pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe...
Post on 08-Mar-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP
HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA
(Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
FITRI NUR FAOZAH
NIM 108016200007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil
Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia” (Di SMA Dharma Karya UT
Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Kimia, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar
kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian
nonequivalent control group design. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas
X yang terdiri dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa tes
pilihan ganda (objektif). Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t,
diperoleh hasil thitung sebesar 8,165 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar
2,021, maka thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima,
yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep
ikatan kimia.
Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe STAD, Media Power Point, Hasil Belajar
Siswa, Ikatan Kimia
ii
ABSTRACT
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Effect of Cooperative Learning Model
STAD Using Media Power Point Against Chemical Learning Outcomes In
Concepts of Chemical Bonding (In SMA Dharma Karya UT South Tangerang
Chemical Study Programe, Natural Science Concentration, Education and
Teaching Science, Islamic State University.
The research is purposed to understand the effect of cooperative learning
model STAD Type. Using Media Power Point Against Chemical Student Learning
Outcomes. The research is held in SMA Dharma Karya UT South Tangerang on
September to October 2013. The research methode uses Experiment Quacy with
design of research is nonequivalent control group design. And research sample is
X class Student which is consist of X-2 as experiment class and X-1 as control
class. The used instrument to measure learning result is multiple choice
(objective). Postest analysis data of two groups use t-test, the result of tcount in the
amount of 8,165 and ttable in significant degree 0,05 in the amount of 2,021, then
tcount>ttable. Then it can be concluded refusing H0 and Ha accepting, that explain is
found of the effect cooperative learning model STAD type using media Power
Point against chemical student learning outcomes in concepts of chemical
bonding
Keyword : Cooperative model of STAD type, Power Point Media, Student
Learning Outcome, Chemical bounded
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillah syukurillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang
setia pada ajarannya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada
Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen
Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika
peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
4. Ibu Nanda Saridewi, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
5. Bapak Drs. Moh. Wahid Hasyim., Kepala SMA Dharma Karya UT yang telah
memberikan izin penelitian dan Bapak Arif Soleh, S.Pd., guru mata pelajaran
kimia, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.
6. Orang tua tercinta, yang telah mendukung penulis dalam penelitian ini
maupun dalam penyusunan skripsi ini dari segi moril maupun materil.
iv
7. Kawan-kawan kelas Program Studi Kimia Angkatan 2008 Jurusan Pendidikan
IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat: Rian, Gofar, Samroh, Eka, Lena, Okta, Vivi, Irma dan Rizal
Guntara. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik
sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap
hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 16 Desember 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ................................................................. 6
A. Deskripsi Teoretis .............................................................................. 6
1. Belajar .......................................................................................... 6
a. Pengertian Belajar .................................................................. 6
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 7
2. Hasil Belajar ................................................................................. 8
a. Pengertian Hasil Belajar ......................................................... 8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil
Belajar .................................................................................... 9
3. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 14
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) ................................................................................ 14
b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ................... 15
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 16
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............... 16
vi
e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif .................. 18
f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif .............................................................................. 19
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) ................................................................. 20
a. Pengertian Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD ..... 20
b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD ..................................................................................... 21
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe
STAD ..................................................................................... 24
5. Media Pembelajaran dan Media Power Point .............................. 24
a. Pengertian Media ................................................................... 24
b. Macam-macam Media ............................................................ 25
c. Media Power Point ................................................................ 26
6. Ikatan Kimia ................................................................................. 28
a. Ikatan Ion ............................................................................... 29
b. Ikatan Kovalen ....................................................................... 30
c. Ikatan Kovalen Koordinasi .................................................... 31
d. Ikatan Logam ......................................................................... 31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 32
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 36
D. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 37
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 37
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 37
1. Metode Penelitian ........................................................................ 37
2. Desain Penelitian .......................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 38
1. Populasi ........................................................................................ 38
2. Sampel .......................................................................................... 39
D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 39
vii
E. Teknik Pengunpulan Data .................................................................. 40
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 41
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 49
1. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 49
a. Uji Normalitas ........................................................................ 49
b. Uji Homogenitas .................................................................... 50
2. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 51
3. Analisis Data ................................................................................ 52
H. Hipotesis Statistik .............................................................................. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 53
1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 53
2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 54
3. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ....................................................................... 55
4. Analisis Hasil Lembar Observasi ................................................. 55
a. Lembar Observasi Guru ......................................................... 55
b. Lembar Observasi Siswa ........................................................ 57
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ......................................................... 58
1. Uji Prasyarat Sempel .................................................................... 58
a. Uji Normalitas ........................................................................ 58
b. Uji Homogrnitas ..................................................................... 59
2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 59
a. Uji Normalitas ........................................................................ 60
b. Uji Homogenitas .................................................................... 60
3. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 61
C. Pembahasan ........................................................................................ 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 68
A. Kesimpulan ........................................................................................ 68
viii
B. Saran ................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN ....................................................................................................... 72
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................................... 12
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 17
Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu ...................................................................... 23
Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok ............................................................... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design ...................... 38
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
Tabel 3.3 Instrumen Tes Pilihan Ganda Materi Ikatan Kimia ............................. 42
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ...................................................................... 45
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ..................................................................... 46
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................... 47
Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor ..................................................................... 52
Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............. 53
Tabel 4.2 Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............... 54
Tabel 4.3 Rekap Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .................................................................................................. 55
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru .................................................................. 56
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa ................................................................. 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 59
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................. 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .............................................................................. 62
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ....................................................................... 63
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 36
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian ............................................................... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ..................................................................... 72
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ............................................................................ 91
Lampiran 3 Lembar soal ....................................................................................... 107
Lampiran 4 Soal Kuis ........................................................................................... 112
Lampiran 5 Bentuk Media Power Point .............................................................. 114
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 129
Lampiran 7 Soal Instrumen yang Dipakai Penelitian .......................................... 142
Lampiran 8 Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ............................................................................................. 145
Lampiran 9 Data Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ............................................................................................ 159
Lampiran 10 Daftar Nilai N-Gain ........................................................................ 174
Lampiran 11 Hasil Lembar Observasi .................................................................. 176
Lampiran 12 Data Nilai Kelompok Eksperimen ................................................... 178
Lampiran 13 Hasil Anates .................................................................................... 179
Lampiran 14 Uji Referensi .................................................................................... 188
Lampiran 15 Surat-surat ....................................................................................... 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai eduktif.
Nilai eduktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai eduktif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan.1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.2
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru salah
satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini
variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktik.
Tujuan dari pengembangan wariasi mengajar untuk meningkatkan dan
memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar,
memberikan kesempatan memungkinkan berfungsinya motivasi, membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah, member kemungkinan fasilitas
belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.3
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri: obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
1Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 1 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2 3 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 3
2
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan
seisinya.4
Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari,
sehingga untuk memberikan pemahan konsep maka harus diberikan suatu
cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa
berupa metode, praktikum atau eksperimen. Dengan sebuah metode siswa
akan mampu untuk lebuh memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di
dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa
kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya
lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, sehingga
materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidaklah heran jika
pembelajaran kimia banyak diberiakan dalam bentuk hafalan.
Cara pengajaran yang monoton akan membuat siswa pasif dalam
belajar, siswa akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari.
Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam pada proses pembelajaran
akan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
Perbaikan hasil belajar dapat dicapai melalui peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep materi ajar yang diberikan dan juga
disertai dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dikelas
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah
satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran diperlukan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif antara
siswa dan guru. Salah satu diantara model pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif.5
Sejauh ini masih banyak guru yang memakai media papan tulis
dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat siswa merasa bosan dan
jenuh, padahal ada beberapa media yang lebih menarik dan mudah untuk
4Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 46 5Monlila Beni Rian T, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 234
3
diterapkan yaitu salah satu nya dengan media power point. Power point salah
satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program
multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam
penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain
alat untuk penyimpanan data (data storage). power point dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.6
Penggunaan media pembelajaran power point dapat
dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah
satunya yaitu model pembelajaran tipe STAD. Media power point dapat
digunakan pada tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu
yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat dipersingkat karena guru
tidak perlu mencatat materi yang disajikan pada papan tulis. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.7
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari segi
kognitif mengenai salah satu konsep kimia yang mengambil judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power
Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia”.
6Tejo Nurseto, ”Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 7Indriyani NST, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Tahun 2011, h. 2
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan
dipelajari.
2. Pembelajaran di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu
konsep sehingga pelajaran tidak memiliki makna bagi siswa.
3. Kurangnya minat siswa untuk belajar kimia.
4. Guru biasanya menggunakan metode ceramah di dalam mengajar, kurang
variasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka
masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:
1. Subjek yang diteliti adalah siswa dan siswi kelas X di SMA Dharma
Karya UT Tangerang Selatan.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media power point.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikatan Kimia.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah domain kognitif jenjang C1 sampai
C4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan akan dicari jawabannya dalam
penelitian ini: “Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Menggunakan Media Power Point terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Konsep Ikatan Kimia?”
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada
konsep ikatan kimia kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:
a. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran
dan mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kreatif selama
pembelajaran.
b. Sekolah, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang baik
sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.
c. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang kaitannya dengan hasil
belajar siswa.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga
ke liang lahat nanti.1 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).2
Bambang Warsita menulis dalam bukunya yang berjudul
Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, “Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikannya kepada orang lain”.3
Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar
dan Pembelajaran, “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil
belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah
dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif
yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat
1Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), h. 62 2Arief S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2 3Bambang Warsita, loc. cit.
7
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang semenjak lahir untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
dari interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi dimanapun
dan dengan cara apapun. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar
akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh
pengalaman baru dalam hidupnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:5
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Misal: seorang siswa yang berinteligensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua
(faktor eksternal), kemungkinan akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Dari pengaruh faktor-faktor
tersebut dapat timbul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan
berprestasi rendah. Sebagai seorang guru, diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
4Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006), h.10 5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 129
8
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi
tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan atau
pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.6
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap:
1) Hasil Belajar Penguasaan Materi (kognitif)
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep
kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang
lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jejang
kemampuan yang lebih tinggi sifatya lebih kompleks, dan merupakan
peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah.7
2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,
berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau
metode. Ciri-ciri belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam
6Luqman Hakim, “Pengaruh Pembelajaran Promblem Based Instruction Disertai Media
Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Ngemplak Tahun
Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012, h. 5 7Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 15
9
berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pejalaran,
kedisiplinan, motifasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan
sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi
lima jenjag, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan
(responding), (3) penilaian/penghargaan (valuing), (4)
pengorganisasian (organization), (5) karakterisasi terhadap suatu atau
beberapa nilai (characterization by a value or value complex).8
3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampua bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1950) menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemapuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
afektif, akan tanpak setelah siswa menunjukan prilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang tergantung pada kedua ranah
tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah keseluruhan efek dari proses belajar berupa perkembangan
tingkah laku yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah
psikomotorik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.
Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut:
1. Faktor jasmani
Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kesehatan
8 Ibid., h. 19-20
10
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan
baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang nenyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat
berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh
dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia
belajar pada lembaga pendidikan yang khusus mengenai cacat tubuh.9
2. Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang tergolong kedalam
faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
belajar siswa, yaitu: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.10
a) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psikomotor untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan degan cara yag tepat. Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif yang
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap ibjel orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif.
9Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), h. 54-55 10Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), Cetakan ke-15, h. 131-134
11
c) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan
terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan
salah satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa.
d) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar. Semakin besar minat seseorang
dalam belajar maka semakin besar kemungkinan hasil belajar
kimia meningkat dan sebagainya.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
atau hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi
dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intristik) dan dapat
pula berasal dari prngaruh luar (motivasi ekstriksik).
Selain faktor intern, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor
ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3
faktor, yaitu:11
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, penjara dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
3. Faktor masyarakat
11Slameto, op. cit., h. 60-70
12
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal
dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul
untuk bentuk kehidupan masyarakat.
Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel.
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar12
Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar
1. Aspek Fisiologis
- Tonus Jasmani
- Mata dan Telinga
2. Aspek Psikologis
- ntelegensi
- Sikap
- Minat
- Bakat
- Motivasi
1. Lingkungan Sosial
- Keluarga
- Guru dan Staf
- Masyarakat
- Teman
2. Lingkungan
ninsosial
- Rumah
- Sekolah
Peralatan
- Alam
1. Pendekatan
Tinggi
- Speculative
- Achieving
2. Pendekatan
Sedang
- Analytical
- Deep
3. Pendekatan
Rendah
- Reproductive
- Surface
Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas
tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut
dengan lannya saling mempengaruhi. maka dari itu seorang guru dapat
memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas
ketika menganalisis kesuliatn belajar siswa. Guru pun dapat
memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan
belajar.
12 Muhibbin Syah, op. cit., h. 137
13
Hasil belajar di sekolah perlu dinilai oleh seorang guru.
Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar tujuan penilaian hasil
belajar belajar adalah:13
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar.
d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)
untuk keperluan belajar.
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar
(PMB).
Penilaian juga bertujuan untuk menilai apakah metode yang
digunakan oleh guru telah sesuai atau belum. Jika tingkat keberhasilan
dalam belajar rendah, maka guru dapat mengevaluasi metode mengajar
dengan yang mereka gunakan selama ini dan memperbaikinya jika
terdapat kekurangan.
Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga
memiliki fungsi sebagai berikut:14
a. Fungsi administratif berfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan
pengisian rapor.
b. Fungsi promosi untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik
kelas atau tidak, lulus atau tidak.
13 Ibid., h. 140 14 Ibid., h. 141
14
c. Fungsi diagnosik untuk mendiagosis atau mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial
teaching (pengajaran perbaikan).
d. Sebagai sumber data BK untuk memasok data siswa tertetu yang
memerlukan bimbingan dan konseling (BK).
e. Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang yang
meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses
belajar mengajar (PBM).
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.15
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi belajar dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam
kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk
sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok.16
Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially presented
by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari
4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah belajar.17
Jhonson & Jhonson menyebutkan bahwa, “Pembelajaran
kooperatif adalah cara yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa
15Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 15 16Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 130 17Isjoni. loc. cit.
15
bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di
dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta
mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran”.18
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran sehingga siswa
dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan pembelajaran ini lebih
menekankan sebuah kerja sama antar siswa.
b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson mengemukakan, “Ada lima unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai
berikut:”19
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua
anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari masing-
masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota
kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka (face of promotion interaction)
Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
18 Zulfiani, loc. cit. 19Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Edisi ke-2, h. 212
16
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka, agar selajutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren
sebagai berikut:20
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpadangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara
para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan kerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual
materi yang ditagani dalam kelompok kooperatif.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunkan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
20Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 13-14
17
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan
daripada secara verbal.
Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, tahap
ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu.21
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif22
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 :
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 :
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3 :
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan
efisien.
Tahap 4 :
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Tahap 5 :
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah di pelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Tahap 6 :
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
21Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2012), Edisi ke-2, h. 211 22 Ibid.
18
e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil
dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu:
STAD (Student Teams Achievement Division). TGT (TeamcGames
Taurnament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative
Integrated Reading & Composition) dan jigsaw. Tiga diantaranya yaitu
STAD, TGT, dan Jigsaw dapat diterapkan pada hampir seluruh subjek
mata pelajaran, sedangkan TAI dan CIRC digunakan pada subjek mata
pelajaran dan jenjang tertentu.23
1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan
pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa
dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda
jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Guru menyampaikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi
verbal atau teks. Secara individu setiap 2 minggu siswa diberi kuis.
Kuis itu di skor pengembangan.
2) Jigsaw
Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu
yang diberikan. Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa
membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi
kelompok mahasiswa (homogen), tes/kuis, dan penguatan dari guru.
3) TGT (Team Games Taurnament)
TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak
menggunakan kuis atau silang Tanya melainkan menggunakan
turnamen dan lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi
dengan anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor
mereka. TGT terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah,
23Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 137-138
19
pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan
kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.
4) TAI (Team Accelerated Instruction)
Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan
belajar secara individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal
bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam
kelompoknya. Setelah itu, hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh
anggota tim yang lain. Jika seorang siswa telah mampu menjawab suatu
soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya
sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang yang lebih sulit.
5) CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition)
Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada
pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri
dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal
tim dan kuis.
Selain lima macam bentuk pembelajaran kooperatif di atas,
terdapat beberapa pembelajaran kooperatif lain yakni Group
Investigation, Learning Together dan lain sebagainya.
f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam
pembelajaran ini adalah:24
1) Saling ketergantungan yang positif.
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan oengelolaan kelas.
4) Suasana kelas ysng rileks dan menyenangkan.
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat atara siswa dengan
guru, dan
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
24Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 24-25
20
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga
memiliki kelemahan, yaitu:
1) Guru yang harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
4) Saat diskusi kelas, terkadang didomisili seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD kepanjangan dari Student Teams Achievement Division
(pembagian tim-tim pencapaian siswa). STAD adalah suatu tim pembantu
pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama. STAD ini
terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berkemampuan heterogen sehingga
dalam satu kelompok terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa
berkemampuan sedang dan dua siswa berkemampuan rendah. Di
dalamnya siswa diberi kesempatan untuk kolaborasi dan elaborasi dengan
teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok.25
Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.26
STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada,
mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu
pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua
25Zulfiani, op. cit., h. 138 26Isjoni, op. cit., h. 51
21
sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan
bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika,
berhitung dan studi terapan, pengggunaan dan mekanika bahasa, geografi
dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.27
Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam
kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama
lain menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu
kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna, dan menyenangkan28
Slavin memaparkan bahwa : ”Gagasan utama di belakang STAD
adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”.29
b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
Pada proses pembelajarannya, belajar koperatif tipe STAD melalui
lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan
kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor
perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.30
1) Tahap Penyajian Materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang ikatan
kimia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan
mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari,
agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. .
27Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2009), h. 12 28Zulfiani. loc. cit. 29Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cetakan ke-3, h. 214 30Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 51-53
22
Dalam pengembangan materi pelajaran perlu ditekankan hal-
hal sebagai berikut: a. mengembangkan materi pembelajaran sesuai
degan apa yang akan dipelajari siswa dan kelompok, b. menekankan
bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c.
memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman siswa, d. memberikan penjelasan mengenai jawaban
pertanyaan itu benar atau salah, dan e. beralih kepada materi
selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.
2) Tahap Kerja Kelompok
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi
tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi yang telah dijelaskan, dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3) Tahap Tes Individu
Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasian belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual,
mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual
diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, msing-masing
selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah
dipelajari secara individual selama bekerja dalam kelompok. Skor
perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan
pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4) Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan
skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh
prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan
skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran
23
perkembangan individu yang dikemukakan Slavin seperti terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu 31
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
5) Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor
rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat
dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok sebagai
berikut:
Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15 Kelompok Baik
20 Kelompok Hebat
25 Kelompok Super
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD
Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa membangun sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan orang lain. Melalui interaksi
31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2009), h. 159
24
dengan anggota kelompoknya siswa memiliki kesempatan untuk
mengemukakan pendapat/pengetahuannya dari hasil diskusi dengan angota
kelompoknya. Dengan belajar keolmpok diharapkan dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temannya.
Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat
kepandaian, jenis kelamin, tingkat ekonomi diharapkan dapat membentuk
rasa saling menghargai sesama siswa. Hal ini dapat meminimalkan
kesenjangan sosial yang terjadi sebelumnya diantara mereka. Dengan
diadakannya tugas individu maupun kelompok diharapkan dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk
dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
memerlukan waktu yang lama. Apabila kemampuan guru kurang
memadai, sarana dan prasarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran
kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan. Sedangkan dari
pihak siswa, apabila tidak ada kesadaran akan akan tanggung jawab dan
kerja sama pada setiap anggota, maka hasil yang diperoleh setiap siswa
tersebut tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi
nilai kelompok
5. Media pembelajaran dan media power point
a. Pengertian media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau
pengantar”. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.32
b. Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua
jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasi ini dapat dilihat dari jenisnya,
daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
32Syaiful Bahri Djaramah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 120
25
1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan
hitam. Media ini cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan
dalam pendengaran.
b) Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar
atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang
menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film
kartun.
c) Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media, diantaranya:
1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film
rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara atau video
cassette.
2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a) Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang
serta dapat menjangkau jumlah anak didik dan banyak dalam
waktu yang sama.
Contoh : radio dan televisi
26
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan
tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang
harus mengguanakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya seorang diri. Yang
termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran
melalui komputer.
3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a) Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah,
cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b) Media kompleks
Media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta
harganya yang mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya
memerlukan keterampilan yang memadai.33
c. Media Power Point
Power point salah satu software yang dirancang khusus untuk
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data
storage).34
Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya
pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office.
Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan sendirinya
program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan
pengembangan pembelajaran dengan komputer.35
33Ibid., h. 124-126 34Tejo Nurseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 35Ouda Teda Ena, “Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak
Presentasi”,http://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+denga
n+google&meta=, Artikel, Tahun 2008, h.3 Diakses: 2 mei 2013
27
Kelebihan Power point antara lain: dapat menyajikan teks,
gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan
pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan
efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu
singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.
