pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan...
Post on 11-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH KONTRIBUSI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA DI KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERIBADAH
ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA PONGANGAN
KEC GUNUNGPATI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Pendidikan Agama Islam
oleh:
C H O L A S O H
NIM : 083111007
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Cholasoh
NIM : 083111007
Jurusan/Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 30 April 2012
Saya yang menyatakan,
Cholasoh
083111007
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di
Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang
Penulis : Cholasoh
NIM : 083111007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga 2) Bagaimana perilaku beribadah anak
usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang; dan 3)
Sejauhmana pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga (X)
terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar (Y) di Desa Pongangan Kec.
Gunungpati Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasional.
Subyek penelitian sebanyak 29 responden untuk variabel X, dan 29 responden
untuk variabel Y, yaitu 25% dari populasi 116 anak usia sekolah dasar.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Stratified random
Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup, untuk
menjaring data X dan data Y. Sedangkan Observasi digunakan untuk
mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui angket. Data penelitian yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan
inferensial. Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu
prediktor dengan skor deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga dalam kategori “cukup”. Rata-rata variabel
kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga adalah 79 terletak pada
interval 75-82, sedangkan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa
pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang dalam kategori “cukup”. Hal ini
ditunjukkan dari rata-rata variabel perilaku beribadah yaitu 65 terletak pada
interval 59-70.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi antara kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia
sekolah dasar di desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang adalah
signifikan, hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,504 > r tabel pada
taraf signifikansi 0,01 dan 0,05. Dari hasil uji t juga menunjukkan bahwa Thitung =
3,034 > ttabel (0,01)=2,771 dan ttabel (0,05)=1,703, ini berarti signifikan, dan
koefisien determinasinya r2 = 0,254016. Hal ini menunjukkan bahwa 25,4016 %
nilai perilaku beribadah anak ditentukan oleh kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga, melalui fungsi taksiran persamaan garis regresi: Y
= 0,787+16,720. Pengujian hipótesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat
pengaruh positif kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga, hal ini
ditunjukkan oleh Freg = 9,203 > Ftabel (0,01) = 7,68 dan Ftabel (0,05) = 4,21.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi para orang tua dan seluruh penduduk desa tempat lokasi
penelitian, para perangkat Desa Pongangan Gunungpati Semarang, juga para
pendidik umumnya, terutama dalam usaha untuk memberikan kontribusi yang
banyak dalam hal pendidikan untuk anak.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulisan
skripsi ini selesai sesuai seperti yang direncanakan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
segenap pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami keadaan susah,
sedih, serasa kesepian, kurang motivasi. Akan tetapi semua itu menjadi mudah
dan menyenangkan setelah kehadiran orang-orang yang selalu mendukung dan
membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo atas
kepemimpinannya di Fakultas Tarbiyah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai waktu yang direncanakan.
2. Drs. Nasirudin, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan H.
Mursid, M. Ag. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan.
3. Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M. Ag. dan Ahmad Muthohar, M. Ag. selaku
pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Hery Purwanto selaku Lurah Desa Pongangan Gunungpati Semarang dan
seluruh perangkat desa yang telah berkenan memberi kesempatan dan bantuan
sehingga penelitian dapat berjalan lancar.
5. Ayahanda Muchanan dan ibunda Munafi’ah dan Kakak-kakakku Masruri,
Zuhrotunnisa, Mahfudhi, Ulfatul Aliyah dan adikku Chofifah serta
keponakanku Mazaya Akmalina yang selalu memberikan dorongan, motivasi,
viii
serta alunan do’a yang selalu mengiringi langkah peneliti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan lancar.
6. Kang mas M. Muhibbudin, sahabat tersayang IAIN Walisongo Rahayu, Ulfa,
Khirma, Rofi’, Citra, Isma, Misbah, Sahabat karib Ummi Kh, Ida, Ulfa Z yang
senantiasa menjadi penyemangat penulis, teman-teman PAI ’08 senasib
seperjuangan dalam perjalanan panjang nan melelahkan yang bergerak bersama
membangun peradaban kampus IAIN.
7. Serta keluarga besar KAMMI IAIN Walisongo yang memberikan banyak
pengalaman dan pembelajaran terutama keluarga saya selama di PesMa Qalbun
Salim Mb Novi, Mb Ari, Anis, Faiq, Nurul, Septi, Yani, Erly, Mimi.
Semoga Allah membalas kebaikan mereka lebih dari apa yang telah
mereka berikan. Penulis berharap semoga yang tertulis dalam skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 30 April 2012
Penulis
Cholasoh
NIM : 083111007
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI................................................................................... ............ ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat............................................... .................. 6
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka....................................................... ................... 7
B. Kerangka Teoritik.................................................. .................. 8
1. Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di keluarga ......... 8
a. Pengertian Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di
Keluarga .......................................................................... 8
b. Dasar Pendidikan Agama dalam keluarga ...................... 12
c. Tujuan Pendidikan Agama dalam Keluarga ................... 15
d. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga .................. 17
e. Bentuk-Bentuk Kontribusi Orang Tua ............................ 20
2. Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar .................... 23
a. Pengertian Perilaku Beribadah....................................... 23
b. Faktor-Faktor Pembentukan Perilaku ............................. 25
c. Bentuk-Bentuk Perilaku Beribadah ................................ 28
d. Karakteristik Anak Usia sekolah Dasar .......................... 34
x
3. Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga
Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar ... 36
C. Rumusan Hipotesis................................................ ................... 39
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..................................................... ................ 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................. ................. 40
C. Populasi dan Sampel............................................. ................ 40
D. Variabel dan Indikator Penelitian......................... ................ 42
E. Teknik Pengumpulan Data.................................. .................. 43
F. Teknik Analisis Data........................................... ................. 43
BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian........................ ..................... 47
B. Pengujian Hipotesis.......................................... ..................... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................ ..................... 61
D. Keterbatasan Penelitian.................................... ...................... 63
BAB V: PENUTUP
A. Simpulan..................................................... ........................... 65
B. Saran-saran..................................................... ........................ 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada
anak sejak dini. Pendidikan agama tidaklah cukup dengan pelajaran di sekolah saja,
akan tetapi yang penting adalah menanamkan jiwa agama semenjak kecil, sehingga
jiwa agama itu dapat menjiwai dan mempengaruhi cara hidup dan tingkah lakunya,
serta harus dibiasakan untuk menjalankan ibadah sejak masih kecil terutama ibadah
shalat. Maka peranan orang tua sangatlah berpengaruh sekali dalam segala aktifitas
anak. Bahkan para orang tua pada umumnya bertanggung jawab atas segalanya dari
kelangsungan hidup anak.
Ada empat tempat penyelenggaraan pendidikan agama, yaitu di rumah, di
masyarakat, di rumah ibadah, dan di sekolah. Di rumah dilaksanakan oleh orang tua.1
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.2
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Dinamakan pertama karena dalam keluargalah seorang anak pertama-tama
menerima pendidikan dan bimbingan. Begitu juga dikatakan utama, karena sebagian
besar kehidupan anak dilalui dalam keluarga.3 Di dalam keluarga inilah tempat
meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena anak yang masih kecil lebih peka
terhadap pengaruh dari pendidiknya orang tuanya dan keluarga yang lain.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka
anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
1Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 134.
2Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), hlm. 35.
3Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
38.
2
pertumbuhan anak tersebut.4 Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu
bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud
berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik
antara orang tua dan anak.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang
selalu ada di sampingnya, Seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu
menjalankan tugasnya dengan baik. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di
mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-
orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari
berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-
lebih bagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau
mendekati dan dapat memahami hati anaknya.5
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah
SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta
menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah
milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan
menghadapkan diri kepada Allah SWT.6 Di sinilah sangat penting bagi keluarga
untuk melaksanakan tanggung jawab untuk mendidik dan memelihara anak-anaknya,
sebagaimana firman Allah dalam Surat At-Tahrim ayat 6
...
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka… (Q.S. At-Tahrim: 6). 7
4Zakiah daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta : PT Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 47.
5Zakiah Daradjat, , Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 36.
6Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.
103.
7Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang, CV. Toha Putra, 1989),
hlm. 951.
3
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga mulai dari dalam keluarga.
Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah yang
mengandung gerak.8 Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat
orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang
mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. Kemajuan pikiran, ketrampilan dan
kepandaian dalam berbagai bidang akan memantul kepada si anak. 9
Dalam QS Luqman ayat 17 telah tergambar bahwa Luqman menyuruh
anaknya shalat. Pelaksanaan perintah tersebut bagi anak-anak adalah dengan
persuasi, mengajak, dan membimbing mereka untuk melakukan shalat. Jika Anak-
anak telah terbiasa shalat di dalam keluarganya, kebiasaan tersebut akan terbawa
sampai ia dewasa, bahkan tua dikemudian hari.10
Pertumbuhan fisik anak pada umur Sekolah Dasar berjalan wajar dan hampir
sama pada semua anak. Pertumbuhan otot-otot halus telah memungkinkannya untuk
melakukan kegiatan yang memerlukan keserasian gerak, seperti melukis,
menggambar, dan melakukan gerak shalat.
Pada umumnya anak-anak pada umur enam tahun telah masuk Sekolah
Dasar, bila peraturan sekolah yang dituju mengizinkan. Anak-anak pada umur
sekolah (6-12 tahun) ini, berbeda dengan kanak-kanak di bawah umur enam tahun.
Anak-anak pada umur 6-12 tahun, ditandai dengan perkembangan kecerdasan cepat.
Kira-kira umur tujuh tahun pemikiran logis terus bertumbuh dan berkembang dengan
cepat sampai umur 12 tahun, di mana si anak telah mampu memahami hal yang
abstrak.11
Ketika anak masuk Sekolah Dasar, ia telah memiliki kadar pengalaman dan
pengetahuan yang membantu peletakan dasar-dasar keagamaan, akhlak dan
kepribadian, sesuai dengan lingkungan keluarga yang mengasuh dan mendidiknya.
8Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 60-61.
9Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 75.
10Jalaludin Rakhmat dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 64-65.
11Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 79.
4
Ada yang taat beragama dan ada pula yang kurang acuh terhadap agama.12
Keadaan
masjid, mushalla dan tempat-tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan, juga
mempengaruhi sikap anak terhadap agamanya.
Begitu juga dengan perkembangan agama pada anak di umur sekolah amat
penting. Karena agama diperlukan untuk mengembangkan dirinya sebagai anak yang
baik citra dirinya. Agama yang hidup dalam lingkungan masyarakat tempat ia
dibesarkan sangat menentukan bagi perkembangan pribadinya. Di dalam keluarga
dan lingkungan yang taat beragama, akan mengembangkan pribadi beragama pada
anak. Dorongan orang tua amat penting dalam membentuk pribadi yang beragama.13
Peran orang tua menjadi penting untuk mendidik anak dalam sudut tinjauan
agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Yang menjadi
persoalan sekarang bukan lagi pentingnya pendidikan keluarga, melainkan seberapa
besar andil atau keterlibatan orang tua dalam mendidik anak-anaknya dan bagaimana
cara pendidikan itu berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap
positif terhadap agama. Akan tetapi realita yang ada di Desa Pongangan Kec Gunung
pati perilaku beribadah anak-anak di desa tersebut, belum begitu memperlihatkan
adanya kontribusi dari orang tua, karena setelah peneliti mengamati anak-anak yang
berusia antara 6-12 tahun masih kurang dalam menjalankan perilaku beribadahnya,
beribadah yang dimaksud di sini yaitu beribadah kepada Allah dengan menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya yang meliputi: Sholat, puasa
dan membaca Al-Qur’an.
Anak-anak di Desa Pongangan dalam menjalankan perilaku beribadahnya
khususnya sholat, kebanyakan anak-anak tersebut belum bisa menjalankan sholat
lima kali dalam sehari, hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor yang salah satunya
adalah kurangnya perhatian dari orang tua untuk mengingatkan anak mereka dalam
melaksanakan sholat.
Begitu juga dengan puasa, kontribusi orang tua dalam mendidik anak supaya
anak memulai berpuasa sangatlah penting, dikarenakan ibadah puasa merupakan
12
Zakiah Daradjat, Pendidikan ……hlm. 80.
13 Zakiah Daradjat, Pendidikan……., hlm. 85.
5
ibadah yang memerlukan tahapan, dimana seorang anak tidak bisa langsung puasa
satu hari penuh, akan tetapi memerlukan pelatihan sejak usia dini untuk menjalankan
ibadah puasa.
Jika dalam membaca Al-Qur’an, di desa tersebut anak-anak sudah diajarkan
tentang baca tulis Al-Qur’an sejak usia dini, ini terbukti dari banyaknya animo
masyarakat desa Pongangan yang sudah memasukkan anak-anak mereka kedalam
lembaga pendidikan Al-Qur’an sejak usia dini. Akan tetapi mayoritas dari
masyarakat desa tersebut menganggap bahwa pembelajaran yang dilakukan di
lembaga pendidikan Al-Qur’an sudah cukup sehingga jarang diantara orang tua yang
menyuruh anaknya untuk membaca lagi Al-Qur’annya di rumah.
Dari uraian di atas dan memperhatikan fenomena di masyarakat, maka
peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian lebih mengenai kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah anak
usia Sekolah Dasar yaitu yang berumur 6-12 tahun, yang penelitian ini selanjutnya
diberi judul pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga
terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec
Gunungpati Kota Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan ditekankan
pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga di Desa
Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang?
2. Bagaimana Perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec
Gunungpati Kota Semarang?
3. Adakah pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga
terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di desa Pongangan Kec
Gunungpati Kota Semarang?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka tujuan
penelitian ini secara garis besar adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di
keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku beribadah anak usia sekolah Dasar di desa
Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
c. Untuk mengetahui adakah pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan
agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa
Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi penyusun pada khususnya dan
dunia Islam pendidikan pada umumnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat
pada umumnya dan orang tua pada khususnya mengenai pentingnya kontribusi
orang tua dalam pendidikan agama di keluarga.
c. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan jurusan PAI khususnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya
yang ada relevannya dengan judul yang penulis buat. Dari sini penulis akan
memaparkan beberapa kesimpulan skripsi yang dijadikan sandaran teori dan
sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan dalam penelitian
ini, sehingga memperoleh hasil penemuan baru yang betul-betul otentik.
