pengaruh model pembelajaran problem composing …
Post on 03-Apr-2022
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MA NEGERI 02
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Composing terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar fisika
siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen
yang dilaksanakan dengan membandingkan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol desain penelitian ini pre-test post-test group design. Sebagai populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 234 siswa dari 7 kelas. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan cara arisan.
Pengumpulan data berupa tes, data tes yang sudah dianalisis dengan uji-t,
berdasarkan uji-t pada taraf α = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (5,74 > 1,67). Rata-rata
akhir hasil belajar fisika kelas eksperimen sebesar 83 sedangkan pada kelas kelas
kontrol sebesar 73. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran
Problem Composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MA Negeri 2
Lubuklinggau Tahun 2015/2016.
Kata kunci: Problem Composing, hasil belajar, fisika.
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan dapat dilihat
dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan
pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern yang
berasal dari dalam diri dan faktor ekstern yang berasal dari lingkungan sehari-
hari. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, fisika sebagai salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal sangat memegang
peranan penting. Menyadari pentingnya fisika sebagai salah satu penompang
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hasil belajar fisika di
setiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian serius. Upaya peningkatan
hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh kualitas dan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar di setiap jenjang pendidikan. Menurut Buchori (dalam
Trianto, 2010:1), pendidikan siswa yang baik adalah pendidikan yang tidak
hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi
untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Tujuan
pendidikan mengantarkan siswa pada perubahan-perubahan tingkah laku baik
intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan
mahluk sosial.
Agar tercapai tujuan pendidikan diperlukan manajemen pendidikan yang
efektif dan efisien, guru yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan
manajemen pendidikan tersebut, karena guru sebagai fasilitator yang harus
mentransfer ilmu yang dimiliki agar sampai kepada siswanya, maka dari itu
guru harus menciptakan kegiatan belajar mengajar yang nyaman kepada peserta
didiknya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu
unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah
memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaiman mengorganisasikan
proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak peserta didik. Dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk
mampu menciptakan suasana dan situasi belajar yang efektif, aktif,
menyenangkan, dan kondusif sehingga mampu melahirkan motivasi, kreativitas,
dan mendorong keaktifan siswa dapat mengingat materi pelajaran yang telah di
sampaikan dan tentu saja hal tersebut akan berimplikasi terhadap hasil belajar
yang diperoleh serta siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Upaya peningkatan hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh
kualitas dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar disetiap jenjang
pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru fisika di MA Negeri 2
Lubuklinggau, beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih
tergolong rendah. Oleh sebab itu masih banyak siswa yang harus melaksanakan
remidial. Hal ini tercermin pada nilai hasil ulangan harian fisika siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) belajar yang telah
ditetapkan MA Negeri 2 Lubuklinggau yaitu sebesar 75. Dari 234 siswa, siswa
yang tuntas 109 siswa jika dipersentasikan 46,58% dan yang tidak tuntas 125
orang jika dipersentasikan 53,42%. Dari masalah tersebut, peneliti menduga
bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan suatu model
pembelajaran yang efektif agar siswa mempelajari materi dengan sungguh-
sungguh. Salah satu model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan
kognitif siswa yaitu model pembelajaran problem composing.
Menurut Suparno (2006:100), dalam model pembelajaran problem
composing siswa dituntut untuk mencari masalah selanjutnya guru
mengklasifikasikan masalah-masalah tersebut dan kemudian siswa diharuskan
mencari pemecahan masalah dan mempresentasikannya di depan, guru hanya
memberikan tambahan saja, model pembelajaran problem composing memang
berfokus pada siswa, karena pada dasarnya ketika siswa mencari masalah siswa
sudah mulai berpikir mengenai materi pelajaran, hal ini menunjukan siswa
sudah belajar secara konstruktivis. Penelitian yang dilakukan oleh Imas Ratna E
dkk (2011:80), “Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Problem
Composing dengan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution
Posing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Di SMA 72 Jakarta” yang
mengatakan bahwa terdapat perbandingan yang signifikan hasil belajar fisika
siswa antara menggunakan model pembelajaran problem composing dengan
model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing.
Berdasarkan penjelasan dari uraian dan permasalahan diatas penulis tertarik
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Composing terhadap Hasil Belajar Fisika di Kelas X MA
Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design,
yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau.
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Dari 7
kelas diambil dua kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Setelah
pengundian didapatkan kelas X Agama sebagai kelas eksperimen dan X Is 1
sebagai kelas kontrol.
Untuk mengumpulan data hasil belajar digunakan metode tes, instrumen tes
yang dugunakan berupa soal essay. Sebelum menggunakan instrumen,
instrumen terlebih dahulu dianalisis menggunakan uji validitas, realibilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran. Uji validitas menggunakan rumus korelasi
product moment, untuk mendapatkan kesignifikan validitas
instrument,diperlukan uji stattistik uji t, tes valid jika thitung ≥ ttabel, distribusi
untuk 𝛼 = 0,05. Untuk uji reliabilitas digunakan rumus Alpha r11. Pengujian
tingkat kesukaran untuk mengetahui tes yang digunakan tergolong mudah,
sedang, atau sukar. Pada pengujian daya pembeda untuk mengetahui
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang pandai.
