pengaruh waktu hidrolisis asam terhadap kadar etanol …
Post on 24-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS ASAM TERHADAP KADAR
ETANOL YANG DIHASILKAN DALAM FERMENTASI
Ulva lactuca
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
HENDRIKA MICELYN AMELIA NGAMPUT
NIM: 141434077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS ASAM TERHADAP KADAR
ETANOL YANG DIHASILKAN DALAM FERMENTASI
Ulva lactuca
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
HENDRIKA MICELYN AMELIA NGAMPUT
NIM: 141434077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,10 Juli 2018
Penulis,
Hendrika Micelyn Amelia N.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hendrika Micelyn Amelia Ngamput
NIM : 141434077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS ASAM TERHADAP KADAR
ETANOL YANG DIHASILKAN DALAM FERMENTASI Ulva
lactuca
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Juli 2018
Yang menyatakan,
Hendrika Micelyn Amelia Ngamput
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya skripsi yang berjudul “Pengaruh Waktu Hidrolisis
Asam Terhadap Kadar Etanol yang Dihasilkan dalam Fermentasi Ulva lactuca”
ini dapat selesai. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik
untuk memeroleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ada begitu banyak
pihak yang senantiasa memberikan dukungan, bimbingan dan motivasi. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi.
3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah begitu sabar membimbing dan memberikan arahan serta motivasi selama
proses penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
5. Segenap staf Sekretariat JPMIPA (Mas Arif, Pak Agus, Mbak Tari, dan Pak
Sugeng) yang telah memberikan pelayanan akademik secara prima dan penuh
kesabaran.
6. Alexius Mas Apri dan Adelindis Sartika Djamu, yang telah memenuhi hidup
penulis dengan cinta, didikan, dan pelajaran yang selalu ‘menumbuhkan’.
7. Angel, Lita, Lipe, dan Cica yang menjadi teman belajar dan bertumbuh dalam
lingkungan yang disebut keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
8. Teman-teman seperjuangan skripsi: Anggra, Jeanette, Yosar, Tata, dan seluruh
rekan seperjuangan Pendidikan Biologi USD angkatan 2014 atas kerjasama dan
bantuannya.
9. Teman-teman kost Palem (Kak Yun, Agnes, mbak Lia, Nogo, mbak Gita, kak
Inez) atas atas persahabatan yang terjalin sejak awal kuliah.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Dukungan kalian berharga untuk penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik yang konstruktif guna menjadi
pelajaran berharga bagi penulis ke depannya. Semoga Tuhan selalu memberkati karya
kita semua!
Yogyakarta, 10 Juli 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS ASAM TERHADAP KADAR ETANOL
YANG DIHASILKAN DALAM FERMENTASI Ulva lactuca
Hendrika Micelyn Amelia Ngamput
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2018
ABSTRAK
Kebutuhan energi dunia terus meningkat seiring dengan terjadinya pertambahan
jumlah populasi. Namun sampai saat ini energi masih dipasok dari bahan bakar fosil
yang nyatanya tidak ramah lingkungan dan sumbernya sangat terbatas. Oleh karena
itu, diperlukan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan jumlah substratnya
melimpah, yaitu bioetanol. Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber
hayati. Indonesia sebagai salah satu negara dengan luas wilayah maritim terbesar di
dunia memiliki potensi hasil laut yang dapat menjadi alternatif sumber substrat
bioetanol, salah satunya makroalga. Jenis makroalga yang dapat dimanfaatkan yakni
Ulva lactuca karena memiliki kandungan hemiselulosa 16,42% dan selulosa 19,58%
yang dapat dikonversi oleh mikroorganisme menjadi etanol melalui fermentasi.
Namun diperlukan tahap hidrolisis dengan bantuan asam terlebih dahulu. Hidrolisis
bertujuan untuk merusak struktur selulosa dan mengurai hemiselulosa agar menjadi
bahan sederhana yang dapat dikonversi mikroorganisme. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh lama waktu hidrolisis terhadap kadar etanol yang
dihasilkan Ulva lactuca melalui proses fermentasi dan perlakuan yang menghasilkan
kadar etanol tertinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan empat macam
perlakuan waktu hidrolisis yakni perlakuan selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan
60 menit. Setelah proses hidrolisis dilakukan proses fermentasi selama 3 hari dengan
bantuan mikroorganisme yang berasal dari ragi roti dan ragi tape. Hasil fermentasi
didistilasi dan diuji kadar etanolnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan Uji Anova satu arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu hidrolisis asam berpengaruh
terhadap kadar etanol yang dihasilkan Ulva lactuca. Kadar etanol tertinggi dihasilkan
dari lama waktu hidrolisis 60 menit, yaitu sebesar 13,17%.
Kata kunci: Ulva lactuca, hidrolisis asam, ragi roti, ragi tape, etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
THE EFFECT OF DIFFERENTATION OF ACID HYDROLYSIS TIME
TOWARDS ETHANOL LEVELS PRODUCED THROUGH
FERMENTATION OF Ulva lactuca
Hendrika Micelyn Amelia Ngamput
Sanata Dharma University, Yogyakarta
2018
ABSTRACT
The world's energy needs is increasing as the number of population grow.
While on the other side the fossil fuels still become the primary source of energy
eventhough they are not environmentally friendly and the source is unrenewable.
Therefore, the renewable energy which is environmentally friendly and the amount is
abundant needed, such as bioethanol. Bioethanol is an ethanol derived from
biological sources. Indonesia as one of the largest maritime territories in the world
has potential of marine products which can be an alternative source of bioethanol
substrates, known as macroalgae. Macroalgae Ulva lactuca can be the substrates
because it contains 16.42% hemicellulose and 19.58% cellulose. The acid hydrolysis
stage is required to damage the cellulose structure and break down the hemicellulose
first to be a simple material that can be converted by microbes. The purpose of this
study was to determine the effect of acid hydrolysis time on ethanol levels produced
from Ulva lactuca and to determine which of the treatments that can produce highest
level of ethanol.
This research was an experimental research with four kinds of treatment time
of acid hydrolysis: 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, and 60 minutes. The
fermentation was done with the help of microbes from bread yeast and tape yeast.
The sample products were distilled and tested for the ethanol content. The data
obtained were then analyzed using a one-way ANOVA test.
The results showed that the acid hydrolysis time have a signifficant effect on the
ethanol levels produced from Ulva lactuca. The highest ethanol level was resulted
from 60 minutes hydrolysis time, which was 13.17%.
Keywords: Ulva lactuca, acid hydrolysis, bread yeast, tape yeast, ethanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................................... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 8
A. Tinjauan Umum Makroalga................................................................................ 8
B. Produksi dan Pemanfaatan Makroalga di Indonesia ......................................... 13
C. Ulva lactuca ...................................................................................................... 15
D. Khamir (Saccharomyces cerevisiae) ................................................................ 17
E. Ragi Tape .......................................................................................................... 20
F. Hidrolisis Asam ................................................................................................ 20
G. Bioetanol ........................................................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
H. Fermentasi ........................................................................................................ 25
I. Distilasi ............................................................................................................. 28
J. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 29
K. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 31
L. Hipotesa ........................................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................................ 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 36
C. Batasan Penelitian............................................................................................. 36
D. Alat dan Bahan ................................................................................................. 37
E. Cara Kerja ......................................................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 41
G. Teknis Analisis Data ......................................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 44
A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 44
B. Pembahasan ...................................................................................................... 48
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 61
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ..... 62
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................... 64
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 65
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Negara Pertanian Rumput Laut untuk Karaginan Utama Dunia 2000-2010 .... 13
Tabel 2.2 Produksi Rumput Laut Basah Indonesia, 2011-2013........................................ 14
Tabel 2.3 Sifat Fisik Etanol ............................................................................................... 25
Tabel 4.1 Rerata Nilai pH Sesudah Fermentasi ................................................................ 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Gula Pereduksi (Kualitatif)................................................................ 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Etanol ................................................................................................. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe Percabangan Makroalga .......................................................................... 9
Gambar 2.2 Morfologi Ulva lactuca ................................................................................. 15
Gambar 2.3 Literature map Penelitian .............................................................................. 31
Gambar 2.4 Alur Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................ 31
Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Hidrolisis terhadap Kadar Etanol ...................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus .......................................................................................................... 71
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 74
Lampiran 3: Lembar Kerja Siswa ..................................................................................... 85
Lampiran 4: Instrumen Penilaian Hasil Belajar ................................................................ 92
Lampiran 5: Hasil Uji Kadar Etanol ................................................................................. 98
Lampiran 6: Hasil Uji Statistik ......................................................................................... 99
Lampiran 7: Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia terus meningkat seiring dengan terjadinya
pertambahan jumlah populasi setiap tahunnya. Hampir semua sarana dan
prasarana penunjang kehidupan manusia membutuhkan energi agar dapat
berfungsi. Sampai saat ini, energi sebagai penggerak roda perekonomian manusia
masih dipasok dari bahan bakar fosil. Energi fosil merupakan energi yang
terbatas dan kurang ramah lingkungan. Proses pembakarannya menghasilkan
efek yang kurang baik bagi lingkungan dan kesehatan makhluk hidup seperti efek
rumah kaca, dikarenakan adanya kandungan karbondioksida (CO2), sulfur
dioksida (SO2) dan oksida nitrogen (NOx) (Patil et al., 2008).
Isu perubahan iklim secara global menjadi perhatian dunia selama beberapa
dekade belakang. Negara-negara maju mulai mengandalkan sumber daya lain
untuk menghasilkan energi seperti angin, air, dan sumber lainnya yang lebih
ramah lingkungan, tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara dengan luas wilayah maritim terbesar di dunia. Dari 7,1 juta km2 luas
wilayah teritorial Republik Indonesia, 5,4 juta km2 merupakan wilayah laut.
Total panjang pantai di kepulauan di Indonesia mencapai 95.181 km dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menempati posisi kedua setelah Kanada (World Resources Institute, 1998).
Tentunya hasil laut menjadi sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber
energi yang dapat menggantikan penggunaan bahan baku yang terbatas. Salah
satu potensi kekayaan alam laut Indonesia yang potensial yaitu makroalga.
Makroalga tersebar secara luas di seluruh wilayah laut Indonesia terutama
di area pesisir pantai. Makroalga merupakan kelompok alga multiseluler yang
tubuhnya berupa talus yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Kelompok tumbuhan ini hidup di perairan laut yang masih mendapat cahaya
matahari dengan menempel pada substrat yang keras (Asriyana dan Yuliana,
2012). Chlorophyta atau alga hijau merupakan salah satu kelompok alga terbesar
dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu spesiesnya yakni Ulva
lactuca.
Di sepanjang pesisir Pantai Gunung Kidul dapat ditemukan berbagai jenis
makroalga seperti spesies Ulva sp., Sargassum sp., Glacilaria sp., Euchema sp.,
dan Turbinaria sp. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 1
September 2017 yakni terdapat cukup banyak jenis spesies Ulva sp. di sepanjang
pesisir pantai Selatan Gunung Kidul, DIY. Potensi kekayaan laut ini belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar
daerah tersebut. Umumnya Ulva sp. hanya diolah sebagai bahan makanan untuk
dijual mengingat Gunung Kidul merupakan daerah poros pariwisata provinsi
DIY. Berdasarkan penelitian mengenai komposisi kimia rumput laut hijau yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dilakukan oleh Santi dkk. (2012), diketahui bahwa Ulva lactuca mengandung
hemiselulosa 16,42%, selulosa 19,58%, dan lignin 2,9%. Kandungan
hemiselulosa maupun selulosa tersebut membuat Ulva lactuca potensial untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol melalui proses fermentasi.
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati. Menurut John
(2004) bioetanol dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif karena sifatnya
yang ramah lingkungan, mengandung gas CO lebih rendah (19 – 25%) (Hening
dan Zeddies, 2006) dan memiliki keunggulan yakni mampu menurunkan emisi
CO2 hingga 18% dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak
tanah. Proses pembuatan bioetanol membutuhkan beberapa tahapan, yaitu
pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Selama ini, produksi bioetanol
di Indonesia hanya menggunakan bahan baku seperti singkong, tebu, ubi jalar,
dan jagung. Bahan-bahan baku tersebut termasuk dalam tanaman pangan yang
pembudidayaannya masih terbatas, lambat, memerlukan lahan yang luas dan
dapat menimbulkan persaingan dengan kebutuhan pangan manusia. Hal ini
berdampak pada belum optimalnya produksi bioetanol (Susilawati, 2012).
Kondisi tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang untuk melakukan inovasi
baru dengan mencari alternatif bahan baku lain yang kertersediaannya melimpah.
Makroalga merupakan salah satu jenis bahan baku yang potensial untuk
dijadikan bahan baku dalam produksi etanol karena ketersediaannya yang
melimpah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Fermentasi bioetanol umumnya menggunakan Saccharomyces cerevisiae.
Dasar penggunaan khamir tersebut yakni karena memiliki beberapa kelebihan di
antaranya yaitu lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan terhadap
alkohol tinggi, dan lebih mudah diperoleh (Azizah dkk., 2012). Pemanfaatan S.
cerevisiae lebih menguntungkan dibandingkan dengan Zymomonas mobilis
karena secara fisiologi lebih mudah dipelihara dengan daya konversi yang tinggi
(Purwoko, 2007). S. cerevisiae dapat diperoleh dari ragi roti komersil seperti
fermipan. Ragi roti mengandung S. cerevisiae yang telah mengalami seleksi,
mutasi atau hibridasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam memfermentasi
gula dengan baik dalam adonan dan mampu tumbuh dengan cepat (Pelczar dan
Chan, 1998). Untuk mengoptimalkan kadar etanol yang dihasilkan ditambahkan
pula mikroorganisme lain yang terdapat pada ragi tape. Dalam ragi tape terdapat
mikroorganisme penghasil enzim amilolitik seperti Rhizopus sp., Aspergillus sp.,
Mucor sp., dan Bacillus sp. Enzim tersebut mampu memutus ikatan amilosa dan
amilopektin menjadi glukosa (Dwidjoseputro, 2005). Glukosa inilah yang
nantinya dikonversi menjadi etanol pada saat proses fermentasi berlangsung.
Dalam penelitian ini, dilakukan tahap hidrolisis asam terlebih dahulu
menggunakan asam kuat HCl sebab salah satu jenis polisakarida yang terdapat di
dalam Ulva lactuca yaitu selulosa. Hidrolisis sempurna selulosa akan
menghasilkan monomer selulosa yaitu glukosa. Glukosa akan diubah oleh S.
cerevisiae menjadi etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawan dkk.
(2014) mengenai Efek Interaksi Ragi Tape dan Ragi Roti terhadap Kadar
Bioetanol Ketela Pohon (Manihot utilissima Pohl) varietas Mukibat
membuktikan bahwa kombinasi kedua ragi tersebut efektif menghasilkan kadar
bioetanol hingga kadar 49,8%. Selain itu, penelitian Utami, dkk. (2014) mengenai
Pengaruh Waktu Hirolisa dan Konsentrasi Asam pada Hidrolisa Pati Kentang
dengan Katalis Asam menunjukkan bahwa waktu hidrolisis dan konsetrasi asam
berpengaruh meningkatkan kadar glukosa. Semakin lama waktu hidrolisis maka
semakin tinggi pula kadar glukosa yang dihasilkan. Sementara itu, pada
penelitian Utama, dkk. (2011) dengan judul Produksi Alkohol, Nilai pH, dan
Produksi Gas pada Bioetanol dari Susu Rusak dengan Campuran Limbah Cair
Tapioka membuktikan bahwa perlakuan lama waktu fermentasi menggunakan
ragi roti menunjukkan pengaruh nyata. Alkohol yang dihasilkan sebesar 1,90%.
Berdasarkan penelitian tersebut peneliti memvariasikan lama waktu hidrolisis
asam pada produksi bioetanol dari Ulva lactuca untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap kadar etanol yang dihasilkan dengan bantuan mikroorganisme dari ragi
roti dan ragi tape selama proses fermentasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah waktu hidrolisis asam berpengaruh terhadap kadar etanol yang
dihasilkan dari fermentasi makroalga Ulva lactuca?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Pada perlakuan manakah kadar etanol tertinggi dihasilkan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu hidrolisis asam terhadap kadar
etanol yang dihasilkan dari fermentasi makroalga Ulva lactuca.
2. Untuk mengetahui perlakuan mana yang menghasilkan kadar etanol tertinggi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut,
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat umum dapat mengetahui metode pengolahan makroalga yang
baik dan proses produksinya.
b. Masyarakat daerah Gunung Kidul maupun daerah lainnya dengan hasil
makroalga melimpah dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan makroalga
terutama spesies Ulva lactuca untuk memajukan perekonomian daerah.
2. Bagi Guru
Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi atau acuan dalam
membimbing dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki berkaitan dengan persoalan biologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi Pengembangan Pengetahuan
Memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pemanfaatan sumber daya alam dan bioteknologi.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengasah kemampuan memecahkan persoalan biologi sesuai
dengan ilmu yang telah ditekuni semasa kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Makroalga
1. Morfologi Alga
Alga atau yang lebih dikenal dengan nama rumput laut merupakan
tumbuhan yang tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun.
