pengaruh islam di cordova terhadap cikal bakal peradaban barat pada abad ke
Post on 16-Apr-2015
168 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGARUH ISLAM DI CORDOVA TERHADAP CIKAL BAKAL
PERADABAN BARAT PADA ABAD KE-12 M DAN SUMBANGAN
PENGAJARAN PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI 2
LUBUKLINGGAU TAHUN AJARAN 2009/2010BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum menaklukan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai
Afrika Utara dan dijadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani
Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu
Husna bin Nu’man, kemudian diganti oleh Musa bin Nusyair. Tampaknya, tujuan
umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan
ekspansi lebih besar ke Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspansi ke
Spanyol lebih mudah dilakukan.
Penyebaran Islam ke Eropa (Spanyol) di perkirakan pada abad ke-8 M, hal
ini seperti dikemukakan Dedi Supriadi (2008:117):
Pada abad ke-8 M, para pendatang baru berdatangan ke daratan
Eropa (Spanyol). Pendatang tersebut adalah bangsa Arab yang
membawa agama Islam. Sejak ekspansi Bani Umayah Spanyol
pada tahun 711 M, yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad,
Spanyol menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipahami bahwa orang-orang Islam
Arab mulai berdatangan ke Eropa sekitar abad ke-8 M, ini merupakan awal
masuknya Islam ke Eropa khususnya Cordova. Kedatangan orang Arab Bani
(Umayah) tersebut dipimpin oleh Thariq bin Ziyad dan saat itu pula Spanyol
menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam.
2
Selanjutnya Murodi dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam (2003:77)
menerangkan:
Masuknya Islam ke Andalusia tahun 711 M membuka lembaran
sejarah baru bagi kemajuan peradaban Eropa dalam berbagai segi
kehidupan. Pemerintahan Islam yang berkuasa selama lebih
kurang delapan abad (711-1492 M), banyak memberikan andil
dalam perkembangan peradaban Islam khususnya. Di antara
perkembangan peradaban Islam di Spanyol ada yang bersifat
fisik ada juga yang bersifat non fisik. Perkembangan peradaban
Islam dalam bentuk fisik seperti bangunan-bangunan kota,
istana-istana, mesjid-mesjid, dan sebagainya. Sedangkan
perkembangan peradaban yang berbentuk non fisik antara lain
seperti, perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa:
masuknya Islam ke Spanyol sekitar abad ke-8 M ataun tahun 711 M telah
membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Dalam rentang waktu lebih kurang
tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat,
baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang memperkaya
Spanyol pada umumnya. Oleh karena itu Spanyol menjadi salah satu pusat
peradaban dunia, mengimbangi kejayaan Dinasti Umayah di Damsyik
(Damaskus) dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Tidak salah apabila Spanyol turut
berperan dalam merintis jalan menuju zaman Renesans di Eropa.
Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini berimbas pada
bangkitnya Renaisance dunia Barat pada abad pertengahan sehingga dapat
dikatakan bahwa bangsa Spanyol adalah Guru bagi bangsa Eropa dan Universitas
Cordova, Toledo, sebagai sumber asli kebudayaan Arab, Non-Arab, Muslim,
3
Kristen, Yahudi, dan agama lain sampai beberapa abad kemudian Cordova
sebagai ibu kota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi dan dapat
menyamai kemasyhuran Baghdad di Timur dan Kairo Mesir.
Kemajuan yang diraih umat Islam Spanyol dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, sehingga banyak sejarawan yang berpandapat
bahwa supremasi Islam tersebut sangat berpangaruh terhadap kemajuan Eropa
bukan saja pada masa Renaisans, melainkan sampai abad ini. Kemajuan yang
diraih umat Islam Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan seperti
diterangkan Dedi Supriadi (2008:120-123) sebagai berikut:
1. Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis
pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat
terahadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayah
yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Tokoh –tokoh
filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri
Muhamad Ibn As-Sayiqh yany lebih dikenal dengan ibn
bajah sebagaimana al-Farabi dan Ibn Sina, Ibn Bajah melalui
pemikirannya sering mengembangkan berbagai permasalahan
yang bersifat etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya adalah
Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai karyanya, ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Para
filosof lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn
Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal ahli fiqih.
2. Sains
Spanyol banyak melahirkan tokoh dalam lapangan sains.
Dalam bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah
Ibn Sina. Dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-
Razi. Dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak
kegunaan yang bersifat takhayul. Dalam bidang kimia dan
astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim
Ibn Yahya An-Naqqosh. Yang pertama kali sebagai penemu
pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang
dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari.
3. Bahasa Sastra dan Musik
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya
telah mendorong minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal
4
ini dibuktikan dengan dijadikannya bahsa ini menjadi resmi,
bahasa pengantar, bahasa ilmu pengetahuan, dan
administrasi. Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para
tokoh atau pakar dalam bahasa da sastra, seperti Al-Qali
dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-Luqoh dan Az-
Zubaidy ahli tata bahasa dan filologi. Dalam bidang seni,
indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di
Cordova oleh Zaryab. Zaryab adalah artis terbesar pada
zamannya, siswa sekolah musik Ishak Al-Mausuli dari
Baghdad. Sekolah tersebut menjadi model bagi sekolah
musik lainnya yang bermunculan bellakangan di Villa,
Toledo, Valencia, dan Granada.
4. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, Spanyol Islam khususnya
wilayah Islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis
terkenal, separti Ibn Zubair dari Valancia, yang telah menulis
sejarah negeri-negeri muslim Mediterania serta Sisilia. Ibn
Al-Khathib (1317-1375 M) telah menyusun sejarah tentang
Granada, Ibn Khaidun dari Tunis adalah seorang perumus
filsafat sejarah. Para sejarawan tersebut semula bertempat
tinggal di Spanyol dan kemudian pindah ke Afrika.
5. Fiqih
Umat Islam di Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab
Maliki. Madzhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd
Rahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya
yang menjadi Qadi pada masa Hisyam Ibn abd Rahman.
Fuqaha lain yang terkenal pada masa itu, antara lain Abu
Baki, Ibn Al-Qutiyah, Muzir, Ibn Said Al-Batuthi, dan Ibn
Hazim. Sebuah kitab fuiqih monumental yang masih menjafi
satu rujukan dalam lapangan hukum Islam sampai saat ini,
khususnya di Indonesia adalah Bid’ayatul Mujtah‘id. Kitab
tersebut adalah sebuah karya Ibn Rusyd filosof dan faqh
Spanyol Islam.
6. Kemajuan Pembangunan Fisik
Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melalaikan
penguasa Spanyol Islam untuk memperhatikan pembangunan
fisik. Dalam pembanguna fisik umat islam spanyol telah
membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan
yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-
jembatan air, irigasi, roda air dan lain-lain. Di samping itu,
istana-istana, masjid yang besar-besar dan megah serta
tempat pemandian dan taman-taman yang kesemuanya
dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur. Selain
bukti-bukti pembangunan fisik tersebut di atas, masin banyak
bukti kemegahan lain yang dibangun oleh umat Islam pada
masa itu, seperti istana Al-Hamra dengan gaya arsitektur
5
yang sangat tinggi, yang dirancang oleh para arsitek
terkemuka dunia. Kemajuan pesat yang diraih umat Islam
khususnya dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan
kebeudayaan merupakan sebuah proses panjang yang
didukung oleh faktor kerjasama yang baik antara para sarjana
dan intelektual muslim dengan didukung oleh kebijakan
pemerintah serta kemampuan ekonomi serta semangat
keberagaman dan persaudaraan yang kuat.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa Islam memiliki
pengaruh yang begitu besar bagi Spanyol dan umat Islam di Spanyol telah
mencapai kemajuan yang pesat, baik dibidang ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Kemajuan peradaban Spanyol Islam ini juga memiliki pengaruh
yang besar terhadap Eropa.
