhkan tunas, Setelah tunas tumbuh, baru auksin endogen dapat aktif kembali.
4.2.2 Tinggi Tunas
Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi antara pemberian pemberian Giberelin
dengan Pemangkasan terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 5 MSP dan 6 MSP. Secara
mandiri pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, pada umur 2
MSP, 3 MSP, dan 7 MSP, sedangkan 4 MSP terjadi pengaruh mandiri antara GA3 dan
pemangkasan (Lampiran 9-14 ).
Tabel 6. Pengaruh interaksi antara GA3 dan Pemangkasan terhadap Tinggi tunas
Minggu Ke Giberelin (GA3)
Pemangkasan
p1 p2 p3
--- cm ---
5 MSP
g0 26,67 a 32,08 a 31,52 a
A B B
g1 29,95 a 31,30 a 34,7 ab
A A B
g2 33,00 b 33,23 a 28,70 a
AB B A
g3 29,88 a 42,01 b 38,70 b
A C B
6 MSP
g0 28,32 a 31,6 a 27,53 a
A B A
g1 34,55 b 34,5 a 31,82 b
A A A
g2 34,52 b 35,2 b 32,26 b
A A A
g3 29,51 a 43,6 c 39,53 c
A C B Keterangan: Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama (huruf kecil arah vertikal
dan huruf besar arah horizontal) menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan
pada taraf nyata 5 %.
Terjadi interaksi antara pemberian Giberelin dan pemangkasan, yang sangat berpengaruh
nyata pada minggu ke 5 MSP dan 6 MSP adalah pada Giberelin konsentrasi 150 ppm dan
pemangkasan V atau g3p2(Tabel 6). Keduanya bisa saling berinteraksi, karena dengan
pemangkasan dapat memunculkan tunas, dan ketika tanaman dipangkas huruf V seluruh
pertumbuhan tunasnya langsung berada dibawah pangkasan. Setelah tunasnya muncul untuk
pertumbuhan tinggi tunasnya di pacu dengan pemberian Giberelin untuk pemanjangan sel dan
dapat mengaktifkan auksin endogen yang ada di tanaman. Davies (1995), menyatakan
penggunaan GA3 akan mendukung pembentukan enzimproteolitik yang akan membebaskan
tryptophan sebagai bentuk awal dari auksin. Hal ini berarti kehadiran giberelin tersebut akan
meningkatkan kandungan auksin untuk memacu tinggi tanaman. Selain itu Giberelin juga sangat
berpengaruh terhadap pemangkasan huruf V. Menurut Campbell (2012). Pemotongan sumber
utama auksin yaitu di tunas apikal mampu menurunkan kadar auksin. Serta menurut Gardner et
al., (2008) kandungan GA3 berada didalam tunas, daun dan sedikit di akar. Hal ini menyebabkan
ketika tanaman dipangkas dengan huruf V ketersediaan auksin endogen terhenti dan
GA3endogen nya menjadi berkurang, sehingga ketika di berikan GA3, tanaman secara langsung
dapat menyerap GA3 yang diberikan sehingga kebutuhan ZPT untuk tanaman dapat terpenuhi.
Sehingga antara pemberian Giberelin 150 ppm dan metode pemangkasan huruf V keduanya bisa
saling berinteraksi dengan baik dan saling menunjang.
Giberelin dapat mempercepat tinggi tanaman.GA3 akan menstimulasi pemanjangan sel
karena adanya hidrolisis pati yang dihasilkan dari giberelin akan mendukung terbentuknya -
amilase. Akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan
tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut
berkembang, di bantu dengan Pemangkasan dapat memicu bekerjanya meristem ujung yang
menghasilkan sel sel baru pada ujung akar dan batang mengakibatkan tumbuhan bertambah
tinggi dan panjang (Gardner et al., 2008). MenurutSalisbury dan Ross (1995) pertumbuhan
berartipertambahan ukuran. Pertambahan ukuran (volume) padabatang merupakan hasil
perbesaran ke satu arah, yaitu kearah memanjangnya, pemanjangan tersebut karena salah satu
tujuan dari pemberian Giberelin dan pemangkasan keduanya dapat mempercepat proses tinggi
tanaman.