Adapun Prosedur pembuatan media power point adalah:
a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian
antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama
latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga
mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar,
animasi, video, dll.
b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi
dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan
tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet
(browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika
diperlukan memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan
misalnya untuk kebutuhan video dengan shooting, rekaman audio. dan
untuk kebutuhan gambar melalui scanning image. Bersamaan dengan
itu dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama
misalnya buku, modul, makalah lengkap. Materi untuk power point
sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau
poin-poin.
c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya
proses pengerjaan di power point hingga selesai. Selanjutnya
mengubah hasil akhir presentasi apakah dalam bentuk slide show, web
pages.
d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya
dilakukan review program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan
kebenaran konsep, selanjutnya di revisi dan siap digunakan.36
36Tejo Nurseto, loc. cit.
28
6. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang
membentuk suatu molekuk. Atom-atom yang berikatan bias berasal dari unsur
yang sejenis ataupun berlainan jenis. Di alam, umumnya unsur-unsur
cenderung saling berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur gas
mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil,
seperti konfigurasi elektron gas mulia.37
Berdasarkan konfigurasi elektron, dirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron
valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha memperoleh
konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini
dirumuskan menjadi aturan oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan
nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki konfigurasi elektron
gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk
mencapai kestabilan. Hal ini di rumuskan menjadi aturan duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat
meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama. Peristiwa ini
akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk
ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk
ikatan kovalen.
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama
dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian disebut
ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama
membentuk ikatan logam.
37Sandri Justiana, Kimia 1, (Jakarta : Yudistira, 2009), h. 41
29
a. Ikatan Ion
Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan
atom unsur non logam. Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron
yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima.
Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom
non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion.
Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan
menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu unsur
dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( )
atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda tersebut menyatakan
jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang
Lewis untuk menggambarkan ikatan ion.
Penggunaan tanda yang berbeda untuk elektron ( dan ×) untuk
membedakan asal elektron valensi. Namun, pada dasarnya, kita tidak dapat
membedakan asal suatu elektron dalam ikatan kimia.
Sifat Fisis Senyawa Ion
Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut
e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik
dalam fase cair atau jika larut dalam air.
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk
menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia terdekat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
30
umumnya adalah atom-atom non logam. Contoh ikatan kovalen yang
terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.
Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2.8.7). Gas mulia
yang memiliki konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2.8.8). Sewaktu
atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak
mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua atom Cl untuk
menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl
dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron
yang dapat digunakan bersama. Dengan demikian, kedua atom Cl dapat
memenuhi aturan oktet. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat
penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom disebut ikatan
kovalen.
Jenis Ikatan Kovalen
Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama
(pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 atom
unsur dapat berupa:
1) Ikatan kovalen tunggal (─)
Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan
elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain, hanya
terdapat 1 pasangan elektron ikatan.
2) Ikatan kovalen rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan
penggunaan bersama dua atau lebih pasangan elektron ikatan oleh
dua atom yang berikatan.
Cl + Cl xx
x x
x
x xCl
x x
x
x x
xxCl
Lambang Lewis
pasangan
elektron ikatan
(PEI) pasangan elektronbebas (PEB)
masing-masingatom Cl memiliki 8 elektron
Cl Clx x
x x
xx
garis tunggal ( ) menunjukkan adalanya 1 pasangan elektronyang digunakanbersama
Cl Cl
penyederhanaan penulisanstruktur Lew is
31
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai
berikut:
a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh
c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic
e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik
c. Ikatan Kovelen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana
elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah pada molekul CO.
d. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat
penggunaan bersama elaktron-elektron valensi antar atom-atom logam.
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat,
strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron bebas.
Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
C + O X X
XX X
X C OX X X X
XX C O
Molekul CO memiliki ikatan rangkap tiga yang terdiri dari 2 ikatan kovalen biasa dan 1 ikatan kovalen koordinasi. Dengan adanya ikatan kovalen koordinasi, konfigurasi elekrton C dan O pada molekul CO sesuai dengan aturan oktet.
32
B. Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani NST, Erviyenni, Lenny
Anwar. Yang berjudul “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”. Berdasarkan analisis
statistik uji-t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media melalui microsoft
office powerpoint jenis model pembelajaran kooperatif STAD pada kelas
eksperimen untuk meningkatkan siswa hasil belajar dengan 14,54%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan microsoft office powerpoint
melalui media pembelajaran STAD tipe model memberikan positif pengaruh
terhadap tingkat pemahaman siswa tentang masalah struktur atom dan sistem
periodik.38
Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, Tri
Redjeki dan Budi Hastuti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran
STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas
proses belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat
dari aspek aktivitas siswa dalam belajar kimia pada kondisi awal, siklus 1 dan
siklus 2. Pada kondisi awal, siswa memiliki aktivitas belajar kimia sebesar 45
% yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17 % pada
siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67 %. (2) Metode pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari
38Indriyani NST, Erviyenni, Lenny Anwar, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1
Pangkalan Kerinci”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 10
33
hasil tes kognitif siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa
sebesar 40 % yang kemudian meningkat menjadi 70 % pada siklus 2. Dilihat
dari aspek afektif siswa, pada siklus 1 afektif siswa sebesar 15 %, kemudian
meningkat pada siklus 2 sebesar 25 %.39
Penelitian yang dilakukan oleh Verawati Turanda, Rosmaini S dan
Darmadi dengan judul “Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru” Hasil
penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata daya serap siswa adalah
74,85% (Cukup) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,08%
(Baik), ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 91,66% (Amat Baik) pada
siklus II menjadi 100% (Amat Baik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media powerpoint melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas
VII2 SMPN 32 Pekanbaru.40
Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hamdani dengan judul
penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft
Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian
(a) hasil belajar siswa terdiri dari aspek pemahaman konsep dan aspek kinerja
ilmiah. Untuk aspek pemahaman konsep pada siklus I dengan nilai rata-rata
70,09 dan ketuntasan belajar 87,80% (tuntas), pada siklus II dengan nilai rata-
rata 73,85 dan ketuntasan belajar 97,56% (tuntas). Sedangkan pada aspek
kinerja ilmiah pada siklus I dengan skor rata-rata 12,50 dalam kategori cukup
dan pada siklus II dengan skor rata-rata 13,37 dalam kategori baik. (b)
aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dengan skor rata-
39Imtihani, Tri Redjeki, Budi Hastuti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 92 40Verawati Turada, Rosmaini S, Darmadi, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3,
No 1, November 2012, h. 2
34
rata sebesar 33 dalam kategori baik, pada siklus II sebesar 37,5 dalam
kategori baik.41
Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis
dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Disiplin
Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa” menunjukan bahwa adanya
pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan
prsetasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti model
pembelajaran konvensional dengan nilai F = 4,235 pada angka signifikan
0,043.42
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Madra dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau
dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Dari
hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gianyar dengan memperhitungkan motivasi.43
Penelitian yang dilakukan oleh R. Ahmad Zaky El Islami dengan
judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”. Dari hasil penelitian,
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada
konsep sistem koloid, hal ini berdasarkan perhitungan statistik, nilai thitung
41Dedy Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft Power
Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIIIB SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009, h. 1 42I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,
Vol 2, No 3, Desember 2008, h. 1043 43I Ketut Madra, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”, Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8, Tahun 2011, h. 1
35
sebesar 10,22 dan ttabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0,05, karena
thitung > ttabel maka Ha diterima.44
C. Kerangka Berfikir
Penguasaan kimia sangat diperlukan, terlebih banyak hal yang
bermanfaat bagi kemajuan manusia di bidang sains dan sosial. Kimia adalah
ilmu sains yang tentunya bersifat konseptual dan aplikatif. Bersifat konseptual
artinya kimia merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki teori-teori yang
akan menunjang kebermanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan bersifat aplikatif artinya kimia adalah sebuah ilmu yang bisa
langsung dirasakan manfaatnya di lingkungan sekitar kita, contoh kecilnya
adalah udara yang kita hirup untuk bernapas.
Siswa akan menemukan gagasan-gagasan yang saling berkaitan antara
teori dengan aplikasinya. Oleh karena itu, kimia sudah sangat perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperative
learning Tipe STAD ini akan ditemukan sebuah kolaborasi antara teori
dengan hal nyata yang bisa divisualkan.
Pada model cooperative learning Tipe STAD siswa akan diajak untuk
berperan aktif dalam mengembangkan pemahaman mengenai kimia melalui
diskusi, siswa pun akan diajak untuk melihat langsung bagaimana gambaran
nyata pada bahasan kimia itu, baik melalui demonstrasi maupun media
pembelajaran lain yang berbentuk presentasi. Dalam model cooperative
learning Tipe STAD ini, peran guru akan lebih banyak sebagai fasilitator,
moderator dan sedikit presentator diawal pembelajaran.
Singkatnya, dengan menggunakan model cooperative learning tipe
STAD, siswa akan lebih baik dalam memahami konsep kimia yang diberikan
terutama materi sistem koloid, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
44R. Ahmad Zaky El Islami, ”Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
STAD terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”, Skripsi, pada FITK UIN
Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
D. Perumusan Hipotesis
Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa.
Hasil Belajar Kimia Rendah
- Kimia pelajaran yang sulit karena bersifat abstrak
- Peguasaan guru (teacher center) sehingga siswa menjadi
pasif
- Metode pembelajaran yang digunakan konvensional,
sehingga .siswa hanya mendengarkan dan mencatat
materi yang disampaikan guru
-
Pembelajaran kooperatif yang menarik dengan
pemberian penghargaan kelompok
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
Tes Hasil Belajar Kognitif (C1, C2, C3, C4)
Hasil Belajar Kimia yang Maksimal
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan
pada tanggal 16 September sampai dengan 16 Oktober 2013 di kelas X-1 dan
X-2 pada tahun ajaran 2013/2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode
kuasi eksperimen (eksperimen semu). Metode kuasi eksperimen memiliki
perbedaan dengan metode penelitian murni. Pada metode quasi
eksperimen, populasi tidak dapat dipastikan homogen, dengan kata lain
populasinya heterogen.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini dalah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power
point, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa.
Penelitian ini mengambil sampel yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
media power point, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan
media power point.
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
Sampel
A
B
Model Kooperatif
tipe STAD +
media power point
Media power
point
HBS
38
Keterangan :
A = Kelompok Eksperimen
B = Kelompok Kontrol
HBS = Hasil Belajar Siswa
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control
Grup Design desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control
group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.1 Dimana dalam desain ini
dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (O1),
disebut pretes, dan sesudah eksperimen/tes akhir (O2), disebut postes.
Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsika merupakan dari eksperimen.
desainnya sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
O1 : kelas ekperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan (pretes)
O2 : kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan (Postes)
X : pemberian perlakuan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.2 Jadi, populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Mengingat luasnya populasi, maka
populasi dalam penelitian ini dibatasi untuk membantu mempermudah
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), Cetakan ke-15, h. 116 2 Ibid., h.117
39
penarikan sampel. Dalam hal ini populasi targetnya kelas X SMA Dharma
Karya UT Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk
sumber data tersebut.3 Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dua
kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol di kelas X. Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan Purposive Sampling, yaitu
peneliti bias menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu.4
Pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan
nilai akademik. Sedangkan sampelnya dua kelas dari kelas X SMA
Dharma Karya UT Tangerang Selatan yaitu kelas X-1 dan X-2.
D. Prosedur penelitian
Secara garis besar, prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada
standar isi mata pelajaran kimia SMA kelas X sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta menganalisis
materi pada buku ajar untuk menentukan konsep pembelajaran yang
akan digunakan. Pada penelitian ini konsep yang digunakan adalah
ikatan kimia.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , membuat LKS
pembelajaran dan membuat power point.
c. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data berupa
tes hasil belajar siswa dan lembar observasi. Peyusunan instrumen
dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen.
d. Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan memvalidasinya
oleh dosen ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran yang
3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), h.54 4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, h. 183
40
diberikan. Selanjutnya instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XI
SMA untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda.
e. Mempersiapkan penelitian serta mengurus surat permohonan izin
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal pada tahap ini adalah melakukan pengukuran
dengan memberikan pretes kepada kedua kelas yang menjadi sampel
penelitian. Pretes dilakukan untuk mengetahui keampuan awal siswa
sebelum diberikan treatment (perlakuan). Setelah diberikan treatment
yang berbeda kepada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen
diberikan treatment menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media power point dan kelompok kontrol
menggunakan media power point, kemudian dilakukan pengukuran
kembali dengan memberikan postes kepada kedua kelompok tersebut.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan dalam tahapan penyelesaian sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil tes belajar siswa dari hasil pretes dan postes
b. Menganalisis data kemudian membahasnya
c. Menarik kesimpulan
E. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data dibutuhkan
untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes
hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 25 butir serta teknik
nontes berupa observasi. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
41
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Data Hasil Belajar
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen Pengamatan
Proses
Siswa
Sebelum diterapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
menggunkan media
power point
Melaksanakan
tes awal
(pretes)
Butir
pertanyaan
Siswa mengisi
butir
pertanyaan
dengan diawasi
oleh observer
Siswa
Sesudah diterapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
menggunakan media
power point
Melaksanakan
tes akhir
(postes)
Butir
pertanyaan
Siswa mengisi
butir
pertanyaan
dengan diawasi
oleh observer
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan menginterprasikan informasi dari para
responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yag sama. Intrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dan observasi. Tes objektif
berupa pilihan ganda digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.
Observasi digunakan untuk mengetahui psikomotor siswa dan tercapainya
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. Tes Hasil Belajar Siswa
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.5 Bentuk tes dalam penelitian ini adalah tes pilihan
ganda. Tes pilihan ganda ini memuat aspek kognitif yang didasarkan pada
aspek hasil belajar kimia siswa. Tes ini terdiri dari 25 butir soal pilihan
ganda. Jawaban benar diberikan skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor
0. Materi tes yang diberikan kepada siswa mecakup konsep ikatan kimia.
5Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Edisi 2, h.67
42
a. Kisi-kisi Instrumen
Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen tersebut harus
diuji coba terlebih dahulu. Adapun instrumen tes piliha ganda
berjumlah 45 butir soal dan setelah dilakukan uji coba, diperoleh 25
butir soal pilihan ganda yang memenuhi kriteria untuk digunakan
sebagai instrumen dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran 6.
Berikut kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini:
Tabel 3.3 Instrumen Tes Pilihan Ganda Materi Ikatan Kimia
No Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
1. Menentukan
kecenderungan suatu unsur
untuk mencapai kestabilan
dan menghitung suatu
unsur untuk mencapai
kestabilan
2, 3 4
3
2. Mengidentifikasi ikatan ion
dan menyebutkan sifat
fisik ikatan ion
6, 8
2
3. menghubungkan dan
menganalisis unsur yang
membentuk ikatan ion
10, 11
2
4. Mendefinisikan ikatan
kovalen, dan sifat fisiknya,
menghubungkan pasangan
unsur yang membentuk
ikatan kovalen
14,
15,17
3
5. Menganalisis unsur yang
dapat membentuk ikatan
kovalen
20
1
43
No Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
6. Menentukan ikatan
kovalen tunggal, rangkap
dua, dan rangkap tiga
22, 23,
25, 26,
4
7. Menjelaskan, menentukan
ikatan kovalen polar dan
nonpolar serta
menghubungkan pasangan
yang memiliki elektron
bebas
29, 30 32, 33,
34
35
6
8. Menjelaskan,
menghubungkan
pembentukan ikatan
kovalen koordinasi dan
menganalisis unsur yang
dapat membentuk ikatan
kovalen koordinasi
39, 40
2
9. Menjelaskan pengertian
dan sifat fisik ikatan logam
43 45 2
Jumlah 8 10 4 3 25
b. Kalibrasi Instrumen
Untuk menghitung kalibrasi instrumen dalam penelitian ini
penulis menggunakan program Anates yang dikembangkan oleh Karno
TO dan Wibisono.
Untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi syarat
soal yang baik, maka dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembeda. Berikut penjelasan kalibrasi instrumen:
1) Pengukuran Validitas
Menurut arikunto validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
44
instrumen.6 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Validitas soal di uji dengan rumus
korelasi product moment.7
rxy = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ } ∑ }
Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Banyaknya peserta tes
∑ XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dengan skor Y
∑ X : Jumlah seluruh skor X
∑ Y : Jumlah seluruh skor Y
Untuk mengetahui validitas dari butir soal peneliti
menggunakan program Anates. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program Anates terdapat 25 soal yang valid dari 45
butir soal yaitu butir soal nomor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 17, 20,
22, 23, 27, 29, 30, 32, 33, 34, 36, 39, 40, 42, 43, dan 45.
Perhitungan lengkap dapat dilihat lampiran 11 halaman 177.
2) Pengukuran Reliabilitas
Reabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi.
Reabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau
keajegan.8 Uji reliabilitas untuk butir soal objektif dilakukan
dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal
dengan K-R 20, yaitu:9
r11 =
t
t
V
pqV
k
k
1
Keterangan:
6Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 211 7 Ibid., h. 213 8Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), Cet ke-5, h. 43 9Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 231
45
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians total
P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir
(proporsi subjek yang mendapat skor 1)
p =
q =
Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal
Nilai Kategori
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat baik
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat rendah
Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal peneliti
menggunakan program Anates. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program anates tersebut diperoleh nilai reliabilitas
tes sebesar 0,84. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran
11 halaman 177.
3) Taraf Kesukaran
Indeks kesukaran soal merupakan merupakan bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkanya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
46
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.10
Butir-
butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir
item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah dengan kata lain taraf kesukaran item itu
adalah sedang. Taraf kesukaran (difficulty index) dinyatakan
dengan P dan dicari dengan rumus:11
P = JS
B
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukara di
klasifikasikan dalam tabel sebagai berikut:12
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran
Nilai (P) Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 − 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari butir soal, peneliti
menggunakan program Anates. Dengan pengujian menggunakan
program anates ini maka diperoleh hasil 5 soal kategori mudah, 15
soal kategori sedang, dan 5 soal kategori sukar.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan suatu tes untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang kurang pandai (berkemampua rendah).13
Rumus
10Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006),
Edisi revisi, h. 222 11 Ibid., h. 223 12 Ibid., h. 225 13 Ibid., h. 226
47
yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes
adalah:14
Keterengan:
D : Daya pembeda butir
BA : Banyaknya subjek kelas atas yang menjawab benar
JA : Banyaknya subjek kelompok atas
BB : Banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab benar
JB : Banyaknya subjek kelompok bawah
Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai (D) Kategori
0,00 0,20 Jelek (poor)
0,21 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 0,70 Baik (good)
0,70 1,00 Baik sekali (excellent)
Negatif Semuanya tidak baik (Sebaiknya dibuang
saja)
5) N-gain
Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes masing-
masing siswa kemudian dilakukan perhitungan normal gain (N-
gain). Gain adalah selisih nilai pretes dan postes, gain menunjukan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran dilakukan. Dengan rumus:
pretestskorideal
pretestposttestgainn
14 Ibid., h.228
48
Dengan kategorisasi sebagai berikut15
:
g-tinggi : nilai (<g>) 0,70
g-sedang : nilai 0.70 e” (<g>) e” 0.30
g-rendah : nilai (<g>) < 0,30
2. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional megenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertemtu.16
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.17
Melalui
pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan
yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses
kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh
dari kegiatannya.18
G. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-
t, terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan
awal populasi terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
akan digunakan adalah Uji Liliefors, dengan rumus:19
15 Hake, “Relationship of Individual Student Normalized Learnig Gates in Mechanics
with Gender, High School P hysics, and Pretest Scores on Mathematic And Spatial Visualization.”
Indiana University (Emetirus), 2425 Hatteras Street, Woodland Hills, dari
http://www.physic.indiana.edu/~hake/perc2002h-hake.pdf , diakses: 3 Desember 2013 16Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 153 17Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet ke-15, h. 203 18Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet.14, h. 84 19 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466
49
Lo = │F (Zi) – S (Zi) │
Keterangan :
Lo = Harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku
S (Zi) = Proporsi angka baku
Adapun langkah-lagkah pengujiannya sebagai berikut:
1) Kolom X
Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
2) Kolom Zi
Zi =
Ketetangan:
Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata
X = Skor ke i
SD = Standar Deviasi
3) Kolom F(Zi)
Nilai Zi dikonsultasikan pada daftar tabel (tabel Z)
4) Kolom S(Zi)
Kolom ini dicantumkan nilai yang diperoleh dari perhitungan
sebagai berikut:
S (Zi) =
5) Kolom │F (Zi) – S (Zi) │
Merupakan harga mutlak dari selisih F (Zi) dan S (Zi)
6) Tentukan nilai L0 dengan harga terbesar dari harga mutlak selisih
dan dibandingkan dengan Ltabel dari tabel Liliefors. Dengan kriteria:
Lhitung < Ltabel : Data berdistribusi normal
Lhitung > Ltabel : Data berdistribusi tidak normal
Ltabel atau nilai kritis untuk uji liliefors dengan n > 30 dan taraf nyata
(α) 0,05 adalah Ltabel =
√
50
7) Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka nilai L0 dikonsultasikan kendalam tabel
nilai kritis L dengan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian
populasi ini dianggap berdistribusi normal jika L0 lebih kecil dari
Ltabel (angka kritis).
b. Uji Homogenitas
Uji ini untuk mengetahui seragam atau tidaknya varians
sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji
homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan ke homogenan
populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:20
1) Hipotesis
Ha :
H0 :
2) Tentukan Fhitung dengan rumus
Fhitung =
=
dengan S
2 =
∑ ∑
3) Tetepkan taraf signifikan (α)
4) Hitung Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F
(dk varian terbesar – 1, dk varian terkecil – 1)
Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel
5) Tentukan kriteria pengujian H0, yaitu:
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, yang berarti populasi kedua
homogen.