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data tes,
dicari nilai Rata-rata (X̅) dan Simpangan Baku (S2), Uji Normalitas, Uji
Homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji normalitas dengan Chi-
Kuadrat (𝜒2) pada taraf signifikan 5 % dan dk= k-1, kriteria pengujian data
berdistribusi normal jika 𝜒2hitung < 𝜒2
tabel, uji homogenitas varians dengan uji F,
dengan kriteria pengujian jika Fhitung ≤ Ftabel maka varians homogen Jika Fhitung >
Ftabel, maka varians tidak homogen. Uji kesamaan dua rata-rata Kriteria
pengujian adalah terima Ho jika thitung < ttabel dimana ttabel didapat dari daftar
distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2). Untuk harga-harga lainnya Ho ditolak.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Kemampuan awal siswa pada pembelajaran materi besaran vektor,
dapat dilihat dari hasil pre-test. Pre-test diberikan pada pertemuan pertama
sebelum siswa mendapatkan pembelajaran. Pre-test diselenggararakn pada
tanggal 19 Agustus 2015 diikuti 33 siswa pada kelas kontrol dan pada tanggal
21 Agustus 2015 diikuti 37 siswa pada kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data, nilai rata-rata dan simpangan baku data
pre-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Kelas Rata-rata Simpangan Baku
Eksperimen 18,66 9,33
Kontrol 14,93 7,68
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
data hasil pre-test siswa dikedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Jika
x2hitung < x2
tabel, maka data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika x2hitung >
x2tabel, maka data tidak berdistribusi normal. rekapitulasi hasil uji normalitas
dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2
Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pre-Test
Kelas x2hitung x2
tabel Keterangan
Eksperimen 4,2348 11,070 Berdistribusi Normal
Kontrol 5,5374 9,488 Berdistribusi Normal
Uji homogenitas dilakukan dengan membandingan antara Fhitung dan
Ftabel. Fhitung diperoleh dari hasil bagi antara varians terbesar dengan varians
terkecil, sedangkan Ftabel diperoleh berdasarkan tabel harga distribusi F
dengan menentukan nilai pembilang dan penyebut serta α = 5%. Berdasarkan
perhitungan didapatkan nilai Fhitung = 1,47 dan Ftabel= 1,76. Artinya Fhitung <
Ftabel, maka kedua kelas homogen.
Karena kedua kelas telah berdistribusi normal dan homogen, maka uji
kesamaan dua rata-rata dapat menggunakan uji t. Hipotesis statistik yang
diuji dalam perhitungan uji-t untuk pre-test adalah:
H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-
rata nilai kelas kontrol (μ1 ≤ 𝜇2).
Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas
kontrol (μ1 > 𝜇2).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan α = 5 % maka nilai thitung = 0,19
ttabel = 2,00. Jadi thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti
rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata nilai
kelas kontrol.
Setelah data pre-test telah dianalisis selanjutnya kelas eksperimen dan
kelas kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
problem composing sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. Setelah
perlakuan telah diberikan sebanayk dua kali pertemuan selanjutnya diberika
post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah proses
pembeajaran. Analisis data post-test sama seperti pada analisis data pre-test,
yaitu menggunakan perhitungan rata-rata dan simpangan baku, uji
normalitas, uji homogenitas, serta uji kesamaan dua rata-rata.
Tabel 3
Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Data Post-Test
Kelas Rata-Rata )(x Simpangan Baku )(s
Eksperimen 83,27 8,85
Kontrol 72,63 8,28
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Data uji normalitas kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapata dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Rekapitulasi Uji Normalitas Data Post-Test
Kelas x2hitung x2
tabel Keterangan
Eksperimen 6,7586 11,070 Berdistribusi Normal
Kontrol 1,5785 11,070 Berdistribusi Normal
Hasil uji homogenitan data post-test, dengan nilai Fhitung = 1,14 dan
Ftabel = 1,79, artinya Fhitung < Ftabel maka kedua varians skor post-test (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) adalah homogen.
Hasil perhitungan sebelumnya telah menunjukkan bahwa kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka pengujian
hipotesis dapat menggunakan uji t. Hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut:
H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-
rata nilai kelas kontrol (μ1 ≤ 𝜇2).
Ha = Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas
kontrol (μ1 > 𝜇2).
Berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran C), maka nilai thitung =
5,74 sedangkan ttabel = 1,67, jadi thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Artinya rata-rata nilai eksperimen lebih besar daripada rata-rata
nilai kelas kontrol. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar
fisika siswa kelas X MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.
2. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang apakah ada pengaruh
model pembelajaran problem composing terhadap hasil belajar fisika siswa
MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Sebelum penelitian
dilaksanakan terlebih dahulu uji coba instrumen pada tanggal 12 Agustus
2015 yang diikuti 24 siswa di kelas XI IPA 2 yang bertujuan untuk
mengetahui validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesulitan setiap
butir soal dari 8 soal essay terpilih 6 soal. Sampel penelitian pada penelitian
ini dipilih menggunakan simple random sampling dimana setiap kelas
memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Setelah
proses pemilihan sampel didapatkan kelas X Agama menjadi kelas
eksperimen dan kelas X IS.1 sebagai kelas kontrol.
