pengaruh variasi arus listrik terhadap kekuatan …smaw (shield metal arc welding), gmaw (gas metal...
Post on 27-Jan-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP KEKUATAN IMPACT
DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN PENGELASAN TIG
(TUNGSTEN INERT GAS) DENGAN BAHAN TEMBAGA (Cu)
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
oleh Ibnu Wafa 5201413078
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Pengaruh Variasi Arus Listrik terhadap Kekuatan Impact dan Struktur
Mikro pada Sambungan Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan Bahan Tembaga (Cu)
telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada
tanggal 27 bulan September tahun 2017
Oleh
Nama : Ibnu Wafa
NIM : 5201413078
Program Studi : Pend. Teknik Mesin
Panitia
Ketua Sekretaris
Rusiyanto, S.Pd, M.T Rusiyanto, S.Pd, M.T
NIP. 197403211999031002 NIP. 197403211999031002
Penguji 1 Pembimbing 1 Pembimbing 2
Drs. Agus Suharmanto M.Pd Dr. Murdani M.Pd Drs. Pramono M.Pd
NIP. 195411161984031001 NIP. 195306081980121001 NIP. 195809101985031002
Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik UNNES
Dr. Nur Qudus M.T
NIP. 196911301994031001
-
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
(sarjana, magister, dan/atau doctor), baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES)
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta
sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Semarang, 20 September 2017
Yang membuat pernyataan
Ibnu Wafa NIM. 5201413078
-
iv
ABSTRAK
Wafa, Ibnu. 2017. Pengaruh Variasi Arus Listrik Terhadap Kekuatan Impact dan Struktur Mikro pada Sambungan Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan Bahan Tembaga (Cu). Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Drs. Murdani, M.Pd dan Drs. Pramono, M.Pd.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh arus listrik pada pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaha (Cu) dengan variasi arus yang disimbolkan dengan I1= 205 Ampere, I2= 215 Ampere, dan I3= 225 Ampere terhadap kekuatan impact dan struktur mikro pada sambungan pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaga (Cu) tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Data hasil penelitian disimpulkan dalam bentuk tabel yang kemudian dirubah dalam bentuk grafik. Pengujian kekuatan impact dilakukan di Lab. Pengujian Tarik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, sedangkan pengujian struktur mikro dilakukan di Lab. Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Hasil penelitian Variasi besar arus pada pengelasan mempunyai pengaruh terhadap kekuatan impact pada sambungan las TIG dengan bahan tembaga (Cu). Dari variasi yang berbeda didapat harga K (Joule/mm2) yang tidak sarna, dari pengelasan dengan arus 205 A didapat K rata-rata = 0,82577 Joule/mm2, pengelasan dengan arus 215 A didapat IS rata-rata = 0,84421 Joule/mrn2, pengelasan dengan arus 225 A didapat K rata-rata = 0,58467 Joule/mrn2. Jadi terdapat pengaruh perbedaan penggunaan beda arus pada proses pengelasan TIG dengan bahan tembaga tersebut dan nilai IS tertinggi berada pada arus 215 ampere.
Saran dalam penelitian ini sebaiknya dalam pengelasan TIG dengan bahan tembaga (Cu) praktisi menggunakan arus listrik sebesar 215 ampere karena kekuatan impact tertinggi dari variasi tersebut dihasilkan pada arus 215 ampere. Struktur Mikro dilakukan dengan pengamplasan yang baik agar menghasilkan gambar dari struktur mikro yang baik pula.
Kata Kunci: Pengelasan, Tembaga, Impact, mikrostruktur
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan
judul “Pengaruh Variasi Arus Listrik (I) terhadap Kekuatan Impact dan Struktur
Mikro pada Sambungan Pengelasan Tig (Tungsten Inert Gas) dengan Bahan
Tembaga (Cu)”.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan skripsi ini dapat diselesaikan
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Nur Qudus M.T, selaku dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
2. Bapak Rusiyanto S.Pd., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Ketua
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
3. Bapak Drs. Agus Suharmanto, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.
4. Bapak Dr. Murdani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Pramono, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan support baik material
maupun spiritual.
7. Bapak dan Ibu Kontrakkan yang selalu membantu dan menasehati Saya.
-
vi
8. Teman–teman Panti dan Jay Loundry Kost yang telah banyak membantu
saya dalam penyelesaian pembuatan skripsi.
9. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan saran kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan.
