pengaruh pembelajaran fisika dengan media … · pengaruh pembelajaran fisika dengan media power...
Post on 03-May-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL
DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat MagisterProgram Pendidikan Sains
Minat Utama Fisika
Oleh:
Nicolaus Dolly Simon KusdwiutomoS.830905007
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2008
ii
PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL
DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
Disusun oleh:
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo
S.830905007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. .................... ................... NIP 130814560
Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd. .......................... ................... NIP 130529712
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains,
Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.NIP 130814560
iii
PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL
DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
Disusun oleh:
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo
S.830905007
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal: ...............................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Ashadi ........................ Sekretaris : Dra. Suparmi, MA, Ph.D ........................ Anggota Penguji : 1. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. .....................
2. Drs. Haryono, MPd. ........................
Surakarta. .......................
Mengetahui:
Direktur PPS UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Sains,
Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.NIP 131427192 NIP 130814560
iv
PERNYATAAN
Nama : Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo
NIM : S830905007
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Pengaruh Pembelajaran
Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat
Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi
Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7
Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-
hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Juli 2008
Yang membuat pernyataan,
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan,
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan terima kasih kepada yang peneliti hormati:
1. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah
memberikan izin penyusunan tesis ini;
2. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sains sekaligus
bertindak sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk,
dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat
diselesaikan;
3. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing II tesis ini yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Sains yang telah banyak memberikan
pendalaman ilmu dan masukan berharga demi kesempurnaan tulisan ini;
5. Segenap karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah
memberi bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
vi
6. Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah serta memberikan
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;
7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, terutama Mas Wahyu Hari Kristiyanto, Bu Erwin, Mbak
Sri Lestari atas partisipasi dan kerjasamanya dalam bentuk diskusi dan sharing
idea dengan penulis.
8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada isteriku
terkasih Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd. dan anak-anakku tercinta Dominico
Bertho Dyan Utama dan Emanuel Christiantony Dyan Utama yang selalu
memberikan dorongan, baik moril maupun spirituil, semangat dan pengorbanan
yang tiada henti. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan
terselesaikan.
Akhirnya, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan
mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Juli 2008
Penulis
vii
MOTTO
Optimisme adalah keyakinan yang membawa pada pencapaian.
Tak ada yang dapat dilakukan tanpa harapan dan kepercayaan diri
(Helen Keller)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh
(Confusius)
The challenge is a gold chance
Tantangan adalah sebuah peluang emas
(Dolly Simon Kusdwiutomo)
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:
Ayahnda (almarhum) yang kukagumi teladannya
Ibunda yang penuh perhatian
Isteriku dan anak-anakku tercinta yang senantiasa setia
menemaniku dalam doa.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………………………………………………………………..… i
PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................ ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS ............................................................ iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvi
ABSTRAK ................................................................................................. xix
ABSTRACT ............................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 9
C. Pembatasan Masalah.......................................................... 10
D. Perumusan Masalah ........................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ………………………………… 14
A. Kajian Teori ...................................................................... 14
1. Hakikat Belajar................................................................ 14
2. Hakikat Pembelajaran ................................................... 19
a. Metode Pembelajaran Fisika..................................... 19
x
Halaman
b. Pendekatan PAIKEM....................... 22
3. Pemanfaatan Media Pembelajaran................................. 35
a. Multimedia Berbasis Komputer ............................... 36
b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan ..... 37
c. Power Point dan Animasi .......................................... 39
d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana ................. 40
4. Hakikat Kreativitas ....................................................... 41
5. Hakikat Prestasi Belajar............................................... 50
6. Materi Pembelajaran Fisika.......................................... 51
B. Penelitian yang Relevan ..................................................... 56
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 57
1. Pengaruh Media Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika....................................
57
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika... 59
3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitasterhadap Prestasi Belajar Fisika................ 60
D. Pengajuan Hipotesis ........................................................... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 63
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 63
B. Metode Penelitian ............................................................. 63
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...... 64
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel................... 66
E . Instrumen Penelitian.................... ..................................... 67
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan hasilnya ............................................................................. 69G. Pelaksanaan dan Prosedur Perlakuan ............................... 71
xi
Halaman
H. Teknik Analisis Data........................... .............................. 72
I. Hipotesis Statistik ………………………………………… 73
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 74
A. Deskripsi Data .................................................................... 74
1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar denganMedia Power Point disertai Animasi (Kolom 1 = A1) ..................................................................... 75
2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 = A2)............................................................ 76
3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Baris 1 = B1)................. 78
4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Baris 2 = B2).............. 79
5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 1 = A1B1).................................................. 81
6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 2 = A1B2)................................................. 82
7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 = A2B1)............................................................. 84
8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 = A2B2)................................................. 85
B. Pengujian Persyaratan Analisis .......................................... 87
xii
Halaman
1. Uji Normalitas Data ...................................................... 88
2. Uji Homogenitas Varians ............................................. 92
C. Pengujian Hipotesis ............................................................ 94
1. Pengaruh Media Power Point disertai Animasi dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika................................ 95
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika...................... 95
3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika.................................. 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 105
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 111
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................. 113
A. Simpulan....... ...................................................................... 113
B. Implikasi Penelitian.......................................................... 114
C. Saran ................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 120
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 123
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Daftar Nilai Murni Fisika Kelas X Semester 1 2005/2006........... 2
2 Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 67
3 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)........ 75
4 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)...... 77
5 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)............... 78
6 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)............. 80
7 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki KreativitasTinggi (A1B1).... 81
8 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)...
839 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1) 84
10 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2).... 86
11 Rangkuman Hasil ANAVA Dua Jalan pada Desain Faktorial 2x2 94
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Alur Berpikir................................................................................ 61
2 Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2 ....................................... 64
3 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)...... 76
4 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)..... 77
5 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)............ 79
6 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)............ 80
7 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)... 82
8 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2).. 83
9 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)..... 85
10 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2).... 86
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1A. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Sebelum Ujicoba)........................................... 124
Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Setelah Ujicoba)........................................... 125
1B. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal........................................ 126
Lampiran 2A. Tes Prestasi Belajar Fisika..................... 127
2B. Tes Kreativitas Verbal....................................................... 139
Lampiran 3A. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Prestasi Belajar Fisika.................................................................................... 150
Lampiran 3B. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Fisika....... 156
Lampiran 4A. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point disertai Animasi ........ 159
Lampiran 4B. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga ...... 160
Lampiran 5. Silabus ......................................................... 161
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 163
Lampiran 7. Data Induk Penelitian (Skor Tes Prestasi Belajar Fisika).......................................... 170
Lampiran 8A. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)(Kelas Eksperimen).......
171
8B. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding).........................................................................
173
8C. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)....................................................................... 175
xvi
Halaman8D. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi
Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2) ..................................................................... 177
8E. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1) ................................... 179
8F. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2).................. 180
8G. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3)........................................ 181
8H. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4) 182
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ............... 183
Lampiran 10A. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-2, X-8 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen)........................... 185
Lampiran 10B. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Pembanding/Kontrol).............. 186
Lampiran 11. Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalan......................... 187
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif.................... 189
Lampiran 13A. Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan dalam Anava Faktorial 2x2............................................. 192
xvii
Halaman
Lampiran 13B. Hasil Analisis Data Inferensial dengan Teknik Statistik ANAVA (Analisis Varians) Dua Jalan untuk Pengujian Hipotesis........................................................................... 193
Lampiran 14A. Media Pembelajaran Fisika dengan Power Point disertai
Animasi ......
202
Lampiran 14B. Media Pembelajaran Fisika dengan Modul dilengkapi
Alat Peraga ....
214
Lampiran 15A. Surat Permohonan Ijin Penelitian....................... 238
Lampiran 15B. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian............ 239
xviii
ABSTRAK
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo. S 830905007. 2008. Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007). Tesis: Program Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Fisika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan pembelajaran Fisika dengan media modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika; (2) ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika; dan (3) ada tidaknya interaksi antara pembelajaran Fisika dengan media power pointdisertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007;sedangkan sampel penelitian diambil sebanyak 80 siswa, yang dirinci 40 siswa untuk kelas eksperimen dari kelas X-2 dan X-8 dan 40 siswa yang lain untuk kelas pembanding dari kelas X-1 dan X-4. Sampel tersebut diambil dengan teknik random sampling. Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Power Point dan Modul. Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa tes prestasi belajar fisika dan tes kreativitas verbal. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varian Dua Jalur (ANAVA) pada taraf signifikansi α = 0,05.
Hasil analisis menunjukkan bahwa:(1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =17,92 > Ftabel =3,97); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah (Fhitung =144,84 > Ftabel =3,97); (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =21,99 > Ftabel
=3,97).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh
pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (xrerata power point = 82,15 > xrerata
modul = 67,45); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah; (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media Power Point disertai Animasi, Modul dilengkapi Alat Peraga dan kreativitas siswa.
xix
ABSTRACT
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo. S 830905007. 2008. Influence of Physics Learning With Media Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus to Achievement Learn Physics Evaluated From Studennt’s Creativity.(Case Study at Circle Motion Concept on Student Class of X in the First Semester inSMA Negeri 7 Surakarta School’s Year 2006/2007). Thesis. Program Study:Education of Science. Consentration:Physics. Pasca Master of UniversitySebelas Maret Surakarta.2008
This research aim to know: (1) there is the influence of power point mediaenclosed Animation and module media completed Apparatus to achievement learn physics; (2) there is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) there is the interaction between power point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics.
This research methodelogy used the experiment method of 2x2 factorial design. This population is the students of SMA Negeri 7 Surakarta, Class X, the First Semester, 2006/2007. The sample of research is taken 80 students. Included 40 students for the experiment from class X-2 and X-8 and 40 another students for the comparison is class X-1 and X-4. This sample is taken with the random samplingtechnique. Instruments of research set of Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus. The data collecting used the test, included the achievement in learning physics and verbal creativity. Technique analyses data the utilized is Analyst of Varian (ANAVA) two cell band at level of significant α = 0.05.
The result of this research is:(1) There is the influence of media power pointand media module to achievement learn physics (Fcalculate =17,92 > Ftable =3,97); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics(Fcalculate =144,84 > Ftable =3,97); (3) There is the the interaction between power pointmedia enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics. (Fcalculate =21,99 > Ftable =3,97).
Thereby can be concluded that:(1) There is the influence of Power Pointmedia enclosed Animation and Module media completed Apparatus to achievement learn physics (xaverage power point = 82,15 > xaverage module = 67,45); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) There is the the interaction between Power Point media enclosed Animation, Module media completed Apparatus and student’s creativity.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sangatlah dibutuhkan seseorang dalam rangka aktualisasi diri.
Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat mengembangkan berbagai aspek,
antara lain; kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual dan sosial. Agar tujuan
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan adanya sinergisitas
antara komponen-komponen yang terkait, antara lain; kurikulum, metode mengajar,
sistem belajar, iklim belajar yang sejuk dan menyenangkan, kondusif, serta alat
peraga dan media pembelajaran yang representative dan sebagainya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini
diperoleh temuan-temuan baru di berbagai bidang. Dalam proses belajar
mengajarpun, sistem pendidikan nasional juga mengalami perubahan kurikulum
pendidikan yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan global dan mampu menjawab tantangan
zaman serta kebutuhan masyarakat. Sejak Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hingga pada tahun pelajaran
2006/2007 mulai diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pengajaran Fisika di sekolah masih dianggap belum memenuhi harapan.
Ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran Fisika itu masih dirasakan dan masih terus
dibicarakan..
2
Adalah suatu kenyataan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan suatu mata
pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami bagi siswa. Hal ini antara lain disebabkan
oleh karena mata pelajaran Fisika tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang
tidak setiap siswa mudah menangkap dan memahaminya. Realita ini terlihat pada
hasil belajar siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran
2005/2006
Tabel.1: Daftar Nilai Murni Fisika Klas X Semester.1 2005/2006.
No Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai rerata
1 A 42 82 40 592 B 42 88 44 633 C 41 84 40 614 D 42 72 61 625 E 42 75 61 616 F 42 85 30 577 G 40 78 36 518 H 40 78 40 56
331 59
Keterangan:SKBM (Standard Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk Fisika Klas X Semester.1 2005/2006 adalah: 61
Berdasarkan Tabel.1 tersebut di atas, kemungkinan salah satu penyebab
kegagalan pengajaran Fisika tersebut disebabkan oleh ketidaktepatan guru dalam
memilih pendekatan pembelajaran sehingga membuat para siswa merasa tidak
memahami konsep-konsep Fisika.
3
Menurut Mirza Setiawan (2003), dalam perkembangannya Fisika menjadi
sekumpulan konsep tentang alam fisis yang merupakan satu kesatuan pemahaman
terjalin secara rapi dan logis dan tidak terpisah-pisahkan, sehingga pemahaman
terhadap suatu konsep Fisika tidak bisa diperoleh tanpa memahami konsep-konsep
yang terkait dengannya. Ini menyebabkan pemahaman terhadap konsep-konsep Fisika
harus dibangun secara sistematis dan terstruktur agar memudahkan seseorang
memahaminya secara lengkap.
Gerak melingkar merupakan salah satu konsep Fisika tentang dinamika
gerak yang penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, baik itu dalam
ruang lingkup mikro maupun makro. Berdasarkan pengalaman peneliti dan rekan
guru sesama bidang studi Fisika yang mengajarkan konsep gerak melingkar pada
siswa kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta dua tahun terakhir ini, belum
memuaskan karena sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan memahami dan
mempelajari penerapan konsep gerak melingkar. Para siswa biasanya terbentur pada
beberapa kendala sehubungan dengan gerak melingkar, antara lain tentang:
bagaimana memahami gerak jarum jam, gerak roda, gerak gir sepeda, gerak
pembalap ketika di tikungan sirkuit, gerak penumpang drum mollen, gerak satelit,
gerak bumi mengitari matahari, dan sebagainya. Oleh karena itu, para guru Fisika
seyogyanya memilih pendekatan yang lebih tepat untuk mengajarkan Fisika,
khususnya Gerak Melingkar.
Salah satu pendekatan pembelajaran Fisika yang dapat digunakan adalah
Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
4
Menyenangkan). Pendekatan PAIKEM tepat digunakan karena Pendekatan PAIKEM
tersebut dapat mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Conny Setiawan (1985), bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan
memproseskan perolehan. Karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan
akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep, sikap, dan
nilai. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru selama ini hanya berorientasi
pada penguasaan materi pelajaran, namun tidak memperhatikan pada substansi,
makna atau nilai serta arti fisis yang terkandung pada materi pelajaran tersebut.
Demikian juga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Fisika SMA lebih
menekankan pada pencapaian target Kurikulum dan kurang menekankan pada
pemahaman konsep Fisika. Guru hanya memindahkan muatan-muatan informasi
pengetahuan dan siswa juga cenderung menghafalkan materi konsep-konsep Fisika
dan bukan pada subtansi ,makna dan arti fisisnya. Sebagian guru menganggap bahwa
pengetahuan dapat dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba
sempurna. Hal ini berakibat pelajaran Fisika diajarkan kepada siswa dalam bentuk
suatu himpunan prosedur yang statis, seperti dalam menyelesaikan soal-soal Fisika
diajarkan dengan langkah-langkah yang kaku dan apabila siswa menggunakan
langkah atau cara penyelesaian lain yang berbeda dari guru, dianggap langkah
penyelesaian tersebut kurang benar.
Oleh karena itu, sebagai akibat dari kurangnya pemahaman materi yang
dapat ditangkap oleh siswa, maka secara umum dianggap bahwa materi itu sukar
5
dipahami dan motivasi belajarnya menurun serta faktor kreativitasnya kurang
berkembang, lebih-lebih materi tersebut merupakan konsep-konsep yang abstrak.
Selain faktor tersebut, tanpa peran aktif siswa, yang terjadi hanyalah transfer of
knowledge bukan transfer of learning. Transfer of learning adalah suatu proses
pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar. Pola pikir
pembelajaran pada siswa perlu diubah, dari hanya sekedar memahami konsep dan
prinsip keilmuan (transfer of knowledge), siswa juga harus memiliki kemampuan
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah
dikuasainya. Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa Fisika merupakan mata
pelajaran yang tidak menyenangkan. Hal ini antara lain disebabkan karena mata
pelajaran tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah
menangkapnya.Untuk membantu kelompok siswa ini perlu dibuat visualisasi agar
konsep-konsep yang abstrak tersebut mudah dilihat dan dipahami.
Sebenarnya tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada
penyampaian informasi kepada siswa saja, namun sesuai kemajuan dan tuntutan
zaman, guru harus peka dan memiliki kemampuan untuk memahami siswa dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan
belajar.Untuk itu guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif
agar dapat membimbing siswa secara optimal. Upaya guru berimprovisasi dan
berinovasi dengan variasi berbagai model pembelajaran serta menciptakan kondisi
belajar yang kondusif dan menyenangkan, tentunya akan menjadikan siswa
termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah. Dalam proses belajar
6
mengajarpun guru dan siswa justru ditantang untuk mendesain
media pembelajaran, baik dalam bentuk riil seperti memodifikasi alat peraga
sederhana maupun dalam bentuk visualisasi seperti animasi, dan berimprovisasi
menciptakan metode pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Innovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). PAIKEM adalah metode yang
mendukung siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
pembelajaran. agar kondisi belajar kondusif dan menjadikan siswa termotivasi untuk
aktif belajar dan bersikap ilmiah untuk kreatif dan inovatif.
Menurut Pike dalam Eko Sulistyo (2003), dengan menggunakan alat bantu
visual, seperti gambar, poster dan skema dalam pengajaran akan meningkatkan daya
serap peserta didik sekitar 14 sampai dengan 38%. Penggunaan alat bantu visual itu
juga akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk memperjelas presentasi konsep
secara verbal hingga 40%;sedangkan menurut Zaini dalam Eko Sulistyo (2003),
tentu saja sebuah gambar tidak menjelaskan segala-galanya, tetapi terbukti bahwa
penggunaan alat visual tiga kali lebih efektif dari hanya sekedar kata-kata.
Sebenarnya ada tiga gaya belajar siswa yang efektif, yaitu: Visual Learners
(menggunakan indra penglihatan), Auditory Learners (mengandalkan pendengaran)
dan Tactual Learners (menyentuh sesuatu untuk mendapatkan informasi, misalnya
menyerap informasi terkini dalam bentuk gambar dan tulisan materi pelajaran dengan
cara meng”akses” Website tertentu dari Internet untuk di” down load”) lalu mengolah
informasi tersebut.
7
Suasana kelas diharapkan akan lebih hidup apabila guru menerapkan
multi metode inovasi dan komunikasi dua arah yang harmonis, yaitu metode yang
bervariasi selain metode yang sudah ada secara kolaborasi positip. Upaya guru dalam
hal ini adalah berimprovisasi untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar
dapat menjadikan peserta didik termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah,
dengan cara menerapkan variasi metode pembelajaran inovatif, seperti; metode
eksplorasi (menggali pengalaman siswa sehari-hari), metode sharing (berbagi
pengalaman yang pernah dialami siswa dan guru satu dengan yang lain, baik antar
siswa maupun dengan guru), metode resitasi (penugasan pembuatan alat peraga
sederhana dan pembuatan desain animasi), metode simulasi (memperagakan alat
peraga sederhana yang dibuatnya atau mempresentasikan animasi yang didesainnya)
dan metode to take the latest information (mengambil informasi terkini) melalui
pemberdayaan Internet pada situs atau Website tertentu, seperti : www.e-dukasi.net
atau www.e-smartschool.com dan situs yang lain yang relevan dengan bahan ajar
secara bertahap dan berkesinambungan.
Menurut Theo Riyanto dalam Karni (2002) komunikasi adalah proses dua
arah yang menghasilkan perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah ini
merupakan dasar hakiki dari suatu komunikasi. Komunikasi akan terjadi secara
efektif jika terjadi umpan balik. Komunikasi yang efektif minimal meliputi tiga hal,
yaitu; (1) adanya pengirim pesan yang dapat dipahami, (2) penerima pesan, yang
mampu memahami pesan yang diterima, dan (3) pesan yang dimengerti atau
dipahami dengan tepat.
8
Untuk membantu siswa perlu kiranya dirancang suatu bahan ajar yang
benar-benar memuat penjelasan konsep-konsep yang benar dan mudah dipahami.
Bahan ajar yang dimaksud adalah berupa Power Point disertai varisasi visualisasi
animasi dan Modul dilengkapi dengan alat peraga.. Penggunaan komputer mikro
yang sudah memasyarakat dapatlah dibuat program-program pembelajaran yang
sederhana namun representative sebagai wujud nyata visualisasi ; seperti Power
Point, dan sebagainya atau memungut informasi terkini dari Internet; berupa animasi
Flash, gambar, table, grafik dan sebagainya.Dengan pembuatan alat peraga sederhana
sebagai pelengkap Modul, para siswa bisa bereksperimen mensimulasikan dan
mensinkronisasikan antara konsep abstrak yang ada pada modul dengan alat peraga
tersebut.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti
dan mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan PAIKEM melalui
media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga
terhadap prestasi belajar Fisika dengan kreativitas siswa pada kelas X semester 1
di SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 pada konsep Gerak Melingkar
yang bertujuan agar dapat menggali semua potensi yang ada pada diri peserta didik
secara maksimal dan optimal serta memberikan hasil pembelajaran yang berkualitas.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai efektivitas pengaruh
pembelajaran Fisika dengan media pembelajaran Power Point disertai animasi dan
Modul dilengkapi alat peraga sehingga diharapkan akan terjadi transfer of learning,
yaitu; proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar
9
melalui Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) agar siswa termotivasi menjadi kreatif dan inovatif.
B. Identifikasi Masalah
Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan
latar belakang masalah di atas,dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Realitas Prestasi belajar Fisika siswa SMA rendah karena pemahaman terhadap
konsep-konsep abstrak Fisika sangat rendah, seperti konsep Gerak Melingkar.
2. Kecenderungan peran guru yang dominan sehingga dalam proses belajar
mengajar hanya terjadi komunikasi satu arah saja
3. Metode pembelajaran Fisika yang digunakan oleh guru monoton dan kaku serta
kurang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dan respons guru
terhadap perkembangan metode dan media pembelajaran kurang progesif karena
cenderung mapan dan mantap menggunakan metode ceramah saja.
4. Upaya-upaya yang perlu ditempuh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep Gerak Melingkar dalam mata pelajaran Fisika, yang merupakan
salah satu dari IPA, antara lain dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) karena peranan model
pembelajaran yang diterapkan guru berkaitan erat dengan hasil belajar siswa.
5. Media Pembelajaran yang diterapkan adalah Power Point disertai animasi dan
Modul dilengkapi alat peraga.
10
6. Dengan adanya pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan) dengan media Power Point disertai animasi dan
Modul dilengkapi alat peraga, diharapkan terjadinya transfer of learning.
7. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah kreativitas siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam
penelitian ini perlu dibatasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta
semester 1 Tahun Pelajaran 2006/2007
2. Objek Penelitian
a. Pendekatan Pembelajaran Fisika yang diterapkan adalah Pendekatan PAIKEM..
b. Media Pembelajaran yang digunakan adalah Power Point disertai animasi dan
Modul dilengkapi alat peraga..
c. Kreativitas verbal siswa yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya
kreativitas siswa dalam hal kelancaran kata, kelancaran dalam ucapan,
‘kelancaran dalam mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu
dalam waktu terbatas, mengukur ‘fleksibilitas (keluwesan)’ dan’originalitas
(keaslian) dalam pemikiran’, serta elaborasi (keterincian) dalam menguraikan
gagasan-gagasannya.
11
d. Pembelajaran Fisika yang akan diteliti adalah pembelajaran pada konsep Gerak
Melingkar yang akan dilaksanakan untuk siswa kelas X semester 1 pada tahun
pelajaran 2006/2007 di SMA Negeri 7 Surakarta.
e. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif
saja;sedangkan pengukuran afektif dan psikomotorik siswa hanya digunakan
sebagai bahan pertimbangan..
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul
dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1
SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?
2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran
2006/2007?
3. Apakah terdapat interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul
dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa
kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?
12
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
1. Ada tidaknya pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul
dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1
SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
2. Ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran
2006/2007.
3. Ada tidaknya interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul
dilengkapi alat peraga dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas
X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun
secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan khazanah teori
yang berkaitan dengan pendekatan PAIKEM dengan media Power Point disertai
animasi dan Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa pengaruhnya
terhadap prestasi belajar fisika. Dengan mengetahui pengaruh kedua variabel tersebut
13
dapat diketahui pentingnya variabel-variabel itu terhadap pembelajaran dan prestasi
belajar fisika
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,
antara lain diuraikan sebagai berikut:
a. Bagi Siswa, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi
peningkatan prestasi belajar siswa setelah Pendekatan PAIKEM dengan media
Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga diterapkan guru
dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru, menggugah guru agar peka terhadap perkembangan iptek dan mau
bersikap proaktif menjadi innovator, kreator, mediator, dan fasilitator, sekaligus
sebagai pembelajar yang prima dan berkualitas sehingga guru mampu
mengupayakan terciptanya suasana belajar mengajar yang komunikatif, kreatif
dan menyenangkan sehingga tercipta transfer of learning, yaitu pembelajaran
yang menitikberatkan pada proses belajar yang tidak hanya melalui pemahaman,
hafalan, dan analisis saja namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi dan
refleksi serta kreativitas.
c. Bagi Kepala Sekolah, manfaat yang dapat diambil melalui penelitian adalah
sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan pada guru agar dapat
meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kualitas belajar-mengajar
yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian serupa ini.
14
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar adalah berlatih, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar
bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Menurut Azhar Arsyad (2005), belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda
bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya.
Slameto (2003) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya;sedangkan menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1995), belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak
sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun
15
berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman
yang utuh (meaningfull learning), sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami
secara baik dan tidak mudah dilupakan. Peta konsep merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus
menghasilkan proses belajar bermakna.
Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, belajar adalah lebih merupakan
suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan
sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu
perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian
yang baru (kontruktivisme).
Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (1993) mengatakan:”Learning is shown by a
change in behavior as a result of experience”, yaitu bahwa belajar ditunjukkan
dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar
mempergunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah Harold Spears
dalam Sumadi Suryabrata (1993), ia mengatakan “Learning is to observe, to read, to
imitate to try something themselves, to listen, to follow direction”. Menurutnya hal
yang dipentingkan dalam belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba
sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. Pendapat ini dipertegas oleh
Mc.Geok dalam Sumadi Suryabrata (1993), yang mengatakan bahwa “ Learning is
change performance as a result of practice”, yang berarti belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil latihan.
16
Pengertian belajar menurut Yusufhadi Miarso dalam Tomas Suharmanto
(2006): Belajar adalah proses komunikasi. Siswa yang sedang belajar berarti terlibat
komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang
bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat
saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa
berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.
Menurut Haris Mujiman (2006), paradigma kontruktivisme merupakan komponen
pertama konsep belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Kegiatan
belajar yang berlandaskan paradigma ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang
telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk
pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki
pembelajar. Hazel and Papert (1991) mengatakan bahwa belajar adalah membangun
pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang
telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.
Menurut Eko Sulistya (2003), belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila
peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus
berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.
