pengaruh pembiayaan lembaga …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32706...pengaruh...
Post on 25-Mar-2019
264 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
DAN KECIL (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT AL-FATH IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Dita Andriana
NIM : 1112086000006
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
i
PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
DAN KECIL (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT AL-FATH IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Dita Andriana
NIM : 1112086000006
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Dita Andriana
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Selada 1 No. 81, RT/RW 004/003 Pondok Cabe
Ilir, Pamulang, Kota Tangerang Selatan 15418
No. Telepon : 0838 7199 0491
Email : ditandriana@gmail.com
Pendidikan Formal
1999 : TK Pertiwi
2000 – 2006 : SDN Pondok Cabe Ilir III
2006 – 2009 : SMPN 2 Kota Tangerang Selatan
2009 – 2012 : SMAN 8 Kota Tangerang Selatan
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat Periode 2013-2014.
2. Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2013-2014.
vii
Seminar dan Workshop
1. Panitia dalam Seminar “Menuju Ekonomi yang Berkeadilan Bersama
Ekonomi Syariah Untuk Indonesia yang Lebih Baik”, diselenggarakan
oleh HMJ Ekonomi Syariah di Aula Student Center UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 24 Mei 2014.
2. Peserta dalam kegiatan “National Lecturer Series 2014”, diselenggarakan
oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jakarta, 13 Agustus 2014.
3. Peserta dalam kegiatan 4 Pilar Goes to Campus dalam rangka Sosialisasi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, diselenggarakan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), 10 Februari
2014.
4. Peserta dalam Seminar Internasional Ekonomi Islam dengan tema
“Building Strategic Alliance In Islamic Economic, Finance, and Business
Policies”, diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia
(IAEI), Jakarta 30 April 2015.
5. Peserta dalam Seminar Nasional IAEI dengan tema “Penyiapan SDM
Berbasis Kompetensi Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah
Era MEA 2015”, diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia bekerjasama dengan Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama), 11 Oktober 2014.
6. Peserta dalam Seminar UIN Meneliti “Build Your Research, Build Your
Nation”, diselenggarakan oleh LITBANG Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Auditorium Harun Nasution,
2015.
viii
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of financing KJKS BMT AL-FATH
IKMI to the development of small micro enterprises and to determine significant
differences on the development of small micro enterprises before and after
obtaining financing. The primary data is obtained from the questionnaire of 50
respondents who receive funding from the KJKS BMT AL-FATH IKMI.
This study analyzed by stepwise multiple linear regression is to to get the
best model of a regression analysis. These research results indicates that the
variable capital financing, age, and total of labor has significant impact on the
change in business profits, and there is a significant difference between the
average operating profit before and after KJKS BMT AL-FATH IKMI financing.
Keywords: KJKS BMT AL-FATH IKMI, The Development of Small Micro
Enterprises, Capital Funding, Age, Total of Labor, Stepwise
Multiple Linear Regression
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan KJKS
BMT AL-FATH IKMI terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan atas perkembangan usaha mikro kecil
sebelum dan setelah pemberian pembiayaan. Data primer diperoleh dari hasil
kuisoner 50 responden yang mendapatkan pembiayaan dari KJKS BMT AL-
FATH IKMI.
Penelitian ini dianalisis dengan metode regresi linear berganda stepwise
untuk mendapatkan model terbaik dari sebuah analisis regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel modal pembiayaan, usia, dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan usaha, dan terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata keuntungan usaha sebelum dan sesudah
melakukan pembiayaan pada KJKS BMT AL-FATH IKMI.
Kata Kunci: KJKS BMT AL-FATH IKMI, Perkembangan Keuntungan Usaha
Mikro dan kecil, Modal Pembiayaan, Usia, Jumlah Tenaga Kerja,
Metode Regresi Linear Berganda Stepwise
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
nikmat yang tak dapat terukur yang dikaruniakan-Nya pada penulis sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi ini yang
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Beserta keluarga, para
sahabat hingga para pengikutnya.
Skripsi ini memiliki judul “PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA
MIKRO DAN KECIL (STUDI KASUS KOPERASI JASA KEUANGAN
SYARIAH BMT AL-FATH IKMI, CIPUTAT, KOTA TANGERANG
SELATAN)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Wakil
Dekan I Bid. Akademik Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., Wakil
Dekan II Bid. Administrasi Umum Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H.,
dan Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan Dr Desmadi Saharuddin. Terima
kasih telah memberikan jalan bagi penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini.
xi
2. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Yoghi Citra Pratama, M. Si., dan Sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah Endra Kasni Laila Yuda, M. Si. Terima kasih atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan selama penulis menempuh masa studi.
3. Dosen Pembimbing Ali Rama, SE., M. Ec. Terima kasih telah senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
pemikirannya dengan penuh kesabaran kepada penulis selama proses
menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas ilmu yang
Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga Allah SWT mempermudah
setiap gerak langkah perjuangan Bapak/Ibu dan senantiasa dilimpahkan
kebaikan.
5. Seluruh Staff Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
terima kasih atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik.
6. Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan
Ekonomi dan Bisnis. Terima kasih telah memberikan fasilitas dan bantuan
untuk mendapatkan referensi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
7. Manajer KJKS BMT AL-FATH IKMI Saimin, SE., M. Si., Staff BMT Ka
Silfia Herlena dan Maya, terima kasih telah memberikan izin dan bantuannya
untuk melakukan penelitian dengan memberikan informasi dan data yang
penulis butuhkan dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua, Bapak Kasirun dan Ibu Wartiyah, terima kasih yang tak
terhingga banyaknya atas segala dukungan dalam kesabaran, keikhlasan,
perhatian dan kasih sayang yang tak terbatas, senantiasa memotivasi dan
xii
menguatkan penulis disaat lelah dan lemah dalam doa yang tak pernah
berhenti memohon pada-Nya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis.
9. Kakakku Diah Muharomi, terima kasih telah memberikan dorongan serta
saran dan bantuannya untuk penulis bisa cepat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku grup “4 in 1” yang selalu menemani di Jurusan Ekonomi Syariah
selama ini yaitu Firly Auli Oktavianda, Fitri Ramadia, Nunung Damar
Ningsih. Terima kasih selalu mendukung dan atas kebersamaanya selama ini.
11. Sahabat seperjuangan Leni Tantriana dan Ridhaoneti Kamiela yang berjuang
bersama untuk belajar ujian komprehensif dan dalam menyusun skripsi.
Terima kasih kerjasamanya dan bantuannya selama ini.
12. Kawan-kawan seperjuangan Ekonomi Syariah angkatan 2012 yang telah
bersama dari selalu sekelas hingga menjadi pengurusan HMJ Ekonomi
Syariah Periode 2013-2014. Terima kasih telah bekerjasama dan saling
mendukung selama ini.
Tangerang Selatan, 5 Juni 2016
Dita Andriana
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................. 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................. 19
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) ............................. 19
2. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) .................................................. 20
3. Sistem Operasional Pembiayaan Syariah ................................... 23
4. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) .................................................. 24
5. Permasalahan yang Dihadapi Pedagang Kecil ........................... 26
xiv
6. Perkembangan Usaha Pedagang Kecil ....................................... 28
7. Teori Produksi ............................................................................ 29
8. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 34
B. Penelitian Sebelumnya...................................................................... 36
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37
D. Hipotesis ........................................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 40
B. Teknik Penentuan Sampel ................................................................ 40
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42
D. Teknik Analisis ................................................................................. 43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 52
1. Sejarah Singkat KJKS BMT AL-FATH ..................................... 52
2. Perkembangan Usaha ................................................................. 56
B. Hasil Analisis Penelitian .................................................................. 61
1. Hasil Deskriptif Karakteristik Profil Responden ............. 61
2. Hasil Deskriptif Karakteristik Usaha ................................. 65
3. Hasil Uji Beda Keuntungan Sebelum dan Sesudah Pembiayaan 69
4. Hasil Uji Regresi Metode Stepwise ............................................ 71
C. Pembahasan ....................................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 87
B. Saran ................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Data UMKM Tahun 2011-2013 ...................................... 7
1.2 Sumber Pendanaan Bagi UMKM .............................................................. 10
3.1 Variabel Bebas ......................................................................................... 51
4.1 Struktur Organisasi ................................................................................... 54
4.2 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 62
4.3 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ................................... 62
4.4 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan .................... 63
4.5 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah .... 64
4.6 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Usaha ....................... 65
4.7 Hasil Klasifikasi Jenis Usaha .................................................................... 66
4.8 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha 67
4.9 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ........ 68
4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................... 69
4.11 Hasil Uji Sample T Berpasangan .............................................................. 70
4.12 Hasil Uji Pengecualian Variabel ............................................................... 72
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................................... 75
4.14 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 77
xvi
4.15 Hasil Uji Autokorelasi (Runs Test) ............................................................ 78
4.16 Hasil Regresi Stepwise .............................................................................. 78
4.17 Hasil Pengujian Signifikan Simultan ........................................................ 81
4.18 Koefisien Determinasi (R²) ....................................................................... 82
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Keuntungan Sebelum Pembiayaan ................................................................ 8
2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38
4.1 Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 74
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 76
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Rekapitulasi Pembiayaan ....................................................................... 95
2 Rekapitulasi Profil Responden ............................................................... 97
3 Rekapitulasi Usaha Responden .............................................................. 99
4 Kuisoner .................................................................................................. 101
5 Surat Izin Penelitian ................................................................................ 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu
seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada
kekufuran (Abdurrachman, 2001:24). Pernyataan tersebut
mengilustrasikan persoalan kemiskinan memunculkan kesenjangan dalam
bermasyarakat yang bisa merusak kualitas agama seseorang.
Islam sebagai Ad-diin telah menawarkan beberapa doktrin bagi
manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di akhirat. Salah satu yang menunjang kesejahteraan
hidup di dunia dan menunjang hidup di akherat adalah adanya
kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk
mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu
perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk
menanggulangi masalah sosial tersebut (Mila, 2008:75-76).
Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan dalam perekonomian,
menjadi insentif bagi usaha manusia untuk mengeksploitasi sumber daya
ekonomi yang tersedia dengan tujuan untuk menghilangkan kemiskinan
dan mencapai pertambahan pendapatan dan kekayaan. Anjuran Islam
2
terhadap kegiatan ekonomi bukan untuk mengakumulasi modal, tetapi
semata-mata untuk kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Kemiskinan
membuat individu tidak dapat menjalankan kewajiban pribadi, sosial dan
moralnya, oleh karena itu setiap manusia dianjurkan untuk selalu berdoa
untuk dihindarkan dari kemiskinan, kekurangan dan kehinaan. Bahkan
kemiskinan akan mengantarkan kepada kekufuran (Ali dan Makhlani,
2013:46).
Ajaran Islam telah menetapkan nilai-nilai yang membatasi dan
sekaligus sebagai tolak ukur dalam pengembangan perekonomian dan
perbankan secara tegas dan jelas. Sehingga aktifitas usaha ekonomi umat
selalu selaras dengan nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Al-
Qur‟an dan Hadist. Menurut pandangan Islam, bahwa Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya ini adalah justru diperuntukan bagi umat
manusia. Umat manusia diperintahkan-Nya untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang ada. Semua manusia
mempunyai hak yang sama, kesempatan yang sama tetapi dengan catatan
bahwa harus selalu memperhatikan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan
makhluk lain serta keselamatan bumi beserta isinya (M. Amin, 2000:121).
Perekonomian nasional yang berdasarkan dan berorientasi
kerakyatan merupakan derivat dari paham kebangsaan dan kerakyatan.
Bangsa indonesia menghendaki sektor ekonomi rakyat menjadi soko-guru
ekonomi nasional. Perlu kita bedakan lebih dahulu antara ekonomi rakyat
dan perekonomian rakyat. Ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi yang
3
berisi kegiatan-kegiatan usaha ekonomi rakyat. Sedangkan perekonomian
rakyat adalah sistem ekonomi dimana rakyat dan usaha-usaha ekonomi
rakyat berperan integral dalam perekonomian nasional. Dimana produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat, berdasarkan pada pakem bahwa bumi dan air
dan kekayaaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat (Sri dan Edi, 2000:11-12).
Banyak yang mengabaikan kenyataan bahwa ekonomi rakyat
adalah rill dan kongkrit. Ada pertanian rakyat, perkebunan rakyat,
perikanan rakyat, tambak rakyat, peternakan rakyat, pasar rakyat,
transportasi rakyat, dan lain-lain. Berapa banyak yang hidup dalam sektor
ekonomi rakyat ini? Perlu dibangunnya perekonomian rakyat bukanlah
sekedar suatu pemihakan kepada rakyat, tetapi juga merupakan strategi
pembangunan yang tepat (Sri dan Edi, 2000:13).
Untuk memahami sistem ekonomi apa yang diterapkan di
Indonesia paling tidak secara konstitusional maka perlu memahami
terlebih dahulu ideologi yang dianut oleh Indonesia. Sistem ekonomi atau
perekonomian Indonesia tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari
pembentukan negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pancasila
dan Undang-Undangan Dasar (UUD) 1945 (Ali dan Makhlani, 2013:25).
Dengan ideologi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebijakan
perekonomian nasional menerapkan atau menganut suatu sistem
perekonomian yang dinamakan ekonomi pancasila.
4
Ekonomi pancasila juga biasa disebut sebagai „ekonomi
kerakyatan‟, sebagaimana dijelaskan oleh Mubyarto (1987) bahwa praktek
ekonomi pancasila atau ekonomi pancasila in action, dengan mudah dapat
dijumpai dan dikenali dimana-mana di seluruh Indonesia. Praktek ekonomi
ini seringpula disebut „ekonomi rakyat‟ yang bersifat moralistik,
demokratik dan mandiri. Dengan gambaran dan pembahasan itu sering
ekonomi pancasila diidentikkan dengan ekonomi rakyat. Perekonomian
rakyat pada dasarnya adalah perekonomian pasar yang didasarkan pada
sistem kepemilikan individu dan kolektif. Ekonomi pancasila disebut juga
sebagai ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, kegotong-royongan dan
kerjasama. Ini adalah nilai-nilai tradisional yang bersumber dari budaya
Indonesia, yang bisa saja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang
dianut oleh masyarakat Indonesia (Ali dan Makhlani, 2013:26-27).
Ketentuan-ketentuan dasar konstitusional mengenani kehidupan
ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 antara lain tercermin
dalam pasal 33 UUD 1945. Secara rinci, pasal 33 UUD 1945 menetapkan
tiga hal, yaitu: Pertama, „Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan‟. Menurut Gunadi (1981), pernyataan
ini adalah pernyataan asasi dan monumental bagi sistem perekonomian
Indonesia menurut Pancasila dan UUD 1945. Dari pernyataan ini
menunjukkan bahwa perekonomian dilakukan secara bersama yang
menggambarkan adalanya kehidupan sosial yang harmonis. Penyebutan
asas kekeluargaan menunjukkan bahwa hasil produksi yang diperoleh dari
5
pengembangan perekonomian itu dipergunakan untuk kesejahteraan
bersama/sosial. Kedua, „Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara‟.
Ketentuan dalam pasal ini mengarah kepada sistem sosial dalam arti hasil
produksi yang penting jangan sampai dikuasai oleh orang per orang, akan
tetapi oleh negara dalam arti agar pendistribusiannya dapat dilaksanakan
secara merata. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sendiri yang menjadi
pemilik dan sekaligus pelaku usaha dengan bentuk organisasi
pengelolaannya di lapangan. Ketiga, Bumi dan Air dan Kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunkan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini menunjukkan bahwa
semua kekayaan yang terkandung di dalam bumi, air, dan alam tidak
dikuasai oleh perseorangan atau suatu kelompok, melainkan dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
rakyat. Ayat ini memperjelas bahwa sistem ekonomi Indonesia menganut
sistem kepemilikan individu, umum dan negara (Ali dan Makhlani,
2013:27-28).