Diantaranya penulis paparkan sebagai berikut:
1. Ali Mustawa Fakultas Tarbiyah, 2007 “Pengaruh Pendidikan Agama dari
Orang tua Terhadap Tingkah Laku Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara
pendidikan agama dari orang tua terhadap tingkah laku siswa.1 Pada penelitian
yang dilakukan oleh Ali mustawa ini, lebih memfokuskan penelitiannya pada
tingkah laku siswa (akhlak siswa) yang ternyata sangat dipengaruhi oleh
pendidikan agama dari orang orang tuanya, sedangkan peneliti lebih
memfokuskan lagi pada perilaku beribadah anak pada usia 6-12 tahun.
2. Maslahatul Amiroh Fakultas Tarbiyah, 2006 “Pengaruh Keteladanan Keluarga
Terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar Di Desa Pantenan
Kec. Paceng Gresik” yang menyimpulkan keteladanan keluarga berpengaruh
terhadap pelaksanaan ibadah anak usia pendidikan dasar di Desa Pantenan Kec.
Paceng Gresik.2 Skripsi ini memfokuskan pada keteladanan keluarga terhadap
pelaksanaan ibadah anak. Arti keluarga terasa lebih luas, karena keluarga
sendiri meliputi seluruh anggota, tidak hanya ayah dan ibu, tetapi juga kakak,
adik serta anggota keluarga lainnya. Penelitian yang penulis lakukan ini lebih
1Ali Mustawa, “Pengaruh Pendidikan Agama dari Orang tua Terhadap Tingkah Laku
Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang”, (Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN
walisongo, 2007).
2MaslahatulAmiroh, “Pengaruh Keteladanan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Ibadah
Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik Skripsi IAIN Walisongo”,
(Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
8
luas, jika kajian skripsi diatas memfokuskan pada pelaksanaan ibadah anak,
maka penelitian ini fokus pada perilaku beribadah anak.
3. Nanik Fakultas Tarbiyah, 2007 “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Terhadap Perilaku Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun
Ajaran 2003- 2004”. Bahwa ada pengaruh antara pendidikan agama dalam
keluarga dan perilaku beragama siswa di SLTP NU Hasanudin6 Semarang,
adapun pengaruh dari pendidikan agama dalam keluarga dan perilaku
beragama siswa SLTP NU Hasanudin tersebut adalah pengaruh positif di mana
dibuktikan dengan hasil korelasi regresi satu prediktor bernilai positif. Hal ini
terbukti dari analisa regresi satu prediktor dengan hasil regresi (F reg) sebesar
27,3108 kemudian dikonsultasikan dengan hasil F tabel (F t) dengan taraf
signifikan 1% dan 5% diperoleh angka sebesar 6,81 dan 3,91.3
Berbeda dengan penelitian di atas, maka penelitian ini lebih fokus atau
memfokuskan penelitian ini pada seberapa besar keterlibatan orang tua dalam
mendidik anaknya. Dan dari karya-karya di atas, masalah kontribusi orang tua
belum ada yang membahasnya.
B. Kerangka Teoritik
1. Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga
a. Pengertian Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris contribute, contribution,
maknanya yaitu "keikutsertaan", "keterlibatan", "melibatkan diri".4 Kata
kontribusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sumbangan
atau andil.5 Jadi kontribusi adalah keikutsertaan diri seseorang dalam sesuatu.
Kontribusi atau keikutsertaan di sini yaitu sesuatu yang diberikan oleh orang
tua kepada anak baik berupa peran serta dalam pendidikan agama anak,
3Nanik, “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Prilaku Beragama
Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun Ajaran 2003- 2004”, (Semarang: Perpustakaan Fak
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007)
4http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080526075812AAueg8t/diakses
pada tanggal 15-11-2011/ 10:02
5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 730.
9
memperhatikan kebutuhan, kasih sayang, materi dan lain-lain yang berguna
bagi mereka.
Dalam hal ini orang tua berusaha mengikuti perkembangan mereka
seiring dengan bertambahnya usia mereka. Orang tua pun harus menyesuaikan
perlakuannya kepada anak, sesuai dengan usia anak. Elisabeth B. Hurlock
mengungkapkan bahwa Orang tua harus dapat memasuki jiwa anak-anaknya
dengan cara mengawasi keadaan-keadaan istimewa mereka dan juga
memperhatikan segala sesuatu yang dibutuhkan anak di tempat belajar. Selain
itu orang tua juga harus bisa memberikan rasa aman kepada anak, harus bisa
menjadi orang yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologis, menjadi sumber kasih sayang dan menjadi pembimbing dalam
pengembangan perilaku anak.6
Diharapkan kepada orang tua untuk memperhatikan pentingnya
pendidikan untuk anaknya terutama pendidikan agama. Sebaiknya orang tua
tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada lembaga atau pihak
pendidikan akan tetapi antara kedua belah pihak menjadi mitra untuk
mencerdaskan anak. Keikutsertaan orang tua tidak sekedar hanya terlibat, akan
tetapi dapat mempengaruhi atau merubah segala sesuatu kekurangan anak
menjadi yang lebih baik.
Orang tua secara etimologi adalah ayah, ibu kandung.7 Sedangkan
pengertian orang tua secara terminologi adalah pasangan yang sudah menikah
walaupun masih muda tetapi menjadi orang tua bagi anak yang dilahirkannya.8
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.9
6Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan anak, Terj dari Child Development oleh Med
Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 201.
7Baihaqi A. K, Mendidik Anak Dalam Kandungan, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2001),
hlm, 73.
8Baihaqi A. K, Mendidik Anak Dalam Kandungan, hlm. 74.
9Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 66.
10
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.10
Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto, pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya (baik jasmani maupun
rohani) agar berguna bagi dirinya dan masyarakat.11
Menurut Frederic J. Mc.
Donald mengungkapkan “Education is a process or an activity which is
directed at producing desirable changes in the behavior of human beings”.12
Yaitu Pendidikan merupakan suatu proses atau aktivitas yang bertujuan untuk
menghasilkan(menciptakan) perubahan yang bermanfaat bagi perilaku
manusia.
Pengertian pendidikan yang lain juga diungkapkan oleh Ahmadi yang
menyatakan bahwa “pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar
dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber
daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya”.13
Demikian telah diungkapkan tentang pendidikan secara umum, kalau
dikaitkan dengan pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan agama
Islam, sebagaimana pendapat H.M. Arifin bahwa pendidikan Islam diartikan
sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia
yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadi perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual
dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya di mana ia hidup.
Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai yang melahirkan norma-
norma syariat.14
10
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. I49.
11M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 10.
12F J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Fransisco: Wads Worth Publising, Inc,
1959), hlm. 4.
13Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 28.
14H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 14.
11
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan berarti sebuah proses atau tindakan yang dilakukan secara sadar
untuk membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia menuju
terbentuknya manusia seutuhnya.
Dalam memberikan pengertian keluarga, Muhaimin dan Abdul Mujib
mengungkapkan bahwa dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah,
nasl, dan nasb. Pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu sistem
kehidupan masyarakat yang terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan
(nasab).15
Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu),
perkawinan, (suami, istri), persusuan dan pemerdekaan.16
Sedangkan
pengertian keluarga dalam pandangan antropologi adalah suatu kesatuan sosial
terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki
tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik,
melindungi, merawat, dan sebagainya.17
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah suatu kelompok sosial terkecil yang dibatasi dari ayah, ibu
dan anak yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama
mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya.
Dari definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa Kontribusi
orang tua dalam pendidikan agama di keluarga adalah keikutsertaan orang tua
yaitu ayah dan ibu dalam mendidik, memperhatikan kebutuhan, memberikan
fasilitas pendidikan serta mengarahkan potensi dasar yang ada pada diri anak
dan membantu perkembangan jiwa anak agar anak dapat hidup sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tercapainya kepribadian utama menurut ajaran Islam.
Pendidikan keluarga yang baik adalah yang mau memberikan
dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama.
Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 148.
16Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya,
1993), hlm. 289.
17Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 226.
12
mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana
lingkungan keluarga memberikan dorongan atau motivasi dan dorongan untuk
menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Orang tua
yakni ayah dan ibu merupakan orang yang berperan penting dalam pendidikan
di keluarga, menjadi orang tua harus mampu memberikan kontribusi yang
lebih atau ikut serta dalam memberikan pendidikan.
Menurut Zakiah Daradjat bahwa pendidikan agama (Islam) dalam
keluarga yaitu pembinaan jiwa agama pada anak, atau dengan kata lain
pembinaan pribadi anak sedemikian rupa, sehingga tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama (Islam).18
Pendidikan
agama dalam keluarga termasuk pendidikan informal, yaitu proses pendidikan
yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seseorang lahir
sampai mati.19
Dengan demikian orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang
memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, serta memberikan sikap dan
ketrampilan yang memadai, memimpin keluarga, dan mengatur kehidupannya,
memberikan contoh sebagai keluarga yang ideal, dan bertanggung jawab
dalam kehidupan keluarga, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
b. Dasar Pendidikan Agama dalam Keluarga
1) Dasar Religius
Yaitu dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera
dalam Al-Quran maupun Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa
melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan
merupakan ibadah kepadanya.
18
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hlm. 86-87.
19Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm. 35.
13
a) Al-Qur‟an
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS.
An-Nisa: 9)20
Dalam ayat ini mempunyai tafsir masih berkisar tentang para
wali dan orang-orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anak-
anak yatim. Juga tentang perintah terhadap mereka agar
memperlakukan anak-anak yatim dengan baik, berbicara kepada
mereka sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu dengan
halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan
anakku, sayangku dan sebagainya.21
Dari tafsir di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kita
diperintahkan untuk memperlakukan anak-anak yatim dengan baik
seperti kita memperlakukan anak-anak kita sendiri. Di sini berarti kita
juga harus memperlakukan anak-anak kita dengan halus, sopan, dan
memanggil dengan kata sayangku.
b) Al-Hadits
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Karya Toha Putra,
2002), hlm. 78.
21Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terj dari Tafsir Al-Maraghi oleh Bahrun
Abu Bakar dan Hery Noer Aly,(semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 347.
14
...
“Adam menceritakan kepada kita: Ibnu Abi Dibin bercerita, dari
Zuhri, dari Abu Salamah ibnu Abdurrahman, dari Abu Hurairoh
RA. Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW Bersabda: Setiap
anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah (beragama),
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
beragama Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi... (HR. Al-Bukhari).
Sabda Rasul tersebut memberikan peringatan terhadap orang tua
tentang tanggung jawab orang tua dalam memelihara fitrah anak dari
ketergelinciran dan penyimpangan yang bertentangan dengan Islam,
dan sedang fitrah itu sendiri merupakan kesiapan seorang anak untuk
menerima agama yang lurus, agama tauhid dan bahwa seluruh sunnah
Allah pada seluruh manusia tidak akan berubah. Orang tuanyalah yang
menentukan agama anak, anak dikenalkan dengan agama sejak masih
kecil, dimana anak masih sangat mudah terpengaruh, di situlah
penentuan agama anak yang dibawa sampai anak menjadi dewasa.
Dari dalil tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita,
bahwa dalam ajaran Islam memang ada petunjuk dan perintah untuk
mendidik agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai
dengan kemampuannya.
2) Dasar Psikologi
Manusia dikatakan sebagai mahluk “psycho-physic netral” yaitu
makhluk yang memiliki kemandirian (selfand ingress) jasmaniah dan
rohaniyah, di dalam kemandiriannya itu manusia mempunyai potensi dasar
atau kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat bertumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan
pendidikan.23
22
Abi Abdilah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shohih Bukhori juz I , (Libanon: Dar al
Kutub al Ilmiyah, 2008), hlm. 465.
23H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang,1976), hlm. 22.
15
Dimana dengan pendidikan maka pertumbuhan dan perkembangan
anak dapat mencapai titik yang maksimal, dimana keluarga merupakan
pemegang peran utama dari pertumbuhan dan perkembangan anak,
bilamana pendidikan yang diperoleh itu baik maka pertumbuhan dan
perkembangan akan baik dan lancar untuk proses kehidupan dalam
masyarakat.
3) Dasar Filosofis
Menurut pandangan filsafat, manusia adalah makhluk yang disebut
“Homo Sapiens” yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk
berilmu pengetahuan. Memang salah satu gharizah manusia adalah ingin
mengetahui hal-hal yang belum diketahui yang disebut instink neugirig
atau curiosity. Dengan instink ini maka manusia selalu cenderung untuk
memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu di sekelilingnya.24
Kemampuan instink inilah yang memberikan manusia untuk dapat
dididik dan diajar, sehingga dapat menangkap sesuatu ilmu yang diajarkan.
Suatu ilmu yang dipahami tadi terbentuk menjadi ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Dengan kata lain, dengan melalui proses belajar dan diajar,
manusia pada akhirnya menjadi makhluk yang berilmu pengetahuan.
c. Tujuan Pendidikan Agama dalam Keluarga
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai. Maka pendidikan, suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap atau tingkatan-tingkatan. Tujuan pendidikan bukanlah
suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, baik hubungannya dengan Allah
maupun hubungannya dengan sesamanya agar terjadi keserasian dan
keharmonisan, baik hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Ini sesuai dengan
firman Allah SWT:
24
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, hlm. 23.
16
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. “ (Q.S. Al
Qashash: 77).25
Ayat di atas memiliki tafsir bahwa diperintahkan untuk berusaha
sekuat tenaga dan pikiranmu dalam batas yang dibenarkan Allah untuk
memperoleh harta dan hiasan duniawi dan berbuat baiklah kepada semua
pihak, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat
kerusakan dalam bentuk apapun di bagian manapun di bumi ini.26
Sedangkan yang menjadi tujuan pendidikan keluarga adalah
berangkatdari tujuan pendidikan Islam secara umum sebagaimana ungkapan
M. Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip oleh Zuhairini, yaitu:
1) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimin telah
sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dan
bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang
sebenarnya. Jadi tujuan asasi pendidikan Islam adalah keutamaan atau
fadhilah.
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan Islam tidak
hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak juga pada
segi keduniaan semata tetapi ia menaruh pada kedua-duanya sekaligus.
3) Memperhatikan persiapan untuk mencari rizki dan segi-segi agama, moral
dan kejiwaan dalam pendidikan dan pengajaran.
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 394.
26M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 405.