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para dosen penguji dan pembaca
demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Semarang, 20 September 2017
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4
1.3. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5
1.4. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.6. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 8
2.1. Kajian Teori ................................................................................... 8
2.1.1. Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) .................................. 8
2.1.2. Tembaga (Cu)..................................................................... 11
2.1.3. Pengujian Impact ................................................................ 14
2.1.4. Struktur Mikro .................................................................... 18
Halaman
-
viii
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan ................................................... 22
2.3. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 23
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 25
3.1. Bahan Penelittian .......................................................................... 25
3.2. Alat Penelitian ............................................................................... 25
3.3. Prosedur Penelitian ....................................................................... 26
3.4. Diagram alir pelaksanaan penelitian ............................................. 26
3.5. Proses penelitian ........................................................................... 27
3.6. Data penelitian .............................................................................. 29
3.7. Analisis data .................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34
4.1. Hasil Uji Penelitian ........................................................................ 34
4.1.1. Data Hasil Uji Kekuatan Impact ............................................. 34
4.1.2. Pengaruh Variasi Arus Listrik terhadap Kekuatan Impact pada Sambungan Pengelasan TIG dengan bahan Tembaga (Cu) .... 36
4.1.3. Data Hasil Uji Struktur Mikro ................................................ 39
4.1.4. Pengaruh Variasi Arus Listrik terhadap Struktur Mikro pada Sambungan Pengelasan TIG dengan bahan Tembaga (Cu) .... 42
4.2. Pembahasan.................................................................................... 42
4.2.1. Analisis Pengaruh Variasi Arus Listrik terhadap Kekuatan
4.2.2. Impact pada Sambungan Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan Tembaga (Cu) .................................................. 42
4.2.3. Analisis Pengaruh Variasi Arus Listrik terhadap Struktur Mikro pada Sambungan Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan Tembaga (Cu) .................................................. 44
-
ix
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 46
5.1. Simpulan ........................................................................................ 46
5.2. Saran .............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48
LAMPIRAN ................................................................................................. 50
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Karakteristik Tembaga ................................................................ 13
Tabel 3.1. Pengambilan data pengujian impact ........................................... 30
Tabel 3.2 Pengambilan data Energi Potensial (EP) 1 .................................. 31
Tabel 3.3. Pengambilan data Energi Potensial (EP) 2 ................................. 31
Tabel 3.4. Pengambilan data pengujian struktur mikro ............................... 32
Tabel 4.1. Data hasil pengujian kekuatan impact ........................................ 34
Tabel 4.2. Data hasil untuk mengetahui EP1 ................................................ 35
Tabel 4.3. Data hasil untuk mengetahui EP2 ................................................ 36
Halaman
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rangkaian mesin las TIG .......................................................... 9
Gambar 2.2. Tembaga .................................................................................. 11
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian ........................................................... 26
Gambar 3.2. Dimensi spesimen uji impact berdasarkan ASTM E23 ......... 28
Gambar 4.1. Grafik besar energi potensial (EP) total .................................. 37
Gambar 4.2. Grafik Nilai Kekuatan Impact ................................................. 38
Gambar 4.3. Grafik Nilai Kekuatan Impact Rata-rata ................................. 39
Gambar 4.4. Struktur Mikro Sambungan Las dengan Arus 205 Ampere .... 40
Gambar 4.5. Struktur Mikro Sambungan Las dengan Arus 215 Ampere .... 41
Gambar 4.6. Struktur Mikro Sambungan Las dengan Arus 225 Ampere .... 41
Gambar 4.7. Sudut awal mesin uji impact (POLINES) ............................... 43
Gambar 4.8. Patahan hasil pengujian impact ............................................... 44
Halaman
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses manufaktur merupakan proses menigkatkan nilai dari material
yang sebelumnya mempunyai nilai yang rendah menjadi sebuah benda yang
mempunyai nilai yang lebih tinggi. Proses manufaktur sering juga diartikan
sebagai sebagai proses pembentukan suatu bahan/material menjadi suatu
benda. Banyak sekali metode-metode yang digunakan untuk membuat sebuah
benda, khususnya yang berbahan logam. Dalam pembentukan benda dengan
bahan logam dapat dibagi menjadi dua proses yaitu proses pembentukkan
benda dengan adanya proses pemanasan pada logam dan proses pembentukkan
benda tanpa adanya proses pemanasan pada logam tersebut. Salah satu metode
pebentukkan benda berbahan logam dengan adanya proses pemanasan adalah
metode pengelasan.
Metode pengelasan adalah metode yang digunakan dalam pembuatan
suatu benda dengan cara menyambung dua buah material dengan bahan yang
sama menjadi benda yang diinginkan dengan cara melakukan proses
pemanasan pada bagian material yang akan disambung dan dapat dilakukan
dengan atau tanpa bahan tambah. Pada proses pengelasan dibutuhkan sumber
panas yang sesuai. Sumber panas yang dibutuhkan dalam proses pengelasan
dapat dihasilkan dari panas listrik, panas api dengan bantuan gas bertekanan,
serta perpaduan antara gas dan listrik. Banyak jenis pengelasan yang digunakan
-
2
dalam dunia kerja, beberapa diantaranya adalah OAW (Oxy Asetilen Welding),
SMAW (Shield Metal Arc Welding), GMAW (Gas Metal Arc Welding), dan
GTAW (Gas Tungsten Arc Welding).
Dalam proses pengelasan pasti didapati beberapa kendala dan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan. Terdapat 7 (tujuh) faktor atau
variabel yang menjadi acuan dalam proses pengelasan TIG. Ketujuh faktor
tersebut diantaranya arus listrik, penentuan kutub, voltase yang digunakan,
kecepatan dalam mengelas, posisi sambungan pengelasan, diameter elektroda,
dan koomposisi gas pelindung yang digunakan serta kecepatan alirannya.
Variabel-variabel tersebut mempengaruhi penetrasi, kepadatan, dan tingkat
porositas dari hasil pengelasan itu sendiri. Jadi, agar hasil dari pengelasan
tersebut baik maka variabel-variabel tersebut harus diperhitungkan dengan
baik pula (ahmed, dkk, 2010).
Semakin hari, penggunaan OAW (Oxy Asetilen Welding) dan SMAW
(Shield Metal Arc Welding) semakin berkurang, hal ini dikarenakan ada jenis
pengelasan yang dianggap lebih praktis yaitu GMAW (Gas Metal Arc
Welding) dan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). Selain praktis, jenis bahan
yang akan dilas juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
jenis pengelasan apa yang akan digunakan.
Salah satu dari keempat jenis pengelasan di atas yang sedang banyak
digunakan saat ini adalah pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding).
Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) merupakan salah satu jenis
pengelasan yang menggunakan perpaduan antara listrik dan gas sebagai media
-
3
pengelasannya. Dalam pengelasan jenis ini, listrik digunakan sebagai sumber
nyala api dan gas sebagai pelindung dari udara luar. Jenis gas yang digunakan
dalam pengelasan jenis ini adalah jenis gas mulia seperti: helium (He), argon
(Ar), neon (Ne) dan radon (Rn) tetapi yang umum digunakan adalah gas argon
(Ar).