Pemahaman tentang konstitusi ekonomi pancasila yang berasaskan
ekonomi kerakyatan memberikan gambaran bahwa sesungguhnya
Indonesia secara langsung ataupun tidak mencoba menjalankan atau
mengadaptasi sistem ekonomi Islam. Dimana nilai dan norma-norma yang
dilakukan merupakan prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu kepentingan
umum merupakan hal utama sehingga terwujud pemerataan kesejahteraan
6
dan kemakmuran masyarakat yang berdiri di atas asas kekeluargaan dan
kebersamaan serta tolong-menolong. Dalam teorinya ekonomi Islam bisa
menjadi solusi dalam permasalahan kesenjangan keseimbangan sosial-
ekonomi. Islam memang mengakui adanya perbedaan tingkat kekayaan,
akan tetapi dengan adanya perbedaan tersebut Islam menjadikan setiap
individu mempunyai hak atas bantuan dan pemeliharaan dari individu lain
dengan prinsip persaudaraan untuk mencapai keadilan.
Upaya penanggulangan kemiskinan terus digalakan salah satunya
dengan memutuskan mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan
kelompok dengan pengembangan microfinance, yakni suatu model
penyedia jasa bagi masyarakat yang memiliki usaha pada sektor paling
kecil yang tidak dapat mengakses jasa bank karena keterbatasannya (Euis,
2009:2). Lembaga keuangan berperan sangat besar terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat saat ini. Semakin meningkatnya kebutuhan investasi
dan membutuhkan modal yang besar dapat dipenuhi dengan adanya
lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi
pengusaha untuk mendapatkan tambahan modal melalui mekanisme
pembiayan dan menjadi tumpuan investasi melalui mekanisme
penyimpanan, sehingga lembaga keuangan memiliki peranan yang besar
dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomi di kalangan
masyarakat.
Seperti yang terlihat dari Tabel 1.1 yang memperlihatkan
pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia yang besar dan terus meningkat
7
memperlihatkan peluang besar bagi lembaga keuangan untuk berperan
aktif dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil di Indonesia.
Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Tahun 2011-2013
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM diolah
Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa jumlah usaha
mikro, kecil dan menengah dari tahun 2011-2013 meningkat. Peningkatan
jumlah UMKM terbesar berada di tingkat usaha mikro, ini membuktikan
dari pembahasan di atas bahwa negara Indonesia hidup dari sektor
ekonomi rakyat yang terus tumbuh dan berkembang dari berbagai lapisan
masyarakat yaitu bahkan dari masyarakat kelas bawah sekalipun.
Perkembangan yang terus meningkat juga diikuti dari tingkat usaha kecil
dan menengah.
Ironisnya, meski UMKM telah berjasa pada perekonomian
nasional kenyataannya selama ini UMKM masih memprihatinkan.
Terutama masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini adalah
ketiadaan modal dari sebagian besar UMKM sebagai akibat dari
rendahnya akses UMKM terhadap sumber-sumber permodalan terutama
lembaga keuangan, baik bank maupun non bank. Untuk mengatasi
Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Jumlah Pangsa
(%)
Jumlah Pangsa
(%)
Jumlah Pangsa
(%)
UMKM (unit) 55.206.444 99,99 56.534.592 99,99 57.895.721 99,99
Usaha
Mikro (unit) 54.559.969 98,82 55.856.176 98,79 57.189.393 98,77
Usaha
Kecil (unit) 602.195 1,09 629.418 1,11 654.222 1,13
Usaha
Menengah (unit) 44.280 0,08 48.997 0,09 52.106 0,09
8
masalah tersebut salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah
membangun kerjasama antara kalangan perbankan dengan koperasi dan
lembaga-lembaga keuangan mikro. Disinilah peran koperasi yang dibentuk
dan dalam naungan Pemerintah Kota melalui Dinas Kementerian Negara
Koperasi dan UMKM sebagai media masyarakat khususnya untuk
membantu masyarakat kecil (golongan ekonomi lemah) dalam bidang
permodalan yang dapat membantu meringankan beban masyarakat kecil
yang ingin melakukan kegiatan wirausaha (Rifka, 2013:2-3). Hal ini dapat
dilihat dari Gambar 1.1, keuntungan sebelum pembiayaan masih cukup
rendah. Oleh karena itu, menjadi penting peranan lembaga keuangan
mikro syariah seperti yang sedang di bahas sebagai lembaga yang
membantu dalam menghidupkan sektor-sektor usaha ekonomi kerakyatan.
Sumber: Hasil Kuisoner Nasabah Pembiayaan Usaha KJKS BMT AL-
FATH IKMI
Gambar 1.1
Keuntungan Sebelum Pembiayaan
9
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa keuntungan sebelum
pembiayaan memiliki tingkat pendapat keuntungan rata-rata hanya sekitar
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000. Keuntungan yang rendah membuat usaha
mikro sering digambarkan sebagai kelompok yang kemampuan
permodalannya lemah atau kekurangan modal. Hal ini membuktikan
banyaknya usaha mikro dan kecil yang masih memerlukan modal
pembiayaan untuk mengembangkan usahanya.
Pertumbuhan kelembagaan keuangan syariah harus direspon
dengan penguatan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau biasa
disebut good corporate governance. Desain tata kelola perusahaan
lembaga keuangan syariah (LKS) tentunya memiliki keunikan dengan
lembaga keuangan lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan LKS selain harus
menerapkan sistem tata kelola perusahaan pada umumnya, LKS juga
memiliki kewajiban untuk mengembangkan sistem tata kelola yang dapat
menjamin terlaksananya prinsip-prinsip syariah pada seluruh produk,
instrumen, operasi, praktek, dan manajemen LKS (Ali, 2015:2).
Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia berdasarkan tipenya secara
umum dibagi menjadi tiga yaitu: (1) lembaga formal merupakan sektor
keuangan formal yang diatur oleh Undang-undang perbankan dan diawasi
oleh Bank Indonesia, misalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Perkreditan Rakyat (BPR); (2) lembaga semi formal merupakan sektor
keuangan semi formal yang bukan menjadi subjek dari undang-undang
perbankan tetapi tetap diatur dan diawasi oleh pemerintah selain Bank
10
Indonesia, misalnya Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Unit Desa
(KUD), Baitul Maal wat Tamwil (BMT); dan (3) lembaga informal,
misalnya rentenir, bank keliling, perjanjian keuangan yang menyangkut
lahan, tenaga kerja dan pertukaran barang (Lukytawati, 2013:58).
Berbagai fenomena yang terjadi dari dampak krisis ekonomi, atau
lemahnya taraf hidup “wong cilik” yang jauh dari pemenuhan kebutuhan
yang layak, mendorong munculnya sebuah lembaga keuangan syariah
alternatif. Yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi
juga sosial. Lembaga ini tidak melakukan pemusatan kekayaan pada
sebagaian kecil pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada
mayoritas orang, akan tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi
secara merata dan adil. Lembaga ini terlahir dari kesadaran umat yang
ditakdirkan untuk menolong kaum mayoritas, yakni pengusaha
kecil/mikro. Selain itu, lembaga ini juga tidak terjebak pada permainan
bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk
mencapai kemakmuran bersama. Tidak terjebak pada pikiran pragmatis
tetapi memiliki konsep idealis yang istiqomah. Lembaga tersebut adalah
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Zainul, 1999:73).
Tabel 1.2. Sumber Pendanaan Bagi UMKM
No. Sumber Pendanaan Frekuensi Presentase
1 Lembaga Keuangan Mikro
Syariah Hanya BMT
BMT dan LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) lainnya
157
126
50,65
40,65
2 Hanya Perbankan Syariah (BUS,
UUS, BPRS) 24 7,74
11
3 Hanya sumber lainnya (keluarga
dan teman) 3 0,96
Total 310 100
Sumber: Irfan, 2013: 23 dalam Jurnal Ekonomi Islam REPUBLIKA
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa prospek perkembangan lembaga
keuangan mikro syariah BMT dalam sumber pendanaan atau pembiayaan
bagi UMKM memiliki pengaruh cukup besar. Penguatan peran BMT
dalam pembangunan ekonomi nasional perlu ditingkatkan melalui
peningkatan volume permodalan dari BMT itu sendiri, salah satu caranya
dengan dilakukannya peran aktif dalam program pemberdayaan
pemerintah dalam meningkatkan perekonomian rakyat.
Pada zaman Nabi, ketika Rasululah menjadi kepala Negara, beliau
yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan Negara di abad ke-
7, yaitu semua hasil penghimpuan kekayaan Negara harus dikumpulkan
terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
Negara. Tempat pusat pengumpulan dana itu disebut bait al mal. Yang
masa Nabi Muhammad SAW terletak di masjid Nabawi. Pemasukan
Negara yang sangat sedikit disimpan dilembaga ini dalam jangka waktu
yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat. Pada
masa pemerintahan Rasul ini sumber Negara berasal dari kharaj, zakat,
khums, jizyah, dan penerimaan lainnya. Seperti kaffarat dan harta waris
dari orang yang tidak memiliki ahli waris (Euis, 2005:16-17).
Dari praktek-praktek yang telah diterapkan pada masa Rasulullah
dan para sahabat, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan seperti perbankan
dan kegiatan BMT sudah dijalankan walaupun dalam skala kecil dan
12
belum berbentuk suatu kelembagaan yang berdiri sendiri, begitu juga
pelaksanaannya tidak sebesar sekarang ini. Ini dilihat dari adanya praktek
seperti menitipkan harta, meminjamkan harta, memberikan pinjaman
modal dan pengiriman harta.
BMT adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan dan
dikembangkan oleh masyarakat terutama pada awal berdiri, biasanya
dilakukan dengan menggunakan sumber daya termasuk dana atau modal
dari masyarakat setempat itu sendiri (Lukytawati, 2013:58).
Mengingat keadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak
penduduk yang tinggal di pedesaan dan menjadi pedagang kecil,
keberadaan BMT terasa sangat penting. Dengan adanya BMT ini
diharapkan dapat membantu para pedagang kecil dalam mengatasi
masalah permodalan mereka. Karena modal menjadi salah satu pokok
permasalahan dalam semua jenis usaha. Begitu juga dengan para pedagang
kecil yang kebanyakan tinggal didesa dan tergolong ekonomi lemah. BMT
memang beroperasi dilingkungan para pedagang kecil dan sangat
membantu dalam mengatasi permasalah modal mereka, ditambah lagi
setelah pemerintah membuat kebijakan tentang liberalisasi perbankan
dengan mengembalikan sistem perbankan kedalam sistem perhitungan
ekonomi yang lebih murah (Sri dan Muhammad, 2013:300).
BMT pada awalnya berdiri sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat
yang membantu masyarakat yang kekurangan, yang miskin dan nyaris
miskin (poor and near poor). Kegiatan utama yang dilakukan dalam BMT
13
ini adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai
bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing)
tersebut, BMT berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang
berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Sebagai lembaga keuangan
Syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Syariah.
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan
berkembang. Hampir semua BMT yang ada memilih koperasi sebagai
badan hukum, atau dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya. Baitul
Maal Wattamwil (BMT) melakukan jenis kegiatan, yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Sebagai Baitul Maal, BMT menerima titipan zakat, infaq,
dan shadaqah serta menyalurkan (tasaruf) sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Sedangkan sebagai Baitul Tamwil, BMT mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan ekonomi dan BMT berfungsi sebagai suatu
lembaga keuangan Syariah. Lembaga ini berfungsi sebagai lembaga
keuangan Syariah yang menghimpun dan penyaluran dana menurut prinsip
Syariah. Prinsip Syariah yang sering digunakan dalam BMT adalah sistem
bagi hasil yang adil, baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran
dana (Fitra, 2016:3-4).
Dalam penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan studi
kasus BMT masih sedikit sekali khususnya mengenai pembiayaan BMT
untuk perkembangan usaha mikro dan kecil. Penelitian sebelumnya yang
14
dilakukan Sri dan Muhammad (2013), menyatakan bahwa peran keuangan
lembaga mikro syariah untuk usaha mikro di Wonogiri dalam
perkembangan usaha pedagang setelah memperoleh pembiayaan
mudharabah BMT, baik keuntungan ataupun keuntungan nasabah
meningkat. Lalu ada penelitian dari Lukytawati, dkk (2013) yang meneliti
akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dan dampaknya
terhadap perkembangan usaha, penelitian dilakukan dengan melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha
UMKM dan yang mempengaruhi akses UMKM. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Dian, dkk (2009) membahas tentang strategi lembaga
keuangan mikro syariah dalam mengembangkan usaha mikro, bagaimana
BMT memberikan peluang dengan memberikan pembiayaan kepada para
nasabahnya. Kemudian penelitian yang dilakukan Irfan (2013) mengenai
BMT dan sumber alternatif pembiayaan syariah bagi UMKM, penelitian
tersebut melihat seberapa banyak masyarakat yang mengenal lembaga
keuangan mikro syariah BMT dan jenis pembiayaannya. Dari berbagai
penelitian tersebut, membuat penulis tertarik untuk membahas penelitian
serupa dengan lokasi berbeda yaitu penelitian di tempat penulis tinggal,
untuk mengetahui apakah hasilnya akan sama dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
BMT AL-FATH IKMI sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
syariah yang mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya mampu
berkembang sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan mikro syariah
15
yang saat ini memberikan berbagai macam pelayanan dengan menawarkan
berbagai macam produk, jasa dan pembiayaan lainnya. BMT AL-FATH
IKMI memliki pasar yang cukup potensial untuk menarik minat para
nasabah atau mitra untuk bergabung dengan BMT ini karena lokasinya
yang strategis dan sudah memiliki kantor cabang yang tersebar dibeberapa
lokasi. BMT AL-FATH IKMI berperan aktif untuk membantu permodalan
para usaha mikro dan kecil khususnya sebagian masyarakat di Kota
Tangerang Selatan. Sebagai salah salah satu BMT yang ada di Kota
Tangerang Selatan, BMT AL-FATH IKMI mampu berkembang dengan
memiliki jumlah nasabah sebesar 20.598 orang (tercatat April 2016) yang
terus bertambah dengan terus berusaha memenuhi keinginan dan
kebutuhan para mitra dengan berbagai program-program yang menarik.
Melihat hubungan antar fenomena tersebut dan juga pemilihan
tujuan lokasi penelitian, maka mendasari penulis untuk melakukan
penelitian ilmiah dengan judul : “Pengaruh Pembiayaan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan
Kecil (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT AL-FATH
IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang penelitian dibuat pembatasan
masalah, pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah
16
yang akan diteliti tidak terlalu meluas. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas yang digunakan adalah Modal Pembiayaan,
Dummy Usia, Dummy Jumlah Tenaga Kerja, Dummy Jenis
Kelamin, Dummy Pendidikan, Dummy Jenis Usaha, Dummy
Lama Menjalankan Usaha, Dummy Lama Menjadi Nasabah
BMT.
b. Variabel terikat yang digunakan adalah Keuntungan Usaha
Sesudah Pembiayaan.
c. Objek penelitian adalah Mitra Nasabah pembiayaan usaha mikro
di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT AL-FATH IKMI.
2. Rumusan Masalah
Dengan batasan masalah tersebut, hal ini akan menarik untuk
dikaji sehingga timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan
usaha sebelum dan sesudah menerima modal pembiayaan dari
KJKS BMT AL-FATH IKMI?
b. Bagaimana pengaruh modal pembiayaan syariah KJKS BMT AL-
FATH IKMI terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil?
c. Bagaimana pengaruh karakteristik profil responden (jenis
kelamin, usia, pendidikan, lama menjadi nasabah) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil?