Berdasarkan ukurannya alga dibedakan menjadi dua golongan yakni
mikroalga dan makroalga. Mikroalga berukuran kecil, tidak dapat dilihat oleh
mata secara langsung sehingga membutuhkan alat bantu berupa mikroskop.
Sedangkan makroalga berukuran besar sehingga dapat dilihat langsung oleh
mata. Sebagian besar kelompok alga tersebut hidup di laut dan ada pula yang
melekat di dasar laut atau melayang-layang mengikuti gerakan arus laut
(Suantika, 2007).
Tubuh makroalga umumnya disebut talus. Talus merupakan tubuh
vegetatif alga yang belum mengalami diferensiasi pada akar, batang, dan daun
sebagaimana yang ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya, talus
makroalga terdiri atas “blade” yang berbentuk seperti daun, “stipe” (bagian
yang menyerupai baang) dan “holdfast” yang merupakan bagian talus yang
serupa dengan akar. “Stipe” tidak dijumpai dan “blade” melekat langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pada “holdfast” pada beberapa jenis makroalga (Sumich, 1992 dalam Palalo,
2013).
Adapun bentuk talus makroalga bervariasi antara lain bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya.
Percabangan talus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus),
pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama secara berselang-seling),
pinnate (bercabang duat terus menerus), ferticillate (cabangnya berpusat
melingkari aksis atau sumbu utama dan adapula yang sederhana dan tidak
bercabang (Aslan, 1998 dalam Palalo, 2013).
Gambar 2.1. Tipe percabangan makroalga: (1) tidak bercabang, (2)
dichotomous, (3) pinnate alternate, (4) pinnate distchous, (5) tetratichous, (6)
ferticillate, (7) polystichous, (8) pectinate, (9) monopodial, (10) sympodial
(Setyobudiandi, 2009)
2. Klasifikasi Alga
Makroalga diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu Chlorophyceae
(alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodopyceae (alga merah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a. Alga Hijau (Chlorophyceae)
Ganggang hijau atau Chlorophyta sesuai dengan namanya, kelompok
dari alga ini berwarna hijau berasal dari pigmen pada kloroplas. Kloroplas
mengandung pigemen yang digunakan untuk fotosintesis, klorofil-a dan
klorofil-b serta berbagai karotenoid. Alga hijau memiliki dinding sel yang
sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang berselulosa dan memiliki
bentuk sangat beranekaragam. Namun bentuk yang paling umum yaitu
seperti benang (filamen) dengan atau tanpa sekat dan berbentuk lembaran
(Suantika, 2007).
Perkembangbiakannya dilakukan secara seksual maupun aseksual.
Perkembangbiakan secara seksual dapat terjadi karena isi dari sel
tumbuhan pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut
gamet berbulu-getar dua. Setelah gamet ini lepas ke dalam air, mereka
bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi
tumbuh-tumbuhan baru yang dikenal sebagai sporofit, tetapi biasanya
melalui fase benang terlebih dahulu. Sementara itu, perkembangbiakan
secara aseksual melalui proses yakni setiap sel dari tumbuhan sporofit
membentuk zoospora berbulu-getar empat. Setelah dilepas, zoospora akan
tumbuh menjadi gametofit. Selain itu, perkembangbiakan aseksual juga
dapat terjadi dengan cara fragmentasi yang membentuk tumbuh-tumbuhan
tidak melekat (Romihmotarto dan Juwana, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar
6.500 jenis anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi ini
tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab,
batang pohon, batuan basah, danau, laut, hingga batuan bersalju. Ada
sekitar 90% yang berhabitat di air tawar dan umumnya juga merupakan
penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makroalga di
laut (Palalo, 2013).
b. Alga Cokelat (Phaeophyceae)
Alga cokelat sebagian besar berbentuk filamen atau thalloid dan
umumnya ditemukan di laut. Beberapa jenis lainnya dapat pula ditemukan
di air tawar. Jenis yang ditemukan di air tawar hidup dengan cara
menempel pada substrat seperti batu (Asriyana dan Yuliana, 2012). Warna
alga coklat yang bervariasi dari mulai hijau zaitun hingga coklat tua
disebabkan oleh jumlah pigmen kuning-kecoklatan, fucoxantin, yang lebih
banyak dari pigmen klorofil. Hampir 1.500 jenis diketahui berhabitat di
perairan. Alga coklat merupakan produsen utama dominan yang ditemukan
di pantai beriklim sedang dan kutub, serta termasuk dalam kelompok
makroalga terbesar dan terkompleks (Castro dan Huber, 2010).
Alga cokelat mempunyai cakupan luasan di perairan yang lebih
dalam dan pigmen cokelat lebih efisien melakukan fotositensis
dibandingkan dengan pigmen warna hijau. Alga ini memiliki variasi bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang banyak. Beberapa di antaranya berukuran lebar dan panjang, serta
umumnya banyak dijumpai di rataan terumbu karang yang berhadapan
langsung dengan samudera (Setyobudiandi, 2009).
c. Alga Merah (Rhodophyceae)
Alga merah umumnya ditemukan di daerah bawah litoral dengan
cahaya yang sangat kurang, di perairan tropik. Alga merah berukuran kecil,
memiliki pigmen-pigmen kromatofor yang terdiri dari klorofil dengan
xantofil, karoten, fikoeritrin dan fikosianin (Suantika, 2007).
Kromatoforanya berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung
klorofil a dan karotenoid, tetapi warna tersebut tertutup oleh zat warna
merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Selain itu, terdapat
pula floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak
(Tjitrosoepomo, 1994).
Alga merah ditemukan secara luas di seluruh perairan Indonesia.
Umumnya alga ini dijumpai di daerah intertidal sampai dengan rataan
terumbu karang dan berasosiasi dengan jenis rumput laut lainnya
(Setyobudiandi, 2009). Kelompok makroalga ini umumnya berhabitat di
laut; hanya sedikit dari sekitar 4.000 spesies yang berhabitat di air tawar
maupun darat. Alga merah mendiami hampir seluruh lingkungan perairan
yang dangkal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Produksi dan Pemanfaatan Makroalga di Indonesia
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada era Presiden Jokowi
(2014-2019) menjadikan budidaya makroalga sebagai salah satu program untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Indonesia. Implementasi
program tersebut yaitu pembagian zonasi kawasan minapolitan rumput laut yang
dibagi menjadi tiga zona yang saling membutuhkan dan menguntungkan satu
sama lain (KKP, 2014).
Berdasarkan data FAO tahun 2014, kontribusi budidaya makroalga dunia
telah mencapai persentase 96% (Rebours, et al., 2014 dalam Salim dan Ernawati,
2015). Lebih lanjut Rebours juga menjelaskan bahwa sebagian besar produksi
makroalga dunia berasal dari Asia. Lima negara penghasil makroalga dunia yaitu
Indonesia, Flipina, Malaysia, Tanzania, dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Kontribusi kelima negara tersebut sebesar 99,9% pada tahun 2010. Kontribusi
pertanian makroalga untuk karaginan utama dunia disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Negara Pertanian Rumput Laut (Makroalga) untuk Karaginan
Utama Dunia 2000-2010
Sumber: FAO FishStat (2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tahun 2000 posisi produksi makroalga
Indonesia untuk karaginan masih berada di bawah Filipina. Kemudian pada tahun
2010, Indonesia menjadi penghasil utama karaginan dunia. Kontribusi Indonesia
meningkat menjadi 60,5% pada tahun 2010 karena intesifnya pembudidayaan
makroalga di Indonesia. Total produksi makroalga Indonesia terus mengalami
peningkatan dari 5,17 ton basah pada tahun 2011 menjadi 9,99 juta ton basah
pada tahun 2013 dengan peningkatan rata-rata sebesar 34%. Data produksi
rumput laut basah Indonesia disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Produksi Rumput Laut Basah Indonesia, 2011-2013
Sumber: KKP (2014)
Pemanfaatan makroalga di Indonesia masih tertinggal dibandingkan
dengan pemanfaatan makroalga di negara lainnya (KKP, 2014). Umumnya
makroalga hanya digunakan sebagai bahan makanan terutama bagi warga yang
tinggal di daerah pesisir (Suparmi, 2009 dalam Salim dan Ernawati, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Seiring dengan perkembangan teknologi, makroalga telah dimanfaatkan
untuk diolah menjadi bubur kertas atau bahan pembuat kertas. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi pemanfaatan kayu sebagai bahan baku utama kertas,
mengingat jumlah kayu yang semakin terbatas. Makroalga juga telah
dikembangkan sebagai bahan baku biofuel karena kandungan hidrokarbonnya.
Beberapa lembaga penelitian, baik di dalam maupun luar negeri telah bekerja
sama untuk mengembangkan program ini. Makroalga memiliki periode tanam
yang relatif pendek dan mudah tumbuh di perairan Indonesia sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan substitusi minyak mentah sebagai sumber energi
(KKP, 2014).
C. Ulva lactuca
1. Morfologi Ulva lactuca
Ulva lactuca memiliki panjang talus
hingga 100 cm dan memiliki warna hijau
apel. Seluruh tepinya bergelombang seperti
pedang yang sedang melipat. Warna bagian
tengahnya umumnya pucat dan semakin ke
arah tepi warnanya semakin gelap (gambar
2.2).
Gambar 2.2. Morfologi Ulva lactuca
Sumber: https://www.biolib.cz/en/image/id7080/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Klasifikasi Ilmiah Ulva lactuca
Menurut Guiry (2007), taksonomi Ulva lactuca adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Classis : Ulvophyceae
Ordo : Ulvales
Familia : Ulvaceae
Genus : Ulva
Species : Ulva lactuca
3. Habitat Ulva lactuca
Ulva lactuca merupakan spesies yang hidup di laut meski dapat juga
ditemukan di perairan payau, khususnya di muara perairan. U. lactuca tumbuh
pada bebatuan yang berada pada zona intertidal rendah. Sepanjang musim
hujan, dapat ditemukan di tengah zona intertidal, menutupi seluruh area
vertikal yang luas. Sementara itu selama bulan-bulan dengan temperatur panas
helainya menjadi kurang terekspos sehingga mengurangi laju penguapan
sehingga akan merusak tanaman pada saat temperatur meningkat di sepanjang
musim panas (Palalo, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Komposisi Kimia dan Manfaat Ulva lactuca
Ulva lactuca mengandung hemiselulosa 16.42%, selulosa 19,58%, dan
lignin 2,9% (Santi dkk., 2012). Secara umum U. lactuca mengandung kadar
protein yang rendah dan tersusun atas 17 asam amino esensial (Qasim, 1991
dalam Santi dkk., 2012). U. lactuca mengandung lemak dan karbohidrat. Pada
umumnya nilai kadar lemak pada rumput laut kurang dari 4% dan lebih
rendah dari tanaman darat seperti kedelai. Lemak pada rumput laut lebih
banyak tersusun atas poli asam lemak tak jenuh (PUFA) khususnya PUFA
C18 yang merupakan asam lemak tidak jenuh yang sangat dibutuhkan
manusia maupun hewan (Ortiz et al., 2006 dalam Santi dkk., 2006).
5. Persebaran U. lactuca di Indonesia
U. lactuca tumbuh di daerah yang beriklim empat hingga daerah tropis.
Oleh karena itu, genus ini termasuk dalam golongan alga yang kosmopolitan.
Di Indonesia daerah penyebarannya hampir pada seluruh pantai yang
ditumbuhi alga bentik. U. lactuca banyak dijumpai di pantai Kupang dan
pulau-pulau Indonesia bagian timur (Wang et al., 2010).
D. Khamir (Saccharomyces cerevisiae)
Saccharomyces merupakan khamir yang mempunyai bentuk sel bervariasi,
mulai dari bulat, oval atau memanjang. Khamir adalah organisme uniselular
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(bersel tunggal) (Samson dkk., 2000 dalam Sopandi dan Wardah, 2013). Khamir
berdistribusi secara luas di alam dan sifat selnya nonmotil. Dinding selnya
mengandung glikan (polisakarida), protein, dan lipid.
S. cerevisiae merupakan salah satu spesies khamir yang memiliki daya
konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroorganisme ini biasanya dikenal
dengan baker’s yeast. Produk metabolit utamanya adalah etanol, CO2 dan air,
sedangkan beberapa produk lainnya dihasilkan dalam jumlah sedikit. Khamir ini
bersifat fakultatif anaerobik. Saccharomyces cerevisiae memerlukan suhu 30℃
dan pH 4,0-4,5 agar dapat tumbuh dengan baik (Khodijah dan Abtokhi, 2015).
Menurut Dinata (2012), ada beberapa faktor yang memengaruhi kehidupan
dan pertumbuhan mikroorganisme, yakni antara lain:
a. Suplai Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan makanan sebagai sumber energi dan
penyedia unsur kimian dasar untuk pertumbuhan sel. Unsur-unsur tersebut
adalah karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen, sulfur, fosfor, magnesium, zat
besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
b. Temperatur
Temperatur memengaruhi mikroorganisme dengan dua cara berlawanan,
antara lain: apabila temperatur naik, kecepatan metabolisme naik dan
pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya, apabila temperatur turun, kecepatan
metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Waktu Pertumbuhan
Pertumbuhan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh waktu pertumbuhannya.
Terdapat empat fase pertumbuhan selama proses pertumbuhan populasi
mikroorganisme atau kultur, yaitu fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase
penurunan (decline).
d. Nilai pH
Setiap organisme memiliki kisaran nilai pH yang memungkinkan terjadinya
pertumbuhan dan masing-masing umumnya memiliki pH optimum.
Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6,0-8,0.
Kebanyakan ragi tumbuh baik pada medium asam dengan pH 3,5 – 4,5, tetapi
juga memungkinkan untuk tumbuh pada medium dengan pH 3.
e. Ketersediaan Oksigen
Kebutuhan oksigen untuk metabolisme berbeda pada setiap organisme. Untuk
itu beberapa organisme dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Organisme aerob, yaitu organisme yang dapat tumbuh dengan
ketersediaan oksigen.
2. Organisme anaerob, yaitu organisme yang tidak dapat tumbuh tanpa
ketersediaan oksigen sebab umumnya oksigen dapat menjadi racun bagi
pertumbuhannya.
3. Organisme anaerob fakultatif, yaitu organisme yang dapat tumbuh
dengan/tanpa ketersediaan oksigen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4. Organisme mikroaerofilik, yaitu organisme yang dapat tumbuh dengan
kadar oksigen yang lebih rendah dari yang tersedia di atmosfer.
E. Ragi Tape
Ragi tape merupakan campuran populasi dari genus bakteri dan fungi yang
meliputi: Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan Acetobacter.
Genus-genus tersebut hidup bersama secara sinergetik; Aspergillus dapat
menyederhanakan amilum (Dwidjoseputro, 2005), selain itu Aspergillus
mempunyai aktivitas selulitik dan hemiselulitik untuk menghasilkan gula
(Chandel et al., 2007). Candida menghasilkan enzim invertase yang mampu
mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Selanjutnya monosakarida
yang terbentuk akan diuraikan menjadi etanol oleh Saccharomyces dan
Hansenula sedangkan Acetobacter akan mengubah etanol menjadi asam cuka
(Gandjar dkk., 2006).
F. Hidrolisis Asam
Hidrolisis merupakan proses yang bertujuan memecah ikatan lignin,
menghilangkan kandungan lignin dan hemiselulosa, merusak struktur kristal dari
selulosa serta meningkatkan porositas bahan (Sun dan Cheng, 2002). Rusaknya
struktur kristal selulosa akan mempermudah proses penguraian selulosa menjadi
glukosa. Selain itu, hemiselulosa juga akan diurai menjadi senyawa gula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sederhana seperti glukosa, galaktosa, manosa, heksosa, pentosa, xilosa, dan
arabinosa. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut akan diubah menjadi etanol
oleh mikroorganisme penghasil etanol (Mosier et al., 2005).
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua
bagian dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk
mengonversi polisakarida menjadi monomer-monomer lebih sederhana. Satu
bagian dari molekul memiliki ion hidrogen (H+) dan bagian lainnya memiliki ion
hidroksil (OH-). Umumnya hidrolisis terjadi saat garam dari asam lemah atau
basa lemah (atau keduanya) terlarut dalam air. Reaksi umumnya yakni sebagai
berikut:
AB+ H2O AH + BOH
Akan tetapi, dalam kondisi normal hanya beberapa reaksi yang dapat
terjadi antara air dengan komponen organik. Penambahan asam, basa, atau enzim
umumnya dilakukan untuk membuat reaksi hidrolisis dapat terjadi pada kondisi
penambahan air tidak memberikan efek hidrolisis. Asam, basa, maupun enzim
dalam reaksi hidrolisis bertindak sebagai katalisator, yakni zat yang dapat
mempercepat terjadinya reaksi (Lowry, 1987 dalam Osvaldo, 2012).