Tidak semua bahan dapat dilakukan proses pengelasan dengan jenis
pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). Salah satu bahan logam yang
digunakan dalam proses pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
adalah tembaga (Cu). Memang tembaga merupakan bahan yang tidak umum
digunakan pada kehidupan sehari-hari tetapi juga diperlukan untuk kebutuhan
industri tertentu. Material tembaga sendiri akan dibuat menjadi sebuah benda
yang mempunyai kemampuan tertentu menyesuaikan dengan kebutuhan
lapangan yang diperlukan.
Penggunaan suatu bahan untuk dijadikan suatu benda dalam proses
pengelasan juga memperhatikan sifat fisis dan mekanik dari bahan tersebut.
Hal ini dikarenakan pada penggunaan benda tersebut akan muncul beberapa
masalah yang terjadi. Oleh karena itu perlu juga dilakukan pengujian ulang
terhadap hasil pengelasan pada bahan yang digunakan tersebut karena pada
proses pengelasan dilakukan proses pemanasan terhadap benda sehingga
menyebabkan sifat fisis dan sifat mekanik benda yang berubah pula.
Peneliti memilih tembaga (Cu) sebagai material yang digunakan dalam
penelitian karena peneliti pernah melakukan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di
PT. Lastek Dwijasarana Indonesia (Inlastek) yang merupakan salah satu
-
4
perusahaan yang bergerak di bidang jasa produksi khususnya pada bidang
pengelasan. Peneliti pernah melakukan praktik mengelas tembaga yang
dijadikan suatu saluran bercabang 3 (tiga) untuk dijadikan tempat keluar
masuknya cairan kimia berbahaya yang digunakan di salah satu perusahaan
percetakan buku di Surakarta. Peneliti berfikir bahwa di dalam lingkungan
kerja pasti terdapat suatu kecelakaan kerja yang terjadi, baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja. Peneliti juga berfikir apabila terdapat benda
asing yang terjatuh lalu mengenai sambungan pengelasan tembaga tersebut
sehingga dapat mengakibatkan kebocoran sambungan maka hal tersebut akan
membahayakan pekerja pabrik tersebut. Dari pemikiran tersebut peneliti
memutuskan untuk meneliti bagaimana pengaruh variasi arus listrik terhadap
kekuatan impact pada sambungan pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas)
dengan bahan tembaga (Cu). Peneliti ingin mencari kekuatan impact yang
terbaik dari material hasil pengelasan dengan menggunakan variasi arus yang
berbeda.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Adanya pembuatan saluran cairan pada perusahaan percetakan diperlukan
bahan yang kuat pada suhu rendah, tekanan tinggi, dan mempunyai
ketahanan terhadap reaksi kimia.
-
5
2. Proses penyambungan pada pembuatan saluran cairan bertekanan
harus mempunyai kerapatan yang tinggi untuk mengurangi resiko
kebocoran sambungan.
3. Kekuatan sambungan las dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
tegangan busur, besar arus, kecepatan pengelasan, besarnya penembusan
dan jenis sambungan atau kampuh las.
4. Semakin besar arus yang digunakan maka semakin besar dan dalam
daerah lebur.
5. Semakin besar dan dalam daerah lebur pada sambungan atau kampuh
las maka semakin besar kekuatan sambungan las tersebut.
6. Pengaruh besar dan kedalaman daerah pengelasan terhadap kekuatan
impact pada tembaga (Cu).
7. Jenis kampuh dan arus las yang sesuai untuk sambungan tembaga agar
kekuatan sambungan tinggi.
1.3. Pembatasan Masalah
Dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengelasan, maka penelitian ini akan deberi batasan masalah yaitu hasil
pengujian impact dan struktur mikro dari material tembaga (Cu) yang telah
dilas dengan jenis kampuh dan variasi arus listrik las dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Variasi arus listrik tersebut adalah 205 A, 215 A, dan 225 A.
2. Kampuh las yang digunakan adalah kampuh las V.
-
6
3. Pendinginan yang digunakan adalah pendinginan dengan menggunakan
udara terbuka.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi arus listrik terhadap kekuatan impact pada
pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaga (Cu)?
2. Bagaimana pengaruh variasi arus listrik terhadap struktur mikro pada
pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaga (Cu)?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari variasi arus listrik terhadap kekuatan
impact pada sambungan pengelasan TIG dengan tembaga (Cu).
2. Untuk mengetahui pengaruh dari variasi arus listrik terhadap struktur
mikro pada sambungan pengelasan TIG dengan tembaga (Cu).
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
-
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memerikan sumbangan
informasi bagi penelitian berikutnya di masa yang akan datang, terutama
yang akan meneliti tentang “pengaruh variasi arus listrik terhadap
kekuatan impact dan struktur mikro pada sambungan pengelasan TIG
(Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaga (Cu)”. Hasil penelitian ini
juga daiharapkan dapat menambah khasanah ilmu bagi para pembaca.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan baru sebagai bekal di masa depan yang lebih baik.
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian teori
2.1.1. Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas)
Pengelasan adalah proses penyambungan secara permanen satu
atau lebih material logam dengan ikatan metalurgi yang dilaksanakan pada
waktu logam dalam keadaan lumer atau cair. Guna rnernperoleh hasil yang
maksimal diperlukan pengetahuan yang mendalam baik pengetahuan
tentang material maupun pengetahuan tentang proses pengelasan. Banyak
parameter yang harus diperhatikan. Penetapan nilai-nilai parameter yang
tidak tepat berdampak pada hasil las yang tidak optimal. (Eko,dkk,2014)
Dalam penggunaannya di dunia kerja terdapat banyak jenis
pengelasan, salah satunya adalah las TIG. Proses ini merupakan suatu
metode pengelasan dengan jalan mana suatu busur api listrik
dipertahankan di antara sebuah elektroda tungsten yang bukan mampu
habis yng pada hakekatnya berdiri sendiri, dalam suatu atmosfer argon
murni, dengan atau tanpa tambahan kecil gas-gas berfaedah lainnya.