17
d. Bagaimana pengaruh karakteristik usaha responden (jenis usaha,
lama menjalankan usaha dan jumlah tenaga kerja) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara
keuntungan usaha sebelum dan sesudah menerima modal
pembiayaan dari KJKS BMT AL-FATH IKMI.
b. Untuk mengetahui pengaruh modal pembiayaan syariah KJKS
BMT AL-FATH IKMI terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil.
c. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik profil responden (jenis
kelamin, usia, pendidikan, lama menjadi nasabah) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil.
d. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik usaha responden (jenis
usaha, lama menjalankan usaha dan jumlah tenaga kerja) sebagai
pelaku usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro
dan kecil.
2. Manfaat Penelitian
18
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan sekaligus penerapan teori pada kasus yang
nyata tentang analisis pengaruh pemberian pembiayaan BMT
terhadap peningkatan keuntungan UMK.
b. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT
Memberikan informasi bagi pihak pengelola Perbankan
Syariah/Lembaga Keuangan Syariah dalam usahanya
meningkatkan kualitas kinerjanya dalam usaha mensosialisasikan
BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
c. Bagi Pedagang Kecil
Memperlancar dan mengembangkan usahanya, mencari solusi
terhadap hambatan yang dihadapi pedagang kecil dalam
mengambil keputusan untuk memperoleh tambahan modal.
d. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis dan
masyarakat luas untuk dapat mengetahui adanya suatu lembaga
keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pedagang
kecil dengan sistem syariah Islam serta sebagai acuan untuk
keperluan penelitian yang sejenis.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Memahami pengertian dari lembaga keuangan paling tidak
dapat dipahami dari apa yang dikemukakan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, yang memberi pengertian bahwa Lembaga
Keuangan adalah “badan di bidang keuangan yang bertugas menarik
uang dan menyalurkannya kepada masyarakat”. Pengertian tersebut
senada dengan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan Baik Konvensional maupun
syariah, yang menjelaskan Lembaga Keuangan adalah “semua badan
yang melalukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan dengan menarik
uang dari masyarakat dan menyalurkan uang tersebut kembali ke
masyarakat”.
Kata “mikro” pada penyebutan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, memberi pengertian lebih menunjukkan kepada tataran ruang
lingkup/cakupan yang lebih kecil. Dengan asumsi perbandingan bahwa
Lembaga keuangan besar salah satunya adalah berbentuk bank dengan
modal berskala besar, maka Lembaga Keungan mikro adalah bentukan
lain dari bank atau sejenisnya yang mempunyai kapital kecil dan
diperuntukan untuk sektor usaha mikro kecil. Dalam pengertian ini
19
20
dikategorikan kedalamnya adalah Baitul Mal Wattamwil, Koperasi
Syariah dan Bank Prekreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS) (Apid, 2014:
3).
Dalam pedoman pemberdayaan Lembaga Dana Kredit
Pedesaan (LDKP), terdapat prinsip lembaga keuangan mikro
merupakan bentuk pelayanan pembiayaan dengan prinsip-prinsip,
yaitu:
a. Lembaga keuangan mikro tumbuh dari, oleh dan untuk anggota atas
dasar kesadaran.
b. Lembaga keuangan mikro harus berpedoman pada prinsip kehati-
hatian.
c. Modal lembaga keuangan mikro harus bersumber dari anggotanya
sendiri yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib
dan dapat pula ditambahkan simpanan pokok khusus sebagai
penguat modal serta dapat pula membuka jenis-jenis tabungan
(simpanan sukarela).
d. Pelayanan kredit/pinjaman (pembiayaan) hanya diberikan kepada
anggota LKM saja, tidak boleh kepada bukan anggota.
e. Jaminan barang (collateral) boleh diterapkan, namun pertimbangan
yang terbaik tetap atas watak/karakter peminjam sendiri. (Aulia,
2009: 23)
2. Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
21
Secara etimologi diambil dari kosakata alMaal dan atTamwil.
AlMaal bermakna harta kekayaan, sedangkan atTamwil berarti
pertumbuhan harta itu sendiri yang sama-sama berasal dari asal kata
maal. Pengertian lain bahwa baitul mal berasal dari bahasa Arab bait
yang berarti "rumah", dan al-mal yang berarti "harta". Baitul Mal
berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul Mal
adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun
pengeluaran negara. Baitul Maal dapat juga diartikan secara fisik
sebagai tempat (al-makan) untuk menyimpan dan mengelola segala
macam harta yang menjadi pendapatan negara (Dahlan dan Abdul,
1999:105).
Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai
Usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT. Baitul Maal
Wat Tamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah non
perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena didirikan
oleh kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yanng berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya
(Sri dan Muhammad, 2013: 301).
Istilah Baitul Mal sesungguhnya telah ada sejak zaman
Rasulullah SAW, meski saat itu belum terbentuk lembaga yang
mandiri dan terpisah. Baitul Maal baru berdiri sebagai lembaga
ekonomi tersendiri pada masa Khalifah „Umar bin Khaththab atas
22
usulan seorang ahli fiqih yang bernama Walid bin Hisyam. Sejak masa
itu dan masa-masa selanjutnya (Dinasti „Abbasiyah dan Umawiyah),
Baitul Mal telah menjadi lembaga yang penting bagi negara. Meski
tidak semua sumber uang negara milik Baitul Mal, tetapi Baitul Mal
boleh dikatakan merambah banyak urusan, mulai dari penarikan zakat,
pajak, ghanimah sampai membangun jalan-jalan, menggaji tentara dan
para pejabat negara serta membangun sarana-sarana sosial lainnya
(Hamdan, 2012: 2).
Dari rentetan sejarah, Baitul Mal harus diakui telah tampil
dalam panggung sejarah Islam sebagai lembaga negara yang banyak
berjasa bagi perkembangan peradaban Islam dan penciptaan
kesejahteraan bagi kaum muslimin. Keberadaannya telah menghiasi
lembaran sejarah Islam dan terus berlangsung hingga runtuhnya
Khilafah yang terakhir, yaitu Khilafah Utsmaniyah di Turki tahun
1924. Adapun di Indonesia, Baitul Tamwil pernah merebak melalui
Baitul Tamwil Teknosa Salman maupun Baitul Tamwil Ridha Gusti,
yang kini tinggal sejarah. Kedua lembaga tersebut sesungguhnya
merupakan cikal bakal lahirnya Bank Islam, yang kini diperkenalkan
oleh Bank Muamalah Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat
Syari‟ah (BPRS) (Hamdan, 2012:2). Dalam perkembangan terakhir
jumlah BMT di Indonesia terus mengalami peningkatan. Beberapa
diantaranya memiliki kantor pelayanan lebih dari satu. Jika ditambah
dengan perhitungan mobilitas yang tinggi dari para pengelola BMT
23
untuk “jemput bola”, memberikan layanan di luar kantor, maka
sosialisasi keberadaan BMT telah bersifat masif. Wilayah
operasionalnyapun sudah mencakup daerah perdesaan dan daerah
perkotaan, di pulau Jawa dan luar Jawa
(http://www.puskopsyahlampung.com/2013/05)
3. Sistem Operasional Pembiayaan Syariah
Menurut M. Syafi‟I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah peyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan anatar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Pembiayaan yang diberikan BMT kepada pengusaha mikro
dan kecil dalam (Muhammad, 2004), diberikan dalam rangka untuk :
a. Upaya memaksimalkan keuntungan
Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan keuntungan usaha. Setiap pengusaha menginginkan
mampu mencapai keuntungan maksimal.
b. Upaya meminimalkan resiko
24
Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan
keuntungan maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan
melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya
manusia serta sumber daya modal.
d. Penyaluran kelebihan dana
Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.
4. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut Pawitra (1992) dalam buku yang berjudul ensiklopedi
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen menyatakan bahwa pedagang besar
sama dengan stockholder dan pedagang kecil sama dengan retailer.
Sehingga pedagang kecil (pengusaha mikro) didefinisikan sebagai
orang atau badan usaha yang menjual barang atau jasa langsung pada
konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhannya (Sri dan Muhammad,
2013: 301).
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat
pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
25
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. Adapun kriteria Usaha Kecil dapat dilihat
pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Usaha Mikro dan Kecil merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam
26
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro dan kecil adalah salah satu
pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan
utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya
sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan
Usaha Milik Negara.
5. Permasalahan yang Dihadapi Pedagang Kecil
Menurut Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin
(2013:301-302) dalam menjelaskan usaha semua pelaku bisnis pasti
menghadapi masalah, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Permasalahan dari dalam biasanya adanya kesulitan atau kekurangan
modal kerja, pemogokan pegawai dan lain-lain. Selain dari luar
kondisi ekonomi dan peraturan pemerintah yang berlaku yang paling
sulit dihadapi adalah pesaing. Permasalah yang biasa dihadapi oleh
pedagang kecil adalah sebagai berikut :
Kesulitan dalam permodalan. Untuk mengembangkan usahanya
dibutuhkan modal dan modal mereka dapatkan adalah modal dengan
suku bunga yang tinggi, yang diberikan pada pelepas uang. Hal itu
tetap berlangsung karena tidak ada alternatif pilihan lain yang harus
ditempuh,
27
Kesulitan dalam aspek keterampilan. Aspek keterampilan
memegang peran sangat penting. Hal ini terlihat dari kenyataan dimana
banyak usaha kecil kehilangan pasarnya, karena barang yang mereka
hasilkan tidak diminati oleh para pembeli karena produk yang
dihasilkan tidak berkembang sesuai dengan keinginan mereka,
Kurang berpendidikan. Pada umumnya pedagang kecil tidak
mempunyai pendidikan yang memadai untuk mengembangkan
usahanya. Kurangnya pendidikan ini membuat mereka tidak menyadari
pentingnya pengetahuan pasar, sehingga tidak dapat menganalisa
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau yang menentukan
jumlah usaha pada saat yang akan datang,
Tidak mempunyai administrasi yang baik. Pada umumnya
pedagang kecil tidak mempunyai administrasi yang baik yang dapat
memberikan gambaran tentang perusahaan setiap saat. Keadaan
keuangan hanya dapat diingat oleh pemilik, sehingga perusahaan
menyebabkan tidak mengetahui kondisinya, apakah dalam keadaan
hutang atau rugi, maju atau mundur, sehingga keuangan rumah tangga
bercampur dengan keuangan perusahaan.
Menggunakan manajemen keluarga. Kebanyakan dari pedagang
kecil terdiri dari para pemilik beserta istri dan keluarganya. Sering kali
terjadi penyalahgunaan kekuasaannya untuk hal-hal di luar kegiatan
usaha yang dapat menyebabkan mundurnya perusahaan bahkan
mengalami kebangkrutan,
28
Kurang disiplin. Pada umumnya pedagang kecil kurang disiplin
dalam manajemen waktu maupun dalam manajemen keuangan. Cara
berdagangnya pun disesuaikan dengan keinginan pedagang, sehingga
kadang berjualan dan kadang tutup. Sehingga pelanggan segan untuk
berbelanja. Kegiatan usaha pada umumnya masih berpandangan untuk
kepentingan jangka pendek dengan bentuk organisasi sederhana yang
sulit diubah. Pola kebiasaan usaha yang bersifat sederhana. Hal ini
menghambat peningkatan nilai tumbuh hasil produksi secara layak dan
kurangnya kebiasaan menabung untuk memupuk modal.
Kurangnya Perencanaan. Operasional suatu perusahaan dapat
berhasil jika dilaksanakan atas perencanaan yang baik, seperti siapa
pembelinya, berupa persediaan barang yang harus dipelihara,
bagaimana penjualannya juga bagaimana mencapai suatu tingkat
keuntungan tertentu.
6. Perkembangan Usaha Pedagang Kecil
Perkembangan usaha dalam konteks ilmu pendidikan adalah
merupakan suatu perubahan kearah yang lebih maju atau lebih dewasa
(Suwarsono, 1996:173). Tolak ukur perkembangan usaha atau
keberhasilan usaha haruslah merupakan parameter yang dapat diukur
sehingga tidak bersifat nisbi atau bahkan bersifat maya yang sulit dapat
dipertanggungjawabkan. Semakin konkrit tolak ukur itu semakin
mudah bagi semua pihak untuk memahami serta membenarkan atas
diraihnya keberhasilan tersebut (Suryati, 2012:43).
29
Menurut Indriyo Gitosudarmo dalam skripsi Suryati (2012:44)
menyatakan ukuran terhadap keberhasilan dari kebijakan bisnis
tersebut dapat berupa besar kecilnya penghasilan (Income) atau
keuntungan (Profity) yang diperoleh. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa dengan naiknya keuntungan yang diterima
maka usaha mikro juga dapat dikatakan berkembang.
Perubahan keuntungan pedagang kecil adalah keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dijalankan. Pengertian disini adalah
keuntungan yang diperoleh setelah mendapatkan modal usaha atau
pembiayaan dari bank. Selisih antara bagi hasil setiap harinya dalam
tiap bulan, satu tahun merupakan keuntungan atau keuntungan kotor
yang diperoleh para pedagang kecil. Keuntungan bersih yang akhirnya
diterima adalah setelah keuntungan kotor dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar biaya operasi, seperti upah tenaga kerja
buruh, upah transportasi dan lain-lain (Sri dan Muhammad, 2013:302).
7. Teori Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat
dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga
kerja, teknologi, managerial skill. Fungsi produsi adalah hubungan
teknis antara input dan output. Produksi merupakan usaha untuk
meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (form utility),
memindahkan tempat (place utility), dan menyimpan (store utility)
(Soeharno, 2007:67).
30
Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor
produksi, seperti telah dijelaskan, dapat dibedakan kepada empat
golongan, yaaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian
keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, di dalam menganalisis
mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang
belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan)
adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai sebagai
faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di
dalam menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang
digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan
adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan
jumlah produksi yang dicapai (Sadono, 2005:193).
Telah dinyatakan sebelum ini bahwa fungsi produksi
menunjukan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula
dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai
output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu
seperti yang berikut:
Q = f (K, L, R, T)
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga
kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian
keusahawanan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat
31
teknologi yang digunakan. Sedangakan Q adalah jumlah produksi yang
dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu
secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang
dianalisis sifat produksinya (Sadono, 2005:195).
a. Tujuan Perusahaan: Memaksimumkan Keuntungan
Dalam teori ekonomi, permisalan terpenting dalam
menganalisis kegiatan perusahaan adalah “mereka akan
melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat di
mana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”.
Berdasarkan kepada permisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat
kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan akan
menjalankan kegiatan usahanya.
Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-
satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang menekankan
kepada volume penjualan dan ada pula yang memasukkan
pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang
akan dicapai. Ada pula perusahaan yang lebih menekankan kepada
usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang
memperhatikan tujuan mencari keuntungan yang maksimum.
Memang beberapa tujuan yang ditemui dalam praktek tersebut
memberikan suatu alasan untuk meragukan kesesuaian daripada
pemisalan keuntungan dalam menganalisis kegiatan perusahaan.
Tetapi, di samping menyadari kenyataan tersebut perlu juga diingat
32
bahwa pada sebagian besar perusahaan, tujuan memaksimumkan
keuntungan tetap merupakan tujuan yang paling penting. Telah
terbukti bahwa analisis terhadap kegiatan perusahaan yang
didasarkan kepada tujuan memaksimumkan keuntungan
memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya (Sadono, 2005:192).
Keuntungan ( merupakan selisih antara penerimaan
perusahaan dan biaya total.
π = keuntungan (profit)
TR = penerimaan total = P . Q, harga dikalikan dengan jumlah
yang dijual.
TC = biaya total, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu barang.
Q = kuantitas barang yang dihasilkan, atau yang dijual.
(Soeharno, 2007:109)
b. Modal Perusahaan
Inti dasar dari suatu perusahaan dapat menjalankan kegiatan
usahanya adalah dengan adanya modal. Modal merupakan faktor
produksi terpenting. Bagi perusahaan yang baru berdiri modal
digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha sedangkan bagi
perusahaan yang sudah berdiri lama modal digunakan untuk
mengembangkan usaha dan memperluas pangsa pasar.