Dalam metode hidrolisis menggunakan asam, biomassa lignoselulosa
dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu
pula, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa.
Beberapa asam yang umumnya digunakan yakni asam sulfat (H2SO4), asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
perklorat, dan HCl. Hidrolisis asam pekat dapat dikelompokkan menjadi:
hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer (Taherzadeh dan Karimi, 2007).
Hidrolisis menggunakan asam encer lebih banyak digunakan karena tidak
diperlukannya tindakanpemulihan asam dan tidak adanya kehilangan asam dalam
proses (Iranmahboob et al., 2002). Kelemahan hidrolisis asam encer yakni
degradasi gula hasil di dalam reaksi hidrolisis dan pembentukan produk samping
yang tidak diinginkan. Degradasi gula dan prduk samping ini tidak hanya akan
mengurangi hasil panen gula, tetapi produk samping juga dapat menghambat
pembentukan etanol pada tahap fermentasi selanjutnya beberapa senyawa
inhibitor yang dapat terbentuk antara lain furfural, asam asetat, asam levulinik,
asam format, asam vanilik, vanilin, fenol, asam uronat, formaldehida, dan
beberapa senyawa lain (Taherzadeh dan Karimi, 2007).
Beberapa faktor yang memengaruhi proses hidrolisis antara lain:
a. Kandungan karbohidrat bahan baku
Apabila kandungan karbohidrat sedikit, maka jumlah gula yang dihasilkan
juga sedikit, begitupun sebaliknya, apabila kandungan karbohidrat terlalu
tinggi mengakibatkan kekentalan campuran akan meningkat, sehingga
frekuensi tumbukan antar molekul karbohidrat dan molekul air semakin
berkurang, dengan demikian kecepatan reaksi pembentukan glukosa semakin
berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. pH hidrolisis
pH berkaitan erat dengan konsentrasi asam yang digunakan. Pada umumnya,
pH yang terbaik adalah 2,3 (Joeh, 1998; Groggins, 1998 dalam Osvaldo,
2012).
c. Waktu hidrolisis
Semakin lama pemanasan, warna akan semakin keruh dan semakin besar
konversi yang dihasilkan.
d. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis karbohidrat akan mengikuti
persamaan Arrhenius yaitu semakin tinggi suhunya akan diperoleh konversi
yang cukup berarti, tetapi jika suhu terlalu tinggi konversi yang diperoleh
akan menurun. Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah menjadi
arang, yang ditunjukkan dengan semakin tuanya warna hasil hidrolisis.
Selain itu, pada suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi titik didih air
yaitu 100 ℃), air sebagai zat penghidrolisis tetap berada pada fase cair,
sehingga terjadi kontak yang baik antara molekul-molekul substrat dengan
sebagian besar air, sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik (Roiz, 2001
dalam Osvaldo, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
G. Bioetanol
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati. Cairan
biokimia dengan rumus C2H5OH ini merupakan hasil fermentasi karbohidrat
dengan bantuan mikroorganisme (LIPI, 2008). Bahan baku yang digunakan pada
pembuatan etanol yakni nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum
manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah meter; bahan berpati;
tepung-tepung sorgum berbiji; bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami,
batang pisang, bagas dan lain-lain.
Menurut John (2004) bioetanol dapat dijadikan sebagai bahan bakar
alternatif karena sifatnya yang ramah lingkungan, mengandung gas CO lebih
rendah (19 – 25%) (Hening dan Zeddies, 2006), dan memiliki keunggulan yakni
mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18% dibandingkan dengan emisi bahan
bakar fosil seperti minyak tanah. Potensi pemakaian etanol terbilang cukup bagus
sebagai campuran BBM untuk sektor transportasi. Etanol dapat digunakan
sebagai aditif pada bahan bakar karena kandungan oksigennya tinggi yakni
sekitar 35% sehingga pembakaran yang terjadi lebih sempurna. Sebagai bahan
bakar, etanol mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi dan dapat diperbaharui
(Murdiyatmo, 2006).
Menurut Prihandana (2007), etanol dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok utama yaitu:
1. Etanol 95-96%, disebut dengan etanol berhidrat, yang dibagi dalam:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Technical/raw spirit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus,
minuman, disinfektan, dan pelarut.
b. Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut.
c. Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
2. Etanol > 99,5%, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut
dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis.
Etanol ini disebut juga dengan Fuel Grade Ethanol (FGE) atau anhydrous
ethanol (etanol anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang bebas air atau
hanya mengandung sedikit air. Berikut ini merupakan tabel sifat fisik dari
etanol berdasarkan SNI 06-3565-1994:
Tabel 2.3 Sifat Fisik Etanol
Sumber: Badan Standar Nasional
H. Fermentasi
Secara umum istilah fermentasi berkaitan dengan suatu proses yang di
dalamnya terdapat mikroorganisme yang dibiakkan dalam suatu fermentor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Fermentor merupakan alat untuk melakukan fermentasi yang berisi
mikroorganisme dalam medium bahan makanan. Medium ini mengandung
sumber karbon seperti glukosa, pati hidrolisis atau molase, sumber protein atau
nitrogen dan berbagai nutrisi lainnya. Istilah fermentasi diambil dari bahasa Latin
fervere yang berarti mendidihkan, yang menyatakan adanya aktivitas ragi pada
ekstrak buah-buahan atau biji-bijian yang berkecambah. Keadaan ini disebabkan
oleh pembentukan gelembung-gelembung karbon dioksida sebagai hasil
katabolisme gula yang terdapat dalam ekstrak (Dinata, 2012).
Fermentasi etanol merupakan proses biologis dalam senyawa organik yang
dikonversi oleh mikroorganisme menjadi senyawa sederhana seperti gula.
Senyawa yang bersifat fermentable ini kemudian difermentasi oleh
mikroorganisme untuk menghasilkan etanol dan produk sampingan berupa CO2.
Selama proses fermentasi ada dua tahap yang dilalui mikroorganisme. Pertama,
mikroorganisme mengonversi substrat menjadi etanol dan kedua, memproduksi
enzim yang mengkatalis reaksi hidrolisis senyawa kompleks tersebut menjadi
senyawa yang sederhana (Yetti, 2007).
Proses fermentasi terdiri atas glikolisis dan reaksi yang menghasilkan
NAD+ melalui transfer elektron dari NADH ke piruvat. Glikolisis merupakan
proses pengubahan 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul piruvat. Pada
fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol (etil alkohol) dalam dua
langkah. Langkah pertama yaitu dengan melepaskan karbondioksida dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
piruvatselanjutnya diubah menjadi senyawa asetaldehida berkarbon dua, langkah
kedua asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol (Campbell dkk., 2002).
Reaksi konversi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida memiliki formula
sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 (LIPI, 2008)
Adapun fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Jenis Mikroorganisme
Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat yang
digunakan sebagai medium. Seleksi tersebut bertujuan untuk mendapatkan
mikroorganisme yang mampu tumbuh dengan cepat dan memiliki toleransi
terhadap konsentrasi gula yang tinggi serta menghasilkan alkohol dalam
jumlah yang banyak dan tahan terhadap alkohol sebagai daya tolak umpan
balik (Budiyanto, 2004).
b. Suhu
Suhu fermentasi memengaruhi mikroorganisme, sampai pada suatu titik,
kecepatan reaksi enzimatik mikroorganisme meningkat sejalan dengan
meningkatnya suhu. Hal ini dikarenakan substrat akan bertumbukan dengan
tempat aktif lebih sering ketika molekul itu bergerak lebih cepat (Campbell
dkk., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. pH
pH optimum untuk fermentasi berkisar antara 4,5-5. pH memengaruhi
efektivitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme pada pembentukan
kompleks enzim substrat. Selain itu, perubahan pH dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi sehingga menurunkan aktivitas enzim (Poedjiaji
dan Titin, 2006).
d. Waktu Fermentasi
Menurut Maimuna (2004) fermentasi dilakukan selama 30 – 70 jam,
tergantung pada suhu fermentasi, pH, dan konsentrasi glukosa.
e. Media (Nutrisi)
Media harus dipersiapkan dengan kandungan bahan-bahan yang memenuhi
syarat, cukup untuk berkembang biak, dan cukup pula untuk diubah menjadi
produk. Mikroorganisme memerlukan unsur karbon dan nitrogen dalam
perkembangbiakannya. Unsur karbon merupakan sumber energi, sedangkan
nitrogen digunakan mikroorganisme untuk mempercepat pertumbuhan
selama masa fermentasi. Salah satu contoh sumber nitrogen yang digunakan
adalah urea (Trismilah dan Sumaryanto, 2005).
I. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Distilasi sangat baik untuk memisahkan bahan-bahan alam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor.
Adapun prinsip utama metode distilasi yaitu berdasarkan perbedaan titik didih
dari masing-masing senyawa komponen campuran pada tekanan yang tetap.
Perbedaan titik didih ini menyebabkan perbedaan volatilitas pada komponen
campuran dan merupakan sifat intrinsik dari senyawa penyusun campuran.
Perbedaan ini sangat potensial untuk dijadikan sarana pemisahan mereka asalkan
tekanan dibuat tetap (Wonorahardjo, 2012).
J. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawan dkk. (2014)
mengenai Efek Interaksi Ragi Tape dan Ragi Roti terhadap Kadar Bioetanol
Ketela Pohon (Manihot utilissima Pohl) Varietas Mukibat membuktikan bahwa
kombinasi kedua ragi tersebut efektif menghasilkan kadar bioetanol hingga kadar
49,8%. Selain itu, penelitian Utami, dkk. (2014) mengenai Pengaruh Waktu
Hirolisa dan Konsentrasi Asam pada Hidrolisa Pati Kentang dengan Katalis
Asam menunjukkan bahwa waktu hidrolisis dan konsetrasi asam berpengaruh
meningkatkan kadar glukosa. Semakin lama waktu hidrolisis dan semakin tinggi
konsentrasi asam yang digunakan, maka semakin tinggi pula kadar glukosa yang
dihasilkan.
Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan Utama, dkk. (2011) dengan
judul Produksi Alkohol, Nilai pH, dan Produksi Gas pada Bioetanol dari Susu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Rusak dengan Campuran Limbah Cair Tapioka membuktikan bahwa perlakuan
lama waktu fermentasi menggunakan ragi roti menunjukkan pengaruh nyata.
Alkohol yang dihasilkan yakni kadarnya sebesar 1,90%.
Pada produksi bioetanol dari berbagai macam bahan yang telah dilakukan
dalam beberapa penelitian tersebut, para peneliti memanfaatkan asam kuat
seperti HCl untuk membantu proses hidrolisis sehingga dapat dihasilkan kadar
etanol yang tinggi. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pembuatan
etanol yakni lama waktu hidrolisis asamnya. Selain itu, bahan-bahan yang
digunakan dalam produksi etanol adalah bahan-bahan yang mengandung pati dan
selulosa, sehingga U. lactuca yang juga memiliki banyak kandungan selulosa dan
hemiselulosa diharapkan dapat menghasilkan etanol yang tinggi dengan bantuan
hidrolisis asam. Selain itu, penggunaan ragi roti dan ragi tape pada penelitian
tesebut membuktikan bahwa mikroorganisme yang terdapat dalam ragi-ragi
tersebut berperan aktif dalam mengubah susbtrat berupa selulosa dan
hemiselulosa menjadi etanol.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil benang merah dari ketiga penelitian
terkait yakni meneliti pengaruh lama waktu hidrolisis menggunakan HCl dan
memanfaatkan ragi roti dan ragi tape dalam proses fermentasi. Berikut
merupakan literature map dari penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 2.3 Literature map penelitian
K. Kerangka Berfikir
Krisis sumber daya alam, terutama bahan bakar fosil yang terjadi akhir-
akhir ini merupakan masalah global yang perlu dicari solusinya bersama. Segala
bentuk upaya telah digalakkan pemerintah maupun masyarakat untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan, salah satunya dengan
memproduksi energi alternatif dari sumber daya alam yang jumlahnya melimpah
dan dapat diperbarui. Selain itu, limbah dan sampah juga mulai dimanfaatkan
Kurniawan, dkk. (2014):
Efek Interaksi Ragi Tape dan Ragi
Roti terhadap Kadar Bioetanol Ketelah
Pohon (Manihot utilissima Pohl)
Varietas Mukibat.
Utama, dkk. (2011):
Produksi Alkohol, Nilai pH, dan
Produksi Gas pada Bioetanol dari Susu
Rusak dengan Campuran Limbah Cair
Tapioka.
Utami, dkk. (2014):
Pengaruh Waktu Hidrolisa dan
Kosentrasi Asam pada Hidrolisa Pati
Kentang dengan Katalis Asam.
Yang baru dalam penelitian ini:
Meneliti pengaruh lama waktu
hidrolisis menggunakan asam
HCl terhadap kadar etanol yang
dihasilkan Ulva lactuca melalui
proses fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme dari interaksi
ragi roti dan ragi tape.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
secara optimal sebagai sumber energi. Salah satu energi alternatif yang dapat
diproduksi dari sumber daya alam yang jumlahnya melimpah maupun dari
limbah adalah bioetanol. Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber
hayati. Menurut John (2004), bioetanol dapat dijadikan sebagai bahan bakar
alternatifkarena sifatnya yang ramah lingkungan, mengandung gas CO lebih
rendah (19 – 25%) (Hening dan Zeddies, 2006) dan memiliki keunggulan yakni
mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18% dibandingkan dengan emisi bahan
bakar fosil seperti minyak tanah.
Makroalga U. lactuca merupakan salah satu sumber daya laut Indonesia
yang dapat dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi bioetanol karena
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Asam dapat digunakan sebagai
katalisator selama proses hidrolisis untuk memecah ikatan selulosa dan
hemiselulosa menjadi gula yang lebih sederhana yang dapat digunakan
mikroorganisme sebagai nutrisi selama fermentasi berlangsung. Lama waktu
hidrolisis perlu divariasi untuk mengetahui pada waktu berapa lama glukosa
dengan kadar tertinggi mampu dihasilkan. Kandungan glukosa maupun substrat
yang digunakan akan sangat berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme dalam
memproduksi etanol. Alur dari kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Hidrolisis asam dengan variasi
lama waktu 15, 30, 45, dan 60
menit.
Fermentasi menggunakan ragi
roti dan ragi tape selama 3 hari.
Gambar 2.4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian
Pertambahan jumlah populasi
manusia menyebabkan kebutuhan
akan energi semakin meningkat
pula
Krisis sumber daya alam
terutama bahan bakar
fosil
Sumber daya laut terutama rumput
laut Ulva lactuca di daerah Gunung
Kidul belum dimanfaatkan secara
maksimal
Ulva lactuca mengandung
selulosa dan hemiselulosa
Selulosa dan hemiselulosa pada Ulva lactuca dapat
difermentasi untuk produksi bioetanol yang merupakan
bahan bakar nonfosil
Diperlukan alternatif
sumber bahan bakar lain
Glukosa (C6H12O6)n
Etanol (C2H5OH)n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
L. Hipotesa
1. Lama waktu hidrolisis asam berpengaruh terhadap kadar etanol yang
dihasilkan dari fermentasi makroalga U. lactuca.
2. Kadar etanol tertinggi dihasilkan pada perlakuan D dengan lama waktu
hidrolisis 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Menurut Danim (2002)
dalam Siregar (2013) penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan
sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau
mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk melihat hubungan
sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau
lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya
dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan.
Rancangan penelitian pada tahap fermentasi bioetanol menggunakan
rancangan acak lengkap faktorial dengan menggunakan faktor variasi hidrolisis
asam. Terdapat 4 perlakuan pada waktu hidrolisis yakni:
A : 15 menit
B : 30 menit
C : 45 menit
D : 60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas : waktu hidrolisis asam
2. Variabel terikat : kadar etanol yang dihasilkan dari fermentasi
makroalga U. lactuca.
3. Variabel kontrol : konsentrasi HCl pada proses hidrolisis, berat alga,
volume HCl, konsentrasi inokulum ragi roti dan ragi tape, kadar NPK dan
urea, serta lama waktu fermentasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yakni mulai bulan Maret
sampai Mei 2018 di Laboratorium Pasteur dan Laboratorium Wallace Program
Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.
C. Batasan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan penelitian agar
dalam penjelasannya nanti lebih terstruktur, terarah, dan sesuai dengan tujuan
penelitian yang diharapkan. Adapun batasan penelitian dalam skripsi ini yakni:
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah makroalga jenis U.
lactuca yang diperoleh dari perairan pantai Krakal, Kabupaten Gunung
Kidul, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2. Sampel makroalga U. lactuca yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel kering dengan berat 3 kg.
3. Hidrolisis yang dimaksud yakni hidrolisis asam menggunakan HCl dengan
konsentrasi 1%.
4. Fermentasi menggunakan kombinasi inokulum ragi roti dan ragi tape.
Perbandingannya yakni 1:1.
5. Dalam penelitian ini kadar etanol diuji menggunakan spektrofotometer UV-
vis pada panjang gelombang 470 nm.
D. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, blender,
saringan, gelas ukur, gelas beaker, corong, magnetic stirrer, timbangan analitik,
erlenmeyer 500 ml, erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volume,
termometer, labu ukur, botol fermentor, labu distilasi, heating mantle, rak tabung
reaksi, indikator universal, bunsen burner, spatula, batang pengaduk, kompor,
aluminium foil, ember, panci, spektrofotometer UV-vis, lemari pendingin, selang
karet dan kamera digital.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah makroalga Ulva
lactuca, fermipan, aquades, alkohol 96%, HCl 1%, NaOH 10%, urea, NPK,
K2Cr2O7, gula pasir, sumbat penutup, plastic wrap, kertas payung, kertas label,
kassa, tisu, plastisin, sarung tangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Cara Kerja
a. Sterilisasi alat
Semua alat-alat gelas dan media yang digunakan untuk fermentasi
disterilisasi panas basah menggunakan autoklaf pada suhu 121℃ selama 15
menit.
b. Persiapan Makroalga dan Perlakuan Awal (Pretreatment)
Makroalga kering diambil dari Pantai Krakal Gunung Kidul sebanyak 3
kg. Sebelum diberi perlakuan awal sampel makroalga dicuci dengan air tawar
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel di permukaan
tubuhnya. Sampel kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk
menghilangkan kandungan airnya. Waktu pengeringan tergantung intensitas
matahari tetapi umumnya antara 2 – 3 hari. Pretreatment dilakukan secara
fisik yakni dengan memblender bahan. Lalu diayak dengan saringan sehingga
diperoleh tepung makroalga.
c. Penyiapan Starter
Starter yang digunakan adalah ragi roti komersil dengan merk Fermipan
dan ragi tape yang masing-masingnya ditumbuhkan dalam media
pertumbuhan. Media pertumbuhan terdiri dari 500 ml akuades steril yang
ditambahkan dengan 50 gram gula pasir (konsentrasi 10%) yang disiapkan di
dalam erlenmeyer ukuran 500 ml (dimodifikasi dari Elevri dan Putra, 2006).
Selain itu, sebanyak 0,4 g/l urea dan 0,5 g/l NPK ditambahkan pada masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
masing media sebagai nutrisi mikroorganisme (Chairul dan Sivia, 2013).
Setelah semua bahan dimasukkan, kemudian dihomogenkan terlebih dahulu
menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit kemudian disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit. Setelah dingin,
sampai kira-kira mencapai suhu 30 – 33℃, sebanyak 5% (v/v) ragi roti (merk
fermipan) dan 5% ragi tape dimasukkan ke dalam masing-masing media.
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 30℃ selama 24 jam dalam inkubator
(dimodifikasi dari Tipteerasri et al., 2009 dalam Azizah, dkk., 2012).
d. Proses Hidrolisis Asam
Sebanyak 30 gram tepung makroalga dimasukkan ke dalam botol
fermentor ukuran 500 ml lalu ditambahkan 300 ml HCl 1% kemudian
dihidrolisis dalam autoklaf pada suhu 121℃ selama 15, 30, 45, dan 60 menit
sesuai masing-masing perlakuan. Tahap ini dilakukan di laboratorium Pasteur
Pendidikan Biologi. Setelah dihidrolisis pH media diatur hingga 5 dengan
menambahkan NaOH 10%. Penambahan NaOH juga dimaksudkan untuk
detoksifikasi kandungan toksik yang dihasilkan selama proses hidrolisis. pH
diukur menggunakan indikator universal.
e. Pengukuran Gula Pereduksi
Pada penelitian ini adanya gula pereduksi diukur secara kualitatif
menggunakan uji Fehling. Sebanyak 1 ml larutan hasil hidrolisis dari masing-
masing perlakuan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
larutan Fehling A dan Fehling B pada setiap tabung reaksi. Lalu sampel uji
dipanaskan dalam air mendidih selama 1 menit. Perubahan warna yang terjadi
diamati dan dicatat.
f. Proses Fermentasi
Pada masing-masing perlakuan, bubur makroalga yang telah dihirolisis
ditambahkan dengan 10% (v/v) starter yang terdiri dari starter ragi roti dan
ragi tape secara aseptis kemudian diaduk menggunakan shaker selama 10
menit. Selanjutnya setiap erlenmeyer dihubungkan dengan selang karet.
Ujung-ujung selang dimasukkan ke dalam air agar tidak terjadi kontak
langsung dengan udara. Selanjutnya difermentasikan selama 3 hari pada suhu
ruang. Fermentasi dilakukan di laboratorium Pasteur Pendidikan Biologi.
g. Distilasi dan Pengukuran Kadar Etanol
Tahap ini dilakukan di laboratorium Wallace Pendidikan Biologi. Alat
destilator dirangkai dengan cara menyambungkan labu distilasi dengan
kondensor, yang juga dipasang selang pada bagian atas dan bawahnya. Pipa
bengkok dipasang pada bagian ujung kondensor lalu ujung pipa bengkok yang
sudah terpasang dimasukkan dalam erlenmeyer guna menampung hasil
distilasi. Sampel cairan hasil fermentasi dimasukkan ke dalam labu distilasi
dan ditutup menggunakan gabus. Labu distilasi yang sudah ditutup dipasang
di bawah heating mantle untuk dipanaskan. Temperatur pemanas dijaga pada
suhu 70-80℃. Proses ini dilakukan sampai menghasilkan cairan destilat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sebanyak 5 ml. Cairan hasil distilasi tersebut kemudian diuji kadar etanolnya
di Laboratorium CV. Chem-Mix Pratama, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
F. Teknik Pengumpulan Data
Berikut ini merupakan beberapa metode yang digunakan dalam
pengumpulan data:
1. Pengukuran Gula Pereduksi
Pengukuran gula reduksi menggunakan uji Fehling. Indikator adanya gula
pereduksi yakni warna endapan setelah pemanasan dilakukan. Perubahan
warna tersebut kemudian dicatat.
2. Distilasi
Distilasi dilakukan menggunakan alat distilator pada suhu 70-80 ℃.
Cairan hasil distilasi tersebut kemudian diuji kadar etanolnya di
Laboratorium CV. Chem-Mix Pratama, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
3. Analisis Kadar Etanol
Analisis kadar etanol dilakukan di Laboratorium CV. Chem-Mix
Pratama, Banguntapan, Bantul. Metode yang digunakan yakni dengan
oksidasi K2Cr2O7. Tahap awal yaitu membuat kurva standar hasil oksidasi
etanol dengan menggunakan K2Cr2O7 berdasarkan pada larutan standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
etanol dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25%. Sebanyak 1 ml larutan
K2Cr2O7 dicampurkan dengan 1 ml larutan masing-masing sampel.
Campuran lalu dipanaskan selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 470 nm. Kurva standar ini kemudian digunakan untuk
mengukur kadar etanol dari tiap sampel.
Analisis kadar etanol dilakukan dengan cara mengambil 1 ml sampel
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet volume,
kemudian ditambahkan 1 ml K2Cr2O7 0,1 N dalam suasana asam. Setelah
dididihkan selama 10 menit, warna larutan sampel yang mengandung etanol
akan berubah dari jingga menjadi hijau dan berbau aldehida. Hasil oksidasi
ini kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 470 nm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-vis.
4. Pengukuran pH
Pengukuran pH pada sampel menggunakan indikator universal. pH diukur
sebelum dan sesudah masa fermentasi berlangsung.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menggunakan One Way Anova (Analysis of Variances)
dengan taraf signifikansi 1%. Uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel uji terdistribusi normal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
homogen. Untuk mengetahui perbedaan nyata dari setiap rata-rata perlakuan
dilakukan analisis Post Hoc menggunakan Uji Tukey.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. pH Substrat Sebelum dan Sesudah Fermentasi
Nilai pH diukur sebelum dan sesudah masa fermentasi berlangsung
menggunakan indikator universal. pH awal diatur menjadi 5, sedangkan pH
akhir (setelah fermentasi) menurun pada seluruh sampel sesuai dengan yang
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rerata Nilai pH Sesudah Fermentasi
Perlakuan pH akhir
Rerata pH Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
A 3 3 1 2,3
B 3 3 3 3
C 4 3 4 3,67
D 3 3 3 3
Keterangan:
A : Perlakuan waktu hidrolisis 15 menit
B : Perlakuan waktu hidrolisis 30 menit
C : Perlakuan waktu hidrolisis 45 menit
D : Perlakuan waktu hidrolisis 60 menit
2. Hasil Uji Gula pereduksi (Kualitatif)
Data di bawah ini merupakan hasil uji kadar gula pereduksi secara
kualitatif menggunakan uji Fehling. Hasil uji Fehling disajikan pada tabel 4.2
dan rinciannya pada lampiran 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 4.2 Hasil Uji Gula Pereduksi Secara Kualitatif
Perlakuan
Sampel Kandungan
gula
pereduksi Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
A
+
B
++
C
+++
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
D
++++
Keterangan:
+ : terdapat sedikit endapan merah bata
++ : terdapat cukup banyak endapan merah bata
+++ : terdapat banyak endapan berwarna merah bata
++++ : terdapat sangat banyak endapan berwarna merah bata
Berdasarkan indikasi warna yang terbentuk setelah pemanasan, terdapat
kandungan gula pereduksi pada seluruh sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mathews et al., (2000) yang mengatakan bahwa adanya gula pereduksi
diketahui dari warna sampel yang akan berubah dari biru tua menjadi hijau
hingga merah bata setelah dipanaskan. Dapat dilihat pada gambar yang
disajikan dalam tabel bahwa pada perlakuan A sampel berwarna hijau
kecoklatan karena terdapat endapan merah bata. Sementara itu pada perlakuan
B sampel berwarna coklat muda karena terdapat cukup banyak endapan merah
bata. Sedangkan pada perlakuan C dan D, sampel berwarna coklat tua hingga
merah bata setelah dipanaskan karena terdapat banyak endapan merah bata pada
larutan sampel. Semakin lama waktu hidrolisis, warna sampel yang diuji setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pemanasan semakin merah bata, karena mengandung semakin banyak gula
pereduksi.
3. Hasil Uji Kadar Etanol
Data di bawah ini merupakan hasil uji kadar etanol pada sampel hasil
distilasi sederhana. Kadar etanol diuji menggunakan Spektrofotometer Uv-vis
pada panjang gelombang 470 nm di Laboratorium Chem-Mix Pratama,
Banguntapan, Bantul, DIY. Adapun hasil uji kadar etanol dapat dilihat pada
lampiran 5 serta pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Rerata Nilai Kadar Etanol
No Perlakuan Rerata Uji
Ulangan 1 (%)
Rerata Uji
Ulangan 2 (%)
Rerata
Keseluruhan (%)
1 A 4,489 4,611 4,55
2 B 8,133 8,156 8,15
3 C 11,644 11,599 11,62
4 D 13,156 13,178 13,17
Keterangan:
A : Perlakuan waktu hidrolisis 15 menit
B : Perlakuan waktu hidrolisis 30 menit
C : Perlakuan waktu hidrolisis 45 menit
D : Perlakuan waktu hidrolisis 60 menit
Rerata keseluruhan kadar etanol yang terdapat dalam tabel 4.3, dibuat grafik
untuk membandingkan lama waktu hidrolisis dengan rerata kadar etanol secara
keseluruhan. Adapun hasilnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
0
5
10
15
15 30 45 60
Kad
ar E
tan
ol (
%)
Waktu Hidrolisis (Menit)
Pengaruh Waktu Hidrolisis terhadap Kadar Etanol
Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Hidrolisis terhadap Kadar Etanol
Grafik di atas menunjukkan bahwa kadar etanol meningkat seiring
dengan bertambahnya lama waktu hidrolisis. Kadar etanol tertinggi dicapai
pada lama waktu hidrolisis 60 menit yaitu sebesar 13,17%. Semakin lama
waktu hidrolisis, maka semakin banyak pula senyawa polisakarida dalam Ulva
lactuca yang diuraikan menjadi monosakarida (dalam hal ini berupa glukosa).
B. Pembahasan
1. Uji pH
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor krusial yang perlu
diperhatikan pada saat proses fermentasi. pH memengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi. Oleh karena itu, sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
tahap fermentasi berlangsung, substrat yang digunakan terlebih dahulu diatur
pHnya. Dalam penelitian ini, pH pada seluruh sampel diatur sama yakni 5.
Berdasarkan hasil pengukuran pH menggunakan indikator universal,
diketahui bahwa pH akhir tiap sampel lebih rendah dari pH awal yang diatur
menjadi 5. Data rerata pH untuk setiap perlakuan disajikan pada tabel 4.1.
Perubahan pH cenderung sama pada seluruh sampel. Nilai pH berkisar antara
2,3 – 3,67. Nilai pH dipengaruhi oleh produk yang dihasilkan selama proses
fermentasi. Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan yakni alkohol.
Adapun sifat alkohol yaitu asam sehingga berpengaruh pada nilai pH. Hal ini
sesuai dengan pendapat Azizah dkk. (2012) bahwa alkohol yang terbentuk
selama masa fermentasi menyebabkan pH substrat semakin rendah.Semakin
lama waktu fermentasi maka semakin turun nilai pH. Hal ini disebabkan
karena proses fermentasi akan mengalami proses biosintesis piruvat yang
menghasilkan produk asam, seperti asam butirat, asam asetat, aseton,
asetaldehid dan alkohol. Maka dari itu nilai pH semakin menurun seiring
dengan bertambahnya waktu fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yuniarsih (2009) bahwa hasil proses fermentasi akan diubah menjadi asam
asetat, etanol, dan CO2.
Selama masa fermentasi, produk sampingan yang turut dihasilkan yaitu
berupa gas CO2. Menurut pendapat Azizah dkk. (2012) peningkatan produksi
gas ternyata juga diikuti dengan penurunan nilai pH. Jika dilihat pada tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.1, nilai pH pada setiap sampel menurun setelah 3 hari masa fermentasi
berlangsung. Rerata pH untuk setiap perlakuan berkisar antara 2,3 – 3,67. Hal
ini membuktikan bahwa gas CO2 dihasilkan selama masa fermentasi. Adanya
gas CO2 dibuktikan dengan adanya gelembung sebagai indikator utamanya
(lampiran 7). Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pendapat Kartohardjono
dkk. (2007), bahwa gas CO2 sering disebut gas asam (acid whey) karena
memiliki sifat asam. CO2 yang terlarut dalam air akan membentuk asam
karbonat, seperti terlihat dalam reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3
Jumlah H2CO3 dalam air tidak tergantung pada pH, melainkan tergantung
pada jumlah CO2 (dan beberapa faktor lain seperti suhu dan salinitas). H2CO3
yang terbentuk akan terdisosiasi menjadi H+, HCO3-, dan CO3
2-. Ion-ion H+
yang dihasilkan inilah yang akan menurunkan nilai pH.
2. Uji Gula Pereduksi (Kualitatif)
Pada penelitian ini, metode Fehling digunakan untuk analisis gula
pereduksi secara kualitatif. Reagen Fehling yang digunakan merupakan
campuran Fehling A dan Fehling B. Fehling A merupakan larutan CuSO4,
sedangkan Fehling B merupakan larutan yang terdiri dari NaOH dan Na-K-
tartrat. Prinsip kerja reagen Fehling yaitu terjadinya reaksi antara gula
pereduksi dengan Fehling B membentuk enediol, kemudian enediol bereaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dengan Fehling A membentuk ion Cu2+ dan campuran asam-asam.
Selanjutnya ion Cu2+ yang berupa Cu(OH)2 akan direduksi oleh gula
pereduksi menjadi Cu+ sebagai CuOH, kemudian Cu2O yang tidak larut
berwarna kuning atau merah bata (Mathews et al., 2000).
Hasil uji gula pereduksi disajikan pada tabel 4.2 dimana dapat dilihat
warna larutan sebelum dan sesudah dipanaskan. Larutan yang diuji terlebih
dahulu dicampur dengan reagen Fehling A dan Fehling B sehingga warna
yang terbentuk merupakan warna biru. Setelah dipanaskan selama 1 menit,
masing-masing sampel mengalami perubahan warna larutan yang berbeda-
beda tergantung kadar gula pereduksi yang terkandung di dalamnya. Warna
larutan sampel setelah dipanaskan berkisar mulai dari hijau tua hingga merah
bata. Pada sampel dengan perlakuan A (waktu hidrolisis 15 menit) warna
larutan sampel sesudah dipanaskan cenderung hijau tua, namun untuk
sampel A1, warna larutannya cenderung coklat muda. Sementara itu, pada
sampel dengan perlakuan B (waktu hidrolisis 30 menit), larutan sampel
berwarna hijau tua bercampur coklat kemerahan. Sedangkan pada sampel
dengan perlakuan C (waktu hidrolisis 45 menit) larutan sampel berwarna
coklat muda hingga merah bata. Pada sampel dengan perlakuan D (waktu
hidrolisis 60 menit) larutan sampel berwarna merah bata pekat. Warna
larutan tersebut dipengaruhi adanya endapan Cu2O. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan Mathews et al. (2000) yakni bahwa adanya gula pereduksi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dideteksi dengan terbentuknya endapan Cu2O berwarna hijau tua, kuning-
oranye, atau merah bata.
