pengaruh pengetahuan, sikap, tindakan kepala …repository.utu.ac.id/664/1/bab i_v.pdfada....
Post on 28-Dec-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN KEPALAKELUARGA TENTANG ASAP KAYU BAKAR DENGAN
KEJADIAN ASMA DI DESA PULO TENGEHKECAMATAN PATE CEUREUMEN
KABUPATEN ACEH BARAT
OLEH:
SOPIAN NUR
NIM: 09C10104101
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2014
PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN KEPALA KELUARGATENTANG ASAP KAYU BAKAR DENGAN KEJADIAN ASMA DI DESA
PULO TENGEH KECAMATAN PATE CEUREUMENKABUPATEN ACEH BARAT
Skripsi
SOPIAN NUR
NIM: 09C10104101
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini di kawasan perdesaan, kayu masih dijadikan bahan bakar untuk
memasak, akan tetapi tidak banyak yang sadar asap yang dihasilkan dari
pembakaran kayu itu ternyata berbahaya bagi kesehatan seperti layaknua polutas
dari pembakaran mineral dan mesin kendaraan bermotor. Jumlah asap kayu bakar
yang diterima ini sebanding dengan orang yang merokok 3-5 batang setiap
harinya. Tetapi apabila menggunakan ceborong asap bisa mengurangi setengah
paparan asap. Tanpa disadari asap dipembakaran tersebut telah menjadi bencana
dan membunuh sekitar 2 juta orang pertahun dari asap yang dihasilkan dari
pembakaran. Tidak banyak yang mengetahui asap pembakaran yang bisa
mengrugikan kesehatan seperti kangker paru-paru, asma, TB, Katarak, Jantung,
bayi lahir dengan berat badan rendah, kebutaan, bahkan berpengaruh terhadap
kemampuan otak anak. Namun informasi yang terkait dengan dampak menghirup
asap kayu bakar masih relatif sedikit, walaupun jutaan orang di seluruh dunia
menggunakan kayu untuk penghangat dan memasak, (Achmadi, 2008).
Maka untuk menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk
1
2
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh
wilayah Republik Indonesia. (Depkes, 2009).
Adapun usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya
peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
(kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kesehatan lingkungan
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan
kerja, angkutan umum dan meliputi penyehatan air, tanah, udara, pengamanan
limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan
penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2005).
Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan
(pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal
dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga
membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat, (Achmadi, 2008).
Faktor lingkungan mempengaruhi Asma adalah dengan adanya iritasi
bahan kimia, asap dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak. Perempuan
yang terpajan pada asap dari pembakaran bahan bakar arang dan kayu bakar
(biomasa tradisional) tiga kali lebih tinggi mempunyai resiko untuk terkena
penyakit paru obstruksi kronik (chronic obstructive pulmonary
disease/COPD) bronkhitis kronis, dibandingkan perempuan yang memasak
menggunakan kompor dan pemanas berbahan bakar listrik dan gas, (Achmadi,
2008).
3
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan
mempunyai populasi yang terus meningkat. Menurut survey The Global Initiative
for Ashma (GINA) tahun 2004 ditemukan bahwa asma diseluruh dunia mencapai
300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah menjadi
400 juta jiwa . WHO juga mengindefikasikan hal yang serupa bahwa jumlah
penderita asma di dunia di duga terus meningkat sekitar 180 ribu per tahun. Di
indonesia prevalensi TB 285 per 100 000 penduduk dan 27 kematian per 100 000
penduduk setiap tahunnya. Insedens TB pada tahun 2012 sebesar 450 000 kasus,
(Arif, 2009).
Penderita Pneumonia pada balita di Aceh Barat pada tahun 2012 sebanyak
1.921 penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 5 orang. Dan pada 2013
sebanyak 67 orang gangguan pernafasan, diantaranya klinis 20 orang, kasus baru
67 orang, phonomenia sebanyak 15 orang ( Dinkes Aceh Barat, 2013).