33
Menurut Bambang Riyanto (1998 :10) dalam Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan : “Modal adalah hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam
perkembangannya kemudian modal ditekankan pada nilai, daya
beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung
dalam barang-barang modal”.
Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar
sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu
proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan
modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal
sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal
akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna
menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola
secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan
(Riyanto, 1985 dalam Achmad, 2009).
Ada dua jenis modal terdiri dari modal pinjaman / utang dan
modal sendiri.
1) Pinjaman/Utang
Menurut Bambang Riyanto (1998 :227) dalam “Dasar-
dasar Pembelanjaan Perusahaan” pengertian pinjaman yaitu:
“Pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi
34
perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang
yang pada saatnya harus dibayar kembali”.
Pinjaman ini terbagi tiga golongan yaitu :
(a) Pinjaman / utang jangka pendek (short-term debt), yaitu
yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun.
(b) Pinjaman jangka menengah (intermediate term debt), yaitu
yang jangka waktunya antara 1 sampai 10 tahun.
(c) Pinjaman / utang jangka panjang (long term debt), yaitu
yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.
2) Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal
dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan
untuk waktu yang tidak tertentu lamanya, antara lain dari
pengambil bagian, peserta atau pemilik.
Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat
juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang
dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Modal
sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk
keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan modal
sendiri yang berasal dari luar perusahaan adalah modal yang
berasal dari pemilik perusahaan (ariplie.blogspot.co.id).
8. Keterkaitan Antar Variabel
35
Tumbuh dan berkembangnya berbagai lembaga keuangan
(Bank), baik konvensional maupun syari‟ah, makin memberi banyak
peluang kepada masyarakat untuk terlibat dalam dunia usaha.
Setidaknya salah satu hambatan umum yang dihadapi para pelaku
ekonomi sektor rill, di bidang permodalan akan teratasi. Secara
teoritis, tersedianya berbagai instrumen kredit makin meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk melakukan investasi (Baihaqi dan
Saifuddin, 2000:171). Dengan keterkaitan permasalahan tersebut
maka dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya dalam membangun
perekonomian negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
a. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan
Kecil
Dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha mikro dan
kecil, para pelaku usaha sering kali kesulitan dalam hal permodal.
Pemecahan masalah untuk mengatasi kesulitan permodalan
adalah melakukan pembiayaan khususnya yang berasal dari
lembaga keuangan. Dengan melakukan pembiayaan diharapkan
dapat meningkatkan perkembangan usaha mikro dan kecil.
b. Pengaruh Karakteristik Usaha dan Profil Responden Seperti Jenis
Kelamin, Usia, Pendidikan, Lama Menjadi Nasabah, Responden
Seperti Jenis Usaha, Lama Usaha, dan Jumlah Tenaga Kerja
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil
36
Dalam melihat perkembangan peningkatan usaha mikro dan kecil
variabel yang tidak dapat di rubah dari setiap orang adalah
variabel individual itu sendiri, setiap individu dengan individu
lainnya pasti berbeda, oleh karena itu menjadi penting melihat
karakteristik responden para pengusaha untuk mengetahui secara
umum karakteristik dominan apa yang mempengaruhi
perkembangan setiap pelaku usaha mikro dan kecil.
Salah satu karakteristiknya adalah faktor jenis usaha merupakan
kelompok dari kegiatan usaha. Jenis usaha terbagi menjadi tiga
jenis yaitu usaha jasa, usaha dagang dan usaha manifaktur. jenis
usaha dapat dilihat dari produk yang di pasarkan dan bagaimana
mereka memproduksi produknya. Setiap jenis usaha memiliki
keuntungan perusahaan yang berasal dari bidangnya. Dengan
semakin menguasai bidang usaha yang di pilih oleh para pelaku
usaha diharapkan dapat semakin meningkatkan perkembangan
usahanya.
B. Penelitian Sebelumnya
1. Hasil penelitian Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin (2013)
yang melakukan penelitian terhadap pedagang kecil di pasar Wonogiri,
Pasar Pokoh, Pasar Sukorejo dan Pasar Ngadirojo Wonogiri yang
merupakan nasabah BMT menemukan bahwa perkembangan usaha
pedagang setelah memperoleh pembiayaan BMT, baik keuntungan
ataupun keuntungan nasabah meningkat.
37
2. Hasil penelitian L Anggraeni, Herdiana P, Salahuddin EA dan Ranti W
(2013) menyatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi akses
UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah variabel
dummy akses simpanan, umur pengusaha UMKM, dummy jenis usaha
2 (manufaktur ), serta omset usaha. Pembiayaan mikro syariah dari
BMT berdampak positif terhadap perkembangan UMKM, faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai perkembangan keuntungan usaha UMKM
adalah lama pendidikan, lama usaha, besarnya pembiayaan syariah
BMT dan besarnya kredit konvensional.
3. Hasil penelitian Dian Pratomo, Musa Hubeis dan Illah Sailah (2009)
menemukan bahwa BMT memberikan peluang dengan memberikan
pembiayaan kepada para nasabahnya untuk bisa membuka usaha baru
dengan konsep bagi hasil yang adil dan menguntungkan. Hal ini dapat
dilihat dari umur usaha yang digeluti nasabah rata-rata cukup muda.
Begitu juga dengan meningkatnya aspek pendapatan total setelah
bergabung dengan BMT dibandingkan sebelum bergabung.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha mikro di Kota
Tangerang Selatan sebelum dan setelah memperoleh modal pembiayaan
dari KJKS BMT AL-FATH. Analisis tersebut akan dapat dilihat perbedaan
besarnya modal usaha dan keuntungan perusahaan pada usaha mikro
sebelum dan setelah memperoleh pembiayaan mudharabah dari KJKS
BMT AL-FATH.
38
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil (Studi Kasus Koperasi Jasa
Keuangan Syariah BMT AL-FATH IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)
Peningkatan Keuntungan Usaha Mikro dan Kecil
Keuntungan (Y)
Karakteristik Profil
Responden
(Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan, Lama
Menjadi Nasabah)
Modal
Pembiayaan
Regresi Stepwise
Uji Asumsi Klasik
Normalitas
Multikolonieritas
Heterokedastisitas
Autokorelasi
Karakteristik Usaha
Responden
(Jenis Usaha, Lama
Menjalankan Usaha Dan
Jumlah Tenaga kerja)
Uji Signifikansi
Uji t Uji F Adjusted R2
Interpretasi
39
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar mungkin juga salah,
dia akan ditolak jika salah dan akan dibenarkan jika fakta-fakta
membenarkan. Pada dasarnya hipotesis merupakan jawaban sementara
yang masih harus dibuktikan kebenarannya didalam kenyataan,
percobaaan atau praktek. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
H1: Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata keuntungan usaha
sebelum pembiayaan dengan rata-rata keuntungan usaha setelah
pembiayaan.
H2: Modal pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha
mikro dan kecil.
H3: Karakteristik profil responnden berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan usaha mikro dan kecil.
H4: Karakteristik usaha responden berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan usaha mikro dan kecil.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menganalisa tentang
peran pembiayaan lembaga keuangan mikro syariah terhadap
perkembangan usaha mikro dan kecil. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan berdasarkan wilayah pelayanan pembiayaan syariah. Lokasi
penelitian ini dilaksanakan di KJKS BMT AL-FATH IKMI.
Dimana penelitian ini merupakan penelitian terhadap data primer
melalui kuisioner, yaitu pelaku usaha mikro dan kecil mitra anggota KJKS
BMT AL-FATH IKMI yang berada di wilayah Ciputat, Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal melalui
berbagai sumber terkait
B. Teknik Penentuan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang
karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah
pedagang kecil yang merupakan mitra nasabah KJKS BMT AL-FATH
IKMI. Jumlah seluruh nasabah KJKS BMT AL-FATH IKMI tercatat April
2016 adalah 20.598 orang, sedangkan yang melakukan produk
pembiayaan adalah 1.659 orang. Pada produk pembiayaan di KJKS BMT
AL-FATH IKMI bisa untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil,
40
41
pembiayaan pendidikan, pembiayaan pembelian barang, dan lain-lain.
Sayangnya, tidak ada catatan jumlah khusus untuk jumlah nasabah dalam
kategori pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil, karena sudah
dikelompokan dalam nasabah yang melakukan produk pembiayaan.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini maka
digunakan rumus Slovin sebagai berikut: (Nugraha, 2007: 6)
Dimana:
n = ukuran sampel
N = populasi
d = galat pendugaan / nilai presisi 95% / sig = 0,05
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diperoleh sampel:
Karena pembiayaan untuk usaha mikro kecil tidak dibedakan dengan
produk pembiayaan lainnya dibuat jumlah keseluruhan nasabah yang
melakukan pembiayaan dibagi dengan 4 produk pembiayaan di KJKS
BMT AL-FATH IKMI yaitu produk pembiayaan mudharabah,
pembiayaan musyarakah, piutang murabahah, piutang ijarah.
Jadi, 1.659 orang/4 produk = 414,75
Dari hasil perhitungan rumus diatas dalam menentukan jumlah sampel
diperoleh sebanyak 36 sampel atau responden. Sedangkan, Menurut
Arikunto (2008: 116) Pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100
42
orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari
100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Oleh karena itu,
dari hasil dua teori tersebut penulis membuat penelitian ini menggunakan
10% -15% sampel dari jumlah populasi atau peneliti mengambil sampel
sebesar 50 responden yang dianggap dapat mewakili populasi nasabah
pembiayaan untuk usaha mikro kecil .
Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo, Sampel adalah
sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diduga dan dianggap
mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik non probability sampling (non acak) dengan teknik pengambilan
datanya dilakukan dengan metode purposive sampling (sengaja), yaitu
prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang
cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab
tujuan penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
a. Data primer merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data hasil kuesioner atau data yang diperoleh langsung yang
disebarkan kepada para nasabah KJKS BMT AL-FATH.
b. Data sekunder digunakan sebagai data tambahan dalam menunjang
analisis. Data sekunder mencakup data kuantitatif, yaitu data
portofolio pembiayaan BMT AL-FATH berdasarkan jenis
pembiayaan yang sudah disalurkan, data mengenai perkembangan
43
LKMS BMT dan proyeksi perkembangan ke depan. Data lain
dapat diperoleh dari literatur–literatur yang berkaitan dengan
ekonomi syariah atau lembaga keuangan syariah, serta ulasan-
ulasan para pakar yang dipublikasikan dalam buletin, jurnal,
internet dan media-media lain.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Wawancara, yaitu teknik pengambilan data dengan cara tanya jawab
langsung pada pedagang kecil dan pengurus BMT yang berhubungan
dengan keterangan-keterangan mengenai gambaran perkembangan
usaha mikro.
Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dan menggunakan
kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu untuk memungkinkan
didapatkannya penjelasan yang berhubungan dengan pertanyaan
tersebut.
Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang bersifat
sekunder dengan jalan mempelajari dokumen yang diperlukan untuk
mendukung validitas data.
D. Teknik Analisis
Dilihat dari sudut pandang tujuannya yang hendak dicapai,
penelitian ini menggunakan metode analisis regresi stepwise. Penelitian ini
44
termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang
mengumpulkan data-data dari lapangan (Kuisoner). Namun, penelitian ini
juga dilengkapi dengan penelitian kepustakaan Berdasarkan perumusan
masalah di atas, maka penelitian ini menggunakan perpaduan antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul telah dianalisa
dengan menggunakan metode analisa berikut :
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti,
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum (Sugiyono, 2009: 29).
2. Uji Paired-Samples T-Test (Uji T Sampel Berpasangan)
Uji T Sampel Berpasangan adalah prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel untuk suatu grup sampel
tunggal. Perbandingan itu untuk mencari atau menghitung nilai selisih
antara nilai dua variabel untuk tiap kasus. Selain itu, uji ini juga
menghitung apakah selisih rata-rata tersebut bernilai nol. Data untuk
uji ini berasal dari dua ukuran dari subjek yang sama atau satu ukuran
dari pasangan subjek (Sarwono dan Suharyati, 2010:128).
Apabila hasil perhitungan uji t (paired sample t-test) dengan
menggunakan level of significance 5% atau 0,05 diperoleh nilai
asymptotic significance lebih kecil dari level of significance (p<α)
45
maka Ho ditolak, artinya terdapat pebedaan nilai rata-rata yang
signifikan antara kedua data sampel tersebut. Apabila nilai asymptotic
significance lebih besar dari level of significance (p>α) maka Ho
diterima, artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata yang signifikan
antara kedua sampel tersebut.
3. Uji Regresi Metode Stepwise
Stepwise selection merupakan kombinasi antara forward dan
backward. Mula-mula tidak ada satupun variabel yang dimasukkan
dalam fungsi diskiminan, kemudian satu variabel ditambahkan atau
dikeluarkan dari fungsi diskriminan dan seterusnya (Ghazali,
2012:302)
a. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai
dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusinormal. Jika asumsi ini dilanggar
maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah
46
sampel yang ada. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas data, antara lain uji chi-kuadrat, uji
lilliefors, dan uji kolmogorov-smirnov.
2) Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran
ini smenunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan
diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolonieritas (Ghozali, 2012: 105).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresiterjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap
47
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi
problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu melihat scatter plot (nilai prediksi
dependen ZPRED dengan residual SRESID), uji Gletjer, uji
Park, dan uji White.
(https://www.academia.edu/BayuWidyatama)
4) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji model linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t sebelumnya. Adanya autokorelasi
dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak
minimum dan uji t tidak dapat digunakan, karena akan
memberikan kesimpulan yang salah. Ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu
menggunakan metode Durbin-Watson dan metode Run Test
sebagai salah satu uji statistic non-parametik.
Untuk menunjukkan hasil yang lebih jelas, pengujian
autokorelasi dalam penelitian ini mengunakan metode Run
Test sebagai bagian dari statistic non-parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
48
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak
atau random (Ghozali, 2009).
b. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
berganda. Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan
seberapa jauh peubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel
indipenden dimanipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-turunkan
(Sugiyono, 2007:260). Model ini digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu
persamaan linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:72).
Penelitian ini juga akan diperkuat perhitungannya dengan
menggunakan bantuan dari program Excel 2010 dan program
komputer yaitu program spss 17.
1) Uji – t
Pengujian disini akan melibatkan simpangan baku taksiran,
jumlah kuadrat simpangan nilai X yang diuji koefisiennya
dengan rata-ratanya, dan korelasi X yang diuji koefisiennya
dengan X lainnya. Uji t digunakan untuk menjawab hipotesis
dalam penelitian ini, antara lain:
Ho: Tidak hubungan atau pengaruh positif yang signifikan
antara modal pembiayaan terhadap keuntungan usaha mikro
49
Ha: Ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara
modal pembiayaan terhadap keuntungan usaha mikro
2) Uji – F
Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh seluruh variabel
independen terhadap variabel dependennya secara parsial
dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 = b3 =…= bk = 0 (tidak ada variabel independen
yang memengaruhi variabel dependen)
Ha : minimal ada salah satu bi ≠ 0 (ada variabel independen
yang berpengaruh terhadap variabel dependen)
Kriteria uji yang digunakan, yaitu:
Jika probability F-statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0
dan dapat disimpulkan bahwa minimal ada variabel
independen yang memengaruhi variabel dependennya.
Jika probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima
H0 dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel
independen yang memengaruhi variabel dependen. (Rifka,
2013:79)
3) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari
variabel independen (X) dalam menerangkan variabel
dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk
menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat
50
dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2
paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2 < 1 ). Bila R
2 sama
dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk
membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel
yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak
mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.