Uji Fehling akan memberikan endapan merah bata terhadap gula-gula
pereduksi, ini dikarenakan ion tembaga monoksida dari pereaksi fehling
akan bereaksi dengan atom hidrogen pada atom karbon gugus aldehid yang
menghasilkan endapan tembaga (II) monoksida yang berwarna merah bata.
Semakin banyak gugus aldehid maka endapan merah bata yang dihasilkan
akan semakin banyak. Oleh karena itu sampel mengalami perubahan warna
pada larutan, ini dikarenakan ion tembaga monoksida yang memberikan
warna biru berkurang bahkan habis bereaksi dengan gugus aldehid, dan
membentuk endapan merah bata.
Secara kualitatif, dapat dikatakan bahwa seluruh sampel mengandung
gula pereduksi namun dengan kadar yang berbeda-beda. Indikator utamanya
adalah terbentuknya endapan merah bata pada setiap sampel setelah proses
pemanasan. Semakin warnanya menuju merah bata, maka semakin tinggi
gula pereduksi yang terkandung di sampel.
3. Uji Kadar Etanol
Produksi bioetanol dari makroalga Ulva lactuca meliputi 3 tahap yakni
tahap hidrolisis, fermentasi, dan distilasi. Berdasarkan penelitian Santi dkk.
(2012) diketahui bahwa Ulva lactuca mengandung hemiselulosa 16,42% dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
selulosa 19,58%. Selulosa dan hemiselulosa merupakan senyawa
polisakarida yang harus dipecah ikatannya menjadi senyawa monosakarida
untuk dapat difermentasikan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, terlebih
dahulu dilakukan proses hidrolisis menggunakan asam. Proses hidrolisis
bertujuan untuk memecah ikatan hemiselulosa dan merusak struktur kristal
selulosa menjadi senyawa gula sederhana (Sun dan Cheng, 2002). Rusaknya
struktur kristal selulosa akan mempermudah proses penguraian selulosa
menjadi glukosa. Selain itu, hemiselulosa juga akan diurai menjadi senyawa
gula sederhana: glukosa, galaktosa, manosa, heksosa, pentosa, xilosa dan
arabinosa. Selanjutnya senyawa-senyawa gula sederhana tersebut akan
difermentasi oleh mikroorganisme menjadi etanol (Mosier et al., 2005).
Pada dasarnya, prinsip hidrolisis adalah memutuskan rantai polimer
bahan menjadi unit-unit monomer yang lebih sederhana dengan bantuan
katalis. Pada penelitian ini proses pemutusan rantai tersebut dilakukan
dengan menggunakan larutan HCl. Dalam hal ini, HCl bertindak sebagai
katalisator. Menurut Balat, et al. (2008), pada proses hidrolisis H2SO4 akan
bereaksi membentuk gugus H+ dan SO4-. Jika direlevankan dengan
penggunaan HCl pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa saat
proses hidrolisis terjadi HCl juga akan bereaksi membentuk gugus H+ dan
Cl-. Selanjutnya, gugus H+ memecah ikatan glikosidik pada selulosa maupun
hemiselulosa, sehingga akan terbentuk monomer-monomer gula sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Monomer yang dihasilkan masih dalam gugus radikal bebas, tapi dengan
adanya OH- dari air akan berikatan dengan gugus radikal membentuk gugus
glukosa. Pada proses ini air berfungsi sebagai penstabil gugus radikal bebas.
Semakin banyak air yang terkandung dalam larutan asam, maka semakin
banyak juga yang menyetabilkan gugus radikal, sehingga glukosa-glukosa
yang terbentuk akan semakin banyak. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi
konsentrasi asam, maka semakin sedikit kandungan air yang mengakibatkan
glukosa yang terbentuk juga akan semakin sedikit. Keuntungan dari
hidrolisis asam ini yaitu reaksi lebih cepat, bisa menghasilkan glukosa yang
lebih banyak, serta biaya lebih murah dibandingkan dengan penggunaan
enzim (Pujiani dkk., 2014).
Umumnya hidrolisis dapat menggunakan asam kuat berkonsentrasi
tinggi dan rendah. Pada konsentrasi asam rendah dibutuhkan suhu yang
tinggi untuk dapat menjalankan proses hidrolisis. Sedangkan pada
konsentrasi asam yang tinggi, suhu reaksi yang diperlukan rendah. Namun,
kelemahan penggunaan asam dengan konsentrasi tinggi yakni antara lain
diperlukan adanya pemulihan asam dan terdapat ion asam yang hilang
selama proses berlangsung (Iranmahboob et al., 2002). Selain itu, proses ini
juga sangat korosif karena adanya pengenceran dan pemanasan asam
(Taherzadeh dan Karimi, 2007) sehingga kurang menguntungkan. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini proses hidrolisis menggunakan asam kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
berkonsentrasi rendah yakni 1% dan pada suhu reaksi 121℃. Umumnya
asam yang digunakan adalah H2SO4 dan HCl dan suhu reaksi ±160℃.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis karbohidrat akan mengikuti
persamaan Arrhenius yaitu semakin tinggi suhunya akan diperoleh konversi
yang cukup berarti, tetapi jika suhu terlalu tinggi konversi yang diperoleh
akan menurun. Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah menjadi
arang, yang ditunjukkan dengan semakin tuanya warna hasil endapan.
Selain itu, pada suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi titik didih air,
100 ℃). Air sebagai zat penghidrolisis tetap berada pada fase cair, sehingga
terjadi kontak yang baik antara molekul-molekul substrat dengan sebagian
besar air, sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik (Roiz, 2001 dalam
Osvaldo, 2012).
Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan waktu hidrolisis untuk
mengetahui waktu terbaik dalam menghasilkan kadar etanol. Waktu
hidrolisis merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses hidrolisis.
Variabel hidrolisis dan fermentasi lainnya disamakan untuk masing-masing
perlakuan waktu hidrolisis. Variasi lama waktu hidrolisis pada masing-
masing perlakuan yaitu 15, 30, 45, dan 60 menit dengan 3 ulangan pada
setiap perlakuan sehingga totalnya terdapat 12 sampel untuk difermentasi.
Lama waktu hidrolisis berkaitan dengan tinggi-rendahnya konversi yang
dicapai sampai ke titik optimumnya. Adapun konstanta laju reaksi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu reaksi. Dari gambar 4.1
terlihat bahwa konversi selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa sangat
dipengaruhi oleh lama waktu hidrolisis. Semakin lama waktu hidrolisis maka
kesempatan selulosa dan hemiselulosa terdekomposisi lebih panjang,
sehingga kadar etanol juga meningkat. Kadar etanol tertinggi dicapai pada
lama waktu hidrolisis 60 menit yaitu sebesar 13,17 %.
Khamir, kapang, dan bakteri umumnya dapat tumbuh dengan baik
pada pH 3 – 6. Oleh karena itu, setelah tahap hidrolisis dilakukan pengaturan
nilai pH menjadi 5 dengan menambahkan NaOH. Setelah pengaturan pH,
nutrisi berupa urea dan NPK juga ditambahkan. Sebanyak 10% inokulum
ragi tape dan ragi roti ditambahkan pada media dan difermentasi selama 3
hari pada suhu ruang. Lama waktu fermentasi ditentukan sesuai dengan
pendapat Sari dkk. (2008) yang menyatakan bahwa lama fermentasi yang
paling optimal untuk proses pembuatan bioetanol adalah 3 hari. Jika
fermentasi dilakukan lebih dari 3 hari maka kadar alkohol akan cenderung
berkurang karena alkohol telah dikonversi menjadi senyawa lain, misalnya
ester.
Adapun fermentasi dilakukan pada botol kaca bening ukuran 500 ml
kemudian ditutup dengan sumbat dan dilapisi pula dengan plastisin untuk
menghindari kontak dengan udara. Hal ini dikarenakan Saccharomyces
cerevisiae tumbuh dengan baik pada kondisi anaerob. Dalam kondisi ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
asam piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asam asetat dan CO2. Kemudian, asam asetat diubah menjadi etanol. Proses
perubahan asam asetat menjadi etanol tersebut diikuti pula dengan
perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+, peristiwa
glikolisis dapat terjadi lagi. Dalam fermentasi etanol ini, dari satu mol
glukosa hanya dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Purwoko, 2007).
Sebaliknya, dalam kondisi aerob, S. cerevisiae, justru menghidrolisis gula
menjadi air dan CO2.
Pada awal fermentasi (24 jam), glukosa yang terdapat dalam substrat
dikonversi mikroorganisme dari ragi roti dan ragi tape menjadi etanol.
Adapun konversi ini melibatkan aktivitas enzim dari sel-sel mikroorganisme
yang terdapat dalam ragi roti dan ragi tape. Menurut Lestari dkk. (2001)
dalam Azizah dkk. (2012), Rhizopus sp., Mucor sp., Aspergillus sp., dan
Bacillus sp.menghasilkan enzim amilase yang akan memutus ikatan
glikosidik pada senyawa polisakarida menjadi dekstrin-dekstrin seperti
maltose, maltriosa, dan glukosa. Glukosa kemudian akan digunakan S.
cerevisiae untuk proses metabolisme menghasilkan alkohol dan asam-asam
organik sebagai hasil metabolitnya. Menurut Kurniawan dkk. (2014), S.
cerevisiae memproduksi enzim invertase dan zimase selama masa fermentasi
berlangsung. Enzim zimase berperan memecah sukrosa menjadi glukosa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
fruktosa, sedangkan enzim invertase berperan dalam merubah glukosa
menjadi bioetanol.
Pada waktu 24 jam, mikroorganisme yang terdapat pada ragi roti
(khamir S. cerevisiae) dan ragi tape (khamir, kapang, dan bakteri)
melakukan adaptasi singkat terhadap lingkungan fermentor (fase lag).
Adaptasi ini antara lain dengan memproduksi enzim yang sesuai dengan
substrat. Menurut Elevri dan Putra (2006), S.cerevisiae melakukan adaptasi
(fase lag) dalam waktu 20 jam pertama saat pertumbuhannya. Sementara itu,
Kurniawan dkk. (2014) menyatakan bahwa pada rentang waktu 24 – 72 jam,
sel khamir berada pada fase eksponensial. Sel khamir mengalami
peningkatan jumlah sel dan mulai terbentuk senyawa alkohol dan senyawa
lain sebagai hasil metabolitnya. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan
adanya gelembung-gelembung gas CO2 selama masa fermentasi berlangsung
dalam gelas beker yang berisi akuades (lampiran 7). Selain itu, bakteri asam
laktat dalam ragi tape mengoksidasi asam hingga pH lingkungan menurun.
Hasil pengukuran pH setelah masa fermentasi berakhir, nilai pH menurun
dari pH awal 5 menjadi rata-rata 3. Menurut Ristiarini dkk. (2001) dalam
Azizah dkk. (2012), selama 72 jam fermentasi terjadi penurunan kadar gula
pereduksi dan pH lingkungan. Hal ini disebabkan karena gula pereduksi
telah digunakan sebagai substrat oleh khamir dan bakteri asam laktat untuk
aktivitasnya menghasilkan alkohol dan asam-asam organik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Setelah fermentasi selama 3 hari (72 jam) dilakukan proses distilasi
pada suhu 70 - 80℃ dan diperoleh destilat. Distilasi dilakukan untuk
memisahkan etanol dari senyawa lainnya sehingga diperoleh etanol dengan
kadar yang tinggi. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan titik didihnya.
Destilat kemudian diuji kadar etanolnya di Laboratorium Chem-Mix
Pratama dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang
gelombang 470 nm. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 dimana
dilakukan dua kali pengulangan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Rerata kadar etanol secara keseluruhan pada tiap perlakuan dengan
perlakuan waktu hidrolisis 15 menit (A), 30 menit (B), 45 menit (C), dan 60
menit (D) yaitu berturut-turut 4,55%, 8,15%, 11,62%, dan 13,17%. Dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa kadar etanol meningkat seiring dengan
pertambahan waktu hidrolisis. Kadar etanol paling tinggi dihasilkan pada
waktu hidrolisis 60 menit yakni sebesar 13,17%. Hubungan antara waktu
hidrolisis dan peningkatan kadar etanol juga disajikan pada gambar 4.1. Dari
grafik pada gambar tersebut dapat dilihat kurva kadar etanol bergerak naik
seiring dengan bertambahnya waktu hidrolisis.
Untuk mengetahui adanya pengaruh lama waktu hidrolisis terhadap
kadar bioetanol maka dilakukan uji statistik menggunakan Uji Anova satu
arah (One way Anova). Hasil data penelitian diolah menggunakan SPSS ver
20.0. Sebelum dilakukan analisis menggunakan Uji Anova satu arah, terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dahulu dilakukan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Langkah pertama
yakni menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak menggunakan Uji
Normalitas. Dari hasil analisis, diketahui bahwa nilai Sig = 0,552, nilai ini
lebih besar dari (α) = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan Uji Anova satu arah untuk
mengetahui apakah data homogen atau tidak, serta apakah terdapat
perbedaan nyata dari hasil rata-rata kadar etanol pada tiap sampel perlakuan.
Pada analisis ini, digunakan taraf signifikansi (α) 0,01 agar hasilnya lebih
akurat. Dari hasil Uji Homogenitas, diketahui bahwa data tersebut homogen
sehingga memenuhi persyaratan Uji Anova. Sementara itu, dari hasil Uji
Anova satu arah diketahui bahwa nilai sig = 0,000 (terlampir). Nilai ini lebih
kecil dari (α) 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat rata-rata
perbedaan yang signifikan atau waktu hidrolisis berpengaruh nyata terhadap
kadar etanol. Selain itu, dilakukan pula analisis Post Hoc menggunakan Uji
Tukey untuk mengetahui lebih rinci mengenai perbedaan nyata antar tiap
sampel. Hasil Uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan nyata pada lama
waktu hidrolisis terhadap kadar bioetanol.
Menurut Prihandana (2007), etanol yang diklasifikasikan untuk
kegunaan sebagai bahan bakar yaitu yang kadarnya lebih dari 99,5%. Hal ini
berdasarkan acuan syarat mutu bioetanol terdenaturasi untuk gasohol yang
tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 7390:2012) yaitu bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
syarat mutu etanol yakni minimal 99,5% untuk dapat dicampurkan ke dalam
bensin pada kadar sampai dengan 10%-v. Jika dibandingkan dengan kadar
etanol yang dihasilkan dalam penelitian ini, kadar tersebut masih belum
memenuhi syarat mutu etanol seperti yang tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
guna menemukan metode yang tepat dalam pembuatan bioetanol dari
berbagai macam substrat.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Uji gula pereduksi pada penelitian ini hanya dilakukan secara kualitatif yaitu
hanya dengan indikator warna untuk menunjukkan adanya kandungan gula
pereduksi di dalam sampel yang telah dihidrolisis menggunakan HCl. Akan
jauh lebih baik jika diketahui pula total kadar gula reduksi yang terdapat
dalam sampel sehingga akan memperdalam analisis penelitian.
2. Pengukuran pH menggunakan indikator universal kurang akurat karena tidak
dapat menunjukkan nilai pH yang spesifik.
3. Suhu distilasi yang berkisar antara 70-80 ℃ sebenarnya masih belum akurat
karena titik didih etanol berkisar antara 78-80 ℃ sehingga memungkinkan
terjadinya proses penguapan air selama distilasi berlangsung yang turut
memengaruhi kadar etanol dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN
Hasil penelitian mengenai “Pengaruh Lama Waktu Hidrolisis Asam Terhadap
Kadar Etanol yang Dihasilkan dalam Fermentasi Ulva lactuca” dapat menjadi sumber
pengetahuan baru dalam dunia sains dan pendidikan, terutama dalam pembelajaran
bidang Biologi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan materi pembelajaran maupun
praktikum pada materi Bioteknologi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas
XII. Hal ini sesuai dengan acuan kurikulum 2013, khususnya pada KD 3.10 dan 4.10.
Adapun bunyi KD 3.10 yakni memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang
menerapkan bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara itu, KD 4.10
yakni merencanakan dan melakukan percobaan dalam penerapan prinsip-prinsip
bioteknologi konvensional untuk menghasilkan produk dan mengevaluasi produk
yang dihasilkan serta prosedur yang dilaksanakan.
Kurikulum 2013 sangat khas dengan kegiatan praktikum yang lebih banyak
dilakukan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, sehingga harapannya siswa
dapat lebih aktif dalam menemukan sendiri konsep pembelajaran berdasarkan hasil
praktikum/percobaan. Kegiatan praktikum yang dilakukan tentu saja masih
terintegrasi dengan materi bioteknologi yang disampaikan di kelas. Adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
praktikum diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih paham dengan materi
bioteknologi serta penerapan prinsip-prinsipnya. Selain mampu menerapkan prinsip
bioteknologi melalui praktikum pembuatan bioetanol dari makroalga, siswa juga
diharapkan mampu mengevaluasi produk yang dihasilkan, sesuai dengan KD 4.10.