Berdasarkan hasil data di Puskesmas Pante Ceureumen Kecamatan Pante
Ceureumen pada tahun 2012, 2013 dan 2014 didapatkan pasisen ISPA 150, TB
290, Asma 120, Sesak Nafas 40 orang, dan pasien asma sebanyak 30 orang
terdapat di desa pulo tengeh, dan pada tahun 2013 sebanyak 200 kasus gangguan
pernafasan (Puskesmas Pante Ceureumen 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Tindakan
Anggota Keluarga Tentang Asap Kayu Bakar dengan Kejadian Asma di Desa
pulo tengah Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
4
1.2. Permasalahan
Masih ada penduduk desa Pulo Tengeh yang menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar memasak dan angka kesakitan Asma, berdasarkan angka
kejadian asma, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pengaruh
Pengetahuan, Sikap, Tindakan Anggota Keluarga Tentang Asap Kayu Bakar
dengan Kejadian Asma di Desa Pulo tengeh Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Anggota Keluarga
Tentang Asap Kayu Bakar dengan Kejadian Asma di Desa Pulo tengeh
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Kecamatan Pante
Ceureumen Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anggota keluarga tentang asap
kayu bakar dengan kejadian asma di Desa Pulo Tengeh Kecamatan Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat
2. Untuk mengetahui sikap anggota keluarga tentang asap kayu bakar dengan
kejadian asma di Desa Pulo Tengeh Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat
5
3. Untuk mengetahui tindakan anggota keluarga tentang asap kayu bakar
dengan kejadian asma di Desa Pulo Tengeh Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan terjadinya asma di Desa Pulo
Tengeh Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
2. Ada pengaruh antara sikap dengan terjadinya asma di Desa Pulo Tengeh
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
3. Ada pengaruh antara tindakan dengan kejadian asma di Desa Pulo Tengeh
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
3.5. Manfaat Penelitian
3.5.1.Manfaat Teoritis
1. Menambah bahan informasi untuk dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan ilmu.
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti
mengembangkan cara berfikir objektif.
3.5.2.Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi anggota keluarga tentang
bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan kayu bakar bagi kesehatan.
2. Hasil Penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam
penyuluhan bahaya pencemaran udara.
6
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain perilaku
kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu
yang bersangkutan (Winardi, 2004).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia untuk dibatasi karena
perilaku nerupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara lebih terperinci manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Lowrance Green, dkk (1980) dalam Notoatmojo (2003)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan sikap
dan sebagainya
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilita atau sarana-sarana keselamatan kerja.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya.
6
7
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
tindakan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra
manusia yaitu indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo, 2003 pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) misalnya dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
8
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis tersebut dan)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah
ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoatmodjo, 2003).
2.3 Sikap
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap
negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai obyek tertentu (Sarwono, 2004).
9
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada
pada seseorang akan memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.
Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau
tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau
keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran
kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang akan diambil sebagai respon
terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui
dari sikapnya (Hariyadi, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
2.4 Tindakan
1. Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu
kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
10
2. Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.5 Kayu Bakar
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan
bahan mentah yang mudah di proses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kebutuhan. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh
bahan-bahan lain. Kayu ialah suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan
pohon-pohon di hutan, yang merupakan pohon tersebut, setelah diperhitungkan
bagian-bagian mana yang lebih bermanfaat untuk sesuatu tujuan penggunaan.
Baik untuk pertukangan, kayu industri maupun sebagai kayu bakar.
11
2.6.1 Sifat-sifat Umum Kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon dan memiliki sifat yang berbeda-
beda, jika dibandingkan bagian ujung dan bagian pangkalnya. Ini adalah beberapa
sifat yang umum pada kayu antara lain :
1. Semua batang pohon mempunyai vertikal dan sifat simetri radial
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam.