Tidak ada ukuran yang pasti berapa besarnya R2 untuk
mengatakan bahwa suatu pilihan variabel sudah tepat. Jika R2
semakin besar atau mendekati 1, maka model makin tepat data
(Rifka, 2013: 79-80).
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang perilakunya dipengaruhi oleh
variabel lain (variabel bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah perubahan keuntungan (Y), maksudnya adalah perubahan
keuntungan setelah menerima pembiayaan dari BMT. Variabel terikat
dalam peneltian ini adalah:
Y : Keuntungan Usaha Sesudah Pembiayaan
51
2. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas Indikator
Modal Pembiayaan yaitu besarnya pemberian pembiayaan yang
diterima pedagang kecil.
Usia yaitu kategori berdasarkan usia responden
yang terbagi menjadi 3 kategori variabel
dummy yaitu usia 20-30 tahun, 31-50 tahun
dan >50 tahun.
Jumlah Tenaga
Kerja
yaitu kategori berdasarkan jumlah tenaga
kerja responden usaha mikro dan kecil yang
terbagi menjadi 2 kategori variabel dummy
yaitu 1-3 orang dan 4-6 orang.
Jenis Kelamin yaitu kategori berdasarkan jenis kelamin
responden yang terbagi menjadi kategori
variabel dummy yaitu laki-laki dan
perempuan.
Pendidikan yaitu kategori berdasarkan pendidikan
responden yang terbagi menjadi 3 kategori
variabel dummy yaitu SMP, SMA,
S1/Diploma.
Jenis Usaha yaitu kategori berdasarkan jenis usaha
responden yang terbagi menjadi 3 kategori
variabel dummy yaitu pedagang kaki lima,
pedagang warung/toko, dan lain-lain.
Lama Menjalankan
Usaha
yaitu kategori berdasarkan lama responden
menjalankan usahanya yang terbagi menjadi 3
kategori variabel dummy yaitu 1-2 tahun, 2-4
tahun, >5 tahun.
Lama Menjadi
Nasabah BMT
yaitu kategori berdasarkan lama responden
menjadi nasabah BMT yang terbagi menjadi 3
kategori variabel dummy yaitu 1-2 tahun, 2-4
tahun, >5 tahun.
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat KJKS BMT AL-FATH
Melihat kondisi rill masyarakat kita yang dari sisi ekonomi
belum dapat hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat
rentenir, tidak adanya lembaga yang dapat membantu untuk
meningkatkan pendapat mereka, tidak punya posisi tawar dengan
pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak
menguntungkan bagi masyarakat kecil.
Padahal dari potensi yang dimiliki oleh mereka yang apabila
dikelola oleh sistem kebersamaan, maka akan dapat meningkatkan
ekonomi mereka. Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka
dirintislah BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) AL-FATH oleh 25 orang
pendiri pada tanggal 13 Oktober 1996, dan kini jumlah pendirinya
menjadi 31 orang.
BMT AL-FATH merupakan lembaga keuangan mikro syari'ah
yang notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip
operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT AL-
FATH dibentuk dalam upaya memberdayakan umat secara
kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan serta
kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi
52
53
anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta
lebih adil.
Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka
dibentuklah divisi Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat
berjalan secara optimal melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis
maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan dikelola oleh tenaga muslim
yang profesional dibidang keuangan, Insya Allaah akan menampilkan
lembaga keuangan syari'at yang sehat, berkualitas, dan memenuhi
harapan umat.
a. Visi dan Misi KJKS BMT AL-FATH
1) Visi
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan
sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah
Subhanahu Wa Ta'ala.
2) Misi
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi,
memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina
kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang
mampu) secara terpola dan berkesinambungan.
b. Fungsi dan Tujuan KJKS BMT AL-FATH
1) Fungsi
Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui
pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta
54
memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat
melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi
lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.
2) Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta
mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan
juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung
lainnya.
c. Struktur Organisasi 2012-2015 KJKS BMT AL-FATH
Tabel 4.1 Struktur Organisasi
Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel
Pendirian : 13 Oktober 1996
Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP : 02.021.735-2.411.000
SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000
Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 lembaga
Dewan Pengawas :
Ketua : Drs. Mustakim Kurdi, MA
Anggota : H. Faried Hidayat
H. Kapsulani, SE, MM
Dewan Pengurus :
Ketua : Drs. Budiyono, M.Pd.
Wakil Ketua :
Bidang Pendanaan dan Umum : H. Z. Arifin Listanto
Bidang Pembiayaan dan
Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim
Sekretaris : Drs.Prastowo Sidhi,SH,MH
Bendahara : H. Djaelani, SE
55
Pengelola Kantor Pusat :
Manager Tamwil : Saimin, SE
Manajer Maal : H.Imam Turmudzi Ms.
Kabag Operasional : Suryadi, ST
Kabag Marketing : Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Account Officer : Naufal Safiq, SE
Parjan
Toni Hidayat Sidik, SE.Sy
Muhammad Erwin
Setyo Budi Utomo, S.Ag
Surveyor : Hedy Rusmantoro
Kolektor : Budi Santoso
Funding Officer : Aldiyansyah
Imron Rosadi
Abdurrahman Hakim
IT : Muhammad Yusuf S.Kom
Pembukuan : Neneng Syarifah, Amd
Head Teller : Harum Sulistio Rini, SE
Teller : Arum Setianingsih
Nuraini
Customer Service : Silfia Herlena
Staff Adm Legal : Muhammad Saman
Staff Baitul Maal : Khosirun, SE
Staff Administrasi & OB : Aditya Saputra
Office Boy : Muharis
Slamet Riyadi
Security : Opiq Taufikurrohman
Muhammad Reza
Pengelola Kantor Cabang
Jombang :
Kepala Kantor Cabang : Supriyanto
Kabag Operasional : Dodi Kurniawan, SE
Account Officer : Sunadi
Sandi Praljiandoko
56
Fery Faisal
Teller : Aisyah, S.KM
Security & OB : Lucky Saputra
Pengelola Kantor Cabang
Legoso :
Kepala Kantor Cabang : Robi Sugara
Kabag Operasional : Cecep Nurjaya
Account Officer : Denis Saputra
Teller : Nurmilati Mustaqimah, SE
Security & OB : Dedi Firdaus
Sumber: www.bmtalfath.com
2. Perkembangan Usaha
a. Produk dan Layanan BMT AL-FATH
1) Penghimpunan Dana (Funding)
(a) Prinsip Titipan (Wadiah)
TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT AL-FATH):
Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip
wadiah/titipan. Dalam tabungan ini BMT AL FATH tidak
wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH
boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan
kebijakan BMT AL FATH.
(b) Prinsip Bagi Hasil
TABAH (Tabungan berjangka AL-FATH): Merupakan
tabungan/investasi dengan menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan
57
sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan
jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan
nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah
30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah
35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40%
(mitra): 60% (BMT).
SIDIK (Simpanan Pendidikan): Yaitu bentuk simpanan
yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan
bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada
saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah
mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan
nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
Simpanan Idul Fitri: Yaitu simpanan yang direncanakan
untuk keperluan Idul Fitri. Penarikan dilakukan satu kali
menjelang Idul Fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi
hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80%
(BMT).
Simpanan Qurban: Yaitu simpanan yang diperuntukan
untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan
dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
58
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah
20% (mitra): 80% (BMT).
Simpanan Nikah: Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi
mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan
dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai
dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
Simpanan Haji: Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi
mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji.
Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan
prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan
bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra):
80% (BMT).
2) Penyaluran Dana (Lending)
(a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal
(Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha
(mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan
halal. Hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati kedua belah pihak.
(b) Pembiayaan Musyarakah
59
Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT
dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah
pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian
ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal
masing-masing.
(c) Piutang Murabahah
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL
FATH dengan menyatakan harga perolehan/harga
beli/harga pokok ditambah keuntungan/margin yang
disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-
barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa
kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan
mitra atas nama BMT. Barang tersebut dijual kepada mitra
dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang
diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama
jangka waktu tertentu.
(d) Piutang Ijarah
Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL
FATH dan mitra. BMT AL FATH menyewakan jasa atau
barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah
disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.
b. Program Kegiatan BMT AL-FATH
60
(a) Program Anak Asuh Baitul Maal BMT AL-FATH IKMI
BMT AL-FATH IKMI memberikan beasiswa sekolah kepada
anak-anak sekolah setingkat SMP-SMA (bahkan ada beberapa
yang merupakan mahasiswa/mahasiswi) yang ada di sekitar
BMT AL-FATH. Bukan hanya beasiswa, dalam acara tertentu
Baitul Maal BMT AL-FATH IKMI juga memberikan santunan
sembako kepada anak asuh, dan melakukan pembinaan kepada
anak asuh seperti pengajian tiap Sabtu malam.
(b) Program Pengobatan Massal
Baitul Maal telah dapat melaksanakan pengobatan massal
untuk kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar wilayah,
Ciputat, Kedaung dan Pamulang.
Secara berkesinambungan setiap hari Selasa pekan Ke III,
pelaksanaan pengobatan massal berlangsung sejak bulan
Oktober 2011, yang awalnya diperuntukan untuk pasien
penyakit umum dengan terget 100 (seratus) orang. Untuk
mengetahui effektivitas dan manfaat dari penyelenggaraan
pengobatan massal tersebut, maka sejak bulan Juni 2011
pelaksanaan pengobatan massal dikhususkan bagi para manula
yang mengidap penyakit diabetes dan hypertensi.
(c) Program Senam Lansia
Program senam lansia dijalankan untuk para pasien pengobatan
massal, terutama yang sudah berusia lanjut. Kegiatan ini
61
bermaksud agar pasien tetap fit dalam menjalankan aktifitasnya
dan tubuh pasien tetap bugar.
(d) Program Bantuan Pembiayaan Usaha Kecil Mikro
Sejak tahun 2006, Baitul Maal BMT AL-FATH memberikan
pembiayaan kepada beberapa orang mitra untuk tambahan
modal usaha UKM.
(e) Program Bantuan Langsung kepada Dhuafa
Selain memberikan pembiayaan, Baitul Maal BMT AL-FATH
juga mempunyai program bantuan langsung kepada Dhuafa,
yaitu dengan memberikan bantuan berupa uang atau barang
sesuai dengan yang Dhuafa butuhkan.
(f) Khitanan Massal 2015
Berkat doa dan bantuan Yayasan Baitul Maal BRI Pusat,
BRIMedika, serta bantuan dana dari para donatur, BMT AL-
FATH IKMI telah dapat melaksanakan khitanan massal gratis
bagi anak-anak kaum dhuafa disekitar wilayah Ciputat,
Kedaung, Pamulang, Jombang, dan Serpong, pada hari Ahad
tanggal 26 Juli 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 33 anak.
(www.bmtalfath.com)
B. Hasil Analisis Penelitian
1. Hasil Deskriptif Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro dan
kecil (mitra anggota KJKS BMT AL-FATH) yang melakukan
62
pembiayaan untuk bantuan modal usahanya. Berikut ini adalah
deskriptif statistik mengenai identitas responden penelitian yang
berasal dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama menjadi
nasabah BMT.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Mengenai gambaran responden berdasarkan jenis kelamin (Laki-
laki dan Perempuan), diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden adalah Perempuan dengan jumlah 28 orang atau 56%
dan 22 orang atau 44% berjenis kelamin Laki-laki.
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 22 44.0 44.0 44.0
Perempuan 28 56.0 56.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Mengenai gambaran responden berdasarkan usia akan dijelaskan
pada Tabel di bawah ini. Pembagian responden berdasarkan usia
terbagi menjadi empat, yaitu kurang dari 20 tahun, 20 tahun sampai
dengan 30 tahun, 30 tahun sampai dengan 50 tahun, dan lebih dari
50 tahun.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
63
Valid >50 tahun 6 12.0 12.0 12.0
20-30 tahun 6 12.0 12.0 24.0
31-50 tahun 38 76.0 76.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.3, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
sebanyak 38 orang atau 76% adalah responden yang berusia 31-50
tahun, kemudian terdapat jumlah yang sama antara responden
berusia 20-30 tahun dan responden berusia >50 tahun, dengan
masing-masing berjumlah 6 orang atau 12%, sementara untuk
responden berusia kurang dari 20 tahun adalah 0% atau tidak
ditemukan.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian
responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Pembagian responden dibagi menjadi empat kategori, yaitu
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Strata satu/Diploma (S1/Diploma).
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid S1/Diploma 6 12.0 12.0 12.0
SD 10 20.0 20.0 32.0
SMA 21 42.0 42.0 74.0
SMP 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
64
Dari Tabel 4.4, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
berdasarkan pendidikan adalah di tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu berjumlah 21 orang atau 42%, kemudian responden
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 13
orang atau 26%, lalu responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD)
berjumlah 10 orang atau 20%, dan paling sedikit responden di
tingkat pendidikan terakhir yaitu Strata1/Diploma (S1/Diploma).
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah BMT
AL-FATH
Pembagian responden berdasarkan lama menjadi nasabah BMT
terbagi menjadi empat kategori, yaitu kurang dari 1 tahun, 1-2
tahun, 2-4 tahun, dan lebih dari 5 tahun. Deskripsi responden
berdasarkan lama menjadi nasabah BMT AL-FATH akan
dijelaskan dalam Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menjadi
Nasabah BMT AL-FATH
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 tahun 5 10.0 10.0 10.0
>5 tahun 25 50.0 50.0 60.0
1-2 tahun 8 16.0 16.0 76.0
2-4 tahun 12 24.0 24.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
telah lama menjadi nasabah/mitra di BMT tersebut, ini dilihat dari
65
jumlah responden yang sudah menjadi nasabah selama lebih dari 5
tahun sebanyak 25 orang atau 50%, lalu yang sudah menjadi
nasabah antara 2-4 tahun sebanyak 12 orang atau 24%, kemudian
1-2 tahun sebanyak 8 orang atau 16%, dan kurang dari 1 tahun
sebanyak 5 orang atau 10%.
2. Hasil Deskriptif Karakteristik Usaha
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Mengenai gambaran responden berdasarkan jenis usaha akan
dijelaskan pada Tabel di bawah ini. Pembagian responden
berdasarkan jenis usaha terbagi menjadi empat kategori, yaitu
pedagang grosir, pedagang kaki lima, pedagang warung/toko dan
lain-lain.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid Dan lain-lain 12 24.0 24.0 24.0
Pedagang Kaki
Lima
18 36.0 36.0 60.0
Pedagang
Warung/Toko
20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.6, diperoleh informasi bahwa jenis usaha yang
dilakukan para pelaku usaha cukup bervariasi dilihat dari jumlah
nilai yang tidak terlalu jauh antara kategori yang satu dengan
kategori lainnya, sebanyak 20 orang atau 40% responden
66
melakukan jenis usaha pedagang warung/toko, lalu 18 orang atau
36% responden melakukan jenis usaha sebagai pedagang kaki lima,
kemudian itu jenis usaha lain-lain sebanyak 12 orang atau 24%,
sementara kategori pedagang grosir tidak ditemukan.