Senada dengan uraian di atas dalam buku Sejarah Islam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Musyrifah Susanto (2003:124-128)
menerangkan:
Dibawah kekuasaan Umawiyah II, kebudayaan andalus dapat
dikatakan masih berupa rintisan, terutama dalam bidang
kesustraan, arsitektur, dan intelektual. Sebagai perintis Abd
Rahman al-Dakhil mengusahakan terjadinya persatuan penduduk
seluruh Andalus yang terdiri dari etnis Arab, Barbar, Slavia,
Andalus, Yahudi, sehingga pemerintahannya stabil. Abd Rahman
al-Dakhil (756-788M) memerintah selama 32 tahun,
memindahkan ibu kota dari Toledo ke Cordova.
Dalam bidang kesustraan Abd Rahman, sebagai seorang yang
mencintai syair-syair Arab, sangat mendorong berkembangannya
bidang ini sehingga bermunculanlah ahli-ahli sastra Arab yang
diilhami oleh kemajuan kesustraan di dunia Islam bagian Timur.
tokoh penyair istana adalah Abu al-Makhsyi, sedangkan tokoh
sastrawan di antaranya Abu Umar Ahmad bin Muhammad (bin
Abd Rabih) yang menulis karya sastra Al-Iqd al-Farid dan
Muhammad bin Hani al-Andalussi yang digelari “Mutanabbi dari
Barat”. Pada akhir masa Umawiyah ahli sastra Andalus berhasil
menciptakan bentuk sastra yang disebut zajal dan muwashshah.
Dalam bidang seni bangunan (arsitektur), Abd Rahman al-Dakhil
merintis membangun kota Cordova lengkap dengan istana,
taman, dam masjid. Sistem pengairan diatur sehingga kota
6
mampu mensuplai air bersih untuk keperluan minum. Kota
dilengkapi jalan-jalan dengan lampu penerangannya. Pada saat
yang sama kota-kota di Eropa masih tenggelam dengan jalan-
jalan yang becek dan gelap. Masjid Cordova yang dibangun
tahun 786 m oleh Al-Dakhil mempunyai pola dasar bentuk
masjid bani Umayyah Damaskus. Masjid ini diperbesar oleh Abd
Rahman II dan Al-Hakam II sehingga menjadi sangat indah.
Bidang ilmu ke-Islaman yang berkembang saat itu antara lain
fiqh, hadits, tafsir, ilmu kalam, ilmu sejarah, tata bahasa Arab,
dan filsafat. Hal yang terpenting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan masa ini adalah perhatian yang tinggi dari penguasa
terhadap pendidikan. Secara umum pendidikan pada masa ini
terbagi menjadi tiga tingkatan: rendah, menengah, dan tinggi.
Pendidikan rendah dilaksanakan di masjid-masjid. Pada tingkat
ini diajarkan cara menulis, membaca Al-Quran serta tata bahasa
Arab. Pada tigkatan menengah dilakukan secara perorangan
sesuai dengan kemampuan pelajar. Karena itu pada umumnya
mata pelajaran adalah tata bahasa Arab, sastra, sejarah, hadits,
fiqh, matematika. Pendidikan tingkat tinggi mulai diadakan
zaman Al-Hakam II. Intitusinya dijalankan secara in-formal
dikendalikan oleh sekelompok propesor. Pendidikan tinggi ini
berpusat di Cordova dan Toledo. Kedua intitusi ini menarik
pelajar-pelajar Eropa untuk belajar di sana.
Dari keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang terjadi di Spanyol masih berupa rintisan
oleh para tokoh-tokoh Islam. Hal ini dapat membuktikan bahwa Islam memiliki
pengaruh yang begitu besar bagi Spanyol. Kemajuan peradaban Spanyol Islam ini
juga memiliki ketertarikan bagi pelajar-pelajar bangsa Eropa untuk mempelajari
kebudayaan Islam yang berkembang di Spanyol. Sehingga spanyol menjadi
tempat paling utama bagi eropa dalam menyerap peradaban islam. Hal ini seperti
yang dikemukakan Badri Yatim dalam buku Sejarah Peradaban Islam,
(2008:108-109) sebagai berikut:
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa
menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik,
sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antarnegara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol
7
berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan Negara-
negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan
sains di samping bangunan fisik. Pengaruh ilmu pengetahuan
Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan-gerakan kebangkitan kembali
(renaesance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali kedalam bahasa latin.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa:
Kemajuan peradaban dan kebudayaan yang terjadi di Spanyol membuat Eropa
merasa ketinggalan dan berusaha untuk mempelajari atau menyerap peradaban
Spanyol Islam, baik itu dalam bentuk hubungan politik, sosial, ekonomi,
peradaban antarnegara, serta ilmu pengetahuan yang telah memiliki pengaruh atas
Eropa sejak abad ke-12 M menimbulkan gerakan-gerakan kebangkitan kembali
(renaesance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan, tenyata
pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat merupakan
materi yang dipelajari di MA Negeri 2 Lubuklinggau. Namun tingkat pemahaman
sebagian besar siswa masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk meneliti masalah tersebut, di samping ketersediaan
literatur dan jarak tempuh kesekolah tersebut tidak terlalu jauh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaruh Islam di Cordova?
2. Bagaimana latar belakang masuknya Islam di Cordova?
8
3. Bagaimana pemahaman siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau tentang
Pengaruh masuknya Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat
pada abad ke-12 M?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mendeskripsikan pengaruh Islam di Cordova.
2) Untuk mendeskripsikan latar belakang masuknya Islam di Cordova.
3) Untuk mendeskripsikan pemahaman siswa kelas XI MA Negeri 2
Lubuklinggau tentang Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti dapat mengetahui pemahaman siswa kelas XI MA Negeri 2
Lubuklinggau mengenai pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M.
2. Bagi MA Negeri 2 Lubuklinggau, sebagai sumbangan bahan pembelajaran
untuk meningkatkan wawasan serta pemahaman sejarah, khususnya tentang
Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad
ke-12 M.
3. Bagi guru sebagai masukan dan menambah wawasan untuk meningkatkan
kegiatan pembelajaran khususnya materi pelajaran Sejarah mengenai
9
Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban barat pada abad
ke-12 M.
4. Bagi siswa membantu untuk memahami materi pelajaran mengenai Pengaruh
Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M.
5. Bagi masyarakat atau pembaca umumnya adalah sebagai sarana untuk
menambah wawasan sejarah tentang Pengaruh Islam di Cordova terhadap
cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M.
6. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
sarjana pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuklinggau.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar menurut Arikunto dalam bukunya “Prosedur penelitian
mengemukakan bahwa “Anggapan dasar adalah Sederetan asumsi yang kuat
tentang kedudukan dan permasalahan yang merupakan landasan teori dalam
pelaporan hasil penelitian”. (Arikunto, 1993:55).
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Masuknya Islam di Cordova tahun 711-1492 M, mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M.
b) Siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau memahami materi tentang
Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad
ke-12 M.
10
F. Penjelasan Istilah
1. Pengertian Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
sebagai berikut: “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dan sesuatu yang
berbentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. (Depdikbud, 1997:66).
2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab al-islam. Kata al-islam ada di dalam
Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya. Al-Qur’an surat (Ali
Imron 3:19), lafalnya, “innad-dina ‘indallahil-islam”, artinya, “sesungguhnya ad-
din (jalan hidup) di sisi Allah (adalah) al-islam”. Ayat ini dengan jelas sekali
menyatakan bahwa al-islam adalah nama suatu ad-din (jalan hidup) yang ada di
sisi Alloh (‘indalloh). Ia berasal dari Allah, makanya dinamakan juga dinullah
(QS. 110:2), suatu ad-din yang ditetapkan oleh Allah untuk manusia.