Perisai gas mencegah kontaminasi logam las oleh udara. Permukaan
paduan aluminium sebagai contoh ditutupi oleh lapisan oksida tahan api
bertitik lebur tinggi yang harus dihilangkan sebelum suatu las yang
memuaskan dapat dibuat. Suatu kawat pengisi juga dapat ditambahkan
-
9
pada tepi depan genangan cairan untuk membentuk las. (W. Kenyon, 1979:
107)
Gambar 2.1. Rangkaian las TIG
Dalam proses pengelasan pasti didapati beberapa kendala dan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan. Ahmed dkk (2010)
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil pengelasan TIG sebagai berikut:
The following are some of the variables that affect weld penetration, bead geometry and overall weld quality: 1) Welding current 2) Polarity (DCSP/DCRP) 3) Arc voltage (arc length) 4) Travel speed 5) Weld joint position 6) Electrode diameter 7) Shielding gas composition and flow rate Knowledge and control of these variables is essential to consistently produce welds of satisfactory quality. These variables are not completely independent, and changing one generally requires changing one or more of the others to produce the desired results.
-
10
Dari penjelasan Ahmed dkk (2010) diatas, kita dapat mengetahui
bahwa terdapat 7 (tujuh) faktor atau variabel yang menjadi acuan dalam
proses pengelasan TIG. Ketujuh faktor tersebut diantaranya arus listrik,
penentuan kutub, voltase yang digunakan, kecepatan dalam mengelas,
posisi sambungan pengelasan, diameter elektroda, dan koomposisi gas
pelindung yang digunakan serta kecepatan alirannya. Variabel-variabel
tersebut mempengaruhi penetrasi, kepadatan, dan tingkat porositas dari
hasil pengelasan itu sendiri. Jadi, agar hasil dari pengelasan tersebut baik
maka variabel-variabel tersebut harus diperhitungkan dengan baik pula.
Dalam manual book dengan judul Technical Specifications For
TIG Welding polaritas dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:
1. DCRP (Direct Current Straight Polarity)
Tipe elektroda yang digunakan dalam tipe ini merupakan
elektroda negatif yang mana panas yang dihantarkan oleh arus sebesar
70% terdapat pada benda kerja sedangkan 30% sisanya terdapat pada
elektroda/bahan tambah. Penetrasi yang dihasilkan tipe ini cenderung
dalam. Material yang cocok menggunakan tipe ini diantaranya adalah
stainless steel, baja karbon sedang, nikel, tembaga dan titanium.
2. DCSP (Direct Current Reverse Polarity)
Tipe elektroda yang digunakan dalam tipe ini merupakan
elektroda positif yang mana panas yang dihantarkan oleh arus sebesar
30% terdapat pada benda kerja sedangkan 70% sisanya terdapat pada
elektroda/bahan tambah. Penetrasi yang dihasilkan tipe ini cenderung
-
11
dangkal. Material yang cocok menggunakan tipe ini diantaranya
adalah material-material yang tipis.
3. ACHF (Alternating Current High Frequency)
Tipe elektroda yang digunakan dalam tipe ini merupakan
elektroda alternatif atau netral yang mana panas yang dihantarkan oleh
arus sebesar 50% terdapat pada benda kerja sedangkan 50% sisanya
terdapat pada elektroda/bahan tambah. Penetrasi yang dihasilkan tipe
ini cenderung sedang. Material yang cocok menggunakan tipe ini
diantaranya adalah aluminium dan magnesium.
2.1.2. Tembaga
Logam merupakan unsur alam yang diperoleh dari laut, erosi
batuan, vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986 dalam Ardi, 2009).
Golongan logam umumnya memiliki daya hantar dan daya panas yang
tinggi. Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua
golongan, yaitu golongan logam ringan (light metal) yang mempunyai
densitas < 5 g/cm3, sedangkan logam berat (heavy metal) mempunyai
densitas > 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1997 dalam Ardi, 2009).
Tembaga (Cu) merupakan logam transisi golongan IB yang
memiliki nomor atom 29 dan berat atom 63,55 g/mol. Tembaga dalam
bentuk logam emiliki warna kemerah-merahan, namun lebih sering
ditemukan dalam bentuk berikatan dengan ion-ion lain seperti sulfat
sehingga memiliki warna yang berbeda dari logam tembaga murni.
-
12
Tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) merupakan salah satu bentuk
persenyawaan Cu yang sering ditemukan. Senyawa tersebut biasa
digunakan dalam bidang industri, misalnya untuk pewarnaan tekstil, untuk
penyepuhan, pelapisan, dan pembilasan pada industri perak. Selain itu,
tembaga sulfat pentahidrat juga marak digunakan dalam bidang pertanian
dan peternakan, yaitu sebagai fungisida, algasida, pupuk Cu, dan sebagai
zat pengatur pertumbuhan untuk babi (Alloway, 1995).
Gambar 2.2. Tembaga
Tembaga atau copper (Cu) umumnya berbentuk kristal dan
memiliki warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur kimia, tembaga
memiliki nomor atom (NA) 29 dan memiliki bobot atau berat atom (BA)
63,546 (Palar, 2004 dalam Ardi, 2009). Keberadaan unsur tembaga di alam
dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak
ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam
bentuk mineral (Palar, 2004 dalam Ardi, 2009). Tembaga (Cu) di perairan
alami terdapat dalam bentuk partikulat, koloid dan terlarut. Fase terlarut
merupakan Cu2+ bebas dan ikatan kompleks, baik dengan ligan inorganik,
-
13
terutama (CuOH+ , Cu2(OH)2 2+) maupun organik. Ikatan Cu kompleks
dengan ligan organik, terutama adalah oleh material humus. Ikatan
kompleks Cu yang terjadi dalam sedimen laut adalah yang paling stabil,
sementara yang terbentuk dalam kolom air laut stabilitasnya paling rendah
(Moore dan Ramamoorthy, 1984 dalam Ardi, 2009).