Tabel 4.7 Hasil Klasifikasi Jenis Usaha
Jenis Usaha
Frekuensi Jumlah Persentase
Pedagang Kaki Lima
- Pedagang Kue
- Pedagang Baju dan Lauk
Pauk
- Pedagang Sayur
- Pedagang Sosis Bakar
- Pedagang Jamu
- Pedagang Bumbu Dapur
- Pedagang Tahu
- Pedagang Ayam Bakar
- Pedagang Bakso
- Pedagang Es Doger
- Pedagang Martabak
- Pedagang Nasi Uduk
- Pedagang Batu Permata
2 orang
1 orang
4 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
18 orang 36%
Pedagang Warung/Toko
- Warung Sembako
- Konter Pulsa
- Warung Jajanan
- Toko Alat Tulis dan
Percetakan
- Pedagang Gorden
- Pedagang Pakaian Muslim
dan Alat-alat Rumah
Tangga
- Toko Handphone
- Rumah Makan
- Bengkel dan Cuci Mobil
8 orang
2 orang
3 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
20 orang 40%
Dan Lain-lain
- Menyewakan Alat-alat
Pesta
2 orang
12 orang 24%
67
- Ojek
- Kredit Barang
- Jasa Pengurus Surat-surat
Penting
- Kerajinan Tangan
- Jasa Rias Pengantin
- Kontrakan
- Pedagang Benang
Bangunan
1 orang
4 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
Total 50 orang 100%
Sumber: Data Primer diolah
Pelaku usaha mikro dan kecil dalam penelitian ini menghasilkan
tiga kategori jenis usaha yaitu pedagang kaki lima, pedagang
warung/toko, dan lain-lain. Hasil informasi yang diperoleh
berdasarkan Tabel 4.7 adalah jenis usaha yang dilakukan para
pelaku usaha bervariasi, ada yang menghasilkan produk makanan,
produk barang, dan produk jasa.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha
Hasil Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian
responden berdasarkan lama menjalankan usaha. Pembagian
responden berdasarkan lama menjalankan usaha terbagi menjadi
empat kategori, yaitu kurang dari 1 tahun, 1-2 tahun, 2-4 tahun,
dan lebih dari 5 tahun.
Tabel 4.8
Hasil Uji Deskriptif Responden
Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 tahun 2 4.0 4.0 4.0
>5 tahun 36 72.0 72.0 76.0
68
1-2 tahun 4 8.0 8.0 84.0
2-4 tahun 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.8, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
telah lama menjalankan usahanya, hasil yang diperoleh menyatakan
bahwa sebanyak 36 orang atau 72% responden telah menjalankan
usahanya sudah lebih dari lima tahun, lalu hanya sebanyak 8 orang
atau 16% sudah menjalankan usaha selama 2-4 tahun, kemudian
sebanyak 4 orang atau 8% sudah selama 1-2 tahun, dan responden
sebanyak 2 orang atau 4% telah menjalankan usaha selama kurang
dari satu tahun.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Pembagian responden berdasarkan jumlah tenaga kerja terbagi
menjadi 4 kategori, yaitu memiliki tenaga kerja berjumlah 1-3
orang, 4-5 orang, 6-10 orang dan lebih dari sepuluh orang.
Deskripsi responden berdasarkan jumlah tenaga kerja akan
dijelaskan dalam Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 orang 45 90.0 90.0 90.0
4-5 orang 3 6.0 6.0 96.0
6-10 orang 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah
69
Dari Tabel 4.9, diperoleh informasi bahwa mayoritas pelaku usaha
adalah pelaku tunggal atau masuk dalam kategori memiliki jumlah
tenaga kerja 1-3 orang dan tidak menemukan responden yang
memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari sepuluh orang, hal ini
menunjukan bahwa mayoritas mitra nasabah BMT adalah para
pelaku usaha mikro dan kecil. Hasil menunjukan sebanyak 45
orang atau 90% memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 1-3 orang,
kemudian hanya sebanyak 3 orang atau 6% memiliki jumlah tenaga
kerja sebanyak 4-5 orang dan sebanyak 2 orang atau 4 % memiliki
jumlah tenaga kerja 6-10 orang.
3. Hasil Uji Beda Keuntungan Sebelum dan Sesudah Pembiayaan
a. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keuntungan
sebelum pembiayaan, keuntungan setelah pembiayaan, dan modal
pembiayaan. Variabel-variabel tersebut akan di uji secara deskriptif
seperti pada hasil Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Keuntungan Sebelum
Pembiayaan
50 300000 20000000 3133000.00
Keuntungan Setelah
Pembiayaan
50 700000 30000000 4760000.00
Modal
Pembiayaan
50 1000000 30000000 9430000.00
Valid N (listwise) 50
Sumber: Data Primer diolah
70
Tabel 4.10 menjelaskan bahwa pada variabel keuntungan usaha
sebelum pembiayaan jawaban minimum responden diperoleh
sebesar Rp 300.000 dan maksimum sebesar Rp 20.000.000 dengan
rata-rata total sebesar Rp 3.133.000. Variabel keuntungan usaha
setelah pembiayaan jawaban minimum responden sebesar Rp
700.000 dan maksimum sebesar Rp 30.000.000 dengan rata-rata
total sebesar Rp 4.760.000. Kemudian variabel modal pembiayaan
jawaban minimum responden sebesar Rp 1.000.000 dan maksimum
sebesar 3.000.000 dengan rata-rata total sebesar Rp 9.430.000.
b. Hasil Uji Paired-Samples T-Test (Uji T Sampel Berpasangan)
Untuk menguji perbedaan yang berarti dalam perkembangan usaha
mikro sebelum dan setelah menerima pembiayaan, digunakan uji T
Sampel Berpasangan.
Tabel 4.11
Hasil Uji Sample T Berpasangan
Paired Differences T Df
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation
Pair 1 KeuntunganSebelumPembiayaan – KeuntunganSetelahPembiayaan
-1627000.000 1867203.792 -6.161 49 .000
Sumber: Data Primer diolah
Pada Tabel 4.11 dapat dilihat selisih rata-rata antara keuntungan
sebelum pembiayaan dan keuntungan setelah pembiayaan sebesar –
1627000.000. Nilai P-value untuk uji dua sisi (2-tailed) = 0,000.
Nilai P-value lebih kecil dari α = 0,05 dengan derajat kebebasan
71
(df) = 49. Hasil t-hitung -6,161 dan untuk t-tabel -2,0095 maka
nilai t-hitung < t-tabel. Berdasarkan kriteria hipotesis, hal ini berarti
bahwa Ho ditolak yaitu: Ho : μ₁ = μ₂ atau Ho : μD = 0, dan
menerima Ha : μ₁ ≠ μ₂ atau Ha : μD ≠ 0. Artinya ada perbedaan
yang berarti pada variabel keuntungan usaha mikro antara sebelum
dan setelah pembiayaan dari KJKS BMT AL-FATH, dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0.05 (α = 5 %). Oleh karena t-hitung negatif
berarti rata-rata keuntungan sebelum pembiayaan lebih rendah
daripada keuntungan setelah pembiayaan. Hal ini berarti
keuntungan sebelum pembiayaan dan keuntungan setelah
pembiayaan adalah tidak sama atau berbeda nyata, yang berarti
bahwa pemberian modal pembiayaan yang dilakukan berhasil
secara signifikan.
4. Hasil Uji Regresi Metode Stepwise
Dalam analisis regresi dengan metode stepwise dengan SPSS
akan langsung didapatkan model regresi yang signifikan, variabel yang
tidak signifikan akan dikeluarkan secara otomatis dari model,
kemudian akan dilakukan penyesuaian oleh algoritma software
sehingga didapatkan variabel independen yang akan mempengaruhi
besarnya variabel dependen. Sehingga pada penelitian ini didapat
variabel yang mempengaruhi variabel keuntungan yang didapat
pengusaha adalah variabel dari modal pembiayaan, kategori
jumlah tenaga kerja 1-3 orang dan usia pelaku usaha 31-50 tahun.
72
Oleh sebab itu, hasil penelitian ini memperoleh variabel
independent yang berpengaruh adalah variabel modal pembiayaan,
variabel dummy kategori usia 31-50 tahun, dan variabel dummy
kategori jumlah tenaga kerja 1-3 orang. Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap variabel keuntungan yang dimasukkan kedalam
model adalah variabel jenis kelamin, variabel dummy kategori usia 20-
30 tahun dan usia >50 tahun, variabel dummy kategori pendidikan
SMP, SMA, PT/Diploma, variabel dummy kategori lama menjadi
nasabah BMT 1-2 tahun, >2-5 tahun, >5 tahun, variabel dummy
kategori jenis usaha pedagang kaki lima, pedagang warung/toko, dan
lain-lain, variabel dummy kategori lama menjalankan usaha 1-2 tahun,
>2-5 tahun, >5 tahun, dan variabel dummy kategori jumlah tenaga
kerja 4-5 orang. Maka dapat diketahui dari 19 variabel independent
yang masuk kedalam model hanya 3 variabel independent yang
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi dapat disimpulkan
bahwa variabel modal pembiayaan, variabel dummy kategori usia 31-
50 tahun dan variabel dummy jumlah tenaga kerja 1-3 orang
berpengaruh terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil.
Berikut hasil Tabel 4.12 yaitu variabel yang dikecualikan dari
hasil uji regresi linear berganda metode stepwise:
Tabel 4.12
Hasil Uji Pengecualian Variabel
Model Beta In T Sig. Partial
Correlation
Collinearity Statistics
Tolerance
3 JenisKelamin .058c .775 .442 .115 .839
73
dUsia1 .024c .258 .798 .038 .550
dUsia3 -.024c -.258 .798 -.038 .550
dP1 .065c .924 .360 .137 .953
dP2 -.013c -.182 .856 -.027 .944
dP3 .041c .579 .565 .086 .946
dLMN1 .016c .227 .821 .034 .954
dLMN2 .067c .975 .335 .144 .982
dLMN3 -.021c -.303 .763 -.045 .956
dJU1 .002c .034 .973 .005 .892
dJU2 -.070c -1.018 .314 -.150 .969
dJU3 .079c 1.142 .259 .168 .955
dLMU1 .021c .300 .766 .045 .952
dLMU2 -.085c -1.250 .218 -.183 .987
dLMU3 .026c .374 .710 .056 .965
dJTK2 .058c .831 .410 .123 .963
a. Predictors in the Model: (Constant), Modal
b. Predictors in the Model: (Constant), Modal, dJTK1
c. Predictors in the Model: (Constant), Modal, dJTK1, dUsia2
d. Dependent Variable: Keuntungan
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Normalitas data merupakan hal yang penting karena dengan
data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Persamaan
regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan
data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau
normal sama sekali. Metode yang digunakan adalah metode
grafik, yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber
diagonal pada grafik normal P-P Plot of regression
standardized. Sebagai dasar pengambilan keputusannya, jika
titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal,
maka nilai tersebut telah normal (Duwi, 2014: 145).
74
Sumber: Data Primer diolah
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1, dilihat dari normal P-P plot bahwa
titik-titiknya mengikuti arah garis diagonal, menunjukkan
bahwa data yang digunakan terdistribusi dengan normal atau
data-data yang tersebar telah memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model
regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas
dalam penelitian ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan
VIF (Variance Inflation Factor). Regresi yang terbebas dari
masalah multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai
tolerance >0,10 maka data tersebut bebas dari masalah
multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji
75
multikolonieritas dengan menggunakan Nilai Tolerance dan
VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:
Tabel 4. 13
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ModalPembiayaan 1,000 1,000
2
(Constant)
ModalPembiayaan ,768 1,302
dJTK1 ,768 1,302
3
(Constant)
ModalPembiayaan ,766 1,305
dJTK1 ,767 1,304
dUsia2 ,993 1,007
a. Dependent Variable: Keuntungan
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.13,
diketahui bahwa nilai tolerance semua variabel independen
lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF semua variabel independen
lebih kecil dari 10,00. Hal ini menunjukan bahwa nilai diatas
tidak terjadi multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain dalam model regresi. Sesuatu yang menjadi dasar
pengambilan keputusan dari uji heteroskedastisitas adalah:
76
Jika pada grafik scatterplot terdapat titik-titik yang
membentuk suatu pola seperti gelombang atau menyebar
kemudian menyempit, maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
Jika titik-titik menyebar dan tidak membentuk suatu pola
tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sumber: Data Primer diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2, menjelaskan mengenai ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Dapat di lihat pada gambar grafik scatterplot menunjukan data
menyebar atau tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi.
4) Uji Autokorelasi
77
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya
diketahui dengan melakukan Uji DW (Durbin Watson).
Berdasarkan Tabel 4.14, nilai uji DW sebesar 2,154, dengan
nilai dL 0,747 dan nilai dU 2,544. Jika dL < d < dU maka
disimpulkan pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat
disimpulkan.
Tabel 4.14
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .817a .668 .661 3039253.605
2 .873b .762 .752 2597282.688
3 .887c .786 .773 2488390.846 2.154
a. Predictors: (Constant), Modal
b. Predictors: (Constant), Modal, dJTK1
c. Predictors: (Constant), Modal, dJTK1, dUsia2
d. Dependent Variable: Keuntungan
Sumber: Data Primer diolah
Oleh karena dari hasil uji autokorelasi berdasarkan nilai Uji
DW (Durbin Watson) tidak dapat disimpulkan maka pada
penelitian ini menggunakan Runs Test dalam menilai ada
tidaknya masalah autokorelasi dalam model penelitian, hasil
pengujian ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di
mana nilai signifikansinya harus lebih besar dari 0,05 (Ghozali,
2011). Berikut merupakan hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan Runs test:
78
Tabel 4.15
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -367503,99923
Cases < Test Value 25
Cases >= Test Value 25
Total Cases 50
Number of Runs 27
Z ,286
Asymp. Sig. (2-tailed) ,775
a. Median
Sumber: Data Primer diolah
Hasil pengujian dari Tabel 4.14 ini dapat dilihat dari nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) di mana nilai signifikansinya harus lebih
besar dari 0,05. Dapat kita lihat di atas Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,775 maka tidak ada masalah autokorelasi.
c. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi linier sederhana, yaitu:
1) Uji – t
Uji statistik-t merupakan hasil pengujian tingkat keberartian
masing-masing koefisien, regresi sebuah variabel mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap perubahan nilai Y jika nilai t
hitung > t-tabel atau sig t < 0,05 (Suliyanto, 2005:90).
Tabel 4.16
Hasil Regresi Stepwise
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
79
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2433957.079 849473.610 -2.865 .006
Modal .763 .078 .817 9.818 .000
2 (Constant) -1398857.239 764335.589 -1.830 .074
Modal .604 .076 .647 7.973 .000
dJTK1 7642455.932 1766084.001 .351 4.327 .000
3 (Constant) 88575.389 980530.875 .090 .928
Modal .599 .073 .642 8.247 .000
dJTK1 7513053.585 1692991.082 .345 4.438 .000
dUsia2 -1883374.442 825641.557 -.156 -2.281 .027
a. Dependent Variable: Keuntungan
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.16, menunjukkan bahwa koefisien β0 bernilai
88.575,389, β1 bernilai 0,599, β2 bernilai 7.513.053,585, β3
bernilai -1.883.374,442. Hal ini menunjukan bahwa β0, β1, β2
signifikan, artinya koefisien tersebut berpengaruh terhadap
model. Selanjutnya didapatkan persamaan regresi dari output
yang dihasilkan untuk memprediksi variabel Y yaitu:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Y = 88.575,389 + 0,599X1 + 7.513.053,585X2 –
1.883.374,442X3
Disamping itu, Sig. diatas juga menunjukan nilai signifikansi
hubungan antara setiap variabel bebas dengan variabel terikat
dimana jika Sig. hitung < α (α = 0,05) dan df = n-k = 50-20
=30, Hal ini berarti variabel bebas tersebut berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat. Artinya:
80
Modal: Sig. hitung = 0,00 < α = 0,05 dan dari hasil estimasi
diatas dapat diketahui juga bahwa nilai t-hitung 8,247 > t-tabel
1,69726. Dengan demikian Ha diterima, artinya modal
pembiayaan (X1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
keuntungan usaha. Nilai koefisien variabel modal sebesar
0,599. Hal ini mengandung arti bahwa setiap peningkatan
modal terhadap keuntungan usaha satu satuan akan membuat
keuntungan yang diterimanya juga akan naik sebesar 0,599
dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model
regresi adalah tetap.