Adapun kegiatan pembelajaran maupun praktikum terkait materi Bioteknologi,
khususnya bidang energi terbarukan, dapat dilihat pada Lampiran 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lama waktu hidrolisis berpengaruh nyata terhadap kadar etanol yang
dihasilkan dari hasil fermentasi makroalga Ulva lactuca.
2. Perlakuan D dengan lama waktu hidrolisis 60 menit menghasilkan kadar
etanol tertinggi yaitu 13,17%.
B. Saran
1. Pengukuran gula pereduksi sebaiknya juga dilakukan secara kuantitatif agar
hasil uji lebih akurat sehingga dapat memperdalam analisis penelitian.
2. Pengukuran pH sebaiknya menggunakan pH meter agar hasil yang diperoleh
lebih akurat.
3. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya suhu distilasi diatur antara 78-80℃
sesuai dengan titik didih alkohol untuk meminimalisir terjadinya penguapan
air yang dapat memengaruhi kadar etanol yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Adini, Saniha., Endang K., Anto Budiharjo. 2015. Produksi Bioetanol dari Rumput
Laut dan Limbah Agar Gracilaria p. dengan Metode Sakarifikasi yang Berbeda.
BIOMA Vol. 16, No. 2, Desember 2015.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azizah, N., Al-Baarri A. N., Mulyani S. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap
Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol dari
Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Journal Indonesian Food Technologist. 1
(1): 4 – 6.
Balat, M., Balat, H., and Oz, C. 2008. Progress in Bioethanol Processing. Progress in
Energy and Combustion Science (34): 551-573.
Budiyanto, M.A.K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhamadiyah
Malang.
Campbell, Neil A., Jane Reece, Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Castro, Peter and Michael Huber. 2010. Marine Biology Eight Edition. New York:
McGraw-Hill.
Chairul dan Silvia, R. N. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Nira Nipah Menggunakan
Saccharomyces cerevisiae. Pekanbaru. Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau.
Chandel A.K., Chan, E.S., Ravinder, R., Lakshmi, N., Rao, L.V dan Pogaku, R. 2007.
Economic and Environmental Impact of Bioethanol Production Technologies
and Appraisal. Biotechnology and Molecular Biology Review, Vol. 2, No. 1:
14-32.
Dinata, Deden Indranata. 2012. Bioteknologi: Pemanfaatan Mikroorganisme &
Teknologi Bioproses. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Elevri, P.A. dan Putra, S. R. 2006. Produksi Etanol menggunakan Saccharomyces
cerevisiae yang diamobilisasi dengan Agar Batang. Akta Kimindo 1 (2): 105-
114.
FAO. 2010. Cultured aquatic species information programme. Euchema spp.
Cultured aquatic species information programme. FAO Fisheries and
Aquaculture Department. Rome. Updated 13 January 2015.
Gandjar, Indrawati, Wellyzar S, Ariyanti Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Guiry, M. 2007. U. lactuca Linnaeus. Diunduh dalam
http://www.algeabase.org/browse/taxonomy/?id=8416 pada tanggal 14 April
2018 pukul 10.57 WIB.
Hening dan Zeddies. 2006. Bioengineering and Agriculture. Promises and Challenges
International Food Policy Institute.
Iranmahboob, J. F., Nadim, dan S. Monemi. 2002. Optimizing Acid-hydolysis: A
Critical Step for Production of Ethanol from Mixed Wood Chips. Biomass and
Bioenergy.
John. 2004. Biofuels for Transport. Diunduh dalam www.task39.org pada tanggal 07
Februari 2018 pukul 17.50 WIB.
Kartohardjono, S., Anggara, Subihi, dan Yuliusman. 2007. Absorbsi CO2 dari
campurannya dengan CH4 atau N2 melalui kontraktor membran serat berongga
menggunakan pelaruh air. Jurnal Teknologi 11 (2): 97-102.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Profile of Business and Investment
Opportunities on Seaweed Indonesia. Jakarta.
Khodijah, Siti., dan Ahmad Abtokhi. 2015. Analisis pengaruh variasi persentase ragi
(Saccharomyces cerevisiae) dan waktu pada proses fermentasi dalam
pemanfaatan duckweed (Lemma minor) sebagai bioetanol. Jurnal Neutrino
Vol.7, No. 2, April 2015.
Kurniawan, T. B., Siti H. B., dan R. Susanti.. 2014. Efek Interaksi Ragi Tape dan
Ragi Roti terhadap Kadar Bioetanol Ketela Pohon (Manihot utilissima Pohl)
Varietas Mukibat. Biosaintifika 6 (2) 2014: 152-160.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2008. Kebijakan Pengembangan Bahan
Bakar Nabati (Bioetanol). Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. Vol XVI.
Diunduh dalam
https://books.google.co.id/books?id=Amsepj45r_8C&pg=PP1&lpg=PP1&dq=L
embaga+Ilmu+Pengetahuan+Indonesia+(LIPI).+2008.+Jurnal+Ekonomi+dan+
Pembangunan.+Vol+XVI.&source=bl&ots=E3XOtB3qMg&sig=ktWEwXr0L7
jIdXVMSsDVpomwLD8&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiejYbzg87aAhXEso8
KHSIpA4cQ6AEISDAF#v=onepage&q=Lembaga%20Ilmu%20Pengetahuan%
20Indonesia%20(LIPI).%202008.%20Jurnal%20Ekonomi%20dan%20Pemban
gunan.%20Vol%20XVI.&f=false pada 22 April 2018 pukul 20.57 WIB.
Maimuna. 2004. Pengaruh Interaksi Variasi Suhu dan Lama Fermentasi terhadap
Kadar Glukosa dan Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam. Skripsi. UIN Malang.
Matthews, C.K., van Holde, K.E., Ahrn, K.G. 2000. Biochemistry 3rd Ed. San
Francisco: Addison-Wesley Pub. Com.
Mosier, N, Wyman, C., Dale, B., Elander, R., Lee, YY, Holtzapple, M., Ladisch, M.
2005. Features of Promising Technologies for Pretreatment of Lignocellulosic
Biomass. Bioresource Technology 96 (2005): 673-686.
Murdiyatmo, Untung. 2006. Pengembangan Industri Etanol: Prospek, Kendala, dan
Tantangan. Prosiding. Jakarta.
Osvaldo Z. S., Panca, P. S., dan M. Faizal. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan
Waktu pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari Alang-
alang. Jurnal Teknik Kimia No.2 Vol. 18. Universitas Sriwijaya.
Palalo. 2013. Distribusi Makroalga pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di
Pulau Bonebatang, Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo,
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Hassanudin.
Patil, V., Khanh-Quang Tran., Hans R. 2008. Towards Sustainable Production of
Biofuels from Microalgae. International Journal of Molecular Sciences. ISSN
1422-0067.
Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Terjemahan
RS Hadioetomo, T Imas, SS Tjitrosomo dan SL Angka. Jakarta: UI Press.
Poedjiaji, Anna dan Titin, S. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Prihandana, Rama. 2007. Bioenergi Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Pujiani, Ishak Isa, Mangara Sihaloho. 2014. Biokonversi Selulosa Dari Tongkol
Jagung menjadi Alkohol. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia. FMIPA UNG.
Purwoko. 2007. Fisiologi Mikrobia. Jakarta: Bumi Aksara.
Romihmotarto, Kasijan dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Salim, Z., dan Ernawati. 2015. Info Komoditi Rumput Laut. Jakarta: Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.
Santi, R. A., Sunarti, T.C., Santoso, D., Triwisari, D.A. 2012. Komposisi Kimia dan
Profil Polisakarida Rumput Laut Hijau. Jurnal Akuatika Vol. III, No. 2,
September 2012.
Sari, I. M., Noverita dan Yulneriwarni. 2008. Pemanfaatan jerami padi dan alang-
alang dalam fermentasi etanol menggunakan kapang Trichoderma viride dan
khamir Saccharomyces cerevisiae. Vis Vitalis. 5 (2): 55-62.
Setyobudiandi. 2009. Rumput Laut Indonesia Jenis dan Upaya Pemanfaatan. Unhalu
Press.
Siregar, Sofyan. 2013. Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Sopandi, T dan Wardah. 2013. Mikrobiologi Pangan Teori dan Praktik. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2012. Bioetanol terdenaturasi untuk gasohol. Jakarta:
Dewan Standarisasi Nasional.
Suantika, Gede. 2007. Biologi Kelautan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sun, Y., dan Cheng, J. 2002. Hyrolysis of Lignocellulose Material for Ethanol
Production: A review. Bioresource Technology, Vol. 83 hal. 1-11.
Susilawati, R. 2012. Bisnis Etanol Medco Tersandung Mahalnya Singkong. Diunduh
dalam http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2012-04-
2/133684Bisnis_Bio_EtanolMedco_Tersandung_Mahalnya_Singkong pada
tanggal 27 Januari 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Taherzadeh, M. J. dan Karimi, K. 2007. Acid-Based Hydrolysis Processes for
Ethanol from Lignocellulosic Material. A Review: Bioresources 2 (3), 472-499.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Trismilah dan Sumaryanto. 2005. Pengaruh Kadar Nitrogen dalam Media pada
Pembuatan Protease Menggunakan Bacillus megaterium Dsm 319. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol. 3, No. 1: 9-12.
Utama, A. W., Legowo, dan Al-Baarri. 2011. Produksi Alkohol, Nilai pH, dan
Produksi Gas pada Bioetanol dari Susu Rusak dengan Campuran Limbah Cair
Tapioka. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 2 No. 2.
Utami, R. S., Eva, P. S., dan Inayati. 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisa dan
Konsentrasi Asam pada Hidrolisa Pati Kentang dengan Katalis Asam.
Ekuilibrium Vol .13 No. 2. Halaman: 45-49.
Wang J., Li Nan., Jiang P., Boo S. M., Lee W. J., dan Zhao J., 2010. U. lactuca and
Enteromorpha (U. lactuca, Chlorophyta) from Two Sides of the Yellow Sea.
Chinese Journal of Oceanology and Limnology. Vol. 28 No. 4, P. 762-
768(online). Chinese Academy of Sciences, China.
Wonorahardjo, Surjani. 2012. Metode-metode Pemisahan Kimia: Sebuah Pengantar.
Jakarta: Akademia Permata.
World Resources Institute. 1998. Menakar Potensi Budidaya Laut. Diunduh dalam
http://presidenri.go.id/berita-aktual/menakar-potensi-budidaya-laut.html pada
tanggal 06 Desember 2017.
Yetti, Elvi. 2007. Bioteknologi Industri Etanol dari Biomassa. BioTrends Vol 2
Nomor 1 Tahun 2007.
Yuniarsih, F.N. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Dekstrin dan Sirup Glukosa Sagu
(Metroxylen sp.) menggunakan Saccharomyces cerevisiae var Ellipsoideus.
Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Skripsi Sarjana Pertanian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 1
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM
MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : XII
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar,menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
REFERENSI
BELAJAR
Bioteknologi
1.1.
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan
tentang struktur dan fungsi
DNA, gen dan kromosom
dalam pembentukan dan
Bioteknologi
Pengertian
Bioteknologi
Perkembangan
Mengamati
Mengkaji referensi tentang
produk Bioteknologi
Mengamati video yang berkaitan
Observasi
Sikap saat
proses
pembelajaran
3 minggu x
4 JP
Buku
Biologi
kelas XII
Irnaningtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
REFERENSI
BELAJAR
pewarisan sifat serta
pengaturan proses pada
mahluk hidup.
Bioteknologi
Prinsip Dasar
Bioteknologi
Bioteknologi
Konvensional
dan Modern
Manfaat
Bioteknologi
dalam
Kehidupan
Sehari-hari.
Dampak
Pemanfaatan
Produk
Bioteknologi di
Masyarakat
dengan energi terbarukan.
Menanya
Apa bioteknologi?
Apa perbedaan antara
bioteknologi modern dan
konvensional?
Bagaimana menghasilkan produk
bioteknologi?
Apa manfaat bioteknologi dalam
kehidupan sehari-hari?
Bagaimana dampak bioteknologi
terhadap kehidupan manusia?
Mengumpulkan Data
(Eksperimen/Eksplorasi)
Mengkaji referensi tentang arti,
prinsip dasar dan jenis-jenis
bioteknologi.
Mengindentifikasi produk
bioteknologi yang beredar di
masyarakat berdasarkan prinsip
dasar proses bioteknologi.
Melakukan eksperimen
sederhana mengenai pembuatan
bioetanol berbahan dasar
makroalga U. lactuca.
berlangsung.
Sikap saat
praktikum
berlangsung.
Sikap saat
diskusi dan
presentasi
berlangsung.
Portofolio
Laporan
praktikum
bioetanol
LKS
Tes
Ulangan
harian
K13
Buku
referensi
berbagai
sumber
Slide power
point
Referensi
dari sumber
internet.
2.1 Berperilaku ilmiah, teliti,
tekun, jujur terhadap data dan
fakta, disiplin, tanggung
jawab, peduli dalam observasi
dan eksperimen, berani dan
santun dalam megajukan
peranyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong
royong, bekerja sama, cinta
damai, berpendapat secara
ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam setiap tindakan
dan alam melakukan
pengamatan dan percobaan di
dalam kelas/laboratorium
maupun di luar
kelas/laboratorium.
1.3. Peka dan peduli terhadap
permasalahan lingkungan
hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan
sebagai manisfestasi
pengamalan ajaran agama
yang dianutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
REFERENSI
BELAJAR
3.10 Memahami tentang prinsip-
prinsip bioteknologi yang
menerapkan bioproses
dalam menghasilkan produk
baru untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia
dalam berbagai aspek
kehidupan.
Mengasosiasikan
Membuat kesimpulan tentang
prinsip dasar bioteknologi.
Menyusun laporan praktikum
pembuatan bioetanol secara
ilmiah.
Membuat kesimpulan hasil
diskusi tentang dampak
bioteknologi.
Mengkomunikasikan
Memaparkan hasil diskusi
tentang penerapan ilmu biologi
pada bidang energi
terbarukan/ramah lingkungan.
Memaparkan hasil analisis pada
eksperimen pembuatan
bioetanol.
4.10 Merencanakan dan
melakukan percobaan dalam
penerapan prinsip-prinsip
bioteknologi konvensional
untuk menghasilkan produk
dan mengevaluasi produk
yang dihasilkan serta
prosedur yang dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Materi Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XII/II
Materi Pokok : Bioteknologi
Pertemuan : 3 dan 4
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
B. Kompetensi Dasar
1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama
yang dianutnya.
2.1 Berperilaku ilmiah, teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam megajukan peranyaan dan berargumentasi, peduli
lingkungan, gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat
secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan
dan alam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.10 Memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan
bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
4.10 Merencanakan dan melakukan percobaan dalam penerapan prinsip-
prinsip bioteknologi konvensional untuk menghasilkan produk dan
mengevaluasi produk yang dihasilkan serta prosedur yang
dilaksanakan.
C. Indikator
3.10.1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi yang menerapkan
bioproses dalam menghasilkan produk baru.
3.10.2. Menjelaskan jenis-jenis bioteknologi beserta contohnya.
3.10.3. Mengidentifikasi manfaat bioteknologi dalam berbagai bidang
kehidupan.
3.10.4. Menganalisis dampak pemanfaatan bioteknologi dalam berbagai
bidang kehidupan.
4.10.1 Merancang eksperimen sederhana terkait penerapan bioteknologi
konvensional.
4.10.2. Melakukan eksperimen sederhana terkait penerapan bioteknologi
konvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
D. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan ke-3
Melalui studi literatur dan diskusi kelompok siswa mampu memahami
peran bioteknologi dalam bidang energi terbarukan.
2. Pertemuan ke-4
Melalui eksperimen sederhana siswa mampu membuat bahan bakar
bioetanol dan melaporkan hasilnya secara ilmiah dan sistematis.
E. Materi Pembelajaran
1. Pertemuan ke-3
a. Bioteknologi bahan bakar alternatif
b. Bioetanol
2. Pertemuan ke-4
a. Melakukan eksperimen pembuatan bioetanol
F. Model dan Metode
1. Pertemuan ke-3
- Model pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
- Metode : Ceramah, diskusi kelompok, dan tanya-
jawab.
2. Pertemuan ke-4
- Model pembelajaran : Kooperatif
- Metode : Eksperimen, diskusi kelompok, dan tanya-
jawab.
G. Alat, Bahan dan Media Pembelajaran
1. Alat
a. Alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran:
Laptop, viewer, spidol
b. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Erlenmeyer 250 ml, gelas beaker 500 ml, shaker, timbangan analitik,
spatula, botol fermentor steril, api bunsen, autoklaf, selang untuk
fermentor, pipet tetes, indikator universal, kertas label, plastisin,
sarung tangan, masker, kamera.