Tabel 7. Hasil AnalisisPengaruh Pemberian Giberelin dan pemangkasan terhadap Rata-rata
Tinggi tunas
Perlakuan Tinggi tunas (cm)
2 MSP 3 MSP 4 MSP 7 MSP
Giberelin
g0 13,6 a 26,44 a 27,97 a 29,33 a
g1 17,81 ab 28,37 ab 31,47 ab 35,54 ab
g2 14,47 ab 29,5 ab 27,37 a 34,88 ab
g3 19,25 b 32,94 b 34,98 b 39,27 b
Pemangkasan
p1 15,97 a 29,10 a 27,35 a 32,05 a
p2 16,35 a 31,21 a 33,34 b 37,87 a
p3 16,52 a 28,62 a 29,82 a 34,35 a Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukan
berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5 %.
Pemberian Giberelin tiap minggunya dapat meningkatkan rata-rata tinggi tunas seiring di
naikkan nya konsentrasi (Tabel 7),karena semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
pertumbuhan tinggi tanaman akan lebih cepat, begitupun sebaliknya semakin kecil konsentrasi
semakin lambat pertumbuhannya, pada konsentrasi 150 ppm paling bagus diantara konsentrasi
yang lain, ini menunjukan semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka pertumbuhan akan
semakin meningkat. Setiap tanaman memiliki Giberelin Endogen, pada tanaman rami kandungan
Giberelin endogennya sedikit sehingga ketika diberikan konsentrasi tertinggi 150 ppm tanaman
bisa tumbuh dengan baik dan paling tinggi di bandingkan dengan pemberian Giberelin 50 ppm
dan 100 ppm. Tetapi jika diberikan Giberelin sangat tinggi bisa saja tanaman menjadi kerdil,
pada penelitian Mudyantini (2008) pemberian Giberelin 250 ppm menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman Rami. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) bahwa
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu tinggi untuk suatu jenis tanaman tertentu akan
mendorong sintesis etilen di dalam tanaman dan kemudian akan menghambat pertumbuhan dan
tanaman tersebut menjadi kerdil.
Efek fisiologis yang khas pada tanaman yang diperlakukan dengan GA3adalah terjadinya
pemanjangan batang, akibat adanya aktivitas kambium di internodus, sehingga tanaman yang
diperlakukan menjadi lebih tinggi daripada tanaman normal. Pemanjangan batang selain
dipengaruhi oleh aktivitas kambium juga disebabkan oleh peningkatan mitosis di daerah
meristem sub apikal batang, sehingga jumlah sel pada masing-masing internodus meningkat.
Peningkatan jumlah sel menyebabkan pertumbuhan batang lebih cepat, sehingga
dihasilkanbatang yang lebih panjang. Respon ini pada batang biasanya berupa peningkatan
panjang internodus, dan umumnya tidak meningkatkan jumlah internodus yang terbentuk
(Wareing dan Phillips, 1970) hal inilah yang menyebabkan tanaman menjadi lebih tinggi.
Pangkas huruf V memberikan pengaruh yang paling bagus terhadap parameter tinggi
tanaman diantara pemangkasan datar dan miring. Hal ini di sebabkan karena seluruh titik tumbuh
yang berada di bagian tengah pada batang habis dipangkas sampai tidak tersisa, ini menyebabkan
seluruh proses metabolisme dan cadangan makanan yang ada pada tanaman akan terfokus pada
Rhizome, sehingga seluruh tunas yang tumbuh akan langsung dari Rhizome, berbeda dengan
yang di pangkas datar (-) atau pangkas miring (/) sebagian tunas yang di hasilkan berada
dibagian pinggir bekas batang yang di pangkas, sehingga pertumbuhannya akan sedikit
terhambat. Berbeda dengan yang huruf V yang menyebabkan aktifnya tunas aksilar yang
biasanya terdapat langsung di bawah pangkasan atau rhizome, hal ini karena sebagai akibat
hilangnya meristem penghasil auksin sehingga konsentrasi auksin yang turun ke bawah menjadi
berkurang. Akibatnya terjadi rangsangan untuk pertumbuhan tunas tunas aksilar menjadi cepat
proses pertumbuhannya (Zulkarnain,2009).