3. Semua kayu bersifat anisotropik
4. Bersifat higroskopik
5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar
terutama jika kayu dalam keadaan kering (Durmanauw, 2001).
2.6 Dampak akibat Asap Kayu Bakar
Menurut Smitk, (2003) memasak dengan menggunakan kayu bakar dan
asap yang cukup banyak dapat mengakibatkan batuk-batuk, mata pedih, dan juga
bisa sangata merugikan seperti kanker paru-paru, asma, TB, Katarak, Jantung,
bayi lahir dengan berat badan rendah dan bahkan sampai mempengaruhi
kemampuan otak anak. Bukan kayu sebagai penyebab utama maslah kesehatan
ini, melainkan pembakarannya yang tidak sempurna. Kebiasaan ibu juga saat
memasak anaknya juga ikut ke dapur secara tidak langsung anak juga menghirup
asap dari hasil pembakaran tadi.
Polusi udara akibat kayu bakar dapat mengganggu pernafasan dan dapat
menimbulkan penyakit pada alat pernafasan. Oleh karena itu memanfaatkan udara
yang bersih dan sehat merupakan salah satu kebutuhan primer manusia salah satu
dengan cara mengurangi memasak dengan kayu bakar ataupun menyediakan
12
cerobong asap surya dapat menggurangi resiko pencemaran udara yang
diakibatkan oleh asap kayu bakar di dalam rumah tangga (Prasada, 2011).
2.8 Etiologi Asma
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di
seluruh dunia dengan kekerapan yang bervariasi yang berhubungan dengan
peningkatan kepekaan saluran pernafasan sehingga memicu episode mengi
berulang sesak nafas, dada rasa tertekan, dan batuk terutama pada malam dan dini
hari (PDPI, 3006, GINA 2009). Dan menurut NHLBI 2007 pada individu yang
rentan gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan
obtruksi dan hiperesponsivitas dari saluran yang bervariasi derajatnya.
Faktor emonologi penderita asma akstrinsik atau alergi , terjadi setelah
pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti debu rumah, tepung sari, dan
ketombe. Seringkali kadar IgE total maupun spesifik penderita seperti ini
meningkat terhadap antigen yang terlibat. Pada penderita lainnya dengan asma
yang serupa secara klinik tidak ada bukti keterlibatan IgE dimana uji kulit negatif
dan kadar IgE rendah. Bentuk asma inilah yang paling sering ditemukan pada usia
2 tahun pertama pada orang dewasa (asma yang timbul lambat), disebut dengan
asma intrinsik (Sundaru, 2006).
Faktor endokrin menyebabkan asma lebih buruk dalam hubungannya
dengan kehamilan dan mentruasi atau pada saat wanita meneupose, dan asma
membaik pada beberapa anak saat pubertas, hal ini dikaitkan dengan hormonal.
Selain itu faktor spikologis emosi dapat memicu gejala-gejala asma pada beberapa
anak dan dewasa yang menderita penyakit asma, tetapi emosional atau sifat dan
13
perilaku dijumpai pada asma lebih sering dari anak dengan penyakit kronis
lainnya dikaitkan dengan psikologis yang labil pada anak (Sanduru, 2006).
2.8.1 Faktor Resiko Asma
Secara umum faktor resiko asma dibagi ke dalam dua macam faktor yang
berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor resiko yang
berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut
trigger faktor atau faktor pencetus (GINA, 2006). Adapun faktor pencetus asma
bronkial antara lain :
2.8.1.1 Tungau Debu Rumah
Tungau debu rumah adalah penyebab paling umum diseluruh dunia. Alergi
tungau lebih sering di kota dan negara berkembang. Hal ini disebabkan karena
penggunaan teknik insulasi memungkinkan tungau hidup lebi baik
2.8.1.2 Jenis Kelamin
Jumlah kejadi asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
anak perempuan (Sanduru, 2006). Perbedaan jenis kelamin pada insidensi
penyakit asma bervariasi tergantung usia dan perbedaan karakter biologi .