3. Cordova
Kota ini terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierra de Cordova dan di
tepi sungai Guadalquivar. Sebelum Spanyol ditaklukkan oleh pasukan Islam tahun
711 M Cordova adalah ibu kota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan
ke Toledo.
4. Cikal Bakal Peradaban Barat
Cikal Bakal adalah sesuatu yang akan dijadikan (dibuat) atau rancangan
untuk sesuatu yang akan dijadikan calon. Peradaban adalah kemajuan lahir batin,
hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa.
Barat adalah suatu Negara yang menempati benua Eropa dan Amerika atau orang
11
yang tinggal dibelahan bumi sebelah barat, terutama orang Eropa dan Amerika.
Jadi cikal bakal peradaban Barat adalah sesuatu rancangan yang akan dijadikan
calon kemajuan lahir batin yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan
kebudayaan suatu bangsa yang menempati benua Eropa dan Amerika.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ (KBBI)
sebagai berikut: “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dan sesuatu yang
berbentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang” (Depdikbud, 1997:66).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengaruh yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh Islam di Cordova terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M.
2. Islam di Cordova (Spanyol)
Sejak pertama kali Islam menginjak kaki di tanah Spanyol hingga masa
jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah
berkuasa selama tujuh setengah abad. Sejarah panjang Islam di Spanyol dapat
dibagi dalam enam priode. Hal ini seperti yang dikemukakan Dr. Badri Yatim
dalam Samsul Munir Amin (2009:168-171) sebagai berikut:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat
di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih
terjadi baik dayang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan di
antara elite penguasa. Di samping itu, terdapat beda pandangan
antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari luar
yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang
tinggal di daerah pegunungan.
13
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun138 H/755 M
dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-
Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos
dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil
menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya Ad-
Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban.
Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
“raja-raja kelompok”. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh
penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini umat Islam di
Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir
mendirika Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki
ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa
negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada
masa ini Spanyol terpecah menjadi lebih 30 negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth
Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti kota Sevilla,
Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam
di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika
terjadi perangt saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai
itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun,
walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke
istana yang lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah
dalam beberapa negara, tetapi terdapat kekuatan yang dominan
yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan
Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh
Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
marakesy. Dan akhirnya dapat memasuki Spanyol dan
14
menguasainya. Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode
ini kekuasaan Islam di Spanyol dipimpin oleh penguasa-
penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa
wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238
M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh
pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam
lepas dari tangan penguasa Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini islam hanya berkuasa di Granada di bawah
dinasti Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan
tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang
kecil. Kekuasaan islam yamg merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana
dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang dengan ayahnya kerena menunjuk anaknya yang
lain sebagai pengantinya menjadi raja. Ia memberontak dan
berusaha merebut kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand
dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik
tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan
Kristen melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang
balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak
kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut
sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya
menyerah kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu
Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah
kekuasaan islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah
ini. Walaupun isla telah berjaya dan dapat berkuasa di sana
selama hampir tujuh setengah abad lamanya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil pengertian bahwa Islam
masuk atau berkuasa di Spanyol selama tujuh setengah abad lamanya. Dengan
peran Islam yang sangat besar, dari tahun ke tahun Spanyol mulai memperoleh
kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Walaupun selama Islam
berkuasa atas Spanyol banyak gangguan-gangguan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, Islam tetap berjaya di Spanyol serta berhasil membuat Spanyol
15
memperoleh kemajuan peradaban. sehingga kemajuan peradaban Spanyol Islam
juga berimbas pada bangkitnya Renesans dunia Barat dan membuka lembaran
sejarah baru bagi kemajuan peradaban di Eropa.
Dalam buku Sejarah kebudayaan Islam, Murodi (2003:77) menjelaskan
bahwa: “Masuknya Islam ke Cordova pada tahun 711 M, membuka lembaran
sejarah baru bagi kemajuan peradaban di Eropa dalam berbagai segi kehidupan”.
Selanjutnya Dedi Supriadi (2008: 120) juga menjelaskan bahwa: “kemajuan
peradaban di Spanyol Islam berimbas pada bangkitnya Renaisans dunia barat pada
abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi
Eropa”.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa masuknya
Islam di Cordova pada tahun 711 M, itu membuka lembaran sejarah baru bagi
kemajuan perkembangan peradaban di Eropa atau berimbas pada bangkitnya
Renesans dunia barat dari berbagai segi kehidupan.
3. Peradaban Barat
Selama tujuh setengah abad Islam berkuasa atas Spanyol. Islam memiliki
peran yang sangat besar sehingga mampu membuat Spanyol memperoleh
kemajuan baik dalam bidang politik ataupun peradaban. Akan tetapi, walaupun
Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, namun
Islam telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa.
Umat Islam kehilangan segala yang pernah dimiliki. Namun terjadi di luar
dugaan, ternyata bangsa yang menghancurkan Daulah Islamiyah yang berpusat di
Baghdad itu, keturunannya justru menjadi pembangun dan pembela agama Islam
16
menjadi tumbuh dan mekar kembali. Demikian juga di luar bekas kekuasaan
Daulah Abbasiyah, yaitu Spanyol dan Afrika Utara, kebudayaan Islam tidak
musna bahkan mengalir ke Eropa. Hal ini seperti yang dikemukakan Musyrifah
Sunanto (2003:224) dalam buku Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Penyaluran dimulai ketika Toledo jatuh ketangan Kristen. Di
Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam
pada masa itu. Ketika kota itu jatuh tahun 1085, orang-orang raja
Alfonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak
mampu mempergunakan segala peninggalan kaum Muslimin.
Maka penduduk asli Andalus, yang digelari muzarobus yang telah
menjadi intelektual, guru, dokter, ahli kimia, ahli filsafat dan lain-
lain yang pernah bekerja sama dengan ummat islam sebelumnya,
itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan tugas-
tugas itu namun harus mengganti agamanya dan
menterjemahkannya kedalam bahasa yang dipahami. Perguruan
tinggi Toledo, rumah sakitnya, perpustakaannya, laboratoriumnya
masih tetap berjalan, masih tetap dengan guru-guru besar yang
dulu juga, namun memakai bahasa selain bahasa Arab atau kalau
bahasa Arab dipakai harus diterjemahkan kedalam bahasa yang
dipahami. Dengan jalan ini murid-murid negeri Latin tumpah ruah
kesana.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa
penyaluran ilmu pengetahuan islam atas Eropa itu melalui terjemahan dari karya-
karya kaum muslimin yang berbahasa arab ke dalam bahasa yang dipahami. Hal
ini dilakukan oleh muzarobus yang pernah bekerja sama dengan umat islam
sebelumnya. Mengalirnya ilmu pengatahuan dan peradaban Islam ke Eropa ini
tidak hanya melalui terjemahan dari karya-karya kaum muslimn saja, tetapi juga
melalui perang salib. Hal ini seperti yang dikemukakan Samsul Munir Amin
(2009:180), dalam buku Sejarah Peradaban Islam, bahwa:
Dengan adanya Perang Salib ini banyak membawa keuntungan
bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur
17
tengah memberikan kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika
kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang- barang
berharga seperti kain sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain.
Sedangkan jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara
lain: sejenis biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka,
bawang putih, tumbuhan obat-obatan, tembuhan yang mengandung
zat pewarna dan rempah-rempah.