2. Media pembelajaran dan bahan praktikum
a. Media pembelajaran:
Materi ajar (slide powerpoint)
Buku panduan praktikum
LKS
b. Bahan praktikum:
Tepung makroalga, ragi komersil merk Fermipan, ragi tape, gula
pasir, aquades, kapas, tisu, sumbat, plastisin, aluminium foil, urea,
NPK, HCl 1% dan NaOH 10%.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 3: 2 x 45 menit
Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Model Problem Based Learning
No Kegiatan Waktu
Guru Peserta Didik
1 Kegiatan Awal
Mengucapkan salam dan
membuka pelajaran dengan doa
Mengecek kehadiran siswa
Memberi apersepsi untuk
mengecek pengetahuan siswa
terkait bioteknologi bahan bakar
alternatif. Guru membuka slide
yang berisi beberapa gambar
bahan bakar yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat
diperbaharui. Lalu bertanya “coba
perhatikan gambar-gambar di
depan, sebutkan mana bahan bakar
yang dapat diperbaharui dan yang
Mendengarkan perkataan
guru dengan baik
Memperhatikan dengan
baik
Mendengarkan penjelasan
guru
Menuliskan tujuan
pembelajaran di buku
catatan masing-masing.
8 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tidak dapat diperbaharui?”
Kemudian guru memberi
tanggapan dan penguatan terkait
jawaban yang diberikan siswa.
Memberikan semangat dan
memotivasi siswa untuk belajar.
Orientasi: menyampaikan
kompetensi yang harus dicapai
siswa dalam pembelajaran terkait
terkait bioteknologi bahan bakar
alternatif.
2 Kegiatan Inti
Tahap 1 Orientasi Siswa pada
Masalah
Menarik perhatian siswa dengan
menampilkan video terkait energi
terbarukan.
Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya terkait video
yang ditampilkan.
Mengorientasi siswa pada masalah
dengan menampilkan gambar-
gambar terkait keterbatasan
sumber energi di berbagai belahan
dunia. Lalu mengajak siswa
menganalisis dampak yang terjadi
akibat keterbatasan sumber energi
sesuai gambar yang telah dilihat.
Memperhatikan video
dengan seksama
Bertanya kepada guru
terkait video yang
ditampilkan.
Memperhatikan dan
menjawab pertanyaan
sesuai pengetahuan awal
yang dimiliki.
15 menit
Tahap 2 Mengorganisasikan Siswa
dalam Belajar
Mengorganisasi siswa untuk
belajar dan mengerjakan LKS
berbasis masalah.
Membantu siswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
yang dihadapi.
Duduk berdasarkan
kelompok yang telah
dibagi guru.
Mengerjakan LKS sesuai
dengan petunjuk yang
ada.
Mencoba memahami dan
menganalisis
permasalahan dari LKS
tersebut.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tahap 3 Membimbing
Penyelidikan Individu maupun
Kelompok
Membimbing penyelidikan
individu atau kelompok.
Mendorong siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan
pemecahan masalah.
Menanyakan dan membantu siswa
jika mengalami kesulitan dalam
penyelidikan.
Memastikan setiap anggota
kelompok berpartisipasi dan aktif
dalam mengumpulkan informasi.
Berdiskusi dan
menganalisis pemecahan
masalah sesuai dengan
panduan pada LKS.
Mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin lalu
menganalisis pemecahan
masalah yang sesuai dan
tepat
Masing-masing anggota
kelompok berpartisipasi
dan aktif dalam
mengumpulkan informasi
yang diperlukan.
30 menit
Tahap 4 Mengembangkan dan
Mempresentasikan Hasil
Memandu siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mengenai pemecahan
masalah dari LKS yang telah
diberikan.
Mengamati jalannya presentasi.
Mempresentasikan hasil
analisis LKS. Siswa yang
lain memberikan
pertanyaan dan
tanggapan.
15 menit
Tahap 5 Menganalisis dan
Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Membantu siswa melakukan
refleksi terhadap penyelidikan dan
proses-proses yang digunakan
selama berlangsungnya
pemecahan masalah
Melakukan refleksi
terkait proses pemecahan
masalah dan mencatat
poin-poin penting yang
disampaikan guru.
Bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
10 menit
3 Kegiatan Akhir
Membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan terhadap apa yang
telah dipelajari.
Mengajak siswa untuk melakukan
Beberapa siswa memberi
kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
Melakukan refleksi.
7 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
refleksi.
Menanyakan manfaat pelajaran
hari ini kepada siswa.
Menyampaikan tindak lanjut
terkait praktikum yang akan
diadakan pada pertemuan
selanjutnya. Guru meminta siswa
untuk membawa beberapa alat dan
bahan untuk keperluan praktikum.
Guru menutup pembelajaran.
Memberikan tanggapan
terkait manfaat yang
diperoleh dari
pembelajaran hari ini.
Mencatat info yang
diberikan guru.
2. Pertemuan 4: 2 x 45 menit
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran Model Kooperatif
No Kegiatan Waktu
Guru Peserta Didik
1 Kegiatan Awal
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Mengucapkan salam
Mengecek kehadiran siswa
Memberi apersepsi untuk
mengecek pengetahuan siswa
terkait materi minggu lalu
mengenai bahan bakar alternatif.
Lalu menanyakan kesiapan siswa
dalam mengikuti praktikum
pembuatan bioetanol. Guru
bertanya: “Apakah semua sudah
membawa alat dan bahan
praktikum hari ini? Jika sudah
silahkan ditaruh di meja
praktikum masing-masing.”
Memberikan semangat dan
memotivasi siswa dalam
melakukan praktikum.
Orientasi: menyampaikan
kompetensi yang harus dicapai
siswa dalam pembelajaran terkait
pembuatan bioetanol.
Mendengarkan perkataan
guru dengan baik
Memperhatikan dengan
baik
Menjawab pertanyaan
guru.
Mendengarkan penjelasan
guru
Menaruh alat dan bahan
praktikum di meja
masing-masing.
Menuliskan tujuan
pembelajaran di buku
catatan masing-masing.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
2 Kegiatan Inti
Fase 2: Menyajikan Informasi
Guru menyampaikan materi
singkat mengenai bioetanol dan
cara pembuatannya.
Guru menjelaskan alur jalannya
kegiatan praktikum hari ini.
Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk bertanya.
Siswa mendengarkan
penjelasan singkat dari
guru dengan seksama
dan mencatat poin-poin
penting.
Siswa menanyakan hal
yang belum dipahami
pada guru.
10 menit
Fase 3: Mengorganisir Siswa
dalam Kelompok Belajar
Guru mengorganisasikan siswa
sesuai kelompok praktikum.
Guru membagikan LKS praktikum
pada setiap kelompok.
Guru menyajikan slide yang berisi
materi praktikum pembuatan
bioetanol. Kemudian menjelaskan
secara singkat dan padat langkah
kerja pembuatan bioetanol serta
tugas yang harus dikerjakan
setelah memeroleh data.
Guru memberikan kesempatan
bagi siswa yang ingin bertanya
sebelum memulai praktikum.
Guru mempersilahkan siswa
menyiapkan diri dan alat serta
bahan praktikum.
Membentuk kelompok
sesuai yang telah
ditentukan pada
pertemuan sebelumnya.
Siswa memperhatikan
guru dengan seksama.
Siswa mencermati LKS.
Bertanya pada guru
mengenai petunjuk pada
LKS yang belum
dipahami.
Siswa memakai jas lab
dan mulai melakukan
praktikum.
5 menit
Fase 4: Membantu kerja tim dan
belajar
Guru membimbing kelompok
dalam pengerjaan praktikum.
Mendorong siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan
pemecahan masalah.
Menanyakan dan membantu siswa
jika mengalami kesulitan dalam
Siswa mengerjakan
praktikum, berdiskusi
dalam kelompok
mengenai pemecahan
masalah yang disajikan
dalam LKS.
Mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin sesuai
hasil praktikum.
50 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pengamatan praktikum.
Memastikan setiap anggota
kelompok berpartisipasi dan aktif
dalam mengumpulkan informasi.
Masing-masing anggota
kelompok berpartisipasi
dan aktif dalam
mengumpulkan informasi
yang diperlukan.
Fase 5: Mengevaluasi
Memandu siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mengenai pemecahan
masalah dari LKS yang telah
diberikan. Guru berkata: “Baiklah,
jika semua sudah melakukan
pengamatan, silahkan satu
kelompok maju dan
mempresentasikan hasil
pengamatannya.”
Guru mempersilahkan salah satu
kelompok untuk maju lalu
memandu jalannya presentasi dan
diskusi.
Siswa mempersiapkan
diri untuk
mempresentasikan hasil
praktikum.
Mempresentasikan hasil
analisis praktikum. Siswa
yang lain memberikan
pertanyaan dan
tanggapan.
10 menit
Fase 6: Memberikan Pengakuan
atau Penghargaan
Guru memberikan tanggapan dan
penguatan terkait hasil presentasi
dan diskusi.
Guru menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Membantu siswa
melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses
yang digunakan selama
berlangsungnya pemecahan
masalah.
Guru memberikan penghargaan
terkait kerja kelompok terutama
bagi yang telah maju untuk
mempresentasikan hasil kerja
praktikum. Guru berkata: “Baik
anak-anak, apa yang telah
dipresentasikan oleh kelompok A
Siswa mencatat poin
penting hasil presentasi
dan diskusi bersama
guru dan kelompok lain.
Melakukan refleksi
terkait proses pemecahan
masalah.
Bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sudah sangat baik, untuk itu
berikan tepuk tangan bagi
kelompok A.”
Selain itu guru juga memberikan
penghargaan bagi siswa yang
telah aktif mengikuti jalannya
diskusi dengan berkata, “Good
job, B, sudah menganalisis solusi
dengan baik.”
3 Kegiatan Akhir
Membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan terhadap apa yang
telah dipelajari selama praktikum.
Mengajak siswa untuk melakukan
refleksi.
Menanyakan manfaat pelajaran
hari ini kepada siswa.
Guru menutup pembelajaran
dengan berkata, “Baik anak-anak,
praktikum hari ini sudah selesai.
Silahkan membuat laporan singkat
dengan format yang sudah
disajikan pada LKS. Laporan
dikumpulkan per kelompok pada
pertemuan selanjutnya. Terima
kasih”
Beberapa siswa memberi
kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
Melakukan refleksi.
Memberikan tanggapan
terkait manfaat yang
diperoleh dari
pembelajaran hari ini.
Mencatat info yang
diberikan guru.
5 menit
I. Sumber Belajar
- Buku pelajaran:
Irnaningtyas, Biologi SMA/MA Kelas XII
Campbell, Biology 8th edition, 2008
- Internet:
www.campbellbiology.com
www.masteringbio.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
J. Penilaian Hasil Belajar
1. Aspek Kognitif
Teknis Penilaian:
- Tugas Individu
- Tugas Kelompok
Bentuk:
- Latihan soal
- LKS 1
2. Aspek Afektif dan Psikomotorik
Teknis Penilaian:
- melalui pengamatan saat KBM
Bentuk:
- tabel pengamatan (terlampir)
- laporan individu (LKS 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LEMBAR KERJA SISWA 1
Kelompok :
Kelas :
Bacalah artikel di bawah ini, kemudian diskusikanlah jawaban dari pertanyaan di
bawah.
Dari Buah Bintaro, Mahasiswa Malang Buat Bioetanol
MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Malang
(UM), Jawa Timur membuat bahan bakar bioetanol dari buah bintaro. Buah yang
kerap ditemui di pinggir jalan dan pesisir pantai itu diekstrak kemudian diambil
kandungan bioetanol yang terkandung di dalamnya. Rangga Ega Santoso,
mahasiswa semester 8 Jurusan Teknik Mesin mengatakan, ada sejumlah tahapan
untuk mengeluarkan kandungan bioetanol dari dalam buah tersebut. Pertama,
buah berbentuk bulat mirip telur itu dikeringkan selama tiga hari pada suhu 80
derajat celsius. Setelah itu, buah digiling hingga berbentuk serbuk dengan ukuran
60 mesh. Tahapan berikutnya adalah proses delegnifikasi. Pada tahapan ini,
serbuk buah tersebut di rendam pada larutan NaOH 1 N selama 60 menit dalam
suhu 100 derajat selsius. "Setelah itu dinetralkan pH-nya (derajat keasaman)
dengan air hasil suling atau aquades," katanya di laboratorium UM, Selasa
(1/8/2017).
Kemudian, serbuk itu disaring dan dimasukkan ke dalam oven selama satu hari.
Setelah itu, dilakukan hidrolisis atau pemecahan oleh air dengan bantuan katalis
asam sulfat sebesar 6,5 persen. "Lalu disaring dulu serbuknya diambil filtratnya
(cairannya)," ujarnya. Setelah itu dilakukan fermentasi dengan cara menambahkan
bakteri Zymomonas mobilis dengan kadar lima persen selama tiga hari dalam suhu
ruangan 25 hingga 26 derajat celsius. Setelah proses fermentasi selesai, cairan itu
dipanaskan pada suhu 50 derajat celsius untuk menghentikan kinerja
mikroorganisme dalam proses fermentasi. "Ketika suhunya sudah 50 derajat
celsius harus diambil. Tidak boleh lebih. Kalau lebih etanolnya menguap,"
sebutnya.
Terakhir adalah proses distilasi untuk mengeluarkan kadar bioetanol dalam cairan
itu. Proses distilasi dilakukan pada suhu 73 derajat celsius supaya kandungan
etanolnya menguap. Suhu itu harus stabil selama dua jam supaya kadar air yang
terkandung di dalam cairan itu tidak ikut. Rangga mengatakan, inovasinya itu
dilatari oleh kekhawatirannya akan terjadi krisis energi di Indonesia. Padahal,
Indonesia adalah negara dengan aneka ragam hayati. "Sekretaris Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Djajang Sukarna pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bilang kalau Indonesia tahun 2030 akan impor energi. Jadi kita berpikir mana
mungkin Indonesia yang notabenenya adalah negera mega biodeversiti (beragam
keaneka ragaman hayati) justru melakukan impor energi," kata dia. Karenanya, ia
bersama sejumlah mahasiswa yang lain berfikir untuk mendapatkan bioetanol
melalui buah bintaro. Menurut dia, satu kilogram berat basah buah bintaro bisa
menghasilkan sembilan mililiter bioetanol. Selain Rangga, mahasiswa yang turut
terlibat dalam inovasi tersebut adalah Nur Fitriana mahasiswa semester 6 Jurusan
Biologi, Maria Carolina Y, mahasiswa semester 4 Jurusan Teknil Sipil dan Firda
Chynthia D mahasiswa semester 4 Jurusan Pendidikan Kimia.
Sumber: https://regional.kompas.com/read/2017/08/01/15471321/dari-buah-
bintaro-mahasiswa-malang-buat-bioetanol-.
Pertanyaan Diskusi:
1. Apa itu bioetanol? Jelaskan karakteristiknya sesuai dengan yang dipaparkan
pada artikel di atas!
2. Sebut dan jelaskan tahap-tahap pembuatan bioetanol yang ada dalam artikel!
3. Bahan apa sajakah yang dapat digunakan sebagai substrat pembuatan
bioetanol?
4. Apa tujuan dilakukannya hidrolisis dan fermentasi seperti yang ada pada
artikel di atas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LEMBAR KERJA SISWA 2
A. Judul : Pembuatan Bioetanol dari U. lactuca Menggunakan
Ragi Roti dan Ragi Tape
B. Tujuan
1. Melalui kegiatan praktikum siswa mampu membuat bioetanol
menggunakan ragi roti dan ragi tape.
2. Siswa mampu menganalisis hasil pengamatan dan menyusunnya dalam
bentuk laporan kelompok.
C. Alat dan Bahan
Alat:
Erlenmeyer 250 ml, gelas beaker 500 ml, shaker, timbangan analitik, spatula,
botol fermentor steril, api bunsen, autoklaf, selang untuk fermentor, pipet
tetes, indikator universal, kertas label, kamera.
Bahan:
Tepung makroalga, ragi komersil merk Fermipan, ragi tape, gula pasir,
aquades, kapas, plastisin, tisu, sumbat, sarung tangan, masker, aluminium foil,
urea, NPK, HCl 1% dan NaOH 10%.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan pada meja praktikum masing-masing.
2. Timbanglah tepung makroalga sebanyak 20 gram menggunakan
timbangan analitik. Masukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 250 ml.
3. Masukan 200 ml HCl 1% ke dalam erlenmeyer lalu tutup menggunakan
aluminium foil. Kemudian dilakukan proses hidrolisis asam dengan
memanaskan seluruh media di dalam autoklaf pada suhu 121℃ selama
masing-masing 15, 30, dan 45 menit sesuai dengan perlakuan.
4. Setelah media dingin, atur pH sampai 4-5 dengan menambahkan NaOH
10%. Cek pH menggunakan indikator universal. Kemudian, masukkan
nutrisi berupa urea dan NPK masing-masing sebanyak 0,8 gram dan 0,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
gram ke dalam setiap media. Sterilkan media dalam autoklaf pada suhu
121℃ selama 10 menit. Dinginkan.
5. Sambil menunggu proses pendinginan media, larutkan 25 gram gula pasir
dalam 250 ml akuades steril. Buat substrat sebanyak 2 buah untuk ragi
roti dan ragi tape.