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji
parametik dengan menguji statistik menggunakan uji-t dengan taraf
20Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), Cet.IV, h.
133-134
51
signifikan α = 0,05. Rumus yang digunakan adalah Uji t Fisher’s sebagai
berikut:21
21
21
11
nn
XXt
Sg
hitung
Dengan :
Sgab = 2
)1()1(
1
2
22
2
1
nn
SnSn
Keterangan:
1X : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
2X : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
S12 :
Variansi kelompok eksperimen
S22 :
Variansi kelompok kontrol
n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol
dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut:
Terima Ho jika harga –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel
Tolak Ha jika harga –ttabel ≥ thitung ≥ +ttabel
3. Analisis Data
Untuk mempermudah dalam menganalisis dan menafsirkan data,
data yang sudah dihitung kemudian diberikan interval skor sebagai
berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor
No Interval Angka Kriteria
1 0% − 20% Sangat Buruk
2 21% − 40% Buruk
3 41% − 60% Cukup
4 61% − 80% Baik
5 81% −100% Sangat Baik
21Ibid., h. 141
52
H. Hipotesis Statistik
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung oleh landasan
teoritis, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik penelitian ini sebagai
berikut:
H0 :
Ha :
Keterangan:
Ha : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor yang sigifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
H0 : Terdapat perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian, hasil belajar berupa aspek kognitif diketahui
berdasarkan hasil tes pilhan ganda sebanyak 25 soal yang dilakukan sebelum
dan sesudah pembelajaran. Data hasil tes hasil belajar baik pretes maupun
postes diperoleh dari hasil evaluasi dengan menggunakan tes pilihan ganda
yang diberikan kepada 48 siswa, yang terdiri dari 24 siswa kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan, yaitu menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan media power point dan 24 siswa
kelompok kontrol menggunakan media power point.
1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, penulis memberikan tes pilihan
ganda kepada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebanyak 25 butir soal pilihan ganda yang dilakukan sebelum dan
sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil pretes kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada konsep ikatan kimia yang telah diberikan kepada
siswa. Hasil pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol peneliti
sajikan pada lampiran 8 dan Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pretes Hasil Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Data Eksperimen Kontrol
Mean 43,17 45,17
Median 41,50 48,92
Modus 35,4 44,6
SD 6,77 7,22
Berdasarkan Tabel 4.1 data hasil pretes kelompok eksperimen
setelah dilakukan perhitungan dan dianalisis lebih lanjut, maka didapat
nilai rata-rata/mean kelas eksperimen sebesar 43,17 dengan median/nilai
54
tengah 41,50, sedangkan nilai yang sering muncul/modus pada kelas
eksperimen sebesar 35,4 dengan standar deviasi 6,77.
Adapun hasil data pretes kelas kontrol didapatkan nilai rata-
rata/mean kelas eksperimen sebesar 45,17 dengan median/nilai tengah
48,92, sedangkan nilai yang sering muncul/modus pada kelas eksperimen
sebesar 44,6 dengan standar deviasi 7,22. Dengan demikian dapat
disimpulkan nilai rata-rata pretes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak terdapat perbedaan.
2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Setelah dilakukan uji prasyarat sampel pada pretes kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama.
Dengan demikian, peneliti dapat melanjutkan penelitiannya melalui proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media power point pada kelompok eksperimen dan
menggunakan media power point pada kelompok kontrol. Adapun data
yang diperoleh dari hasil postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol disajikan pada lampiran 9 dan Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Data Eksperimen Kontrol
Mean 75,83 63,17
Median 76,50 63,52
Modus 80,5 62,5
SD 8,04 8,83
Berdasarkan Tabel 4.2 data hasil postes kelompok eksperimen
setelah dilakukan perhitungan dan dianalisis lebih lanjut, maka didapat
nilai rata-rata/mean kelas eksperimen sebesar 75,83 dengan median/nilai
tengah 76,50, sedangkan nilai yang sering muncul/modus pada kelas
eksperimen sebesar 80,5 dengan standar deviasi 8,04.
55
Adapun hasil data pretes kelas kontrol didapatkan nilai rata-
rata/mean kelas eksperimen sebesar 63,17 dengan median/nilai tengah
63,52, sedangkan nilai yang sering muncul/modus pada kelas eksperimen
sebesar 44,6 dengan standar deviasi 8,83. Sehingga terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata hasil belajar siswa konsep
ikatan kimia pada skor pretes adalah sebesar 43,17, rata-rata pada postes
75,83 dan nilai N-gain sebesar 0,58. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa secara langsung terlihat dari kenaikan nilai
rata-rata pretes ke nilai rata-rata postes tersebut, sedangkan nilai rata-rata
N-gain sebesar 0,58 termasuk kategori sedang.
Sedangkan pada kelompok kontrol, nilai rata-rata pretes adalah
45,17, rata-rata postes 63,17 dan nilai N-gain sebesar 0,35. Hal tesebut
menunjukkan bahwa peningkatan belajar siswa secara langsung dapat
dilihat dari kenaikan nilai pretes ke rata-rata nilai postes. Nilai rata-rata N-
gain 0,35 termasuk kategori sedang. Nilai N-gain kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dapat dilihat pada lampiran 10 dan Tabel 4.3
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekap Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Data Pretes Postes N-gain
N 24 24 −
Eksperimen 43,17 75,83 0,58
Kontrol 54,17 63,17 0,35
4. Analisis Hasil Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Guru
Pengamatan atas keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point pada konsep ikatan kimia diperoleh
56
melalui observasi yang dilakukan. Aspek yang dilihat terdiri dari tiga
tahap yang disesuaikan dengan tahapan STAD yaitu tahap penyajian
materi, kerja kelompok, dan evaluasi. Aspek yang dilihat pada tahapan
pertama adalah penyampaian tujuan pembelajaran, membangktkan
rasa ingin tahu siswa, dan menyajikan materi. Pada tahap kedua, aspek
yang dilihat adalah membimbing, mengawasi dan memonitor, serta
memotivasi siswa pada saat berlangsungnya kerja kelompok. Pada
tahapan ketiga, aspek yang dilihat adalah pemberian tes individu,
perhitungan poin individu dan kelompok, serta pemberian apresiasi
kelompok. Hasil observasi pada saat pembelajaran dapat dilihat pada
lampiran 11 dan Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru
No Tahapan Presentase
(%) Kategori
1. Penyajian Materi:
83,33 Sangat Baik
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Membangkitkan rasa ingin tahu
siswa (memotivasi)
c. Menyampaikan materi
pembelajaran menggunakan
power point
2. Kerja Kelompok:
100 Sangat baik
a. Membimbing siswa dalam kerja
kelompok
b. Mengawasi dan memonitor
siswa dalam bekerja kelompok
c. Memotivasi siswa dalam proses
belajar kelompok
3. Evaluasi:
50 Kurang
a. Memberikan tes individu
b. Menghitung poin individu dan
kelompok
c. Memberikan apresiasi kepada
prestasi kelompok
Rata-rata 77,78 Baik
57
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pencapaian penyajian
materi menunjukkan kategori baik, tahap kerja kelompok berkategori
sangat baik, dan tahap evaluasi berkategori kurang. Secara
keseluruhan, rata-rata keterlaksanaan tahapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD menggunakan media power point yang dilakukan oleh
guru berkategori baik.
b. Lembar Observasi Siswa
Observasi terhadap aktivitas belajar siswa juga dilakukan oleh
dua orang observer selama tiga kali pertemuan. Lembar observasi
siswa juga berdasarkan tahapan STAD yang ada, yaitu penyajian
materi, kerja kelompok, dan evaluasi.
Pada tahap penyajian materi, aspek yang dilihat dari siswa
adalah apakah siswa mendengarkan penjelasan guru atau tidak, pada
tahap kerja kelompok, aspek yang dinilai adalah bergabungnya siswa
dengan anggota kelompoknya, berdiskusi dan bekerja sama dalam
mengerjakan LKS. Sedangkan tahap evaluasi aspek yang dinilai adalah
mengerjakan kuis secara individu dan mendengarkan perolehan skor
individu dan kelompok. Hasil observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 11 dan Tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa
No Tahapan Presentase
(%) Kategori
1. Penyajian Materi:
100 Sangat baik a. Siswa memperhatikan guru
pada saat menyampaikan
materi pembelajaran
2. Kerja Kelompok:
100 Sangat baik
a. Bergabung dengan anggota
kelompoknya
b. Berdiskusi dalam mengerjakan
LKS
58
P
a
d
a Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pencapaian tahap penyajian materi,
tahap kerja kelompok, berkategori sangat baik dan tahap evaluasi
berkategori baik. Secara keseluruhan, rata-rata keterlaksanaan tahapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media
power point yang dilakukan pada siswa berkategori sangat baik.
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar
1. Uji Prasyarat Sampel
Setelah diperoleh data dari masing-masing kelompok, maka dapat
dilanjutkan pengujian hipotesisnya, akan tetapi sebelum dilakukan
pengujian hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu
terhadap data hasil penelitian seperti uji normalitas dan uji homogenitas.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Pretes
Hasil uji normalitas dilakukan uji Liliefors, hasil uji normalitas
pada pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
pada lampiran 8 dan Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Data Pretes
Kesimpulan Eksperimen Kontrol
N 24 24 Data
Berdistribusi
Normal
Lhitung 0,1672 0,1469
Ltabel 0,173 0,173
No Tahapan Presentase
(%) Kategori
c. Memotivasi siswa dalam proses
belajar kelompok
3. Evaluasi
75 Baik
a. Mengerjakan kuis secara
individu
b. Mendengarkan hasil perolehan
skor individu
Rata-rata 91,67 Sangat baik
59
Berdasarkan Tabel 4.6 Dapat diketahui hasil pegujian untuk
pretes kelompok eksperimen diperoleh Lhitung= 0,1672. dari tabel harga
kritis uji Liliefors taraf signifikan (α) = 0,05 untuk n = 24, maka
didapatkan Ltabel = 0,173. karena Lhitung (0,1672) < Ltabel (0,173) maka
dapat disimpulkan bahwa data populasi hasil pretes kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk pretes kelompok
kontrol diperoleh harga Lhitung= 0,1469 dengan Ltabel = 0,173. dengan
demikian Lhitung (0,1469) < Ltabel (0,173) maka dapat disimpulkan
bahwa data hasil pretes kelompok kontrol berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Pretes
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara
dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji
Fischer. Syarat uji homogenitas ini yaitu:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, dan
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
Hasil uji homogenitas pada pretes disajikan pada lampiran 8 dan
Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Statistik
S2Eksperimen 45,884
S2Kontrol 52,145
Fhitung 1,136
Ftabel 2,00
Kesimpulan Homogen
Berdasarkan Tabel 4.7 Dari hasil uji homogenitas untuk data
pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung =
1,136 dari tabel harga distribusi F dengan taraf signifikan (α) = 0,05
dengan jumlah siswa 48 (n1 = 24, n2 = 24), maka didapat harga Ftabel =
2,00. berdasarkan hasil diatas, maka Fhitung < Ftabel. Dengan demikian
60
maka data pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diatas
adalah homogen.
c. Pengujian Hipotesis Pretes
Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretes yang dilakukan adalah
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
skor pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji
kesamaan rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
disajikan pada lampiran 8 dan Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Keterangan Eksperimen Kontrol
Jumlah sampel 24 24
X 43,17 45,17
S2
45,884 52,145
thitung −0,4896
ttabel 2,021
Kesimpulan Tidak Berbeda
Berdasarkan hasil analisa pada Tabel 4.8 dengan uji-t pretes
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf
signifikan 95% (0,05) dengan derajat kebebasan df = (n1 + n2) – 2 =
(24 + 24) – 2 = 46 maka diperoleh ttabel = 2,021 dan thitung = −0,4896.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis berikut:
Ha = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Ho = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Dimana, kriteria penerimaan dan penolakan H0 adalah:
Jika harga –ttabel thitung +ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika harga –ttabel thitung +ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan kriteria diatas dari data hasil penelitian, maka kriteria
hasil penelitian ini yaitu –ttabel thitung +ttabel (–2.021 −0,4896
+2.021). Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
61
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari
hasil diatas menunjukkan bahwa sampel layak untuk diberi perlakuan
agar dapat mengetahui pengaruh perlakuan tersebut pada kelompok
yang berbeda yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Postes
Hasil uji normalitas postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Data Postes
Kesimpulan Eksperimen Kontrol
N 24 24 Data
Berdistribusi
Normal
Lhitung 0,1170 0,1668
Ltabel 0,173 0,173
Berdasarkan tabel 4.9 Diketahui bahwa pada postes kelompok
eksperimen memiliki Lhitung = 0,1170 dengan harga Ltabel = 0,173.
dengan demikian maka Lhitung (0,1170) < Ltabel (0,173). Maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil postes kelompok eksperimen
berdistribusi normal. Adapun postes kelompok kontrol dengan Lhitung =
0,1668 dan Ltabel = 0,173, dengan demikian Lhitung (0,1668) < Ltabel
(0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa data postes kelompok kontrol
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Postes
Hasil uji homogenitas postes pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.10 sebagai
berikut:
62
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Statistik
S2Eksperimen 79,905
S2Kontrol 77,884
Fhitung 1,025
Ftabel 2,00
Kesimpulan Homogen
Data hasil uji homogenitas untuk postes kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada Tabel 4.10 diperoleh Fhitung = 1,025 dari
tabel harga distribusi F dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dengan
jumlah siswa 48 (n1 = 24, n2 = 24), maka didapat harga Ftabel = 2,00.
syarat uji homogenitas ini yaitu: H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, dan H0
ditolak jika Fhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa data postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tersebut adalah homogen.
3. Pengujian Hipotesis Postes
Hasil uji kesamaan rata-rata postes antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Keterangan Eksperimen Kontrol
Jumlah sampel 24 24
X 75,83 63,17
S2
79,905 77,884
thitung 8,165
ttabel 2,021
Kesimpulan Berbeda
Hasil analisa pada tabel 4.11 Dengan uji-t postes antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf signifikan 0,05 dengan df =
(n1 + n2) – 2 = 46 maka diperoleh ttabel = 2,021 dan thitung = 8,165.
63
berdasarkan hasil diatas maka kriteria hasil penelitian ini yaitu –ttabel
thitung +ttabel (–2,021 8,165 +2,021) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dengan demikian maka terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil
belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menggunakan media power point pada konsep ikatan kimia
dibandingkan dengan menggunakan media power point saja.
C. Pembahasan
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi ikatan
kimia. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan media power point ini berpengaruh terhadap hasil
belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia digunakan uji hipotesis statistik.
Sebelum melakukan uji hipotesis, data pretes dianalisis dengan menggunakan
uji-t untuk melihat perbedaan kemampuan awal sampel yang diteliti.
Berdasarkan hasil uji prasyarat penelitian diketahui bahwa data pretes dari
kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa sampel yang diambil memiliki kondisi awal yang relatif
sama atau tidak berbeda nyata.
Berdasarkan hasil perhitungan pretes dan postes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai postes rata-rata kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelompok kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan nilai hasil rata-rata postes yang
dipengaruhi oleh adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media power point pada materi ikatan kimia. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai N-gain kelompok
eksperimen 0,58 dan kelompok kontrol 0,35 dengan rata-rata postes 75,83
sedangkan nilai rata-rata postes kelompok kontrol 63,17.
64
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan uji-t sebelum diberikan
perlakuan diperoleh niulai ttabel = 2,021 dan thitung −0,4896. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa thitung < ttabel atau −0,4896 < 2,021, maka Ho diterima
dan Ha ditolak sehingga nilai awal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak terdapat perbedaan. Sedangkan uji-t setelah diberikan perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, hal ini dapat dilihat dari perhitungan setelah diberikan
perlakuan, maka diperoleh nilai ttabel = 2,021 dan thitung = 8,165. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau 8,165 > 2,021, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Berdasarkan hasil ini thitung > ttabel, maka H0 ditolak, dan dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia kelas
eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelas
kontrol. Oleh karena itu, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
media power point terhadap hasil belajar kimia pada konsep ikatan kimia
diterima.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa tahapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh guru terlaksana dengan presentasi
sebesar 77,78% yang berarti termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan
hasil observasi yang dilakukan pada siswa mendapatkan presentasi sebesar
91,67% yang berarti termasuk ke dalam kategori sangat baik.
Adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran koopertatif tipe STAD
menggunakan media power point kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan media
power point saja.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
65
guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.1 STAD terdiri dari lima
komponen utama, yaitu: penyajian kelas, kegiatan kelompok, tes, peningkatan
individu, dan pegakuan kelompok.2Lima komponen utama dalam
pembelajaran kooperatif akan disajikan sebagai berikut:
Presentasi kelas, pada awal tahapan STAD dalam penyampaian materi
ini guru tidak menggunakan metode ceramah seperti yang biasa digunakan di
sekolah, dengan hanya menggunakan metode ceramah selama pembelajaran
siswa akan merasa jenuh dengan pelajaran tersebut yang akibatnya banyak
siswa yang kurang fokus memperhatikan penjelasan guru. oleh karena itu
peneliti menggunakan media power point pada materi ikatan kimia di awal
tahapan STAD. Selama presentasi kelas siswa terpusat perhatiannya kepada
slide power point dan memperhatikan penjelasan guru, karena power point
yang guru buat ditampilkan juga animasi huruf sehingga perhatian siswa dapat
terfokus ke papan tulis dan pembelajaran pun berjalan dengan tertib. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriyani NST,
Erviyenni dan Lenny Anwar bahwa penggunaan media microsoft office power
point sangat cocok diterapkan pada pembelajaran tipa STAD, karena pada
proses pembelajaran tipe STAD lebih banyak melibatkan siswa sedangkan
guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam aktivasi belajar
yang dilakukan siswa.3 Dengan penggunaan power point maka materi
pelajaran yang disampaikan menjadi lebih menarik dengan adanya variasi-
variasi gerakan objek dan adanya video yang ditampilkan sehingga siswa lebih
tertarik dalam menerima informasi pelajaran.4
1Robert E. Slavin, Cooprative Learning, Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008), h.143 2Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 140 3Indriyani NST, dkk, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model
Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Krinci”, Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 7 4Dedi Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Microsoft Power
Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIB
SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 1, Tahun 2009, h. 8
66
Tim, dalam tahapan ini siswa dibagi ke dalam 6 kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok
diberikan satu lembar LKS sebagai bahan diskusi. Selama diskusi berlangsung
guru mengontrol situasi setiap kelompok, apabila dalam 1 kelompok ada siswa
yang belum mengerti maka anggota kelompok tersebut yang akan membantu
menjelaskan dan jika kelompok tersebut tidak bisa menjawab maka boleh
berdiskusi dengan kelompok lain. Menurut Verawati Turada dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok dapat tercapai
dengan baik apabila setiap anggota kelompok aktif serta benar-benar
berinteraksi dengan baik dan saling membantu diantara siswa yang pintar,
dengan siswa yang lemah dalam kelompoknya, sehingga dapat
menyumbangkan nilai yang maksimal dalam kelompoknya. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imtihani Nurarum Hidayati
bahwa siswa pun terlihat tambah aktif terhadap pembelajaran karena mereka
dapat berdiskusi dalam satu kelompok mengenai materi kesetimbangan
kimia.5
Tes individual, dalam tahapan ini, siswa diberikan tes individu untuk
megetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai setelah diskusi
kelompok. Selama tes berlangsung siswa dilarang untuk bekerja sama dengan
siswa lain sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individu untuk
memahami materi. Nilai dari tes individu akan diakumulasi dengan nilai
diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Monlila Beni Rian P, bahwa siswa ingin menjadi yang terbaik untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok dalam meningkatkan poin individu
maupun kelompok untuk memperoleh penghargaan.6
Skor kemajuan individual, dalam hal ini skor kemajuan individu dilihat
berdasarkan kenaikan skor kuis siswa dibandingkan dengan skor awal siswa.