2.8.1.3 Binatang Peliharaan
Alergi makanan sering kali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus
asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetos
bronkokontriksi 2%-5% anak dengan asma (Ramaiah, 2006).
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut,
kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat strawberry, mangga, durian berperan
sebagai pencetus serangan asma (Handayani, 2004).
14
2.8.1.4 Perabot Rumah Tangga
Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar biologis
(virus bakteri jamur), formadehyde, volatile organic coumpounds(VOC),
combustion (CO1, NO2, SO2) yang biasanya berasal dari asap rokok dan asap
dapur (Ramaiah, 2006).
2.8.1.5 Perubahan Cuaca
Kondisi cuaca yang temperatur dingin, tingginya kelambaban dapat
menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi
lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi partikel
alergenik (Ramaiah, 2006).
2.8.1.6 Riwayat Penyakit Keluarga
Lebih kurang 25% pendrita penyakit asma,keluarga dekatnya juga
menderita asma, meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga penderita
asma 2/3 memperlihatkan tes alergi positif (Sandura, 2006).
15
2.8. Kerangka Teori
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Greendalam Notoatmodjo (2011)
1. Faktor Predisposisia. Pengetahuanb. Sikapc. Keyakinand. Kepercayaane. Nilai-nilai tradisi
2. Faktor enablinga. Saranab. Prasarana
3. Faktor Reinforcinga. Niatb. Dukunganc. Informasid. Adanya otonomi atau kekebasan pribadie. Kondisi atau situasi memungkinkan
Penyakit Asma
Gambar 1. Kerangka Teori
Pengetahuan
Penyakit AsmaSikap
Tindakan
Gambar 2. Kerangka Konsep
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang jenisnya analitik
dengan desain cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat yang
terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan diukur dalam waktu yang bersamaan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari keduanya (Notoatmodjo, 2005).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu di
Desa Pulo Tengeh Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilakukan pertengahan bulan Juni s/d
pertengahan bulan Juli tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002).
16
17
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berjumlah 126
kk dengan jumlah 445 jiwa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2002). Selanjutnya Arikunto (2002) mengemukakan bahwa:
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga sampel
penelitian merupakan populasi. Apabila lebih dari 100, maka dapat diambil
sampel 10-15%, 20-25%, dan seterusnya.
Desa pulo tengeh memiliki jumlah penduduk 445 jiwa. Yang terdiri dari
126 kk, yang tersebar pada empat dusun yaitu Dusun Panglima Alujarak 62 kk,
Dusun T.Rayele 31 kk, Dusun Sangkadusun 10 kk, Dusun Gole Bruk 23 kk. Dari
populasi tersebut diambil 25% dari populasi sehingga jumlah sampelnya adalah
31 kk.
Pengambilan sampel dengan mengikuti teknik sampling. Teknik sampling
adalah teknik pengambilan sampel. Adapun teknik pengambilan sampel, dengan
menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Adapun alasan
menggunakan teknik ini karena yang menjadi populasi dalam penelitian ini hanya
penduduk desa Pulo Tengeh yang berbagi dalan empat dusun. Agar semua dusun
dapat terwakili, maka sampel diambil dari masing-masing dusun dengan proposi
sama. Prosedur pengambilan sampel adalah dengan cara undian. Alasan
menggunakan undian bagi peneliti adalah untuk memungkinkan ketidakadilan
dapat dihindari.
18
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat desa pulo tengeh yang
diwakili oleh 31 orang ibu-ibu rumah tangga, karena ibu-ibu yang merasakan
langsung akibat asap dari kayu bakar.