6. Timbang 12,5 gram ragi roti dan 12,5 gram ragi tape lalu masukkan
masing-masing ragi pada erlenmeyer 250 ml yang telah berisi substrat
berupa gula pasir secara aseptis lalu diaduk sampai homogen.
7. Masukkan masing-masing 10 ml inokulum ragi roti dan ragi tape pada
setiap media. Dishaker selama 10 menit hingga homogen. Tutup
menggunakan tutup botol yang telah diberi selang lalu lapisi
menggunakan plastisin untuk menghindari udara masuk selama proses
fermentasi berlangsung.
8. Masukkan ujung selang yang lain ke dalam gelas beker berisi akuades
untuk menghindari kontak langsung dengan udara. Fermentasikan selama
3 hari pada suhu ruang.
9. Setelah masa fermentasi selesai, hasil fermentasi disaring menggunakan
kain saring. Hasil penyaringan kemudian didistilasi.
10. Pengujian kadar etanol dilakukan dengan menggunakan termometer
alkohol.
11. Catat hasil uji kadar etanol pada tabel yang telah disediakan.
E. Hasil
No Lama Waktu
Hidrolisis
Kadar Etanol Keterangan
(bau, pH, dll)
1
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
F. Pembahasan
1. Apa tujuan hidrolisis menggunakan asam?
2. Bagaimana reaksi yang terjadi selama proses fermentasi?
3. Apa peranan ragi roti dan ragi tape dalam proses fermentasi?
4. Apa saja indikator terjadinya proses fermentasi?
5. Bagaimana waktu hidrolisis memengaruhi kadar etanol yang dihasilkan
makroalga U. lactuca?
G. Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
SOAL LATIHAN INDIVIDU
1. Mengapa mikroorganisme sering digunakan dalam proses bioteknologi?
2. Jelaskan perbedaan bioteknologi konvensional dan modern.
3. Jelaskan keuntungan digunakannya teknik kultur jaringan dalam
memperbanyak tumbuhan.
4. Jelaskan implikasi dari bioteknologi dalam kehidupan manusia.
5. Jelaskan peranan bioteknologi dalam bidang pengelolaan lingkungan.
PEDOMAN PENILAIAN LATIHAN SOAL
Nomor
Soal
Kunci Jawaban Skor
1 Mikroorganisme sering digunakan dalam bioteknologi karena:
perkembangbiakkan mikroorganisme relatif
sangat cepat;
sifat dasar dari mikroorganisme relatif mudah
dimodifikasi, yakni dengan teknik rekayasa
genetik;
mikroorganisme dapat memproses bahan baku
lebih cepat dibandingkan yang dilakukan hewan
maupun tumbuhan sehingga mampu
mempercepat proses produksi.
10
2 Bioteknologi konvensional menggunakan penerapan-
penerapan biologi, biokimia, dan rekayasa dalam tingkat yang
terbatas. Sementara itu, bioteknologi modern telah
menggunakan teknik rekayasa tingkat tinggi dan terarah
sehingga hasilnya dapat dikendalikan dengan baik.
10
3 Dapat dilakukan di lahan yang sempit.
Bibit tumbuhan dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak
dalam waktu yang singkat.
Bibit tumbuhan yang didapat dari teknik kultur jaringan
mempunyai sifat yang seragam dan sama dengan induk
tumbuhannya.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4 Bioteknologi memiliki beberapa dampak terhadap
kehidupan. Sebagai contoh, ketergantungan petani
pada pembelian bibit unggul transgenik yang
biasanya steril, kematian organisme nontarget akibat
memakan tanaman transgenik yang tahan hama, dan
perdebatan yang terus berlanjut mengenai kloning.
10
5 Misalnya dapat diaplikasikan dalam penanganan pencemaran
limbah minyak mentah dan pembuatan bioetanol. 10
Nilai yang diperoleh: Jumlah skor
Jumlah skor maksimum
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 4
INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR
LEMBAR PENGAMATAN ASPEK KOGNITIF (LKS 1)
No Aspek yang dinilai Rubrik Poin
1 Mengetahui definisi
bioetanol.
- Menjelaskan definisi bioetanol dengan
tepat.
- Menyebutkan karakteristik bioetanol
sesuai yang ada di artikel.
10
2 Mampu menjelaskan
tahap pembuatan
bioetanol.
- Tahap pembuatan bioetanol dijelaskan
secara lengkap dan sistematis.
10
- Tahap pembuatan bioetanol dijelaskan
secara lengkap tetapi tidak sistematis 7
3 Mengetahui substrat yang
dapat digunakan untuk
produksi bioetanol.
- Substrat disebutkan dengan lengkap 10
- Substrat disebutkan kurang lengkap 6
4 Mengetahui tujuan
hidrolisis dan fermentasi
pada proses pembuatan
bioetanol.
- Menjelaskan tujuan hidrolisis dan
fermentasi dengan lengkap. 10
- Menjelaskan tujuan salah satu aspek saja
(hidrolisis/fermentasi) dengan lengkap. 5
- Menjelaskan tujuan salah satu aspek saja
(hidrolisis/fermentasi) namun kurang
lengkap.
3
Nilai yang diperoleh: Jumlah skor
Jumlah skor maksimum
LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF (LKS 1)
No. Nama Siswa Skor
1
2
dst
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF (LATIHAN SOAL)
No. Nama Siswa Skor
1
2
dst
LEMBAR PENGAMATAN ASPEK AFEKTIF
No. Aspek yang diamati Poin
1 Kedisiplinan
Hadir tepat waktu di kelas sebelum pelajaran dimulai
Tidak menggunakan hape di luar waktu yang diperbolehkan
Tidak membuat keributan saat pelajaran berlangsung
Tidak keluar kelas tanpa alasan yang jelas saat kelas berlangsung
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
2 Kejujuran
Tidak menyontek saat mengerjakkan ulangan harian.
Tidak menyontek saat mengerjakan PR atau tugas individu
1 2 3 4
1 2 3 4
3 Sopan Santun
Menghormati guru dan sesama teman sekelas.
Tidak mengganggu teman saat diskusi berlangsung
Menghargai pendapat teman lain.
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
4 Tanggung Jawab
Berupaya sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
Bertanggung jawab dalam kelompok
1 2 3 4
1 2 3 4
5 Keaktifan
Aktif dalam mengemukakan pendapat
Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
Antusias dalam mengikuti pelajaran.
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
TOTAL
Keterangan:
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat baik
Rubrik Penilaian
A : jika total poin 46 – 60
B : jika total poin 31 – 45
C : jika total poin 15 – 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
No Nama
Siswa
Aspek yang diamati (Total Poin) Total
Seluruh
Poin
Nilai Kedisiplinan Kejujuran Sopan
santun
Tanggung
jawab
Keaktifan
1
2
3
dst
LEMBAR PENGAMATAN ASPEK KETRAMPILAN
No Aspek yang dinilai Poin
1 2 3 4
1 Menyiapkan alat dan bahan lengkap pada saat
praktikum.
2 Mampu menggunakan alat praktikum dengan tepat.
3 Melakukan praktikum sesuai dengan cara kerja.
4 Menyusun data hasil praktikum dengan lengkap dan
tepat berdasarkan yang tercantum pada LKS.
5 Mengumpulkan LKS lengkap dan tepat waktu
6 Membersihkan kembali alat dan meja praktikum.
7 Mengembalikan bahan dan alat-alat praktikum pada
tempatnya.
Keterangan:
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat baik
Rubrik Penilaian
A : jika total poin 22 – 28
B : jika totalpoin 15 – 21
C : jika total poin 7 - 14
LEMBAR PENILAIAN PENGAMATAN KETRAMPILAN
No. Nama Siswa
Aspek yang diamati Total
Poin Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1
2
dst
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM TERTULIS
A. Acara Praktikum (Judul, hari/tanggal, tempat, waktu) : 5
B. Tujuan Praktikum : 5
C. Dasar Teori : 15
D. Alat, Bahan, Cara kerja : 10
E. Hasil Pengamatan : 15
F. Pembahasan : 30
G. Kesimpulan : 10
H. Daftar Pustaka : 5
I. Lampiran : 5
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
Aspek yang
dinilai
Kriteria Skor
A. Acara
Praktikum
Menuliskan judul kegiatan sesuai dengan materi
praktikum, tanggal, tempat, dan waktu praktikum
dengan lengkap dan tepat.
5
Menuliskan judul kegiatan sesuai dengan materi
praktikum, tetapi penulisan salah satu komponen
tanggal/tempat/waktu praktikum tidak tepat/lengkap.
3
Menuliskan judul kegiatan tidak sesuai dengan materi
praktikum, serta penulisan salah satu komponen
tanggal/tempat/waktu praktikum tidak tepat/lengkap.
2
Menuliskan judul kegiatan tidak sesuai dengan materi
praktikum, serta penulisan komponen
tanggal/tempat/waktu praktikum tepat namun tidak
lengkap.
1
B. Tujuan
Praktikum
Menuliskan tujuan praktikum dengan lengkap dan
tepat.
5
Menuliskan tujuan praktikum dengan lengkap namun
ada komponen yang penulisannya kurang tepat.
3
Menuliskan tujuan praktikum dengan tepat namun
tidak lengkap.
2
C. Dasar Teori Menuliskan dasar teori dengan lengkap, sistematis,
dan mencantumkan sumber yang jelas.
15
Menuliskan dasar teori dengan lengkap, sistematis,
namun tidak mencantumkan keseluruhan sumber
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dengan jelas.
Menuliskan dasar teori dengan lengkap namun tidak
sistematis dan tidak mencantumkan keseluruhan
sumber dengan jelas.
10
Menuliskan dasar teori kurang lengkap namun
sistematis dan mencantumkan sumber yang jelas.
8
Menuliskan dasar teori namun kurang sesuai dengan
materi praktikum serta mencantumkan sumber yang
jelas.
5
D. Alat, Bahan,
dan Cara
kerja
Menuliskan alat, bahan, dan cara kerja dengan lengkap
dan tepat.
10
Menuliskan alat, bahan, dan cara kerja dengan tepat
namun tidak lengkap.
8
Menuliskan alat, bahan, dan cara kerja dengan lengkap
namun tidak tepat.
5
Menuliskan alat dan bahan dengan lengkap dan tepat,
namun cara kerja tidak tepat.
3
E. Hasil
Pengamatan
Menuliskan data hasil pengamatan dengan lengkap,
jelas, dan sistematis.
15
Menuliskan data hasil pengamatan dengan lengkap
dan jelas namun tidak sistematis.
12
Menuliskan data hasil pengamatan namun kurang
lengkap. Tetapi dijabarkan dengan jelas, dan
sistematis.
9
Menuliskan data hasil pengamatan namun kurang
lengkap, jelas, dan tidak sistematis.
6
Menuliskan data hasil pengamatan tidak lengkap,
kurang jelas, dan tidak sistematis.
3
F. Pembahasan Menuliskan pembahasan dengan lengkap dan tepat,
sesuai dengan poin-poin pembahasan pada LKS serta
mengaitkan dengan dasar teori.
30
Menuliskan pembahasan dengan tepat dan mengaitkan
dengan dasar teori, namun tidak menjawab seluruh
poin-poin pembahasan pada LKS.
25
Menuliskan pembahasan dengan lengkap dan tepat,
sesuai dengan poin-poin pembahasan pada LKS
namun tidak mengaitkan dengan dasar teori.
20
Menuliskan pembahasan dengan lengkap namun
kurang sesuai dengan poin-poin pembahasan pada
LKS serta tidak mengaitkan dengan dasar teori.
15
Menuliskan pembahasan namun tidak seluruhnya
sesuai dengan poin-poin pembahasan pada LKS.
10
Menuliskan pembahasan namun tidak sesuai dengan
poin-poin pembahasan pada LKS.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
G. Kesimpulan Menuliskan kesimpulan dengan tepat dan jelas sesuai
dengan tujuan praktikum.
10
Menuliskan kesimpulan dengan jelas namun kurang
sesuai dengan tujuan praktikum.
7
Menuliskan kesimpulan namun tidak tepat sesuai
dengan tujuan praktikum.
3
H. Daftar
Pustaka
Menuliskan daftar pustaka dengan benar, sesuai
dengan yang dicantumkan pada dasar teori, serta
berasal dari sumber terpercaya yang meliputi minimal
3 referensi dari buku dan internet.
5
Menuliskan daftar pustaka sesuai dengan yang
dicantumkan pada dasar teori, serta berasal dari
sumber terpercaya yang meliputi minimal 3 referensi
dari buku dan internet, namun tidak sesuai dengan
aturan penulisan daftar pustaka.
3
Menuliskan daftar pustaka dengan benar, sesuai
dengan yang dicantumkan pada dasar teori, namun
tidak berasal dari sumber terpercaya serta hanya
terdapat kurang dari 3 referensi.
2
Menuliskan daftar pustaka namun tidak sesuai dengan
yang dicantumkan pada dasar teori, serta tidak berasal
dari sumber terpercaya dan hanya terdapat kurang dari
3 referensi.
1
I. Lampiran Mencantumkan lampiran yang jelas, disertai
keterangan.
5
Mencantumkan lampiran yang jelas, namun tidak
disertai keterangan.
3
Mencantumkan lampiran yang tidak sesuai dengan
praktikum.
1
Nilai yang diperoleh: Jumlah skor
Jumlah skor maksimum
LEMBAR PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
No. Nama Siswa Aspek yang dinilai
Skor A B C D E F G H I
1
2
3
dst
.
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 6
UJI STATISTIK
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kadar_Etanol 12 9,3717 3,48041 4,38 13,50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar_Etanol
N 12
Normal Parametersa,b
Mean 9,3717
Std.
Deviation 3,48041
Most Extreme
Differences
Absolute ,230
Positive ,157
Negative -,230
Kolmogorov-Smirnov Z ,795
Asymp. Sig. (2-tailed) ,552
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Oneway Anova
Descriptives
Kadar_Etanol
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum
Lower Bound Upper Bound
15 3 4,5500 ,19975 ,11533 4,0538 5,0462 4,38
30 3 8,1467 ,35233 ,20342 7,2714 9,0219 7,82
45 3 11,6233 ,17214 ,09939 11,1957 12,0510 11,50
60 3 13,1667 ,31262 ,18049 12,3901 13,9433 12,88
Total 12 9,3717 3,48041 1,00471 7,1603 11,5830 4,38
Test of Homogeneity of Variances
Kadar_Etanol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,592 3 8 ,637
ANOVA
Kadar_Etanol
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 132,663 3 44,221 607,016 ,000
Within Groups ,583 8 ,073
Total 133,246 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar_Etanol
Tukey HSD
(I) Waktu_Hidrolisis (J) Waktu_Hidrolisis Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 99% Confidence
Interval
Lower Bound
15
30 -3,59667* ,22038 ,000 -4,5634
45 -7,07333* ,22038 ,000 -8,0401
60 -8,61667* ,22038 ,000 -9,5834
30
15 3,59667* ,22038 ,000 2,6299
45 -3,47667* ,22038 ,000 -4,4434
60 -5,02000* ,22038 ,000 -5,9868
45
15 7,07333* ,22038 ,000 6,1066
30 3,47667* ,22038 ,000 2,5099
60 -1,54333* ,22038 ,001 -2,5101
60
15 8,61667* ,22038 ,000 7,6499
30 5,02000* ,22038 ,000 4,0532
45 1,54333* ,22038 ,001 ,5766
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar_Etanol
Tukey HSD
(I) Waktu_Hidrolisis (J) Waktu_Hidrolisis 99% Confidence Interval
Upper Bound
15
30 -2,6299*
45 -6,1066*
60 -7,6499*
30
15 4,5634*
45 -2,5099*
60 -4,0532*
45
15 8,0401*
30 4,4434*
60 -,5766*
60
15 9,5834*
30 5,9868*
45 2,5101*
*. The mean difference is significant at the 0.01 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 7
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto 1. Makroalga kering Foto 2. Perlakuan awal Makroalga dicuci
Foto 3. Tepung makroalga hasil blender Foto 4. Bahan hidrolisis asam serta nutrisi
mikroba
Foto 5. Homogenisasi inokulum ragi Foto 6. Pengukuran pH
menggunakan indikator
universal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Foto 7. Menshaker substrat yang telah
diberi mikroba
Foto 9. Terdapat gelembung selama
proses fermentasi
Foto 11. Proses distilasi Foto 12. Hasil distilasi (destilat)
Foto 8. Proses Fermentasi
Foto 10. Alat dan bahan uji
gula pereduksi secara kualitatif
secara
kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Foto 13. Sampel A sebelum uji Fehling Foto 14. Sampel A setelah uji Fehling
Foto 15. Sampel C sebelum uji Fehling Foto 16. Sampel C setelah uji Fehling
Foto 17. Sampel D sebelum uji Fehling Foto 18. Sampel D sesudah uji Fehling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Foto 19. Sampel B sebelum uji Fehling Foto 20. Sampel B setelah uji Fehling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related