17
4) Menumbuhkan roh ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan dalam
arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai ilmu.
Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama
dan akhlak mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhiratdan
mempersiapkan untuk mencari rizqi mereka juga menumpukan perhatian
pada sains, sastra dan seni.
5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia
dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan supaya ia
dapat mencari rizki dan hidup dengan mulia di samping memelihara
segikerohanian dan keagamaan.27
Pendidikan keluarga mempunyai tujuan untuk menanamkan taqwa dan
perilaku yang baik pada anak sehingga anak bisa menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, dan anak juga dapat melaksanakan ibadah dengan
rutin untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
d. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga
Metode pendidikan dalam keluarga adalah sangat bervariasi, antara
satu keluarga dengan keluarga yang lain berbeda penggunaannya. Hal tersebut
disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing keluarga. Metode yang
digunakan dalam lingkungan keluarga adalah:
1) Metode dengan keteladanan
Pemberian contoh teladan yang baik (uswatun hasanah) terhadap
anak, terutama anak-anak yang belum mampu berpikir kritis, akan banyak
mempengaruhi pola tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari atau
dalam mengerjakan suatu tugas pekerjaan yang sulit. Menurut Abdullah
Nasih Ulwan, keteladanan dalam pendidikan merupakan metode influentif
yang dapat diandalkan keberhasilannya dalam membentuk spiritual, moral
dan sosial.28
Pendidikan dengan keteladanan dapat dilakukan dengan
menampilkan perilaku yang baik di depan anak. Penampilan perilaku yang
27
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 164-166.
28Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 153.
18
baik dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja.
Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan oleh
pendidik agar ditiru oleh peserta didik atau anak. Sedangkan keteladanan
yang tidak disengaja ialah keteladanan dalam keilmuan, sifat keikhlasan
dan sebagainya.29
Anak-anak akan selalu memperhatikan dan mengawasi perilaku
orang-orang dewasa. Mereka akan mencontoh orang-orang dewasa itu.
Terutama orang tua mereka. Karna pada dasarnya setiap anak senang
meniru. Hal ini terjadi karena salah satu proses pembentukan perilaku
mereka diperoleh dengan cara meniru. Menghadapi kenyataan demikian,
orang tua dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang
nyata akan hal-hal yang baik.
2) Metode dengan pembiasaan
Pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau
seseorang menjadi terbiasa.30
Pembiasaan itu sendiri dilakukan mengingat
manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. Sebagai contoh anak harus
dibiasakan cara makan dan minum, cara berpakaian, cara bergaul dengan
baik terlebih lagi dalam beribadah misalnya shalat, puasa dan membaca
Al-Qur‟an. Seperti apa yang telah diucapkan oleh Imam Al-Ghazali,
“Anak-anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, dan hatinya yang
suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika
dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia
akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah di dunia dan
akhirat.31
Dengan membiasakan dan mengulang-ulang perbuatan yang baik
yang senantiasa diajarkan kepada anak sehingga akan membekas pada diri
29
Bukhari umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 190-191.
30Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hlm. 110.
31Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj dari Tarbiyatul
Aulad Fiil-Islam oleh Saifullah Kamalie, (Bandung: Asy Syifa, 1988), hlm 51.
19
anak. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan sejak
kecil, karena memiliki rekaman atau ingatan yang kuat.
3) Metode dengan nasehat
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif di dalam
upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral,
psikis, dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab,
nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala
hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang
prinsip-prinsip Islam.32
Pendidikan ini dilakukan dengan cara menyeru kepada anak untuk
melaksanakan kebaikan atau menegurnya bila melakukan suatu kesalahan.
Dalam menasihati dan mengingatkan anak dengan cara menyentuh qalbu
dan menggugah untuk mengamalkannya.
4) Metode dengan memberikan perhatian
Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan,
memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam
pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping itu
juga selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil
ilmiahnya.
Islam, dengan universitalitas prinsip dan peraturannya yang abadi,
memerintah para bapak, ibu dan para pendidik untuk memperhatikan dan
senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anaknya.33
Berilah waktu
kepada anak beberapa menit untuk mendengarkan dan memperhatikan apa
yang akan disampaikan sang anak.
Setiap orang ingin mendapatkan perhatian ketika ia sedang
berbicara, tidak lain halnya dengan seorang anak, mereka juga ingin
diperhatikan ketika mereka ingin berbicara atau menceritakan sesuatu,
32
Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-Kaidah Dasar, Terj dari Tarbiyatul Aulad Fiil-Islam
oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm.65-66.
33Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 123.
20
dengan memberikan perhatian kepada mereka, maka anak akan merasa
tentram.
5) Metode dengan memberi hukuman.
Secara edukatif, sebagian pakar pendidikan membolehkan
memanfaatkan hukuman sebagai alat dan metode mendidik anak. 34
Orang
tua tidak boleh memberikan hukuman yang terlalu berat, dimana anak
tidak mampu menerima hukuman itu dan akan membuatnya senantiasa
menyalahkan diri sendiri serta trauma mendengar ia disalahkan. Jangan
pula orang tua hanya memberikan hukuman dengan pukulan, tetapi
menjadikannya (hukuman) sebagai langkah terakhir dengan kadar sedikit
dan seringan mungkin.35
Hukuman adalah suatu alat yang sesekali waktu memang
diperlukan oleh pendidik untuk mencapai tujuan sepanjang diterapkan atas
dasar kasih sayang dan tidak membahayakan anak. Biasanya hukuman
merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh pendidik atau orang tua.
e. Bentuk-bentuk Kontribusi Orang Tua
Betapa luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya
baru dapat dihargai sepenuhnya saat seseorang menyadari apa saja kontribusi
atau keikutsertaan para anggota keluarga pada anak. Beberapa kontribusi
tersebut diantaranya:
1) Memperhatikan Kebutuhan Pendidikan
Berbahagialah anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
yang beriman dan beramal saleh, dimana keluarga tersebut memahami
ciri-ciri anak pada umur-umur tertentu, dan mengetahui kebutuhan utama
anak pada berbagai tahap umur. Pada umur 6-12 tahun atau pada masa
kanak-kanak akhir yang amat dibutuhkan oleh anak adalah perhatian yang
cukup dalam berbagai kebutuhannya.
34
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 373.
35Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Terj dari Al Islam Wa
Asy Syabab oleh Arum Titi Sari, (Jakarta: A. H Ba‟adillah Press, 2002), hlm. 78.
21
Perhatian orang tua tersebut berupa pemberian pendampingan
ketika anak belajar, orang tua perlu sekali mendampingi anak-anak mereka
ketika belajar agar orang tua dapat memberikan bimbingan yang mana
anak mengalami kesulitan, sehingga anak juga merasa semangat belajar
karena merasa diperhatikan oleh orang tua mereka. Jadi orang tua tidak
sepenuhnya menyerahkan pendidikan anak mereka ke lembaga sekolah
akan tetapi orang tua juga terlibat dalam mendidik anak.
Perhatian selanjutnya yaitu pendampingan ketika anak menonton
televisi. Televisi merupakan sebuah media informasi yang mana dapat
memberikan dampak positif atau dampak negatif, apabila tidak berhati-hati
dalam memilih acara televisi maka anak akan terpengaruh pada hal-hal
yang kurang baik. Orang tua harus secara intensif dapat memantau atau
memilih acara yang pantas untuk ditonton oleh anak-anak mereka, karena
pada zaman sekarang ini banyak tontonan yang menjadi tuntunan, dan
begitu sebaliknya tuntunan menjadi tontonan.
2) Memberikan Fasilitas Pendidikan.
Tanggung jawab penting orang tua adalah memberikan pendidikan
kepada anak-anaknya, akan tetapi jika dalam pelaksanaan suatu
pendidikan tanpa fasilitas, maka hal itu kurang memperlancar proses
pendidikan, sebagai orang tua yang baik, agar pendidikan anak dapat
berjalan dengan lancar, maka para orang tua untuk memberikan fasilitas
pendidikan, dan sebaiknya fasilitas tersebut yang bermanfaat dan
bervariasi, sehingga otak, pemikiran, dan ilmu pengetahuan anak semakin
matang.36
Fasilitas tersebut diantaranya yaitu memberikan mushaf Al-Qur‟an
yang kata-kata dan bentuk hurufnya jelas, Buku-buku kitab hadits yang
sesuai dengan umur, tingkat pemahaman, dan budaya anak, kemudian
buku-buku tentang fiqh, terutama ibadat-ibadat yang sesuai dengan umur,
tingkat pemahaman dan budaya anak.
36
Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar, hlm 402.
22
3) Mengingatkan Untuk Melakukan Ibadah.
Mendidik dan mengingatkan mereka untuk mampu mendirikan
shalat fardhu sampai mereka terbiasa mendirikannya adalah diperintahkan
oleh Nabi SAW kepada setiap orang tua (ayah dan ibu) yang diberi amanat
oleh Allah SWT mengasuh anak-anak buah kasih sayang pernikahan
mereka. Seperti dalam sabda Nabi:
Diceritakan kepada kami Mu‟ammil bin Hisyamya‟ni Al Yasykuri
Ismail tentang Suwar Abi Hamzah, berkata, Abu Daud yaitu Suwar
bin Daud Abu Hamzah Al-Mazni As Soir tentang Umar bin Syuaib
tentang ayahnya, tentang kakeknya berkata, Rasulullah Bersabda
perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan shalat apabila
mereka telah berusia tujuh tahun, dan apabila mereka telah berusia
sepuluh tahun maka pukullah mereka (apabila tetap tidak mau
melaksanakan shalat itu) dan pisahkanlah tempat tidur mereka.
(HR. Abu Daud)
Sabda Nabi SAW tersebut tampak secara tegas memerintahkan,
bahwa batas usia anak untuk pendisiplinan shalat lima waktu adalah
diantara tujuh sampai dengan sepuluh tahun. Dan hendaklah mereka
dipukul lantaran tidak mau mengerjakan shalat. Mendisiplinkan shalat
fardhu pada anak membutuhkan perjuangan dan pengorbanan serta do‟a
yang tulus ikhlas, perlu proses yang relatif panjang dan harus dilakukan
secara konsisten serta berkesinambungan, tidak mungkin dapat melalui
proses yang instan, untuk itu orang tua diharapkan selalu mengontrol dan
mengingatkan anak-anak mereka untuk melaksanakan shalat, dalam
37
Abi Daud Sulaiman Bin Asy Assajstani, Sunan Abi Daud, (Libanon: Darul Fikr, 1994),
hlm. 197.
23
mengingatkan pun orang tua dianjurkan dengan menggunakan intonasi dan
bahasa yang dilandasi rasa kasih sayang supaya anak benar-benar ikhlas
dalam menjalankan.
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang diwajibkan untuk semua
muslim yang sudah baligh, dan hukum dari puasa tersebut adalah wajib,
anak-anak yang belum baligh tidak diwajibkan puasa tetapi dianjurkan
utuk berlatih, dengan tujuan agar anak dapat melatih dirinya untuk
menahan lapar dan dahaga, dari semua itu tidak lepas dari orang tua yang
membimbing dan mengarahkan agar anak mau berlatih berpuasa,.
Alqur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang benderang. Dianjurkan sekali seorang muslim untuk
membaca dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.
Mengajari anak untuk membaca Alqur‟an harus dimulai sedini
mungkin yang mana anak masih mudah untuk menerima pelajaran dan
mudah mengingat. Sekarang ini banyak orang tua yang menyerahkan
pendidikan Al-Qur‟an kepada lembaga non formal. Akan tetapi orang tua
juga perlu mengajari lagi membaca al-Qur‟an di rumah.
2. Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
a. Pengertian Perilaku Beribadah
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.38
Sedangkan dalam
kamus lengkap psikologi bahwa perilaku adalah sebarang respon (reaksi,
tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Perilaku
adalah kegiatan organisme yang dapat diamati dan yang bersifat umum
mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana
terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh. Seperti pada teori Pavlov yaitu
mengenai teori perilaku melalui percobaannya tentang anjing dan air liurnya.
38
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 1056.
24
Proses yang ditemukan oleh Pavlov, di mana perangsang yang asli dan
netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan
unsur penguat, akan menyebabkan suatu reaksi.39
Jadi perilaku tersebut bisa
timbul disebabkan karena adanya rangsangan. Akan tetapi J.M Tanner juga
mengungkapkan bahwa faktor gen juga dapat mempengaruhi perkembangan
perilaku. Di sini ada tiga metode yang dibuat untuk mengetes apakah perilaku
tersebut ditentukan secara genetis atau tidak, diantaranya yaitu:
1) Pemencilan (isolation). Contoh Seekor binatang yang dibesarkan sendirian
di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan normal bagi spesiesnya.
Maka perkembangan perilaku binatang tersebut ditentukan secara genetis.
2) Kawin silang (cross breed). Contoh Dua ekor binatang yang sama
spesiesnya namun berbeda galur dan berpenampilan berbeda pada perilaku
yang sama, dikawinkan. Apabila keturunan mereka (dibesarkan secara
terpisah dari kedua induknya untuk mencegah adanya peniruan)
memperlihatkan perilaku separuhnya dari masing-masing induknya. Maka
perilaku tersebut dianggap ditentukan secara genetis.
3) Keuniversalan (universality). Contoh apabila semua anggota suatu spesies
menunjukkan bentuk perilaku tertentu yang berkembang dalam rangkaian
yang sama, maka kemungkinannya ialah bahwa perilaku tersebut sangat
ditentukan secara genetis.40
Perilaku adalah sifat, bentuk-bentuk dan penyesuaian diri yang
membentuk karakter individu dan hubungannya dengan orang lain dimana ia
berada. Begitu juga dengan perilaku anak akan terbentuk dari lingkungan yang
sering dia jumpai, yaitu lingkungan keluarga. Jadi sebisa mungkin anggota
keluarga terutama orang tua untuk selalu menampilkan perilaku yang baik.
Karena kedua orang tua memikul tanggung jawab yang terbesar terhadap
perilaku anak-anak mereka di masa kecil.
39
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 54-55.
40Malcolm Hardy Steve Heyes, Pengantar Psikologi, Terj. Soenardji, (Jakarta: Erlangga,
1988), hlm. 99.