5Imtihani Nur Arum H, “Penerpan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada
Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011-2012”,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 94 6 Monlila Beni Rian P, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 236
67
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum
Hidayati, bahwa dari kondisi awal yang ketuntasan belajarnya 40% bisa
meningkat 30% menjadi 70% setelah diterapkan metode STAD ini.7
Pengakuan kelompok, dalam tahapan ini kelompok yang mempunyai
nilai tertinggi guru berikan penghargaan kelompok berupa hadiah sebagai
apresiasi selama pembelajaran berlangsung, sehingga pada pertemuan
selanjutnya kelompok yang lainnya bisa termotivasi untuk mendapatkan nilai
yang bagus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawati
Turanda bahwa setiap kelompok berusaha mencapai nilai terbaik pada
evaluasi sehingga nilai perkembangan siswa akan lebih baik dan penghargaan
kelompok akan lebih baik pula.8
Dalam pembelajaran ini, dapat dilihat bahwa siswa terlibat secara aktif
dan antusias dalam setiap tahapan. Siswa akan belajar untuk bekerja sama
dengan siswa yang lain, sehingga materi yang belum difahami dapat
didiskusikan dengan siswa yang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, bahwa metode
pembelajaran kooperatif STAD ini berbentuk kelompok kerja sehingga
menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran secara berkelompok di
kelas, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar jika
dibandingkan dengan belajar secara individual.9
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan
siswa dapat mengembangkan kreativitas malalui interaksi antar siswa yang
berlangsung selama proses belajar mengajar. Selain itu, rasa ingin tahu siswa
pun meningkat sejalan dengan meningkatnya motivasi belajar mereka.
7Imtihani Nur Arum H, loc. cit. 8Verawati Turanda, “Penggunaan Media Microsoft Power Point Melalui Model
Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 1, Tahun 2012, h. 8 9Imtihani Nur Arum H, “Penerpan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada
Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011-2012”,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 98
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, rata-rata hasil
belajar postes kelas eksperimen (75,83) lebih besar dari hasil belajar postes
kelas kontrol (63,17), sehingga terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point
terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini berdasarkan perhitungan statistik
menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel atau 8, 165 > 2,201, maka Ha
diterima dan Ho ditolak.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) sebagai salah satu alternatif
penggunaan metode dalam proses pembelajaran dikelas, sebaiknya model
pembelajaran koopeatif tipe STAD tidak hanya diterapkan dalam konsep
ikatan kimia saja, tetapi bisa digunakan untuk konsep lain, misalnya
struktur atom, hidrokarbon ataupun materi yang lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan inovasi-inovasi yang
baru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini, karena dalam penerapannya model pembelajaran ini sangat fleksibel
untuk digunakan berbagai media pembelajaran pada tahap penyajian
materi.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu mendapat perhatian dan
tanggapan dari guru, karena melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat
bekerja sama, dan saling membantu satu sam lain. Sehingga sifat egois,
69
individual dan sifat ingin menang sendiri, merasa dirinya sendiri lebih
dari yang lainnyaperlahan dapat diubah atau mungkin dapat dihilangkan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006
Dimyati. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006
Hamdani, Dedy. “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft
Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009
I Ketut Madra. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap
Prestasi Belajar Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8,
Tahun 2011
Irma Pujianti. “Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol
1, No 1, September 2008
Isjoni. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta, 2012
Justiana, Sandri. Muchtaridi, Kimia 1, Jakarta: Yudistira, 2009
Luqman Hakim. “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Disertai Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal
Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012
Nur Arum Imtihani Hidayati, Tri Redjeki, Budi Hastuti. “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada
Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Kimia (PJK), Vol 1, No 2,
Tahun 2013
NST Indriyani, Erviyenni, Lenny Anwar. “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur
71
Atom dan Sistem Periodik Di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan
Kerinci”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011
-----. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Sadiman, Arief S. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Predana Media Grup, 2006
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010
Slavin, E. Robert. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa
Media, 2009
Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009
Teda Ena, Auda. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak
Presentasi, Artikel, 2008
Tejo Nurseto. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
Turanda Verawati, Rosmaini S, Darmadi. “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32
Pekanbaru”. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 1, November 2012
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008
Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009
72
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodic unsur, dan ikatan kimia.
B. Kompetensi Dasar :1.2.Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan hubungan electron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
73
3. Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Kestabilan atom unsur, ikatan ion, sifat fisika senyawa ion
Fakta menunjukkan di alam, gas mulia (golongan VIIIA) berada sebagai atom tunggal. Hal ini berarti gas mulia sulit bereaksi
dengan atom gas mulia atau unsure lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gas mulia bersifat stabil.
Berdasarkan konfigurasi elektron, dapatdirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha
memperoleh konfigurasi electron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini dirumuskan menjadi Aturan Oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki
konfigurasi elektron gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk mencapai kestabilan. Hal ini di
rumuskan menjadi Aturan Duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat meminta/melepas electron atau menggunakan electron bersama.
Peristiwa ini akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan electron akan membentuk ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan electron bersama akan membentuk ikatan kovalen.
74
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian
disebut ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsure juga menggunakan electron bersama membentuk ikatan logam.
1) Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki konfigurasi electron
seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsure logam dan atom unsur non logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsure logam untuk melepas electron untuk membentuk ion positif.
Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima. Contohnya
ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima electron antar atom disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen), dan senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ion.
Serah terima electron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu
unsure dinyatakan oleh lambing unsure dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( ) atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda
tersebut menyatakan jumlah electron valensi dari unsure tersebut. Contoh penggunaan lambang Lewis untuk menggambarkan ikatan
ion.
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
75
Sifat Fisis Senyawa Ion
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama kesegala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion
positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik.
e) Tidakmenghantarlistrikdalamfasepadat, tetapimenghantarlistrikdalamfasecairataujikalarutdalam air.
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa
Karakter
yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan pretes
Guru membag isiswa ke dalam kelompok yang terdiridari 4-
5 siswa yang heterogen
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan temannya yang tidak
hadir
Siswa mengerjakan pretes
Siswa mendengarkan pembagian kelompok
oleh guru
Religius
Disiplin
Jujur
Sikap
menghorma
ti
76
setting pembelajaran kooperatif tipeSTAD Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang setting pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Inti
(55 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas STAD yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan Power Point
Guru memberikan tugas berupa lembar kerja siswa kepada
kelompok STAD
Guru memberikan instruksi kepada setiap anggota kelompok
untuk bekerjasama, berdiskusi ketika mengerjakan lembar
kerja. Anggota yang lebih mengerti menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
mengerti
Guru memperhatikan dan membimbing aktivitas kerja setiap
kelompok STAD
Guru meminta siswa mengumpulkan LKS
Siswa memperhatikan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka
bertanya pada guru
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dalam
kelompoknnya
Siswa bekerjasama dengan kelompoknya
untuk mengerjakan LKS yang telah
disediakan
Siswa mengumpulkan LKS
Sikap
menghorma
ti
Kerjasama
Jujur
Akhir
(20 menit) Guru dan siswa memberikan kesimpulan dari materi
pembelajaran
Guru mengadakan tesi ndividu/ kuis
Siswa memberikan kesimpulan tentang materi
yang telah diajarkan
Mengharga
i
Jujur
77
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes/kuis dengan
tenang dan bertanggung jawab atas perolehan nilai
kelompok
Guru mengamati aktivitas tes/kuis yang dilakukan siswa dan
menegur siswa jika terjadi kekeliruan dan kecurangan dalam
penyelesaian tes/kuis
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban tes/kuis
Guru mengumumkan perolehan nilai individu dan kelompok
Guru mengumumkan prestasi kelompok
Siswa mengerjakan tes/kuis secara individu
tanpa bantuan teman kelompoknya. Untuk
mengukur seberapa jauh pengetahuan yang
telah didapatkan hari ini
Siswa mengumpulkan jawaban tes/kuis
Siswa mendengarkan perolehan nilai individu
dan kelompok
Siswa mendengarkan perolehan prestasi
kelompok
H. Penilaian
1. Jenis tagihan:
Pretes dan kuis
2. Bentuk instrument:
Testertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian
78
I. Alat dan Sumber
1. Lembar pretes
2. Lembar LKS
3. Lembar kuis
4. Laptop dan proyektor
5. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 16 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
79
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, danikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang Lewisnya
4. Menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
80
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Siswa dapat membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang
Lewisnya
4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Ceramah, diskusi dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : ikatan kovalen ( tunggal, rangkap dua, rangkap tiga), ikatan kovalen koordinasi, dan sifat ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan yang terbentuk distabilkan
oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom. Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh
atom-atom nonlogam. Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal : Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang
elektron oleh 2 atom yang berikatan
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
81
2. Ikatan kovalen rangkap dua : Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan.
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
3.Ikatan kovalen rangkap tiga : Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan
Contoh: pada 2 atom C dan 2 atom H yang membentuk molekul C2H2
4. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh: Terbentuknya senyawa BF3-NH3
HCCH
82
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
2) Bersifat lunak dan tidak rapuh
3) Kristal mudah bergeser sehingga bersifat lunak dan tidak rapuh.
4) Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
5) Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
6) Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
83
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru memberikan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang
terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menerangkan setting pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa memberitahukan temannya yang tidak
hadir
Siswa mendengarkan pembagian kelompok oleh
guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
setting pembelajaran kooperatif tipe STAD
Religius
Disiplin
Jujur
Sikap
menghormati
Inti
(55 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas STAD
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Power
Point
Guru memberikan tugas berupa lembar kerja siswa
kepada kelompok STAD
Guru memberikan instruksi kepada setiap anggota
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dalam
kelompoknnya
Siswa bekerja sama dengan kelompoknya
Sikap
menghormati
Kerja sama
84
kelompok untuk bekerja sama, berdiskusi ketika
mengerjakan lembar kerja. Anggota yang lebih
mengerti menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok mengerti
Guru memperhatikan dan membimbing aktivitas
kerja setiap kelompok STAD
Guru meminta siswa mengumpulkan LKS
untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan
Siswa mengumpulkan LKS
Jujur
Akhir
(20 menit)
Guru dan siswa memberikan kesimpulan dari
materi pembelajaran
Guru mengadakan tes individu/ kuis
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes/kuis
dengan tenang dan bertanggung jawab atas
perolehan nilai kelompok
Guru mengamati aktivitas tes/kuis yang dilakukan
siswa dan menegur siswa jika terjadi kekeliruan
dan kecurangan dalam penyelesaian tes/kuis
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan
Siswa memberikan kesimpulan tentang materi
yang telah diajarkan
Siswa mengerjakan tes/kuis secara individu
tanpa bantuan teman kelompoknya. Untuk
mengukur seberapa jauh pengetahuan yang
telah didapatkan hari ini
Siswa mengumpulkan jawaban tes/kuis
Menghargai
Jujur
85
jawaban tes/kuis
Guru mengumumkan perolehan nilai individu dan
kelompok
Guru mengumumkan prestasi kelompok
Siswa mendengarkan perolehan nilai individu
dan kelompok
Siswa mendengarkan perolehan prestasi
kelompok
H. Penilaian
1. Jenis tagihan:Pretes dan kuis
2. Bentuk instrumen:Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Lembar LKS 4. Buku Kimia 1, Yudhistira
2. Lembar kuis
3. Laptop dan proyektor
Ciputat, 23 September 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
86
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
3. Menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
87
3. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Ikatan kovalen polar dan non polar, ikatan logam, sifat ikatan logam
Ikatan kovalen polar: Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1
atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk
molekul tidak simetris)
Contoh: Molekul HCl
Ikatan kovalen nonpolar : Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara
merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2.
Ikatan Logam
88
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam. Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen Anatar atom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam
bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif.
• Unsur-unsur logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain.
• Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan diulur tanpa harus menghancurkannya terlebih dahulu.
Contoh logam yang dapat ditempa: alumunium, tembaga, timbal, emas, dan perak
Contoh logam yang dapat diulur: nikel, krom, da besi
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron
bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
89
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
90
H. Penilaian
1. Jenis tagihan: Pretes dan kuis
2. Bentuk instrument: Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Lembar pretes
2. Lembar LKS
3. Lembar kuis
4. Laptop dan proyektor
5. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 30 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
91
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur,
dan ikatan kimia.
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
92
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Kestabilan atom unsur, ikatan ion, sifat fisika senyawa ion
Fakta menunjukkan di alam, gas mulia (golongan VIIIA) berada sebagai atom tunggal. Hal ini berarti gas mulia sulit bereaksi
dengan atom gas mulia atau unsur lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gas mulia bersifat stabil.
Berdasarkan konfigurasi elektron, dapat dirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha
memperoleh konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini dirumuskan menjadi Aturan Oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki
konfigurasi elektron gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk mencapai kestabilan. Hal ini di
rumuskan menjadi Aturan Duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama.
Peristiwa ini akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk ikatan kovalen.
93
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian
disebut ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama membentuk ikatan logam.
1) Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan atom unsur non logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsur logam untuk melepas elektron untuk membentuk ion positif.
Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima. Contohnya
ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen), dan senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ion.
Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu
unsur dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( ) atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda
tersebut menyatakan jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang Lewis untuk menggambarkan ikatan
ion.
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
94
Sifat Fisis Senyawa Ion
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama kesegala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion
positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik.
e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik dalam fase cair atau jika larut dalam air.
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan pretes
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa mengerjakan pretes
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Jujur
95
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
H. Penilaian
1. Bentuk instrumen:
Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 17 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
96
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang Lewisnya
4. Menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
97
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Siswa dapat membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang
Lewisnya
4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : ikatan kovalen ( tunggal, rangkap dua, rangkap tiga), ikatan kovalen koordinasi, dan sifat ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan yang terbentuk distabilkan
oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom. Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh
atom-atom nonlogam. Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal : Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang
elektron oleh 2 atom yang berikatan
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
98
2. Ikatan kovalen rangkap dua : Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan.
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
3.Ikatan kovalen rangkap tiga : Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan
Contoh: pada 2 atom C dan 2 atom H yang membentuk molekul C2H2
4. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh: Terbentuknya senyawa BF3-NH3
HCCH
99
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
2) Bersifat lunak dan tidak rapuh
3) Kristal mudah bergeser sehingga bersifat lunak dan tidak rapuh.
4) Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
5) Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
6) Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
100
G. Kegiatan Pembelajaran
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
101
H. Penilaian
1. Bentuk instrumen:
Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 24 September 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S. Pd Fitri Nur Faozah
102
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Membedakan antara ikatan kovalen dengan kovalen polar dan non polar
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
3. Menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
103
3. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Ikatan kovalen polar dan non polar, ikatan logam, sifat ikatan logam
Ikatan kovalen polar: Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1
atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk
molekul tidak simetris)
Contoh: Molekul HCl
Ikatan kovalen nonpolar : Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara
merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2.
104
Ikatan Logam
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam. Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen Anatar atom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam
bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif.
• Unsur-unsur logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain.
• Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan diulur tanpa harus menghancurkannya terlebih dahulu.
Contoh logam yang dapat ditempa: alumunium, tembaga, timbal, emas, dan perak
Contoh logam yang dapat diulur: nikel, krom, da besi
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron
bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
105
G. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
106
H. Penilaian
1. Bentuk instrument: Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 16 Oktober 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
107
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1
Kelompok :
Anggota kelompok :1………………………………………….
2………………………………………….
3………………………………………….
4………………………………………….
5………………………………………….
Materi : Kestabilan unsur, menjelaskan proses terjadinya
ikatan ion, sifat fisiknya, dan ikatan kovalen
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami kestabilan unsur,
menjelaskan proses terjadinya ikatan ion beserta sifat
fisiknya, serta siswa dapat menentukan ikatan
kovalen
Landasan Teori :
Kestabilan unsur: Atom-atom gas mulia bersifat stabil, sedangkan atom-atom
lainnya bersifat tidak stabil. Atom-atom gas mulia bersifat stabil karena kulit
terluarnta terisi penuh oleh elektron. Atom-atom gas mulia yang terisi penuh
oleh 2 elektron (untuk He) disebut susunan duplet, dan atom yang terisi penuh
oleh 8 elektron (untuk gas mulia selain He) disebut susunan oktet.
Ikatan Ion: ikatan ion terjadi antara atom logam yang cenderung melepaskan
elektron dengan atom nologam yang cenderung menerima elektron. Contohnya,
ikatan yang terjadi antara atom Na dengan atom Cl
Sifat-sifat Ikatan Ion:
Berwujud padat pada suhu kamar
Mempuyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
Dapat menghantarkan listrik dalam bentuk cairan atau lelehan, dan
Mempunyai sifat keras, namun mudah rapuh
Ikatan Kovalen: Merupakan ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian
bersama pasangan elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom H
108
Latihan Soal…
1. Tentukan konfigurasi elektron dan lambang struktur lewis dari unsur-unsur di
bawah ini:
Unsur Konfigurasi Elektron Elektron Valensi Lambang Lewis
a. Li 3Li = 2 1 1 Li
b. Na
c. O
d. C
e. Al
f. Mg
g. F
h. S
i. Br
j. I
2. Tentukan senyawa ion yang terbentuk dari reaksi antara atom-atom berikut:
Unsur Konfigurasi Elektron Elektron
Valensi
Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk
11Na
17Cl
11Na = 2 8 1
17Cl = 2 8 7
1
7
Na
Cl Na + Cl Na
+ Cl
-
Na+
+ Cl –
NaCl
19K
16S
11Na
16S
109
3. Gambarkan struktur lewis pembentukan senyawa ion berikut:
Unsur Konfigurasi Elektron Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk
BeF2 4Be = 2 2
9F = 2 7
Be
F
F + Be F -
Be 2+
F F -
Be2+
+ 2F-
BeF2
Li2O
BaCl2
4. Sebutkan sifat-sifat dari ikatan ion?
5. Apa yang dimaksud dengan ikatan kovalen? Berikan 1 contoh ikatan kovalen
tunggal (lengkap dengan konfigurasi elektron dan lambang lewisnya).
Selamat Mengerjakan……!!
110
Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2
Kelompok :
Anggota kelompok :1………………………………………….
2………………………………………….
3………………………………………….
4………………………………………….
5………………………………………….
Materi : Proses pembentukkan ikatan kovalen dan kovalen
koordinasi serta sifat fisikanya
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ikatan
kovalen, menjelaskan proses terjadinya ikatan ion
beserta sifat fisiknya, serta siswa dapat menentukan
ikatan kovalen
Landasan Teori :
Ikatan Kovalen: ikatan yang terbentuk akibat pemakaian elektron bersama
pasangan elektron. Berdasarkan ikatannya, ikatan kovalen terbagi 3:
1. Ikatan kovalen tunggal: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama satu pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom Cl.
2. Ikatan kovalen rangkap 2: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama 2 pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom O.
3. Ikatan kovalen rangkap 3: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama 3 pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom N
Sifat-sifat ikatan kovalen:
Berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar;
mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah;
kebanyakan tidak dapat menghantarkan listrik, dan
umumnya bersifat lunak.
Ikatan Kovalen Koordinasi: Ikatan kovalen pasangan elektron yang digunakan
untuk berikatan hanya berasal dari salah satu atom. Sementara itu, atom yang lain
tidak memberikan elektron. Contohnya, SO3, H2SO4.
111
Latihan Soal…
1. Gambarkan dengan struktur Lewis dan konfigurasi elektron pada ikatan kovalen
berikut: sebutkan macam ikatan kovalen tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga!
Unsur Konfigurasi Elektron Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk Jenis Ikatan
F2 9F = 2 7 F F + F F F Ikatan
Kovalen
Tunggal
H2S
C2H2
C2H6
CS2
2. Jelaskan pengertian ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi?
3. Tentukan ikatan kovalen koordinasi pada molekul HNO2!
4. Manakah diantara molekul berikut yang berikatan kovalen rangkap dua, C2H4
atau C2H2? Gambarkan dengan struktur Lewis!
5. Sebutkan sifat-sifat ikatan kovalen?
Good Luck…….
112 Lampiran 4
Tes Individu 1
1. 1. Diantara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah…
a. 13Al d. 20Ca
b. 16S e. 35Br
c. 18Ar
2. Suatu unsur mempuyai atom 7. Unsur tersebut mencapai kesetabilanya
dengan cara…
a. Melepaskan 1 elektron
b. Menangkap 1 elektron
c. Melepaskan 2 elektron
d. Melepaskan 3 elektron
e. Menangkap 3 elektron
3. Elektron valensi gas mulia dibawah ini adalah oktet. Kecuali…
a. Xe d. He
b. Rn e. Ne
c. Kr
4. Unsur X mempunyai konfigurasi elektron 2 8 6. Unsur tersebut akan
membentuk ion....
a. X3-
d. X+
b. X2-
e. X2+
c. X-
5. Senyawa ion dapat menghantarkan listrik dalam bentuk….
a. Padatan
b. Cairan atau lelehan
c. Gas
d. Padatan dan cairan
e. Padatan dan gas
Essay….
1. Apa yang dimaksud ikatan ion? berikan 1 contoh (lengkap dengan lonfigurasi
elektron dan lambing lewisnya)
2. Apa yang dimaksud ikatan kovalen? berikan 1 contoh ikatan kovalen tunggal
(lengkap dengan lonfigurasi elektron dan lambing lewisnya)
Nama :
Kelompok :
113
Tes Individu 2
1. Tentukan senyawa kovalen dan jenis ikatan yang terbentuk dari reaksi antara
atom H dan Br, serta gambarkan struktur Lewisnya!