Selanjutnya Musyrifah Sunanto (2003:236) dalam buku Sejarah Islam
Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Ketika tentara Salib sedang berkuasa, setiap ada pasukan Salib
yang pulang kembali ke Eropa selalu membawa apa saja yang
mereka temui. Apakah itu berupa buku-buku ilmu pengetahuan,
alat-alat kedokteran, kompas dan apa saja hasil kemajuan ummat
Islam. Demikian juga ketika terakhir kali mereka terusir dari Okka,
mereka membawa lari apa yang mereka rampas dari hasil
kemajuan Islam. Dengan demikian maka perang Salib merupakan
salah satu dari jembatan tempat mengalirnya kebudayaan Islam ke
Eropa.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa perang
Salib merupakan salah satu jembatan mengalirnya kemajuan peradaban serta
kebudayaan Islam ke Eropa. Tentara perang Salib membawa apa saja yang
ditemukan dari peristiwa perang salib tersebut, baik itu berupa ilmu pengetahuan,
tumbuh-tumbuhan, alat-alat kedokteran dan lain-lain ke Eropa.
Kemajuan-kemajuan peradaban yang dialami bangsa Eropa juga
dipengaruhi khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada priode
klasik. Seperti yang diterangkan Badri Yatim (2008:108) Dalam buku Sejarah
Peradaban islam, bahwa: “Kemajuan peradaban Eropa yang terus mengalami
perkembangan sampai saat ini sebenarnya banyak dipengaruhi khazanah ilmu
pengetahuan Islam yang berkembang pada priode klasik”.
18
Sebagaimana diketahui bahwa Andalusia merupakan tempat yang paling
utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan
politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang
Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Andalusia ketika berada dibawah
kekuasaan Islam jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya di Eropa,
terutama dalam bidang pemikiran dan sains, di samping perkembangan dan
kemajuan bangunan fisik.
Dalam bukunya ‘Sejarah Peradaban Islam’ Samsul Munir Amin,
(2009:178). Menjelaskan bahwa:
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan-gerakan
kebangkitan kembali (renaesance) pusaka Yunani di Eropa pada
abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali kedalam bahasa latin.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa ilmu
pengetahuan atas Eropa menimbulkan gerakan kembali renesance pusaka yunani
berlangsung sejak abad ke-12 M sampai abad ke-14 M melalui terjemahan Arab
yang dipelajari dan diterjemahkan kedalam bahasa latin.
Demikian besarnya pengaruh pemikiran Ibn Rusyd di Eropa, sehingga
melahirkan gerakan aliran pemikiran bebas yang disebut Averoisme. Berawal dari
gerakan Aveoisme inilah di Eropa kemudian lahirnya reformasi pada abad ke-16
M, dan rasionalisme pada abad ke-17 M. mengenai hal ini (Badri Yatim,
2008:109) dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, mengemukakan bahwa:
“Pengaruh pemikiran Ibn Rusyd berawal dari banyaknya para pemuda Kristen
Eropa yang belajar di universitas di Andalusia. Setelah kembali ke negara masing-
19
masing, orang Eropa mendirikan sekolah-sekolah dan universitas-universitas.
Universitas pertama didirikan di Eropa pada tahun 1231 M”.
Selanjutnya Samsul Munir Amin, (2009:179) juga menjelaskan mengenai
besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa sebagai berikut:
Demikian besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa,
sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari
peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa
masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia. Bangsa
Eropa maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban di karenakan
orang Eropa belajar kepada kaum muslimin terutama melalui
berbagai literature dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia
Spanyol.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil pengertian bahwa peradaban
Islam Spanyol memiliki pengaruh yang besar bagi Eropa, jika saja masyarakat
Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa
Eropa masih ketinggalan dalam hal peradaban dunia.
4. Sumbangan Pengajaran
Kata sumbangan berasal dari kata dasar yaitu sumbang yang berarti turut
membantu (menyokong) dengan tenaga, pikiran dan sebagainya (DPK, 1999:92).
Dari pengertian ini menunjukan bahwa sumbangan merupakan kegiatan atau
aktivitas dalam rangka untuk memberikan sesuatu yang dilakukan dengan tenaga,
pikiran dan sebagainya.
Untuk kata sumbangan sendiri merupakan kata dasar yang mendapat
akhiran-an, dengan demikian, maka sumbangan berarti bantuan atau sokongan
(DPK, 1999:92). Dengan demikian, sumbangan berarti sesuatu kegiatan atau
aktivitas yang dapat memberikan sokongan terhadap sesuatu yang dilakukan
20
dengan penerapannya dalam bentuk tenaga atau pikiran sehingga membawa
perubahan dari sebelumnya.
Untuk kata pengajaran sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem yang memungkinkan untuk kelangsungan proses belajar
mengajar. Para ahli pendidikan dalam memberikan batasan tentang pengajaran
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut sebenarnya
disebabkan oleh perbedaan sudut pandang terhadap makna atau hakekat mengajar
itu sendiri.
Dalam hal ini, Nana Sudjana (1989:4) dalam bukunya Cara Belajar Siswa
Aktif, mengemukakan bahwa mengajar merupakan kegiatan membimbing siswa
belajar dan mengajar yaitu mengatur dengan mengorganisasi lingkungan yang ada
di sekitar siswa sehingga dapat mendorong belajar. Sadirman (1996:4)
menerangkan bahwa pengajaran adalah:
Menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Pengertian luas
mengajar adalah suatu aktivitas organisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan berhubungan dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar, atau dikatakan mengajar sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya
kegiatan belajar bagi para siswa.
Sedangkan menurut H. Chaliyah Hasan (1994:105) mendefenisikan bahwa
pengajaran adalah “segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang tela dirumuskan”. Selanjutnya Roestiyah NK (1994:44) menjelaskan bahwa
pengajaran adalah “proses interaksi dengan siswa dan konsultasi dengan guru”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa inti dari
pengajaran adalah usaha aktivitas untuk membimbing, mengarahkan, menolong
21
siswa dalam melakukan belajar sehingga dapat membawa perubahan-perubahan
ke arah yang lebih baik pada prestasi dan tingkah lakunya.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa sumbangan pengajaran adalah
sesuatu kegiatan yang dapat memberikan sokongan atau bantuan terhadap sesuatu
yang dilakukan dengan penerapannya dalam bentuk tenaga atau pikiran sehingga
dapat membawa perubahan dari sebelumnya yang dilakukan melalui usaha
aktivitas untuk membimbing, mengarahkan, menolong siswa dalam melakukan
belajar sehingga dapat membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik
pada prestasi dan tingkah lakunya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Bahrul (2009) perkembangan Islam di Cordova pada tahun 711 M, Secara
umum kesimpulan dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa Islam dating ke
wilayah cordova pada tahun 711 M-93 H. Ketika itu panglima Islam Thariq bin
Ziyad atas perintah gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin
Abdul Malik dan dinasti Umayyah berhasil menaklukan Spanyol dan Goht Barat,
kekaisaran Visigoth. Islam yang dipimpin panglima perang Mugith Ar-Rumi
berhasil menguasai Cordova. Selama pemerintahan Umayyah yang berpusat di
damaskus, Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol. Cordova baru menjadi ibu
kota spanyol ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan oleh dinasti Abbasiyah,
Abdurahman Ad-Dakhil sebagai penerus dinasti Umayyah pindah ke Spanyol,
yang waktu itu Islam sudah eksis kemudian Cordova dijadikan sebagai ibu kota
pemerintahan dinasti di benua Eropa. Dalam membangun kota ini Abdurahman
22
Ad-Dakhil mengundang dan mendatangkan ahli fiqih, ahli ulama, ahli filsafat, ahli
syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordova. Akhirnya kota
Cordova menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan, kesenian, dan
kesustraan di Seantero benua Eropa. Puncak kejayaan dan puncak keemasan
Cordova mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdurahman, An-
Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakim.