Setiap material logam yang murni maupun campuran mempunyai
karakteristik masing-masing. Salah satu material murni adalah tembaga.
Di bawah ini merupakan karakteristik dari material tembaga.
Tabel 1.1. Karakteristik Tembaga
(sumber: W. Kenyon, 1985:24)
Karakteristik Tembaga Warna Merah muda kemerah-merahan bila dipolis tapi
terbentuk permukaan coklat bila dipanaskan Temperatur lebur 1083o C Kekerasan Berubah-ubah dengan derajat kerja dingin
� Dalam keadaan dianeal 47-52 Hv � Setelah kwantitas kerja dingin cukup 85-105 Hv
Sifat kemagnetan Bukan bersifat magnet Massa 8.94 g/cm3 pada 20o C Koefisien ekspansi linear
Tembaga: 17.7 x 10-6 per oC Kekuning-kuningan: 70/30 = 19.9 x 10-6 per oC; 60/40 = 20.8 x 10-6 per oC
Konduktivitas Tembaga konduktivitas tinggi bebas oksigen (O.F.H.C.- Oxygen – free – high - conductivity) mempunyai konduktivitas listrik dan termal yang tinggi sekali. Apabila elemen-elemen ditambahkan pada tembaga murni, konduktivitas listriknya menurun
Kekuatan tarik � Kondisi dianeal 220-250 N/mm2 � Setelah pengerjaan dingin 310-400 N/mm2
-
14
Setiap material mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat berupa sifat fisis dan sifat mekanik. Di bawah ini merupakan
sifat dari bahan tembaga sebagai berikut:
Copper is resistant to oxidation, fresh and salt water, alkaline solutions and many organic chemical. This good corrosion resistance makes copper and copper alloy ideally suited for water tubing, valves, fittings, heat exchangers, chemical equipment, and bearings. Copper reacts with sulfur and amonia compounds. Ammonium hydrooxide solutions attack copper and copper alloy rapidly.(Copper Development Association,1997:2)
Inti dari keterangan di atas adalah tembaga mempunyai sifat yang
tahan terhadap oksidasi, air tawar dan air laut (air garam), larutan alkali,
dan sifat kimia organik yang lainnya. Oleh karena sifatnya yang
mempunyai ketahan yang cukup baik maka tembaga sendiri sangat cocok
untuk dijadikan benda seperti pipa saluran air/cairan lain, katup, perabot,
penghantar panas, peralatan kimia, dan bantalan poros. Tembaga bereaksi
dengan sulfur dan senyawa amonia. Larutan amonia merusak tembaga dan
tembaga campuran dengan sangat cepat.
2.1.3. Pengujian Impact
Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk
menguji ketangguhan suatu specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba
melalui tumbukan. Ketangguhan adalah ukuran suatu energy yang
diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang diukur dari
luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin
memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk
-
15
kondisi pembebanan kejut. Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan
terhadap perpatahan yang didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis
dan panjang retak. (Rusnoto, 2013)
Dasar pengujian impak adalah penyerapan energi potensial dari
pendulum beban yang berayun yang menumbuk benda uji sehingga benda
uji rnengalarni deforrnasi plastis. Faktor banyaknya energi yang mampu
diserap oleh bahan uji dapat digunakan sebagai indikasi awal sifat getas
atau ulet dari suatu bahan sebelurn terjadinya patahan, di rnana bahan yang
ulet menunjukkan harga irnpak yang besar. (Suheni, 2007)
The Nufflied Foundation (2008) dalam study sheet-nya
menjelaskan tentang ketahanan impact sebagai berikut:
When two objects collide, damage is often done to one or other of them. How well something resists damage is called its impact resistance. An impact test measures how much energy is absorbed when an object fractures or breaks under a high speed collision. Inti dari ketrangan di atas adalah impact terjadi apabila adanya 2
buah benda yang bertabrakan atau mempunyai gaya yang berlawanan yang
mana dampaknya berpengaruh pada salah satu benda atau bisa saja
keduanya. Apabila ditemukan suatu kejadian dimana objek tidak
mempunyai dampak dari suatu tumbukan yang terjadi, maka kemampuan
tersebut dapat disebut dengan ketahanan impact. Suatu uji impact juga
mengacu pada seberapa banyak energi yang diserap ketika benda
mendapatkan hantaman yang menyebabkan retak atau patah dalam
tumbukan dengan kecepatan yang tinggi.
-
16
The Nufflied Foundation (2008) dalam study sheet-nya juga
menjelaskan bahwa pengujian impact merupakan uji ketahanan suatu
material dan bukan merupakan uji kekerasan material, penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Impact testing is about resisting impact. This is often called a material’s toughness. It’s the amount of energy a material can absorb before fracturing or breaking and has the unit joules per metre cubed (J m-3). If you plot load against deflection, this energy is given by the area beneath the curve:
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pengujian impact
merupakan suatu kondisi material yang mempunyai kemampuan terhadap
suatu tumbukan. Kemampuan tersebut dapat juga disebut dengan
ketangguhan material. Kekuatan impact merupakan banyaknya energi
yang dapat diserap oleh suatu material sebelum terjadinya retak atau patah
dan mempunyai satuan joule per meter kubik (J m-3). Jika suatu beban
ditempatkan berlawanan dengan gaya yang bertolakkan, energi yang
diberikan berada pada bagian bawah garis kurva pada gambar di atas.