2. Ikatan kovalen koordinasi pada nitrometana CH3NO2 ditunjukkan dengan
nomor
3. Tentukan jenis ikatan kovalen pada molekul H2O dan CO2! Lengkap dengan
lambang lewisnya!
4. Senyawa kovalen mempunyai titik didih dan titik leleh yang….
Selamat Bekerja…….!!
Nama :
Kelas/Kelompok:
O N C HXX
X X
X
O
X
X
X
H
H1
2
5
3
4
L/O/G/O
Ikatan Kimia: Kestabilan atom unsur,
ikatan ion, ikatan kovalen tunggal
Oleh: Fitri Nur Faozah
Ikatan Kimia
Ikatan kovalen
polar
NaCl, FeCl, Rangkap tiga
Ikatan kovalen
nonpolar
Tunggal
Ikatan Ion Ikatan Kovalen
Rangkap dua
Logam +
nonlogam
Nonlogam +
nonlgam
Logam+logam Ikatan Logam
N2, C2H2 O2, CO2 HNO3, H2SO4
Koordinasi
terjadi
pada atom
berdasarkan kestabilan
berdasarkan
kepolarannya
terjadi pada atom terjadi pada atom
contoh ikatan yang terbentuk
contoh contoh contoh contoh
H2, F2
Tunggal
Nonlogam+
nonlogam
Ikatan Kovalen
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
– Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
– Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
– Siswa dapat menjelaskan hubungan antara senyawa ion dengan sifat fisikanya
Ikatan kimia: ikatan yang terjadi antara atom-atom yang membentuk suatu molekul, atom-atom yang berikatan bisa berasal dari unsur yang sejenis ataupun berlaian jenis
Contoh yang sejenis: atom O + atom O O2
Contoh yang berlainan jenis: atom Na+atom Cl NaCl
??..... Go….!!!!!!
Kestabilan unsur
Di alam, umumnya unsur-insur cenderung saling
berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur
gas mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai
konfigurasi elektron yang stabil, seperti konfigurasi
elektron gas mulia. Bagaimana konfigurasi elektron
gas mulia??
IKATAN KIMIA
Bandingkan Mana Yang Lebih Stabil ?
Kestabilan unsur gas mulia
Unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi
atom logam, nonlogam, metaliod, dan gas mulia.
Unsur-unsur gas mulia bersifat stabil,
sedangkan unsur yang lainnya tidak stabil. unsur
gas mulia brsifat stabil karena kulit terluarnya
terisi penuh oleh elektron.
Perhatikan gambar berikut:
Dari gambar tersebut, kulit terluar atom-atom gas mulia
terisis penuh oleh 2 elektron yang disebut susunan duplet
(untuk He) dan 8 elektron yang disebut susunan oktet
(untuk gas mulia selain He).
2
2He
2 8
10Ne
2 8 8
18Ar
Elektron valensi atom-atom gas mulia
Untuk mencapai kestabilannya, unsur-unsur
kimia lain (selain unsur-unsur gas mulia) akan
berusaha mencapai konfigurasi elektron gas
mulia. Hal itu dilakukan melalui serah terima
elektron maupun penggunaan bersama
elektron.
Kecenderungan unsur-unsur untuk mencapai kestabilan unsur gas mulia
Golongan Elektron Valensi
Contoh Konfigurasi elektron
Kecendrungan untuk Mencapai Kesetabilan
I A 1 3Li: 2 1 Melepaskan 1 elektron
II A 2 4Be: 2 2 Melepaskan 2 elektron
III A 3 5B: 2 3 Melepaskan 3 elektron
IV A 4 6C: 2 4 Menerima 4 elektron
V A 5 7N: 2 5 Menerima 3 elektron
VI A 6 8O: 2 6 Menerima 2 elektron
VII A 7 9F: 2 7 Menerima 1 elektron
Simbol Lewis Simbol Lewis dapat menggambarkan elektron valensi suatu
atom. Cara penulisan simbol Lewis adalah sebagai berikut:
1. Tulis simbol atomnya
2. Tempatkan titik mengelilingi simbol atomya, maksimum
sampai dengan empat titik. Titik selanjutnya ditempatkan
berpasangan dengan titik sebelumnya sampai mencapai
konfigurasi oktet (8 elektron)
3. Setiap titik mewakili satu elektron yang ada pada titik
terluar atom tersebut. Tanda titik (.) bisa diganti oleh
tanda silang (x), lingkaran (o), dan sebagainya.
Simbol Lewis unsur golongan A
Contoh Soal :
Gambarkan simbol lewis dan konfigurasi elektron untuk atom 7N dan 19K?
Jawaban:
a. 7N
Konfigurasi elektron : 2 5
Elektron valensi : 5
Simbol lewisnya N
Contoh lain :
b. 19K
Konfigurasi elektron : 2 8 8 1
Elektron valensinya : 1
Simbol lewisnya : K
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron
yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka
ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu :
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinat / koordinasi dan ikatan logam
Ikatan Ion
Pembentukan ikatan ion
Sifat-sifat senyawa ion
NaCl, MgCl2
Contoh
Ikatan ion adalah ikatan yang
terjadi akibat adanya serah terima
elektron sehingga membentuk ion
positif dan ion negatif dan konfigurasi
elektronnya sama dengan gas mulia
Pembentukan ikatan ion • Ikatan ion umumnya terjadi antara atom logam yang
cenderung melepaskan elektron dengan atom nonlogam yang cenderung menerima elektron.
• Contohnya ikatan yang terjadi antara atom Na dengan atom Cl
Konfigurasi elektronnya :
11Na = 2, 8, 1
17Cl = 2, 8, 7
Dalam mencapai kestabilan, atom Na akan melepaskan 1 elektron dan atom Cl akan menerima 1 elektron.
Na + Cl Na + Cl NaCl
Contoh lain:
Ikatan yang terjadi antara atom Mg dengan 2 atom Cl
12Mg : 2 8 2
17Cl : 2 8 7
Lambang lewisnya :
Sifat-sifat senyawa ion
Senyawa ion mempunyai beberapa sifat, diantaranya:
1. Berwujud padat pada suhu kamar
2. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
3. Dapa mengahntarkan listrik dalam bentuk cairan atau lelehan, dan
4. Mempunyai sifat keras, namun mudah rapuh.
IKATAN KOVALEN DAN SIFAT FISIKNYA
Oleh: Fitri Nur Faozah
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat menjelaskan pengertian ikatan kovalen
– Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, dan ikatan kovalen koordinasi
– Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi
– Siswa dapat menjelaskan sifat fisik ikatan kovalen
Ikatan Kovalen
Rangkap tiga Koordinasi
O2, CO2
Tunggal
H2O, NH3
Rangkap dua
H2SO4, BF3-NH3 N2, C2H2
Nonlogam+
Nonlogam
Nonpolar
Polar berdasarkan kepolar terjadi pada unsur ikatan yang terbentuk contoh contoh contoh contoh
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron.
Ikatan yang terbentuk distabilkan oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom.
Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh atom-atom nonlogam.
Pembagian Ikatan Kovalen Berdasarkan Ikatan yang terbentuk
Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal
2. Ikatan kovalen rangkap (rangkap 2 dan rangkap 3)
3. Ikatan kovalen koordinasi
Pembentukan ikatan kovalen tunggal
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan
Penjelasan :
• Ke-2 atom H yang berikatan memerlukan 1 elektron tambahan agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil (sesuai dengan konfigurasi elektron He).
• Untuk itu, ke-2 atom H saling meminjamkan 1 elektronnya sehingga terdapat sepasang elektron yang dipakai bersama.
Contoh lain : • Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom F
membentuk molekul HF
• Konfigurasi elektronnya :
1H = 1
9F= 2, 7
• Rumus struktur = H - F
• Rumus kimia = HF
FHFH
Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian Bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan.
Penjelasan: • Konfigurasi elektronnya :
• 8O = 2, 6
• Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2.
• Ke-2 atom O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom O tersebut akan menggunakan 2 pasang elektron secara bersama.
• Pada pembentukan 02 pasangan elektron ikatananya berjumlah 2 sehingga ikatan kovalen dilambangka dengan garis rangkap 2 (=)
Contoh lain :
Pada 2 atom O dan 1 atom C membentuk molekul CO2
Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Contoh: pada 2 atom N yang membentuk molekul N2
Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian Bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan
N N** oo*
**
ooo+ N
oo
ooo
N****
*
Penjelasan : • Konfigurasi elektronnya :
• 7N = 2, 5
• Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3.
• Ke-2 atom N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.
• Pada pembentukan N2, pasangan elektron ikatannya berjumlah 3 sehingga ikatan kovalen yang terbentuk dilambangkan dengan garis rangkap 3 ( )
Contoh lain :
• Ikatan antara atom C dengan C dalam etuna (asetilena, C2H2).
• Konfigurasi elektronnya :
6C = 2, 4
1 H = 1
• Atom C mempunyai 4 elektron valensi sedangkan atom H mempunyai 1 elektron.
• Atom C memasangkan 4 elektron valensinya, masing-masing 1 pada atom H dan 3 pada atom C lainnya.
(Rumus lewis)
(Rumus bangun/struktur)
HCCH
HCCH
Ikatan Kovalen
Rangkap tiga Koordinasi
O2, CO2
Tunggal
H2O, NH3
Rangkap dua
H2SO4, BF3-NH3 N2, C2H2
Nonlogam+
Nonlogam
Nonpolar
Polar berdasarkan
kepolaran
terjadi pada unsur
ikatan yang terbentuk
contoh contoh contoh contoh
Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan
kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai
bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh: Terbentuknya senyawa BF3-NH3
Terbentuknya senyawa BF3-NH3
Contoh lain : Terbentuknya senyawa SO3
16S: 2.8.6
8O: 2.6
Sifat-sifat ikatan kovalen
Berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar
Mempuyai titik didih dan titik leleh yang rendah
Kebanyakantidak dapat menghantarkan listrik
Umumnya bersifat lunak
berdasarkan
kepolaran
terjadi pada unsur
ikatan yang terbentuk
contoh contoh contoh contoh
Ikatan Kovalen
Rangkap tiga Koordinasi
O2, CO2
Tunggal
H2O, NH3
Rangkap dua
H2SO4, BF3-NH3 N2, C2H2
Nonlogam+
Nonlogam
Nonpolar
Polar
IKATAN KOVALEN POLAR DAN NON POLAR, IKATAN LOGAM
Oleh : Fitri Nur Faozah
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dengan non polar
– Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen logam
– Siswa dapat menjelaskan hubungan antara struktur senyawa logam dengan sifat fisikanya
Ikatan Kovalen
Berdasarkan Kepolaran
Ikatan kovalen polar Ikatan kovalen nonpolar
Contoh : HCl HF, HCl, H2O , NH3, dll
(letak atom tidak simetris)
Contoh : H2, O2, Cl2, Br2, CH4, CCl4,
C6H6, CO2 ( letak atom simetris)
Ikatan Kovalen Polar Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom.
kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk molekul tidak simetris)
Contoh: Molekul HCl
konfigurasi elektron 1H = 1, dan 17Cl = 2 8 7.
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H.
Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl).
Contoh lain :
Molekul HF
FHFH
Ikatan Kovalen Nonpolar
Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2,
Elektron tersebar merata ke setiap atom yang berikatan/ atau daya tarik atom untuk menarik elektron sama kuat, maka tidak akan terjadi polarisasi
Biasanya, ikatan antara atom-atom yang sejenis membentuk ikatan kovalen nonpolar
Ciri-ciri bentuk molekul simetris.
Contoh:
Molekul sejenis: H2, N2, Cl2, O2 dll
Molekul tak sejenis dengan bentuk simetris:
BeCl2, BeF2, BH3, BCl3, CH4, CCl4, PCl5, SF6
Contoh lain :
Molekul N2
N N** oo*
**
ooo+ N
oo
ooo
N****
*
Sifat-sifat ikatan kovalen
Berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar
Mempuyai titik didih dan titik leleh yang rendah
Kebanyakantidak dapat menghantarkan listrik
Umumnya bersifat lunak
Perbedaan antara ikatan ion dengan ikatan kovalen
No Sifat Ikatan Ion Ikatan Kovalen
1 Titik didih Tinggi Rendah
2 Titik leleh Tinggi Rendah
3 Wujud Padat pada suhu kamar
Padat, cair, gas pada suhu kamar
4 Daya hantar listrik
Padat = isolator Lelehan = konduktor Larutan = konduktor
Padat = isolator Lelhan = isolator Larutan = ada yang konduktor
5 Kelarutan dalam air
Umumnya larut Umumnya tidak larut
6 Kelarutan dalam trikloroetana (CHCl3)
Tidak larut Larut
Ikatan Kimia
berdasarkan kestabilan
Ikatan Ion
Ikatan Kovalen
Ikatan Logam
Ikatan Logam
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam.
Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen
Anataratom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif.
• Unsur-unsur logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain.
• Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan diulur tanpa harus menghancurkannya terlebih
dahulu.
Contoh logam yang dapat ditempa: alumunium, tembaga, timbal, emas, dan perak
Contoh logam yang dapat diulur: nikel, krom, da besi
Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam.
ion positifawan elektron
Sifat-sifat Logam
Umumnya bersifat keras
Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
Merupakan penghantar panas dan listrik yang
baik
Mempunyai permukaan yang mengkilap
129
KISI-KISI INSTRUMEN
Mata Pelajaran : Kimia Alokasi Waktu : 40 Menit
Kelas/Semester : X/1 Jumlah Soal : 45
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Standar Kompetensi : 1. memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
Kompetensi Dasar : 1.2. membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya
dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
No.
soal Soal Jawaban Jenjang
1. Menentukan
kecenderungan
suatu unsur
untuk mencapai
kestabilan dan
menghitung
suatu unsur
untuk mencapai
kestabilan
Menentukan
kestabilan
unsur
1 Diantara unsur-unsur berikut yang bersifat stabil adalah….
a. 13AL d. 18Ar
b. 16S e. 35Br
c. 18Ar
C C2
2 Konfigurasi elektron yang susunan elektron paling stabil adalah….
a. 2 8 5 d. 2 8 8
b. 2 8 6 e. 2 8 8 1
c. 2 8 7
D C2
3 Atom berikut yang mencapai kestabilan dengan mengikuti kaidah duplet
adalah….
C C2
130
a. litium
b. natrium
c. magnesium
d. alumunium
e. klor
Menghitung
kestabilan
suatu unsur
4 At Atom 15P akan mencapai kestabilan dengan cara….
a. menangkap 1 elektron
b. melepas 2 elektron
c. menangkap 2 elektron
d. melepas 3 elektron
e. menangkap 3 elektron
E C3
5 Diantara unsur-unsur berikut ini yang cenderung melepaskan 2 elektron
adalah….
a. 9f d. 17Cl
b. 12Mg e. 18Ar
c. 15P
B C3
2. Mengidentifikas
i ikatan ion dan
menyebutkan
sifat fisik ikatan
ion
Mengidentifika
si ikatan ion
6 Ikatan yang terjadi antara atom yang sangat elektropositif dengan atom yang
sangat elektronegatif disebut….
a. ikatan kovalen tunggal
b. ikatan ion
c. ikatan kovalen rangkap dua
d. ikatan kovalen rangkap tiga
e. ikatan kovalen koordinasi
B C1
7 Unsur X memiliki elektron valensi satu dan unsur Y memiliki
keelektronegatifan tinggi. Ikatan yang terbentuk antara X dan Y adalah….
C C1
131
a. ikatan kovalen
b. ikatan kovalen koordinasi
c. ikatan ion
d. ikatan logam
e. ikatan hidrogen
Menyebutkan
sifat fisik
ikatan ion
8 Diantara sifat berikut ini yang bukan merupaka sifat senyawa ion adalah….
a. titik leleh tinggi
b. larutannya dapat menghantarkan listrik
c. padatannya dapat menghantarkan listrik
d. mempunyai sifat rapuh
e. berwujud padat pada suhu kamar
C C1
9 Sifat-sifat ikatan kimia:
I. Berwujud padat pada suhu kamar
II. Mempunyai titik leleh yang tinggi
III. Tidak dapat menghantarkan listrik
IV. Titik leleh rendah
V. Bersifat lunak
Yang termasuk sifat-sifat senyawa ion adalah….
a. I dan II d. II dan IV
b. I dan III e. IV dan V
c. II dan III
A C1
3. menghubungkan
dan
menganalisis
unsur yang
Menghubungk
an suatu unsur
untuk
membentuk
10 Bila unsur bernomor atom 11 berikatan dengan unsur bernomor atom 17, maka
ikatan yang terjadi adalah….
a. ikatan ion
b. ikatan kovalen
A C3
132
membentuk
ikatan ion
ikatan ion c. ikatan kovalen koordinasi
d. ikatan hidrogen
e. ikatan logam
11 Atom 19A dan atom 35B akan membentuk senyawa yang….
a. berikatan ion dengan rumus kimia A2B
b. berikatan ion dengan rumus kimia AB2
c. berikatan ion dengan rumus kimia AB
d. berikatan kovalen dengan rumus kimia AB
e. berikatan kovalen dengan rumus kimia A2B
C C3
Menganalisis
unsur yang
dapat
membentuk
ikatan ion
12 Nomor atom P, Q, R, dan S adalah 6, 9, 11, dan 18. Pasangan unsur-unsur yang
diharapken dapat membentuk ikatan ion adalah….
a. P dan Q
b. R dan Q
c. Q dan S
d. S dan R
e. P dan S
B C4
13 Unsur X dengan konfigurasi elektron 2,8,7 dapat membentuk ikatan ion dengan
atom Y yang memiliki nomor atom….
a. 10 d. 19
b. 13 e. 18
c. 15
D C4
4. Mendefinisikan
ikatan kovalen,
dan sifat
fisiknya,
menghubungkan
Medefinisikan
ikatan kovalen
14 Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom dengan atom berdasarkan ….
a. pemakaian elektron bebas
b. serah terima elektron
c. pemakaian elektron bersama
d. serah terima ion positif dengan negatif
C C1
133
pasangan unsur
yang
membentuk
ikatan kovalen
e. pemakaian elektron bersama yang hanya berasal dari salah satu atom
15 Suatu senyawa yang terbentuk dengan cara menggunakan pasangan elektron
bersama termasuk ikatan….
a. logam
b. van der waals
c. ion
d. kovalen
e. hidrogen
D C1
Menyebutkan
sifat fisik
senyawa
kovalen
16 Diantara sifat berikut ini yang bukan merupakan sifat senyawa kovalen
adalah….
a. bersifat lunak dan tidak rapuh
b. mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
c. larut dalam pelarut organik
d. tidak dapat menghantarkan listrik
e. berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
B C1
17 Sifat –sifat ikatan kovalen berikut yang benar adalah….
a. mempunyai sifat yang keras, namun mudah rapuh
b. dapat menghantarkan listrik
c. mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
d. berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar
e. tidak larut dalam pelarut organik
D C1
Menghubungk
an pasangan
unsur yang
membentuk
ikatan kovalen
18 Pasangan unsur yang membentuk ikatan kovalen adalah.…
a. 17X dan 11Y
b. 12P dan 17Q
c. 6R dan 17Q
d. 20M dan 16T
B C3
134
e. 19A dan 35B
19 Pasangan senyawa-senyawa berikut yang berikatan kovalen adalah ….
a. Na2O dan MgCl2
b. NaCl dan H2O
c. H2O dan MgCl2
d. NH3 dan MgCl2
e. NH3 dan H2O
E C3
5. Menganalisis
unsur yang
dapat
membentuk
ikatan kovalen
Menganalisis
unsur pada
ikatan kovalen
20 Diketahui unsur 6A, 8B, 11C, 18D, dan 20E. ikatan kovalen yang dapat dibentuk
adalah….
a. A dan B d. D dan E
b. B dan C e. A dan E
c. C dan D
A C4
21 Diketahui konfigurasi beberapa unsur sebagai berikut:
P : 2
Q : 2, 4
R : 2, 8, 2
S : 2, 8, 7
T : 2, 8, 8, 1
Ikatan kovalen dapat terbentuk antara ….
a. P dan Q d. Q dan S
b. P dan R e. S dan T
c. Q dan R
E C4
6. Menentukan
ikatan kovalen
tunggal,
rangkap dua,
Menentukan
ikatan kovalen
tunggal dari
suatu senyawa
22 Senyawa yang mempunyai ikatan kovalen tunggal adalah….
a. H2
b. N2
c. O2
A C2
135
dan rangkap tiga d. CO
e. SO
23
Senyawa A2B masing-masing mempunyai konfigurasi elektron A=1 dan B= 2
6. Maka jenis ikatan yang terbentuk dari senyawa A2B adalah….
a. ikatan kovalen koordinasi
b. ikatan kovalen tunggal
c. ikatan kovalen rangkap dua
d. ikatan kovalen rangkap tiga
e. ikatan ion
B C2
Menentukan
senyawa yang
termasuk
ikatan kovalen
rangkap dua
24 Senyawa di bawah ini yang ikatan antar atomnya terdiri dari dua buah ikatan
kovalen rangkap dua yaitu . . . .
a. SO d. Al2O3
b. NO2 e. CO2
c. SO3
E C2
25 Senyawa C2H4 termasuk ke dalam ikatan….
a. ikatan ion
b. ikatan kovalen koordinasi
c. ikatan kovalen tunggal
d. ikatan kovalen rangkap dua
e. ikatan logam
D C2
26 Diantara senyawa berikut, senyawa manakah yang mempunyai ikatan rangkap
dua….