Dari berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa hal pokok sehubungan
dengan belajar yaitu:
a. Belajar adalah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
17
b. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
c. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
d. Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses
untuk mengumpulkan sesuatu sehingga timbul pemikiran yang berkembang
dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).
e. Belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil
pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan
dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya
f. Belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri,
mendengarkan , dan mengikuti petunjuk.
g. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.
h. Belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami
maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya
bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam
sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan
sosialnya.
i. Belajar adalah menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang untuk
mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju
ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar.
18
j. Belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge
dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk
pengetahuan baru.
k. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan
semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi
dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas, belajar adalah merupakan proses seseorang
untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya dan kegiatan belajar merupakan faktor yang secara integral dalam
proses pembelajaran di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan baru yang lebih bermakna, pemahaman utuh, keterampilan, dan sikap.
Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pembelajaran Fisika adalah
teori belajar kontruksivisme. Menurut teori ini siswa tidak menerima begitu saja
pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara aktif membangun pengetahuannya,
dan terus menerus mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru. Dengan kata
lain, penekanan kontruksivisme adalah peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman mereka, baik secara individu maupun kelompok. Belajar dapat lebih
bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra dan
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur
kognitif seseorang, sekaligus berpikir mengolah informasi-informasi tersebut secara
optimal sehingga menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning)
19
2. Hakikat Pembelajaran
a. Metode Pembelajaran Fisika
Teori dan praktik ibarat dua sisi mata uang, sisi satu dengan sisi yang
lainnya saling memberi dasar dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar
mengajar pada umumnya dan terutama pada bidang Fisika khususnya. Pembelajaran
Fisika akan lebih bermakna ketika terjadi interaksi yang harmonis dan komunikatif
antara guru dan siswa. Selama ini strategi mengajar yang diterapkan di Indonesia
sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran
yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi (bahan ajar) secara satu
arah melalui suara, mungkin dilengkapi gambar, grafik dan tulisan pada papan tulis .
Hasil penelitian Pollio dalam Eko Sulistyo (2003) menunjukkan bahwa di
dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, peserta didik mampu
berkonsentrasi penuh sekitar 60% dari waktu yang ada. Menurut penelitian Hartley
dan Davies dalam Eko Sulistyo (2003), mengenai metode ceramah menunjukkan
bahwa perhatian peserta didik meningkat sampai 10 menit pertama pengajaran, dan
menurun setelah itu; sedangkan McKeachie dalam Eko Sulistyo (2003), memperoleh
hasil bahwa peserta didik mampu mengingat 70% informasi yang disampaikan oleh
pengajar pada 10 menit pertama pengajaran, tetapi pada 10 menit terakhir mereka
hanya mampu mengingat 20% dari materi yang disampaikan.
Menurut Mulyasa (2005), pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu,
untuk menciptakan belajar yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai
20
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Turney dalam Mulyasa
(2005), menjelaskan untuk keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:(1). keterampilan bertanya, (2).memberi
penguatan, (3).mengadakan variasi, (4).menjelaskan, (5). membuka dan menutup
pelajaran, (6).membimbing diskusi kelompok kecil, (7). mengelola kelas, 8).mengajar
kelompok kecil dan perorangan
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari IPA. IPA mencakup dua hal
yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi
sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip IPA;sedangkan IPA sebgai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan
sikap-sikap ilmiah. Sebagai variasi pembelajaran Fisika, digunakan variasi Media
Pembelajaran dan Sumber Belajar, yaitu Power Point disertai Animasi dan Modul
dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana yang bertujuan untuk: (1). Mengatasi
kebosanan dan meningkatkan perhatian siswa. (2). Agar siswa selalu antusias, tekun,
dan penuh partisipasi. (3).Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa
terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.(4). Memupuk partisipasi dan
perilaku positip siswa. (5). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dalam penggunaan Media
Pembelajaraan dan Sumber Belajar tersebut dibedakan menjadi: (1).Variasi alat dan
bahan yang dapat dilihat (Visual), (2).Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
(Audio), (3).Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi (Tactual).
Menurut Mirza Satriawan (2003), dari segi penginderaan, dua indera yaitu
21
penglihatan dan pendengaran merupakan penginderaan yang paling berperan dalam
transfer informasi.
Asumsi sentral konstruktivisme adalah bahwa belajar itu menemukan. Guru
menyampaikan informasi kepada siswa, lalu siswa melakukan melakukan proses
mental atau kerja otak atas informasi tersebut agar informasi itu masuk ke dalam
pemahaman mereka. Konstruksivisme berangkat dari masalah (biasanya muncul dari
siswa sendiri) dan untuk selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan dan
menemukan langkah-langkah pemecahan masalah itu. Menurut Mirza Satriawan
(2003), proses berpikir setidaknya melibatkan empat hal, yaitu: (1) adanya obyek atau
realita yang dipikirkannya, (2) adanya proses pengindraan dengan indra yang dapat
membawa informasi tentang realita/obyek kepada otak, (3) adanya otak yang sehat,
dan , (4) adanya informasi sebelumnya yang terkait dengan obyek atau realitas
tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan
pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau
menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya
belajar). Piaget dan Vigotsky dalam Nur dan Wulandari (2001) menekankan bahwa
perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
sebelumnya diolah melalui proses dalam upaya memperoleh informasi baru. Paul
Suparno (2002) berpendapat bahwa, dalam prinsip kontruktivis, seorang guru punya
peran sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa
berjalan dengan baik. Adapun fungsi sebagai mediator dan fasilitator dapat
dijabarkan sebagai berikut:
22
1) menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa ikut bertanggung
jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian.
2) Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu
mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide
ilmiahnya, Watt & Pope (1989). Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
Pengalaman konflik dapat berwujud pengalaman anomali yang bertentangan
dengan pemikiran atau pengalaman awal siswa. Pengalaman seperti menantang
siswa untuk berpikir mendalam, menurut Tobin, Tippins & Gallard (1994).
3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan , apakah pemikiran siswa itu jalan
atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa
itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu
dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa.
Pembelajaran yang bernaung dalam konstruktivisme adalah kooperatif.
Salah satu aktivitas yang terdapat dalam kooperatif adalah Belajar Bersama (learning
together), yaitu; melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan
empat atau lima siswa untuk menangani tugas tertentu. Selanjutnya, mereka
melaporkan tugas itu. Aktivitas belajar bersama ini lebih mengarah pada pembinaan
kerjasama dan keberhasilannya.
b. Pendekatan PAIKEM
Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk
memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode
23
pembelajaran yang efektif. Menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan
kondusif serta menyenangkan itu merupakan hal-hal yang penting agar siswa
termotivasi untuk bersikap kreatif dan inovatif. Sebagai seorang pendidik,
profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu
pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada kemampuannya untuk melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sudah jelas target pencapaian
kurikulum tak akan tercapai. Kalaupun toh semua fakta dan konsep itu dijejalkan
kepada siswa dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi, akan berakibat
siswa tidak dilatih menemukan konsep sehingga yang terjadi tidak lebih hanyalah
transfer of knowledge, bukan transfer of learning.
Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2007), daya tarik suatu mata pelajaran
(pembelajaran) ditentukan oleh dua hal: (1). oleh mata pelajaran itu sendiri, dan (2).
oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah
menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang
dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Para
psikolog berpendapat bahwa para siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit
dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya perputaran jarum jam, hubungan roda
dan gir pada sepeda dan sebagainya. Tugas guru bukan men”transfer” pengetahuan,
24
melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati,
mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka
untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan direvisi. Siswa perlu dilatih dan dibina untuk
berfikir dan bertindak secara kreatif. Pengembangan konsep hendaknya selalu
dikaitkan dengan pengembangan sikap dan nilai. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait
antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.
Menurut Mulyasa (2005), sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran
yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:(1).Pendekatan
Kompetensi., (2).Pendekatan Keterampilan Proses, (3).Pendekatan Lingkungan, (4).
Pendekatan Kontekstual, (5). Pendekatan Tematik. Pendekatan yang penulis pilih
adalah Pendekatan Kompetensi karena seorang guru yang profesional diharapkan
menguasai empat kompetensi, yaitu: (1). Kompetensi profesional, (2). Kompetensi
paedogogi, (3). Kompetensi kepribadian, (4), Kompetensi sosial. Menurut Sugiyanto
(2007), kompetensi profesional dan paedogogi adalah kompetensi yang berhubungan
dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan
tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi
pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi
pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan memanfaatkan berbagai
media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran,
kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan
25
kinerja pembelajaran. Jika ke empat kompetensi tersebut dikuasai para guru, maka
berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara
optimal, yaitu sebagai:(1). Sumber belajar (agen pembelajaran), (2) Fasilitator, (3).
Pengelola, (4) Demonstator, (5). Pembimbing, (6). Motivator, (7). Inovator, (8).
Evaluator, (9). Kreator.
Adapun metode pembelajaran Fisika yang tepat untuk menentukan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah penekanannya pada interaksi siswa,
rasa ingin tahu, kreativitas dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai
roda penggerak untuk memproseskan perolehan agar siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan
sikap dan nilai yang dituntut. Penerapan metode pembelajaran yang relevan dan
bervariasi tersebut akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
adalah Pendekatan PAIKEM. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-
mengajar dengan pendekatan PAIKEM ini akan menciptakan kondisi cara belajar
siswa aktif dan mandiri.
Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan) merupakan pendekatan yang mengupayakan memberikan
layanan pembelajaran yang optimal pada proses belajar (transfer of learning),
aktivitas dan kreativitas siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan , nilai dan
sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa setiap
siswa memiliki potensi yang berbeda, maka salah satu tugas guru sebagai fasilitator
26
adalah memberikan kemudahan kepada siswa untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.
1) Aktif
Dalam pelaksanaaan PAIKEM, pembelajaran dilaksanakan dengan
mengaktifkan siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator, pelatih, motivator, dan
evaluator. Keaktifan siswa didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya
tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi) dan akan berkembang jika dilandasi dengan
pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Suasana kelas dapat mendorong atau
mengurangi aktivitas siswa. Oleh karena itu suasana kelas harus dikelola agar dapat
merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran tersebut,
antara lain: diskusi kelompok, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, studi
kasus, bermain peran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran tersebut.
Tugas guru dalam mengaktifkan siswa antara lain sebagai:
a) Fasilitator, yaitu menyediakan tugas untuk siswa , LKS (Lembar Kerja Siswa),
Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk
menguji kemampuan siswa, carta, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.
b) Pelatih, yaitu melatih siswa dalam belajar cara berpikir dan bekerja dalam IPA
(Fisika), berdialog dengan siswa untuk memperbaki miskonsepsi (pemahaman
yang keliru) dan cara-cara berpikir yang kurang logis dan sistimatis (ilmiah).
27
c) Motivator, yaitu memotivasi siswa dan membentuk aturan belajar yang
memotivasi siwa dalam belajar dan bersikap. Penguasaan kompetensi diharapkan
dapat menumbuhkan rasa puas terhadap hasil belajar, sehingga motivasi belajar
semakin berkembang.
d) Evaluator, guru mengevaluasi pembelajarannya dan mengevaluasi kompetensi
siswa dalam pembelajaran.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengaktifkan siswa sebagai berikut:
a) Ada kegiatan yang dapat dilakukan siswa.
Dalam pembelajaran Fisika, siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan.
Siswa memerlukan sumber belajar berupa buku, , LKS (Lembar Kerja Siswa),
Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk
menguji kemampuan siswa, carta, peristiwa alam sehari-hari dalam percobaan,
lingkungan, produk teknologi, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.
b) Siswa mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukannya
Dengan cara berpikir dan bekerja yang dilatihkan gurunya siswa akan mengetahui
apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam mempelajari Fisika.
c) Menarik perhatian siswa
Guru membuat kegiatan-kegiatan yang secara umum menarik perhatian siswa.
Pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan menyentuh keperluan siswa sehari-
hari dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya.
28
2) Inovatif
Dalam PAIKEM, guru harus berupaya menghapus kebiasaan kurang baik
pada diri siswa yang cenderung merespon pembelajaran hanya “tell me what to do”,
menerima apa adanya atau hanya patuh melakukan perintah guru semata, sehingga
tidak nampak aktivitas belajar proaktif dari dalam diri siswa sendiri. Kecenderungan
demikian dapat ditafsirkan seolah-olah guru adalah segala-galanya dan terkesan
mendominasi siswa, padahal penyebabnya bisa muncul dari diri siswa sendiri sebagai
akibat kebiasaan selalu “nrimo” atau takut berbeda pendapat dengan gurunya. Untuk
mengantisipasi hal ini guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
ber- inovasi. Inovasi ini bertujuan untuk: (1). Merespon pengembangan pembelajaran
agar dapat mencapai sasaran, (2). Mencari solusi atas persoalan aktual yang dihadapi
siswa agar dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran. Dengan demikian
jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
prestasi belajarnya.
3) Kreatif
Dalam PAIKEM, pembelajaran Fisika diupayakan meningkatkan kreativitas
siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk
gagasan-gagasan baru atau mengembangkan gagasan yang sudah ada, misalnya
dengan cara membelajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja dengan objek atau
fenomena. Hal ini tidak berarti pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan
29
peralatan lengkap,di kelas pun, dan hanya dengan kapur, spidol, papan tulis, atau
bahkan bekas ballpoint dan batupun dapat dibelajarkan untuk menghadapi objek dan
fenomena, yaitu dengan cara siswa memikirkan objek dan fenomena alam yang
dipelajarinya, serta membuat model, misalnya alat peraga, gambar, diagram, grafik,
desain animasi, dan sebagainya, yang menggambarkan objek dan fenomena tersebut.
Pembelajaran kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
menggunakan rumus-rumus.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengkreatifkan siswa sebagai berikut:
a). Siswa memiliki keinginan untuk mencoba tugasnya
Suatu kegiatan yang menantang siswa dan belum pernah ditemukan siswa
sebelumnya serta bersifat kompetisi seringkali dapat menumbuhkan keinginan
siswa untuk mencoba melakukan kegiatan tersebut. Keinginan siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat digunakan sebagai peluang
bagi guru untuk menumbuhkan keinginan siswa. Pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dan cara berpikir dan bekerja yang telah dimilikinya dapat membuat siswa
ingin mencoba kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang menjadi
tugasnya.
b). Siswa memiliki kesempatan dan keleluasaan (bebas,tetapi mengikuti aturan main)
menentukan apa yang akan dipikir dan dilakukannya
Walaupun cara berpikir dan bekerja dalam Fisika mengikuti aturan-aturan
tertentu, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa dan
30
sudut pandang siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bervariasinya sudut
pandang akan menumbuhkan cara berpikir dan bekerja yang bervariasi yang akan
menumbuhkan kreativitas siswa.
c). Siswa memiliki kompetensi untuk melakukannya
Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa merupakan kompetensi
siswa untuk melakukan kegiatan kreatifnya. Jika siswa kandas dalam berkreasi,
guru dapat membantu siswa menunjukkan langkah-langkah berpikir dan bekerja
melalui dialog interaktif dengan siswa. Urutan kegiatan yang tepat pada setiap
langkah pembelajaran memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk berkreasi dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah
Fisika.
4) Efektif
Waktu pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lingkungan sudah
seharusnya digunakan seefektif dan seefisien mungkin untuk meningkatkan
kompetensi siswa dalam Fisika. Cara untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
pembelajaran adalah dengan melatih siswa dalam belajar cara belajar Fisika, yaitu
dengan meningkatkan kompetensi siswa dalam menganalisis konsep, menganalisis
objek dan fenomena, dan membuat model. Ketiga kompetensi ini merupakan
kompetensi yang umum yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan
konsep-konsep Fisika. Dengan cara ini waktu pembelajaran dapat dibuat relatif
singkat, karena cara ini membuat siswa dapat belajar Fisika sendiri atau berkelompok
31
dengan lancar dan benar;sedangkan kompetensi siswa dalam belajar Fisika dapat
ditingkatkan dengan baik dan benar, karena siswa tidak hanya mempelajari konsep-
konsep Fisika, tetapi juga cara berpikir dalam Fisika yang mengikuti pola pikir
konsep-konsep Fisika tersebut.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengkreatifkan siswa sebagai berikut:
a). Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang
harus dikerjakannya.
Dalam PAIKEM guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari
Fisika dan menyelesaikan masalah;sedangkan siswa menggunakan cara yang
dilatihkan gurunya untuk mempelajari Fisika dari suatu sumber belajar.
Setiap siswa dapat belajar sendiri mempelajari Fisika dari sumber belajarnya,
tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui
bagaimana cara mempelajari Fisika.
b). Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya
berhasil.
Untuk keefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan
bekerja dalam Fisika. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu
untuk mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah.
32
5) Menyenangkan
Pembelajaran Fisika tidak akan berhasil dengan baik, bila siswa bersikap pasif.
Perbaikan sikap siswa pada saat-saat mereka belajar sangat diperlukan untuk
keberhasilan pembelajaran. Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa dan
pembelajaran Fisika yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan
diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas belajar. Oleh karena itu,
PAIKEM membantu guru dalam pembelajaran Fisika dengan cara yang dapat
membuat siswa menyadari bahwa Fisika bukan mata pelajaran yang sulit,
bervariasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran, dan kegiatan yang
membuat siswa termotivasi untuk mempelajari Fisika.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
menyenangkan siswa adalah sebagai berikut:
a). Guru memperlakukan siswa dengan perkataan dan perbuatan yang menyenangkan
siswa
Menyenangkan atau tidaknya siswa belajar banyak bergantung pada bagaimana
guru memperlakukan siswanya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan
perkataan dan perbuatannya dalam memperlakukan siswanya. Hendaklah guru di
depan kelas dijadikan ”panutan”,dalam pepatah Jawa:”ing ngarso sung tulodo”.
b). Aturan belajar yang dapat membuat siswa saling menyenangkan.
Ketidaksenangan siswa dalam belajar dapat datang dari temannya sendiri. Teman
yang suka mengganggu atau mengolok-olok dapat membuat siswa tidak betah
dalam belajarnya. Untuk mengatasi gangguan dari teman-temannya guru perlu
33
membuat aturan main untuk membiasakan siswa saling menghargai dan saling
membantu dalam melaksanakan tugas belajarnya. Permainan dalam pembelajaran
seperti yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya:Jigsaw, STAD,
TGT dan tulisan-tulisan yang dipampang di dinding untuk saling menghargai,
tidak saling mencemoohkan, dan kata-kata lain yang dapat membuat siswa saling
menyenangkan dapat digunakan di kelas. Hendaklah guru memberi motivasi
belajar dan menganjurkan pada siswanya untuk menjadi ”tutor sebaya” satu
dengan yang lain dengan ”saling asah, asuh, dan asih”. Hal ini berarti di dalam
mengelola kelas guru merupakan motivator atau di dalam pepatah Jawa ”ing
madyo mangun karso”.
c). Menarik minat siswa
Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa, dan pembelajaran siswa yang
monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali
membuat siswa malas mempelajari Fisika. Oleh karena itu, pembelajaran Fisika
seharusnya dapat dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa menganggap
bahwa Fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak sulit. Di samping penggunaan
alat bantu mengajar (media pembelajaran) yang bervariasi, baik media yang
mutakhir maupun alat peraga yang sederhana namun representatif, mengajarkan
konsep dengan pemanfaatan Fisika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia
teknologi dapat membantu menarik minat siswa dan mendorong untuk lebih giat
belajar. Hal ini berarti guru hendaklah di belakang sebagai pendorong, dalam
pepatah Jawa dikatakan sebagai “tut wuri handayani”.
34
Adapun kendala-kendala yang mungkin dihadapi guru dalam PAIKEM,
antara lain:
a). Ada istilah yang kurang dikenal siswa
Dalam suatu pernyataan lisan maupun tertulis setiap istilah yang digunakan untuk
menjelaskan/menginformasikan sesuatu harus sudah dikenal dan dipahami siswa
pengertiannya. Bila satu istilah saja yang digunakan dalam berkomunikasi tidak
dikenal siswa dapat dipastikan penjelasan/informasi itu tidak akan dipahami oleh
siswa. Istilah tidak akan dapat diperoleh siswa dari hasil pengamatan atau
percobaan. Oleh karena itu, istilah harus dijelaskan langsung kepada siswa atau
melalui buku teks.
b). Ada pengetahuan yang terlewat
Seperti yang dikemukakan di dalam teori-teori belajar, pemahaman siswa
terhadap pelajaran yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah
dimilikinya yang menunjang siswa dalam memahami pelajaran baru. Oleh karena
itu, pembelajaran harus mengikuti urutan konsep-konsep yang teratur sesuai
dengan urutan untuk memahami memahami konsep-konsep itu.
c). Tidak tahu apa yang harus dipikirkan, dari mana mulai memikirkannya, dan
bagaimana memikirkannya
Memahami suatu penjelasan/informasi tidak hanya memerlukan pengetahuan, ,
tetapi juga memerlukan pemikiran untuk menghubungkan konsep yang sudah
dimiliki siswa dengan fakta dan masalah, sehingga siswa dapat membentuk
konsep baru atau memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran harus
35
disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa memikirkan
hubungan antara konsep yang sudah dimiliki siswa dengan konsep yang baru
dipelajari.
d). Tidak ada gambaran mental
Penjelasan/informasi lisan atau tertulis tidak memberikan gambaran yang utuh
terhadap isi penjelasan/informasi tersebut. Hal itu dapat membuat siswa kurang
paham, salah paham, atau tidak paham dengan penjelasan/informasi dari gurunya.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan benda-benda nyata, percobaan,
model, atau gambar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
Fisika yang dipelajarinya.
e). Emosi siswa terganggu
Gangguan emosi pada siswa dapat menyebabkan siswa kurang perhatian, kurang
mau berpikir untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Oleh karena
itu, guru harus berusaha menenangkan emosi siswa dengan cara memberikan
perhatian atau penghargaan kepada siswa dan membuat aturan yang dapat
membuat siswa-siswa saling menghargai satu sama lain.
3. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media adalah alat yang berfungsi untuk menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi atau pesan; sedangkan media pembelajaran berfungsi
sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Menurut Gagne dalam Sadiman
(2002), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
36
merangsangnya untuk belajar;sedangkan Briggs dalam Sadiman (2002) berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar.
Selanjutnya Sadiman dalam Anthony Wijaya (2006) mengatakan bahwa media
pembelajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media
pembelajaran ini dapat berupa buku, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio,
komputer dan alat peraga. Menurut Azhar Arsyad (2005), pengertian media dalam
proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual
maupun verbal. Adapun Heinich dkk (1996), mengatakan bahwa klasifikasi jenis
media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan,
(3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit.
a. Multimedia Berbasis Komputer
Multimedia Berbasis Komputer adalah:(1) media yang dioperasikan melalui
komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak (soft ware), seperti
hypermedia, video interaktif, CD-ROM, dan sebagainya, (2) media yang
mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti; teks, gambar, grafis, animasi dan
suara yang dioperasikan dengan komputer. Adapun program aplikasinya berbentuk
Microsoft Office:Word. Excel, Power Point, dan sebagainya.
37
Menurut Widha Sunarno (1998), penggunaan model animasi simulasi
dengan bantuan komputer mengakibatkan siswa lebih tertarik dan merasa
senang;sedangkan menurut Sayling Wen dalam Thomas Suharmanto (2006), Animasi
komputer juga dapat mempercepat pemahaman dan menyesuaikan dengan tingkat
kecepatan berpikir siswa. Adapun menurut Ninik Hardiati, dkk (2004), “animasi
simulasi komputer adalah menggerakkan gambar benda melalui komputer dengan
menggunakan program tertentu”. Media pembelajaran yang menggunakan animasi
simulasi komputer memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan bahan ajar untuk
mengkonstruk konsep yang dipelajarinya secara menyenangkan dan menarik.
b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan
Jenis bahan ajar yang termasuk media pembelajaran yang tidak
diproyeksikan, antara lain: Modul, LKS, buku, handout, charta, alat peraga dan
sebagainya. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, cara mengevaluasi secara mandiri yang dirancang secara
sistematis dan menarik serta bahasa yang sederhana untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Agar konsep-konsep Fisika dapat
dipelajari dan dipahami dengan benar, maka penggunaan Alat Peraga yang
representatif sangat mendukung proses pembelajaran tersebut.
Dari uraian di atas tentang media, jelaslah bahwa: (1). media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara atau penyalur informasi atau
pesan, dan (2). media pembelajaran adalah sarana/prasarana dari berbagai jenis
38
komponen dalam lingkungan dan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan
pesan/informasi dalam proses belajar-mengajar yang membantu guru dan yang dapat
merangsang siswa untuk belajar dan mempertinggi mutu proses pembelajaran,
sekaligus mempertinggi hasil belajar, serta (3). Media pembelajaran dapat berbentuk
hard ware (Modul, LKS, buku, handout, charta, alat peraga dan sebagainya) dan
soft ware (Power Point, Flash, Animasi dan sebagainya).
Media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga Fisika sederhana.
Program aplikasi yang familiar dengan presentasi sebagai sarana pembelajaran adalah
Power Point yang disertai dengan animasi;sedangkan animasi sendiri di komputer
mikro adalah model hasil penyederhanaan atau sapuan gambar (scanning) suatu
gambar,teks, realitas yang seakan-akan “hidup/bergerak” dan mencerminkan keadaan
sebenarnya. Media presentasi pembelajaran dalam bentuk Power Point yang disertai
dengan animasi yang disajikan guru sebagai alat bantu pengajaran diharapkan mampu
mengkomunikasikan topik mata pelajaran agar lebih komunikatif dan menarik.
Modul merupakan bahan ajar mandiri yang disajikan secara sistematis sehingga
memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan irama belajarnya dan
penggunaan Alat Peraga yang representatif sangat mendukung proses pembelajaran.
Dengan program Power Point, disertai dengan efek Animasi diharapkan akan
menambah akselerasi belajar siswa, sekaligus mendorong siswa untuk lebih kreatif
dan inovatif dan dengan Modul yang tepat dan up to date serta dilengkapi Alat Peraga
39
Fisika sederhana namun representative diharapkan akan mempertinggi motivasi dan
kreativitas siswa yang pada akhirnya hasil belajarnyapun meningkat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
dewasa ini diperoleh temuan-temuan baru di berbagai bidang. Dalam proses belajar
mengajar, temuan-temuan itu direalisasikan dalam bentuk upaya guru menerapkan
berbagai variasi metode inovatif pembelajaran Fisika, seperti:(1) Multimedia Berbasis
Komputer (Internet), yaitu dengan mengambil informasi terkini dari internet (to take
of lastest information from Internet) dan menvisualisasikan bahan ajar Fisika dalam
berbagai bentuk desain animasi dengan aplikasi perangkat lunak (software
application ), seperti Power Point dan Animasi, (2) Media Pembelajaran Yang Tidak
Diproyeksikan, antara lain Modul dan menciptakan atau memodifikasi alat-alat
peraga Fisika sederhana namun representatif, diharapkan akan tercipta PAIKEM
(Pembelajaran yang Aktif, Inovatf, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
c. Power Point dan Animasi
Pemberdayaan komputer mikro (PC atau Personal Computer) yang berisi
aplikasi perangkat lunak (software application) dirancang secara khusus untuk
mengembangkan bidang tertentu, seperti Microsoft Word, Power Point, Flash,
Animasi dan sebagainya. Desain Pengembangan Pembelajaran Fisika dalam
penelitian ini dirancang secara terstruktur dengan baik agar dapat dipelajari selangkah
demi selangkah oleh siswa, maka dibuatlah Power Point disertai Animasi. Untuk
keberhasilan Media Pembelajaran ini diperlukan lingkungan yang baik untuk
40
presentasi dan demonstrasi serta eksperimen; yakni ruangan yang tenang dengan
penerangan yang cukup, termasuk penyediaan seperangkat komputer mikro atau
Laptop dan LCD serta alat pandang dengar (media audio visual) yang sesuai.