Minggu ke 4 MSP, terjadi pengaruh mandiri antara Giberelin dan pemangkasan,
perlakuan yang tertinggi dengan pemberian GA3 150 ppm mencapai 34,98 cm, dan pemangkasan
terbaik dengan di pangkas huruf V mencapai 33,34 cm. Pada minggu ini pemangkasan dengan
huruf V baru bisa berpengaruh nyata dikarenakan terjadinya perubahan keseimbangan zat
pengatur tubuh alami yang ada ditanaman. Ketika dipangkas pertumbuhan fokus diakar sehingga
sitokinin endogen akan aktif untuk memacu keluarnya tunas dibawah permukaan tanah, setelah
tunas muncul dan berkembang baru auksin endogen bisa berperan untuk meningkatkan tinggi
tanaman.
4.2.3 Jumlah daun
Daun secara umum merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi tanaman, sehingga pengamatan
daun sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan sebagai data penunjang untuk
menjelaskan proses pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Hasil analisis ragam menunjukan pemberian giberelin dan pemangkasan tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman berumur 2 MSP, 3 MSP, 4
MSP, 5 MSP, 6 MSP, dan 7 MSP ( lampiran 15 – 20).
Tabel 8. Hasil Analisis Pengaruh Pemberian Giberelin dan pemangkasan terhadap rata-rata
Jumlah daun
Perlakuan Jumlah daun (Helai)
2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Giberelin
g0 32,97 a 46,4 a 54,18 a 57,1 a 60,08 a 62,7 a
g1 32,27 a 44,77 a 49,71 a 55,2 a 56,52 a 59,3 a
g2 31,08 a 46,41 a 55,22 a 60,1 a 62,28 a 64,7 a
g3 26,9 a 43,88 a 47,66 a 51,3 a 54,64 a 57,2 a
Pemangkasan
p1 30,98 a 46,14 a 54,25 a 58,7 a 61,4 a 63,54 a
p2 32,32 a 46,24 a 50,65 a 55,8 a 57,36 a 60,3 a
p3 29,12 a 43,72 a 50,18 a 53,3 a 56,39 a 60,9 a
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata
berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5 %.
Rata-rata jumlah daun tiap perlakuan semuanya hampir sama sehingga tidak ada
pengaruh nyata, jumlah daun yang di hasilkan ketika penelitian yang paling banyak mencapai
64,7 helai atau 65 helai, hal ini sesuai berdasarkan Literatur rata-rata jumlah daun tertinggi
mencapai 50-65 helai, ini dikarenakan jumlah daun pada tanaman tergantung faktor internal dari
tanaman rami itu sendiri (Tabel 8). Gardner et al., (2008).Menyatakan Jumlah dan ukuran daun
merupakan faktor internal dari tanaman dan lingkungan. Tanaman yang berasal dari induk
berdaun sedikitdan lebar biasanya menghasilkan anakan yang tidak jauh berbeda dengan
induknya, dan tanaman tanaman yang menghasilkan daun yang banyak dan lebar maka akan
menghasilkan daun yang banyak seperti induknya itu sendiri.
GA3 selain mempengaruhi pembesaran sel (peningkatan ukuran) juga mempengaruhi
pembelahan sel (peningkatan jumlah). Adanya pembesaransel mengakibatkan ukuran sel yang
baru lebih besar darisel induk. Pertambahan ukuran sel menghasilkan pertambahan ukuran
jaringan, organ dan akhirnya meningkatan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan maupun
berat tanaman tersebut. Peningkatan pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak.