Tabel 3. 1. Daftar Sampel PenelitianNo Nama Dusun Jumlah KK Persentase Sampel1 Dusun Panglima alujarak
Dusun T. RayeleDusun SangkadusunDusun Gole bruk
62311023
31/126 x 6231/126 x 3131/126 x 1031/126 x 23
16636
Jumlah 126 31
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data
dengan metode yang ditentukan oleh peneliti. Semua jenis data primer pada
penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden.
19
3.5 Defenisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No VariabelDependen
Definisi Cara Ukur AlatUkur
Hasil Ukur Skala
1. PenyakitAsma
Penyakit kroniksaluranpernafasan
Wawancara Kuesioner 1. Ada2. Tidak
Ordinal
VariabelIdependen
2. Pengetahuan Kemampuankepala keluargamenjawabpertanyaantentang bahayaasap kayu bakar
Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Kurang
Ordinal
3. Sikap Respon kepalakeluarga terhadapkejadian penyakitasama karenaasap kayu bakar
Wawancara Kuesioner 1. Setuju2. Tidak
setuju
Ordinal
4. Tindakan Praktek kepalakeluarga terhadapdampak asapkayu bakar bagikesehatan
Wawancara Kuesioner 1. Benar2. Salah
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini penskoran dilakukan terhadap kuesioner. Kuesioner
yang memuat skala yang membuat nilai untuk alternative jawaban yang tersedia
dan responden diminta untuk memberikan jawaban atas alternative jawaban yang
tersedia pada setiap butir pertanyaan/pernyataan.
20
1. Pengetahuan kepala keluarga jawaban tiap pertanyaan dibagi 2 yaitu: jika
responden menjawab benar skornya 1, dan jika responden menjawab salah
skornya 0.
2. Sikap kepala keluarga diukur dengan memberikan pernyataan, jawaban dari
tiap pernyataan dibagi 2 yaitu: Setuju (S) skornya 1, Tidak Setuju (TS) skornya
0
3. Tindakan
Benar : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 3
Salah : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 3
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
mengapositifnalisis data. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
3.7.1. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan masing-masing
variabel baik variabel independen maupun dependen.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal
menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.
Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p
< 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.
21
Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :
1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang dipakai sebaliknya
Contiuty Correction
3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan
uji Pearson Chi Square
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-squar (Pramesti,
2005).
Rasio odd (odds ratio) adalah ukuran asosiasi (faktor risiko) dengan
kejadian penyakit, dihitung dari angka kejadian penyakit pada kelompok beresiko
(terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit pada kelompok yang
tidak beresiko (tidak terpapar faktor resiko). Rumus dari odd ratio adalah : ad/bc.
Dimana “a” adalah cell a (17), “b” adalah cell b (5), “c” adalah cell c (1) dan “d”
adalah cell d (8), (Kuswanto, 2012).
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Geografi dan Demografi Wilayah Penelitian
Desa Pulo Tengoh merupakan salah satu desa dalam Wilayah Kecamatan
Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, luas wilayah Desa adalah
23 Km2. Dengan batas-batas desa adalah sebagai berikut :
1. Utara berbatasan dengan Desa Tambang
2. Selatan berbatasan dengan Desa Pante Ceureumen
3. Timur berbatasan dengan Nagan Raya
4. Barat berbatasa dengan Langu
Desa Pulo Teungoh terbagi atas 4 dusun yaitu dusun Panglima Alujarak,
Dusun T. Rayele, Dusun Sangkadusun, Dusun Golek bruk, dengan jumlah
penduduk sebanyak 445 jiwa yang terdiri dari laki-laki 240 jiwa dan perempuan
205 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 126 KK. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Pulo Teungoh pada tanggal 23 sampai
dengan 28 Juni 2014 dengan jumlah responden sebanyak 31 Kepala Keluarga atau
mewakili. Hasil penelitian dan pembahasan disini terdiri dari hasil analisa
univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik, yang kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan tekstual.
22
23
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti
dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel
dalam penelitian ini yaitu pengaruh pengetahuan, sikap, tindakan keluarga tentang
asap kayu bakar dengan kejadian asma.