Kelebihan Media Power Point disertai Animasi, antara lain:(1).
Memungkinkan adanya interaksi antara siswa dengan materi pelajaran sehingga siswa
lebih termotivasi untuk belajar sehingga tercipta proses pembelajaran PAIKEM (2)
Proses belajar secara individual sesuai kemampuan siswa, (3). Menampilkan unsur
audio visual (flexible and cost effectiveness) namun kontrol tetap pada pengguna
(user), (4). Langsung memberikan umpan balik (feedback), (5). Sebagai alat bantu
dalam menciptakan proses belajar mengajar (Fisika) yang berkesinambungan (record
keeping);sedangkan kekurangannya antara lain:(1). Cara memanfaatkannya
memerlukan peralatan yang relatif mahal (komputer/laptop dan monitor/LCD serta
software, seperti CD dan sebagainya), (2). Perlu keterampilan khusus dan petunjuk
pemanfaatan untuk mengoperasikannya, (3). Pengembangannya perlu adanya tim
yang profesional dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Secara ringkas Pola Urut (Matriks) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran
dengan Media Power Point disertai Animasi terlihat dalam Lampiran 4A
d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana
Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan manarik yang
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri
seirama kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efisien. Bahasa dibuat
41
sederhana, lugas dan komunikatif sesuai dengan level berpikir siswa SMA,
bersahabat dengan pemakai sehingga pemakai mudah merespon atau mengakses.
Modul memiliki karakteristik stand alone, yaitu modul dikembangkan tidak
tergantung pada media lain. Karakteristik modul yang lain adalah: (1) tujuan antara
dan tujuan akhir harus dirumuskan secara jelas dan terukur, (2) materi dikemas dalam
unit-unit kecil dan tuntas serta tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas, (3) tersedia
soal-soal latihan dan tugas, (4) materinya up to date dan kontekstual, (5) terdapat
rangkuman materi pembelajaran, dan (6) tersedia instrumen penilaian yang
memungkinkan siswa melakukan self assessment, (7) terdapat informasi tentang
ukuran tingkat penguasaan materi, umpan balik, dan rujukan/pengayaan/referensi
yang mendukung materi pembelajaran.
Kelebihan Media Modul dilengkapi Alat Peraga Fisika sederhana, antara
lain: (1). Murah, (2). Mudah diperoleh, (3). Tidak memerlukan peralatan dan mudah
dibawa kemana-mana (flexible), (4). Dapat digunakan untuk menyampaikan seluruh
materi pelajaran dan terbuka untuk terjadinya proses pembelajaran PAIKEM (5).
Memotivasi siswa untuk mandiri dan kreatif, (6). Memperjelas pesan/informasi agar
tidak terlalu verbalistis;sedangkan kekurangannya antara lain: (1). Membutuhkan
kebiasaan membaca (reading habits), (2). Membutuhkan pengetahuan awal (prior
knowledge), (3). Kurang bisa membantu daya ingat dan akan membosankan apabila
penyajiannya (tulisan/teks, font, gambar/ilustrasi) kurang menarik, (4). Apabila
bahasanya tidak dibuat sederhana dan materinya out of date serta tidak kontekstual,
maka modul tersebut juga tidak efektif untuk dipelajari siswa.
42
Secara ringkas Pola Urut (Matriks) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran
dengan Media Modul yang dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana terlihat
dalam Lampiran.4B.
4. Hakikat Kreativitas
Ausubel (1962: 99-100) membedakan istilah “kreativitas” sebagai suatu ciri
perbedaan individual yang mencakup rentang lebar dan berkesinambungan, dengan
istilah “orang kreatif” yang hanya digunakan secara terbatas untuk menyebut individu
unik yang memiliki ciri yang langka dengan kadar luar biasa, yaitu suatu kadar
tertentu yang menempatkannya secara kualitatif berbeda dari kebanyakan individu
lainnya. Kreativitas dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang bersifat divergen
sebagaimana dikatakan oleh Santrock (1988: 273), kreativitas adalah kemampuan
untuk berpikir tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak umum untuk dapat
menemukan pemecahan masalah yang unik. Menurut Santrock pada tingkatan
tertentu intelegensi dibutuhkan untuk dapat kreatif namun orang-orang yang sangat
tinggi tingkat inteligensinya bukanlah orang yang sangat kreatif.
Kreativitas merupakan sumber pengertian pusat dalam kehidupan kita. Faktor
kreativitas inilah yang membedakan manusia dari simpase, karena berkat kreativitas
manusia memiliki bahasa, nilai, ekspresi keindahan, pemahaman ilmu, teknologi dan
hal penting dan hal menarik lainnya diperoleh melalui proses pembelajaran, dan
penambahan kekayaan dan kekompleksan untuk masa depannya ( Csikszentmihalyi,
1996: 1-2).
43
Sebagaimana dikutip oleh Lefrancois (1988: 226) Palmer dan Harding
merumuskan kreativitas sebagai hasil karya cipta baru yang telah diterima oleh
umum dan selama masih dapat dipertahankan atau berguna atau memuaskan
kepentingan kelompok yang lain pada beberapa poin waktu. Bower, Bootzin, dan
Zajonc (1987: 229) menyatakan kreativitas adalah penjajaran gagasan-gagasan
dengan cara baru dan tidak biasa. Namun demikian, gagasan kreatif adalah hal yang
lebih dari hanya sekedar sesuatu yang tidak biasa, karena juga harus merupakan
sesuatu yang dapat dipraktikkan atau relevan dengan tujuan. Carin dan Sund (1978:
77) menyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Bila
manusia terlibat dalam tindakan kreatif, maka hal tersebut akan lebih menumbuhkan
konsep diri yang dimilikinya, dan akhirnya akan membuat manusia lebih sadar
sebagai individu. Sebaliknya bila kesempatan berekspresi secara kreatif tidak ada,
maka potensi yang dimilikinya akan menurun dan ini dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan mental. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan Utami
Munandar (1983: 70-76), bahwa kreativitas akan dapat ditingkatkan jika ada
dukungan budaya kreatif atau yang diistilahkan sebagai creativogenic.
Hurlock (1978) dan Rogers (1982) mendefinisikan kreativitas sebagai suatu
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, entah berupa gagasan, atau objek dalam
bentuk susunan yang baru. Sementara itu, Rogers merumuskan proses kreatif sebagai
kemunculan tindakan berupa produk baru melalui keunikan individu di satu pihak,
dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya di lain pihak (dalam Utami
Munandar, 1988: 2-3).
44
Vernon Hicks et. al (1970: 225) menyatakan bahwa kreativitas merupakan
ekspresi karena hasil pengalaman atau keinginan, yang berupa imajinasi, spontanitas,
dan keunikan. Mengingat timbulnya kreativitas salah satunya adalah karena faktor
pengalaman, maka kreativitas itu dapat juga dibentuk melalui proses belajar. Dalam
mengembangkan kreativitas, demikian Conny R. Semiawan, faktor pengalaman atau
proses belajar belumlah cukup untuk membentuk kreativitas, tetapi perlu adanya
faktor bakat.
Kreativitas sebagai kemampuan mengandung ciri kognitif, afektif, dan
motorik. Sehubungan dengan berpikir kreatif atau berpikir divergen, Guillford (1968:
34) mengemukakan bahwa informasi yang dapat diperoleh kembali melibatkan dua
jenis operasi yaitu produksi konvergen atau produksi divergen. Produksi konvergen
meliputi pencarian informasi yang spesifik untuk memecahkan persoalan yang
menuntut satu jawaban yang benar. Produksi divergen dibutuhkan untuk
menyelesaikan persoalan yang dapat dijawab dengan berbagai cara yang dapat
diterima. Guillford menemukan lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir
kreatif, yaitu (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3) orisinalitas
(originality), (4) elaborasi (elaboration), dan (5) perumusan kembali (redefinition).
Berpikir kreatif berkenaan dengan teori otak yang menyatakan bahwa kedua
belahan otak mempunyai fungsi yang berbeda. Clark (1983) menyatakan belahan otak
kiri berkaitan antara lain dengan kemampuan berpikir verbal, analitis, kritis, logis,
linier, dan relasional, sedangkan otak kanan berkaitan dengan kemampuan berpikir
non verbal, spasial, intuitif, holistik, integratif, imajinatif, dan non referensial.
45
Menurut Conny R. Semiawan (1992: 26) konsep kreativitas mencakup
integrasi dari kondisi empat ranah, yaitu (a) afektif, (b) psikomotorik, (c) kognitif,
dan (d) intuitif. Ketiga ranah yang pertama dikembangkan melalui proses belajar,
sedangkan ranah yang keempat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bakat.
Selanjutnya dikatakan, bahwa perkembangan kreativitas individu akan terjadi secara
optimal manakala terdapat bakat, dengan ditandai oleh tingkah laku kreatif yang
merupakan perpaduan dan interaksi, interpretasi dari dimensi rasio, kehidupan, emosi,
intuisi, dan bakat khusus yang menghasilkan produk tertentu.
Menurut Cipta Ginting (2003), seperti halnya inteligensi, kreativitas juga
merupakan fungsi kemampuan kognitif manusia (kognitif melibatkan proses mental
untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri). Kreativitas dan
inteligensi merupakan dua dimensi yang berbeda dari fungsi kognitif manusia
tersebut. Inteligensi mengukur pemikiran konvergen, yaitu mencari satu jawaban atau
simpulan yang logis berdasarkan informasi yang ada, sedangkan kreativitas
mengukur pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban
berdasarkan informasi yang diketahui. Sampai taraf tertentu, inteligensi dan
kreativitas berhubungan (berkorelasi) positif. Namun, pada taraf yang tinggi,
intelegensi tidak lagi menentukan derajat kreativitas tersebut, dan sebaliknya.
Berbagai penelitian pada murid sekolah dasar dan menengah menunjukkan
bahwa seperti halnya pada mereka dengan intelegensi tinggi, kelompok yang
kreativitasnya tinggi juga menonjol prestasi belajarnya. Ini menunjukkan bahwa
seperti intelegensi, kreativitas juga berperan terhadap prestasi sekolah (Cipta Ginting,
46
2003). Ia juga mengemukakan bahwa ciri orang kreatif adalah bersifat ingin tahu, dan
mencari pengalaman baru, mempunyai daya imajinasi, inisiatif, dan minat luas, serta
merasa bebas dalam berpikir dan berpendapat.
Sementara itu, Csikszentmihalyi (1996), mendeskripsikan orang yang
memiliki ciri-ciri kreatif, yang masing-masing karakter itu sekaligus menunjukkan
hubungan saling kontradiktif. Ada sepuluh ciri orang yang kreatif, yakni (1) memiliki
energi fisik, tetapi juga tenang dan santai; (2) cenderung pintar, tetapi juga naïf pada
saat bersamaan; (3) kadangkala berperilaku paradoks antara iseng(main-main) dan
disiplin (serius), antara sifat bertanggung-jawab dan tidak bertanggung-jawab; (4)
menggunakan daya imajinasi dan fantasi di satu sisi, namun berpikir secara mendasar
dan realistis di sisi lain; (5) menempatkan tendensi berlawanan pada suatu kontinum
antara ekstroversi dan introversi; (6) rendah hati, namun angkuh dalam waktu
bersamaan; (7) dalam berbagai budaya, pihak laki-laki makin maskulin, acuh,
menekankan aspek temperamennya, sedangkan wanita makin feminine, yang oleh
kedua pihak diterimanya sebagai sifat yang berlawanan; (8) suka menentang dan
bebas; (9) sangat bergairah dengan tugas/pekerjaannya, namun kadangkala juga suka
apa adanya; (10) kejujuran dan kepekaannya sering menganggap dirinya “menderita”
namun ia sangat menikmati “penderitaannya” itu..
Sebagaimana dikutip oleh Good & Brophy (1990), Guilford mengajukan
suatu perspektif kreativitas dalam model kemampuan mental yang diyakini secara
kolektif dari suatu peta atau struktur intelek, yang di dalamnya mencakup daftar
operasional mental. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang dicari dan simpanan
47
memori dapat mencakup dua jenis operasi, yakni produksi konvergen atau produksi
divergen. Dalam pandangan Guilford ini, kreativitas merupakan pelibatan pemikiran
yang divergen, seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian proses pemikiran .
Dari beberapa pendapat tentang definisi kreativitas dan juga deskripsi tentang
orang yang kreatif dapat dikemukakan bahwa terdapat kesamaan dasar yang cukup
dominan pada seseorang yang memiliki kreativitas tinggi. Mereka lebih luwes
(fleksibel), lancar, mandiri, berpikir orisinil dan mendasar, elaboratif ( berpikir secara
rinci) dan realistis dalam menanggapi gagasan atau menghadapi tantangan. Bahkan
Utami Munandar (1992: 50) secara tegas dan operasional mendefinisikan pengertian
kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
keorisinalan berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memerinci) gagasan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Edwards
(1972: 309) bahwa konsep kreativitas lebih diarahkan pada aspek berpikir kreatif.
Oleh karena itu, pengukuran yang relevan untuk kreativitas di sini adalah dengan tes
berpikir divergen, yang mengukur aspek kelancaran, keaslian, pendefinisian ulang
(redefinisi), dan kerincian gagasan.
Kelancaran ialah hal pengungkapan sebanyak mungkin gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, atau pertanyaan seseorang terhadap sesuatu yang direspons.
Kelancaran terdiri atas empat kategori, yaitu kata, ide, asosiasi, dan ekspresi
(Edwards, 1972: 309). Kelancaran kata mengacu pada pengungkapan banyaknya kata
yang mengandung huruf tertentu yang dihasilkan berkenaan dengan stimulus yang
dihadapi. Kelancaran ide mengacu pada pengungkapan banyaknya pikiran atau
48
gagasan yang diungkapkan yang tergolong dalam unit tertentu. Kelancaran asosiasi
mengacu pada pengungkapan banyaknya kata yang memiliki kesamaan makna
dengan kata tertentu. Kelancaran ekspresi mengacu pada pengungkapan sebanyak
mungkin kata yang mempunyai makna tertentu.
Keluwesan ialah hal pengungkapan berbagai macam ide untuk memecahkan suatu
masalah di luar kategori biasa. Keluwesan mencakup dua kategori. Pertama,
keluwesan spontan, yakni yang berhubungan dengan klasifikasi, dan kedua,
keluwesan adaptif (penyesuaian diri), yakni yang berhubungan dengan pembuatan
perubahan. Keaslian adalah hal yang mengacu pada pengungkapan cetusan gagasan
yang bersifat unik, baru, atau kombinasinya. Respons keaslian ini bersifat tak
berfrekuensi, maksudnya, bila permasalahan itu diajukan pada suatu kelompok,
tanggapan/respons yang disampaikan salah seorang anggota kelompok itu jarang
ditunjukkan oleh anggota lainnya. Respon keaslian pada umumnya tampak melalui
tugas-tugas mengemukakan ide-ide, judul-judul, serta isi karangan, dan lain-lain yang
bersifat unik. Keterincian adalah hal yang menunjuk pada kemampuan dalam
pemerkayaan, pengembangan, perincian dalam mengungkapkan suatu ide, objek, atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik. Ada tiga kategori keterincian, yakni akibat,
kemungkinan pekerjaan, dan sketsa (Edwards, 1972: 309).
Berdasarkan uraian di atas, konsep kreativitas dapat disimpulkan sebagai
kemampuan, kesanggupan, atau kekuatan yang mencerminkan kelancaran kata, ide,
asosiasi, ekspresi), keluwesan (spontan, adaptif), keaslian (ungkapan baru, ungkapan
unik/tidak lazim, kombinasi ungkapan baru dan ungkapan unik/tak lazim,
49
penggunaan judul unik/tak lazim, penggunaan isi unik/tak lazim, penggunaan ide
unik/tak lazim), dan keterincian (akibat, kemungkinan pekerjaan, dan sketsa) suatu
gagasan. Kemampuan kreatif biasanya diakui dan diterima dalam arti memiliki
manfaat bagi yang lain.
5. Hakikat Prestasi Belajar
Menurut Eliyas Tri Bagyo (2005: 21-26), prestasi belajar adalah tanda atau
simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar. Tanda atau simbol tersebut
biasanya dinyatakan dalam nilai angka/huruf, tanda itu melambangkan kemajuan
aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui siswa
berprestasi perlu adanya suatu evaluasi, yaitu suatu pengukuran dan penilaian yang
dilaksanakan oleh pengajar secara berkesinambungan.
Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan prestasi
belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa sebagai hasil
usaha belajarnya dalam bentuk angka/nilai, atau huruf yang menyatakan kualitas
prestasi belajar siswa tersebut. Aktivitas belajar siswa melalui berbagai pengalaman
belajar pada proses pembelajaran adalah merupakan tolok ukur tingkat keberhasilan
dalam menentukan prestasi belajar.
6. Materi Pembelajaran Fisika
Materi Pembelajaran Fisika pada penelitian ini mengambil Materi Pokok
Gerak Melingkar dengan Kompetensi Dasar Nomor. 3.2, yaitu: Memprediksi
50
besaran-besaran Fisika pada gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar berubah
beraturan, berdasarkan Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus untuk Mata
Pelajaran Fisika, untuk kelas X semester 1.
Materi Pokok : Gerak Melingkar
Uraian Materi : - Gerak Melingkar Beraturan
- Gerak Melingkar Berubah Beraturan
Pengertian dan Prinsip Penting
Gerak Melingkar adalah gerak suatu benda dalam suatu lintasan melingkar
dengan kecepatan tertentu. Gerak Melingkar dibagi dalam dua bagian, yaitu: Gerak
Melingkar Beraturan dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan
a. Gerak Melingkar Beraturan (GMB).
b. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB)
Adapun besaran-besaran utama dalam gerak melingkar ada tiga, yaitu:
perpindahan sudut θ, kecepatan sudut ω, dan percepatan sudut α. Ketiganya
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
1) Posisi sudut (θ) adalah letak keberadaan benda dalam lintasan lingkaran
dilihat dari pusat lingkaran, satuannya dalam derajat (o)atau radian (rad)
R
x ...(o) atau (rad) ............................. (1)
2) Kecepatan sudut (ω) adalah hasil bagi sudut pusat yang ditempuh benda
dengan periodenya.
51
t
.... .(rads-1) ........................................(2)
3) Percepatan sudut (α) adalah perubahan kecepatan sudut terhadap selang
waktu.
t
.... (rads-2) .......................................(3)
a. Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya
berupa lingkaran dan memiliki kecepatan sudutnya (ω) tetap terhadap waktu dan
percepatan sudutnya (α) nol.
Besaran-besaran Fisika dalam GMB sebagai berikut:
4) Periode(T) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk melakukan
satu putaran.
n
tT ...(s) ........................................................... (4)
5) Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda
dalam waktu satu satuan waktu.
t
nf ...(Hz) ................................................................. (5)
6) Kelajuan linier (v) adalah rasio antara jarak yang ditempuh oleh suatu benda
terhadap waktu yang dibutuhkan oleh benda tersebut.
fRT
Rv .2
2 ..... (ms-1) .........................................(6)
52
7) Kecepatan sudut (ω) adalah rasio antara besarnya sudut yang ditempuh oleh
suatu benda terhadap waktu yang dibutuhkan oleh benda tersebut.
fT
.22 .....(mrad-1) ..................................... (7)
8) Percepatan sentripetal (as) adalah perubahan kelajuan linier terhadap selang
waktu dan arahnya selalu menuju ke pusat lingkaran.
as = t
v
= Rv
2
…. (ms-2) .......................................... (8)
9) Gaya sentripetal (Fs) adalah gaya yang menyebabkan benda bergerak dengan
percepatan sentripetal. Pada suatu gerak melingkar selalu diperlukan resultan
gaya ke arah pusat lingkaran yang bekerja pada benda bermassa m, agar
benda itu mengalami percepatan sentripetal sebesar as.
Fs = m.as …. (N) .......................................................(9)
Gaya sentripetal dapat diaplikasikan dalam beberapa peristiwa, seperti:
a) Sebuah batu yang diikat pada ujung seutas tali dan diputar mendatar atau
tegak di atas kepala. Gaya sentripetal diberikan oleh tegangan tali (T)
53
b) Sebuah mobil yang sedang membelok. Gaya sentripetal diberikan oleh
gaya gesekan (f) antara ban mobil dengan jalan aspal.
c) Sepeda motor pada tikungan yang tajam
d) Mobil yang sedang menaik atau menurun pada lintasan berbentuk
setengah lingkaran
e) Permainan komedi putar, drummollen, roll coaster, gelombang air dan
sebagainya di arena sirkus.
f) Ayunan kerucut
g) Hubungan roda-roda, baik itu seporos, bersinggungan, maupun hubungan
tak langsung dengan rantai, atau sabuk.
h) Gaya sentripetal diberikan oleh gaya tarik gravitasi bumi pada bulan..
54
b. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB) adalah gerak suatu benda yang
lintasannya berupa lingkaran dan kecepatan sudutnya (ω) berubah terhadap waktu
atau percepatan sudutnya (α) konstan. Oleh karena itu benda mengalami
percepatan tangensial (at).
10) . Percepatan tangensial (at) adalah perubahan kelajuan linier terhadap selang
waktu dan searah dengan arah kelajuan linier tersebut.
at = α R …. (ms-2) ...................................................(10)
11) . Percepatan sentripetal ini berfungsi untuk mengubah arah kelajuan linier;
sedangkan percepatan tangensial berfungsi untuk mengubah besar kelajuan
linier sehingga perpaduan keduanya yang saling tegak lurus akan
menghasilkan percepatan total sebesar a.
a = aa ts
22 …. (ms-2) ...........................................(11)
Hubungan antara rumus-rumus yang berlaku dalam GMB dan GMBB
1) T = n
t
2) f = t
n T =
f
1 dan f =
T
1 v
3) v = T
R2
4) ω = T
2 v = ω R
55
5) as = t
v
= Rv
2
6) at = R α a = aa ts
22
7) α = t
8) Fs = m.as
B. Penelitian yang Relevan
1. Sumarsono (2005) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa:”Terdapat
interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif model STAD dan
model jigsaw dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada
pokok bahasan tegangan dan arus bolak-balik.”
2. Widha Sunarno (1998) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa : “Model
animasi simulasi dengan bantuan komputer dapat digunakan untuk menjaring dan
mereduksi miskonsepsi dinamika serta memberikan/menumbuhkan
minat/motivasi (ketertarikan dan perasaan gembira) di dalam diri siswa.”
3. Literzet Sobri (2004) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa :”Terdapat
pengaruh pembelajaran dengan menggunakan media komputer terhadap
kemampuan konkret dan kemampuan abstrak”.
4. Ninik Hardiati, Suparmi, Cari, Widha Sunarno (2004) menyimpulkan bahwa :
“….media pembelajaran sangat diperlukan dalam mempelajari Fisika terutama
untuk membuat siswa belajar dengan kondisi yang menyenangkan. Media animasi
simulasi komputer ini sangat diperlukan untuk mempelajari topik-topik Fisika di
56
mana untuk menampilkannya secara konkret agak rumit, sebagai contohnya
adalah getaran harmonis”.
5. Thomas Suharmanto (2006) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa :
“Pembelajaran berbasis media komputer dapat meningkatkan kemampuan
kognitif siswa”.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Modul
dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika
Prestasi Belajar Fisika siswa merupakan cerminan kesanggupan atau
kemahiran siswa dalam menguasai materi pelajaran Fisika. Prestasi Belajar Fisika
tersebut terukur melalui kesanggupan siswa dalam menuntaskan semua kompetensi
dasar yang ada pada mata pelajaran tersebut, yang salah satunya adalah kemampuan
siswa dalam menguasai konsep Gerak Melingkar.
Baik-buruknya, tercapai tidaknya kompetensi siswa dalam menguasai
konsep Gerak Melingkar tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh Media
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam konteks penelitian ini, Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga
dipilih oleh peneliti dengan dugaan agar Prestasi Belajar Fisika siswa meningkat
mencapai hasil yang memuaskan, sehingga kompetensi-kompetensi yang digariskan
dalam tujuan pembelajaran fisika, khususnya aspek Gerak Melingkar pun cepat
tercapai. Menurut pemikiran peneliti, siswa yang diajar dengan menggunakan Media
57
Pembelajaran Media Pembelajaran Power Point akan lebih menarik, dan merangsang
kegairahan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga pencapaian hasil pun lebih
baik. Tayangan slide-slide melalui Power Point lebih mampu mengatasi terjadinya
miskonsepsi di kalangan siswa. Dengan tayangan tersebut, akan membuat konsep-
konsep fisika yang semula abstrak mampu divisualisasikan secara konkret sehingga
kesalahpahaman, kesalahpenafsiran siswa akan materi Fisika (khususnya konsep
Gerak Melingkar) bisa diminimalisir. Selain itu, dengan tayangan slide lewat Power
Point siswa lebih menikmati pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan,
secara cermat mengamati detail-detail tayangan Power Point dengan seksama. Siswa
akan lebih aktif berpikir, responsif menganalisis tayangan, dan kreatif dalam
memecahkan masalah. Dengan pembelajaran model demikian, semua kompetensi
yang dimiliki siswa akan diberdayakan baik dari aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya melalui Power Point yang telah disajikan. Aktivitas semacam itu
jelas-jelas tidak mungkin bisa dilaksanakan kalau pembelajaran fisika hanya
bertumpu pada Modul (bahan ajar tertulis).
Modul merupakan bahan ajar tertulis yang dirancang sedemikian rupa agar
siswa secara mandiri mampu mempelajarinya. Bila siswa tidak memiliki kegemaran
membaca, kebiasaan membaca, dan taraf kemampuan membacanya tidak andal maka
bisa jadi pesan-pesan informasi yang dikomunikasi lewat Modul sukar dicerna dan
dipahami dengan baik. Akibatnya kesalahpahaman mudah terjadi. Selain itu, melalui
modul tersebut, siswa tidak begitu terangsang bergairah mengikuti pembelajaran,
bosan dan agak enggan membaca. Lebih-lebih bila isi Modul sulit sekali dipelajari,
58
mungkin siswa tidak mau meneruskan dan malas mempelajarinya. Akibat lebih lanjut
berdampak pada pencapaian hasil pelajaran menjadi rendah.
Berdasarkan pemikiran tersebut, diduga pembelajaran Fisika yang
dilaksanakan dengan Media Pembelajaran Power Point akan mempengaruhi Prestasi
Belajar Fisika siswa. Artinya, siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point lebih baik hasil atau pretasi belajarnya daripada yang diajar dengan melalui
Modul.
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi
Belajar Fisika
Siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi cenderung lebih luwes (fleksibel),
lancar, mandiri, berpikir orisinil dan mendasar, elaboratif ( berpikir secara rinci) dan
realistis dalam menanggapi gagasan atau menghadapi tantangan. Sifat-sifat dan sikap
seperti itu sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar agar prestasi belajar yang terkait
dengan pemahaman dan penguasaan konsep Gerak Melingkar menjadi baik.