Jumlah sel yang meningkat, termasuk di dalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya
peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi bobot tanaman
(Wareing dan Phillips, 1970; Salisbury dan Ross, 1995). Diduga dengan pemberian giberelin
pada tanaman rami lebih terfokus pada peningkatan Volume atau pelebaran daun di banding
dengan meningkatkan jumlah daun.
Pemberian Giberelin dan pemangkasan tidak dapat meningkatkan jumlah daun,
dikarenakan tidak dapat meningkatkan jumlah nodus, karena pemanjangan yang terjadi hanya
pada internodus nya bukan untuk menambah jumlah nodus sehingga jumlah daun yang
dihasilkan tidak akan bertambah. Pada dasarnya GA3 diketahui dapat memacu pertumbuhan
seluruh tanaman, termasuk daun dan akar. GA3 yang diberikan dengan cara apapun
(penyemprotan, perendaman, dan lain-lain) di tempat yang dapat mengangkutnya ke ujung tajuk,
maka akan terjadi peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah kepada
pemanjangan batang dan perkembangan daun muda (Salisbury dan Ross, 1995). Sehingga tinggi
yang dihasilkan hanya dapat meningkatkan ruas dibagian internodus, dan jumlah nodusnya tetap
tidak bertambah.
4.2.4 Kemampuan Serat Menahan Beban
Hasil analisi ragam pemberian Giberelin dan pemangkasan tidak memberikan
memberikan pengaruh nyata terhadapkemampuan serat menahan beban (Lampiran 21).
Tabel 9. Hasil Analisis Pemberian Giberelin dan pemangkasan Terhadap Kemampuan serat
menahan Beban
Perlakuan Kemampuan Serat Menahan Beban (Kg)
3 MSP (minggu setelah panen)
Giberelin
g0 0,54 a
g1 0,57 a
g2 0,73 a
g3 0,73 a
Pemangkasan
p1 0,53 a
p2 0,69 a
p3 0,70 a
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata
berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5 %.
Rata-rata tiap perlakuan hasilnya sama sehingga pemberian Giberelin dan pemangkasan
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kemampuan serat menahan beban (Tabel 9),
disebabkan karena pemberian giberelin tidak mengubah kandungan yang ada di serat.
Kandungan utama dalam serat adalah selulosa. Selulosa merupakan salah satu kriteria yang
menunjukkan kekuatan serat. Sifat mekanik yang luar biasadari selulosa adalah regangan,
kekuatan, ketahanan terhadap tekanan, mengembang dan sifat permeabilitasnya bertambah terus
selama proses pembentukan dinding. Lignin menambah ketahanan dinding terhadap tekanan dan
mencegah melipatnya mikrofibril selulosa. Arah mikrofibril yang berbeda-beda pada dinding sel
merupakan faktor penting penentu kekuatan dinding (Fahn, 1991). Wickens (2001) menyatakan
bahwa besarnya kadar selulosa, lignin dan pektin pada serat mempengaruhi kualitas serat.
Giberelin dan pemangkasan tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas serat, meskipun
ketika pemberian giberelin akan terjadinya pemanjangan sel, umur tanaman menjadi cepat, tetapi
tidak mengubah kualitas serat, Menurut Abidin (1994) GA3 dapat menghasilkan hidrolisis pati
yang akan mendukung terbentuknya α-amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka
konsentrasi glukosa akan meningkat. Hal tersebut juga diperkuat oleh Salisbury dan Ross (1995)
bahwa peningkatan GA3 endogen juga dapat meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa
menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Sedangkan selulosa merupakan penggabungan unit-unit
glukosa menjadi senyawa makromolekul yang tidak larut dalam semua pelarut yang biasa
digunakan (Fengel dan Gerd, 1995). Jadi pemberian giberelin ini tidak akan mengubah Selulosa,
justru semakin tinggi glukosa maka selulosa juga akan semakin meningkat. Tetapi pada
percobaan yang dlakukan pemberian GA3 tertinggi 150ppm, tetapi tidak mempengaruhi ini di
karenakan pemberian GA3 nya terlalu sedikit, berarti jumlah GA3 yang di berikan harus lebih
banyak, karena hasil penelitian Mudyantini (2008), pemberian GA3 200 ppm dapat
meningkatkan kandungan selulosa.