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Pulo Tengeh KecamatanPante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Umur Responden f %1. Muda < 35 tahun 17 54,82. Tua > 35 tahun 14 45,2
Jumlah 31 100Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Dari tabel di atas diketahui distribusi responden mayoritas pada kelompok
muda yaitu sebanyak 17 (54,8%) dari 31 kk yang diteliti, dan 14 (45,2) orang
berada pada kelompok tua.
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden di Pulo Tengeh Kecamatan PanteCeureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Jenis Kelamin f %1 Perempuan 31 1002 Laki-laki 0 0
Total 31 100Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
31 responden (100%).
24
4.2.2 Penyakit Asma
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Penyakit Asma
No Penyakit Asma f %1 Tidak 18 58,12 Ada 13 41,9
Jumlah 31 100Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa penyakit asma di desa Pulo Tengeh
mayoritas tidak yaitu sebanyak 18 orang (58,1%) dari 31 kk yang diteliti, dan 13
orang (41,9%) menderita penyakit asma.
4.2.3 Pengetahuan Tentang Asap Kayu Bakar
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentangasap kayu bakar di desa pulo tengeh kecematan Pante CeureumenKabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Pengetahuan f %1 Baik 22 71,02 Kurang 9 29,0
Jumlah 31 100Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa pengetahuan responden di desa pulo
tengeh tentang asap kayu bakar mayoritas baik yaitu sebanyak 22 orang (71,0%)
dari 31 kk yang diteliti, dan 9 orang (29,0%) memiliki pengetahuan kurang
tentang asap kayu bakar.
25
4.2.4 Sikap
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sikap tentang asapkayu bakar di desa pulo tengeh kecematan Pante CeureumenKabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Sikap f %1 Setuju 27 87,12 Tidak setuju 4 12,9
Jumlah 31 100Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas responden setuju bahwa
kayu salah satu faktor terjadinya asma di desa pulo tengeh yaitu sebanyak 27
orang (87,1%) dari 31 kk yang diteliti, dan 4 orang (12,9%) tidak setuju bahwa
kayu bakar sebagai faktor terjadinya asma.
4.2.4 Tindakan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tindakan tentangasap kayu bakar di desa pulo tengeh kecematan Pante CeureumenKabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Tindakan f %1 Benar 15 48,42 Salah 16 51,6
Jumlah 31 100Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas responden mempunyai
tindakan yang salah yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) dari 31 kk yang diteliti, dan
15 orang (48,4%) mempunyai tindakan yang benar.
26
4.2.3. Analisis Bivariat
4.2.3.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Asap Kayu Bakar
Tabel 4.7 Pengaruh Pengetahuan Tentang Asap Kayu Bakar denganKejadian Asma di Desa Pulo Tengeh Tahun2014
No PengetahuanPenyakit Asma Jumlah
PValue OR
Tidak Ada
n % n % n %Baik 17 77,3 5 22,7 22 100
0,001 €Kurang 1 11,1 8 88,9 9 100Jumlah 18 13 31 100
Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 22 responden
berpengetahuan baik dan diantaranya tidak mengalami asma sebanyak 17
(77,3%). Sedangkan 9 responden yang berpengetahuan kurang dan diantaranya
terdapat 8 (88,9) mengalami asma.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Diperoleh nilai p-value 0,001 yang
berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan
kejadian asma. Bila dilihat nilai Odds Ratio (OR) yang tidak terhingga besarnya
artinya responden yang pengetahuan kurang mempunyai peluang sangat besar
kemungkinan mengalami asma dibandingkan responden yang berpengetahuan
baik.