25
Kata ibadah menurut bahasa dipakai dalam beberapa arti, antara lain,
tunduk hanya kepada Allah SWT karena pilihan sendiri, taat, berserah diri,
dan mengikuti segala perintah Allah SWT. Sedangkan ibadah menurut
Muhammad Abdul Qadir Ahmad adalah terbatas pada amal perbuatan shalat,
zakat, puasa dan haji. Ibadah sebagaimana yang telah diuraikan Al-Qur‟an
ialah amal praktik yang berulang-ulang dilakukan untuk membiasakan orang
mukmin hidup dengan akhlak yang mulia.41
Amal praktik tersebut salah
satunya yaitu membaca Al-qur‟an. Sedangkan Ibadah menurut ulama akhlak:
“Mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggarakan segala
syariat (hukum)”.42
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
ibadah adalah Amal perbuatan yang terbatas pada shalat, puasa, membaca Al-
Qur‟an yang dilakukan secara berulang-ulang untuk membiasakan orang
mukmin hidup dengan akhlak mulia.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa
perilaku beribadah adalah tanggapan atau reaksi anak terhadap Amal
perbuatan yang terbatas pada shalat, puasa, membaca Al-Qur‟an yang
dilakukan secara berulang-ulang untuk membiasakan orang mukmin hidup
dengan akhlak mulia.
Ibadah di dalam Islam mendidik kita untuk selalu berkesadaran
berfikir. Tetapi tidak ada suatu ibadah pun yang diterima oleh Allah, kecuali
jika memenuhi dua syarat yaitu niat yang ikhlas serta menjalankan ketaatan
sesuai dengan bentuk dan cara yang telah disunnahkan oleh Rasulullah.
Karena semua amal ibadah itu tergantung pada niatnya, jika niat kita benar-
benar ikhlas dalam menjalankan ibadah tersebut, maka suatu ibadah tersebut
tidak akan sia-sia.
41
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj H. A.
Mustofa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 134-135.
42Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah: Ibadah ditinjau dari Segi
Hukum dan Hikmah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3.
26
b. Faktor-faktor Pembentukan Perilaku
Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya di keluarga, mereka
akan memperhatikan orang tuanya serta saudaranya. Mereka akan
dipandangnya sebagai orang yang berperan dalam kehidupan keluarga, segala
kejadian sehari-hari dan apa yang dipergunakan serta apa yang dilakukan
mereka akan ditiru dan dicoba oleh anak tersebut. Perilaku keagamaan pada
anak hampir sepenuhnya autoritarium maksudnya konsep keagamaan pada diri
mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat
dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat mempelajari hal-hal
yang berada diluar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa
yang dikerjakan dan diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka
tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama.
Untuk mengetahui perilaku seseorang, maka harus mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhinya meliput : faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor Intern (faktor dalam)
Faktor dalam atau faktor bawaan adalah segala sesuatu yang
dibawa sejak lahir. Setiap manusia lahir di dunia mempunyai pembawaan
sendiri-sendiri yang mempengaruhi perilaku menurut situasi dan kondisi.
a) Pengalaman Pribadi
Setiap manusia mempunyai pengalaman pribadi masing-
masing tentang hal ini Zakiah Daradjat mengatakan sebelum anak
masuk sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah,
dari orang tua dan saudaranya serta seluruh anggota keluarga,
disamping itu dari teman sepermainannya. Dari situ terbukti bahwa
semua pengalaman yang dilalui orang sejak kecil atau lahir merupakan
unsur-unsur dalam pribadi. 43
Dari pengalaman tersebut maka
pembentukan sikap dan perilaku hendaknya ditanamkan sedini
mungkin dalam pribadi seseorang yakni sejak anak dalam kandungan.
43
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 11
27
b) Emosi
Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan perilaku seseorang, “sesungguhnya emosi memegang
peranan penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap
atau tindak agama yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan
emosinya”.44
c) Persepsi
Persepsi merupakan faktor dari diri pribadi yang mempunyai
pengaruh perilaku seseorang, karena persepsi orang sangat
berpengaruh pada perilakunya.45
Sebagaimana contoh siswa yang
beranggapan atau berpandangan jika orang tua rajin mengerjakan
sholat, puasa dan lain sebagainya maka akan mendorong anak untuk
bagaimana dia meniru dan mencontoh orang tua, hingga akhirnya akan
mempengaruhi perilaku anak.
2) Faktor Ekstern (faktor Luar)
Faktor luar atau faktor lingkungan yang ada di luar manusia dan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Lingkungan merupakan suatu
faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak, dimana
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Adapun
lingkungan yang dilalui oleh seorang anak antara lain lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga.
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan
diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-
dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya
sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya. Di sini
diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan
penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai
44
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, hlm.189.
45Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya,(Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm.
105
28
kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung
dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan
terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.46
Suasana kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap
menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik
untuk membentuk perilaku beribadah anak, oleh karena melalui
suasana keluarga yang demikian itu akan tumbuh perubahan perilaku
beribadah anak yang akan berubah menjadi lebih baik.
b) Lingkungan Sekolah
Merupakan badan pendidikan yang penting pula setelah
keluarga. Maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagian
kepada lembaga sekolah, dimana sekolah berfungsi sebagai pembantu
keluarga dalam mendidik anak dan sekolah memberikan pendidikan
dan pengajaran apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang
tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di keluarga.47
Sehingga jelas bahwa lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh
yang penting dalam rangka pembentukan perilaku dan kepribadian
yang baik.
c) Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat merupakan kumpulan manusia atau terdiri dari
beberapa individu yang menetap dalam suatu daerah yang bermacam-
macam coraknya baik status sosial dan watak individu, yang semuanya
itu akan sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan kepribadian
anak. Sebab setiap hari anak mendapat informasi dan komunikasi dari
macam-macam keadaan yang semuanya itu sangat cepat berpengaruh
pada diri anak.
Berdasarkan uraian di atas bahwa lingkungan yang baik sangat
mendukung terbentuknya perilaku beribadah anak, dan sebaliknya
46
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm 66.
47Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 179.
29
lingkungan yang jelek akan cepat menjadikan anak jelek pula, baik
perilaku maupun kepribadiannya.
c. Bentuk-bentuk Perilaku Beribadah
1) Menjalankan Sholat Lima waktu
Menjalankan sholat fardhu lima waktu dalam sehari semalam,
subuh, dhuhur, „ashar, maghrib, isya‟, merupakan kewajiban yang
dibebankan Allah SWT pada setiap hamba-Nya yang beriman.
Secara etimologi sholat berarti do‟a. Sedangkan secara terminologi
bahwa shalat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dan
memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. 48
Dari aspek hakikat, shalat
diartikan berhadapnya hati (jiwa) kepada Allah SWT dengan penuh rasa
takut kepada-Nya, serta menumbuhkan dalam jiwa tentang kebesaran dan
keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.49
Shalat adalah Fardlu ain atas tiap-tiap muslim yang baligh atau
dewasa. Tentang perintah shalat terdapat dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa
ayat 103:
Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.50
Ayat di atas memiliki tafsir perintah untuk mengingat Allah setelah
menyelesaikan shalat, kemudian apabila merasa aman, maka disuruh untuk
mendirikan shalat, Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.51
48
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 53.
49Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tuntunan Shalat Nabi SAW Sebuah
Panduan Praktis, (Semarang: Pustaka Rizki putra, 2004), hlm. 3.
50Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 95.
51Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm.
228.
30
Sebagai upaya pembinaan perilaku beribadah anak, dalam
melaksanakan shalat sangat dianjurkan melakukan dengan berjamaah. Dua
puluh tujuh kali lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya
berjamaah daripada shalat sendiri. Shalat berjamaah menumbuhkan
solidaritas sosial yang kuat dan ajaran persamaan antar manusia dan
mempererat tali persaudaraan dan ikatan perdamaian.
Menurut Fazlur Rahman seperti yang dikutip dalam buku
Muhammad Daud Ali, ada beberapa dampak (pengaruh) positif ibadah
shalat, antara lain:
a) Menjaga dan memelihara ketepatan waktu.
b) Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kewajiban melaksanakan
sesuatu.
c) Menempa dan membina watak, yaitu sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti
(akhlaq).52
2) Menjalankan Puasa
Puasa menurut bahasa berarti imsak atau menahan, berpantang atau
meninggalkan.53
Puasa menurut istilah yaitu ibadah yang dapat
menanamkan rasa kebersamaan dengan orang–orang fakir dalam menahan
lapar dan dahaga, serta kebutuhan lain manusia seperti biologis, dan
sebagainya. Ia menyadarkan dorongan rasa simpati dan menguatkan
keutamaan jiwa seperti takwa, mencintai Allah, amanah, sabar, dan tabah
menghadapi kesulitan.
Puasa pada bulan Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap muslim yang
sudah baligh. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah
ayat 183:
52
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 264.
53Abu Ahmadi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Bumi Aksra, 2008), hlm. 177.
31
Hai Orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
supaya kamu bertaqwa.54
Ayat di atas memiliki tafsir yaitu mengandung pengukuhan tentang
ibadah puasa, sekaligus memberikan dorongan untuk melaksanakannya,
selain itu memberi hiburan kepada orang yang melaksanakannya karena
ibadah puasa merupakan ibadah yang berat. Dan sesuatu yang berat jika
diwajibkan kepada orang banyak maka akan menjadi mudah
melakukannya, sekaligus memberikan dorongan kepada mereka untuk
melakukannya.55
Puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum, dan
kebutuhan biologis lainnya dalam waktu tertentu. Akan tetapi puasa
merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengekang diri
dari keinginan-keinginan yang haram dan perbuatan yang onar. Dari segi
pendidikan puasa menumbuhkan disiplin jiwa, moral dan semangat sosial
yang kuat. Ia juga mendidik manusia berjiwa besar, sabar dalam menjalani
hidup dan berakhlak mulia.
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan ibadah puasa
diantaranya adalah:
a) Peningkatan disiplin rohani.
b) Menumbuhkan disiplin akhlak.
c) Meningkatkan ketahanan tubuh.
d) Upaya Pemeliharaan Kesehatan.56
54
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 28.
55Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi, hlm. 116.
56Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hlm. 281.
32
3) Membaca Al-Qur‟an
Membaca Al-Qur‟an adalah kemampuan melafalkan kata-kata,
huruf abjad Hijaiyyah yang dilihatnya dengan mengerahkan kemampuan
melalui pengertian dan mengingat-ingat secara benar baik makhorijul
khuruf maupun tajwidnya karena yang dibaca adalah kalam Allah (ayat-
ayat suci).
Al-Qur‟an satu-satunya kitab suci di dunia yang hingga kini masih
tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Sebagai mukjizat Nabi
Muhammad SAW, Al-Qur‟an masih dalam keadaan utuh, tak satupun
hurufnya berubah. Bahwa Al-Qur‟an merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu
dipelihara. Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan pasti
kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. Al Hijr: 9)57
Ayat di atas memiliki tafsir bahwa ayat ini merupakan peringatan
yang keras bagi orang-orang yang mengabaikan Al-Qur‟an, mereka tidak
percaya bahwa Al-Qur‟an itu diturunkan Allah kepada Rasul Nya
Muhammad, seakan-akan Tuhan menegaskan kepada mereka “ Kamu ini
hai orang-orang kafir sebenarnya adalah orang-orang yang sesat yang
memperolok-olokan Nabi dan Rasul yang telah Kami utus menyampaikan
agama Islam kepadamu. Sesungguhnya sikap kamu yang demikian itu
tidak akan mempengaruhi sedikitpun terhadap kemurnian dan kesucian Al-
Qur‟an, karena kamilah yang menurunkannya dan kami sendirilah yang
memelihara Al-Qur‟an itu dari segala macam usaha untuk mengotorinya
dan usaha untuk menambah, mengurangi dan merubah ayat-ayatnya, Kami
akan memeliharanya dari segala macam bentuk campur tangan manusia
terhadapnya.58
57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 262.
58Departemen Agama RI, Al-Qur’an DanTafsirnya, (Semarang: Citra Effhar, 1993), hlm.
244.
33
Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah maka membaca Al-Qur‟an
dengan bacaan yang sebenar-benarnya adalah satu wujud keimanan kita
kepada Al-Qur‟anul Karim. Allah SWT Berfirman
Orang-orang yang telah kami beri Kitab, mereka membacanya
sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya.
Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang
yang rugi. (QS. Al-Baqarah: 121)59
Ayat di atas memiliki tafsir bahwa orang-orang yang telah diberi
al-kitab yaitu Taurat dan Injil, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, yakni mengikuti tuntunannya secara baik dan sempurna serta
sesuai dengan apa yang diturunkan Allah tanpa melakukan atau
mempercayai perubahan yang ada, mereka itu yakni yang sungguh tinggi
kedudukannya di sisi Allah beriman kepadanya, yakni kepada kitab suci
itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Dan barang siapa yang
ingkar kepadanya, yakni kepada kitab suci atau petunjuk Allah, maka
mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benar rugi,
celaka dan binasa.60
Membaca Al-Qur‟an dengan niat yang ikhlas, walaupun belum
tahu maknanya sudah dihitung sebagai ibadah Syar‟i (sesuai syari‟at
Islam). Oleh karena itulah, Rasulullah sendiri diperintahkan Allah SWT
untuk membaca Al-Qur‟an.
Dalam membaca Al-Qur‟an pun juga ada beberapa etika atau adab
nya, diantaranya yaitu:
a) Bersuci dari hadats dan kotoran.
b) Memilih tempat yang suci dan mulia.
c) Bersimpuh dan menghadap kiblat.
59
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 19.
60M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, hlm. 370.
34
d) Konsentrasi, Tadabbur, dan Khusyu‟.61
e) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum membaca.
f) Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur‟an.
g) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan
surah At-Taubah.
h) Membacanya dengan tartil.
i) Membacanya dengan jahr
j) Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.62
Begitu juga dengan anak kecil, meskipun belum sepenuhnya
mengetahui makna ayat-ayat dalam Al-Qur‟an, membacanya merupakan
sebagai sarana untuk melatih kelancaran anak dalam melafalkan ayat-ayat
Al-Qur‟an agar anak dapat membaca dengan baik dan benar ketika besar
nanti.
d. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Nasution masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak
akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua
belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan
dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah
sikap-sikap dan tingkah lakunya.63
Beberapa ciri yang lebih menonjol pada
masa usia ini diantaranya:
1) Suka tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
2) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
3) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
4) Sangat Realistik, ingin tahu, ingin belajar.64
61
Imam Nawawi, Etika Ahlul Qur’an, Terj dari At-Tibyan Fi Adab Khamlatul Qur‟an
oleh M. Qadirun Nur, (Solo: Pustaka Mantiq, 1997), hlm. 66-82.
62Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), hlm. 33-34.
63Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 123.
64Sumadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Rake Press, 1984), hlm.
119-120.
35
5) Energi yang melimpah, sehingga anak tidak memperdulikan lelah atau
capek.
6) Perasaan kesosialan yang berkembang pesat.
7) Sudah dapat berpikir secara abstrak.65
8) Perkembangan jasmaninya pesat.
9) Anak selalu giat, tidak suka tinggal diam dan selalu mencari kesibukan.
10) Sudah ada perhatian terhadap pekerjaan tetapi masih berubah-ubah.66
Sebagai hasil pemberian bantuan yang diberikan keluarga, pada masa
ini anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak
untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya. Dalam masa usia
sekolah ini, anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi
sebagai penonton saja, ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya,
bagaimana perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari
lingkungannya.
Anak pada masa usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang
ke arah berpikir konkretit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa
operasi konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir
konkret.67
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan
sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya
ditandai dengan sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian,
pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional.68
Pada usia 6-12 tahun perhatian anak yang tadinya lebih tertuju kepada
dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada dunia luar terutama
perilaku orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha untuk menjadi makhluk sosial
65
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hlm. 112.
66Hati Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 88.
67Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 178.
68Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 182.
36
dan mematuhi aturan-aturan, tata krama, sopan santun, dan tata cara
bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolahnya.69
Anak pada masa ini mulai belajar jadi seorang realis-kecil, yang berhasrat
sekali mempelajari dan menguasai dunia secara obyektif. Untuk aktifitas
tersebut, ia memerlukan banyak informasi. Karenanya dia selalu haus
bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran serta pendidikan.70
Maka sudah saatnya pula pada saat usia ini anak mendapatkan
bimbingan, pembinaan dari guru atau pendidik. Apabila kesempatan ini tidak
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dikhawatirkan anak tidak akan
berkembang secara wajar. Sehubungan hal itu, maka pendidikan yang
dilaksanakan pada saat ini mempunyai arti penting bagi perkembangan
berikutnya.
3. Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama Di Keluarga
Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang
harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya.
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan
kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui
bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Begitu
juga dengan mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaikan
syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban agama.71
Orangtua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta
didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan
anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan
waktu untuk anak, terutama ketika ia masih kecil. Jadi tidak dapat dipungkiri
apabila orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya.
69
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2001), hlm. 42-43.
70Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 137.
71Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), hlm. 371.
37
Orangtua selain mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip
eksplorasi yang mereka miliki juga sebagai penentu bagi pembentukan perilaku
beribadah anak. Dengan demikian ketaatan pada ajaran agama merupakan
kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua
maupun dari guru mereka. Bagi mereka sangat mudah menerima ajaran dari orang
tua walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.72
Dengan
keterlibatannya orang tua dalam mendidik anak ketika di rumah, banyak sekali
pengaruhnya dengan perilaku anak di kehidupan sehari-hari terutama dalam
perilaku beribadahnya, diantaranya yaitu:
a. Anak menjadi giat dalam menjalankan shalat karena selalu diingatkan oleh
orang tua mereka.
b. Anak mau berlatih menjalankan puasa terutama puasa pada bulan Ramadhan.
c. Anak menjadi rajin berlatih membaca Al-Qur‟an.
Anak-anak merupakan di mana masa mudah dipengaruhi, sehingga segala
sesuatu yang diajarkan terhadap mereka akan mudah diterima oleh mereka,untuk
itu orang tua sebisa mungkin selalu berperilaku yang baik, karena segala sesuatu
perilaku orang tua akan sangat mudah ditiru oleh anak.
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi
dan memperoleh kehidupan emosional. Keutamaan ini membuat keluarga
memiliki pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan
alami yang memberikan pendidikan, dan perlindungan, dan perlakuan orang tua
terhadap anaknya hendaknya menjamin segala kebutuhannya, baik fisik maupun
psikis. Sehingga si anak merasa aman tentram, dan hidup tenang tanpa
kekecewaan. The family is the most important socializing agency.73
Pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak sangat penting karena anak
lahir dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau memberi
keamanan dan perlindungan bagi dirinya sendiri.74
Keluargalah yang bertanggung
72
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 68.
73Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Megraw Hill: International Student Edition,
1978), hlm. 229.
74Heru Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 203.
38
jawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak. Mengingat pentingnya hidup di
dalam keluarga, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai
persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup
manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota
keluarga di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus oleh Allah
pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan Islam terlebih dahulu kepada
keluarganya. Firman Allah :
Berilah peringatan terlebih dahulu keluargamu yang dekat-dekat. (Asy-
Syu‟ara: 214)75
Dari ayat di atas memiliki tafsir bahwa Allah menyeru kepada Rasulullah
Muhammad SAW agar ia memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang
dekat bahwasanya yang akan menyelamatkan mereka pada hari kiamat hanyalah
iman mereka kepada Tuhan dan bukan hubungan kekeluargaan mereka dengan
Rasulullah.76
Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa Islam memerintahkan kepada
orang tua untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpinnya. Karena itu pulalah
kemudian H.M. Arifin menyimpulkan bahwa fungsi orang tua menurut Islam
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga
b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.77
Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqh Islam itu
hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak.
Orang tua harus memberi contoh dalam hidupnya, misalnya biasa beribadah
shalat, puasa, dan membaca Al-Qur‟an. Sedangkan dalam pergaulan dan
perlakuan terhadap anak, harus tampak rasa kasih sayang, kejujuran, kebenaran,
75
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 376.
76Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1990), hlm. 91.
77H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, hlm. 74-75.
39
dan keadilan dalam segala hal. Setelah anak sampai kepada usia mulai mengerti
sedikit-sedikit, atau pertumbuhan pikirannya mulai jelas, maka kebiasaan ibadah
dan kesopanan Islam mulai dilatihkan kepada si anak secara tetap.78
Hal itu dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-
benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat
pula dalam menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah
Islamiah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak.
C. Rumusan Hipotesis
Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan tujuan dengan tegas,
maka perlu adanya hipotesis. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara
terhadap masalah yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris.79
Hipotesis adalah dugaan sementara, yang mempunyai kemungkinan
untuk benar ataupun salah. Kedudukan hipotesis akan dianggap benar jika fakta
dan data yang didapat dari penelitian dapat membuktikannya, sebaliknya jika
fakta dan data yang didapat tidak bisa membuktikannya maka hipotesis ditolak.
Berdasarkan uraian ini maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah
“kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di
Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
78
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, hlm. 87-88.
79M. Iqbal Hasan, M. M, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 50.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan tentang “Pengaruh Kontribusi Orang Tua
Dalam Pendidikan Agama Di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia
Sekolah Dasar Di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang” adalah
termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak dituntut dengan
angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya.1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu
dengan mengambil sampel dari suatu populasi di lapangan dan menggunakan
angket atau kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2 Teknik
analisis yang dipakai adalah korelasional. Teknik ini dipakai untuk mencari
hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Teknik uji hipotesis dengan
menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota
Semarang. Adapun waktu yang ditempuh untuk melakukan penelitian ini adalah
pada tanggal 15 Februari sampai dengan tanggal 15 Maret 2012.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, berhubungan dengan data,
bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D
(Bandung: Alfabeta, 2007) hlm, 12.
2Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES
Indo, 1995), cet.II, hlm. 3.
41
banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.3 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang berumur dari 6- 12 tahun di Desa
Pongangan Kec. Gunung Pati Kota Semarang yang berjumlah 116 anak.
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya.4 Atau dapat dikatakan pula bahwa
sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam
penelitian.5 Jadi sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek
dengan menggunakan teknik tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan
populasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan.6
Berdasarkan pengertian di atas, dimana populasi penelitian ini besar, yaitu
116 sedangkan kemampuan peneliti terbatas, maka penulis mengambil sampel
25% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% X
116 anak =29 responden. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelompok yang
memiliki susunan bertingkat berdasarkan usia, sehingga dalam pengambilan
sampel, penulis menggunakan teknik proportional stratified random sampling
atau sampel acak secara proporsional menurut tingkat usia.7 Adapun sampel yang
diperoleh sebagai berikut:
3Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm 118.
4Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
hlm, 57.
5Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133.
6Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, hlm. 131.
7Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian….. hlm. 139.
42
Tabel 3.1
Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia
Usia Jumlah Proporsi Proporsi Tiap
Kategori Sampel
6 Tahun
7 Tahun
8 Tahun
9 Tahun
10 Tahun
11 Tahun
12 Tahun
22
15
11
18
17
16
17
22/116
15/116
11/116
18/116
17/116
16/116
17/116
0,189x29
0,129x29
0,094x29
0,155x29
0,146x29
0,137x29
0,146x29
5,48
3,74
2,72
4,49
4,23
3,97
4,23
Jumlah 116 28,86
D. Variabel dan indikator penelitian
Pada penelitian yang bersifat kuantitatif ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel independent atau variabel bebas dan variabel dependent atau variabel
terikat.
1. Variabel independent atau variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lain
dalam suatu penelitian.8 Pada penelitian ini kontribusi orang tua merupakan
variabel bebas atau variabel independent dengan indikator sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebutuhan pendidikan.
b. Memberikan fasilitas pendidikan.
c. Mengingatkan untuk melakukan ibadah.
2. Variabel dependent atau variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
lain dalam suatu penelitian.9 Pada penelitian ini perilaku beribadah merupakan
variabel terikat atau variabel dependent. Dengan indikator sebagai berikut:
a. Menjalankan sholat lima waktu
b. Menjalankan puasa
c. Membaca Al-Qur’an.
8Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 48.
9Purwanto, Instrumen…., hlm. 48.
43
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang tepat dan akurat dalam
penelitian lapangan ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
yakni sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan.10
Metode observasi yang digunakan di sini adalah observasi langsung
yang dilakukan di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu
bagaimana kontribusi orang tua dalam mendidik anaknya dan bagaimana perilaku
beribadah anak di Desa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan
melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah
pengawasan peneliti. Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta
yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap.11
Dalam metode angket ini pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan dengan opsi. Metode ini digunakan untuk mengetahui kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah anak. Adapun
bentuk angket ini adalah angket tertutup dengan bentuk pilihan ganda, dengan
memberikan daftar pertanyaan sebanyak 25 soal untuk dijawab responden secara
tertulis.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik
analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, yaitu menganalisis adakah
pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap
10
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan,
hlm. 48.
11Nasution, Metodologi Research: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 128.
44
perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati
Kota Semarang. Adapun dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan
tahapan, yaitu:
1. Analisis Pendahuluan
Data dari hasil angket diberi skor pada setiap alternatif jawaban sesuai
dengan bobot masing-masing jawaban, yaitu: jawaban A, B, C dan D diberi skor
4, 3, 2 dan 1.
Kemudian nilai dimasukkan kedalam tabel data jumlah nilai tiap-tiap
responden mengenai kontribusi orang tua (X) dan perilaku beribadah (Y).
Selanjutnya untuk menentukan interval dan kualifikasi nilai dari masing-masing
variabel tersebut dilakukan langkah–langkah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tertinggi (H) dan terendah (L).
b. Menetapkan interval kelas, dengan rumus i = K
R, dimana:
R = H – Ldan K = 1 + 3,3 log N
Keterangan: i = panjang interval
R = range
K= jumlah interval
c. Menentukan tabel frekuensi dan mencari mean dan standar deviasi (SD)
dengan menggunakan rumus:
d. Melakukan konversi nilai masing-masing variabel dengan menggunakan nilai
standar lima.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis disini adalah menghitung lebih lanjut pada distribusi
frekuensi dan dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti
menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
45
a. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium menggunakan korelasi
moment tangkar dengan rumus: rxy =
dimana:
b. Uji signifikansi korelasi, dengan menggunakan 2 cara, yaitu:
1) Menggunakan r tabel, dengan ketentuan jika rxy > r tabel, baik pada taraf
signifikansi 1% maupun 5% maka korelasi signifikan.
2) Menggunakan uji t dengan rumus: t hitung =
jika thitung> t tabel (0,01), dan t hitung> t tabel (0,05), maka signifikan.
c. Mencari persamaan garis regresi, dengan rumus skor deviasi, yaitu:
d. Mencari harga F dengan skor deviasi, dengan rumus:
Tabel 3.2
Rumus Analisis Regresi
46
Keterangan:
N : Jumlah responden
db : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi
RK res : Rerata kuadrat residu
F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi.12
Langkah selanjutnya setelah diperoleh hasil penghitungan Freg adalah
mengkonsultasikan Freg dengan Ftabel (Ft). Dengan kata lain jika:
1). Freg> dari Ft 1% dan Ft 5% maka signifikan, berarti hipotesis diterima.
2). Freg< dari Ft 1% dan Ft 5% maka non signifikan, hipotesis ditolak.
3. Analisis Lanjut
Analisis ini dilakukan dengan cara menarik kesimpulan secara verbal
mengenai pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga
terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec
Gunungpati Kota Semarang. Berdasarkan atas hasil dari penghitungan harga Freg
setelah dikonsultasikan dengan harga F pada tabel. Jika dalam penghitungan
ternyata Freg> harga Ft pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka
kesimpulannya terbukti ada pengaruh positif yang meyakinkan kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia
sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Akan tetapi
apabila dari penghitungan ternyata Freg < harga Ft pada taraf signifikansi 1% dan
5%, maka kesimpulannya tidak ada pengaruh yang meyakinkan kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia
sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati.
12
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi. (Yogyakarta: ANDI, 2004), Edisi II, hlm. 2-17.
47
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data disini adalah menyajikan dan menganalisis data tentang
kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah
anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
Data ini asal mulanya diperoleh dari data yang bersifat kualitatif, kemudian
diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif. Data yang telah terkumpul,
dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk tiap-tiap variabel.
1. Data tentang Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di
Keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang
Untuk mendapatkan data tentang kontribusi orang tua dalam pendidikan
agama di keluarga, peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data
pokok yang diberikan kepada 29 responden, yaitu orang tua. Jumlah tersebut
diambil dari 25% populasi orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun sejumlah
116 anak. Angket yang peneliti buat sebanyak 25 item pertanyaan, dan bersifat
tertutup.