D C2
136
a. N2 d. O2
b. HCl e. NH3
c. CH4
Menentukan
senyawa yang
termasuk
ikatan kovalen
rangkap tiga
27 Molekul unsur di bawah ini yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga
adalah….
a. H2 d. Cl2
b. N2 e. I2
c. O2
B C2
28 Pada molekul N2 jumlah PEI (pasangan elektron ikatan ) sebanyak….
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
C C2
7. Menjelaskan,
menentukan
ikatan kovalen
polar dan
nonpolar serta
menghubungkan
pasangan yang
memiliki
elektron bebas
Menjelaskan
kepolaran
senyawa
kovalen
29 Kepolaran suatu senyawa kovalen tergantung dari ....
a. jumlah elektron pada atom pusat
b. selisih momen dipol di antara atom penyusun senyawa
c. gaya tarik antara atomnya
d. potensial antara dua atom
e. potensial ionisasi di antara dua atom penyusun senyawa
B C1
30 Suatu molekul XY3 adalah polar dan mengikuti aturan oktet, pernyataan
berikut yang benar adalah….
a. X tidak mempunyai pasangan elektron
b. X mempunyai sepasang elektron bebas
c. X mempunyai 2 pasang elektron bebas
d. X mempunyai 3 pasang elektron bebas
e. X mempunyai 4 pasang elektron bebas
B C1
Menentukan 31 Ikatan yang terdapat pada CCl4 adalah ikatan …. E C2
137
ikatan yang
termasuk
ikatan
nonpolar
a. kovalen
b. ion
c. hidrogen
d. kovalen polar
e. kovalen nonpolar
32 Diantara berikut yang bukan molekul kovalen polar adalah….
a. HCl
b. NaCl
c. NH3
d. H2O
e. PCl3
B C2
Menentukan
ikatan yang
termasuk
ikatan polar
33 Senyawa berikut yang mempunyai ikatan kovalen polar adalah….
a. CCl4
b. CO2
c. BeCl2
d. BF3
e. H2O
E C2
34 Diantara senyawa berikut yang paling polar adalah….
a. HF
b. HCl
c. F2
d. KBr
e. HI
A C2
Menghubungk
an pasangan
35 Unsur P (nomor atom 15) bersenyawa dengan unsur Cl (nomor atom 17)
membentuk PCl3. Banyaknya pasangan elektron bebas pada atom pusat dalam
B C3
138
elektron bebas
suatu senyawa
senyawa PCl3 adalah….
a. 0 d. 3
b. 1 e. 4
c. 2
36 Senyawa yang hanya mempunyai satu pasang elektron bebas adalah….
a. H2O
b. CH4
c. NH3
d. NaCl
e. HCl
C C3
8. Menjelaskan,
menghubungkan
pembentukan
ikatan kovalen
koordinasi dan
menganalisis
unsur yang
dapat
membentuk
ikatan kovalen
koordinasi
Menjelaskan
proses
terjadinya
ikatan kovalen
koordinasi
37 Ikatan kovalen koordinasi dapat terjadi bila….
a. atom-atom yang berikatan terletak dalam satu golongan
b. atom-atom yang berikatan terletak dalam satu periode
c. atom-atom yang berikatan adalah atom logam dan non-logam
d. bila salah satu atom memiliki sepasang elektron sunyi satu atau lebih
e. pasangan elektron dipakai bersama atom-atom tidak berikatan dalam satu
golongan
C C1
38 Pernyataan yang tepat mengenai ikatan kovalen koordinasi adalah….
a. ikatan yang terjadi pada penggunaaan satu pasang elektron
b. ikatan yang terjadi karena serah terima elektron sehingga membentuk ion
positif dan ion negatif
c. ikatan yang terbentuk melalui pemakaian bersama 2 pasang elektron pasang
elektron
d. ikatan yang terbentuk melalui pemakaian bersama 3 pasang elektron pasang
elektron
e. ikatan dimana pasangan elektron dipakai bersama hanya disumbangkan oleh
E C1
139
satu atom, sedangkan atom yang satu lagi tidak menyumbangkan elektron
Menghubungk
an
pembentukan
ikatan kovalen
koordinasi
berdasarkan
gambar dan
data
39 Struktur Lewis nitrometana CH3NO2 adalah sebagai berikut:
Ikatan kovalen koordinasi ditunjukkan dengan nomor….
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
C C4
40 Struktur lewis HNO2 adalah sebagai berikut:
Ikatan kovalen koordinasi ditunjukkan dengan nomor….
a. 1 dan 2 d. 2
b. 2 dan 3 e. 3
c. 1 dan 3
E C4
41 Diketahui senyawa :
1) CCl4 3) BF3-NH3
2) SO3 4) MgCl2
Pasangan yang mempunyai ikatan kovalen koordinasi adalah….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
e. 2, 3, dan 4
C C4
O N C HXX
X X
X
O
X
X
X
H
H1
2
5
3
4
140
9. Menjelaskan
pengertian dan
sifat fisik ikatan
logam
Menjelaskan
pengertian
ikatan logam
42 Ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron oleh
atom logam disebut….
a. ikatan kovalen biasa
b. ikatan logam
c. ikatan kovalen koordinasi
d. ikatan ion
e. ikatan hidrogen
B C1
43 Ikatan logam adalah……
a. ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima elektron sehingga
membentuk ion positif dan ion negatif
b. ikatan yang terjadi akibat penggunaan bersama pasangan elektron oleh
atom nonlogam
c. ikatan yang terjadi akibat penggunaan bersama elektron-elektron oleh atom
logam
d. ikatan yang terjadi akibat penggunaan persama 2 pasang elektron
e. ikatan yang terjadi akibat penggunaan bersama pasangan elektron yang
berasal dari salah satu atom yang berikatan
C C1
Menentukan
sifat fisik
ikatan logam
44 Ikatan logam sangat berhubungan dengan salah satu sifat logam, kecuali….
a. titik didih tinggi
b. titik didih rendah
c. penghantar listrik yang baik
d. semikonduktor
e. permukan mengkilap
B C2
45 Sifat-sifat logam berikut yang benar adalah….
a. semua logam keras
C C2
141
b. pada wujud kamar berwujud cair
c. mempunyai titik leleh yang tinggi
d. semua dapat ditarik oleh medan magnet
e. semua logam pada suhu kamar berwujud padat
142
1. Konfigurasi elektron yang susunan
elektron dari paling stabil adalah….
a. 2 8 5 d. 2 8 8
b. 2 8 6 e. 2 8 8 1
c. 2 8 7
2. Atom berikut yang mencapai kestabilan
dengan mengikuti kaidah duplet
adalah….
a. litium
b. natrium
c. magnesium
d. alumunium
e. klor
3. Atom 15P akan mencapai kestabilan
dengan cara….
a. menangkap 1 elektron
b. melepas 2 elektron
c. menangkap 2 elektron
d. melepas 3 elektron
e. menangkap 3 elektron
4. Ikatan yang terjadi antara atom yang
sangat elektropositif dengan atom yang
sangat elektronegatif disebut….
a. ikatan kovalen tunggal
b. ikatan ion
c. ikatan kovalen rangkap dua
d. ikatan kovalen rangkap tiga
e. ikatan kovalen koordinasi
5. Diantara sifat berikut ini yang bukan
merupakan sifat senyawa ion adalah….
a. titik leleh tinggi
b. larutannya dapat menghantarkan
listrik
c. padatannya dapat menghantarkan
listrik
d. mempunyai sifat rapuh
e. berwujud padat pada suhu kamar
6. Bila unsur bernomor atom 11 berikatan
dengan unsur bernomor atom 17, maka
ikatan yang terjadi adalah….
a. ikatan ion
b. ikatan kovalen
c. ikatan kovalen koordinasi
d. ikatan hidrogen
e. ikatan logam
7. Atom 19A dan atom 35B akan membentuk
senyawa yang….
a. berikatan ion dengan rumus kimia
A2B
b. berikatan ion dengan rumus kimia
AB2
c. berikatan ion dengan rumus kimia AB
d. berikatan kovalen dengan rumus
kimia AB
e. berikatan kovalen dengan rumus
kimia A2B
8. Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom
dengan atom berdasarkan …
a. pemakaian elektron bebas
b. serah terima elektron
c. pemakaian elektron bersama
d. serah terima ion positif dengan
negatif
e. pemakaian elektron bersama yang
hanya berasal dari salah satu atom
9. Suatu senyawa yang terbentuk dengan
cara menggunakan pasangan elektron
bersama termasuk ikatan….
a. logam
b. van der waals
c. ion
d. kovalen
e. hidrogen
10. Sifat –sifat ikatan kovalen berikut yang
benar adalah….
a. mempunyai sifat yang keras, namun
mudah rapuh
b. dapat menghantarkan listrik
c. mempunyai titik didih dan titik leleh
yang tinggi
d. berwujud gas, cair, dan padat pada
suhu kamar
e. tidak larut dalam pelarut organic
Nama :
Kelas :
143
11. Diketahui unsur 6A, 8B, 11C, 18D, dan 20E.
ikatan kovalen yang dapat dibentuk
adalah….
a. A dan B d. D dan E
b. B dan C e. A dan E
c. C dan D
12. Senyawa yang mempunyai ikatan
kovalen tunggal adalah….
a. H2 d. CO
b. N2 e. SO
c. O2
13. Senyawa A2B yang masing-masing
mempunyai konfigurasi elektron A=1
dan B=2 6. Maka jenis ikatan yang
terbentuk dari senyawa A2B adalah….
a. ikatan kovalen koordinasi
b. ikatan kovalen tunggal
c. ikatan kovalen rangkap dua
d. ikatan kovalen rangkap tiga
e. ikatan ion
14. Senyawa C2H4 termasuk ke dalam
ikatan….
a. ikatan ion
b. ikatan kovalen koordinasi
c. ikatan kovalen tunggal
d. ikatan kovalen rangkap dua
e. ikatan logam
15. Diantara senyawa berikut, senyawa
manakah yang mempunyai ikatan
rangkap dua….
a. N2 d. O2
b. HCl e. NH3
c. CH4
16. Kepolaran suatu senyawa kovalen
tergantung dari ....
a. jumlah elektron pada atom pusat
b. selisih momen dipol di antara atom
penyusun senyawa
c. gaya tarik antara atomnya
d. potensial antara dua atom
e. potensial ionisasi di antara dua atom
penyusun senyawa
17. Suatu molekul XY3 adalah polar dan
mengikuti aturan oktet, pernyataan
berikut yang benar adalah….
a. X tidak mempunyai pasangan elektron
b. X mempunyai sepasang elektron
bebas
c. X mempunyai 2 pasang elektron bebas
d. X mempunyai 3 pasang elektron bebas
e. X mempunyai 4 pasang elektron bebas
18. Molekul unsur di bawah ini yang
memiliki ikatan kovalen rangkap tiga
adalah….
a. H2 d. Cl2
b.N2 e. I2
c. O2
19. Diantara berikut yang bukan molekul
kovalen polar adalah….
a. HCl
b. NaCl
c. NH3
d. H2O
e. PCl3
20. Senyawa berikut yang mempunyai ikatan
kovalen polar adalah….
a. CCl4 d. BF3
b. CO2 e. H2O
c. BeCl2
21. Unsur P (nomor atom 15) bersenyawa
dengan unsur Cl (nomor atom 17)
membentuk PCl3. Banyaknya pasangan
elektron bebas pada atom pusat dalam
senyawa PCl3 adalah….
a. 0 d. 3
b. 1 e. 4
c. 2
144
22. Struktur Lewis nitrometana CH3NO2
adalah sebagai berikut:
Ikatan kovalen
koordinasi
ditunjukkan dengan
nomor….
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
23. Struktur lewis HNO2 adalah sebagai
berikut:
Ikatan kovalen
koordinasi
ditunjukkan
dengan nomor….
a. 1 dan 2 d. 2
b. 2 dan 3 e. 3
c. 1 dan 3
24. Ikatan logam adalah……
a. ikatan yang terjadi akibat adanya
serah terima elektron sehingga
membentuk ion positif dan ion
negatif.
b. ikatan yang terjadi akibat
penggunaan bersama pasangan
elektron oleh atom nonlogam.
c. ikatan yang terjadi akibat
penggunaan bersama elektron-
elektron oleh atom logam.
d. ikatan yang terjadi akibat
penggunaan persama 2 pasang
elektron.
e. ikatan yang terjadi akibat
penggunaan bersama pasangan
elektron yang berasal dari salah satu
atom yang berikatan.
25. Sifat-sifat logam berikut yang benar
adalah….
a. semua logam keras
b. pada wujud kamar berwujud cair
c. mempunyai titik leleh yang tinggi
d. semua dapat ditarik oleh medan
magnet
e. semua logam pada suhu kamar
berwujud padat
Selamat
Mengerjakan…..!!
O N C HXX
X X
X
O
X
X
X
H
H1
2
5
3
4
145
Lampiran 8
Data Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen
Resp Xi Zi F(Zi) S(Zi)
│F(Zi) - S(Zi)│
1 32 -1,6499 0,0505 0,0417 0,0088
2 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
3 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
4 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
5 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
6 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
7 36 -1,0591 0,1469 0,2917 0,1448
8 40 -0,4682 0,3228 0,5000 0,1672
9 40 -0,4682 0,3228 0,5000 0,1672
10 40 -0,4682 0,3228 0,5000 0,1672
11 40 -0,4682 0,3228 0,5000 0,1672
12 40 -0,4682 0,3228 0,5000 0,1672
13 44 0,1226 0,5478 0,6250 0,0772
14 44 0,1226 0,5478 0,6250 0,0772
15 44 0,1226 0,5478 0,6250 0,0772
16 48 0,7134 0,7611 0,7917 0,0306
17 48 0,7134 0,7611 0,7917 0,0306
18 48 0,7134 0,7611 0,7917 0,0306
19 48 0,7134 0,7611 0,7917 0,0306
20 52 1,3043 0,9032 0,9583 0,0551
21 52 1,3043 0,9032 0,9583 0,0551
22 52 1,3043 0,9032 0,9583 0,0551
23 52 1,3043 0,9032 0,9583 0,0551
24 56 1,8951 0,9706 1 0,0294
Lo Hitung 0.1672
Lo Tabel 0,173
Jadi Lo Hitung < Lo Tabel, sehingga sampel Berdistribusi Normal
146
Data Hasil Penelitian
a. Daftar Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen
Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
32 36 36 36 36 36 36 40 40 40 40 40
44 44 44 48 48 48 48 52 52 52 52 56
Banyak data = 24
Nilai tertinggi = 56
Nilai terendah = 32
Rentang kelas( R ) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 56 – 32 = 24
Banyak interval kelas (K)
K = 1 + 3.3 log n
Keterangan :
K = Banyaknya kelas
N = Jumlah siswa kelas eksperimen
Maka banyaknya kelas pada kelas eksperimen
K = 1 + 3.3 log n
K = 1 + 3.3 log 22
K = 1 + 3.3 x 1.380
K = 5,55 = 6 (pembulatan)
Panjang kelas Interval (P) =
=
= 4.8 = 5 (pembulatan)
Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen
Nilai Batas
Bawah
Batas
Atas Fi Xi Xi2 Fi.Xi fka Fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
32 – 36 31.5 36.5 7 34 1156 238 7 24 7 29.2
37 – 41 36.5 41.5 5 39 1521 234 12 17 5 20.8
42 – 46 41.5 46.5 3 44 1936 88 15 12 3 12.5
46 – 50 45.5 50.5 4 48 2304 192 19 9 4 16.7
51 – 55 50.5 55.5 4 53 2809 212 23 5 4 16.7
56 – 60 55.5 60.5 1 58 3364 58 24 1 1 4.2
147
1. Median
Menggunakanrumus :Me = Tb + p │
│
Keterangan :
Me = median
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi di atas kelas median
letak Me =
= 12
Kelas median = 37 – 41
Tb = 36.5
f = 5
F = 7
Me = Tb + p │
│
= 36.5 + 5│
│
= 41.5
2. Modus
Menggunakanrumus :Mo = Tb + p │
│
Mo = nilai yang sering muncul
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 32 – 36
Tb = 31.5
P = 5
b1 = 7 – 0 = 7
b2 = 7 – 5 = 2
148
Mo = Tb + p │
│
= 31.5 + 5 │
│
= 31.5 + 3.9
= 35.4
Persiapan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
Tabel Persiapan Uji Normalitas, Uji homogenitas Pretes kelas Eksperimen
Xi Fi Xi2 Fi.Xi Fi.Xi
2
32 1 1024 32 1024
36 6 1296 216 7776
40 5 1600 200 8000
44 3 1936 132 5808
48 4 2304 192 9216
52 4 2704 208 10816
56 1 3136 56 3136
Total 24 1036 45776
a. Menentukan Rata-rata (Mean)
Menggunakan rumus : X =∑
=
= 43.17
Keterangan :
X = Mean
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
b. MenentukanVarians
Menggunakan rumus : Si2 =
∑ ∑
Keterangan :
Si2 = Varians
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
n = Banyak Siswa
Si2 =
∑ ∑
149
= ∑
=
= 45.884
c. Menentukan Standar Deviasi
SD = √ ∑
∑
= √
= 6.773
Uji Normalitas
Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
1. Diketahui:
- Rata-rata X = 43.17
- Simpangan Baku (SD) = 6.773
Maka contoh perhitungan ̅
=
= - 1.649
2. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga Lo = 0.1672
3. Menentukan Ltabel
Dari harga kritis untuk Uji Liliefors untuk N=26 dan = 0.05, di dapat harga
Ltabel = 0.173
Kriteria pengujian
Diterima Ho jika Lohitung< Lotabel( 0.1672 < 0.173 ) maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima. Dengan demikian data pretes kelas eksperimen
berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Langkah–langkah pengujian :
1. H0= sampel homogen
Ha= sampel tidak homogen
2. Mencari varian masing-masing
a. Kelas eksperimen diperoleh varian S2= 45.884
b. Kelas kontrol diperoleh varian S2= 52.145
150
3. Tentukan F hitung dengan rumus
=
=
1.136
4. Tentukan criteria pengujian yaitu :
H0 ditolak jika Fhitung>Ftabel
H0 diterima jika Fhitung<Ftabel
5. Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan db pembilang
n – 1 (db1=n1 – 1) dan db penyebut n – 1 (db2 = n2 – 1) pada = 0.05
Berdasarkan nilai untuk distribusi F dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut
23 = 2.00. Ternyata harga Fhitung (1.136) <Ftabel (2.00), maka Ho diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian kedua populasi homogen.