Belajar konsep Gerak Melingkar pada hakikat merupakan aktivitas siswa
dalam mendayakan semua pikirannya atau kemampuan intelektualnya untuk
memahami, menafsirkan, dan menguasai secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik berkenaan dengan konsep-konsep Gerak Melingkar. Oleh sebab itu,
hasil pemahaman dan penguasaan siswa merupakan gambaran seberapa kedalaman
dan kemeluasan wawasan siswa tentang konsep Gerak Melingkar tersebut. Siswa
yang kurang luas wawasan, pengetahuan dan pengalamannya, cenderung kurang
59
lancar, mahir, terampil dalam menguasai konsep yang diberikan. Hal ini dapat
disadari karena sesuatu yang harus disampaikan tidak mendukung, ide-ide yang
terbatas membuat kemacetan dalam memahai dan menguasai konsep yang dipelajari.
Berpijak pada hal itu, agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-
konsep yang berkenaan dengan gerak melingkar diperlukan pemikiran yang kritis dan
kreativitas yang tinggi. Tanpa itu, cenderung siswa akan susah bagaimana
menganalisis, menilai, menafsirkan, dan mengkonstruksikan kembali pikirannya ke
dalam pemahaman dan penguasaan konsep Gerak Melingkar yang dikajidalaminya.
Di samping itu, dengan kreativitas yang tinggi, cenderung siswa akan belajar
semaksimal mungkin dengan cara-caranya sendiri. Dia akan mengoptimalkan segala
kemampuan berpikirnya untuk mencari beberapa solusi yang sekiranya cocok
digunakan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar yang dihadapinya. Segala
tantangan akan ditempuhnya demi sebuah cita-cita yaitu memperoleh hasil atau
prestasi belajar yang tinggi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, diduga siswa yang memiliki kreativitas
tinggi, prestasi belajar fisikanya juga tinggi daripada siswa yang kreativitasnya
rendah. Artinya, siswa yang memiliki kreativitas tinggi, diduga prestasi belajar
fisikanya lebih baik daripada yang memiliki kreativitas rendah.
3. Interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas Siswa terhadap
Prestasi Belajar Fisika
60
Interaksi diartikan sebagai gejala yang berbeda dari perlakuan utama
sekiranya variabel-variabel utama tersebut diintervensi oleh variabel lain. Dalam
konteks penelitian ini akan dilihat gejala yang berbeda dari Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga
dengan Kreativitas Tinggi dan Rendah. Seberapa besar perbedaan di antara semua
kelompok siswa tersebut yang terdiri atas kelompok siswa dengan kreativitas tinggi
diajar dengan Media Pembelajaran Power Point, kelompok siswa dengan Kreativitas
Tinggi diajar dengan Media Pembelajaran Modul, kelompok siswa dengan
Kreativitas Rendah diajar dengan Media Pembelajaran Power Point, dan kelompok
siswa dengan Kreativitas Rendah diajar dengan Media Pembelajaran Modul.
Keberhasilan penggunaan Media Pembelajaran dipengaruhi pula oleh
Kreativitas siswa. Dengan Kreativitas tersebut, siswa akan berusaha memahami,
menafsirkan, menilai, menganalisis secara rasional, kritis, dan kreatif materi yang
sedang dipelajarinya. Orientasi siswa dalam menentukan cara dan intensitas kegiatan
belajarnya sangat ditentukan oleh Kreativitas tersebut. Oleh karena itu terdapat
hubungan timbal balik antara Media Pembelajaran dengan Kreativitas siswa.
Keefektifan penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
akan lebih besar terlihat pada proses belajar-mengajar yang siswanya mempunyai
Kreativitas Tinggi. Sebaliknya penggunaan Media Pembelajaran Modul dilengkapi
Alat Peraga tidak akan berbeda secara substansial melalui Modul dalam proses
belajar-mengajar yang siswanya mempunyai Kreativitas Rendah. Dengan demikian,
baik Media Pembelajaran maupun Kreativitas sama-sama mempunyai pengaruh
61
terhadap Prestasi Belajar Fisika, sehigga dapat diduga terdapat interaksi antara
Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa. Secara
visual pemikiran tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut.
Gambar 1. Alur Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, jawaban sementara terhadap masalah
dalam penelitian ini dirumuskan dalam tiga hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan
Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa kelas X
semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
2. Terdapat pengaruh antara Kreativitas Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar
Fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran
2006/2007.
Siswa dengan Kreativitas
Pembelajaran Fisika
ModulDilengkapiAlat Peraga
MMPembelajaranPower Point
DisertaiAnimasi
Prestasi BelajarFisika
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
62
3. Terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas siswa terhadap
Prestasi Belajar Fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun
pelajaran 2006/2007.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta Jalan Mr. Muh. Yamin
No.79 Surakarta. Perlakuan penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 1
tahun pelajaran 2006-2007.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan
rancangan faktorial 2 x 2.
Subjek penelitian ini dibagi atas dua kelompok secara acak dengan membagi
kelompok berdasarkan kelas, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding
(kontrol). Kelompok eksperimen diajar dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi. Hal mengenai langkah-langkah (prosedur) mengajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi ini dapat dilihat pada skenario
pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kelompok
pembanding (kontrol) diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat
Peraga. Kelompok kelas eksperimen dilakukan di kelas X-2 dan X-8, sedangkan
kelompok kelas pembanding (kontrol) nya adalah siswa kelas X-1 dan X-4 .
Menurut Nunan (1992), desain penelitian yang digunakan ialah eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 2 terlihat pada gambar berikut:
64
Media Pembelajaran (A)
Power PointDisertai Animasi
(1)
ModulDilengkapi AlatPeraga
(2)
KreativitasTinggi
(1)A1 B1 A2 B1
(B) Rendah (2)
A1 B2 A2 B2
Total
Gambar 2. Rancangan Eksperimen Faktorial 2 X 2
Keterangan:
A1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai AnimasiA2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat PeragaB1 : Kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggiB2 : Kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendahA1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggiA2B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggiA1B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas rendahA2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Sesuai rancangan di atas, maka variabel-variabel penelitian di sini dapat
dideskripsikan (1) variabel bebas, terdiri dari Media Pembelajaran dan Kreativitas.
Media Pembelajaran terdiri dari (a) Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi dan (b) Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Kreativitas
siswa yang dibedakan (a) Kreativitas Tinggi dan (b) Kreativitas Rendah; dan (2)
variabel terikat, yakni Prestasi Belajar Fisika.
65
Secara operasional variabel Prestasi Belajar Fisika, Media Pembelajaran dan
Kreativitas dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar Fisika adalah nilai tes siswa yang diukur melalui tes gerak
melingkar setelah usai proses pembelajaran, baik yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga.
2. Media Pembelajaran merupakan media dalam proses belajar-mengajar yang
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual maupun verbal,
agar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Media pembelajaran ini dapat
berupa buku, modul, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio, komputer
dan alat peraga. Klasifikasi jenis media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak
diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan, (3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia
Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit.
3. Kreativitas yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah kreativitas verbal,
yaitu kemampuan siswa dalam berpikir secara divergen dengan menggunakan
kata-kata verbal sebagai aktualisasi pemikirannya. Kemampuan ini tergambar
setelah siswa mampu menyelesaikan tes kreativitas yang diujikan oleh peneliti
dengan indikator (1) mampu menyusun permulaan kata, (2) menyusun kata, (3)
membentuk kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macam-macam
penggunaan, dan (6) apa akibatnya.
66
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian yang menjadi sasaran (target) penelitian ialah siswa SMA
Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007. Adapun sampel
penelitian ini diambil dengan teknik multistage cluster random sampling. Adapun
tahapan pengambilannya dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Tahapan pertama, mengacak secara kelompok dua kelas X di SMA Negeri 7
Surakarta dari jumlah semua kelas X yang ada di SMA Negeri terebut. Dari
langkah ini terambil secara random kelas X-2 dan X-8 sebagai kelas ekspermen
dan kelas X-1 dan X-4 sebagai kelas pembanding (kontrol).
2. Tahapan kedua, menentukan secara acak anggota sampel dari masing-masing
kelas X yang telah terpilih pada langkah pertama, yang dikenakan sebagai
kelompok yang akan diberi perlakuan. Dalam tahap ini ditentukan semua anggota
sampel tiap kelas dari kelas X yang ada.
Dalam rancangan tersebut jumlah sampel seluruhnya 80 orang siswa,
terdiri dari 40 siswa sebagai kelompok eksperimen (yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi) dan 40 siswa sebagai kelompok
pembanding/kontrol (yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat
Peraga.). Tiap-tiap sel pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding,
terisi sejumlah responden (siswa) sesuai dengan kategori kreativitas yang dimiliki.
Untuk mengategorikan kreativitas siswa ke dalam kelompok tinggi dan rendah,
peneliti menggunakan tes kreativitas verbal dengan ketentuan, siswa yang
67
memperoleh nilai di atas rata-rata kelas dimasukkan kelompok tinggi. Sementara itu,
siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas digolongkan kelompok rendah.
Berdasarkan tes kreativitas tersebut, jumlah siswa yang mengisi setiap sel pada
rancangan faktorial 2x2 eksperimen ini dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Media Pembelajaran (A)
Power Pointdisertai Animasi
(1)
Moduldilengkapi Alat Peraga.
(2)
Total
KreativitasTinggi
(1)20 20 40
(B) Rendah (2)
20 2040
Total 40 40 80
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini ada
dua macam, yaitu (1) tes prestasi belajar fisika tentang konsep gerak melingkar; dan
(2) tes kreativitas.
Instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas diujikan lebih dahulu
sebelum eksperimen dilaksanakan untuk menetapkan siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dan rendah yang nantinya akan ditempatkan pada dua kelompok perlakuan
yaitu kelompok eksperimen (kolom A1) dan kelompok pembanding atau kontrol
68
(kolom A2) sesuai dengan atribut pemilikan kreativitas yang dicapai (baris B1 atau
baris B2) pada desain penelitian faktorial di atas.
Sementara itu, tes prestasi belajar fisika mengenai gerakan melingkar diujikan
setelah eksperimen dilaksanakan. Tes prestasi belajar fisika mengenai gerak
melingkar ini diujikan baik pada kelas eksperimen maupun kelas pembanding.
Indikator yang dinilai untuk tes prestasi belajar fisika mengenai gerak
melingkar adalah (1) menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB),
(2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), (3)
merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar, (4) mendeskripsikan
aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari, (5) mendeskripsikan konsep
gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan, dan (5) menjelaskan hubungan
gerakan planet, satelit, dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar.
Untuk mencermati secara jelas beberapa indikator pada tes prestasi belajar fisika,
pembaca dipersilakan melihat Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika tentang
Gerak Melingkar pada Lampiran 1A, halaman 124; sedangkan untuk mencermati isi
secara lengkap soal tes tersebut, pembaca dipersilakan melihat Lampiran 2A pada
halaman 127-132.
Tes kreativitas dalam penelitian ini berupa tes kreativitas verbal, yaitu tes
kemampuan siswa dalam berpikir secara divergen dengan menggunakan kata-kata
verbal. Tes ini mengacu pada tes kreativitas verbal dari Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia (2007) Indikator tes kreativitas ini dijabarkan ke dalam enam
hal yang mengukur tentang (1) permulaan kata, (2) menyusun kata, (3) membentuk
69
kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macam-macam penggunaan, dan (6)
apa akibatnya. Secara lengkap tampilan kisi-kisi instrumen tes kreativitas ini dapat
dilihat pada Lampiran 1B, halaman 126. Sementara itu, untuk mencermati isi secara
lengkap soal-soal tes kreativitas tersebut, pembaca dipersilakan melihat Lampiran
2B pada halaman 139-149. Jumlah soal tes kreativitas ini ada 24 butir soal.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan Hasilnya
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penelitian
perlu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Ujicoba
dilakukan di kelas X terpilih (X-2, X-8, dan X-1, X-4) selain anggota sampel, tetapi
masih dalam memiliki karakteristik yang homogen dengan populasi.
Untuk mengetahui tingkat validitas butir soal tes prestasi belajar fisika
mengenai gerak melingkar digunakan rumus Korelasi Biserial Titik (Point Biserial).
Ada pun rumus korelasi biserial titik adalah sebagai berikut:
pbir =
i
i
x
x
q
p
Keterangan:
rata-rata skor untuk yang menjawab benar
x rata-rata skor untuk seluruhnya
ip proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)
iq 1 - ip
x standar deviasi total semua responden
(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:122)
70
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir tes prestasi belajar fisika mengenai
gerak melingkar digunakan rumus reliabilitas KR-20 sebagai berikut:
20KRr
1k
k 2
2
t
t
SD
pqSD
Keterangan:
k = banyak butir pernyataan yang valid2tSD = varians skor total2iSD = varians skor butir ke-i
p = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar butir ke-iq = 1- p
(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:145).
Sementara itu, uji validitas dan reliabilitas untuk tes kreativitas tidak
dilakukan secara empirik. Uji validitas pada tes kreativitas hanya dilaksanakan
dengan validitas konstruk ( construct validity ). Artinya, validitas diuji dengan
mengacu pada teori-teori yang digunakan. Apakah indikator-indikator yang
dijabarkan dari definisi konseptual kreativitas sudah mengukur tentang kreativitas itu
sendiri. Bila dicermati ternyata jabaran indikator itu telah sesuai dengan konsep teori
kreativitas, maka tes kreativitas tersebut dianggap valid. Pertimbangan lain, dalam tes
kreativitas, responden memang diminta menjawab soal dengan jawaban sebanyak
mungkin. Jawaban yang banyak dari setiap nomor soal itulah yang mencerminkan
tingkat kreativitas mereka. Jadi, di sini peneliti tidak perlu harus membuang sebagian
soal tersebut atas dasar didrop (tidak valid) karena perhitungan statistik.
Hasil analisis uji validitas butir tes prestasi belajar fisika mengenai gerak
melingkar yang dihitung dengan rumus korelasi point biserial (r -pbi), ternyata dari
71
35 butir soal yang diujicobakan, yang dinyatakan valid ada 30 butir, sedangkan yang
didrop (tidak valid) ada lima butir, yaitu butir soal nomor 4, 8, 19, 25, dan 32 karena
koefisien validitas untuk kelima butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni
0,361 (pada n=30 taraf nyata 0,05) atau rh < rt. (lihat Lampiran 3A halaman 150-
155).
Sementara itu, hasil uji reliabilitas tes prestasi belajar fisika mengenai gerak
melingkar yang dihitung dengan rumus KR-20 dihasilkan nilai koefisien reliabilitas
sebesar 0,94 (lihat Lampiran 3B halaman 156-158). Hal ini berarti instrumen tes
prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar dinyatakan reliabel.
G. Pelaksanaan Perlakuan
Berdasarkan survei awal dengan guru fisika di SMA Negeri 7 Surakarta yang
mengajar siswa kelas X yang akan diteliti, dapat disimpulkan bahwa di antara
kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (kontrol) tidak terdapat perbedaan
mendasar yang dapat menimbulkan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar
fisika mengenai konsep gerak melingkar siswa. Konsekuensinya, dapat diasumsikan
bahwa kemampuan awal siswa adalah sama. Hal ini terbukti dari penjelasan sebagian
besar guru yang mengajar menjelaskan bahwa sistem pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional, kritis, dan kreatif yang
diwujudkan dalam bentuk Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
72
maupun dalam bentuk Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga belum
pernah dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti membedakan perlakuan terhadap kelas
eksperimen dengan kelas pembanding. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Perlakuan pada Kelas Eksperimen
Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas eksperimen diberikan
perlakuan sebanyak 12 kali pertemuan. Materi-materi yang diberikan berdasarkan
beberapa tahap yang digunakan dalam pembelajaran dengan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi
Cara-cara pembelajaran fisika dengan materi gerak melingkar yang
disampaikan dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dapat dilihat
pada Lampiran 4A halaman 159. Sementara itu, langkah-langkah pembelajaran
fisika dengan materi gerak melingkar yang disampaikan dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga dapat pada Lampiran 4B halaman 160.
H. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing-masing
variabel. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian ini ialah
teknik analisis varians (ANAVA) dua jalan pada taraf signifikansi 05,0 dan
73
01,0 . Bila hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan dan interaksi, maka
analisis dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Sebelum data penelitian itu dianalisis secara statistik, perlu dilakukan uji
persyaratan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas populasi. Uji normalitas
yang dilakukan menggunakan uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya
menggunakan uji Bartlett, dengan taraf kepercayaan 05,0 .
I. Hipotesis Statistik
Untuk menguji hipotesis nol (Ho), hipotesis statistik dirumuskan sebagai
berikut:
1. H0 : µ A1 = µ A2
H1 : µ A1 > µ A2
2. H0 : µ B1 = µ B2
H1 : µ B1 > µ B2
3. H0 : A x B = 0 H1 : A x B > 0
Keterangan:µA1: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi . µA2: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.µB1: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi.µB2: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki Kreativitas Rendah.A = Media PembelajaranB = Kreativitas siswa
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan analisis data akan
dideskripsikan pada bagian ini. Berkenaan dengan hal itu, bab IV ini secara berturut-
turut memaparkan (1) deskripsi data, (2) hasil uji persyaratan, (3) hasil pengujian
hipotesis, (4) pembahasan, dan (5) keterbatasan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
A. Deskripsi Data
Sajian data yang dideskripsikan pada bagian ini adalah:(1) skor Prestasi
Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi;(2) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga;(3) skor Prestasi Belajar Fisika siswa
yang memiliki kreativitas tinggi;(4) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki
kreativitas rendah;(5) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk kelompok siswa yang memiliki
kreativitas tinggi;(6) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk kelompok siswa yang memiliki
kreativitas rendah; (7) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk kelompok siswa yang memiliki
kreativitas tinggi; dan (8) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan
75
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk kelompok siswa yang
memiliki kreativitas rendah.
1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi (Kolom 1 =A1)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi tanpa membedakan kreativitas mereka, secara keseluruhan
memiliki rentangan (range) 54, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 97.
Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean)
sebesar 68,38; modus sebesar 46; median sebesar 69; varians sebesar 275,78; dan
simpangan baku (standar deviasi) sebesar 16,61. (Harga-harga statistik deskriptif ini,
penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi
skor prestasi belajar fisika data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)
Interval f absolut frelatif (%)
43 – 50 7 17,5051 – 58 6 15,0059 – 66 5 12,5067 – 74 8 20,0075 – 82 5 12,5083 – 90 3 7,5091 – 98 6 15,00Jumlah 40 100,00
76
Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.
Fre
kuen
si A
bsol
ut10
8
6
4
2
0
6
3
5
8
5
6
7
42,5 50,5 58,5 66,5 74,5 82,5 90,5 98,5
Gambar 3. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi (A-1)
2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 =A2)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
tanpa membedakan kreativitas mereka, secara keseluruhan memiliki rentangan
(range) 38, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 81. Prestasi Belajar Fisika
siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 61,40; modus
sebesar 59; median sebesar 60,5; varians sebesar 62,14; dan simpangan baku
(standar deviasi) sebesar 7,88. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya
77
dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi
belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)
Interval f absolut frelatif (%)
43 – 50 3 7,5051 – 58 8 20,0059 – 66 19 47,5067 – 74 8 20,0075 – 82 2 5,00Jumlah 40 100,00
Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di
atas, dapat ditunjukkan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut
Fre
kuen
si A
bsol
ut
20
15
10
5
02
8
19
8
3
42,5 50,5 58,5 66,5 74,5 82,5
Gambar 4. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)
78
3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Baris 1 =B1)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi tanpa
membedakan Media Pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki
rentangan (range) 35, dengan skor terendah 62 dan skor tertinggi 97. Prestasi belajar
fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 74,80;
modus dan median sebesar 70; varians sebesar 112,78; dan simpangan baku (standar
deviasi) sebesar 10,62 (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya
dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi
belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswayang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)
Interval f absolut frelatif (%)
62 – 67 10 25,0068 – 73 14 35,0074 – 79 3 7,5080 – 85 6 15,0086 – 91 2 5,0092 – 97 5 12,50Jumlah 40 100,00
Mengacu pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.
79
Fre
kuen
si A
bsol
ut
16
14
12
10
8
6
4
2
0
5
2
6
3
14
10
61,5 67,5 73,5 79,5 85,5 91,5 97,5
Gambar 5. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)
4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Baris 2
=B2)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah tanpa
membedakan Media Pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki
rentangan (range) 25, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 68. Prestasi belajar
fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 54,98;
modus sebesar 59; median sebesar 57; varians sebesar 48,54; dan simpangan baku
(standar deviasi) sebesar 6,97 (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya
dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap
80
dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi
belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)
Interval f absolut frelatif (%)
42 – 47 9 22,5048 – 53 5 12,5054 – 59 20 50,0060 – 65 4 10,0066 – 71 2 5,00Jumlah 40 100,00
Bertolak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut
Frek
uens
i Abs
olut
25
20
15
10
5
02
4
20
5
9
41,5 47,5 53,5 59,5 65,5 71,5
Gambar 6. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)
81
5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (Sel 1 =A1B1)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi ini, secara keseluruhan
memiliki rentangan (range) 27, dengan skor terendah 70 dan skor tertinggi 97.
Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean)
sebesar 82,15; modus sebesar 70; dan median sebesar 81; varians sebesar 90,13; dan
simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,49. (Harga-harga statistik deskriptif ini,
penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi frekuensi
skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)
Interval f absolut frelatif (%)
70 – 75 6 30,0076 – 81 5 25,0082 – 87 2 10,0088 – 93 4 20,0094 – 99 3 15,00Jumlah 20 100,00
Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.
82
Fre
kuen
si A
bsol
ut
7
6
5
4
3
2
1
0
3
4
2
5
6
69,5 75,5 81,5 87,5 93,5 99,5
Gambar 7. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)
6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah (Sel 2 =A1B2)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah ini,
secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 25, dengan skor terendah 43 dan skor
tertinggi 68. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-
rata (mean) sebesar 54,60; modus sebesar 46; skor median sebesar 54; varians
sebesar 76,46; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,74. (Harga-harga
statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas
83
Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188).
Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)
Interval f absolut frelatif (%)
40 – 45 2 10,0046 – 51 8 40,0052 – 57 3 15,0058 – 63 2 10,0064 – 69 5 25,00Jumlah 20 100,00
Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.
Frek
uens
i Abs
olut
10
8
6
4
2
0
5
2
3
8
2
39,5 45,5 51,5 57,5 63,5 69,5Gambar 8. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)
84
7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (Sel 3 =A2B1)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi ini,
secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 19, dengan skor terendah 62 dan skor
tertinggi 81. Prestasi belajar fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-
rata (mean) sebesar 67,45; modus sebesar 62; skor median sebesar 66,5; varians
sebesar 27,63; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5,26. (Harga-harga
statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas
Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188).
Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)
Interval f absolut frelatif (%)
59 – 62 5 25,0063 – 66 5 25,0067 – 70 7 35,0071 – 74 1 5,0075 – 78 1 5,0079 – 82 1 5,00Jumlah 20 100,00
Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.
85
Fre
kuen
si A
bsol
ut
8
7
6
5
4
3
2
1
0
111
7
55
58,5 62,5 66,5 70,5 74,5 78,5 82,5
Gambar 9. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar denganMedia Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)
8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah (Sel 4 =A2B2)
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah ini,
secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 16, dengan skor terendah 43 dan skor
tertinggi 59. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-
rata (mean) sebesar 55,35; modus sebesar 59; median sebesar 57; varians sebesar
22,87; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,78. (Harga-harga statistik
deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program
86
Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi
frekuensi skor prestasi belajar fisika tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)
Interval f absolut frelatif (%)
40 – 43 1 5,0044 – 47 1 5,0048 – 51 2 10,0052 – 55 4 20,0056 – 59 12 60,00Jumlah 20 100,00
Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas,
dapat digambarkan histogram frekuensi skor untuk data ini sebagai berikut.
Frek
uens
i Abs
olut
14
12
10
8
6
4
2
0
12
4
2
11
39,5 43,5 47,5 51,5 55,5 59,5
Gambar 10. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa
yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)
87
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians (Anava) Dua Jalur/Jalan.
Setelah itu dilanjutkan dengan uji perbedaan nilai mean dua kelompok perlakuan
dengan uji-Tuckey. Sebelum analisis dengan teknik Anava Dua Jalan ini dilakukan,
data yang akan dianalisis harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan itu
mencakup (1) keacakan data sampel penelitian, (2) data berasal dari populasi
penelitian yang berdistribusi normal, dan (3) data penelitian dari kelompok-kelompok
perlakuan berasal dari populasi penelitian yang homogen.
Untuk keacakan data sampel tidak dilakukan pengujian formal dengan teknik
statistik, tetapi didasarkan pada asumsi bahwa sampel yang menjadi subjek dalam
setiap kelompok perlakuan dipilih secara acak dari populasi penelitian. Sementara itu,
pemenuhan persyaratan kedua bahwa data sampel tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka perlu dilakukan melalui pengujian normalitas data
penelitian dengan menggunakan teknik uji Lilliefors. Setelah persyaratan keacakan
dan kenormalan terpenuhi, persyaratan ketiga yang terkait dengan kehomogenan
varians populasi untuk seluruh kelompok perlakuan juga perlu diuji. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan teknik uji-Bartlett.
Berikut ini dipaparkan hasil pengujian normalitas distribusi populasi
penelitian dan selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians populasi data
hasil penelitian secara gabungan.
88
Pengujian normalitas data penelitian ini dilakukan terhadap delapan kelompok
data, yaitu: (1) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi. (A1); (2) skor Prestasi Belajar Fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A2).;
(3) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi (B1); (4) skor
Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah (B2); (5) skor Prestasi
Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi (A1B1), (6) skor
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (A1B2); (7)
skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi
(A2B1); dan (8) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki
kreativitas rendah (A2B2).
1. Uji Normalitas Data
a. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi (A1)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Kolom A1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1031 (lihat Lampiran 8A,
halaman 171-172). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan
89
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A2)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Kolom A2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1179 (lihat Lampiran 8B,
halaman 173-174). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
c. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (B1)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Baris B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1386 (lihat Lampiran 8C,
halaman 175-176). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
90
Fisika yang ada pada kelompok ini (=Baris B1) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
d. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah (B2)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Baris B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1310 (lihat Lampiran 8D,
halaman 177-178). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Baris B2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
e. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (A1B1)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Sel A1B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1315 (lihat Lampiran 8E,
halaman 179). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf
nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo
lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (=Sel A1B1) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
91
f. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah (A1B2)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Sel A1B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1865 (lihat Lampiran 8F,
halaman 180). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf
nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0, 1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo
lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Sel A1B2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
g. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Siswa yang
Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Sel A2B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1808 (lihat Lampiran 8G,
halaman 181). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf
nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo
lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Sel A2B1) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
92
h. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Siswa yang
Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)
Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini
(= Sel A2B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1236 (lihat Lampiran 8H,
halaman 182). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf
nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo
lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar
Fisika yang ada pada kelompok ini (= Sel A2B2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk menguji kesamaan
variansi nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan kelompok-kelompok nilai yang ada
pada tiap sel (A1B1, A1B2, A2B1, A2B2). Teknik statistik yang digunakan untuk
kepentingan ini sebagaimana disebutkan pada Bab III adalah dengan teknik uji
Bartlett. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang
menyatakan bahwa varians skor Prestasi Belajar Fisika dilihat dari kelompok-
kelompok tersebut adalah homogen pada taraf nyata α = 0,05, melawan hipotesis
tandingannya (H1) yang menyatakan bahwa varians skor prestasi belajar fisika dilihat
dari kelompok-kelompok nilai tersebut tidak homogen pada taraf nyata yang sama.