Ketika itu Cordova telah mencapai kejayaan hingga taraf kejayaan dan
kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya. Pembangunan pada masa itu
tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berasitektur megah bermunculan. Pada masa
itu Islam di Cordova mampu mensejahterakan diri dengan Baghdad tak cuma itu
Cordova setara dengan Konstatinopel. Saat cordova berada dalam masa
kejayaannya (abad ke-9 dan abad ke-10 M) terdapat lebih dari 200.000 rumah
didalam kotanya. Jejak kejayaan Islam di Cordova tidak hanya meninggalkan
bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan
yang tidak ternilai harganya, kota yang terletak di provinsi Andalusia, sebelah
Barat Spanyol ini juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Di kota ini berdiri perpustakaan yang besar dengan jumlah kunjungan
mencapai 400.000 orang. Cordova bagai bunga yang menebar harum di Eropa
pada abad pertengahan sebagaimana digambarkan Lare-People sebagai the
wonders of the word, pada masa kekuasaan Abdurrahman III, berdiri Universitas
Cordova yang termansyhur dan menjadi kebanggaan umat Islam berbondong-
bondong mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari
Eropa menimba ilmu di Spanyol adalah Gerbert d’Aurillac (945-1003), yang
23
kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol
kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan matematika dan geometri
kepada para muridnya. Berkembang dengan pesat ilmu pengetahuan di Cordova
pada era kejayaan Islam melahirkan sejumlah ilmuan dan ulama termansyhur,
Cordova merupakan pusat intelektual di Eropa. Perguruan-perguruan yang amat
terkenal dengan bidang kedikteran, matematika, filsafat, kesusastraan bahkan
musik. Kontribusi para intelektuan dan ulama yang lahir dari Cordova sangat
diakui dan memberi pengaruh bagi peradaban manusia. Diantara para ilmuan yang
muncul pada masa keemasan Islam di Cordova antara lain Abuh Al-Walid,
Muhammad Ibnu, Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Ibnu Rusydi atau Averrous. Ibnu Rusydi merupakan seorang ilmuwan
muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 M dan beberapa abad
berikutnya. Kota Cordova pada masa kejayaannya banyak menginspirasi penulis
Barat yang digambarkan oleh para ahli sejarah maupun politik sebagai cikal bakal
pembawa kemajuan bagi Barat di masa sekarang.
Sedangkan penelitian dari skripsi Ari (2008) berjudul mengenal warisan
islam di kota Madrid. Ari menyimpulkan bahwa Madrid pada mulanya adalah
kota kecil diperbatasan yang didirikan oleh dinasti Umayyah pada abad ke-9 M.
pada masa pemerintahan dinasti Umayyah yang menjadi gubernur adalah anggota
keluarga bani salim dari berber pada saat itu Madrid memiliki sebuah benteng,
benteng itu dibangun oleh Amin Umayyah dari Cordova bernama Muhammad I
yang berkuasa antara tahun 852-886 M. Benteng itu sangat kuat dan tak mudah
ditembus oleh musuh. Saat itu Madrid hanya sebuah kota kecil, namun memiliki
24
kegiatan ekonomi yang sangat bagus, seperti industri pembuatan sepatu bersol
gabus, yang semula dikembangkan oleh orang-orang Romawi, juga industri kayu.
Di bawah pemerintahan Islam, teknik pembuatan sepatu bersol gabus
diintensifkan dan diversifikasikan sehingga sepatu bersol gabus merupakan
komoditas pokok ekspor kota Madrid. Meskipun pernah menjadi pusat
perkembangan ilmu pengetahuan, tak banyak lagi karya-karya ilmu pengetahuan
karena banyak yang hancur akibat peperangan. Saat Philip II pada abad ke-16
mendirikan perpustakaan Escorial, tidak banyak menemukan buku yang berbahasa
Arab. Di Escorial yang kemudian menjadi perpustakaan terbesar di Spanyol pada
abad ke-17, hanya 4.000 judul buku Islam yang masih selamat dari penghancuran
buku terburuk dalam sejarah Spanyol.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Tentang penelitian deskriptif para ahli menjelaskan sebagai berikut:
a. Menurut Soejono (1997:23) menerangkan bahwa: “Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya”.
b. Menurut Djamarah (1995:53), mengatakan bahwa “Penelitian Deskriptif
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
c. Menurut Rahmad (1984:42) menyebutkan bahwa “Metode deskriptif adalah
suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa
penggunaan metode deskriptif diharapkan data terkumpul seobjektif mungkin
berdasarkan fakta yang ada (sebagaimana adanya), oleh sebab itu peneliti
langsung turun kelapangan untuk mengumpulkan data dari sampel untuk
mendeskripsikan tentang Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M, tahun ajaran 2010/2011.
26
Mengenai metode deskriptif ini Arikunto (2005:234) mengemukakan
bahwa “penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan ’apa adanya’ tentang suatu variabel, gejala atau
keadaan”. Sejalan dengan hal tersebut menurut Surakhmat (1978:139)
menyebutkan bahwa “metode deskriptif adalah cara untuk menganalisis,
menyusun, mengumpulkan, menyimpulkan, dan mengklasifikasikan data”.
Sedangkan menurut Fathoni (2006:97) penelitian deskriptif adalah ”suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-
pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan oleh seseorang peneliti untuk mengetahui gejala-
gejala atau keadaan tertentu dengan apa adanya atau sesuai dengan fakta-fakta
yang ada dengan cara menganalisis, menyusun, mengumpulkan, menyimpulkan,
dan mengklasifikasikan data.
2. Rancangan Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian digunakan sebagai pedoman
atau petunjuk dalam melaksanakan proses penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian. Langkah-langkah penelitian yang harus ditempuh diterangkan oleh
Arikunto (1993:15) yaitu sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data
2) Mengidentifikasikan dan membatasi masalah
3) Merumuskan masalah
4) Merumuskan anggapan dasar
5) Menentukan subjek penelitian
6) Membuat soal tes berupa pilihan ganda
7) Mengumpulkan data
8) Analisis data
27
9) Menulis laporan.
Sesuai metode yang digunakan tersebut, maka peneliti akan
mendeskripsikan data mengenai pemahaman siswa kelas XI MA Negeri 2
Lubuklinggau tentang Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban
Barat pada abad ke-12 M.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu sesuatu, baik orang, benda atau lembaga
(organisasi), yang sifat keadaan (atribut-nya) akan diteliti (http://tatang manguni.
Wordpress.com/2009/04/21/subjek-responden-dan-informan-penelitian). Arikunto
(2005:89) mengatakan bahwa “Subjek penelitian tidak selalu berupa orang tetapi
dapat berupa benda, proses, kegiatan, dan tempat”. faisal (1999:10) menyebutkan
bahwa “Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang atau individu atau
kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa subjek penelitian
sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau sasaran dalam sebuah penelitian
tertentu, dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang didalam dirinya
melekat atau terkandung objek penelitian. Maka yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau yang
berjumlah 32 orang, yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.
28
2. Objek Penelitian
Amirin (2009:24) menyatakan bahwa “objek penelitian adalah “Sifat,
keadaan, (attributes) dari sesuatu benda, orang, atau keadaan yang menjadi pusat
perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat,
kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), Bisa berupa kegiatan,
pandangan penilaian, bisa pula berupa proses”.