B.R. Schlenker (1969:95) dalam bukunya mengklasifikasikan
pengujian impact kedalam 3 (tiga) tipe yang berbeda.
Three common types of tests are used. (1) The Tensile impact test: uses a notced or un-notched specimen
which is broken by a dropping weight. The test is not common
-
17
because of the large capacity and extreme rigidity required in the testing machine.
(2) The Izod test: employs a cantilevered test specimen of 10mm x 10mm section which is broken by means of a swinging pendulum. This is also done using a round specimen of 0,450“ diameter, this type of specimen being more readily manufactured.
(3) The Charpy test: tests the standard specimen as abeam having a span of 40 mm, the blow being delivered a point directly behind the notch.
Dari keterangan di atas, menurut BR schlenker, tipe yang
digunakan dalam pengujian impact diklasifikasikan menjadi 3 tipe/metode
yaitu pengujian impact tarik, metode Izod, dan metode Charpy. Pada
metode impact tarik bisa menggunakan atau tanp takikan pada spesimen
yang mana akan tetap hancur dengan beban yang dijatuhkan. Pada metode
Izod menggunakan spesimen dengan ukuran 10mm x 10mm yang mana
diberi beban kejut dari bandul yang diayunkan. Sedangkan metode Charpy
menggunakan standar spesimen dengan rentang 40mm, metode ini
dilakukan dengan mengayunkan bandul tepat dibelakang takikan pada
spesimen.
Menurut Fajar (2012), secara umum sebagaimana analisis
perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme
pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet
(ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang
berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
-
18
2. Perpatahan granular/ kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme
pembelahan pada butirbutir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle).
Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu
memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi
dua jenis perpatahan di atas.
2.1.4. Pengujian Struktur Mikro
G. Krauss (2013) dalam bukunya menjelaskan tentang struktur
internal suatu material sebagai berikut:
Together with steel chemistry, processing steps create the many microstructures that may form in each of the great variety of steels. The term microstructure derives its meaning from the fact that microscopy is required to resolve characteristic features of steel internal structures that range in size from those resolvable with the unaided eye to features resolvable only by light and electron microscopy. The unaided eye can resolve 0.1 mm (0.004 in.), and more closely spaced features require microscopy of some sort. The most appropriate unit for many microstructural features of steel, for example, grain or crystal size, is the micron or micrometer (μm), 10–6 m, or 0.001 mm (0.00004 in.), well below features that are resolvable by eye. The light microscope has a resolution on the order of 0.5 μm and therefore is quite adequate for the characterization of many features of steel microstructures. Keterangan di atas menjelaskan bahwa selain mempunyai sifat
kimia yang berbeda, bahan logam juga mempunyai struktur mikro yang
berbeda pula. Perbedaan struktur mikro material merupakan pengaruh dari
proses pembuatan material tersebut. Suatu material dapat dikatakan
mempunyai suatu struktur yang berukuran mikro apabila struktur material
tersebut tidak dapat dilihat dengan kondisi mata telanjang melainkan
-
19
dengan menggunakan bantuan alat yaitu mikroskop elektron dengan
menggunakan bantuan cahaya. Ukuran struktur yang memungkinkan
untuk dilihat oleh mata adalah ukuran 0,1 mm (0,004 in) dan apabila
kurang dari itu maka dirasa sangat sulit bagi mata mampu melihatnya.
Ukuran umum yang terdapat pada struktur internal logam biasanya
seukuran dengan biji-bijian atau berukuran kristal yaitu setara dengan
ukuran mikron (μm) atau setara dengan 0,001 mm (0,00004), ukuran
tersebut merupakan ukuran yang tak kasat mata. Oleh karena itu
dibutuhkan alat untuk melihat struktur internal dari material logam yaitu
dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Menurut Abson dan Pargeter (1986) dalam Anang dan Yusa
(2006), struktur mikro yang mungkin terbentuk dari pengelasan adalah:
1. Proeutectoid Ferrrite, terdiri dari grain boundary Ferrite dan
intragranular polygonal Ferrite pada suhu 1000-650 oC.
2. Widmanstatten Ferrrite atau Ferrite with aligned second phase pada
suhu 750-650 oC.
3. Accicular Ferrite, tumbuh di dalam butir Auste-nite pada suhu 650 oC.
4. Bainite, terbentuk pada suhu 400-500 oC.
5. Martensite, terjadi jika pendinginan berlangsung sangat cepat.
Dalam suatu kondisi, struktur mikro yang dimiliki oleh suatu bahan
dapat mengalami perubahan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
perlakuan terhadap bahan tersebut. Salah satu perlakuan yang dilakukan
adalah perlakuan panas. Perlakuan panas tersebut didapatkan dari proses
-
20
pengelasan. Pengujian yang dapat dilakukan adalah pengujian
metallografi. Pengujian Metallografi bertujuan untuk mengamati dan
mengetahui perubahan struktur mikro dan makro pada logam.
Menurut Mawan (2016) dalam penelitiannya yang mengacu pada
standar uji ASTM E3, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian
struktur mikro antara lain:
1) Pemilihan spesimen
Pemilihan spesimen adalah pemilihan letak bagian permukaan
mana yang perlu diteliti, misalnya untuk meneliti perbedaan struktur
mikro pada bagian tepi, tepi-tengah, dan tengah seperti pada proses
dekarburisasi, kedalaman korosi, tebal pelapisan dan sebagainya.
2) Ukuran spesimen
Ukuran spesimen yang dipoles umumnya tidak lebih dari 12 ÷
25 mm2 atau Ø 12 ÷ 25 mm jika spesimen bulat. Untuk spesimen ang
terlalu kecil harus di-mounting (diresin) untuk memudahkan peletakan
pada mikroskop.