93
Kriteria pengujian yang digunakan ialah bahwa H0 ditolak jika ternyata harga
2hitung lebih kecil atau sama dengan 2
tabel pada taraf nyata α =0,05. Sebaliknya,
jika harga 22tabelhitung pada taraf nyata α =0,05, maka H0 yang menyatakan bahwa
varians skor homogen diterima.
Pengujian homogenitas varians nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan
kelompok di sel A1B1, kelompok di sel A1B2, kelompok di sel A2B1, dan kelompok
di sel A2B2 menghasilkan 2hitung 28,9904. Dari tabel distribusi chi-kuadrat
dengan dk (derajat kebebasan) 3 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh 2ttabel = 7,81 yang
jauh lebih kecil daripada 2hitung . Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian,
hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai Prestasi Belajar Fisika dilihat dari
kelompok-kelompok skor di sel A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 diterima.
Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan
kelompok-kelompok antarsel bersifat homogen. Secara lengkap penghitungan untuk
uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 183-184.
Berdasarkan kedua hasil pengujian persyaratan analisis di atas memberikan
kesimpulan bahwa persyaratan analisis yang diperlukan untuk analisis varians dua
jalan telah terpenuhi, sehingga layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut dalam
melihat perbedaan pengaruh Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi
Belajar Fisika pada kelompok perlakuan.
94
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (Ho)
yang diajukan ditolak, atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis
alternatif (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan yang telah disebutkan pada Bab
III, pengujian hipotesis penelitian diuji dengan teknik statistik Analisis Varians Dua
Jalan. Teknik analisis statistik tersebut digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
secara keseluruhan. Maksud keseluruhan di sini adalah (1) apakah terdapat perbedaan
pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi.dan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika; (2)
apakah terdapat perbedaan pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap Prestasi
Belajar Fisika; dan (3) apakah terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan
kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa.
Sebelum pengujian hipotesis penelitian ini dikemukakan, berikut ini
ditampilkan tabel rangkuman hasil analisis statistik Anava Dua Jalan yang digunakan.
Tabel 11. Rangkuman Hasil ANAVA Dua Jalan pada Desain Faktorial 2x2
Sumber db JK RJK F-hitung F-tabel
Variasi (Fh) (Ft)Antar Kolom (A) 1 973,01 973,01 17,92 3,97Antar Baris (B) 1 7860,61 7860,61 144,84 3,97Interaksi (AXB) 1 1193,52 1193,52 21,99 3,97Antar Kelompok 3 10027,14 3342,38 - -Dalam Kelompok 76 4124,85 54,27 - -Total Direduksi 79 14151,99 179,13 - -Rerata 1 336831,01 336831,01Total 80 350983 4387,28 - -
95
1. Pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar
Fisika
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel
Anava di atas diperoleh F-hitung dari sumber variasi antar kolom (A) sebesar 17,92.
Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76 pada taraf α =
0,05 diketahui sebesar 3,97.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 13B
halaman 196 yang berbunyi : “Jika untuk antarkolom Fh > Ft maka terdapat
perbedaan yang signifikan”. Simpulannya adalah: terdapat pengaruh Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika.
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi
Belajar Fisika
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel
11 di depan, halaman 94, diperoleh F-hitung dari sumber variasi antar baris (B)
sebesar 144,84. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76
pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 3,97.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 13B,
halaman 196 berbunyi : “Jika Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan”.
96
Simpulannya adalah: terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
terhadap prestasi belajar fisika.
3. Interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi
Belajar Fisika Siswa.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel
11 di depan, halaman 112 diperoleh F-hitung dari sumber variasi interaksi (AxB)
sebesar 21,99. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76
pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 3,97.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang telah dituliskan pada Lampiran
13B, halaman 196 yang berbunyi : “Jika Fh > Ft maka terdapat interaksi”.
Simpulannya adalah: terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan kreativitas
terhadap prestasi belajar fisika.
Karena terdapat perbedaan yang sangat signifikan antarkolom, yaitu bahwa
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi lebih baik daripada yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga; dan terdapat pengaruh yang signifikan antarbaris, yaitu
bahwa prestasi belajar fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik
daripada yang memiliki kreativitas rendah, maka untuk mengetahui manakah di
antara rerata prestasi belajar fisika ( 4321 ,, XdanXXX ) yang lebih tinggi secara
signifikan, perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Tuckey. Oleh sebab
itu, di sini akan dikemukakan secara rinci hasil dari uji lanjut Tuckey tersebut,
97
sehingga dengan langkah ini dapat diketahui atau diperoleh secara siginifikan
keefektivan di antara Media Pembelajaran yang dieksperimenkan ditinjau dari
perbedaan kreativitas siswa. Apakah Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi lebih baik daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga
untuk siswa yang memiliki kreativitas yang berbeda. Bagi siswa yang memiliki
kreativitas tinggi lebih cocok diajar dengan Media Pembelajaran yang mana? Apakah
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi ataukah Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga? Demikian sebaliknya, bagi siswa yang kreativitasnya
rendah lebih sesuai diajar dengan Media Pembelajaran yang mana? Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasikah atau Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peragakah?
a. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi Lebih Baik daripada Yang Diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A1 : A2)
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6,02
dan nilai Qt = 2,73 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 40 (lihat Lampiran 13B,
halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 40. Dengan demikian dapat dinyatakan Prestasi Belajar Fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, secara
signifikan lebih baik daripada yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
98
dilengkapi Alat Peraga. Artinya, siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi menghasilkan skor Prestasi Belajar Fisika yang lebih
tinggi daripada skor Prestasi Belajar Fisika siswa diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan
oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
sebesar 68,38, sedangkan yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi
Alat Peraga.sebesar 61,4. Dengan begitu, dalam pembelajaran prestasi belajar fisika,
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik daripada Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.
b. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik
daripada Yang Memiliki Kreativitas Rendah (B1 : B2)
Hasil pengujian hipotesis kedua untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
17,09 dan nilai Qt = 2,73 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 40 (lihat Lampiran
13B, halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 40. Dengan demikian dapat dinyatakan Prestasi Belajar Fisika
siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada yang
memiliki kreativitas rendah. Artinya, siswa yang memiliki kreativitas tinggi
menghasilkan skor prestasi belajar fisika yang lebih tinggi daripada siswa yang
kreativitasnya rendah. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh
siswa yang memiliki kreativitas tinggi sebesar 74,8; sedangkan yang memiliki
99
kreativitas rendah sebesar 54,98. Dengan begitu, kreativitas tinggi yang dimiliki oleh
siswa akan mempengaruhi skor prestasi belajar fisika yang dicapainya lebih baik
daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
c. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik
daripada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B1 : A1B2)
Hasil pengujian hipotesis ketiga untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 16,7
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Prestasi Belajar
Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada
siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi, siswa yang memiliki kreativitas tinggi menghasilkan skor
rata-rata Prestasi Belajar Fisikanya lebih tinggi daripada yang kreativitasnya rendah.
Oleh karena itu, dengan melihat kreativitas siswa, Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi lebih cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi.
Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang memiliki
kreativitas tinggi, apabila diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
100
Animasi sebesar 82,15, sedangkan pada mereka yang kreativitasnya rendah sama-
sama diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi sebesar 54,6.
d. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik
daripada yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.
(A1B1 : A2B1)
Hasil pengujian hipotesis keempat untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 8,91
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar
fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada
prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih
efektif (cocok) diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
daripada diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga..
Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar
dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan memiliki kreativitas
tinggi sebesar 82,15;sedangkan yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga.sebesar 67,45. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power
101
Point disertai Animasi lebih sesuai diterapkan pada siswa yang memiliki kreativitas
tinggi daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga..
e. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik
daripada Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat
Peraga.untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B1 : A2B2)
Hasil pengujian hipotesis kelima untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 16,24
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar
fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi
siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga cocok digunakan pada siswa yang
memiliki kreativitas rendah.
Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar
dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang
memiliki kreativitas tinggi sebesar 82,15, sedangkan yang diajar dengan Media
102
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk yang memiliki kreativitas rendah
sebesar 55,35. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
lebih sesuai digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga lebih cocok digunakan untuk siswa yang
memiliki kreativitas rendah.
f. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah Tidak Ada
Bedanya dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (A1B2 : A2B1)
Hasil pengujian hipotesis keenam untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = -7,79
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata = 0,05
dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk
siswa yang memiliki kreativitas rendah, tidak ada bedanya dengan siswa yang diajar
dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang
memiliki kreativitas tinggi. Artinya, penggunaan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sama
sekali tidak berpengaruh pada prestasi belajar fisika siswa baik yang memiliki
103
kreativitas tinggi maupun kreativitas rendah. Skor rata-rata prestasi belajar fisika
yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi dan memiliki kreativitas rendah sebesar 54,6 lebih rendah hasilnya
bila dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, yaitu 67,45.
Dengan begitu, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak memberikan pengaruh
secara signifikan terhadap prestasi belajar fisika, baik pada siswa yang memiliki
kreativitas tinggi maupun rendah.
g. Prestasi Belajar Fisika Siswa untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah, Tidak
Ada Bedanya baik Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi maupun Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat
Peraga (A1B2 : A2B2)
Hasil pengujian hipotesis ketujuh untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = -0,45
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 195).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan prestasi belajar fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga pada
siswa yang memiliki kreativitas rendah tidak ada bedanya. Artinya, bagi siswa yang
104
memiliki kreativitas rendah, kedua pendekatan tersebut tidak ada pengaruhnya
terhadap prestasi belajar fisika siswa. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang
dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi pada siswa yang berkreativitas rendah sebesar 54,6, dan yang diajar dengan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sebesar 55,35. Dengan begitu,
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar fisika bagi siswa yang mempunyai kreativitas
rendah.
h. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik
daripada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B1 : A2B2)
Hasil pengujian hipotesis kedelapan untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 7,33
dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B,
halaman 199).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata
= 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan prestasi belajar fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk
siswa yang memiliki kreativitas tinggi, lebih baik hasilnya daripada yang memiliki
kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga efektif untuk meningkatkan
105
prestasi belajar fisika mereka, daripada mereka yang kreativitasnya rendah. Skor rata-
rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa dengan kreativitas tinggi
lebih tinggi hasilnya daripada skor rerata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki
kreativitas rendah, yaitu 67,45 > 55,35. Dengan begitu, Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga efektif atau cocok dalam memberikan pengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar fisika khususnya bagi siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Melalui analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata prestasi belajar fisika
siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi berbeda
dengan skor yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga yaitu masing-masing 68,38 dan 61,4. Kenyataan ini
didukung oleh hasil analisis inferensial yang menyatakan prestasi belajar fisika siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi, secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dilihat dari besarnya
rata-rata skor yang dihasilkan oleh kedua Media Pembelajaran itu, maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi menghasilkan skor prestasi belajar fisika yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran prestasi belajar fisika dengan Media
106
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dengan demikian, secara keseluruhan
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi jauh lebih efektif dari pada Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi prestasi belajar
fisika siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
Besarnya simpangan baku (standar deviasi) yang dihasilkan oleh Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga masing-masing adalah 16,61 dan 7,88. Dari besarnya standar
deviasi yang dihasilkan tersebut tampak bahwa Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi menghasilkan standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan
Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Ini dapat diartikan, bahwa skor
prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi mempunyai variasi nilai yang lebih besar daripada variasi nilai yang
dihasilkan oleh Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Untuk itu
dikatakan bahwa skor yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi lebih stabil atau berkecenderungan ajeg, bila dibandingkan dengan skor
prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Modul dilengkapi
Alat Peraga.
Dilihat dari rata-rata skor prestasi belajar fisika antara kelompok siswa yang
memiliki kreativitas tinggi dan kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah
secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar, yaitu masing-
masing 74,8 (untuk yang memiliki kreativitas tinggi) dan 54,98 (untuk yang
berkreativitas rendah). Hal ini diverifikasi oleh hasil analisis varians yang
107
menunjukkan bahwa skor prestasi belajar fisika siswa pada kelompok yang memiliki
kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada skor kelompok siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut,
memberikan bukti bahwa antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan yang
mempunyai kreativitas rendah perolehan skor prestasi belajar fisikanya berbeda, yang
dipengaruhi oleh media pembelajaran yang digunakan. Kondisi tersebut memberikan
bukti empirik bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan kreativitas tinggi dan
kreativitas rendah cukup efektif dalam melihat pengaruh Media Pembelajaran Power
Point disertai Animasi maupun pengaruh Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat
Peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa dalam penelitian ini.
Pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi, melalui metode
statistik deskriptif memberikan perbedaan rata-rata skor prestasi belajar fisika antara
kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi dengan kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga Besarnya rata-rata skor itu ialah 82,15 dan 67,45. Terlihat
kedua rata-rata skor ini memberikan selisih yang cukup besar, sehingga secara
deskriptif dapat dikatakan keduanya berbeda. Dari hasil pengujian hipotesis
memperkuat daya perbedaan itu, yakni dihasilkan bahwa prestasi belajar fisika siswa
yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, secara
signifikan lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga Dengan fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik dibandingkan dengan Media
108
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi prestasi belajar
fisika, khususnya bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi.
Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis ketiga tentang interaksi juga
menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara Media Pembelajaran yang digunakan
dengan kreativitas siswa dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil pengujian hipotesis tersebut di mana diputuskan menolak
hipotesis H0 pada taraf signifikan = 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari interaksi antara Media Pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar fisika siswa. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa pengelompokkan
siswa berdasarkan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah memberikan efek ataupun
pengaruh yang berarti terhadap efektifitas Media Pembelajaran Power Point disertai
Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam
mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa dalam penelitian ini.
Dari seluruh hasil analisis yang telah diuraikan baik dengan analisis deskriptif
maupun dengan analisis inferensial, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa
penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif dalam
mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa dibandingkan dengan penggunaan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dalam penerapan Media Pembelajaran
Power Point disertai Animasi ini perlu diperhatikan karakteristik siswa berdasarkan
kreativitas mereka, karena pendekatan ini memberikan hasil yang lebih efektif pada
kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya
109
perbedaan yang sangat signifikan antara prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh
kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan yang memiliki kreativitas
rendah.
Dilihat dari besarnya skor prestasi belajar fisika, kelompok siswa dengan
kreativitas tinggi secara relatif lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan
kreativitas rendah dari masing-masing Media Pembelajaran yang digunakan, dan
secara statistik perbedaan itu sangat signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah lebih
tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kreativitas
rendah. Secara rasional kondisi objektif ini dapat diterima, dengan alasan bahwa
mereka yang mempunyai kreativitas tinggi memiliki pemikiran yang variatif dalam
mencari solusi pemecahan soal yang dihadapinya. Mereka lebih bersungguh-sungguh
dan semangat dalam mencapai prestasi daripada mereka yang memiliki kreativitas
rendah. Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap belajarnya, kerja keras dan upaya maksimal senantiasa diperlihatkan pada
waktu belajar karena bagi dirinya prestasi belajar yang tinggi harus diupayakan
dengan pemikiran yang baik sehingga ia selalu optimis untuk meraih cita-citanya.
Kondisi diri yang demikian sangat membantu dan bermanfaat dalam usahanya
memperoleh prestasi belajar fisika yang dipelajarinya.
Keefektifan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi memberikan
indikasi bahwa proses pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi mampu mengembangkan proses berpikir secara lebih aktif dari
110
subjek belajar. Hal ini didasarkan pada prinsip Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi yang memberikan kesempatan yang luas kepada subjek belajar
dalam melatih memecahkan permasalahan secara bersama.
Prestasi belajar fisika berarti kompetensi yang telah dicapai siswa dalam
pembelajaran fisika, khususnya yang berkenaan dengan konsep gerak melingkar.
Pemahaman dan penguasaan siswa tentang konsep gerak melingkar secara baik
diindikatori oleh kemampuan siswa dalam hal : (1) menjelaskan karakteristik gerak
melingkar beraturan (GMB), (2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah
beraturan (GMBB), (3) merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar,
(4) mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari, (5)
mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan, dan (5)
menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit, dan benda angkasa lainnya dengan
peristiwa gerak melingkar. Model pembelajaran yang bisa mengakomodasi
kepentingan itu adalah pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa temuan
dalam penelitian ini memperkuat teori bahwa Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi lebih efektif dibandingkan dengan Media Pembelajaran Modul
dilengkapi Alat Peraga.
111
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di samping hasil-hasil penelitian yang
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, dalam penelitian ini masih terdapat
beberapa kelemahan dan keterbatasan yang perlu dikemukakan sebagai referensi bagi
pembaca dan penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. Kelemahan
dan keterbatasan yang dimaksud antara lain:
1. Hasil maupun simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini hanya berlaku pada
siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2006-2007
yang dijadikan sebagai subjek penelitian, sehingga relatif tidak bisa simpulan
penelitian ini digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik berbeda.
2. Variabel-variabel lain yang dapat mengganggu kemurnian hasil penelitian
eksperimen ini, tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga bisa terjadi simpulan
penelitian bukan dikarenakan variabel yang telah ditetapkan. Namun, karena
subjek penelitian adalah siswa yang tidak dapat dibatasi perilakunya, maka
kekhawatiran adanya kontaminasi antarsubjek ataupun variabel-variabel lain yang
ikut mempengaruhi hasil penelitian ini menjadi berkurang.
3. Pengelompokkan tidak didasarkan oleh keseragaman terhadap kemampuan awal
subjek penelitian, tetapi hanya sekedar dikelompokkan berdasarkan kreativitas
yang hasilnya dijaring lewat tes. Sebaiknya setiap subjek memiliki kemampuan
awal sama sehingga perubahan yang terjadi benar-benar akibat perlakuan yang
dicobakan dan bukan karena faktor kemampuan mereka yang memang berbeda.
112
Dengan demikian hasil penelitian ini masih harus dicermati sebab kemungkinan
adanya bias yang disebabkan oleh faktor seleksi kelompok.
113
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat ditarik simpulan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap
Prestasi Belajar Fisika.
2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah
terhadap Prestasi Belajar Fisika
3. Ada interaksi Media Pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
fisika. Interaksi antara Media Pembelajaran dan kreativitas tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif digunakan
dalam pembelajaran fisika, khususnya pada konsep gerak melingkar bagi
siswa yang memiliki kreativitas tinggi daripada yang kreativitasnya rendah
(hasil uji Tuckey ketiga).
b. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, Media Pembelajaran Power Point
disertai Animasi lebih efektif digunakan dalam pembelajaran fisika,
khususnya pada kosep gerak melingkar daripada penggunaan Media
Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (hasil uji Tuckey keempat).
114
c. Untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif diajar dengan
Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi; sedangkan bagi siswa
yang kreativitasnya rendah, lebih efektif diajar dengan Media Pembelajaran
Modul dilengkapi Alat Peraga (hasil uji Tuckey kelima).
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata
penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dapat mempengaruhi
hasil prestasi belajar fisika siswa. Demikian juga kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
Oleh karena itu, implikasi praktis yang harus dilakukan oleh guru Fisika, terkait
dengan temuan hasil penelitian di atas, adalah (1) mengupayakan penggunaan Media
Pembelajaran Power Point disertai Animasi dalam pembelajaran fisika; dan (2)
mengupayakan peningkatan kreativitas siswa.
1. Upaya Menggunakan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
dalam Pembelajaran Fisika dengan Lebih Intensif agar Prestasi Belajar
Fisika Siswa Meningkat
Beberapa langkah atau upaya intensif yang dapat dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
adalah:
a. Memotivasi siswa dengan menjelaskan materi-materi pokok tentang Gerak
Melingkar dengan Power Point disertai Animasi dan aplikasinya di dalam
kehidupan sehari-hari (mikroskopik) ,antara lain: alat sentripetal, putaran roda
115
bergigi, bola yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran dan menurun di dasar ½
lingkaran, gerakan jarum jam dan sebagainya serta sistem Tata Surya
(makroskopik), seperti putaran revolusi planet.
b. Guru membagi handout berupa Lembar Kegiatan Siswa/Student Activity Sheet
dan toturial praktis tentang bagaimana mendesain Animasi sederhana tentang
Gerak Melingkar.
c. Siswa membaca handout dan tutorial bersama-sama secara kooperatif dalam
kelompoknya untuk mendesain Animasi sederhana tentang Gerak melingkar.
d. Siswa bereksperimen mempresentasikan hasil desain kelompoknya dan per
kelompok diwakili satu atau dua orang siswa saja;sedangkan anggota yang lain
ikut berpartisipasi dengan cara mengevaluasi.
e. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk memperoleh konsep tentang Gerak
Melingkar.
f. Guru membimbing diskusi sebagai moderator untuk menyimpulkan tentang
besaran-besaran Fisika yang terdapat dalam konsep Gerak Melingkar, seperti:
periode, frekuensi, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, gaya
sentripetal dan sebagainya.
g. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan di handout dan membuat laporan untuk
dikumpulkan.
h. Memberikan tugas sebagai pendalaman dan pengayaan materi.
116
2. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar fisika Siswa Melalui Pemupukan
Kreativitas
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk memupuk kreativitas siswa.
Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain:
a. Memberi contoh (mendemonstrasikan) pembelajaran dengan variatif, inovaif,
kreatif, dan menyenangkan, agar siswa benar-benar mampu menguasai konsep
gerak melingkar. Penguasaan terhadap konsep-konsep gerak melingkar tersebut
teramati atau terukur lewat kemampuan siswa dalam (1) menjelaskan karakteristik
gerak melingkar beraturan (GMB), (2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar
berubah beraturan (GMBB); (3) merumuskan percepatan sentripetal pada gerak
melingkar, (4) mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-
hari, (5) mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar
beraturan, dan (6) menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda
angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar
b. Menciptakan kondisi dan suasana yang menyenangkan yang memberi kebebasan
siswa untuk berkreasi
Penciptaan kondisi yang menyenangkan, dan memberikan suasana kepada
siswa untuk bebas berkreasi merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan
dukungan terhadap usaha pemupukan kreativitas siswa. Demikian juga menerapkan
metode/teknik yang sesuai dengan karakteristik siswa, situasi, dan mata pelajaran
117
yang diberikan, akan memungkinkan siswa menyalurkan imajinasi kreatifnya secara
optimal.
C. Saran
Berdasarkan uraian yang termuat dalam simpulan dan implikasi hasil
penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran seperti di bawah ini.
1. Saran untuk Guru Fisika di SMA
a. Guru Fisika di SMA Negeri 7 Surakarta pada khususnya, disarankan untuk
menggunakan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dalam
setiap pembelajaran fisika yang membahas tentang konsep gerak melingkar.
Hal ini dianjurkan karena hasil penelitian eksperimen ini secara signifikan
menyimpulkan bahwa Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi
ternyata lebih efektif dalam daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi
Alat Peraga dalam mempengaruhi hasil prestasi belajar fisika siswa.
b. Dalam pembelajaran fisika, khususnya mengenai konsep gerak melingkar,
disarankan kepada guru fisika di SMA agar tidak berorientasi pada aspek
teoretis yang membahas pengetahuan tentang gerak melingkar, tetapi harus
lebih banyak memberi kesempatan pada siswa berlatih sebanyak-banyak
untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan gerak melingkar dengan
jalan diskusi kelompok membahas tayangan slide power point yang berisi
tentang gerak melingkar.
c. Guru fisika di SMA disarankan juga untuk memperhatikan kreativitas
siswanya sebelum kegiatan pembelajaran dilangsungkan. Hal ini diperlukan
118
mengingat salah satu simpulan penelitian eksperimen ini menjelaskan bahwa
kreativitas siswa terbukti mempengaruhi prestasi belajar fisika, khususnya
mengenai konsep gerak melingkar. Berkait dengan hal itu, guru disarankan
agar meningkatkan/mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan-
kegiatan yang telah disebutkan pada implikasi penelitian di atas.
2. Saran untuk Siswa SMA
a. Siswa dianjurkan untuk sering melakukan kegiatan mengamati, menganalisis
terjadinya gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan
kegiatan ini banyak informasi dan pengalaman yang diperoleh yang akhirnya
bisa meluaskan pengalaman dan wawasan mereka. Dengan
pengalaman/wawasan yang luas, dimungkinkan siswa lebih memahami
konsep-konsep yang terkait dengan gerak melingkar daripada siswa yang
pengetahuannya sempit, sekaligus sebagai bekal dalam berdiskusi kelompok.
b. Siswa dianjurkan sering mendemostrasikan atau memberi simulasi atau
mengaplikasikan tentang terjadinya gerak melingkar, baik gerak melingkar
yang beraturan, gerak melingkar yang berubah beraturan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Saran untuk Kepala Sekolah
a. Kepada sekolah disarankan agar memfasilitasi segala keperluan guru maupun
siswa yang terkait dengan kepentingan pembelajaran di kelas, terutama
mengenai penyediaan sarana/prasarana yang belum mencukupi.
119
b. Kepala sekolah disarankan agar selalu mengadakan kontrol atau pengawasan
terhadap kualitas pembelajaran guru, terutama yang menyangkut masalah
pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
c. Agar kinerja guru terjaga kualitasnya dalam mengajar, disarankan kepada
kepala sekolah untuk senantiasa mengikutsertakan para guru dalam kegiatan-
kegiatan ilmiah yang mendukung profesinya, seperti penataran-penataran,
lokakarya-lokakarya, seminar, konggres, simposium dan lain-lain yang
kesemuanya itu dilakukan supaya pemahaman atau pengetahuan guru tentang
bidang profesinya selalu mengikuti perkembangan. Bahkan bilamana perlu
mendorong para guru untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih
tinggi, seperti S2 dan S3.
120
DAFTAR PUSTAKA
Alan J Cole, 2005: Creative Intelligence, Bandung: Kaifa
Ali, Akbar, ST.2005: Membuat Presentasi dengan Power Point 2003 (Untuk Pemula), Bandung:M2S
Ali, Akbar, ST.2005:Menguasai Internet plus Pembuatan Web, Bandung:M2S.
Andi Pramono.2004:Berkreasi Animasi dengan Macromedia Flash MX Profesional 2004, Yogyakarta:2004.
Angelo, Frank. D. 1980. Proces and Thought in Composition. Massachusets: Winthrop Publishers Inc.
Bloomberg, Morton. 1973. Creativity: Theory and Research. New Haven: College & University Press-Publishers.
Bower, G.H. Bootzin, R.R., & dan Zajonc, R.B.1987. Principles of Psychology Today. New York: Random House.
Chandra Julius, 1997: Kreativitas, Bagaimana Menanam, Membangun dan Mengembangkannya, Yogyakarta: Kanisius.
Cipta Ginting. 2003. Pembinaan dan Pengembangan Kreativitas. Surabaya: Usaha Nasional.
Conny Semiawan, dkk, 1985. Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta: PT. Gramedia.
________, 1991. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: Gramedia.
_______.1992. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Rajawali.
Csikszentmihalyi, Mihalyi. 1996. Creativity, Flow, and The Psychology of Discovery and Invention. New York: Harper Collins Publisher.
www.depdiknas.go.id. Diakses 2008.
www.dikmenum.go.id. Diakses 2008.