27
4.2.3.2 Pengaruh Sikap Terhadap Kejadian Asma
Tabel 4.8 Pengaruh Sikap Tentang Asap Kayu Bakar dengan Kejadian Asma
di Desa Pulo Tengeh Tahun2014
No SikapPenyakit Asma Jumlah
PValue OR
Tidak Ada
n % n % n %Setuju 18 66,7 9 33,3 27 100
0,02 €Tidak Setuju 0 0,0 4 100 4 100Jumlah 18 13 31 100
Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 27 responden mepunyai
sikap setuju dan diantaranya tidak mengalami penyakit asma 18 (66,7%).
Sedangkan 4 responden, mempunyai sikap yang tidak setuju dan diantaranya
terdapat 4 (100%) mengalami penyakit asma.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Diperoleh nilai p-value 0,02 yang berarti
lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap dengan kejadian asma. Bila dilihat
nilai Odds Ratio (OR) yang tidak terhingga besarnya artinya responden yang
sikap tidak setuju mempunyai peluang sangat besar kemungkinan mengalami
asma dibandingkan responden yang sikap setuju.
28
4.2.3.3 Pengaruh Tindakan Terhadap Kejadian Asma
Tabel 4.9 Pengaruh Tindakan Tentang Asap Kayu Bakar dengan KejadianAsma di Desa Pulo Tengeh Tahun2014
No TindakanPenyakit Asma Jumlah P
ValueOR
Tidak Ada
n % n % n %Benar 13 86,7 2 13,3 15 100
0,006 €Salah 5 31,2 11 68,8 16 100Jumlah 18 13 31 100
Sumber: data primer,2014 (diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 15 responden mepunyai
tindakan benar dan diantaranya tidak mengalami penyakit asma 13 (86,7%).
Sedangkan 16 responden, mempunyai tindakan yang salah dan diantaranta
terdapat 11 (68,8%) mengalami penyakit asma.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Diperoleh nilai p-value 0,006 yang
berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tindakan dengan kejadian asma.
Bila dilihat nilai Odds Ratio (OR) yang tidak terhingga besarnya artinya
responden yang tindakan salah mempunyai peluang sangat besar kemungkinan
mengalami asma dibandingkan responden yang tindakan benar.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kejadian Asma
Pengaruh pengetahuan dengan kejadian asma dapat dilihat pada tabel 4.7
yang berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square
29
menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara pengetahuan tentang asap
kayu bakar oleh masyarakat dengan kejadian asma dengan nilai p value sebesar
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05). Dalam penelitian ini responden
yang digunakan adalah masyarakat desa pulo tengeh.
Berdasarkan hasil statistik nilai p value = 0,001 ternyata nilai p value
lebih kecil dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang asap kayu bakar dengan kejadian asma.
Yang dimaksud pengetahuan disini adalah merupakan segala sesuatu
yang diketahui responden tentang asap kayu bakar dan bahaya yang ditimbulkan
dari asap kayu bakar. Notoadmojo (2005) tingkat pengetahuan kedua adalah
memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut tidak
sekedar dapat menyebutkan tapi dapat menginterpretasikan secara benar.
Meskipun mereka ada yang sudah mengetahui resiko yang akan dialami
pada penggunaan kayu sebagai bahan bakar, tetapi ada juga masayarakarat yang
menggunakan kayu sebagai bahan bakar, karena pengetahuan yang kurang dan
penghasilan yang menengah kebawah.
Dalam penelitian Oktarina (2009), orang yang memiliki sumber
informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula.
Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah
media massa. Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat
dari beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan
sekolah dan penyuluhan.
30
4.2.2 Pengaruh Sikap tentang Asap Kayu Bakar dengan Kejadian Asma
Pengaruh sikap tentang asap kayu bakar dengan kejadian asma dapat
dilihat pada tabel 4.8 yang berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji
Chi-square menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara sikap
responden dengan kejadian asma p value 0,02. Hal ini menunjukkan bahwa p < α
(0,05). Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah masyarakat desa
pulo tengeh.