Setelah sampel ditentukan dilakukan tes awal (pre-test) pada kelas
eksperimen pada tanggal 21 Agustus 2015 yang diikuti 37 siswa dan kelas
kontrol pada tanggal 19 Agustus 2015 yang diikuti 33 siswa, hasil pre-test
akan dianalisis untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut normal,
homogen atau tidak. Dari analisis data pre-test, kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal, 2
Hitung <2
Tabel . Data pre-test juga menunjukkan Fhitung
< Ftabel, dapat dikatakan bahwa kedua kelas berada pada kondisi yang sama
atau homogen. Kemudian kedua sampel mendapatkan perlakuan yang
berbeda. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan
penggunaan model pembelajaran Problem Composing, sedangkan kelas
kontrol proses belajar berlangsung dengan metode ceramah, penugasan dan
tanya jawab.
Pada pertemuan pertama tanggal 28 Agustus 2015 diikuti 38 siswa,
materi yang diajarkan adalah pengertian vektor, menggambar resultan vektor
dan penjumlahan vektor. Saat proses pembelajaran dikelas eksperimen.
Peneliti membuat kelompok belajar siswa dan menyampaikan materi secara
ringkas, setiap kelompok menggunakan buku pelajaran yang telah disediakan
disekolah, dari 38 siswa dibagi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6
siswa. Setiap kelompok membuat 2 pertanyaan seputar materi yang
disampaikan, pertanyaan-pertanyaan tersebut diklasifikasikan oleh peneliti
kemudian setiap kelompok membuat kelompok baru sebagai kelompok
pemecah masalah. Setelah masalah selesai dipecahkan peneliti mengacak
nomor kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil kelompoknya masing-
masing. Setelah presentasi peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
Pada pertemuan kedua tanggal 03 September 2015 diikuti 35 siswa,
materi yang diajarkan adalah menghitung besar dan arah vektor dan
menganalisis vektor. Sebelum menyampaikan materi peneliti terlebih dahulu
memeriksa tugas yang diberikan minggu sebelumnya. Kelompok yang
digunakan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu kelompok baru
pada pertemuan pertama. Setelah kelompok siap peneliti menyampaikan
materi pelajaran terakhir pada besaran vektor secara ringkas, siswa telah
dibekali buku yang telah disediakan oleh pihak sekolah, setiap kelompok
membuat dua pertanyaan seputar materi pelajaran, setelah siswa membuat
pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan tersebut diklasifikasikan untuk dicari
jawabannya, setelah selesai di klasifikasikan siswa kembali membentuk
kelompok untuk dijadikan kelompok pemecahan masalah. Setelah selesai
memecahkan masalah tersebut peneliti membuat undian kelompok mana
yang akan maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Instrumen
yang digunakan sebagai instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah
rencana pelaksanaan pembelajaran Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan soal tes.
Berbeda dengan kelas kontrol, pada pertemuan pertama tanggal 21
Agustus 2015 diikuti 34 siswa dan pertemuan kedua tanggal 02 September
2015 diikuti 31 siswa proses pembelajaran dikelas ini lebih banyak
dikendalikan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan sebagai instrumen
pembelajaran dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan soal tes.
Setelah diberikan perlakuan sebanyak dua kali pertemuan, maka
langkah selanjutnya adalah pemberian post-test kepada kedua kelas.
Pemberian post-test dikelas eksperimen berlangsung pada tanggal 03
Sepember 2015 yang diikuti 35 siswa dan dikelas kontrol pada tanggal 02
September 2015 diikuti 31 siswa. Ternyata hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada
peningkatan belajar kelas kontrol. Hasil perhitungan kesamaan dua rata-rata
juga menunjukkan bahwa thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, rata-
rata skor eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol.
Hipotesis diterima, artinya ada pengaruh model pembelajaran Problem
Composing terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi Besaran Vektor.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Rata-rata skor pre-test kelas eksperimen sebesar 18,66 dan kelas
kontrol sebesar 14,93. Rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar
83,27 dan kelas kontrol sebesar 72,83. Sedangkan untuk data post-test
dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (5,74) > ttabel (1,67) yang
berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji
hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh yang signifikan model
pembelajaran Problem Composing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X
MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.
2. SARAN
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar hendaknya siswa lebih aktif
dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
2. Untuk guru agar memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
model yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran problem
composing.
3. Untuk sekolah diharapkan dapat menyiapkan sarana dan prasarana dalam
mengembangkan potensi dan membantu guru dalam menjalankan proses
pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Ratna, Imas, et al. 2011. Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran
Problem Composing dengan Model Pembelajaran Problem Posing
Tipe Pre Solution Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di
SMAN 72 Jakarta. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2011) 80-84.
Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurukulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Sardiman.1990. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
Suherman, Erman. & Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparno, Paul. 2006. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Diperbanyak oleh PT. Maju
Bersama.
Winataputra, Udin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka
top related