Analisis Hipotesis
- Hipotesis terdapat perbedaan hasil pretes antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol
- Untuk dk= (n1 + n2) – 2= (24+24) – 2 = 46 pada taraf kepercayaan 0.05
diperoleh ttabel = 2.021
- Kriteria
Terima H0 jika harga –ttabel thitung +ttabel
Tolak Hα jika harga –ttabel thitung +ttabel
Dari perhitungan diperoleh nilai hitung pretes siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas control ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Nilai Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata – rata ( X ) 45.17 43.17
Varians (S2) 52.145 45.884
Jumlah Sampel 24 24
t =
KE
KE
nnSgab
XX
11
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
151
Keterangan :
XE :Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
XK :Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE: Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK: Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 :Varians kelompok eksperimen
SK2 :Varian skelompok kontrol
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
=
22424
145.52124884.45124
= 46
335.1199332.1055
= 49.0145
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
=
|24
1
24
1|0145.49
17.4517.43
=
|24
2|0145.49
2
= −0.4896
Kesimpulan : –ttabel thitung +ttabel ( -2.021 −0.489 +2.021 ) maka H0 diterima
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan terhadap hasil pretes antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
152
Data Uji Normalitas Pertes Kelompok Kontrol
Resp X Zi F(Zi) S(Zi)
│F(Zi) - S(Zi)│
1 32 -1,824 0,0344 0,0417 0,0073
2 36 -1,270 0,102 0,2083 0,1063
3 36 -1,270 0,102 0,2083 0,1063
4 36 -1,270 0,102 0,2083 0,1063
5 36 -1,270 0,102 0,2083 0,1063
6 40 -0,716 0,2389 0,2917 0,0528
7 40 -0,716 0,2389 0,2917 0,0528
8 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
9 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
10 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
11 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
12 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
13 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
14 44 -0,162 0,4364 0,5833 0,1469
15 48 0,392 0,7486 0,7917 0,0431
16 48 0,392 0,7486 0,7917 0,0431
17 48 0,392 0,7486 0,7917 0,0431
18 48 0,392 0,7486 0,7917 0,0431
19 52 0,946 0,8264 0,9167 0,0903
20 52 0,946 0,8264 0,9167 0,0903
21 52 0,946 0,8264 0,9167 0,0903
22 56 1,500 0,9332 0,9583 0,0251
23 56 1,500 0,9332 0,9583 0,0251
24 60 2,054 0,9798 1,00 0,0202
Lo Hitung 0,1469
Lo Tabel 0,173
Jadi Lo Hitung < Lo Tabel, sehingga sampel Berdistribusi Normal
153
Data Hasil Penelitian
a. Daftar Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol
Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
32 36 36 36 36 44 40 44 44 44 44 44
44 44 48 48 48 48 52 52 52 56 56 60
Banyak data = 24
Nilai tertinggi = 60
Nilai terendah = 32
Rentang kelas( R ) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 60– 32 = 28
Banyak interval kelas (K)
K = 1 + 3.3 log n
Keterangan :
K = Banyaknya kelas
N = Jumlah siswa kelas kontrol
Maka banyaknya kelas pada kelas kontrol
K = 1 + 3.3 log n
K = 1 + 3.3 log 24
K = 1 + 3.3 x 1.380
K = 5.55 = 6 (pembulatan)
Panjang kelas Interval (P) =
=
= 4.6 = 5 (pembulatan)
Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Kontrol
Nilai Batas
Bawah
Batas
Atas Fi Xi Xi2 Fi.Xi fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
32 – 36 31.5 36.5 5 34 1156 140 5 24 5 20.8
37 – 41 36.5 41.5 2 39 1521 78 7 19 2 8.3
42 – 46 41.5 46.5 7 44 1936 308 14 17 7 29.2
47 – 51 46.5 51.5 4 49 2401 196 18 10 4 16.7
154
52 – 56 51.5 56.5 5 54 2916 270 23 6 5 20.8
57 – 61 56.5 61.5 1 59 3481 59 24 1 1 4.2
1. Median
Menggunakan rumus : Me = Tb + p │
│
Keterangan :
Me = median
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me =
= 12
Kelas median = 42 – 46
Tb = 41.5
f = 7
F = 7
Me = Tb + p │
│
= 41.5 + 5 │
│
= 48.92
2. Modus
Menggunakan rumus : Mo = Tb + p │
│
Mo = nilai yang sering muncul
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 42 – 46
Tb = 41.5
155
P = 5
b1 = 7 – 2 = 5
b2 = 7 – 4 = 3
Mo = Tb + p │
│
= 41.5 + 5 │
│
= 44.6
Persiapan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Pretes kelas Kontrol
Xi Fi Xi2 Fi.Xi Fi.Xi
2
32 1 1024 32 1024
36 4 1296 144 5184
40 2 1600 80 3200
44 7 1936 308 13552
48 4 2304 192 9216
52 3 2704 156 8112
56 2 3136 112 6272
60 1 3600 60 3600
Total 24 1084 50160
a. Menentukan Rata-rata (Mean)
Menggunakan rumus : X = ∑
=
= 45.17
Keterangan :
X = Mean
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
b. Menentukan Varians
Menggunakan rumus : Si2 = ∑
∑
Keterangan :
Si2 = Varians
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
156
n = Banyak Siswa
Si2 = ∑
∑
= ∑
= 52.145
c. Menentukan Standar Deviasi
SD = √ ∑
∑
= √
= 7.221
Uji Normalitas
Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
1. Diketahui :
- Rata-rata X = 45.17
- Simpangan Baku (SD) = 7.221
Maka contoh perhitungan ̅
=
= -1.82
2. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga Lo hitung = 0.1469
3. Menentukan Ltabel
Dari harga kritis untuk Uji Liliefors untuk N=24 dan = 0.05, di dapat harga
Lo tabel = 0.173
Kriteria pengujian
Diterima Ho jika Lo hitung < Lo tabel ( 0.1469 < 0.173) maka dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima. Dengan demikian data pretest kelas kontrol berdistribusi normal
Uji Homogenitas
Langkah–langkah pengujian :
1. H0 = sampel homogen Ha = sampel tidak homogen
2. Mencari varian masing-masing
a. Kelas eksperimen diperoleh varian S2 = 45.884
b. Kelas kontrol diperoleh varian S2 = 52.145
3. Tentukan F hitung dengan rumus
=
= 1.136
4. Tentukan kriteria pengujian yaitu :
157
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
5. Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan db pembilang n – 1 ( db1
= n1 – 1) dan db penyebut n – 1 ( db2 = n2 – 1) pada = 0.05
Berdasarkan nilai untuk distribusi F dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut 23 = 2.00.
Ternyata harga Fhitung (1.136) < Ftabel (2.00), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa varian kedua populasi homogen.
Analisis Hipotesis
- Hipotesis terdapat perbedaan hasil pretes antara siswa kelas eksperimen dengan siswa
kelas kontrol
- Untuk dk = (n1 + n2) – 2= (24+24) – 2 = 46 pada taraf kepercayaan 0.05 diperoleh ttabel =
2.021
- Kriteria
Terima H0 jika harga –ttabel thitung +ttabel
Tolak Hα jika harga –ttabel thitung +ttabel
Dari perhitungan diperoleh nilai hitung pretes siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas
kontrol ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Nilai Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata – rata ( X ) 45.17 43.17
Varians (S2) 52.145 45.884
Jumlah Sampel 24 24
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
Keterangan :
XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
158
nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK : Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 : Varians kelompok eksperimen
SK2 : Varians kelompok kontrol
t =
KE
KE
nnSgab
XX
11
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
=
22424
145.52124884.45124
= 46
335.1199332.1055
= 49.0145
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
=
|24
1
24
1|0145.49
17.4517.43
=
|24
2|0145.49
2
= −0.4896
Kesimpulan :
–ttabel thitung +ttabel (-2.021 ≥ −0.4896 +2.021) maka H0 diterima dengan
kata lain tidak terdapat perbedaan terhadap hasil postest antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
159 Lampiran 9
Data Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Resp X Zi F(Zi) S(Zi)
│F(Zi) - S(Zi)│
1 60 -1,9689 0,0281 0,0833 0,0552
2 64 -1,4714 0,0708 0,1250 0,0542
3 64 -1,4714 0,0708 0,1250 0,0542
4 68 -0,9739 0,1660 0,2500 0,0840
5 68 -0,9739 0,1660 0,2500 0,0840
6 72 -0,4764 0,3192 0,4167 0,0975
7 72 -0,4764 0,3192 0,4167 0,0975
8 72 -0,4764 0,3192 0,4167 0,0975
9 72 -0,4764 0,3192 0,4167 0,0975
10 72 -0,4764 0,3192 0,4167 0,0975
11 76 0,0211 0,5080 0,6250 0,1170
12 76 0,0211 0,5080 0,6250 0,1170
13 76 0,0211 0,5080 0,6250 0,1170
14 76 0,0211 0,5080 0,6250 0,1170
15 76 0,0211 0,5080 0,6250 0,1170
16 80 0,5187 0,6950 0,7917 0,0967
17 80 0,5187 0,6950 0,7917 0,0967
18 80 0,5187 0,6950 0,7917 0,0967
19 80 0,5187 0,6950 0,7917 0,0967
20 84 1,0162 0,8438 0,8750 0,0312
21 84 1,0162 0,8438 0,8750 0,0312
22 88 1,5137 0,9345 0,9583 0,0238
23 88 1,5137 0,9345 0,9583 0,0238
24 92 2,0112 0,9778 1 0,0222
Lo Hitung 0,1170
Lo Tabel 0,173
Jadi Lo Hitung < Lo Tabel, sehingga sampel Berdistribusi Normal
160
Data Hasil Penelitian
a. Daftar Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen
Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
60 64 64 68 68 72 72 72 72 72 76 76
76 76 76 80 80 80 80 84 84 88 88 92
Banyak data = 24
Nilai tertinggi = 92
Nilai terendah = 60
Rentang kelas ( R ) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 92 - 60 = 32
Banyak interval kelas (K)
K = 1 + 3.3 log n
Keterangan :
K = Banyaknya kelas
N = Jumlah siswa kelas eksperimen
Maka banyaknya kelas pada kelas eksperimen
K = 1 + 3.3 log n
K = 1 + 3.3 log 24
K = 1 + 3.3 x 1.380
K = 5,55= 6 (pembulatan)
Panjang kelas Interval (P) =
=
= 5.3 = 5 (pembulatan)
Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kelas Eksperimen
Nilai Batas
Bawah
Batas
Atas Fi Xi Xi2 Fi.Xi fka Fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
60 – 64 59.5 64.5 3 62 3844 186 3 24 3 12.5
65 – 69 64.5 69.5 2 67 4489 134 5 21 2 8.3
70 – 74 69.5 74.5 5 72 5184 360 10 19 5 20.83
75 – 79 74.5 79.5 5 77 5929 385 15 14 5 20.83
80 – 84 79.5 84.5 6 82 6724 492 21 9 6 25
85 – 89 84.5 89.5 2 87 7569 174 23 3 2 8.3
90 – 94 89.5 94.5 1 92 8464 92 24 1 1 4.17
161
1. Median
Menggunakan rumus : Me = Tb + p │
│
Keterangan :
Me = median
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me =
= 12
Kelas median = 75 - 79
Tb = 74.5
f = 5
F = 15
Me = Tb + p │
│
= 74.5 + 5 │
│
= 76.5
2. Modus
Menggunakan rumus : Mo = Tb + p │
│
Mo = nilai yang sering muncul
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 80 – 84
Tb = 79.5
P = 5
b1 = 6 – 5 = 1
b2 = 6 – 2 = 4
162
Mo = Tb + p │
│
=79.5 + 5 │
│
= 74.5 +1
= 80.5
Persiapan Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen
Tabel Persiapan Uji Normalitas, Uji homogenitas Postes kelas Eksperimen
Xi Fi Xi2 Fi.Xi Fi.Xi
2
60 1 3600 60 3600
64 2 4096 128 8192
68 2 4624 136 9248
72 5 5184 360 25920
76 5 5776 380 28880
80 4 6400 320 25600
88 2 7744 176 15488
89 2 7921 178 15842
96 1 9216 96 9216
Jumlah 24 1834 141986
a. Menentukan Rata-rata (Mean)
Menggunakan rumus : X = ∑
=
= 75.83
Keterangan :
X = Mean
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
b. Menentukan Varians
Menggunakan rumus : Si2 =
∑ ∑
Keterangan :
Si2 = Varians
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
n = Banyak Siswa
163
Si2 =
∑ ∑
= ∑
= 79.905
c. Menentukan Standar Deviasi
SD = √ ∑
∑
= √
= 8.04
Uji Normalitas
Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
1. Diketahui :
- Rata-rata X = 75.83
- Simpangan Baku (SD) = 8.04
Maka contoh perhitungan ̅
=
= - 1.96
2. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga Lo = 0.1170
3. Menentukan Ltabel
Dari harga kritis untuk Uji Liliefors untuk N=24 dan = 0.05, di dapat harga
Ltabel = 0.173
Kriteria pengujian
Diterima Ho jika Lo hitung< Lo tabel (0.1170 < 0.173) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian data postes kelas
eksperimen berdistribusi normal
Uji Homogenitas
Langkah–langkah pengujian :
1. H0 = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
2. Mencari varian masing-masing
a. Kelas eksperimen diperoleh varian S2 = 79.905
b. Kelas kontrol diperoleh varian S2 = 77.884
164
3. Tentukan F hitung dengan rumus
=
=
1.025
4. Tentukan kriteria pengujian yaitu :
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
5. Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan db pembilang
n – 1 (db1=n1 – 1) dan db penyebut n – 1 (db2 = n2 – 1) pada = 0.05
Berdasarkan nilai untuk distribusi F dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut
23 = 2.00. Ternyata harga Fhitung (1.025) < Ftabel (2.00), maka Ho diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian kedua populasi homogen.
Analisis Hipotesis
- Hipotesis terdapat perbedaan hasil pretes antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol
- Untuk dk = (n1 + n2) – 2= (24+24) – 2 = 46 pada taraf kepercayaan 0.05
diperoleh ttabel = 2.021
- Kriteria
Terima Hα jika harga –ttabel thitung +ttabel
Tolak Hα jika harga –ttabel thitung +ttabel
Dari perhitungan diperoleh nilai hitung pretes siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Nilai Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata – rata ( X ) 63.17 75.83
Varians (S2) 77.884 79.905
Jumlah Sampel 24 24
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
165
Keterangan :
XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK : Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 : Varians kelompok eksperimen
SK2 : Varians kelompok kontrol
t =
KE
KE
nnSgab
XX
11
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
=
22424
884.77124905.79124
= 46
332.1791815.1837
= 128.8945
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
=
|24
1
24
1|8945.128
17.6383.75
=
|24
2|8495.128
66.12
= 8.165
Kesimpulan :
–ttabel thitung +ttabel ( -2.021 ≥ 8.165 +2.021 ) maka H0 diterima dengan
kata lain terdapat perbedaan terhadap hasil postes antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
166
Data Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol
Resp X Zi F(Zi) S(Zi)
│F(Zi) - S(Zi)│
1 48 -1,7180 0,0436 0,0417 0,0019
2 52 -1,2650 0,1038 0,1667 0,0629
3 52 -1,2650 0,1038 0,1667 0,0629
4 52 -1,2650 0,1038 0,1667 0,0629
5 56 -0,8120 0,2090 0,2917 0,0827
6 56 -0,8120 0,2090 0,2917 0,0827
7 56 -0,8120 0,2090 0,2917 0,0827
8 60 -0,3590 0,3632 0,5417 0,1668
9 60 -0,3590 0,3632 0,5417 0,1668
10 60 -0,3590 0,3632 0,5417 0,1668
11 60 -0,3590 0,3632 0,5417 0,1668
12 60 -0,3590 0,3632 0,5417 0,1668
13 64 0,0940 0,5359 0,5417 0,0058
14 64 0,0940 0,5359 0,6250 0,0891
15 64 0,0940 0,5359 0,6250 0,0891
16 68 0,5470 0,7054 0,7917 0,0863
17 68 0,5470 0,7054 0,7917 0,0863
18 68 0,5470 0,7054 0,7917 0,0863
19 72 1,0000 0,8413 0,7917 0,0754
20 72 1,0000 0,8413 0,9167 0,0754
21 72 1,0000 0,8413 0,9167 0,0754
22 72 1,0000 0,8413 0,9167 0,0754
23 76 1,4530 0,9256 0,9583 0,0327
24 84 2,3590 0,9909 1 0,0091
Lo Hitung 0,1668
Lo Tabel 0,173
Jadi Lo Hitung < Lo Tabel, sehingga sampel Berdistribusi Normal
167
Data Hasil Penelitian
a. Daftar Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol
Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
48 52 52 52 56 56 56 60 60 60 60 60
64 64 64 68 68 68 72 72 72 72 76 84
Banyak data = 24
Nilai tertinggi = 84
Nilai terendah = 50
Rentang kelas ( R ) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 84 – 48 = 36
Banyak interval kelas (K)
K = 1 + 3.3 log n
Keterangan :
K = Banyaknya kelas
N = Jumlah siswa kelas eksperimen
Maka banyaknya kelas pada kelas eksperimen
K = 1 + 3.3 log n
K = 1 + 3.3 log 24
K = 1 + 3.3 x 1.380
K = 5,55 = 6 (pembulatan)
Panjang kelas Interval (P) =
=
= 6
Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kelas Kontrol
Nilai
Batas
Bawa
h
Batas
Atas Fi Xi Xi
2 Fi.Xi fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
48 – 53 47.5 53.5 4 51 2601 159 4 24 4 16.7
54 – 59 53.5 59.5 3 57 3249 590 7 20 3 12.5
60 – 65 59.5 65.5 8 63 3969 130 15 17 8 33.3
66 – 71 65.5 71.5 3 69 4761 497 18 9 3 12.5
72 – 77 71.5 77.5 5 75 5625 77 23 6 5 20.8
78 – 84 77.5 84.5 1 81 6561 83 24 1 1 4.2
168
1. Median
Menggunakan rumus : Me = Tb + p │
│
Keterangan :
Me = median
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me =
= 12
Kelas median = 60 – 65
Tb = 59.5
f = 8
F = 7
Me = Tb + p │
│
= 59.5 + 6 │
│
= 63.25
2. Modus
Menggunakan rumus : Mo = Tb + p │
│
Mo = nilai yang sering muncul
Tb = tepi bawah
P = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 60 – 65
Tb = 59.5
P = 6
b1 = 8 – 3 = 5
169
b2 = 8 – 3 = 5
Mo = Tb + p │
│
= 59.5 + 6 │
│
= 62.5
Persiapan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol
Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Postes kelas Kontrol
Xi Fi Xi2 Fi.Xi Fi.Xi
2
48 1 2304 48 2304
52 3 2704 156 8112
56 3 3136 168 9408
60 5 3600 300 18000
64 3 4096 192 12288
68 3 4624 204 13872
72 4 5184 288 20736
76 1 5776 76 5776
84 1 7056 84 7056
Jumlah 24
1516 97552
a. Menentukan Rata-rata (Mean)
Menggunakan rumus : X = ∑
=
= 63.17
Keterangan :
X = Mean
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
b. Menentukan Varians
Menggunakan rumus : Si2 =
∑ ∑
Keterangan :
Si2 = Varians
Fi = Menyatakan frekuensi untuk nilai Xi yang bersesuaian
Xi = Menyatakan nilai ujian
n = Banyak Siswa
170
Si2 =
∑ ∑
= ∑
= 77.884
c. Menentukan Standar Deviasi
SD = √ ∑
∑
= √
= 8.8251
Uji Normalitas
Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol
1. Diketahui :
- Rata-rata X = 63.17
- Simpangan Baku (SD) = 8.8251
Maka contoh perhitungan ̅
=
= -1.72
2. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga Lo hitung = 0.1668
3. Menentukan Ltabel
Dari harga kritis untuk Uji Liliefors untuk N=24 dan = 0.05, di dapat harga
Lo tabel = 0.173
Kriteria pengujian
Diterima Ho jika Lo hitung < Lo tabel (0.1668 < 0.173) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian data pretes kelas kontrol
berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Langkah–langkah pengujian :
1. H0 = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
2. Mencari varian masing-masing
a. Kelas eksperimen diperoleh varian S2 = 79.905
b. Kelas kontrol diperoleh varian S2 = 77.884
171
3. Tentukan F hitung dengan rumus
=
=
1.025
4. Tentukan kriteria pengujian yaitu :
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
5. Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan db pembilang
n – 1 ( db1 = n1 – 1) dan db penyebut n – 1 ( db2 = n2 – 1) pada = 0.05
Berdasarkan nilai untuk distribusi F dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut
23 = 2.00
Ternyata harga Fhitung (1.025) < Ftabel (2.00), maka Ho diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa varian kedua populasi homogen.
Analisis Hipotesis
- Hipotesis terdapat perbedaan hasil postes antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol
- Untuk dk = (n1 + n2) – 2= (24+24) – 2 = 46 pada taraf kepercayaan 0.05
diperoleh ttabel = 2.01
- Kriteria
Terima H0 jika harga –ttabel thitung +ttabel
Tolak Hα jika harga –ttabel thitung +ttabel
Dari perhitungan diperoleh nilai hitung postes siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Nilai Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata – rata ( X ) 63.17 75.83
Varians (S2) 77.884 79.905
Jumlah Sampel 24 24
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
Dimana:
172
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
Keterangan :
XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK : Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 : Varians kelompok eksperimen
SK2 : Varians kelompok kontrol
t =
KE
KE
nnSgab
XX
11
Dimana:
Sgab =
2
1122
KE
KKEE
nn
SnSn
=
22424
884.77124905.79124
= 46
332.1791815.1837
= 128.8945
t =
|11
|KE
KE
nnSgab
XX
=
|24
1
24
1|8945.128
17.6383.75
=
|24
2|8945.128
66.12
= 8.165
173
Kesimpulan :
–ttabel thitung +ttabel (-2.021 ≥ 8.165 +2.021) maka H0 diterima dengan
kata lain terdapat perbedaan terhadap hasil postes antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
174 Lampiran 10
Nilai N-gain Kelompok Eksperimen
No.
responden
Kelompok Eksperimen Kategori
pretes postes N-Gain
1 32 68 0.53 Sedang
2 36 72 0.56 Sedang
3 40 60 0.33 Sedang
4 48 64 0.31 Sedang
5 52 84 0.67 Sedang
6 40 76 0.60 Sedang
7 44 80 0.64 Sedang
8 44 72 0.50 Sedang
9 52 88 0.75 Tinggi
10 48 72 0.46 Sedang
11 56 92 0.82 Tinggi
12 36 64 0.44 Sedang
13 48 76 0.54 Sedang
14 48 80 0.62 Sedang
15 40 72 0.53 Sedang
16 52 88 0.75 Tinggi
17 36 76 0.63 Sedang
18 44 84 0.71 Tinggi
19 36 76 0.63 Sedang
20 52 80 0.58 Sedang
21 40 80 0.67 Sedang
22 36 72 0.56 Sedang
23 36 68 0.50 Sedang
24 40 76 0.60 Sedang
Jumlah 1036 1820 13.92
Rata-rata 43.17 75.83 0.58 Sedang
SD 6.77 8.04 0.12
175
Nilai N-Gain Kelompok Kontrol
No.