3) Pemotongan material spesimen
Proses pemotongan material harus dijauhkan dari hal-hal yang
dapat merusak bagian struktur yang akan diteliti karena pengaruh
panas akibat gergaji, gerinda atau alat potong las.
4) Pembersihan
Spesimen harus dibersihkan dari debu, gemuk, oli dan karat,
dengan solven.
-
21
5) Mounting spesimen
Spesimen dicetak pada plastik resin untuk ukuran spesimen
kecil. Bahan ini tahan dari bahan etsa, sehingga tidak kusam.Pada
bagian permukaan yang diteliti dibiarkan terbuka, sehingga dapat
dietsa.
6) Penggerindaan dan pemolesan
Permukaan yang kasar harus digerinda atau diamplas dengan
ukuran dari kasar hingga lembut. Setelah halus kemudian permukaan
dipoles dengan kain poles yang berputar sehingga nampak mengkilap.
7) Pengetsaan
Pengetsaan dilakukan dengan mengoleskan pengetsa pada
permukaan spesimen. Bahan etsa yang digunakan tergantung dari
jenis material, misalnya:
a) Aquades
b) HNO3 untuk baja.
c) HCL+H2O2 untuk tembaga.
2.2. Kajian penelitian yang relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan yang menjadi rujukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Achmad Arifin, dkk (2012), meneliti tentang pengaruh preheat
terhadap struktur mikro dan sifat mekanis sambungan las TIG dengan material
baja paduan 12Cr1MoV. Hasil dari penelitian tersebut adalah akibat adanya
-
22
pengaruh siklus thermal selama proses pengelasan, khususnya pada proses
transformasi γ (austenit) menjadi α (ferit) pada interval temperatur 800oC-
500oC. Panas yang tinggi saat pengelasan menyebabkan terjadinya daerah
HAZ yang terdiri dari butir kasar akibat pertumbuhan butir (grain growth) dan
butir halus akibat rekristalisasi butir austenit sehingga terjadi terjadi perubahan
struktur mikro dan sifat mekanik.
Anang dan Yusa (2006), meneliti tentang analisa ketangguhan dan
struktur mikro pada daerah las dan HAZ hasil pengelasan Sumerged Arc
Welding pada baja SM 490. Hasil dari penelitian tersebut adalah masukkan
panas pada benda mempengaruhi nilai ketangguhan dan struktur mikro daerah
las dan HAZ bahan baja SM 490 dan untuk daerah HAZ kenaikan masukan
panas menyebabkan meningkatnya persentase Wid-manstaten Ferit.
Sekolastika Ninien, Ponimin (2011), meneliti tentamg pengeruh
besaran arus listrik pada las TIG terhadap perubahan struktur mikro. Hasil
penelitiannya adalah struktur mikro dari masing-masing daerah (baik daerah
lasan, butir alus, dan logam induk) untuk masing-masing variasi arus adalah
sama. Fasa pada daerah weld metal terdiri dari ferrit dan cementite (Fe3C). Fasa
dari daerah butir halus berupa ferrit namun jika dibandingkan dengan ferrit
yang terdapat pada logam induk, ukuran butir ferrit pada butir halus lebih besar
daripada pada ukuran butir ferrit pada logam induk.
Suheni dan Samsuri (2007), meneliti tentang pengaruh perubahan arus
listrik terhadap kekuatan impak pada material yang berbeda. Dalam penelitian
tersebut material yang digunakan adalah baja dan stainless steel. Hasil dari
-
23
penelitian tersebut adalah 140A mempunyai harga IS yang lebih tinggi dari
pengelasan dengan arus 120A dan 100A. Jadi ada pengaruh perbedaan pada
penggunaan arus yang berbeda dengan elektroda 50 pada proses pengelasan
TIG.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Logam yag berbeda menanggapi suatu perlakuan (perlakuan panas)
dengan temperatur yang berbeda. Setiap logam memiliki komposisi kimia
tertentu, sehingga perubahan sifat fisik dan struktural berlangsung pada bagian
yang berbeda, suhu kritis. Presentase kecil dari unsur-unsur dalam komposisi
logam, seperti karbon, akan sangat menentukan suhu, waktu, metode dan
tingkat pendinginan yang perlu digunakan dalam proses perlakuan panas.
Bergantung pada perlakuan panas yang digunakan, struktur atom dan/atau
struktur mikro dari suatu material dapat berubah karena pergerakan dislokasi,
peningkatan ukuran butir, pembentukkan butir baru yang sama atau berbeda
fase, perubahan dalam struktur kristal, dan mekanisme yang lain.
Dalam teori di atas dapat dijelaskan bahwa, semakin tinggi suhu
pemanasan yang dilakukan pada suatu material maka akan semakin berubah
pula struktur mikro dari material tersebut. Dari teori tersebut dapat muncul
dugaan bahwa semakin tinggi arus yang digunakan dalam suatu proses
pengelasan maka semakin berubah pula struktur mikro dari material yang dilas
tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tinggi arus pengelasan, semakin tinggi
pula suhu yang diterima material yang dilas tersebut.
-
24
Variasi arus diduga berpegaruh pada struktur mikro, sedangkan struktur
mikro sendiri memberikan pengaruh terhadap nilai kekuatan impact dari suatu
material. Semakin rengganggnya struktur mikro dalam suatu material akan
semakin rendah pula kekuatan impactnya, begitu pula sebaliknya.
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa diduga terdapat
pengaruh dari variasi arus listrik terhadap struktur mikro dan kekuatan impact
dari hasil pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) dengan bahan tembaga (Cu)
-
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Variasi besar arus pada pengelasan mempunyai pengaruh terhadap kekuatan
impact pada sambungan las TIG dengan bahan tembaga (Cu). Dari variasi
yang berbeda didapat harga K (kgm/mm2) yang tidak sarna, dari pengelasan
dengan arus 205 A didapat K rata-rata = 0,82577 kgm/mm2, pengelasan
dengan arus 215 A didapat K rata-rata = 0,84421 kgm/mrn2, pengelasan
dengan arus 225 A didapat K rata-rata = 0,58467 kgm/mrn2. Jadi ada
pengaruh perbedaan penggunaan beda arus pada proses pengelasan TIG
dengan bahan tembaga tersebut. Dan nilai IS tertinggi berada pada arus 215
ampere.