Selulosa yang baik menentukan Kualitas Serat yang baik, karena hasil serat rami
termasuk serat panjang, sangat halus dan langsing. Sehingga sering digunakan untuk membuat
kertas saring teh celup, baju, kertas rokok, kertas surat berharga, kertas dokumen, pokok bayi,
membuat uang, dll. Karena tidak mudah patah atau sobek, dan bisa di simpan dalam jangka
waktu yang lama (Tramansyah, 2007), dan serat ini bisa tahan dalam keadaan panas mencapai
2000C (Balai Besar Teksil,2007).
4.2.5 Diameter Batang
Hasil analisis ragam menunjukan tidak terjadi interaksi antara Giberelin dan
pemangkasan terhadap diameter serat, namun terjadi pengaruh mandiri dengan pemberian
Giberelin pada 3MSP dan 6MSP (Lampiran 22-23).
Tabel 10. Hasil Analisis Pengaruh Pemberian Giberelin dan pemangkasan terhadap Diameter
batang
Perlakuan Diameter Batang (mm)
3 MSP 6 MSP
Giberelin
g0 1,55 a 2,91 a
g1 1,63 ab 3,30 ab
g2 1,91 bc 3,45 bc
g3 2,24 c 4,40 c
Pemangkasan
p1 1,82 a 3,54 a
p2 1,84 a 3,47 a
p3 1,82 a 3,54 a
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata
berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5 %.
Pengaruh mandiri dengan pemberian Giberelin berpengaruh nyata terhadap Diameter
batang (Tabel 10), dapat dilihat pada minggu ke 3MSP dan 6MSP yang sangat berpengaruh
adalah dengan menggunakan GA3150ppm, pada minggu ke 3 mencapai 2,24 mm dan pada
minggu ke 6 mencapai 4,4mm. Hal ini disebabkan karena pemberian GA3 yang dapat
menyebabkan pembelahan sel dan pembesaran sel (Gardneret al., 2008). dan semakin tinggi
konsentrasi yang di berikan semakin cepat pula perubahan diameter batang yang terjadi.
Pembelahan sel yang dipengaruhi GA3 terjadi pada meristem apikal dari kuncup terminal.
Meristem apikal secara langsung membentuk jaringan ikatan pembuluh yang berupa xilem
primer dan floem primer. Menurut Wareing dan Phillips (1973), GA3 akan meningkatkan
aktivitas pembelahan kambium dan diferensiasi penuh pada xilem dan floem. Komposisi GA3
yang lebih tinggi akan menyebabkan pembentukan floem yang lebih banyak daripada xilem.
Dengan demikian, diameter batang dapat menjadi bertambah. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Fahn (1995), yang menyatakan bahwa pertambahan lebar batang juga disebabkan oleh aktivitas
kambium dalam menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kesimpulannya efek yang paling
tampak dari pemberian Giberelin adalah pertumbuhan dan pelebaran batang, karena di dalam
batang giberelin dapat menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel. Dan pada penelitian
tersebut yang paling baik di berikan pada tanaman adalah pada konsentrasi GA 150 ppm.
Kesimpulan dan Saran
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terjadi interaksi antara pemberian Giberelin dan Metode pemangkasan sehingga
berpengaruh nyata terhadap Tinggi tanaman pada umur 5 MSP dan 6 MSP. Terjadi
pengaruh mandiri Giberelin sehingga berpengaruh nyata terhadap diameter batang, tinggi
tanaman yang berumur 2 MSP, 3 MSP, dan 7 MSP. Pengaruh mandiri antara Giberelin
dan pemangkasan pada tinggi tanaman yang berumur 4 MSP.