Untuk menentukan nilai kuantitatif kontribusi orang tua dalam pendidikan
agama di keluarga adalah dengan menjumlahkan jawaban dari responden sesuai
dengan alternatif pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4
alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian
jumlah masing-masing alternatif jawaban yang dipilih dikalikan dengan bobot
skor masing-masing.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 29 responden
yang dijadikan sampel sebagai berikut:
48
Tabel 4.1
Data Tentang Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga
di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang (variabel X)
Respo
nden
Opsi Jawaban Skor Jumlah
A B C D 4 3 2 1
R_1 14 6 3 2 56 18 6 2 82
R_2 7 10 5 3 28 30 10 3 71
R_3 8 9 3 5 32 27 6 5 70
R_4 12 5 6 2 48 15 12 2 77
R_5 17 2 4 2 68 6 8 2 84
R_6 9 9 7 0 36 27 14 0 77
R_7 11 8 4 2 44 24 8 2 78
R_8 19 1 3 2 76 3 6 2 87
R_9 9 4 9 3 36 12 18 3 69
R_10 18 1 4 2 72 3 8 2 85
R_11 16 6 3 0 64 18 6 0 88
R_12 18 0 5 2 72 0 10 2 84
R_13 21 0 0 4 84 0 0 4 88
R_14 4 9 8 4 16 27 16 4 63
R_15 10 6 6 3 40 18 12 3 73
R_16 17 6 1 1 68 18 2 1 89
R_17 14 2 9 0 56 6 18 0 80
R_18 20 1 3 1 80 3 6 1 90
R_19 17 2 4 2 68 6 8 2 84
R_20 17 1 5 2 68 3 10 2 83
R_21 16 3 6 0 64 9 12 0 85
R_22 10 1 12 2 40 3 24 2 69
R_23 17 0 5 3 68 0 10 3 81
R_24 8 5 9 3 32 15 18 3 68
R_25 7 5 12 1 28 15 24 1 68
R_26 16 2 5 2 64 6 10 2 82
R_27 14 0 8 3 56 0 16 3 75
R_28 6 3 14 2 24 9 28 2 63
R_29 16 1 3 5 64 3 6 5 78
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah:
a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu:
H = 90 dan L = 63
b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
49
1) K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 29
= 1 + 3,3 (1,46)
= 1 + 4,8
= 5,8 dibulatkan menjadi 6.
Jadi banyaknya kelas interval adalah 6.
2) Mencari Range dengan rumus:
R = H – L
= 90 – 63 = 27
3) Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:
5menjadidibulatkan5,46
27
K
R i
Keterangan:
i = panjang kelas interval
R = Range
K = Banyaknya kelas interval
c. Mencari mean dan standar deviasi (SD).
Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke tabel
distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kontribusi Orang tua dalam Pendidikan Agama
di Keluarga (X)
Interval F X x' fx' (x')² fx'²
88-92
83-87
78-82
73-77
68-72
63-67
4
7
6
4
6
2
90
85
80
75
70
65
1
0
-1
-2
-3
-4
4
0
-6
-8
-18
-8
1
0
1
4
9
16
4
0
6
16
54
32
N=29 ∑fx'=-36 ∑fx'²=112
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut
divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
50
Gambar 4.1
Histogram Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga
Untuk mencari mean variabel pengaruh kontribusi orang tua (variabel X)
dapat dicari dengan rumus:
N
fx'iM'M
79menjadidibulatkan78,8
6,285
1,24)(585
29
36)(585
Sedangkan untuk mencari standar deviasi (SD), menggunakan rumus:
22
N
fx'
N
fx'iSD
8menjadidibulatkan7,6
52,1.5
3224,25
5376,186,35
29
36
29
1125
2
51
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima.
M + ( 1,5 SD) = 79 + ( 1,5.8) = 79 + 12 = 91 ke atas
M + ( 0,5 SD) = 79 + ( 0,5.8) = 79 + 4 = 83 ke atas
M – ( 0,5 SD) = 79 – ( 0,5.8) = 79 – 4 = 75 ke atas
M – ( 1,5 SD) = 79 – ( 1,5.8) = 79 – 12 = 67 ke atas
M – ( 1,5 SD) kebawah = 67 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval dan
kualifikasi nilai sebagai berikut:
Tabel 4.3
Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Kontribusi Orang Tua
dalam Pendidikan Agama di Keluarga
Interval Nilai Kualifikasi
91-100 A (ISTIMEWA)
83-90 B (BAIK)
75-82 C (CUKUP)
67-74 D (KURANG)
< 67 E (BURUK)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kontribusi orang
tua dalam pendidikan agama di keluarga sebesar 79 berada dalam kategori
“cukup”, yaitu pada interval 75-82.
2. Data tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Untuk menentukan nilai kuantitatif perilaku beribadah anak usia sekolah
dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang, adalah dengan
menjumlahkan jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi jawaban.
Jumlah angket adalah 25, dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif
jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah
jawaban dikalikan dengan bobot skor jawaban masing-masing, sehingga dari
penjumlahan itu akan diperoleh nilai maksimum sebesar 4 X 25=100, dan nilai
minimum sebesar 1X25=25.
52
Tabel 4.4
Data tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Responden Opsi Jawaban Skor
Jumlah A B C D 4 3 2 1
R_1 17 3 2 3 68 9 4 3 84
R_2 2 12 6 5 8 36 12 5 61
R_3 1 3 3 18 4 9 6 18 37
R_4 9 1 7 8 36 3 14 8 61
R_5 20 0 4 1 80 0 8 1 89
R_6 17 3 5 0 68 9 10 0 87
R_7 6 8 10 1 24 24 20 1 69
R_8 13 1 10 1 52 3 20 1 76
R_9 12 7 4 2 48 21 8 2 79
R_10 16 4 4 1 64 12 8 1 85
R_11 21 3 1 0 84 9 2 0 95
R_12 20 2 2 1 80 6 4 1 91
R_13 17 4 1 3 68 12 2 3 85
R_14 1 12 12 0 4 36 24 0 64
R_15 6 6 11 2 24 18 22 2 66
R_16 20 5 0 0 80 15 0 0 95
R_17 15 5 4 1 60 15 8 1 84
R_18 7 12 6 0 28 36 12 0 76
R_19 9 2 11 3 36 6 22 3 67
R_20 12 11 2 0 48 33 4 0 85
R_21 21 0 3 1 84 0 6 1 91
R_22 13 11 1 0 52 33 2 0 87
R_23 19 1 5 0 76 3 10 0 89
R_24 10 5 9 1 40 15 18 1 74
R_25 15 7 1 2 60 21 2 2 85
R_26 12 5 8 0 48 15 16 0 79
R_27 9 4 12 0 36 12 24 0 72
R_28 10 4 10 1 40 12 20 1 73
R_29 15 3 5 2 60 9 10 2 81
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah:
a. Mencari Nilai Tertinggi ( H ) dan Nilai Terendah ( L ) , yaitu :
H = 95 dan L = 37
b. Menetapkan Interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah :
1) Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus :
53
K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 Log 29
= 1 + 3,3 ( 1,46 )
= 1 + 4,8
= 5,8 dibulatkan menjadi 6
2) Mencari Range dengan rumus :
R = H – L = 95- 37 = 58
3) Menentukan panjang kelas interval dengan rumus :
01menjadidibulatkan6,96
58
K
R i
Keterangan:
i = panjang kelas interval
R = Range
K = Banyaknya kelas interval
c. Mencari Mean dan standar deviasi (SD)
Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Interval F X y' fy' (y')² f.y'²
37-46
47-56
57-66
67-76
77-86
87-96
1
0
4
7
9
8
41,5
51,5
61,5
71,5
81,5
91,5
3
2
1
0
-1
-2
3
0
4
0
1
4
9
4
1
0
1
4
9
0
4
0
9
32
N=29 ∑fy'=-18 ∑fy'²=54
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut
divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
54
Gambar 4.2
Histogram Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Untuk mencari mean perilaku beribadah anak usia sekolah
dasar(variabel Y), dapat dicari dengan rumus:
N
fy'iM'M
56menjadidibulatkan294,56
6,2065,17
)6206,0(015,17
29
)81(015,17
Sedangkan untuk mencari standar deviasi ( SD ) menggunakan rumus :
22
N
fy'
N
fy'iSD
21menjadidibulatkan15,21
215,1.10
477,110
385,0862,110
29
18
29
5410
2
55
d. Membuat Konversi Nilai dengan Standar Lima.
M + ( 1,5 SD ) = 65,3 + ( 1,5.12 ) = 65,3 + 18 = 83,3 ke atas
M + ( 0,5 SD ) = 65,3 + ( 0,5.12 ) = 65,3 + 6 = 71,3 ke atas
M – ( 0,5 SD ) = 65,3 – ( 0,5 12 ) = 65,3 – 6 = 59,3 ke atas
M – ( 1,5 SD ) = 65,3 – ( 1,5 12 ) = 65,3 – 18 = 47,3 ke atas
M – ( 1,5 SD) ke bawah = 47 ke bawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval nilai dan
kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Interval Nilai dan Kualifikasi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah dasar
Interval Nilai Kualifikasi
≥ 83 A ( ISTIMEWA )
71-82 B ( BAIK )
59-70 C ( CUKUP )
47-58 D ( KURANG )
≤ 47 E ( BURUK )
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perilaku
beribadah anak usia sekolah dasar sebesar 65 berada dalam kategori “cukup”,
yaitu pada interval 59-70.
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec
Gunung Pati Kota Semarang”.
Untuk menguji apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak, digunakan
rumus analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium
2. Menguji signifikansi korelasi tersebut
3. Mencari persamaan garis regresi
4. Analisis varian garis regresi.
56
Untuk mempermudah langkah-langkah analisis regresi, maka data- data
hasil angket mengenai kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga
(X) dan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar dimasukkan terlebih dahulu
kedalam tabel kerja koefisien korelasi.
Tabel 4.7
Tabel Kerja Koefisien Korelasi antara Variabel Kontribusi Orang tua dalam
Pendidikan Agama di Keluarga (X) dengan Variabel Perilaku Beribadah
Anak Usia Sekolah Dasar (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY
R_1 82 84 6724 7056 6888
R_2 71 61 5041 3721 4331
R_3 70 37 4900 1369 2590
R_4 77 66 5929 4356 5082
R_5 84 89 7056 7921 7476
R_6 77 87 5929 7569 6699
R_7 78 69 6084 4761 5382
R_8 87 76 7569 5776 6612
R_9 69 79 4761 6241 5451
R_10 85 85 7225 7225 7225
R_11 88 95 7744 9025 8360
R_12 84 91 7056 8281 7644
R_13 88 85 7744 7225 7480
R_14 63 64 3969 4096 4032
R_15 73 66 5329 4356 4818
R_16 89 95 7921 9025 8455
R_17 80 84 6400 7056 6720
R_18 90 76 8100 5776 6840
R_19 84 67 7056 4489 5628
R_20 83 85 6889 7225 7055
R_21 85 91 7225 8281 7735
R_22 69 87 4761 7569 6003
R_23 81 89 6561 7921 7209
R_24 68 74 4624 5476 5032
R_25 68 85 4624 7225 5780
R_26 82 79 6724 6241 6478
R_27 75 72 5625 5184 5400
R_28 63 73 3969 5329 4599
R_29 78 81 6084 6561 6318
Jumlah 2271 2272 179623 182336 179322
57
Dari tabel diatas diketahui bahwa:
ƩX = 2271 ƩY = 2272
ƩX² = 179623 ƩY² = 182336
ƩXY = 179322 N = 29
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil tabel kerja ke dalam rumus
analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium.
Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y, dapat dicari melalui
teknik korelasi moment tangkar dengan rumus sebagai berikut:
22 yx
xyrxy dimana
N
yxxyxy
=
29
22722271179322
= 29
5159712179322
= 179322 – 177921,103
N
xxx
2
22
=
29
2271179623
2
=
29
5157441179623
= 793,177842179623
= 1780,207
N
yyy
2
22
=
29
2272182336
2
= 29
5161984182336
= 448,177999182336
= 4336,552
58
Jadi,
22 yx
xyrxy
= 552,4336207,1780
897,1400
= 226,7719960
897,1400
= 481,2778
897,1400
= 504,0
Besaran Koefisien Determinasinya, =(Rsquare) = rxy²
KP = rxy². 100% = 0,504².100% = 0,254016.100% = 25,4016%
2. Menguji signifikansi korelasi
a. Menggunakan r tabel
Dari uji koefisien korelasi diatas dapat diketahui bahwa rxy
hitung=0,504, kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel pada taraf
signifikansi 5% maupun 1%. Jika rxy > r tabel baik pada taraf signifikansi
5% maupun 1% maka signifikan dan hipotesa diterima. Untuk mengetahui
lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
4.8. Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r tabel
N Rxy rtabel
Kesimpulan 5% 1%
29 0,504 0,367 0,470 Signifikan
b. Menggunakan uji T, yaitu dengan rumus;
254016,0
2290,504
)r(1
2)(Nrhitungt
2
034,3
863,0
618784,2
863,0
196,5.504,0
59
Selanjutnya thitung = 3,034 dibandingkan dengan ttabel (0,01: 27) = 2,473
dan ttabel (0,05:27 ) = 1,703. Karena thitung = 3,034 > ttabel 0,01 = 2,473 dan ttabel
0,05 = 1,703, maka korelasi antara X dan Y signifikan.