2. Struktur mikro pada sambungan las menunjukkan adanya perbedaan yang
terjadi pada metode las dengan arus 205, 215, dan 225 Ampere. Semakin
besar arus yang diberikan terlihat butiran mengalami pengasaran. Struktur
mikro daerah sambungan las menunjukkan terjadinya pertumbuhan butir
yang segnifikan pada saat pengelasan. Semakin besar arus yang diberikan
maka semakin kasar butiran tersebut yang menunjukan tingkat kekerasanya
menurun. Selain tingkat kekerasan yang menurun, tingkat kekuatan
impactnya pun menurun.
-
47
5.2. Saran
Saran yang diberikan setelah dilaksanakannya penelitian skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Saran bagi praktisi
a. Sebaiknya dalam pengelasan TIG dengan bahan tembaga, praktisi
menggunakan arus sebesar 215 ampere karena kekuatan impact
tertinggi dari variasi tersebut dihasilkan pada arus 215 ampere.
b. Struktur Mikro dilakukan dengan pengamplasan yang baik agar
menghasilkan gambar dari struktur mikro yang baik pula.
2. Saran bagi penelitian berikutnya
a. Perlu diperbanyak atau diperbesar variasi arus yang digunakan agar
dapat mengetahui perbandingan kekuatan impact yang lebih banyak.
Bila perlu diberi variasi tambahan misalnya variasi kampuh, variasi
bentuk notch dan lainnya.
b. Struktur Mikro dilakukan di banyak titik seperti titik pengelasan,
daerah HAZ, dan pada logam induk agar dapat diketahui perbedaan
butir-butir penyusunnya.
-
48
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Applied Science: GCE A2 UNITS. 2008. Activity Brief: Impact Testing. The Nuffield Foundation.
Afriansyah, Ardi. 2009. Skripsi: Konsentrasi Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu)
Dalam air, Seston, Kerang dan Raksinasinya Dalam Sedimen di Perairan Delta Berau, Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor: Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Arifin, Achmad, dkk. 2012. Jurnal: Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro
dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler. Yogyakarta: Seminar Nasional Pascasarjana XII, Surabaya 12 Juli 2012.
ASTM International. 2011. ASTM E23: Standard Test Methods for Notched Bar
Impact Testing of Metallic Materials. United States: Universidade de Sao Paulo.
ASTM International. ASTM E3: Standard Practice for Preparation of
Metallographic Specimens. United States: ASTM.
Copper Development Association.1997. Welding Copper and Copper Alloys. Miami: American Welding Society.
Doebrich, Jeff. 2009. Copper—A Metal for the Ages. Reston: USGS Mineral
Resources Program. Hermawan, Mawan. 2016. Naskah Publikasi Karya Ilmiah: Pengaruh Arus
Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Produk Las Tembaga Dan Baja Karbon Dengan Metode Tungsten Inert Gas (TIG). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Husein, Ahmed Khalid et al. 2010. Jurnal: Influence of Welding Speed on Tensile
Strength of Welded Joint in TIG Welding Process. International Journal Of Applied Engineering Research, Dindigul Volume 1, No 3, 2010, ISSN: 0976-4259.
Ismail, Fajar. 2012. Skripsi: Rancang Bangun Alat Uji Impak Charpy. Universitas
Diponegoro: Jurusan Teknik Mesin.
Kenyon,W. 1979. Dasar-dasar Pengeasan. Diterjemahkan oleh: Ir. Dines Ginting. Jakarta: Erlangga.
-
49
Krauss, G. 2015. Steels-Processing Structure, And Performance, Second Edition. ASM International.
Ninien, Skolastika dan Ponimin. 2011. Jurnal: Analisa Pengaruh Penggunaan Variasi Besaran Arus Pada Las Tig Terhadap Perubahan Struktur Mikro. Mc Trik Polban, Vol. 5, No.1, 18-23, ISSN: 1411-0741.
Prasetyo, Eko dan Djoko Suwito. Jurnal: Pengaruh Hasil Pengelasan Las Tig
Terhadap Kekuatan Tarik Dan Ketangguhan pada Material Baja Karbon Rendah. JTM. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, 21-28.
Rusnoto. Jurnal: Studi Kekuatan Impak Pada Pengecoran Padual Al-Si (Piston
Bekas) Dengan Penambahan Unsur Mg. Tegal: Jurnal Foundry Vol. 3 No. 2 Oktober 2013 ISSN : 2087-2259.
Schlenker, B.R. 1974. Introduction to Materials Science. New York: ASM
International. Setiawan, Anang dan Yusa Asra Yuli Wardana. Jurnal: Analisa Ketangguhan dan
Struktur Mikro pada Daerah Las dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged Arc Welding pada Baja SM 490. Surabaya: Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Oktober 2006: 57 – 63.
Suheni dan Syamsuri. Jurnal: Pengaruh Perubahan Arus Las TIG Terhadap
Kekuatan Impak Pada Material Yang Berbeda. Saintek, Vol. 11, No. 1, Juli 2007: 79-89.
Sukamto. Jurnal: Pengaruh Media Pendingin Terhadap Hasil Pengelasan TIG
pada Baja Karbon Rendah. Janateknika Vol. 11 No. 2/ Juli 2009 ISSN 1441–1152.
Worlwide CK. 2016. Manual Book: Technical Specifications for TIG Welding.
USA: CK Worlwide.
top related