Responden
Kelompok Kontrol Kategori
pretes postes N-Gain
1 48 60 0,23 Rendah
2 32 48 0,24 Rendah
3 56 72 0,36 Sedang
4 52 76 0,50 Sedang
5 44 64 0,36 Sedang
6 44 56 0,21 Rendah
7 48 68 0,38 Sedang
8 56 64 0,18 Rendah
9 40 56 0,27 Rendah
10 48 72 0,46 Sedang
11 44 60 0,29 Rendah
12 36 84 0,75 Tinggi
13 36 52 0,25 Rendah
14 52 72 0,42 Sedang
15 48 68 0,38 Sedang
16 44 52 0,14 Rendah
17 44 72 0,50 Sedang
18 44 68 0,43 Sedang
19 40 60 0,33 Sedang
20 52 60 0,17 Rendah
21 36 56 0,31 Sedang
22 60 84 0,60 Sedang
23 36 64 0,44 Sedang
24 44 60 0,29 Rendah
Jumlah 1084 1548 8,49
Rata-rata 45,17 63,17 0,35 Sedang
SD 7,22 8,83 0,14
176 Lampiran 11
Hasil Perhitungan Lembar Observasi Guru
No. Tahapan Aspek yang dinilai STAD 1 STAD 2
1 Penyajian
materi
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 2
b. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
(memotivasi) 2 0
c. Menyajikan materi 2 2
jumlah 6 4
Presentase 100 66,67
Rata-rata 83,33
2 Kerja
kelompok
a. Membimbing siswa dalam belajar
kelompok 2 2
b. Mengawasi dan memonitor siswa dalam
belajar kelompok 2 2
c. Memotivasi siswa dalam proses belajar
kelompok 2 2
Jumlah 6 6
Presentase 100 100
Rata-rata 100
3 Evaluasi a. Memberikan tes individu 2 2
b. Menghitung poin individu dan
kelompok 0 0
c. Memberikan apresiasi kepada prestasi
kelompok 0 2
Jumlah 2 4
Presentase 33,33 66,67
Rata-rata 50
Rata-rata Total 77,78
Kategori Baik
177
Hasil Perhitunga Lembar Observasi Siswa
No. Tahapan Aspek yang dinilai STAD 1 STAD 2
1 Penyajian
materi
a. Mendengarkan materi 2 2
jumlah 2 2
Presentase 100 100
Rata-rata 100
2 Kerja
kelompok
a. Bergabung dengan anggota
kelompoknya 2 2
b. Berdiskusi dalam mengerjakan lembar
LKS 2 2
c. Bekerjasama dengan anggota yang lain
dalam menyelesaikan soal LKS 2 2
Jumlah 6 6
Presentase 100 100
Rata-rata 100
3 Evaluasi a. Mengerjakan kuis secara individu 2 2
b. Mendengarkan hasil perolehan skor
individudan kelompok 0 2
Jumlah 2 4
Presentase 50 100
Rata-rata 75
Rata-rata Total 91,67
Kategori Sangat Baik
178
179
SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek = 26 Butir soal = 45 Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Keterangan: data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah) Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No Urt No Subyek Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot 1 1 R1 35 10 0 35 35 2 14 R14 29 16 0 29 29 3 5 R5 28 17 0 28 28 4 11 R11 27 18 0 27 27 5 6 R6 26 19 0 26 26 6 23 R23 24 21 0 24 24 7 24 R24 24 21 0 24 24 8 15 R15 23 22 0 23 23 9 26 R26 23 22 0 23 23 10 4 R4 22 23 0 22 22 11 25 R25 22 23 0 22 22 12 9 R9 21 24 0 21 21 13 10 R10 21 24 0 21 21 14 12 R12 21 24 0 21 21 15 16 R16 21 24 0 21 21 16 18 R18 21 24 0 21 21 17 20 R20 21 24 0 21 21 18 13 R13 20 25 0 20 20 19 8 R8 18 27 0 18 18 20 17 R17 18 27 0 18 18 21 19 R19 18 27 0 18 18 22 22 R22 18 27 0 18 18 23 21 R21 16 29 0 16 16 24 2 R2 15 30 0 15 15 25 7 R7 15 30 0 15 15 26 3 R3 13 32 0 13 13 RELIABILITAS TES ================ Rata2= 21.54 Simpang Baku= 4.85 KorelasiXY= 0.73 Reliabilitas Tes= 0.84 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 R1 18 17 35 2 14 R14 15 14 29 3 5 R5 13 15 28 4 11 R11 14 13 27 5 6 R6 11 15 26 6 23 R23 12 12 24 7 24 R24 12 12 24 8 15 R15 10 13 23 9 26 R26 11 12 23 10 4 R4 11 11 22 11 25 R25 8 14 22 12 9 R9 9 12 21 13 10 R10 9 12 21 14 12 R12 9 12 21 15 16 R16 9 12 21 16 18 R18 9 12 21 17 20 R20 9 12 21 18 13 R13 10 10 20 19 8 R8 8 10 18
180
20 17 R17 8 10 18 21 19 R19 9 9 18 22 22 R22 8 10 18 23 21 R21 9 7 16 24 2 R2 7 8 15 25 7 R7 6 9 15 26 3 R3 7 6 13 KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 1 R1 35 1 1 1 1 1 1 - 2 14 R14 29 1 1 1 1 1 1 1 3 5 R5 28 1 1 1 1 1 1 1 4 11 R11 27 1 1 - 1 1 1 - 5 6 R6 26 1 1 - 1 1 1 1 6 23 R23 24 1 1 1 1 1 1 1 7 24 R24 24 1 1 - 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 4 7 7 7 5 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 1 R1 35 - 1 1 1 1 1 1 2 14 R14 29 1 1 1 1 - 1 1 3 5 R5 28 1 1 1 1 1 - 1 4 11 R11 27 1 1 1 1 1 1 1 5 6 R6 26 - 1 1 1 1 - 1 6 23 R23 24 1 1 1 1 1 1 1 7 24 R24 24 - 1 1 1 1 - 1 Jml Jwb Benar 4 7 7 7 6 4 7 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 1 R1 35 1 1 1 - 1 1 - 2 14 R14 29 1 1 1 - - - - 3 5 R5 28 1 - 1 - - 1 - 4 11 R11 27 1 1 1 - 1 1 - 5 6 R6 26 1 1 1 - - 1 - 6 23 R23 24 1 1 - - - 1 - 7 24 R24 24 1 - - - - 1 1 Jml Jwb Benar 7 5 5 0 2 6 1 22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 1 R1 35 1 1 - - 1 1 1 2 14 R14 29 1 - - - - - 1 3 5 R5 28 1 - 1 1 - 1 - 4 11 R11 27 - - - - - 1 - 5 6 R6 26 - - 1 - 1 - 1 6 23 R23 24 - - 1 - - - 1 7 24 R24 24 - - 1 1 1 1 - Jml Jwb Benar 3 1 4 2 3 4 4 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 1 R1 35 1 1 - 1 1 - 1 2 14 R14 29 1 1 - - 1 1 - 3 5 R5 28 - 1 - - 1 - 1
181
4 11 R11 27 - - - - 1 - 1 5 6 R6 26 1 1 - - 1 - 1 6 23 R23 24 - - 1 - - - 1 7 24 R24 24 1 1 - - - - - Jml Jwb Benar 4 5 1 1 5 1 5 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 1 R1 35 1 - 1 1 1 1 1 2 14 R14 29 1 1 - 1 - - 1 3 5 R5 28 1 - 1 1 1 - - 4 11 R11 27 1 - - 1 1 - 1 5 6 R6 26 - - 1 1 1 - - 6 23 R23 24 - 1 - 1 1 - - 7 24 R24 24 - - - 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 4 2 3 7 6 2 4 43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 1 R1 35 1 - 1 2 14 R14 29 1 1 1 3 5 R5 28 - 1 - 4 11 R11 27 1 1 1 5 6 R6 26 - 1 - 6 23 R23 24 - - - 7 24 R24 24 - - - Jml Jwb Benar 3 4 3 Kelompok Asor Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 17 R17 18 1 - 1 1 1 - - 2 19 R19 18 1 1 - 1 1 1 - 3 22 R22 18 1 1 - 1 1 1 1 4 21 R21 16 1 - 1 1 1 - - 5 2 R2 15 1 1 - 1 1 - - 6 7 R7 15 - - - - 1 1 1 7 3 R3 13 1 - - - 1 1 1 Jml Jwb Benar 6 3 2 5 7 4 3 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 17 R17 18 - - 1 1 1 1 - 2 19 R19 18 - 1 1 - - 1 - 3 22 R22 18 - - 1 - 1 - 1 4 21 R21 16 - - 1 - - - 1 5 2 R2 15 - - 1 1 1 1 - 6 7 R7 15 - - 1 1 1 - - 7 3 R3 13 - 1 - - - - - Jml Jwb Benar 0 2 6 3 4 3 2 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 17 R17 18 1 1 - - - 1 - 2 19 R19 18 - 1 - - - 1 - 3 22 R22 18 1 - 1 - - 1 - 4 21 R21 16 1 1 - - 1 - 1 5 2 R2 15 - 1 - - - - - 6 7 R7 15 1 - - - - 1 - 7 3 R3 13 - 1 - - 1 - - Jml Jwb Benar 4 5 1 0 2 4 1
182
22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 17 R17 18 - - - - 1 - 1 2 19 R19 18 1 - 1 1 - 1 - 3 22 R22 18 - - - - - - - 4 21 R21 16 - - - - - - 1 5 2 R2 15 - - - 1 1 - 1 6 7 R7 15 - - 1 1 - - - 7 3 R3 13 - - 1 - - - - Jml Jwb Benar 1 0 3 3 2 1 3 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 17 R17 18 - - - - 1 - 1 2 19 R19 18 1 1 - - - - - 3 22 R22 18 1 1 - - - - 1 4 21 R21 16 - - - - - - 1 5 2 R2 15 - - - - - - - 6 7 R7 15 - 1 - - - - 1 7 3 R3 13 - - - - 1 - 1 Jml Jwb Benar 2 3 0 0 2 0 5 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 17 R17 18 - - 1 - 1 - - 2 19 R19 18 - - - 1 - 1 - 3 22 R22 18 - - - 1 1 - - 4 21 R21 16 - - - 1 1 - - 5 2 R2 15 - - 1 1 - - - 6 7 R7 15 1 - 1 - - - - 7 3 R3 13 1 - 1 - - - - Jml Jwb Benar 2 0 4 4 3 1 0 43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 17 R17 18 - 1 - 2 19 R19 18 - - - 3 22 R22 18 - 1 - 4 21 R21 16 - 1 1 5 2 R2 15 1 - - 6 7 R7 15 - 1 - 7 3 R3 13 - 1 - Jml Jwb Benar 1 5 1 DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 26 Klp atas/bawah(n)= 7 Butir Soal= 45 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1 1 7 6 1 14.29 2 2 7 3 4 57.14 3 3 4 2 2 28.57 4 4 7 5 2 28.57 5 5 7 7 0 0.00 6 6 7 4 3 42.86 7 7 5 3 2 28.57 8 8 4 0 4 57.14 9 9 7 2 5 71.43
183
10 10 7 6 1 14.29 11 11 7 3 4 57.14 12 12 6 4 2 28.57 13 13 4 3 1 14.29 14 14 7 2 5 71.43 15 15 7 4 3 42.86 16 16 5 5 0 0.00 17 17 5 1 4 57.14 18 18 0 0 0 0.00 19 19 2 2 0 0.00 20 20 6 4 2 28.57 21 21 1 1 0 0.00 22 22 3 1 2 28.57 23 23 1 0 1 14.29 24 24 4 3 1 14.29 25 25 2 3 -1 -14.29 26 26 3 2 1 14.29 27 27 4 1 3 42.86 28 28 4 3 1 14.29 29 29 4 2 2 28.57 30 30 5 3 2 28.57 31 31 1 0 1 14.29 32 32 1 0 1 14.29 33 33 5 2 3 42.86 34 34 1 0 1 14.29 35 35 5 5 0 0.00 36 36 4 2 2 28.57 37 37 2 0 2 28.57 38 38 3 4 -1 -14.29 39 39 7 4 3 42.86 40 40 6 3 3 42.86 41 41 2 1 1 14.29 42 42 4 0 4 57.14 43 43 3 1 2 28.57 44 44 4 5 -1 -14.29 45 45 3 1 2 28.57 TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 26 Butir Soal= 45 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 19 73.08 Mudah 2 2 19 73.08 Mudah 3 3 9 34.62 Sedang 4 4 21 80.77 Mudah 5 5 24 92.31 Sangat Mudah 6 6 20 76.92 Mudah 7 7 19 73.08 Mudah 8 8 9 34.62 Sedang 9 9 17 65.38 Sedang 10 10 22 84.62 Mudah 11 11 17 65.38 Sedang 12 12 20 76.92 Mudah 13 13 13 50.00 Sedang 14 14 17 65.38 Sedang 15 15 21 80.77 Mudah 16 16 16 61.54 Sedang 17 17 9 34.62 Sedang 18 18 2 7.69 Sangat Sukar 19 19 7 26.92 Sukar 20 20 20 76.92 Mudah 21 21 2 7.69 Sangat Sukar 22 22 9 34.62 Sedang
184
23 23 3 11.54 Sangat Sukar 24 24 14 53.85 Sedang 25 25 7 26.92 Sukar 26 26 10 38.46 Sedang 27 27 5 19.23 Sukar 28 28 13 50.00 Sedang 29 29 16 61.54 Sedang 30 30 15 57.69 Sedang 31 31 3 11.54 Sangat Sukar 32 32 3 11.54 Sangat Sukar 33 33 9 34.62 Sedang 34 34 1 3.85 Sangat Sukar 35 35 17 65.38 Sedang 36 36 11 42.31 Sedang 37 37 4 15.38 Sukar 38 38 12 46.15 Sedang 39 39 16 61.54 Sedang 40 40 18 69.23 Sedang 41 41 5 19.23 Sukar 42 42 7 26.92 Sukar 43 43 9 34.62 Sedang 44 44 20 76.92 Mudah 45 45 10 38.46 Sedang KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 26 Butir Soal= 45 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.142 - 2 2 0.415 Sangat Signifikan 3 3 0.325 Signifikan 4 4 0.404 Sangat Signifikan 5 5 0.093 - 6 6 0.369 Sangat Signifikan 7 7 -0.022 - 8 8 0.359 Sangat Signifikan 9 9 0.524 Sangat Signifikan 10 10 0.228 - 11 11 0.371 Sangat Signifikan 12 12 0.215 - 13 13 0.210 - 14 14 0.524 Sangat Signifikan 15 15 0.465 Sangat Signifikan 16 16 0.056 - 17 17 0.597 Sangat Signifikan 18 18 -0.033 - 19 19 0.095 - 20 20 0.292 Signifikan 21 21 -0.093 - 22 22 0.376 Sangat Signifikan 23 23 0.364 Sangat Signifikan 24 24 -0.074 - 25 25 -0.196 - 26 26 0.176 - 27 27 0.499 Sangat Signifikan 28 28 0.178 - 29 29 0.289 Signifikan 30 30 0.326 Signifikan 31 31 0.060 - 32 32 0.313 Signifikan 33 33 0.359 Sangat Signifikan 34 34 0.314 Signifikan 35 35 -0.003 -
185
36 36 0.279 Signifikan 37 37 0.221 - 38 38 -0.072 - 39 39 0.405 Sangat Signifikan 40 40 0.286 Signifikan 41 41 0.273 - 42 42 0.533 Sangat Signifikan 43 43 0.325 Signifikan 44 44 -0.149 - 45 45 0.276 Signifikan Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung. KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek= 26 Butir Soal= 45 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA No Butir Baru No Butir Asli a b c d e * 1 1 3- 2++ 19** 2++ 0-- 0 2 2 0-- 0-- 1+ 19** 6--- 0 3 3 9** 4++ 0-- 9--- 4++ 0 4 4 1++ 0-- 2- 2- 21** 0 5 5 0-- 24** 0-- 1-- 1-- 0 6 6 2+ 20** 3-- 0-- 1+ 0 7 7 5--- 1+ 19** 1+ 0-- 0 8 8 5++ 4++ 9** 8-- 0-- 0 9 9 17** 1- 7--- 0-- 1- 0 10 10 22** 1++ 1++ 1++ 1++ 0 11 11 3+ 5--- 17** 1- 0-- 0 12 12 3-- 20** 1+ 1+ 1+ 0 13 13 0-- 0-- 1- 13** 12--- 0 14 14 0-- 2++ 17** 2++ 5--- 0 15 15 0-- 0-- 5--- 21** 0-- 0 16 16 1- 16** 2++ 6--- 1- 0 17 17 2- 13--- 2- 9** 0-- 0 18 18 9+ 2** 12-- 1-- 2- 0 19 19 0-- 13--- 6+ 0-- 7** 0 20 20 20** 1+ 3-- 1+ 1+ 0 21 21 1-- 6++ 4+ 13--- 2** 0 22 22 9** 2- 9--- 2- 4++ 0 23 23 4+ 3** 15--- 0-- 4+ 0 24 24 1- 4+ 1- 6-- 14** 0 25 25 1-- 12--- 6+ 7** 0-- 0 26 26 0-- 4++ 12--- 10** 0-- 0 27 27 1-- 5** 4++ 9- 7+ 0 28 28 0-- 13--- 13** 0-- 0-- 0 29 29 8--- 16** 1- 1- 0-- 0 30 30 0-- 15** 0-- 11--- 0-- 0 31 31 5++ 5++ 0-- 13--- 3** 0 32 32 16--- 3** 1-- 3+ 3+ 0 33 33 14--- 1-- 1-- 1-- 9** 0 34 34 1** 7++ 15--- 3- 0-- 0
186
35 35 2++ 17** 3+ 2++ 2++ 0 36 36 1- 8--- 11** 2+ 4++ 0 37 37 4+ 5++ 4** 2- 11-- 0 38 38 3++ 4++ 5+ 2+ 12** 0 39 39 1- 0-- 16** 5-- 4- 0 40 40 3+ 0-- 4-- 1- 18** 0 41 41 0-- 11--- 5** 9- 1-- 0 42 42 2- 7** 7+ 10--- 0-- 0 43 43 4++ 13--- 9** 0-- 0-- 0 44 44 0-- 20** 1+ 2+ 3-- 0 45 45 9--- 2- 10** 2- 3+ 0 Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 21.54 Simpang Baku= 4.85 KorelasiXY= 0.73 Reliabilitas Tes= 0.84 Butir Soal= 45 Jumlah Subyek= 26 Nama berkas: E:\HASILA~1\ANATES~1.ANA Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 14.29 Mudah 0.142 - 2 2 57.14 Mudah 0.415 Sangat Signifikan 3 3 28.57 Sedang 0.325 Signifikan 4 4 28.57 Mudah 0.404 Sangat Signifikan 5 5 0.00 Sangat Mudah 0.093 - 6 6 42.86 Mudah 0.369 Sangat Signifikan 7 7 28.57 Mudah -0.022 - 8 8 57.14 Sedang 0.359 Sangat Signifikan 9 9 71.43 Sedang 0.524 Sangat Signifikan 10 10 14.29 Mudah 0.228 - 11 11 57.14 Sedang 0.371 Sangat Signifikan 12 12 28.57 Mudah 0.215 - 13 13 14.29 Sedang 0.210 - 14 14 71.43 Sedang 0.524 Sangat Signifikan 15 15 42.86 Mudah 0.465 Sangat Signifikan 16 16 0.00 Sedang 0.056 - 17 17 57.14 Sedang 0.597 Sangat Signifikan 18 18 0.00 Sangat Sukar -0.033 - 19 19 0.00 Sukar 0.095 - 20 20 28.57 Mudah 0.292 Signifikan 21 21 0.00 Sangat Sukar -0.093 - 22 22 28.57 Sedang 0.376 Sangat Signifikan 23 23 14.29 Sangat Sukar 0.364 Sangat Signifikan 24 24 14.29 Sedang -0.074 - 25 25 -14.29 Sukar -0.196 - 26 26 14.29 Sedang 0.176 - 27 27 42.86 Sukar 0.499 Sangat Signifikan 28 28 14.29 Sedang 0.178 - 29 29 28.57 Sedang 0.289 Signifikan 30 30 28.57 Sedang 0.326 Signifikan 31 31 14.29 Sangat Sukar 0.060 - 32 32 14.29 Sangat Sukar 0.313 Signifikan 33 33 42.86 Sedang 0.359 Sangat Signifikan 34 34 14.29 Sangat Sukar 0.314 Signifikan 35 35 0.00 Sedang -0.003 -
187
36 36 28.57 Sedang 0.279 Signifikan 37 37 28.57 Sukar 0.221 - 38 38 -14.29 Sedang -0.072 - 39 39 42.86 Sedang 0.405 Sangat Signifikan 40 40 42.86 Sedang 0.286 Signifikan 41 41 14.29 Sukar 0.273 - 42 42 57.14 Sukar 0.533 Sangat Signifikan 43 43 28.57 Sedang 0.325 Signifikan 44 44 -14.29 Mudah -0.149 - 45 45 28.57 Sedang 0.276 Signifikan
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
top related