3. Mencari persamaan garis regresi
Persamaan garis regresi, dapat dicari dengan cara menggunakan skor
deviasi, yaitu:
y = ax dimana Y =
2
,x
xyaYY , dan X = XX
Jika Y = YY dimana Y = 344,7829
2272
N
y
a = 787,0207,1780
897,14002
x
xy
X = XX dimana X = 310,7829
2271
N
x
Maka y = ax atau Y - Y = a (X - X ) dapat kita selesaikan
Y – 78,344 = 0,787 ( X – 78,310 )
Y – 78,344 = 0,787 X – 61,55166
Y = 0,787 X- 61,55166 + 78,344
Y = 0,787 X + 16,720
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa persamaan garis linier
regresinya adalah : Y = 0,787 + 16,720
4. Analisis Varian Regresi
Untuk menguji varian garis regresi, maka digunakan analisis regresi
bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut:
60
Tabel 4.9: Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor
Sumber variasi Db JK RK F reg
Regresi (reg)
Residu ( res )
1
N - 2
2
2
x
xy
2
2
2
x
xyy
-
Total ( T ) N - 1 2y - -
Keterangan:
N : Jumlah responden
db : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi
RK res : Rerata kuadrat residu
F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi
Selanjutnya data-data yang telah ada pada langkah pertama (koefisien
korelasi dengan skor deviasi) dimasukkan kedalam rumus:
a. JKtotal = 552,43362 y
b. JKreg =
406,1102208,1780
405,1962512
207,1780
9897,14002
2
2
x
xy
c. JKres =
146,3234406.1102552,43362
2
2
x
xyy
d. RKreg = 406,11021
406,1102
reg
reg
db
JK
e. RKres = 783,11927
146,3234
res
res
db
Jk
Jadi Freg 203,9783,119
406,1102
res
reg
Rk
Rk
Selanjutnya nilai F yang diperoleh (Freg), dikonsultasikan dengan nilai Ft
(Ftabel) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Harga F pada tabel dinyatakan
dengan Fα (dbreg: dbres dimana dbreg =1 dan dbres=N-2. sehingga untuk taraf
61
signifikansi 1% ditulis F 0,01(1:27) = 4,21 dan untuk taraf signifikansi 5% ditulis
F 0,05 (1:27) = 7,68.
Sebagaimana diketahui bahwa nilai Freg = 9,203 dengan demikian Freg > F
0,05 (1:27) dan Freg > F0,01 (1:27). Hal ini menunjukkan adanya nilai
signifikansi, dan P<0,01 dan P<0,05. Maksudnya hipotesis yang menyatakan
bahwa perilaku beribadah anak usia sekolah dasar mempunyai ketergantungan
dari seberapa besar kontribusi orang tua dalam mendidik anak, atau dengan kata
lain adanya pengaruh kontribusi orang tua dalam mendidik anak terhadap perilaku
beribadah anak usia sekolah dasar pada taraf signifikansi 1% maupun 5% dengan
probabilitas atau kemungkinan salah lebih kecil dari 1% maupun 5%.
Tabel 4.10
Uji Signifikansi Freg dengan Ftabel
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Ftabel Kriterium 5% 1%
Regresi
Residu
1
27
1102,406
3234,146
1102,406
119,783 9,203 4,21 7,68
Signifikan
Total 28 4336,552
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penghitungan nilai variabel kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah dari bentuk kualitatif
kedalam bentuk kuantitatif, maka diketahui nilai rata-rata kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota
Semarang sebesar 79. Hal ini berarti bahwa kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga di desa tersebut adalah cukup, yaitu pada interval
nilai 75 – 82. Sedangkan perhitungan rata-rata Perilaku Beribadah anak usia
sekolah dasar di desa tersebut adalah sebesar 65. Hal ini berarti bahwa perilaku
beribadah anak usia sekolah dasar dalam kategori cukup, karena berada pada
interval nilai 59 – 70. Untuk menguji apakah korelasi antara kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia
sekolah dasar itu signifikan, maka harga rxy yang telah diketahui = 0,504 dapat
dikonsultasikan dengan rtabel dengan N=29 atau derajat kebebasan db = 29-2. Dari
62
rtabel dengan N=29 (atau db=27) akan ditemukan harga r pada taraf signifikansi
1% = 0,470 dan r-tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,367. Karena harga rxy =
0,504 lebih besar dari harga rtabel maka disimpulkan bahwa korelasi kontribusi
orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak
usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang sangat
signifikan.
Koefisien determinasi (r 2) variabel kontribusi orang tua dalam pendidikan
agama di keluarga (X) dan variabel perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di
Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang (Y) adalah 0,504².100%
=0.254016.100% = 25,4016. Dengan demikian pengaruh variabel (X) terhadap
variabel (Y) sebesar 25,4016%, sedangkan 74,5984 % lainnya karena pengaruh
faktor lain.
Selanjutnya dari uji signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus Uji
t, diperoleh hasil to= 3,034. Hasil ini dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf
kepercayaan 1 % (t0,01) dan 5% (t0,05). Dari hasil penghitungan nilai to = 3,034
sedangkan t0,01 (27) = 2,473 dan t0.05 (27) = 1,703 dengan demikian to > t0,01
(27) dan to > t0,05 (27) ini berarti signifikan.
Sementara itu dalam uji Freg diketahui nilai Freg =9,203 kemudian hasil
yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel dengan taraf signifikan 1%, ditulis
F0,01 (1:27) dan taraf signifikan 5% ditulis F0,05 (1:27), sehingga diketahui:
F0,01 (1:27) = 7,68 dan F0,05 (1:27) = 4,21.
Nilai regresi (Freg) sebagaimana telah diketahui, yaitu 9,203 dengan
demikian, maka Freg > F0,01 (1:27) dan Freg > F0,05 (1:27), ini berarti signifikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu “kontribusi
orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa
Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang” diterima. Hal ini terbukti dengan
diperolehnya harga F yang lebih besar dibanding dengan F pada tabel (N: 27)
dengan signifikansi 5% dan 1%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga terbukti merupakan prediktor yang ikut
63
menentukan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec
Gunungpati Kota semarang. Sehingga, semakin baik kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga, maka semakin baik pula perilaku beribadah anak
usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang.
Sebaliknya semakin kurang kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di
keluarga, maka semakin kurang pula perilaku beribadah anak usia sekolah dasar
di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang. Hal ini ditunjukkan dengan
persamaan garis regresi Y=0,787X + 16,720.
Dalam koefisien determinasi (r2) pengaruh variabel kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia
sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang diketahui
sebesar 25,4016% dan sisanya adalah pengaruh dari faktor lain, diantaranya
adalah faktor intern anak itu sendiri. Selain itu ada faktor lain yang menyebabkan
kontribusi orang tua dapat berpengaruh terhadap perilaku beribadah, hasil
observasi peneliti beberapa faktor yang menyebabkan kontribusi orang tua dapat
berpengaruh positif terhadap perilaku beribadah anak diantaranya:
1. Kemampuan orang tua mendidik anak dalam hal beribadah, orang tua cukup
bisa mengajari anak ilmu agama dan melatih untuk melaksanakan ibadah dan
melatih membaca Al-Qur’an. Anak-anak di desa tersebut yang berumur dari
6-12 tahun rata-rata sudah cukup fasih dalam membaca Al-Qur’an.
2. Orang tua cukup terlibat dalam membimbing anak, sehingga anak paham
sedikit demi sedikit akan ilmu agama yang diajarkan oleh orang tua, terutama
dalam pelaksanaan ibadah. Dan terlihatnya antusiasme anak untuk mengikuti
sholat berjamaah di masjid.
3. Orang tua cukup memberikan fasilitas pendidikan untuk anak terutama buku-
buku agama, sehingga hal itu dapat menunjang dan menambah pengetahuan
anak.
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun
disadari bahwa ada beberapa keterbatasan, Namun diyakini bahwa hasil penelitian
64
yang diperoleh tetap dapat dijadikan acuan awal bagi penelitian selanjutnya.
Dalam hal ini penulis perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang
dimaksud, antara lain:
1. Oleh karena penelitian ini mengukur tentang kontribusi orang tua dalam
mendidik anak dan perilaku beribadah anak yang tercermin dalam perilaku
sehari-hari, maka dari metode angket terdapat kelemahan, yaitu tidak dapat
mengetahui dengan jelas tingkat kemantapan data. Usaha peneliti dengan cara
observasi juga kurang maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti
dalam hal waktu, tenaga dan biaya.
2. Dalam pengambilan sampel yang dipilih tidak bisa secara persis
mencerminkan perilaku beribadah anak di Desa Pongangan Kec. Gunungpati
Kota semarang secara menyeluruh. Sebab itulah hasil penelitian tidak bisa
digeneralisasikan untuk semua anak di Indonesia, akan tetapi hanya bisa
digeneralisasikan untuk tempat penelitian saja.
3. Dikarenakan besarnya populasi penelitian, yaitu anak usia 6-12 tahun,
sementara peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka
penelitian ini hanya mampu mengambil 25% saja dari populasi yang ada, yaitu
sebesar responden untuk variabel X dan responden untuk variabel Y. Oleh
karena itu dalam pengambilan sampel tidak bisa secara persis mencerminkan
perilaku beribadah anak usia 6-12 tahun di Desa Pongangan Kec. Gunungpati
Kota Semarang secara menyeluruh. Namun usaha penulis untuk mengambil
sampel secara proporsi sesuai strata/tingkat usia masing- masing, sudah dapat
dikatakan representatif.
4. Tidak dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku beribadah anak di Desa
Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang itu hanya dipengaruhi oleh
kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga saja, walaupun
kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga memegang peranan
penting dalam pembentukan perilaku beribadah anak akan tetapi perilaku
beribadah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
faktor diri sendiri, lingkungan, sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian dan menganalisa data yang telah diperoleh,
dengan pembahasan yang berjudul “Pengaruh Kontribusi Orang Tua Dalam
Pendidikan Agama Di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah
Dasar di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang” pada bagian ini
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga adalah
keikutsertaan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam mendidik, merawat,
melindungi dan mengarahkan potensi dasar yang ada pada diri anak dan
membantu perkembangan jiwa anak agar anak dapat hidup sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tercapainya kepribadian utama menurut ajaran Islam.
Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka sangat
berpengaruh sekali terhadap perilaku anak, jika keikutsertaan orang tua dalam
mendidik anak sangat banyak, maka perilaku anak pun juga semakin baik,
terutama dalam perilaku beribadah, keikutsertaan orang tua meliputi:
memperhatikan kebutuhan pendidikan, memberikan fasilitas pendidikan, dan
mengingatkan untuk melakukan ibadah. Keikutsertaan orang tua yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah di desa Pongangan Kec Gunungpati
Kota Semarang, Dari hasil penelitian dari sejumlah informan atau hasil angket
yang disebarkan kepada orang tua di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota
Semarang temasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini dibuktikan dengan
penghitungan rata-rata kontribusi orang tua sebesar 79 yang terletak pada
interval 75 – 82.
2. Perilaku beribadah adalah bentuk-bentuk amal saleh yang dikerjakan karena
mengharap ridha Allah SWT dan untuk membiasakan orang mukmin hidup
dengan akhlak mulia. Beribadah disini meliputi: menjalankan shalat lima
waktu, puasa, dan membaca Al-Qur’an.. Perilaku beribadah yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu perilaku beribadah anak yang berusia 6-12 tahun di
66
desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Dari hasil penelitian tentang
perilaku beribadah di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang
termasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini ditunjukkan dengan penghitungan
rata-rata perilaku beribadah anak di desa tersebut sebesar 65 yang terletak
pada interval 59-70.
3. Setelah diinterpretasi dengan tabel korelasi product moment bahwa adanya
pengaruh signifikan antara kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di
keluarga dan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar. Hal ini terbukti dari
analisa regresi satu prediktor dengan hasil regresi (F reg) sebesar 9,203.
Sehingga hipotesis yang mengatakan bahwa “kontribusi orang tua dalam
pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec
Gunung Pati Kota Semarang”. Atau semakin banyak kontribusi orang tua
dalam pendidikan agama di keluarga maka semakin baik pula perilaku
beribadah anak. Jadi hipotesis diatas diterima.
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Sebaiknya para orang tua lebih meningkatkan keikutsertaanya atau
keterlibatannya dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu lebih memperhatikan
lagi segala kebutuhannya dan lebih mengontrol lagi segala perilaku yang
dilakukan oleh anak, karena jika semakin orang tua ikut serta dalam mendidik
anak-anaknya maka perilaku beribadah anak semakin baik pula.
2. Bagi Anak
Seorang anak hendaknya mentaati segala apa yang diperintahkan oleh
orang tua, karena salah satu kewajiban anak terhadap orang tua adalah dengan
mentaati perintahnya, terutama dalam hal perintah untuk melaksanakan ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
A. K, Baihaqi, Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Darul Ulum Press, 2001.
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj H. A.
Mustofa, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
-------,Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Bumi Aksra, 2008.
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media,
1992.
Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2001.
Al Bukhari, Abi Abdilah Muhammad bin Ismail, Shohih Bukhori juz I , Libanon: Dar
al Kutub al Ilmiyah, 2008.
Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi
Aksara, 1994.
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, Terj dari tafsir Al-Maraghi oleh
Bahrun Abu Bakar dan Hery Noer Aly, Semarang: Karya Toha Putra, 1993.
Aly, Heru Noer, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003.
Amiroh, Maslahatul, Pengaruh Keteladanan Keluarga Terhadap Pelaksanaan
Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik
Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2006.
Anshari, Hati, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arifin, H. M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga.
-------, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah: Ibadah ditinjau dari
Segi Hukum dan Hikmah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.
-------,Tuntunan Shalat Nabi SAW Sebuah Panduan Praktis, Semarang: Pustaka
Rizki putra, 2004.
Asy Assajstani, Abi Daud Sulaiman Bin, Sunan Abi Daud, Libanon: Darul Fikr,
1994.
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya:
Bina Ilmu, 1990.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
-------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
-------,Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
-------,Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
-------,Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 1995.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Semarang: Citra Effhar, 1993.
-------,Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Karya Toha Putra, 2002.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang, CV. Toha Putra,
1989.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.
-------,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia, 2008.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Donald, F J. Mc., Educational Psychology, San Fransisco: Wads Worth Publising,
Inc, 1959.
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi. Yogyakarta: ANDI, 2004, Edisi II.
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Hasan, M. Iqbal, M. M, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Heyes, Malcolm Hardy Steve, Pengantar Psikologi, Terj. Soenardji, Jakarta:
Erlangga, 1988.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080526075812AAueg8t/ Diakses
tanggal 15-11-2011/ 10:02
Hurlock, Elisabeth B., Child Development, Megraw Hill: International Student
Edition, 1978.
-------, Perkembangan anak, Terj dari Child Development oleh Med Meitasari
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1988.
Idris, Zahara, Dasar-dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya, 1987.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Kartono, Kartini, Psikologi Anak, Bandung: Alumni, 1979.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta: Al Husna Zikra, 1995.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda
Karya, 1993.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006.