Dari keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa pengertian objek
penelitian adalah sifat keadaan suatu benda, orang, atau keadaan yang menjadi
pusat perhatian atau sasaran seseorang peneliti dalam melakukan penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal
bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menentukan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Tes
Arikunto (1997:23) menyimpulkan bahwa ”Tes adalah serentetan
pertanyaan atau Latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan dan bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk obyektif dengan alternatif jawaban
5 obsion sebanyak 30 soal dengan melakukan tes awal (pree test) dan tes akhir
(post test). Namun sebelum dilakukan tes akhir terlebih dulu peneliti melakukan
29
penyampaian materi kepada siswa dengan menggunakan metode ceramah yang
digabungkan dengan metode lain yang diyakini dapat meningkatkan pemahaman
siswa tentang pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat
pada abad ke-12 M, misalnya metode diskusi, tanya jawab, dan tugas.
2. Wawancara
Gorys Keraf (1997:161) berpendapat bahwa: ”Wawancara adalah suatu
cara untuk menyimpulkan data dengan menanyakan langsung kepada seorang
informan atau Autoris (Keraf, 1997:161). Menurut Sukardi (2003:78)
”Wawancara terbuka (bebas) atau sering pula disebut wawancara tak berstruktur,
yaitu wawancara dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada
responden tidak menggunakan pedoman”.
Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa dalam
rangka mendapatkan data tambahan diperlukan wawancara terhadap seorang
informan atau autoris (nara sumber). Wawancara penulis lakukan dengan guru
mata pelajaran sejarah yang mengajar di kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau
agar dapat mengetahui bagaimana proses belajar mengajar pada mata pelajaran
Sejarah.
3. Teknik Observasi
Mohammad Ali (1992:73) menyatakan bahwa ”Observasi adalah
penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek,
baik secara langsung maupun tidak langsung”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi
(1997:159) menyatakan bahwa “Observasi sebagai metode ilmiah biasa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
30
diselidiki”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut bahwa observasi ini merupakan
pengamatan yang dijadikan penelitian, baik itu pengamatan kondisi sekolahnya,
guru, murid (siswa). Observasi yang digunakan oleh penulis adalah observasi
secara langsung, hal ini dikerenakan penulis menginginkan obyek yang diteliti itu
didapati secara langsung.
4. Teknik Studi Pustaka
Teknik studi pustaka menurut Margono (1997:181) merupakan “cara
mengumpulkan data dengan menggunakan buku-buku perpustakaan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti”. Studi pustaka ini diperlukan untuk
mengumpulkan data-data atau keterangan sejarah tentang Pengaruh Islam di
Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M, dan landasan
penyusunan karya ilmiah, dengan menggunakan buku-buku yang relevan. Teknik
kepustakaan ini adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan,
menyimpan, dan memilih koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara
sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara continue oleh pemakainya
sebagai sumber informasi. Yaitu diperpustakaan yang ada baik itu perpustakaan
STKIP PGRI, perpustakaan daerah Sumatera Selatan, perpustakaan kota
Lubuklinggau dan buku.
D. Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan maka soal yang akan digunakan dalam
penelitian ini diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah mempelajari
materi tersebut. Uji coba yang dilakukan peneliti yaitu di kelas XI MA Negeri 2
31
Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 32 orang, uji coba
tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal
tes tersebut.
1. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2005:207) Menyatakan bahwa “Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan, sebaliknya soal
yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena jauh jangkauannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa soal
yang terlalu mudah dan tidak terlalu sulit akan menambah semangat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan jika soal terlalu sukar maka semangat siswa
untuk belajar sangat rendah.
Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukan sukar dan
mudahnya suatu soal, untuk mengetahui indeks kesukaran dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
P =
JS
B (Arikunto, 2005:208)
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS: Jumlah seluruh siswa peserta tes
32
Tabel 1
Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
No Indeks Kesukaran Klasifikasi
1
2
3
0,00 – 0,30
0,31 - 0,70
0,71 - 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
(Arikunto, 2005:210)
Dari hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas XI MA
Negeri 2 Lubuklinggau kemudian dapat diketahui bahwa dari 30 soal tersebut
dapat diketahui adanya tingkat kesukaran soal 10 kriteria mudah dengan
klasifikasi 0,71 sampai 1,00, kemudian 15 soal sedang dengan klasifikasi 0,30
sampai 0,70, kemudian 5 soal sukar dengan klasifikasi 0,00 sampai 0,30. Adapun
hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 2 di lampiran.
2. Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2005:214) menyebutkan bahwa “Daya pembeda soal
merupakan suatu indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dan
kurang pandai”. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil suatu pengertian
bahwa Daya pembeda adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang peneliti
untuk mengklasifikasikan antara murid pandai dan kurang pandai, cara
menghitung daya pembeda dapat dirumuskan sebagai berikut:
D =
Jb
Bb
Js
Ba (Arikunto, 2005:213)
Keterangan:
D : Daya pembeda
Ba : Jumlah kelompok atas yang menjawab benar
Bb : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
33
Js : Jumlah peserta kelompok atas
Jb : Jumlah peserta kelompok bawah
Tabel 3
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal
No Klasifikasi Daya Pembeda Keterangan
1
2
3
4
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
(Arikunto, 2005:218)
Setelah dilakukan uji coba soal tes pada siswa kelas XI MA Negeri 2
Lubuklinggau maka dapat diketahui adanya daya pembeda antara siswa yang
pandai dan siswa berkemampuan masih rendah. Kemudian setelah diuji cobakan
dan dianalisis maka dapat diketahui soal-soal tersebut dengan beberapa kriteria
jelek, cukup, baik, dan baik sekali. Adapun hasil perhitungan indeks daya
pembeda tes dapat dilihat pada tabel 4 di lampiran. Berdasarkan analisis hasil uji
coba tingkat kesukaran soal tes dan daya pembeda, maka peneliti merekapitulasi
hasil uji coba tes yang dapat dilihat pada tabel 5 di lampiran.
Dari hasil uji coba instrumen yang penulis lakukan di MA Negeri 2
Lubuklinggau maka dari ke 30 soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban a, b,
c, d dan e maka dapat diketahui 30 soal tersebut terdiri dari tiga kriteria indeks
kesukaran yaitu: Mudah, sukar, dan sedang, yang terdiri dari 5 soal sukar dengan
persentase 20%, 10 soal mudah dengan persentase 30%, dan 15 soal sedang
dengan persentase 50%, sedangkan untuk analisis daya pembeda soal tes terdiri
dari tiga kriteria yaitu: jelek, cukup, baik, dan baik sekali.
34
E. Teknik Analisis data
1. Analisis Data tes
Bagong Suyatno (2005:104) mengartikan bahwa: ”Analisis data adalah
suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikannya”. Setelah data dikumpulkan melalui tes, kemudian tersebut di
analisis , untuk menganalisis penulis menggunakan rumus:
Skor =
N
B x 100 %
Keterangan :
B = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal (Depdiknas, 2003:16).
Dengan demikian, maka akan terlihat perbedaan hasil antara nilai sebelum
disampaikan materi pelajaran dengan nilai setelah diberikan materi pelajaran,
sehingga memperoleh gambaran tentang tingkat pemahaman per siswa terhadap
materi yang disajikan.
Kemudian untuk memperoleh nilai rata-rata peneliti menggunakan rumus
sebagai berikut:
(Hadi,1989:246)
M = Mean (rata-rata)
∑x= Jumlah nilai pada mata pelajaran tertentu
N = Jumlah siswa
Dengan menghitung rata-rata tersebut semakin terlihat gambaran tentang
persentase pemahaman terhadap materi yang disajikan pada subjek penelitian.