Jumlah tenaga kerja (1-3 orang): Sig. hitung = 0,00 < α =
0,05 dan dari hasil estimasi diatas dapat diketahui juga bahwa
nilai t-hitung 4,438 > t-tabel 1,69726. Dengan demikian Ha
diterima, artinya jumlah tenaga kerja (1-3 orang) (X2)
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap keuntungan usaha.
Nilai koefisien variabel kategori jumlah tenaga kerja 1-3
orang sebesar 7.513.053,585. Hal ini mengandung arti bahwa
setiap peningkatan jumlah tenaga kerja terhadap keuntungan
usaha satu satuan akan membuat keuntungan yang diterimanya
juga akan naik sebesar 7.513.053,585 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Usia (31-50 tahun): Sig. hitung = 0,27 < α = 0,05 dan dari
hasil estimasi diatas dapat diketahui juga bahwa nilai t-hitung
81
2,281 > t-tabel 1,69726. Dengan demikian Ha diterima,
artinya ada hubungan antara usia (31-50 tahun) (X3) yang
secara simultan berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
keuntungan usaha. Nilai koefisien variabel kategori usia 31-50
tahun sebesar -1.883.374,442. Hal ini mengandung arti bahwa
setiap pengurangan usia pelaku usaha terhadap keuntungan
usaha satu satuan akan membuat keuntungan yang diterimanya
juga akan turun sebesar -1.883.374,442 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
2) Uji – F
Uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secata bersama-sama terhadap variabel dependen yang di uji
pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat
pada tabel 4.17, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
maka Ha diterima dan menolak Ho, begitupun sebaliknya.
Tabel 4.17
Hasil Pengujian Signifikan Simultan
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.904E14 1 8.904E14 96.399 .000
a
Residual 4.434E14 48 9.237E12
Total 1.334E15 49
2 Regression 1.017E15 2 5.084E14 75.362 .000
b
Residual 3.171E14 47 6.746E12
Total 1.334E15 49
3 Regression 1.049E15 3 3.497E14 56.469 .000
c
Residual 2.848E14 46 6.192E12
82
Total 1.334E15 49
Sumber: Data Primer diolah
Dari hasil regresi pengaruh modal pembiayaan (X1), jumlah
tenaga kerja (1-3 orang) dan usia (31-50 tahun) terhadap
keuntungan ssaha (Y), maka diperoleh df1 = k – 1 = 20 – 1 =
19, df2 = n – k = 50 – 20 = 30, Ftabel sebesar 1,95 (ɑ: 5%)
sedangkan Fhitung sebesar 56,469. Sehingga, Fhitung > Ftabel
(56,496 > 1,95). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
3) Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat sampai
seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan
kondisi yang sebenarnya. Bila R² sama dengan 0 maka garis
regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel
dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam
persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel
dependen adalah 0 (Suliyanto, 2005:89).
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi (R²)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .817a .668 .661 3039253.605
2 .873b .762 .752 2597282.688
3 .887c .786 .773 2488390.846 2.154
a. Predictors: (Constant), Modal
b. Predictors: (Constant), Modal, dJTK1
83
c. Predictors: (Constant), Modal, dJTK1, dUsia2
d. Dependent Variable: Keuntungan
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara
variabel dependent dan variabel independent memiliki nilai (R
= 0.887) termasuk dalam hubungan korelasi sangat kuat. Hal
ini juga didukung dengan nilai koefisien determinasi (Adjusted
R Square) sebesar 0.773 atau 77,3% variabel modal, jumlah
tenaga kerja, dan usia mampu menjelaskan variabel dependent
yaitu keuntungan dan sisanya sebesar 22,7% dipengaruhi oleh
faktor atau variabel bebas lain diluar penelitian.
C. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan metode regresi linear
berganda metode stepwise yang didasarkan pada nilai signifikansi yang
diperoleh masing-masing sebesar < α = 5%, adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh Perbedaan Antara Keuntungan Usaha Sebelum Pembiayaan
dan Keuntungan Usaha Setelah Pembiayaan
Selisih rata-rata antara keuntungan sebelum dan keuntungan setelah
pembiayaan sebesar -1627000.000, Nilai P-value untuk uji dua sisi (2-
tailed) = 0,000. Nilai Pvalue lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti
ada perbedaan yang berarti pada variabel keuntungan usaha antara
sebelum dan setelah pembiayaan dari KJKS BMT AL-FATH. Nilai t-
hitung yang negatif yaitu sebesar -6,161 menunjukan bahwa
84
keuntungan yang diperoleh sebelum pembiayaan lebih rendah
dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh setelah pembiayaan.
2. Variabel Modal Pembiayaan Terhadap Keuntungan Usaha Setelah
Pembiayaan
Variabel Modal Setelah Pembiayaan menunjukkan koefisien korelasi
yang positif sebesar 0,599 dengan tingkat signifikansi 0.000, lebih
kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5%
dapat dinyatakan bahwa pengujian hipotesis berhasil dibuktikan. Hal
ini mengandung arti bahwa setiap peningkatan modal terhadap
keuntungan usaha satu satuan akan membuat keuntungan yang
diterimanya juga akan naik sebesar 0,599 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa modal pembiayaan berpengaruh terhadap
keuntungan usaha setelah pembiayaan. Hasil pengujian menunjukkan
arah pengaruh positif antara pemberian pembiayaan dan perkembangan
usaha mikro. Hubungan korelasi yang positif menunjukkan bahwa
pemberian pembiayaan berpengaruh meningkatkan perkembangan
usaha mikro dan kecil.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemberian pembiayaan
berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifka
Kusumawardani (2013), Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin
(2013), Lukytawati Anggraeni dkk., (2013), Henita Sahani (2015).
85
3. Pengaruh Karakteristik Profil Responden (Usia) Sebagai Pelaku Usaha
Mikro Dan Kecil Terhadap Keuntungan Usaha Mikro dan Kecil
Variabel dalam karakteristik usaha responden yang berpengaruh
terhadap keuntungan usaha adalah responden berusia 31-50 tahun.
Variabel tersebut menunjukan tingkat signifikansi lebih kecil dari α =
5%, dan nilai koefisien variabel kategori usia 31-50 tahun sebesar -
1883374,442. Nilai koefisien korelasi -1883374,442 ini menunjukan
hubungan korelasi yang negatif, artinya apabila usia meningkat akan
membuat keuntungan yang diperoleh menurun. Hal ini mengandung
arti bahwa setiap pengurangan usia pelaku usaha terhadap keuntungan
usaha satu satuan akan membuat keuntungan yang diterimanya juga
akan turun sebesar -1883374,442 dengan asumsi bahwa variabel bebas
yang lain dari model regresi adalah tetap. Jadi dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa variabel usia (31-50 tahun) berpengaruh secara
nyata terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil.
4. Pengaruh Karakteristik Usaha Responden (Jumlah Tenaga Kerja)
Sebagai Pelaku Usaha Mikro Dan Kecil Terhadap Keuntungan Usaha
Mikro dan Kecil
Variabel dalam karakteristik usaha responden yang berpengaruh
terhadap keuntungan usaha adalah jumlah tenaga kerja (1-3 orang).
Variabel tersebut menunjukan tingkat signifikansi lebih kecil dari α =
5%, dan nilai koefisien variabel kategori jumlah tenaga kerja 1-3
orang sebesar 7513053,585. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
86
peningkatan jumlah tenaga kerja terhadap keuntungan usaha satu
satuan akan membuat keuntungan yang diterimanya juga akan naik
sebesar 7513053,585 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain
dari model regresi adalah tetap. Jadi dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel jumlah tenaga kerja (1-3 orang) berpengaruh secara
nyata terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pembiayaan
terhadap perkembangan usaha mikro dan kecil, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan dari apa yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ada perbedaan dalam
hal keuntungan yang di dapat usaha mikro dan kecil (UMK) antara
sebelum dan setelah mendapatkan modal pembiayaan dari KJKS BMT
AL-FATH, khususnya untuk para nasabah/mitra anggotanya.
Keuntungan yang diperoleh setelah pembiayaan lebih tinggi
dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh sebelum
pembiayaan. Hal ini berarti membuktikan variabel keuntungan
sebelum pembiayaan dan variabel keuntungan setelah pembiayaan dari
KJKS BMT AL-FATH terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap
perkembangan keuntungan usaha mikro dan kecil (UMK) di Ciputat,
Kota Tangerang Selatan.
2. Pembiayaan syariah yang diberikan oleh KJKS BMT AL-FATH
memberikan dampak positif terhadap perkembangan keuntungan usaha
mikro dan kecil. Usaha mikro dan kecil yang terbagi menjadi kategori
pedagang kaki lima, pedagang warung/toko, dan lain-lain mengalami
perkembangan keuntungan yang besar. Hal ini disebabkan oleh
87
88
keuntungan sektor perdagangan yang bersifat harian (tiap hari)
sehingga perputaran uangnya lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian
juga diketahui pengaruh modal pembiayaan berpengaruh secara
signifikan terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil. Dapat dilihat
dari hasil uji t pada modal pembiayaan yaitu t-hitung > t-tabel sebesar
9,818 > 1,677 sehingga variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen dan signifikasi bernilai 0,000 < 0,05 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang
positif sebesar 0,599 dengan tingkat signifikansi 0.000, lebih kecil dari
α = 5%. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka
pengujian hipotesis berhasil dibuktikan.
3. Hasil dari uji yang dilakukan berdasarkan karakteristik profil
responden, bahwa hanya variabel independen yaitu usia dalam kategori
usia 31-50 tahun yang memiliki pengaruh terhadap keuntungan usaha
mikro dan kecil mitra anggota KJKS BMT AL-FATH. Variabel usia
31-50 tahun berpengaruh secara signifikan yang bersifat negatif, maka
disimpulkan karakteristik profil responden mempengaruhi keuntungan
usahanya.
4. Hasil dari uji yang dilakukan berdasarkan karakteristik usaha
responden, bahwa hanya variabel independen yaitu jumlah tenaga
kerja dalam kategori jumlah tenaga kerja 1-3 orang yang memiliki
pengaruh terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil mitra anggota
KJKS BMT AL-FATH. Variabel jumlah tenaga kerja 1-3 orang
89
berpengaruh secara signifikan yang bersifat positif, maka disimpulkan
karakteristik usaha responden mempengaruhi keuntungan usahanya.
B. Saran
Berdasarkan uraian dari analisis dan kesimpulan, serta keterbatasan
dalam penelitian ini, maka saran yang dapat dikemukakan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Lembaga keuangan mikro syariah BMT khususnya diharapkan dapat
terus meningkatkan promosi dan sosialisasi terhadap masyarakat
tentang apa itu BMT dan bagaimana sistemnya agar masyarakat yang
belum menjadi nasabah tertarik untuk bergabung menjadi nasabah dan
mengambil pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan usahanya. Agar
tujuan dan fungsi BMT sebagai lembaga simpan pinjam yang
berlandaskan prinsip syariah yang tumbuh dari, oleh, dan untuk
masyarakat mempunyai potensi besar sebagai pendorong kemajuan
kegiatan ekonomi masyarakat.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memakai sampel yang
lebih luas dan menambah variabel-variabel independen yang dapat
meningkatkan perkembangan usaha mikro dan kecil (UMK) sehingga
hasilnya dapat digeneralisasikan.
3. Diharapkan seluruh lapisan masyarakat yang sudah paham tentang
sistem ekonomi syariah, baik secara mikro maupun makro, ikut serta
dalam upaya sosialisasi sistem syariah dan ikut serta menjadi pelaku
kegiatan ekonomi syariah.
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Aziz, Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe,
1999.
Abdullah, M. Amin. Dinamika Islam Kultural; Pemetaan Wacana Keislaman
Kontemporer. Bandung: Mizan, 2000.
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM
dan UKM Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (dari masa klasik hingga
kontemporer). Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005.
Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek. Jakarta: Alvabet, 1999.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, edisi ke lima. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metedologi Penelitian Bisnis. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2002.
Priyatno, Duwi. SPSS 22: Pengolah Data Terpraktis. Jakarta: Andi, 2014.
90
91
Qadir, Abdurrachman. Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed. 1, cet. 2.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001.
Rama, Ali. Sistem Ekonomi dan Keuangan Islam. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Penerbitan (Puslitpen) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, 1998.
Sarwono, Jonathan dan Ely Suhayati. Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Edisi
1. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Setiawan, Nugraha. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel
Krejcie Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, 2007.
Soeharno. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta: ANDI, 2007.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sukirno, Sadono. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005.
Suliyanto. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia,
2005.
Suwarsono. Manajemen Strategi, Konsep Analisa dan Konteks. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 1996.
92
Swasono, Edi dan Sri. “Tuduhan Absurd; Perekonomian Rakyat Dikatakan Tidak
Konseptual?”. Dalam Baihaqi Abd. Madjid dan Saifuddin A. Rasyid,
Ed. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistim Syariah Perjalanan
Gagasan dan Gerakan BMT Di Indonesia. Jakarta: Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), 2000: h.11-21.
Penelitian/Jurnal
Ananda, Fitra. “Analisis Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil Setelah
Memperoleh Pembiayaan Mudharabah Dari Bmt At Taqwa Halmahera
Di Kota Semarang”. Artikel di akses pada 18 Februari 2016 dari
http://eprints.undip.ac.id/27920/1/Artikel.pdf.
Anggraeni, Lukytawati et. al., “Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro
Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha : Kasus BMT
Tadbiirul Ummah, Kabupaten Bogor”. Jurnal al-Muzara‟ah, Vol. I, No.
1 (2013): h. 58.
Auliyah, Robiatul & Shambarakreshna Farid, Jamal. "Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Perkembagan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah”. Artikel di akses pada 20 April 2016.
Kusumawardani, Rifka. “Peran Pembiayaan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)
UBASYADA Terhadap Perkembangan Usaha Mikro”. Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
93
Murwanti, Sri dan Sholahuddin, Muhammad. “Peran Keuangan Lembaga Mikro
Syariah Untuk Usaha Mikro Di Wonogiri”. Proceeding Seminar
Nasional Dan Call For Papers Sancall. Surakarta, 23 Maret 2013.
Rama, Ali dan Makhlani. “Analisis Kesesuaian Konstitusi Ekonomi Indonesia
Terhadap Ekonomi Islam”. 20 Nopember 2013: h. 25-28.
Rama, Ali dan Makhlani. “Pembangunan Ekonomi Dalam Tinjauan Maqâshid
Syari‟ah”. Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, Balitbang
Kemenag: Dialog, Vol. 1, No. 1 (Juni 2013): h. 31-46.
Rama, Ali. “Analisis Kerangka Regulasi Model Shariah Governance Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia”. Journal of Islamic Economics Lariba,
Vol. 1, No. 1 (January 2015): h. 2.
Sahany, Henita. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Dan Mudharabah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BMT El-Syifa
Ciganjur”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Sartika, Mila. “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan
Mustahiq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta”. Jurnal Ekonomi
Islam La_Riba, Vol. II, No. 1 (Juli 2008): h. 75-76.
Syauqi Beik, Irfan. “BMT dan Sumber Alternatif Pembiayaan Syariah Bagi
UMKM”. Jurnal Ekonomi Islam Republika ISTISHODIA.
REPUBLIKA, Kamis, 22 Agustus 2013.
94
Website
Kementrian Koperasi dan UKM. Artikel diakses pada 16 Februari dari
http://www.depkop.go.id/
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT AL-FATH IKMI. Artikel diakses pada 5
April 2016 dari http://www.bmtalfath.com.