Mustawa, Ali, Pengaruh Pendidikan Agama dari Orang tua Terhadap Tingkah Laku
Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang, Semarang: Perpustakaan Fak
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007.
Nancy F, John K., The Miracle of Mind Power for Children, Keajaiban Kekuatan
Pikiran Anak, Terj dari Mind Power for children oleh Fistaulia FS,
Jogjakarta: Gara Ilmu, 2008.
Nanik, Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Prilaku Beragama
Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun Ajaran 2003- 2004,
Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007
Nasution, Metodologi Research: Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Nawawi, Imam, Etika Ahlul Qur’an, Terj dari At-tibyan fi adab khamlatul Qur’an
oleh M. Qadirun Nur, Solo: Pustaka Mantiq, 1997.
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan
Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Rakhmat Jalaludin, dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1994.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009.
Rohmad, Ali, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009.
Shihab, M. Quraish ,Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
-------, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002.
Siagian, Sondang P, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Bina Aksara, 1989.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES Indo, 1995, cet. II.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R& D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Rake Press, 1984.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Ulwan, Abdullah Nashih, Kaidah-Kaidah Dasar, Terj dari Tarbiyatul Aulad Fiil-
Islam oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992.
-------, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj dari
Tarbiyatul Aulad Fiil-Islam oleh Saifullah Kamalie, Bandung: Asy Syifa,
1988.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Zuhaili, Muhammad, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Terj dari Al Islam
Wa Asy Syabab oleh Arum Titi Sari, Jakarta: A. H Ba’adillah Press, 2002.
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia, 43.
Tabel 2 Rumus Analisis Regresi, 46.
Tabel 3 Data Tentang kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga di
Desa Pongangan gunungpati semarang, 49.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di
Keluarga, 50.
Tabel 5 Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Kontribusi Orang Tua dalam
Pendidikan di keluarga, 52.
Tabel 6 Data Tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 53.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 54.
Tabel 8 Interval Nilai dan Kualifikasi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah
Dasar, 56.
Tabel 9 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Variabel Kontribusi Orang Tua
dalam Pendidikan di Keluarga dengan Variabel Perilaku Beribadah
Anak Usia Sekolah Dasar, 57.
Tabel 10 Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r tabel , 59.
Tabel 11 Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor, 60.
Tabel 12 Uji Signifikansi Freg dengan Ftabel, 62.
ANGKET PENELITIAN
(Responden: Anak)
I. IDENTITAS
1. Nama Anak :
2. Nama Orang Tua :
3. Umur :
II. PETUNJUK UMUM
1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu.
2. Bacalah tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya.
3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggapsesuai
dengan keadaanmu setiap hari.
4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian.
5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya.
6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu.
III. DAFTAR PERTANYAAN
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PERILAKU BERIBADAH ANAK USIA
SEKOLAH DASAR (6-12) TAHUN
A. Menjalankan Shalat Lima Waktu
1. Apakah orang tua menyuruh kamu mengerjakan sholat?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3hari sekali)
b. Sering(2 hari sekali) d. Tidak Pernah
2.Apakah sehari semalam kamu melakukan shalat fardhu lima kali?
a. Selalu(5x) d. Tidak Pernah
b. Sering(4x) c. Kadang-kadang(3x)
3. Apakah ketika sholat orang tua kamu mengajak kamu berjama’ah?
a. Selalu(5x dalam sehari) c. Kadang-kadang(2x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari) d. Tidak Pernah
4. Apakah orang tua kamu mengontrol keseharian sholat kamu?
a. Selalu(5x dalam sehari) c. Kadang-kadang(2x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari) d. Tidak Pernah
5. Ketika mendengar adzan apakah kamu langsung mengerjakan sholat?
a. Selalu(5x dalam sehari) c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari) d. Tidak Pernah
6. Pernahkah kamu meninggalkan sholat?
a. Selalu(2 hari sekali) c. Kadang-kadang(seminggu sekali)
b. Sering(4 hari sekali) d. Tidak Pernah
7. Apakah kamu mengerjakan sholat dengan berjamaah?
a. Selalu(5x dalam sehari) c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari) d. Tidak Pernah
8 Apakah setiap shalat kamu membaca doa-doa sholat?
a. Selalu(5x dalam sehari) c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari) d. Tidak Pernah
9 Apakah kamu pernah bercanda ketika shalat?
a. Selalu d. Tidak Pernah
b. Sering c. Kadang-kadang
B. Menjalankan Puasa
10. Apakah kamu diperintah orang tua untuk menjalankan puasa?
a. Selalu(setiap hari) c. Kadang-kadang(seminggu sekali)
b. Sering(3hari sekali) d. Tidak Pernah
11. Apakah kamu melaksanakan puasa sehari penuh di bulan Ramadhan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Apakah orang tua kamu mengajak sholat tarawih?
a. Selalu(setiap hari) c. Kadang-kadang(3 hari sekali)
b. Sering(2hari sekali) d. Tidak Pernah
13 Apakah orang tua membangunkan kamu ketika makan sahur?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3x sehari)
b. Sering(2x sehari) d. Tidak Pernah
14 Apakah kamu pernah membatalkan puasa?
a. Tidak pernah c. Sering (2 Minggu sekali)
b. Kadang-kadang(3Minggu sekali) d. Selalu(Setiap hari)
15 Apakah kamu menjalankan puasa sebulan penuh dalam bulan ramadhan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16 Apakah kamu senang menjalankan puasa Ramadhan?
a.Sangat Senang c. Biasa
b. Senang d. Tidak Senang
17 Apakah kamu membaca doa ketika mau berbuka puasa?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering(3 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
C. Membaca Al-Qur’an
18 Apakah kamu membaca Al-Qur’an setiap hari?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
19 Apakah orang tua kamu mendampingi ketika kamu membaca AlQur’an?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
20. Apakah orang tua kamu menyuruh kamu membaca Al-Qur’an di rumah?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
21 Apakah orang tua kamu mengajari kamu membaca Al-Qur’an?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3x sehari)
b. Sering(2x sehari) d. Tidak Pernah
22 Ketika membaca Al-qur’an, apakah kamu berusaha dengan baik dalam membacanya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23 Apakah kamu menyentuh Al-Qur’an atau membawa Al-Qur’an dengan tangan kanan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24 Apakah kamu selalu membaca Al-Qur’an dengan fasih?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
25 Apakah kamu berusaha membaca Al-qur’an sampai khatam meskipun dalam waktu 1
tahun?
a. Selalu(Setiap Tahun) c. Kadang-kadang(3 tahun Sekali)
b. Sering(2 Tahun Sekali) d. Tidak Pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”
ANGKET PENELITIAN (Responden: Orang tua)
I. IDENTITAS
1. Nama Orang Tua :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4.. Alamat : Pongangan, Gunungpati.
II. PETUNJUK UMUM
1. Isilah biodata Bapak/Ibu di atas terlebih dahulu.
2. Bacalah tiap-tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya.
3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang
dianggap sesuai dengan keadaan bapak/ibu setiap hari.
4. Jawaban Bapak/Ibu hanya semata-mata untuk keperluan dalam penelitian,sehingga
jawaban jujur anda akan sangat membantu penelitian ini.
5. Jawaban serta identitas bapak/ibu akan dijamin kerahasiaannya.
III. DAFTAR PERTANYAAN
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET KONTRIBUSI ORANG TUA DALAM
PENDIDIKAN DI KELUARGA
A. Memperhatikan Kebutuhan Pendidikan
1. Apakah Anda mendampingi anak ketika belajar?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
2. Apakah Anda mendampingi anak ketika menonton televisi?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
3. Apakah Anda menanyakan PR kepada anak?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
4. Apakah Anda mengajari anak mengerjakan PR?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
5. Apakah Anda memilihkan acara TV untuk Anak?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
6. Apakah Anda memberi hadiah jika anak mendapat prestasi?
a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(3 minggu sekali)
b. Sering(2 Minggu sekali) d. Tidak Pernah
7. Apakah Anda memuji jika anak mendapat nilai bagus?
a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(3 minggu sekali)
b. Sering(2 Minggu sekali) d. Tidak Pernah
8. Apakah Anda memilih sekolah favorit untuk anak anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
B. Memberikan Fasilitas Pendidikan
9. Apakah Anda memberi anak buku-buku Islami?
a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali) d. Tidak Pernah
10. Apakah Anda memenuhi perlengkapan ibadah untuk anak Anda?
a. Selalu(Sebulan sekali) c. Kadang-kadang(6 bulan Sekali)
b. Sering(2 bulan Sekali) d. Tidak Pernah
11. Apakah Anda membuatkan tempat belajar khusus bagi anak anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
12. Apakah Anda mengundang privat untuk mengajari agama anak?
a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
13. Apakah Anda membelikan kaset VCD Islami untuk pendidikan anak Anda?
a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali) d. Tidak Pernah
14. Apakah Anda membelikan buku sekolah untuk anak anda?
a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali) d. Tidak Pernah
15. Apakah Anda membelikan AlQur’an untuk anak Anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
16. Apakah Anda memberi uang saku kepada anak?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
C. Mengingatkan melakukan ibadah
17. Apakah Anda menyuruh anak untuk menjalankan sholat?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
18. Apakah Anda mengajak anak untuk sholat berjama’ah?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
19. Apakah Anda mengontrol keseharian sholat anak?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
20. Apakah Anda mengajari anak membaca Al-Qur’an?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
21. Apakah Anda mendampingi ketika anak membaca Al-Qur’an?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
22. Apakah Anda menyuruh anak untuk membaca lagi Al-Qur’an di rumah?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
23. Apakah Anda melatih anak untuk puasa pada bulan Ramadhan?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
24. Apakah Anda membangunkan anak ketika makan sahur?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
25. Apakah Anda mengajak anak untuk sholat tarawih?
a. Selalu(Setiap Hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali) d. Tidak Pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan”
Daftar Nama Responden Orang Tua dan Anak
Di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang
No Nama Orang Tua Nama Anak Umur
1 Abidin Irkham Turkhamun 6 Th
2 Dim Cholik Muhammad Naufal Fajrin 6 Th
3 Saefudin Nihayatus Sa’adah 6 Th
4 Saerofi Muhammad Azkal azkiya 6 Th
5 Lindet Subiyanto Avrilia Ayu sekar wangi 6 Th
6 Herman Widodo Emira Balqis 6 Th
7 Muh sugiarto Muhammad Vendra 7 Th
8 Endang Darmawan Selselia Devi Maulida 7 Th
9 Sofiyani Elena Fadhilatul Asyirah 7 Th
10 Arfan Faizin Arkan Nabil al-Hafidz 7 Th
11 Muchlasin Rochmatus Sania 8 Th
12 Muchsin Fajar Rifqatun Naqiyah 8 Th
13 Eko Supriyanto Eurico lazuardi Gibran 8 Th
14 Samsuri Esa Novi Santika berliana 9 Th
15 Sama’i Sahrinnuna Marlina 9 Th
16 Sugiarto Faras Dea Natasha 9 Th
17 M. Khayun Muhammad Miftakhul 9 Th
18 Andi Widiyanto Syahyuda Pramudista 10 Th
19 Muhlisin Safril Khusaenil Fikri 10 Th
20 Jamin Taskiya Sarifatul Lana 10 Th
21 Mastriono Nilta Fidya Silva 10 Th
22 Muhtadi Laili Maulida Dela sabila 11 Th
23 Basuki Alfian Feri Faturrahman 11 Th
24 Rohmad Subki Dimas Fahri Pambudi 11 Th
25 Isro Yogi Adam Pratama 11 Th
26 Paroni Nadila Nur Hidayati 12 Th
27 Muchanan Chofifah 12 Th
28 Beja Zuhri Taris Alya Ramadhana 12 Th
29 Saefudin Silvia Ersa Elyana 12 Th
INSTRUMEN OBSERVASI
Observasi Kontribusi Orang Tua
No Aspek Yang Diamati Skala
Kurang Cukup Baik
1.
Kemampuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan anak
2.
Kemampuan orang tua mendidik anak
dalam aspek perilaku beribadah
3.
Keterlibatan orang tua dalam
membimbing anak untuk melakukan
ibadah
4.
Kemampuan orang tua dalam
memenuhi fasilitas pendidikan untuk
anak
Observasi Perilaku Beribadah Anak
No Aspek yang diamati Skala
Kurang Cukup Baik
1.
Kefasihan anak dalam
membaca Al-Qur’an
2.
Antusiasme anak untuk
menjalankan ibadah sehari-
hari
3.
Intensitas anak dalam
mengikuti belajar membaca
Al-Qur’an
Kisi-kisi Angket Perilaku Beribadah Anak
Variabel Y : Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) tahun
Indikator Butir Soal
Jumlah Positif Negatif
A. Menjalankan Shalat Lima
Waktu
1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9 0 9
Jumlah 9 0 9
B. Menjalankan Puasa 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17 14 8
Jumlah 7 1 8
C. Membaca Al-Qur’an 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25
0 8
Jumlah 8 0 8
Jumlah Total 25
KISI-KISI ANGKET
Variabel X : Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di
Keluarga
Indikator Nomor Soal Jumlah
Positif Negatif
A Memperhatikan
Kebutuhan Pendidikan
1,2,3,4,5,6,7,8 0 8
Jumlah 8 0 8
B Memberikan Fasilitas
Pendidikan
9,10,11,12,13,14,15,16 0 8
Jumlah 8 0 8
C Mengingatkan
Melakukan Ibadah
17,18,19,20,21,22,23,24,25 0 9
Jumlah 9 0 9
Jumlah Total
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Cholasoh
2. Tempat & Tgl. Lahir : Semarang, 16 Oktober 1989
3. NIM : 083111007
4. Alamat Rumah : Ds. Pongangan Rt 03/01 Gunungati Semarang
HP : 085 641 937 236
E-mail : Chula_Imut@yahoo.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. RA Raudlatul Athfal Gunungpati 1996-1997
b. MI Miftahul Hidayah Gunungpati 1997-2002
c. MTs Al-Islam Gunungpati 2002-2005
d. MAN Suruh Salatiga 2005-2008
e. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2008
2. Pendidikan Non Formal
a. Madrasah Diniyah Da’watul Haq Pongangan Gunungpati 1997-2002
b. Ponpes Darul Ulum Suruh salatiga 2005-2008
Semarang, 30 april 2012
Cholasoh
NIM : 083111007
top related