35
Selanjutnya peneliti menentukan kriteria penilaian terhadap hasil tes dengan
berpedoman pada pendapat Arikunto (1999:249) sebagai berikut:
8,00 - 10 dinyatakan sangat baik
6,60 - 7,99 dinyatakan baik
5,60 - 6,59 dinyatakan cukup
4,00 - 5,59 dinyatakan kurang
0 - 3,99 dinyatakan sangat kurang
(Arikunto,1999:249)
Berdasarkan penilaian tersebut dalam menentukan persentase pemahaman
siswa untuk kelompok dengan nilai tertentu, penulis berpedoman pada pendapat
Nurgiantoro (1987:365), yaitu sebagai berikut:
N
nP x 100
Keterangan:
P = Persentase tingkat pemahaman
n = Jumlah siswa yang mendapat nilai pada tingkat pemahaman tertentu
N = Jumlah siswa
Berdasarkan pada rumus di atas tersebut, maka persentase tingkat
kemampuan siswa untuk setiap kelompok nilai tertentu dengan cara membagi
jumlah subjek yang mendapat nilai pada tingkat kemampuan tertentu dengan
jumlah subjek. dari penjelasan di atas, maka siswa dianggap berhasil dengan baik
apabila telah memperoleh nilai 6,4 keatas. Sementara siswa yang belum mencapai
kriteria tersebut dianggap belum memenuhi standar ketuntasan, walaupun secara
predikat sudah mendapat nilai cukup. Dalam penelitian ini siswa dianggap tuntas
apabila mendapat nilai yang berpredikat baik atau rentang nilai 6,4 keatas sesuai
36
dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal) yang berlaku di MA Negeri 2 tersebut
yang telah ditetapkan sesuai dengan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MA Negeri 2 Lubuklinggau.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengaruh Islam di Cordova (Spanyol)
a. Bidang Politik
Sejak pertama kali Islam menginjak kaki di tanah Spanyol hingga masa
jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah
berkuasa selama tujuh setengah abad. Sejarah panjang Islam di Spanyol dapat
dibagi dalam enam priode sebagai berikut:
1). Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode
ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai
gangguan masih terjadi baik yang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan di antara elite
penguasa. Di samping itu, terdapat beda pandangan antara Khalifah di Damaskus
dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang
datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang
tinggal di daerah pegunungan.
2). Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol, tahun138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil.
38
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos
dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani
Umayyah di Damaskus. Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti
Umayyah di Spanyol. Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil
mendirikan Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3). Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III
yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode
ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini umat
Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulah
Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirika Universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4). Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada masa ini Spanyol terpecah
menjadi lebih 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-
Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti kota Sevilla, Cordova,
Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali
memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perangt saudara, ada diantara
pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun,
walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
39
Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan
perlindungan dari satu istana ke istana yang lain.
5). Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh
Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan
sebuah kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya dapat memasuki
Spanyol dan menguasainya. Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini
kekuasaan Islam di Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah
sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum
Kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla
jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari
tangan penguasa Islam.
6). Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah dinasti Ahmar
(1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Kekuasaan islam yamg merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang dengan ayahnya
karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengantinya menjadi raja. Ia
40
memberontak dan berusaha merebut kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang
sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan Kristen
melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan
Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa
Kristen tersebut sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya menyerah
kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan islam di Spanyol pada tahun 1492 M.
Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini.
Walaupun islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh
setengah abad lamanya.
b. Bidang Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam spanyol, para penguasa mementingkan
pembangunan fisik dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dan
monumental. Demikian juga, bidang IPTEK. Pemerintah dengan giat
mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat
perhatian. Selain itu, banyak anggaran Negara yang terserap untuk membiayai
tentara bayaran demi keamanan Negara.
41
c. Bidang Sosial
Masuknya Islam ke Andalusia tahun 711 M membuka lembaran sejarah
baru bagi kemajuan peradaban Eropa dalam berbagai segi kehidupan.
Pemerintahan Islam yang berkuasa selama lebih kurang delapan abad (711-1492
M), banyak memberikan andil dalam perkembangan peradaban Islam khususnya.
Di antara perkembangan peradaban Islam di Spanyol ada yang bersifat fisik ada
juga yang bersifat non fisik. Perkembangan peradaban Islam dalam bentuk fisik
seperti bangunan-bangunan kota, istana-istana, masjid-masjid, dan sebagainya.
Sedangkan perkembangan peradaban yang berbentuk non fisik antara lain seperti,
perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang memperkaya
Spanyol pada umumnya. Oleh karena itu Spanyol menjadi salah satu pusat
peradaban dunia, mengimbangi kejayaan Dinasti Umayah di Damsyik
(Damaskus) dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Tidak salah apabila Spanyol turut
berperan dalam merintis jalan menuju zaman Renesans di Eropa.
d. Bidang Budaya
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah
mendorong minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini dibuktikan dengan
dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa ilmu
pengetahuan, dan administrasi. Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para
tokoh atau pakar dalam bahasa da sastra, seperti Al-Qali dengan karyanya Al-
kitab Al-Bari fi Al-Luqoh dan Az-Zubaidy ahli tata bahasa dan filologi. Dalam
bidang seni, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di Cordova
42
oleh Zaryab. Zaryab adalah artis terbesar pada zamannya, siswa sekolah musik
Ishak Al-Mausuli dari Baghdad. Sekolah tersebut menjadi model bagi sekolah
musik lainnya yang bermunculan belakangan di Villa, Toledo, Valencia, dan
Granada.
2. Pemahaman siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau tentang
Pengaruh Islam di Cordova (Spanyol)
a. Langkah-langkah Pemahaman
Guna mengetahui pemahaman siswa tentang pengaruh Islam di Spanyol
terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M, maka penulis terlebih
dahulu mempersiapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Peneliti memberikan tes awal (Pree-Test) untuk menjajaki kemampuan siswa.
2). Peneliti menyampaikan materi tentang pengaruh Islam di Spanyol terhadap
cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M dengan menggunakan metode
ceramah yang digabungkan dengan metode lain yang diyakini dapat
meningkatkan pemahaman siswa, misalnya metode diskusi, tanya jawab, dan
tugas.
3). Peneliti memberikan tes akhir (Post-Test).
4). Merekap hasil tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b. Hasil Pemahaman
1). Nilai Tes Awal (Pree-Test)
Berdasarkan data hasil tes awal (Pree-Test) yang dapat dilihat pada tabel 6
di lampiran, maka dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman siswa kelas XI MA
Negeri 2 Lubuklinggau tentang pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal
43
peradaban Barat pada abad ke-12 M masih rendah. Hal ini terbukti siswa yang
memperoleh nilai 6,4 ke atas hanya 4 orang dari 32 siswa atau sebesar =
12,5% dengan nilai rata-rata 32
175= 5,46.
2). Nilai Tes Akhir (Post-Test)
Setelah nengadakan tes awal (Pree-Test), maka peneliti mengadakan tes
akhir (Prost-Test) untuk memperbandingkan tingkat pemahaman siswa tentang
materi pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad
ke-12 M. Berdasarkan data hasil tes akhir (Post-test) yang dapat dilihat pada tabel
7 di lampiran, maka dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman siswa tentang
pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12
M mengalami kenaikan. Yaitu siswa yang memperoleh nilai 6,4 keatas dari 32
siswa hanya 4 orang pada Tes awal atau sebesar = 12,5% naik menjadi
28 orang dari 32 siswa pada Tes Akhir atau sebesar = 90,62 % dan nilai
rata-rata mengalami kenaikan dari 5,46 menjadi 7,68 yang berarti daya serap
siswa terhadap materi tentang pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M 7,68 % (lebih besar dari nilai KKM mata
pelajaran sejarah di MAN 2 Lubuklinggau pada tahun pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas XI MAN 2
Lubuklinggau adalah 6,4. Maka rentang nilai yang diperoleh siswa kelas VIII1
dalam penelitian ini adalah berpedoman pada pendapat Arikunto adalah sebagai
berikut:
1. Yang memperoleh nilai sangat baik (8,0-10) berjumlah 18 siswa
44
2. Yang memperoleh nilai baik (6,6-7,9) berjumlah 11 siswa
3. Yang memperoleh nilai cukup (5,6-6,5) berjumlah 3 siswa
4. Dan, dalam penelitian ini tidak ada siswa memperoleh nilai kurang (4,0-5,5)
ataupun sangat kurang (0-3,9)
Berdasarkan uraian di atas, setelah diberikan penjelasan materi tentang
pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12
M dapat dipahami oleh siswa kelas XI di MAN 2 Lubuklinggau, maka hipotesis
tersebut dapat diterima.