95
Lampiran 1 (Rekapitulasi Pembiayaan)
No Nama Keuntungan Sebelum
Pembiayaan
Keuntungan
Setelah Pembiayan
Modal
Pembiayaan
1 Murtado 4000000 6000000 12000000
2 Paryono 2000000 3500000 5500000
3 Tanti 1000000 2000000 8500000
4 Ahmad Maulana 12000000 16000000 20000000
5 Rosidah 2000000 4000000 20000000
6 Robeah 500000 1000000 7000000
7 Lucky Saputra 2000000 2500000 5000000
8 Indra 800000 1500000 6000000
9 Iis 500000 2000000 10000000
10 Kasiman 300000 900000 5500000
11 Yoyo Aminah 1500000 2000000 12000000
12 Tatu Latifah 2000000 2500000 7000000
13 Wahyu Indayati 1000000 1500000 10000000
14 Sahono 3000000 5000000 8000000
15 Astiana 300000 800000 5000000
16 Ahmad Yusuf 6000000 7000000 13000000
17 Alan 6000000 7500000 10000000
18 Nining 1000000 1500000 9000000
19 Ruiyah 400000 700000 1000000
20 Nina 1500000 2500000 11000000
21 Siti Dewi Priati 1500000 2000000 4000000
22 Arif Rahman 2000000 2500000 6000000
23 Nyimas Murna 1000000 1500000 2000000
24 Safrida Wati 400000 900000 7500000
25 Meka 300000 800000 3000000
26 Maesuroh 3000000 5000000 8000000
27 Suprianto 20000000 30000000 30000000
28 Desi 4500000 6000000 5500000
29 Dudung Duhron 5000000 10000000 13000000
30 Zulkifli 8000000 15000000 17000000
31 Paniem 1500000 2000000 6000000
32 Wulan 1000000 1500000 5000000
33 Neulis 2500000 4000000 4000000
34 Ariana 1500000 2500000 7000000
35 Damiah 800000 1500000 2000000
36 Sapar Switarjo 1500000 5000000 10000000
37 Indahwati 3000000 5000000 15000000
96
38 Casidik 7000000 9500000 12000000
39 Wasadi 400000 2000000 5000000
40 Alan 2000000 2500000 7000000
41 Winarni 6000000 6500000 10000000
42 Atun Kurnia Asih 2000000 3000000 4000000
43 Suparno 3000000 5000000 13000000
44 Rosita 10000000 16000000 20000000
45 Feri 7000000 8000000 15000000
46 Didi 3000000 5000000 17000000
47 Sularno 500000 2500000 11000000
48 Asli 5000000 5500000 10000000
49 Cepi Supriadi 5000000 6000000 12000000
50 Wartini 450000 900000 5000000
97
Lampiran 2 (Rekapitulasi Profil Responden)
No Nama Alamat Jenis
Kelamin Usia Pendidikan Status
Lama
menjadi
nasabah
BMT
1
Murtado Jl. Masjid Darussalam
RT/RW 015/11,
Kedaung
Laki-laki 31-50
tahun
SD Menikah > 5 tahun
2 Paryono Jl. Haji Taip RT 019,
Kedaung
Laki-laki 31-50
tahun
SMP Menikah 1-2 tahun
3 Tanti Kedaung RT/RW
006/15
Perempuan 31-50
tahun
SMP Menikah >5 tahun
4
Ahmad
Maulana
Jl. Aria Putra RT/RW
006/15, Kedaung,
Pamulang
Laki-laki 20-30
tahun
SMA Menikah >5 tahun
5 Rosidah Jl. Masjid Darusssalam
RT/RW 003/15
Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah >5 tahun
6 Robeah Jl. Aria Putra RT/RW
010/09, Kedaung
Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah 2-4 tahun
7 Lucky
Saputra
Pondok benda Indah E
1/8
Laki-laki 20-30
tahun
SMA Menikah >5 tahun
8 Indra Jl. Manunggal 2
RT/RW 009/03
Laki-laki >50
tahun
SMP Menikah <1 tahun
9 Iis Kampung Maruga Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
10 Kasiman Jl. Sukamakmur No. 5 Laki-laki 31-50
tahun
SMP Menikah >5 tahun
11 Yoyo
Aminah
Jl. Aria Putra RT/RW
001/09
Perempuan 31-50
tahun
SMP Menikah >5tahun
12 Tatu
Latifah
Surwa Indah RT/RW
001/04
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
13 Wahyu
Indayati
Jl. Aria Putra Gang
Swadaya
Perempuan 31-50
tahun
S1/Diploma Menikah >5 tahun
14 Sahono Jl. Alam Segar
Pamulang
Laki-laki 31-50
tahun
SMP Menikah 1-2 tahun
15 Astiana Kemanduran RT/RW
008/09
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
16
Ahmad
Yusuf
Jl. Radio Dalem,
Gandaria, Jakarta
Selatan
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah <1 tahun
17 Alan Jl. Kemuning 3,
Pamulang
Laki-laki 31-50
tahun
SMP Menikah 1-2 tahun
18 Nining Gang Bakti, Kedaung Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah 1-2 tahun
98
19 Ruiyah Jl. Darussalam Perempuan >50
tahun
SD Menikah >5 tahun
20 Nina Gang Haji Betong,
RT/RW 007/08
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
21 Siti Dewi
Priati
Jl. Masjid Darussalam Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah >5 tahun
22 Arif
Rahman
Jl. Suka Mulya 1
RT/RW 002/08
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
23 Nyimas
Murna
Gang Swadaya
RT/RW 006/15
Perempuan 31-50
tahun
SMP Menikah >5 tahun
24 Safrida
Wati
Kedaung RT/RW
005/15
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
25 Meka Kampung Dukuh
Serva
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah <1 tahun
26
Maesuroh Jl. Komplek Sinar
Pamulang Blok A1
No. 12
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
27 Suprianto Jl. Masjid Darussalam
RT/RW 009/04
Laki-laki >50
tahun
SMP Menikah 2-4 tahun
28 Desi Kampung Bulak Timur
RT/RW 008/04
Perempuan 20-30
tahun
SMP Menikah 2-4 tahun
29 Dudung
Duhron
Jl. Swadaya RT/RW
005/15
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
30 Zulkifli Jl. Aria Putra No. 20,
Ciputat
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
31 Paniem Gang Langgar 4 No. 4
RT/RW 014/11
Perempuan >50
tahun
SD Menikah 1-2 tahun
32 Wulan Kedaung RT/RW
014/09
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
33
Neulis Jl. Aria Putra Gang
Mushola An Nur
RT/RW 006/05,
Kedaung
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
34 Ariana Jl. Aria Putra RT/RW
007/10 Gang Swadaya
Perempuan 20-30
tahun
S1/Diploma Menikah 1-2 tahun
35 Damiah Jl. Haji Taip RT/RW
003/19
Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah >5 tahun
36 Sapar
Switarjo
Kampung Pulak Timur
RT 010
Laki-laki >50
tahun
SMP Menikah 1-2 tahun
37 Indahwati Jl. Aria Putra Gang
Bakti
Perempuan 31-50
tahun
SD Menikah 2-4 tahun
38 Casidik Jl. Aria Putra No. 105
RT/RW 009/10
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
39 Wasadi Bambu Apus Laki-laki 31-50
tahun
SD Menikah 1-2 tahun
99
40 Alan Jl. Masjid Darussalam
No. 1 RT/RW 014/11
Perempuan 20-30
tahun
SMA Menikah 2-4 tahun
41
Winarni Jl. Legoso Raya
RT/RW 007/02,
Ciputat
Perempuan 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
42
Atun
Kurnia
Asih
Jl. Masjid Darussalam Perempuan 31-50
tahun
S1/Diploma Menikah >5 tahun
43 Suparno Jl. Hj Betong, RT 015 Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah >5 tahun
44
Rosita Jl. Haji Taip RT/RW
005/19 No. 95,
Kedaung
Perempuan 31-50
tahun
S1/Diploma Menikah >5 tahun
45 Feri Jl. Haji Taip Kedaung,
Ciputat
Laki-laki 31-50
tahun
S1/Diploma Menikah 2-4 tahun
46 Didi Jl. Masjid Darussalam
RT/RW 009/04
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah <1 tahun
47 Sularno Jl. Nurul Huda 2
RT/RW 004/15
Laki-laki 31-50
tahun
SMA Menikah <1 tahun
48 Asli Jl. Haji Taip RT/RW
010/05
Laki-laki >50
tahun
SMP Menikah 2-4 tahun
49 Cepi
Supriadi
Jl. Aria Putra RT/RW
012/10
Laki-laki 20-30
tahun
S1/Diploma Menikah >5 tahun
50 Wartini Jl. Lele RT/RW
005/05
Perempuan 31-50
tahun
SMP Menikah >5 tahun
100
Lampiran 3 (Rekapitulasi Usaha Responden)
No Nama Jenis Usaha Nama Usaha
Lama
Menjalankan
Usaha
Jumlah tenaga
kerja
1 Murtado Pedagang Kaki
Lima
Pedagang tahu >5 tahun 1-3 orang
2 Paryono Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
2-4 tahun 1-3 orang
3 Tanti Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Ayam
Bakar
1-2 tahun 1-3 orang
4 Ahmad
Maulana
Dan lain-lain Menyewakan
Alat-alat Pesta
>5 tahun 1-3 orang
5 Rosidah Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Bakso >5 tahun 1-3 orang
6 Robeah Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
>5 tahun 1-3 orang
7 Lucky
Saputra
Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Es
Doger
>5 tahun 1-3 orang
8 Indra Pedagang
Warung/Toko
Konter Pulsa <1 tahun 1-3 orang
9 Iis Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Sayur >5 tahun 1-3 orang
10 Kasiman Dan lain-lain Jasa Ojek >5 tahun 1-3 orang
11 Yoyo
Aminah
Pedagang
Warung/Toko
Warung Jajanan
dan Kredit
Barang
>5 tahun 1-3 orang
12 Tatu Latifah Dan lain-lain Kredit Barang >5 tahun 1-3 orang
13 Wahyu
Indayati
Dan lain-lain Kredit Barang >5 tahun 1-3 orang
14 Sahono Pedagang Kaki
Lima
Pedagang
Martabak
>5 tahun 1-3 orang
15 Astiana Pedagang
Warung/Toko
Warung Jajanan 2-4 tahun 1-3 orang
16 Ahmad
Yusuf
Dan lain-lain Jasa Pengurus
Surat-surat
Penting
>5 tahun 1-3 orang
17 Alan Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Tahu >5 tahun 1-3 orang
18 Nining Dan lain-lain Kerajinan
tangan
>5 tahun 1-3 orang
19 Ruiyah Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Nasi
Uduk
>5 tahun 1-3 orang
20 Nina Pedagang Kaki Pedagang Batu 2-4 tahun 1-3 orang
101
Lima Permata
21 Siti Dewi
Priati
Dan lain-lain Kredit Barang >5 tahun 1-3 orang
22 Arif Rahman Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Kue >5 tahun 1-3 orang
23 Nyimas
Murna
Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Sayur 1-2 tahun 1-3 orang
24 Safrida Wati Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
2-4 tahun 1-3 orang
25 Meka Pedagang
Warung/Toko
Konter Pulsa >5 tahun 1-3 orang
26 Maesuroh Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
>5 tahun 1-3 orang
27 Suprianto Dan lain-lain Jasa Rias
Pengantin
>5 tahun 4-5 orang
28 Desi Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Kue >5 tahun 1-3 orang
29 Dudung
Duhron
Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
>5 tahun 4-5 orang
30 Zulkifli Pedagang
Warung/Toko
Toko alat tulis
dan percetakan
>5 tahun 4-5 orang
31 Paniem Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Baju
dan Lauk-pauk
>5 tahun 1-3 orang
32 Wulan Pedagang
Warung/Toko
Warung Jajanan >5 tahun 1-3 orang
33 Neulis Dan lain-lain Kredit Barang >5 tahun 1-3 orang
34 Ariana Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
1-2 tahun 1-3 orang
35 Damiah Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Sayur >5 tahun 1-3 orang
36 Sapar
Switarjo
Pedagang
Warung/Toko
Pedagang
Gorden
2-4 tahun 1-3 orang
37 Indahwati Dan lain-lain Menyewakan
Alat-alat Pesta
>5 tahun 1-3 orang
38 Casidik Pedagang
Warung/Toko
Pedagang
pakaian muslim
dan alat-alat
rumah tangga
>5 tahun 6-10 orang
39 Wasadi Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Sayur 2-4 tahun 1-3 orang
40 Alan Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Sosis
Bakar
2-4 tahun 1-3 orang
41 Winarni Dan lain-lain Kontrakan >5 tahun 1-3 orang
42 Atun Kurnia
Asih
Pedagang Kaki
Lima
Pedagang Jamu 1-2 tahun 1-3 orang
102
43 Suparno Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
>5 tahun 1-3 orang
44 Rosita Pedagang
Warung/Toko
Warung
Sembako
<1 tahun 1-3 orang
45 Feri Pedagang
Warung/Toko
Toko
Handphone
>5 tahun 1-3 orang
46 Didi Pedagang
Warung/Toko
Bengkel 2-4 tahun 1-3 orang
47 Sularno Pedagang
Warung/Toko
Rumah makan >5 tahun 1-3 orang
48 Asli Dan lain-lain Pedagang
benang
bangunan
>5 tahun 1-3 orang
49 Cepi Supriadi Pedagang
Warung/Toko
Bengkel dan
cuci mobil
>5 tahun 6-10 orang
50 Wartini Pedagang Kaki
Lima
Pedagang
Bumbu dapur
>5 tahun 1-3 orang
103
Lampiran 4 (Kuisoner)
Kuisioner Pembiayaan LKMS terhadap perkembangan UMK
di BMT AL-FATH
A. Cara Pengisian
Profil responden diisi dengan keterangan diri.
Mohon diisi daftar pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat
anda.
Mohon isi jawaban sesuai dengan kondisi anda
Tandai jawaban anda dengan memberi tanda silang ( X ) pada
jawaban yang Bapak/Ibu pilih.
B. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Usia :
a. < 20 Tahun c. 30-50 Tahun
b. 20-30 Tahun d. > 50 Tahun
4. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
5. Pendidikan :
a. SD c. SMA
b. SMP d. S1/Diploma
6. Status :
a. Belum menikah
b. Menikah
c. Janda/ duda
7. Jenis Usaha :
a. Pedagang Grosir c.PedagangWarung/Toko
b. Pedagang Kaki Lima d. Dan lain-lain
Jenis/Nama Usaha
8. Lama Menjalankan Usaha :
a. Kurang dari 1 Tahun c. 2-4 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun
9. Jumlah tenaga kerja :
a. 1-3 orang c. 6-10 orang
b. 4-5 orang d. >10 orang
10. Lama menjadi nasabah BMT AL-FATH :
104
a. Kurang dari 1 Tahun c. 2-4 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun
C. Keberlangsungan Usaha Mikro dan Kecil (Pengaruh Pembiayaan
terhadap Kondisi Usaha)
I. Modal Usaha
1. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
a. < Rp 1.000.000 c. Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. > Rp 3.000.001
2. Berapa bantuan modal (pembiayaan) dari BMT AL-FATH yang
Bapak/Ibu terima?
a. < Rp 2.000.000 c. Rp 3.000.001 – Rp 4.000.000
b. Rp 2.000.00 – Rp 3.000.000 d. > Rp 4.000.001
3. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
Modal Sebelum Modal Sesudah
II. Laba Usaha
1. Berapa rata-rata laba usaha anda setiap bulannya sebelum
menerima pembiayaan dari BMT AL-FATH?
a. < Rp 500.000 c. Rp 1.500. 001 – Rp 3.000.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.500.000 d. > Rp 3.000.001
2. Berapa rata-rata laba usaha sesudah menerima pembiayaan dari
BMT AL-FATH setiap bulannya?
a. < Rp 1.000.000 c. Rp 2.500. 001 – Rp 5.000.000
b. Rp 1.000.001 – Rp 2.500.000 d. > Rp 5.000.001
3. Apakah dengan adanya pembiayaan dari BMT AL-FATH laba
usaha anda meningkat dibandingkan dengan sebelum anda
menerima pembiayaan?
a. Ya
b. Tidak
Laba Sebelum Laba Sesudah
top related