121
Djemari Mardapi, Prof, Ph.D, dkk 2003: Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum.
Djemari Mardapi, Prof, Ph.D, dkk 2005: Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMA, Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yoyyakarta.
www.e-dukasi.net. Diakses 2006.
Eko Sulistya, 2003: Pembelajaran Fisika, Yogyakarta: FMIPA UGM
www.e-smartschool.com. Diakses 2005.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2007. Tes Kreativitas Verbal. Jakarta: UI
Guillford, J.P.1968. Intelegence, Creativity and Their Educational Implications. San Diego, California: R.R. Knapp.
Harsanto Radno, Drs, M.Si, 2007: Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius
www.id.wikipedia.com. Diakses 2004.
John M. Echols, dkk, 1997: Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jordan Ayan, 1997: Bengkel Kreativitas, Bandung: Kaifa.
www.kompas.com. Diakses 2008.
www. ktionline.com. Diakses 2007.
Kunandar. 2007: Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
www.lipi.go.id. Diakses 2007.
Mary Leonhardt. 1998: Bergairah Menulis, Bandung: Kaifa.
Mirza Satriawan, 2003: Berpikir dan Pemahaman, Yogyakarta: FMIPA UGM.
Mulyasa E. 2005: Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
122
________. 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
www.p4tkipa.org. Diakses 2007.
www.puspendik.com. Diakses 2008.
Soegeng, 1993: Memanfaatkan Komputer Mikro sebagai Alat Bantu dalam Proses Belajar Mengajar Fisika, Bandung: ITB.
Sugiyanto, 2007: Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sumaji, dkk, 1998: Pendidikan Sains yang Humanitis, Yogyakarta: Kanisius.
Teamwork, 2005: Kunci Keberhasilan Kerjasama dalam Tim, Jakarta: Kompas.
Thomas Moorman, 2003: Bagaimana Membuat Proyek Ilmu Pengetahuanmu Menjadi Ilmiah, Bandung: Pakar Raya.
Tim Penyusun Kamus, 1997: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Utami Munandar.1983. Kreativitas sebagai Aktualisasi Diri: Suatu Tinjauan Psikologi. Jakarta: Dian Rakyat.
_______.1988. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia Widiasrama Inonesia.
Lampiran 1A
124
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar
(Sebelum Ujicoba)
No. Indikator Ranah Nomor soal
Jumlah. soal
1. Menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB)
C1-C4 1, 3,5,7,8
5
2. Menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB)
C1-C3 2, 4, 9,31 4
3. Merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar
C1-C4 6, 10, 11-13
5
4. Mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari
C1-C3 14, 1521-25,32
8
5. Mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan
C1-C4 16-20,33 6
6. Menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar
C1-C4 26-30,34,35
7
Jumlah 35
Keterangan:
C1 = PengetahuanC2 = PemahamanC3 = AplikasiC4 = AnalisisC5 = SintesisC6 = Evaluasi
Sambungan Lampiran 1A
125
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar
(Setelah Ujicoba)
No. Indikator Ranah Nomor soal
Jumlah. soal
1. Menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB)
C1-C4 1, 3,5,7,8
5
2. Menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB)
C1-C3 2, 4, 9 3
3. Merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar
C1-C4 6, 10, 11-13
5
4. Mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari
C1-C3 14, 1521-25
7
5. Mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan
C1-C4 16-20 5
6. Menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar
C1-C4 26-30 5
Jumlah 30
Keterangan:
C1 = PengetahuanC2 = PemahamanC3 = AplikasiC4 = AnalisisC5 = SintesisC6 = Evaluasi
Catatan
Nomor butir yang di”drop” adalah butir nomor 4, 8, 19, 25, dan 32
Lampiran 1B
126
Kisi-Kisi Tes Kreativitas Verbal
No. Indikator Jumlah
Soal
1 Permulaan Kata 4
2 Menyusun Kata 4
3 Membentuk Kalimat Tiga Angka 4
4 Sifat-Sifat yang Sama 4
5 Macam-Macam Penggunaan 4
6 Apa Akibatnya 4
Jumlah 24
Sambungan Lampiran 2A133
PEMERINTAH KOTA SURAKARTADINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 7 SURAKARTAJl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679
MATA PELAJARAN : FISIKAKELAS : XHARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006JAM : 07.00 – 09.00 WIB
Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat!1. Sebuah benda bermassa m
diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan memiliki periode T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah ....A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm berotasi dengan kecepatan sudut 2,5 rads-1, maka percepatan sentripetal yang dihasilkan oleh gerinda tersebut adalah .... ms-2
A. 1,3B. 1,4C. 1,5D. 1,6E. 2,1
3. Dua roda seporos dan berputar dengan kelajuan linier masing-masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka perbandingan jari-jarinya adalah ....A. 1:1B. 1:3C. 2:1D. 2:3E. 3:2
5. Gir K dihubungkan dengan rantai ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar daripada gir Q dan laja linier gir K adalah 10ms-1, maka laju linier gir Q adalah …. ms-1.
A. 2B. 4C. 5D. 10E. 20
6. Sebuah mobil menaiki bukit yang kira-kira berjari-jari 80m. Saat berada dipuncak bukit laju linier mobil adalah 20 ms-1. Jika massa mobil 825 kg, maka gaya normal mobil adalah …. NA. 825B. 1650C. 2475D. 4125E. 8250
7. Sebuah benda bermassa m diputar vertikal dengan tali sepanjang R, maka gaya tegang tali saat benda tersebut di titik terendah adalah ….N
A. m (Rv
2
-g)
B. m (Rv
2
+g)
Sambungan Lampiran 2A134
C. m (g-Rv
2
)
D. m Rv
2
E. m g
9. Benda bermassa x diputar dengan tali sepanjang y selama t, maka percepatan sentripetalnya …ms-2
A.t
y2
2
B.t
y2
22
C.t
y2
4
D.t
y2
24
E.t
y2
224
10. Empat gir seporos A, B, C, dan D masing-masing berjari-jari 6cm, 10cm, 12cm, dan 16cm. Jikakecepatan sudut gir C adalah 120 π rads-1, maka laju linier gir D adalah ....ms-1
A. 4,2B. 8,4C. 16,8D. 19,2E. 24,0
11. Pada gerak melingkar beraturan, besaran yang tidak konstan adalah ….A. laju linierB. kecepatan angulerC. frekuensiD. periodeE. gaya sentripetal
12. Sebuah benda diputar dengan alat sentripetal dengan jari-jari 50 cm dan frekuensinya tetap 4 Hz, maka percepatan sentripetal benda tersebut adalah .... π2ms-2
A. 4B. 12C. 16D. 24E. 32
13. Sebuah batu massanya 0,5 kg diikat dengan tali yang panjangnya 1m dan diputar vertikal dengan kecepatan sudut 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali di titik tertinggi adalah .... N.A. 6B. 6,5C. 7D. 12E. 13
14. Sebuah CD berputar dengan kecepatan sudut 200 rpm, maka frekuensi dan periodenya .....A. 0,3 Hz dan 0,33 sB. 0,3 Hz dan 3,33 sC. 3 Hz dan 3,33 sD. 3,33 Hz dan 0,3 sE. 3,33 Hz dan 3 s
15. Sebuah benda tegar berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. Kecepatan linier suatu titik pada benda berjarak 0,5 m dari sumbu putar, adalah….ms-1
A. 5 B. 9,5C. 10D. 10,5 E. 20
16. Sebuah benda yang massanya 5 kg bergerak secara beraturan
Sambungan Lampiran 2A135
dalam lintasan yang melingkar dengan kelajuan 2 ms-1. Bila jari-jari lingkaran itu 0,5 m, maka:
(1).periodenya 0,5 sekon (2).besar percepatan
sentripetalnya 8 m.s-2
(3).gaya sentripetalnya 40 N (4).kelajuannya berubah
Dari pernyataan di atas, yang benar adalah….A. 1, 2, dan 3B. 1 dan 3C. 2 dan 4D. 4 sajaE. 1, 2, 3, dan 4
17. Sebuah motor listrik memutar roda A dengan kecepatan sudut 200 rads-1. Jika jari-jari roda A = 5 cm dan jari-jari roda B = 25 cm, maka kecepatan sudut roda B, adalah…rads-1
A B
A. 56 B. 40 C. 20 D. 5,6E. 4
18. Sebuah piringan berputar dengan kelajuan sudut konstan, maka perbandingan kelajuan linier antara dua titik A dan B jika jarak A ke pusat piringan sama dengan setengah kali jarak B ke pusat piringan adalah ....
B
A
A. 1:4B. 1:2C. 1:1D. 2:1E. 4:1
20. Sebuah piringan hitam yang diameternya 40 cm berputar pada 30 rpm. Jika saklar off ditekan, dalam waktu 2 s piringan tersebut berhenti berputar. Sudut yangditempuh dalam waktu 2 s tersebut adalah… radA. 0,25 B. 0,5C. 0,75D. 1E. 1,5
21. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 54 kmjam-1 saat melintasi sebuah puncak bukit yang diperkirakan jari-jarinya 25m (lihat gambar). Jika massa mobil 750 kg dan g = 10 ms-2, gaya tekan mobil pada puncak bukit tersebut adalah ...NA. 5670B. 6570C. 6750D. 7560E. 7650
R
Sambungan Lampiran 2A136
22. Sebuah batu kecil bermassa m diikatkan di ujung tali dan pada ujung tali yang lainnya ditangan, lalu diayunkan secara vertikal. Besarnya gaya tegang tali T saat batu berada pada posisi 30o
terhadap titik terbawah (lihat gambar) adalah ...N
T 30o
m
A. m (Rv
2
-g cos α)
B. m (Rv
2
+g cos α)
C. m (g cos α -Rv
2
)
D. m Rv
2
E. m g cos α
23. Dua planet X dan Y mengorbit mengelilingi matahari. Jarak planet X dan Y masing-masing R dan 9R. Jika periode planet X berevolusi terhadap matahari adalah T, maka periode planet Y bernilai ... TA. 81B. 27C. 9D. 6E. 3
24. Sebuah benda bermassa m diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan
periodenya T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah ....A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
26. Besaran-besaran fisika di bawah ini berkaitan dengan gerak melingkar beraturan, kecuali...A. laju linierB. kecepatan sudutC. percepatan sudutD. percepatan sentripetalE. gaya sentripetal
27. Sebuah jam dinding jarum detiknya memiliki jari-jari 18 cm, maka besar dan arah percepatan sentripetal jarum tersebut adalah ... cms-2 .( Anggap π2 = 10 )A. 0,18B. 0,20C. 0,36D. 0,40E. 0,50
28. (1) Komedi putar(2) Kipas angin(3) Baling-baling helikopter(4) Gerakan jarum jam dinding
Sambungan Lampiran 2A137
Pada peristiwa sehari-hari yang termasuk benda yang bergerak melingkar beraturan seperti yang ditunjukkan dengan pernyataan-pernyataan di atas adalah....A. 1,2, dan 3B. 1 dan 3C. 2 dan 4D. 4 sajaE. 1,2,3, dan 4
29. Sebuah mobil menikung tajam pada jalan raya yang memiliki kemiringan α. Jika massa mobil M dan massa orang yang berada di dalamnya m serta jari-jari tikungan R, maka kelajuan yang aman agar mobil tersebut tidak tergelincir adalah ....
A. gRtan
B. gRsin
C. gRcos
D. gRsec
E. gReccos
30. Sebuah bola yang bermassa m diikat dengan tali dan diputar vertikal dengan jari-jari r. Kelajuan linier minimum ketika bola tersebut berada di titik tertinggi adalah ....ms-1
A. < gr
B. < mr
C. > gr
D. > mr
E. > mgr
31. Sebuah model pesawat terbang yang bermassa 500 gram dikaitkan dengan tali kontrol
sepanjang 10m. Jika mesin model pesawat terbang dihidupkan, model tersebut akan membentuk lintasan kerucut arah ke atas dengan sudut 37o terhadap arah vertikal dan waktu yang diperlukan untuk satu putarannya 4 sekon, maka gaya tegangan pada tali kontrol adalah ...NA. 10,0 mB. 12,5 C. 20,0D. 25,0
E . 50,0 10m 37o
T
33. Seorang anak sedang mengayuh sepeda hingga gir depannya berputar dengan kecepatan angular 12 rads-1. Jika jari-jari roda, gir depan dan gir belakangmasing-masing 40 cm, 10 cm dan 6 cm, maka laju linier sepeda tersebut adalah .... ms-1
A. 40B. 20C. 10D. 8E. 5
34. Sebuah batu dengan massa 2 kg diikat dengan tali dan diputar sehingga lintasannya berbentuk lingkaran vertical dengan jari-jari 0,5m. Jika kecepatan sudutnya 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali pada saat di titik terendah adalah ...NA. 16B. 36C. 56D. 124E. 144
Sambungan Lampiran 2A138
35. Sebuah mobil yang massanya 800 kg meluncur pada jalan yang membentuk lembah kecil dan memiliki jari-jari kelengkungan 20m dengan kecepatan tetap 72 kmjam-1 dan g = 10ms-2, maka gaya tekan normal total yang dialami mobil terhadap jalan tepat di titik terendah adalah ....103NA. 24B. 36C. 56D. 124E. 144
= Selamat Mengerjakan,Semoga Berhasil =
Sambungan Lampiran 2A127
PEMERINTAH KOTA SURAKARTADINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 7 SURAKARTAJl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679
MATA PELAJARAN : FISIKAKELAS : XHARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006JAM : 07.00 – 09.00 WIB
Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat!1. Sebuah benda bermassa m
diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan memiliki periode T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah ....A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm berotasi dengan kecepatan sudut 2,5 rads-1, maka percepatan sentripetal yang dihasilkan oleh gerinda tersebut adalah .... ms-2
A. 1,3B. 1,4C. 1,5D. 1,6E. 2,1
3. Dua roda seporos dan berputar dengan kelajuan linier masing-masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka perbandingan jari-jarinya adalah ....A. 1:1B. 1:3C. 2:1D. 2:3E. 3:2
4. Two gears A and B are touching each other. If the angular velocity of gear A is 16 rads-1
and the gear B’s radius is equal to a half of radius o gear A, so the angular velocity of gear B is …. rads-1
A. 32B. 16C. 8D. 4E. 2
5. Gir K dihubungkan dengan rantai ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar daripada gir Q dan laja linier gir K adalah 10ms-1, maka laju linier gir Q adalah …. ms-1.
A. 2B. 4C. 5D. 10E. 20
6. Sebuah mobil menaiki bukit yang kira-kira berjari-jari 80m. Saat berada dipuncak bukit laju linier mobil adalah 20 ms-1. Jika massa mobil 825 kg, maka gaya normal mobil adalah …. NA. 825B. 1650C. 2475D. 4125E. 8250
Sambungan Lampiran 2A128
7. Sebuah benda bermassa m diputar vertikal dengan tali sepanjang R, maka gaya tegang tali saat benda tersebut di titik terendah adalah ….N
A. m (Rv
2
-g)
B. m (Rv
2
+g)
C. m (g-Rv
2
)
D. m Rv
2
E. m g
8. Percepatan sentripetal berban-ding terbalik dengan ….A. periodeB. frekuensiC. laju linierD. kecepatan sudutE. gaya sentripetal
9. Benda bermassa x diputar dengan tali sepanjang y selama t, maka percepatan sentripetalnya adalah ….
A.t
y2
2
B.t
y2
22
C.t
y2
4
D.t
y2
24
E.t
y2
224
10. Empat gir seporos A, B, C, dan D masing-masing berjari-jari 6cm, 10cm, 12cm, dan 16cm. Jika kecepatan sudut gir C adalah 120 π rads-1, maka laju linier gir D adalah ....ms-1
A. 4,2B. 8,4C. 16,8D. 19,2E. 24,0
11. Pada gerak melingkar beraturan, besaran yang tidak konstan adalah ….A. laju linierB. kecepatan angulerC. frekuensiD. periodeE. gaya sentripetal
12. Sebuah benda diputar dengan alat sentripetal dengan jari-jari 50 cm dan frekuensinya tetap 4 Hz, maka percepatan sentripetal benda tersebut adalah .... π2ms-2
A. 4B. 12C. 16D. 24E. 32
13. Sebuah batu massanya 0,5 kg diikat dengan tali yang panjangnya 1m dan diputar vertikal dengan kecepatan sudut 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali di titik tertinggi adalah .... N.A. 6B. 6,5C. 7D. 12E. 13
Sambungan Lampiran 2A129
14. Sebuah CD berputar dengan kecepatan sudut 200 rpm, maka frekuensi dan periodenya adalah ....A. 0,3 Hz dan 0,33 sB. 0,3 Hz dan 3,33 sC. 3 Hz dan 3,33 sD. 3,33 Hz dan 0,3 sE. 3,33 Hz dan 3 s
15. Sebuah benda tegar berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. Kecepatan linier suatu titik pada benda berjarak 0,5 m dari sumbu putar, adalah….ms-1
A. 5 B. 9,5C. 10D. 10,5 E. 20
16. Sebuah benda yang massanya 5 kg bergerak secara beraturan dalam lintasan yang melingkar dengan kelajuan 2 ms-1. Bila jari-jari lingkaran itu 0,5 m, maka:
(1).periodenya 0,5 sekon (2).besar percepatan
sentripetalnya 8 m.s-2
(3).gaya sentripetalnya 40 N (4).kelajuannya berubah
Dari pernyataan di atas, yang benar adalah….A. 1, 2, dan 3B. 1 dan 3C. 2 dan 4D. 4 sajaE. 1, 2, 3, dan 4
17. Sebuah motor listrik memutar roda A dengan kecepatan sudut 200 rads-1. Jika jari-jari roda A = 5 cm dan jari-jari roda B = 25 cm, maka kecepatan sudut roda B, adalah…rads-1
A B
A. 56 B. 40 C. 20 D. 5,6E. 4
18. Sebuah piringan berputar dengan kelajuan sudut konstan, maka perbandingan kelajuan linier antara dua titik A dan B jika jarak A ke pusat piringan sama dengan setengah kali jarak B ke pusat piringan adalah ....
B A
A. 1:4B. 1:2C. 1:1D. 2:1E. 4:1
19. Sebuah roda berputar dari keadaan diam ke 7 rad/s dalam waktu 0,75 s. Percepatan sudut roda adalah… rads-2
A. 20B. 22 C. 29 D. 30E. 32
Sambungan Lampiran 2A130
20. Sebuah piringan hitam yang diameternya 40 cm berputar pada 30 rpm. Jika saklar off ditekan, dalam waktu 2 s piringan tersebut berhenti berputar. Sudut yang ditempuh dalam waktu 2 s tersebut adalah… radA. 0,25 B. 0,5C. 0,75D. 1E. 1,5
21. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 54 kmjam-1 saat melintasi sebuah puncak bukit yang diperkirakan jari-jarinya 25m (lihat gambar). Jika massa mobil 750 kg dan g = 10 ms-2, gaya tekan mobil pada puncak bukit tersebut adalah ...NA. 5670B. 6570C. 6750D. 7560E. 7650
R
22. Sebuah batu kecil bermassa m diikatkan di ujung tali dan pada ujung tali yang lainnya ditangan, lalu diayunkan secara vertikal. Besarnya gaya tegang tali T saat batu berada pada posisi 30o
terhadap titik terbawah (lihat gambar) adalah ...N
T 30o
m
A. m (Rv
2
-g cos α)
B. m (Rv
2
+g cos α)
C. m (g cos α -Rv
2
)
D. m Rv
2
E. m g cos α
23. Dua planet X dan Y mengorbit mengelilingi matahari. Jarak planet X dan Y masing-masing R dan 9R. Jika periode planet X berevolusi terhadap matahari adalah T, maka periode planet Y bernilai ... TA. 81B. 27C. 9D. 6E. 3
24. Sebuah benda bermassa m diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan periodenya T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah ....A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
Sambungan Lampiran 2A131
25. A grindstone rotates at 120 rpm, so the ratio of the centripetal accelleration between two points at 5 cm and 20 cm from the centre of the grindstone is ….A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
26. Besaran-besaran fisika di bawah ini berkaitan dengan gerak melingkar beraturan, kecuali...A. laju linierB. kecepatan sudutC. percepatan sudutD. percepatan sentripetalE. gaya sentripetal
27. Sebuah jam dinding jarum detiknya memiliki jari-jari 18 cm, maka besar dan arah percepatan sentripetal jarum tersebut adalah ... cms-2 .( Anggap π2 = 10 )A. 0,18B. 0,20C. 0,36D. 0,40E. 0,50
28. (1) Komedi putar(2) Kipas angin(3) Baling-baling helikopter(4) Gerakan jarum jam dinding
Pada peristiwa sehari-hari yang termasuk benda yang bergerak melingkar beraturan seperti yang ditunjukkan dengan pernyataan-pernyataan di atas adalah....A. 1,2, dan 3B. 1 dan 3C. 2 dan 4D. 4 sajaE. 1,2,3, dan 4
29. Sebuah mobil menikung tajam pada jalan raya yang memiliki kemiringan α. Jika massa mobil M dan massa orang yang berada di dalamnya m serta jari-jari tikungan R, maka kelajuan yang aman agar mobil tersebut tidak tergelincir adalah ....
A. gRtan
B. gRsin
C. gRcos
D. gRsec
E. gReccos
30. Sebuah bola yang bermassa m diikat dengan tali dan diputar vertikal dengan jari-jari r. Kelajuan linier minimum ketika bola tersebut berada di titik tertinggi adalah ....ms-1
A. < gr
B. < mr
C. > gr
D. > mr
E. > mgr
Sambungan Lampiran 2A132
31. Sebuah model pesawat terbang yang bermassa 500 gram dikaitkan dengan tali kontrol sepanjang 10m. Jika mesin model pesawat terbang dihidupkan, model tersebut akan membentuk lintasan kerucut arah ke atas dengan sudut 37o terhadap arah vertikal dan waktu yang diperlukan untuk satu putarannya 4 sekon, maka gaya tegangan pada tali kontrol adalah ...NA. 10,0 mB. 12,5 C. 20,0D. 25,0
E . 50,0 10m 37o
T
32. Sebuah alat sentripetal memilki massa putar m dan panjang tali yang variable.Jika tali pertama sepanjang l dan memerlukan periode t dan ketika tali diperpanjang sepanjang l lagi, serta diputar ternyata periodenya 2t, maka berapa perbandingan percepatan sentripetalnya adalah …. ms-2
A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
33. Seorang anak sedang mengayuh sepeda hingga gir depannya berputar dengan kecepatan angular 12 rads-1. Jika jari-jari roda, gir depan dan gir belakang
masing-masing 40 cm, 10 cm dan 6 cm, maka laju linier sepeda tersebut adalah .... ms-1
A. 40B. 20C. 10D. 8E. 5
34. Sebuah batu dengan massa 2 kg diikat dengan tali dan diputar sehingga lintasannya berbentuk lingkaran vertical dengan jari-jari 0,5m. Jika kecepatan sudutnya 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali pada saat di titik terendah adalah ...NA. 16B. 36C. 56D. 124E. 144
35. Sebuah mobil yang massanya 800 kg meluncur pada jalan yang membentuk lembah kecil dan memiliki jari-jari kelengkungan 20m dengan kecepatan tetap 72 kmjam-1 dan g = 10ms-2, maka gaya tekan normal total yang dialami mobil terhadap jalan tepat di titik terendah adalah ....103NA. 24B. 36C. 56D. 124E. 144
= Selamat Mengerjakan,Semoga Berhasil =
Lampiran 2A127
PEMERINTAH KOTA SURAKARTADINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 7 SURAKARTAJl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679
MATA PELAJARAN : FISIKAKELAS : XHARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006JAM : 07.00 – 09.00 WIB
Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat!1. Sebuah benda bermassa m
diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan memiliki periode T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah ....A. 1:1B. 1:2C. 1:4D. 2:1E. 4:1
2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm berotasi dengan kecepatan sudut 2,5 rads-1, maka percepatan sentripetal yang dihasilkan oleh gerinda tersebut adalah .... ms-2
A. 1,3B. 1,4C. 1,5D. 1,6E. 2,1
3. Dua roda seporos dan berputar dengan kelajuan linier masing-masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka perbandingan jari-jarinya adalah ....A. 1:1B. 1:3C. 2:1D. 2:3E. 3:2
4. Two gears A and B are touching each other. If the angular velocity of gear A is 16 rads-1
and the gear B’s radius is equal to a half of radius o gear A, so the angular velocity of gear B is …. rads-1
A. 32B. 16C. 8D. 4E. 2
5. Gir K dihubungkan dengan rantai ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar daripada gir Q dan laju linier gir K adalah 10ms-1, maka laju linier gir Q adalah …. ms-1.
A. 2B. 4C. 5D. 10E. 20
6. Sebuah mobil menaiki bukit yang kira-kira berjari-jari 80m. Saat berada dipuncak bukit laju linier mobil adalah 20 ms-1. Jika massa mobil 825 kg, maka gaya normal mobil adalah …. NA. 825B. 1650C. 2475D. 4125E. 8250
Lampiran 2B
Tes Kreativitas Verbal
Telah distandarisasikan oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA2007
Sambungan Lampiran 2 B
140
Soal Tes Kreativitas
Petunjuk :
1. Sebelum Anda mengerjakan tes ini bacalah penjelasan yang tertulis pada setiap
bagian dari tes.
2. Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu pada suatu pertanyaan, karena waktu
menjawab pertanyaan terbatas.
3. Anda sangat diharapkan menyelesaikan semua pertanyaan.
4. Hasil pekerjaan Anda kami jamin kerahasiaannya.
5. Isilah data-data pribadi Anda di bawah ini.
Nama :
No. Urut :
Kelas :
Semester :
Sambungan Lampiran 2 B
141
Tes Kreativitas Verbal
I. Permulaan Kata
Instruksi :
Buatlah sebanyak mungkin kata-kata yang dimulai dengan suku kata yang
tertulis di atas kertas soal.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
Contoh :
Sa
Saya
Sakit
Sabang
Sabu
Saku
Sara
Perhatikan : Nama negara, nama kota, atau nama gunung boleh dipakai tetapi jangan
menulis nama orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. Ka2. So3. Ti4. Pu
Sambungan Lampiran 2 B
142
II. Menyusun Kata
Instruksi :
Susunlah sebanyak mungkin kata-kata dengan memakai huruf-huruf dari kata-
kata yang tertulis di kertas soal. Kata-kata tersebut dapat disusun dengan hanya
memakai sebagian dari huruf-huruf kata tersebut, atau semua huruf dari kata yang
telah diberikan.
Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk
menyusun satu kata baru.
Nama orang tidak boleh dipakai.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
Kota
Bata
Batu
Buta
Rata
Tabur
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. Proklamasi
2. Keajaiban
3. Perumahan
4. Kreativitas
Sambungan Lampiran 2 B
143
III. Membentuk Kalimat Tiga Kata
Instruksi :
Buatlah sebanyak mungkin kalimat yang terdiri dari tiga kata yang huruf
pertama tiap kata diberikan dalam soal. Urutan huruf boleh diubah. Tiap kalimat
hanya boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat-kalimat sebelumnya.
Boleh menggunakan nama orang.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
A-l-g
Gita lagi apa?
Gimana anak lucu?.
Apa Giman lupa?
Gita anak lucu.