Berdasarkan hasil statistik nilai p value = 0,02 ternyata nilai p value lebih
kecil dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang asap kayu bakar dengan kejadian asma
Menurut Suhardjo (2000) bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah karena adanya pengetahuan. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan
dengan perilaku yang biasa berlaku. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting
untuk terbentuk sikap dan tindakan. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
seseorang tentang sesuatu hal yang secara formal maupun non formal.
Pengetahuan orang tentang asap kayu bakar dengan kejadian asma dapat
berbeda-beda walaupun ia hidup dalam masyarakat yang sama. Perbedaaan ini
dapat terjadi karena perbedaan pendidikan, akses terhadap sumber informasi, dan
kemampuan orang untuk menyerap informasi yang didapatkan. Kemudian,
pengetahuan yang telah didapat itu belum tentu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
31
4.2.1 Pengaruh Tindakan dengan Kejadian Asma
Tindakan dengan kejadian asma dapat dilihat pada tabel 4.9 yang
berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square menunjukkan
adanya pengaruh yang bermakna antara tindkaan dengan kejadian asma dengan
nilai p value sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05). Dalam
penelitian ini responden yang digunakan adalah masyarakat desa pulo tengeh.
Berdasarkan hasil statistik nilai p value = 0,006 ternyata nilai p value
lebih kecil dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang asap kayu bakar dengan kejadian asma.
Menurut Bart (1994) dikatakan bahwa tindakan yang didasarkan pada
pengetahuan akan lebih bertahan dari pada tindakan yang tidak didasarkan pada
pengetahuan. Jadi pengetahuan yang sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat
mengetahui asap yang akan ditimbulkan dari asap kayu bakar.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di desa Pulo Tengeh Kecamatan
Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, maka penulis mengambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh antara pengetahuan responden tentang asap kayu bakar
dengan kejadian asma dengan nilai p-value 0,001 yang berarti lebih kecil
dari α 0,05.
2. Adanya pengaruh antara sikap responden tentang asap kayu bakar dengan
kejadian asma dengan nilai p-value 0,02 yang berarti lebih kecil dari α
0,05.
3. Adanya pengaruh antara tindakan responden tentang asap kayu bakar
dengan kejadian asma dengan nilai p-value 0,006 yang berarti lebih kecil
dari α 0,05.
5.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Barat agar dapat memberikan penyuluhan ke
Masyarakat tentang asap kayu bakar dan akibat bagi kesehatan.
2. Untuk masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya
asap kayu bakar bagi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang .
32
33
3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas lingkup
pengambilan sampel. Dan meneliti faktor yang lebih kompleks
pengaruhnya terhadap asma, selain faktor pengetahuan dan sikap seperti
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media, dan pendapatan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Kompas,Jakarta
Arif, Muttaqin, 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan SistemPernafasan. Salemba Medika, Jakarta.
Arikunto, S. 2002. ProsedurPenenlitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah, PusatPromosi Kesehatan departemen Kesehatan RI
__________2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan,Jakarta.
Damanauw, J. F. 2001, Mengenal Kayu, Pendidikan Industri Kayu AtasSemarang. Yogyakarta, Kanisius.
Hariyadi, Sugeng, 2003, Psikologi Perkembangan, Semarang: UPT. UNNESPress.
Kuswanto, 2012, Statistik untuk pemula dan orang awam. Jakarta Timur, LaskarPelangi
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta
__________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Puskesmas Pante Ceureumen 2013. Data Gangguan Pernafasan
Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Mentruasi, Diglosa Medika.Yogyakarta.
Sanduru, dan Brunner, 2006, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4.Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
Sarwono, S. 2004, Prinsip Dasar Ilmu Perilaku, Reineka Cipta, Jakarta.
Sarwono, W 2011, Prinsip Remaja, Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta
, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D Cetakanke 6. Bandung: Alfabeta
35
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC
Smith, 2003. Dampak Asap Kayu Bakar bagi Kesehatan
Winardi, 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi revisi. Prenasa Media,Jakarta
top related