2. Konsentrasi Giberelin 150 ppm berpengaruh paling baik dalam meningkatkan tinggi
tanaman, dan diameter serat, dan metode Pemangkasan Huruf V berpengaruh terhadap
tinggi tanaman.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
respon tanaman rami terhadap berbagai konsentrasi Giberelin dan berbagai metode
pemangkasan, dengan konsentrasi Giberelin yang lebih tinggi dari 150ppm tetapi tidak lebih
dari 250 ppm dan metode pemangkasan lebih bervariasi selain dalam penelitian.
Daftar Pustaka
Abidin Zaenal. 1982. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Angkasa.
Bandung.
Balai Besar Tekstil. 2007. Persyaratan mutu serat rami dan teknologi untuk industri tekstil dalam
mendukung pilot project agribisnis rami di Kabupaten Garut. Puslitbang Perkebunan,
Bogor, 24-32
Campbell ., Reece. & Mitchell.2005. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Campbell, N.A., Reece J.B. and Mitchell, L.G. 2000a. Biologi. Jilid 1. Alih bahasa: Wasmen
Manalu. Erlangga, Jakarta.
_______________________________________2012b. Biologi. Edisi 8 Jilid 2. Alih bahasa:
Damaring Tyas Wulandari. Erlangga, Jakarta
Dahlan Dahliana. 2011. Budidaya Tanaman Industri. Universitas Hasanudin . Makasar
Davies, J.P. 1995. Plant hormone:Their nature, occurrence and function, phisiology and
moleculer biology. Boston: kluwer Academic Publisher
Departemen Pertanian .2007 .Pelepasan Rami Klon Ramindo-1 Sebagai Varietas/Klon Unggul .
NOMOR : 105/Kpts/SR. 120/2/2007
Dwidjoseputro. 1994. Pengetahuan fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. 232 hal.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Penerjemah: Soediarto, A. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press.
Fengel, D. dan W. Gerd. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. Penerjemah:
Hardjono S. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah:
Susilo, H.. Jakarta: UI Press.
Gaspersz Vincent. 1991 . Metode Perancangan Percobaan. CV Armico : Bandung
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, p
705-709
Kastono, D. 2005. Pengaruh jumlah batang bawah dan kadar IAA terhadap pertumbuhan bibit
durian sambung pucuk. Agrivet. 9 (1): 1-8
Khristyana, L., E. Anggarwulan, dan Marsusi. 2005. Pertumbuhan, kadar saponin dan nitrogen
jaringan tanaman daun sendok (Plantago mayor L.) pada pemberian Asam Giberelat
(GA3). Biofarmasi. 3 (1): 11-15.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT.Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Lyndon, R.F.1998. The shoot apical meristem its growth and development. Cambridge:
Cambridge University Press.
Martini Endri. 2013. Pedoman Budidaya dan Pemeliharaan Kopi di Kebun Campur. Agfor.
Sulawesi
Maryani, 1992. Pengaruh IAA dan GA3 terhadap Perkembangan Serabut Sklerenkim Batang
Hibiscus cannabius. L. [Tesis]. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM
43
Mudyantini Widya. 2008. Pengaruh,kandungan selulosa, dan lignin pada Rami (Boehmeria
Nivea L) dengan pemberian Asam Giberelat (GA3). UNS : Surakarta .Vol 9 Nomor 4 .
Hal.250-274
Musaddad, M.A. 2007. Agribisnis tanaman rami. Panebar Swadaya. Depok. 82 hlm.
Pemgar 2009. Pertumbuhan Tanaman Rami . Wanaraja .Garut
Plantus. 2010. Tanaman Ramie Komoditas Prospektif. Kalimantan Timur
Purwati Dyah Rully. 2010. Strategi pengembangan Rami (Boehmeria Nivea L). Balai pelatihan
Tanaman Tembakau dan Serat. Perspektif Vol.9 No 2. Hlm 106 -118
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI). 2013. Budidaya kopi. Sulawesi
Rachmawati Dwi Rena. 2013. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Giberelin(Ga3) Dan
Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai
Keriting(Capsicum Annuum L.). UIN
Sagala, A. 2007. Kebijakan sektor industri TPT dalam mendukung pengembangan kapas dan
rami pasca pencabutan subsidi ekspor kapas negara maju. Prosiding Lokakarya
Nasional Kapas dan Rami. Surabaya 15 Maret 2006. Puslitbang Perkebunan, Bogor,
20-23.
Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Biokimia Tumbuhan, jilid 2.
Penerjemah :Lukman, D.R. dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.
Sastrosupadi. A.. Marjani, dan Sudjindro. 1993. Respon beberapa klon rami terhadap tiga paket
pupuk didataran rendah. Prosiding Seminar Nasional Rami. Balittas: Malang. 62-69.
Satsijah. 2008. Pengaruh Pemangkasan dan Aplikasi Cycosel Terhadap Hasil Bunga. IPB. Bogor
Subandi, M. 2011. Budidaya Tanaman Perkebunan. Bandung, Buku Daras: Gunung Djati Press
Subandi, M. 2012. The Effect of Fertilizers on the Growth and the Yield of Ramie (Boehmeria
nivea L. Gaud). Asian Journal of Agriculture and Rural Development Volume 2 No. 2
June 2012 ISSN: 2224-4433
Subandi, M. 2014. Comparing the Local Climate Change and its Effects on Physiological
Aspects and Yield of Ramie Cultivated in Different Biophysical Environments. Asian
Journal of Agriculture and Rural Development. Volume 4(11)2014 ISSN: 515-524
Subandi, M. 2011a. Notes on Islamic Natural Based and Agricultural Economy. Jurnal Istek.
V(1-2): 1-18.
Subandi, M. 2012b. Several Scientific Facts as Stated in Verses of the Qur’an. International
Journal of Basic and Applied Science. Vol. 01 (01): 60-65.
Subandi, M . and A M. Mahmoud. 2014. Science As A Subject of Learning in Islamic
University. Jurnal Pendidikan Islam. . Vol. 1, No. 2, December 2014 M/1436 H.
Subandi, M. 2012c. Developing Islamic Economic Production. Sci., Tech. and Dev., 31 (4):
348-358.
Sudarman. 2006. Pengelolaan Tanaman Rami (Boehmeria Nivea L. Gaud) Dengan Aspek
Khusus Identifikasi Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen Serat Rami Di
Perkebunan Pt. Agrina Prima Wonosobo, Jawa Tengah. IPB : Bogor
Sudibyo, N., S. Mulyaningsih dan B. Santoso,2007. Pengaruh proporsi limbah daun rami dalam
konsentrat pakan lengkap terhadap pertumbuhan kambing. Puslitbang Perkebunan.
Bogor, hlm 72-79.
Sudjindro, A. Sastrosupadi, Mukani, dkk. 2007. Keragaan dan strategi pengembangan rami di
Indonesia. Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 1-13.
Sumarno. 1980. Suatu Studi Kemungkinan Penggunaan Serat Rami sebagai Bahan Baku Tekstil.
Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil :Bandung
Swicofil. 2010. Ramie. http//www.swicofil.com/ products/007ramie.html [Diakses 5 Desember
2015
Tarmansyah, U.S. 2007. Pemanfaatan Serat Rami untuk pembuatan selulosa. Puslitbang
Perhutanan.
Tirtosuprobo, S., U. Setyo-Budi, dan B. Santoso. 2007. Usaha tani rami di sela-sela pohonkelapa.
Prosiding Lokakarya Model
Tjasyono, B. 2004. Dasar-dasar Klimatologi. PT Rajagrafindo persada: Klimatologi ITB,
Bandung
Wareing, P.F. and I.D.J. Pillips, 1978. The Control of Growth and Differentiation in Plants.
Toronto: Pergamon Press.
Wattimena, G.A. 1988. Zat pengatur tumbuh tanaman. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor..
Wickens, 2001. Economic Botany: Principles and Practices. Netherlands: Kluwer Academic
Publishers
Zulkarnain. 2009.Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.
Zhiping Xiao. 1998. The Effect of Spraying Gibberellin on the Fibre Yield of Ramie. Ramie
Research Institute of Hunan Agricultural Collage. Cina
top related