Perhatikan : Kalimat terakhir tidak berlaku karena memakai dua kata dari kalimat
sebelumnya.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. A-m-p
2. B-i-r
3. S-n-U
4. K-d-t
Sambungan Lampiran 2 B
144
IV. Sifat-sifat yang Sama
Instruksi :
Setiap kali, akan diberikan dua sifat benda.
Pikirkan sebanyak mungkin benda (benda hidup atau mati) yang memiliki kedua sifat
tersebut.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
Merah dan cair
Darah
Sirup mawar
Saus tomat
Tinta merah
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. Bulat dan keras
2. Putih dan dapat dimakan
3. Panjang dan tajam
4. Panas dan berguna
Sambungan Lampiran 2 B
145
V. Macam-Macam Penggunaan Penggunaan Luar Biasa
Instruksi :
Pada tes ini, tugas Anda adalah memikirkan untuk apa saja benda sehari-hari ini
dapat dipakai di luar penggunaan yang lazim (yang biasa dan sudah umum dipakai
setiap orang). Jadi jangan menulis untuk apa benda itu pada umumnya atau biasanya
digunakan (diperuntukkan), tetapi pikirkan macam-macam penggunaan lainnya,
yakni penggunaan yang tidak lazim. Baik yang pernah Anda lihat atau alami sendiri,
maupun yang dapat Anda bayangkan.
Contoh :
Pensil, kita semua tahu bahwa pensil itu dibuat untuk menulis, menggambar,
mencatat dan sebagainya. Jadi pensil sebagai alat tulis-menulis. Ini adalah
penggunaan yang lazim. Jadi, dalam tes ini tidak perlu Anda tulis sebagai jawaban.
Selain sebagai alat tulis, pensil dapat juga digunakan sebagai alat penggaris bila
memang diperlukan dan sebagai alat penggaruk punggung yang gatal. Ini merupakan
beberapa penggunaan yang tidak biasa dari pensil dan inilah yang harus Anda
pikirkan dan Anda tuliskan sebagai jawaban. Coba pikirkan untuk apa lagi pensil itu
dapat digunakan. Pada halaman bawah kertas ini, tercantum beberapa benda sehari-
hari. Untuk setiap benda itu pikirkanlah bermacam-macam penggunaan yang tidak
biasa (tidak lazim), dan inilah yang Anda tuliskan.
Gunakan khayalan Anda untuk menemukan sebanyak mungkin penggunaan yang
tidak biasa (tidak lazim).
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. surat kabar2. kursi makan3. sapu ijuk4. batu bata
Sambungan Lampiran 2 B
146
VI. Apa Akibatnya
Instruksi :
Dalam setiap kalimat yang diberikan pada tes ini, dilukiskan suatu keadaan
yang biasanya tidak terdapat atau tidak mungkin terjadi di sini.
Bayangkan andaikata keadaan tersebut benar-benar terjadi, maka apa saja akibatnya.
Tuliskan sebanyak mungkin akibat-akibat atau apa saja yang akan terjadi jika
keadaan itu berlangsung di sini.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Butir-butir tes :
1. Apa akibatnya jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain ?
2. Apa akibatnya jika semua orang pandai ?
3. Apa akibatnya jika makan satu pil sehari cukup mengenyangkan ?
4. Apa akibatnya jika di Indonesia seperti di Eropa, ada musim dingin (di mana
salju turun dan air bisa menjadi beku).
Penjelasan tentang tes kreativitas
1. Permulaan Kata
Pada sub tes ini, responden harus memikirkan sebanyak mungkin kata-kata
yang diawali dengan susunan huruf tertentu yang diberikan. Tes ini mengukur
”kelancaran kata”, yaitu untuk menemukan kata-kata yang memenuhi persyaratan
struktural tertentu. Setiap kata mendapat skor satu jika memenuhi persyaratan, yaitu
kata tersebut mulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul
ejaannya sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan., akan tetapi tidak perlu
sempurna jika tidak menyangkut susunan huruf yang merupakan persyaratan. Dasar
pertimbangannya adalah bahwa tes ini tidak merupakan tes bahasa akan tetapi
merupakan tes kreativitas. Misal dituliskan ”Kalimatan”, yang seharusnya
Sambungan Lampiran 2 B
147
”Kalimantan”, ini betul dan mendapat skor satu karena penggunaan susunan huruf
”Ka” betul, akan tetapi jika ditulis ”kamari” yang seharusnya ”kemari”, jawaban ini
tidak betul karena di sini penggunaan susunan huruf ”ka” tidak tepat. Tiap butir soal
sub tes ini mempunyai batas waktu 1,5 menit.
2. Menyusun Kata
Pada subtes ini responden harus menyusun sebanyak mungkin kata-kata dengan
menggunakan huruf-huruf dari sebuah kata yang diberikan (anagram). Tes ini juga
mengukur ”kelancaran kata”, tetapi berbeda dengan ”permulaan kata” karena juga
menuntut keterampilan perseptual. Setiap susunan kata yang betul ejaannya dan tidak
menggunakan huruf – huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari butir tes, serta
tidak menggunakan suatu huruf dalam kata butir tes sampai dua kali kecuali seperti
huruf a dalam kata ’kreativitas’ diberikan skor satu. Selain itu singkatan-singkatan
tidak dibenarkan kecuali dalam percakapan sehari-hari sudah diterima sebagai suatu
kata misalnya ’TIVI’. Setiap butir sub tes ini mempunyai batas waktu 1,5 menit.
3. Membentuk Kalimat Tiga Kata
Pada subtes ini responden harus menyusun kalimat-kalimat yang terdiri dari
tiga kata, tetapi urutan dari penggunaan ketiga huruf tersebut boleh sekehendak
responden. Tes ini merupakan ukuran dari ”kelancaran dalam ucapan”. Tiap kalimat
boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat yang telah dipakai
sebelumnya. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali jika
menyangkut huruf pertama dari kata karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes
dan merupakan persyaratan tes. Misal butir tes A-m-p. Jika jawaban yang dituliskan
’Amir makan papaya’ yang seharusnya’’Amir makan pepaya’ ini mendapat skor.
Setiap butir soal subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit.
4. Sifat-Sifat yang Sama
Pada subtes ini responden harus menemukan sebanyak mungkin objek-objek
yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentuksn. Tes ini merupakan ukuran dari
’kelancaran dalam memberikan gagasan’ yaitu kemampuan mencetuskan gagasan
Sambungan Lampiran 2 B
148
yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Sifat-sifat yang
disebut pada masing-masing butir tes adalah sebagai berikut :
a. Bulat dan keras, bulat di sini adalah bulat gepeng atau bulat sepenuhnya, dan yang
dimaksud dengan keras adalah tahan terhadap tekanan atau tidak mudah berubah
bentuk bila ditekan.
b. Putih dan dapat dimakan, yang dimaksud dengan dapat dimakan adalah dalam arti
kata luas, meliputi makanan atau minuman dan bahan yang telah matang, telah
dimasak.
c. Panjang dan tajam, yang dimaksud dengan panjang di sini diartikan secara relatif
yang bentuknya memanjang tidak melebar, yang dimaksud dengan tajam adalah
semua benda yang ujungnya (tepinya) tajam.
d. Panas dan berguna, yang dimaksud dengan panas dan berguna adalah semua
benda yang kegunaannya adalah akibat dari kepanasan atau kehangatannya. Jika
kepanasan dari benda adalah akibat dari fungsinya akan tetapi tidak merupakan
sumber dari kegunaannya, maka jawaban seperti itu tidak mendapat skor.
Setiap jawaban yang benar diberi skor satu, dan setiap butir soal sub tes ini
mendapat batas waktu 1,5 menit.
5. Macam-Macam Penggunaan
Penggunaan sebuah benda sehari-hari yang telah ditentukan, akan tetapi
penggunaan-penggunaan tersebut haruslah merupakan penggunaan yang tidak lazim
atau tidak biasa. Tes ini merupakan ukuran dari ’fleksibilitas’, karena dalam tes ini
responden harus melepaskan diri dari kebiasaan untuk melihat setiap benda sebagai
alat melakukan hal / pekerjaan tertentu saja. Selain itu, tes ini juga mengukur
’originalitas dalam pemikiran’, yang dilihat dari kejarangan jawaban responden.
Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh (misalnya, surat kabar
boleh dirobek-robek untuk dijadikan bahan prakarya dan sebagainya). Setiap
jawaban yang benar diberi skor satu, dan jawaban yang hanya menggunakan bagian-
bagian tertentu dari benda tersebut dibenarkan. Setiap butir soal subtes ini
mempunyai batas waktu 1,5 menit.
Sambungan Lampiran 2 B
149
6. Apa Akibatnya
Pada subtes ini responden harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin
terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan. Tes ini
menuntut responden untuk menggunakan daya imajinasinya dan dapat menguraikan
gagasan-gagasannya. Jadi tes ini merupakan ukuran dari ’kelancaran dalam
memberikan gagasan’ yang dikombinasi dengan ’elaborasi’. Setiap jawaban yang
menunjuk pada akibat (yang masuk akal) dari kejadian hipotesis yang dilukiskan
mendapat skor satu, dan jawaban yang terperinci menambah skor. Misalnya terhadap
pertanyaan : ’Apa akibatnya jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain?’
jawabannya ;’Maka orang akan dapat mengetahui rahasia-rahasia orang lain. Dapat
mengetahui pikiran-pikiran jahatnya sehingga dapat menimbulkan permusuhan atau
saling tidak mempercayai lagi’. Jawaban ini mendapat skor empat,sebab ada empat
jawaban. Setiap butir soal ini memepunyai batas waktu 2 menit.
Lampiran 2B
139
Tes Kreativitas Verbal
Telah distandarisasikan oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA2007
158
Sambungan Lampiran 3B
Skor33 34 35 Total
1 1 1 270 0 1 71 0 0 110 1 0 120 1 1 211 1 1 280 0 0 41 1 1 280 0 0 101 1 1 271 1 1 241 1 1 240 0 0 90 1 1 170 0 1 81 1 0 191 0 0 91 1 1 251 1 1 281 1 1 251 1 1 260 1 0 130 0 0 51 1 1 261 1 0 221 1 1 261 1 1 261 1 1 271 1 1 250 0 0 9
19 21 19 568
0.63 0.70 0.630.37 0.30 0.37
0.23 0.21 0.23
bersambung
155
Sambungan Lampiran 3 A (Tahap II)
Skor29 30 31 33 34 35 Total
1 1 1 1 1 1 270 0 1 0 0 1 70 0 0 1 0 0 111 1 0 0 1 0 121 1 1 0 1 1 211 1 1 1 1 1 280 0 0 0 0 0 41 1 1 1 1 1 280 0 0 0 0 0 101 1 0 1 1 1 271 1 1 1 1 1 241 1 1 1 1 1 240 1 0 0 0 0 91 0 1 0 1 1 171 0 0 0 0 1 80 1 0 1 1 0 191 0 0 1 0 0 91 1 1 1 1 1 251 1 1 1 1 1 281 1 1 1 1 1 251 1 1 1 1 1 260 1 1 0 1 0 130 0 1 0 0 0 51 1 1 1 1 1 261 1 1 1 1 0 220 1 1 1 1 1 261 1 1 1 1 1 261 1 1 1 1 1 271 1 0 1 1 1 250 1 0 0 0 0 9
20 22 19 19 21 19 5680.67 0.73 0.63 0.63 0.70 0.630.33 0.27 0.37 0.37 0.30 0.37
22.75 22.59 22.37 23.84 23.62 23.4218.93 18.93 18.93 18.93 18.93 18.93
8.35 8.35 8.35 8.35 8.35 8.350.65 0.73 0.54 0.77 0.86 0.710.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Nomor Butir Soal
152
Sambungan Lampiran 3A (Tahap I)
Skor26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Total
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 300 0 0 0 0 1 0 0 0 1 80 1 0 0 0 0 0 1 0 0 120 0 1 1 1 0 0 0 1 0 150 1 0 1 1 1 1 0 1 1 251 1 1 1 1 1 0 1 1 1 320 1 0 0 0 0 0 0 0 0 60 1 1 1 1 1 0 1 1 1 310 0 1 0 0 0 0 0 0 0 100 1 1 1 1 0 1 1 1 1 311 1 1 1 1 1 0 1 1 1 281 1 1 1 1 1 0 1 1 1 280 1 0 0 1 0 1 0 0 0 120 0 1 1 0 1 0 0 1 1 180 0 0 1 0 0 0 0 0 1 100 1 1 0 1 0 1 1 1 0 240 0 0 1 0 0 0 1 0 0 111 0 0 1 1 1 0 1 1 1 290 1 1 1 1 1 1 1 1 1 330 1 1 1 1 1 0 1 1 1 281 1 1 1 1 1 0 1 1 1 290 0 0 0 1 1 0 0 1 0 150 0 0 0 0 1 0 0 0 0 61 1 0 1 1 1 1 1 1 1 280 1 0 1 1 1 1 1 1 0 230 1 0 0 1 1 1 1 1 1 281 1 1 1 1 1 1 1 1 1 281 1 1 1 1 1 1 1 1 1 290 1 1 1 1 0 1 1 1 1 270 0 0 0 1 0 1 0 0 0 139 20 16 20 22 19 12 19 21 19 647
0.30 0.67 0.53 0.67 0.73 0.63 0.40 0.63 0.70 0.630.70 0.33 0.47 0.33 0.27 0.37 0.60 0.37 0.30 0.37
29.00 25.60 26.31 25.65 25.73 25.05 25.08 26.79 26.62 26.3221.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57
9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.010.54 0.63 0.56 0.64 0.77 0.51 0.32 0.76 0.86 0.690.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid
Nomor Butir Soal
152
159
Lampiran 4 A
Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan PembelajaranDengan Media Power Point disertai Animasi
Aktivitas AwalAktivitas Inti Selama Proses Pembelajaran
Aktivitas Akhir
Pro
ses
Bel
ajar
Men
gaja
r
Aktivitas awal yang dilakukan guru adalah:1. Memotivasi siswa
dengan menayangkan audio-visual (CD/ Media Jadi) tentang Gerak Melingkar dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari baik itu secara mikroskopik maupun secara makroskopik yaitu; alat sentripetal, putaran roda bergigi, komedi putar, drum mollen, mobil yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran, mobil yang sedang menurun di dasar ½ lingkaran, gerakan jarum jam, dan sebagainya serta sistem Tata Surya, seperti rotasi bumi, putaran revolusi planet.
1. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok, masing-masing 4-5 siswa.
2. Guru menjelaskan materi-materi pokok tentang Gerak Melingkar dengan Power Point disertai Animasi.
3. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk memperoleh konsep tentang Gerak Melingkar.
4. Guru membagi soal-soal latihan dan siswa mengerjakannya secara kooperatif dengan saling asah, asuh dan asih (tutor sebaya).
5. Siswa mempresentasikan jawaban soal-soal dengan mewakilkan 2 siswa;sedangkan anggota yang lain menyimak dan mengevaluasinya.
6. Siswa berdiskusikembali untuk merevisi hasil presentasi sebagai umpan balik untuk ditindaklanjuti kebenarannya.
1. Guru membimbing diskusi sebagai moderator untuk menyimpulkan tentang besaran-besaran Fisika yang terdapat dalam konsep Gerak Melingkar, seperti: periode, frekuensi, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, gaya sentripetal dan sebagainya.
2. Guru memberikan tugas individual/kelompok sebagai pendalaman dan pengayaan materi.
3. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk dikumpulkan.
160
Lampiran 4 B
Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajarandengan Media MODUL Dilengkapi Alat Peraga
Aktivitas AwalAktivitas Inti Selama Proses Pembelajaran
Aktivitas Akhir
Pro
ses
Bel
ajar
Men
gaja
r
Aktivitas awal yang dilakukan guru adalah:1. Memotivasi siswa
dengan mendemonstrasikan beberapa alat peraga dan menunjukkan gambar hal-hal yang berkaitan dengan Gerak Melingkar dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-haribaik itu secara mikroskopik maupun secara makroskopik yaitu; alat sentripetal, putaran roda bergigi, komedi putar, drum mollen, mobil yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran, mobil yang sedang menurun di dasar ½ lingkaran, gerakan jarum jam, dan sebagainya serta sistem Tata Surya, seperti rotasi bumi, putaran revolusi planet.
1. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok, masing-masing 4-5 siswa.
2. Guru membagi Modul dan Lembar Kegiatan Siswa/Student Activity Sheet serta peralatan yang akan digunakan, yaitu; alat ukur (mistar, stopwatch) dan bahan seperti massa putar, massa beban, benang, selongsong kecil (bekas ballpoint).
3. Siswa membaca Modul dan Lembar Kegiatan Siswa/Student Activity Sheet serta bersama-sama secara kooperatif dalam kelompoknya merangkai peralatan untuk percobaan Gerak melingkar.
4. Siswa bereksperimen melakukan percobaan Gerak melingkar dan mencatat data-data pengamatan yang diperolehnya.
5. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk memperoleh konsep tentang Gerak Melingkar.
1. Guru membimbing diskusi sebagai moderator untuk menyimpulkan tentang besaran-besaran Fisika yang terdapat dalam konsep Gerak Melingkar, seperti: periode, frekuensi, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, gaya sentripetal dan sebagainya.
2. Guru memberikan tugas sebagai pendalaman dan pengayaan materi.
3. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan di Modul dan Lembar Kegiatan Siswa/Student Activity Sheet serta membuat laporan untuk dikumpulkan.
Lampiran 5 SILABUS
Mata Pelajaan : Fisika Alokasi Waktu per Semester: 36 jam pelajaranKelas/Semester : X/1Standar Kompetensi: 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/Alat
2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan
Gerak melingkar dengan laju konstan
frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linier, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal
Hubugan kecepatan sudut, dan kecepatan linier pada gerak roda berhubungan
Menemukan besaran frekuensi, periode, sudut tempuh, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal dan gaya sentripetal pada gerak melingkar melalui demonstrasi
Melakukan percobaan atau diskusi secara berkelompok untuk menyelidiki gerak yang menggunakan hubungan roda-roda
Menganalisis gerak melingkar beraturan dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas
Mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan
Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif
Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan
Penilaian kinerja (sikap dan praktik), laporan praktik, dan tes tertulis
8 jam Sumber: Buku Fisika yang relevan, Modul, Handout
Bahan: lembar kerja, bahan presentasi, hasil kerja siswa
Alat: alat sentripetal, stop watch, neraca, media presentasidan alat peraga untuk hubungan roda-roda
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/Alat
2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
Hukum Newton tentang gerak
Hukum Newton 1
Hukum Newton 2
Hukum Newton 3
Gesekan statis dan kinetis
Melakukan percobaan hukum Newton 1 dan 2 secara berkelompok di kelas
Menggambar gaya berat, gaya normal, dan gaya tegang tali dalam diskusi pemecahan masalah dinamika gerak lurus tanpa gesekan
Melakukan percobaan gerak benda misalnya dalam bidang miring untuk membedakan gesekan statis dan kinetis
Menghitung percepatan benda dalam sistem yang terletak pada bidang datar, bidang miring, dan sistem katrol dalam diskusi kelas
Melakukan praktik gaya sentripetal
Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari
Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalam kehidupan sehari-hari
Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan
Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 3 Newton dalam kehidupan sehari-hari
Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan
Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal
Menerapkan hukum Newtonpada gerak melingkar
Penilaian kinerja (sikap dan praktik), laporan praktik, dan tes tertulis
8 jam Sumber: Buku Fisika yang relevan
Bahan: lembar kerja, hasil kerja siswa, bahan presentasi
Alat: kereta dinamik , tiker timer, katrol, beban gantung, media presentasi
Surakarta, Juli 2006 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Fisika
Kepala SMA Negeri 7 Surakarta
Drs. Edy Pudiyanto Drs. N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.Pd NIP. 131624320 NIP.131470854
163
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANMata Pelajaran : FISIKAMateri Pokok : Gerak MelingkarKelas : XSemester : 1(satu)Waktu : 8 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.
B. Kompetensi Dasar :2.2. Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan.
C. Indikator :
1. Mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal,dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan
2. Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan.
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal,dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan
2. Siswa dapat menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Siswa dapat menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan.
E. Materi Pembelajaran1. Gerak melingkar2. Periode3. Frekuensi4. Laju linier5. Kecepatan sudut
164
6. Percepatan sentripetal7. Gaya sentripetal8. Hubungan roda-roda
F. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pengalaman Belajara. Gerak melingkar beraturan
1) Mengamati benda yang bergerak melingkar dari alam sekitar atau mendemonstrasikan alat misal : gerak jarum jam dinding, benda yang digantung kemudian diputar horizontal, vertikal, ayunan kerucut, putaran roda atau rotasi bumi.
2) Mendefinisikan konsep dasar besaran-besaran dalam gerak melingkar dari gejala yang diamati, seperti:
o Jari-jari putaran (r)o Frekuensi (f) o Periode putaran (T)o Laju liniero Kecepatan sudut (ω)o Percepatan sentripetal (as)o Gaya sentripetal (Fs)
3) Menghubungkan variable pada benda yang melakukan GMB untuk menyusun persamaan atau rumus.
2. Aktivitas Gurua. Memberi petunjuk pada siswa untuk melakukan percobaan b. Memancing pertanyaan yang mengarah tujuan c. Memberi tugas pada siswa d. Merangkum hasil pembahasan
G. Media Pembelajaran 1. Media Elektronik: Laptop, Komputer, OHP, LCD, Power Point (disertai
Animasi) 2. Media Cetak : Modul (dilengkapi Alat Peraga)
H. Tindak lanjut :1. Siswa dikatakan berhasil jika tingkat pencapaian 75 % atau lebih 2. Memberi program remidi untuk siswa yang pencapaiannya kurang dari 75 % 3. Memberi program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya di atas
75 %.
165
I. Sumber Bacaan1. Yohanes Surya (1997), Olimpiade Fisika, Jakarta : Galaxy. 2. Bob Foster (1999), Fisika Jilid I, Jakarta : Erlangga. 3. Marthen Kanginan (2006), Fisika I. Jakarta : Erlangga.4. Supono, dkk (1976), Energi Gelombang Medan I. Jakarta : Balai Pustaka. 5. Sunardi, Etsa Indra Irawan (2006), Fisika Bilingual X. Bandung: Yrama
Widya6. Efrizon Umar (2004), Fisika dan Kecakapan Hidup X. Bandung:Ganeqa
Exact7. Supiyanto (2006), Fisika X. Jakarta:Phiβeta
Surakarta, Juli 2006 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Fisika
Kepala SMA Negeri 7 Surakarta
Drs. Edy Pudiyanto Drs. N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.PdNIP. 131624320 NIP.131470854
166
Sambungan Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Mata Pelajaran : FISIKAMateri Pokok : Dinamika Gerak LurusKelas : XSemester : 1(satu)Waktu : 10 x 45 menit
A. Standar Kompetensi: 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.
B. Kompetensi Dasar:
2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan.
C. Indikator:
1. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum I Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari
3. Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan
4. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari
5. Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan
6. Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal
7. Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum I Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari
2. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari
3. Siswa dapat menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan
167
4. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari
5. Siswa dapat menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan
6. Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton pada gerak vertikal
7. Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton pada gerak melingkar.
E. Materi Pembelajaran:2.1.Dinamika Gerak Lurus
2.1.1. Hukum I Newton2.1.2. Hukum II Newton2.1.3. Hukum III Newton2.1.4. Gaya Gesekan
F. Langkah-langkah Pembelajaran: 1. Pengalaman Belajar
a. Hukum I Newton1). Melakukan percobaan tentang kelembaman2). Mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi secara kualitatif.3). Menyimpulkan dan mendifinisikan hukum kelembaman benda terhadap
kondisi benda.4). Menyebutkan beberapa contoh kejadian yang berhubungan dengan
kelembaman.5). Menerapkan persamaan Hukum I Newton untuk menyelesaikan soal.
b. Hukum II Newton1). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara
percepatan, massa benda dan gaya yang bekerja pada benda.2). Menyatakan hubungan besaran-besaran di atas dalam persamaan F = m.a3). Mendefinisikan percepatan gerak benda dari persamaan Hukum II Newton
yang selanjutnya dikenal dengan bunyi Hukum II Newton4). Mendiskusikan dan menuliskan tentang macam-macam gaya.
c. Hukum III Newton1). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara
arah, besar gaya yang bekerja pada dua benda/lebih dan menghasilkan resultan nol.
2). Menyatakan hubungan besaran-besaran di atas dalam persamaan matematik: gaya aksi = - gaya reaksi
3). Mendefinisikan hukum III Newton dari percobaan
168
4). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara arah, besar gaya yang bekerja pada dua benda/lebih dan menghasilkan resultan sama dengan nol.
d. Gaya Gesekan1). Melakukan percobaan dengan meluncurkan benda di atas lantai2). Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek.3). Merumuskan persamaan gaya gesekan secara matematis.4). Menerapkan persamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.5). Menyelesaikan soal-soal.
2. Aktivitas Gurua. Memberi petunjuk melakukan percobaan b. Memberi pertanyaan yang memancing tercapainya tujuan c. Memberi tugas yang berhubungan dengan peristiwa kehidupan sehari-hari.d. Merangkum hasil belajar.
G. Media Pembelajaran1. Media Elektronik: Laptop, Komputer, OHP, LCD, Power Point (disertai
Animasi) 2. Media Cetak : Modul (dilengkapi Alat Peraga)
3. Media lain: Charta, Ticker timer, Kertas grafik, Papan luncur, Penggaris, Stop watch, Kelereng
H. Penilaian dan Tindak Lanjut
1. Penilaian : tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian. . 2. Tindak lanjut
a. Siswa dikatakan berhasil jika tingkat pencapaiannya 75 % atau lebihb. Memberi program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaiannya kurang
dari 75 %c. Memberi program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya di
atas 75 %
I. Sumber Bacaan1. Marthen Kanginan (1999). Fisika SMU Kelas I, Jakarta : Erlangga. 2. Anton J. Esomar ( 1998). Fisika SMU I, Jakarta : Erlangga. 3. Yohanes Surya (1997), Olimpiade Fisika, Jakarta : Galaxy. 4. Bob Foster (1999), Fisika Jilid I, Jakarta : Erlangga.