3). Perbandingan Nilai Tes Awal (Pree-Test) dan Nilai Tes Akhir (Post-Test)
Dari kedua tes yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bagaimana siswa
kelas XI memahami materi pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M di MAN 2 Lubuklinggau, serta dengan
dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata kelas pada tes awal dengan hasil
nilai rata-rata kelas pada tes akhir. Perbandingan dan perkembangan nilai antara
tes awal dan tes akhir tersebut dapat dilihat pada tabel 8 di lampiran.
Berdasarkan data perbandingan hasil tes awal dan tes akhir, maka dapat
disimpulkan bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa kelas XI tentang
pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad ke-12
M di MAN 2 Lubuklinggau dan peningkatan nilai rata-rata kelas dari 5,46
menjadi 7,68. Atau, pada tes awal hanya 4 (12,5%) dari 32 siswa yang berhasil
mendapatkan 6,4 keatas sedangkan pada tes akhir mencapai 29 (90,62%) dari 32
siswa yang dinyatakan tuntas dalam memahami materi pada penelitian ini.
45
Adapun perbandingan pencapaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
materi disampaikan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Persentase Tes Awal dan Tes Akhir berdasarkan Kriteria Ketuntasa
Minimal (KKM) Materi Pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M
No Nilai Tes Awal (Pree-Test) Tes Akhir (Post-Test)
Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase
1
2
≤ 7,0
≥ 7,0
4
29
12,5%
90,62%
29
3
90,62%
9,37%
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Data Tes
Berdasarkan hasil analisis data ternyata pada tes awal ketuntasan belajar
siswa secara menyeluruh belum mencapai 90%, tetapi hanya mencapai 10% dan
nilai rata-rata kelasnya 5,46 Sebab, siswa kelas XI di MAN 2 Lubuklinggau
belum memahami materi tentang pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal bakal
peradaban Barat pada abad ke-12 M. Sedangkan pada tes akhir ketuntasan belajar
siswa secara klasikal sudah tercapai. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 6,4
keatas mencapai 90,62% sebanyak 29 dari 32 siswa, dan nilai rata-rata 7,68. Hal
ini berarti siswa telah memahami materi tersebut.
2. Data Non Tes
Agar data dalam penelitian ini lengkap, maka penulis melakukan
wawancara secara langsung kepada guru sejarah yang mengajar dikelas kelas XI
di MAN 2 Lubuklinggau. Data yang diperoleh dari wawancara tersebut yaitu guru
bidang studi tersebut menyampaikan pelajaran kepada siswa menggunakan
46
berbagai macam metode pembelajaran seperti metode ceramah (berupa penjelasan
materi), tanya jawab, penugasan, dan diskusi. Selain itu, sebelum menyampaikan
materi dikelas guru juga telah mempersiapkan satuan pembelajaran agar dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
3. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian pada kajian pustaka, penulis menemukan
kelemahan dan keterbatasan. Yaitu penulis mengalami kesulitan untuk menelaah
sumber-sumber bahan dalam penelitian, karena kurangnya literatur buku
penunjang yang membahas tentang pengaruh Islam di Spanyol terhadap cikal
bakal peradaban Barat pada abad ke-12 M. Baik itu di Perpustakaan STKIP-PGRI
Lubuklinggau, Perpustakaan Kota Lubuklinggau, maupun di Perpustakaan
Kabupaten Musi Rawas.
Sedangkan pada saat penelitian pada siswa kelas XI MA Negeri 2
Lubuklinggau, penulis hampir tidak mengalami kesulitan, karena peneliti juga
menggunakan metode yang sama dengan guru sejarah yang mengajar di kelas
tersebut, yaitu metode Ceramah (berupa penjelasan materi), Tanya Jawab,
Penugasan, dan Diskusi. Selain itu, sebagian besar atau hampir dari seluruh siswa
kelas XI juga dapat berfikir Aktif dan Kreatif serta memiliki keinginan untuk
belajar. Sehingga dapat mempermudah penulis dalam penelitian ini.
47
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya dan hasil pembahasan, penelitian
ini dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Bahwa masuknya Islam di Cordova mempunyai pengaruh yang sangat besar
bagi kemajuan peradaban Eropa dari berbagai segi kehidupan.
2. Islam masuk ke daratan Spanyol dibawa oleh pendatang baru dari bangsa Arab
yang beragama Islam pada tahun 711 M, yang dipimpin oleh Thariq bin
Ziyad.
3. Siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau memiliki pemahaman tentang
materi pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada
abad Ke-12 M. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan dan peningkatan nilai
tes awal (pree-test) dengan tes akhir (post test) yaitu nilai rata-rata kelas dari
5,46 menjadi 7,68. atau pada tes awal hanya 4 (12,5%) dari 32 siswa yang
berhasil mendapatkan nilai 6,4 keatas, sedangkan pada tes akhir mencapai 29
(90,62%) dari 32 siswa yang dinyatakan tuntas.
Jadi, Islam di Cordova mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
kemajuan peradaban Eropa dari berbagai segi kehidupan dan dapat dipahami oleh
siswa kelas XI MA Negeri 2 Lubuklinggau.
48
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian tentang
Pengaruh Islam di Cordova terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad Ke-12
M, di MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 yaitu:
1. Guru sejarah hendaknya menggunakan metode mengajar yang bervariasi
dalam menyampaikan materi. Selain itu, sebaiknya guru dalam proses
pembelajaran menggunakan alat dan media pembelajaran yang menarik
namun dapat menyampaikan materi yang akan diajarkan (menguasai) agar
siswa dapat menerima materi dengan mudah dan tidak membosankan.
2. Penulis mengharapkan dari materi tentang Pengaruh Islam di Cordova
terhadap cikal bakal peradaban Barat pada abad Ke-12 M, ini dapat diambil
nilai-nilai positifnya.
3. Sebagai calon tenaga pendidik, khususunya mahasiswa sarjana pendidikan
hendaknya lebih meningkatkan kemampuannya agar nantinya kelak menjadi
tenaga pendidik yang profesional dibidangnya masing-masing.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Jakarta: Balai Pustaka.
1998. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Researchi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Harun, Rochajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan. Bandung:
CV. Mandar Maju.
Hasan, H. Chaliyah 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya:
Al-Ikhlas.
Koentjaraningrat, 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Putra.
Munir Amin, Drs. Samsul 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Hamzah.
Murodi, 1994. Sejarah Kebudayan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Sadirman, 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
STKIP Lubuklinggau, 2009. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa
STKIP- PGRI Lubuklinggau. STKIP-PGRI: Lubuklinggau.
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Statistic Pendidikan. Jakarta: Raja Grasido
Pesada.
Sudjana, Nana 1989. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru.
Sugiono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supriadi, Dedi, 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafido
Persada.
50
Tatang M. Amirin. 2010. life skills: Makna dan impelementasi. http: //
Tatangmanguny. Wordpress. Com. 12 April 2010. [Online].
Yatim, Badri 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
top related