169
5. Marthen Kanginan (2006), Fisika I. Jakarta : Erlangga.6. Supono, dkk (1976), Energi Gelombang Medan I. Jakarta : Balai Pustaka. 7. Sunardi, Etsa Indra Irawan (2006), Fisika Bilingual X. Bandung: Yrama
Widya8. Efrizon Umar (2004), Fisika dan Kecakapan Hidup X. Bandung:Ganeqa
Exact9. Supiyanto (2006), Fisika X. Jakarta:Phiβeta
Surakarta, Juli 2006
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran FisikaKepala SMA Negeri 7 Surakarta
Drs. Edy Pudiyanto Drs.N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.PdNIP. 131624320 NIP.131470854
170
Lampiran 7
DATA INDUK PENELITIAN
(Skor Tes Prestasi Belajar Fisika)
Media Pembelajaran (A)Kreativitas (B)
Power PointDisertai Animasi
(A-1)
ModulDilengkapi Alat Peraga
(A-2)
Tinggi(B-1)
92, 95, 73, 81,84, 92, 89, 81,70, 81, 95, 97,92, 78, 76, 70,70, 70, 73, 84
81, 68, 62, 62,70, 62, 62, 73,65, 65, 65, 70,68, 65, 62, 70,68, 68, 78, 65
Rendah(B-2)
65, 46, 65, 59,62, 43, 68, 57,57, 51, 68, 46,43, 46, 46, 51,65, 57, 51, 46
43, 59, 46, 59,57, 59, 59, 54,59, 59, 54, 59,54, 57, 54, 59,59, 57, 49, 51
Keterangan:
A-1 : Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi sebagai Kelas Eksperimen
A-2 : Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Moduldilengkapi Alat Peraga sebagai Kelas Kontrol (Pembanding)
B-1 : Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi
B-2 : Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah
172
Sambungan Lampiran 8A81 0.76 0.2764 0.7764 0.7750 0.001481 0.76 0.2764 0.7764 0.7750 0.001481 0.76 0.2764 0.7764 0.7750 0.001484 0.94 0.3389 0.8389 0.8250 0.013984 0.94 0.3389 0.8389 0.8250 0.013989 1.24 0.3925 0.8925 0.8500 0.042592 1.42 0.4222 0.9222 0.9250 0.002892 1.42 0.4222 0.9222 0.9250 0.002892 1.42 0.4222 0.9222 0.9250 0.002895 1.60 0.4452 0.9452 0.9750 0.029895 1.60 0.4452 0.9452 0.9750 0.029897 1.72 0.4573 0.9573 1.0000 0.0427
N : 40 L0 : 0,1031
Sigma : 2735 Lt (0.05; 40) : 0,1400
Rerata : 68.38 Karena L0 = 0,1031 < Lt = 0,1400
Varians : 275.78 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 16.61 data A1 berdistribusi normal
173
Lampiran 8B Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan MediaPembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding)
H0 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Kolom A-2 Berdistribusi Normal
H1 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Kolom A-2 Tak Berdistribusi Normal
A2 zi Ftabel Fzi Szi [Fzi-Szi]43 -2.34 0.4904 0.0096 0.0250 0.015446 -1.95 0.4744 0.0256 0.0500 0.024449 -1.57 0.4418 0.0582 0.0750 0.016851 -1.32 0.4066 0.0934 0.1000 0.006654 -0.94 0.3264 0.1736 0.2000 0.026454 -0.94 0.3264 0.1736 0.2000 0.026454 -0.94 0.3264 0.1736 0.2000 0.026454 -0.94 0.3264 0.1736 0.2000 0.026457 -0.56 0.2123 0.2877 0.2750 0.012757 -0.56 0.2123 0.2877 0.2750 0.012757 -0.56 0.2123 0.2877 0.2750 0.012759 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*59 -0.30 0.1179 0.3821 0.5000 0.1179*62 0.08 0.0319 0.5319 0.6250 0.093162 0.08 0.0319 0.5319 0.6250 0.093162 0.08 0.0319 0.5319 0.6250 0.093162 0.08 0.0319 0.5319 0.6250 0.093162 0.08 0.0319 0.5319 0.6250 0.0931
bersambung
176
Sambungan Lampiran 8C81 0.58 0.2190 0.7190 0.7750 0.056081 0.58 0.2190 0.7190 0.7750 0.056081 0.58 0.2190 0.7190 0.7750 0.056081 0.58 0.2190 0.7190 0.7750 0.056084 0.87 0.3078 0.8078 0.8250 0.017284 0.87 0.3078 0.8078 0.8250 0.017289 1.34 0.4099 0.9099 0.8500 0.059992 1.62 0.4474 0.9474 0.9250 0.022492 1.62 0.4474 0.9474 0.9250 0.022492 1.62 0.4474 0.9474 0.9250 0.022495 1.90 0.4713 0.9713 0.9750 0.003795 1.90 0.4713 0.9713 0.9750 0.003797 2.09 0.4817 0.9817 1.0000 0.0183
N : 40 L0 : 0,1386
Sigma : 2992 Lt (0.05; 40) : 0,1400Rerata : 74.80 Karena L0 = 0,1386 < Lt = 0,1400
Varians : 112.78 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 10.62 data B1 berdistribusi normal
178
Sambungan Lampiran 8D59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*59 0.58 0.2190 0.7190 0.8500 0.1310*62 1.01 0.3438 0.8438 0.8750 0.031265 1.44 0.4251 0.9251 0.9500 0.024965 1.44 0.4251 0.9251 0.9500 0.024965 1.44 0.4251 0.9251 0.9500 0.024968 1.87 0.4693 0.9693 1.0000 0.030768 1.87 0.4693 0.9693 1.0000 0.0307
N : 40 L0 : 0,1310
Sigma : 2199 Lt (0.05; 40) : 0,1400Rerata : 54.98 Karena L0 = 0,1310 < Lt = 0,1400
Varians : 48.54 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 6.97 data B2 berdistribusi normal
179
Lampiran 8E Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisikadari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasiuntuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1)
H0 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel- 1Berdistribusi Normal
H1 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel- 1Tak Berdistribusi Normal
A1B1 zi F tabel Fzi Szi [Fzi-Szi]70 -1.28 0.3997 0.1003 0.2000 0.099770 -1.28 0.3997 0.1003 0.2000 0.099770 -1.28 0.3997 0.1003 0.2000 0.099770 -1.28 0.3997 0.1003 0.2000 0.099773 -0.96 0.3315 0.1685 0.3000 0.1315*73 -0.96 0.3315 0.1685 0.3000 0.1315*76 -0.65 0.2422 0.2578 0.3500 0.092278 -0.44 0.1700 0.3300 0.4000 0.070081 -0.12 0.0478 0.4522 0.5500 0.097881 -0.12 0.0478 0.4522 0.5500 0.097881 -0.12 0.0478 0.4522 0.5500 0.097884 0.19 0.0754 0.5754 0.6500 0.074684 0.19 0.0754 0.5754 0.6500 0.074689 0.72 0.2642 0.7642 0.7000 0.064292 1.04 0.3508 0.8508 0.8500 0.000892 1.04 0.3508 0.8508 0.8500 0.000892 1.04 0.3508 0.8508 0.8500 0.000895 1.35 0.4115 0.9115 0.9500 0.038595 1.35 0.4115 0.9115 0.9500 0.038597 1.56 0.4406 0.9406 1.0000 0.0594
N : 20 L0 : 0,1315
Sigma : 1643 Lt (0.05; 20) : 0,1900Rerata : 82.15 Karena L0 = 0,1315 < Lt = 0,1900
Varians : 90.13 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 9.49 data A1B1 berdistribusi normal
180
Lampiran 8F Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisikadari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasiuntuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2)
H0 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 2 Berdistribusi Normal
H1 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 2 Tak Berdistribusi Normal
A1B2 zi F tabel Fzi Szi [Fzi-Szi]43 -1.33 0.4082 0.0918 0.1000 0.008243 -1.33 0.4082 0.0918 0.1000 0.008246 -0.98 0.3365 0.1635 0.3500 0.1865*46 -0.98 0.3365 0.1635 0.3500 0.1865*46 -0.98 0.3365 0.1635 0.3500 0.1865*46 -0.98 0.3365 0.1635 0.3500 0.1865*46 -0.98 0.3365 0.1635 0.3500 0.1865*51 -0.41 0.1591 0.3409 0.5000 0.159151 -0.41 0.1591 0.3409 0.5000 0.159151 -0.41 0.1591 0.3409 0.5000 0.159157 0.27 0.1064 0.6064 0.6500 0.043657 0.27 0.1064 0.6064 0.6500 0.043657 0.27 0.1064 0.6064 0.6500 0.043659 0.50 0.1915 0.6915 0.7000 0.008562 0.85 0.3023 0.8023 0.7500 0.052365 1.19 0.3830 0.8830 0.9000 0.017065 1.19 0.3830 0.8830 0.9000 0.017065 1.19 0.3830 0.8830 0.9000 0.017068 1.53 0.4370 0.9370 1.0000 0.063068 1.53 0.4370 0.9370 1.0000 0.0630
N : 20 L0 : 0,1865
Sigma : 1092 Lt (0.05; 20) : 0,1900Rerata : 54.60 Karena L0 =0,1865 < Lt = 0,1900
Varians : 76.46 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 8.74 data A1B2 berdistribusi normal
181
Lampiran 8G Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisikadari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peragauntuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3)
H0 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 3 Berdistribusi Normal
H1 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 3 Tak Berdistribusi Normal
A2B1 zi F tabel Fzi Szi [Fzi-Szi]62 -1.04 0.3508 0.1492 0.2500 0.100862 -1.04 0.3508 0.1492 0.2500 0.100862 -1.04 0.3508 0.1492 0.2500 0.100862 -1.04 0.3508 0.1492 0.2500 0.100862 -1.04 0.3508 0.1492 0.2500 0.100865 -0.47 0.1808 0.3192 0.5000 0.1808*65 -0.47 0.1808 0.3192 0.5000 0.1808*65 -0.47 0.1808 0.3192 0.5000 0.1808*65 -0.47 0.1808 0.3192 0.5000 0.1808*65 -0.47 0.1808 0.3192 0.5000 0.1808*68 0.10 0.0398 0.5398 0.7000 0.160268 0.10 0.0398 0.5398 0.7000 0.160268 0.10 0.0398 0.5398 0.7000 0.160268 0.10 0.0398 0.5398 0.7000 0.160270 0.48 0.1844 0.6844 0.8500 0.165670 0.48 0.1844 0.6844 0.8500 0.165670 0.48 0.1844 0.6844 0.8500 0.165673 1.06 0.3554 0.8554 0.9000 0.044678 2.01 0.4778 0.9778 0.9500 0.027881 2.58 0.4951 0.9951 1.0000 0.0049
N : 20 L0 : 0,1808
Sigma : 1349 Lt (0.05; 20) : 0,1900Rerata : 67.45 Karena L0 = 0,1808 < Lt = 0,1900
Varians : 27.63 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 5.26 data A2B1 berdistribusi normal
182
Lampiran 8H Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisikadari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peragauntuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4)
H0 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 4 Berdistribusi Normal
H1 : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 4 Tak Berdistribusi Normal
A2B2 zi F tabel Fzi Szi [Fzi-Szi]43 -2.58 0.4951 0.0049 0.0500 0.045146 -1.96 0.4750 0.0250 0.1000 0.075049 -1.33 0.4082 0.0918 0.1500 0.058251 -0.91 0.3186 0.1814 0.2000 0.018654 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.010354 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.010354 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.010354 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.010357 0.35 0.1368 0.6368 0.5500 0.086857 0.35 0.1368 0.6368 0.5500 0.086857 0.35 0.1368 0.6368 0.5500 0.086859 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*59 0.76 0.3764 0.8764 1.0000 0.1236*
N : 20 L0 : 0,1236
Sigma : 1107 Lt (0.05; 20) : 0,1900Rerata : 55.35 Karena L0 = 0,1236 < Lt = 0,1900
Varians : 22.87 maka H0 diterima, kesimpulannya
SD : 4.78 data A2B2 berdistribusi normal
183
Lampiran 9
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas variansi mempergunakan teknik Uji Bartlett, dengan rumus
sebagai berikut:
22 log110 ii snBIn
1/1 22iii nsns
1log 2ii nsB
Teknik ini digunakan untuk menguji 222
210 ....: kH melawan :1H
paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Dalam penelitian ini, pengujian
homogenitas varians dilakukan pada varians kelompok (sel) 1,2,3, dan 4. Hasil
pengujian disajikan berikut ini.
Hipotesis Statistik: 222
212
221
2110 : BABABABAH
1H : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett
Sampel dk 1/(dk) s2i log s2
i (dk) log s2i
1 (A1B1) 19 0,05 90,13 1,9549 37,14252 (A1B2) 19 0,05 76,46 1,8834 35,78533 (A2B1) 19 0,05 27,63 1,4414 27,38624 (A2B2) 19 0,05 22,87 1,3593 25,8261Jumlah 76 - - - 126,1401
184
Sambungan Lampiran 9
Varians gabungan dari 4 kelompok tersebut adalah sbb.:
19 (90,13) +19 (76,46) + 19(27,63) +19(22,87)s2 = 19 + 19+ 19 + 19
89,6676
21,5084
76
53,43497,52474,145247,1712
sehingga log s2 = 1,8254
dan B = (1,8254) (76) = 138,7304
2 = (2,3026) (138,7304 –126,1401) = 28,9904
Perhitungan uji Bartlett menghasilkan 2 sebesar 28,9904
Dari tabel distribusi Chir-kuadrat dengan dk = 3 pada taraf = 0,05 diperoleh
t2
0,95 (3) = 7,81 Ternyata bahwa 2 = 28,9904 > 7,81 sehingga hipotesis
2
222
122
212
110 : BABABABAH diterima dalam taraf = 0,05
Dengan demikian, hipotesis nol yang menyatakan bahwa varians-varians pada
kelompok 1 (sel A1-B1), kelompok 2 (sel A1-B2), kelompok 3 (sel A2-B1),
dan kelompok 4 (sel A2-B2) adalah sama. Kesimpulannya adalah varians –
varians antar sel (kelompok) tersebut homogen.
154
Lampiran 10A
Hasil Skor Tes KreativitasSiswa Kelas X-2,X-8 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen)
Resp. Skor Kategori KreativitasNo. Tinggi / Rendah1 65 RENDAH2 46 RENDAH3 65 RENDAH4 92 TINGGI5 59 RENDAH6 95 TINGGI7 62 RENDAH8 43 RENDAH9 73 TINGGI10 81 TINGGI11 68 RENDAH12 84 TINGGI13 57 RENDAH14 92 TINGGI15 89 TINGGI16 57 RENDAH17 51 RENDAH18 68 RENDAH19 81 TINGGI20 70 TINGGI21 81 TINGGI22 46 RENDAH23 43 RENDAH24 95 TINGGI25 97 TINGGI26 46 RENDAH27 46 RENDAH28 92 TINGGI29 51 RENDAH30 78 TINGGI31 76 TINGGI32 70 TINGGI33 65 RENDAH34 70 TINGGI35 57 RENDAH36 51 RENDAH37 70 TINGGI38 73 TINGGI39 84 TINGGI40 46 RENDAH
186
Lampiran 10B
Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA Negeri 7 Surakarta (Pembanding/Kontrol)
Resp. Skor Kategori KreativitasNo. Tinggi / Rendah1 43 RENDAH2 81 TINGGI3 68 TINGGI4 59 RENDAH5 62 TINGGI6 62 TINGGI7 46 RENDAH8 59 RENDAH9 57 RENDAH10 70 TINGGI11 62 TINGGI12 62 TINGGI13 59 RENDAH14 59 RENDAH15 73 TINGGI16 54 RENDAH17 59 RENDAH18 59 RENDAH19 54 RENDAH20 65 TINGGI21 59 RENDAH22 65 TINGGI23 54 RENDAH24 65 TINGGI25 70 TINGGI26 68 TINGGI27 65 TINGGI28 62 TINGGI29 57 RENDAH30 70 TINGGI31 54 RENDAH32 68 TINGGI33 59 RENDAH34 68 TINGGI35 78 TINGGI36 59 RENDAH37 57 RENDAH38 65 TINGGI39 49 RENDAH40 51 RENDAH
186
188
Lampiran 11 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan dengan Teknik Statistik Dua Jalan
No. A1 (A1)2 No. A2 (A2)2 No. B1 (B1)2 No. B2 (B2)2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)1 92 8464 1 81 6561 1 92 8464 1 65 42252 95 9025 2 68 4624 2 95 9025 2 46 21163 73 5329 3 62 3844 3 73 5329 3 65 42254 81 6561 4 62 3844 4 81 6561 4 59 34815 84 7056 5 70 4900 5 84 7056 5 62 38446 92 8464 6 62 3844 6 92 8464 6 43 18497 89 7921 7 62 3844 7 89 7921 7 68 46248 81 6561 8 73 5329 8 81 6561 8 57 32499 70 4900 9 65 4225 9 70 4900 9 57 324910 81 6561 10 65 4225 10 81 6561 10 51 260111 95 9025 11 65 4225 11 95 9025 11 68 462412 97 9409 12 70 4900 12 97 9409 12 46 211613 92 8464 13 68 4624 13 92 8464 13 43 184914 78 6084 14 65 4225 14 78 6084 14 46 211615 76 5776 15 62 3844 15 76 5776 15 46 211616 70 4900 16 70 4900 16 70 4900 16 51 260117 70 4900 17 68 4624 17 70 4900 17 65 422518 70 4900 18 68 4624 18 70 4900 18 57 324919 73 5329 19 78 6084 19 73 5329 19 51 260120 84 7056 20 65 4225 20 84 7056 20 46 211621 65 4225 21 43 1849 21 81 6561 21 43 184922 46 2116 22 59 3481 22 68 4624 22 59 348123 65 4225 23 46 2116 23 62 3844 23 46 211624 59 3481 24 59 3481 24 62 3844 24 59 348125 62 3844 25 57 3249 25 70 4900 25 57 324926 43 1849 26 59 3481 26 62 3844 26 59 348127 68 4624 27 59 3481 27 62 3844 27 59 348128 57 3249 28 54 2916 28 73 5329 28 54 291629 57 3249 29 59 3481 29 65 4225 29 59 348130 51 2601 30 59 3481 30 65 4225 30 59 348131 68 4624 31 54 2916 31 65 4225 31 54 291632 46 2116 32 59 3481 32 70 4900 32 59 348133 43 1849 33 54 2916 33 68 4624 33 54 291634 46 2116 34 57 3249 34 65 4225 34 57 324935 46 2116 35 54 2916 35 62 3844 35 54 291636 51 2601 36 59 3481 36 70 4900 36 59 348137 65 4225 37 59 3481 37 68 4624 37 59 348138 57 3249 38 57 3249 38 68 4624 38 57 324939 51 2601 39 49 2401 39 78 6084 39 49 240140 46 2116 40 51 2601 40 65 4225 40 51 2601
Total 2735 197761 Total 2456 153222 Total 2992 228200 Total 2199 122783Mean 68.38 Mean 61.40 Mean 74.80 Mean 54.98Modus 46 Modus 59 Modus 70 Modus 59Median 69 Median 60.50 Median 70 Median 57Varians 275.78 Varians 62.14 Varians 112.78 Varians 48.54SD 16.61 SD 7.88 SD 10.62 SD 6.97Max. 97 Max. 81 Max. 97 Max. 68Min. 43 Min. 43 Min. 62 Min. 43Range 54 Range 38 Range 35 Range 25
160
Sambungan Lampiran 12
7. Rekapitulasi Perhitungan Statistik Deskriptif untuk Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 = A2B1)
Total 1349Mean 67,45Modus 62Median 66,50Varians 27,63SD 5,26Max. 81Min. 62Range 19
8. Rekapitulasi Perhitungan Statistik Deskriptif untuk Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 = A2B2)
Total 1107Mean 55,35Modus 59Median 57Varians 22,87SD 4,78Max. 59Min. 43Range 16
161
Lampiran 13A
Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan
dalam Anava Faktorial 2x2
Berdasarkan Lampiran 8 dan 9 di depan, besaran-besaran statistik yang diperlukan
untuk analisis dengan teknik Anava dua jalur pada desain faktorial 2x2 dapat
diketahui sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut ini.
Media Pembelajaran (A)Kreativitas (B)
StatistikPower Point
(A-1)Modul(A-2) b
n 20 20 40
X 1643 1349 2992
TINGGI (B-1) 2X 136685 91515 228200
X 82,15 67,45 74,802S 90,13 27,63 112,78
S 9,49 5,26 10,62n 20 20 40
X 1092 1107 2199
RENDAH (B-2) 2X 61076 61707 122783
X 54,60 55,35 54,982S 76,46 22,87 48,54
S 8,74 4,78 6,97n 40 40 80
X 2735 2456 5191
k 2X 197761 153222 350983
X 68,38 61,40 64,892S 275,78 62,14 179,14
S 16,61 7,88 13,38
193
Lampiran 13B
Hasil Analisis Data Inferensial dengan Teknik Statistik ANAVA (Analisis
Varians) Dua Jalan untuk Pengujian Hipotesis
Langkah-langkah Perhitungan:
1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total atau JK (T) = 2tX = 350983
dengan db = (a-1)(b-1) (n) = (2-1) (2-1) (80) = 80
2. Menghitung Jumlah Kuadrat Rerata atau JK (rerata) dengan rumus sbb:
80
26946481
80
5191 22
t
t
n
X336831,01
dengan db = 1
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi atau JK (TR) dengan rumus sbb.:
JK (TR) = JK (T) – JK (rerata) = 350983 – 336831,01 = 14151,99
dengan db = (a-1)(b-1) (n) –1 = (2-1)(2-1)(80) – 1 = 1 x 1 x 80 – 1 = 79
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok atau JK (AK) dengan rumus sbb.:
AKJK =
t
t
i
i
n
X
n
X 2
80
5191
20
1107
20
1349
20
1092
20
1643 22222
194
01,33683145,6127205,9099020,5962345,134972
= 346858,15-336831,01
= 10027,14
dengan db = a – 1 = 2-1 = 1
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok JK (DK) dengan rumus sbb.:
DKJK =
i
i n
XX
2
2
=
20
110761707
20
134991515
20
109261076
20
1643136685
2222
= (1712,55) + (1452,80) + (524,95)+ (434,55)
= 4124,85
dengan db = ab (n-1) = 2x2 (20-1) = 76
6. Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi atau JK (TR) dengan rumus sbb.:
JK (TR) = JK (AK) + JK (DK) -----hasilnya harus sama besarnya dengan langkah 3
= 10027,14 + 4124,85
= 14151,99
dengan db = (a-1)(b-1) (n) -1 = 1 x 1 x 80 -1 = 79
7. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar = JK (A) yang meliputi Jumlah Kuadrat :
a. Antar Kolom dengan rumus sebagai berikut:
195
t
t
k
k
k
kA n
X
n
X
n
XJK
2
2
2
2
1
2
1)(
80
5191
40
2456
40
2735 222
01,3368314,15079862,187005
= 973,01
dengan db = b-1 = 2-1 = 1
b. Antar Baris dengan rumus sebagai berikut:
t
t
b
b
b
bAB n
X
n
X
n
XJK
2
2
2
2
1
2
1)(
80
5191
40
2199
40
2992 222
01,33683102,1208906,223801
= 7860,61
dengan db = a-1 = 2-1 = 1
8. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi atau JK (I) dengan rumus sbb.:
)()()()( AABAKi JKJKJKJK
= 10027,14 – 7860,61 –973,01
= 1193,52
dengan db = (a-1) (b-1) =1x1 =1
196
9. Memasukkan hasil hitungan yang telah diperoleh ke dalam Tabel ANAVA berikut
Tabel ANAVA Dua Jalur pada Desain Faktorial 2x2
Sumber db JK RJK F-hitung F-tabelVariasi (Fh) (Ft)
Antar Kolom (A) 1 973,01 973,01 17,92 3,97Antar Baris (B) 1 7860,61 7860,61 144,84 3,97Interaksi (AXB) 1 1193,52 1193,52 21,99 3,97Antar Kelompok 3 10027,14 3342,38 - -Dalam Kelompok 76 4124,85 54,27 - -Total Direduksi 79 14151,99 179,13 - -Rerata 1 336831,01 336831,01Total 80 350983 4387,28 - -
10. Menentukan atau Menetapkan Kriteria Pengujian
a. Jika untuk antarkolom Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Jika untuk antarbaris Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan.
c. Jika untuk interaksi Fh > Ft, maka terdapat interaksi.
11. Menafsirkan Hasil Pengujian dan Menarik Simpulan
Dari hasil pengujian analisis varians dua jalur dapat diketahui untuk:
a. Kolom, Fh = 17,92 > Ft = 3,97, maka terdapat perbedaan signifikan
antarkolom. Simpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara
Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai
Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga.
b. Baris, Fh = 144,84 > Ft = 3,97 maka terdapat perbedaan signifikan antarbaris.
Simpulannya adalah terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar
197
Fisika antara siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi dengan siswa yang
memiliki Kreativitas Rendah.
c. Interaksi, Fh = 21,99 > Ft = 3,97 maka terdapat interaksi. Simpulannya adalah
terdapat interaksi antara Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang
diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga dengan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa.
Karena terdapat perbedaan yang signifikan antarkolom dan antarbaris, maka
untuk mengetahui manakah di antara rerata ( 4321 ,, XdanXXX ) yang lebih tinggi
secara signifikan, perlu dilakukan uji lanjut dengan Uji Tukey (sebab besar sampel
antara dua kelompok sama besar, yaitu N=20)
12. Melakukan uji lanjut dengan Uji Tukey
Hipotesis Statistik untuk Uji Beda Rerata
1) 210 : AAH
211 : AAH
2) 210 : BBH
211 : BBH
3) 21110 : BABAH
21111 : BABAH
4) 12110 : BABAH
12111 : BABAH
antarkolom
antarbaris
antara sel 1 dan sel 2
antara sel 1 dan sel 3
198
5) 22110 : BABAH
22111 : BABAH
6) 12210 : BABAH
12211 : BABAH
7) 22210 : BABAH
22211 : BABAH
8) 22120 : BABAH
22121 : BABAH
Rumus Tuckey
n
RJKD
XXQ ji
Keterangan:Q = Angka Tuckey
iX = rerata kelompok ke-i
jX = rerata kelompok ke-j
n = banyak data tiap kelompok ni =nj
RJKD = Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
n
RJKD=
20
27,54 = 1,647 (dibulatkan 1,65) dengan n = 20 (sel)
n
RJKD=
40
27,54 = 1,164 (dibulatkan 1,16) dengan n = 40 (kolom)
Perhitungan:
16,1
40,6138,681Q 6,02 > 2,73 (Qt untuk n = 40,α = 0,05) signifikan
antara sel 1 dan sel 4
antara sel 2 dan sel 3
antara sel 2 dan sel 4
antara sel 3 dan sel 4
199
09,1716,1
98,548,742
Q > 2,73 (Qt untuk n = 40, α = 0,05) signifikan
7,1665,1
6,5415,823
Q > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan
91,865,1
45,6715,824
Q > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan
24,1665,1
35,5515,825
Q > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan
79,765,1
45,676,546
Q < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan
45,065,1
35,556,547
Q < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan
33,765,1
35,5545,678
Q > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan
Kesimpulan:
1. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media
Modul dilengkapi Alat Peraga. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi lebih baik hasilnya daripada siswa
yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga.
2. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi
Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada
siswa yang memiliki kreativitas rendah.
200
3. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi Belajar
Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa
yang memiliki kreativitas rendah apabila mereka diajar dengan Media Power
Point disertai Animasi.
4. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media
Modul dilengkapi Alat Peraga pada mereka yang memiliki kreativitas tinggi .
Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif (cocok) diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi daripada diajar dengan Media Modul
dilengkapi Alat Peraga.
5. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga
pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Media Power Point disertai
Animasi lebih efektif atau cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas
tinggi, dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga lebih efektif atau cocok
digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
6. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang
diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki
kreativitas rendah dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat
201
Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Artinya, penggunaan Media
Power Point disertai Animasi maupun Media Modul dilengkapi Alat Peraga sama
sekali tidak berpengaruh pada peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa baik yang
memiliki kreativitas tinggi maupun rendah.
7. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang
diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan yang diajar dengan Media
Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas rendah, kedua metode tersebut
tidak ada pengaruhnya dalam peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa.
8. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar
dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dengan yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa
yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan Media Modul dilengkapi Alat
Peraga lebih efektif atau cocok dalam meningkatan Prestasi Belajar Fisika mereka
daripada yang memiliki kreativitas rendah.
top related